Postingan

Jilid 14

KOAN ING merasa amat terkejut sekali, tak disangka olehnya dengan kepandaian silat yang begitu tinggi dari Cha Can Hong, Ciu Tong, Thian Siang Thaysu serta Yuan Si Tootiang sekalian kini bisa terkurung di dalam lembah tersebut, bahkan saat ini Ciu Tong sendiripun sudah menderita luka.

Jadi yang dimaksudkan oleh surat berdarah yang dibawa burung merpati itu menunjukkan Ciu Tong sekalian yang terkurung

Dengan cepat dia mencekal tangan iblis tua dari lautan Timur ini untuk diperiksa denyutanjantungnya amat lemah, jelas kalau dia kini sudah menderita luka dalam yang amat parah.

Pemuda itu tidak habis berpikir siapakah orang yang memiliki tenaga dalam yang sedemikian tinggi bisa melukai Ciu Tong yang memiliki kepandaian tenaga iblis mayat membusuk sehingga demikian parahnya.

Koan Ing pun segera membantu Ciu Tong masuk ke dalam gua, walaupun diantara mereka berdua boleh dihitung merupakan musuh bebuyutan tapi keadaan pada saat ini sama sekali berbeda, dia harus menolong Ciu Tong karena dialah satu-satunya orang yang berhasil menerjang keluar dari lembah Chiet Han Ku dan dia pula satunya manusia yang mengetahui apa yang terjadi

Setelah membimbing Ciu Tong masuk pemuda itu kembali memeriksa keadaan di

sekeliling tempat itu untuk memeriksa adakah orang-orang dari lembah Chiet Han Ku yang menguntit datang

Setelah dirasanya keadaan pemuda itu baru membuka pakaian sebelah atas dari sang iblis tua untuk diperiksa, Mendadak....

“Aach” teriak Koan Ing dengan kagetnya.

Di atas gunung Ciu Tong terteralah sebuah bekas telapak tangan berwarna merah darah, berkilat laksana membaranya seonggokan api unggun.

Diam-diam dia mulai menghembuskan napas panjang, dalam hati Koan Ing tahu bilamana bukannya Ciu Tong memiliki ilmu mayat membusuk yang melindungi badannya mungkin pada saat ini dia tak mungkin berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut.

“Siauw-tan!” serunya kemudian kepada gadis itu setelah termenung berpikir sebentar. “Coba kau buatkan api unggun, aku mau bantu dirinya untuk menyembuhkan luka yang diderita.”

Mendengar perkataan tersebut, Sang Siauw-tan jadi melengak, membantu Ciu Tong untuk menyembuhkan lukanya? Tapi dia tidak mau membantah, api unggun segera disiapkan.

Perlahan-lahan Koan Ing memejamkan matanya, mulai berpikir, Jien Wong pernah memberi pelajaran yang amat banyak sekali cara-cara untuk menyembuhkan luka, dia percaya luka yang diderita Ciu Tong waktu ini bisa disembuhkan olehnya dengan mudah apalagi kepandaian silatnya pada saat ini sudah memperoleh kemajuan yang.... Mendadak dia membuka matanya kembaIi dan membuka seluruh pakaian yang dikenakan

si iblis tua dari lautan Timur itu,

Tangan kanan mulai disentilkan melancarkan segulung angin serangan dimana terdapat luka pukulan kemudian baru bangun dan berjalan ke samping api unggun, kesepuluh jari tangannya dengan tiada hentinya disentilkan menotok seratus delapan buah jalan darah yang ada dibagian tubuh bagian atas, sedang Koan Ing sendiri semakin berjalan semakin cepat, tubuhnya pun mulai gemetar,

Sang Siauw-tan yang tadi melengos tak tertahan menoleh juga pada saat ini, melihat cara Koan Ing menyembuhkan luka ini hatinya jadi amat terperanjat,

“Bukankah cara menyembuhkan luka ini menggunakan ilmu Kioe Yang Si Meh yang amat lihay?” pikirnya dihati.

Dari ayahnya Sang Su-im gadis itu pernah mendengar cara menyembuhkan luka dengan ilmu tersebut, cuma ayahnya tidak bisa tidak disangka Koan Ing ternyata memahami benar- benar bahkan kelihatannya begitu sempurna, hal ini sungguh berada di-luar dugaan.

Beberapa saat lamanya pemuda itu baru duduk kembali, air mukanya dengan perlahan sudah pulih seperti sedia kala sedang dari mulutnya menghembuskan napas panjang.

Cara menyembuhkan luka dengan menggunakan ilmu ‘Kioe Yang Si Meh’ ini tergantung pada mengerahkan hawa murni yang lihay untuk disalurkan ke dalam tubuh orang yang terluka, kini pemuda itupun merasa amat lelah sekali.

Setelah beristirahat sejenak, kesegaran badannya baru pulih kembali, dia lantas bantu Ciu Tong memakai pakaiannya kembali dan tersenyum. Waktu itulah Ciu Tong pun sudah sadar kembali dari pingsannya . “Ciu Tong I sekarang kau sudah sembuh, tetapi harus beristirahat dulu beberapa saat” katanya tersenyum,

Dengan pandangan melongo si iblis dari lautan Timur itu memperhatikan pemuda tersebut lama sekali, hampir-hampir dia tidak percaya kalau Koan Ing Iah yang sudah menyembuhkan lukanya.

Jangan bicarakan soal permusuhan antara mereka, cukup dengan kepandaian yang dia miliki seharusnya tidak mungkin bisa menyembuhkan luka yang dideritanya dengan cara ini, dia tidak mungkin memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna. Dia memandang sekejap ke arah Koan Ing lalu menghela napas panjang.

“Heeei.... Yuan Si Tootiang lenyap tak berbekas, aku serta Cha Can Hong masih ada lagi sihweesto tua kena dikepung oleh delapan orang manusia berkerudung yang amat lihay” ujarnya perlahan. “Hweesio-hweesio cilik sudah ada puluhan orang yang binasa, kita terdesak lalu mengundurkan diri ke dalam gua. siapa tahu disana kita terkurung, putraku serta muridku pada mati semua dalam keadaan yang sangat mengerikan.”

Mendengar perkataan itu baik Koan Ing maupun Sang Siauw-tanjadi amat terperanjat, Yuan Si Tootiang lenyap? Di dalam hal ini pasti tersembunyi satu persoalan yang amat

besar-

Biasanya cukup salah seorang saja dari antara tiga manusia genah empat manusia aneh munculkan diri di dalam dunia kangouw sudah cukup menggetarkan setiap orang, kini mereka bertiga ditambah dengan Suto Beng Cu, Hud Ing hweesio itu jagoan nomor wahid di Tibet serta Thian Liong Thaysu jagoan nomor wahid di daerah Loo Han Tong kini pada terkurung semuanya.

Kembali Ciu Tong tertawa pahit. “Aku sendiripun sebetulnya tidak percaya tetapi buktinya memang demikian, tindakan

mereka benar-benar amat buas, setelah kami terkurung mereka mulai menyerang dengan menggunakan api, untung sekali di atas gua tersebut ada sebuah lubang kecil sehingga menyerang dengan menggunakan api tidak mendatangkan hasil, dan mereka pun tidak berani menyerbu ke dalam gua, karena itu terpaksa pada mengurung dan mengepung sekeliling tempat tersebut.”

Koan Ing jadi melengak, dia tidak mengira kalau kekuatan dari lembah Chiet Han Ku jauh berada diluar dugaannya, di dalam lembah itu ternyata terdapat begitu banyak jagoan berkepandaian aneh.

Berpikir akan hal itu hatinya jadi bergidik, cara pemikiran terhadap pihak musuhpun jadi berubah kembali,

Tampak Ciu Tong kembali mengerutkan alisnya rapat-. “Tetapi kami tahu Sang Su-im bakal menyerang datang,

menggunakan  kesempatan  sewaktu  kemarin  malam  hujan

deras aku menerjang keluar dari gua tersebut, siapa sangka punggungku kena dihajar oleh mereka.”

Koan Ing mengerti Ciu Tong yang namanya ada di dalam deretan empat manusia aneh selama dua puluh tahun ini tak seorangpun yang berani memandang rendah dirinya, siapa sangka ini hari dirinya kena di hajar satu kali sewaktu bergebrak dengan orang hal ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang amat memalukan dirinya,

Mendadak Ciu Tong tertawa, ujarnya lagi, “Tetapi diapun tidak bisa memperoleh keuntungan yang banyak, sewaktu aku balik tangan tongkatku berhasil pula menghajar dirinya, dengan begitu keadaan kitapun seimbang” Koan Ing cuma tersenyum saja, dia tidak berbicara, “Heei.... bilamana aku tidak terluka sedang Yuan Si Tootiang yang pergi mengejar musuh sudah kembali, maka situasi ki ta pada waktu itu akan berubah” ujar si iblis tua itu lagi sambil menghela napas panjang. “Sekalipun lembah Chiet Han Ku merupakan daerah terlarang tetapi aku pun masih bisa keluar dari sana dalam keadaan segar bugar.”

“Apakah paman Cha sekalian kini berada dalam keadaan baik-baik, saja?” tanya Koan Ing kemudian sambil mengerutkan alisnya,

“Kini mereka masih terkurung, untuk sesaat tak berhasil meloloskan diri dari kepungan, tetapi diantara kedelapan orang berkerudung itupun tak seorangpun yang meninggalkan tempat tersebut, aku takut lama kelamaan mereka akanjadi lelah sendiri dan tidak kuat.”

Koan Ing termenung sebentar, dia merasa Sang Su-im yang masuk ke dalam lembah Chiet Han Ku tentu akan terhadang disuatu tempat, sesampainya di dalam gua itupun ada kemungkinan sekalian kena terkurung.

Berpikir akan hal itu hatinya jadi kuatir, tak terasa lagi dia lantas bangun berdiri. “Cianpwee kau beristirahatlah dulu disini, aku serta dia akan masuk dulu ke dalam lembah.”

Dengan termangu-mangu Ciu Tong memandang wajah pemuda itu, dia tidak percaya kalau Koan

Ing suka menolong dirinya,

Sikap yang begitu hormat dari Koan Ing serta tindakannya yang suka menolong dirinya membuat Ciu Tong merasa terharu, dalam hati dia amat berterima kasih sekali kepada dirinya,

“Heei.... kita datang bersama-sama dari daerah Tionggoan apalagi akupun angkat nama bersama^ supeknya, kenapa kita harus saling bergebrak sendiri? Bukankah tindakan yang salah ini hanya mendatangkan keuntungan bagi lembah Chiet Han Ku?” pikir si iblis tua itu diam-diam,

Kini melihat pemuda itu hendak berlalu diapun lantas mengangguk, “Kalian berhati-hatilah, akupun akan berusaha berangkat kesana secepat mungkin.”

Setelah menjura memberi hormat dengan menarik tangan Sang Siauw-tan mereka berlari keluar gua.

Dengan termangu-mangu Ciu Tong memperhatikan bayangan punggung dari kedua orang itu, pikirnya kembali, “Heei.... kini aku tidak boleh memisahkan kedua orang muda mudi itu lagi, setiap urusan sudah diatur oleh Thian, bilamana aku paksakan diri juga, maka seperti kejadian ini hendak mencelakai orang malahan mencelakai diri sendiri.”

Koan Ing dengan menggandeng tangan Sang Siauw-tan dengan cepatnya lari menuju ke dalam lembah Chiet Han Ku.

Terhadap lenyapnya Yuan Si Tootiang secara mendadak dalam hati dia merasa tidak paham, lenyap karena mengejar musuh? Atau mungkin sejak semula dia sudah punya rencana

untuk memancing para jago Bu-lim ini masuk ke dalam daerah terlarang itu?,

Atau mungkin pula dia mempunyai sangkut paut dengan rencana busuk yang diatur kali ini?

Berpikir sampai disitu Koan Ing merasakan hatinya bergetar, dapatkah Yuan Si Tootiang bersekongkol dengan pihak lembah Chitt Han Ku? Tetapi hal itu tidak mungkin bisa terjadi, karena dengan nama baik serta kecemerlangan dari partai Bu-long tidak mungkin dia orang sudi berbuat demikian.

Tubuh mereka berdua dengan amat cepatnya berkelebat menuju kelembah Chiet Han Ku tanpa bertemu dengan rintangan apapun. Waktu itu hari sudah amat siang, tetapi cuaca amat buruk dan diliputi oleh awan gelap, agaknya hujan kembali akan turun.

Dengan cepatnya mereka berdua sudah tiba dimulut lembah Chiet Han Ku yang merupakan dua buah batuan besar yang tajam, di atas sebuah batu yang tajam terukirlah Chiet Han Ku tiga tulisan besar, selain itu apapun tidak kelihatan.

Mereka berdiam diri beberapa saat lamanya diluar lembah tersebut, setelah itu kembali tubuhnya bergerak menubruk ke dalam lembah.

Lembah itu amat luas sekali laksana tak ada ujung pangkalnya, sekeliling tempat itu dikurung dengan gunung yang tinggi, bentuknya mirip sekali dengan sebuah ember.

Dengan ragu-ragu Koan Ing memeriksa sejenak keadaan di sekeliling tempat itu, sewaktu dilihatnya di depan tampak sebuah hutan, mereka berduapun lantas melanjutkan perjalanannya menuju ke arah sana.

Siapa tahu baru saja tubuh mereka masuk ke dalam hutan, mendadak terdengarlah suara yang aneh berkumandang keluar.

Buru-buru pemuda itu putar tubuhnya, tampaklah di atas sebuah tanah lapang sedang terjadi suatu pertempuran yang amat sengit antara seseorang dengan puluhan orang berkerudung.

Orang yang menyekal pedang itu bukan lain adalah Cing It nikouw sedang kesepuluh

orang manusia berkerudung itu masing-masing sedang mengayunkan sebuah jala berwarna merah yang

luasnya beberapa kaki sedang mengurung dirinya. Melihat kejadian itu Koan Ing jadi amat terperanjat dia tidak menyangka kalau Cing It nikouw kembali menerjang masuk ke dalam lembah tersebut.

Waktu itulah kesepuluh buah jaring berwarna merah itu telah disebarkan ke atas

mengurung seluruh tubuh nikouw muda itu, sedang pada wajah Cing It nikouw penuh diliputi

oleh kegelisahan.

Maka dengan amat gusarnya Koan Ing bersuit panjang, tubuhnya bagaikan kilat meluncur kedepm menerjang ke arah sepuluh orang itu.

Pedang Kiem-hong-kiamnya dengan membentuk cahaya keemas-emasan membentuk gerakan setengah busur membabat ke arah mereka dengan ganasnya. inilah jurus “Noe Ci Sin Kiam” dari ilmu pedang ‘Thian-yu Khei Kiam’.

Kesepuluh jaring warna merah yang berhasil mementalkan pedang Cing It nikouw sewaktu melihat datangnya serangan dari pemuda itu dengan cepat ditarik untuk menangkis datangnya babatan itu.

Sinar mata Koan Ing berkelebat tajam, dia tidak ingin Cing It nikouw yang baru saja

sembuh dari lukanya kini kembali terluka, maka pedangnya disentakkan ke depan bermaksud membabat putus jaringan merah itu.

Tetapi baru saja pedangnya terbentur denganjaring itu pedang kiem-hong-kiamnya

sudah kena digulung, hatinya jadi berdesir apalagi waktu  itu ada dua buah jaringan merah

kembali mengurung ke bawah dari sebelah kiri serta sebelah kanan. Di tengah suara suitan yang amat keras ujung pedang Kiem-hong-kiam memancarkan cahaya yang berkilauan, dua buah jaring berwarna merah itu sudah kena dibabat putus sedang tubuhnyapun dengan mengambil kesempatan itu menerjang ke tengah udara.

Cing It nikouw yang kehilangan pedangnya melihat kembali ada sebuah jaring berwarna merah mengurung ke atas tubuhnya, terburu-buru dia menyingkir kesamping.

Tubuh Koan Ing yang ada di tengah udara segera berputar setengah lingkaran, baru saja dia bermaksud turun tangan menolong Cing It mendadak tampaklah olehnya dua orang yang mendesak ke arah Sang Siauw-tan, hatinya jadi terperanjat.

“Siauw-tan hati-hati!” teriaknya keras.

Pada waktu itulah Cing It nikouw sudah mendengus berat, tubuhnya kena diseret sejauh satu kaki oleh ujung jaringan tersebut.

Pemuda itu lantas merasa rada bergidik, baru pertama kali ini dia menemui musuh yang melancarkan serangan dengan menggunakan senjatajaring, untuk beberapa saat lamanya dia jadi kebingungan apa yang harus dikerjakan.

“Serahkan nyawamu!” bentaknya kemudian sambil berkelebat menerjang ke arah depan. Diantara suara bentakan yang amat keras itulah pedangnya melancarkan satu serangan

dahsyat menghajar orang berkerudung yang lagi mendesak ke arah Cing It nikouw.

Orang berkerudung itu jadi terperanjat makajaring merahnya ditarik untuk mengurung tubuh Koan Ing,

Pemuda itu segera mengerutkan alisnya, pedang denganjaring segera bentrok menjadi satu sedang tubuhnya dengan mengambil kesempatan itu meluncur ke bawah dan menerjang keluar. Dimana pedang Kiem-hong-kiamnya berkelebat, orang barkerudung itupun mendengus berat, pedangnya dengan cepat berhasil menyayat dada orang itu, tapi dirinya pun kena terkurung oleh jaring merah yang disebar oleh mereka itu.

Orang barkerudung lainnya melihat kejadian itu segera pada membentak keras, tubuh mereka dengan cepat menubruk.

Koan Ing yang melihat tubuhnya terjerat sedang jaring- jaring lainnynpun sudah ditebarkan ke atas badannya dengan gusar dia membentak^

Tubuhnya segera menggelinding ke arah luar sedang pedang kiem-hong-kiamnya berturut-turut melancarkan delapan serangan gencar membabat tubuh bagian bawah dari orang-orang berkerudung

itu,

Munusia-sia berkerudung itupun terdesak menyingkir kesamping, mengambil kesempatan itu tubuh Koan Ing meluncur ke tengah udara, diantara berkelebatnya cahaya pedang yang dipancarkan dari pedang kiem-hong-kiam jaring- jaring warna merah itu sudah kena dibabat putus semua,

Kembali tubuhnya dengan cepat berjumpalitan diteugah udara, mendadak....

“Ah. kemana perginya Sang Siauw-tan?” teriaknya kaget.

Begitu tubuhnya melayang turun ke atas tanah pedangnyapun melancarkan serangan dengan menggunakan jurus “Hay Thian It Sian” Tangannya yang sasu melancarkan serangan menghalangi serangan-seranganjaring merah, tangan yang lain menyambar tubuh Cing It nikouw yang jatuh tidak sadarkan diri, diantara suitan yang amat nyaring tubuhnya dengan cepat meluncur ke dalam hutan itu. Sewaktu dilihatnya orang berkerudung itu tidak melanjutkan pengejarannya dia pun mulai memperlambat larinya.

Hutan itu amat lebat dengan pepohonan yang tumbuh merapat, selain itu apapun tak kelihatan lagi.

Hatinya mulai merasa cemas, kemana perginya Sang Siauw-tan? Apakah dia orang kena ditawan?

Sambil menggendong tubuh Cing It pemuda itu lari terus ke arah depan, tapi tak

berhasiljuga menemukan gadis tersebut sedang dirinya semakin masuk semakin berada jauh

di tengah hutan,

Akhirnya sampailah dia orang di sebuah jeram yang amat deras dengan pemandangan yang indah.

Koan Ing menghentikan larinya dan meletakkan lubuh Cing It di atas batu, dia melihat wajah nikouw itu pucat pasi bagaikan mayat.

Sebetulnya dalam hati pemuda itu bermaksud untuk memeriksa keadaan luka dari Cing It ini, tapi walaupun dia adalah seorang beribadat tapi bagaimanapun juga dia tetap seorang

perempuan, buat dirinya agak tidak leluasa untuk membuka pakaiannya untuk mengadakan pemeriksaan.

Akhirnya diajatuhkan diri duduk bersila dan memangku tubuh Cing It di atas lututnya,

dia takut nikouw itu kedinginan tapi merasa kuatir pula akan lukanya hal ini membuat

pemuda itu jadi kebingungan

Suara air terjun bergema memekikkan telinga.... Dengan termangu-mangu Koan Ing memperhatikan air yang dengan derasnya mengalir ke bawah, dia mulai berpikir kemana perginya Sang Siauw-tan? Bagaimana dia harus berbuat terhadap Cing It yang ada di hadapannya.

Waktu itulah mendadak suara dengusan yang amat dingin bargema dari belakang tubuhnya,

Pemuda itu jadi terperanjat, dia sama sekali tidak merasa kalau ada orang yang sudah barada di belakang tubuhnya, dengan cepat dia meloncat ke tengah udara sedang tangan kanannya mencabut keluarpedang Kiem-hong-kiam yang tersoren pada punggungnya.

Tetapi sebentar kemudian kembali dia jadi melengak karena orang yang ada dibelakangnya pada saat ini adalah seorang nikouw berjubah putih dengan wajah yang penuh senyuman, orang itu bukan lain adalah Sin Hong Soat-nie

Cuma saja waktu ini wajah nikouw tua iiu anat keren dan berwibawa, dengan dinginnya dia sedang memandang ke arahnya.

Koan Ing jadi amat terperanjat, selama ini dia belum pernah melihat sikap yang begitu dingin dari Sin Hong Soat- nie. Setelah ragu-ragu sejenak akhirnya dia berkata, “Suthay, muridmu. ”

“Koan Ing” potong Sin Hong Soat-nie dengan suara dingin. “Kau hendak bunuh diri atau menunggu aku yang turun tangan?”

“Apa? Aku tidak mengerti apa yang di maksud oleh suthay!” seru pemuda itu dengan terperanjat.

Sin Hong Soat-nie segera tertawa dingin,

“Aku sudah melanggar peraturan dengan melepaskan kau serta Siauw-tan turun gunung, tetapi kau sudah memikat hati murid ku, bukan begitu saja bahkan luka yang kau derita kini sudah sembuh, hal ini benar-benar berada diluar dugaanku”, Koan Ing jadi melengak, Sin Hong Soat-nie menuduh dia telah memikat hati muridnya Cing It nikouw, hal ini mana mungkin bisa terjadi?

Sewaktu dia lagi termangu-mangu itulah mendadak terdengar Cing It mengeluh. Terburu-buru dia lantas meletakkan tubuh nikouw muda itu ke atas tanah. “Suthay, kau jangan salah paham.”

Sewaktu dia lagi berbicara sampai disitu Cing It nikouw sudah bangun, sewaktu dilihatnya Sin Hong Soat-nie ada disana dia lantas memanggil, “Suhu!”

“Siapa yang jadi suhumu?” dengus nikouw tua itu dengan dingin.

Tubuhnya mendadak meloncat ke atas, pedang ditangan kanannya dengan amat cepatnya melancarkan satu tutukan menghajar leher Cing It nikouw.

Koan Ing yang melihat kejadian itu jadi amat terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau Sin Hong Soat-nie bisa melancarkan serangan menghajar tenggorokan dari Cing It nikouw dia tahu Sin Hong Soat-nie tentu sudah menaruh salah paham terhadap dirinya, nikouw tua itu pastilah sudah mengira muridnya dengan dia orang sudah mengikat suatu hubungan yang intim.

“Suthay, tunggu dulu!” cegahnya dengan keras.

Diantara suara bentakan yang amat keras, pedang Kiem- hong-kiam ditangan kanannya sudah menangkis datangnya serangan dari nikouw tua itu.

Sin Hong Soat-nie yang melihat Koan Ing berani turun tangan menangkis serangannya dalam hati semakin gusar lagi.

“Bangsat! Kau berani?” bentaknya keras

Dengan gerakan yang tidak berubah pedang ditangan kanannya segera membabat ke arah pergelangan tangan pemuda itu, sedang tubuhnya sambil melayang ke atas melancarkan tendangan dahsyat.

Tendangannya kali ini dilancarkan amat keras, bahkan disertai dengan angin serangan

yang tajam,

Koan Ing jadi terperanjat tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas udara sedang kaki kanannya melancarkan tendangan pula menangkis datangnya tendangan dari nikouw itu.

Sin Hong Soat-nie sendiripun diam-diam merasa amat terperanjat, dia yang melihat kecepatan gerak pemuda itu sewaktu berubah serangan dalam hati sudan mengerti kalau kepandaian silatnya kembali mendapatkan kemajuan pesat, dia sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian dari pemuda itu bisa demikian lihaynya.

“Suhu.... ” waktu itulah terdengar Cing It nikouw sudah menjerit sambil menangis, tubuhnya dengan cepat menubruk ke arah pedang dari suhunya.

Masing-masing pihak jadi amat terperanjat, diantara berubahnya jurus serangan tampak darah segar muncrat memenuhi permukaan tanah, sebelah lengan kanan dengan cepatnya kena dibabat putus dan mencelat setinggi satu kaki.

Sedang badan Cing It nikouw sendiri sudah rubuh tak sadarkan diri di tengah ceceran

darah.

Melihat kejadian ini Koan Ing jadi terperanjat, jari tangan kirinya buru-buru menyentilkan ke depan lima gulung angin serangan menotok jalan darah dari nikouw muda itu untuk menghentikan mengalirnya darah,

Sin Hong Soat-nie sendiri merasa terkejut bercampur gusar, tadi dia sudah merasa gusar karena campur tangan Koan Ing di dalam tindakannya untuk menghukum Cing It, kini melihat muridnya kehilangan satu lengan di bawah serangan pedangnya sendiri hatinya merasa semakin gusar.

Tubuhnya dengan cepat berkelebat, pedangnya dengan amat cepat melancarkan serangan dahsyat menghajar diri pemuda tersebut.

Koan Ing dengan satu tangan menjepit Cing It nikouw, pedang Kiem-hong-kiamnya berturut-turut berkelebat menangkisi setiap serangan yang ditujukan kepadanya.

Pertempuran yang terjadi kali ini sama sekali berbeda dengan suasana pertempuran di atas puncak Su Li Hong, kali ini Sin Hong Soat-nie sudah berada dalam keadaan  amat gusar sekali, pedangnya menyerang dengan cepat bagaikan kilat, serangannya benar-benar amat mengejutkan sekali,

Bagaimanapun juga tenaga dalam Koan Ing masih ketinggalanjika dibandingkan dengan nikouw itu, belum sempat dia punahkan serangan pertama, Sin Hong Soat-nie sudah merubah jurusnya kembali, matanya cuma merasa sinar keperak2an berkelebat tiada hentinya membuat dia terkurung di dalamnya.

Sin Houg Soat-nie yang melihat Koan Ing berani saling bergebrak dengan dirinya, maka pedangnya dilancarkan semakin cepat lagi, satu serangan lebih cepat dari serangan selanjutnya, semakin lama semakin ganas, agaknya dia bermaksud membinasakan Koan Ing di bawah serangan pedangnya.

Setindak demi setindak Koan Ing terdesak mundur ke belakang, walaupun saat ini dia memiliki beribu-ribu jurus serangan tetapi tenaga dalamnya yang masih kalah setingkat itu memaksa dia tidak berhasil mengikuti perubahan jurus dari Sin Hong Soat-nie tersebut,

Setiap kali kakinya mundur selangkah maka tanah yang diinjakpun semakin menurun ke bawah, dia merasa segulung hawa dingin meresap masuk dari punggungnya, Hatinya mulai bergidik, Koan Ing sadar bilamana sekali lagi dia mengundurkan diri ke belakang maka seketika itu juga dia akan menemui ajalnya disana,

Suatu pikiran mendadak berkelebat di dalam benaknya, diantara suara suitan gusar yang amat keras, pedang Kiem- hong-kiamnya dengan mengerahkan seluruh tenaga melancarkan serangan ke depan dengan menggunakan jurus “Hay Thian San” yang amat lihay.

Jurus bertahan ‘Hay Thian Sian’ ini merupakan suatu jurus yang paling rapat untuk mempertahankan diri, perduli pihak musuh melancarkan serangan dari sudut manapun tidak

akan berhasil membobolkan pertahanan tersebut.

Tempo hari sewaktu Sin Hong Soat-nie bergebrak dengan Koan Ing di atas puncak Su Li Hong dia pernah memikirkan bagaimana caranya untuk memecahkan jurus bertahan ini, akhirnya dengan menggunakan tenaga dalam yang lihay dia berhasil menjadikan jurus tersebut buyar kini melihat pemuda itu kembali melancarkan serangan dengan menggunakan jurus itu, pedangnya dengan cepat menutul ke atas tubuh pedang Koan Ing.

Sepasang pedang bertemu Sin Hong Soat-nie segera membabatkan pedangnya ke samping dan menghisap pedang yang ada ditangan Koan Ing beberapa Cun diluar pertahanan, mengambil kesempatan tubuhnya segera menerjang ke depan sedang telapak kirinya melancarkan satu pukulan menghajar dada pemuda itu,

Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau jurus bertahannya ‘Hay Thian It Sian’ kena dipukul bobol oleh nikouw tua itu, hatinya jadi amat kaget,

Sewaktu dia sedikit berayal itulah dadanya sudah kena dihajar oleh telapak tangan Sin Hong Soat-nie. Dengan beratnya Koan Ing mendengus, kakinya kembali mundur selangkah ke belakang tapi mendadak hatinya terperanjat.

Tempat yang dipijak waktu itu ternyata adalah tempat yang kosong.

Di dalam keadaan gugup kakinya segera menjejak ke depan, tetapi keadaan sudah terlambat tubuhnya dengan cepat meluncurjatuh ke dalam jurang.

Sin Hong Soat-nie yang melihat kejadian itu jadi tertegun dibuatnya, dia tidak mengira kalau Koan Ing serta Cing It bisajatuh ke dalam jurang yang amat dalam dalam dengan air terjun yang begitu derasnya.

Lama sekali dia berdiri termangu-mangu di samping jurang, wajahnya kelihatan murung sekali.

Akhirnya sambil menghela napas panjang dia berlalu juga dari sana.

Tubuh Koan Ing yang meluncurjatuh ke dalam jurang dengan cepatnya membentur dasar dinding, karena getaran yang amat keras pemuda itu segerajatuh tidak sadarkan diri.

Entah lewat beberapa saat lamanya mendadak pemuda itu merasa wajahnya amat dingin, dengan perlahan dia membuka matanya.

Tampaklah waktu itu dirinya sedang berbaring di dalam pelukan Cing It sedang wajah yang cantik dari nikouw muda itupun sedang memperhatikan dirinya. Dengan amat terperanjat Koan Ing segera meronta bangun.

“Sut kau jangan bergerak dulu, lukamu belum sembuh dan beristirahatlah sebentar!” cegah Cing It Nikouw terburu-buru sambil menahan badannya.

Terpaksa Koan Ing tidak bergerak, dalam hati dia merasa heran bagaimana mungkin dirinya tidak sampai mati? Dia masih teringat sewaktu tubuhnya terjatuh dari atas tebing tubuhnya kena dihantam air terjun yang amat santar itu sehingga terpental menghantam dinding, bagaimana mungkin tubuhnya tidak remuk?

Matanya mulai menyapu memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, terlihatlah olehnya waktu itu dirinya serta Cing It uikouw ada di atas sebuah batu yang menongol keluar diantara tebing serta air terjun. diam-diam lantas pikirnya, “Aakh.... untung sekali aku tidak sampai jatuh ke dalam air terjun tersebut.”

Dengan perlahan Cing It nikouw menyobek ujung pakaiannya setelah dibasahi dengan air telaga lantas ditempelkan ke atas kening pemuda tersebut,

“Sute kau merasa baikan bukan?” serunya, Dengan termangu-mangu Koan lag memperhatikan diri Cing It nikouw yang waktu itu sedang tersenyum, walaupun dia sudah cukur rambut jadi nikouw apalagi wajahnya tidak begitu cantik menurut penglihatannya tetapi dia memiliki suatu daya  penarik yang amat aneh sekali. Tiba-tiba Koan Ing teringat kembali akan kata-kata dari Sin Hong Soat-nie, “Suci. ”

serunya tidak tenang.

Agaknya Cing It nikouw mengerti apa yang sedang dipikirkan dihatinya, lalu dia tersenyum.

“Sute kau jangan banyak berpikir” ujarnya. “Tidak perduli orang lain berbicara apapun janganlah kau perduli, maksudku turun dari puncak Su Li Hong tidak lebih karena merasa kuatir buat keselamatanmu, asalkan kau jangan mensia-siakan diri Sang Siauw-tan, itulah sudah lebih amat cukup sekali.”

Koan Ing jadi melengak, dengan pandangan terpesona dia memperhatikan diri Cing It nikouw, dia merasa bahwa nyali perempuan ini sungguh tidak kecil, dia orang ternyata sama sekali tidak memperdulikan kedudukannya sebagai seorang nikouw maupun terhadap hubungannya dengan Sang Siauw- tan.

“Sute,” terdengar Cing lt nikouw kembali berkata sambil membereskan rambut pemuda itu. “Tidak kusangka kau sudah demikian besarnya tapi masih belum bisa menjaga diri sendiri”

Untuk beberapa saat lamanya Koan Ing mempunyai suatu perasaan yang aneh, dia merasa Cing It serta Sang Siauw-tan merupakan manusia lain jenis, dia merasa Cing It benar-benar terlalu memperdulikan dirinya bahkan tanpa memperdulikan lukanya yang diderita dia sudah merawat dirinya.

“Ah.... , alangkah baiknya bilamana Cing It suka menjadi enciku. ” pikirnya.

Dengan perlahan dia bangun duduk lalu tersenyum.

“Suci aku sama sekali tidak terluka, bagaimana kalau kita bercakap2 sambil duduk” Cing It nikouw yang melihat dia bermaksud untuk duduk kali ini tidak mencegah lagi.

“Sute,” sahutnya. “Coba kau tarik dulu napas panjang- panjang, bilamana tidak kuat janganlah terlalu dipaksa”

Koan Ing yang melihat Cing It begitu menaruh rasa kuatir terhadap dirinya dia pun tidak enak untuk membangkang maka diapun menarik napas panjang.

Terasalah kecuali dadanya agak sesak, tidak terdapat rasa apapun lainnya, dia lantas tertawa.

“Terima kasih atas perhatian dari suci, aku tidak mengapa.”

Cing It tersenyum, diapun segera mengambil keluar barang serta pedang.

“Sute setelah kaujatuh tidak sadarkan diri aku takut badanmu yang berbaring itu terganjal dengan barang-barang ini maka itu aku lantas mengambil keluar barang-barang itu, sekarang kau terimalah kembali,” katanya sambil tertawa. “Koan Ing segera menerima benda-benda itu dan memandang ke arah Cing It nikouw dengan terpesona.

Di dalam hati pemuda itu merasa amat terharu atas perhatian yang diberikan nikouw muda itu terhadap dirinya.

Cing It nikouw yang meiihat pemuda itu termenung dia lantas tersenyum, ujarnya, “Sute, coba kau lihat jeram ini amat indah bukan?”

Dengan perlahan Koan Ing pun dongakkan kepalanya memandang ke arah air terjun itu, walaupun begitu berbagai ingatan kembali berkelebat di dalam benaknya, “Suci aku hendak mencari Siauw-tan,” katanya mendadak. Selesai berkata dia menoleh dan memandang sekejap ke arah Cing It nikouw.

Agaknya nikouw itu dibuat melengak oleh perkataan dan pemuda itu, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya, titik-titik air matapun mengucur keluar membasahi pipinya, lama sekali dia termenung tidak rnengucapkan sepatah katapun,

Koan Ing yang melihat kejadian itu hatinya menjadi tidak tenang, tetapi dia tidak bisa berdiam lebih lama lagi tanpa pergi mencari diri Sang Siauw-tan.

Cing It nikouw yang baru saja terluka tetapi dia begitu perhatian merawat dirinya, kini setelah dirinya sadar kembali bagaimana mungkin lantas pergi? Apalagi selama ini dia terus menerus memperhatikan dirinya....

“Suci,” ujarnya kemudian dengan hati tidak tenang. “Sebenarnya aku ingin berdiam disini, tetapi sekarang mau tak mau aku harus pergi mencari Siauw-tan.”

Dengan perlahan Cing It nikouw dongakkan kepalanya dan memandang ke arah pemuda tersebut.

“Kau pergilah dan jagalah dirimu baik-baik” ujarnya kemudian, Koan Ing yang mendengar perkataan itu, hatinya benar- benar dibuat amat terharu, “Suci, terima kasih.”

Wajah Cing It nikouw yang putih bersih itu kini sudah dibasahi dengan butiran2 air mata yang amat banyak, sambil menahan isak tangis yang semakin menjadi itu dia memandang ke arah pemuda itu dengan pandangan sayu. Akhirnya Koan Ing merasa tidak tega sendiri, katanya dengan suara yang amat halus, “Suci tempat ini mungkin rada tidak leluasa buat dirimu, biarlah aku hantar kau keluar dari tempat ini dulu.”

“Terima kasih, tidak usah aku bisa keluar sendiri apalagi kini aku sedang ingin berdiam beberapa saat disini,” kata Cing It nikouw sambil tertawa paksa, kepalanya pun ditundukkan rendah-rendah, “Kau pergilah terlebih dulu, asalkan kau selamat saja, hatiku sudah lega”, ^

Lama sekali Koan Ing termenung, akhirnya dengan beratkan hati dia bangkit berdiri

juga,

“Suci, selamat tinggal!” serunya kemudian,

Sehabis berkata tubuhnyapun meloncat melewati jeram itu, dengan beberapa kali bersalto di tengah udara akhirnya sampai juga dia di atas batu putih itu,

Lama sekali dia berdiri termenung ditepijeram tersebut hatinya benar merasa terharu oleh sikap yang begitu tulus dari Cing It nikouw, diam-diam pikirnya, “Bilamana aku mempunyai seorang enci seperti Cing It sungguh menyenangkan sekali,....


Teringat akan hal itu diapun kembali terbayang wajah Sang Siauw-tan, maka tubuhnya segera berputar dan lari menuju ke arah luar, Waktu itu cuaca sudah mulai menggelap kembali, sesudah melakukan perjalanan beberapa saat akhirnya sampai juga Koan Ing di dalam sebuah hutan yang lebat.

Ooo)*(ooO

Bab 34

SUASANA di dalam hutan itu amat sunyi sekali, tak terdengar sedikit suarapun, angin

bertiup sepoi-sepoi membawa suara hembusan yang amat syahdu sekali. Di dalam hati Koan Ing merasa amat heran, pikirnya, “Akh.... kenapa di tempat ini tak kelihatan sesosok manusiapun?”

Dengan langkah yang amat perlahan dia berjalan masuk ke dalam hutan itu sedang matanya dengan tajam memperhatikan sekeliling tempat itu.

Tampaklah di depan sebuah tebing duduk enam orang di atas permukaan tanah.

Di atas tebing itu tampaklah sebuah celah yang amat sempit yang cukup untuk diterobosi oleh seorang manusia saja.

“Bukankah tempat ini mirip sekali dengan tempat dikurungnya Thian Siang Thaysu sekalian seperti apa yang diceritakan oleh Ciu Tong?” pikirnya diam-diam.

Penemuan yang secara mendadak ini seketika itu juga membuat hatinya merasa amat tegang.

Keenam orang itu duduk bersila dengan angkernya membentuk kedudukan setengah lingkaran, ditangan masing- masing mencekal sebuah jaring merah yang mengurung celah tersebut rapat-rapat.

Agaknya memang mereka tidak berani menerjang masuk kedalam, terbukti dari sikap yang tenang dari keenam orang itu, tapi sepasang matanya dicurahkan kesana.

Suasana di dalam gua itupun amat sunyi, bilamana orang yang tidak mengerti akan peristiwa ini tentu tidak bakal menyangka kalau di dalam gua itu sudah terkurung begitu banyak jagoanBu-lim yang sudah punya nama di dunia kangouw, Dengan mengikuti pinggiran hutan Koan Ing mulai bergeser mendekati gua itu.

Sedang keenam orang itu tetap duduk membelakangi Koan Ing, agaknya mereka sama sekali tidak merasa atas kedatangan dari pemuda tersebut,

Dengan pandangan yang tajam Koan Ing memperhatikan bayangan setiap punggung dari keenam orang itu, dia merasa tenaga dalam dari orang-orang itu pasti jauh berada di atas tenaga dalam dirinya, kalau tidak bagaimana mungkin “Cha Can Hong” sekalian bisa terkurung di dalam gua tersebut,

Pikirannya dengan cepat berputar, dia mulai mencari akal bagaimana caranya supaya lolos dari kepungan tersebut,

Orang-orang dari lembah Chiet Han Ku pada menggunakan jaringan besar sebagai senjata, pikirannyapun segera berputar mencari akal bagaimana cara pemecahannya,

Sewaktu sedang enakkan berpikir itulah mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara dengusan dingin.

Dengan gesitnya dia putar badan, tampaklah seorang manusia berkerudung dengan

mencekal sebuah jaringan besar berwarna emas sedang memandang ke arahnya dengan pandangan

dingin.

Dengan cepat Koan Ing melayang mundur ke belakang, pedang Kiem-hong-kiamnya dilyabut keluar lalu dilintangkan di depan dada siap-siap menghadapi serangan. Kembali orang berkerudung itu mendengus dingin, tangan kanannya diayunkan ke depan makajaringan tersebut sudah terpentang lebar-lebar seluas lima kaki lebih.

Melihat keiyadian tersebut Koan Ing jadi amat terperanjat, apalagi melihat jaringan besar yang memencarkan cahaya ke emas-emasan itu sudah mengurung tubuhnya maka dengan cepat dia berkelebat mundur ke arah belakang .

Orang berkerudung itupun dengan cepat meloncat ke depan, jaringan emasnya kembali diayunkan ke atas.

Koan Ing segera merasakan hatinya bergidik, bukan saja jaringan emas itu amat lihay bahkan kecepatan geraknyapun jauh berada diluar dugaannya.

Pedangnya dengan cepat digetarkan ke depan menutul pinggiran jaringan emas itu, dia bermaksud mementangkan jaring itu lalu meloloskan diri dari kurungan.

Dengan dahsyatnya pedang serta jaringan tersebut terbentur satu sama lainnya, mendadak jaringan emas itu bergetar amat keras sedang pedang Kiem-hong-kiam ditangannya

kini sudah kena dijirat.

Koan Ing jadi amat terperanjat, dia sama sekali tidak menduga kalau kepandaian silat dari orang itu jauh berada di atas tiga manusia genah empat manusia aneh, maka di tengah suara bentakannya yang amat keras seluruh lweekang yang dimilikinya sudah disalurkan ke dalam tubuh pedang tersebut.

Sinar mata manusia berkerudung itu berkelebat, tangannya digetarkan dengan keras tidak menanti Koan Ing mengerahkan seluruh Iweekangnya dia sudah balas mengerahkan tenaga lwekangnya untuk menggetarkan balik pukulan itu.

Saat ini Koan Ing benar-benar tergetar dengan keras, bilamana kini dia tidak cepat-cepat melepaskan pedangnya paling sedikit tubuhnya akan terpukul luka, tapi bilamana dia terpaksa harus melepaskan pedangnya maka tubuhnya tidak bakal berhasil menghindarkan diri dari tiga terangan musuh.

Belum habis pikirannya berputar untuk mengambil keputusan tahu-tahu tubuhnya sudah kena dilemparkan ke tengah udara oleh manusia berkerudung itu.

Dengan cepat Koan Ing bersalto beberapa kali di tengah udara lalu berputar bagaikan roda kereta.

Belum sempat tubuhnya melayang ke atas permukaan tanah kembali angin pukulan sudah menyerbu datang.

Sebuah jaringan berwarna merah dengan cepatnya sudah menjiret, saat ini Koan Ing sudah merasa bergidik karena tenaga dalamnya sudah buyar sehingga tak ada tenaga sisa lagi untuk menghadapi serangan.

Dengan cepatnyajaringan itu melayang turun ke bawah mengurung tubuhnya,

Pada saat yang kritis itulah mendadak dari dalam gua berkumandang keluar suara dengusan dingin, segulung angin serangan yang amat dahsyat menyambar ke depan mengh tubuh lelaki berkerudung yang baru saja melancarkan seranganjaring ke arah Koan Ing.

Mendengar akan suara bentakan tersebut pemuda itu jadi amat girang, dia tahu suara itu pastilah berasal dari Sang Su- im si jari sakti.

Entah secara bagaimana Sang Su-impun kena dikurung di dalam gua tersebut, tapi saat ini tak ada waktu baginya untuk berpikir panjang ^

Manusia berkerudung yang kena dibokong secara mendadak dia buru-buru melindungi dirinya dengan begitu serangannya terhadap pemuda itupunjadi kendor. Mengambil kesempatan ini Koan Ing lalu menggelinding keluar dari kurungan. Tetapi pada saat yang bersamaan itu pula dari empat penjuru berkelebat datang puluhan buah jaringan merah menggulung ke arahnya. Hatinyapun semakin bergidik lagi, mendadak.

“Braaak....!” segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepatnya meluncur ke depan menggulung kearab orang-orang itu.

Barsamaan waktunya pula terdengar suara teriakan seseorang, “Engkoh Ing cepat masuk!”

Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar amat keras, bukankah suara itu berasal dari Sang Siauw-tan? Kini dia pergi kemana-mana untuk mencari gadis tersebut, tidak disangkanya dia orang sudah berada disitu.

Dengan amat girangnya Koan Ing sagera berkelebat masuk ke dalam gua tersebut.

Begitu tubuh Koan Ing berkelebat masuk ke dalam gua, beberapa orang berkerudung yang ada diluar guapun bersama-samapada menubruk ke depan.

“Braaak....!” kembali segulung angin pukulan yang maha dahsyat menggulung ke arah luar membuat pasir serta batu kerikil pada beterbangan keangkasa, suaranya benar-benar amat memekikkan telinga.

Diam-diam Koan Ing merasa amat terperanjat juga melihat kejadian itu, ketika dia menoleh ke belakang tampaklah Sang Su-im Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong bertiga sedang duduk bersila di dalam gua, Thian Liong Thaysu, Hud Ing Thaysu, Suto Beng Cu, Cha Cing Cing, Cha Ing Ing, serta Sang Siauw-tan berdiri di belakang tiga orang itu, sedang dipaling belakang tampaklah sebaris hweesio-hweesio siauw”“lim sie, ada yang lagi berbaring ada pula yang sedang terluka tetapi kebanyakan dari mereka sudah pada cedera. Kepada ketiga orang itu pemuda tersebut, segera menjura. “Koan Ing menghunjuk hormat buat cianpwee bertiga, terima kasih atas buj pertolongan cianpwee sekalian.” katanya. Sang Su-im tersenyum.

“Kau tidak usah sungkan-sungkan lagi, jaringan emas dari kaucu lembah Chiet Han Ku itu sunggah amat dahsyat sekali, sekalipun ilmu jari Han Yang Cipun tak bisa mengapa-apakan dirinya, untung sekali kini kau masih bisa loloskan diri dari serangannya.”

Terdengar Cha Can Hong yang ada di belakangnya menghela napas panjang, demikian pula dengan Thian Siang Thaysu mereka pada bungkam dalam seribu bahasa.

Dengan hati yang amat girang Sang Siauw-tan segera maju ke depan menyongsong kedatangan pemuda tersebut.

“Engkoh Ing, tidak disangka kaupun ikut datang kemari.” “Aakh.... tadi kau sudah kemana? Aku mencari dirimu

kemana2” sahut Koan Ing tertawa.

“Lalu dimanakah Cing It suci?” tanya gadis itu kembali sambil menarik Koan Ing lebih mendekat lagi.

Koan Ing agak ragu-ragu sebentar, akhirnya dia tertawa pahit, “Dia sangat baik.”

Sang Siauw-tan yang melihat paras muka Koan Ing rada berubah hatinya jadi keheranan, terhadap sikap Cing It  nikouw yang menaruh perhatian terhadap pemuda tersebut dia sudah tahu tetapi yang membuat dia keheranan adalah kini dirinya ternyata tidak datang kemari bersama-sama dengan Koan Ing,

“Lalu dimanakah dia sekarang?” tanyanya lagi,

Koan Ing hanya tersenyum, dia bukannya menjawab pertanyaan iiu sebaliknya malah mengganti bahan pembicaraan,

“Sin Hong Sout Nie cianpwee pun ikut datang,” katanya Mendengar perkataan itu Cha Can Hong segera dongakkan kepalanya.

“Sin Hong Soat-nie sudah datang?” pikirnya, “Hal ini benar-benar tidak mungkin terjadi.”

Sin Hong Soat-nie pernah bersumpah tidak akan terjunkan dirinya kembali ke dalam dunia kangouw bagaimana mungkin dia kini bisa muncul di lembah Chiet Han Ku?

Kiranya bukan Cha Can Hong saja yang merasa keheranan, tapi semua orang yang ada di dalam gua itupun pada merasa keheranan.

“Apakah kau sudah bertemu dengan dirinya?” tanya Sang Su-im kemudian. Dengan perlahan Koan Ing mengangguk.

Thian Sian Thaysu yang mendengar perkataan tersebut semangatnya berkobar kembali, dia orang yang tenaga dalam “Si Bu Sian Thian Cin Khei”nya pada tahuii2 ini sudah berhasil dilatih mencapai puncak kesempurnaan bilamana bisa digabungkan dengan tenaga khi-kang ‘Sian Bun Kang Khie’ dari Yuan Si Tootiang serta ilmu ‘Ciang Mo Kiam Khei’ dari Sin Hong Soat-nie maka tidak perduli bagaimana lihaynya pihak musuh pasti tidak akan kalah.

Kembali terdengar Cha Can Hong menarik napas panjang- panjang, ujarnya, “Kini kita sudah terkurung di dalam gua ini, mungkin sejak kini tak ada lagi orang yang bisa membantu kita.”

“Kau jangan berkata demikian, bukan kah hal itu sama saja dengan mematahkan semangat sendiri!” bantah Thian Siang Thaysu sambil mengerutkan alisnya. Cha Can Hong kembali tertawa.

“Mereka pada menghadang di depan gua2, seharusnya Thaysupun sudah tahu kalau di antara kita tak ada seorangpun yang bisa menahan pukulan mereka.” Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu bungkam dalam seribu bahasa, jangan dikata bergebrak seorang lawan seorang, sekalipun untuk lolos dari mulut gua yang sempit itupun belum tentu bisa,

“Tapi apakah kita harus menunggu kematian dengan duduk terpekur ” serunya sambil mengerutkan alisnya,

“Coba kalianjangan ribut dulu,” sela Sang Su-im sambil tersenyum, “Malam ini ada kemungkinan anak murid Tiang- gong-pang berhasil menyerbu masuk lembah Chiet Han Ku ini, waktu itu ada kemungkinan kita masih bisa tertolong,”

“Kucu dari lembah Chiet Han Ku ini, amat tajam dan pandai sekali, mungkin sulit sekali untuk menyerbu ke dalam lembah, apalagi orang-orang dari lembah Chiet Han Ku pada bersembunyi semua, bilamana mereka menyerbu datang dengan kekerasan bukankah akan sia-sia belaka gerakan mereka itu?” seru Cha Can Hong sambil geleng2kan kepalanya.

“Kalau begitu orang-orang dari lembah Chiet Han Ku ini sudah mengadakan persiapan,” kata Sang Su-im sambil mengerutkan alisnya. “Yuan Si Tootiang yang pergi mengejar musuhpun tidak muncul2 kembali, apa mungkin dia sengaja menjebak kita untuk memasuki lembah Chiet Han Ku ini?”

Mendengar perkataan tersebut Thian Siang Thaysu segera mendengus dingin.

“Sang pangcu, apakah kau tidak merasa perkataanmu itu sedikit keterlaluan? Dengan sikap serta keluhuran budi Yuan Si Tootiang apakah dia bisa berbuat begitu kejamnya sesuai dengan apa yang dicurigai Sang Pangcu? Hmm mungkin saat ini dia lagi menemui bahaya.”

Sinar mata Cha Can Hong berkedip-kedip, tapi dia tetap bungkam dalam seribu bahasa. “Eeehm.... mungkin juga memang begitu,” akhirnya jawab Sang Su-im juga.

Air muka Thian Siang Thaysu mendadak berubah anat keren.

“Sang Pangcu,” ujarnya lagi, “Kalau hanya dikarenakan urusan ini saja kau sudah menaruh begitu curiga kepada dirinya, apakah kau tidak takut ditertawakan oleh orang-orang Bu-lim?”

“Hee.... hee.... anak murid perkumpulan Tiang-gong-pang belum pernah melihat dia orang menuruni gunung Bu-tong san, selama di dalam perjalananpun tidak ada yang melihat jejaknya, kemunculan yang secara mendadak ini benar-benar mencurigakan sekali, apalagi begitu dia munculkan diri lantas mengajak kalian masuk ke dalam lembah Chiet Han Ku ini, apakah hal ini tidak semakin mencurigakan? Ditambah lagi menurut pengamatan dari anak buah ku kereta berdarah tersebut sama sekali tidak pernah mendatangi Kun-lun san ini,” kata Sang Su-im dingin.

Untuk beberapa saat lamanya Thian Siang Thaysu dibuat bungkam, beberapa saat kemudian baru terdengar dia berkata, “Bilamana sampai setiap gerak-geriknya bisa diketahui oleh Tiang-gong-pang bukankah

hal ini sedikit keterlaluan”,

Dalam hati Cha Can Hong pun merasa amat curiga,

Baru saja dia bermaksud berbicara mendadak terdengar suara bentakan berkumandang kembali di tempat luaran,

Terburu-buru dia menoleh ke arah luar lalu teriaknya, “Aakh Yuan Si Tootiang sudah datang.”

Mendengar perkataan itu Thian Siang Thaysu jadi amat girang, di tengah suara bentakan yang keras sepasang telapaknya dengan sejajar dada melancarkan pukulan dahsyat ke depan. Bersamaan waktunya pula mendadak teriaknya, “Tooheng lekas lari masuk!”

Sesosok bayangan manusia dengan cepatnya berkelebat masuk ke dalam gua,

Orang itu bukan lain adalah Yuan Si Tootiang. saat ini wajahnya telah dibasahi oleh keringat tapi paras mukanya masih kelihatan sangat berwibawa.

^Pinto sedang mengejar musuh sehingga meninggalkan kalian disini, maaf.... ” serunya tersenyum, sinar matanyapun menyapu sekejap kesemua orang.

Sang Su-im yang melihat akhirnya Yuan Si Tootiang muncul juga disana hatinya rada menyesal, bagaimanapun dia orang bukanlah seorang manusia berhati sempit, dalam hati dia tahu bilamana Yuan Si Tootiang benar-benar bermaksud memancing mereka datang kemari maka tak mungkin dirinya muncul kembali disana.

Thian Siang Thaysu melirik sekejap ke Sang Su-im lalu ujarnya kepada toosu tersebut. “Tooheng silahkan duduk.”

Yuan Si Tootiang menghembuskan napas panjang lalu duduk di atas tanah.

“Pinto sedang mengejar Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, siapa sangka maksudku gagal, ada kemungkinan dia sudah bersekongkol dengan pihak lembah Chiet Han Ku ini,” katanya

Mendengar perkataan itu Sang Su-im jadi sadar kembali, hal ini memang mungkin sekali Si Budak Berdarah setelah memperoleh kereta berdarah tersebut tentu kini sudah bersekongkol dengan pihak lembab Chiet Han Ku, dan untuk melindungi kereta tersebut sudah tentu mereka mengadakan perlawanan.

Saat ini semangat Thian Siang Thaysu sudah berkobar kembali, kepada Yuan Si Too tiang tanyanya, “Too-heng apakah kau mempunyai siasat yang lebih baik untuk memecahkan pertahanan musuh?”

Yuan Si Tootiang termenung sebentar, lalu kepada Sang Su-im katanya, “Senjata yang digunakan Kucu dari lembah Chiet Han Ku ini adalah sebuah jaring

besar, senjata apapun tidak bakal bisa mengapa-apakan dirinya, untuk menghadapi dirinya terpaksa kita harus mengandalkan ilmu dari Han Yang Ci dari Sang pang cu, karena cuma terhadap ilmu itu saja dia menaruh rasa jeri.”

Sang Su-im mendengar Yuan Si Tootiang memuji ilmu jari Han Yang Cinya dalam hati meraba amat girang, pikirnya, “Toosu ini tidak malu disebut sebagai pemimpin dari tiga manusia genah, ternyata dia memang memiliki ketajaman mata yang luar biasa.”

Terpaksa dia lalu tersenyum, ujarnya merendah, “Jaring yang digunakan Kucu dari lembah Chiet Han Ku serta keenam orang lainnya ada lima kaki panjangnya, walaupun ilmu jari Han Yang Ci bisa menakuti mereka tetapi belum tentu mempunyai kegunaan yang besar!” 

Yuan Si Tootiang mengangguk, lama sekali dia berdiam diri tidak berbicara.

Sebaliknya Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang walaupun sudah kembali tapi

hatinya masih menaruh curiga, bagaimana mungkin Sak Huan bisa mengetahui urusan dari si manusia tunggal dari Bu- lim, Jien Wong? Dan bagaimana mungkin dia begitu tega meninggalkan Sak Huan seorang diri disana padahal di tempat itu tak ada urusan

Yuan Si Tootiang termenung berpikir keras kemudian menghela napas panjang dengan perlahan. “Mari kita berpikir kembali, asalkan sudah mendapatkan cara untuk memecahkan seranganjaring mereka, urusan- urusan lain tentu menjadi beres pula.”

Mendengar perkataan itu Koan lag segera merasa hatinya rada bergerak. Diapun mulai memikirkan seluruh kepandaian silat yang diajarkan Jien Wong kepadanya

Setelah berpikir sebentar dia dongakkan kepalanya, tapi pada saat itulah hatinya tergetar amat keras karena dari sepasang mata Yuan Si Tootiang secara samar-samar diliputi oleh nafsu membunuh.

“Duajam lagi hari sudah mulai menggelap, kalian pikirlah lebih teliti lagi,” ujar Yuan Si Tootiang sambil menundukkan kepalanya.

Dengan perlahan Sang Su-im tertawa, pikirnya bilamana anak murid Tiang-gong-pang sudah pada datang maka dia sudah tentu bisa menerjang keluar, kecuali bila pihak lembah Chiet Han Ku mempunyai kekuatan yang sebesar kekuatan perkumpulan Tiang-gong-pang sehingga mungkin bisa menahan serangan total dari anak buahnya,

Dari luar gua kembali terdengar suara bentakan yang amat keras menggetarkan seluruh angkasa,

Muka Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien dari Bu-tong-pay segera berubah hebat, Sang Su-impun dengan terkejut menoleh ke arah luar gua. Aaah Ciu Tong.... ” terdengar Cha Can Hong berseru kaget.

Bersamaan dengan suara teriakannya itu dia melancarkan delapan pukulan dahsyat

ke depan, dimana pukulan tersebut berkelebat segera membawa suara desiran yang amat tajam, inilah keistimewaan dari ilmu pukulan “Kiem Sah Ciang” dari aliran gurun pasir, Sang Su-impun bersamaan waktunya menyentilkan lima buah seranganjarinya ke depan. Sebaliknya Yuan Si Tootiang serta Thian Siang Thaysu masing-masing melancarkan empat kali

pukulan.

Empat orang jagoan berkepandaian tinggi bersama-sama melancarkan pukulan ke depan, seketika itu juga membuat hawa sesak memenuhi angkasa disertai suara ledakan yang maha dahsyat.

Sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya berkelebat masuk ke dalam gua tersebut.

Tampaklah Ciu Tong dengan tangan kanan mencekal tongkat berwarna hitam serta kepala yang dibalut kain putih sudah muncul dihadapkan para jago.

Walaupun terhadap si iblis dari lautan Timur ini Sang Su-im punya sedikit ganjalan tetapi saat ini semua orang sedang bekerja sama untuk menghadapi serangan pihak musuh apalagi kini Ciu Tong yang sudah pergi suka balik kembali lagi kesana untuk memberi bantuan cepat-cepat dia mengalah kesamping. “Ciu heng silahkan duduk” ujarnya.

“Haaa.... haaa.... Sang Loo-te kau tidak usah sungguh^, aku tidak duduk” sahut Ciu Tong sambil tertawa terbahak- bahak.

Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah Koan Ing serta Yuan Si Tootiang.

“Oooouw.... ouww.... kiranya Ciangbunjien kita dari Bu Tong-paypun sudah pada berdatangan,” sindirnya.

“Hmm.... apa maksud dari perkataan Ciu Tong itu?” seru Yuan Si Tootiang.

Perkataan yang diucapkan oleh Ciu Tong terhadap Yuan Si Tootiang bukan saja membuat Tosu tua itu tidak paham tapi juga Koan Ing. Cha Can Hong.... bahkan setiap orang yang ada di dalam gua itupun pada merasa keheranan. “Haa.... haa.... tadi aku sudah bertemu dengan Sin Hong Soat-nie bahkan telah ^ bercakap2 dengan dirinya,” terdengar Ciu Tong berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak. “Dia ada dimana?” tanya Yuan Si Tootiang sambil mengerutkan alisnya.

Ciu Tong tidak langsung menjawab, matanya dengan perlahan menyapu sekejap kesemua orang lalu baru ujarnya.

“Kali ini dia turun dari puncak di samping hendak membereskan urusan yang menyangkut diri muridnya tetapi yang lebih penting adalah karena urusan Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, dia merasa kejadian ini sebenarnya adalah suatu rencana yang amat busuk sekali dari seseorang.”

Semua orang yang mendengar perkataan tersebut jadi amat terperanjat sekali.

Sebaliknya cuma wajah Yuan Si Tootiang seorang saja yang tidak berubah, dengan perlahan dia bangun berdiri.

“Ciu Toocu sudah mendengar perkataan apa saja?”

Ciu Tong mengerutkan alisnya rapat-rapat, kepada Thian Siang Thaysu tiba-tiba tanyanya, “Apakah Thaysu merasa Si Budak Berdarah yang membawa lukajatuh ke dalam jurang itu pasti menemui ajalnya?” Thian Siang Thaysu termenung sebentar.

“Tempo hari sudah tentu kami menganggap bahwa dia pasti sudah mati, kalau tidak bagaimana mungkin kami suka menyudahi urusan tersebut tetapi kini dia hidup kembali seperti juga dengan Jien Wong bukankah dia hidup kembali?”

Sinar mata Ciu Tong kembali berkilat dengan perlahan dia menoleh ke arah tosu Bu-tong-pay itu,

“Tootiang yang baru saja mengejar dirinya apakah merasa kalau dia orang benar adalah

Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan?” “Soat-nie itu sungguh terlalu banyak curiga,” kata Yuan Si Tootiang sambil tertawa tawar, “Orang yang aku lihat benar- benar adalah Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, tempo hari karena keteledoran kita dia sudah berhasil melarikan diri tetapi kali ini dia tidak bakal bisa lolos lagi dari tanganku.”

Dengan dinginnya Ciu Tong mendengus.

“Tootiang tadi bilang kereta berdarah berlari menuju ke arah Ku-lun-san, karenanya baru mengajak kita untuk mengejar kemari, bukan begitu?”

“Ciu Tong kau terlalu menaruh curiga”

Air muka Ciu Tong yang semula diliputi oleh senyuman, mendadak berubah jadi amat dingin bahkan sangat menakutkan sekali.

“Tetapi sewaktu Soat-nie datang kemari dia melihat kereta berdarah itu lari menuju ke Timur laut”

Mendengar perkataan tersebut hati semua orang yang ada di dalam gua tergetar amat keras. Cha Can Hong, Sang Su-im dan Yuan Si Tootiang dengan penuh rasa curiga.

Mereka sama sekali tidak menyangka kalau bisa terjadi peristiwa semacam ini, untuk mengejarjejak dari kereta berdarah mereka telah tiba disini, bilamana kereta tersebut sama sekali tidak kemari, lalu apa maksud Yuan Si Tootiang memimpin mereka datang kemari?

Air muka Ciu Tong berobah semakin dingin lagi.

“Bahkan Soat-nie dapat melihat kalau tempat ini sebenarnya adalah sebuah tanah pembunuhan yang mengerikan, sebelum kita sampai disini lembah Chiet Han Ku sudah mengadakan persiapan terlebih dulu, kini tak seorangpun yang bisa keluar dari lembah ini!”

Semua orang yang ada di dalam gua itu segera merasakan hatinya amat terperanjat. “Ciu Toosu bagaimana kau orang begitu berani memfitnah diriku!” teriak Toosu dari Bu-tong pay itu sambil mengerutkan alisnya. “Bilamana aku orang tidak menemui kereta berdarah tersebut lari kemari lalu apa maksudku memimpin kalian datang kemari? Apakah boleh dikata perbuatan ini berguna bagiku? Bilamana tak seorang yang bisa lolos, bukankah hal itu termasuk juga diriku karena sekarang akupun ada disini?”

Dengan tajamnya Koan Ing memperhatikan diri Yuan Si Tootiang, dia merasa sangat tidak puas dengan perkataan toosu itu.

Toosu itu sama sekali tidak menjelaskan soal itu tetapi dia lagi menerangkan kalau diapun ada disitu sehingga tak mungkin ada rencana busuk. Suasana tenang yang meliputi gua itupun segera pulih kembali seperti sediakala. Tampak Ciu Tong pun menghela napas panjang, keningnya dikerutkan. “Heei.... dia cuma bilang tempat ini adalah tempat pembunuhan secara besar2an.”

Para jagopun kini merasa hatinya murung, agaknya pihak lembah Chiet Han Ku telah mengadakan persiapan untuk membasmi seluruh jago Tionggoan di tempat tersebut.

Setelah lewat beberapa hari lagi menanti makanan mereka habis dan badanjadi penat maka tanpa banyak rewel lagi semua orang yang ada disana akan menjadi tawanan di bawah cengkeramannya.

“Buat apa kalian murung?” tiba-tiba seru Yuan Si Tootiang sambil tertawa. “Anak murid dari Pangcu sudah melakukan perjalanan siang malam dan mungkin sebentar lagi mulai melancarkan serbuan, waktu itu harapan untuk meloloskan diri lebih besar buat apa kalian pada murung semua,”

“Eeei bagaimaaa Tootiang bisa tahu kalau anak buah Tiang-gong-pang sudah pada berdatangan?” seru Ciu Tong dengan penuh rasa curiga, ^ “Ciu heng kenapa selalu menaruh rasa curiga kepadaku? Apakah kau merasa tidak percaya terhadap diriku? Sewaktu aku datang kemari anak murid dari Tiang-gong-pang sudah mengepung seluruh penjara tempat ini, bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu,” Ciu Toog terpaksa hanya tersenyum saja tanpa mengucapkan sepatah katapun,

Semua orang yang ada di dalam guapunpada termenung menurut jalan pemikiran masing-masing, menanti kedatangan malam berikutnya,

Mendadak sesosok bayangan hitam berkelebat menerjang masuk ke dalam gua

Yuan Si Tootiang yang ada di samping gua segera mendengus, telapak tangannya dengan mengerahkan tenaga pukulan dahyat menghajar ke arah orang itu.

“Braaak.... ” dengan amat dahsyatnya pukulan tersebut menyambar ke depan, tapi keburu

kena dihindari oleh orang tersebut dengan jalan meloncat mundur ke belakang.

inilah baru untuk pertama kalinya Koan Ing melihat Yuan Si Tootiang melancarkan serangan dengan amat dahsyat.

Melihat kejadian tersebut hatinya jadi rada bergerak, sewaktu pertemuannya tempo hari dengan Toosu itu di atas permukaan salju dia sudah meraba kalau tenaga dalam yang dimiliki Toosu tersebut benar-benar amat dahsyat dan jauh berada di atas Sang Su-im sekalian, kini setelah melihat kedahsyatan daripululan itu dia merasa kalau dugaannya agak meleset, karena pukulan itu biasa saja dan seimbang dengan Sang Su-im sekalian. Tetapi apakah tujuannya untuk menyembunyikan kepandaian yang sesungguhnya? Apakah dia mempunyai maksud2 tertentu?

Apalagi pukulan yang dilancarkan Yuan Si Tootiang tadi agaknya sengaja hendak menahan pukulan yang dilancarkan Thian Siang Thaysu serta Cha Can Hong di samping menghadang Ciu Tong serta Sang Su-im untuk melancarkan serangan. Apa tujuannya dia berbuat demikian?

Sewaktu Koan Ing lagi berpikir dengan hati melongo itulah mendadak Yuan Si Tootiang sudah menyapu sekejap ke arahnya dengan pandangan yang amat tajam.

Tetapi sebentar kemudian dia sudah mengalihkan pandangannya ke arah kepada Sang Su-im. “Sang Pangcu, berapa banyak orang yang kau bawa kali ini?” tanyanya kemudian kepada Sang Su-im.

“Perjalanan kali ini menuju ke gunung Kun lun san merupakan suatu tindakan yang luar biasa sekali,” kata Sang Su-im sambil tertawa tawar. “Saat ini anak buahku ada lima ratus orang yang tersebar dalam lingkungan lima puluh li sekitar tempat ini, sisanya yang lima ratus orang lagi ada di dalam lingkungan seratus li dari tempat ini.”

Para jago yang ada di dalam gua setelah mendengar perkataan tersebut semangatnya segera berkobar kembali, bilamana dengan kekuatan yang begitu besarnya anak murid perkumpulan Tiang-gong-pang benar-benar mengadakan penyerbuan ke dalam lembah Chiet Han Ku ini ada kemungkinan orang-orang lembah tersebut tidak bakal kuat untuk memberi perlawanan, Yuan Si Tootiang yang mendengar perkataan tersebut segera mengangguk.

“Kalau begitu harapan kita untuk meloloskan diri dari kurungan ini jauh lebih besar lagi,” katanya sambil tertawa. Sang Su-im hanya tersenyum,

“Soal itu harus ditinjau dari bagaimana persiapan dari orang-orang lembah Chiet Han Ku, tapi yang jelas sebelum aku masuk ke dalam gua sudah kuperintahkan setelah hari jadi gelap mereka sudah harus mulai melancarkan serangan,” katanya,

Ooo)*(ooO Bab 35  

KOAN ING yang selama ini selalu memikirkan bagaimana caranya untuk memecahkan serangan dengan menggunakan senjatajaring mendadak tanyanya pada Sang Su-im, “Empek Sang, kekuatanjari Han Yang Ci mu bisa mencapai seberapa jauh?” Sang Su-im yang ditanyai begitu lalu tahu apa maksud dari pemuda itu, dia tersenyum,

“Untuk menghadapi orang-orang yang biasa saja kekuatan dari Han Yang Ci Ku bisa mencapai dua puluh kaki jauhnya, tetapi untuk menghadapi orang-orang semacam jago-jago lembah Chiet Han Ku ini yang begitu dahsyat mungkin hanya mencapai lima kaki saja”,

“Lalu bagaimana dengan kekuatanjari empek Sang bilamana menjepitkan potongan pedang serta golok di dalam jari2 tangan lalu menyentil dengan kekuatan Han Yang Ci?”

Mendengar perkataan tersebut Sang Su-im jadi kegirangan.

Haaa.... haaa.... bagaimana aku bisa melupakan jurus tersebut, haaa.... haa.... serangan itu pasti bisa menjebolkan serangan dengan senjatajaringan tadi!” serunya.

“Memang bagus sekali ilmu itu, mari kita bersama-sama pergi mencoba,” ajak Yuan Si

Tootiang.

Sang Su-impun merasa amat girang sekali, sebelum masuk dalam gua tadi ia sudah kena dipecudangi oleh permainan jala itu, kini setelah diperingatkan oleh Koan Ing hatinya jadi amat cemas dan bergolak keras.

Cuaca dengan perlahan mulai menggelap.

Mendadak dari luar kembali berkelebat datang sesosok bayangan hitam, Sang Su-im segera mendengus dingin.

“Bajingan ini mau cari mati atau hendak menerjang masuk ke dalam. ” serunya, Diantara suara bentakan yang keras berturut-turut, dia melancarkan sepuluh sentilan dahsyat, bersamaan itu pula Thian Siang Thaysu melancarkan satu pukulan ke depan.

Dimana angin pukulan bentrok dengan tubuh orang itu tampaklah bayangan manusia berkelebat kembali, orang itupun sudah meluncur keluar.

“Terang-terangan dia tahu kalau tak mungkin bisa menerjang kedalam, buat apa terus2an dia berbuat begitu?” seru Ciu Tong sambil mengerutkan alisnya.

Koan Ing pun merasa hatinya rada bergerak, di tempat itu ada lima orang jagoan lihay yang sedang berkumpul sekalipun Jien Wong yang memiliki kepandaian silat lihaypun belum tentu bisa menerjang masuk lalu kenapa orang itu terus menerus menerjang saja? Apa mungkin ada maksud tujuan tertentu? Terdengar Yuan Si Tootiang tersenyum.

“Mungkin mereka tahu kita sudah kena dikurung maka sengaja dua kali berusaha untuk menerjang masuk” katanya.

“Semoga saja memang begitu,” sambung Ciu Tong sambil tertawa.

Semua orang yang ada di dalam gua segera terjerumus di dalam lamunan sendiri-sendiri, Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan sambil bersandarpada dinding tak berbicara sepertinya lagi memikirkan sesuatu hatinya jadi heran. Tak terasa lagi tanyanya dengan suara perlahan, “Siauw-tan kau lagi memikirkan apa?”

“Aah tidak mengapa,” sahut gadis itu sambil memandang ke arah Koan Ing dengan amat tenang. “Aku cuma lagi memikirkan perkataan dari empek Ciu tadi yang mengatakan Soat Nio turun gunung karena muridnya.”

Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar, dia sama sekali tidak menyangka kalau Sang Siauw-tan terus menerus memikirkan persoalan itu. “Dia memang datang untuk mencari Cing It suci,” sahutnya kemudian sambil tertawa.

“Cing It suci turun gunung secara diam-diam adalah bermaksud untuk mencari dirimu setelah bertemu dengan dirimu bagaimana mungkin nikouw itu suka melepaskan kalian dengan begitu saja?”

Koan Ing jadi melengak, dia sama sekali tidak memberitahukan hal ini kepadanya tetapi bagaimana mungkin gadis itu bisa tahu kalau Cing It nikouw turun gunung secara diam-diam bahkan sengaja datang mencari dirinya?

Dia sama sekali tidak tahu kalaujejak serta gerak-gerik yang mencurigakan dari Cing It itu sudah diketahui oleh Sang Siauw-tan bahkan sewaktu gadis itu ada di atas puniyak Su Li Hong dia jauh lebih mengerti sifat dari Koan Ing, sudah tentu dalam soal ini dia sudah bisa menebak sendiri.

Koan Ing merasa tidak enak untuk ber bohong terhadap diri Sang Siauw-tan, maka dengan perlahan dia menundukkan kepalanya

“Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?” desak Sang Siauw- tan lebih lanjut.

Koan Ing menarik napas panjang, dengan sikap apa boleh buat dia dongakkan kepalanya.

“Kami berdua hampir-hampir mati ditangannya, tetapi Cing It Suci sudah kehilangan lengan kirinya, hanya saja karena nasibnya masih baik sehingga tidak sampai mati ditangan gurunya itu”,

“Dimanakah Cing It Suci saat ini?”

Walaupun dia sangat percaya terhadap Koan Ing tetapi selama ini dia takut Cing It nikouw terus menerus mendekati Koan Ing, walaupun begitu setelah didengarnya nikouw muda itu sudah kehilangan sebuah Iengannya maka dalam hatinyapun dia terharu juga. Waktu itu bilamana bukannya sengaja dia menyingkir untuk melihat bagaimanakah sikap Koan Ing terhadap nikouw itu ada kemungkinan tidak sampai terjadi peristiwa ini, peristiwa ini pasti terjadi karena Sin Hong Soat-nie sudah  menaruh salah paham.

“Sewaktu aku pergi tadi dia masih ada di dalam air terjun, sekarang ia ada dimana aku sendiri juga tidak tahu,” ujar pemuda itu sambil gelengkan kepalanya.

Bicara sampai disitu mereka berdua pada bungkam hingga suasanapun diliputi keheningan.

Yuan Si Tootiang menarik napas panjang-panjang, dengan perlahan dia memandang ke arah Koan Ing.

“Nona itu adalah siauw-li,” terdengar Sang Su-im memperkenalkan.

“Putrimu sudah pernah aku temui, dia memang merupakan pasangan yang setimpal dengan Koan siauw-hiap.”

Wajah Sang Siauw-tan segera berubah jadi merah, walaupun dia sudah berkasih2an secara terbuka dengan diri Koan Ing tetapi saat ini Yuan Si Tootiang berbicara dihadapan umum, bagaimanapun juga sebagai seorang gadis dia merasa malu juga. Sang Su-im yang mendengar perkataan itu lantas tersenyum.

“Terhadap muridmupun aku pernah bertemu, aku minta Tootiang suka mendidik dan mengawasi dirinya lebih ketat dan keras lagi!” serunya.

Pada paras muka Yuan Si Tootiang segera terlintaslah satu senyuman pahit.

“Dia adalah keponakanku, selama ini aku memang rada teledor untuk memberi didikan kepadanya apalagi dia terlalu manja terhadap diriku, bilamana dia sudah berbuat sesuatu yang kurang pantas harap Sang pangcu dengan memandang di atas wajah pinto suka melepaskan dirinya.” “Sang Su-im yang mendengar perkataaa itu dia sudah salah menganggap mungkin Yuan Si Tootiang masih tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Sak Huan sehingga begitu membelai dirinya.

Alisnya segera dikerutkan rapat-rapat,

“Muridmu beberapa kali mendesak siauw li untuk kawin dengan dirinya, apakah Tootiang

tidak tahu akan urusan ini?”

“Aach ada urusan? Kenapa Sang pang cu tidak memberi tahu kepadaku?” seru Yuan Si Tootiang kaget.

Koan Ing yang melihat sikapnya itu segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, apakah mungkin Yuan Si Tootiang sama sekali tidak tahu apa yang sudah diperbuat oleh Sak Huan?

“Ooow.... kalau begitu aku sudah salah bertindak?” sindir Sang Su-im dingin,

Dari sepasang mata Yuan Si Tootiang tiba-tiba menetes keluar titik-titik air mata, dia menghela napas panjang.

“Bilamana dia sungguh-sungguh berbuat demikian aku  pasti akan membinasakan dirinya dihadapan umum kalau tidak aku orang mana punya muka lagi untuk bertemu dengan kawan2 Bu-lim?” serunya,

Sang Su-im yang melihat tosu itu benar-benar terharu sehingga meneteskan air mata, diapun lantas menghela napas panjang-panjang.

“Tootiangpun tidak usah terlalu bersedih hati,” hiburnya, “Dalam soal ini lebih baik kita rundingkan saja setelah kita keluar dari gua ini, orang-orang muda memang masih berdarah panas sehingga mudah saling bentrok satu sama lainnya, Tootiang cukup memberi peringatan yang keras saja kepadanya” Yuan Si Tootiang hanya menghela napas panjang saja, kepalanya digelengkan berulang kali, sedang air mata mengucur keluar semakin deras.

Koan Ing sendiripun diam-diam lantas menghela napas, sebenarnya di dalam hati dia merasa gemas dan benci terhadap diri Yuan Si Tootiang, karena toosu itu tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap muridnya, tetapi setelah melihat kejadian ini hatinya malah merasa menyesal.

Ciu Tong mendadak tertawa terbahak-bahak.

.

“Haa.... haa.... mati hidup kita yang ada di dalam guapun belum bisa ditentukan, buat apa harus menguatirkan urusan yang lain? Bilamana ada urusan lain, lebih baik dibicarakan setelah kita lolos dari sini saja,” tegurnya.

Pada saat mereka sedang bercakap2 itulah mendadak dari luar kembali terdengar suara bentakan keras.

Sang Su-im dengan cepat menoleh dan kirim tiga sentilan dahsyat ke depan, tampaklah tiga gulung desiran angin pukulan dengan cepatnya menyambar keluar.

Dari mulut gua tampak bayangan manusia berkelebat datang, tahu-tahu di dalam gua sudah muncul Sin Hong Soat- nie. “Aah Soat-nie kaupun sudah datang!”

Diantara mereka Thian Siang Thaysulah yang paling girang, di tengah suara bentakan yang keras sepasang telapaknya dengan sejajar dada didorong ke depan, inilah suatu pukulan dengan menggunakan ilmu ‘Si Bu Sian Thian Cin Khei’ yang amat dahsyat.

Yuan Si Tootiang yang melihat muncul bayangan putih itu diapun lantas merangkap tangannya memberi hormat lalu menghembuskan napas panjang. “Terima kasih atas bantuan dari Sang Pangcu serta Thaysu berdua,” terdengar suara dari Sin Hong Soat-nie bergema datang.

Begitu masuk ke dalam gua nikouw tua itu lantas menyapu sekejap ke seluruh ruangan sambil tertawa, tetapi sewaktu melihat Koan Ingpun ada disana, air mukanya seketika itu juga sudah berubah hebat.

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar