Hong Lui Bun Jilid 15

Jilid 15

Kuatir Liok Kiam-ping segera keluar dari dalam gua, hingga rencana jahatnya yang terakhirjuga gagal pula, demi cepat menyelesaikan lawan yang satu ini, segera dia gunakan Kim- kong-ci- kang. Tampak dua jalur hawa putih melesat keluar dari kedua jarinya dengan suara memecah udara.

Kekuatan Kim-kong-ci kang dapat menusuk gunung menembus dada, sudah tentu Jian-li-tok-heng tidak berani lena, lekas dia melompatjauh tiga tombak, syukur masih sempat menghindar, melihat tujuan sudah tercapai segera Hong Kiat merogo keluar sebuah granat tangan bundarnya sebesar buah kepala terus dilempar kedalam lobang gua.

Baru saja Jian-li tok-heng menyentuh bumi, badannya lantas tergetar oleh ledakan dahsyat. Tampak lobang gua itu sudah hancur lebur, tanah padas dan batu-batu gunung raksasa menyumbat mulut gua.

Takpernah terpikir oleh Jian-li-tok-heng bahwa lawan bakal melakukan muslihat sekeji ini, sedikit kelalaian dirinya, Kiam- ping terkurung didalam gua, mati hidupnya belum diketahui, karuan gusarnya seperti kebakaran jenggot, dengan nekad segera dia merogoh dua genggam biji teratai besi dengan gerakan hujan kembang diangkasa dia timpukkan kearah Kim- kong ci Hong- Kiat.

Melihat mulut gua sudah ambruk dan tertutup rapat,  musuh satu-satunya yang paling diseganijelas takkan mungkin bisa keliuar, namun dia kuatir ledakan keras ini memancing kedatangan orang-orang Hong- lui- bun yang lain, dirinya sendirian kalau sampai dikeroyok bisa berabe, biarlah urusan diselesaikan lain kesempatan- Maka dia berkata: Jian-li-lo koay, apa maumu sekarang? Bocah she Liok sudah terkubur didalam gua. cepat atau lambat Kui-hun-ceng akan jatuh ketanganku lagi, sementara biar kalian hidup beberapa hari lagi." Habis bicara dia langsung menjejak bumi melambungkan tubuhnya keatas, beberapa kali kakinya berpijak didinding gunung yang menonjol keluar, beberapa kalijumpalitan pula bayangannya sudah lenyap. Karuan bukan kepalang amarah Jian-li-tok heng, ingin rasanya dia telan bulat lawan yang satu ini.

Sementara itu Kiam-ping juga mendengar ledakan dahsyat diluar, tahu gelagat jelek lekas dia berlari balik. Tapi setiba diujung lorong, seketika dia berdiri melenggong. Mulut gua sudah tidak kelihatan bentuknya, tanah padas dan batu-batu raksasa telah menyumbatjalan keluar, dia coba meraba dan memukulnya beberapa kali, tapi tidak bergeming sedikitpun, saking gelisah dia berteriak-teriak: "Lo-koko, di mana kau." ditunggu sesaat tidak memperoleh jawaban- Maka dia membatin: 'Agaknya musuh sengaja meledakkan mulut gua, kemungkinan Lo-koko sekarang sedang melabrak musuh. Dalam gua masih ada hawa segar, tentunya ada lobang lain yang menembus luar, aku harus berusaha mencari lobang keluar itu secepatnya supaya tidak terlambat meloloskan diri." bagai terbang dia berlari menyusuri lorong gua.

Obor masih menyala maka penerangan cukup untuk membedakan arah, sehingga Kiam-ping lebih leluasa mengembangkan Ginkang. Rasa gelisah membakar dada, maka larinya bagi terbang, kecepatannya memang luar biasa. Kira-kira seratus tombak kemudian, tiba-tiba dirasakan sepatunya agak basah, waktu dia menunduk seketika dia berusaha heran, ternyata air sedang mengalir datang dari depan dengan cepat.

Datangnya airjuga terlalu aneh, kebetulan mulut gua tersumbat baru air membanjir tiba, padahal gelagatnya gua ini belum pernah tergenang air selama ini. Mungkinkah ini perbuatan manusia? Setelah menyumbat mulut gua, musuh hendak membunuhnya pula tenggelam dalam lorong sempit ini.

Betapapun cerdik pandai Kiam-ping, sekarang dia kehabisan akal, sementara air bah sudah mulai deras menjadi arus kencang dengan suaranya yang gemuruh, keadaan  terasa amat tegang. Maka Kiam-ping membatin: "Kalau air bisa masuk kemari dari depan pasti ada lobang keluarnya, apalagi arus sedemikian besarnya,jelas bukan dialirkan dari sungai kecil dan lobang air tentujuga cukup lebar dan banyak."

Air setinggi lutut, arus tak terbendung, Dalam waktu dekat seluruh lorong gua ini bisa kelelap. namun sekuatnya Kiam- ping kerahkan tenaga untuk maju kedepan melawan arus. Kira-kira sejam kemudian arus terasa makin besar dan daya terjangnya juga makin besar, hingga daya majunya semakin lambat.

Air semakin tinggi datangnya arus ternyata makin galak. air bergulung-gulung seperti amukan ombak^ suaranya gemuruh dengan air muncrat kian kemari. Tinggi air mencapai pundak^ Kiam-ping merasa keadaanya cukup genting, namun ia tetap berlaku tenang, dengan segala kemampuannya dia terus terjang kedepan-

Tapi kekuatan arus memang teramat besar, kedua kakinya kini sukar menggunakan tenaga. Walau Lwekangnya tinggi didalam air Kungfu setinggi langitjuga tidak berguna, namun dengan tenaga murninya, dia masih kuasa mengapungkan diri untuk maju terus melawan arus. Tapi majunya juga menggeremet.

Mendadak sebuah arus yang bergolak besar menerjang datang, karena daya terjangnya teramat besar, tubuh Kiam- ping samphai terhanyut mundur sejauh satu tombak. Lekas Kiam-ping gunakan daya berat tubuhnya, kedua kaki mengendak turun kebawah Tapi seluruh badan termasuk kepalanya seketika amblas kedalam air, telapak kaki juga tidak dapat menyentuh tanah, ternyata ketinggian air sudah melebihi tinggi badannya. Lekas Kiam-ping meringankan tubuh mengambang kepermukaan air, namun badannya terus hanyut beberapa tombak pula kedalam gua.

Karena tanpa halang tidak puny a pegangan, dengan kekuatan tenaga murninya dia apungkan tubuhnya dipermukaan air, pasrah nasib membiarkan tubuhnya dibawa arus air entah ke mana. Air masih terus bergulung gulung datang. Hanya sekejap seluruh lobang gua diperut gunung ini sudah terendam air, dari sini dapat dirasakan bahwa sumber air yang menderojok kedalam gua letaknya pasti lebih tinggi dari gua ini.

Menahan napas meringankan badan hingga mengapung dipermukaan tidak bisa bertahan lama, apalagi air sudah mencapai langit-langit gua, kuping juga sudah terendam air, keadaan betul-betul gawat. Dalam keadaan yang sudah kritis ini otak Kiam-ping masih jernih, dengan tenang dia mencari akal untuk menyelamatkan diri.

Mendadak tergerak hatinya, teringat olehnya didalam Thian-gwa-cin-keng ada sejenis latihan Lwekang dinamakan Kui-gip-tay-hoat (ilmu kura-kura tidur) yang dapat menyumbat pernapasan orang dan hanya mempertahankan denganjantung, luka-luka separah apapun dapat disembuhkan dan penyakit tidak akan merembet atau bertambah parah.

Tapi cara inijuga hanya pisa digunakan sementara dalam waktu singkat, tapi untuk menolong keadaan yang sudah kepepet begini, terpaksa dia harus berani mencobanya. lekas dia kerahkan hawa murni dalampusar, terlebih dulu dia sumbat seluruh IHiat-to dan urat nadi, Lalu arus hawa murni itu dia tuntun keseluruh badan serta mulai menutup pernapasan, yang terjaga hanyalah kesadaran otaknya. Kini keadaann a sudah dalam keadaan setengah sadar, tubuhnya terapung didalam air.

Kira-kira setengah jam pula, air sudan tidak mengalir masuk pula, jadi air gua ini sudah dalam keadaan tenang dan merata. cukup lama juga keadaan tenang ini bertahan, mendadak air mulai bergerak pula, bukan mengalir kejurusan belakang tapi pelan-pelan bergerak balik kearah datangnya semula, semula turunnya ketinggian air masih perlahan, tapi setelah turun satu kaki arus yang mengalir balik ini ternyata makin cepat, seperti air dituang dari tempat tinggi menderojok kebawah.

Kini badan Liok Kiam-ping sudah terapung dipermukaan air, tak bergerak mengikuti arus air hanyut kearah mulut gua dan akhirnya rebah dipinggir sungai. Mendadak Kiam-ping menarik napas panjang, mengerahkan tenaga mengalirkan pula arus darah dalam tubuhnya, setelah seluruh hiat-to dan urat nadi tembus, jalan berjalan normal, segera dia mencelat bangun.

Selepas mata, memandang sekitarnya. seketika dia kaget oleh keadaan sekelilingnya. Tampak didepannya adalah sebuah sungai yang cukup besar, ternyata air sungai memang surut tak heran air dalam guapun mengalir keluar dan membawa dirinya dipinggir sungai. Sungai di mana dia berada ternyata dekat muara, maju takjauh lagi sudah lautan besar.

Dengan seksama dia meneliti keadaan sekitarnya, diperkirakan tempat itu adalah muara Ao-kang. Dari Kwi-hun- ceng ada seratusan li jauhnya.

Ternyata diwaktu dirinya tertutup didalam gua, musuh menyumbat air sungai serta mengalirkan air kedalam gua, dengan cara ini mereka kira dapat membunuh Kiam-ping. Betapapun tinggi kepandaian dan Lwekangnya juga pasti mati tenggelam.

Sayang rencana mereka yang sempurna ini tidak memperhitungkan kuasa alam. Mereka juga tidak mengira bahwa Liok Kiam-ping beberapa kali memperoleh rejeki sehingga bekal ilmunya sekarang sakti mandraguna, ilmu pengobatannya jug a tinggi sekali, terutama tentang pelajaran lwekang untuk melindungi badan dan menjaga kesehatan- Biasanya air pasang juga terbatas waktunya, walau Kui-gi-tay- hoat hanya kuat bertahan beberapa jam, namun kali ini justru cocok digunakan dan berhasil menyelamatkanjiwanya. hal ini sudah tentu tidak pernah terpikir oleh musuh. Menghadapi kekejaman dan keculasan musuh yang banyak muslihatnya. bukan kepalang rasa gusar Kiam-ping. Segera  dia copot pakaiannya dan dikeringkan diatas batu karang dipinggir sungai, sambil menunggu Kiam-ping beristirahat dibawah pohon. Waktu dia siuman daritidurpakaianpunsudah kering, setelah berpakaian lekas dia melompati sungai terus berlari masuk hutan belukar menuju ketimur. Dia mengharap bisa memperoleh sesuatu yang diharapkan sambil mencari jejak It-cu-kiam Koan Yong yang hilang.

---ooo-dw-ooo---

CIOK-WIJUN adalah perkampungan nelayan yang kecil, tapi letaknya yang strategis menjadikan para nelayan atau pelancongan yang mau pesiar atau berlayar harus lewat kampung ini, maka perdagangan didesa ini cukup ramai, penduduknya juga ada ribuan, namun semuanya hidup dari hasil laut, penduduknya hidup sahaja, selama ini aman tentram.

Tapi sejak Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng, mereka mendirikan cabang di desa ini, secara langsung menjadikan pusat kekuasaan Tang- ling- kiong yang hijrah dari Giok-hoan-to.

Waktu itu menjelang magrib, karena terkurung didalam gua hampir sehari, perut Kiamping betul-betul sudah keroncongan, setiba dijalan ingin dia mencari warung atau penginapan untuk makan dan isiirahat, sekaligus menyirapi keadaan desa ini.

Waktunya memang tepat orang makan malam, lampu- lampujuga sudah mulai dipasang, pelayan warung ataupara kacung banyak yang keluar berdiri dimuka pintu menyambut kedatangan para tamu, bukan saja sibuk merekajuga mandi keringat.

Waktu Liok Kiam-ping datang menghampiri, begitu melihat tampang dan dandanannya seketika seri tawa mereka kuncup, semua bersikap takut-takut serta melarang dia masuk dengan alasan sudah penuh tidak menerima pengunjung lagi, silahkan cari warung lain saja.

Beruntun Kiamping memasuki beberapa warung dan penginapan, tapi semua menolak dengan alasan sama. Pada hal desa ini hanya terdapat sebuah jalan raya, seluruh warung dan penginapan di sini sudah dia kunjungi semua, mau tidak mau timbul rasa curiganya, pikirnya: "Kemungkinan ada mata- mata atau kekuatan musuh yang dipendam di desa ini, jelas jejakku sudah kenangan mereka, kalau kutanya secara terang terang jelas takkan memperoleh hasil apa-apa, Untuk putar balik begini saja, rasanya penasaran, apalagi It-cu-kiam Koan Yong belum ditemukan, lebih baik aku bekerja secara sembunyi-sembunyi sambil menyelidik apa latar belakang dari semua penolakan mereka terhadapku. Baiklah akan kuselidiki secara diam-diam memangnya aku tidak mampu membongkar gerombolan musuh d id es a ini."

Maka dia membeli dua bungkus makanan dan sebotol arak serta seperangkat pakaian disebuah warung makan dan toko klontong terus beranjak keluar desa memasuki hutan.

Kira-kira kentongan kedua, dia mengembangkan Ginkang meluncur kedalam desa nelayan-Disetiap tempat yang dirasakan tepat didalam desa dia memberi tanda rahasia Hong-lui-bun, lalu sengaja memberatkan langkah, kakinya berlompatan sambil lari mengeluarkan suara.

Setelah berlari setengah lingkar, didengarnya suara keresekan disebelah belakang dia tahu pasti ada orang menguntit dan mengawasi gerak-geriknya, diam-diam dia merasa senang, maka dia makin memperlambat langkah. suara keresekan dibelakang itu semakin keras dan nyata, menurut pendengarannyajarak penguntit itu kira-kira lima tombak. Lekas Kiam-ping mempercepat langkahnya, sekali berkelebat dia sembunyi d iba wah payon rumah. Dua bayangan orang memburu datang dari belakang, gerak gerik mereka tampak kasar dan berat, kepandaiannya biasa saja. Setelah tiba diujung jalan kedua orang tampak celingukan, tak lama kemudianputar balik pula dan kebetulan berada d iba wah payon, keduanya bersuara heran, seorang berkata: "Aneh, jelas kelihatan ada didepan, kenapa sekejap mata telah lenyap. Pada hal gerak geriknya lamban, memangnya dia mampu amblas kebumi ?"

"Dandanan dan perawakannya persis dengan apa yang kami terima dari pusat, tapi gerak tubuhnya tidak sebanding dengan apa yang dikatakan dalam berita acara itu. Kurasa lebih baik kita balik memberi laporan ke kantor cabang saja." demikian usul seorang lain-

"Alah, kenapa bingung tidak karuan, urusan sekecil ini juga harus dilaporkan segala. Musuh sudah terperangkap dalam gua dan tuang air lagi, setelah sekian lama memangnya dia masih hidup didaratan ini, sekarang tentu sudah melaporkan diri kepada Hay-liong-ong dilautan sana."

"Ya. omong sih benar, tapi kepandaian musuh luar biasa, bila dia bisa lolos dari lobang gua itu lalu terhanyut keluar pula karena air sungai surut, lalu bagaimana ? Betapapun menghadapi urusan harus hati-hati kurasa.." lebih penting kita utus Yu Sam pulang ke pulau untuk memberikan laporan ke istana.."

"Begitupun baik. Sedikit banyak pertanggungan jawab sudah kita lakukan-" setelah mencari putar kayun disekitar situ, baru ke dua orang ini putar balik kedalam desa.

Dari pembicaraan kedua orang ini Kiamping tahu bahwa musuh hanya mendirikan cabang di desa ini, kekuasaan kecil, namun belum berhasil dia mengetahui di mana markas cabang mereka. Pulau apa pula yang mereka maksud, apakah It-cu- kiam ditawan ke atas pulau ? Mumpung mereka mengutus orang pulang ke pulau, biar aku menguntitnya. Tanpa mengeluarkan suara Kiam-ping kuntit dibelakang kedua orang itu. Setelah melampaui beberapa gang, mereka memasuki sebuah perkampungan yang besar. Kiam-ping mendekam ditempat gelap menunggu. Tak lama kemudian pintu besar perkampungan terbuka dan menyelinap keluar seorang lelaki kekar, dengan langkah gugup dia menuju keping gir sungai.

Saat mana tiada rembulan sinar bintangpun guram, angin laut menghembus dengan suaranya yang ribut, hawa segar sehingga Kiam-ping merasa nyaman dan bersemangat.

Lelaki itu menghampiri sebuah kapal kecil yang berkabin dengan tertutup kain, setelah melepas tambatan dan menarikjangkar, baru saja dia hendak melompat keatas kapal. Dua tombak dibawah pohon sana mendadak didengarnya suara gedebukan seperti ada benda b erat jatuh terus kecemplung ke sungai, air tampak muncrat.

Buru-buru lelaki itu berlari kebawah pohon, tampak air sungai gemeletuk^ tapi tidak terlihat apa-apa disekitar sini.

Mendapat kesempatan baik ini, lekas Kiam-ping melompat terbang seringan asap melayang turun ke atas kapal tanpa mengeluarkan suara. Sesaat, memperhatikan air sungai, tiada sesuatu yang menarik perhatiannya, maka lakl-laki kekar itu kembali keatas perahu, mengangkat galah mendorong kapal ketengah sungai terus dikayuh kearah laut.

Kebetulan mendapat angin buritan maka laju kapal secepat anak panah. Kiam-ping mendekam diatas kabin, suasana sepi yang terdengar hanya gemericik air yang tergayuh, jelas laki- laki ini cukup ahli mengemudi kapal ditengah lautan- Kecuali ketemu hujan badai atau gelombang pasang baru kapal kecil berlayar ini akan terombang ambing, sekarang cuaca baik, angin menghembus tenang, maka laju kapal amat pesat.

Kira kira satujam kemudian, laju kapal mulai diperlambat, kelihatannya sedang melewati daerah yang banyak karang, karena kapal harus putar kalian belok kiri, sering juga kapal menyerempet karang hingga mengeluarkan suara cukup keras.

Mendadak terdengar sebuah bentakan: "Saudara dari cabang mana yang kemari membawa kapal, ada urusan apa tengah malam kemari ?'

Lelaki kekar segera melompat keatas dek serta menjawab dengan suara berat, Dari markas cabang ciok-wi-cun, ada laporan penting harus langsung disampaikan kepada Kiongcu, tolong sampaikan dan bantu menunjukkan jalan-'

"Ikuti aku. " maka kapal bergerak maju pula, setelah membelok beberapa kali kapalpun berhenti di pesisir.

Dari tempat tinggi terdengar sebuah suara kumandang: "Hentikan kapal di situ, tunggu pemeriksaan-"

"Laporan Tong cu. Markas cabang dari ciok-wi-cun ada kabar penting harus disampaikan kepada Kiong-cu, hamba memberanikan diri membawanya kemari, mohon Tongcu memberikan putusan- yang bersuara adalah orang menjadi penunjuk jalan-Ternyata tempat itu merupakan benteng pertahanan yang terletak dipinggir laut.

Suara lantang itu sedikit bimbang, lalu katanya pula: "Kapal itu sudah diperika belum ?"

"Aku yang rendah tidak berani bertindak lebih dulu, mohon Tongcu maklum."

"Tan Kui-jay," suara lantang itu berkata, "turunlah kau danperiksa dengan teliti, jangan sampai mata-mata musuh menyelundup kemari."

Maka terdengar seorang mengiakan, lalu terdengar langkah seorang beranjak turun ke arah kapal. Maka petugas yang menunjukjalan itu berkata lega perlahan: "Baiklah, selanjutnya mohon Tang-heng menunjukkan jalannya, Siaute harus segera kembali kepos penjagaan-" lalu terdengar gemericik air, kayuh bekerja, kapalpun bergerak mundur.

Mendengar kapal akan diperiksa lekas Kiam-ping kerahkan tenaga di kaki tangan, sambil menghirup napas tubuhnya segera meletik mumbul keatas. kedua kaki menginjak dinding papan, sementara tangan kanan merogoh keatas memegang celah-celah langit-langit di atas kabin, begitu kaki kiri menyendalpula tubuhnya membalik, jadi tubuhnya gelantung menempel langit-langit seperti cecak.

Terasa ujung kapal bergerak. langkah mendekat menyingkap kerai kabin lalu menyoroti kedalam kabin yang kosong tanpa perabot apapun. Hanya sekilas pandang kerai lalu diturunkan pula. Langkah kaki semakin jauh pula, jelas petugas itu sudah melompat kedaratan bersama utusan dari ciok-wi-cun.

(Bersambung ke Bagian 76)

Tanah lapang didepan loteng luasnya ada sepuluh tombak. lengkap dengan segala peralatan latihan Kungfu yang serba baru, Mungkin disinilah biasanya jago-jago Ham-ping-kiong latihan silat. Tiga jurusan dipagari tembok tinggi, kecuali pintu yang menjurus ke villa berloteng itu tiada jalan keluar. Sementara itu orang-orang Ham-ping-kiong sudah berkumpul di depan tumpukan pasir yang diratakan, diatas pasir itulah tertancap ratusan bambu-bambu sebesar jari tangan yang runcing laksana pisau

Kim-kong-ci Hong-kiat berkata sambil menjura: "Ciangbunjin, inilah sekedar permainan Tlok-tok-bu-sa-tin (barisan bambu dipasir kering) Losiu ingin mohon beberapa jurus pelajaran diatas barisan bambu ini, telapak tangan, senjata atau Am-gi boleh digunakan sesuka hati. Jikalau tuan merasa di sini kurang mencocoki selera, boleh diganti cara  lain'

Berdiri alis Liok Kiam-ping, sorot matanya memancar tajam, katanya dengan gelak tawa lantang: 'Kalau Hong-tongcu ada minat Cayhe sih boleh saja mengiringi.'

Hong Kiat sudah mencopot jubah panjangnya, dalamnya mengenakan pakaian ketat yang cocok untuk bertanding dimedan-laga. Setelah memberi tanda sambil berkata: 'Silahkan,' segera dia melompat keatas dengan gayga Pek-ho- cong-thian (burung bangau menjulang ke langit), dengan ringan dia hinggap di atas pucuk bambu.

Kelihatannya barisan bambu diatas pasir yang tidak padat itu biasa saja, tapi kalau mau diteliti dan diperhatikan, seorang berpengalaman akan tahu bahwa barisan ini sukar dihadapi, maklum tancapan bambu diatas pasir kering itu tidak kokoh, demikian pula bambu itu runcing, untuk mengembangkan Ginkang diatas bambu runcing itu, kalau tidak memiliki latihan Ginkang selama dua puluh tahun, orang tidak akan bergerak bebas diataSnya. Apalagi bambu-bambu sebesar jari dan runcing sejumlah seratu dua puluh delapan batang itu dipasang menurut posisi Pat- kwa. Kalau dalam pertempuran maju mundur atau serang menyerang tidak dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, kemungkinan bisa ambruk dan kalah. Apalagi pasir kering dengan tancapan bambu itu tidak boleh diinjak terlalu keras dengan tenaga dikerahkan, dalam pertempuran boleh sesuka hati menggunakan tangan kosong, senjata atau Am-gi, maka lebih sukar pula untuk melayani dua perhatian sekaligus, bagi yang belum mempunyai kepandaian tinggi dan sempurna. siapapun takkan berani mencoba atau main-main dengan maut.

Jian-li-tok-heng sejak muda sudah kenyang berkelahi menghadapi berbagai macam lawan, sekilas pandang dia tahu gelagat cukup mencurigakan, lawan bilang boleh main Am-gi maka dia menduga musuh tentu mempunyai akal keji dan serangan jahat, siap membantu bila Liok Kiam-ping berada dalam keadaan kritis.

Liok Kiam-ping sendirijuga cukup cerdik, bahwa lawan berani mengajak bertanding di atas barisan bambu macam ini, maka diapun tidak berani gegabah, lekas dia copotjubah bagian atas serta diikat dipinggang dengan kedua lengan bajunya, pundak tidak kelihatan bergerak. dengan gaya Ciam- llong-seng-thian, badannya melambung dua tombak. Di tengah udara menekuk pinggang menggeliat dengan gerakan membundar, lalu melayang turun dengan gaya indah mempesona hinggap diatas barisan bambu.

Untuk bertanding diatas barisan bambu orang hanya mengutamakan kekuatan tenaga dalam dan pengaturan napas, maka tak mungkin buka suara lagi. Maka kedua orang hanya saling menjura lalu berputar berganti tempat.

Dengan tangkas Kim-kong-ci Hong Kiat. tiba-tiba menggoyang badan, tahu-tahu melejit maju menginjak dua pucuk bambu dua tindak didepan Liok Kiam-ping, tangan kanan bergerak dengan jurus To-coa-sin-hiat (ular beracun mencari lobang) langsung menutuk Jian-kin-hiat dipundak kanan.

Kiam-ping mundur dengan kaki kanan, telapak tangan memotong miring menabas pergelangan. Lekas Kim-kong-ci Hong Kiat meninggikan pundak menarik tangan, kirinya menggesar selangkah, dari samping dia bergerak dengan jurus Yu-hong-hi- jim (Kumbang menari dipucuk puntul) kedua jarinya mengincar Ki-kiat-hiat ditubuh Liok Kiam-ping.

Kiam-ping berputar kekanan, seringan kapas dia berpindah dua pucuk bambu, denrgan jurus Peksho-jan-ji (bangau putih pentang sayap), telapak tangannya menepuk miring Giok-sim- hiat dibelakang batok kepala Hong Kiat.

Hong Kiat dipaksa mengkeret lebar menyembunyikan kepala, namun tidak menyurut mundur tubuhnya malah berputar kearah kiri, kedua telapak tangan mendorong kedepan denganjurus Siang-jong ciang, yang diincar Hoa-kay- hiat didepan dada Liok Kiam-ping, Dalam sekejap kedua orang sudah saling serang dua puluh jurus.

Gebrak pertandingan kali ini berbeda pula dengan pertarungan tad i, karena diatas pucuk bambu yang runcing lagi, tidak boleh menggunakan tenaga berat, apa lagi mengadu tenaga maka mereka hanya saling mematahkan dan merobah serangan, terutama harus mengembangkan kelincahan langkah dan gerakan tubuh yang enteng, ketimur atau mendesak kebarat, maju mundur sambil berputar, makin lama kedua pihak bergerak makin cepat laksana dua baling- baling yang saling kejar.

Waktu itu Kim-kong-ci Hong Kiat harus mengegos diri dari serangan maut, badannya bergerak sekaligus melewati lima enam bambu, Liok Kiam-ping mengudak dari belakang secara ketat. Dua langkah lebih lagi dia sudah akan menyusul lawan-

Wajah Kim-kong-ci Hong Kiat kelihatan masam, nafsunya sudah berkobar, maka turun tangannya juga tidak kenal kasihan lagi, begitu ujung kaki menutul bambu, badannya sedikit bergeming, kelihatannya gaya itu seperti akan berputar kearah kiri menuju belakang, yang benar meminjam gerakan menggeliat ini, secara sembunyi-sembunyi tangan kanannya sudah mengeluarkan Am-gi, itulah sebuah bumbung jarum mungil yang dinamakan hoa-toh bing-ciam sudah digenggam ditangannya

Saat itu dia juga tidak memutar badan, mendadak malah menjatuhkan diri kedepan, dengan gaya Ku-gu-bong-gwat (kerbau jantung memandang rembulan), dia sudah incar gerakan lawan terus mengayun tangan kanan kebelakang "Cret" suaranya tidak nyaring namun Bwe-hoa-toh-bing-ciam sudah melesat kearah Liok Kiam-ping.

Lihay amat serangan Bwe-boa-bing-ciam jarum sakura pencabut nyawa) ini, tampak titik sinar dingin terbagi atas tengah bawah dan kanan kiri dari lima jurusan, daya luncurannya pesat kekuatannya jelas jauh lebih keras dari timpukan senjata rahasia jago silat manapun.

Pada hal jarum-jarum baja itu selembut bulu kerbau, tapi ditengah udara dapat mendesing nyaring memecah udara, maka dapatlah dibayangkan betapa keras daya luncurannya.

Orang-orang Ham-ping-kiong bersorak dan keplok, mereka girang bahwa cong-tongcu mereka pasti berhasil dengan serangan gelap ini, maka semua berseri tawa.

Sebaliknya orang orang gagah pihak Hong-lui-bun semua terbeliak kaget dan melongo. hanya keajaiban atau adanya pertolongan dari melaikat dewata saja yang mampu menolong jiwa ciangbunjin mereka dari petaka ini. Pada halJian-li-tok- heng berdiri dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, umpama dia timpukkan biji teratai besinya juga takkan bisa menolongnya, karuan dia gugup dan membanting kaki belaka.

Sejak mula Liok Kiam-ping sudah menduga bahwa la wan pasti sudah mempersiapkan Am-gi yang ganas danjahat, namun tak pernah dia menduga bahwa serangan bakal seganas dan selincah ini, untung sebelum dia memburu maju, mendadak dilihatnya lawan menjatuhkan diri kedepan, rasa curiga telah menghentikan niatnya, sedikit merandek ini telah menolong jiwanya. Bila dia mendengar suara jepretan, berbareng lima bintik sinar dingin melesat keluar, lekas dia menutul kaki diujung bambu, badannya lantas menjulang keatas, syukur masih sempat dia menyelamatkan diri.

Diatas barisan bambu yang tertancap dipasir kering seperti itu sebetulnya tidak boleh menggunakan tenaga, apalagi menjejak mumbul keatas, dasar Kiam-ping berkepandaian tinggi nyalinyapun besar, terdesak oleh keadaan pula, terpaksa dia menempuh cara berbahaya.

Sama sekali tidak diduganya pula disaat tubuhnya melorot turun, Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang pula dengan jarum- jarum lembutnya untuk yang kedua kali. Kali ini Liok Kiam- ping jelas takkan bisa meluputkan diri dari serangan mematikan ini.

Seperti diketahui diatas barisan bambu tidak boleh mengerahkan tenaga. diwaktu menjulang keatas Liok Kiam- ping tidak bisa menggunakan tenaga besar, setelah terapung diudara segera tubuhnya akan melorot turun, hal ini sudah diperhitungkan oleh Hong Kiat.

Diluar tahunya Ling-hi-pou-hoat yang diyakinkan Liok Kiam- ping sudah sempurna dan dapat dikembangkan beruntun sembilan kali berputar diudara seperti burung elang jumpalitan, walau tadi kakinya tidak menggunakan tenaga untuk melambung keatas, namun ditengah udara untuk berputar terbang bukankah suatu kerja berat bagi dirinya.

Begitu mendengar suara jepretan, lantas dia tahu lawan menyerang kedua kali dengan jarum jahatnya, lekas dia menarik napas, di mana kedua lengan terkembang, tubuhnya meringkel terus meronta sekali, hingga tubuhnya melayang naik pula satu tombak, Bwe-hoa-ciam itupun tidak mengenai sasarannya pula. Ditengah udara Kiam-ping berputar sekali, tubuhnya rebah datar diudara, begitu kaki memancal laksana seekor burung rajawali tubuhnya melesat maju memburu kearah Hong Kiat.

Bahwa Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang dua kali dengan jarum jahat secara keji dan nakal, tanpa mematuhi peraturan dunia persilatan, orang-orang gagah Hong- lui- bun sudah berjingkrak gusar. Beramai-ramai mereka membentak dan memaki, ada yang mengacung tinju, ada yang menggosok telapak tangan, siap bertindak bila mendapat komando.

Kini mari kita ikuti-jejak si gede Siang Wi, karena ketinggalan tepaksa dia mengudak kearah mana tadi orang banyak pergi, langkahnya lebar, pentungnya masih terus berkerja, sering pula kaki menendang apa saja yang menghalangi perjalanannya, pintu atau dinding yang menghadang juga dihajar dengan pentung baja. Setelah sekian lama mengobrak abrik kian kemari, belumjuga dia menemukan orang banyak, karuan si gede yang pikun ini semakin bingung uring-uringan akhirnya dia pegang pentung berdiri melongo celingukan, entah kemana die harus menerjang pula.

Karena berdiam diri itulah, dalam keheningan dia mendengar suara sorak sorai orang banyak. seketika dia berjingkrak girang, mulutnya mengoceh: "Maknya kura-kura, akhirnya kutemukan juga." kembali pentungnya bekerja, tembok dijebolkan secara kekerasan- setelah membelok dua kali dia tiba disebuah serambi.

Diujung tikungan sana dilihatnya bayangan orang bergerak- gerak. Dengan getak tawa mulutnya berkaok-kaok: "Anak kelinci, coba mau sembunyi kemana lagi." sambil menjinjing pentung segera dia memburu ke sana.

Keluar dari serambi panjang berliku-liku itu dia memasuki sebuah pekarangan dibawah sebuah bangunan loteng. Tampakpula banyak lelaki sedang sibuk bekerja menggotong buntalan-buntalan kertas entah apa isinya, yang terang buntalan kertas itu semua dilempar kesebuah lobang dibawah tanah.

Memangnya sudah penasaran dan keki sejak tadi, perut lapar lagi, maka orang-orang Ham-ping-kiong yang kesamplok ditangannya tentu tidak diberi ampun, dengan mata mendelik segera dia menyerbu sambil ayun pentungnya.

orang-orang itu sedang sibuk bekerja, penuh perhatian dan hati-hati menggotong buntalan-buntalan kertas itu, mimpipun tidak menduga bahwa petaka turun dari langit mengincar jiwa mereka. d iluar pekarangan tadi mereka sudah merasakan kelihayansi gede ini, tahu permainan pentungnya amat kencang dan berat, siapa tidak lekas menyingkir pasti celaka, apalagi sigede berkulit tebal tak mempan senjata, melihat dia menyerbu datang dengan mata mendelik laksana raksasa iblis yang jahat saja. Seketika hampir terbang arwah mereka saking ngeri den ketakutan, siapa berani ayal, beramai ramai mereka menjerit ngeri sambil melempar buntalan kertas yang dipegang terus ngacir seperti dikejar lawan, lari ke lobang dibawah tanah.

Lobang itujuga tidak terlalu lebar, mereka berjumlah banyakjadi mereka berebutan menyelamatkan diri, yang berada dibela kang jelas terlambat. maka tidak sedikit yang dihajar pentung hingga kepala bocor tulang patah, yang mati dan terluka parah bergelimpangan ditanah.

Akhirnya si gede kehabisan lawan, terpaksa dia mengudak kebawah lobang. Dibawah lobang gelap gulita, begitu dia berada di bawah lobang, matanya seketika menjadi gelap tak bisa melihat apa-apa. Sejenak dia berdiri ragu-ragu, setelah merasa pandangannya agak biasa, baru dia melihat sebuah lorong panjang berada didepannya, mau maju atau mundul kebelakang, buntalan-buntalan kertas satu kaki persegi berserakan disepanjang lorong, orang-orang yang mengangkuti buntalan itu sudah lari tak kelihatan bayangannya. Di arena tidak teriampias rasa gusarnya akhirnya buntalan kertas itu menjadi sasaran ayunan pentungnya, isinya segera tercecer berhamburan, ternyata bubuk kuning yang berbau menusuk hidung.

Mendadak didengarnya suara mendesis tajam dari tempat gelap sana disertai percikan api, Lekas si gede memburu kesana sambil menyeret pentung. Dua puluhan langkah kemudlan desis suara itu makin keras, tapi maju lagi lebih  jauh sudah buntu, tiada jalan belok pula ? Setelah membanting kaki dia putar batik hendak memburu kearah datangnya suara. Mendadak dia menumbuk sebatang bambu sebesar mulut mangkok yang tegak berdiri ditengah lorong menyanggah langit-langit lorong, tanpa peduli tiga kali tujuh dua puluh satu sigede angkat pentung terus memukul, tapi tonggak bambu besar itu tidak bergeming, seperti berakar dibumi, setelah puluhan kali dipukul tetap berdiri tegak. Gema suara pukulan pentung bergema diujung lorong sebaliknya.

Lorong terlalu sempit, tak mungkin sigede mengayun pentung menyapu miring, maka pukulan pentungnya itu tidak menggunakan sepenuh tenaganya, akhirnya sigede menumbuk dengan kedua lengan berganti kanan kiri, pundak sudah kesakitan, tonggak bambu itu tetap tidak bergerak, karuan dia menjadi jengkel, akhirnya pentung dia buang, kedua tangan pegang tonggak bambu itu terus kerahkan seluruh tenaganya mencabutnya keatas.

Siang Wi memang dibekali tenaga raksasa sejak dilahirkan, begitu dia kerahkan kekuatannya tonggak bambu itu mulai terangkat sedikit. Setelah diulang beberapa kali, tonggak bambu itu akhirnya tercabut seluruhnya. Karuan senangnya bukan main, bambu masih dipegang kencang terus disendai keras kesamping.

Maka terdengarlah suara gemuruh, langit-langit lorong itu ambruk sehingga bolong dan menyorotlah cahaya terang kedaiam lorong yang gelap. Menyusui pasir kuning yang lembut seperti dituang saja menguruk kebawah.

Tenaga sendai sigede terlalu besar, begitu tonggak itu copot dia sendiri ikut tertarik kepinggir lima kaki, hingga pasir kuning menguruk seluruh kakinya sebatas paha.

Semula masih sempat kupingnya mendengar suara bentakan ramai diatas, tapi hanya sekejap suasana menjadi sepi. Lekas si gede melonjak berdiri sambil meraih pentung terus merambat keatas lobang. Diatas pasir tak bisa menggunakan tenaga, badan sigede yang besar berat pula, hanya dua langkah kakinya sudah terjeblos hingga dia roboh terjengkang, dengan pentungnya lekas dia menyanggah badan serta merambat bangun pula kearah lobang diatas. Waktu dia angkat kepala selayang pandang hanya pasir kuning melulu, maka hatinya bingung dan heran: "Tempat apakah ini ? Apakah disini ada laut ?'

Tengah dia celingukan dengan bingung, mendadak didengarnya suara dari atas pasir sana serta muncul bayangan orang: "He, bocah gede, bagamana kau bica muncul dari bawah tanah ? Sekarang jangan bergerak dulu, biar kubantu kau membuka jalan diatas pasir ini."

”Ih losu," seru sigede, tolong lekas kau bantu aku. Terus terang perutku sudah lapar. Kemana pula orang banyak ?"

"Baiklah, segera aku bantu." Lalu dia lompat turun diatas tumpukan pasir serta merambat naik pula. Tak lama kemudian si gede sudah ditarik keluar oleh Ih Tiau-hiong tak urung sekujur badannya kotor oleh pasir kuning, Ternyata lobang besar diatas lorong kebetulan tepat ditengah barisan bambu runcing yang dipasang dipasir kering.

Seperti diketahui Hong Kiat sengaja memancing Liok Kiam- ping bertanding diatas barisan bambu ditancap dipasir itu, sebelumnya diapUn sudah menyiapkan Bwe-hoa-toh-bing- ciam yang ganas untuk adu jiwa dengan lawan- bila masih gagal juga merobohkan lawan dan pihak sendiri yang kalah, terpaksa dia akan meledakkan bom geledek yang sudah dipendam dibawah pasir, bukan saja orang-orang gagah Hong-lui-bun akan mampus seluruhnya oleh ledakan dahsyat itu, seluruh perkampungan Kwi-hun-ceng inipun akan hancur luluh oleh ledakan demi ledakan-

Diwaktu dia menantang Liok Kiam-ping, sementara anak buahnya sedang sibuk mengatur bahan-bahan peledak. Dilua r perhitungannya pula bahwa sigede yang ketinggalan ini tanpa sengaja justru main trobos masuk kelorong bawah tanah, bukan saja mematikan sumbu peledak. barisan bambu diatas pasir itupun ambruk kebawah.

Waktu Kiam-ping meluputkan diri dari timpukan jarum musuh dengan Ginkangnya yang tinggi, tubuhnya menukik lurus kebawah seenteng kapas, turun dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, Kim-kong-ci Hong kiat terpesona oleh demontrasi Ginkang yang tiada taranya itu. maklum bahwa pihak dirinya takkan mungkin menang, ingin dia segera meleeakkan bom d iba wah pasir, tapi dia juga tahu bahwa orang-orangnya belum selesai mengatur bagian bawah, terpaksa dia harus mengulur waktu.

Diwaktu otaknya bekerja mencari akal untuk menghadapi musuh itulah, bagian tengah barisan bambu diatas pasir tepat dimana bom peledaknya terpendam mendadak ambruk dengan suara gemuruh, melesak runtuh kedalam tanah.

Sudah tentu kejadian ini bukan saja mengejutkanjuga memusingkan kepalanya, batinnya: "Lorong sekokoh itu tanpa sebab tidak mungkin runtuh. orang-orang Hong-lui-bun semua ada disini, tidak mungkin ada yang mendadak merusak rencanaku didalam lorong bawah tanah," Padahal sigede yang ketinggalan itu telah dilupakan olehnya, "Bantuan dari luar juga tidak mungkin datang secara kebetulan. Mungkinkah ada orang orang Ham-ping-kiong yang sudah mengkhianat membantu pihak musuh" Betapun runtuhnya barisan bambu itu merupakan pukulan berat bagi pihaknya, mumpung masih ada kesempatan kalau tidak lekas pergi, bila terlambat pasti menyesal seumur hidup. mendadak dia bersuit panjang memberi tanda kepada anak buahnya, berbareng kedua tangan didorong lurus ke depan. Terdengar dua kali jepretan pula, dua rumpun jarum halus kembali melesat keluar dari dalam bung bung, masing-masing mengincar Liok Kiam-ping dan rombongan besar orang-orang Hong-lui-bun.

Mendengar suitan panjang dari mulut Hong Kiat, orang- orang Ham-ping-kiong bergegas berlompatan mundur, tanpa membuka suara mereka berlompatan keluar pagar tembok. Sementara Hong Kiat sendiri setelah menyambitkan jarumnya, ikut kabur dari tempat itu.

Dua kali Liok Kiam-ping selamat dari seranganjarum berbisa lawan, sekarang dia tidak perlu gentar lagi, lekas dia menyingkir lima kaki kesamping, Serangan ketiga ini pun tidak mengenai dirinya.

Sejak tadiJian-li-tok-heng memang sudah menggenggam biji teratai besi, sekarang tiba saatnya dia pamer kepandaian, lima bintikjarum menyambar ke arah orang banyak, kontan dia ayun tangan menimpukkan biji teratai besi, kelima Bwe-hoa- ciam kena ditimpuknya jatuh semua.

Bila Kiam-ping berhasil menyelamatkan diri dari s a mb era n Bwe-boa-ciam musuh, dilihatnya Hong Kiat sudah kabur melompati pagar tembok. Saking gusar dia memekik seram, dengan gerakan cam-llong-seng-thian, tubuhnya melambung lima tombak, secepat panah mengudak keluar pagar.

Demikian pula orang-orang Hong-lu^bun yang lain membentak dan mencaci maki, beramai-ramai mereka mengudak keluar. Hanya coh-siang-hwi yang terluka, dia masih harus menjaga Tio-jin-kiat, maka hanya mereka berdua saja yang masih tinggal d is itu. Begitu tiba diluar pagar Liok Kiam-ping meluncur turun, kabut pagi masih tebal, lapat-lapat kelihatan puluh a n tombak didalam hutan bayangan orang berkelebat, tanpa ayal dia menjejak kaki ditanah, tubuhnya berlompatan beberapa kali, mengembangkan Ling-hi-pou-hoat. G^ak tubuhnya laksana damparan angin les us, melesat kedepan dengan kencang.

Diluar sungai pelindung perkampungan merupakan hutan belantara yang lebat, maju pula kedepan adalah mulut gunung. Sementara itu bayangan orang didepan itu masih terpaut puluhan tombak. yakin beberapa kali lompatan pula pasti dirinya dapat menyandak.

Hatinya sudah kebacut girang, gembong iblis yang jahat kali ini pasti takkan lolos. Tapi setelah dia mengitari perut gunung, seketika dia celingukan heran dan kaget, bayangan yang dikejarnya ternyata telah lenyap dalam sekejap ini.

Samar-samar Liok Kiam-ping masih kenal daerah sekitar ini, dulu waktu kecil sering juga dia dolan ditempat ini, melewati perut gunung, maju kedepan lagi adalah tega la n yang belukar dan tiada jalan menembus kejurusan lagi.Jarak belasan tombak hanya ditempuh sekejap mata, pada hal orang-orang Ham-ping-kiong sebanyak itu, bagaimana mereka bisa melarikan diri dalam jangka sependek ini ? Kiam-ping tahu urusan agak ganjil, dibelakang kejadian pasti ada rahasia yang belum diketahui.

Maka dia panggil orang banyak berkumpul lalu membagi tenaga mencari ke segala jurusan- Dalam jangka satu jam daerah itu boleh dikata sudah digeledah. tetap tidak menemukanjejak musuh. Sementara fajar telah menyingsing, terpaksa orang banyak kembali kemulut gunung, tunggu punya tunggu semua sudah balik, hanya It-cu-kiam saja yang belum kunjung tiba.

Kiam-ping gelisah dan tidak sabar lagi. Padahal orang banyak sudah bertempur semalam suntuk. meski Lwekang mereka tinggi juga harus beristirahat. Maka dia minta orang banyak pulang dulu ke Kwi-hun-ceng, bersamaJian-l^tok-heng mereka mencari ke arah It-cu-kiam pergi. Dengan cermat mereka menyelidik dan mencari dengan teliti.

Satu jam kemudian mereka memasukijalanan kecil yang penuh ditumbuhi rumput alang alang, dua dinding gunung mengapitjalan kecil ini jadi bentuknya mirip selat gunung, tapi karena jarang dilewati orang, maka jalanan kecil ini sudah ditumbuhi rumput liar. Selat sempit ini berliku-liku, makinjauh kedalam keadaannya makin seram dan menakutkan.

Kiam-ping berdua terus maju puluhan tombak, dipinggir dinding gunung sebelah kanan terdapat sebuah batu raksasa yang menonjol, pada hal sekitar sini tiada batu lain dan batu raksasa inipun menghadang jalan, jadi amat menyolok.

Rumput liar disekitar batu raksasa tumbuh satu kaki tingginya. kelihatan rumput di sini morat marit seperti ditindih barang berat hingga rebah datar diatas tanah. Maju lagi adalah semak-semak yang belukar. Jian-li-tok-heng merasa heran, katanya:

"Daerah yang jarang dijelajah manusia, tinggi rumput lebih satu kaki, bagaimana mungkin bisa roboh kalau tidak tertindih benda berat ? Dilihat keadaannya, kejadian baru saja, mungkin... ' tiba-tiba dia jemput sepotong batu sebesar mang kok lalu lompat keatas batu raksasa serta menghantam dinding gunung dengan batu ditangannya.

Ternyata bunyi ketukan itu menimbulkan gema kosong dibalik dinding, lekas dia berkata: 'Keadaan dibalik dinding agak mencurigakan, mari kita geser dulu batu besar ini.'

Batu raksasa itu ada ribuan kati beratnya, tapi dengan gabungan tenaga mereka berdua dengan mudah batu itu dirobohkan kesamping, dan terbuka lah sebuah lobang persegi lebar tiga kaki. Mulut lobang ternyata rata halus seperti diiris pisau. jelas hasil buatan manusia. Lobang goa ini amat dalam dan sempit panjang tak terlihat ujungnya.

Liok Kiam-ping berkata kepada Jian-li-tok-heng: "Lo-koko, tolong kau jaga di mulut gua, biar Siaute yang -memeriksa kedalam."

Jian-li-tok-heng mengerut kening, katanya: "Gua ini bentuknya cukup mencurigakan, kuatirnya ada perangkap didalam, biar aku saja yang masuk." dia kuatir sebagai ciangbun meski berkepandaian tinggi, tapi kurang pengalaman, kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan tentu berabe, maka dia tidak ingin Kiam-ping menyerempet bahaya.

Liok Kiam-ping bernyali besar, wataknya angkuh lagi, bahwa Jian-li-tok-heng menguatirkan keselamatannya, sungguh terharu hatinya, dengan tersenyum dia berkata: "Lo- koko tak usah kuatir, gua kecil dialas pegunungan, yakin takkan ada mara bahaya besar, yakin Siaute masih mampu mengatasi." tanpa menunggu jawaban Jian-li-tok-heng segera dia melompat turun kedalam gua, dengan langkah lebar dia masuk kedalam.

Gua ini gelap gulita, lima jari sendiri juga tidak kelihatan- Setelah maju beberapa langkah Kiam-ping berdiri sejenak. memusatkan perhatian memasang kuping, kini matanya sudah biasa ditempat gelap lambat laun pandangannya mulai terang. Tinggi gua setombak, lebarnya empat kaki, gua inijelas buatan manusia karena dindingnya rata seperti terpacul, jelas belum lama ini dibangun. Semakin dalam hawa terasa makin dingin dan lembab, desis air mengalir tampak gemericik diantara celah-celah dinding membasahi lantai gua.

Setiap tiga tombak diatas dinding dipasang sebuah obor dari bambu, obor padam tapi terasa masih hangat, jelas belum lama dipadamkan.. Segera Kiam-ping keluarkan ketikan lalu menyulut obor, begitulah setiap obor dia nyalakan hingga lorong gua ini semakin terang, semakinjauh keadaan semakin nyata.

Kiam-ping sudah menyusuri lorong gua satu jam lamanya, tapi belumjuga tiba diujung, dalam hati dia menggerutu, pikirnya berhenti: "Lorong gelap macam apa ini ? Diatas pegunungan seperti ini, buat apa membuang banyak tenaga membangun proyek sebesar ini? Apa gunanya ? Setelah orang-orang Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng, ratusan li daerah sini boleh dikata berada dalam kekuasaan dan pengamatan mereka, mungkinkah ada rombongan besar dari golongan lain bisa membangun proyek d iba wah tanah sebesar ini dipegunungan ini ?' tak perlu diragukan lorong gua inipun pasti dibangun oleh pihak Ham-ping-kiong, sebagaijalan mundur mereka bila mengalami kekalahan total, Kemungkinan besar It cu-kiam Koan Yong juga terperangkap didalam gua ini.

Karena menguatirkan keselamatan It-cu-kiam Koan Yong, maka amarah Kiam-ping berkobar, sebelum ini dirinya tidakpernah kenal dia, dengan suka rela dia datang membantu, sekarang orangnya hilang tak karuan paran, adalah menjadi kewajibannya untuk menemukan kembali mati atau hidup, betapapun dirinya tidak boleh mundur.

Segera dia mempercepat langkah meneruskan perjalanan kedepan. Mendadak sebuah ledakan dahsyat terdengar dari mulut gua, begitu keras ledakan ini sehingga lorong gua di mana Kiam-ping berada seperti digoncang gempa.

Dalam pada ituJian-li-tok heng yang menunggu dimulut gua sudah resah dan gelisah, tiba-tiba kupingnya mendengar tawa dingin seseorang yang lirih dibelakangnya. Dia tahu kemungkinan dirinya sekarang sudah ada dalam pengawasan musuh, sementara dia tidak boleh meninggalkan mulut gua. Maka dia pusatkan perhatian kesekitarnya.

Sebuah gelak tawa memecah kesunyian, seorang berkata pongah: Jian-li-tok-heng, ternyata memang cerdik pandai, tapi hanya kau seorang memangnya dapat berbuat apa di sini?" Habis perkataannya dari atas dinding curam melayang turun bayangan seorang laksana seekor rajawali hinggap ditengah selat.

Begitu menginjak bumi kedua tangan Kim-kong-ci Hong Kiat lantas menyilang dan bergerak turun naik bertemu ditengah terus didorong sekali kearahJ ia n- li-tok h eng.

Tahu Lwekang lawan amat tangguh, betapapunJian-li-tok- heng tidak berani melawan dan menyambut secara keras. B eg itu pukulan lawan menerpa tiba lekas dia melompat lima kaki, berbareng kedua lengannya membundar terus miring tubuh dari samping menyendal kedua telapak tangan balas menepis angin pukulan lawan-

Begitu benturan terjadi, meski Jian-li-tok-heng melawan dari samping tak urung dia tergentak mundur setindak. Sementara Kim-kong-ci Hong-kiat hanya menggeliat sedikit.

Kuatir Liok Kiam-ping segera keluar dari dalam gua, hingga rencana jahatnya yang terakhirjuga gagal pula, demi cepat menyelesaikan lawan yang satu ini, segera dia gunakan Kim- kong-ci- kang. Tampak dua jalur hawa putih melesat keluar dari kedua jarinya dengan suara memecah udara.

Kekuatan Kim-kong-ci kang dapat menusuk gunung menembus dada, sudah tentu Jian-li-tok-heng tidak berani lena, lekas dia melompatjauh tiga tombak, syukur masih sempat menghindar, melihat tujuan sudah tercapai segera Hong Kiat merogo keluar sebuah granat tangan bundarnya sebesar buah kepala terus dilempar kedalam lobang gua.

Baru saja Jian-li tok-heng menyentuh bumi, badannya lantas tergetar oleh ledakan dahsyat. Tampak lobang gua itu sudah hancur lebur, tanah padas dan batu-batu gunung raksasa menyumbat mulut gua.

Takpernah terpikir oleh Jian-li-tok-heng bahwa lawan bakal melakukan muslihat sekeji ini, sedikit kelalaian dirinya, Kiam- ping terkurung didalam gua, mati hidupnya belum diketahui, karuan gusarnya seperti kebakaran jenggot, dengan nekad segera dia merogoh dua genggam biji teratai besi dengan gerakan hujan kembang diangkasa dia timpukkan kearah Kim- kong ci Hong- Kiat.

Melihat mulut gua sudah ambruk dan tertutup rapat,  musuh satu-satunya yang paling diseganijelas takkan mungkin bisa keliuar, namun dia kuatir ledakan keras ini memancing kedatangan orang-orang Hong- lui- bun yang lain, dirinya sendirian kalau sampai dikeroyok bisa berabe, biarlah urusan diselesaikan lain kesempatan- Maka dia berkata: Jian-li-lo koay, apa maumu sekarang? Bocah she Liok sudah terkubur didalam gua. cepat atau lambat Kui-hun-ceng akan jatuh ketanganku lagi, sementara biar kalian hidup beberapa hari lagi." Habis bicara dia langsung menjejak bumi melambungkan tubuhnya keatas, beberapa kali kakinya berpijak didinding gunung yang menonjol keluar, beberapa kalijumpalitan pula bayangannya sudah lenyap.

Karuan bukan kepalang amarah Jian-li-tok heng, ingin rasanya dia telan bulat lawan yang satu ini.

Sementara itu Kiam-ping juga mendengar ledakan dahsyat diluar, tahu gelagat jelek lekas dia berlari balik. Tapi setiba diujung lorong, seketika dia berdiri melenggong. Mulut gua sudah tidak kelihatan bentuknya, tanah padas dan batu-batu raksasa telah menyumbatjalan keluar, dia coba meraba dan memukulnya beberapa kali, tapi tidak bergeming sedikitpun, saking gelisah dia berteriak-teriak: "Lo-koko, di mana kau." ditunggu sesaat tidak memperoleh jawaban- Maka dia membatin: 'Agaknya musuh sengaja meledakkan mulut gua, kemungkinan Lo-koko sekarang sedang melabrak musuh. Dalam gua masih ada hawa segar, tentunya ada lobang lain yang menembus luar, aku harus berusaha mencari lobang keluar itu secepatnya supaya tidak terlambat meloloskan diri." bagai terbang dia berlari menyusuri lorong gua. Obor masih menyala maka penerangan cukup untuk membedakan arah, sehingga Kiam-ping lebih leluasa mengembangkan Ginkang. Rasa gelisah membakar dada, maka larinya bagi terbang, kecepatannya memang luar biasa. Kira-kira seratus tombak kemudian, tiba-tiba dirasakan sepatunya agak basah, waktu dia menunduk seketika dia berusaha heran, ternyata air sedang mengalir datang dari depan dengan cepat.

Datangnya airjuga terlalu aneh, kebetulan mulut gua tersumbat baru air membanjir tiba, padahal gelagatnya gua ini belum pernah tergenang air selama ini. Mungkinkah ini perbuatan manusia? Setelah menyumbat mulut gua, musuh hendak membunuhnya pula tenggelam dalam lorong sempit ini.

Betapapun cerdik pandai Kiam-ping, sekarang dia kehabisan akal, sementara air bah sudah mulai deras menjadi arus kencang dengan suaranya yang gemuruh, keadaan  terasa amat tegang. Maka Kiam-ping membatin: "Kalau air bisa masuk kemari dari depan pasti ada lobang keluarnya, apalagi arus sedemikian besarnya,jelas bukan dialirkan dari sungai kecil dan lobang air tentujuga cukup lebar dan banyak."

Air setinggi lutut, arus tak terbendung, Dalam waktu dekat seluruh lorong gua ini bisa kelelap. namun sekuatnya Kiam- ping kerahkan tenaga untuk maju kedepan melawan arus. Kira-kira sejam kemudian arus terasa makin besar dan daya terjangnya juga makin besar, hingga daya majunya semakin lambat.

Air semakin tinggi datangnya arus ternyata makin galak. air bergulung-gulung seperti amukan ombak^ suaranya gemuruh dengan air muncrat kian kemari. Tinggi air mencapai pundak^ Kiam-ping merasa keadaanya cukup genting, namun ia tetap berlaku tenang, dengan segala kemampuannya dia terus terjang kedepan- Tapi kekuatan arus memang teramat besar, kedua kakinya kini sukar menggunakan tenaga. Walau Lwekangnya tinggi didalam air Kungfu setinggi langitjuga tidak berguna, namun dengan tenaga murninya, dia masih kuasa mengapungkan diri untuk maju terus melawan arus. Tapi majunya juga menggeremet.

Mendadak sebuah arus yang bergolak besar menerjang datang, karena daya terjangnya teramat besar, tubuh Kiam- ping samphai terhanyut mundur sejauh satu tombak. Lekas Kiam-ping gunakan daya berat tubuhnya, kedua kaki mengendak turun kebawah Tapi seluruh badan termasuk kepalanya seketika amblas kedalam air, telapak kaki juga tidak dapat menyentuh tanah, ternyata ketinggian air sudah melebihi tinggi badannya. Lekas Kiam-ping meringankan tubuh mengambang kepermukaan air, namun badannya terus hanyut beberapa tombak pula kedalam gua.

Karena tanpa halang tidak puny a pegangan, dengan kekuatan tenaga murninya dia apungkan tubuhnya dipermukaan air, pasrah nasib membiarkan tubuhnya dibawa arus air entah ke mana. Air masih terus bergulung gulung datang. Hanya sekejap seluruh lobang gua diperut gunung ini sudah terendam air, dari sini dapat dirasakan bahwa sumber air yang menderojok kedalam gua letaknya pasti lebih tinggi dari gua ini.

Menahan napas meringankan badan hingga mengapung dipermukaan tidak bisa bertahan lama, apalagi air sudah mencapai langit-langit gua, kuping juga sudah terendam air, keadaan betul-betul gawat. Dalam keadaan yang sudah kritis ini otak Kiam-ping masih jernih, dengan tenang dia mencari akal untuk menyelamatkan diri.

Mendadak tergerak hatinya, teringat olehnya didalam Thian-gwa-cin-keng ada sejenis latihan Lwekang dinamakan Kui-gip-tay-hoat (ilmu kura-kura tidur) yang dapat menyumbat pernapasan orang dan hanya mempertahankan denganjantung, luka-luka separah apapun dapat disembuhkan dan penyakit tidak akan merembet atau bertambah parah.

Tapi cara inijuga hanya pisa digunakan sementara dalam waktu singkat, tapi untuk menolong keadaan yang sudah kepepet begini, terpaksa dia harus berani mencobanya. lekas dia kerahkan hawa murni dalampusar, terlebih dulu dia sumbat seluruh IHiat-to dan urat nadi, Lalu arus hawa murni itu dia tuntun keseluruh badan serta mulai menutup pernapasan, yang terjaga hanyalah kesadaran otaknya. Kini keadaann a sudah dalam keadaan setengah sadar, tubuhnya terapung didalam air.

Kira-kira setengah jam pula, air sudan tidak mengalir masuk pula, jadi air gua ini sudah dalam keadaan tenang dan merata. cukup lama juga keadaan tenang ini bertahan, mendadak air mulai bergerak pula, bukan mengalir kejurusan belakang tapi pelan-pelan bergerak balik kearah datangnya semula, semula turunnya ketinggian air masih perlahan, tapi setelah turun satu kaki arus yang mengalir balik ini ternyata makin cepat, seperti air dituang dari tempat tinggi menderojok kebawah.

Kini badan Liok Kiam-ping sudah terapung dipermukaan air, tak bergerak mengikuti arus air hanyut kearah mulut gua dan akhirnya rebah dipinggir sungai. Mendadak Kiam-ping menarik napas panjang, mengerahkan tenaga mengalirkan pula arus darah dalam tubuhnya, setelah seluruh hiat-to dan urat nadi tembus, jalan berjalan normal, segera dia mencelat bangun.

Selepas mata, memandang sekitarnya. seketika dia kaget oleh keadaan sekelilingnya. Tampak didepannya adalah sebuah sungai yang cukup besar, ternyata air sungai memang surut tak heran air dalam guapun mengalir keluar dan membawa dirinya dipinggir sungai. Sungai di mana dia berada ternyata dekat muara, maju takjauh lagi sudah lautan besar. Dengan seksama dia meneliti keadaan sekitarnya, diperkirakan tempat itu adalah muara Ao-kang. Dari Kwi-hun- ceng ada seratusan li jauhnya.

Ternyata diwaktu dirinya tertutup didalam gua, musuh menyumbat air sungai serta mengalirkan air kedalam gua, dengan cara ini mereka kira dapat membunuh Kiam-ping. Betapapun tinggi kepandaian dan Lwekangnya juga pasti mati tenggelam.

Sayang rencana mereka yang sempurna ini tidak memperhitungkan kuasa alam. Mereka juga tidak mengira bahwa Liok Kiam-ping beberapa kali memperoleh rejeki sehingga bekal ilmunya sekarang sakti mandraguna, ilmu pengobatannya jug a tinggi sekali, terutama tentang pelajaran lwekang untuk melindungi badan dan menjaga kesehatan- Biasanya air pasang juga terbatas waktunya, walau Kui-gi-tay- hoat hanya kuat bertahan beberapa jam, namun kali ini justru cocok digunakan dan berhasil menyelamatkanjiwanya. hal ini sudah tentu tidak pernah terpikir oleh musuh.

Menghadapi kekejaman dan keculasan musuh yang banyak muslihatnya. bukan kepalang rasa gusar Kiam-ping. Segera  dia copot pakaiannya dan dikeringkan diatas batu karang dipinggir sungai, sambil menunggu Kiam-ping beristirahat dibawah pohon. Waktu dia siuman daritidurpakaianpunsudah kering, setelah berpakaian lekas dia melompati sungai terus berlari masuk hutan belukar menuju ketimur. Dia mengharap bisa memperoleh sesuatu yang diharapkan sambil mencari jejak It-cu-kiam Koan Yong yang hilang.

---ooo-dw-ooo---

CIOK-WIJUN adalah perkampungan nelayan yang kecil, tapi letaknya yang strategis menjadikan para nelayan atau pelancongan yang mau pesiar atau berlayar harus lewat kampung ini, maka perdagangan didesa ini cukup ramai, penduduknya juga ada ribuan, namun semuanya hidup dari hasil laut, penduduknya hidup sahaja, selama ini aman tentram.

Tapi sejak Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng, mereka mendirikan cabang di desa ini, secara langsung menjadikan pusat kekuasaan Tang- ling- kiong yang hijrah dari Giok-hoan-to.

Waktu itu menjelang magrib, karena terkurung didalam gua hampir sehari, perut Kiamping betul-betul sudah keroncongan, setiba dijalan ingin dia mencari warung atau penginapan untuk makan dan isiirahat, sekaligus menyirapi keadaan desa ini.

Waktunya memang tepat orang makan malam, lampu- lampujuga sudah mulai dipasang, pelayan warung ataupara kacung banyak yang keluar berdiri dimuka pintu menyambut kedatangan para tamu, bukan saja sibuk merekajuga mandi keringat.

Waktu Liok Kiam-ping datang menghampiri, begitu melihat tampang dan dandanannya seketika seri tawa mereka kuncup, semua bersikap takut-takut serta melarang dia masuk dengan alasan sudah penuh tidak menerima pengunjung lagi, silahkan cari warung lain saja. 

Beruntun Kiamping memasuki beberapa warung dan penginapan, tapi semua menolak dengan alasan sama. Pada hal desa ini hanya terdapat sebuah jalan raya, seluruh warung dan penginapan di sini sudah dia kunjungi semua, mau tidak mau timbul rasa curiganya, pikirnya: "Kemungkinan ada mata- mata atau kekuatan musuh yang dipendam di desa ini, jelas jejakku sudah kenangan mereka, kalau kutanya secara terang terang jelas takkan memperoleh hasil apa-apa, Untuk putar balik begini saja, rasanya penasaran, apalagi It-cu-kiam Koan Yong belum ditemukan, lebih baik aku bekerja secara sembunyi-sembunyi sambil menyelidik apa latar belakang dari semua penolakan mereka terhadapku. Baiklah akan kuselidiki secara diam-diam memangnya aku tidak mampu membongkar gerombolan musuh d id es a ini."

Maka dia membeli dua bungkus makanan dan sebotol arak serta seperangkat pakaian disebuah warung makan dan toko klontong terus beranjak keluar desa memasuki hutan.

Kira-kira kentongan kedua, dia mengembangkan Ginkang meluncur kedalam desa nelayan-Disetiap tempat yang dirasakan tepat didalam desa dia memberi tanda rahasia Hong-lui-bun, lalu sengaja memberatkan langkah, kakinya berlompatan sambil lari mengeluarkan suara.

Setelah berlari setengah lingkar, didengarnya suara keresekan disebelah belakang dia tahu pasti ada orang menguntit dan mengawasi gerak-geriknya, diam-diam dia merasa senang, maka dia makin memperlambat langkah. suara keresekan dibelakang itu semakin keras dan nyata, menurut pendengarannyajarak penguntit itu kira-kira lima tombak. Lekas Kiam-ping mempercepat langkahnya, sekali berkelebat dia sembunyi d iba wah payon rumah.

Dua bayangan orang memburu datang dari belakang, gerak gerik mereka tampak kasar dan berat, kepandaiannya biasa saja. Setelah tiba diujung jalan kedua orang tampak celingukan, tak lama kemudianputar balik pula dan kebetulan berada d iba wah payon, keduanya bersuara heran, seorang berkata: "Aneh, jelas kelihatan ada didepan, kenapa sekejap mata telah lenyap. Pada hal gerak geriknya lamban, memangnya dia mampu amblas kebumi ?"

"Dandanan dan perawakannya persis dengan apa yang kami terima dari pusat, tapi gerak tubuhnya tidak sebanding dengan apa yang dikatakan dalam berita acara itu. Kurasa lebih baik kita balik memberi laporan ke kantor cabang saja." demikian usul seorang lain-

"Alah, kenapa bingung tidak karuan, urusan sekecil ini juga harus dilaporkan segala. Musuh sudah terperangkap dalam gua dan tuang air lagi, setelah sekian lama memangnya dia masih hidup didaratan ini, sekarang tentu sudah melaporkan diri kepada Hay-liong-ong dilautan sana."

"Ya. omong sih benar, tapi kepandaian musuh luar biasa, bila dia bisa lolos dari lobang gua itu lalu terhanyut keluar pula karena air sungai surut, lalu bagaimana ? Betapapun menghadapi urusan harus hati-hati kurasa.." lebih penting kita utus Yu Sam pulang ke pulau untuk memberikan laporan ke istana.."

"Begitupun baik. Sedikit banyak pertanggungan jawab sudah kita lakukan-" setelah mencari putar kayun disekitar situ, baru ke dua orang ini putar balik kedalam desa.

Dari pembicaraan kedua orang ini Kiamping tahu bahwa musuh hanya mendirikan cabang di desa ini, kekuasaan kecil, namun belum berhasil dia mengetahui di mana markas cabang mereka. Pulau apa pula yang mereka maksud, apakah It-cu- kiam ditawan ke atas pulau ? Mumpung mereka mengutus orang pulang ke pulau, biar aku menguntitnya.

Tanpa mengeluarkan suara Kiam-ping kuntit dibelakang kedua orang itu. Setelah melampaui beberapa gang, mereka memasuki sebuah perkampungan yang besar. Kiam-ping mendekam ditempat gelap menunggu. Tak lama kemudian pintu besar perkampungan terbuka dan menyelinap keluar seorang lelaki kekar, dengan langkah gugup dia menuju keping gir sungai.

Saat mana tiada rembulan sinar bintangpun guram, angin laut menghembus dengan suaranya yang ribut, hawa segar sehingga Kiam-ping merasa nyaman dan bersemangat.

Lelaki itu menghampiri sebuah kapal kecil yang berkabin dengan tertutup kain, setelah melepas tambatan dan menarikjangkar, baru saja dia hendak melompat keatas kapal. Dua tombak dibawah pohon sana mendadak didengarnya suara gedebukan seperti ada benda b erat jatuh terus kecemplung ke sungai, air tampak muncrat.

Buru-buru lelaki itu berlari kebawah pohon, tampak air sungai gemeletuk^ tapi tidak terlihat apa-apa disekitar sini.

Mendapat kesempatan baik ini, lekas Kiam-ping melompat terbang seringan asap melayang turun ke atas kapal tanpa mengeluarkan suara. Sesaat, memperhatikan air sungai, tiada sesuatu yang menarik perhatiannya, maka lakl-laki kekar itu kembali keatas perahu, mengangkat galah mendorong kapal ketengah sungai terus dikayuh kearah laut.

Kebetulan mendapat angin buritan maka laju kapal secepat anak panah. Kiam-ping mendekam diatas kabin, suasana sepi yang terdengar hanya gemericik air yang tergayuh, jelas laki- laki ini cukup ahli mengemudi kapal ditengah lautan- Kecuali ketemu hujan badai atau gelombang pasang baru kapal kecil berlayar ini akan terombang ambing, sekarang cuaca baik, angin menghembus tenang, maka laju kapal amat pesat.

Kira kira satujam kemudian, laju kapal mulai diperlambat, kelihatannya sedang melewati daerah yang banyak karang, karena kapal harus putar kalian belok kiri, sering juga kapal menyerempet karang hingga mengeluarkan suara cukup keras.

Mendadak terdengar sebuah bentakan: "Saudara dari cabang mana yang kemari membawa kapal, ada urusan apa tengah malam kemari ?'

Lelaki kekar segera melompat keatas dek serta menjawab dengan suara berat, Dari markas cabang ciok-wi-cun, ada laporan penting harus langsung disampaikan kepada Kiongcu, tolong sampaikan dan bantu menunjukkan jalan-'

"Ikuti aku. " maka kapal bergerak maju pula, setelah membelok beberapa kali kapalpun berhenti di pesisir. Dari tempat tinggi terdengar sebuah suara kumandang: "Hentikan kapal di situ, tunggu pemeriksaan-"

"Laporan Tong cu. Markas cabang dari ciok-wi-cun ada kabar penting harus disampaikan kepada Kiong-cu, hamba memberanikan diri membawanya kemari, mohon Tongcu memberikan putusan- yang bersuara adalah orang menjadi penunjuk jalan-Ternyata tempat itu merupakan benteng pertahanan yang terletak dipinggir laut.

Suara lantang itu sedikit bimbang, lalu katanya pula: "Kapal itu sudah diperika belum ?"

"Aku yang rendah tidak berani bertindak lebih dulu, mohon Tongcu maklum."

"Tan Kui-jay," suara lantang itu berkata, "turunlah kau danperiksa dengan teliti, jangan sampai mata-mata musuh menyelundup kemari."

Maka terdengar seorang mengiakan, lalu terdengar langkah seorang beranjak turun ke arah kapal. Maka petugas yang menunjukjalan itu berkata lega perlahan: "Baiklah, selanjutnya mohon Tang-heng menunjukkan jalannya, Siaute harus segera kembali kepos penjagaan-" lalu terdengar gemericik air, kayuh bekerja, kapalpun bergerak mundur.

Mendengar kapal akan diperiksa lekas Kiam-ping kerahkan tenaga di kaki tangan, sambil menghirup napas tubuhnya segera meletik mumbul keatas. kedua kaki menginjak dinding papan, sementara tangan kanan merogoh keatas memegang celah-celah langit-langit di atas kabin, begitu kaki kiri menyendal pula tubuhnya membalik, jadi tubuhnya gelantung menempel langit-langit seperti cecak.

Terasa ujung kapal bergerak. langkah mendekat menyingkap kerai kabin lalu menyoroti kedalam kabin yang kosong tanpa perabot apapun. Hanya sekilas pandang kerai lalu diturunkan pula. Langkah kaki semakin jauh pula, jelas petugas itu sudah melompat kedaratan bersama utusan dari ciok-wi-cun.

Menunggu sesaat lagi baru Kiam-ping melayang turun. waktu dia mengintip keluar dua bayangan orang itu sudah naik ke daratan dan sedang memanjat undakan keatas gunung.

Di sebelah kanan terdapat lima petak rumah bata panjang, dari jendela sinar lampu memancar keluar. agaknya disinilah letak kantoran terdepan dari pos penjagaan

Setelah kedua orang itu-puluhan tombak jauhnya baru Kiam-ping melompat keluar. dengan Ginkangnya yang tinggi tidak sukar dia membuntuti kedua orang itu, supaya tidak konangan orang lain dia selalu memilih tempat gelap.

Setiba diujung undakan tampak muncul pula sesosok bayangan lain menghadang kedua orang itu, lekas Kiam-ping memperhatikan, setelah saling berbisik, Tan Kui-jay tampak putar balik, dua bayangan orang itu meneruskan perjalanan kedalam lewatjalanan kecil di samping rumah.

Baru sekarang Kiam-ping tahu mereka bergiliran membawa utusan dari ciok-wi-cun itu kedalam, penjagaan memang cukup ketat. Maka Kiam-ping tidak berani lena, arah yang ditempuhnya juga selalu sepi dan gelap. dari kejauhan dia terus maju, membuntuti kedua orang didepan itu.

Beruntun mereka melewati pula empat pos penjagaan, didepan sudah terlihat sebidang hutan dengan pepohonan pendek. Setelah kedua orang itu memasuki hutan baru Kiam- ping kembangkan Ginkang, kedua kaki hanya menutul dipucuk pohon, beberapa kali lompatan dia sudah berada tak jauh dibelakang kedua orang itu.

Ternyata hutan pohon pendek ini cukup luas dan panjang, memagari beberapa bangunan, tidak jarang dia melihat bayangan orang bergerak d iba wah, Dengan Ginkang yang tinggi Kiam-ping terus maju dari pucuk pohon, gerakannya seringan burung, pesat lagi lincah, kalau bukan jago kosen takkan bisatahuada orang sedang berlompatan diatas pohon

Sudah tentu cara yang ditempuhnya ini lebih cepat, maka dia harus sering berhenti menunggu dan mendekam untuk sembunyi bila ada orang lain disekitarnya. Keluar dari hutan kedua orang itu memanjatjalan undakan dilereng bukit, disebelah atas tampak sebuah istana besar yang megah menjulang diatas gundukan tanah besar, letaknya tepat ditengah pulau yang paling tinggi.

Bayangan kedua orang itu tampak masuk kedalam istana.

Tanpa pikir Kiam-ping terus menguntit ke sana.

Bukan saja megah istana ini besar dan luas, bangunannya berlapis-lapis menduduki belasan hektar ditanah pegunungan, dindingnya terbuat dari batu-batu karang yang di susun sedemikian rupa, maka dapat dibayangkan betapa hebat proyek besar dipulau terpencil ini. Didepan istana berdiri sebuah pigura batu raksasa, di mana terukir tiga huruf berbunyi "Tang- ling- klong.' '

Diam-diam Kiam-ping merasa senang, secara tidak terduga dirinya berhasil menyelundup kesarang musuh. It-cu-kiam Koan Yong dia yakin pasti diculik kepulau ini. Menolong orang lebih penting, sekalIrkalijejak sendiri tidak boleh konangan, maka sebelum bertindak dia merasa perlu mencari tahu seluk beluk pulau dan istana besar ini, apalagi bekerja secara diam- diamjuga lebih menguntungkan- Maka dia melompati tembok masih terus menguntit dibelakang kedua orang.

Membelok dua kali pula, langkah kedua orang itu mendadak lenyap. Lekas Kiam-ping mendekam ditanah pasang kuping, tetap dia tidak menemukanjejak mereka, terpaksa dia angkat kepala mengawasi sekelilingnya, keadaan gelap gulita, suasana sepi lengang. Baru saja dia hendak melompat, mendadak cahaya api tampak menyala benderang disebuah pendopo, bayangan orangpun tampak bergerak.

Tang, tang. tang, tiga kali pukulan genta, maka bayangan orang bergerak dari berbagai penjuru, semua berlari kearah pendopo, Liok Kiam-ping tidak ayal lagi, mumpung keadaan agak ribut dia kembangkan Ginkangnya mendekam dibawah layon diluar pendopo, dari sini dengan leluasa dia mengawasi keadaan didalam.

Setelah melangkah orang banyak berhenti didalam  pendopo baru Liok Kiam-ping melongok kedalam. Sungguh hatinya kejut bercampur girang pula. Ternyata orang-orang Ham-ping-klong yang melarikan diri dari Kwi-hun ceng semua berada disini, diantara mereka masih ketambah Yu-ling Kongcu dan beberapa orang tua baju hitam yang masih asing baginya.

Kim-kong-ci Hong Kiat bersama Tang-ling-sin-kun yang duduk ditengah mereka tampak bersikap serius dan prihatin- Setelah saling pandang tanpa bersuara akhirnya mereka duduk diam. Tapi Tang-ling-sin-kun lekas berdiri pula serta berkata sambil menyapu pandang hadirin: 'Menurut laporan dari ciok-wi-cun yang baru saja diterima, ternyata musuh buyutan kita bocah keparat itu sudah lolos dari jebakan kita dan kini meluruk kemari, oleh karena itu malam-malam kukumpulkan kalian untuk membicarakan persoalan itu.

Seorang lelaki tua baju hitam yang duduk disebelah kanan berkata: 'Dalam pertempuran di Kwi-hun-ceng, mendadak orang-orang Hong- lui- bun bermunculan, hal ini sebelumnya tidak pernah kita perhatikan- Sekarang keadaan kita cukup payah, sementara Hamping Lojin belum bisa segera tiba, jikalau pihak Hong- lui- bun dengan segala kekuaiannya menyerbu kemari terpaksa kita harus berjuang mati-matian melawannya.' 'Melawan juga bukan cara yang baik" sela Kim-kong-ci Hong Kiat. "Apalagi menurut laporan bocah keparat itu meluruk datang seorang diri, jikalau dapat kita sikat dia, maka orang-orang Hong-lui-bun yanglain tidak perlu dibuat takut."

"Kalau bocah keparat itu berani meluruk kemari, pasti ingin menolong It-cu-kiam."

Tay-bok-it-siu tertawa gelak-gelak. "Betul, betul." katanya lalu berkata bisik-bisik kepada Tang-ling-sin-kun dan Hong Tiat, akhirnya mereka sama mang gut setuju, rona muka merekapun kelihatan berseri girang.

Maka Tang-ling-sin-kun lantas berseru lantang: "Sementara kalian boleh kembali ketempat masing-masing, penjagaan dan ronda harus diperketat, begitu ada apa-apa harus segera memberi tanda, jikalau serbuan musuh memang teramat tangguh, semua harus cepat mundur ke Thay-im-low, d is ana jiwa kalian baru bisa selamat." lalu berkata pula kepada Kim- kong-ci Hong Kiat, "marilah kita kurung it-cu-kiam Koan Yong didalam kerangkeng besi ditengah Thay-im-lout dari samping kita menunggu dan menonton perkembangan situasi.

Diam-diam girang hati Liok Kiam-ping bahwa It-cu-kiam Koan Yong memang disekap ditempat ini, Thay-im-low yang dikatakan tadi entah dimana, ada perangkap berbahaya apa ? Apapun jadinya nanti, bila dia tahu letak Thay-im-low, It-cu- kiam harus ditolongnya.

---ooo-dw-ooo---

Ternyata seorang diri It-cu-kiam Koan Yong mengejar musuh kearah timur laut, dilihatnya lima puluhan tombak disebelah depan bayangan musuh berkelebatan lalu lenyap entah kemana, segera It-cu-kiam Koan Yong mempercepat larinya, dia mengudak sampai dasar lembah, dilihatnya rumput di sekitar sini tertindih ambruk oleh benda berat, sebagai kawakan Kangouw melihat ini dia mulai curiga. Sementara itu Kim-kong-ci Hong Kiat yang mundur paling akhir ternyata ketinggalan, bila dia tiba didepan mulut lobang, dilihatnya ada orang menyusul kemari, sebelum tahu yang datang kawan atau lawan, maka dia tutup lobang dengan batu besar terus sembunyi disemak-semak rumput. Akhirnya dilihatnya yang datang adalah It-cu-kiam Koan Yong, dia tahu orang-orang Hong - lui- bun yang lain pasti akan segera mengudak kemari, mumpung It-cu-kiam sedang langak longok kedalam lobang gua, mendadak dia lancarkan Kim-kong-ci. Sejalur tenaga angin mendadak menerjang punggung It-cu- kiam.

Mendengar suara, hati Koay Yong terkejut, sebat sekali dia melompat maju kedepan. Diluar tahunya Kim-kong-ci teramat keras dan ganas, padahal tubuhnya sudah mencelat setombak jauhnya, namun tenaga jari lawan masih mengudak tiba, seketika dia merasa tubuh linu begitu badan tersungkur jatuh, seketika dia pingsan-

Untung lompatanjauh itu mengurangi tenaga tutukanjari itu hingga dirinya tidak terluka parah, namunjuga hanya tertutuk semaput saja. Sejak semaput It-cu-kiam terus disekap dan akhirnya dipindah dalam kurungan bawah tanah diatas pulau ini.

Kim-kong-ci Hong Kiat manggut-manggut sambil tersenyum, kedua orang ini lantas berdiri meninggalkan tempat itu lebih dulu.

Orang banyakpun segera bubar, kembali ketempat penjagaan yang sudah ditentukan sebelum ini. Kedap lain sinar la mpupun padam, pendopo itu kembali gelap gulita, suasanapun hening.

Liok Kiam-ping melompat keatas wuwungan, mendekam sejenak d eng a n penuh perhatian periksa keadaan istana megah ini. Tampat diujung timur laut sana terdapat sebuah bangunan loteng tinggi seperti berdiri tunggal ditengah air. Setelah terdengar suara berisik, mendadak sorot lampu yang benderang keluar dari jendela menyinari permukaan air, sinar reftek membuat sekitarnya benderang pula.

Bentuk pucuk loteng itu mirip sebuah kurungan besi, dilihat dari kejauhan kelihatan kosong, samar-samar hanya kelihatan beberapa jeruji besi seperti mengurung atap loteng.

Jaraknya terlalujauh, susah terlihat apakah ada orang terkurung d id alamnya. Kiam-ping bergerak selembut kucing selincah burung elang, lewat bayang-bayang gedung yang gelap dia berputar menuju timur laut dari gedung besar berloteng itu.

Padahal penjagaan istana ini cukup ketat dan keras, namun dengan gerak g erik Kiam-ping seperti setan, ternyata masih mampu bergerak seperti mundar mandir dirumah sendiri.

Setelah menyusuri serambi berliku sembilan, tampak sebuah telaga seluas belasan hektar dengan airnya yang jernih berada di atas perbukitan, ditengah telaga itulah, didirikan sebuah gedung loteng puluhan tingkat, tingkat terakhir dibuat dalam bentuk seperti kurungan dengan jeruji- jeruji besi, mungkin loteng tinggi inilah yang dinamakan Thay- im-lou.

Bentuk telapak bundar maka dari loteng itu sampai kedaratan kira-kira ada tiga puluh tombak jauhnya, tanpa jembatan menghubungkan satu dengan yang lain, tapi disekitar loteng sengaja dibuatkan pula ikatan-ikatan bambu panjang dalam bentuk Pa-tkwa sebagai tempat berpijak.

Dasar berotak encer, sesaat dia berpikir setelah melihat situasi didepan mata, akhirnya berpikir: "Loteng itu dibangun di tengah telaga, pasti dipasang jalan rahasia bambu-bambu yang mengambang diatas airjaraknya satu dangan yang lain ada lima tombak bagi yang lwekangnya biasa, jelas tidak bisa menyeberang, tadi Tangling-lo-koay bilang, bila terpaksa orang banyak harus mundur masuk ke Thay-im-lou, jiwanya pasti selamat dan tertolong, dari nada bicaranya dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang berkepandaian rendahpun dengan mudah nyeb erang kesana sembunyi d id a la m loteng. Dari sini dapat diduga bambu yang terapung itu bukan jalan sesungguhnya, dibaliknya tentu ada perangkap.

Kalau mereka berani terang-rerangan menculik orang kemari dan dikurung diatas loteng, bukan saja bentuk loteng itu agak ganjil, penuh dipasangi alat rahasia, maka dapatlah dibayangkan betapa berbahayanya loteng itu.

Permukaan seluas ini, kecuali meminjam bambu yang terapung itu sebagai batu lompatan tiada cara lain untuk menyeberang? Dari udara jelas tidak mungkin melesat terbang sejauh itu, apalagi memasuki loteng ?

Sesaat lamanya dia menepekur, akhirnya diperolehnya sebuah cara yang baik. Didalam hutan sekitarnya dia menjemput lima enam papan lebar satu kaki. sebelum bertindak dia jemput dulu sebutir batu, setelah mengincar dia timpukkan batu itu diatas bambu-bambu yang terapung itu "Klotaks air muncrat dua kaki tingginya, dari kanan kiri bambu terapung mendadak menjeplak beberapa batang gantolan besi yang terang kap ditengah bambu. Begitu gantolan besi mengencang bambu itupun, tenggelam kedalam air.

Bila orang menggunakan Ginkang tinggi berpijak diatas bambu terapung dan kaki pahanya terjepit gantolan besi, betapapun lihay Kungfumu juga jangan harap bisa meloloskan diri.

Dari perangkap yang terpasang dipermukaan telaga sedemikian berbahayanya, maka dapat dibayangkan betapa lebih berbahayanya perangkap didalam loteng.

Alis Liok Kiam-ping bertaut kencang, namun hatinya juga amat benci dan dendam kepada kawanan penjahat yang keji. Pertama dia lempar sebuah papan, melayang turun dipermukaan air sejauh lima tombak. karena papan terapung dipermukaan air, tak bisa di gunakan tempat berpijak untuk selanjutnya melompat pula kedepan, kecuali yang memiliki Ginkang taraf tinggi, cukup menutul sedikit saja, tubuh sudah bisa melayang pula maju kedepan-

Menyusul Kiam-ping gunakan gaya Ui-koh-clong-siau (burung kutilang menjulang kemega) tubuhnya melambung tinggi lima lima tombak. ditengah udara dia menekuk pinggang memancal kedua kaki, gerakkannya pun dirobah menjadi Hwi-yen-tho-lim (walet terbang masuk hutan), laksana panah tubuhnya melesat terbang, bila daya lajunya makin berkurang dan hampir melorot turun, dia pentang kedua lengan, ujung kaki menutul dipermukaan papan yang terapung itu. Berbareng dia lempar papan kedua, sementara badannya sudah melejit tinggi pula keudara.. Begitu beruntun dia melempar lima buah papan, tubuhnya sudah melenting tinggi keudara hampir mencapai pinggir loteng.

Disaat tubuh masih terapung dan hampir anjlok turun itulah, "Biang" mendadak sebuah suara berkumandang dari atas loteng, berbareng sebaris anakpanah melesat datar sejajar dengan air melesat kepermukaan telaga.

Lekas Kiam-ping kerahkan seluruh sisa hawa murni dalampusarnya, begitu kedua lengan meronta keatas, syukur tubuh yang melotot turun itu masih mampu diangkatnya pula naik lima kaki, panah yang melesat sekencang itu kebetulan meny amber lewat d iba wah kakinya, waktu dia meluruskan kedua kakinya, kebetulan hinggap diloteng tingkat kedua.

Dalam menghadapi serangan berbahaya seperti itu, kalau Kiam-ping sebelum ini memperoleh penemuan gaib, hingga bekal kepandaiannya sesakti sekarang apapun dia takkan terhindar dari mara bahaya, bila yang menghadapi perangkap keji orang lain yang berkepandaian sedikit rendah, punya jiwa rangkap dua belas juga telah terkubur dalam telaga.

Loteng itu dikelilingi jendela, semua tertutup rapat, cahaya lampu tampak menyorot keluar, bayangan orang juga bergerak-gerak. didengarnya suara perca kapan pula, namun sukar dia menentukan di mana letak orang berbicara itu. Tujuan Kiam-ping menolong orang, hakikatnya tidak perlu menghiraukan bagaimana keadaan d id a la m loteng,

Kembali die enjot kaki, tubuhnya melenting tiga tombak. ujung kaki sedikit menutul ujung genteng, tubuhnya terus menjulang tinggi keatas, begitulah secara beruntun

Kiam-ping gunakan cara yang sama, hingga terakhir dia mencapai ketinggian dipucuk loteng, Sesaat dia melongojuga setelah berada dipucuk loteng. Kerangka kurungan besi ini terbuat dari besi sebesar lengan, dasar kurunganjuga dekuk bagian tengahnya jadi berbentuk seperti kukusan, It-cu-kiam Koan Yong tampak rebah terkulai didasar kukusan, kelihatannya tertutuk Hiat tonya.

Dinding miring yang licin tak bisa buat berpijak itu tertancap pula barisan pisau runcing yang kemilau. Diatar kurungan Liok Kiam-ping melangkah dua tindak, kebetulan kakinya menginjak sebatang besi melintang, kejadian terjadi begitu cepat, tahu-tahu besi yang diinjak itu patah dua dan tubuhnyapun kejeblos masuk kedalam kurungan- Begitu kedua kaki menanjak tampat kosong, tubuh Liok Kiam-ping lantas anjlok kcbawah. lekas dia kembangkan Ling-hi-pou-hoat Ginkang tingkat tinggi, begitu dia menyedot napas, tubuhnya lantas melayang turun dengan badan melintang datar, lalu menggunakan gaya Ing-wi-kiu-coan secara indah dan bagus sekali tubuhnya berkisar lalu melayang turun pelan-pelan ditengah.

Begitu berdiri tegak disamping It-cu-kiam Koan Yong segera dia mendongak memandang keatas, seketika dia mengkirik dibuatnya. ternyata diatas langit langit tepat dibawah pucuk loteng ini, tingginya paling tidak ada puluhan tombak, empat penjuru dipasangi ujung golok yang tajam mengkilat, bila bergerak kurang hati-hati, bukan mustahil dada bisa ketembus golok atau perut robek. Lekas dia membuka tutukan Hiat-to It-cu-kiam. Mungkin terlalu lama rekannya ini tertutuk Hiat-tonya, walau Hiat-to sudah di buka, dia masih dalam keadaanpulas, terpaksa Kiam- ping harus memijat dan mengurutnya baru mulai siuman-

Baru Kiam-ping buka suara mau tanya pengalamannya, tiba-tiba terdengar kekeh tawa panjang dari sebuah jendela kecil yang letaknya didinding miring. Disusul sebuah suara dingin berkata: "Pat-pi-kim- liong, sekarang apa pula yang  bisa kau katakan ? Mungkin kesempatan untuk berpesan kepada sanak kadangmupun tidak sempat lagi. IHehehehe^'

Walau amat gusar, tapi mengingat diri terkurung, tumbuh sayap juga tidak dapat terbang keluar, gugup atau mencaci makijuga tidak berguna.

Sebagai cerdik cendekia, meski berada ditempat bahaya, Kiamping tetap berlaku tenang, sekilas dia menepekur, lalu b erg elak tawa: "Kalian kawanan iblis gerombolan setan, semua jago-jago yang sudah keok ditanganku, tidak berani bertanding terang-terangan, pandainya hanya bermain muslihat mencelaka i jiwa orang, kalau hal ini tersiar dikalangan Kangouw, memangnya kalian tidak ditertawakan dan dihina kaum persilatan ? Masih berani kalian mengagulkan diri sebagai orang gagah"

"Untuk melenyapkan bocah keparat macammu, kenapa harus bicara soal aturan segala. Tapi kalau kau mau menerima dua syaratku, Lohu boleh membujuk partai-partai silat yang lain, y a kin jiwa kalian masih bisa diselamatkan-"

"Baik, coba katakan dulu apa syaratmu ?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar