Pedang Abadi Bab 6 : Bayangan Wei Tian-ying

Bab 6 : Bayangan Wei Tian-ying

Pisau kilat yang bagus dan gemerlapan!

Pisau baja sedingin es itu meluncur dengan cepat ke arah tenggorokan Bai Yu-jing. Tiba-tiba dia hanya bisa memandangnya tanpa berkedip.

Tapi pisau itu tidak menebas tenggorokannya. Pisau  baja itu tiba di tenggorokan dan mendadak berhenti.

Zhao Yi-dao menatapnya. Tiba-tiba ia berkata sambil tersenyum: “Pendekar Bai  tahu,  bila  pisau  ini menggorok leher, maka leher itu pun akan buntung?”

Bai Yu-jing berkata: “Aku tahu.”

Zhao Yi-dao berkata: “Tapi kau tidak takut.”

Bai Yu-jing berkata: “Aku tahu pisau ini tidak akan menebas leherku.”

Zhao Yi-dao berkata: “Oh?”

Bai Yu-jing berkata: “Karena ada sesuatu yang tergantung di leherku.”

Zhao Yi-dao berkata: “Apa itu?”

Bai Yu-jing berkata: “Peta burung merak?”

Mimik Zhao Yi-dao pun berubah dan dia berkata: “Kau tahu tentang peta burung merak?”

Kuda Putih Zhang San memotong dan berkata: “Kau tahu di mana peta burung merak itu?”

Bai Yu-jing menutup mulutnya. Wajah Zhao Yi-dao menjadi gelap dan dia berkata: “Kenapa kau tidak buka mulut?”

Tuan Muda Zhu berkata, “Jika ada sebilah pisau di leherku, aku juga tidak akan mampu berkata apa-apa.”

Zhao Yi-dao tertawa dan dengan bunyi “sret!”, pisau itu telah masuk ke dalam sarung.

Tuan Muda Zhu kembali duduk dan berkata sambil tersenyum: “Kami tadi telah mengabulkan permintaan Pendekar Bai.

Sekarang kau pun bisa menepati janjimu. Asal Pendekar Bai membantu kami menemukan peta merak itu, kami akan membebaskan Pendekar Bai dengan segera – kau bahkan boleh membawa emas permata yang tak ternilai itu untuk dinikmati seumur hidupmu.”

Bai Yu-jing tersenyum dan berkata: “Majikan Gedung Sejuta Emas benar-benar tahu cara bicara enurut aturan.”

Tuan Muda Zhu berkata pula, “Aku seorang pedagang. Tentu saja aku paham cara bertransaksi yang adil atau bagaimana cara merundingkannya!”

Bai Yu-jing berkata: “Tentu saja kita bisa merundingkan transaksi ini.”

Tuan Muda Zhu berkata lagi, “Aku bisa melihat bahwa Pendekar Bai adalah orang yang bijak.”

Bai Yu-jing berkata: “Peta  burung  merak  itu  tentu  saja berada di tangan gadis Yuan itu. Asal kau bebaskan jalan darahku, aku akan membawa kalian mencari dia.”

Baru saja Bai Yu-jing mengucapkan kata-kata ini, dia telah menyesalinya dalam hati. Seharusnya dia tidak membiarkan orang lain tahu bahwa jalan darahnya telah  tertotok.  Sekarang orang lain pun bisa melihatnya. Jika seseorang merasa terlalu gelisah ingin menyelesaikan suatu urusan, segalanya malah bisa menjadi kacau.

Siapa tahu Tuan Muda Zhu malah mengiyakan dengan amat cepat dan segera berkata, “Bagus.”

Baru saja mengucapkan kata “bagus”, dia telah menepuknya – bukan pada jalan darah Bai Yu-jing yang tertotok, tapi malah pada jalan darah di sambungan lututnya.

Hati Bai Yu-jing terasa makin pahit, walaupun dia berusaha untuk tetap terlihat tenang. Dia berkata dengan enteng: “Mungkin kau tidak menginginkan peta merak itu?”

Tuan Muda Zhu tersenyum lirih dan berkata: “Tentu saja aku menginginkannya. Tapi aku tidak berani membuat Pendekar Bai capek sendiri.”

Bai Yu-jing berkata: “Tuan Muda Zhu terlalu sopan santun.”

Tuan Muda Zhu berkata pula, “Asal Pendekar Bai katakan di mana gadis Yuan itu berada, bila kami menemukannya, kami tentu akan segera kembali untuk melepaskan Pendekar Bai. Dengan demikian, kami tidak akan membuat lelah Pendekar Bai yang terhormat.”

Bai Yu-jing berkata: “Bagus, cara ini memang amat bagus.”

Zhao Yi-dao tak tahan untuk tidak memotong dan berkata: “Kau sudah memikirkannya, kenapa kau tidak mengatakannya saja?”

Bai Yu-jing berkata: “Cuma sayang, walaupun aku tahu di mana dia berada, aku tidak bisamengatakannya.”

Zhao Yi-dao berkata: “Kenapa tidak?”

Bai Yu-jing berkata: “Aku lupa nama tempat itu.”

Tuan Muda Zhu menghela napas dan berkata: “Teman-teman, adakah yang bisa membuat Pendekar Bai mengingat nama tempat itu?”

Miao Shaotian berkata dengan dingin: “Aku.”

Tiba-tiba dia menerobos lewat, tangannya menyusup masuk ke dalam kantung kain tunik di pinggangnya. Lalu  di  tangannya telah tergenggam seekor ular belang berbisa yang amat menyeramkan.

Seekor ular rumput yang bercincin. Zhao Yi-dao tak terasa mundur sejauh dua langkah.

Miao Shaotian berkata sambil menyeringai: “Daging ular amat bergizi, jika Pendekar Bai menelan ular ini, ingatanmu pun bisa membaik.”

Tangannya tiba-tiba terulur ke arah Bai Yu-jing, lidah ular yang merah sudah hampir menyentuh hidung Bai Yu-jing.

Bai Yu-jing merasa urat-urat di wajahnya pelan-pelan menegang, keringat dingin membasahi telapak tangannya.

Mendadak terdengar suara yang amat merdu di  halaman.  Suara itu berkata: “Apakah semua orang sedang mencariku?”

Pagi baru saja tiba, kabut masih berputar-putar seperti angin di halaman sana. Kabut itu membentuk sebuah tirai kabut yang indah dengan bunga fuji di atasnya

Yuan Zi-xia berdiri di bawah bunga fuji,  berdiri  tegak  dalam kabut yang pekat. Dia menggenggam sebatang lilin di tangannya.

Dia bahkan tampak lebih cantik, sejenis kecantikan lembut yang mengandung hawa gaib, sehingga bunga fuji di dekatnya pun seperti kehilangan warnanya.

Miao Shaotian dan Kuda Putih Zhang San hendak memburu ke arahnya. Tapi Yuan Zi-xia berseru: “Berhenti!”

Tiba-tiba dia mengangkat tangannya yang lain dan berkata: “Jika kalian berdua berani mendekat ke sini, aku akan membakar benda ini.”

Sinar lilin berkilat-kilat dalam genggaman tangannya yang halus dan indah seperti giok.  Diamengangkat sehelai kertas tinggi- tinggi, memisahkannya dari lilin hanya sejarak setengah kaki.

Miao Shaotian dan Kuda Putih Zhang San segera berhenti, sorot mata mereka tak bisamenyembunyikan perasaan serakahnya.

Kuda Putih Zhang San tersenyum dipaksa dan berkata: “Nona seharusnya tahu bahwa benda itu sama nilainya dengan segudang emas. Kau tentu tidak akan membakarnya.”

Yuan Zi-xia berkata: “Aku tentu saja tahu. Tapi jika aku mati, apa gunanya segudang emas?”

Miao Shaotian dan Kuda Putih Zhang San saling berpandangan dan pelan-pelan menarik diri.

Tuan Muda Zhu melangkah maju, membungkukkan tubuhnya dalam- dalam dan berkata: “Jejak Nonayang harum telah menghilang dengan tiba-tiba, membuat semua orang merasa gelisah. Tak disangka-sangka kalau Nona ternyata kembali ke sini.”

Yuan Zi-xia berkata dengan gaya memikat: “Baik sekali kalau ternyata Tuan selalu memperhatikan aku.”

Tuan Muda Zhu berkata pula, “Terima kasih atas pujianmu.”

Yuan Zi-xia berkata: “Kudengar Tuan Muda Zhu bukan hanya seorang jutawan muda, juga lemah lembut dan sopan santun. Hari ini aku bisa melihat sendiri bahwa nama itu memang tidak kosong.” Tuan Muda Zhu berkata, “Aku juga telah mendengar bahwa Nona adalah seorang gadis yang cantik bagaikan bidadari. Hari ini aku bisa melihatnya sendiri, aku merasa amat terhormat.”

Miao Shaotian tak dapat menahan seringainya dan berkata: “Di sini bukan ruang tamu Gedung SejutaEmas, di mana orang bisa bicara omong kosong!”

Yuan Zi-xia berkata sambil tersenyum: “Ketua Miao tidak paham, yang paling suka didengarkan oleh perempuan adalah pujian yang manis. Jika kalian ingin melunakkan hatiku,  seharusnya  kalian lebih banyak mengatakan kata-kata pujian.”

Miao Shaotian membelalakkan matanya dan berkata: “Kenapa aku ingin melunakkan hatimu?”

Yuan Zi-xia berkata dengan santai: “Karena jika hatiku sudah lunak, mungkin aku bisa memberimu benda ini.”

Tuan Muda Zhu tiba-tiba berseru: “Itu tidak baik,  tidak  baik. Benda ini tidak didapatkan oleh Nona dengan mudah, bagaimana kau bisa memberikannya begitu saja kepada kami?”

Yuan Zi-xia tersenyum manis dan berkata: “Semula aku berpikir begitu, tapi sekarang jalan pikiranku amat berbeda."

Tuan Muda Zhu berkata, “Oh?”

Yuan Zi-xia berkata: “Aku hanya seorang perempuan  yang kesepian dan terlantar. Jika aku membawa-bawa benda ini, cepat atau lambat, suatu hari nanti  aku  pun  akan  mati  di  tangan orang lain.”

Tuan Muda Zhu menarik napas, tampaknya dia sangat bersimpati, dan berkata: “Di dunia Kang-ouw, setiap langkah demi langkah bisa merupakan jalan yang sempit dan berbahaya. Nona memang harus sangat berhati-hati.” Yuan Zi-xia berkata: “Tapi jika aku telah menyerahkan benda ini, maka tidak ada lagi orang yang akan mencariku?”

Tuan Muda Zhu berusaha menyembunyikan kegembiraan di wajahnya dan berkata: “Tentu saja begitu. Tapi jika Nona ingin memberikan benda itu, tentu harganya pun harus sesuai.”

Yuan Zi-xia mengedip-ngedipkan matanya dan terbelalak. Dia berkata: “Kalau begitu, menurut Tuan Muda Zhu, berapa yang seharusnya kuterima?”

Tuan Muda Zhu berkata: “Setidaknya cukup bagi seorang gadis untuk menikmati kekayaan seumur hidupnya. Lagipula, imbalan itu harus berupa emas dan permata, bukan yang lainnya.”

Yuan Zi-xia menghela napas dan berkata: “Aku juga berpikir begitu, tapi... kekayaan yang begitu besar, siapa yang bersedia memberikannya padaku?”

Miao Shaotian  tiba-tiba tertawa dengan  keras:  “Asal  kau memberi ijin, setiap orang di sini akan bersedia memberikannya kepadamu.”

Yuan Zi-xia berkata dengan sangat gembira: “Bagus sekali, cuma. ”

Miao Shaotian segera bertanya: "Cuma kenapa?"

Yuan Zi-xia berkata: “Di dalam sana juga ada seorang temanku, bolehkah aku melihatnya dulu?”

Tiba-tiba tak seorang pun yang bicara lagi, tidak ada yang mau menerima tanggung-jawab itu.

Yuan Zi-xia menghela napas: “Tanganku  lelah  mengangkatnya, jika tidak hati-hati, dan benda ini terbakar, apa yang akan terjadi? Walaupun cuma terbakar sedikit, tentu akan berabe.” Tuan Muda Zhu mendadak tersenyum dan berkata: “Karena Pendekar Bai adalah teman Nona, Nona tentu mengkhawatirkannya. Ini sungguh bisa dipahami. Nona, silakan.”

Yuan Zi-xia menggelengkan kepalanya dan berkata: “Itu tidak baik, aku tidak berani.”

Tuan Muda Zhu berkata: “Mengapa?”

Yuan Zi-xia berkata: “Di sana terlalu banyak berdiri orang laki-laki yang bertubuh besar. Aku sangat takut.”

Tuan Muda Zhu berkata pula, “Nona ingin kami pergi?”

Yuan Zi-xia berkata: “Jika kalian bisa mundur ke samping, barulah aku berani.”

Tuan Muda Zhu berkata, “Lalu?”

Yuan Zi-xia memonyongkan bibirnya dan  berkata  sambil tersenyum: “Di luar sini ada begitu banyak orang, apa yang bisa kuperbuat dengannya? Aku hanya ingin menyampaikan dua patah kata, dan kemudian aku akan keluar dan menyerahkan benda ini.

Sementara itu, kalian bisa merundingkan dulu siapa yang akan menerima benda ini.”

Tuan Muda Zhu memandang Zhao Yi-dao, Zhao Yi-dao memandang Kuda Putih Zhang San.

Kuda Putih Zhang San tiba-tiba berkata, “Akan kutanya dia dulu apakah dia mau bertemu denganmu.”

Dia tidak menunggu yang lain menjawab, dan segera melesat ke dalam kamar. Dia lalu menotok limajalan darah Bai Yu-jing, dan kemudian berputar untuk membuka jendela.

Walaupun jalan darah yang ditotok tetap sama, tapi teknik totokan setiap orang tidak sama. Jika jalan darah seseorang ditotok oleh tigamacam teknik yang berbeda, walau seseorang ingin membebaskannya, tentu hal itu akan sangat sukar.

Jika mereka melihat Yuan Zi-xia hendak membebaskan totokan itu, mereka pun masih akan sempat bertindak.

Tuan Muda Zhu tersenyum samar dan berkata: “Pendekar Bai tentu amat memandang Nona, kenapa aku tidak membolehkan kalian bertemu?”

Bai Yu-jing tergeletak di tempatnya, menatap Yuan Zi-xia ketika gadis itu masuk. Dia seperti sedang memandang orang asing, di wajahnya tidak ada ekspresi.

Yuan Zi-xia juga sedang menatapnya dengan raut muka yang berubah-ubah, entah itu menunjukkan perasaan pedih atau sedih.

Bai Yu-jing berkata dengan dingin: “Apa yang hendak kau lakukan?”

Yuan Zi-xia tersenyum sedih. Dia berkata: “Kau.... kau benar- benar tidak tahu apa yang hendak kulakukan?”

Bai Yu-jing berkata sambil menyeringai: “Kau tentu datang untuk menolongku, karena kau baik hati. Kau punya maksud baik yang sama dengan Fang Long Xiang, kalian semua adalah teman baikku.”

Yuan Zi-xia menundukkan kepalanya dan berkata: “Aku bisa saja menyelinap pergi dengan diam-diam. Jika aku tidak perduli denganmu, kenapa aku harus datang?”

Matanya tampak merah, air mata pelan-pelan jatuh membasahi pipinya.

Tiba-tiba seorang anggota Perkumpulan Naga Hijau di luar berkata dengan keras: “Benda ini semula adalah milik Perkumpulan Naga Hijau, wajar kalau benda ini harus  dikembalikan  pada Perkumpulan Naga Hijau. Tuan Muda Zhu dan ketua Zhao tadi telah menyetujuinya.” Walaupun kelopak mata Yuan Zi-xia dipenuhi air mata, tapi sudut mulutnya mulai memperlihatkan ekspresi gembira.

Angin berhembus makin kencang. Anting-anting emas yang besar milik Miao Shaotian berbunyi “ting-tang”, kedua matanya membara seperti api yang ditujukan ke arah tiga orang anggota Perkumpulan Naga Hijau.

Zhao Yi-dao berbaring di pojok sana, seolah-olah tidak perduli dengan urusan itu. Tapi dia tidak pernah berhenti mengawasi keadaan.

Kuda Putih Zhang San menepuk-nepuk pilar bangunan itu dengan jarinya. Dia tidak tahan terhadap kesunyian itu, dan sengaja membuat suara yang gaduh.

Orang baju hitam berdiri tak bergerak di belakang  Tuan  Muda Zhu. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi. Urusan ini memang tidak ada hubungannya dengan dia. Yang dia perdulikan adalah delapan orang anggota keluarga yang menunggunya mencari makan.

Orang-orang Naga Hijau mengepalkan tinju mereka erat-erat, sebelum salah seorang dari  merekatiba-tiba  berkata:  “Tuan Muda Zhu tadi mengucapkan kata-kata itu. Biasanya ucapanmu selalu ditepati, kali ini kau tidak bisa menarik kembali kata-katamu itu dan mengingkari janji.”

Tuan Muda Zhu akhirnya tersenyum dan berkata: “Tentu  saja aku  tidak  bisa,  tentu  tidak bisa, cuma. ”

“Cuma apa?”

Orang ini bertubuh tinggi besar, dengan jenggot berwarna tembaga. Sekilas pandang, bisa dilihatbahwa dia adalah orang yang amat gampang naik darah.

Tuan Muda Zhu berkata pula, “Walaupun aku setuju dengan kalian, tapi yang lain. ” Orang berjenggot naga itu segera memotong: “Kata-kata Tuan Muda Zhu adalah yang paling efektif dan berpengaruh. Walaupun cuma Tuan Muda Zhu yang setuju, saudara-saudaraku dan aku akan merasa lega.”

Tuan Muda Zhu tersenyum dan berkata: “Asal aku setuju dengan kalian, kalian bertiga benar-benar bisa merasa lega?”

Si jenggot naga berkata, “Tepat!”

Tuan Muda Zhu menghela napas dan berkata: “Bagus, aku berjanji pada kalian.”

Si jenggot naga menjadi makin gembira.  Wajahnya cerah  dan dia berkata: “Untuk ini, Perkumpulan Naga Hijau tidak akan melupakan Tuan Muda Zhu. ”

Tiba-tiba 'crep!”, suaranya mendadak terputus. Terdengar suara jeritan yang memilukan.

Jeritan itu dikeluarkan oleh teman-temannya, karena sebuah anting emas tiba-tiba telah menancap di tenggorokannya.

Dia tidak melihat darah itu, tapi dia tidak perlu menjerit lagi karena dia sedang menutupi wajahnya.

Dan kemudian, darah pelan-pelan mengalir keluar dari lehernya....

Dia berdiri di sisi kiri, sementara jeritan-jeritan  yang  memilukan itu berasal dari orang-orang di sebelah kanannya.

Ketika Miao Shaotian bertindak, Kuda Putih Zhang San juga mendadak bergerak. Dia meluncurkan telapak tangannya, menghantam tulang hidung seorang anggota Naga Hijau lainnya.

Darah bercipratan ke mana-mana. Dia menjerit memilukan dan menutupi wajahnya, Kuda Putih Zhang San lalu menendangnya. Dia terjerembab di tanah seperti lumpur. Tubuhnya melingkar, air mata dan lendir mengalir keluar bersama darah. Kemudian tubuhnya mendadak kejang dan tidak bergerak lagi.

Orang yang di tengah mula-mula merasa senang, karena jika mereka bisa memperoleh kembali peta merak itu, tentu akan diberi imbalan yang besar. Perkumpulan Naga Hijau selalu memberikan hadiah yang amat besar pada anggotanya tanpa ragu-ragu. Ketika benaknya sedang  membayangkan  apayang  akan  diterima olehnya: emas, perempuan cantik dan kejayaan, tiba-tiba kedua rekannya telah terjungkal dan mati.

Zhao Yi-dao berdiri di hadapannya, dan menatapnya dengan dingin.

Dia merasakan perutnya berontak. Rasa takut menyergap dirinya seperti tangan yang tidak terlihat, meremas-remas dan memutar-balikkan perutnya.  Dia hampir  muntah  sebelum berkata: “Ketua Zhao. Ketua Zhao, kukira kau tadi telah

setuju. ”

Zhao Yi-dao berkata dengan dingin: “Tadi tidak ada yang tahu apakah peta burung merak itu bisadidapatkan atau tidak, juga tidak ada yang pernah melihat peta itu, tapi sekarang. ”

Dia memandang lubang di jendela sambil tersenyum dan berkata: “Sekarang peta itu boleh dibilang sudah berada di tangan kami, mengapa kami harus memberikannya ke Perkumpulan Naga Hijau?”

Orang itu berkata: “Perkumpulan Naga Hijau selalu membedakan antara terima-kasih dan dendam, hari ini Ketua Zhao membunuh kami, apa kau tidak khawatir dengan pembalasan dari perkumpulan kami?”

Zhao Yi-dao berkata dengan tenang, “Kau jelas dibunuh oleh Gongsun Jing, kenapa Perkumpulan Naga Hijau harus membalas dendam?”

Orang ini akhirnya paham. Perkumpulan Naga Hijau juga sering melemparkan kesalahan pada orang lain. Seluruh tubuhnya pun gemetar.  Sambil  mengertakkan  giginya, dia berkata: “Anggota Perkumpulan Naga Hijau siap mengorbankan dirinya. Ketua Zhao tidak akan mendapatkan peta itu. Wei Tian-ying dari Perkumpulan Naga Hijau juga akan segera datang. ”

Baru saja menyebut nama “Wei Tian-ying”, tiba-tiba keberaniannya timbul kembali dan dia berkata dengan keras: “Sekarang dia mungkin sudah tiba. Walaupun kami bertiga mati di tangan kalian, kalian juga tidak usah berharap akan hidup terus.”

Mendengar disebutnya nama “Wei Tian-ying”, wajah Miao Shaotian, Zhao Yi-dao dan Kuda Putih Zhang San pun berubah secara drastis. Tak terasa mereka lalu melihat ke pintu depan secaraserentak.

Lampu lentera di pintu gerbang telah padam. Tidak terdengar suara orang, juga tidak terlihat bayangan siapa pun.

Zhao Yi-dao berkata sambil menyeringai: “Tidak perduli apakah kami mati atau hidup, kalianlah yang lebih dulu harus pergi.”

Kuda Putih Zhang San: “Sekarang kepalanya tentu amat sakit.”

Zhao Yi-dao berkata: “Aku akan menanganinya.” Pantulan pisau itu tampak berkilauan, pisau baja itu segera meninggalkan sarungnya dan menebas ke leher orang itu.

Zhao Yi-dao dikenal sebagai 'Sebatang Pisau', sukar membayangkan betapa cepat dan kejinyatusukan pedang pendek itu.

Tangan orang itu telah menggenggam gagang pisaunya, tapi dia tidak bisa menghunus pisau itu. Dia terpaksa harus berusaha menahan serangan itu.

Siapa tahu gerakan Zhao Yi-dao mendadak berubah dalam sekejap, sebuah tusukan horizontal malah langsung menghunjam ke dadanya. Darah pun muncrat ke mana-mana. Orang itu menjerit memilukan dengan suara berdesis: “Wei Tian-ying, tetua Wei, kau harus....

membalaskan dendam kami!”

Jeritan itu tiba-tiba terputus, karena dia sudah bersimbah darah. Sunyi, dan makin sunyi.

Walaupun tidak ada yang pernah melihat Wei Tian-ying, dia telah berkembang menjadi sosok seperti monster yang gaib dan menakutkan di dalam benak mereka.

Zhao Yi-dao mengeringkan darah di pisaunya dengan alas sepatunya. Miao Shaotian juga memungut kembali anting emasnya dari tenggorokan anggota Naga Hijau tadi.

Kuda Putih Zhang San membelai tinjunya dengan perlahan, sementara kedua alisnya berkerut amatkencang.

Tuan Muda Zhu tiba-tiba menghela napas panjang dan berkata: “Ketiga orang ini akhirnya sudah merasa lega, tapi giliran siapa berikutnya?”

Raut wajah Kuda Putih Zhang San pun berubah, dia menatap Miao Shaotian.

Miao Shaotian berkata sambil menyeringai: “Zhang San muda, kau bisa yakin bahwa orang berikutnya bukanlah aku.”

Zhao Yi-dao tiba-tiba terbatuk keras dan  berkata:  “Bagus.  Aku ingin kau  tahu  bahwa,  perkumpulan pisau  tajam  dan perkumpulan rambut merah telah terikat bagaikan saudara. Sejak saat ini, urusan Ketua Miao adalah juga urusanku.”

Miao Shaotian tertawa dengan keras dan berkata: “Bila sedang memasak terong pedas, yang pertama memilih akan mendapatkan yang terlunak. Kau paham kata pepatah ini?”

Zhang San berkata: “Aku paham.” Miao Shaotian berkata sambil tersenyum: “Aku khawatir, di antara kalian bertiga, orang berikutnya adalah kau. Yang lebih muda kan biasanya lebih pedas.”

Wajah Kuda Putih Zhang San tampak berubah seperti  bara api yang hampir padam. Dia  berkata: “Bagus. Aku tidak takut padamu.” Miao Shaotian: “Cobalah kalau begitu.”

Anting emas tergenggam di tangannya dan dia pun bersiap-sedia.

Zhao Yi-dao berkata: “Ketua Miao seharusnya merasa lebih baik karena aku akan berada di belakangmu.”

Miao Shaotian berkata sambil tersenyum kejam: “Zhang San muda, majulah.”

Kuda Putih Zhang San meraung, tiba-tiba dia menyerang dengan tinjunya sebanyak tiga  kali.  Tak disangka-sangka, dia ternyata telah mengeluarkan jurus tinjunya.

Miao Shaotian merasa yakin sembilan puluh persen bahwa dia sudah menggenggam kemenangan di tangannya. Dia tentu  saja  tidak mau beradu pukulan dengan  lawan,  takut akan  merusak wajahnya. Dia mundur tiga langkah, dan tertawa: “Walaupun kau mengadu jiwa, itu tidak ada gunanya. ”

Suara tawanya tiba-tiba berubah menjadi raungan yang memilukan.

Pisau Zhao Yi-dao telah menusuk punggungnya. Ujung pisau terbenam ke dalam tulang sehingga terdengar suara gemeretak yang keras.

Tubuh Miao Shaotian terpental ke depan, tapi tinju besi  Kuda Putih Zhang San pun menghantam wajahnya dengan keras.

Terdengar suara tulang yang berpatahan. Miao Shaotian terjatuh ke atas  tembok  rendah  yang  ada di tempat itu, tangannya yang menggenggam anting emas itu pun tertahan di atas dinding. Akibatnya tubuhnya tidak sepenuhnya menyentuh ke lantai. Tetapi wajahnya yang berlumuran darah tampak meringis dengan mata melotot yang mengandung perasaan terkejut, takut dan murka. Dengan suara tak jelas dia berkata: “Zhao Yi-dao, kau.... kau bang. , aku akan mati tapi aku tak akan

mengampunimu!”

Zhao Yi-dao menggosok darah di pisaunya dengan alas sepatu. Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata: “Tak masalah.

Perkumpulan pisau tajam dan kuda putih telah terikat bagaikan saudara. Kenapa kau tidak bisa melihatnya?”

Kuda Putih Zhang San tertawa dengan keras dan  berkata: “Orang lain membentuk persekutuan dengan minum darah, kita malah minum bubuk semen.”

Miao Shaotian mengertakkan giginya, kedua tangannya masuk ke dalam kantung di pinggangnya. Zhao Yi-dao dan Kuda Putih Zhang San segera mundur tiga langkah. Bahu membahu mereka berdiri di sana, sambil menatap tangannya. Walaupun kondisi Miao Shaotian sekarang  tidak  baik,  tapi  Perkumpulan  Rambut Merah mempunyai lima macam makhluk berbisa yang ditakuti setiap orang......

Siapa tahu ketika dia baru saja memasukkan tangannya, tubuhnya tiba-tiba melompat ke atas. “Brak!”, dia menabrak langit-langit serambi sebelum pelan-pelan merosot jatuh dan tak mampu bergerak lagi.

Tangannya terjulur dan memperlihatkan  sebuah  bekas  gigitan ular berbisa yang masih berlumuran darah di  punggung tangannya. Ternyata ular itu  juga  menyukai  darah  Miao Shaotian, persis seperti Miao Shaotian yang selalu menyukai darah ular.

Tuan Muda Zhu menghela napas panjang. Dia berkata: “Bila majikannya terluka, ular berbisa bisa melakukan tindakan yang tak terduga........ Ular adalah ular, jika orang mengira dia bisa berteman dengan ular seperti dengan manusia, maka dia pun akan bernasib buruk.”

Kuda Putih Zhang San berkata dengan dingin: “Orang ini memang tidak perlu berbicara tentang persahabatan.”

Zhao Yi-dao berkata: “Benar.”

Ucapan mereka itu ditujukan pada Tuan Muda Zhu.

Tuan Muda Zhu mengangkat kepalanya dan berkata: “Walaupun Miao Shaotian telah mati, jangan lupa kalau 'Sembilan Siluman Rambut Merah' juga sukar dihadapi.”

Zhao Yi-dao berkata sambil menyeringai: “Walaupun 'Sembilan Siluman Rambut Merah' sukar untuk dihadapi, kungfu mereka masih berada di bawahnya, kau tidak usah mengkhawatirkan kami.”

Tangannya menggenggam gagang pisau. Dengan mata berkilat-kilat yang ditujukan pada Tuan MudaZhu, tiba-tiba sebuah tinju darinya menghantam rusuk Kuda Putih Zhang San; pukulan itu  benar- benar keras.

Kuda Putih Zhang San tidak menyangka pukulan itu sama sekali dan terpental menabrak tembok rendah tadi.

Dia belum sempat membalikkan badan, tapi Zhao Yi-dao telah menghunus pisaunya!

Pisau kilat yang bagus.

Darah pun bercipratan, darah yang lebih segar. Ular yang berada di punggung tangan Miao Shaotian mencium darah itu dan tiba-tiba meluncur ke arahnya.

Zhao Yi-dao mengusap kedua sisi pisau itu dengan alas sepatunya. Lalu dia berkata sambil menyeringai: “Seperti yang kau bilang, orang ini tidak usah bicara tentang persahabatan. Jika kau tidak ingin bicara tentang persahabatan, akulah orang pertama yang tidak mau bicara tentang persahabatan.”

Tuan Muda Zhu menambahkan: “Itu benar. Jika seseorang ingin bicara tentang persahabatan, cara ini memang yang paling baik.”

Zhao Yi-dao membalikkan badannya dan berkata: “Tapi kita memang sedang bicara tentang persahabatan.”

Tuan Muda Zhu berkata, “Tentu saja.”

Zhao Yi-dao tertawa dan berkata: “Lucu sekali,  mereka tidak tahu kalau Gedung Sejuta Emas dan Perkumpulan Pisau Tajam telah tiga tahun membentuk persekutuan.”

Tuan Muda Zhu berkata, “Aku memang orang yang selalu menjaga mulutku.”

Zhao Yi-dao berkata: “Aku juga.”

Tuan Muda Zhu tersenyum dan berkata: “Karena itu tidak ada yang tahu tentang urusan itu.”

Jeritan-jeritan memilukan dari luar sana terdengar beruntun seperti suara kokok ayam jantan di tempat kejauhan.

Raut muka Bai Yu-jing tampak pucat dan wajahnya tersenyum ironis. Tapi dia tidak bisamenyembunyikan kesedihan di wajahnya.

Dia tentu saja tidak berduka untuk orang-orang itu.

Yang membuatnya berduka adalah tragedi kemanusiaan – ketamakan dan kekejaman manusia.

Wajah Yuan Zi-xia juga pucat. Tiba-tiba dia menarik napas dan berkata: “Kau akhirnya bisa menebak siapa orang yang terakhir bertahan?”

Bai Yu-jing berkata: “Yang jelas bukan kau.” Yuan Zi-xia menggigit bibirnya dan berkata: “Kau.... kau kira aku sudah menipumu, karena itu kau berharap aku mati sedikit demi sedikit di hadapanmu.”

Bai Yu-jing menutup matanya. Seringai di sudut mulutnya sudah menjadi amat memilukan. Dengan suara yang dalam, dia berkata: “Tentu saja hal itu bukan kesalahanmu.”

Yuan Zi-xia berkata: “Memang bukan.”

Bai Yu-jing juga menghela napas dan berkata: “Orang yang terjun ke dunia Kang-ouw memang harus dapat menipu orang lain agar tetap hidup. Salahku sendiri kenapa tertipu olehmu. Aku tidak merasa dendam padamu.”

Wajah Yuan Zi-xia tampak berubah. Dengan suara yang pilu dan patah semangat, dia berkata: “Tapi aku. ”

Bai Yu-jing tiba-tiba memotong ucapannya dan berkata: “Tapi kau juga keliru.”

Yuan Zi-xia berkata: “Oh!”

Bai Yu-jing berkata: “Jika kau kira kau bisa menggunakan peta merak di tanganmu itu untuk memaksa mereka menuruti kemauanmu, kau keliru.”

Yuan Zi-xia berkata: “Kenapa?”

Bai Yu-jing berkata: “Peta merak di tanganmu itu boleh dianggap sudah berada di tangan mereka. Bila mereka mau, mereka bisa merampasnya begitu saja.”

Yuan Zi-xia berkata: “Kau kira aku tidak berani membakarnya?”

Bai Yu-jing berkata: “Kau tidak akan berani. Karena, jika kau membakarnya, kau juga akan mati, dan mati dengan sangat cepat. Apalagi, tidak sukar memadamkan lilin di tanganmu itu dengan kungfu mereka.”

Yuan Zi-xia berkata: “Tapi tadi. ”

Bai Yu-jing memotongnya lagi: “Tadi mereka sengaja melakukannya, cuma karena mereka sedang mencari kesempatan untuk saling membunuh lebih dulu. Bila tidak ada lagi yang menghalangi, maka mereka akan merampas petamu.” Pelan-pelan dia berkata: “Tuan Muda Zhu selalu bekerja dengan sangat hati- hati. Dia telah membayar banyak untuk peta ini, karena itu dia tak akan mengambil resiko lebih jauh.”

Yuan Zi-xia tiba-tiba berpaling, karena sekarang dia telah mendengar gelak tawa Tuan Muda Zhu. Lalu dia melihat si baju hitam dan Tuan Muda Zhu.

Tuan Muda Zhu telah melipat tangannya di depan dada, berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum: “Aku tidak sadar kalau Pendekar Bai telah mengetahui sifat-sifatku.”

Yuan Zi-xia berseru: “Keluar sekarang juga, kalau tidak aku ”

Dia tidak melanjutkan kata-katanya, karena lilin di tangannya tiba- tiba telah terpotong oleh sambaran sebilah pisau. Tapi api lilin masih belum padam. Pisau tersebut cuma berhasil memotong lilin hingga setengahnya saja, tapi pisau itu selalu siap sedia.

Pemegang pisau adalah Zhao Yi-dao.

Dia mengangkat pisaunya dan menatap Yuan Zi-xia dengan dingin.

Wajah Yuan Zi-xia menjadi merah. Tiba-tiba dia menggigit bibirnya, dan berusaha melemparkan peta itu pada Tuan Muda Zhu. Dia berteriak dengan keras: “Ambillah!”

Zhao Yi-dao berkata: “Terima kasih banyak.” Dia menyemburkan kata-kata ini sambil melesat. Dengan punggung pisaunya, dia telah merenggut peta itu dari  udara. Lilin pun padam karena kibasan pisau. Sementara itu, dia pun berhasil mendapatkan peta itu.

Gerakan tangannya benar-benar cekatan dalam situasi yang genting ini.

Yuan Zi-xia tiba-tiba berkata dengan keras: “Kuberikan benda itu pada Tuan Muda Zhu. Kau lihat, benda itu malah dirampas seseorang!”

Wajah Zhao Yi-dao segera berubah setelah sempat terlihat amat gembira.

Tuan Muda Zhu tertawa: “Kami bersaudara. Siapa pun yang mengambil benda ini, itu sama saja.”

Yuan Zi-xia berkata: “Kau tidak takut dia akan memilikinya sendiri?”

Tuan Muda Zhu berkata: “Kami telah membicarakan tentang persahabatan kami.”

Zhao Yi-dao pun tersenyum: “Bagus. Kami memang telah membicarakan tentang persahabatan kami. Jika ada yang ingin memecah-belah, akulah yang lebih dulu akan mencabut nyawanya!”

Tuan Muda Zhu berkata: “Kalau begitu, tunggu apa lagi. Nona Yuan sekarang sedang sangat sakit kepalanya.”

Zhao Yi-dao tertawa dengan keras: “Akulah yang paling cekatan dalam mengobati sakit kepala.”

Tuan Muda Zhu berkata pula: “Kupikir lebih baik kau tangani Pendekar  Bai  dulu.  Dia adalah  orang yang  selalu memperlihatkan perasaan yang penuh  kasih  sayang,  dan mungkin dia tak akan tahan melihat kepala Nona Yuan dipisahkan lebih dulu.” Zhao Yi-dao berkata: “Tidak masalah siapa yang pergi lebih dulu. Terkadang pisauku bisa mengobati dua sakit kepala sekaligus.”

Tuan Muda Zhu berkata sambil tersenyum: “Kurasa pisaumu itu sangat menarik.”

Zhao Yi-dao tertawa dengan keras: “Dijamin memang amat menarik.”

Yuan Zi-xia menundukkan kepalanya. Dia menatap Bai Yu-jing dengan perasaan duka dan berkata: “Aku telah mempersulit dirimu. ”

Bai Yu-jing berkata: “Tidak apa-apa.”

Yuan Zi Xia berkata: "Aku hanya berharap kau paham sesuatu hal." Bai Yu-jing berkata: "Katakanlah."

Yuan Zi-xia berkata: “Tidak semua yang kukatakan itu dusta. Tidak perduli apa pun yang kukatakan tentang urusan lain, tapi tentang kau dan aku. ” 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar