Jago Kelana Jilid 20

Jilid 20

SI SOAT ANG kelihatan semakin gagah sekali, meskipun ia kehilangan lengan bajunya namun kemenangan yang berhasil didapat cemerlang sekali.

"Siapa lagi yang ingin pamerkan ilmu silat tanpa tandingannya dihadapanku?" kembali ia menjengek.

Mula-2 Hu Hun kemudian disusul Cioe Yu Jien, dua orang jago sakti itu sama2 menderita kalah dengan mengenaskan, sekalipun sinar mata Tonghong Loei lebih tajampun ke enam orang lainnya tak seorangpun yang berani buka suara.

Si Soat Ang segera tertawa terbahak2.

"Tonghong Tongcu, kan jangan perintah orang lain melulu bagaimana dengan kau sendiri?"

Merah padam selembar wajah Tonghong Loei kalau ia tidak melayani tantangan tersebut maka pamornya dalam dunia persilatan tentu akan hancur berantakan, sekalipun masih ada ayahnya sebagai tulang punggung.

Diam2 sianak muda itu merasa kaget bercampur gusar tiba2 ia tarik napas panjang, kemudian dengan wajah penuh senyuman ujarnya.

"Baik, aku segera datang. Nona Si! setahun tidak berjumpa tak nyana ilmu silatmu telah peroleh kemajuan yang begini pesat, harap kau suka memberi keringanan padaku!"

"Kau tak usah tegang dan kuatir sekarang kau berada didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, sekalipun menderita luka yang lebih parahpun masih bisa merawat lukamu dirumah sendiri, kau tak usah menunggu orang lain menggotong dirimu macam sesosok mayat lagi" Selangkah demi selangkah Tonghong Loei berjalan maju kedepan senyuman bibirnya ketika berada enam tujuh depa dan hadapan gadis itu ia baru berhenti,

"Kiranya nona masih selalu teringat akan peristiwa diluar perbatasan . . " katanya sambil tertawa." Aku rasa nona pun tentu masih menyesalkan tiga kali usaha baik kita selalu digagalkan orang lain?"

Orang-lain tentu tidak akan paham akan kata2 tersebut, tetapi Si Soat Ang pribadi mengetahuinya dengan jelas.

Bukan gadis itu saja, Tonghong Pek yang berada disisinyapun mengetahui pula maksud ucapan tersebut, sebab ketika Si Soat Ang hendak diperkosa Tonghong Loei, dialah yang telah menolong gadis itu lolos dari noda.

Sebagai seorang gadis. Si Soat Ang jadi diam seribu bahasa meskipun hatinya amat gusar setiap kali teringat akan peristiwa itu.

Terdengar Tonghong Loei berkata kembali

"Nona Si kau tentu rindu padaku bukan? maka sengaja datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung untuk mencari aku, benar bukan? kita berdua bisa saja teruskan jodoh kita yang dahulu, dengan demikian nonapun tak usah selalu merasa kecewa akan peristiwa yang lampau"

Makin lama Si Soat Ang semakin gusar ia membentak keras, pergelangannya berputar dan tahu2 sudah melancarkan sebuah serangan kedepan.

Tonghong Loei bukan manusia bodoh, tentu saja ia sadar bahwa pihak lawan segera akan dibikin gusar dan melancarkan serangan kepadanya selesai mendengar ucapan itu maka ia sudah bikin persiapan. Baru saja Si Soat Ang menggerakkan badannya, ia sudah putar badan nyelonong kesebelah kiri gadis itu, gerakan tubuhnya sangat cepat.

Si anak muda itu cepat, Si Soat Ang lebih cepat iapun ikut berputar seraya melancarkan serangan kearah depan, angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak ditengah samudra, menekan tubuhnya berat2.

Diam2 Tonghong Loei merasa terperanjat ia baru sadar bahwa kepandaian gadis itu telah mencapai puncaknya.

Buru2 ia mengepos napas dan meloncat ke tengah udara.

Si Soat Ang tersenyum, ia geli melihat gerakan sianak muda itu berada didaratpun belum tentu bisa terima serangannya apalagi separuh badan berada ditengah udara ?

Tetapi pada saat itulah tiba2 ia jumpai dari tangan Tonghong Loei tiba2 menyambar datang serentetan cahaya ke-perakaan.

"Nona Si. cepat menyingkir ke samping !" jerit Tonghong Pek memberi peringatan.

Kiranya Tonghong Loei telah menyebarkan jaring emas milik ibunya Kiem Lan hoa, sebagai seseorang yang pernah menyaksikan sendiri keampuhan jaring tersebut, sekilas pandang Tonghong Pek segera kenali kembali maka ia lantas berteriak beri peringatan.

Si Soat Ang sendiri walaupun tidak tahu benda apakah itu tetapi menyaksikan cahaya ke-perak2an itu segera menyebar dan mengurung tubuhnya ia merasa terperanjat, sadarlah gadis ini bahwa cahaya tersebut berasal dari sejenis senjata yang luar biasa.

Dengan cepat badannya menutul permukaan tanah dan menyingkir kesamping dengan gerakan secepat kilat. Sedetik kemudian jaring tadi dengan dahsyatnya mengurung kearah bawah dan mengenai sasaran kosong.

Tonghong Loei terperanjat, buru2 pergelangannya menggetar menyentak kembali jaring emasnya.

Waktu itulah, Si Soat Ang menyusup kebelakang punggungnya.

Merasakan datangnya segulung angin tajam mengancam di punggungnya, Tonghong Loei terperanjat, dalam keadaan gugup jaringnya segera dijaring keatas kepalanya.

Serentetan cahaya ke-perak2an meluncur melewati kepala Tonghong Loei menyambar ke belakang dimana Si Soat Ang berdiri tetapi suatu kejadian diluar dugaan kembali berlangsung pada detik terakhir tiba2 gadis itu meloncat mundur kebelakang.

Dengan demikian jaring tadi bukannya mengurung tubuh lawan sebaliknya malah mengurung seluruh badannya dengan kencang.

Hal ini membuat Si Soat Ang yang menyaksikan jadi tertawa geli sampai terbahak2.

"Tonghong Tongcu jurus ini mungkin dinamakan menyebar jaring mengurung sendiri, bukan begitu ?" jengeknya.

Tonghong Loei amat rikuh, wajahnya merah jengah semakin diejek ia berusaha meronta semakin keras, siapa sangka makin bergerak jaring itu mengurung makin kencang dan gelak tertawa Si Soat Ang pun semakin keras.

Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei merasa gusar bercampur benci, tanpa memperdulikan jaring tersebut masih mengurung kepalanya, ia putar badan dan melarikan diri. Si Chen tertegun menyaksikan keadaan suaminya, ia berseru menyapa namun tak digubris terpaksa iapun ikut kaburkan kudanya menyusul sianak muda itu.

Delapan iblis tanpa tandinganpun tidak berani lebih lama lagi disana, semua jago sama2 putar kuda dan melarikan diri ter-birit2 kearah perkampungan Jiet-Gwat-Cung.

Menyaksikan peristiwa itu Si Soat Ang tidak mengejar lebih jauh ia tertawa terbahak2 dengan riangnya.

"Mari kita kejar mereka biar ketakutan dan ter-kencing2

!" ajaknya.

Tonghong Pek sendiripun kegirangan setengah mati, ia mengangguk.

"Nona Si tak nyana ilmu silatmu sedemikian lihay hingga berhasil mencapai pada puncaknya kau tahu jaring tersebut adalah milik istri kedua dari Tonghong Pacu, kauwcu dari perkumpulan Thian-li Kauw di wilayah Biauw, Kiem Lan Hoi adanya, bahkan Tonghong Pacu sendiripun sulit loloskan diri dari jaring itu tak nyana kau berhasil menghancurkannya."

Si Soat Ang tertawa ia naik keatas punggung kuda lalu melirik sekejap kearah Tonghong Pek, ujarnya.

"Tidak sedikit persoalan dunia persilatan yang berhasil kau ketahui, sungguh hebat !"

Tonghong Pek membungkam, ia cuma bisa menghela napas panjang.

Kembali gadis itu menatap sianak muda she Tonghong tajam2, tiba2 ujarnya kembali.

"Kau . . kau . . bagaimanapun juga aku merasa pernah berjumpa dengan dirimu bukankah begitu ?" "Kita . . kita sih pernah bertemu satu dua kali" jawab Tonghong Pek dengan hati terperanjat. "Tetapi nona Si tentu tidak akan teringat akan diriku kembali."

"Ooouw . . begitu !" gadis inipun tidak bertanya lebih jauh.

Beberapa saat kemudian Tonghong Pek merasa hatinya jauh lebih tenang, ia balik bertanya.

"Nona Si, kau . . mengapa kau bisa merasa kenal dengan diriku ?"

"Aku merasa agaknya kau mengetahui se-gala2nya tentang diriku baik kejadian tempo dulu maupun sekarang, kau se-olah2 sudah sangat kenal dengan diriku !"

Tonghong Pek terperanjat, ia tidak berani banyak bicara lagi takut rahasianya semakin terbongkar.

Demikian kedua ekor kuda itu segera dilari kan secepat kilat kearah depan dalam sekejap mata sudah tiba didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, pada saat itulah dari balik perkampungan berkumandang suara genta yang di pukul bertalu2, suaranya keras sangat memekikkan telinga.

Bersamaan dengan bergetarnya suara genta tersebut, pintu tengah terbuka lebar dan dari balik perkampungan pun muncul rombongan manusia.

Mereka semua menunggang kuda, setelah tiba diluar pintu rombongan tadi memecah diri jadi dua bagian dan masing2 berdiri disamping, dua orang yang berada dipaling depan mencekal sebuah panji besar yang bertulisan kata2.

"Boe Tek Bengcu!"

Si Soat Ang segera tarik tali les kudanya, ia berkata. ”Mari kita lihat, permainan apakah yang hendak mereka

tunjukkan!" "Agaknya Tonghong Pacu telah munculkan diri." "Ia sambut sendiri kedatangan kita?"

"Nona Si" ujar Tonghong Pek sambil larikan kudanya ke

samping gadis itu.

"Walaupun ilmu silatmu sangat lihay, tetapi Tonghong Pacu adalah seorang manusia yang banyak akal dan licik lagipula jumlah mereka sangat banyak, lebih baik kau bertindak hati2."

"Apa gunanya orang berjumlah banyak? asal ada jago yang lihay urusan akan lain, kita berdua boleh saja bekerja sama, aku rasa Tonghong Pacu tidak akan berani pandang enteng diri kita."

Dalam pada itu setelah suara genta berlalu kini disusul munculnya bocah perempuan dengan memakai baju warna- warni, mereka terdiri dari dua orang rombongan yang berjalan dengan rapi, ditangan mereka membawa pelbagai jenis alat musik dan mengalunkan irama lagu yang indah menawan. . .

Kemudian dibelakang rombongan itu mengikuti dua ekor kuda, diatas kuda duduklah seorang lelaki dan seorang wanita, mereka bukan lain adalah Tonghong Pacu dan Kiem Lan Hoa.

"Nona Si, sudah lama kita tidak berjumpa!" terdengar Tonghong Pacu menyapa dengan penuh senyuman.

"Benar, sudah lama kita tak berjumpa "

Kalaupun selisih jarak mereka berdua masih ada beberapa tombak, namun sepasang matanya yang memancarkan sinar tajam bagaikan dua bilah pisau tajam menusuk seluruh tubuhnya. Diam2 Si Soat Ang bergidik, namun dengan cepat ia menghibur diri, pikirnya.

"la tidak berani bergebrak melawan aku, buat apa aku harus jeri kepadanya."

Dalam pada itu sembari memperhatikan diri Si Soat Ang, Tonghong Pacu berkata kembali.

"Banyak tahun kita tak berjumpa, aku dengar ilmu silat dari nona Si telah memperoleh kemajuan pesat?"

"Kurang ajar. . . tua bangka ini." pikir Si Soat Ang, "ia bukannya mengatakan ilmu silatku maju pesat, sebaliknya masih ditambahi pula dengan kata aku dengar! Hmm! jelas ia masih pandang enteng diriku . . ."

Mendongkol juga gadis ini, seraya sahutnya.

"Aaah tidak terhitung seberapa, aku cuma melatih isi kitab dari Sam Poo Cin Keng secara kesasar selama setahun

!"

Mula2 ketika Tonghong Pacu mendapat laporan yang mengatakan Si Soat Ang lihay bahkan merobohkan pula batu peringatan yang besar dan berat ditambah pula ia berada ber sama2 simanusia aneh. Tonghong Pacu mengira kesemuanya ini atas jasa dari simanusia aneh. Sebab ia tahu kepandaian silat dari Si Soat Ang tak seberapa lihay.

Tetapi sekarang setelah berjumpa sendiri dengan gadis itu ia baru sadar bahwa tenaga lweekangnya amat sempurna, semakin terperanjat lagi setelah mengetahui bahwa kemajuan ini berkat berlatih dengan petunjuk kitab Sam Poo-Cin Keng.

Dasarnya Tonghong Pacu memang licik dan banyak akal, dengan cepat ia merubah rencana semula, ujarnya. "Waah . . kalau begitu bagus sekali, nona Si mengapa tidak masuk kedalam perkampungan dan bicara dulu ?"

"Tentu saja bagus sekali" sahut Si Soat Ang kegirangan, "Hanya saja aku takut anak buahmu masih menaruh rasa permusuhan dengan diriku !"

"Asal aku tidak menaruh rasa permusuhan dengan dirimu, inilah yang penting !"

Tiba2 Kiem Lan Hoa yang berdiri disisinya membentak keras.

"Tunggu sebentar!"

Air muka Tonghong Pacu berubah hebat, ia ingin mengumbar hawa amarahnya tetapi segera dibatalkan niatnya itu.

"ilmu silatmu sudah mencapai pada puncaknya?" terdengar Kiem Lan Hoa menjengek. "Benarkah begitu? tetapi sebelum kau masuki perkampungan Jiet Gwat Cung ini, terimalah dahulu tiga buah serangan."

Si Soat Ang tertegun, namun dengan cepat sudah tertawa kembali.

"Siapa kau?" ia bertanya. "Bukankah Boe Tek Bengcu sudah ijinkan aku masuk kedalam perkampungan apa hakmu untuk keputusan-nya?"

Dasarnya air muka Tonghong Pacu sudah berubah hebat mendengar ucapan ini ia semakin marah, dengan perasaan tidak puas ia mendengus berat. Agaknya Tonghong Pacu merasa tidak senang hati karena maksudnya dihalangi oleh Kiem Lan Hoa.

OOodwOO BAB 21

TAMPAK Kiem Lin Hoa dengan mata melotot berteriak.

"Apa gunanya kau bicara tak berguna, terima dulu tiga seranganku ini !"

Disamping pusatkan perhatiannya untuk menghadapi lawan, Si Soat Ang pun tak mau hilangkan kesempatan baik ini untuk mengejek dan menggusarkan Tonghong Pacu, sebagai seorang gadis cerdik setelah meninjau situasi pada saat ini, ia sadar sekalipun perkataan macam apapun yang diutarakan Tonghong Pacu tidak akan menyalahkan dia, sebaiknya akan gusar terhadap diri Kiem Lan Hoa.

Maka dari itu segera ujarnya kembali:

"Ooouw ! sekarang aku paham sudah, ternyata dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung walaupun cuma ada seorang Boe-Tek-Bengcu, tetapi dalam kenyataan masih ada seorang Beng cu yang lebih hebat lagi, Tonghong sianseng ! kehebatanmu dalam hal ini benar2 tiada kedua nya dalam kolong langit !".

Air muka Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan, semua orang jadi kuatir dan ngeri, mereka bisa bayangkan apa yang bakal terjadi semisalnya gembong iblis ini sampai naik pitam.

Pada saat itulah terdengar Kiem Lan Hoa meraung gusar, teriaknya:

"Jurus pertama !".

Lengannya segera dibentang kedepan serentetan cahaya ke-perak2an yang amat besar segera menyebar keseluruh angkasa, sebuah jaring yang amat besar dengan cepat mengurung batok kepala Si Soat Ang. Jaring ini bukan lain adalah jaring yang di gunakan Tonghong Loei untuk menghadapi Si-Soat Ang tadi, hanya saja berada dalam permainan Kiem Lan Hoa. kehebatan semakin mengerikan.

Dimana jaring besar itu menyambar kebawah desiran angin tajam menderu2 dan memekikkan telinga, kehebatannya sukar dilukiskan dengan kata2.

Walaupun Si Soat Ang sudah bikin persiapan namun ia tak sangka apa bila serangan dari Kiem Lan Hoa sudah mengurung seluruh tubuhnya, Gadis ini sadar seandainya ia sampai terbungkus didalam jaring, itu niscaya rencananya bakal hancur berantakan

Pada detik yang terakhir. Si Soat Ang menjerit keras tiba2 badannya roboh telentang kebelakang, gerakan tubuhnya sangat aneh dan boleh dikata gerakan tersebut hanya terdapat dalam kitab Sam Poo Cin Keng belaka.

"Braak . . , " daya bantingan tersebut amat besar, melebihi seribu kati. seketika itu juga muncullah sebuah liang kecil diatas tanah dan badan gadis itu pun tepat terjerumus dalam liang tadi sehingga lenyap dari permukaan tanah.

Kiem Lan Hoa kegirangan ia menyangka jaringan tersebut kali ini pasti berhasil mengurung mangsanya sekalipun pihak lawan telah jatuhkan diri keatas tanah, lengannya segera dibentang hingga mencapai permukaan tanah lalu digetar dan ditariknya kedalam.

Siapa sangka jaring itu tetap ringan, tubuh Si Soat Ang sama sekali tak berhasil dihalau-nya dengan senjata tersebut.

Saat inilah Kiem Lan Hoa baru merasa terperanjat, ia tak sangka jaringnya mengenai sasaran kosong, sebab menurut perkiraannya jangan dikata manusia, sekalipun seekor ular kecilpun tak bakal lolos dari kurungan jaring tersebut.

Menggunakan kesempatan dikala Kiem Lan Hoa masih berdiri tertegun dengan gagalnya serangan itu Si Soat Ang meloncat bangun dari dalam liang yang dibuatnya sendiri itu sepasang telapak bergerak berbareng melancarkan dua buah serangan berantai.

Serangan itu datangnya sangat cepat sukar dilukiskan dengan kata2 Kiem Lan Hoa jadi terperanjat buru2 ia bekelit kesamping coba mengelak dari ancaman tersebut.

Tetapi terlambat ! Bruuuk ! serangan itu dingin telak bersarang dibawah iga Kiem Lan Hoa membuat perempuan itu berteriak keras.

Bersamaan dengan teriakan tersebut tubuhnya terhuyung mundur kebelakang dan ayun telapaknya siap melancarkan serangan lagi.

Tetapi ia sudah terluka dalam, tak bisa di cegah lagi darah segar menyembur keluar dari mulutnya, badannya mundur sempoyongan dan akhirnya roboh terjengkang keatas tanah.

Melihat sasarannya roboh Si Soat Ang kegirangan setengah mati, ia segera bersuit nyaring.

Tonghong Pacu sendiripun diam2 merasa terperanjat, dari kepandaian yang diperlihatkan Si Soat Ang barusan, ia dapat tarik kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis itu benar2 luar biasa sekali.

"Eeei . . mengapa kau. . kau tidak balaskan sakit hatiku!" Terdengar Kiem Lan Hoa menjerit lengking, ucapan itu jelas ditujukan kepada diri Tonghong Pacu. Gembong iblis itu melirik sekejap ke arah Kiem Lan Hoa, sebagai seorang yang berpengetahuan luas hanya sekilas pandang saja ia dapat melihat wajah luka dalam yang sangat diderita Kiem Lan Hoa sangat parah sekali, dalam setahun belum tentu bisa pulih kembali seperti sedia kala, lagipula setelah sembuhpun belum tentu tenaga lweekangnya bisa pulih seperti sedia kala.

Ternyata dalam kenyataan selama ini Tong-hong Pacu selalu mengalah karena ia rada jeri dengan ilmu silat yang dimiliki Kiem Lan Hoa, terutama sekali jaringnya yang luar biasa. Kini setelah ia saksikan perempuan itu terluka parah, rasa jeri itupun seketika lenyap tak berbekas.

Mendengar teriakan itu, bukan saja ia tidak turun tangan malahan sambil mendengus jengeknya:

"Bukankah aku sudah bilang, silahkan nona Si masuk ke dalam perkampungan Jiat-Gwat Cung untuk bercakap2, tapi kau tidak mau tahu dan anggap kepandaian silatmu paling lihay, sekarang apa jadinya setelah berduel melawan nona Si ?. setelah menderita rugi apa yang harus kita bicarakan lagi."

Ketika menyaksikan Tonghong Pacu tetap berdiri ditempat semula walaupun ia sudah menggeletakan di atas tanah, Kiem Lam Hoa sudah merasa mendongkol, apalagi setelah mendengar ucapan itu. hampir-hampir saja ia tidak percaya dengan telinga sendiri.

"Apakah yang kau kata kan?" teriaknya.

"Kau sendiri tidak tahu diri dan cari malu buat diri sendiri. kau hendak salahkan siapa lagi?" jengek Tonghong Pacu. Sepanjang hidup belum pernah Kiem Lan Hoa dihina orang apalagi di ejek oleh Tonghong Pacu yang seharusnya membantu dia, hawa amarah tak dapat dibendung lagi.

Ia berteriak aneh kemudian menubruk kedepan dengan ganasnya.

Tindakan ini berada diluar dugaan semua orang, tak nyana setelah terluka parah ia masih sanggup menubruk kedepan, Tetapi sayang sekali sebelum tubuhnya berhasil menubruk Tonghong Pacu ia sudah roboh kembali keatas tanah, darah segar menyembur keluar semakin deras lagi dari mulutnya.

Dikala tubuh Kiem Lan Hoa terbanting ke-atas tanah, tampak dua sosok bayangan manusia ia meluncur datang seraya berseru.

"Majikan !"

Gerakan tubuh kedua orang itu sangat cepat sekali, ketika mereka tiba disisi Kiem Lan Hoa majikannya itu sudah menggeletak dengan napas empas-empis, walaupun tidak sampai pingsan namun tenaganya sudah punah sama sekali.

Dua orang yang tiba pada saatnya itu bukan lain adalah Thay-Kiem serta Thay-Gien, dengan wajah cemas kedua orang itu berseru.

"Majikan kenapa kau ? kenapa kau ?"

Kiem Lan Hoa tidak menjawab sebaliknya sambil menatap wajah Tonghong Pacu serunya.

"Bagus.. bagus sekali Tonghong Pacu, bagus sekali !"

Tonghong Pacu tidak malu disebut manusia paling licik di kolong langit, saat ini ia masih menghibur Kiem Lan Hoa dengan kata2 yang manis. "Niocu menang kalah adalah kejadian biasa, setelah terluka baiklah beristirahat, jangan terlalu gusar, Thay- Kiem Thay-Gien cepat payang majikan kalian untuk beristirahat !"

Ucapan ini semakin menggusarkan Kiem Lan Hoa, ia berteriak keras setelah muntah darah kembali teriaknya sambil meronta.

"Thay-Kiem, Thay-Gien ayoh kita berangkat !" "Baik, baik majikan, kita hendak kemana?"

"Pulang kewilayah Biauw, apakah kita harus berada

dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung lebih lama, ayoh cepat payang aku dan segera berangkat !"

"Niocu apa perlunya kau berbuat demikian?" seru Tonghong Pacu.

Tetapi ia hanya berkata dan sama sekali tidak mencegah, Thay-Kiem serta Thay Gien pun segera memayang tubuh Kiem Lan Hoa dan berlalu dari sana.

Menanti bayangan tubuh diri Kiem Lan Hoa sudah lenyap dan pandangan, Tonghong Pacu baru merasa hatinya lega, ia segera tertawa terbahak2 dan pungut kembali jaring tersebut, kemudian ujarnya.

"Cekcok diantara suami istri sudah merupakan suatu hal yang jamak, harap nona Si jangan mentertawakan !"

Semua peristiwa itu dapat disaksikan oleh Si Soat Ang yang berdiri disamping kalangan, hatinya benar2 sangat gembira sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, dengan adanya peristiwa itu maka ia dapat membuktikan bahwa dalam pandangan Tonghong Pacu dia jauh lebih penting daripada Kiem Lan Hoa. "Tonghong sianseng kau terlalu merendah !" seru Si Soat Ang sambil tertawa.

"Nona Si, jauh2 datang kemari tentu kau sudah lelah bukan" kata Tonghong Pacu sambil tertawa, "Asal kau ada maksud untuk ajak berkelahi, aku pasti akan melayaninya tetapi ilmu silat dari nona Si sudah peroleh kemajuan pesat seandainya kita benar2 bergebrak maka peristiwa ini tentu luar biasa sekali, bagaimana menurut pendapat nona Si ? benar bukan?"

"Tentu saja, tentu saja, tentang soal ini Tong hong sianseng bisa atur per-lahan2!"

"Kalau begitu silahkan !" "Silahkan !"

Tonghong Pacu kebaskan ujung bajunya dua rombongan bocah laki dan perempuan itu segera mulai membunyikan alat musiknya kembali, ditengah mengalunnya irama merdu, Si Soat Ang naik keatas kuda dan masuk kedalam perkampungan diiringi Tonghong Pacu sebagai penunjuk jalan.

Sepanjang perjalanan mereka dihormati oleh seluruh isi perkampungan yang berada disepanjang jalan, suasana penuh diliputi oleh keheningan serta kewibawaan.

Si Soat Ang yang duduk diatas kuda merasa amat bangga sekali, mereka langsung bergerak menuju kesebuah halaman yang indah, mentereng dan megah sekali.

"Sahabat Pek, bagaimana menurut pendapatmu ?" bisik Si Soat Ang tiba2.

"Nona Si, tak kusangka ilmu silatmu telah mencapai taraf sedemikian hebatnya, dalam satu jurus telah berhasil mengalahkan Kiem Lan Hoa, dengan berlalunya Kiem Lan Hoa berarti Tonghong Pacu telah kehilangan seorang pembantu yang diandalkan, kejadian ini benar2 merupakan suatu keberuntungan bagi dunia persilatan".

"Akupun hendak menetap dalam perkampungan Jiet- Gwat-Cung ini, akan kulihat apa yang hendak ia lakukan terhadap diriku !".

"Nona Si, apa. . apa maksudmu berkata demikian ?" seru Tonghong Pek setelah tertegun beberapa saat.

Si Soat Ang tidak menjawab, ia kembali bertanya: "Sahabat Pek, menurut pendapatmu berani tidak dia ajak

aku berduel ?"

"Hmm ! seandainya ia bermaksud ajak kau berduel maka sejak semula ia sudah turun tangan, tetapi sekarang ia tentu akan mencelakai dirimu secara diam2, kau harus hati2 menjaga diri."

Ucapan ini seketika juga membuat Si Soat Ang tertegun, tapi dengan cepat ia telah menggeleng.

"Aih tidak mungkin, tidak mungkin ia berani mencelakai diriku, ia tentu sedang berpikir bagaimana caranya untuk menarik aku menggabungkan dengan dirinya dan dalam perserikatan ini menduduki jabatan yang tinggi.

Hmm! Hmmm! kalau ia beri jabatan wakil Bengcu kepadaku, memandang diatas wajahnya sebagai seorang manusia penting dalam dunia persilatan aku bisa sudahi persoalan ini sampai disini."

Tonghong Pek jadi terbelalak dengan mulut melongo, ia tidak sangka setelah kehilangan Kiem Lan Hoa sekarang muncul kembali Si Soat Ang yang lihay, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Si Soat Ang bangun berdiri, ujarnya. "Sahabat Pek. aku ingin pergi beristirahat lebih baik kau jangan terlalu jauh meninggal diriku seperti yang kau katakan kemungkinan Tonghong Pacu hendak mencelakai kita, dengan demikian kitapun bisa saling bahu membahu"

"Baik !" Tonghong Pek mengiakan sambil bangun berdiri pula dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Dalam pada itu setelah Si Soat Ang serta Tonghong Pek berlalu dari ruangan untuk beristirahat, Tonghong Loei menyingkap horden dan berjalan masuk, wajahnya kucal dan kesal.

"Ayah bagaimana dengan ibu ?" tanyanya, Kiranya peristiwa yang terjadi diluar perkampungan Jiet-Gwat-Cung telah disampaikan seseorang kepada Tonghong Loei.

"Kau kemarilah !" kata Tonghong Pacu segera menggape.

Tonghong Loei jalan mendekat, Tonghong Pacu segera menggandeng tangannya berjalan ke luar lewat beberapa halaman dan tiba di suatu tempat yang tersembunyi, waktu itulah ia baru menjawab.

”Bocah. ibumu dengan membawa luka telah berlalu..." "Mengapa kau tidak turun tangan membantu dirinya ?"

Tanya Tonghong Loei dengan alis berkerut, nadanya sangat dingin.

"Siapa yang bilang aku tak ada hasrat untuk turut tangan? tetapi aku tidak punya keyakinan untuk menangkan dirinya. Aaai . . . ilmu silat yang terdapat dalam kitab pusaka Sam Poo Cin Keng betul2 luar biasa sekali"

Sepasang alis Tonghong Loei, berkerut kencang, sepasang matanya berkedip dan menatap wajah ayahnya tajam2, lama sekali ia baru berkata. "Apa yang kau ucapkan benar2 atau bohong?"

"Apa maksudmu berkata demikian?" tegur Tonghong Pacu dengan air muka berubah membesi.

Dalam hati Tonghong Loei sudah menaruh curiga bahwa kejadian itu adalah suatu kesengajaan, namun menyaksikan perubahan air muka ayahnya anak muda ini merasa hati bergidik, ia tidak berani bertanya lebih jauh, buru2 ujarnya.

"Maksudku dengan demikian gerak-gerik kita apa bukan.

. . bukankah tidak leluasa ?"

Tonghong Pacu tidak menjawab, sambil bergendong tangan ia berjalan bolak balik dalam ruangan, Tonghong Loei pun dapat melihat ayahnya sedang merasa bingung dan otaknya kalut, terbukti setiap langkahnya meninggalkan bekas kaki yang sangat dalam diatas ubin.

Tonghong Loei menunggu beberapa saat lagi melihat ayahnya belum juga berhenti, tak sabar lagi ia bertanya.

"Lalu kedudukan kami . . . "

Belum habis ia berkata, seolah2 secara mendadak Tonghong Pacu telah teringat akan sesuatu, ia angkat kepala, berhenti dia memandang putranya tajam2.

"Loei-jie?" ia menegur. "Bagaimana hubunganmu selama waktu mendekat ini dengan Si Chen?"

Tonghong Loei tertegun, dia cerdik namun untuk sesaat tak dapat menebak apa maksud Tonghong Pacu mengajukan pertanyaan tersebut kepadanya, tapi ia tahu pertanyaan ini tentu mengandung maksud tertentu.

"Baik sekali" buru2 sahutnya.

"Seandainya aku turun tangan membinasakan dirinya, bagaimana perasaanmu?" "Apa... apa . . sebabnya ?" teriak Tonghong Loei dengan nada terperanjat "Kami berdua hidup rukun dengan penuh kebahagiaan, aku ingin hidup berdampingan sampai akhir hayat, mengapa kau hendak membinasakan dirinya?"

"Tidak sulit bagi kalian berdua untuk hidup rukun dan bahagia sampai akhir hayat, tetapi sayang kedudukan kita sebagai Bengcu tiada tandingan dalam waktu singkat akan ludas dan hancur berantakan !"

Dasarnya Tonghong Loei seorang pemuda cerdik, setelah mendengar perkataan itu dan putar otak sebentar ia segera dapat meraba apa yang sedang dipikirkan Tonghong Pacu pada saat ini.

Sepasang matanya kontan terbelalak lebar, mulutnya melongo dan untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun sanggup diutarakan, dalam hati ia merasa terkejut, tercengang, marah dan pelbagai perasaan lain sehingga tanpa sadar badannya mulai gemetar keras.

Lama sekali ia baru berseru. "Ayah kau . . kau . ."

"Tidak salah, aku rasa kau tentu bisa memahami maksudku bukan." tukas Tonghong Pacu sambil tersenyum. "Dahulu bukankah kau menaruh hasrat yang amat besar terhadap diri Si Soat Ang ? mengapa harus terkejut macam begini ??"

Saat ini Tonghong Loei sudah memahami maksud ayahnya, ia hendak membunuh Si Chen agar dirinya pergi mengejar Si Soat Ang dan kawin dengan gadis itu.

Dengan terikatnya hubungan ini, maka Si Soat Ang tidak akan menyulitkan Tonghong Pacu lagi sebagai Bengcu tanpa tandingan bukan saja tidak menyulitkan bahkan dia merupakan seorang pembantu yang paling dahsyat. Diam2 Tonghong Loei menarik napas panjang2, ia tahu apa yang diucapkan ayahnya selalu dilakukan tanpa gagal, tetapi ia tidak sudi mengorbankan istrinya, ia benar2 mencintai Si-Chen dengan segenap tenaga, ia tidak rela istrinya dikorbankan demi terwujudnya ambisi Tonghong Pacu.

Maka dari itu ia tak bisa berkutik lagi, kecuali berseru: "Kejadian itu sudah lampau..."

"Tetapi menurut pengamatanku, Si Soat Ang jauh lebih cantik dari pada tempo dulu"

"Tentang soal ini... tentang soal ini...".

Tonghong Loei gelagapan, ia cuma bisa goyangkan tangannya berulang kali.

"Loei-jie ! pikirlah baik2 " ujar Tonghong Pacu kembali dengan wajah serius. "Kita sudah membuang banyak tenaga dan pikiran sehingga akhirnya berhasil mendapat hasil seperti ini hari, sekarang sudah terlihat batas waktu setahun telah lewat, maka kekuatan kita akan semakin besar, kita sudah ber-siap2 menggempur seluruh partai besar, seandainya pekerjaan ini harus hancur ditangan Si Soat Ang seorang disaat yang paling kritis bukankah terlalu sayang

??"

"Aku tahu, tetapi kita masih punya cara lain untuk menghadapi dirinya, perbuatannya membuat nona dalam perkampungan Jiet-Gwat Cung serta mendorong roboh batu peringatan tentu dengan cepat akan tersebar luas diseluruh kolong langit, seumpama kita gunakan caramu itu, bukankah kecemerlangan kita berdua akan punah dan kita malu bertemu dengan orang lagi ??"

Mengetahui putranya menolak usul tersebut air muka Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan. "Kalau kita tidak lakukan menurut caraku ini, apakah kau punya cara lain yang lebih sempurna."

"Sekali tebas babat rumput ke-akar2nya, dari pada tinggalkan bahan gurauan dimata orang lain" sahut Tonghong Loei sambil menunjukkan gerakan membabat.

Tonghong Pacu segera tertawa dingin, "Kau anggap aku tidak tahu cara itu? tetapi kau harus tahu, seandainya usaha kita itu gagal maka melukis harimau tidak jadi dan muncullah anjing!"

"Pepatah kuno mengatakan serangan terang2 an mudah dielakan serangan menggelap sukar dihindari, serahkan saja tugas ini kepadaku dan malam ini juga aku akan turun tangan, seandainya gagal, aku bisa hadapi situasi tersebut mengikuti keadaan nanti."

"Hmm! aku takut sampai waktunya untuk menghindarkan diripun kau tidak sanggup?"

Tonghong Loei tertawa girang, diatas wajahnya terlintas kebulatan tekadnya.

Melihat putranya tidak setuju dengan usul tersebut, dengan hati kurang senang Tonghong Pacu segera ulapkan tangannya.

"Kalau begitu pergilah untuk menjajal, jangan sampai jiwamu melayang ditangannya !"

Dengan kepala tertunduk Tonghong Loei mengiakan kemudian berlalu dari tempat itu.

Seorang diri Tonghong Pacu berjalan bolak balik dalam ruangan itu, teringat hubungan yang erat antara Si Soat Ang dengan Tonghong Pek, ia menghela napas panjang.

"Aaai, seandainya Tonghong Pek berada disini dan iapun bisa diperintah seperti Tong-hong Loei, tidak sulit bagiku untuk mengatasi kesukaran ini, sayang seribu kali sayang entah Tonghong Pek pada saat ini berada dimana?".

Dalam pada itu, setelah meninggalkan ruangan dengan hati berat dan kepala tertunduk Tonghong Loei berjalan kedepan, sepanjang perjalanan ia disapa orang namun disambut dengan sikap acuh tak acuh.

Lama sekali ia berjalan akhirnya tibalah di suatu ruangan, dari sisi tubuhnya muncul dua orang jagoan menanti perintahnya.

"Tongcu kau ada pesan apa ?" terdengar kedua orang itu menyapa Tonghong Loei berhenti, lalu tanyanya dengan alis berkerut:

"Nona Si serta si manusia aneh itu tinggal di mana ?" "Berada dalam halaman sebelah depan" jawab kedua

orang itu dengan suara lirih, "Kami sudah kirim delapan orang jago yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling

lihay untuk ber-jaga2 diempat penjuru tempat itu, menurut laporan simanusia aneh itu tinggal dalam ruangan sebelah dan nona Si pun telah memadamkan lampu."

"Bawalah aku kesana ?" ujar Tonghong Loei sambil tarik napas panjang2.

Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap, kemudian salah satu diantaranya bertanya.

"Entah Tongcu akan mendatangi tempat itu dengan cara apa ? secara terbuka ataukah.."

"Tentu saja secara terbuka, bagaimanapun juga tidak pantas kan kalau kita melakukan suatu tindakan dalam perkampungan Jiet Gwat Cung dengan sembunyi2" Kedua orang itu masih belum paham maksud ucapan dari Tonghong Loei itu, tapi setelah atasannya berkata demikian merekapun tidak berani membangkang lagi.

"Baik !" jawabnya hampir berbareng.

Demikianlah Tonghong Loei segera maju ke depan mengikuti di belakang kedua orang itu, tidak lama kemudian sampailah mereka didepan sebuah halaman.

"Disanalah " kata kedua orang itu.

Suara mereka amat lirih dan cuma Tonghong Loei seorang yang mendengar meskipun secara lapat2.

Pada saat itulah dari dalam ruangan tiba2 berkumandang suara dari Si Soat Ang.

"Siapa yang kasak kusuk ditempat luaran ? sepuluh orang yang diluar halaman dan bergerak gerik mencurigakan telah berhasil kutotok semua jalan darahnya apakah kalian datang untuk mengambil orang2 itu ?"

Tonghong Loei tertegun, walaupun ucapan dari Si Soat Ang itu tidak jelas tetapi Tonghong Loei mengerti gadis itu sedang beritahu kepadanya bahwa orang yang mengawasi dirinya di sekitar tempat itu telah dirobohkan semua olehnya.

Dengan cepat otaknya berputar, lalu serunya.

"Nona Si, sungguh tajam pendengaranmu, aku datang khusus untuk menyambangi nona Si !"

"Waktu begini kau datang berkunjung, apakah tidak merasa bahwa kedatanganmu amat mencurigakan ?" jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin.

Tonghong Loei tidak menjawab sambil tertawa kering ia dorong pintu dan berjalan masuk. Tampaklah dua belas orang lelaki menggeletak simpang siur didalam halaman, biji mata mereka berputar tiada hentinya namun badan tak bisa berkutik barang sedikitpun.

Tonghong Loei pura2 tidak melihat adanya anak buah perkampungan Jiet-Gwat-Cung roboh disana, dengan langkah lebar ia lanjutkan perjalanannya menuju kedalam.

"Hmm . hmm . . apa maksudmu datang ke mari ?" Terdengar Si Soat Ang menegur sambil tertawa dingin.

"Nona Si, kau adalah tamu terhormat dari perkampungan Jiet Gwat Cung kami."

"Ucapanmu ini semakin bau seperti kentut" tukas gadis itu sambil menjengek, "Kalau aku adalah seorang tamu terhormat, mengapa kau utus begitu banyak orang untuk celingukan macam pencuri kesiangan ?"

Tonghong Loei segera tertawa panjang.

"Nona Si hal ini tak bisa salahkan kami, seandainya nona Si berdiam disini kemudian tiba2 kedatangan seorang tamu ganas, apakah kau tidak bikin persiapan ?"

"Ooouw jadi aku adalah seorang tamu ganas ?" seru sang gadis sambil tertawa terbahak2.

"Batu peringatan itu kami dirikan dengan kekuatan gabungan tujuh belas orang jago lihay, tapi kemudian berhasil kau robohkan, apakah perbuatanmu ini tidak cukup ganas ? eei . . dimanakah sahabat Pek ? Kok tidak kelihatan

?"

Belum sempat Si Soat Ang menjawab, dari belakang tubuhnya Tonghong Loei mendengar jawaban seseorang dengan suara yang amat dingin.

"Aku berada disini !" Buru2 Tonghong Loei berpaling, tampaklah Tonghong Pek tahu2 sudah berdiri dibawah pohon tidak jauh dan situ.

Diam2 Tonghong Loei bergidik juga, posisinya pada saat ini sangat tidak menguntungkan dirinya. Si Soat Ang berada didepan dan Tonghong Pek ada dibelakang, seandainya ter jadi pertarungan maka ia bakal konyol . . .

"Nona Si" Tonghong Loei segera berkata sambil tertawa "Sudah lamakah kau kenal dengan Tonghong Pek?"

"Tidak lama, baru saja perkenalan..."

"Kalau begitu sulit sekali cayhe ada beberapa patah kita ingin disampaikan kepada nona Si tapi seandainya Tonghong Pek ada disini maka . . maka hal ini kurang . ."

Si Soat Ang segera mengetahui maksud ucapannya, ia angkat kepala dan berseru.

"Sahabat Pek, harap kau menyingkir sebentar, aku hendak bercakap dengan Tonghong Tongcu."

"Tidak" dengan cepat Tonghong Pek menggeleng. "Kalau ada perkataan katakan saja aku ingin turut mendengarnya."

Air muka Si Soat Ang berubah, namun ia cuma mendengus, sebab berada dalam keadaan seperti ini ia masih membutuhkan bantuan dari Tonghong Pek untuk bekerja sama dengan dirinya.

Pertanyaan ini membuat Tonghong Pek tertegun, tentu saja ia tak dapat menjawab. "Sebab aku adalah Tonghong Pek."

Beberapa saat lamanya ia membungkam kemudian, serunya tergagap.

"Nona Si . . kau..." Si Soat Ang tidak menggubris dirinya lagi, sambil tertawa dingin ia lantas berpaling ke arah Tonghong Loei.

Pada waktu itulah Tonghong Loei telah tertawa, serunya.

"Ooouw . . kiranya nona Si sedang membohongi diriku, aku lihat hubungan nona Si dengan sahabat Pek sudah begitu erat dan rapat sekali! aku rasa hubungan kalian sudah bukan hubungan biasa lagi?"

Merah padam selembar wajah Si Soat Ang tegurnya kembali dengan suara berat.

"Sahabat Pek, aku ada persoalan hendak dibicarakan dengan Tonghong Pacu."

Tentu saja Tonghong Pek pun dapat melihat bahwa Si Soat Ang sudah mendongkol dan marah, tetapi ia tidak berubah pendapat, ujarnya kembali.

"Aku tahu kalau kalian hendak bercakap2, maka aku harus berada ditempat ini"

"Mengapa ?" teriak Si Soat Ang, ia mulai naik pitam. "Tonghong Tongcu, silahkan masuk" katanya ia putar

badan dan masuk kedalam ruangan disusul Tonghong Loei

dari belakangnya.

Tonghong Pek tahu bahwa gadis itu sudah gusar, tapi ia tetap nekad badannya bergerak dan tahu2 sudah menghadang didepan pintu ruangan.

"Kau ingin berbuat apa?" tegur Si Soat Ang suaranya keras dan penuh dengan nada gusar.

"Nona Si usia . . usiamu masih muda sedang dia . . dia adalah seorang siauw-jien yang banyak akal, kau mudah ditipu olehnya dengan adanya aku di sisimu maka keadaanmu jauh lebih aman!" Tonghong Loei tidak mengharapkan ikut serta hadirnya Tonghong Pek dalam ruangan tersebut, ia segera tertawa dingin.

"ilmu silat yang dimiliki nona Si amat lihay kepandaiannya boleh dikata sebanding dengan Bengcu, Tonghong Pek kau berkata demikian bukankah sami artinya sudah menganggap nona Si sebagai seorang bocah cilik? hmm hmmm! ucapanmu ini telah merusak pamor dan nama baik dari nona Si."

Ucapan ini memanaskan hati Si Soat Ang, wajahnya segera berubah, dengan mata melotot sambungnya dingin,

"Sahabat Pek kau boleh legakan hati aku bukan seorang bocah, tidak mungkin bisa ditipu dengan gampang !"

Tonghong Loei merasa amat gembira melihat hasutannya menemui hasil, kembali ia berseru.

"Nona Si ditinjau dari perhatiannya yang begitu besar terhadap dirimu, agaknya kalian . ."

Bicara sampai separuh jalan, sengaja ia berhenti, sebagai seorang cerdik tentu saja Si Soat Ang dapat memahami artinya.

Merah padam selembar wajahnya, ia semakin gusar terhadap diri Tonghong Pek, tiba2 bentaknya.

"Kau mau pergi atau tidak ?"

"Tidak . ." jawab Tonghong Pek seraya menggeleng.

Tiba2 Si Soat Ang menggerakkan telapaknya melancarkan sebuah serangan kedepan, gerakannya sangat cepat laksana kilat dan tahu2 sudah tiba didepan mata.

Tonghong Pek terperanjat belum sempat ia berkutik Si Soat Ang telah tarik kembali serangannya, agaknya ia tiada maksud melukai si anak muda itu kecuali menggertaknya belaka.

"Kalau kau masih juga tak mau pergi, maka seranganku selanjutnya akan bersarang telak ditubuhmu !" ancamnya.

Sambil berkata ia tarik lengannya dan menarik kembali serangan tersebut.

Sejak berjumpa dengan Si Soat Ang, Tonghong Pek selalu mengenakan kain kerudungnya agar tidak sampai terlepas dan membiarkan gadis itu menyaksikan wajahnya yang mengerikan itu.

Tapi sekarang, ketika gadis itu menarik kembali telapaknya, berdesirlah segulung angin tajam yang segera menggulung kain kerudung itu.

Sebelum si anak muda itu sempat berkutik, Si Soat Ang telah melihat akan wajahnya yang jelek itu tak kuasa ia menjerit lengking kemudian mundur tiga langkah kebelakang.

Ketika mundur kebelokan badannya sempoyongan seakan2 hendak roboh terjengkang ke-atas tanah, ambil kesempatan itu Tonghong Loei segera maju memayang tubuhnya.

Dalam ketidak seperti ini tidak sempat lagi bagi Si Soat Ang untuk mendorong Tonghong Loei, hatinya ketika itu benar2 terkejut dan merasa sangat ngeri, ia tidak menyangka orang yang selama ini bersama dirinya dan selalu berada disisinya bukan lain adalah seorang manusia kukoay yang berwajah mengerikan.

Mulutnya terpentang lebar, menanti sesaat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Menyaksikan sikap dari gadis itu, Tonghong Pek segera mengerti apa yang telah terjadi.

Peristiwa yang paling ditakuti selama ini akhirnya terjadi juga, Si Soat Ang telah melihat wajah aslinya, tak ada harapan lagi baginya untuk berada sama2 dirinya.

Teringat akan hal itu Tonghong Pek amat bersedih hati, ia berdiri mematung dan sama sekali tak berkutik

Lama . . lama sekali, terdengarlah Si Soat Ang berteriak. "Kau . . kau manusia atau setan ?"

Seraya berkata lengannya segera dipentang kedepan,

Tonghong Loei yang kebetulan berada disisinya pun merasa segulung hawa murni yang sangat luar biasa menggulung keluar, tanpa kuasa ia mundur dua langkah kebelakang, seandainya ia tidak memiliki dasar ilmu silat yang lihay niscaya ia sudah jatuh terjengkang keatas tanah.

Sementara itu Si Soat Ang telah ayun sepasang telapaknya kedepan, Brak ! Brak ! dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan dengan hebatnya.

Dengan telak dua buah serangan tadi bersarang diatas tubuh Tonghong Pek, tidak ampun lagi bagaikan layang2 putus benang tubuhnya terlempar kearah keluar jauh2.

Kalau dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek, tidak mungkin ia berada dalam keadaan tidak becus seperti itu, tapi hatinya sedang sedih maka sama sekali tiada tenaga perlawanan yang muncul dari dalam tubuhnya.

Tubuh Tonghong Pek mencelat ketengah udara, bergulingan sejauh dua tiga tombak dan akhirnya jatuh keatas tanah. Setelah bangun berdiri, ia menghela napas panjang, badanpun bergerak menuju kedepan, dalam sekejap mata bayangannya telah lenyap.

Menanti Tonghong Pek sudah berlalu Si Soat Ang baru tarik napas panjang, ia berpaling dan tanyanya.

"Sebenarnya dia seorang manusia atau setan?"

"Sulit dikatakan." jawab Tonghong Loei dengan hati girang. "Setahun berselang manusia aneh itu pernah munculkan diri satu kali, tetapi tak seorangpun tahu mahluk macam apakah dia."

"Oooouw . . . sungguh tak kusangka sama sekali bahwa selama ini aku telah berada bersama seorang manusia aneh yang begitu menyeramkan . . ." Bisik Si Soat Ang sambil tertawa getir.

"Menurut Bengcu, diwilayah Biauw terdapat sebuah pil dari sejenis binatang beracun, apabila seorang menelan pil tadi maka tenaga dalamnya akan peroleh kemajuan pesat tetapi wajahnya pun akan berubah jadi sangat jelek, contohnya macam orang aneh ini."

"Kalau begitu, dahulu. . si . . siorang aneh itu pun seperti halnya dengan manusia biasa."

"Tentu saja, kemungkinan besar dahulu si manusia aneh itu adalah orang yang kita kenal."

Dikejutkan oleh ucapan tersebut, selisih jarak Si Soat Ang dengan Tonghong Loei pun semakin rapat, perkataan itu membuat jantung gadis tersebut berdebar keras, sebab beberapa kali ia sudah menaruh curiga kemungkinan besar orang itu pernah berkenalan dengan dirinya tapi penyelidikannya berulang kali tidak mendatangkan hasil, sekarang ia makin yakin bahwa orang aneh itu kemungkinan besar adalah kenalannya. Tetapi bagaimana pun curiganya Si Soat Ang ia sama sekali tidak menyangka kalau si orang aneh itu bukan lain adalah Tonghong Pek.

Setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru berkata. "Aah, tidak mungkin dia bilang dahulu hanya pernah

bertemu satu kali dengan aku sewaktu berada dibenteng Thian It Poo,"

Mengungkap benteng Thian It Poo. Tong-hong Loei pun ada bahan pembicaraan lagi, buru2 ia menjura dalam2 kepada gadis itu.

"Nona Si" katanya. "Sewaktu merawat luka didalam benteng Thian It Poo aku belum pernah mengucapkan terima kasih kepadamu, harap kau suka memberi maaf."

"Hmm kau tidak mengucapkan terima kasih akupun sudah terima kasih pada langit dan bumi buat apa banyak bicara yang tak berguna?"

Tonghong Loei tertawa.

"Nona Si anggap saja peristiwa diluar perbatasan adalah kesalahanku, tetapi hal inipun tidak dapat salahkan diriku, sebab kecantikan nona Si luar biasa, se-olah2 bidadari baru turun dari kahyangan!"

Teringat peristiwa yang lalu dimana Tong hong Loei hendak memperkosa dirinya, merah padam selembar wajah Si Soat Ang tapi mendengar pujian tersebut ia pun merasa sangat gembira.

Dalam pada itu Tonghong Loei telah teringat kembali akan perkataan dari Tonghong Pacu ayahnya minta ia tinggalkan Si Chen untuk mendapatkan cinta dari Si Soat Ang, kemudian memperistri sebagai istrinya rencana ini boleh dikata sangat bagus sekali bagi masa depan mereka dan Tonghong Loei yakin ia dapat melakukan tugas tersebut.

Tetapi Tonghong Loei tak mau berbuat demikian, sebab iapun punya perhitungan sendiri.

Pertama, ia mencintai Si Chen dengan ber-sungguh2, ia tak mau meninggalkan gadis tersebut demi ambisi ayahnya untuk tetap mempertahankan kedudukan Boe Tek Bengcu nya.

Kedua, ia terbayang seandainya ucapan manis yang diutarakan berhasil menyenangkan hati Si Soat Ang sehingga gadis itu suka padanya dan kawin dengan dirinya, maka dengan ilmu silatnya yang begitu tinggi serta wataknya yang begitu manja, apakah ia bisa hidup bahagia sepanjang masa?

Maka dari itu pandangan Tonghong Loei jauh berbeda dengan pandangan ayahnya, ia lebih suka membinasakan Si Soat Ang daripada melaksanakan rencana sesuai dengan jalan pikiran ayahnya.

Dalam hati ia sudah punya rencana, asal ia berhasil membinasakan Si Soat Ang lalu meng gantungkan jenasah gadis itu diatas batu peringatan, maka penghinaan yang dilakukan gadis itupun bisa dicuci dengan darahnya, nama besar Boe Tek Bengcu pun dapat dipulihkan kembali keangkerannya.

Maka melihat Si Soat Ang gembira dan kewaspadaannya terhadap diapun berkurang diam2 ia sangat girang.

Kembali ujarnya.

"Nona Si, setelah kau tiba di perkampungan Jiet Gwat Cung, meskipun tidak melakukan tindakan apapun, perkampungan Jiet Gwat Cung kami pasti akan terjadi kekacauan hebat." "Apa sebabnya?"

"Membicarakan dari kecantikan wajahmu yang mirip bidadari turun dari kahyangan, apakah kau tidak berani menjamin para jago yang banyak berkumpul dalam perkampungan Jiet Gwat Cung kami bakal saling berebut untuk mendekati dirimu? Aku rasa mereka malah akan bertarung sendiri untuk perebutkan dirimu? coba bayangkan apakah situasi tidak akan kacau balau tidak keruan?"

"Oouw sungguh pandai kau merayu !" kata Si Soat Ang sambil tertawa manis. "Pertemuan ini bukan merupakan pertemuan kita untuk pertama kakinya, apakah sekarang dengan dulu telah terjadi perubahan besar pada diriku!"

"Berbeda, tentu saja berbeda, sekarang ilmu silatmu lihay, wajahmu cantik rupawan, mungkin kau adalah wanita paling cantik dikolong langit dewasa ini!"

Si Soat Ang tertawa cekikikan saking girangnya.

"Sudah sudahlah, kau datang menengok diriku sebenarnya ada urusan apa ?" katanya.

Sementara gadis itu masih tertawa kegirangan, diam2 Tonghong Loei telah ambil keluar sebatang jarum beracun dari sakunya, jarum tersebut dua coen panjangnya yang diletakkan sianak muda diantara jari tengahnya, gerak- geriknya pun amat leluasa, jangan dikata Si Soat Ang sedang kegirangan sekalipun berada dalam keadaan was2 pun belum tentu bisa temukan gerak geriknya itu.

Setelah menggenggam jarum beracun ditangan Tonghong Loei mulai merasa tegang, ia tarik napas panjang dan menjawab.

"Aku datang kemari tidak lain ingin menanyakan sesuatu kepada nona Si, harap nona Si suka menjawab sebaiknya" "Baik, apa yang ingin kau tanyakan ?"

"Bengcu suruh aku datang bertanya kepada nona Si, apa keperluanmu datang ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"

"Pertanyaan ini semakin menggirangkan Si Soat Ang, sekali lagi ia tertawa ter-kekeh2, sebab ia merasa dengan diajukannya pertanyaan tersebut oleh Tonghong Pacu dus berarti gembong iblis itu tidak ingin bentrok secara kekerasan dengan dirinya, dan jelas ia ada maksud bekerja sama, hatinya tentu saja kegirangan setengah mati.

Tetapi sengaja Si Soat Ang berkata.

"Apakah kau masih belum tahu apa maksudku datang ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung ? aku datang untuk mencari gara2."

"Nona Si kau adalah seorang gadis cerdik, datang ke perkampungan Jit-Gwat-Cung untuk cari keonaran, aku rasa bukan suatu tindakan dari seorang manusia cerdik."

"Baik mari kita bicara secara blak-2an, seandainya aku tidak bikin keonaran bagaimana sikap kalian berdua ?"

"Bagus sekali, asal nona Si berkata demikian tentu saja kami dapat merundingkan suatu cara kepadamu, aku segera akan kembali untuk beri laporan kepada Bengcu agar dia orang tua bisa datang dan merundingkan sendiri persoalan ini dengan dirimu !"

Selesai berkata buru-2 Tonghong Loei berlalu, agaknya se-olah2 ia sedang amat ter-gesa2.

Disinilah letak kelicikan Tonghong Loei, di tangannya ia mencekal jarum beracun jelas dalam hatinya ada maksud mencelakai Si Soat Ang, tetapi ia tik segera turun tangan sebaliknya menunjukkan sikap se-olah2 hendak berlalu dengan langkah tenang, agar orang semakin tidak menaruh curiga.

Dua tiga langkah kemudian ia baru berhenti, tiba2 sambil putar badan serunya.

"Aah . . masih ada satu persoalan lagi, hampir2 saja aku lupa !"

"Persoalan apa ?"

"Ada semacam benda, Bengcu ingin perlihatkan kepada nona Si !"

Si Soat Ang masih ragu2 benda apakah yang hendak diperlihatkan Tonghong Pacu kepadanya, pada saat itulah Tonghong Loei sudah menggerakkan tangannya kedepan.

Tetapi pada saat yang bersamaan dibawah sorotan sinar lampu Si Soat Ang temukan berkilatnya serentetan cahaya biru diujung jari Tonghong Loei.

Sebenarnya Si Soat Ang berada dalam keadaan tidak siap sedia, terhadap bokongan yang dilancarkan Tonghong Loei boleh dikata tiada kesempatan lagi baginya untuk menghindar.

Tetapi memang nasibnya belum ditakdirkan mati, dikala Tonghong Loei hendak melancarkan serangan bokongan itulah, ia temukan sinar pantulan berwarna biru diujung jari si anak muda itu.

Meski pantulan tadi amat lemah namun cukup memberikan peringatan kepada Si Soat Ang bahwa sisir tersebut berisi dari ujung jarum yang tajam dan mengandung racun amat jahat, badannya tergetar keras dan segera mundur kebelakang. Pada detik yang bersamaan Tonghong Loei telah lepas tangan, laksana kilat jarum tadi dengan memancarkan cahaya biru meluncur kedepan.

Menyaksikan datangnya ancaman, buru2 gadis itu menyingkir kesamping, tetapi sayang meski pun ia menghindar dengan gerakan cepat, daya luncur jarum beracun itu jauh lebih cepat, baru ia bergerak benda tajam tadi sudah mengancam datang.

Walaupun begitu keadaan lumayan juga, jarum maut yang mula-mula mengancam jalan darah penting diatas dadanya, kini bersarang diatas bahunya.

Si Soat Ang segera merasakan bahunya jadi kaku, hampir boleh dikata seluruh perasaannya lenyap tak berbekas.

Tangannya segera menyambar kebahu, tapi ia bertambah terkejut ternyata jarum yang ada dimaksud hendak dicabut keluar tersebut kini sudah lenyap kedalam tubuhnya.

Bilamana jarum tadi tidak cepat2 dicabut ke luar, niscaya benda itu akan menyerang kedalam badan dan menghancurkan pembuluh darah yang berada disana, sekalipun tidak mati paling sedikit ia bakal cacad seumur hidup.

Apa lagi diujung jarum tersebut sudah dipolesi racun yang amat keji, keadaan semakin mengerikan.

Si Soat Ang jadi terkejut bercampur gusar, tangannya ber-turut2 menotok tiga buah jalan darah diatas bahunya, yaitu jalan darah In-Bun. Cian-Ching serta Khie-hong tiga tempat, gerakannya cepat lagi sebat.

Setelah ketiga buah jalan darah itu tertotok maka semua perasaan sakit atau kaku jadi lenyap, tentu saja lengan itu sendiripun tak dapat berkutik lagi. Tetapi demikianpun ada baiknya, jarum beracun yang telah menyusup kedalam bahunya tak dapat bergerak lebih kedalam dan merusak pembuluh2 darah disekitar sana.

Mula2 Tonghong Loei mengira serangannya pasti akan bersarang telak, tapi setelah disaksikan gerakan gadis itu, ia sadar bahwa serangannya meleset dan cuma melukai bahunya belaka.

Rasa terperanjat yang dialami sianak muda itu tak terkirakan lagi, dengan gagalnya ia membinasakan gadis tersebut dus berarti telah mendatangkan bencana bagi mereka.

Berada dalam keadaan seperti ini, ia tak dapat berpikir panjang lagi, bajunya disingkap dan sebilah pedang lemas sepanjang dua depa sudah dicabut keluar, pedang itu adalah hadiah seorang siluman sakti dari laut Selatan.

Tonghong Loei putar pergelangan, pedang tersebut disertai desiran angin tajam langsung menusuk kedepan.

Si Soat Ang baru selesai menotok jalan darahnya, tak mungkin baginya untuk menangkis buru2 badannya bergerak menghindar ke samping.

Siapa sangka ketika itulah serangan pedang yang mula2 menusuk kedepan telah tunjukkan perubahan, tiba2 arahnya berubah dan mengancam kiri kanan tubuhnya.

Pada saat ini Si Soat Ang benar2 teramat gusar, lengan kanannya tak dapat bergerak, gerak gerikpun kurang lincah, menyaksikan datangnya serangan amat gencar, sekali lagi ia berkelit lalu mencabut keluar sebatang tusuk konde emas dari rambutnya.

Dalam keadaan terdesak ia tak dapat mencabut senjata lain kecuali tusuk konde emas itu, dengan membawa desiran tajam benda itu segera berkelebat kearah depan menyambut datangnya serangan pedang lawan.

Tiing . . ditengah bentrokan nyaring, cahaya tusuk konde emas itu tepat membentur di atas ujung pedang tersebut.

Walaupun terluka, tenaga dalam yang yang tersalur keluar lewat tusuk konde emas itu masih amat luar biasa. Tonghong Loei yang menyangka dalam serangan ini pasti akan merebut kemenangan jadi sangat kaget ketika ia saksikan senjatanya jadi melengkung dan badannya tergetar keras oleh bentrokan tersebut sehingga mundur selangkah kebelakang.

Pikiran kedua belum lewat, pedangnya yang melengkung telah menggetar balik keasal semula, getaran ini cukup keras membuat Tonghong Loei menjerit kesakitan, pergelangannya jadi pecah, darah segar mengucur keluar dengan derasnya dan pedang itupun tak sanggup dicekal lagi, diiringi suara nyaring segera jatuh keatas tanah.

Rasa kaget dalam hati Tonghong Loei sukar dilukiskan dengan kata2, dalam keadaan gugup ia masih sanggup melirik sekejap kearah Si Soat Ang.

Tapi dengan cepat ia berteriak keras, bagaikan bertemu dengan memedi ia putar badan lalu melarikan diri terbirit2.

Walaupun sangat cepat Tonghong Loei melarikan diri, tapi Si Soat Ang tidak ingin lepaskan sianak muda begitu saja, ia bersuit nyaring kemudian bagaikan seekor burung elang menubruk kedepan.

Walaupun lengannya tergantung kebawah dan tak berkutik namun telapak kirinya masih amat lihay, ketika menubruk kebawah kelima jarinya dipentang lebar2 dan menyertai pula desiran angin tajam. Tonghong Loei kaget, ia merasakan segulung hawa tekanan yang besar menghantam datang, buru2 ia angkat kepala, tampaklah bayangan jari Si Soat Ang tahu2 sudah didepan mata.

"Nona Si..." teriak Tonghong Loei dengan amat terperanjat.

Kata "Ampun" belum sempat diutarakan keluar, pundaknya terasa sakit, kelima jari Si Soat Ang tahu2 sudah mencengkeram erat2.

Ketika itu Si Soat Ang benar2 teramat gusar tenaga dalam yang dikerahkanpun tidak tanggung2, begitu berhasil mencengkeram diatas pundak lawan segera berbunyilah gemeretukan yang amat nyaring, sekalipun Tonghong Loei sudah kerahkan tenaga untuk melawan, tak urung ia merasa kesakitan juga sehingga merasuk ke tulang sumsum.

Walaupun begitu Tonghong Loei masih merasa beruntung sebab serangan ini hanya ditujukan keatas bahu, seandainya kelima jari lawan bersarang diatas batok kepalanya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang sejak semula.

"Nona Si.. " serunya kembali dengan napas terengah2 "Harap ku suka ampuni selembar jiwaku."

Dua kali teriakan keras Tonghong Loei serta suitan nyaring Si Soat Ang telah menggemparkan perkampungan Jiet-Gwat-Cong, dalam sekejap mata suasana disekitar sana jadi gempar dan hiruk pikuk, entah berapa banyak orang telah muncul sambil membawa obor bahkan ada puluhan orang banyaknya mulai mengurung sekeliling tembok pekarangan.

Sorotan cahaya obor menerangi seluruh penjuru dan segala sesuatu yang terjadi dalam halaman itupun dapat kelihatan jelas, tampak air muka Tonghong Loei pucat pias bagai mayat, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, keadaan si anak muda itu mengenaskan sekali.

Menyaksikan keadaan tersebut, para jago jadi terkejut bercampur bingung, mereka tak berani berkutik dan tak ada yang berani meluruk kedepan, beberapa orang diantaranya segera lari memberi laporan kepada Tonghong Pacu serta Si Chen.

Si Soat Ang tidak terkejut atau kaget dengan munculnya para jago, ia malah kelihatan sangat gembira.

Saat ini Tonghong Loei sudah terjatuh ketangannya, lagipula racun yang mengeram diatas bahu kanannya telah berhenti menyusup, ia tahu untuk sementara waktu tak ada bahaya yang mengancam dirinya.

Maka gadis itu lantas mendongak dan tertawa dingin, jengeknya:

"Eeeei     ! mana Tonghong Pacu ? kenapa tidak datang ?

apakah ia sudah tidak mau nyawa putranya lagi ??" "Nona Si, harap ampuni selembar jiwanya ! "

Jengekan itu disahuti oleh seseorang dari tempat kejauhan, suara itu berasal dari Tonghong Pacu dan dalam sekejap pun ia sudah berada ditempat itu, gerakan tubuhnya sangat cepat sukar dilukiskan dengan kata2.

Ketika mengucapkan kita "Nona Si", ia masih berada ditempat sangat jauh tapi ketika ucapan terakhir diucapkan terdengar deruan angin tajam menyambar lewat, sesosok bayangan tubuh telah menyambar lewat batok kepala para jago dan tahu2 sudah berdiri ditengah halaman. Begitu tiba disana, Tonghong Pacu segera menuding Tonghong Loei sambil menegur.

"Binatang cilik, apa yang kau lakukan ? berani benar mencelakai nona Si ?"

Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei dibikin gelagapan untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

"Sedang Si Soat Ang segera tertawa dingin.

"Mencelakai diriku? oouw... tidak terhitung seberapa, ia cuma melepaskan sebatang jarum beracun kepadaku, menurut pikirannya tentu saja ia hendak sambit ulu hatiku, sebab kalau jarum beracun itu bersarang telak diatas ulu hatiku maka nyawaku pasti melayang tetapi sayang ia tidak becus, serangannya hanya bersarang diatas bahuku!"

Air muka Tonghong Pacu berubah hebat. "Apa jarum beracun !" serunya.

"Beee . . benar . ." sahut Tonghong Loei ketakutan. "Se .

. sebatang jarum yang kudapat dari perkumpulan Mo-kauw dari wilayah, "Se. . . sebatang jarum peninggalan dari Kiem Ciam Sin Bo?"

Air muka Tonghong Pacu berubah semakin hebat, tubuhnya kelihatan menggigil.

Walaupun Si Soat Ang sendiri tidak tahu macam apakah jarum beracun peninggalan dari Kiem Cian Sin Bo tersebut, namun dari perubahan wajah Tonghong Pacu, ia tahu bahwa kejadian tersebut tentu luar biasa racun yang bersarang ditubuhnya pasti lihay sekali.

"Lalu bagaimana baiknya ?" Gadis itu segera berteriak, kelima jarinya yang mencengkeram tubuh Tonghong Loei semakin diperketat. Tonghong Pacu maju beberapa langkah ke depan, apabila pada saat ini ia melancarkan serangan niscaya Si Soat Ang tak berdaya, sebab tangannya yang satu sudah kaku tak dapat bergerak sedang tangan lain digunakan untuk mencengkeram tubuh Tonghong Loei.

Maka ketika menyaksikan Tonghong Pacu maju kedepan, ia lantas menghardik.

"Berhenti kalau kau tidak inginkan jiwa putramu lagi, silahkan maju kedepan selangkah lagi !"

"Ayah !" buru2 Tonghong Loei berteriak.

0ooOdwOoo0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar