Legenda Kematian Bab 11 : Orang pintar di puncak gunung (Tamat)

Bab 11 : Orang pintar di puncak gunung (Tamat)

Zhang Pin tertawa tapi dia tidak menjawab pertanyaan Ling Ying. Kereta melaju lebih cepat lagi tiba-tiba mereka memasuki jalan bercabang dan memasuki sebuah hutan. Di hutan terlihat ada beberapa tempat kosong. Tidak tahu apakah tanah lapang ini terbentuk secara alami atau dibuat oleh manusia?

Di tanah kosong itu terdapat sebuah rumah, dari kejauhan terlihat seperti rumah seorang penebang kayu, sedikitpun tidak menarik perhatian. Zhang Pin tertawa lalu berkata, "Kita sudah sampai."

Guan Ning melihat keadaan di sana, di belakang rumah terlihat ada sebuah kereta, dalam hati dia berpikir, kekuatan cinta benar- benar besar. Jika Shen San Niang tidak terlalu memperhatikan luka Xi Men Yi Bai, mana mungkin dia bisa begitu cepat tiba di tempat tujuan.

Dengan cepat dia turun dari  keretanya, terdengar suara dari rumah itu.

"Tamu datang dari jauh, aku tidak bisa keluar menjemput. Aku mohon maaf!"

Dari dalam muncul seorang pak tua dengan perwarakan tinggi dan jenggotnya terlihat panjang.

Segera Guan Ning memberi hormat kepadanya, dia menurunkan Gong Sun Zou Zu dari dalam kereta. Ling Ying mengikuti mereka dari belakang. Dia berpikir.

"Menurut kalangan persilatan, tabib ini bersifat aneh, dalam satu tahun tidak pernah ada yang melihatnya tertawa walaupun hanya satu kali, tapi hari ini setelah bertemu dengannya, dia tampak begitu ramah dan tertawa dengan lepas. Mengapa dia bisa tinggal di sini? Tapi kabar yang beredar di dunia persilatan memang bukan sekedar kabar bohong."

Ling Ying melihat keadaan di sana, tampak dia mengerutkan dahinya dan berpikir, "Rumah ini memang terlihat rapi tapi mengapa begitu kotor? Debu ada di mana-mana dan banyak sarang laba- laba di sudut-sudut rumah. Jika aku tidak melihatnya sendiri, mungkin aku tidak percaya kalau dia adalah seorang tabib sakti yang sombong dan tinggal di sebuah tempat kotor."

Dengan hati-hati Guan Ning meletakkan Gong Sun Zou Zu di dua bangku yang telah dijadikan satu. Dia melihat ke sekeliling dan berpikir, "Rumah ini seperti tempat tinggal penebang kayu, tapi meja dan kursi tersusun dengan rapi, jendelanya tampak bersih. Itu bukan kebiasaan seorang penebang kayu atau pemburu. Tabib ini tidak peduli dengan manusia atau dunia,  ada sayur atau tidak, dia hidup dengan sederhana, hanya saja aku tidak akan bisa seperti dia yang mempunyai kebesaran hati begitu luas, kalau mencari sebuah tempat sepi, menjauhi keramaian kota dan bersembunyi di sini, adalah merupakan suatu kehidupan yang menyenangkan dan nyaman."

Satu masalah yang sama pada satu tempat dan pada orang yang sama. Jika memandang dari sudut lain, hasilnyapun tidak akan sama.

Ling Ying dan Guan Ning dalam hati mereka masing-masing timbul berbagai macam pendapat tapi pendapat mereka tidak  ada yang sama. Terlihat pak tua berjenggot panjang itu sambil tertawa menerima para tamunya kemudian dia berjalan menghampiri Gong Sun Zuo Zu. Guan Ning terus mencari Shen San Niang tapi bayangannya tidak terlihat, lalu dia bertanya, "Karena salah jalan sehingga aku terlambat datang, apakah Tetua melihat Nyonya Shen?"

Pak tua itu tersenyum. Dia masih memperhatikan Gong Sun Zuo Zu dan membuka bajunya dan segera memeriksa lukanya. Dia menjawab, "Kalau Nyonya Shen tidak datang terlebih dulu, dia pasti akan merasa menyesal seumur hidupnya!"

"Apakah luka Tetua Xi Men bertambah parah lagi?"

"Sepanjang perjalanan tubuh Tetua Xi Men terbanting-banting sehingga lukanya memburuk, nyawanya sudah berada di ujung tanduk, kalau terlambat sedikit saja, sekalipun Hua Tuo (Tabib Tiongkok yang paling terkenal) hidup kembali, beliau juga tidak akan bisa menolongnya."

Dia berkata lagi, "Adik, kau sekarang tidak perlu merasa khawatir lagi. Tuan Xi Men sudah memakan obat yang kubuat. Dia sedang beristirahat. Nyonya Shen dan gadis itu sedang mengurusnya. Mereka tidak boleh diganggu saat ini, setelah melewati 3-5 jam, dia akan terlepas dari masa kristis."

Guan Ning menjawab dengan 'oh' panjang dan dia melihat ke arah pintu kamar lalu berkata, "Sungguh berbahaya!" Diam-diam dia berpikir, "Orang baik nyawanya pasti akan tertolong. Kalau Tuan Xi Men bisa sembuh kali ini, maka semua rahasia di Wisma Si Ming bisa terungkap."

Dia menghapus keringatnya, dan dia merasa sudah tenang. Terdengar Ling Ying berkata, "Tetua Xi Men telah meminum obat Cui Xiu Hu Xin Dan dariku, mengapa lukanya bisa bertambah parah?"

Dia melihat pak tua berjenggot panjang, sepertinya dia ingin mencari tahu rahasia tabib yang terkenal di dunia persilatan itu.

Pak tua itu memegang nadi Gong Sun Zuo Zu. Pelan-pelan dia membalikkan kepalanya. Sambil tersenyum dia melihat Ling Ying dan berkata, "Ternyata Nona adalah murid Huang Shan Cui Xiu yang terkenal di dunia persilatan itu, benar-benar membuatku kagum." Kata-katanya baru selesai, tawanya seperti ditarik dan dia melanjutkan lagi, "Cui Xiu Hu Xin Dan adalah obat yang selama ini selalu diributkan oleh orang-orang dunia persilatan tapi fungsinya hanya untuk menjaga kesehatan jantung dan membuat racun di tubuh Tetua Xi Men berhenti bereaksi. Kecuali tubuhnya terkena racun dia masih terluka dalam cukup parah. Racun memang berhasil dicegah oleh Cui Xiu Hu Xin Dan tapi luka dalamnya bertambah berat. ”

Ling Ying mengerutkan dahinya dan berkata, "Ternyata seperti itu. ”

Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan berkata, "Ilmu silat Tetua Xi Men begitu tinggi, siapa yang telah membuatnya terluka parah? Tabib adalah orang yang sangat berpengalaman, apakah Anda bisa melihat luka Tetua Xi Men berasal dari perkumpulan mana?"

Pelan-pelan pak tua ini bicara, "Aku bisa melihatnya tapi karena hal ini berhubungan dengan suatu masalah besar, sebelum mendapatkan bukti yang cukup kuat, aku tidak bisa sembarangan bicara ”

Muridnya yang bernama Zhang Pin membawakan 2 cangkir teh panas dan diletakkan di depan Ling Ying. Warna teh itu hijau dan sangat harum tapi cangkir teh itu sangat kasar dan jelek. Guan Ning lahir dari kalangan keluarga kaya. Begitu melihat cangkir teh itu, dia tahu kalau teh yang disuguhkan kepada mereka adalah teh yang terkenal. Setelah menempuh perjalanan jauh sekarang dia merasa haus dengan penuh semangat dia mengambil cangkir itu, Ling Ying tiba-tiba menepuk meja dan berkata, "Benar!"-

Meja dan kursi terbuat dari kayu kasar, setelah meja itu dipukul dengan semangat oleh Ling Ying, meja itu terlihat bergoyang dengan sangat kencang, membuat dua cangkir yang berisi teh itu panas bergeser dan terjatuh. Teh tumpah ke mana-mana, sorot mata pak tua itu tampak sedikit berubah, sepertinya Ling Ying tidak sadar. Dia berkata, "Menurutku, orang yang telah memukul Tetua Xi Men sampai terluka begitu parah adalah orang yang mempunyai ilmu silat tinggi, dan di dunia persilatan diapun mempunyai kedudukan tinggi. Tetua tidak mau memberitahukannya kepada kami mungkin karena Tetua takut akan sesuatu, apakah benar?"

Pak tua itu menjawab, "Itu sudah pasti." Dia berpesan kepada Zhang Pin, "Pin Er, ambilkan lagi 2 cangkir teh!"

Ling Ying tertawa dan berkata, "Tetua begitu perhatian kepada kami, aku merasa sangat berterima kasih, kami tidak berani meminta teh lagi. Kakak Zhang, tidak perlu mengambilkan teh lagi untuk kami."

Pelan-pelan dia membungkukkan badan dan membuang cangkir yang sudah pecah itu keluar ruangan. Guan Ning tampak mengerutkan dahinya, dia merasa marah karena Ling Ying telah berbuat begitu ceroboh.

Terlihat pak tua itu memeriksa luka Gong Sun Zuo Zu lagi, dia tidak melihat Ling Ying. Muridnya yang bernama Zhang Pin tampak berdiri dengan bengong di depan pintu. Matanya tampak berputar-putar, entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi tampaknya dia tidak bermaksud ingin membantu Ling Ying memungut pecahan cangkir itu. Guan Ning mulai merasaan apa yang terjadi hari ini, menimbulkan banyak kecurigaan.

Sorot mata Zhang Pin yang tampak kebingungan melihat ke arah pecahan mangkuk yang terlempar oleh Ling Ying, dalam benaknya kembali terpikir pada 17 mangkuk teh—yang dilihatnya di Wisma, tapi mayat yang ditemukannya hanya ada 15, sedangkan ada 17 mangkuk teh di  sana, sedangkan sisa dua cangkir itu....

Terdengar pak tua itu menarik nafas, pelan- pelan dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Pak tua ini karena merasa marah telah bertindak dengan tergesa-gesa, gerakannya menyerang ke bagian hatinya. Dia juga telah melewati pertarungan sengit kemudian masuk angin. Kelihatan penyakitnya sangat berat tapi setelah memakan obat yang akan kuberikan nanti dia pasti akan sehat kembali." Guan Ning merasa pikiran yang mengganjal sekarang bisa menjadi lega. Dia melihat Ling Ying yang saat itu sepertinya tidak mendengar  perkataan tabib itu, dia terus melihat ke bawah. Guan Ning merasa aneh....

Pak tua itu melotot pada muridnya, Zhang Pin. Dia berkata, "Kedua tamu kita datang dari jauh, sekarang mereka pasti merasa sangat haus, apakah kau tidak mendengar pesanku tadi?"

Zhang Pin menyahut lalu dengan pelan berjalan ke belakang rumah.

Guan Ning mengira Ling Ying akan melarangnya tapi sekarang dia malah berterima kasih tapi dia terus menatap sosok belakang Zhang Pin, matanya bersorot aneh.

Guan Ning mengikuti pandangan Ling Ying yang melihat Zhang Pin tapi Zhang Pin sudah masuk ke dalam.

Pak tua itu berjalan ke sudut ruangan dan membuka kotak obat yang tersimpan di sana. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dan tersenyum, "Mungkin kalian berdua sangat memperhatikan kondisi pasien dan perasaan kalian tidak tenang. Sebenarnya kalian tidak perlu merasa khawatir. Aku jamin dalam waktu 1 jam ini, pak tua Gong Sun akan sadar kembali."

Guan Ning menyahut, dalam hati dia berpikir, "Sepertinya aku mengenal sosok pak tua ini. dan

suaranya juga. ” Tiba-tiba Ling Ying berputar, dia masuk ke ruangan yang pintunya tertutup!

Pak tua itu sedang membungkukkan badan berniat akan memasukkan obat ke dalam mulut Gong Sun Zuo Zu. Melihat keadaan itu dengan cepat dia menghalangi gerakan Ling Ying, tapi terlambat. Tangan Ling Ying sudah mendorong pintu itu....

Di sana....

Sekarang bayangan biru itu secepat kilat berjalan ke depan Ling Ying, kedua tangannya membawa 2 cangkir teh yang masih tampak mengepul, ternyata dia adalah murid pak tua yang bernama Zhang Pin.

Terpaksa Ling Ying menurunkan tangannya, dia membalikkan badannya dan dengan ramah berkata kepada pak tua itu, "Aku mengkhawatirkan luka Tetua Xi Men, apakah lukanya tidak mengalami masalah? Aku lupa dengan pesan Tetua tadi, aku benar-benar minta maaf."

Kemudian dengan pelan dia berjalan kembali ke sisi meja. Pak tua itu dengan nada tidak senang berkata, "Aku tidak berbohong, anda tenang saja, Nona!"

Dia berjalan ke sisi Gong Sun Zuo Zu lagi.

Wajah Zhang Pin tampak datar, dia meletakkan cangkir itu di atas meja, setelah itu tangannya tampak terkulai di kedua sisi tubuhnya. Sekarang Guan Ning bisa mengerti apa maksud Ling Ying tadi, ternyata semua itu mengandung makna tertentu, karena itu diapun tidak terburu- buru minum tehnya, dia terus melihat Ling Ying.

Ling Ying sama sekali tidak  melihat ke arah cangkir itu, dia terus melihat gerak-gerik pak tua.

Pak tua itu membuka mulut Gong Sun Zuo Zu, dan bersiap-siap memasukkan obat ke dalam mulutnya....

Tiba-tiba Ling Ying berkata kepada Zhang Pin, "Tadi kulihat ilmu silat Kakak Zhang sangat cepat, tapi.... rasanya aku mengenal jurus itu, aku sekedar ingin bertanya, biasanya Kakak Zhang berkelana ke daerah mana saja?"

Sewaktu Ling Ying menanyakan hal itu, gerakan pak tua tampak berhenti seolah sedang mendengarkan percakapan mereka.

Segera dalam benak Guan Ning terbersit suatu bayangan yang sangat jelas, dia melihat Zhang Pin, wajah Zhang Pin seperti tertawa juga seperti tidak, hanya mengangkat sudut mulutnya saja, matanya tampak berkedip-kedip. Dia berkata, "Nona terlalu memuji, aku selalu mengikuti guru mempelajari ilmu ketabiban, dan sampai saat ini belum lulus, mana mungkin aku bisa berkelana di dunia persilatan?"

Ling Ying tersenyum, dia tidak bertanya lagi. Guan Ning adalah orang yang  sangat pintar, menghadapi hal seperti ini dia selalu berhati-hati, bayangan yang sempat melintas dalam pikirannya, dia seperti menangkap sesuatu dan diapun menangkap logat bicara Zhang Pin, segera semuanya terangkai dengan jelas....

Dia sadar ternyata Zhang Pin adalah salah satu dari laki-laki berbaju hitam itu yang pernah ditemuinya di kuil, dan dia adalah laki-laki berbaju hitam dengan perawakan pendek. Tapi Guan Ning tidak segera mengambil kesimpulan bahwa Zhang Pin adalah orang itu, dia hanya melihat Ling Ying dengan sorot mata bertanya.

Ling Ying membalas tatapannya dan tersenyum mengerti.

Zhang Pin mendekati pak tua itu dan dengan suara kecil dia bertanya, "Mereka tidak mau minum, sekarang bagaimana?"

Walaupun suaranya kecil dan berbisik tapi karena Ling Ying sepenuh hati mendengarkan ucapannya dia bisa mendengar dengan jelas. Kata- katanya sangat sederhana, tapi Ling Ying mendengar semuanya dengan jelas....

Tiba-tiba dia berteriak, "Nyonya Hong Pao (baju merah)!"

Zhang Pin dengan cepat membalikkan kepalanya melihat Ling Ying, dia kelihatan marah.

Pak tua itu segera mundur ke pinggir.... Ling Ying meloncat menunjuk Zhang Pin dan berkata, "Kau adalah ketua Wisma Si Ming, Hong Pao Ke!"

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba membuat Guan Ning seperti menemukan titik terang, tapi segera menghilang lagi, dia berpikir, "Suami istri Wisma Si Ming sudah mati dan aku sendiri yang menyaksikan mayat mereka ada di sana, mengapa Ying Er begitu yakin kalau mereka berdua ini adalah suami istri Hong Pao, apalagi ”

Pikirannya belum selesai dijalin, dia mendengar suara tawa yang menyeramkan, ternyata suara itu berasal dari pak tua berjanggut itu, dia mengenal suara itu, dan diapun menolehkan kepalanya untuk melihat.

Kedua mata pak tua itu terlihat sangat bersemangat dan saat ini dia sedang menatap Ling Ying, lalu berkata, "Nona benar-benar sangat pantas menjadi murid Huang Shang Cui Xiu, pikiranmu bergerak sangat cepat, membuat orang kagum kepada Nona, tapi. ”

Sambil tertawa dengan keras dia membersihkan wajahnya.

Setelah tawanya berhenti wajah pak tua itu sudah berubah menjadi laki-laki setengah baya yang tampan.

"Sayangnya kalian sudah berada di tangan kami, Nona harus menunggu reinkarnasi dulu baru bisa menyampaikan rahasia besar ini kepada dunia persilatan."

Nada bicaranya penuh dengan penghinaan.

Zhang Pin memutar tubuhnya, wajahnya yang terlihat kuning seperti sakit sekarang berubah menjadi seraut wajah yang cantik, sambil tertawa dia berjalan mendekati Ling Ying dan berkata, "Nona, ilmu silatmu sangat bagus, selain itu kau pintar dan cantik." Dia menghela nafas dalam- dalam seperti menyesali sesuatu dan dia berkata lagi, "Aku benar-benar tidak tega mengirimmu ke neraka." Sekarang Guan Ning tidak ragu lagi, ternyata laki-laki dan perempuan yang ada di depan matanya sekarang ini adalah suami istri pemimpin Wisma Si Ming, yang pernah dilihatnya dalam bentuk mayat di Wisma Si Ming. Anehnya di dunia persilatan ini, ternyata ada orang yeng begitu mirip.

Sekarang suami istri ini menganggap bahwa kematian orang-orang di Wisma Si Ming adalah hal yang sepele dan bukan merupakan sesuatu yang aneh. Dia marah dan berkata, "Aku lihat wajah kalian tampan dan cantik, tapi hati kalian beracun seperti ular berbisa, pantas Tuan Muda. ”

Tiba-tiba dia teringat kalau dia menyebut nama Gong Sun Yong itu bukanlah suatu hal yang baik, karena itu segera dia mengalihkan pembicaraan....

Hong Pao Ke meloncat ke depannya dan membentak, "Diam! Waktu itu kalau bukan karena terjadi kebakaran di kuil kau pasti sudah mati di tanganku, kali ini aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi!"

Guan Ning baru mengerti, "Ternyata dua laki- laki berbaju hitam itu adalah suami istri Wisma Si Ming, waktu itu kalau bukan karena Shen San Niang datang, aku dan Ying Er pasti sudah mati, tapi kali ini. ”

Mengingat hal ini dia merasa tegang dan tanpa terasa dia mundur beberapa langkah.

Terdengar Ling Ying berteriak, "Nanti dulu!"

Terlihat Ling Ying tertawa, dia masih bisa tenang dalam keadaan seperti ini, dia melihat Nyonya Hong Pao. Guan Ning berpikir, "Ying Er sangat pintar, mungkin dia sudah terpikir suatu cara untuk melawan mereka."

Nyonya Hong Pao tersenyum kepada Ling Ying, "Nona, apakah ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan?"

Ling Ying mengangguk dan diapun tertawa, "Benar, Nyonya tadi mengatakan kalau aku adalah gadis pintar, sebenarnya kalau dibandingkan dengan kepintaran Nyonya aku masih kalah jauh."

Nyonya Hong Pao tertawa, "Sudahlah, kau jangan memujiku lagi. Ada hal apa lagi yang ingin kau sampaikan, cepat katakan sekarang, nanti tidak akan sempat lagi!" Tiba-tiba wajah Ling Ying memerah, dia menundukkan kepalanya dan berkata, "Tidak ada hal lain yang ingin disampaikan, hanya saja dia. ”

Kepalanya lebih ditundukkan lagi, suaranya semakin rendah dan sudut matanya melirik Guan Ning.

Nyonya Hong Pao tertawa, "Aku mengerti, adik kecil, kau tidak perlu merasa malu, kalian adalah sepasang Yuan Yang (nama burung) yang bernasib sama, bila ada kata-kata yang belum sempat terungkapkan, nanti sepanjang perjalanan kalian menuju neraka, kalian bisa mengobrol dengan puas!" Dia berjalan dua langkah.

Ling Ying sedikit mengangkat kepalanya dan berkata, "Nyonya sangat pintar, masa Nyonya tidak melihat kalau si bodoh itu tidak mengerti isi hatiku?"

Guan Ning terpaku, "Kau sayang  kepadaku, masa aku tidak tahu itu?"

Tapi setelah dipikir-pikir, segera dia mengerti dan pura-pura seperti baru tersadar, dengan suara bergetar dia berkata, "Apakah perkataanmu itu benar, Ying Er?" Dia segera berjalan mendekati Ling Ying dan mencium Ling Ying.

Hong Pao Ke membentak, "Diam di sana!" Sambil tertawa seram dia berkata lagi, "Kalian berdua baru makan nasi beberapa hari, sudah berani menipuku!" Segera dia berkata kepada Nyonya Hong Pao, "Lebih baik cepat kirim mereka ke neraka, kalau tidak aku takut akan terjadi perubahan yang tidak terduga!"

Mereka mulai menyerang.

Guan Ning berteriak, "Nanti dulu!" Dia mundur beberapa langkah.

Hong Pao Ke mendekat dan bertanya dengan dingin, "Apa lagi pesan terakhir yang ingin kau sampaikan?"

Tanya Guan Ning dengan tenang, "Tuan telah membunuh 15 orang, semua tujuan itu adalah untuk mendapatkan Ru Yi Qing Qian yang sulit ditemukan, apakah Tuan tidak ingin tahu di mana keberadaan Ru Yi Qing Qian sebenarnya?"

Hong Pao Ke berhenti melangkah, sorot matanya yang tajam terus menatap Guam Ning, seperti ingin mengorek isi hati Guan Ning....

Senyum Nyonya Hong Pao menghilang, dia melihat Guan Ning sedangkan Ling Ying tidak berkata apa-apa.

Dalam hati Guan Ning menghela nafas, "Kekuatan sihir Ru Yi Qing Qian benar-benar hebat, bisa membuat seseorang yang kecanduan membunuh melepas keinginannya. Berarti kabar yang mengatakan kalau Ru Yi Qing Qian adalah benda sial, ternyata benar, tapi aku. ” 

Hong Pao Ke tampak mengerutkan dahi dan tertawa dingin, "Di depan malaikat maut kau masih berani berbuat macam-macam?" Dia menyerang dengan cepat.

Guan Ning telah berhasil menenangkan dirinya, lalu diapun melihat serangan Hong Pao Ke, dia mengangkat tangan kirinya dan tangan kanannya dengan cepat menepis tangan kanan lawan.

Jurus aneh ini Guan Ning ambil dari catatan yang terdapat di dalam Ru Yi Qing Qian, Hong Pao Ke pernah melihat dan mengalami sendiri jurus itu kemarin malam, walaupun dia tahu Guan Ning tidak dapat meneruskan jurus ini tapi dia tetap tidak dapat mencairkan serangan Guan Ning karena itu terpaksa Hong Pao Ke mundur beberapa langkah. Sedangkan Ling Ying sudah bertarung dengan Nyonya Hong Pao, terlihat kilatan cahaya sepanjang setengah meter dan muncullah 9 kuntum cahaya pedang yang tampak berkilau, gerakannya cepat seperti kilat. Menyerang ke arah nadi penting Nyonya Hong Pao....

Nyonya Hong Pao tampak tertawa dan berkata, "Adik kecil, ternyata kau ingin melawanku!"

Dia berhasil menepis serangan pedang Ling Ying dan dia segera menotok nadi pundak Ling Ying.

Tapi Ling Ying membungkukkan badannya dan pedang yang diputarnya tampak membentuk lingkaran, kemudian pedang itu naik ke atas, menepis pergelangan lawan, dari sudut matanya dia bisa melihat Guan Ning yang sedang memaksa Hong Pao Ke untuk mundur, Ling Ying merasa sedikit tenang dengan cepat dia mengeluarkan tiga serangan, tenaga yang keluar seperti hujan dan air bah.

Nyonya Hong Pao tersenyum, dia hanya beberapa kali menghindar dan berhasil mencairkan serangan Ling Ying, sekarang dia mulai menyerang tempat-tempat penting di tubuh Ling Ying.

Dari pertarungan kemarin malam di kuil itu, Ling Ying tahu walaupun Guan Ning menguasai beberapa jurus aneh tapi jika bertarung dalam waktu yang lama dia pasti akan dikalahkan oleh Hong Pao Ke, karena itu dari sudut matanya dia selalu memantau gerakan Guan Ning.

Walaupun Guan Ning hafal dengan jurus- jurus yang terdapat di dalam Ru Yi Qing Qian tapi itu hanya berupa teori sedangkan prakteknya  dia sama sekali tidak ada, maka dia hanya bisa mengeluarkan 3 jurus yang pernah digunakannya—

Hong Pao Ke tertawa dengan sinis, "Ternyata jurusmu hanya sedemikian rupa!"

Kemudian tangan Hong Pao Ke mulai bergerak, bayangan telapak tangannya mengelilingi tubuh Guan Ning, membuat Guan Ning kalang kabut dibuatnya.

Ling Ying merasa cemas dan gerakannya terburu-buru, tapi dia juga sudah terkurung oleh jurus-jurus Nyonya Hong Pao, dia sama sekali tidak bisa membebaskan diri. Tiba-tiba Guan Ning membentak, tubuhnya melenting, satu kakinya berputar dan ternyata dia bisa melepaskan diri dari serangan Hong Pao Ke.

Guan Ning berdiri dengan tegak, dia tampak sedang berpikir, terhadap keadaan di sekelilingnya sepertinya dia tidak peduli. Hong Pao Ke merasa aneh melihat bocah itu, apa yang sedang dilakukan.

Ternyata Guan Ning sedang memikirkan kembali jurus yang tiba-tiba saja dikeluarkan, menurut catatan di dalam Ru Yi Qing Qian, jurus ini sangat dahsyat kalau sudah benar-benar dilatih. Walaupun menyerang secara bertubi-tubi, dia masih bisa dengan tenang mengeluarkan serangan dan bahkan bisa membalas serangan lawan.

Tadi dia telah mengeluarkan jurus itu, benar- benar seperti yang tertulis di dalam catatan itu, dalam hati dia merasakan kegembiraan besar, dia merasa catatan itu banyak manfaatnya, sekalipun dia berada dalam bahaya dia tidak tidak merasakan bahaya bahkan lupa dengan keadaan di sekelilingnya.

Ling Ying melihat keadaan Guan Ning seperti itu, dia membentak menyadarkan Guan Ning, "Xiao Guan, kau sedang apa?"

Dia memaksa Nyonya Hong Pao mundur  dan siap bergabung dengan Guan Ning tapi Nyonya Hong Pao malah tertawa, "Jangan macam-macam, jika masih ada yang ingin disampaikan, bicarakan saja nanti di neraka!"

Dia menghindari serangan pedang Ling Ying, tiba-tiba dia menyerang, membuat Ling Ying mundur lagi.

Tiba-tiba Guan Ning berteriak, "Berhenti semua!

Dengarkan dulu perkataanku!"

Bayangan orang yang bertarung segera berhenti, Nyonya Hong Pao dan Ling Ying  pun segera berhenti, mereka berdiri dengan diam.

Sambil membereskan rambutnya Nyonya Hong Pao bertanya, "Apakah adik kecil ingin mengobrol terlebih dulu dengan kekasihmu?"

Wajah Guan Ning berubah, dia berkata kepada Hong Pao Ke, "Kau tidak bisa memecahkan jurus tadi, apakah kau tahu jurus itu berasal dari mana?"

Hong Pao Ke terpaku, dia berpikir, "Bocah ini tidak terlalu banyak menguasai ilmu silat, tapi jurus yang dikeluarkannnya sangat tidak masuk akal, bahkan membuat orang menjadi bingung dibuatnya, apakah. ”

Tapi di bibir dia tetap dengan masa bodoh berkata, "Ilmu silatmu memang sedikit aneh, tapi tidak terlalu mengagumkan, dari segi mana kau membanggakannya?"

Guan Ning tersenyum dengan santai dia menjawab, "Ilmu silat yang selama ini selalu kau inginkan dan tercatat di dalam Ru Yi Qing Qian, apakah kau tidak. ”

Suami istri Hong Pao terlihat mengangguk dan mereka sudah saling mengerti.

Guan Ning pura-pura tidak melihatnya, dia terus bicara, "Aku hanya mengeluarkan sebagian jurus, dan kau sudah menyaksikan kehebatannya, tapi aku tidak ingin memiliki ilmu itu seorang diri, aku ingin. ”

Hong Pao Ke membentak dan  melotot kepadanya, "Kau menginginkan apa?"

Guan Ning menatap matanya yang tampak serakah, dengan sengaja dan pelan-pelan dia berkata, "Tapi dia. ”

Dia menunjuk Ling Ying, "Begitu dia membuka kedok istrimu, aku langsung mengetahui kalau peristiwa di Wisma Si Ming, 15 nyawa telah melayang, dengan cara apa kalian berhasil melenyapkan mereka, kecuali ada suatu hal yang terlihat sedikit tidak menyambung, demi memenuhi keingin-tahuanmu, aku ingin menyampaikan di mana keberadaan Ru Yi Qing Qian yang asli, bagaimana menurutmu, Tuan?"

Hong Pao Ke tertawa dingin, "Kau mengatakan kalau kau sudah mempelajari ilmu rahasia itu, ternyata kau berbohong lagi!"

Dia maju beberapa langkah. Nyonya Hong Pao tertawa dingin, dia menghalangi langkah Ling Ying, kemudian tertawa, "Adik kecil, jangan merasa takut dia belum mengatakan kalau Ru Yi Qing Qian ada di tubuhnya bukan?"

Guan Ning pelan-pelan berkata, "Ru Yi Qing  Qian yang asli berjumlah 18 buah,  aku hanya mendapatkan satu, sedangkan 17 lainnya. Tuan

dan Nyonya bisa memikirkan ada di mana bukan"

Suami istri itu saling pandang, seperti saling bertanya, apakah kata-kata Guan Ning tadi benar atau dia hanya sekedar menipu mereka? Keadaan menjadi sunyi dan sepi.

Di luar sana, di jalanan menuju gunung, Jue Wang Fu Ren Shen San Niang sedang mengkuti jejak roda kereta, dia memacu keretanya bergerak dengan cepat.

Sambil berjalan Jue Wang Fu Ren berpikir, "Ling Ying pernah mengatakan kalau tabib sakti itu tinggal di Miao Feng Shan, mengapa dia bisa menempuh jalan bercabang? Dan masih ada jejak seekor kuda yang berjalan bersama dengan kereta itu, siapakah penunggang kuda itu?"

Karena semua ini terasa mencurigakan, dia memacu keretanya berjalan lebih cepat.

Di dalam rumah, dalam suasana sepi dan hening, Ling Ying menunggu dan mendengar apa yang akan terjadi, semua terlihat di wajahnya. Hanya Guan Ning yang terlihat santai menunggu jawaban suami istri itu.

Suami istri Hong Pao sudah lama terkenal, mereka sangat berpengalaman dan penglihatan mereka sangat tajam. Hanya dalam waktu sekejap mereka sudah tahu ada sesuatu yang harus dicurigai.

Hong Pao Ke membentak, "Tak tahu diri! Kau hanya mimpi! Sebelum kau mati, Ru Yi Qing Qian akan jatuh di tanganku, untuk apa kau mengajukan beberapa syarat?"

Tangannya diayunkan dan dengan cepat menyerang Guan Ning.

Walaupun wajah Guan Ning terlihat santai tapi dalam hati dia merasa sangat cemas, rasa cemasnya lebih dari Ling Ying, semua hanya akal- akalannya saja supaya bisa mengulur waktu, ternyata siasatnya diketahui oleh suami istri Hong Pao, dia merasa takut dan tidak tenang, tiba-tiba dia mengangkat tangan kirinya dan tangan kanannya mulai menyerang.

Walaupun Hong Pao Ke menertawakan Guan Ning karena hanya memiliki ilmu  hanya sedemikian rupa tapi dia tetap waspada. Begitu melihat lawan membalas dengan mengayunkan tangan, dia segera menggeser kakinya, dan  menarik tangan kanannya, kemudian dia berputar ke belakang Guan Ning, mencoba untuk menotok nadi Guan Ning. Guan Ning dengan cepat memutar tubuhnya, dan tangannya membalik ke atas, tangan kiri mengeluarkan serangan, kelima jarinya sedikit dilipat, dia mencengkram pergelangan tangan kanan Hong Pao Ke. Tangan kanan, jari telunjuk, dan jari tengah siap menyolok ke arah lawan.

Jurus ini sangat aneh, menotok musuh yang sedang menyerang, semua posisi dan waktunya sangat tepat, maka dalam waktu yang singkat ini Guan Ning berhasil mengeluarkan satu jurus aneh lagi!

Hong Pao Ke masih terus menyerangnya, tiba- tiba Guan Ning berteriak, "Siapa yang menginginkan Ru Yi Qing Qian, kejar aku!"

Siapa yang akan tahu—

Tiba-tiba di depannya Hong Pao Ke sudah menghalangi langkahnya, dia tertawa, "Apakah adik ingin meninggalkan kekasihmu dan melarikan diri? Aku tidak setuju dengan perbuatanmu!"

Dia menyerang dengan tenaga seperti angin ribut, seperti gelombang di Zhang Jiang dan Huang He.

Ling Ying ternyata juga dihalangi oleh Hong Pao Ke, membuat kakinya tidak bisa bergeser sedikitpun.

Ling Ying mulai tahu mengapa Hong Pao Ke bisa terkenal? Ketika menyerang, jurus yang mereka lancarkan tidak akan mendapatkan hasil banyak, hanya meminta supaya mereka tidak kalah.  Setelah beberapa jurus dikeluarkan, dia teringat pada pertarungan terakhir kemarin di kuil tua itu. Dia memarahi dirinya sendiri, "Dasar pikun!"

Segera dia mengubah jurus-jurusya, pedangpun digerakan, walaupun ilmu silat Hong Pao Ke hebat tapi menghadapi ilmu pedang Huang Shan Cui Xiu, dia tidak terlalu mengerti. Karena dia diserang oleh Ling Ying terus menerus maka dia hanya bisa mengandalkan gerakan tubuhnya yang cepat dan kekuatan telapak untuk menghindari semua serangan Ling Ying, dia hanya menyerang sekali- kali.

Tapi Guan Ning yang sedang berada di sebelah sana dipaksa menghadapi jurus-jurus ganas milik Nyonya Hong Pao, membuat dia tidak ada waktu untuk berpikir, walaupun mempunyai teknik banyak tapi gerakannya tidak tersusun. Jika tadi dia tidak menggunakan jurus secara bergantian sehingga dia bisa menghindari bahaya beberapa kali, mungkin sejak tadi dia sudah terbunuh oleh Nyonya Hong Pao. Tapi jika terus berlanjut....

Nyonya Hong Pao tahu kalau kemenangan sudah ada di tangannya, dengan tersenyum dia melihat Guan Ning kemudian dia berhasil menepuk pundaknya. Guan Ning merasa sakit, Tubuhnya mulai limbung.

Tiba-tiba Nyonya Hong Pao mengubah tangannya membentuk cakar, dia mencengkram nadi tangan kanan Guan Ning dan berkata, "Kau berbaring baik-baik di sini!"

Tapi Guan Ning berusaha memberontak....

Nyonya Hong Pao merasa ada tenaga besar datang dari pergelangan tangan Guan Ning, membuat kelima jarinya tidak kuat memegang.

Terlihat Hong Pao Ke terus berteriak, suaranya menggetarkan bubungan rumah. Nyonya Hong Pao melihat suaminya terdesak oleh Ling Ying, posisinya berada di sudut ruangan, kaki dan tangan tidak bisa digerakkan, tampaknya dia akan terluka di bawah pedang Ling Ying,  maka ketika dia melihat Guan Ning berusaha memberontak dia ingin segera membanting Guan Ning. Tapi sekarang dia malah berlari ke arah Ling Ying dan berkata, "Adik kecil, aku akan menemanimu bermain-main."

Segera dia menotok nadi Ling Ying di bagian pinggang. Ling Ying berusaha menghindar dan membalikkan badan untuk menusuk Nyonya Hong Pao. Tapi dia bertanya, "Xiao Guan, bagaimana perasaanmu sekarang?"

Sambil bicara dia mulai menyerang Nyonya Hong Pao, "Tidak apa-apa! Kau harus berhati-hati. ”

Kata-kata Guan Ning baru selesai, Hong Pao Ke diam-diam menghampiri mereka. Tangan kiri berusaha memukul ke arah dada dan  tangan kanan menebas ke rusuk Guan Ning. Rasa sakit di siku Guan Ning belum menghilang, badan bagian kanannya sedikit kaku. Begitu melihat Hong Pao Ke mulai menyerangnya, dia berusaha menghindar. Tapi kakinya tersandung oleh kursi dan tubuhnya mulai limbung lalu terjatuh. Hong Pao Ke tertawa sinis, kedua tangannya siap menebas.

Saat Hong Pao Ke merasa senang, tidak ada seorangpun yang tahu bahwa ada kereta datang dan sesosok bayangan langsing dan tinggi tiba-tiba muncul di depan pintu, dia mengerutkan dahi, tangan terangkat, jarinya menunjuk....

Segera Hong Pao Ke  memegang pinggangnya kemudian diapun terjatuh. Sepasang matanya memancarkan rasa sakit, ketakutan, dan kecewa melihat ke arah pintu. Sambil terengah-engah dia berkata, "Kau, kau lagi ”

Suaranya semakin kecil semakin tidak terdengar....

Guan Ning berhasil lolos dari maut. Dia berteriak, "Nyonya, kau datang tepat pada waktunya. ”

Tiba-tiba dari sudut rumah ada yang menjerit, kemudian Nyonya Hong Pao terlihat sedang memegang dadanya, lalu dia keluar terburu-buru, badannya sempoyongan. Kedua kakinya terasa lemas dan diapun terjatuh di sisi Hong Pao Ke, dari sela-sela jari terlihat darah segar mengalir. Ling Ying memegang pedangnya, lalu pelan- pelan mendekati Nyonya Hong Pao, melihat sebentar, kemudian pedang dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.

Nyonya Hong Pao dengan marah berkata, "Apakah orang yang bertemu denganmu harus selalu merasa putus harapan?"

Jue Wang Fu Ren tertawa, dia menunjuk Guan Ning dan Ling Ying, dengan lembut dia menjawab, "Mereka berdua tidak merasa putus harapan, sebaliknya mereka malah mempunyai harapan besar!" Kata-kata ini membuat Guan Ning dan Ling Ying tertawa.

Tiba-tiba Guan Ning berteriak, "Nyonya, mana tetua Xi Men? Apakah Anda sudah bertemu dengan tabib sakti itu?"

Jue Wang Fu Ren Shen San Niang menggelengkan kepala dan berkata, "Aku sengaja berbalik arah untuk mencari kalian supaya kalian bisa menunjukkan jalan. Siapa yang bakal menduga kalau kalian akan bertemu dengan suami istri ini. Apa yang telah terjadi?"

"Ceritanya panjang, lebih baik kita cari tabib sakti itu dulu,” jawab Ling Ying.

Setelah berkata seperti itu dia tidak melihat ke arah suami istri Si Ming lagi, dengan cepat dia naik ke atas kereta. Guan Ning menggendong Gong Sun Zuo Zu keluar dari pintu. Dalam hati dia menarik nafas, "Kalian berdua sebenarnya adalah sepasang suami istri yang serasi, karena serakah maka akibatnya menjadi seperti ini, sekarang kalian berlumuran darah dan roboh, bukankah keadaan kalian sekarang seperti keadaan suami istri yang mati di Wisma Si Ming? Tuhan memang adil!"

Guan Ning masih merasa tidak enak. Ling Ying sudah berteriak, "Xiao Guan, apakah kau tidak  tega meninggalkan mereka?"

Dengan cepat Guan Ning menggendong Gong Sun Zuo Zu meninggalkan rumah yang seumur hidup tidak akan pernah dilupakannya. Dia menaruh Gong Sun Zuo Zu ke dalam kereta kemudian diapun naik ke atas kereta dan duduk bersama dengan Ling Ying, kereta menggelinding  ke jalan besar.

Matahari sudah berada di sebelah barat. Dua kereta berjalan dijalan besar membuat jalan dipenuhi dengan debu berwarna coklat. Setelah tiba di Miao Feng Shan, kereta baru berjalan dengan pelan. Begitu memasuki pegunungan kira- kira setengah kilometer, turun seorang pemuda yang tampan dari kereta—Guan Ning.

Pelan-pelan dia bertanya kepada petani yang sedang membereskan alat bercocok tanamnya, "Permisi, apakah di Miao Feng Shan sini tinggal tabib sakti?" Pak tani yang sudah tua itu menjawab sambil menggelengkan kepala, "Di gunung ini hanya ada seorang tabib biasa, sifatnya aneh. Kami tidak pernah tahu kalau di Miao Feng Shan tinggal tabib sakti."

Guan Ning merasa sangat senang, dia menanyakan dengan jelas jalan menuju Miao Feng Shan kemudian dia berunding dengan Jue Wang Fu Ren. Mereka mengambil suatu keputusan, tidak masalah bila tabibnya tabib biasa, kemudian mereka menggendong Gong Sun Zuo Zu dan Xi Men Yi Bai turun dari kereta, dengan ilmu meringankan tubuh mereka berlari ke atas gunung.

Hanya memakan waktu kira-kira waktu untuk makan nasi, mereka sudah memasuki pegunungan mengikuti petunjuk pak tani itu. Terlihat ada beberapa rumah papan berada di dalam hutan itu, dengan cepat mereka berlari ke arah sana dan mengetuk pintu.

Lama baru terdengar ada jawaban dari seorang tua, "Masuk!" Suaranya bernada dingin.

Ling Ying mendorong pintu dan masuk  kemudian disusul dengan Shen San Niang yang sedang memapah Xi Men Yi Bai dan Guan Ning menggendong Gong Sun Zuo Zu .

Perabot rumah itu sangat sederhana, tapi  jendela dan pintu terlihat sangat bersih. Lantai disapu dengan bersih, di tengah-tengah ruangan terlihat ada dipan yang terbuat dari batu, di atas dipan terlihat ada seorang pak tua kurus yang sedang duduk bersila.

Dengan mata setengah terbuka dia melihat mereka masuk, tiba-tiba dia melambaikan tangan kepada Jue Wang Fu Ren dan  berkata, "Kemarilah!" Kata sederhana ini terdengar oleh Jue Wang Fu Ren. Dengan cepat dia sudah menggendong Xi Men Yi Bai ke depan pak tua itu dan berkata, "Yi Bai terkena racun dari orang jahat, dia kehilangan ingatan dan keadaannya sangat berbahaya, aku berharap pak tua. ”

Pak tua itu mengangguk, dia memberi kode supaya Jue Wang Fu Ren tidak banyak bicara lagi. Kemudian kedua matanya yang tajam melihat Xi Men Yi Bai dari kepala hingga kaki. Kedua alisnya yang putih semakin berkerut seperti menemukan hal yang sangat sulit.

Jue Wang Fu Ren, Shen San Niang melihat tingkah laku pak tua itu, dia merasa sangat tegang jantungnya seperti siap meloncat keluar dari rongga dadanya. Kedua matanya menatap lurus ke arah tabib itu, mungkin tabib ini akan membuatnya kecewa, tapi dia tidak berani membuka mulut untuk bertanya.

Suasana di dalam ruangan terasa sangat sepi seperti sedang berada di kuburan. Mereka masing- masing hanya bisa mendengar detak jantung mereka sendiri. Waktu seakan ikut berhenti,harapan Shen San Niang ikut berubah. Tiba-tiba pak tua kurus itu menarik nafas panjang kemudian pelan-pelan dia menggelengkan kepalanya dan menyuruh  Shen San Niang kembali.

Shen San Niang dengan putus asa berteriak, "Maksud Anda adalah. ”

Pak tua tidak berekspresi, dia hanya

mengangguk dan sekali lagi menyuruhnya

mundur.   

Shen San Niang berlutut dan berteriak, "Tidak! Tidak! Yi Bai tidak boleh mati. Dia.... dia  tidak boleh mati!"

Pak tua kurus itu menjawab, "Semua orang akan mati, apakah dia pengecualian?"

Ling Ying berkata, "Tetua Xi Men sudah meminum obat Cui Xiu Hu Xin Da, bila pak tua ”

Pak tua itu tetap menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jantungnya memang belum berhenti tapi organ tubuhnya sudah cacat, kalian masih bisa membiarkan jantungnya terus berdetak, kalian sudah harus merasa puas."

Kemudian dia memerintah Guan Ning naju ke depannya. Guan Ning menggendong Gong Sun Zuo Zu ke depan pak tua itu. Dia memberi hormat, "Tetua ini sakit berat tapi aku tetap berharap pak tua bisa mengobati Tetua Xi Men terlebih dulu. ” Tapi pak tua itu langsung berjalan melewati Jue Wang Fu Ren dan mengambil alih  Gong Sun Zuo Zu dari pelukan Guan Ning dan dibawa ke ruangan sebelah, dia tidak melihat mereka lagi. Guan Ning tidak menyangka kalau tabib sakti itu begitu dingin. Dia berteriak, "Tuan Besar. ”

Tapi pintu sudah ditutup dengan rapat. Guan Ning bengong berdiri di depan pintu. Lama....

lama.... tiba-tiba dia mendengar desah nafas ringan. Ling Ying yang berada di sisinya berkata, "Xiao Guan, jangan bengong lagi! Kau lihat keadaan Jue Wang Fu Ren, sekarang kita harus bagaimana?"

Shen San Niang masih berlutut di bawah, dia terus menangisi Xi Men Yi Bai yang berada di dalam pelukannya. Wajahnya  tampak kebingungan, air matanya terus bercucuran, setetes demi setetes berjatuhan ke tubuh Xi Men Yi Bai. Cahaya kehidupan yang biasa terlihat di matanya seperti menghilang mengikuti kematian Xi Men Yi Bai.

Guan Ning dan Ling Ying tahu jika orang yang kita cintai pergi dan tidak akan kembali, ini adalah hal yang paling menyedihkan di dunia ini, orang ketiga tidak akan bisa merasakan kesedihan ini.

Guan Ning melihat Jue Wang Fu Ren, tangannya terus menggenggam tangan Ling Ying dan berkata, "Kita jangan berpisah lagi." Ling Ying membiarkan tangannya dipegang, dari sorot mata Guan Ning, dia 'bisa mendengar jeritan hati Guan Ning....

Setelah melewati waktu yang lama—

Tiba-tiba Jue Wang Fu Ren Shen San Niang menarik nafas panjang, pelan-pelan dia melihat Ling Ying dan berkata, "Sudah.... waktunya. kita

pergi!"

Kata-kata singkat ini seperti telah menghabiskan tenaga sangat besar, setiap kata mengandung kesedihan dan keputus-asaan. Dalam hidupnya dia sering membuat orang menjadi putus  asa, sekarang dia mendapat gilirannya.

Guan Ning dan Ling Ying saling memandang. Merekapun ikut menarik nafas. Ling Ying berkata, "Betul, sudah waktunya kita pergi."

Guan Ning ikut menarik nafas, "Mari kita pergi!"

Angin yang berhembus membuat Guan Ning menggigil kedinginan, dia menolehkan kepalanya melihat Ling Ying karena sekarang selain dari sorot mata Ling Ying, dia tidak bisa menemukan kehangatan lainnya.

Musim dingin sudah berlalu, musim semi akan segera tiba tetapi angin yang berhembus masih terasa dingin. Angin sepoi-sepoi membawa harum bunga Ding Xiang, masuk melalui jendela dan melewati rambut seorang perempuan yang sedang duduk di sana, matanya terlihat penuh dengan kesedihan.

Salju yang mencair mengalir melalui batu yang ada di belakang dan masuk ke sebuah parit kemudian bermuara di kolam teratai. Malam segera tiba....

Dia tidak bergerak hanya duduk di sisi jendela. Malam gelap menenggelamkan bumi tapi dia tetap tidak berniat menyalakan lilin.

Pintu yang ada di belakangnya tampak terbuka sedikit, ada cahaya masuk dari luar, tampak dua orang gadis membawa rantang. Dengan pelan mereka memasuki taman, di belakang mereka terlihat seorang laki-laki dan seorang perempuan berwajah cantik. Wajah merekapun seperti penuh dengan kesedihan.

Gadis ini memegang tangan pemuda. Dia berkata pelan, "Di taman tidak ada lampu, apakah Shen San Niang sudah tidur?"

Pemuda menghembuskan nafas dan berkata, "Mungkin belum."

Gadis itu mengerutkan alis, "Aku berharap dia bisa tidur walau sebentar, beberapa hari ini dia terlihat sangat lelah."

Kemudian terdengar dua hembusan nafas panjang mengikuti arah angin. Nafasnya terdengar begitu ringan tapi perempuan berbaju duka itu segera tahu, "Adik Ying, masuklah!" Gadis ini dengan cepat berjalan memasuki kamar yang letakanya berada di sebelah selatan dan berkata, "San Niang, ini aku."

Pelayan meletakkan r antan g yang berisi sayur dan nasi di atas meja kemudian mereka menyalakan lilin, dengan bantuan cahaya lilin yang redup, terlihat San Niang begitu lelah dan sedih.

Perempuan itu berkata, "Xiao Guan, masuklah!"

Perempuan itu tidak bergerak, kesedihan telah menekan tubuh dan pikirannya. Pada saat membuka rantang terlihat ada, 6 macam sayur yang kelihatan enak dan 3 pasang alat makan serta cangkir. Ling Ying dengan suara kecil berkata, "San Niang, aku dan Xiao Guan datang untuk menemanimu makan, bagaimana?"

Di bibir perempuan itu terlihat senyuman, senyuman itu bukan berarti dia merasa gembira, karena dia merasa sangat berterima kasih kepada perhatian yang diberikan Ling Ying dan Guan Ning.

Dia menghela nafas, "Kalian.... kalian benar- benar baik kepadaku."

Kemudian dia berkata lagi, "Adik Ying,  sepertinya kau terlihat lebih kurus."

Kata-kata sederhana ini sudah mengandung banyak perasaan dan perhatian, selama ini gadis itu belum pernah merasakan perhatian dari seseorang. Mata yang bersinar dan tampak bening itu terlihat berusaha menahan air mata diapun tertawa, "San Niang, jika kau tidak mau makan, aku juga tidak mau makan. Apa kau.... kau tega menyuruhku lebih kurus lagi?"

Bibir perempuan yang mengenakan baju duka ini terlihat bergerak tapi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya, hanya terlihat air  matanya terus menetes.

Pemuda itu terpaku melihat keadaan mereka. Sikapnya yang terlihat luwes dan ringan, sekarang bertambah gagah dan kuat.

Ruangan itu begitu sepi.

Perempuan berbaju duka itu menghapus air matanya. Dia tertawa dengan terpaksa, "Kalian menyuruhku makan, kalianpun harus makan. Xiao Guan, mana araknya? Sewaktu sedih tidak ada arak, bukankah seperti pada saat sedang gembira tapi tidak ada teman untuk berbagi, dan ini sama artinya dengan sedih?"

Guan Ning menyuruh kedua pelayan tadi membawakan arak untuk mereka, dia terus memikirkan kedua kalimat yang diucapkan San Niang.

"Waktu sedih tidak ada teman untuk berbagi, itu tidak menjadi masalah. Tapi jika sedang gembira, teman akrab tidak berada di sisi kita, itu lebih menyedihkan lagi." Dia melihat Ling Ying, kedua kalimat tadi tidak menyambung, tapi setelah dipikir-pikir sepertinya mengandung makna yang lebih dalam.

Dia terpaku melihat cangkir keramik yang ada di depannya, mereka bertiga minum tanpa bersuara, tidak terasa poci teh telah kosong, diisi kembali, dan kosong lagi.

Lilin sudah terbakar banyak.

Tiga orang yang sedang sedih mulai bicara. Mereka adalah Shen San Niang, Guan Ning, dan Ling Ying.

Perjalanan dari Miao Feng Shan hingga ke ibukota selalu diliputi perasaan seperti itu, rumah sepi dan bersih seperti ini adalah tempat yang cocok bagi mereka.

Setelah beberapa lama, mereka tidak ingin mengungkit kembali hal yang membuat orang merasa sedih karena mereka tahu hal ini malah akan melukai perasaan orang.

Sampai saat ini....

Guan Ning menghabiskan araknya lagi, dia meletakkan cangkir lalu menghembuskan nafas.

"Peristiwa ini sudah ada buktinya, tapi. ”

Ling Ying memberi isyarat kepada Guan Ning, tapi Guan Ning tidak melihatnya. San Niang tertawa dengan sedih, "Adik Ying, kau jangan mencegahnya bicara, semua sudah berlalu, orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup kembali. Kesedihanku.... sepertinya semakin berkurang....

Biarkan dia bicara. Banyak masalah tersimpan di dalam hati, lebih baik dikeluarkan sekarang."

"Demi menyingkirkan musuh, Si Ming Hong Pao menyingkirkan mereka dengan segala cara, melenyapkan nyawa Jue Shan Shuang Can, Zhong Nan Wu Shan, ketua Shao Lin, dan juga Wu Dang. Sebenarnya di antara mereka dan Si Ming Hong Pao tidak ada dendam. Mengapa Si Ming Hong Pao harus melakukan semua ini?" tanya Guan Ning.

"Alasannya tidak sulit untuk ditebak. Orang dunia persilatan jika ada sedikit selisih paham, mereka pasti ingin membalas dendam, mungkin Si Ming Hong Pao adalah orang semacam itu," jelas Ling Ying.

Guan Ning tampak mengerutkan dahi, dia merasa tidak puas mendengar penjelasan Ling Ying. Tiba-tiba Ling Ying berseru, mungkin kaerna dia teringat sesuatu dan berkata, "Mungkin yang terpenting adalah karena dulu Si Ming Hong Pao pernah melakukan hal tersembunyi dan tiba-tiba diketahui oleh seseorang, orang tersebut kemungkinan bisa menyebarluaskan, maka ”

Lanjut Guan Ning, "Pasti seperti itu."

Guan Ning teringat pada huruf yang tergores di bawah tempat duduk yang ada di kereta mereka, ditambah lagi dengan ucapan Ling Ying tadi semuanya menjadi suatu bukti, itulah kenyataan sebenarnya. Guan Ning sambil tersenyum melihat Ling Ying. Dia memuji jalan pikiran Ling Ying.

Tapi Ling Ying tiba-tiba mengeluh, "Dia telah membunuh orang-orang yang mengetahui rahasianya, apa yang dirahasiakannya, tidak ada seorangpun yang tahu."

San Niang meletakkan cangkir araknya dan berkata, "Sejak dulu banyak rahasia yang tersimpan dengan rapat. Itu bukan hal yang aneh, apalagi.... hheehhh! masalah itu tidak ada hubungannya dengan kita, tidak perlu dipikirkan lebih jauh lagi!"

Ling Ying dan Guan Ning saling memandang, walaupun merasa kata-kata San Niang  sedikit tidak benar tapi mereka tidak bisa membantah perkataannya. San Niang berkata lagi, "Si Ming Hong Pao bisa menjadi seperti itu karena mereka merasa ketakutan, dan rasa takut itu sudah  berada di luar batas, maka mereka mencari orang yang mirip dengan mereka kemudian dengan ketrampilan tangan mereka, mereka mengubah orang-orang itu menjadi mirip dengan mereka. Kemudian mengatur supaya ada orang yang melihat mayat mereka, maka kalangan dunia persilatan akan tahu kalau mereka sudah mati dan tidak akan menyangka kalau merekalah yang menjadi pembunuhnya."

Guan Ning menghembuskan nafas panjang dan berkata, "Mereka berdua demi membalas dendam yang bersifat pribadi, bahkan tega membunuh murid-murid mereka sendiri, benar-benar sangat kejam dan sadis." Guan Ning berkata lagi, "Aku tidak sengaja masuk ke Wisma Si Ming, tapi bukan mereka yang atur!"

Kata Ling Ying, "Kau bukan diatur oleh mereka, tapi kau tidak sengaja masuk ke sana, itu lebih baik daripada diatur oleh mereka."

Guan Ning merasa aneh dan bertanya, "Apa maksudmu?"

"Orang-orang yang diatur oleh mereka nasibnya pasti akan sama seperti Si Zhuan, E Mei Bao Nang, dia adalah orang yang telah membunuh Nang Er, dan merekalah yang membokong kita dengan senjata rahasia pada saat kita berada di jembatan."

Sekarang Guan Ning baru mengerti dan berkata, "Benar, Si Ming Hong Pao sengaja membuar dua bersaudara Tang sedikit terlambat tiba di gunung, supaya mereka bisa melihat mayat kedua suami istri itu, siapa yang menyangka secara tidak sengaja aku memasuki Wisma Si Ming, dua bersaudara Tang melihat keadaan ini, mereka mengira kita telah mendapatkan Ru Yi Qing Qian, karena itulah mereka berniat membunuh kita, sayangnya.... heehh! Nang Er yang tidak tahu apa- apa harus mati dengan mengenaskan," dia menghela nafas panjang.

Ling Ying dengan pelan berkata, "Kakak Nang Er....” Dia berhenti bicara dan dengan cepat menyambung lagi, "Walaupun Nang Er mati dengan sangat mengenaskan, tapi dua bersaudara Tang itu mati lebih mengenaskan lagi, akhirnya kaupun bisa membalaskan dendam Nang Er."

Guan Ning menundukkan kepalanya, kemudian dia berkata, "Kau mengatakan kalau aku tidak sengaja masuk ke Wisma Si Ming, itu lebih bagus daripada aku diatur oleh mereka masuk ke sana, apa alasanmu mengatakan itu?"

Ling Ying tersenyum, "Karena kau sama sekali tidak mengetahui persoalan yang terjadi di dunia persilatan, juga tidak perlu mengetahui bahwa orang-orang yang mati itu sebenarnya bukan terluka parah tapi karena mereka telah diracun, bahkan kau juga menguburkan mereka satu per satu."

"Apa? Mereka terkena racun? Racun apakah itu? Mengapa kau bisa mengetahuinya?" tanya Guan Ning.

"Para pesilat tinggi di dunia persilatan mempunyai ilmu yang tinggi, kalau bukan karena diracun, apakah mungkin mereka bisa mati secara berbarengan? Tadinya akupun merasa aneh, aku mengira Tetua Xi Men yang telah membunuh mereka, kemudian aku membaca huruf-huruf yang tergores di bawah tempat duduk yang ada di kereta itu, saat itu aku sadar kalau Si Ming Hong Pao sangat menguasai ketrampilan tangan untuk mengubah wajah. Bahkan mereka telah menguasai ilmu racun. Aku baru mengerti mayat-mayat yang kau lihat yang mempunyai ilmu silatnya lebih rendah tampak mati di jalanan semua karena racun mereka, racun itu menyebar lebih cepat. Sedangkan bagi mereka yang berilmu silat tinggi seperti Gong Sun You Zu dan Zhong Nan Wu San mati di ujung jalan di dekat pondok yang ada di gunung itu, karena racun yang menyebar di dalam tubuh mereka bergerak lebih lambat. Setelah itu merekapun pingsan, suami istri Si Ming Hong Pao memukul dahi mereka dengan telapak tangan, itu hanya untuk mengelabui pandangan orang-orang," jelas Ling Ying.

Ling Ying terus bicara, membuat ekspresi di wajah Guan Ning terus berubah, "Ru Yi Qing Qian menjadi umpan, lalu mereka memancing orang- orang dunia persilatan datang ke Wisma Si Ming, tapi dengan cara apa mereka bisa mengundang Tetua Xi Men datang ke sana. ”

Jawab San Niang dengan pelan, "Kalau dia mengundang Yi Bai, Yi Bai pasti tidak akan pergi, mungkin dia mencari Yi Bai dan mengajaknya bertarung, untuk alasan lain Yi Bai pasti tidak akan pergi."

Guan Ning terdiam dan hanya menarik nafas, lalu dia berkata, "Shen San Niang benar- benar orang yang sangat mengerti Tetua Xi Men, di kehidupan ini bila bisa mendapatkan pendamping yang mengerti kita, walau harus mati dia tidak akan mati dengan sia-sia. Tetua Xi Men sudah dimakamkan di Xi Shan, dia akan merasa tenang  di sana." Ling Ying menyambung, "Si Ming Hong Pao dengan siasat mereka mencoba untuk menipuku dan Tetua Xi Men, begitu kedua bersaudara Tang melihat keadaan ini, dia masih mengira kalau mereka telah dibunuh oleh Tetua Xi Men, dan setelah membunuh mereka tidak kuat maka Tetua Xi Men akhirnya meninggal. Mereka ingin Tetua Xi Men setelah meninggal mendapatkan nama buruk, benar-benar siasat yang busuk!"

Mereka bertiga masih terus minum, sepertinya mereka sedang bersembahyang di depan kuburan Xi Men Yi Bai.

Kemudian Shen San Niang berkata, "Adik Ying, walaupun kau masih muda tapi kau sangat pintar, kalau bukan karena dirimu yang menemukan Si Ming Hong Pao yang sebenarnya, mungkin ceritanya akan lain lagi."

"Aku mulai merasa curiga semenjak kejadian di kuil itu, dengan ilmu silat E Mei Bao Nang mereka bisa dipaksa mundur hingga ke dalam kuil, dan mereka kalah begitu menyedihkan, berarti orang yang mengejar mereka adalah orang yang memiliki ilmu silat lebih tinggi dari kedua E Mei Bao Nang. Tapi orang yang memiliki ilmu lebih tinggi dari mereka bisa dihitung dengan jari, yang paling aneh lagi adalah, kedua laki-laki berbaju hitam, terutama yang bertubuh pendek sangat mengenal jurus pedangku. Waktu itu aku berpikir orang yang mengetahui ilmu pedangku kecuali Si Ming Hong Pao, tidak ada yang berada di Zhong Yuan, tapi Si Ming Hong Pao sudah mati, lalu siapakah orang itu?"

"Kemudian aku merasa kalau orang itu bicara seperti yang dibuat-buat, orang biasa tidak akan berbuat seperti itu, kecuali kalau dia adalah seorang perempuan dan memaksa agar suaranya terdengar seperti laki-laki."

Guan Ning tampak terus mengangguk- angguk, "Betul, betul!"

Guan Ning memang pintar tapi pengalamannya sangat sedikit, dan pandangannya tidak sejauh Ling Ying, sebenarnya waktu itupun Guan Ning sudah merasa curiga hanya saja dia tidak mempunyai bukti, sekarang dia mendengar Ling Ying mengungkapkan semuanya, dia baru merasa semua kecurigaannya ternyata sangat bertepatan.

Ling Ying tersenyum dan berkata lagi, "Kemudian aku membaca lagi kata-kata yang terdapat di bawah kereta, dan aku terus memikirkannya, barulah aku menemukan sesuatu yang mencurigakan, pertama, dengan cara apa para pesilat itu bisa terkena racun?"

Guan Ning tampak berpikir, kemudian menjawab, "Mungkin karena cangkir itu, pada saat aku kembali setelah melihat-lihat keadaan di belakang wisma, cangkir-cangkir itu  sudah lenyap."

"Benar, karena racun itu dimasukkan ke dalam teh, terakhir cangkir-cangkir itu lenyap ini semua pasti perbuatan orang yang telah  meracuni mereka, mereka mencoba melenyapkan cangkir- cangkir itu, dari sanalah kita bisa mengetahui orang yang menaruh racun itu belum mati," jelas Ling Ying.

Guan Ning mengangguk, lalu Ling Ying melanjutkan lagi, "Dalam keadaan seperti itu kecuali tuan rumah yang bisa  melakukannya, siapa lagi yang bisa meletakkan racun di dalam teh? Kecuali dia yang mengetahui racun dan bisa membuat para pesilat tangguh tidak mengetahui kalau mereka telah terkena racun. Dengan kedua keadaan ini ditambah dengan perkataan dua bersaudara Tang, akhirnya aku mengambil suatu kesimpulan, bahwa Si Ming Hong Pao belum mati, tapi mengapa kau bisa melihat mayat mereka? Karena itu aku terus mencari tahu, sebelumnya mereka pasti telah mencari dua orang yang wajahnya mirip dengan mereka, kemudian mendandani orang-orang itu supaya mirip dengan mereka, sedangkan mereka berdua berdandan menjadi kacung dan pelayan yang melayani para pesilat tangguh itu dari pinggir, setelah itu mereka mengambil kesempatan untuk turun tangan. Karena itu mereka mengundang orang yang tidak mengenal mereka ke Wisma Si Ming, karena mereka takut kalau orang yang tahu tentang mereka akan segera mengetahui ada sesuatu yang tidak beres." Guan Ning menghembuskan nafas, sekali lagi lalu dia menghabiskan araknya, dia terus memuji, "Sewaktu berada di sisi kereta. kau mengatakan akan membereskan tiga masalah, semua sudah terbukti, waktu itu aku masih sempat menertawaimu, siapa yang tahu—kau memang lebih pintar dariku."

Shen San Niang berkata, "Masih ada apa lagi yang belum terungkap?"

Ling Ying tersenyum sambil melihat Guan Ning, "Setelah satu per satu dihubungkan, aku langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sampai saat terakhir pada saat kita memasuki rumah mereka, aku mencurigai beberapa hal, karena itu aku langsung segera tahu bahwa guru dan murid itu ingin menipuku dan Guan Ning, ternyata mereka ingin kita meminum teh beracun itu, tapi aku pura-pura menumpahkannya."

Guan Ning tertawa malu, "Waktu itu aku menyalahkanmu karena telah berbuat ceroboh, hanya saja aku tidak sempat mengucapkannya."

Ling Ying menundukkan kepalanya dan berkata, "Kalau kau ingin memarahiku, seharusnya kau langsung mengatakannya."

Dia merasa hatinya diliputi dengan perasaan hangat, dia merasa sudah beberapa lama ini dia merasa lelah, takut, dan kaget, sekarang telah digantikan dengan perasaan hangat. Tangan Shen San Niang memegang cangkir, dia menatap sepasang muda mudi di depannya yang tampak sedang jatuh cinta, dia teringat kepada Xi Men Yi Bai yang wajahnya pucat dan tampan. Shen San Niang menarik nafas panjang, dia sadar seumur hidup akan dilewatinya dengan rasa sepi.

Air matanya mulai mengalir lagi, pelan- pelan melewati pipinya dan terjatuh ke dalam cangkir. Dia menghabiskan arak yang  telah bercampur dengan air matanya, lilin yang berada di atas meja hampir habis, cairan lilin terus menetes ke meja, seperti tetesan air matanya.

Beberapa bulan kemudian peristiwa Wisma Si Ming mulai menghilang dari pikiran orang-orang, tapi di dunia persilatan tersebar peristiwa aneh lainnya.

Di kota Bei Jing di Xi Shan, ada sebuah kuburan yang telah digali oleh seseorang, di dalam peti mati tidak ada barang apapun, jenasah orang yang dikubur itu telah menghilang. Orang-orang persilatan tahu kalau kuburan itu adalah tempat peristirahatan terakhir Xi Men Yi Bai, dalam benak mereka sosok Xi Men Yi Bai adalah sosok yang misterius, mereka menyebarkan kabar, "Sebenarnya Xi Men Yi Bai belum meninggal, dia hidup kembali."

Tai Hang Zi Xue bersembunyi di tempat yang tidak diketahui orang-orang, posisi Zi Xue masih kosong. Huang Shan Cui Xiu yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan tiba-tiba terlihat ada di kota Bei Jing, hari kedua dia membawa muridnya yang terlihat terus menangis, mereka kembali ke Huang Shan, dia berkata kepada khalayak umum kalau ilmu silat seorang laki-laki tidak bisa lebih tinggi darinya, dia tidak akan bisa menikahkan muridnya. Walaupun orang persilatan tahu muridnya yang bernama Ling Ying sangat cantik tapi tidak ada seorangpun yang berani menghadapi pedang hijau Huang Shan Cui Xiu.

Kun Lun, Wu Dang, Shao Lin Luo Fu, Zhong Nan E Mei.... Semua pesilat tangguh tiba- tiba turun gunung bersama-sama.

Di daerah Zhang Jiang dan Huang He, di semua tempat, itu sering terlihat pesilat tangguh berkeliaran di sana, tabib sakti yang tinggal di  Miao Feng Shan tiba-tiba saja menghilang, dia pergi ke mana, tidak ada seorangpun yang tahu.

Peristiwa ini hanya terjadi dalam beberapa bulan, tapi setelah berlalu selama 10 tahun baru diketahui jawabannya.

Orang-orang persilatan seperti gelombang laut yang saling mendorong dan tidak pernah berhenti. Tidak ada orang yang bisa menghalangi terpaan gelombang ini. Apa yang terjadi di dunia persilatan yang seperti gelombang itu, sejak dahulu sampai sekarang tidak ada seorangpun yang tahu, apa yang akan terjadi di dunia persilatan. Semua ini menjadi rahasia langit dan bumi. 

Tamat
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar