Hong Lui Bun Jilid 16

Jilid 16

"Persoalanya kan sepele. Pertama, asal kau melumpuhkan Lwekang, selamanya tidak boleh mencari setori dengan kami, lalu membubarkan pula Hong- lui- bun, diumumkan secara luas selanjutnya tidak akan berkecimpung dikalangan Kangouw. Bagaimana anak muda ?' "Ini bukan persoalan sepele, patut dipertimbangkan." "Baik, Lohu akan tunggu jawabanmu sampai besok." lenyap suaranya maka terdengar daun Jendela kecil itu tertutup.

Begitu mendapat kabar kilat dari clok-wi-cun, Hong Kiat dan Tang- ling-sin-kun sudah lantas menduga bahwa Liok Kiam-ping pasti lolos dari renggutan elmaut, juga sudah diduga cepat atau lambat dia pasti akan me nyelundup kepulau ini. Maka sengaja mereka mengatur tipu daya mengurung It-cu-kiam di kurungan besi yang wadahnya berbentuk kukusan untuk memancing kedatangan Kiam-ping sekaligus membekuknya.

Undang-undang perguruan Tang- ling- kiong teramat keras hukumanpun berat, setiap murid yang khianat atau murtad, selamanya tidak pernah diberi ampun. Kurungan besi diatas Thay-im-lou itulah biasanya para pelanggar undang-undang disekap. bangunannya teramat kokoh dan berbelit-belit, keluar masuk pintu rahasianya. hanya diketahui oleh Tang- ling-sin- kun ayah beranak.

Sekarang mereka sudah berhasil memancing Liok Kiam- ping masuk perangkap. bila mau segera turun tangan membunuhnya, segampang dia angkat tangan, tapi Tang- ling-sin-kun manusia tamak. Dia mempunyai rencana lain dan mengincar Wi-llong-pit-kip serta Tnian-gwa-cin-keng dua pusaka yang dimiliki Liok Kiam-ping, maka sengaja dia mengajukan dua syarat dan mau menunggu jawaban Liok Kiam-ping.

Sudah tentu diluar tahunya bahwa Liok Kiam-ping juga sudah punya perhitungan matang sendiri, dengan bekal keyakinan dan kepercayaan pada diri srndiri, sayang dia tersekap dalam kurungan, meski tahu tidak leluasa turun tangan, maka sengaja dia mengulur waktu pura-pura mempertimbangkan usul yang diajukan lawan, waktu sepanjang ini yakin akan berhasil memperoleh akal untuk meloloskan diri. Begitu Tang- ling-sin-kun mengundurkan diri, segera dia duduk bersimpuh mulai samadi, memulihkan seluruh tenaga, semangat dan Lwekangnya.

Kira-kira menjelang kentongan kedua, Liok Kiam-ping segera mencopotjubah panjangnya serta disobek menjadi tali kain panjang lalu disambung hingga panjangnya diperkirakan sudah tujuh tombak. diperkirakan sudah mencukupi, lalu dia gulung tali kain itu serta digubat digubat dipinggang, setelah melolos cui-le-kiam, dia memberi pesan kepada It cu-kiam supaya menunggu dengan sabar. lalu dia menghirup napas mengerahkan hawa murni mengenjot tubuh.

Sekali lagi dia kembangkan Ling ho-pou-hoat, meminjam tenaga murni yang dikerahkan dari pusar, tubuhnya mumbul pelan-pelan seringan kapas menerobos jaringan ujung golok yang tajam dan runcing terus maju keatas.

Mengembangkan ginkang d ipucuk pisau-pisau tajam, bukan saja diperlukan Ginkang yang tinggi, juga memerlukan Lwekang yang tangguh, baru bisa bertahan lama menembus mara bahaya. Begitu tiba d id ekat jendela kecil didinding miring, mendadak pedang ditangannya dibuat menyodok, ujung sebuah golok yang runcing ditabasnya putus, lalu dia hinggap diatas kurungan golok yang sudah tumpul itu.

Begitu kaki mengerahkan tenaga, kembali cui-le-kiam terayun, maka terdengarlah suara berdering, pisau-pisau tajam yang dipasang disekitarjendela telah dibabatnya patah seluruhnya. cui-le-kiam dia pindah ketangan kiri terus ditancapkan didinding tanah Hat, untuk sementara menahan setengah tubuhnya, sambil kerahkan tenaga dilengan kanan terus terayun kejendela cilik.

"Brak" jendela kecil itu telah dipukulnya jebol. Maka terlihat dibalik sana adalah sebuah kamar kecil. Kiam-ping bekerja lebih cepat telapak tangannya terus bekerja menepuk pinggir jendela setelah agak goyah sekali hantam pula lobang jendela digempurnya menjadi besar, dengan lincah dia melompat masuk. Lekas dia ulurkan tali kain yang sudah disediakan kedasar sana.

Begitu melihat tali kain mengulur turun, Koan Yong tahu Kiam-ping sudah berhasil keluar, lekas dia merambat keatas dengan tali kain, kakinya menutul disela-sela dinding yang tidak tertancap golok, dengan cepat dia sudah memanjat keatas.

Kamar kecil ini termasuk pintunya juga terbuat dari tanah liat bercampur kapur, daun-pintunya terbuka dari luar kedalam, begitu ahlinya pembuat daon pintu sehingga sedemikian rapat dan rata, sedikitpun tidak ada celah-celah.

Dikala mereka mencari akal bagaimana harus meloloskan diri dari kamar kecil ini, mendadak terdengar langkah kaki mendatangi. Sebelum orang itu mendekat d aon pintu, mendadak It-cu-kiam koan Yong menendang dua kali ked aon pintu hingga mengeluarkan suara keras, lalu dia memberi tanda kepada Kiam-ping supaya tidak bersuara, dengan lincah mereka sembunyi dibelakang pintu.

Akal yang digunakan koan Yong ternyata amat manjur, pada hal langkah kaki sudah lewat, mendengar dalam kamar mendadak ada suara, orang itu agaknya membalik, terdengar suara kunci berderik. pelan-pelan daon pintupun terbuka, seorang kacung cilik melongok kedalam.

Sekali tutuk kontan Kiam-ping menutuk hiat-tonya. Kejadian tidak terduga serta mendadak. kacung cilik tidak sempat bersuara, tahu-tahu tubuhnya sudah tertutuk lunglai. "Katakan, di mana Tang- ling-lo-koay dan lain-lain ? Bagaimana turun dari sini ?"

"Inilah Thay-im-to yang penuh dipasangi perangkap laksana jaring langitjala bumi, mau ketemu Sin-kun ? Kalau berani boleh ikut aku."

Koan Yong tahu bocah ini hendak main tipu, dia menjadi tertawa geli, katanya: "Boleh, boleh, tapi bagaimana jalan keluarnya dari sini, kau harus jelaskan dulu kepada kami."

Pucat muka bocah itu, katanya tersendat: 'Wah, aku tidak tahu, bagaimana bisa menjelaskan kepada kalian.'

"Kau masih bocah beginijuga sudah keras kepala, memangnya kau ingin disiksa, lekas katakan, kami pasti tidak akan menyakiti kau,"

Ternyata kacung cilik ini memang bandel, tidak menjawab dia malah pejam mata, tanpa hiraukan pertanyaan mereka berdua.

Karuan It-cu-kiam Koan Yong naik pitam, dia tendang dua kali dipunggung di bocah, katanya keki: "Agaknya kau memang ingin disiksa baru tahu rasa. Liok-ciangbun kau saja yang turun tangan-"

Liok Kiam-ping juga menyadari tempat mereka dikurung amat berbahaya, kalau lama-lama ditempat yang penuh peralatan rahasia ini, sekali kebentur orang-orang Tang- ling- klong untuk meloloskan diri tentu makan banyak waktu, kesempatan tidak boleh diabaikan, lekas dia membungkuk terus menutuk urat nadi si kacung serta membuka tutukan Hiat-to pelemas nya.

Seketika si kacung mengejang kaku lalu mendelik sambil merintih-rintih, saking kesakitan sekujur badan mandi keringat, namun bocah ini memang keras kepala, meski kesakitan tapi dia tetap bungkam dan melototkan mata. Saking tak tahan akhirnya air matapun bercucuran, kepala mang gut berulang-ulang kearah Liok Kiam-ping,

Setelah Hiat-to terbuka, sejenak dia beristirahat, lalu dengan suara sedih menjelaskan: Jalan bercabang dalam loteng ini simpang siur, aku hanya tahu untuk turun kebawah loteng selalu harus putar kekanan beruntun tiga kali, lalu putar kekiri sekali, sekaligus diulang tiga kali, lalu dimulai lagi dari permulaan, paling akhir akan berada di mulut loteng paling bawah, tentang peralatan rahasianya, terus terang aku tidak tahu apa-apa."

Melihat bocah ini bicara setulus hati, yakin bocah ini tak berani menipu, apalagi dirinya harus segera meninggalkan tempat ini. Maka dia serahkan si kacung kepada Koan Yong, dikempit d iba wah ketiak mereka terus keluar.

Lorong-lorong dalam loteng memang simpang siur, semuanya berbentuk bundar dan liku-liku, umpama tidak ditunjukkan jalannya, siapapun akan bingung jalan mana yang harus ditempuh. Begitu sesuai penjelasan si kacung mereka bertiga terus turun kebawah tanpa mendapat rintangan apa- apa, akhirnya mereka tiba disebuah kamar yang cukup besar.

Did a la m kamar terdengar perca kapan beberapa orang, agaknya sedang merundingkan persoalan apa yang cukup genting. Si kacung menunjuk kedalam kamar dengan ibujarinya, sebagai tanda bahwa Tang-ling-sinkun dan lain-lain berada d id a la m.

Dengan meringankan langkah Liok Kiam-ping berputar kesebelah pinggir pintu terus mendekat serta mencuri dengar. Kebetulan didengarnya Hong Kiat berkata dengan tawa lantang: "Lwekang bocah itu amat tangguh, beberapa kali nasibnya selalu mujur, lolos dari berbagai perangkap. maka menurut pendapatku lebih cepat kita bunuh dia saja lebih baik, supaya tidak mendatangkan kesulitan-"

Tang-ling-sin-kun terloroh-loroh, katanya: "Ikan yang sudah berada dalamjaring, memangnya dia mampu terbang lolos ? Tunggu saja setelah dia menerima syarat yang kita ajukan baru kita bunuh dia, kan belum terlambat".

Kurasa lebih baik kita bertindak lebih hati-hati, siapa tahu terjadi sesutu diluar dugaan, bukankah bakal membuang tenaga ?"

"Siapapun yang sudah kejeblos dalam kurungan Thay-im- lou, meski Lwekangnya tinggi juga jangan harap bisa lolos. Bila terang tanah, bocah itu masih keras kepala untuk membunuhnya juga segampang angkat tangan, cuma sayang

.....”

Sebelum dia bicara habis, sebuah suara dingin mendadak berkumandang dari luar pintu. "Kenapa harus tunggu sampai terang tanah, sekarang juga boleh dibereskan, bukankah lebih sederhana." lenyap perkataan, dua orangpun muncul diambang pintu-

Karuan orang-orang dalam kamar terperanjat, serempak mereka berjingkrak dengan pandangan melotot heran- Terutama Tang- ling-sin-kun, hatinya membatin: "Bocah ini memang anak setan, jalan rahasia dalam Thay-im-lou kecuali kami ayah beranak siapapun tiada yang tahu mungkinkah dia bisa keluar dari atas kurungan, pada hal jeruji besi sebesar lengan terbuat dari baja lagi, umpama senjata sakti apapun jangan harap dapat mematahkannya . . . "

Mendadak Liok Kiam-ping membentak:

"iblis laknat, jangan pura-pura pikun, sekarang kalian tak boleh diampuni." dendam dan kebenciannya sudah memuncak. segera dia kerahkan seluruh tenaga terus menggempur dengan kedua tangan-

Kelihatan perlahan Kiam-ping mendorong kedua telapak tangannya, tapi damparan ingin pukulan yang ditimbulkan oleh kekuatan Lwekangnya ternyata sedahsyat gugur gunung menerjang kearah Tang- ling-sin-kun.

Mendangar bentakan Kiam-ping baru Tang- ling-sin-kun tersentak sadar, namun angin dahsyat telah menindih tiba, dalam gugupnya tak sempat menangkis, untung Lwekangnya juga sudah mancapai taraf tinggi, lekas dia melompat menyingkir sejauh setombak. angin pukulan lawan menyamber dari bawah kakinya "Biang" kursi kebesarannya menjadi sasaran, kursi hancur lebur inenumbuk dinding, dindingpun retak. Dengan enteng badannya berputar terus melayang turun kesebelah kanan-

Serangan pertama luput, amarah Kiam-ping makin berkobar, berputar kekanan, kembali dua tangannya tertekuk sikut terkembang keluar terus disendai kedepanpula. Baru raja

Tang-ling-sin-kun turun dilantai, angin kencang menyamber tiba pula, dengan gugup dia melompat, namun sudah terlambat, lekas dia putar kedua lengan lalu terangkap didepan dada terus menangkis dengan seluruh kekuatan yang ada.

Dua angin kekuatan saling tumbuk mengeluarkan suara menggelar. Tang-ling-sinkun terlempar tiga tindak baru berdiri tegak pula, darah seperti mendidih, mungkin terluka ringan-

Liok Kiam-ping hanya menggeliat sedikit. Karuan Tang- ling-sin-kun kaget dan tidak habis mengerti, batinnya: "Hanya dalam jangka satu bulan, Lwekang bocah ini ternyata mencapai kemajuan seperti ini." makin dipikir makin goyah pendirian dan tekadnya, maka timbul hasratnya untuk melarikan diri.

Disaat Liok Kiam-ping menggempur Tang- ling-sin-kun, Kim-kong-ci Hong Kiat yang berdiri disamping juga membarengi memukulkan tenaga yang tidak kurang dahsyatnya. Lwekangnya setengah tingkat lebih tinggi dari Tang- ling-sin-kun, maka perbawa pukulannyapun bukan olah- oloh lihaynya

Merasa angin pukulan dahsyat menerjang dari samping kanan, Kiam-ping tahu Hong Kiat yang licik itu menyergap dirinya, pada hal kedua tangannya kebacut dipukul kedepan, betapapun tak s empat putar tubuh menangkis atau melawan- Dalam kugupnya timbal akal bagus, mendadak dia menj engkang tubuh kebelakang, kedua kaki menjejak dengan gaya La-hi-to-jeng-poh (ikan lele meletik balik melawan arus), tubuhnya bersalto kebelakang setombak lebih, Baru saja kedua kakinya menginjak lantai, terdengar suara alat rahasia berbunyi, bayangan orang berkelebat, tahu-tahu bayangan Tang-ling-sinkun sudah lenyap. jelas melarikan diri dari jalan rahasia.

Tang-ling-lo-koay lolos lagi dari hadapannya, karuan amarah Kiam-ping dia tumplek kepada Kim-kong-ci Hong Kiat. Dia tahu gembong iblis ini memiliki Lwekang tangguh, Kim- kong-ci pun teramat lihay, lekas dia kerahkan tenaga sarta mengembangkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, kedua bola matanya mencorong bagi sinar senter, langkah demi langkah mendesak kearah Kim-kong-ci Hong Kiat

Kedua pihak sama-sama meng konsentrasikan diri, kamar sebesar ini menjadi sunyi senyap keheningan yang mencekam perasaan, ketenangan menjelang datangnya hujan badai. Setindak dua tindak. tiga tindak. pelan tapi pasti dan mantap sementara benaknya bekerja kilat, maka berhasil dia memperoleh akal untuk menghadapi lawan yang satu ini. Kinijarak mereka tinggal dua tombak.

Dalam gaya yang tetap dengan sikut tertekuk dua, telapak tangan didepan dada lalu berputar keluar mendadak ditepukkan keluar, Tenaga dahsyat yang dapat menggoncang gunung laksana damparan hujan badai.

Menghadapi lawan tangguh, Kim-kong-ci Hong Kiatjuga tidak berani gegabah, lekas diapun kerahkan seluruh kekuatannya, balas memukul dengan segala kedahsyatan  yang dimilikinya.

Udara tersibak oleh dua jalur kekitatan yang bertumbukan mengeluarkan suara menggelegar, gedung berloteng ini seperti digoncang gempa besar Kim-kong-ci mundur selangkah, sedang Liok Kiam-ping hanya terangkat tumit kakinya.

Tahu Lwekang sendiri lebih tinggi dibanding lawan, menyala semangat tempur Kiam-ping, lekas dia maju tiga langkah sambil mengembangkan Ling-hi-pou-hoat, secepat kilat dia memukul enam j urus, merebut kesempatan merabu musuh, walau dirinya dilindungi ilmu sakti, tetap dia jeri menghadapi Kim-kong-ci yang ganas, maka dia kerahkan kelincahan gerak tubuhnya, kaki hanya menutul sedetik terus pindah posisi dan merobah gaya, namun serangan tidak menjadi kendor karenanya.

Kim-kong-ci Hong Kiat kembangkan ilmu pukulannya yang tidak kalah cepat gerakannya, diantara s a mb era n pukulan diapun bergerak tak kalah gesit, dalam waktu sesingkat itu diapun batas menyerang ilmu j urus, keadaan sementara tetap setanding. Serang menayerang berlangsung dalam kecepatan tinggi, tipu-tipu yang dilontarkan juga semakin menakjupkan. Deru angin pukulan samber menyamber, tak jarang terjadi benturan pukulan, sungguh pertempuran dahsyat yang jarang terjadi.

Dalam sekejap ilmu pukulan jurus. Liok Kiam-ping membentak. tubuhnyapun melambung keudara, disaat tubuh meluncur keangkasa itulah tangannya melolos Liat-jit-kiam. Dibarengi gerakan tangan kiri denganjurus Llong-kiap-sin-gan, pedang ditangan kanan menyerang dengan jurus Jit-lun-jut- seng. Dua jurus serangan yang dikombinasikan dalam taburan telapak tangan dan samberan sinar pedang.

Lwekang Kim-kong-ci Hong Kiat memang tinggi, pengalaman luas. melihat Kiamping mengeluarkan pedang, gaman dan tangan menyerang berbareng dengan jurus berbeda dia insaf detik-detik yang menentukan sudah didepan mata, maka dia sudah menyiagakan diri serta mengembangkan Ginkangnya yang khas, syukurlah dengan Ginkang yang dikembangkan sepenuh tenaga dia berhasil lolos dari renggutan maut.

Ternyata Liok Kiam-ping sendirijuga mempunyai rencana, maka lawan takkan dibiarkan lolos pedangnya berobah  dengan jurus Liat-jit-yam-yam, cahaya pedang yang berkembang laksana tabir itu sepertijala saja menjaring tubuhnya dengan tekanan dahsyat.

Saking kaget Kim-kong-ci Hong Kiat tersirap. mata silau berkunang, terasa selarik cahaya yang terang benderang laksana pancaran sang surya menerpa kearah dirinya, hingga mata tak mampu mengikuti laju senjata lawan, dalam gugupnya lekas dia kembangkan Kim-kong-ci menuding kearah cahaya yang benderang itu.

Dua jalur hawa putih laksana rantai perak besar mendesis dengan suara yang membising, untung Liok loam-ping dipaksa merandek oleh tudingan jari yang luar biasa. Mumpung memperoleh kesempatan Hong Kiat membereset kepinggir dengan telapak kaki meluncur licin seperti terpeleset dimuka saiju, badannya lolos dari jangkauan cahaya pedang.

Lekas Kiam-ping menarik napas mengerahkan hawa murni, ditengah udara badannya berputar terus melesat dibelakang lawan dengan pedang jurus Sip-yang-se-loh.

Hong kiat betul-betul tidak berani lena, disertai hardikan keras, kembali dia kerahkan Kim-kong ci, sekuat tenaga menuding pula kearah Kiam-ping.

Kiam-ping sudah kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang tanpa batas, Kim kong-ci serangan lawan ternyata tidak dihiraukan, sekali berkelebat dia menukik turun dengan pedang terayun. Di mana sinar pedangnya meny amber lewat, terdengarlah jeritan mengerikan- Dua jari Kimg-kong-ci yang menuding itu terbatas kutung oleh pedang, ilmu sakti macam King-kong-ci yang diyakinkan puluhan tahun lenyap dalam sekejap ini, sungguh bukan kepalang gusar dan sedih hatinya, jauh lebih sedih daripada mampus. Bola matanya sudah melotot gusar, sambil meraung dia sudah menjejak kaki hendak menubruk dengan serangan terakhir, biar gugur bersama bila perlu: ”Jangan-" mendadak sebuah pekik berkumandang dibela kang, sesosok bayangan laksana kilat meny amber dari belakang tembok, sekali raih dan tarik kedua orang segera menyurut mundur dan lenyap dibalik tembok.

Tak urung ilmu sakti pelindung badan Kiam-ping juga tertembus oleh kekuatan Kimkong ci yang lihay hingga tubuh yang sempat berkelitpun terserempet, di kala tangan kanan menabas turun, pundak kanan tersambar oleh kekuatanjari musuh, untung badannya terlindung hawa sakti, walau pundaknya tidak tertembus luka, tapijuga terasa seperti dipukul palu godam yang berat, lengan kanan lemas lunglai tak bisa bergerak. saking kesakitan hingga tenaga tab as a n kebawahpun menjadi batal, karena itu pula dia hanya menabas dua jari Hong Kiat, kalau tidak mestinya lengan lawan yang tertabas buntung,

Ditengah jeritan Kim kong-ci Hong Kiat itulah, Liok Kiam- ping juga tidak kuat memegang pedangnya lagi, Liat-^it- kiamjatuh berkerontang dilantai, orang nyapun tersuruk duduk.

Disaat It-cu-kiam Koan Yong memburu maju hendak menolongnya, sementara Tang-ling-lo-koay juga mencelat keluar dari balik dinding serta menolong rekannya itu masuk pula kelorong bawah tanah, disamping Kiam-ping selamat, Hong Kiat seniiri juga terhindar dari renggutan elmaut.

Waktu Koan Yong sadar dan menubruk maju, bayangan kedua orang itu sudak lenyap dibalik pintu rahasia. Tapi karena terburu nafsu melarikan diri, Tang- ling-lo-koay lupa menutup kembali daonpinto.

Liok Kiam-ping menginsyapi.Jian-kim-hiat dipundak kananya terluka cukup parah, setelah dia bersamadi mengerahkan tenaga lwekang, syukur keadaannyajauh lebih sembuh, tapi gerak-geriknya masih belum leluasa. Untuk mengejar waktu dan supaya lekas keluar dari Thay-im-loo, maka merekapun keluar dari pinto rahasia serta mengudak musuh. Lorong rahasia itu berliku-liku, setiap beberapa langkah pasti menemukan lapisan pintu rahasia, Mereka maju terus berputar-putar, tanpa terasa ternyata kembali ketempat semula di mana tadi mereka berhantam dengan musuh. Akhirnya Kiam-ping teringat akan Keterangan si kacung cilik, untuk meloloskan diri kenapa cara itu tidak dicoba sekali lagi. Maka bersama It-cu-kiam Koan Yong mereka putar kekanan tiga kali belok kekiri sekali, ternyata dengan leluasa mereka bisa maju terus, setelah belak belok pula beberapa kali, di sebelah depan sudah kelihatan sinar reftek yang kemilau dipermukaan air telaga, kali ini dengan leluasa mereka bisa keluar dari Thay-im-loo.

Tahu mereka sudah tidak jauh lagi dari mulut pintu keluar, karuan Kiam-ping kegirangan, lekas dia mempercepat  langkah.

Berderet merupakan lingkaran sebentuk dengan lembah, dipinggir telaga adalah rumah rumah petak yang berdiri sendiri-sendiri, air telaga memang sudah kelihatan, tapi jaraknya masih cukupjauh. Pada hal sudah berada ditingkat terbawah, tapi Kiam-ping berdua tidak menemukan pintu untuk keluar, terpaksa hanya bisa longok-longok dari jendela terpaksa Kiam-ping keluarkan pedang, merusak jendela serta memukulnya dengan gempuran dahayat. Tapi kamar demi kamar ini ternyata dibuat sedemikian rupa, kamar satu dengan kamar yang lain ternyata terjalin dengan lapisan tembok. bila orang masuk kedalam, kurang hati-hati menyentuh tombol rahasia, maka lapisan tembok akan menutup kencang. Setelah susah payah menjebol dinding demi dinding baru mereka tiba pinggir air.

Dikala mereka longok-longok kesebrang. mendadak terdengar beberapa kali dentuman keras, disertai suara bentakan dan caci maki orang banyak. suasana seperti ribut dan gaduh dari pertempuran besar.

---ooo-dw-ooo--- Kini kita balik mengikuti pengalamanJian-li-tok-heng yang sibuk mengeduk guguran tanah cadas dimulut gua karena ledakan dahsyat oleh lemparan bom Kim-kong-ci Hong Kiat. Tapi tenaga seorang mana mampu selekasnya mengeduk tanah cadas sebanyak itu sarta membuka mulut gua yang sudah gugur, meski teng gorokan hampir pecah panggilannya kepada "Ji-te" ternyata tidak mendapat penyahutan-. mulut gua juga tidak tersumbat oleh tanah cadas saja, batu-batu segede kerbau jelas tidak mampu didorong atau dikeluarkan oleh tenaga seorang meski tokoh selihay Jian-li-tok-heng, saking gelisah akhirnya jian-lin-tok-heng berdiri bingung membanting kaki.

Sedikit dirinya lena Kiam-ping sudah terkurung d id a la m gua, bila kejadian ini tersiar di kalangan Kangouw, kaum persilatan pasti mengira dirinya takut mati, demi menyelamatkan jiwa dari serangan Kim-kong-ci sehingga keselamatan Kiam-ping kini sukar diramalkan, apakah selanjutnya dirinya masih ada muka berkecimpung di Kangouw, atau menemui orang-orang pihak sendiri ?

Di saat dia berdiri bingung dengan muka kecut itulah. Mendadak didengarnya suara lambaian pakaian orang yang sedang berlari kencang tiba di mulut selat. Lenyap suaranya seorang telah meluncur turun dimulut selat.

WaKtu Jian-li-tok-hang menoleh dilihatnya yang datang adalah Ai-pong-sut Thong ciau dengan Kim-gin-hu-hoat, karuan girangnya bukan main-

Ternyata Ai-pong-sut Thong ciau bersama Kim-gin-hu-hoat dan lain-lain setelah kembali ke Kwi-hun-ceng cepat mereka membongkar papan besi menolong Thi-pi-kim-to Tan Kian- thay, demikianpula Pi-lik-jiu cui Khay. Beramai-ramai mereka membersihkan bahan-bahan peledak serta semua bahan- bahan bakar yang sudah disiapkan musuh untuk menghancurkan Kwi-hun-ceng. Setelah kerja berat setengah harian baru selesai.

Kini mereka kumput dipendopo besar menunggu Liok Kiam- ping danJian-li-tok-heng yang pergi mencari ft-cu-kiam Koan Yong.

Tengah orang banyak menunggu dengan gelisah, mendadak terdengar ledakam dahsyat yang menggoncang bumi dari arah ke mana Kiam-ping berdua pergi. Kim-ji-tay beng merasa heran dan curiga, maka dia usul supaya lekas menyusul ke sana.

Si gede Siang Wi segera berkaok setuju dan minta ikut. Mengingat menolong orang harus secepatnya, si gede tidak pernah meyakinkan Ginkang, kalau diajak malah menjadi beban belaka, maka bocah gede ini dibujuk dan diapusi, dia ditugaskan menemani Tan Kian thay menjaga dan melindungi perkampungan-

Memangnya perut sudah lapar, sejak tadi juga sudah uring- uringan, maka diam-diam dia menyingkir, tapi dalam hati membatin

"Baik, biar kalian terbang kelangit, aku toh bisa menguntit kalian dari bawah tanah. Setiap kali ada tugas. aku selalu ditinggal. Kali ini aku tidak mau ditipu lagi. Apapun memang bocah cilik lebih baik terhadapku. Ya, apapun aku harus lekas menyambutnya pulang baru perutku bisa di isi." Lalu dia panggul pentung bajanya diatas pundak, dari kejauhan dia membuntuti orang banyak.

Badannya gede langkahnya lebar, bila dia mau kerahkan tenaga berlari kencang, kecepatannya juga tidak kalah dari seorang yang pernah meyakinkan Ginkang.

Kim-gin-hu-hoat dan lain-lain mengembangkan Ginkang berlari sambil berlompat ditanah pegunungan yang tidak rata, berbatu-batu lagi, mereka terus tancap gas ke arah Liok Kiam- ping pergi mencari It-cu-kiam. Sudah tentu diluar dugaan mereka bahwa si gede yang dianggap sobloh ini ternyata juga menguntit dari kejauhan-

Bila orang banyak tiba dimulut selat, mereka melihatJian li- tok-heng sendirian sedang sibuk mengeduk tanah dan menj ungkit batu, kelihatan gugup dan bingung, sementara mulutnya memanggil-manggil, Tahu terjadi sesuatu diluar dugaan, maka orang banyak mempercepat langkah, cepat sekali mereka sudah memburu tiba ditempat kejadian-

Memangnya Jian-li-tok-heng sedang bingung seorang diri melihat orang banyak menyusul datang, lega hatinya, lekas dia jelaskan kejadian kepada orang banyak sudah tentu orang banyak ikut gugup dan bingung Maka beramai-ramai mereka bekerja mengeduk tanah dan batu supaya menemukan lorong gua dan menemukan Liok Kiam-ping.

Tapi tanah cadas dan batu-batu besar yang ambruk ini sedemikian banyak dan berat celakanya mereka tidak membawa pacul dan sekop. dengan tenaga tangan kosong dan senjata pedang atau golok jelas tak bisa mereka bekerja. Untunglah d is a at orang banyak mati kutu, sigedeSiang Wi tampak berlari mendatangi sambil memikul pentung bajanya, dari kejauhan bocah gede ini sudah pentang bacotnya: "Nah, kalian semua disini, kali ini akupun tidak bakal ketinggalan lagi." dengan lebar dia mendatangi sambil bertanya: "Mana bocah cilik ? Di mana dia ?'

Melihat dia menyusul datang, kuatir akan keselamatannya, sebetulnya orang banyak merasa keki dan sebal, namun melihat betapa Jenaka sifatnya, yang suka usil mulutpun urung melontarkan sindirannya. cohsiang-hwi f h Th la u- h long ternyata lebih cermat dan dapat berpikir, melihat si gede memanggul pentung bajanya yang besar, dia lantas ingat pentung itu bisa dipakat untuk bekerja. Lekas dia memapak maju kedepan si gede serta menjawab sambil, menuding longsoran tanah: 'Ciangbunjin berada di bawah tanah, kebetulan kau datang, lekas gunakan tongkat bajamu menyungkil batu besar itu bersama."

Mendengar sibocah cilik terpendam karuan bocah gede menjadi gugup, dengan mulut berceloteh lekas dia sogok pentung bajanya kebawah batu. dengan mengerahkan seluruh kekuatan ditekannya pula kebawah sehingga tongkat amblas sedikit demi sedikit, namun selebar mukanyapun merah padam.

Kim-gin-hu-hoat,Jian-li-tok-heng dan lain-lain segera maju membantu mereka berholopis-kuntut baris, syukurlah batu raksasa itu berhasil digesar maju dan tersingkir kedepan, hingga mulut lorong disebelah bawah sudah kelihatan- Setelah tergeser sedikit maka leluasa jari gampang mereka merobohkan batu besar itu.

Kecuali Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay, orang banyak beriring masuk kedalam lobang gua, ada yang menyalakan obor, terasa lorong gua ini lembab dan bekas terendam air, lantainya becek dan licin-

Kim-gin hu-hoat danJian-li-tok-heng sudah berpengalaman, mereka tahu urusan agak ganjil, maka dia berseru supaya orang banyak berjalan lebih cepat. Kira-kira hampir satu jam kemudian, merekapun keluar gua dan tiba dipinggir sungai.

Saat itu sudah menjelang kentongan keempat, angin malam menghembus dingin, tega la n belukar depinggir sungai terasa sepi dan menakutkan- Maka orang banyak berpencar mencari ubek-ubekan disepaniang tepi sungai.

Mendadak Kim-ji-tay-beng menyuarakan siulan tanda rahasia dari hutan d is eb rang sungai orang banyak segera memburu ke sana, masuk kedalam hutan- Tampak Kim-ji-tay- beng menuding tanda rahasia peninggalan Liok Kiam-ping diatas dahan pohon- Katanya: "Tanda ini pasti ditinggalkan oleh ciangbunjin, mari lekas kita kejar." Sesuai arah yang ditinggalkan dalam tanda rahasia, orang banyak menuju keutara akhirnya memasuki perkampungan terus maju tiba dipinggir muara. Masih satu setengah jam  baru fajar menyingsing, perkampungan masih diliputi keheningan, penduduk masih pulas dalam hawa yang dingin, maka mereka tak bisa mencari berita, terpaksa semua berkumpul dibawah sebuah pohon besar tak jauh ditepi sunjai menunggu datangnya fajar.

Begitu terang tanah sigede dibangunkan dari dengkurnya, dia masih berkaok-kaok dan ribut karena perut lapar, malah ribut minta ke restoran membeli nasi. orang banyak akhirnya kewalahan menghadapi rengekannya, memangnya mereka juga sudah bertempur dua hari dua malam, meski sekedar istirahat, boleh dikata mereka juga keletihan, perlu makan dan minum. Untung clok-wi-can adalah desa ramai tempat yang cocok untuk berlayar keluar lautan, perdagangan disini cukup ramai dan laris.

Rombongan besar ini terpaksa putar kayun d id es a nelayan ini, dengan dandanan tampang dan gerak gezik mereka, masih begini pagi pula, desa kecil yang b las any a tentram ini kapan pernah didatangi rombongan orang luar daerah sebanyak ini, maka kehadiran mereka cukup menarik perhatian orang banyak^ tidak sedikit yang memandang heran, pesona dan melotot, tapi penduduk jug a tiada yang menegur atau menyapa mereka.

Akhirnya orang banyak memilih sebuah restoran berloteng yang paling besar d id esa ini. baru saja hendak melangkah masuk. Dari depan mendatangi seorang lelaki gagah, langsung dia menghadang sambil membuka lebar kedua tangan, serunya: "f Hari ini kami tidak jualan, silahkan kalianpindah ke restoran lain saja."

Dandanan serta tingkah laku orang inijelas tidak mirip sedang jualan, kacung atau pemilik restoran, makaJian-li-tok- heng tahu bahwa orang sengaja hendak mencari gara-gara, kalau pindah kerumah makan lainjuga akhirnya akan mengalami nasib sama. Maka dia tertawa lebar, katanya: 'Sungguh menggelikan, orang yang membuka warung kok takut dikunjungi pembeli, kalau warungmu ini tidak jualan, lekas tutup pintu saja. Sekarang hari masih pagi, tapi pintu sudah di buka, jendela sudah terpentang, meja kursijuga mengkilap menunggu tamu, memangnya kau sengaja menolak kedatangan kami ? Sahabat, jangan kau kira kami datang dari luar daerah lantas boleh dibuat permainan." lalu dengan menyeringai lebar, dia maju ke depan lelaki itu sambil menggendong kedua tangan

Sementara itu sigede sudah mencium bau  masakan didalam rumah makan, liurnya sudah menetes, ulat dalam perutnya jug a sudah menari-nari, sungguh laparnya tidak tertahan lagi, tanpa minta pendapat orang banyak. segera dia melangkah maju, sekali raih dia jambak baju dibelakang kuduk lelaki kekar itu, seperti menjinjing kelinci saja dia angkat orang itu serta membentak bengis dengan mata mendelik: "Kau mau jual nasi tidak ? Perut tuan besarmu sudah lapar. Awas kalau kau tidak mau jual padaku."

Lelaki itu bertubuh tegap. tapi si gede ini lebih tinggi dan besar lagi, betapa hebat tenaganya, karuan merinding bulu kuduknya, apalagi badannya dijinjing keatas kontal-kantil diudara, meski keras kepalanya, terpaksa dia mengangguk juga. Dalam hati dia membatin: "Seorang lelaki harus pandai melihat gelagat, kenapa aku harus konyol dihadapan mereka, untung atau rugi nanti juga ada orang yang akan membereskan persoalan ini. Maka dengan menyengir kuda dia berkata: Jual atau tidak harus kulaporkan dulu kepada pemiliknya."

"Mau lapor kek atau mau kencing tidak peduli, yang terang tuan besar mau makan, lekas suruh koki masak nasi dan lauk pauk yang paling enak." sembari bicara dia kibaskan tangannya, lelaki itu terlemparnya setombak lebih, cukup lama kemudian baru bisa merangkak bangun sambil merintih- rintih, tulang pungguhgnya serasa patah, dengan tertatih-tatih dia mundur kedalam

Tak lama kemudian keluarlah seorang tua, dibelakangnya ikut pula seorang lelaki setengah baya, tampangnya kurus kaku dan kelihatannya berhati culas.

Sambil munduk-munduk orang tua ini menghampiri sambil soja, katanya: "Tuan-tuan silakan duduk d id a la m, memang Losiu yang salah, pelayan kurang- ajar, sehingga tuan-tuan dibuat marah, biar aku orang tua mohon maaf."

Melihat tingkah laku orang tua ini, diam-diam orang banyak geli. Tapi perut mereka memang sudah lapar, maka merekapun tidak mau memperpanjang persoalan, terutama si gede, tanpa disilakan lagi segera dia melangkah masuk kedalam.

Orang tua dan lelaki setengah umur itu segera menyilakan orang banyak lalu ikut masuk kedalam, menarik kursi membersihkan meja. Lalu berdiri disamping menunggu orang banyak memilih menu yang dikehendaki.

Jian-li-tok-heng menjadi sebal melihat tampang lelaki setengah umur yang kelihatan munafik. katanya sambil mengerut alis:

"Lekas siapkan semeja penuh masakan apa saja yang bisa cepat jadi, bawakan lima kati arak wangi."

Maka lelaki setengah baya segera tarik suara kearah dapur menyerukan apa yang dipesanJian-li-tok-heng. Pada akhir katanya dia tambahi lagi beberapa patah kata yang tidak dimengerti artinya oleh orang banyak.

Gin-ji^tay-beng lantas merasakan perkataan akhir orang pasti mengandung arti, kenapa tidak menyebut nama menu, tapi menggunakan istilah yang tidak dimengerti, segera dia jambret lengan lelaki setengah umur bermuka kurus tepos, sentaknya: "Apa arti perkataanmu ? Jangan kau main kayu didepan kami ya ?"

Lelaki itu melengak. namun sikapnya kelihatan belum tahu apa arti istilah yang dia serukan tadi, dengan pura-pura meringis dia merengek: "Tuan ada pertanyaan apa boleh katakan saja baik-baik, kenapa main tangan ? Istilah yang kukatakan tadi maksudnya supaya kuahnya yang panas dan tidak boleh pedas."

Dengan mendengus Gin-ji-tay-beng lepas pegangan sambil dorong tubuh orang. Lelaki itu genta y angan pergi terus lari kedapur.

Kerja koki didapurpun cekatan, tidak berapa lama lima macam menu yang kelihatan lezat sudah dihidangkan, sementara didapur koki kedengaran masih sibuk memasak menu yang lain. Maklum yang dipesan adalah hidangan lengkap. seluruhnya ada dua belas macam menu.

Si gede memangnya sudah kelaparan beberapa hari, tanpa tunggu komando dia ulur tangan terus menjejal mulutnya dengan hidangan yang sudah tersedia.

Jian-li-tok-heng angkatpoci arak. digojok-gojok beberapa kali, lalu tuang secangkir penuh, tampak warna arak agak butek. maka dia tahu arak ini tidak beres, lekas dia singkirkan poci ke pinggir. Setelah orang banyak mulai makan, arak dia buang keatas tanah, lalu dia memberi bisikan kepada orang dia sendiri terus meloso jatuh meringkel ditanah. Demikian pula yang lain, ada yang mendekam dimeja, ada yang celentang ditanah dengan berbagai macam gaya yang berlainan, yang terang sebelum pura-pura pulas mereka memperdengarkan suara berisik, seperti cangkirjatuh  mangkok tumplek dan piring pecah, lalu badan jatuh gedebukan.

Beberapa kejap kemudian, lelaki setengah umur itu tampak melongok keluar sekali, melihat orang banyak sudah terkulai, sengaja dia murcul dengan berteriak: "Tuan-tuan masih mau pesan apa ?" lalu melangkah mendekati. orang banyak tiada yang bersuara, tetap pura-pura mabuk dan pulas.

Karuan lelaki itu kesenangan, serunya dengan keplok: "coba sekarang masih bisa bertingkah, ternyata sedikit menggunakan akal, Liok-ya sudah bikin kalian keok seluruhnya, satupun tiada yang tolos, nah, selanjutnya kalian menjadi tawananku." sembari bicara dia ulur tangan merogoh kantong bajuJian-li-tok-heng hendak menggagapi kantongnya.

Mendadak angin berkesiur, Hiat-to bisunya tertutuk^ tubuhpun menjadi lemas dan jatuh tersungkur. Segera Kim-ji- lay-beng berdiri disampingnya, setelah membuka tutukan IHiat-tonya kontan dia persen dua kali tamparan, lalu membentak: "Anak kura-kura juga berani main akal-akalan didepan mata kami, tidak kecil ya nyalimu. Siapa yang mendukung nyalimu, lekas terus terang, jiwamu nanti kuampuni."

Karena tamparan dua kali di kiri kanan mukanya, seketika pipinya bengap membiru, giginya juga protol dua buah, rasanya sakit pedas, darah meleleh dimulutnya.

Si gede betul-betul gemas, menyangka orang membandel lekas dia maju sambil angkat kaki menendang "Bluk" lengan kanan lelaki setengah umur tertendang keseleo, karuan sakitnya bukan kepalang, lelaki itu menjeiit-jerit seperti babi disembelih.

Kuatir si gede menyiksa mati orang, lekasJian-li-tok-heng mencegahnya, katanya ramah: "Kami tahu kaupun menjalankan perintah, Maka bicara saja terus terang, kami tidak akan menyakitimu lagi, kenapa kau mau disiksa demi orang lain ?"

Insyaf jiwa sendiri tercengkram ditangan orang, akhirnya orang itu berkata setelah menghela napas: "Desa ini dinamakan ciok-wi-can, merupakan salah satu markas cabang Ham-ping-kiong dibawah kekuasaan Tang-ling-kiong. Beberapa hari yang lalu waktu rombongan besar kembali, pernah membekuk seorang entah bernama "kiam" apa. Dua hari yang lalu datang juga seorang pemuda, entah bagaimana dia bisa menyelundup ke atas pulau. Kabarnya semalam markas pusat marah-marah lalu mengutus seorang Tocu kemari untuk memimpin kerja. Tadi Tongcu kami bercampur diantara orang desa pura-para menonton diluar pintu, beliau tahu kalian kemari untuk mencari pemuda itu, maka aku yang rendah disuruh membius kalian-"

"Berapa jauh letak Tang- ling- kiong dari sini ? Apakah hubungan kesana selalu dengan kapal ?"

"Dari sini ke Giok-hoan-to kira-kira diperlukan tiga jam pelayaran, tapi kapal yang ada di sini semua dibawah kekuasaan markas cabang, siapa yang ingin menyewa kapaljuga harus minta persetujuan dari markas cabang."

Kau memang berterus terang, baiklah kami tidak akan menyakitimu lagi. Tapi sementara kau harus bantu menunjukkan jalan.'

Sudah tentu pucat muka lelaki itu, katanya ketakutan: "Tuan-tuan harap maklum, aku sudah terluka begini, gerak gerikku terlalu payah, umpama kalian membebaskan aku, hidupku selanjutnya juga susah diramalkan- Dari sini terus berlayar ketimur laut, tiga jam kemudian Giok-hoan-to sudah akan tercapai, Tang- ling- kiong juga sudah bisa kelihatan dari kejauhan disiang hari. Mohon kalian sudi mengampuni aku."

Melihat betapa kasihan keadaan orang, kalau tadi sudah bilang tidak akan menyakitinya lagi, terpaksa membebaskannya. Setelah membereskan bekal apa yang harus di bawa, orang banyak langsung menuju kepinggir muara.

Kebetulan ada sebuah kapai besar berlabuh dimuara. coh- siang-hwi lh Tiau-hong kelahiran Kang la m, sejak kecil pernah berlatih kepandaian didalam air, mengemudi kapal adalah keahliannya, maka dia tunggu orang banyak sudah naik semua, terus angkat galah mendorong kapal ketengah sungai, kapal berputar arah, sekali dia kerahkan tenaga, galah terbenam kedasar sungai, kapalpun laju kedepan, kebetulan angin menghembus kedepan, maka bila layar dikerek tanpa dikayuh kapal laju sendiri didorong angin. Lekas sekali kapal sudah keluar muara dan kini tengah berlayar ketengah lautan, coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong putar kemudi, kapal menuju ke timur laut.

Syukur cuaca baik, tanpa mendapat rintangan kapal berlayar tiga jam lamanya, tak lama kemudian Gickshoan-to memang sudah kelihatan darijauh, terutama Tang- ling- kiong yang dibangun dipuncakpaling tinggi diataspulau. Sekarang saatnya air pasang maka ombak menderu besar. Laju kapalpun menjadi terhambat, untung sudah dekat pulau, yakin kapal tidak akan terbalik dan tenggelam. cuma semakin dekat pula u, juga semakin berbahaya, karena disekitar sini banyak karang yang tajam, sedikit kurang hati-hati bila kapal menumbuk karang akibatnya juga pasti fatal, apalagi bila tidak hafal keadaan sekitarnya. maka coh-siang-hwi betul-betul memeras keringat, serta memperlambat lajunya kapal.

Pulau sudah didepan mata, dalam, jarak beberapa menit lagi sudah akan sampai, namun mereka seperti dihukum diatas kapal lebih lama karena laju kapal harus diperlambat kalau mau selamat, karuan Kim-ginhu-hoat menjadi keki dan gemas.

Tengah orang banyak berdiri diatas dek mendongak keatas pulau. Dari sebuah batu besar diatas pulau, mendadak kumandang sebuah bentakan: "Kapal pendatang harus berhenti. Setelah diperiksa baru boleh masuk." lalu muncullah sebuah sampan kecil panjang manghadang didepan kapal.

Sebetulnya orang banyak tidak mau hiraukan peringatan, tapi perj a la nan terhalang gelagatnya mereka harus pakai kekerasan Maka semua tiada yang bersuara, kapal terus dimajukan pelan-pelan

Dalam jarak sekitar satu tombak. mendadak Kim gin-hu- hoat melompat bersama, laksana panah mereka menyergap kearah sampan kecil panjang itu, sekali ayun sebelah tangan, dua orang diatas sampan telah dipukulnya terpental jatuh ke air. Tanpa mengeluarkan suara murid Tang- ling- kiong itu telah tamat riwayatnya.

Sampan kecil itu hanya dibuat batu loncatan oleh Kim- gin- hu-hoat, cepat sekali tubuh mereka sudah melambung tinggi lompat keatas batu karang, dengan mengembangkan kelincahan gerak mereka terus menerjang naik keatas pulau.

Jian-li-tok-heng dan coh-siang-hwi berjajar disebelah belakang, merekapun mengembang Ginkang tak mau ketinggalan- Si bocah gede yang ketinggalan diatas kapal sudah tentu gugup setengah mati, mulutnya lantas berkaok- kaok: "Hehe, kalian tunggu." dengan nekad diapun meniru melompat keatas sampan, tapi sampan kecil sementara badannya besar berat, sampan itu tidak kuat menahan lompatannya, sampan tenggelam si gedepun tercebur diair, untung dipinggir pantai, kedalaman airjuga hanya sebatas pinggang, tidak sulit si gede maju kedepan lalu memanjat karang, namun dia ketinggalan juga.

Sementara itu kawan-kawannya sudah jauh berada diatas. Dari samping kanan mendadak melompat keluar lima bayangan orang, berdiri jajar mencegat jalan- Lelaki ditengah berusia lima puluhan, bermuka tikus bermata bebek, wajahnya kelihatan buas dan liar. Dikanan kirinya berdiri masing-masing dua orang yang berperawakan gemuk kurus tinggi rendah tidak rata. usia mereka juga rata sekitar empat puluh lima tahun, tampangnya juga jahat dan ganas, memang begitulah wajah asli dari kawanan bajak laut.

Melihat Kim-gin-hu-hoat dan lain-lain menyerbu datang, gerak gerik, mereka tampak gesit dan cekatan, ilmu silatnya tentu tidak lemah, tanpa bersuara terus terjang maju dengan sengit, maka dapat diduga maksud kedatangannya tentu kurang baik . Lekas dia merogoh kantong lalu disambitkan keudara.

Letusan nyaring bergema diang kas a, maka terdengarlah suitan demi suitan bersahutan semakinjauh, bayangan orangpun tampak bergerak-gerak d ipunca k pegunungan, kekuatan orang-orang Tang- ling- kiong memang cukup mengejutkan-

Setiba Kim-gin-hu-hoat berempat didepan, jalur karang rata, lelaki muka tikus segera menyambut dengan tawa sinis, katanya: "Semua berhenti. Buang dulu senjata kalian serta sebutkan nama kalian, apa maksud kedatanganmu. Tang- ling- kiong bukan pasar, orang tidak boleh mondar mandir seenak udelnya sendiri."

Melotot mata Kim-ci-tay-beng, katanya tertawa: "Di Kwi- hun-ceng, baru saja kalian lari mencawat ekor, di sarang sendiri ternyata sudah membusung dada, memangnya kalian sudah lupa. majulah merasakan sepasang tanganku." secepat kilat telapak tangannya yang sudah menguning emas itu menyerang tujuh jurus kearah Hiat-to lawan-

Lelaki muka tikus ini sudah keok dan dirugikan oleh Kim-ji- tay-beng waktu bertempur di Kwi-hun-ceng, maka dia tahu betapa lihaynya Kim-sa-ciang lawan, maka tak berani melawan dia menyingkir lima kaki sambil, melompat. Tangan terbalik dia keluarkan pipa cangkiong diputar kekikri, dengan deru keras pipanya mengetukJian-kin-hiat dipundak kanan lawan-

Kim-ji-tay-beng mengejek hina, sengaja dia sedikit membusung dada, berbareng kaki kanan mengeser kebelakang, pergelangan ditarik pundak direndahkan, disamping menghindari serangan lawan, telapak tangan kiri dig entak. maka serangkum angin kencang menyerang iga lawan- Jurus ini dilancarkan cepatjuga melanggar kebiasaan. Pada hal lelaki muka tikus sudah melontarkan serangannya sepenuh tenaga di kala lawan membusung dada, mendadak lawan menggasak dengan pukulan telapak tang a n kebawah iga, baru dia sadar dirinya ketipu, untung dia memiliki Lwekang cukup tangguh, lekas kakinya menutul karang dengan gerakan ikan meletik melawan arus, tubuhnya meluncur turun kesebelah bawah. di kala luncuran tubuhnya hampir anjlok turun dia bersalto sekali, bila kaki sudah hinggap diatas  karang pula, kini dia berada dibela kang orang banyak.

Kebetulan si gede yang sudah naik kedarat saat itu sudah memburu datang, kedatangannya jug a tepat pada saatnya, d id a la m air tadi hatinya sudah jengkel, minum air asin lagi, kini melihat musuh seketika amarahnya berkobar, pentung dirangsak terus mengembang batok kepalanya."

Pada hal lelaki iua itu baru saja hinggap dikarang dan belum berdiri tegak, tahu-tahu pentung baja lawan sudah menyapu datang, saking kaget serasa pecah nyalinya, namun tak lupa dia berusaha menyelamatkan diri, lekas dia menjatuhkan tubuh kesamping terus mengelundung kedepan kaki si gede. Sekalian pipa cangkiongnya menyapu sepasang kaki orang.

Begitu pentungnya meny amber, tiba-tiba bayangan musuh lenyap "Blang" pentungnya menghantam karang. sehingga batu pecah dan muncrat. Tengah melongo tiba-tiba pahanya terasa disapu pipa lawan, untung kulit badannya kebal, rasanya cuma pedas dan kesemutan, waktu dia menunduk musuh ternyata menggelinding kedepan kakinya. Karuan amarahnya semakin menyala, badan berputar ke kanan, King- thian-pang yang berbuat dari baja itu menyapu turun melintang ke kiri bawah.

celentang ditanah, untuk berkelit jelas sudah terlambat, tapi lelaki maka tikus ini ternyata cukup cerdik disaat pentung hampir mendarat ditubuhnya, sekalian dia menggelundung juga kearah kiri terus menancap kaki dengan gerakan keledai malas berguling di tanah, tubuhnya terus melayang ke air.

Bila pentung baja itu akhirnya betul-betul mengenai pantatnya, tubuh nyapun sudah menggelinding satu tapak lebar, sehingga daya sapuan pentung itu tidak begitu dahsyat, namun demikian tak urung dia mengeluh kesakitan tubuhnya tercebur kedalam air.

Begitu lelaki muka tikus menyelamatkan diri terjun keair, keempat pembantunya pecah nyalinya, tanpa berjanji mereka sudah angkat langkah seribu. Dua diantaranya kecandak oleh Jian-li-tok-heng dan Gin-jiay-beng satu orang satu membanting mereka diantara karang, keduanya luka parah tak mampu bangun. Dua orang lagi bergerak lebih cepat, mereka menyelinap di tikungan karang, bila di susul ke sana ternyata telah lenyap entah ke mana..

Untuk mengejar waktu, maka jago-jago Hong-lui-bun ini tidak berusaha mengudak musuh, mereka terus manjat undakan batu yang berliku-liku keatas gunung dengan ginkang yang tinggi. sekilas si gede melongok kebawah laut, pada hal si muka tikus menyelam didalam air, melihat orang tidak muncul di permukaan air, dia kira orang sudah mampus, lekas panggul pentung baja terus menyusul pula dibela kang orang banyak.

Sepanjang undakan batu yang berterap dan bersusun dengan beberapa pos penjagaan ini memang dijaga ketat, apalagi sebelumnya mereka sudah melihat tanda ledakan diudara, maka sudah siap menyambut serbuan mereka. Sayang mereka hanyalah jago jago kelas dua, bila orang- orang Hong-lui-bun menyerbu tiba, dalam sekejap mereka sudah dibikin kucar kacir, kalau tidak mati atau luka parah, tapi ada juga yang sempat melarikan diri.

Waktu mereka tiba dldepan hutan, terdengar bunyi kentong ditabuh sekali, maka terjadilah hujan panah selebat hujan- orang banyak memiliki ginkang tinggi dan merata, dengan putar kencang senjata atau mengobat-abitkan lengan baju, anak panah semua dipukul jatuh.

Kuatir dirinya ketinggalan lagi, si gede segera putar kencang pentungnya terus menerjang kearah barisan pemanah. Pada hal hujan panah makin deras dan banyak, namun Lwekang Kim-gin-hu-hoat berempat cukup tinggi. hujan panah berhasil disapujatuh, namun maju mereka terhambat, apalagi bidikan panah musuh terasa semakin kencang dan lihay, maka mereka berhenti, namun kedua tangan sibuk mematahkan serangan musuh.

Jian-li-tok-heng insyaf pihaknya dipihak terang musuh dipihak gelap. kalau mereka menjadi sasaran bidikan panah mus uh, jelas tidak menguntungkan, salah-salah sedikit lena pihak mereka b akal jatuh korban-

Syukurlah dalam sibuknya itu masih sempat Jian-li-tok-heng mencari akal, lekas dia berpaling memberi tanda kepada Kim- gin-hu-hoat dan ih Tiau-hlong, dia suruh mereka berpencar. Begitu mereka berpencar, maka bidikan panah barisan tidak dapat dipusatkan pada satu sasaran, dengan sendiri tekananpun berkurang, maka mereka berempat mengembangkan Ginkang masing-masing, setiap ada kesempatan terus mendesak maju.

Kini jarak mereka dengan barisan pemanah tinggal belasan tombak, Kim-gin-hu-hoat saling memberi tanda ulapan  tangan, mendadak kedua orang bersiul panjang, tubuh mereka menjulang keudara, mengembangkan Ginkang tunggal mereka Eng-sian-kiu-coan (elang berputar sembilan lingkar), tubuhnya tegak lurus, kedua tangan terkembang laksana dua burung elang yang pentang sayap dan berputar di udara.

Para pemanah itu sembunyi dalam hutan, pandangan mereka hanya terarah pada ketinggian setombak lebih dari tanah, maka bidikan mereka tidak terarah keudara yang lebih tinggi, kini kedua orang ini melambung tinggi lima tombak. jadi lenyap dari pandangan, hakikatnya lenyap dari sasaran, maka bidikan mereka tetap diarahkan yang masih berada dibawah.

Cepat sekali Kim-gin-hu-hoat sudah berputar tiga lingkar, jarak dari pohon tinggal satu tombak lagi, di tengah udara mereka menekuk pinggang, gerakan seindah perenang yang memperagakan loncatannya dari papan loncatan, begitu kaki memancal, tubuhnya seketika melesat kencang kedepan, dengan enteng mereka sudah menerobos masuk kedalam hutan, sedikit menutul dipucukpohon, tubuh mereka tidak berhenti terus anjlok ketengah para pemanah.

Para pemanah sedang sibuk pasang panah tarik busur membidikkan panah. mereka penuh perhatian kearah depan, mimpi tidak pernah duga bahwa musuh tahu-tahu menubruk dari udara, begitu Kim-gin-hu-hoat terjun ditengah mereka, karuan terjadi jerit tangis, barisanpanah kalang kabut. Kedua orang Hong - lui- bun ini menyerbu bagai banteng ketaton, serangan mereka tidak kenal ampun lagi, tampak di mana telapak emas dan perak mereka bergerak. korbanpun berjatuhan meregang jiwa.

Dalam sekejap sepertiga para pemanah telah disikat roboh, sisanya yang masih hidup membuang busur dan panah terus ngacir kedalam hutan, bubar seperti kera yang ketakutan karena pohon tumbang.

Begitu hujan panah berhenti, lekas sekaliJian-li-tok-heng bertiga ikut menyerbu ke dalam hutan- Si gede berada dipaling belakang sambil menyeret pentungnya.

Kambrat-kambrat Tan- liong- kiong sudah lenyap tak kelihatan bayangannya, maka mereka dapat maju lebih leluasa, namun belumjauh mereka maju, terdengar sebuah suara serak kasar seperti bunyi gembreng berkata: "orang- orang Hong- lui- b un j angan terlalu takabur, kalau tahu diri, lekas buang senjata dan menyerah, kami akan mohon belas kasihan Kiongcu untuk mengampuni jiwa kalian, berani, maju selangkah lagi, dalam hutan inilah kalian akan terkubur dengan badan hancur." lalu dia memberi aba-aba: 'Tembak.'

'Dar.' letusan keras memekak telinga, maka terdengarlah suara mendesing menembus hutan mematahkan dahan dan merontokkan dadaonan- Di susul dari kiri kanan beruntun terdengar letusan pula dalam suara yang tetap keras, kekuatan daya tembak senjata musuh memang cukup dahsyat.

Jian-li-tok-heng mendengarkan suara membedakan benda, hatinya merasa aneh, maka dia melompat keatas pohon besar, dari rimbunnya pohon dia sembunyi dan mengintip kedepan, seketika keringat dingin membasahi tengkuknya. Lekas dia melompat turun dan berkata kepada Kim-gin-hu-hoat: 'Kawanan tikus bertindak keji, entah dari mana mereka memperoleh senjata api, kalian harus lebih berhati-hati, kita harus cari daya untuk merampas atau paling tidak merusak senjata api itu,jangan dilawan secara gegabah dan berkorban sia-sia.'

Berempat menepekur mencari akal, namun senjata api memang terlalu keras daya tembaknya, daging manusia biasa takkan mampu menahannya, hingga lama mereka tak berhasil menemukan jawaban.

Pada hal suara letusan senjata api semakin dekat, ternyata para pemanah tadi menggeremet maju pula kedalam hutan sambil membawa senjata api. Untunglah letupan senjata api dari tiga arah itu hanya sekali-sekali. ini membuktikan bahwa lawan hanya memiliki tiga batang senjata api. Apalagi untuk mengisi peluru mereka harus berhenti cukup lama.

Sejak mula Jian-li-tok-heng sudah perhatikan, lawan sudah menembakkan kira-kira tujuh peluru, setelah menembak harus berhenti cukup lama baru menembak lagi, dia tahu senjata api itu harus selalu dibersihkan mesiunya dan ditiup keluar asapnya lalu disogok lagi baru bisa diisi peluru serta ditembakkan lagi, jadi setiap ganti peluru harus makan waktu beberapa menit, maka Kim -gin-hu-hoat berembuk. mumpung musuh berhenti menembak itulah mereka akan menerjang keluar hutan

Tapi coh-siang-hwi lh Tiau-hlong memang lebih Carmat, katanya: "Kurasa lebih dulu dua orang menerjang keluar, menyerbu kearah rombongan penembak itu, bila waktu mendesak dan tidak sempat lagi, untuk mundur kurasa juga masih sempat"

Kim-gin-hu-hoat menerima usulnya, secara diam-diam mereka terus menyelinap kearah datangnya letusan, sembunyi ditempat yang tidak terjangkau oleh tembakan, bagitu letusan berbunyi segera melompat keluar.

Ginkang mereka kerahkan sekuat tenaga, dalam sekejap puluhan tombak mereka capai, berapa kali lompatan lagi mereka sudah akan mencapai rombongan penembak musuh. Disaat mereka kegirangan dalam itulah, mendadak mereka seperti dihadang oleh gumpalan angin kencang yang kokoh hingga luncuran tubuh mereka terhalang.

Begitu mereka anjlok turun angkat kepala, tampak Tang- ling-sin-kun, Tay-bok-it-siu dan belasan orang menghadang didepan-

Wajah Tang-ling-sin-kun kelihatan mengulum senyum sinis, katanya sesumbar:

"Para Hu-hoat yang terhormat. Masih mau masuk kedalam

? Biar kuberitahu kepada kalian, bocah she Liok itu sudah terperangkap di Thay-im-lou, untuk meloloskan diri hanya dalam mimpi belaka, sekarang biar Lohu beramai sekalian tangkap kamu berdua lebih dulu."

Sudah tentu Kim-gin-hu-hoat kaget, namun lahir mereka tetap wajar, mereka tahu Liok ciangbun bukan orang yang pendek umur, meski terperangkap dalam Thay-im-loo, meski kaget den sedikit Cidra, yakinjiwanya tidak akan berbahaya, betapapun harus terjang masuk meniliknya didalam. Setelah mereka mengambil tekad, perasaanpun menjadi tenang. Bentak Kim -gin-hu-hoat: "iblis laknat, jangan membual, hari ini Lohu beramai akan menyapu habis kalian kawanan tikus busuk ini, Tang- ling- kiong akan kami bumi hanguskan- coba kalian tikus-tikus busuk ini akan lari dan sembunyi di mana." tanpa menunggu reaksi Tang-ling-lo-koay, kedua telapak tangannya bergerak menyerang dengan Kim-sa-ciang.

Lekas Tang-ling-lo-koay memusatkan, pikiran mengembangkan kelincahan tubuhnya, tubuhnya tampak lincah dan gesit menyelinap pergi datang diantara samberan telapak emas lautan, sering pula balas menyerang dengan Hek-sat-ciang yang mematikan-

Melihat saudara tuanya sudah turun tangan, maka Gin-jiay- beng tidak mau ketinggalan, begitu kedua tangan bergerak. laksana lembayung perak tubuh mencelat maju terjun ketengah arena. Tanpa bicara segera Tay-bokit-siu memapak maju menyambut pukulannya, kedua orang inipun bertarung dengan sengit.

Pada jaman itu bedil sudah merupakan senjata api yang lihay, tapi didepan mereka orang pihak sendiri sedang melabrak musuh, maka seranganpun dihentikan-

Dalam beberapa kejap kemudian Jian-litok-heng, bertiga juga tidak mengabaikan kesempatan, bersama Ih Tiau-hung dan si gede Siang Wi lekas mereka memburu maju.

Kim ji-tay-beng perang tanding melawan Tang -ling-sin-kun kedua lawan menggunakan gerakan cepat dan serangan kilat, maka bayangan mereka berkelebat cepat seperti dua naga yang berkutet secara rapat, bagi mereka yang berpandangan biasa, hakikatnya susah mengikuti apa lagi membedakan gerakan dan bayangannya.

Gin-ji-tay-beng menghadapi permainan Loh-sing-ciang-hoat Tay-bok-it-siu, keduanya sama-sama ahli bertempur saling terkam dan lompat ketengah udara, ditengah udara mereka sering adu kekuatan pula. Bertarung ditengah udara dengan lompatan kuat dan pukulan dahsyat sudah tentu terlalu menguras tenaga, setelah puluhan jurus saling pukul, wajah mereka sudah mulai terkering at, napas juga menderu berat.

Begitu tiba ditengah gelanggang Jan-li-tok-heng terus menyerbu dengan serangan kilat. Demikian pula si gede khusus menyerbu kearah orang banyak. pentungnya dlobat- abitkan sekencang baling-baling pesawat udara. Ternyata orang-orang

Tang-ling-kiong juga menyerbu maju memapak kedatangan mereka. Maka ramailah pertempuran yang acak-acakan ini.

Menghadapi Tang-ling-sin-kun, Kim-jitay-beng sudah merasa payah, kini lawan dibantu tiga jago kosenpula, untuk membela diri sudah kerepotan, apalagi balas menyerang, untung dia cukup berpengalaman di medan laga. Ginkangnya juga tinggi, dalam waktu singkat mungkin masih kuat bertahan.

Memangnya napas sudah menderu- deru seperti truk penuh muatan, keadaan Giniji-tay-beng juga tidak lebih baik dari saudara tuanya, apalagi dia dihimpit dari depan dan belakang, sehingga menjadi bulan-bulanan musuh, walau melawan dengan nekad tapijuga sudah mandi keringat.

LwekangJian-li-tok-heng juga cukup tinggi, tapi lawannya ada empat, semuanya jago-jago Tang- ling- kiong, begitu tiba dia sudah diserbu lebih dulu, maka keadaannya juga menjadi repot.

Coh-Siang hwi melawan tiga musuh, keadaannya jauh lebih terdesak lagi, kepandaiannya paling rendah diantara tiga rekannya kecuali si gede, masih untung Ginkangnya memang setaraf cuma Lwekangnya yang lebih rendah, dengan kelincahan tubuhnya dia masih mampu bikin ketiga lawannya saling tumbuk dan tubruk. Pentung Siang Wi memang panjang dan berat, disapukan bagai angin badai, namun menghadapi jago kosen, betapapun lihay permainan tongkatnya juga tidak berguna, untung badannya kebal, meski mengalami beberapa kali benturan dan pukulan tidak kurang suatu apa. 

Disaat pertempuran hampir mencapai babak terakhir, suara pertarungan yang gegap gempita disebelah depan mendadak sirap. bayangan orang muncul seperti diterjang ombak, lalu terdengar suara gedebukan, kejap lain bayangan orang mencelat terbang disertai lolong panjang yang mengerikan-

Kim-gin hu-hoat sedang bertahan mati-matian, mendengar jeritan-jeritan sekilas mereka melirik kesana, mata mereka amat tajam, meski hanya sekilas pandang, tapi mereka sudah melihat Liok Kiam-ping dibuntuti It-cu-kiam Koan Yong sedang menerjang keluar dari istana dalam. Musuh yang merintangi disikatnya tanpa ampun.

Ternyata setiba dibawah Thay-im lou, Kiam-ping bersama Koan Yong sudah tidakjauh lagi dari telaga, disaat mereka mencari perahu atau jalan lain untuk menyeberang, mendadak mendengar suara letusan-letusan keras dari luar istana, samar-samar terdengar pula pertempuran ramai. Mereka menduga bala bantuan Hong- lui- bun juga sudah menyerbu tiba, atau musuh Tang- ling-sin-kun dari kelompok lain tengah membuat perhitungan dengan pihak Tang- ling- kiong, apapun yantg terjadi, kesempatan baik pula bagi pihaknya untuk menerjang keluar.

Namun menghadapi permukaan air seluas ini, mau tidak mau dia berdiri bingung, dirinya bisa menyeberang dengan cara datangnya tadi. namun It-cu-kiam Koan Yong jelas tidak bisa melakukan apa yang pernah dilaksanakannya tadi. Dengan gelisah dia mondar mandir dibawah loteng, periksa sana meneliti sini, dengan harapan dapat menemukan kunci alat-alat rahasia, supaya dengan bebas mereka bisa menyeberang serta memberi bantuan teman-teman yang lagi berantam di luar.

It-cu-kiam Koan Yong juga merasakan di atas permukaan air telaga, dirinya jelas tidak mampu melesat terbang dipermukaan dalam jarak sejauh ini, namun pikirannya lebhih cermat, akhirnya berhasil dia memperoleh akal. Maka katanya kepada Liok Kiamping: "Kulihat kacung cilik tadi hanya memiliki Kepandaian kembangan belaka, tidak bisa Ginkang lagi, tapi dia bisa berada disini., pasti ada jalan rahasia lain untuk sebrang menyebrangi telaga, maka dapat dipastikan kunci alat rahasianya pasti berada diatas loteng, dijaga dan dikendalikan oleh seorang petugas pula. Bagaimana kalau kita periksa kedalam "

Seketika Liok Kiam-ping sadar, usul It-cu-kiam memang masuk akal tidak rugi untuk dicoba, maka sambil mang gut segera dia mendahului masuk pula kedalam loteng, mereka berpencar kekanan dan kiri mengetuk dinding, memeriksa setiap sudut dan kaki tembok, bila perlu ditusuk dan diungkit dengan ujung pedang lagi. Begitu mendengar ketukan menyebabkan suara mendengung, dinding segera dibongkar dan papan lantaipun disingkap. Usaha mereka ternyata tidak sia-sia, akhirnya ditemukan kamar bawah tanah, namun kosong melompong tidak dihuni orang.

Waktu mereka maju terus dan membongkar kaki dinding d iba g ia n tengah mendadak terdengar suara mencurigakan, bayangan orang tampak berkelebat terus lenyap dari pandangan- Liok Kiam-ping tahu tanpa sengaja mereka sudah menemukan orang yang bertugas mengendalikan alat rahasia diseluruh Tang -ling-kiong, baru saja dia hendak lompat kebawah, mendadak didengarnya derap orang berlari naik keatas tangga, bayangan orang melesat keluar terus lari kearah danau.

Sementara itu ikatan bambu panjang yang semula tersebar dan tenggelam itu kini sudah merapat dan sambung- menyambung dipermukaan air, orang itu tampak berlari sipat kuping kearah sebrang diatas bambu bambu terapung, dalam sekejap. Separo jarak permukuan danau telah dicapainya, jelas orang inipun memiliki kepandaiaan yang lumayan, sekejap lagi dirinya bakal mencapai Sebrang.

"Lekas kejar "seru Liok Kiam-ping, lalu mendahului bergerak. tubuhnya melesat terbang keudara, lenyap suaranya, orang nyapun sudah menutul bambu terapung terus memburu orang didepan itu. Gerakan Kiamping laksana meteor mengejar rembulan, hanya beberapa kali lompatan dia sudah menyandak orang didepan itu, setelah jarak dekat lekas dia tepukkan telapak tangannya kedepan

Orang didepan itu sedang mengenjot langkah sekuat tenaga, seperti para pelari yang hampir mencapai finis, sebrang sudah didepan mata, sungguh tak pernah terpikir olehnya bahwa musuh dibela kang dapat mengudak secepat kilat, baru saja dia kerahkan tenaga ditelapak kaki untuk melompat keseb erang serta menurunkan alat rahasia, sehingga bambu terapung berpencar dan kembali ke tempat semula. Tahu-tahu segulung tenaga pukulan dahsyat sudah menindih punggungnya. Kontan dia mengerang tertahan, tubuhnya memang melompat tiga tombak jauhnya, tapi "Biang" ambruk ditanah untuk tidak bangun lagi, jelas jiwanya tidak tertolong lagi.

Cepat sekali Liok Kiam-ping sudah hinggap diseberang, kejap lain lt-cu-kiam Koan Yong juga sudah menyusul tiba. Legalah hati mereka. Dari tempat tinggi mereka terus menerjang turun kebawah, dengan kencang mereka menerjang kearah datangnya pertempuran-

Setelah melompati pagar tembok Liok Kiam-ping dan It-cu- kiam melihat Tang-ling-sin-kun bersama begundalnya sedang mengeroyok Kim-gin-hu-hoat berlima, karuan memuncak amarah mereka. Keadaan coh-siang-hwi ih Thian-hiong saat itu paling kritis, dengan ginkang tinggi, dia harus berkelit kian kemari dari sergapan para lawamnya, namun karena terkepung rapat itu dia sudah terdesak mundur kebawah tembok jalan mundur sudah tiada, maka gerak geriknya makin terbatas, mendadak segulung tenaga menindih badan, jelas jiwanya takkan tertolong lagi.

Untung kedatangan Liok Kiam-ping sedetik lebih cepat, kedua tangannya menggempur dengan lekuatan gugur gunung, menukik dari tengah udara, belum tiba orangnya, tenaga pukulan sudah melanda.

Dua kekuatan dahsyat beradu.Jago Tang- ling- kiong yang menggempur dengan sekuat tenapa itu jelas bukan tandingan Liok Kiam-ping, apalagi kedudukannya disebelah bawah, maka akibat yang dideritanyapun lebih mengenaskan pula. Begitu pukulan menindih hingga dadasesakdiatahu elmaut tengah mengancam jiwa, sebisanya dia menjatuhkan tubuh kebelakang, tapi sudah terlambat. "Blang", kedua lengannya patah, dadapun seperti ditumbuk benda berat ribuan kati, darah menyembur dari mulutnya, orangnyapun terbanting gepeng tak bergerak ditanah.

Gempuran Liok Kiam-ping makin mengobarkan amarahnya, musuh yang kebentur ditangannya tiada yang diberi ampun, sedikit menutul sebat sekali, dia sudah melabrak kearah Tang- ling-sin-kun, musuh yang merintangi dibabat dan diterjangnya kocar kacir. Sambil menghardik kedua tangannya menggempur terpencar kearah Tang- ling-sin-kun dan dua jago yang membantunya.

Lwekang kedua orang yang membantu Tang- ling-sin-kun, setingkat lebih rendah di banding jago yang tertindih gepeng oleh pukulan Liok Kiam-ping, namun sekuatnya mereka mempertahankan diri, namun sebelum mereka sempat bersuara pukulan Kiam-ping sudah bikin mereka terpental jauh jatuh ditengah gerombolan anak buahnya. Coh-siang-hwi sendiri juga tersibak mundur membentur dinding oleh s ambera n tenaga kuat. Begitu melihat yang menolong dirinya adalah Liok Kiam-ping, entah dari mana datangnya tenaga dan semangatnya, sambil angkat pedang lekas dia lari balik kearah gerombolan Tang- link- kiong yang sedang mengeroyok Kim-ji-tay-beng, seorang jago memapak dirinya. kedua orang seimbang bertempur dengan seru.

It-cu-kiam Koan Yong juga menerjang kearahJian-li-tok- heng yang dikeroyok musuh, dengan kekuatan mereka berdua, keroyokan musuh berhasil dibendung.

Liok Kiam-ping memekik panjang dan keras, nadanya tinggi melengking menemtbus mega, genderang telinga serasa pecah, sebelum gema suaranya lenyap. tubuhnya sudah terapung di udara, kedua kaki menendang dan mendepak. sementara tangan kanan menjotos, telapak tangan kiri membabat, empat lawan sekaligus diserangnya jumpalitan tak bangun lagi, kejap lain dia sudah berada di samping Gin-ji-tay- beng.

Begitu mendengar pekik suara Liok Kiam-ping, Tang- ling- sin-kun dan gembong-gembong iblis lainnya tertegun, setelah melihat bayangan Liok Kiam-ping baru mereka betul-betul terpukul lahir batin, semua mereka-reka dalam hati: "orang ini manusia biasa atau malaikat dewata ? Thay-im-lo kokoh kuat berdinding baja berlantai besi, manusia baja juga jangan  harap dapat membobol ke luar, apalagi dia harus menolong seorang ?" di saat lawan melengak itulah Gin-jitay-beng memperoleh kesempatan ganti napas, namun masih tersengal-sengal.

Amarah Liok Kiam-ping benar-benar memuncak. musuh besar didepan mata, bola matanya menyala gusar, kedua tangannya menari, tenagapun dikerahkan, "Biang, Blang" dua jiwa orang telah digasaknya pula.

Umpama burung yang sudah ketakutan melihat bidikan panah, demikian pula nyali Tay-bok-it- siu sudah pecah, kini melihat Liok Kiam-ping menyerbu dengan serangan dahsyat, gempuran tenaganya mampu merobohkan gugusan gunung, mana berani dia melawan-lekas dia kembangkan kelincahan tubuhnya, dalam hati dia sudah mengatur rencana melarikan diri.

Walau kulit badan kebal tidak mempan senjata, tapi musuh yang mengepung Siang wi semua adalah jago-jago silat, sasaran yang diincar diatas tubuhnya juga tempat-tempat yang lemah, mau tidak mau dia harus berlaku lebih hati-hati dan selalu harus menyelamatkan titik kelemahannya. Saat itu dia sedang mengembangkan Na-kang-cap-pebak dan sudah hampir habis, lawan masih belum berhasil dirobohkan, seketika dia teringat tempo hari betapa leluasa dia menyikat musuh yang bergerombolan dengan teriakan yang gegap gumpita. Ya. kenapa tidak aku menerjang kerombengan besar musuh daripada terkepung disini: Segera dia robah permainan tongkatnya, kini dia ganti menggunakan permainan Liu-hun- hwi-bu, ilmu pentung mega mengalir kabut terbang, tampak ditengah putaran pentungnya yang kencang, laksana mega mengambang seperti air mengalir saja dia menerjang kelingkaran luar.

Jago-jago Tang- ling- kiong itu tidak menduga akan perobahan permainan pentungnya, begitu si gede menerjang keluar, mereka juga belum siaga, demi menyelamatkan jiwa terpaksa mereka melompat menyingkir, kepungan keb a cut jebol maka sigedesudah menerjang ketengah gerombolan orang banyak. orang-orang Tang- ling- kiong berteriak-teriak^ senjata menyerang s era buta n, namun karena jumlah musuh terlalu banyak, berdesakan lagi, satu sama lain malah saling tumbuk dan terhalang, sehingga senjata susah digerakkan- 

cara tempur si gede, yang mengincar bagian lemah musuh memang bermanfaat, pihak Tang- ling- kiong memang dlobrak abrik kalang kabut, tidak sedikit yang pecah nyalinya dan arus manusiapun berpencar dan bergerak makinjauh. Melihat musuh dipukul mundur ketakutan, si gede kegirangan, terlak nya: "Nah, kalian takut sekarang. Haha, sungguh menyenangkan-' kembali dia putar pentungnya terus mengejar seperti menggiring kambing.

Melihat Liok Kiam-ping terjun kearena pertempuran, lolos dari segala upaya, yang menjebaknya, maka Ta ng-ling-s in- kun sudah tahu bahwa hari ini pihaknya pasti akan mengalami kekalahan total, keadaan yang sudah fatal begini,  kalau dirinya tidak melancarkan ilmu tunggal simpanan, untuk melaloskan diri nanti pasti sukar. Beruntun dia cecar Gln-j^ay- beng enam pukulan hingga lawan terdesak tiga langkah.

Tubuhnya sedikit membungkuk kedepan, kedua telapak tangan didorong lurus sebatas dada, hawa murni dipusar dikerahkan pula, telapak tangannya yang putih mulai bersemu hijau, dari hijau berobah pula menjadi hitam. Seperti sepasang cakar, uap hitam merembes keluar, begitu pengerahan tenaganya mencukupi dibarengi bentakan dia memukul kearah Gin-ji-tay-beng dan coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong.

Gin-ji-tay beng terdesak mundur, baru saja dia siapkan tenaga hendak balas menggempur, mendadak dilihatnya telapak tangan lawan berobah hitam mengeluarkan asap gelap. maka dia tahu lawan sudah mengerahkan ilmu Hekssat- elang, asap hitam itu mengandung racun jahat, manusia sukar tertolong bila menghisap asap racun itu. Tempo hari Gin-ji- tay-beng sudah merasakan sendiri betapa lihaynya pukulan beracun musuh. Lekas dia berteriak: "Itulah Hekssat-ciang, lekas menyingkir," lalu dia mendahului melompat keatas dengan gerakan Peksho-ciong-thian, syukur serangan luput tidak mengenai dirinya.

Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong kaget mendengar peringatan kawannya, lekas dia menerjang keping gir, tapi sudah terlambat, hidungnya telah menghirup sedikit asap hitam itu, seketika tububnya lunglai dan terperosokjatuh. Tatkala itu kebetulan Kiam-ping memukul mundur Tay-bok- it-siu, semestinya dia sudah siap menambahi sekali pukulan lagi, namun mendadak dilihatnya Ih Tiau-hiong roboh keracunan, lekas dia kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, tubuhnya mencelat mumbul bersalto ke belakang. Menolong jiwa orang lebih penting, lekas dia keluarkan Soat-lian dijejalkan kemulut Ih Tiau-hiong serta berpesan supaya dia bersamadi mengerahkan hawa murni membantu khasiat Soat- lian menawarkan racun- Setelah berdiri dia membalik terus menyerang sejurus kearah Tang- ling-sin-kun-

Amarahnya benar-benar sudah memuncak. nafsunya sudah ketagihan merenggut jiwa orang, maka pukulannya ini dilandasi kekuatan yang hebat, walau pundak kanannya terluka oleh Kim-kong-ci dan belum sembuh, namun pukulan dengan sepenuh tenaga ini ternyata bukan olah-olah dahsyatnya.

Beberapa kali pernah mengalami kekalahan dibawah pukulan orang, maka kali ini Tang-ling-sin-kun betul-betul sudah jeri, Hekssat-ciang juga tidak berguna terhadap lawan, gempuran sedahsyat ini, lekas dia melompat lima kaki kepinggir, begitu gempuran dahsyat lawan menyerempet dipinggir tubuhnya, tenaga yang dipersiapkan kontan dilontarkan membalas dengan gempuran hebat.

"Blum" dentuman keras, tanah selebar satu tombak melesak amblas seperti ditindih batu segede gajah sedalam satu kaki. Pukulan balasan Tang-ling-sin-kun sirna tanpa bekas, seperti tiupan angin dari mulut melawan hembusan angin lalu.

Tang-ling-sin-kun sudah kerahkansetakertenaga dan segala kemampuannya, sekuat tenaga dia berkelit baru terhindar dari rangsakan lawan, namun balas menyerang sudah tidak mampu lagi.

Celaka adalah anak buah Tang^ling-sinkun, tidak sedikit yang menjadi korban oleh tenaga pukulan Liok Kiam-ping yang nyasar, satu persatu korban bergelimpangan, yang terluka parah juga merintih- rintih menyedihkan-

Melihat It-cu-kiam Koan Yong selamat dan sekarang mendampingi dirinya, bukan kepalang senangJian-li-tok-heng, semangat tempurnya menyala lagi, diantara s a mb era n telapak tangan, seorang musuh kena digenjotnya terjungkal, keadaan ini seimbang.

lt-cu-hwi-kiam yang dilancarkan Koan Yong juga bergulung- gulung, sedemikian ketat serangan pedangnya sehingga musuh kerepotan menangkis. Kerja sama dengan serangan kilat telapak tanganJian-li-tok-heng lagi, sungguh pertahanan mereka sekokoh baja, serangan juga deras.

Empat jago Tang- ling- kiong lawan mereka berbalik kedesak kerepotan, mereka terus menyurut mundur sambil berpencar, pikirnya hendak merobah posisi dan menggunakan perlawanan cara lain-

"Aduh," mendadak seorang jago Tag-ling-kiong menjerit roboh, ternyata telapak tangan Jian-li-tok-heng telah mendarat di Ling-tai-hiat ditengkuknya, "Bluk " tubuhnya terlempar setombakjauhnya, jiwa melayang seketika.

Seorang jago Tang- ling- kiong yang lain merinding dan panik oleh jeritan temannya, sekilas tertegun, pedang It-cu- kiam sudah menabas tiba, "cret" pundak kiri bagian belakang tergores luka panjang satu kaki, darah seketika mengucur deras, saking kesakitan lekas berlari pergi.

Melihat keempat lawannya kini mati satu terluka satu, kemenangan jelas berada di pihaknya maka It-cu-kiam Koan Yong tidak tega, serunya dengan tekanan berat:

"Sahabat, lekas tinggalkan arena pertempuran yang tidak kenal kasihan ini, masing-masing tidak bermusuhan, kamijuga tidak ingin membunuh. Lekas kalian pergi saja.' It-cu-kiam Koan Yong memang berpikir bajik, tapi tak pernah terpikir olehnya bahwa anak buah Tang- ling- kiong terkenal buas dan culas, biasanya bertangan gapah, apalagi peraturan amat keras, sementara Tang-ling-sin-kun sendiri masih hadir dan melawan musuh, mana berani mereka melarikan diri, apalagi pertempuran masih begini kacau, siapa menang dan mana bakal kalah masih sukar diramalkan-

Kedua orang itu segera menyeringai, katanya: "Anak murid Tang ling-kiong tiada yang penakut, j angan kira kalian pasti menang." tanpa menunggu reaksi It-cu-kiam, mumpung lawan tidak menduga, mereka maju bersama melabrak dengan pedang ditanga n-

Tujuan Jian-li-tok-heng berdua adalah setelah lawan terdesak kewalahan, pihaknya memberi kelonggaran supaya musuh tahu diri dan mundur teratur, siapa duga maksud baik mereka justru d is a la h artikan oleh lawan, sifat buas mereka justru makin membara, serangan bukan lagi gencar tapi, juga ganas dan kotor, main bokong dan sergap pula.

Jian- li-tok-heng gelak- gelak saking marah, serunya: "Sebelum melihat peti mati kalian memang belum kapok, baiklah, Lohu berdua sempurnakan keinginan kalian.' serangan dipergencar dengan tenaga dahsyat, tipu-tipu lihay dilontarkan, kedua lawan dan anak buahnya yang mengepung arena didesaknya mundur pula hingga tak mampu balas menyerang.

Namun kedua jago Tang- ling-kiong masih terus bertahan dengan bandel, mereka ingin bertempur sampai titik darah penghabisan, bila perlu biar gugur bersama, lama kelamaan terbakar amarah It-cu-kiam, apalagi mengingat mereka masih berada di sarang musuh, selain ditawan musuh dirinya juga tersiksa dan banyak menderita. Maka dengan sengit segera dia putar pedang ikut menggempur.

Melihat Liok Kiam-ping meluruk kearah Tang- ling-sin-kun, sudah tentu dalam hati Tay-bok-it-siu bersorak girang, kini s a at paling baik untuk menyelamatkan diri, lekas dia gempur Gin-jitay-beng tiga kali pukulan. bila lawan terdesak mundur, mendadak dia kembangkan Ginkang meluncur ketanah miring diluar sana.

Gin-jitay-beng memang terdesak mundur oleh gempuran musuh yang mendadak. baru saja dia menubruk balik, lawan sudah ngacir lebih dulu, terpaksa dia awasi musuh pergi dengan mendelong, saking dongkol dia membanting kaki. Rasa penasarannya segera dia tujukan kepada anak buah Tang- ling- kiong dan jago-jagonya, tubuhnya melompat tinggi mengembangkan Glngkang Eng-sian-kiu-coan ditengah udara dia menukik naik turun dengan pukulan sepasang telapak tangannya ke arah orang banyak.

Tampak cahaya perak laksana kilat menggempur kebawah, begitu tubuhnya melorot turun kebetulan gempuran tenaganya menyanggah tubuhnya sehingga tertolak ke udara pula, sungguh mirip elang yang menerkam kelinci, musuh sebanyak itu saling berdesakan lagi, tidak sedikit yang menjadi korban pukulan peraknya.

Disamping puluhan korban yang berkepandaian biasa ada dua jago Tang ling-kiong yang mampus jug a.

Demikian pula Kim-ji tay-beng bertindak seperti adiknya, Tang-ling-sin-kun sudah ditandingi Llon Kiam-ping dirinya tidak perlu membantu ciangbunjin, maka kini dia bergerak lebih bebas, jago-jago Tang- ling- kiong dilabraknya seperti banteng ketaton. Di mana cahaya emas berkelebat, dua orang menjerit roboh dengan kepala pecah.

Si gede masih terus mainkan tongkatnya melawan serbuan anak buah Tang-ling-kiong yang tidak kenal takut sama sekali, pada hal setiap pentung si gede mendarat ditubuh mereka kalau tidak kepala pecah, tulang patah, pasti perut kesodok bolong, lama kelamaan orang-orang Tang-ling-kiong hanya berputar-putar dan lari kian kemari tetap mengepungnya, akhirnya sigede dikeroyok pula oleh jago-jago yang berkepandaian lebih tinggi.

Setelah keracunan keadaan coh-siang-hwi ih Tiau-hong diantara sadar tak sadar setelah menelan Soat-lian, semangatnya sudah jauh lebih baik, Soat-lian memang obat mujarab peranti pemunah racun, tapi Hekssat-ciang memang teramat ganas, meski hawa racun sudah didesak keluar, tapi tenaga dan Lwekangnya belum pulih, maka dia tetap bersimpuh ditanah.

Melihat ih Tiau-hiong duduk ditanah menyembuhkan luka- luka, seorang jago Tang-ling-kiong anggap ada kesempatan, mendadak dia menerobos maju terus melompat kebelakang coh-siang-hwi ih Tiau-hiong, pedang terangkat hendak menusuk.

Disebelah sana Jian-li-tok-heng berhasil menewaskan seorang jago, kebetulan ujung matanya menangkap ancaman bahaya yang mengancam jiwa ih Tiau h long, karuan rasa kagetnya tercetus dari bentakannya yang menggelegar, menyusul ke sana jelas sudah terlambat, kontan dia sambitkah biji teratai besi, yang diincar adalah urat nadi dipergelangan tangan yang memegang pedang.

"Ser, ser," biji teratai besi mendesing di udara dan "Plak," Aduh, orang itu menjerit ngeri. Tangannya tertembak bolong, tulangpun patah, saking kesakitan dia meraung mundur sambil mendekap tangannya yang terluka, pedang jatuh di tanah.

Berhasil meny alamatkan jiwa Ih Tiau-hiong, Jian-li-tok- heng tidak berhenti, lekas dia memburu ke sana lalu berjaga dihadapan ih Tiau-hiong.

Menghadapi perlawanan Tang-ling-sin-kun yang mengembangkan kelincahan gerak tubuh-yang aneh dan lihay, Liok Kiam-ping agak kewalahan juga menghadapi kelicikan lawan, bila bertempur begini terus sedikitnya dua ratus jurus baru dirinya bisa mengalahkannya. celakanya bila waktu terulur lebih lama lagi, siapa tahu bala bantuan tangguh pihak lawan keburu datang, hal itu pasti tidak menguntungkan pihaknya maka dia harus secepatnya merobohkan gembong laknat ini.

Otaknya memang encer, sekilas berpikir, segera dia mendapat cara untuk mengatasi jurus tunggal musuh. Segera dia perkeras gerak serangannya, bagai amukan angin gila sekaligus dia mencecar tujuh jurus, Tangling-sin-kun didesaknya mundur tiga langkah tangan meraih kebelakang, maka Liat-jit-kiam-pun telah dicabutnya. Kontan dia lancarkan jurus Jit-lun-jut-seng .

Padahal Tang-ling-sin-kunjuga sudah siap menggempur. mendadak dilihatnya sinar surya mencorong diangkasa menyilaukan mata, jarak seperti begitu dekat, begitu pandangan menjadi gelap hakikatnya dia tidak melihat di mana musoh berada, tahu betapa lihay jurus serangan diri Liat-jit-kiam-hoat, lekas dia menyurut lima kaki.

Keyakinan sudah semayam dalam benak Liok Kiam-ping, menyusul tubuhnya yang melar keudara, jurus kedua Liat-jit- yam-yam disambung membelah kepala, sementara telapak tangan kiri menggempur dahsyat denganjurus i-hwe-kiu-thian-

Baru saja Tang-ling-sin-kun berdiri tegaki sementara lawan sudah mengudak tiba, sebelum serangan tiba, hawa panas laksana lahar gunung merapi telah merangsang, cahayanya yang benderang jauh lebih cemerlang darijurus pertama tadi. Mau mundur lagi jelas tidak keburu, lekas dia kerahkan seluruh kekuatannya, sambil menggerung pula dia lontarkan pukulannya kearah bola matahari, berbareng kakinya menggeser berusaha menyingkir pergi.

Diluar tahunya jurus serangan telapak tangan Liok Kiam- ping ternyata tidak menggunakan sepenuh tenaga, ditengah jalan mendadak berobah jadi jurus Llong-jiau-king-thian, mumpung lawan berkelit dan menyingkir, jari-jarinya telah berhasil mencengkram urat nadi dipergelangan tangannya. Pedang sudah terangkat hendak memenggal.

Begitu niat nadi tercengkram seketika tubuh Tang-ling-sin- kun merasa lemas den separo tubuhnya seperti kaku, terpaksa dia pejam mata menunggu ajal.

Mendadak terdengar sultan-sultan nyaring beberapa kali, seluruh orang-orang Tang-ling-kiong menghentikan pertempuran terus lari menyingkir, tinggal orang-orang Hong- lui-bun yang masih berada ditengah gelanggang. Kiam-ping tahu sesuatu yang tidak beres, waktu dia angkat kepala, tampak orang-orang Tang-ling-kiong menyingkir ke tiga jurusan, dari ketiga jurusan ini terpancang tiga pucuk bedil yang diarahkan kearah gelanggang.

Terdengar suara Yu-ling Kongcu membentak: "Pat-pi-kim- liong, berani kau turun tangan keji kepada bapakku, hari ini kalian harus terkubur pula di pulau ini. Baiklah bebaskan dulu bapakku, boleh kita tentukan suatu tempat dan hari apa terserah untuk bertanding menentukan kalah menang, bagaimana ?"

Liok Kiam-ping membatin: "Maksud ke datang a nku hanya menolong It-cu-kiam, tujuan sudah tercapai, buat apa barus menumpahkan darah di sini ? Tang-ling-sin-kun berulang kali keok ditanganku, untuk membereskan dia kelak masih ada kesempatan." maka dengan gelak tawa dia berkata: "Asal Asal bertanding berdasar kepandaian sejati, kapan saja Liok Kiam- ping masih melayani."

"Baik," jeng ek Yu-ling Kongcu, pada pertandirgan silat di Ui-san tahun ini, kita bereskan perhitungan hari ini."

Liok Kiam-ping berpaling dan tersenyum kepada Tang-ling- sin-kun, katanya: 'Mobon Sin-kun mencapaikan diri mengantar kami seperjalanan," lalu dia berseru kepada orang banyak terus beranjak kepinggir laut. Ih Tiau-hiong kembali pegang kemudi mengerek layar, kapal kecil itu segera berlayar menuju ke ciokswi-cun.

---ooo0dw0ooo---

Mentari memancarkan cahayanya yang benderang hawa tidak begitu panas, burung berkicau dipucukpohon, musim semi memang tampak permai dan sejuk didaerah Kang lam.

Tatkala itu orang-orang Hong-lui bun sedang sibuk membangunjalan, serta memperbaiki gedung, luar dalam tampak sibuk bekerja dengan giat, namun suasana yang ramai ini terasa tentram dan bergembira. Mereka sibuk mempersiapkan segala keperluan demi tercapainya kejayaan nama besar Hong-lui-bun dikalangan Kangouw, markas besar harus dibangun dengan segala bentuk kemegahannya, supaya berwibawa dan kelihatan angker.

Sejak kembali dari Tang- ling-kiong, Liok Kiam-ping lantas pimpin seluruh anggota Hong-lui-bun membangun dan memperbaiki Kwi-hun-ceng, banyak yang dirombak dan adapula bangunan baru, terutama lorong-lorong bawah tanah telah disumbat buntu, serta mencari para anggota yang bubar dan terpencar.

Dalam jangka satu bulan, proyek besar dalam membangun markas pusat Hong-lui-bun inipun berakhir, bentuk gedung serta warnanya telah berobah, demikian pula jalan raya sekitarnya yang menjurus kearah Kwi-hun-ceng telah diperlebar dan diratakan sehingga Hong-lui-bun tampak lebih angker dan disegani.

Pagi hari itu setelah sarapan pagi Liok Kiam-ping kumpulkan Tianglo Hong-lui-bun Ai-pang-sut Thong ciau, Kim- gin-hu-hoat di Pau-gwat-lou untuk membicarakan kapan peresmian berdirinya Hong-lui-bun didunia persilatan akan diadakan. Kim-ji-tay-beng memberi usul: "Sekarang orang-orang kita sudah bermunculan di Kangouw, tiba saatnya angkat nama dan menegakkan wibawa, sekaligus menuntut balas bagi kematian ciangbun kita, serta melampiaskan penasaran kita dua puluh tahun harus menyembunyikan diri biar selamat. ciangbun, kuharap kau dapat memaklumi perasaanku.'

Giniji-tay-beng juga angkat bicara, ”Yang terang Hong-lui- bun kita sudah jelas bermusuhan dengan Ham-cui, Tang-ling, Hwe hun, Bu-tong, Siau-lim, Gobi dan lain-lain golongan silat, umpama kita berlaku bajik hati mereka justru sekejam binatang, apapun urusan takkan berakhir demikian saja, banyak urusan besar harus kita tanggulangi dikelak kemudian hari, oleh karena itu perlu kita membuat kejutan lebih dulu, masing-masing Kita gempur perguruan silat itu satu persatu, supaya kita tidak dikeroyok lagi seperti nasib yang menimpa ciangbun kita dulu."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar