Bab 2 : Air Mata Pengelana Malam hari, ada bulan.
Di bawah cahayanya bulan Gao Li sudah melihat bayangan Xiao Wu. Dia selalu percaya diri dengan ilmu meringankan tubuhnya. Tapi sekarang dia baru mengetahui ilmu meringankan tubuh Xiao Wu tidak kalah dengan dia. Atap rumah yang bersusun di bawah sinar sinar bulan seperti tulang rusuk binatang.
Bulan berada di langit. Di bawah sinarnya, bulan tampak dekat sepertinya bila tangan diulurkan sudah bisa meraih bulan.
Tiap orang pasti pernah mempunyai keinginan untuk meraih bulan, tapi bulan yang berada dalam hati Gao Li itu seperti apa tak seorangpun yang tahu ? Dia hanya menginginlan kehidupan yang tenang dan suasana keluarga yang hangat. Tapi keinginannya ini lebih sulit didapat dibandingkan dengan keinginan untuk meraih bulan di langit.
Tidak mempunyai rumah, tidak mempunyai keluarga, dan tidak mempunyai teman, tidak ada orang yang lebih tahu tentang dirinya, dan dengan apa yang disebut kesepian.
Dia bertekad ingin mengejar dan mendapatkan temannya itu.
Dia benar-benar membutuhkan teman, membutuhkan teman yang senasib dengannya. Di depannya terhampar sebuah tanah lapang yang sepi. Suasana di tanah lapang yang sepi membuat Gao Li merasa lebih dingin lagi. Tiba-tiba Xiao Wu berhenti seperti menunggu sesuatu.
Gao Li pun berhenti, dia tidak tergesa-gesa mengejar Xiao Wu. Mereka berdua saling berjauhan yang satu berada di depan, dan yang satu lagi berada di belakang, Mereka berjalan semakin lambat. Di bumi dan di langit tidak terdengar suara apa pun, hanya terdengar suara langkah mereka. Di tempat yang jauh ada sebuah bintang yang muncul, bulan sudah tidak merasa kesepian lagi.
Tapi bagaimana dengan manusianya?
Xiao Wu mencari sebatang pohon besar yang tidak begitu banyak memiliki daun, dia meloncat ke atasnya kemudian duduk. Bumi dan langit begitu sepi, sinar bulan menyinari tubuh mereka. Dia diam bukan berarti dia kesepian, sekarang sudah ada orang, yang akan berbagi rasa di tanah lapang yang sepi ini.
Tiba-tiba Gao Li tertawa dan berkata, “Aku mengira kali ini Bai Li Chang Qing pasti mati.”
Jawab Xiao Wu, “Oh...”
Kata Gao Li, “Aku masuk menjadi anggota perkumpulan bulan 7 tanggal 15 sudah hampir 3 tahun. Tapi hingga hari ini aku baru tahu bahwa mereka tidak pernah mempercayaiku.”
Kata Xiao Wu, “Mereka tidak pernah percaya kepada siapa pun.”
Kata Gao Li, “Tidak kusangka, kau malah yang bisa menolong dia.”
Xiao Wu tertawa dan berkata, “Aku sendiri pun tidak menyangkanya.”
Tanya Gao Li, “Apakah kau mengenalnya?”
Kata Xiao Wu, “Tidak, bagaimana dengan dirimu?” Jawab Gao Li, “Dia pernah menolongku.”
Tanya Xiao Wu, “Kau pernah pergi ke Liao Dong?” Jawab Gao Li, “Ya!”
Tanya Xiao Wu, “Untuk apa?”
Jawab Gao Li, “Untuk mengambil ginseng, ginseng liar.” Tiba-tiba matanya Gao Li bercahaya, dia mengenang masa lalu. Dengan pelan dia berkata, “Mungkin waktu itu juga adalah hari yang paling berkesan dan menyenangkan dalam hidupku. Bebas, tidak perlu merasa khawatir, walaupun sangat berbahaya tapi itu kejadian yang sangat berharga bagiku.”
Tanya Xiao Wu, “Kejadian yang berharga?” Gao Li tersenyum dan berkata, “Kalau kau sudah mendapatkan ginseng yang besar, kau bisa hidup dengan enak dalam satu tahun.”
Tanya Xiao Wu, “Apakah kau pemah mendapatkannya?” Jawab Gao Li, “Karena itu pula aku hampir mati di sana.” Tanya Xiao Wu, “Mengapa?”
Jawab Gao Li, “Sebenarnya tidak ada seorang pun yang menjadi pemilik ginseng, siapa yang pertama yang menemukannya maka dialah pemiliknya dan bisa memberi tanda di sisi pohon ginseng itu.”
Kata Xiao Wu, “Mengapa harus diberi tanda? Mengapa tidak langsung diambil saja?”
Jawab Gao Li, “Mengambil ginseng sama seperti membunuh orang, harus tunggu waktu karena ginseng yang sudah matang, sifatnya lebih-lebih dari sifat orang, jika kau terlalu buru-buru dan berbuat terlalu kasar, dia akan kabur.”
Tanya Xiao Wu, “Apa? Ginseng bisa kabur?”
Gao Li tertawa dan manjawab, “Kau mendengar ini sepertinya sangat aneh dan misterius, tapi ini benar-benar terjadi.”
Xiao Wu memang merasa aneh dan misterius, karena itu dia terus mendengarkan. Kata Gao Li lagi, “Aku mendapat ginseng yang sudah matang dan sudah diberi tanda, tapi begitu aku kembali, aku baru tahu bahwa tanda itu sudah diganti oleh orang lain.”
Tanya Xiao Wu, “Mengapa kau pergi dari sana?”
Jawab Gao Li, “Aku mencari banyak orang di gunung untuk membantuku mengambil ginseng. Kelompok pengambil ginseng pun cukup banyak. Kelompok kami terdiri dari 9 orang.” Tanya Xiao Wu. “Mereka sendiri terdiri dari berapa orang?”
Gao Li tertawa kecut dan berkata, “Mereka melakukan hal yang memalukan, orang-orang mereka pasti lebih banyak. Di antara mereka berlima ada pesilat tangguh yang berasal dari golongan hitam. Demi menghindari pencarian musuh, mereka bersembunyi di tempat itu.”
Kata Xiao Wu, “Ilmu silatmu waktu itu tentunya tidak setinggi sekarang.”
Jawab Gao Li, “Karena itu pula aku terluka parah.”
Kata Xiao Wu, “Apakah Bai Li Chang Qing yang menolongmu?”
Jawab Gao Li, “Benar.”
Kata Xiao Wu, “Mengapa dia datang tepat pada waktunya?”
Jawab GaoLi, “Karena saat itu dia sedang mengejar 5 pesilat tangguh yang berasal dari golongan hitam.”
Di dunia ini tidak ada hal yang bisa begitu kebetulan.
Melakukan hal apa pun, pasti ada sebab dan akibat.
Xiao Wu terdiam, kemudian dia tertawa lagi dan berkata, “Begitu kau mengetahui ada 5 orang dari golongan hitam,
kau pasti merasa sial.”
Gao Li mengangguk. Kata Xiao Wu,
“Kalau bukan karena mereka berlima, Bai Li Chang Qing tidak akan menolongmu bukan?”
Gao Li mengangguk lagi.
Xiao Wu tidak bicara apa-apa lagi, dia percaya apa yang dia maksud dan pasti bisa dimengerti oleh Gao Li.
Di dunia ini tidak ada hal yang begitu mujur juga tidak ada hal yang terlalu buruk. Untung dan rugi hanya selapis tipis perbedaan saja.
Karena itu bila kau merasa nasibmu tidak terlalu beruntung, kau jangan menyalahkan dirimu, lebih-lebih tidak boleh putus asa.
Walaupun kau dipukul hingga roboh, asal kau masih hidup, pasti akan ada kesempatan untuk berdiri lagi.
Malam terasa lebih sepi lagi.
Setelah terdiam lama Gao Li bertanya, “Apakah dia pernah menolongmu?” Kata Xiao Wu,
“Tidak.” Tanya Gao Li,
“Mengapa kau malah ingin menolongnya?” Jawab Xiao Wu,
“Sewaktu dia menolongmu, apakah sebelumnya dia pernah menolongmu?”
Jawab Gao Li, “Tidak.”
Kata Xiao Wu,
“Bila kau merasa harus melakukan suatu hal, lakukanlah, tidak perlu bertanya lagi apakah orang itu pernah melakukan sesuatu untukmu atau tidak.” Sorot mata Xiao Wu memandang ke tempat yang jauh. Pelan-pelan dia berkata lagi, “Walaupun Tang Ye pernah melepaskan budi kepadaku, hari ini aku tetap harus membunuhnya. Meskipun Bai Li Chang Qing adalah musuhku, hari ini aku tetap menolongnya, karena aku merasa memang itu yang harus dilakukannya.” Wajahnya bercahaya, apakah ini karena sinar bulan atau memang berasal dari dalam hatinya? Gao Li bisa merasakan cahaya ini.
Tiba-tiba dia merasa pemuda ini bukanlah orang yang malas dan tidak berpendidikan.
Kata Xiao Wu,
“Bila 4 kantor Biao bisa bergabung, orang-orang di dunia persilatan yang mendapat kebaikannya pasti sangat banyak. Aku menolong Bai Li Chang Qing, karena mereka ini, tidak semua demi dirinya.”
Gao Li melihatnya dan berkata, “Kau sangat mengerti banyak hal.”
Kata Xiao Wu, “Tidak begitu banyak.” Kata Gao Li,
“Ilmu pedangmu tidak kalah dengan Bai Li Chang Qing.” Kata Xiao Wu, “Oh...”
Kata Gao Li,
“Beberapa tahun yang lalu Bai Li Chang Qing sudah menempati urutan ke-7 dalam ilmu silat pedang.”
Kata Xiao Wu,
“Sebenarnya dia berada di urutan ke-6.” Tanya Gao Li,
“Sedangkan kau sendiri urutan ke berapa?” Jawab Xiao Wu,
“Aku hanyalah orang kecil.” Kata Gao Li,
“Tapi ilmu pedang bukan didapat begitu lahir.” Tanggap Xiao Wu,
“Benar!” Tanya Gao Li,
“Siapa yang mengajarimu?” Xiao Wu balik bertanya,
“Apakah kau sedang menyelidiki identitasku?” Jawab Gao Li,
“Aku merasa kau aneh.” Kata Xiao Wu,
“Tidak kusangka, kau masih punya rasa ingin tahu.” Dia juga tidak menyangkanya.
Dalam perkumpulan mereka tidak boleh mempunyai perasaan, juga tidak boleh mempunyai rasa ingin tahu.
Setiap hari mereka berkumpul, tapi mereka tidak pernah saling menanyakan identitas masing-masing.
Mereka saling membantu dalam bertarung dan menolong pada saat keadaan berbahaya, tapi hubungan di antara mereka bukan teman, karena rasa persahabatan bisa melemahkan hari orang. Hati mereka harus keras seperti batu, semakin keras semakin baik.
Kata Gao Li, “Aku ingin mengetahui dirimu yang sebenarnya, mungkin kita sekarang bisa menjadi teman.”
Kata Xiao Wu,
“Seseorang yang mempunyai teman akan lebih cepat mati!” Kata Gao Li,
“Orang yang tidak mempunyai teman, hidup pun serasa mati.”
Xiao Wu tertawa dan berkata,
“Orang seperti dirimu tidak cocok berada dalam perkumpulan ini.” Tanya Gao Li,
“Apakah kau merasa aneh?” Jawab Xiao Wu,
“Benar, aku merasa ini sangat aneh.” Gao Li juga tertawa dan berkata,:
“Aku juga merasa aneh, orang seperti dirimu mengapa bisa masuk ke dalam perkumpulan ini?”
Xiao Wu terdiam, juga seperti sedang berpikir.
Gao Li pun seperti sedang memikirkan sesuatu kemudian dia berkata, “Tempat tinggal kita tidak cocok untuk menjaga diri.”
Xiao Wu mengangguk.
Rumah mereka sangat sederhana dan sepi, kecuali ada sebuah tempat tidur dan lemari, tidak ada benda lain. Karena keadaan yang enak akan membuat hati orang menjadi lemah.
Kata Gao Li,
“Paling sedikit tempat itu milik kita, apa pun yang akan kau lakukan, tidak ada yang melarang.”
Mulutnya mengeluarkan tawa sedih, dan berkata,
“Paling sedikit kau akan merasa ada tempat yang disebut pulang.”
Xiao Wu mengerti perasaan Gao Li.
Hanya pengelana seperti mereka yang tidak mempunyai tempat yang tetap, baru bisa merasakan perasaan yang sedih.
Kata Gao Li,
“Hidup kita pun sulit.” Xiao Wu mengangguk. Hidup dimana tidak bisa melihat sinar matahari, tidak ada seorang pun yang menyukainya, tidak ada kehangatan, lebih- lebih tidak bisa menikmati hidup yang indah ini.
Setiap saat mereka harus menunggu, menunggu perintah.
Mereka tidak akan bisa menikmati hidup ini.
Xiao Wu merenung, setiap kali melihat Tang Ye, dia selalu sedang membersihkan pisaunya.
Kata Gao Li,
“Hidup seperti itu, paling sedikit setiap hari bisa makan kenyang, bisa tidur di tempat tidur.”
Tanya Xiao Wu,
“Kau masuk ke dalam perkumpulan ini, apakah karena kau tidak memiliki tempat lain?”
Tawa Gao Li terlihat lebih sedih lagi dan dia berkata, “Sekarang pun aku tetap tidak ada tempat untuk pergi.”
Kata Xiao Wu,
“Apakah kau membunuh orang hanya ingin mencari tempat untuk berteduh?”
Gao Li menggelengkan kepala.
Dia tidak bisa mengatakannya karena dia tidak tega mengatakannya. Dia membunuh orang hanya untuk membuat diri sendiri merasa aman dan dengan membunuh dia baru bisa melindungi dirinya sendiri.
Dia membunuh karena dia merasa orang di dunia ini memang berhutang kepadanya. Xiao Wu tiba-tiba menarik nafas dan berkata, “Untung aku masih mempunyai tempat yang bisa kudatangi.”
Tanya Gao Li, “Tempat seperti apa?”
Jawab Xiao Wu, “Tempat yang mempunyai arak.” Bila kau mengira arak adalah air yang bisa membuat orang senang, kau salah besar.
Bila kau menanyakan apa yang disebut dengan arak itu? Arak adalah sebuah cangkang, seperti cangkang yang berada di atas punggung siput, bisa berlindung dan masuk ke dalam.
Bila ada yang ingin menginjakmu, kau juga akan merasa aman.
0-0-0
Tempat ini memiliki arak dan juga perempuan.
Arak di sana adalah arak yang bagus, perempuannya pun lumayan cantik, paling sedikit di bawah sinar lampu terlihat seperti itu.
“Apakah kau pernah datang ke tempat ini?” “Tidak pernah.”
“Aku juga.”
Mereka bertanya dengan jelas mereka baru berani masuk karena hanya tempat yang belum pernah didatangi akan aman untuk mereka.
“Kalau kita belum pernah datang ke sini, pasti mereka tidak akan begitu cepat mencari kita di sini.”
“Tapi perempuan itu sepertinya kenal denganmu.” Kata Xiao Wu,
“Yang mereka kenal bukan aku, tapi uangku.”
Begitu masuk, dia sudah meletakkan uang yang banyak di atas meja. Perempuan-perempuan itu segera memesankan arak dan berkata, “Bila hari ini dia tidak mabuk berarti dia adalah kura-kura.”
Gao Li ragu, akhirnya dia bertanya, “Apakah arak di sini sangat mahal?” Xiao Wu terpaku.
Dia kaget karena pertanyaan itu seharusnya tidak keluar dari mulut Gao Li.
Orang seperti mereka selalu menganggap uang lebih ringan dari pada tinja. Perkumpulan bulan 7 tanggal 15, walaupun peraturannya sangat ketat tapi dalam hal membunuh orang, masing-masing memiliki harga, dan biasa harga mereka sangat tinggi karena itu setiap kali setelah membunuh orang mereka bisa pergi keluar untuk melampiaskan perasaan mereka sepuas-puasnya. Menghabiskan uang juga bisa disebut semacam pelampiasan, ini juga yang diinginkan oleh perkumpulan. Tapi tiba-tiba Xiao Wu teringat bahwa Gao Li sepertinya belum pernah berfoya-foya.
Apakah dia adalah seorang yang sangat pelit?
Gao Li sudah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Xiao Wu, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, “Arak di sini terlalu mahal, kau harus mentraktirku. Bila kau tidak mentraktir, aku hanya akan diam di sisimu dan hanya melihatmu minum.”
Tanya Xiao Wu,
“Apakah kau tidak mempunyai uang?” Jawab Gao Li,
“Karena aku adalah seorang yang pelit.” Xiao Wu tertawa dan berkata,
“Kau dan orang pelit terlihat tidak sama.” Tanya Gao Li,
“Pada bagian apa yang tidak sama?” Xiao Wu tertawa dan menjawab, “Paling sedikit kau sudah mengaku bahwa kau pelit, dan aku harus mentraktirmu.”
Kata Gao Li,
“Masih ada perbedaan antara aku dengan orang pelit, aku adalah setan arak.”
Gao Li memang setan arak karena kalau dia minum arak seperti seekor kuda.
Bila minum arak tidak perlu membayar, hal ini sangat menyenangkan.
“Arak-arak ini harus dibayar.” “Aku jarang minum.”
“Aku merasa kau adalah orang yang sangat jujur.” “Kecuali ini, kebaikanku tidak terlalu banyak.”
Xiao Wu tertawa, Gao Li juga tertawa, mereka sudah mulai mabuk. Wajah mereka tertawa, tapi hati mereka tidak bisa tertawa.
Tadi ada beberapa perempuan yang menemani mereka, sekarang hanya tinggal 2 orang.
Tinggal 2 perempuan yang tua dan jelek.
“Kemana Bing Bing pergi, tadi kan ada yang bernama Bing Bing bukan?”
“Dia sudah pergi, ada langganannya mencari.”
Tamu lama berarti tamu yang baik, tamu baik adalah tamu yang berduit.
“Bagaimana dengan Xiang Wa?” “Dia pun sedang menemani tamu.” Terdengar ada suara yang menggebrak meja. Guci di atas meja terguling, kemudian ada suara orang yang melempar gelas.
“Menemani tamu, apakah kami bukan tamu?”
Tiba-tiba di depan pintu, muncul 3 orang laki-laki yang berwajah menyeramkan dan sedang memelototi mereka.
Yang satu memakai baju pendeta, yang satu lagi memakai baju kuli. Mereka bukan tamu yang baik, juga bukan tamu yang memiliki banyak uang.
Kata kedua orang laki-laki itu,
“Kalian datang ke sini untuk minum atau untuk berkelahi?” Xiao Wu dan Gao Li saling pandang.
Tiba-tiba mereka tertawa terbahak-bahak.
Berbareng dengan suara tawa itu, meja sudah terguling.
Perempuan-perempuan berlarian. Pria yang berwajah menyeramkan itu langsung berlari masuk, tapi mereka pun segera roboh. Biarpun mereka berdua tidak bisa Shao Lin Bai Bu Shen Quan tapi kepalan tangan mereka lebih kuat dari kedua preman itu.
Gao Li dan Xiao Wu telah memporakporandakan tempat itu, kemudian mereka segera kabur.
Walaupun tidak ada yang mengejar tapi mereka tetap berlari dengan cepat, mereka sangat menikmati peristiwa ini.
Tiba-tiba mereka masuk ke sebuah gang buntu, mereka berhenti dan mulai tertawa.
Tertawa hingga mengeluarkan air mata.
Mengapa mereka begitu ingin tertawa? Mereka sendiri pun tidak tahu. Tiba-tiba tawa mereka berhenti, Xiao Wu melihat Gao Li, Gao Li melihat Xiao Wu.
Mereka sekarang sangat ingin menangis.
Pengelana yang tidak mempunyai silsilah keturunan, siapa yang bisa mengerti perasaan mereka? Siapa yang peduli dengan kesedihan mereka? Kecuali sewaktu-waktu bisa melampiaskannya di kedai arak, apakah mereka masih bisa melampiaskannya ke tempat lain?
Masih untung yang masih bisa tertawa, bisa tertawa, dan ingin menangis, masih bisa menangis.
Karena kalian masih hidup.
0-0-0
Hari sudah malam.
Gao Li terbaring di gang buntu, di sisi sebuah parit. Di langit bintang tampak berkilauan.
Sinar bintang menyinari matanya, matanya hitam dan terlihat tidak berdasar. Xiao Wu menyandar ke dinding sambil melihat Gao Li. Dia tidak tahu apakah harus merasa kasihan atau harus menasihati dia? Dia mengasihani orang lain? Atau mengasihani diri sendiri?
Tiba-tiba dia tertawa dan berkata, “Aku memiliki sebuah rahasia dan ingin
memberitahukannya kepadamu, apakah kau ingin
mendengarnya?” Kata Gao Li,
“Oh Ya, apa itu.”
Sorot mata Xiao Wu memandang ke tempat yang jauh, dengan pelan dia berkata, “Sekarang aku tidak mempunyai tempat yang bisa kudatangi.” Dia masih tertawa, tapi tawanya terdengar sangat sedih. Lebih baik dia tidak tertawa.
Melihat tawa ini, Gao Li merasa ada tangan yang tidak terlihat yang sedang memeras hatinya. Matanya ingin menguras air mata dan air pahit yang berasal dari empedu. Tidak ada tempat yang bisa didatangi, tidak ada rumah untuk pulang, bagi Gao Li ini sudah bukan rahasia lagi.
Gao Li juga tertawa dan berkata, “Rahasiamu tidak enak didengar.” Kata Xiao Wu,
“Apakah kau memiliki rahasia yang enak didengar?” Jawab Gao Li,
“Hanya ada satu.”
Tertawanya terlihat misterius dan juga sedih. Kata Xiao Wu,
“Katakanlah!” Jawab GaoLi,
“Aku takut ini akan mengejutkanmu.” Kata Xiao Wu,
“Aku orang yang tidak mudah terkejut.” Kata Gao Li,
“Baiklah. Aku mempunyai seorang perempuan.” Xiao Wu kaget dan berkata,
“Kau mempunyai seorang perempuan? Perempuan seperti apa?”
Jawab Gao Li,
“Dia adalah seorang perempuan yang baik.” Perempuan baik adalah perempuan yarig tidak menginginkan banyak uang.
Xiao Wu menahan tawanya dan berkata, “Apakah dia cantik?”
Gao Li melihat bintang di langit, sorot matanya tiba-tiba berubah menjadi lembut, dia seperti menganggap bintang- bintang di langit adalah mata perempuan itu.
Xiao Wu bertanya lagi, “Apakah dia cantik?”
Gao Li mengangguk dan dengan lembut berkata,
“Aku jamin kau belum pernah melihat perempuan secantik dia.”
Sengaja Xiao Wu berkata, “Aku tidak percaya.”
Gao Li tertawa dan berkata,
“Kau pasti tidak percaya, hanya dengan cara ini, kau ingin aku membawamu untuk menemuinya.”
Xiao Wu tertawa dan berkata, “Ternyata kau pintar juga.”
Segera Gao Li meloncat dan berkata,
“Aku peringatkan dirimu, jangan berbuat tidak sopan kepada perempuanku, kalau tidak aku akan bertarung denganmu.”
Tiba-tiba mereka tampak bersemangat lagi karena mereka mempunyai tempat untuk didatangi.
Tempat yang aneh dan orang yang aneh.
0-0-0 Mata air. Mata air di gunung.
Air mengalir dari atas gunung, berkumpul menjadikan sebuah kolam yang bersih. Langit berwarna biru, awan berwarna putih, muka yang pucat memancarkan kebahagiaan.
Xiao Wu menghirup wanginya daun, menikmati bersihnya air, keadaan ini membuat dia seperti orang mabuk. Gao Li melihat dia dan berkata, “Loncatlah ke dalam!”
Xiao Wu tertawa dan berkata,
“Aku tidak ingin bunuh diri, untuk apa meloncat ke dalam air?”
Kata Gao Li,
“Cuci bajumu, juga cuci tubuhmu, jangan biarkan perempuanku mencium bau arak dan bau darah.”
Gao Li segera meloncat ke dalam air.
Xiao Wu melihat dinding yang berada di sisi kolam, hatinya mengeluh.
Bau arak bisa dihilangkan, tapi bau darah selamanya tidak akan bisa dibersihkan.
Dia berkata,
“Mengapa kau tidak mencuci dinding itu?” Jawab Gao Li,
“Dinding itu lebih bersih dibandingkan dengan manusia.” Tanya Xiao Wu,
“Apakah dinding itu tidak ada darah?” Jawab Gao Li,
“Tidak ada, karena yang membunuh adalah manusia, bukan dinding.” Tiba-tiba dia sudah masuk ke dalam air.
Xiao Wu juga dengan pelan menurunkan pedang dan meletakannya di atas batu. Dia hanya merasa mulutnya asam sekaligus pahit.
Yang membunuh adalah manusia, bukan dinding juga bukan pedang.
Mengapa manusia harus membunuh manusia lagi? Dia juga ikut masuk ke dalam air.
Dunia ikan lebih bersih dari pada dunia manusia. Mata air bersih dan terasa-dingin.
Gao Li membawa sebongkah batu dan duduk di dalam air. Xiao Wu mengikuti gerakannyanya.
Mereka tahu di sini mereka tidak akan bisa tinggal lama. Hanya bisa diam sebentar saja, itu sudah sangat lumayan.
Suasana di sini sepi tapi sangat indah.
Melihat ikan dan udang dengan tenang berenang. Melihat rumput air di antara bebatuan menari-nari, perasaan ini sangat menyenangkan. Hanya sayang mereka tidak bisa seperti ikan bernafas di dalam air. Mereka saling memandang, mereka tahu tidak akan bisa duduk lebih lama lagi, dan segera harus naik ke darat.
Pada saat itu, mereka seperti melihat ada 2 buah pancingan. Kail itu tidak memiliki umpan, tapi tampak mengikat sebuah tempat pedang dan yang lainnya mengikat pita tombak.
Tempat pedang milik Xiao Wu dan pita tombak milik Gao Li. Ini adalah umpan bagi mereka. Apakah yang mereka pancing adalah Xiao Wu dan Gao Li?
Dua kaki mereka sudah loncat, dan maju beberapa meter. Xiao Wu menghentakkan kakinya.
Segera Gao Li menghampiri, dan kaki Xiao Wu diangkat. Xiao Wu sudah seperti panah yang berapi melesat keluar.
Begitu keluar dari permukaan air beberapa meter, dia mengambil nafas yang panjang, dan dia mengait pada sebuah pohon yang berada di sisi kolam itu kemudian menggantung di atas kolam.
Tapi di sisi kolam tidak ada orang.
Dua pancingan itu dihimpit oleh 2 bongkah batu besar. Di balik batu besar ada sebuah batu kecil menindih sehelai kertas. Tapi tombak dan pedang yang diselipkan di antara batu sudah tidak ada.
Muka Xiao Wu sudah pucat seperti kertas.
Gao Li sudah naik ke darat, dia melihat ke sekeliling.
Wajahnya juga berubah. “Apakah ada orang?” “Tidak ada.”
“Apa yang tertulis diatas kertas ?”
Mereka saling memandang dan berlari menuju tempat yang tadi. Di sekeliling mereka masih sepi, tidak ada orang, angin masih membawa wanginya daun dan air. Bumi dan langit masih begitu indah. Hanya orang seperti mereka baru merasakan di dalam ketenangan itu ada hawa pembunuhan.
Hanya bahaya yang tidak terlihat yang baru benar-benar disebut dengan bahaya yang sesungguhnya.
Akhirnya mereka tiba juga di batu itu. Xiao Wu menyentil batu itu dan Gao Li membaca tulisan di atas kertas. Kertas masih terasa hangat, hurufnya tidak begitu jelas, sepertinya tertulis kata : ‘Hati-hati...’
Mereka hanya bisa melihat 2 huruf ini, tiba-tiba dari atas gunung sudah ada yang melempar batu yang besar.
Mereka bisa menghindar ke pinggir, tapi mereka tidak bisa terus menghindar. Mereka sudah terbiasa dengan permainan semacam ini. Permainan ini tidak begitu berbahaya.
Perkumpulan bulan 7 tanggal 15 pasti tahu bahwa cara ini tidak akan bisa membunuh mereka. Dari seluruh pengalaman mereka dapat disimpulkan bahwa di belakang permainan ini pasti ada rencana yang lebih berbahaya. Begitu batu besar dilemparkan ke arah mereka, mereka tidak menghindar malah mendekati batu. Dibantu dengan pijakan ke batu mereka sudah meloncat jauh. Mereka segera mencengkram akar rotan yang berada di tebing gunung. Kemudian mereka mendengar suara ledakan yang dahsyat, mungkin bahan peledak yang berada di dalam kereta itu sudah diletakkan di balik batu itu.
Jika tadi mereka menghindar, sekarang pasti sudah hancur karena ledakan itu. Jika tidak hancur, badan mereka juga akan terkena serpihan batu kerikil yang meledak.
Tapi sekarang tubuh mereka masih utuh, ini bukan nasib baik juga bukan keberuntungan.
Gunung itu sangat terjal dan tinggi.
Mereka sudah beberapa kali meloncat dan memanjat.
Mereka sudah bisa naik ke atas.
Suara ledakan di lembah itu masih terdengar, batu-batu kecil seperti hujan berjatuhan ke dalam air.
Di atas gunung ada 3 orang yang sedang mengawasi, salah satunya adalah Ding Gan. Begitu dia melihat Xiao Wu dan Gao Li yang berdiri di hadapannya dia, ekspresi wajahnya seperti sudah ditampar orang. Gao Li dengan dingin melihat dia. Tapi Xiao Wu tertawa dan berkata, “Tidak kusangka kau masih hidup.”
Ding Gan segera tenang kembali hatinya, dia juga berkata, “Tidak disangka kau juga belum mati.”
Kata Xiao Wu,
“Kalau hanya kalian bertiga yang ingin membunuh kami, sepertinya itu tidak mudah.”
Wajah Ding Gan memucat, dia harus mengakui hal ini. Kata Xiao Wu,
“Kalau kami yang ingin membunuh kalian, apakah kau bisa menilai itu mudah dilakukan?”
Tanya Ding Gan,
“Mengapa kalian ingin membunuhku?” Jawab Xiao Wu,
“Karena kau mau membunuh kami terlebih dahulu.” Kata Ding Gan,
“Kalian harus tahu, bukan aku saja yang ingin membunuh kalian.”
Xiao Wu mengangguk, dia mengakuinya. Kata Ding Gan,
“Karena membunuh adalah pekerjaan kami, kami tidak perlu tidak mempunyai alasan untuk membunuh siapapun.”
Kata Xiao Wu, “Benar.” Dia membalikkan kepala melihat kedua orang itu. wajah mereka kuning seperti yang sakit tapi sepasang tangan mereka hitam seperti besi.
Kata Ding Gan,
‘Tidak disangka pesilat tangguh si Cakar Elang, juga termasuk dalam perkumpulan bulan 7 ranggal 15.”
Kata orang ini,
“Tuan sangat pintar melihat orang.” Kata Xiao Wu,
“Sepertinya ini adalah untuk pertama kalinya kalian bertugas, pastinya tidak boleh pulang dengan tangan kosong.”
Kata Ding Gan,
“Mereka pasti tidak akan pulang dengan tangan kosong.”
Sepasang tangannya yang dilipat di depan dada, masih belum digerakkan. Tapi tiba-tiba ada dua buah pisau melengkung sudah melesat untuk memotong tenggorokan mereka (Cakar Elang).
Ding Gan bertepuk tangan dan berkata, “Karena mereka tidak bisa pulang.”
Gao Li melihatnya. Mukanya tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Tanya Xiao Wu,
“Apakah setelah mereka mati, maka kau baru bisa pulang?” Kata Ding Gan,
“Setelah membunuh mereka, aku baru bisa pulang, tapi membunuh mereka lebih mudah daripada membunuh kalian.”
Kata Xiao Wu,
“Sebab mereka tidak waspada terhadapmu.” Kata Ding Gan,
“Temyata pilihanku itu benar.” Kata Xiao Wu,
“Mereka yang salah.” Kata Xiao Wu lagi,
“Sebenamya mereka tidak harus ikut denganmu ke sini.” Kata Ding Gan,
“Aku masih ingin hidup.” Kata Xiao Wu,
“Kau pasti bisa terus hidup.” Kata Ding Gan,
“Mereka sudah mati, tidak ada yang tahu di sini sudah terjadi peristiwa apa.”
Kata Xiao Wu,
“Karena itu begitu pulang kau bisa melapor sesukamu.” Kata Ding Gan,
“Tapi sudah kukatakan, jika ingin membunuh orang harus mempunyai alasan.”
Tanya Xiao Wu,
“Mengapa kau tahu kami akan membiarkanmu pergi?” Jawab Ding Gan,
“Karena jika kalian membunuhku, itu tidak akan ada gunanya.”
Kata Ding Gan lagi,
“Aku sudah membunuh mereka dan mereka pasti tidak akan bisa membocorkan perjalanan kalian, kalau tidak perkumpulan bulan 7 tanggal 15 tidak akan membiarkanku hidup terus.”
Kata Xiao Wu,
“Bila tidak membunuh kau, apa kebaikannya untuk kami?” Jawab Ding Gan,
“Aku bisa memusnahkan mayat-mayat ini dan kembali ke sana, kemudian mengatakan kepada perkumpulan bulan 7 tanggal 15 bahwa kalian tidak pernah lewat sini.”
Kata Xiao Wu,
“Pemikiranmu lumayan sempurna dan masuk akal.” Kata Ding Gan,
“Aku sudah bekerja di perkumpulan selama 10 tahun, jika tidak sangat sempurna aku tidak akan bisa bertahan hidup.”
Mata Ding Gan yang berwarna abu mengeluarkan sorot yang sedih. Orang yang hidup di dunia ini kebanyakan tidak merasa puas. Ada yang ingin mendapatkan banyak harta, ada yang ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi. Tapi bagi mereka, bisa bertahan hidup saja itu tidak mudah.
Kata Xiao Wu,
“Apakah demi hidup, apa pun akan kau lakukan?” Ding Gan dengan terkejut menjawab,
“Benar.”
Kata Xiao Wu,
“Baiklah, aku akan melepaskanmu.”
Ding Gan tidak bicara sepatah kata pun, segera dia membalikkan badan dan pergi.
Xiao Wu tertawa dan berkata, “Tunggu sebentar!” Ding Gan menunggu kata-kata berikutnya. Kata Xiao Wu,
“Kau tahu apa sebabnya aku melepaskanmu?” Ding Gan menggelengkan kepala.
Kata Xiao Wu,
“Karena kau sudah mati, bukan orang hidup lagi.”
Ding Gan sudah pergi. Gao Li seperti patung tidak bergerak. Tiba-tiba dia muntah. Setelah selesai muntah, Xiao Wu baru berkata, “Apakah kau takut kelak kau akan seperti dia?”
Wajah Gao Li masih terlihat sedih dan berkata, “Sekarang pun aku sudah seperti dia.”
Kata Xiao Wu, “Kau tidak sama.” Kata Gao Li,
“Jika aku berada dalam situasi seperti itu, aku juga bisa melakukan hal yang sama.”
Kata Gao Li,
“Aku sekarang harus hidup, harus betahan hidup,” Tanya Xiao Wu,
“Apakah kau takut mati?” Kata Gao Li,
“Aku tidak takut mati, tapi aku harus tetap hidup.” Tanya Xiao Wu,
“Apakah semuanya ini demi perempuan itu?” Gao Li melihat awan putih di atas langit. Xiao Wu tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, tapi bisa melihat tangannya yang gemetar.
Setelah lama Gao Li baru menarik nafas panjang, dan berkata,
“Aku tidak menyangka mereka bisa mengejar sampai ke sini dan begitu cepat sudah tiba di tempat ini.”
Tanya Xiao Wu,
“Apakah dulu kau tidak pernah datang ke sini?”
Kata Gao Li, “Pernah, Shuang Shuang tinggal di daerah sini.”
Tanya Xiao Wu,
“Siapa Shuang Shuang itu?” Jawab Gao Li,
“Shuang Shuang adalah perempuanku.” Kata Xiao Wu,
“Jika pernah, kali ini kau tidak boleh datang ke sini lagi.
Mungkin mereka tahu Shuang Shuang tinggal di sini.” Kata Gao Li,
“Mungkin juga,” Kata Xiao Wu,
“Mungkin mereka sudah memasang perangkap dan menunggumu meloncat masuk.”
Kata Gao Li, “Mungkin juga.” Tanya Xiao Wu,
“Apakah kau tetap harus ke sana?” Jawab Gao Li, “Pasti.”
Kata Xiao Wu,
“Biarpun itu adalah sebuah perangkap bagimu?” Jawab Gao Li,
“Benar.”
Tanya Xiao Wu, “Mengapa?” Jawab Gao Li,
“Karena aku tidak boleh membiarkan Shuang Shuang seorang diri masuk dalam perangkap itu.”
Xiao Wu tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Tiba-tiba Xiao Wu merasa Gao Li adalah seorang algojo yang dingin dan tidak memiliki perasaan, tapi terhadap Shuang Shuang perasaannya begitu hangat dan mendalam.
Pasti perempuan ini telah membuat Gao Li melakukan hal seperti ini.
Kata Gao Li,
“Aku saja yang pergi, kau jangan.”
Xiao Wu mengangguk dan berkata, “Benar, aku tidak boleh pergi.”
Gao Li menepuk pundaknya, dan tidak berbicara apa-apa lagi.
Tapi ketika Gao Li mulai berjalan, Xiao Wu mengikuti dia dari belakang.
Mata Gao bercahaya dan sengaja membentak,
“Kau tidak mau pergi, mengapa harus mengikutiku?” Xiao Wu tertawa dan berkata, “Aku tidak mau kau sendiri meloncat dan masuk ke dalam perangkap, tapi bila ada teman yang juga ingin ikut meloncat kan tidak menjadi masalah.”