Dendam Sejagad Jilid 17

Jilid 17

"JI IM SIOCIA mungkin kena dihasut oleh keparat she Ku itu, dia hanya bilang tak mau pulang ke mar kas besar"

Walaupun Ciu Heng thian me mpunyai hubungan gelap dengan Ceng Lan hiang sela ma ini, tapi dalam hati kecilnya secara dia m- diam ia sangat mencintai Ji im, apalagi Ceng Lan hiang juga pernah mengungkapkan kepadanya bahwa dia bermaksud untuk menjodohkan Him Ji im kepadanya.

Namun dia pun tahu akan kekeja man dari Ceng Lan hiang, oleh karena itu dia tak berani melaporkan kata-kata dari Him Ji im yang bermaksud me mutuskan hubungan antara ibu dan anak dengannya.

Paras muka Ceng Lan hiang tetap seram dan me nggidikkan hati, katanya kemudian setelah tertawa dingin:

"Ciu Hu kaucu, sekarang juga kalian turun kedasar jurang dan ambil se mua barang milk keparat sne Ku itu dan bawa ke markas besar"

Dengan hor mat si pedang perak Ciu Heng thian bertanya: "Kaucu. bagaimana dengan adik Ji im?"

Tiba-tiba Ceng Lan hiang tertawa terkekeh-kekeh.

"Ciu Hu kaucu apa yang kau kuatirkan, heehhh. . . heeehhh. . . heehh. . . pun kaucu pasti akan me menuhi keinginanmu itu, sekarang aku hanya bermaksud untuk mengurungnya dalam istana Leng kiong"

Betapa leganya hati si pedang ular perak Ciu Heng thian setelah mendengar perkataan itu, buru-buru serunya:

"Terima kasih banyak atas kebaikan kaucu' Sekali lagi Ceng Lan hiang tertawa cekikikan.

"Dia kan putriku sendiri, buat apa kau mesti mengucapkan terima kasih kepadaku?'

Tee hun Tha mcu, si penginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi tiba-tiba berkata pula:

"Lapor kaucu, Ku See hong me miliki se maca m ilmu khikang yang aneh   sekali,  ilmu   itu   sangat   lihay   dan   bagaimanapun   kita me lepaskan pukulan dahsyat ke atas tubuhnya, tak pernah serangan tersebut berhasil me mbuataya terluka parah, sungguh beruntung kaucu datang tepat pada waktunya dan menghajarnya hingga terjerumus ke dalam jurang. Tapi aku orang she Tham masih tetap kuatir kalau nasib keparat itu kelewat baik hingga  berhasil lolos dari bahaya maut. persoalan ini tak boleh terlambat lagi, kita harus segera turun ke dasar jurang untuk me meriksa mayatnya"

Paras muka Ceng Lan hiang segera berubah menjadi a mat tak sedap dipandang, segera ujarnya dingin.

"Tee Hun tha mcu, kau ma ksudkan dibawah serangan kaucu pun dia masih bisa hidup lagi?"

Bergidik hati si penginjak salju tanpa bektas Tham hun khi setelah menyaksikan hawa pembunuhan yang menyelimuti raut wajahnya itu, diam- diam ia menghe mbuskun napas dingin.

"Aku orang orang she Tham tidak berani" buru-buru katanya tergagap, ”hamba cuma kuatir serangan kaucu kurang ganas sehingga dia berhasil melar ikan diri lagi dari anca man bahaya maut"

'Kaucu nio-nio" ujar si pedang ular perak Ciu Heng thian pula. "aku tahu kalau kau telah melepaskan serangan me matikan yang berat terhadap bocah keparat itu, cuma aku rasa ada sedikit tidak beres"

"Ciu hu kaucu, bagaimana tidak beresnya dengan siasatku ini?' Ceng Lan hiang bertanya dengan tidak habis mengerti.

Sekulum senyuman licik segera tersungging diujung bibir si pedang ular perak Ciu Heng thian katanya:

''Seharusnya kita bekuk bangsat itu hidup-hidup tolong tanya kaucu, benarkah kau telah mclepaskan serangan yang me matikan terhadapnya tadi? 'Moga- moga saja bukan!"

Ceng Lan hiang benar-benar dibikin tidak habis mengerti oleh sikapnya yang berbicara sok rahasia, segera tanyanya:

"Apa maksud ucapanmu itu?'

''Bukankah keparat she Ku itu me mpunyai sebuah bait lagu dan bait lagu itu menyangkut sejilid kitab pusaka yang maha dahsyat?" Mendengar pertanyaan itu Ceng Len biarg segera tertawa cekikikan sa mpai seluruh badaannya bergoyang keras, katanya:

"Ciu Hu kaucu, aku mengira kau hendak me mbicarakan tentang soal apa, rupanya tentang masalah tersebut'

Tiba-tiba saja si Pedang ular perak Ciu Heng thian dibikin terpesona oleh suara tertawa dari Ceng Lan hiang, buru-buru dia bertanya:

"Apakah kaucu sudah tidak maui kitab pusaka Cang ciong pit kip itu lagi?".

Ceng Lan hiang menghe la napas sedih.

"Aaaai. . kitab pusaka Cang cing pit kip mungkin saja tidak  kumaui lagi, tapi aku me mang ingin me mbekuknya hidup-hidup."

"Aaaai, tadi aku telah melancarkan serangan dengan  ilmu  Hau kut jian hun im kang (ilmu pukulan hawa dingin tulang  hancur sukma cacad), sebesar lima bagian, kendati pun dia me miliki ilmu sakti yang luar biasa, sulit rasanya untuk melolos kan diri dari ancaman bahaya maut, apalagi tubuhnya terjatuh kedalam jurang yang lima ribu kaki dala mnya, mustahil tubuhnya masih bisa tetap utuh'

Tatkala Ciu Heng thian, Tham Hun khi serta Nia Hun shia mendengar Ceng Lan hiang me mbicarakan tentang ilmu Hau  kut  jian hun im kang, paras muka mereka segera berubah hebat, jelas ilmu pukulan tersebut  merupakan  suatu  kepandaian  yang  menger ikan sekali sehingga mereka sendiripun tidak tahu kalau kaucu mereka me miliki kepandaian tersebut.

Yaa. didalam kenyataan ilmu pukulan Hau kut jian hun im kang me mang merupa kan suatu ilmu pukulan yang amat mengerikan hati.

Ketika    Ceng    Lan    hiang     menyaksikan     se mua     orang me mandangnya dengan wajah seram dan ketakutan sambil tertawa terkekeh-kekeh segera serunya: "Ada apa?  Aku  toh  tak  akan  melancarkan  serangan  yang  me matikan terhadap orang sendiri, heeehh.... heeehh. . .

Sekali lagi dia perdengarkan suara tertawa cabulnya yang merdu le mbut dan menggun-cangkan sukma setiap orang itu.

Tiba-tiba si Pedang ular perak Ciu Heng thian mendo ngakkan kepalanya dan ikut tertawa seram  pula   dengan  suara  yang menger ikan bagaikan lolongan serigala. . .

Paras muka Ceng Lan hiang kontan raja berubah menjadi dingin menyeramkan begitu mendengar suara tertawa dari Ciu Heng thian, segera tegurnya ketus:

"Apa yang kau tertawakan?"

Si Pedang ular perak Ciu Heng thian menarik ke mbali suara tertawanya, lalu berkata dengan hor mat:

'Aku mengucapkan selamat atas keberhasilan kaucu me miliki ilmu sinkang tersebut, sekarang tiada jago dikolong langit yang sanggup menandingi dirimu lagi,  bila teringat kalau saat kita  untuk menguasahi seluruh kolong langit sudan sema kin dekat, tentu saja aku tak dapat me mbendung rasa girangku didalam hati, itulah sebabnya aku lantas tertawa terbahak-bahak"

Mendengar itu, sekali lagi Ceng Lan hiang tertawa terkekeh- kekeh, sedangkan Si pedang ular perak Ciu Heng thian, si penginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi serta si cacad langit Si Hun shia bersama-sama ikut tertawa keras.

Suara tertawa mereka penuh diliput i kejalangan dan kekejian....

Suara tertawa yang penuh keseraman, kekejian itu melengking mene mbus i angkasa dan menyebar sa mpai dimana- mana.

Ditengah gelak tertawa itulah, Ceng Lan hiang berjongkok untuk me mbopo ng tubuh Him Ji im yang pingsan dan segera me luncur ke bawah bukit.

Matahari senja condong kebarat, seluruh angkasa diliputi oleh cahaya kemerah- merahan. Pemandangan senja yang begitu indah menyelimuti  seluruh jagad dan mendatang kan pula  selapis  warna  yang rawan,  senja ke mbali telah menje lang tiba.....

Meski matahari senja indah dipandang, tapi hanya singkat waktunya, tak la ma ke mudian kese muanya itu akan lenyap dibalik bukit sebelah barat sana ...

Kemudian kegelapan ma lam pun menyelimuti seluruh angkasa

....

Angin   mala m berhembus  kencang, mendatangkan perasaan

bergidik bagi siapapun, suasana berubah menjadi menyeramkan dan mengenaskan ...

Didasar jurang yang penuh dengan bebatuan aneh tampak bayangan manusia bergerak kian ke mari, paras muka mereka rata- rata menunjukkan rasa tercengang yang amat tebal,  rupanya  mereka sedang melakukan pe meriksaan secara besar-besaran.

Mendadak, pada saat itulah ....

Pada dasar jurang yang diliputi kabut dan delapan ratus kaki lebih diudara, disana terdapat sebuah tanah datar lain seluas dua tiga puluh kaki, berdiri pula sesosok bayangan hita m.

Dia adalah seorang manus ia yang sedang menghela napas sedih tiada hentinya.

Helaan napas itu sangat lemah bagaikan suara nyamuk, tapi dari suara helaan napas tersebut kita dapat merasakan pula betapa besarnya penderitaan yang sedang dialami nya waktu itu.

Permukaan tanah dimana ia berdiri sekarang penuh dengan noda darah, sekarang dia hampir berubah menjadi seorang manus ia darah, rambutnya terurai kusut, pakaiannya compang camping, seluruh badannya penuh luka-luka lecet yang merekah, itulah luka gesekan akibat terjatuh dari atas puncak setinggi seratus kaki lebih diatas sana. Masih untung saja dia terjatuh disitu,  coba  bergeser sekali saja ke depan, niscaya tubuhnya sudah terjerumus ke dalam dasar jurang yang a mat dala m.

Sekalipun dia berhasil melo loskan diri dari kehancuran badan, tapi nasib masih me mper ma inkan dirinya, ia masih harus merasakan siksaan dan penderitaan akibat serangan pukulan ilmu im kang yang menyusup ke dalam tubuhnya.

Paras muka Ku See hong waktu itu pucat pias seperti mayat, wajahnya menyeringai seram, seluruh tubuhnya mengejang keras saking menahan siksaan dan penderitaan yang luar biasa.

"Bluuk !' terdengar suara lirih berge ma.

Dia tidak menggeserkan badannya barang setengah langkah pun, tubuhnya kembali terjatuh ke tanah, lalu dengan me mentang kan mulutnya bernapas terengah-engah, sepasang matanya berubah menjadi merah darah. sekalipun waktu itu sedang merasakan suatu penderitaan yang luar biasa, akan tetapi dia sa ma sekali tidak menge luh ataupun mer intih.

Hal ini menunjukkan betapa angkuh, keras kepala dan tangguhnya watak orang ini.

Mendadak... dari atas puncak bukit diatas tanah datar  yang mene mbus i angkasa itu terdengar suara teriakan seseorang:

'Kaucu cepat kemari! Cepat kemari disini terdapat sebuah tanah datar, mungkin bangsat itu terjatuh disini"

Pendengaran Ku See hong masih tetap tajam dan cekatan, betapa terkesiapnya dia setelah mendengar seruan itu, dalam hati kecilnya dia segera berpekik:

"Ooh Ku See hong, wahai Ku See hong, kau harus tabahkan hati, sekarang kau tak boleh mati ditangan kaum durjana, dendam kesumat dari ayah ibumu, gurumu, Keng Cin sin... semuanya harus kau balas lebih dulu kau tak boleh mati dengan begitu saja" Kobaran api dendam yang me mbara segera me mpertahankan tubuhnya dan menimbul kan kekuatan didalam badannya, sekuat tenaga tangannya  mencengkera m  per mukaan  tanah  dan mengge linding ke sisi tanah dasar itu, menggelinding lewat..

Perlu diketahui tanah datar tersebut hanya berada dipunggung bukit yang berselisih delapan ratus kaki lebih dari dasar jurang atau seratus kaki lebih dari puncak bukit tersebut. meskipun lebar tanah tiga empat puluh kaki na mun lantaran diliputi kabut yang tebal, ditambah pula suasana mala m yang remang-re mang me mbuat pemandangan disekitar tempat itu bagaikan dalam neraka saja.

Betapapun tajamnya sorot mata seorang jago lihay, jangan harap bisa menyaksikan pe mandangan disekeliling te mpat itu dengan jelas.

Baru saja Ku See hong menggulingkan badannya ke belakang sebuah batu karang, telinganya telah mendengar suara langkan kaki yang lirih mengge ma dari dua puluh kaki disekitar sana, lambat laun suara langkah tersebut semakin mendekati te mpat itu dan akhirnya berhenti.

Terdengar seserang berkata dengan suara merdu:

"Ciu Hu kaucu kita tak usah mela kukan pe meriksaan lagi"

Dengan perasaan tak habis mengerti si pedang ular perak Ciu Heng thian segera bertanya:

"Bukankah dengan begitu sela ma hidup kita tak akan berhasil mendapatkan pedang Ang soat kiam lagi. . . Apalagi jika bangsat itu belum ma mpus, entah bagaimana  seramnya akibat dike mudian hari?"

Ceng Lan hiang segera tertawa terkekeh-kekeh setelah mendengar ucapan itu.

"Pedang Ang soat kia m? Kita sudah pasti dapat me mpero lehnya, Cuma masih ada urusan penting lainnya yang jauh lebih serius daripada pedang itu harus diselesaikan lebih dahulu, Mengenai Ku See hong? Sekarang aku malah berharap dia jangan sa mpai mat i" "Kaucu, mengapa kau tidak mengharapkan dia mati?" tanya si pedang ular perak Ciu Heng thian keheranan.

Ceng Lan hiang segera tertawa.

"Ciu Hu kaucu, kau ini. . . memang benar-benar kebangetan! Menjumpai persoalan apa saja selalu ingin bertanya sampa i jelas, dan kaupun tak pandai menebak is i hatiku, tampa knya makin la ma kau se makin bodoh saja"

Waktu itu Ku See hong dengan mema ksakan diri menahan rasa sakit di seluruh badannya, untuk menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya untuk menja lankan penutupan pernapasan dengan ilmu Ku si tay hoat, sehingga napasnya sama sekali tak terdengar.

Dalam suasana begini, setiap perkataan mereka dapat didengar olehnya dengan jelas.

Tapi yang me mbuat dia merasa a mat terkesiap bukan ucapan dari Ceng Lan Hiang, mela inkan dia tak menyangka kalau orang itulah yang disebut Ban shia kaucu Ceng Lan hiang, perempuan paling cabul dan paling kejam dikolong langit dewasa ini.

Meski dima ki bodoh, ternyata si pedang ular perak Ciu Heng thian tidak dibikin marah,  malahan  sa mbil merendahkan diri katanya.

"Kaucu adalah seorang manus ia yang luar biasa, burung hong dari umat manusia, baik ilmu silat maupun kecerdasannya  luar  biasa, setiap patah katamu seakan-a kan mengan-dung maksud yang dalam, betul aku orang she Ciu terhitung manusia pintar, tapi kalau dibandingkan dengan kaucu maka ibaratnya sinar kunang-kunang dengan cahaya rembulan, mana mungkin aku bisa bersaing dalam cahaya? Oleh karena itulah ucapan dari Kaucu se muanya me mbuat aku merasa tidak habis mengerti"

Ku See hong tahu kalau ucapan tersebut hanya suatu umpakan yang rendah dan me malukan dia sa ma sekali tak menyangka kalau seorang jagoan yang biasanya bersikap buas dan kejam terhadap seorang perempuan. Mendadak Ceng Lan hiang tertawa cekikikan, lalu berkata:

"Ucapan dalam hatiku kalau tak ku utarakan tentu saja kau tak bakal tahu, maks udku Ku See hong telah terkena ilmu pukulan Hau kut jian hun im kang ku, sekalipun tidak sampa i terjatuh ke dalam jurang, tapi akhirnya dia toh tidak berhasil juga menghindari diri dari siksaan penderitaan yang tak terkirakan akibat dari serangan yang amat beracun itu.

Berbicara dari dendam kesumat yang terikat antara dia dengan perkampungan kita, aku tak ingin me mbiarkan dia mati dengan begitu saja, melainkan lebih dulu  me mbiarkan dia  merasakan siksaan yang paling kejam  di  alam se mesta  sebelum  akhirnya ma mpus, bukankah cara ini jauh lebih baik lagi?"

Si pedang ular perak Ciu Heng thian sendiripun merupakan seorang manusia cerdas yang licik dan banyak akal mus lihatnya, tentu saja dia dapat merasakan pula kalau ucapan dari Ceng Lan hiang itu banyak yang bukan muncul dari hati sejujurnya.

Mendadak dia bertanya:

"Kaucu, mengatakan kalau pedang Ang soat kiam sudah pasti dapat kita peroleh, tapi kalau tidak diketahui dimana kah letak mayatnya, bagaimana mungkin senjata mestika itu bisa kita peroleh?"

''Terus terang kukatakan kepada mu, Ku See hong telah me larikan diri, Bila kita lakukan suatu pengejaran secara besar besaran apakah pedang Ang soat kiam tersebut tidak bisa kita  peroleh? Hayo berangkat, lebih baik kita segera tinggalkan tempat ini,  coba  kau lihat kabut yang menyelimuti tempat ini makin la ma se makin bertambah tebal"

Tiba-tiba sipedang ular perak C iu Heng thian me mohon:

"Kaucu nio-nio, kau pernah mengabulkan per mintaanku untuk menjodohkan nona Ji im kepadaku, mengapa sa mpai sekarang kau masih belum bersedia untuk meyerahkan tubuh Ji im kepadaku?"

Ceng Lan hiang segera tertawa jalang. ''Ciu hu kaucu, kau benar-benar seorang manusia yang tak mengenal puas, kau sudah mendapatkan aku, buat apa kau menghenda ki pula putriku? Hal se maca m itu berarti suatu hubungan yang kacau!"

Ku See hong yang secara kebetulan mendengarkan pe mbicaraan tersebut benar-benar menyumpah seribu keturunannya, dia tak menyangka kalau dikolong langit bisa terdapat perempuan yang begitu tak tahu malu, dia m-dia m ia lantas bersumpah didalam hati, jika tak dapat mencincang tubuh nya sehingga hancur berkeping- keping, sampai matipun dia tak akan  mati  dengan  mata   yang mera m.

"Nasib suhu dan adik Ji im benar-benar tak beruntung" de mikian ia berpikir "aku harus menyela matkan adik Im dari cengkera man setan iblis,  sekarang  ia  sudah  menjadi  istriku,  aku  tak  boleh  me mbiarkan dia merasakan penghinaan maupun perbuatan terkutuk dari siapa pun, sedetik dia masih berada dicengkera man  ibunya yang cabul, berarti sedikit pula kesela matan jiwanya terancam, jika sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan, bukankah aku akan menyesal sepanjang masa...''

Sementara Ku See hong sedang berpikir sampai ke situ, mendadak terdengar si pedang ular perak Ciu Heng thian telah berkata lagi sa mbil tertawa seram:

"Heeehh. . . heeehhh . . . heeehh. . . hubungan kacau apakah, buat hubungan diantara kita hal tersebut sa ma sekali tak ada hubungannya sama sekali."

"Oooh Kaucu nio-nio, kumohon kepada mu berbuatlah baik, disini tiada orang lain, berikanlah tubuh adik Ji im kepadaku. . . biarlah kami menjadi suami istri, aku benar-benar sudah tak ma mpu untuk menahan diri lagi "

Tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiap Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, dia kuatir kalau peristiwa yang mengenaskan itu benar-benar akan berlangsung didepan mata, sebab bila sampai begitu niscaya dia tak akan sanggup untuk menahan diri.

Yaa, seandainya orang yang dia  cintai  bahkan  sudah  pernah me lakukan hubungan suami istri dengannya, bila sampai diperkosa orang lain dihadapan sendiri maka pukulan batin yang demikian beratnya itu tak akan sanggup dihadapi oleh siapapun, meski dia adalah seseorang yang berwatak keras hati sekalipun.

Perasaan Ku See hong saat ini gelisah sekali dan  benci,  benci atas diri sendiri yang le mah tak berkekuatan, le mah sehingga tak ma mpu untuk melindungi kesetamatan orang yang dicintainya.

Terdengar Ceng Lan hiang tertawa terkekeh-kekeh dengan nada yang amat jalang, "Aah, kau ini mengapa mesti terburu napsu? Baik-ba iklah menunggu sekian waktu lagi, saat itu aku pasti akan me menuhi keinginan hatimu itu, sedang sekarang... sekarang aku tak ingin kehilangan dirimu?"

Andaikata Ku See hong tidak mendengar dengan mata kepala sendiri, dia tidak percaya kalau dikolong langit terdapat perempuan cabul yang begitu tak tahu ma lu.

Hampir  boleh  dibilang  perempuan  itu   tak   mirip   manusia, me lainkan binatang, sebab hanya binatang saja yang bisa berbuat cabul dan tak tahu malu seperti apa yang dia lakukan sekarang.

Kedengaran si pedang ular perak Ciu Heng thian turut tertawa terkekeh-kekeh. "Akupun tahu kalau kau tak dapat kehilangan aku, padahal setiap saat setiap detikpun aku merasa takut kehilangan dirimu pula, heeehhhhh .....heeehhh....

Menyusul ke mudian terdengar suara tertawa cekikikan yang amat jalang berkumandang disisi telinga Ku See hong.

Suara apakah itu? Jelas merupakau suara tertawa cabul yang penuh rangsangan napsu.

Dalam keadaan demikian, Ku See hong ingin sekali me mbunuh dan mencincang sepasang le laki pere mpuan yang cabul dan tak tahu ma lu itu, tapi sayang dia sudah tak bertenaga lagi, disa mping itu perasaan sakit dan penderitaan yang amat hebat telah menyelimuti pula seluruh tubuhnya.

Dia tahu ilmu pukulan hau kut jian hun im kang mer upakan ilmu pukulan yang terkeji dan paling beracun dikolong langit, siksaan yang kejampun tak la ma akan terasakan diseluruh tubuhnya.

Mendadak terdengar suara cabul dari si pedang ular perak Ciu Heng thian ke mbali berkumandang datang:

'Kaucu nio-nio, aku sudah tak kuat untuk menahan diri, mari kita bermain satu babak dialam terbuka saja"

"Jangan-jangan..." tampik Ceng Lan hiang.

Dibalik kabut putih yang menyelimuti angkasa la mat-la mat kelihatan ada dua sosok bayangan manusia sedang bergulingan diatas tanah, akhirnya sepasang lelaki perempuan anjing itu telah me lakukan hubungan sengga ma dialam terbuka.

Suara tertawa mereka yang cabul tiada hentinya berkumandang disisi telinga Ku See hong diiringi  dengusan  napas  mereka  yang me mbur u.

Tapi perasaan Ku See hong terasa makin terluka, mengikuti dengusan napas mereka yang me mburu serta gelak tertawa mereka yang jalang, lambat laun luka itu terasa semakin mere kah dan mengucurkan darah.

Disatu pihak penuh dengan kege mbiraan karena nafsu birahi yang semakin mende kati puncak kenikmatannya.

Maka dipihak lain penuh dengan penderitaan dan siksaan batin yang luar biasa.

Dua macam perasaan yang berbeda menyolok itupun segera berlangsung dibalik kabut tebal yang menyelimuti sekitar te mpat itu.

Kegembiraan akhirnya berakhir dalam waktu singkat, sepasang lelaki perempuan itupun telah pergi, pergi dengan me mbawa kepuasan napsu yang terla mpias kan.. Sebaliknya Ku See hong berada dalam keadaan yang ma kin mender ita, ia menyum-pah karena ikut menyaksikan adegan tersebut, adegan yang tak tahu malu, tapi diapun bersyukur, bersyukur karena orang yang dicintainya...tak sampai... tak sampai...

Tapi ingatan menyeramkan lainnya segera menyelinap kedalam benaknya, membuat ia merasa tak tenang, dia  takut, takut Him J i im. . . .

Tapi apa gunanya? Dia hanya bisa me mbenci kepada diri sendiri, me mbenci kepada diri sendiri yang tak berhasil me nolongnya disaat yang tepat ...

Rembulan yang berbentuk sabit telah meno ngol keluar dari balik awan, tapi suasana di te mpat itu mas ih terasa re mang-re mang.

Dibalik re mangnya suasana terlintas pula sebuah pemandangan yang mengenaskan.

Angin dingin yang kencang berhe mbus lewat mengibarkan jubah panjangnya yang koyak, tanpa terasa seluruh tubuhnya gemetar keras, tapi sejak merasakan ge metar itu juga, Ku See hong merasa siksaan yang mengerikan sudan mulai menggerogoti tubuhnya.....

Tiba-tiba.....

Ku See hong merasakan datangnya segulung hawa panas yang muncul dari pusar seakan-a kan mendatangkan suatu kekuatan baginya, tapi hawa panas yang mengalir dalam tubuhnya itu justru me mbuat badannya kepanasan seperti dipanggang dibawah api yang me mbara.

Siksaan se macam ini benar-benar dirasakan sangat dahsyat, karena munculnya dari dalam dan me ndesak keluar.

Ku See-hong merasa darah yang mengalir didalam tubuhnya ikut mendidih keras ...... Peluh telah mengucur keluar dari beratus-ratus lubang pori-pori diatas badannya, membuat sekujur tubuhnya basah kuyup bagaikan terguyur air.....

Sepasang matanya melotot besar, wajahnya mengejang keras menahan siksaan dan penderitaan yang luar biasa.

Semenjak berlatih ilmu sakti Kan kun mi siu ceng khi,  meskipun  Ku See hong tidak takut lagi terhadap panas yang me mbara serta dingin yang me mbekukan badan, tapi yang diderita sekarang adalah akibat dari ilmu pukulan Hau kut jian yang a mat keji.

Akibatnya, semua manfaat yang dimiliki nya seakan-akan punah dengan begitu saja, selain tak bisa dipergunakan lagi, ma lahan keadaannya bertambah mengenaskan.

Sebagaimana diketahui, setiap ilmu sakti yang ada didunia ini sudah pasti me miliki pula ilmu tandingannya.

Kebetulan sekali ilmu Hau kut jian im kang yang dilatih Ceng Lan hiang justru merupakan ilmu tandingan bagi ilmu Kan kun mi siu ceng khi tersebut.

Semenjak perte mpuran berdarah diatas bukit Soat san dua puluh tahun berselang, di mana Ceng Lan hiang berhasil mencelakai jiwa Bun ji koan su Him Ci seng, tiga tahun kemudian dalam dunia persilatan telah muncul nyanyian "Dendam sejagad" yang menghebohkan.

Munculnya nyanyian tersebut segera mengejutkan Ceng Lan hiang, dia segera mengetahui kalau Bun ji koan su belum tewas akibat dari ulahnya te mpo hari.

Secara kebetulan pula pada saat itu dia me mperoleh kitab pusaka Ban shia Cinkeng, ma ka serta merta dia lantas me musatkan segenap perhatiannya untuk melatih ilmu Hau kut jian hun im kang tersebut.

Bun ji koan su sendiri pun merasa terkesiap sekali setelah mengetahui kalau Ceng Lan hiang berhasil mendapat kitab pusaka Ban Shia cinkeng, dia tahu sekalipun segenap ilmu sakti yang tercantum dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip berhasil dikuasahi semua, belum tentu ia sanggup untuk me mbereskan perempuan itu, maka Bun ji koan su pun tak pernah pergi mencari Ceng Lan hiang sendiri untuk me lakukan pe mba lasan denda m.

Berbicara soal ilmu silat yang dimiliki Ceng Lan hiang kini, boleh dibilang dia sudah tiada tandingannya lagi di kolong langit, sebab bukan saja dia telah berhasil mencur i belajar banyak kepandaian sakti yang tercantum dalam kitab pusaka Cang ciong pit kip, bahkan dari kitab Ban shia cinkeng pun dia berhasil me mpe lajari banyak sekali ilmu silat maha sakti.

Itulah sebabnya kepandaian silat yang di milikinya  sekarang boleh dibilang seluas sa mudra dan sukar diukur lagi dengan kata- kata.

Sekarang, Ku See hong bukan hanya terkena pukulan Hau kut jian hun im kang yang dilancarkan Ceng Lan hiang dengan tenaga sebesar lima bagian saja, bahkan delapan jalan darah penting ditubuhnya sudah ada tiga diantaranya yang kena tertotok.

Seandainya berganti orang lain, sudah sejak la ma ia ma mpus secara mengenaskan.

Tapi Ku See hong pernah menerima inti kekuatan dari seluruh badan Bunji koansu, selain itu diapun pernah makan  nadi darah naga bumi Tee liong hiat meh yang merupakan mestika yang langka di dunia ini, akibatnya seluruh tubuhnya me miliki suatu kekuatan yang melebihi siapapun.

Sayangnya kendatipun demikian, tapi jika dalam tujuh hari racun dinginnya tak se mpat dipunahkan, toh ia bakal tewas juga dalam keadaan yang mengernaskan.

Bukan begitu saja, bahkan dalam tujuh hari tujuh mala m ini setiap hari dia pasti akan merasakan siksaan yang paling keji di kolong langit, setiap kali selesai merasakan siksaan, berarti nyawanya selangkah mende kati akhir. Waktu itu, Ku See hong merasakan hawa panas yang berkobar dalam dadanya makin la ma se makin  meninggi,  penderitaan semaca m itu sungguh tak terlukiskan dengan kata, bahkan  makin la ma se makin berta mbah dahsyat.

Dalam keadaan seperti ini dia hanya bisa me mbenci, me mbenci ketidak adilan Thian, me mbenci kekeja man akan terhadap umat manus ia, mengapa ia diberi siksaan dan penderitaan yang begitu hebatnya.

Kematian, me mang diala mi setiap manus ia dan tak mungkin bisa dihindari, tapi setiap kali Ku See hong teringat akan "ke matian", segera timbul perasaan ngeri, seram dan bergidik dari dalam hatinya.

Apakah dia takut mati?

Tidak, tidak, dia bukan seorang pengecut yang takut mati, sebab itulah jalan yang harus dilewati oleh setiap orang,  hanya masalahnya cepat atau la mbat.

Lantas, apa yang me mbuatnya merasa takut?

Ia takut karena dendam kesumatnya belum terbalas, suatu cita- cita seorang pendekar yang belum bisa terwujud.

Oleh karena itu, dia berusaha keras  untuk bertarung  melawan ma laikat elmaut dan tak ingin me mbiarkan cengkeraman maut dari ma laikat elma ut berhasil meraih kepala nya.

Apalagi  mati  atau  hidup  dari  Ku  See  hong  sekarang  akan me mpengaruhi pula segala perubahan nasib bagi dunia persilatan dimasa mendatang...

Atau dengan perkataan lain, hawa sesat atau hawa kebenaran yang bakal menguasahi jagad, semuanya itu tergantung pada mati hidup Kuu See hong sekarang.

Mendadak.. satu ingatan melintai dalam benak Ku See hong, sedang dia berpikir. ''Ku See hong, wahai Ku See hong, kau tak boleh mati, karena setelah kau mati bukan saja dendam kesumat tak terbalas, bahkan akan mence lakai pula adik Ji im, kau tak boleh mati tapi kaupun tak boleh tinggal terus disini, kau harus menggunakan sisa tenaga yang kau miliki untuk merangkak keluar dari te mpat yang terpencil ini dan beradu nasib, makin jauh se makin baik"

Berpikir sa mpai disitu, Ku See hong segera bekerja keras untuk merangka k, menggelinding dan menggunakan apa saja untuk bergerak meningga lkan te mpat itu.

Diapun tak tahu harus merangkak ke mana, baginya sekarang hanyalah meninggalkan tempat itu sejauh jauhnya, makin  jauh semakin baik..

Karena dia telah membayangkan bila mana tinggal disitu kelewat la ma, maka tujuh hari tujuh ma lam ke mudian, dia akan tewas secara mengerikan disitu, padahal disana kecuali orang-orang Ban shia kau, siapa pula yang ke mudian datang ke te mpat itu?

Maka ia ingin merangkak keluar dari sana, bila dapat dijumpai dengan seseorang, sekalipun dia tahu orang yang dijumpainya belum tentu bisa menolongnya, paling tidak masih terpampang harapan baginya untuk e mperoleh pertolongan dan pengobatan atas luka yang dideritanya daripada pasrah pada nasib disitu.

Tindakan se maca m ini sesungguhnya tidak ditunjang oleh sesuatu harapan yang besar, tapi itu lebih baik daripada duduk termenung sa mbil menantikan datangnya ajal.

Tapi yang lebih penting lagi adalah dia tak ingin pedang mestika Ang soat kiam miliknya itu sa mpa i terjatuh ke tangan kaum durjana.

Dia m-dia m dia telah berkata dalam hati kecilnya, bila di a berjumpa dengan seseorang dan orang itu adalah seorang dari golongan pendesar, dia akan menghadiahkan pedang Ang soat kiam tersebut kepadanya, selain diapun akan me nitipkan beberapa persoalan yang belum dapat diselesaikannya itu untuk dilanjutkan pelaksanaannya. Begitulah, dia menggelinding, merangkak dan bergerak t iada hentinya kedepan. . .

Dalam lelahnya ia merasakan hawa panas yang menyiksa dalam tubuhnya makin la ma se ma kin pudar sehingga akhirnya lenyap sama sekali.

Kini ia terbaring diatas tanah dengan napas tersengkal-sengkal, peluh telah me mbasahi selurun tubuhnya, juga membasahi seluruh permukaan tanah.

oooodwoooo

AKAN tetapi, disaat ia sedang beristirahat dengan  napas tersengal itulah, nendadak terasa munculnya segulung hawa dingin yang luar biasa muncul dari punggung dan pelan-pelan mene mbus i sekujur tubuhnya, dalam waktu singkat dia merasakan seluruh tubuhnya gemetar keras ke mudian mengejang kencang.

Seluruh darah yang mengalir didalam tubuhnya seakan-akan berubah menjadi dingin dan me mbeku.

Badannya menjadi kaku, sekujur tubuhnya dingin bagaikan salju dan hanya bisa berbaring dengan kaku seperti sesosok mayat, sementara napasnya makin la ma se makin bertambah sesak.

Walaupun demikian, kesadaran otak Ku See hong masih tetap utuh seperti sedia kala, dengan memaksakan diri dia berusaha keras untuk menahan penderitaan akibat menyusutnya badan, tapi dia tetap nekad, tubuhnya masih saja dicoba untuk merangkak dan menggulung untuk bergerak ke depan.

Tentu saja gerakannya sekarang tidak secepat tadi, malahan semakin tak sanggup untuk me lanjutkan ke mbali gerakannya.

Sekarang, Ku See hong sudah merangkak keluar dari  balik tempat yang diliputi kabut, rembulan yang terang menyinari seluruh jagad, tapi sepasang matanya membelalak besar, biji matanya yang hitam na mpak berkerut kecil hingga lebih banyak warna putihnya, lubang hidungnya menge mbang besar pula.......

Wajah yang menyeramkan dan tak terlukiskan dengan kata-kata ini, dita mbah lagi dengan tubuhnya yang penuh noda darah serta rambut yang awut-awutan kusut membuat tampang pe muda itu menger ikan sekali.

Mungkin bulu ro ma orang akan berdiri semua bila secara tak sengaja berjumpa dengannya.

Merangkak, menggelinding .. . .. . dia telah mengerahkan tenaga yang paling besar untuk berjuang terus, dan ia berhasil merangka k sampai tempat yang amat jauh.

Mendadak.... segulung hawa panas yang aneh sekali lagi muncul dari dalam pusarnya.

Setelah itu hawa dingin yang me mbekukan menyelimuti setiap bagian badannya.

Panas dingin datang silih berganti .....

Tapi dalam tubuhnya masih terdapat semacam perasaan lain yang jauh lebih menyiksa, lagi suatu gerakan yang mengalir dan mengge letar didalam daging dan balik kulit badannya...

Perasaan itu seperti panas dingin, seperti panas, gatal. seperti kaku dan seperti pula linu. .

Tapi kalau dirasakan sungguh-sungguh maka seakan-akan bukan perasaan panas yang sungguh-sungguh, bukan pula dingin, linu ataupun sakit. .

Pokoknya segala sesuatu perasaan linu, sakit, kaku, pegal serta aneka perasaan lainnya hampir semuanya dapat dirasakan dalam tubuhnya.

Ada kalanya dia merasa seperti ditusuk-tusuk dengan jarum yang tajam, ada kalanya juga dia merasa ada beribu-ribu ekor ulat  berbulu yang sedang bergerak-gerak dalam badannya. Penderitaan yang ditimbulkan akibat dari pepaduan antara panas dan dingin yang datang silih berganti ini kontan saja me mbuat Ku See hong yang angkuh dan keras kepala ini tak sanggup menahan  diri lagi, dia merasa kepalanya berat dan kesadarannya berangsur- angsur menghilang.

''Uaaakk ,..!" akhirnya dia muntah darah segar.

Kebetulan pada waktu itu dia sedang merangkak disisi sebuah tebing, karena sisa hawa murninya tiba-tiba punah,  sekujur tubuhnya segera berguling kebawah tebing yang tingginya belasan kaki itu me mbentur diatas sebatang pohon siong.

Pakaian yang pada dasarnya telah compang-ca mping tak karuan kini se makin robek dan hancur tak karuan lagi bentuknya..

Maka diapun menjadi tenang, tidak gemetar lagi, tidak menderita lagi, ia terkapar dengan tenang.

Ditengah keheningan ma lam yang mence ka m, hanya terdengar suara angin dingin yang berhembus lewat dan menggo-yangkan ranting pohon, suaranya bagaikan isak tangis yang pedih, dedaunan yang bergoyang, bagaikan setan iblis yang me mentangkau sayap, segala sesuatunya tampak menyera mkan, mengerikan dan menggidikkan hati...

Rembulan yang berbentuk sabit tergantung ditengah awang- awang, waktu itu menunjukkan kentongan kelima...

Tak la ma kemudian, mala m pun berakhir dan fajar mulai menyings ing diufuk sebelah timur.

Sebuah sungai yang tidak begitu lebar me mbujur dari sebelah timur dan me mbentang kebarat, sisi sungai penuh  dengan tumbuhan pohon siong yang besar diselingi aneka bunga dan semak yang permai dan subur. Tatkala angin berhe mbus lewat, terendus bau harum yang se merbak.

Dibawah sebuah batang pohon siong raksasa di tepi sungai, saat itu me mbujur sesosok bayangan tubuh pe muda yang penuh berleporan darah, menyoren pedang kuno, berpakaian compang- camping, kulit penuh luka- luka seperti setan dan menyeringa i menyeramkan.

Sedemikian seramnya keadaan pemuda itu me mbuat siapa saja yang me mandangnya akan merasa bergidik menggigil dan bulu romanya pada bangun berdiri.

Sekalipun dia terbaring tenang di bawah pohon siong, walaupun dadanya naik turun dengan le mah dan me mbuktikan kalau dia belum putus nyawa, tapi jaraknya dengan ke matian sudah tak jauh lagi.

Cahaya matahari  yang   berwarna   keemas-emasan   telah mene mbus i awan putih dan me mancar keseluruh penjuru dunia.

Ketika sinar matahari yang berwarna ke emas-emasan me mancar diatas air, tampak beberapa ekor ikan berlo mpatan kian ke mari, sungguh suatu pe mandangan alam yang indah per ma i.

Tiba-tiba... dari arah sebelah timur terdengar suara bentakan merdu  serta  suara  caci  maki  yang  kotor  dan  cabul  menyusul ke mudian ta mpak dua sosok bayangan manusia berwarna abu-abu sedang mengejar sesosok bayangan manus ia yang kecil mungil berbaju biru.

Ilmu mer ingankan tubuh yang dimiliki bayangan manus ia berwarna biru itu nampak se mpurna sekali, bagaikan seekor burung yang mene mbus i o mba k bergerak kian ke mar i, dengan lincahnya.

Sedangkan dua sosok bayangan manusia yang berada dibelakangnya, meski ilmu merngankan tubuh mereka amat sempurna, namun toh mereka gagal untuk menyusul bayangan biru tersebut.

Bayangan ramping berbaju biru itu sungguh lincah gesit dan cekatan, ia seperti ada maksud untuk me mper mainkan kedua orang itu sehingga ilmu meringankan tubuh nya sa ma sekali tidak dikerahkan sepenuhnya.

Selama ini dia selalu me mpertahankan jaraknya antara beberapa kaki dari dua orang yang me mbuntuti di belakangnya, ma lah ada kalanya dia berpaling sa mbil bertepuk tangan, ada kalanya pula dia me lepaskan serangkaian pukulan dan tendangan.

Hanya dalam waktu singkat saja, dia telah melepaskan tujuh delapan buah pukulan dita mbah dengan tiga e mpat buah tendangban.

Dua orang yang me mbuntuti di belakangnya mes ki terhitung juga seorang jago lihay dalam dunia persilatan, sayang orang  berbaju biru itu me miliki gerakan yang cekatan dengan serangan-serangan yang maha dahsyat.

Itulah sebabnya asal kedua orang itu kena diserang olehnya, niscaya akan dibikin kalang kabut dan terdesak tak karuan, mereka harus bersusah payah lebih dulu sebelum berhasil me munahkan ancaman lawan.

Menanti mereka menyiapkan serangan balasan yang dahsyat, manus ia berbaju biru itu secara licik  segera  mengerahkan  ilmu mer ingankan tubuhnya dan secepat kilat me luncur sejauh beberapa puluh kaki dari te mpat semula ......

Oleh karena itu tak heran kalau dua orang yang berada dibelakang itu dibuat gusarnya setengah mati dan segera mencaci maki kalang kabut.

Sambil berkejaran sambil bertarung, tak lama ke mudian ketiga orang itu sadah berada lima kaki disa mping tubuh Ku See hong.

Tiba-tiba terdengar dua orang yang berada dibelakang itu mencaci ma ki dengan parau bagaikan ge mbrengan bobrok:

'Lonte busuk, bila kau `

Belum selesai ucapan itu, tampak gadis berbaju biru yang berada didepan telah me mbentak nyaring.

"Anjing busuk, kau pantas dihajar!"

Pinggangnya yang ramping itu mendadak ditekuk lalu  me luncur ke depan secepat kilat, setelah itu secara tiba-tiba berputar satu lingkaran dan berbalik me nerjang dua orang yang berada dibelakangnya.

Agaknya dua orang yang berada dibelakang itu tak pernah menyangka kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki gadis itu demikian lihaynya diantara berkelebatnya bayangan biru, tampaklah dua buah ujung bajunya yang lincah  seperti ular  berbisa  dengan me mbawa desingan angin tajam langsung menggulung t iba.

Buru-buru kedua orang itu menahan gerak maju mereka dengan sepenuh tenaga, telapak tangannya didorong ke  muka  secbepat kilat dua dgulung tenaga saerangan yang dabhsyat bagaikan amukan angin puyuh langsung menya mbut datangnya serangan lawan.

Ilmu silat yang dimiliki gadis itu me mang lihay sekali, menyaksikan datangnya kedua gulung angin puyuh itu, dia segera tertawa dingin, mendadak sepasang ujung bajunya diputar dan dikebaskan ke depan segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan luasnya samudra mela lap kedua gulung angin serangan lawan sehingga lenyap tak berbekas.

Menyusul ke mudian tubuhnya berkelebat secara aneh, bagaikan sukma gentayangan dia menerobos masuk diantara kedua orang itu, sepasang telapak tangannya yang putih mulus diayunkan ke muka dan menyerang ke kiri dan kekanan.

'Plook!  Plook...!"  dua  kali  benturan   nyaring  berkumandang me mecahkan keheningan, sepasang pipi kedua orang itu tahu-tahu sudah diperseni dengan te mpelengan keras yang me mbuat mereka jadi tertegun dan berdiri kaku seperti patung.

Selesai menggaplok kedua orang itu dengan gerakan yang cekatan si nona baju biru itu me lo mpat mundur lagi sejauh dua kaki, sepasang matanya yang jeli me ngerling sekejap ke sana ke mari.

Ketika menjumpai kedua orang itu berdiri termangu disitu, mendadak   ia   tertawa    cekikikan    tangan    kanannya    segera me mbereskan ra mbutnya yang kusut sementara tangan kirinya dipakai untuk menutupi bibir sendiri. Sikapnya yang lincah, polos tapi binal me mbuat orang benar- benar serba salah, menangis tak bisa tertawapun tak dapat.

Gadis berbaju biru itu me mang berwajah cantik, ra mbutnya yang mulus terurai sebahu, tubuhnya ramping dengan kulit badan yang putih mulus dan halus, hidungnya mancung, bibirnya kecil mungil, pada hakekat nya dia merupakan seorang gadis yang cantik rupawan.

Ternyata gadis ini tak lain adalah Im Yan cu yang lincah, polos, hangat tapi marah atau senangnya tak menentu.

Kiranya ketika dia mewakili Ku See hong menahan sejumlah jago lihay dari dunia persilatan di kompleks tanah pekuburan yang sepi, karena serangannya kelewat keji, hal mana menimbulkan  kesan jelek dalam hati Ku See hong sehingga tanpa pamit pe muda itu telah pergi meninggalkannyar.

Atas kejadian tersebut, hatinya merasa sedih sekali, malah dia sempat menangis sehari semala m, walaupun de mikian, ia  masih saja setiap saat setiap detik me mikirkan Ku See hong dan mencar i jejaknya.

Tetapi berhubung jejak Ku See hong tak menentu, maka sela ma beberapa bulan hasilnya nihil. .

Kendatipun de mikian, dia tidak putus asa, dengan penuh semangat dia menjelajahi seluruh te mpat untuk mencari kekasihnya, biar sampai di ujung langitpun dia bertekad hendak mencarinya sampai kete mu.

Dua orang lelaki yang berdiri di depan Im Yan cu adalah dua orang lelaki setengah umur yang mengenakan jubah berwarna abu- abu, perawakan mereka tinggi besar dan kekar, alis matanya tebal matanya besar dengan sikap yang gagah.

Sebetulnya raut wajah mereka mir ip antara yang satu dengan lainnya, satu-satunya perbedaan adalah wajah mereka yang satu penuh berca mbang sedangkan yang lain bersih dan kelimis. Kedua orang ini sama-sa ma me mpunyai nama yang termashur dalam dunia persilatan, mereka adalah saudara kembar yang di sebut Kanglam Siang hou (sepasang orang gagah dari Kangla m)

Yang penuh bercambang adalah Pek liun jiu (si tangan geledek) Hoo kian, sedangkan yang tanpa bercambang adala Sian hong kek  (si angin puyuh) Hoo gi.

Sepasang orang gagah dari Kanglam ini masing- mas ing me miliki ilmu silat yang sangat lihay, jadi orang jujur dan gagah, mereka tidak pernah berpikiran licik bahkan dipuji sebagai orang pandai didalam dunia persilatan.

Kanglam Siang hou menganggap diri mere ka sebagat jago kelas satu dalam dunia persilatan, ilmu silat yang dimiliki tentu tiada tandingannya dikolong langit.

Siapa tahu berhadapan dengan Im Yan cu ibaratnya setan kecil bertemu setan besar, serangan yang dilakukan oleh Im Yan cu itu di kontan saja me mbuat mereka jadi tertegun.

Mendadak tendengar Pek liu jiu Hoo Kian yang wajahnya penuh bercambang bertanya:

"Nona kau mur id siapa? Ilmu silat apakah yang kau pergunakan untuk menghajar ka mi tadi?"

Ketika Im Yan cu menyaksikan mereka tidak marah meski kena terhajar, bahkan mengajukan pertanyaan semaca m itu, kontan saja dia tertawa cekikikan.

"Jurus serangan yang barusan ku pergunakan ber na ma tamparan kiri kanan, apakah kalian ingin mencobanya lagi?"

Sembari berkata Im Yan cu segera me mentangkan sepasang telapak tangannya yang putih bersih dan berlagak seakan-a kan hendak melancar kan tubrukan lagi.

"Tunggu dulu nona" buru-buru Sian hong kek Hoo Gi berseru, "lebih baik kita menerangkan dahulu duduknya persoalan sebelum bertarung mati- matian.” Sekali lagi Im Yan cu tertawa geli menyaksikan cara mereka berbicara, sambil menarik ke mba li telapak tangannya, dia berkata sambil tertawa merdu:

"Persoalan apa lagi yang hendak kalian berdua bicarakan? Cepat katakan. ."

'Nona belum menjawah pertanyaan kami, sebenarnya kau murid siapa?” ujar sitangan geledek Hoo Kian dengan lantang.

Mendadak paras muka Im Yan cu berubah menjadi serius, katanya dengan bersungguh-sungguh:

'Nona mu adalah mur idi dari raja akhirat bagi kaum pria!"

Baik, Sian hong kek Hoa Gi maupun Pek lui jiu Hoo Kian kedua- duanya merupakan jago yang jujur, polos sa ma sekali tak berakal mus lihat,  mereka  tidak  curiga  kalau  Im  Yan  cu  sengaja   lagi me mper ma inkan dirinya mendengar itu segera guma mnya:

`Raja akhirat bagi kaum pria? Raja Akhirat bagi kaum pria? Asing benar nama ini '

Hampir pecah perut Im Yan Cu setelah mendengar ucapan itu saking gelinya, tapi paras mukanya masih tetap dingin dan kaku, ujarnya sinis:

"Hmm, mengakunya saja kalian Kanglam Siang hou adalah jago- jago yang sudah setengah abad berkelana dalam dunia persilatan, tak tahunya nama Raja akhirat bagi kaum pria pun tak pernah didengar, Huuuuh, kalau tidak btahu katakan sadja tidak tahu,  abuat apa mesti bberlagak? Hmmm, nona mu benar-benar ikut merasa malu bagi kalian berdua.. .'

Merah padam sele mbar wajah Kanglam siang hou setelah mendengar perkataan itu.

Dengan suara tergagap buru-buru Pek lui jiu Hou Kian berkata: "Guru nona pastilan seorang pertapa yang jarang berkelana

dalam dunia persilatan, kami dua bersaudara oenar-benar tidak mengetahui na manya." Im Yan-cu me mang seorang gadis yang suka menggoda orang, apalagi ketika mengetahui kalau orang yang digodanya sama sekali tidak merasa, rasa gembiranya berlipat ganda.

Yaa, mungkin didunia ini hanya dia seorang yang me mpunyai watak yang begini aneh yaitu membuat orang lain kebingungan mencari kege mbiraan buat diri sendiri.

Paras muka Im Yan cu yang semula dingin kaku, dengan cepat berubah menjadi a mat santai, ujarnya sa mbil tertawa dingin.

"Aduuh mak, aku lihat kalian berdua benar-benar bodoh sekali, Raja akhirat bagi kaum pria tentu saja merupakan pere mpuan yang khusus me mbunuh lelaki bodoh maca m kalian, masa dalam dunia persilatan benar-benar terdapat nama seperti ini?.

Sekarang Kanglam siang hou baru tahu kalau dia sedang  dibodohi orang, kontan saja hawa a marahnya berkobar.

Dengan suara dalam Pek lui jiu Hoo Kian berseru:

"Nona jadi kau dengaja hendak memper ma inkan  kami dua bersaudara? Hari ini kalau aku t idak me mberi sedikit pelajaran kepadamu, sulit rasanya untuk me la mpias kan rasa benci didalam hatiku"

Im Yan cu mengerutkan dahinya lalu me nghela napas sedih: "Aaaai ..... kalian berdua adalah Kanglam Sianghou yang

termashur, namanya di dalam dunia persilatan, masa dua orang lelaki hendak mengerubuti seorang pere mpuan le mah seperti aku? Aaaai, tahu kalian bakal marah, aku tak akan me nerangkan apa yang dimaksud dengan Raja ahkirat bagi kaum pria itu"

Im Yan cu adalah seorang gadis cantik, selain paras mukanya cantik menarik, orangnya juga lincah dan menawan hati, terutama sekali bila sedang tertawa, pada hakekatnya sanggup membetot sukma siapa saja.

Begitu dia tunjukkan wajah yang sedih, diantara kecantikan wajahnya segera terlihat sikap yang cukup me ngibakan hati. Kanglam siang hou me mang orang yang jujur dan terbuka, meski mereka me ngagumi kecantikan wajahnya, namun sa ma sekali tidak terlintas pikirah jahat.

Maka begitu menyaksikan Im Yan cu yang berwajah memelas itu, Sian Hong kek Hoo Gi segera berkata dengan suara pelan:

"Nona." kami dua bersaudara tak akan menganiaya kau seorang perempuan le mah, asal barang tersebut kau kembalikan kepada kami hari ini, urusan pasti akan beres dalam suasana dama i"

Mendadak wajah lm Yan cu berubah ke mbali menjadi dingin menyeramkan, katanya ketus:

"Kalian berdua benar-benar manusia so mbong  yang  tak  tahu ma lu, mengapa tidak kalian bayangkan sewaktu kugaplok mulut kalian  barusan   tadi?   Coba    katakan,    siapa    yang    sedang me mper ma inkan siapa? Hmmm, sanggupkah kalian berbuat demikian?"

Kanglam Siang hou benar-benar dibikin pusing tujuh keliling oleh perubahan sikap Im Yan cu yang sebentar marah sebentar senang itu, dengan cepat mereka menduga kalau gadis ini jangan-jangan mengidap penyakit syaraf...

Sekalipun begitu, mereka juga tahu kalau apa yang dikatakan gadis itu benar, sekalipun mereka berdua turun tangan bersama, belum tentu lawannya berhasil dikalahkan.

Maka setelah termenung beberapa saat Pek lui jiu Hoo  Kian segera berkata:

''Nona, 'lebih baik kita tak usah me mbicarakan hal-hal yang tidak berguna, kami dua bersaudara memohon kepadamu agar  suka menge mba likan barang tersebut kepada ka mi!'

"Barang apa yang kalian maksudkan?" tanya Im Yan cu sa mbil tertawa.

"Pedang kecil Jui sim kiam tersebut" sambung Sian hong kek Hoo Gi cepat. Tiba-tiba  Im  Yan cu  merogoh   kedalam   sakunya   dan menge luarkan  sebilah  pedang  kecil  sepanjang  tiga   inci   yang me mancarkar sinar keperak-perakan, diatas pedang tersebut terukir tiga huruf kecil yang berbunyi:

"Jui sim kiam"

'Apakah Pedang kecil ini yang kalian maksudkan?" tanyanya sambil me ngayunkan tangan kanannya.

Melihat pedang kecitl itu, si tangan geledek Hoo Krian menjadi girang sekali, serunya dengan cepat:

"Benar-benar, Cepat kau serahkan kepada ka mi`

Seraya berkata, si tangan geledek Hoo Kian segera me mbungkukkan pinggang dan siap menerka m kedepan.

Buru-buru Im Yan cu menarik kembali tangan kanannya dan di sembunyikan kebalik baju lalu katanya:

"Tunggu sebentar, tidak sulit jika kalian menginginkan pedang kecil ini, cuma kalian berdua harus me menuhi juga dua buah permintaan ku"

"Nona, apa yang harus kami penuhi? Cepat katakan" buru-buru si jago angin puyuh Hoa Gi berseru.

Sekulum senyuman manis segera menghiasi wajah Im Yan cu sambil mengerling sekejap kearah mereka berdua, katanya dengan suara yang amat merdu.

'Pertama kalian harus menerangkan dulu asal usul  dari pedang Jui sim kiam itu serta bagaimana cara penggunaannya, kedua kalian harus me mbantuku untuk me ne mu kan seseorang"

Mendengar perkataan itu, paras muka Kanglam Siang hou segera berubah hebat, Pek lui jiu Hoo Kian mendengus gusar, lalu serunya.

"Nona, maafkan, ka mi tak bisa me menuhi kedua permintaan nona itu!" Kontan paras muka Im Yan cu berubah menjadi dingin bagaikan es, sepasang matanya melotot besar, hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, keadaannya waktu itu bagaikan sekuntum bunga mawar yang penuh berduri.

Kanglam Siang hou yang menyaksikan paras muka gadis itu kontan saja hatinya tergetar keras, segera pikirnya.

"Nona itu sungguh aneh, marah dan ge mbira silih berganti, perubahannya tak menentu dan a mat mendadak, sebenarnya permainan busuk apakah yang sedang dia siapkan untuk kami berdua?"

Akhirnya Sian hong kek Hoo Gi  menghe la napas panjang katanya:

"Tentang per mintaan nona yang pertama berhubung ka mi sudah terlanjur me menuhi per mintaan orang, maka sebagai orang persilatan yang mementingkan pegang janji, terpaksa  kami  tak dapat me mbocorkan rahasia tersebut, apalagi pemilik pedang Jui sim kiam adalah bakal majikan kami."

"Sedangkan persoalan yang kedua, kau mengatakan hendak mencari orang, tolong berilah petunjuk kepada ka mi siapakah orang itu, agar ka mi dapat me mpertimbangkannya lebih dulu."

Tiba-tiba Im Yan cu me nghela napas sedih.

''Aaaai, tentang soal pertama aku tidak tahupun tak menjadi soal, tapi permintaanku yang kedua harus kalian penuhi, karena dia adalah musuh besarku."

"Cuma akuputn tak ingin terlalu me maksa kalian, janganlah bekerja bagiku dengan me mbawa perasaan yang tak  menentu, maka aku ingin mengajak kalian berkelahi, jika kalian kalah ditanganku maka kau harus me menuhi per mintaanku itu dan mencarikan orang itu sa mpai kete mu, sedangkan pedang Jui sim kiam ini segera akan keke mba likan kepada kalian"

Pek lui jiu Hoo Kian termenung sebentar ke mudian katanya: "Nona, andaikata orang yang hendak kau cari adalah seorang manus ia laknat yang terkutuk dan bejad :noralnya, tanpa syarat kami akan menerima permintaanmu itu tapi seandainya dia adalah seorang enghiong yang berjiwa pendekar, sekalipun badan kami harus hancur, jangan harap kami berdua bersedia me mbantumu'

Dia m-dia m Im Yan cu merasa kagum sekali atas kebesaran jiwa serta sifat pendekar dari Kanglam Siang-hou ini."

Tapi di luaran dia masih tetap bersikap dingin dan ha mbar, katanya lebih lanjut:

"Dia adalah orang jahat, orang berhati busuk, orang yang telah me mper ma inkan aku"

Menyaksikan paras mukanya yang diliputi e mos i, Sian hong kek Hoo Gi segera menarik wajahnya seraya berkata.

"Nona, harap bkau utarakan dudlu siapa na manyaa  mungkin kami bKanglam siang hou bisa mengetahui watak orang itu yang sebenarnya. Jika bisa tidak ber musuhan dengan orang, lebih baik jangan bermusuhan, apalagi kalau tiada masalah yang terlalu besar, jika dapat diselesaikan lebih baik diselesaikan saja''

Ternyata dalam pembicaraan tadi, secara diam-dia m Kanglam Siang hou telah menga mati perubahan mimik wajah serta nada pembicaraannya, mereka tahu bahwa orang yang hendak dicari gadis itu bukanlah seseorang yang memiliki dendam kusumat dengannya,   maka    dari    itulah    mereka    ber maksud    untuk me mbujuknya.

Tiba-tiba saja paras  muka  Im Yan cu berubah menjadi le mbut  ke mbali, na mun nada suaranya masih tetap dingin dan kaku:

"Aku tak akan me mbunuhnya, aku hanya akan me munahkan ilmu silatnya agar sepanjang masa dia bisa menda mpingi diriku"

Kanglam siang hou yang mendengarkan perkataan itu segera merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Seperti diketahni, bila seorang yang pandai bersilat ke mudian secara tiba-tiba ilmu silatnya dipunahkan orang, maka hal itu akan dianggapnya sebagai peristiwa yang paling keji, paling menyedihkan hati dan siksaan hidup yang lebih mengenaskan dari pada mati.

Dengan suara dalam Pek lui jiu Hoo Kian segera berkata:

"Kita sudah berbincang sekian waktu, tapi kau belum menyebutkan siapakah na ma orang yang hendak kau cari"

Im Yan cu segera tertawa cekikikan, suaranya merdu bagaikan genta, katanya:

"Dia tak lain adalah Leng hun koay seng (sastrawan aneh bersukma dingin) Ku See hong yang na ma besarnya menggetarkan dunia persilatan pada akhir ini."

Paras muka Kanglam siang hou berubah bebat, jeritnya tertahan: 'Apa? Sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong... "

Menyaksikan paras muka mereka yang terkejut dan tertegun, Im Yan cu merasa ge mbira sekali, dia segera tertawa cekikikan.

"Yaa, betul, me mang dia! Si sastrawan aneh bersukma dingin Kau See hong, apakah kalian tidak bersedia me ngabulkan?"

"Yaa, kami tidak bersedia menerima permintaanmu itu!" jawab si tangan geledek Hoo Kian dengan suara lantang.

Sebenarnya Ku See hong baru beberapa bulan ter mashur dalam dunia persilatan, tapi berhubung dia adalah muridnya Bun ji koan su yang merupakan manusia aneh dari dunia persilatan dimasa lalu, ditambah pula begitu muncul secara beruntun dia me mbunuh Leng juan sam kui serta tiga puluhan orang jago persilatan di ko mple ks tanah pekuburan, tak heran kalau namanya dengan cepat menanjak setinggi langit.

Padahal semua kejadian itu bukan hasil perbuatan dari Ku See hong seorang, melainkan hasil karya dari Im Yan cu yang bertangan keji, walaupun demikian orang persilatan tidak tahu seluk beluk yang sebenarnya, mereka semua mengira pe mbunuhan tersebut merupakan hasil karya dari Ku See hong.

Apalagi setelah Ku See hong mendatangi istana  Huan mo  kiong di Lam hay pada  e mpat  bulan  berselang  dan  secara  beruntun me lukai  banyak  jago  lihay  dari  Huan  mo  kiong   dan  berhasil me loloskan diri dari lima siksaan paling keji dari Huan mo  kiong yang tak pernah bisa dihindari orang lain... peristiwa yang terjadi segera menyebar luas keseluruh penjuru kolong langit.

Maka na ma besar Ku See hong pun menjadi termashur dikolong langit, orang-orang yang iseng pun me mberi julukan Leng hun koay seng (Sastrawan aneh bersukma dingin) kepadanya.

Berhubung cara kerjanya amat keji, maka dia dina makan sukma dingin, sedang asal  usulnya  yang  misterius  dan  penuh  rahasia me mbuat dia dijuluki sastrawan aneh.

Maka bila digabungkan menjadi satu terbentuklah na ma julukan baru sastrawan aneh bersukma dingin.

Tapi belakangan ini dalam dunia persilatan muncul lagi seorang manus ia yang lebih termashur dan lebih terkenal na manya daripada Sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong, dia adalah seorang manus ia aneh berkerudung kain warna warni.

Dia bukan hanya seorang diri saja, bahkan e mpat manus ia bengis dan dikenal sebagai ge mbong iblis dari pulau Tang cing to pun takluk dibawah perintahnya.

Konon selain ilmu silatnya tintggi, nama nya pun terkenal, dia selalu me mpergunakan sebilah pedang kecil berwarna perak yang bertuliskan "Jui sim siau kia m." Sebagai la mbangnya.

(Tentang rahasia ini, akan diterangkan di dalam bagian la in dari cerita ini, terima kasih)

Demikianlah, dengan wajah yang dingin dan diliputi hawa napsu me mbunuh, Im Yan cu menegur dingin:

"Mengapa kalian tidak meluluskan?'' Dengan gusar Pek lui jiu Hoo Kian berteriak keras:

''Dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali pemilik pedang Jui sim kiam dan sastrawan aneh bersukma dingin Ku See hong, yang lain boleh dibilang bukan manusia sejati. kami Kanglam Siang hou adalah manusia yang punya harga diri, ka mi tak akan me ncelakai pendekar-pendekar yang ka mi kagumi, sedang mengenai wajah maupun jejak sastrawan aneh bersukma dingin ka mipun tidak tahu menahu, karena itu apa yang kau minta sukar untuk ka mi luluskan, sedang Jui Sim kiam adalah benda milik kami, jika kau tak tahu aturan dan ingin mera mpas dengan kekerasan, baiklah, sekakipun tubuh kami harus terkapar dalam genangan darah, ka mi tetap bertekad akan beradu jiwa denganmu"

Dengan perkataan itu sudah jelas tercer min sa mpai dimanakah kebesaran jiwa Kanglam siang hou...

Dia m-dia m Im Yan cu mengangguk, dia tahu bahwa kedua orang ini adalah manus ia- manusia gagah yang punya harga diri.

Tapi watak gadis ini me mang jauh berbeda dibandingkan dengan perempuan-pere mpuan   lainnya,   dia   masih   suka   binal,  suka me mbuat onar dan menggo da orang, apalagi jika sedang menganggur, dia ge mar sekali me ncari orang untuk diajak berkelahi atau menggodanya habis-habisan.

Sungguhpun watak se maca m itu terasa aneh, tapi oleh karena sejak kecil ia sudah dididik oleh gurunya dalam perbuatan semaca m ini, la ma kela maan hal itu merupa kan suatu kebiasaan baginya.

Paras muka Im Yan cu dingin bagaikan es, setelah tertawa dingin katanya dengan suara sinis:

'Hmm, dengan mengandalkan ke ma mpuan kalian dua potong barang rongsokan juga berani berbicara soal ilmu silat dihadapanku. Hmm!, tidak sulit bila kalian menginginkan ke mbali pedang Jui sim siau kiam tersebut, asalkan saja kalian benar-benar me miliki kepandaian untuk menangkan diriku" Didalam dunia persilatan, Siang hong kek maupun Pek lui  jiu boleh dibilang terhitung juga sebagai manusia yang punya nama, mereka bersabar selalu sela ma ini karena mereka dapat melihat meski gadis yang tak diketahui asal usul nya ini binal dan tak tahu aturan, namun mereka bukanlah seorang manusia yang berhati  jahat.

Akan tetapi setelah dipandang hina oleh lawannya, kontan saja hawa amarahnya berkobar.

Sambil bertekuk pinggang si tangan geledek Hoo Kian me lejit ke samping kiri lalu me nerjang maju kedepan.

Im Yan cu hanya berdiri tegak sambil menunjukkan wajah sinis, bibirnya mencibir dengan sikapnya a mat santai.

Melihat itu, si Tangan 'geledek se makin naik darah, api a marah merasuk se makin me mbara dalam dadanya, sepasang telapak tangannya yang disilangkan di depan dada langsung diayunkan ke depan.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dan me mekikkan telinga langsung me luncur ke depan dengan dahsyatnya.

Im Yan cu adalah mur id seorang manusia aneh dalam dunia persilatan dewasa ini, tentu saja dia tak akan memandang sebelah matapun terhadap anca man seperti itu me lihat terjangan dari si Tangan geledek, tiba-tiba saja tubuhnya melejit ke sa mping untuk menghindarkan diri, serta merta serangan itupun mengenai sasaran yang kosong.

Im Yan cu segera tertawa terkekeh-kekeh dengan suara yang merdu, serunya:

"Anjing besar busuk, lebih baibk kalian maju bdersa ma saja, kaalau cuma seoranbg yang bertarung, kurang asyik rasanya!"

Sembari berkata dia bergerak ke muka, sepasang ujung bajunya tiba-tiba diayunkan ke muka me lepaskan anca man.

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar