Lembah Patah Hati Lembah Beracun Jilid 12

 
Jilid 12

SIAPA tahu dengan demikian ia telah terjebak !

Ketika kedua senjata itu beradu, lantas terdengar suara 'crak' sepasang gaetannya Siok-beng Ie su lantas dibabat olah rodanya Tiauw Goan Taysu.

Siok-beng Ie su terperanjat, ia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, hendak menarik kembali senjatanya. Siapa tahu saat itu dari samping ada angin tajam yang menyambar badannya.

Ternyata Tiauw Goan Taysu ketika roda ditangannya sedang melibat senjata lawannya tangan kanannya lantas bergerak, roda yang tajamnya luar biasa itu dengan cepat lantas menyambar Song Pin !

Siok beng Ie su tidak keburu menyingkir, bawah ketiaknya lantas terbelah, setelah mengelurkan jeritan ngeri, ia lantas rubuh.

Tong Pun hweeshio yang menyaksikan kejadian tersebut, bukan kepalang kagetnya, hampir saja tertikam oleh pedang Lim Co Ek.

Setelah menyingkirkan serangan Lim Co Ek ia buru-buru mundur tubuhnya dan loncat naik keatas genteng.

Lim Co Ek tidak mau menperti, ia memburu dan lompat naik keatas genteng juga. Tapi baru saja menginjak genteng, dari empat penjuru lantas terdengar suara riuh: "Lepaskan anak panah 1"

Sebantar saja, anak panah dari berbagai panjuru lantas menyambar seperti hujan.

Betapapun tingginya kepandaian Lim Co Ek. apa lagi lengan kirinya sudah kutung dan mengeluarkan banyak darah serta sudah lama bertempur, sudah tentu tidak sanggup melayani datangnya anak panah seperti hujan. Sebentar saja sudah ada beberapa batang anak panah yang menancap dibadannya.

Ia merasa pundaknya yang kena anak panah itu seperti kesemutan, maka lantas mengerti kalau anak panah itu ada racunnya. ia lalu lompat melesat keatas genteng yang berdekatan, pedangnya diputar laksana titiran, ia menyerbu kepala orang-orang yang melepaskan senjata gelap itu.

Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa dibawah pedangnya.

Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti binatang landak, penuh dengan anak panah yang menancap.

Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa dibawah pedangnya.

Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti binatang landak, penuh dengan anak panah yang menancap.

Sambil dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak ia berseru: "Puas ! Puas. .. . !" kemudian badannya menggelinding dari atas genteng.

Sekarang diantara ketua sembilan partai itu, keculi Bu Wie Totiang yang terluka, cuma tinggal ketua Siao-lim pay, Tiauw Goan Taysu seorang saja yang masih hidup dalam keadaan utuh.

Gouw Ya Pa mengucurkan air mata, dalam hati berkata; "Saudara Ho, jangan salahkan aku tidak bisa menolong dirimu, siapa nyana ketua dari sembilan partai, hari ini hampir semuanya binasa dilembah Kui kok."

Diluar dugaan, dalan keadaan putus asa itu, tampak satu bayangan orang yang muncul dari lembah bagian belakang dan mendatangi kearah mereka dengan cepat sekali.

Gouw Ya Pa berdin dengan mata beri- ngas, lalu berkata kcpada Tiauvv Goan Tay- su :

"Taysu harap kau suka keluar dari lembah ini, biarlah aku yang adu jiwa dengan kawanan bangsat dari Hian kui kauw ini !"

Sababis berkata, sambil menenteng pecutnya, ia maju menyambuti orang itu.

Siapa nyana ketika orang itu sudah berada dekat lantas berseru: "Gouw Toako, apakah kau yang berada disitu ?"

Gouw Ya Pa hampir saja menjerit kegirangan. . . .

bukankah itu saudara Ho nya yang ia hendak ditolong ?

Memang besar! Orang itu adalah Ho Kie yang pada tiga hari berselang menyerbu kelembah Kui kok dengan seorang diri.

Gouw Ya Pa dalam girangnya lantas melompat keatas genteng, tapi baru saja kakinya menginjak genteng, anak panah sudah menyambar dari berbagai penjuru. Karena ia ada mempunyai ilmu kebal yang tidak takut segala senjata terhadap anak panah yang menyambar dirinya seperti hujan ia tidak hiraukan sama sekali. Bahkan ia lantas menerjang kearah orang-orang yang melepaskan anak panah itu.

Maka sebentar saja sudah banyak jiwa melayang ditangannya, sisanya terpaksa pada melarikan diri.

Gouw Ya Pa lantas menghampiri Ho kie dengan suara sember ia berkata: "Saudara Ho, aku mencari kau setengah mati !"

Ho Kie belum sempat menjawab, tiba-tiba ada satu bayangan putih dengan kecepatan bagaikan kilat lari keluar dari belakang lembah.

Ketika Ho Kie melihat siapa orangnya. wajahnya nampak aneh sambil menarik dirinya Gouw Ya Pa berkata:

"Gouw Toako, mari kita lekas pergi!"

Dari sikapnya Ho Kie rupa-rupanya merasa segan bertemu dengan orang baju putih itu.

Ketika Gouw Ya Pa mengawasi, orang baju putih itu ternyata ada Lim Kheng, ia lantas berkata:

"Saudara Ho, itu apa bukannya nono Lim Kheng?"

"Dia bukan nona Lim, melainkan anak perempuannya Cian tok Jin Mo dari Hian kui kauw !"

Gouw Ya Pa yang mendengar keterangan itu matanya lantas merah, ia berkata pelan

"Kita jangan pergi dulu. para ketua dari partai telah binasa ditangan ayahnya, biarlah kita dari dirinya mencari sedikit modal." Sehabis berkata, ia lantas maju memapaki sambil menenteng pecutnya.

Ho Kie buru-buru menarik tangannya seraya berkata: "Gouw toako mari kita pergi! Kita tinggalkan lembah Kui kok ini dulu!"

Sebentar kemudian, Jie Peng sudah berada didepan mereka.

Nona itu dengan air mata berlinang tanganya membawa sebuah panji kecil warna merah. Begitu berada didepan Ho Kie, lantas berkata dengan suara duka.

"Engko Kie, sekalian kalau hendak pergi. seharusnya juga mengijinkan aku yang bernasib malang ini turut mengantarkan. Bendera kecil ini kau boleh bawa!"

"Terima kasih atas budi kebaikan nona, budi  kebaikanmu ini aku siorang she Ho tidak akan melupakan untuk selama-lamanya."

"Sayang, kita satu sama lain berdiri sebagai musuh. Dengan perbuatanmu yang mencuri bendera untuk mengantarkan aku, apakah tidak takut nanti akan dapat marah Kaucu?" berkata Ho Kie dengan suara terisak-isak.

"Aku merasa bersyukur bisa mendapat kecintaanmu, badanku ini mesti akan hancur lebur juga tidak mampu membalas kecintataanmu. Sekalipun untuk kau aku harus dihukum mati oleh ayah, aku juga rela !"

Ho Kie merasa sangat terharu, ia tidak bisa menjawab apa-apa, kemudian berpaling dan berkata kepada Gouw Ya Pa:

"Mari kita pergi !" DENGAN mata mendelong dan mulut menganga. Gouw Ya Pa merasa heran atas perhubungan nona itu. dengan sahabatnya, ada apa sebetulnya diantara mereka ?

"Kau.... dia?" tapi apa yang hendak ditanyakan, ia kebingungan sendiri.

Ho Kie nampak bimbang. tapi kemudian bisa mengambil keputusan dengan cepat, ia segera melompat melesat sambil mengajak kawannya;

"Gouw-toako jangan sia-siakan waktu! Kita bisa masuk, masakah tidak bisa keluar?" Sehabis berkata, orangnya sudah berada tiga tombak lebih jauhnya.

Tapi baru saja ia melayang turun, mendadak dari atas sebuah rumah ada melayang turun dua bayangan didepan matanya, kemudian berkata sambil ketawa dingin:

"Bocah she Ho, kau anggap sepi lembah Kui kok ini ?" Dua orang itu satu adalah Hiantun Thian cun Cee Kong

Han. seorang satunya lagi adalah seorang perempuan pertengahan umur berwajah putih kelimis, yang Ho Kie belum pernah lihat. Ia adalah Ong Hoa Cu, salah satu Tongcu dari Hian Kui kauw.

Ho Kie yang sedang gusar dan cupat hatinya, dengan tanpa banyak bicara lantas menyerang kedua orang itu dengan hebat.

"Anjing cilik, sungguh besar nyalimu!" bentaknya Cee Kong Han, seraya menyambuti serangan Ho kie,

Tiauw Goan Taysu yang saat itu sudah menyusul lantas maju dan berkata dengan suara bengis;

"Dengan berduaan mengerubuti satu orang apa itu perbuatan orang gagah? Marilah kalian mencoba mengadu dengan tulang-tulangku yang sudah bangkotan ini !" Sehabis berkata. lalu mendorong kedua tangannya. dari situ meluncur keluar satu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat.

Hui tun Thian-cun ketawa terkekeh-kekeh bersama Ong Hoa Cu coba menyambuti serangan Tauw Goan Taysu.

Setelah terdengar suara beradunya kekuatan tenaga dalam dari kedua pihak, ketiga orang itu nampak pada mundur satu tindak.

Ong Hoa Cu sambil menenteng tongkatnya yang bentuknya aneh, maju memlbntak:

"Kepala gandul, kematianmu sudah berada didepan mata, apa kau masih berani berlaku ganas?"

Tiauw Goan Taysu dengan kedua rodanya. menyambuti tongkatnya Ong Hoa Cu.

Hui tun Thian cun turut menyerbu, dengan berduaan mengerubuti Tiauw Goan Taysu. Pertempuran berjalan sepuluh jurus lebih. Tiauw Goan Taysu lalu mengeluarkan bentakan keras, sepasang rodanya melesat keluar dari tangannya.

Ong Hoa Cu berdua lantas memencarkan diri, mereka lalu pentang jalannya yang terbuat dari benang baja untuk menjaring Tiauw Goan Taysu.

Roda Tiauw Goan Taysu yang berbentuk jaring telah jatuh ditanah.

Saat itu dari empat penjuru lantas muncul Siang Hong Siang, Bo Pin, Tong Pun Hweeshio Tio Go dan lain-lainnya mengurung Tiauw Goan Taysu.

Tiauw Goan Taysu menampak keadaan demikian. telah menghela napas panjang, lalu berkata pada Gouw Ya Pa dan Ho Kie: "Lolap sudah keluarkan kepandaian dan tenaga, apa mau musuh terlalu kuat, rupa-rupanya agak sukar keluar dari kepungan ini, Biarlah Lolap korbankan jiwa sendiri biar bagaimana juga akan berusaha untuk melindungi sicu keluar dari bahaya!"

"Bagaimana Taysu bisa berkata begitu? Kita bersama- sama mati juga kita bersama-sama !" menjawab Ho Kie.

"Ucapan Ho sicu benar. Kalau begitu biarlah lolap dengan sepasang tangan ini yang membuka jalan, untuk kawanan iblis ini..." berkata Tiauw Goan Taysu sambil anggukkan kepala, Kemudian keluarkan pekikkan nyaring dan gerakkan kedua tangannya, benar saja ia menerjang lebih dulu!

Ho Kie dan Gouw Ya Pa cepat menyerbu untuk menerobos keluar dari kepungan.

Orang-orang Hian Kui kauw jumlahnya semakin  banyak. hingga mereka bertiga terkurung semakin rapat.

Tapi karena Tiauw Goan Taysu bertiga sudah bertekad bulat hendak melawan sampai titik darah penghabisan, maka sedikitpun tidak merasa keder !

Bertempur sudah hampir satu jam lamanya badan Ho Kie bertiga sudah pada terluka. hingga darah membasahi tubuh mereka.

Pertempuran demikian berlangsung terus sampai setengah hari lamanya, Tiauw Goan Taysu sudah membinasakan 5-6 hiucu, di badannya sudah penuh darah. Tapi orang-orang Hian Kui kauw bukan menjadi kurang, bahkan semakin banyak jumlahnya.

Tiauw Goan Taysu lalu berkata sambil menghela napas: "Jika sicu kalau tidak mau dengar perkataan lolap, sekarang aku terkubur bersama-sama

dalam lembah Kui kok. sehingga tidak seorang pun juga yang bisa menyampaikn kabar!"

"Satu laki-laki bisa binasa dimedan perang. juga merupakan satu kehormatan besar. Taysu kita bunuh saja.

..." jawab Ho Kie.

Tapi baru berkata sampai disitu, tiba-tiba terdengar seruan Gouw Ya Pa yang sudah terkena senjata bokornya Tong pun Hweeshio, sehingga badannya sempoyongan.

Tiauw Goan Taysu buru-buru mendekati Gouw Ya Pa untuk memberi perlindungan. tiba-tiba didampingnya ada menyambar angin dingin, ia menyambuti, tangannya telah beradu dengan tangan Bo pin.

Pada saat itu juga, lengan kiri Tiauw Goan Taysu mendadak merasa sakit, agaknva ada hawa dingin yang menyusup masuk terus masuk terus kedalam dada !"

Tiauw Goan Taysu terperanjat, ia buru-buru kerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk menutup jalan darahnya. Dengan demikian ia cuma bisa melayani musuh2nya dengan satu tangan kanan saja.

Tidak antara lama Ho Kie pundaknya juga keserempet senjatanya Hui tun Thian Cun dan ketika menerjang maju kebetulan berpapasan dengan Bo pin.

Bo Pin lantas berkata sambil ketawa dingin.

"Bocah, apa kau masih ingin menuntut balas? Orang she Bo akan suruh kau merasai rasanya Hui sie Biat kut Ciang

!"

Ucapan Bo Pin itu ditutup dengan satu serangan yang dinamakan Hui sie Biat kut-ciang itu. Ho Kie terpaksa menyambuti dengan kedua tangannya. Ketika tangan mereka beradu, bau amis lantas menusuk hidung Ho Kie. ia lantas merasa seperti ada hawa dingin menyerbu kedalam badannja, kepalanya pujeng, sehingga mundur sempoyongan.

Siang Hong Siang yang menampak keadaan demikian, senjatanya lantas meluncur keluar dari tangannya mengarah geper Ho Kie.

Tiauw Goan Taysu menampak Ho Kie seperti orang bingung, bukan main kagetnya. lalu menyambar senjata pecutnya Gouw Ya Pa, kemudian disambitkan menyambuti serangan Siang Hong Siang.

Tatkala kedua senjata itu beradu, kedua duanya lantas jatuh ditanah.

Saat itu mendadak terdengar suara bentakan nyaring halus, "Kaucu ada perintah, semua berhenti bertempur !"

Hui-tun Thian cun yang mendengar itu, terpaksa urungkan maksudnya ketika ia berpaling, lantas dapat lihat Jie Peng berdiri diatas genteng sambil membawa lengkie (bendera perintah).

Orang-orang Hian kui-kauw yang melihat Leng kie itu lantas pada berhenti dan bergerak mundur.

Bo Pin lantas maju dan bertanya sambil menyoja:

"Nona Peng, bukankah kau sedang tak enak badan? Mengapa tidak mengaso dikamar, sebaliknya datang kemari menyampaikan perintah ?"

"Kaucu ada perintah, supaya mengantar keluar Ho Siaohiap bertiga dari lembah Kui-kok siapa saja dilarang merintangi, barang siapa yang melanggar perintah ini akan mendapat hukuman berat," jawab Jie Peng sambil ketawa hambar.

Semua orang yang mendengar itu pada saling memandang.

Ho Pin agaknya tidak percaya tapi ia tidak berani mengutarakan hanya serunya: "Benarkah Kauwcu ada perintah mengeluarkan mereka bertiga dari lembah ini?"

"Bo Tongcu, ucapanku mungkin bisa bohong, tapi apakah lengkie ini juga palsu?"

Bo Pin merah wajahnya. tapi ia masih merasa sangsi. Maka diam-diam memberi isyarat kepada salah satu hiocu supaya berlaku dengan diam-diam untuk mencari keterangan pasti, kemudian ia berkata pula sambil ketawa:

"Kalau benar nona Jie ada membawa perintah kaucu, sudah tentu Kita akan turut," Sehabis berkata, ia lantas ulapkan tangannya, hingga orang-orang yang mengurung Ho Kie bertiga lantas membuka jalan.

Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan orang-orangnya Hian kui kauw benar saja lantas pada mundur, lalu ajak Gouw Ya Pa berlalu.

Gouw Ya Pa meski tolol. tapi dalam saat bahaya masih ingat sahabatnya. Ketika hendak berlalu ia masih ingat dirinya Ho Kie yang dalam keadaan pingsan. Ia lantas gendong sahabatnya itu, lalu berjalan dengan tindakan lebar.

Jalan belum berapa jauh tiba-tiba dibelakangnya ada suara orang berkata, "Taysu harap suka tunggu sebentar!"

Tiauw Goan Taysu hentikan tindakannya, ia dapat lihat bahwa orang yang menyusul itu ternyata Jie Peng adanya, Karena belum tahu apa maksudnya, paderi itu diam-diam sudah waspada.

Jie Peng menyaksikan Tiauw Goan Taysu masih bersangsi. ia tahu bahwa paderi itu ternyata salah faham, maka lalu berkata padanya,

"Taysu jangan bingung, aku datang ada membawa obat buat Ho Siaohiap." Ia lalu mengeluarkan dua botol kecil dan diberikan kepada Tiauw Goan Taysu.

Setelah menyambuti obat itu, Tiauw Goan Taysu sudah hendak berlalu lagi.

"Taysu tunggu dulu aku hendak bicara." Jie Peng berkata pula dengan cemas.

"Harap Li sicu lekas sedikit, pinceng tidak bisa tunggu lama-lama!"

"Obat dalam botol itu ada obat pemunah racun khusus bikinan kami, sebetulnya sangat berbisa, maka hanya khusus untuk menyembuhkan orang yang kena serangan Hu sie Biat kut ciang. Kalau digunakan buat penyakit lainnya, bukan saja tidak berhasil. bahkan sangat membahayakan jiwanya. Dan lagi kalian hendak keluar  dari depan ada sangat sukar karena disana telah terjaga ketat. Tapi dibelakang kosong. "

Jie Peng selagi masih bicara mendadak bernenti, kemudian berkata pula dengan perasaan gelisah,

"Mereka sudah mengejar lagi, lekas ikut aku."

iauw Goan Taysu pasang telinga, benar saja ada suara riuh. yang makin lama makin dekat. maka lantas menarik tangan Gouw Ya Pa, mengikuti jejaknya Jie Peng lari kebelakang lembah. Bo Pin sebetulnya mencurigai perbuatan Jie Peng, tapi takut kepada Lengkie, ia tidak berani merintangi berlalunya Tiau Goan Taysu bertiga.

Pada saat itu mendadak orang yang disuruh oleh Bo Pin sudah balik sambil berseru, "Bo Tongcu, celaka. perintah norn Jie Peng tadi adalah palsu, lengkie juga ia dapat mencuri. Kaucu kini sedang gusar, perintahkan kita supaya lekas kejar mereka !"

Bo Pin sangan gusar, ia segera perintahkan semua orang2 Hian kui kauw mengejar serta menjaga semua tempat, jangan sampai mereka lolos. Sedang ia sendiri bersama dua dua hiocu lari mengejar kebagian belakang.

Jie Peng yang memimpin Tiaow Goan Taysu bertiga, ketika tiba dibelakang lembah telah dapat lihat ada empat anak buah Hian kui kauw yang menjaga.

Jie Peng memberi isyarat kepada Tiauw Goan Taysu, paderi tua itu mengerti, lalu kerahkan kekuatan tenaga dalamnya. sebentar kemudian sambaran angin hebat menyerang pada empat orang itu.

Kasihan bagi mereka yang belum tahu apa yang sedang terjadi. tahu-tahu sudah dibikin terpental oleh serangan Tiauw Goan Taysu bersama Jie Peng sampai empat tombak jauhnya dan lantas binasa seketika itu juga.

Menampak empat orang itu sudah binasa. Jie Peng buru- buru berkata:

"Mereka segera akan mengejar kalau terlambat barangkali sulit keluar dari lembah ini. Tolong Taysu lindungi Ho Siaohiap berlalu dari sini, Biarlah disini aku yang merintangi mereka."

Tiauw Goan Taysu memandang Jie Peng sejenak, lalu menjawab. "Bagaimana nona bisa berkata demkian? Menolong Ho sicu adalah kewajiban lolap, kalau nona berada disini sendiri, lolap merasa tidak enak, mengapa tidak bersama lolap keluar dari lembah kui kok ini, kemudian kita mencari daya upaya lagi!"

"Taysu tidak boleh berdiam disini terlalu lama, kalau terlambat sedikit, barangkali tidak bisa keluar lagi. Aku memang aaa orang Hian kui kauw. mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap diriku. Aku cuma ada sedikit perkataan, tolong Taysu sampaikan kepada Ho Siaohiap, katakanlah saja bahwa aku Jie Peng yang bernasib malang akan menantikan padanya di lembah Kui kok. "

Belum habis perkataannya, Jie Peng sudah menangis sedih sekali.

Sesaat itu, suara riuh sudah semakin dekat, maka Jie Peng lantas mendesak Tiauw Goan Taysu supaya lekas berlalu.

Ketika Bo Pin bersama orang-orang Hian kui kauw tiba disitu, Tiauw Goan Taysu bertiga sudah berada enam tombak lebih dari lembah kui kok, maka terpaksa ia balik ke Kui kok untuk memberi laporan.

Setelah berada jauh dari Kui kok dan melihat sudah tidak ada orang mengejar. Tiauw Goan Taysu baru bisa  bernapas. Tapi ketika menampak Ho Kie Keadaannya sangat payah, lantas berkata kepada Gouw Ya Pa;

"Gouw sicu, aku lihat Ho sicu lukanya sangat parah, mari kita mencari tempat untuk menolongi Ho sicu lebih dulu."

Gouw Ya Pa mendengar perkataan Tiauw Goan Taysu, baru ingat kalau Ho Kie masih pingsan, maka lantas menjawab: "Aku tidak mempunyai pikiran apa-apa. asal bisa menolong jiwanya saudara Ho, bagaimana saja kehendak Taysu, aku menurut."

Tidak antara lama, mereka menemukan sebuah kuil tua yang sudah rusak keadaannya, mungkin sudah banyak tahun tidak pernah ada orang menempati.

Tiauw Goan Taysu tidak mau ambil perduli, ia buru2 menbersihkan meja bekas sembahyang, lalu letakkan diri Ho Kie diatasnya, ia suruh Gouw Ya Pa yang menjaga sedang ia sendiri pergi mencari air.

Setelah kembali dengan air, ia lantas keluarkan obat pemberian Jie Peng, kemudian dimasukkan kedalam mulutnya Ho Kie.

Gouw Ya Pa menampak Ho Kie yang sudah minum obat, tapi masih saja belum segar hatinya sangat gelisah. Sebentar duduk sebentar bangun dan sebentar berjalan mondar-mandir sambil menghela napas.

Sebentar lagi mendadak perutnya Ho Kie terdengar keruyukan, baru saja Gouw Ya Pa hendak melihat apa yang terjadi, Ho Kie sudah menyemburkan air warna hitam darinya, air itu berbau busuk. Sebentar kemudian dari lubang pantatnya juga mengeluarknn air yang serupa.

Muntah dan berak air hitam berbau busuk itu kira-kira satu jam lamanya baru berhenti.

Kasihan bagi Gouw Ya Pa yang hendak membela kawannya, dengan tanpa merasa jijik, ia membersihkan semua kotoran yang ada dibadan dan pakaian Ho Kie, kemudian diganti dengan pakaian baru Setelah semua selesai, ia baru duduk disampingnya. Tapi, Ho Kie meski sudah muntah-muntah dan berak- berak begitu banyak, namun masih belum mendusin, bahkan tidur pulas.

Saat itu cuaca sudah gelap, Tiauw Goan Taysu telah selesai bersemedi, sedang Gouw

Ya Pa baru meram hendak tidur

Mendadak terdengar Ho Kie menjerit, "Aduh mati aku!"

Gouw Ya Pa yang baru saja pejamkan matanya mendadak kaget dan lantas menghampiri dan bertanya:

"Saudara Ho, apa kau sudah baikan ?"

Ho Kie membuka mata memandang keadaan sekitarnya. Ia telah dapatkan dirinya berada didalam kuil tua, disampingnya ada Gouw Ya Pa dan Tiauw Goan Taysu. Ia merasa heran maka lantas bertanya pada Gouw Ya Pa:

"Gouw Toako. bagaimana kita bisa berada disini. Dimana orang-orang yang lainnya?" Ia hendak bangun, tapi baru saja badannya bergerak, ia sudah pingsan lagi.

Ilmu Hui se Biat kut-ciang, ciptaan Cian tok Jin mo benar-benar lihay, Ho Kie meski sudah makan obat dan mengeluarkan banyak racun, tapi kekuatannya belum bisa lantas pulih.

Gouw Ya Pa yang menyaksikan keadaan demikian, sudah ketakutan setengah mati. sehingga menangis menggerung-gerung seperti anak kecil.

Tiauw Goan Taysu terkejut, ia buru-buru memeriksa keadaan Ho Kie, ternyata Ho Kie cuma tidur, tidak ada halangan apa-apa maka lantas berkata kepada Gouw Ya Pa:

"Gouw sicu, harap sedikit tenang, Ho-sicu yang terluka karena serangan ilmu Hui- se Biat kut ciang, barusan sudah muntah2   dan   berak,   sehingga   tenaganya   keluat terlalu banyak. untuk sementara tenaganya belum bisa pulih kembali. Tidak ada bahaya apa-apa, kau boleh tak usah kuatir,"

Gouw Ya Pa masih belum mau percaya, tapi ketika melihat wajah Ho Kie perlahan-lahan berubah merah, ia baru merasa lega.

Kira-kira setengah jam Ho Kie telah siuman lagi, ia coba gerakkan badannya ternyata sudah tidak terasa sakit maka lantas duduk.

Gouw Ya Pa nampak sahabatnya sudah sembuh, lalu menceritakan bagaimana ia telah terluka dan bagaimana sudah terlolos dari Lembah Kui kok.

Ho Kie buru2 menghampiri Tiauw Goan Taysu ia berlutut seraya berkata, "Terima kasih atas pertolongan Taysu, selama Ho Kie masih hidup budi ini tidak akan Ho Kie lupakan."

Tiauw Goan Taysu buru2 pimpin bangun Ho Kie, ia menjawab:

"Lolap terhadap Ho sicu tidak melepas budi apa-apa, hanya anak perempuannya Jie Hui, nona Jie Peng ia sudah keluarkan banyak tenaga untuk memberi sicu Budi. kecintaan nona itu kepada sicu benar-benar sungguh besar sekali."

Paderi itu lalu menceritakan bagaimana Jie peng dengan tidak menghiraukan segala bahaya sudah memerlukan mengantar obat.

Setelah berhenti sejenak. Tiauw Goan Taysu melanjutkan perkataannya:

"Gadis itu sungguh mulia hatinya tidak boleh disamakan dengan orang-orang Hian kui kauw lainnya. Kali ini barang kali akan menanggung dosa atas perbuatannya yang sudah mengkhianati ayahnya dan perguruannya. mungkin agak sukar terhindar dari bahaya. Maka dikemudian hari Ho Sicu harus baik-baik perlakukan padanya."

Ho Kie tundukkan kepala tidak menjawab, sedang hatinya berpikir Jie Peng ada begitu cinta terhadap diriku, beberapa kali ia telah turun tangan menolong, tanpa menghiraukan bahaya apa yang menimpa dirinya sendiri. Jika di ingat bagaimana kejamnya orang-orang Hian kui kauw. barangkali jiwanya kini ada terancam bahaya.

Tapi, ia sendiri sekarang keadaannya masih lemah sekalipun hati ingin menolong si nona, percuma saja tidak mempunyai kemampuan.

Ho Kie ada seorang yang berbudi luhur serta penuh cinta, terhadap kecintaannya Jie Peng, bagaimana ia tidak tahu. Maka akan ia ingat itu semua, air matanya lantas mengalir turun.

Tiauw Goan Taysu lantas menghibur padanya.

"Ho sicu harus pentingkan kesehatan sendiri, kita tidak boleh meneruti perasaan hati. Soal membalas budi masih ada banyak waktu."

"Aih! Lantaran urusanku seorang, dari sembilan partay sudah ada delapan yang kehilangan ketuanya didalam lembah kui kok." jawab Ho Kie sambil menghela napas.

Gouw Ya Pa yang mendengarkan lalu nyeletuk: "Saudara Ho, perkatannmu ini salah, kau harus tahu

bahwa mereka telah datang karena takut tanda pusaka Kiu hoan leng hal ini tidak bisa menyalahkan kau." "Tapi bagaimara dengan nona Jie Peng? Apa sebabnya ia membela aku? Pendak kata aku Ho Kie meski binasa masih belum mampu membalas budinya!" kata Ho Kie.

"Saudaraku yang baik, jangan sekali-sekali kita berbicara tenang kematian. Apa yang kau ucapkan tadi sebetulnya sangat mudah dibereskn. Tunggu kalau lukamu sudah sembuh betul, kita pergi kepuncak gunung Sin-heng, minta kepada Dit cie Sin liong locianpwee supaya mau mengajari ilmu silat yang ada didalam kitab bagian pertama. Lalu kita balik lagi ke lembah Kui kok. bunuh habis semua orang Hian kui kauw dan tolong diri nona Jie Peng, kemudian kawin padanya. Bukankah sudah beres ?"

Ho Kie selagi hendak berkata. tiba-tiba terdengar suara orang ketawa kemudian disusul oleh munculnya dua orang didalam kuil tua.

Tiauw Goan Taysu mengira ada orang-orangnya Hian kui kauw yang datnng hendak menantikan mereka, maka bersama Ho Kie dan Gouw Ya Pa, hampir dalam saat berbareng telah melancarkan satu serangan yang hebat.

Tapi kedua orang itu tidak menyingkir atau berkelit, bahkan maju menghampiri mereka dengan kecepatan bagaikan kilat. sudah menyekal pergelangen tangan Tiauw Goan Taysu kemudian berkata dengan suara perlahan,

"Taysu jangan kaget. akulah yang datang." Sehabis berkata lantas keluarkan ketawanya bergelak-gelak.

Ketika ketiga orang itu menegasi lantas pada berdiri melongo.

Oo0dw0ooO

KIRANYA ORANG YANG menyekal tangan Tiauw Goan Taysu tadi adalah seorang tua yang berambut putih. tapi mukannya masih kelihatan merah segar. Orang tua itu memakai pakaian ringkas warna kelabu, alisnya jang putih meletak itu panjang sekali hingga hampir menutupi matanya. Tongkat kanannya lebih panjang dari pada tangan kirinya. Dengan mata yang tajam ia mengawasi ketiga orang didepannya.

Ketiga orang itu tidak kenal pada orang tua yang baru datang itu. Selagi mereka masih pada merasa keheran- heranan, dibelakang orang tua itu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa:

Gouw Ya Pa yang adatnya tolol beranggasan tidak memikirkan apa yang akan terjadi, sudah lantas lompat mau menghajar orang yang ketawa barusan. Tapi. . . ketika melihat siapa orangnya ia bengong sejenak, kemudian berseru:

"Saudara Ho, apakah orang ini bukannya nona Lim Kheng yang kau pikiri siang hari malam?"

Pada saat itu. Ho Kie baru bisa melihat tegas bahwa orang tua itu memang bukan lain

Lim Kheng adanya, dengan girang ia lantas berseru: "No. "

Lim Kheng tidak menantikan Ho Kie melanjutkan pertanyaannya, dengan wajah merah jengah ia menegur:

"Saudara Ho Kie, kau bagaimana sih !"

Ho Kie mengerti, maka ia lantas merubah perkataannya. "Lim. Lim Hiantee, apa selama ini

kau ada baik?"

Lim Kheng lalu menjawab sambil kedipkan matanya: "Apa saudara Ho juga baik-baik saja ?" Ho Kie menanya pula sambil menunjuk si orang tua beralis putih: "Cianpwee ini apakah. "

Dengan  cepat  Lim  Kheng  menjawab, "Oh, ia. Aku

belum perkenalkan kepada kalian. Ini adalah suhuku."

Ia lalu menunjuk, Ho Kie dan berkata kepada suhunya. "Ini adalah Ho Siaohiap, Ho Kie."

Ho Kie juga diperkenalkan Tiauw Goan Taysu dan Gouw Ya Pa kepada Cit-cie Sin ong. Orang tua itu lalu berkata;

"Aku siorang tua pernah mendengar Kheng-jie berkata bahwa kau ingin pergi ke Kui kok untuk menuntut balas sakit hati ayahmu. Sayang aku datang terlambat, sampai Taysu sekalian mengalami kesulitan. Harap Taysu dapat memaafkan." Kemudian ia berkata kepada Ho Kie, "Kau sungguh sangat berani. Dengan seorang diri berani menerjang Kui kok, benar-benar nyalimu tidak dapat dibandingkan dengan orang biasa, cuma. "

Ho Kie tidak menantikan orang tua itu berkata sampai habis, ia segera memotong:

"Boanpwa bukan tidak tahu akan kekuatan diri sendiri, karena Cian-tok Jin Mo itu dengan Boanpwee mempunyai permusuhan yang sangat dalam. Boanpwee juga tahu bahwa diri sendiri tidak bisa menandingi dia, tapi Boanpwee baru merasa puas jika sudah menyerbu Kui kok sekalipun harus mengorbankan jiwa."

"Apa dengan tindakanmu ini tidak menyia-nyiakan harapan dari ayahmu dialam baka?"

Ho Kie tidak bisa menjawab, ia berdiri sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba ia ingat kembali akan kematian ayah dan suhunya maka dengan tidak terasa lagi air matanya mengalir deras.

Cit cie Sin ong melihat keadaan yang mengharukan demikian, lalu menghela napas berulang-ulang. kemudian berkata pula,

"Urusan sudah menjadi begini, sebaiknya tidak perlu menyalahkan kau, Lohu yang masih bertetangga dengan suhumu dan dengan Kheng-jie kau juga bersahabat, biarlah aku sekarang menbantukan supaya kau dapat mencapai maksudmu. Semua pelajaran terdapat dalam Hian kui pit kip bagian pertama lohu akan ajarkan kepadamu."

Tetapi Ho Kie lantas menjawab:

"Maaf Locianpwee, suhu boanpwee Toan-theng Lojin, sebelum menutup mata telah memerintahkan boanpwee menyelesaikan satu urasan besar. Sampai kini  belum sempat Boanpwee melaksanakan, maka andaikata Boanpwce turut locianpwee ke Sin-hong, rasanya tidak tidak mempunyai hati untuk belajar, oleh karenanya mungkin akan mengecewakan jerih payah boanpwe. Tentang pelajaran ilmu silat itu, terpaksa boanpwe akan terima setelah boanpwe kembali dari Lam hay."

"Aiyaa, kau sungguh berbakti. Toan-theng Lojin yang mempunvai murid seperti kau ini, aku percaya arwahnya dialam baka tentu merasa puas," kata Cit cie Sin ong sambil menghela napas.

Ho Kie lalu berkata kepada Gouw Ya Pa: "Gouw-toako, kau boleh temani taysu ikut Cit cie Locianpwe pergi ke puncak gunung Sin hong untuk berdiam sementara waktu lamanya. Kalau nanti aku berdiam sementara lamanya. Kalau nanti aku sudah kembali dari Lam hay, nanti aku akan mencari kau lagi. " Tetapi Gouw Ya Pa lantas menjawab sambil menggoyang-goyangkan tangannya:

"Tidak bisa, tidak bisa kau mau suruh aku tinggal seorang diri, aku tidak mau. Kemana saja kau pergi aku mau ikut. Sekali pun kau pergi mati, aku juga mau turut terus..."

Lim Kheng mendengar ucapan orang tolol itu yang mengoceh tidak keruan, lantas membentak!

Gouw Ya Pa mendelikkan matanya dan berkata dengan suara gusar:

"Ada urusan apa dengan kau lelaki palsu? Saudara Ho adalah sahabat karib. Aku boleh sesuka hati mengucapkan apa saja, ada hubungan apa dengan kau ?"

Perkataan Gouw Ya Pa ini membuat Lim Kheng malu dan gusar, maka ia jadi sengit dan menyerang.

Gouw Ya Pa yang diserang Lim Kheng. jatuh jungkir balik dan membentur tembok, tetapi Gouw Ya Pa segera lompat bangun lagi dan berkata pula dengan suara gusar:

"Kau berani-berani permainkan aku? Apa kau kira Gouw Toayamu takut padamu?" Cepat-cepat ia mencabut pecutnya lalu dengan senjata ini ia menantang Lin Kheng berkelahi.

Ho Kie yang menyaksikan keadaan demikian lalu menarik tangan Gouw Ya Pa.

"Gouw Toako," katanya. "Kau benar-benar keterlaluan. Sedikit-sedikit hendak marah. Masih banyak urusan yang harus kita selesaikan dan nona Lim ini tokh tidak mengatakan apa-apa kepadamu, buat apa kau jadi gusar serupa ini ?" Tetapi Gouw Ya Pa yang hatinya masih mendongkol, lantas menjawab: "Kenapa dia maki-maki orang, aku Gouw Ya Pa tokh bukan anak kemarin sore ?"

Ho Kie sudah mengetahui, memang begitu tolol adatnya sahabatnya ini, maka hanya bisa gelengkan kepala sermbari berkata,

"Sudah, sudah. Aku ajak kau jalan sama-sama, jangan ribut-ribut lagi dengan nona Lim."

Gouw Ya Pa baru kegirangan, lalu simpan kembali senjatanya.

Lim Kheng yang masih mendongkol, lalu menarik tangan suhunya sambil berkata: "Suhu, mari kita pergi. Kelihatannya mereka tidak bisa ikut kita."

Tapi Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil tersenyum: "Kheng-jie. kau jangan marah dulu. Bocahh she Gouw

itu tidak jahat, cuma adatnya agak kasar, lagi pula tolol."

"Suhu masih mengatakan dia tidak jahat. tadi dia memaki Kheng-jie begitu rupa, nanti Kheng-jie akan hajar mulutnya sampai giginya rontok."

"Kheng-jie jangan membawa adatmu sendiri, kalau kau tidak mau dengar perkataan suhumu, nanti suhumu tidak sayang lagi padamu."

Lim Kheng justru paling takut kalau tidak disayang oleh Suhunya maka ketika mendengar ancaman suhunya itu lantas diam.

Cit cie Sin ong lalu berkata kepada Ho Kie.

"Begitu juga baik, kalau kau sudah kembali dari Lam hay, lekas datang ke puncak gunung Sin hong mencari aku, jangan membuang-buang waktu." Sehabis berkata begitu, bersama Tiauw Goan Taysu dan Lim Kheng meninggalkan kuil tua itu.

Beberapa lama kemudian Ho Kie bersama Gouw Ya Pa juga berangkat menuju ke Lam-hay.

Hari itu mereka tiba disatu kota dipantai laut. Kota itu sangat ramai. tapi Ho Kie tidak mempunyai kegembiraan menikmati keramaian kota, ia hanya mencari rumah penginapan untuk bermalam.

Esok paginya setelah menanyakan kepada pelayan rumah penginapan tentang jalanan yang menuju ke Lam hay, lantas berlalu. Tiba-tiba dibelakangnya ada orang yang memanggil:

"Ho Siaohiap, apakah kau hendak ke Lam-hay ?"

Ho Kie terperanjat, mengapa ada orang yang tahu kalau ia hendak ke Lam hay? Ketika ia berpaling ternyata orang yang menegur padanya itu adalah Auw yang Khia.

"Auw yang Cianpwce, mengapa kau juga berada disini ?" ia balik bertanya.

"Aku barusan tanya kau, sekarang sebaliknya kau yang tanya aku. Sungguh bagus sekali perbuatan kalian, kabur keluar dari Kui-kok meninggalkan aku sendirian disana. hampir saja tulang-tulangku yang bangkotan ini hancur dilembah Kui kok."

Ho Kie tidak bisa menjawab, mukanya merah seketika. "Kau.jangan kesal dulu." Auw Yang Khia berkata pula.

"Masih ada soal yang mengenaskan, aku nanti beritahukan kepadamu. Hmm, asal kau jangan gelisah."

"Auw Yang Cianpwee,..soal apakah ini?" Ho Kie bertanya. Auw Yang Khia lalu menceritakan bagaimana Jie Peng telah berhasil mencuri Leng-ki dan kemudian mengeluarkan perintah palsu untuk menolong Ho Kie dan kawan- kawannya keluar dari Kui kok. Setelah Ho Kie dan kawan- kawannya berlalu Cian-tok Jien mo lalu mengejar sendiri, tapi tidak berhasil menyandak diri mereka. Dalam gusarnya, ia lantas tangkap Jie Peng dan dimasukkan kedalam penjara.

Ho Kie yang mendengar berita itu lantas naik darah. Tapi ia tahu bahwa saat itu meskipun ia kembali ke kui kok juga tidak ada gunanya, bahkan akan mengantar jiwa saja. Maka lalu berkata kepada Auwyang Khia :

"Lo Cianpwee, kita sekarang hendak mencari perahu itu untuk ke Lam hay. Loo-cianpwee hendak kemana silahkan

!"

Tapi Auw yang Khia lantas menjawab sambil tertawa: "Ho Siaohiap, aku juga akan ke Lam-hay."

"Apa ? Kau juga akan ke Lam-hay?" Ho Kie melengak. "Aku bahkan sudah menyediakan perahu untuk kalian."

Ho Kie memandang Auw Yang Khia dengan sorot matanya penuh keheranan.

"Apa kau tidak percava? Baiklah aku beritahukan padamu. Setelah aku kabur dari Kui kok, aku terus mengikuti jejakmu. Tadi malam ketika kau dan Gouw Ya Pa menumpang dirumah penginapan, aku lantas pergi kepantai menyewa satu perahu besar, untuk kita pakai belayar hari ini. Sekarang kau tentunya akan percaya ucapanku!"

Ho Kie sangat girang. berulang-ulang ia berkata: "Locianpwee kau begitu baik terhadap aku, sungguh aku tidak tahu harus bagaimana aku membalas budimu ini."

"Kita berkenalan bukan satu hari saja, apaka perlu bicara tentang budi? Mari kita jangan menyia-nyiakan waktu lagi kita segera berangkat."

Bertiga lalu naik perahu yang sudah disewa oleh Auw Yang Khia lalu belayar.

Dalam perjalanan di atas air itu. Auw-yang Khia dengan duduk dibagian kepala perahu sambil menenggak arak sepuas-puasnya.

Ketika sang malam tiba, Auw Yang Khia masih saja belum mau masuk kedalam, nampaknya ia sudah mulai mabuk.

Saat itu mendadak geledek berbunyi kemudian disusul oleh jatuhnya badai dan angin puyuh.

Tapi, Auw Yang Khia tetap enak-enakan minum arak, tidak perdulikan datangnya hujan dan angin, seolah-olah itu semua tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan dirinya.

Hujan dan angin makin lama makin lebat. Tukang perahu berusaha sebisa-bisanya untuk menahan perahunya jangan sampai terkena oleh ombak tapi nampaknya tidak berhasil. Setelan keadaan sudah sangat berbahaya sekali. tukang perahu lantas memanggil Ho Kie supaya ekas ajak Auw-yang Khia masuk kedalam.

Ho Kie nampak orang tua itu sudah basah kuyup dengan air hujan, tapi nampaknya masih tidak ambil perduli, ia masih enak-enak minum araknya. Terpaksa Ho Kie pondong padanya dan setelah berada didalam, lalu disuruh tukar pakaiannya. Mendadak seperti ada benda keras menimpa badan perahu, kemudian disusul oleh suara tukang perahu yang memberikan peringatan. "Tuan-tuan...hati-hati...!"

Tapi kemudian perahu itu lantas disapu oleh badai, setelah terdengar suara jeritannya tukang perahu, badan perahu itu lantas hancur berkeping-keping.

Ho Kie hendak menolong kedua kawannya tapi sudah tidak keburu, maka lantas menyambar sepotong kayu yang mengembang diatas air.

Meski mengamuknya badai itu tidak lama, tapi sudah tidak dapat menolong nasibnya tukang perahu itu.

Ho Kie seorang diri terumbang ambing sambil peluki sepotong kayu dalam keadaan setengah pingsan. Tidak tahu sudah berapa lama sang waktu sudah berlalu tahu-tahu sinar matahari sudah kelihatan disebelah timur.

Tatkala ia mendusin dan membuka matanya, ia telah dapatkan dirinya sudah menggelatak di pantai.

Ia tahu saat itu ia masih belum aman.

Ia ingin berduduk, tapi ketika menggerakkan tangannya ia merasa tidak bertenaga. Bahkan

seperti terikat oleh tambang lemas.

Ia merasakan mulutnya kering dengan susah payah ia baru keluarkan perkataannya: "Air, aku mau minum !"

Lapat-lapat ia seperti mendengar suara orang berkata: "Hati2, dia sudah mendusin."

Ia lantas merasa ada setetes air masuk ditenggorokannya.

Air dingin itu telah membuat Ho Kie sadar benar-benar.

Ia telah dapat kenyataan bahwa disekitarnya ada enam atau tujuh orang wanita muda dalam pakaian setengah telanjang. Rambutnya yang panjang dan hitam, kelihatan terurai melambai-lambai. Mendadak ia mendengar orang berkata:

"Kalian gotong orang ini dan bawa kedalam rumahku."

Ramai terdengar suara orang banyak, Ho Kie mendapatkan dirinya diletakkan diatas sepotong papan, tapi tidak begitu keras seperti papan biasanya.

Ho Kie tidak merontak, ia membiarkan dirinya digotong.

Tak antara lama, Ho Kie sudah digotong masuk kedalam sebuah kamar, ia lalu diletakkan diatas sebuah pembaringan yang empuk. Bau harum lantas menusuk hidungnya, ia merasakan sangat segar.

Sekarang ia sudah sadar benar-benar, diam-diam telah mengeluh.

Apa maksudnya kawanan wanita itu membawa dirinya kedalam kamar itu? Bau harum tadi sangat mencurigakan hatinya, entah apa namanya tempat ini? Dan sahabat Gouw Ya Pa serta Auw yang Khia apakah sudah mati tertelan oleh ombak? Apa yang mengherankan, ialah kenapa tidak tertampak barang satu orang laki-laki? Apakah itu suatu pulau kaum hawa seperti apa yang pernah ia dengar dari cerita orang? Kalau demikian halnya, ini sesungguhnya akan menyulitkan dirinya.

Pikiran Ho Kie tidak keruan.. ..

Tiba-tiba terdengar suara wanita yang dipinggir pantai tadi:

"Melihat sikap kalian, tidak beda seperti kucing menemukan tikus. Orang tokh sudah dibawa masuk, perlu apa kalian berdiri disini?"

Sebetulnya beberapa wanita itu sedang pada berebutan menonton diri Ho Kie. Mereka nampak ramai membicarakan diri Ho Kie, meski keadaan mereka setengah telanjang, tapi nampaknya tidak malu. Ketika mendengar perkataan tadi. agaknya mereka merasa takut maka lantas pada berlalu.

Kembali terdengar suara itu lagi.

"Kalian jangan cuma memikirkan baiknya saja, kalau yang satunya itu nanti sampai mendapat kesempatan meloloskan diri, hati-hati dengan tulang-tulangmu."

Ho Kie terperanjat, dalam hatinya berpikir, dalam mulut mereka yang dikatakan yang satu tadi entah siapa orangnya? Gouw Ya Pa ataukah Auw yang Khia? Rasanya dua-duanya tidak mungkin, karena ketika perahu yang ditumpangi tadi malam telah hancur, ia masih ingat benar bahwa Gouw Ya Pa masih tidur menggeros, sedang Auw- yang Khia masih dalam keadaan mabuk, bagaimana bisa ingat dirinya?

Selagi Ho Kie memikirkan perkatan-perkataannya wanita tadi, tiba-tiba seorang dengan suara kasar berkata:

"Hai! Kau sudah mendusin atau belum? Bagaimana enak-enakan tidur saja? Kita disini bukan rumah penginapan, lho?"

Ho Kie tidak tahu suara kasar itu ditujukan kepada siapa, ia lantas bangun dan duduk, melihat kearah bicara orang tadi. Tapi ketika ia menampak keadaan orang itu, wajahnya merah seketika, hatinya berdebaran, buru-buru tundukan kepalanja.

Kiranya orang yang suaranya kasar itu juga seorang wanita. Alisnya tebal, matanya lebar, badannya gemuk dan kulitnya hitam persis seperti tong leger, rambutnya mengurai panjang sampai dikibulnya. Seperti juga yang lainnya, wanita ini juga dalam keadaan telanjang. Sambil pentang lebar sepasang matanya yang gede, terus mengawasi diri Ho Kie.

Wanita itu ketika melihat Ho Kie duduk dan lantas tundukan kepala serta tidak bicara apa-apa, bahkan memandang saja tidak berani, mendadak menjadi marah.

Dengan suara yang keras dan kasar ia berkata pula: "Bocah! nonamu sedang bicara dengan kau, kau dengar

apa tidak? Mengapa kau tidak menggubris?"

Ho Kie masih tidak berani angkat kepala hanya gerakan sedikit badannya lantas menjawab:

"Nona ada disini, aku merasa kurang leluasa. Harap nona keluar dulu, aku baru menjawab pertanyaan nona."

Wanita itu ketawa geli. "Kau hendak berbuat apa suruh aku keluar? Apa hendak kabur ?"

"Nona jangan salah mengerti, aku sekali pun ada mempunyai pikiran itu, ditempat yang masih asing ini, sekalipun ada sayap juga lidak bisa terbang. Harap nona jangan kuatir."

"Kalau begitu apa sebabnya?"

"Tidak apa-apa, cuma kalau nona ada disini aku merasa tidak leluasa saja."

"Apa yang tidak leluasa? Tocu kita suruh aku bawa kau kekamar penjara untuk diperiksa, Perlu apa bicara leluasa atau tidak ?"

Ho Kie menampak wanita itu ngotot membawa caranya sendiri, dalam hati merasa mendongkol, maka lantas berkata dengan sengit:

"Aku maksudkan, kau tidak memakai pakaian, aku tidak enak melihat kau, kau sudah mengerti atau tidak !" Tapi wanita itu malah ketawa terkekeh-kekeh.

"Kau ini sungguh keterlaluan." katanya dengan terang- terang, "kuberitahukan padamu, pulau kami ini semua penduduknya adalah kaum wanita, tidak pernah melihat orang lelaki. Kedatangan kalian berdua adalah untuk pertama kalinya ini. Kami sejak kanak-kanak sudah biasa dalam keadaan begini, apa yang tidak enak atau leluasa ?"

Ho Kie yang mendengar keterangan wanita itu, merasa setengah percaya dan setengah tidak, dalam hatinya  berpikir tapi barusan ketika berada dipantai, sebetulnya memang tidak pernah melihat ada satu orang laki-laki kalau tidak bagaimana mereka bisa tidak kenal malu seperti ini?

Memikir sampai disitu, Ho Kie cuma bisa gelengkan kepala dan lantas turun dari pembaringan. Sebentar lagi tiba-tiba ia sudah diserbu oleh 5-6 orang yang membawa pergi dirinya.

Ho Kie coba memberontak, tapi badannya merasa lemas tak bertenaga maka terpaksa mudah dibawa oleh mereka.

Sebentar kemudian Ho Kie telah tiba disatu ruangan besar, ia didudukan diatas sebuah kursi, wanita wanita yang membawa dirinya itu lantas pada berlalu.

Ruangan itu dihiasi sangat mewah, terutama gambar- gambar yang tergantuhg didinding, semua merupakan buah tangannya ahli seni lukis yang terkenal. Dibawah digelari permadani hijau muda, begitu pula semua meja dan kursinya juga berwarna hijau muda. Selain dari itu, dalam ruangan itu ada tersiar bau harum menyegarkan semangat.

Ditengah tengah ruangan, diatasnya sebuah kursi besar, ada duduk seorang wanita muda berusia kira-kira dua puluh tahun, sedang mengawasi padanya sambil bersenyum. Wanita itu berbeda dengan yang lain ia mengenakan pakaian sutera putih, alisnya lentik. bibirnya kecil merah, matanya hitam jeli cantik menarik dilihatnya.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar