Heng Thian Siau To BAGIAN 01 : PENDAHULUAN

 
BAGIAN 01 : PENDAHULUAN

Bagaikan anak panah lepas dari busurnya, 4 ekor kuda mencongklang pesat memecah kesunyian senja diperdesaan. Anak gembala yang naik diatas punggung kerbau dan petani2 yang memanggul pacul pulang dari medan kewajibannya, sama terkesiap kaget memandangnya. Penunggang yang berada paling depan sendiri, adalah seorang anak muda sekira 20-an tahun usianya, berparas cakap seperti seorang nona cantik. Dibelakangnya mengikuti dua orang, yang satu berumur 30 tahun yang lain antara 17 tahun. Dari wajahnya yang seperti pinang dibelah dua, terang mereka itu adalah dua orang bersaudura Hanya saja si anak muda itu mempunyai ciri yang istimewa yani biji matanya bersinar violet (ungu), beda dengan kebanyakan orang.

Lebih aneh sendiri adalah yang paling  belakang. Wajah orang itu pucat lesi seperti mayat, tapi kuncirnya yang menjulai dibelakang batok kepala hitam mulus gilap. Dia hanya berkaki satu dan kaki itupun tak dimasukkan kedalam besi pijakkan kuda. Sekalipun begitu, dapatlah dia duduk tegak diatas pelana kuda yang mencongklang dengan pesatnya. Tak berapa lama kemudian, keempat penunggang kuda itu sudah tiba dimulut desa. Tiba2 si kaki satu tadi bergeliat dan menyentak kendalinya, maka melayanglah tubuhnya tepat jatuh dibelakang salah seorang kedua saudara, yakni yang kakaknya. Sudah tentu kejutnya bukan kepalang. Tapi ketika dia menoleh dan dapatkan yang bonceng dibelakangnya adalah si kaki satu, legahlah hatinya.

"Sin-heng, ada apa?" tanyanya. "Ssst....., pe-lahan2 saja, Sin-heng” sahut sikaki satu, "tempat tujuan sudah dekat, ingat, semua2nya harus ditimpahkan pada anak she Tong itu, biar mereka kelabakan. Kita harus pandai mainkan rol itul"

Adalah ketika dia mengatakan "anak she Tong itu", tangan-nya menunjuk kearah anak muda yang berada paling depan sendiri. Sehabis menyampaikan pesan, tangannya menekan pe-lahan2 pada pelana dan tubuhnya melayang pula kebelakang tepat jatuh diatas pelana kudanya sendiri tadi pula. Pesat dan lincah sekali gerakan sikaki satu itu hingga pemuda yang  menunggang kuda paling depan sendiri tak mengetahui sama sekali. Bahkan anak muda itu sedang membenam diri dalam suatu lamunan indah:

"Kali ini tentu akan memperoleh pahala besar. Karena kepandaian dangkal, selama ini aku tak dapat menampilkan diri dikalangan mereka (perserekatan anti penjajah Ceng). Ah....., rupanya Tuhan itu maha murah, sehingga aku dapat berkenalan dengan ketiga orang itu. Dengan kepandaian yang dimilik oleh ketiga sahabat itu, tentulah akan disambut dengan girang utk menjadi anggauta perserekatan. Juga Siau-beng-siang Tio Jiang, tak nanti memandang remeh lagi padaku, dengan begitu dapatlah aku bergaul rapat dengan nona Tio. Ah...., ia tentu takkan memandang rendah lagi padakul"

Kini keempat penunggang kuda itu memasuki desa. Sebuah jalan besar terbentang di-tengah2 desa itu. Disana sini banyak sekali rumah2 dan gedung2. Si kaki satu keprak kudanya menghampiri anak She Tong itu seraya bertanya: "Sdr. Tong, apakah benar Siaubeng- siang Tio Jiang tak berada dikampungnya?" "Ya, dia pergi dengan isterinya, tapi lain2 saudara berada dalam desa semua. Oleh karena pemerintah Ceng melakukan tindakan keras, jadi segala sesuatu disini serba rahasia. Begitu nanti sam-wi (kalian bertiga) tiba, tentulah ada orang yang menyampaikan laporan pada Siau-beng-siang Tio Jiangl"

Si kaki satu berpaling kebelakang sembari memberi isyarat ekor mata pada kedua kawannya agar memperlambat jalannya kuda. Kala itu adalah tahun ke 12 dari kaisar Kong Hi memegang tampuk pimpinan kerajaan Ceng-tiau. Kerajaan Lam Beng (Beng pelarian didaerah selatan) sudah hancur dan pemerintah Ceng telah berhasil menguasai seluruh Tiongkok. Tapi  sebagian patriot2 negara tetap mengadakan gerakan subversif untuk melakukan perlawanan. Usaha2 untuk mengkoordineer (melakukan kerja sama) antara jaringan2 perlawanan rakyat, tetap dilakukan dengan giat. Anti penjajah Ceng tetap dikobarkan  diantara rakyat, agar semangat mereka jangan sampai lumpuh.

Empat penunggang kuda secepat anak panah terlepas dari busurnya sedang dilarikan kearah pedesaan sana. Se-konyong2 sikaki satu yang paling belakang enjot tubuhnya dari pelana kuda dan hinggap membonceng diatas kuda kawannya yang berada dimukanya tanpa diketahui sipemuda cakap yang paling depan.

Tapi fihak Cengpun tetap bersiaga. Penyebaran mata2 dan jagoan2 digiatkan se-luas2nya. Pembunuhan, razzia, pengejaran dan penyelidikan, ya pendek sedikit saja ada tanda2 adanya anasir perlawanan, tentu akan ditumpas sampai habis. Bahwasanya dalam suasana negara yang aman, tak jarang terbit pertempuran kecil atau penumpahan darah karena terjadinya clash antara rombongan anasir2 penyinta negeri dengan kaki tangan pemerintah Ceng, adalah jamak terjadi.

Pemuda she Tong itu sebenarnya anak seorang petani yang tinggal disekitar sungai See-kang. Dia berotak cerdas. Ketika berumur 15 tahun, pernah ikut  belajar silat pada seorang guru silat dan dapat mempelajari beberapa macam permainan silat pasaran. Sekalipun begitu, dia mempunyai angan2 yang tinggi. Begitulah dia tinggalkan kampung halaman berkelana dan berhasil menggabung kan diri dalam perserekatan anti Ceng yang dipimpin oleh Siau-beng-siang Tio Jiang. Gerakan yang dipimpin oleh Tio Jiang itu, adalah merupakan kelanjutan dari perserekatan Thian Te Hui yang dipimpin oleh Suhunya, Ceng Bo sianjin. Thian Te Hui mengalami kegagalan total, organisasinya porak poranda, tokoh2nya banyak yang bubar menyembunyikan diri dari kejaran pemerintah Ceng. Syukur tokoh2 inti gerakan itu seperti Kui-ing-cu, Thaysan sin-tho Ih Liok, Nyo Kong-lim, Ceng Bo, Kang Siang Yan, Tio Jiang, Yan-chiu dkk masih tetap bersatu. Walaupun secara ber-sembunyi2, mereka dapat menghimpun kekuatan dan ternyata pengaruh mereka terasa sekali didaerah Kwitang.

---oo-dwkz0tah-oo--- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar