Hong Lui Bun Jilid 14

Jilid 14

Pidato Kiam-ping yang berapi-api penuh tuduhan membuat Peksbi-sian ang kehilangan muka dihadapan anak buah sendiri, namun dasar wataknya angkuh, dari malu dia menjadi gusar, betapapun dia pantang dibikin malu dimuka umum, dengan mendengus segera dia mendebat: "Semua itu perlu diselidiki kebenarannya, tapi semua korban ini jelas adalah hasil perbuatanmu?" tangannya menuding mayat-mayat anak buah Ham-ping-klong yang menggeletak ditanah. Berdiri alis Llok Kiam-ping, jeng ekny a:

"Kawanan tikus, kalau tidak dibunuh memangnya dibiarkan mengganas ?".

"Anak muda, perbuatanmu memang kejam, bukti didepan mata, terpaksa Lohu memberi hajaran setimpal kepadamu."

"Dihajar terus terang aku tidak berani terima, namun kalau tuan ada minat, boleh kau tunjukkan beberapa jurus permainan kaki tanganmu, biar cayhe nanti menilainya apakah kau patut dilayani." "Bocah menyenangkanjuga menghadapi kesombonganmu, dalam usiamu yang masih muda begini, memangnya berani kau melawan beberapa jurus pukulanku."

Karena disebut "bocah" Kiam-ping menjadi gusar, jeng  ekny a: "Kalau tidak perca y a, boleh silahkan mencobanya.'

"Baik, Lohu ingin menimbang berapa sih kemampuanmu." Lalu melangkah maju tiga tindak. seraya meng konsentrasikan diri, siap menyambut serangan- Ditunggu sesaat lamanya. dilihatnya Kiam-ping berdiri santai tidak bergerak. memandangnya dengan senyum dikulum malah, segera dia menantang .

"Bocah, h ayolah serang."

Llok Kiamping tersenyum, ujarnya:

"cayhe selamanya tidak pernah turun tangan lebih dulu."

Karuan berkobar amarahnya, seketika alis putihnya bergetar, rambutpun menegak sambil menggeram gusar, kedua tangan menggunakan setengah tenaga menekan dan menggentak keluar, berbareng mulut membentak

"Lihat serangan-" jangan kira kedua tangan itu hanya menekan perlahan, namun damparan angin dingin yang keluar ternyata dari lamban semakin kencang, sambung menyambung seperti damparan gelombang samudra menerjang kearah Llok Kiam-ping, Sebelum tenaga pukulan tiba, hawa dingin sudah merangsang badan.

Llok Kiam-ping tahu betapa hebat Ha mping-ciang, tiada orang yang bisa ditolong bila terkena pukulan dingin, lekas dia kerahkan Kim -kcng-put-hoay-sin-kang, tiga kaki sekitar tubuhnya dibungkus tabir hawa yang kokoh tak tertembus oleh apa pun- Disamping itu dia kerahkan tenaga dikedua lengan, sekali sendai, dengan lima bagian tenaga diapun menepuk sekali. Pertemuan dua kekuatan menimbulkan pergolakan hawa sehingga beberaga tombak sekitar gelanggang seperti diserang angin les us.

Setelah ledakan keras mereda, tampak Pek-bi-sin-ang tertolak mundur setapak, sementara Llok Kiam-ping hanya menyurut setengah tindak. Karuan Pek-bi-sian-ang kaget dan melengak. dia kira lawan mudanya ini, barusan sudah kerahkan seluruh kekuatannya, dirinya rugi karena memandang enteng lawan, lekas dia menggerakkan kedua tangan, pelan-pelan kedua lengan terkembang lalu menggaris bundar ketengah, sambil membentak: 'Sambut sekali lagi serangan Lohu.' sekarang dia kerahkan delapan bagian tenaganya, sudah tentu kekuatan pukulannya jauh lebih lebih hebat lagi.

Melihat betapa dahsyat pukulan lawan, Kiam-ping menduga pukulan pertama tadi lawan belum mengerahkan seluruh tenaganya, ia menggeser kekanan terus sambut pukulan lawan dengan dorongan sekali pukulanjuga, kali ini kerugian yang dialami Pek-bi-sin-ang lebih besar lagi.

Diwaktu pukulannya hampir mengenai lawan, Llok Kiam- ping mendadak menggeser kesamping sehingga sebagian besar tenagarya menyambar lewat, maka begitu Kiam-ping balas memukul kontan dia tergetar mundur lima langkah^

Karuan bukan kepalang amarah Pek-bi-sian-ang, kedua matanya melotot merah, tanpa bicara dia maju mendesak. dengan serangan cepat dan gencar dia merabu lawannya, tampak bayangan telapak tangannya sedahsyat guntur seperti s a mb era n kilat.

Lekas Kiam-ping himpun seluruh semangat dan kekuatannya, mengembangkan Ling-hi-pou-hoatpula, dia bergerak selincah kupu-kupu menari diantara s a mb era n telapak tangan lawan, bila ada peluang balas merangsak tak mau kalah perbawa. Keduanya menggunakan serangan kilat, maka pertempuran ini membuka lembaran sejarah yang belum pernah terjadi dalam dunia persilatan begitu hebat tenaga pukulan mereka sehingga hawa udara betul-betul bergolak semakin keras, suara dentuman demi dentuman menggelegar, getarannya cukup menggoncangkan bumi dan merontokkan daon-daonpohon, telinga orangpun seperti pekak. jantung siapa takkan tegang.

Hadirin mundur semakin jauh karena di landa angin ribut, siapa tidak mauterluka oleh s a mb era n batu pasir harus mundur dan siaga. Pepohonan dalam jarak tiga tombak mulai tumbang. Penonton mundur lebih jauh lagi. Betapa dahsyat pertempuran ini dapat dibayangkan-

Seratus jurus telah tercapai, kedua jago yang berlaga ditengah arena sudah mulai berkeringat, napas juga sudah tersengal, namun tiada yang mau mengalah. sepihak harus mempertahankan gengsi dan kebesaran nama puluhan tahun yang digalinya sejak muda, pihak lain harus merebut balik markas pusat yang baru didirikan, maka kedua pihak sudah kerahkan seluruh ilmu yang pernah dipelajarinya. Lambat laun gerak g erik mereka, dari cepat semakin lamban dan berat.

Akhirnya mereka seperti sedang latihan sendiri-sendiri, setiap jurus setiap gerakan seperti diperhitungkan dengan cermat, begitu saling tubruk segebrak keduanya lantas mencelat berpencar, cukup lama kemudian baru mengadu satu jurus pula, kelihatannya seperti sedang saling jajal Kungfu dan mengukur kepandaian, pada halpetempuran babak terakhir ini sudah akan menentukan menang kalah, tapijuga menentukan mati atau hidup,

Jangan kira gerakan mereka lambat dan setiap jurus permainan seperti tak acuh, padahal gerakan itu merupa kan jurus-jurus ilmu silat sakti yang amat dalam dan tinggi, sudah tentu mengandung tenaga dahsyat yang mampu membunuh musuhnya, sedikit lena resikonya besar kalau tidak terluka parah, jiwa akan melayang seketika, menyesal juga sudah kasep. Tampak Pek-bi-sian-ang seperti teringat sejurus ilmu simpanannya yang lihay, segera dia mendesak maju dua langkah. telapak tangan kiri yang keluar mendadak ditarik mundur kaki kanan mundur berputar setengah langkah, d is a at tubuhnya berkelebat itulah telapak tangan kanan secara areh menakjupkan menepuk perlahan dari samping sacara miring.

Cepat sekali Llok Kiampingjuga rnenyadari kehebatan serangan lawan, untuk menangkis jelas sudah tidak sempat, untung dia sudah kembangkan Ling-hi-pou-hoat mencapai puncaknya, beruntun dia ganti langkah dan gaya berkelit kesana kemari, syukur masih mampu menyelamatkan diri dari serangan berbahaya. Dalam hati dia mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa karena telah memberi keselamatan hidup kepadanya.

Kini dia mengonsentrasikan pikiran dan semangat. Bila kedua orang mulai saling labrak pula, maka jurus serangan yang dilancarkan lebih sakti. Bola mata mereka saling melotot berkedippun tidak berani, disamping mencari titik kelemahan dan lobang pertahanan lawan, otak merekapun bekerja mencari tipu yang lihay untuk menyerang lawan, jadi di samping mengadu kekuatan merekapun mengadu kecerdikan

---oo0dw0ooo---

Sang waktu berjalan teramat lambat.

Mendadak tampak wajah Liok Kiam-ping berseri tawa, mendadak dia teringat dua jurus Wi- liong- ciang yang harus dilancarkan Llong-kiap-gin-gan, ribuan lapisan bayangan telapak tangan berbentuk seperti gugusan gunung diseling suara gemuruh laksana gugur gunung, dalam waktu yang sama telapak tangan kananjuga melancarkan Wi-llong-ting- gak, telapak tangan menyodok kedepan secepat kilat, kekuatannya jauh berlipat ganda dari tenaga yang tersalur ditelapak tangan kiri.

Pek-bo-sian-ang sudah merasa bingung dan pandangan berkunang-kunang menghadapi Llong-kiap-sin-gan yang dilancarkan dengan tangan kiri, untung dia memiliki kungfu yang luar biasa, secepatnya dia menyingkir baru terhindar dari ancaman elmaut, Tapi mimpipun dia tidak pernah menduga lawan yang masih muda ini sekaligus mampu melontarkan dua jurus berlainan dengan kedua tangannya, celakanya tangan kanan yang menyerang belakangan justru tiba lebih dulu, oleh karena itu baru saja dia berkelit, pundak kiri telah kena pukul secara telak.

Karuan tubuhnya gentayangan mundur lima langkah, tulang pundaknya patah, saking kesakitan dia mengertak gigi, keringat dingin berketes-ketes, matapun mendelik besar. Untung Liok Kiam-ping menaruh belas kasihan, serangan telak itu tidak menggunakan seluruh kekuatannya, kalau tidak lengan kirinya itu pasti akan cacad selamanya.

Bagai nenek tua yang dijegaljatuh anak asuhannya saja. pada hal Lwekangnya sudah diyakinkan lebih dari enam puluh tahun lamanya, tapi hari ini dia harus menghadapi kenyataan, dikalahkan oleh seorang pemuda yang usianya baru likuran tahun- Sungguh rasanya lebih menyedihkan dari pada jiwa melayang.

Tampak bibirnya gemetar, air mata berkaca-kaca dipelupuk matanya: "Gelagatnya Siau-hiap sudah berhasil meyakinkan seluruh Wi- liong- ciang-hoat. Yah, cukup setimpal kekalahan Lohu, selanjutnya namaku akan hapus dari percaturan dunia persilatan-.. "lenyap suaranya, tub uh nyapun sudah melayang jauh lenyap ditelan gerombolan pohon diluar perkampungan

Mendadak terdengar suara jepretan yang ramai, anak panah selebat hujan mernberondong dari empat penjuru, sorak sorai gegap gempita dari mulut para pembidik panah. Kuatir orang banyak ada yang lena dan terluka, lekas Liok Kiam-ping memberi peringatan: "Lekas berkumpul ketengah, semua b era d u punggung perhatikan bidikan panah musuh. Bocah gede, serbulah keb arisan pemanah musuh." Segera dia mendahului beraksi, badannya melambung lima tombak, di tengah udara, dia menekuk pinggang dengan gaya indah, berbareng lutut ditekuk terus di sendai, laksana segulung asap tubuhnya menukik ketengah semak-semak rumput sana.

Bertepatan dengan lompatan Kiam-ping yang melambung keudara itu, P^-lik-jiu cui Khay karena mundur dengan gugup, sebatang panah menancap dipahanya, saking kesakitan tubuhnya sampat tersungkur, hampir saja dia terbanting jatuh ditanah. Untung Siang Wi berada didekatnya, lekas dia meraihnya serta menyampukjatuh hujan panah. Sambil kertak gigi ciu Khay cabut anak panah terus bubuhi obat dan dibalut, Katanya: "Siangheng, lekas serbu, aku masih mampu bertahan."

"Liok Kiam-ping sempat melihat peristiwa ini, karuan amarahnya makin memuncak dengan sengit dia layangkan kedua tangannya, bayangan tubuh orang satu persatu dipukulnya roboh. Di mana dia berada jeritanpun seperti berlomba, darah muncrat mayat b erg elimpa ng a n.

Dengan memutar pentung besarnya Siang Wijuga menyerbu kearah para pembidik panah. Dia meyakinkan kulit kebal, tubuhnya tidak mempan senjata tajam, namun karena bidikan panah cukup kencang kuatir mukanya terpanah, diapun tidak berani menerjang terlalu cepat. tanpa berani lena sedikitpun dia terus menyerbu dengan pentungnya. Anak panah disapunya rontok. di tengah bentakannya yang keras, dia mengamuk seperti banteng ketaton ditengah gerombolan pemanah. Lekas sekali hujan panah menjadi agak reda karena serbuan Kiam-ping dan si gede, yang lainjuga ciut nyalinya dan mundur tidak berani menyerang lagi. Korban dipihak lawan sudah terlalu banyak, Kiam-ping menjadi tidak tega mengganas pula, lekas dia membentak: "Kawanan kunyuk, lekas enyah dari sini, memangnya kalian ingin mampus ditanganku."

Baru sekarang para pembidik itu sadar, seperti mendapat pengampunan, beramai-ramai mereka angkat langkah seribu, dalam sekejap bayangan mereka sudah tidak kelihatan lagi.

Lekas Kiam-ping menghampiri ciu Khay katanya prihatin: "Pertahanan musuh belum kita jebol, ciu-losu sudah terluka, kesalahan terletak ditangan Kiam-ping, bagaimana keadaan dirimu ? Apakah perlu beristirahat dulu ?"

Ciu Khay sudah selesai membalut luka-lukanya, menelan pil pemberian Kiam-ping lagi, segera dia melompat berdiri, katanya tertawa lebar: "Banyak terima kasih akan perhatian ciangbun, luka-luka seringan ini masih belum mengganggu diriku, umpama badan harus hancur leburjuga sukar aku membalas budi pertolongan ciangbun yang telah menyelamatkan jiwaku dulu. Hayolah kita terjang kedalam." lalu dia mendahului menyerbu kedalam perka mpung a n-

Pertempuran sedang berlangsung dengan seru didalam perkampungan, bentakan dan hardikan berpadu menjadikan suasana ribut.

Kiam-ping pimpin orang-orangnya terus menerjang kedalam melewati beberapa rumah dan pekarangan, akhirnya tiba diujung sebuah lorong. Lorong ini panjang tiga tombak, lebarnya hanya dua kaki, dindingnya terbuat dari batu hijau yang mengkilap seperti kaca, lantainya dari ubin marmer, rata dan teratur rapi, karena cahaya di sini agak guram, sukar dilihat didalam ada perangkap apa.

Seingat Kiam-ping dulu tidak ada lorong sempit ini, jelas dibangun belum lama ini. Karena timbul rasa curiganya, segera dia hentikan langkah, dengan ujung kakinya dia menjejak dua kali, ternyata mengeluarkan suara mendengung tanda disebelah bawahnya kosong. Segera dia berpaling dan berseru kepada orang banyak: "Disini banyak dipasang perangkap. setiap langkah berbahaya, maka kalian harus lebih waspada, ikuti saja langkahku." segera dia kembangkan Ginkang melayang kedalam lorong, orang banyak mengintil dibelakangnya.

Baru mencapai kira-kira setombak, mendadak terdengar suara keretakan dari bawah lantai, Liok Kiam-ping tahu gelagat tidak baik, segera dia berteriak: "Lekas kalian menerjang keluar." secepat kilat dia mendahului melesat kedepan menerobos keluar diujung lorong sebelah depan- orang banyak juga mengikuti langkahnya.

Ginkang ciu Khay memang agak rendah, pahanya terluka panah lagi hingga gerak g eriknya kurang leluasa. Sebelum dia mencapai mulut lorong mendadak "Blum" sebuah papan besi sudah menutup rapat mulut lorong,

Begitu menginjak bumi, Kiam-ping dikejutkan oleh suara keras, dengan dia berpaling, sekilas pandang dia lantas tahu hanya ciu Khay seorang yang ketinggalan terkurung didalam lorong. Kontan dia anteb kedua tangan memukul kepapan besi "Bung" kerasnya dapat merobohkan sebuah pohon besar tapi papan besi itu tidak bergeming sedikitpun.

Maka It-cu-kiam, berkata: "Menurut pendapatku usaha menolong ciu- los u terpaksa ditunda saja, supaya tidak membuang tenaga dan waktu. Lebih penting kita bereskan dulu segala urusan, bila situasi telah kita kuasai dan Kwi hun- ceng terebut kembali, belum terlambat kita berusaha menolongnya keluar."

Keadaan memang cukup genting, waktu tidak boleh terbuang percuma. terpaksa dia mengangguk menyetujui usul It-cu-kiam. Kembali dia pimpin orang banyak terus memburu kedalam. cepat sekali mereka tiba disebuah lapangan besar, tampak bayangan orang bergerak gerak, sorak soraipun gemuruh, ratusan anak buah Ha m-ping-klong dengan golok pedang terhunus sedang memberi aplus kepada jago-jago Ham-ping-klong yang lagi berlaga ditengah arena.

Ditengah arena tiga babak pertandingan sedang berlangsung dengan seru.

Tampak Kim-ji tay-beng sedang menggerakkan kaki tangannya, dengan napas menggeros keras sedang berusaha menghalau serangan gencar dari delapan jago-jago Ham-ping- klong yang mengeroyoknya, jelas keadaannya sudah terdesak dan payah.

Seorang laki kakek berjenggot dan beralis putih, berperawakan pendek kepala plontos sedang menghadapi lima lawan- keadaannya jauh lebih minding, karena dia masih sempat balas menyerang dan mampu menendang lambung seorang lawan, dalam waktu dekat jelas dia masih kuat bertahan tidak sampai kalah..

Dipaling selatan seorang pemuda berpedang panjang juga menghadapi keroyokan tujuh orang, pedangnya diputar kencang, namun langkahnya sudah gentayangan, mundur dan maju tidak teratur, lengan kiripun telah terluka, darah mengalir membasahi badan dan kaki dengan kertak gigi dan terus berusaha melawan dengan gigih.

Kedatangan Liok Kiam-ping tepat pada waktunya, bentaknya nyaring: "coh huhoat, jangan gugup, bala bantuan Hong-lui-bun telah datang. belum habis bicara, dia melesat turun kedepan si pemuda bersenjata pedang.

Setelah meninggalkan Kwi-hun-ceng tempo hari, ternyata Kim-ji-tay-beng langsung keluar perbatasan, mencari Tiang- pek-j i- lo anggota tertua Hong-lui-bun yang sekarang masih hidup, yaitu It-sisin-kang SinBunhoat dan Ai-pong-sat Thong ciau, Waktu dia tiba ditempat tetirah mereka, kebetulan kedua Tiang lo ini sedang keluar. diketahui bahwa Ai-pong-sat Thong ciau sedang bertandang ke Thian-san menemui sahabatnya, setelah Kim-ji-tay-beng menjelaskan maksud kedatangannya, maka murid penutup Ai-pongsut yang bernama TioJin-kiat, bersedia menemaninya menyusul sang guru ke Thian-san, karena harus putar balik itulah maka banyak waktu terbuang.

Tiga hari yang lalu mereka sudah kembali ke Kwi-hun-ceng, mereka cukup pengalaman, melihat gelagat tidak beres, mereka tahu telah terjadi sesuatu yang tidak menguntungkan, pada hal dimana jejak ciangbunjin dan para saudara yang lain, maka malam ini mereka datang lagi, menyerempet bahaya masuk keperkampungan ingin menyelidiki, diluar tahu mereka, kemaren Liok Kiamping sudah membuat onar, makapejagaan malam inijauh lebih ketat, maka jejak mereka kenangan, terjadilah pertempuran yang tidak seimbang ini.

Kedatangan Kiam-ping bagai malaikat yang terjun dari langit, kaki menginjak bumi kedua tangannya sudah memukul enam j urus, Amarahnya sudah memuncak maka serangan tidak kenal kasihan, tujuh pengeroyok s i pemuda seketika didesaknya mundur, seorang bergerak paling akhir terkena telak pukulannya, sambil mengerang tubuhnya terlempar jatuh ditengah kerumunan anak buah Hamping-klong yang berdesakan diluar arena meski parah, untung jiwanya selamat, "lekas dia menyelinap kebelakang, menyela matkamjiwa.

Darah keluar terlalu banyak, mengalami pertempuran yang melelahkan lagi, kalau tadi dia harus berjuang mati-matian mempertahankan hidup, sekuatnya masih kuat melawan, kini setelah bantuan tiba, pertahanannya lantas buyar, seketika dia sempoyongan hampirjatuh.

coh-sang-hwi ih Tiau-hlong berada dibela kang Kiamping, lekas dia memburu maju memapahnya. Kiam-ping lempar bungkusan obat, katanya: "Tolong Ih-losujaga Siauhiap ini dan bubuhi obat luka lukanya, setelah istirahat sebentar pasti sembuh."

orang-orang Ham-ping-klong memang kaget dan terbeliak oleh keperkasaan Kiam-ping, kini setelah melihat lawan hanya beberapa gelintir manusia, lega hati mereka, serempak mereka menyerbu pula.

Belum habis Kiam-ping bicara angin pukulan sudah menyerang dari belakang tahu ada orang membokong, namun dia harus melindungi TioJin kiat, serta perhatikan musuh disebelah depan, jelas tak mungkin dia membalik tubuh menangkis, lekas dia kerahkan Kim -kong-put-hoay-sin-kang melindungi badan-

Kim -kong-put-hoay-sin-kang sudah diyakinkan sempurna, keinginan timbul ilmu sakti itupun bekerja, maka pukulan deras itu hanya mencapai satu kaki diluar badannya sudah sirna tanpa bekas, Ilmu sakti apakah ini? Demikian orang- orang Ha m-ping-klong bertanya-tanya dalam hati. Usianya masih begini muda tapi sudah memiliki Lwekang sehebat ini, sungguh luar biasa, karuanparapembokong itu terpesona dan ciut sendiri nyalinya, tak berani membokong lagi.

Lekas sekali luka-luka TioJin- kiat sudah diobati dan dibalut. Maka Liok Kiam-ping segera memutar badan, katanya dengan seringai dingin kepada tiga orang tua: -jadi kalian bertiga yang main bokong, begitu saja kemampuan h alia n?"

Ketiga orang tua ini adalah para Huhoat dari Ha m-ping- klong. ilmu silat mereka bertaraf kelas satu, biasanya disegani dan dihormati oleh anggota Ha m-ping-klong yang lain- Dengan gabungan kekuatan mereka bertiga ternyata tak berhasil menjatuhkan lawan muda, apalagi secara  membokong lagi, disaat terkesiap itulah, mereka mendengar nada ejekan si pemuda yang kurangajar ini. Seketika terbakar emosi mereka, serempak mereka menyerbu Kiam-ping seperti amukan banteng terluka.

Kiam-ping tidak mau melayani secara keras, dia hanya kembangkan kegesitan, lalu membalik tangan balas menyerang. Belum ada duapuluh jurus, ketiga Hu-hoat Ham- ping-klong itu sudah didesaknya mundur. Kiamping mainkan sepasang telapak tangannya menjadi ribuan lapis bayangan tangan, tiga orang itu dikurung dan dipermainkan.

Mendadak ketiga IHuhoat itu menggerung bersama, enam telapak tangan mereka menari dengan seluruh kekuatan terakhir, dengan sengit menggempur Liok Kiam-ping. Kiam- ping tersenyum ejek. kedua tangan segera menyongsong hantaman lawan- Ditengah benturan keras, ketiga Hu-hoat itu terdesak mundur tiga langkah, muka pucat napas tersengal. Llok Kiam-ping hanya limbung selangkah.

Amarahnya sudah tak terkendali lagi, dendam dan kebenciannya terhalap orang-orang Ham-ping-klong merasuk tulang sumsum, sekali hantam berhasil, serangan selanjutnya tidak memberi ampun lagi, begitu tegak berdiri pula, tanpa bersuara dia mendahului menyerang pula.

Coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong dan Tih tin-kiat melompat maju, seorang lawan satu bertempur dengan ramai.

Kim-ji-tay-beng dan Ai-pong-sut Thong ciau sedang berhantam dengan seluruh kemampuan, mendadak Llok Kiam- ping menyerbu datang dengan bentakkannya yang menciutkan nyali musuh, tahu bala bantuan Honglui-bun telah tiba, bangkit semangat tempur mereka.

Lekas sekali It-cu kiam dan Tan Kian-thay telah menyerbu tiba sambil menggerakkan senjata, sementara keadaan mereka yang terdesak berhasil ditahan- Baru hari ini Ai-pong- sut kembali keharibaan Hong- lui- bun, sebelum mampu melakukanjasa apa-apa kini telah terkepung oleh musuh, hampir saja jiwa melayang dan terluka, karuan a marahnya jug a tidak ter tahan lagi. maka mendelik gigi gemeratak. Mumpung bala bantuan datang, cepat dia menarik napas, sambil merogoh keluar sepasang bandulannya yang sudah puluhan tahun mengangkat namanya.

Tampak dia menyendal tangan, dua benda gemerdep gelap seketika meluncur secepat meteor kemanapun lawan berkelit, bandulan itu seperti puny a mata saja juga mengudak kemana, ternyata kedua bandulannya ini dikendalikan oleh tenaga murni yang telah diyakinkan puluh a n tahun, maka bandulan itu dapat bekerja sekehendak hatinya, berputar secara wajar puluh a n tahun lamanya tetap bertahan tak pernah kecundang, namunjarang dia menggunakan g a man andalannya ini.

Baru saja kedua bandulannya digunakan menyerang, seorang lantas menggembor panik, "Awas Yam-yam-tam (pelor belibis) Lekas menyingkir."

Dis ana Kim-ji-tay-beng berdampingan dengan It-cu-kiam, permainan telapak tangan dan pedang mereka ternyata dapat kerja sama dengan baik, perbawanyapun bertambah hebat, terutama Kim-ji-tay-beng sekaligus mengembangkan Hwi-eng- cap-pwe-po, Ginkang tunggalny d is a at badan terapung diudara sambiljumpalitan mendadak menukik turun disertai gempura sepasang tangan yang kemilau kuning emas, merupakan tekanan berat dan serangan berbaha bagi musuh- musuhnya. Maka disamping tubrukan Kim-ji tay-beng yang lihay dari tengah udara, sinar pedang It-cu-kiam selalu mengancam jiwa lawan, maka keadaan mereka masih cukup tangguh untuk dikalahkan meskijumlah musuh lebih banyak.

Makin lama anak buah Ham-ping-klong makin banyak. walaupihak Hong-luibun bertempur sebagah harimau mengamuk dan setangguh gajah, namunjumlah mereka kalah banyak, meski hebat kepandaian mereka, dalam waktu singkatjuga belum berhasil merobah situasi. Apalagi ratusan anak buah Ham-ping-klong sorak sorai memberi aplus kepada rekan-rekannya yang terjun dimedan sana.

Hanya Llok Kiam-ping yang mampu memperlihatkan kesaktiannya, bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat, kedua tangannya selalu membundar terus disendai kedepan. secara beruntun dia lancarkan Llong-kiap-sin-gan, seorang IHuhoat Ham-ping-klong berhasil dipukulnya mencelatjauh terjun digerombolan kawan-kawannya.

Sementara sepasang bandulan Ai-pong-sut Thong ciaujuga berhasil melukai dua jago kosen lawan- Walau mengembangkan kelincahan Ginkangnya seperti elang menerkam dibarengi samberan pedang It-cu-kiam, namun karena lawannya adalah Tang-ling-sin-kun, dalam waktu dekatjelas tak mampu berberbuat apa-apa, makin lama dia kehabisan tenaga, keadaan semakin payah.

Pertempuran semakin genting. Pada saat itulah dua bayangan orang bagai burung terbang meluncur datang dari belakang perkampungan. dibawengi bentakan kerasJian li-tok- heng dan GinJi-tay-beng terjun ketengah arena. Melihat saudara tuanya kepepet, tanpa ayal dia melompat datang terus menerjang kepada Tang-ling-sin-kun, sinar perak menyambar seiring gerakan telapak tangannya, rangsakannya cukup gencar.

Jian-li-tok heng hinggap disamping It- cu- kian Koan Yong, diapun kembangkan Sian-tian-ciang-hoat, menyerang secara kilat pula.

Pertempuran lebih dahsyat lagi. Situasi segera berobah, bahwa bala bantuan mulai berdatangan karuan pihak Hong- lui- bun semakin berkobar semangat tempurnya, dari pihak terdesak kini mereka balas menyerang dengan gagah. Betapapun banyak anak buah Ham ping-klong, yang rendah kepandaiannya hanya merubung diluar gelanggang, yang merasa berkepandaian tinggi juga berusaha menyelamatkan jiwa, apalagi orang-orang Hong lui- bun menyerbu dengan mempertaruhkan jiwa.

Setelah memukul roboh dua lawan mendadak Kiam-ping memekik seram, di mana bayangan putih menyambar, tubunnya melejit keudara, maka terdengarlah jeritan-jeritan ngeri, kaki tangan protol batok kepala mencrelat, mayat berjatuhan saling tindih. Mata Kiam-ping sudah membara saking bernapsu, tapi dia sendirijuga merasa ngeri dan merinding, dalam hati dia membatin: "Semoga musuh tahu diri dan mundur teratur, sesungguhnya aku tiada keinginan membunuh orang  sebanyak ini"

Sekilas ujung matanya menangkap gerakan ngawur coh- sung-hwi ih Th ia n- h long yang sedang terdesak oleh serangan kakek bertubuh kecil pendek. Nafsu yang sudah membara semakin berkobar lagi, disertai raungan keras, dia menubruk darijauh seraya melontarkan pukulan tangannya. Kakek kecil itu sedang girang bahwa lawannya bakal dirobohkan, tak nyana Kiam-ping mendadak menyergapnya, sebelum musuh berhasil dirobohkan- dia sendiri sudah menjerit roboh setombak jauhnya, jiwa melayang seketika.

Kiam-ping tidak pernah berhenti, gerakannya secepat kilat menyambar kian kemari, setiapjurus serangannya pasti membawa korban, dua IHuhoat Ham-ping-klong berhasil dipukulnya lagi binasa.

Mendadak bayangan orang berkelebat didepan, dua orang kakek beruban mendadak meluncur ditengah gelanggang.. Kedua orang ini bukan lain adalah Kim-kong-ci Hong Kiat dan Tay-bok-it-siu.

Waktu Llok-Kiam-ping melawan Peksbi-sian-ang tadi, diam- diam Tay-bok-it-siu berlari masuk ked a la m perkampungan- Sebagai orang yang memegang pera nan penting dalam menduduki Kwi-hun ceng ini, setelah melihat gelagat, segera dia berlari masuk menemui Kim-kong-ci Hong- kiat serta mengatur muslihat yang lebih jahat untuk menghadapi situasi yang semakin genting, bila pihak sendiri memang tak kuat bertahan, mereka siap membakar perkampungan-Maka sampai sekarang baru kedua orang ini muncul.

Lwekang Kim-kong-ci Hong Kiat sudah mancapa i taraf ting g i, j a go silat umumnya tiada yang kuat menahan sekali serangannya, begitu hinggap ditanan kontan dia melancarkan serangan melintang mengincar lambung Llok Kiam-ping.

Dalam pertempuran yang kacau balau ini mendadak Kiam- ping disergap. karuan dia melengak. untung Lwekangnya amat tinggi, meski menghadapi bahaya dia tidak menjadi gugup, sambil mengegos mundur tiga kaki, tangannya balas menepuk sekali. Tepukan ini dilakukan dengan gerakan membalik, tenaganya sudah tentu kurang ampuh, pada hal terjangan tenaga lawan amat kuat, untung dia menggeser langkah hingga tenaga besar lawan meny amber dari samping tubuh. begitu kedua tenaga beradu mereka tergeliat mundur, kekuatan berimbang.

Hong Kiat terkial-kial, getaran suaranya memekak telinga, agaknya dia maupamer kekuatan Lwekangnya yang ampuh.

Llok Kiam-ping tetap bersikap tenang. katanya: "Siapa tuan? Ada permusuhan apa dengan Hong-lui-bun? Berani kau merebut dan menduduki markas pusat Hong-lui-bun kita? Hari ini akan kutuntut keadilan kepadamu".

"Bocah, Lohu Kim-kong-ci Hong Kiat, siapa aku kau tidak tahu, berarti kau cupat pandangan cetek pengalaman. Bukan sehari Lohu menunggu kedatanganmu, semula kukira kau sembunyi tak berani datang. Agaknya besarjuga nyalimu, biar hari ini Lohu mengganyangmu. Bicara tencang markas pusat Hong-lui-bun kalian, d ia la m baka nanti boleh kau membuat perhitungan dengan ceng-san-biau-khek, urusan akan beres sendirinya."

"Ternyata kaupun salah seorang antek Ham-ping-klong, demi menegakkan keadilan Bulim, hari ini akan kutuntut hutang darahmu." '

"Setan cilik, kau mencarijalan kematianmu, apa boleh buat biar Lohu tunjukkan kepadamu.'

"Setan tua, j angan putar b a cot, siapa yang akan diantar kealam baka, buktikan dengan Kungfumu.' Kiam-ping mendanului mengembangkan Ling hi-pou-hoat, kedua tanganpun menyerang lebih dulu merebut kesempatan-

Lwekang ^blis tua ini memang tangguh, Kiam-ping sendiri sudah mengalami pertempuran beberapa babak. tenaganya sudah banyak berkurang, dibabak terakhir dia yakin masih harus menghadapi pertempuran yang lebih besar lagi, maka sekarang dia tidak berani bertindak gegabah.

Melihat betapa ajaib langkah lawan, seranganpun menak^upkan Hong Kiatjuga tidak berani lengah, diapun kembangkan gerak tubuhnya yang sudah diyakinkan puluh a n tahun, lawan dirabunya denga gencar.

Maka kedua pihak sama-sama menyerang serba kilat, tampak betapa lincah dan tangkas gerak gerik mereka. Pertempuran kedua orang ini berbeda lagi denganpertarungan Kiam-ping melawan Pek-b^-sian-ang tadi, namun sama-sama jago kosen maka adu kekuatan inipun tidak kalah dahsyatnya.

Di sebelah sana Tay-bok-it-siujuga terjunkearena, kedua tangan tangan bergerak menyerang satu j urus, sasarannya adalah Ai-thong-sut Thong cau.

Bandulan ditangannya itu sudah menciutkan nyali orang- orang Ha m-ping-klong, dimana bayangannya meny amber, beramai-ramaimereka melompat pergi mendadak Thong-ciau rasakan tindihan angin kencang dari belakang, lekas dia melompat miring kedepan meluputkan diri dari sergapan mematikan ini.

Begitu kedua tangan menggape, kedua bandulan itu kembali ketangannya.

Baru sekarang sempat Ai-pong-sut berpaling, melihat yang menyergap adalah Tay-bok-it-siu, ternyata musuh besar sejak dua puluh tahun lalu, maka segera dia balas menyerang. Agaknya dendam keduanya tidak kecil maka serangan demi serangan lebih keji dan teleng as. Watak Ai-pong-sut yang pendek lucu ini memang humor, suka ngeledek dan menggoda lawan, sambil melayani serangan lawan, dia berseri tawa sambil mencemooh: "Sahabat baik, apakah murid kesayanganmu itu masih suka menindas orang lemah? Pukulanku dua puluh tahun yang lalu, tentu belum kau lupakan ya?'

Beruntun memukul tiga kali baru Tay-bok-it-siu menanggapi: "Sepuluh tahun yang lalu Hong-lui bun kalian digebah keluar Tlonggoa n seperti menggiring kambing oleh Hamping Lojin, yakin rupanya juga tidak manis bukan." '

Tay-bok-lo-koay' Ai-pong-sut Thong ciau yang humor ini malah naik pitam lebih dulu.

"Hari ini biar kau tahu, wibawa Hong lui-bun masih ada dan tidak boleh dibuat main-main:" secepat kilat dia mencecar tujuh jurus, Tay-bok-it-siu terpaksa mundur mempertahankan diri.

Dalam pada itu dengan gerakan menukik dari atas disertai pukulan dahsyatnya Kim-ji-tay-beng bersama Gin-j^ay-beng bergantian merangsak musuh segagah burung rajawali. Walau Tang-ling-sin-kun masih kuat bertahan, celaka adalah anak buah Ham-ping-klong tidak sedikit diantaranya yang menjadi korban-

Sayang cara menyerang dengan sergapan dari udara terlalu makan tenaga selama tenaga murni mereka masih kuat, serangan itu tidak kurang kehebatannya, tapi paling banyak juga hanya beruntun sembilan kali, harus ganti napas sekali.

Kini mereka berendeng ditengah kepungan, untung orang- orang Ham-ping-klong sedang mundur, bila mereka merubung maju pula Kim-gin-hu hoat sudah ganti napas tapi untuk menghadapi rangsakan^bersama, mereka tidak segera melambungkan diri keatas pula.

It-cu-kiam masih terus mengembangkanJi bong- kia m- hoat, hawa pedangnya bagai asap mendesis nyaring, lawannya adalah seorang Tongcu Ham-ping-klong, It-cu-hi- kiam yang dikembangkan itu mempunyai tipu permainan yang bersambung. Begitu dikembangkan lawan takkan diberi peluang untuk merobah posisi, sayang tenaga dalamnya sedikit lebih asor, namun kelihayan pedangnya cukup mempertahankan posisinya.

Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay juga sedang berhantam dengan seorang jago kosen dengan mati-matian, lwekang lawan lebih tinggi, untung permainan goloknya dapat dikombinasikan dengan permainan pukulan telapak tangan kiri, tinju dan golok berganti menyerang, maka keadaan terus bertahan sama kuat.

Di kala kedua pihak masih terus bertahan dalam pertempuran dahsyat ini.

Mendadak terjadilah satu ledakan yang menggoncang bumi, tembok kamar belakang tampak runtuh. Dengan memutar pentung gedenya Ki-ling-s in Siang wi menerjang keluar dari reruntuh rumah, seluruh badan berdebu, mulutnya berkoak-koak: "Maknya kuntilanak. anak kura-kura semua takut digebuk. Kenapa kalian menutup pinto seluruhnya, memangnya tuan besar ini tidak dapat menghajar kalian ?' '

Seperti diketahui si gede inipun ikut Kiam-ping menerjang kedalam. badannya gede bobotnya berat, langkahnya ketinggalan dibela kang, setelah melewati beberapa gedung dan pekarangan dia sudah tak dapat menyusul rekan- rekannya, bila dia tiba didepan lorong, papan besi didepan dan dibelakang sudah anjlok menyumbatjalan- Karuan gusarnya bukan kepatang kontan dia ayun pentung besinya menghajar papan besi. Sekali pukul papan besi tebal beberapa dim itu ternyata tidak bergeming. Dengan gemas sekuatnya dia menghantam dua puluhan kali, lama kelamaan tenaganya menjadi lemas sendiri, maka otaknya yang tumpul berpikir.

"Kalian mengira tuan besarmu ini tidak mampu menggunakan ilmu ringan tubuh, memangnya aku si gede ini tidak mampu menerjang masuk kedalam rumah ? Ya, biar aku terjang dari dalam rumah saja. Kalau terlambat ditinggal bocah cilik, aku bisa tidak kebagian makan malam ini." setiap persoalan yang dipikir pasti dilakukan, cukup lama dia putar kayun dipekarangan kecil itu, namun tetap tidak menemukan pintu lain-

Karuan dia naik pitam, berjingkrak meraung-raung, pentungnya diayun terus menggempur tembok, "Blang" ditengah kepulam debu dan kapur, tembok telah dihantamnya ambruk dan bolong.

Tanpa periksa lebih dulu, dia mendekam terus, menyelinap masuk. ternyata dia memasuki kamar kecil, itulah gudang tempat menyimpan barang-barang tidak berguna. Barang apa saja ada dikamar ini, bahwasanya tiada jalan tembus di sini.

Dasarpikunsi gede tidak pikir lagi, yang teraih telah dilemparnya keluar dari lobang tembok. cukup asal badannya yang gede bisa maju setapakpun mending, sementara pentungnya tetap diayun mengobrak abrik, akhirnya pintu gudang itujuga dijebolnya.

Setelah diluar gudang, siapapun yang ditemuinya terus dihajar, setiap pintu yang tertutup tentu digempurnya pora k porand a, entah mereka kacung atau pelayan perempuan Ham ping-klong, semua menjerit-jerit dan lari menyingkir. Dengan amukannya itu si gede terus menerjang kedalam melampaui dua ruang besar, baru mendengar suara sorak sorai disebelah belakang. Waktu dia pasang mata melongok keluar jendela, aduh ramainya, ternyata semua manusia tumplek ditanah lapang besar sana.

Semestinya dia berputar keluar pintu lalu keluar dari serambi sana. Tapi dia kuatir terlambat, pentungnya diayun terus menghajar jendela menggempur tembok. ditengah gemuruhnya tembok ambrol cepat sekali dia sudah berlari ketengah lapangan- Mulutnya masih terus berkaok: "Anak- anak kelinci semua ada di sini, nah coba saja mau lari kemana kalian.' langkahnya ditujukan kearah rombongan orang banyak.

Dengan kedua tangan pegang pentung, seperti orang gila orang-orang Ham-ping-klong dibabat dan disapunya pontang panting maka terjadilah jerit tangis yang mengerikan, yang tidak keburu lari kalau tidak pecah kepalanya, juga putus leher atau retak tulang punggungnya, yang jelas banyak yang menyesal karena waktu dilahirkan bapak ibunya dulu tidak memperpanjang tulang kaki mereka.

Insyaf bahwa dirinya tidak boleh terlalu bernafsu menyerang dengan kekuatan besar, setelah mengalami beberapa kali pertarungan sengit tadi, tenaganya banyak berkurang, maka Kiam-ping menggunakan kelincahan gerak badannya ajak lawannya bertempur merebut kecekatan- Ling- hi-pou-hoat dikembangkan sampai puncaknya, gerakannya seenteng asap berkelebat. Hong Kiatjuga telah mengembangkan segala kemampuannya, tapijangan kata memukul lawan, ujung pakaian orangpun tak mampu disentuhnya, sebaliknya karena kedua pihak bergerak teramat cepat terasa dipukul didepan, tahu-tahu lawan sudah berada dibela kang, karuan gembong iblis yang sudah kenyang hidup ini keripuhanjuga akhirnya.

Tapi pengalaman tempurnya memberikan jaminan kepadanya, kecerdikannya jug a melebihi orang, dia tahu anak muda berdarah panas dan pasti ingin menang, setelah balas menyerang dua j urus, sengaja dia b erg elak tawa: "Boca h, jangan pamer langkah setanmu saja, berkelit selalu tanpa berani balas menyerang, memangnya begini yang dinamakan tunas muda harapan kaum persilatan- Apa kau berani adu pukulan mengukur kekuatan dalam ?"

Kalau lawan sudah mengajukan usul, betapapun dirinya tidak boleh menurunkan pamor sebagai seorang ciangbunjin, apalagi Kiam-ping memang pemuda darah panas yang congkak, meski tahu lawan sengaja memancing amarahnya, kemungkinan lawanjuga mempunyai rencana keji, apapun dia tidak harus gentar menghadapinya.

Lekas Kiam-ping menarik serangan menghentikan langkah, katanya dengan tersenyum:

"Boleh terserah bagaimana cara pertandingan, cayhe selalu melayani, betapapun aku akan buat kau tua bangka ini tunduk lahir batin." sedikit benaknya berpikir, Kim-kong-put-hoay-sin- kang dengan sendirinya telah bekerja, pasang gaya meng konsentrasikan diri siap siaga.

Memicing sekejap mata Kim-kung-ci Hong Kiat, baru sekarang dia menatapjelas muka orang, batinnya: "Bocah ini memang berbakat, tulangnya cocok sebagai pesilat yang akan mahir menguasai ilmu tingkat tinggi, namun wajahnya kelihatan bersih biasa, tak ubahnya anak sekolahan, siapa percaya kalau dia pernah belajar silat dan membekal ilmu sakti, apa benar latihannya sudah mencapai taraf Hoan-bu- kwi-cin Lwekang aliran Lwekeh yang paling top? padahal usia nya masih begini muda, tidak mungkin-.. "

Disaat dia mereka-reka dalam hati itulah Llok Kiam-ping sudah mengerahkan ilmu saktinya, sorot matanya berobah mencorong tajam, saking kaget lekas dia menekan gejolak perasaannya, seketika lenyap lamunannya tadi.

Hong Kiat juga maklum, situasi yang menyulitkan hari ini memang sukar dibereskan tapi pihak sendiri yang mengajukan cara pertandingan, lawanjuga sudah siap menyambut tantangannya, sebelum bertanding malu rasanya kalau dirinya harus mundur karena j eri, untung sebelumnya dia sudah mengatur tipu daya, bila terpaksa dia yakin dirinya masih bisa meloloskan diri dengan selamat. Hanya sekejap benaknya berputar, hati pun lega dan mantap. Kedua tangan segera membundar dan terang kap didepan dada, seiring dengan gerakan kedua tangannya dia menghirup napas panjang, telapak tangannya pelan-pelan berobah merah, semakin merah sehingga menyala seperti darah, dengan gaya aneh pula telapak tangannya menepuk keluar. Rembusan angin kencang terasa panas seperti lahar gunung berapi.

Ilmu sakti sudah membungkus badan, Kiam-ping tidak gentar menghadapi suhu panas, tapijuga tidak berani gagabah. Diapun menggerakkan kedua tangan terus memapak kedepan dengan sebuah pukulan- Kali ini tiada ledakan, benturan kedua kekuatan ternyata menimbulkan desis suara yang berada tinggi seperti ban motor yang mendadak kempes, hawa panas berderai keempat penjuru lenyap dihembus angin lalu.

Lekas Kim-kong-cu Hong Kiat membentak keras, segera dia gunakan Kim-kong-ciang ^ari arhad) yang teramat keras dan ganas. Begitu dia menuding tampak sejalur hawa putih melesat keluar dari tengah kedua jari tertunjuk dan jari tengah. Kekuatan tenaga jarinya itu sebetulnya mampu menembus gunung atau batu besar, ilmu tunggal Hong Kiat yang diyakinkan puluhan tahun lamanya, selama berkecimpung di Kangouw belum pernah dia menemukan tandingan.

Melihat tenaga jari lawan melesat datang, lekas dia kerahkan Kim-kong-put-hoay-sinkang lebih kokoh untuk menyambut tutukanjari hebat itu secara kekerasan- Satu kaki kekuatan jari itu datang diluar tubuhnya, lantas terdengarlan suara "Duk" sekali, padahal pertahanan hawa pelindung badan itu setebal tiga kaki, jadi mampu menembus dua kaki, masih satu kaki kekuatan pelindung badan itu tak mampu ditembus, tenaga tutukan inipun sirna tanpa bekas.

Llok Kiam-ping tersenyum lebar, kedua tangan lantas balas menggempur.

Bahwa Kim-kong-ci-lat yang diandalkan selama inijuga tidak mampu melukai anak muda ini, sangguh Hong Kiat amat penasaran, mendadak dia menduga apakah bocah ini sudah berhasil meyakinkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang dari aliran Hud ? Seketika dia terhenyak kaget dan menjublek ditempatnya. Saat itulah Kiam-ping sudah melancarkan serangan belasan, mau berkelitjelas sudah terlambat, sedapat mungkin dia menepuk sekali, namun tubuhnya seperti diterjang badai, tak tertahan dia menyurut tiga langkah baru tega k pula.

Gempuran pertama membawa hasli, berkobar semangat tempur Llok Kiam-ping, seluruh tenaga dikerahkan kembali dia menyerang dengan jurus kedua. Kekuatan pukulannya bagai amukan gelombang pasang yang menggulung garang. Setelah terkena pukulan pertama, maka Hong Kiat melawan lebih hati- hati, lekas dia meg g egos minggir berbareng kedua tangan kerahkan seluruh kekuatan menyongsong hantam lawan-

"Biang" keduanya mundur tiga tindak. Mumpung lawan melenggong mendadak Kiam-ping mendorong kedua telapak tang a n pula, j urus serangan yang takterhingga hebatnya.

Ditindih amukan badai dengan gugup Hong kiat angkat kedua tangannya menangkis kedepan, tapi dalam merebut kecepatan dia terlambat sedetik, baru saja dia angkat tangan belum sempat mengerahkan tenaga, damparan tenaga lawan sudah menggulung tiba.

Sementara itu Kim-gin-hu-hoat yang menghadapi keroyokan Tang-ling-sin-kun dan lain-lain sudah semakin terdesak kepayahan, untung kedua saudara ini sering bertempur berdampingan, keempat tangan mereka dapat kerja sama dengan rapi, serang menyerang bergantian sambil melindungi rekan sendiri, meski terdesak yakin mereka masih mampu bertahan.

Pertarungan Ai-pong-sut Thong ciau yang melawan Ta y- bok-it-siu kelihatan paling sengit dan menyedihkan. Kedua musuh bebuyutan ini sama ingin menuntaskan perhitungan lama dan dendam baru, maka dalam adu kekuatan ini mereka sama mengeluarkan segala ilmu yang pernah diyakinkan, setelahjurus serangan ganas dan telengas, setapakpun tidak mau mundur meski menyadari serangan lawan teramat ampuh, sehingga serangan keji dibalas jurus ganas, tipu lawan tipu. Benturan keras sering terdengar. Pertempuran cara keras lawan keras ini jelas menguras tenaga, biar sampai titik darah terakhir juga mereka tidak akan mau menyerah kalah sebelum salah satu roboh binasa lebih dulu.

Mereka sudah bertarung ratusan jurus, keringat telah membasahi sekujur badan, napas juga ngos-ngosan, tenaga makin lemah, lama kelamaan gerakan mereka menjadi lambat dan berat. Mendadak Ai-pong-sut Thong ciau seperti teringat apa-apa, wajahnya mendadak bersenyum cerah tidak menerjang musuh mendadak dia menjatuh kau diri ketanah malah, ternyata dia sedang menggunakan ilmu To-tong-kang.

Paha dan lutut digunakan bersama, tubuhnya yang kecil pendek itu mendadak menggelinding secepat bola mengelilingi gelanggang, jangan kira tubuhnya pendek gemuk, ternyata setelah dia menggunakan To-tong-kang, gerakannya ternyata cepat dan tangkas. Yang kelihatan hanyalah gumpalan bayangan kelabu yang menggelundung kian kemari diatas tanah, bagaimana sebetulnya dia melancarkan ilmu menggelundung ditanah, hakikatnya orang sukar melihat jelas.

Menghadapi permainan aneh lawan, ternyata Tay-bok-it-siu keripuhan dan sukar melayani, maklum Te-tong-kang selalu mengincar bagian bawah orang, perawakan Tay-bok-it-siu tinggi besar, kalau tidak membungkuk tak mungkin dia dapat melayani serangan lawan, sebetulnya dia berlompatan diudara seperti elang menerkam ayam untuk menghadapi serangan ini, namun sudah terlalu banyak dia mengeluarkan tenaga, paling juga hanya beberapa jurus tentu dirinya akan kepayahan sendiri, terpaksa dia hanya main kelit, lompat sana nyingkir ^ini kalau tadi dia mampu menggasak lawan, sekarang malah terdesak d iba wah angin tak mampu balas menyerang.

Jian-li-tok-heng dan It-cu-kiam berdampingan, telapak tangan dan pedang menghadapi keroyokan enam jago tangguh Ham-ping-klong, semula masih terjadi saling serang, namun pihak musuh dapat berganti kawan, jadi secara bergiliran mengeroyok mereka berdua, setelah K^oan Yong melancarkan seluruh permainan It-cu-hwi-kiam, tenaga juga sudah lemah, untuk menangkis saja sudah terasa makan tenaga.

Jian-li-tok-heng melihat gelagat jelek. mumpung ada kesempatan lekas dia merogoh keluar segenggam biji teratai besi. Begitu lawan menyergap tiba, dia incar musuh terus sambitkan lima biji. Luncuran biji teratai besi diudara mengeluarkan desing suara keras, kontan seorang menjerit roboh terkena dua biji, tiga biji lagi mengincar tiga pengeroyok yang lain, tapi berhasil dipukul jatuh.

Thi-pi-kim-to Tan kian-thay mengandal permainan tinju tang a n kirinya yang aneh, cukup gagah dia melawan dua lawan baju hitam, roboh satu maju satu, demikian lawan bergiliran mengeroyoknya, tapi sekali swing.. nya mengenai badan lawan pasti menjungkir tak bangun lagi. Apalagi golok emasnya itujuga bukan olah-olah lihaynya. Sayang tenaganya sudah makin lemah, beberapa kejap lagi kala u pertempuran tidak berakhir, akhirnya dia juga pasti roboh lemas kehabian tenaga. Untung Lwekangnya tangguh, melayani secara tabah, dalam waktu singkat masih kuat melawan-

Celaka adalah coh-sung-hwi ciu Khay. makin tempur makin terdesak disamping harus menyambut serangan musuh dia harus melindungi TioJin-kiat yang terluka, untung Ginkangnya melebihi lawan, dalam keadaan terdesak kadang kala dia bisa menyergap lawan dengan ketangkasan gerak tubuhnya. tapi itupun takkan bertahan lama.

Ki-ling-sin Siang wi masih terus mengamuk dengan pentungnya, dimana banyak orang kesitu dia mengamuk, golok lawan tidak mempan ditubuhnya, karuan orang-orang Ham-ping-klong makin kocar kacir dilabraknya seperti harimau lapar terjun digerombolan kambing, jeritan demi jeritan, korban berjatuhan semakin banyak.

Keadaan semakin kalut jeritan-jeritan mengerikan menambuh pertempuran makin sengit.

Dengan melancarkan Te-tong-kun Ai-pongsut Thong ciau mendesak Tay-bok-it-sin sehingga lawannya ini dipaksa melompat menyelamatkan diri. agaknya lawan sengaja hendak dikuras tenaganya. Saat itu Ai-pong-sut sedang menggunakan jurus tunggal To-coansam-jia dari Te-tong-kun yang lihay, tampak kedua kakinya memancal keatas, sementara kedua sikutnya menahan bumi, tubuhnya berputar secepat roda menggelinding kebelakang Tay-bok-it-siu. Dengan tangkas kedua kakinya menendang dan memancal, sekaligus dia serang s elang kang a n dan pinggang lawan-

Tay-bok-it-siu dipaksa melambungkan badan keudara, disaat tubuhnya meluncur turun hampir menginjak bumi, sungguh tak nyana bahwa lawan yang bergelundungan di tanah dapat bergerak secepat itu. tahu-tahu sudah menggelinding balik, jelas kemaluan bisa pecah tertendang. Untung Lwekangnya tinggi, menghadapi bahaya tidak gugup, dikala ujung kaki lawan hampir mengenai tubuhnya, mendadak dia mendehem keras, kedua lengan terbuka lalu menepuk kebawah, hingga tubuhnya dipaksa mumbulpula tiga kaki. Syukur masih sempat dia menyelamatkan diri, namun keringat dingin sudah bercucuran.

Agaknya Ai-pong-sut Thong Ciau sudah menduga lawan akan berbuat demikian, sekali berkelebat dia mencelat duduk, tangan kanan terangkat mulut membentak: "Sahabat lama, sambut lagi yang satu ini^" "dimana sinar gemeredep gelap menyambar, ternyata bandulannya sudah melesat kearah lawan-

Dengan meminjam tekanan kedua lengan Tay-bok-it-siu paksa tubuhnya mumbultiga kaki pula, pada hal hawa murninya sudah hampir ludas, saat itu tubuhnya juga melayang turun, Ternyata Ai-pong-sut tidak memberi kelonggaran pula, sepasang bandulannya ditimpuk dengan tenaga penuh, maka daya luncurnya pesat luar biasa, dalam keadaan seperti itu jelas dia takkan mampu berkelit lagi. Dalam gugupnya sedapat mungkin dia menyendal kaki, maka terdengar: "Plak", telapak kakinya bolong tertembus, saking kesakitan dia mengerang tertahan, tub uhpun jatuh terduduk diatas tanah, sangat kaget dan ketakutan pula, ternyata dia melupakan sakit dengan jurus La y- lok- b a k- gun (keledai malas menggelundung) dia menjatuhkan diri terus menggelinding setombak lebih, sekali melejit lagi tubuhnya sudah melesat kearah hutan- Sudah kalah, terluka dan berusaha melarikan diri, tapi dia tidak lupa akan akal muslihat dan perangkap yang telah direncanakan, sambil berlari dia menimpuk tangan keatas melepas pelor api "Tar" selarik sinar biru menjulang tinggi keangkasa meninggalkan jalur asap putih.

Pada saat yang sama coh-siang-hwi It Tiau-hiong yang melawan keroyokan dua jago baju hitam kelihatan payah, pertempuran lama banyak menguras tenaga sehingga gerakannya menjadi lamban, maka pundak kirinya kena sekali pukulan, sambil mendehem badannya terhuyung kesamping hampir tersungkur.

Ai-pong-sut Thong ciau yang berhasil melukasi dan memukul mundur lawan kebetulan melompat berdiri dengan gusar segera dia menubruk sambil membentak: "Kunyuk kau berani...' telapak tangannya menampar.

Kedua jago Ham-ping-klong seragam hitam itu tengah kesenangan, lawan sudah terpukul, sekali jotos lagi pasti melayang jiwanya, sungguh tak nyana, mendadak serangan hebat datang dari sebelah samping, tangan yang sudah kebacut terangkat dibuat menangkis, tapi terlambat. Terdengar dua jeritan saling susul, dua bayangan orang mencelat dua tombak jauhnya, roboh muntah darah dan takkan bergerak lagi.

Berkat perlindungan Coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong sehingga TioJ in- kiat sempat bersamadi menghimpun tenaga menyembuhkan luka dalam, sudah tentu bukan kepalang rasaterima kasihnya. Kini berbalik Ih Tiau-hlong yang terluka, mana berani ayal lekas dia tinggalkan lawannya memburu kesana memapahnya.

Alis Ai-pong-sut tampak berkerut, wajahnya masam diliputi hawa membunuh. Setelah merobohkan dua musuh, langsung dia terjun ketengah gerombolan musuh yang merubung maju, berputar kehadapan TioJ in- kiat, seorang lelaki setengah baya kebetulan hendak menyergap. kontan dia menjotosnya pula sampai mencelat dengan kepala pecah.

Sebetulnya sudah kepalang basah, tangannya berlepotan darah, musuhpun main keroyok secara keji, sudah timbal niatnya hendak mengganyang musuh sebanyak mungkin-

Tapi kedua pemuda disampingnya ini sudah terluka dan perlu dilindungi. maka tak mungkin dia meninggalkan mereka terpaksa dia keluarkan pula bandulannya.Jago-jago Ha m- ping-klong yang mengepung Kim-gin-huhoat, Dua jago musuh dirobohkan pula terluka parah, tapi musuh mampu melarikan diri.

Tekanan seketika agak longgar bagi Kim-gin-hu-hoat dengan dua musuh dipukul mundur, semangat tempur mereka berkobar pula meski tenaga sudah banyak terkuras, seperti banteng ketaton saja dua saudara ini mengamuk kepada Tang-ling-sin-kun dan lain-lain yang mengeroyok ketat. Sinar emas dan perak samber menyamber, kalau sinar emas menepis miring, cahaya perak mengemplang turun, kerja sama mereka cukup ketat dan banyak variasi lagi, permainan lebih leluasa sehingga para pengeroyoknya kabur pandangan, namun juga  Begitu melihat sinar api biru menjulang keangkasa, Hong Kiat lantas tahu bahwa Tay-bok-it-siu sudah keok dan melarikan diri, sementara Tang-ling-sin-kunjuga sibuk menghadapi kedua musuhnya, dirinya tinggal harus bertahan mati-matian, kalau rencana jahat tidak lekas dilaksanakan, kemungkinan terlambat untuk meloloskan diri. Dasar licik dan licin, jelas dirinya sudah kalah, namun sikapnya tetap tenang, mendadak dia membentak: "Berhenti. Bocah, apa kau berani ikut Lohu pergi kesuatu tempat ? Di sana kita berdua bertanding satu lawan satu sebagai penyelesaian terakhir pertarungan malam ini?'

Llok Kiam-ping memang tidak ingin banyak membunuh, diapun mengharap pertempuran kacau balau ini lekas diakhiri, orang-orang pihaknya banyakjuga yang terluka dan sudah kehabisan tenaga, mereka perlu pengobatan dan istirahat, maka dia bergelaktawa sambil menanggapi tantangan lawan: "Umpama sarang naga gua harimaujuga boleh, asal kau sendiri tidak takut mampus, kemanapun kehendakmu pasti kuiringi.", "Baiklah, lekas kau suruh orang-orangmu.

Kiam-ping segera angkat tangan serta memberi aba-aba kepada orang-orangnya, lalu dia memperkenalkan diri kepada Tiang lo Aipong-sut Thong ciau serta menjelaskan tantangan musuh.

Sementara itu orang-orang Ha m-ping-klong juga berbondong-bondong mengundurkan diri keempat penjuru. Pihak Hong- lui- bun juga mundur ke samping, istirahat dan membubuhi obat di luka-luka mereka.

"Mari silakan ikut Lohu." seru Hong Kiat sambil menyila h ka n Kiam-ping berjalan lebih dulu. Dia berjalan paling depan dalam rombongan besar orang-orang Ha m-pingrklong menuju kearah kanan.

Sudah tentu Kiamping tidak mau kalah wibawa, segera dia mendahuluijuga d ih a d apa n orang banyak. Sigede Siang Wi sesaat berdiri bingung, mengawasi rombongan besar orang- orang itu pergi, dia tidak mampu melompat tinggi atau mengembangkan Ginkang, lawan sudah mundur semua, maka dia berteriak gugup: "Bocah cilik, hai, tunggu aku." "orang banyak sudah berada puluhan tombak jauhnya,  dalam suasana kacau, setiap orang mengurus diri sendiri, mana pikirkan si gede lagi.

Lekas sekali orang banyak sudah tiba disebuah pekarangan, dibela kang pekarangan adalah sebuah gedung berloteng tingkat dua, kabut pagi tampak remang-remang, orang  banyak melihat pigura besar yang tergantung, diataspintu, dimana terukir tiga huruf Pau-gwat-kan.

Tanah lapang didepan loteng luasnya ada sepuluh tombak. lengkap dengan segala peralatan latihan Kungfu yang serba baru, Mungkin disinilah biasanya jago-jago Ham-ping-kiong latihan silat. Tiga jurusan dipagari tembok tinggi, kecuali pintu yang menjurus ke villa berloteng itu tiada jalan keluar.

Sementara itu orang-orang Ham-ping-kiong sudah berkumpul di depan tumpukan pasir yang diratakan, diatas pasir itulah tertancap ratusan bambu-bambu sebesar jari tangan yang runcing laksana pisau

Kim-kong-ci Hong-kiat berkata sambil menjura: "Ciangbunjin, inilah sekedar permainan Tlok-tok-bu-sa-tin (barisan bambu dipasir kering) Losiu ingin mohon beberapa jurus pelajaran diatas barisan bambu ini, telapak tangan, senjata atau Am-gi boleh digunakan sesuka hati. Jikalau tuan merasa di sini kurang mencocoki selera, boleh diganti cara  lain'

Berdiri alis Liok Kiam-ping, sorot matanya memancar tajam, katanya dengan gelak tawa lantang: 'Kalau Hong-tongcu ada minat Cayhe sih boleh saja mengiringi.'

Hong Kiat sudah mencopot jubah panjangnya, dalamnya mengenakan pakaian ketat yang cocok untuk bertanding dimedan-laga. Setelah memberi tanda sambil berkata: 'Silahkan,' segera dia melompat keatas dengan gayga Pek-ho- cong-thian (burung bangau menjulang ke langit), dengan ringan dia hinggap di atas pucuk bambu.

Kelihatannya barisan bambu diatas pasir yang tidak padat itu biasa saja, tapi kalau mau diteliti dan diperhatikan, seorang berpengalaman akan tahu bahwa barisan ini sukar dihadapi, maklum tancapan bambu diatas pasir kering itu tidak kokoh, demikian pula bambu itu runcing, untuk mengembangkan Ginkang diatas bambu runcing itu, kalau tidak memiliki latihan Ginkang selama dua puluh tahun, orang tidak akan bergerak bebas diataSnya. Apalagi bambu-bambu sebesar jari dan runcing sejumlah seratu dua puluh delapan batang itu dipasang menurut posisi Pat- kwa. Kalau dalam pertempuran maju mundur atau serang menyerang tidak dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, kemungkinan bisa ambruk dan kalah. Apalagi pasir kering dengan tancapan bambu itu tidak boleh diinjak terlalu keras dengan tenaga dikerahkan, dalam pertempuran boleh sesuka hati menggunakan tangan kosong, senjata atau Am-gi, maka lebih sukar pula untuk melayani dua perhatian sekaligus, bagi yang belum mempunyai kepandaian tinggi dan sempurna. siapapun takkan berani mencoba atau main-main dengan maut.

Jian-li-tok-heng sejak muda sudah kenyang berkelahi menghadapi berbagai macam lawan, sekilas pandang dia tahu gelagat cukup mencurigakan, lawan bilang boleh main Am-gi maka dia menduga musuh tentu mempunyai akal keji dan serangan jahat, siap membantu bila Liok Kiam-ping berada dalam keadaan kritis.

Liok Kiam-ping sendirijuga cukup cerdik, bahwa lawan berani mengajak bertanding di atas barisan bambu macam ini, maka diapun tidak berani gegabah, lekas dia copotjubah bagian atas serta diikat dipinggang dengan kedua lengan bajunya, pundak tidak kelihatan bergerak. dengan gaya Ciam- llong-seng-thian, badannya melambung dua tombak. Di tengah udara menekuk pinggang menggeliat dengan gerakan membundar, lalu melayang turun dengan gaya indah mempesona hinggap diatas barisan bambu.

Untuk bertanding diatas barisan bambu orang hanya mengutamakan kekuatan tenaga dalam dan pengaturan napas, maka tak mungkin buka suara lagi. Maka kedua orang hanya saling menjura lalu berputar berganti tempat.

Dengan tangkas Kim-kong-ci Hong Kiat. tiba-tiba menggoyang badan, tahu-tahu melejit maju menginjak dua pucuk bambu dua tindak didepan Liok Kiam-ping, tangan kanan bergerak dengan jurus To-coa-sin-hiat (ular beracun mencari lobang) langsung menutuk Jian-kin-hiat dipundak kanan.

Kiam-ping mundur dengan kaki kanan, telapak tangan memotong miring menabas pergelangan.

Lekas Kim-kong-ci Hong Kiat meninggikan pundak menarik tangan, kirinya menggesar selangkah, dari samping dia bergerak dengan jurus Yu-hong-hi- jim (Kumbang menari dipucuk puntul) kedua jarinya mengincar Ki-kiat-hiat ditubuh Liok Kiam-ping.

Kiam-ping berputar kekanan, seringan kapas dia berpindah dua pucuk bambu, denrgan jurus Peksho-jan-ji (bangau putih pentang sayap), telapak tangannya menepuk miring Giok-sim- hiat dibelakang batok kepala Hong Kiat.

Hong Kiat dipaksa mengkeret lebar menyembunyikan kepala, namun tidak menyurut mundur tubuhnya malah berputar kearah kiri, kedua telapak tangan mendorong kedepan denganjurus Siang-jong ciang, yang diincar Hoa-kay- hiat didepan dada Liok Kiam-ping, Dalam sekejap kedua orang sudah saling serang dua puluh jurus.

Gebrak pertandingan kali ini berbeda pula dengan pertarungan tad i, karena diatas pucuk bambu yang runcing lagi, tidak boleh menggunakan tenaga berat, apa lagi mengadu tenaga maka mereka hanya saling mematahkan dan merobah serangan, terutama harus mengembangkan kelincahan langkah dan gerakan tubuh yang enteng, ketimur atau mendesak kebarat, maju mundur sambil berputar, makin lama kedua pihak bergerak makin cepat laksana dua baling- baling yang saling kejar.

Waktu itu Kim-kong-ci Hong Kiat harus mengegos diri dari serangan maut, badannya bergerak sekaligus melewati lima enam bambu, Liok Kiam-ping mengudak dari belakang secara ketat. Dua langkah lebih lagi dia sudah akan menyusul lawan-

Wajah Kim-kong-ci Hong Kiat kelihatan masam, nafsunya sudah berkobar, maka turun tangannya juga tidak kenal kasihan lagi, begitu ujung kaki menutul bambu, badannya sedikit bergeming, kelihatannya gaya itu seperti akan berputar kearah kiri menuju belakang, yang benar meminjam gerakan menggeliat ini, secara sembunyi-sembunyi tangan kanannya sudah mengeluarkan Am-gi, itulah sebuah bumbung jarum mungil yang dinamakan hoa-toh bing-ciam sudah digenggam ditangannya

Saat itu dia juga tidak memutar badan, mendadak malah menjatuhkan diri kedepan, dengan gaya Ku-gu-bong-gwat (kerbau jantung memandang rembulan), dia sudah incar gerakan lawan terus mengayun tangan kanan kebelakang "Cret" suaranya tidak nyaring namun Bwe-hoa-toh-bing-ciam sudah melesat kearah Liok Kiam-ping.

Lihay amat serangan Bwe-boa-bing-ciam jarum sakura pencabut nyawa) ini, tampak titik sinar dingin terbagi atas tengah bawah dan kanan kiri dari lima jurusan, daya luncurannya pesat kekuatannya jelas jauh lebih keras dari timpukan senjata rahasia jago silat manapun.

Pada hal jarum-jarum baja itu selembut bulu kerbau, tapi ditengah udara dapat mendesing nyaring memecah udara, maka dapatlah dibayangkan betapa keras daya luncurannya. Orang-orang Ham-ping-kiong bersorak dan keplok, mereka girang bahwa cong-tongcu mereka pasti berhasil dengan serangan gelap ini, maka semua berseri tawa.

Sebaliknya orang orang gagah pihak Hong-lui-bun semua terbeliak kaget dan melongo. hanya keajaiban atau adanya pertolongan dari melaikat dewata saja yang mampu menolong jiwa ciangbunjin mereka dari petaka ini. Pada halJian-li-tok- heng berdiri dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, umpama dia timpukkan biji teratai besinya juga takkan bisa menolongnya, karuan dia gugup dan membanting kaki belaka.

Sejak mula Liok Kiam-ping sudah menduga bahwa la wan pasti sudah mempersiapkan Am-gi yang ganas danjahat, namun tak pernah dia menduga bahwa serangan bakal seganas dan selincah ini, untung sebelum dia memburu maju, mendadak dilihatnya lawan menjatuhkan diri kedepan, rasa curiga telah menghentikan niatnya, sedikit merandek ini telah menolong jiwanya. Bila dia mendengar suara jepretan, berbareng lima bintik sinar dingin melesat keluar, lekas dia menutul kaki diujung bambu, badannya lantas menjulang keatas, syukur masih sempat dia menyelamatkan diri.

Diatas barisan bambu yang tertancap dipasir kering seperti itu sebetulnya tidak boleh menggunakan tenaga, apalagi menjejak mumbul keatas, dasar Kiam-ping berkepandaian tinggi nyalinyapun besar, terdesak oleh keadaan pula, terpaksa dia menempuh cara berbahaya.

Sama sekali tidak diduganya pula disaat tubuhnya melorot turun, Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang pula dengan jarum- jarum lembutnya untuk yang kedua kali. Kali ini Liok Kiam- ping jelas takkan bisa meluputkan diri dari serangan mematikan ini.

Seperti diketahui diatas barisan bambu tidak boleh mengerahkan tenaga. diwaktu menjulang keatas Liok Kiam- ping tidak bisa menggunakan tenaga besar, setelah terapung diudara segera tubuhnya akan melorot turun, hal ini sudah diperhitungkan oleh Hong Kiat.

Diluar tahunya Ling-hi-pou-hoat yang diyakinkan Liok Kiam- ping sudah sempurna dan dapat dikembangkan beruntun sembilan kali berputar diudara seperti burung elang jumpalitan, walau tadi kakinya tidak menggunakan tenaga untuk melambung keatas, namun ditengah udara untuk berputar terbang bukankah suatu kerja berat bagi dirinya.

Begitu mendengar suara jepretan, lantas dia tahu lawan menyerang kedua kali dengan jarum jahatnya, lekas dia menarik napas, di mana kedua lengan terkembang, tubuhnya meringkel terus meronta sekali, hingga tubuhnya melayang naik pula satu tombak, Bwe-hoa-ciam itupun tidak mengenai sasarannya pula.

Ditengah udara Kiam-ping berputar sekali, tubuhnya rebah datar diudara, begitu kaki memancal laksana seekor burung rajawali tubuhnya melesat maju memburu kearah Hong Kiat.

Bahwa Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang dua kali dengan jarum jahat secara keji dan nakal, tanpa mematuhi peraturan dunia persilatan, orang-orang gagah Hong- lui- bun sudah berjingkrak gusar. Beramai-ramai mereka membentak dan memaki, ada yang mengacung tinju, ada yang menggosok telapak tangan, siap bertindak bila mendapat komando.

Kini mari kita ikuti-jejak si gede Siang Wi, karena ketinggalan tepaksa dia mengudak kearah mana tadi orang banyak pergi, langkahnya lebar, pentungnya masih terus berkerja, sering pula kaki menendang apa saja yang menghalangi perjalanannya, pintu atau dinding yang menghadang juga dihajar dengan pentung baja. Setelah sekian lama mengobrak abrik kian kemari, belumjuga dia menemukan orang banyak, karuan si gede yang pikun ini semakin bingung uring-uringan akhirnya dia pegang pentung berdiri melongo celingukan, entah kemana die harus menerjang pula. Karena berdiam diri itulah, dalam keheningan dia mendengar suara sorak sorai orang banyak. seketika dia berjingkrak girang, mulutnya mengoceh: "Maknya kura-kura, akhirnya kutemukan juga." kembali pentungnya bekerja, tembok dijebolkan secara kekerasan- setelah membelok dua kali dia tiba disebuah serambi.

Diujung tikungan sana dilihatnya bayangan orang bergerak- gerak. Dengan getak tawa mulutnya berkaok-kaok: "Anak kelinci, coba mau sembunyi kemana lagi." sambil menjinjing pentung segera dia memburu ke sana.

Keluar dari serambi panjang berliku-liku itu dia memasuki sebuah pekarangan dibawah sebuah bangunan loteng. Tampakpula banyak lelaki sedang sibuk bekerja menggotong buntalan-buntalan kertas entah apa isinya, yang terang buntalan kertas itu semua dilempar kesebuah lobang dibawah tanah.

Memangnya sudah penasaran dan keki sejak tadi, perut lapar lagi, maka orang-orang Ham-ping-kiong yang kesamplok ditangannya tentu tidak diberi ampun, dengan mata mendelik segera dia menyerbu sambil ayun pentungnya.

orang-orang itu sedang sibuk bekerja, penuh perhatian dan hati-hati menggotong buntalan-buntalan kertas itu, mimpipun tidak menduga bahwa petaka turun dari langit mengincar jiwa mereka. d iluar pekarangan tadi mereka sudah merasakan kelihayansi gede ini, tahu permainan pentungnya amat kencang dan berat, siapa tidak lekas menyingkir pasti celaka, apalagi sigede berkulit tebal tak mempan senjata, melihat dia menyerbu datang dengan mata mendelik laksana raksasa iblis yang jahat saja. Seketika hampir terbang arwah mereka saking ngeri den ketakutan, siapa berani ayal, beramai ramai mereka menjerit ngeri sambil melempar buntalan kertas yang dipegang terus ngacir seperti dikejar lawan, lari ke lobang dibawah tanah. Lobang itujuga tidak terlalu lebar, mereka berjumlah banyakjadi mereka berebutan menyelamatkan diri, yang berada dibela kang jelas terlambat. maka tidak sedikit yang dihajar pentung hingga kepala bocor tulang patah, yang mati dan terluka parah bergelimpangan ditanah.

Akhirnya si gede kehabisan lawan, terpaksa dia mengudak kebawah lobang. Dibawah lobang gelap gulita, begitu dia berada di bawah lobang, matanya seketika menjadi gelap tak bisa melihat apa-apa. Sejenak dia berdiri ragu-ragu, setelah merasa pandangannya agak biasa, baru dia melihat sebuah lorong panjang berada didepannya, mau maju atau mundul kebelakang, buntalan-buntalan kertas satu kaki persegi berserakan disepanjang lorong, orang-orang yang mengangkuti buntalan itu sudah lari tak kelihatan bayangannya.

Di arena tidak teriampias rasa gusarnya akhirnya buntalan kertas itu menjadi sasaran ayunan pentungnya, isinya segera tercecer berhamburan, ternyata bubuk kuning yang berbau menusuk hidung.

Mendadak didengarnya suara mendesis tajam dari tempat gelap sana disertai percikan api, Lekas si gede memburu kesana sambil menyeret pentung. Dua puluhan langkah kemudlan desis suara itu makin keras, tapi maju lagi lebih  jauh sudah buntu, tiada jalan belok pula ? Setelah membanting kaki dia putar batik hendak memburu kearah datangnya suara. Mendadak dia menumbuk sebatang bambu sebesar mulut mangkok yang tegak berdiri ditengah lorong menyanggah langit-langit lorong, tanpa peduli tiga kali tujuh dua puluh satu sigede angkat pentung terus memukul, tapi tonggak bambu besar itu tidak bergeming, seperti berakar dibumi, setelah puluhan kali dipukul tetap berdiri tegak. Gema suara pukulan pentung bergema diujung lorong sebaliknya.

Lorong terlalu sempit, tak mungkin sigede mengayun pentung menyapu miring, maka pukulan pentungnya itu tidak menggunakan sepenuh tenaganya, akhirnya sigede menumbuk dengan kedua lengan berganti kanan kiri, pundak sudah kesakitan, tonggak bambu itu tetap tidak bergerak, karuan dia menjadi jengkel, akhirnya pentung dia buang, kedua tangan pegang tonggak bambu itu terus kerahkan seluruh tenaganya mencabutnya keatas.

Siang Wi memang dibekali tenaga raksasa sejak dilahirkan, begitu dia kerahkan kekuatannya tonggak bambu itu mulai terangkat sedikit. Setelah diulang beberapa kali, tonggak bambu itu akhirnya tercabut seluruhnya. Karuan senangnya bukan main, bambu masih dipegang kencang terus disendai keras kesamping.

Maka terdengarlah suara gemuruh, langit-langit lorong itu ambruk sehingga bolong dan menyorotlah cahaya terang kedaiam lorong yang gelap. Menyusui pasir kuning yang lembut seperti dituang saja menguruk kebawah.

Tenaga sendai sigede terlalu besar, begitu tonggak itu copot dia sendiri ikut tertarik kepinggir lima kaki, hingga pasir kuning menguruk seluruh kakinya sebatas paha.

Semula masih sempat kupingnya mendengar suara bentakan ramai diatas, tapi hanya sekejap suasana menjadi sepi. Lekas si gede melonjak berdiri sambil meraih pentung terus merambat keatas lobang. Diatas pasir tak bisa menggunakan tenaga, badan sigede yang besar berat pula, hanya dua langkah kakinya sudah terjeblos hingga dia roboh terjengkang, dengan pentungnya lekas dia menyanggah badan serta merambat bangun pula kearah lobang diatas. Waktu dia angkat kepala selayang pandang hanya pasir kuning melulu, maka hatinya bingung dan heran: "Tempat apakah ini ? Apakah disini ada laut ?'

Tengah dia celingukan dengan bingung, mendadak didengarnya suara dari atas pasir sana serta muncul bayangan orang: "He, bocah gede, bagamana kau bica muncul dari bawah tanah ? Sekarang jangan bergerak dulu, biar kubantu kau membuka jalan diatas pasir ini."

”Ih losu," seru sigede, tolong lekas kau bantu aku. Terus terang perutku sudah lapar. Kemana pula orang banyak ?"

"Baiklah, segera aku bantu." Lalu dia lompat turun diatas tumpukan pasir serta merambat naik pula. Tak lama kemudian si gede sudah ditarik keluar oleh Ih Tiau-hiong tak urung sekujur badannya kotor oleh pasir kuning, Ternyata lobang besar diatas lorong kebetulan tepat ditengah barisan bambu runcing yang dipasang dipasir kering.

Seperti diketahui Hong Kiat sengaja memancing Liok Kiam- ping bertanding diatas barisan bambu ditancap dipasir itu, sebelumnya diapUn sudah menyiapkan Bwe-hoa-toh-bing- ciam yang ganas untuk adu jiwa dengan lawan- bila masih gagal juga merobohkan lawan dan pihak sendiri yang kalah, terpaksa dia akan meledakkan bom geledek yang sudah dipendam dibawah pasir, bukan saja orang-orang gagah Hong-lui-bun akan mampus seluruhnya oleh ledakan dahsyat itu, seluruh perkampungan Kwi-hun-ceng inipun akan hancur luluh oleh ledakan demi ledakan-

Diwaktu dia menantang Liok Kiam-ping, sementara anak buahnya sedang sibuk mengatur bahan-bahan peledak. Dilua r perhitungannya pula bahwa sigede yang ketinggalan ini tanpa sengaja justru main trobos masuk kelorong bawah tanah, bukan saja mematikan sumbu peledak. barisan bambu diatas pasir itupun ambruk kebawah.

Waktu Kiam-ping meluputkan diri dari timpukan jarum musuh dengan Ginkangnya yang tinggi, tubuhnya menukik lurus kebawah seenteng kapas, turun dibela kang Kim-kong-ci Hong Kiat, Kim-kong-ci Hong kiat terpesona oleh demontrasi Ginkang yang tiada taranya itu. maklum bahwa pihak dirinya takkan mungkin menang, ingin dia segera meleeakkan bom d iba wah pasir, tapi dia juga tahu bahwa orang-orangnya belum selesai mengatur bagian bawah, terpaksa dia harus mengulur waktu.

Diwaktu otaknya bekerja mencari akal untuk menghadapi musuh itulah, bagian tengah barisan bambu diatas pasir tepat dimana bom peledaknya terpendam mendadak ambruk dengan suara gemuruh, melesak runtuh kedalam tanah.

Sudah tentu kejadian ini bukan saja mengejutkanjuga memusingkan kepalanya, batinnya: "Lorong sekokoh itu tanpa sebab tidak mungkin runtuh. orang-orang Hong-lui-bun semua ada disini, tidak mungkin ada yang mendadak merusak rencanaku didalam lorong bawah tanah," Padahal sigede yang ketinggalan itu telah dilupakan olehnya, "Bantuan dari luar juga tidak mungkin datang secara kebetulan. Mungkinkah ada orang orang Ham-ping-kiong yang sudah mengkhianat membantu pihak musuh"

Betapun runtuhnya barisan bambu itu merupakan pukulan berat bagi pihaknya, mumpung masih ada kesempatan kalau tidak lekas pergi, bila terlambat pasti menyesal seumur hidup. mendadak dia bersuit panjang memberi tanda kepada anak buahnya, berbareng kedua tangan didorong lurus ke depan. Terdengar dua kali jepretan pula, dua rumpun jarum halus kembali melesat keluar dari dalam bung bung, masing-masing mengincar Liok Kiam-ping dan rombongan besar orang-orang Hong-lui-bun.

Mendengar suitan panjang dari mulut Hong Kiat, orang- orang Ham-ping-kiong bergegas berlompatan mundur, tanpa membuka suara mereka berlompatan keluar pagar tembok. Sementara Hong Kiat sendiri setelah menyambitkan jarumnya, ikut kabur dari tempat itu.

Dua kali Liok Kiam-ping selamat dari seranganjarum berbisa lawan, sekarang dia tidak perlu gentar lagi, lekas dia menyingkir lima kaki kesamping, Serangan ketiga ini pun tidak mengenai dirinya. Sejak tadiJian-li-tok-heng memang sudah menggenggam biji teratai besi, sekarang tiba saatnya dia pamer kepandaian, lima bintikjarum menyambar ke arah orang banyak, kontan dia ayun tangan menimpukkan biji teratai besi, kelima Bwe-hoa- ciam kena ditimpuknya jatuh semua.

Bila Kiam-ping berhasil menyelamatkan diri dari s a mb era n Bwe-boa-ciam musuh, dilihatnya Hong Kiat sudah kabur melompati pagar tembok. Saking gusar dia memekik seram, dengan gerakan cam-llong-seng-thian, tubuhnya melambung lima tombak, secepat panah mengudak keluar pagar.

Demikian pula orang-orang Hong-lu^bun yang lain membentak dan mencaci maki, beramai-ramai mereka mengudak keluar. Hanya coh-siang-hwi yang terluka, dia masih harus menjaga Tio-jin-kiat, maka hanya mereka berdua saja yang masih tinggal d is itu.

Begitu tiba diluar pagar Liok Kiam-ping meluncur turun, kabut pagi masih tebal, lapat-lapat kelihatan puluh a n tombak didalam hutan bayangan orang berkelebat, tanpa ayal dia menjejak kaki ditanah, tubuhnya berlompatan beberapa kali, mengembangkan Ling-hi-pou-hoat. G^ak tubuhnya laksana damparan angin les us, melesat kedepan dengan kencang.

Diluar sungai pelindung perkampungan merupakan hutan belantara yang lebat, maju pula kedepan adalah mulut gunung. Sementara itu bayangan orang didepan itu masih terpaut puluhan tombak. yakin beberapa kali lompatan pula pasti dirinya dapat menyandak.

Hatinya sudah kebacut girang, gembong iblis yang jahat kali ini pasti takkan lolos. Tapi setelah dia mengitari perut gunung, seketika dia celingukan heran dan kaget, bayangan yang dikejarnya ternyata telah lenyap dalam sekejap ini.

Samar-samar Liok Kiam-ping masih kenal daerah sekitar ini, dulu waktu kecil sering juga dia dolan ditempat ini, melewati perut gunung, maju kedepan lagi adalah tega la n yang belukar dan tiada jalan menembus kejurusan lagi.Jarak belasan tombak hanya ditempuh sekejap mata, pada hal orang-orang Ham-ping-kiong sebanyak itu, bagaimana mereka bisa melarikan diri dalam jangka sependek ini ? Kiam-ping tahu urusan agak ganjil, dibelakang kejadian pasti ada rahasia yang belum diketahui.

Maka dia panggil orang banyak berkumpul lalu membagi tenaga mencari ke segala jurusan- Dalam jangka satu jam daerah itu boleh dikata sudah digeledah. tetap tidak menemukanjejak musuh. Sementara fajar telah menyingsing, terpaksa orang banyak kembali kemulut gunung, tunggu punya tunggu semua sudah balik, hanya It-cu-kiam saja yang belum kunjung tiba.

Kiam-ping gelisah dan tidak sabar lagi.

Padahal orang banyak sudah bertempur semalam suntuk. meski Lwekang mereka tinggi juga harus beristirahat. Maka dia minta orang banyak pulang dulu ke Kwi-hun-ceng, bersamaJian-l^tok-heng mereka mencari ke arah It-cu-kiam pergi. Dengan cermat mereka menyelidik dan mencari dengan teliti.

Satu jam kemudian mereka memasukijalanan kecil yang penuh ditumbuhi rumput alang alang, dua dinding gunung mengapitjalan kecil ini jadi bentuknya mirip selat gunung, tapi karena jarang dilewati orang, maka jalanan kecil ini sudah ditumbuhi rumput liar. Selat sempit ini berliku-liku, makinjauh kedalam keadaannya makin seram dan menakutkan.

Kiam-ping berdua terus maju puluhan tombak, dipinggir dinding gunung sebelah kanan terdapat sebuah batu raksasa yang menonjol, pada hal sekitar sini tiada batu lain dan batu raksasa inipun menghadang jalan, jadi amat menyolok.

Rumput liar disekitar batu raksasa tumbuh satu kaki tingginya. kelihatan rumput di sini morat marit seperti ditindih barang berat hingga rebah datar diatas tanah. Maju lagi adalah semak-semak yang belukar. Jian-li-tok-heng merasa heran, katanya:

"Daerah yang jarang dijelajah manusia, tinggi rumput lebih satu kaki, bagaimana mungkin bisa roboh kalau tidak tertindih benda berat ? Dilihat keadaannya, kejadian baru saja, mungkin... ' tiba-tiba dia jemput sepotong batu sebesar mang kok lalu lompat keatas batu raksasa serta menghantam dinding gunung dengan batu ditangannya.

Ternyata bunyi ketukan itu menimbulkan gema kosong dibalik dinding, lekas dia berkata: 'Keadaan dibalik dinding agak mencurigakan, mari kita geser dulu batu besar ini.'

Batu raksasa itu ada ribuan kati beratnya, tapi dengan gabungan tenaga mereka berdua dengan mudah batu itu dirobohkan kesamping, dan terbuka lah sebuah lobang persegi lebar tiga kaki. Mulut lobang ternyata rata halus seperti diiris pisau. jelas hasil buatan manusia. Lobang goa ini amat dalam dan sempit panjang tak terlihat ujungnya.

Liok Kiam-ping berkata kepada Jian-li-tok-heng: "Lo-koko, tolong kau jaga di mulut gua, biar Siaute yang -memeriksa kedalam."

Jian-li-tok-heng mengerut kening, katanya: "Gua ini bentuknya cukup mencurigakan, kuatirnya ada perangkap didalam, biar aku saja yang masuk." dia kuatir sebagai ciangbun meski berkepandaian tinggi, tapi kurang pengalaman, kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan tentu berabe, maka dia tidak ingin Kiam-ping menyerempet bahaya.

Liok Kiam-ping bernyali besar, wataknya angkuh lagi, bahwa Jian-li-tok-heng menguatirkan keselamatannya, sungguh terharu hatinya, dengan tersenyum dia berkata: "Lo- koko tak usah kuatir, gua kecil dialas pegunungan, yakin takkan ada mara bahaya besar, yakin Siaute masih mampu mengatasi." tanpa menunggu jawaban Jian-li-tok-heng segera dia melompat turun kedalam gua, dengan langkah lebar dia masuk kedalam.

Gua ini gelap gulita, lima jari sendiri juga tidak kelihatan- Setelah maju beberapa langkah Kiam-ping berdiri sejenak. memusatkan perhatian memasang kuping, kini matanya sudah biasa ditempat gelap lambat laun pandangannya mulai terang. Tinggi gua setombak, lebarnya empat kaki, gua inijelas buatan manusia karena dindingnya rata seperti terpacul, jelas belum lama ini dibangun. Semakin dalam hawa terasa makin dingin dan lembab, desis air mengalir tampak gemericik diantara celah-celah dinding membasahi lantai gua.

Setiap tiga tombak diatas dinding dipasang sebuah obor dari bambu, obor padam tapi terasa masih hangat, jelas belum lama dipadamkan.. Segera Kiam-ping keluarkan ketikan lalu menyulut obor, begitulah setiap obor dia nyalakan hingga lorong gua ini semakin terang, semakinjauh keadaan semakin nyata.

Kiam-ping sudah menyusuri lorong gua satu jam lamanya, tapi belumjuga tiba diujung, dalam hati dia menggerutu, pikirnya berhenti: "Lorong gelap macam apa ini ? Diatas pegunungan seperti ini, buat apa membuang banyak tenaga membangun proyek sebesar ini? Apa gunanya ? Setelah orang-orang Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng, ratusan li daerah sini boleh dikata berada dalam kekuasaan dan pengamatan mereka, mungkinkah ada rombongan besar dari golongan lain bisa membangun proyek d iba wah tanah sebesar ini dipegunungan ini ?' tak perlu diragukan lorong gua inipun pasti dibangun oleh pihak Ham-ping-kiong, sebagaijalan mundur mereka bila mengalami kekalahan total, Kemungkinan besar It cu-kiam Koan Yong juga terperangkap didalam gua ini.

Karena menguatirkan keselamatan It-cu-kiam Koan Yong, maka amarah Kiam-ping berkobar, sebelum ini dirinya tidakpernah kenal dia, dengan suka rela dia datang membantu, sekarang orangnya hilang tak karuan paran, adalah menjadi kewajibannya untuk menemukan kembali mati atau hidup, betapapun dirinya tidak boleh mundur.

Segera dia mempercepat langkah meneruskan perjalanan kedepan. Mendadak sebuah ledakan dahsyat terdengar dari mulut gua, begitu keras ledakan ini sehingga lorong gua di mana Kiam-ping berada seperti digoncang gempa.

Dalam pada ituJian-li-tok heng yang menunggu dimulut gua sudah resah dan gelisah, tiba-tiba kupingnya mendengar tawa dingin seseorang yang lirih dibelakangnya. Dia tahu kemungkinan dirinya sekarang sudah ada dalam pengawasan musuh, sementara dia tidak boleh meninggalkan mulut gua. Maka dia pusatkan perhatian kesekitarnya.

Sebuah gelak tawa memecah kesunyian, seorang berkata pongah: Jian-li-tok-heng, ternyata memang cerdik pandai, tapi hanya kau seorang memangnya dapat berbuat apa di sini?" Habis perkataannya dari atas dinding curam melayang turun bayangan seorang laksana seekor rajawali hinggap ditengah selat.

Begitu menginjak bumi kedua tangan Kim-kong-ci Hong Kiat lantas menyilang dan bergerak turun naik bertemu ditengah terus didorong sekali kearahJ ia n- li-tok h eng.

Tahu Lwekang lawan amat tangguh, betapapunJian-li-tok- heng tidak berani melawan dan menyambut secara keras. B eg itu pukulan lawan menerpa tiba lekas dia melompat lima kaki, berbareng kedua lengannya membundar terus miring tubuh dari samping menyendal kedua telapak tangan balas menepis angin pukulan lawan-

Begitu benturan terjadi, meski Jian-li-tok-heng melawan dari samping tak urung dia tergentak mundur setindak. Sementara Kim-kong-ci Hong-kiat hanya menggeliat sedikit.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar