Lembah Patah Hati Lembah Beracun Jilid 07

 
Jilid 07

ORANG BERBAJU PUTIH itu hentikan tindakannya, tapi ketika mengawasi Ho kie, parasnya menunjukkan perasaan heran, lantas hendak berlalu lagi.

Ho Kie sangat cemas, ia memanggil pula dengan suara keras :

"Enci Lim, harap suka tunggu sebentar, aka ada sedikit perkataan hendak disimpaikan padamu!"

Tapi orang itu tidak menoleh sama sekali, bahkan lari pergi dengan cepat.

Ho Kie terus mengejar, sebentar saja sudah melalui perjalanan beberapa lie jauhnya.

Ho Kie kuatir ia tidak dapat menyandak, ia juga kuatirkan lukanya Gouw Ya Pa, maka sambil mengejar ia terus bicara hampir meratap :

"Enci, aku mohon sukalah kau beri kesempatan padaku untuk menjelaskan duduknya perkara... "

Tapi orang yang diajak bicara terus kabur seolah2 tidak dengar perkataannya.

Ho kie tambah penasaran, ia terus meratap:

"Enci, apa salahnya aku? apa kau tidak sudi memberi kesempatan untuk aku untuk menjelaskan? Berilah aku kesempatan, selanjutnya kau tidak mau perdulikan aku lagi, aku juga rela..."

Ucapannya itu agaknya menggerakan hatinya pemuda baju puti itu, maka lantas menhentikan tindakan kakinya.

Ho kie girang sekali hendak mendekati, pemuda baju putih itu lantas membentak: "Berdiri disitu!"

Ho kie terpaksa berhenti. "enci, mau kah kau detar bicaraku?"

"Kau hendak bicara apa, kau bole ucapkan disitu saja, kalau kau berani maju lagi selangkah saja, aku akan segera menyingkir lagi!" jawabnya dengan tenang.

"Baiklah aku menurut, asal kau jangan lari lagi." Pemuda itu ketawa.

Mereka berdiri terpisah kira2 tiga tumbak, tapi Ho kie merasakan seperti terpisah jauh sekali. Ia ingin maju mendekati, tapi tidak berani. Maka ia cuma bisa mengawasi dengan hati mendelu.

Pemuda baju putih itu lama menantikan, agaknya sudah tidak sabaran, maka lantas berkata dengan suara dingin:

"Bukankah kau hendak bicara? Mengapa kini membisau saja?"

"Yah." Ho kie menjawab sambil anggukkan kepalanya.

Banyak perkataan yang hendak diucapkan, tapi saat itu mulutnya seperti terkancing, ia tidak tahu harus bagaimana memulainya.

Pemuda itu melirik, lalu berkata pula:

"Aku masih banyak urusan, kalau kau tidak lekas bicara, aku sekarang hendak pergi lagi."

"Mau...! Harap tunggu sebentar. aku nanti jelaskan..." kata Ho kie cemas. Tapi apa yang hendak diucapkan? Ia tidak tahu.

"Katakanlah!" tegur lagi sipemuda berbaju putih. "Enci, aku hanya ingin bertanya, dalam hal apa aku telah membuat kesalahan terhadap kalian?" akhirnya Ho kie beranikan hati bertanya juga.

"Hanya itu saja?"

"Yah! aku hanya mohon kau suka memberitahukan padaku, kalau aku benar2 bersalah terhadap kau, sekalipun kau hendak memaki atau memukul, aku akan terima. Tapi aku mohon kau jangan perlakukan aku secara demikian. Saudara Gouw Ya Pa itu ada sebangsa orang kasar, dia tidak tahu kalau kau.... oh... dia telah bikin robek bajumu! Terang ini.... kau juga tidak boleh sesalkan kau..."

Pemuda baju putih itu setelah mendengar ucapannya. hatinya tergoncang Pikirnya: "Ah!! dia begitu erat perhubungannya dengan perempuan she Lim itu. kalau dia tau aku bukanlah Lim kheng..."

Saat itu, ia sudah kepingin menjelaskan bahwa ia bukanlah Lim Kheng, melainkan Giok Sie seng Jie Peng dari Hian kui kauw.

Tapi, mendadak ia berpikir pula. Ho kie bermusuhan dengan Hian kui kauw, juga mungkin masih gemas pada kejadian di Cit lie peng, maka lebih baik tidka dijelaskan.

Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas menjawab dengan suara dingin:

"Sepotong baju berapa harganya? Sama sekali aku tidak taruh di hati."

Mendengar keterangan itu, Ho kie merasa girang. "Mengapa kau mendadak tinggalkan aku?" Demikian katanya.

Jie peng diam2 merasa geli, tapi mulutnya berkata dengan suara dingin "kalau aku berbuat demikian, siapa yang bisa melarang?"

Ho kie melongo, "tpai perbuatanmu ini pasti ada sebabnya, apakah itu?"

"Tidak ada sebab apa2!"

Sehabis ucapkan perkataannya yang terakhir itu, ia hendak berlalu lagi.

Perasaan jelus telah menguasai dirinya, ketia Ho kie mengejar, karena dianggapnya dirinya Lim kheng, perasaan jelusnya ini semakin tebal, hingga akhirnya berubah menjadi benci....

Kalau ia tidak lekas2 tinggalkan pemuda itu, barang kali akan terbuka rahasianya yang ia telah mengaku sebagai dirinya Lim Kheng.

Dilain pihak, Ho kie yang anggap Jie Peng adalah Lim kheng, benar2 hatinya semakin gelisah, maka ketika melihat pemuda baju putih itu hendak berlalu lagi, ia lantas berkata pula:

"Enci, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" "Apa yang harus dijawab? Aku benci padamu!!"

Ho kie merasa seperti disambar geledek, ia menjerit:

"Enci, apa salahku sehingga kau mempunyai benci aku sedemikian rupa. ?"

"Tidak ada, pendeknya aku merasa benci sekali padamu, sebabnya apa kau juga tidak tahu. Aku tidak kepingin bertemu lagi dengan kau, semoga selama hidupku ini aku bisa menyingkir dari kau, kau boleh anggap saja tidka pernah bertemu aku, aku tidak akan menjumpai kau lagi!" Jawaban yang tidak terduga2 itu telah merupakan suatu pukulan yang hebat bagi Ho kie, sehingga seketika itu juga lantas berdiri terpaku disitu.

Apa sebabnya Lim kheng mendadak membenci padanya sedemikian rupa?

Apa lantaran bajunya dibkin robek oleh Gouw Ya Pa?

Tidak mungkin! Tidak mungkin karena urusan sepele itu ia mendendam begitu rupa!

Tapi ucapannya itu begitu tegas, bukannya bikinan. Lama ia berdiri bingung sendiri smabil pejamkan mata.

Apa sebabnya Lim kheng berbuat demikian? Pertanyaan ini selalu berputaran diotakknya, tapi siapa yang mampu menjawab?

Ho kie memikirkan itu kepalanya seperti mau pecah dan tatkala ia membuka mata, Lim kheng sudah tidak kelihatan bayanganya.

Lim kheng sudah pergi jauh, mungkin seperti apa katanya sendiri, ia tidak akan menjumpainya lagi...

Yang ada cuma tinggal kenang2annya, yah.. suatu kenangan yang mengharukan. Dalam kenaan dan  pergaulan yang terjadi dalam watu singkat antara Lim kehngm tidak disangka akan meninggalkan bekas yang tidka enak buat dirinya.

Ia merasa benci, bencinya terhadap dunia yang kejam ini...

Sudah tentu ia tidak menduga sama sekali bahwa pemuda dengan sikap yang dingin yang mengaku Lim kheng, sebetulnya adalah Jie Pang dari Hian kui kauw. Entah berapa lama Ho kie berdiri bingung demikian rupa mendadak terdengar suara rintihan dari seorang wanita, yang kedengarannya makin lama makin dekat.

"Engko Kie!! Engko Kie..." suara itu tegas terdengar dalam telinganya.

Ho kie terperanjat, badannya gemetaran dengan tiba2. "Aaa.!! itu ada suaranya Siu Goat Eng!"

demikian ia berkata kepada dirinya sendiri.

Benar! itu memang Siu Goat Eng, yang oleh Thian-sat sin kun dinikahkan padanya secara paksa.

Bukankah ia sudah ditotok jalan darahnya oleh Gouw Ya pa? Mengapa bisa datang kemari?

Ho kie lantas ingat dirinya Gouw Ya pa yang masih terluka, maka buru2 balik menghampiri padanya. Tapi ketika ia tiba ditempat belakang pohon, disitu telah berdiri seorang tua dengan satu kaki sambil menunjang dengan tongkatnya. Orang tua itu adalah Thian sat sin kun yang jatuh kedalam jurang.

Ho kie diam2 mengeluh. Gouw Ya pa telah menghajarnya sehingga orang tua itu terjatuh ke dalam jurang dan sekarang Gouw Ya pa yang sedang terluka parah telah terjauh dalam tangannyam sudah tentu banyak bahayanya.

Ah, kalau Gouw Ya Pa terbinasa didalam tangan orang tua itu, bukankah ia sendiri yang telah mencelakakan dirinya?

Mengingat samapi disitu, ia lantas maju menghampiri si orang tua dan memohon padanya dengan suara mengharukan. "Locianpwe, semua yang telah terjadi telah timbul karena diriku siorang she Ho seorang,Harap kau mau melepaskan dia!"

Thian sat sinkun melirik padanya sejenak,lalu berkata dengan suara dingin:

"Kau juga sudah tahu berbuat salah?"

"Aku merasa tidak pernah berbuat yang sangat keterlaluan terhadap locianpwe..."

Orang tua itu mendadak membentak dengan suara bengis dan memotong perkataan Ho kie:

"Bocah she Ho, kalau kau tidak suka menikah dengan cucuku, mengapa kau cemarkan kehormatannya?"

Pertanyaan itu seperti geledek menyambar kepala, sehingga Ho kie gelagapan seketika lamanya.

"Perkataan locianpwe ini, sungguh aku kurang paham..."

"Kau masih hendak berlagak pilon dihadapanku? Malam ini yang kau membiarkan kau berdua anjing berlalu dari sini. aku akan bunuh diri dengan tongkatku ini...!"

Seiring dengan ucapannya, orang tua itu lantas membabat Ho kie dengan tongkatnya.

Ho kie menggunakan ilmu Hoan-in sie sek, mengelakan serangan tersebut.

"Aku... aku tidak..." ia coba membantah.

Tapi serangan si orang tua terus mengancam jiwanya.

Sekejap saja, ia sudah terdesak mundur sampai 10 tombak leibh jauhnya.

Ho kie kini merasa sangat gelisah, Ia masih belum tahu bagaimana nasibnya Gouw Ya Pa. Kembali harus berdaya menghindarkan diri dari serangan siorang tua yang nampaknya sudah kalap. Ia lebih2 heran atas pertanyaan orang tua itu yang tentang dirinya Siu Goat Eng.

Terang ia belum pernah menjamah diri nona itu, mengapa orang tua itu mengatakan padanya sudah mencemarkan diri sinona?

MEndadak ia ingat sesuatu. Ah!! Cilaka!! Apakah itu bukan perbuatan si tolol Gouw Ya Pa?

Ia masih ingat ketika sidogol itu menggantikan dirinya naik keatas pembaringan pernah dengar suara rintihan sinona, bukankah itu perbuatannya>?

Mengingat itu, perasaannya jadi kalut sendiri.

Pada saat itu Tongkatnya si orang tua sudah mengancam didepan matanya.

Ho kie buru2 miringkan kepalanya, tapi lantas mendengar bentakan siorang tua. "Rebah!!!" ujung tongkatnya sudah mengenakan pundak kirinya.

Ho kie yang merasakan sakit dipundak kirinya, terpaksa mundur tiga empat tindak.

"Bocah she Ho, lohu suruh kau merasakan bagaimana harus menebus dosa atas perbuatanmu yang menodakan diri gadis orang!" kata si orang tua, lalu menyerang pula dengan tongkatnya.

Ho kie yang pundaknya sudah sakit, hanya mengandalkan caranya berkeliat yang sangat luar biasa, tapi belum 10 jurus, ia sudah mandi keringat karenanya.

Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar suara yang mengharukan

"Engko Kie, Engko kie, kau ada dimana?" Thian sat sin kum yang mendengar suara itu hatinya merasa pilu, serangannya lantas menjadi kendor.

Menggunakan kesempatan itu, Ho kie lantas berakta: "Locianpwe, kau dengar dulu keterangan ku, aku benar2

tidak..."

Belum haibs ucapannya itu, sudah dipotong oleh suara yang memilukan:

"Engko kie, Ah! kau ada disini..."

Berbarengan dengan itu, sesosok bayangan merah lari menghampiri.

Thian-sat sin kun yang menyaksikan keadaan demikian, cuma bisa menghela napas.

Siu Goat Eng masih mengenakan pakiannya kemantin,hanya rambutnya saja yang awut2an menutupi wajahnya, ia lari sambil pentang tangannya hendak menubru Ho kie.

"Nona siu, harap mengenal sedikit aturan!" berkata Ho kie sambil mundur.

Siu Goat Eng tercengang dan hentikan tindakannya, ia mengawasi dengan sepasang matanya yang bening

"Eh!! kita diantara suami istri masakan masih malu2..?" Ketiak ia menampak yayanya berdiri disitudengan sinar mata gusar, ia agaknya mengerti, maka lantas berkata pula sambil ketawa:

"Ouw!! kiranya yaya ada disini,kau takut dicela oleh dia? Tidak apa, yaya paling sayang padaku. selanjutnya kau akan menjadi cucu menantunya, malu apa..." Thian Sat Sin kun yang mendengar perkataan cucunya , air matanya mengalir turun dari kelopak matanya, sambil menuding dengan tongkat,ia berkata kepada Ho kie:

"Manusia berhati kejam, apa kau masih ada muka untuk bertemudengan dia?"

Siu Goat Eng bingung mendengar perkataan engkongnya, dengan perlahan ia mendekati engkongnya, lalu berkata dengan suara lemah lembut:

"Yaya, mengapa kau begitu marah? sekalipun dia salah, yaya juga harus pandang cucumu, ampunilah padanya!"

Thian Sat Sin kun hatinya seperti diiris2, sambil merangkul cucunya ia berkata dengan suara sedih:

"Anak tolol, apa kau masih membantui dia? Bocah berhati binatang ini..... Dia..... dia sudha tidak sudi kau lagi.... dia sekarang hendak kabur...!"

Siu Goat Eng agak tercengang, ia berpalng mengawasi Ho kie.

Ho kie menampak pandangan nona itu agaknya tidak mengandung rasa kebencian, bahkan lemah lembut, hingga hatinya merasa tidak enak sendiri.

Sambil ketawa getir, Siu Goat Eng berkata kepadanya: "Engko kie, aku tahu parasku jelek, tidak pantas turut

menjadi istrimu, tapi. "

tiba2 ia menghela napas "Tapi....paras jelek itu pembawaan dari lahir, karunia Tuhan, bagaimana aku bisa merubah? Kalau kau tidak menampik,seumur hidupku ini aku bisa melayani kau setulus hatiku, aku akan bantu mengurus rumah tanggamu, mencuci pakaianmu, memasak untuk kau. Kalau kau hendak kawin lagi dengan wanita yang cantik, aku juga tidak melarang, aku cima menginginkan bisa merawat keturunan kitayang bagus dan cantik.. itu saja aku sudah puas. !"

Thian Sat Sin kun hatinya semakin pilu, dengan suara sedih ia berkata:

"Anak tolol, buat apa kau meminta2 padanya demikian rupa, dia ada seorang yang tidak berbudi dan tidak mempunyai perhatian, biarlah yayamu binasakan padanya. yayamu nanti carikan laki2 lain yang lebih cakap darinya. "

"yaya, kau jangan berkata demikian, Pepatah ada kata" Nikah dengan ayam harus mengikuti ayam, nikah dengan Anjing,harus mengikuti anjing. Eng ji meskipun jelek, tapi juga mengerti apa artinya kesucian dan kewajiban sebagai seorang perempuan. Hidupku menjadi orang keluarga Ho, mati juga aku akan menjadi setannya keluarga Ho!"

Thian Sat Sin kun menghela napas panjang, ia kerutkan alisnya, yang sudah putih cuma bisa menjawab sambil anggukkan kepalanya::

"Anak baik!! anak baik!!"

Ho kie merasa malu dan pilu serta menyesal, ia lalu berkata sambil menyoja:

"Budi dan kecintaan nona, aku siorang she Ho merasa banyak2 terima kasih. tapi. "

Tpai Siu Goat Eng lantas memotong:

"Tidak usah pakai tapi2 lagi, kalau kau merasa aku terlalu jelek, bawalah aku disampingmu, aku  bisa membawa diri sebagai bujangmu yang akan melayani kau, tidka akan nanti aku akan membuat kau malu. "

Ho kie merasa sangat terharu, ia hampir tidak dapat menahan air matanya: "Aku siorang she Ho, bukannya orang yang pamer paras cantik dan jemu terhadap paras jelek, cuma saja aku merasa tidak ada mempunyai peruntungan untuk menerima kebaikan nona!"

"Mengapa? kita toah sudak menikah.. bahkan sudah..." "Ho kie mendadak memotong dengan suara agak keras: "Noan Siu, harap kau suka dengar keteranganku,

dimalam  perkawinan  kita  itu,  orang  yang  tidur  bersam2

dengan nona bukanlah aku si orang she Ho.."

Ucapan itu telah membuat Thian Sat Sin kun dan Siu Goat Eng pada pucat, mereka lompat mundur beberapa tindak dan bertanya hampir berbareng:

"Apa benar? dan siapa dia?"

-oo0dw0oo-

DENGAN perasaan sangat malu Ho kie menjawab dengan suara perlahan:

"Dia adalah sahabat ku, ialah saudara Gouw Ya Pa yang terluka dibawah tongkat locianpwe!"

Siu Goat Eng mendengar keterangan itu lantas menjerit seketika dan jatuh pingsan....

Thian Sat Sin kun repot, buru2 menolongi dan menotok jalan darah sang cucu, kemudian berbangkit sambil pegang erat2 tongkatnya.

"Manusia rendah yang tidak tahu malu!" Bentaknya dengan sangat gusar,

"Bagus sekali kalau mengandalkan akal bangsatmu, kau anggap apa si orang she Siu ini?" "locianpwee aku....." perkataannya Ho kie belum lampias, Thian sat sin kun sudah menggeram sambil menyapu dengan tongkatnya.

Lengan kirinya Ho kie sudah tidak leluasa digerakkan, tapi dengan menggunakan kegesitan kakinya ia berhasil menghindarkan serangan tersebut.

"Locianpwee, kasihlah kesempatan aku untuk berikan penjelasan.."

"Binatang.. apa lagi yang kau hendak bicarakan?"

Orang tua itu rupanya sudah gelap pikirannya, ia menyerang lagi dengan senjata kalap. Ia kepingin bisa membinasakan Ho kie pada seketika itu juga.

Ho kie merasa sakit dan gelisah, dengan terpaksa ia mengandalkan kegesitannya berkelitan, tapi nampaknya sudah hampir kewalahan.

Mendadak ia dapat satu pikirian, "soal ini adalah sulit untuk dijelaskan, sebaiknya aku menyingkir dulu, kemudian mencari kesempatan suruh Gouw Ya Pa yang menebus dosa ini".

Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas mengeluarkan serangannya sambil mundur dan berseru:

"Locianpwee, harap kau jangan terlalu mendesak." "Kalau kau mempunyai kepandaian boleh keluarkan,

kalau aku si orang tua tidak bisa membinasakan kau, bagaimana ada muka untuk menemui cucuku?"

Ho kie pura2 gusar, ia melancarkan serangannya yang hebat, Thian sat sin kun terpaksa berlaku hati2. tapi tidak urung Ho kie dengan menggunakan ilmunya yang aneh sekali dapat meloloskan diri dari bawah tongkatnya kemudian dengan cepat melesat ke tempatnya Gouw Ya Pa dibelakang pohon besar.

Keadaan Gouw Ya Pa sungguh menggenaskan, wajahnya kering pucat,ia rebah terlentang dengan napas sudah hampir hilang.

Ho kie tidak mempunyai waktu untuk memeriksa lukanya Gouw Ya Pa, dengan cepat ia pondong pergi.......

"Binatang, kau masih mengharap kabur?"

Suaranya si orang tua sudah sampai disusul oleh serangannya.

Dalamkeadaan kepepet, Ho kie terpaksa menggunakan ilmu Kim-na-khiu hoat, dengan tangan kirinya ia merebut ujung tongkat siorang tua.

Siapa nyana,siorang tua itu sudah seperti kerbau gila,dengan sekuat tenaga ia mendorong tongkat yang dicekal ujungnya oleh Ho kie. sehingga anak muda itu mundur sempoyongan beberapa tindak, akhirnya jatuh duduk ditanah.

Thian sat sin kun perdengarkan suara ketawanya yang aneh, tongkatnya diayun, membabat kepalanya kedua pemuda itu.

Selagi dalam keadaan sangat berbahaya mendadak terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh munculnya dua bayangan orang. Satu berpakaian putih, satu lagi berpakaian kelabu.

Orang berpakaian kelabu itu kakinya belum menginjak tanah, nampak sudah mengebutkan lengan bajunya, dari situ meluncur sebuah benda berkeredepan menyerang tongkat siorang tua. "Trang!" Suara beradunya barang keras terdengar nyaring. Thian sat sin kun dan orang yang menyerang sama2 pada mundur dua tindak.

Thian sat sin kun terkejut. Ketiak ia menegasi siapa lawannya ternyata seorang wanita tua yang wajahnya sudah keriputan, rambutnya putih seperti perak. Bersama seorang pemuda yang berdandan seperti anak sekolah, sedang berdiri melintang didepan Ho kie dan memandang padanya dengan mata mendelik.

Siorang tua mendadak ingat dirinya seseorang:

Dalam kagetnya, kakinya mundur lagi setindak, lalu berkata dengan suara keren:

"Owh!! Kiranya kau masih belum mampus!"

Nenek2 itu ketawa dingin, matanya mengawasi dengan sorot mata keheran2an.

"Aku kira siapa? Kiranya adalah kau si tua bangka!" Jawabnya dengan suara dingin.

"Kau Hun lie-go, adatmu yang kukoay itu benar2 masih seperti dulu! Apa kau masih ingat pertemuan kita diatas Cay Sak kie? Tidak nyana kita bertemu lagi disini. Nampaknya kau masih tetap merupakan seorang wanita tua yang masih cantik!" kata Thian sat sin kun dengan ketawa bergelak2.

"Pantas muridku mencari kau dimana2 tidak bisa menemukan., kiranya kau umpetkan diri sini? Aku siorang tua karena menghormati kau sebagai orang tingkatan tua, aku tidak jadi kecil hati. Tapi harap kau tahu diri sedikit, jangan nyeloncong tidak keruan!" jawabnya si nenek dingin.

"Tidak nyana Kau lun lie mo si wanita geniat yang dulu pernah   membikin   banyak   laki2   tergila2,sekarang   juga mengerti apa artinya tahu diri. Sungguh aneh bin ajaib. Hahahahaha...!" mengejek siorang tua.

"Tua bangka she Siu, kau hidup sampai begini tua, agaknya sudah masih tetap kotor mulutmu, apakah kau sudah bosan hidup?"

"Mendengar perkataan mu, apa barangkali kau sudah bekerja sama dengan muridku yang durhaka, Jie Hui itu, dalam perkumpulan Hian kui kauw?"

"Jie Hui ada sagat menghargakan orang2 tua, didalam Hian kui kauw khusus disediakan satu tempat yang disebut Cun-Hian-Koan, mengundang semua jago dari golongan tua untuk diberi kenikmatan dihari tuanya. Diantar begitu banyak jago2 tua, hanya kurang kau satu orang tua yang pernah menjadi gurunya. Disini ternyata kau punya adat dan martabat, bagaimana kau bisa sesalkan orang lain kalau tidak mau anggap kau sebagai sahabat, sedangkan muridmu sendiri juga tidak anggap kau sebagai guru?"

"Kalau begitu, murtadnya Jie Hui adalah karena diogok oleh bangsa kalian orang2 jahat. Bagus sekali lohu kepingin mengunjungi Kui kok. untuk menyaksikan orang2 tua yang dipandang jago2 tua itu sebenarnya orang macam apa?"

"Siu It Ciu, barang kali kau tidak cukup panjang  umurmu untuk mencapai maksudmu itu!"

"Sekarang aku hendak mencoba kekuatan siwanita genit!" Siu It Ciu membentak sambil delikkan matanya. Sedang tongkatnya juga tidak kelihatan, lantas membabat kepalnya sinenek.

Si nenek yang disebut Kau Lun Lo mo itu tertawa dingin, sambil kakinya menyambuti serangan siorang tua dengan tongkatnya juga. "Trang!!" Suara keras terdengar nyaring. sinenek dibuat mundur tiga tindak. sedang Siu It Ciu sediri juga mundur beberapa tindak.

"Kau lun lie mo, sungguh tidka kecewa kau menjadi pujaan dalam Cun Hian koan, kekuatanmu ternyata lebih hebat dari dulu. coba kau sambut seranganku sekali lagi.!"

Demikian Thian sat sin kun mengejek,kemudian tongkatnya diangkat untuk menyerang lagi.

Kau lun lie mo berdiri tegak dengan sepenuh tenagaia menyambuti lagi serangan siorang tua.

"Trang!" kembali suara beradunya kedua senjata tongkat terdengar nyaring. KEdua fihak mundur beberapa tindak. Tapi Siu It Ciu masih berdiri tegak diatas kaki tunggalnya, sedangkan Kau lun lie mo karena kekuatannya masih kalah setingkat, berdiri agak sempoyongan. mulutnya mennyemburkan darah segar!

"Kau lun lie mo, sekarang kau sudah merasakan sendiri bagaimana tongkatku ini?"

bertanya Thian sat sin lun sambil ketawa puas.

Kau lun lie mo wajahnya pucat, tangannya yang digunakan untuk memegang tongkat bergemetaran.

"Siu It Cin, kapan kau hendak ke kui kok?"

"Setelah membereskan persoalanku,nanti aku akan kesana untuk melihat sahabat lamamku!"

"Baik!! Aku nanti yang akan menunggu kedatanganmu!" Siu It Cin dengan gemas memandang Ho kie dan Gouw

Ya Pa, lalu memondong cucunya dan lari laksana terbang.

Sinenek lalu berkata kepada sipemuda baju putih yang berada disampingnya: "Nona Peng mari kita pergi!"

Ho kie tadinya masih menganggap pemuda baju putih itu adalah Lim kheng, ketika mendengar panggilan si nenek , Nona Peng, hatinya hampir lompat keluar.

Lantas Gouw Ya Pa diletakkan ditanah dan ia sendiri lompat bangun.

Pemuda baju putih yang bukan lain dari pada Giok Sie seng Jie Peng melirik kepada Ho kie lalu menghampiri padanya dengan tindakan perlahan.

Ho kie buru2 melintangkan tangannya didepan dada dan bertanya dengan suara tidak lampias.

"Kau...kau adalah. "

"Aku adalah orang yang pernah kau jumpai didalam Thit lie kang dan dalam kuburan di Ngo kui-Cie. Apa kau sudah lupa?"Jawab Jie Peng sambil tertawa.

Bukan main herannya Ho Kie, sampai ia berseru dan kemudian mengedumel sendiri, "Ya Allah, mengapa begitu mirip?"

Dengan sikapnya yang lemah lembut, Jie Peng berdiri sejarak lima kaki dihadapan Ho kie lalu berkata sambil menunjuk Gouw Ya Pa dengan kipasnya:

"apakah sahabatmu ini lukanya parah?"

"Benar! ilmu kebalnya sudah dibikin buyar oleh orang tua itu, lukanya tidak ringan."

Jie Peng keluarkan sebotol obat dalam sakunya, lalu disodorkan kepada Ho kie sambil berkata:

"Ini adalah obat yang khusus digunakan untuk luka di dalam. kau boleh berikan kepadanya!" Ho kie ulurkan tangannya, tetapi mendadak hatinya tercekat, Tangannya ditarik kembali dengan cepat dan berkata dengan suara keras:

"Apakah kau orangnya Hian kui kauw?"

"Ini ada hubungan apa dengan Hian kui kauw?" Balas Jie Peng sambil tersenyum.

"Kita dengan Hian kui kauw adalah mempunyai permusuhan yang dalam. Barusan meskipun kalian pernah memberi pertolongan kepada kami, tetapi rasanya tidak pantas memakan obat pemberianmu ini."

Kau hun lie mo yang mendengar perkataan itu, dalam hati merasa gusar, ia lantas berkata sambil tertawa dingin:

"Nona Peng, obat Kiu-Coan wan ini dibuat oleh ayahmu secara tidak mudah. Manusia yang tidak kenal budi ini, perlu apa kau perlakukan baik padanya. Sayang2 obat demikian mujarabnya."

Jie peng tidak ambil perduli omongn Kau hun lie mo, ia berkata pada Ho kie sambil tertawa manis.

"Meskipun betul kau mempunyai permusuhan dalam dengan Hian kui kauw, tetapi tidak demikian dengan sahabatmu ini. Obat ini aku berikan padanya, tolong kau yang memberikan, apakah itu tidak boleh?"

"Aku si orang She HO karena merasa pernah menerima bantuanmu, hari ini aku tidak mempersoalkan permusuhan kita. Tentang luka sahabatku ini, aku percaya masih bisa mengobatinya sendiri. Tidak perlu kau turut capaikan diri."

Jie Peng wajahnya berubah merah, terpaksa obatnya disimpan lagi, diam2 pula putar tubuhnya dan berlalu dengan tindakan perlahan. Tetapi belum berapa jauh ia berjalan mendadak ia memutar tubuhnya dan bertanya dengan suara pilu:

"Kau sebetulnya ada permusuhan apa dengan Hian kui kauw?"

Ho kie menatap wajah Jie Peng. dilihatnya dikedua pipi nona itu sudah basah dengan air mata. sehingga membuat pikirannya agak terguncang...

Tetapi kematian ayahnya yang sangat menggenaskan kembali terbayang diotaknya, pengalamannya sendiri yang mengerikan telah menimbulkan rasa dendam yang sangat dalam.

Dendam. Dendam!!! ini merupakan suatu dendam Sakit hati yang tidak dapat dihapus untuk selama2nya dan harus dicuci dengan darah.

"Permusuhan aku si orang she Ho dengan orang2 Hian kui kauw mungkin tidak bisa dibikin habis untuk selama2nya. Ini saja keterangan yang dapat ku katakan. Bagaimana pikiran nona, itu terserah!" jawab Ho kie sambil angkat kepala.

Kelihatan Jie Peng sangat berduka, Ia menghela napas berulang2, lama baru ia bisa berkata pula:

"Aku tidka bisa berkata apa2, aku hanya mengharap supaya permusuhan diantara mereka dari golongan tua jangan diperhitungkan dipundaknya golongan muda seperti kita. Ho Siaohiap, meskipun kau pandang musuh padaku, demikian rupa, tetapi aku masih menganggap kau sebagai sahabat baik."

Ho kie tertegun, Dengan tidak sadar ia lalu mundur beberapa langkah. Kedua matanya memancarkan sinar aneh. semua perkataan Jie Peng seperti palu besar yang mengetuk hatinya. Memang sebenarnya meskipun ia sendiri bermusuhan dengan Kauwcu hian kui kauw, begitu pula dengan Pun-tui ciu, Do Pao, tetapi dengan cara Jin Peng yang lemah lembut ini ada permusuhan apa?

Hian kui kauw masih mempunyai ratusan, bahkan ribuan pengikut, apakah mereka itu semua adalah musuh2nya?

Dengan pikiran sangat kalut Ho kie mengawasi Jie Peng yang tengah terlalu meninggalkan padanya. Ia merasa seperti tenggorokannya terkancing. Sebetulnay banyak perkataan hendak diucapkan. Tetapi tidak bisa dikeluarkan.

Bayangan Jie Peng makin lama makin jauh dan akhirnya hilang dari pandangan matanya.

Hati Ho kie merasa bingung seolah2 sedang berada ditengah kabut tebal yang tidak dapat membedakan jurusan mana yang hendak ditemptuh.

Kau lun lie mo mengawasi padanya, Lama baru berkata dengan suara dingin:

"Seorang bodoh yang tidak kenal budi!"

Ho kie terperanjat, ketika pentang matanya si nenek sudah melesat menyusul majikannya.

Ia menghela napas panjang, lalu menghampiri Gouw Ya Pa. Setelah digendong lagi,ia lantas berlalu dengan tindakan lebar.

Malam sudah berlalu, sang pagi mendatangi. Ho kie berjalan sambil tundukkan kepala, kakinya dirasakan sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan sudah 2 kali ia mengobati Gouw Ya Pa, tetapi hasilnya nihil.

Ia sangat kuatir dan gelisah. Sambil kertak gigi ia menahan penderitaan dalam dirinya. Auw Yang khia sudah mencuri kalajengking emas, pemunah racun. Lim kheng juga sudah berlalu tanpa pamit. Sekarang ditambah lagi lukanya Gouw Ya Pa yang sukar disembuhkan oleh usahanya sendiri. Bagaimana Ho kie tidak jadi jengkel?

Sudah dua hari Gouw Ya Pa tidak makan dan minum, napasnya semakin lemah seperti orang mau mendekati ajalnya. Ternyata ia mencari tempat sunyi dibawah kaki gunung untuk mengobati Gouw Ya Pa dengan kekuatan Lweekangnya.

Setelah berkutet satu jam lamanya. Ho kie dijidatnya sudah bermandikan keringat, napasnya tersengal2. Tapi Gouw Ya Pa saat itu parasnya sudah kelihatan merah, kemudian bisa mebuka matanya perlahan2 dan menatp wajah Ho Kie.

Ho kie menampak sorto mata Gouw Ya Pa ternyata suram, dalam hati merasa kaget, ia buru2 bertanya:

"Gouw Toako, apa kau merasakan sudah agak baikan?"

Gouw Ya Pa menjawab dengan susah payah sambil gelengkkan kepalanya.

"Aku... aku barang kali....... sudah tidak ada harapan lagi..."

Hati Ho kie seperti diiris2 dengan tanpa dirasa air matanya mengalir keluar.

"Gouw Toako, ini adalah gara2 aku yang mencelakakan dirimu..." demikian Ho kie berkata dengan suara pilu.

"Bagaimana bisa salahkan kau? Aku dengan kau sudah bergaul sudah seperti saudara saja. Untuk kau sekalipun aku sudah mati seratus kali aku juga merasa senang. Hanya... Dalam hatiku masih mempunyai sedikit urusan yang belum bisa dapat kulepaskan begitu saja..." "Kau masih ada urusan apa? KAtakan saja kepadaku. ASal aku masih punya tenaga, sekalipun harus terjun kelautan api juga akan kulakukan..."

"Aku juga tidak mempunyai sanak keluaraga. Dengan kau sudah kuanggap sebagai saudara sendiri, Jika urusan ini hanya dapat diberitahukan kepadamu saja."

"Gouw toako, katakan saja, Pasti kubantu menyelesaikannya."

Gouw Ya Pa kelihatan susah untuk mengeluarkan ucapannya, lama baru ia bisa berkata dengan perlahan.

"Apa yang dalam hatiku kurasakan sukar dilepaskan adalah itu nona jelek didalam goa.."

Ho kie terperanjat:

"kau maksudkan, apakah cucu perempuan Thian sat sin kun itu?" tanyanya?

Gouw Ya Pa anggukkan kepalanya.

"Benar! adalah cucu perempuannya orang tua itu. Deengan terus terang malam itu aku telah berbuat gelo!" ia mengakui dosanya.

Ho kie lantas ingat apa yang dikatakan oleh Thian sat sin kun yang mengatakan bahwa ia telah mencemarkan kehormatan cucunya.

"Kau kata, apakah malam itu kau sudah berbuat tidak pantas dengan dia?"

"Eii, mengapa kau sudah tahu?"

"Toako, kau tidak usah bilang apa2 lagi. Soal ini aku sudah mengerti. Selanjutnya kau adalah cucu menantunya Thian sat sin kun. asal ada ksempatan sudah tentu aku akan menjelaskan persoalan itu padanya." Gouw Ya Pa anggukkan kepala dengan perasaan bersyukur. Sambil menghela napas ia berkata pula:

"Ah! seumur hidup aku belum pernah mendekati orang perempuan. Tetapi pada saat itu entah apa sebabnya aku sudah berbuat begitu gelo. Saudara Hoa, kau toh tidak akan sesalkan aku?"

"Kenapa aku mesti sesalkan kau? soal ini. "

Pada saat itu mendadak ada orang memotong sambil ketawa dingin:

"Ho siaohiap, Lolap sudah lama menunggu kau."

HO kie terperanjat, ketika ia mengangkat wajahnya bukan main kagetnya. Ternyata ia sudah dikurung oleh segerombolan manusia, diantara meraeka terdapat orang2 biasa, imam dan padri. Jumlahnya tidak kurang dari dua puluh orang dan masing2 pada membawa senjata tajam.

Orang yang berdiri dibarisan terdepan ada tiga, satu memakai pakaian padri berwaran kuning, satu berdandan seperti orang biasa, dan yang satunya lagi memakai pakaian imam dan di punggungnya membawa pedang tua.

Terhadap orang2 ini, satupun tidak ada yang ia kenal, ia tidak mengerti, engapa mereka mengetahui namanya dan apa maksud mereka mengurung dirinya?

Ia berbangkit dengan perlahan, matanya menyapu kawanan orang2 itu dan akhirnya mengawasi si padri baju kunin.

Padri itu kira-kira sudah berusia tujuh puluhan tahun, alisnya yang panjang kelihatan menurun, matanya memancarkan sinar tajam. Terang ia adalah seorang tua yang mempunyai dasar Iweekang yang sudah sempurna.

Ho kie bertanya dengan tenang: "Lo suhu dari mana? mengapa mengetahui namaku yang rendah?"

"Ho siaohiap dalam waktu yang sangat singkat dengan mengandalkan kepandaianmu yang luar biasa telah membuat namamu terkenal di dunia kangouw. Sudah lama lolap mendengar kabar tentang dirimu, tetapi hari ini baru ada jodoh untuk kita saling bertemu." jawab sipadri baju kuning itu sambil tersenyum.

"Apa itu betul? Dan Lo suhu ada orang dari golongan mana?" HO kie bertanya kaget.

"Lolap bergelar Hui-kat ketua dari Ngo bie pay."

Ho kie terperanjat, diam2 ia berpikir "Mengapa ciang bun jin Ngo bie pay juga datang kemari?"

Secepat2nya ia menindan perasaannya yang tegang lalu berkata pula sambil menyoja:

"Aku yang rendah baru saja terjun ke dunia kangouw, sehingga belum mengenal lo suhu. Harap supaya Lo suhu suka memberi maaf.

Hui kak siansu cepat2 membalas hormat sambil merangkapkan kedua tangannya dan berkata sambil tertawa.:

"Mana bisa begitu, sebaliknya adalah lolap yang terlalu ceroboh. Harap Ho siaohiap tidak kecil hati."

Ho kie lalu mengawasi orang tua yang berdandan biasa yang berdiri dikiri padri tadi, lalu berkata sambil menyoja dihadapannya:

"Harap cianpwe ini memberitahukna nama cianpwe yang mulia."

Orang tua yang berwajah kelimis dan berbadan kurus kering itu lantas menjawab sambil membalas hormat. "Aku siorang tua bernama Tio Thian Ek, sekarang memangku jabatan ketua partay Tian-cong pay."

Kembali Ho kie terkejut. Kemudian memandang orang tua berpakaian imam.

Belum membuka mulutnya, orang tua itu telah berkata dengan suara dingin:

"Nama pinto yang rendah, kiranya Ho siaohiap sudah pernah dengar!"

"Aku yang rendah masih belum mempunyai pengalaman apa2, bagaimana pernah dengar? " menjawab Ho kie heran.

"Pinto Thian-hian, ketua Hoa san pay, Ho siaohiap sudah melukai orang2 kami, dan menjatuhkan kedua sute pinto, apakah sudah lupa?"

Mendengar keterangan itu, Ho kie terkejut. Ia menyapu orang2 disekitarnya. mereka pada mengawasi padanya dengan sorot mata beringas, dengan tanpa banyak bicara mengurung dirinya.

Ia memang ada seorang muda beradat tinggi, menyaksikan keadaan demikian, sebaliknya lantas hilang rasa kedernya, lantas menjawab sambil ketawa dinign:

"Apa maksudmu totiang mengajak ketua Ngo-bie dan Tiam khong serta banyak orang ini mengurung aku yang rendah?"

"Ho siaohiap kita sebagai orang terang tidak perlu berbuat menggelap. Di Ngo kui cio kau telah membinasakan banyak jiwa, merampas benda pusaka kalajengking emas, kejadian ini belum berapa hari saja. apakah kau sudah lupa semuanya?" jawab Thian hian totiang sambil ketawa menyindir. "Peristiwa di Ngo kui khiu, kenapa kau tidak berani menanyakan kepada Hian kui kauw?"

"Hian tancu dari Hian kui kauw, Li Hui Hoaw, juga terbinasa dalam kuburan tua. Ho siaohiap yang masih begini muda sungguh tidak nyana ada begitu cerdik, bisa menggunakan akal untuk melimpahkan dosanya kepada orang, supaya Hian kui kauw dengan Hoa san pay kedua partay saling bunuh dan kau sendiri akan memungut untungnya?"

Ho kie mendengar perkataan imam tua itu lantas gusar seketika.

"Totiang cuma berani menghina yang lemah dan takuti yang kuat. Kau tidak berani mengganggu Hian kui kauw, sebaliknya berlaku begini garang kepada diriku seorang yang lemah. Heh.. heh.. kau siorang she Ho meskipun cuma seorang diri, tapi tidak nanti takut kepada Hoa san pay yang mengandalkan jumlah banyak."

"Tutup mulut! Apa kau kira pinto tidak berani menempur kau sendirian?"

Hui kak siansu yang melihat kedua pihak sudah mau bergebrak cepat2 berkata dengan suara nyaring:

"Omitohud! Bolehkah Ho siaohiap dengar perkataan Lolap dulu?"

"Lo suhu adalah salah satu ketua dari partai besar, sudah tentu aku si orang she Ho akan hargakan perkataanmu!" jawab Ho kie.

"Hoa san pay telah kehilangan banyak orangnya di Ngo kui cio. Ho siaohiap boleh mengatakan tidak tahu tentang ini, tetapi itu kalajengking emas yang sangar berharga, apakah Ho siaohiap yang mengambil dari kuburan?" Ho kie tercengang, dengan tidak berasa ia telah mundur satu tindak, Ia hanya bisa menjawab: "Tentang ini. "

Ketua Tiam khong pay, Tio Thian Ek tiba2 nyeletuk: "Orang she Ho! Seorang laki2 berani berbuat harus

berani pula bertanggung jawab. Apakah kau hendak menurut perbuatannya manusia yang tidak tahu mau itu yang hendak cuci tangan begitu saja?"

Ho kie sangat gusar, mendadak ia mendongak dan ketawa bergelak-gelak..

Thian Hian totiang dengan sorot matanya yang beringas mendadak membentak dengan suara bengis

"Bocah sombong! apa yang kau ketawakan?"

"Ho kie adalah seorang laki2 sejati. Bagaimana tidak berani mengaku perbuatannya sendiir? Memang benar benda pusaka kalajengking emas itu adalah aku siorang she Ho yang mendapatkan. Tetapi bukannya didapatkan dari tangan orang2 Hoa san pay Lo Su Ie."

"Dari tangan siapa kau dapatkan barang itu?" memotong Thian hian Totiang.

"Aku dapat benda itu dari tangan siorang cebol, Shao Cu beng."

Thian hian totinga lalu mengawasi Hui kak siansu dan berkata padanya sambil ketawa dingin:

"Siansu sekarang kau bolehlah percaya bahwa ucapan pinto tidak bohong! Bocah she Ho ini perkataannya melantur tidak keruan. Benar2 menggemaskan."

"Omitohud! Anak muda jangan suka membohong." "Perlu apa siansu banyak capaikan hati?" Tio Thian Ek menyelak. "Aku situa bangka sungguh tidak suka dengan sikap bocah yang kurang ajar ini. Lebih baik tangkap saja dan geledah dirinya."

Ho kie yang mendengar perkataan itu naik darah seketika.

"Ho siaohiap." Hui kak Siansu berkata pula kepada Ho kie. "Lolap hendak mengatakan sepatah kata yang mungkin tidak enak didengar. Kalajengking emas itu adalah kepunyaan Hoa san pay, sudah seharusnya kalau dikembalikan kepada Thian hian totiang. Dengan  demikian, permusuhan kedua pihak boleh segera dihapuskan. "

"Tadi sudah kujelaskan dengan tegas, Benda itu sebenarnya bukan kepunyaan Hoa san pau, apalagi aku dapatkan itu dari tangannya si orang she Shao" Jawab Ho kie gusar.

"Ho siaohiap tidak perlu membantah, Shao Cu beng sudah menjelaskan semua persoalan kepada Hoa san pau. Tidak seharusnya Ho siaohiap membunuh mati Lo Khungcu dan membawa kabur kalajengking emasnya."

"Mereka semua telah memfitnah aku. Apa yang bisa ku perbuat?"

"Orang she Ho, jangan banyak rewel. Kau mau keluarkan atau tidak?" membentak Tio Thian Ek.

"taruh kata kalajengking emas itu benar ada dibadanku, kau mau apa?" Ho kie tetap tidak mau mengalah.

"Aku si tua bangka nanti suruh kau rasakan sendiri!" Bentak Tio thian Ek yang lantas menghunus pedangnya.

Ho kie lantas ketawa bergelak2 seraya berkata: "Tuan2 telah mengandalkan pengaruh yang besar dan mendesak aku sedemikian rupa. Terpaksa aku melawan."

Tio Thian Ek hanya ketawa dingin. ia lantas memutar pedangnya, dengan tipu serangan, Lo ma Hun ciong, pedangnya menikam dada Ho kie.

Ho kie hanya bertangan kosong, tidak membawa senjata apa2. tetapi ia tidak takut...Kakinya digeser dan tangannya diputar, dengan berani ia menyambuti tangan Tio Thian Ek yang memegang pedang.

Gerak tipu anak muda itu yang sangat luar biasa cepatnya, membuat Tio Thian Ek terperanjat, sekalipun sudah merupakan seorang tua dengan banyak pengalaman ia juga masih merasa jeri. Maka cepat2 ia menarik kembali serangannya dan sekali ini pedangnya digunakan untuk menyabet.

Ho kie yang sudah panas hatinya, telah turun tangan tanpa ragu2 lagi. Dengan menggunakan tipu silatnya Hoan Eng sie sek, secara gesit sekali berseliweran diantara sinar pedang, sehingga membuat kawannya agak ripuh, Belum sampai lima jurus tangannya sudah berhasil nyelusup dan menepok sikut kanan lawannya.

Pedang lantas terlepas dari tangannya Tio Thian ek jatuh ketanah. Tio Thian Ek hanya bisa berdiri menganga, keringat dingin membasahi badannya.

Orang2 yang mengepung Ho kie lantas pada berterika, sebentar saja sudah ada lima atau enam, orang yang maju menyerang berbareng.

Ho kie kembali menggunakan tangan kosong menyambuti serangan setiap orang. Setelah terdengar beberapa kali suara benturan keras disusul oleh beberapa kali suara jeritan. Ada empat atau lima orangnya Tiam cong pay yang sudah dibikin terpental dan jatuh ke tempat yang jauhnya lebih dari satu tombak.

"Sudah lama kudengar, sembilan partai besar yang katanya ada mempunyai banyak orang kuat. Tidak tahunya hanya begini saja!" Kata Ho kie sambil ketawa dingin.

Orang2nya Ngo bie pay semua telah dibikin kesima oleh kekuatan Ho kie yang luar biasa itu, sehingga tidak ada seorang pun yang berani berlaku gegabah lagi.

Hui Kak siansu lalu berkata sambil rangkapkan tangannya:

"Omitohud! Ho siaohiap turun tangan terlalu kejam. Sebentar saja sudah melukai banyak orang. KEkejaman demikian barangkali akan menimbulan marahnya banyak orang!"

"Aku sebetulnya si orang she Ho tidak ingin melukai orang. Adalah kalian sendiir yang mendesak aku berbuat demikian. " Jawab Ho kie sambil ketawa dingin.

Tiba2 terdengar suara bentakan keras dan Thian hian Totiang sudah melompat menghadapi Ho kie.

"Bocah she Ho, jangan terlalu jumawa. Pinto hendak menghajar kau.!"

"Boleh coba saja!" Ho kie menantang.

Thian hian totiang lalu berseru kepada orang2nya dengan suara nyaring.

"Semua anak murid Hoa san hanya diperbolehkan menonton, dilarang bergerak jika tidak ada perintah."

Kiranya ia sudah mengetahui kekuatan Ho kie yang demikian hebat, ia kuatirkan jika dirinya sendiri kalah, nanti anak muridnya akan menyerbu dan tentu mengakibatkan jatuhnya banyak korban seperti apa yang telah terjadi pada anak muridnya Tiam cong pay.

"Sebetulnya Totiang tidak usah terlalu merendah, suruh saja mereka maju berbareng, aku tidak takut!"

Thian-hian Totiang yang sudah gusar benar benar lalu melancarkan serangannya dengan hebat.

Begitu juga Ho Kie yang sangat benci kepada imam yang hendak memfitnah dirinya ini, ia sengaja tidak menyingkir maupun berkelit, dengan kedua tangannya ia menyambut serangannya Thian-hian Totiang.

Kedua pihak telah menggunakan kekuatan lebih dari tujuh bagian, maka sebelum kedua kekuatan saling beradu, angin keras sudah mengaung lebih dulu.

Sebentar kemudian lalu kedengaran suara benturan hebat. Ho Kie mundur satu tindak, pundaknya tergoyang, sedangkan Thian hian Totiang harus mundur sampai tiga tindak baru bisa berdiri tegak lagi.

Ketua Hoa-san-pay itu hatinya merasa kaget bukan main. Pantas bocah ini berani berlaku begitu jumawa. Dalam usia yang begini muda ternyata sudah mempunyai kekuatan begitu hebat. Demikian siimam itu berpikir, dan seketika itu lantas tidak berani memandang ringan lawannya, diam2 ia memusatkan seluruh kekuatannya dikedua tangannya.

Ho Kie memandang gerak gerik Thian-hian Totiang dengan tidak bergerak-

Mendadak terdengar bentakan Thian-hian Totiang yang dibarengi dengan serangan tangannya. Kembali Ho Kie menyambuti serangan itu, sehingga suara benturan terdengar pula. Sekarang masing2 mundur tiga tindak.

Ho Kie merasa luka lama dilengan kirinya jadi linu kembali, cepat2 ia mengatur pernapasannya untuk menghadapi kembali serangan lawannya,

Sebaliknya Thian hian Totiang merasakan isi perutnya seperti diudal. Hampir saja ia mengeluarkan darah segar dari dalam mulutnya.

Kini ia telah mengerti, bahwa anak muda dihadapannya ini mempunyai kekuatan yang tidak dibawah kekuatannya sendiri. Kecuali terluka kedua duanya, ia sebetulnya sudah merasa tidak ungkulan untuk menundukkan padanya.

Dalam kedudukan sebagai ketua, jika sampai ia dikalahkan oleh musuhnya yang muda ini, bukankah akan menjadi buah tertawaan dunia rimba persilatan?

Otaknya diasah mencari akal, diam2 timbul pikiran jahatnya, bahkan lantas berkata sambil ketawa dingin ;

"Binatang, apa kau berani bertanding pedang dengan pinto?"

"Kau hendak menggunakan pedang? Terserah pedamu sendiri ! Aku siorang she Ho selamanya tidak pernah menggunakan senjata."

Thian hian totiang tidak menantikan Ho Kie selesai bicara, lantas ulapkan tangannya dan berseru :

"Minta pedang!"

Seorang laki laki berpakaian imam lantas menyahut dan melemparkan sebilah pedang Ceng kong kiam. Thian hian Totiang menyambuti, kemudian ditancapkannya ditengah dan lantas berkata dengan suara dingin :

"Kalau pinto menggunakan pedang sendiri-meskipun dapat merebut kemenangan, tetapi itu tidak jujur. Sekarang kau boleh menggunakan pedang ini, mari kita main main beberapa jurus."

Ho Kie melihat pedang yang menancap itu masih menggetar, maka diam2 lantas berpikir. "Kalau aku tidak mau menggunakan pedang, tentunya akan ditertawakan orang."

Setelah berpikir demikian ia lalu mengulurkan lengannya untuk mencabut pedang tersebut.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar