Jilid 14

SAAT ITU diatas panggung sudah ada yang mulai melakukan pertandingan, dua bayangan orang bergerak kesana kemari dengan gesitnya, hingga menimbulkan suara angin. Menyaksikan pertandingan itu, Ho Hay  Hong membuka lebar matanya dan berkata kepada diri sendiri: "Hah, tak kusangka ia memiliki kepandaian setinggi itu."

Telinganya mendengar suara tepukan tangan riuh orang-orang yang berteriak-teriak bertepuk tangan itu adalah suporter kedua fihak.

Tiba-tiba suara benda terdengar nyaring  dua bayangan orang yang sedang bertanding memencarkan diri, Gadis berbaju ungu itu nampaknya seperti tidak mengeluarkan tenaga sama sekali, mukanya t idak merah, napasnya juga t idak memburu.

Ia mengucapkan kata-kata merendah kepada suhengnya, kemudian balik kembali ketempat duduknya.

Dari sikap dan kata-kata gadis itu, sudah jelas bahwa yang kalah, dan dalam pertandingan itu bukanlah sigadis melainkan laki-laki berbaju kuning itu.

Ho Hay Hong masih dalam keheranan. Tiba-tiba terdengar laki-laki itu berkata: ”Pelajaran sumoay ternyata sudah mendapat kemajuan banyak, seranganmu terakhir geledek benar-benar sangat hebat. Barang kali itu adalah ilmu simpanan Siauw Locianpwee yang tidak diwariskan kepada sembarang orang maka suhengmu meskipun kalah, juga merasa bangga !"

Ho Hay Hong diam diam berpikir, ”orang ini benar- benar berjiwa kesatria, meskipun ia kalah, tetapi tidak marah atau mendendam, benar-benar harus kita hargai."

Laki-laki tua tinggi besar yang sangat agung itu, mendadak bangkit dari tempat duduknya. Sambil menghadap kearah penonton dibaw ah punggung ia berkata: "Saudara-saudara sahabat-sahabat, dengarlah, kali ini siorang tua mendirikan panggung untuk mengadakan pertandingan ilmu silat  ini. bukan saja berlaku bagi orang-orang golongan kita. Jikalau diantara sahabat- sahabat ada yang memiliki kepandaian tinggi, atau mempunyai kegembiraan untuk ambil bagian, dipersilahkan mendaftarkan nama dibelakang panggung. Siapa-siapa yang memiliki kepandaian berarti, akan kita terima menjadi anggota pasukan Angin Puyuh."

Pasukan Angin puyuh, didaerah utara merupakan satu golongan yang terkuat jumlahnya, anggautanya tidak banyak tetapi setiap anggautanya memiliki kepandaian ilmu silat sangat tinggi, hingga dalam masyarakat dan rimba persilatan mendapat nama baik. Banyak diantara penonton yang ingin menggunakan kesempatan itu untuk mendapat nama dikalangan kangouw. Ketika mendengar ucapan itu, nama nama mereka menuju ke belakang panggang untuk mendaftarkan nama.

Dibelakang panggung itu terdapat sebuah meja persegi, disitu duduk seorang laki-laki tua tinggi kurus. Sinar matanya yang tajam agaknya dapat  menembus hati dan perasaan, serta menebak tinggi rendahnya kepandaian orang-orang yang datang padanya untuk mendaftarkan diri.

Ho Hay Hong yang juga mengikuti rombongan orang- orang itu ke belakang panggung setelah semua orang selesai mengurus pendaftarannya, baru pelan-pelan mendekati meja orang tua itu dan berkata padanya:

"Cianpwee, sudilah kiranya cianpwee menolong boanpwee untuk memberitahukan kepada It ji Hui-kiam, boanpwee ada urusan penting hendak berunding dengannya!"

Orang tua kurus tinggi itu memandang padanya dengan perasaan heran, kemudian berkata:

"Tidak bisa, saat in i diatas panggung sedang repot, Ia tidak ada waktu terluang!"

"Boanpwee datang dari daerah selatan mohon" berkata Ho Hay Hong. Dengan sikapnya yang sangat merendah itu, ia mengharap dapat menggerakkan hati orang tua itu. Tetapi orang tua itu ternyata masih tetap dengan pendiriannya, jawabnya sambil menggelengkan kepala:

"Kau boleh tunggu sehingga pertandingan selesai, nanti kau boleh menjumpai dia!"

Ho Hay Hong terpaksa undurkan diri meskipun hatinya merasa kurang senang, tapi apa boleh buat.

Pada saat itu, diatas panggung sudah berlangsung tiga pasang pertandingan. Dipajang terdahulu, yang kalah terpaksa undurkan diri dengan perasaan masgul, sedang yang menang boleh tetap berada diatas panggung untuk pemilihan terakhir.

Ho Hay Hong yang menyaksikan pertandingan itu, ternyata hanya merupakan suatu hal biasa itu, maka ia diam saja. Tidak begitu menarik, maka ia tidak menonton lagi.

Diam-diam ia memutar kebelakang panggung, dari bawah panggung ia menggapaikan tangan kepada gadis baju ungu seraya berkata: "Aku ada urusan penting hendak bertemu dengan It- jie Hui kiam locianpwee, sudilah kiranya nona menolongku memberitahukan kepadanya ?"

Gadis itu terkejut, matanya mengaw asi padanya sejenak, kemudian bertanya:

"Kau mencari dia, ada urusan apa ?"

"Aku ada urusan penting, tolong aku satu kali ini saja!" kata Ho Hay Hong.

"Kau beritahukan padaku juga boleh, urusan apakah sebetulnya ?"

Ho Hay Hong pikir: ’urusan ini mana boleh diberitahukan padanya?’

Memang sukar buat baginya untuk membuka rahasia itu, maka ia diam saja.

"Kau ini benar-benar sangat aneh" demikian gadis itu berkata. Lalu membalikan badan dan memperhatikan jalannya pertandingan, tidak menghiraukan Ho Hay Hong lagi.

Ho Hay Hong terpaksa kembali dengan perasaan kecewa. Ia merasa tidak senang, karena untuk menjumpai seorang saja demikian susahnya.

Darah mudanya bergejolak seketika, jika tidak luka pada bagian dalamnya, mungkin ia sudah mengamuk.

Ia duduk menghadap kearah selatan membelakangi panggung pertandingan.

Pada saat itu, diatas panggung sedang berlangsung suatu pertandingan seru, yang dibarengi oleh suara tepuk tangan dan teriakan ramai. Selagi semua mata para penonton ditujukan keatas panggung, sebilah pedang panjang mendadak meluncur keatas kepala Ho Hay Hong.

Pedang itu adalah pedang salah seorang yang sedang bertanding, yang terlepas dari tangannya. Untung  Ho Hay Hong bisa berlaku sigap, sebelum pedang jatuh keatas kepalanya dengan cepat disambarnya dengan tangan kanan.

Ia hendak menyambitkan kembali pedang kepada pemiliknya diatas panggung, baru mengangkat tangannya, mendadak teringat kepada kepandaiannya mengendalikan pedang,

Sikap memandang rendah gadis baju ungu tadi, telah membangkitkan perasaan harga dirinya. Sesaat itu timbullah pikirannya hendak menunjukkan kepandaiannya, untuk menarik perhatian gadis  tadi. Maka Ia lalu batalkan maksudnya hendak  mengembalikan pedang tadi, dengan menahan rasa sakit dalam dadanya ia sambitkan pedang itu  keatas panggung.

Pedang itu meluncur lurus keatas panggung dan orang diatas panggung yang kehilangan pedangnya tadi, buru buru menyambutnya, selagi hendak mengucapkan perkataan terima kasih, tak ia duga bahwa sebelum tangannya berhasil menyentuh gagang pedang, pedang itu bagaikan naga terbang berputaran dan kemudian terbang kekiri.

Setelah membuat satu lingkaran lebar, melayang turun lagi, dengan tenang jatuh ketangan Ho Hay Hong. Perbuatan Ho Hay Hong itu segera menarik perhatian semua orang, semua mata ditujukan kepadanya, dengan penuh keheranan Sebab dengan munculnya ilmu pedang terbang didalam rimba persilatan, bagi orang-orang Kang ouw daerah utara, sudah yang pertama kalinya, tidak heran kalau hal itu segera menarik semua perhatian orang, hingga pertandingan diatas panggung tidak ada yang perhatikan lagi.

Orang tua berkumis pendek yang memegang perisai perak mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berkata:

"Oh, tak disangka disini masih ada orang yang mempunyai kepandaian yang berarti!"

Orang tua itu adalah ditugaskan untuk menjaga keamanan selama pertandingan berlangsung, perbuatan Ho Hay Hong itu dengan sendirinya merupakan suara perbuatan yang mengganggu, keamanan pertandingan diatas panggung.

Dengan adanya tugas itu maka orang tua berkumis pendek itu setelah mengucapkan perkataan demikian, lantas turun dari atas panggung dan lari menghampiri Ho Hay Hong.

Ho Hay Hong masih tetap duduk ditempatnya sambil memegangi pedang, ia sambut kedatangan orang tua itu dengan kata-kata:

"Tunggu dulu, aku tidak hendak mencari setori denganmu!"

"Kau telah mengacaukan panggung pertandingan, terang-terangan mencari onar denganku mengapa sekarang berlaku sopan?" berkata orang tua berkumis pendek.

"Aku hanya ingin bertemu dengan It-jie Hui-kiam, tetapi orang-orang kalian semua tidak mengijinkan, dalam keadaan terpaksa aku menggunakan akal  in i, kalau kau anggap melanggar peraturan, aku minta maaf sebesar-besarnya!" berkata Ho Hay Hong.

Orang tua itu terkejut. "Kau t idak kenal dengan orang tua itu?"

"Apa maksudnya dengan pertanyaanmu ini?" tanya Ho Hay Hong heran.

"Kau kata Hendak bertemu muka dengannya, padahal kau telah menonton pertandingan ditempat ini. bukan hanya sudah melihat wajahnya satu kali saja, bahkan sudah berpuluh puluh kali, ratusan kali"

"Ucapan cianpwee, aku benar benar tidak mengerti, tolong cianpwee jelaskan!"

"It Jie Hui kiam  cianpwee tokh berdiri diatas panggung, kalau kau ingin melihat saja ? sejak tadi kau sudah melihatnya, mengapa tanpa sebab kau menimbulkan kekacauan, perbuatanmu ini sudah je las menghina orang yang mendirikan panggung pertandingan Ini!" 

Dengan mengikuti petunjuk orang tua itu tadi, pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kepada orang tua tinggi besar yang berada diatas panggung, lalu bertanya tanya kepada diri sendiri: ’apakah dia ini yang dinamakan It Jie Hui kiam?’

Sementara itu mulutnya berkata: "Harap cianpwee jangan salah paham, boanpwee ingin menjumpai It ji Hui kiam locianpwee, sesungguhnya ada urusan penting boanpwe hendak minta keterangan darinya!"

"Oh mari ikut aku!" berkata orang tua itu.

Dibawah mata banyak orang Ho Hay Hong mengikuti orang tua berkumis pendek naik keatas panggung.

Orang tua itu langsung menghampiri orang tua tinggi besar, ditelinga berbisik-bisik sejenak, orang tua tinggi besar itu menunjukkan sikap kaget, mengaw asi Ho Hay Hong sejenak, kemudian berkata:

"Suruh dia kemari !"

Ho Hay Hong maju menghampiri, lalu berkata memberi memberi hormat:

"Kau barangkali adalah It Jie Hui kiam locianpwee ! Boanpwee ada sedikit urusan minta keterangan, tetapi sekarang ini ada banyak orang disini, boanpwee kurang leluasa."

"Baik, kau tunggu disini sebentar, nanti setelah pertandingan selesai, kita bicara lagi," berkata It Jie Hui kiam sambit menganggukkan kepala.

"Sebetulnya sudah lama boanpwe? ingin menjumpai locianpwee namun hari ini baru mendapat kesempatan untuk mencapai cita cita boanpwee itu!"

Dengan tiba tiba ia mendengar suara perempuan tertaw a, sepasang mata gadis berbaju ungu itu ditujukan kepada kakinya, hingga ia sadar bahwa saat itu kakinya tidak memakai sepatu, karena sepatunya ditinggalkan ditepi sungai. Wajahnya yang putih saat itu lantas menjadi ke merah merahan.

Ia tidak tahan berdiri terlalu lama, maka minta pada orang tua berkumis pendek supaya disediakan kursi, kemudian duduk diatasnya sambil memejamkan mata.

Orang tua berkumis pendek itu tidak tahu kalau Ho Hay Hong sedang menderita karena luka-luka dalam dadanya dianggapnya terlalu sombong dan tidak pandang mata padanya Meskipun dalam hati merasa tidak senang, tetapi karena memandang It Jie Hui Kiam Ia t idak berani menegur.

Ho Hay Hong yang sudah mendapat waktu untuk beristirahat, membuka matanya lagi, ketika ia memandang kebawah, banyak mata ditujukan kepadanya. Ia mengerti, itu adalah karena tadi ia pernah mempertunjukan kepandaian ilmu pedang terbangnya.

Kalau bukan karena terluka dalamnya ia ingin juga ambil bagian dalam pertandingan itu. Namun maksud itu terpaksa tidak diwujudkan karena terhalang oleh lukanya.

Tiba-tiba telinganya mendengar suara orang tertaw a, gadis baju ungu itu entah sejak kapan sudah berdiri disampingnya.

"Tak kusangka kau mahir ilmu pedang terbang, suatu ilmu yang sudah lama menghilang dari dunia rimba persilatan." demikian kata gadis itu.

"Mana, aku hanya mengerti sedikit saja." Hay Hong merendah. "Kau terlalu merendahkan diri, aku kira kau tentunya dari golongan ngo bie pay!"

"Nona keliru, aku seorang yang tidak berpartai."

"Ow, ini lebih mengherankan lagi selagi pertandingan masih berlangsung, aku ingin  belajar kenal dengan kepandaianmu, bagaimana pikiranmu?"

Ho Hay Hong yang sudah pernah menyaksikan kepandaiannya, meskipun ia tidak takut akan  kalah, tetapi karena lukanya belum sembuh, terpaksa menolak. Jawabnya sambil menggelengkan kepala:

"Maaf, aku tidak ingin bertanding denganmu "

Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. ”Apakah aku tidak sepadan untuk bertanding denganmu?"

"Nona jangan salah faham, karena aku memang t idak mungkin dapat menandingi kepandaianmu!"

Mendengar jawaban itu, hati gadis itu merasa senang. Dibibirnya tersungging satu senyuman puas, dan sujen dikedua pipinya nampak jelas sekali. Dua sujen dipipinya itu menambah kecantikan gadis itu, hingga siapa saja yang melihatnya pasti tergerak hatinya. 

Sikap nona itu dalam mata Ho Hay Hong segera menimbulkan goncangan hebat dalam jantungnya, karena pada saat itu mendadak ia teringat kepada gadis kaki telanjang yang berada jauh didaerah selatan.

Dua-dua sama cantiknya, kalau suruh ia memilih, barangkali t idak dapat mengatakan pilihan.

Gadis baju ungu itu tiba t iba berkata: "Kau lihat orang itu dibawah panggung semua pada perhatikan kau. "

Ho Hay Hong memang sudah tahu, tetapi karena gadis itu mengatakan demikian, mau tidak mau ia lantas melihat kebawah kemudian bertanya:

"Mengapa mereka perhatikan diriku?"

"Ilmu pedang terbangmu tadi merupakan suatu ilmu gaib yang luar biasa. Dalam mata mereka kau sudah dipandang sebagai seorang pendekar.”

Ho Hay Hong mengira bahwa ucapan gadis itu mengandung ejekan terhadap dirinya, maka ditatapnya wajah gadis itu Ketika dua pasang mata saling beradu, maka gadis itu seketika merah membara.

Semula Ho Hay Hong merasa heran, tetapi akhirnya ia seperti tersadar.

"Nona, bolehkah aku numpang tanya, andaikata aku ingin menjadi anggota pasukan Angin puyuh, apakah kemungkinan bisa diterima?"

"Kau boleh mendaftarkan nama dibawah panggung, kemudian ikut pertandingan! Dengan kepandaian ilmu silatmu yang setinggi itu, aku pikir kau pasti berhasil!"

Ho Hay Hong tertawa menyeringai, selagi hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara orang berkata:

"Belum tentu. baik anggota pasukan Angin puyuh, diharuskan memiliki dua rupa ilmu, keras dan lunak yang sama baiknya, ilmunya dan kekuatan tenaga dalamnya memang cukup sempurna, tetapi ilmunya keras, rasanya belum cukup." Suara itu tidak nyaring, tetapi dalam telinga Ho Hay Hong sangat jelas.

Ia buru buru berpaling, orang yang berbicara itu ternyata adalah imam tua yang duduk diatas kursi kebesaran.

Imam itu merasa kurang senang, tetapi diluar ia masih mengunjukkan muka berseri-seri.

"Bolehkah boanpwee menanyakan nama julukan totiang?" demikian ia bertanya.

"Dia adalah Hud sim Totiang dari partai Ceng-shia pay. Kepandaiannya tinggi sekali. Kau jangan berlaku salah terhadapnya!" kata gadis baju ungu itu dengan suara perlahan.

Ho Hay Hong diam diam berpikir: “mengapa ia demikian perhatikan diriku?"

Dengan perasaan heran ia menatap wajah gadis itu, dan gadis itu dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Terima kasih atas kebaikan nona," demikian  ia berkata.

Hud sim Totiang tiba-tiba tertaw a terbahak-bahak kemudian berkata:

"Kau tidak usah menanyakan namaku, ku lihat diatas alismu ada tanda tanda guram, ini suatu tanda bahwa kau sedang menderita luka dalam. Kau sudah t idak lama hidup dalam dunia, mengapa mencari kesulitan!"

Ho Hay Hong terkejut, cepat dia menanya: "Apa artinya ucapan Totiang ini ?" “Tahukah kau bahwa jiw amu dalam bahaya?" kata Hud sim Totiang sambil menghela napas.

"Apa betul demikian hebat?"

"Hingga sekarang kau masih belum sadar, ini merupakan suatu bukti bahwa hidup manusia ditangan Tuhan, tidak dapat dipaksa oleh tangan manusia! Semula kau mendapat luka berat didalam tubuhmu, seharusnya kau beristirahat baik, untuk menyembuhkan  lukamu, atau setidak-tidaknya mencegah jangan sampai lukamu semakin parah. Ah tetapi adatmu yang keras, bukan saja tidak mau memelihara badanmu sebaik-baiknya bahkan menggunakan kekuatan tenaga dalam mu, sehingga lukamu menjadi semakin parah Aih, sekarang sudah terlambat untuk ditolong."

"Ucapan Totiang ini berdasar atas apa?"

"Partai Ceng shia pay adalah satu partai yang terkenal dengan ilmunya obat-obatan, pinto sendiri sudah tiga- puluh tahun lebih mempelajari ilmu ketabiban.  Pinto yakin segala luka dan penyakit t idak akan lolos lari mata pinto. Pertanyaanmu ini sesungguhnya terlalu bodoh !"

Ho Hay Hong mengerutkan alisnya, diam-diam berpikir: ’buat aku sendiri, mati t idak menjadi soal, tetapi bagaimana dengan kitab garuda sakti ini ?’

Tiba-tiba ia ingat kitab garuda saktinya yang menjadi milik suhunya. Karena suhunya itu suruh ia mencari It Jie Hui-kiam, guna mencari tahu ayah bundanya. Ia menduga pasti orang tua itu kenal betul dengan ayah bundanya. Mengapa ia tidak menanyakan padanya, kemudian kitab itu diberikan padanya supaya dikembalikan kepada suhunya ? Ia juga ing in sekali mengetahui di mana ayah bundanya, maka tanpa banyak pikir lagi ia lantas berjalan menghampiri It-jie Hui kiam dan berkata  padanya dengan suara perlahan:

"Cianpwee, boanpwee ingin minta keterangan yang sebenarnya !"

Ia mengucapkan kata-katanya sambil menggulung lengan bajunya, tanda cacah burung garuda ditangannya itu ditunjukan pada It- jie Hui-kiam.

It Jie Hui-kiam yang menyaksikan tanda itu, sesaat lantas tertegun.

Setelah berusaha keras menahan getaran jantungnya, orang tua itu berkata:

"Siapa namamu ?"

"Boanpwee Ho Hay Hong," jawabnya terus terang. "Siapa suruh kau mencari aku ?"

Waktu  orang  tua itu mengucapkan perkataannya,

suaranya gemetar, jelas bahwa jantungnya berdebar keras.

Ketika orang tua itu mengerutkan alisnya. Ho Hay Hong melihat seperti usianya mendadak bertambah tua sepuluh tahun, Ia diam-diam merasa heran, entah hal apa yang membuat jago dari utara itu mendadak sedih ?

Ia tahu bahwa dalam persoalan yang menyangkut dengan dirinya, pasti ada sebab musababnya dengan jago tua itu, maka lantas menjaw ab dengan terus terang:

"Dewi ular dari gunung Ho lan-san !" "Dewi ular dari gunung Ho-lan-san.?" It Jie Hui kiam berkali-kali menyebut nama itu, "siapakah sebetulnya orang itu ? Aku tidak kenal padanya !"

"Ia adalah suhu boanpwee!" jaw ab Ho Hay Hong agak kecewa.

"Suhumu itu lelaki ataukah perempuan?" "Suhu termasuk yang belakangan"

It Jie Hui kiam mengamat-amati wajah Ho Hay Hong

sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang: "Mari kau ikut aku . . ."

Ho Hay Hong mengikuti It-jie Hui-kiam berjalan turun dari atas panggung pertandingan langsung menuju kesebuah gedung bertingkat. Ketika ia menampak It Jie Hui kiam mengeluarkan air mata, hatinya juga merasa pilu, tetapi ia tidak tahu mengapa orang tua itu menangis?

Tiba di ruangan tamu, ia persilahkan duduk. Saat itu It Jie Hui kiam seperti seorang yang sudah kehilangan semangat, duduk diatas kursinya sambil  berpikir, agaknya sedang mengenangkan apa yang telah terjadi dimasa yang lampau . . .

Ho Hay Hong tidak berani mengganggu sebentar kemudian, jago tua itu perlahan angkat muka, dan berkata sambil menghela napas:

"Semua ini adalah salahku, kesalahan yang berakibat suatu dosa Kau jangan tanya, akan  kuceritakan padamu."

"Dahulu, ada seorang berandal bulim yang menamakan dirinya Manusia tanpa bayangan. Baru beberapa bulan ia muncul di kalangan Kang ouw, tetapi sudah menggentarkan seluruh rimba persilatan daerah utara, ia tidak menentu jejaknya, perbuatannya selalu membasmi kejahatan dan membantu rakyat yang tertindas, sehingga mendapat penghargaan dan penghormatan dari rakyat jelata."

"Tidak lama kemudian, ia telah menyatakan hendak mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. diwaktu hari upacara cuci tangan, banyak sahabatnya yang datang memberi selamat, tetapi diantaranya juga ada musuhnya yang paling lihay.

”Musuhnya itu sudah lama terkenal dengan kejahatannya, ia pernah mendapat luka-luka ditangan Manusia tanpa bayangan. Selanjutnya t idak berani unjuk muka, tetapi bertekun melatih diri, hendak menuntut pembalasan.

”Beberapa tahun kemudian, setelah pelajaran ilmunya yang berhasil ia keluar lagi dan datang mencari manusia tanpa bayangan.

"Menurut peraturan dunia Kangouw seorang Kang- ouw yang sudah menyatakan cuci tangan  sudah dianggap meninggalkan dunia Kangouw. dan segala permusuhan yang lalu dianggap habis semua.

”Tetapi musuh itu tetap tidak mau mengerti, ia sesumbar bahwa dalam lima kali pukul sudah cukup menyelesaikan urusannya, Apabila dalam lima kali pukul tidak berhasil membinasakan lawannya, ini berarti ia sendiri yang akan membereskan dirinya sendiri.

”Dalam keadaan terpaksa Manusia tanpa bayangan mengumumkan dihadapan semua sahabat sahabatnya tentang permusuhan itu. ia juga bersedia menyelesaikan urusan itu dalam batas waktu lima jurus.

”Demikianlah kedua pihak dibawah orang banyak sebagai saksi mengadakan pertempuran mati-matian.

"Akhirnya musuh itu meski sudah bertekun melatih ilmu beberapa tahun, masih belum sanggup menjatuhkan lawannya. Dengan adanya yang keras, seketika itu juga lantas bunuh diri.

”Karena soal itu sudah selesai, Manusia  tanpa bayangan mengundurkan diri dengan hati lega, setiap hari kerjanya mendidik anak-anaknya dan hidupnya juga berbahagia.

”Tak disangkanya anak perempuannya yang sulung ketika berusia tujuh belas tahun, telah mengalami kejadian diluar dugaannya. Anak perempuan itu memang seorang yang suka bergerak, tapi sejak suatu hari ia keluar rumah dan waktu malam baru pulang, kelakuannya sangat banyak berubah. Setiap hari ia menutup pintu dan selalu nampak murung.

”Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan perubahan anak perempuannya, semula diam saja, tetapi lama kelamaan ia t idak sabar lagi.

”Pada suatu malam, ia panggil menghadap anaknya itu, dan ditanyakan apa sebabnya selalu murung? Semula anak itu tidak mau memberi keterangan, tetapi setelah didesak oleh ayahnya, akhirnya mengaku.

”Ternyata anak perempuan itu diluaran mempunyai seorang kawan laki-laki, yang menjadi kekasihnya. Karena tidak tertahan goda hati muda, akhirnya melakukan hubungan gelap, dan kini gadis itu sudah mengandung.

"Dalam keadaan sudah terlanjur seperti itu, Manusia tanpa bayangan hanya dapat mendamprat anaknya, kemudian suruh ia memanggil kawan lelakinya itu datang menghadap sang ayah itu ingin melihat apakah lelaki itu ada harganya atau tidak."

"Tak lama kemudian, kaw an laki anaknya itu benar saja datang menghadap. Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan anak laki sopan santun, diam-diam merasa girang, juga bersedia menerima padanya sebagai menantu.

”Apa mau, satu kejadian yang tidak sangka sangka telah terjadi. Diwaktu diadakan pesta makan minum, laki- laki tampan bakal menantu Manusia tanpa bayangan itu dalam mabuknya telah mencari keterangan urusan yang sudah lain, bahkan mengejek manusia tanpa bayangan sebagai seorang yang tidak baik kelakuannya.

”Manusia tanpa bayangan yang dimasa mudanya mendapat nama baik dikalangan Kang ouw, ketika mendengar ucapan tidak beres itu, sedapat mungkin kendalikan diri dalam medan pesta itu ia tidak berani minum arak, dengan kepala  dingin memperhatikan maksud ucapan bakal menantunya itu."

"Pemuda itu sembari minum arak telah membebe rkan sifat-sifatnya sendiri yang busuk dan akhirnya dengan mata melotot ia memberitahukan bahwa ia adalah anak laki-laki musuhnya manusia tanda bayangan, maka kedatangannya itu hendak menuntut balas dendam. ”Manusia tanpa bayangan yang mendengar  ucapan itu, bukan kepalang terkejutnya. Akhirnya mereka bertempur sengit dengan beruntun pemuda itu melancarkan serangan pedang dan tangan kosong yang ganas tetapi semua dapat dielakkan oleh Manusia tanpa bayangan.

”Ketika manusia tanpa bayangan hendak melakukan serangan pembalasan, pemuda itu mengetahui gelagat tidak baik lantas melarikan diri, meninggalkan anak perempuan Manusia tanpa bayangan yang remuk redam hatinya.

"Kejadian itu menyulitkan Manusia tanpa bayangan, sebab anak perempuannya sudah mengandung dengan anak laki laki bekas musuhnya, kemudian hari anak yang akan dilahirkan pasti juga mengandung darah permusuhan."

"Setelah mengalami pukulan hatin yang sangat hebat itu, anak perempuannya perlahan-lahan berubah pikirannya segera orang gila, ketika Manusia tanpa bayangan mengetahui perubahan itu, ternyata sudah terlambat.

”Entah dengan kabar dari siapa, anak perempuannya itu pada suatu malam telah melarikan diri, pergi kegunung Kat nia untuk menjadi isteri si Kakek penjinak garuda.

”Manusia tanpa bayangan menyusul kegunung Kat nia hendak mencegah, tapi kakek penjinak garuda ada menerima padanya sebagai isteri, hingga sang ayah terpaksa balik kembali dengan hampa." "Selama itu, pemuda musuhnya itu pernah datang kerumah manusia tanpa bayangan dua kali, pertama kali bertempur lagi dengan Manusia Tanpa Bayangan sampai beberapa puluh jurus, tidak ada yang kalah dan yang menang, dengan perasaan marah ia pergi.

”Kedua kali datang ia menyatakan hendak menghapus semua permusuhan yang sudah lalu, dan bersedia menikahi anak perempuan Manusia tanpa bayangan, tetapi perempuan itu kini sudah menjadi istri si-kakek penjinak Garuda, dalam marahnya Manusia tanpa bayangan telah membeberkan semua, apa sebabnya anak perempuannya sampai mengambil keputusan itu.

”Pemuda itu setelah mendengar keterangan itu, wajahnya berubah seketika, agaknya sangat menyesal, terkejut dan marah, hingga ia pergi lagi dan selanjutnya tidak muncul lagi, entah kemana perginya."

"Tak lama kemudian, anak perempuan manusia tanpa bayangan telah melahirkan sepasang anak kembar laki- laki. Kakek penjinak garuda rupanya girang sekali, tanda burung garuda yang dibuat bangga selama hidupnya telah dicacahkan diatas lengan dua bayi itu.

”Tetapi, keberuntungannya kakek itu tidak berlangsung lama, entah apa sebabnya, pada suatu hari, ketika kakek itu pulang dari pesiar t iba-tiba marah besar.

”Orang utan yang menjaga rumahnya dibunuh, tujuh ekor burung garuda kesayangannya dilepaskan semua, dan memaki isterinya tidak setia, akhirnya berlalu meninggalkan rumah tangganya"

Berkata sampai disitu, It Jie Hui-kiam memesut air matanya yang mengalir keluar, jantung Ho Hay Hong yang mendengar cerita kisah menyedihkan itu, samar- samar sudah jauh mengerti bahwa kisah itu menyangkut dirinya sendiri.

Ia merasa seperti disambar petir, matanya berkunang- kunang, otaknya ruwet, hampir saja ia jatuh pingsan.

It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya:

"Perempuan yang bernasib malang itu dengan hati pilu dia membawa dua oroknya pergi mencari suaminya, dengan susah payah ia mencari dimana-mana hampir semua gunung dan lautan sudah didatangi, tetap selama dua tahun ia mencari, masih tidak berhasil menemukan suaminya. Apa mau ia sendiri lantas jatuh sakit.

"Ia tahu benar sudah tidak ada harapan hidup lagi, dengan sisa tenaganya yang masih ada, ia pergi mencari kawan akrabnya semasa masih kanak-kanak, diberitahukannya semua pengalamannya dan menyerahkan kedua anaknya itu kepadanya, dan ia sendiri kemudian menutup mata untuk selama-lamanya."

It Jie Hui kiam tidak sanggup melanjutkan ceritanya, ia menangis seperti anak kecil.

Ho Hay Hong tiba-tiba berkata: "Ibu." Semangatnya mendadak runtuh, jantungnya berdebar keras, lalu jatuh tengkurap dan tak ingat orang orang lagi.

Entah beberapa lama telah berlalu, ketika ia perlahan- lahan sadar kembali, hari sudah malam. Diluar angin meniup kencang, ia seperti orang bingung, otaknya kosong melompong.

It Jie Hui kiam masih belum berlalu, dengan suara lemah lembut: "Anak, tanda burung garuda dilenganmu itu suatu bukti bahwa kau adalah keturunanku yang terdekat."

Ho Hay Hong yang sudah seperti orang linglung, ucapan It Jie Hui kiam hanya masuk kedalam telinganya, tetapi tidak mengerti maksudnya. Lama ia duduk termenung, baru pelahan-lahan membuka mulut.

"Aku sudah hampir mati, barang ini tolong locianpwse sampaikan kepada suhuku Dewi ular dari gunung Ho lan- san, dia adalah teman karib ibu dimasa hidup."

Ia mengeluarkan salinan kitab ilmu silat garuda sakti, diberikan kepada It Jie Hui Kiam dan berkata pula.

"Kitab ini mungkin barang yang dibawa keluar oleh ibu dari gunung Kat nia, jikala locianpwee tidak dapat menemukan suhu boleh simpan saja sebagai barang peringatan!"

"Kau tidak akan mati. Hud sim Totiang sudah menyembuhkan penyakitmu." berkata It-jie Hui kiam sambil menggelengkan kepala.

Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong  lompat bangun dan bertanya:

"Benarkah?"

Belum lagi It Jie Hui kiam menjawab, sudah didahului oleh gadis baju ungu:

"Kalau kau tidak percaya, kau boleh coba bernapas, betul luka dalam dada sudah sembuh atau belum ?"

Ho Hay Hong kini baru tahu bahwa dalam ruangan itu kecuali It Jie Hui kiam masih ada gadis berbaju ungu, Hud sim Totiang, orang tua kuras tinggi, orang tua berambut pendek dan diapun anggauta pasukan angin puyuh serta laki-laki setengah umur berpakaian kuning yang dikenalnya sebagai suhengnya gadis berbaju ungu itu.

Ia merasa sangat malu, tetapi ia tahu bahwa orang- orang itu memandang dirinya dengan kacamata lain, mungkin karena pengaruhnya It Jie Hui kiam.

"Dada kirinya terdapat tanda jari tangan yang biru, itu adalah perbuatannya pemimpin Liong houw hwee. Thian lam Lo jin, tanda itu adalah serangannya dengan ilmu khi-kangnya yang dinamakan Siao ciu thian khie kang yang membuat namanya terkenal. Setiap orang yang pernah diserang olehnya pasti meninggalkan bekas tapakan tangannya!"

Begitu mendengar keterangan Hut si Totiang, delapan anggauta pasukan Angin puyuh mendadak lompat bangun dan berkata dengan suara serentak:

"Liong houw hwee juga begitu berani sewenang- wenang, kita sekarang hendak pergi membuat perhitungan dengan mereka !"

Tetapi maksud mereka itu dicegah oleh It Jie  Hui kiam, katanya sambil menggeleng kepala:

"Saudara-saudara silahkan duduk dulu, soal ini lambat atau cepat harus kita bereskan, tidak perlu tergesa-gesa. Kabarnya digunung Soat giam-san setiap tengah malam memancarkan sinar berkilauan yang bisa dilihat dari tempat jauh. Mungkin disitu terdapat benda pusaka, malam in i kau delapan orang coba mendaki gunung itu, untuk pergi melihat apa sebetulnya benda itu !" Delapan orang itu menerima baik perint ah pemimpinnya, lalu dengan serentak meninggalkan ruangan.

Gadis berbaju ungu itu mendadak berkata:  "Kongkong, aku juga hendak pergi !" It Jie Hui kiam mengerutkan keningnya, baru hendak menjawab, gadis itu sudah bertanya kepada Ho Hay Hong:

"Kau mau pergi atau tidak ?"

"Aku mungkin tidak sempat!" jawab Ho Hay Hong, tetapi ketika melihat gadis itu menundukkan kepala dengan perasaan kecewa, segera memberi penjelasan: ”tetapi kalau kau tidak ada kawan, aku boleh menemani kau !"

Gadis itu lantas berkata sambil tertaw a: "Bagus, kongkong, ia bersedia menemaniku, kongkong izinkan atau tidak ?"

"Kau ini memang nakal, baiklah. malam in i biar kau pergi pesiar, tetapi harus berlaku hati-hati, sekarang keadaan kurang aman. tidak seperti dulu" menjawab It Jie Hui kiam sambil tertaw a.

"Aku tidak takut, para toako dari pasukan Angin puyuh semua merupakan orang yang kesohor namanya, siapa berani mengganggu? Apalagi Ho koko juga pandai menggunakan ilmu pedang terbang, asal ia mengeluarkan pedang pusakanya, musuhnya pasti gemetaran!" berkata gadis baju ungu sambil tertaw a.

Ho Hay Hong yang jarang mendapat  perlakuan hangat, mendapat perlakuan mesra seperti itu, sudah tentu merasa senang, apalagi orang yang berlaku mesra itu adalah satu gadis cantik manis bagaikan bidadari. It Jie Hui-kiam dengan muka berseri-seri bertanya padanya:

"Hay Hong. usiamu sudah cukup besar diluar kau sudah mempunyai pandangan kawan w anita atau belum?"

Mendengar pertanyaan itu, wajah Ho Hay Hong merah seketika, ia lihat gadis berbaju ungu itu  mengaw asi dirinya dengan sinar matanya yang tajam, agaknya sangat perhatikan urusan itu.

"Aku belum pernah memikirkan soal itu !" demikian jawabnya.

"Perlukah bantuan kongkongmu untuk mencarikan ?"

Gadis baju ungu itu tiba tiba nyeletuk. "Kau siorang tua selalu suka menggoda orang, jalan, mari kita jalan jangan hiraukan dia."

Sehabis berkata demikian, ia berlalu sambil menarik tangan Ho Hay Hong.

Ho Hay Hong merasa terharu, ia mengerti ucapan  It Jie Hui kiam tadi adalah suatu pernyataan cinta kasih dari seorang tua terhadap cucunya. Bukan menggoda.

Dari istal kuda gadis baju ungu itu mengeluarkan dua ekor kuda tinggi besar, kemudian berkata kepada Ho Hay Hong sambil tertaw a:

"Ho koko, seekor ini untukmu !"

"Aku tak mau naik kuda" menjawab Ho Hay Hong.

Gadis itu membuka lebar matanya dan bertanya dengan perasaan heran.

"Benarkah kau tidak bisa naik kuda ?" Ia mengira bahwa pemuda itu merendahkan diri.  Diluar dugaannya, Ho Hay Hong menganggukkan kepala, hingga ia benar-benar merasa heran. Sebab Ho Hay Hong memiliki kepandaian tinggi sekali, tentunya pandai segala ilmu, diluar dugaannya, naik kuda saja tidak bisa.

Ia berpikir sebentar, kemudian berkata "Kalau kau tidak bisa menunggang kuda, biarlah aku menunggang bersamamu !"

Dengan sangat lincah ia lompat keatas adanya, kemudian menggapai Ho Hay Hong. "Lekas naik. Ho koko!"

Sejenak Ho Hay Hong merasa ragu-ragu,  akhirnya naik juga keatas kuda.

Tiba-tiba kuda itu karena terkaget hingga melonjak tinggi. Ho Hay Hong yang tidak berjaga-jaga hampir saja jatuh terpelanting dari atas kuda. Ia buru-buru memeluk diri si nona.

Ia sudah lupa bahwa diri nona itu masih gadis, yang belum pernah bersentuhan dengan laki laki, apalagi dipeluk demikian rupa,maka seketika itu ia merasa malu sendiri, jantungnya berdebaran, mukanya merah membara.

Tetapi entah apa sebabnya, gadis itu ternyata tidak marah, hanya berpaling mengamati padanya sejenak, tanpa berkata apa apa lantas bedal kudanya.

Ho Hay Hong ingin melepaskan tangannya, apa mau kuda itu larinya sangat pesat hingga menimbulkan kegoncangan hebat, terpaksa ia memeluk terus. Ia kini baru merasa menyesal yang dahulu tidak pernah belajar menunggang kuda. Kuda dilarikan sangat pesat, dalam waktu sangat singkat, sudah keluar pintu kota.

Gadis itu berkata padanya dengan suara pelahan: "Para toako dari pasukan angin puyuh sudah jalan

jauh, kita harus lekas menyusul!"

Suaranya itu sangat pelahan sekali, kalau tidak mempunyai daya pendengaran sangat tajam, susah mendengar, Ho Hay Hong tahu bahwa perasaan malu gadis itu masih belum lenyap, maka ia lantas menjawab:

"Ya, kita harus lekas mengejar!" Dengan tiba-tiba, dari suatu tempat agak jauh, Ho Hay Hong dapat dengar suara nyanyian pasukan Angin puyuh, yang sudah tidak asing lagi baginya. Namun kali in i, diiringi suara beradunya senjata tajam.

Gadis baju ungu itu kembali berkata dengan suaranya yang masih tetap perlahan:

"Oh, pasukan Angin puyuh sedang bertempur dengan musuh!"

Ho Hay Hong belum menjawab, didepan sudah ada orang menyahut:

"Turun turun, untuk kedua kalinya kita berjumpa, seharusnya berlaku sedikit ramah!"

Suara itu sangat asing, tetapi sangat nyaring. Gadis baju ungu itu tercengang, kemudian berkata kepada Ho Hay Hong:

"Lekas kita pergi, dia adalah musuh besar pasukan Angin puyuh, namanya Te-coan hong, Tok Bu Gouw. Orang ini muncul dirimba persilatan belum ada satu bulan, sudah mengeluarkan ucapan terkebur, katanya hendak membasmi pasukan Angin puyuh dan It Jie Hui kiam. Ia berkepandaian t inggi dan bernyali besar. Muncul dan menghilangnya tidak menentu hingga saudara- saudara pasukan Angin puyuh tidak berdaya terhadapnya. It Jie Hui kiam juga  pusing menghadapinya."

"Benarkah demikian hebat orang itu, apa yang diandalkan olehnya?" bertanya Ho Hay Hong heran.

"Kepandaian ilmu pedang Tee soan Sin kiam orang itu pada dewasa ini sudah tidak ada tandingannya. Sejak dibentuknya pasukan Angin puyuh, pertama kali jatuh ditangannya.”

"Dengan pasukan Angin puyuh dia ada permusuhan apa?"

"Aku tidak tahu, tetapi ia selalu datang mencari setori, itu memang benar, Semula pasukan Angin puyuh masih berlaku sabar, tidak menghiraukan tantangannya. Tetapi ia semakin didiamkan semakin melunjak, sehingga seorang sabar seperti It Jie Hui kiam juga sampai marah. Kedatanganmu sangat kebetulan, ilmu pedangnya Tee- soan Sin-kiam yang sangat ampuh, hanya dengan ilmu pedang terbang, barulah tidak akan terkalahkan!"

Ho Hay Hong terperanjat, "Barangkali aku belum yakin."

"Kau takut ?"

"Meski aku belum yakin atas kemampuanku,  tetapi aku t idak takut!" Sehabis berkata demikian, gadis itu mendadak menghentikan kudanya dan lompat turun, segera diikut i oleh Ho Hay Hong.

Kini tampak delapan anggauta pasukan angin puyuh sedang berhadapan dengan seorang lelaki pertengahan umur yang berwajah putih bersih dan berambut panjang sampai kebahu.

Dengan wajah merah dan nada suara dingin laki-laki itu berkata:

"Siapa suka mengabarkan kepada It ji Hui kiam, aku nanti akan ampuni jiwanya tidak akan kubunuh!"

Gadis baju ungu berkata kepada Ho Hay Hong dengan suara perlahan:

"Ho koko, kau dengar, betapa sombongnya manusia itu!"

Mendengar suara dan sebutan yang manis itu, semangat Ho Hay Hong terbangun, seketika dengan berani ia maju tiga langkah dan menegurnya:

"Tuan adalah Tee-soan hong. Tok Bu Gouw?"

Tee soan hong Tok Bu Gouw memandangnya dengan sinar mata dingin. Dari sinar mata itu, Ho Hay Hong mengetahui bahwa orang setengah umur itu memang benar-benar memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah cukup sempurna.

Tee soan hong mengeluarkan suara dari hidung, t iba- tiba melintangkan pedangnya dan menggulungnya, sesaat kemudian t imbullah sinar berkilauan. Ho Hay Hang terkejut. mundur tiga langkah, walaupun ia sudah cukup gesit, tetapi tidak urung celananya masih kesambar oleh ujung pedang.

Dengan alis berdiri Ho Hay Hong berkata kepada gadis baju ungu.

"Boleh aku pinjam pedangmu?"

Gadis itu mengerti maksud Ho Hay Hong  hendak pinjam pedang, serta merta menjawabnya sambil tersenyum manis:

"Kau harus berlaku hati-hati!"

"Aku tahu!" jaw ab Ho Hay hong mengangguk.

Pedang gadis itu ternyata sangat berat, tapi sungguh tepat digunakan untuk ilmunya pedang terbang.

"Tee-soan hong, jangan kira bahwa ilmu pedangmu Tee-soan Sinkiam sudah tiada orang yang sanggup melawan, aku siorang she Ho tidak takut padamu!" demikian ia berkata.

Matanya ditujukan kepada ujung pedang, diam-diam mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya kepada gagang pedang, kemudian tangannya bergerak dan pedang itu mendadak mendengung.

Setelah mendapat kepastian bahwa luka didalam dadanya sudah sembuh, semakin tebal keyakinannya, maka lantas berkata kepada anggauta pasukan Angin puyuh.

"Toako sekalian silahkan menyingkir sebentar, sekarang aku hendak belajar kenal dengan ilmu pedang Tee soan Sin kiam!" Anggauta pasukan Angin puyuh  rupanya  masih merasa khawatir, tetapi menuruti kehendak Ho Hay Hong, Semua pada menyingkir kesamping, hendak menyaksikan bagaimana anak muda itu memberi perlawanan kepada musuh tangguh itu.

Ho Hay Hong mendadak mengeluarkan suara siulan panjang Dengan sepenuh tenaga menyambitkan pedangnya, hingga pedang panjang itu meluncur kearah Tee-soan hong.

Tee soan hong juga mengerahkan tangannya, sinar pedang ditangannya membuat lingkaran hendak menggulung pedang Ho Hay Hong, tetapi tidak berhasil.

Ho Hay Hong mengempos kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang meluncur dengan cepat itu mendadak melesat setinggi setengah kaki, kemudian memutar dan menikam punggung Tee-soan hong.

Tee-soan hong tahu bahwa Ia salah hitung, terlalu memandang rendah kepada lawannya yang masih muda belia itu. Tetapi sudah agak terlambat, sebab pedang lawannya sudah tiba dibelakang punggungnya.

Dalam keadaan tergesa-gesa, Tee soan hong segera berbalik, pedangnya terhadap lawannya, sebab pedang yang disambitkan itu bukanlah seperti menyambitkan senjata rahasia, melainkan ilmu mengendalikan pedang yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan untuk menghadapi dirinya.

Sebagai seorang yang berpengetahuan luas, ia buru- buru lompat melesat setinggi tiga tombak lebih, baru berhasil mengelakkan serangan pedang itu.

Tetapi pedangnya sendiri sudah terjatuh di tanah. Ho Hay Hong maju selangkah, pedangnya dikedut keatas, hingga pedang itu mengarah dua bagian jalan darah dikaki Tee-soan hong.

Serangan kali in i lebih hebat dari yang pertama Tee- soan hong tidak menduga lawannya yang masih muda belia itu, ternyata memiliki kepandaian luar biasa tingginya.

Sehingga seketika itu wajahnya berubah seketika. Dengan menggunakan lengan jubahnya dikebutkan kebawah.

Kebutan dengan lengan baju ini, adalah serangan Tee soan hong dengan kekuatan tenaga dalam yang paling hebat. Ho Hay Hong tertahan gerakannya oleh serangan itu terpaksa merandek dan mundur tiga langkah.

Tee soan hong mengandalkan kesempatan itu terus meluncur turun dan menyerang dengan tinjunya.

Ho Hay Hong sangat penasaran. Selagi hendak menyambitkan pedangnya lagi tiba-tiba hembusan angin dari serangan jari tangan lewat dibawah ketiaknya, langsung mengarah jalan darah Khie hay hiat Tee soan- hong.

Tee soan-hong tahu apabila totokan jari tangan itu mengenakan dirinya, ia pasti binasa. Tetapi ia masih mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna.

Sedikitpun tidak takut, ia segera mengempos kekuatan tenaga dalamnya keseluruh tubuhnya, untuk melindungi seluruh tubuhnya. Dengan gerakan yang tetap tidak berubah, masih menyerang Ho Hay Hong. Gadis baju ungu itu lantas berseru:

"Kau berani membandel!"

Kembali jari tangannya bergerak, menotok jalan darah Tee soan hong.

Tee soan hong mendadak tarik kembali serangannya dan menegur gadis itu:

"Budak hina kau masih pernah apa dengan It Jie Hui kiam ? Lekas jawab!"

Dengan sinar mata penuh kebencian memandang gadis itu, hingga gadis itu bergidik dan menundukan kepala.

"Kau t idak perlu tahu." demikian jawabnya.

"Apakah kau muridnya It Jie Hui kiam?" bertanya Tee soan hong kepada Ho Hay Hong.

Selagi Ho Hay Hong hendak menjaw ab, gadis itu berkata ditelinganya: "Jangan beritahukan padanya, orang itu terlalu kurang ajar!"

Ho Hay Hong tercengang dalam hatinya berpikir: apakah antara ia dengan It Jie Hui kiam ada permusuhan yang sangat dalam atau rahasia yang tidak diketahui oleh orang luar?

Tee soan hong maju selangkah bertanya kepada Ho Hay Hong sambil menudingkan ujung pedangnya:

"Lekas jawab bocah, kalau kau hendak menjadi seorang gagah yang kesohor namanya, tidaklah patut kau sembunyikan namamu.”

"Dia adalah familiku, kau mau apa?" jawab Ho Hay Hong marah. "Aneh, aku hanya dengar It Jie Hui kiam hanya mempunyai dua anak perempuan, anaknya yang sulung dulu sudah kaw in dengan kakek penjinak garuda, anak Gadisnya yang kedua, lima tahun berselang telah meninggal dunia karena sakit. Belum pernah dengar mempunyai anggauta famili seperti kau!" berkata Tee soan hong sambil tertaw a dingin:

Tee soan hong masih belum menjawab gadis baju ungu itu sudah nyeletuk dengan heran:

"Bagaimana dia tahu bibiku, kawin dengan kakek penjinak garuda ?."

Tee-soan-hong tertaw a terbahak-bahak "Oh, kiranya nona adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam. Ini lebih aneh lagi. Anak perempuan yang besar It Jie Hui kiam tidak pernah melahirkan anak perempuan sedang anak perempuannya yang kedua juga belum kawin, apakah hahahaha, bagus benar didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui-kiam .haha"

Kata-katanya itu mengandung penuh ejekan, terutama kata-katanya didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui kiam. diucapkan dengan tegas.

Ho Hay Hong diam diam bertanya tanya kepada diri sendiri: ‘mengapa ia mendadak berubah seperti orang gila, seperti terpukul bathinnya.’

Gadis baju ungu itu marah ketika mendengar perbantahan itu mendadak maju menghampiri dan menyerang dengan jari tangannya Tee soan-hong segera berhenti tertaw a, buru-buru lompat kebelakang gadis itu dan menyerang dengan membalikkan tangan. Gadis itu tidak menduga akan diserang dengan cara demikian, setelah mengeluarkan suara jeritan, badannya lemas dan rubuh dalam pelukan Ho Hay Hong.

Ho Hay Hong buru-buru menghadapi dan berkata Tee soan hong dengan suara gusar:

"Tee soan hong, kau benar-benar sudah turun tangan jahat kepadanya?"

Wajah gadis pada saat itu tampak pucat pasi, matanya dipejamkan, mulutnya merintih, ia berkata dengan suara terputus-putus:

"Ho koko, aku terluka. parah"

Ho Hay Hong segera naik darah, sambil mengeluarkan suara bentakan keras, pedangnya di sambitkan kepada Tee soan hong.

Tee soan hong tahu hebatnya serangan anak muda itu, dengan mengempit pedangnya  badannya bergulingan di tanah, hingga tanah dan batu-batu pada berterbangan tidak tertampak orangnya.

Delapan anggauta pasukan Angin puyuh yang sudah kenal baik semua sepak terjang Tee soan hong, buru- buru memperingatkan Ho Hay Hong:

"Ho siaohiap lekas mundur, itu adalah ilmu  pedang Tee soan hong Sin kiam!"

Ho Hay Hong meskipun terkejut, tetapi ia tidak mau mundur begitu saja. Diam-diam ia mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang disambitkan itu ketika berada ditengah jalan, tiba-tiba melesat dengan pesat, dengan menembus putaran pedang Tee  soan hong menyerang orangnya. Suara ser ser terdengar nyaring. Tee-soan hong mendadak lompat melesat setinggi lima enam tombak, berkata dengan suara:

"Bocah dari Ngo-bie, benarkah kau berani bermusuhan denganku?"

Saat itu delapan anggauta pasukan Angin  puyuh sudah tahu bahwa lengan baju Tee-soan-hong sudah berlubang. Lengan tangannya terluka. darah bertetesan membasahi bajunya. Jelas bahwa luka itu bekas serangan pedang Ho Hay Hong.

Ho Hay Hong tidak menghiraukan pertanyaan Tee soan-hong, lagi sekali mengempos tenaganya, menggerakan pedangnya. Pedang itu bagaikan naga terbang dari atas menukik kebawah, kemudian melayang lagi keatas, mengarah tapak kaki Toe-soan hong.

Sudah dua kali Tee-soan hong menghadapi serangan hebat ilmu pedang terbang Ho Hay Hong, hingga kesombongannya lenyap seketika, ia tidak berani memberi perlawanan lagi, dengan terbirit-birit kaburkan diri.

Pasukan Angin puyuh mendadak memencarkan diri, membuat satu lingkaran, mengurung Ho Hay Hong dengan serentak berkata.

-oo0dw0ooo- 

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar