Jago Kelana Jilid 19

Jilid 19

TONGHONG PEK adalah seorang manusia cerdik, ia dapat menangkap maksud kata2 dari Kiem Lan Hoa barusan, buru2 sahutnya.

"Tidak. tidak kau jangan salah paham, aku sama sekali tiada maksud untuk menyalahkan dirimu, malahan aku merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu, sebab bukan saja kau berhasil menyembuhkan luka dalamku, bahkan membantu aku pula agar orang lain tidak dapat kenali diriku kembali!"

"Kau . . kau tidak berharap orang lain bisa kenali dirimu kembali, apa sebabnya ?" Tanya Kiem Lan Hoa tertegun.

Mendengar pertanyaan ini, Tonghong Pek menghela napas panjang, alasannya mengapa ia tak mau dikenali orang lain sederhana sekali, yaitu ia tidak ingin orang tahu bahwa dia adalah putra dari Tonghong Pacu, sekalipun alasannya sederhana namun tak mungkin bisa dipahami oleh Kiem Lan Hoa . .

OOod()woOO

BAB 20

BEBERAPA saat kemudian ia baru berkata: "Kalau dibicarakan tak mungkin bisa selesai dalam sepatah kata, sekarang aku hanya mohon sesuatu kepadamu."

"Apa yang kau inginkan?"

"Dikolong langit pada dewasa ini hanya kau seorang yang kenal siapakah aku, aku mohon agar kau jangan ceritakan kepada siapapun siapakah diriku sebenarnya, bahkan . . . dihadapan Tonghong Pacu pun jangan ungkap tentang diriku, kalau kau bisa sanggupi maka aku merasa amat berterima kasih sekali."

"Sebenarnya apa maksudmu ?" seru Kiem Lan Hoa dengan alis berkerut, "Saat ini ayahmu adalah Boe Tek- Bengcu. saudaramu adalah Te-Tong-Tongcu sedangkan kedudukan Thian Tong-Tongcu pun hendak diberikan kepada dirimu, mengapa kau malah larang aku mengungkap rahasia ini dihadapan orang lain ?"

"Seandainya kau suka menyanggupi permintaanku ini, sepanjang hidup aku merasa sangat berterima kasih kepadamu, budi ini tak akan kulupakan " seru Tonghong Pek cemas.

Pada saat ini Kiem Lan Hoa benar2 merasa sangat gembira.

Sejak ia berikan pil lwee-tan tersebut kepada Tonghong Pek, dalam hati kecilnya sudah tersusun rencana.

Waktu itu ia belum tahu bagaimanakah raut wajah Tonghong Loei putranya, menemukan bahwa Tonghong Pek ganteng timbul suatu perasaan dengki dalam hati kecilnya, ia takut ketampanan putranya kalah kalau dibandingkan dengan sianak muda ini.

Maka dari itu diberinya pil lwee-tan kepada Tonghong Pek, pertama ia inginkan agar Tong hong Pek menaruh kesan baik kepadanya setelah tenaga lweekangnya peroleh kemajuan pesat, kedua, iapun tahu setelah ia menelan pil Lwe tan tersebut, wajahnya pasti akan berubah sekalipun ia tampan akhirnya akan berubah jadi jelek dan menyeramkan juga.

Maka berada dalam keadaan seperti ini, meskipun wajah putranya Tonghong Loei jelek pun, maka Tonghong Pek akan lebih jelek lagi.

Dan sekarang Kiem Lan Hoa mendengar sendiri bahwa Tonghong Pek sama sekali tidak sudi dianggap putranya Tonghong Pacu, kejadian ini menimbulkan rasa girang dalam hati nya disamping rasa curiga.

Segera ujarnya:

"Bisa2 saja aku merahasiakan kejadian ini dihadapannya, tetapi aku rasanya tidak pantas kalau rahasia inipun harus mengelabui ayahmu sendiri."

"Jangan . . jangan katakan, sekalipun berada dihadapannyapun jangan bicara."

"Kalau benar kau larang aku mengutarakan rahasia ini dihadapannya, lalu apa maksudmu kembali ke perkampungan Jiet Gwat Cung?"

"Aku datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung karena ingin bertemu dengan ibuku . ." jawab Tonghong Pek sedih, "Aku hanya ingin bertemu sebentar saja dengan beliau, aku... aku tidak ingin ia menjumpai diriku, sebab selama ini aku hanya anggap dia sebagai sunioku belaka, sampai suatu saat aku tahu bahwa dia adalah ibuku, kita telah berpisah."

"Eeeei . . . apa yang sedang kau katakan?" tegur Kiem Lan Hoa dengan sepasang alis berkerut. Menyaksikan perubahan air muka Kiem Lan Hoa, dalam hati Tonghong Pek sadar bahwa keadaan sedikit kurang beres, buru2 ujarnya kembali.

"Bukankah sudah kukatakan? aku datang untuk berjumpa dengan ibuku,"

"Aku masih belum paham, benarkah ibumu berada didalam perkampungan Jiet Gwat Cung?" Senyuman Kiem Lan Hoa kelihatan sangat dipaksakan.

"Tentu saja berada di sini?" sahut Tong hong Pek setelah tertegun beberapa saat, "Kalau tidak berada didalam perkampungan Jiet Gwat Cung, lalu berada dimana?"

"Kalau benar kejadian ini, maka ayahmu pasti sedang mengelabui diriku, aku sudah berdiam selama setahun dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ini, namun belum pernah bertemu dengan ibumu, dan belum pernah dengar orang mengungkap pula soal itu."

Tonghong Pek jadi berdiri ter-mangu2, lama sekali ia baru berkata,

"Hal ini mana bisa jadi? sewaktu Giok Jien meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung, ia masih berada disini mana mungkin kau tidak tahu!"

"Siapakah Giok Jien?"

Tonghong Pek tidak menjawab, pikirannya saat itu sangat kalut sekali.

"Lalu kau . . apakah selama ini kau tidak pernah menanyakan soal ibuku kepadanya."

"Hmm! ibumu adalah orang yang paling tidak kusenangi, tidak bertemu dengan dirinya sudah cukup menyenangkan hatiku, mengapa harus banyak bertanya?" Jawaban dari Kiem Lan Hoa ini hambar namun muncul dari hati kecilnya.

Sekali lagi Tonghong Pek berdiri tertegun, setelah beberapa saat lamanya, akhirnya ia berkata.

"Terima kasih atas kesudianmu memberitahukan persoalan ini kepadaku, ia pasti sudah terbunuh sungguh kasihan . . ."

Tonghong Pek merasa hatinya teramat sedih, ketika ia putar badan titik2 air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.

"Belum tentu telah terjadi suatu peristiwa diluar dugaan atas dirinya?" Kata Kiem Lan Koa kembali. "Bagaimana kalau kutemani dirimu untuk tanyakan persoalan ini kepada ayahmu ?"

"Tidak usah, tidak usah, kita berpisah sampai disini saja

!"

Sembari berkata dengan kepala tertunduk selangkah

demi selangkah ia tinggalkan tempat itu, dalam sekejap mata sudah jauh sianak muda itu berlalu.

Kiem Lan Hoa tidak menegur dirinya lagi, kepada Thay Kiem serta Thay-Gien pesannya:

"Kalian berdua ingatlah baik-2, jangan kalian katakan kepada siapapun bahwa pernah bertemu dengan seorang manusia"

Otak Thay-Kiem serta Thay-Gien sederhana sekali, tentu saja apa yang dikatakan Kiem Lan Hoa di-ingat sekali.

"Sudah tahu !" jawab mereka berbareng.

Dalam pada itu dengan kepala tertunduk Tonghong Pek berjalan terus ke depan, saat ini ia merasa pikirannya sangat kalut. Ia tak tahu apa yang dipikirkan pada saat ini dan tidak ingat lagi dimanakah ia berada bahkan ia sudah lupa bahwa topeng yang dikenakan diatas wajahnya sudah dilepas sehingga tampak kembali wajahnya yang mengerikan.

Dalam keadaan seperti ini ia muncul dalam perkampungan Jiet Gwat Gung, tentu saja menggemparkan seluruh perkampungan semua orang masih ingat si manusia aneh inilah yang telah menyelamatkan Si Thay sianseng pada setahun berselang.

Beberapa orang diantaranya dengan cepat melaporkan kejadian ini kepada Tonghong Pacu serta Tonghong Loei, mendengar laporan itu Tonghong Loei segera menyusul datang kesana.

Namun Tonghong Pek sama sekali tidak merasa, sambil menghela napas panjang ia lanjutkan langkahnya menuju kedepan.

Menanti Tonghong Loei sudah berada dihadapannya dan membentak keras, Tonghong Pek baru sadar dan angkat kepala.

Waktu itu Tonghong Loei dengan angkuh dan jumawa telah berdiri dihadapannya, empat orang jago lihay masing2 berdiri dikedua belah sisi.

Sedang dibelakang serta samping kiri kanan nya ada tiga puluh orang telah mengurung dirinya rapat2.

Tonghong Pek tertegun, ia segera berhenti dan memandang orang2 itu dengan sinar mata sayu.

"Hmm . , anda muncul kembali disini?" jengek Tonghong Loei sambil tertawa dingin. Pada saat ini Tonghong Pek tidak ingin timbul bentrokan dengan diri Tonghong Loei, ia hanya kepingin cepat2 tinggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung, maka ia cuma tertawa getir.

"Harap kalian menyingkir aku mau pergi dari sini." katanya.

"Ooouw . . sungguh enak sekali ucapan anda, setahun berselang karena kejadian timbul secara tiba2, Si Thay sianseng berhasil kau larikan, tetapi sekarang kalau kau ingin berbuat demikian lagi, maka tindakanmu ini salah besar, perkampungan Jiet Gwat Cung tak bisa kau datangi sekehendak hatimu dan kau tinggalkan kalau sudah tak mau."

"Aaai. . . lalu apa yang harus aku lakukan sehingga boleh tinggalkan tempat ini?"

"Selama hidup jangan harap bisa tinggal kan tempat ini lagi !"

Tonghong Pek menghela napas panjang, ia merasa selama setahun ini kepandaian silat yang dimiliki Tonghong Loei peroleh kemajuan yang sangat pesat dan akhlak pun semakin rusak.

"Selama setahun ini kepandaian silatmu memang sudah mendapat kemajuan yang sangat pesat" katanya lambat2. "tetapi kau masih bukan tandinganku aku nasehati . ."

Tonghong Pek berkata demikian karena didasari kewelas kasihnya, tetapi Tonghong Loei telah dibikin semakin naik pitam.

"Kurang ajar kalau begitu rasakan dahulu sebuah seranganku." hardiknya keras.

Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, telapak kiri didorong kedepan dengan gerakan yang aneh tapi dahsyat. Serangan tersebut aneh sekali gerakannya membuat Tonghong Pek tertegun, pada detik itulah tiba2 dari gerakan lambat serangan itu berubah jadi cepat laksana kilat, dengan membawa segulung angin pukulan lunak berhawa im langsung menumbuk dada Tonghong Pek.

Sianak muda itu berdiri tak berkutik, ia tiada maksud untuk berkelahi dengan Tonghong Loei, maka ketika serangannya hampir tiba diatas badannya, ia ambil keputusan untuk mengundurkan diri

Laksana kilat cepatnya iapun mengayunkan telapak tangannya menerima datangnya serangan tersebut.

"Braak . . ! ditengah bentrokan keras, ia pinjam tenaga dorongan lawan disertai enjotan badan sendiri, badannya dengan enteng dan sebat meloncat mundur kebelakang.

Dasar ilmu meringankan tubuhnya sudah lihay, kini ditambah pula meminjam tenaga serangan lawan, badannya segera melayang lewat batok kepala para jago yang dirinya dan hinggap diatas dahan pohon, dari situ ia enjot badan, melayang kedepan dan hinggap diatas atap rumah kurang lebih dua tombak dari tempat semula.

Dalam sekejap mata itulah ia sudah tinggalkan Tonghong Loei sejauh lima tujuh tombak,

Meskipun silat yang dimiliki Tonghong Loei lihay, tetapi ia tidak menyangka bisa terjadi perubahan dalam waktu sesingkat itu, kontan bentaknya keras-2:

"Jangan lari hey bangsat, ayoh berhenti!"

Sekali lagi Tonghong Pek enjotkan badannya melayang dua tiga tombak ke depan melewati tembok pekarangan dan melayang keluar, Tonghong Loei membentak keras, membawa anak buahnya ia segera mengurung tempat itu tapi Tonghong Pek yang tiada maksud untuk bergebrak selalu berusaha menghindar.

Meminjam luasnya daerah perkampungan Jiet Gwat- Cung. dalam sekejap mata ia sudah berada ditengah kebun dan bersembunyi di belakang sebuah gunungan.

Gerakannya sangat cepat, para pengejar tak seorangpun yang tahu kemana ia pergi, baru saja Tonghong Pek berhasil menyembunyikan diri terdengarlah suara gaduh dan hiruk pikuk menggema di empat penjuru, tetapi setengah jam kemudian suasana berubah jadi tenang kembali, agaknya Tonghong Loei telah sudahi pencarian tersebut.

Teringat ibunya yang tak tahu berada dimana, Tonghong Pek menghela napas panjang, ia menduga dalam setahun ini ibunya tentu sudah menemui kejadian diluar dugaan.

Kejadian apakah yang menimpa dirinya? tentu saja hanya Tonghong Pacu seorang yang tahu.

Tonghong Pek merasakan dadanya sumpek dan kesal, helaan napas panjang tersebut kedengarannya amat menyedihkan.

Pada saat itulah tiba2 terdengar seseorang menegur. "Siapa sih yang lagi menghela napas panjang pendek

ditempat itu?"

Tonghong Pek terperanjat dengan cepat ia berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut, tampaklah tidak jauh diri tempat itu dari balik sebuah bangunan muncul seseorang usianya masih sangat muda, kurang lebih dua puluh lima enam tahunan, tapi gerak gerik nya mantap, jelas diketahui meski usianya masih muda namun memiliki tenaga dalam yang amat sempurna.

Tampak alisnya tebal matanya besar, sinar tajam memancar keluar dari sepasang matanya ketika itu ia sedang menatap kebalik gunung dimana Tonghong Pek sedang menyembunyikan diri.

Tonghong Pek mimpipun tidak sangka dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ternyata memiliki jagoan yang begitu banyak, tetapi ia merasa meski orang itu berada disini namun roman wajahnya jauh berbeda dengan jago lainnya, ia memiliki jiwa gagah yang sukar dilukiskan dengan kata2.

Berjumpa muka dengan sianak muda itu timbul perasaan simpatik dalam hati Tonghong Pek, seraya menutupi wajahnya dengan ujung baju selangkah demi selangkah ia berjalan ke luar dari tempat persembunyiannya.

"Mengapa anda menutupi wajahmu dengan pakaian,!" sianak muda itu segera menegur.

"Aaaai . , . wajah cayhe jelek dan menyeramkan, aku takut anda bisa terkejut dan ketakutan."

"Soal ini anda boleh legakan hati" kata si anak muda itu sambil tertawa ramah, "Cayhe tidak akan bernyali kecil seperti yang anda bayangkan. silahkan kau unjukan wajah aslimu."

Tonghong Pek segera lepaskan ujung bajunya menyaksikan seramnya wajah orang itu. sianak muda tadi kelihatan rada terkejut tetapi sebentar kemudian ia sudah pulih kembali dalam ketenangan

"Wajah anda benar-2 luar biasa." serunya "Aku dengar ada setahun berselang ketika didalam perkampungan Jiet Gwat Cung ter jadi perubahan hebat, telah muncul seorang manusia berwajah aneh yang berhasil selamatkan Si Thay sianseng disaat yang kritis, apakah orang itu adalah anda?"

Teringat diri Si Thay sianseng, Tonghong Pek segera tertawa getir, ia mengangguk.

"Benar, cayhelah orangnya."

"Lalu apa sebabnya kau muncul kembali dalam perkampungan Jiet Gwat Cung!"

Tonghong Pek tidak jawab pertanyaan itu, sebaliknya dia malah bertanya.

"Siapakah nama anda? aku lihat roman wajah anda sangat berbeda dengan isi perkampungan Jiet Gwat Cung ini, apa maksudku pula berada disini?"

"Aku she Liem bernama Hauw Seng!"

"Benar, darimana anda dengar nama kecil ku?" "Aku tahu dari nona Giok Jien."

Begitu nama Giok Jien di utarakan, air muka Liem

Hauw Seng segera berubah hebat buru2, ia maju dua langkah kedepan sambil bertanya.

"Giok Jien? kau kenal dengan dirinya? sekarang ia berada dimana?"

Pertanyaan ini dijawab Tonghong Pek dengan suatu helaan napas panjang.

Bagi Tonghong Pek helaan napas itu tidak berarti, namun cukup membuat air muka Liem Hauw Seng berubah jadi pucat pias.

"Dia . . dia . . mengapa dia ?" "Bagaimanakah dia saat ini, akupun tak tahu, tetapi pada setahun berselang ia sudah tinggalkan perkampungan Jiet- Gwat Cung !"

"Mengapa ia tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung

? mengapa ketika aku datang mencari dirinya ia sudah tidak berada ber-sama2 Tonghong Pacu lagi ?"

"Soal itu aku sih kurang jelas, tetapi nona Giok Jien adalah seorang gadis yang sangat baik, seandainya ia bergaul terus dengan Tonghong Pacu malahan kurang baik bagi dirinya"

"Tentang hal tersebut akupun tahu, tetapi paling sedikit aku bisa selalu bersama dirinya!" kata Liem Hauw Seng sambil menghela napas panjang.

Begitu mesra kata-2nya membuat Tonghong Pek tertegun.

"Sahabat kau mengatakan pada setahun berselang pernah bertemu dengan Giok Jien, tahu kah kau saat ini ia berada dimana ?" kembali Liem Hauw Seng bertanya.

"Aku tahu !"

"Kau tahu ! kau benar2 tahu ?" teriak Liem Hauw Seng kegirangan setengah mati, "Dia berada dimana ? katakanlah kepadaku: aku akan merasa sangat berterima kasih."

Pada waktu itu ketika ia tinggalkan perkampungan Jiet- Gwat-Cung kebetulan aku sedang menolong Si Thay sianseng, aku tiada berdaya untuk menguasahi golakan hawa murni dalam tubuh Si Thay sianseng dengan kekuatan seorang diri, maka kuundang agar ia suka membantu dengan demikian Si Thay sianseng pun berhasil lolos dari bahaya jalan api menuju neraka, sedang Si Thay sianseng melihat nona Giok Jien berbakat baik. ." Baru saja ucapan itu diutarakan sampai di-sana, saking girangnya suara Liem Hauw Seng sampai berubah hebat.

"Apakah . . dia . . dia sudah diterima jadi anak murid Si Thay sianseng ?"

"Benar." Tonghong Pek mengangguk. Liem Hauw Seng tarik napas panjang2.

"Sungguh bagus sekali, aku segera akan berangkat kelembah Coei Hong Kok digunung Go bie untuk menengok dirinya, aku segera akan berangkat kesana." serunya.

Teringat kembali apa yang dialaminya selama diluar lembah Coei Hong Kok, Tonghong Pek tertawa dingin tiada hentinya.

"Aku rasa tidak sedemikian bagus."

Ucapan ini membuat Liem Hauw Seng tertegun.

"Apa maksud ucapan anda barusan? Giok Jien bisa jadi murid Si Thay sianseng seorang tokoh maha sakti dari aliran lurus, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian yang amat baik?"

"Hmm . . Hmm. . kau datanglah sendiri ke lembah Coei Hong Kok, mungkin disana kau bakal mengerti sendiri!"

Dalam hati Liem Hau Seng masih menaruh curiga, tetapi setelah mengetahui berita mengenai Giok Jien ia merasa amat kegirangan, segera serunya kembali.

"Terima kasih kau sudi beritahu kepadaku, aku akan mohon diri dari Tonghong Pacu saat ini juga."

"Sahabat Liem, agaknya selama setahun ini ilmu silatmu telah peroleh kemajuan yang sangat pesat." "Benar" Liem Hauw Seng mengangguk "Dalam setiap kesulitan yang kuhadapi bukan saja tidak bisa binasa, bahkan dalam sebuah gua aku telah berlatih giat selama setahun ilmu silatku memang peroleh kemajuan yang sangat pesat, dahulu apakah anda pernah bertemu dengan diriku!"

"Aku belum pernah bertemu dengan anda, tetapi aku kenali dirimu, dan kenal pula dengan seseorang yang hubungan erat dengan dirimu."

"Benarkah?" Seru Liem Hauw Seng tercengang. "Sejak kecil aku sudah kehilangan ke dua orang tuaku anda adalah

. . ."

"Aku kenal dengan adik misanmu, Si Soat Ang." "Oooouw . . ! kiranya dia, selama setahun ini ilmu

silatnya pun peroleh kemajuan yang sangat pesat, ditinjau dari keadaannya mungkin ia sudah berhasil melatih ilmu silat yang termuat kitab pusaka Sam Poo Cin Keng."

"Apa yang kau katakan ?" Teriak Tonghong Pek terkejut bercampur girang.

Liem Hauw Seng ulangi kembali perkataan nya, Tonghong Pek segera bertanya kembali.

"Sekarang dia berada dimana ?"

"Sekarang ia masih berada dalam gua tersebut, kiranya selama setahun aku telah berdiam dalam sebuah gua yang sama dengan dirinya, hanya saja ia berdiam dalam gua sebelah depan sedang aku berada dibelakang, menanti tenaga lweekangnya telah peroleh kemajuan pesat dan berhasil menjebolkan dinding gua dengan angin pukulannya, kita baru saling bertemu muka satu dengan lainnya." "Dia . . dia . ."

Saking terharunya untuk beberapa saat ia tak sanggup meneruskan kata2nya.

Liem Hauw Seng menghela napas panjang, ujarnya kembali.

"Dendam dan budi yang terikat antara aku dengan adik Soat sukar diselesaikan dalam beberapa saat, dalam setahun ini meski ilmu silatnya telah peroleh kemajuan pesat namun tabiatnya sama sekali tidak berubah, setelah berjumpa dengan diriku, ia langsung turun tangan kepadaku, siapa sangka ilmu silatnya telah mendapat kemajuan yang sangat pesat setelah menerima dua buah serangannya aku lantas sadar bahwa aku bukan tandingannya, dengan keadaan mengenaskan aku lantas melarikan diri."

Tonghong Pek merasa tidak sabaran untuk mendengarkan cerita dari Liem Hauw Seng itu segera ia menukas.

"Jadi maksudmu sekarang ia masih berada didalam gua itu ?"

"Aku pikir memang demikian adanya, aku dengar hubungannya dengan Tonghong Pek putra sulung dan Tonghong Pacu sangat bagus, mungkin iapun bisa mendatangi perkampungan Jiet-Gwat- Cung"

Ucapan ini semakin membuat hati Tonghong Pek merasa tidak karuan, ia bertanya kembali.

"Gua itu terletak dimana ?" "Sekitar gunung Lak-Boan-San . ."

"Sahabat Liem sampai jumpa lagi !" teriak Tonghong Pek seraya ulapkan tangannya. Setelah mengetahui berita Si Soat Ang tentu saja ia tak mau berdiam terlalu lama disana, setelah enjot badan melayang keluar dari dinding pekarangan badannya langsung berkelebat keluar dari perkampungan Jiet Gwat Cung langsung menuju kegunung Lak Boan San.

Siang hari telah tiba, ini hari adalah hari ketiga setelah Tonghong Pek bertemu dengan Liem Hauw Seng, ketika ia sedang melanjutkan perjalanan dan melewati sebuah gardu besar yang penuh dengan orang, tiba2 ia dengar dari balik gardu berkumandang suara bentakan seseorang.

"Siapa sih yang disebut Bu Tek Bengcu?"

Suara itu membuat Tonghong Pek tertegun, ia kenali suara itu sebagai suara dari Si Soat Ang.

Inilah pucuk dicinta ulam tiba, ia ada maksud mencari gadis itu siapa sangka sang dara sudah muncul didepan mata, Tonghong Pek benar2 merasa kegirangan sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.

"Soat . . . " teriaknya.

Hanya sepatah kita yang berhasil meluncur keluar dari mulutnya. maka ia segera teringat bahwa selama setahun ini banyak perubahan telah menimpa dirinya, teringat bagai mana seramnya wajah yang ia miliki saat ini, bisa dibayangkan betapa ngeri dan kagetnya Soat Ang setelah menyaksikan hal tersebut.

Tonghong Pek merasa amat sedih, namun ia teruskan juga niatnya bergerak menuju kearah gardu tersebut, wajahnya telah tertutup oleh sehelai topeng maka ia tak takut dikenali orang.

Pada saat itulah dari balik gardu terdengar suara caci maki bergema kalang kabut. "Sungguh besar nyalimu!"

"Kau berani mengucapkan kata2 yang tidak senonoh kepada Bengcu, Hmm! agaknya kau sudah bosan hidup."

Bahkan ada pula yang sambil tertawa terbahak2 menjengek.

"Budak busuk, selangkah berjalan berlututlah satu kali hingga tiba didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, asal dapat berjumpa dengan Bengcu maka terhitung kau punya rejeki."

Diantara jago yang mengepung gardu tersebut, hanya dua orang yang dikenali Tonghong Pek, mereka bukan lain adalah anak murid Tonghong Pacu.

Si Soat Ang duduk ditengah gardu, setahun tidak berjumpa wajahnya kelihatan semakin cantik menawan hati, ketika itu ia berada ditengah kepungan para jago dengan senyuman menghiasi bibirnya.

"Siapa yang bilang sekalipun selangkah berlutut satu kali hingga tiba di perkampungan Jiet Gwat Cung aku masih belum bisa bertemu dengan Bengcu kalian ?!" tegur Si Soat Ang sambil tertawa.

"Aku yang bilang" jawab seorang lelaki tinggi besar diantara para jago yang mengurung tempat itu.

Si Soat Ang tersenyum manis, ia kerling sekejap orang itu kemudian katanya.

"Mungkin apa yang kau katakan benar. tetapi aku punya suatu cara dan apabila aku gunakan cara itu untuk mengunjungi perkampungan Jiet-Gwat-Cung maka aku pasti akan berhasil temui Bengcu kalian itu !"

"Apakah caramu ?" tanya lelaki kekar tadi dengan mata melotot. "Aku lihat badanmu kekar dan kuat, seandainya kau merangkak diatas tanah dan aku anggap dirimu sebagai kuda kemudian menunggangmu sampai perkampungan Jiet-Gwat-Cung, niscaya Boe Tek Bengcu kalian akan buka pintu lebar2 untuk menyambut kedatanganku!"

Para jago segera tertawa terbahak2 mendengar ucapan itu, sedangkan lelaki tadi jadi malu sendiri bercampur gusar, dengan wajah merah jengah bentaknya.

"Baik, lihat saja kau yang tunggangi aku atau aku yang tunggangi dirimu!"

Ucapan ini amat cabul dan kotor, tetapi Si Soat Ang sebagai seorang gadis perawan sama sekali tak memahami arti dari kata2 tersebut.

Dalam pada itu selesai berkata lelaki tadi tiba2 maju ke depan, lima jarinya dipentang langsung mencengkeram bahu Si Soat Ang.

Melihat datangnya serangan. Si Soat Ang tidak jadi gugup, jari tangannya segera dituding ke depan seraya menghardik.

"Lihat Serangan."

Selama setahun berlatih ilmu silat dari kitab pusaka Sam Poo Cin Keng, kepandaian silat yang dimiliki Si Soat Ang pada saat ini sukar dilukiskan lagi dengan kata2. meskipun ia menuding dengan perlahan namun segulung hawa murni yang dahsyat meluncur keluar lewat ujung jarinya menghajar jalan darah Tian Ki-hiat pada lekukan lututnya.

Lelaki itu hanya curahkan perhatiannya pada pundak Si Soat Ang, ia bermaksud setelah berhasil menangkap dara itu lantas menggerayangi bagian terlarang hingga ia jadi malu. Siapa sangka, tangannya belum berhasil mencapai tubuh lawan tiba kaki kanannya jadi lemas tidak kuasa lagi ia jatuh berlutut diatas tanah.

Rasa kaget yang dialami lelaki itu bukan alang kepalang, tangannya segera menekan di atas tanah siap meloncat bangun, tetapi pada saat itulah sebuah tudingan dari Si Soat Ang yang disertai tenaga hebat telah bersarang telak dijalan darah lemas pada pinggangnya tidak kuasa lagi badannya benar2 merangkak di atas tanah.

Dengan wajah merah jengah lelaki itu berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi setelah dua buah jalan darahnya tertotok, maka sanggup ia bangun berdiri ?

Dua orang jago yang lihay memiliki kepandaian rada lihay diantara para jago yang ada disana agaknya sudah merasa keadaan tidak menguntungkan, satu pergi menolong lelaki tadi sedang orang kedua langsung menubruk kehadapan sang dara.

Jago yang tiba disisi lelaki tadi dengan cepat berusaha membebaskan jalan darah rekannya yang tertotok sayang walaupun diusahakan berulang kali gagal juga menolong orang, itu, lelaki tadi masih tetap berjongkok kaku diatas tanah.

Jago yang tiba dihadapan Si Soat Ang cepat menjura seraya berkata.

"Kiranya nona adalah seorang jago lihay, entah siapakah nama anda?"

Si Soat Ang tertawa dingin.

"Bagus, baru sekarang kau tanya namaku?" jengeknya, "Aku ingin bertanya dahulu kepadamu, siapa sih yang begitu berani angkat dirinya jadi Boe Tek Bengcu dalam perkampungan Jiet Gwat Cung! siapakah nama besarnya?" Kiranya selama setahun ini Si Soat Ang hanya tahu berlatih silat dengan giat dalam gua, terhadap kejadian diluar ia sama sekali tidak tahu, tidak aneh kalau ia tidak tahu terjadinya peristiwa yang menggemparkan seluruh kolong langit.

Mendapat pertanyaan tersebut orang itu tertegun, ia tidak mengira dikolong langit masih ada orang yang tidak tahu siapakah Boe Tek-Bengcu itu.

"Boe Tek Bengcu kami she Tonghong bernama Pacu, dia adalah seorang jagoan paling lihay dikolong langit dewasa ini." jawab orang itu setelah melengak beberapa saat lamanya.

"Ha . . ha . . ha . . aku kira siapa yang begitu besar nyali berani angkat dirinya sebagai Bengcu tiada tandingan, kiranya situa bangka Tonghong Pacu adanya bagus . . . bagus sekali sungguh menarik hati!"

Si Soat Ang benar2 merasa menarik, setahun berselang ia pernah diusir Tonghong Pacu karena dianggap tidak sesuai dengan putranya tapi sekarang ilmu silatnya amat lihay, bisa dibayangkan betapa kagetnya Tonghong Pacu setelah berjumpa dengan dirinya.

Orang2 yang ada dalam gardu saat ini bukan lain adalah para jago kangouw yang telah menggabungkan diri dalam perserikatan tersebut, namun mereka hanya manusia kelas tiga belaka, meskipun berada dalam perkampungan Jiet Gwat Cung namun belum tentu dalam sebulan dapat bertemu Tonghong Pacu barang satu kalipun, dalam pandangan mereka gembong iblis tersebut agung melebihi malaikat.

Maka dari itu menyaksikan Si Soat Ang bukannya terkejut malah tertawa geli setelah mendengar nama Tonghong Pacu, rasa kaget dalam hati mereka sukar dilukiskan lagi dengan kata-2, orang yang berdiri dihadapan Si Soat Ang pun sampai mundur dua langkah ke belakang.

"Kalian mengatakan Tonghong Pacu tinggal di perkampungan Jiet-Gwat-Cung, berapa jauh sih jarak dari sini menuju perkampungan tersebut ?"

"Tidak terlalu jauh, hanya dua tiga hari perjalanan !" "Maksudku kalau suruh dia merangkak sampai kesitu

harus membutuhkan berapa hari !" seru Si Soat Ang sambil

menuding kearah lelaki yang tertotok jalan darahnya itu.

Nona, kau kenal dengan Bengcu kami, apa gunanya menyusahkan kami ?" seru orang itu sambil tertawa paksa.

"Oouw . . baru sekarang kau ucapkan kata-2 semacam itu. Hm ! tadi apa yang kalian kata kan ? tadi kalian mengucapkan kata2 yang tidak senang kepadaku, sekarang aku harus kasih sedikit pelajaran kepada kalian manusia2 tak berguna."

Tiba2 ia bangun berdiri, badannya bergerak cepat, dalam sekejap, mata ada enam tujuh orang telah tertotok jalan darahnya.

Serangan dari Si Soat Ang benar2 sangat cepat sukar dilukiskan dengan kata2, setelah ia berhasil merobohkan ketujuh orang tadi, badan nya berputar menerjang keluar gardu . . Criiit Criiit! dalam sekejap mata kembali ada delapan orang roboh tak berkutik.

Si Soat Ang mendongak tertawa terbahak2 sambil putar badan serunya.

"Ha . . ha . . ternyata anak buah dari Boe Tek Bengcu hanya gentong2 nasi semua."

Sembari berkata ia menotok empat orang yang ada di hadapannya, merekapun segera roboh keatas tanah. Kini hanya tinggal Tonghong Pek seorang, menyaksikan datangnya serangan ia segera menyingkir ke samping dan bersembunyi dibalik tiang gardu, dengan demikian serangan itupun mengenai sasaran kosong.

Melihat mangsanya berhasil meloloskan diri, Si soat Ang tercengang dan keheranan, semula ia mengira serangannya ini pasti akan berhasil merobohkan orang itu seperti halnya dua puluh orang sebelumnya, ia berseru tertahan.

"Aaah . . kira ya masih ada juga yang berkepandaian lumayan!" teriaknya.

Sembari berkata ia memburu kedepan . . . Braak! sebiah serangannya dihantamkan ke atas tiang gardu itu.

Serangan ini aneh sekali, bukannya ditujukan kearah Tonghong Pek yang bersembunyi di balik gardu sebaliknya malah ditujukan keatas tiang, hal ini membuat dianak muda itu jadi tercengang.

Bersamaan dengan bentrokan itu, segulung tenaga yang maha dahsyat tiba2 menembusi tiang tadi langsung menghantam tubuh Tong bong Pek, membuat sianak muda itu seketika itu juga terdorong mundur tiga langkah kebelakang.

Melihat kehebatan dara itu, Tonghong Pek terkejut bercampur girang, dari mulut Liem Hauw Seng ia tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang telah peroleh kemajuan pesat, tetapi ia tidak mengira kalau gadis itupun berhasil menguasai ilmu yang disebut Li-san-Ta-Gouw atau terpisah oleh bukit menghantam kerbau, suatu kepandaian tenaga dalam yang telah mencapai pada puncaknya.

Baru saja Tonghong Pek terdorong mundur sejauh tiga langkah, Si Soat Ang telah mengitari tiang gardu tadi seraya membentak nyaring. "Bagus sekali, ternyata dalam perkampungan Jiet-Gwat- Cung terdapat pula beberapa jago lihay !"

Sembari berkata, telapaknya diayun kembali siap melancarkan serangan.

"Jangan turun tangan lebih dulu, jangan turun tangan lebih dahulu, aku ada perkataan hendak disampaikan kepadamu." buru2 Tonghong Pek berseru lantang.

Serangan dari Si Soat Ang cepat laksana kilat, namun iapun dengan cepat menarik kembali serangan itu.

"Apa yang hendak kau katakan ? "serunya.

Ingin sekali Tonghong Pek berteriak bahwa dia adalah Tonghong Pek, dan selama setahun ini ia selalu teringat akan dirinya.

Tetapi berada dalam keadaan seperti ini apa yang bisa ia katakan ??

Ia percaya Si Soat Ang tentu tidak akan percaya atas ucapannya, bahkan akan mentertawakan dirinya.

Dengan hati sedih ia lantas menghela napas panjang. "Aku. . . aku . . "

"Sebenarnya siapakah kau? mengapa memakai topeng dan tidak berani tunjukkan wajah asli mu ?" Tukas Si Soat Ang tidak sabaran lagi.

Sambil berkata ia siap menyambar topeng itu, Tonghong Pek mengerti keadaan tidak menguntungkan, buru3 ia mundur kebelakang sambil berseru.

"Nona Si, wajahku amat mengerikan."

Belum habis ia bicara Si Soat Ang telah berseru tertahan sepasang alisnya melentik dan sepasang matanya yang jeli mengawasi wajah Tonghong Pek tak berkedip. "Kau , . kau kenali diriku?"

Tonghong Pek sadar ia sudah terlanjur bicara, terpaksa katanya.

"Aku. . . aku pernah kunjungi luar perbatasan dan pernah pula menginap dibenteng Thian It Poo, maka aku kenal dengan nona Si."

Ia takut ucapan ini tidak berhasil membuat gadis itu percaya, segera tambahnya lebih jauh:

"Berhubung raut wajahku amat menyeramkan maka aku tidak berani menemui orang dengan wajah asliku, harap nona Si jangan menyalahkan."

Per-lahan2 Si Soat Ang turunkan kembali telapaknya, teringat akan benteng Thian It Poo timbul perasaan simpatiknya atas diri Tonghong Pek, sebab sejak tiba didataran Tionggoan baru pertama kali, ini ia dengar orang lain menyebut benteng "Thian It Poo"

"Hmm . . ! ilmu silatmu tidak lemah, jabatan apa yang kau duduki dibawah kekuasaan Tonghong Pacu ?"

"Nona Si kau salah menduga, aku . . aku bukan anggota perkampungan Jiet-Gwat-Cung."

"Benarkah ?" tanya Si Soat Ang tercengang.

Sembari berseru sepasang matanya dengan tajam menatap wajah Tonghong Pek, sianak mu da itu segera merasakan sinar matanya luar biasa, jelas tenaga dalamnya telah mencapai pada puncaknya.

Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera ia bertanya:

"Nona Si, ilmu silatmu sangat lihay, mungkin sukar dicarikan tandingannya dalam kolong langit, entah bagaimana perasaanmu kalau dibandingkan dengan kepandaian Tong hong Pacu.?

"Bagus sekali pertanyaanmu itu" kata Si Soat Ang sambil tertawa. "Sepanjang perjalanan aku sendiripun selalu bertanya pada diriku sendiri, kemarin senja aku telah bergebrak melawan beberapa orang jago kelas satu dari dunia persilatan, mereka semua bukan tandinganku diantaranya terdapat pula si bongkok sakti Kiat-Hwee-Sin Tuo."

Tonghong Pek sangat terperanjat, hampir-saja ia akan berseru. "Bagaimana keadaan suhuku, untung ia masih sadar" kata2 tadi dengan cepat telan kembali mentah2.

"Bagaimana . . . bagaimana akhirnya ?" ia bertanya. "Ternyata Liat-Hwee-Sin Tuo masih kenal diriku, setelah

bertemu dengan aku ia lantas menanyakan kabar berita seseorang kepadaku."

"Siapa yang ia tanyakan !" suara dari Tong hong Pek kedengaran rada gemetar.

Si Soat Ang menghela napas panjang, hal ini membuat jantung sianak muda itu berdebar semakin keras.

"Orang yang ia tanyakan bernama Tonghong Pek, kiranya dia adalah muridnya, tapi aku sudah hampir setahun lamanya tidak berjumpa dengan dirinya darimana aku bisa menjawab?"

"Apakah kau sangat rindu kepadanya ?" tiba2 Tonghong Pek bertanya.

Si Soat Ang segera berpaling dalam detik itulah seakan2 ia menangkap suatu bayangan yang sangat dikenalnya dari sinar mata lawan namun ia tidak terlalu ambil perhatian. Iapun tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata kembali.

"Akupun tak tahu jejaknya. hal ini menggusarkan Liat- Hwee-Sin-Tuo sehingga akhirnya bergebrak melawan aku, akhirnya hanya dia seorang yang beruntung tidak terluka, menurut kau kepandaian silatku kalau dibandingkan dengan Tonghong Pacu, siapa yang lebih lihay?"

Tonghong Pek merasa amat risau, beberapa saat kemudian ia baru menjawab.

"Hal ini harus dilihat dulu setelah kau bergebrak melawan Tonghong Pacu !"

Tiba2 Si Soat Ang tertawa.

"Seandainya aku tidak sampai bergebrak melawan dirinya menurut kau bagaimanakah sikapnya kepadaku ?"

Ucapan ini sangat mengejutkan Tonghong Pek tadi ia bermaksud untuk ajak Si Soat Ang bekerja sama dengan dirinya untuk sama2 menghadapi Tonghong Pacu.

Tetapi sekarang, dari ucapan gadis itu ia dapat tarik kesimpulan bahwa Si Soat Ang bukan saja tak ada niat memusuhi gembong iblis itu bahkan ada niat untuk bekerja sama.

Seandainya Si Soat Ang benar2 bekerja sama dengan Tonghong Pacu, bukankah hal ini sama artinya harimau ganas tumbuh sayap ? apalagi sianak muda ini sudah memahami bagaimanakah tabiat serta sifat Si Soat Ang.

"Apa maksudmu ber . . berkata demikian ?" buru2 tanyanya.

"Apakah kau masih belum paham ? seharusnya Tonghong Pacu bisa memahami sampai taraf manakah kepandaian silat yang kumiliki pada saat ini, dia adalah seorang manusia licik, setelah aku tiba diperkampungan Jiet-Gwat Cung dan seandainya tak ia berani melawannya, maka ini berarti ia tak punya keyakinan untuk menangkan diriku."

"Lalu apa yang hendak kau lakukan?"

"Tentu saja ia bisa menangkan diriku sebaliknya akupun belum tentu bisa menangkan dirinya, berada dalam keadaan seperti ini menurut kau bagaimanakah sikapnya terhadap diriku?"

"Maksudmu, dia bisa undang kau untuk ikut berkomplot

?" kata Tonghong Pek sambil menarik napas panjang.

"Hmm . . ajak aku berkomplot jengek Si Soat Ang sambil mendengus dingin, kalau ia tidak diberi kedudukan yang sesuai kepadaku, aku tidak akan sudahi urusan ini !"

"Noo . na Si . . Tonghong Pacu adalah seorang manusia licik, sekarang ia ada maksud untuk merajai dunia persilatan apakah kau hendak berkomplot dengan dirinya?"

Dari sepasang mata Si Soat Ang tiba2 memancar keluar cahaya tajam, lama sekali ia awasi wajah Tonghong Pek, kemudian sahutnya tertawa terbahak-2

"Coba lepaskan topengmu, aku ingin tahu adakah kau yang kukenal darimu!"

"Si . . siapa?" tanya Tonghong Pek terperanjat.

"Orang itu mirip denganmu, kalau bukan suaranya yang berbeda cukup mendengar ucapanmu tadi aku pasti akan mengira kau adalah dirinya, tetapi . . lebih baik lepaskanlah topeng yang kau kenakan itu."

Tonghong Pek merasa jantungnya berdebar keras, ia tahu Si Soat Ang sudah menaruh curiga kepadanya. Berada dalam keadaan seperti ini seandainya Tonghong Pek tak mau lepaskan topeng-nya, niscaya kecurigaan dalam hati gadis itu akan semakin hebat, maka Tonghong Pek segera melepaskan topengnya. ilmu silat yang di miliki Si Soat Ang memang lihay, tetapi setelah menyaksikan wajah Tonghong Pek yang menyeramkan tak urung ia hembuskan napas dingin,

"Sudah cukup!" serunya.

Tonghong Pek tundukkan kepala mengenakan kembali topengnya, Si Soat Ang baru bisa menghembuskan napas panjang.

"Bagaimana sih ibumu melahirkan dirimu? wajahmu benar2 menyeramkan dan jarang di jumpai dikolong langit."

Tonghong Pek amat sedih, dugaannya tidak meleset ternyata Si Soat Ang tidak kenali dirinya lagi, ia tertawa getir.

"Aku . . aku bukan dilahirkan dengan wajah demikian, dahulu sebelum wajahku berubah jadi begini pernah ada seorang nona yang sangat cantik selalu berada bersama aku, ia sangat baik kepadaku tetapi sekarang . ."

"Sekarang nona cantik itu berada dimana ?" tanya Si Soat Ang, agaknya ia tertarik dengan cerita tersebut.

Suara Tonghong Pek berubah makin rendah dan makin berat, jawabnya.

"Sekarang ia belum tahu kalau wajahku telah berubah jadi begini. aku . . akupun tidak berani beritahukan rahasia ini kepadanya, coba kau pikir seandainya ia bertemu dengan aku bagaimana sikapnya !"

"la pasti akan sangat terperanjat !" "Nona Si-" kata Tonghong Pek lebih jauh, "Seandainya orang yang pernah kau kenal dahulu secara tiba-2 berubah jadi begini, kau apakah sikapmu akan tetap mesra seperti sedia kala ?"

"Eei . . siapa yang suruh kau ngaco belo ?" tegur Si Soat Ang dengan mata melotot.

Seandainya pada saat ini Soat Ang menjawab bahwa ia tak akan menggubrisnya lagi atau segera akan tinggal pergi setelah berjumpa, maka dengan menahan sedih Tonghong Pek pasti akan berlalu dari situ.

Tetapi gadis itu tidak berkata demikian, hal ini membuat sianak muda itu jadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan.

Si Soat Ang tidak membicarakan masalah itu lagi, terdengar ia berkata:

"Aku hendak berangkat ke perkampungan Jiet Gwat Cung, aku lihat ilmu silatmu tidak lemah, lagi pula pernah berdiam dalam Benteng Thian It Poo, berada sama2 diriku, aku rasa akan mendatangkan banyak kebaikan untukmu."

Walaupun Si Soat Ang berkata demikian di luaran, padahal dalam hati ia punya tujuan lain, ia tahu kepandaian yang dimiliki Tong-hong Pek sangat lihay, seandainya ia berangkat ber-sama2 dirinya maka Tonghong Pacu akan semakin tak berani pandang enteng dirinya.

Dalam hati tentu saja Tonghong Pek merasa sangat gembira dapat ber sama-2 Si Soat Ang meskipun gadis itu tidak kenali dirinya kembali, tetapi iapun sadar setibanya dalam perkampungan Jiet Gwat Cung entah perubahan apa lagi yang menimpa dirinya.

Sementara ia masih ragu-2, dengan nada gusar Si Soat Ang telah membentak. "Bagaimana, kau suka pergi atau tidak?"

"Nona Si, kau tidak mengerti, aku sangat rela ikuti dirimu mengunjungi perkampungan Jiet Gwat Cung, tetapi

. . aku dengan pihak perkampungan Jiet Gwat Cung pernah mengikat permusuhan, setahun berselang aku pernah selamatkan Si Thay sianseng dihadapan Tong hong Pacu, aku rasa gembong iblis itu pasti amat mendendam diriku."

"Oouw . . . kiranya pernah terjadi peristiwa seperti ini!" seru Si Soat Ang dengan hati tertarik, "Coba ceritakanlah kisah itu kepada ku mulai dan permulaan hingga akhir!"

Si Soat Ang segera duduk kembali dalam gardu diikuti Tonghong Pek, gadis itu sama sekali tidak menggubris terhadap para jago yang dirobohkan olehnya, dengan semua perhatian ia dengarkan kisah yang diceritakan si anak muda itu sejak Tonghong Pacu kawinkan putranya dan mengambil kesempatan memancing kehadiran orang- orang Bu-lim.

Lalu secara bagaimana Si Thay sianseng jadi menderita akibat sikap putrinya, lalu bagaimana ia selamatkan tokoh sakti itu dan terjadi kekacauan dalam dunia persilatan . . . tentu saja ia bercerita akan apa yang diketahuinya belaka.

Si Soat Ang jadi kegirangan setengah mati, serunya kemudian.

"Aaa . . . kiranya selama setahun telah terjadi banyak peristiwa, sungguh menyenangkan, sungguh menarik hati."

Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.

"Kau tak usah takut, mari kita berangkat keperkampungan Jiet Gwat Cung ber-sama2 aku tanggung Tonghong Pacu tidak akan berani mengganggu dirimu !". Dasarnya Tonghong Pek memang merasa berat untuk berpisah dari sisi Si Soat Ang, dengan cepat ia mengangguk.

"Baik, kalau begitu . . . mari kita segera-berangkat ".

Si Soat Ang bangun berdiri. badan enjot meluncur keluar dari gardu dan teriaknya:

"Ayoh kita berangkat !"

Ia meluncur ke sisi beberapa ekor kuda yang terlambat di sisi gardu.

Kuda2 itu adalah milik para jago yang tertotok jalan darahnya, dimana telapaknya membabat laksana sebilah kampak tali les yang terikat diatas dahan pohon telah terbabat putus.

Ia menyambar dua ekor kuda dan lemparkan salah satu diantaranya kearah Tonghong Pek yang telah menyusul datang, kemudian mengeprak kuda dan meneruskan perjalanan ke depan.

Demikianlah mereka berdua melakukan perjalanan cepat sepanjang siang malam, ketika sore hari kedua telah tiba, dari tempat kejauhan mereka telah dapat melihat batu peringatan yang tinggi besar itu.

Tiba2 Si Soat Ang menahan tali lesnya dan menengok kearah batu peringatan tersebut kemudian dengan nada menjengek serunya:

"Boe-Tek-Bengcu ? Hmm . . Hmm . . betul2 gagah sekali pamornya . ."

"Dibawah empat buah tulisan itu masih ada serentetan tulisan kecil" Tonghong Pek menambahkan, "la larang orang yang lewati jalan ini dengan menunggang kuda bahkan harus lewat pinggir jalan." "Hmm ! mari kita larikan kuda terus ke depan, sengaja kita jangan turun dari kuda dan bikin onar ditempat ini"

Sehabis berkata ia ayun cambuk dan larikan kudanya kembali ke depan disusul Tonghong Pek dari belakang.

Dalam sekejap mata mereka sudah berada beberapa tombak jauhnya, tiba2 dari kedua belah sisi gardu meluncur keluar beberapa sosok bayangan manusia disusul bentakan nyaring berkumandang membelah angkasa.

Bukan berhenti Si Soat Ang malah larikan kudanya semakin cepat, Tonghong Pek sendiri memang tidak mengharapkan gadis itu bekerja sama dengan Tonghong Pacu maka iapun ada niat untuk bikin onar sehebat-nya, agar gembong iblis itu membenci Si Soat Ang, dengan demikian iapun bisa bekerja sama dengan dara itu untuk memusuhi si Bengcu tanpa tandingan ini.

Karena punya pikiran demikian, maka seperti halnya dengan Si Soat Ang, bukan berhenti malahan menerjang kedalam makin kencang.

Ditengah bentakan-2 keras yang menggema dari balik gardu, seketika terdengar seseorang berteriak nyaring kemudian meluncur ketengah udara.

Sebilah golok yang besar dan memancarkan cahaya tajam langsung dibabat keatas batok kepala Si Soat Ang.

Ilmu silat yang dimiliki orang itu tidak lemah, badannya berhasil mencapai ketinggian tujuh depa, dari sana goloknya langsung kebawah dengan dahsyatnya.

Si Soat Ang naik pitam, ia merasa gusar karena tanpa mengucapkan sepatah katapun orang itu melancarkan serangan yang mematikan kearahnya. Pada detik yang terakhir tiba2 Si Soat Ang enjot badannya meninggalkan pelana dan melayang ke-tengah udara.

"Braass. . .!" Sedetik kemudian golok yang dibabat kebawah oleh orang itu dengan dahsyatnya telah menembusi batok kepala kuda tunggangan tadi sehingga tinggal gagangnya, darah segar muncrat bagaikan sumber mata air menodai seluruh wajah orang itu.

Si Soat Ang mendengus dingin, badannya yang sedang melayang ditengah udara segera melayang turun, kaki kanannya menginjak di atas kepala orang itu keras2.

Merasakan bagaikan ditindihi dengan baja sebanyak ribuan kati, orang itu berteriak keras, goloknya segera dicabut keluar dari kepala kuda, putar badan dan disapu keatas dimana kepalanya gadis itu berada.

Perubahan jurus ini dilancarkan sangat indah sekali, seumpama Si Soat Ang tidak meninggalkan tempat itu, niscaya kakinya akan terbabat oleh serangan tersebut.

Tetapi Si Soat Ang sudah menduga sampai kesana, ujung bajunya segera dikebas kebawah menghantam pergelangan orang itu.

Urat nadinya jadi kaku, lima jarinya lantas terasa ngilu dan tidak ampun lagi goloknya segera terlepas dan tangan.

Saat itulah Si Soat Ang kebaikan ujung bajunya, golok tadi mencelat dan tahu2 sudah berada dalam genggamannya.

Ia lantas membentak nyaring.

"Tanpa sebab tanpa berbicara kau telah membunuh kuda tungganganku. Hmm ! agak nya kau sudah bersiap sedia untuk korbankan jiwa sebagai pengganti kuda itu ! ! !" Setelah kehilangan golok, orang ini ayun telapaknya melancarkan tujuh delapan buah serangan, dimana angin pukulan melanda datang memaksa Si Soat Ang terjerumus dalam keadaan berbahaya.

Gadis itu segera enjotkan badan melayang ke tengah udara.

Merasa kepalanya jadi ringan, orang itu kegirangan, tetapi sebelum ia sempat melakukan sesuatu Si Soat Ang yang berada ditengah udara telah ayun goloknya membabat batok kepala orang itu.

Merasa datangnya desiran tajam, orang itu sadar keadaan tidak menguntungkan, buru-2 ia coba berkelit namun terlambat.

"Braass . . . !" golok itu sudah menembusi batok kepalanya hingga tinggal gagangnya yang ada didepan, darah segar segera mengucur keluar memenuhi lantai, terutama dari mulutnya, darah menyembur keluar sangat deras, ia tidak langsung mati, setelah lari maju sejauh tujuh delapan langkah akhirnya sepasang tangan orang tadi mencengkeram batang pohon keras-2, dan binasalah seketika itu juga.

Suasana jadi gempar, semua orang berdiri dengan hati kebat-kebit setelah menyaksikan keadaan itu.

Jangan dikata para jago dari perkampungan Jiet Gwat Cung, sekalipun Tonghong Pek pun merasa jantungnya berdebar keras.

Hanya Si Soat Ang seorang yang tetap tenang, ia merasa sangat bangga karena dalam segebrakan ia berhasil membunuh seorang jago lihay.

Sambil tertawa terbahak2 segera jengeknya. "Kalian semua adalah anggota perkampungan Jiet Gwat Cung? apa yang kalian nantikan lagi disini? ayoh cepat kabarkan kepada Beng cu kalian, suruh ia kirim tandu untuk sambut kedatanganku!"

Seandainya peristiwa ini terjadi ditempat lain, maka tidaklah aneh, tetapi keonaran ini muncul didepan perkampungan Jiet Gwat Cung yang ditakuti orang Bu-lim, hal ini membuat semua orang jadi tertegun dan tidak habis mengerti apa yang harus dilakukan.

"Hey, kenapa kalian tidak enyah dari sini?" bentak Si Soat Ang dengan nada gusar setelah dilihatnya orang2 itu tetap tak berkutik dari tempat semula.

Sambil berteriak, badannya segera menggulung kedepan, Plaak! Plaak!

Tahu2 ada empat orang sudah ditampar olehnya. Meskipun hanya ditampar namun akibatnya luar biasa,

keempat orang itu sama2 mundur kebelakang dengan

sempoyongan, bahkan diantaranya ada tiga orang telah roboh terjengkang diatas tanah.

Sisanya setelah menyaksikan kejadian ini sama2 menjerit dan melarikan diri kearah perkampungan Jiet Gwat Cung, tiga orang yang menggeletak diatas tanahpun buru2 merangkak bangun ikut melarikan diri.

Hal ini makin menggembirakan Si Soat Ang, ia tertawa ter bahak2 kemudian sambil berpaling ujarnya.

"Bagaimana menurut pendapatmu ? ayoh cepat turun dari kuda akan kita robohkan batu peringatan ini. Hmm ! Bu Tek Bengcu macam apa, kita hancurkan dulu ! .

Tonghong Pek merasa sangat kegirangan, dengan dirobohkannya batu peringatan itu berarti akan menambah dendam dalam hati Tong hong Pacu, mereka berdua tentu akan berdiri saling bermusuhan bagai air bertemu api.

Dengan cepat si anak muda itu meloncat turun dari atas kuda, kemudian ber-sama-2 Si Soat -Ang mendekati batu peringatan itu. tenaga lwekang yang mereka miliki sangat lihay, tetapi walaupun mereka sudah kerahkan segenap tenaganya, batu peringatan itu belum berhasil juga dirobohkan.

Pada saat itulah dari perkampungan Jit-Gwat Cung berkumandang datang suara derap kuda yang amat ramai, kurang lebih ada tiga puluh ekor kuda berlarian menuju ke tempat kejadian.

"Ayoh cepatan sedikit" ujar Si Soat Ang. "sebelum mereka tiba disini kita harus robohkan dahulu batu peringatan itu kalau sampai mereka telah tiba disini dan kita harus menghadapi mereka maka tak ada kesempatan lagi bagi kita untuk turun tangan."

"Baik mari kita sama-sama kerahkan seluruh tenaga !"

Dalam sekejap mata kedua orang itu telah kerahkan segenap tenaganya sehingga dari badan mereka menggema suara gemerutukan yang nyaring.

Dalam pada itu, tiga puluh ekor kuda tersebut semakin dekat, kuda yang berada dipaling depan sudah berada lima enam tombak dari batu peringatan itu, terdengar orang yang ada diatas kuda membentak keras.

"Tonghong Tongcu tiba !"

Si Soat Ang berdua tidak menggubris, mereka sama2 membentak keras, sepasang telapak kerahkan tenaga berbareng, batu peringatan yang tertanam sedalam dua tiga depa dalam tanah itu tiba2 roboh dengan timbulkan suara amat keras. Setelah berhasil merobohkan batu tadi, mereka berdua sama-meloncat keatas batu peringatan itu dan berdiri disana sambil bertolak pinggang.

Sementara itu ke tiga puluh ekor kuda tadi laksana hembusan angin puyuh telah bergerak makin mendekat.

Menyaksikan batu peringatan itu roboh, air muka mereka kelihatan terperanjat, namun mereka tidak gugup, setibanya disitu mereka derdiri saling ber-hadap2-an.

"Tonghong Tongcu tiba !" teriak mereka.

Ditengah teriakan keras dua ekor kuda jempolan bergerak mendekat.

Si Soat Ang mendengus dingin, jengeknya: "Hm ! hebat juga keadaan mereka . ."

Tenaga dalamnya telah sempurna, ucapan ini dapat dikirim sampai ketempat kejauhan, Tong hong Loei serta Si Chen yang masih berada puluhan tombak diri tempat itupun bisa menangkap dengan jelas sekali.

Tonghong Loei jadi orang sangat ber-hati2 ketika mendengar suara itu sangat dikenal, ia segera tarik tali les kudanya Si Chen pun segera ikut berhenti.

Ketika menyaksikan batu peringatan itu sudah roboh, dengan hati terkejut bercampur gusar Tonghong Loei segera membentak.

"Siapa ?"

"Loei Sam apa gunanya kau jual lagak bau dihadapanku

? apa kau sudah lupa tempo kau digotong masuk ke dalam benteng Thian It Pou macam sesosok mayat ?"

Tonghong Loei tertegun. "Loei Sam" dua patah kata ini sudah setahun lebih tak pernah disebut orang, ia segera kenali gadis itu sebagai Si Soat Ang sedang siorang laki yang ada disisinya adalah simanusia aneh itu.

Diam2 Tonghong Loei keheranan, ia masih ingat ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang setahun berselang sangat biasa, darimana ilmu silatnya tiba2 bisa peroleh kemajuan pesat?

Otaknya dengan cepat berputar, ia turun dari kudanya memberi tanda kepada Si Chen agar tetap menanti di sana dan lambat2 maju kedepan.

"Aku kira siapa, kiranya nona Si telah datang!" sapanya dengan penuh senyuman, "Aku merasa berbangga hati."

"Sudahlah, tak perlu ulapkan kata2 menarik hati, setahun berselang aku telah kalian usir dan sekarang aku balik kembali, kebanggaan apa yang kalian dapatkan? Hmm, lebih kau tak usah pura2 lagi."

"Haa . . haa bagaimana menurut adat kita harus berkata demikian sekalipun kenyataan tidak, nona Si, apa maksud datang kemari ?"

"Aku datang hanya dikarenakan dua persoalan pertama ingin menyaksikan Boe Tek kalian. sampai dimana sih kehebatannya sehingga dikatakan tanpa tandingan."

Tonghong Loei tarik napas, ia tertawa.

"Tentang soal ini gampang sekali, Bengcu sedang berada didalam perkampungan, seumpama nona Si hendak tantang Bengcu kami untuk berduel urusan ini bisa kami atur dengan gampang, aku percaya Bengcu pasti tidak akan menampik . . ."

Berbicara sampai disini ia tertawa kering, lantas tanyanya lebih jauh. "Entah macam apakah persoalan kedua yang nona Si maksud?"

"Ooouw . . . persoalanku yang kedua, aku hendak mencari kabar tentang seseorang."

Ucapan ini seketika mendebarkan hati Tong hong Pek yang berdiri disisinya, sedangkan Tonghong Loei segera mengerutkan alisnya, ke dua orang itu sama2 tahu bahwa orang yang dicari bukan lain adalah Tonghong Pek.

Terdengar Si Soat Ang tertawa kering kemudian ujarnya kembali.

"Aku rasa kau tentu tahu bukan, orang yang hendak kucari bukan lain adalah toako mu Tonghong Pek."

"Aaah . . .sayang seribu kali sayang, toakoku ini sudah berlalu tanpa pamit sejak setahun berselang, hingga kini aku belum pernah berjumpa lagi dengan dirinya, tetapi aku rasa ia segera akan datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung setelah mengetahui bahwa nona Si telah berkunjung kemari."

"Ia tak berada dalam perkampungan Jiet Gwat-Cung ?" tanya Si Soat Ang rada sangsi.

"Tentu saja tak ada, sekalipun nona Si mengobrak abrik seluruh perkampungan Jiet-Gwat Cung pun tidak akan temukan jejaknya"

Dalam pada itu terdengar suara derap kaki kuda berkumandang datang, kembali muncul delapan orang ditempat itu dengan menunggang kuda hitam mereka memakai baju berwarna hitam semua, meskipun wajahnya berbeda namun sepasang mata mereka memancarkan sinar tajam, keningnya menonjol tinggi sekilas pandang siapapun akan tahu bahwa mereka adalah jago2 berkepandaian tinggi. Disamping itu kedelapan orang itupun punya gerak gerik yang aneh, mereka bukan lain adalah jago2 dari kalangan sesat yang biasa disebut orang sebagai Boe-tek-Pat-Mo atau delapan iblis tanpa tandingan.

Setelah ke delapan orang itu tiba, nyali Tong hong Loei semakin besar, sambil menuding orang2 itu serunya.

"Nona Si, ke delapan orang itu disebut Boe-Tek-Pat-Mo Delapan iblis tanpa tandingan, dahulu pernahkah nona kenal dengan mereka ?"

Satu demi satu diawasinya orang2 itu, namun dengan cepat Si Soat Ang mendengus dingin.

"Tidak kenal!" jawabnya ketus.

Tonghong Loei putar badan, kepala kedelapan orang itu serunya:

"Nona ini adalah Si Soat Ang yang berasal dari benteng Thian It Poo, ia gulingkan batu peringatan hendak cari satroni dengan Bengcu haa . . ha . .!"

Semula ia bicara serius, kemudian diakhiri dengan gelak tertawa jelas ia sedang mentertawakan Si Soat Ang yang tahu diri disamping memberi bisikan kepada delapan orang itu agar turun tangan.

Dari kedelapan iblis tadi, segera muncul seseorang berseru lengking:

"Sungguh menggelikan! ternyata dikolong langit ada juga bocah perempuan tak tahu diri."

Si Soat Ang gusar, ia tahu ke delapan orang itu jago kelas satu dalam perkampungan Jiet Gwat Cung, kalau ia tidak tunjukan kelihaian nya dihadapan orang2 itu, mungkin akan sulit baginya untuk paksa Tonghong Pacu unjukan diri. Maka ia segera tertawa dan mengejek.

"Benar ternyata dikolong langit terdapat juga manusia yang tak tahu diri, berani benar bicara tidak karuan didepan mataku !"

Ejekan itu menggusarkan orang itu, ia berteriak keras lalu meloncat ketengah udara dari atas punggung kuda itu, berada ditengah udara ia berjumpalitan tiga kali kemudian melayang turun keatas permukaan dengan suatu gerakan yang sangat aneh.

Setibanya diatas tanah ia langsung menuding Si Soat Ang sambil berseru.

"Mari . . mari , . eiii bocah cilik kalau kau ingin bertemu dengan Bengcu kami hadapilah dahulu diriku !"

Si Soat Ang tertawa dingin, ia meloncat turun dari atas batu peringatan itu seraya menegur.

"Siapa namamu ?"

"Aku she Hu bernama Hun selamanya tinggal diselat Ginjal kerbau para2 kuda diatas gunung Wu-san !"

Jawaban ini diucapkan dengan suara tinggi melengking sehingga membuat siapapun yang mendengar merasa badannya jadi tidak enak.

Si Soat Ang diam2 merasa terperanjat ketika ucapan itu berkumandang, ia merasa kepalanya jadi pening tujuh keliling, perut kontan terasa jadi muak.

Gadis itu segera sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, orang ini pasti berasal dari aliran sesat, dari jeritan tadi telah menggunakan ilmu pembetot sukma yang luar biasa.

Hmm- Si Soat Ang tarik napas panjang, menenangkan hatinya kemudian tertawa dingin. "Oooh . . kiranya siluman iblis macam inilah dirimu, ilmu hitammu hanya bisa menakut-2i orang lain jangan harap bisa bikin pecah nyaliku !"

Hu Hun tertegun, ia tidak sangka ilmu hitamnya tidak manjur sebaliknya pihak lawan malah bisa bicara sesumbar kembali ia jerit melengking.

"Baik kalau begitu lihatlah seranganku ini!"

Ucapan ini telah disertai tenaga dalam sebesar tujuh delapan bagian sekalipun tujuan nya adalah Si Soat Ang tetapi para jago lain nyapun ikut merasakan hatinya tidak enak, seakan2 terdapat dua batang jarum yang menusuk telinganya.

Kali ini Si Soat Ang sudah bikin persiapan, ia sama sekali tidak merasakan sesuatu, sebaliknya malah balik membentak.

"Eeeei . . . kalau mau turun tangan ayolah turun tangan, buat apa sih teriak2 tak berguna".

Bentakan ini menggetarkan tubuh Hu Hun badannya segera merendah, jari tangannya langsung mencengkeram dada Si Soat Ang, bersamaan itu pula diiringi jeritan lengking yang memekikan telinga.

Si Soat Ang tertawa dingin, ia tetap berdiri tak berkutik ditempat semula dibiarkannya serangan itu mengenai pergelangannya.

Hu Hun jadi kegirangan ia mengira serangannya telah berhasil mengenai sasarannya, siapa sangka pada saat itulah ia merasa pergelangannya jadi kencang dan tahu2 kelima jari Si Soat Ang telah mencengkeram tangannya erat2.

Hu Hun kaget, buru-2 ia tarik tangannya kembali, tetapi gadis she-Si itu tak mau lepas tangan, dengan cepat telapaknya membalik ke luar, hawa murni disalurkan keluar

. . . Kraak! tulang pergelangan orang she Hu itu sudah tergentak patah jadi dua bagian.

Hu Hun menjerit ngeri, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur keluar dengan derasnya, ia merasa kesakitan yang luar biasa.

Si Soat Ang tertawa dingin, jengeknya:

"Eeeei . . . cuma sakit sedikit saja kenapa sih ber-teriak2 dan berkaok2 macam babi mau disembelih ? percayakah kau asal kukerahkan sedikit tenaga lagi, niscaya seluruh tulang lenganmu akan tertarik patah ?"

Pada saat ini, meskipun Hu Hun kesakitan sehingga hampir saja jatuh tidak sadarkan diri, tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jago berkepandaian lihay, apa yang diucapkan gadis itu dapat didengar dengan jelas, lagi pula ia tahu pihak lawan bukan cuma gertak sambal belaka.

Maka dari itu mendengar ancaman tadi, sukmanya terasa melayang, buru2 ia tutup mulut coba menahan sakit.

"Nona . . . harap . . . harap suka lepas tangan." serunya dengan suara gemetar.

Si Soat Ang mendengus dingin.

"Apakah kau termasuk salah satu diantara delapan iblis tanpa tandingan . . . " jengeknya.

Halaman 65 s/d 72 hilang

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar