Jilid 08

LENG LAM Jie Khie yang melihat Kok Han Siang dengan sikap sama sekali tak bersiap sedia berjalan mendekati mereka, dalam hati merasa rada melengak untuk beberapa saat mereka dibuat berdiri tertegun tanpa bisa berbuat sesuatu.

Menanti Kok Han Siang telah tiba dihadapan mereka ia menghela napas panjang.

Kalian berdua apakah ada perkataan yang hendak disampaikan kepadaku?... Tegurnya halus.

Dengan perasaan tertegun Leng Lam Jie Khie saling bertukar pandangan sekejap akhirnya mereka bersama-sama berseru tertahan.

Apa yang hendak kalian katakan?cepat utarakan kepadaku ujar Kok Han Siang kembali.

Aaa... Ooow... tidak ada apa-apa... tidak ada apa-apa... Setelah melengak beberapa waktu Leng Lam Jie Khie baru menyahut dengan gugup. Malam hari udara sangat dingin, hujien harus baik-baik menjaga kesehatan hanya beberapa orang prajurit tak bernama yang menerobos masuk kedalam lembah tak akan mendatangkan suatu bencana yang besar. Hujien kau baik-baiklah kembali untuk beristirahat dan tunggulah kabar dengan hati tenang.

Selesai berkata mereka buru-buru putar badan lantas berlari kearah lembah sebelah depan. Toakoku ada didalam lembah kalian harus sedikit bersusah payah teriak Kok Han Siang kembali. Terima kasih atas perhatian hujien.....

Suara tersebut semakin lama semakin kecil dan akhirnya sirap ditengah kegelapan.

Biauw Siok Lan yang melihat suatu peristiwa kritis dan hampir-hampir saja meledak ternyata berhasil dipunahkan dengan suatu tindakan yang demikian enteng tak terasa hatinya ikut berdebar-debar.

Sungguh berbahaya... sungguh berbahaya serunya berulang kali didalam hati.

Waktu itulah perlahan-lahan Kok Han Siang putar badan dan berjalan mendekati kedua orang gadis lainnya.

Enci perlukah kita orang untuk melakukan pemeriksaan kedepan? tanyanya perlahan.

Huo Yen Ga ada maksud membinasakan dirinya setiap waktu setiap saat ia dapat turun tangan terhadap dirinya pikir Biauw Siok Lan didalam hati apalagi suasana disebelah sana amat kacau dan kalut sukar diramalkan keadaan yang sebenarnya rasanya pergi kesana malah mungkin mendatangkan banyak kerepotan jauh lebih baik bersembunyi didalam kamar saja.

Dengan pengalamannya yang luas dan kecerdikannya yang melebihi orang lain cukup dalam satu hari saja telah menemukan, bila Kok Han Siang adalah seorang perempuan yang sama sekali tidak pernah memikirkan soal-soal licik dalam dunia kangouw ia sama sekali tidak berhati-hati tidak punya pegangan dan masih polos.

Lebih baik kita pulang saja sahutnya kemudian setelah ada sebegitu banyak orang yang pergi memeriksa rasanya sekalipun sudah kedatangan musuh yang jauh lebih banyakpun tak mengapa bagaimanapun kedatangan kita tak bakal banyak membantu mereka. Baiklah sahut Kok Han Siang setelah termenung sejenak mari kita pulang saja. Ia lantas putar badan berjalan menuju kearah pondoknya.

Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat membuntuti dari belakang Bengcu hujien ini. Demikianlah mereka bertiga balik lagi kepondok semula.

Setibanya didalam ruangan dengan wajah murung Kok Han Siang duduk termenung tak sepatah katapun yang diucapkan keluar.

Selama ini belum pernah hatinya memikirkan persoalan yang sedemikian banyaknya ia merasa kepalanya mumet berlaksa patah kata yang tersembunyi dalam rongga dadanya tak mengerti harus diutarakan yang mana terlebih dahulu.

Hujien bagaimana kalau kita padamkan saja lampu lentera itu? Kata Biauw Siok Lan rendah. Kok Han Siang jadi keheranan.

Kenapa??

Biauw Siok Lan yang melihat wajahnya penuh kemurungan dalam hati tak tega untuk mengutarakan apa yang sedang dipikirkan secara blak-blakan tersenyum.

Jikalau kita mematikan lampu maka kita bisa duduk tenang dikegelapan untuk berpikir apa yang sedang kita pikirkan dalam hati.

Sebetulnya Kok Han Siang tak ada maksud untuk berbuat demikian, tetapi setelah mendengar perkataan tersebut ia lantas mengangguk.

Baiklah! matikan lampu lentera kita duduk tenang sambil pikirkan apa yang sedang kita pikirkan hal ini memang jauh lebih tepat.

Ujung bajunya dengan cepat dikebutkan memadamkan sinar lampu. Mendadak Biauw Siok Lan menjawil ujung baju Ban Ing Soat.

Moay-moay bisiknya lirih! setelah kelihatan Huo Yen Ga ada maksud untuk mencelakai hujien, aku rasa malam ini ia tak akan lepas tangan begitu saja, kita padamkan lampu bersembunyi dalam kamar kemungkinan bisa menipu beberapa saat, tetapi waktu tak akan lama demi keselamatan hujien mulai sekarang mau tak mau kita harus bikin persiapan moay-moay sudah lama mengikuti hujien seharusnya tahu bukan diantara para jago yang ada didalam lembah ada siapa saja yang benar-benar setia kepada Bengcu?.

Sewaktu paman Hu ada didalam lembah bibi tidak pernah ikut campur didalam urusan lembah oleh karena itu bagaimana keadaan yang sesungguhnya didalam lembah ini aku rasa bibi sendiripun tak akan, Ban Ing Soat menggeleng.

Ia termenung sejenak.

Menurut apa yang aku ketahui rasanya cuma Kiang Pak Ngo Liong saja yang bisa diandalkan mereka adalah pengikut Bengcu tempo dulu dan mempunyai ikatan persaudaraan yang sangat erat bahkan mirip saudara-saudara angkat dari paman Hu.

Kalau begitu sangat bagus sekali! seru Biauw Siok Lan kegirangan. Moay-moay tahukah kau mereka berdiam dimana?.

Tahu sih, tahu cuma sewaktu Paman Hu hendak pergi mereka sudah dikirim untuk mengontrol keadaan diluar lembah. Kecuali Hoo Tiong Hwee yang tadi sore menghantar enci yang lain sudah lama tak pernah kujumpai.

Apakah kecuali Ngo Liong. Bengcu tak ada orang yang berhubungan akrab?. Soal itu aku kurang tahu!.

Heeeei... kalau begitu semoga saja ia cepat kembali. Akhirnya Biauw Siok Lan menghela napas panjang.

Maksudmu, Paman Hu?.

Bukan, yang kumaksudkan si manusia berkerudung Tiong It Hauw.

Apa gunanya walaupun ia sudah datang? Hmm orang itu punya watak kaku dingin dan angkuh, aku rasa dia bukanlah manusia yang paling akrab hubungannya dengan Paman Hu.

Tapi kau harus ingat walaupun ia berwatak dingin kaku dan angkuh bahkan kemungkinan besar bisa bentrok dengan Bengcu lantaran memperebutkan kedudukan Liok-lim Bengcu sebagai kekuasaan tertinggi tapi dia tak akan mencelakai hujien.

Aaakh... masa? Seru Ban Ing Soat keheranan. Bersama-sama dengan Huo Yen Ga ia selalu adu kekuatan adu kekuasaan bentrok cekcok dengan sangat ramainya aku rasa mereka berdua bersama-sama ada maksud untuk merebut kedudukan Bengcu sama-sama ada maksud mencelakai hujien.

Apa yang terjadi didalam peristiwa ini sebetulnya amat rumit untuk sesaat akupun susah untuk menjelaskan kepadamu.

Aaakh... Mendadak Ban Ing Soat berseru tertahan agaknya iapun sudah menyadari akan sesuatu.

Nada pembicaraan mereka berdua amat rendah dan perlahan kendati Kok Han Siang duduk disisi mereka pun sama sekali tak terdengar olehnya apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang gadis tersebut.

Hal ini pertama karena ia tidak menaruh perhatian kedua pikirannya sedang kacau dan ketiga suara pembicaraan kedua orang itu terlalu lirih maka tak terdengar sekecap pun apa yang sedang mereka bicarakan.

Menanti Ban Ing Soat berseru tertahan ia baru tersadar kembali dari lamunannya. Eeeei... kalian sedang membicarakan soal apa? bolehkah aku ikut mendengar?.

Oooouw... kami sedang membicarakan soal Tiong serta Huo dua orang Hu Bengcu kami merasa watak kedua orang itu sangat berbeda setiap kali menemui urusan tentu ribut cekcok dan bentrok sendiri, dalam hati kami lagi merasa keheranan... buru-buru sahut Biauw Siok Lan dengan tenang.

Sewaktu Toako ada dilembah mereka berdua belum pernah ribut macam begitu...

Mendadak Biauw Siok Lan dengan gerakan yang tercepat menggerakkan tangannya menutupi bibir Kok Han Siang.

Hujien sambungnya lirih! Perduli perkataan apa saja yang kau dengar lebih baik jangan bersuara biarlah aku serta nona Ban yang menghadapi.

Kok Han Siang yang bibirnya kena disumbat sehingga tidak dapat menjawab terpaksa hanya mengangguk saja.

Suara langkah kaki yang berat bergema memecahkan kesunyian malam buta agaknya ada orang yang telah memasuki pintu besar dan tiba diluar pondok mereka.

Bin Ing Soat serta Biauw Siok Lan diam-diam menyalurkan hawa murninya mengadakan persiapan ditangan mereka menggenggam senjata rahasia.

Sedangkan Kok Han Siang dengan mata terbelalak bulat-bulat melototi piatu kamar dengan terpesona. Hujien... seru orang itu dengan nada yang berat.

Terdengar pintu kamar terbuka seorang lelaki berpakaian ringkas dengan menyoren senjata sudah menerjang masuk dengan langkah lebar. Melihat munculnya orang itu Biauw Siok Lan segera menggetarkan lengannya segulung angin warna putih laksana sambaran kilat menerjang kearah tubuh tersebut.

Tetapi belum sempat angkin putihnya mencapai sasaran agaknya Kok Han Siang telah dapat melihat jelas siapakah orang itu.

Cepat hentikan seranganmu! bentaknya keras... Buru-buru ia bangun berdiri dan lari menghampiri.

Hujien siapakah orang ini? tanya Biauw Siok Lan menarik kembali serangan angkin putihnya. Di tengah pergerakkan sepasang pundak ia berebut maju terlebih dahulu.

Terlihatlah lelaki yang baru saja masuk kedalam pintu itu maju dua langkah dengan sempoyongan akhirnya roboh keatas tanah.

Agaknya Ban Ing Soat pun dapat melihat jelas siapakah orang itu ia menjerit kaget kemudian berlari kemuka untuk bimbing bangun badan orang itu.

Lama kelamaan Biauw Siok Lan mulai merasakan situasi sedikit tidak beres dengan cepat ia menyulut lampu untuk menerangi seluruh ruangan.

Tampaklah lelaki tersebut berusia empat puluh tahunan wajahnya pucat pasi bagaikan mayat sepasang matanya terpejam rapat-rapat sedang darah kental mengucur keluar dari ujung bibirnya.

Jelas ia sudah dipukul luka oleh suatu tenaga pukulan tenaga lweekang yang lihay. Siapakah orang ini! tanya Biauw Siok Lan kembali dengan nada lirih.

Salah seorang dari Kiang Pak Ngo Liong yang baru saja aku bicarakan dengan cici dialah si Naga Pendekam Mega Chi Peng.

Perlahan-lahan Kok Han Siang berjalan menghampiri sambil melelehkan air mata ia mengusap kering cucuran darah pada ujung bibirnya dengan halus.

Saudara Chi! siapa yang melukai dirimu? tanyanya perlahan.

Ia mengulangi kembali pertanyaan tersebut sampai berulang kali, tapi tak kedengaran jawaban dari Chi Peng.

Hujien! luka dalamnya sangat parah ujir Biauw Siok Lan sambil menghela napas panjang, napasnya sudah kempas-kempis cepat lepaskan dia agar bisa beristirahat, biarlah aku dengan mengandalkan sedikit kepandaian pengobatanku untuk coba mempertahankan napas.....

Toakopun pandai didalam ilmu pengobatan asalkan belum putus napas ia pasti menolong. Heei...

cuma sayang ia tak ada didalam lembah seru Kok Han Siang gegutan.

Perlahan-lahan Ban Ing Soat meletakkan kembali badan Chi Peng keatas tanah Biauw Siok Lan lantas berjongkok dan mulai menguruti beberapa buah jalan darah diatas badannya.

Kurang lebih seperminum teh kemudian akhirnya napas si Naga Pendekam Mega mulai memberat. Biauw Siok Lan yang kecapaian sudah dibasahi oleh keringat mendadak ujarnya kepada Ban Ing Soat. Moay-moay cepat ambilkan secawan air panas biar dia minum.

Sepasang tangannya kembali mempercepat urutannya diatas tiga buah jalan darah didepan dada.

Terdengar si Naga Pendekam Mega Chi Peng menghembuskan napas panjang dan siuman kembali, sepasang matanya dipentangkan lebar-lebar dengan wajah menahan kesakitan serunya kearah Kok Han Siang. Hujien.....

Baru saja suara tersebut meluncur keluar dari mulutnya angin dingin berhembus masuk kedalam ruangan, cahaya bergoyang kencang diikuti munculnya seorang manusia berkerudung yang bukan lain adalah Tiong It Hauw ditengah ruangan.

Kedatangan orang ini sedikit ada diluar dugaan tak urung beberapa orang yang ada didalam ruangan tersebut dibuat terkejut juga sehingga berdiri tertegun.

Biauw Siok Lan menghembuskan napas panjang perlahan-lahan ia bangun berdiri. Tenaga lweekang Tiong Hu Bengcu benar-benar amat sempurna pujinya :

Di dalam hal ilmu pengobatanmu cayhe sedikit mengerti sambung Tiong It Hauw tidak menanti ia menyelesaikan perkataannya.

Walaupun dimulut ia bicara merendah tetapi orangnya sudah menunduk kearah sepertinya ia sedang memeriksa luka dari Chi Peng.

Heeei... keadaannya sungguh patut dikasihani kata Kok Han Siang sambil menghela napas panjang entah ia sudah dilukai siapa sehingga untuk bicarapun tak sanggup.

Tiong It Hauw berjongkok ia mengeluarkan tangan kanannya untuk mencengkeram pergelangan kanan dari Chi Peng sambil menyalurkan hawa murninya pergelangan tangan kanan mendadak diangkat keatas :

Tubuh Chi Peng mendadak berjumpalitan jadi model merjengking lalu ditelentangkan keatas tanah. Eeeei apa yang hendak kau lakukan? teriak Kok Han Siang kaget, ia sudah terluka parah kenapa kau

masih bersikap begitu kasar.....

Tiong It Hauw tidak berbicara telapak kirinya kembali diangkat kemudian bagaikan samberan kilat berturut-turut menepuk tiga buah jalan darahnya setelah itu baru mundur kebelakang.

Sungguh aneh sekali setelah punggungnya kena tombak tiga kali oleh hantaman Tiong It Hauw, Chi Peng jadi bersemangat kembali.

Mendadak ia meloncat bangun setelah duduk sinar matanya mulai menyapu sekejap keseluruh ruangan.

Hujien katanya kemudian. Setelah Toako kembali katakan kepadanya jangan mengandeli kedudukan Liok-lim Bengcunya lagi.

Bicara sampai disitu ia berbatuk-batuk kemudian muntah darah lagi empat lima kali.

Chi Peng dengus Tiong It Hauw dengan suaranya yang seram. Tarik napas panjang-panjang utarakan dulu apa yang kau ucapkan baru mati.

Dengan watak Kok Han Siang yang halus berbudi melihat wajah Chi Peng memperlihatkan rasa kesakitan yang menyiksa ia tak dapat menahan diri.

Air mata mengucur keluar dengan amat deras kembali dari dalam sakunya mengambil keluar secarik sapu tangan untuk mengusap kering bekas darah yang mengucur keluar.

Isi isi perutku suu...sudah terpukul hancur... aku rasa tak akan bertahan lebih lama lagi sambung

Chi Peng terputus-putus.

Siapa yang melukai dirimu? kembali Tiong It Hauw membentak keras.

Sepasang mata Chi Peng sudah dipejamkan rapat-rapat tapi sewaktu mendengar suara bentakkan keras itu kembali ia bentangkan matanya lebar-lebar.

Seee...seeee...seorang...... Mendadak.....

Segulung angin kencang menyambar masuk ke dalam ruangan.

Dengan cepat Tiong It Hauw meloncat kesamping satu langkah kemudian membalikkan lengannya mengirim satu pukulan kedepan.

Tiong-heng! kenapa kau tanpa sebab sudah turun tangan terhadap diriku? bentak seseorang dengan suara yang berat.

Kembali segulung angin tajam menggulung masuk kedalam ruangan.

Tiong It Hauw mendengus dingin ia mundur dua langkah kebelakang oleh angin pukulan pihak lawan sedang pihak lawan pun kena terpukul getar oleh serangan balasan yang dilancarkan oleh Tiong It Hauw sehingga kaki kirinya yang sudah melangkah masuk kedalam ruangan terdesak mundur kembali.

Ketika itulah Kok Han Siang serta Biauw Siok Lan sekalian dapat melihat jelas bila orang itu bukan lain adalah Loo Hu It Shu Huo Yen Ga.

Terlihatlah tubuh Huo Yen Ga setelah tertahan sejenak kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam.

Mendadak Tiong It Hauw meloncat maju dua langkah didepan dan menyambar lengan Chi Peng untuk kemudian diangkat keatas.

Cepat katakan siapa yang sudah melukai dirimu teriaknya.

Ia mengulangi kembali pertanyaan tersebut sampai berkali-kali tetapi tidak kedengaran suara jawaban dari Chi Peng.

Akhirnya setelah diperiksa napasnya ia baru tahu jika orang itu sudah menemui ajalnya.

Melihat Chi Peng telah putus napas Kok Han Siang kontan maju dua langkah kedepan kemudian langsung menampar pipi Tiong It Hauw keras-keras.

Plaaaaaak ploooook! diiringi suara yang nyaring Tiong It Hauw kena digaplok sehingga mundur terhuyung-huyung.

Tamparannya ini sangat tepat sekali hanya saja berhubung Tiong It Hauw menutupi wajahnya dengan kerudung hitam maka tak kelihatan bagaimanakah perubahan wajahnya pada saat ini.

Hujien dibagian mana hamba sudah melakukan kesalahan?? serunya sambil meletakan kembali mayat Chi Peng keatas tanah.

Nada suaranya datar tanah sedikitpun tidak menujukan rasa gusar.

Selama hidup baru kali ini Kok Han Siang tangan menampar orang lain setelah kejadian itu berlangsung hatinya baru mulai merasa tidak tenang.

Dengan mulut membungkam ia tundukan kepala rendah-rendah bahkan untuk melirik sekejap kearah Tiong It Hauw pun tidak berani.

Menanti Tiong It Hauw bertanya ia baru dongakkan kepalanya.

Ia sudah terluka dalam sangat parah kenapa kau menyiksa dirinya seperti itu...

Mendengar perkataan itu Tiong It Hauw segera tertawa nyanng.

Haaaa... haaaa... haaaa    soal ini hamba tidak berani menerima. Ia memang sungguh-sungguh terluka

parah dan tak mungkin bisa ditolong lagi walaupun menggunakan obat mujarap apapun dengan menggunakan hawa murninya yang sudah terpencar bisa berkumpul kembali didalam pusar maksudku meminjam sedikit cahaya terang sesaat menemui ajalnya ia bisa menceritakan kisahnya hingga menderita luka. Siapa sangka maksudku ternyata berhasil terpenuhi. Heeee... tindakan gegabah dari hamba memang seharusnya dijelaskan lebih dulu kepada hujien sehingga tidak sampai menimbulkan kesalahpahaman didalam hati kecil hujien...

Mendadak Huo Yen Ga tertawa dingin ia memandang sekejap kearah Tiong It Hauw dengan sikap menghina.

Sebetulnya Kok Han Siang sudah percaya terhadap penjelasan dari Tiong It Hauw tetapi setelah mendengar pula suara tertawa dingin dari Huo Yen Ga dalam hatinya mendadak timbul kembali perasaan curiga.

Matanya berkedip-kedip akhirnya ia menghela napas panjang.

Heeei... kalau Toako ada disini akupun tak usah banyak pikiran untuk mengurusi hal ini.

Hujien! apa yang dikatakan Tiong Hu Bengcu sedikitpun tidak salah seru Biauw Siok Lan mendadak. Sedang Tiong It Hauw pun waktu itu sudah menoleh kearah Huo Yen Ga.

Emmmm! Huo-heng kenapa kau tertawa dingin tegurnya ketus.

Eeeei.... soal ini urusan pribadi haruku kenapa ikut campur Tiong-heng kau menanyakan soal ini apakah merasa sedikit tidak keterlaluan.

Hu-heng tadi tidak tertawa nanti tidak tertawa kenapa justru bertepatan sesudah aku orang berbicara kau baru tertawa dingin. Hmm mungkin dibalik kesemua itu masih tersembunyi maksud lain teriak Tiong It Hauw kembali gusar.

Air muka Huo Yen Ga kontan berubah hebat sepasang matanya memancarkan cahaya penuh kebencian perlahan-lahan ia mendesak lebih dekat sedang telapak kananpun segera diangkat sejajar dada.

Hujien cepat menyingkir seru Tiong It Hauw lirih.

Hawa murninya pun disalurkan dari pusar memenuhi seluruh badan sepasang telapak tangannya dipersiapkan sejajar dada.

Melihat mereka kembali hendak bentrok Kok Han Siang jadi cemas. Kalian jangan bergerak! Teriaknya keras.

Terburu-buru ia lari kedepan dan berdiri diantara mereka berdua.

Selintas hawa napsu membunuh berkelebat diatas Huo Yen Ga serunya seram :

Hujien! jika kau tidak mau menyingkir jikalau hamba sampai salah turun tangan dan melukai hujien...

Jika kau sampai melukai dirinya menurut pendapatmu apa yang harus kau lakukan? mendadak dari luar pondok berkumandang datang suara yang nyaring kuat dan lantang menyambut perkataan itu.

Mendengar suara tersebut Kok Han Siang lantas tahu siapakah orang itu.

Toako! akhirnya kau kembali juga teriaknya cemas, Eeeei... jika kau tidak kembali lagi aku betul-betul akan dibuat mati saking murungnya.

Huo Yen Ga menarik kembali tangannya menoleh tampaklah Hu Pak Leng dengan wajah kusut penuh debu perlahan-lahan bertindak masuk ruangan.

Terburu-buru Kok Han Siang lari menyambut :

Toako! serunya kembali saudara Chi sudah mati jika kedatanganmu lebih pagi setengah jam kemungkinan sekali ia tak akan menemui ajalnya. Hu Pak Leng mementangkan tangannya membimbing tubuh Kok Han Siang sinar matanya alihkan keatas jenasah Chi Peng.

Sudah berapa lama ia mati? tanyanya sedih.

Tidak selang seperempat jam sela Biauw Siok Lan.

Hu Pak Leng perlahan-lahan berjongkok kesisi mayat Chi Peng saudara angkatnya lalu meraba dadanya sejenak.

Heeei... tak tertolong lagi.

Ia bangun kembali lalu berpaling kearah Huo Yen Ga serta Tiong It Hauw.

Pukul tambur kumpulkan semua saudara aku ada urusan penting yang hendak disampaikan.

Tiong It Hauw menjura memberi hormat lalu putar badan mengundurkan diri sedangkan Huo Yen Ga tetap berdiri ditempat semula.

Sesudah termenung beberapa waktu ia baru berkata :

Malam ini didalam lembah Mie Cong Kok kita sudah kedatangan musuh tangguh berturut-turut empat buah pos penjagaan berhasil diterobos dan melukai pula dua belas orang saudara kita.

Ehmm aku sudah tahu!

Hamba dengan membawa orang sudah mengejar kesana dan terjadi satu kali bentrokan dengan orang tersebut sambung Loo Hu It Shu lebih jauh. Tenaga lweekang pihak lawan luar biasa hebatnya kami berada dalam keadaan seimbang. Mungkin musuh aku mengejar datang dengan membawa para jago lihay akhirnya setelah terjadi bentrokan satu kali dengan hamba segera putar badan berlalu...

Hu Pak Leng cuma mengiakan dia tidak bertanya lebih lanjut.

Ilmu meringankan tubuh dari pihak lawan sudah mencapai puncak kesempurnaan pergi datang cepat laksana sambaran kilat hamba tidak sanggup untuk menyandak dirinya :

Apa Huo-heng berhasil melihat jelas wajah atau dandanan dari orang itu? Akhirnya Hu Pak Leng bertanya sambil tertawa.

Agaknya orang itu sudah bikin persiapan sebelumnya orang yang melakukan gebrakan dengan hamba memakai jubah panjang, kepala terbungkus kain kerudung hitam hal ini sukar bagi orang untuk menduka berapa besar usianya dan bagaimana raut mukanya.

Kembali ia merendek sejenak.

Cuma saja jago-jago lihay diseantero dunia pada saat ini kecuali beberapa buah partai besar dan kalangan lurus, jago-jago lihay dari kalangan Liok-lim sudah dikumpulkan, semua oleh Bengcu ditempat ini kalau semisalnya dia benar-benar adalah seorang jagoan lihay maka seharusnya hamba pernah bertemu atau mendengar namanya dan semisalnya jagoan lihay itu berasal dari kalangan Liok-lim dan kadatangan mereka bertujuan hendak merebut kedudukan Liok-lim Bengcu seharusnya ia boleh datang kelembah Mie Cong Kok secara terang-terangan apa gunanya ia datang kemari secara tersembunyi-sembunyi dan main bokong? oleh karena itu menurut dugaan hamba musuh tangguh yang datang pada ini hari seratus persen tentu berasal dari partai-partai besar kalangan lurus.

Seluruh dugaan belum tentu seratus persen benar.

Dan perkataan hamba bukannya sengaja aku buat-buat sambung Huo Yen Ga sambil tertawa tergelak. Hu Pak Leng buru-buru goyangkan tangannya mencegah ia berkata lebih lanjut. Urusan yang kita hadapi pada saat ini amat banyak potongnya, lebih baik Huo-heng mengundurkan diri terlebih dahulu jika ada perkataan rasanya masih belum terlambat jika kau sampaikan ditengah pertemuan nanti.

Dengan wajah tenang-tenang saja Huo Yen Ga tersenyum kemudian menjura dan mengundurkan diri. Menanti bayangan punggung dari orang tersebut telah pergi jauh Ban Ing Soat tak tahan berseru.

Orang ini sombong kaku dan keras kepala, aku rasa dibalik kesemuanya ini masih tersembunyi satu rencana busuk.

Heeeei... beruntung aku mempunyai firasat bahwa didalam lembah sudah terjadi peristiwa sehingga melakukan perjalanan siang malam untuk kembali.

Kok Han Siang pun menghela napas panjang.

Sejak Toako berangkat antara Tiong dan Huo selalu saja cekcok dan bentrok bagaikan air bertemu api perduli urusan kecil atau besar mereka tentu berebut.

Soal ini sudah aku duga sejak semula kata Hu Pak Leng sambil tersenyum, hanya saja aku tidak menyangka kalau mereka berdua berani bentrok dan cekcok secara terang-terangan.

Dalam hati ia merasa sangat murung, tapi tidak ingin mendatangkan banyak kerisauan buat istrinya setelah termenung beberapa waktu sambungnya kembali.

Selama beberapa hari ini kalian tentu merasa murung dan dibuat kesal karena banyak urusan sekarang beristirahatlah tenang-tenang aku masih ada urusan harus diselesaikan...

Bengcu! kau orang baru saja melakukan perjalanan jauh wajahmu kelihatan amat lelah, jikalau ada urusan bukankah bisa diundur untuk sementara waktu? lebih baik pertemuan diadakan besok pagi saja, ujar Biauw Siok Lan sembari menghidangkan secawan air teh wangi.

Hu Pak Leng menerima air itu untuk di minum satu tegukan kemudian tertawa. Tidak mengapa, kalian pergi tidurlah dahulu.

Mendadak Kok Han Siang bangun berdiri lantas berjalan mendekat dan duduk berdampingan dengan suaminya.

Melihat gerak-gerik dari istrinya ini Hu Pak Leng jadi keheranan, tak terasa lagi ia menoleh dan memandang sekejap kearahnya.

Toako! ujar Kok Han Siang dengan air mata bercucuran, kedudukan Liok-lim Bengcu ini lebih baik kau lepaskan saja selama beberapa hari ini sering kali aku terbayang banyak persoalan yang sangat berbahaya dan mengerikan hatiku mulai merasa takut.

Apa yang perlu kau takuti?? hibur Hu Pak Leng dengan suara lirih. Apakah kau merasa takut karena Huo Yen Ga memperlihatkan tanda-tanda hendak mengkhianati diriku??.

Mendadak suara tambur dipukul bertalu-talu dan berkumandang menembusi angkasa memecahkan kesunyian malam yang mencekam.

Mendengar suara tambur tersebut Hu Pak Leng segera bangun berdiri sembari menepuk pundak istrinya ia berkata :

Kembali kekamar dan beristirahatlah! sebentar lagi aku akan balik kemari.

Selesai berkata sambil membopong jenasah si Naga Pendekam Mega Chi Peng ia berjalan langsung menuju pendopo Ci Ih Tong.

Ruangan besar telah diterangi dengan dua puluh empat batang lilin raksasa yang memancarkan cahaya tajam menerangi setiap wajah jago yang kelihatan diliputi keragu-raguan. Hu Pak Leng menghembuskan napas panjang-panjang semangat berkobar kembali dengan langkah lebar ia berjalan masuk kedalam ruang tengah meletakkan jenasah Chi Peng keatas tanah dan naik kesinggasana.

Pertama-tama Tiong It Hauw maju kedepan menjura diikuti para jago dari kalangan utara sama-sama mengunjukkan hormatnya.

Sinar mata Hu Pak Leng yang membawa sikap yang sangat berwibawa melirik sekejap kearah Huo Yen Ga dengan pandangan dingin.

Huo Yen Ga buru tundukkan kepala menjura. Mengunjuk hormat buat Bengcu teriaknya.

Sudahlnh Hu Pak Leng, ulapkan tangannya. Hamba ada urusan hendak dilaporkan :

Apakah mengenai peristiwa dilepaskannya kedua orang toojien dari Bu-tong pay ? Mendengar dirinya didahului Huo Yen Ga rada tertegun.

Sepasang mata Bengcu betul-betul sangat tajam Hu Pak Leng tersenyum kembali sambung kata- katanya :

Huo-heng sudah terbiasa memimpin para jagoan didaerah Leng Lam dan selalu menduduki posisi terhormat. Mungkin sekali dikarenakan kali ini harus tunduk dibawah perintahku dalam hatimu sering timbul perasaan tidak puas bukan.

Sepasang mata Huo Yen Ga perlahan-lahan menyapu sekejap keatas wajah Leng Lam Jie Khie kemudian tertunduk rendah-rendah.

Hamba tidak berani!

Jikalau Huo-heng ada maksud menggantikan Siauw-te untuk menjabat sebagai Liok-lim Bengcu saat inilah suatu kesempatan yang sangat bagus sudah berada diambang pintu.

Mendengar perkataan itu kontan Huo Yen Ga merasakan hatinya berdebar sangat keras tak kuasa lagi tanyanya :

Entah kesempatan apakah itu...

Tapi dengan cepat ia tersadar kembali bila ia sudah bicara kebacut buru-buru mulutnya membungkam kembali.

Sikap Hu Pak Leng ternyata sangat ringan ia tertawa lantang.

Haaaaaaa... haaaa... besok pagi atau mungkin besok siang lembah Mie Cong Kok kita bakal kedatangan orang. Jikalau Huo-heng berhasil mengalahkan orang ini maka Siauw-te rela untuk mengalah dan menyerahkan kedudukan Liok-lim Bengcu ini kepadamu bahkan dengan membawa keluarga segera berlalu dari sini.

Terhadap kekalahannya tempo dulu ditangan Hu Pak Leng agaknya selama ini Huo Yen Ga masih merasa sangat tidak puas kini setelah mendengar nada ucapan Hu Pak Leng tegas dan serius bahkan tidak menunjukkan sedang bicara kosong ia balik bertanya :

Jika hamba tidak berhasil mengalahkan orang itu entah hukuman apa yang akan menimpa diriku? Air muka Hu Pak Leng mendadak berubah keren dengan keseriusan dan tegas sahutnya...

Jikalau kau tak berhasil menangkan maka sejak ini hari kau jangan coba-coba untuk melanggar peraturan lagi dan padamkan niat buruk dalam hatimu. Eeee... heee... jika kau tak berhasil mengalahkan dirinya maka aku orang sekali lagi akan turun tangan memperlihatkan ilmu kepandaianku dengan demikian aku berharap kejadian tersebut bisa memadamkan rasa tidak puas dalam hatimu terhadap pertarungan untuk memperebutkan kedudukan Liok-lim Bengcu tempo dulu jengek sang Liok-lim Bengcu ini sambil tertawa dingin.

Huo Yen Ga mendengus ketus perlahan-lahan dia mundur dua langkah kebelakang dan tundukkan kepalanya rendah-rendah.

Sinar mata Hu Pak Leng dengan tajam menyapu sekejap keseluruh ruangan, lalu bangun berdiri meninggalkan singgasana dan langsung menuju ke samping jenasah Chi Peng.

Melihat perbuatan Bengcunya para jago yang berkumpul didalam ruanganpun tidak terasa ikut mengalihkan sinar matanya ke tubuh Hu Pak Leng serta mayat tersebut.

Tampaklah ia orang berjongkok kemudian membopong bangun mayat dari Chi Peng katanya.

Aku minta saudara-saudara sekalian suka memeriksa ia sudah menemui ajalnya karena pukulan apa? Tiong It Hauw pertama-tama yang maju terlebih dahulu dia memeriksa beberapa saat mayat dari Chi

Peng tersebut kemudian ujarnya memberi pendapat :

Menurut penglihatan hamba agaknya ia terluka oleh ilmu pukulan Loa Lek Kiem Kong Ciang atau mungkin oleh sebangsa ilmu pukulan Siauw Thian Seng.

Hu Pak Leng tertawa tawar, ia tetap membungkam.

Para jago-jago daerah utara lainnya mengikuti dari belakang Tiong It Hauw berlalu lewat dari sisi jenasah Chi Peng tetapi tak seorangpun yang mengutarakan pendapatnya :

Menanti Tiong It Hauw serta para jago-jago utara sudah mengundurkan diri semua Loo It Shu baru berjalan mendekat dengan langkah yang lambat.

Setelah meneliti beberapa saat keadaan jenasah dari Chi Peng ia berkata.

Menurut penglihatan hamba sangat berbeda keadaannya dengan Tiong-heng agaknya Chi-heng sudah dilukai oleh semacam tenaga pukulan lembek dari aliran Bu-tong pay.

Perlahan-lahan Hu Pak Leng meletakkan jenasah Chi Peng keatas kemudian pesannya kepada beberapa orang lelaki kekar yang sedang bertugas didalam ruangan.

Kalian balutlah dulu jenasah Chi-heng dengan kain perban putih setelah itu letakkanlah ditengah ruangan Ci Ih Tong, untuk sementara jangan dikubur dahulu.

Sembari berkata lambat-lambat ia kembali keatas singgasananya.

Empat orang lelaki kekar berbaju hitam dan menyoren golok menyahut lantas menggotong jenasah Chi Peng berlalu dari sana.

Kembali sinar mata Hu Pak Leng menyapu seluruh ruangan tajam-tajam air mukanya amat serius. Berkat kecintaan dari Cuwi Heng-te cayhe berhasil menduduki jabatan kehormatan sebagai Liok-lim

Bengcu pada mulanya aku ingin sekali menggunakan kekuatan saudara-saudara sekalian untuk membangun suatu dunia baru buat kalangan Liok-lim kita dan mencuci bersih nama jahanam dan nama busuk dari kalangan Liok-lim kita selama ini. Siapa tahu waktu dan keadaan tidak suka bekerja sama dengan diriku pada saat ini keadaan lembah Mie Cong Kok kita sudah terjadi suatu badai yang amat kencang dan kritis....

Ia merandek dan menghela napas panjang.

Heeeei..... bila semisalnya seluruh jagoan gagah kalangan Liok-lim yang ada diseantero dunia bisa bersatu padu dan bekerja sama kekuatan kita tak akan dikalahkan oleh kekuatan serta pengaruh yang paling besarpun dari partai-partai kenamaan yang ada didunia persilatan sesaat. Tetapi niat baik kita akhirnya ternyata tidak berhasil oleh sebab partai-partai kalangan lurus yang ada didalam Bu-lim pada saat ini dengan dipimpin oleh partai Siauw lim serta Bu-tong pay sudah mengawasi semua gerak-gerik kita orang-orang lembah Mie Cong Kok dengan saugat cermat dan waspada, bukan saja secara diam-diam mereka sudah mengutus anak muridnya untuk mengawasi seluruh gerak-gerik yang ada didalam lembah bahkan mulai mengawasi dan mengontrol pula gerak-gerik kita orang...

Partai Siauw lim serta Bu-tong pay menganggap jumlah anak murid mereka banyak dan sejak tempo dulu sudah sering mencari gara-gara dengan kami orang-orang dari kalangan Liok-lim potong Tiong It Hauw dengan lantang menurut pendapat cayhe lebih baik menggunakan kesempatan ini kita adu tenaga saja dengan mereka hutang lama dendam baru kita perhitungan sekalian jadi satu.

Hu Pak Leng hanya tersenyum dan mengangguk.

Partai Siauw lim serta partai Bu-tong pay walaupun mempunyai nama yang cemerlang dalam dunia kangouw dan memiliki pula pengaruh yang sangat kuat bagi seluruh umat Bu-lim tapi mereka masih belum cukup kuat untuk menggoyahkan fondamen dari lembah Mie Cong Kok kita sekarang kita sudah menghadapi suatu peristiwa yang jauh lebih berat dan jauh lebih kritis dari persoalan tersebut, bahkan mempengaruhi pula mati hidupnya lembah Mie Cong Kok kita.

Entah peristiwa apakah yang sebegitu kritis dan pentingnya? Bengcu... dapatkan kau orang memberi penjelasan yang lebih mendetil? teriak Huo Yen Ga tak tertahan lagi.

Huo-heng terjunkan diri kedalam dunia kangouw jauh lebih pagi dari diriku ujarnya perlahan. Entah tahukah kau orang dengan seorang jagoan yang bernama Im So It Mo?

Im So It Mo gumam Huo Yen Ga lama sekali ia termenung sambil berpikir keras, rasa-rasanya pernah dengar orang menyebutkan Im So It Mo.

Jikalau Huo-heng sudah mendengar jagoan yang bernama Im So It Mo tentunya pernah dengar pula orang mengungkap soal Hong Cioe bukan?

Kembali Huo Yen Ga dongakkan kepalanya termenung.....

Yang Bengcu maksudkan apakah sang jagoan yang disebut orang sebagai Sin Cang Ong atau si kakek toya sakti yang pernah menggemparkan dunia kangouw pada empat puluh tahun yang lalu?

Sedikitpun tidak salah memang orang ini.

Air muka Huo Yen Ga kontan saja berubah sangat hebat, badannya gemetar keras.

Jikalau orang ini masih hidup dikolong langit buuuu. bukankah kedudukan Liok-lim Bengcu ini bakal

terjatuh ketangannya? Serunya tanpa terasa.

Huo-heng! tegur Hu Pak Leng sambil tertawa tawar. Selama hidup kau anggap dirimu paling tinggi ! tetapi mengapa sesudah mendengar nama dari si kakek toya sakti Hong Cioe lantas perlihatkan sikap ketakutan setengah mati?

Mendengar teguran itu air muka Huo Yen Ga berubah memerah ia tundukkan kepalanya rendah dan bungkam dalam seribu bahasa.

Mendadak Hu Pak Leng mempertinggi suaranya dengan gagah dan penuh semangat ujarnya :

Dengan dipimpin oleh Hong Cioe beberapa orang iblis tua yang sudah lama mengasingkan diri kini pada bermunculan kembali kedalam dunia persilatan. Jikalau tujuan mereka hanya untuk memperebutkan kedudukan Liok-lim Bengcu saja maka Siauw-te dengan rela akan mengalah menyerahkan kedudukan terhormat ini kepada mereka tetapi maksud tujuan mereka dengan munculkan diri kembali kedalam dunia persilatan bukanlah disebabkan kedudukan Liok-lim Bengcu tersebut..... Sejak malam ini kentongan ketiga didalam lembah Mie Cong Kok kita harus mulai diatur suatu penjagaan yang sangat ketat perduli siapapun sebelum memperoleh ijin dariku dilarang memasuki lembah ini ataupun keluar dari sini. Barang siapa yang berani melanggar hukum mati.

Beberapa patah kata terakhir diucapkan sangat tegas dan sepatah demi sepatah berkumandang tiada hentinya ditengah kalangan menerobos telinga setiap jagoan.

Bagi mereka yang berkepandaian silat rada rendah kontan saja merasakan jantungnya berdebar-debar sangat keras.

Wajah serta perawakan badan Hu Pak Leng memang mempunyai suatu kekuatan yang mengerikan apalagi pada saat ini ia berbicara dengan keadaan gusar sepasang mata memancarkan cahaya berkilat dimana sinar mata berkelebat lewat pada jago, bersama-sama tundukkan kepalanya rendah-rendah.

Hu Pak Leng yang melihat para jago berhasil dipengaruhi oleh kewibawaannya perlahan-lahan ia duduk kembali keatas kursi singgasananya.

Tiong-heng! harap kau mencari dua puluh orang jagoan yang berilmu silat paling tinggi dan paling lihay diantara anak buahmu untuk bertanggungjawab mengawasi seluruh gerak-gerik dilembah ini, ujarnya lanjut, asalkan kalian memperoleh tanda rahasia dari pos-pos penjagaan yang tersebar maka beberapa orang itu harus buru-buru munculkan dirinya menolong keadaan :

Hamba terima perintah! sahut Tiong It Hauw sembari menjura dengan sikap yang sangat hormat. Kembali sinar mata Hu Pak Leng dialihkan keatas tubuh Leng Lam Jie Khie.

Kalian berdua pilihlah lima orang diantara jago-jago lihay daerah Leng Lam untuk berjaga-jaga dimulut lembah barang siapa saja yang ingin memasuki lembah harus mengajukan kartu pengenal mereka terlebih dahulu bilamana menemui orang-orang yang tidak suka melaporkan diri maka kalian berdua berhak untuk turun tangan menghadang ataupun dibinasakan sekalian.

Leng Lam Jie Khie menjura terima perintah.

Setelah itu sinar mata Hu Pak Leng beralih ke wajah Lauw San Sam Hiong.

Kalian bertiga aku harap suka menjabat sebagai pelaksana hukuman. Setiap jago yang berani melanggar keempat buah pantangan besar segela dijatuhin hukuman mati.

Hamba terima perintah sahut Lauw San Sam Hiong hampir berbareng. Mendadak Hu Pak Leng mempertinggi suaranya ia berkata lebih lanjut :

Besok siang kalian harus berkumpul kembali di tengah ruangan Ci Ih Tong dengan menggembol senjata lengkap kecuali mereka-mereka yang ditugaskan untuk berjaga dipos penjagaan lainnya sebelum siang hari harus sudah berkumpul diruang Ci Ih Tong untuk tunggu perintah.

Bengcu! Tiba-tiba Huo Yen Ga maju kedepan sembari menjura. Mengapa kau orang tidak mengirim hamba untuk bertugas? apakah dengan kepandaian silat yang hamba miliki masih belum cukup untuk memikul beban seberat itu?

Mendengar perkataan itu Hu Pak Leng tersenyum.

Selama ini aku orang memandang kau Huo-heng serta Tiong-heng sebagai lengan kiri serta lengan kananku oleh sebab itu sewaktu aku hendak meninggalkan lembah kedudukan wakil Bengcu serta seluruh tugas berat didalam lembah sudah aku serahkan kepada kalian berdua cuma saja disebabkan besok siang Huo-heng harus bergebrak melawan orang jikalau harus menerima tugas pula dari diriku hal ini bakal mengacaukan tenaga semangat maupun pikiran dari Huo-heng. Malam ini lebih tepat kalau kau baik-baiklah beristirahat sehingga besok berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang dengan begitu akupun dapat segera menyerahkan kedudukan Liok-lim Bengcu ini kepadamu...

Tidak menuggu jawaban dari Huo Yen Ga lagi ia lantas ulapkan tangannya. Dengan langkah lebar pertama-tama ia berlalu dulu dari ruangan.

Menanti bayangan punggung Hu Pak Leng sudah lenyap dari pandangan para jago lainnya baru bersama-sama membubarkan diri.

Waktu berlalu dengan cepatnya didalam sekejap mata pagi hari sudah lewat siangpun menjelang datang.

Hu Pak Leng dengan menggembol pedang serta tongkat besinya sudah muncul kembali ditengah ruangan Ci Ih Tong.

Sebagian besar para jago pun sudah hadir disana dengan senjata lengkap suasana terasa amat menegangkan sekali.

Huo Yen Ga dengan senjata cambuk lemas berkepala ular terlilit diatas pinggang pakaian ringkas warna hitam dan semangat menyala-nyala berdiri disisi kalangan kelihatan sekali jika kemaren malam habis bersemedi melakukan latihan yang terakhir.

Sewaktu Hu Pak Leng memasuki ruangan para jago sama-sama menjura memberi hormat sang Liok- lim Bengcu mengangguk sebagai balasan dan langsung naik keatas podium.

Beberapa saat kemudian Tiong It Hauw dengan memimpin dua puluh orang jagoan lihay diri kalangan Liok-lim daerah utara pun sudah hadir semua ditengah ruangan Ci Ih Tong.

Orang itu masih tetap seperti keadaan semula memakai jubah panjang yang longgar wajah berkerudung hitam dan pada pinggangnya tersoren sebelah golok dengan langkah lebar ia langsung berjalan kehadapan podium lalu menjura.

Berkat doa restu dari Bengcu kemaren malam sama sekali tidak terjadi suatu peristiwa apapun diseluruh pos-pos penjagaan.

Tiong-heng, kau tentu sangat lelah bukan.   kata Hu Pak Leng tersenyum.

Belum habis ia berkata mendadak terlihatlah Suhun-so atau si tangan pencari sukma Pah Thian Ih salah seorang dari Leng Lam Jie Khie melangkah masuk kedalam ruangan dengan tindakan tergopoh sepasang tangannya mencekal sebuah kartu merah yang amat besar lalu dengan sangat hormat dipersembahkan ketangan Hu Pak Leng.

Hu Pak Leng menerima kartu tersebut lalu dilihatnya sejenak kemudian sambil tertawa perintahnya. Bawa dia masuk!

Pah Thian Ih menyahut, putar badan dan buru-buru berlalu dari sana.

Aaaakh ini dia orangnya sudah datang. Seru Hu Pak Leng sambil melirik kearah Huo Yen Ga. Harap Huo-heng suka memeriksa sendiri kartu nama ini.

Loo Hu It Shu atau si kakek sakti dari gunung Loo hu menerima angsuran kartu merah tersebut dan dibaca isinya.

Tampaklah diatas kartu tersebut tertuliskan beberapa patah kata : Sutemu yang terakhir Thio Cang An mengunjuk hormat.

Tak terasa lagi ia kerutkan keningnya.

Apakah orang ini benar-benar sute dari Bengcu ??. Hu Pak Leng tersenyum. Kepandaian silat yang ada diseantero kolong langit asalnya juga dari satu keluarga, orang ini dengan perguruanku memang punya sedikit hubungan jika ia menyebut dirinya sebagai sute hal inipun tak usah diperbincangkan lagi.

Aaakh... jikalau orang ini benar-benar adalah Sute dari Bengcu hamba tak akan berani bergebrak melawan dirinya jikalau sampai salah turun tangan dan melukai dirinya bukankah aku akan merasa menyesal untuk menemui Bengcu.

Di dalam pertarungan nanti aku harap Huo-heng suka turun tangan dengan sepenuh tenaga kata Hu Pak Leng sembari menggeleng. Asalkan kau berhasil menangkap dirinya sekalipun terluka atau mati juga tidak perlu dibicarakan justru yang aku takuti Huo-heng lah yang bakal terluka ditangan pihak lawan...

Huo Yen Ga yang kena digosok oleh Hu Pak Leng air mukanya kontan terlintas hawa kegusaran ia tertawa dingin tiada hentinya.

Heee... heee... soal ini Bengcu boleh berlega hati jikalau ini hari hamba tak berhasil menangkan orang tersebut akupun tidak punya muka lagi untuk menemui.....

Hu Pak Leng mendehem memutuskan perkataan Huo Yen Ga yang belum selesai diucapkan sambungnya.

Menang kalah didalam suatu pertarungan merupakan kejadian yang jamak didalam dunia persilatan Huo-heng! buat apa kau mengucapkan sumpah seberat itu?

Suasana didalam ruangan besar kembali berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun didalam keheningan secara samar-samar terlintas hawa pembunuhan yang menegangkan.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, terlihatlah si tangan pencari sukma Pah Thian Ih serta Kauw Poh Suo atau penggaet bayangan setan. Song Shian Toh bersama-sama masuk kedalam ruangan dengan mengiringi seorang lelaki berusia kurang lebih tiga puluh tahunan.

Orang itu memakai jubah panjang warna biru, kelihatannya lemah tak bertenaga tetapi sikap serta tindak-tanduknya mantap.

Sinar matanya sesudah menyapu sekejap keseluruh isi ruangan, ia langsung berjalan menuju kehadapan mimbar dan berhenti kurang lebih lima langkah dari meja panjang.

Suheng berhasil merebut kedudukan Liok-lim Bengcu yang terhormat kejadian ini benar-benar merupakan suatu yang patut diberi selamat... katanya sembari menjura : karena selama ini Siauw-te selalu hidup ditengah gunung baru hari ini bisa datang memberi selamat harap suheng suka memaafkan kesilafan ini.

Hu Pak Leng tertawa tawar.

Kata suheng-te sudah ada puluhan tahun tak bertemu muka bukan? sapanya dingin. Benar! sahut orang itu dengan amat hormat. Sudah dua belas tahun lebih tiga bulan.

Kau orang melakukan perjalanan ribuan li datang kemari apakah bermaksud untuk memberi selamat saja??.

Kecuali memberi selamat kepada suheng memang ada suatu urusan yang hendak Siauw-te utarakan orang itu tertawa tawar.

Urusan apa?? silahkan kau utarakan secara langsung.

Sinar mata si lelaki lemah berusia pertengahan itu menyapu sekejap keseluruhan ruangan kemudian katanya ragu-ragu :

Harap suheng suka bergeser kesuatu ruangan yang terahasia... Tidak perlu potong Liok-lim Bengcu dingin. Seluruh jago yang hadir didalam ruangan merupakan anak buah kepercayaan dari Siauw-heng jikalau kau ada persoalan boleh diutarakan secara terbuka.

Si lelaki lemah berusia pertengahan itu kerutkan keningnya terakhir dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah kotak yang terbungkus dalam buntalan kain sutera.

Suhu ada sedikit yang sengaja memerintahkan Siauw-te untuk dipersembahkan untuk suheng.

Hu Pak Leng terima kotak persembahan itu dan membuka kain sutera yang mengerudungi sedikit pun tidak salah didalann kotak persembahan dan terdapatlah sebuah kotak kayu warna merah yang panjangnya delapan coen dengan lebar empat coen.

Sang Liok-lim Bengcu melirik sekejap keatas kotak kayu itu ia tidak membuka untuk memeriksa isinya malahan tertawa tawar tanyanya kembali :

Kecuali kotak ini rasanya pasti ada sepucuk surat bukan?.....

Suhu hanya menyerahkan kotak tersebut kepada Siauw-te dan tak ada benda lainnya lagi jika ada surat rasanya tentu sudah berada didalam kotak tersebut.....

Jika demikian adanya Siauw-heng harus membuka batok persembahan itu terlebih dahulu baru mengerti keadaan yang sebenarnya.

Melihat sikap yang sangat tawar dingin dan ketus dari Hu Pak Leng agaknya si lelaki berusia pertengahan itupun menunjukkan kegusaran air mukanya sangat hebat.

Suheng! kau orang begitu menaruh curiga terhadap diriku apakah tidak merasa jika kelakuanmu itu sudah melukai perasaan dari seorang angkatan yang jauh lebih tua? cukup melihat sikapmu itu Siauw-te ikut merasa kecewa.

Kembali Hu Pak Leng tertawa tawar.

Seorang angkatan tua mempersembahkan barang hadiah untuk Boanpweenya pun merupakan suatu kejadian yang sangat jarang terjadi selama ini bagaimana mungkin Siauw-heng tidak menaruh rasa curiga?.

Mendadak si lelaki lemah berusia pertengahan itu enjotkan kaki kanannya melayang naik keatas meja mimbar setelah itu menyambar kotak kayu itu.

Jikalau suheng menaruh curiga biarlah Siauw-te wakili dirimu untuk membukakan.

Dengan tangan kanan mencekal dasar kotak tangan kirinya segera membuka kayu penutup kotak tersebut.

Terlihatlah cahaya tajam yang menyilaukan mata berkelebat memenuhi angkasa.

Ternyata isi dari kotak kayu itu bukan lain adalah mutiara-mutiara serta batu-batu permata yang mahal harganya kejadian ini benar-benar ada diluar dugaan Hu Pak Leng setelah termenung beberapa saat akhirnya ia menerima juga kotak kayu tersebut.

Ketika ia meneliti lebih cermat, terlihatlah didalam kotak kayu tersebut kecuali berisikan delapan butir permata masih ada sebuah botol porselen warna hijau serta sepucuk sampul surat warna merah.

Di atas sampul surat itu terlukiskan beberapa kata :

Di persembahkan kepada pemimpin Liok-lim di lembah Mie Cong Kok Hu Bengcu, Hu Pak Leng. Si lelaki lemah berusia pertengahan itu melirik sekejap kearah Hu Pak Leng kemudian tertawa.

Surat dari suhu apakah perlu Siauw-te wakili dirimu untuk merobeknya sekalian! ejeknya.

Hu Pak Leng membungkam tidak menjawab setelah melirik keluar surat tersebut lantas dibaca isinya. Keadaan didalam Bu-lim pada saat ini dengan partai Siauw lim serta partai Bu-tong merupakan partai yang sombong walaupun aku sudah ada puluhan tahun lamanya tidak mencampuri urusan dunia kangouw tetapi selama beberapa tahun ini aku selalu menerima berita tentang keganasan serta kebuasan dari kedua partai besar tersebut. Dalam hati merasa sedih bercampur sakit hati demi kejayaan kehormatan harga diri serta kecemerlangan nama kawan-kawan Liok-lim bersama-sama dengan beberapa orang kawan karib yang sudah aku nasehati bersiap sedia untuk terjun kembali kedalam kalangan Bu-lim guna menumpas dan menindas kebuasan dari orang Siauw lim pay serta Bu-tong pay.

Pada beberapa waktu ini aku mendengar pula kabar gembira bahwa kau berhasil mengalahkan jago- jago Liok-lim dari seantero dunia kangouw dan berhasil merebutkan kedudukan Liok-lim Bengcu karena peristiwa itu sengaja aku mengirim An-jie untuk mengirim sedikit hadiah untukmu.

Aku berharap setelah kau menerima surat ini segera menginstruksikan seluruh anak buahmu untuk berkumpul dan mengumumkan kemunculanku kembali didalam dunia persilatan.

Pada bulan tujuh tanggal tujuh nanti aku akan munculkan diri untuk pertama kalinya dan akan lembah Mie Cong Kok untuk kunjungi dirimu. Sampai waktunya dihadapan para jago Liok-lim dari seantero dunia akan ku umumkan kajahatan-kejahatan dari Siauw lim pay serta Bu-tong pay setelah itu kita orang Liok-lim bersatu padu untuk membalas penghinaan yang kita terima selama puluhan tahun ini.

Setelah surat ini tiba harap kau suka bikin persiapan. Tertanda : Susiokmu Hong Cioe.

Selesai membaca surat tersebut Hu Pak Leng masukkan surat tersebut kedalam sakunya sinar matapun perlahan-lahan dialihkan keatas jenasah Chi Peng tanyanya dingin:

Sute coba kau lihat apakah orang itu terluka di tanganmu?

Lelaki lemah berusia pertengahan itu melirik sekejap keatas jenasah Chi Peng setelah itu mengangguk. Sedikitpun tidak salah!.

Kembali Hu Pak Leng melirik sekejap kearah Huo Yen Ga.

Sute! tahukah kau orang lembah Mie Cong Kok dari Siauw-heng ini tempat macam apa? tegurnya kembali.

Sekalipun Siauw-te dungu, tapi akupun tahu jika lembah Mie Cong Kok dari suheng ini merupakan markas besar jago-jago Liok-lim seantero dunia.

Mendadak Hu Pak Leng kerutkan alis dan melototkan sepasang matanya bulat-bulat teriaknya gusar :

Kalau kau sudah tahu bila lembah Mie Cong Kok ini merupakan markas besar kaum Liok-lim dari antero dunia, kenapa kau bernyali berani turun tangan membinasakan orangku?.

Ada pepatah mengatakan turun tangan tak berperi kemanusiaan dialah seorang jagoan jikalau Siauw-te tidak membinasakan dirinya maka dia akan membunuh Siauw-te bukankah dengan begitu nyawaku harus dihadiahkan secara tersia-sia ketangan orang itu sehingga untuk menemui suhengpun tak sempat.....

Hmm! bagus... bagus... kau berani melukai orangku Mie Cong Kok dalam hati sudah tentu tak pandang sebelah matapun kepada aku yang jadi suhengnya, kalau memang sute tidak suka lepaskan satu kehidupan buat orangku tentunya masih teringat dengan pepatah yang mengatakan hutang uang bayar uang hutang darah bayar darah bukan?.

Mendengar perkataan dari suhengnya semakin lama semakin ketus dan semakin kaku tak kuasa lagi Thio Cing An si lelaki lemah berusia pertengahan itu tertawa dingin tiada hentinya.

Apa suheng hendak menuntut balas kematian anak buahmu terhadap diri Siauw-te? Air muka Hu Pak Leng berubah hebat teriaknya keras : Jikalau aku orang tidak balas buat anak buahku buat apa aku duduk sebagai Liok-lim Bengcu. Ia segera menoleh kearah Huo Yen Ga.

Tangkap orang itu.

Loo Hu It Shu menyahut kemudian dengan langkah lebar berjalan mendekati Thio Cing An. Air muka Thio Cing An masih tetap tenang-tenang saja kembali ia tersenyum.

Kita suheng-te sudah ada berpuluh tahun lamanya tidak berjumpa agaknya suheng ingin mencoba- coba bagaimana dengan kesempurnaan ilmu silat Siauw-te katanya.

Huo Yen Ga berpengetahuan sangat luas walaupun ia melihat Thio Cing An lemah tak bertenaga badannya tinggal kulit pembungkus tulang bahkan wajahnya kuning pucat seperti baru baik dari penyakit yang hebat dan sama sekali tidak menarik perhatian tetapi sepasang matanya memancarkan cahaya tajam kedua belah keningnya menonjol tinggi-tinggi jelas memiliki tenaga lweekang yang luar biasa dahsyatnya oleh karena itu ia tak berani berlaku gegabah:

Kurang lebih lima langkah dari Thio Cing An berdiri ia berhenti kemudian merangkap tangannya menjura.

Cayhe Huo Yen Ga menerima perintah dari Bengcu untuk menjajal beberapa jurus lihay dari Thio-

heng.

Orang ini tua-tua tapi licik, secara diam-diam ia sudah salurkan seluruh hawa lweekangnya mengelilingi badan dan siap-siap turun tangan tetapi diluaran ia masih berbicara dengan ramah dan sungkan- sungkan.

Maksud dari perkataannya barusan ini tidak lebih ingin menunjukkan bila ia cuma mendapat perintah untuk turun tangan dan keadaan tidak mengijinkan untuk dia menolak perintah ini, bahkan sama sekali tiada maksud untuk melakukan suatu pertarungan adu jiwa.

Selamat bertemu... seru Thio Cing An tersenyum Huo-heng boleh turun tangan Siauw-te pasti akan melayani sebaik-baiknya.

Thio-heng jauh-jauh datang kemari sebagai tetamu ada seharusnya cayhe memberi kesempatan untuk mengalah beberapa jurus untukmu.

Thio Cing An tidak mengalah lagi sedikit pundaknya bergerak ia sudah terjang maju kedepan telapak tangannya menghantam dada lawan dengan gerakan Sin Liong Jut Swie atau naga sakti keluar air.

Diam-diam Huo Yen Ga salurkan hawa murninya dari pusar mengelilingi seluruh tubuh mendadak ia menyingkir tiga depa kesamping tapi belum juga turun tangan melancarkan serangan balasan?

Melihat pihak lawan tidak melancarkan serangan balasan Thio Cing An lantas dongakkan kepalanya memandang sekejap kearah Hu Pak Leng.

Huo-heng mengalah satu jurus sudah cukup kenapa kau belum melancarkan serangan balasan?

Antara Thio-heng dengan Bengcu mempunyai hubungan perguruan untuk adat kehormatan cayhe harus mengalah tiga jurus buat dirimu.

Tangan kiri Thio Cing An segera digerakan melancarkan suatu pukulan kosong. Kalau begitu anggap saja ini serangan kedua teriakannya.

Di ikuti badannya menerjang maju kedepan tangan kanannya melancarkan satu pukulan menghantam dada Loo Hu it Shu. Huo Yen Ga menerjang maju kedepan lalu miring kesamping menghindarkan diri dari serangan telapak pihak lawan tangan kanannya dengan jurus Heng Sauw Cian Kiem atau menyapu hancur ribuan tentara membabat pinggang lawan.

Seragan yang dilancarkan luar biasa dahsyatnya tergoreslah suatu deruan angin yang amat santer.

Thio Cing An sama sekali tidak menduga kalau serangan balasan yang ia lancarkan bisa sedemikian hebatnya diam-diam dalam hati makinya:

Sungguh licik dan berbahaya manusia ini.....

Hawa murninya segera dipindahkan ke tangan sebelah kiri dengan jurus Leng Peng Cian Lam atau mencecel bocel langit selatan menerima datangnya serangan Loo Hu It Shu itu dengan gerakan keras lawan keras.

Di tengah suara bentrokan yang amat keras masing-masing telapak terbentur satu sama lain memaksa kedua orang itu tergetar mundur satu langkah kebelakang.

Suheng... maaf Siauw-te akan berlaku sedikit kurang sopan mendadak Thio Cing An dongakkan kepalanya melirik kembali kearah Hu Pak Leng.

Baru saja dia selesai berteriak badannya sudah menerjang kedepan telapak kirinya menghajar telapak kanannya mengirim pukulan lurus ke muka.

Di dalam satu serangan yang bersamaan waktunya si lelaki lemah berusia pertengahan itu telah menggunakan dua gulung tenaga pukulan yang berbeda.

Sewaktu Loo Hu It Shu bentrok dengan berat melawan keras tadi didalam hatipun sudah punya perhitungan ia merasa tenaga lweekang yang dimiliki Thio Cing An yang lemah bertenaga ini tidak jauh terpaut dengan tenaga lweekang yang ia miliki.

Akhir dari pertarungan inipun masih susah diduga siapa yang bakal menang dan siapa pula yang bakal kalah karenanya hawa murni buru-buru ditarik dari pusar mengelilingi seluruh badan.

Ia berganti cara penyerangan permukaan si orang tua ini ada maksud untuk mencoba dulu kelihayan dari jurus-jurus serangan lawan setelah itu baru coba mencari suatu cara yang baik untuk mengalahkan musuhnya.

Berpikir akan persoalan itu ia mainkan kepalan serta kakinya semakin santer lagi untuk menutup seluruh lubang kelemahan dibadannya.

Sebaliknya Thio Cing An semakin lama mendesak semakin kemuka. Serangan-serangan yang dilancarkanpun semakin gencar semakin dahsyat.

Setelah dua puluh jurus berlalu bukan saja tenaga pukulannya tidak berkurang bahkan semakin dahsyat lagi, setiap pukulannya mirip martil besar yang menyambar-nyambar.

Loo Hu It Shu yang pada mulanya ingin berpura-pura dulu untuk melakukan suatu pertarungan gerilya sehingga berhasil mengurungi tenaga lawan siapa sangka akhirnya ia menemukan bila tenaga pukulan orang itu bukan saja tidak semakin lemah bahkan sebaliknya.

Ia segera sadar bila tidak buru-buru melancarkan serangan dahsyat untuk mendesak pihak musuh maka ia sendiri yang bakal menemui kegagalan total.

Serangan-serangannya lantas diubah ia menggunakan gerakan yang paling santer paling gencar dan paling dahsyat untuk balas mendesak pihak lawan.

Sungguh patut disayangkan tenaga lweekang pihak lawan dahsyat bagaikan mengalirnya air sungai Tiang Kak yang dahsyat tiada terputuskan secara samar-samar Huo Yen Ga pun mulai merasakan serangan lawan semakin berat menekan dirinya. Di dalam serangan tipuan tadi ia kena direbut posisi yang baik untuk beberapa saat ia tak sanggup untuk paksa balik keadaan kalangan pertarungan tersebut.

ooooOoooo

8

DUA puluh jurus berlalu dengan cepatnya tetapi ia masih belum berhasil juga merebut posisinya yang terdesak.

Thio Cing An yang melihat serangan-serangannya lama tak berhasil mengalahkan pihak lawan akhirnya ia tak bisa menahan sabar lagi.

Mendadak ia membentak keras permainan ilmu kepalanpun segera berubah di balik serangan telapak mengimbangi dengan tendangan-tendangan kilat yang mengancam jalan darah penting diseluruh tubuh lawan gerakan maupun jurus-jurus serangannya sangat aneh sakti sedang kelebatan badan pun susah diduga...

Seketika itu juga Loo Hu It Shu Huo Yen Ga kena terdesak kalang kabut serangannya jadi kacau balau tidak karuan sedang gerak geriknya pun mulai kelabakan.

Para jago yang hadir didalam ruangan sewaktu melihat keadaan Huo Yen Ga semakin lama semakin bahaya dan semakin kritis, bila pertarungan ini dilanjutkan lebih jauh ia tentu akan terluka di tangan pihak lawan hatinya jadi berdebar-debar.

Terutama sekali Leng Lam Jie Khie mereka semakin kuatir lagi terhadap nasib kawannya tanpa terasa kedua orang itu sudah melangkah maju ke depan hawa murni dipersiapkan diseluruh badan, asalkan Huo Yen Ga menemui bahaya mereka segera akan turun tangan menolong.

Berada didalam keadaan kritis dan berbahaya kembali Huo Yen Ga berhasil mempertahankan diri sebanyak dua puluh jurus, akhirnya ia mendapatkan juga sebuah titik kelemahan tubuh pihak lawan.

Ia membentak keras, dengan seluruh tenaga yang dimilikinya lantas balas mengirim dua buah serangan gencar.

Angin pukulan menderu-deru bayangan telapak menyambar memenuhi kalangan seketika itu juga Thio Cing An kena dipaksa mundur dua langkah kebelakang.

Mengambil kesempatan yang sangat baik ini Huo Yen Ga tidak menyia-nyiakan begitu saja badannya segera meloncat lima langkah kesamping meloloskan diri dari lingkungan kepungan bayangan kepalan Thio Cing An.

Sinar mata Thio Cing An perlahan-lahan menyapu sekejap keseluruh kalangan, sewaktu dilihatnya para jago yang ada didalam ruangan tersebut rata-rata diliputi hawa kegusaran dalam hati lantas berpikir.

Sekalipun aku berhasil mengalahkan Huo Yen Ga belum tentu bisa mengalahkan kesaktian dari Suheng, apalagi para jago pun sudah memandang aku dengan mata penuh kegusaran dan kepalan digosok- gosok jika aku lihat keadaan yang aku hadapi hari ini memang kalah sama saja akan memperoleh akhir yang tiada menguntungkan..... lebih baik aku hentikan saja pertarungan ini sampai di sini.....

Berpikir akan persoalan tersebut rasa was-was mulai meliputi wajahnya, setelah termenung beberapa waktu akhirnya rangkap tangannya menjura.

Kepandaian ilmu silat Huo-heng benar-benar luar biasa sehingga membuat Siauw-te merasa sangat kagum. bagaimana kalau kita sudahi pertarungan kita sampai disini saja?? Di hadapan para jago dari seantero kolong langit Huo Yen Ga mana suka menelan penghinaan tersebut mentah-mentah. Mendengar perkataan itu ia tertawa dingin.

Heee... heeee... heee... memandang di atas wajah Bengcu sengaja Siauw-te mengalah beberapa bagian terhadap diri Thio-heng tetapi sebelum menentukan siapa menang siapa kalah siapa hidup siapa mati Siauw- te pun tak dapat mempertanggung jawabkan persoalan ini dihadapan Bengcu.

Jika demikian adanya Huo-heng sengaja hendak mencari gara-gara dengan Siauw-te ? Teriak Thio Cing An murka, alisnya dikerutkan dalam-dalam.

Huo Yen Ga tidak banyak bicara tapi ia segera lepaskan cambuk lemas berkepala ularnya dari pinggang.

Thio-heng silahkan kau orang cabut keluar senjata tajammu.

Thio Cing An tidak langsung menerima tantangan tersebut sinar matanya perlahan-lahan dialihkan keatas wajah Hu Pak Leng suhengnya.

Suheng! apakah kau ada maksud memaksa Siauw-te untuk turun tangan jahat melukai orangmu? tegurnya dingin.

Membunuh satu orang dengan membunuh beberapa orang sekaligus apa bedanya???? sahut Sang Liok-lim Bengcu dingin, sinar matanya melirik sekejap keatas jenasah Chi Peng yang berbaring didepan podium.

Kalau memang suheng terus menerus memaksa Siauw-te untuk turun tangan membinasakan pihak lawan akupun terpaksa turun perintah saja...

Thio-heng teriak Huo Yen Ga sembari menggetarkan cambuk lemas berkepala ularnya, agaknya ia sudah tidak sabaran lagi, jikalau kau orang tidak suka mencabut keluar senjatamu lagi Siauw-te tak akan kanti untuk menunggu lebih lama lagi.

Biji mata Thio Cing An berputar mendadak seperti tersadar akan sesuatu ia tersenyum.

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar