Jago Kelana Jilid 21

Jilid 21

TONGHONG PACU segera berhenti, ia ayun kan tangannya dan berteriak nyaring.

"Harap saudara sekalian berlalu dari sini dan tidurlah, kalian tak usah mencampuri urusan disini, kalau tidak jangan salahkan kalau aku akan bertindak telengas!"

Ucapan dari gembong iblis nomor wahid ini sangat keras, tentu saja orang2 perkampungan Jiet Gwat Cung tak seorangpun yang berani membangkang.

Para jago yang semula penuh mengelilingi halaman tersebut dalam sekejap mata telah sama2 berlalu, suasana jadi hening kembali.

Menanti semua orang jago telah membubar diri, Tonghong Pacu baru berkata kembali.

"Nona Si, Silahkan masuk kedalam ruangan, mari kita bicarakan persoalan ini didalam saja." Si Soat Ang mendengus dingin, ia tarik tangan Tonghong Loei untuk diajak masuk ke dalam ruangan diikuti Tonghong Pacu dari belakang.

"Eeei . . kau jangan bergerak sembarangan." Ancam Si Soat Ang kembali dengan nada ketus. "Sekali kukerahkan tenaga, maka seluruh tubuh putramu akan hancur berantakan."

"Nona Si harap kau jangan marah" Kata Tonghong Pacu sambil tertawa getir, "Kau harus tahu, gusar tidak akan mendatangkan kebaikan bagimu, lengan kananmu . . bagaimana sekarang rasanya ?"

Si Soat Ang tidak ingin pihak lawan mengetahui bahwa lengan kanannya sudah tak dapat digunakan lagi, ia menukas.

"Persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu, aku telah kerahkan tenaga untuk menahan menjalarnya racun tersebut, ayoh cepat serahkan obat pemunahnya."

"Tentang jarum beracun Ban-Tok-Kiem-Ciam dari Kiem- Ciam-Sin-Bo ini . ." Seru Tonghong Pacu sambil bergendong tangan dan mondar mandir dalam ruangan "Ah terus terang saja kukatakan, jarum itu tak ada obat penawarnya, binatang! tahukah kau bahwa bencana besar telah kau lakukan?"

Untuk menyatakan kegusarannya terhadap Tonghong Loei, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini segera mendepakkan kakinya keras2 keatas lantai, beberapa buah ubin segera hancur berantakan termakan jejakan tersebut.

Tonghong Loei membungkam dalam seribu bahasa, ia cuma gertak gigi sambil menahan rasa sakit. Sedangkan Si Soat Ang merasa sangat terperanjat sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, seandainya benar bahwa racun itu tak ada obat penawarnya lagi, berarti jiwanya sebentar lagi bakal melayang, sebab meskipun sekarang ia berhasil mencegah menjalarnya racun itu dengan kerahkan tenaga dalam namun sampai kapan hal tersebut bisa berlangsung?

Dengan cepat ia membentak.

"Apa maksud ucapanmu itu! kau bilang tak ada obat penawarnya? hmm hmm . akupun tak ada cara lagi, kecuali membinasakan dulu putramu dan menarik kembali modalku?"

Se-akan2 tidak mendengar ancaman dari gadis tersebut, kembali Tonghong Pacu berpaling kearah putranya sambil membentak lebih jauh.

"Coba katakan bagaimana sekarang ? kau tentu tahu bukan, hanya ada satu cara untuk menolong situasi ini !"

Air muka Tonghong Luei pucat pias bagaikan mayat, ia mengerti apa yang dimaksudkan ayahnya.

Pada saat itulah dari tengah halaman berkumandang datang suara teriakan dari Si Chen.

"Sam suko ! . ."

"Adik Chen !" Teriak Tonghong Loei pula sambil mendongak.

Dengan langkah ter-gesa2 Si Chen segera menerjang kedalam ruangan dan lari menuju ke arah Tonghong Loei.

"Berhenti !" tiba2 Si Soat Ang membentak keras.

Air muka Si Chen pucat pias bagai mayat, ia segera berhenti sedang badannya kelihatan gemetar keras, kembali gadis itu berteriak. "Sam Suko, kau . . kenapa kau ?"

"Aku baik sekali, coba kau lihat bukankah aku sangat baik !"

Si Chen mengangguk tiada hentinya, kembali ia berkata: "Nona Si, terima kasih kau suka melepaskan dirinya,

janganlah biarkan ia menderita !"

Si Soat Ang tertawa dingin tiada henti nya.

"Heee heee hee... enak benar kau bicara, kenapa tidak kau tanyakan Samsukomu apa yang telah ia lakukan ?" jengeknya.

Sebelum Si Chen sempat berbicara, Tonghong Pacu telah menghardik:

"Binatang, masih belum juga kau katakan ?"

Tonghong Loei terdesak, terpaksa ia menjawab lambat2. "Aku telah melepaskan sebatang jarum beracun yang

bersarang diatas bahunya, hitung2 nasibkulah yang kurang

baik, kalau jarum tadi bersarang diatas ulu hatinya, niscaya ia sudah mati binasa !".

Tonghong Loei bukanlah seorang lelaki jantan ketika ditangkap Si Soat Ang tadi ia pernah menyatakan minta ampun tapi sekarang berada dihadapan istrinya ia tunjukkan sikap se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu apapun ia ingin tunjukkan kepada Si Chen bahkan ia sama sekali tidak jeri.

Tentu saja hal ini dilakukan karena ia benar2 mencintai diri Si Chen dengan segenap jiwa raganya.

Si Chen segera tertawa-getir.

"Sam suko, asal jarum beracun itu kita cabut keluar bukankah urusan sudah selesai ?" katanya. Tonghong Loei pentang mulutnya hendak bicara, tapi Tonghong Pacu keburu telah berkata:

"Tidak gampang untuk mencabut keluar jarum beracun tersebut, untuk mencabutnya ke luar maka harus dibutuhkan seorang gadis yang memiliki tenaga dalam yang sempurna, kemudian dengan salurkan hawa murninya gadis itu harus tempelkan bibirnya diatas mulut luka dan hisap keluar jarum beracun tersebut hanya dengan cara begini jarum itu baru bisa dikeluarkan !"

Air muka Tonghong Loei pucat pias bagaikan mayat, ia merasa ngeri dan gelisah.

Tetapi sepasang mata Tonghong Pacu yang tajam itu selalu menatap diatas wajahnya, membuat sianak muda itu tak berani mengucapkan sepatah katapun.

"Eeee, kalau begitu saja terlalu gampang..." terdengar Si Chen telah menyahut.

"Biarlah aku yang hisap keluar jarum tersebut dari tubuhnya !"

Seraya berkata ia maju mendekat. "Adik Chen !" teriak Tonghong Loei.

Walaupun hanya teriakan biasa dan sam sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, namun barang siapa pun dapat mendengar bahwa teriakan Tonghong Loei barusan penuh mengandung perasaan sedih dan sakit hati.

Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, dari sikap Tonghong Pacu serta Tonghong Loei tentu saja ia dapat menduga apabila Si Chen belum menghisap keluar jarum beracun tersebut maka selanjutnya gadis itu bakal menderita sangat hebat. Ia takut teriakan Tonghong Loei membatalkan niat Si Chen, buru2 sambil tertawa dingin serunya.

"Tonghong Loei nyawamu lebih penting, apa kau sudah tidak maui jiwamu lagi ?"

Dalam pada itu Si Chen telah tiba dihadapan Si Soat Ang, segera tanyanya.

"Nona Si, dimanakah letak jarum beracun itu ?"

Tonghong Loei benar2 tersiksa, seluruh tubuhnya gemetar keras sehingga gigi saling beradu, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.

"Diatas bahu kananku." jawab Si Soat Ang, "Robeklah pakaian diatas bahuku, maka kau segera akan menyaksikan sendiri dimanakah jarum beracun tersebut bersarang !"

Si Chen kembali maju selangkah kedepan tangannya menempel diatas bahu kanan Si Soat Ang dan berseru.

"Nona Si. maaf..."

Seraya berkata ia robek pakaian gadis itu sehingga muncullah bahunya yang putih bersih.

Setelah pakaian dirobek maka Si Chen pun dapat menyaksikan sebuah titik kecil berwarna merah darah muncul diatas bahunya.

Buru2 Tonghong Pacu berseru.

"Salurkan dahulu tenaga dalammu kemudian tempelkan bibirmu diatas mulut luka, setelah itu kerahkan lagi tenaga Iweekangmu dan mulai menghisap sampai jarum beracun tadi terasa menempel dibibir baru boleh berhenti kalau tidak jangan sekali2 berhenti !" "Aku mengerti." sahut Si Chen sambil mengangguk "Nona Si. bagaimana kalau kau lepaskan dahulu Sam suko

!".

"Boleh boleh saja !"

Iapun lantas lepaskan cengkeramannya pada bahu Tonghong Loei.

Si Chen tidak berbicara lagi ia berdiri tak berkutik dan seluruh tubuhnya mulai bergemerutukan, jelas ia mulai mengerahkan tenaga dalamnya siap melakukan pertolongan.

Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tiba2 ia berteriak keras:

"Adik Chen !...".

Waktu itu Si Chen sedang menyalurkan hawa murninya, ia tak dapat buka suara maka mendengar teriakan tersebut ia cuma angkat kepala memandang sekejap kearah sianak muda itu.

Walaupun ia tidak mengucapkan sesuatu, namun dari sepasang mata gadis tersebut memancarkan keluar perasaan kasihnya yang bukan kepalang membuat Tonghong Loei yang menyaksikan hal itu jadi semakin sedih.

"Adik Chen" kembali teriak-nya "jangan kau..."

Hanya ucapan itu saja yang dapat diutarakan, sebab kelima jari Si Soat Ang telah bergerak kembali mencengkeram beberapa buah jalan darahnya, membuat mulutnya cuma bisa terbuka namun tak sepotong perkataanmu berhasil diutarakan.

Walaupun Si Chen adalah seorang gadis jujur, dalam keadaan seperti ini iapun dapat menemukan keadaan yang tidak beres. Buru2 ia hentikan pengerahan tenaga dalamnya, menghembuskan napas panjang dan buru-buru bertanya.

"Sam suko, apa yang kau ucapkan! cepat katakan!"

Jalan darah Tonghong Loei tertotok ia sama sekali tidak sanggup bersuara. sepasang matanya hanya bisa melotot sambil menatap wajah Si Chen tak berkedip.

Si Chen semakin terperanjat, ia ingin bertanya lagi Si Soat Ang segera sudah berseru.

"la tidak mengatakan apa2, ia hanya berharap kau suka berhati2 jangan bertindak sembrono, kalau tidak maka ia tak bakal bisa meloloskan diri."

"Tidak. ia bukan berkata demikian."

"Kalau tidak, apa yang hendak ia katakan lagi ?" bentak Si Soat Ang, ia sudah dibikin naik pitam.

Walaupun Si Chen orangnya jujur dan gampang ditipu, tetapi setelah menjumpai kejadian yang menyangkut keselamatan Tonghong Loei ia jadi lebih tegas, sebab ia amat mencintai sianak muda itu.

"Aku tidak tahu apa yang hendak ia katakan." ujarnya kembali. "Kau harus ijinkan dia untuk mengucapkan pesannya, dengan demikian hatiku baru lega !"

Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia tak kuat menahan hawa amarah yang berkobar dalam dadanya lagi segera bentaknya.

"Kalau kau banyak bicara lagi dan tidak mau hisap keluar jarum beracun yang bersarang ditubuhku, aku segera akan binasakan dahulu dirinya, saat itu kau jangan menyesal..."

"Chen-jie" Tonghong Pacu pun ikut berkata. "Ada perkataan nanti saja baru diutarakan, sekarang menolong orang lebih penting, sudahlah jangan buang waktu dengan percuma lagi"

Si Chen benar2 dibikin bingung dan pikirannya terasa sangat kalut, ia tatap wajah Tong hong Loei tajam2.

Waktu itu sianak muda itupun sedang memandang istrinya dengan mata terbelalak lebar, begitu besar matanya hampir melotot keluar, ia sudah ambil keputusan untuk menerangkan keadaan yang sebenarnya kepada gadis itu bila menghisap keluar jarum beracun tadi maka ia sendiri akan mati.

Tetapi pada saat ini, tak sepatah katapun berhasil diutarakan keluar.

Hatinya amat gelisah, urat2 diatas keningnya pada menonjol keluar dengan sangat nyata siapapun dapat menyaksikan betapa sakit hati dan sedihnya sianak muda itu.

Tetapi Si Chen sama sekali tak tahu akan hal itu, ia tidak tahu kalau sianak muda itu susah hati karena tak sanggup mengutarakan isi hatinya, ia tak tahu kalau Tonghong Loei bersedih hati karena menguatirkan keselamatannya.

Ia mengira Si Soat Ang jadi gusar dan menyiksa sianak muda itu karena ia tak mau menghisap keluar jarum beracun tersebut dari tubuhnya, maka ia lalu berkata.

"Sam suko, bersabarlah sebentar lagi, setelah aku berhasil menghisap keluar jarum beracun bersarang ditubuhnya maka kita tak ada urusan lagi, ia sudah berjanji untuk melepaskan dirimu, ia pasti akan penuhi janji tersebut, bersabarlah sebentar lagi.".

"Ayah cepetan dikit !" hardik Si Soat Ang tidak sabaran lagi. "Buat apa banyak bicara yang tak berguna ?" "Baik ! Baik !".

Ia mengepos tenaga siap turun tangan tetapi pada saat itulah tiba2 dari depan pintu berkumandang datang suara seseorang.

"Nona Si, kau jangan sekali2 menghisap jarum beracun itu !"

Ucapan tersebut muncul secara tiba2, jangan dikata Si Soat Ang, Si Chen serta Tonghong Loei sekalipun Tonghong Pacu sijago lihay dari kolong langitpun dibikin terkesiap.

Semua orang sama2 berpaling, tampaklah si-manusia aneh yang berwajah mengerikan itu sudah muncul kembali didepan pintu, dia bukan lain adalah Tonghong Pek.

Tapi siapapun tidak tahu kalau orang yang berdiri didepan pintu saat ini adalah Tonghong Pek putra diri Tonghong Pacu.

Diantara beberapa orang itu ilmu silat Tong hong Pacu paling lihay, maka ia sadar lebih dulu daripada orang lain, mendengar manusia aneh itu menghalangi niat Li Chen untuk menghisap jarum beracun itu, ia teramat gusar sebab apabila gadis itu batalkan niatnya berarti seluruh rencananya akan menemui kegagalan.

Ia ada rencana untuk membinasakan Si Chen setelah itu berusaha untuk menjodohkan Si Soat Ang dengan Tonghong Loei, sebab hanya dengan jalan ini saja ia dapat mempertahankan gelarnya sebagai Boe Tek Bengcu.

Sambil membentak keras, tampak tangannya segera diputar dan melancarkan sebuah serangan dahsyat ke depan pintu. Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek tidak lemah, tapi ia masih bukan tandingan dari Tonghong Pacu, tentu saja sianak muda itupun mengerti maka ketika menyaksikan sigembong iblis itu melancarkan serangannya sang tubuh segera bergerak mundur.

Bersamaan dengan gerakannya meloncat mundur iapun berteriak keras.

"Nona Si mereka ada maksud mencelakai dirimu, setelah kau hisap keluar jarum beracun itu maka kau sendiri bakal keracunan dan akhirnya mati dalam keadaan mengenaskan

!"

Angin pukulan yang dilepaskan Tonghong Pacu men- deru2 dan sangat memekikkan telinga tetapi beberapa patah kata yang diutarakan Tonghong Pek masih kedengaran dengan amat nyata.

Dalam pada itu Tonghong Pacu sendiripun tidak melakukan pengejaran setelah menyaksikan serangannya gagal mengenai sasaran, tiba2 ia putar badan.

Pada saat itulah Si Chen sudah angkat kepala sambil bertanya.

"Benarkah ucapan yang ia katakan ?"

Tonghong Pacu tertegun, untuk beberapa saat lamanya gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini tak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun.

Si Chen tertegun akhirnya ia menghela napas panjang. "Aaai..! padahal kalianpun tak usah mengelabui diriku."

ujarnya, "Demi menolong Sam suko aku rela berkorban, sebenarnya kalian tak usah merahasiakan peristiwa ini, sama saja aku suka menghisap keluar jarum beracun itu kendati harus disertai dengan pengorbananku !" Sewaktu mengucapkan beberapa patah kata itu sikapnya tenang dan sama sekali tidak pikirkan keselamatan sendiri didalam hati, dari sepasang matanyapun memancar keluar sinar mata penuh rasa cinta.

Pancaran cinta yang muncul dari gadis tersebut membuat Tonghong Loei merasakan hatinya seperti di-iris2 dengan pisau namun ia tak dapat bicara kecuali dari tenggorokannya mengeluarkan suara gemuruh yang keras.

OOOodwoOOO

BAB 22

"SAM SUKO! kau jangan sembarangan bergerak." ujar Si Chen kembali "Asal jarum beracun itu berhasil kuhisap keluar, nona Si pasti akan melepaskan dirimu."

Otot otot besar bermunculan diatas dahi Tonghong Loei, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, ia merasa tersiksa dan sangat menderita, apalagi mulutnya terkunci tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, ia semakin tersiksa.

Menyaksikan keadaan suaminya, Si Chen pun menjadi amat bersedih hati, ujarnya.

"Sam suko, aku tahu selama ini kau bersikap sangat baik kepadaku, tidak tega aku pergi tetapi kaupun harus tahu seandainya suatu kejadian di luar dugaan menimpa dirimu, akupun tidak ingin hidup seorang diri dikolong langit, aku lebih suka mati, kau . kau jauh lebih kuat dari diriku kau harus tetap hidup biar... biarlah aku yang korbankan diri demi keselamatan jiwamu.".

Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajah gadis itu, ketika kata2 terakhir diutarakan ia tak kuasa menahan diri dan meledaklah isak tangis yang amat memilukan hati membuat Tonghong Pacu pun ikut tergerak hatinya, sebab gembong iblis ini sama sekali tak menduga kalau hubungan cinta kasih sepasang suami istri itu begitu tebal.

Tetapi berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Pacu lebih memberatkan keselamatan diri Tonghong Loei, sebab sianak muda itu adalah putra kandungnya sedang Si Chen hanya menantu belaka.

Ia berbatuk siap bicara, namun Si Soat Ang telah berseru lebih dahulu.

"Eeee . ! sebenarnya kau suka menghisapkan jarum racun tersebut tidak ? kalau kau tunda2 lagi, jangan salahkan kalau aku bertindak telengas dan turun tangan terhadap diri Loei-sam."

Si Chen terperanjat buru2 ia mengiakan. "Aku segera datang!" serunya.

Ia maju selangkah kedepan mendekati Si Soat Ang, namun pada saat itu diri atas atap ruangan berkumandang kembali teriakan keras.

"Tonghong Loei, istrimu mencintai dirimu dengan segenap jiwa raga, kalau kau biarkan ia mati demi dirimu maka kau lebih rendah dari seekor anjing, lebih hina dari seekor babi!"

Tonghong Loei tak dapat buka suara namun dari tenggorokannya mengeluarkan suara aneh yang mengerikan..

Tonghong Pacu amat gusar, tubuhnya berkelebat keluar dari ruangan siap membinasakan simanusia aneh itu, tapi saat itulah orang yang dicari sudah menerjang masuk kedalam ruangan lewat jendela.

Setibanya didalam ruangan orang itu segera berteriak. "Tonghong Loei kalau kau suka membawa Si Chen

meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung dan tidak

bikin onar dalam dunia persilatan lagi, aku dapat menyempurnakan keinginan kalian."

Pada saat itu, meskipun jalan darah Tong hong Loei dikuasahi Si Soat Ang namun kesadarannya sama sekali tidak terganggu ucapan ini seketika membuat ia tertegun, tapi sebagai orang cerdik ia segera mengetahui maksud hati lawan, dengan cepat ia mengangguk.

Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berpaling ketika mendengar dalam ruangan ada suara aneh tapi terlambat menanti ia berpaling Tonghong Pek telah menyelesaikan kata2nya yang sedang Tonghong Loei pun telah mengangguk.

Terpaksa gembong iblis itu berdiri ditempat semula, telapak yang semula siap melancarkan serangan saat ini disiap sediakan untuk menghadapi segala kemungkinan.

Tonghong Pek tarik napas dalam2, ia berkata.

"Nona Si harap kau suka melepaskan diri Tonghong Loei!"

Si Soat Ang masih belum mengerti maksud ucapan Tonghong Pek barusan. ia segera tertawa dingin.

"Sungguh menggelikan suruh aku melepaskan dirinya? lalu siapa yang akan menghisapkan jarum beracun tersebut."

"Aku !" jawab Tonghong Pek setelah tarik napas sekali lagi. Walaupun cuma sepatah kata, namun ucapan ini cukup menggetarkan seluruh isi ruangan, perkataan tersebut bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong, membuat semua orang melengak.

Seketika itu juga suasana dalam ruangan jadi hening, sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.

Lama... lama... lama sekali akhirnya Si Chen buka suara lebih dahulu.

"Saudara, sepantasnya akulah yang wajib menolong suamiku, kau...kau..."

"Nona Si, aku tahu Tonghong Loei bukan seorang manusia baik, dibicarakan dari perbuatan serta tingkah lakunya ia lebih sesuai untuk mati" kata Tonghong Pek sambil per-lahan2 putar badan. "Tetapi ia sangat mencintai dirimu, cinta kasihnya kepadamu lebih dalam dari samudra, ia benar2 menyayangimu dengan segenap jiwa raga, memandang diatas hal inilah maka aku aku rela mewakili dirimu hisap kan jarum beracun-tersebut, kau pun tahu bukan Tonghong Loei telah menyanggupi untuk tinggalkan perkampungan Jit-Gwat-Cung dan tidak mencampuri urusan dunia kangouw lagi, dapatkah ia penuhi janjinya ini, maka semuanya tergantung pada dirimu."

Ucapan ini sangat menggetarkan hati Si Chen, tiba2 ia maju dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Tonghong Pek.

"Terima kasih atas budi pertolongan yang telah anda berikan." katanya.

Dengan cepat Tonghong Pek menghindar ke samping. "Jangan... jangan kau lakukan !"

Dalam pada itu Si Soat Ang telah tertawa dingin dan berseru. "Perduli siapakah yang akan menghisapkan jarum beracun tersebut dari tubuhku, Loei Sam baru aku lepaskan setelah jarum beracun itu berhasil dikeluarkan..."

"Nona Si, tentang soal ini kau boleh berlega hati" sahut Tonghong Pek sambil tertawa getir, "Aku jadi manusia selamanya mengatakan satu tetap satu, katakan dua tetap dua, kalau kau tidak percaya silahkan mencengkeram dahulu urat nadiku aku tidak bakal melarikan diri."

Sambil berkata Tonghong Pek segera menjulurkan tangan kanannya kedepan.

Si Soat Ang berpikir cepat, tiba2 tangan kirinya melepaskan tubuh Tonghong Loei, kemudian laksana kilat balik mencengkeram urat nadi dari Tonghong Pek.

Tonghong Loei segera merasakan badannya jadi kendor, badannya maju setengah langkah kedepan dengan sempoyongan hampir2 saja ia jatuh terjengkang.

Buru2 Si Chen meloncat bangun memayang tubuhnya tanpa sadar sepasang suami istri ini saling berpelukan dengan eratnya, isak tangis meledak memecahkan kesunyian.

Lama sekali mereka menangis, akhirnya Si Chen baru berkata kembali.

"Sam suko! cepat ucapkan terima kasih atas pertolongan In jien!"

Tonghong Loei putar badan menjura dalam2 kearah Tonghong Pek yang telah dicengkeram oleh Si Soat Ang.

"Sahabat Pek" katanya, "Bantuan yang kau berikan kepada kami tidak akan kami lupakan sepanjang masa."

"Aaah ! asal kau masih ingat dengan ucapanku tadi, sekalipun mati akupun akan mati dengan mata meram!" Tonghong Loei lantas menggandeng tangan Si Chen erat2 dan sama2 berjalan kehadapan Tonghong Pacu, ujarnya pula.

"Apa yang terjadi selama ini aku rasa kau pun dapat melihat sendiri, perkampungan Jiet Gwat-Cung tak mungkin bisa kami diami lagi, anggap saja sejak detik ini dikolong langit sama sekali tak ada kami berdua !".

Dari ucapan Tonghong Loei barusan, gembong iblis itu dapat menangkap betapa tidak puasnya sianak muda itu terhadap dirinya, menyaksikan kedua orang itu hendak berlalu, hatinya semakin mendongkol bercampur gusar.

Tetapi dia adalah seorang manusia licik yang punya banyak akal, girang ataupun gusar tak pernah terlintas diatas wajah, ia tertawa dingin.

"Tiap manusia punya tujuan yang berbeda silahkan kalian pergi kalau mau berlalu !" serunya.

Tonghong Loei tidak banyak bicara lagi, ia tarik tangan Si Chen kemudian putar badan dan berlalu dalam sekejap mata mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.

Menanti Tonghong Loei serta Si Chen telah berlalu, Tong hong Pek baru berkata.

"Nona Si, maaf apabila aku lancang, tapi kau harus tahu bahwa aku berbuat demikian demi menyelamatkan jiwamu, harap kau... kau jangan salahkan diriku."

Sambil berkata Tonghong Pek mulai merobek pakaian diatas bahu Si Soat Ang dan mendekatkan bibirnya keatas mulut luka.

Si Soat Ang hampir2 saja muntah ketika menyaksikan wajah Tonghong Pek yang jelek dan menyeramkan itu berada sangat dekat dengan dirinya, ia perkeras cengkeramannya pada urat nadi lawan, pejam mata dan membentak.

"Jangan banyak bicara lagi, ayoh cepat !"

Perasaan hati Tonghong Pek pada saat ini benar2 tidak keruan, dengan menempuh bahaya, ia datang mewakili Si Chen untuk menghisap keluar jarum beracun tersebut, pertama karena ia ingin menolong Tonghong Loei berdua dan kedua iapun ingin menolong Si Soat Ang.

Sebab boleh dikata inilah kesempatannya yang terakhir untuk mendekati gadis pujaan hatinya.

Sejak Si Soat Ang menunjukkan sikap ngeri dan ketakutan setelah menyaksikan wajahnya yang menyeramkan, Tonghong Pek pun mulai sadar bahwa sepanjang hidupnya tak mungkin lagi ada kesempatan baiknya untuk mendekati Si Soat Ang.

Tetapi ia tidak pergi jauh, ia hanya bersembunyi diluar ruangan sambil menyaksikan perubahan yang terjadi dalam ruangan, ketika menyaksikan Si Chen rela berkorban demi menyelamatkan suaminya. Tonghong Pek merasa sangat terharu.

Sebagai seorang lelaki yang sedang patah hati, Tonghong Pek jadi terharu, iapun lantas terbayang seandainya ia yang menghisap keluar jarum beracun itu, maka kendari bagaimana muaknya gadis tersebut terhadap dirinya, ia masih ada kesempatan untuk mendekati Si Soat Ang walau hanya sebentar saja.

Dalam pada itu Tonghong Pek telah berada sangat dekat tubuh Si Soat Ang, bau harum yang memancar keluar dari tubuh gadis tersebut langsung menusuk hidung, memandang pula kulit badannya yang putih bersih dan halus membuat sianak muda ini berdebar hati. Tetapi ketika menyaksikan titik merah diatas kulit yang putih, Tonghong Pek tertawa getir, akhirnya ia tundukan kepalanya mendekati tubuh gadis tersebut, Si Soat Ang merasakan dengusan napas Tonghong Pek yang memburu menyembur diatas bahunya, mendatangkan suatu perasaan yang sangat aneh sekali.

Ia tahu mulut sianak muda itu sudah berada sangat dekat dengan bahunya, dalam keadaan seperti ini ia tak berani buka mulutnya lagi, jangan dikata buka mata, cukup terbayang wajah Tonghong Pek yang begitu mengerikan badannya segera gemetar dengan kerasnya. 

"Ceee...cepat.. cepatlah !" kembali ia berseru suaranya gemetar keras.

Tonghong Pek mengiakan sekenanya, ia segera tempelkan bibinya diatas bahu gadis itu dan mulai menghisap, ketika bibirnya menempel ditubuh Si Soat Ang, kedua orang itu sama2 merasa badannya bergetar keras.

Mereka tidak sadar bahwa ketika itu dalam ruangan tinggal mereka berdua, sebab Tong-hong Pacu telah berlalu untuk mengejar Tong-hong Loei serta Si Chen, seandainya gembong iblis itu berdiri disana dan menyaksikan Si Soat Ang pejamkan matanya, maka sangat gampang baginya bilamana ingin melancarkan serangan bokongan.

Tonghong Pek mulai salurkan hawa murninya dan keras2 menghisap diatas mulut luka tersebut.

Ketika hawa murninya bergolak makin lama semakin cepat, dari tubuhnya mendadak mengeluarkan suara gemerutuk yang aneh sekali.

Si Soat Ang merasakan diatas bahu kanannya se-olah2 terdapat seutas benang yang sangat panjang, rasa gatal menyerang seluruh badannya, dari bahu lama kelamaan menjalar sampai punggung kemudian pergelangan dan akhirnya sampai ke ujung jari.

Menanti rasa gatal tadi sudah tiba diujung jari se-olah seseorang yang baru bebas dari rasa kaku jari tangannya terasa mulai bisa bergerak lagi seperti semula.

Sementara itu hawa murni yang bergolak dalam tubuh Tonghong Pek pun semakin santar, kabut putih mulai muncul diatas batok kepalanya.

Kurang lebih setengah jam kemudian tiba2 Tonghong Pek merasakan ada sebatang jarum lembut mengalir keluar lewat mulut luka diatas bahu gadis tersebut.

Buru2 Tonghong Pek menggigit jarum tadi dan mencabutnya keluar dari dalam tubuh.

Menanti jarum tadi sudah dicabut keluar, Si Soat Ang pun merasa badannya lega, buru2 ia buka matanya kembali.

Tapi dengan cepat ia mundur selangkah ke belakang setelah menjumpai wajah Tonghong Pek dengan tangannya ia menutupi wajah sendiri lalu berseru gemetar.

"Kau... kau..."

Mula2 Tonghong Pek tertegun, tapi dengan cepat ia mengerti maksud hati Si Soat Ang buru2 ia berpaling dan menyemburkan jarum beracun tadi hingga menancap diatas tonggak dalam ruangan tersebut.

Rasa kaku mulai menyerang seluruh tubuhnya ia merasa bagian badannya seperti kesemutan, tapi hanya sebentar perasaan itu tiba2 lenyap kembali.

Tonghong Pek sadar paling banter ia cuma bisa hidup satu jam lagi, hatinya terasa amat berat setelah menghela napas panjang per-lahan2 ia berlalu dari sana? Baru dua langkah ia berjalan terdengar Si Soat Ang berseru.

"Kau jangan pergi dulu... dan jangan berpaling pula." "Heee... benarkah wajahku amat menyeramkan?" tanya

Tonghong Pek sambil berhenti.

"Kau... kau tak dapat menyaksikan wajahmu sendiri, seumpama kau dapat melihat wajahmu sendiri maka hatimu pasti akan sangat terperanjat. wajahmu benar2 mengerikan !"

Tonghong Pek segera teringat ketika untuk pertama kakinya ia bercermin diatas permukaan air ketika menyaksikan wajahnya yang begitu mengerikan, ia dibikin terperanjat sampai tidak percaya dengan sepasang mata sendiri.

Ia menghela napas panjang, dirobeknya secarik kain lalu membuat dua lubang untuk mata dan dikerudungkan diatas wajah sendiri setelah itu ia baru berpaling.

"Jarum beracun dalam tubuhmu telah terhisap keluar, apakah kau tidak merasakan sesuatu yang aneh ?"

"Tidak, aku tak mengapa, tapi kau..."

Si Soat Ang tidak melanjutkan kata2nya, tapi jelas betapa kuatirnya gadis tersebut terhadap keselamatannya membuat Tonghong Pek merasa terharu.

"Aku masih ada kesempatan selama dua belas jam untuk hidup" sahutnya sambil tertawa getir.

"Tadi aku telah mengusir dirimu pergi tapi Tonghong Loei telah mencelakai diriku dan sekarang kau malah menolong diriku, apakah kau tidak merasa sakit hati ketika kuusir tadi ?" tanya Soat Ang dengan kepala tertunduk rendah2. Tonghong Pek. benar2 tergetar hatinya, hampir2 saja ia hendak berteriak. "Aku adalah Tonghong Pek, Si Soat Ang! setelah aku terluka, kenapa aku tidak menolong dirimu ?"

Tapi ia cuma bisa pentang mulutnya lebar2, tak sepatah katapun berhasil diutarakan keluar.

Akhirnya ia berubah pendapat segera ujarnya: "Sekalipun aku tidak menolong dirimu, dengan tanpa

ragu-ragu Si Chen pun akan menolong dirimu, aku tidak

lain hanya mewakili dirinya, kau tak usah bersedih hati akan nasibku".

"Aaaai...! Watak Tonghong Loei sangat bejad dan tingkah lakunya terkutuk, tapi tak disangka iapun masih punya sifat yang baik, ketika Si Chen hendak mengisap jarum beracun tersebut Tonghong Loei ada maksud menghalangi maksudnya."

"Benar, ia rela dirinya mati ditanganmu daripada Si Chen mati keracunan demi menyelamatkan jiwanya !".

"Keadaan inilah yang dinamakan cinta kasih sejati yang sukar Ditemui dalam kolong Langit, bukankah begitu ??".

"Benar !"

"Lalu apa sebabnya kau mewakili Si Chen?" tanya Si Soat Ang dengan sepasang alis berkerut. "Apakah terhadap diri Si Chen kau..."

Si Soat Ang menatap wajah si anak muda itu tajam2, begitu tajam sinar matanya menembusi lubuk hatinya membuat Tonghong Pek tidak berani saling beradu pandangan.

"Lalu apa sebenarnya kau berbuat demikian ?" kembali Si Soat Ang bertanya setelah menatap sianak muda itu beberapa saat lamanya. Seluruh tubuh Tonghong Pek bergetar keras. "Aku... aku..."

Si Soat Ang maju beberapa langkah kedepan sehingga

berada sangat dekat dengan Tonghong Pek ujarnya kembali.

"Apa sebabnya ? mengapa kau tidak berterus terang ? kau adalah seseorang yang hampir mati, untuk binasapun tidak takut, mengapa kau takut mengutarakannya keluar ?"

Tonghong Pek merasa amat sedih, ia ingin mencekal tangan gadis tersebut tapi sekuat tenaga ia berusaha mencegah maksudnya itu sehingga tangannya gemetar keras.

"Sejak kita berjumpa muka didalam gardu tempo dulu aku selalu merasa bahwa dahulu kita pernah saling berjumpa" terdengar Si Soat Ang berkata dengan suara datar, "Sekarang aku ingin bertanya sekali lagi benarkah kita pernah berkenalan ? katakanlah terus terang!"

"Tiii.. tidak . tidak pernah, wajahku jelek seperti setan apabila nona Si pernah berjumpa dengan diriku kau pasti tidak akan melupakannya sepanjang hidup."

"Sekarang wajahmu memang mengerikan hingga setiap orang yang pernah berjumpa dengan dirimu sepanjang hidup takkan terlupakan tetapi kau tentu tidak berwajah begini menyeramkan sejak dilahirkan bukan ? bagaimana wajahmu dulu ?"

Seluruh tubuh Tonghong Pek gemetar semakin keras. "Aku aku... dahulu wajahkupun . . ti . . tidak berbeda

banyak." sahutnya. "Ai.... sudahlah, kalau kau tidak ingin bicara akupun tak ingin mendesak lebih jauh, tetapi aku tahu akan satu persoalan".

"Kau... apa yang kau ketahui ?"

"Aku tahu kau rela mempertaruhkan jiwamu untuk menghisap keluar jarum beracun tersebut dari tubuhku, kalau bukan disebabkan Si Chen tentu dikarenakan aku bukankah begitu."

Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia tahu Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, apa bila ia tidak mau mengaku tentu akan menimbulkan kecurigaan dirinya.

Maka ia lantas mengangguk.

"Nona Si, ucapanmu sedikitpun tidak salah... benar, aku memang demi dirimu !"

"Demi aku ? mengapa demi diriku kau suka berkorban ?"

"Nona Si, sejak bertemu dengan dirimu timbul rasa suka dalam hatiku, tetapi aku sadar bahwa wajahku amat menyeramkan bagaikan memedi, tidak mungkin aku bisa bermesraan dengan nona Si, maka dari itu aku... maka dari itu aku...".

Berbicara sampai disitu Tonghong Pek lantas membungkam, padahal sekalipun ia tidak lanjutkan, Si Soat Ang pun mengerti apa yang hendak diucapkan lebih jauh.

Merah jengah selembar wajah Si Soat Ang, separuh karena ia malu dan separuh lagi karena ia kegirangan.

Tak seorang gadis mudapun yang tidak menginginkan dirinya dipuji sebagai gadis cantik, apalagi dasarnya Si Soat Ang memang amat cantik. Pada saat ini ketika ia tahu ada seseorang yang mencintai dirinya, bahkan rela berkorban demi dirinya, ia merasa girang sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.

Dengan cepat ia menggeleng dan berseru.

"Sekalipun begitu kau . . . pengorbananmu terlalu besar .

."

"Nona Si, kau tidak menyalahkan diriku sudah cukup

membuat aku kegirangan!" kata si anak muda itu sambil tertawa getir.

Si Soat Ang tarik napas panjang2.

"Sanggupi dahulu permintaanku jangan se kali2 kau lepaskan kain kerudungmu itu" pintanya.

"Tentu akan kutaati!"

Si Soat Ang segera maju semakin dekat, tiba2 ia cekal tangan Tonghong Pek erat2 sembari berkata:

"Agaknya terjadi keributan ditempat luaran, mari kita keluar dan periksa apa yang telah terjadi !".

Tindakan Si Soat Ang secara tiba2 ini membuat Tonghong Pek tergetar keras, beberapa saat lamanya ia berdiri ter-mangu2 tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun.

Menanti hatinya dapat tenang kembali, ia pun dapat mendengar suara hiruk pikuk ditempat luaran, seakan2 telah terjadi suatu perubahan yang amat besar.

Tetapi iapun tahu dia adalah seorang yang hampir mati, Si Soat Ang tentu merasa terharu kepadanya maka ia suka bermesraan dengan dirinya dikala ajalnya menjelang datang. Bukan untuk pertama kakinya Tonghong Pek bergandengan dengan Si Soat Ang, setahun berselang ketika mereka berdua sama2 menanggulangi kesulitan, walaupun tidak sampai kelewat batas namun mereka pernah saling bermesraan.

Walaupun begitu, sekarang Tonghong Pek mencekal tangan Si Soat Ang kembali, jantungnya terasa berdebar sangat keras

Sementara itu terdengar Si Soat Ang telah berkata kembali.

"Kau telah selamatkan jiwaku, dan kau tak akan lolos diri kematian, sebelum kau meninggal dunia maka kita adalah sahabat yang paling baik teman paling akrab."

"Terima nona Si." sahut Tonghong Pek sambil menghembuskan napas panjang " Nona Si dahulu kau tentu ada seorang sahabat yang paling akrab bukan?"

Pertanyaan ini mengakibatkan kembali diri Tonghong Pek dalam benak Si Soat Ang, ia merasa sangat sedih.

"Benar" jawabnya sambil menghela napas, ""Aku mempunyai seorang sahabat yang paling akrab, walaupun kami sering cekcok namun aku menaruh rasa sayang kepadanya sedang aku sendiri pun tidak tahu bagaimana kah perasaannya kepadaku, entah iapun menyukai diriku atau tidak dan sekarang aku pun tak tahu ia berada dimana!"

Tangan Tonghong Pek yang menggandeng tangan Si Soat Ang gemetar semakin keras.

Terdengar Si Soat Ang menghela napas panjang kembali.

"Tetapi meskipun dia ada disini setelah mengetahui bahwa kau selamatkan jiwaku dengan menempuh bahaya aku rasa iapun tidak akan menyalahkan dirimu" tambahnya.

"Aku aku rasa aku rasa ia tentu tahu..." gugam sianak muda itu.

"Aai... semoga saja ia memang benar2 tahu."

Sementara itu teriakan2 ditempat luaran kedengaran semakin nyata, terdengar bentakan gusar dari Tonghong Pacu sengit memekikkan telinga.

"Binatang kau berani melawan diriku ?"

"Aku tidak ingin bergebrak melawan dirimu tapi kau selalu yang mendesak diriku" jawab-Tonghong Loei. "Kau... mengapa kau selalu mendesak diriku ?"

"Coba dengar" Si Soat Ang segera berseru. "Tonghong Pacu serta Tonghong Loei hendak bertarung sendiri."

"Benar" sahut Tonghong Pek. "Sungguh tak nyana Tonghong Loei pun masih lumayan juga, ia benar2 hendak tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"

Dengan cepat mereka berdua lari kedepan sewaktu tiba ditengah halaman.

Mendadak terdengar suara bentrokan keras berkumandang memenuhi angkasa, tembok pekarangan tiba2 roboh keatas diikuti munculnya Tonghong Loei serta Si Chen mengundurkan diri ke situ.

Kemudian disusul munculnya Tonghong Pacu, dengan wajah penuh kegusaran, dengan langkah lebar ia mengejar terus kedalam halaman.

Dari sikap serta tingkah laki Tonghong Pa cu tersebut, Si Soat Ang mengerti seluruh perhatian gembong iblis itu sedang dicurahkan kearah Tonghong Loei, ia merasa inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk melancarkan bokongan agar Tonghong Pacu terperanjat dan mengundurkan diri.

Karena punya pikiran begitu maka badannya dengan cepat meloncat kedepan sepasang telapak bergerak berbareng mengirim sebuah pukulan dahsyat.

Dalam sekejap mata angin puyuh menggulung tiada hentinya memenuhi seluruh angkasa bagaikan gulungan ombak ditengah samudra serangan tadi langsung menghantam kearah gembong iblis.

Tonghong Pacu sedang pusatkan perhatiannya untuk menghajar Tonghong Loei, ia tidak menyangka muncul dua gulung angin yang hebat, dengan hati terperanjat ia segera berhenti, kemudian mendorong telapaknya kedepan menyambut datangnya serangan tersebut.

Ditengah bentrokan dahsyat ia berhasil mematahkan datangnya ancaman tapi pada saat itulah tubuh Si Soat Ang telah tiba dihadapan mukanya.

Tonghong Pacu benar2 terkesiap, tentu saja ia tahu dua serangan yang menghalangi jalan perginya pasti dilancarkan oleh gadis tersebut, sepasang telapak segera disilangkan didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan.

Si Soat Ang tertawa, jengeknya.

"Orang lain mengatakan untuk menghadapi serangan yang hebat ayah dan anak jangan saling berpisah mengapa kalian malah bermusuhan sendiri ? Apakah kau ingin membuyarkan gelarmu sebagai Bengcu tanpa tandingan?"

Tonghong Pacu mendengus, ia tidak menggubris ejekan tersebut kembali bentaknya.

"Binatang, aku kesini jangan sembunyi2 disitu !" Tonghong Loei serta Si Cien berada dua tombak dan kalangan, mereka tak mau mendekat, sebaliknya berteriak keras.

"Aku sudah ambil keputusan untuk meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"

"Meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung? Hmm! Aku tidak percaya kau punya tempat menetap yang lebih aman daripada perkampungan Jiet Gwat Cung."

"Kami hendak berangkat ke wilayah Biauw."

Begitu mendengar jawaban tersebut Tong-hong Pacu segera mengetahui tujuan Tonghong Loei ke wilayah Biauw, ia pasti hendak mencari ibunya Kiem Lan Hoa, dan tindakan tersebut merupakan pantangannya yang paling besar.

Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini segera tertawa dingin tiada hentinya.

"Aku sebagai Bu Tek Bengcu berhasil menjaring seluruh tokoh sakti yang ada dikolong langit, kalau untuk mengurusi putranya sendiri pun tak sanggup apa gunanya aku menjagoi kolong langit?"

Air muka Tonghong Loei berubah pucat pias bagai mayat, walaupun ia sudah bulatkan tekad untuk berlalu tapi iapun tahu bukan cara yang tepat untuk menggunakan kekerasan dalam keadaan seperti ini.

"Dalam perkampungan Jiet Gwat Cung sudah penuh dengan jago lihay, apa artinya aku seorang?" segera serunya.

"Binatang, sebab kau adalah putraku !"

Tonghong Loei tertawa getir, ia tidak buka suara lagi. Pada saat itulah Tonghong Pek maju selangkah kedepan ujarnya.

"Bengcu, ia hendak meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung karena putramu telah menyanggupi permintaanku, ia boleh melakukan tindakan yang melanggar ucapan sendiri, lebih baik biarkanlah ia pergi."

"Kentut busuk" teriak Tonghong Pacu gusar, sambil membentak tiba2 telapaknya berputar melancarkan sebuah serangan dahsyat ke arah Tonghong Pek.

Menyaksikan datangnya serangan dari gembong iblis itu amat dahsyat, Tonghong Pek sama sekali tidak menghindar, sebab ia tahu dua belas jam kemudian ia bakal mati keracunan, mungkin sesaat menjelang asalnya ia akan merasakan siksaan hebat, apa bedanya dengan beberapa jam lebih pagi diujung telapak Tong hong Pacu?

Angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak ditengah samudra serangan tadi meluncur kedepan, namun Tonghong Pek tetap tak berkutik, tindakannya itu mengejutkan orang.

Disaat yang amat kritis itulah tiba2 Si Soat Ang membentak keras, jari tangannya diiringi desiran tajam tiba2 meluncur kedepan mengancam jalan darah Ci-Te-Hiat di atas lengan kanan Tonghong Pacu.

Serangan gadis inipun sangat cepat bahkan tepat sekali, seumpama Tonghong Pacu melanjutkan serangannya maka sekalipun angin pukulannya bersarang ditubuh Tonghong Pek namun jalan darah Ci-Tie Hiatnya pun pasti akan tertotok oleh Si Soat Ang.

Maka dari itu merasa datangnya ancaman terpaksa ia lepaskan Tonghong Pek, badannya tiba2 berputar dan serangan yang semula di arahkan kearah sianak muda itu segera berbalik mengancam Si Soat Ang.

Gadis she Si inipun bukan orang lemah, dari putaran badan gembong iblis tersebut, Si Soat Ang segera menyadari bahwa totokannya tak bakal mengenai sasarannya, dengan cepat ia merendahkan badannya ke bawah, sepasang telapak berputar kemudian menyambut datangnya serangan tersebut.

"Braak ." Sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan keras.

Dalam bentrokan ini tubuh Si Soat Ang terdesak mundur selangkah kebelakang sedangkan, tubuh Tonghong Pacu terangkat keatas.

Gadis itu tak mau tunjukkan kelemahannya, ia sadar apabila tubuhnya yang mundur tak bisa ditahan maka ia bakal menderita kalah sejurus, maka ambil kesempatan itu kembali badannya mendesak kedepan sambil melancarkan sebuah serangan kembali.

Serangan tersebut datangnya teramat cepat sehingga sulit bagi Tonghong Pacu untuk menghindarkan diri, dalam bentrokan yang terjadi untuk kedua kakinya iblis itu tak kuasa menahan diri, dengan sempoyongan badannya mundur dua langkah kebelakang.

Menyaksikan musuhnya berhasil dipaksa mundur, Si Soat Ang kegirangan setengah mati, dengan cepat ia tarik kembali serangannya berkelebat kesisi Tonghong Pek dan mendengus dingin.

"Tonghong sianseng." katanya "Kalau tak dapat mengurusi putra sendiri, lebih baik janganlah salurkan rasa mangkelmu kepada orang lain kalau mau menabok, taboklah putramu sendiri." Wajah Tonghong Pacu sebentar berubah pucat pias, sebentar lagi berubah hijau membesi, ia sangat gusar sekali, lama sekali barulah ujarnya sambil tertawa dingin.

"Nona Si kau sungguh baik hati, demi mencabut keluar jarum beracun dalam tubuhmu, ia bakal mati keracunan dan sekarang kau masih menolong jiwanya ?"

Tentu saja ucapan tersebut mengandung sindiran tajam, sebelum Si Soat Ang buka suara dengan nada tenang Tonghong Pek telah berkata.

"Kau tidak usah menyindir, aku berbuat karena muncul atas keikhlasan hatiku."

Sepasang mata Tonghong Pacu berkilat, ia tidak menggubris mereka berdua lagi, sinar matanya dialihkan kearah Tonghong Loei.

"Bagaimana keputusanmu ?" tegurnya.

"Aku sudah bulatkan tekad untuk meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung"

"Hee... hee... hee... kau jangan anggap karena kau adalah putraku, lantas aku tidak bisa meng-apa2kan dirimu, bicara terus terang, aku bisa anggap tidak punya seorang putra macam kau. Hmmmm ! binatang, aku bisa membinasakan dirimu dengan cara yang paling keji."

Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tubuhnya gemetar keras namun ia tetap berkata.

"Aku sudah bulatkan tekad !"

"Baik akan kulihat sampai dimanakah kebulatan tekadmu itu !" teriak Tonghong Pacu sambil meraung gusar.

Sambil berteriak sepasang lengannya dipentangkan dan menubruk kedepan, siapapun tahu bahwa gembong iblis ini mengandung maksud tidak menguntungkan terhadap putranya sendiri.

Dan semua orang pun tahu tak ada orang yang bisa menyelamatkan sianak muda itu kecuali Si Soat Ang seorang.

Dalam sekejap mata baik Si Chen maupun Tonghong Pek sama2 telah berpaling kearah gadis itu sambil berseru.

" Nona Si harap .."

Namun sebelum ucapan mereka selesai di utarakan, terdengar Si Soat Ang telah berteriak keras, suaranya penuh dengan rasa gusar bercampur terkejut.

Kiranya serangan sepuluh jari yang dilancarkan Tonghong Pacu sama sekali tidak ditujukan kearah Tonghong Loei, sebaliknya malah mencengkeram tubuh Si Soat Ang.

Dalam sekejap mata ia merasakan desiran angin tajam menyambar datang dengan hebatnya, ditengah kurungan bayangan jari seakan berlapis2 jala yang tak berwujud sama2 mengurung badannya.

Gadis itu amat terperanjat, buru2 ia menjerit lengking kemudian enjotkan badan berkelebat beberapa tombak kesamping.

Tonghong Pacu bisa melancarkan serangan secara mendadak kearah Si Soat Ang, boleh dikata suatu kejadian diluar dugaan, tetapi kejadian selanjutnya semakin mencengangkan.

Kiranya serangan yang dilancarkan Tong-hong Pacu kearah Si Soat Ang meski kelihatannya amat ganas, namun dalam kenyataan hanya sebuah serangan kosong belaka. Disaat Si Soat Ang menghindarkan diri itulah, Tonghong Pacu pun telah mengundurkan diri kebelakang.

Kali ini ia tidak mengundurkan diri ketempat semula, sebaliknya menerjang kearah Tong hong Loei.

Agaknya gembong iblis ini sudah tahu seandainya ia turun tangan terhadap Tonghong Loei maka Si Soat Ang pasti akan menghalangi niatnya, maka ia turun tangan terlebih dahulu ke arah gadis itu secara tiba2 agar ia gelagapan dan mengundurkan diri.

Setelah gadis itu mundur maka ia baru menubruk kearah Tonghong Loei, perhitungannya ini boleh dikata sangat tepat.

Sianak muda itu sama sekali tidak menyangka bakal terjadi kejadian seperti ini. ketika merasakan datangnya segulung angin pukulan ia tersentak kaget, tapi sebelum berhasil melarikan diri serangan ayahnya telah tiba.

Ditengah jeritan kaget Si Chen itulah, dada Tonghong Loei sudah kena dicengkeram oleh Tonghong Pacu.

Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Loei tidak lemah, tapi ia masih selisih jauh kalau di bandingkan dengan kepandaian Tonghong Pacu setelah dicengkeram ia tak dapat berkutik lagi.

"Binatang apa yang hendak kau katakan lagi? Ayoh cepat katakan sekarang juga." teriak Tonghong Pacu sambil angkat tubuh putranya ketengah udara.

Tonghong Loei memang berwatak keras, tetapi berada dalam keadaan seperti ini dibikin pecah nyali juga, ucapannya yang gagah segera. "Aku...aku...aku hanya berharap jangan kau pisahkan hubungan kami berdua lagi.." serunya ter-patah2. "Aku...aku... aku..."

"Loei Sam, seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi kematian sekalipun jiwamu terancam janji tak boleh diingkari." tukas Tonghong Pek dengan suara keras.

Sedangkan Si Chen yang berada disisinya sudah menangis tersedu2, terdengar ia berseru.

"Sam suko cepatlah sanggupi permintaannya apa yang disuruh ayahmu lakukan, lakukanlah tanpa membantah, kau . . kau tidak boleh mati . . Sam suko aku. . aku sudah . .

. sudah mengandung !"

"Aaah . . !" Tonghong Loei berseru tertahan.

"Ayoh katakan, ayoh cepat katakan !" desak Tonghong pacu sambil tertawa dingin.

Tonghong Loei jadi gelisah akhirnya ia berseru.

"Asal kau tak ada niat untuk memisahkan kami suami istri berdua aku suka berdiam di tempat ini lebih jauh !"

Tonghong Pacu mendengus dingin ia segera kendorkan tangannya dan melemparkan tubuh Tonghong Loei beberapa tombak jauhnya dari tempat semula.

Tubuh sianak muda itu segera terpental dan jatuh terjengkang diatas tanah, buru2 Si Chen memburu kedepan, menubruk keatas tubuhnya dan menangis tersedu2.

"Sudah janganlah menangis" Ujar Tonghong Loei sambil meronta bangun dari atas tanah. "Sekarang sudah tak ada urusan lagi ! "

Kedua orang itu sama2 meronta bangun dan berdiri, kemudian berdiri berdampingan jauh di ujung kalangan. Tonghong Pek yang menyaksikan peristiwa itu jadi mendongkol, selangkah demi selangkah ia maju mendekati kedua orang itu lalu ujar nya sepatah demi sepatah.

"Loei Sam, mula2 aku mengira kau masih punya harga diri dan semangat seorang lelaki jantan tak kusangka aku telah salah menilai dirimu !"

Tonghong Loei malu sekali ia segera melengos dan tidak berani saling terbentur dengan sinar mata Tonghong Pek sambil tertawa getir jawabnya.

"Keadaan terlalu memaksa mau tak mau aku harus bertindak mengikuti keadaan."

"Cisss ! omong kosong !"

Tonghong Pacu yang menyaksikan perbuatan Tonghong Pek itu merasa sangat tidak senang hati, ia kebaskan ujung bajunya memaksa Tong hong Loei serta Si Chen mundur beberapa langkah ke belakang, kemudian badannya berkelebat menghadang di depan Tonghong Pek, jengeknya.

"Bangsat kau ingin berangkat lebih dulu ke akhirat sebelum racun dalam tubuhmu mulai bekerja ?"

Tonghong Pek mendengus dingin.

"Kau anggap setelah bergelar Boe-Tek-Beng itu lantas seluruh jago yang ada dikolong langit pada tunduk atas perintahmu ? Hmm ! kau sedang bermimpi disiang hari bolong !"

"Siapa yang berani menentang perintahku?"

"Bukan orang lain dia adalah putramu sendiri !" jawab Tonghong Pek dingin.

"Haaa haaa haaa untuk sementara memang binatang cilik itu suka mendengarkan hasutan orang lain dan ingin bikin keonaran tapi coba lihat bukankah ia sudah berhasil kutaklukan ?"

"Aku tidak maksudkan dia, aku mengartikan putramu yang lain!"

Airmuka Tonghong Pacu berubah hebat, sedang Si Soat Ang pun menunjukan sikap tegang.

Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit itu segera meloncat kedepan, sepasang lengannya diangkat seolah2 hendak melancarkan serangan, namun ia tidak turun tangan, hanya hardiknya dengan suara yang sangat menakutkan.

"Apa maksudmu?"

"Aku bilang, bukankah kau masih punya seorang putra lagi? Aku tahu nama besarmu telah menggetarkan seluruh jagad, tak seorang manusiapun yang tak tahu dirimu tapi sungguh aneh, saat ini kau berada didalam perkampungan Jiet Gwat Cung, mengapa putra tertuamu malah lenyap tak berbekas.

Ucapan ini langsung menusuk kedalam lubuk hati Tonghong Pacu, selama setahun entah beberapa banyak jago Bulim yang telah menggabungkan diri kedalam perserikatannya dan entah beberapa banyak yang sudi mendengarkan perintahnya, tetapi ada satu hal membuat ia sedih, ia berharap suatu saat Tong-hong Pek bisa muncul dihadapannya.

Air muka Tonghong Pacu berubah sangat menyeramkan, ia tertawa dingin tiada hentinya.

"Hmmm..! mungkin saja ia terkait oleh suatu masalah yang terjadi dalam dunia persilatan, Apa anehnya?" "Aku lihat lebih baik kau jangan tempelkan emas diatas wajah sendiri, aku tahu ia tidak mau muncul disini sebab tidak sudi melihat tingkah lakumu yang bejad dan rendah, ia tak ingin berkomplot dengan dirimu. Hmm, untuk menundukan putra sendiri pun tak sanggup masih ingin menguasai orang lain!"

Dari pucat wajah Tonghong Pacu berubah jadi hijau membesi, ia membentak gusar.

Tonghong Pek tahu ayahnya pasti akan turun tangan, maka ditengah bentakan gusar tersebut, badannya segera meloncat mundur ke belakang.

"Kejadian ini sudah diketahui setiap umat dikolong langit, sekalipun naik pitam juga percuma." jengeknya kembali.

"Heee...heee.. kau anggap setelah mendengar ucapanmu itu aku lantas bubarkan perserikatanku ini? bicara terus terang kepadamu, Boe-Tek Beng akan segera menguasahi seluruh jagad, menanti batas waktu setahun telah penuh, barang siapa yang tak mau tunduk pada perintahku baik dia perseorangan maupun suatu partai atau perkumpulan, akan kuhancurkan mereka sehingga tak bisa tancapkan kaki dalam dunia persilatan lagi !"

Diam2 Tonghong Pek mengeluh, dengan menempuh bahaya rahasia terbongkar asal usul sendiri ia ada maksud mencegah Tonghong Pacu bikin keonaran lebih jauh dikolong langit, tapi usahanya gagal total.

Tonghong Pek segera berpaling ke arah Si Soat Ang dan berkata.

"Nona Si, sekarang hanya kekuatanmu seorang yang dapat membendung ambisinya itu."

"Aku ?     " tanya Si Soat Ang dengan alis berkerut. Sikap gadis tersebut membuat hati Tonghong Pek terjelos, sebaliknya sangat menggembirakan Tonghong Pacu, buru2 ia berseru.

"Nona Si, aku undang dirimu untuk menduduki kursi sebagai wakil Bengcu didalam perserikatan Boe-Tek-Beng, ini kedudukan Tiau-tong Tongcu pun aku serahkan kepadamu kita bisa duduk dengan tingkat yang sejajar dan sama2 memerintah kolong langit !"

"Kau...sungguhkah ucapanmu itu ?" Tanya Si Soat Ang dengan hati berdebar keras.

Harus diketahui walaupun ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang pada saat ini boleh dikata seimbang dengan Tonghong Pacu namun dalam kedudukan ia masih bukan tandingan dari gembong iblis tersebut.

Tetapi lain halnya bila dia menjabat sebagai Wakil Bengcu, tidak sampai setengah tahun seluruh umat kolong langit akan mengetahui nama besarnya dan siapapun akan tunduk padanya.

Rasa girang yang terlintas diatas wajah gadis itu sukar dilukiskan lagi dengan kata2, wajahnya segera jadi cerah dan penuh dihiasi dengan senyuman manis.

Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan tersebut jadi sangat terperanjat, segera teriaknya.

"Nona Si, kau harus berpikir panjang lebih dahulu!"

Tetapi gadis itu sudah tak dapat membendung rasa girangnya lagi, apa yang diucapkan Tonghong Pek sama sekali tidak terdengar lagi ia berseru.

"Sekarang kau bicara melulu apa gunanya, kau harus menyatakan dahulu persoalan ini di hadapan para enghiong hoohan yang ada di kolong langit." "Ooow...soal ini tentu saja" kata Tonghong Pacu, meski gadis itu tidak menyatakan setuju, namun ia tahu Si Soat Ang telah menerima tawarannya.

"Tidak selang be berapa hari lagi seluruh enghiong hoohan dikolong langit akan berkumpul semua di perkampungan Jiet-Gwat Cung, pada saat itu aku akan umumkan pengangkatan nona Si sebagai wakil Bengcu kepada seluruh jagad !"

"Baik kalau begitu kita tetapkan dengan sepatah kata ini

!" sahut Si Soat Ang kegirangan.

Tonghong Pek semakin terjelos hatinya, sambil menarik tangan gadis itu ia berseru.

"Nona Si mari kita pergi !"

"Sahabat Pek, apakah kau tidak merasa gembira dengan pengangkatan ini ?" Seru Si Soat Ang tertawa cekikikan "Aku telah diangkat sebagai wakil Bengcu didalam perserikatan Boe-Tek-Beng ini !"

"Siapa yang sudi bergirang hati ? Jangan sekali2 kau ceburkan diri kedalam air keruh ini, sebab satu kali kau terperosok maka menyesal kemudian tak berguna !"

Si Soat Ang sedang kegirangan, ucapan si anak muda tersebut bagaikan kepalanya diguyur dengan sebaskom air dingin, kontan hawa amarahnya berkorban.

Seandainya ia tidak teringat bahwa Tong-hong Pek telah menyelamatkan selembar jiwanya, mungkin ia akan mengumbar hawa amarah tersebut.

Dengan cepat ia tarik kembali tangannya yang dicekal sianak muda itu, teriaknya: "Perserikatan Boe-Tek-Beng mengusai seluruh Bu lim agar dalam dunia persilatan tidak terjadi pertikaian lagi, apa celakanya ?".

"Siapa yang bilang tak ada pertikaian lagi ? Serangan kalian terhadap berbagai partai serta perguruan apakah tidak menimbulkan keonaran ? berapa banyak jiwa harus melayang oleh perbuatan tersebut ? berapa keluarga yang berantakan ? dan berapa banyak darah yang bakal mu ngalir membasahi permukaan bumi ?"

"Hmmm ! itulah akibat kesalahan, mereka sendiri siapa suruh mereka tidak menggabungkan diri didalam perserikatan Boe-Tek-Beng ku."

"Kau... kau..." Saking khekinya untuk beberapa saat Tonghong Pek tak dapat mengucapkan sepatah katapun.

Si Soat Ang jadi mendongkol, kembali teriaknya. "Kenapa aku ? kalau kau tidak suka berada dalam

perkampungan Jiet-Gwat-Cung, tak suka melihat aku gembira ? Silahkan segera berlalu dari perkampungan ini, kau tak dapat memaksa aku untuk meninggalkan jabatanku sebagai Wakil Bengcu dalam perserikatan Boe-Tek-Beng ini

!"

Bagaikan sebuah patung Tonghong Pek berdiri ter- mangu2 lama sekali ia baru tundukkan kepala putar badan dan selangkah demi selangkah meninggalkan tempat itu.

Ketika tiba didepan pintu ia menghela napas panjang seluruh rasa dongkol dan kecewanya disalurkan keatas pintu disisinya, suatu pukulan yang sangat keras segera bersarang di atas pintu tadi.

Braak.! diiringi suara dahsyat pintu tersebut roboh dan hancur ber-keping2 diatas tanah. Kejadian ini benar2 diluar dugaan, bahkan Tonghong Pek sendiripun tidak menyangka maka ia berdiri tertegun lalu mundur beberapa langkah kebelakang pada saat itulah kerudungnya tersingkap lalu lepas oleh sambaran angin dari pintu tersebut.

Namun Tonghong Pek tidak ambil perduli ia lanjutkan kembali langkahnya menuju kedepan.

"Sahabat Pek tunggu sebentar !" tiba2 terdengar Si Chen berteriak keras.

Tonghong Pek berhenti namun tidak putar badan pada saat ini ia merasa kepalanya pusing tujuh keliling, seandainya kaki tidak berasa berat untuk melanjutkan perjalanan, mungkin ia tidak akan menggubris teriakan Si Chen tadi dan ditinggal pergi.

Ketika itulah terdengar suara langkah kaki yang keras berkumandang datang disusul suara dari Si Chen muncul kembali tepat di belakang tubuhnya.

"Sahabat Pek kami tak dapat menuruti perkataanmu untuk meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung ini, harap kau jangan salahkan kami !"

Tonghong Pek menghela napas panjang Si Chen adalah orang baik tapi sayang dia adalah seorang baik yang tidak punya pendapat serta pendirian barang sedikitpun, ia hanya bisa tertawa getir seraya berpaling serunya.

"Kau tak perlu..."

Sebenarnya ia hendak berkata. "kau tak perlu sedih, aku tidak akan menyalahkan dirimu," tapi sebelum ia menyelesaikan kata2-nya Si Chen yang berdiri di sisinya sedang menatap dirinya dengan sinar mata terkejut bercampur seram, diikuti gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang. "Kau... kau..."

Sejak wajahnya berubah jadi menyeramkan Tonghong Pek sudah terbiasa menghadapi sikap orang yang terkejut dan mundur dengan ketakutan setelah menyaksikan wajahnya maka dari itu menjumpai sikap dari Si Chen ia tidak merasa keheranan.

Tetapi ucapan selanjutnya dari gadis itu membuat Tonghong Pek sangat terperanjat dan tidak habis mengerti.

Tampak Si Chen setelah mundur beberapa langkah kebelakang ia lantas menuding wajahnya sambil berseru.

"Kau... kau adalah Tonghong Pek ?"

Tonghong Pek benar2 sangat terperanjat, begitu kagetnya sianak muda itu sampai ia mundur beberapa langkah ke belakang.

"Nona Si . . apa yang kau katakan !" serunya. jelas ia masih tidak ingin mengakui bahwa dia adalah Tonghong Pek seperti yang dikatakan gadis itu.

Dalam pada itu teriakan dari Si Chen barusan bukan saja telah mengejutkan Tonghong Pek, bahkan Tonghong Pacu, Tonghong Loei serta Si Soat Ang pun jadi sangat terperanjat mereka sama2 berpaling dan menatap wajah Tonghong Pek tajam2.

Air muka beberapa orang itu segera berubah hebat, begitu hebat perubahan tersebut sehingga sukar dilukiskan dengan kata2 sebab yang mereka temui berdiri didepan pintu pada saat ini bukan lain adalah Tonghong Pek.

Setelah kain yang mengerudungi wajahnya terlepas, wajah Tonghong Pek tidak kelihatan menyeramkan lagi, panca indranya muncul kembali sebagaimana layaknya, dan ia bukan lain adalah Tonghong Pek yang dahulu. Dalam sekejap mata semua orang dibikin tertegun dan tidak habis mengerti oleh perubahan tersebut.

Tonghong Pek sendiripun berdiri tertegun ketika menyaksikan semua orang sedang memandang kearahnya, dengan wajah aneh, ia tahu wajahnya tentu sudah terjadi perubahan lagi.

Buru2 ia memegang wajah sendiri dan segera berseru tertahan, ternyata tonjolan daging yang semula memenuhi wajahnya kini lenyap tak berbekas, wajahnya telah pulih kembali seperti sedia kala, halus rata dan sempurna dalam panca indra.

Akhirnya ia buka suara, memecah kesunyian yang mencekam seluruh kalangan selama ini.

"Kalian kalian sudah kenali diriku kembali ?"

"Bagus..." Teriak Tonghong Pacu dengan nada gusar "Kiranya selama ini kaulah yang selalu mencari satroni dengan diriku!"

"Tonghong toako" Si Soat Ang pun berteriak "Kau... kau... kiranya kau, Ah. kalau begitu orang yang menghisap keluar jarum beracun dari tubuhku tadi pun adalah dirimu?"

"Benar aku Soat Ang !" jawab Tonghong Pek.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar