Jago Kelana Jilid 12

Jilid 12

TONGHONG Pek mulai ragu2, ia tak tahu apa sebabnya perempuan ini melakukan perjalanan ditengah pegunungan malam2 begitu, ia makin terperanjat lagi sewaktu orang itu berhenti kurang lebih tujuh delapan depa di hadapannya.

Orang itu berhenti beberapa saat, lalu per lahan2 putar badan sehingga ia berdiri membelakangi Tonghong Pek.

Jantung sianak muda ini berdebar semakin keras, ia lihat diatas punggung perempuan itu tertancap sebilah pisau belati, tusukan itu hampir menembusi punggungnya hingga tinggal gagang pisau yang bercahaya tajam kelihatan sedikit diluar.

Benar2 suatu kejadian yang tak berani dipercayai, hampir saja ia terperanjat sehingga berteriak.

"Putriku . . dimana kau putriku!" mendadak terdengar perempuan itu menjerit lengking.

Suara perempuan itu tajam dan melengking, didengar dalam kesunyian serta kegelapan yang mencekam benar2 mengerikan sekali, lagi pula suaranya panjang tiada berputusan, jelas membuktikan tenaga lweekangnya amat sempurna.

Pada saat itulah dari tempat kejauhan terdengar suara sahutan dari seorang perempuan juga.

"Aku segera datang . . !"

Tonghong Pek makin terperanjat lagi, ia kenali suara tersebut sebagai gadis yang dipikirkan setiap hari, suara tersebut adalah suara dari Si Soat Ang, jantungnya berdebar keras, hampir2 saja meloncat bangun. Tapi ia menahan diri, pemuda itu tetap bersembunyi dibalik batu sambil mengawasi keadaan dihadapannya.

Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah manusia bergema datang. tampak seorang gadis dengan mencekal obor berlari mendekat.

Gadis itu bukan lain adalah Si Soat Ang, hampir saja Tonghong Pek berteriak saking girangnya.

Tampak Si Soat Ang berlari menghampiri perempuan itu, lalu dengan wajah kesal berseru:

"Siang malam kita melakukan perjalanan terus, sebenarnya kita akan pergi kemana ?"

"Putriku, aku hendak membawa kau pulang ke daerah Biauw, pergi mengunjungi desa kita, disana ada gunung yang indah, air yang jernih..."

"Aaaah...sungguh membosankan." tukas Si Soat Ang sambil depak2 kakinya keatas tanah "Yang kau katakan cuma itu saja, aku tak sudi pergi ke daerah Biauw."

Ucapan itu menggetarkan tubuh perempuan itu rambutnya yang awut2an segera tersingkap.

Melihat tampang perempuan itu. Tong-hong Pek segera teringat akan seseorang, ia teringat dengan Ciang Ooh perempuan gila dari benteng Thian It Poo.

Tapi, kenapa Si Soat Ang mengakui dirinya sebagai putri Ciang Ooh?

Setelah tergetar keras Ciang Ooh mengawasi wajah Si Soat Ang tajam2, tiba2 ia menggeleng.

"Kau bukan putriku" katanya.

Mendengar ucapan itu, Si Soat Ang terperanjat, buru2 serunya "Tentu saja aku adalah putrimu, kau jangan ngaco belo!"

"Kalau kau adalah putriku kenapa tak suka kembali kedaerah Biauw?" kata Ciang Ooh dengan nada menangisi "Tempat itu adalah desa kita, disana indah sekali pemandangannya, terdapat gunung yang indah . . ada. .!"

"Masih ada lagi air yang jernih, bukankah begitu?" sambung Si Soat Ang tidak menanti ia menyelesaikan kata- katanya "Hmm . . ! aku sudah bosan dengan kata-kata itu, sekalipun kau ada maksud pulang kedaerah Biauw, tidak seharusnya melakukan perjalanan siang malam dan berputar2 terus ditengah pegunungan yang sunyi.

Mendengar ucapan itu kontan Ciang Ooh tertawa.

"Aku benar2 gembira, kau jangan gusar bagaimana kalau kau membawa jalan?"

"Aaaah, hal ini jauh lebih baik lagi" seru gadis she Si itu kegirangan.

Baru saja ia tutup mulut, mendadak ada seseorang memanggil namanya:

"Nona Si !"

Si Soat Ang terperanjat, ia angkat kepala tampaklah dari belakang sebuah batu cadas muncul seseorang untuk sesaat ia tak tahu siapakah orang membuat hatinya benar2 terperanjat.

Orang yang memanggil Si Soat Ang barusan bukan lain adalah Tonghong Pek.

"Nona Si aku adalah Tonghong Pek!" kembali sianak muda itu berseru.

Seumpama Tonghong Pek tidak memperkenalkan diri, mungkin keadaan rada genah, begitu diutarakan Si Soat Ang semakin terperanjat. Tonghong Pek sendiri walaupun tak bisa dikatakan ganteng sekali tapi ia sangat gagah sekali, tapi orang yang muncul dari balik batu saat ini berwajah kurus kering bagaikan mayat, begitu pucat mukanya sampai membuat orang melihatnya jadi bergidik.

"Kau sebenarnya siapakah kau?" seru Si Soat Ang dengan hati terkesiap.

Perlahan2 Tonghong Pek munculkan diri dari balik batu.

Baru saja badannya melangkah keluar tiba2 terasa segulung angin serangan yang amat dahsyat meluncur datang.

Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tidak lebih cuma satu bagian, termakan oleh desakan angin desiran demikian dahsyatnya, sang badan segera terjengkang kebelakang dan menumbuk diatas batu besar.

Tumbukan ini membuat kepalanya pusing tujuh keliling, angin pukulan semakin dahsyat menekan dadanya membuat ia susah napas diikuti dadanya terasa amat sekali.

Tonghong Pek segera tenangkan pikiran, ia me rasa badannya diangkat seseorang hingga meninggalkan permukaan dan orang itu bukan lain adalah Ciang Ooh yang tujuh bagian mirip setan. tiga bagian mirip manusia.

"Siapa kau ?" bentak Ciang Ooh sambil menunjukkan sebaris giginya yang putih mengkilap, "Mengapa kau menakuti2 putriku ?"

Napas Tonghong Pek ter sengkal2, untuk sesaat ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, terpaksa dengan ter engah2 katanya:

"Lepas tangan dulu, lee...lepas tangan dulu, aku.,.aku adalah Tonghong Pek" Sementara itu Si Soat Ang telah menghampiri mereka berdua, mengetahui orang itu bukan lain adalah Tonghong Pek, dengan terperanjat bercampur ragu2 gadis itu berseru:

"Tonghong Pek, kiranya benar2 kau, kenapa kau... kau bisa sampai disini ?"

Pada saat itu Tonghong Pek tak bisa berkutik, tenaga untuk berbicarapun tak ada, ia cuma bisa menuding kearah Ciang Ooh belaka.

Si Soat Ang mengerti maksudnya, buru2 ia berseru: "Ibu, cepat lepas tangan , dia adalah sahabat-ku."

Ciang Ooh tertegun, kelima jari tangannya segera mengendor.

Tubuh Tonghong Pek segera terbanting jatuh keatas tanah, untung Si Soat Ang cepat memayang tubuhnya, kalau tidak niscaya pemuda itu telah terbanting keras.

Berada dalam payangan gadis itu. Tonghong Pek tak bisa berdiri tegak, seluruh badannya hampir bersandar ditubuh gadis tersebut.

Lama sekali, sianak muda itu baru bisa tenang kembali, katanya:

"Nona Si, kau...kau...dengan dia..."

Agaknya Si Soat Ang sudah tahu apa yang hendak ditanyakan sianak muda itu. dengan cepat ia menukas:

"Panjang sekali kalau kau hendak mengetahui duduknya perkara kau... janganlah bertanya lebih dahulu. Tonghong toako, aku mengira kau sudah mati, kau . . ."

"Aku . . kalau bukan kau yang berangkat ke gunung Lak- ban-san memberi kabar kepada suhuku, mungkin aku sudah mati di luar perbatasan, nona Si secara bagaimana kau bisa meninggalkan suhu serta sunioku? bagaimana keadaan mereka?"

"Aku... akupun tak tahu!" gadis ini semakin bingung, maka ia cuma menggeleng belaka.

Tonghong Pek melirik sekejap kearah Ciang Ooh lalu kembali bertanya:

"Bukankah dia adalah Ciang Ooh dari benteng Thian It Poo? secara bagaimana kau bisa saling menyebut sebagai ibu dan anak dengan dirinya?"

Selama ini Ciang Ooh hanya berdiri membungkam disamping kalangan terhadap apa yang diucapkan Si Soat Ang serta Tonghong Pek sama sekali tidak menggubris tapi begitu ucapan tersebut diutarakan mendadak ia menjerit melengking.

"Apa yang kau katakan? dia adalah putriku."

Sambil berseru, sepasang matanya dengan penuh kebencian melototi Tong hong Pek membuat orang yang melihatnya jadi bergidik.

"Jangan kau tanyakan hal ini lebih dahulu." terdengar Si Soat Ang menjawab "Kau datang kemari seorang diri? kau hendak pergi kemana?"

"Sebenarnya aku cuma ingin bertemu sekejap dengan dirimu, dan sekarang apa yang aku inginkan sudah terpenuhi, aku tahu suhuku menjumpai kesulitan tapi aku tidak mampu menolong . . pokoknya aku berhasil menemukan dirimu!"

Si Soat Ang sangat terharu dengan kata2 itu sewaktu ada dibenteng Thian It Poo hampir semua orang menuruti omongannya karena takut, tak ada orang yang benar2 baik padanya, ia cinta Liem Hauw Seng tapi sianak muda itu membenci dirinya, saat ini boleh dikata baru pertama kakinya ia dirindukan oleh seorang lelaki, hatinya jadi kacau dan tak mengerti apa yang harus dilakukan saat ini.

Perlahan2 ia menghembuskan napas panjang katanya: "Tonghong toako, lukamu sangat parah..." Mendadak ia

berpaling memandang kearah Ciang Ooh dan terusnya:

"lbu, lukanya sangat parah tenaga Iweekangmupun sempurna, kau bisa menyembuhkan lukanya, mau bukan kau turun tangan membantu dirinya?"

"Menyembuhkan lukanya? apa itu?" Tenaga Iweekang yang dimiliki Ciang Ooh memang lihay, tapi apa yang dimiliki diperoleh tanpa sengaja, ia sama sekali tak tahu apa yang dinamakan menyembuhkan luka itu, maka dari itu segera ia utarakan kata 2 tersebut.

Si Soat Ang jadi mendongkol, ia men-depak2 an kakinya keatas tanah.

"Aaaah masa gitu saja tidak tahu, salurkan tenaga dalammu lewat jalan darah Leng Thay Hiat yang ada dipunggungnya, maka luka yang ia derita akan segera sembuh."

Ciang Ooh tetap bingung dan tak mengerti, ia mengucek- ucek matanya.

Menjumpai hal itu Tonghong Pek segera tertawa getir katanya:

"Nona Si, kau tak usah terlalu memaksa dirinya. . ." "Kau jangan banyak bicara." Si Soat Ang menukas

dengan cepat. "semuanya biarlah aku yang aturkan bagimu

cepat kau duduk, biar aku ajari dia secara bagaimana menyalurkan hawa murni nya kedalam tubuhmu." Tong-hong Pek tidak ingin menampik maksud baik Si Soat Ang, ia segera duduk bersila keatas tanah dan mulai menyalurkan hawa murni sendiri mengelilingi badan.

Sementara itu Si Soat Ang telah menggape ke arah Ciang Ooh sambil berseru:

"Mari kau pun duduk disini."

Ciang Ooh menurut dan duduk, setelah duduk ia tertawa lalu berkata:

"Aaaa sekarang aku paham sudah dengan duduk secara begini maka dari dalam tubuh akan meluncur naik segulung hawa, bukankah begitu? kekuatan hawa itu amat besar sekali!"

"Betul betul sekali" seru Si Soat Ang kegirangan "Nah kau harus salurkan hawa yang sangat kuat itu kedalam tubuhnya, tapi kau harus bekerja perlahan-lahan, sebab kalau sedikit terlalu cepat, ia tidak akan tahan dan bakal mati ditanganmu."

"Perlahan-lahan?" tanya Ciang Ooh tertegun, "Benar, makin lambat makin baik"

"Kalau ingin per lahan2, kita tak bisa duduk cara begini, kalau duduk cara ini, hawa tersebut bergerak sangat cepat, kalau mau per lahan2 harus begini . . ."

Sambil berkata ia ganti gaya duduknya dengan suatu bentuk yang sangat aneh sekali.

Si Soat Ang keheranan. Tonghong Pek tertegun. sebelum mereka sempat berbuat sesuatu Ciang Ooh telan menempelkan tangan kanannya keatas pundak sianak muda itu.

Ciang Ooh siperempuan tengkorak sama sekali tidak kenal dimanakah letak jalan darah Leng Thay Hiat tersebut, sewaktu tangannya di tempelkan keatas punggung sianak muda itu Si Soat Ang segera menangkap pergelangannya dan menempelkan tepat diatas jalan darah Leng thay hiat pemuda itu.

Begitu jari tangan menempel dibadan, seluruh tubuh Tonghong Pek tergetar sangat keras.

"Plaak,.!" kembali tangan kiri Ciang Ooh di tekankan keatas telapak tangannya.

Tonghong Pek segera merasakan ada segulung tenaga yang amat dahsyat meluncur keluar dari telapaknya, menembusi jalan darah Leng-thay-hiat dan segera menerjang masuk.

Seharusnya berada dalam keadaan seperti ini, Tonghong Pek harus merasa sangat nyaman, tapi dalam waktu2 tersebut, anak muda merasakan seluruh badannya amat sakit.

Hal ini dikarenakan cara penyembuhan yang di gunakan terlalu berat, seakan2 seorang yang kelaparan mendadak diberi makan kenyang sekali.

Tak tahan lagi ia mulai merintih.

"Tonghong toako, bagaimana perasaanmu ?" Si Soat Ang segera bertanya dengan nada kaget.

Tapi ketika itu Tonghong Pek sedang salurkan hawa murninya agar bisa bergabung dengan tenaga lweekang Ciang Ooh yang meluncur ketubuhnya.

Ia tak bisa pecahkan pikiran apalagi bicara, waktu mendengar apa yang dikatakan gadis tersebut tapi ia tak dapat menjawab kecuali mengangguk belaka.

Lama kelamaan rasa sakit yang menyerang tubuh Tonghong Pek mulai berkurang dan ia merasa tenaga murninya dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala sementara itu hawa murni Ciang Ooh tiada berkeputusan mengalir terus kedalam tubuhnya.

Entah berapa lama sudah lewat, ia merasa tenaga dalamnya paling sedikit sudah pulih enam tujuh bagian, ia baru teringat setelah tenaga dalamnya pulih dalam waktu singkat, tenaga lweekang perempuan tengkorak itu pasti berkurang, ia tak mau menguntungkan diri dan sebaliknya merugikan orang lain.

Matanya segera dipentangkan tarik napas panjang- panjang dan berkata.

"Harap cianpwee suka tarik kembali hawa murnimu, aku telah sembuh!" sembari bicara ia bangkit berdiri,

"Braak . ." begitu ia bangun, di belakang tubuhnya terdengar seseorang roboh keatas tanah, Tong Hong Pek sangat terperanjat.

Ia berpaling dan temukan orang yang roboh itu bukan lain adalah Ciang Ooh.

Tonghong Pek semakin terperanjat. "Dia . , kenapa dia?" tanyanya gugup.

Pertanyaan ini jelas diajukan kepada Si Soat Ang, namun gadis itu tidak menggubris sebaliknya malah lari kehadapan si anak muda itu dan berkata dengan wajah kegirangan.

"Tonghong toako, kau sungguh2 telah sembuh? air mukamu sudah segar kembali, coba lihat keadaanmu sudah jauh berbeda dengan sewaktu kita bertemu pertama kali tadi."

Tonghong Pek sangat terharu ia cekal tangan gadis itu dan berkata: "Benar, aku jauh lebih baikan tidak seperti keadaan tadi, lemah dan sama sekali tak bertenaga."

Si Soat Ang tertawa.

"Sungguh tak kusangka Ciang Ooh masih mempunyai kegunaan yang begini besar sungguh di luar dugaan . . hebat!"

"Beee . . benar, bagaimana dengan Ciang Ooh?"

"Siapa tahu! bukankah secara tiba2 ia jatuh? aku lihat, kebanyakan ia sudah kehabisan tenaga lweekangnya!"

Tonghong Pek kaget, ia lepaskan tangan Si Soat Ang dan berkelebat kesisi Ciang Ooh lalu berjongkok dan memeriksa keadaannya.

Begitu diperiksa, ia semakin kaget:

Air muka Ciang Ooh memang jelek dan mirip tengkorak, meski demikian masih terlihat bahwa ia tetap hidup.

Lain halnya dengan sekarang, wajah yang kurus kering telah berubah jadi pucat pasi, badannya tak berkutik, keadaannya tidak berbeda dengan sesosok mayat.

Napasnya telah kempas-kempis dan lemah sekali, jelas kematian tengkorak itu sudah berada diambang pintu, buru2 pemuda itu memayangnya bangun.

Tapi si anak muda ini tak tahu apa yang harus dilakukan, ia cuma bisa menghela napas dan mohon bantuan Si Soat Ang.

"Tonghong toako, apa yang hendak kau katakan ?" tegur Si Soat Ang dengan alis berkerut.

"la telah salurkan segenap hawa murninya ke dalam tubuhku, sementara ia sendiri jadi kehabisan tenaga dan berada dalam keadaan yang kritis, kita harus berusaha menyadarkan dirinya terlebih dahulu, kemudian cari kembali apakah ada cara yang bisa kita gunakan untuk menolong dia !"

"Tonghong toako, kau benar2 tolol, kenapa ia harus ditolong ? biarkan ia mati !"

Ucapan ini seketika membuat Tonghong Pek tertegun, lama sekali ia tak dapat mengucapkan sesuatu.

"Kau...kau...apa yang kau katakan ?"

"Aku bilang, jangan menggubris dia. Eeei bukankah kau berkata hendak menjumpai suhumu ?"

Air muka Tonghong Pik berubah hebat, ia tidak mengira Si Soat Ang memiliki watak yang begini jelek, per lahan2 ia bangun berdiri, menatap wajah gadis itu tajam2 dan sepatah demi sepatah berseru:

"Kau...kau... apa yang kau katakan ?"

Kali ini gantian Si Soat Ang yang tertegun. ia melihat air muka sianak muda itu telah berubah hebat, hal ini membuat gadis she Si ini jadi amat terperanjat.

"Kee...kenapa kau ?" tanyanya.

"Barusan apa yang kau katakan ?" tanya Tong hong Pek sekali lagi.

Si Soat Ang mendongkol bercampur geli, sambil depak kakinya keatas tanah ia menjawab:

"Eeei...kenapa sih kau ini ? bukankah aku sudah mengucapkan ini sampai berulang kali ? jangan menggubris dirinya, kita pikirkan saja perjalanan kita"

Lama sekali pemuda itu tertegun, hampir saja ia tidak percaya dengan telinga sendiri akhirnya ia menghela napas panjang. "Nona Si!" ujarnya, "Ia bisa begini karena menolong aku menyembuhkan luka dalamku, tidak seharusnya kita tinggalkan dia seorang diri dalam keadaan seperti ini!"

"Lalu apa yang kita harus lakukan? dia ada lah seorang manusia yang sudah dekat dengan ajalnya, bagaimana juga kita tak mungkin meneruskan perjalanan dengan menggotong tubuhnya sekalipun kita bawa dia pergi, akhirnya toh ia bakal mati juga!"

Dengan termangu2 Tonghong Pek mengawasi wajah Si Soat Ang ia merasa amat sedih, semula ia ingin mendekati gadis itu dan bermesraan dengan dirinya, tapi dalam sekejap ia merasa bahwa antara dia dengan gadis she Si itu sebenarnya terpisahkan oleh sebuah jurang yang sangat dalam.

Menyaksikan air muka sianak muda itu rada sedikit aneh, Si Soat Ang segera menegur:

"Kenapa? apakah ada yang tidak beres?" Tonghong Pek tertawa getir!

"Nona Si. apakah... kecuali kita tinggalkan dia seorang diri di sini, tak ada cara lain yang lebih baik lagi ?" tanyanya.

"Buat apa pikirkan cara yang lain? biarkanlah ia berbaring seorang diri disana sambil menantikan ajalnya !"

Tonghong Pek menghela napas panjang, helaan napas tersebut lebih mendekati suara rintihan, ia berkata.

"Tapi ia jadi begini karena ingin menolong diriku, kita tak bisa tinggalkan dia seorang diri !"

Si Soat Ang bukan seorang gadis tolol, sejak melihat perubahan air muka sianak muda itu ia sudah waspada, dan kini setelah mendengar apa yang dikatakan ia jadi sadar dan mengerti duduk nya perkara.

Dalam sekejap Si Soat Ang merasa mendongkol bercampur geli.

"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanyanya "kau hendak mengembalikan tenaga yang telah kau terima itu? sekalipun kau hendak menolong jiwanya, kau tidak memiliki kemampuan tersebut!"

Mendengar perkataan itu, Tong hong Pek semakin tertawa getir, ia tahu apa yang diucapkan gadis tersebut adalah kenyataan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang yang kehabisan tenaga dalam maka sang penolong harus memiliki pula tenaga dalam yang amat sempurna. Dengan apa yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tentu saja tidak mungkin bisa melakukannya.

Menjumpai Tonghong Pek dibikin bungkam, Si Soat Ang tak mau lepaskan peluang ini begitu saja, kembali ia berkata.

"Atau mungkin, bawa dia keluar dari gunung ini dan mencari orang lain yang mampu menolongnya. tapi kau lihat, apakah ia bisa hidup setengah jam lagi?"

Tonghong Pek tunduk kepala memandang sekejap diri Ciang Ooh waktu itu keadaan dari perempuan tengkorak ini tiada berbeda lagi dengan sesosok mayat yang sudah mati lama.

Terpaksa ia tertawa getir dan sesaat tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, tapi ia tahu Si Soat Ang tetap salah, maka dari itu setelah lama sekali tertegun ia baru berkata:

"Kalau begitu kita . . kita harus menunjukkan berduka cita, sebab dia . ." "Tonghong Toako!" sela Si Soat Ang tidak sampai ia menyelesaikan kata2nya. "Semula aku mengira kau adalah seorang lelaki sejati yang berwatak riang gembira, tak disangka sebenarnya kau suka berpura pura sedih dan pura2 menaruh rasa kasihan kepada orang lain."

"Kapan aku . . aku berpura-pura?" tanya Tonghong Pek tertegun.

"Bukankah kau tahu bahwa dia sudah tidak ketolongan lagi? sekalipun kau bersusah hati sampai ususmu putus, apa gunanya?"

Tonghong Pek tersudut dan beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Beberapa saat lamanya ia baru tertawa getir, geleng kepala dan berkata:

"Akupun tahu apa yang harus kukatakan. . sungguh tak kusangka aku harus mencelakai seseorang yang sama sekali tak kukenal, hatiku merasa tidak enak dan amat sedih !"

"Sudahlah, kau tidak usah ber pura2 punya hati welas lagi" kata Si Soat Ang sambil tertawa. "Ciang Ooh adalah seorang perempuan gila sekalipun ia hidup juga percuma, sebab ia tak dapat merasakan apa artinya kehidupan itu sendiri, dari pada hidup menanggung derita. bukankah jauh lebih baik mati sejak saat ini?"

Tonghong Pek tak bisa berkata apa2 lagi, tapi ia tetap menggeleng berulangkali.

"Eeei sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?" tegur Si Soat Ang, lama kelamaan ia mulai tak sabaran.

Tonghong Pek membungkuk, meletakkan jari tangannya keatas lubang hidung Ciang Ooh. lama sekali ia baru bangun berdiri dan bergumam: "Dia sudah mati !"

Si Soat Ang mendongkol, apa yang diucapkan sianak muda itu tidak digubris. ia menyingkir dan duduk diatas sebuah batu besar.

Tonghong Pek angkat kepala memandang sekejap kearah gadis itu, sebenarnya ia ingin minta bantuan Si Soat Ang untuk mengubur jenasah Ciang Ooh, tapi melihat air muka gadis itu cemberut ia sadar, meski buka mulut juga percuma.

Maka ia tetap membungkam, sinar matanya memeriksa sekejap kearah disekelilingnya, tampak disebuah batu besar, separuh terpendam didalam tanah.

Ia berjalan mendekati batu itu, dengan sekuat tenaga didorongnya, batu itu cuma bergoyang sedikit, ia membentak keras, dengan segenap tenaga kembali didorongnya batu tersebut

Saat itu hawa murninya sudah pulih enam tujuh bagian, dapat perkiraannya tenaga itu belum cukup kuat untuk menggulingkan batu itu, ia ingin minta bantuan gadis tersebut.

Tapi sewaktu terakhir kali ini mendorong batu itu, mendadak Tonghong Pek merasakan kekuatan hawa murni yang ia miliki sangat luar biasa dahsyatnya, hawa Iweekang mengalir ke luar dengan begitu deras laksana gulungan air di tengah samudra.

Menanti ia membentak keras batu yang didorongnya itu segera meninggalkan permukaan dan menggelinding jauh dari tempat semula.

Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang terperanjat, dengan cepat ia bangun berdiri. Tonghong Pek sendiripun tertegun, sekarang ia baru tahu bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan pesat, peristiwa ini patut digembirakan juga patut disedihkan.

Sebab yang membuat ia memiliki tenaga dalam sehebat ini bukan lain adalah Ciang Ooh, sedangkan Ciang Ooh sendiri telah mati.

Dalam pada itu Si Soat Ang telah lari menghampiri pemuda itu, sambil mencekal lengannya ia berseru:

"Tonghong toako, kau... apakah kau merasa bahwa tenaga dalam yang kau miliki saat ini jauh lebih hebat dari dahulu ?"

Tonghong Pek menghela napas dan mengangguk.

"Aaah bagaimana sih kau ini ? bukankah peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang patut digirangkan? kenapa kau malahan bermuram durja? Hmm sungguh aku tak tahu perkataan apa yang bisa membuat kau tertawa ?"

Tonghong Pek kembali tertawa getir.

"Nona Si, coba kau lihat Ciang Ooh telah mati . , aku . .

"

Melihat pemuda itu tetap murung, sepasang mata Si Soat

Ang menajam.

"Baru saja manusia macam begini mati, kau telah tidak menggubris diriku, apakah kau tak tahu, demi dirimu akupun hampir saja menemui ajalnya?"

Tonghong Pek terharu, ia tidak tega membiarkan gadis itu menangis karena sedih, segera ujarnya.

"Nona Si, aku tahu kau menderita karena aku siapa bilang aku tidak menggubris dirimu lagi? Sudahlah, jangan menangis." Bukannya berhenti, air mata gadis itu mengucur keluar semakin deras, kembali serunya:

"Kau jangan gubris diriku, kau. . kau anggap aku tidak tahu bahwa dalam hatimu kau memperolok2 diriku, mengatakan aku tidak baik, tidak memperdulikan keselamatan orang tapi . . tapi kau harus sadar, aku jadi tolol karena memikirkan keselamatanmu?"

Selesai berkata mendadak ia putar badan dan lari meninggalkan tempat itu.

"Nona Si," buru2 Tonghong Pek berseru:

Sambil berteriak, dengan cepat ia cekal lengan Si Soat Ang erat2.

Gadis itu meronta sejadinya ia berteriak:

"Lepaskan diriku, lepaskan diriku. . biarkan aku pergi!" "Nona Si, dengarkanlah perkataanku!"

"Perkataan apa yang perlu aku dengar?" seru Si Soat Ang

sambil menangis tersedu2.

"Kau anggap aku adalah seorang manusia rendah yang tak punya malu, apa lagi yang harus dikatakan?"

"Aaaa..! Nona Si tadi aku memang pernah berpikir demikian tapi. . tapi . ."

Ucapan ini membuat Si Soat Ang terperanjat, ia segera berpikir:

"Untung aku bisa memberikan reaksi dengan cepat, kalau tidak, mungkin Tonghong Pek tidak akan menggubris diriku lagi!"

Walaupun berpikir demikian, air mukanya tetap berubah memerah, katanya dingin. "Bagus sekali, lalu apa maksudmu menarik diriku?"

"Nona Si, waktu itu pikiranku sedang butek, harap kau jangan pikirkan dalam hati!"

Ucapannya ini sama dengan permintaan maaf kepada Si Soat Ang, gadis itupun bukan manusia bodoh, tentu saja ia dapat menangkap arti dari kata2 itu. segera ia menghela napas panjang.

"Tonghong toako." katanya "Kau hanya memikirkan buat diri sendiri, dan tak pernah kau gubris apakah Orang lain sedih atau tidak!"

"Nona Si, kalau begitu kita kuburkan dahulu Ciang Ooh ini bukankah tadi kau panggil dia dengan sebutan "ibu"? sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Ciang Ooh punya seorang putri, tapi sejak dilahirkan ia tak tahu kemanakah putrinya itu."

"Aaah! mungkinkah putri dari Ciang Ooh masih berada dibenteng Thian It Poo?"

Pertanyaan dari sianak muda ini diajukan sepintas lalu, namun cukup mendebarkan hati Si Soat Ang, buru2 ia melengos.

"Mana mungkin, siapapun tidak tahu putrinya berada dimana, ia paksa untuk menganggap aku sebagai putrinya, kalau aku tidak mengabulkan dia akan membunuh aku!"

"Aaaah, kiranya dia. . diapun begitu jahat!"

"Hal ini pun tak salahkan padanya" kata Si Soat Ang, kini ia malah berlagak seperti orang baik, "Dia gila! sinting dan sama sekali tak mengerti persoalan apapun, meskipun ia jahat kepadaku, tapi ia sudah menolong dirimu hitung2 kita berdua punya hutang terhadap dia." "Nona Si, kalau begitu mari kita kubur dahulu jenasahnya, kemudian pergi mencari suhu dan sunioku."

"Tonghong toako, suniomu..."

Teringat akan sunio dari Tonghong Pek ini, gadis tersebut segera teringat kembali akan peristiwa yang berlangsung didalam hutan bambu itu, maka hampir saja ia menceritakan kejadian itu kepada sianak muda ini.

Tapi teringat bahwa ucapan tersebut tidak pantas diceritakan olehnya apalagi seorang gadis, maka sampai ditengah jalan ia membungkam kembali.

"Bagaimana dengan sunioku ?" Tonghong Pek segera bertanya dengan hati cemas.

"Suniomu...dia...ada seorang datang mencari dia, ternyata ia kenal dengan orang itu."

Tonghong Pek semakin kebingungan lagi setelah mendengar ucapan itu, buru2 desaknya:

"Kenapa dengan sunioku? cepat kata kan !" "Ternyata...ternyata...sepasang mata suniomu buta dan

tak dapat melihat apapun."

"Benar, sepasang matanya memang buta, tapi sejak aku mengetahui urusan, walaupun sepasang matanya buta, ia sangat baik memperlakukan diriku, ada kalanya apabila aku melakukan perbuatan salah, suhuku yang berangasan menegur diriku, sunio tentu melindungi aku habis2an."

Teringat akan kebaikan sunionya ingin sekali Tonghong Pek bercerita lebih banyak, tapi dengan cepat ia membungkam dan bertanya:

"Tadi kau mengatakan ada orang pergi mencari sunioku, dan orang itu teman lama dengan sunioku, orang ini.. siapakah sebenarnya orang ini?" Sebenarnya Si Soat Ang tidak ingin menjawab tapi didesak oleh pemuda itu, terpaksa ia berkata.

"Gembong iblis nomor wahid dikolong langit Tonghong Pacu!"

"Apa? Tonghong Pacu?" teriak Tonghong Pek terperanjat. "Aaah tidak mungkin masa sunio ku kenal dengan Tonghong Pacu gembong iblis paling keji itu."

"Aku sendiripun tak tahu, bukankah kau mengatakan Lit Hwee cianpwee telah pulang ? maka kita berangkat kesana, mungkin aku segera akan tahu !"

Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia ingin sekali segera tiba diatas gunungnya dan menjual peti gurunya.

"Baik, mari kita kubur dulu jenasah Cang Ooh!"

Bagitulah, ia dengan Si Soat Ang seorang mengangkat kepala yang lain mengangkat kaki, membopong Ciang Ooh dari atas tanah

Waktu itu pikiran Tonghong Pek sedang kacau dan tidak perlu memperhatikan mayat Ciang Ooh, lain halnya dengan Si Soat Ang, walaupun ia membopong sepasang kaki perempuan tengkorak itu tapi ia dapat melihat bahwa kelopak mata Ciang Ooh masih berkedip.

Gadis itu terperanjat, hal ini membuktikan bahwa ia belum mati, hampir2 saja ia menjerit saking kagetnya.

Tapi ia tarik kembali suaranya, sebab ia tahu bila Tonghong Pek tahu Ciang Ooh belum mati, ia pasti akan berusaha-menolong dan menyelamatkan jiwanya, pekerjaan ini bakal merepotkan mereka. terutama dia, oleh Ciang Ooh hendak ajak dia kembali kedaerah Biauw. Maka ia tetap membungkam, ber-sama2 Tong hong Pek menggotong tubuh Ciang Ooh kedalam liang tanah, kemudian menguburnya kedalam tanah.

Setelah penguburan selesai, Tonghong Pek berkata: "Nona Si, mari kita pergi !"

Tubuhnya segera berkelebat cepat menuju ke depan, tapi belum jauh ia bergerak mendadak dari depan mata berkelebat datang pula sesosok bayangan manusia.

Sambil bergerak mendekat, orang itu berteriak lengking: "Kalian hendak lari kemana ?"

Gerakan tubuh orang itu amat cepat, belum habis ia bicara badannya telah berdiri tegak di hadapan Tonghong Pek serta Si Soat Ang.

Orang itu bukan lain adalah Hiat Goan Sin koen simanusia monyet.

Tonghong Pek yang berjumpa dengan Hiat Goan Sin koen walaupun merasa pertemuan ini merupakan suatu kejadian yang berada diluar dugaan, tak lebih cuma merasa jengah.

Sebaliknya Si Soat Ang amat terperanjat, ia tarik napas panjang air mukanya berubah hebat.

Untuk beberapa saat lamanya baik Tonghong Pek maupun Si Soat Ang tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Sementara itu terdengar Hiat Goan Sia-koen menegur dengan nada dingin:

"Tonghong Pek, kau hendak pergi kemana?" "Aku hendak bertemu dengan suhuku!" Air muka Hiat Goan Sin koen berubah hebat, dasar mukanya yang jelek kini semakin menyeramkan saja.

"Sebelum pergi bukankah suhumu telah melarang kau pergi kesana? apa kau sudah lupa ?" ia menegur.

Merah padam selembar wajah Tonghong Pek.

"Aku masih ingat!" sahutnya, "Tapi. . . bukan saja Tonghong Pacu hendak mencari suhu-ku, iapun hendak mencari gara2 dengan sunioku, aku tak boleh membiarkan mereka saling bergebrak sehingga salah satu diantaranya binasa!"

"Cis, kentutmu! kau anggap suhumu tolol dan tak bisa bikin jelas duduknya persoalan, apa gunanya kau pergi kesana ? ayoh cepat ikut aku berlalu dari gunung Lak ban- san ini dan jangan kembali lagi."

"Tidak!"

"Kau bilang apa?" teriak Hiat Goan Sinkoen sambil menjerit aneh, seluruh rambutnya pada bangun berdiri.

"Aku bilang, aku tak mau pergi bersama kau."

Hiat Goan Sin koen menjerit lengking, mendadak tangannya bergerak mencengkeram keatas bahu sianak muda itu.

Sejak semula Tonghong Pek sudah siap sedia, hawa murni telah disalurkan mengelilingi badan, begitu Hiat Goan Sin-koen melancarkan serangannya, dengan sebat ia melompat mundur kebelakang.

Serangan dari Hiat Goan Sinkoen ini dilancarkan cepat laksana kilat, tapi gerakan tubuh Tonghong Pek pun tak kalah sebatnya, baru saja tangannya bergerak, sianak muda itu sudah mundur sejauh lima-enam depa. Hiat Goan Sin-koen terperanjat, buru2 ia tarik kembali tangannya sambil berteriak:

"Hmm berapa biji teratai seratus tahun yang telah kau makan? secara bagaimana lukamu bisa sembuh dengan cepat?"

"Ini bukan urusanmu, lebih baik kau jangan banyak bicara Hmm! apa saja yang kau katakan kepada Ciang Cungcu, aku adalah putra Tonghong pacu simanusia iblis itu? kau terlalu menghina diriku. akhirnya apa yang sebenarnya telah terjadi sudah kukatakan semua kepadanya, coba kau pikir, apakah ia suka menghadiahkan teratai seratus tahun kepadaku?"

"Hmm, lalu cara bagaimana lukamu bisa sembuh ?" "Aku tiba ditempat ini dan berjumpa dengan nona Si

serta Ciang Ooh, siperempuan tengkorak inilah yang menyalurkan hawa murninya."

"Sekarang dimanakah perempuan itu?" belum habis pemuda itu berkata, Hiat Goan Sin koen telah menukas.

"Aaaa . . ia sudah mati. barusan saja kami kubur jenasahnya disitu?" sambil berkata pemuda itu menuding kearah gundukan tanah yang baru saja mereka buat.

Hiat Goan Sin koen menjerit melengking, ia meloncat kearah gundukan tanah, makinya kalang kabut.

"Perempuan edan, perempuan sialan, akhirnya kaupun mati juga, kenapa sejak dulu kau perempuan edan tidak takut mati."

Sebenarnya kuburan itu amat kuat. kena diinjak oleh Hiat Goan Sin koen tanahnya segera amblas sedalam beberapa depa, Tonghong Pek tahu tenaga dalam manusia monyet ini sangat lihay, karena takut jenasah Ciang Ooh hancur berantakan terhajar injakan tersebut, buru2 ia berseru:

"Hiat Goan Sin koen, kau . . ."

Belum habis ia berkata, mendadak Hiat Goan Sin-koen menjerit:

"Bajingan keparat, perempuan edan, kiranya kau sedang pura2 mati. . ."

Tonghong Pek tertegun. "pura2 mati ? siapa yang pura2 mati? Ciang Ooh kah? tapi bukankah jelas sekali perempuan tengkorak itu sudah mati?"

Sementara Tonghong Pek masih tertegun, Hiat Goan Sin koen telah mencak2 sambil berteriak:

"Ayoh bangun, ayoh cepat bangun, perempuan edan, mari kita bergebrak lagi! ayoh jangan pura 2 mati terus!"

"Ciang Ooh sudah mati." seru Tonghong Pek.

"Kentut, omong kosong dia mati! kalau ia sudah modar dari dalam tanah tidak akan muncul tenaga pantulan yang besar sehingga hampir mementalkan diriku, perempuan edan itu pasti belum modar."

Bersamaan dengan ucapan itu, tanah kuburan tersebut makin lama makin meninggi bahkan semakin menonjol diikuti setengah perminum teh kemudian diiringi jeritan aneh, tubuh Ciang Ooh meloncat keluar dari atas tanah.

Pasir beterbangan keempat penjuru, tubuh Ciang Ooh tahu2 sudah membumbung tiga empat depa dari atas permukaan.

Begitu menjumpai Ciang Ooh meninggalkan tanah, Hiat Goan Sin koen segera membentak keras:

"Lihat serangan!" Badannya menubruk kedepan, pergelangan tangan memutar menghantam keatas laksana kilat.

Tenaga Iweekang Ciang Ooh amat lihay, namun dalam hal jurus serangan sama sekali tak paham, lagi pula saat ini badannya berada ditengah udara, ia tak tahu bagaimana caranya untuk menghindar.

"Plak..." dengan telak serangan tersebut bersarang diatas. pinggang Ciang Ooh.

Pada sasarannya tubuh perempuan tengkorak ini sedang berada ditengah udara, termakan oleh serangan tersebut badannya mencelat semakin tinggi.

Sebaliknya Hiat Goan Sin koan sendiri tergetar mundur pula sejauh tiga langkah kebelakang termakan tenaga pantulan yang dihasilkan Ciang Ooh meski serangannya bersarang telak ditubuh lawannya.

Bersamaan dengan mundurnya tubuh Hiat Goan Sin koen, tubuh Ciang Ooh kembali meloncat ke tengah udara setinggi enam depa berada diudara, merontakan kaki serta tangannya, sehingga membuat sang badan terbanting jatuh diatas sebuah pohon membuat ranting dan daun berguguran.

Ciang Ooh sendiri sama sekali tidak cidera, ia melompat bangun, memperhatikan sekeliling nya kemudian berjalan menghampiri Si Soat Ang katanya.

"Putriku kiranya kau masih berada disini, tadi, apakah aku sudah tertidur?"

Si Soat Ang dibikin serba salah, menangis tak dapat tertawapun sungkan, ia membungkam dalam seribu bahasa. sebaliknya Tonghong Pek kegirangan setengah mati, segera ia berseru. "Kiranya kau tidak apa2. Aaai. . tadi kami masih mengira kau sudah mati!"

"Mati! siapa yang mati?" Tak ada yang menjawab sementara Ciang Ooh tertegun, mendadak ia menangis tersedu2.

"Dia sudah mati, sitelapak berdarah Tong Hauw. . oouw dia sudah mati!"

"Hey, sebenarnya kau benar2 edan atau cuma pura2 edan?" teriak Hiat Goan Sin koen dengan gusarnya "mari . . kita saling bergebrak lagi."

Ciang Ooh tidak menggubris, ia masih menangis tiada hentinya mendadak pikiran Si Soat Ang rada bergerak, ujarnya.

"Tonghong toako, aku lihat ilmu silat yang dimiliki Ciang Ooh mungkin masih berada di atas Hiat Goan Sin koen!"

Ucapan ini diutarakan dengan nada lirih, tapi ditangkap juga oleh pendengaran Hiat Goan Sin koen, simanusia monyet itu segera melototkan sepasang matanya bulat2:

"Siapa yang beritahu kepadamu?"

Si Soat Ang bergidik, tak berani buka suara.

Hiat Goan Sin-koen amat gusar. Ia maju kedepan, kemudian sambil menuding kearah Si Soat Ang teriaknya.

"Tonghong Pek, secara bagaimana kau bisa bersama- sama perempuan macam ini?"

"Kami saling berkenalan diluar perbatasan, untung sekali ia melakukan perjalanan beribu-ribu pal untuk mengirim berita kegunung Lak ban san sehingga suhu berangkat kesana dan menolong aku lolos dari cengkeraman Tiang Bek Sam mo, dia. ." "Aku larang kau ber-sama2 dia !" teriak Hiat Goan Sin koen keras2 sebelum pemuda itu menyelesaikan kata2nya.

Hiat Goan Sin koen melarang Tonghong Pek berada ber- sama2 Si Soat Ang tentu saja dia punya alasan yang kuat, ia tahu Si Soat Ang ada perempuan licik yang keji dan jahat.

Tapi dalam pendengaran Tonghong Pek, ucapan ini menimbulkan antipati dalam hatinya, hanya saja disebabkan simanusia monyet adalah sahabat karib gurunya maka ia tidak membantah kecuali tertawa dingin tiada hentinya.

"Hey. aku sedang berbicara dengan kau, sudah didengar belum?" kembali Hiat Goan Sin-koen menegur.

"Dengar sih sudah kudengar, tapi maaf, aku tak bisa turut perintahmu itu !"

"Keparat busuk !" maki Hiat Goan Sin-koen dengan gusarnya. "Kau tidak tahu baik buruknya orang, kau tahu siapakah orang itu ?"

"Tentu saja aku tahu" jawab Tonghong Pek dengan alis berkerut. "Hiat Goan cianpwee kau tidak usah ikut campur dalam urusan pribadiku..."

Hiat Goan Sin koen meraung keras, Wees. telapaknya langsung disapu keatas wajah Tong hong Pek.

Kalau bukan tenaga lweekang sianak muda itu peroleh kemajuan, sapuan ini niscaya akan bersarang telak.

Gerakan tubuh Tonghong Pek pada saat ini sangat cepat melebihi tempo dulu, merasakan datangnya sapuan, sang badan segera merendah ke bawah, membuat sapaan itu mengena pada sasaran kosong. Melihat serangannya tidak mengenai sasaran, Hiat Goan Sin koen putar badan mencengkeram kearah dada Si Soat Ang, makinya.

"Seharusnya malam itu juga kubunuh dirimu." Mimpipun Si Soat Ang tidak menyangka secara tiba2

Hiat Goan Sin koen bisa menyerang dirinya, ia segera menjerit!

Ia menjerit Tonghong Pek pun membentak keras, sebelum ia turun tangan, Ciang Ooh dengan membawa desiran tajam telah menubruk punggung simanusia monyet.

Dalam pada itu serangan Hiat Goan Sin kota sudah hampir menempel diatas tubuh Si Soat Ang mendadak merasakan desiran tajam menggulung datang dari arah belakang, bukannya terkejut ia malah girang.

Sebab, dengan kedudukannya dalam dunia persilatan, apabila sampai ia membunuh Si Soat Ang maka terhadap nama besarnya akan mendapat noda.

Lain halnya dengan sekarang, asalkan ia menghindar sedikit saja kesamping, niscaya gulungan dahsyat yang datang dan arah belakang itu akan segera menghantam keatas dada Si Soat Ang, tanpa ia turun tangan sendiri Si Soat Ang bakal menemui ajalnya.

Hiat Goan Sin koen segera salurkan hawa murninya mengelilingi badan. menanti tepat tenaga gulungan dahsyat itu hampir menempel diatas punggungnya, laksana kilat ia meloncat kesamping sejauh lima enam depa, ia menyangka setelah dirinya menyingkir maka akan terdengar jeritan ngeri dari Si Soat Ang.

Siapa sangka kejadian diluar dugaan telah berlangsung, baru saja ia menyingkir ke samping tampaklah tubuh Ciang Ooh mendadak berhenti dihadapan Si Soat Ang sambil berseru:

"Oouw. . . putriku !"

Hiat Goan Sin-koen baru kaget, rasa terperanjatnya sukar dilukiskan dengan kata2, dari kejadian ini ia dapat membuktikan bahwa tenaga dalam Ciang Ooh lelah berhasil dilatih hingga mencapai pada puncaknya dimana serangan dapat disalurkan keluar dan ditarik kembali semau hati, ia jadi tertegun, berdiri melengak dan beberapa saat lamanya tak sanggup menggunakan sepatah kalapun,

oooOdwOooo

Bab 11

MERASAKAN dirinya lolos dari lubang kematian, Si Soat Ang kegirangan setengah mati, buru2 ia berseru:

"Ibu !"

Panggilan ini menggirangkan hati Ciang Ooh, sambil tertawa cengar-cengir ia awasi Si Soat Ang tajam2, lalu putar badan dan menuding ke arah Hiat Goan Sin koen.

"Kau!"

Tudingan ini tidak disertai dengan tenaga serangan, namun cukup membuat tubuh Hiat Goan Sin koen tergetar keras.

"Apa yang kau lakukan sewaktu ada didepan putriku tadi?" Kembali Ciang Ooh berseru. "Kau hendak mencelakai putriku?"

Walau dalam hati Hiat Goan Sin koen merasa jeri terhadap Ciang Ooh, bagaimanapun juga dia adalah berwatak keras, mendengar ucapan itu ia mendengus. "Hmm! dia sama sekali bukan putrimu!" "Apa?" Seru Ciang Ooh tertegun.

Sementara itu, muka Si Soat Ang berubah hebat, ia

sangat takut apabila perempuan tengkorak itu mempercayai perkataan Hiat Goan Sio koen.

Untunglah Ciang Ooh adalah perempuan gila, setelah ia menganggap Si Soat Ang sebagai putrinya, siapapun tak dapat mengubah anggapan tersebut.

Sebelum Si Soat Ang berbuat sesuatu, dengan amat gusar Ciang Ooh telah membentak.

"Omong kosong, kau berani ngaco belo?"

"Dia benar-benar bukan putrimu ! !" kembali Hiat Goan Sio koen berseru, hawa murni segera disalurkan bersiap sedia. "Putrimu hampir saja mati ditangannya, putrimu adalah seorang gadis yang sangat baik dan welas asih, dia bernama Giok Jien."

Ciang Ooh tidak menggubris, mendadak ia berteriak keras, tubuhnya bergerak kedepan melancarkan sebuah tubrukan.

Sejak semula Hiat Goan Sin-kojo sudah bikin persiapan, merasakan datangnya tubrukkan, sang badan segera meloncat ke tengah udara dan melayang beberapa tombak jauhnya dari sana.

Menjumpai tubrukannya tidak mengenai sasaran, Ciang Ooh berhenti berpaling dan berseru:

"Putriku, cepat pergi berangkatlah dahulu ke daerah Biauw."

Si Soat Ang merasakan jantungnya berdebar keras, ia bukan takut Ciang Ooh tahu akan rahasia ini, yang ia takuti adalah Tonghong Pek. Sementara itu dengan sinar mata penuh tanda tanya Tonghong Pek sedang mengawasi gadis itu ia tidak mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi.

Si Soat Ang tak berani saling berpandangan dengan pemuda itu, buru2 ia melengos dan berkata:

"Tonghong toako mari kita berlalu dari sini, kita harus menengok keadaan dari Lieh Hwee cianpwee !"

"Benar, tapi nona Si..."

Si Soat Ang tahu apa yang hendak ia tanyakan, segera ia menukas:

"Tonghong toako,   jangan mempercayai ucapannya, duduknya perkara biar nanti kuceritakan sejelasnya padamu

!"

"Tonghong Pek !" bentak Hiat Goan Sin koen. Si anak muda itu berhenti.

"Kau hendak berlalu mengikuti dia. atau ikut aku ?"

teriak simanusia monyet itu.

Terhadap Hiat Goan Sin-koen, Tonghong Pek sudah tidak menaruh simpatik, ia jadi tidak sabaran, sepasang alisnya segera berkerut.

"Hiat Goan Cianpwee!" katanya, "Aku hendak pergi menengok suhu dan sunio, kalau kau tidak biarkan aku pergi. . . "

"Hey bukankah gurumu melarang kau pergi kesana?" teriak Hiat Goan Sin koen teramat gusar "Kalau kau bersikeras pergi kesana berarti sengaja hendak memusuhi gurumu. apa yang dikatakan suhumu sewaktu menyerahkan dirimu kepadaku, apakah kau tidak dengar?" "Aaaai... Sin koen! walaupun suhuku berkata demikian, hal ini disebabkan ia memikirkan keselamatanku, lagi pula ketika itu aku sedang menderita luka parah kini, bukan saja lukaku telah sembuh bahkan tenaga dalamku memperoleh kemajuan pesat."

"Cis... dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini dalam pandangan orang lain kau tidak lebih cuma seekor semut."

Tonghong Pek tertawa getir.

"Mungkin memang begitu, tapi di pihak nona Si, ada pula Ciang Ooh, apa salahnya kalau kita berangkat kesana dalam jumlah banyak?"

Hiat Goan Sin koen melirik sekejap kearah Cian Ooh, mendadak hatinya berdetak, ia merasa memang ucapan tersebut tidak salah, dengan adanya Ciang Ooh siperempuan gila yang memiliki tenaga lweekang amat sempurna ini, sedikit banyak pihak mereka sudah mendapat bantuan seorang sakti.

Sambil tertawa dingin ia berseru:

"Enak benar ucapanmu, lebih banyak orang kekuatirnya makin bertambah, bukankah jumlah anggota benteng Thian It Poo sangat banyak ? kenapa mereka bubar dan melarikan diri semua ketika aku telah datang."

Mengungkap tentang benteng Thian It Poo, air muka Si Soat Ang berubah sangat hebat.

Buru2 Tonghong Pek berkata:

"Aku pikir. aku sih tidak takut terhadap musuh tangguh, nona Si pun tidak takut, benar bukan ?"

Ucapan terakhir sengaja diajukan kepada Si Soat Ang. Dasarnya gadis itu penakut, tapi berada dalam keadaan seperti ini mau tak mau ia harus keraskan kepala mengangguk.

"Tentu saja aku tidak takut!" jawabnya.

"Sedangkan mengenai Ciang Ooh." ujar Tong-hong Pek lebih jauh "Dia saling menyebut ibu dan anak dengan nona Si, tentu saja tak mungkin dia berlalu seorang diri, Sin koen, aku lihat..."

"Sudah, sudahlah! tak usah banyak bicara." kata Hiat Goan Sin koen "Aku sudah paham maksudmu kau tak usah bertanya lagi, aku tentu akan berangkat bersama kalian."

"Kau hendak berangkat bersama kami?" teriak Si Soat Ang dengan hati terperanjat.

"Benar. berangkat bersama kalian, dan pergi menjumpai Lieh Hwee Sin tuo, dengan ikut sertanya aku, apakah kau merasa takut?"

Tentu saja Si Soat Ang takut berada sama2 Hiat Goan Sin koen tapi ia tak mau menunjukkan kelemahan.

"Hmm! kenapa aku harus takut kepadamu?"

"Kau takut aku menceritakan semua perbuatan jahatmu kepada Tonghong Pek, sehingga kau gagal membohongi sikeparat itu."

Air muka Si Soat Ang berubah hebat ia sangat mendongkol dan mendendam karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan buru-buru Tonghong Pek melerai.

"Sin koen, kau tidak tahu, aku bisa tertolong semuanya berkat kesudiannya melakukan perjalanan ber-laksa2 li untuk beri kabar kepada guruku."

Hiat Goan Sinkoen tertawa dingin, ia tidak berbicara lain kecuali berkata: "Kalau kita hendak berangkat, urusan tak boleh ditunda lagi !"

Selama ini Ciang Ooh selalu membungkam, saat ini mendadak ia bertanya dengan mata melotot.

"Kau hendak pergi kemana?"

"Tentu saja pergi mencari Lien Hwee Sin tuo simanusia bongkok itu.

"Siapa itu si bongkok sakti? aku tidak mau pergi aku mau pulang ke daerah Biauw, putriku ayoh kita berangkat!"

"Nona Si . ." seru Tonghong Pek sambil tertawa getir. "Kau boleh berlega hati, aku sudah punya rencana."

jawab Si Soat Ang.

Gadis itu segera membisikkan sesuatu kesisi telinga Ciang Ooh, sementara perempuan gila itu mengangguk tiada hentinya.

Lewat beberapa saat kemudian terdengar Ciang Ooh berteriak keras.

"Baik, kita tentukan demikian saja!"

Tonghong Pek maupun Hiat Goan Sin-koen tidak mendengar apa yang dikatakan Si Soat Ang kepada Ciang Ooh, tentu saja merekapun tidak mengerti apa maksud dari teriakan itu.

Si Soat Ang putar badan dan menggape ke arah Tonghong Pek pemuda itu segera berkelebat kesisi gadis tersebut:

"Tonghong toako." kata Si Soat Ang setengah berisik. "Kita pergi menjumpai Lieh Hwee cianpwee tapi. . Hiat Goan Sin koen, dia . ." "Nona Si !" Tonghong Pek pun segera berbalik "Hubungan Hiat Goan Sin koen dengan guruku sangat erat, ia ikut kesana hanya mendatangkan kebaikan dan tak mungkin kejelekan."

"Tonghong toako, kesulitan yang menimpa gurumu mungkin sukar diterangkan dalam sepatah dua patah kata, apa yang sebetulnya terjadi tidak segampang apa yang kau pikirkan."

Kali ini merupakan yang kedua kali Tonghong Pek mendengar Si Soat Ang berkata demikian buru2 ia bertanya:

"Soat Ang, sebenarnya apa yang telah kau ketahui ?"

Si Soat Ang merasa apa yang diketahui sukar di utarakan, ia tetap ragu2 untuk menjawab.

Pada saat itulah Hiat Goan Sio koen sudah tidak sabaran lagi, terdengar ia berteriak:

Tonghong Pek sebenarnya mau berangkat tidak?"

Tonghong Pek sendiripun ingin cepat2 berangkat, ia tidak menolak lebih jauh, sambil menarik lengan gadis itu katanya:

"Mari kita berangkat !"

Tubuh mereka berdua segera berkelebat kedepan diikuti Ciang Ooh dibelakang, sedangkan Hiat Goan Sin koan mengintil dipaling buncit.

Sepanjang perjalanan keempat orang itu melewati jalan gunung yang curam dan sempit, sebagai seorang yang dibesarkan didaerah gunung Lak-ban san, Tonghong Pek amat hapal dengan daerah disekitarnya, mereka sengaja memilih jalan kecil meski sulit dilalui tapi dalam pandang au mereka berempat kesulitan tersebut tidak seberapa dirasakan.

Mereka berjalan terus dan baru beristirahat pada sore hari kedua, tempat itu merupakan sebuah selokan dengan air yang jernih sekali. setelah meneguk air gunung untuk menghilang kan rasa haus Tonghong Pek menuding kearah depan sambil berkata:

"Setelah melewati sebuah bukit lagi, kita a-kan segera tiba ditempat tujuan mungkin sebelum malam nanti kita sudah akan sampai." sewaktu berbicara sepasang alisnya berkerut kencang, sebab ia tahu kesulitan yang dijumpai gurunya adalah suatu kesulitan yang luar biasa.

"Sin koen!" akhirnya pemuda itu tidak tahan dan bertanya "Hubunganmu dengan suhuku paling akrab, seharusnya kau tahu bukan ikatan dendam apa yang telah diikat guruku dengan Tong hong PaCu pada masa silam? mengapa ia datang mencari guruku?"

Tentu saja Hiat Goan Sin koen mengetahui jelas duduknya perkara, tapi dibalik kisah tersebut tersangkut pula kebersihan nama Lieh Hwee hujien serta asal usul Tonghong Pek, tentu saja ia tak berani bicara sembarangan.

Mendengar pertanyaan itu ia cuma tertawa getir dan membungkam.

Sebaliknya Si Soat Ang yang berada disisinya segera menyela: "Tong hong toako, gembong iblis itu bukan mencari gurumu, ia datang mencari suniomu!"

"Su . . Sunioku?" seru Tonghong Pek tertegun.

Hiat Goan Sin koen pun terperanjat, buru2 ia menghardik.

"Hey, apa yang kau ketahui?" "Kenapa aku tidak tahu?" sahut Si Soat Ang cepat. "Sebelum gembong iblis itu tiba, aku berada sama-sama Lieh Hwee Hujien, dia datang untuk mencari dirinya, bahkan memanggil pula namanya!"

"Nama siapa?" "Nama suniomu ?"

Tonghong Pek semakin keheranan, sejak kecil ia dibesarkan sunionya, ia tak tahu ibu gurunya sebenarnya adalah ibu kandungnya sendiri, ia hanya tahu dirinya adalah seorang yatim piatu.

Meski demikian hubungannya dengan sang ibu guru amat erat melebihi ibu kandung sendiri, walaupun begitu ia sendiripun tak tahu siapakah nama ibu gurunya ini, bahkan ia tak pernah mendengar gurunya memanggil secara bagaimana Tonghong Pacu, seorang gembong iblis yang paling terkenal akan kekejiannya bisa tahu nama sunionya!

Tonghong Pek merasa hatinya diliputi rasa curiga, ia tidak ingin mempercayai ucapan Si Soat Ang tapi sikap maupun air muka gadis itu amat serius, dan tidak nampak kalau dia sedang membohongi dirinya hal ini membuat sianak muda jadi mau tak mau harus percaya.

"Sunioku . . dia siapa namanya?"

"Aku dengar gembong iblis itu panggil sunio mu sebagai Hiat Gwat Hun"

Sebenarnya Tonghong Pek masih ingin bertanya lebih jauh, tapi Hiat Goan Sin koen yang ada disamping tidak memberi kesempatan lebih jauh, ia segera menukas.

"Sudahlah! jangan banyak bicara lagi ditempat ini sebetulnya kita mau berangkat tidak?" Per-lahan2 Tonghong Pek putar badan, dia awasi wajah simanusia monyet itu tajam 2 lalu berkata.

"Sin koen bukankah kau tahu jelas apa sebabnya sigembong iblis itu datang mencari guruku? tapi kau tak sudi beritahu kepadaku, bukan saja kau tak mau beritahu bahkan tidak membiarkan aku pergi menjumpai guruku."

Ucapan ini membuat wajah Hiat Goan Sin-koen bersemu merah.

"Heei . . kau jangan salahkan aku, yang melarang kau pergi kesana bukankah gurumu sendiri."

"Sin koen, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Desak pemuda itu lebih jauh.

Didesak terus2-an, mendadak Hiat Goan Sin koen naik pitam.

"Kenapa kau bertanya kepadaku ?" teriaknya. "Tak bisa kau tanyakan sendiri kepada gurumu setelah bertemu dengan dia?"

Makin lama Tonghong Pek semakin curiga, ia tidak bicara lagi, badannya berputar dan meneruskan perjalanan kedepan diikuti Si Soat Ang bertiga dari belakang.

Kali ini perjalanan dilakukan jauh lebih cepat lagi, sebelum sang surya lenyap dibalik gunung mereka sudah melampaui bukit itu, dari tempat kejauhan tampaklah hutan hamba sudah terbentang di depan mata.

Menjumpai hutan bambu itu, perasaan hati Tong hong Pek semakin gelisah, ia segera mengempos tenaga dan berkelebat kedepan.

Tonghong Pek berjalan dipaling depan. ketika ia berada puluhan tombak sebelum masuk kedalam hutan bambu itu, mendadak ia menemukan ada seseorang sedang berjalan keluar dari hutan itu dengan langkah lambat sekali.

Menjumpai orang itu, Tonghong Pek terperangah.

Sebab dia memiliki perawakan yang pendek dan sembab membengkak, keadaannya mirip dengan makhluk aneh yang bulat seperti bola sama sekali tidak mirip manusia lagi.

Tonghong Pek tertegun, sebentar saja ia dapat melihat makhluk itu adalah manusia, bukan saja manusia, dialah gurunya sibongkok sakti Lieh Hwee Sio tuo.

Keadaan gurunya amat mengenaskan sekali, wajahnya murung dan lemas ia berjalan meninggalkan hutan bambu itu dengan kepala tertunduk.

Menjumpai orang itu adalah gurunya, Tong-hong Pek kegirangan setengah mati, buru2 teriaknya:

"Suhu ?"

Dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba di hadapan Lieh Hwee Sio Tuo.

Si manusia bongkok itu tetap berdiri tertegun keadaannya seperti seseorang yang tak sabar wajahnya kebingungan dan amat murung sekali. seakan2 ia tidak melihat ada seseorang sedang berdiri di hadapannya.

Belum pernah Tonghong Pek menyaksikan gurunya dalam keadaan seperti itu, hatinya amat terperanjat, segera teriaknya kembali keras2:

"Suhu, kenapa kau? apakah sunio berada dalam keadaan baik2!"

Bentakan yang sangat keras ini menyadarkan Lieh Hwee Sio-tuo per-lahan2 ia angkat kepala menatap pemuda itu tajam2. tapi ia tidak menyapa, seakan2 ia tidak kenal kalau orang yang berada di hadapannya adalah Tonghong Pek. Sianak muda itu semakin terperanjat lagi. "Suhu?" teriaknya keras2.

Teriakan ini amat keras laksana guntur membelah bumi,

membuat tubuh Lieh Hwee Sin tuo tergetar keras ia berseru tertahan, tiba2 ia cekal pundak Tonghong Pek kencang2.

"Kenapa kau datang kemari?" teriaknya, "Bukankah aku sudah suruh Hiat Goan Sin koen membawa kau meninggalkan gunung Lak ban san jauh2"

"Benar suhu tapi . . . aku tahu kau punya kesulitan, aku tak dapat meninggalkan dirimu !"

Belum habis pemuda itu berkata, airmuka Lieh Hwee Sin Tuo sudah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, ia menjerit, suaranya me-lengking-2 sangat mengerikan sekali.

"Bagus ! Bagus ! aku suruh kau tinggalkan gunung Lak Ban san selama hidup, kau berani melanggar perintahku! Bagus ! bagus!" jelas sibongkok sakti ini benar2 naik pitam, sembari berteriak tubuhnya gemetar terus.

Bahkan sepasang tangannya keras2 mencengkeram pundak Tonghong Pek, membuat pemuda itu kesakitan.

"Suhu !" kata Tonghong Pek dengan terperanjat, "Tenangkan dulu hatimu. Hiat Goan Sin koen telah datang bahkan kami datang dengan membawa seorang pembantu kosen..."

Per-lahan2 Lieh Hwie Sin Tio mendongak ia dapat menyaksikan Hiat Goan Sin-koen, Ciang Ooh serta Si Soat Ang secara beruntun tiba ditempat itu.

"Hiat Goan monyet sialan !" tiba2 si Bongkok sakti membentak keras. Suaranya bagaikan geledek. "Kau telah mengingkari janjimu, bagaimana dengan pesan yang kutitipkan kepadamu? lihat saja tidak akan ku lepaskan dirimu!"

"Eeei Bongkok, dengarkan dulu perkataanku " Dengan cepat Hiat Goan Sin Koen melayang ke depan, "Aku telah mendatangkan seorang pembantu untukmu, mungkin ia sanggup menghadapi gembong iblis tersebut! siapa tahu kalau ia jauh lebih unggul?"

Lieh Hwee Sin Tuo melengak lalu tertawa geli, suaranya mengenaskan membuat orang ikut berduka.

"Siapa yang telah kau undang datang?" ia bertanya, "Apakah Si Thay Sianseng?"

Tidak menanti orang lain menjawab, kembali ia berkata: "Sekalipun Si Thay sianseng, bisakah menghadapi

dirinya masih jadi satu tanda tanya besar buat kita!"

"Bukan, bukan Si Thay sianseng, melainkan dialah jago lain!" ujar Si monyet Hiat Goan Sin koen seraya menuding kearah Ciang Ooh.

Sebelum ditunjuk, Sibongkok sakti sama sekali tidak melirik barang sekejappun kearah Ciang Ooh si perempuan tengkorak, sekarang ia mendongak lalu berdiri tertegun.

Bukan saja wajahnya yang buruk dan jelek sudah cukup ngeri bagi yang melihat, terutama sekali sepasang jalan darah Thay Yang Hiatnya yang menongol tinggi siapapun tahu bahwa perempuan buruk ini memiliki tenaga lweekang yang amat sempurna.

"Dia adalah Ciang Ooh dari Thian It Poo!" kembali Hiat Goan Sin koen menerangkan. "Dia datang dari benteng Thian It Poo?" seru si Bongkok sakti dengan hati ragu2. "Tetapi tenaga lweekang yang ia miliki..."

"Benar, asal usul perempuan ini memang aneh sekali !" buru2 Hiat Goan Sin koen menyambung, "Agaknya ia berasal dari wilayah Biauw, berasal dari siapakah ilmu silatnya tak seorangpun yang tahu, bahkan dia adalah seorang perempuan sinting yang tak dapat berpikir."

Lieh Hwe Sin Tuo si bongkok sakti tertawa.

"Lalu. . . lalu bagaimana caranya ia dapat menghadapi si gembong iblis itu? Hmm! aku lihat lebih baik kalian tak usah mencari kesulitan buat diri sendiri, Aaai . . lebih baik .

. ."

Tiba2 ia berhenti bicara, se akan2 si bongkok sakti yang berangasan ini merasa ragu2 untuk meneruskan kata2nya.

"Eeeei! Lieh Hwee, memandang dari tingkah polamu yang lesu dan kucal, apakah gembong iblis itu sudah pergi? apa maksudnya datang kemari?"

Kembali Lieh Hwee Sin tuo tertawa getir.

"Sudah jangan bertanya lagi, lebih baik kalian cepat-2 berlalu, banyak bertanya apa gunanya."

"Lieh Hwee, kau harus tahu ilmu silat yang dimiliki Ciang Ooh luar biasa sekali, kenapa tak kau coba dulu?"

"Sudahlah, tak usah dicoba lagi" Si bongkok sakti gelengkan kepalanya berulang kali, agaknya ia merasa putus asa terhadap segala urusan yang ada dikolong langit. "Lebih baik kalian tak usah mencari susah-susah buat diri sendiri, aku . . aku sih tidak ingin berbuat apa2." Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan gurunya tak kuasa menahan rasa sedih, ia menghela napas panjang dan berkata:

"Suhu, apa sebabnya secara tiba2 kau berubah jadi dua orang yang berlainan? dahulu kau tak pernah bersikap demikian"

"Aku suruh kau jangan menemui diriku lagi, mengapa kau datang kemari. . ." hardik Si bongkok sakti gusar.

Ia merandek menghembuskan napas panjang dan berkata kembali dengan suara lembut:

"Kau... kau... bukankah luka yang kau derita amat parah, darimana bisa sembuh dengan begitu cepat. Bahkan kelihatan sekali tenaga Iweekangmu peroleh kemajuan pesat."

"Sepanjang perjalanan, berkat rawatan Sin koen yang seksama, aku telah menelan tidak sedikit pil mujarab. . ."

"Meski demikian, tidak mungkin tenaga Iweekangmu peroleh kemajuan yang demikian pesat."

"Benar, hal ini dikarenakan ada orang yang rela menyalurkan hawa murninya kedalam tubuhku, maka tenaga lweekang yang kumiliki mendapat kemajuan pesat !"

"Siapakah orang itu ?" seru si Bongkok sakti terkejut bercampur girang.

"Dikolong langit dewasa ini, kecuali Si Thay Sianseng serta beberapa tokoh lihay dari kalangan Agama yang tak pernah munculkan diri, masih ada siapa lagi yang memiliki kepandaian sehebat ini ?"

"Suhu, dia adalah Ciang Ooh !" "Aaah masa iya ?" Seru si Bongkok Sakti segera berpaling kearah Ciang Ooh. "Benarkah ia memiliki tenaga Iweekang yang amat sempurna ?"

"Suhu kalau kau tidak percaya silahkan dicoba."

"Ehmm baiklah, Hey sambutlah sebuah seranganku !" serunya kearah perempuan tengkorak.

Ciang Ooh sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan kata2 itu, terhadap tindak tanduk sibongkok sakti bukan saja ia tidak menjawab, telapakpun tak digerakkan.

Si Bongkok Sakti salah sangka, ia mengira perempuan tengkorak itu tidak pandang sebelah matapun kepadanya. Hatinya semakin gusar Sambil mendengus dingin telapaknya membalik lantas melancarkan sebuah serangan dahsyat kearah depan.

Serangan ini disertai tenaga penuh, kecepatannya laksana sambaran kilat, dalam sekejap mata telah berada didepan tubuh Ciang Ooh.

Perempuan tengkorak Ciang Ooh tetap tak berkutik ditempat semula, sementara serangan si Bongkok dengan dahsyat bersarang telak diatas bahunya.

"Plaak...! diiringi suara dahsyat Si bongkok sakti berseru tertahan lalu mundur selangkah kebelakang.

ooodwooo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar