Duri Bunga Ju Bab 24: Tiga pedang serangkai

Bab 24: Tiga pedang serangkai

Seorang wanita, apalagi gadis yang suci, jika telah menemukan prang yang dicintainya adalah seorang pemerkosa, seorang Cai Hua Zei, lelaki yang tidak punya hati yang tukang 'pukul lalu lari', kesedihannya, sakit hatinya, sulit bisa dibayangkan orang.

Xu Jia-rong bersembunyi dipenginapan ini, dia menutup pintu dan menangis selama empat jam.

Dia cantik, dia dingin, memberi kesan bukan seperti orang yang mudah memberikan perasaannya pada orang.

Namun mengapa dia bisa jatuh cinta pada Li Yuan-wai?

Benarkah wanita lebih dingin, tapi hatinya biasa lebih panas?

Benarkah wanita semacam ini, sekali mencintai seseorang, tidak bisa mengendalikan diri?

0ooo(dw)ooo0

Dia telah mengelap air matanya.

Dia sedang menulis huruf di atas dinding dengan pisau . "Li Yuan-wai, aku benci kau."

Kebenciannya begitu dalam, sampai dia mengukir huruf- huruf ini didinding.

Kebenciannya yang begitu dalam, tentu juga bisa dibayangkan betapa dalam cintanya.

Cinta dan benci memang saling bertentangan, bukankah begitu?

Dengan diam, dia fokus menulis sedikit demi sedikit dindingnya.

Fokusnya seperti ingin menghapus bayangannya Li Yuan-wai sedikit demi sedikit di dalam hatinya. Tapi, mungkinkah?

Mencintai seseorang terkadang tidak perlu ada alasan, malah sekali pandang bisa langsung jatuh cinta.

Tapi ingin melupakan seorang yang dicintai, tidak bisa mudah melakukannya?

Dia juga merasa ini tidak mungkin, tapi dia mana bisa meninggalkan huruf-huruf itu tertinggal dinding? Bagaimanapun tempat ini bukan di rumahnya sendiri, juga bukan dinding kamarnya sendiri.

0ooo(dw)ooo0

Dia telah menangis dari siang sampai sore.

Jika kau pernah menangis, kau pasti tahu seseorang setelah nangis sepuas puasnya, tubuh akan terasa lelah sekali.

Sehingga karena lelahnya sampai tidak bisa bergerak. Malam, malam ini tidak ada bulan.

Malam yang tidak ada bulan selalu adalah waktu paling baik untuk berbuat jahat.

Betul saja sudah datang, orang yang berbuat jahat sudah datang.

Xu Jia-rong sudah tertidur lelap, tidurnya mungkin sampai ada gunturpun tidak akan bisa membangunkan.

Sebilah pisau tipis yang bersinar, dengan tidak bersuara telah membuka palang jendelanya. Orang ini tanpa suara sudah masuk ke dalam.

Dia mendorong jendela dengan perlahan, dan hanya cukup menutup saja, pencuri yang kelas tinggi selalu menyiapkan jalan untuk mundur dulu, orang ini sungguh ahli dalam hal ini. Dengan pelan-pelan, dia telah mendekat keranjang, membuka kelambu, dua bola matanya hampir saja keluar, menatap pada orang yang berada di atas ranjang.

Di atas ranjang, rambut panjang Xu Jia-rong terurai, wajah cantiknya yang tipis, pelupuk matanya tertutup rapat, disudut matanya masih tertinggal sebutir air mata.

Mungkin di dalam mimpinya terpikir apa yang teringat kejadian siang harinya.

Dia tidur tidak melepas bajunya, satu sudut selimut menutup dirinya, sepasang lengan yang putih bagaikan salju terjulur keluar, posisi tidur yang seperti bunga teratai tidak saja membuat hati orang berdebar-debar, juga membuat orang kasihan.

Bibirnya yang mulus itu digigit dengan perlahan oleh giginya yang putih laksana kerang laut, apakah kebenciannya pada Li Yuan-wai sudah sampai sedalam itu? Bencinya sampai dia menggigit gigi?

0ooo(dw)ooo0

Seorang pencuri telah masuk ke rumah, dia tidak membuka peti tidak membalikkan lemari, seharusnya tidak dianggap sebagai pencuri.

Memang, pencuri pun dibagi dalam beberapa macam, ada bangsat gunung, pencuri kuda, ada perampok.

Seperti orang ini tentu saja adalah Cai Hua Zei. Wajahnya yang agak bulat itu, sudah jadi merah sekali,

terangsang oleh pemandangan wanita cantik di atas ranjang.

Di dalam matanya penuh dengan nafsu birahi, nafasnya sudah menjadi cepat, dan juga tubuhnya sudah ada perubahan, sama kencangnya membuat dia sulit menahan. Dari dalam dadanya mengeluarkan sapu tangan pembius, dia ingin menutup wajahnya Xu Jia-rong dengan sapu tangan itu, setelah beberapa kali ragu, akhirnya dia kembali menyimpan kembali, tapi tiba-tiba dia menotok beberapa jalan darahnya.

Xu Jia-rong bereaksi dan segera bangun, disaat hampir tertotok jalan darahnya. Namun, sudah terlambat.

Dia membuka mata dan ketakutan, dalam kegelapan malam hanya terlihat orang ini tubuhnya agak gemuk, dia ingin berteriak, dia ingin bicara, dia ingin membunuh orang dihadapannya, namun dia bergerak pun tidak bisa, dia hanya dapat membuka mulut, tapi sedikit suara pun tidak bisa keluar.

Sebuah gerakan reflek, Xu Jia-rong sudah mengerti apa yang terjadi, dia bertemu dengan siapa.

Xu Jia-rong menutup mata, bersamaan hatinya sudah hancur seribu keping, sepuluh ribu keping.

Di dalam kegelapan malam walau dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah orang ini, tapi dia telah terpikir siapa dia ini.

"Li Yuan-wai, Li Yuan-wai, aku pasti membunuhmu, aku pasti akan membunuhmu" dia terus-terusan berteriak di dalam hati.

Dia menutup matanya rapat rapat, sampai membuka mata juga tidak mau.

Dia takut membuka matanya, karena dia sungguh tidak ingin melihat sekali lagi wajah binatang ini.

Dia tidak berani membuka mata, karena dalam kegelapan dia sudah merasakan orang ini sudah membuka semua bajunya. Jika dia membuka mata, dia bisa berbuat apa?

Apa dia ingin melihat wajah Li Yuan-wai yang menjijikan? Atau bisa merubah segalanya?

0ooo(dw)ooo0

Bajunya satu persatu sudah dibuka orang, tubuhnya satu persatu cun terlihat jelas, walau dalam kegelapan malam, tetap saja orang dapat merasakan itu adalah kulit yang putih bersih, licin laksana minyak membeku.

Xu Jia-rong gemetar seperti kedinginan dia ingin sekali mempunyai akal agar bisa segera memotong tangan kotor yang meraba-raba tubuhnya itu.

Namun, kecuali air matanya membasahi bantal, hati menangis darah, siapa lagi yang bisa menolong dia?

Sebuah nafas terengah-engah berhenti di atas wajahnya, bau mulutnya hampir saja membuat dia muntah-muntah, semua ini dia masih bisa tahan, yang tidak bisa tahan adalah tubuh yang semakin menekan dirinya.

.... Siapa yang dapat menolong aku? Siapa yang dapat menolong aku?

.... Ohh langit! Aku Xu Jia-rong sia-sia mempunyai kepandaian tinggi, kenapa sampai kesuciannya juga tidak bisa melindunginya?

Dalam hati dia berteriak-teriak, dia juga putus asanya siap menggigit lidah membunuh diri.

Terdengar satu suara nyaring, Xu Jia-rong tidak keburu menggigit lidah untuk bunuh diri, dia sudah mendapat sebuah tamparan, bersamaan itu dagu dia ditahan orang.

Penghinaan yang tidak ada habisnya, malu yang tidak ada habisnya, juga kemarahan dan kesedihan yang tidak ada habisnya. Dia membuka matanya, dia dingin melihat wajah Li Yuan-wai.

Ditengah malam Xu Jia-rong ditelanjangi orang, memang membuat dia ketakutan.

Namun ketakutannya dia sekarang makin menjadi-jadi, sehingga sudah sampai keadaan yang sulit digambarkan.

Karena dia telah melihat dengan jelas orang ini ternyata bukan Li Yuan-wai.

Walau orang ini sama berwajah bulat, walau orang ini sama bertubuh yang agak gemuk.

Sekarang dia baru mengerti didunia ini bukan hanya Li Yuan-wai yang mempunyai wajah bulat, dia juga baru mengerti orang yang mempunyai tubuh agak gemuk belum tentu pasti Li Yuan-wai.

Tentu saja setelah melihat wajah orang ini dengan jelas, dia malah berharap dia adalah Li Yuan-wai.

Bagaimana pun Li Yuan-wai pernah dia cintai, bagaimana pun dia masih lebih bisa menerima Li Yuan- wai.

Orang yang mempunyai wajah bulat yang sama dengan Li Yuan-wai dengan kejam telah membuka mulut, "Ingin mati!? Sialan, tidak segampang itu!? Aku sudah banyak melihat wanita seperti ini, kau baik-baik saja, jangan pura- pura sebagai wanita yang suci."

Seorang wanita lebih cantik lagi, lebih enak dipandang lagi, jika dagunya ditekan orang, mana bisa menjadi cantik lagi? Mana bisa enak dipandang lagi?

Bukan saja tidak enak dipandang, dan juga pasti sangat jelek sekali, masalah ini tidak perlu dibayangkan lagi, sama seperti satu tambah satu adalah dua. Disaat begini, laki-laki siapa pun tidak ingin melihat wajah yang begini, karena wajah begini bukan saja bisa menakutkan orang jadi ‘lemas', lebih-lebih bisa melemaskan 'benda' apa pun.

Orang ini jelas sudah mempunyai sesuatu yang aneh, dia melotot menatap Xu Jia-rong berkata, "Aku sekarang lepaskan dagumu, jika kau tidak baik-baik diam, jangan salahkan aku kejam."

Dia masih bisa mengatakan tidak kejam? Dia sekarang berada di atas tubuh orang!

Ketakutannya Xu Jia-rong telah hilang, dilanjutkan dia telah menjadi tenang.

Bukan saja tenang, malah tenangnya menakutkan orang. Dia   dengan   dingin   menganggukkan   kepala.  "Bagus,

bagus, ini baru wanita yang tahu situasi, kau harus tahu,

aku tidak perduli kau mau atau tidak aku tetap akan melakukannya, dengan begitu mengapa kau tidak pasrah saja!" sambil melepaskan dagunya Xu Jia-rong, sambil tertawa kotor dia berkata, "He he.... apa lagi, apa lagi hal yang beginian hanya seorang diri yang senang sungguh tidak berarti, bagaimana? Bagaimana kalau aku lepaskan jalan darahmu? Asal baik-baik melayani, aku jamin kau nanti ada kegembiraan yang tidak terduga, hmmm?"

Xu Jia-rong sudah tertawa, seperti intan bersinar indah di dalam kegelapan malam hari, dia kembali menganggukkan kepala.

Kapan orang ini pernah melihat tawa secantik ini?

Bagaimana bisa dia terpikirkan, tawa semacam ini bisa muncul diwajah wanita yang hampir saja bunuh diri? Ada keterkejutan dan gembira, orang ini seperti mendapat benda pusaka sambil melepas totokannya Xu Jia- rong, sambil berkata, "Bagus, bagus, terlalu bagus, sejak mulai kau masuk kepenginapan, aku sudah mengagumi kau, tidak diduga, tidak diduga kau begitu baik, sialan, jika tahu dari tadi, he he.... aku juga tidak perlu repot repot begini.... he he. ”

Jalan darahnya memang sudah terbuka, namun orang ini meninggalkan beberapa jalan darah yang masih tertotok, yang dilepas hanya jalan darah bisu dan sepasang kaki Xu Jia-rong.

Rupanya dia masih sedikit berjaga-jaga? Dia telah melihat Xu Jia-rong membawa pedang!

"Wanita yang membawa pedang seperti bunga yang berduri, he he. gadis besar, kau maafkanlah, bagusnya hal

begini tidak banyak memerlukan tangan, kau tenang saja, setelah selesai nanti, aku pasti, aku pasti akan melepasnya, he.... he.... he" kata dia dengan wajah yang mengeluarkan liur.

Setelah Xu Jia-rong mendengarnya, dengan tenang berkata, "Terserah kau saja!"

Dia menunggu, bersamaan dia juga menahan mulut baunya dia tidak berhenti-hentinya mencium-cium di atas wajah Xi Jia-rong.

Akhirnya dia sudah terangsang betul, sudah siap kembali menekannya.

Orang ini tahu ini adalah saat yang tegang dan merangsang, tapi dia mana tahu ini adalah saat yang bisa mencabut nyawa seseorang?

0ooo(dw)ooo0 Sepasang kaki wanita memang bisa membuat orang nikmat, tapi juga bisa membuat orang memuntahkan darah.

Orang ini sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, dia hanya tahu dia baru saja ingin tengkurap, kedua belah sisi pinggangnya merasa sangat sakit sekali, dadanya merasa manis, dia telah ditendang jatuh ke bawah ranjang, darah telah keluar dari mulutnya.

Sepasang kakinya Xu Jia-rong, benar juga adalah sepasang kaki yang bisa mencabut nyawa orang.

Dia telah bangkit duduk, terhalang dengan kelambu ranjang, dia ragu-ragu apakah mau turun ranjang atau tidak.

Karena di atas meja ada lampu, sekali dia turun ranjang bukankah tubuhnya akan tampak nyata?

Orang ini tidak menunggu Xu Jia-rong berpikir lebih lama, dengan telanjang seperti seekor binatang yang terluka, sambil menggulingkan tubuh dia merangkak kemudian meloncat keluar dari jendela.

Bagaimanapun dia tahu menunggu sepasang kaki itu menginjak ke tanah, dirinya mungkin akan mati oleh sepasang kaki wanita ini.

Xu Jia-rong menatap bayangan orang yang menghilang diluar jendela seperti terkena guna-guna.

Dia sungguh tidak percaya pandangan matanya, karena dia telah melihat satu hal yang sulit dipikirkan dengan pikiran normal.

"Kenapa bisa? Kenapa bisa ada hal demikian....” dia bergumam sendiri.

Coba terka apa yang telah dilihatnya? ketika orang itu membalikkan tubuh melarikan diri, justru dia telah melihat di atas pantat orang itu ada bekas luka yang menonjol sebesar telapak tangan, seperti bekas luka tapi bukan.

Tidak aneh dia jadi tertegun, juga tidak aneh dia bisa bergumam.

Tiba-tiba dia mengerti, mengerti sudah apa sebenarnya yang terjadi antara Li Yuan-wai dan Ouwyang Wu-shuang.

Wajah bulat yang sama, tubuh yang sama gemuk, walau dia tidak melihat ciri yang ada dipantat Li Yuan-wai, benar tidak sama dengan yang dipunyai orang itu, tapi dia tahu Ouwyang Wu-shuang pasti telah salah mengenal orang, sama seperti dirinya sendiri.

Ini sungguh satu hal yang kacau, sangat lucu, sangat tidak masuk akal.

Jika Xu Jia-rong tidak melihat dengan mata kepala sendiri, sampai mati pun dia juga akan mengira Li Yuan- wai adalah seorang jahanam.

Sambil mengerakan Qi nya, dia berhasil melepaskan totokan jalan darahnya, dia memikirkan banyak hal.

.... dia bersyukur dirinya bisa mempertahankan kesuciannya.

.... dia juga bersyukur telah memecahkan salah-paham yang besar ini.

.... bersamaan itu, dia sudah mulai merindukan senyum Li Yuan-wai, perkataannya yang lucu, semua tentang Li Yuan-wai.... semuanya.... yang hebat adalah dia malah sedikit merasa berterima kasih pada binatang itu, walau dia tahu, jika dia bertemu untuk kedua kalinya dengan orang itu, dia pasti akan membunuhnya. 0ooo(dw)ooo0

Sinar lampu yang kekuning-kuningan, menyinari dinding yang kekuning-kuningan.

Xiao Dai baru saja akan tidur.

Dari pohon Wu Dong diluar jendela berbunyi ditiup angin, satu suara baju ditiup angin berhenti diluar kamarnya Xiao Dai.

Xiao Dai tidak lagi mengantuk, dengan segera dia berreaksi, menyentik jari memadamkan lampu minyak, matanya Xiao Dai bersinar dikegelapan, dengan diam diam dia mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi musuh.

"Tangan Cepat Xiao Dai, kau tidak perlu bersembunyi lagi, keluarlah, kami menunggumu diluar. ”

Xiao Dai melangkah kesisi jendela, dari celah jendela dia melihat keluar, di dalam kegelapan malam ada banyak bayangan orang memenuhi seluruh pekarangan penginapan yang kecil ini.

Ada sedikit perasaan terpaksa, juga ada perasaan tidak senang diganggu waktu tidurnya, Xiao Dai telah membuka pintu.

Menutup rapat sepasang bibirnya, Xiao Dai melotot pada mereka, sedikit pun tidak menunjukan perasaan.

Diwaktu begini, dalam situasi begini, Xiao Dai tentu saja tahu orang yang datang ini bukan untuk bertamu.

Dia tidak ingin banyak berpikir, bagaimana pun dia tahu didunia ini jika ada hal yang seharusnya datang, itu pasti akan datang, memikirkan yang bukan keinginannya tentu akan sia-sia. Makanya dia menunggu, menunggu sekelompok orang ini menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Betulkah kau adalah Tangan Cepat Xiao Dai, kau belum mati? Bagus sekali."

Bagus sekali? Itu baru aneh!

Karena siapa pun bisa mendengar orang yang berbicara ini, jelas menginginkan sekali Xiao Dai cepat mati.

Sorot mata Xiao Dai yang dingin, seperti dua bilah pedang tajam menatap pada orang yang bicara, tapi dia tetap tidak bicara.

Dia tidak tahu dirinya mati atau tidak, ada hubungan  apa dengan dia, dia juga tidak tahu mau apa orang-orang bisa berkumpul bersama.

Orang yang bicara adalah seorang pria setengah baya, berdandan seorang pesilat, jelas dia tidak enak dipelototi oleh Xiao Dai, tidak terasa dia mundur setengah langkah, setelah terpikir sesuatu, dia menjadi berani lagi, dia melangkah maju lagi satu langkah.

"Kau.... kau jangan menakut-nakuti orang, kami di sini tidak ada orang yang takut padamu. ”

Xiao Dai melihat pada orang-orang dipekarangan, lalu melihat bayangan orang diatap rumah, sedikitpun dia tidak gentar, nada bicaranya dingin menakutkan orang, katanya, "Aku tahu kalian tidak takut padaku, bicaralah! tengah malam kalian tidak pergi tidur malah berlari kesini tentu bukan hanya untuk bicara yang tidak ada gunanya bukan?"

Perkataannya bukan saja dingin, malah ada nada mengejek. Pria setengah baya berteriak, "Tangan Cepat Xiao Dai, kau jangan seenaknya saja bicara, kau lebih baik lihat denganjelas ”

Tidak menunggu lawan habis bicara, Xiao Dai tertawa dingin berkata, "Tentu saja aku melihat denganjelas, melihat tampang kalian tentu bukan datang untuk melamar menjodohkan adik perempuanmu betul tidak?"

Orang ini marah sampai gemetar, marah sampai tidak bisa bicara, mulutnya buka tutup beberapa kali hanya bisa bicara, "Kau.... kau. ”

Ternyata dia tidak menyelidik dulu dengan jelas, langsung berkata begitu saja dengan Tangan Cepat Xiao Dai, padahal seharusnya sebelumnya mempersiapkan diri dulu, jika tidak perutnya bisa pecah karena marah, sekarang dia hanya bisa menyalahkan dirinya yang sial.

Xiao Dai melirik pada lawannya, tampangnya santai saja.

"Sianjing, sialan, kau ini apa, Tangan Cepat Xiao Dai kau kira dirimu siapa? Sialan, aku Rase Terbang saat berkelana di dunia persilatan, entah kau masih bersembunyi di goa kura-kura mana, kau.... kau blasteran yang masih bau kencur ini. ”

Orang ini sudah gila.

Jika tidak mengapa dia berani memaki seperti ini?!

Yang aneh adalah Xiao Dai malah dapat menahan makian lawannya, tetap dengan sudut matanya dia memandang lawannya, wajahnya sangat dingin, siapa pun tidak bisa melihat dia sedang berpikir apa?

Setelah beberapa saat, Rase Terbang terdiam dengan wajah yang merah sampai ketelinga. Barulah Xiao Dai menggelengkan kepala, "Rase Terbang, apa kau ini blasteran yang keluar dari sarang anjing, sedikit sopanpun tidak ada? Pengalamanmu apakah didapat dari anjing membuka gordin? Mengapa kata-kata yang keluar dari mulutmu penuh dengan kotoran? Apa tidak takut merendahkan kedudukanmu sebagai ketua pelatih seluruh tujuh provinsi di Jiang Nan?"

Rase Terbang baru saja akan membalas, di dalam kegelapan malam dari gerombolan orang telah keluar tiga orang Dao Zhang, satu di antaranya yang berwajah kurus bersih berkata, "Sahabat Huang, buat apa kau meladeni orang seperti dia?"

Rase Terbang melihat tiga orang yang tampil keluar, jadi merasa disalahkan berkata, "Dao zhang, kau sudah melihatnya, orang.... ini. ”

Dengan mengangkat tangan menghentikan perkataan yang ingin dikatakan Rase Terbang, Dao Zhang yang berbrewok panjang berkata, "Aku mengerti." Lalu menatap Tangan Cepat Xiao Dai berkata, "sahabat kecil sungguh mempunyai mulut yang tajam."

Sekali melihat tiga orang berbaju Dao ini, di dalam hati Xiao Dai sudah ada firasat yang tidak baik, tapi dia tidak mengalah berkata, "Tidak juga, aku memang biasa begini, apalagi disaat dalam posisi berhadapan, Dao Zhang apakah Wu Dang. ”

"Tidak salah, aku adalah Wu Dang Yu Chen, dua orang ini adalah adik seperguruanku. ”

"Aku tahu, bukankah Yu Xiao, Yu Yun?" kata Xiao Dai dengan tawar, di dalam hatinya terasa pahit sekali.

Tiga Pedang Serangkai dari Wu Dang semuanya sudah tiba, bagaimana Xiao Dai bisa tidak terkejut? "Tidak berani, sahabat kecil sungguh bermata tajam,” kata Yu Xiao, Yu Yun berdua.

'Mata tajam? Kentut, kalian tiga orang hidung kerbau, Dao tua datang dengan wajah tegang, sama sekali tidak memandang orang, orang idiot juga tahu siapa kalian ini.' Xiao Dai berkata di dalam hati, tapi dimulut tidak berkata.

"Apa sahabat kecil adalah Tangan Cepat Xiao Dai?" Yu Chen Bertanya.

Ingin menghujat 'omong kosong', tapi bagaimanapun orang sudah lama ternama didunia persilatan, Xiao Dai menganggukkan kepala berkata, "Tidak salah."

"Apa kau tidak merasa telah bertindak keterlaluan, selalu tidak memberi ampun?" kata Yu Chen sudah emosi.

"Aku tidak merasa." Tangan Xiao Dai sudah ditopangkan didada, ini adalah posisi dia sebelum menyerang.

"Bagus, bagus, bagus, sahabat kecil memang orangnya terus terang, kelihatannya kematiannya Tangan Cepat Xiao Dai walau adalah satu hal yang disesalkan oleh dunia persilatan, tapi hidup Tangan Cepat Xiao Dai malah adalah mala petaka bagi dunia persilatan, hari ini kami sengaja datang meminta tanggung jawab atas nyawanya Pedang Qing Yun Xiao Qing, kau mulailah....” Yu Cheng berkata tiga kali bagus, pedangnya sudah dihunus.

Xiao Dai merasa curiga, baru saja akan bertanya lagi, waktunya sudah tidak keburu.

Satu golok Kepala Setan dengan membawa angin, telah datang menyerang, orang yang menyerang adalah Rase Terbang Huang Shi Gong.

0ooo(dw)ooo0 Ini adalah sebuah pertarungan yang tidak dimengerti.

Sepertinya semua hal yang tidak dimengerti didunia, Xiao Dai harus terlibat di dalamnya, ada yang tidak mengerti bisa bertemu dengannya, ada yang tidak mengerti dia menemukan.

Xiao Dai sudah terbiasa, dia juga tidak terburu-buru menjelaskannya, terhadap golok Kepala Setan yang mendadak menyerang, yang paling baik dia lakukan ialah membalas dengan telapak.

Siapa pun tidak terpikir tangannya Xiao Dai bisa secepat itu, tidak ada orang yang terpikir untuk menolong Rase Terbang Huang Shi Gong, juga tidak ada orang yang dapat menolong dia.

Sekejap disaat bentrok, Xiao Dai memiringkan tubuh telah menghindar dari golok yang memotong dari atas ke bawah, dan Rase Terbang benar benar seperti rase yang terbang, mendadak terlempar cukup tinggi, dan darah telah menyembur dari tubuhnya....

"Telapak Pisau Sekali Keluar, Nyawa Tidak Kembali", orang-orang dilapangan telah terpikir telapak pisaunya Tangan Cepat Xiao Dai, mereka hanya berdoa berharap itu hanyalah kabar saja.

Yang disayangkan adalah, kabar itu kadang-kadang adalah kenyataan, begitu tubuhnya Rase Terbang turun, setiap orang yang hidup bisa melihatnya dia telah menjadi orang mati.

Wajah setiap orang tampak ketakutan.

Mereka ketakutan mengapa tangannya Xiao Dai dalam waktu yang sangat singkat bisa membuat orang yang hidup berubah jadi orang mati? Alasannya mereka marah dan sedih ialah karena orang yang mati itu adalah temannya mereka....

"Sahabt kecil, sungguh kejam hatimu....” kata ujung pedangnya Yu Chen menunjuk pada Xiao Dai dengan marah dan sedih.

Mungkin dia menjaga harga dirinya, mungkin juga ini adalah gayanya aliran ternama, pedangnya tidak didorong ke depan.

Xiao Dai malah mengambil kesempatan yang 'kasihan' ini, dia sudah menerjang masuk kepekarangan, sambil berkata, "Jangan sebut aku sahabat, karena kalian semua adalah segerombolan bangsat, lebih-lebih Dao Shi yang ingin mengantar aku keakhirat."

Serangannya Xiao Dai menggila dan tidak memberi ampun, dia seperti harimau masuk kegerombolan kambing, melihat orang langsung memotongnya.

Karena dia tahu, secepat mungkin harus melemahkan kekuatan lawan.

Karena dia tahu walau dirinya bersujud minta ampun, orang tetap menginginkan nyawanya.

Di dalam gerombolan orang seperti ada bom meletus, teriakan, jeritan, ditambah serpihan daging dan potongan kaki beterbangan kesegala penjuru, membuat pekarangan penginapan yang kecil ini, seperti tempat pemotongan hewan....

Membunuh telah membuat matanya jadi merah, Xiao Dai menerjang kekiri menyerang kekanan, bertemu orang mengeluarkan serangan, melihat orang langsung memotong, ini adalah keunggulannya, tidak seperti lawannya selain harus menangkis serangan musuh, juga harus menghindar, takut melukai sesama teman. Jadi dia tetap tidak terluka, menyerang terus tanpa adayang perlawanan.

0ooo(dw)ooo0

Dilapangan Xiao Dai seperti seekor harimau gila.

Diluar lapangan Yu Chen bertiga seperti sapi jantan yang mencak-mencak marah.

Sebelumnya bagaimana pun tidak terpikir keadaannya bisa begini kacau.

Lebih lebih tidak terpikir Tangan Cepat Xiao Dai sekali bilang menyerang langsung menyerang, sehingga sampai ketaraf tidak kenal sanak famili.

Semuanya orang memang begitu, hanya bisa mencari alasan untuk dirinya sendiri selamanya tidak memikirkan orang lain, orang-orang ini datang, semuanya menghendaki nyawanya Tangan Cepat Xiao Dai, ini bagaimana bisa menginginkan Xiao Dai mengenal famili?

Juga bagaimana bisa menginginkan dia mengulurkan lehernya menerima dibunuh?

"Kalian, kalian berpencar, berpencar. ”

Ada orang yang berteriak.

Mengapa sekarang baru terpikir? hmm, masih belum terlambat, hanya di tanah telah ada lebih tujuh, delapan mayat, di jalanan pekarangan, dikebun bunga ada lima, enam orang sedang kesakitan.

Tubuh Xiao Dai bermandikan darah, rambutnya terurai, dia seperti sebuah tombak berdiri dipekarangan.

Dia sedikit pun tidak berkedip menatap Tiga Pedang Serangkai Wu Dang, selangkah demi selangkah mendesak maju. Dia tahu sekarang pertarungan yang sebenarnya akan dimulai, satu pertarungan yang belum tahu siapa yang akan mati.

Memandang Xiao Dai yang dingin, dahsyat, dan sedikit keji, di matanya Wu Dang Tiga Pedang Serangkai terkilas semacam rasa sedih, sakit, tidak dapat berbuat apa-apa, dan sedikit kegembiraan.

Mereka sedang berpikir orang dihadapan ini jika tidak dibunuh, di kemudian hari tidak tahu akan menimbulkan seberapa besar lagi banjir darah.

Mereka sedang berpikir harus dengan cara apa yang bisa mengalahkan musuhnya, ternama, tapi tidak dikatakan orang menangnya tidak jantan.

Dilapangan suasana jadi begitu hening Heningnya  seperti berada di dalam kuburan.

Segera tidak ada orang yang menjerit lagi Apakah mereka telah lupa akan kesakitannya?

Udara yang membeku, menyesakan memenuhi sekeliling tempat, disaat ini kecuali suara debarnya jantung, sepertinya nafas orang orang pun telah berhenti.

Hening seperti mati, seperti mati heningnya.

Setiap orang juga tahu keheningan saat ini adalah tanda awal kematian.

0ooo(dw)ooo0

Setiap orang yang berlatih silat semuanya berharap bisa menemukan seorang lawan yang benar-benar seimbang.

Apa lagi pesilat tinggi yang namanya lebih besar, namanya lebih akbar. Tangan Cepat Xiao Dai adalah pesilat tinggi, Tiga Pedang Serangkai Wu Dang namanya juga sudah ternama lama sekali, sekarang mereka telah menemukan lawan yang seimbang, semacam lawan yang tidak sayang pada nyawanya.

Ini adalah perasaan langsung, dan juga perasaan keenam yang aneh, hanya setelah mendapatkannya baru bisa merasakannya.

Bagaimana pun pesilat yang menemukan lawan yang hebat, sama seperti orang biasa menemukan kawan yang bertujuan sama, sehingga dalam keadaan tidak tahu siapa yang akan mati, juga sedikit banyak ada perasaan gembira dan semangat yang sulit dijelaskan.

Pedang telah dihunus, hawa pembunuhan telah bergerak.

Tiga lawan satu, tidak seimbang, bisa menang juga bukan satu kebanggaan Xiao Dai seperti dipaku ke dalam tanah, dia tidak melihat Tiga Pedang Serangkai Wu Dang yang bergerak tidak beraturan.

Benar-benar tidak melihatnya, karena dia telah memejamkan matanya.

Benarkah dia tidak melihatnya?

Tidak, dia sedang melihat dengan 'hatinya', memakai setiap syaraf di seluruh tubuh melihatnya, dia tahu dia tidak bisa dibingungkan oleh bayangan tubuh dan bayangan pedang musuh, dia juga tahu disaat ini hanya menggunakan 'hati', menggunakan setiap inci kulit ditubuh melihatnya, merasakannya, baru yang paling cocok, yang paling tepat.

Tiga pedang ada yang bergerak duluan, atau yang bergerak belakang datang duluan, ini semua pasti tidak bisa diikuti oleh mata, hanya dengan kulit baru bisa merasakannya, dengan hati baru merasakannya. Bayangan yang bergerak cepatnya sudah tidak bisa membedakan lawan atau kawan.

Xiao Dai hanya diam, dengan diam, seperti patung Budha yang menjelma, sudah menyatu dengan langit bumi dan segala benda yang ada, menunggu satu tanda tanya yang akan datang, yang belum diketahui....

0ooo(dw)ooo0

Ada orang mengatakan ada semacam taraf dalam ilmu silat, yaitu setiap inci adalah kelemahan, juga setiap inci bukan kelemahan.

Tiga Pedang Serangkai Wu Dang sudah merasakannya, juga sudah menyadarinya.

Sekarang Xiao Dai memberi kesan pada mereka, melihat keadaan Xiao Dai seluruh tubuhnya adalah kelemahan, namun setelah diteliti, mereka tidak tahu harus menyerang dari mana, setiap yang dianggap kelemahannya sepertinya berubah menjadi tempat yang terjaga ketat paling sulit diserang.

Waktu di antara mengalir dan terhenti diam-diam berlalu, kesabaran orang juga sudah sampai titik yang tidak bisa ditahan lagi. dari pihak mana pun.

'Anak panah di atas busur, mau tidak mau harus dilepas.' Sudah sampai saatnya melepas anak panah, sekarang....

Tiga pedang seperti hatinya sudah bersatu, bersama- sama dilayangkan, hanya saja siapa pun tidak terpikir kenapa bisa begitu lambat, lambatnya sampai seperti berlatih jurus, lambatnya sampai seperti satu cun demi satu cun didorongnya.

Penonton tidak mengerti. Perasaannya Xiao Dai malah lain, seperti ada satu hawa dingin timbul dari punggungnya.

Gerak lambat dilawan lambat, diam dilawan diam.

Tapi gerakan lambatnya penuh dengan hawa pembunuhan, sedang diam malah penuh bahaya.

Sungguh hebat Tiga Pedang Serangkai Wu Dang, mereka menyadari meski gerakan pedangnya lebih cepat lagi, tetap tidak akan bisa melebihi kecepatan telapak pisaunya Xiao Dai.

Sehingga mereka memilih melakukan serangan pedang dengan gerak lamban.

Sekarang mata Xiao Dai sudah dibuka, dengan tajam dia menatap tiga pedang yang ditusukan dengan gerakan perlahan pada dirinya.

Dia tahu tiga pedang ini walau bergerak perlahan, tapi, jika dirinya sedikit teledor, dan tidak bisa menahan diri, tiga pedang yang perlahan ini bisa menjadi pedang yang sangat cepat, dan juga kecepatannya tidak bisa dibayangkan.

Keringat dingin Xiao Dai telah bercucuran, matanya sudah menyipit sampai paling kecil.

Saat ini, tiga pedang ini seperti tiga ular yang paling beracun, dengan perlahan mendekat pada dirinya, dia sudah bisa merasakan lidah ular itu sudah menjilat tubuhnya.

Dia bisa menghindarkan pedang pertama, kemudian tangannya menangkis sebuah pedang lainnya, tapi, dia  tidak yakin bisa menghindar pedang ketiga itu.

Bukan saja dia tidak bisa menghindar pedang ketiga itu, sepanjang pengetahuannya didunia ini mungkin sudah tidak ada orang lagi yang mampu menghindar dari pedang ketiga ini, bagaimana pun lawannya adalah Tiga Pedang Serangkai Wu Dang, juga yang fatal adalah Tiga Pedang Serangkai saking dekatnya sampai ingin merubah posisi, merubah diri menghindar juga dirinya sudah tidak bisa.

Tiga Pedang Serangkai Wu Dang sudah menganggap Xiao Dai pasti terluka atau mati....

Orang yang menonton juga mengira Xiao Dai segera akan mati di bawah pedang....

Sehingga Xiao Dai sendiri pun tidak tahu apakah dirinya masih bisa hidup atau tidak....

Begitu pedang sampai tinggal satu Che lagi menyentuh Xiao Dai barulah ada perubahan.

Mereka tidak lagi bergerak perlahan, tapi berubah cepatnya mengejutkan orang.

Seperti tiga sinar pelangi, seperti juga tiga tali perengut nyawa, pedang dengan cepatnya sudah ditusukan....

Mata Xiao Dai segera bersinar terang, telapak pisaunya cepat seperti kilat dilangit barat telah menangkis pedang panjangnya Yu Chen dari sisi kanan, membalikkan tubuh juga menghindarkan tusukan panjang Yu Xiao dari arah sisi kiri....

Seperti yang dia pikirkan, dia tidak dapat menghindar serangan Yu Yun dari belakang.

Mata pedang telah masuk ke dalam daging, ada perasaan yang aneh dan dingin, tapi begitu mata pedang baru saja masuk sedalam tiga hun, otot punggung Xiao Dai telah mengencang, mengunci dengan kuat ujung pedang itu, menguncinya sampai Yu Yun ingin mencabutnya juga tidak dapat. Yu Chen, Yu Xiao belum keburu menyerang kedua kalinya, keadaannya sudah berubah.

Tubuhnya Yu Yun seperti kereta angin berputar tidak hentinya, dengan menjerit tubuhnya berputar terbang keluar, darah panas telah menyembur, telapak pisau nya Xiao Dai sudah tiga kali melewati pundak, pinggang dan bahunya dia.

Kemudian dia membalikkan tubuh, menahan kedua kali serangan dua pedang lainnya, dia menarik dada melengkungkan perut, sepasang tangannya menjepit, pedang panjang Yu Xiao sudah dijepit kencang, walau dada Xiao Dai masih terpotong oleh mata pedangnya Yu Chen, tapi terpotong dangkal.

Darah telah keluar, disaat dada Xiao Dai mengeluarkan darah, tulang kaki kanannya Yu Xiao sudah ditedang  patah, dia melepaskan diri mundur kebelakang....

Dia ketakutan melihat pada Xiao Dai, bagaimanapun dia seperti tidak percaya.

Dari wajah Xiao Dai yang pucat, tampak tawa pahit yang sulit digambarkan.

Betul, seluruh perubahan ini hanyalah sekejap mata, 'mengatakannya lambat, padahal waktunya cepat'.

0ooo(dw)ooo0

Dua jurus setengah, hanya dua jurus setengah. Karena jurus ketiga Yu Chen hanya setengah jurus.

"Yu Yun.... bagaimana lukanya adik seperguruan Yu Yun....?" Yu Chen dengan suara serak bertanya pada Xiao Dai.

"Ti.... tidak akan mati. ” jawab Xiao Dai. Seperti terlepas beban berat, pedang di tangan Yu Chen sudah diturunkan.

"Apa.... apa masih mau bertarung?" tanya Xiao Dai dengan serak.

Yu Chen mengeluh panjang sekali, katanya, "Sahabat kecil, kau tidak salah dijuluki Tangan Cepat, Tiga Pedang Serangkai Wu Dang yang dua sudah terluka, jika pertarungan diteruskan sepertinya. sepertinya sudah tidak

perlu, setelah hari ini, aliran Wu Dang akan mencari kau lagi untuk meminta pertanggung-jawaban nyawanya Pedang Qing Yun Xiao Qing. ”

Xiao Dai batuk dua kali, dengan mengusap luka didadanya dia berkata, "Bagus, bagus, Wu Dang memang aliran yang besar, asal Tangan Cepat Xiao Dai tidak mati, di kemudian hari Xiao Dai siap melayaninya setiap saat, setelah mengalami pertarungan ini kiranya Dao Zhang tahu aku bukanlah seorang yang takut mati, orang yang berani melakukan tapi tidak berani bertanggung jawab, jika mengatakan untuk membalas hari ini, aku pasti melayaninya, mengenai apa.... apa masalah Pedang Qing Yun Xiao Qing, Dao Zhang bisa mencari jalan lain menyelidiknya, urusan ini tidak ada sangkut pautnya denganku."

"Bagaimana penjelasannya?" tanya Yu Chen dengan mata bersinar.

"Aku sudah mengatakannya cukup jelas. ”

"Kau bukan anggota Perkumpulan Bunga Ju!?" Perkumpulan Bunga Ju? Perkumpulan Bunga Ju lagi?

Xiao Dai mengeluh di dalam hati.

"Terus terang saja, benda apa sebenarnya Perkumpulan Bunga Ju, aku sendiri masih belum jelas. ” Setelah menatap Xiao Dai beberapa saat, Yu Cheng mempercayainya, dia sudah benar-benar percaya pada Xiao Dai.

Memang ada orang yang pintar berbohong, bersandiwara, tapi tampangnya Xiao Dai sekarang sungguh tidak seperti sedang berbohong, apa lagi dia tidak ada kepentingan untuk menutupinya.

Tubuhnya Yu Chen sedikit gemetar, dalam hatinya berdetak tidak tenang, karena jika Xiao Dai bukan anggota Perkumpulan Bunga Ju, maka pertarungan hari ini, bukankah pertarungan yang beralasan, kacau delapan belas tingkat?

Terhadap pesilat tinggi Wu Dang, orang ternama  didunia persilatan Xiao Dai sudah mempunyai sedikit perasaan baik, bagaimana pun seorang pesilat bisa terus terang mengaku kekalahannya adalah satu hal yang sangat tidak mudah.

Xiao Dai sedikit mengerti dia tertawa berkata, "Dao Zhang, ada kata-kata 'tidak berkelahi tidak akan kenal', walaupun ini satu salah paham, tapi buatku banyak mendapat manfaat, bagusnya kedua belah pihak bisa selesaikan....” melihat mayat bergelimpangan, Xiao Dai melanjutkan berkata, "Orang-orang ini mencari perkara sendiri, dikatakan 'saling memaki tidak ada mulut yang baik, saling memukul tidak ada tangan yang baik', aku tetap pada perkataan yang barusan, siap menunggu setiap saat."

Yu Chen dengan malu berkata, "Tidak, sahabat kecil, kau salah paham, aku sama sekali tidak datang bersama mereka, adalah.... adalah kebetulan bertemu, dan juga sama-sama mencari orangnya Perkumpulan Bunga Ju, sehingga.... sehingga. ” Xiao Dai   sedikit mengerti berkata, "Kalau begitu bagus.... bagus. ”

Bagus apanya? Dia tidak mengatakannya, siapa pun tidak bisa menebak apa maksud perkataannya.

0ooo(dw)ooo0

Tiga Pedang Serangkai Wu Dang sudah pergi, walau mereka saling menuntun, dengan langkah sempoyongan pergi, tapi telah meninggalkan kekaguman Xiao Dai.

Karena Xiao Dai tahu, Yu Chen Dao Zhang sudah tahu, dirinya sudah sulit bisa menahan serangannya.

Tapi dia tidak membuka rahasianya, jadi Xiao Dai masih bisa berdiri tegak di tempat asalnya.

Sekarang, dia kembali lagi menjadi dingin, matanya juga bersinar dingin menakutkan orang, dia melihat pada orang- orang yang belum pergi.

Tampangnya tidak lebih bagus dari setan yang jahat, rambut yang terurai menutupi kepalanya, didadanya ada luka sepanjang satu che dengan dagingnya terbalik, darah sudah membeku, tapi malah lebih menakutkan orang, dipunggungnya juga ada sebilah pedang masih menancap di sana, mengikuti batuk pelannya bergetar perlahan di sana, baju sutranya sudah kotor dengan darah.

Xiao Dai tertawa sinis dengan dingin berkata, "Kalian, kejadian tadi rasanya kalian sudah melihat denganjelas, juga  telah  merasakan  sendiri,  si....  sialan....  keh.... keh....

ada siapa lagi.... jika masih belum puas, si.     silahkan maju

ke depan, aku.... aku pasti melayaninya.... keh. keh"

Bagaimanapun tubuhnya terbuat dari darah dan daging, Xiao Dai bicara sampai belakangan batuk lagi sampai hampir saja tubuhnya membungkuk. Orang-orang itu semuanya adalah pesilat kelas tiga.

Pesilat kelas tiga kepandaiannya tentu saja bertarung dikelas tiga, menghadapi preman kelas tiga.

Tangan Cepat Xiao Dai pasti bukanlah pesilat kelas tiga, apa lagi dia telah mengalahkan pesilat tinggi kelas satu di dunia persilatan. PedangTiga Serangkai Wu Dang.

Walau dikatakan 'serangga seratus kaki, mati tapi tidak kaku', masalahnya adalah Xiao Dai tidak kaku, malah seperti harimau keluar dari kurungan, maka orang orang ini ada siapa yang berani tampil? Dan ada siapa lagi yang belum puas?

Setiap orang juga bisa melihat, mereka sudah ketakutan, mundur sampai cukup jauh.

Waktu seperti berhenti, setelah Xiao Dai mengawasi setiap wajah yang ketakutan, dia tertawa, "Kalian takut? Kalian semua sudah ketakutan betul tidak? Ayo majulah! Jangan takut, aku.... keh.... keh.... aku sekarang sudah lemah,  aku  sekarang  sudah  mendapat  luka, ka.     kalian

kenapa  tidak  berani  maju?  Ini  adalah  ke.     kesempatan

bagus,  aku....  aku jamin  siapa  yang  bisa membunuhku....

pasti.... pasti dalam semalam jadi ternama. ”

Tidak ada orang yang berani mengeluarkan suara, walau setiap orang ada emosi ingin mencobanya.

Xiao Dai gila, Xiao Dai sombong, Xiao Dai juga telah menangkap hatinya orang-orang ini.

Xiao Dai menutup matanya, dia berusaha menahan sakit di dalam dada yang bergejolak dan seperti dibakar api, setelah beberapa saat dia kembali membuka mulut,  "Jika....

jika kalian sudah kehilangan.... kehilangan semangat mencariku....  dan  keberanian,  si....  sialan,  kalian  paling baik.... paling baik segera.... segera pergi. sekarang,

sekarang pergi. ”

Gerombolan orang ini seperti gelombang yang susut, mereka berpencar dan pergi, disaat ini siapa lagi yang berani berlama-lama tinggal?

Dalam sekejap sudah tidak ada satupun tidak tersisa, sampai mayat yang ada di tanah juga dibawanya, Xiao Dai pelan-pelan duduk, duduk di atas batu besar seperti gunung- gunungan palsu.

Seperti terkena penyakit parah, wajah Xiao Dai sudah menjadi merah karena batuk terus, dia membuka tangan yang menutup mulut, segumpal darah terjatuh di atas telapaknya.

'Sungguh ini pertarungan yang sangat sengit', Xiao Dai berpikir dalam hati.

Dia membalikkan tangan mencabut pedang dipunggungnya, segera merobek bajunya, dengan susah payah menggulungkan dari belakang ke depan, sembarangan mengikatnya, orang lain mungkin tidak tahu, tapi Xiao Dai tahu ujung pedang itu sudah melukai paru- parunya, makanya dirinya bisa batuk tidak henti-hentinya.

Disaat sinar pagi membelah gelapnya malam, Xiao Dai bangkit berdiri, melihat sekali dengan menyesal, Xiao Dai berkata,    "Maaf....    maaf    telah    mengganggu   kalian....

semalaman, sandiwaranya.... sandiwaranya telah bubar, hari....   hari   juga   sudah   terang,   kalian   seharusnya....

seharusnya cepat tidur, jika.... jika tidak bagaimana ada semangat.... bekerja. ”

Tamu penginapan yang ada dibeberapa kamar, segera menghilang dari mengintip lewat celah jendelanya, mereka sedang berpikir, orang ini cukup berharga. Tentu saja berharga, karena perkataan Xiao Dai tidak seluruhnya ditujukan pada tamu penginapan, di atas atap rumah dikejauhan juga sama ada dua pasang mata yang sedang mengintip, setelah mendengar perkataan Xiao Dai, baru diam-diam menghilang.

Mmm, dugaan Xiao Dai sedikit pun tidak salah, didunia ini pasti ada orang yang penasaran, asal mereka sedikit saja curiga, tentu tidak akan dilepaskannya.

Mereka tidak pergi, betulkah mereka ingin membuktikan bahwa Xiao Dai mampu tidak bertarung lagi?

Mereka tidak pergi, betulkah ingin mencari kesempatan untuk membalas kekalahan, penghinaan tadi?

Xiao Dai sepanjang jalan batuk terus, sepanjang jalan dirinya ditopang dengan pedang.

Dia harus mengganti penginapan, mengganti tempat yang tidak ada bahayanya, mencari seorang tabib yang pintar.

Ping An Tang.

Mengangkat kepala melihat papan merk ini. Akhirnya sampai juga, perjalanan ini sungguh panjang, sialan! Jika tahu jaraknya sejauh ini dari penginapan, langsung saja menyuruh pelayan memanggilnya kepenginapan, Xiao Dai menggerutu di dalam hati.

Sebenarnya perjalanan ini sama sekali tidak panjang, tapi terhadap orang yang mengalami luka parah, perjalanannyajadi kelihatan jauh.

Xiao Dai menggedor pintu hanya berharap orang yang ada di dalam cepat keluar, karena cuma waktu sesingkat ini, dia sudah merasa kehabisan tenaga, nafasnya terengah- engah, keringat dingin bercucuran. "Iya.... siapa ya? Agak perlahan boleh? Kau ini bukan mengetuk pintu, malah mendobrak pintu. ”

Xiao Dai minta maaf, melihat orang setengah baya berbaju sastrawan yang berdiri di pintu, dengan serak berkata, "Aku.... keh.... kemari.... mencari, tabib,.... aku....

datang.... datang untuk berobat. ”

Sambil menggosok mata yang masih ngantuk, orang tua ini walau ada sedikit tidak senang, tapi begitu melihat keadaan Xiao Dai, dia jadi seperti melihat setan terkejut berkata, "Aku.... aku oh ibu! Kau cepat.... cepat masuk, akulah tabib."

0ooo(dw)ooo0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar