Bangau Sakti Jilid 21

 
Jilid 21

Satu tusukan dari Lie Ceng Loan menolong ke sembilan partai

Dengan Souw Peng Hai sebagai pemimpin, maka pertempuran di mulut jembatan menjadi lebih hebat dan nekat, Bee Kun Bu harus bertempur melawan Kiok Goan Hoat dan Ong Han Siongj Hian Ceng Tojin melawan Yap Eng Ceng, dan Giok Cin Cu melawan Ouw Lam Peng,

Ketika Souw Peng Hai tiba, ia berseru kepada Hian Ceng Tojin: "Hian Ceng To-heng! Jika kau masih penasaran hayo maju melawan akui Untuk merebut jalan ke jembatan kita masih ada waktu!"

ia masih tak dapat lupakan budi kasih Hian Ceng Tojin terhadap puterinya, Souw Hui Hong, dan seruan itu adalah suatu saran agar orang-orang dari partai Kun Lun lekas-lekas lari ke atas jembatan dan keluar dari Twan Hun Ya.

Hian Ceng Tojin loncat dan bertempur melawan Souw Peng Hai, tetapi ia disambut oleh Yap Eng Ceng dengan bacokan goloknya.

Souw Peng Hai mengawasi keadaan di sekitarnya, dan segera melihat bahwa kedudukan yang dijaga oleh Bee Kun Bu adalah yang terpenting. Jika ia dapat mengusir Bee Kun Bu, maka orang-orang partai Thian Liong dapat menerobos lari ke jembatan. Segera ia lari dan menyerang Bee Kun Bu seraya menganjurkan orang-orangnya: "Hayo, kita rebut mulut jembatan dan menerobos ke atas jembatan!"

Ong Han Siong yang cerdas segera mengerti maksud pemimpinnya. Dengan kipas bajanya ia menyerang dengan hebat kepada Giok Cin Cu yang sedang bertempur melawan Oue Lam Peng. Giok Cin Cu menangkis serangan Ong Han Siong, tetapi Ouw Lam Peng telah loncat ke mulut jembatan Kiok Goan Hoat juga telah mengikuti Ong Han Siong dan menyerang Hian Ceng Tojin yang sedang bertempur melawan Yap Eng Ceng. Ketika Hian Ceng Tojin menangkis, Yap Eng Ceng loncat ke mulut jembatan.

Demikianlah dalam waktu sekejap saja, ke-empat pemimpin cabang partai Thian Liong, (Ong Han Siong, Ouw Lam Peng, Kiok Goan Hoat dan Yap Eng Ceng) telah berhasil menerobos masuk ke mulut jembatan dimana Bee Kun Bu sedang bertempur melawan Souw Peng Hai, Segera Thian Hong Taysu dan Song Bok Totiang datang memimpin jago- jago silat dari kesembilan partai membantui Bee Kun Bu, mereka harus bertempur melawan Ong Han Siong dan kawan- kawannya!

Tiba-tiba terdengar Souw Peng Hai menjerit, dan jari tangan kirinya menyodok ke arah tubuhnya Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu pernah merasakan lihaynya Kan Goan Cit itu, ia insyaf tak boleh ia menangkis atau menahannya, Tetapi jika ia meloncat, maka Lie Ceng Loan yang berdiri di belakangnya akan terserang oleh Kan Goan Cit itu, Untuk membela Sumoynya, ia terpaksa menahan Kan Goan Cit itu, Segera ia merasa hembusan angin dari Kan Goan Cit menusuk dadanya, dan seluruh tubuhnya menjadi hangat. Kesempatan itu digunakan oleh Souw Peng Hai untuk menyodok punggungnya Lie Ceng Loan dengan toyanya,

Sebelum ujungnya toya menyentuh punggungnya, Lie Ceng Loan telah merasai hembusan angin, ia segera mengegos secepat kilat dan berbalik menusuk dengan hebat Souw Peng Hai lekas-lekas tangkis tusukan itu dengan toyanya.

Semua jago-jago silat dari kesembilan partai yang melihat serangan-serangan yang kejam dari Souw Peng Hai itu menjadi murka sekali tetapi mereka pun sedang sibuk bertempur melawan orang-orangnya partai Thian Liong, mereka tak dapat menolong

Ketika pedangnya Lie Ceng Loan ditangkis oleh toyanya Souw Peng Hai, maka tertampak Lie Ceng Loan terbawa ke atas udara,

Setelah belajar dan berlatih itmu-ilmu silat dari buku catatan Ti Kian Cin Jin bersama-sama Liong Giok Pin, ternyata Lie Ceng Loan telah peroleh banyak kemajuan. Dengan ilmu meringankan tubuh ia mengikuti sapuan toyanya Souw Peng Hai naik ke atas udara, lalu secepat kilat dari atas ia menusuk kepalanya Souw Peng Hai. Souw Peng Hai terkejut, dan lekas-lekas meloncat mundur beberapa langkah.

Secepat kilat pula Lie Ceng Loan meloncat dan turun tepat di mulut jembatan setelah menusuk dan melukai seorang jago silat dari partai Thian Liong yang sudah tiba di mulut jembatan itu. ia tidak berhenti ia menusuk, membacok dan menyabet semua lawan-lawannya yang berada di mulut jembatan itu, dan dalam sekejap saja sudah ada lima jago-jago silat dari partai Thian Liong luka parah. Lalu ia tarik Bee Kun Bu dan mereka berdiri bahu membahu di mulut jembatan, tidak seorangpun dari partai Thian Liong berani datang menyerbu lagi!

Ketika itu Bee Kun Bu menahan sodokan Kan Goan Citnya Souw Peng Hai untuk membela Sumoynya, ia sudah perhitungkan bahwa kulit ular sakti pemberian Pek Yun Hui yang dikenakan di dadanya, dapat menahan sodokan maut itu, Sodokan Kan Goan Cit tersebut telah mendorong ia sampai ke tepi jurang, dan dalam keadaan pusing, ia telah ditarik oleh Lie Ceng Loan. Dan pada ketika itu juga semua jago-jago silat dari kesembilan partai telah datang membantu. Demikianlah Bee Kun Bu memperoleh kesempatan untuk memulihkan tenaga dalam dan semangatnya.

Souw Peng Hai datang menyerang lagi seperti seekor bantengyang sudah kalap, Lie Ceng Loan berkata kepada Bee Kun Bu: "Bu Koko, kau beristirahatlah sejenak Aku dapat melawan si tua bangka ini!" Lalu ia maju melawan Souw Peng Hai.

Souw Peng Hai telah melihat dengan ilmu apa si gadis itu telah menipu jago-jago silatnya, ia tak berani memandang remeh lagi. Dengan jurus Siauw Cit Thian Lam atau Geledek Menyambar ke selatan, ia sodok kepalanya si gadis, Lie Ceng Loan mengegos ke samping, lalu sambil meloncat ia tusuk lambung lawannya, Souw Peng Hai terkejut, dan ia tak keburu menangkis, Lie Ceng Loan loncat mundur lagi, sebetulnya ia dapat menusuk lagi, tetapi ia khawatir akan keselamatannya Bee Kun Bu yang berdiri di atas jembatan yang sempit itu.

Oleh karena itu ia mundur lagi dan berdiri di depannya Bee Kun Bu,

Souw Peng Hai merasa heran menampak sikapnya gadis itu. ia datang menyerang lagi sambil menjerit hebat sekali dan betul-betul dapat menghancurkan besi atau baja, Tetapi Lie Ceng Loan hanya mengegos sedikit ke samping, lalu meloncat dan melancarkan tusukan-tusuk-an bertubi-tubi ke arah Souw Peng Hai, dan berhasil menggores bajunya, jika ia terus menusuknya, Souw Peng Hai pasti mati atau terluka parah. Tetapi Lie Ceng Loan ingat bahwa Souw Peng Hai adalah ayahnya Souw Hui Hong yang telah menolong Bu Kokonya, budi kasih tersebut menahan ia berlaku kejam. ia mundur dua langkah seraya berkata: "Hong Cici sangat baik terhadap kami, Jika aku melukai kau, Hong Cici pasti bersedih hati"

Souw Peng Hai menjawab dengan perasaan malu bereampur sedih: "Ombak di belakang mendorong ombak di depan, Angkatan tua harus mengalah terhadap angkatan muda. ilmu silat pedangmu telah membikin aku si ^tua bangka menjadi kagum, tetapi budi kasihmu telah menginsyafkan dan mengharukan aku. Dan karena aku menghargai budi kasihmu itu, aku rela memperkenankan semua jago-jago silat dari kesembilan partai melalui jembatan itu dengan selamat. "

Lalu ia berteriak memerintahkan orang-orangnya: "Berhenti bertempur!"

Teriakannya itu laksana guntur menggetarkan suasa-na, bahkan seluruh pegunungan ituj suara gemanya saja memusingkan sekali! Segera pertempuran berhenti Lalu Souw Peng Hai berjalan dan sambil menatap Ong Han Siong, Ouw Lam Peng, Kiok Goan Hoat dan Yap Eng Ceng, ia berkata dengan khtdmat: "Buka jalan, biarkan mereka melalui jembatan dengan selamat!"

Keempat pemimpin cabang partai Thian Uong itu terperanjat mendengar perintah itu, mereka tak mengerti maksud apa lagi yang dikandung pemimpin besarnya, namun mereka tak berani menanya, mereka segera membuka jalan untuk lawan-lawannya berlalu, Segera semua jago-jago dari kesembilan partai berjalan keluar dari medan pertempuran Twan Hun Ya melalui jembatan gantung di atas jurang yang dalam dan berbahaya itu, dipimpin oleh Souw Peng Hai beserta keempat pemimpin cabang partainya dan keempat pengawalnya berjalan paling belakang dari pawai tersebut Tetapi ketika semua orang sudah melalui jembatan gantung tersebut, dengan toyanya ia memukul putus satu tambang besar dari jembatan gantung itu, sehingga jembatan tersebut segera hilang keseimbangannya mengge-lantung miring di atas jurang yang dalam dan berbahaya itu.

Semua menatap Souw Peng Hai, mereka tak mengerti maksud daripada pemimpin besar partai Thian Liong itu. Lalu sambil tertawa gelak-gelak Souw Peng Hai berkata, suaranya keras: "SebetuInya aku si tua bangka ini bermaksud menjerumuskan kalian ke dalam jurang yang dalam itu. Di pihak kami, hanya aku dan delapan jago-jago silatku yang bersama-sama akan tewas. Di pihak lawan semuanya akan tewas, Tetapi. "

justru pada saat itu terdengar suara ledakan-ledakan yang nyaring dari dalam jurang, disusul oleh suara mn-tuhnya tanah dataran tinggi Twan Hun Ya di seberang mereka.

Tertampaklah pemandangan yang mengerikan hampir semua Twan Hun Ya itu ambruk! wajahnya semua jago-jago silat dari kesembilan partai menjadi pucat pasi membayangkan nasib mereka jika mereka tidak dapat lari keluar dari Twan Hun Ya itu dengan jalan melalui jembatan gantung!

Thian Hong Taysu memejamkan kedua matanya dan bersembyang: "O Mi To Hut! Tuhan Yang Maha Esa telah melindungi kita.J" Lalu dengan berpaling kepada Souw Peng Hai ia menanyai "Souw Cong Piauw! perangkap ini mungkin Cong Piauw telah merencanakan dengan teliti, banyak tenaga dan pikiran telah dicurahkan untuk melaksanakannya. "

"Betul! Aku telah membuat persiapan selama sepuluh tahun. M jawab Souw Peng Hai sambil tertawa, "Tetapi jerih

payahku itu telah hancur lebur karena pikiranku yang tiba-tiba berubah. " Lalu ia menundukkan kepalanya seolah-olah

merasa sangat menyesal.

"Souw Cong Piauw!" menghibur Thian Hong Taysu. "Pikiran yang mulia dan yang tiba-tiba datangnya itu pasti akan memperoleh pembalasan yang baik. Cong Piauw tak usah menyesali

Dengan wajah yang khidmat, Souw Peng Hai berkata dengan suara yang keras sekali: "Kalian diminta beristirahat sejenak, Aku ada sedikit omongan, dan minta kalian memperhatikan!"

Suaranya yang nyaring itu menarik perhatian semua orang yang baru saja pulih semangatnya memikiri nasib mereka jika mereka mati konyol tertimbun tanah di Twan Hun Ya karena ledakan-ledakan di bawah jurang, Segera suasana menjadi sunyi senyap, semua perhatian dicurahkan kepada Souw Peng Hai yang berdiri sambil meng-usap-usap janggutnya yang panjang.

Dengan sikap seorang pemimpin besar, Souw Peng Hai berkata, suaranya keras: "Aku si tua bangka ini sebetulnya bermaksud buruk, karena aku bermaksud mengubur kalian di dalam jurang yang dalam ini setelah aku ledakkan Twan Hun Ya yang segera ambruk menguruk kalian hidup-hidup, Tetapi pedang dari pahlawan wanita itu..." ia menunjuk Lie Ceng Loan,

"Telah membuka mata dan hatiku, ilmu silat pedangnya membikin aku kagum, dan watak serta budi kasihnya mengharukan hatiku. " ia menundukkan kepala melihat

bajunya yang sudah tergores ujung pedang, ia pasti terbunuh jika gadis itu menusuk lagi, ia mengangkat kepalanya, dan sambil menunjuk Lie Ceng Loan ia berkata: "Jika Siocia itu menusuk lagi, aku pasti akan terluka atau terbunuh mati!"

Semua perhatian kini beralih kepada Lie Ceng Loan yang menundukkan kepalanya merasa malu menerima pujian dari seorang pemimpin partai yang terkenal

Bee Kun Bu juga menatap gadis itu dengan perasaan heran tereampur kagum. ia tak menduga jika Sumoynya dapat menaklukkan seorang jago silat kelas wahid serupa Souw Peng Hai. Song Bok Totiang dari partai Ceng Sia lalu berbisik kepada ketiga pemimpin partai Kun Lun: "Kiong Hie, Kiong Hie (Selamat! Selamat!), Jika partai Kun Lun mempunyai murid- murid sedemikian, mungkin dua puluh tahun lagi, partai Kun Lun akan menjadi pemimpin dari semua partai silat di kolong langit,.,."

-ooo0ooo-

Partai silat Kun Lun memimpin jalan keluar

Tong Leng Tojin hanya tersenyum, ia tidak menyahut Kemudian terdengar suaranya Souw Peng Hai yang

seperti guntur bunyinya: "Di samping tanah dataran tinggi Twan Hun Ya itu, di daerah seluas sepuluh lie persegi masih terdapat banyak perangkap-perangkap yang kalin harus lalui. " ia berhenti sejenak, lalu meneruskan "Mu!ai saat ini,

kalian dapat menggunakan segala senjata rahasia yang kalian punyai!"

Lalu ia mengangkat toyanya memberi isyarat kepada orang-orangnyaj sekejap saja semua orang-orang dari partai Thian Liong telah berlalu dari tempat tersebut dan turun ke dalam lembah. Yang ketinggalan hanya Souw Peng Hai sendiri

Para jago silat dari kesembilan partai segera mengurung Souw Peng Hai dengan senjata di tangan, Tetapi Souw Peng Hai tetap bersikap tenang.

"Untuk keluar iiari sini hanya ada tiga jalan yang terdapat di lembah ilu, yang penuh dengan perangkap-perangkap, Kalian tak dapat keluar dengan mengambil jalan lain, karena lembah tersebut dilingkungi oleh ju-rang-jurang yang dalam. Kalian harus hadapi perangkap-perangkap dan bertempur dengan orang-orangku untuk dapat keluar dari Twan Hun Ya ini!"

ia mengakhiri kata-katanya dengan memutar-mutarkan toyanya: "Siapakah yang berani sambuti jari sakti Kan Goan Citku?" katanya, menantang,

Para jago silat yang telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri kelihayan Kan Goan Cit itu segera mundur beberapa tindak, tetapi Tong Leng Tojin ketika menam-pak Souw Peng Hai hendak berlalu, segera maju menghalau

Sambil tertawa Souw Peng Hai menggunakan ilmu meringankan tubuh Pat Po Teng Kong (Delapan langkah melonjak ke angkasa), secepat kilat meloncat melewati atas kepalanya Tong Leng Tojin,

Tong Leng Tojin membentak dan mengejar Dengan jurus Cwan In To Gwat atau Metalui awan memetik bulan, ia menusuk Souw Peng Hai dari belakang,

Souw Peng Hai berbalik dan dengan toyanya menangkis tusukan lawannya, Tong Leng Tojin tarik pulang pedangnya untuk terus menyerang dengan tusukannya pu!a, Souw Peng Hai masih dapat menangkisnya dengan jurus Tui Ciang Kwat Goat atau Membuka jendela melihat bulan: toyanya yang baru menangkis tusukan pertama secepat kilat mengemplang pedang lawannya sambil meloncat turun ke lembah dan berlari masuk ke semak belukar!

Song Bok Totiang segera mengejar dengan pedang terhunus, tetapi Thian Hong Taysu mencegahnya.

Taysu ada petunjuk apakah?" tanya Song Bok Totiang yang telah berhenti mengejar

"Maksud dari partai Thian Liong busuk sekali Me-reka telah merencanakan selama sepuluh tahun untuk membasmi kesembilan partai lain. Kita baru saja luput dari kemusnahan di tanah dataran tinggi Twan Hun Ya tadi Aku yakin bahwa perangkap-perangkap di dalam lembah itu sangat berbahaya jika kita bertindak tanpa perhitungan...!" kata Thian Hong Taysu memperingat-kan.

"Tetapi kita semua sudah berada di daerah ini Kita harus bersatu padu untuk bertempur melawan orang-orangnya partai Thian Liong. Meskipun di tiap-tiap langkah ada perangkap, kitapun harus tidak gentar untuk menggempurnya!" kata Song Bok Totiang,

"Betul! Kita lebih suka hancur lebur daripada di-perhina oleh orang-orang dari partai Thian Liong!" menyambungi Tio Ceng Taysu dari partai Ngo Bl

"Tadi Souw Peng Hai telah mengatakan atau mengancam!" kata Thian Hong Taysu, "Bahwa untuk kita keluar dari sini hanya ada tiga jalan yang tidak mudah dilalui Sudah dapat diduga mereka akan membokong kita di ketiga jalan keluar itu. jika kita segera menerobosnya tanpa perhitungan kita tentu akan terjebak ke dalam perangkap mereka, ada kemungkinan akan hilang jiwa pula, sekarang kita harus merundingkan soal mencari jalan keluar demi kepentingan dan keselamatan kita semua!"

"Aku sependapat dengan usul Taysu," kata Tong Leng Tojin.

Thian Hong Taysu mengawasi para jago silat yang berdiri di sekitarnya, Thian Hong Taysu berkata:

"Kali ini pertempuran tak dapat dielakkan lagi Kita-pun tidak perlu berlaku sungkan-sungkan pula, Aku yang telah dipilih sebagai pemimpin, bertanggung jawab atas keselamatan kalian, tetapi jika di antara kalian ada yang mempunyai pikiran atau pendapat yang baik untuk mengatasi bahaya yang mengancam kita semua, aku bersedia menerimanya. "

Belum lagi Thian Hong Taysu selesai bicara, terdengar seruan-seruan dari beberapa jago-jago silat katanya:

"Kami semua menghormati Taysu, kami akan mentaati perintah Taysu, kami serahkan Taysu yang memimpin dan mengaturnya, silahkan Taysu berikan petunjuk-petunjuk!"

Thian Hong Taysu tersenyum. "Baiklah," katanya, "Sekarang aku minta agar ketiga pemimpin partai Kun Lun dan murid-muridnya bertugas sebagai pelopor Jika di depan ada sesuatu yang mencurigakan Sam-wie hendaknya berhati-hati dan harus segera memberi isyarat kepada kami."

"Kami dan murid berjumlah empat orang akan mentaati petunjuk-petunjuk Taysu!" jawab Tong Leng Tojin,

Mendengar jawaban itu, Thian Hong Taysu menjadi heran, Pikirnya, nyata-nyata orang dari partai Kun Lun berjumlah enam orang - tiga pemimpin dan ketiga muridnya -- mengapa Tong Leng Tojin mengatakan empat orang? Tapi pikirnya pula soal itu adalah urusan partai silat Kun Lun sendiri, yang tiada sangkut pautnya dengan ia. Lalu ia memperhatikan Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, ia memberi petunjuk lagi:

"Aku minta Tio Ceng dan Tio Hui kedua Taysu memilih dua puluh orang diantara jago-jago silat kesembilan partai untuk menjaga dan mengawal Tu Heng, Sia Heng dan saudara- saudara lainnya yang terluka." ia menundukkan kepala dan menghela napas, lalu meneruskan: "Aku yakin hari ini kita terpaksa bertempur mati-matian. Aku ingin tengok luka- lukanya Tu-heng dan Sia-heng. Meskipun aku tak dapat menyembuhkannya, namun aku akan berdaya untuk mencegah luka-lukanya menjadi lebih hebat. "

ia talu jalan menghampiri Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong, diikuti oleh ketiga pemimpin partai Kun Lun, Tio Ceng dan Tio Hui dari partai Ngo Bi, Ceng Hian Totiang dari partai Bu Tong dan Song Bok Totiang dari partai Ceng Sia,

Ketika itu Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong sedang menggeletak memejamkan mata, napasnya sangat lemah, wajahnya pucat pasi!

Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Thian Hong Taysu berkata: "Jari sakti Kan Goan Citnya Souw Peng Hai betul-betul lihay! Jika Sia-heng dan Tu-heng tidak memiliki ilmu silat yang tinggi, mereka pasti sudah tewas!"

"Menurut pendapatku, bukan saja mereka terluka di dalam tubuh, bahkan jalan-jalan darahnya pun terganggu! Untuk menyembuhkan mereka mungkin memerlukan jangka waktu yang agak lama!" kata Hian Ceng Tojin,

Thian Hong Taysu angguk-anggukan kepalanya, "Akupun menduga demikian. Untung mereka telah

mempunyai latihan tenaga dalam yang sempurna, yang telah

dilatihnya sepuluh tahun lebih, mereka masih mempunyai harapan untuk dapat sembuh kembali Sekarang aku harap di antara kalian ada yang memiliki ilmu Hui Kong Gie (Tenaga dalam sakti) yang dapat menolong untuk sementara waktu membebaskan jalan-jalan darah-nya, jika jalan-jalan darahnya telah bebas, mereka dapat menggunakan tenaga dalamnya sendiri untuk meredakan penderitaan atau luka-lukanya."

"Ceng Hian To Heng, sudah lama To-heng terkenal sebagai seorang tabib yang pandai, apakah To-heng sudi menolong mereka?"

"Pujianmu itu berat aku menerimanya," jawab Ceng Hian Totiang merendah "Aku akan mencobanya barangkali saja aku dapat mencegah agar luka-luka mereka tidak menjadi lebih hebat."

"Jika demikian, kuharap To-heng segera meno!ongnya," kata Hian Ceng Totiang.

"Di dalam botol ini adalah pil obat mujizat yang dibuat dengan resep rahasia dari partai Bu Tong kami, Pil obat ini dapat mencegah luka-luka di dalam tubuh menjadi buruk sekarang aku berikan masing-masing sebutir," katanya sambil memperlihatkan botol itu.  "Pil obat Tiauw Kie Ku Shin Tan dari partai Bu Tong terkenal dapat menyembuhkan luka-luka di dalam tubuh dan sangat dihargai oleh para jago silat di kalangan Bu Lim," kata Hian Ceng Totiang memuji,

TetapL, pil obat ini tak dapat menghidupkan orang yang sudah mati," sahut Ceng Hian Totiang sambil tersenyum, "Luka-luka Tu-heng dan Sia-heng tak dapat dibikin sembuh dengan makan beberapa pil obat ini. Namun, pil ini dapat menolong banyak agar peredaran darah dapat berjalan lancar, melegakan pernapasan dan meringankan penderitaan nyeri dan luka-luka itu."

Thian Hong Taysu mendongakkan kepala untuk melihat keadaan cuaca, lalu ia berpaling ke delapan belas orang murid-muridnya.

"Lekas kalian bentuk tiga regu dari empat orang untuk menjaga tiga jalan dari lembah itu, dan halau keluar orang- orangnya partai Thian Liong, dan sisanya enam orang bertugas mengintai-intai keadaan di sekitarnya, Bila ada sesuatu yang mencurigakan, kalian lekas-lekas memberitahukan," Thian Hong Taysu memberikan perintahnya,

Perintah tersebut segera dilaksanakan oleh delapan belas orang murid partai Siauw Lim itu. Dua belas orang dari mereka segera membentuk tiga regu menjaga mulut lembah, dan enam murid lainnya meronda dan mengintai-intai keadaan di sekitarnya,

Lalu Thian Hong Taysu berkata kepada kawan-kawannya: "Aku mohon kalian, pemimpin-pemimpin partai, menanti di

tempat masing-masing dengan tenang!"

petunjuk itupun segera dituruti oleh para pemimpin dari beberapa partai itu, bahkan mereka pun masing-masing memerintahkan dua orang muridnya membantui ketiga regu dari partai Siauw Lim. Sambil mengurut-urut janggutnya, Song Bok Totiang berkata:

"Partai Thian Liong telah mengundang kita untuk mengadu ilmu silat Betul di pihak kita telah mengalami luka-luka, namun dendam yang telah berlangsung di antara partai-partai kita boleh dikatakan lenyap sendirinya. jika kali ini kita beruntung dapat lolos dari perangkap-perangkap partai Thian Liong, seterusnya di kalangan Kang-ouw, antara kesembilan partai kita, mungkin tak akan timbul perselisihan lagi!"

itulah yang kita harapkan Setelah bahaya kali ini kita dapat atasi, kalangan Bu Lim akan menjadi tente-ram," sambut Thian Hong Taysu,

Ketika itu Ceng Hian Totiang telah memberikan pil obat yang berwarna putih dan sebesar kacang kedele kepada Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong,

Tampak Hian Ceng Tojin bisik-bisik kepada Sutee-nya: "Jika kita telah kembali ke puncak Kim Teng Hong di

pegunungan Kun Lun, kita harus mengajarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam kepada murid-murid kita," demikian bisiknya Hian Ceng Tojin,

Tong Leng Tojin mengangguk

Justru pada saat itu di angkasa terlihat seekor bangau putih yang besar terbang menukik ke arah mereka, tetapi ketika mendekati kira-kira tiga-empat tombak jauhnya dari mereka, bangau tersebut kembali terbang ke atas berputar- putar di atas para jago silat itu,

Di antara para jago silat itu ada yang belum pernah lihat bangau putih sebesar itu, mereka memperhatikan gerak- geriknya bangau itu dengan perasaan kagum bereampur cemas,

Tiba-tiba terdengar Lie Ceng Loan berseru:

"Bu Koko, apakah bangau putih itu bukannya kepunyaan nya Pek Cici?" Gadis yang berhati polos itu berseru tanpa memikiri akibatnya, dan seruan itu menarik perhatiannya semua orang,

"Betul, bangau kepunyaannya Pek Cici." sahut Bee Kun Bu dengan suara yang perlahan sekali,

Lie Ceng Loan mengulap-ulapkan tangannya kepada bangau putih itu,

Bangau yang cerdas itu, setelah melihat Lie Ceng Loan, segera terbang dan berdiri di sisinya gadis itu,

Bangau sakti itu lebih tinggi daripada Lie Ceng Loan, jenggernya yang merah tersorot matahari, nampaknya sangat garang, Dia kemudian berjalan-jalan di antara para jago silat untuk terus terbang pula, yang dalam sekejap saja telah terbang melalui puncak-puncak gunung dan lenyap dari pemandangan

"Aku yakin bahwa Pek Cici pun sedang mendatangi, bisik Lie Ceng Loan kepada Bee Kun Bu, "Aku ingin sekali menjumpai Pek Cici."

Karena Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu mengawasi mereka, maka Bee Kun Bu tidak menyahuti Sumoy-nya. Tetapi Lie Ceng Loan terus berbisik, katanya:

"Bangau itu menunjukkan kita bahwa Pek Cici tidak jauh lagi dari sini. Pek Cici dengan ilmu silatnya yang maha tinggi pasti dapat membantu dan menolong kita keluar dari sini."

"Loan Moi," peringatkan Bee Kun Bu dengan suara yang lebih perlahan pula, "Kau jangan sembarang omong, Lebih baik kita menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat Aku khawatir kita akan harus bertempur melawan musuh-musuh kita lagi."

Lie Ceng Loan tersenyum dan tidak berkata-kata pula. ia tampak Ceng Hian Totiang dan Supeknya, Hian Ceng

Tojin, sedang memejamkan mata, tengah berusaha menolong Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong, diawasi oleh Thian Hong Taysu, Suasana di situ menjadi sunyi senyap. Sejenak kemudian terlihat Sia-heng bangun berduduk berusaha memulihkan tenaga dalam dan semangatnya, Ketika ia membuka matanya, ia menjadi terperanjat seolah-olah ia baru tersadar dari mimpinya,

"Sia To Heng, kau belum sembuh betuI, lebih baik kau jangan banyak bergerak!" kata Thian Hong Taysu menasehati

Sia Yun Hong bergiliran memandangi Thian Hong Taysu, Ceng Hian Totiang dan Hian Ceng Tojin, Terima kasih atas pertolongan kalian inL." katanya kemudian, "Aku hanya,.," kata Ceng Hian Totiang memotong, TidakZ kata Sia Yun Hong, "Tanpa pil obat yang mujijat itu, mungkin aku sudah mati."

Harus diketahui bahwa Sia Yun Hong yang memiliki ilmu Kong Kie Hu Sin (llmu tenaga dalam melindungi tubuh), meskipun terlupakan Kan Goan Citnya Souw Peng Hai, ia hanya menjadi pingsan karena tersumbat jalan-jalan darahnya, Setelah menelan pil obat dari Ceng Hian Totiang, peredaran darahnya segera pulih kembali, dan iapun menjadi sadar, Tetapi Tu Wee Seng dan Teng Lee yang tidak memiliki ilmu Kong Kie Hu Sin itu, telah menderita luka-luka yang diderita dalam tubuhnya agak berat

Thian Hong Taysu berusaha menolong Teng Lee dengan cara: Tui Kong Kwee Hiat atau Menimbulkan hawa mendorong peredaran darah, dengan mengurut-urut urat syaratnya yang penting, Lama juga Teng Lee baru tersadar dan dapat membuka kedua matanya,

Terima kasih atas pertolongan Taysu, Kami dari partai Siat San tak akan lupa membalas dendam terhadap partai Thian Liong.,." kata Teng Lee setelah sadarkan diri,

"Teng-heng menderita luka parah, pejamkanlah matamu dan mengerahkan tenaga dalam untuk memulihkan peredaran darah," menghibur Thian Hong Taysu, Ketika itu Tu Wee Seng yang ditolong oleh Hian Ceng Tojin pun menyusul siuman dari pingsannya, ia membuka kedua matanya dan tampak Hian Ceng Tojin basah dengan keringat sedang memijat-mijat urat-urat syarafnya,

"Ah, malu aku. Aku selalu suka mengejek-cjek partai Kun Lun, tetapi dia tidak berdendam, bahkan ikhlas menolong aku, Dia betul-betul seorang yang luhur wataknya. Apakah aku ada muka menerima pertoIongannya.,." pikirnya Tu Wee Seng dengan perasaan jengah,

Ia sudah sadar, tetapi masih merasa sakit di beberapa bagian anggota tubuhnya, ia memejamkan matanya lagi dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghilangkan rasa sakitnya,

"Tu-heng, lebih baik kau berbaring," kata Hian Ceng Tojin "Aku akan menguruti urat-urat syarafmu. "

Kemudian Thian Hong Taysu menyuruh dua orang murid dari partai Siat San dan Hua San membuat usungan (gotongan) dari kayu pohon cemara dan rotan Lalu Teng Lee dan Tu Wee Seng setelah diletakkan di atas usungan- usungan, ditotok jalan-jalan darahnya agar mereka tidur nyenyak, orang-orang yang luka telah diurus sebagaimana layaknya.

"Taysu segera tetapkan waktunya untuk kita menerjang keluar dari lembah," kata Tong Leng Tojin kepada Thian Hong Taysu,

Thian Hong Taysu memandangi cuaca,

"Baiklah kita bergerak sekarang," ia berkata, "Jika kita dapat menerobos keluar sebelumnya senja, aku yakin kita akan lebih berhasil menerobos keluar dari pem-bokongan- pembokongan mereka...

Segera ketiga pemimpin partai Kun Lun mencabut pedangnya, dan berjalan menuju ke satu jalan keluar dari lembah tersebut, diikuti oleh Oey Ci Eng, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. "Loan Moi," bisik Bee Kun Bu, "Kau jalan di sebelah , kanan dan aku di sebelah kiri, di belakang Suhu dan Susiok,"

Lie Ceng Loan mengangguk dan tersenyum

Lalu Thian Hong Taysu menoleh ke arah Song Bok Totiang dan Sin Goan Tong,

"Kalian berdua masing-masing memimpin empat orang murid menjaga kedua sayap rombongan!" ia mengatur

lebih jauh.

demikianlah para jago silat dari kesembilan partai mulai bergerak untuk menerobos keluar lembah di bawah pimpinan Thian Hong Taysu yang memiliki ilmu silat tertinggi, dan yang mereka hormati dan taatL

"Kalian sudah mengetahui bahwa kita akan menghadapi musuh dan perangkapnya, Menurut pendapatku, lebih baik kita mempersatukan tenaga dari semua partai-partai kita menerobos keluar dengan mengambil jalan yang tengah!" kata Thian Hong Taysu menyarankan

"Petunjuk Taysu kita pasti turut!" sahut para jago-jago silat "Terima kasih," kata Thian Hong Taysu, "Partai Thian

Liong telah membikin persiapan untuk memusnahkan kita

semua, maka seharusnya kita menggempur mereka dengan sekuat tenaga, Aku harap selagi kita menghadapi bahaya bersama, kalian dapat menyingkirkan segala dendam di antara kita, untuk bersatu padu melabrak musuh kita bersama- sama!"

Segera semua mereka berjalan maju dengan senjata terhunus menuju ke jalan yang di tengah. orang-orang dari partai Kun Lun yang bertindak sebagai pelopor sudah mulai memasuki jalan itu, di belakangnya berjalan Thian Hong Taysu yang diikuti oleh kedelapan belas orang murid- muridnya. Kini mereka telah memasuki jalan sejauh dua puluh tombak lebih, tapi masih tak tampak sesuatu yang mencurigakan

"Suheng, mengapa kita tidak melihat gerakan-gerak-an mereka?" kata Tong Leng Tojin bisik-bisik kepada Hian Ceng Tojin, "Apakah Souw Peng Hai hanya me-nakut-nakuti kita saja...?"

Belum lagi habis kata-kata Tong Leng Tojin itu, ketika mereka melihat lima orang gadis, yang berpakaian aneka warna dengan masing-masing memegangi serupa alat musik dan pedang memancang di punggungnya, berjalan keluar dari suatu tikungan menghampiri ke arah mereka,

Tong Leng Tojin segera memperhatikan kelima gadis tersebut yang masing-masing mengenakan pakaian yang berlainan warnanya yakni merah, kuning, biru, putih dan hitam, sesuai dengan bendera-bendera cabang dari partai Thian Liong, Kelima gadis tersebut berhasil dan mengambil sikap menghalau majunya rombongan Thian Hong Taysu,

Tanpa menegurnya lagi, Tong Leng Tojin lompat menyerang kelima gadis tersebut dengan pedangnya, tetapi segera dicegah oleh Hian Ceng Tojin,

"Sutee, kita harus bertindak hati-hati!" Hian Ceng Tojin menasehatkan,

Terlihat gadis yang berbaju kuning memetik tali gitarnya, dan keempat gadis lainnya segera menyambutnya dengan memetik alat-alat musik masing-masing sehingga di dalam waktu sekejap saja suasana menjadi riuh dengan suara alat- alat musik itu,

Tong Leng Tojin mendekati dan menyaksikan bahwa kelima gadis itu memainkan alat-alat musiknya dengan tenang seolah-olah tidak menghiraukan keadaan di sekitar mereka.

"Minggir!" bentak Tong Leng Tojin, Gadis yang berpakaian kuning mendongak dan tersenyum, lalu berjalan pergi, diikuti oleh gadis-gadis lain-nya.

Mereka berjalan demikian perlahannya dan jalan yang dilalui sangat sempit, maka Tong Leng Tojin terpaksa mengikuti dengan berjalan perlahan pula,

Hian Ceng Tojin dan Giok Cin Cu dengan pedang terhunus dan sikap waspada berjalan di belakangnya Tong Leng Tojin,

Setelah mereka berbelok di suatu tikungan, keadaan menjadi berubah, Mereka menghadapi suatu lapangan luas dua bauw penuh dengan pohon-pohon bunga yang indah. Kelima gadis tersebut segera menerobos masuk ke dalam pohon-pohon bunga itu,

Tong Leng Tojin mengejar, tetapi Hian Ceng Tojin lagi-lagi mencegah dengan peringatan

"Di musim rontok ini kita masih menjumpai pohon-pohon bunga yang segar, lagipula pohon-pohon bunga itu diaturnya demikian rupa, merupakan suatu perangkap! Kita harus curiga dan bertindak hati-hati!"

Rombongan yang dipimpin oleh Thian Hong Taysu pun telah tiba di hutan pohon-pohon bunga itu, ia dapat mendengar kata-katanya Hian CengTojin. ia mengawasi pohon-pohon bunga itu dengan seksama.

"Betul! Bunga-bunga itu adalah buatan manusia.,." serunya, To-heng, paham akan ilmu Ngo Heng Shin Hak (ilmu lima langkah melalui rintangan), aku minta To-heng menjelaskan cara-caranya untuk melalui pohon-pohon bunga itu."

"Akupun sudah lama mendengar bahwa To-heng bertapa di kuil Sam Ceng Koan untuk mempelajari Ngo Heng Shin Hak, maka hutan pohon-pohon bunga itu tak akan merupakan suatu teka-teki bagiku To-heng," berkata Ceng Hian Totiang, "Betu!, Pohon-pohon bunga ini dipasang berseling warnanya dengan cara sebaiknya daripada Ngo Heng, untuk menerobos masuk, harus lakukan bersama-sama," kata Hian Ceng Tojin menjelaskan Ceng Hian Totiang tersenyum.

"Aku bersedia diri masuk lebih dulu bersama To-heng."

Lalu Ceng Hian Totiang mulai memasuki pohon-pohon bunga yang berwarna biru, dan Hian Ceng Tojin masuk dari pohon yang bunganya berwarna merah, Tiba-tiba terdengar seruannya Bee Kun Bu: "Suhu! jangan sembarangan masuk! Hutan pohon-pohon bunga itu. W

Tutup mulutmu!" bentak Tong Leng Tojin, tetapi ia tidak meneruskan karena ia ingat akan peristiwa Bee Kun Bu yang tidak terluka meskipun diserang oleh Kan Goan Citnya Souw Peng Hai.

Bee Kun Bu segera tutup mulut, tetapi ia betot ujung bajunya Lie Ceng Loan dan Oey Ci Eng untuk merundingkan siasat melalui hutan pohon-pohon bunga itu. Tampak Bee Kun Bu menunjuk-nunjuk seolah-olah memberi petunjuk tentang cara-cara melalui perangkap tersebut Ketika itu semua mata ditujukan kepada Ceng Hian Totiang dan Hian Ceng Tojin, hanya Thian Hong Taysu seorang yang memperhatikan Bee Kun Bu.

Setelah Ceng Hian Totiang dan Hian Ceng Tojin masuk ke dalam hutan pohon-pohon bunga tersebut, suara musik menjadi semakin bisingkan telinga, Ceng Hian Totiang merasa pusing dan menebas pohon di depannya, tetapi pedangnya lantas terpental membalik, karena pohon-pohon itu ternyata terbuat dari besi yang dicat merupakan sebuah pohon. Segera lain-lain pohon-pohon buatan manusia itu bergoyang-goyang. Bunga-bunganya yang berwarna-warni itu membikin mata ber- kunang-kunang, ia berhenti untuk mencari jalan maju, begitu pula Hian Ceng Tojin,

Semula para jago silat mengagumi keberaniannya Ceng Hian Totiang dan Hian Ceng Tojin, kini menampak mereka berhenti kebingungan akan gangguan suara musik dan perubahan warna dari bunga-bunga yang ber-goyang-goyang, para jago silat itu menjadi cemas!

Suara musik mendadak lenyap, Hian Ceng Tojin dan Ceng Hian Totiang mulai maju lagi, tapi segera juga suara musik terdengar pula, Suatu keanehan terjadi Kedua pemimpin itu berlari-lari terputar-putar tak dapat maju!

Sia Yun Hong menghela napas,

"Rupanya kedua To-heng itu telah terjebak," kata-nya, "Mereka tak dapat maju atau mundur Aku harus masuk menolong mereka!"

Tong Leng Tojin, Giok Cin Cu dan Tio Ceng Taysu lalu maju masuk dengan pedang terhunus, tetapi mereka dicegah oleh Thian Hong Taysu,

"Sabar! siapakah tidak mengetahui bahwa Hian Ceng Tojin paham akan ilmu Ngo Heng Shin Hak! Mustahil kalian lebih pandai daripada dia?"

"Telapi kita tak dapat berpeluk tangan tanpa berbuat sesuatu untuk menolong mereka?" sahut Tong Leng Tojin.

Thian Hong Taysu maju dua langkah, dan dengan toyanya, ia memukul pohon yang terdepan sekuat tenaga,

"Kaiian lihatlah, aku telah pukul pohon tersebut dengan tenaga sebesar seribu kati, yang biasanya dapat menghancurkan batu," kata Thian Hong Taysu, Tetapi ternyata pohon tersebut tak terobohkan! Oleh karena itu, jika kita tidak paham akan ilmu Ngo Heng Shin Hak, kita jangan sembarangan menerobos masuki"

sementara itu Hian Ceng Tojin dan Ceng Hian Totiang masih berlari-lari menuruti irama musik, mereka telah basah kuyup dengan keringat. pemandangan itu membuat Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu merasa sangat cemas!

Dalam pada saat yang tegang itu tiba-tiba terdengar Bee Kun Bu memperingatkan Sumoy dan Suhengnya: "Suheng, Sumoy, jangan lupa langkah dan kedudukan yang kusebutkan tadi!" Lalu dengan pedang terhunus ia meloncat masuk ke dalam hutan pohon-pohon bunga itu, diikuti oleh Oey Ci Eng dan Lie Ceng Loan,

"Anak yang tak mengenal mampus!" seru Tong Leng Tojin seorang diri, tetapi ia tak berani mencegahnya, karena perbuatan Bee Kun Bu bertiga itu adalah untuk memberikan pertolongan

Bee Kun Bu menyerbu di tengah-tengah, sedangkan Lie Ceng Loan membelok ke kanan dan Oey Ci Eng ke kiri, Gerakan mereka cepat sekali, dalam sekejap mata mereka sudah berada di dekat Hian Ceng Tojin,

Semua orang yang menyaksikan perbuatan mereka itu menjadi terperanjat

"Rupanya mereka telah mengetahui cara-cara untuk menerobos keluar dari perangkap yang berbentuk hutan pohon-pohon bunga ini!" bisik Giok Cin Cu kepada Tong Leng Tojin, yang hanya mengangguk-angguk dengan perasaan kagum!

Bee Kun Bu memecahkan siasat perangkap hutan pohon- pohon bunga

Bee Kun Bu berhasil menolong gurunya dan Ceng Hian Totiang menebas sebuah pohon bunga. Dengan terdengarnya suara "tang" dari beradunya logam, pohon bunga tersebut tertebas putus!

"Kelima gadis yang memetik gitar itu telah totok jalan darahnya, mereka telah tak berdaya pula, sekarang kita dapat menerobos keluar dari perangkap pohon-pohon bunga ini tanpa bahaya lagi!" seru Bee Kun Bu kepada gurunya,

Hian Ceng Tojin tersenyum

"Kau gunakanlah pedangku ini untuk memimpin rombongan kita keluar!" Dengan laku yang hormat Bee Kun Bu sambuti pedang dari tangan gurunya, lalu ia menghampiri Oey Ci Eng dan Lie Ceng Loan, dua saudara seperguruannya,

"Jika kalian diserang musuh, kalian harus menghindarkannya dengan langkah ajaib yang aku telah beritahukan lalu balas menyerangnya agar tidak dibikin tersesat. " Segera ia menebas pohon-pohon di depannya,

Tenaganya besar sekali, dalam tempo sekejap saja, telah dapat ditebas tiga belas buah pohon, Dengan demikian ia telah berhasil membuka jalan,

"O Mi To Hut!" seru Thian Hong Taysu, "Dia betuI-betul seorang jago silat yang lihay!" iapun bertindak masuk ke dalam hutan pohon-pohon bunga itu, diikuti oleh yang lain- lainnya.

Hutan pohon-pohon bunga yang luasnya dua bauw itu dari luar kelihatannya lebat sekali, akan tetapi setelah Thian Hong Taysu masuk ke dalamnya, ternyata tidaklah sedemikian lebat dan membingungkan orang,

"Mengapa Hian Ceng Tojin dan Ceng Hian Totiang telah dapat disesatkan?" ia bertanya dalam hati dengan heran, Tapi kemudian ia berpaling kepada rombongannya dan berkata:

"Rintangan pertama telah dapat disingkirkan berkat ketangkasannya murid dari partai Kun Lun. Namun menurut dugaanku, mungkin masih terdapat banyak pe-rangkap- perangkap lainnya, kita harus berlaku lebih hati-hati."

Demikianlah Thian Hong Taysu memperingatkan para jago silat itu sambil mengikuti Bee Kun Bu yang membuka jalan dengan Lie Ceng Loan dan Oey Ci Eng di sebelah kanan dan kirinya sebagai pelindung,

Dalam waktu kira-kira seperempat jam Bee Kun Bu bersama rombongan berhasil menerobos keluar dari hutan itu,

pemandangan di luar hutan sangat berlainan Mere-ka menghadapi lereng gunung yang curam, Di sebelah kanan lereng gunung itu terlihat air terjun yang menumpahkan airnya ke suatu sungai Di sebelah kiri terlihat suatu jalan gunung yang sempit

"Kita terpaksa harus mengambil jalan yang sempit itu," Jcata Thian Hong Taysu, "Entah perangkap apalagi , yang kita akan hadapi!"

"Aku masih hijau," kata Bee Kun Bu sambil menoleh ke arah Tong Leng Tojin, "Namun jika kalian memperkenankan dan mempereayainya, dengan segenap hati aku akan memimpin jalan."

Thian Hong Taysu menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.

"Kami tentu merasa girang jika kau rela membuka jalan."

Baru saja Bee Kun Bu bertindak maju, tiba-tiba terdengar suara meraungnya harimau dan binatang-bina-tang buas lainnya yang mengejutkan mereka,

"Aku pernah mendengar bahwa partai Thian Liong mempunyai orang-orangyang dapat mengendalikan bina-tang- binatang buas. Binatang-binatang buas yang suaranya tata dengar itu mungkin dilepaskan mereka untuk menyerang kita!" kata Sia Yun Hong,

"O Mi To Hut!" puji Thian Hong Taysu, "Jika demi-kian, partai Thian Liong betul-betul kejam!" Lalu ia berkata kepada Bee Kun Bu: "Kau yang bertugas memelopori jalan, harus hati- hati!"

Bee Kun Bu hanya tersenyum, dan dengan pedang terhunus ia berjalan maju,

Thian Hong Taysu meminta Hian Ceng Tojin, Tio Ceng Taysu, Sin Goan Tong dan empat muridnya mengikuti Bee Kun Bu untuk memberikan bantuan jika perlu,

Mereka berjalan sejauh dua lie dengan jalan yang ditempuhnya semakin sempit, tapi mereka belum menjumpai binatang-binatang buas yang suaranya terdengar tadi, Tiba-tiba Bee Kun Bu berhenti ia mengawasi ke arah kubu batu yang tersembunyi di dalam semak belukar Para jago silat pun ikut menunjukkan pandangan matanya ke arah kubu batu tersebut Kubu batu tersebut hanya sebesar sebuah rumah kecil, dan dijaga oleh hanya dua orang, Yang membuat mereka heran ialah kedua orang itu berdiri diam seperti patung, tidak menghiraukan segala sesuatu di sekitarnya

Thian Hong Taysu mendekati Bee Kun Bu.

"Kubu batu yang tersembunyi itu dan dijaga hanya dua orang apakah maksudnya? Kita harus menyelidiki dengan seksama sebelum menerjang maju!" kata Thian Hong Taysu,

Bee Kun Bu mengangguk: "Betul! Kita harus menyelidiki du!u!" sahutnya,

"Untuk menghindari kita masuk perangkapnya, lebih baik kita suruh salah satu orang untuk menyelidiki lebih duIu.,." kata Thian Hong Taysu mengusulkan

Tampak Sin Goan Tong bertindak maju ke muka.

Taysu, perkenankanlah aku yang pergi menyelidiki-nya!" ia mengajukan diri.

Lalu Thian Hong Taysu menyuruh seorang muridnya menyertai Sin Goan Tong.

Kedua orang itu segera mendekati kubu batu tersebut mereka bertiarap dan memperhatikan bahwa kedua penjaga itu bersenjatakan lingkaran (gelang) tembaga berdiri diam seperti patung!

Shin Goan Tong sebagai seorang pemimpin partai Kong Tong dan telah berpengalaman di kalangan Kang-ouw harus bertindaic Setelah ia menoleh ke belakang memandang kawan-kawannya, ia meloncat ke kubu batu itu.

Tetapi kedua penjaga itu tetap tidak bergerak, Rupanya mereka telah ditotok jalan darahnya, Sin Goan Tong lalu dengan tangan kanannya memegang lingkaran tembaga dari seorang penjaga itu. Ketika itu Thian Hong Taysu dan lain-Iainnya pun telah mendatangi

Melihat Sin Goan Tong memegang lingkaran tembaga dari salah seorang penjaga itu, Thian Hong Taysu segera mencegah dengan seruannya: "Sin Sicu, lepaskan tanganmu!" Tetapi peringatan itu telah terlambat Batu-batu gunung yang berdekatan kubu batu tersebut bergerak, dan segera terlihat keluarnya segumpal seperti asap hitam dan tebal menyerang di atas mereka,

Bee Kun Bu yang berada di sebelah kanannya Thian Hong Taysu menjadi terkejut karena ia melihat bahwa asap yang hitam dan tebal itu adalah serombongan tawon-tawon hitam, Sambil berseru: "Celaka!" ia segera me-nutar-mutar pedangnya menyerang tawon-tawon yang lalang menyerbu itu. Thian Hong Taysu, Hian Ceng Tojin dan lain-Iainnya pun segera mengebut-ngebutkan lengan bajunya menghalau tawon-tawon itu, Akhirnya mereka berhasil membunuh atau mengusir tawon-tawon yang hitam itu!

"Ai! Karena kesembronoanku, aku telah membikin susah kalian!" kata Sin Goan Tong menyesal.

Lalu ia memimpin jalan dengan berlari-Iari melalui kubu batu tadi, jalan yang ditempuh makin lama makin sempit, dan ketika mereka melalui suatu jalan di tengah-tengah kedua lereng gunung yang curam, suasana menjadi gelap, hawanya pun sangat lembab, sehingga sukar ber-napas,

Mereka berjalan terus dengan waspada, mereka keluar dari jalan yang sempit itu dan tiba di suatu lembah untuk segera menjadi terperanjat karena mereka menyaksikan bergelimpangan nya bangkai-bangkai macan, singa dan lain- Iain binatang buas,

"Betul-betul rendah perbuatannya orang-orang partai Thian Liong!" kata Hian Ceng Tojin, "Mengapa mereka mempergunakan siasat yang busuk ini untuk membinasakan lawan-lawannya? Tapi siapakah yang telah membunuh binatang-binatang buas ini?"

"Dugaanku mungkin ada orang yang diam-diam membantu kita," kata Thian Hong Taysu. Tentulah penolong itu yang membunuh mati binatang-binatang buas itu."

"Menurut dugaan Taysu, siapakah penolong kita itu?" tanya Sin Goan Tong.

"Siapa? Aku tak mengetahui. Tetapi sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah seorang jago silat yang lihay!" jawab Thian Hong Taysu,

"Betul!" Menyambung Hian Ceng Tojin, "Karena dia lebih dulu harus bertempur dengan orang-orangnya partai Thian Liong sebelumnya dia berhasil membunuh mati binatang- binatang buas itu!"

Thian Hong Taysu tersenyum. "Aku yakin bahwa jago silat itu memiliki ilmu silat jauh lebih tinggi daripada ilmu silat kita."

Tetapi." pikir Hian Ceng Tojin, jago-jago silat dari kesembilan partai semuanya sudah berada di sini, Tidak salah lagi tentu dia yang datang membantu M ia ingin menyebut

namanya penolong itu, tetapi ia membatalkan maksud nya,

Mereka berjalan terus melalui bangkai-bangkai binatang buas itu dan juga beberapa orang-orangnya partai Thian Liong yang sudah tak berdaya karena telah ditotok jalan darahnya,

Setelah mereka berjalan lagi enam-tujuh lie jauhnya, mereka tiba di suatu simpang jalan dari mana tampak seorang gadis cantik luar biasa yang mengenakan baju kuning dari sutera, sedang jalan mendatangi Para jago silat yang melihatnya segera menundukkan kepala, tetapi Lie Ceng Loan segera berseru: "Pek Cici!" dan lari mendapatkannya. ia menubruk dan memeluk gadis itu dengan mesra sekali Ketika itu para jago-jago silat baru mengangkat kepalanya pula dan mengawasi gadis itu yang belum dikenal oleh sebagian besar dari mereka itu, Dia adalah Pek Yun Hui dari pegunungan Koat Cong San yang wajahnya cantik elok dan memiliki ilmu silat yang sangat tinggi!

Pek Yun Hui tersenyum kepada Lie Ceng Loan.

"Loan Moi, aku harus menghaturkan selamat ke-padamu, karena hari ini kau memperoleh kesempatan untuk membalas dendam terhadap orang yang membunuh mati ayahmu!"

Lie Ceng Loan terkejut dengan kedua matanya terbelalak "Siapakah yang telah membunuh mati ayahku?" tanyanya

heran,

Entah darimana datangnya, Ngo Kong Taysu muncul sekonyong-konyong,

"Orang yang membunuh mati ayahmu adalah Ouw Lam Peng, seorang pemimpin cabang dari partai Thian Liong!" katanya menjelaskan

Lie Ceng Loan menubruk Ngo Kong Taysu dan menangis tersedu-sedu, seraya berkata:

"Mengapa Supek selalu berdusta, mengatakan bahwa aku anak yatim piatu, Kini aku baru mengetahui bahwa ayahku dibunuh orang!"

"Selama berapa belas tahun aku simpan rahasia ini terhadapmu," sahut Ngo Kong Taysu dengan nada menghibur "karena aku khawatir hatimu terluka dengan akibat kau tidak sungguh-sungguh mempelajari ilmu silatmu. Nah, ini adalah surat dari ibumu, dan kau boleh membaca nya!" Dari dalam sakunya ia keluarkan sepucuk surat yang dibungkus dengan kain sebagai sampul

Lie Ceng Loan menyambuti surat tersebut dengan air mata bereucuran

sebetulnya bungkusan yang berisi surat ini disimpan oleh Giok Cin Cu yang menyerahkan itu kepada Na Siao Tiap di pegunungan Koat Cong San. Kemudian Na Siao Tiap menyerahkannya lagi kepada Pek Yun Hui. Pek Yun Hui menyerahkannya kepada Ngo Kong Taysu untuk diteruskan kepada Lie Ceng Loan.

Terdengar Pek Yun Hui dengan suara keras berkata kepada jago-jago silat dari kesembilan partai itu:

"Kini Souw Peng Hai dengan kelima pemimpin-pemimpin cabang pertainya serta murid-muridnya sedang menanti di luar lembah ini!" Lalu ia menghampiri dan membisiki Lie Ceng Loan: "Loan Moi, kau harus berlaku tabah, sekarang adalah kesempatan baik untuk kau membalas dendam sakit hati ayahmu!"

"Betul, kati ini aku harus dapat membunuh mati pembunuh ayahku!" jawab Lie Ceng Loan dengan sungguh-sungguh.

Ngo Kong Taysu tak dapat berbuat lain, ia hanya mengawasi anak angkatnya itu dengan berdiri terpaku.

Pek Yun Hui menarik tangannya Lie Ceng Loan dan berjalan maju seolah-olah memimpin semua jago-jago silat dari kesembilan partai itu, yang telah dikagumkan dan terpesona oleh kelihayannya Pek Yun Hui yang telah membunuh mati sekian banyaknya binatang buas! 

Setelah mereka berjalan melalui dua pengkolan, di depan mereka tampak suatu lapangan yang luas, di mana jago-jago silat dari partai Thian Liong tengah berdiri menanti kedatangan mereka, Souw Peng Hai berdiri paling depan dengan toya di tangan.

Melihat rombongan yang dipimpin oleh Pek Yun Hui, Souw Peng Hai membentak:

"Aku si tua bangka telah yakin bahwa kita tak dapat hidup bersama-sama di dunia ini. Hari ini, aku atau kau yang harus binasa!"

"Aku telah memperingatkan kau berulang kali.." jawabnya Pek Yun Hui, sikapnya tetap tenang, "Cukup! Tutup mulutmu!" bentak Souw Peng Hai.

Pek Yun Hui menjadi naik darah, tetapi Thian Hong Taysu tampil ke muka,

"Bukankah Souw Cong Piauw bermaksud bertempur dengan kami dari kesembilan partai silat? Mengapa sekarang kau berubah maksud? Aku yang sudah berusia lanjut tak gentar melawan kau!" Thian Hong Taysu berkata sambil memotong,

"Lebih baik kau mundur! Biarlah Pek Siocia yang bertempur dengan aku!" ejeknya Souw Peng Hai.

Thian Hong Taysu mengangkat toyanya menuding: "Usiaku sudah hampir delapan puluh tahun, aku tak akan

menyesal, bahkan bangga jika aku mati bertempur melawan kau!" bentaknya,

"Hei, Souw Peng Hai! Sekali lagi kuperingatkan, pikirlah masak-masak akan perbuatanmu! Jika kau masih juga tidak insyaf akan perbuatan-perbuatanmu yang keji, aku terpaksa turun tangan!" seru Pek Yun Hui meng-ancam,

Datam suasana yang tegang itu, tiba-tiba terlihat asap mengepul dari lembah gunung dan munculnya empat gadis yang mengenakan jubah putih mengiring seorang gadis yang berbaju sutera biru dan memeluki sebuah gitar,

Sesaat pula dari atas angkasa terdengar suara jeritnya seekor bangau, secepat kilat terbang turun di depan Pek Yun Hui. Dari punggung bangau itu segera meloncat turun dua wanita yang satu cantik dan yang lain jelek parasnya, Mereka itu adalah Giok Siu Sian Cu dan Pang Siu Wie!

Sin Goan Tong yang sudah lama berkelana mencari Giok Siu Sian Cu menjadi terharu melihat wanita idaman- idamannya itu, "Giok Siu Sian Cu!" ia memanggil dan lari menghampiri tanpa menghiraukan orang-orang di kanan kirinya.

Giok Siu Sian Cu mengawasi dengan kedua mata melotot sehingga Sin Goan Tong tidak berani maju lebih dekat lagi Lalu sambit membetot-betot tangannya Pang Siu Wie, ia menghadap Pek Yun Hui. Mereka memberi hormat dengan membungkukkan tubuh:

"Kami telah datang untuk menanti perintah lebih lanjut!" katanya,

Pek Yun Hui tersenyum. "Kalian tunggu di bela-kangku!" sahutnya, ia mengebutkan lengan bajunya, dan segera terlihat Sin Goan Tong terhempas mundur oleh hembusan anginnya.

Para jago jago silat terperanjat menyaksikan hebatnya kebutan lengan baju itu, dan semua perhatian ditujukan ke arah gadis itu.

Sin Goan Tong yang menganggap dirinya dipermainkan menjadi gusar.

"Siocia, apa artinya berbuat demikian terhadap aku?" tegurnya,

"Sin Locianpwee, aku hanya sedang bicara dengan Giok Siu Sian Cu, aku tidak ingin kau datang mengganggu!" sahut Pek Yun Hui dengan tenang,

Sebagai pemimpin partai silat Kong Tong, Sin Goan Tong tak puas dengan jawaban itu, ia membentak:

"Apakah kau melarang aku bicara kepadanya?" Lalu ia bertindak maju dengan sikap menantang.

Suasana menjadi tegang, dan para jago silat merasa cemas atas perbuatannya Sin Goan Tong itu.

"Aku tidak mempunyai urusan dengan kau, aku minta kau jangan mengganggu aku pula!" Giok Siu Sian Cu balas membentaknya, Mendengar jawaban Giok Siu Sian Cu yang bersikap dingin itu, Sin Goan Tong merasa kecewa,

"Aku senantiasa menghargai dirimu, tetapi mengapa Siocia demikian dingin terhadap aku?"

"Sin Goan Tong," sahut Giok Siu Sian Cu, "Aku menasehatkan kau jangan mengganggu aku lagi, atau aku terpaksa menyerang kau!"

jawaban yang ketus itu membikin Sin Goan Tong menjadi sangat malu,

Lalu terdengar Souw Peng Hai tertawa gelak-gelak: "Bagus! Bagus! sebetulnya kita sudah siap sedia

bertempur melawan kalian, Tetapi rupanya kita datang untuk

menyaksikan suatu pertempuran di antara kalian!"

Thian Hong Taysu jalan menghampiri Sin Goan Tong. "Sin Sicu, aku minta kau tengok kepentingan kita semua,

janganlah melakukan sesuatu yang dapat merugikan pihak kita," kata Thian Hong Taysu menasehat-kan.

Sin Goan Tong menundukkan kepala, berpikir se-jenak, lalu mengikuti Thian Hong Taysu mundur ke belakang,

Souw Peng Hai mengangkat toyanya dan menantang: "Siapakah di antara kalian yang ingin mencoba jari sakti

Kan Goan Citku!"

Thian Hong Taysu bertindak maju, "Aku sudah bilang bahwa akulah yang ingin mencoba-coba jari sakti-mu!"

Lalu dengan toyanya ia maju hendak menyerang lebih dulu, tetapi Pek Yun Hui segera meloncat di depannya,

Taysu yang telah dipilih sebagai pemimpin, tak seharusnya turun tangan sendiri Biarlah aku yang coba Kan Goan Citnya!" kata Pek Yun Hui, dan iapun lalu hadapi Souw Peng Hai: "Semua perangkap-perangkapmu yang kau pasang dengan jerih payah, telah dibakar musnah oleh aku! Kecuali bangunan yang kau diami, kau tak mempunyai bangunan lain lagi."

Ketika itu tampak Tan Pao berlari-lari mendatangi, ia menghadap Pek Yun Hui dengan laku yang hormat: "Perintah Kongcu untuk membebaskan para jago silat yang dipenjara oleh partai Thian Liong, termasuk Tio Pan Taysu dari partai Ngo Bi, telah kulaksanakan. "

"Cukup! Lekas ke belakang!" memotong Pek Yun Hui menyuruhnya berlalu.

Mendengar bahwa semua perangkap dan bangunan- bangunan partai Thian Liong telah dimusnahkan para jago silat dari kesembilan partai menjadi sangat giraflfc

Pek Yun Hui maju beberapa tindak mendekati Souw Peng Hai: "Kau anggap perangkap-perangkapmu sangat sempurna, tak mudah ditembusi, maka kau telah memimpin semua orang-orangmu dan mengosongkan markas besarmu sehingga dengan bebas dan leluasa aku dapat niemasukinya. "

"Kau sangat menghina aku!" bentak Souw Peng Hai dan dibarengi dengan sodokan toyanya, serangan toya yang dapat menghancurkan batu itu, berhasil diegosi dengan mudah oleh Pek Yun Hui

Menampak sodokan maut ketuanya meleset, maka pemimpin-pemimpin dari kelima cabang partai Thian Liong maju Tiendak mengerubuti nya.

"Hei Souw Peng Hai!" bentak Giok Siu Sian Cu, "perbuatanmu yang tidak tahu malu!" sambil meloncat melindungi Pek Yun Hui dengan memutar-mutarkan seruling batu Gioknya,

justru pada saat itu terdengar petikan tali gttar dan serunya Na Siao Tiap: "Berhenti!" Getaran tali gitar yang dipetiknya itu sudah cukup mengejutkan semua orang, karena mereka merasa seolah- olah jantungnya tertumbuk palu seberat seribu kati

Souw Peng Hai dan kelima pemimpin cabang partai nya juga segera menunda serangannya,

Dengan tenang Pek Yun Hui mengambil pedang Lie Ceng Loan, lalu berkata dengan suara keras: "Keempat iblis dari propinsi Sucoan yang menjadi pengawal Souw Peng Hai paling berat dosanya, Maka aku akan membunuh mati mereka berempat lebih dulu!"

Bi asa nya keempat iblis tersebut selalu berada di kanan kirinya Souw Peng Hai, akan tetapi ketika itu mereka berdiri di belakang ketuanya, Jika Pek Yun Hui tetap hendak membunuh mereka, ia terpaksa harus menerobos melewati Souw Peng Hai dan kelima pemimpin cabang partainya, Pek Yun Hui agak ragu-ragu.

Ong Han Siong membuka kipas bajanya perdengarkan suara tertawanya dan tantangannya: "Siasat Su Siang Ceng dari keempat iblis propinsi Sucoan itu sudah terkenal di kalangan Kang-ouw. Kau pasti tak dapat melawan mereka, Bukankah ketiga pemimpin partai Kun Lun tak mampu melawan mereka? Lebih baik kau tan-dingi aku dulu!"

Tantangan itu menimbulkan kecurigaannya Pek Yun Hui akan tipu muslihatnya Ong Han Siong,

"Su Siang Ceng dari keempat iblis itu hanya siasat kanak- kanak, Tetapi karena kau hendak bertempur dengan aku, akupun tak akan meno!aknya!" sahut Pek Yun Hui dengan tenang, lalu mengawasi wajahnya Ong Han Siong,

Ketika Ong Han Siong hendak menyerang, segera ia ditahan oleh Souw Peng Hai.

"Ong Piauw Touw, sabar Aku ada omongan!" katanya

:sanibjl terus menoleh ke arah lawannya. "Usaha-usaha yang kurancangkan dengan susah payah selama sepuluh tahun telah dimusnahkan olehmu, Kita tak dapat hidup bersama- sama di dunia ini, aku hidup atau kau binasa!"

"Souw Cong Piauw, kau sungguh-sungguh berniat tempur aku?" kata Pek Yun Hui mengejek, "Aku se-nantiasa siap sedia! Tetapi kau harus menanti aku membunuh mati lebih dulu keempat iblis dari propinsi Sucoan itu!"

ucapannya ia barengi dengan satu tusukan pedang, Tusukan itu ia lancarkan dengan menggunakan tenaga dalam, segera terasa hembusan anginnya menyerang ke depan, cahaya pedangnya menyilaukan mata,

Souw Peng Hai mengegoskan diri menghindar serangan, demikianpun kelima pemimpin cabang partainya terpaksa menyingkir

Suara jeritan yang memilukan hati terdengar segera dan tertampak keempat iblis dari propinsi Sucoan satu demi satu jatuh terbunuh dengan tubuh berlumuran darah!

Ketika cahaya pedang fo)gyap, Pek Yun Hui sudah berada kembali di tempatnya semula.

serangan pedang yang dilancarkan demikian cepatnya dan yang berhasil membunuh mati empat pengawal Souw Peng Hai sekaligus telah mempesona orang yang menyaksikannya, sehingga mereka berdiri terpaku bagaikan patung,

Lalu sambil mengayun pedangnya Pek Yun Hui berkata kepada Souw Peng Hai:

"Souw Peng Hai, jika kau mau turut nasehatku, bubarkanlah segera partai Thian Liongmu, Lalu kau cari sebuah tempat di pegunungan dan tinggal dengan tenang untuk menikmati hari tuamu, Tetapi jika kau tetap tidak mau insyaf, maka hari ini. "

Sekonyong-konyong, sambil menjerit dengan beringas dan sekuat tenaga Souw Peng Hai menyerang dengan jari sakti Kan Goan Citnya! "Kau mencari mati!" bentak Pek Yun Hui sambil mencelat ke atas, dan menggunakan ilmu jari mujizat Kan Goan Cit pada tangan kiri nya.

justru pada saat itu pun terdengar seruannya Na Siao Tiap. "Rasai Hian Bun It Goan Kong Kieku (tenaga dalam sakti)!"

Suara ucapannya masih berkumandang, Souw Peng Hai terdengar menjerit, dan tertampak tubuhnya terlempar satu tombak jauhnya!

Serangan secepat kilat itu tak seorangpun yang dapat melihatnya dengan tegas,

Ketika Na Siao Tiap melihat Souw Peng Hai mulai melancarkan Kan Goan Citnya, ia insyaf bahwa Souw Peng Hai telah menjadi nekad dan bermaksud membunuh mati Pek Yun Hui dengan satu kali serangan ia berpendapat bahwa Pek Yun Hui belum sempat mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk menangkis jari sakti lawannya, Maka ia segera lempar gitarnya, dan lari menyerang dengan melancarkan ilmu Hian Bun It Goan Kong Kie, setelah tangan kirinya lebih dulu menolak serangan Kan Goan Cit dengan ilmu Pan Tan Cong Lek, membelokkan ke arah lain,

Setelah berhasil membikin Souw Peng Hai terpental, Na Siao Tiap meneruskan menyerang kelima pemimpin cabang partai Thian Liong, Terlihat tinju kanannya memukul secepat kilat ke arah kepala atau mukanya kelima pemimpin cabang itu. Muka mereka menjadi bengkak serta memuntahkan darah dari mulutnya!

"Ayo! Mundur jika kalian masih ingin hidup!" bentak Na Siao Tiap.

Meskipun mereka terserang dan menderita luka, namun sebagai pemimpin, mereka masih penasaran dipermainkan oleh seorang gadis,

"Hei anak kemarin dulu!" Mo Lun membentak, "Kau jangan menjual lagak di hadapan kami! Rasai Ngo Tok Im HongCiangku (tinju beracun)!" Segera ia membarengi dengan jotosannya ke arah Na Siao Tiap,

Para jago silat yang sudah kenal Ngo Tok Hong Ciang dari Mo Lun merasa khawatir atas keselamatannya gadis itu.

Tetapi Na Siao Tiap dengan tenang menangkap tinju lawannya, lalu dibetot sekuat tenaganya, Segera Mo Lun terjerunuk jatuh ke depan dan menjerit kesakitan

Ong Han Siong, Ouw Lam Peng, Yap Eng Ceng dan Kiok Goan Hoat yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana. Mo Lun dibetot sehingga jatuh ter-luka, segera maju membantuinya.

Dengan kipas bajanya Ong Han Siong menyodok punggung Na Siao Tiap, Ouw Lam Peng menyabet ke arah leher dengan aritnya, Kiok Goan Hoat menyambit dengan palu bajanya, dan Yap Eng Ceng membacok dengan goloknya.

Tetapi dengan mengebutkan lengan baju nya, Na Siao Tiap mencelat ke atas menghindari semua serangan-serangan tersebut

Souw Peng Hai yang sudah berhasil memulihkan tenaganya dan melihat keempat pemimpin cabang partai nya mengerubuti seorang gadis, segera menyerukan:

"Berhenti!" serunya mencegah, Keempat orang itu lantas berhenti menyerang dan mundur

Dengan menahan sakit, Souw Peng Hai bertindak menghampiri Pek Yun Hui.

"Aku si tua bangka ini belum pernah mengalami kekalahan sehebat kali ini. "

"Sebetulnya partai silat Thian Liong dapat hidup bersama- sama lain-lain partai, Tetapi kau berhasrat menjagoi di kalangan Kang-ouw dengan jalan memusnahkan partai-partai itu, Kau telah mengundang jago-jago silat dari kesembilan partai untuk mengadu ilmu silat Jika kau dapat mengalahkan mereka, kau bermaksud membunuh mereka semua: dan jika pihakmu kalah, kau sudah mempersiapkan perangkap- perangkap untuk memusnahkan juga mereka itu, perbuatanmu yang sangat keji itu sebetulnya tak dapat diampuni. " ia berhenti dan memanggil Lie Ceng Loan.

Lie Ceng Loan segera menghampiri.

"Apakah orang yang bersenjata arit itu pembunuh ayahku?"

"Betut! sekarang adalah saatnya kau dapat menuntut batas untuk ayahmu!" sahut Pek Yun Hui sambil menyerahkan pedangnya,

Dengan pedang terhunus Lie Ceng Loan berjalan maju menghampiri Ouw Lam Pengj tetapi Bee Kun Bu menjadi cemas: ia segera meloncat dan mengikuti di belakangnya,

Na Siao Tiap pun terperanjat ia segera menyuruh bujangnya mengambil kembali gitarnya,

Lie Ceng Loan berjalan ke suatu tempat diantara kedua belah pihak, lalu ia menuding dengan pedangnya,

"Ouw Lam Peng! Kau keluarlah!" serunya dengan keras karena gusarnya,

Ouw Lam Peng menoleh ke arah Souw Peng Hai dan berkata:

"Gadis itu adalah puterinya musuhku yang aku telah bunuh mati, Kini rupanya dia ingin membalas dendam terhadapku. "

Souw Peng Hai menarik napas panjang,

"Kau pergilah ketemui padanya," katanya mengijinkan.

Setelah membungkukkan tubuh memberi hormat kepada pemimpinnya, Ouw Lam Peng bertindak keluar dan berdiri di hadapan Lie Ceng Loan lebih kurang satu tombak jauhnya,

"Apakah kau puterinya Li Kwi Cee?" tanyanya. "Hm! Kau membunuh mati ayahku, sehingga ibuku hidup menderita dan kemudian mati mereras! Dendam ini harus kau bayar dengan jiwamu!" sahut Lie Ceng Loan.

Ouw Lam Peng tertawa gelak-gelak.

"Di kalangan Kang-ouw, soal membalas dendam tak dapat dielakkan. Jika ketika itu ayahmu tidak tewas, tentulah aku yang mati!"

"Dari surat ibuku aku telah mengetahui sebab musabab tewasnya ayahku, karena dia.,." ia tak dapat meneruskan kata-katanya karena air matanya dengan deras telah mengucur keluar

"Jika kau ingin membalas dendam, ayo silahkan menyerang!" bentak Ouw Lam Peng. ia sengaja me-nantang, karena ia khawatir Lie Ceng Loan menuturkan sebab musabab permusuhannya itu di hadapan orang banyak,

Ditantangnya secara demikian, Lie Ceng Loan yang sudah gusar bertambah marah pula, ia segera menyerang dengan tusukan pedangnya,

Tusukan yang dilancarkan dengan perlahan itu membingungkan Ouw Lam Peng, tapi ia menangkisnya dengan kedua arit baja nya.

Tetapi ketika tajam pedang menyentuh kedua arit, Lie Ceng Loan menarik kembali pedangnya untuk terus menyabet secepat kilat

Ouw Lam Peng terkejut, ia lekas-lekas meloncat mundur lima langkah!

Pek Yun Hui bantu menghajar partai Thian Liong

Lie Ceng Loan menyerang terus dengan jurus-jurus yang membingungkan lawannya, yang hanya bisa berkelit diri, tak bisa batas menyerangnya,

Karena sangat bernapsu, Lie Ceng Loan telah menggunakan jurus-jurus yang ia dapat pelajari dari kitab catatan Thian Kie Cin Jin. Meski serangan serangannya belum menemui sasaran, akan tetapi sudah cukup membikin lawan- lawannya tak berdaya, karena tidak dapat mengetahui jurus- jurus apa yang dilancarkan oleh Ue Ceng Loan yang jauh lebih muda usianya daripadanya,

Setelah pertempuran berjalan lebih kurang tiga puluh jurus, Ouw Lam Peng sudah basah kuyup dengan keringat, sebaliknya Lie Ceng Loan masih tetap segar

Pada satu ketika, terlihat Ouw Lam Peng mengertak gigi dan menyambit lawannya dengan aritnya dan terus menerkam dengan arit lainnya,

Lie Ceng Loan tidak menduga jika Ouw Lam Peng berlaku nekad menyambit dengan aritnya, ia harus menangkis arit yang melayang menyambar kepalanya, dan juga menjaga terkaman ia agak menjadi gugup, tetapi justru pada saat itu, berkelebat bayangan orang di de-pannya, dan terdengar suara dua senjata beradu! Arit^ yang tengah menyambar kepalanya Lie Ceng Loan terhajar jatuh ke tanah,

sebetulnya Ouw Lam Peng sudah bertekad menyambit dan membunuh mati Lie Ceng Loan dengan risiko, iapun akan terbunuh jika sambitannya gagal ia tidak menduga jika Bee Kun Bu meloncat dan menolong gadis itu dengan menggeprak jatuh aritnya,

"Hei! Manusia yang hina dina! Apa maksudmu mengerubuti aku?"

Di saat itupun dari pihak partai Thian Liong meloncat keluar Ong Han Siong yang lantas menyerang Bee Kun Bu dengan kipas bajanya, diikuti oleh Yap Eng Ceng dan Kiok Goan Hoat yang maju mengurung Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu.

Suasana segera menjadi tegang, Jago-jago silat dari pihak Thian Hong Taysu segera mencabut senjatanya masing- masing, siap membantu, Tiba-tiba entah darimana, meloncat satu bayangan hitam yang terus menyerang Ouw Lam Peng, Serangan secepat kilat itu bukan saja mengejutkan Ouw Lam Peng, juga Lie Ceng Loan tak terkecuali Tapi gadis itu segera menjadi girang, karena ia lantas mengenalinya bahwa pendatang itu bukan lain daripada Liong Giok Pin yang telah mengajarkan banyak ilmu-ilmu silat dari catatan-catatan Thian Kie Cin Jin kepadanya,

Dengan semangat terbangun kembali ia menyerang Ong Han Siong, Kiok Goan Hoat dan Yap Eng Ceng, serangan tiba-tiba itu memaksa ketiga lawannya meloncat mundur

"Liong Cici!" seru Lie Ceng Loan memanggil

Liong Giok Pin hanya tersenyum, ia lari menghampiri Giok Cin Cu, dan dengan kedua mata berlinang ia berlutut di hadapan gurunya itu.

Giok Cin Cu yang belum hilang terkejutnya menyaksikan para pemimpin cabang partai Thian Liong mengurung Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu, menjadi gugup melihat muridnya yang telah kabur, kini berlutut di hadapannya,

Tong Leng Tojin mengawasi dengan sikap yang dingin, tetapi Giok Cin Cu yang welas asih itu menjadi terharu.

"Pin Jie, kau selama ini pergi kemana?" kemudian tanyanya,

Liong Giok Pin tak dapat menyahut, ia menangis tersedu- sedu,

Tiba-tiba Tong Leng Tojin membentak:

"Pengkhianat! Kau telah menodakan nama partai Kun Lun dengan perbuatanmu yang hina dengan Co Hiong yang keji itu, Apakah kau tidak malu datang kembali?!"

Bentakan itu didengar oleh banyak orang, dan semuanya terperanjat!

Liong Giok Pin sebaliknya telah menjadi nekad, ia berbangkit dan menyahut: "Aku mengakui dosaku, dan aku rela dihukum oleh Suhu dan Supek, Kedatanganku kali ini ialah untuk membalas budi kasih Suhu dan Supek, Aku rela berkorban untuk menebus dosaku, Setelah aku selesai membalas budi ini, aku akan serahkan diri kepada Suhu dan Susiok untuk dihukum, atau... dibunuh mati!"

Jawaban Liong Giok Pin itu menarik perhatian semua orang.

"Pengkhianat! Enyah kau! Kau hanya memalukan partai Kun Lun!" Tong Leng Tojin kembali membentak

Melihat betapa keras hati dan kejamnya Supeknya itu, Liong Giok Pin mencabut pedangnya ingin menggorok lehernya sendiri

Para jago sifat ingin mencegah, tetapi justru pada saat itu terlihat pedang yang dipegang Liong Giok Pin itu tak dapat bergerak!

Ternyata Pek Yun Hui yang menyaksikan Liong Giok Pin menjadi nekad dan ingin membunuh diri, diam-diam sudah menyediakan sebuah biji besi dan disen-tilkannya untuk menotok lengan Liong Giok Pin yang hendak menggorok leher Dan Pek Yun Hui berhasil

Pek Yun Hui pun segera menghampiri Liong Giok Pin untuk membebaskan totokannya tadi, setelah mana ia menoleh kepada Tong Leng Tojin:

Tong Leng Totiang, jika aku mengetahui kau sedemikian kejamnya, aku tentu tidak sudi datang membantu memusnahkan perangkap-perangkap dan bangun-an- bangunan dari partai Thian Liong itu, Harus diketahui bahwa yang membikin Liong Giok Pin menjadi tersesat adalah Co Hiong, si jahanam itu, orang dari partai Thian Liong, Dialah yang kau harus hukum! Mengapa kau harus melampiaskan amarahmu kepada wanita yang tak berpengalaman ini?l"

Meskipun hatinya Tong Leng Tojin merasa mendongkol karena Pek Yun Hui turut campur urusan partai nya, tetapi setelah mendengar penjelasan itu dan mengingat bantuan- bantuan yang telah diberikan Pek Yun Hui kepada partai Kun Lun, ia tak dapat membuka mulut

pada saat itu Thian Hong Taysu datang meredakan suasana,

Tong Leng To-heng, sebetulnya aku tidak boleh turut campur di dalam urusan partai orang lain," kata Thian Hong Taysu, Tetapi aku mohon To-heng melihat kepentingan kita semua, Kita masih harus menghadapi musuh bersama, ialah partai Thian Liong, jika hal ini sudah beres, To-heng dapat membereskan persoalan muridmu ini."

Baru saja Thian Hong Taysu menghabiskan kata-katanya, tiba-tiba Liong Giok Pin lari pergi, Lie Ceng Loan mengejar, tetapi Pek Yun Hui mencegahnya,

"Loan Moi, biarlah dia pergi, sekarang kau harus membikin perhitungan terhadap pembunuh ayahmu, Ouw Lam Peng, kemudian masih ada tempo untuk kau mencari Liong Sucimu!"

Lie Ceng Loan ingat lagi bahwa ia harus membalas dendam, ia lompat kepada Ouw Lam Peng dan me- nyerangnya,

Kiok Goan Hoat dan Yap Eng Ceng coba menghalaui, tetapi dengan pedang terputar Lie Ceng Loan menyerang kedua jago silat itu,

Souw Peng Hai di lain pihak, yang sangat membenci Pek Yun Hui, yang telah memusnahkan hasil-hasil pe-kerjaannya, juga ingin menyerang Pek Yun Hui dengan toyanya,

Pek Yun Hui yang melihat Souw Peng Hai mencari mati membentak:

"Hei tua bangkai Persiapan-persiapanmu sudah mus-nah, kau kini tak dapat berbuat hanya k. Kita satu pada lain tidak mempunyai dendam, Aku memusnahkan pe-rangkap- perangkapmu karena aku bermaksud mencegah kau senantiasa bermusuhan terhadap partai-partai silat lainnya, Maksudku telah terlaksana, akupun tak ingin membunuh kau lagi, Lebih baik aku mundur saja!"

Tetapi Souw Peng Hai tidak mau mengerti ia sangat membencinya, karena Pek Yun Hui telah menghancurkan cita- citanya. ia terus menyodok Pek Yun Hui dengan toyanya,

Untuk membikin Souw Peng Hai mengetahui ke- lihayannya, Pek Yun Hui terpaksa menggunakan tenaga dalamnya dan mengirim tinjunya ke tubuhnya Souw Peng Hai. jotosan yang dikerahkan dengan tenaga dalam yang luar biasa itu membuat Souw Peng Hai terdorong mundur tujuh- delapan langkah,

Setelah menderita pukulan dua ka!i, Souw Peng Hai insyaf bahwa ia tak dapat melawan lebih lama lagi, Namun, karena merasa malu menerima keka!ahan, ia masih berusaha mencari jalan menolong kedudukannya yang sudah hampir runtuh itu.

Ketika itu kelima pemimpin cabang partainya masih bertempur dengan nekad, ia memerintahkan mereka untuk berhenti bertempur

Di pihak lawannya juga tak ingin meneruskan pertempuran yang mungkin akan mengambil lebih banyak korban,

Lalu dengan menghadapi para jago dari kesembilan partai, Souw Peng Hai berkata:

"Aku kelak akan membikin pembalasan akan kekalahan kami ini, Kalian telah berhasil memusnahkan markas besar kami, tetapi aku masih dapat membangun dan membikin partaiku lagi! sekarang kalian,boleh bertalu tanpa penghalang- penghalang yang mengganggu lagi!"

ia berhenti sejenak, lalu menatap Pek Yun Hui.

"Pek Siocia, perbuatanmu kali ini, aku tak akan lupakan, Kelak akan tiba saatnya untuk kami mengunjungi pegunungan Koat Cong San!" katanya lebih lanjut kepada Pek Yun Hui. Ancaman tersebut dijawab oleh Pek Yun Hui dengan ejekannya,

"Jika Souw Cong Piauw mempunyai minat mengunjungi aku di pegunungan Koat Cong San, aku tentu akan menerima dengan tangan terbuka!" lalu iapun berlalu dari tempat itu, meninggalkan para jago silat dari kesembilan partai yang merasa berterima kasih atas bantuannya, juga kepada Na Siao Tiap, yang telah memusnahkan markas besarnya partai Thian Liong,

Sebagai pemimpin daripada kesembilan partai, Thian Hong Taysu maju mendapatkan Pek Yun Hui.

"Pek Siocia, aku atas namanya kesembilan partai menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah diberikan dengan memusnahkan partai Thian Liong yang congkak dan kejam itu," katanya dengan khidmat dan hormat

Pek Yun Hui merendahkan diri dengan menyatakan bahwa ia berkewajiban membasmi orang-orang yang jahat

Tanpa bantuan Siocia, mungkin kami belum dapat bebas dari perangkap-perangkap yang berbahaya dari partai Thian Liong," kata Ceng Hian Totiang dan Song Bok Totiang dengan terharu,

kemudian kedua pihak setelah masing-masing memberi hormat lalu meminta diri untuk berpisahan,

Sia Yun Hong yang menderita luka karena jari sakti Kan Goan Cit, dapat ditolong dengan cepat berkat ia memiliki ilmu Kong Kie Hu Sin (ilmu melindungi tubuh), akan tetapi Tu Wee Seng dari partai silat Hua San dan Teng Lee dari partai silat Siat San masih belum sembuh, mereka terpaksa diusung oleh murid-muridnya,

Yang terakhir berlalu dari tempat tersebut adalah ketiga pemimpin partai Kun Lun. Dengan sikap yang hormat Bee Kun Bu menghampiri Tong Leng Tojin "Atas perkenan Susiok aku telah dapat berbuat sedikit untuk nama partai Kun Lun. Kini pertempuran telah berakhir, apakah aku dapat pengampunan untuk diterima kembali sebagai murid partai Kun Lun?" katanya sambil membungkukkan tubuh menghormat

"Kau dengar baik-baik. Jika kau berhasrat diterima kembali sebagai murid partai Kun Lun, kau harus berkelana di kalangan Kang-ouw selama sepuluh tahun, dalam masa pereobaan itu kau harus membuktikan bahwa kau tidak melakukan sesuatu yang membikin malu par-tai!" kata Tong Leng Tojin, sikapnya kaku dingin,

Mendengar jawaban itu, Bee Kun Bu terkejut ia tidak menduga, bahwa susioknya demikian keras hati dan kejam, ia menatap Hian Ceng Tojin, gurunya, memohon kemurahan hatinya, Tetapi Hian Ceng Tojin tak dapat berbuat apa-apa, karena pimpinan partai telah diserahkan kepada Tong Leng Tojin,

Kepada siapa lagi Bee Kun Bu hendak minta pertimbangan

? Tidak ada jalan lain, ia membungkukkan tubuh memberi hormat

"Budi kasih Suhu dan Susiok terhadap aku sehingga hari ini aku belum dapat membalas sebagaimana mes-tinya, Aku hanya berharap dalam jangka waktu sepuluh tahun aku akan memperoleh kesempatan untuk mem-balasnya, dengan demikian aku dapat diterima dan diakui sebagai murid pula!" iapun lantas berlalu,

"Bu Koko, kau hendak pergi kemana? Aku belum dapat membunuh mati Ouw Lam Peng untuk membalas dendam ayah bundaku!" teriak Lie Ceng Loan memanggil, lalu ia lari ke dalam kelompok orang-orangnya partai Thian Liong, tapi ia lantas dicegah oleh Pek Yun Hui,

"Loan Moi, tangguhkanlah niatmu membalas dendang Mereka yang tidak puas terhadap aku karena aku telah memusnahkan markas mereka serta perangkap- perangkapnya yang dibangunnya dengan jerih payahnya selama sepuluh tahun, tentulah akan datang menyatroni Koat Cong San untuk membikin perhitungan pada waktu itu kau masih dapat menunaikan kewajibanmu," kata Pek Yun Hui.

"Pek Cici selalu memperlakukan baik kepadaku, perkataan Cici aku tentu turut," sahut Lie Ceng Loan,

Demikianlah setelah kedua pihak berlalu dari tempat pertempuran itu, maka keadaan dan suasana di pegunungan tersebut kembali sunyi sebagaimana asalnya,

"Susiok yang memegang pimpinan partai menyuruh aku berkelana di kalangan Kang-ouw selama sepuluh tahun dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, kemudian barulah aku dapat diterima kembali, Sepuluh tahun bukanlah waktu yang pendek! Di manakah aku harus bernaung.,.?" di tengah jalan Bee Kun Bu berkata kepada Pek Yun Hui.

"Bee Siangkong, mengapa kau menjadi kebingungan dan putus asa? Jika kau mau, kau dapat tinggal di pegunungan Koat Cong San."

"Memang lebih baik aku tinggal di pegunungan Koat Cong San untuk sementara waktu," pikir Bee Kun Bu, "tetapi Na Siao Tiap rupa-rupa nya telah mencintai aku, aku khawatir terjerumus. N Karena memikir yang demikian itu, ia lalu

tersenyum, Sahutnya:

Terima kasih. Biarlah aku berkelana di kalangan Kang-ouw dulu, kelak aku akan datang ke Thian Kie Ciok Hu di pegunungan Koat Cong San mengunjungi kau. "

Penolakan itu segera dimengerti oleh Pek Yun Hui, maka iapun tidak mendesak lagi,

"Jika Bee Siangkong bermaksud hendak berkelana, . aku dan Tiap Moi akan kembali ke pegunungan Koat Cong San, disana kami menantikan kau," katanya dan ia bersiul keras untuk memanggil bangau putihnya,

Setelah bangau itu terbang datang, ia berkata kepada Giok Siu Sian Cu dan Pang Siu Wie: "Aku dan Tiap Moi akan menunggangi bangau ini kembali ke pegunungan Koat Cong San, dan kalian dapat kembali dengan mengambil jalan lain." Segera ia dan Na Siao Tiap menunggangi bangau sakti itu yang membawanya terbang menuju ke pegunungan Koat Cong San,

Giok Siu Sian Cu berpaling kepada Bee Kun Bu seolah- olah ingin mengatakan sesuatu, Melihat sikapnya yang gugup itu, Bee Kun Bu menghibur:

"Giok Siu Sian Cu, kau telah menyertai aku ke tempat ini dan banyak membantu pula, Budimu aku tak akan lupakan. Tapi di sini bukan tempat yang aman, lebih baik kita lekas- lekas berlalu, Nah, selamat tinggal dan sampai berjumpa kembali! Lalu ia tarik tangannya Lie Ceng Loan diajaknya pergi

Dengan adanya Pang Siu Wie beserta, Giok Siu Sian Cu merasa malu menyatakan sesuatu, maka ia hanya menghela napas untuk menyingkirkan kepepatan hati-nya, kemudian bersama Pang Siu Wie iapun berlalu dari tempat itu.

Kita balik tengok kepada Bee Kun Bu yang berjalan bersama Lie Ceng Loan,

"Bu Koko, sekarang kita pergi kemana?" tanya Lie Ceng Loan sambil berjalan

Bee Kun Bu tidak dapat menjawabnya, karena iapun belum mengambil ketentuan kemana ia hendak pergi. ia telah berjasa dengan mengalahkan jago-jago silat dari partai Thian Liong, namun ia masih tidak diterima kembali oleh Susioknya, bahkan harus menjalankan hukuman berkelana di kalangan Kang-ouw selama sepuluh tahun, Tindak tanduk atau perbuatannya selama sepuluh tahun itu akan menjadi patokan apakah ia dapat diterima kembali Jika ia memikirkan nasibnya itu, ia jadi kehilangan pegangan seperti sebuah perahu tanpa kemudi ia menghela napas karena dukanya,

"Susiok dan Supek sangat sayang kau. Aku me- nasehatkan kau lekas pergi ke Kun Lun San, jangan mengikuti aku yang tidak berketentuan tujuannya..." kata Bee Kun Bu kepada Sumoynya,

Penolakan itu membikin Lie Ceng Loan bersedih hati, Dengan mata berlinang, ia berkata:

"Bu Koko, apakah Koko tidak sudi aku menyertai-mu? Aku rela mengikuti Koko selama lamanya, meski kemanapun Koko akan pergi !"

Bee Kun Bu menjadi terharu,

"Dia yang demikian setia, suci, luhur budi pekerti nya, aku tak dapat melukai hatinya."

Latu ia menghibur "Loan Moi, jika kau tidak ingin kembali ke Kun Lun San, kau boleh mengikuti aku. Sudah lama aku tidak pernah tengok kampung halamanku, Aku sekarang bermaksud hendak pulang dan tinggal untuk beberapa lama di kampungku itu, Kemudian kita mencari suatu tempat yang indah tetapi sunyi terasing, untuk kita tinggal di tempat itu dengan tentram tanpa memusingkan lagi urusan-urusan di kalangan Kang-ouw yang penuh dengan kekotoran."

Lie Ceng Loan berpikir sejenak,

"Aku yakin bahwa jago-jago silat dari kesembilan partai akan pergi pula ke pegunungan Koat Cong San dengan maksud mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Di sampingnya itu orang-orang dari partai Thian Liong pun akan pergi menyatroni Pek Cici untuk membalas dendam, Pek Cici dan Na Siao Tiap sangat baik terhadap kita, apakah kita tega membiarkan mereka dikepung musuh?"

Bee Kun Bu menundukkan kepala memikirkan hal itu, untuk sesaat ia tak dapat memberikan penyahutan,

Demikianlah mereka berjalan terus sambil bereakap-cakap ke barat ke timur membicarakan hat-hal lainnya yang tidak penting, Pada suatu hari mereka tiba di suatu tempat dekat kaki pegunungan Koat Cong San. Mereka berjalan terus, dan setelah melalui suatu lereng gunung, tiba-tiba mereka mendengar suara gelak tertawa, dan dari suatu tempat yang agak jauh, mereka tampak empat bujang perempuan nya Na Siao Tiap yang sedang ber-main-main di lembah. Keempat bujang itu berlari-lari mendapatkan mereka.

"Gembira benar kalian," tegur Lie Ceng Loan dengan rupa yang girang, "Di manakah Na Cici dan Pek Cici?"

"Lie Siocia, Bee Siang Kong, kebetulan sekali kedatangan kali ini. Majikan kami dan Pek Kongcu sedang memikiri kalian!" sambutnya keempat bujang itu, lalu mereka memberi isyarat agar Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mengikuti mereka,

Mereka berlari-lari dengan lincah dan riang gem-biranya, membikin Bee Kun Bu memikirkan akan nasibnya sendiri ia membayangkan hubungannya dengan Souw Hui Hong, yang telah berkorban dan rela menjadi rahib, akan tetapi di medan pertempuran Twan Hun Ya, wanita itu telah mengunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan di hadapan para jago silat jika rahasia antara mereka berdua diketahui oleh orang lain, ia akan menjadi buah tutur di kalangan Kang-ouw.

Tidak lama kemudian mereka tiba di Thian Kie Ciok Hu, di mana tampak Na Siao Tiap dan Pek Yun Hui sedang duduk bersila di atas tempat tidur dari kayu dengan mata terpejam, rupanya sedang berlatih tenaga da!am. Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan menunggu di dalam kamar, Tak lama kemudian kedua gadis itu selesai berlatih tenaga dalam dan membuka matanya,

"Bukankah Bee Siangkong ingin berkelana dulu? Mengapa sekarang datang ke pegunungan Koat Cong San ini?" tanya Pek Yun Hui.

"Pek Cici, semula memang Bu Koko tidak ingin datang ke sini, tetapi aku yang membujuknya, karena aku ingat akan kebaikan Pek Cici dan Na Cici." jawab Lie Ceng Loan mendahului Bee Kun Bu memberikan keterangan Pek Yun Hui tersenyum

"Bee Siangkong dapat tinggal di sini untuk sementara waktu dan kita dapat merundingkan sesuatu dengan leluasa."

Bee Kun Bu hanya mendengarkan dengan merubung kam, tidak menyatakan pikirannya, Lie Ceng Loan berkata lagi:

"Partai Thian Liong merasa penasaran terhadap kita, dan jago-jago silat dari kesembilan partai tentu ada yang datang ke pegunungan Koat Cong San ini untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Aku berpendapat lebih baik Bu Koko sementara waktu tinggal di sini untuk membantu Pek Cici dan Na Cici."

"Aku sebetulnya tidak tahu harus berbuat apa. Pek Cici dan Na Siocia sangat baik terhadapku, dan aku kini telah mengambil keputusan akan tinggal di sini dulu," menyambung Bee Kun Bu.

Demikianlah Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan tinggal di Thian Kie Ciok Hu, Di siang hari mereka belajar ilmu silat bersama-sama Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap atau pergi pesiar di sekitar pegunungan itu, Sehari demi sehari dilewati dengan tenang dan tenteram Ketenteraman itu telah banyak meredakan pikirannya Bee Kun Bu.

Sang waktu berlalu dengan pesat nya i satu tahun telah lewat tanpa terasa,

Pada suatu malam, bulan purnama sedang memancarkan menerangi alam raya menambahkan keindahan-nya: selagi keempat orang itu berjalan jalan di luar Thian Kie Ciok Hu menikmati hawa malam dan keindahan alam di bawah sinar bulan purnama itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara bunyi nya burung bangau, penjaga gunung Koat Cong San.

"Jika bangau itu berbunyi di waktu malam, aku yakin ada sesuatu yang terjadi di daerah ini!" kata Pek Yun Hui dengan perasaan khawatir

Mungkinkah orang-orang dari partai Thian Liong dan kesembilan partai telah datang ke pegunungan ini untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek? Pek Yun Hui menduga- duga dalam hati.

"Kita harus menyelidiki kata Na Siao Tiap, lalu ia pergi melakukan penyelidikan diikuti oleh Pek Yun Hui yang lebih dulu memesan Pang Siu Wie menjaga Thian Kie Ciok Hu. Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan pun turut menyelidiki.

Tidak lama kemudian terlihat bangau putih terbang turun menghampiri Pek Yun Hui.

"Kalian bertiga tunggu di sini, biarlah aku menunggangi bangau ini pergi menyelidiki dulu!" kata Pek Yun Hui, "Dan jika ternyata ada musuh yang dalang, aku akan memanggil kalian." Lalu ia menunggangi bangau itu yang lantas terbang menuju ke atas jurang dimana Co Hiong telah jatuh,

Dengan menungangi bangau saktinya, Pek Yun Hui memeriksa tempat-tempat di bawahnya, dengan bantuan penerangannya sang bulan ia dapat melihat dua sosok tubuh orang, ia mendekati dan ternyata kedua orang itu adalah Sia Yun Hong dan Tu Wee Seng. ia segera bersiul keras memanggil Na Siao Tiap, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, lalu ia meloncat turun di depannya kedua orang itu.

Bukan main terkejutnya mereka itu, tetapi Tu Wee Seng yang berakal busuk memaksakan diri tertawa,

"Pek Siocia, aku si tua bangka sangat mengagumi ilmu meringankan tubuhmu, Siocia dapat meloncat turun dari atas tanpa suara!" katanya, pura-pura memuji,

"Kalian sebagai pemimpin-pemimpin partai yang kenamaan mengapa di tengah malam buta dengan sembunyi- sembunyi memasuki pegunungan Koat Cong San?" bertanya Pek Yun Hui.

"Kami hanya datang ke pegunungan Koat Cong San, bukannya ke Thian Kie Ciok Hu untuk menganggu Siocia, Aku yakin Siocia dapat mengerti," jawab Tu Wee Seng dengan licinnya. "Kau pandai bicara," kata Pek Yun Hui, Tetapi kau toh sudah mengetahui bahwa pegunungan Koat Cong San adalah daerahku, jika bukannya untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, kau tentu tak akan datang ke sini, tidakkah?"

Tu Wee Seng hanya tertawa, karena ia tak dapat menyangkal apa yang dituduhkan itu. ia tertawa terus, makin lama makin keras sehingga suaranya memekakkan telinga dan memusingkan kepala,

"Hu Tu Wee Seng! Kau tak usah mempertunjukkan ilmu meraungmu itu!" bentak Pek Yun Hui,

Meskipun Tu Wee Seng telah yakin bahwa ia tak dapat melawan Pek Yun Hui, namun ia menantang:

"janganlah Siocia kira aku si tua bangka ini dapat dihina dan diperlakukan sewenang-wenang, Aku tak gentar melayani jurus-jurus ilmu silatmu!"

Sia Yun Hong berusaha meredakan suasana,

"Kami mengakui bahwa kami tak dapat menandingi Siocia, Aku mengusulkan agar kami diperkenankan turun ke dasar jurang mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, jika kami berhasil, kita akan merundingkannya lagi. Ba-gaimana pendapat Siocia?"

Pek Yun Hui berpikir sejenak

"Siapa saja yang lebih dulu menemui kitab-kitab tersebut berhak memilikinya," katanya kemudian

"Cara itu adil sekali," seru Tu Wee Seng, Tetapi aku khawatir Siocia akan menjadi menyesali

Tidak," sahut Pek Yun Hui, "Bahkan sebaliknya, jika aku yang menemuinya, kalian akan berdaya merebutnya pu!a!"

"Aku tak akan melakukan perbuatan sekeji itu mengingkari janji. Aku harap Siocia tidak bereuriga." Sementara itu Na Siao Tiap, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan pun telah tiba di situ dan mereka dapat dengar perjanjian itu.

"Maaf Siocia, lebih dulu aku hendak jelaskan," berkata Tu Wee Seng, "Bahwa untuk berlomba mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di dasar jurang itu, Siocia tak dapat menunggangi bangau, kita harus turun dengan mengandalkan tenaga dan kepandaian kita sendi ri!"

"Hm, tua bangka ini sungguh licik!" Pek Yun Hui memaki dalam hati, tetapi ia menyahut "Baik!"

Na Siao Tiap habis sabar, ia menantang,

"Apakah kiramu kami tak dapat turun ke dasar jurang tanpa menunggangi bangau?"

Setelah berkata demikian, ia lari ke pinggir jurang dan mulai turun dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.

Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong tidak ingin ter-belakang, Mereka pun segera lari dan mulai turun ke dasar jurang, Demikianpun Pek Yun Hui lantas mengejar, meninggalkan Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan di be-lakang,

jurang yang curam itu sangat licinnya, karena selalu diselubungi kabut sehingga lumut tumbuh dengan su-burnya, Namun mereka itu berkat ilmu meringankan tubuhnya yang lihay, dan didalam tempo sekejap telah tiba di dasar jurang dengan selamat sementara itu hari gaunya Pek Yun Hui terbang berputar-putar di atas jurang itu,

"Aku yakin Pek Cici dan Na Siocia telah tiba di dasar jurang, Mari kita juga turun untuk bila perlu, kitapun dapat membantunya," kata Bee Kun Bu.

Lie Ceng Loan mengangguk

"Bu Koko, lebih baik kita menunggangi bangaunya Pek Cici," Lalu ia bersiul memanggil Dalam sekejap mata bangau tersebut telah terbang turun dan berdiri di samping Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan,

Keduanya lantas menunggangi bangau itu dan terbang menuju ke jurang, Kabut yang tebal menutupi jurang, mereka tak dapat melihat keadaan di bawah, Akhirnya mereka berhasil juga turun ke dasar jurang,

Bee Kun Bu meloncat turun lebih dulu, lalu Lie Ceng Loan menyusul meloncat turun, Bangau itu berbunyi seo!ah-oah memperingatkan rnereka,

Belum beberapa jauh mereka melangkah kaki, tiba-tiba mereka mendengar suara orang bertengkar Dengan sikap waspada mereka berusaha mencari darimana suara itu datangnya, Segera mereka tiba di suatu goa yang tertutup dengan tumpukan batu-batu, dan suara orang bertengkar itu terdengar keluar dari goa tersebut

MBu Koko," kata Lie Ceng Loan, "Mari kita masuk dan melihalnya!"

"Loan Moi," sahut Bee Kun Bu, "Jangan terburu napsu, Kita harus hati-hati! Mungkin juga jago-jago silat dari kesembilan partai, maupun orang-orangnya partai Thian Liong sudah datang ke dasar jurang,

Bee Kun Bu jalan mendekati mulut gua itu, diikuti Lie Ceng Loan'di belakangnya. ia angkat beberapa batu yang menutupi mulut goa dan masuk ke dalam untuk menyelidiki Ketika mereka berjalan beberapa puluh langkah, di dalam keadaan gelap remang-remang itu, mereka tampak seorang pemuda sedang bertempur sengit dengan seorang setengah tua dan wajahnya pucat dan agak besar mulutnya. Kedua orang bertempur tanpa senjata,

pemuda itu adalah Co Hiong dan lawannya ialah Teng Lee, pemimpin partai silat Siat San.

Begitu melihat Co Hiong, timbullah marahnya Bee Kun Bu, karena ia mengetahui bahwa Co Hiong telah berulang kali ingin membinasakan kepadanya terutama itu peristiwa dimana Co Hiong pernah memaksa ia makan bubuk racun Hua Kut Siauw Goan San yang dapat menghancurkan tulang- tulangnya perlahan demi perlahan sehingga mati, jika Souw Hui Hong tidak datang menoIong, pastilah ia sudah tamat riwayatnyal

Maka ia segera meloncat maju dengan bentakannya: "Hei Co Hiong! Apakah kau masih mengenali aku?" Co Hiong dan Teng Lee segera berhenti bertempur, dan mereka masing- masing mundur tiga langkah,

Setelah mengawasi Bee Kun Bu dan Ue Ceng Loan, Co Hiong tersenyum:

"Bee-heng, kebetulan sekali kau datangi Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini aku ingin kembalikan kepadamu tapi karena aku terluka parah, aku tak dapat segera melaksanakan keinginanku Beruntung bagiku, di dalam kitab-kitab ini ada tereatat cara-cara menyembuhkan luka-luka. Dengan menuruti petunjuk-petunjuk dari kitab-kitab ajaib ini, aku berhasil menyembuhkan luka-lukaku, juga memulihkan tenagaku Betul aku belum sehat betul, namun aku merasa sudah cukup kuat untuk mencari kau dan mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepadamu, Diluar dugaanku, aku ketemu Teng Lee yang ingin merampas kitab-kitab inL"

Sambil bicara, ia terus mengawasi Bee Kun Bu dan Teng Lee, siap sedia menjaga diri bila diserang,

"Aku kagumi maksudmu yang mulia itu, Co-heng!" sahut Bee Kun Bu.

Teng Lee tak sabar lagi, ia mengejek

"Murid dari partai Kun Lun! apakah kau juga bermaksud hendak merebut kitab-kitab itu? Aku mena-sehatkan kau, jika kau ingin merebutnya, lebih baik kau mengajak Suhu dan susiokmu untuk merebutnya!"

Lie Ceng Loan tertipu lagi Ejekan itu membikin Bee Kun Bu sangat gusar

"Menurut pandanganku, pemimpin partai silat Siat San tak perlu ditakuti Aku tak perlu mengundang guru atau paman guruku untuk kau, Aku seorang diri sudah terlalu cukup dapat menandingi kau!" jawab Bee Kun Bu menantang dengan kata- kata yang keras.

Sebagai seorang pemimpin, Teng Lee telah merasa dihina. Secepat kilat ia menjotos dengan jurus Kiauw Liong Cut Tong atau Naga Berbisa Keluar dari Goa, yang dapat menghancurkan tulang.

Bee Kun Bu tidak berani menangkis. ia segera menggunakan langkah ajaib Ngo Heng Bi Cong Pu untuk mengegosi jotosan maut itu,

Diluar dugaannya Teng Lee, jotosannya memukul angin, dan ia terjerunuk ke depan, Bee Kun Bu membarengi memukul punggungnya. Hembusan angin jotosan itu terasa oleh Teng Lee yang lekas-lekas menggunakan jurus Ouw Liong Jauw Bwee atau Naga hitam menggoyang ekor, ia berbalik menangkis jotosan lawannya, lalu mengegos ke samping, ia terkejut menyaksikan caranya Bee Kun Bu bertempur, Betul ia pernah melawan banyak jago-jago silat, namun ia belum pernah menghadapi lawan yang demikian gesitnya seperti Bee Kun Bu. ia telah melancarkan serangannya bertubi-tubi selama beberapa belas jurus, namun selalu menjotos angin, Lam-bat laun ia mulai terdesak,

Bee Kun Bu merasa geli melihat Teng Lee terus menerus terdesak olehnya,

Co Hiong yang keji dan busuk, merasa girang bahwa tipu muslihatnya berhasil lagi, ia sengaja membikin Bee Kun Bu bertempur dengan Teng Lee, untuk menggunakan kesempatan itu melarikan diri membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. ia hanya perlu melalui Lie Ceng Loan yang sedang memperhatikan pertempuran Tiba-tiba ia mencekal pergelangan tangannya Lie Ceng Loan membetotnya sambil lari keluar dari goa itu. perubahan yang keji itu membikin Bee Kun Bu terkejut ia sudah tahu habis betapa kejamnya Co Hiong itu.

Teng Lee pun terkejut melihat Co Hiong melarikan diri dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

"Co Hiong membawa lari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek! Ayo kita kejar!" seru Bee Kun Bu,

Memang antara Bee Kun Bu dan Teng Lee tiada dendam, dan Teng Lee bertempur hanya dengan bermaksud hendak merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, Mendengar seruannya Bee Kun Bu, ia pun segera berhenti bertempur dan mengikuti Bee Kun Bu mengejar Co Hiong,

Dari belakang ia mengirim satu jotosan ke arah Co Hiong, hembusan anginnya telah membentur batu-batu di mulut goa sehingga batu-batu tersebut tergerak Tetapi ketika mereka tiba di luar goa, Co Hiong atau Lie Ceng Loan sudah tak tampak pula,

Teng Lo-cian-pwee, Co Hiong telah membawa lari kitab- kitab Kui Goan Pit Cek bersama Lie Ceng Loan, kemanakah dia telah lari dan mengumpatnya?" tanya Bee Kun Bu,

Teng Lee tersenyum getir.

"Akupun merasa heran kemana dia lari sekarang kita harus mencari dari dua jurusan. Aku mencari ke jurusan barat, dan kau mencari ke jurusan timur Siapa saja yang menjumpainya, harus segera berteriak."

Bee Kun Bu setuju, dan iapun segera lari ke jurusan timur, dan Teng Lee mencari ke jurusan barat Mereka mencari di sana sini selama seperempat jam, namun tak berhasil mendapatkan Co Hiong,

Bee Kun Bu berkhawatir atas keselamatannya Lie Ceng Loan, ia berdiri untuk berpikir, tapi tiba-tiba ia dengar jeritan Teng Lee, ia segera mengejar ke jurusan suara itu. Di pinggir jurang ia tampak Teng Lee berdiri seorang diri, tidak melihat Co Hiong atau Lie Ceng Loan, ia lari menghampiri.

Teng Locianpwee, apakah kau dapat lihat mereka?" tanyanya Bee Kun Bu.

Tidak," jawab Teng Lee, Tetapi aku menjumpai bekas darah!" Dan ia menunjuk ke tanah. Bee Kun Bu terkejut melihat bekas darah itu, dan ia berdiri bengong membayangkan nasibnya Lie Ceng Loan.

Lalu dari lain jurusan lari mendatangi dua orang, Setelah diperhatikan, ternyata kedua orang itu adalah Sia Yun Hong dan Tu Wee Seng.

"Ha, tidak diduga kalian sudah tiba lebih dulu!" kata Tu Wee Seng.

Teng Lee tersenyum

"Betul kami tiba disini lebih dulu, akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa!" sahutnya,

Tu Wee Seng agaknya tidak pereaya,

"Saudara Teng, kita dapat dikatakan orang dari satu pihak, kita harus berbicaratlengan jujur. Aku yakin bahwa aku telah menjumpai Co Hiong yang telah tergelincir ke dalam jurang membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Coba lihat bekas darah itu! Tidak salah lagi, itulah darahnya Co Hiong, Kau tak dapat menyangkal lagi!"

Teng Lee tertawa,

"Aku tidak pungkir bahwa aku telah melihat Co Hiong. Tapi kalian datang terlambat

"Mengapa terlambat?" tanya Sia Yun Hong yang tak mengerti akan maksud kata-kata Teng Lee itu, "Apakah karena kami terlambat, kami tak berhak memiliki kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu?" "Tidak!" kata Tu Wee Seng, memotong, "Kitapun sama berhak memi!ikinya. Kui Goan Pit Cek terdiri dari tiga kitab, kita bertiga masing-masing membaca satu kitab, lalu saling tukar menukar itu baru adil!"

Sia Yun Hong tertawa,

"Pendapat Tu-heng betul adiL Tetapi apakah Teng-heng dapat menyetujui nya ?"

Bee Kun Bu tidak memperhatikan pereakapan mereka itu, karena pikirannya sedang melayang kepada nasib Sumoynya, Ketika mendengar mereka masih terus mempertengkarkan soal kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, ia menjadi mendongkol

"Aku minta kalian tidak memperebutkan barang yang tidak ada!" bentaknya, "Di dalam goa kami telah menjumpai Co Hiong tetapi aku telah tertipu dan bertempur melawan Teng Locianpwee tanpa alasan. Kesempatan itu telah digunakan oleh Co Hiong untuk melarikan diri membawa kitab-kitab Kui Goan Pit cek dan juga Sumoy-ku. Kamipun sedang menyelidiki bekas ini ketika kalian datang kesini!"

Setelah mendengar penjelasan itu, Sia Yun Hong menanya Teng Lee:

Teng-heng, mengapa kau sebagai seorang pemimpin partai dapat ditipu juga oleh anak kemarin dulu seperti Co Hiong itu?"

pertanyaan yang juga merupakan ejekan itu tak dapat diterima oleh Teng Lee.

"Apa maksudmu bertanya demikian?" katanya gusar "Saudara Teng, sudahlah, jangan tarik panjang soal yang

remeh itu, Mari kita bersama-sama mencari Co Hiong!" kata

Tu Weng Seng meredakan

"Baik," sahut Teng Lee, "Mari kita mulai mencari Co Hiong, Kita harus mencarinya dengan berpencaran." "Tahan!" bentak Bee Kun Bu, "Kalian mencari Co Hiong ingin merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan masing- masing berhak memilikinya. Apakah aku pun berhak memakinya jika aku berhasil merebut kitab-kitab itu dari tangan Co Hiong?"

"Hm!" sahut Tu Wee Seng, "Dalam hal ini hanya ketiga pemimpin partai Kun Lun yang berhak! Kau hanya seorang murid, tidak sejajar tingkatnya dengan kami!"

Bee Kun Bu sangat tersinggung, tetapi ia tetap mengendalikan amarahnya, karena ia sungkan bertengkar atau bertempur Tu Wee Seng sebelum ia dapat menolong Sumoynya,

"BaikIah. Aku turut mencari Co Hiong untuk menolong Sumoyku, dan kalian merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!" kata Kun Bu menahan amarahnya,

Teng Lee mengangguk dan tersenyum, lalu lari ke suatu jurusan untuk mencari Co Hiong. Begitu pula Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong meninggalkan Bee Kun Bu seorang diri,

Tiba-tiba dari belakangnya ada orang yang menegur padanya.

"Bee-heng, mengapa kau berdiri termenung?" tegurnya orang itu.

Bee Kun Bu menoleh ke belakang dan ia menjadi terperanjat ketika melihat bahwa orang yang menegur padanya itu adalah Co Hiong, ia diam terpaku,

"Bee-heng!" kata Co Hiong, "Apakah kau heran melihat aku tiba-tiba muncul di depanmu? Aku mengerti bahwa aku sedang memikiri keselamatan Sumoymu!"

Setelah semangatnya kumpuI kembali, Bee Kun Bu membentak:

"Kau tak seharusnya membawa lari dia!" Co Hiong tertawa gelak-gelak, "Bee-heng adalah seorang yang jujur dan berbudi luhur, tetapi kurang cerdas, Aku membawa lari Sumoymu semata-mata untuk menjaga keselamatan nya t juga ke- selamatanmu," kata si busuk dan kejam itu.

Bee Kun Bu menjadi heran dan tidak mengerti akan penjelasan Co Hiong itu.

Dengan tenang Co Hiong berkata pula: "Apakah kau tidak melihat bahwa Teng Lee bukan saja ingin merampas kitab- kitab Kui Goan Pit Cek, tetapi dia juga ingin merampas Sumoymu? jika aku tidak membawa lari Sumoymu, mungkin Teng Lee sudah merampas dan membawa lari Sumoymu itu!"

"Kau jangan sembarangan memfitnah orang! Sebagai seorang pemimpin partai, Teng Lee tak akan berbuat sekeji itu!" bentak Bee Kun Bu. Lagi-Iagi Co Hiong tertawa, "Bee Heng betul-betul kurang cerdas meskipun berwatak luhur dan jujur Akupun tak ingin bertengkar dengan kau. Nah, apakah kau ingin melihat Sumoymu?" "Dimanakah kau sembunyikan padanya?" Co Hiong membetot tangannya Bee Kun Bu. "Mari ikut aku, Aku hendak kembalikan Sumoymu sekarang,"

Mereka berjalan ke belakangnya goa batu dimana terlihat semak belukar yang lebat sekali, Setelah masuk sedikit mereka tiba di suatu batu gunung yang besar Dengan sekuat tenaga Co Hiong mendorong batu itu ke samping, dan segera terlihat sebuah goa lainnya, Setelah mereka masuk, Co Hiong menutup lubang goa tersebut dengan batu yang besar itu.

Suasana segera menjadi gelap setelah mulut goa itu tertutup dengan batu, namun dengan matanya yang telah terlatih, Bee Kun Bu dapat melihat keadaan di dalam goa itu.

Setelah berjalan sepuluh tombak lebih, keadaan dalam goa mulai menjadi terang kembali, Mereka keluar dari goa itu dan menuju ke suatu goa lainnya yang penutupnya dipindahkan oleh Co Hiong,

Suara rintihan yang memilukan hati membikin Bee Kun Bu cemas.

"Apakah Loan Moi juga dianiaya oleh manusia yang keji ini?" pikirnya, ia bertindak dengan waspada, siap sedia memukul Co Hiong jika ternyata Lie Ceng Loan teraniaya!

Co Hiong dapat membaca isi hatinya Bee Kun Bu, ia tertawa,

"Apakah kau masih tidak pereaya bahwa aku membawa Sumoymu untuk menjaminnya?"

"Setengah pereaya, setengah tidak," sahut Bee Kun Bu, Tetapi apakah artinya suara rintihan itu?"

Sambit bicara Co Hiong mengajak Bee Kun Bu berjalan terus masuk kedalam goa itu. Tetapi makin mereka masuk, suasana menjadi makin gelap, dan suara rintihan itu makin terang terdengarnya,

Dari sebuah birai Co Hiong mengambil sebuah obor, yang lantas dinyalakan lalu memimpin jalan masuk lebih dalam, Di bawah sinar obor tersebut terlihat Lie Ceng Loan terbaring di atas gundukan rumput kering,

Mdihat Bee Kun Bu datang, Lie Ceng Loan berusaha bangun, tetapi ia tak berdaya, ia hanya dapat bersuara dengan pertanyaan

"Bu Koko, apakah kau juga tertipu oleh manusia yang kejam ini?"

Bee Kun Bu terkejut mendengar pertanyaan itu, dan iapun segera melihat bahwa Lie Ceng Loan telah ditotok jalan darahnya sehingga tak berdaya,

"Bu Koko," kata Lie Ceng Loan dengan susah payah, HCo Hiong sangat kejam dan keji, Kau jangan tertipu olehnya, Lekas-lekas lari keluar dari goa ini!" Melihat wajahnya yang pucat pasi dan penderitaan Sumoynya itu^.Bee Kun Bu tak tega meninggalkannya.

Sikap yang ragti-ragu itu dilihat oleh Lie Ceng Loan.

"Bu Koko jangan hiraukan aku lagi, Lekas-lekas lari keluar dari goamu" Bee Kun Bu menjadi gusar.

"Hei bangsat Co Hiong! Apa artinya perbuatanmu ini?" bentaknya..

Tanpa menghiraukan Bee Kun Bu seolah-olah seorang yang berkuasa, Co Hiong tertawa gelak-gelak dengan sikapnya yang congkak.

"Aku dengan ikhlas hati menolong Sumoymu dan memberikan tempat untuk bersembunyi, tetapi kau masih juga mencurigai aku." dan ia terus tertawa..

"Tetapi mengapa kau menotok jalan darahnya sehingga dia tak berdaya.?" tanya Bee Kun Bu dengan gusar.

Co Hiong tak menyahut, ia terus tertawa. Bee Kun Bu menjadi habis kesabarannya.

"Aku tak dapat berbuat lain aku bisa memaksa kau memberi penjelasan!" tantangnya.

Co Hiong segera cabut pedangnya untuk menangkis pedangnya Bee Kun Bu yang terus menusuk padanya. Segera suasana di dalam gua tersebut menjadi gaduh dengan suara beradunya senjata

Mereka segera bertempur dengan sengitnya! sebetulnya ilmu maupun tenaga Bee Kun Bu lebih tinggi

dan lebih besar daripada Co Hiong, akan tetapi karena ia harus memperhatikan keselamatannya Lie Ceng Loan, ia bertempur dengan perasaan khawatir

pada suatu ketika Co Hiong berhasil mendesak Bee Kun Bu. pedangnya menyambar-nyambar dan menusuk bertubi- tubi kepada lawannya

Bee Kun Bu terpaksa menangkis. Satu bentrokan keras membikin ia merasa lengan kanannya menjadi lumpuh dan mulutnya terasa panas! ia lekas-lekas meloncat mundur, tetapi Co Hiong terus mengejar dan menusuknya,

Bee Kun Bu tidak berani menangkis tusukan itu. ia mengegos dan meneruskan dengan satu sabetan yang dilancarkan dengan jurus Gwat Yang Toa Kang atau BuIan Melalui Sungai Besar, salah satu jurus ilmu pedang Cui Hun Cap Ji Kiam dari partai Kun Lun.

Co Hiong merasa heran bahwa jurus-jurus yang dilancarkannya itu tidak berhasil mengalahkan lawannya, ia menjadi panas, tiba-tiba ia menjerit dan menyerang lagi dengan jurus Yu Hie Gek Leng atau ikan Berbalik Melawan Ombale Secepat kilat ia berusaha mencekal pergelangan tangan kanannya Bee Kun Bu untuk dibetot ke depan dan menjerumuskannya seperti ia pernah lakukan terhadap Kok Gie Hweeshk), guru yang mengajarkannya ilmu tersebut

Tetapi Bee Kun Bu segera berkelit dan menggunakan ilmu Ngo Heng Bi Cong Pu.

Co Hiong mencekal angtn! ia terperanjat Ujung pedangnya Bee Kun Bu datang menusuk punggungmu Secepat lalat ia berbalik dan menangkisnya.

Lie Ceng Loan yang tak dapat berkutik masih dapat bicara, ia berseru:

"Bu KokoI Lekas kau lari keluar dari gua ini, jangan hiraukan aku lagi!"

Seruan ini membikin Bee Kun Bu bertambah cemas, ia bertekad menolong Sumoynya dengan jalan membunuh lawannyal

"Bu Koko, ayoh lari keluar!" seru Lie Ceng Loan.

justru pada saat itu Co Hiong berhasil mencekal pergelangan tangan kirinya Bee Kun Bu. ia bermaksud membinasakan Bee Kun Bu dengan jurus Yu Hie Gek Lengl Bee Kun Bu berusaha melepaskan cekalan itu, tetapi Co Hiong memijatnya sehingga Bee Kun Bu mengeluarkan keringat dingin menahan sakit

Karena sudah dapat menguasai lawannya, Co Hiong berkata sambil tertawa:

"Bee-heng, kau terlampau mencurigai aku, dan sekarang kau rasa akibatnya!"

Bee Kun Bu tidak menyahut, ia hanya pelototkan matanya, "Bee-heng," kata Co Hiong pula, "Aku telah menyediakan

tempat ini untuk kau beristirahat!"

Bee Kun Bu tetap diam membungkam

"Sebetulnya jika kau ingin keluar dari gua ini tidaklah sukar," kata Co Hiong, Tetapi kau harus melaksanakan satu permintaanku!"

Dalam keadaan demikian Bee Kun Bu terpaksa menanya: "Apakah permintaanmu itu? Lekas katakan!"

Co Hiong tersenyum mengejek

"Aku hanya minta kau sudi menyerahkan Lie Sumoymu kepada..."

"Bu Koko, jangan perdulikan dia! Dia orang jahat!" seru Lie Ceng Loan.

Sambit memandangi Lie Ceng Loan, Co Hiong berkata: "Lie Siocia, kau harus bersabar. Setelah aku bereskan Bu

Kokomu, aku akan menjelaskan kepadamu..."

Perkataan yang menusuk hati itu hanya menghancurkan hatinya Bee Kun Bu, ia bertekad melawan atau... mati!"

Justru pada saat itu terdengar suara tindakan kaki di dalam goa tersebut Co Hiong terkejut dan memasang kedua kupingnya, Lalu berkelebat masuk seorang yang berpakaian putih, Orang itu adalah Pek Yun Hui! "Pek Cici!" seru Lie Ceng Loan, "Lekas-lekas tolong BuKoko.."

Dan di saat Co Hiong terkejut, Bee Kun Bu berhasil membebaskan diri dari cekalannya Co Hiong.

Seperti seekor kucing liar Co Hiong loncat menerjang Pek Yun Hui, dan terus menyabet dan menusuk lawannya, Tetapi secepat kilat pula Pek Yun Hui mengegos dan meloncat berbalik menerkam dengan berusaha mencekal pergelangan tangan kanannya Co Hiong yang memegang pedang!

Co Hiong terkejut, ia lekas-lekas meloncat mundur tiga langkah untuk menyerang pula nekad.

Pek Yun Hui mengebut dengan lengan bajunya dan mendekati tubuhnya Co Hiong, sehingga Co Hiong tak dapat menusuk dari jarak yang sangat dekat itu. Demikianlah dengan lengan baju kirinya Pek Yun Hui mengelaki serangan sambil tangan kanannya melancarkan serangan-serangan.

Tiba-tiba Co Hiong menjerit dan meloncat hendak lari keluar dari goa itu.

Pek Yun Hui mengejar. Co Hiong berbalik dahi menusuk lagi. Pek Yun Hui mengegos ke samping seraya mengirim jotosan ke pundak kanannya Co Hiong.

Co Hiong terdorong, dengan demikian ia mendapat ketika untuk lari keluar pula, Pek Yun Hui mengejar, tetapi gagal.

Ketika Pek Yun Hui berada di luar goa. Bee Kun Bu pun telah datang mengejar dan hendak mengejar terus, tetapi Pek Yun Hui mencegahnya,

"Jangan dikejar dia. Kita sekarang perlu menolong Loan Moi!"

Bee Kun Bu segera teringat akan penderitaan Su-moynya, iapun ingat bahwa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek" masih berada di tangannya Co Hiong, "Pek Cici, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek berada di tangan jahanam itu!" kata Bee Kun Bu memberitahukan: "Pek Yun Hui hanya tersenyum.

"Pikirku menolong Lie Sumoymu adalah lebih penting.

Lagipula, sekarang di sekitar Koat Cong San ini sudah datang banyak jago-jago silat pula, untuk memperebuti kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan orang-orang dari partai Thian liong datang untuk menuntutbalas atas kerusakan markasnya yang telah dimusnahkan olehku"

Bee Kun Bu yang memang khawatir Sumoynya, menyetujui pendapatnya Pek Yun Hui. . Demikianlah mereka masuk kembali untuk menolong Lie Ceng Loan.

"Pek Cici dan Bu Koko jangan hiraukan aku lagi, Tinggalkanlah aku seorang diri di sini! Aku tidak dapat hidup lebih lama di dunia ini!" kata Lie Ceng Loan.

"Mengapa kau berkata demikian?" tanya Bee Kun Bu cemas.

"Binatang Co Hiong itu membawa aku ke dalam goa ini, dia menotok jalan darahku di dalam keadaan tidak berdaya aku lalu di.." Lie Ceng Loan tak dapat meneruskan, ia segera menangis dengan sedihnya.

-ooo0ooo-

Jago-jago silat datang ke jurang mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek

Sebetulnya Bee Kun Bu ingin menanya Lie Ceng Loan tentang hal itu, akan tetapi karena Pek Yun Hui berada di situ, ia merasa tidak tepat menanyakan segera.

Pek Yun Hui memeriksa dengan teliti totokan yang diderita oleh Lie Ceng Loan. wajahnya menunjukkan kecemasan.

"Dia telah ditotok jalan darahnya di bagian jantung, sangat berbahaya bagi dirinya. jika dia bergerak maka darahnya dapat berhenti beredar Kita harus lekas-lekas menolong membebaskan totokan itu, kalau tidak, dia akan menjadi seorang yang jompo!"

"Apakah dia tak dapat ditolong?," unya Bee Kun Bu dengan cemas.

"Meskipun dapat ditolong, tetapi dia tak dapat segera sembuh," jawab Pek Yun Hui "Lebih baik bawa dia ke Thian Kie Ciok Hu, di sana aku akan berdaya menolong dan memulihkan tenaganya."

Tanpa bicara lagi, Bee Kun Bu angkat Lie Ceng Loan dan digendongnya keluar dari goa itu untuk terus lari menuju ke Thian Kie Ciok Hu, Pek Yun Hui mengikuti di belakangnya.

Ketika mereka tiba di bawah kamar Thian Kie Ciok Hu yang terletak di suatu puncak gunung, mereka terkejut mendengar suara siulan, dan dari semak belukar yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat berkelebat keluar dua orang,

Mereka itu adalah Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng!

Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng juga terperanjat melihat Bee Kun Bu menggendong seorang gadis dan disertai oleh Pek Yun Hui. Mereka menduga-duga mungkin sudah banyak jago-jago silat yang datang ke pegunungan Koat Cong San dan mereka sudah saling bertempur karena ingin merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan gadis yang digendong Bee Kun Bu itu diduganya terluka dalam pertempuran

"Pek Siocia, kami merasa beruntung dapat berjumpa pula dengan Siocia..." kata Ouw Lam Peng.

"Kedatangan kalian ini tentu bersama semua orang-orang dari partai Thian Liongl Tetapi urusan apakah yang telah menarik kalian datang ke pegunungan Koat Cong San ini?" Lalu tanpa menunggu jawaban ia segera mendaki lereri! gunung untuk pergi ke Thian Kie Ook Hu, Bee Kun Bu pun yang menggendong Lie Ceng Loan ikut Pergi. Melihat Lie Ceng Loan digendong oleh Bee Kun Bu, Ouw Lam Peng ingat peristiwa di Twan Hun Ya. Ketika itu, Ue Ceng Loan hampir melukai paaanya, ia segera mengejar dan menahan Pek Yun Hui

"Pek Siocia, aku mohon tanya, siapakah yang telah melukai gadis itu?" tanyanya.

Bee Kun Bu menjadi gusar dan ingin mendamprat tetapi Pek Yun Hui sudah mendahului membuka mulut

"Ouw piauw Touw, jika kau ingin mengetahui seluk beluknya, pergilah ke dasar jurang, di sana kalian akan segera dapat mengetahuinya!" jawabnya Pek Yun Hui.

Ouw Lam Peng tertawa seolah-olah ia tidak pereaya akan kata-kata Pek Yun Hui.

Suara tertawa itu telah didengar oleh Pang Siu Wie yang ditugaskan menjaga kamar Thian Kie Ciok Hu. ia segera lari sambil membawa kantong pasir beracunnya,

"Kalian sudah mengetahui bahwa daerah ini tak dapat dilanggar Lebih baik kalian segera enyah dari sini!" tegurnya dan ia berdiri dengan sikap mengancam.

Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng telah mengetahui watak wanita yang mengancam itu, juga tentang berbahayanya pasir beracunnya. Maka mereka bertindak mundur tiga langkah.

Pek Yun Hui menoleh kepada Pang Siu Wie,

"Kau kembalilah ke Thian Kie Ciok Hu dan baik-baik menjaganya, Aku akan bereskan dua orang ini!" iapun menyuruh Bee Kun Bu bawa Lie Ceng Loan ke Thian Kie Ciok Hu.

Pang Siu Wie lari kembali ke Thian Kie Ciok Hu, di belakangnya mengikuti Bee Kun Bu sambil menggendong Sumoynya, "Sekarang kalian ingin berbuat apa? Aku siap melayani !H tantangnya Pek Yun Hui menghadapi kedua orang itu.

Tetapi Ouw Lam Peng berdua Yap Eng Ceng yang telah mengetahui lihaynya Pek Yun Hui tak berani lancang bergerak

Pek Siocia, kami tidak ingin bertengkar sekarang Kami akan pergi ke dasar jurang, bila ternyata kitab kitab Kui Goan Pit Cek itu sudah dirampas olehmu, kami pasti akan datang kembali ke sini, kau tak akan luput dari tangannya partai Thian Liong!" ancamnya mereka sambil terus berlalu.

Setelah kedua orang itu tidak kelihatan pula, barulah Pek Yun Hui meninggalkan tempat itu untuk kembali ke Thian Kie Ciok Hu.

"Pek cici." Tanya Be Kun Bu. "Apakah mereka sudah pergi? Aku minta kau lekas-lekas menolong Loan Moi. Aku khawatir sekali jika dia tak lekas-lekas sembuh, karena di sekitar pegunungan Koat Cong San ini akan segera mengalami pertempuran. "

Melihat kegelisahannya Bee Kun Bu itu, Pek Yun Hui tersenyum.

"Baiklah. Kau dan Pang Siocia menjaga di luar dan mencegah orang masuk ke dalam."

Bee Kun Bu mengangguk dan berjalan, bersama Pang Siu Wie menjaga kamar Thian Kie Ciok Hu itu.

Beberapa saat kemudian, di lembah gunung terlihat berkelebatnya dua sosok tubuh orang, Bee Kun Bu segera dapat mengenali bahwa orang yang berjalan di depan adalah Sia Yun Hong, pemimpin partai Tiam Cong dan yang di belakang adalah Tu Wee Seng, pemimpin partai Hua San.

Tadi mereka berada di dasar jurang, mengapa sekarang sudah berada di sini lagi?" tanya Bee Kun Bu seorang diri,

Sia Yun Hong dan Tu Wee Seng pun sama terkejut melihat Bee Kun Bu dan Pang Siu Wie sedang menjaga di luar kamar Thian Kie Ciok Hu. "Bee Kun Bu, aku kira kau telah lari!" Sia Yun Hong menegur

Teguran itu sangat menyinggung Bee Kun Bu.

"Sia Totiang, apakah maksudnya ucapanmu ini?" Bee Kun Bu balik menegur

"Janganlah kau pura-pura berlagak pilon! Bukankah tadi kau bertempur dengan Teng Lee sehingga Co Hiong dapat membawa lari Sumoymu? Kemudian dengan ilmu langkah ajaib, kau telah berhasil mencari Co Hiong, menolong Sumoymu dan merampas kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Tentang Co Hiong ditotok oleh Pek Yun Hui dan melarikan diri dengan luka-luka nya kamipun telah mengetahui jelas, Tidak perlu kau berlagak tidak tahu!"

Bee Kun Bu terperanjat, karena semuanya itu benar, kecuali dirampasnya kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

"Aku mengakui semua itu, kecuali soal kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang masih berada di dalam tangannya Co Hiong," kata Bee Kun Bu menjelaskan

"Aku harap kau jangan terus menerus berdusta. Kalau benar kau tidak merampas kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, apakah kami boleh masuk ke kamar Thian Kie Ciok Hu untuk memeriksa?" kata Tu Wee Seng mengejek

Pang Siu Wie menjadi tak saban

"Sia Totiang, majikanku Pek Siocia sedang berusaha mengobati Lie Siocia, dan aku minta kalian tidak mengganggu Jika kalian masih juga mendesak, aku terpaksa mengambil tindakan!" katanya mengancam

Tu Wee Seng mengawasi Pang Siu Wie dengan wajah yang penasaran

"lnilah membuktikan kedustaan kalian Jika kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tidak ada di dalam kamar, kalian tentu tidak berkeberatan kami masuk memeriksa-nya." Lalu ia bertindak maju menuju ke kamar Thian Kie Ciok Hu.

Pang Siu Wie yang telah ditugaskan untuk menjaga kamar tersebut, segera menyambit Tu Wee Seng dengan pasir beracunnya,

Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong segera menangkis dengan mengebutkan lengan baju nya, dan berhasil menghindarkan diri dari serangan pasir beracun itu,

Menampak serangannya gagal, Pang Siu Wie menyerang pula dengan melepaskan panah apinya, Tetapi secepat kilat Sia Yun Hong menangkis dengan pedangnya dan Tu Wee Seng menggeprak dengan toyanya, Kedua panah api itu jatuh di tanah dan membakar rumput sehingga di dalam waktu sekejap saja padang rumput di sekitar mereka menjadi lautan api,

Tu Wee Seng balas menyerang Pang Siu Wie dengan toyanya setelah ia meloncati rumput yang menyala berkobar itu,

Pang Siu Wie bukan tandingannya Tu Wee Seng, ia hanya dapat mengegosi kemplangan toya lawannya, tidak bisa balas menyerang.

Bee Kun Bu tidak tinggal diam ia cabut pedangnya dan segera melancarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam menyerang Tu Wee Seng.

Sia Yun Hong menyerang Pang Siu Wie yang baru saja tertolong Untung bagi Pang Siu Wie, Sia Yun Hong masih jeri terhadap pasir beracunnya, dia bertempur dengan waspada,

Suara gaduh di luar kamar Thian Kie Ciok Hu itu terdengar nyata oleh Pek Yun Hui, tetapi ia terpaksa harus mencurahkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mengobati Lie Ceng Loan. iapun yakin, bahwa Bee Kun Bu berdua Pang Siu Wie dapat bertahan menghadapi lawannya, Harus diketahui, bahwa Bee Kun Bu sekarang bukan lagi Bee Kun Bu dahulu, ia dapat melawan Tu Wee Seng dengan baik, Tetapi Pang Siu Wie tak dapat menandingi Sia Yun Hong-

Pada suatu ketika, Bee Kun Bu melihat Sia Yun Hong melancarkan jurus Wan Tee poan In atau Membalik Awan Melihat Bulan, ujung pedangnya segera akan melukai lengan kanannya Pang Siu Wie. Dengan tak menghiraukan keselamatan diri sendiri, ia menyerang Sia Yun Hong dengan beringas, justru saat itu toyanya Tu Wee Seng menyodok punggungnya dengan jurus Oen Liong Cut Tong,

Bee Kun Bu terkejut ia berhasil menolong Pang Siu Wic dari tusukannya Sia Yun Hong, tetapi ia sendiri tidak ada ketika menghindarkan diri dari sodokan toyanya Tu Wee Seng, ia pejamkan kedua matanya menanti maut!

Tetapi sekonyong-konyong di luar dugaan, ujung sebilah pedang datang menusuk dari belakangnya Tu Wee Seng, Tu Wee Seng terpaksa berbalik dan menangkis tusukan tersebut Demikianlah Bee Kun Bu terhindar dari maut!

Kedatangannya penolong yang tiba-tiba itu membikin semua orang terperanjat dan berhenti bertempur penolong itu adalah Hian Ceng Tojin,

Tu Wee Seng yang terhalangi itu menjadi gusar "Hian Ceng Toliang, tidak malukah sebagai seorang

pemimpin menyerang lawan dengan membokong?"

mendamprat Tu Wee Seng dengan tegurannya,

"Ha! Ha! Ha!" tertawa Hian CengTojin. "Sia Totiang dan Tu-heng, dapat melihat orang lain, tetapi tidak dapat melihat diri sendiri, Kalian adalah pemimpin partai yang terkenal, tetapi tidak malu mengerubuti seorang murid!"

jawaban yang jitu itu membikin Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong bungkam mulut dan malu sekali, dengan tak dapat berkata-kata mereka ngeloyor pergi Bee Kun Bu yang terhindar dari bahaya maut itu, segera berlutut di hadapan gurunya yang telah menolong jiwanya, ia menyatakan terima kasihnya.

"Bu Jie, kau bangunlah! Sebelum kau diampuni oleh Susiokmu, hubungan kau dan aku sebagai guru dan murid masih terputus, Tadi aku menolong kau, karena aku tak tega melihat kau binasa di bawah toyanya Tu Wee Seng!"

Bee Kun Bu juga mengetahui bahwa kedatangan gurunya itu karena ingin mencari kitab-kitab Kui Goan Piteek,

"Sekarang aku akan berusaha membantu Suhu untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, jika aku berhasil, apakah Susiok dapat mengampuni aku, agar aku tak usah menjalankan hukuman berkelana di kalangan Kang-ouw selama sepuluh tahun?"

Hian Ceng Tojin tak dapat menahan keluarnya air matanya, tetapi ia tidak menjawabnya, ia membalikkan tubuh dan berlalu,

Tiba-tiba terdengar suara yang merdu menegur Bee Kun Bu. "Bu Koko kau mengapa lagi?"

Bee Kun Bu yang sedang membengong tersadarkan dari lamunannya, ia menoleh ke belakang dan tampak Lie Ceng Loan datang menghampiri ia segera mengetahui bahwa Fek Yun Hui telah berhasil membebaskan Sumoynya dari totokan, ia menjadi sangat girang,

"Loan Moi, bagaimanakah kau merasa sekarang?" tanyanya,

"Bu Koko," sahut Lie Ceng Loan sambil tersenyum, HPek Cici telah membebaskan totokan, sekarang aku merasa sehat kembali!" Sesaat berselang Pek Yun Hui pun tampak mendatangi Bee Kun Bu mengawasi dengan sorot mata yang berterima kasih,

"Bee Siangkong!" kata Pek Yun Hui, "Kini jago-jago silat dari befbagai-bagai partai telah datang berkumpul pula di daerah pegunungan Koat Cong San ini, dan mereka datang dengan satu maksud, yaitu mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cele Kini Tiap Moi seorang diri menjaga di luar, hatiku merasa tidak tenteram, Oleh karena itu, kita harus lekas-lekas pergi ke jurang untuk melihat keadaan!"

Bee Kun Bu menceritakan pertempurannya melawan Sia Yun Hong dan Tu Wee Seng, dan segala yang ia telah dengar dari mereka.

Pek Yun Hui mendengari dengan penuh perhatian, lalu mengerutkan kening,

"Bee Siangkong, semua ini adalah siasat dan tipu muslihatnya jahanam Co Hiong! Mungkin kini Co Hiong tengah bertempur melawan jago-jago silat dari kesenv bilan partai, Tiap Moi meski ilmu silatnya tinggi, namun masih belum berpengalaman aku khawatir keselamatan-nya. Mari, kita lekas-lekas pergi ke sana!" berkata Pek Yun Hui.

ia lalu memesan Pang Siu Wie dan Lie Ceng Loan menjagai Thian Kie Ciok Hu, ia bersama Bee Kun Bu segera pergi ke dasar jurang.

Ketika mereka sudah hampir mendekati jurang tersebut terdengar oleh mereka suara hiruk pikuk, Pada jarak kurang lebih dua puluh tombak, mereka melihat seorang pemuda yang berpakaian serba kuning melarikan diri dengan pedang terhunus,

Bee Kun Bu terkejut dan lantas hendak mengejarnya, tapi ditahan oleh Pek Yun Hui,

"Bee Siangkong, biarlah aku yang mengejar dia!" Lalu secepat kilat ia lari mengejar dan mengirim tinjunya ke arah pemuda itu, Tinju yang dilancarkan dengan tenaga dalam itu bukan main hebatnya, Co Hiong yang lolos dari kepungannya jago- jago silat dari kesembilan partai, terpaksa mengegos lalu berhadapan dengan Pek Yun Hui! "Hei! Manusia jahanam!" bentak Pek Yun Hui. "Apakah kiramu kau dapat lolos lagi?

Lekas kembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepadaku!"

Co Hiong menyahut dengan jotosannya! Tetapi Pek Yun Hui hanya mengegos sedikit untuk terus menusuk dengan ujung jari tangan kanannya.

Hembusan angin dari tusukan jari tangan itu mendorong Co Hiong lima langkah ke belakang! Salah satu jurus dari San Im Shi Ni.

Untuk sementara Co Hiong berdiri tertegun menyaksikan kelihayan lawannya yang melancarkan jurus tersebut

"Ayo, lekas kembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepadaku!" bentaknya lagi Pek Yun Hui, membarengkan meloncat dan menerkam Co Hiong, siap segera melancarkan jurus Gie Sin Hoan Wie (ilmu merubah bentuk dan menukar tempat), dan berhasil mengelit terkaman itu,

Seperti seekor kucing liar yang terdesak, Co Hiong membalas mengirim jotosan-jotosannya bertubi-tubi.

Demikianlah pertempuran berlangsung lebih kurang sepuluh jurus dengan serunya, ketika terdengar suara jeritan dari Tu Wee Seng yang datang berlari-lari ke tempat tersebut, diikuti oleh Sia Yun Hong.

Dalam keadaan terjepit Co Hiong segera keluarkan kitab- kitab Kui Goan Pit Cek dari kantong di dadanya dan berseru:

"Hei! Apakah kalian tidak malu mengerubuti aku seorang?

Jika kalian masihjuga mendesak nya, aku segera akan memusnahkan kitab-kitab ini!"

Ancaman itu segera menghentikan serangan-serangan terhadap nya, Ketika itu, jago-jago silat lainnya pun datang ke tempat itu, Dengan kedua mata yang beringas, Co Hiong mengawasi mereka semua, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di tangan kirinya, dan pedang terhunus di tangan kanannya, Lalu ia melangkah maju setindak demi setindak, diikuti oleh Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong dan juga Teng Lee.

Pek Yun Hui yang menghalau jalan, siap sedia merebut kitab-kitab fCui Goan Pit Cek itu. ?

pada saat itu, datang berlari-Iari ketiga pemimpin partai Kun Lun. Bee JCun Bu menjadi gelisah

seorang Co Hiong terkurung oleh enam orang,

Dalam keadaan terkurung itu Co Hiong menggertak "Kalian jangan maju setindak lagi atau aku segera

musnahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini!"

Suasana segera menjadi sunyi Sekonyong-konyong seperti orang yang hilang ingtan Co Hiong tertawa gelak- gelak. suaranya yang nyaring itu telah menarik perhatian jago- jago silat lainnya, dan tak lama kemudian Souw Peng Hai, Ouw Lam Peng, Ong Han Siong dan yap Eng Ceng juga datang ke tempat tersebut

"Suhu, kau datang dalam saat yang tepat sekali!" seru Co Hiong kepada Souw Peng Hai, Teceu sedang di-kurung oleh empat pemimpin-pemimpin partai silat yang terkenal Teecu tak dapat meloloskan diri. Dan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini harus jatuh ke dalam tangan partai kita!"

Souw Peng Hai mengawasi keempat pemimpin dari dua partai lawan,

"Apa maksud kalian mengeroyok orangku itu?" tegur Souw Peng Hai, suaranya keras bagaikan guntur.

Ucapannya Co Hiong yang kejam dan menusuk itu, maupun pertanyaannya Souw Peng Hai yang masih belum mengetahui betul kebusukan muridnya itu, membikin Tu Wee Seng, Sia Yun Hong, Teng Lee dan para pemimpin partai Kun Lun terperanjat untuk sesaat mereka menjadi bisu tak dapat menyahut Tetapi Pek Yun Hui menoleh ke arah Souw Peng Hai dan berkata dengan nada menyindir

"Sotrw Cong Piauw! sekarang bukan waktunya untuk kita mengadu lidah! Aku ingin kejelasan darimu, dengan cara apakah yang adil soal kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu harus dibereskan ?"

Souw Peng Hai tertawa:

"Co Hiong sudah terang orang dari partaiku, Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kini berada di dalam tangannya: maka kitab- kitab tersebut harus menjadi miliknya partai Thian Liong. Kau tak perlu menanya lagi!" jawab Souw Peng Hai,

Bee Kun Bu teringat akan cara-cara Co Hiong yang keji mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tersebut dari dalam kamar Thian Kie Ciok Hu di waktu ia sedang menderita dan berobat ia melotot mengawasi Co Hiong yang kejam dan keji itu:

"Co-heng! Cara bagaimanakah kau memperoleh kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu? Bukankah kau telah mencurinya dari dalam kamarnya Pek Cici? Apakah perbuatanmu itu tidak keji dan hina?" bentak Bee Kun Bu sambil membeber kekejiannya Co Hiong.

"Bee-heng, ketika kau sakit aku datang untuk menengok, dan aku hanya mengambil sebuah kotak yang dibuat dari batu Giok, Kemudian akupun telah mengembalikan kotak itu kepadamu," kata Co Hiong, menyangkal jawaban yang tak tepat itu hanya membikin Bee Kun Bu bertambah gusar dan hendak menyerang

"Bee Siangkong, kita tak usah mengadu lidah dengan manusia yang keji dan kejam itu," mencegah Pek Yun Hui, "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah miliknya Tiap Moi yang dibawanya dari lembah Pek Hua Kok, telah dicuri oleh manusia jahanam itu dari kamar Thian Kie Ciok Hu, Maka walau bagaimanapun kita harus berusaha merebut kembali untuk dikembalikan kepada Tiap Moi."

"Pek Siocia, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek berada di dalam tanganku, kini sudah menjadi mi!ikku. Jika aku tak mau mengembalikannya, kau mau apa?" kata Co Hiong menantang,

Pek Yun Hui tetap bersikap tenang, "Jika kau tidak hendak mengembalikannya, kau akan binasa di pegunungan Koat Cong San ini!" ancam Pek Yun Hui.

"Pek Siocia," kata Co Hiong pula, "Janganlah kau mendesak lagi, atau aku musnahkan kitab-kitab ini!"

Souw Peng Hai mengayun toyanya dan berjalan menghampiri Co Hiong, Gerak-geriknya itu membikin suasana menjadi tegang sekali, dan para jago silat berdiri dengan sikap yang waspada,

Tiba-tiba terlihat Pek Yun Hui menggerakkan tangannya segera tampak tiga butir biji baja menyerang ke arah Souw Peng Hai!

Tidak pereuma Souw Peng Hai menjadi pemimpin partai Thian Liong, Secepat kilat ia putar toyanya dan ketiga butir biji baja tersebut telah dapat dipukul jatuh!

Ouw Lam Peng dengan arit bajanya menyambar kepalanya Pek Yun Hui. Dengan gesitnya Pek Yun Hui mengegoskan diri menghindari samberan arit baja itu.

Menggunakan kesempatan itu, Souw Peng Hai Ion-cat dan berusaha merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya Co Hiong, Namun, Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong yang senantiasa mengawasi kitab-kitab tersebut, segera meloncat maju dan menghalanginya, Ketika itu, Ong Han Siong dan Yap Eng Ceng juga loncat maju, masing-masing melindungi Souw Peng Hai, pertempuran tak dapat dielakkan lagi! Sia Yun Hong lawan Ong Han Siong, dan Tu Wee Seng bertempur dengan Yap Eng Ceng,
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar