Badai Dunia Persilatan Jilid 12

Jilid 12

SUHU MASIH menantikan jawaban dari suheng Siauw-te.....

Kalau begitu boleh laporkan kepada susiok katakan saja Siauw-heng akan melaksanakan perintahnya!. Thio Cing An merangkap tangannya menjura kemudian putar badan dan berlalu.

Eeeei... tunggu sebentar kau boleh berlalu bersama-sama Moay sutemu! teriak Hu Pak Leng mendadak.

Tanpa menoleh lagi dari tempat kejauhan Thio Cing An menyahut :

Suhu berkata bahwa Moay sute ditinggalkan di samping suheng untuk melaksanakan perintah- perintahmu.

Hu Pak Leng yang mendengar jawaban tersebut dalam hati lantas mengerti Hong Cioe meninggalkaa Moay Siauw Beng disana untuk mengawasi semua gerak geriknya karena itu ia tahu banyak bicara tiada gunanya.

Dalam beberapa saat itulah para jago dari Siauw lim serta Bu-tong telah tiba dimulut lembah kurang lebih berada tiga kaki dari mulut lembah mereka bersama-sama menghentikan gerakannya.

Dengan pandangan tajam Hu Pak Leng menyapu sekejap kearah rombongan jago-jago tersebut tampaklah para hweesio dari Siauw lim si kurang lebih ada empat lima puluh orang sedang dari pihak Bu- tong pay cuma ada dua puluhan orang.

Tiong It Hauw yang berada ditempat kejauhan sewaktu melihat munculnya jago-jago Siauw lim serta Bu-tong pay semakin mendekati lembah mereka buru-buru ulapkan tangannya seraya berseru : Ayo kita terjang kemuka untuk melindungi keselamatan Bengcu!

Para jago menyahut bersama-sama mereka menerjang kedepan dan berbaris dikedua belah samping Hu Pak Leng.

Ketika itulah terdengar suara pujian Buddha yang amat nyaring disusul munculnya seorang hweesio tua berusia limapuluh tahunan dengan melintangkan toyanya didepan dada.

Sicu sekalian, pinceng mengunjuk hormat buat kalian.

Loo siansu : entah ada urusan apa kalian datang kemari? tegur Hu Pak Leng cepat. Hweesio tua itu tersenyum.

Bila sepasang mata pinceng tidak kabur sicu tentunya Liok-lim Bengcu yang menguasahi dunia Liok- lim saat ini bukan?.

Cayhe adalah Hu Pak Leng entah Loo siansu ada petunjuk apa? silahkan diutarakan keluar. Sekali lagi hweesio tua itu tersenyum.

Hu Bengcu mengirim surat undangan mengundang partai kami serta partai Bu-tong pay datang kemari entah ada urusan apakah yang hendak kurundingkan dengan kami.

Hu Pak Leng termenung sejenak ia melirik dulu kearah Moay Siauw Beng kemudian buru ujarnya : Loo siansu apakah kau adalah pernah melihat surat undangan yang cayhe kirim itu?

Mendengar pertanyaan tersebut hweesio tua itu jadi rada tertegun :

Surat undangan tersebut adalah ia sendiri yang tulis apakah ia sudah lupa? diam-diam pikirnya didalam hati :

Dengan cepat ia lantas beranggapan bahwa pihak lawan ada maksud menggoda dirinya tak terasa lagi hawa gusar mulai mengeram didalam dadanya dengan wajah serius dan keren katanya :

Orang beribadat selamanya tak pernah berbohong kau sebagai seorang Liok-lim Bengcu yang terhormat apakah mungkin ada orang yang berani meminjam namamu untuk membagi undangan kepada kami?.

Di sebutkan dalam surat undangan tersebut walaupun nama Hu Pak Leng ikut tercantum tapi semuanya ini adalah hasil perbuatan dari Hong Cioe dan dia orang pula yang mengirim surat undangan itu kepada pihak Siauw lim serta Bu-tong pay maka apa yang ditulis dalam surat undangan tersebut Hu Pak Leng sama sekali tidak tahu.

Karenanya dalam hati ia ada maksud untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri siapa sangka si hweesio tua tersebut ternyata sudah mengucapkan kata-kata semacam itu dalam hati ia lantas mengerti bila sang hweesio tua tersebut sudah salah paham terhadap maksudnya.

Buru-buru ia berganti bahan pembicaraan :

Entah siapakah gelar dari Loo siansu? Ciang Bun Hongtiang dari partai kalian apakah sudah datang?.

Pinceng Thian Ih! sahut hweesio tua itu sambil menyilangkan tangannya didepan dada dan tertawa dingin tiada hentinya, sebentar lagi Hongtiang kami akan tiba bila Hu Bengcu ada perkataan silahkan disampaikan saja kepada loolap.

Dalam nada ucapan tersebut secara samar-samar ia sudah memperlihatkan kedudukannya sebelum Thian Sian Thaysu Hongtiang mereka tiba maka dia oranglah yang berkuasa didalam segala hal. Selamat berjumpa... selamat berjumpa... Seru Hu Pak Leng sembari menjura. Perjamuan yang semula akan diadakan dalam lembah Mie Cong Kok kini sudah diubah dan perjamuan segera akan dimulai di lembah Lok Ing Kok beberapa li dari sini...

Agaknya Thian Ih Thaysu merasa amat curiga terhadap tempat perjamuan secara tiba-tiba, lama sekali ia termenung berpikir keras tak sepatah katapun yang berhasil ia ucapkan keluar.

Melihat hweesio tua itu bungkam Hu Pak Leng lantas berpaling dan perintahnya pada diri Tiong It Hauw.

Tiong-heng harap kau mewakili diriku untuk menyampaikan perintah seluruh anggota lembah segera berkumpul dan berangkat kemari.

Tiong It Hauw menyahut ia putar badan dan buru-buru berlalu.

Setelah itu Hu Pak Leng menghela napas panjang bisiknya pula pada diri Kok Han Siang. Siang moay kaupun harus kembali kedalam lembah.

Agaknya Kok Han Siang sudah merasakan keadaan sedikit kurang beres dengan sedih ia menggeleng : Aku tidak akan kembali kedalam lembah aku ingin bersama-sama Toako...

Persoalan yang menyangkut suatu pertarungan besar tidak boleh kau ikut...

Sinar mata Kok Han Siang berputar ia melirik sekejap kearah rombongan pihak Siauw lim serta Bu- tong pay.

Tampaklah jago-jago dari kedua partai besar itu berhasil dengan sangat tapi wajah mereka rata-rata diliputi keseriusan yang membuat hati terasa bergidik.

Tak terasa lagi perempuan tersebut selangkah berjalan maju kedepan.

Wajahnya yang penuh kemurungan serta sepasang biji matanya yang bulat dan jeri penuh mengembang air mata terutama sekali wajahnya yang sangat cantik tiada bandingan hal ini membuat para hweesio serta toosu dari Siauw lim dan Bu-tong sama-sama menundukan kepalanya tidak berani memandang terlalu lama.

Akhirnya Thian Ih Thaysu menghela napas panjang.

Pinceng adalah kaum pendeta yaug sudah melepaskan segala urusan keduniawian selamanya paling pantang dekat dengan kaum perempuan Li sicu harap segera berhenti serunya perlahan.

Thaysu, apakah kedatanganmu hendak mencari Toako?? tanya Kok Han Siang sedih perlahan-lahan ia mengusap kering butiran air mata yang menetes keluar dari kelopak mata dan membasahi pipinya.

Beberapa patah kata tersebut diucapkan terlalu kekanak-kanakan Thian Ih Thaysu segera tertawa. Entah siapa Toako dari Li sicu??.

Toako adalah Liok-lim Bengcu saat ini sahut perempuan tersebut melirik sekejap kearah Hu Pak Leng.

Kalau begitu dugaan Li sicu salah besar justru kedatangan pinceng sekalian adalah dikerenakan surat undangan dari Toakomu itu.

Kalian mencari Toako ada urusan apa?.

Toakomu yang undang kami datang kemari pinceng pikir tentu ada urusan. Nona! mengapa tidak kau tanyakan sendiri kepada Toakomu??.

Kembali Kok Han Siang tertawa sedih.

Ia bukan Toakoku dia adalah suamimu..... Ooouw Hu Hujien!

Inilah kesalahanku sendiri mengapa tidak menjelaskan terlebih dahulu tentang soal ini kepadamu tidak aneh kalau kalian tidak tahu.

Tidak menanti jawaban dari Thian Ih Thaysu lagi ia lantas putar badan dan berjalan kesisi suaminya. Toako! Loo siansu itu mengatakan Toako yang undang mereka datang entah benarkah urusan ini?? Hu Pak Leng termenung sejenak ia akhirnya manggut.

Benar! akulah yang undang mereka datang!. Ada urusan apa??.

Undang mereka datang minum arak!.

Kau akan menjamu mereka di lembah Mie Cong Kok kita??.

Bukan perjamuan akan diadakan didalam lembah Lok Ing Kok tidak jauh dari sini. Toako! aku ingn ikut toako pergi kesana boleh bukan?

Hal ini mana boleh jadi? Hu Pak Leng segera berpikir mendengar perkataan istrinya itu. Jikalau pihak Siauw lim serta Bu-tong pay mengetahui bila aku sedang memancing mereka mendatangi lembah Lok Ing Kok mungkin sekali ditengah perjalanan akan terjadi suatu pertarungan saat ini pihak Siauw lim serta Bu- tong pay sedang mengerahkan jago-jago lihaynya. Bilamana sampai bergebrak maka pertarungan tersebut tentu merupakan pertempuran yang maha sengit ketika itu aku orang mana ada waktu untuk mengubris dirinya... 

Dengan cepat ia melengos dan menolak mentah-mentah permintaannya itu. Tidak bisa jadi serunya dingin sekarang juga kau harus kembali kedalam lembah!

Sejak ia berkenalan dengan Kok Han Siang belum pernah ia bersikap demikian terhadap dirinya setelah mengucapkan kata-kata tersebut hatinya merasa amat sedih ia tak berani melirik sekejappun terhadap istrinya itu.

Toako kau jangan marah aku akan segera balik ke lembah untuk menanti kedatangan Toako kata Kok Han Siang sambil tersenyum ramah.

Perlahan-lahan ia putar badan dan berlalu dari sana dengan langkah yang lambat.

Angin gunung bertiup sepoi-sepoi membuat ujung baju berkibar suasana waktu itu terasa amat menyedihkan...

Menanti istrinya sudah berlalu Hu Pak Leng dengan paksakan diri mengepos semangat kemudian berpaling kearah para jago.

Kalian semua menanti disini tunggu setelah Tiong It Hauw datang kemari kemudian baru bersama- sama seluruh jago berangkat menuju lembah Lok Ing Kok untuk menyambut diriku.

Setelah itu kepada Thian Ih Thaysu sembari menjura ujarnya :

Jikalau Loo siansu punya nyali silahkan ikuti aku orang she Hu berangkat menuju ke lembah Lok Ing

Kok.

Asalkan Hu Bengcu suka pergi sudah tentu pinceng akan mengiringi.

Semangat Loo siansu berkobar-kobar cayhe merasa amat kagum seru Hu Pak Leng kembali sambil tertawa terbahak-bahak. Tapi keberanian lahirlah tak dapat menangkan kecerdikan akal Loo siansu harus berhati-hati. Dengan langkah lebar lantas ia berlalu.

Jelas didalam nada ucapan tersebut secara samar-samar ia memberi kisikan bahwa keadaan dalam lembab Lok Ing Kok sangat berbahaya.

Dalam pendengaran Thian Ih Thaysu ia anggap Hu Pak Leng sengaja memanasi hatinya oleh karena itu sambil tertawa dingin sahutnya :

Gunung golok rimba pedang pinceng tak akan jeri.

Sambil ulapkan toya ditangannya ia segera mengikuti dari belakang Liok-lim Bengcu tersebut.

Ketika itulah mendadak Moay Siauw Beng miringkan badannya kesamping lalu dengan sebat berebut dihadapan Thian Ih Thaysu sambil berpaling ia tertawa.

Eeeeei hweesio tua wajahmu memang benar-benar sangat galak nanti akan sedikit kuberi hajaran kepadamu.

Begitu perkataan tersebut meluncur dari mulutnya air muka para hweesio Siauw lim pada berubah

hebat.

Haruskah diketahui kedudukan Thian Ih Thaysu serta Thian Beng sederajat dengan Thian Sian Thaysu, Thian Wang Thaysu serta Thian Beng Thaysu kini Moay Siauw Beng ternyata bicara tidak sopan terhadap seorang angkatan tua yang lebih tua, sudah tentu hweesio lainnya tak kuat menahan sabar.

Terdengar hweesio berpawakan tinggi besar dengan suara yang dingin menegur.

Bocah masih berusia sangat muda ternyata berani benar menghina seorang angkatan tua jika tidak kupandang usiamu yang masih kecil seketika itu juga akan kuberi sedikit pelajaran kepadamu.

Sinar mata Moay Siauw Beng berkilat ia melirik sekejap kearah sang hweesio berperawakan tinggi besar itu kemudian tertawa.

Eeeei... keledai gundul tunggu saja pertama-tama kaulah yang akan kubunuh terlebih dahulu.

Beberapa patah ucapan ini sebaliknya malah membuat air muka para hweesio yang diliputi keseriusan kini sudah berubah tenang kembali kiranya secara mendadak semua orang merasa dibalik perkataan- perkataan ancaman yang diucapkan bocah cilik tersebut secara berulang kali tentu tersembunyi pula suatu rahasia yang sangat besar.

Pada mulanya Hu Pak Leng ada maksud hendak tinggalkan para jago dimulut lembah Mie Cong Kok lalu menggunakan kesempatan sewaktu tak ada orang lain ia akan menceritakan rencana keji Hong Cioe untuk membinasakan para jago-jago Bu-tong serta Siauw lim dalam lembah Lok Ing Kok kepada diri Thian Ih Thaysu sekalian sehingga mereka bisa ambil persiapan-persiapan dan tidak sampai terjerumus kedalam perangkap lawan.

Tapi Moay Siauw Beng setelah langkah tak mau melepaskan dirinya hal ini membuat dia orang tiada kesempatan lagi untuk mengutarakan rahasia tersebut kepada mereka semakin lama ia semakin rasa gelisah.

Perjalanan sejauh tiga li dengan cepat sudah di lewatkan lembah Lok Ing Kok pun sudah terbentang didepan mata.

Bilamana aku tidak menggunakan kesempatan ini untuk mengutarakan rahasia tersebut sehingga mereka mengetahui adanya siasat keji ini begitu menginjakkan kakinya kedalam lembah Lok Ing Kok rasanya tak akan ada kesempatan yang baik lagi aku harus cari akal untuk singkirkan Moay Siauw Beng dari sini... pikir Hu Pak Leng didalam hatinya.

Ketika itulah semua orang sudah tiba didepan mulut lembah.

Mendadak ia menghentikan langkahnya putar badan dan mengalihkan sinar matanya keatas wajah orang-orang Siauw lim serta Bu-tong pay. Kita sudah tiba di lembah Lok Ing Kok! dengusnya dingin.

Karena tak mengerti apa yang harus diucapkan maka ia bukan saja perkataan tersebut. Lembah gunung inikah yang kau maksudkan??

Thian Ih Thaysu dongakkan kepalanya memandang sekejap kearah lembah tersebut.

Tidak salah tiga penjuru dikelilingi puncak tinggi dua belah sisi merupakan tebing licin yang tegak lurus dalam lembah penuh dengan hawa membunuh.

Omintohud... seru Thian Ih Thaysu memotong perkataan Hu Pak Leng yang belum terucapkan. Kalangan sesat tak bakal menangkap kalangan lurus Hu Bengcu silahkan meneruskan perjalanan kedalam lembah.

Hweesio tua ini benar-benar bebal dan keras kepala pikir Hu Pak Leng sembari tarik napas panjang. Tetapi ditempat luaran dengan serius ia berseru :

Loo siansu bukan Ciangbujien dari Siauw lim si mana boleh ambil keputusan sembarangan untuk melanjutkan perjalanan melalui lembah.

Hmmm... walaupun pinceng bukan seorang Ciangbujien tapi sudah menerima perintah dari Hong Tiang teriak Thian Ih Thaysu pula mulai menunjukkan kegusaran Hu Bengcu persoalan ini merupakan urusan pribadi perguruan Siauw lim si kami sendiri kau tidak usah ikut campur.

Mendengar perkataan tersebut Hu Pak Leng semakin gelisah tetapi diluaran ia tetap mempertahankan ketenangannya, perlahan-lahan ia dongakkan kepalanya memandang awan putih yang melayang diangkasa dengan nada yang tawar katanya lagi :

Aku lihat lebih baik kita orang menunggu kedatangan Ciangbujien kalian terlebih dahulu kemudian baru bersama-sama masuk kedalam lembah.

Apakah Hu Bengcu mengira jebakan-jebakan yang kalian atur dalam lembah tersebut sudah cukup untuk memusnahkan kekuatan kita orang??? teriak Thian Ih Thaysu lagi semakin gusar. Hmmm! kau jangan terlalu memandang tinggi kekuatan kalian!.

Ia sudah bisa berpikir bila dalam lembah sudah diatur jebakan-jebakan rasanya merekapun sudah bikin persiapan kembali Hu Pak Leng berpikir dalam hatinya apalagi keadaan dalam lembah itupun aku sendiri kurang paham sekalipun dibicarakan juga susah untuk memberi keterangan kerenanya iapun tertawa dingin tiada hentinya.

Jika Loo siansu ingin mencari jalan mati tiada halangannya kau orang masuk kedalam lembah untuk coba-coba jengeknya.

Berulang kali dia orang memberitahukan bahwa keadaan dalam lembah sangat berbahaya agar Thian Ih Thaysu suka mempertingkat kewaspadaannya dan bertindak lebih berhati-hati lagi, tetapi bagi Thian Ih Thaysu ia sudah salah paham bahwa perkataan dari Hu Pek Leng itu sengaja sedang menghina dirinya hatinya jadi amat murka.

Thian sian sute pernah membicarakan soal Hu Bengcu dengan diri Loolap teriaknya keras.

Mendadak Hu Pak Leng merasakan hatinya rada bergerak ia takut hweesio tua itu membocorkan rahasia kunjungannya kedalam Siauw lim buru-buru potongnya :

Apa gunanya membicarakan soal yang dahulu kalau memang Loo siansu tidak takut dengan jebakan- jebakan yang diatur dalam lembah lebih baik silahkan segera masuk kedalam lembah.

Tidak menanti jawaban lagi ia lantas bergerak memasuki lembah tersebut. Tinggalkan dua belas orang pelindung hukum disini untuk penyambut kedatangan Ciangbujien perintah Thian Ih Thaysu cepat sambil ulapkan tangannya.

Dari rombongan para hweesio Siauw lim segera muncullah dua belas orang yang segera ditinggalkan dimulut lembah.

Pihak Bu-tong pay kali ini dipimpin oleh seorang Toojien berusia lima puluh tahun tetapi sejak berjumpa dengan Hu Pak Leng tadi tak sepatah katapun yang ia utarakan menanti hampir memasuki lembah Lok Ing Kok ia baru berkata singkat :

Tinggalkan lima orang disini.

Kemudian buru-buru ia menyusul Thian Ih Thaysu berjalan masuk kedalam lembah.

Selama ini secara diam-diam Hu Pak Leng memperhatikan tindak tanduk mereka setelah dilihatnya pihak Siauw lim serta Bu-tong pay meninggalkan orang juga untuk berjaga-jaga diluar mulut lembah dalam hati lantas berpikir :

Kelihatannya mereka sudah adakan persiapan-persiapan yang cermat Ciangbujien dari Siauw lim si Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang itu Ciangbujien dari Bu-tong pay hingga kini belum juga munculkan diri aku pikir mereka pasti sedang melakukan suatu urusan tertentu...

Hatipun tak terasa semakin lega dibuatnya dengan langkah lambat-lambat kembali ia melanjutkan perjalanannya kemuka.

Selama ini orang-orang pihak Siauw lim dan Bu-tong serta diri Hu Pak Leng selalu terpaut jarak kurang lebih lima depa jauhnya karena ia berjalan sangat lambat sekali maka hal ini memberi kesempatan yang luas bagi orang-orang kedua partai tersebut untuk memeriksa keadaan lembah lebih cermat.

Lembah tersebut merupakan suatu lembah yang gersang setelah jauh masuk beberapa li kedalam lembah masih belum juga kelihatan sebatang pohon atau segenggam rumput yang tumbuh disana batuan- batuan aneh yang tersebar diempat penjuru agaknya tidak kelihatan barang-barang lainnya lagi.

Moay Siauw Beng yang selama ini berjalan dibelakang Hu Pak Leng lama kelamaan mulai tidak betah untuk berjalan lambat dengan suara rendah ia lantas menegur.

Eeeei    bagaimana kalau kita berjalan rada cepatan sedikit?.

Hu Pak Leng mengerti ia sudah menaruh curiga segera mengiakan dan mempercepat langkah kakinya. Para jago dari pihak Siauw lim serta Bu-tong pay pun dengan kencang menyusul dari belakang.

Agaknya Hu Pak Leng ada maksud memberi kesempatan bagi orang-orang dari kedua partai besar untuk memeriksa keadaan situasi dari tempat itu setiap kali menjumpai tempat-tempat yang strategis ia pasti berusaha mencari alasan untuk mengajak Moay Siauw Beng berbicara dan ambil kesempatan itu perlambat langkah kakinya.

Setelah melewati tujuh delapan buah tikungan gunung tiba-tiba keadaan medan berubah tampak diatas batuan cadas yang menonjol keatas duduk empat orang kakek tua dengan warna pakaian yang berbeda-beda.

Di belakang empat orang itu tampak berdiri dua belas orang dayang yang cantik berbaju hijau kecuali itu tidak nampak orang lain lagi.

Jarak tonjolan batu karang itu dengan permukaan tanah itu kurang lebih ada empat lima tombak tingginya dibelakang batuan merupakan sebuah puncak bukit yang menjulang tinggi ke angkasa dibawah tonjolan karang merupakan batu-batu cadas yang berserakan di mana-mana.

Dengan sinar mata tajam Thian Ih Thaysu menyapu sekejap kearah keempat orang yang duduk berjejer diatas batu karang tadi lalu tegurnya :

Siapa diantara kalian yang bernana Hong Cioe. Loohu adanya jawab seorang kakek berjenggot sepanjang dada yang duduk diujung sebelab kiri. Omintohud loolap adalah Thian It dari kuil Siauw lim si!

Hong Cioe tertawa dingin.

Hmmm... loohu tidak mengundang dirimu yang aku undang adalah Thian Sian Thaysu Ciangbujien partai anda katanya.

Thiat It Thaysu melirik sekejap kearah para padri lalu ujarnya kembali dengan nada dingin.

Kedudukan Ciangbujien partai kami sangat tinggi loolap mendapat perintah untuk membuka jalan bila ada urusan silahkan rundingkan dahulu dengan loolap!.

Hong Cioe tidak langsung menanggapi ucapan itu sambi1 melirik sekejap kearah si setan tua Swie Han katanya tertawa :

Dugaan Swie-heng sangat tepat sekali ternyata Ciangbujien partai Siauw lim benar-benar tidak berani datang memenuhi janji.

Dalam kuil Siauw lim si kedudukan Thiat It Thaysu sangat tinggi dan merupakan salah satu dari lima jagoan lihay dari angkatan Thian namun wataknyapun paling berangasan ia jarang sekali berkelana dalam dunia persilatan, pengalaman serta pengetahuannya amat cetek.

Mendengar ucapan dari Hong Cioe ia jadi naik pitam sambil menggetarkan tongkat Sian Cang-nya ia berseru lantang :

Hong tiang partai kami bukan manusia sembarangan. Hmm! kalian anggap beliau suka menemui manusia kurcaci macam kalian seenaknya...

Hong Cioe tertawa.

Sebelum Hong tiang partai kalian tiba disini silahkan cuwi sekalian beristirahat sejenak keatas bukit karang tersebut menanti Hong tiang partai kalian sudah tiba loohu akan menyambutnya dengan segala kehormatan dan perjamuan segera dibuka.

Mesti dalam hati Thiat It Thaysu mangkel bercampur mendongkol namun berhubung dalam nada ucapan Hong Cioe barusan seakan-akan ia menghormati kedudukan Hong tiangnya maka Thiat It Thaysu merasa kurang leluasa untuk membantah terpaksa dengan hati mangket ia bungkam dalam seribu bahasa.

Menyaksikan kegusaran serta kemangkelan padri tersebut Hong Cioe tertawa geli pikirnya : Sungguh berangasan tabiat padri tua ini akan ku goda dirinya biar mendongkol setengah mati. Segera ia berteriak kembali dengan suara lantang.

Hu hian tit setelah melakukan perjalanan jauh tentu kau sangat lelah bukan ? cepat naik keatas untuk beristirahat.

Meskipun dalam hati Hu Pak Leng tahu bahwa Hong Cioe ada maksud menggoda Thiat It Thaysu namun tak urung ia harus menunjukan pula wajah girang setelah menjura dengan langkah lebar segera naik keatas bukit karang itu.

Untuk mencapai bukit karang tersebut hanya ada sebuah jalan kecil disisi kiri saja menghubungkan tempat itu dengan bawah tebing sedang bagian lain merupakan tebing-tebing yang curam lagi terjal maka bila seseorang hendak mencapai tebing karang tersebut kecuali lewat jalan kecil tadi maka satu-satunya jalan hanya gunakan ilmu meringankan tubuh meloncat naik keatas.

Namun jarak tebing tadi dengan permukaan tanah ada selisih jarak empat lima tombak lebih kecuali seseorang memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sampurna tidak mungkin bisa mencapai tempat itu dengan sekali loncatan. Diam-diam Hu Pak Leng menilai kekuatan sendiri ia merasa yakin dengan ilmu meringankan tubuhnya masih bisa mencapai tebing tersebut dalam sekali loncatan namun dia adalah seorang lelaki berpikiran cermat berada dalam keadaan serta situasi semacam ini ia tidak ingin terlalu menonjolkan diri maka dengan langkah lambat ia naik keatas tebing lewat jalanan kecil itu.

Moay Siauw Beng dengan kencang membuntuti terus dibelakang Hu Pak Leng!

Dalam pandangan orang-orang Siauw lim serta Bu-tong pay tindakan dari Moay Siauw Beng ini seolah-olah sedang memberikan perlindungan buat Hu Pak Leng namun dalam kenyataan Liok-lim Bengcu ini merasa sangat gelisah pikirnya.

Kurangajar... ia mengawasi gerak gerikku terus menerus dan setindakpun tidak dilewatkan sungguh berabe, aku harus mencari satu akal untuk singkirkan dirinya.

Sementara ia masih berpikir tiba-tiba terdengar Thiat It Thaysu telah berseru lantang.

Hoat Goan, Hoat Ceng cepat naik keatas bukit karang itu dan periksa persiapan apa yang ada disana?.

Dua orang padri berperawakan tinggi besar segera mengiakan dan meninggalkan rombongan langsung menerjang naik keatas tebing karang tersebut.

Bagus sekali! tiba-tiba Moay Siauw Beng putar badan dan berseru sambil tertawa kalian sendiri yang datang cari gara-gara, pedang berkelebat langsung menusuk kearah Hoat Goan yang ada disebelah kiri.

Kiranya Hoat Goan Thaysu bukan lain adalah padri yang buka suara mencari Moay Siauw Bens tadi. Hu Pak Leng segera berpikir didalam hati.

Empat orang gembong iblis tua yang duduk diatas bukit karang tersebut merupakan iblis-iblis berhati telengas jikalau biarkan dua orang padri ini terjang naik keatas tebing niscaya mereka akan mati konyol lebih baik kudesak mereka agar mundur mungkin dengan mundurnya dua orang padri ini akan membangkitkan hawa amarah dari Thiat It hweesio dan tidak menunggu Ciangbujiennya tiba menggerakkan pasukannya lebih dahulu jumlah jago yang dibawa kedua partai itu sangat banyak barisan Ngo Heng Kiam Tin serta Loohan Cioe berempat gembong iblis tua ini sangat lihay belum tentu mereka sanggup menghadapi serangan gabungan dari para jago partai Siauw lim dan Bu-tong pay mungkin dengan pecahnya pertarungan massal ini aku bisa menggagalkan siasat keji dari Hong Cioe.

Ingatan tersebut berkelebat hanya sedetik ia segera membentak keras tongkat besi ditangannya langsung berkelebat menghadang serbuan dari hweesio yang ada disebelah kanan.

Padri itu sama sekali tidak berkelit dengan tongkat Sian Cang-nya ia sambut datangnya serangan Hu Pak Leng itu dengan keras lawan keras.

Traaang... ditengah bentrokan keras yang menimbulkan percikan bunga-bunga api hweesio itu kena didesak mundur selangkah kebelakang oleh bentrokan itu sebaliknya Hu Pak Leng sendiripun merasakan sepasang lengannya jadi kaku.

Diam-diam ia jadi girang pikirnya.

Nama besar partai Siauw lim benar-benar bukan nama kosong belaka seandainya para padri yang hadir dalam pertemuan kali ini memiliki ilmu silat sebanding dengan hweesio ini maka kekuatan gabungan mereka tentu luar biasa sekali dan sanggup untuk menghadapi Hong Cioe sekalian....

Tiba-tiba terdengar Hong Cioe berseru sambil tertawa.

Keponakan Hu cepatlah naik keatas bukit serahkan saja kedua orang hweesio gundul itu buat sutemu seorang ia masih sanggup untuk menghadapi mereka berdua.

Walaupun Hu Pak Leng pernah menyaksikan kekejian jurus pedang tersebut tetapi setelah ia sadar bahwa tenaga dalam hweesio itu luar biasa dan ia yakin meski ilmu silat Moay Siauw Beng lebih lihay pun tenaga dalamnya terbatas maka ia yakin tidak mungkin bocah itu sanggup menghadapi kedua orang padri tersebut sekaligus.

Karena punya pikiran demikian iapun menurut dan segera mengundurkan diri keatas tebing karang tersebut.

Hoat Ceng gerakan tongkat Sian Cang-nya siap menerjang keatas tiba-tiba serentetan cahaya putih menyambar lewat tahu-tahu ujung pedang lawan sudah mengancam datang ia terkesiap buru-buru mundur selangkah kebelakang dan gerakan senjatanya menangkis.

Gerakan pedang itu datang dengan kecepatan aneh ditarikpun dengan kecepatan tidak berkurang baru saja tongkat Hoat Ceng menyambar kemuka pedang mustika tadi sudah ditarik kembali lalu berputar dan balik menyerang Hoat Goan.

Hoat Goan serta Hoan Cheng adalah jago Siauw lim yang setingkat lebih bawah dari pada angkatan Thian menyaksikan jalan pergi mereka terhadang oleh seorang bocah yang baru berusia belasan tahun, hati mereka merasa mendongkol gusar malu dan gemas tanpa terasa lagi mereka sama-sama gerakkan senjatanya berebut menyerang.

Dalam sekejap mata bayangan tongkat betlapis-lapis memenuhi angkasa bagaikan gulungan ombak disamudra mendesak kemuka dengan hebatnya.

Senyum manis masih tersungging diujung bibir Moay Siauw Beng dengan gerak gerik yang sebat ia mainkan pedangnya berkelebat kesana kemari ditengah lapisan bayangan tongkat asal kedua padri itu berhasil mendesak maju selangkah kedepan ia pasti menggunakan satu jurus serangan yang aneh untuk paksa kedua orang padri tadi balik ketempat semula.

Dalam sekejap mata dua puluh jurus telah lewat dan kedua orang padri itu pun masih tertahan di tempat semula selangkahpun tak sanggup maju lebih kedepan.

Hu Pak Leng yang menyaksikan jurus-jurus aneh Moay Siauw Beng dalam usahanya menghalangi jalan pergi kedua padri itu dalam hati merasa terkesiap ditinjau dari sikapnya yang pandang enteng sekalipun ditambah dua orang jago lihaypun belum tentu bocah tadi menderita kalah.

Sepanjang pertarungan itu berlangsung sinar mata Hong Cioe pun selalu dicurahkan keatas tubuh Moay Siauw Beng menyaksikan jurus pedangnya yang ampuh dan sakti suatu senyum girang terlintas diatas wajahnya.

Si api beracun Seng Jiang, si setan tua Swie Han serta si manusia iblis Wu Tao pun dibikin bergidik oleh kesempurnaan ilmu pedang Moay Siauw Beng bukan begitu saja lihay dari partai Siauw lim serta Bu- tong pun sama-sama berubah air muka.

Seraya mengelus jenggot kambingnya si setan tua Swie Han memuji.

Hong-heng sungguh hebat anak murid didikanmu ini sehingga membuat Siauw-te merasa amat kagum. Sepuluh tahun kemudian ia pasti akan berhasil jadi jago kangouw kelas satu.

Hong Cioe tertawa hambar agaknya ia sama sekali tidak merasa senang oleh pujian dari si setan tua Swie Han itu.

Di tengah kalangan mendadak bergema jeritan ngeri yang menyayatkan hati diikuti semburan darah segar muncrat keempat penjutu tubuh hweesio yang tinggi besar terlempar jatuh kedalam jurang.

Ketik semua orang alihkan sinar matanya maka nampaklah dengan tangan kanan Moay Siauw Beng mencekal pedang dengan tangan kirinya mencekal batok kepala hweesio yang gundul.

Kiranya secara tiba-tiba ia keluarkan jurus aneh dengan suatu gerakan yang lincah ia menghindari tangkisan dari tongkat Hoat Goan lalu pedangnya laksana kilat menebas kedepan batok kepala Hoat Goan hweesio pun diiringi muncratan darah segar berpisah dari tubuhnya. Laksana kilat Moay Siauw Beng tambahi tendangan menghajar pada mayat Hoat Goan hingga masuk dalam jurang sementara tangan kirinya menyambar batok kepala dari padri itu yang berpisah dari tempat semula.

Oleh perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dengan hati terkesiap Hoat Ceng mundur selangkah kebelakang ia berdiri tertegun dan tak tahu apa yang harus dilakukan.

Meskipun ia bekerja sama dengan Hoat Goan untuk menghadapi Moay Siauw Beng namun ia sendiripun tak lihat secara jelas bagaimana batok kepala Hoat Goan berhasil ditebas oleh sambaran pedang bocah itu.

Heeee... heeee... heeee... Moay Siauw Beng tertawa terkekeh-kekeh dengan nyaringnya. Nih sambutlah batok kepala rekanmu!

Di tengah getaran keras batok kepala yang penuh berlepotan darah itu langsung meluncur kearah Hoat

Ceng.

Tidak sempat hweesio tua itu putar otak untuk menentukan haruskah ia menerima sambitan itu tanpa sadar dengan gerakan reflek ia terima batok kepala dari Hoat Goan hweesio tua itu.

Tiba-tiba cahaya putih menyambar lewat ujung pedang Moay Siauw Beng dengan mengikuti lemparan batok kepala itu telah meluncur datang.

Buru-buru Hoat Ceng sambar batok kepala itu dengan tangan kiri lalu menggunakaa tangan kanannya menangkis serangan tersebut sayang tidak sempat dengan gugup ia loncat mundur dua langkah kebelakang.

Haaaa... haaaa... kau masih ingin berkelit? jengek Moay Siauw Beng tertawa. Mengikuti gerakan pedang ia maju selangkah kedepan.

Angin desiran dingin terasa menyambar lewat diatas lengan kanan Hoat Ceng dan tahu-tahu rasa sakit telah merasuk ketulang sungsum lengan kanannya mentah-mentah tertebas menjadi dua sedang batok kepala ditangan kirinya tanpa sadar telah jatuh ketanah.

Traaaang tongkat Sian Cang itu telah jatuh ketanah dan menumbuk diatas batu karang.

Moay Siauw Beng tersenyum diatas wajahnya yang merah menarik sama sekali tidak terlintas rasa kasihan.

Kuampuni selembar jiwamu ayo sana... enyah dari atas bukit! ia membentak.

Hoat Ceng berpaling melirik sekejap kearah lengannya yang kutung darah segar mungucur keluar dengan derasnya namun ia tidak menggubris sambil berjongkok ia pungut kembali batok kepala Hoat Goan hweesio lalu dengan langkah lebar berjalan turun dari atas bukit.

Namun kekuatan badannya sudah banyak berkurang akibat terlalu banyak darah yang mengalir keluar berada ditengah jalan ia mulai sempoyongan dan akhirnya kakinya menginjak diatas sebuah batu cadas yang licin tidak ampun lagi badannya limbung dan akhirnya jatuh tertelungkup diatas tanah dan bergelinding kebawah.

Thiat It hweesio berdiri termangu-mangu ditempat semula ia sama sekali tidak turun tangan menolong anak buahnya mungkin ia sudah dibikin tertegun oleh keampuhan ilmu pedang bocah tersebut.

Peraturan partai Siauw lim amat keras sebelum Thiat It Thaysu turunkan perintah tak seorangpun berani majukan diri untuk menolong.

Pada saat itulah mendadak terdengar suitan nyaring berkumandang diangkasa sesosok bayangan manusia laksana kilat meluncur kebawah tebing dan menyambar tubuh Hoat Ceng Hweesio lalu ujung kakinya menjejak permukaan tanah dan melayang balik rombongan para padri partai Siauw lim.

Ilmu gin kang yang dimiliki orang ini sangat lihay pergi datang dilakukan laksana kilat. Omintohud... dosa bisik Thiat It Thaysu mungkin ia menyesal karena lupa memberi pertolongan buat Hoat Ceng yang terluka.

Hu Pak Leng segera alihkan sinar matanya kearah orang itu ia temui orang itu adalah seorang pemuda tampan berusia dua puluh tiga empat tahunan wajahnya terlalu asing bagi dirinya mungkin orang ini jarang berkelana dalam dunia persilatan bajunya pakaian ringkas warna perak alisnya tebal dengan mata yang jeli sebilah pedang mustika tersoren diatas punggungnya.

Hu hiat tit siapakah pemuda ini? tiba-tiba disisi telinga Hu Pak Leng berkumandang suara bisikan dari Hong Cioe jelas gembong iblis itu sudah dibikin tertarik oleh gin kangnya yang sempurna.

Sebenarnya Hu Pak Leng hendak menjawab bahwa ia tidak kenal dengan pemuda tersebut dengan ilmu Cian Li Coan Im atau ilmu menyampaikan suaranya mendadak ia teringat bahwa tidak cocok baginya untuk pamer kepandaian dalam keadaan seperti ini maka ia berpaling melirik sekejap kearah Hong Cioe kemudian buru-buru naik keatas tebing dan menyahut.

Tecu belum pernah berjumpa dengan orang ini.

Sepasang alis Hong Cioe berkerut ia bungkam dalam seribu bahasa.

Dalam pada itu setelah pemuda berpakaian ringkas warna perak itu setelah menolong Hong Hu hiat pada bahu kanannya untuk mencegah lebih banyak darah yang mengalir keluar kemudian kepada Thiat It siansu katanya.

Ciangbujien partai anda sebentar lagi akan tiba disini bersama ayahku beliau memerintahkan Boanpwee untuk datang duluan memberi kabar kepada Thaysu lebih baik tunggu dahulu hingga kehadiran Ciangbujien partai anda baru bergebrak dengan mereka.

Thiat It Thaysu segera rangkap tangannya didepan dada. Loolap jarang berkenalan dalam dunia persilatan.

Sungguh cerdik pemuda berbaju warna perak itu tidak menanti padri itu menyelesaikan kata-katanya sambil tersenyum ia melanjutkan :

Boanpwee jarang mencampuri urusan keduniawian dan belum pernah muncul dalam dunia persilatan tidak aneh kalau loocianpwee tidak kenali diriku namun ayahku punya hubungan persahabatan yang amat erat dengan Ciangbujien partai anda Thian Sian loocianpwee mengungkap nama besar ayahku mungkin loocianpwee mengerti.....

Bicara sampai disitu sengaja ia pertinggi suaranya :

Ayahku adalah Huan Tong San dari Peropinsi Loo Lam! entah loocianpwee kenal tidak dengan orang

itu??.

Thian It Thaysu melengak.

Si pedang sakti Huan Tong San yang pernah menggetarkan jago-jago kangouw di selatan sungai pada dua puluh tahun berselang adalah ayahmu?? serunya kalau begitu anda pastilah Huan kongcu, Huan Bun Kiat adanya???.

Huan Bun Kiat adalah engkohku boanpwee adalah bernama Huan Giok Koen!.

Aaaai ombak belakang sungai Thian Kang memang selalu mendorong ombak didepannya enghiong

selalu muncul disaat remaja cukup ditinjau dari ilmu gin kang yang ditunjukkan Huan kongcu barusan sudah menunjukkan betapa lihaynya ilmu silatmu loolap benar-benar merasa amat kagum.....

Aaaah. Loocianpwee terlalu memuji.

Pembicaraan kedua orang ini meski dilakukan dengan suara tidak keras namun Hong Cioe serta Hu Pak Leng sekalian yang ada diatas tebing dapat mendengarnya dengan sangat jelas. Sungguh tak nyana Huan Tang San yang sudah lama mengundurkan diri ikut serta pula dalam pertemuan kali ini kata Hu Pak Leng dengan suara lirih sudah lama tecu mendengar nama besar orang ini sayang belum lama aku muncul ia telah mengundurkan diri sehingga sampai detik ini belum pernah berjumpa dengan orangnya pribadi.

Bagus... bagus jengek Hong Cioe sambil tertawa dingin makin banyak makin baik sekali sebar jaring menyapu habis mereka semua dari kita repot-repot turun tangan sendiri.

Si setan tua Swie Han pun melirik sekejap kearah manusia iblis Wu Toa lalu berkata pula.

Sebelum kita mengundurkan diri nama besar Huan Tang San telah menggemparkan dunia persilatan sungguh tak disangka ketika kita munculkan diri kembali iapun ikut munculkan diri.

Hmmm... dengan Huan Tang San Siauw-te pernah berjumpa beberapa kali, sahut Wu Tuo dengan nada dingin, hanya sayang kejadian telah lewat puluhan tahun setelah berjumpa kembali entah masing- masing saling kenal atau tidak.

Tiba-tiba tampak Hong Cioe ulapkan tangannya seraya berseru :

Siapkan meja perjamuan!.

Dua belas orang dayang cantik yang berbaju hijau yang berbaris dibelakang tubuhnya segera putar badan dan berlalu.

Sejak naik keatas tebing karang secara diam-diam Hu Pak Leng mengawasi situasi serta keadaan sekitar tempat itu tetapi ia tahu Hong Cioe adalah seorang yang dipenuhi dengan kecurigaan karena takut sikapnya terlalu menyolok sehingga menimbulkan kecurigaan dalam hatinya maka ia tidak berani mengawasi terlalu cermat.

Menanti Hong Cioe memerintahkan kedua belas dayang cantik berbaju hijaunya untuk mempersiapkan meja perjamuan Hu Pak Leng baru gunakan kesempatan ini untuk berpaling kebelakang.

Luas tebing tersebut mencapai satu hektar walaupun dibawah tebing penuh berserakan batu-batu cadas yang runcing dan tajam namun diatas tebing tadi merupakan sebidang tanah datar.

Hu Pak Leng menyaksikan kedua belas dayang cantik itu lari kearah bukit seberang dan lenyap dibalik tikungan dalam hati ia lantas berpikir.

Di pandang sepintas lalu seolah-olah tebing karang ini bersambungan dengan puncak yang menjulang ke angkasa itu aku duga di sana pasti ada jalan yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lain.

Meskipun hatinya curiga ia tak berani memandang terlalu lama menanti ia berpaling kembali maka terlihatlah beberapa li dihadapannya mulai muncul serombongan manusia yang bergerak mendekat dengan langkah amat lambat.

Jumlah rombongan tersebut amat banyak kecuali hweesio-hweesio berjubah abu-abu berkepala gundul dan bersenjata tongkat. Sian Cang serta para toosu yang menggembol pedang terdapat pula orang-orang preman yang memakai pakaian ringkas.

Rombongan tersebut berjalan amat lambat meski cuma beberapa li namun baru dilewati setelah makan waktu seperempat jam lamanya.

Anak murid partai Siauw lim serta Bu-tong dibawah pimpinan Thiat It Thaysu sama-sama putar badan menyambut kehadiran rombongan itu.

Hu Pak Leng segera memandang lebih seksama ia temukan Thian Sian Thaysu mengenakan pakaian lhasa berwarna kuning emas wajahnya keren dan agung ia berjalan ditengah rombongan.

Di sebelah kirinya berjalan Ci Yang Tootiang dari partai Bu-tong sedang sebelah kanannya berdiri seorang kakek tua berjubah lebar berrambut putih dan berjenggot putih pula. Di belakang ketiga orang itu kecuali para padri dari partai Siauw lim serta toosu dari partai Bu-tong terdapat pula belasan manusia pakaian ringkas.

Sinar mata Thian Sian Thaysu perlahan-lahan menyapu sekejap kearah jenasah anak muridnya yang menggeletak dibawah tebing ditengah keagungan terpancar rasa sedih kepada Thiat It Thaysu tanyanya lirih.

Hoat Goan mati ditangan siapa?

Omintohud ia mati ditangan bocah cilik berdandan toosu itu.

Thian Sian Thaysu mendongak melirik sekejap kearah Moay Siauw Beng yang berjaga dijalan kecil tersebut dengan pedang tersoren lalu tanyanya kembali :

Apakah Hoat Ceng juga terluka ditangannya.

Loolap tidak sanggup menguasahi keadaan sehingga membuat anak murid perguruan jatuh korban harap ciangbun suheng suka menjatuhi hukuman sesuai dengan peraturan.

Thian Sian Thaysu tersenyum.

Dalam suatu pertarungan itk bisa dihadiri jatuh korban hal ini tak dapat salahkan sute katanya.

Dalam pada itu Hong Cioe yang ada diatas tebing pun telah berpaling kearah Hu Pak Leng sambil berkata :

Dalam pertemuan yang diselenggarakan kali ini kau adalah tuan rumah sebagai tuan rumah maka kau boleh kehilangan sopaa santun mari kita sambut mereka untuk naik keatas tebing.

Sehabis bicara ia meloncat bangun dan berjalan kebawah dengan langkah lebar. Hu Pak Leng segera membuntuti dibelakangnya dan ikut dari atas tebing.

Moay Siauw Beng melirik sekejap kearah Hong Cioe serta Hu Pak Leng tiba-tiba katanya sambil tertawa :

Suhu perlukah kita turun tangan? mereka sudah datang kemari. Hong Cioe mengangguk.

Simpan pedang mustikamu dan ikuti dibelakangku sebelum mendapat perintah jangan turun tangan secara gegabah.

Moay Siauw Beng tidak bicara ia tersenyum dan masukan kembali pedangnya kedalam sarung lalu mengikuti dibelakang Hong Cioe berjalan kearah muka.

Sementara itu Thian Sian Thaysu pun telah melirik sekejap kekanan dan kekiri lalu berkata :

Too-heng, Huan-heng si kakek tua berwajah merah berbahaya itu bukan lain adalah Hong Cioe yang sudah lenyapkan diri selama puluhan tahun sedangkan lelaki kekar berwajah gagah itu bukan lain adalah Liok-lin Bengcu dewasa ini adalah Hu Pak Leng.

Di atas tebing masih ada tiga orang lagi apakah thaysu kenal dengan mereka? tanya Huan Tong San sambil mengelus jenggotnya yang putih.

Loolap jarang berkelana dalam dunia persilatan terbatas sekali orang yang ku kenal Huan-heng bertanya demikian mungkin kau sudah kenal dengan mereka.

Benar si kakek kurus kering bagaikan lidi berbaju hitam dan mempunyai alis putih yang panjang itu bernama Swie Han si kakek berwajah kuning emas berbaju coklat dan berwajah mengerikan itu bernama si manusia iblis Wu Tuo sedang si manusia aneh berwajah Im Yang itu Siauw-te tidak berani memastikan tapi aku rasa dia pastilah si api beracun Seng Jien adanya. Huan-heng sudah puluhan tahun mengasingkan diri dari dunia persilatan tak nyana dalam sekilas pandang segera kenali nama pihak lawan hal ini sungguh membuat loolap merasa kagum.

Kembali Huang Tong San tersenyum sambungnya lebih jauh :

Keempat orang ini sudah lama lenyap dari dunia persilatan.....

Ia merandek untuk berpikir sejenak kemudian terusnya :

Yang paling lama sudah lima puluh tahun dan paling sedikit dua puluh tahunan tak pernah muncul dalam dunia kangouw sungguh tak disangka iblis-iblis tua yang hidup dipelbagai daerah yang berbeda ini hanya dalam beberapa hari saja telah berkumpul semua di sini untuk bikin keonaran...

Huan-heng sudah lama kau tidak campuri urusan dunia persilatan tetapi terhadap situasi Bu-lim kau masih mengetahuinya dengan mata jelas puji Ci Yang Tootiang sambil tertawa.

Aaaah... sahabat-sahabat karibku masih sering berkumpul dirumahku maka dari itu meski aku telah mengasingkan diri namun mereka masih menceritakan pula keadaan dunia persilatan kepadaku apa lagi beberapa orang iblis tua ini sudah banyak melakukan keonaran dalam dunia persilatan tempo dulu maka andaikan sedikit ingatanku masih bisa kenali mereka ini.

Masing-masing pihak saling mendekat dan akhirnya berhenti kurang lebih jarak lima enam depa Hong Cioe berhenti dan sambil menjura tegurnya tertawa.

Hong Cioe telah lama menantikan kehadiran cuwi sekalian.

Omintohud apabila loolap sekalian datang terlambat harap anda suka maafkan. buru-buru Thian Sian

Thaysu balas memberi hormat.

Hu Pak Leng menyapu sekejap wajah Thian Sian Thaysu ia menyambung :

Meja perjamuan telah dipersiapkan diatas tebing silahkan cuwi menghadapi perjamuan tersebut!

ooooOoooo

12

THIAN Sian Thaysu tersenyum.

Hu Bengcu sejak perpisahan apakah kau dalam keadaan baik-baik sungguh tak nyana loolap bisa berjumpa kembali dengan Hu Bengcu dalam waktu sesingkat ini sahutnya.

Hu Pak Leng takut padri itu membicarakan soal kunjungannya ke kuil Siauw lim si buru-buru ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain.

Di atas tebing telah tersedia meja perjamuan untuk menyambut kedatangan cuwi sekalian. Huan Tong San tertawa dingin tukasnya.

Sejak kuno orang mengatakan : perjamuan tak ada yang bermaksud baik kalau Hu Bengcu telah mencampuri racun dalam sayur serta arak tersebut maka aku hendak terangkan dulu bahwa usahamu bakal sia-sia belaka.

Hong Cioe mendengus dingin, hmmm... apa bila aku Hong Cioe tidak melamur anda pastilah Huan Tong San, Huan loo enghiong yang pernah memimpin para jago dari daerah utara dan selatan sungai tempo dulu? Jengeknya.

Tidak salah loolap adalah Huan Tong San. Huan loo enghiong harap kau berlega hati meskipun Hong Cioe dalam pandangan cuwi sekalian adalah seorang gembong iblis dari kalangan hek to namun tindak tandukku tidak akan serendah itu hingga mencampuri obat racun dalam sayur dan arak.

Sekalipun Hong-heng berjiwa besar dan tidak main permainan setan dalam sayur dan arak itu namun tak urung loolap sekalian harus berjaga-jaga atas segala hal yang tidak diinginkan.

Kakek tua she Huan itu tertawa terbahak-bahak kemudian sindirnya lebih jauh.

Hal ini harus disalahkan kepada kaum Liok-lim serta manusia-manusia kurcaci lainnya yang sering suka menggunakan obat racun dan obat pemabok dalam tingkah lakunya.

Air muka Hong Cioe berubah hebat.

Huan-heng aku minta kau sedikit sopan dalam pembicaraan tukasnya dengan nada ketus.

Harap Hong-heng jangan banyak pikirkan yang bukan-bukan terhadap manusia gagah macam Hong- heng sekalian tentu saja aku tidak berani bandingkan diri kalian segala manusia kurcaci dari Liok-lim.

Sejak semula Hong Cioe sudah dibikin naik pitam oleh sindiran-sindiran tajam Huan Tong San namun dia adalah seorang manusia licik ia tak ingin disebabkan oleh persoalan kecil menggagalkan masalah besar maka ia paksa menahan hawa amarah tersebut katanya sambil tertawa.

Ini hari sengaja Siauw-te undang cuwi sekalian untuk menghadiri pertemuan dalam lembah Lok Ing Kok ini bukan lain adalah ingin menghapuskan pertikaian persengketaan serta kesalahpahaman antara kami orang-orang Liok-lim dengan pihak Siauw lim serta Bu-tong pay selama ratusan tahun ini dengan demikian semoga pertumpahan darah yang tak berguna bisa terhindar.....

Omintohud apabila kalian benar ada maksud demikian tidak sia-sia loolap melakukan perjalanan kali ini puji Thian Sian Thaysu.

Mungkin satu dua orang maksud berbuat demikian tetapi meski kau sudah bicara sampai ludah kering peras otak sampai kepala botak apabila tingkah laku mereka masih mengikuti hawa napsu dan lain dimulut lain dihati.

Tempat ini bukan tempat yang sesuai untuk bicara tukas Hong Cioe sambil menjura diatas tebing sudah disiapkan meja perjamuan apabila cuwi ada hal-hal yang hendak disampaikan silahkan diutarakan setelah perjamuan nanti Siauw-te pasti akan pentang telinga mendengarkan maksud-maksud hati kalian itu.

Baik! Thian Sian Thaysu lantas berpaling dan pesannya kepada murid-murid Siauw lim kalian tetap tinggal dibawah tebing dan tunggu disana...

Meja perjamuan yang Siauw-te sediakan sangat banyak buru-buru Hong Cioe menukas semua pergikut Thaysu dipersilahkan naik keatas bukit untuk ikut serta dalam perjamuan ini.

Bagus sekali... bagus sekali... Huan Tong San menyindir sambil tertawa agaknya Hong-heng ada maksud memancing kita semua masuk perangkap?.

Orang ini memiliki pengetahuan serta pengalaman yang sangat luas setiap patah kata yang diucapkan tentu tajam bagaikan pisau yang mana dalam-dalam menghujam dalam hati Hong Cioe.

Air muka Hong Cioe kontan berubah hebat serunya dingin.

Apabila Huan thayhiap takut Siauw-te campuri racun dalam arak serta sayur yang dihidangkan tiada halangan kau tetap tinggal dibawah tebing sambil menanti.

Haaa... haaa kali ini Siauw-te memenuhi harapan Thian Sian Thaysu dan menemaninya melakukan

perjalanan kemari sejak semula aku sudah tidak pikirkan soal mati hidupku sendiri...

Siauw-te cuma berharap bisa berjumpa dengan Thian Sian Thaysu dari Siauw lim si serta Ci Yang Tootiang dari Bu-tong pay guna lenyapkan pertikaian Bu-lim yang terjadi selama ini kembali Hong Cioe menyela aku sama sekali tidak bermaksud bertemu dengan Huan-heng maka dari itu akupun tidak sampaikan undangan kepadamu untuk ikut serta menghadiri pertemuan ini.

Loohu datang mencari kematian sendiri Hong-heng! bukankah kau tak usah repot-repot peras otak kerahkan tenaga untuk mercari aku lebih jauh??.

Huan-heng apakah kau tidak menilai dirimu terlalu tinggi sekalipun Hong-heng tetap hidup dikolong langit belum tentu kau bisa menguasahi keadaan situasi dalam Bu-lim dewasa ini.

Beberapa patah perkataan ini terlalu tajam dan ketus membuat Huan Tong San seorang jago kawakan yang memiliki pengalaman sangat luaspun tak urung naik pitam air mukanya berubah hebat.

Hong-heng kau   terlalu   sombong   dan   sesumbar   serunya   dingin.   Dalam   pertemuan yang diselenggarakan ini hari belum tahu tiada yang bakal modar bersilat lidah belaka apa gunanya??.

Hong Cioe tidak membantah lebih jauh ia menjura kepada Thian Sian Thaysu seraya ujarnya sambil tertawa.

Maaf apabila Siauw-te akan melangkah setindak duluan untuk membawakan jalan cuwi sekalian!. Ia putar badan dan berlalu.

Sepeniggalnya Hong Cioe, Thian Sian Thaysu Ciangbujien dari partai Siauw lim ini lantas berpaling kepada Ci Yang Tootiang serta si pedang sakti Huan Tong San katanya.

Setelah kita menghadiri pertemuan yang mereka adakan maka dalam tindak tanduk tak boleh kehilangan kesopanan tiada halangan kita dengarkan dahulu pendapat-pendapatnya.

Sambil tersenyum Ci Yang Tootiang mengangguk mereka bertiga dengan jalan bersanding pun meneruskan langkahnya kedepan.

Setelah tiba diatas bukit karang meja perjamuan telah dipersiapkan sayur lezat memenuhi meja arak wangi bau semerbak setiap meja perjamuan berdiri dua orang dayang cantik berbaju hijau melayani keperluan tetamunya Hong Cioe duduk pada kursi utama lalu angkat cawan araknya dan sekali teguk menghabiskan isinya setelah itu sambil tertawa ia berkata.

Aku Hong Cioe sebagai tuan rumah akan meneguk secawan arak lebih dahulu untuk membuktikan bahwa dalam arak sama sekali tak ada racunnya.

Thian Sian Thaysu, Ci Yang Tootiang serta Huan Tong San masing-masing ambil tempat duduk dikursi berikutnya sedang anak murid serta pengikut ketiga orang itu sama sekali tidak ikut naik keatas bukit mereka sama-sama menunggu dibawah tebing karang tersebut.

Setibanya diatas bukit karang diam-diam Huan Tong San mulai memperhatikan keadaan disekelilingnya dengan seksama ia temukan puncak tebing tersebut merupakan sebidang tanah datar dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan ia jadi tercengang segera pikirnya.

Tebing karang ini terletak berdampingan dengan dinding bukit yang menjulang keangkasa tiga bagian bisa kelihatan nyata dan tidak mungkin di sekitar sini terdapat jago-jago tersembunyi sedang dengan kedudukan Hong Cioe sebagai jago kawakan tidak mungkin ia mencampuri arak dan sayur yang dihidangkan dengan racun.

Sementara Huan Tong San masih putar otak tidak habis mengerti Thian Sian Thaysu sambil tersenyum telah bertanya kalian berdua mengundang loolap serta Ci Yang-heng datang kemari entah ada urusan apa?.

Menyaksikan mereka tidak meneguk arak tapi langsung menanyakan urusan pokok Hong Cioe tahu bahwa kedua orang pemimpin Bu-lim ini pasti mencurigai dalam sayur dan arak terdapat racun, maka ia lantas gerakkan sumpit dan mencicipi setiap hidangan dengan lahapnya setelah itu sambil tertawa ia baru menjawab. Selama ratusan tahun belakang partai Siauw lim serta Bu-tong selalu dianggap orang-orang Bu-lim sebagai perguruan lurus nomor wahid dikolong langit.

Di mana-mana dalam partai Siauw lim kami bukannya tak ada murid-murid yang tidak becus.

Begitu pula dalam kalangan Liok-lim kami bukan setiap orang adalah manusia-manusia jahat yang patut di bunuh sambung Hong Cioe cepat.

Hong-heng! Ci Yang Tootiang menyela meskipun ucapanmu tidak salah tetapi sebagian besar orang- orang Liok-lim punya watak serta tingkah laku yang tidak jauh berbeda membunuh orang melepaskan api membakar rumah mengacau ketenteraman masyarakat tindak tanduk tersebut benar-benar membuat orang tidak tahan memandangnya lebih lanjut.

Haaa... haaa... haaa... memang diakui kekuatan partai Bu-tong serta Saiuw lim amat besar, tapi bagaimana kenyataannya?. meskipun sudah bermusuhan selama ratusan tahun dengan orang-orang Liok-lim kami dapatkah kalian membinasakan seluruh anggota Liok-lim kami?.

Omintohud! Pantangan paling utama bagi kami orang-orang beragama adalah membunuh umat hidup dimana bisa lepas tangan harus lepas tangan dimana bisa mengampuni orang ampunilah selama ratusan tahun belakangan ini bukannya tak ada jago gagah muncul diantara kalangan Liok-lim dimana mereka berusaha untuk mengubah kebiasaan jelek orang-orang Liok-lim tapi sayang manusia-manusia macam begini amat jarang sekali ditemui bahkan sebagian besar telah menemui ajalnya lebih dahulu sebelum cita-citanya yang luhur terkabul.

Ia menghela napas panjang dengan nada sedih tambahnya :

Bahkan orang-orang semacam ini bukan mati karena kejadian diluar dugaan atau mati ditangan kalian orang-orang Liok-lim sendiri.

Berbicara sampai di situ Thian Sian Thaysu menghela napas panjang sinar matanya lambat-lambat menyapu sekejap kearah Hu Pak Leng lalu dengan wajah serius sambungnya kembali :

Di samping itu ada pula manusia-manusia yang bicara lain di mulut lain di hati dengan meminjam alasan hendak mengubah sifat-sifat buruk kaum Liok-lim pura-pura berbuat asih dan mulia padahal diam- diam bertindak lebih keji dan lebih jahat manusia-manusia macam ini jauh lebih keji dari pada kaum penyamun yang membunuh orang membakar rumah rakyat dan merampok manusia-manusia laknat macam ini harus dibunuh dan dibasmi dari muka bumi.

Hu Pak Leng mengerti kata-kata terakhir yang diucapkan padri itu sengaja ditujukan kepadanya ia tertawa hambar dan membungkam.

Dalam pada itu sinar mata Huan Tong San lambat-lambat menyapu sekejap kearah si setan tua Swie Han si manusia iblis Wu Tuo serta si api beracun Seng Jiang kemudian sambil tertawa ujarnya.

Sungguh tak disangka dalam perjalananku keutara kali ini ternyata dapat berjumpa kembali dengan saudara-saudara sekalian yang sudah berpisah selama puluhan tahun lamanya...

Siauw-te pun tidak menyangka ternyata Huan-heng masih hidup dikolong langit dalam keadaan sehat walafiat sambung si setan tua Swie Han dingin.

Si pedang sakti Huan Tong San tersenyum.

Raja akhirat masih belum maui sukmamu si setan cilik datang merenggut jiwaku pun percuma meski loohu pingin mati sayang aku tak bisa mati-mati juga!

Hmmm lembah Lok Ing Kok inilah merupakan tempat kuburmu untuk selama-lamanya jengek si manusia iblis Wu Tua. Haaa... haaa... haaa... puluhan tahun lamanya kita tidak saling berjumpa aku rasa kepandaian silat kalian beberapa orang pasti telah peroleh kemajuan pesat bukan? ini hari loohu bisa buka mata menikmatinya meski harus mati terkubur di lembah Lok Ing Kok inipun aku akan mati dengan mata meram.

Sambil mengelus jenggot Hong Cioe tertawa tergelak sambungnya.

Apa gunanya cuwi sekalian saling cekcok dan bersilat lidah begini lantas masalah besar bisa diselesaikan? Siauw-te sengaja undang cuwi sekalian datang kemari bukan lain karena ada urusan penting yang hendak dirundingkan.

Silakan kau utarakan pendapatmu yang tinggi loolap akan pentang telinga mendengarkan kata Thian Sian Thaysu.

Selama ini partai anda disebut sebagai tulang punggung dunia persilatan dan didalam kenyataan selama ratusan tahun belakangan partai kalianpun merupakan terkuat selama ini turun temurun sering kali muncul manusia berbakat yang berkelana dalam Bu-lim sengaja bikin onar dan satroni dengan kaum Liok- lim kami setelah terjadinya pertempuran yang tiada hentinya selama ratusan tahun lamanya membuat Siauw- te tiba-tiba merasakan satu hal yang sangat penting.

Entah urusan penting apakah itu?? Pinto rasa tentu suatu kabar berita yang mengejutkan kata Ci Yang Tootiang.

Hmmm! selama ratusan tahun belakangan sejak partai Bu-tong didirikan selalu Bu-lim dengan tenaga lweekang serta ilmu pedangnya bilamana membicarakan soal kepopuleran mungkin partai kalau bisa sejajar dengan partai Siauw lim...

Partai kami selalu berdampingan dengan eratnya dengan pihak Siauw lim percuma Hong-heng buang tenaga apabila ada maksud memancing bentrokan diantara kami serdiri...

Huuu... partai Bu-tong tidak lebih hanya pecahan cabang dari partai Siauw lim belaka sungguh tak malu mengatakan partaimu sejajar dengan pihak Siauw lim tiba-tiba si api beracun Seng Jiang menimbrung. Cikal bakal kalian Thio Sam Hong tidak lebih hanya seorang hweesio cilik didalam kuil Siauw lim si bukan aku tok yang tahu tanyakan saja kepada seluruh umat Bu-lim bukankah merekapun tahu semua akan soal ini.

Beberapa patah kata ini tertalu berat bagi penerimaan orang-orang Bu-tong pay air muka Ci Yang Tootiang kontan berubah hebat namun sebagai seorang toosu yang beriman tebal ia masih dapat mempertahankan diri setelah termenung sejenak katanya sambil tertawa hambar :

Belum pernah partai kami merahasiakan bahwa cikal bakal partai Bu-tong mula-mula berasal dari partai Siauw lim apakah kau merasa tidak yakin dengan kabar tersebut?.

Si api beracun Seng Jiang tertawa dingin.

Kalau benar berasal dari satu partai yang sama apa gunanya memecahkan diri dan membentuk partai sendiri jengeknya.

Ilmu silat yang ada dikolong langit bersumber satu hanya cara penggunaan serta hasil yang dicapai saling berbeda karena inilah maka dalam dunia persilatan muncul pelbagai partai dan perguruan.

Hong Cioe tersenyum.

Pendapat-pendapat tinggi dari kalian berdua punya kebenaran serta alasan yang berbeda-beda namun pendapat semacam ini bukan tujuan Siauw-te untuk mengundang kehadiran cuwi sekalian...

Ia menghela napas panjang dan pura-pura menunjukkan wajah sedih lalu sambungnya :

Di dalam pertempuran yang tiada hentinya selama ratusan tahun belakangan ini orang-orang Liok-lim tidak berhasil juga untuk dimusnahkan sama sekali bahkan setiap kali mendapat kerugian muncullah jago- jago lihay generasi berikutnya. Aaaai... kalau pertempuran tak berguna macam ini dilanjutkan lebih jauh entah sampai  kapan pertikaian berdarah macam ini baru bisa diselesaikan lagi  pula karena bentrokan- bentrokan itu maka perselisihan antara kedua belah pihak pun makin lama semakin dalam sehingga akhirnya kedudukan kedua belah pihak bagaikan air dan api masing-masing ambil jalan yang bertentangan membuat generasi berikutnya jadi sulit untuk memperpandukan faham yang berbeda ini...

Pendapat Hong-heng memang ada benarnya Thian Sian Thaysu mengangguk tiada hentinya. Tetapi entah bagaimana usulmu untuk menghentikan pertikaian yang tiada habisnya ini??

Justru persoalan penting inilah yang hendak di tundingkan dengan kalian dalam pertemuan di lembah Lok Ing Kok kali ini.

Hong-heng apakah ucapan yang barusan kau utarakan benar-benar   muncul dari hati sanubarimu? tegur Huan Tong San dengan alis berkerut.

Apaka Siauw-te sedang ajak cuwi sekalian bergurau?.

Omintohud! Thian Sian Thaysu memuji keagungan Buddha, Loolap percaya peraturan partai kami masih sanggup untuk mengawasi gerak gerik anak murid kami tetapi persoalan justru terletak pada pihak Liok-lim sendiri kebanyakan orang-orang Liok-lim berdiri sendiri dan tidak pernah mau tunduk kepada orang lain apakah mereka suka mendengarkan perintah dari Hong-heng.

Sinar matanya menyapu sekejap kearah Hu Pak Leng lalu menjawab.

Markas besar kaum Liok-lim di Pak Ih pun tidak lebih hanya terbatas pada beberapa propinsi di Kanglam Hong-heng dapat ajukan usul tersebut loolap rasa kau tentu sudah punya rencana masak bukan.

Persoalan ini memang gampang dalam pembicaraan namun sulit dalam melaksanakannya maksud Siauw-te adalah berharap Thaysu dengan Ci Yang Tootiang.

Belum habis ia bicara tiba-tiba tampak asap tebal membumbung tinggi keangkasa Huan Tong San dengan cepat meloncat bangun sebelum ia sempat buka suara Hong Cioe telah ulapkan tangannya kepada beberapa orang dayang cantik yang berdiri disisinya :

Cepat periksa api tersebut berasal dari mana!

Enam orang dayang cantik itu sama-sama mengiakan kemudian putar badan dan buru-buru berlalu.

Menyaksikan air muka Hong Cioe tetap tenang dan duduk tak berkutik ditempat semula timbul perasaan curiga dalam hati Huan Tong San diam-diam pikirnya.

Entah permainan setan apa yang sedang disiapkan gembong iblis ini? agaknya Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang telah tertarik oleh kata-kata manisnya sedang akupun tak berhasil membongkar rencana busuk orang itu. Aaai... aku lihat keadaan pada saat ini amat bahaya sekali membuat orang sulit untuk berjaga-jaga.....

Asap tebal itu berasal dari tekukan bukit antara puncak bukit tersebut dengan dinding tebing seberang selisih jarak dengan beberapa orang itupun hanya terpaut lima enam tombak belaka.

Agaknya Hong Cioe sangat memperhatikan kobaran api tersebut meskipun tetap duduk tak berkutik ditempat semula namun sinar matanya selalu menatap kearah berasalnya kobaran asap tebal tersebut.

Hanya sebentar keenam orang dayang cantik itu berlalu untuk kemudian muncul kembali di depan meja perjamuan mereka lantas melaporkan :

Koki yang sedang masak bertindak kurang hati-hati sehingga mengakibatkan alang-alang disekitarnya terbakar tapi api telah dipadamkan dan tiada mara bahaya lagi.

Sepasang alis Hong Cioe berkerut kencang ia loncat bangun dan mendeprak meja keras bentaknya.

Asap tebal mengepul makin tebal jilatan api berkobar semakin nyata terang-terangan api belum berhasil dipadamkan mengapa kalian katakan keadaan berhasil dikuasahi. Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang tanpa terasa sama berpaling kearah mana berasalnya kobaran api tersebut.

Di saat perhatian mereka bercabang itulah tiba-tiba keenam orang gadis berbaiu hijau itu meloncat kedepan dan menubruk kearah tiga orang itu.

Huan Tong San membentak keras cahaya pedang berkelebat membelah angkasa seketika itu juga seorang dayang cantik yang menubruk kearahnya telah terbabat putus jadi dua bagian ditengah muncratan darah segar jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggema memenuhi angkasa.

Sebaliknya Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang yang perhatiannya bercabang karena harus berpaling kearah darimana berasalnya kobaran api itu, reaksi mereka rada terlambat selangkah tahu-tahu bayangan manusia telah berkelebat lewat dan dua orang gadis cantik telah menubruk kearah mereka.

Ci Yang Tootiang tertawa dingin serunya :

Iblis tua tak tahu malu apa salahnya wanita lemah mengapa kau suruh hantar kematian dengan percuma?

Sambil berseru telapak tangannya berkelebat membabat kearah dua orang dayang cantik yang mendekati tubuhnya.

Meski kedua orang itu adalah jago-jago lihay yang punya ilmu silat tinggi namun berhubung keenam dayang cantik itu turun tangan mendadak tak urung tindakan tersebut mendatangkan kegugupan pula bagi mereka dalam hati mereka yakin dengan tenaga dalam yang sempurna sekalipun kena dihantam atau ditendangpun tidak akan parah akibatnya.

Siapa sangka justru mereka punya pikiran demikian maka sama artinya mereka telah terjebak kedalam perangkap Hong Cioe yang licik.

Kiranya Hong Cioe yang licik telah berhasil membayangkan bahkan ciangbunjien dari partai Siauw lim serta Bu-tong tentu akan tidak tega melukai gadis-gadis muda belia yang cantik jelita itu karena itulah dalam usahanya melancarkan serangan bokongan sengaja ia menggunakan enam orang dayang cantik tersebut.

Tampaklah sewaktu beberapa orang dayang cantik itu berhasil mendekati beberapa orang itu bibirnya yang kecil tiba-tiba terbentang menyemburnya seulas ludah sepuluh pergelangan sama-sama berayun kedepan serentetan jarum perak bertaburan dari ujung lengan kiri dan asap biru menyebur dari ujung lengan kanan.

Menghadapi serangan senjata rahasia dalam jarak sedemikian dekat sekalipun Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang memiliki ilmu silat sakti tidak mungkin dapat digunakan lagi apalagi dibelakang mereka merupakan tebing yang menghalangi jalan mundur mereka.

Seluruh peristiwa hanya berlangsung dalam sekejap mata Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang sama sekali

tidak menyangka kalau dibalik bibir gadis-gadis cantik itu tersimpan bubuk obat pemabok ketika mencium bau harum yang aneh menubruk kearah mereka buru-buru tokoh sakti tersebut tahan napas seraya kebaskan ujung bajunya untuk memunahkan serangan tersebut.

Dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat menggulung keluar dari balik baju kedua orang itu dimana angin tajam menyambar lewat tubuh keempat orang dayang cantik itu sama-sama terpental kebelakang jarum perak yang mereka sambitpun sebagian besar terpental kesamping ketika termakan angin serangan itu.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar