Jago Kelana Jilid 24 (Tamat)

Jilid 24 (Tamat)

KETIKA batu besar saling bergelindingan ke bawah, masih banyak orang yang tak sempat menghindar, bagi mereka yang memiliki ilmu meringankan tubuh agak sempurna segera meloncat untuk menghindar tetapi bagi mereka yang kurang cepat menghindar segera tertimpa dan meraung kesakitan.

Si Soat Ang yang berdiri tegak disana tiba2 menyaksikan sebuah batu besar bergelinding ke arahnya dengan cepat ia enjotkan badan melayang ke tengah udara..

Braak..! batu besar tadi menumbuk sebuah pohon dan seketika itu juga diiringi suara keras tumbang keatas tanah.

Menanti batu2 cadas itu sudah selesai berhamburan di atas tanah, semua orangpun telah dipaksa mundur sejauh tiga lima tombak lebih. Akibatnya dari hujan batu cadas itu. ada tujuh delapan orang jago menggeletak dengan kaki patah, mereka merintih tiada hentinya menahan rasa sakit yang luar biasa.

Si Soat Ang benar2 naik pitam, dengan suara keras segera bentaknya.

"Tunggu saja saatnya, setiap kali aku berhasil menembusi lembah Coei Hong Kok, akan ku bunuh semua seluruh penghuni disana."

Ucapan ini tidak mendatangkan perasaan apa2 bagi orang2 lembah Coei Hong Kok yang ada diatas tebing, lain halnya dengan Si Che yang berada disisinya, diam2 ia merasa bergidik.

Si Soat Ang tarik napas panjang lalu serunya kembali "Kita mundur dahulu kebelakang."

Semua orang sama2 mengundurkan diri dari tempat itu, mereka yang terlukapun meronta bangun untuk kemudian menggabungkan diri dengan rombongan mereka, dalam sekejap mata semua orang telah mengundurkan diri kurang lebih setengah li dari mulut lembah tersebut.

Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia merasa sangat tidak senang dengan keadaan yang dihadapinya saat ini.

Dengan wajah cemberut ia duduk seorang diri diatas batu, semua orang yang merasakan kelihayan batu2 lembah Coei Hong Kok pun tidak ada yang berani memberi komentar, semua orang duduk dengan mulut membungkam.

Lewat beberapa saat kemudian Si Soat Ang baru mendengus dengan dingin.

"Hmm! partai Go-bie tidak lebih hanya andalkan keuntungan letak lembahnya belaka, maka mereka berhasil membendung jalan pergi kita, padahal dalam partai Gobie kecuali Si Thay sianseng seorang asalkan ada beberapa orang berhasil menyusup kedalam tidak sulit bagi kita untuk menundukan mereka.

Tak seorangpun berani membangkang atau memberi komentar akan ucapan dari Si Soat Ang ini, sementara dalam hati mereka berpikir.

"Siapa yang tidak tahu akan kebenaran ceng li itu, justru persoalannya terletak bagaimana caranya menyusup kedalam lembah Coei Hong Kok?...

Tentu saja berada dihadapan Si Soat Ang tak seorangpun yang berani mengutarakan pertanyaan itu, Sinar mata Si Soat Ang per-lahan2 menyapu wajah para jago, tiba2 ia teringat akan seseorang segera teriaknya.

"Di manakah Thian-Yang-It Loo ?"

Kiranya secara tiba2 gadis ini teringat sewaktu berada dalam kuil Siauw-lim, setiap kali ia menjumpai kesulitan Thiao-Yang It-Loo lah yang memberikan pemecahannya tetapi setelah meninggalkan partai Siauw lim karena sepanjang perjalanan tidak menjumpai kesulitan maka ia tidak terlalu memperhatikan orang itu lagi, tapi sekarang karena menjumpai kembali kesulitan didalam menjebolkan pertahanan lembah Coei Hong-Kok maka ia mencari orang tua itu lagi untuk diminta pendapatnya.

Dalam anggapan gadis tersebut, Thian-Yang It Loo pasti berada didalam rombongan jago itu.

Siapa sangka dalam kenyataan Thian-Yang It Loo adalah hasil penyaruan dari Tonghong Pacu, setelah berhasil menundukkan kuil Siauw lim, gembong Iblis itu merasa tidak bakal menjumpai kesulitan lagi maka ia telah berangkat balik ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk pusatkan perhatiannya menghadapi Tonghong Pek.

Tidak aneh kalau teriakan Si Soat Ang saat ini sama sekali tidak kedengaran suara sahutan.

Tujuh delapan kali Si Soat Ang berteriak namun tidak kedengaran suara jawaban hal ini makin menggusarkan gadis tersebut, segera teriaknya keras2.

"Tonghong Tongcu?"

Tonghong Loei berada disisinya, walaupun ia tahu gadis itu tidak mungkin bisa mengapa-apakan dirinya, namun teriakan yang begitu keras cukup membuat hatinya terperanjat.

"Hamba berada disini!" segera sahutnya. "Benarkah apa yang kukatakan barusan?" "Perkataan dari Hu Bengcu sangat tepat sekali."

"Setelah malam menjelang tiba nanti kita mulai bekerja,

aku dengan kau serta membawa delapan orang yang berkepandaian paling tinggi diam2 menyusup kedalam lembah Coei Hong Kok, asalkan kita berhasil menyerbu ke dalam lembah berarti usaha kita akan sukses."

"Hu Bengcu." kata Tonghong Loei setelah berpikir sebentar "Di tinjau dari keadaan tadi aku ..aku rasa tidak gampang bagi kita untuk menyusup kedalam lembah Coei Hong Kok .."

"Apa yang kita takuti ?" tegur Si Soat Ang kurang senang.

"Aku takut kita bisa menemui kegagalan total !"

"Omong kosong, bayangkan saja kuil Siauw lim Sie yang begitu tersohor dikolong langit, bukankah semua anggota partainya memunahkan sendiri ilmu silatnya ? kalau Perserikatan Boe-Tek-Beng kita tak dapat melawan partai Go-bie, bukankah kejadian ini patut dibikin sebagai suatu lelucon ? sudah tidak usah banyak bicara lagi, cepat pilih jago lihay dan mulai mempersiapkan diri !"

Setelah gadis itu ambil keputusan Tonghong Loei tentu saja tak berani banyak bicara lagi terpaksa ia mengiakan.

Si Soat Ang tertawa dingin sambil bergendong tangan per-lahan2 ia berjalan keluar dari lembah tersebut.

Gadis ini mendekati kembali lembah Coei-Hong-Kok dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, ketika menyaksikan tumpukan batu diatas tebing ia menghela napas panjang, ia sadar apa yang diucapkan Tonghong Loei tadi sebenarnya sama sekali tidak salah, meskipun ia dibantu sembilan orang jago lihay belum tentu bisa berhasil menyusup kedalam lembah musuh...

Lama sekali gadis itu memeriksa keadaan lembah Coei Hong Kok, akhirnya ia kembali ke tengah lembah, disana Tonghong Loei telah mempersiapkan delapan orang jago untuk menantikan perintah selanjutnya.

Malam telah menjelang tiba...namun sayang sekali malam itu bulan muncul dengan terang nya membuat suasana jadi cerah.

Dalam keadaan secerah ini hendak menyusup kedalam lembah, Si Soat Ang tahu keadaan pasti tidak menguntungkan bagi dirinya maka ia berjalan mondar mandir disekitar sana sambil memikirkan cara yang bagus untuk memecahkan kesulitan tadi.

Ditengah kesunyian yang mencekam itulah mendadak muncul dua orang kehadapan Si Soat Ang seraya berseru. "Lapor Hu Bengcu, di luar lembah ada seseorang ingin menghadap."

"Siapakah orang itu ?" tanya Si Soat Ang sambil tertegun.

"la menyebut namanya she Liem bernama Hauw Seng"

Kata "Liem Hauw Seng" segera mendatangkan perasaan tidak enak dalam hati gadis itu, pelbagai peristiwa yang terjadi dalam benteng Thian-It-Poo tempo dulu kembali terlintas dalam benaknya.

Si Soat Ang tertegun beberapa saat lamanya "darimana Liem Hauw Seng bisa muncul ditempat ini ?" ia segera berseru.

"Silahkan dia masuk kedalam."

Dua orang itu mengiakan dan segera berlalu tidak selang beberapa saat kemudian muncullah Liem Hauw Seng dibawah sinar rembulan yang cerah.

Ketika itu sianak muda tersebut memakai jubah panjang langkahnya mantap wajahnya memancarkan sinar gagah, sekilas pandang dapat diketahui bahwa ilmu silatnya telah mencapai tingkat sempurna.

Diam2 Si Soat Ang tertawa dingin, menanti Liem Hauw Seng sudah dihadapannya ia baru menegur.

"Kau datang darimana ?"

"Aku datang dari lembah Coei-Hong Kok !" sahut Liem Hauw Seng sambil tertawa.

Jawaban dari Liem Hauw Seng itu begitu di utarakan suasana dalam lembah itu semakin sunyi.

Be-ratus2   orang jago Bu-lim   melakukan perjalanan selaksa li datang kesitu  bukan lain adalah hendak menghadapi partai Go-bie yang berpusat di lembah Coei- Hong Kek dan sekarang berada di hadapan orang banyak Liem Hauw Seng mengakui datang dari lembah tersebut, keberaniannya benar2 mengejutkan orang.

Untuk beberapa saat lamanya sinar mata semua jago sama2 ditujukan kearahnya, namun sianak muda itu masih tetap tenang lalu berseru.

"Ooouw. ! kiranya kau sudah jadi anak murid dari perguruan Gobie?"

"Bukan. . bukan kau sudah salah besar." sahut Liem Hauw Seng gelengkan kepalanya berulang kali. "Sudah sangat lama aku tiba dilembah Coei Hong Kok, sejak aku tahu Giok Jien telah jadi murid Si Thay Sianseng, akupun berangkat kemari, tetapi aku bukan anak murid dari perguruan Go-bie!"

Mengungkap tentang Giok Jien, timbul perasaan yang kurang sedap dalam hati Si Soat Ang, ia segera tertawa dingin.

"Kalau begitu kau pasti sudah bertemu dengan dirinya bukan?"

"Benar sekarang ia jadi anak murid Si Thay sianseng, ilmu silatnya mengalami kemajuan pesat, sekarang ia sudah bukan Giok Jien yang dahulu lagi"

Mendengar Liem Hauw Seng memuji2 kekasihnya, Si Soat Ang semakin tidak senang hati, air mukanya kontan cemberut.

"Tidak usah banyak bicara lagi, kedatanganmu pada malam ini untuk menjumpai diriku-tentu bukan disebabkan hanya ingin mengucapkan beberapa patah kata itu bukan !"

"Piauw-moay .." Seruan ini seketika memancing kasak-kusuk dari para jago, mereka-agaknya mulai membicarakan soal anak muda itu, sebab kecuali Tong hong Loei siapapun tidak tahu apabila Liem Hauw Seng sebenarnya adalah engkoh misan dari Si Soat Ang.

Liem Hauw Seng merandek sejenak, kemudian ujarnya kembali.

"Perserikatan Boe-Tek-Beng ini sebenarnya adalah suatu usaha Tonghong Pacu yang ber-angan2 hendak menguasahi kolong langit Piauw-moay, apa gunanya kaupun ikut terjunkan diri kedalam air keruh ini ? menurut penglihatanku lebih baik cepatlah mengundurkan diri daripada tertimpa hal2 yang tidak diinginkan !"

"Hal yang tidak dinginkan apa saja menurut pendapatmu

? coba katakanlah !" jengek Si Soat Ang dingin.

"Piauw-moay, penjagaan sekitar lembah Coei Hong Kok amat ketat tidak kau bisa menerjang masuk, kalau kau gagal menerjang lembah Coei Hong Kok maka seluruh umat Bulim akan mengetahui kejadian ini dan semua orang akan beranggapan bahwa perserikatan Boe Tek Beng sebenarnya bukan sungguh tanpa tandingan, apalagi diantara orang kuat siapa berani menyatakan bahwa ilmu silat sendiri adalah paling lihay dan tanpa tandingan dikolong langit?"

Walaupun apa yang diucapkan Liem Hauw Seng termasuk baik, namun membuat Si Soat Ang makin mendengar semakin gusar, sehingga akhirrya ia membentak keras.

"Sebenarnya aku memang tak punya akal untuk menghancurkan lembah Coei Hong Kok, tapi sekarang aku sudah temukan cara yang bagus untuk melaksanakan niatku itu!" "Apa caramu itu.!" tanya Liem Hauw Seng dengan airmuka sama sekali tidak berubah.

Tiba2 Si Soat Ang ayun tangannya seraya membentak.

Bentakan dari gadis itu amat keras laksana guntur membelah bumi disiang hari bolong, seketika itu juga ada tujuh delapan orang muncul dari sisinya dan segera mengurung Liem Hauw Seng rapat2.

"Aku sendirilah yang hantar kematianmu." jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin, "Akan kutawan dirimu lalu menerjang kedalam lembah Coei-Hong-Kok dan menaiki dinding tebing itu, meskipun ada batu yang bergelindingan dari atas namun kaupun akan mati bersama, akan kulihat apakah Giok Jien tega melihat kematianmu yang mengenaskan itu."

"Piauw-moay (adik misan) aku mengira setelah ilmu silatmu mengalami kemajuan pesat maka sedikit banyak kau akan berubah dari sikapnya yang dahulu." ujar Liem Hauw Seng sambil menghela napas panjang. "Siapa sangka kau masih tetap seperti sedia kala, hatimu tetap adem bagaikan salju ditengah musim dingin, niatmu untuk mencelakai aku, mencelakai Giok Jien sama sekali tidak berkurang."

"Rasanya aku memang demikian, kau harus menyesal karena telah datang menjumpai diriku !"

Liem Hauw Seng tidak bicara lagi tampak ia putar badan sambil lalu berkata.

"Kalau memang kita tidak cocok dalam pembicaraan akupun tidak akan bicara lebih lanjut, hanya saja paman pernah melepaskan budi kepadaku maka aku harus temui dirimu sekali lagi !"

Sembari berkata ia berlalu dari situ. Menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang segera tertawa terbahak.

"Kalau kau anggap dirimu bisa datang dengan gampang, lantas berlalu dengan gampang pula, maka tindakanmu telah pandang enteng aku orang, eeeei bocah - mengapa kalian tidak mulai turun tangan?"

Tujuh delapan orang telah mengurung Liem Hauw Seng sejak tadi, apalagi ketika pemuda itu bergeser dari tempat semula, tiga orang yang berdiri dihadapannya sudah siap sedia turun tangan, cuma sebelum mendapat perintah dari dara itu mereka tak berani berkutik.

Sekarang Si Soat Ang telah membentak, dua orang segera ayunkan telapak tangannya mencengkeram bahu Liem Hauw Seng.

Gerakan tangan kedua orang itu cepat bagaikan kilat namun Liem Hauw Seng tetap berdiri tegak seolah2 tak pernah terjadi sesuatu kejadianpun.

Tampaklah serangan kedua orang itu segera akan berhasil mencengkeram sepasang bahunya, mendadak si anak muda itu miringkan sedikit badannya kesamping, serangan kedua orang itu seketika mengenai sasaran kosong.

Ketika sepasang tangan Liem Hauw Seng diayun dengan kecepatan yang luar biasa hingga sukar dilukiskan dengan kata2 ia balas mencengkeram pergelangan tangga kedua orang itu.

Dua orang jago yang sedang menyerang ke depan itu hanya merasakan tiba2 pergelangannya jadi kencang dan mereka sudah terjatuh ketangan Liem Hauw Seng, bagaimanakah si-anak muda itu turun tangan tak seorang pun yang berhasil melihat jelas. Setelah berhasil menaklukkan kedua orang itu Liem Hauw Seng tersenyum ujarnya.

"Aku tidak pernah mengikat tali permusuhan dengan kalian, apa sebabnya serangan yang kalian berdua lepaskan begitu keji?"

Sembari berkata sepasang lengannya diayun perlahan kedepan terdengar dua orang lelaki kekar itu menjerit kaget, tubuh mereka terhuyung mundur ke belakang dan jatuh terjengkang keatas tanah kurang lebih dua tombak dari semula.

Dalam sekali gebrakan Liem Hauw Seng berhasil merobohkan dua orang jago tanpa keluarkan tenaga banyak, kejadian ini besar menggemparkan seluruh kalangan, namun bukannya keder, para jago yang mengurung disekeliling kalangan jadi berteriak gusar, jumlah orang yang mengurung sianak muda itupun semakin bertambah banyak.

Terhadap datangnya kepungan Liem Hauw Seng tidak ambil gubris, setelah melemparkan tubuh kedua orang itu ke belakang ia lantas maju selangkah kedepan, namun dengan cepat ia berhenti kembali sebab tujuh delapan belas orang jago telah menghadang jalan perginya.

Tonghong Loei enjotkan badan berkelebat melewati atas kepala para jago dan melayang ke hadapan Liem Hauw Seng, tegurnya sambil tertawa.

"Anda bersiap sedia hendak berbuat apa ? ingin menerjang keluar dengan kekerasan ?"

"Aku khusus datang kemari untuk menasehati Piauw- moay ku, kalau memang ia tak suka mendengarkan tentu saja aku harus berlalu" jawab sianak muda itu tenang, sikapnya se-olah2 tidak pandang sebelah matapun terhadap kepungan para jago.

Perkataan ini menggelikan Tonghong Loei tak terasa ia tertawa.

"Anda hendak berlalu dengan cara apa ?" ia menegur kembali.

"Aai.. ! aku tidak ingin bergebrak melawan kalian, tetapi apabila harus bergebrak, akupun punya cara untuk menghadapinya."

Baru saja ucapan itu meluncur keluar, mendadak pergelangannya berputar, lima jari bagaikan jepitan baja menyambar kemuka langsung mengancam dada Tonghong Loei.

Serangan ini datangnya secara mendadak dan lihaynya luar biasa.

Tonghong Loei tidak menyangka sianak muda ini dapat melancarkan serangan secara tiba2, ia masih berbicara buru2 tubuhnya menyusut kebelakang dan mengundurkan diri.

Memang tepat Tonghong Loei menghindar dari serangannya namun dengan adanya peristiwa ini maka beberapa orang yang berdiri dibelakangnya jadi sial.

Semua orang tidak menyangka Liem Hauw Seng bakal melancarkan serangan termasuk juga Tonghong Loei sendiri, namun secara tiba2 sianak muda itu menyerang membuat orang yang diserang mundur kebelakang tentu saja atas perubahan ini beberapa orang yang berdiri dibelakangnya jadi gelagapan dan tempat menghindar lagi. Plak ! diiringi suara bentrokan nyaring tiga orang lelaki yang ada dibelakang punggung Tonghong Loei kena keterjang hingga mencelat

Meskipun ilmu silat yang dimiliki tiga manusia itu tidak lemah, namun mereka bukan tandingan Tonghong Loei diiringi jeritan ngeri ketiga orang itu tubuh mereka bagaikan layang2 putus benang mencelat kebelakang dan muntah darah segar.

Suasana disekeliling kalangan jadi gempar bersamaan dengan mundurnya Tonghong Loei, beberapa puluh macam senjata segera menyambar kearah Liem Hauw Seng.

Si Soat Angpun tertawa dingin, ia mengejek kearah sianak muda itu, dalam keadaan seperti inipun sianak muda itu masih ingin bergebrak melawan para jago.

Sebenarnya dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang ia masih jauh diatas kepandaian Liem Hauw Seng, asal gadis itu turun tangan maka sianak muda itu pasti roboh keatas tanah, namun Si Soat Ang masih ingin menjaga gengsi, ia tidak ingin ikut seru menyerang Piauw-Ko (Kakak misan) nya berbarengan dengan para jago.

Beberapa orang itu mengikuti teriakan Loei Sam menyerang kearah Liem Hauw Seng, hampir boleh dikata semua serangan datang dari belakang punggung sianak muda itu.

Namun Liem Hauw Seng sama sekali tidak gentar, telapak kirinya berputar "Wees ..!" ia kirim sebuah pukulan yang memaksa Tonghong Loei mundur kembali selangkah ke belakang.

Bersamaan itu pula telapak kanannya berputar satu lingkaran kebelakang, lima jarinya mencengkeram sebatang Poan-koan-pit yang kebetulan pada saat itu menyerang tubuhnya lalu dibetot sekuat tenaga.

Orang yang bersenjatakan Poan-koan pit itu adalah seorang lelaki kekar berwajah segitiga, karena dibetot tubuhnya segera terhuyung kedepan.

Dengan terhuyungnya tubuh orang itu kemuka, keadaan pun berubah, sekarang orang itulah yang menggantikan kedudukan Liem Hauw Seng untuk menyambut datangnya serangan bokongan.

Kejadian ini membuat tiga orang rekannya jadi terperanjat, dua orang diantaranya segera berteriak keras dan tarik kembali serangannya sedang orang ketiga berhubung melancarkan pedangnya terlalu cepat maka sulit baginya untuk menghadapi perubahan diluar dugaan ini, ia tak sanggup menahan kembali serangannya ujung pedang itupun segera menembusi punggung rekan sendiri.

Sejak permulaan hingga detik itu Liem Hauw Seng sama sekali tidak berpaling barang sekejappun, tapi agaknya ia tahu apa yang telah menimpa diri lelaki bersenjatakan Poan Koan Pit itu ketika orang itu tertusuk pedang rekan sendiri, ia segera tertawa dingin dan menjengek.

"Membokong orang dari belakang punggung itulah akibat yang harus diterima!"

Sembari berseru lengannya dipentangkan ke samping dengan menggunakan senjata Poan Koan Pit rampasan ia tangkis empat lima buah senjata tajam yang mengancam datang setelah itu dengan langkah lebar maju kedepan.

"Criiit !" ujung Poan Koan Pit itu seketika menusuk kearah dada Tonghong Loei.

Agaknya Tonghong Loei sama sekali tidak menduga kalau Liem Hauw Seng memiliki ilmu silat yang amat lihay, tadi ia kena terdesak sebab serangan datang terlalu mendadak, kali ini ia sudah dibikin persiapan maka ketika menyaksikan serangan sianak muda itu meluncur datang dengan sigap ia menyambut serangan itu!

Pedangnya diputar dan segera berkelebat ke depan menyambut datangnya ancaman, dalam sekejap mata itulah terdengar suara bentrokan nyaring menggema diangkasa ujung pedang serta Poan Koan Pit itu telah saling terbentrok satu dengan lainnya.

Liem Hauw Seng dorong tangannya ke-arah pedang ditangan Tonghong Loei segera menekuk, kemudian diiringi bentakan nyaring bukan saja tidak ditarik sebaliknya malah mendorong pedangnya lebih kedepan.

Berada dalam keadaan seperti ini, seandainya pedang ditangan Tonghong Loei adalah sebilah pedang biasa, niscaya telah putus jadi beberapa potong.

Namun pedang yang berada dalam genggaman Tonghong Loei meski tidak setajam pedang Si Soat Ang namun itupun sebilah pedang mustika, kena didorong kedepan pedang tadi segera berubah jadi bentuk separuh lingkaran busur. Dengan demikian pertarungan antara kedua orang itupun dari bertanding jurus silat telah berubah jadi adu tenaga dalam.

Menjumpai peristiwa ini para jago lainnya tidak berani turun tangan lagi, sebab saat ini antara Liem Hauw Seng dengan Tonghong Loei sedang melangsungkan adu tenaga dalam, seandainya ada keadaan seperti ini, ada orang yang menyerang Liem Hauw Seng maka hal ini berarti orang itu sudah pandang rendah diri Tonghong Loei.

OOOdwOOO BAB 26

TERDENGAR Liem Hauw Seng bersuit nyaring, suaranya lantang dan nyaring bahkan panjang tiada berkeputusan begitu nyaring suara suitan tadi sampai menggema ke tempat kejauhan.

"Tonghong Loei, tenaga dalammu betul2 luar biasa !" pujinya.

Pada saat itu perhatian semua orang sedang dicurahkan ke tengah kalangan dimana sedang terjadi duel tenaga dalam yang sengit, mereka menduga dalam bentrokan ini pasti akan berlangsung suasana yang tegang, maka siapapun tidak menaruh perhatian bahwasanya bersamaan dengan menggemanya suara suitan tadi dari tengah udara telah melayang datang dua ekor burung elang yang amat besar.

"Terima kasih atas pujianmu." sahut Tong hong Loei sambil tertawa dingin.

Sembari berseru tenaga lweekangnya disalurkan ke-arah telapak semakin dahsyat lagi, ia berusaha merobohkan pihak lawan dalam duel tersebut.

Mendadak pada saat itulah Liem Hauw Seng enjot badan kemudian meloncat ketengah udara.

Tindakan si anak muda itu benar2 jauh diluar dugaan semua orang, mereka jadi tercengang, sementara Tonghong Loei yang tak sanggup menarik kembali hawa lweekangnya secara tiba2, membuat pedang yang semula melengkung segera lurus kembali diiringi desiran angin tajam menyapu lewat.

Cukup tenaga pantulan dari pedang itu sudah luar biasa sekali apalagi ditambah memancarnya hawa lweekang Tonghong Loei yang maha dahsyat, dalam sekejap mata tubuh Liem Hauw Seng telah mencelat ketengah udara, jauh lebih tinggi dari kemampuannya, berada ditengah udara ia berjumpalitan sebanyak beberapa kali dan meluncur kembali lima enam tombak ketengah udara.

Sembari meluncur keatas Liem Hauw Seng bersuit nyaring tiada hentinya, ketika itulah semua orang dapat menemukan adanya dua ekor elang raksasa sedang terbang menuju kearah sianak muda itu.

Kehadiran dua ekor elang tadi tepat pada saatnya, ketika burung itu meluncur kebawah tubuh Liem Hauw Seng pun sedang melayang keatas, mereka bertemu ditengah udara, ambil kesempatan itulah tangan sianak muda itu segera menyambar kaki elang tadi.

Dalam pada itu tubuh Liem Hauw Seng berada kurang lebih lima enam tombak dari permukaan tanah, setelah ia berhasil menyambar kaki burung elang tadi, kedua ekor elang itu pun segera pentang sayap terbang keangkasa.

Ratusan orang jago yang ada dilembah bukit tersebut sama2 berteriak setelah menjumpai peristiwa yang belum penuh dijumpai itu.

"Cepat lepaskan senjata rahasia !" Bentak Si Soat Ang sambil berteriak aneh.

Dalam sekejap mata puluhan macam jenis senjata rahasia sama2 meluncur keangkasa.

Tapi pada saat itu dua ekor burung elang tadi sudah berada puluhan tombak ditengah udara, senjata rahasia siapa yang bisa mencapai tempat ketinggian itu ?

Makin lama kedua ekor burung elang itu terbang makin keatas, dalam sekejap mata sianak muda itu sudah terbang keluar dari lembah dan lenyap dari pandangan. Jumlah jago lihay yang hadir dilembah bukit tersebut tidak sedikit jumlahnya, bukan saja mereka tak bisa berbuat apa2, sekalipun Si Soat Ang yang memiliki kepandaian silat paling lihaypun tak dapat berkutik.

Gadis ini jadi amat gusar, ia mendongkol dan mangkel terhadap tindakan Liem Hauw Seng, bukan saja usahanya berhasil melukai beberapa orang anak buahnya, bahkan ia pun bisa berlalu tanpa seorangpun berhasil merintangi kemauannya itu.

Air muka Si Soat Ang berubah sengit hebat, sedang para jagopun mulai berbisik2 membicarakan peristiwa yang baru saja berlangsung, namun ketika mereka saksikan air muka wakil Bengcu mereka berubah hebat suasanapun seketika berubah jadi tenang kembali.

Si Soat Ang tertawa paksa lalu serunya "Tonghong Tongcu, cara dari orang she Liem itu bagus sekali !"

Ucapan ini jelas sekali artinya, ia hendak meniru Liem Hauw Seng dengan menggunakan elang raksasa sebagai kendaraan mengangkut untuk membawa para jago masuk kelembah Coei Hong-Kok, meskipun Tonghong Loei tahu bahwa tindakan ini tak mungkin mereka lakukan namun saat ini ia tak berani bicara.

Si Soat Ang sendiripun sadar bahwa ia tak mungkin dilakukan sebab mereka tidak memiliki burung elang yang dapat didikan akan hal tersebut, oleh sebab itu tanpa menantikan jawaban Tonghong Loei, ia segera putar badan dan berjalan masuk kedalam tenda, seorang diri ia duduk terpekur sambil putar otak mencari jalan keluar.

Para jago yang ada didalam lembah itu tak berani bersuara, mereka pada duduk atau berbaring, suasana tetap diliputi kesunyian. Setelah berpikir beberapa saat lamanya, Si Soat Ang muncul kembali dari tendanya ia memerintahkan.

"Padamkan semua api yang ada disekitar tenda, kalian semua pergilah istirahat."

Begitu perintah diturunkan, dalam sekejap mata semua api dalam lembah telah padam, dibawah sorotan sang rembulan, suasana dalam lembah itu kelihatan jauh lebih sunyi.

Menanti perintahnya telah dilaksanakan Si Soat Ang baru enjotkan badan melayang ke luar dari mulut lembah.

Banyak jago yang menyaksikan tindakannya, namun siapapun tak ada yang berani bersuara mereka biarkan gadis itu berlalu seorang diri.

Demikianlah, tidak selang beberapa saat keluar dari lembah gunung. sampailah Si Soat Ang di bawah sebuah pohon diluar lembah Coei Hong Kok.

Setelah bersembunyi dibelakang pohon, ia perhatikan suasana sekeliling tempat itu, ia temukan diatas tebing yang curam serta menjulang keangkasa itu diliputi keheningan, sedikit suarapun tidak kedengaran per-lahan2 gadis itu mulai merangkak kedepan.

Menanti ia berada tiga tombak dari mulut lembah, Si Soat Ang baru berhenti merangkak, ia cabut sebatang pohon lalu dengan sekuat tenaga di lempar kedalam lembah.

Tenaga dalamnya amat sempurna, diiringi desiran angin tajam pohon tersebut segera melayang kearah batu cadas yang berserakan dimulut lembah, sepintas lalu meluncurlah batang pohon tadi seakan2 ada beberapa orang yang bersama melayang kedepan. Menurut perhitungan Si Soat Ang, asal diatas tebing ada anak murid partai Gobie melakukan, maka batang pohon yang disambit kearah dalam lembah pasti akan dikira musuh2 yang berusaha menyusup kedalam lembah Coei- Hong Kok, mereka pasti akan melepaskan batu cadas untuk membunuh orang tadi.

Asal peristiwa ini diulangi beberapa kali, maka tidak selang beberapa bulan persediaan batu diatas tebing pasti akan habis dan pada saat itulah tidak sulit bagi pasukan induknya untuk menyerbu kedalam lembah.

Perhitungan Si Soat Ang memang sangat cermat namun suatu peristiwa diluar dugaan telah terjadi didepan mata, batang pohon yang diluncurkan kedalam lembah itu sama sekali tidak menimbulkan reaksi apapun, suasana di atas tebing tetap tenang dan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun jua.

Si Soat Ang tertegun, pikirnya.

"Apa sebabnya tiada reaksi ? apakah ditengah malam buta penjagaan oleh pihak partai Go-bie rada mengendor ?"

Gadis she Si ini adalah seorang gadis cerdas, dalam hati ia sadar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, pihak partai Gobie tidak akan mengendorkan penjagaan lembahnya apa lagi sebagai jagoan kangouw, namun ia tak kuat menahan pancingannya ini, maka setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya ia segera berkelebat kedalam.

Beberapa tombak telah dilalui, tubuhnya yang menempel diatas dinding tebing sama sekali tak peroleh gangguan, suasana diatas tebing sana tenang2 seperti sedia kala, tiada batu yang digelindingkan kebawah.

Si Soat Ang merasa jantungnya berdebar keras segera pikirnya. "Dalam partai Gobie pay, kecuali Si Thay sianseng seorang, rasanya tak ada jago lihay lainnya, kalau aku menerobos masuk seorang diri, meski rada menempuh bahaya tapi itupun tidak terlalu bahaya bagi keselamatanku asal Si Thay sianseng berhasil dikalahkan, urusan segera akan selesai..."

Ia merasa tubuhnya sudah berada sangat dekat dengan mulut lembah, namun dari atas tebing belum kelihatan juga adanya suatu gerakan, ia merasa meskipun sewaktu meloncat ke atas nanti jejaknya konangan, maka dikala batu cadas belum digelindingkan mungkin ia sudah berhasil memasuki lembah Coei Hong Kok.

Berpikir sampai disitu, Si Soat Ang merasa amat girang sekali tanpa berpikir panjang lagi mengempos tenaga dan melayang naik keatas bukit.

Ia takut ketika berada ditengah udara, dari atas tebing bakal muncul hujan batu, maka ketika tubuhnya masih ada ditengah udara ia mengempos tenaga lagi dan berjumpalitan keatas.

Mengikuti jumpalitan tadi bagaikan seekor burung elang, ia meluncur lima tombak lebih keatas, diiringi desiran angin tajam tubuhnya tiba2 sudah melayang turun di atas tebing.

Sekali lagi ujung kakinya menjejak permukaan tanah, badannya meluncur tiga tombak ke balik tumpukan batu cadas dan langsung menyerbu ke dalam lembah Coei-Hong- Kok.

Setelah melewati sebuah selat sempit sampailah gadis itu didalam sebuah lembah yang luas, disisi lembah mengalir sebuah selokan yang mengelilingi limbah tadi dan menghubungkan tempat itu dengan sebuah air terjun. Dihadapannya menjulang tinggi bukit terjal diantara pepohonan yang rindang berderet bangunan rumah yang megah dan kokoh.

Waktu itu suasana dalam lembah sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, begitu hening suasana se olah2 dalam lembah itu tak ada seorang manusiapun..

Ketika menginjakkan kakinya untuk pertama kali diatas puncak bukit tadi, Si Soat Ang merasa girang sebab orang2 partai Go-bie sama sekali tidak menemukan jejaknya.

Tapi sekarang setelah masuk kedalam lembah Coei Hong Kok dan sama sekali tidak tampak manusia yang berjaga, sebagai gadis cerdik ia tahu keadaan tentu tidak beres.

Sebab dalam situasi yang amat kritis dan tegang di bawah ancaman serbuan musuh tangguh, tidak mungkin pihak partai Gobie tidak melakukan perondaan serta penjagaan, ketika itulah Si Soat Ang merasa hatinya bergidik.

Mendadak dari belakang tubuh gadis itu berkumandang suara dari Liem Hauw Seng.

"Piauwmoay, sudah lama kita nantikan kehadiranmu, ternyata kau datang juga, tahukah kau bahwa Giok Jien sangat kenal dengan tabiatmu?!"

Dengan cepat Si Soat Ang putar kepala, terlihatlah Liem Hauw Seng telah berdiri di belakang tubuhnya.

Si Soat Ang terperanjat, ia bukan kaget sebab menjumpai sepasang muda mudi itu berada dalam lembah Coei Hong Kok,melainkan kaget akan kemunculan kedua orang itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun, hal ini menunjukkan kalau kepandaian silat yang mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan. Gadis itu tertegun dan untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengutarakan sepatah katapun.

"Siocia !" sapa Giok Jien sambil tertawa.

"Hmm ! bagus sekali, kiranya kalian berdua berada disini, dimanakah Si Thay sianseng ?"

"Aku berada di sini !" mendadak seseorang menyahut dari belakang tubuhnya.

Jawaban ini semakin mengejutkan Si Soat Ang, dengan cepat ia putar badan, tampaklah Si Thay sianseng telah berdiri angker di belakang tubuhnya.

Dengan kehadiran ketiga orang itu maka dara asal benteng Thian-It Poo ini pun segera terkurung dalam posisi segi tiga.

Secara lapat2 Si Soat Ang merasa keadaan tidak menguntungkan pihaknya, tapi ia percaya dan yakin dengan kemampuan ilmu silat yang dimilikinya saat ini, ia segera tertawa dingin dan menjengek.

"Si Thay sianseng kau anggap penjagaan dalam lembah Coei-Hong-kokmu ketat ? kau anggap tak ada seorang manusiapun berhasil menyusup kemari ? bukankah sekarang aku sudah berada disini ?"

Paras muka Si Thay sianseng diliputi keseriusan, ia tidak gusar juga tidak tertawa. dengan sinar mata tajam kakek tua itu menatap sang dara beberapa saat kemudian sahutnya.

"Justru kami inginkan kehadiranmu seorang diri, kau telah masuk perangkap kami !"

Ucapan ini mengejutkan Si Soat Ang namun menggusarkan pula hatinya, jelas pihak partai Go-bie sengaja mengendorkan penjagaannya untuk memancing kehadirannya di atas bukit ini orang diri. Kontan ia tertawa dingin tiada hentinya.

"Hmm ! jangan keburu girang, siapakah yang masuk perangkap masih terlalu pagi untuk dikatakan, Si Thay sianseng kau hendak melawan aku seorang diri ataukah bertiga ?"

Sementara dalam hati gadis itu berpikir.

”Akan kupanasi hatinya agar ia terima tantanganku untuk berduel satu lawan satu, dengan adanya kejadian ini maka posisi ku lebih menguntungkan."

Siapa sangka jawaban dari Si Thay sianseng jauh diluar dugaannya, terdengar ia berkata.

"Setelah kau datang masuk perangkap, tentu saja kami tidak akan berduel satu lawan satu dengan diri mu!"

Si Soat Ang naik pitam, sepasang telapaknya segera disilangkan didepan dada dan membentak.

"Baik, majulah kalian semua, aku tidak akan gentar menghadapi kalian! ayoh kalau tak mati, sekalian panggil seluruh anak muridmu"

Begitu selesai berseru, sepasang telapaknya memisah dan "Sreeet! Sreet!" dua gulung angin pukulan meluncur kedepan langsung mengancam Liem Hauw Seng serta Giok Jien.

Apabila berduel satu lawan satu tentu saja Si Soat Ang akan mencari Si Thay sianseng tapi kalau satu lawan tiga, maka ia hendak merobohkan dahulu Liem Hauw Seng serta Giok Jien kemudian baru pusatkan kekuatannya untuk melawan Si Thay sianseng.

Dalam serangannya barusan Si Soat Ang te lah menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan bagian, ia menduga dengan kekuatannya Liem Hauw Seng, Giok Jien berhasil dikalahkan, sedangkan Si Thay sianseng tentu akan menyerang datang, ambil kesempatan dikala sepasang lengannya terpentang lebar.

Untuk menghadapi serangan tersebut, gadis itu sudah bikin persiapan, setelah menyelesaikan sepasang muda- mudi itu, ia akan mencabut pedang pendeknya untuk membabat tubuh Si Thay sianseng.

Siapa sangka kejadian yang demikian berlangsung sama sekali berada diluar dugaannya serangan dahsyat yang dilancarkan untuk mendesak Liem Hauw Seng serta Giok Jien sama sekali tidak berhasil mendesak mundur mereka berdua, bukan begitu saja bahkan mereka berdua malah maju selangkah kedepan dan menyambut datangnya serangan.

Meskipun kejadian diluar dugaan, namun sebagai seorang jago berkepandaian tinggi, walaupun menghadapi perubahan, ia tidak gugup, hawa murninya segera dilipat gandakan.

"Plak...!" empat buah telapak saling bentrok satu sama lainnya menimbulkan suatu ledakan dahsyat.

Dalam bentrokan ini Si Soat Ang telah menggunakan tenaganya mencapai sembilan bagian, ia yakin dalam bentrokan ini kedua orang muda mudi itu tentu akan mencelat dan menderita luka parah.

Namun apa yang terjadi kemudian tidak seperti apa yang diduga semula, ketika masing2 telapak saling bertemu, maka dari balik telapak Liem Hauw Seng serta Giok Jien segera mengalir keluar tenaga dalam yang tidak kalah hebatnya untuk membendung serangan tersebut.

Seketika itu juga tubuh mereka bertiga tertegun dan sama2 berdiri kaku. Si Soat Ang merasa amat terperanjat sekali sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, dari bentrokan barusan ia menarik kesimpulan bahwa kepandaian yang dimilikinya saat ini, hanya berimbang dengan kekuatan kedua orang itu, meskipun akhirnya pihaknya yang menang namun harus membutuhkan waktu yang agak lama, apalagi di sana masih ada Si Thay sianseng.

Belum hilang suatu ingatan dalam benak dara tersebut, Si Thay sianseng telah mendesak ke depan, ujung bajunya segera dikebaskan mengancam tubuhnya.

Si Soat Ang sangat terperanjat ia bersuit nyaring kakinya menjejak tanah dan segera melejit ketengah udara.

"Brak . . . !" karena loncatan ini, angin pukulan Si Thay sianseng yang amat dahsyatpun kehilangan sasaran dan segera menghajar diatas sebuah batu cadas hingga mengakibatkan ledakan dahsyat dan hancurnya batu itu jadi ber-keping2.

Meminjam tenaga pantulan itulah tubuh Si Thay sianseng yang semula menjorok kedepan, akibat kelitan Si Soat Ang tadi berhasil ditahan sementara gadis itupun dengan enteng telah melayang turun keatas tanah.

Dalam pada itu, meski didalam lembah cuma ada mereka empat orang yang sedang bergebrak, namun dalam kenyataan baik diatas tebing, dibalik batu ataupun diatas pohon penuh bersembunyi anak murid partai Go-bie, jumlah mereka tidak kurang dua tiga ratus orang.

Sebenarnya orang2 itu dilarang Si Thay sianseng untuk mengeluarkan suara, namun setelah menyaksikan kehebatan pertarungan yang berlangsung antara keempat orang itu, para anak murid partai Go-bie yang bersembunyi di sekeliling sana tak sanggup menahan kekaguman hatinya, mereka sama2 berseru tertahan. Meskipun suara tiap orang amat rendah namun apabila suara tiga ratus orang bergabung jadi satu maka suara tertahan itupun kedengaran amat keras dan mengejutkan.

Si Soat Ang punya pendengaran yang tajam ketika seruan tertahan itu berkumandang ke luar ia jadi amat terperanjat.

Sekarang sadarlah ia bahwa posisinya sangat berbahaya, bukan saja ilmu silat yang dimiliki Liem Hauw Seng serta Giok Jien amat hebat, Si Thay sianseng amat dahsyat bahkan di sekitar sanapun telah penuh dengan anak murid partai Gobie yang setiap saat bisa mengerubuti dirinya, sadarlah gadis ini bahwa ia sudah masuk perangkap.

Si Soat Ang sadar, untuk menolong dirinya lolos dari mara bahaya, pada dewasa ini hanya ada satu jalan saja, yaitu mengalahkan Si Thay sianseng, Liem Hauw Seng serta Giok Jien.

Berpikir sampai disitu Si Soat Ang menjerit aneh, sepasang lengannya direntangkan dan sekali lagi menubruk kearah Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini gerakannya jauh lebih ganas.

Tampak air muka sepasang muda mudi berubah, mendadak tubuh mereka hendak ke bawah, telapak tangan berputar dan bergeser keatas menyambut datangnya serangan, agaknya sekali lagi mereka akan menerima datangnya pukulan itu dengan keras lawan keras.

Menjumpai keadaan tersebut Si Soat Ang bersuit makin nyaring, segenap tenaga Iweekang yang dimilikinya segera disalurkan ke sepasang telapak.

"Plak ! Plaak !" telapak kirinya beradu dengan telapak Giok Jien sedangkan telapak kanannya beradu dengan Liem Hauw Seng, empat telapak saling bertemu menimbulkan ledakan yang menggetarkan seluruh permukaan bumi.

Dalam sekejap mata angin pukulan Si Soat Ang bagaikan gulungan ombak ditengah samudra menggulung keluar, keadaannya amat dahsyat dan luar biasa sekali.

Walaupun Liem Hauw Seng pernah menemukan kejadian aneh yang mengakibatkan ilmu silatnya mengalami kemajuan pesat dan meskipun Giok Jien memiliki ilmu silat dahsyat setelah menggembleng diri di atas lembah Coei-Hong-Kok namun kekuatan mereka masih bukan tandingan Si Soat Ang.

Ditengah bentrokan itu mendadak gadis asal benteng Thian-It-Poo ini merentangkan telapaknya kesamping kemudian terdengar Liem Hauw Seng serta Giok Jien berseru tertahan, mereka masing2 terdesak mundur satu langkah kebelakang.

Namun hanya sekejap saja sepasang mudi mudi itu terdesak, mereka segera maju kembali satu dari kiri yang lain dari kanan kembali menyapukan telapaknya keluar.

Kali ini hebat sekali hasil serangan mereka, tubuh Si Soat Ang kontan tergetar dan mundur satu langkah.

Ambil kesempatan ketika ia terdesak mundur bagaikan sambaran kilat cepatnya Si Thay sianseng telah menerobosi antara sepasang muda mudi itu dan langsung menyambar tubuh Si Soat Ang, sepasang telapak bergebrak serentak dan "Bluuk, bluuk..!" dua serangan bersarang telak diatas dada serta lambung gadis itu.

Ketika menerima serangan dari Liem Hauw Seng serta Giok Jien tadi tubuhnya sudah tergetar mundur, apalagi sekarang termakan oleh serangan Si Thay sianseng yang amat dahsyat, tidak ampun lagi darah segar bergolak keatas tenggorokan, hampir2 saja ia muntah darah segar.

Si Soat Ang amat terperanjat, buru2 tubuh nya meloncat mundur kebelakang dan mengatur pernapasan, ia berusaha keras untuk menekan darah segar yang bergolak dalam dadanya.

Bagi gadis asal Benteng Thian It Poo ini, meski ia sudah terkena oleh dua buah serangan, asal dengan cepat hawa murni bisa diatur dan darah yang bergolak bisa diatasi, tidak sulit baginya untuk mempertahankan diri.

Namun pada saat itu ia sama sekali tidak punya kesempatan untuk berbuat demikian.

Baru saja tubuhnya meloncat mundur dan siap mengatur pernapasan, Giok Jien serta Liem Hauw Seng satu dari kiri yang lain dari kanan telah menubruk datang, masing2 melancarkan sebuah serangan yang amat dahsyat.

Berada dalam keadaan seperti ini apabila Si Soat Ang tidak menggubris datangnya serangan dan mengutamakan atur pernapasan maka ia pasti akan termakan kembali oleh serangan musuh.

Tetapi apabila ia harus melawan serangan kedua orang itu, golakan darah dalam dadanya pasti sulit ditahan kembali, dalam sekejap mata Si Soat Ang merasa hatinya serba salah.

Namun keadaan yang kritis tidak memberi kesempatan baginya untuk berpikir panjang sebab serangan dari Liem Hauw Seng serta Giok Jien telah menyerang datang.

Si Soat Ang segera rentangkan sepasang telapaknya untuk menyambut datangnya serangan itu. ”Plaak ! Plak ! Plaak" sekali saling beradu tenaga dengan Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini kembali ia berhasil duduk diatas angin, sekali lagi tubuh muda mudi itu kena digetarkan mundur.

Namun dengan adanya kejadian ini maka sulit baginya untuk menekan golakan darah didalam dadanya, tidak ampun lagi darah segar naik keatas tenggorokan dan ia muntah darah.

Menyaksikan dirinya muntah darah Si Soat Ang terkejut, benci, malu bercampur gusar, pergolakan perasaan yang maha hebat ini membuat jantungnya ikut tergetar keras, tidak ampun lagi setelah muntah darah pertama kembali ia muntah darah.

Hawa gusar mulai menyelimuti seluruh benak Si Soat Ang, pedang pendek yang tersohor akan ketajamannya itu segera diloloskan.

Walaupun ia sudah muntah darah tiga kali namun setelah pergolakan dalam dadanya berhasil ditenangkan keangkerannya pulih kembali seperti sedia kala, cuma kali ini keadaannya jauh lebih mengerikan sebab mulutnya penuh berlepotan darah.

Hauw Seng, Giok jien serta Si Thay sianseng tak mau lepaskan korbannya begitu saja, mereka tetap berdiri pada posisi segitiga dan mengepung gadis itu rapat2.

Dibawah cahaya sinar rembulan pedang pendek ditangan Si Soat Ang memancarkan cahaya tajam, ditengah pantulan cahaya itu tercermin pula wajah gadis itu semakin pucat.

Setelah meloloskan pedangnya Si Soat Ang berdiri tak berkutik, Liem Hauw Seng, Giok Jien serta Si Thay siansengpun tetap bersikap tenang sambil nantikan perubahan untuk beberapa saat mereka berempat berdiri tak berkutik bagaikan patung2 arca.

Menggunakan kesempatan itulah Si Soat Ang mengatur pernapasannya untuk pulihkan kembali tenaganya.

Mendadak terdengar Liem Hauw Seng berkata.

"Piauw-moay, kau bukan tandingan kami, apakah kau belum mengerti juga?"

Seandainya mengikuti watak Si Soat Ang, sehabis mendengar ucapan itu ia pasti naik pitam, tapi gadis inipun merupakan seorang dara yang berotak cerdik, ia tahu sulit bagi dirinya untuk merebut kemenangan dari mereka bertiga bahkan apabila hawa amarahnya berkobar semakin memberi kesempatan bagi pihak lawan untuk rebut kemenangan.

Maka ia berusaha untuk menekan hawa gusarnya, sambil tertawa dingin ia menjengek.

"Hmm, karena aku kurang hati2 maka termakanlah bokonganmu, sekarang apakah kalian anggap kamu bisa mendapat keuntungan lagi."

Sembari berkata pedang pendek ditangan nya mulai digerakkan.

Walaupun hanya beberapa kebasan biasa namun cahaya tajam yang terpancar ke-luar dari tubuh pedang itu begitu dahsyat sehingga menyilaukan mata.

"Piauw-moay tadi kau sudah muntah darah tiga kali, hal ini menunjukkan bahwa kau telah terluka parah" ujar Liem Hauw Seng kembali, "Apabila kau nekad bergebrak lebih jauh maka hanya keadaan yang lebih runyam bakal kau terima, asalkan kau tidak sudi bekerja sama dengan Tonghong Pacu maka kau tetap adalah seorang jago lihay kelas satu dalam dunia persilatan, siapapun tetap akan menghormati dirimu, siapapun akan memuji dan kagum kepadamu, apa gunanya kau paksakan diri untuk melakukan pertempuran ditempat ini?"

Beberapa patah kata dari Liem Hauw Seng dalam2 menusuk hati sanubari gadis itu.

Si Soat Ang tertawa dingin.

"Asalkan aku berhasil menangkap kalian maka seluruh umat Bu-lim yang ada dikolong langit akan sama mendengarkan perintahku, bukankah keadaan tersebut jauh lebih baik lagi !" serunya.

"Aku rasa belum tentu, kau tidak lebih hanya wakil Bengcu dari perserikatan Tiada Tandingan, sedangkan Tonghong Pacu lah baru Bengcu yang sebenarnya?"

"Hmmm ! apa yang kau ketahui !".

Maksud Si Soat Ang dia dengan Tonghong Pacu adalah orang sendiri wakil atau bukan tiada artinya.

Namun dengan cepat Liem Hauw Seng menyambung. "Tentu saja aku tahu, kau anggap Tonghong Pek benar2

baik kepadamu ? Saat ini Tonghong Pek yang ada didalam

perkampungan Jiet-Gwat-Cung sedang bermesraan dengan perempuan cabul nomor wahid dari kolong langit Liuw Coei Wa, begitu mesrah hubungannya sampai selangkahpun tidak tega untuk ditinggalkan aku rasa kau tentu belum tahu bukan ?"

"Liem Hauw Seng, makin lama ucapanmu makin tidak genah" teriak Si Soat Ang dengan air muka berubah hebat.

"Piauw-moay, apabila aku membohongi diri mu biarlah aku dikutuk Thian dan mati dengan tujuh lubang indra penuh tergenang darah. Kabar berita itu barusan aku dapatkan lewat surat yang dikirim burung merpati, mungkin Tonghong Loei pun tahu, cuma ia berusaha untuk mengelabuhi dirimu belaka."

Air muka Si Soat Ang berubah tiada hentinya, ia benar2 bergolak oleh kabar tersebut.

"Setelah kau tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung, apakah terhadap kabar berita yang menyangkut pelbagai hal dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung kau sama sekali tidak tahu ?" kembali Lim Hauw Seng menegur.

Tanpa sadar Si Soat Ang menggeleng.

"Kalau begitu mereka sengaja hendak mengelabuhi dirimu" kata sianak muda tadi sambil tertawa "Coba pikirlah, Tonghong Pek adalah seorang jujur, ia tidak akan mencintai Liuw Coei Wi hingga macam orang tidak waras, di balik persoalan tersebut pasti ada hal2 yang rumit."

Si Soat Ang tertawa dingin dalam hatinya.

Ia tidak mau percaya terhadap apa yang dikatakan Liem Hauw Seng namun sumpah berat yang diucapkan sianak muda itu membuat ia sangsi dan tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Piauw-moay, kecuali kau sama sekali tidak memperdulikan diri Tonghong Pek lagi." katanya. "kalau tidak kau harus bikin jelas duduknya perkara ini !"

Air muka Si Soat Ang berubah sangat hebat, ia menatap wajah sianak muda itu tak berkedip.

Sedangkan Liem Hauw Seng pun makin lama semakin tenang, katanya lebih jauh.

"Piauw-moay, mengikuti situasi yang terbentang dihadapanmu sekarang, percayakah kau bisa menangkan kami ?" Si Soat Ang tetap tidak menjawab, sinar matanya dari atas wajah Liem Hauw Seng per lahan2 bergeser kearah Giok Jien kemudian akhirnya menatap wajah Si Thay sianseng, dalam hati ia sadar bahwa tiada keyakinan baginya untuk menangkan beberapa orang itu.

Tadi ia sudah muntah darah, meski sekarang ia masih mencekal sebilah pedang tajam namun pihak lawan masih mempunyai kekuatan yang berimbang.

"Piauw moay sudah kau pikirkan?" kembali Liem Hauw Seng berteriak.

"Hm! sebelum saling bergebrak siapa tahu pihak mana yang menang dan pihak mana yang kalah?"

"Aku pikir untuk sementara waktu lebih baik kita berempat jangan bergebrak lebih dahulu tinggalkan tempat ini dan tanpa mengucapkan sesuatu apapun kembalilah ke perkampungan Jiet Gwat Cung periksa dahulu keadaan disana, maka kau segera akan tahu bahwa apa yang ku ucapkan adalah kata2 sebenarnya.”

Si Soat Ang segera merasakan hatinya bergerak, semua orang yang ada dikolong langit mengetahui bahwa saat ini ia berada digunung Go Bie, seandainya secara tiba-2 ia kembali ke perkampungan Jiet Gwat Cung asalkan sepanjang perjalanan rahasianya tidak bocor, maka suasana dalam perkampungan Jiet Gwat Cung tak akan lolos dari pengamatannya.

Karena berpikir akan hal itu gadis asal Benteng Thian It Poo dengan dingin menjengek.

"Apa kalian sudi melepaskan diriku ?"

"Kalau kau ingin menjumpai bagaimanakah wajah sebenarnya dari Tonghong Pacu, pergilah !" sahut Si Thay sianseng dingin. Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, ia tahu Si Thay sianseng dapat mengucapkan kata2 tersebut pasti didasari oleh pelbagai alasan, namun ia tidak ingin banyak bicara setelah putar badan segera berlalu dari tempat itu.

Sepanjang perjalanan beberapa kali gadis itu berpaling kebelakang untuk menjaga segala kemungkinan, namun selama ini ketiga orang itu tetap berdiri ditempat semula tak berkutik.

Demikianlah tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah tiba dimulut selat sempit itu, ia lantas berhenti.

Satu ingatan berkelebat dalam benaknya tanpa berpaling gadis itu segera berseru sambil tertawan dingin.

"Aku tahu ketika aku sedang melewati selat sempit kalian akan menggelindingkan batu untuk membinasakan diriku bukankah begitu ?"

Liem Hauw Seng mendongak dan segera tertawa panjang.

"Piauw-moay kau jangan gusar aku rasa kau telah menggunakan hati rendah seorang siauw-jien untuk menilai yang bukan2 atas tingkah laku seorang Koen-cu !" serunya.

Ucapan ini menggusarkan Si Soat-Ang, namun ia tak ingin mengumbar hawa amarahnya pada saat serta keadaan seperti ini.

Habis mendengar ucapan Piauwko nya ia segera enjotkan badan meluncur kedepan dan melayang turun dari tebing.

Menanti ia telah meluncur keluar dari lembah Coei Hong Kok, tampaklah diluar lembah tersebut dibalik pepohon muncul bayangan manusia dari dalam jumlah yang sangat banyak. Ketika bayangan manusia itu menjumpai kehadiran Si Soat Ang, mereka lantas sama2 menyapa.

"Hu Bengcu!"

Kiranya orang ini adalah para jago yang bergabung dalam perserikatan Tiada Tandingan, semula mereka tidak tahu kalau wakil Bengcunya sudah menyusup kedalam lembah Coei Hong Kok namun bentakan serta suitan nyaring Liem Hauw Seng, Si Thay sianseng serta Giok Jien telah mengejutkan mereka, sebagian besar para jago terpancing kesitu oleh suitan nyaring tersebut.

Dalam pada itu Tonghong Loei telah munculkan diri dari antara kelompok para jago, ia segera menyambut seraya bertanya.

"Seorang diri Hu Bengcu menyusup kedalam lembah Coei Hong Kok, apakah berhasil menemukan sesuatu disana?"

"Tidak ada apa2, aku hanya bergebrak melawan Si Thay sianseng sekalian!"

Dari ujung bibir Si Soat, secara lapat2 Tong hong Loei menemukan adanya noda darah, menyaksikan pula air muka gadis itu kurang baik. ia tak berani bertanya lebih jauh.

"Tonghong Loei " kembali Si Soat Ang berteriak. "Hu Bengcu ada urusan apa?"

"Bukankah dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung telah mengirim datang surat lewat burung merpati? apakah dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung ada berita?"

"Tidak...tidak....tidak ada" sahut Tonghong Loei gugup, air mukanya berubah hebat. "Hm, dimana toakomu? bagaimana keadaannya masa terhadap masalah sebesar inipun tiada kabar sama sekali ?"

"Dia... dia sudah baik"

Jawaban Tonghong Loei yang gugup dan tidak lancar semakin mencurigakan hati Si Soat Ang, namun gadis itu tidak bicara lebih lanjut ia lantas berlalu diikuti para jago di belakangnya tidak selang beberapa saat kemudian semua orang telah tiba dilembah gunung tersebut.

Fajar telah menyingsing Si Soat Ang yang telah ambil pertimbangan sepanjang jalan segera berkata:

"Penjagaan dalam lembah Coei Hoeng-Kok sangat ketat aku hendak berlalu seorang diri, kali ini aku hendak mencari jalan lain untuk menembusi lembah tersebut mungkin kepergianku rada lama, kalian tunggu saja disini dan jangan berlalu"

"Hu Bengcu, berapa lama kau hendak pergi ?" tanya Tonghong Loei tertegun:

"Paling lama lima bulan, paling cepat tiga bulan." .

"Aah kok begitu lama, jumlah kita sangat banyak, lagipula berada ditengah gunung."

"Apa yang perlu ditakuti ?" tukas Si Soat Ang dengan mata melotot. "Diatas gunung banyak terdapat binatang liar, kaupun boleh kirim orang untuk membeli barang keperluan, apa yang ditakuti lagi? kalian harus bertahan disini, jangan biarkan seorangpun dari pihak partai Gobie meloloskan diri dari lembah ini, apabila aku tidak berhasil mendapatkan jalan tembus akan dikurung mereka sampai mati."

"Baik". "Apabila ada orang berani meninggalkan tempat ini, sekembalinya aku tidak akan berlaku sungkan,"

Bicara sampai disana ia melototi Tonghong Loei tajam2, jelas ucapan tersebut sengaja ditujukan kepada sianak muda itu.

Tonghong Loei cerdik ia sadar kepergian gadis itu pasti bukan disebabkan hendak mencari jalan lain, ia tentu berlalu karena sesuatu persoalan hanya ia tak tahu apakah persoalan itu.

Sedangkan Si Soat Ang pun ingin cepat2 memeriksa apa yang telah terjadi dalam perkampungan Jiet Gwat Cung maka setelah menyaksikan sianak muda itu membungkam ia lantas kembali berkata.

"Sekarang juga aku akan berangkat, kalianpun jangan sampai membiarkan orang2 partai Gobie tahu bahwa aku tidak berada ber-sama2 kalian?"

Tanpa menanti jawaban lagi ia putar badan dan segera berkelebat keluar dari lembah itu.

Gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sepanjang perjalanan tiada hentinya berlari cepat, ketika sang surya telah pancarkan sinar ke-emasannya keseluruh jagad ia telah tujuh delapan belas li meninggalkan lembah tersebut.

Si Soat Ang pun tidak beristirahat, ia melanjutkan perjalanan hingga siang hari menjelang tiba, saat itulah ia baru mencari buah2an untuk menangsal perut setelah itu perjalananpun dilanjutkan kembali, dengan dasar tenaga dalam yang sempurna ketika fajar menyingsing hari kedua ia sudah keluar dari gunung Go-bie.

Disebuah kota kecil lereng gunung ia membeli tiga ekor kuda siang malam perjalanan ditempuh untuk cepat2 kembali ke perkampungan Jiet Gwat-Cung. Dua puluh hari kemudian gadis itu telah tiba kurang lebih beberapa ratus dari perkampungan Jiet Gwat Cung, gerak geriknya semakin ber-hati2, Sekarang ia tidak melakukan perjalanan disiang hati tapi menjelang malam telah tiba ia baru melakukan perjalanan menuju keperkampungan Jiet Gwat Cung.

Menanti gadis itu dapat menangkan puluhan buah obor menyinari diatas batu peringatan tanpa tandingan, tengah malam sudah lewat.

Si Soat Ang segera meloncat turun dari atas kuda dan dengan meng-indap2 maju kedepan, dalam sekejap mata ia telah menyaksikan delapan orang jago lihay dengan golok tersoren dipinggang sedang ber-jaga2 disekeliling batu peringatan.

Si Soat Ang bersembunyi dibelakang sebatang pohon, setelah memperhatikan beberapa saat ia putar badan meluncur lewat jalan kecil dan tiba disisi tembok pekarangan perkampungan ia segera mengempos tenaga dan meloncat masuk ke dalam perkampungan Jiet-Gwat- Cung.

Hampir setahun lamanya ia tinggalkan perkampungan tersebut namun suasana dalam perkampungan tersebut tiada banyak perbedaan, hanya sebagian besar suasana diliputi kegelapan.

Mendadak gadis itu secara lapat2, mendengar suara irama musik berkumandang datang, begitu merdu suara itu membuat Si Soat Ang tertegun, buru2 ia berlari kedepan mendekati arah berasalnya suara tadi.

Sepanjang perjalanan ia telah berjumpa dengan banyak jago lihay yang sedang melakukan perondaan namun dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang dengan gampang sekali ia berhasil menghindari orang2 itu. Menanti suara musik yang indah merayu itu berhasil didekati hingga kedengaran semakin nyaring gadis itu menemukan bahwa suara tadi berasal dari sebuah bangunan dibalik halaman yang gelap gulita berdirilah sebuah gedung yang bermandikan cahaya.

Si Soat Ang segera berkelebat masuk kedalam halaman gedung itu.

"Siapa ? ayoh cepat keluar !" bentak dua orang penjaga secara tiba2.

Mengiringi bentakan tersebut dua orang penjaga itu segera menubruk datang dengan hebatnya.

Namun tubrukan mereka hanya sampai ditengah jalan sebab pada saat itulah mereka dapat menangkap raut wajah yang muncul dihadapan mereka tertimpa cahaya lampu lalu mereka kenali siapakah orang itu.

Seketika itu juga air muka kedua orang itu berubah aneh sekali, begitu aneh perubahan wajah mereka hingga sukar dilukiskan dengan kata2.

"Apa, aku yang telah datang!" hardik Si Soat Ang. "Haaaah...kiiii,..kiranya Hu.. Hu Bengcu telah kembali,

kami tidak tahu kalau kau sudah pulang."

”Hm, siapa yang sedang bersenang2 didalam?” bentak Si Soat Ang kembali sambil menuding kedalam gedung

Kedua orang penjaga itu saling bertukar pandangan sekejap, keringat dingin mengucur keluar membasahi jidat mereka, sedangkan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

"Eeeei...mengapa kalian tidak berbicara?"

"Lapor Hu Bengcu orang.. orang yang ada di dalam gedung ada...adalah Tonghong Tongcu!" Tubuh Si Soat Ang tergetar keras yang dimaksudkan "Tonghong Tongcu" tidak salah lagi pasti Tonghong Pek adanya, sebab waktu itu Tonghong Loei ada digunung Gobie dan cuma Tonghong Pek yang ada didalam perkampungan.

Kalau begitu, sungguhkah apa yang diucapkan Liem Hauw Seng?

Si Soat Ang tarik napas panjang2 kemudian berseru.. "Kalian berdua jangan bersuara, aku akan segera masuk

kedalam untuk memeriksa?"

Kedua orang itu sadar bilamana Si Soat Ang dibiarkan masuk, dan menyaksikan didalam ruangan itu, peristiwa tragis pasti akan terjadi. namun merekapun tidak berani menghalangi jalan perginya, terpaksa sambil tertawa getir mengangguk.

"Baik, baik silahkan Hu Bengcu masuk?"

Si Soat Ang mendorong pintu yang setengah tertutup dan melayang masuk kedalam halaman setelah itu ia berdiri dibelakang sebatang pohon sambil menyaksikan pemandangan didalam ruangan.

Tampaklah disuatu ruangan yang indah dan terang benderang terdapat tujuh delapan orang gadis berpakaian tipis sedang menari mengiringi irama musik, tarian mereka indah mempesonakan sedang diruang tengah terletaklah sebuah pemandangan yang sangat indah.

Diatas pembaringan itu terdapat seorang gadis sedang berbaring didalam pelukan seorang pria, gadis itu boleh dikata telanjang bulat, sepasang paha yang putih terlihat nyata bahkan ketika itu tubuhnya sedang menggeliat, dengan hebatnya. Si Soat Ang adalah seorang yang lihay, pengetahuannya luas dan disanjung setiap orang, namun ia tetap masih seorang gadis perawan belum pernah ia saksikan keadaan seperti itu kontan wajahnya berubah jadi merah dan panas jantungnya berdebar keras.

Karena debaran ini maka untuk sesaat ia tak sempat melihat jelas siapakah sepasang laki perempuan itu.

Meskipun demikian timbul juga kegusaran dalam hati Si Soat Ang setelah menyaksikan peristiwa yang mengerikan itu, ia mendengus menyingkap horden dan melangkah masuk kedalam

Namun dengan cepat ia tertegun, sebab lelaki yang duduk diatas pembaringan itu bukan lain adalah Tongheng Pek.

Si Soat Ang berseru tertahan, kepalanya pening tujuh keliling dan pandangan jadi gelap hampir saja ia jatuh tidak sadarkan diri.

Tidak salah lagi, apa yang diucapkan Liem Hauw Seng ternyata benar2 merupakan suatu kenyataan.

Ia tarik napas panjang2, pergolakan dalam hatinya dengan sekuat tenaga ditekan setelah tenang mungkin kembali kedalam ruangan, tampak gadis telanjang itu bagaikan gula yang lengket menempelkan seluruh tubuhnya diatas tubuh Tonghong Pek, ternyata terhadap kehadirannya mereka sama sekali tidak tahu.

Si Soat Ang tidak dapat menahan sabar lagi, ia mengempos tenaga kemudian membentak keras.

Ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang pada saat ini dahsyat sekali, bentakan dalam keadaan murka ini luar biasa akibatnya. Mengikuti bentakan itu bukan saja irama musik segera berhenti beberapa orang gadis cantik yang sedang menaripun bersama2 menggeletak lemas diatas tanah, gadis itu muntah darah segar dan sama2 terluka dalam.

Sepasang lengan Tonghong Pek yang semula merangkul pinggang Liuw Coei Wa, mengikuti bentakan tersebut seolah2 ditimpa oleh besi seberat ribuan kati seketika mengendor dan lepas dari rangkulan.

Dengan lepasnya rangkulan itu maka tubuh Liuw Coei Wa pun segera menggelinding kebawah pembaringan.

Ilmu silat yang dimiliki Liuw Coei Wa tidak lemah, namun berhubung bentakan Si Soat Ang sangat hebat maka setelah roboh keatas tanah ia hanya merasakan kepalanya pening tujuh keliling dan matanya ber-kunang2, berada dalam keadaan seperti ini sulit baginya untuk bangun berdiri dan memeriksa apa yang telah terjadi.

Buru2 hawa murninya disalurkan keseluruh badan untuk menenangkan hatinya setelah itu siap bangun berdiri.

Namun Si Soat Ang bertindak cepat, ia telah melangkah maju kedepan kemudian sekali injak ia tekan tubuh gadis cabul itu diatas tanah.

Dalam pada itu sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam menatap Tonghong Pek tajam, ia temukan air muka sianak muda itu kosong dan melompong seakan2 tidak tahu apa yang telah terjadi.

Tapi cuma sebentar ia berada dalam keadaan seperti itu dalam sekejap sepasang matanya telah berkedip dan bibirpun bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu namun ia tidak berhasil bicara hawa warna merah yang aneh seketika menyelimuti seluruh wajahnya. "Bagus bagus sekali perbuatanmu !" jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin.

Selama beberapa hari ini Tonghong Pek selalu berada dalam rayuan Liuw Coei Wa yang membuat ia jadi ter-gila2 dan setengah sadar, apa yang dipikirkan selama ini pun hanya memuaskan napsu sexnya belaka.

Menanti ia dengar bentakan dahsyat dari Si Soat Ang, hatinya baru tergetar keras, se-olah2 di guyur dengan air dingin ia tercengang dan memandang kearah gadis itu dengan sinar mata tidak percaya.

Tetapi setelah ia mendusin sama sekali dan menyaksikan keadaan disekelilingnya dimana Liuw Coei Wa dalam keadaan telanjang sedang diinjak Si Soat Ang, teringat pula perbuatannya selama ini sianak muda itu jadi kaget, malu dan menyesal, seluruh perasaan nya segera ditumpahkan, keatas wajahnya.

Apa yang diucapkan Si Soat Ang tadi ia tidak mendengar, ia hanya merasakan jantungnya berdebar keras, dadanya sesak dan pandangan matanya jadi gelap.

Per-lahan2 warna merah darah itu lenyap dari wajah Tonghong Pek dan sebagai gantinya ia berubah jadi pucat pias bagaikan mayat bahkan dari tenggorokannya perdengarkan suara yang aneh.

Si Soat Ang tahu inilah disebabkan gertakan dada yang mengakibatkan darah menekan keatas asal pemuda itu muntah darah maka ia akan terluka parah, namun gadis itu tidak menggubris, ia hanya tertawa dingin saja sambil memandang pemuda itu dengan pandangan sinis.

Mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat diikuti seseorang yang berada disisi Tong hong Pek. Walaupun dalam keadaan gusar Si Soat Ang masih dapat menguasai diri, ia sadar seorang jago yang amat lihay telah tiba disana.

Menanti ia berpaling tampaklah orang itu sedang menempelkan telapaknya diatas punggung Tonghong Pek dan orang itu bukan lain adalah Tonghong Pacu.

"Eeeei kenapa kau kembali." terdengar gembong iblis itu menegur.

"Mengapa aku tak boleh kembali?" jawab Si Soat Ang sambil tertawa dingin.

"Apakah Si Thay sianseng telah menyerah..."

Si Soat Ang adalah seorang gadis cantik, dari pertanyaan yang diajukan Tonghong Pacu baru ia segera sadar bahwa apa yang dijumpai saat ini sebenarnya tidak lain adalah hasil karya dari gembong iblis itu, ia jadi gemas bercampur mendendam, injakannya pada tubuh Liuw Coei Wa pun semakin di perkeras.

"Bengcu cepatlah tolong aku!" buru2 gadis cabul itu berteriak minta tolong.

Si Soat Ang mendengus ia mundur selangkah kebelakang kemudian dengan ujung kakinya ia mencungkil tubuh gadis genit itu hingga mencelat ketengah udara.

"Jangan lukai orang !" teriak Tonghong Pacu.

Si Soat Ang tidak menggubris, menanti tubuh Liuw Coei Wa telah berada ditengah udara, sepasang telapaknya berputar, lima jarinya bagaikan jepitan baja segera mencekik lehernya keras2.

"Kraak kraak.." diiringi suara retakan dahsyat tulang leher gadis itu sudah diremas sampai patah ber-keping2 setelah itu ia melemparkan mayatnya keluar. Mayat Liuw Coei Wa segera menubruk pohon dan menggeletak keatas tanah, dari tujuh lubang inderanya darah mengucur deras, jiwanya pun seketika melayang.

Setelah membunuh mati gadis cabul itu Si Soat Ang baru tertawa dingin dan menjengek.

"Hm beginikah perbuatanmu?"

"Kenapa?" jawab Tonghong Pacu air mukanya berubah hebat, "Pek-jie adalah Thian-tong Tong cu dari perserikatan tiada tandingan mencari kesenangan sudah merupakan suatu kejadian yang biasa apa perlunya dikejutkan dan diherankan seperti itu?"

"Haaa...haaa. kiranya begitu, Eeeei Tonghong Pek ayohlah bicara sendiri, kenapa kau membungkam?"

Air muka Tonghong Pek berubah merah padam, ia membungkam.

"Sebenarnya aku tidak ingin mencampuri urusan kalian" kata Tonghong Pacu kembali sambil tertawa kering, "Namun berhubung kalian berdua belum terikat hubungan apapun! lantas kau hendak mengawasi setiap gerak geriknya maka aku merasa tindakanmu ini keterlaluan sekali, mau tak mau aku harus turun tangan?"

Si Soat Ang jadi naik pitam, ia tak dapat menguasahi diri lagi teriaknya kalap:

"Akan kucabut jiwa anjingmu!"

Jari telunjuk meluncur kedepan, serentetan angin serangan langsung mengancam jalan darah Hoa Ka Hiat didada Tonghong Pek.

Sejak kehadiran Si Soat Ang ditempat itu, Tonghong Pek selalu berdiri tertegun dengan mulut membungkam dan mata terbelalak ia jadi sinting dan tidak sadar bahkan terhadap datangnya ancaman yang hendak mencabut jiwanya ini pun ia tidak ambil perduli.

Serangan Si Soat Ang amat cepat, kelihatan sebentar lagi diatas dada Tonghong Pek akan bertambah dengan sebuah lubang besar oleh sodokan jarinya, pada saat itulah terdengar Tong hong Pacu membentak.

"Jangan membunuh!"

Mengikuti bentakan dahsyat tersebut mendadak tubuhnya mendak kebawah, sebuah serangan segera dihantam kearah iga Si Soat Ang!

Serangan dari Tonghong Pacu ini bukan saja cepat bahkan ganas dan tepat menangkis datangnya serangan Si Soat Ang terhadap Tonghong Pek, seandainya gadis itu meneruskan ancamannya niscaya serangan dari gembong iblis itupun akan bersarang ditubuhnya.

Si Soat Ang menjerit aneh badannya miring kesamping dan telapak kanan ditarik kembali kemudian berputar pergelangan dalam sekejap mata ia sudah kirim kembali sebuah serangan kearah depan.

Plaak ! sepasang telapak saling beradu menimbulkan bentrokan keras mengikuti bentrokan tadi masing2 pihak mundur selangkah kebelakang.

Sebenarnya gadis itu tidak pandang sebelah matapun terhadap Tonghong Pacu sebab sejak ia meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat Cung ia sadar bahwa tenaga Iweekang gembong iblis itu akan mengalami kerusakan hebat setelah digunakan untuk mengobati Tonghong Pek.

Siapa sangka dalam bentrokan barusan ia membuktikan bahwa tenaga Iweekang yang dimiliki Tonghong Pacu ternyata sama sekali tidak berkurang bahkan masih seperti sedia kala. Hal ini membuat gadis itu tertegun dan tidak habis mengerti ia lantas menatap wajah Tonghong Pek kemudian menatap pula wajah Tonghong Pacu, setelah itu sambil tertawa dingin jengeknya.

"Benarkah kau telah mengusir racun dalam tubuhnya dengan salurkan hawa murni dalam tubuhmu?"

"Lalu kau..."

"Lalu apa sebenarnya aku tidak berhasil kau lukai, bukankah begitu?" tukas Tonghong Pacu sebelum gadis itu menyelesaikan katanya. "Tenaga dalamku telah pulih seperti sedia kala!"

Tentu saja Si Soat Ang tahu bahwa kejadian itu tak mungkin terjadi, otaknya segera berputar mendadak ia sadar dan ia telah menemukan jawabannya, ia tahu bahwa Tonghong Pacu tidak pernah menggunakan tenaga lweekangnya untuk mengusir racun dalam tubuh Tonghong Pek sedang sianak muda itupun tidak pernah keracunan.

Sekarang Si Soat Ang telah sadar akan duduknya perkara, ia tahu Tonghong Pacu sedang membohongi dirinya, membohongi dirinya agar suka membawa jago perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk menghancurkan kolong langit sedangkan ia tetap tinggal di perkampungan untuk menghadapi Tonghong Pek agar sianak muda itu berubah demikian.

Berpikir sampai disitu Si Soat Ang tak dapat menahan kegusarannya lagi, ia mendongak dan tertawa seram, suaranya tinggi melengking amat menusuk pendengaran.

"Apakah kau berhasil memahami duduknya perkara ?" terdengar Tonghong Pacu menegur dengan suara berat, "padahal kau dengan Pek-jie adalah sepasang jodoh yang bagus tapi kaupun harus paham bahwa seorang lelaki dengan tiga empat orang istri bukanlah suatu hal yang aneh"

Air muka Si Soat Ang berubah hijau membesi terhadap apa yang diucapkan Tonghong Pacu sama sekali tidak didengarnya.

Gadis itu sedang berpikir.

"Dengan adanya kejadian ini jelas hubunganku dengan Tonghong Pek telah putus, dan selama beberapa waktu ini para jago yang dikolong langit sama2 mendengarkan perintahku, mengapa aku harus tetap jadi wakil Bengcu dari perserikatan Bok Tek Beng ini?".

Ia tetap berdiri tegak, sementara dalam tubuh telah melakukan persiapan untuk melancarkan sebuah serangan mematikan.

"Bukan begitu!" kembali Tonghong Pacu berkata sambil tertawa2 "Setelah kau kembali maka kalian berduapun harus saling bermesraan."

Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan berseru. "Pek-jie..."

Berpalingnya gembong iblis ini memberikan suatu peluang yang sangat baik bagi Si Soat Ang untuk melancarkan serangan tubuhnya mandek kebawah, pergelangan berputar dan serentetan cahaya tajam yang dipancarkan dari sebilah pedang pendek telah meluncur kedepan.

Tentu saja sejak muncul dalam arena Tonghong Pacu sudah bikin persiapan terhadap segala kemungkinan namun mimpipun ia tidak menyangka Si Soat Ang bisa melancarkan serangan dalam keadaan seperti itu. Ketika mendengar sambaran angin tajam lewat dibelakang tubuhnya Tonghong Pacu segera berpaling tahu2 cahaya tajam pedang lawan telah mengurung seluruh tubuhnya.

Gembong iblis ini jadi amat terperanjat tanpa sadar ia menjerit kaget dan buru2 lari kebelakang sebuah tiang penglari.

Datangnya tusukan pedang dari gadis itu amat dahsyat, baru saja Tonghong Pacu menghindar kebelakang tiang, pedang tadi sudah menyambar datang dan segera menembusi tiang tersebut

Sreeeet! seluruh pedang pendek itu menembusi tiang, Tonghong Pacu yang ada dibelakang tiang tidak menyangka akan kehebatan lawan, ternyata ujung pedang itu telah tersundul diluar tiang dan segera menusuk bahunya dalam2.

Meskipun tidak sampai jiwanya melayang oleh tusukan itu, tak ampun dirinya sudah terluka beberapa coen.

Sejak malang melintang dalam dunia persilatan puluhan tahun lamanya kecuali menderita kalah satu kali ditangan Ciang Ooh, boleh dikata belum pernah ia terluka oleh senjata lawan, tapi sekarang bukan saja ia paksa berada dibawah angin, bahkan bahunya tertusuk pula, rasa kaget gusar dan mendongkol dalam hati Tonghong Pa-cu sukar dilukiskan lagi dengan kata2.

Napsu membunuhnya segera timbul dan menyelimuti benaknya ia ambil keputusan hendak membinasakan Si Soat Ang.

Sebaliknya gadis itupun membenci Tonghong Pacu karena selama ini ia membohongi dirinya. Napsu membunuh menyelimuti benaknya dengan demikian kedua belah pihak sama2 ada maksud membunuh lawannya dan pertarungan antara hidup dan mati segera berlangsung.

Tonghong Pacu miringkan tubuhnya dan tiba2 kirim sebuah serangan menghantam tiang.

Walaupun serangan ini dilancarkan keatas tiang, namun berhubung kepandaian yang digunakan adalah "Li-sau Ta Gouw" atau Terpisah gunung menghantam Kerbau, tenaga pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke tiang, kemudian dari tiang bersalur kedalam pedang yang masih menancap diatas tiang dan dari pedang tersalur pula ke tubuh Si Soat Ang.

Oleh hantaman yang tak terduga ini tubuh Si Soat Ang tergetar mundur selangkah ke belakang.

Begitu badannya mundur Tonghong pacu segera berteriak aneh sepasang telapaknya berputar dan menubruk datang dengan hebatnya dua gulung angin serangan bagaikan gulungan ombak ditengah samudra langsung menghajar tubuh gadis itu.

Ditengah desakan dahsyat gembong iblis itu sama sekali tiada kesempatan bagi Si Soat Ang untuk menghindar berada dalam keadaan seperti ini terpaksa ia mendak tubuhnya kebawah, sepasang telapak berputar dan menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.

Braaaaak.. Braaak diiringi suara bentrokan dahsyat empat telapak saling beradu kemudian menempel satu sama lainnya laksana dua lembar lempengan besi.

Begitu menempel, tubuh mereka segera berdiri kaku dan duel tenaga dalam pun berlangsung dengan dahsyatnya.

Ambil kesempatan itulah seluruh isi ruangan pada berteriak dan melarikan diri terbirit2 dari dalam ruangan dalam sekejap mata ruangan jadi kosong dan sunyi tinggal Tonghong Pek seorang tetap duduk tak berkutik ditempat itu.

Sungguh dahsyat adu lweekang yang terjadi antara kedua orang itu, lama kelamaan hawa panas mulai muncul diatas ubun2 kedua orang itu, tidak sampai setengah jam kemudian sekeliling tubuh mereka telah dilapisi oleh kabut yang sangat tebal mereka berdua telah salurkan hawa murninya hingga mencapai puncak yang mereka miliki.

Pada saat itulah Tonghong Pek per-lahan2 bangun berdiri, sepasang matanya dengan sinar mata kosong memandang ketempat kejauhan.

Tubuhnya mulai bergeser dan lambat2 berjalan keluar selama ini ia tidak pandang sebelah matapun kearah Tonghong Pacu maupun Si Soat Ang, se-olah2 kedua orang itu sama sekali tidak ada.

Menanti Tonghong Pek telah berjalan keluar dari ruangan dan tiba di halaman mendadak terdengarlah suara gemuruh yang amat dahsyat dan sangat memekikkan telinga berkumandang datang.

Oleh suara keras tadi sianak muda itu berhenti namun ia tidak berpaling..

Kiranya bentrokan itu berasal dari tumbukan Tonghong Pacu serta Si Soat Ang yang saling lepas dari telapak lawan dan menumbuk tiang.

Napas mereka berdua ter-sengkal2 tubuh mereka dengan lemas bersandar diatas tiang, kemudian napas mereka makin lemah, tubuh yang besandarpun mulai merosot kebawah, akhirnya napas mereka berhenti dan binasalah dua orang tokoh sakti dari dunia persilatan itu. Terhadap semua peristiwa itu Tonghong Pek tidak ambil gubris ia tetap meneruskan langkahnya keluar dari perkampungan Jiet-Gwat-Cung dan lenyap ditengah kegelapan.

Peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Jiet Gwat- Cung seketika menggemparkan seluruh dunia persilatan dengan cepat pula suara itu tersiar sampai ketelinga para jago yang dipimpin Tonghong Loei mengurung gunung Go- bie, begitu berita tersiar sebagian besar jago2 kangow itu segera membubarkan diri dan tercerai berai.

Hari kedua Tonghong Loei serta Si Chen tampak keluar dari lembah gunung itu mereka hanya berdua saja dan tidak kelihatan orang lain.

Ketika kedua orang itu keluar dari lembah mereka telah berjumpa dengan Liem Hauw Seng serta Giok Jien, empat orang saling bertukar pandangan dan tertawa, dalam perjumpaan tak terduga ini masing2 orang bungkam dalam seribu bahasa.

Menghadap ke arah lembah Coei-Hok-Kok, Si Chen berlutut dan menjalankan penghormatan berapa kali kemudian bersama Tonghong Loei berlalu dari sana, sejak itu orang2 Bu-lim tak ada yang berjumpa dengan mereka lagi menurut kabar yang tersiar mungkin mereka berdua telah pergi kewilayah Biauw untuk hidup bersama Kiem Lan Hoa ibu kandung dari Tonghong Loei.

Dengan matinya Tonghong pacu serta Si Soat Ang, bubar pula perserikatan Boe-Tek-Beng mereka, perkampungan Jiet-Gwat-Cung pun jadi kosong tak berpenghuni, perkampungan itu jadi bangunan kosong, sedang batu peringatan tersebut masih berdiri dengan angkernya didepan perkampungan. Setahun dua tahun dengan cepatnya sudah lewat, rumput dan alang2 tumbuh memenuhi seluruh tempat, namun tak seorang manusiapun pernah berkunjung keperkampungan serta batu peringatan itu.

Entah berapa puluh tahun sudah lewat, saat itulah ada orang yang menemukan seorang padri berperawakan kurus kering pernah berdiri ter-mangu2 didepan batu peringatan sampai beberapa hari entah apa saja yang sedang dipikirkan hweesio itu didepan batu peringatan tadi.

Menanti ada orang yang merasa keheranan dan menghampiri padri itu sambil menanyakan asal usulnya, hweesio itu dengan mulut membungkam segera berlalu dari sana.

Sejak peristiwa itu tak pernah ada orang yang berjumpa kembali dengan padri kurus kering itu, semakin tak ada orang yang tak tahu asal usul nya serta kemana perginya hweesio itu ..

Ia datang tanpa suara, pergipun tanpa ribut, suasana tetap sunyi hening siapakah hweesio itu rasanya pembacapun bisa menebak sendiri.

Dengan demikian sayapun akhiri cerita JAGO KELANA sampai di sini. Sampai Jumpa.

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar