Bab 7 : Jenis Senjata Pertama (Tamat)
Tuan Muda Zhu tertawa: “Aku tahu kau tulus hati padanya, karena itu aku akan membantumu dengan membiarkanmu mati bersamanya. Jika ada yang ingin kau katakan, kau harus menunggu dulu sampai kau berada dalam perjalanan ke surga.”
Ucapannya itu belum habis dikatakan, tubuhnya tiba-tiba mengejang. Sudut matanya tiba-tibamengencang, seakan-akan sebuah palu besi yang tak kelihatan tiba-tiba menghantamnya dari udara. Dan wajahnya lalu tampak berkerut-kerut, sebelum tubuhnya ambruk ke atas tanah.
Orang baju hitam tentu saja tidak ikut bersamanya, dia masih berdiri diam di sana tanpa ekspresi. Tapi di tangannya tergenggam sebuah pisau, ujung pisau berlumuran darah......
Dia akhirnya tidak mengikuti Tuan Muda Zhu lagi. Pemuda itu tentu tidak menyangka kalau dirinya akan berbuat seperti ini.
Fajar.
Suara kokok ayam jantan tadi terdengar bersahut-sahutan, tapi sekarang agaknya yang terdengar cuma suara napas Tuan Muda Zhu yang berat. Dia meringkuk di atas tanah seperti seekor sapi yang kehabisan napas. Darah mengalir tak henti-hentinya dari luka di pinggangnya.
Orang baju hitam itu menatapnya dingin dengan sorot mata yang mengejek. Dia tentu saja bukan sedang mengejek dirinya sendiri, tapi mengejek orang lain. Zhao Yi-dao menatapnya dengan mulut ternganga.
Jika dia tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, dia tentu tidak akan percaya pada kenyataan ini. Tiba-tiba bunyi napas yang berat itu juga berhenti.
Tubuh Tuan Muda Zhu telah menjadi bangkai, bangkai yang berlumuran darah. Si baju hitam memandang tetesan darah di ujung pisaunya, sebelum akhirnya berkata: “Kau tentu setuju bahwa bila aku ingin membunuh orang, sebilah pisau juga sudah cukup.”
Zhao Yi-dao mundur selangkah demi selangkah dan berkata: “Tapi dia. dia tidak segera mati.”
Si baju hitam: “Itu karena aku tidak ingin membiarkan dia mati terlalu cepat, dan juga untuk membiarkan dia merasakan kejahatan yang telah dia lakukan pada orang lain.”
Zhao Yi-dao berkata: “Sebenarnya siapa kau?” Si baju hitam: “Kau tidak bisa menebak?”
Zhao Yi-dao memandang ekspresi wajahnya sebelum rasa takutnya semakin mendalam. Akhirnya dia menghela napas: “Elang Langit...
kau Wei Tian-ying.”
Si baju hitam tersenyum.
Sorot matanya memperlihatkan perasaan bahagia seperti ujung pisau yang runcing, tapi di wajahnya sama sekali tidak muncul ekspresi apa-apa.
Zhao Yi-dao berkata: “Sejak semula kau sudah datang, kau sudah ikut dengan kami selama ini.”
Wei Tian-ying berkata: “Bukankah sekarang kau juga merasa hal itu sangat lucu?”
Zhao Yi-dao tiba-tiba berteriak dengan keras: “Nona Yuan, cepat bebaskan totokan Bai Yu-jing. Aku akan menahan dia.”
Yuan Zi-xia menghela napas dan berkata: “Kenapa kau harus menunggu sampai sekarang baru mengijinkan aku membuka totokannya? Sekarang sudah terlambat.” Dia berpaling dan tersenyum pada Wei Tian-ying. Lalu dia berkata: “Kakak kedua, benar kan ucapanku, bukankah sekarang sudah terlambat?”
Ketika mendengar panggilan “kakak kedua” itu, Zhao Yi-dao merasa seperti terjatuh dari udara ke dalam lubang es yang teramat dalam.
Kakak kedua.
Ternyata Wei Tian-ying adalah kakak keduanya. Mereka ternyata bersekongkol.
Zhao Yi-dao hampir tidak percaya. Kenyataan ini terlalu ganjil, terlalu aneh.
Yuan Zi-xia jelas telah mencuri “peta merak” Perkumpulan Naga Hijau, Naga Hijau jelas bermaksud hendak membunuhnya.
Wei Tian-ying jelas merupakan orang Naga Hijau yang dikirim untuk memburu dan membunuhnya.
Bagaimana mungkin mereka bisa berada di pihak yang sama? Siapa yang bisa menjelaskan hal ini?
Zhao Yi-dao menundukkan kepalanya. Dia sedang memandang pisau dan peta di tangannya seperti ibu yang sekarat sedang memandang pada puteranya.
Dia menjatuhkan pisaunya, lalu menyerahkan peta itu dengan kedua tangannya pada Wei Tian-ying.
Jika peristiwa ini terjadi di lain waktu, mungkin dia bisa bertahan untuk sementara waktu. Tapi sekarang, semua hal yang tak masuk di akal telah terjadi, sehingga tiba-tiba dia menyadari bahwa dirinya telah terjatuh ke dalam jebakan yang amat rumit, amat cerdik dan amat menakutkan. Yang paling menakutkan adalah, sampai saat ini dia bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa terperangkap.
Hal ini menyebabkan dia benar-benar kehilangan semangat bertarungnya.
Wei Tian-ying memandang peta di tangannya. Sorot matanya yang mengejek tampak semakin jelas, dan dia berkata dengan enteng: “Kau tidak ingin menyimpannya?”
Zhao Yi-dao berkata: “Kurasa tidak.” Wei Tian-ying: “Kurasa juga tidak.”
Dia menerima peta itu, dan kemudian, tanpa melihat lagi, merobek- robek peta itu dan membuangnya.
Angin berhembus, meniup terbang potongan-potongan peta itu seperti kupu-kupu yang sedang beterbangan.
Zhao Yi-dao tercengang.
Demi peta itu, ada orang yang telah mengkhianati rekan-rekannya, teman-temannya. Demi peta itu, darah yang mengalir sudah dapat memerahkan seluruh air danau di luar sana.
Tapi sekarang Wei Tian-ying tidak melihat, dan bahkan merobek- robeknya begitu saja. Mengapa?
Zhao Yi-dao hanya bisa meringis getir, sebelum berpaling dan memandang Yuan Zi-xia. Dia berkata: “Apakah peta itu palsu?”
Yuan Zi-xia berkata: “Benar, peta itu palsu.” Zhao Yi-dao berkata: “Benarkah?”
Yuan Zi-xia berkata: “Benar, yang asli ada di Perkampungan Burung Merak.” Zhao Yi-dao berkata: “Kau... apakah kau yang mencuri peta itu dari tangan Gongsun Jing?”
Yuan Zi-xia berkata: “Memang akulah yang mencuri peta itu.” Zhao Yi-dao berkata: “Tapi peta itu palsu.”
Yuan Zi-xia berkata: “Aku tahu.”
Zhao Yi-dao berkata: “Kau tahu persis bahwa peta itu palsu, lalu kenapa kau harus mengambil resiko dengan mencurinya?”
Yuan Zi-xia tersenyum dan berkata: “Karena semua ini adalah jebakan.”
Dia tersenyum gembira dan menawan. Lalu dia meneruskan dengan perlahan: “Yang paling cerdik dari jebakan ini adalah kenyataan bahwa kami sudah tahu bahwa peta ini palsu. Jika kami tidak menyebut hal ini, aku khawatir kau selamanya tidak akam paham hal ini.”
Zhao Yi-dao hampir saja jatuh pingsan.
Demi peta itu, mereka tidak ragu untuk pergi keluar, bergelimang darah, bahkan tidak bimbang untuk 'menggigit' satu sama lain seperti anjing liar.
Tapi peta itu ternyata cuma barang palsu yang tidak berharga sepeser pun. Demi peta itu, sudah tak terhitung jumlah kematian tragis dalam gelimangan darah. Orang bukan hanya tidak bisa tersenyum lagi, menangis juga tidak bisa.
Sesungguhnya dia tidak tahu 'obat apa' yang sedang berusaha 'dijual' oleh Wei Tian-ying dan Yuan Zi-xia.
Yuan Zi-xia berkata: “Peta itu semula dibeli oleh kakak keduaku dengan menghabiskan banyak uang.” Zhao Yi-dao berkata dengan bibir yang kering: “Tapi setelah membelinya, kalian lalu menyadari bahwa peta itu palsu.”
Yuan Zi-xia berkata: “Benar.”
Zhao Yi-dao berkata: “Kalian terpaksa harus menelan barang busuk, tapi kalian tidak berani menyiarkannya. Karena siapa pun yang menghabiskan uang Perkumpulan Naga Hijau hanya untuk membeli barang palsu, tentu tidak akan dimaafkan oleh mereka.”
Yuan Zi-xia menghela napas dan berkata: “Apalagi Kakak Kedua Wei juga tidak berhasil menangkap orang itu, karena itu aku pun menawarkan sebuah gagasan kepadanya.”
Zhao Yi-dao berkata: “Gagasan seperti apa?”
Yuan Zi-xia berkata: “Aku harus melindungi Kakak Kedua dengan memberikan peta ini pada Gongsun Jing. Aku adalah atasannya, jadi bila aku menyuruhnya untuk mengurus penjualan barang milik Kakak Wei, dia tentu tak berani mencurigai Kakak Kedua Wei.”
Zhao Yi-dao berkata: “Kentang panas ini tiba di tangan Gongsun Jing, maka tangannya pun harus dijulurkan keluar.”
Yuan Zi-xia berkata: “Dia seharusnya tidak menerimanya, tapi sayangnya dia tidak punya pilihan kecuali harus menerimanya.”
Zhao Yi-dao berkata: “Tapi... kenapa kau harus mencuri kentang panas itu dari tangannya?”
Yuan Zi-xia berkata: “Karena aku tentu saja ingin kalian percaya bahwa peta ini asli.”
Zhao Yi-dao berkata: “Aku tidak paham.”
Yuan Zi-xia berkata: “Kalian semua adalah orang-orang yang cerdik. Kalian tentu tidak akan mau berdagang kalau nantinya menderita kerugian.” Zhao Yi-dao berkata: “Tentu saja tidak.”
Yuan Zi-xia berkata: “Kalian juga tentu tahu tentang kebiasaan Perkumpulan Naga Hijau yang tidak akan mengganggu sahabat Kang-ouw.”
Zhao Yi-dao menghela napas dan tersenyum pahit: “Memang aku mengetahuinya.”
Yuan Zi-xia berkata: “Karena itu, sebelum kalian menawar, kalian tentu harus melihat dulu peta ini untuk mengetahui palsu tidaknya. Menurut kebiasaan Perkumpulan Naga Hijau, hal ini tidak menjadi masalah.”
Dia tersenyum menawan: “Setelah melihatnya dari sudut pandang ini, kau sudah tahu di mana letak masalahnya?”
Zhao Yi-dao berkata: “Karena itu kau lalu mencuri peta itu, orang lain tentu saja tidak curiga lagi kalau peta itu palsu.”
Inilah salah satu kelemahan manusia. Perempuan ini bukan hanya sangat memahami ilmu psikologi seperti ini, dia juga bisa memanfaatkannya dengan amat baik.
Zhao Yi-dao menghela napas: “Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Gongsun Jing segeramelarikan diri dari hukuman, kami tentu saja tidak curiga akan adanya permainan.”
Yuan Zi-xia berkata: “Karena itu kalian tentu saja segera memburu dengan tergesa-gesa.”
Zhao Yi-dao berkata: “Benar.”
Yuan Zi-xia berkata: “Tapi jika aku bisa dikejar oleh kalian dengan mudah, mungkin kalian akan mulai curiga.”
Zhao Yi-dao berkata sambil tersenyum pahit: “Benar. Tidak mendapatkan sesuatu dengan mudah memang selalu dipandang lebih berharga.” Yuan Zi-xia berkata: “Tapi aku harus berhasil dikejar oleh kalian.” Zhao Yi-dao tidak paham dan bertanya: “Kenapa?”
Yuan Zi-xia berkata: “Karena peta ini memegang kuncinya. Kami ingin kalian percaya bahwa peta ini asli. Kami ingin kalian melihat peta ini. Kami ingin kalian saling bunuh untuk mendapatkan peta ini, lalu. ”
Zhao Yi-dao berkata: “Lalu apa?”
Yuan Zi-xia berkata dengan enteng sambil tersenyum: “Sesudah menunggu kematian kalian, kami bisa membawa pulang emas dan permata. Kami tidak perlu susah-payah membawanya pulang, apalagi kami tidak usah khawatir kalau ada orang yang akan mencari masalah. Karena kalian sudah saling bunuh dan kami sama sekali tidak tersangkut-paut.”
Zhao Yi-dao berkata: “Jadi kalian melakukan hal ini, karena kalian ingin kami membawa emas dan permata.”
Yuan Zi-xia berkata: “Uang menggerakkan hati manusia, pepatah ini tentu kau pun tahu.”
Zhao Yi-dao berkata: “Kau melibatkan Bai Yu-jing, karena kau juga menginginkan sesuatu pada orangnya.”
Yuan Zi-xia berkata: “Dia membawa pedang bersamanya.”
Tiba-tiba dia menghela napas dan berkata: “Tapi aku amat berterima-kasih padanya. Jika bukan diayang melindungiku, mungkin rencana ini tidak akan berhasil.”
Zhao Yi-dao berkata: “Kenapa?”
Yuan Zi-xia berkata: “Karena jika kami ingin rencana ini berakhir dengan sukses, Gongsun Jing tentu harus mati dulu, kalau tidak Fang Long Xiang juga tidak akan mau terlibat.” Zhao Yi-dao berkata: "Mengapa?"
Yuan Zi-xia berkata: “Karena jika mereka tidak mati, peta ini tentu tidak akan jatuh ke tangan orang-orang yang ingin mendapatkannya.”
Zhao Yi-dao merenungkannya sejenak sebelum kemudian berkata sambil tersenyum pahit: “Benar. Karena kami yakin bisa memperoleh peta itu, barulah kemudian kami mau membunuh Miao Shaotian dan Kuda Putih Zhang San.”
Yuan Zi-xia juga menghela napas dan berkata: “Tapi jika bukan karena Pedang Abadi milik Bai Yu-jing, bagaimana mungkin Gongsun Jing dan Fang Long Xiang bisa mati begitu mudah?”
Zhao Yi-dao berkata: “Jadi Gongsun Jing juga meraba-raba dalam gelap seperti kami?”
Yuan Zi-xia berkata: “Tentu saja.”
Zhao Yi-dao berkata: “Apakah dia tidak mengenalimu? Apakah dia tidak tahu bahwa kau juga anggota Perkumpulan Naga Hijau?”
Yuan Zi-xia berkata dengan enteng: “Dia hanya seorang pemimpin aula yang kecil, bila dia bertemu dengan seorang anggota Perkumpulan Naga Hijau lainnya, sembilan puluh persen dia mungkin tidak akan mengenalinya.”
Zhao Yi-dao berkata: “Bagaimana kau memperdayainya?”
Yuan Zi-xia tersenyum dan berkata: “Jika aku menginginkan nyawanya, itu amat mudah, apalagi jika aku cuma ingin memperdayainya.”
Zhao Yi-dao memandang wajahnya yang gembira dan tersenyum menawan itu. Akhirnya dia tak tahan untuk menghembuskan napas panjang dan berkata: “Jika aku adalah dia, aku khawatir aku pun juga akan tertipu.” Yuan Zi-xia berkata dengan mempesona: “Aku khawatir kau pun akan tertipu, malah bisa tertipu lebih hebat lagi.”
Zhao Yi-dao berkata: “Tapi Fang Long Xiang juga anggota Perkumpulan Naga Hijau, kenapa kau harus membunuhnya?”
.....................
....................
....................
....................
Zhao Yi-dao berkata dengan heran, “Sekarang bukan waktu yang tepat?”
Yuan Zi-xia berkata: “Tentu saja bukan.”
Dia tersenyum manis: “Sekarang setiap sen uang yang ada di sini akan menjadi milik aku dan Kakak Kedua Wei.”
Zhao Yi-dao terperangah sejenak. Lalu dia tersenyum pahit: “Aku juga orang yang bijak. Aku sudah melihat banyak orang-orang yang keji dan kejam, dan mendengar banyak tipuan yang cerdik dan licik. Tapi dibandingkan denganmu, orang-orang itu cuma anak kecil yang masih menyusu.”
Yuan Zi-xia berkata sambil tersenyum: “Terima kasih atas pujianmu, aku tentu saja tidak akan pernah melupakannya.”
Wei Tian-ying tiba-tiba berkata sambil tersenyum: “Kau telah menanyakan semuanya?”
Zhao Yi-dao berkata: “Ya.”
Wei Tian-ying berkata: “Sekarang, bukankah kepalamu sudah sangat sakit?”
Zhao Yi-dao berkata: “Memang amat sakit.” Wei Tian-ying berkata: “Kau bisa mengobati sendiri sakit kepalamu?”
Zhao Yi-dao menghela napas dan berkata: “Untunglah aku juga bisa mengobatinya, kalau tidak aku khawatirnya rasanya akan benar- benar sakit.”
Dia benar-benar telah menyembuhkan sakit kepalanya sendiri.
- Jika kepala seseorang sudah dibacok putus, bukankah tidak timbul sakit kepala lagi?
Selama itu Bai Yu-jing terus-menerus mengawasi. Sambil mendengarkan pembicaraan itu, wajahnyaseperti serupa dengan wajah Wei Tian-ying, seolah-olah memakai topeng.
“Mudah berbaur” juga merupakan bagian dari “ilmu tahan derita”. Tapi Tuan Muda Zhu tidak pernah mengenalinya, tentu bukan karena “ilmu tahan derita”-nya yang teramat bagus.
Hal itu terjadi karena Tuan Muda Zhu tidak pernah benar-benar perduli akan peran orang ini yang cuma seorang pengawal yang patuh. Di mata Tuan Muda Zhu, dia tidak lebih dari seekor anjing, sangat tidak penting.
Jika dia mau perduli pada orang lain, mungkin dia tidak akan mati begitu menyedihkan.
Wei Tian-ying memandang pisau di tangannya, sebelum kemudian dia berkata dengan dingin: “Zhao Yi-dao orang yang cerdik, dia bertindak begitu cepat sehingga kepalanya tidak sakit sama sekali.”
Yuan Zi-xia berkata: “Bila orang yang cerdik bertindak, dia tidak akan membuat kesulitan bagi orang lain.”
Wei Tian-ying berkata: “Bai Yu-jing?”
Yuan Zi-xia mengedip-ngedipkan matanya sebentar dan berkata: “Agaknya kecerdikannya berada di bawah Zhao Yi-dao.” Wei Tian-ying berkata: “Karena itu dia akan memberi masalah bagimu.”
Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya dan menyerahkan pisau itu pada Yuan Zi-xia.
Yuan Zi-xia berkata: “Kau tahu, aku tidak suka memegang pisau.”
Wei Tian-ying berkata: “Bila kau membunuh orang, kau tidak menggunakan pisau?”
Yuan Zi-xia berkata dengan gaya memikat: “Lagipula aku juga tidak suka melihat darah.”
Wei Tian-ying berkata: “Apa kau bisa membuat pengecualian kali ini?”
Yuan Zi-xia menghela nafas dan berkata: “Kau ingin aku melakukan urusan ini, bagaimana aku bisa
menolak?”
Dia menerima pisau itu dan berputar untuk memandang pada Bai Yu-jing. Dia lalu berkata sambil bergurau: “Aku benar-benar tidak tega membunuhmu, tapi jika aku tidak membunuhmu, Kakak Kedua Wei akan marah, karena itu aku harus meminta maaf padamu.”
Bai Yu-jing berkata: “Kau tidak perlu begitu bersopan santun.”
Yuan Zi-xia berkata: “Aku jarang menggunakan pisau. Jika pisau ini tidak bisa membunuhmu, mungkin rasanya akan sakit.”
Bai Yu-jing berkata: “Tidak apa-apa.”
Yuan Zi-xia berkata: “Baguslah kalau begitu.”
Tiba-tiba dia membalikkan badan dan pisau itu pun ditusukkan pada Wei Tian-ying. Pisau kilat yang amat bagus.
Selain dirinya, tentu tidak ada lagi orang yang bisa mengatakan bahwa dia tidak bisa menggunakan pisau.
Mata Wei Tian-ying memperlihatkan ekspresi mengejek. Ketika pisau itu ditusukkan, kedua tangannya pun bergerak dan mencengkeram ujung pisau yang tajam.
Wajah Yuan Zi-xia akhirnya berubah, benar-benar berubah.
Wei Tian-ying berkata sambil menyeringai: “Kau tahu kenapa aku mau memberikan pisau ini kepadamu?”
Yuan Zi-xia menggigit bibirnya dan menggelengkan kepalanya. Wei Tian-ying berkata: “Aku ingin kau mencoba membunuhku.” Yuan Zi-xia berkata: “Kenapa?”
Wei Tian-ying berkata: “Karena aku sepertimu, aku juga ingin memiliki sendiri harta itu.”
Yuan Zi-xia menarik napas dan berkata: “Kau ingin aku mencoba membunuhmu dulu, agar kau bisa membunuhku?”
Wei Tian-ying berkata: “Benar, kalau tidak aku tak akan tega melakukannya.”
Yuan Zi-xia menghela napas: “Agaknya aku sudah membuat sebuah kesalahan.”
Wei Tian-ying berkata: “Setiap orang tak terhindar dari berbuat salah.”
Yuan Zi-xia berkata: “Tapi kau juga keliru.” Wei Tian-ying berkata: “Oh?” Yuan Zi-xia berkata: “Aku harus membunuhmu bukan karena menginginkan harta itu untuk diriku sendiri.”
Wei Tian-ying berkata sambil menyeringai: “Apakah untuk menyelamatkan dia?”
Yuan Zi-xia berkata sambil tersenyum sedih: “Lihatlah aku. Jika aku tidak tergugah oleh perasaan yang murni, bagaimana aku bisa membuat sebuah kesalahan?”
Wei Tian-ying berkata dengan dingin: “Sayangnya dia tidak bisa menyelamatkanmu.”
Tiba-tiba Bai Yu-jing juga menghela napas: "Kau keliru."
Ketika kata-kata itu diucapkan, Yuan Zi-xia sudah mencelat mundur sejauh tujuh kaki, ujung ibu jari kakinya telah menjepit dan melemparkan Pedang Abadi.
Bai Yu-jing melompat dan menangkap pedang itu.
Baru saja habis kata-katanya, dia telah melancarkan tiga kali serangan pedang, sinar pedang seperti hujan bintang di luar angkasa.
Pisau Wei Tian-ying mungkin bisa menghalau tiga serangan pedang itu. Cuma sayang, dia sedang menggenggam ujung pisau.
Jika tangannya kosong, mungkin dia juga bisa menangkisnya.
Sayangnya tangannya sedang mencengkeram ujung pisaunya sendiri. Dia mundur sambil membalikkan ujung pisau dengan tangannya. Perubahan ini amat cepat. Sayangnya Pedang Abadi Bai Yu-jing lebih cepat lagi.
Merah dan putih berbaur bersama kilatan pedang. Tangan berlumuran darah yang mencengkeram pisau itu pun jatuh secara bersamaan. Tak ada yang tahu kapan, tapi matahari telah naik tinggi, sinarnya menyorot masuk lewat jendela.
Di jendela tadinya ada gambar bunga plum yang sedang mekar, yang sekarang berubah menjadi gambar sekuntum bunga plum dengan hiasan darah.
Bai Yu-jing berdiri dengan tenang menghadap jendela. Setelah sekian lama, pelan-pelan dia berkata: “Kau tahu jalan darahku sudah terbuka totokannya, karena itu kau tidak mencoba membunuhku.”
Yuan Zi-xia menundukkan kepalanya dan tidak bicara. Bai Yu-jing berkata: “Apakah kau tahu?”
Yuan Zi-xia tidak bicara.
Bai Yu-jing tiba-tiba berpaling kepadanya: “Sebenarnya kenapa kau berada di sini?”
Yuan Zi-xia tiba-tiba tersenyum dengan wajah yang gembira. Dia berkata dengan sikap menawan: “Bisakah kau tebak?”
Dia tersenyum sungguh manis.
Bai Yu-jing menarik napas dan berkata: “Aku khawatir aku tidak akan dapat menebak untuk selamanya.”
Yuan Zi-xia membelalakkan matanya. Tiba-tiba dia menggaruk kepalanya dengan jari-jarinya dan berkata: “Suatu hari kau tentu akan tahu.”
Bai Yu-jing terdiam sekian lama sebelum tiba-tiba dia berkata: “Bagus, sekarang kita pergi.”
Yuan Zi-xia berkata: “Pergi ke mana?”
Bai Yu-jing berkata: “Tentu saja ke Perkumpulan Naga Hijau.” Yuan Zi-xia mengerutkan keningnya: “Kenapa harus pergi ke sana?”
Wajah Bai Yu-jing menjadi masam, dia pun berkata: “Kau benar- benar tidak tahu siapa aku?”
Yuan Zi-xia berkata: “Siapa kau?”
Bai Yu-jing berkata dengan dingin: “Aku termasuk 12 dewa Perkumpulan Naga Hijau, tetua Bendera Merah (Hong-qi-lao). Orang berkedudukan rendah sepertimu tentu saja tidak mengenalku.”
Mimik wajah Yuan Zi-xia mendadak berubah, berubah secara drastis.
Bai Yu-jing berkata dengan tenang: “Kau kira urusan ini bisa kalian tutupi sehingga dewa-dewa pun tidak tahu. Tapi putera sulung Naga Hijau sebenarnya sudah tahu, karena itu dia mengutusku untuk menyelidiki hal ini secara diam-diam.”
Yuan Zi-xia berkata: “Kau. kau benar-benar hendak mengirimku
pulang?”
Bai Yu-jing berkata: “Tentu saja.” Yuan Zi-xia berkata: “Kau tega?”
Bai Yu-jing berkata sambil menyeringai: “Menghadapi orang berhati kejam, aku tidak pernah bersikap sopan.”
Yuan Zi-xia menatapnya, sebelum tiba-tiba dia tertawa hingga terbungkuk-bungkuk dan air mata mengalir di pipinya.
Bai Yu-jing menjadi terpana. Dia memandang gadis itu dengan bingung dan tak tahan untuk tidak bertanya: “Kenapa kau tertawa?”
Yuan Zi-xia berkata: “Aku sedang menertawaimu.”
Bai Yu-jing berkata: “Menertawaiku? Memangnya aku begitu lucu?” Yuan Zi-xia menghentikan tawanya dengan susah-payah dan berkata: “Kau bisa bersandiwara dengan baik, tapi, jika kau adalah tetua Bendera Merah, lalu aku siapa?”
Bai Yu-jing terperanjat.
Yuan Zi-xia berkata: “Sejujurnya kuberitahukan padamu bahwa aku adalah salah satu dari 12 dewa Naga Hijau, tetua Bendera Merah.”
Bai Yu-jing berkata: “Kau. kau?”
Yuan Zi-xia berkata sambil tersenyum: “Wei Tian-ying kecanduan berjudi dan sudah kalah 302.000 tael. Dia sengaja berkata bahwa dia telah membeli peta merak yang palsu; Gongsun Jing bernafsu besar, dia telah merayu banyak perempuan dari keluarga terhormat; Fang Long Xiang tamak akan uang, dia menggelapkan 162.000 buah aset. Urusan ini sudah diketahui oleh tetua Naga Hijau, karena itu dia memanggilku khusus untuk membersihkan perkumpulan.”
Bai Yu-jing berkata: “Kau sendirian?”
Yuan Zi-xia berkata: “Aku biasa bekerja seorang diri.”
Bai Yu-jing berkata: “Kau ingin membersihkan perkumpulan?” Yuan Zi-xia berkata: “Seorang saja sudah cukup.”
Bai Yu-jing berkata: “Tapi kungfumu. ”
Yuan Zi-xia berkata dengan enteng: “Asal seseorang paham cara menggunakan kelebihannya, diatidak perlu menggunakan kungfu untuk menyerang orang.”
Bai Yu-jing berkata: “Apa kelebihanmu?”
Yuan Zi-xia hanya tersenyum, tapi tidak bicara. Dia tersenyum sungguh manis, sungguh cantik. Amat cantik.......
“Kau telah menipuku berulang kali, semula aku ingin menipumu juga lalu membiarkan kau tahu sedikit demi sedikit. Aku tidak menyangka kalau kau bisa mengetahuinya,” kata Bai Yu-jing.
“Kapan aku menipumu?” “Memangnya kau tidak menipuku?”
“Jika aku telah menipumu, kenapa aku mau pergi denganmu, meninggalkan kedudukan tetua Bendera Merah dan segalanya?”
“Mungkin kau memang bukan tetua Bendera Merah yang sebenarnya.”
“Hm. ”
“Bukankah begitu?”
“Kenapa tidak kau tebak saja?”
Bai Yu-jing tahu dia tak akan dapat menebak dengan benar untuk selamanya, tapi hal ini tidak penting.
Yang lebih penting, si dia sekarang berdiri di sisinya. Lagipula dia tak akan pernah bisa meninggalkannya lagi. Ini sudah cukup.
Inilah cerita pertama, cerita tentang senjata jenis pertama.
Pelajaran yang bisa kita dapatkan dari cerita ini adalah, tak perduli betapa tajamnya pedang, tetap tidak bisa dibandingkan dengan senyum menawan.
Karena itu, menurutku, senjata jenis pertama bukanlah sebilah pedang, tapi senyuman. Hanya senyuman yang bisa menaklukkan hati manusia. Karena itu, bila kau memahami kebenaran ini, seharusnya kau melepaskan pedangmu dan banyak-banyaklah tersenyum!
TAMAT