Imam Tanpa Bayangan II Jilid 14

 
Jilid 14

JANTUNGNYA berdebar keras, cepat cepat ia tarik kembali rasa malunya, sambil mundur dua langkah kebelakang ujarnya dengan nada dingin :

"Seandainya kau tidak berdiam terlalu lama didepan pintu batu tadi, tidak nanti Ke Hong berhasil menemukan jejak kita yang ada didalam lorong..... dan akupun pasti berhasil lolos dari lorong rahasia ini....semuanya ini gara gara kau yang ceroboh."

Pek in Hoei tak menyangka kalau si gadis cantik jelita macam Wie Chin Siang bisa berubah ubah dalam waktu yang amat singkat, dia jadi melongo dan terkesima ditatapnya raut wajah yeng dingin kaku itu beberapa saat lamanya.

Kemudian timbul rasa sedih dalam hatinya. dia lantas mendengus dingin dan menyahut: "Hmm ! apa aku yang suruh kau berlarian didalam lorong rahasia ini? kalau memang kau hendak salahkan diriku, lebih baik masuklah kembali sendirian."

Wie Chin Siang sebagai seorang putri Gubernur yang sepanjang masa selalu disayang, dimanja dan dihormati, belum pernah ia dimaki orang lain dengan cara yang begitu kasar. sekarang terbentur batunya ditangan Pek In Hoei maka dapat dlbayangkan betapa sedih hatinya, hampir saja titik air mata jatuh berlinang.

Namun ia berusaha menahan lelehan air mata itu, bibirnya gemetar keras. lama sekali akhirnya ia berseru

"Kau.... kau. "

Pek In Hoei mendengus, ia berpaling memandang jilatan api yang berkobar tiada hentinya dalam lorong itu, bibirnya terkatup rapat sementara dalam hati pikirnya: "Begini hebatnya kobaran api yang membakar lorong tersebut, aku rasa dalam waktu yang singkat tak mungkin dapat padam Aaaaai.... entah bagaimana nasib pedang mustika Si-Jiet- Kiam ku sekarang?"

"Pek In Hoei, bagus sekati perbuatanmu...." mendadak terdengar Wie Chin Siang berteriak dengan suara gemetar, bibirnya yang merah digigit kencang2,

Pek In Hoei kaget. la rasakan nada suaranya yang penuh dengan kesedihan kegusaran serta kebenciannya itu seakan akan martil besar yang menghantam lubuk hatinya, membuat jantungnya berdebar keras sukar ditahan.

Dengan cepat ia berpaling, ditatapnya wajah sang gadis yang penuh penderitaan itu dengan sinar mata sayu.

Sekujur badan Wte Chin Siang gemetar keras, ujarnya lagi dengan suara berat : "Kau adalah manusia yang paling sombong kau anggap eemua gadis yang ada dikolong langit bakal tundukkan kepala semua dengan dirimu? sekalipun Ilmu silat yang kau miliki sangat lihay, wajahmu ganteng dan menawan hati tetapi kau tidak mempunyai kelebihan lain yang patut kau sombongkan, jangan dikata keselamatanmu berada didalam genggaman orang, untuk menjaga dan merawat jenasah ayahmu sendiripun kau tidak mampu. "

"Kau.... kau adalah....." jerit Pek in Hoei sangat terperanjat, sekilas ingatan berkelebat dalam benaknya, teriaknya lagi dengan suara keras :

"Kau tahu dimanakah jenasah ayahku berada   ?"

Wie Chin Siang tartawa dingin.

"Walaupun saat ini kau tahu dimanakah jenasah ayahmu berada, tapi apa gunanya? sebentar lagi kita bakal modar semua di tempat ini?"

"Apa? apa maksud ucapanmu itu?

Selapis hawa dingin yang membakukan hati terlintas diatas wajah dara ayu itu, jawabnya dingin!

"Diatas dinding batu ini telah dilapis dengan bubuk racun rumput penghancur hati "Coen Sim Tok Cau" yang dihasilkan disamudra Seng Sut Hay, bila bubuk belerang itu telah terbakar habis maka suhu panas yang menyengat badan akan menyebarkan daya kerja racun Coen Sim Tok Ciu itu keseluruh ruangan kita berada didalam lorong yang tersumbat. Hmm, kau anggap dalam keadaan begitu kita masih dapat hidup dalam keadaan segar bugar....

"Kau.... darimana kau bisa tahu kesemuanya ini. "

"Kenapa aku tidak mengetahui kesemuanya ini? suhuku adalah putri angkat dari Hoa Pek Touw?" Pek In Hoei dibikin semakin bingung,

"Siapakah suhumu ? kenapa dia suruh kau memasuki lorong rahasia ini ?"

"Hmm, suhu perintahkan aku berkelana didalam dunia persilatan dengan menggunakan namamu, maksud tujuannya bukan lain untuk berusaha mencari tahu dimanakah kau berada siapa sangka kau malah tidak tahu siapakah dia orang tua?"

Gadis itu angkat kepalanya memandang mutiara pemisah air yang ada diatas dinding batu lalu menghela napas. sambungnya!

"Oooh suhu.... suhu..... dengan susah payah dan tidak kenal marabahaya kau orang tua melindungi keselamatan Pek in Hoei, siapa tahu orang yang kau lindungi dengan mati matian bukan lain adalah seorang manusia yang tidak kena budi, membuat jiwa muridmupun harus berkorban ditangannya. Aaai ! kalau dia kenal siapakah suhu masih mendingan. siapa sangka ia tak tahu siapakah kau dan siapa pula namamu, buat apa melindungi keselamatannya lagi? manusia yang tak kenal budi dan berhati kejam seperti dia tidak sepantasnya kalau cepat2 mati..."

Sungguh hebat mskian dari dara ayu itu hingga membuat anak muda kita jadi mendelik dan kerutkan alisnya rapat rapat namun ia tidak membantah sebab ia tidak tahu siapakah suhu dari dari Wie Chin Siang.

Pelbagai pertanyaan yang membingungkan hati berkelebat dalam benaknya, ia merasa dirinya toh tak pernah kenal dengan putri angkat dari Hoa Pek Touw. maka sesudah putar otak beberapa saat lamanya kambali dia bertanya: "Coba tebaklah sendiri!" jawab Wie Chin Siang tanpa berpaling, matanya masih tetap menatap mutiara diatas dinding itu.

"Suruh aku menebaknya sendiri?" diam2 Pek In Hoei tertaws getir. "Berada dalam keadaan yang begini bahayanya kau masih punya kegembiraan untuk mengajak aku main tebak tebakan. bukankah hal ini sama artinya menggunakan jiwa kita sebagai bahan gurauan?".

Ia gigit bibirnya kencang lalu memaki di dalam hati kecilnya :

"Huuu. dasar oreng perempaan. Sedikitpun tak mengerti akan berat entengnya persoalan, yang diketahui cuma berpura pura manja den jual mahal... Hmmm sialan."

Biji matanya berputar, dipandangnya jilatan api yang kini telah berubah jadi hijau gelap, rupanya sebentar lagi api bakal padam hawa panas yeng menyengat badan mulai berkurang dan tak begitu menyiksa lagi.

Sepasang kepalannya digenggam kencang hingga berbunyi gemerutukan, dengan hati cemas pikirnya:

"Seandainya ia bukan sedang membohongi aku. maka aku harus berusaha secepatnya meninggalkan tempat ini kalau tidak seandainya rumput racun penghancur hati itu sampai lerbakar maka aku bisa kehabisan akal dan mati konyol disini."

Dalam pada itu tatkala Wte Chin Siang mendengar suara gemerutuknya jari tangan tanpa sadar telah melirik sekejap kearah Pek In Hoei.

Tatkala dijumpainva sianak muda itu sedang berdiri dengan wajah cemas dan tidak tenang, dalam hati diam2 ia tertawa dingin, dengan wajah yang kaku ejeknya: "Katanya saja seorang lelaki sejati tidak takut langit dan bumi, tak tahunya punya nyali sekecil tikus Hmm, manusia macam kau bisa mengaku sebagai cucu muridnya Tiam Cong Siu Kiam, sungguh memalukan.".

Dengan pandangan dingin Pek in Hoei melirik sekejap gadis itu. ia tidak gusar sebaliknya menyahut dengan suara berat:

"Katau kau tidak takut mati berdiri saja disitu dan jangan bergerak, aku sih harus mencari akal untuk keluar dari sini karena aku tak ingin mati konyol dengan cara yang bodoh, tentu saja bagi manusia goblok yang setiap harinya makan kenyang tak ada kerjaan dan tahunya cuma bersenang senang belaka, kematian merupakan tempat tinggalnya yang tarakhir."

Air muka Wie Chin Siang berubah beberapa kali, mendadak ia menoleh dan membentak:

"Siapa yang sedang kau maki?".

"Aku memaki manusia2 ymg goblok seperti telur busuk itu." ia merandek sejenak, kemudian sambil tersenyum penuh arti balik tanyanya.

"Apakah kau mengakui bahwa dirimu adalah seorang manusia goblok seperti telur busuk?".

Dapat dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya hati Wie Chin Siang mendengar pertanyaan yang mengandung makian itu, untuk beberapa saat lamanya dia tak tahu bagaimana harus menjawab, sementara sekujur badannya gemetar keras menahan emosi.

"Bagus." teriaknya sambil nendepakkan kekinyi keatas tanah. "Akan kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana caranya manusia yang mengaku cerdik itu menemukan hidupnya". Selesai berkata itu sambil menggigit bibir dia putar badan dan lari menuju kearah lorong.

Sementara itu kobaran api yang maha dahsyat tadi sudah mulai padam, yang tersisa diatas kedua belah dinding lorong itu hanyalah cahaya lampu yang berwarna kehijau hijauan, membuat lorong tadi kelihatan bertambah seram dan mengerikan.

Memandang bayangan punggung Wie Chin Siang yang sedang berlari menjauh, pelbagai ingatan berkelebat didalam benaknya, tiba2 sekilas ingatan terang berkelabat dalam otaknya.

Segera pikirnya:

"Asalkan kucabut mutiara penampik air itu dari atas dinding. maka air telaga diatas gua ini akan segera membanjiri lorong api. dalam keadaan begitu, kendati Hoa Pek Tou masih mempunyai pelbagai jebakan pun juga percuma saja. setelah digenangi air jebakan tersebut tidak nanti bisa tunjukkan kelihaiyannya. pada saat itu bukankah aku bisa berusaha meloloskan diri dari sini?".

Ingatan itu laksana kilat berkelebat didalam benaknya, ia segera tepuk kepala sendiri sambil berpikir lebih jauh:

"Kenapa tidak kupikirkan hal ini sejak tadi? sebaliknya malah buang waktu dengan perempuan untuk cekcok dengan dia, aaaai.... kalau dipikir kembali, apa sebabnya ribut dengan gadis binal seperti dia itu?."

Ia menertawakan kebodohannya sendiri lalu barpalirg kearah lorong, dimana sianak muda ini ada maksud melihat apakah gadis itu sudah lenyap dari situ atau belum.

Tetapi sewaktu dia angkat kepala, kebetulan sekali dilihatnya Wie Chin Siang entah dengan cara apa meraba dingin lorong sehingga muncullah sebuah lubang besar diatas dinding itu.

Sembari melangkah masuk kedalam gua tadi, mendadak dara itu berpaling dan menjerit lengking :

"Kalau aku tidak takut mati, ayoh masuklah lewat gua ini."

"Kalau kau hendak pergi berangkatlah seorang diri jangan kau perdulikan diriku.° Wie Chin siang tertawa dingin.

"Disamping itu aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu, suhuku adalah Kim In eng..."

"Si Dewi Khiem berjari sembilan Kim In Eng?" Sekarang pahamlah sudah Pek In Hoei. "Kenapa tidak kuingat diri Kim loocianpwee sejak tadi..."

Sementara dia sedang menyesal dan berduka, terdengar Wie Chin Siang kembali menjerit lengking. Kali ini suaranya penuh dengan penderitaan serta rasa sakit yang luar biasa.

"Rumput racun penghancur hati. "

Pek In Hoei terperanjat, dilihatnya Wie Chin Siang sedang memegangi tenggorokan sendiri dengan penuh penderitaan, kemudian badannya terjengkang kebawah dan robob tak berkutik lagi.

Sadarlah sianak muda ini bahwa marabahaya sedang mengancam jiwanya, sebelum dia sempat bertindak sesuatu mendadak hidungnya mencium bau harum yang tawar diikuti segumpal hawa uap berwarna merah menyebar kesegala pelosok ruangan.

Sewaktu untuk pertama kalinya dia berjumpa dengan Hee Siok Peng tempo dulu, pernah dilakukan olehnya dengan mata kepala sendiri pelbagai macam makhluk beracun yang aneh aneh bentuknya serta lihaynya bubuk racun serta ilmu pukulan beracun.

Oleh karena Itu tatkala hidungnya mengendus bau harum yang tersiar keluar dari balik gua tadi, cepat cepat dia tutup semua pernapasannya.

Meskipun dia cukup waspada namun sayang tindakannya terlambat satu langkah.

Terasa bau harum semerbak tadi menyerang kedalam paru parunya membuat dia merasakan kepalanya jadi pening dan berkunang kunang, sekujur badannya jadi lemas dan hampir saja ingin pejamkan matanya untuk tidur nyenyak.

Ia mendengus berat, lima jadinya baru dipantangkan keluar, dengan segenap tenaga dia melawan keinginannya untuk tidur itu, kemudian sekali jambret dicengkeramnya mutiara penampik air tadi dari atas dinding batu.

Cahaya mutiara berkilat memenuhi angkasa, sambil membawa mutiara tersebut badannya meluncur kearah lorong.

Suara air telaga terdengar menggulung dibelakang tubuhnya, bagaikan bendungan yang ambrol air telaga menyapu tiba dan seketika memenuhi seluruh lorong tersebut.

Dengan sempoyongan dia lari tujuh delapan langkah kedepan, seraya membungkuk kebawah disambarnya pedang penghancur sang surya yang menggeletak diatas tanah itu.

Air telaga menerjang kebawah laksana air terjun, seluruh lorong dipenuhi dengan air bagaikan selaksa prajurit berkuda meluncur datang dengan hebatnya membuntuti dibelakang sianak muda itu.

Da!am pada itu sewaktu Pek In Hoei memegang pedang Sie Jiet Kiamnya tadi, dia merasakan matanya jadi berat dan sukar dipentangkan lebar2. rasa mengantuk semakin menyerang dirinya membuat dia merasa ogah untuk bergerak dari tempat semula.

Sekalipun begitu dia masih sadar akan mara bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya, asal ia tak kuat menahan diri dan roboh keatas tanah maka Wie Chin Siang pasti ikut mati tenggelam didasar telaga itu.

Oleh sebab itulah dia meraung keras bibirnya digigit kencang kencang sehingga terluka den darah segar mengucur keluar membasahi bajunya -

Rasa sakit yang menyengat hati membuat rasa ngantuknya jadi berkurang. sekuat tenaga ia genggam mutiara itu dan lari secepat cepatnya meninggalkan tempat itu.

Beruntun puluhan langkah berlalu dilewati dan tibalah dia dipintu masuk lorong rahasia itu. ia sambar tubuh Wie Chin Siang lalu dengan mati matian ia lari kencang didalam lorong tadi.

Disaat kesadarannya semakin kabur dan ingatannya makin menghilang, secara lapat2 ia dengar dari dinding batu dibelakang tubuhnnya secera otomatis menutup sendiri suara air tenaga yang menghantam dinding meniggalkan dengungan yang keras, apa yang terjadi selanjutnya dia tidak tahu.

Sebab pada saat itulah badannya terjungkal dan roboh keatas tanah kesadaran punah sama sekali dan diapun jatuh pingsan.... -odwo-

Kegelapan yang mencekam malam hari kian lama bertambah luntur, sinar sang surya yang terang perlahan2 muncul sebelah timur, beberapa butir bintang masih tertinggal disebelah barat dan menyorotkan sinarnya yang lemah.

Permukaan air telaga Leng Gwat Ouw tenang bagaikan cermin angin pagi berhembus sepoi meninggalkan reak kecil diatas permukaan... suasana amat sunyi dan sepi

Pada saat itulah dari telaga melayang datang seorang kakek tua berperawakan kurus kering, badannya bergerak bagaikan terbang. seolah mengitari pepohonan ditengah telaga sampailah orang itu ditep1 jembatan batu .

Memandang sang surya yang muncul di ufuk Timur dia tarik napas dalam2, kemudian teriaknya dengan suara keras:

"Sisa Rembulan mengampungkan golok perak. Sisa bintang membuatkan badik emas!"

Ditengah kesunyian pagi hari yang mencekam seluruh jagad, seruan itu berkumandang hingga ditempat kejauhan, dari balik pendopo air yang ada ditengah telaga segera terdengar suara sahutan disusul seorang dengan suara yang serak tua menegur.

"Siapa yang ada diluar?" "Tecu Ke Hong".

Suara batuk berkumandang keluar dari pendopo air, diikuti pintu depan terbuka dan muncullah Ku Loei dari balik ruangan tersebut.

Sepasang alisnye yang putih, panjang dan lebat itu nampak berkerut, kemudian terdengar ia menegur. "Apakah Hong jie yang berada disitu? kenapa sampai sekarang baru kembali? apakah dipihak Siauw lim telah terjadi perubahan?"

Dengan penuh rasa hormat Ke Hong si golok perontok rembulan menjura dalam2:

"Lapor suhu, kemari malam tecu baru saja pulang dari gunung Siong-san ,baru saja hendak melaporkan kejadian didalam partai Siauw lim kepada suhu, mendadak di dalam lorong rahasia sebelah Selatan kutemui ada orang terjebak disitu"

"Ouw. disana ada orang?"

"Benar eubu, didalam lorong itu terkurung dua orang manusia, satu pria dan satu wanita, namun tecu telah menggerakkan alat rahasia yang dipasang disitu, tecu rasa mereka pasti sudah mati terbakar disana".

Sebelum Ku Loei sempal menjawab terdengar Hoa Pek Tou yang ada didalam ruangan telah menyela :

"Panggil dia masuk kadalam !"

Ku Loei mengiakan: "Masuklah kedalam!".

Ke Hong mengangguk, dia melayang melewati jembatan mengapung kemudian meluncur kearah pendopo air.

Ke Hong segera masuk kedalam ruangan, baru saja kakinya melangkah masuk hidungnya segera mendengus bau obat yang sangat tebal, diikuti tampaklah Chin Tiong menggeletak dialas pembaringan, dia jadi terperanjat dsn segera tanyanya;

"Apa yang telah terjadi dengan diri susiok?" "Tidak mengapa. dia cuma menderita sedikit luka" Sekilas rasa kaget dan curiga terlintas diatas wajah Ke Hong. naenun ia tak berani bertanya maka sinar matanya lantas berputar memandang seluruh ruangan itu, disatu sudut disisi hioloo besar ditemuinya seorang manusia aneh berkerudung hitam berjubah lebar duduk bersila disana.

Belum lagi ia menanyakan asal usul orang itu, kembali Ku Loei telah berseru, dengan suara berat :

"Coba ceritakanlah hasil dari perjalananmu menuju kepartai Siauw-lim..."

"Sejak ciangbun Hong-tiang pertai Siauw ]im yang lampau lenyap secara misterius, ciangbunjin yang sekarang Hoei Kok Taysu telah melarang anak muridnya mencampuri pelbagai persoalan yang menyangkut urusan dunia persilatan, tetapi sejak dua puluh orang anak murid pertai Siauw lim kembali lenyap secara misterius pada tahun berselang, pihak Siauw-lim mulai mengirim orang orangnya terjun keutara dunia kangouw untuk menyelidiki peristiwa tersebut..."

"Aku sudah mengetahui akan kejadian itu karena semuanya itu adalah hasil karya dari susiokmu, coba kau ceritakan peristiwa apa lagi yang telah terjadi disitu baru2 ini?"

Sekilas ras ragu dan curiga berkelebat diatas wajah Ke Hong, namun ia tak berani bertanya, ujarnya lebih jauh:

"Belum lama berselang, ketua dari perkumpulan Kay- pang yang telah lama lenyap dari keramaian dunia kangouw dan bernama Hong jie Kong dengan gelar Loo Ie Koay Kie atau pengemis aneh berbaju dekil secara tiba tiba telah muncul diatas gunung Siong san seorang diri, beruntun selama tiga hari tidak nampak ia turun dari gunung tersebut dan pada hari keempat tiba tiba partai Siauw lim telah mengutus keempat belas Loo Hannya dengan menyebarkan tanda perintah Giokr im Leng Pay telah mengundang para ciangbunjin dari pelbagai partai untuk berkumpul digunung Siong san."

"Aaah! benarkah telah terjadi peristiwa seperti ini?" seru Ku Loei amat terperanjat.

"Coba ceritakan kisah yang sejelasnya kepadaku." Terdengar kakek berkerudung hitam itu menyela.

Dengan hati kaget bercampur tercengang Ke Hong menoleh kearah Ku Loei, lalu bertanya :

"Tecu rasa dia adalah..." "Dia edalah susiok cuowmu."

Dengan pandangan kaget dan tercengang Ke Hong berpaling memandang sekejap kearah Hoa Pek Touw. rupanva dia tidak menyangka kalau SUCOUWnya si Iblis sakti berkaki telanjang Cia Ku sin masih mempunyai seorang adik seperguruan, buru buru dia maju memberi hormat seraya sapanya :

"Susiokcouw. " -

"Duduklah lebih dahulu, aku hendak menanyakan sesuatu kepadamu!" ujar manusia berkerudung itu sambil memandang Ke Hong dengan sinar mata tajam, "Setelah pengemis aneh berbaju dekil Hong jie Kong naik keatas Siauw lim apakah dia tidak turun gunung lagi?"

Ke Hong mengangguk,

"Sebelum cucu murid berangkat pulang, tidak kulihat pengemis aneh berbaju dekil turun dari gunung siong san".

"Ehm aku sudah memahami peristiwa itu" mendadak terdengar Hoa Pek Touw menimbrung setelah sejenak. "Coba kau ceritakan dahulu kejadian apa yang telah. kau alami didalam lorong rahasia daerah terlarang kita" "Pada malam hari itu juga cucu murid berangkat dari Sauw lim langsung pulang kerumah, siapa sangka suasana didalam perkampungan sunyi senyap hingga sedikit suarapun tak kedengaran" bicara sampai disitu dengan mata sangsi ia melirik sekejap kearah Ku Loei. 

Buru buru orang she Ku itu mendehem dan menyambung;

"Berhubung tujuh dewa dari luar lautan telah mengutus muridnya untuk datang kemari dan aku takut terjadi peristiwa yang ada diluar dugaan, maka kuperintahkan semua orang yang ada didalam perkampungan untuk menyembunyikan diri didalam ruang bawah tanah..." 

"Ooouw tidak aneh kalau susiok terluka. "

"Perkataan yang tak berguna lebih baik tak usah dibicarakan" tukas Hoa Pek Touw sambil melototkan matanya. "Cepat katakan peristiwa apa yang sudah terjadi didalam lorong bawah tanah".

Ke Hong berpaling. tatkala dilihatnya sorot mata Hoa Pek Touw yang memancar keluar dari balik kain kerudung hitamnya begitu sadis dan mengerikan dia jadi bergidik, buru buru sambungnya :

"Berhubung suasana dalam perkampungan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun dan tidak kujumpai sosok bayangan manusia yang ada disitu maka aku merasa keheranan setengah mati. segera kuperiksa sekeliling perkampungan dengan teliti dan seksama. Tatkala aku tiba didaerah terlarang sebelah selatan mendadak kusaksikan sekilas cahaya merah yang sangat tajam berkelebat lewat dimulut lorong, dibawah sorotan sinar rembulan secara lapat lapat kurasakan cahaya itu mirip dengan sebilah pedang." "Ooouw" Ku Loei berseru tertahan. dia lantas berpaling kearah Hoa Pek Touw dan berseru :

"Jangan jangan cahaya merah itu adalah pedang penghancur sang surya dari Pek In Hoei?"

Hoe Pek Touw mengangguk.

"Biarlah dia lanjutkan kembali kata katanya?"

Ke Hong tidak berani banyak bertanya, ia lanjutkan kembali kisahnya :

"Karena curiga maka cucu murid segera menerobos masuk kedalam daerah terlarang disebelab selatan itu, saat itulah aku baru merasakan bahwa orang itu menghubungkan tempat luar dengan lorong rahasia dimana kita kurung Cian Hoan Long koen. Pada saat itu bisa dibayangkan betapa kaget dan herannya hatiku karena selama tiga puluh tabun belakangan kecuali penghantar nasi yang masuk melewat lorong rahasia balum pernah ada orang lain yang pergi kesitu. tapi kali ini telah muncul seieorang disana... hatiku makin curiga...

Dia merendek sejenak, kemudian tambahnya:

"Sewaktu aku tiba didepan lorong rahasia itulah, kujumpai seorang pemuda yang sangat ganteng dengan mencekal sebilah pedang mustika sedang berdiri dibalik pintu, pedang yang berada ditangannya radaan mirip dengan pedaDg mustika penghancur sang suryu dari partai Tiam cong".

"Nah, itulah dia. tak bakal salah lagi" saru Ku Loei sambil bertepuk tangan. "Orang itu pastilah Pek in Hoei, sungguh tak nyana dia berhasil meloloskan diri dari tekanan air yang berpusar didasar telaga Lok Gwat Ouw serta dinginnya air telaga yang membekukan darah... "Ucapan suhu sedikitpun tidak salah, jurus serangan yang dia gunakan bukan lain adalah jurus pedang partai Hoa san. disamping itu tecupun mendengar ada seorang gadis sedang memanggil dirinya dari dalam dengan sebutan Pek In Hoei tiga patah kata!".

"Apakah kau tidak salah mendengar?" Sela Hoa Pek Touw mendadak sambil menegakkan badannya. "Benarkah orang itu bernama Pek In Hoei?...

Ke Hong berpikir sejenak kemudian mengangguk. "Sadikitpun tidak salah, orang itu memang dipanggil

dengan sebuian Pek In Hoei tiga patah kata".

"Hmm, suugguh tak kusangka ternyata ada orang berhasil meloloskan diri dari dasar telaga Lok Gwat ouw. sungguh membuat orang merasa tidak percaya.".

Ke Hong sendiri diam2 merasa tercengang dan tidak habis mengerti siapakah sebenar sih manusia yang bernama Pek In Hoei itu, semakin tak dapat menebak pula mengapa Susiok couwnya yang dingin dan sadis itu sekarang bisa menunjukkan emosinya yang meluap luap sehingga kini kerudung hitamnya pun gemetar keras

Dengan hati sangsi dan diliputi tanda tanda pikirnya. "Sekalipun pedang yang berada ditangan Pek In Hoei

benar benar adalah pedang mustika penghancur sang surya, toh belum tentu dia adalah anak murid partai Tiam cong. aaasach jangan jangan dia adalah anak murid dari Hay Gwa Sam Sian tiga dewa diri luar lautan?".

Berpikir sampai disitu tak tahan lagi segera tanyanya. "Walaupun Pek In Hoei sangat lihay dan luar biasa,

namun setelah terjebak didalam lorong pengurung naga, tecu rasa dia pasti telah mati terbakar hangus disitu!" Hoa Pek Touw tarik napas dalam dalam, sekuat tenaga dia berusaha menekan golakan perasaan dalam hatinya, setelah itu perlahan lahan ujarnya :

"Dia berhasil menembusi gua didasar telaga Lok Gwat 0uw. hal ini menunjukkan bahwa dia memiliki mutiara penolak air dalam sakunya, kalau tidak air telaga tentu sudah memenuhi lorong pengurung naga sejak tadi, mungkinkah dia akan menunggu sampai kau menggerakkan alat alat rahasia tersebut."

Dia bangun bardiri dan menambahkan;

"Aku rasa pastilah gadis itu sudah mengetahui rahasia jalan lorong dibawah tanah itu, kalau tidak, tak nanti dia berhasil memasuki lorong pengurung naga itu tanpa mengeluarkan sedikit suarapun" Dia menghela napas panjang, terusnya ;

"Aku cuma berharap Cian Hoan Long Koen telah modar lebih dahulu sebelum mereka berhasil memasuki gua tersebut kalau tidak maka rencanaku terpaksa batal dilaksanakan sebelum saat yang telah ditetapkan"

"Tapi bukankah didalam lorong pengurung naga telah kita pasang pelbagai alat rahasia " seru Ku Loei tercengang "Apakah mereka sanggup melarikan diri dari situ..."

"Aku sendiripun berharap agar mereka tak sanggup melepaskan diri dari jilatan api serta serangan racun, tapi serangan api dan air tak dapat bekerja sama. seandainya dia lepaskan air telaga sehingga memenuhi lorong, bukankah semua alat rahasia yang telah kupersiapkan disitu tak akan sanggup menunjukkan daya kerjanya?".

"Aneh... sungguh aneh..." gumam Ku Loei sambil menggaruk garuk rambutnya "Kenapa dia sanggup melawan dinginnya air telaga bahkan sanggup pula melubangi dasar telaga..."

"Apakah kau lupa bahwa dia memiliki pedang mustika penghacur sang surya?" Seru Hoa Pak Touw. Ia merandek sejenak untuk melirik sekejap Chin Tiong yang berbaring diatas pembaringan, lalu tambahnya -

"Kalian tunggulah disini merawat dia, aku mau pergi kelorong rahasia untuk melakukan pemeriksaan."

Perlahan lahan ia berjalan keluar dari pendopo air itu melalui jembatan gantung, selangkah demi selangkah berangkat menuju ketepi telaga diseberang sana.

Memandang langkahnya yang terpincang pincang, dengan perasaan heran dan tercengang Ke Hong barkata :

"Suhu, mengapa selama tiga puluh tahun belakangan ini aku belum pernah mengetahui kalau masih mempunyai seorang susiok couw macam dia. kalau dipandang rupa serta keadaannya seakan akan orang yang sama sekali tidak mengerti akan ilmu silat."

Ku Loei mendelik hardiknya

"Tutup mulutmu, jangan kau membicarakab soal dia orang tua dibelakangnya. Haruslah kau ketahui bahwa kecerdasan serta kapintarannya tiada tandingan dikolong langit dan semua orang mengenali dirinya serta mengaguminya, jangan dikata suhumu meski sucouwmu pun menaruh beberapa bagian rasa hormat kepadanya, Hmmm kau manusia macam apa, berani benar membicarakan soal dia orang tua dibelakangnya."

Merah jengah selembar wajah Ke Hong dia tidak menyangka setelah berusia lima puluh tahun dan selama berkelana dalam dunia persilatan telah memperoleh nama besar sehingga bernama sipedang penghancur sang surya serta bintang kejora manuding langit disebut Tionggoan Sam Sut kiam kini harus ditegur pedas oleh gurunya

Ku Loei melirik sekejap kearah muridnya meyaksikan air muka Ke Hong menampilkan rasa malu bercampur gusar kembali dia mendengus dingin;

"Hmm ! mungkin kau mesih belum puas, haruslah kau ketahui bahwa perkampungan Tay Bie San-cung serta Banteng Bintang Kejora adalah hasil karya dirinya, sedang sidewa kate dari negeri Thian Tok serta Sin-Koen bertenaga raksasa sudi menggabungkan diri dengan Liuw Sah Boen kita adalah berkat undangan dari dia orang tua. Hmm ! dikolong laneit dewasa ini masih ada manusia manakah yang sanggup mengundang kehadiran "Kioe Boen Toh Sin Wa" sidukun sakti berwajah seram dari propinsi Lam Ciang? hanya dia orang saja yang mampu melakukan kesemuanya itu, cukup layangkan sepucuk surat mereka segera berangkat kemari, Hmm kau berani pandang hina dirinya? dalam waktu singkat seluruh dunia persilatan bakal terjatuh didalam cengkeramannya!"

Ke Hong melongo dan berdiri terbelalak, mimpipun dia tidak menyangka selama puluhan tahun dia harus berkelana ditempat luar maksud tujuannya bukan lain adalah berjuang agar perguruannya menjagoi dunia persilatan, semakin tak menduga lagi kalau semua rencana tersebut bukan lain adalah hasil pemikiran dari sikakek pincang tadi.

Dengan rasa kaget segera tanyanya;

"Suhu, kau perintahkan kami sekalian menyusup kedalam pelbagai partai besar, ternyata maksudnya bukan lain adalah untuk menjagoi seluruh dunia kangouw?"

Ku Loei mengangguk penuh kegirangan. "Tidak lama kemudian segenap dunia kangouw bakal terjatuh didalam cengkraman perguruan Liuw Sah Boen kita, segenap jago yang ada didalam dunia persilatan bakal jadi anak buah perguruan kita. kesemuanya ini bukan lain adalah cita cita yang selalu diimpi impikan sucouw mu dan kini apa yang dahulu selalu diimpi impikan sekarang hampir terlaksana didepan mata"

Ia merandek sejenak, lalu dengan serius tambahnya; "Sebenarnya rahasia besar ini tak boleh kukatakan

kepadamu, tetapi berhubung saat yang dinanti nantikan selama ini sudah hampir terlaksana maka rasanya tiada halangan bagiku untuk memberitahukan kepadamu'.

'Kalau begitu, apakah lenyapnya para ciangbunjien dari sembilan partai besar pada dua puluh tahun berselang juga merupakan hasil karya dari rencana besar susiok cuow kita ini?" tanya Ke Hong sambil menggigit bibirnya.

"Sedikitpun tidak salah, itulah rencana bersama dari sucouw serta susiok-couw mU sewaktu ada di gunung Cing shia."

Belum selesai dia berbicara tiba tiba terdengar suara bentakan yang amat dahsyat. berkumandang datang memecahkan kesunyian disusul jeritan kaget seorang gadis.

"Ada orang menyerang perkampungan kita.." teriak Ke Hong sambil melompat bangun.

Ku Loei tidak banyak bicara tangannya segera mendekati punggung kursi kemudian laksana panah yang terlepas dari busurnya meluncur kedepan, ujung kakinya menutul dijembatan gantung dan dalam dua tiga kali loncatan dia sudah tiba ditepi telaga.

Ke Hong tak berani banyak buang tempo lagi, dia tarik napas dalam dalam. badannya berputar loncat keluar dari pendopo air, setelah menutup pintu depan diapun loncat ketepi telaga menyusul dibelakang subunya Ku Loei.

Berada ditapi telaga Ku Loei merandek sajenak. kemudian badannya langsung menerobosi hutan lebat dan berlari menuju kearah barat daya, sambil berlarian pikirnya,

"Kalau didengan dari suara bentakan keras tadi rupanya mirip sekal dengan suara dari Hoa Loo jie. jangan jangan dia telah berjumpa dengan musuh tangguh?'

Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya, dangan amat terperanjat pikirnya lebih jauh:

"MungkinIt Boen Pit Giok telah datang lagi?"

Baru saja ingatan itu berkelebat lewat, terdengar jeritan kaget dari It Boen Pit Giok berkumandang datang lagi :

"Hey setan tua, benarkah kau berasal dari perguruan Liuw sah Boen?..."

Hoa Pek Touw tertawa seram.

"Heee... heee.... heee.... janganlah kau anggap setelah mempelajari permainan kucing kaki tiga dari Hoo Beng jien lantas bisa berbuat sewenag wenang dihadapanku. Ini hari sengaja kulepaskan dirimu pulang agar kau bisa beritahu kepada suhumu si setan tua itu bahwa sahabat lamanya tempo dulu hingga kini masih belum mati. Cepat atau lambat aku pasti akan datang mencari balas kepadanya"

Ku Loei terparanjat, badannya dengan cepat berkelebat menyembunyikan diri dibelakang pohon besar, meminjam dahaan pohon yang lebat dia mengintip kearah muka.

Tampaklah Hoa Pek Touw dengan seram berdiri tegak ditengah kalangan, kurang lebib satu tombak dihadapannya berdiri seorang dara cantik yang menutupi dadanya dengan tangan, rasa kejut dan tercegang dengan jelas masih tertera diatas wajahnya.

Dalam sekilas pandang saja ia dapat melihat dengan jelas bahwa dara cantik yang berada disitu bukan lain adalah it Boen Pit Giok yeng telah dijumpainya kemarin malam, entah sejak kapun dia telah menyusup kembali kedalam perkampungan Tay Bie San Cung.

Perawakan tubuh Hoa Pek Touw yang tinggi besar itu tiba tiba memanjang satu kali lipat, dia mendongak dan tertawa seram.

"Haaah... haaah... haaah... Hoo Bong Jien... Hoo Bong Jien meskipun kau telah mensucikan diri jadi pendeta, namun aku tetap akan membikin malu dirimu sehingga kau tak punya muka lalu mati penasaran..."

Mendengar ocehan itu air muka It Boen pit Giok seketika berubah hebat, dengan darab yang meluap luap bentaknya:

"Kurang ajar, bajingan kau herani menghina dan memaki maki suhuku? rupanya kau sudah bosan hidup?"

"Heeh... heeeeh... heeh... seandainya aku tidak ingin berjumpa dengan Hoo Bong Jien, ini hari juga akan kusuruh kau mati kelejetan diatas genangan darah!".

Dalam mengutarakan kata kata tersebut kerudung hitam yang dikenakan Hoa Pek Touw nampak bergetar keras, sorot matanya yang tajam dan menggidikkan hati memancar keluar.

Kiranya didalam perjumpaannya dengan Hoa Pek Touw tadi, dalam sekali gebrakan saja It Boen Pit Giok telah kena dihantam sehingga darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras, nadinya berdenyut cepat dan dan hampir saja muntahkan darah segar. Mimpipun dia tak pernah meagira kalau didalam perkampungan Tay Bie san Cung masih terdapat seorang jagoan lihay yang memiliki ilmu silat sedemikian tingginya, oleh karena dia tidak percaya kalau Hoa Pek Touw adalah anggota perguruan Liuw Sah Boen.

Sebab sebelum dia menyebrang lautan Timur berangkat menuju kedaratan Tionggoan. Thiat Tie Sin Nie sitabib sakti seruling baja telah memberitahukan kepadanya Bahwa sapasang iblis dari samudra Seng 5ut Hay telah binasa semua dan didaratan Tionggosn tak nanti akan tardapat manusia yang dapat menendingi kepandaian silatnya.

Namun sekarang fakta membuktikan lain, bukan saja didalam dunia persilatan masih terdapat manuaia yang berkepandaian jauh melebihi dirinya, bahkan kakek berkerudung hitam yang kini berdiri dihadapannya dapat memukul mundur dirinya hanya dalam sekali gebrakan saja. bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kepandaian silat yang dimiliki orang itu?.

Hal lain yang lebih mengherankan hatinya adalah kenapa dia bisa tahu akan nama asli suhunya sebelum mencukur rembut jadi nikouw ? apa sebenarnya hubungan antara suhunya dengan kakek tua ini?

It Boen Pit Gok termenung berpikir sejenak, lalu tanyanya kembali :

"Sebenarnya kau adalah si iblis sakti berkaki telanjang dari samudra Seng Sut Hay atau bukan?"

-odwo-

10

HOA Pek Touw tertawa dingin. "Apa matamu buta Hee budak dungu? coba periksa apakah kakiku telanjang ataukah memakai sepatu

"Kalau kau memang bukan iblis itu lalu apa sebabnya wajahmu kau kerudungi dengan kain hitam? apakah Wajahmu jelek hidungmu hilang atau mungkin bibirku sumbing?"

Dengan seramnya Hoa Pek Touw mendengus.

"Hmm tak ada artinya kau menggunakan cara tersebut untuk memanasi hatiku, cepat pulang kesarangmu sana dan katakan kepada Hoo Bong Jien, sahabat karibnya yang telah dia usir dari istana Hoei Coei Kiong pada waktu yang silam, kini telah hidup kembali.

"Hidup kembali?" Rupanya It Boen pit Giok tidak habis mengerti akan penggunaan satu patah kata itu, tidak sempat berpikir panjang lagi dia segera tertawa dingin dan mengejek."

"Ooouw rupanya kau pernah diusir dari istana Hoei Coei Kiong bagaikan seekor anjing budukan. Hmm! tidak aneh kalau kau tak berani menjumpai diriku dengan wajah aslimu. Huuu sialan tak tahu malu"

Hoa Pek Touw mendengus dingin, dia tetap berdiri tegak ditempat semula tanpa kerkutik. hanya saja dengan suara yang dingin dan menyeramkan ancaman.

"Rupanya kau ingin dilukiskan sebuah tato diatas wajahmu itu, kau harus tahu bahwa loohu adalah ahli Tato yang paling lihay dikolong langit dewasa ini".

Ancaman ini sungguh manjur sekali, seketika itu juga it Boen Pit Giok dibikin ketakutan setengah mati, sampai sampai air mukanya berubah jadi pucat pias bagaikan mayat. Mula mula dia memang ada maksud untuk mengundurkan diri dari perkampungan Tay Bie San Cung, namun setelah teringat kembali akan msksud tujuannya mendatangi perkampungan tersebut dengan menempuh perjalanan siang malam, diam-diam dia lantas gertak giginya dan berpikir.

"Karena persoalanku Dia telah menyusup masuk kedalam perkampungan Tay Bie San Cung, hingga kini kabar beritanya lenyap tak berbekas kutanyakan kepada sisetan tua ini namun dia tak mau bicara, mana boleh kutinggalkan tempat ini demikian saja? baik atau buruk aku harus lawan bajingan tua ini!".

Berpikir demikian maka hatinya jadi mantap, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia cabut keluar seruling berlubang sembilannya dari dalam saku, kemudian dendan serius katanya;

"Apabila kau sanggup menandingi sembilan jurus seruling bajaku serta dua belas jurus ilmu penunjuk iblisku, maka saat itulah kau baru berhak untuk mengusir aku dari daratan Tionggoan untuk kembali kegunung tiga dewa diluar lautan"

Menyaksikan It Boen Pit Giok mengeluarkan seruling baja berlubang sembilannya dari saku, Hoa Pek Touw segera mendongak dan tertawa seram, seraya mengepal sepasang tinjunya kencang kenoang selangkah demi selangkah dia maju kedepan,

Diam diam It Boen Pit Giok terkejut dan jeri menyaksikan sikap sang kakek yang amat menyeramkan itu. terutama sekali sinar matanya yang berubah jadi merah dan begaikan seekor binatang liar, tanpa sadar dia mundur selangkah kebelakang

"Seruling bsja berlubang sembilan?... seruling baja berlubang sembilan..." Gumam Hoa Pek Touw kembali dia tertawa seram. "Haah... Haaaah... haah.... sungguh tak kusangka seruling yang kubuat dengan susah payah hingga membuang banyak tenaga dan pikiran, kini malahan mengangkat nama Hoo Bong Jien sehingga berkibar didalam dunia persilatan. Haah... haaah... haah... haaah....

Thiat Tie Sin Nie. ?"

Mendadak matanya malotot gusar, dengan suara setengah meraung teriaknya:

"Ciiss... Nikouw sakti seruling baja macam apakah dia...

Hmm tidak lebih cuma seorang lonte busuk,"

It Boen Pit Giok benar benar tak perneh menyangka kalau pihak lawan bisa memaki suhunya dengan kata kata yang demikian kotor, tanpa sadar jantungnya berdebar debar keras, merah padam selembar wajahnya.

Dia membentak nyaring, tidak sampai menantikan Hoa Pek Touw menubruk. datang lengannya telah dipentangkan lebar, badannya secara beruntun maju tiga langkah kedepan, seruling baja berlubang sembilannya diputar kencang dan mengirim satu serangan dahsyat dengan jurus "Thian Gwa Lay Hong" atau Belibis sakti luar langit.

Seruling panjang yang berwarna hitam pekat dengan memancarkan serentetan cahaya tajam berwarna hitam bagaikan air bah menggiring keluar, irame seruling yang tajsm dan tinggi melengking hingga menembusi awan bagaikan hendak merobek robek jantung manusia mengiringi dibelakang gulungan angin serangan tersebut.

Tubuh Hoa Pek Touw yang tinggi besar bergerak mengigos kesamping bagaikan selembar daun kering mengikuti datangnya sambaran seruling baja itu melayang kedepan kemudian bergerak seolah olah menempel diantara cahaya hitam tadi. Dengan hati bergidik It Boen Pit Giok menggeser badannya kesamping, tiba tiba serulingnya menikung kesamping lalu menekan kebawah. laksana kilat menotok jalan darah Hoe Ciat serta Hiat Hay" dibawah lambung Hoa Pek Touw.

Sungguh cepat dan lincah perubahan jurus yang dia lakukan barusan ini, irama aeruling seketika lenyap dan tahu tahu suara tajam tadi telah menotok keatas lambung Hoa Pea Touw dan nampaknya perut siorang tua itu segera akan tertembusi,

Siapa sangka disaat yarg paling kritis dan detik yang terakhir itulah sekonyong konyong Hoa Pek Touw tertawa dingin mendadak badannya berputar kencang bagaikan sebuah gangsingan, dengan cepat dan lincah dia telah berputar kalian arah.

Mengikuti pergesekan jubah bajunya dikala berputar itulah seruling baja tadi kehilangan arah sasaran dan gagal menotok jalan darahnya.

Air muka It boan Pit Giok berubah hebat, seruling bajanya diayun kembali kedepan, jar! telunjuk dan jari tengah lengan kirinya dijulurkan kedepan, sesudah berputar satu lingkaran dia sentil kemuka teriaknya:

“Aku tidak percaya kalau kau betul betul telah berhasil melatih Ilmu khie-kang pelindung badan".

Oooo-dw-oooO
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar