Jago Kelana Jilid 09

Jilid 09

MENANTI sastrawan setengah baya dan nyonya sibongkok itu sudah lenyap dari pandangan Si Soat Ang menghembuskan napas panjang. otot2 diseluruh badannya serasa jadi mengendor.

Secara tiba2 ia merasa tidak kerasan untuk tetap tinggal disana, menanti kemblainya sibongkok sakti dari luar perbatasan namun apa yang harus ia lakukan ?

Sekarang ia sudah tahu kiranya sastrawan setengah baya itu adalah bekas suami nyonya sibongkok, bukan saja bekas suami istri bahkan mereka telah berputra, Tong-poei Pek adalah putra mereka.

Entah kemudian sastrawan itu terpikat oleh seorang perempuan yang bernama Kiem Lian Hoa, ia lantas mengusir Gwat Hun ibu dan anak, dalam keadaan putus asa Gwat Hun hendak bunuh diri dengan terjunkan diri kedalam sungai, kebetulan ia ditolong oleh sibongkok sakti. sejak itulah mereka lantas mengikat diri jadi suami istri.

Kesemuanya ini dapat didengar oleh Si Soat Ang dari pembicaraan sisastrawan setengah baya dengan nyonya itu.

Sekarang ia baru tahu apa sebabnya nyonya itu jauh lebih gelisah dari pada sibongkok sakti setelah mengetahui Tong poei Pek terluka parah, kiranya pemuda itu adalah putra kandungnya.

Begitu tega sastrawan setengah baya itu mengusir Gwat Hun ibu dan anak dari rumah, dari sini dapat ditarik kesimpulan orang itu tentu kejam dan tidak berperasaan, sekarangpun ia berhasil menipu nyonya itu, bahkan dengan cara yang licik dan memalukan, apa sebenarnya maksud tujuan yang terkandung dihati pria itu ?

Yang paling membuat Si Soat Ang bingung adalah kelihayan ilmu silat yang dimiliki sastrawan setengah baya itu, entah siapakah orang itu ? menurut kata2 perempuan tadi, seharusnya sastrawan itu she Tong-poei...

Mendadak perasaan bergidik menyelimuti seluruh tubuh gadis itu, bulu kuduk pada bangun berdiri, ia merasa ngeri seram dan ketakutan, gigi mulai beradu dan seluruh badan menjadi lemas.

Sekarang ia tahu sudah siapakah sebenarnya sisastrawan setengah baya itu.

Walaupun selama ini ia berdiam terus didalam benteng Thian It Poo yang jauh diluar perbatasan, namun pengetahuannya sangat luas, setelah mengetahui kalau orang itu she "Tong poei." teringatlah olehnya akan seorang gembong iblis yang paling ditakuti jago2 kangouw, orang itu paling keji, paling ganas orang itu she Tong poei bernama Pa-cu, dialah pemimpin dari perguruan Thian Bun

Kalau dari aliran lurus, jago paling lihay adalah Si Thay sianseng, maka dari golongan sesat Tong-poei Pa-culah yang paling jagoan, ia tak terkalahkan dan belum pernah menjumpai tandingan.

Rasa takut makin menyelimuti seluruh benaknya, tiba2 gadis itu menjerit keras.

"Kenapa kau masih berada disini ? kalau tidak lari, apakah aku harus menantikan kematian mu disini ?" Sambil menjerit ia putar badan dan melarikan diri ter birit2 keluar rumah. Hatinya kacau, lelah dan ketakutan, sekuat tenaga ia lari terus kedepan...saking cepatnya ia berlari akhirnya tak bisa ditahan badannya terpeleset dan jatuh terguling keatas tanah.

Buru2 ia merangkak bangun, coba berdiri untuk melanjutkan larinya., mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat datang, tahu2 dihadapan matanya telah berdiri seseorang.

Si Soat Ang merasa jantungnya se akan2 berhenti berdetak, seluruh tubuhnya jadi kaku, sukma nya terasa terbang dari raganya, ia benar2 ketakutan...ngeri dan akhirnya terkencing2.

Pandangan matanya mulai kabur, kepala pusing tujuh keliling, ingin sekali ia buka suara untuk mohon ampun, namun tak sepatah katapun bisa diucapkan, ia jadi kaku, seakan2 sebuah patung batu.

Pada saat itulah, orang yang berdiri dihadapannya buka suara menegur:

"Eeei...bukankah kau adalah nona Si ? Nona Si ! sebenarnya apa yang telah terjadi ?"

Begitu orang itu buka suara, Si Soat Ang tak kuasa menahan diri lagi, ia menjerit se-jadi2nya.

Semula ia mengira Tong-poei Pa-cu sigembong iblis nomor wahid dikolong langit itu muncul disana dan siap membasmi dirinya, tapi sekarang ia boleh berlega hati, sebab orang itu bukan gembong iblis yang disangka, dia adalah Tjioe Pian Thian, Tjioe Jie hiap. 

Dengan susah payah ia merangkak dan coba berdiri, namun badannya masih lemas, baru saja kakinya akan berdiri, sekali lagi ia terbanting keatas tanah. "Nona Si, apa yang telah terjadi? mengapa kau begitu ketakutan?" tanya Tjioe Pian Thian dengan nada tercengang.

Tadi Si Soat Ang sudah bersiap sedia untuk melarikan diri lagi sekuat tenaga, namun sekarang Tjioe Pian Thiao telah tiba, ia bisa menghembuskan napas lega, setelah istirahat ia merangkak bangun dan duduk mendeprok diatas tanah.

"Tjioe Jie-hiap, aduuh celaka... celaka tiga belas! telah terjadi peristiwa diluar dugaan!"

Suaranya masih gemetar dan penuh diliputi ketakutan, keseraman dan kengerian.

"Apa yang telah terjadi.." seru Tjioe Pian Thiao terperanjat.

Namun belum sempat Si Soat Ang menjawab sinar matanya telah terbentur dengan dua sosok mayat yang menggeletak diatas tanah dengan cepat ia meloncat kedepan mendekati mayat itu.

Tapi air mukanya segera berubah hebat. "Aaah, bukankah mereka adalah sepasang Manusia gagah dari Yu Tiong? bagaimana bisa mati disini?"

Mendadak suatu ingatan berkelebat dalam benaknya kembali ia berseru: "Enso apakah kau merasa terkejut?"

"Nyonya sibongkok telah diculik orang." ujar Soat Ang lambat2 sambil bangun berdiri.

Tjioe Pian Thian semakin terperanjat sejak menemukan mayat dari sepasang manusia gagah dari Yu tiong, ia sudah merasa telah terjadi suatu peristiwa diluar dugaan, kematian mereka berdua pasti menyangkut suatu masalah yang amat besar. Sekarang, setelah mengetahui nyonya si bongkok sakti diculik orang lain, ia sadar suatu badai angin puyuh mulai melanda mereka.

"Siapa?" Buru2 serunya dengan cepat, "Siapa yang menculik nyonya sibongkok? apakah kau melihat dengan mata kepala sendiri?"

"Dia... dia adalah see... seorang sastrawan setengah baya, aku duga dia tentu adalah Tong poei Pa-cu."

Begitu kata2 "Tong poei Pacu" meluncur keluar dari bibir gadis tersebut, air muka Tjioe Pian Thiao berubah pucat pias, sekalipun dia termasuk salah satu onggota dari Tiong tiauw Sam Yu yang menjagoi Bu-lim, namun iapun sadar ilmu silatnya masih bukan tandingan dari Tong poei pacu, gembong iblis nomor wahid dari kolong langit itu.

"Dimanakah orang itu ?" ia bertanya dengan wajah pucat bagaikan mayat, sepasang matanya melirik kesana kemari.

"Ia sudah pergi jauh, namun aku tahu dia pasti akan datang lagi, sebab ia tidak ingin aku tetap hidup, ia tidak ingin rahasianya yang tak boleh diketahui orang lain terlihat olehku, ia pasti datang lagi kemari untuk mencabut nyawaku!"

Membicarakan soal "Mencabut nyawa" seluruh tubuh gadis itu gemetar keras.

"Kalau begitu kau cepat lari, . . cepat lari !" seru Tjoei Pian Thiao, ia tarik tangan Si Soat Ang dan berkelebat ke- depan, dalam sekejap mata kedua orang itu sudah menerobosi hutan bambu.

Ilmu silat Tjoei Pian Thiao tidak lemah, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, tujuh li telah dilewati dengan cepat, Baru saja mereka berdua menghembuskan napas lega dan berhenti berlari, mendadak.

"Aduuuh... aduuuh... Tjoei jiehiap, sungguh hebat ilmu meringankan tubuhmu, aku benar benar kagum " dari belakang tubuh mereka berkumandang datang suara teguran.

Sementara itu tubuh Tjoei piau Thian masih berada ditengah udara, mendengar teguran itu badannya dengan cepat ber-salto beberapa kali, tangannya menyentak dan ia lempar badan Si Soat Ang kearah luar kalangan.

Tenaga sentakan itu amat besar, tidak tahan badan Si Soat Ang terpental dan melayang jauh kedepan.

Sekalipun gerakan Tjoei Piao Thian dalam usahanya menyelamatkan jiwa sigadis itu dilakukan sangat cepat namun sayang seribu kali sayang ketika tubuh gadis itu melayang ditengah udara, sebuah batu kecil dengan disertai desiran tajam telah meluncur datang.

Plaaak ! tidak ampun jalan darah lemasnya terhajar telak, tubuh Si Soat Ang segera terpental dan jatuh kebawah tepat terjepit diantara dahan2 pohon dibawahnya. Semua kejadian ini dapat diikuti Tjoai Piao Thian dengan jelas, namun pada saat ini dia tak bisa menggubris gadis itu lagi sebab waktu ia putar badan kebelakang, sinar matanya telah bertemu dengan tubuh Tong Poei Pacu yang berdiri dihadapannya sambil menyeringai seram.

Kalau Si Soat Ang ia masih menduga kemungkinan besar sastrawan setengah baya itu adalah gembong iblis nomor wahid Tong poei Pacu, tetapi bagi Tjioe Pian Thian, sekilas pandang dia segera mengenalinya. Dengan hati tercekat Tjioe Pian Thian mundur selangkah kebelakang, tangannya bergerak cepat melemparkan sebuah bom keangkasa.

ooOdwOoo

BAB 7

"TJIOE JIE HIAP!" jengek Tong poei Pacu sambil tersenyum. "Setelah kau lepaskan tanda bom udara itu harus membutuhkan berapa waktu saudara2mu Seng It hiap serta Huang Sam hiap baru bisa tiba disini!"

Jantung Tjioe Pian Thian berdebar keras namun bagaimanapun juga dia adalah jago kangouw kelas satu, air mukanya masih tetap tenang seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun.

"Soal itu sih belum tentu" jawabnya berat. "Seandainya mereka berada disekitar sini, tentu saja lebih cepat tiba disini, seandainya tanda bom udara itu tidak mereka lihat, maka mereka tak akan bisa kemari."

"Ha..haa.. haa.,.aku jadi orang memang aneh sekali, makin orang takut kepadaku aku masih tidak mengapa sebenarnya bisa saja aku tunggu kehadiran saudara2mu itu kemudian baru kulayani kalian bertiga, namun sayang seribu kali sayang waktuku tidak banyak, masih ada orang lain menunggu kedatanganku sedangkan kau harus mati ini hari juga, maka dengan berat hati terpaksa aku harus turun tangan sekarang juga !"

Air muka Cioe Pian Thian berubah hebat namun ia tetap mempertahankan ketenangannya.

"Baiklah kalau begitu silahkan kau mulai turun tangan !" ia menjawab. Tong-poei Pa cu tidak sungkan lagi, ia segera menjura kemudian ujung bajunya dikebas kedepan dengan gerakan melintang, segulung angin tajam langsung menggulung tubuh Cioe Pian Thian.

Manusia she Cioe inipun bukan manusia lemah, ia jejakkan kakinya keatas tanah dan meloncat ke tengah udara.

Gerakannya sangat indah dan cukup gesit, namun Tong- poei Pa-cu tidak kasih hati.

Kebutan pertama gagal, ujung bajunya kembali menyapu kebawah kemudian meloncat pula ketengah udara memukul lawannya.

Melihat Tong poei Pacu menyusul ketengah udara, Tjioe Pian Thian terperanjat, dalam keadaan gugup telapak kirinya segera dibabat ke luar sementara tangan kanannya siap meloloskan senjata tajam.

Tong poei Pacu sama sekali tidak berkelit melihat datangnya serangan telapak itu, ia malah memapaki datangnya serangan tadi.

"Ploook . , " dengan telak serangan tersebut bersarang diarah dada Toog poei Pacu.

Namun suatu kejadian aneh telah berlangsung bukan Tong poei pacu yang menjerit kesakitan adalah Tjioe Pian Thian sendiri yang menjerit ngeri, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi tubuhnya, telapak tangan yang digunakan untuk menghantam dada lawannya itu terasa sakit, se akan2 seluruh tulangnya telah hancur berantakan.

Sebaliknya Tong poei Pacu tenang2 saja seperti tak pernah terjadi apa2, dengan cepat ujung baju kanannya ditebas kedepan menghantam batok kepala Tjioe Pian Thian.

Tubuh orang she Tjioe masih ada ditengah udara, dalam keadaan seperti ini tak mungkin baginya untuk berkelit lagi.

Pandangan matanya jadi gelap, tahu2 seluruh batok kepalanya telah terbungkus kedalam ujung baju Tong poei Pacu.

Selama berlangsungnya pertarungan seru antara Tong poei Pacu melawan Tjioe Piau Thian, Si Soat Ang yang badannya tersangkut diatas dahan pohon dapat mengikuti dengan sangat jelas, setelah ia melihat batok kepala Tjioe Pian Thian terbungkus ke dalam ujung baju Tong poei Pacu, ia dengar orang she Tjioe itu mendengus berat, kaki dan badannya jadi lemas dan harapannya jadi tipis sekali.

Ia melihat tubuh Tong poei Pacu melayang turun keatas tanah bersama badan Tjioe Pian Thian, diikuti orang she Tong poei itu kebaskan ujung bajunya, tubuh Tjioe Pian Thian terpental dan jatuh direrumputan. Tjioe Pian Thian jagoan kelas satu dalam Bu-lim, namun kalau dibandingkan dengan Tong-poei Pacu ia masih terpaut jauh.

Karena itu selama bertarung melawan gembong iblis itu, semua serangannya berhasil dipatahkan dengan gampang, bahkan tidak sampai dua tiga jurus jiwanya telah melayang ditangan iblis ini.

Sungguh kasihan Tjioe Pian Thian, tidak sempat menjerit kesakitan jiwanya telah melayang dari raganya...

Setelah melemparkan tubuh Tjoei Pian Thian tadi, per- lahan2 Tong-poei Pacu angkat kepala, Dalam pada itu jalan darah Si Soat Ang tertotok, badannya tak dapat bergerak sedikitpun, tentu saja tiada harapan baginya untuk melarikan diri. Ingin sekali gadis itu mengutarakan pelbagai alasan agar jiwanya diampuni, namun justru tak sepatah katapun bisa diucapkan.

Sambil tertawa ter bahak2 Tong-poei Pacu meloncat kebawah pohon, telapak tangganya bergerak cepat membabat dahan pohon yang menjepit tubuh gadis itu.

"Kraaak !" Dahan pohon terbabat patah, tubuh Si Soat Ang pun terbanting jatuh keatas tanah. Walaupun bantingan ini sangat berat namun jalan darahnya yang tertotok tiba2 jadi bebas.

Dengan cepat ia merangkak bangun, serunya dengan hati gelisah: "Kau . . kau jangan. . . jangan bunuh diriku..."

Waktu itu Tong-poei Pacu sudah mempersiapkan ujung bajunya untuk di kebas kebawah, mendengar jeritan ini ia tarik kembali serangannya.

"Mengapa ?"

Jantung Si Soat Ang berdetak makin keras, se akan2 hendak terlepas dari tubuhnya, dengan napas ter-sengkal2 ia berseru:

"Kalau kau binasakan diriku, seumpama nyonya si bongkok menanyakan diriku, apa yang hendak kau katakan

?"

"Mengapa ia tanyakan dirimu ?" tanya Tong-poei Pacu rada tertegun.

Saking takutnya hampir2 Si Soat Ang menangis se-jadi2 nya, namun ia sadar dalam keadaan seperti ini ia tak boleh menangis.

"Ia bisa tanyakan diriku...ia bisa tanyakan diriku !" teriaknya dengan suara serak. Tong poei Pa cu tidak menjawab, sepasang matanya dengan sinar yang menggidikkan melototi terus wajahnya tanpa berkedip.

Si Soat Ang meronta bangun, kembali teriaknya:

"Aku bersumpah tidak akan bicara soal apapun, aku tidak akan bercerita kepada siapapun tentang kejadian yang telah berlangsung. tidak ! aku tidak akan bicara !"

Tong poei Pacu hanya mendengus, senyuman menyeringai menghiasi bibirnya.

Melihat orang itu membungkam, timbul harapan hidup dalam hati gadis itu, kembali ia berseru.

"Aku pasti tak akan bicara, kau boleh berlega hati, aku tidak akan bicara kepadanya pun kepada siapapun"

"Haa...haa...sungguh mengherankan apa yang tidak akan kau ucapkan kepada orang lain ? coba katakan aku punya rahasia apa yang tak boleh di ketahui orang lalu ?"

Mendapat pertanyaan itu Si Soat Ang tertegun: "Rahasia apa ?" serunya gemetar.

"Bagus, terus terang kuberitahukan kepadamu, selama hidup aku tak pernah percaya kepada siapapun, aku tidak ingin diriku kalah, coba kau pikir bisakah aku mempercayai dirimu ?"

Sepasang lutut Si Soat Ang jadi lemas, tidak kuasa lagi badannya terjatuh keatas tanah, badannya serasa tak bertenaga, untuk bangkitpun tak sanggup lagi, namun hatinya berteriak:

"Ayoh cepat bangun, ayoh cepat melarikan diri, aduh mak, kenapa dengan kakiku ? ayoh bangun, melarikan diri

." Tetapi badannya tetap mendeprok diatas tanah dengan lemas, bahkan mulai gemetar sepatah katapun tak bisa diucapkan, bergerak sedikitpun tak sanggup.

Menanti Tong Poei Pacu untuk kedua kakinya angkat ujung bajunya ketengah udara, Si Soat Ang baru menjerit keras, entah dari mana datangnya tenaga mendadak ia menggelinding di-atas tanah, menggelinding sekuat tenaga menerobosi semak belukar.

Tentu saja sekalipun ia menggelinding sampai didalam semak sekalipun tak akan bisa meloloskan dari kejaran Tong Poei Pacu, akhirnya ia bakal kecandak dan mati di tangan si iblis.

Namun pada saat itulah mendadak terdengar gelak tertawa yang sangat aneh berkumandang datang dari tempat kejauhan, gelak tertawa itu bergerak cepat sekali, dalam sekejap telah berada didekat mereka.

Diikuti sesosok bayangan manusia meloncat datang dengan sebatnya.

Si Soat Ang yang berhasil menggelinding ke dalam semak segera tentramkan hatinya dan menengok ke depan, ia dapat melihat jelas orang yang barusan munculkan dirinya bukan lain adalah musuh bebuyutan yang paling ia benci, dia lah simanusia yang punya wajah mirip monyet Hiat Goan Sin-koen adanya.

Kemunculan Hiat Goan Sin-koen sungguh berada diluar dugaan Soat Ang, seandainya manusia monyet ini tidak mengejar Loei Sam, dan kebetulan Loei Sam berada dibenteng Thian It Poo, benteng miliknya akan tetap ramai dan jaya, tentu saja jiwanya tidak akan terancam seperti ini hari. Hiat Goan Sin-koen berdiri membelakangi Soat Ang, tampak ia mundur dua langkah kebelakang setelah tiba disana, mungkin pada waktu itu simanusia monyet tersebut sudah melihat jelas siapakah yang berada dihadapannya.

Haruslah diketahui walaupun Hiat Goan Sin-koen termasuk sebagai jago yang amat lihay, namun kedudukannya masih terpaut jauh kalau dibandingkan dengan Tong poei Pa-cu.

Tidak aneh kalau manusia monyet itu sangat terperanjat setelah diketahui olehnya gembong iblis nomor wahid yang ditakuti semua jago sedang berdiri dihadapannya, setelah mundur dua langkah kebelakang ia tertawa serak tegurnya:

"Eeeei... sungguh aneh sekali, ini hari tanggal berapa sih

? masa begitu banyak jago lihay yang berkumpul disini ? mungkinkah ditempat ini akan diselenggarakan suatu pertemuan puncak para jago Bu lim ?"

"Apa maksud Sin-koen berkata begini ?" jengek Tong poei pacu sambil mengangkat bahu, "Apakah kaupun merasa dirimu terhitung seorang jago lihay ?"

Seandainya perkataan ini diucapkan orang lain mungkin simanusia monyet ini sudah mencak2 kegusaran, namun lain halnya kalau perkataan ini meluncur keluar dari bibir Tong poei Pacu walaupun dalam hati sangat mendongkol, ia tak berani banyak berkutik.

"Haa... haa... haaa... tentu saja aku bukan jago lihay" sahutnya diiringi tertawa paksa "Maksudku disini masih ada jago2 lihay lain nya.”

"Haaa . . . haaa kecuali aku seorang, benarkah dikolong langit masih ada jago yang lebih lihay dari pada diriku." Sungguh sombong orang ini, namun tak bisa disalahkan kalau kita tinjau dari kedahsyatan ilmu silat yang dimilikinya.

Hiat Goan Sin-koen tarik napas panjang, dengan sangat hati2 ia menjawab.

"Mungkin, sebab aku lihat Si Thay sianseng dari gunung Go bie pun berada disekitar sini!"

Mendengar nama orang itu, air muka Tong poei Pacu berubah hebat.

Namun perubahan itu hanya berlangsung dalam sekejap mata, diikuti air mukanya kembali seperti sedia kala.

"Ooouw , . jadi Si Thay sianseng pun berada disekitar ini?" jengeknya dengan alis berkerut.

Ucapan ini diutarakan disertai tenaga lwee-kang yang dahsyat suaranya nyaring dan lantang sukar dilukiskan dengan kata2, entah sampai berapa jauh suara itu berkumandang namun jelas dan diketahui oleh siapapun, perkataan itu jelas sengaja ditujukan kepada Si Thay sianseng. Seandainya Si Thay sianseng ada disekitar sana ia tentu akan mendengar suaranya.

Sedikitpun tidak salah, belum lama suaranya sirap dari tempat kejauhan berkumandang datang suara yang tidak kalah lantangnya:

"Tong poei sianseng, bagaimana keadaanmu sejak perpisahan ?"

Suara itu nyaring namun amat rendah, sewaktu menembusi lubang telinga terasa nyaman dan enak.

Pada mulanya suara itu bergema dari tempat yang sangat jauh, tapi dalam sekejap mata suara berada dekat sekali diikuti terdengar ujung baju tersampuk angin, dari balik hutan muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi besar.

Perawakan orang itu boleh dikata seimbang dengan Tongpoei Pa-cu, sama2 tinggi besar dan penuh berotot, hanya usianya telah mencapai enam puluh tahunan, ia memakai baju warna abu2 dengan ditangannya mencekal sebuah tongkat terbuat dari pualam putih.

Diatas wajahnya sudah penuh berkeriput namun masih memancarkan cahaya yang tajam, setibanya dikalangan ia segera menjura kearah Tongpoei Pacu.

"Si Thay sianseng, apakah bocah itu masih berada di tangan mu ?" tegur Tong poei Pacu segera setelah balas memberi hormat.

Si Thay sianseng tidak menjawab, ia menghela napas panjang dan berpaling kearah Hiat Goan sin-koen.

Walaupun Hiat Goan Sinkoenpun mendengar dari pembicaraan kedua orang tokoh Bu-lim itu seakan2 terselimut tabir rahasia, namun ia tak tahu apa maksudnya, menanti Si Thay sianseng berpaling kearahnya, manusia monyet ini baru sadar tentunya kedua orang tokoh silat ini tidak ingin dia ikut serta mendengarkan pembicaraan itu.

Karenanya buru 2 ia berseru.

"Aku datang kemari untuk mencari si bongkok sakti yang berangasan maaf tak bisa menemani lebih jauh selamat tinggal."

Sembari berkata selangkah demi selangkah dan mundur kebelakang, baru mundur beberapa langkah ia sudah berada ditengah semak dimana Si Soat Ang menyembunyikan diri. Melihat manusia monyet itu mundur kearah nya, buru2 gadis itu merangkak kesamping dengan maksud menghindar.

Namun sayang tindakannya terlambat satu langkah, Hiat Goan Sin-koen telah menemukan adanya manusia ditengah semak, dengan cepat ia berpaling sewaktu dilihatnya orang itu adalah Si Soat Ang, ia rada tertegun kemudian tertawa aneh.

"Aaah, kiranya kau!" Sambil berkata tangannya bergerak cepat mencengkeram bahu gadis itu dan diangkatnya dari dalam semak.

Air muka Si Soat Ang pucat pasi bagaikan mayat, giginya saling beradu dengan kerasnya, ia sangat ketakutan:

"Aaah, sungguh sempit jalan didalam dunia ini, dimanapun kita selalu berjumpa" jengek Manusia Monyet itu sambil mendengus sinis, "Ada seorang sahabat karibmu ingin berjumpa denganmu."

"Siapakah . . kedua orang itu?"

Belum sempat Kiat Goan Sin-koen menjawab mendadak si Thay sianseng menegur: "Hiat Goan heng, harap suka melepaskan nona cilik itu."

Simanusia monyet tertegun, kemudian dengan cepat serunya:

"Tapi Si Thay sianseng, kau tidak tahu perempuan ini, dia . ."

"Hiat Goan heng!" kembali Si Thay sianseng menukas dengan sepasang alis berkerut. "Kau adalah seorang tokoh Bu lim yang sudah kenamaan, mengapa sikapmu begitu kasar terhadap seorang nona cilik? ayoh cepat lepaskan." Air muka Hiat Goan Sin koeo berubah beberapa kali, akhirnya lepas tangan juga meskipun demikian dengan gemas ia melotot sekejap ke arah Si Soat Ang.

"Ayoh jalan, kan harus ikuti diriku pergi dari sini" teriaknya.

"Aku, kenapa harus pergi mengikuti dirimu" tanya gadis itu dengan napas ter engah2

Setelah dibebaskan oleh Si Thay sianseng dari kesulitan, nyali perempuan ini semakin berani, bahkan terhadap simanusia monyet pun ia berani membangkang.

Kontan saja simanusia monyet Hiat Goan Sin koen mencak2 kegusaran sambil tertawa dingin teriaknya:

"Engkoh misan mu Liem Hauw Seng berada tidak jauh dari sini, apakah kau tak ingin ber jumpa dengan dirinya? bukankah kau ingin bertemu dengan bekas kekasih mu itu?"

Nyali Si Soat Ang besar, ia ingin membantah namun mendengar nama "Liem Hauw Seng" seluruh tubuhnya gemetar.

Sejak ia melewati perbatasan tak diingat lagi sama Giok Jien maupun Liem Hauw Seng, sebab menurut dugaannya kedua orang itu mati ditengah badai salju. Namun sekarang secara mendadak ia dapat kabar, bukan saja Liem Hauw Seng belum mati bahkan berada disekitar sana, hatinya jadi kaget. air mukanya berubah hebat dan tak sepatah katapun bisa diucapkan.

Kembali terdengar Hiat Goan Sin-koen tertawa dingin. "Kau tentu menganggap mereka berdoa sudah mati

bukan ? kau anggap nona Giok Jienpun sudah mati bukan ?

namun kenapa kau tak pernah berpikir, perduli kau sudah menyiksa, menganiaya dan mencelakai mereka dengan cara apapun, asalkan mereka berhasil menjumpai diri ku, maka jiwanya bisa diselamatkan ?"

Si Soat Ang tertawa getir, pikirnya:

"Aaaah... sungguh sialan, kenapa aku tidak berpikir sampai disitu."

Karena tak bisa bicara, ia terpaksa membungkam.

"Hiat Goan, sungguh besar omongmu !" tiba2 Tong Poei pacu mengejek dari samping. Air muka Hiat Goan Sin koeo berubah hebat, ia sangat jengah, segera manusia monyet ini mendengus dingin.

"Tong-poei sianseng" Si Thay sianseng-pun buka suara. "Aku dengar orang bilang, kau munculkan diri disekitar sini maka sengaja aku datang kemari untuk mencari dirimu, bagaimana kalau kita menyingkir untuk membicarakan sesuatu ?"

Sepasang alis Tong poei Pacu seketika berkerut.

"Kiranya Si Thay sianseng datang kemari untuk mencari aku, apakah dikarenakan bocah itu..."

Belum habis ia berbicara, Si Thay sianseng telah ber batuk2, tentu saja maksudnya jelas sekali ia minta agar manusia she Tong-poei itu tidak meneruskan kata2nya.

"Benar, memang sudah terjadi satu peristiwa" sahut Si Thay sianseng kemudian.

Tong poei Pacu mendengus dingin, ia berpaling dan melotot sekejap kearah Si Soat Ang kemudian tertawa dingin. setelah itu sastrawan itu baru putar badan dan mengikuti Si Thay sianseng berlalu dari sana.

Ilmu meringankan tubuh kedua orang tokoh silat ini amat lihay sekali, dalam sekejap mata mereka sudah lenyap dari pandangan. Menanti kedua orang tokoh itu sudah berlalu Hiat Goan Sin-koen bisa bekerja lebih leluasa, sekali cengkeram kembali ia tangkap bahu Si Soat Ang kemudian diangkat keatas.

Sesaat Tong poei Pacu meninggalkan tempat itu, ia melototi sekejap kearahnya, Si Soat Ang segera mengerti iblis itu sudah memberi peringatan kepadanya agar jangan bicara, kalau tidak niscaya jiwanya akan dicabut.

Namun, kendati Tong poei Pacu telah berlalu, kembali ia ditangkap oleh Hiat Goan Sin-koen, posisinya sangat tidak menguntungkan sekali.

Dengan sekuat tenaga ia meronta, namun jari2 tangan si manusia monyet yang kurus dan panjang itu masih mencekal diatas bahunya kencang-kencang, hal ini membuat tulangnya serasa mau patah! keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.

"Kau suka ikut aku tidak ?" hardiknya keras.

Si Soat Ang terperanjat, sebelum ia sempat menjawab, mendadak terdengar desiran angin tajam berkumandang datang, didalam hutan itu kembali muncul dua sosok bayangan manusia.

Ditengah rasa terkejut Si Soat Ang berpaling sekejap kearah mereka berdua, ia temukan salah satu diantaranya adalah seorang kakek kurus kering sedang yang lain adalah lelaki tinggi kekar.

"Jie-ko !" tiba2 terdengar lelaki kekar itu meraung keras. Sambil berteriak lelaki itu memandang kearah jenazah Tjoei Pian Thian dengan mata mendelong, setelah itu ia meloncat kedepan langsung menubruk kearah Hiat Goan Sio koen si manusia monyet. Tubrukan ini sangat dahsyat, angin serangan men deru2, seakan2 ia ada maksud membinasakan musuhnya dalam satu kali serangan.

Serangan itu langsung mengancam dada Hiat Goan Sin- koen, melihat datangnya hantaman ini. ia segera berteriak:

"Hey Huang Loo Sam apa2an kau ini ?"

Tak usah Hiat Goan Sinkoen membentak. Si Soat Ang pun sudah tahu kedua orang itu pastilah kedua anggota dari Tiong tiauw Sam Yu si kakek pengail Seng Lok serta sikepalan baja Huang Seng.

Dalam pada itu sambil membentak keras Hiat Goan Sin koen tiba2 menyingkir kesamping.

Gerakan ini berhasil menyelamatkan dirinya dari jotosan Huang Seng, namun jurus serangan orang itu aneh sekali, tangan kanan tidak mengenai sasaran, kepalan kiri segera berputar kencang dan meluncur kembali kedepan, dari arah kiri menuju kekanan mengancam tubuh Hiat Goan Sin- koen dari arah samping.

Hiat Goan Sia koen menjerit aneh, kelima jari-2 nya mengendor, ia lepaskan dulu cengkeramannya pada Si Soat Ang kemudian baru membalik telapaknya balas menabok dada Huang Seng, gerakan ini memaksa si kepalan baja ini terpaksa tarik serangan sambil meloncat mundur.

"Toako, kenapa kau belum jaga turun tangan" Teriaknya keras2.

Sambil berkata kepalannya kembali melancarkan empat buah serangan berantai.

"Sam-te, kita harus bertanya dulu sampai jelas kemudian baru turun tangan !" sahut sikakek pengail Seng Lok.

"Apanya yang perlu ditanya lagi ?" Sang badan menubruk kedepan "Bruuk...!" dengan telak serangannya bersarang dibahu Hiat Goan Sin koen, jelas simanusia monyet ini ada maksud membiarkan dirinya terhantam.

Sebab Hiat Goan Sin koen sendiripun tahu Tiong Tiauw Sam yu adalah manusia luar biasa sekalipun ia tidak takut seumpama rekening atas matinya Tjioe Pian Thian tercatat atas namanya. kerepotan dikemudian hari akan banyak sekali.

Oleh sebab itu ia berharap bisa menguasai Huang Seng, kemudian menjelaskan duduknya persoalan, siapa sangka Huang Seng sudah kalap dalam keadaan seperti ini terpaksa simanusia monyet itu harus menerima kerugian dan biarkan bahunya dihantam sekali.

oooOdwOooo

BAB 8

MAKSUDNYA setelah kepalan Huang Seng bersarang ditubuhnya ia pasti agak merandek, dengan ambil kesempatan itu simanusia monyet ini akan memberi penjelasan.

Siapa sangka Huang Seng bergelar si "Kepalan baja". didalam permainan kepalannya ia sangat hebat bahkan memiliki kekuatan yang luar biasa.

Serangan yang bersarang dibahu Hiat Goan Sin koen itu, meski tidak sampai mengakibatkan luka, cukup membuat ia mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan.

Begitu ia mundur, Huang Seng kembali menjerit keras, kepalannya yang gede dijotos kedepan dengan dahsyatnya, angin pukulan kembali men-deru2. Bersamaan itu pula dari tengah udara menyambar lewat serentetan suara yang aneh, dalam keadaan repot Hiat Goan Sin-koen mendongak.

Tampakah seutas benang2 yang tipis bagaikan rambut dengan membawa sebuah mata kail yang bersinar keperak2an telah menyambar datang mengancam wajahnya.

Hiat Goan Sin koen bukan manusia sembarangan, sekilas pandang ia segera tahu itulah senjata paling aneh, senjata kail emas yang digunakan sikakek pengail Seng Lok.

Ditinjau dari sikap mereka jelas kedua orang itu sudah menganggap dirinya pembunuh dari elang ditengah mega Tjioe Pian Thian.

Berada dalam keadaan seperti ini, sulit buat manusia monyet ini, untuk membantah dengan cepat ia memperendah badannya, lengan yang luar biasa panjang segera menekan keatas permukaan tanah.

Dengan memperendah badannya, dua kepalan Huang Seng berhasil dihindari diikuti tangannya menekan tanah. Weees kaki kirinya mengirim sebuah tendangan memaksa orang she Huang itu mundur selangkah kebelakang.

Ambil kesempatan itu, badannya segera mental ketengah udara, dan bersalto beberapa kali.

Gerakan ini sangat indah dan cepat, "Sreeeeet" pancingan emas dari Seng Lok tahu2 menyambar lewat hanya beberapa depa didepannya.

Berada ditengah udara, Hiat Goan Sin-koen kembali berteriak keras.

"Neneknya... maknya... Hey, kalian sudah salah menuduh?" Namun jenasah Tjioe Pian Thian jelas masih menggeletak disana, berada dalam keadaan seperti ini sulit buat Hiat Goan Sin koen untuk membantah, belum selesai ia bicara terangan dari Seng Lok serta Huang Seng kembali meluncur datang.

Si Soat Ang berdiri disisi kalangan, menonton jalannya pertempuran dengan hati berdebar ia berdiri mematung disana,

Menanti ketiga orang itu sudah bertarung beberapa saat, ia baru teringat akan sesuatu, kalau tidak lari sekarang, mau tunggu sampai kapan lagi ?

Buru2 ia putar badan dan menerobos kedalam semak, tidak perduli bajunya terkait duri... ia menerobos dan menerobos terus sehingga jauh dari kalangan pertarungan, keadaannya saat itu mengenaskan sekali.

Ia tidak berhenti, lari beberapa li dengan cepat dilalui sampai akhirnya ia kehabisan napas dan berhenti sendiri.

Sungai nan tenang terbentang didepan mata, ia tak kuat menahan diri, segera gadis itu menerobos kedepan siap terjunkan diri kedalam air.

Tiba2 . . , ia temukan disamping sungai duduk dua orang.

Melihat ada manusia disana, Si Soat Ang segera berhenti. buru2 ia bersembunyi dibelakang batu dan mengintip kedepan.

Kedua orang itu duduk membelakangi dirinya mereka duduk diatas sebuah batu besar ditepi sungai satu laki dan satu perempuan yang gadis waktu itu sedang merebahkan diri dalam pangkuan sang pemuda, sikapnya amat intim sekali dan mesra, sekilas pandang Si Soat Ang merasakan bayangan punggung muda mudi ini sangat dikenal olehnya, sebelum ia ingat kembali siapa kah mereka terdengar gadis itu telah buka suara dan berkata:

"Engkoh Hauw Seng, kau lihat si bongkok Pak li mau menerima kita tidak?"

"Engkoh Hauw Seng " tiga patah kata ini seketika membuat Si Soat Ang tertegun kepalanya kontan terasa pusing tujuh keliling dikala mendengar percakapan mereka.

Tidak aneh kalau ia merasa bayangan punggung kedua orang ini sangat dikenal, ternyata sang pemuda adalah engkoh misannya Liem Hauw Seng.

Dalam detik itu juga, Si Soat Ang kaget, benci, iri dan gusar sepasang kepelannya diremas2 pikirannya amat kacau, terdengar Liem Hauw Seng berkata:

"Giok Jien, aku lihat ia pasti mengabulkan permintaan kita, menurut Hiat Goan Sin koen, dia sangat cocok dengan sibongkok itu, aku rasa harapan kita tentu bisa terpenuhi kau boleh berlega hati."

"Aaaa... aku sungguh tidak paham mengapa ia sendiri tak mau terima kita sebagai murid?"

"Aku rasa dia berbuat demikian dengan maksud baik ia tahu pamornya kurang baik dalam dunia persilatan dia termasuk tokoh lihay dari aliran sesat. ia takut kita salah ambil jalan, maka dari itu tak mau menerima kita sebagai murid."

"Dia adalah jago dari kalangan sesat, namun justru dialah yang menolong kita, dia bukan seperti orang jahat!"

Agaknya Liem Hauw Seng dibuat bungkam oleh perkataan itu, setelah lama sekali termangu-mangu ia baru berkata kembali. "Mungkin juga ia berbuat demikian karena dahulu pernah mengikat tali persahabatan dengan ayahku, berhubung dia adalah sahabat ayahku maka setelah mengetahui siapakah aku, dia lantas turun tangan membantu kalau tidak, mungkin ia hanya berpeluk tangan belaka. Lagipula dia datang kebenteng Thian It Poo karena mencari orang, sedangkan yang mencelakai kita adalah putri kesayangan dari Thian It Poocu maka dari itu ia suka menolong kita."

Si Soat Ang bersembunyi dibelakang batu hanya beberapa tombak dari mereka berdua, apa yang dibicarakan Liem Hauw Seng dengan Giok Jien dapat didengar jelas sekali oleh Si Soat Ang walaupun suara mereka tidak keras.

Sewaktu ia mendengar Liem Hauw Seng menyebut dirinya sebagai putri Thian It Poocu, hatinya amat sakit seakan2 ditusuk oleh seribu batang anak panah. Dia memang tak salah putri kesayangan dari Thian It Poocu namun Liem Hauw Seng adalah engkoh misannya, tidak pantas kalau orang sendiripun menyebut demikian kepadanya.

Atau dengan perkataan lain, ucapan itu membuktikan kalau dalam hati pemuda itu sudah tidak menganggap dia sebagai saudaranya lagi.

Sejak mengetahui sepasang muda mudi yang bermesraan adalah Liem Hauw Seng dengan Giok Jien, gadis she Si telah cemburu dan benci saat ini napsu benci dan irinya semakin berkobar

Per-lahan2 ia tarik napas panjang, timbul niat untuk unjukkan diri dan kasi pelajaran kepada kedua orang itu.

Sebelum maksudnya tercapai kembali terdengar Giok Jien berkata: "Ayahmu bersahabat erat dengan Hiat Goan Sio-koen, kalau begitu ayahmu juga termasuk tokoh silat dari aliran sesat ?"

"Tentu saja bukan, seandainya ayahku adalah tokoh silat dari aliran sesat, Hiat Goan Sin koen sudah menerima kita sebagai muridnya sejak semula, justru ia tak mau menerima kita berhubung separuhnya untuk menyelamatkan pamor ayahku."

Se akan2 tidak mengerti yang dimaksudkan, Giok Jien bertanya: "Bukankah ayahmu sudah meninggal, buat apa masih membicarakan soal pamor lagi ?"

"Aaaai ! menurut cengli perkataanmu memang tidak salah namun orang-orang Bu lim tak seorangpun paham akan persoalan ini, demi mendapat sedikit nama kosong, bahkan tidak sayang mengorbankan jiwa sendiri Aai.."

Giok Jien tidak buka suara lagi, ia menyandarkan tubuhnya makin rapat diatas badan Liem Hauw Seng, sementara pemuda itu rentangkan tangannya dari belakang punggung gadis itu dan memeluknya erat2.

Si Soat Ang menanti sejenak. tidak terdengar kedua orang itu bicara lagi ia segera bangun berdiri dan tertawa dingin.

Gelak tertawa dingin ini seketika menggetarkan tubuh Liem Hauw Seng serta Giok Jien berdua mereka segera berpaling.

Menanti kedua orang itu tahu kalau orang yang berdiri dibelakang mereka adalah Si Soat Ang, rasa tercengang tak kuasa menahan diri, pertama-tama Giok Jien mendengus lebih dahulu diikuti Liem Hauw Seng berseru tawar:

"0ouw.. kiranya kau !" Si Soat Ang amat benci. namun ia cukup licik, rasa bencinya tidak sampai diunjukkan pada wajahnya, sambit tertawa segera tegurnya.

"Hey engkoh Hauw Seng, sungguh tak disangka kembali kita bertemu disini !"

Halaman 39/40 Hilang

Si Soat Ang segera menunjukkan wajah penuh senyum manis.

"Aaaah... aku hanya ingin berbicara sebentar dengan Giok Jien." katanya halus "Aku ingin beritahu asal usulnya kepada Giok Jien, kenapa sih kau ngambek macam itu ?"

Begitu ucapan tersebut diutarakan kontan jantung Giok Jien dag dig dug.

"Siotjia, asal usulku, kau , , apakah kau tahu?" serunya. "Giok Jien, jangan dengarkan omongannya." buru2

Liem Hauw Seng berseru.

Si Soat Ang segera tertawa dingin, mendadak ia angkat jarinya menuding kelangit dan angkat sumpah: "Seandainya aku Si Soat Ang tidak tahu asal usul Giok Jien yang sebenarnya, atau saat ini aku sedang bicara ngaco belo, Thian akan mengutuk aku dan membinasakan diriku dengan sambaran geledek !"

Secara tiba2 Si Soat Ang angkat sumpah yang begitu berat, kontan Liem Hauw serta Giok Jien berdiri tertegun.

Menuding kelangit angkat sumpah, hal ini bukan suatu permainan biasa, sekalipun Liem Hauw Seng sadar dibalik ucapan liu pasti tersembunyi siasat lain, kali ini dibikin kebingungan juga. Giok Jien semakin percaya lagi dibuatnya, namun gadis ini tidak berani maju kedepan, sambil memandang kearah Liem Hauw Seng serunya:

"Engkoh Hauw Seng..."

Dengan cepat Liem Hauw Seng rentangkan tangannya menghalangi gadis itu maju kedepan, serunya:

"Kalau kau tahu asal usul dari Giok Jien. Nah cepat katakan !"

"Tahu atau tidak itu urusanku, dan mau bicara atau tidak terserah kepadaku, kalau kau tidak biarkan Giok Jen datang kemari. akupun tidak akan bicara" kata Si Soat Ang sambil tertawa.

"Kurang ajar, jangan harap kau bisa mencelakai Giok Jien" teriak Liem Hauw Seng gusar.

Si Soat Ang tidak menggubris, per-lahan2 ia putar badan dan berkata:

"Giok Jien lebih baik kau ambil keputusan sendiri asal usulmu sangat luar biasa dan tak mungkin bisa kau dapatkan dengan akal sehatmu. Seandainya sekarang tak mau tahu, ya sudahlah, selama hidup jangan harap aku suka beritahu kepadamu."

"Siocia tunggu sebentar, aku.,.aku datang !" "Kau..."

Namun pemuda she Liem ini tak sanggup meneruskan kata2nya, sebab pada waktu itu Giok Jien sedang memandang kearahnya penuh permohonan, titik2 air mata membasahi wajahnya tambah mengenaskan hatinya yang halus.

Liem Hauw Seng mencekal tangan gadis itu erat2, ujarnya kembali: "Giok Jien kau tak boleh kesana, sekalipun kau ingin mengetahui asal usulmu, kenapa harus gelisah? akhirnya kau bakal tahu sendiri".

Giok Jien benar2 seorang gadis yang penurut mendengar ucapan ini ia menghela napas.

"Aai... baiklah aku menuruti perkataanmu," Melihat siasatnya gagal Si Soat Ang teramat gusar, kontan ia tertawa dingin.

"Giok Jien kau anggap aku masih ada maksud untuk mencelakai dirimu, kalau kau memang sudah begitu baik terhadap Hauw Seng baiklah selalu kepadanya, Hmm! kiranya kau sudah anggap aku seperti barang sampah?"

"Hmm! perduli apapun yang hendak kau ucapkan, aku tidak akan perkenankan Giok Jien mendekati dirimu."

"Baik, bagus, kiranya kaupun sudah anggap aku seperti kalajengking, seperti ular berbisa."

Teriak Si Soat Ang marah2, air mukanya berubah hijau membesi, "Haa . . haa . . sungguh sayang Giok Jien tak tahu siapa ayah dan ibunya, kalian harus tahu, kedua orang tuanya sangat membantu dirinya."

"Aku tak percaya kau punya liang sim yang begitu baik !" Setelah mendengar perkataan itu, sadarlah Si Soat Ang, kendati ia banyak bicara pun percuma, sebab Liem Hauw Sang sudah amat jelas memahami watak maupun akal licik nya, ia lantas putar otak cari akal lain. tiba2 ia mendengus.

"Hmmm! baiklah, kalau kalian tak mau percaya, sudahlah selamat tinggal" Tanpa banyak bicara lagi ia putar badan dari kedua orang itu.

"Siocia, tunggu!" melihat Si Soat Ang berlalu, dengan hati cemas Giok Jen berseru. Si Soat Ang terus berkelebat ke depan, kurang lebih sudah lewat beberapa tombak jauhnya ia baru berhenti dari berpaling.

"Apa gunanya aku menanti lebih lama ? apakah tak takut dicelakai olehku?"

"Siocia berbuatlah kebajikan dan beritahu kepadaku, siapakah orang tuaku yang sebenarnya?" rengek Giok Jien.

"Lebih baik kau tanya sendiri pada Liem Hauw Seng" sahut Si Soat Ang sambil menggeleng. "Bagaimanapun kalian sudah anggap aku orang jahat selama hidup banyak melakukan kejahatan, dan tak pernah berbuat baik, apa gunanya kau merengek dan mohon kepadaku ?"

Muncul selintas perasaan sangat menderita di atas wajah Giok Jien, perubahan ini membuat Liem Hauw Seng pun ikut bersedih hati, Buru2 ia cekal tangan gadis itu sambil menghibur:

"Giok Jien kau tak usah berduka, seandainya orang tuamu adalah tokoh silat kenamaan maka cepat atau lambat asal usulmu bakal kau ketahui juga"

"Aaai...semoga saja begitu !" Melihat Giok Jien begitu menuruti perkataan Liem Hauw Seng, bahkan sampai2 gadis itu rela melepaskan niatnya untuk mengetahui asal- usul sendiri Si Soat Ang jadi jengkel, kembali rencananya gagal total.

Sambil tertawa dingin dan menahan hawa gusar yang ber-kobar2, ia enjot badannya dan berkelebat pergi.

Meskipun dalam keadaan seperti ini, ia lebih mementingkan melarikan diri daripada ketangkap Tong- poei Pacu atau Hiat Goan Sin koen. Namun rasanya benci dalam hatinya melupakan kesemua itu, ia lebih suka menemui bahaya dan pada melepaskan Liem Hauw Seng Giok Jien ber-mesra2an dengan damai.

Oleh karena itulah tidak jauh ia berlalu dengan cepat badannya berkelebat menerobosi semak belukar dan bersembunyi disitu setelah di tunggu sebentar dan tidak kedengaran ada suara yang mencurigakan, dengan mengendap2 dan gerakan sangat hati2 ia merangkak maju mengitari hutan dan balik lagi ketepi sungai, kemudian bersembunyi di belakang sebuah batu besar.

Liem Hauw Seng serta Giok Jien menganggap Si Soat Ang telah pergi, mereka tetap duduk di tepi sungai dengan hati lega, mereka tidak menyangka kalau Si Soat Ang justru telah muncul dan bersembunyi dibelakang mereka.

Walaupun Si Soat Ang ada dibelakang mereka, namun ia tahu pada saat ini Giok Jien tentu amat bersedih hati, gadis tundukkan kepalanya dengan mulut membungkam sementara Liem Hauw Seng menghibur dengan kata2 lirih.

Si Soat Ang sangat mendongkol per lahan2 ia merogoh kedalam sakunya melepaskan sebilah pisau belati, setelah dicekal erat2 sambil2 ia merangkak kedepan, dan melihat berapa jaraknya saat ini tinggal beberapa tombak dibelakang mereka berdua, asalkan pisau belati itu dilempar kedepan dengan segenap tenaga niscaya salah satu diantara mereka berdua akan mati terbunuh.

Tentu saja kalau dia ingin serangannya mengenai sasaran, ia harus mengincar Giok Jien, sang gadis yang ilmu silatnya rada rendah. Ke dua, saat inipun gadis itu lagi melamun, dalam keadaan tidak bersiap siaga lebih mudah dibokong. Setelah mengambil keputusan Si Soat Ang gigit bibir, ia cekal pisau belati itu kencang2 kemudian ayun tangannya keatas.

Ia hendak menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya untuk melemparkan pisau belati ini, maka ia ayun tangannya sampai dibelakang punggung.

Tetapi... baru saja tangannya siap diayun kedepan tiba2 pergelangan tangannya serasa jadi kencang sekali, seakan2 dijepit oleh jepitan besi dari arah belakang, tangannya yang siap melemparkan pisau belati itu tak dapat berkutik. Si Soat Ang amat terperanjat, tak tertahan lagi ia menjerit keras.

Teriakan ini mengagetkan Liem Hauw Seng serta Giok Jien yang sedang dibuat oleh lamunan, mereka segera berpaling.

Dalam pada itu bukan saja pergelangan tangan Si Soat Ang kena ditangkap orang, bahkan saat ini seluruh badannya diangkat ketengah udara.

Kelima jari tangannya tak kuat mencekal pisau belati itu lagi. "Traang ." tak kuasa senjata tajam itu terjatuh keatas tanah.

Ingin sekali Si Soat Ang berpaling untuk melihat siapakah yang mencekal dirinya, namun lehernya telah ditangkap pula, dalam keadaan seperti ini tak sanggup bagi gadis itu untuk putar kepala.

Namun, sekalipun tak usah berpaling iapun tahu siapakah manusia yang menangkap dirinya saat ini, sebab Lien Hauw Seng serta Giok Jien yang berpaling sedang berseru hampir berbareng:

"Aaaah . . . Hiat Goan Cianpwee !" Seluruh tubuh Soat Ang bergidik, untuk sesaat ia tak tahu apa yang harus diucapkan ia mengerti nasibnya bakal jelek, sebab untuk kesekian kakinya perbuatan kejinya terbongkar oleh simanusia monyet itu.

Mendadak... dari tempat kejauhan berkumandang datang suara aneh.

Suara aneh itu se akan2 muncul dari dalam sungai, suara itu begitu aneh seakan2 teriakan manusia, namun mirip pula suara binatang buas, mirip pula seperti jeritan ngeri atau nyanyian merdu, pokoknya sangat aneh sehingga mendatangkan rasa seram ngeri dihati semua orang.

Dengan cepat suara aneh itu bergema makin dekat, diikuti permukaan air sungai bergolak keras, semprotan air setinggi beberapa tombak menciptakan suatu pandangan yang aneh.

Dalam sekejap mata muncullah seseorang dari dalam sungai itu, gerakannya amat cepat sambil berlari orang itu memperdengarkan jeritan aneh, sepasang tangannya menghantam permukaan sungai keras2, untuk sesaat sulit baginya setiap orang untuk mengenali siapakah sebenarnya manusia yang ada didalam sungai itu.

Terhadap munculnya manusia aneh ini semua orang berdiri tertegun, tak seorangpun buka suara, semuanya memandang kearah sungai dengan mata terbelalak serta mulut melongo, semua orang dibikin berdiri menjublek.

Akhirnya Hiat Goan Siu koen tak dapat menahan diri lagi ia segera menghardik keras:

"Heh, siapa kau?"

Bentakan ini segera mendatangkan reaksi, orang itu berhenti bergerak dan airpun tidak kelihatan lagi mencelat keempat penjuru, diikuti muncullah seorang perempuan dengan rambut awut2an, seluruh badan basah kuyup wajahnya kurus bagaikan mayat, bermata melotot dan mulut menyeringai sehingga kelihatan sebaris giginya yang putih.

Dia bukan lain adalah Ciang oh simanusia tengkorak? Hiat Goan Siu koen pernah bertarung melawan Ciang

Ooh sewaktu ada dibenteng Thian It Poo tempo dulu, maka

sewaktu bertemu dengan si manusia tengkorak ini, hatinya langsung mencelos.

Dalam pada itu Ciang Oh telah bangun berdiri dengan pandangan bodoh ia menatap berapa orang dihadapannya, kemudian sambil bermain air ia mulai menyanyi.

Ciang Ooh adalah gadis Biauw, apa yang di nyanyikan tak seorangpun yang paham tapi bisa diduga tentulah lagu yang dinyanyikan gadis2 suku Biauw sewaktu bermain air.

Kalau lagu ini dibawakan oleh seorang gadis cantik dengan suara merdu, pemandangan waktu itu pasti amat mempesonakan tapi saat ini bukan saja wajah Ciang Ooh amat seram bahkan suaranya serak lagi parau, membuat orang jadi bergidik dan bulu roma pada bangun.

Tiba2 Ciang Ooh berhenti menyanyi. Liem Hauw Seng segera berseru:

"Hiat Goan   cianpwee, perempuan sinting ini patut

dikasihani jangan kita susahkan dirinya."

"Kau anggap aku bisa menyusahkan dirinya ?" Seru Hiat Goan Sin Koen sambil tertawa getir. "ilmu silatnya sangat lihay, boleh terhitung luar biasa sukar dijajaki? jangan dikata aku tak dapat menyusahkan dirinya, meski Si Thay sianseng atau Toenghong Pocu pun belum tentu bisa mengapa-apakan dirinya !" Ucapan ini segera menggerakkan hati Si Soat Ang. buru2 serunya .

"Ciang Ooh !"

Teriakan ini memancing Ciang Ooh berpaling kearahnya.

"Ciang Ooh, cepat tolong diriku !" Kembali Si Soat Ang berseru.

Teriakan ini membuat Hiat Goan Sin Koen melengak, sebelum ia sempat bertindak sesuatu, dengan gerakan yang amat cepat Ciang Ooh telah mencelat keluar dari dalam air.

Sungguh dahsyat gerakan tubuhnya, bukan saja membawa desiran angin tajam bahkan butiran air yang terbawa oleh badannya segera menyebar keempat penjuru dengan disertai desiran dahsyat.

Setelah tubuhnya hampir melayang turun di hadapan Hiat Goan Sin Koen, simanusia monyet ini baru berteriak keras, telapaknya langsung menghantam tubuh lawan keras2.

Ilmu telapak Hiat Goan Ciang dari Sin koen boleh terhitung ilmu telapak tingkat paling atas dalam aliran hitam, namun Ciang Ooh tetap bersikap tenang bahkan tidak menggubris dan tidak melirik sekejappun kearah serangan tersebut.

"Ploook !" dengan telak serangan tersebut bersarang diatas bahu Ciang Ooh.

Siapa sangka, ketika telapaknya bersarang di atas bahu itulah tiba2 muncul segulung daya pental yang luar biasa kuatnya, daya pental ini langsung menumbuk telapak Hiat Goan Sin koen membuat manusia monyet ini merasa telapaknya linu dan sakitnya luar biasa, tak kuasa ia tarik kembali tangannya kebelakang.

Tapi semakin ia tarik tangannya, semakin kuat daya tekanan tersebut menindih badannya, bahkan cepat tenaga tekanan tadi mengalir kebahu nya memaksa sang tubuh tiba2 miring kesamping.

Hiat Goan Sin-koen amat terperanjat, buru2 ia kendorkan cekalannya pada diri Si Soat Ang dan mundur selangkah kebelakang.

Dalam perkiraannya dengan mundur selangkah kebelakang maka tenaga tekanan tersebut akan lenyap tak berbekas.

Tapi, sungguh luar biasa sekali, tenaga tekanan masih belum lenyap, daya dorong tersebut tetap mendesak badannya membuat badan kembali berpusing tiga lingkaran dengan cepatnya.

Menanti ia dapat berdiri tepak, manusia monyet ini baru lolos dari pengaruh kekuatan lawan, ia kaget, bingung dan tercekat, kembali tubuhnya mundur tiga langkah kebelakang.

Sementara itu Si Soat Ang telah berdiri disamping Ciang Ooh, kepada perempuan itu ujarnya:

"Ciang Ooh, cepat bawa aku tinggalkan tempat ini !" "Siapa kau ?" tanya Ciang Ooh seraya berpaling. "Kau

bisa kenali diriku kenapa aku tidak kenal dirimu ?"

"Aku adalah..."

Sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa dirinya adalah Putri dari benteng Thian It Poo, namun sebagai seorang gadis cerdik ia sadar, berada dalam keadaan seperti ini Ciang Ooh tentu akan gusar apabila mendengar "Thian It Poo" bahkan ada kemungkinan ia bisa mati ditangannya.

Maka ia membungkam, otaknya berputar dan akhirnya berbisik disisi telinganya dengan suara lirih: "Aku. . . aku adalah putrimu."

Ucapan ini sangat lirih, kecuali mereka berdua tak seorangpun yang ikut mendengar.

Seluruh tubuh Ciang Ooh tergetar keras, ia menjerit tertahan lalu mencengkeram sepasang lengan Si Soat Ang erat2:

Gadis she Si tak menyangka Ciang Ooh bisa mencekal lengannya begitu keras, jari tangan yang kuat bagaikan baja dengan kekuatan yang dahsyat hampir2 membuat lengan gadis itu ter-cekal putus, saking sakitnya ia menjerit keras, hampiri saja Soat Ang jatuh tidak sadarkan diri.

"Benarkah?" teriak Ciang Ooh dengan sinar mata bercahaya meski bicara lengannya masih mencengkeram lengan gadis itu erat2

"Be... benar... cepat kau lepas tangan." teriak Si Soat Ang dengan napas ter engah2.

Ciang Ooh lepas tangan, tapi sebelum gadis itu mundur lengannya kembali bergerak memeluk tubuh gadis itu erat2, dari mulutnya bergumam suara yang aneh, entah apa yang diucapkan.

Si Soat Ang yang dirangkul, hampir2 susah bernapas, ia mencium bau busuk dari tubuh perempuan itu, begitu busuk, begitu memualkan sampai2 gadis itu kelenger dan hampir jatuh semaput.

Untung pada saat itu Ciang Ooh lepas tangan sambil bertanya tiada hentinya: "Sungguhkah ? benarkah ?.,.aah ! sungguhkah? benarkah

?"

Masih banyak yang ia ucapkan, hanya Si Soat Ang ti tak

paham sebab ia berbicara dengan menggunakan bahasa suku Biauw.

"Tentu saja sungguh!" jawab Si Soat Ang tegas. "Coba kau pikir yang lain boleh bohong, masa soal inipun aku ingin membohongi dirimu ?"

Ciang Ooh menjerit histeris, sepasang tangannya mencekal bahu Si Soat Ang dan mengguncangkan badan gadis itu keras2, setelah itu menjerit kembali dan akhirnya memeluk putri Thian It Poocu ini kedalam rangkulannya.

Si Soat Ang benar2 kepingin muntah, tapi ia berusaha keras untuk mempertahankan diri sebab ia tahu kesemuanya ini mempengaruhi atas keselamatan jiwanya.

Lama kelamaan Ciang Ooh berhasil tenangkan diri, ia mendongak dan menatap Hiat Goan Sin koen dengan sinar mata permusuhan.

Hiat Goan sin koen tak tahu apa yang diucapkan oleh Si Soat Ang kepada Ciang Ooh.

Tapi menyaksikan sinar mata yang penuh mengandung permusuhan itu, ia sadar keadaan tidak menguntungkan dirinya, ia mundur selangkah kebelakang dan siap menghadapi segala kemungkinan.

Lama sekali Ciang Ooh melototi wajah Hiat Goan Sin koen, mendadak ia mendengus dan serunya sambil menarik tangan Soat Ang:

"Mari kita pergi dari sini !"

Tidak menanti jawaban dari gadis itu, ia tarik Soat Ang berlalu dari sana, gerakan mereka berdua sangat cepat, dalam sekejap mata bayangan mereka itu sudah lenyap dari pandangan.

Menyaksikan Ciang Ooh berlalu dengan membawa Soat Ang, simanusia monyet ini teramat gusar, tapi ia tahu keadaan seperti ini jauh lebih baik daripada harus bergebrak melawan perempuan tengkorak itu, lama sekali ia tertegun untuk kemudian lambat2 putar badan.

"Sin koen, apakah kau telah berjumpa dengan sibongkok sakti ?" buru2 Liem Hauw Seng bertanya.

"Sampai kini belum kutemukan." jawab Hiat Goan Siu koen dengan alis berkerut." Lebih baik untuk sementara waktu kita menyingkir dulu."

"Kenapa ?" Liem Hauw Seng bertanya dengan nada mengelak, Hiat Goan Sin-koen adalah seorang manusia angkuh, boleh dikata ia tidak takut langit tak takut bumi kecuali Tong-bong pacu seorang, dan kebetulan manusia Tong hong berada disekitar sana, maka terpaksa ia harus menyingkir.

Meski demikian ia tak mau mengaku, maka mendapat pertanyaan ini sepasang matanya langsung melotot besar. "Buat apa kau banyak bertanya ?"

Liem Hauw Seng kembali melengak, ia tak tahu apa sebabnya simanusia monyet ini marah2 terus, tapi ia bungkam dan menurut:

"Ayoh cepat kita berlalu..." Kembali Hiat Goan Sin koen berseru.

"Haa . . haa, . . Sin koen, kau hendak pergi kemana ?" tiba2 dari balik sebuah batu cadas berkumandang gelak tertawa seseorang. Hiat Goen Sin koen terkejut dan segera mendongak, dengan cepat hatinya mencelos, sebab orang itu bukan lain adalah Tong hong Pacu, manusia yang paling disegani.

Setelah munculkan diri, sinar mata Tong hong Pacu menyapu sekejap keempat penjuru, tiba2 ia berseru tertahan: "Eeei. . . agaknya kurang seorang !"

"Hiat Goan Sin koen tahu, yang dimaksudkan tentu Si Soat Ang, setelah tarik napas segera tanyanya:

"Apakah anda menanyakan nona Si ?"

Tong-hong Pacu tersenyum, kembali ia menatap wajah Liem Hauw Seng serta Giok Jien, terasa sepasang muda mudi ini berbakat bagus dan amat mempersonakan, sebaliknya kedua orang itu merasa ada serentetan listrik bertegangan tinggi menyambar lewat diatas wajah mereka, baik Liem Hauw Seng maupun Giok Jien sama2 dibikin terperanjat.

"Siapakah orang ini ?" pikir mereka tanpa terasa. Dalam pada itu Tong hong Pacu telah mengangguk. "Tidak salah, dialah yang kumaksudkan"

"Aaah. sayang kedatangan anda terlambat setindak, ia sudah dibawa pergi oleh seseorang"

"Haa...haa...haa...Sin-koen. kalau mau berbohong janganlah dihadapanku, siapa yang berani serobot orang dari tanganmu ?"

Hiat Goan Sin koen tertawa getir, ia tak tahu apa hubungan gadis she Si itu dengan Tong hong Pacu, tapi ia sadar kalau tidak memberi keterangan jelas, maka ia bakal dibikin repot.

Buru-buru sahutnya: "Nona Si dibawa lari oleh seorang perempuan sinting dari benteng Thian It Poo yang pada hari2 biasa dipanggil Ciang Ooh, ilmu silat yang dimiliki perempuan sinting ini sangat lihay, kalau anda tak percaya silahkan ditanyakan pada mereka berdua.

Tong hong Pacu berpaling untuk kedua kakinya ia menatap Hauw Seng serta Giok Jien tajam2 membuat sepasang muda mudi ini jadi bergidik.

"Ooouw . . , kiranya dalam dunia kangouw sudah muncul seorang tokoh lihay lagi " seru Tong-hong Pacu sambil tersenyum "Waaah kalau begitu pengalamanku sungguh cetek sekali. Eeeeei , , . Sin koen aku dengar putri kesayanganmu telah ternoda, benarkah kabar berita ini? dan nona ini. ."

Mengungkap tentang putri kesayangannya yang ternoda, seluruh tubuh Hiat Goan Sin-koen gemetar keras, giginya saling beradu dengan kerasnya, umpama Loei Sam ketika itu hadir disana, kemungkinan ia akan menubruk kearah pemuda itu, Tong hong pacu tertawa.

"Padahal, putrimu pun terhitung salah, pikirnya terlalu cepat." ujarnya.

"Sudahlah, jangan kita bicarakan persoalan ini aku ada urusan hendak mencari sibongkok, hei tahukah kau si bongkok telah pergi kemana?"

"Akupun sedang mencari dirinya " sahut Hiat Goan Sin- koen, per-lahan2 ia mulai tenang kembali "Aku ada maksud membawa kedua orang masuk kedalam perguruannya tapi sampai kini aku masih belum tahu ia sudah pergi kemana?"

"Menurut apa yang kuketahui mungkin ia sudah keluar perbatasan untuk mencari Soat-san Sam-mo, aku ingin sedikit merepotkan dirimu pergi untuk mencari dirinya, katakan aku menanti kedatangannya digubuk tempat kediaman nya, ada urusan penting hendak kubicarakan dengan dirinya, kalau kau sudah bertemu dengan dirinya maka datanglah bersama dia."

"Tentang soal ini . . . tentang soal ini . . "

"Kenapa ?" tegur Tonghong Pacu dengan air muka berubah:

"Sebenarnya persoalan anda sudah sepantasnya kukerjakan tapi pada saat ini kedua orang muda ini masih membutuhkan perawatanku."

"Aaaah ini bukan persoalan berat setelah aku berangkat serahkan saja mereka berdua padaku"

Hiat Goan Sin-koen tertawa getir, ia segera berpaling kearah Liem Hauw Seng serta Giok Jien dan ujarnya:

"Saudara ini adalah Tonghong Pacu, kalian cepat datang menghunjuk hormat kepadanya."

Giok Jien si gadis muda tidak begitu kenal dengan situasi Bu-lim, nama Tong hong Pacu tidak begitu mempengaruhi dirinya, berbeda dengan Liem Hauw-seng, seluruh tubuhnya kontan gemetar keras.

Ia bukan seorang penakut. tapi saat ini air mukanya berubah pucat pias bagaikan mayat. tak sepatah katapun sanggup diutarakan.

Sementara itu Tong hong Pacu telah membentak kembali:

"Hey Sin-koen. kau masih belum berangkat ?. kalau sampai urusanku kacau, awas ! akan kusuruh kau pertanggung jawabkan persoalan ini."

Setelah diancam, tentu saja Hia Goan Sin-koen tak berani berayal lagi, buru2 serunya: "Kalian berdua dengarkanlah perkataan Tong hong sianseng, setelah bertemu dengan sibongkok sakti aku pasti kembali"

Sembari bicara ia putar badan dan melesat pergi dari situ.

Menanti simanusia monyet sudah berlalu, Tong hong Pacu baru berjalan menghampiri Liem Hauw Seng berdua ujarnya sambil geleng kepala:

"Kalian anak murid siapa ? dengan kepandaian silat seperti itu, buat apa berkeliaran dalam dunia persilatan ? apakah kalian ingin antar nyawa dengan percuma ?"

"Ayahku adalah "Thian Tie It Kiai" dari gunung Tiang Pek-san yang bernama Liem Teng." ujar Liem Hauw Seng setelah berhasil tenangkan hatinya, "Nona ini adalah nona Giok Jien, belum pernah belajar ilmu silat."

Ayah Liem Hauw Seng bukan manusia sembarangan dalam dunia persilatan meski sudah mati dipaksa musuhnya terjun kejurang, tapi Tonghong Pacu tak mungkin tak pernah mendengar nama ini. Namun orang she Tonghong cuma mengiakan hambar, lalu menatap Giok Jien dan berseru:

"Oooouw . ia belum pernah belajar ilmu silat ? aku rasa belajar mulai sekarangpun masih belum ketinggalan, belum pernah kutemui manusia dengan bakat demikian bagusnya

!"

Sambil berkata sepasang matanya dengan tajam menatap gadis itu tak berkedip, Giok Jien jadi jengah, jantungnya terasa berdebar keras dan akhirnya tunduk kepala rendah2, sepatah katapun tak bicara.

"Siapa namamu ?" kembali Tong-hong Pacu bertanya "Giok Jien !" "Apa she mu ?"

Giok Jien tertawa getir, "Aku adalah seorang anak yatim piatu, sejak kecil dibesarkan dalam benteng Thian It Poo. kecuali Si siocia siapapun tak tahu asalku, tapi ia tak mau beritahu kepadaku."

"Tentang soal ini kau boleh berlega hati, aku pasti dapat membantu dirimu untuk mengetahui asal usul sebenarnya."

Ucapan ini sangat mengharukan hati Giok Jien, buru2 ia menjura.

"Aaaah... kuucapkan terima kasih dahulu atas bantuan cianpwee"

Tong-hong pacu tertawa ter bahak2. "Kau tak usah berterima kasih kepadaku, aku bernama Tong-hong Pacu, ilmu silatku termasuk lumayan juga, dengan bakatmu yang bagus bagaimana kalau kuangkat dirimu sebagai murid ku

?"

Sejak semula Liem Hauw Seng sudah merasa maksud yang terkandung dalam hati manusia kosen ini, maka ia tidak kaget, lain halnya dengan Giok Jien, gadis ini kontan melengak dan berdiri melongo dengan mata terbelalak, untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun dapat diucapkan.

Lewat lama sekali ia baru berkata:

"Hiat Goan Sin koen telah berjanji akan membawa aku serta engkoh Hauw Seng pergi bertemu dengan si bongkok sakti berangasan dan mengangkat beliau sebagai guru."

"Ha ha haaa . . . dengan bakatmu yang demikian bagus, tidak pantas mengangkat sibongkok? Hmm! dengan kepandaian secetek itu berani terima kau sebagai murid!" "Kalau begitu kepandaian silatmu jauh lebih hebat dari pada si bongkok sakti berangasan?" seru Giok Jien terperanjat.

Tong-hong pacu mendongak tertawa terbahak-bahak, ia menuding kearah Hauw Seng dan berkata:

"Tak berguna kau tanyakan padaku, coba kau bertanya pada dirinya."

Buru2 Giok Jieo berpaling kearah Lim Hauw Seng.

Pemuda itu segera mengangguk.

"Giok Jien, boleh dibilang dia adalah tokoh silat nomor wahid dikolong langit dewasa ini."

Giok Jien tahu pemuda itu tidak bakal membohongi dirinya, mendengar perkataan itu meledaklah kegembiraannya.

"Engkoh Hauw Seng," buru2 ia berseru: "Dia adalah tokoh silat nomor wahid dikolong langit, sekarang sang tokoh sakti mau terima diriku sebagai murid aku . . engkoh Hauw Seng, bukankah hal ini bagus sekali ?"

Liem Hauw Seng bungkam dalam seribu bahasa, sulit baginya untuk memberi komentar. Menyaksikan engkoh Hauw Seng-nya bungkam, Giok Jien mengira pemuda itu tidak senang hati, segera ujarnya kembali: "Engkoh Hauw Seng, kau mohonlah kepadanya, kalau ia mau terima diri mu sebagai murid bukankah sangat bagus sekali?"

"Aku tidak..."

Belum habis ia berkata, Tong hong Pacu sudah menukas. "Giok Jien, kau anggap aku sudi menerima murid seenaknya ? kedua putra kandungku pun tidak kuwarisi ilmu silatku, hal ini disebabkan mereka tidak berbakat untuk menerima ilmu silatku ." Mendengar ucapan ini Giok Jien makin terkejut bercampur girang, saking senangnya ia sampai melongo.

"Kalau begitu, kau suka angkat diriku sebagai guru bukan ?" kembali Tong hong Pacu bertanya.

"Tentu saja aku suka ?" jawab gadis itu tanpa berpikir panjang lagi.

"Bagus sekali, tapi ada beberapa soal hendak kuterangkan dahulu, setelah kau angkat diriku sebagai guru maka dalam tiga tahun akan ku didik dirimu jadi lihay, karena itu selama tiga tahun ini kecuali diriku kau tak boleh bertemu dengan siapapun !"

"Lalu... bagaimana dengan engkoh Hauw Seng ?" tanya Giok Jien tertegun.

"Apakah kalian sudah jadi suami istri ?" Merah padam selembar wajah Giok Jien. "Belum !" ia menggeleng.

"Lalu apa salahnya berpisah selama tiga tahun apa yang kau pusingkan lagi ?"

Kembali Giok Jien berpaling kearah Liem Hauw Seng mohon pertimbangannya, pemuda itu segera maju kedepan dan cekal tangannya erat2.

"Giok Jien, setelah Tong hong sianseng menerima dirimu sebagai murid, dalam tiga tahun mendatang ilmu silatmu akan memperoleh ke majuan pesat, hanya saja... hanya saja..."

Sebenarnya pemuda ini akan menerangkan bahwa Tong- hong Pacu adalah tokoh sakti dan aliran sesat, menjadi muridnya meski lihay tapi tingkah lakunya akan ikut2an sesat, dan ia akan menyatakan ketidak setujuannya. Tapi berada didepan Tong hong Pacu beranikah ia ucapkan kata2 itu? Belum sampai ia bicara Giok Jien telah meneruskan: "Hanya saja kita harus berpisah selama tiga tahun, engkoh Hauw Seng, aku tak tahu bagaimana aku harus hidup tanpa dirimu?"

Tiba2 Tong hong Pacu menghardik keras:

"Untuk belajar silat, pikiran harus dipusatkan jadi satu tanpa terganggu oleh masalah lain, waktu tiga tahun akan berlalu dalam sekejap, tiga tahun kemudian kau boleh menunggu kedatangannya disebelah barat kota Siang yang." Bersamaan dengan ucapan itu, Tong hong Pacu menyambar tangan gadis itu dan mencelat pergi dari sana.

"Giok Jien!" teriak Liem Hauw Seng dengan hati gelisah. Tapi . . dalam sekejap mata bayangan Tong-hong Pacu serta Giok Jien telah lenyap tak berbekas.

Kedatangan mereka berdua ke daratan Tiong-goan adalah bertujuan angkat sibongkok sakti sebagai guru, sungguh tak nyana dalam sekejap mata telah terjadi perubahan besar, Giok Jien telah diterima sebagai murid oleh Tong hong Pacu. sijago kosen aliran hitam. 

Perpisahan mendatangkan kesedihan, lama sekali pemuda Hauw Seng berdiri ter mangu2, ia tak tahu apa yang harus dilakukan pada saat ini, akhirnya dalam keadaan apa boleh buat ia berjalan kearah mana Hiat Goan Sin-koen berlalu tadi.

Setengah jam lamanya ia berjalan diatas gunung, keadaan medan makin lama semakin curam dan berbahaya, tebing tinggi menjulang ke angkasa jurang yang dalam memisahkan puncak yang satu dengan puncak yang lain, makin berjalan pemuda itu makin tersesat hingga akhirnya dari tempat kejauhan adanya gemuruh air sungai. Mendengar ada suara air, semangat Hauw Seng berkobar kembali, segera ia berlari menghampiri sungai itu dengan maksud beristirahat, tapi ia tertegun. Apa yang terjadi? ternyata sungai itu bukan lain adalah sungai dimana tadi ia duduk bersandingan dengan Giok Jien, kiranya setengah harian ia mendaki gunung akhirnya kembali lagi ketempat semula.

Pemuda itu tertawa getir ia berjalan mendekati batu besar dimana tadi ia duduk berduaan, atau mendadak dijumpainya seseorang berdiri disamping batu tersebut.

Orang itu berdiri tak bergerak disana, bajunya abu2 dan berusia enam puluh tahunan, perawakannya tinggi dengan wajah agung, Namun ketika itu sepasang alisnya berkerut kencang, se akan2 ada satu masalah besar sedang memusingkan benaknya.

Lama sekali orang itu memandang aliran air dalam sungai, akhirnya ia menghela napas panjang dan berpaling kearah Liem Hauw Seng. "Kemarilah kau bocah !" ia berkata. Nadanya sangat datar, membuat orang sulit untuk menebak perasaannya ketika itu.

"Cianpwee kau ada urusan apa ?" pemuda itu segera maju menjura.

Memandang aliran air dalam sungai lama sekali kakek itu membungkam. lalu menghela napas panjang dan bertanya:

"Dapatkah kau melakukan suatu pekerjaan buat diriku ?"

Dalam keadaan kesal, sebetulnya Liem Hauw Seng tidak ingin mencari kerepotan tapi setelah dilihatnya kakek tua itu makin dipandang makin berwibawa ia lantas menduga orang ini tentu seorang tokoh silat lihay. "Baiklah" sahutnya setelah tertegun sejenak, "Entah cianpwee ada perintah apa ?"

"Dapatkah kau bantu aku pergi satu kali kelembah Coei- Hong-Kok digunung Go-bie."

Jantung Hauw Seng berdebar keras. siapa yang tak kenal dengan lembah Coei Hong-Kok digunung Go bie ? asalkan seorang akhli silat pasti akan kenal dengan lembah tersebut.

Lembah Coei Hong Kok adalah tempat tinggal Si Thay sianseng, tokoh silat paling lihay dikolong langit dewasa ini atau dengan perkataan lain sikakek tua yang berada dihadapannya bukan lain adalah Si Thay sianseng sendiri.

"Aaaah. . . kiranya cianpwee adalah Si Thay sianseng !" saking girangnya tak kuasa ia berteriak.

Si Thay sianseng tertawa kering.

"Kau berangkatlah kelembah Coei Hong Kok dan beritahu seisi lembah, sebelum kutemukan murid durhaka tersebut tak akan kembali kerumah, dan sebelum aku kembali apa bila Tong hong Pacu datang, suruh mereka layani se baik2 nya, jangan sampai bergebrak, suruh mereka ingat, ingat selalu !"

"Pesan cianpwee pasti akan aku sampaikan tapi boanpwee belum pernah datang kegunung Go bie, aku takut orang disana tidak percaya kepadaku."

"Tiiing !" dari balik sakunya Si Thay Sian-seng ambil keluar sebuah cincin emas kecil, sambil menyerahkan benda itu ia berkata: "Dengan membawa cincin ini mereka pasti akan menerima dirimu dia mempercayai ucapanmu, kau harus berhati2, gelang emas itu jangan sampai hilang !" Dengan sangat hormat Liem Hauw Seng menerima gelang emas itu lalu mundur selangkah kebelakang dan siap berlalu.

Tiba2 ia teringat akan sesuatu segera ujarnya kembali: "Si cianpwee, ada sebuah urusan ingin kumohon

petunjukmu ?"

"Katakanlah terus terang !"

"Aku... aku punya seorang sahabat sehidup semati kurang lebih setengah jam berselang telah di bawa pergi oleh Tong-hong Pacu, ia bilang bakatnya sangat bagus maka hendak menerima dirinya sebagai murid."

Air muka Si Thay sianseng berubah hebat setelah mendengar ucapan itu.

"Ada kejadian semacam ini ?" serunya.

"Benar ! kejadian ini benar2 telah terjadi, dia... padahal ia tak pernah belajar silat, dia adalah seorang gadis yatim piatu yang sudah angkat sumpah setia dengan diriku, tapi Tong hong Pacu bilang tiga tahun kemudian kami berdua baru boleh berjumpa lagi, bisa dipercayakah ucapannya ini

?"

Dengan wajah serius Si Thay sianseng mendengarkan semua penuturan pemuda itu, dari sikap tersebut Liem Hauw Seng dapat menarik kesimpulan bahwa urusan amat berbahaya dan serius.

Menanti pemuda itu menyelesaikan kata2nya, Si Thay Sianseng baru berkata:

"Sepanjang hidup Tong-hong Pacu selain pegang teguh ucapannya, ia bilang satu tetap satu berkata dua tetap dua, setelah ia berjanji untuk pertemukan kembali kalian berdua tiga tahun kemudian, aku rasa ia tak akan membohongi dirimu, tapi . . . aku takut sampai waktunya."

Berbicara sampai disitu, mendadak ia berhenti bicara. "Sampai waktunya kenapa ?" tanya Liem Hauw Seng

penuh kecemasan.

Si Thay sianseng tidak menjawab pertanyaan itu, ia cuma menghela napas panjang.

"Bagaimana keadaannya setelah tiga tahun kemudian, bagaimana aku bisa menerkanya? aku kan bukan seorang malaikat ! setelah berada di gunung Go bie. apabila kau berniat tinggal di lembah Coei Hok Kok beberapa waktu, silahkan !"

"Nah, sekarang kau boleh berangkat."

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar