Dendam Sejagad Jilid 18

Jilid 18

DALAM waktu singkat, seluruh angkasa telah dipenuhi olah bayangan biru yang menyilaukan mata, dua gulung ujung baju yang me mbawa deruan angin dingin itu menyambar ke tubuh si Tangan geledek dari e mpat arah delapan penjuru.

Si Tangan geledek Hoo Kian cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki pere mpuan itu, meski hanya dua buah ujung baju yang le mas, namun dalam permainannya tak disangkal lagi menyerupai dua bilah pedang yang amat tajam.

Karena itu dia tak berani menyambut dengan keras lawan keras, tubuhnya yang tinggi besar ikut berputar kencang dan berkelit ke sana ke mari.

Pada dasarnya Im Yan  cu  me mang  tidak  berma ksud  untuk me lukai mereka, sa mbil me mbentak nyaring tubuhnya bergerak secepat kilat menya mbar si jago angin puyuh, sepasang telapak tangannya yang putih bersih diayunkan keluar dari balik bajunya dan secara beruntun melepaskan enam buash pukulan berantai.

Sekalipun serangan itu dilancarkan tidak bersa maan waktunya namun ketika  menca-pai sasarannya seakan-akan berbarengan saatnya.

Hoo Gi berjulukan si jago angin puyuh, ilmu berkelitnya boleh dibilang menjagoi seluruh dunia persilatan, akan tetapi menghadapi gerakan tubuh Im Yan cu yang begitu lihay, tanpa terasa hatinya dibuat terkesiap juga.

Dia merasakan pandangan matanya menjadi silau, tahu-tahu enam buah bayangan telapak tangan pada saat yang hampir bersamaan telah muncul didepan mata dan menganca m dada, bahu serta jalan daran penting lainnya.

Selain aneh jurus serangannya, juga lihay tenaga serangannya, boleh dibilang belum pernah dijumpai sebelumnya. Si jago angin puyuh Hoo Gi merasa amat terperanjat, sepasang telapak tangannya di angkat dan diputar me mbentuk satu lingkarban   bayangan    teldapak    tangan    yanag    rapat,    di  ko mbbinas ikan pula dengan perpu-taran pangkal kakinya, seluruh badannya berputar bagaikan gasingan dan meluncur se mbilan depa dari arena.

Sekali lagi si tangan geledek Hoo Kian me mbentak keras, dengan cepat ia memburu dari belakang, angin pukulannya yang dahsyat mengikut i getaran bayangannya segera melancarkan serangan dahsyat lagi.

Dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan a mukan omba k ditengah sa mudra langsung menghanta m kedepan.

Di belakang kepala Im Yan cu seperti me mpunyai mata saja,  baru saja si tangan geledek Hoo Kian melepaskan  serangan mendadak dia me lejit kesa mping untuk menghindarkan diri, lalu secepat kilat dia me mbalikkan badan, sepasang ujung bajunya di ayunkan ke muka menyongsong datangnya ancaman dari si Tangan geledek.

Anehnya ketika angin pukulan si tangan geledek yang maha dahsyat itu membentur pada angin le mbut yang terpancar ke luar dari balik ujung baju gadis itu, segera terdengarlah suara ledakan kecil dan kekuatan tersebut tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.

Mendadak Im Yan cu me mbentak nyaring, sepasang telapak tangannya diayunkan kedepan bagaikan sarang laba-laba yang menyelimuti angkasa, menyusul ke mudian badannya me lejit enteng diudara dan me lepaskan serangkaian serangan berantai.

Telapak tangannya dipakai untuk menyerang si tangan geledek Hoa Kian, sedangkan tendangan kakinya menendang si jago angin puyuh Hoo Gi, kontan saja kedua orang jago itu me lo mpat kekiri dan kekanan dengan cepat...

Selain gerakan tubuhnya cepat, jurus serangannya juga lihay, pada hakekatnya jarang dijumpa i dikolong langit. Si tangan geledek Hoo Kian dan jago angin puyuh Hoo Gi merupakan dua jago yang berilmu tinggi, begitu menghindar kan diri dari anca man, serentak mereka maju menyerang lagi.

Pek lui jiu Hoo Kian dengan melepaskan  pukulan-pukulan dahsyatnya menggencet lawannya habis-habisan, sedangkan Sian hong kek Hoo Gi mengandalkan ilmu gerakan tubuhnya yang luar biasa menyerang ke depan sa mbil me lepaskan serangkaian jurus serangan yang dahsyat ibarat burung elang yarng terbang di atngkasa.

Kerja qsama antara kedrua orang ini benar-benar hebat sekali, udara serasa dipenuhi angin taja m, pasif  dan debu beterbangan  me menuhi angkasa, pertarungan itu berlangsung dengan amat serunya.

Dalam waktu singkat, ke tiga orang itu sudah  bertarung sebanyak tiga empat puluh gebrakan lebih.

Im Yan cu me mang terbukti lihay, kendatipun dikerubuti oleh dua orang sekaligus ia masih tetap tersenyum simpul sambil bergerak kesana ke mari:

Tampak ujung bajunya beterbangan terhembus angin, tubuhnya me liuk-liuk dengan indahnya, semua serangan dilancarkan dengan gerakan yang indah, seakan-akan bidadari yang baru turun dari kahyangan saja, meski indah dan lincah na mun se mua anca mannya ganas dan mengandung hawa serangan yang dingin merasuk tulang.

Pek lui jiu dan Sian hong kek yang menyerang berulang  kali tanpa hasil lama-ke la maan timbul juga watak berangasannya bagaikan  kerbau  terluka,  serangan-serangan  dilancarkan  makin me mbabi buta, angin pukulan menderu-deru, ha mpir se mua ancamannya ganas keji, dan ditujukan kebagian bagian tubuh yang me matikan.

Angin pukulan gelombang demi gelo mbang berhe mbus keluar seperti selapis jaring yang tebal dan rapat, bagaikan gulungan omba k di tengah samudra saja, semua  serangan itu meluncur kedepan dengan a mat dahsyatnya.

Begitu menggetarkan sukma keadaannya me mbuat bati siapapun merasa ge metar dan ketakutan.

Sepasang  telapak  tangan  Im  Yan   cu   yang   putih   bersih me lepaskan pukulan demi pukulan dengan tenaga penuh pula, jurus dilawan dengan jurus, gerakan ditandingi dengan gerakan, hanya dalam waktu singkat segenap serangan dahsyat dan pukulan keji yang dilepaskan Pek lui jiu dan Sian hong kek seperti batu yang tercebur ke tengah samudra saja, setelah masuk  ke  balik pukulan Im Yan cu, hilang lenyap tanpa bekas.

Dalam waktu singkat, ke tiga orang itu sudah saling bertarung dua puluh gebrakan lebih.

Padahal sela ma ini Im Yan cu hanya bermain seenak hatinya saja, dia enggan melancarkan serangan yang keji dan me mati kan, coba kalau bukan begitu, meski ada empat orang jagoan lihay dari Kangla mpun, seluruhnya akan tewas ditangan Raja akhirat bagi kaum pria ini.

Lama kela maan, Pek Lui jiu Hoo Kian sudah habis sabarnya, tiba- tiba saja dia menge luarkan ilmu pukulannya... pek lui jiu (pukulan geledek).

Telapak tangan kirinya secara tiba-tiba beruban menjadi beribu buah bayangan telapak tangan yang meluncur keluar seperti sambaran guntur dan petir, menggulung dan menya mbar  menerjang dengan cepatnya.

Akan tetapi tidak na mpa k desingan angin tajam dibalik ayunan tangannya itu.

Pada saat yang bersamaan inilah mendadak telapak tangan kanannya digetarkan ke muka seperti getaran gelo mbang, lalu secara jitu dan sakti menerobos keluar lewat tengah tengah lingkaran telapak tangan kirinya. "Blaaammm! Blaaamm... !" seperti guntur yang mengge legar diudara, bergema suara ledakan yang a mat me me kikkan telinga.

Selapis hawa pukulan yang tajam dan kuat seperti beribu ekor kuda yang lari bersama segera meluncur keluar berbareng dengan getaran telapak tangan kanannya.

Pada detik yang bersamaan ketika Hoo Kian melancarkan ilmu pukulan geledeknya.

Sian hong kek Hoo Gi seperti putaran angin puyuh saja menyelinap kesisi kanan Im Yan cu me manfaatkan peluang yang sangat baik ini serangan me matikan segera dilancarkan dengan kecepatan paling tinggi, sementara telapak tangannya me lepaskan segulung angin pukulan yang dahsyat dan berat seperti ambruknya bukit Tay san.

Terkesiap juga Im Yan cu menghadapi anca man Hoo Kian dengan pukulan geledeknya, diam-dia m ia lantas berpikir:

"Tak kusangka kedua orang ini masih me miliki ilmu silat yang begini aneh dan sakti.”

Berpikir de mikian, ke lima jari tangan kanannya segera dipentangkan lebar-lebar, lalu diantara getaran tangannya itu terpancar keluar lima gulung desingan angin tajam yang dahsyat menghajar pukulan geledek dari Hoo Kian, kemudian telapak tangan kanannya secepat kilat me mbuat pula sebuah gerakan me lingkar.

'Blaaammm! Blaaammm! serentetan ledakan keras menggelegar me mecahkan keheningan " .

Tenaga pukulan hasil dari serangan Hoo Kian dengan pukulan geledeknya seketika lenyap tak berbekas.

Berbareng itu pula, telapak tangan kiri Im Yan cu segera diayunkan ke depan ......

Segulung angin pukulan yang tajam dan dahsyat memekikan telinga, bagaikan air bah yang menjebolkan tanggul, meluncur ke luar dengan dahsyatnya menyongsong kedatangan angin pukulan dari Sian hong kek.

Im Yan cu tidak berniat untuk me lukai mereka, meski tenaga serangan yang dahsyat tak terkirakan itu mengandung kekuatan seperti ambruknya sebuah bukit karang, namun ketika me mbentur pada tenaga serangan lawan .... "Blaammm!" tenaga pukulan yang semula terhimpun menjadi satu itu tahu-tahu sudah menyebarkan diri kee mpat penjuru, sementara tenaga pukulan yang dilepaskan musuh pun tersapu lenyap tak me mbekas pada detik tenaga pukulan dari Pek lek jiu dan Sian hong kek berhasil dipunahkan tiba- tiba Im - Yan cu menyelinap kedepan secepat kilat dan berdiri tegak ditengah-tengah mereka berdua dengan suatu gaya yang aneh.

oooodwoooo

SEMENJAK terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Pek lui jiu dan Sian hong kek menjumpai ilmu silat seaneh dan sesakti apa yang telah dilakukan Im Yan cu barusan, bagaikan melihat setan di tengah hari saja, untuk sesaat mereka berdua menjadi tertegun dan berdiri me matung.

Im Yan cu segera tertawa terkekeh-kekeh dengan merdu, tiba- tiba sepasang lengannya direntangkan dari jari tangannya yang putih halus segera menari-nari.

"Plaaak, ploook, plaaak, ploook!'

Serentetan suata tamparan keras berge ma me mecahkan keheningan, sepasang pipi Pek lui jiu maupun Sian hong kek tahu- tahu sudah diperseni dengan delapan buah te mpelengan keras oleh Im Yan cu.

Sedemikian  kerasnya  tamparan  itu   sehingga   kontan   saja me mbuat kedua orang itu merasakan kepalanya pusing tujuh  keliling dan matanya berkunang- kunang untuk beberapa saat mereka hanya bisa berdiri tertegun disitu dengan wajah me longo. Selesai me mber i hadiah delapan buah tempelengan keras ke atas wajah kedua orang itu, Im Yan cu melo mpat mundur sejauh beberapa kaki ke belakang, karena dia takut mereka lantaran malu menjadi marah dan meluncarkan serangan belasan.

Ketika sorot matanya dialihkan ke mbali ke depan, dilihatnya kedua orang itu masih berdiri termangu dite mpat semula, sekulum senyuman manis tersungging diujung bibirnya, dengan le mah gemulai dia berjalan ke depan dan mengha mpir i mereka berdua.

"Heii" tegurnya dengan merdu, kenapa kalian berdua cuma  berdiri ter mangu- mangu saja? Kepingin dihajar lagi ”

Seraya berkata, tiba-tiba telapak tangan nya diayunkan kemba li ke muka.

'Plaaak! Plaaak!" lagi- lagi dua te mpelengan keras bersarang telak diatas wajah mereka berdua.

Pek lui jiu dan Sian hong kek mas ih tetap berdiri termangu ditempat  se mula,  namun  dua  titik  air   mata   jatuh   berlinang me mbasahi wajah mereka, dimana cahaya matahari tampak butiran air mata mereka bagaikan mut iara meleleh ke bawah.

Sementara itu, Im Yan cu telah melayang kembali ke te mpat semula dengan kecepatan tinggi tapi ketika  dilihatnya mereka mengucurkan air mata, ia menjerit kaget ke mudian dia berseru dengan suara merdu:

"Hai, mengapa kalian  menangis..? Aaai tahu kalau kalian begitu  le mah, tak akan kutampar kalian!"

Seluruh kulit wajah Pek lui jiu Hoo Kian mengejang sangat keras, dengan suara menahan geram bentaknya:

"Bagi seorang lelaki lebih baik dibunuh daripada terhina, sekarang terbukti kami dua bersaudara kalah ditanganmu, mau dibunuh mau dicincang terserah pada kehendakmu tapi bila kau berniat hendak menghina aku, hmm, jangan salahkan kalau kami akan segera mencaci ma ki nenek moyangmu tiga turunan." Senyuman yang menghiasi wajah Im Yan cu se makin ma nis.

"Bagi seoraug lelaki  jantan,  pria   sejati  mereka  hanya  tahu me lelehkan darah tak mengenal mengucur kan air mata, tapi kalian huuhh, baru digaplok berapa kali saja air mata sudah bercucuran, apa gunanya kau bicarakan soal keberanian lagi?'

"Sekalipun digaplok berapa kali juga tak kenal sakit, kalau tidak percaya aku akan menggaplo knya untuk kalian lihat, aku paling takut me lihat orang lelaki mengucur kan air mata, lebih baik simpan saja air mata kalian itu..'

Seraya berkata dia lantas mengayunkan telapak tangannya dan .. "Plaaak! Ploook Plaaak! Plook" secara beruntun dia menghajar pipi sampai berapa puluh kali.

Mendadak gadis itu mengaduh sa mbil menjerit kaget. "Aduh mak, sakit benar! Sakit benar!"

Sepasang tangannya segera digunakan untuk menutupi mulut sendiri, lengannya yang berada diluar ujung baju nampak putih bercahaya dengan sepuluh jari tangannya yang lembut dan berkilat tajam.

Sambil menjer it kesakitan, sepasang matanya yang besar dan jeli itu me mandang kesana ke mari dengan ma njanya, gerak gerik gadis itu bagaikan seorang anak perempuan nakal yang begitu polos, begitu lincah cantik dan menarik.

Waktu itu Pek lui jiu dan Sian hong kek sedang bersedih hati karena kepandaian silat mereka dikalahkan gadis itu, apa lagi setelah menyaksikan Im Yan cu yang sangat aneh itu, dua orang dewasa tersebut benar-benar dibikin menangis tak bisa tertawa pun tak dapat.

Walaupun dalam hati kecil mere ka merasa geli sekali, tapi sebagai orang dewasa yang telah berusia tiga puluh tahun, sudah barang tentu mereka tak bisa bertindak seperti anak kecil dimana habis menangis lantas tertawa, itulah sebabnya hawa amarah masih tetap menghias i raut wajah mere ka berdua. Im Yan cu yang menyaksikan keadaan mereka menangis tak dapat tertawa pun tak bisa, maca m anak kecil yang sedang merasa mendongkol saja, dengan suara yang manja dia balas berseru. .

''Aku tidak mau, aku tidak mau "

Kemudian dia me lengos ke arah lain.

Akan tetapi sewaktu sorot matanya yang tajam menatap kearah sebatang pohon siong empat kaki dihadapan matanya, tanpa terasa ia menjerit kaget:

'Aduuh .... hei, kalian cepat ke mari, coba lihat apakah itu ?"

Pek lui jiu dan Sian hong kek segera tertawa terbahak-bahak setelah menyaksikan sikap manja Im Yan cu, tapi mendengar jeritan kaget gadis tersebut dan sorot matanya dialihkan ke arah depan, serentak mereka berteriak:

'Mayat, ada mayat!'

Seraya berkata, Im Yan cu, Pek lui Jiu dan Sian hong kek bersama-sama menerjang ke depan dengan cepatnya:

Ku See hong masih tergolek di atas tanah dengan punggung menghadap ke atas, oleh karena itu Im Yan cu sa ma sekali tak menyangka kalau mayat yang na mpaknya mengerikan itu sesungguhnya tak lain adalah kekasih yang dicintai dan dirindukan siang dan ma la m.

Sementara itu Ku See hong terkapar di atas tanah dalam keadaan kaku, ke e mpat anggota badannya lurus ke depan  dan sama sekali tiada gejala bernapas, sebab itu mereka mengira tubuhnya benar-benar adalah sesosok mayat yang telah tak bernapas.

Perlu diketahui, bagi seseorang yang terkena pukulan Hau  kut jian hun im kang, maka dalam mengala mi penderitaan dan siksaan untuk pertama kalinya, hawa murni  di  dalam tubuh  seolah-o lah me mbuyar yang menyebabkan penderitanya jatuh tak sadarkan diri,  keadaan itu bagaikan orang yang putus nyawa saja, sama sekali tiada dengusan napas.

Tapi ketika dia mendus in kembali, maka siksaan yang ke dua akan segera dialaminya.

Im Yan cu, si ge mbong iblis pe mbunuh manus ia tak berkedip ini tanpa terasa menghe mbuskan juga napas dingin setelah menyaksikan keadaan dari Ku See hong, katanya dengan pedih:

"Betapa mengenaskannya mayat ini, entah siapakah yang telah me lancarkan serangan sekeji ini?''..

Sian hong kek Hoo Gi turut menghela napas panjang, katanya dengan sedih:

"Engkoh, agaknya dia adalah seorang pe muda, sungguh a mat sayang seorang anak muda harus mengala mi nasib yang begini tragis, setelah kita menjumpainya, marilah kita  buatkan  sebuah liang kubur dan menguburnya, kasihan bila mayatnya  harus dibiarkan terbengkalai dengan begitu saja "

Sepasang mata Pek lui jiu Hoo Kian sedang mengawas i pedang antik yang tersoren dipunggung Ku See hong tanpa berkedip, mendengar perkataan dari Sian hong kek, diapun menghela napas sedih:

"Adikku, kalau dilihat dari dandanan sang korban, tampa knya dia adalah seorang jago yang berilmu sangat tinggi, coba kau lihat pedangnya yang tersoren dipunggung, bentuknya begitu antik, sudah pasti Pedang terebut adalah sebilah pedang yang luar biasa.

"Darimana kau bisa mengatakan kalau orang itu berilmu silat sangat tinggi?.' tanya Sian hong kek Hoo Gi.

''Kalau dilihat dari pakaian orang ini serta tubuhnya yang penuh dengan lumpur, sudah pasti dia telah merangkak sa mpa i disini sesudah terkena sebuah pukulan yang amat hebat, bila dilihat dari luka yang dideritanya, sudah pasti luka itu bukan akibat  Iuka bacokan golok atau pedang, melainkan luka akibat gesekan dengan batuan, tapi kalau luka itu akibat gesekan batu mustahil lukanya begitu parah sehingga hampir sekujur badannya tak ada yang utuh, keadaan ini sungguh me mbuat orang merasa bingung an tak habis mengerti.

Sementara mereka berbincang-bincang, Im Yan cu telah mengawasi pula bayangan punggung Ku See hong dengan lebih seksama, semakin dilihat hatinya merasa semakin  terperanjat,  sebab ia merasa bayangan tubuh orang ini seperti pernah dikenalinya.

Padahal hanya bayangan tubuh Ku See-hong seorang yang paling berkesan baginya, maka tak terlukiskan rasa terperanjat gadis itu begitu terbayang akan pemuda tersebut, dia tak berani me mbayang kan apakah mayat itu adalah mayatnya, karena dia tahu bahwa dia tak akan sanggup untuk menerima pukulan batin yang begitu berat.

Sementara itu, Sian hong kek Hoo Gi telah berkata lagi:

'Mari kita  geledah sakunya, coba kita lihat jago lihay dari manakah orang ini, paling tidak kita yang berbuat kebaikan dengan mengabarkan berita ke matian itu kepada mereka"

Tiba tiba Pek lui jiu Hoa Kian me mbalikkan badan Ku See hong..." "Haaahhh... ?!" jeritan kaget yang me milukan hati segera

berkumandang me mecahkan keheningan.

Paras muka Im Yan cu berubah menjadi pucat pias  seperti mayat, sekujur badannya gemetar keras dan gontai, yang muncul dihadapan mereka adalah sele mbar wajah yang pucat pias seperti mayat tapi dia me miliki alis mata yang tajam, hidung yang mancung dengan bibir yang tipis  namun me mancarkan  keteguhan hati. ditambah pula mukanya yang tajam karena sama sekali tidak terluka, bukankah orang ini adalah Leng hun koay seng (sastrawan aneh bersukma dingin) Ku See hong.

Sekalipun Im Yan cu berwatak aneh, namun watak tersebut hanya tercermin dibagian luar wajahnya saja, sedangkan dalam hatinya tersimpan suatu watak yang baik dan berbelas kasihan. Selain itu, diapun me miliki sifat kewanitaan yang halus, apalagi cintanya kepada orang yang dicintainya ini sudah merasuk ke tulang sum-sum, bisa dibayang kan bagaima nakah perasaannya waktu itu.

Bayangan tubuh Ku See hong sudah terukir begitu dalam di hati kecilnya, telah mene mpati posisi yang sangat penting, siang mala m dia  menge mbara  menjelajahi   tanah  perbukitan   dan   menuruni le mbah yang terjal, tak lain karena dia ingin mene mukan pemuda pujaan hatinya ini.

Begitu besar pengharapannya bisa bersua ke mbali dengan pemuda itu, mengungkapkan rasa cintanya dan bermesraan dengannya.

Tetapi kenyataan sekarang, ternyata wajah kekasihnya muncul didepan matanya ternyata sudah berubah menjadi sesosok mayat yang kaku dan mengenaskan, dalam keadaan seperti ini bayangkan saja bagaimanakah rasa pedihnya itu? Ha mpir saja dia jatuh tak sadarkan diri.

Sekarang, dia ha mpir saja tak percaya dengan apa yang terlihat didepan mata, dia merasa seolah-olah kejadian tersebut seperti suatu  impian  buruk,  tapi  semuanya  merupakan  kenyataan,   ia me mang t idak bernapas, tidak me mperlihatkan tanda-tanda kehidupan.

Ketika Pek lui jiu dan Sian hong kek menjumpai paras muka Im Yan cu berubah menjadi pucat pias dengan tubuh ge metar keras, mereka mengira gadis ini sudah dibikin terkesiap oleh  keadaan mayat tersebut.

Dengan cepat' Sian hong kek Hoo Gi berkata:

''Mari kita segera menggeledah is i sakunya, kemudian cepat- cepat menguburnya." sembari berkata ia lantas berjongkok dan siap mengge ledah saku Ku See hong.

"Jangan sentuh dia!" tiba-tiba Im Yan cu me mbentak dengan suara agak ge metar. Di tengah bentakan keras, air  mata  Im Yan cu jatuh berderai  me mbasahi seluruh wajah nya, tanpa memperdulikan kotornya badan pemuda itu, ia segera menubruk ke atas badan Ku See hong dan menangis tersedu-sedu.

Untuk sesaat lamanya Pek lui jiu dan sian hong kek dibuat kebingungan oleh sikap maupun tingkah laku sang gadis yang sama sekali diluar dugaan itu.

Isak tangisnya amat me medihkan hati, suara tangisnya begitu rendah begitu melukai hati, me mbuat hati siapapun terasa bergetar keras....

Pek lui jiu dan Sian hong kek se makin kebingungan  lagi dibuatnya setelah menyaksikan gadis itu menangis a mat sedih.

"Siapakah pe muda itu? Siapakah dia?"

Siapakah yang bisa me mbuat gadis cantik yang lincah, polos, binal  dan  ugal-uga lan  ini  menangis  sa mpai  begitu  sedih  dan me milukan hati ?

"Nona, siapakah dia?" tak tahan Pek lui jiu Hoo Kian bertanya dengan suara yang me milukan hati.

IM Yan cu menengadah, lalu me mandang ke wajah mere ka berdua dengan titik air mata me mbasahi pipinya.

"Orang yang hendak kucari telah mati .... dia adalah orang yang sedang kucari!' kata nya sesenggukan.

"Apakah maksudmu?" Siau Hoo Gi bertanya lagi dengan perasaan tidak habis mengerti.

"Dia...dia adalah sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong! jawab Imn Yan cu dengan pedih.

''Apa? Si sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong?

Sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong adalah dia?"

Pek lui jiu dan Sian hong kek merasa amat terperanjat, dari teriakan tersebut dapat dirasakan bahwa orang yang sesunguhnya mereka hor mati tak lain adalah jenasah yang berada didepan mata mereka sekarang.

Dengan suara pedih Im Yan cu berkata lagi:

"Yaa, dialah orangnya, si sastrawan aneh bersukma dingin Ku  See hong''

Selesai berteriak, kembali dia menjatuhkan diri keatas badan Ku See hong sa mbil me nangis tersedu-sedu.

Sekarang, Pek lui jiu dan Siang hong kek sudah tahu kalau orang yang harus mereka carikan atas permintaan dari Im Yan cu tadi, tak lain adalah sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong, selain itu mereka pun menjadi paham pula apa sebabnya gadis tersebut berusaha untuk mene mukan anak muda itu.

Pendekar sakti yang na manya amat tersohor dalam dunia persilatan dewasa ini, Sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong, kini telah berubah menjadi sesosok mayat.

Tanpa terasa titik air mata ke mbali jatuh berlinang me mbasahi wajah Pek lui jiu dan Sian hong kek, mereka tak sanggup menahan rasa sedih didalam hatinya lagi, karena dalam hati kecil mere ka anak muda itu adalah seorang yang dikagumi dan dihor mati.

Suara air selokan yang mengalir lewat terlelap oleh suara isak tangis yang memilukan hati, dalam waktu singkat sekeliling tempat itu sudah diliputi oleh selapis kabut kesedihan yang amat me milukan hati.

Mendadak Pek lui jiu Hoo Kian berjongkok dan me megang urat nadi pada pergelangan tangan kiri, Ku See hong, setelah diperhatikan dengan seksa ma, mendadak dengan wajah berseri ia berteriak:

"Nona dia belum mati!"

Mendengar jeritan tersebut, Im Yan cu  segera  menghentikan pula isak tangisnya, dengan cepat dia me megang pula urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ku See hong, kemudian gadis itu menjer it kegirangan.

Ternyata urat nadi Ku See hong masih me mperdengarkan suara detakan yang amat lir ih detakan tersebut mes ki berdenyut satu kali lipat lebih cepat daripada orang biasa, namun denyutan tersebut amat lir ih sekali. sehingga kalau tidak diperhatikan dengan seksama, sulit untuk ditemukan dengan pasti.

"Nona, cepat kau salurkan hawa murnimu kedalam tubuhnya guna me mbantu peredaran darahnya, coba kita lihat  apakah dia bisa sadarkan diri atau tidak, ke mungkinan besar ia sudah terluka oleh se maca m ilmu pukulan yang a mat beracun" kata Pek lui jiu Hoo Kian lebih lanjut.

Berada dihadapan kekasihnya, Im Yan cu tidak me mperdulikan soal ma lu dan kotor lagi, dengan cepat dia menghimpun hawa murninya la lu me mbungkukkan badan dengan mulut mene mpe l mulut dia salurkan hawa murninya melalui mulut Ku See hong langsung kedalam pusar, setelah itu menyalurkannya mengelilingi delapan nadi penting dalam tubuhnya.

Dengan cepat gadis itu dapat merasakan banyak jalan darah di dalam tubuh Ku See hong yang t idak berhasil dite mbusi oleh hawa murninya itu, terpaksa dia harus  mengganti arah sasaran dengan  me mbawa hawa murni itu berputar pada dua belas bagian nadi penting ditubuh bagian atasnya.

Dengan air mata  berlinang me mbasahi pipinya, Im Yan cu mengawasi paras muka Ku See hong yang pucat pias itu tanpa berkedip.

Mendadak...

Kulit wajah Ku See hong yang pucat pias itu ta mpak mengejang keras, lalu tubuhnya memperdengarkan suara gemuruh lir ih, setelah itu dadanya mulai bergerak turun, tapi sesaat kemudian telah berhenti ke mbali. Im Yan cu berteriak keras, kembali ia me mbungkukkan badannya sambil menyalurkan hawa murninya kedalam badan untuk mengiringi hawa murni yang berada dalam badannya  untuk berputar mengitari seluruh tubuhnya.

Setelah dibantu untuk kedua kalinya oleh himpunan tenaga murni dari Im Yan cu, Ku See hong benar-benar telah tersadar ke mbali dari pingsannya.

Pelan-pelan dia me mbuka matanya kembali, na mun paras muka itu nampak tenang dan berat, seolah-olah sama sekali t idak melihat kalau disisinya terdapat tiga orang manusia.

Betapa girangnya Im Yan cu ketika menyaksikan Ku See hong telah sadar kemba li dari pingsannya, dengan suara gemetar, teriaknya:

"Engkoh Hong, engkoh Hong, dapatkah melihat diriku?" Sebagamana  diketahui,  Ku  See hong telah terluka oleh pukulan

Hau  kut  jian  hun  im  kang  yang  jahat  sehingga  kedelapan  nadi

pentingnya tersumbat, kemudian t iga buah ja lan darahnya ditotok pula oleh tenaga Im kang yang maha dahsyat, setelah melalui penyiksaan yang pertamas kali, sebelum menga la mi siksaan yang kedua kali nya dia baru me njadi sadar dengan sendirinya.

Tapi sekarang, oleh bantuan tenaga murni Im Yan cu yang disalurkan ke dalam tubuhnya dan membantu untuk mene mbus i gumpalan darah yang menyumbat ke delapan nadi anehnya, meski dia telah sadar ke mbali, tapi selang berapa saat kemudian dia akan jatuh pingsan ke mbali, dan pe muda  itu  akan  sadar  ke mbali menje lang saat penyiksaan yang kedua kalinya.

Dia seperti tidak percaya kalau di hadapannya berdiri seorang gadis cantik jelita bak bidadari dari kahyangan bibirnya bergetar pelan la lu berbisik dengan suara lir ih:

"Adik Sin, kaukah yang telah datang?"

Ternyata dia mengira Im Yan cu yang berada dihadapannya sekarang adalah Keng Cin sin yang telah tiada itu: Agak berubah paras muka Im Yan cu setelah mendengar panggilan, "adik Sin" itu, namun ia berkata pula dengan lir ih:

`Engkoh Hong, akulah yang berada disini aku adalah Im Yan cu!"

Mendengar jawaban tersebut, Ku See hong segera me meja mkan ke mbali matanya, tapi kemudian me mbuka matanya lebih lebar dan menatap wajah nona itu tanpa berkedip, seolah-olah dia sedang berusapa untuk mengumpulka m ke mbali kenangan la manya.

Lewat berapa saat kemudian, dia baru berkata:

'Hmmm, kau adalah Nona Im, Nona Im yang pernah bersua di kuil Kuno dan tanah pekuburan? '

Walaupun Im Yan cu merasa ge mas terhadap Ku See hong yang dianggapnya tidak mengenal arti cinta, namun setelah menyaksikan keadaan kekasihnya yang begitu mengenaskan, timbul juga perasaan pedih dalam hatinya.

Maka dengan suara yang lemah le mbut sahutnya dengan suara  lir ih:

"Engkoh Hong, benar aku adalah Im Yan cu, kau... mengapa kau terluka?"

Agak tercengang juga Ku See hong setelah menyaksikan Im Yan cu yang di masa la mpau selalu ganas dan keji, ternyata kali ini berubah menjadi le mah le mbut.

'Nona Im' ujarnya kemudian. "tempo hari aku orang she Ku telah banyak berhutang budi kepada mu, aaai...! Sekarang mungkin aku akan berhutang budi lagi kepada mu, meski budi itu mungkin tak akan terbalas dalam masa hidupku kali ini, namun di alam baka atau dalam penitisan yang akan datang aku pasti akan me mbayarnya..."

Im Yan cu merasa a mat terkesiap setelah me ndengar perkataan itu, dengan cepat tukasnya:

'Engkoh Hong, kau harus hidup terus, kau tak akan bisa mat i !' Kembali Ku See hong merasa sedih sekali setelah mendengar sebutan Engkoh Hong tersebut, sekarang dia merasa Im Yan cu yang berada dihadapannya sama lembut dan sucinya dengan Keng Cin sin maupun Him Ji im, terbayang akan Him Ji im yang pernah mengadakan hubungan sua mi istri dengannya, ia merasa hatinya sedih sekali bagaikan diiris- iris dengan pisau tajam, karena gadis itu masih berada dite mpat cabul yang a mat berbahaya, itu berarti setiap detik besar kemungkinannya akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

"Aa.... adik Im" bisik Ku See hong ke mudian dengan sedih, "aku sudah tak berdaya lagi, aku ingin meninggalkan pesan kepadamu..

."

Panggilan Adik Im tersebut, disambut Im Yan cu dengan penuh kegembiraan, ia dapat merasakan betapa hangat dan mesranya sebutan itu.

Tiba-tiba Ku See hong  berpaling  kearah  Kanglam  Siang  hou, ke mudian tanyanya lagi:

''Adik Im, siapakah kedua orang saudara ini?"

Selama ini Pek lui-jiu serta Sian  hong  kek tak  pernah  berani me motong pe mbicaraan mereka ditengah jalan, tapi setelah ditegur oleh Ku See hong buru-buru mereka berdua menjura.

Ujar Pek lui jiu Hoo Kian dengan rasa hor mat:

`Ku sauhiap! aku adalah Pek lui jiu Hoo Kian, sedang dia adalah adikku Sian hong kek Hoo Gi, ka mi dua bersaudara sudah la ma mengagumi na ma besar sauhiap, sungguh beruntung kita dapat saling bersua muka pada hari ini '.

Kanglam Siang hou me mpunyai na ma besar yang cukup termashur didalam dunia persilatan, tentu saja Ku See hong pernah mendengar tentang na ma besar mereka.

Semula dia kuatir kalau kedua orang itu adalah manusia- manus ia rendah yang tak berkepribadian. maka dia bertanya dulu siapa gerangan mereka, tapi begitu diketahuinya kalau mere ka berdua adalah Kanglam Siang hou yang berna ma besar dalam dunia persilatan, agak lega juga hatinya.

Sambil tertawa getir dia lantas berkata:

"Saudara Hoo, harap jangan me mbuat malu diriku, maaf aku sedang terluka dan tak bisa me mberi hor mat, Tak la ma lagi, aku orang she Ku akan meninggalkan dunia ini, kuharap saudara Hoo berdua jangan membocor kan keadaan yang diderita aku orang she Ku hari ini kedalam dunia persilatan, atas budi kebaikan tersebut tak akan kulupakan untuk sela manya"

"Ku sauhiap tak usah kuatir, kami dua bersaudara sudah lama mengagumi kegagahanmu, tentu saja kami dua bersaudara  tak akan me mbocor kan apa yang terjadi hari ini. Bila kau ada pesan atau perintah, harap segera disampaikan biar harus terjun ke lautan api atau mendaki bukit bergolok, aku tak akan mena mpik"

Mencorong sinar penuh rasa terimakas ih dari balik mata Ku See hong, pelan-pelan dia mengangguk.

"Sayang sekarang aku orang she Ku sudah terluka ditangan manus ia laknat, kalau tidak sudah pasti aku akan mengajak saudara Hoo sekalian untuk bersa ma-sama mengarungi dunia persilatan dan me lenyapkan hawa siluman dari muka bumi'

"Engkoh Hong" Im Yan cu segera berbisik, "kau jangan kelewat putus asa, sebenarnya luka beracun apakah yang telah bersarang ditubuhmu? Sekalipun aku tak dapat, menyembuhkan, walaupun badan harus hancur dan ujung langit harus dite mpuh, aku pasti akan  berusaha  keras  untuk  mencar i  obat  mujarab  untuk menye mbuhkan luka mu itu'

Ku See hong menghela napas sedih, beberapa titik air mata jatuh berlinang me mbasahi pipinya.

''Adik Im" ia berkata, "aku merasa berterima kasih sekali  atas cinta  kasihmu,  tapi  luka  yang  kuderita  ini  tak  mungkin  bisa dise mbuhkan lagi..." "'Engkoh Hong, asal kau mengatakan luka yang kau derita, suhuku pasti dapat menyembuhkan nya, tapi bisakah kau bertahan selama sepuluh hari lagi?" kata Im Yan cu dengan nada yakin.

Sekali lagi Ku See hong tertawa getir.

`Adik Im, selewatnya enam hari aku bakal berpulang ke alam baka, mana mungkin bisa bertahan sela ma sepuluh hari lagi?"

"Aaai...! Lebih baik kuserahkan beberapa persoalan kepada mu dan kau melakukannya bagiku, mau bukan? Sebelum meninggal, hanya inilah keinginanku, dan akupun akan me nghadiahkan rahasia yang ingin di ketahui setiap umat persilatan serta benda mestika yang diidam- ida mkan setiap orang kepadamu sebagai rasa terima kasihku"

Air mata bercucuran dengan derasnya me mbasahi seluruh wajah Im Yan cu, katanya dengan pedih.

"Sesungguhnya luka apakah yang telah kau derita? Masakah kau sudah tiada harapan lagi? Katakanlah cepat katakan '.

'Adik Im, kau anggap apakah akupun rela mati dengan begitu saja?" kata Ku See hong dengan suara yang pedih dan mengenaskan.

Setelah berhenti sejenak, ke mbali ia mena mbahkan:

'Dendam berdarah ayah ibuku, dendam guruku serta semua persoalan yang kualami sela ma ini, ha mpir se muanya belum berhasil kucapai, apakah aku rela berpulang dengan begini saja? Sayang Thian tidak adil. Dia telah menghendaki aku mengala mi jalannya takdir dalam suasana begini yaaa .... apa lagi yang bisa kulakukan?"

Im Yan cu cukup mengetahui watak dari kekasihnya, dia pun tahu kalau pe muda tersebut berwatak angkuh. dingin dan keras kepala, seandainya keadaan tidak kelewat serius, tak mungkin dia akan begini putus asa sehingga seakan-akan pasrah kepada nasib. Maka setelah mendengar perkataan itu, hatinya menjadi dingin separuh... Tapi....sebetulnya ilmu pukulan beracun apakah yang telah bersarang ditubuhnya, ilmu apakah itu ?

'Waktu itu Ku See hong sudah ha mpir jatuh pingsan ke mbali, dengan suara yang amat lir ih katanya:

''Adik Im, aku telah terkena pukulan Hou kut hian hun im kang dari Ban shia kau . . . kaucu "

Berbicara sampai disitu, pelan-pelan dia me meja mkan matanya ke mbali dan terlelap dalam keadaan tak sadarkan diri.

Begitu mendengar disebutnya "Hou kut jian hun im kang" paras muka Im Yan cu, Pek lui jiu dan Sian hong kek berubah hebat, saking terperanjatnya mereka sa mpai tak ma mpu mengucapkan sepatah katapun.

Lewat berapa saat kemudian,  Im Yan  cu  baru  menjerit  keras, ke mudian menubruk ke mbali ke atas tubuh anak muda tersebut dan menangis tersedu-sedu.

Isak   tangisnya   kedengaran   lebih   mengenas    kan,    lebih me medihkan hati siapapun. . .

Seakan-akan diapun mendapat firasat kalau nasib Ku See hong me mang sungguh tragis, dia benar-benar sudah putus harapan.

Tapi, benarkah dia sudah putus harapan dan tak mungkin bisa tertolong lagi?

Mati dan hidup berada ditangan Thian, suatu kekuasaan maha besar yang tiada taranya berada dibalik langit dan mengatur segala- galanya, orang awam me mang t iads yang bisa menduga akan hal itu.

oooodwoooo

MATAHARI senja telah condong kelangit barat, langit  terasa cerah dan ber mandikan cahaya kee mas-emasan..... Suasana senja me mang selalu na mpak indah dan menarik, tapi keindahannya hanya berlangsung sesaat, sebab tak lama ke mudian keheningan ma la mpun akan menjelang t iba...

Jalan raya menuju kekota Heng yang penuh hilir mudik kuda- kuda cepat yang ditunggangi jago persilatan berpakaian ringkas dan mengge mbo l senjata tajam, setiap orang seperti terburu-buru, kuda dilecuti dan dilarikan dengan kecepatan tinggi.

Suasana makin la ma se makin sura m, kini kegelapan mala m sudah mula i menghiasi angkasa.

Pada saat itulah dari jalan raya tersebut pelan-pelan muncul sebuah kereta keledai yang e mpat penjuru tertutup kain tebal, dua ekor keledai besar menghela kereta tersebut dan berjalan dengan penuh ira ma, meski tidak terla mpau cepat namun menimbulkan lapisan debu yang beterbangan diangkasa.. .

Diatas tempat duduk kusir, duduk dua orang lelaki kekar setengah umur yang berdandan kusir kereta, Kalau dilihat dari sorot matanya yang jeli serta alis matanya  yang tebal  dan  lamat-lamat me mancarkan sinar kegagahan dalam sekilas pandangan saja orang akan mengetahui kalau mere ka adalah jago-jago persilatan.

Tapi diatas wajah merakapun dilapisi oleh hawa ke murungan yang tebal, ada kalanya mereka berkerut kening, sementara cambuk nya diayunkan berulang kali menca mbuki keledai-ke ledai tersebut, mulut mereka me mbungka m dalam seribu bahasa.

Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang a mat nyaring mengge ma dari belakang kereta, kembali nampak seekor kuda putih berjalan lewat dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, penunggangnya adalah seorang manusia berbaju putih yang menyoren   sebilah   pedang   panjang   berbentuk   aneh   yang  me mancarkan cahaya keperak-perakan:

Setelah penunggang kuda putih itu lewat, dari dalam kereta keledai itu segera berkumandang suara  teguran yang  merdu  dan le mbut: "Saudara Hoo, penunggang kuda yang barusan lewat itu berilmu silat sangat tinggi, kalian  harus  bertindak sangat  hati-hati,  besar ke mungkinannya dia akan balik lagi, daripada terjadi hal-ha l yang tak diinginkan aku minta kalian berdua sudi menahan diri"

"Tak usah kuatir nona Im, kami dua bersaudara pasti akan bertindak mengikuti keadaan" jawab lelaki kekar yang duduk disebelah kanan itu.

Helaan napas sedih ke mba li berkuman-dang dari balik ruangan kereta tersebut:

"Aaaai saudara Hoo, sudah dua hari dua mala m kita mene mpuh perjalanan tiada hentinya, selama ini pula kita banyak menyaksikan kuda yang hilir mudik dengan kencangnya, mungkin segenap jago persi-latan yang ada di dunia ini telah berkumpul se mua disekitar kota Heng yang, andaikata kejadian ini bukan suatu kebetulan, bila dugaanku tak salah, sela ma berapa hari ini pasti akan terjadi suatu peristiwa yang menggetarkan hati setiap umat persilatan"

Setelah berhenti sejenak, dia menya mbung lebin jauh:

"Padahal luka yang diderita engkoh Hong sangat parah, jiwanya berada diujung tanduk, moga- moga saja sepanjang jalan tak akan terjadi peristiwa apapun hingga perjalanan kita pun tak akan tertunda"

Lelaki berjenggot lebat itu turut menghela napas sedih, katanya ke mudian:

"Dewasa  ini,   ha mpir   setiap   umat   persilatan   didunia   ini  me mpunyai ikatan dendam sakit hati dengan Ku sauhiap, yang kukuatirkan sekarang adalah seandainya keadaan Ku sauhiap  sampai diketahui musuh- musuh besarnya, bakal runyam keadaan kita waktu itu, apalagi diapun mengge mbo l pedang Ang soat kiam yang merupakan mustika ida man segenap umat persilatan"

"Kebanyakan umat persilatan adalah manus ia- manusia licik yang berbahaya, perbuatan mereka sukar diduga dan susah diterka, begitu berita tentang terlukanya Ku sauhiap tersebar luas, niscaya keadaan bertambah runyam. Misalnya saja penung-gang kuda berbaju putih tadi. tampaknya ia sudah menaruh curiga terhadap kereta keledai kita ini'

Orang yang bertindak sebagai kusir kereta keledai itu tak lain adalah Kanglam sianghui, si pukulan geledek Hoo Kian serta si Jagoan angin puyuh Hoo Gi, sedangkan orang yang berada didalam kereta keledai itu tak la in adalah Im Yan cu serta Ku See hong terluka parah.

Terdengar Im Yan cu yang berada di dalam kereta keledai berseru dengan ce mas:

''Saudara Hoo, andaikata ada orang yang berhasil mengetahui rahasia kita dan me lakukan pengejaran, bunuh mereka se mua secara keji, bila perlu punahkan mereka se mua"

Pek lui jiu Hoo Kian ter menung sesaat lamanya, mendadak ia bertanya lagi:

”Nona Im, bila kita mene mpuh jalanan yang terpendek untuk mencapai tebing Hay jin gay, maka kita masih me mer lukan waktu selama lima hari lagi, apakah Ku sauhiap masih sanggup untuk bertahan selama lima hari lagi? '

"Walaupun setiap hari aku berhasil mene mbusi gumpalan darah pada ke delapan buah nadi pentingnya dengan tenaga dalam,  namun masih ada tiga buah jalan darah penting yang belum berhasil kutembusi, mungkin gumpa lan yang terparah berlangsung disekitar tempat itu, andaikata dalam tubuhnya tidak me miliki suatu kekuatan yang luar biasa, mungkin jiwanya tak akan ma mpu untuk bertahan selama tiga hari tiga ma larn lagi, sekalipun begitu, kita  harus berusaha keras untuk mencapai tempat tujuan, kita  toh  tak  akan me mbiarkan jiwanya melayang dengan begitu saja bukan?"

"Nona Im, bagaimana mungkin kita akan me mbiarkan dia berpulang ke alam baka dengan begitu saja?" seru Pek lui jiu Hoo Kian, ”cuma ada satu hal aku ingin me mberi tahukan kepada mu, apakah kau dapat menyetujuinya?' "Saudara Hoo, kau me mpunyai  persoalan  apa  yang  hendak disa mpaikan? Katakanlah dan mari kita rundingkan dengan sebaik- baiknya!"

"Nona Im, sampa i sekarang mungkin kau mas ih belum tahu bukan akan asal usul pedang Jui sim siau kiam yang berada dalam saku kami itu?"

"Jui sim siau kia m? Aku hanya tahu kalau tanda tersebut merupakan lambang dari seorang manusia aneh berkerudung yang baru muncul dalam dunia persilatan, sedangkan mengenai asal usulnya aku mas ih belum se mpat untuk menyelidiki, Saudara Hoo, apa maksudmu menyinggung soal pedang Jui sim siau kiam tersebut?"

Pak lui jiu Hoo Kian menghela napas panjang.

"Aaaai.... nona Im, sela ma berapa hari ini banyak sekali jago persilatan yang berkumpul di kota Heng yang, tampaknya dunia persilatan benar-benar telah terjadi suatu peristiwa besar, tahukah kau mengapa mereka begitu terburu-buru mela kukan perjalanan?'

"Adakah peristiwa ini ada sangkut pautnya dengan pemilik pedang penghancur hati yang misterius itu?"

"Benar, selama ini pe milik pedang Jui sim kiam me mang selalu hilir mudik disekitar kota Heng yang, Sebenarnya rahasia ini tak boleh aku orang she Hoo bocorkan, tapi Ku Sauhiap telah terluka begini parah, bila kita harus menuju ke tebing Hay jin gay, paling cepatpun me mbutuhkan waktu sela ma lima hari, daripada pergi jauh aku lantas berpikir mengapa tidak mencari didekat tempat ini saja?  Kalau  toh  disekitar  sini  me mang  ada   yang   sanggup meno long?'

"Menurut perkataanmu itu, apakah kau ber maksud untuk mohon bantuan dari Jui sim kia mcu guna menyembuhkan luka akibat pukulan Hou kut jian hun im kang tersebut? Kalau toh dia me miliki ke ma mpuan tersebut apakah dia bersedia untuk mengulur kan tangan dan me mberikan pertolongan ?" oooodwoooo

PEK LUI-JIU HOO KIAN tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung, ia menghela napas panjang ke mudian berkata:

`Nona Im, tahukah kau apa sebabnya kawanan jago persilatan itu pada berkumpul di kota Heng yang?"

'Bukankan tadi telah kau katakan, pe milik pedang Jui sim kiam berada di sekitar kota Heng Yang? Tentu saja mereka datang untuk mencari gara-gara dengannya, tapi mengapa kawanan jago persilatan itu datang mencari gara-gara dengannya? Padahal diantara mereka t iada ikatan dendam ma upun sakit hati, mustahil orang akan mengerubutinya"

Dia m-dia m Im Yan cu merasa amat kagum, sela ma ini tersiar berita dalam dunia persilatan yang mengatakan Kanglam Siang hou adalah manusia yang sama sekali tak punya akal  muslihat,  tapi kalau dilihat keadaan mereka sekarang, dapat diketahui kalau dugaan tersebut tidakbetul.

Kenyataannya, meski mereka na mpak  kasar  diluar, sesungguhnya merupakan manusia- manus ia berotak cerdas yang amat teliti dan cerdas, belum tentu  orang  lain  dapat  menandingi ke ma mpuan mereka.

Orang kuno pernah bilang begini, menilai orang jangan menilai luarnya, mungkin ucapan itu kurang begitu tepat, tapi  selama berapa hari ini bukan saja Kanglam Sianghou menunjukkan kecerdasan yang me lebihi orang lain, bahkan pengetahuan merekapun na mpak luas sekali.

Pelbagai ingatan segera berkecamuk di dalam benak Im Yan cu, akhirnya setelah menghela napas panjang katanya: ''Saudara Hoo, kau ma ksudkan pemilik  pedang  Jui  sim  kiam me miliki benda mestika yang me njadi incaran setiap orang persilatan..?

''Nona me mang benar-benar cerdik" puji Pek lui jiu Hoo kian dengan cepat, "seperti juga Ku sauhiap, pe milik pedang Jui sim kiam pun me mpunyai rahasia yang sama sekali tak diduga orang lain, tapi rahasia itupun cukup menggetarkan hati setiap umat persilatan, membuat setiap orang saling berebut untuk mengangkangi mestika tersebut"

"Saudara Hoo, sebenarnya benda mestika apakah yang dia miliki?" tanya Im Yan cu dengan perasaan cemas.. ''apakah benda itu bisa digunakan untuk menyembuhkan luka beracun akibat serangan Hou kut jian hun im kang.?'

"Sebenarnya berita tentang mestika tersebut disakunya hanya merupakan suatu kabar berita, kenyataan sukar dipastikan,  tapi kalau dilihat dari gerakan kawanan jago persilatan berapa hari belakangan ini, tampaknya apa yang dikabarkan itu me mang merupakan suatu kenyataan"

Im Yan cu ingin cepat-cepat mengetahui apakah benda mestika tersebut bisa dipergunakan untuk menye mbuhkan luka beracun akibat serangan Hou kut jian hun im kang, maka buru-buru dia bertanya lagi:

"Saudara Hoo, cepatlah kau katakan, benda mestika apakah itu? ' Paras muka Pek lui jiu Hoo Kian berubah menjadi sangat serius,

setelah menghe la napas dia berkata:

"Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan, konon dia berhasil mendapatkan mutiara sakti Thian hong im yang sincu serta sejilid kitab pusaka yang tak diketahui namanya, namun kebanyakan orang persilatan menganggap kitab pusaka itu adalah kitab pusaka Cang ciong pit kip.'

Im Yan cu belum la ma terjun ke dalam dunia  persilatan, pengetahuannya boleh dibilang mas ih terbatas sekali, ia tidak mengetahui tentang benda-benda mestika yang ada di dalam dunia persilatan, namun soal kitab pusaka Cang ciong pit kip, hal mana pernah didengarnya dari mulut gurunya...

Maka dari itu, setelah mendengar perkataan tersebut, ia lantas bertanya dengan nada tak habis mengerti:

"Saudara Hoo. kau mengatakan mutiara mestika Thian hong im yang  sin  cu  dan'kitab  pusaka   Cang   ciong  pit   kip   dapat menye mbuhkan luka yang diderita Ku See hong?''

Semenjak berjumpa dengan Im Yan cu, Pek lui jiu Hoo  Kian sudah tahu kalau gadis tersebut adalah seorang jago yang masih cetek pengalamannya dan tidak berpengetahuan luas sebab itu dia tidak merasa heran setelah mendengar perkataan itu.

Namun kalau ditinjau dari kepandaian silatnya yang sangat lihay, bisa diketahui kalau gurunya sudah pasti adalah seorang tokoh persilatan yang amat ter mashur dalam dunia persilatan, tapi anehnya mengapa gurunya tak pernah me mberitahukan hal-ha l tentang dunia persilatan?'

Padahal, darimana dia bisa tahu guru Im Yan cu adalah seorang pendekar perempuan yang sangat aneh, tapi masa kehadirannya dalam dunia persilatan amat singkat, sebab hampir sebagian besar waktunya telah dihabiskan untuk menda la mi ilmu silat.

Pek lui jiu Hoo Kian segera tertawa nyaring, katanya:

"Haaaahhh . . haaahhh. . haaahhh . . . asal terbukti kalau pemilik pedang Jui sim kia mcu benar-benar me miliki mutiara sakti Thian hong im yang sincu serta kitab pusaka tersebut, maka luka-luka yang diderita Ku sauhiap tak perlu dirisaukan lagi"

"Seandainya hanya memiliki mutiara mestika Thian hong im yang sincu belaka, apakah luka tersebut tak bisa disembuhkan?” tanya Im Yan cu tercengang.

''Yaa, karena pelbagai kegunaan dari mutiara mestika Thian hong im yang sincu tersebut hampir semuanya tercacat diatas kitab pusaka tersebut, sedangkan racun yang bersarang dalam tubuh Ku sauhiap adalah racun Hou kut jian hun im kang yang termashur karena keganasannya didalam dunia persilatan, sebab itu bila tiada petunjuk dari kitab pusaka, maka penggu-naan mutiara Thian hong im yang sincu pun menjadi sa ma sekali tak berguna"

"Saudara Hoo, tahukah kau bagaimana caranya me mpergunakan mut iara Thian hong im yang sincu tersebut?''

"Bila cara penggunaan mutiara mustika Thian hong im yang sincu dilakukan dengan menurut i catatan yang ada didalam kitab pusaka tersebut, maka kasiatnya benar-benar me lebihi apapun jua, hanya saja keadaan yang lebih jelas tidak begitu kuketahui dengan jelas, tapi aku yakin mut iara mestika itu sanggup untuk menye mbuhkan pelbagai maca m luka pukulan yang bagaimanapun beracunnya bahkan bisa pula digunakan untuk mena mbah tenaga dalam dalam waktu singkat, tentu saja cara penggunaan rahasia tersebut tidak diketahui oleh umat persilatan manapun juga'

”Kalau    me mang    begitu,    buat    apa     orang     persilatan me mperebutkan mut iara mestika Thian hong im yang sincu tersebut?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Pek lui jiu Hoo Kian segera mendonga kkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaaahhh.... haaahhhh. . haaaaahh. .. itulah sebabnya barusan kukatakan, apakah kitab pusaka itu berada ditangan Jui sim kiam cu atau bukan masih merupakan suatu persoalan"

Tiba-tiba Im Yan cu me nghela napas sedih, tanyanya:

'Saudara Hoo, apakah pemilik pedang  Jui sim siau  kiam dapat me luluskan permintaan kita dan menye mbuhkan luka yang dideritanya?"

Pek lui jiu Hoo Kian agak ragu-ragu sejenak, kemudian baru menjawab:

"Asal kita dapat berjumpa dengannya serta menerangkan duduknya persoalan, aku rasa dia pasti akan meluluskan permintaan kita." ''Seandainya dia tidak melulus kan per mintaan kita,  aku ingin  me mbunuhnya dan merampas mutiara mestika Thian hong im yang sincu serta kitab pusaka tersebut"

Mendengar perkataan itu, Pek lui jiu Hoo Kian merasa amat terperanjat, diam-dia m pikirnya:

’Gadis ini berwatak aneh, marah senang nya tak lazim dijumpai dalam dunia persilatan, tapi dia amat mencintai Ku  See  hong dengan sepenuh hati, sekarang aku sudah terlanjur me mbocor kan rahasia ini kepada nya sedang diapun sudah bertekad hendak merebutnya dengan me mpertaruhkan jiwa raganya, bagaimanakah baiknya sekarang? Pemilik pedang Jui sim kiam adalah calon majikan ka mi dua bersaudara, tentu saja  kami  tak boleh sa mpa i me lakukan suatu perbuatan yang berdosa kepadanya, tapi di kolong langit dewasa ini hanya Jui sim kiamcu dan Ku See hong  berdua saja yang benar-benar merupakan seorang jago sejati, seandainya dia benar-benar sampai mati karena terluka, kerugian ini benar- benar merupakan suatu kerugian yang amat besar’. Pelbagai  ingatan segera berkecamuk dalam benak Pek lui jiu Hoo Kian, ia menjadi serba salah dan untuk sesaat terbungkam dalam seribu bahasa.

Im Yan cu menghe la napas sedih, lantas bertanya:

"Saudara Ho, apakah kalian  Kanglam sianghou me mpunyai hubungan yang a mat mendala m dengan pemilik pedang Jui sim kiam tersebut?''

'Sebenarnya kami dua bersaudara tak me mpunyai hubungan apa- apa dengannya, peristiwa ini terjadi pada setengah bulan berselang di tepi sungai Cho go kang.

'Waktu itu, kami dua bersaudara telah berjumpa dengan seorang sastrawan setengah umur  yang  berpakaian  perlente,  orang  itu me manggil na ma kami berdua dan mengatakan kalau kami dua bersaudara mempunyai ikatan dendam sakit hati yang amat dalam dengannya dengan sikap yang  sombong  dan  tekebur,  orang  itu me ma ksa kami dua bersaudara untuk bertarung melawannya, waktu itu kami merasa terkejut bercampur keheranan, sebab sejak terjun kedalam dunia persilatan belum pernah kami dua bersaudara berjumpa dengan lelaki setengah umur yang berpakaian perlente seperti itu, sehingga boleh dibilang diantara kami tak pernah terikat hubungan dendam atau sakit hati.

"Waktu itu dengan bersusah payah kami dua bersaudara menerangkan kepadanya kalau ka mi tak punya hubungan dendam sakit hati dengannya.

"Tapi le laki setengah umur yang perlente itu jumawa sekali, dia berulang kali berkata hendak me mbela sakit hatinya dimasa lalu, bahkan ucapannya amat menyakitkan hati, dia bilang dalam dua puluh gebrakan hendak mengalahkan ka mi dua bersaudara.

"Jelek-jelek begini, ka mi Kanglam siang hou terhitung punya nama juga dalam dunia  persilatan, tentu saja kami tak tahan menghadapi sikap jumawa dari pihak lawan, sehingga akhirnya suatu pertempuran sengit pun segera berkobar.

"Begitu pertarungan berkobar, meskipun dia tidak mengatakan lagi kalau hendak menga lahkan kami dalam dua puluh gebrakan, namun ka mi berdua cukup mengerti, jika ia sa mpai melancar kan serangan dengan sepenuh tenaga maka tak sa mpa i lima belas gebrakan, kami akan menderita kekalahan secara tragis.

'Ditengah pertarungan yang berlangsung sengit, kami dapat merasakan betapa dalamnya ilmu silat yang dimiliki lelaki setengah umur berbaju perlente itu, jurus-jurus aneh lahir beruntun, meski serangannya dilancarkan a mat sederhana, namun semuanya amat ganas dan me matikan.

"Sudah banyak sekali jago lihay dalam dunia persilatan yang ka mi ketahui, tapi tidak kami kenal jago lihay seperti dia itu.

"Waktu  itu,   timbul   keinginan   ka mi   berdua   untuk   meraih ke menangan, serangan me matikan dilancarkan berulang kali dengan suatu  pertarungan  adu  jiwa,  namun  kami  tak  berdaya  untuk  me ma ksakan kehendak ka mi, malah berapa kali lantaran kelewat gusar, bagian mematikan ditubuh ka mi menjadi sama sekali terbuka. Sebenar-nya dia dapat membunuh ka mi,  namun nyatanya ia tidak berbuat de mikian, bahkan ma kin bertarung sikapnya berubah sema kin le mbut.

Menanti pertarungan telah mencapai e mpat ratus gebrakan lebih dan   ka mi   dua   bersaudara    benar-benar    sudah    kehabisan ke ma mpuan, saat itulah ka mi baru tahu kalau lelaki berbaju perlente itu sebetulnya bukan berniat untuk me mbalas denda m, me lainkan karena suatu maksud tertentu, maka ka mipun segera me lo mpat mundur dari arena pertarungan  dan  bertanya  kepadanya  apa maks ud tujuannya bertuat demikian?

"Tapi diapun  segera  menghentikan  pertarungan,  bahkan menya mbut ka mi dengan senyum dikulum, kepada kami berdua ia minta maaf yang sebesar-besarnya, selain menerangkan pula kalau mereka telah mendirikan perguruan Hiat mo bun  (perguruan  pembas mi iblis) dengan tujuan menghimpun kawanan jago aliran lurus untuk bersa ma-sa ma menyapu kaum iblis dan menyela matkan umat persilatan.

"Mungkin karena dia tertarik kepada ka mi berdua, ma ka diundangnya kami berdua untuk menggabungkan diri dengan Hiat mo bun, tapi sebelum itu ilmu silat kami dicoba lebib dulu.

`Karena sikap maupun nada pe mbicaraan nya makin le mbut bahkan berularg kali minta maaf, hawa amarah yang se mula menyelimuti wajah kamipun pelan-pelan mereda.

"Sudah banyak tahun kami berkelana dalam dunia persilatan, kamipun cukup mengetahui situasi dalam dunia persilatan yang hampir sebagian besar dikuasahi oleh kaum iblis dan kaum durjana, cuma sayang selama ini tak pernah muncul seorang manus ia yang bersedia menanggulangi suasana seperti itu.

Maka sekarang setelah kudengar kalau lelaki setengah  umur yang berpakaian perlente itu telah mendirikan perguruan Hiat mo bun yang bertujuan membas mi kaum iblis dari muka bumi dengan senang hati kami segera menyatakan kesediaannya untuk menggabungkan diri, tapi ka mi berdua takut kalau dia hanya bermaksud untuk menipu kami belaka dengan kata-kata yang manis, maka ka mipun segera mencari tahu siapakah na manya.

"Ternyata dia tak lain adalah sisastrawan berpakaian perlente Hoa Siong si, seorang pendekar aneh yang pernah menggetarkan dunia persilatan pada tiga puluh tahun berselang. ."

Mendengar sampai disitu, Im Yan cu yang berada dibalik kereta segera berseru kaget:

"Apa? Sastrawan berpakaian perlente Hoa Siang si?"

"Nona Im, mungkin kaupun kenali si sastrawan berpakaian perlente Hoa Siang si, Hoa locianpwe bukan?"

"Suhuku pernah berpesan kepadaku agar mencari dua orang, salah seorang diantaranya dia..."

Mendengar perkataan itu, Pek lui ju Hoo Kian merasa a mat terperanjat, buru-buru dia bertanya lagi dengan gelisah:

"Nona Im, ada urusan apakah mencar inya'"

"Guruku hanya berpesan agar aku menjumpainya, keadaan yang lebih jelas tidak begitu diketahui. Cuma aku tahu dia me mpunyai hubungan yang amat besar dengan guruku, karena guruku pun she Hoa, kemungkinan besar mereka adalah bersaudara"

Mendengar perkataan itu, Pek lui jiu Hoa Kian merasa sema kin terperanjat, kini dia m-dia m pikirnya:

”Dimasa lalu belum pernah kudengar orang me mbicarakan kalau sastrawan berbaju perlente Hoa Siong  si me mpunyai kakak perempuan, gurunya pun she Hoa, sebetul-nya dia itu murid siapa?"

Oleh karena banyak jago persilatan yang enggan membongkar rahasia pribadinya, maka diapun tidak mendesak Im Yan cu untuk mengetahui asal usul perguruannya lagi.

"Nona Im" Pek lui jiu Hoo Kian segera berkata lagi, "orang yang hendak kau cari yang satu adalah Sastrawan benpakaian perlente, Hoa Siong si, lantas siapakah seorang yang lainnya" "Yang seorang adalah gurunya engkoh Hong, manusia  paling aneh dari kolong langit Bun ji koansu, sayang dia orang tua sudah tiada, maka akupun mencari engkoh Hong, aku me mang tidak mengetahui karena urusan apakah guruku mencari kedua orang ini, tapi aku tahu dia orang tua a mat me mbenci gurunya engkoh Hong."

"Guruku amat me mbenci kaum le laki, sema kin ta mpan lelaki itu semakin  benci   dia   kepadanya,   dia   pernah   menyuruh   aku  me mbinasakan setiap lelaki jahat yang berwajah tampan."

Mendengar perkataan itu, diam-dia m Pek lui jiu Hoo  Kian menghe la napas panjang, pikirnya:

"Watak gurunya sungguh teramat sempit, ternyata dia terpengaruh oleh tabiat gurunya semenjak kecil sehingga akhirnya diapun ketularan penyakit aneh tersebut."

Berpikir sa mpa i disitu, dia lantas berkata:

"Nona Im, kau mengatakan gurumu a mat me mbenci gurunya Ku sauhiap, lantas bila kita pergi ke tebing Hay jin gay,  apakah dia orang tua bersedia untuk mengobati lukanya "

"Sudah pasti bersedia" sahut Im Yan cu berulang kali,  "karena dia orang tua ingin sekali mengetahui hal- hal yang mengenai Bun ji koansu dari mulut engkoh Hong, tak mungkin dia tak perduli keselamatan jiwa engkoh Hong, bahkan pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menye mbuhkannya"

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar