Jilid 04: Kakek aneh Telaga Dingin
Selesai bersantap, dengan alasan keesokan harinya masih akan melanjutkan perjalanan Oh Sam dibawah antaran Tu Cu Siang kembali kekamarnya untuk beristirahat.
Hong-po Seng sendiri setelah menutup pintu, dan mengatur pernapasannya sejenak, segera meniup padam lampu lilin dan naik keatas pembaringan untuk beristirahat.
Diam diam pikirnya dalam hati,
,,Setelah kematian gagal kuperoleh sedang penghinaan serta rasa malu teiah kualami satu-satunya jalan yang terbaik bagiku adalah meneruskan hidupku sambil mencari kesempatan untuk membalas dendam sakit hati ini."
Berpikir sampai disitu matanya jadi pedat dan tanpa sadar air mata telah mengucur keluar membasahi wajahnya dengan penuh kebencian ia berbisik:
,,Aku harus membasmi perkumpulan Sin Kee Pang sampai keakar akarnya, manusia manusia durjana, manusia laknat dan kaum iblis harus dibasmi habis dari permukaan bumi, terutama sekali Pek Koen Gie, ia terlalu mengandalkan kekuasaan ayahnya untuk berbuat sewenang wenangnya sendiri, orang pertama yang harus kubasmi adalah perempuan keparat itu !.
Mendadak ia teringat kembali akan ibunya, maka gumamnya jauh: “Ibu hidup sebatang kara diatas puncak gunung, aku harus mendapatkan teratai racun empedu api itu agar cepat cepat bisa kuantar keatas gunung ".
Berpikir sampai disitu ia menghela napas dan pejamkan matanya untuk tidur.
Ketika fajar baru menyingsing, Siauw Leng sambil membopong setumpuk pakaian telah berjalalan masuk kedalam kamar, ia segera memasang lampu lentera diatas meja hingga suasana dalam ruangan itu jadi terang benderang.
Selama beberapa hari belakangan ini Hong Po Seng boleh dibilang lain hidup dalam penderitaan dan siksaan„ ditambah pula luka dalamnya baru saja sembuh: kendati sekarang ada orang yang berjalan dalam kamarnya ternyata ia sama sekali tidak merasa, pemuda itu tetap tertidur dengan pulasnya.
Siauw-Leng langsung mendekati kesisi pembaringannya, lampu lentera diangkat tinggi tinggi. diam diam ia memperhatikan raut wajah sianak muda itu dengan kesemsem.
Tiba tiba ia temukan disamping pembaringan basah oleh air mata, dayang ini segera tertawa cekikikan: serunya:
.,Hey Hong-po Seng! ayoh cepat baagun, pakai baju baru, kenakan topi baru dan ayoh merayakan Tahun Baru. haaah... haaah. ”
Teriakan itu mengejutkan Hong-po Seng, ia segera tersentak bangun dari tidurnya. tampaklah disisi pembaringan telah tertumpuk satu tumpukan pakaian baru, pedang baja miliknya terdapat pula diantaranya bahkan telah diberi sarung kulit ular, disamping itu terdapat pula seutas tali pinggang berwarna kuning.
Siauw-Leng meletakan lampu lentera itu ke atas meja, lalu sambil tertawa cekikikan katanya lagi.
.,Ayoh cepatan dikit bersantap, sebentar lagi kita bakal melanjutkan perjalanan lagi. Aku harus melayani siocia lebih dahulu !".
Selesai berkata dayang itu segera ngeloyor pergi.
Mernandang turnpukan pakaian baru dihadapannya Hong po Seng duduk termangu-mangu pikirnya:
“ Andaikata aku tidak mencuri makanan maka aku bakal mati kelaparan, rupanya apa yang diinginkan manusla belum tentu bisa terpenuhi dengan memuaskan hati. Aaii..terpaksa aku harus bersikap menuruti kaadaan yang kuhadapi".
Berpikir demikian maksud hatinya untuk menjadi anggota perkumpuian Sin-Kee-Pang dan bekerja sambil menanti kesempatan baik pun semakin teguh.
Sesaat kemudian dua orang dayang masuk kedalam kamar sambil membawa alat untuk mencuci muka, selesai berpakaian dan membersihkan muka buru-buru Hong po Seng sarapan pagi, kemudian setelah menggantungkan pedang bajanya dipinggang ia keluar dari kamar.
Kereta kuda telah disiapkan diluar, Tu Cu Siang sambil memimpin anak buahnya menanti disisi kereta, ketika mellhat Hong-po Seng munculkan diri sambil menjura san muka penuh senyuman sapanya:
"Hong Po Seng selamat pagi!".
"Selamat pagi Tu heng, terima kasih atas perhatianmu yang berharga!". Tu Cu Siang nampak melengak kemudian sambil tertawa buru burut sahutnya:
"Aaaah, cuma barang yang tak berharga harap saudara tak usah sungkan-sungkan".
Sementara pembicaraan masih berlangsung. terdengar suara dentingan nyaring berkumandang datang, Pek Koen Gie diiringi oleh Siauw Leng telah turun dari atas undak undakan, Hong Po Seng segera naik keatas kereta dan duduk disamping Oh Sam.
Ketika tiba duduk didepan kereta biji mata Pek Koen Gie yang bening melirik sekejap bayangan Hong Po Seng kemudian masuk kedalam kereta dan menurunkan horden.
Keretapun segera bergerak melanjutkan kembali perjalanannya menuju kearah utara.
Demikianlah selama beberapa hari mereka melanjutkan perjalanan disiang hari dan beristirahat dimalarn hari, suatu saat sampailah kereta mereka disebelah.utara Keng Ouw, dan memasukt daerah pegunungan Tay Pa san pusat perkumpulan Sin Kee Pang.
Malam itu kereta mereka berhenti ditengah pegunungan dan beristirahat sebentar diudara terbuka, Hong po Seng pun duduk bersemedi diatas kereta menanti fajar telah menyingsing mereka melanjutkan perjalanan meenuju kemarkas besar perkumpulan Sin Kee Pang.
Duduk diatas kereta Hong po Seng menyaksikan jalan raya disebelah depan bercabang jadi tiga baglan, masing-masing cabang berhubungan dengan bukit ditiga penjuru, diatas bukit berdiri sebuah benteng dan sekeliling benteng merupakan bangunan rumah yang rapat, diatas tiang bendera masing- masing berkibar sebuah bendera berwarna hitam, terhembus oleh angin utara panji-panji besar itu berkibar dengan megahnya.
Mendadak terdengar suara terompet berbunyi panjang diikuti anak panah bersuara berdesingan diangkasa bunyi mercon bergeletar membelah bumi, dalam waktu yang singkat suara sorak sorai yang gegap gempita bergema dari atas markas.
Pek Koen Gie melongok keluar dari jendela dan menggoyang-goyangkan tangannya ke arah orang-orang diatas bukit, kurang lebih sepertanak nasi kemudian kereta mereka sudah menembus dua bukit dan menuju katebing gunung.
Tengah hari kereta mereka sudah melewati„Sam- Tong" tiga pos penjagaan terdepan dan beristirahat sejenak, Tongcu dari "Sam Tong" diiringi para pelindung hukum, Hiang-cu serta anak buahnya yang berjumlah hampir melebihi seratus orang banyaknya menyambut kedatangan putri pangcu mereka dengan upacara yang megah.
Pek Koen Gie setelah berbicara singkat dengan anak buahnya dan kotak berisi makanan telah diangkut naik keatas kereta, perjalanan pun dilanjutkan kembali.
Ditengah jalan terdengar suara Siauw-Leng berkumandang keluar dari balik ruangan yang mengundang Oh Sam untuk bersantap. Hong po seng menerima tali les menggantikan kedudukan sebagai kusir, menanti Oh Sam selesai bersantap sianak muda itupun disuruh masuk kedalam untuk menangsal perut. Ketika Hong-po Seng melangkah masuk ke dalam kereta tampaklah Pek Koen Gte sedang duduk sambil bertopang dagu, rupanya dara itu sedang memikirkan satu persoalan, diapun tidak ambil perduli, duduk didepan meja kecil pemuda itu mulai bersantap setelah selesai buru-baru ia buka pintu slap meloncat keluar.
„Hong Po Seng..."mendadak Pek Koen Gie menegur.
Sianak muda itu berhenti dan menoleh, „Siocia kau ada perintah apa??"tanyanya,
“Duduklah lebih dahulu, aku hendak berbicara denganmu!”.
Hong Po Seng balik kedalam ruang kereta lalu duduk bersila diatas lantai, sikapnya kaku dan tanpa mengucapkan sepatah katapun ia menantikan gadis itu buka suara.
Dengan sorot mata tajam Pek Koen Gie menatap wajah pemuda itu tajam tajam, kemudian tanyanya:
.,Bagaimana perasaaanmu setelah rnemasuki daerah penting dari perkumpulan Sin Kee pang kami?"
Hong Po Seng tertegun untuk sesaat, rupanya ia tak menyangka kalau pertanyaan itulah yang bakal diajukan kepadanya, setelah termenung dan berpikir sejenak jawabnya:
„Jago lihay dari perkumpulan Sin Kee Pang banyak bagaikan mega, dengan kepandaian yang cayhe miliki boleh dibilang bagaikan kunang-kunang ditengah sorotan cahaya rembulan".
Pek Koen Gie tertawa dingin.
.,Hmmm.... hmmm dalam ruang tengah dan bawah
dari Sam Tong "Belum tentu terdapat jago jago yang benar benar memiliki ilmu silat lihay, tapi setelah kita melangkah lebih kedalam maka kepandaian mereka semua betul betul jauh lebih kosen dari pada dirimu coba kau berpikir yang cermat lagi apa maksud dan tujuanku yang sebenarnya menahan dirimu masuk kedalam perkumpulan Sin Kee Pang ?"
"Cayhe telah menyinggung perasaan siocia sedang Siocia merasa terlalu keenakan langsung membinasakan diriku, oleh sebab itu aku sengaja diberi kesempatan untuk hidup lebih jauh agar kau dapat mempermalukan dan sehingga dan sehingga diriku sepuas puasnya, cayhe bodoh tolol, benarkah dugaanku ini?" kata Hong Po Seng dengan sepasang alis berkerut.
Pek Koen Gie tertawa hambar.
` ,Meskipun ucapanmu tidak salah namun belum tentu semuanya benar, aku bukanlah manusia yang suka memelihara bibit penyakit dalam tubuh sendiri, andaikata aku tiada kegunaan lain untuk menahan dirimu.„ Hmmm, setelah kuhina dan kupermainkan sepuas puasnya sejak semula jiwamu telah kubereskan.”
Perkataan yang begitu sadis diucapkan dengan nada tenang hal ini menunjukkan betapa kejamnya hati dara ayu ini.
Hong-Po Seng balas tertawa dingin jengeknya. "Cayhe bodoh dan tiada berpengetahuan, kepandaian
silat yang kumilikipun sangat cetek, entah apa gunanya siocia tetap mempertahankan diriku ?"
Mendadak Pek Koen Gie mendongak dan tertawa terbahak-bahak. .,Haaaaah.„haaaaah...haaaah,... tak nanti kau berhasil menebaknya . . . !"
Ia merandek sejenak lalu dengan air muka yang jauh lebih luwes katanya lagi sambil tertawa.
"Berbicara sedikit dengan nada kurang enak manusia semacam kau adalah sisa sisa dari keturunan kaum ksatria gagah, manusia semacam dirimu sudah amat sulit didapatkan pada saat seperti ini, apa lagi orang yang memiliki kepandaian silat semacam dirimu"
"Pujian dari siocia membuat cayhe merasa bangga dan kepala besar !"
„Hmmm !" Pek Koen Gie mandengus dingin, wajahnya berubah menjadi adem kaku.
„Aku harap kau suka berpikir sekali lagi dengan serius, sebenarnya kau ingin mati atau ingin hidup ?".
,,Tidak gampang ayah dan ibuku mamelihara aku hingga demikian besarnya, kenapa aku harus mencari kematian buat diriku sendiri?".
„Siocia, bukankah dia pingin hidup? biarlah dia hidup lebih jauh! " tiba-tiba Siauw Leng menyela sambil tertawa. Aaaai.. sebelum obat keparat yang mempolesi wajahnya hilang dari situ, sunggguh membuat aku jadi tak tenteram, makan tak enak tidurpan tak nyenyak !".
Kembali Pek Kun Gie mendengus berat.
„Hong-Po Seng! terus terang kukatakan kepadamu, ayahku mempunyai seorang musuh kebuyutan yang kini berhasil dikurung dalam perkumpulan Sin-Kee-Pang kami, dia mempunyai sebilah pedang pendek berwarna emas yang panjangnya hanya lima coen, namun tajamnya luar biasa. Pedang pendek itu mempengaruhi sekali kehidupan kami ayah dan anak bagaimana juga kami harus mendapatkan pedang tersebut dari tangannya ".
“Siocia, apakah manusia aneh dibawah jeram yang kau maksudkan?” tiba-tiba Siauw-Leng menyela dari samping.
„Tutup mulut! siapa suruh kau banyak cerewet".
Siauw-Leng jadi ketakutan buru buru ia tutup mulutnya rapat rapat dan tundukan kepalanya.
Terhadap dayang cilik ini Hong-Po Seng mempunyai pandangan yang tidak jelek, melihat ia ditegur segera timbrungnya:
“Setelah orang itu berhasil dikurung, rasanya untuk mempertahankan selembar jiwanya saja sudah tak mampu. apa susahnya mendapatkan pedang pendek yang ia miliki??".
„Hmmm, pedang emas tidak berada disakunya, tempat penyimpanan senjata tersebutpun hanya dia seorang tahu. andaikata tak mau mengaku terus terang sekalipun selembar jiwanya terancam bahaya, bila kau jadi aku apa yang harus kau lakukan?”
,,Andaikata cayhe yang menghadapi persoalan itu, segera kulepaskan orang tadi dari dalam kurungan "jawab sianak muda itu tanpa berpikir panjang lagi.
Mendengar jawaban tersebut Siauw-Leng kontan tertawa cekikikan, buru buru ia menutupi mulutnya dengan tangan.
„Bagi kami lebih baik salah membunuh daripada salah membebaskan dirinya: Dan kini kau sudah tetjatuh ditanganku. bila kau tak akan berbakti dengan sepenuh hati, akhirnya hanya jalan kematian yang bakal kau dapatkan.
„Tentang soal ini cayhe bisa memahami".
Sinar mata Pek Koen Gie berkilat, dengan tajam ia menatap wajahnya sianak muda itu lalu katanya lagi:
„Meskipun perkataan diutarakan demikian. kau masih mempunyai satu jalan hidup yang bisa kau tempuh".
„Maksud siocia. apakah kau hendak memerintahkan cayhe untuk pergi mencari pedang emas itu??''.
Pek Koen Gie mengangguk.
„Seandainya kau beruntung memperoteh pedang emas itu, perkumpulan Sin Kee Pang kami bisa membuka sangkar melepaskan burung gereja, kemudian hari tak akan mencari gara gara dengan dirimu lagi, seandainya kau masih belum dapat melupakan dendam sakit hati ini, setiap saat kau boleh datang mencari aku untuk membalas dendam".
„Maksud siocia bagus sekali, bila kau memang ada maksud mendapatkan pedang emas itu maka pertama tama sang pemillk pedang emas itu harus dilepaskan lebih dahulu, biarlah cayhe membuntuti dibelakangaya. Perduli tiga atau lima tahun aku pasti akan menguntilnya terus hingga berhasil mendapatkan pedang pendek itu”.
Siauw Leng tertawa cekikikan, seraya menu ding kearah pemuda itu serunya:
„Waaah. pinter amat kau putar akal menyusun
rencana andaikata kami melepaskan orang itu,
bukankah kaupun mendapatkan kesempatan untuk kabur dari tangan kami? hebat benar otakmu. ".
„Hmm! idemu ini bukannya tidak termasuk suatu tindakan yang amat sempurna "terdengar Pek Koen Gie berkata dengan suara dingin."cuma sayang sekali ilmu silat yang dimiliki orang itu tidak berada dibawah kepandaian silat ayahku sendiri, melepaskan harimau dari kandang merupakan suatu mara bahaya yang tak boleh dianggap main main, takutnya justru ia malah balik menggigit orang".
„Kalau kau tidak percaya dengan jalan pikiranku, pekerjaan ini jadi lebih sulit untuk dikerjakan, membunuh orang itu berarti gagal mendapatkan pedang emas ttu, sebaliknya kalau menyerahkan pedang emas tadi berarti jiwa sendiri terancam bahaya. andaikata aku jadi dia maka lebih balk aku mencari jalan kematian saja".
„Kalau dia adalah kau, sejak dulu dulu kau telah mengaku"teriak Pek Koen Gie gusar.
"Hmmm! kau anggap cara kami orang orang dari perkumpulan Sin Kee Pang untuk menyiksa orang bisa dianggap sebagai permainan biasa??".
„Waaah. kalau soal itu cayhe jadi semakin tidak mengerti!".
„Kalau dibicarakan sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat lihay. tetapi membiarkan dirinya hidup malah mendatangkan keunggulan bagi ayahku maka beliau tak sudi melukai dirinya dengan jalan menyiksa".
„Oooh, Kiranya begitu. waah sangguh hebat juga
cara orang orang dari perkumpulan Sin Kee Pang menggunakan orang!".
Pek Koen Gie dapat menangkap nada sindiran dibalik ucapan tersebut, air mukanya segera berubah jadi dingin kaku, sorot mata penuh napsu membunuh berkilat diatas wajahnya, namun Hong Po Seng tetap berlagak pilon, dia pura pura tidak merasakan akan hal itu.
Setelah suasana hening; untuk beberapa saat lamanya, air muka Pek Koen Gie berubah jadi lebih tenang dan ramah katanya.
„Orang itu licik dan banyak akal, sulit bagi kita orang orang dari perkumpulan Sin Kee Pang untuk mendekati dirinya, aku akan memberi kesempatan bagimu untuk menjumpal dirinya dan kau boleh berusaha sendiri dengan akal cerdikmu andaikata kau berhasil menemukan kabar berita mengenai pedang emas tersebut, maka akan kubuka sebuah jalan hidup bagi dirimu".
„Eeei,..bukankah cayhe pun merupakan anggota dari perkumpulan Sin Kee Pang?? apa sebabnya aku dapat mendekati dirinya?".
Pek Koen Gie mengerti dibalik ucapan itu pemuda tersebut menyatakan pula nada sindiran yang tajam, terapi ia tetap tersenyum ewa, ujarnya lebih jauh:
“Bukankah sudah kukatakan sejak semula, kau adalah sisa sisa dari keturunan kaum ksatria, dengan terpancangnya merek emas tersebut kendati sipemilik pedang emas itu membenci kita orang orang dari perkumpulan Sin Kee Pang, tetapi belum tentu ia membenci hatimu, aku rasa otakmu tidak terlalu bebal, asal kau bisa bermain setan beberapa saat hingga akhirnya memperoleh kepercayaan dari dirinya, aku rasa harapan mu untuk sukses tidaklah terlalu sukar".
“Siocia memiliki otak yang tajam. akal yang banyak dan pikiran yang cerdik, apa salahnya kalau kau terangkan lebih jauh agar kebingungan cayhe bisa sedikit terbuka!",
Pek Koen Gie tertawa dingin.
„Setelah terkurung selama banyak tahun dalam perkumpulan kami, tak urung akan timbul rasa kesepian dalam hatinya, harapannya untuk melanjutkan hidup akan semakin menipis, mungkin saja dalam keadaan seperti ini dia ada pesan pesan atau pekerjaan yang hendak dititipkan kepadamu, melihat pula usiamu masih mida, pikiran dan hatimu tidak terlalu jahat, siapa tahu kalau karena dorongan emosi maka dia lantas buka beberapa rahasia hatinya kepadamu?”
„Aaah, tidak aneh kalau orang orang dari perkumpulan Sin Kee Pang pada jeri terhadap dirinya " batin Hong Po Seng didalam hati. "Rupanya ia bisa menilai sikap serta perasaan hati seseorang ehmm. kepandaian semacam ini memang benar benar sangat lihay !".
Berpikir sampai disitu tak tahan lagi hatinya jadi bergidik, sehingga bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Terdengar Pek Koen Gie berkata lebih jauh:
"Sifat untung untungan tidak akan terlepas dari hati manusia. seandainya orang itu sudah tertarik kepadamu siapa tahu kalau dia lantas menerima dirimu sebagai muridnya atau memandang sebagai sahabat karib, dalam keadaan begini lingkungan gerakmu bakal semakin leluasa!”.
“Maksudmu aku lantas menggunakan akal melawan akal dan menanyakan tempat penyimpanan pedang emas tersebut?” "Eeeeei ...,mana boleh bertindak secara begitu gegabah ?" seru Siauw Leng cepat. “KaIau kau bertanya secara terus terang, orang itu akan segera menyadari akan maksud tujuanmu”
Sebaliknya Pek Koen Gie berkata sambil mendengus dingin :
"Bencana atau rejeki tiada menentu, hanya manusia yang mencari jalan menurut caranya sendiri sendiri, kau boleh bertindak menuruti kehendak hatimu!"
Bicara sampai disini dia lantas ulapkan tangannya.
Hong Po Seng segera bangkit berdiri, membuka pintu kereta dan siap meloncat keluar.
"Hey Hong Po Seng !" tiba tiba Siauw Leag berseru. " Tubuhmu berada dimarkas kerajaan Cho hatimu berpikir kearah kerajaan Han apakah kau sedang berpuri-pura takluk kepada perkumpulan Sin Kee Pang?”
Rasa mendongkol sianak muda itu dasarnya memang tiada tempat untuk disalurkun, mendanger seruan itu dengan nada penuh kebencian segera sahutnya.
"Benar, ucapanmu tepat sekali aku masih mengira lagakku tiada kelemahannya siapa sangka manusia rendah dan tak tahu malu masih melihatnya juga, ".
Pek Koen Gie naik pitam, dengan amat gusar ia ayunkan telapaknya siap mengirim satu pukulan dahsyat, tetapi ketika dilihatnya Hong Po Seng telah loncat keluar dari kereta niat tersebut akhirnya diurungkan.
Seraya menutup pintu Siauw Leng berkata kembali sambil tertawa:
"Bocah keparat itu benar benar kurang ajar ia berani memaki kita sebagai manusia rendah!" Dengan pandangan gusar Pek Koen Gie melirik sekejap kearah dayangnya, kemudian jatuhkan diri keatas kursi malas dan berbaring.
Ketika malam telah tiba kereta kuda tiba di Sam Tong, memandang, keempat penjuru tampaklah lampu lentera memenuhi hampir seluruh bukit dihadapannya, kereta mereka menerjang masuk kedalam benteng dan berhenti di ruang dalam.
Ditengah dentuman mercon dari empat penjuru berkerumun lautan manusia, sebagian besar mereka terdiri dari kaum wanita dan bocah, ketika Pek Koen Gie melangkah keluar dari dalam kereta itu segera dikerumuni banyak orang.
Terdengar salah seorang diantara gerombolan perempuan perempuan itu berkata:
„Koen Gie cepat pergi keruang Siang-Liong Tim, sebenarnya para Hoe-hoat dan para Hiangcu akan keluar menyambut kedatanganmu, Loo pangcu lah yang menghalangi kepergian mereka".
Pek Koen Gie mengangguk lirih, keluar dari kerumunan banyak orang ia melangkah kedepan.
Tiba tiba terdengar seorang gadis berseru dari samping:
„Para enghiong hoohan dari pelbagai daerah sedang memberi ucapan selamat tahun baru kepada loo pangcu, salah satu diantaranya adalah tamu dari gunung Boe- Liang san, dia adalah seorang pemuda tampan”
„Sudah kutemui, bukankah dia she-KoK??" tukas dara ayu itu dengan nada ketus. Hong-po Seng mengikuti dibelakang Siauw Leng, tampak cahaya lampu menyoroti seluruh permukaan, setelah berjalan beberapa saat lamanya sampailah mereka didepan sebuah ruangan besar yang megah dan mentereng beratus-ratus buah meja perjamuan telah di atur disitu, sekilas memandang ruangan tersebut telah dipenuhi dengan manusia, suara pembicaraan dan gelak tertawa berkumandang hingga ketempat kejauhan.
Ketika tiba diluar ruangan besar itu mendadak Pek Koen Gie menoleh kebelakang dan memberi tanda kepada Siauw Leng, dayang itu mengiakan dan segera berkata kepada Hong-po Seng yang menguntil dibelakangnya:
„Ikutilah diriku, akan kuhidangkan makanan yang lezat untukmu ".
Dasar Hong-po Seng memang tidak irgin memasuki ruangan besar itu, mendengar seruan dari Siauw-Leng ia segera mengangguk dan berbelok kesamping kiri.
Setelah berjalan beberapa saat lamanya mereka membelok kesebuah jalan sempit yang di kelilingi pohon bambu, cahaya lampu semakin suram dan suara manusia semakin jauh.
Setelah keluar dari jalan sempit ditengah pohon bambu kembali mereka berjalan lagi beberapa saat lamanya.
Diam-diam Hong Po Seng memperhatikan keadaan disekeilingnya. ketika ia dilihatnya sekeliling tempat itu tiada orang lain dalam hati segera pikirnya:
"Saat ini andaikata aku berhasil rnerobohkan Siauw- Leng maka detik int juga aku bakal bebas dari pengawasan mereka, tapi kantor cabang perkumpulan mereka tersebar hampir di tujuh propinsi, jarak dart Sam tong bagian atas dan bawah pun terpaut hampir seharian perjalanan kereta kuda, andaikata mereka bisa mengirim kabar dengan cepat, belum jauh aku berlalu dari sini diriku pasti akan tertangkap kembali, aaaai.,...apa yang harus kulakukan?”
Belum habis ia berpikir, Siauw Leng telah berhenti berjalan, sambil menuding diatas tanah ia letakan telunjuknya diatas bibir sabagai tanda jangan berisik.
Hong Po Seng mendongak keatas dan memandang kedepan, dari tampak kejauhan terlihatlah sebuah kolam yang amat dalam dengan luas puluhan tombak terbentang didepan mata, suasana gelap gulita tak nampak gerakan air pada permukaan kolam tersebut.
Kurang lebih lima tombak disekeliling kolam tadi merupakan gundukan tanah yang menon¬jol berjejerlah bendera bendera warna kuning yang mengitari kolam tadi, sepintas lalu terlihat amat sepi dan sedap dipandang,
Mendadak Siauw Leng enjotkan kakinya melayang kesisi tubuh Hong Po Seng, lalu bisiknya lirih:
“Panji-panji berwarna kuning itu pangcu kami sendiri yang mcnancapkan disitu, barang siapa yang berani melewat batas wilayah yang sudah ditetapkan itu hanya bisa masuk dalam keadaan hidup dan keluar dalam keadaan sudah mati."
„Kau tidak usah kuatir, toh aku datang kemari alas perintah dari siocia kalian"sahut si anak muda itu hambar, selesai berkata ia segera meIangkah maju kedepan.
Siauw Leng segera menarik kembaii tubuh pemuda itu seraya bisiknya lirih: „Meskipun kekuasaan perkumpulan kami sangat besar dan meluas, tapi nona kami sendiri pun tidak berani melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Pangcu kami itu, tak berani pergi sendiri kesitu sebaliknya malah menyuruh kau. jelas nona kami bermaksud sengaja suruh kau menghantarkan kematian!".
Biji matanya berputar dan memperharikan beberapa saat lamanya sekeliling tempat kemudian bisiknya kembali:
„Dahulu ada seseorang mendapat tugas dari Pangcu untuk pergi kesitu melakukan suatu pekerjaan, akhirnya orang itupun tidak dibiarkan keluar meninggalkan tempat itu dalam keadaan hidup".
Mendengar sampai disini, Hong Po Seng sudah mengerti akan maksud hati Pek Koen Gie yang sebetulnya. diam diam pikirnya:
„Sungguh keji dan telengas hati perempuan itu".
Tapi pikirannya segera berputar, ia merasa situasi yang mencekam dirinya dewasa ini sudah amat mendesak, jalan hidup atau jalan mati adalah sama saja baginya.
Maka ia membelai rambut Siauw Leng yang halus dan tersenyum manis kepadanya kemudian dengan langkah lebar meneruskan perjalanannya menuju kedepan.
Kali ini Siauw Leng tidak turun tangan menghalangi perjalanannya, memandang baya ngan punggungnya yang mulai menjauh ia menjulurkan lidahnya dengan mata terbelalak sikapnya bimbang, ragu dan gelagapan.
Selangkah demi selangkah akhirnya Hong po Seng tiba juga ditepi kolam, ia melihat dasar kolam itu amat dalam sekali hingga sukar di tembusi dengan pandangan mata, iapun tak dapat melihat jelas apakah didasar telaga tersebut ada airnya atau tidak.
Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya, akhirnya ia berteriak keras:
“Hey.. apakah dalam telaga ada manusia???".
“Eeei..! 'seruan tertahan berkumandang keluar dari dasar telaga, diikuti suara yang halus, ramah dan penuh nada kasih sayang menggema datang.
„Disini ada munusianya siapakah kau nak?"'
Mendengar jawaban yang muncul begitu halus, ramah dan lunak, seketika sianak muda itu merasa sedikit lega hati sahutnya:
.,Boanpwee adalah Hong-po Seng, bolehkah aku terjun kebawah??".
„Bolehl Boleh! tentu saja boleh.. anak baik pergilah kearah sebelah barat daya dan loncatlah tiga tombak kedepan, Loohu akan menyambut tubuhmu dari dasar telaga!".
„Pepatah kuno mengatakan: Siapa yang mempunyai rasa permusuhan yang sama akan berpandangan dengan sinar persahabatan "pikir Hong po Seng dalam hati. "Kalau memang orang tua itu adalah musuh bebuyutan dari perkumpulan Sin-Kee-Pang, baik atau jelek ada baiknya kujumpai dahulu dirinya!"
0000oo0000000
6
KARENA mempunyai ingatan demikian maka ia lantas mengambil keputusan didalam hati. Teriaknya:
„Loocianpwee, boanpwee segera meloncat turun kebawah!". ia mengepos hawa murninya dari pusar dan melayang kearah barat-daya seperti yang diucapkan kakek didasar telaga itu.
„Slapa sangka baru tubuhnya melayang turun beberapa tombak kebawah, terdengarlah gelak tertawa seram menggema memecahkan kesunyian. disusul orang tadi menjengek dengan nada mengerikan:
„Bocah kecil yang tak tau diri, kematianmu sudah berada diambang pintu.... Hmmm heeeh...heeeh. kau
bakal modar didasar telaga ini. ".
Hong Po Seng merasa terkejut bercampur gusar setelah mendengar seruan tadi, belum sempat ingatan kedua berkelebat dalam benaknya, mendadak hawa murni dalam tubuhnya buyar tak ada ujung pangkalnya disusul sang badan meluncur kebawah dengan kecepatan tinggi.
Tiba tiba segulung tenaga tekanan yang maha
dahsyat dan luar biasa menerjang keluar dari dasar telaga, begitu hebat gulungan tenaga tadi sehingga seketika menahan tubuh Hong Po Seng yang nampaknya bakal terbanting hancur didasar telaga tersebut.
Bisa dibayangkan betapa terperanjat dan kagetnya hati sianak muda itu. dengan cepat ia berjumpalitan untuk bangun, tapi pada saat yang bersamaan kembali terasa munculnya segulung hawa tekanan yang sangat kuat menyendat tubuhnya:
Ploook ..! tidak ampun lagi badannya terjengkang dan jatuh tertelentang diatas permukaan salju.
Dasar telaga itu tiada air gelap gulita hingga susah melihat kelima jari tangan sendiri. Hong Po Seng yang berbaring diatas permukaan salju yang dingin menusuk ketulang sumsum seketika merasakan persendian tulang disekujur tubuhnya seolah olah terlepas semua sedikit bergerak atau meronta saja seluruh badannya terasa amat sakit sukar ditahan.
Ditengah kegelapan terdengar suara tertawa seram yang rnengerikan itu berkumandang kernbali. begitu ngeri dan tajam suaranya sampai telinga terasa sakit seperti ditusuk tusuk dengan jarum. Kendati Hong Po Seng bernyali besar tak urung bulu kuduk disekujur tubuhnya berdiri juga, ia gemetar dan merinding.
Lama... lama sekali suara tertawa aneh baru sirap, terdengar orang itu berkata:
"Orang bilang anjing yang sedang gelisah akan meloncati tembok, Hmmm.., ucapan ini sedikitpun
tidak salah, ucapan ini sedikitpun tidak salah,..”
Hong Po Seng dapat menangkap suara tadi sebagai suara ucapan manusia, tanpa terasa nyalinya menjadi besar sekali, dengan cepat ia meronta, berusaha untuk bangun, apa daya tulang belulang disekujur badannya terasa amat sakit, maka terpaksa ia menahan rasa dingin yang menusuk kedalam tulang dan berbaring diatas tanah tanpa berkutik, sementara hawa murninya perlahan lahan berusaba dikumpulkan kembali.
Terdengar suara yang tajam menusuk pendengaran tadi berkumandang kembali,
"Karena pusaka loohu terkurung disini selama banyak tahun Hey ! keparat cilik yang tahu diri, apakah kau datang kemari menghantarkan selembar jiwamu juga disebabkan karena mestika itu ?Heeeh. .heeeh. "
"Ngomong orang ini ngawur dan tak ada aturannya" Pikir Hong Po Seng dalam hati "Jangan jangan orangnya sudah sinting dan ingatannya sudah tidak waras berhubung sudah terkurung terlalu lama disini !"
Perlahan lahan ia mendongak keatas, ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagad tampaklah dua buah titik cahayanya tajam berkilauan tiada hentinya dari kejauhan warna biru yang menggidikkan itu tidak mirip sebagai mata rnanusia.
Karena tulang berulang badannya sakit maka sianak muda itu beristirahat untuk beberapa saat lamanya ditanah, baru beberapa saat kemudian ia mulai merangkak kesamping dan akhirnya dengan punggung menempel diatas dinding baru ia bangun dan duduk.
Dalam pada itu angin berhembus amat kencang, salju turun dengan derasnya.
Luka pukulannya baru sembuh dan kini setelah terjatuh dari atas tebing pertahanan tubuhnya semakin lemah lagi. Sambil mengeraskan diri pemuda itu mengatur pernapasan dalam tubuhnya, menanti rasa dingin sudah terusir pergi ia mulai merasa lelah bercampur mengantuk dan akhirnya tertidur dengan pulasnya.
Entah berapa saat lamanya telah lewat, mendadak ia merasakan badannya seolah-olah jadi enteng dan terbang meninggalkan permukaan tanah, disusul tenggorokannya terasa amat sakit, suara tertawa aneh yang tajam dan tinggi bagaikan jeritan setan ditengah pekuburan berkumandang tiada hentinya dari sisi telinga.
Dengan hati terkesiap Hong-po Seng mendusin dari tidurnya, ia membentangkan matanya lebar-lebar tapi dengan segera matanya jadi terbelalak dan mulutnya melongo, sementara jantungnya berdebar sangat keras.
Ternyata ketika itu fajar telah menyingsing dan seluruh permukaan telah terang benderang tetapi telaga kering yang dalamnya mencapai tujuh puluh tombak ini masih tetap diliputi kegelapan serta kelembaban yang amat tebal, kabut menutupi permukaan tanah dan hawa dingin menusuk kedalam tulang.
Ditengah lapat-lapatnya suasana itulah tampak seorang manusia aneh berbadan telanjang, berkaki kutung sedang mementangkan kelima jari tangannya yang tajam bagaikan cakar mencengkeram tenggorokannya, mulut yang lebar dan bau tersungging senyurnan aneh, gelak tertawa seram menggema tiada hentinya.
Karena dicekik lehernya Hong Po Seng merasa pernapasannya jadi sesak dan ia tak sanggup mengungkapkan sepatah katapun, keempat anggota badannya jadi lemas sedikitpun tak bertenaga.
Lama…lama sekall manusia aneh itu tertawa seram, akhirnya dengan wajah menyeringai tegurannya:
.,Hey, keparat cilik. rupanya kau barusan kematian bapak tuamu??".
Hong Po Seng membentangkan mulutnya lebar-Iebar tanda tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, rupanya manusia aneh itu merasa amat girang menyaksikan keadaan korbannya. mendadak ia perkencang cekikannya membuat Hong Po Seng mendengus berat, kedua biji matanya hampir saja melorot keluar dari dalam kelopak matanya. Manusia aneh itu tertawa seram beberapa saat kemudian ia baru mengendorkan cekikannya seraya menegur lagi:
„Hey. keparat cilik! apakah kau barusan kematian bapakmu”:
Jantung Hong-po Seng berdetak semakin keras, menanti kelima jarinya yang mencekik lehernya rada mengendor mendadak ia memiringkan kepalanya kesamping lalu merangkak kedepan menjauhi manusia aneh itu.
Gelak tertawa seram kembali menggema memecahkan kesunyian, ditunggunya sampai pemuda itu merangkak sejauh beberapa tombak kemudian medadak ia bangun duduk, telapak kirinya yang kurus bagaikan cakar setan diayun kedepan dan meraung diudara kosong.
Sungguh dahsyat cengkeraman diudara kosong itu, belum habis Hong-po Seng merasa terkesiap bercampur kaget tiba tiba badannya tak sanggup menguasahi diri.Sreett…! kepalanya terpelanting kebelakang dan tersedot kembali kearah manusia aneh itu.
Sekali membalik telapaknya orang aneh tadi menekan batok kepala Hong po Seng keatas tanah, dan serunya sambil tertawa seram:
„Eeeei. kamu sudah tuli yah? Ayoh jawab
pertanyaan dari loohu. Apakah kau si keparat cilik barusan kematian bapakmu?"
Hong Po Seng merasa teramat gusar, tapi karena rasa ngeri dan takut masih tersisa dalam hatinya maka ia tak berani membentak dengan nada yang kasar dan bersikap menantang. Sahutnya:
"Ayahku sudah mati banyak tahun,” "Kalau begitu kau tentu barusan kematian ibumu?" teriak manusia aneh itu lagi dengan nada marah.
Mendengar orang itu menyumpai ibunya kontan Hong Po Seng naik pitam, ia lupa akan keselamatan dirinya dan segera membentak dengan penuh kegusaran:
"Kentut busuk, !"
Sekuat tenaga ia meronta dan berusaha untuk melepaskan diri dari tekanan orang, siapa tahbu tenaga tekanan yang menekan batok kepalanya berat bagaikan tindihan sebuah bukit, kedati ia meronta dengan segenap tenaga namun badannya sama sekali tak bergeming barang sedikitpun jua.
Melihat tingkah laku pemuda itu, bukannya gusar manusia aneh malah tertawa,
„Haa..haah...,baaah....haah. keparat cilik. rupanya
kau adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tua".
Ia merandek sejenak, lalu mengangkat raut wajah sianak muda itu keatas untuk dipan¬dang sekejap dan tanyanya lebih jauh:
"Wajah sedih dan murung, waktu tidur mengucurkan air mata, aku mau tanya apa sebabnya?",
„Kenapa aku mesti mengucurkan air mata waktu tidur??"pikir pemuda she Hong Po ini, ia jadi mendongkol dan sahutnya gusar:
“Dikolong langit kejahatan merajalela, manusia manusia laknat pegang kekuasaan dan malang melintang kesana kemari. aku hidup sebatang kara dengan kekuatan yang lemah, sebagai manusia tak bisa melenyapkan kajahatan bagi dunia persilatan tak bisa menciptakan kebahagiaan bagi umat Bu lim kalau tidak tidur sambil melelehkan air mata apakah suruh aku tertawa terbahak bahak??".
Mendengar ucapan itu manusia aneh tadi mendadak mendongak memandang angkasa lalu tertawa terbahak bahak.
Sungguh hebat tenaga lwekang yang dimiliki orang aneh ini, begitu gelak tertawanya, bergema diangkasa seketika itu juga bunga salju berguguran keseluruh angkasa, menggulung dan berombak bagaikan gulungan air ditengab samudra luas.
Hong po Seng rnerasakan cengkeraman orang itu kian mengendor, pemuda itu segera merangkak bangun dari atas tanah dan duduk. tapi ia tak berani mundur kebelakang, sinar matanya dialihkan kearah orang tadi dan dipandangnya dalam dalam.
Tapi sebentar saja sianak muda itu sudah terperanjat dibuatnya,
Kiranya bukan saja sepasang kaki manusia aneh itu sudah dipotong kutung sebatas paha tangan kanannya yang diayun keataspun sudah ditembusi oleh berpuluh puluh utas tali hitam yang tepat menembusi jalan darah penting ditubuhnya. tali tali berwarna hitam tadi diikatkan pada dinding batu sehingga praktis lengan tersebut tak bisa digunakan
Lengan kirinya bebas dapat berputar kesana kemari, rambutnya panjang terural sampai di batas permukaan tanah, kulit tubuhnya putih pucat tak tampak warna darah dan diliputi oleh bulu bulu lunak berwarna hitam. Raut wajahnya kecuali sepasang mata yang berwarna kebiru biruan hanya mulutnya yang besar dan bersinar minyak itu saja yang nampak.
Keadaannya jelek, bengis dan mengerikan membuat orang yang melihat merasa ngeri dan bergidik.
Dalam pada itu manusia aneh tadipun sedang memandang wajah Hong-po Seng dengan sorot matanya yang tajam, mendadak ia tertawa seram. serunya:
“Haah…haaah haaah sekarang loohu telah paham, kau sibocah keparat tentulah manusia baik yang belum sempat dibasmi sampai ludas!''.
„Hmmm! tak nanti manusia baik bisa di basmi sampai ludas "batin Hong-po Seng sambil mendengus dalam hati. "Cukup didengar dari ucapan barusan, aku telah mengetahui kalau kau bukan manusia baik baik!".
Walaupun dalam hati ia berpikir demikian namun tak berani diutarakan keluar, perasaan tidak puas itu hanya disimpan dalam hatinva saja.
Dari perubahan air muka sianak muda itu, rupanya manusia aneh tadi dapat menebak isi hatinya. Mendadak ia mencengkeram pemuda itu dengan tangan kirinya dan menegur:
"Bocah keparat rupanya kau tidak puas yaaah dengan ucapanku??..., ayoh jawab !"
Hong Po Seng ada maksud menghindarkan diri dari cengkeraman lawan, siapa tahu gerakan tangan orang betul betul laksana sambaran kilat, ia hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur dan tahu tahu tenggorokannya sudah dicekik oleh jari jari tangan musuh. Merasa dirinya berulang kali dipermainkan orang, sianak muda itu naik pitam, otot-otot berwarna hijau diwajah dan tubuhnya pada menonjol keluar, sedang dalam hati diam-diam ia menyumpah:
"Tua bangka sialan kau sampai mengalami nasib sejelek dan sesetan ini rasanya pantas dan Thian punya mata, sayang manusia she Pek itu…”
Belum habis ia berpikir manusia aneh itu sudah melepaskan kembali cengkeramannya.
"Hey bocah keparat !" ia menghardik "Ayo jawab secara terus terang, mau apa kau datang kedasar telaga ini??"
“Hmm..Pek Koen Gie ada maksurd merampas pedang emasmu, aku ditangkap dan ditawan olehnya karena itu sengaja kudatangi tempat ini untuk mengadu nasib "
Rupanya manusia aneh itu tidak menyangka kalau pihak lawan bisa berterus terang dihadapannya, setelah tertegun beberapa saat lamanya ia berseru:
,,Apa ? Pek Koen Gie ??? apakah budak liar anak jadah dari Pek Siauw Thian ?".
Hong po Seng sudah kenyang disiksa dan dihina oleh keluarga Pek, terhadap ayah dan anak she-Pek itu maupun terhadap manusia aneh dihadapannya ia menaruh rasa benci dan antipatik. Kini mendengar pertanyaan tersebut ia lantas tertawa dingin.
“Heeh..heeh..Pek Koen Gie adalah putri dari pangcu perkumpulan Sin-Kee Pang, betulkah dia anak jadah atau bukan. aku tak tahu dan tidak ingin tahu".
Manusia aneh itu merasa amat gembira ketika didengarnya dari nada ucapan tersebut jelas menunjukkan pandangan jelek dan rasa benci sianak muda itu terhadap Pek Koen Gie.
„Eeei bocah keparat" ujarnya lagi. „Aku lihat kepandaian silatmu tidak jelek, kenapa kau bisa ditangkap dan dipermainkan oleh budak rendah sialan itu ooh. jangan-jangan kau sedang membohongi diriku
???...".
“Hmm bukankah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay
?? kenapa pula kau mengalami nasib yang demikian jeleknya sehingga harus hidup bagaikan seekor binatang
???”.
Bekas cengkeraman pada lehernya secara lapat lapat masih terasa amat sakit. hal ini menggusarkan hati pemuda itu. maka sengaja ia sindir dan ejek manusia aneh tersebut dengan kata kata yang tajam dan tak enak di dengar.
Bisa dibayangkan betapa marah dan gusarnya manusia aneh itu, bagaikan binatang kalap ia meraung sekeras kerasnya. sekali cengkeram ia tangkap rambut pemuda itu kemudian menekan wajahnya keatas permukaan salju dan digosoknya berulang kali. teriaknya keras keras.
..Keparat sialan kau bilang apa ???
Setelah mengucapkan kata kata penghinaan tadi, sebetulnya Hong po Sang pun merasa agak menyesal. Tapi menyesalpun tak ada gunanya karena semua sudah terlambat, Dalam keadaan begini ia hanya dapat menggertak giginya rapat rapat, dengan mulut membungkam merasakan siksaan yang sedang dideritanya. Dasar wataknya memang keras kepala, sejak petistiwa dikantor cabang kota Seng-Chu, di mana karena desakan rasa setia kawan ia harus menerima penghinaan dari Pek Koen Gie dan kehilangan tiga biji gigi karena digaplok oleh gadis itu, ia merasa dirinya sudah dihina habis- habisan, setiap kali teringat akan kejadein itu dia pasti merasakan dadanya jadi sesak dan wajahnya jadi murung, suatu perasaan benci dan kecewa yang amat dalam menekan dadanya.
Tapi setelah disiksa dan dianiaya oleh manusia aneh tersebut pada saat ini, meski badan terasa sakit namun hatinya malah terasa jauh lebih nyaman.
Entah sudah berapa waktu lamanya manusia aneh itu menggosok raut wajah Hong po Seng diatas permukaan salju, tiba tiba ia berhenti dan mendongakan wajah korbannya.
Tampaklah kulit wajah sianak muda itu telah pecah dan lecet lecet, darah segar, mengucur keluar membasahi seluruh permukaan salju yang putih, wajah pemuda ini sudah tidak
utuh lagi.
Ia mendongak dan segera tertawa keras, jengeknya: "Bocah keparat kalau kau berani mengucapkan kata
kata yang tidak senonoh lagi, loohu segera akan putar tengkukmu sehingga patah jadi dua bagian !"
Pada dasarnya manusia aneh ini memang bukan manusla baik baik, ditambah pula ia sudah terkurung selama banyak tahun, rasa mangkel, mendongkol dendam yang sudah terkumpul selama banyak tahun segera dilampiaskan keluar semua. Siapa tahu ejekan yang dilontarkan Hong Po Seng memang disertai dengan maksud mak¬sud tertentu, ia ada maksud untuk menyiksa diri sendiri.
Maka setelah mendengar ancaman itu bukannya berhenti malah mengejek semakin menjadi, serunya lantang:
"Waaduuuh kau sungguh lihay sekali ! setelah Pek Siauw Thian memotong kuntung sepasang kakimu, kau
,*
Belum habis kata kata itu diutarakan, manusia aneh itu dengan mata melotot bulat sudah bersuit nyaring, tangannya berkelebat mencengkeram kaki kanan Hong Po Seng dan ancamannya dengan wajah menyeringai buas.
"Keparat busuk, loohu akan suruh kau merasakan keadaan yang sama dengan diriku!',. Sembari bicara ia siap mematahkan kaki kanan lawannya, tapi sewaktu dijumpainya wajah pemuda itu tetap tenang dan sama sekali tidak menunjukan rasa gentar atau sedih, dari gusar ia malah jadi tertawa serunya
.,Bocah, usiamu masih sangat muda . . sayang amat kalau kakimu harus dikutung orang!"
Ucapan ini diutarakan tidak lain banya bermaksud memancing munculnya rasa gentar dan takut dalam hati Hong-po Seng asal pemuda itu sudah merasa takut maka ia segera akan turun tangan.
Siapa tahu Hong po Seng bukannya gentar aebaliknya malah menunjukkan sikap semakin tawar dan dingin, katanya ketus.
..Silahkan turun tangan sesuka hatimu, sedari dulu aku sudah pernah mati sekali. Hanya harapanku semoga kalau kau berjumpa kembaIi dengan Pek Siauw Thian nanti, tunjukkanlah kegagahan serta keangkeranmu seperti pada saat ini."
„Anak jadah ! sepasang kaki loohu kutung diujung pedang Hoa Goan Sioe . , . " jerit manusia aneh itu sambil menggertak giginya keras- keras.
Begitu mendengar disebutnya nama Hoa Goan Sioe sekujur tubuh Hong-po Seng gemetar. keras.
Rupanya firasat serta perasaan manusia aneh itu tajam sekali, baru saja tubuh sianak muda itu bergetar keras, pergelangan tangannya sudah berputar mencengkeram baju korbannya sambil diangkat kedepan mata sendiri, hardik nya dengun suara berat
„Ayoh jawab yang jujur, apa hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ??'.
Rupanya segara mendadak ia menjadi tenang kembali. suaranya rendah dan perlahan sama sekall tidak disertai emosi.
Hong- po Seng yang sedari tadi sudah menyingkirkan jauh jauh pikiran tentang "Mati" dan "Hidup", saat ini berpikir didalam hatinya:
„Kalau ditinjau sikapnya yang congkak dan tinggi hati beberapa saat berselang, sungguh tak nyana begitu mengungkap nama ayahku ia segera menjadi tenang dan halus !".
Terdengar manusia aneh itu berkata lagi dengan suara serak :
, Loohu lah yang paling akhir menghadiahkan sebuah pukulan ketubuhnya sehingga nyawa Hoa Goan Sloe kuhantar pulang keakhirat, coba jawab, apa hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ??". „Bagus dia adalah ayahku almarhum" jerit Hong po Seng dengan suara melengking, ia termakan oleh ucapan itu dan berkobarlah rasa dendam dalam hatinya ,.Ayoh cepat turun tangan membinasakan diriku, membiarkan aku hidup dikolong langit berarti menanam bibit bencana bagi dirimu sendiri. cepat atau lambat aku pasti akan mencabut jiwamu!"
Manusia aneh itu tertegun, tiba tiba ia melepaskan cengkeramannya dan barkata kembali:
„Hoooh .! Hoa Goan Sloe modar karena dikepung dan dikeroyek oleh sekelompok jago-¬jago lihay dari kalangan Hek-to, Pek Siauw Thian ada!ah salah satu diantaranya. Sepasang kaki loohu kutung lebih duluan dan tidak tahu duduk perkara yang sebetulnya, tapi kalau kamu ingin menuntut balas atas kematian ayahmu, bunuh saja budak anak jadah dari Pek Siauw Thian!”
“Usia Pek Koen Gie masih sangat muda apa sangkut pautnya urusan ini dengan dirinya"
„Setelah kau bunuh orang yang sama sekall tidak tersangkut dalam peristiwa itu, kenapa tidak sekalian mencabut jiwa budak sialan anak jadah itu??" sahut orang aneh itu dengan mata melotot bulat.
„Waaah...,rupanya kebencian orang ini terhadap Pek Siauw Thian telah merasup ketulang sumsum, sehingga dosanya ditimpakan pula pada anak keturunannya" pikirnya Hong Po Seng.
Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya, sambil tertawa dingin ia mengejek: „Bukankah sepasang kakimu kutung ditangan ayahku almarhum?? kenapa kau tidak ingin menuntut balas atas sakit hati itu diatas tubuhku??".
„Haaah....haaah. Hoa Goan Sioe sudah modar, loohu
tidak sudi membinasakan dirimu.”
„Hmmm... Hmmm orang yang paling loohu benci
adalah Pek loo jie itu".
„Ehmm, rupanya ucapanmu yang terakhir adalah kata kata yang jujur dan sebenarnya, kalau memang kita punya musuh dan sakit hati yang sama, lebih baik bunuh dulu Pek Siauw Thian kemudian baru menyelesaikan hutang piutang diantara kita berdua".
Manusia aneh itu melototkan matanya bulat bulat. "Boen.. mendadak ia merandek dan berganti sebutan.
“Dimana ibumu ?? kenapa ia begitu tega dan kuatir melepaskan kau berkelana seorang diri dalam dunia persilatan??".
“Dia orang tua masih sedih setiap mengenang kejadian dimasa lampau dan tidak ingin munculkan diri lagi didalam dunia pesilatan, aku keluar karena diam diam melarikan diri.”
Manusia aneh itu mengangguk.
„Nah ! begitu baru betul.” Ia berpiktr sebentar dan lanjutnya, "Ayahmu punya potongan wajah yang cakap dan menarik, sedang kau bukan saja hitam, kurusnya seperti monyet sedikitpun tidak mirip jadi putra kandungnya”
Dalam kenyataan sewaktu pertama kali anak muda ini turun gunung, kecuali wajahnya dan kulit tubuhnya berwarna hitam pekat, perawakannya sehat dan kekar. Justru karena berulang kali harus mendapat pukulan batin dan hatinya selalu dibikin kecewa, akhirnya bukan saja badan jadi kurus, kering bahkan kelihatan tidak cantik dan layu.
-Hey keparat cilik she Hoa" meadadak terdengar manusia aneh itu menegur lagi. „Kalau memang Pek Koen Gie memaksa kau datang kemari untuk mencari pedang emas kenapa kau malah justru mengaku terus terang di hadapan loohu?"
Walaupun ucapan orang ini kasar dan berangasan, ternyata otak serta pikirannya tajam serta teliti” pikir Hong po Seng, ia menjawab dengan suara ketus :
„Dewasa ini aku bernama Hong-po Seng." Manusia aneh itu meiengak tersenyum.,
,.Aaaah betul, kalau Pek loo-jie sampai mengetahui asal usulmu yang sebenarnya maka ia pasti akan turun tangan membinasakan dirimu. Hmm . . hmmm . . loohu
.dewasa ini pun bernama Han Than Sioe sikakek telaga dingin”
“Apa? Han Than Sioe binatang telaga dingin? hoo . memang pantas, memang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya!"
Haruslah diketahui kata “Sioe” kakek dan 'Sioe` binatang, meski suaa ucapannya sama namun dalam tulisannya sama sekali berbeda..
Manusia aneh itu tertegun beberapa saat lamanya, tapi dengan cepat ia menangkap maksud yang sebenarnya dari perkataan itu, kontan sepasang matanya melotot bulat.
„Binatang cilik. kau benar benar sudah bosan hidup dan pingin cari mati?". „Hmmm! tak usah kau gertak diriku dengan persoalan mati atau hidup, walaupun kau tidak ingin membunuh diriku, masih banyak oraag lain yang ingin kematian diriku".
Sinar matanya dialihkan memandang kearah salju putih yang berhamburan dari angkasa, setelah lama berdiri termangu mangu ia baru menunduk kembali sambil berkata dengan suara hambar:
„Kakek Telaga Dingin! sebelum salah satu diantara kita berdua ada yang mati lebih dulu, lebih balk kau tak usah untuk taring pamer cakar dihadapanku, kau musti tahu kami keturunan dari keluarga Hoa bukanIah manusia yang bisa dibikin gentar atau takluk oleh gertak sambel.".
Han Thian Sloe sikakek telaga dingin tertawa aneh, mukannya pun secara tiba-tiba berubah jadi lebih kendor dan rileks.
,,Baiklah" ia menyanggupi." Mengingat Hoa Goan Sioe adalah seorang enghiong hoo han, lalu akan bersikap sungkan terhadap dirimu. tapi kaupun harus bisa menjaga diri dan terutama sekali mengerem ucapan yang bisa menyinggung perasaaan loohu, daripada hinaan serta sindiran tersebut membangkitkan hawa amarah dalam hatiku!"
Hong-po Seng mengangguk.
„Baiklah. kita tetapkan begitu saja” sinar matanya lantas dialihkan kearah rambutnya yang panjang hingga terurai keatas tanah, tanyanya:
„Bukankah kau kehilangan sepasang kakimu dalam pertemuan Pek-Beng Hwe? bagaimana caranya hingga akhirnya kau terjerumus dalam jebakan Pek Siauw Thian?" Dari balik mata Han Than Sioe memancar keluar sinar penuh kebencian, katanya
„Setelah pertemuan besar Pek Beng Thay hwee, Pek Loo jie ada maksud merampas pedang emas milik loohu, dia pura-pura berla gak baik hati dengan alasan hendak menghantar loohu pulang gunung, padahal sedari semula Loohu sudah mengetahui akan ketajaman serta kekejian hatinya, maka sengaja kupilih markas besar Sin Kee Pang ini untuk merawat lukaku. Hmm..hmmbegitulah aku merawat luka selama sepuluh tahun lamanya”
“Jadi kalau begitu, ia sama sekali tidak tahu dimanakah letak rumah tinggal??"tanya Hong Po Seng dengan alis berkerut.
,.Kalau dia tahu, mungkin sejak dulu dulu loohu sudah mati kelaparan!”
Mendadak ia tertawa aneh menunjukkan betapa bangga hatinya, lalu ujarnya lebih jauh:
,,Ketika sepasang kaki Ioohu baru kutung, aku masih bukan tandingannya maka ia pantas jebloskan loohu kedalam dasar telaga kering ini. setiap kali ada waktu luang ia lantas datrang kemari menyiksa aku dan mengepot aku agar loohu mau serahkan pedang emas itu sebagai penebus bagi kebebasanku, Hmm! Hmm! mana mungkin loohu bisa tertipu?? kalau pedang emas itu sudah terjatuh ketangannya, masa loohu bisa hidup sampai sekarang?”
„Berapa sih nilainya sebilah pedang emas?? apa gunanya kau..”
„Bagi manusia yang tidak tahu tentang duduknya perkara tentu saja pedang emas itu sama sekali tak ada harganya" tukas sikakek telaga dingin sambil menggoyangkan tangannya berulang kali."Tapi bagi orang yang mengerti, pedang emas tersebut merupakan banda pusaka yang tak ternilai harganya, benda itu merupakan mustika yang diidam idam¬kan serta diimpi- impikan oleh setiap manusia, panjang sekali kisahnya mengenai benda berharga itu".
„Sebelum Pek Siauw Thian berhasil mendapatkan pedang emas itu, dia pun akan menggunakan tindakan serta siksaan yang bagaimana kejampun untuk menyiksa badanmu serta membuat kau menderita. apa kau sanggup menahan siksaan hidup yang demikian beratnya Itu?”
“Haah...haah.. tak usah dibicarakan, hal itu sudah jelas sekali !".
la merandek sejenak, dengan wajah yang riang gembira sambungnya :
„Pada waktu itu kolong langit baru saja mau tenteram, Pek Loo-jie masih disibukkan untuk mengumpulkan komplotan serta anak buah untuk memperkuat posisi serta pengaruhnya dalam dunia pertalatan, ia dibikin pusing tujuh keliling oleh masalah nama serta kedudukan sehingga melupakan sama sekali keadaan diri loohu haaah..haah..mimpipun ia tak akan menyangka dikala ia repot menjadi seorang pangcu,loohu pun sedang repot berlatih ilmu silat. Mendadak pada suatu hari ia datang berkunjung, loohu segera mengangkat telapak dan...".
„Apakah pukulanmu bersarang telak ditubuhya ??" sela Hong-po Seng tak tahan lagi.
“Hmmm ! bukan bersarang telak saja, serangan diatas tubuhnya, bahkan aku buat dirinya menggeletak setengah mati untuk menyembuhkan luka parahnya itu ia harus berobat hampir selama satu tahun lamanya !" jawah sikakek telaga dingin dengan nada sombong bercampur bangga.
Hong-po Seng segera tertawa.
“Ia merasa berat hati kehilangan barang pusaka, berarti berat hati pula membinasakan dirimu, aku tebak meskipun hukuman mati bisa terhindar kau pasti tak akan terhindar dari siksaan hidup, bukankah begitu ? sampai dimana siksaan yang kau derita sejak peristiwa itu ?".
Sambil menggertak gigi si Kakek Telaga dingin bercerita lebih jauh:
, Setahun itu loohu hanya bersantap tiga hari sekali, hampir saja aku mati karena kelaparan. Semenjak peristiwa itulah Pek Loo-jie melatih ilmu silat baru dan turun ke dasar telaga untuk bertanding melawan loohu, setelah ia datang membawa persiapan Loohu tak sanggup melukai dirinya lagi, tetapi ilmu silat yang loohu miliki selamanya berjalan di depannya dan selamanya ia tak mampu menangkan diriku, disamping itu iapun merasa berat hati serta sayang untuk mencelakai jiwa loohu".
„Waaah kalau begitu ia betul-betul termasuk manusia hebat "Pikir Hong po Seng dalam hati— "Tangan kanannya entah terbelenggu oleh benda apa diatas dinding batu, dengan mengandalkan lengan kiri saja ia sanggup menangkan Pek Siauw Thian, kelihayan ilmu silatnya mungkin sudah cukup untuk malang melintang dikolong langit'.
Berpikir demikian ia lantas berkata: „Menurut Pek Koen Gie, ayahnya menahan dirinya karena kau sangat berguna bagi mereka, aku pikir yang dimaksudkan pastitlah dalam hal ini, kau telah digunakan sebagai teman bertarung untuk melatih kepandaian silatnya".
“Hmmm!"si kakek Telaga Dingin mendengus berat. "Dugaanmu sama sekali tidak salah,loohu pun sama halnya dengan dia, menggunakan Pek Loo-jie sebagal teman untuk berlatih ilmu silat”
Ia merandek sebentar dan terusnya:
„Kita sudah saling bergebrak selama hampir sepuluh tahun lamanya, ilmu silat yang dimiliki kedua pihak sama sama memperoleh kemajuan pesat hingga sampai kini jurus jurus lama sudah tak blsa digunakan lagi, kedua belah pihak sama sama putar otak memeras keringat untuk menciptakan gerakan serta jurus jurus lain yang lebih ampuh Haaah.... haaah..haaah. selamanya loohu
lebih unggul setingkat dari pada dirinya, walaupun Pek Loo jie mempunyai kekuasaan serta pengaruh yang meluas sampai seantero jagad, siapa tahu kalau ia tak pernah tidur dengan nyenyak, tak pernah makan dengan enak, setiap hari pikirannya pusing memikirkan soal diriku!".
,.Kalau ditinjau serta dibicarakan dari kedudukan dan nama besar dari Pek Siauw Thian dalam dunia persilatan "pikir Hong-po Seng didalam hati "Seandainya ia tidak mengandalkan kekerasan untuk merebut barang milik orang lain, rasanya tidak nanti ia mengalami keadaan seperti ini dan aku pikir sama sekali tak berharga baginya untuk memperebutkan sebilah pedang". Tiba tiba terdengar sikakek telaga Dingin tertawa licik, lalu berkata:
„Hong Po Seng, andaikata loohu menghadiahkan pedang emas itu kepadamu, maukah kau untuk menerimanya??”.
Hong po Seng segera gelengkan kepalanya berulang kali.
„Benda yang bukan menjadi milikku aku tak sudi untuk menerimanya, apa lagi setelah mendapatkan pedang emas itupun aku tak bisa lolos dari cengkeraman maut Pek Siauw Thian, apa gunanya aku mencarikan keuntungan bagi orang lain??".
,.Haaah....haaah... bagaimana sekarang?? apa yang hendak kau lakukan untuk melepaskan diri dari cengkeraman maut Pek Loo jie??".
Hong Po Seng menunduk dengan wajah sedih:
„Aku akan berusaha dengan kemampuan yang dimiliki, dan menurut pada takdir yang telah ditetapkan oleh Thian, apabila aku memang ditakdirkan harus mati, rasanya bergulat dan memberontak tak ada gunanya!".
„Haaah....haaah. usiamu masih muda tapi bisa
memandang lebih masak tentang mati dan hidup, loohu sudah punya pengalaman, orang yang makin tidak takut mati seringkali usianya malah semakin panjang, mungkin saja nasibmu memang begitu dan kau masih mempunyai kesempatan untuk hidup selama beberapa tahun lagi.
Hanya saja ".
„Hanya saja kenapa ???" tanya Hong po Seng dengan mata melotot bulat-bulat.
Si Kakek Telaga Dingin tertawa. “Hanya saja pada tahun-tahun belakangan ini, jarang sekali terjadi peristiwa aneh yang ada diluar dugaan".
„Apa maksud ucapanmu itu ???".
,.Seandainya kau terkurung didasar telaga ini pada sepuluh tahun berselang, kemungkinan besar dari atas langit akan muncul seorang dewa yang datang menyelamatkan jiwamu, mewariskan ilmu silat kepadamu dan membantu kau untuk menuntut balas. Tapi sekarang... Heeeh... Heeeh. kejadian yang demikian
beruntungnya sudah tak mungkin lagi terjadi".
„Yang dia maksudkan sebagai dewa pastilah jago jago lihay yang telah lama mengasingkan diri” pikir pemuda Hong-po Seng dalam hati, ia lantas bertanya:
„Kanapa ??”.
Kakek Telaga Dingin mendongak dan tertawa terbahak- bahak.
“Haah..haah..semua dewa sakti telah kembali keakherat setelah pertemuan besar Pak Beng Tay Hwie diadakan. Ehmmn! masih ketinggalan seorang yaitu ibumu sendiri, kecuali dia yang datang menyelamatkan dirimu aku rasa hanya kematian yang bakal kau hadapi !"
Hong-po Seng yang mendengar ucapan itu diam-diam merasa sedih, tapi diluaran ia berkata :
„Ibuku dia orang tua pasti akan datang menyelarnatkan jiwaku karena ia tentu mendongkol dan marah kepadaku sebab aku tak mau menuruti ajarannya!"
Beberapa saat lamanya sikakek telaga dingin berdiri termangu-mangu tiba-tiba ujarnya :
.,Aku rasa kaki tangan serta kuku garuda dari pihak perkumpulan Sin Kee Pang tentu tidak sedikit jumlahnya, sekalipun ibumu datang sendiri kemari juga belum tentu bisa menyelamatkan jiwamu.”
Hong po Seng tiada perkataan yang bisa diucapkan, diam-diam ia menghela napas panjang dan membungkam.
Sikakek telaga dingin sendiri sedang rnerasa gembira dan bangga iapun bermalas malasan tidak bicara lagi.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu duduk saling berhadapan, lewat sesaat kemudian dari atas telaga berkumandang suara desiran perlahan. sikakek telaga dingin segera mendongak keatas sambil menggetarkan tangannya.
Sreeet ! diiringi desiran tajam, tahu-tahu diatas
tangannya telah bertambah dengan sepuluh buah paha kijang panggang yang harum baunya, diikuti Plaaaak !
sebuah paha lagi menggeletak diatas permukaan itu. "Bocah keparat” seru kakek telaga Dingin segera sambil menggigit paha kijang panggang itu. "Agaknya
Pek Loo jie masih menginginkan kau hidup didasar telaga. coba lihat ! dia sudah mengirim makanan untukmu selama beberapa waktu kau tentulah dibiarkan mati kelaparan !` '
Hong Po Seng merangkak bangun dari tempatnya untuk mengambil paha kijang yang menggeletak diatas permukaan salju, kemudian duduk ditempatnya dan mulai bersantap.
Cara makan sikakek Telaga Dingin betul betul sadis dan mengerikan, dalam waktu singkat la sudah menghabiskan separuh dari daging kijang tersebut. mendadak ia duduk tertegun beberapa saat Iamanya dan kemudian berkata:
„Bocah keparat, harapanmu untuk hidup hingga saat ini masih belum menentu, mungkin saja kau bisa hidup lebih jauh mungkin saja tidak. aku rasa kau harus mulai mempersiapkan diri untuk melakukan pembalasan dendam "
„Silahkan kau utarakan pendapatmu”
Sambil mulutnya tiada henti mengunyah daging kijang, sikakek telaga dingin berkata lebih jauh:
„Angkatlah tebih dahulu loohu sebagai gurumu, aku segera akan mewariskan kepandaian silatku kepadamu, Perduli kau bisa hidup atau mati, tanggung kau pasti berhasil membinasakan Pek Koen Gie untuk menuntut balas atas sakit hatimu !"
„Tidak begitu bagus. tidak bagus!" dengan cepat Hong-po Seng menampik seraya tersenyum. „Kalau kau berbuat demikian maka kau akan terjatuh kedalam perhitungan Pek Koen Gie, sebab sedari semula ia sudah menduga bahwa kau bakal berbuat demikian “
„Kenapa ?" tanya kakek itu tercengang. “Andaikata aku mengangkat dirimu menjadi guru
maka asal kau menemui kesulitan atau bencana yang mempengaruhi mati hidupku sebelum meninggal hatimu tentu akan jadi lembek dan dengan sendirinya semua kepandaian silat serta rahasia dari pedang itu akan kau wariskan kepadaku, sementara buluku be!um tumbuh dengan subur dan sanggup terbang dengan mantap, ayah dan anak dari keluarga Pek itu tentu akan menangkap diriku serta menyiksa diriku, bukankah itu berarti harapan mereka bakal terpenuhi?" .,Anak jadah cilik!" sumpah kakek telaga dingin sambil menggerutu tiada hentinya. “Tidak mau ya tidak mau, apa kau anggap loohu betul- betul senang menerima dirimu sebagai muridku?"
Mendadak dengan mata melotot bulat bentaknya:
„Cepatan dikit kalau makan! loohu akan mewariskan jurus serangan kepdamu, bunuh dulu budak sialan anak jadah itu agar rasa mendongkol dalam hatiku bisa terlampiaskan!"
Melihat sikapnya yang galak waktu membentak tapi berbicara dengan halus dan ramah, Hong po Seng mengerti kalau ucapan tersebut bukan bermaksud hanya main-main saja,maka dengan cepat ia menyikat habis daging kijang itu kemudian menelan beberapa genggam bunga salju dan maju menghampiri kakek aneh tadi.
,Pek Koen Gie punya pandangan mata yang tajam, sifat yang keras kepala dan gerakan kaki tangan yang mantap. aku rasa ilmu silat yang ia miliki jauh lebih hebat, beberapa kali lipat daripada diriku, dalam satu dua jurus apa aku mampu untuk membinasakan dirmya” kata pemuda she Hong po itu.
,,Hmm! pendapat katak dalam sumur !"`