Bentroknya Rimba Persilatan Jilid 09

 
Dia menggigit bibitnya, Boen ching terlalu menakutkan dan harus dibasmi, segera dia melancarkan jurus "Hong cong Lie Ie" atau suara genta menggema hebat, ber-turut2 melancarkan sepuluh kali serangan, seluruhnya diarahkan pada jalan darah penting ditubuh Boen ching.

Boen ching menjadi sangat terkejut, kepandaian dari Ouw Yang Bu Kie ternyata belum dapat dipandang ringan, dia sendiri masih tidak mengapa, tetapi mana dia dapat menyuruh Kong sun sek, Pek Hian Ling serta Hoa Suan mengawani dirinya ?? apalagi dalam hal ginkang dirinya tidak dibawah Ouw Yang Bu Kie jika berjalan selangkah terlebih dahulu, pastilah dapat lolos dari tangan Ouw Yang Bu Kie.

Dia tak berani menerima serangan dari Ouw Yang Bu Kie itu, tubuhnya melayang dengan menggunakan ilmu "Shen Au Boe Li dan lari turun kebawah gunung.

Ouw Yang Bu Kie mana mau melepasnya, dengan cepat dia lari mengejar, tubuhnya bagaikan seekor rajawali rakasa yang melayang turun dari puncak gunung mengejar kearah Boen ching. .

-oo0dw0oo-

BOEN CHING SEORANG diri berlari bagaikan terbang, sedang Ouw Yang Bu Kie tak henti2nya mengejar dengan kencangnya.

Setelah berlarian, dia tidak mengetahui pula telah sampai dimana, Boen ching hanya berputar disekitar jalan gunung itu, tetapi waktu lebih panjang lagi, dia bagaimanapun juga baru sembuh dari luka parahnya, mana dapat bertahan berlari kencang sedemikian jauhnya dengan tenaga penuh. Gerakan tubuhnya mulai menjadi perlahan, Ouw Yang Bu Kie yang menguntuti dibelakang nya tertawa dingin, dengan sekuat tenaga ia mengejar ke depan-

Boen ching diam2 berpikir, jika demikian terus menerus tentu dia akan dapat dikejar oleh Ouw Yang Bu Kie, dan pada saat itu tentu dirinya dalam keadaan sangat letih sukar di tahan, dengan keadaan waktu itu jika sampai terkejar, bukankah lebih baik sekarang juga berhenti terlebih dahulu.

Dia segera menghentikan gerakan tubuh nya dan balikkan tubuhnya menghalang Ouw Yang Bu Kie dengan dingin tertawa besar tubuhnya melayang menubruk maju.

Boe ching balikkan tubuhnya mencabut keluar pedangnya, dan kemudian dengan pedangnya itu menusuk ke arah Ouw Yang Bu Kie dengan ilmu "Ngo Heng Kiam Hoat", tubuhnya berkelebat kesana kemari setiap langkahnya mengikuti tempat kedudukan "Ngo Heng" dengan jurus pedangnya yang merupakannya kebalikan dari ilmu pedang biasanya, dimana pedang itu menyambar bagaikan angin taufan mengulung tubuh Ouw Yang Bu Kie.

Dia dengan tangan kosong menerima lima enam kali serangan, sedang pada mulutnya memuji:

"Jurus pedang yang sangat bagus"

Perkataannya baru diucapkan keluar, kipas emasnya telah dikeluarkan, diantara buka dan tutup nampak gambar tengkorak berwarna merah yang mengeramkan, diikuti dengan dikeluarkannya ilmu "cong Thian Llok Shan".

Ngo Heng Kiam Hoat" yang digunakan Boen ching sekarang ini adalah ilmu yang digunakan Tan coen waktu melawan Thian Jan Shu tempo hari, kekuatan dan kehebatannya luar biasa, tetapi sayang leweekangnya tidak dapat menandingi Ouw Yang Bu Kie, apalagi tidak hafal, diantara berkelebatnya bayangan kipas, kakinya terdesak mundur hingga salah menginjak tempat kedudukan- Ouw Yang Bu Kie tertawa dingin, kipas emasnya dibuka dan ditekan kebawah kemudian menyapu ke arah pinggang Boen ching.

Boen ching segera menarik kembali pedang nya dan menghalau serangan kipas Ouw Yang Bu Kie ini.

Tetapi kipasnya tiba-tiba menutup dan menotok kearah pedang ditangan Boen ching, tangan kanan Boen ching cepat melancarkan serangan, tetapi pedang ditangannya tetap tertutul oleh kipasnya, sedang kipas emasnya mengikuti gerakkan ini menekan kebawah, kemudian memotong kearah urat nadi di pergelangan tangan Boen ching.

Dalam hati Boen ching merasa sangat terkejut dengan terburu-buru ia mundur kebelakang.

Ouw Yang Bu Kie tertawa tergelak kipasnya dikembangkan dan menyambar kesembilan jalan darah terpenting didepan tubuh Boen ching.

Jurus Ouw Yang Bu Kie ini dilakukan dengan sangat cepat sekali, hampir saja Boen ching tidak tahan untuk melawannya, bahkan dia tak dapat melihat dengan jelas jurus yang digunakan Ouw Yang Bu Kie untuk menyerangnya itu.

Ia membalikkan tubuhnya bersiap melari kan diri, Ouw Yang Bu Kie dengan dingin tertawa panjang, sinar emas yang berkelebat bagaikan pelangi melayang mengitari Boen ching sedang pada mulutnya membentak. "Kau masih ingin pergi?"

Boen ching dengan gusar membentak. tangan kirinya dengan sekuat tenaga melancarkan serangan, dan menyambar kipas emas yang berada ditangan kanan Ouw Yang Bu Kie.

Ouw Yang Bu Kie dengan dingin mendengus, tangan kirinya menyambar mencekal tangan kiri Ouw Yang Bu Kie, sedang pedangnya bagaikan kilat cepatnya menggores ke leher 0uw Yang Bu Kie. Kipas emasnya segera dikembangkan, baru akan memukul jatuh pedangnya untuk kemudian baru membereskan orangnya mendadak. dalam hatinya tergerak. kipasnya ditutupnya kembali dan ditempelkan diatas pedang Boen ching, dalam hatinya pikirnya: "Aku akan melihat lweekangmu sebenarnya seberapa tingginya"

Pedang Boen ching yang ditempelkan oleh kipas emasnya Ouw Yang Bu Kie, hatinya menjadi sangat terkejut, seluruh tenaga dalamnya telah dikerahkan pada kipas emasnya perlahan-lahan tetapi tak henti-hentinya menyerang kearah Boen ching.

Boen ching tak dapat berbuat apa-2 lagi, terpaksa hanya dengan sekuat tenaga memberikan perlawanannya .

Begitu pedang dan kipas beradu, Ouw Yang Bu Kie segera telah dapat mengukur bahwa tenaga lweekang yang dimiliki Boen ching masih lebih rendah lima bagian dari dirinya, tetapi dia mengetahui sebulan yang lalu lweekang yang dimiliki Boen ching tidak sampai dua bagian saja dari dia. kini ternyata bertambah demikian banyaknya, apalagi Boen ching mempunyai ilmu silat yang sangat lihay, jika membiarkan dia hidup demikian terus menerus, kiranya tak sampai setahun kemudian dianya sendiripun tak dapat bertahan serangannya.

Baru Ouw Yang Bu Kie akan menurunkan tangan jahatnya, sekonyong-konyong kipas emasnya mengendor dan dengan perlahan-lahan mundur kebelakang.

Sebenarnya Boen ching telah merasa sukar untuk menghindarkan diri dari kematian tetapi keadaan ternyata berubah dengan cepatnya, ia mengikuti arah pandangan dari Ouw Yang Bu Kie dimana dia memandang, tanpa terasa dia menjadi termangu-mangu, gadis yang mirip dengar gambar pada cermin pualam itu, Sek Giok Siang telah berdiri mematung disana. Tubuh Ouw Yang Bu Kie nampak sedikit gemetar, selangkah demi selangkah ia mundur kebelakang.

Boen ching dengan termangu memandang ke arah wajah Sek Giok Siang, nampaknya gadis itu baru saja menangis, air mata pada wajahnya masih belum mengering, ia sedang memandang termangu-mangu pada Ouw Yang Bu Kie dan Boen ching dua orang.

Tiba-tiba Ouw Yang Bu Kie dengan menutupi wajah menjerit keras kemudian dengan kaiap lari pergi.

Boen ching menjadi tertegun, ia memandang terpesona pada Sek Giok Siang, nampak dia berdiri melawan datangnya angin yang bertiup, sedang kedua matanya memandang awan putih yang melayang di tengah udara, agaknya dia tidak memperdulikan sikap Ouw Yang Bu Kie yang lari pergi dengan kalap itu.

Boen ching merasa heran mengapa Sek Giok Siang dapat berada ditempat ini dengan tiba-tiba, dia berjalan mendekati sek Giok Siang dengan tenang ia berdiri disamping nya, dia tak mengetahui karena urusan apa sehingga menyebabkan Sek Giok siang melelehkan air matanya.

Dengan perlahan Sek Giok- Siang menundukkan kepalanya, kepada Boen ching tanyanya dengan perlahan. "Kenapa kau berada ditempat ini?"

Sahut Boen ching dengan suara yang sangat halus. "Nona Sek, apakah telah terjadi sesuatu urusan pada dirimu?"

Sek Giok Siang menggelengkan kepalanya, setelah termenung sejenak tanyanya pada Boen ching.

"Aku hanya berjalan sampai disini, siapa orang tadi itu, agaknya dia takut padaku hingga melarikan diri."

Boen ching menjadi tertegun pikirnya. "Kiranya Sek Giok Siang ini tidak mengenal pada Ouw Yang Bu Kie." Setelah berpikir sejenak lalu sahutnya.

"Dia bernama Ouw Yang Bu Kie"

Sek Giok Siang dengan suara perlahan menganggukkan kepalanya, kemudian balik kan tubuhnya berjalan lagi.

Boen ching menjadi termangu disana, dia tidak berani mengejarnya untuk bertanya, bayangan sek Giok Siang perlahan-lahan hilang dari pandangannya, dengan tenang ia berdiri disana sedang pada benaknya timbul wajah Sek Giok Siang yang sedang tertawa, sedih dan mengucurkan air mata. Sek Giok Siang mengapa dapat berbuat demikian-.? Dia sebenarnya akan lari mengejarnya, tetapi diapun merasa agak takut, takut terhadap pnrkataan yeng diucapkan oleh cu Khek ci Yun kepadanya, dia tadi dapat melibatkan diri dalam bayangan lamunannya diri sendiri.

Dia berpikir bolak balik hingga lama tetapi akhirnya dia berpikir pula, jika ia sama sekali tidak mengenal Sek Giok Siang, setelah bertemu dengan keadaan ini dapat berbuat bagaimana ? pada saat itu dia dapat menggunakan seluruh tenaganya untuk memberi bantuan kepadanya.

Boen ching menjadi melamun tak karuan, kemudian dia berjalan mengikuti dimana sek Giok siang tadi melaluinya .

Dengan sekuat tenaga ia lari, tak lama telah nampak bayangan pungung dari Seh Giok-siang, dia lari mengejar mendekat.

Dengan suara perlahan tanyanya kepada Seh Giok Siang. "Nona Sek. apa kau memerlukan bantuanku kah ??".

Seh Giok- siang hanya menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan kedepan lagi.

Boen ching menjadi ragu-ragu, sejenak ia mengetahui geraknya ini membuat Sek Giok siang menaruh rasa curiga kepadanya, dia maju selangkah kedepan, katanya pula pada Sek Giok siang.

"Nona Sek. tawaranku ini adalah keluar dari dalam hati sanubariku ". sek Giok Siang memandang ke arah Boen ching, ujarnya.

"Urusan ini kaupun tak akan mempunyai daya untuk menolong aku, ibuku sakit keras dan telah meninggal dunia". Selesai berkata dia berjalan kedepan lagi.

Boen ching menjadi termangu-mangu di sana, bayangan dari wanita berusia pertengahan dengan wajah yang sangat cantik itu muncul kembali pada benaknya, dia merasa heran ibu dari Sek Giok Siang demikian sehat nya mengapa dengan demikian mudahnya telah meninggal dunia.

Dia merasakan sesuatu yang sangat mendadak. sebenarnya dia akan maju menghibur padanya, tetapi terpikir olehnya mungkin Sek Giok siang tidak menyukai dirinya, dengan diam- diam terpaksa ia mengundurkan diri.

Dia berjalan menuju ketengah gunung, entah telah melewati berapa jauh terus hingga cuaca menjadi gelap.

Boen ching memandang kekanan dan kekiri sejenak. setelah itu ia mencari suatu gua yang bersih dan masuk ke dalamnya umtuk beristirahat.

Hari kedua, baru udara menjadi terang Boen ching telah meningalkan gunung Lu San, dan mulai melanjutkan perjalanannya menuju Telaga Thay Ouw.

Selama tiga hari melakukan perjalanan, kini Boen ching telah tiba di Telaga Thay-Ouw, dia memandang air dari telaga itu, tak tahu harus berbuat bagaimana untuk memberi kabar pada markas perkumpulan Elang Sakti itu, waktu itu adalah cah We yang mencari dirinya dan menyambutnya kedalam markas. Dia berjalan mendekati sebuah perahu nelayan, kepada pemilik perahu itu katanya.

"Aku bernama Boen ching, ingin bertemu dengan siauw Pang-cu dari perkumpulan Elang Sakti, dapatkah kau menolong aku pergi kesana?"

Wajah orang itu segera berubah, dengan membungkukkan badannya ia memberi hormat, ujarnya.

"Kiranya adalah Boen Siauw hiap. aku segera pergi memberi kabar".

Selesai berkata ia mendayung perahunya ke dalam telaga, dalam hati diam-diam Boen ching berpikir, orang itu tentunya orang dari perkumpulan Elang Sakti, jika dilihat hal itu dapat membuatkan pengaruh dari perkumpulan Elang Sakti tidaklah kecil.

Tak lama sebuah perahu besar muncul, Bwee Giok dengan menyamar sebagai seorang pria berdiri dujung perahu, sambil memberi hormat pada Boen ching ujarnya,

"Boen heng datang dari tempat jauh, siauwte tidak mengetahuinya hingga tak dapat menyambut secara layaknya harap suka dimaafkan"

Boen ching yang nampak Bwee Giok, teringat olehnya apa yang dikatakan oleh cu Khek ci Yun kepadanya waktu berada didalam gua kuno itu, tanpa terasa wajahnya menampilkan rasa gembira, dengan cepat sahutnya.

"Bwee heng, mengapa demikian menggunakan banyak aturan segala"

Bwee Giok menyilahkan Boen ching naik ke atas perahu, Boen ching tak dapat menahan perasaannya lagi dengan terburu buru ia bertanya kepada Bwee Giok.

"Apa suhuku telah mempunyai kabar?" Bwee Giok menggelengkan kepalanya, ujarnya. "Ie Bok Tocu mungkin telah lewat dari tempat ini atau mungkin tidak dapat mencarinya, tak usahlah kau kuatirkan"

Boen ching menjadi termenung, Bwee Giok yang nampak Boen ching termenung, dengan tertawa ujarnya.

"Boen Toako, apa tak mau memberi muka kepadaku, berdiam beberapa hari didalam perkumpulan kami?" Boen ching sambil tertawa sahutnya.

"Nona Bwee, aku masih mempunyai urusan hendak menjelajahi kegunung Siong San, urusan sangatlah penting sekali, tak dapat tinggal lebih lama lagi ditempat ini"

"Oh -- -"Jawab Bwee Giok, ia telah dapat menebak ia akan berbuat apa, dengan suara perlahan tanyanya kepada Boen Ching. "Apakah karena urusan hioloo peninggalan dari Hay Gwat Thaysu?" Boen Ching menganggukkan kepalanya. Bwee Giok berpikir sejenak, dia mengetahui urusan ini sangatlah penting sekali, dia tak mungkin dapat mencegah kepergian dari Boen Ching dan menyuruhnya jangan pergi.

Setelah berpikir bolak balik sambil tertawa ujarnya. "Ayahku juga karena ada urusan tidak berada dalam markas, sekalipun demikian tak ada salahnya kalau aku mengawani kau menuju kegunung Siong San kau pikir bagaimana?"

Boen Ching menjadi tertegun, dia tak enak untuk menolaknya, terpaksa ujarnya. "Nona Bwee demikian baiknya, aku Boen Ching entah harus berkata apa baru baik, hanya janganlah karena urusanku ini hingga menghalangi urusan dalam perkumpulan nona Bwee"

Bwee Giok tersenyum, ujarnya. "Kau tentunya masih belum melupakan paman Tong ku bukan? Urusan dalam  perkumpalan ada dia disini, tak usah merepotkan aku lagi?jika kau sangat tergesa-gesa, kita dapat berangkat sekarang juga" Boen Ching terpaksa hanya tersenyum saja dengan demikian dua orang itu melakukan perjalanannya menuju kegunung Siong San . Sepuluh hari telah berlalu dua orang itu baru naik ke gunung Siong San, sekonyong-konyong muncul seorang kakek sambil tertawa katanya kepada Boen Ching.

"waktu kau telah menang, tetapi kali ini kau naik ke gunung Siong san, aku tak mungkin akan tertipu lagi oleh akalmu yang licik itu. Boen Ching begitu nampak orang itu, hatinya diam- diam merasa terkejut, yang datang ternyata adalah  Siauw Bian Hui Yuen atau si kera terbang berwajah riang, Yoen Fu. Entah dengan bagaimana Yuen Fu ini menguntit hingga sampai ke gunung Siong san ini,

belum dia menjawab Yuen Fu dengan tertawa telah berkata lagi. "Boen Ching kau kali ini naik kegunung Siong san tak usah ditanyakan lagi tentunya

karena hioloo yang ditinggaikan oleh Hay Gwat Thaysu itu bukan, sekarang kau harus memberi tahukan kepadaku dimana adanya Hioolo itu."

Boen Ching dengan tawar menyapu sekejap pada wajah Yuen Fun Yuen Fu terkenal dengan nama sebagai sikera terbang yang berwajah riang, wajahnya tambah riang sudah tentu makin mengandung apa2 yang tidak beres, kemudian ujarnya. "Apakah hanya karena beberapa ucapanmu itu saja lalu menyuruh aku memberitahukan kepadamu?"

Yuen tertawa besar, ujarnya. "Kau ternyata juga sangat menyenangkan"

Selesai perkataannya itu, tangannya menyambar ke arah Boen Ching.

Bwee Ciok tahu kepandaian Yuen Fu sangat tinggi, hampir- hampir sejak muncul dalam dunia kangouw belum pernah ia mendapatkan lawannya, tubuhnya yang menubruk mendekat itu dilakukan secepat kilat, tak dapat disalahkan lagi kalau julukannya sebagai sikera terbang. Boen Chingpun mengetahui keistimewaan daripada Yuen  Fu ini, begitu tubuh Yuen Fu mendesak mendekat, tubuhnya balik mundur cepat. Yuen Fu sambil tertawa tergelak maju mendekat, Boen Ching sangat hapal dengan ilmu "Tay Thien Kioe Sih" ilmu inipun juga mengutamakan pertarungan jarak dekat dia nampak kuku Yuen Fu bagaikan cakar, tak dapat dikatakan sebagai lawan yang ringan, dia menghentikan gerakan tubuhnya dan balik membalas menyerang, lima jarinya balik mencekal kearah Yuen Fu.

Yuen Fu sambil memajukan tubuhnya lebih dekat lagi ia tertawa tergelak, selamanya belum pernah ada orang yang berani melawannya dengan pertarungan jarak dekat, kini ternyata Boen Ching berani melakukannya tanpa terasa diapun mengagumi atas keberanian nyalinya.

Lima jarinya dari mencakar berubah menjadi totokan dan menyapu keurat nadi pergelangan tangan Boen Ching.

Boen Ching terasa matanya silau, tangan kanannya telah terkena serangannya, dalam hati diam-diam merasa terkejut, pikirnya nama dari Yuen Fu ini sungguh bukanlah merupakan nama yang kosong belaka. Tetapi pada saat ini lweekangnya telah mengalami kemajuan yang pesat sekali, bukanlah bandingannya ketika waktu tempo hari, tangan kanannya ditekan kebawah sedikit dan balik mencekal tangan kanan Yuen Fu. Dalam suara tertawanya tubuhnya telah berkelebat dan berada dibelakang tubuh Boen Ching dimana dia melakukan serangan lagi. Boen Ching nampak gerakan dari Yoen Fu ini ternyata demikian cepat dan gesitnya jika dilawannya dengan mudah sungguh bukanlah merupakan pekerjaan yang enteng. Dia balik mencengkeram kearah Yuen Fu dia tertawa tergelak, dengan mudah malah mencekal tangan kanan Boen Ching tidak menanti Yuen Fa mengerahkan tenaganya bagaikan kilat cepatnya ia balik mencekal urat nadi pada pergelangan Yuen Fu, diikuti dengan bahu kanannya sedikit bergetar, ternyata ia telah menggunakan jurus "Ling Coa Cien Sian". Yuen Fu yang terkena getaran tenaga bahu kenannya menjadi terlempar terbang ke tengah udara dan menubruk kepohon yang berada disebelah kirinya. Dalam hati Yuen Fu merasa sangat terkejut karena sesaat dia terlalu memandang ringan pada pihak lawan, hingga masuk perangkap dan terpancing oleh tipu muslihat Boen Ching.

Sepuluh jurus belum sampai, ia telah terlempar oleh Boen Ching kearah -pohon besar, jikalau tidak mati juga sedikitnya akan terluka parah, hanya satu-satunya jalan baginya yaitu mengerahkan tenaga murninya untuk menjaga diri.

Sekonyong-konyong terdengar suara tertawa tergelak, sebuah bayangan dari dalam hutan dengan sangat cepat menerima tubuh Yuen Fu yang sedang melayang itu, kemudian meletakkannya diatas tanah dan berjalan mendekati Boen Ching. Boen Ching nampak orang yang baru datang itu pada tangan kirinya membawa sebuah gentong arak yang besar, ternyata tak salah lagi dia adalah Setan arak, Toan Bok Cie Jien, diam-diam dalam hatinya merasa sangat terkejut. Toan Bok Cie Jien tertawa tergelak tak berkata dengan perlahan ia berjalan mendekati Boen Ching.

---ooo0w0ooo---

BOEN CHING nampak Toan Bok Cie Jien mendadak muncul ditempat itu, mau tak mau dalam hatinya timbul rasa terkejut. Dengan perlahan, sambil tertawa Toan Bok Cie Jien berkata.

"Urusan tujuh buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu telah menggetarkan setiap orang didalam dunia kangouw, ciangbunjin dari enam partai besar jejaknya tidak jelas, sedang kau datang kembali kegunung Siong San, hal ini bukankah sudah jelas sekali ?"

Boen Ching sambil tertawa ujarnya. "Apakah dapat dikatakan dengan nama besarmu itu kaupun ternyata ikut memperebutkan tujuh buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu.:

Toan Bok Cie Jien memandang tajam kepada Boen CHing sejenak dengan tertawa sahutnya. "Mereka tiga orang mau memperebutkan nama, dalam hatiku sendiri juga sangat paham, kepandaian dari Thian Jan Shu jauh melebihi kita berempat orang, sekalipun empat orang bergabung juga tak mampu untuk menandinginya."

Ia berhenti sejenak, kemudian terusnya.

"Berbicara terus terangpun tak mengapa, aku ternyata kini juga telah datang kemari, sudah tentutak usah diragukan lagi juga karena urusan tujuh buah hioloo kuno tersebut." Hati Boen Ching menjadi tergetar,jika empat iblis sakti ini turut serta dalam perebutan ini, kiranya diri sendiri tak  mudah untuk menghadapi mereka itu.

Si Kera terbang berwajah riang, Yuen Fu yang berdiri disamping, nampak Toan Bok Cie Jien juga hadir disana, diam- diam merasa terkejut. Dia paham akan kekuatan sendiri bukanlah tandingan dari Toan Bok Cie Jien, tetapi mana dia mau dengan demikian mudah melepaskannya.

Dia berbatuk batuk perlahan, sambil tertawa katanya kepada Toan Bok Cie Jien "Toan Bok heng, tahukah kau siapa saja yang mengetahui tentang urusan ini pada hari ini?"

Toan Bok Cie Jien dan Thian Jan Shu hanya tertera beberapa tahun saja, sehingga dapat dihitung setingkat, Yuen Fu selamanya congkak dan ganas, tetapi karena takut membuat marah pemimpin dari empat iblis sakti ini sehinga terpaksa ia membahasai dia dengan sebutan cianpwee.

Toan Bok Cie Jien dengan dingin tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya. "Siapakah kau ?"

Si Kera terbang berwajah riang, Yuen Fu mendengar Toan Bok Cie Jien dengan cara demikian menanyakan namanya, hatinya sebenarnya merasa kurang senang, didalam Bulim ia juga dapat dihitung sebagai orang yang disegani, Setan arak ternyata malah balik bertanya kepadanya, bukankah tingkatnya dengan Boen Ching pun dibikin menjadi rendah?

Tetapi dengan paksaan diri dia tertawa dan sahutnya.

"Aku adalah Yuen Fu, didalam dunia kangouw dengan julukan Si Kera terbang berwajah riang adalah cayhe sendiri."

Toan Bok Cie Jien tertawa tawar, ia memandang sekejap kearah Boen Ching, kepada Yuen Fu ujarnya.

"Engkau demikian cara mengatakannya, bukankah sengaja ingin mencari seteru dengan ku?"

Yuen Fu tersenyum, ujarnya. "Cianpwee janganlah menaruh rasa curiga, tetapi menurut apa yang aku ketahui tiga bersaudara dari Chie Lan Kong pun sangat memperhatikan tentang urusan tujuh buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu ini, pertemuan diloteng Oei Hok Lo pada dua bulan yang akan datang pasti tidaklah dapat kekurangan mereka bertiga orang. sedang ini hari Boen Ching menuju kegunung Siong San,jika urusan ini diketahui pula  oleh mereka tak urung merekapun akan ikut serta."

Kedua alis Toan Bok Cie Jien menjadi berdiri, nama dari Chie Lan Kong waktu itu pernah menggetarkan seluruh sungai telaga, tapi setelah munculnya Thian Jan Shu, dimana ia naik ke istana Chie Lan Kong untuk mengacau, dengan mengandalkan kepandaiannya yang sangat tinggi itu dengan paksa ia menutup pintu dari istana Chie Lan Kong dan tak memperkenankan mereka ikut campur dengan urusan dunia kangouw lagi. Pernah tersentil berita, waktu Thian Jan Shu menuju keistana Chie Lan Kong telah terjadi suatu pertempuran yang amat dahsyat, tiga bersaudara Chie Lan dipukul luka, sekalipun dia belum pernah bertempur dengan mereka bertiga, tapi dapatlah diduga dari pertempuran yang terjadi waktu melawan Thian Jan Shu, tingginya kepandaian yang mereka miliki, didalam hatinya menduga dengan sendirinyapun jauh lebih lihay lagi. Tiga bersaudara Chie Lan telah menutup sendiri selama hampir empat puluh tahun, bukanlah suatu waktu yang sangat pendek, kiranya tingginya kepandaian yang mereka miliki sukar sekali untuk diduga. Setelah ia mengerutkan alisnya, dengan tertawa besar ujarnya. "Nama dari tiga bersaudara Chie Lan sudah lama aku dengar,jika mereka tiga orang datang kemari, paling sedikit juga harus minta sedikit penghajaran dari mereka bertiga."

Sehabis mengucapkan perkataan itu, ujarnya lagi kepada Boen Ching. "Hay Gwat sebelum mati tentunya telah memberitahukan kepadamu hioloo yang satu itu

disembunyikan ditempat mana, cepat kaupimpin aku pergi ketempat itu."

Diam2 Boen Ching membatin. "Ini hari aku datang kemari tentunya telah dikuntit banyak orang dari kalangan dunia kangow, kiranya juga sukar untuk meloloskan diri, lebih baik aku membawa mereka pergi ke sana, Hay Gwat Thaysu pernah mengatakan bahwa hioloo kuno yang satu ini adalah sukar untuk didapatkan kembali, entah benar atau tidak, paling sedikit yang sudah pasti adalah hioloo itu sukar untuk diambil mengapa tak membuat hioloo itu hingga saling membumuh ?-?"

Berpikir sampai disini dia tertawa tergelak, sambil menganggukkan kepalanya kepada Bwe Giok, ia memimpin mereka berdua menuju kekelakang gunung Siong San. Telaga naga dingin telah muncul dihadapan mereka berempat, air telaga itu berwarna hitam gelap, luas sekelilingnya kurang lebih tiga empat kaki, sedang empat penjuru dikelilingi oleh tebing gunung yang tinggi dan curam, hawa lembab perlahan- lahan mengepul naik dari dalam telaga.

Toan Bok Cie Jien tertawa besar, ujarnya. "Disinilah tempatnya??" Boen Ching menganggukkan kepalanya, dan menatap tajam kearah Toan Bok Cie Jien. Pada wajahnya meskipun Toan Bok Cie Jien tak menampilkan perasaan apapun, tapi dalam hatinya diam2 merasa terkejut. Menurut berita yang didengar, didasar telaga Naga Dingin ini terdapat seekor naga dingin kuno yang berdiam disana sehingga menyebabkan air telaga itu jadi sangat dingin.

Selama ribuan tahun ini tak ada seorangpun yang berani masuk kertalam telaga itu, kini hioloo kuno itu telah ditenggelamkan kedalam dasar telaga itu, kiranya hingga saat itu tak seorang pun yang berani menuruni telaga Naga Dingin itu hingga sampai ke dasarnya.

Apa lagi yang menyebabkan orang2 sangat takut terutama karena adanya naga ganas yang berdiam didasar telaga tersebut.

Toan Bok Cie Ten setelah tertawa tergelak gentong arak ditangan kirinya diangkat dan digetarkan, tampak suatu kumpulan arak memancar masuk kedalam mulutnya.

Boen Ching mengetahui Ton Bok Cie Jien mempunyai niat untuk mencoba menuruni telaga dingin itu, dan mencoba menahan rasa dinginnya dari hawa telaga itu dengan tenaga arak, Sekonyong-konyong diantara suara tertawa tergelak, sebuah bayangan manusia berkelebat bagaikan terbang melayang ketempat mereka itu Toan Bok Cie Jien dengan gusar tertawa panjang, sambil membalikkan tubuhnya dia mendorong gentong arak itu kearah orang yang baru datang itu. Orang yang baru tiba itu dengan cepat melancarkan serangan, dalam sekejap mata saja dua orang itu telah saling membalas menyerbu sebanyak lima jurus, tahu-tahu gentong arak Toan Bok Cie Jien yang terbuat dari tembaga itu mengeluarkan suara yang perlahan sedang orang yang baru datang itu tertawa besar tetap melanjutkan larinya. Boen Ching memandang orang yang baru datang itu, ternyata adalah Seh Tu Hoa yang tadinya berseru kini berubah menjadi merah padam menahan rasa gusarnya, sebuah bayangan merah danputih berturut-turut melayang turun ketempat itu, yang ternyata adalah Shie Chiau Nio dengan putranya Seh Tu Hong. Dalam hati Boen Ching diam-diam merasa terkejut, tapi Toan Bok Cie Jien merasa jauh lebih terkejut lagi, arak dalam gentong araknya ternyata telah menjadi mendidih, oleh pukulan aneh yang dilancarkan Seh Tu Hoa itu, dan hampir- hampir membuat arak yang ada dalam gentong araknya menjadi terpental.

Yuen Fupun tak dapat menahan rasa terkejutnya, Seh Tu Hoa ternyata muncul pula ditempat itu, kini jago-jago Bulim telah banyak yang hadir ditempat itu, ini hari jika dia hendak mendapatkan hioloo kuno itu dengan mudah kira nya adalah tak mungkin akan terjadi.

Toan Bok Cie Jien tiba-tiba tertawa tergelak, telapak tangan kirinya sedikit diangkat dan didorong kearah Seh Tu Hoa. Seh Tu Hoa juga tertawa tergelak, tubuh kedua orang itu bersamaan waktunya, saling menubruk maju, ditengah udara bagaikan kilat cepatnya saling berganti melancarkan sepuluh jurus lebih kemudian melayang turun lagi ke atas tanah. pada wajah kedua orang itu memampilkan rasa yang sangat terkejut, bentrokan sekali ini dalam batinnya masing-masing telah mengetahui bahwa ini hari mereka telah menemui lawan yang tangguh.

Boen Ching memandang kedua orang itu sekejap, dalam hatinya ia sadar jika dirinya akan melawan kedua orang yang berada didepan matanya itu hal ini merupakan persoalan yang sukar lagi kiranya ini hari untuk mendapatkan hioloo kuno yang satu itu tak mungkin akan menjadi kenyataan. Toan Bok Cie Jien dan Seh Tu Hoa dua orang saling pandang memandang, seorang pun tak ada yang bergerak sedikitpun. Yuen Fu kenal dengan Seh Tu Hoa ketika mula-mula nampak munculnya dia ditempat itu, ia menjadi tertegun, tetapi  setelah tertegun, pada wajahnya segera menampilkan wajah yang berseri-seri, dalam hatinya ia berpikir, dengan  munculnya Seh Tu Hoa ini dengan tepat malah telah menggugah keadaan dari suasana yang agak tegang. Seh Tu Hoa dan Toan Bok Cie Jien dua orang itu menjadi tenang kembali, kedua orang itu memutarkan tubuhnya menghadap ketelaga dan memandang air telaga yang berwarna hitam gelap.

Sejenak kemudian Toan Bok Cie Jien tertawa terbahak- bahak kemudian ujarnya. "Sungguh sangat menggelikan, kita belum saja melihat bayangan dari hioloo kuno itu, telah saling bergebrak untuk mengadu jiwa"

Seh Tu Hoa pun memandang ke arah air telaga itu, dengan dingin ujarnya: "Mengenai hal ini apanya yang menggelikan, lihat saja siapa yang mempunyai kepandaian turun ke telaga itu untuk mengambil hioloo kuno yang satu ini, apakah hal itu bukan merupakan suatu persoalan yang sangat penting sekali?" Toan Bok Cie Jien mendengar nada ucapan Seh Tu Hoa ini, diapun merupakan orang yang ternama mana dapat tahan terhadap orang yang jumawa, segera dia mendongakan kepalanya tertawa tergelak, ujarnya dengan keras. "pada waktu itu Tan Coe Coen sangat alim dan saleh, tak terkira muridnya ternyata demikian tak memandang sebelah mata pun kepada setiap orang".

Seh Tu Hoa tertawa dingin, sahutnya. "Nama kebesaran Toan Bok Cie Jien telah lama aku mendengarnya, tetapi kini telah bertemu muka, juga tak urung hanya begitu saja." Toan Bok Cie Jien mengerutkan alisnya dengan tawar ujarnya:

"Anak muda,jangan kau mengira kalau di kolong langit ini hanya terdapat kau seorang saja, ini hari musuh yang tangguh masih belum muncul, hem — misalnya kalau tidak ada yang muncul lalu aku akan berbuat bagaimana terhadapmu, dalam hatimu sendiri tentunya telah mengetahuinya bukan?"

Wajah Seh Tu Hoa segera berubah, dia tahu Toan Bok Cie Jien mengatakan dia tadi ketika saling melancarkan serangan telah jatuh dibawah angin, dia balikkan tubuhnya berkata kepada Shie Chiau Nio. "Bawa kemari pedangku"

Tangan kanan Shie Ciau Nio segera mencabut keluar pedang yang antik kuno yang kemudian diangsurkan ketangan Seh Tu Hoa.

Begitu pedang tersebut keluar dari sarungnya, warna keperak-perakan memancarkan sinarnya keempat penjuru.

Boen Ching belum pernah melihat Seh Tu Hoa menggunakan pedangnya, saat ini nampak di tangan Seh Tu Hoa mencekal sebilah pedang, dapat dilihat semangat dan sifat kejantananya.

Sedang sikap yang gila-gilaan yang terlihat waktu pertama kali beejumpa dengannya, kini telah ienyap tanpa bekas, dia mengetahui selamanya Seh Tu Hoa suka mengunggulkan dirinya, selamanya dia menganggap dirinya sebagai jago nomor wahid dikolong langit ini, ketika ia berpikir sampai disini, barulah dapat memikirkan kesalahannya, sedang kini dia mengetahui bahwa persoalannya tidak seperti apa yang dia pikirkan, hingga dia dapat menampilkan kembali semangat dan kejantanannya seperti waktu itu.

Toan Bok Cie Jien yang tadi telah saling tukar melancarkan serangan-serangan sebanyak sepuluh jurus, sudah tentu diapun mengetahui kehebatan dan kelihayan dari kepandaian Seh Tu Hoa, diapun sadar bahwa dia bukanlah dapat dihadapi dengan mudah, apa lagi keanehan dari serangan pukulannya jauh lebih istimewa.

Seh Tu Hoa setelah mencekal pedangnya ditangan, dia tertawa terbahak,pedangnya sedikit digetarkan dengan secepat kilat melancarkan satu kali tusukan.

Toan Bok Cie Jien tertawa tawar, tangannya diangkat, gentong arak tembaganya telah diangkat untuk menyambut serangan itu. Seh Tu Hoa dengan gusar melancarkan lagi, mana semua serangannya dipunahkan oleh Toan Bok Cie Jien dengan damikian mudahnya, tangan kanannya melancarkan pukulan, sedang tubuhnya melayang dan memutar setengah lingkaran ditengah udara disaat tubuhnya turun keatas tanah berturut- turut ia melancarkan sembilan kali tusukan.

Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut, meskipun dia tak dapat menggunakan jurus ini, tetapi dengan terus terang dia mengetahui, jurus dari ilmu pedang peninggalan Tan Coe Coe, yakni ilmu "Hui Kiam Seh Jiet" atau emas terbang mengarah matahari, kehebatan dan kelihayan dari jurus ini dapat menandingi jurus "Kiam Coan Thian Hwa." atau pedang berputar di udara dari ilmu Ie Bok Kiam Hoat sampaipun kelincahannya.

jurus yang digunakan Seh Tu Hoa sekarang ini adalah jurus yang lihay dari ilmunya "Sie Kiam Hoat" bahkan digunakan demikian gesitnya, gerakannya demikian indah, tak dapat disalahkan lagi diantara murid-murid Tan Coe Coen itu, dia dapat dlhitung sebagai muridnya yang paling tinggi ilmunya.

Toan Bok Cie Jien begitu gentongnya dihantamkan, segera terpental balik oleh pukulan Seh Tu Hoa itu, bahkan waktu tubuhnya melayang kembali dia melancarkan lagi sembilan kali tusukan, dalam hati mau tak mau sedikit merasa jeri, segera tubuhnya bergeser kesamping tiga langkah untuk memunahkan tenaga pantulan dari gentong arak sambil menyambut serangan yang dilancarkan Seh Tu Hoa.

Seh Tu Hoa pada saat ini mempunyai niat untuk bertempur mati-matian melawan Toan Bok Cie Jien mana mau dia membiarkan Toan Bok Cie Jien demikian meninggalkan tempat ini, tubuhnya yang masih ditengah udara itu dengan sedikit bergeser kaki kanannya dengan perlahan menginjak pada tepi gentong arak dari Toan Bok Cie Jien sedang pedangnya dari jurus "Hui Kiam Seh Jiet" segera berubah menjadi "Han Thiat Cie Sin" atau besi dingin menotok hati, pedangnya ditusukan kearah pelipis Toan Bok Cie Jien.

Toan Bok Cie Jien diantara empat iblis sakti menduduki sebagai pimpinan dari mereka.

nama ini juga tidak didapatkan dengan seenaknya, pada saat melancarkan serangan dengan gentong araknya itu, ia telah menduga kalau Seh Tu Hoa dapat menggunakan jurus ini, tubuhnya segera direndahkan sedang tangannya melontarkan gentong arak itu kearah udara. Seh Tu Hoa tidak menyangka kalau Toan Bok Cie Jien dapat melemparkan gentongnya, sekali lagi ia menarik napas panjang2, tahu-tahu tubuhnya telah terlontar bersama-sama dengan gentong arak itu sejauh tiga kaki lebih, begitu tubuhnya meninggalkan gentong arak itu kaki kirinya segera mencongkel, maksudnya hendak menendang gentong arak ke dalam telaga.

Tetapi Toan Bok Cie Jien pun sejak tadi telah menduga dengan keadaan yang gusar, Seh Tu Hoa dapat berbuat demikian, waktu dia melontarkan gentong araknya bersamaan waktu telah melayang maju, tangan kanannya segera menyambar gentong araknya itu, sedang tangan kirinya dengan cepat dipukulkan kearah Seh Tu Hoa. Ia  yang diserang lagi oleh Toan Bok Cie Jien itu, pedang ditangan kanannya segera menekan ketepi gentong arak itu sedang tubuhnya dengan cepat melayang kesamping. Baru saja tubuh Toan Bok Cie Jien menginjak tanah, pedang Seh Tu Hoa yang menempel pada gentong arak itu telah melancarkan serangan gencar lagi kearah Toan Bok Cie Jien, nampak hal itu Toan Bok Cie Jien dengan gusar mendengus, gentong araknya sedikit digerakkan, seketika itu juga mengisap pedang di tangan Seh Tu Hoa itu.

Seh Tu Hoa nampak Toan Bok Cie Jien ternyata dia dengan keras ia hendak mengadu tenaga dalamnya dengannya, sudah tentu ia tidak mau mengalah, tubuhnya segera turun keatas tanah, dengan demikian kedua orang itu dengan dibatasi oleh gentong arak dan pedang telah melakukan pertempuran dengan mengadu tenaga dalam. Pedang ditangan Seh Tu Hoa sedikit gemetar sedang arak didalam gentong arak Toan Bok Cie Jien juga tak henti2nya memperdengarkan suara arak yang sedang mendidih.

Setelah lewat berapa lama, kedua orang itu masih tetap tegak kaku tak bergerak, Sekonyong-konyong Toan Bok Cie Jien dengan dingin mendengus, kedua matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, sedang wajah Seh Tu Hoa segera berubah, dengan pusatkan pikirannya ia tak bergerak sedikitpun. Dengan perlahan dari dalam gentong arak itu mengepul uap yang sangat panas, sedang pada jidat Seh Tu Hoa penuh dengan air keringat yang telah mengalir keluar.

Nampak hal ini Boen Ching nenjadi terkejut, hal ini dapat membuktikan kalau Toan Bok Cie Jien telah mengubah tenaga dalam Seh Tu Hoa yang dilancarkan kearahnya menjadi uap yang sangat panas sedang Seh Tu Hoa tak dapat berbuat apa- apa lagi, sekalipun dia mempunyai tenaga "Koen Yuen Ciang"

tetapi karena digunakan bertahan diri keluar batas, sehingga dapat menjadi sedemikian rupa,jika hal ini diteruskan tidak dapat diragukan lagi Seh Tu Hoa tentuakan mengalami kekalahan secara total. Uap dari arak itu makin lama makin tebal sedang pada wajah paras Toan Bok Cie Jien mulai timbul senyuman yang sangat dingin dan mengejek, kaki kanannya sedikit bergerak memaksa Seh Tu Hoa mundur selangkah kebelakang.

Toan Bok Cie Jien selangkah demi selangkah mendesak Seh Tu Hoa mundur ketepi jurang, sedang tenaga dalam yang dilancarkan Seh Tu Hoa telah dipunahkan oleh Toan Bok Cie Jien sedang meminjam tenaga dalam pada arak didalam gentongnya padahal tenaga yang dilancarkan oleh Toan Bok Cie Jien sedikitpun tak mengalami gangguan apapun juga.

Shie Chiau Nio yang berdiri disamping tak berani maju menolong, dia tahu bahwa lweekang dari kedua orang yang sedang melakukan pertempuran ditengah kalangan itu jauh lebih tinggi dari lweekangnya sendiri.Jika ia memaksa untuk maju, mungkin malah Toan Bok Cie Jien dapat menggunakan tenaga dua orang yang digabungkan untuk menyerang dirinya.

Pada saat ini Toan Bok Cie Jien masih merupakan orang yang menyerang terus sehingga sekali dia yang menghentikan pertempuran, kalau tidak siapapun tak mungkinakan berhasil untuk melarikannya.

Yuen Fu yang nampak hal itu dalam hatinya diam-diam merasa cemas, jika Seh Tu Hoa benar didesak Toan Bok Cie Jien hingga jatuh ke dalam Telaga Naga Dingin, dengan keadaan lelah dan kehabisan tenaga pastilah ia tak dapat menghindarkan diri dari kematian, kalau demikian halnya, maka keadaannya akan segera berubah dan kedudukannyapun dalam keadaan yang berbahaya. Dengan cemas teriaknya. "Tahan aku ada ucapan hendak kukatakan."

Toan Bok Cie tidak memperdulikan padanya, dia tahu pada saat ini segera ia dapat memaksa Seh Tu Hoa jatuh kedalam Telaga Naga Dingin. sedang orang lain yang hadir ditempat itu tak seorangpun yang dipandang sebelah matapun olehnya.

Seh Tu Hoa yang didesak eedemikian rupa, selangkah demi selangkah ia mundur kebelakang, ditangan kanannya tak hentinya gemetar.

Dapat dilihat dia hampir saja terdesak masuk kedalam telaga, sekonyong-konyong uap dari arak itu menjadi lenyap, Sedang Seh Tu Hoa pun mendapatkan tempat untuk mempertahankan dirinya, dengan keras dia membentak, disaat pedangnya menggetar dengan keras ia mendesak mundur Toan Bok Cie Jien sebanyak dua langkah.

Toan bok Cie Jien tak menyangka kalau arak didalam gentongnya telah habis, tetapi ketika ia menjadi tertegun, segera ia mengerahkan seluruh tenaganya, dalam hatinya dia berpikir "kalau Seh Tu Hoa tadi telah menggunakan banyak tenaga dalamnya apakah sekarang masih sanggup untuk melawan dirinya ???"

Tetapi "Koen Yuen Ciang" nya Seh Tu Hoa bukan saja sangat hebat, bahkan dapat bertahan lama, walaupun dia merasakan sangat ngotot, tetapi tetap bertahan.

Dalam hati Yuen Fu menjadi girang, tetapi diapun juga dapat melihat bahwa Seh Tu Hoa hampir kehabisan tenaga, dengan keras ujarnya kepada Toan Bok Cie Jien.

"Toan Bok cianpwae,jika kau tak menghentikan pertempuran ini lagi,jangan kau salahkan kepadaku kalau kita berdua bersatu padu untuk memaksa kau nyebur ke dalam telaga."

Toan Bok Cie Jien mendongakkan kepalanya tertawa besar, ia menarik kembali gentong araknya, berkali-kali kedua orang itu memangnya mempunyai niat uutuk menghentikan pertempuran itu, diantara suara getaran yang nyaring dua orang itu segera memisahkan diri. 

Toan Bok Cie Jien memutarkan kepalanya memandang kearah Yuen Fu, dengan dingin ujarnya.

"Apa kau juga ingin mendesak aku kedalam telaga ?"

Yuen Fu melirik sekejap pada Seh Tu Hoa, dia tahu tentunya Seh Tu Hoa akan memberi bantuan kepadanya, dengan tertawa besar ujarnya:

"Cianpwee mengapa harus berbuat demikian? hioloo itu hingga kini belum muncul,jika ada musuh tangguh datang kemari lagi, dan kita sedang mengadu otot sendiri. bukankah terlalu banyak keenakan bagi mereka datang hanya untuk memungut hasil."

Toan Bok Cie Jien mendengus, ia tak mengucapkan apa- apa lagi, sedang Seh Tu Hoa pada saat ini sedang bersemedi nntuk memulihkan tenaganya, dia sebenarnya mengira kalau dia tak mungkin kalah ditangan Toan Bok Cie Jien, berani dengan keras mengadu tenaga dalam dengannya, tetapitak disangka ternyata Toan Bok Cie Jien menggunakan sisa araknya untuk mengembalikan setiap pukulannya, sehingga membuatnya kurang sedikit saja terkubur didasar telaga ini, kalau bukannya ada Yuen Fu, walaupun Toan Bok Cie Jien melancarkan serangan gencar sekali lagi, kiranya dia juga tak mempunyai tenaga lagi untuk bertahan. Toan Bok Cie Jien karena tahu Yuen Fu itu, orangnya sangat licik, sekarang sebaliknya malah dia menguasai keadaan, dengan dingin tanyanya pada Yuen Fu.

"Jika menurut kau harus berbuat bagaimana ?" Yuen Fu sambil tertawa sahutnya.

"Suruh Boen Ching menuruni telaga ini untuk mengambil hioloo kuno itu"

Dalam hati Boen Ching menjadi tergetar, sedang Toan Bok Cie Jien berpikir demikianpun merupakan cara yang bagus,Boen Ching adalah murid Ie Bok Tocu dilautan timur, kepandaiannya didalam air tentunya sangat mahir sekali, apa lagi tempat untuk menyembunyikan hioloo kuno itu, sungguh merupakan satu hal yang sangat tepat sekali. Boen Ching nampak seluruh sinar mata ditujukan ketubuhnya ia tak menantikan hingga orang lain membuka mulut, dengan tersenyum ujarnya. "Demikianpun baik, tapi siapa yang mau menanggung jika aku meloloskan diri dari jalan lain?"

Toan Bok Cie Jien tahu maksud dari Boen Ching, kepada Yuen Fu ujarnya dengan nyaring. "Dia yang pergi memang merupakan pendapat yang bagus," setelah agak lama sahutnya. "Itu sih tak usah, masih ada orang yang datang bersamanya, kita buat barang tanggungan saja beres, bukankah tak usah mengkhawatirkan lagi ? ?.."

Sepasang alis Bwe Giok menjadi berdiri, dengan dingin ujarnya: "Yuen Fu, tahukah kau suhuku Lam Hay Coei Hong telah muncul kembali kedaerah Tionggoan ? kau haruslah timbang2 dulu kepandaianmu" Yuen Fu telah mengetahui sejak tadi kalau Bwee Giok adalah murid dari Lam Hay Coei Hong, sekarang mendengar berita itu lagi meskipun dalam hatinya agak terkejut tetapi dengan tertawa besar sahutnya.

"Suhumu datang lagi kedaerah Tionggoan, urusan ini memang sangat menyenangkan hatiku" Boen Ching tertawa tawar pada Yuen Fu ujarnya: "Julukan si Kera terbang berwajah riang telah lama aku mendengarnya, aku saat ini turun ke dasar telaga belum tentu dapat naik kembali, disaat sebelum aku masuk kedasar telaga mohon pengajaran barang satu dua jurus darimu"

Sepasang mata Yuen Fu memancarkan sinar yang tajam, dengan tertawa besar ujarnya:

"Engkau pasti ingin aku yang melempar kanmu kedalam telaga, kalau begitu janganlah kau menyalahkan aku lagi."

Boen Ching tertawa2, kepada Toan Bok Cin Jien dan yang lain2 ia memandang sekejap sudah tentu tentang urusan ini Toan Bok Cie Jien tak mau menyinggungnya, Yuen Fu menghendaki dia turun telaga, sudah tentu Boen Ching mempunyai hak untuk bertempur dengannya.

Yuen Fu disebut orang sebagai Si kera terbang berwajah riang, sudah tentu sesuai dengan kepandaian yang dimilikinya, tubuhnya segera bergerak bagaikan terbang menubruk kearah Boen Ching, didalam hatinya ia menganggap tak lebih hanya murid Ie Bok Tocu, sedang kepandaian Ie Bok Tocu dalam urusan murid2 dari Tan Coe Coen adalah yang memiliki kepandaian yang paling rendah, sudah jelas Boen Ching takkan kuat menahan sekali pukulannya.

Boen Ching tertawa dingin, kaki kanannya sedikit mundur kebelakang, dengan sebelah telapaknya memukul mental pukulan yang dilancarkan oleh Yuen Fu. Dalam hati diam2 Yuen Fu merasa terkejut, kemahiran dan kehebatan lweekang Boen Ching jauh lebih hebat dari yang dipikirkan semula.

Sebenarnya dia mengira dia hanya perlu mengangkat tangan dan kakinya saja dapat dengan mudah melontarkan tubuh Boen Ching kedalam telaga itu.

Tetapi julukannya sebagai si kera terbang berwajah riang, bukanlah didapatkan dengan mudah, berturut-turut dia melancarkan serangkaian serangan sebanyak sepuluh jurus lebih, tetapi Boen Ching pada saat ini bukanlah musuh yang dapat dipermainkan dengan seenaknya.

kedua belah pihak sating serang menyerang hingga saat ini tak dapat diketahui siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Hati Toan Bok Chi Jien diam2 merasa sangat terkejut, kepandaian Boen Ching kalau dibandingkan dengan apa yang diketahui sangat jauh berbeda sekali.

Yuen Fu yang dihadapan banyak orang secara ngotot dapat mengalahkan Boen Ching, membuatnya menjadi sedikit gusar, disaat dia mengerutkan alisnya, seluruh tulang ditubuhnya mengeluarkan suara keras, sedang tubuhnya menjadi lebih pendek setengah depa. Melihat hal ini dalam hati Boen Ching menjadi terkejut, Yuen Fu terkenal didalam Bulim, semuanya tergantung dalam ilmu Hui Yuen Kang-nya, waktu menggunakan ilmu Hui Kang ini dapat dilakukan secepat kilat, dalam kolong langit kiranya pada saat ini tak ada yang dapat menandinginya. begitu Yuen Fu memendekkan tubuhnya, bagaikan terbang ia menubruk kearah Boen Ching,

ia menjadi terkejut segera menggunakan ilmu "Sie Liu Eng Hong" memunahkan musuh. Tetapi Yuen Fu yang dalam satu jurus tak berhasil mencapai sasaran, kedua tangannya mendayung ditengah udara, bagaikan kilat cepatnya memutar kebelakang tubuh Boen Ching, sedang dirinya menotok kejalan darah "Ling Tay To" dipunggung Boen Ching. Boen Ching dengan membelakangi tubuh melancarkan tendangan dengan sebelah kakinya menendang kearah Yuen Fu. Tubuh Yuen Fu bagaikan bayangan setan berkelebat menubruk kearah Boen Ching dengan hebatnya.

Kedua kaki Boen Ching itu berturut-turut melancarkan serangan tendangan, tetapi tetap terdesak oleh Yuen Fu sehingga berulang ulang mundur kebelakang dan dalam hatinya diam2 merasa terkejut. Nama si kera terbang berwajah riang sungguh bukanlah merupakan nama yang kosong, kecepatan tubuh dalam bertempur jarak dekat sungguh diluar dugaan orang.

Yuen Fu mendesak Boen Ching hingga berada ditepi telaga Naga Dingin, sedang pada mulutnya tak henti2-nya memperdengarkan suara tertawa dingin. Sepasang kaki Boen Ching tak bergerak lagi, sedang kedua telapaknya berturut- turut melancarkan serangan, dia tahu jika dia mundur selangkah lagi, pastilah teejatuh kedalam telaga. Yuen Fu mengulurkan tangannya mencekal tangan kanan Boen Ching. Boen Ching menjadi terkejut, segera ia balikkan tangannya mencekal tangan Yuen Fu. Yuen Fu tak menduga kalau gerakan Boen Ching ini dilakukan demikian cepatnya, tangan kanannya segera dikencangkan dan mendahului selangkah dari Boen Ching, mencekal urat nadi.

Urat nadi tangan kanan Boen Ching dicekal tangan kirinya segera dipukulkan kedada Yuen Fu.

Yuen Fu tertawa dingin, tangan kanannya didorong, maksudnya hendak mendorong Boen Ching jatuh kedalam telaga. Tetapi Boen Ching telah rajin melatih ilmu "Thay Thien Kioe Sih" nya, sedang jurus-jurus dari ilmu Thay Thien Kioe Sih itu kebanyakan digunakan untuk menolong diri dari serangan musuh, dan menyerang musuh dalam keadaan yang kritis, Yuen Fu mendorong ia menerka pasti dapat mendorong jatuh Boen Ching kedalam telaga tetapi Boen Ching dalam keadaan yang bahaya itu tidak menjadi kacau, disaaat tubuhnya menjatuhkan diri kebelakang, kaki kanannya disontekkan keluar, sedang tangan kanannya dibalikkan melemparkan tubuh Yuen Fu ketengah telaga. Yuen Fu tidak mengira kalau Boen Ching dalam keadaan yang kritis itu masih dapat menolong dirinya sambil menyerang pada musuh, ia yang disontek dan dilempar ini telah terlempar sejauh puluhan kaki dan jatuh ketengah telaga. Tetapi Boen Ching sendiripun terpeleset jatuh kedalam telaga, tangan kirinya secepat kilat memegang sebuah batu besar sedang tubuhnya menyelonong ketepi pantai. Tubuh Yuen Fu yang jatuh ketengah telaga hanya terdengar suara yang sangat perlahan, kemudian tenang tak ada suara lagi. Orang-orang yang ada ditepi telaga itu menjadi terkejut, kepandaian Yuen Fu juga tidak dapat dihitung rendah, dia yang jatuh kedalam telaga seharusnya muncul kembali di atas air, tetapi kini setelah masuk kedalam air, ternyata tak dapat tanda-tanda apapun juga.

Toan Bok Cie Jien dan Seh Tu Hoa dengan termangu- mangu memandang ketengah telaga. Hati Boen Ching pun merasa sedikit berat, dia tak mengetahui, Yuen Fu sebenarnya bagaimana sekarang ini. Hay Gwat Thaysu memberitahukan kepada nya bahwa hioloo itu telah tenggelam kedasar telaga sudah tentu takkan muncul kembali. ini membuktikan kalau telaga Naga Dingin ini tidak seperti telaga yang biasa nya, sudah terang Yuen Fu yang jatuh kedalam telah menemui bahaya. Setelah lewat entah berapa waktu, dari tengah telaga tetap tak ada gerak gerik atau tanda tanda apapun juga.

Toan Bok Cie Jien tertawa dingin, kepada Boen Ching ujarnya.

"Kemajuan yang kau capai dalam melatih kepandaianmu sungguh cepat sekali"

Boen Ching dengan tawar sahutnya. "Itu sih tak berarti apa-apa" Toan Bok Cie Jien mendengus, ujarnya lagi. "Dia telah turun kedasar telaga, sekarang seharusnya adalah giliranmulah yang turun" Dalam hati Bwee Giok menjadi tergetar, ujarnya.

"Dia yang turun?? mengapa kau sendiri tak turun ?" Toan Bok Cie Jien dengan dingin tertawa besar, sesaat kemudian kepada Boen Ching ujarnya.

"Engkau menyetujui dengan sendirinya turun ataukah harus aku yang melemparkan kau turun?"

Boen Ching tertawa tawar, dia menyapu kepada Toan Bok Cie Jien dan Seh Tu Hoa sekejap, dengan perlahan sahutnya. "Kau yang melemparkan turun aku saja "

Toan Bok Cie Jien dengan dingin mendengus, Bwee Giok segera mencabut pedang nya dan berkelabat berdiri disamping Boen Ching. Hati Boen Ching menjadi cemas, kepandaian Bwee Giok meskipun tinggi, tetapi dua orang bersatu padu sekalipun juga tidak tentu merupakan lawan dari Toan Bok Cie Jien, Bwee Giok sekalipun mempunyai niat untuk membantu dirinya tetapi kiranya juga hanya mengantarkan nyawanya dengan sia-sia. Toan Bok Cie Jien tertawa dingin ujarnya. "Kau dua orang apa mau turun tangan bersama- sama."

Kepada Bwee Giok ujar Boen Ching. "Nona Bwee, aku seorang diri menghadapi dia sudahlah lebih dari cukup"

Sambil tertawa sahut Bwee Giok, "Boen Toako, mengapa menampik kehendak orang? apa lagi keadaan yang sesungguhnya dari Telaga Naga Dingin inipun masih belum jelas, mengapa harus pergi menempuh bahaya, jika suhumu berada disinipun tak akan mengijinkan kau berbuat demikian."

Boen Ching mendengar Bwee Giok menegurnya, dia hanya dapat berdiam diri saja.

Terdengar dengan dingin Toan Bok Cie Jien bertanya. "Kamu dua orang apa sudah selesai berunding" Bwee Giok sambil tertawa berkata pada Toan Bok Cie Jien. "Toan Bok cianpwe, sekalipun melemparkan aku berdua ke

dalam telaga lalu apa gunanya? Masih ada orang yang berada disampingnya.

Toan Bok Cie Jien menjadi tertegun dia melemparkan Boen Ching dan Bwee Giok kedalam telaga Naga Dingin, Seh Tu Hoa dan Shie Chiau Nio kalau bergabung diri kiranya dirinyapun akan dilemparkan kedalam telaga itu. Dia segera menghitung enteng beratnya, sambil mendengus ujarnya:

"Tetapi jika aku tidak melemparkan kau berdua ke dalam telaga, adalah baik atau buruk, aku juga tidak dapat dipastikan."

Bwee Giok tahu Toan Bok Cie Jien takut dirinya berdua merepotkan dirinya, dengan tertawa ujarnya:

"Tetapi jika Seh Tu Hoa mendapatkan keuntungan dia terhadap kami berduapun juga tak akan melepaskan".

Pada mulutnya dia berkata demikian, sebenarnya adalan memberi tahu pada Toan Bok Cie Jien supaya jangan takut mereka membantu Seh Tu Hoa juga tidak akan mendapatkan kebaikan terpaksa hanya membantu pada dia. Toan Bok Cie Jien mendengus, ia tak berkata apa-apa lagi. SI HE CI HAU NIO yang berada disamping dengan keras ujarnya.

"Bagaimana ini ? Apakah dapat dibilang kita tak jadi mengambil hioloo kuno itu itukah?"

Bwee Giok yang mendengar perkataan itu sambil tersenyum ujarnya.

"Bagaimanapun juga tak mungkin kami mengambilnya untuk diberikan kepadamu, kalau kau mau mengambil mengapa tak mengerjakannya sendiri ? Telaga Naga Dingin kau sudah berada dihadapan matamu." Dalam hati Shie Chiau Nio merasa sangat gusar, dengan geram ia menyabut pedang nya, kepada Bwee Giok ujarnya.

"Kita berdua lebih baik coba2 bertempur, siapa yang kalah dia lah yang turun mengambil hioloo itu."

Bwee Giok meskipun merupakan murid dari Lam Hay Coei Hong, tapi nama si Kelabang Merah bukanlah dia tak mengetahui nya, kepandaian Shie Chiau Nio tidak saja sangat tinggi, bahkan sangat beracun- Sekali, diapun- mengetehui kalau dirinya bukanlah tandingannya, mendengar perkataan ini, Sambil tertawa ujarnya.

"Apakan bertempur ini dilakukan secara seimbang ?" Perkataan Bwee Giok ini terang-terangan memberitanukan kepada Shie Chiau Nio yang mengatakan dia dengan yang besar menyakiti yang muda.

Shie Chiau Nio dengan dingin mendengus, dengan dingin ujarnya: "Tiga puluh jurus sebagai patokan,jika dalam tiga puluh jurus aku tak dapat mengalahkan dirimu, boleh dibilang akulah yang mengalami kekalahan."

Bwee Giok tertawa, dia menyapu kekanan dan kekiri sekejap dengan tersenyum ujarnya. "Engkau takkan menyesaikah? Tiga puluh jurus? tak tahukah kau bahwa aku adalah murid dari Lam Hay Coei Hong?"

Shie Chiau Nio setelah mengatakan tiga puluh jurus sebagai patokan, dalam hatinya juga sedikit merasa menyesal, dalam hati Lam Hay Coei Hong menggunakan pedang dapat menyalurkan tenaga untuk menyerang pihak musuh, didunia ini tiada duanya dia mengetahui bahwa dirinya tak mempunyai pegangan yang teguh, tapi Bwee Giok sekali lagi menanyakan, terpaksa dengan mengeraskan kepalanya dengan dingin sahutnya: "Kau jangan menganggap dirimu tiada tandingannya, tiga puluh jurus yah tiga puluh jurus, mengapa harus menyesal segala?" Boen Ching tahu tingginya lweekang yang dimiliki Bwee Giok, ia masih sanggup untuk menerima sebanyak ratusan jurus lebih, Shie Chiau Nio kini hanya memutuskan sebanyak tiga puluh jurus sudah tentu sukar baginya untuk mendapatkan kemenangan. Shie Chiau Nio dengan gusar mencabut pedang nya, pedang ditangan Bwee Giok segera diluruskan dan mulailah memainkan ilmu "Hong Liong Kiam Hoat" atau ilmu pedang pekikan naga yang terkenal itu. dimana pedang itu berada ditubuh pedang itu membawa  suara yang sangat halus bagaikan pekikan dari naga. Shie Chian Nio berturut-turut melancarkan serangan. Tapi Bwee Giok bagaikan tak terjadi apa-apa dengan tenang berdiri disana hanyapada tubuh pedangnya mengeluarkan suara sebentar keras sebentar lemah bagaikan suara pekikan naga. 

Boen Ching yang menonton disamping menjadi termangu- mangu, kepandaian yang dimiliki Bwe Giok ternyata demikian anehnya, terhadap ilmu "Hon Liong Kiam hoat" ini ia hanya pernah mendengar namanya saja, tapi kini dapat melihatnya sendiri, ternyata Lam Hay Kiam hoat amat berbeda sekali dengan ilmu pedang yang berasal dari daerah Tionggoan.

Shie Chiau Nio dengan gusar mendengus dengan sekuat tenaga ia maju menyerang lagi.

Seh Tu Hoa dengan suara yang sangat dalam mendadak membentak Chiau Nio kembali. Shie Chiau Nio tahu kalau dirinya nekad terus menyerangnya, pada tiga puluh jurus paling banyak hanya dapat mendesak Bwee Giok untuk menggeserkan tubuhnya. Kini Seh Tu Hoa membentak memanggilnya kembali, lebih baik urusan ini dia yang memberes kan, maka begitu mendengar perkataannya segera ia mundur kebelakang. Bwee Giok pun menarik kembali pedangnya, ia juga tak berkata apa-apa hanya dengan  tertawa memasukkan kembali pedangnya kedalam sarung.

Boen Ching yang nampak hal ini dalam hatinya diam2 memujinya, pikirnya dalam hati. "Jika aku menjadi dia, tak mungkin kalau tak mengejek beberapa kata terlebih dahulu kepadanya."

Seh Tu Hoa nampak Bwee Giok tidak mengeluarkan perkataan mengejek diapun merasa sedikit diluar dugaan, setelah mendengus ujarnya. "Ilmu Hou Liong Kiam hoat" dari Lam Hay sungguh sangat hebat, aku Seh Tu Hoa ingin mendapatkan barang satu dua jurus darimu bagaimana--???"

Toan Bok Cie Jien yang berada disamping dengan dingin ujarnya. "Kamu semua sedang melakukan apa?"

"Nama Seh Tu Hoa pada waktu itu didalamn dunia kangouw selalu saja dikatakan sebagai pendekar yang membela keadilan, cuma juga tak lebih hanya begitu saja."

Seh Tu Hoa nampak Toan Bok Cie Jien baru membuka mulut telah mengejek kepadanya, dengan dingin ia mendengus kemudian ujarnya. "Urusan hioloo kuno itu mau tak mau harus dengan cepat diselesaikan,jika me-nunggu hingga ia medapatkan keuntungannya, kita seharus nya sangat bodoh sekali."

Toan Bok Cie Jien mendengus, tak mengucapkan sepatah katapun. Sepasang matanya memandang keempat penjuru, disekitar Telaga Naga dingin itu tak nampak bayangan seorangpun juga, tetapi dia yang telah berkelana didunia kangow juga bukanlah dalam satu hari atau satu tahun saja, makin dingin dan makin tenang saja suasananya, makin nampak hawa pembunuhnya disekitar tempat itu. Sekonyong- konyong dari tempat yang tertinggi disamping telaga Naga Dingin melayang sesosok bayangan manusia.

Enam orang bersama-sama menjadi terkejut, dihadapan tokoh-tokoh yang berkepandaiannya tinggi ini, orang itu ternyata muncul dengan demikian saja, entah siapakah orang itu."

Toan Bok Cie Jien setelah menenangkan pikirannya, dialah yang pertama kali mengeluarkan suara tertawa dingin. Boen Ching mendongakkan kepalanya memandang orang itu, nampak pada punggungnya menyoren sebilah pedang, tubuhnya memakai jubah hijau, kepalanya didongakkan memandang awan yang bergerak diangkasa, sedang jubahnya tertiup angin, sungguh orang yang sangat jumawa sekali.

Seh Tu Hoa memperhatikan orang itu sekejap, ia telah dapat menebak siapakah orang itu sebenarnya, dalam hatinya diam-diam merasa sangat terkejut, tetapi diluarnya segera ia mendongakkan kepalanya sambil tertawa tergelak, Suara dua orang itu yang satu dingin dan yang satunya lagi seperti orang kalap, dengan keras menggema dilembah tersebut. Orang- orang berbaju hitam itu dengan serentak pula bersiul nyaring, begitu suara siulannya menggema, segera suara tertawa dari dua orang itu tertekan lenyap, pohon-pohon dan tumbuh2an disekitar tempat itu mengeluarkan suara bagaikan ranting- ranting yang patah, sedang burung-burung dengan terkejut berterbangan diangkasa.

Pada saat suara siulan itu berhenti, orang berbaju hijau itu telah bergerak dan berada dihadapan enam orang itu. Dengan dingin ujarnya.

"Hm ... sudah tiga puluh tahun" Sahut Toan Bok Cie Jien. "Selama tiga puluh tahun ini kepandaian Ku heng mengalami kemajuan yang demikian pesatnya membuat aku Toan Bok Cie Jien sangat mengaguminya".

Dalam hati Boen Ching sangat terkejut, orang yang baru datang itu tak lain dan tak bukan ternyata adalah salah satu dari Tiga bersaudara Chie Lan Kong sejak tiga puluh tahun yang lalu telah dianggap oleh orang-orang didunia kangouw sebagai tempat yang terlarang, setelah Thian Jan Shu naik ke istana Chie Lan Kong, orang-2 dari Chie Lan Kong tidak lagi berkelana didalam dunia kangow tetapi istana Chie Lan Kong tetap jarang yang berani pergi. Kong Ku dengan dingin mendengus, ujarnya. "Tak kusangka masih ada orang yang ingat padaku, tetapi peraturan dari istana Chie Lan kong tetap tak dapat dihilangkan, aku pertama kali dengan resmi muncul ditempat ini, perintahkan semuanya harus mundur"

Toan Bok Cie Jien mendengar Kong Ku ternyata memindahkan peraturan yang tak dapat di bangkang oleh setiap orang dari istana Chie lan Kongnya, dengan dingin ia tertawa panjang, sahutnya.

"Kong ku heng apa menganggap dibawah kolong langit ini selain Thian Jan Shu telah tiada orang lainkah???"

Sahut Kong ku dengan dingin. "Kau jangan menyesal..." Seh Tu Hoa dengan dingin tertawa panjang, ujarnya.

"Istana Chie Lan Kong pada waktu itu telah diobrak abrik oleh Thian Jan Shu seorang, pada saat ini telah tak ada nama lagi dari istana Chie Lan Kong. mengapa harus mengungkapnya kembali?"

wajah Kong ku segera berubah, dengan dingin ujarnya. "Siapakah kau, sungguh besar perkataanmu"

"Han Ing Coen, Seh Tu Hoa" Jawab Seh Tu Hoa dengan dingin. Kong ku tertawa dingin, sahutnya:

"Han Ing Coen, Seh Tu Hoa ?.? sayang sekali aku belum pernah mendengarnya."

Sebenarnya Kong ku mengandung maksud hendak membangun kembali nama istana Chie Lan Kong, Terhadap nama Seh Tu Hoa mana dia tidak pernah mendengarnya, tetapi Seh Tu Hoa demikian memandang rendah nama istana Chie Lan Kong, diapun dengan meminjam kesempatan ini membuat malu Seh Tu Hoa.

Dengan dingin jawab Seh Tu Hoa. "Kau belum pernah mendengarnya itu menandakan pengetahuanmu terlalu rendah" Pada wajah Kong Ku terlintas suatu senyuman yang sangat dingin, ujarnya kemudian. "Seh Tu Hoa coba sambutlah satu kali serangan ku ini." Selesai berkata tubuh nya bergerak dengan sebelah tangannya ia menepuk Seh Tu Hoa.

Seh Tu Hoa dengan keras berteriak. "Mengapa tidak boleh?"

Tubuhnya bergeser kekiri dengan telapak tangan kanannya ia menyerang kearah Kong Ku. Kedua telapak tangan dari masing-masing saling bertemu, Seh Tu Hoa hanya merasakan dari telapak tangan Kong Ku merembes masuk suatu hawa yang sangat dingin, hatinya menjadi kaget setengah mati, segera ia mengerahkan tenaga "Koen Yuen Ciang" nya hingga dua belas bagian, dan tubuhnya mulai bergeser kesamping. Dua orang itu saling beradu satu kali, dalam hati Kong Ku diam-diam juga merasa sangat terkejut, Seh Tu Hoa disebut jago nomor wahid dari angkatan muda, bukanlah tidak ada sebabnya, kekuatan tenaga pukulannya cukup untuk menggempurkan kuda-kudanya.

Dengan dingin ujar Kong Ku. "Kamu enam orang jika tidak lekas meninggalkan tempat ini maka akan kubunuh semuanya ditempat ini pula."

Dalam hati Boen Ching diam-diam merasa heran bercampur terkejut, diantara orang itu hanya Seh Tu Hoa dan Toan Bok Cie Jien yang membuka mulut, Kong Ku ternyata dapat menutup mata dengan hanya mendengarkan suara pernapasan dari enam orang itu sudah dapat mengetahuijumlah orang yang hadir di tempat itu. Sungguh bukanlah merupakan suatu pekeejaan yang mudah. Toan Bok Cie Jien nampak pukulan yang dilancarkan Kong Ku itu, dan mendengar dari suara siulannya, perkataan Kong Ku ini bukanlah merupakan omongan yang besar,jika diantara tiga bersaudara Chie Lan Kong datang lagi seseorang sudahlah cukup untuk menundukkan orang itu. Enam orang itu berdian diri dengan termenung, sedang Kong Ku menghadap kearah air Telaga, dengan jumawa berdiri disana.

Mendadak Kong Ku menoleh kebelakang terhadap Boen Ching ujarnya.

"Kau adalah anak murid dari siapa?"

Boen Ching menjadi tertegun, kemudian sambil tertawa ujarnya. "Suhuku adalah Ie Bok Tocu".

Kong Ku dengan dingin mendengus, ujarnya: "Ie Bok Tocu tak mungkin dapat melatih seorang murid yang memiliki ilmu silat setinggi kau, telah mengangkat siapa lagi sebagai suhumu"

Dalam hati Boen Ching diam2 merasa terperanjat, Kong Ku ini ternyata hanya begitu saja telah mengetahui tinggi rendahnya kepandaian yang dimilikinya, dengan tawar sahutnya .

"Aku hanya pernah mengangkat seorang sebagai suhuku, tak ada lagi orang yang kedua". Kong Ku tertawa dingin, ujarnya. "Kalau demikian, aku hanya dapat menghantarkan kau masuk kedalam telaga ini saja". Hati Boen Ching menjadi tergetar, entah mengapa Kong Ku ini berbuat demikian, tanyanya. "Mengapa ? .

Kong Ku tertawa dingin, sahutnya. "Memangnya aku akan menghantarkan kau masuk kedalam telaga tak ada halangan untuk memberitahukan kepadamu, karena engkau telah melatih ilmu Hiat Mo Kang" Boen Ching menjadi tertegun, dia tak pernah mengetahui kapan dirinya pernah melatih ilmu "Hiat Mo Kang" itu pikirannya segera bergerak pikirnya pastilah karena dia pernah menjalankan ilmu untuk membalikkan jalannya hawa murni didalam tubuhnya, mungkin Kong Ku lalu mengatakan dia pernah melatih ilmu "Hiat Mo Kang". Kong Ku dengan perlahan berjalan mendekati Boen Ching, Boen Ching segera memusatkan pikirannya menanti kedatangan musuh, ketinggian dari ilmu yang dimiliki Kong Ku ini jauh melebihi Toan Bok Cie Jien maupun Seh Tu Hoa satu tingkat, ini hari rupanya sukar baginya untuk lolos dari kematian.

Bwee Giok yang berada disamping nampak hal ini dengan keras membentak: "Tahan.— "

Kong Ku dengan dingin tertawa terkekeh, ujarnya. "Ternyata ada orang yang datang menghalanginya" Sehabis mengucapkaa itu ia tertawa dingin lagi.

Kepada Bwee Giok ujar Boen Ching. "Nona Bwee tak boleh berbuat demikian, turun ketelaga ini belum tentu mati, apalagi belum tentu aku mau menurutinya, kau mau menemani aku datang kemari aku sudah sangat berterima kasih, engkau sebagai Siauw TOuwcu dari perkumpulan Elang Sakti haruslah dapat menjaga dirimu baik2."

Bwee Giok dengan perlahan menundukkan kepalanya, tak berkata sepatah katapun. Sambil tersenyum ujar Boen Ching lagi. "Nona Bwee tahukah kau aku selamanya sangat menghormati dan memuji kau, semangatmu sikapmu, semuanya tak dapat dilampui oleh orang lain."

Bwee Giok menundukkan kepalanya, sejenak kemudian ujarnya. "Aku dapat membalaskan dendam bagimu"

Selesai berkata ia mendongakkan kepalanya memandang tajam kearah Boen Ching.

Boen Ching yang nampak sepasang matanya, hatinya tak urung menjadi berdebar, sepasang mata Bwee Giok penuh dengan air mata, setelah memandang tajam sejenak kearah Boen Ching, ia balikkan tubuhnya dan lari turun gunung. Boen Ching memandang terpesona pada bayangan Bwee Giok, hatinya terasa sangat terharu, Bwee Giok demikian teguhnya, dirinya akan segera jatuh kedalam telaga seperti halnya Yuen Fu.

oooXcoo

BAYANGAN dari Bwee Giok mulai lenyap ditengah pepohonan, tetapi pada mata Boen Ching tetap terbayang wajahnya, sekonyong- konyong ia merasa lirikan dan senyuman Bwee Giok sangat mendalam sekali tertera didalam hati nya, sedang gadis pada cermin itu sekalipun mempunyai kesempatan hanya dua kali saja untuk bertemu tetapi itu semuanya lamunan saja di dalam benaknya, seolah-olah dalam waktu yang sekejap itu dia telah merasakan itu semuanya hanya terombang-ambing tak menentu jaraknya dengan dia demikian jauhnya, sedangkan Bwee Giok adalah yang sesungguhnya.

-ooo0dw0ooo-

SEPASANG mata Boen Ching memandang terpesona kearah dimana bayangan Bwee Giok tadi lenyap, dengan tertawa dingin ujar Kong Ku. "Orang sudah pergi jauh, masih ada apanya yang baik untuk dilihat, aku akan melihat gadis cilik itu mempunyai daya apa untuk membalaskan dendammu." Boen Ching pun tertawa dingin, sahutnya.

"Tetapi aku kira ini hari yang akan jatuh ke dalam telaga bukannya aku melainkan kau sendiri, akupun akan melihat murid-murid dan cucu muridmu itu dengan cara apa untuk membalaskan dendam bagimu."

Kong Ku mendongakkan kepalanya, tertawa panjang, sejenak kemudian kepada Seh Tu Hoa dan Toan Bok Cie Jien ujarnya dengan dingin.

"Kau berdua apakah masih berani tinggal disini ? Apakah harus aku yang menghantarkan ?" Toan Bok Cie Jien tertawa dingin, ujarnya. "Apakah kami harus dengan demikian saja meninggalkan tempat ini ?"

Kong Ku dengan dingin tertawa tergelak, tubuhnya bagaikan kilat mendesak mendekati Toan Bok Cie Jien, tangan kanan Toan Bok Cie Jien segera mendorong, dengan menggunakan gentong arak ditangannya ia  mendorong kearah Kong Ku.

Ia menjadi mendengus melihat hal ini, kedua jarinya ditegakkan, dengan menggunakan kekuatan dari jarinya itu dengan keras menerima tenaga dorongan dari gentong arak Toan Bok Cie Jien itu.

Suatu bunyi yang sangat nyaring terdengar, Toan Bok Cie Jien segera terdesak mundur sebanyak dua langkah oleh tenaga jari yang dilancarkan Kong Ku ini, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, sejenak kemudian ujarnya.

"Karena dua jarimu ini, aku Toan Bok Cie Jien terpaksa tak dapat berbuat apa-apa lagi, tetapi lain waktu kalau kita ketemu lagi, sampai waktu itu pulalah kita harus membuat perhitungan lagi."

Sesudah berkata tubuhnya berkelebat turun ke bawah gunung. Kong Ku dengan dingin membalikkan tubuhnya, wajahnya berhenti tepat dihadapan Seh

Tu-Hoa.

Seh Tu Hoa tahu dirinyapun bukanlah tandingannya, dengan perlahan ia menghela napas, segera ia memberi tanda kepada Shie Chiau Nio dan Seh Tu Hong, puteranya, tiga orang ber-sama2 mundur turun kebawah gunung. Kong Ku terakhir memutar kearah Boen Ching, ujarnya. "Aku masih akan memberikan waktu sejenak bagimu untuk hidup, kau boleh lihat bagaimana aku akan mengambil hioloo itu."

Seusai berkata ia balikkan tubuhnya dan bertepuk dua kali kedalam rimba. Sepuluh orang yang berpakaian hijau muncul dari rimba itu dengan menggotong seutas tali.

Boen Ching nampak tali itu dibuat dari serabut yang sangat keras, pada ujung tali itu terdapat sebuah bola besi yang berwarna hitam, belum saja ia berjalan mendekat ia sudah merasa getaran yang hebat dari pedangnya itu, bagaikan mau terlepas dari sarungnya. Dalam hati Boen Ching menjadi sangat terkejut, ia tahu besi itu tentulah adalah sebuah besi semberani, Kiranya Kong-Ku hendak menggunakan bola besi semberani itu untuk menghisap hioloo kuno yang berada didasar telaga itu, sehingga dirinya tak usah menempuh jalan yang lebih bahaya lagi. Kong Ku menerima ujung tali yang ada bola besinya itu dari orang-orang itu, dia mendengus, berpuluh-puluh kaki tali dari serabut itu hanya sedikit digetarkan telah menjadi kencang bagaikan panah, kemudian besi semberani itu di lemparkan ketengah telaga.

Boen Ching memperhatikan air dari telaga itu nampak pada telaga itu timbul gelombang-gelombang kecil, pada wajah Kong Ku timbul suatu senyuman yang seolah-olah bangga akan pekerjaan itu. Tak lama kemudian tangan kanan Kong Ku di sontekkan keatas, besi semberani tersebut segera melayang meninggalkan air. Boen Ching nampak pada sekitar besi semberani itu penuh dengan bermacam-macam senjata, Kong Ku menunggu hingga besi semberani itu meninggalkan dari atas air, ia tak perlu memandang, hanya dengan mendengar dari suara benda itu meninggalkan air, serta tenaga ditangannya telah mengetahui bahwa ia tak berhasil menghisap hioloo itu keluar dari telaga.

tangan kanannya segera dibalik, besi semberani itu sekali lagi masuk kertalam telaga, kali ini Kong Ku telah mengarahkan seluruh tenaganya keatas tali itu, tampak tali itu lurus bagaikan toya, dan disabetkan keatas permukaan air telaga itu. Sekonyong-konyong dari dalam telaga itu muncul suatu tiang air yang menerjang keluar dari dalam telaga, air telaga mengembang naik dengan cepatnya, sedang pada wajah Kong Ku nampak perasaan yang sangat terkejut.

Air telaga itu terus mengembang naik hingga setinggi sepuluh kaki lebih, terdengar suara gemuruh, sebuah kepala naga yang berwarna putih salju muncul kepermukaan air. Boen Ching menjadi sangat terkejut, telaga itu ternyata bernama sebagai telaga Naga Dingin, binatang aneh itu sudah tentu tak dapat diragukan lagi adalah Naga Dingin yang diceritakan bersembunyi didasar telaga itu, tak disangka ini hari ternyata terpancing keluar oleh besi semberani yang dilemparkan oleh Kong Ku.

pada tigapuluh tahun yang lalu, sepasang mata Kong Ku dikorek keluar oleh Thian Jan Shu, tetapi sekarang sekalipun  ia tak dapat melihat, tetapi ketajaman dari perasaannya ini lebih dari sepasang mata orang biasa. Dia hanya mengetahui kalau Naga Dingin dari telaga itu telah terpancing keluar oleh besi semberani yang dilemparkan oleh dia, ini hari kalau mau dengan lancar mendapatkan hioloo kuno itu, kiranya tak mungkinakan teejadi. Naga dingin itu munculkan kepalanya kepermukaan tetapi bagaikan ekornya dirantai tak dapat munculkan lagi tubuhnya, sepasang matanya yang memancarkan sinar bagaikan dua buah gulungan api yang memandang kearah tepi telaga. Kong Ku mendengus dengan dinginnya, dia agaknyapun telah mengetahui kalau naga dingin itu tak dapat munculkan tubuhnya lagi, tangan kanannya ditarik dengan keras, untuk menarik kembali besi semberaninya itu, tetapi tarikannya kali ini tetap tak berhasil, besi semberani itu bagaikan terkait sesuatu benda yang tak dapat bergerak, sehingga tak dapat di tarik keluar. Naga dingin itu mendongakkan kepalanya sambil mementangkan mulutnya, suatu percikan air yang berwarna putih memancar kearah dua orang itu.

Kong Ku mundur selangkah kebelakang, Boen Ching juga tak berani menentang datangnya air itu, dia juga mundur kebelakang selangkah. Kong Ku mendengus, kepada Boen Ching ujarnya.

"Naga dingin telah muncul, ini hari akan mengambil hioloo sudah tentu tak mungkin akan dapat dilakukan, sekarang apa kau mau bergebrak deagan aku ? ."

Boen Ching tahu orang2 dari golongan sesat itu tak ada seorangpun yang mempunyai aturan, dengan tawar sahutnya. "Aku memang mempunyai niat untuk berbuat demikian." Mendengar perkataan Boen Ching itu dengan dingin sahut Kong Ku.

"Bagus kiranya juga mempunyai semangat, kalau begitu cabutlah pedangmu keluar." Boen Ching dengan tertawa berkata.

"Mengapa harus menggunakan pedang, apa boleh dibilang dengan menggunakan sepasang tanganku itu tak mempunyai harga untuk bertempur denganmu?"

Kong Ku dengan dingin tertawa terkekeh, ujarnya. "Kalau memang nya demikian aku juga tak akan sungkan-sungkan lagi" Boen Ching melirik memandamg ketengah telaga, pada saat ini naga dingin telah menyelam lagi kedalam air, sedang airpun mulai menjadi surut kembali sedang tali serat dari Kong Kupun telah dibuang pada permukaan air kembali menjadi tenang, bagaikan tidak pernah terjadi sesuatupun. Kong Ku nampak Boen Ching demikian besar nyalinya, malah mengira mungkin dia mempuyai jurus- jurus ilmu silat yang lihai, tangan kanannya dengan perlahan dipukulkan keluar dengan menggunakan jurus "Yu Ling Tang Cau" atau mencakar sisik mega, ditepukkan ketubuh Boen Ching.

Boen Ching mengangkat tangan kanannya, dan mencekal tangan pada urat nadi tangan Kong Ku.

Kong ku dengan perlahan mendengus, tangan kanannya dibalik dan balik mencekal tangan kanan Boen Ching, ia segera mengeraskan tangan kanannya, ternyata dia tak menghindar atau berkelit sedikitpun juga dan dengan perlahan dia membiarkan tangannya dicekal oleh Kong Ku.

Kong ku dalam satu jurus berhasil mencekal tangan kanan Boen Ching. dia pun merasa amat terkejut. jurus "Yun Ling Tang Cau" ini sebetulntya sebagian besar adalah merupakan gerakan pancingan, dan digunakan untuk memancing musuh untuk turun tangan, sedang Boen Ching ternyata mengajukan diri untuk ditawan, entah dia mempunyai tujuan apa. Dia yang mencekal tangan Boen Ching, dalam hatinya malah balik merasa curiga, untuk sesaat tak dapat mengambil keputusan untuk apa pun. Boen Ching tak bergerak sedikitpun juga, ia menanti Kong Ku untuk turun tangan untuk ke dua kalinya.

Kong Ku dengan perlahan mendengus pikirnya:

"Tak perduli kau akan berbuat apa, pokoknya akan kulemparkan kau kedalam telaga terlebih dahulu baru berkata lagi". Tangan kanannya digetarkan dan melemparkan tubuh Boen Ching ketengah telaga dingin itu.

Boen Ching sejak tadi telah bersikap menanti gerakannya, Kong Ko kini ternyata melemparkan tubuhnya, ia segera mengembalikan tangannya untuk balas mencekal pergelangan tangan Kong Ku dan mengerahkan jurus "Thian tee Ie weh" dari ilmu "Thian Thien Kioe Sih".

Pergelangan tangan Kong Ku yang dicekal oleh Boen Ching segera mengeluarkan suara tertahan, ternyata jurus Boen Ching ini tidak berhasil menggerakan tubuh Kong Ku sedikitpun juga dalam hatinya sedikitpun juga, dalam hatinya sedikit merasa sangat terkejut, kemudian melancarkan lagi jurus "Shie Thian Song Gwat" Tubuhnya berputar diudara, semula Kong Ku oleh jurus "Thian tee Ieweh" dari Boen Ching ini telah membuat kuda-kudanya menjadi tergempur, pada saat ini dibuat berputar lagi oleh tenaga dalam jurus Boen Ching ini, mau tak mau membuatnya terjungkir balik, untung dia segera memutarkan tubuhnya, kalau tidak maka tubuhnya akan terlempar ke tengah telaga oleh jurus Boen Ching ini. wajah Kong ku segera berubah, dengan dingin ujarnya: "Tak dapat disalahkan lagi kau berani bicara besar, kiranya

kau masih sangat hafal dari ilmu sakti dunia kangouw yakni ilmu "Thian Thien Kioe Sih." Boen Ching nampak dirinya harus berputar berpuluh2 kali baru dapat membuat Kong ku terjungkir sekali bahkan tidak terjatuh pada arah yang dituju olehnya, hatinya menjadi sangat terkejut, tetapi ia tidak tahu kalau dalam hati Kong kujauh lebih terkejut jika dibandingkan dengan dirinya, kehebatan dari ilmu Thay Thien Kioe Sih tak ada bandingan nya, kalau saja lweekang yang dimiliki Boen Ching lebih tinggi dari dirinya, bukankah dirinya akan terlempar jatuh ke tengah telaga, Boen Ching ini tak dapat dibiarkan hidup lebih lama lagi. kalau tidak jika bertambah beberapa tahun lagi, dirinya mana dapat menandingi dia lagi.

Kong Ku pertama kali karena memandang rendah pada pihak musuh sehingga terkena pancingan, setelah berdiri tegak ditanah tak henti-hentinya ia tertawa dingin sedang tubuhnya mendekat pada Boen Ching lagi.

Boen Ching dengan tawar berkata.

"Thay Thien Kioe Sih tidaklah hanya sebagian itu saja, engkau mau melemparkan aku ke dalam telaga untuk bertempur mati-matian dengan naga dingin itu, aku kira tidaklah demikian mudahnya untuk melakukannya."

Kong Ku tertawa dingin, ujarnya. "Aku harap kau jangan terlalu meninggikan dirimu sendiri, ilmu Thay Thien Kioe Sih mungkin sungguh dapat disebut sebagai ilmu sakti didalam Bu-lim, tetapi kalau kau yang menggunakan, aku kira masih sangat terlalu jauh untuk dikatakan. Sewaktu mengucapkan perkataan itu,"

tubuhnya bagaikan kilat cepatnya mendesak mendekat ketubuh Boen Ching. Boen Ching sambil mengundurkan diri melancarkan serangan dengan menggunakan gerakan tubuh "Sie Liu Eng Hong" ia berusaha untuk memunahkan serangan musuh itu.

Kong Ku dengan dingin mendengus,jari tengah  dan telunjuk dari tangan kanannya dengan perlahan disentilkan, segulung angin yang amattajam mengikuti arah yang ditunjuk menyerang kearah tubuh Boen Ching.

Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut, sungguh tak disangka olehnya kalau Kong Ku ternyata dapat melatih ilmu sakti semacam ini, dengan demikian gerakan tubuh "Sie Liu Eng Hong" nya jadi kehilangan kehebatannya.

Dengan tergesa-gesa ia menghindar kesamping untuk menghindari serangan yang menyerang dirinya Itu dengan hebatnya Itu.

Kong Ku dengan dingin mendengus, pada saat tubuhnya berkelebat tangannya telah menyambar mencengkram punggung Boen Ching, sedang tangan kanannya bergerak menotok jalan darah pada punggung Boen Ching, kemudian ujarnya.

"Kau sendiri dapat membebaskan totokan ini, setelah sampai pada dasar telaga bebaskanlah sendiri, Ilmu Thay Thien Kioe Sih terhadapku juga telah tak ada gunanya, hanyalah tinggal menanti budak kecil itu membalas dendam bagimu."

setelah berkata dengan perlahan tangan kanannya mendorong, melemparkan tubuh Boen Ching ketengah telaga.

Jalan darah pada punggung Boen Ching tertotok, dia sadar bahwa satu satunya jalan kehidupan baginya adalah jika ia dapat membebaskan totokan tepat pada waktunya, kalau  tidak kiranya dirinya juga akan terkubur didasar telaga itu.

untuk membebaskan totokan bukanlah suatu pekerjaan yang sangat mudah dan tak mungklin dalam waktu yang singkat dengan menggunakan hawa murninya untuk membebaskan totokan tersebut.

Begitu Kong Ku melepaskan tangannya, dia mulai dengan mengerahkan hawa murninya untuk membebaskan totokan itu.

Tubuh Boen ching yang dilemparkan ketengah telaga ditengah udara berturut-turut ia bersalto beberapa kali, dan kemudian jatuh ditengah telaga naga dingin itu.

Begitu tubuhnya bertemu dengan air telaga, tanpa terasa seluruh tubuhnya menjadi berkerut, rasa dingin dari air telaga naga dingin ini jauh lebih hebat dair penderitaannya jika dibandingkan dengan rasa dingin daripada Han Siong Leng Uh.

Seluruh tubuhnya terasa diserangoleh rasa dingin yang hebat dari air telaga tersebut, tapi pada dadanya terasa hangat sekali.

Dalam hati Boen Ching diam2 merasa heran dan bercampur terkejut. Cermin "Thian Tuen" yang biasanya ditempatkan pada dadanya itu mengeluarkan suatu hawa yang dingin dan nyaman, pada saat ini bagaimana dapat berbalik mengeluarkan hawa yang hangat?

Dia yang dibesarkan dilautan Timur, sudah tentu menyelam diantara ombak bagi dia tidaklah merupakan suatu urusan yang berat baginya untuk bertahan napas didalam air dapat mancapai tiga jam lamanya tapi jika jalan darahnya tak dapat dibebaskan, dengan sendirinya tangan dan kakinya menjadi tak dapat bergerak. Tubuhnya yang masuk jadi tak dapat bergerak, tubuhnya yang masuk ke dalam air segera tenggelam ke dasar telaga.

Boen Ching menutup matanya dan mulai menjalankan pernapasan, dia tahu pada tubuhnya ada cermin pusaka yang melindungi tubuhnya dna tak usah lagi takut akan hawa dingin dari air telaga itu, dia hanya dengan memusatkan seluruh perhatiannya untuk menjalankan pernapasan guna membebaskan totokannya.

Setelah menjalankan tiga kali putaran tiga tempat jalan darah yang tertotok dalam tubuhnya telah dapat dibebaskan seluruhnya, baru tubuhnya akan digerakan untuk naik keatas sebuah arus berputar yang sangat santar telah menerjang ketubuhnya.

Dalam hati Boen Ching diam2 merasa sangat terkejut, ketika ia membuka matanya untuk melihat, ternyata naga dingin penghuni telaga naga dingin itu sedang datang mendekati tubuhnya dan menerjang kearahnya dengan cepat dan ter-gesa2 ia menghindar kesamping.

matanya memperhatikan keadaan sekitarnya, sebenarnya memangnya telah melatih untuk memandang di tempat yang gelap, di tempat yang gelap gulita itu dengan samar-samar ia telah dapat melihat dasar telaga yang letaknya tak jauh dari dirinya. Didasar Telaga naga dingin tersebut, terlentang berpuluh2 sosok tengkorak manusia, ada yang dalam sikap duduk ada pula yang dalam keadaan telentang, sedang tengkorak2 itu banyak juga yang telah hancur berantakan, diatas tubuh tengkorak-tengkorak itu penuh dengan lumpur, ketika air mengalir melalui tengkorak itu dan menghilangkan Lumpur yang ada diatasnya, barulah dapat dilihat wajah sesungguhnya dari tengkorak itu. Naga dingin itu ditengah remang2nya air telaga tampak yang sangat putih sekali- bagaikan salju, panjangnya kira-kira empat lima kaki, sepasang matanya berwarna merah darah, didalam air sekalipun gerakannya sangat lincah, tetapi ekornya terdapat seutas rantai besi yang sangat besar sekali. Boen Ching setelah menghidari terjangan naga dingin itu, menurut pengalamannya yang ia dapatkan,jika menemui binatang buas didalam air sekali kali tidak dapat melarikan dirinya, sebagai manusia kegesitan waktu bergerak tidak mungkin dapat melawan kelincahan dan gerakan binatang penghuni air. Dia membalikkan tubuhnya sambil mencabut keluar pedang panjangnya, matanya dengan tajam memperhatikan naga dingin itu. Naga dingin itupun memperhatikan Boen Ching kedua belah pihak menantikan saat yang baik untuk bergerak.

Boen Ching tahu bahwa sebangsa ular atau naga jika dalam air kekuatan ekor naga dingin itu, meskipun dia mempunyai cermin pusaka yang melindungi jantungnya tetapi bagaimanapun juga tak dapat menghindarkan diri dari serangan hawa dingin dari telaga itu, kakinya dan tangannya mulai menjadi kaku.

Naga dingin itu setelah memperhatikan Boen  Ching sejenak, mulutnya yang besar itu membuka dan menutup, sekumpulan air yang sangat santar kembali menyerang kearah Boen Ching dengan hebat.

Boen Ching menjadi sangat terkejut tubuhnya bergerak menghindar kesamping, tetapi sekumpulan air yang santar itu setelah melewati pergi, terasa lagi suatu hawa yang sangat dingin sekali menyerang kearah nya, saking dinginnya, membuat dia hampir2 gemetar.

Naga dingin itu nampak serangannya tidak mengenai sasaran, tubuhnya maju mendesak kearah Boen Ching lebih dekat lagi.

Pedang panjang ditangan kanan Boen Ching dengan cepat menusuk keluar tetapi naga dingin itu tetap meneejang kedepan sekalipun pedang Boen Ching dengan cepat mengenai tubuh naga dingin itu, tetapi naga dingin itu sedikitpun tidak menderita luka apapun, sambil mementangkan mulutnya lebar-lebar, tubuhnya mendesak lebih dekat lagi ke tubuh Boen Ching, dalam jarak tidak lebih dari tiga kaki saja.

Boen Ching dengan tergesa-gesa menyingkir ke samping. Naga dingin itu dengan gusar melototkan matanya, tubuhnya bergerak dengan kerasnya, membuat pada dasar telaga itu timbul suatu ombak yang keras, pasir dan lumpur bergolak, segulung demi segulung ombak besar itu menerjang ketubuhnya dengan keras. Boen Ching yang terpukul oleh ombak yang sangat besar itu dipaksa mundur terus kebelakang.

Naga dingin itu disamping menggerakkan tubuhnya hingga menimbulkan ombak yang besar, tubuhnya bagaikan kilat cepatnya mendesak kearah Boen Ching. Boen Ching berturut- turut menghindar kesamping, mendadak dia merasakan suatu arus yang sangat cepat dan santer menerjang dari belakang tubuhnya. Dia menjadi terkejut, tidak sempat lagi untuk menoleh kebelakang, tahu-tahu telah dihisap oleh arus keras yang menyerang dirinya itu dan membawanya kedalam suatu gua yang sangat gelap sekali.

Boen Ching dengan cepat menutup seluruh pernapasannya, mengikuti arus keras itu tubuhnya mengalir terus, dia dengan seluruh perhatiannya memperhatikan keadaan sekelilingnya, nampak didalam gua itu empat penjurunya penuh dengan batu2 aneh yang sangat runcing sekaU.

Dalam hatinya diam-diam dia merasa sangat terkejut, ditengah teejangan arus telaga yang demikian derasnya itu ternyata terdapat batu-batu aneh yang demikian runcing nya, jikalau bukan dirinya telah berhasil melatih ilmu memandang didalam kegelapan, kiranya sejak tadi telah mengalami kematian. Arus deras itu menerjang terus dengan santer nya, tak lama kemudian telah sampai ditengah suatu telaga yang sangat gelap sekali. Boen Ching yang telah sangat lama menutup seluruh pernapasannya, pada saat ini merasa arus air itu mulai menjadi perlahan, dengan cepat tubuhuya digerakkan, untuk timbul keatas permukaan air dan mengirup udara segar. Setelah ia menghirup udara panjang2, dengan perlahan ia membuka kedua matanya kembali tetapi terasa didalam gua itu sangat terang sekali oleh suatu sinar yang berkilauan, sinar itu menusuk kedalam matanya, membuat dia hampir2 tak dapat mementangkan matanya, dalam hatinya diam2 merasa heran dan terkejut, Boen Ching dengan cermat memandang kekanan dan kekirinya, nampak disebelah kiri dari goa itu terdapat sebuah batu gunung yang panjangnya beberapa kali dan muncul dari permukaan atas, sinar yang menyilaukan mata itu timbul dari atas batu gunung yang besar itu.

Boen Ching yang tidak dapat melihat dengan jelas, dalam hatinya mendadak timbul rasa ingin tahunya, tak disangka di belakang dimana terdapat arus yang demikian santarnya itu ternyata terdapat suatu tempat seperti ini, entah barang apakah yang terlihat memancarkan sinar yang berkilauan itu. Dia menarik napas panjang2, tubuhnya melompat melayang keatas dan hinggap diatas batu besar itu.

Sesampai diatas batu itu, nampak disekeliling dari batu itu ternyata ada beberapa kaki luasnya, diatas batu itu terdapat tulang belulang dari seekor naga yang membujur panjang, sepasang matanya memancarkan sinar merah yang berkilauan, sedang didalam mulutnya terdapat sebuah benda bulat yang menyerupai sebutir pil yang berwarna emas. Sinar berkilauan yang tadi terlihat itu kiranya berasal dari pil berwarna emas tersebut.

Disamping tulang belulang dari naga itu masih terdapat sebuah mayat dari seorang hweesio yang dalam sikap sedang bersila, sekalipun hweeesio itu telah wafat lama sekali, tetapi wajahnya masih tetap utuh seperti orang yang masih hidup, pada wajahnya terlihat senyuman yang sangat ramah sekali. Boen Ching menarik napas panjang-panjang, dalam hati pikirnya. "Entah hweesio ini berasal dari angkatan yang keberapa, ternyata dapat wafat ditempat ini."

Dia memandang keadaan sekelilingnya, nampak arus itu mengalir kesuatu gua yang gelap, sedang tulang dari naga itupun menerobos masuk lagi kedalam gua yang tingginya satu setengah kaki. "Untung baginya pedang panjang dan buntalannya terbawa pada tubuhnya, dia sambil menghela napas lega, menurunkan pedang dan buntalannya keatas tanah, dapat sampai ditempat ini juga dapat dihitung sangat beruntung sekali, kalau tidak banyak waktu lebih lama sedikit lagi berdiam di dalam telaga naga dingin itu, juga bukannya mati kedinginan juga mungkin mati tertelan oleh Naga dingin itu. Dia bertindak dua langkah kedepan, nampak diatas dinding batu didepan gua itu agaknya terukir beberapa tulisan, dia bertindak ke depan memandang, diatas batu itu ternyata terukirkan kata.

"Thay Tong tahun kedua, Pendeta Thian Tok Wang Huo wafat ditempat ini, bersama-sama dengan naga emas melawat kebarat, merantai Naga dingin didasar telaga Naga dingin.

pendatang yang berjodoh dapat menelan pil berwarna emas yang ditinggalkan oleh naga emas itu, ilmu sakti dari Tinggoan yang telah lenyap empat abad yang lalu "Hong Loei Chiet Kiam" dapat menundukkan naga, ilmu "Hong Loei Chiet Kiam ini sebenarnya adalah ilmu sakti dari daerah Tionggoan, tetapi karena merasa akibatnya terlalu hebat dan kelihayannya tak ada bandingannya, bukanlah orang persilatan yang dapat mempelajarinya, hingga tak berani menerima murid, ilmu yang berasal dari Tionggoan sudah tentu harus dikembali kan kedaerah Tionggoan, kini diwariskan pada orang yang mendatang, gua ini, karena menurut anggapan orang yang dapat memasuki gua ini tentu orang yang mempunyai rejeki besar, dan jangan menggunakannya untuk melakukan kejahatan. Tulisan itu sampai disitu telah berhenti, Boen Ching setelah nampak hal ini menjadi menghela napas, kira nya pil yang berwarna emas itu adalah pil sakti naga emas itu.

Dia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke depan Wang Huo Thaysu, dapat diduga hwesio sakti dari ribuan tahun yang lalu ini pasti adalah seorang manusia aneh yang sakti, segera ia berlutut dan bersujut memberi hormat, seluruh tubuh dari Wang Huo Thaysu itu.  Kemudian dengan perlahau-lahan ia bangkit berdiri dan mengambil pil berwarna emas itu yang diletakkan keatas tanganya setelah memandangnya sejenak barulah memasukkan kedalam mulut dan ditelan.

Segera ia duduk bersila untuk mengatur jalan pernapasannya, begitu pil berwarna emas itu masuk kedalam mulutnya, segera pula ia merasa sebuah arus yang panas mengalir masuk kedalam tubuhnya, sedang tulangnya mengeluarkan serentetan suara yang perlahan, hawa dingin yang tadi menyerang dirinya kini dengan cepat telah tersapu hilang.

Setelah mengatur pernapasannya hingga hawa murninya berputar tiga kali keseluruh tubuh nya dia baru menghela napas lega dan bangkit berdiri terasa tubuhnya menjadi sangat segar sekali, hawa murninya terus menembus keseluruh urat nadi dan jalan darahnya.

Pada saat bernapas, tenaga tubuh dan hawa murninya bergerak dengan sangat perlahan sekali, bagaikan akan menerobos terus keseluruh tubuhnya.

Dalam hati diam-diam merasa sangat girang, tak disangka pada saat menghadapi keadaan yang bahaya malah balik berganti dengan mendapat keuntungan dan menemui kejadian yang aneh.

Boen Ching setelah menelanpil berwarna emas itu dan nampak empat penjuru dari tempat itu memancarkan sinar yang sangat menyilaukan mata itu, dalam hatinya mulai timbul rasa curiga, dengan memusatkan seluruh perhatiannya ia memandang, nampak tulang belulang dari naga emas itu menjulur masuk kedalam gua itu bahkan memancarkan sinar yang sangat menyilaukan mata.

Dia teringat akan pesan yang ditinggalkan oleh Wang Huo Thaysu yang mengatakan bahwa terdapat ilmu sakti dari dunia persilatan yaitu "Hong Loei Chiet Kiam" atau tujuh pedang angin petir, dalam hati diam-diam pikirnya "Aku kini ternyata telah menelanpil berwarna emas dari naga emas itu, mengapa tidak sekalian mempelajari ilmu "Hong Loei Chiet Kiam", apa lagi aku kini tidak mempunyai urusan, mau keluar dari gua inipun tak mungkin dapat keluar."

Berpikir sampai disini, ia memungut pedang panjang nya kembali samhil mengambil buntalannya ia berjalan masuk ke dalam gua tersebut.

Baru ia masuk kedalam gua itu, pandangan dihadapannya menjadi terang, dalam gua itu dari tingginya yang hanya setengah kaki itu kini telan berubah menjadi beberapa kaki tingginya empat penjuru dari gua batu itu penuh dengan intan permata, sedang ubinnya terbuat dari batu giok, di tengah  gua itu terdapat sebuah kolam air dan ditengah kolam itu terdapat seekor naga emas yang memancarkan airnya.

Boen Ching yang nampak hal itu menjadi tertegun, pemandangan semacam ini sekaiipun di dalam istana kaisarpun juga tak dapat menemuinya.

Disamping dari kolam itu terdapat tujuh buah patung manusia yang terbuat dari emas, dengan mencekal sebilah pedang panjang masing-masing berdiri dengan gayanya yang berbeda satu dengan yang lainnya, setiap patung dari emas itu sungguh sangat hidup dan indah pembuatannya, bagaikan orang sungguh-sungguh.

Boen Ching setelah menurunkan buntalannya ke atas tanah, dengan perlahan ia berjalan mendekati, dengan sinar yang terkejut bercampur heran ia memandang ketujuh patung yang terbuat dari emas itu, dengan hasil pembuatannya yang demikian indahnya itu,

kiranya pada saat ini tak seorangpun yang dapat menandingi hasil pembuatannya yang demikian hidupnya itu.

Dengan perlahan dia mencabut keluar pedangnya satu gerakan demi satu gerakan, satu jurus demi satu jurus ia mulai mempelajarinya, diam-diam dia merasakan bahwa ilmu "Hong Loie chiet Kiam" ini bukan saja sangat hebat sekali, bahkan keanehan dan akibat yang timbul dari jurus-jurus itu sukar sekali untuk ditandingi, seluruh jurus itu terdiri jurus- jurus serangan semuanya.

Boen ching setelah mencoba menirukan ilmu "Hong Loei chiet Kiam" itu satu kali, merasakan bahwa untuk mempelajari ilmu itu ia menemukan kesukaran-kesukaran. mulailah dia memandang dengan Cermat satu jurus demi satu jurus, seluruh patung yang terbuat dari emas itu terlihat bentuk- bentuk dari otot-otot dan urat-urat nadinya.

Boen ching sambil menirukan Cara dan bentuk dari tiap jurus, ia mulai menggerak-gerakkan pedangnya, terasa baginya sangat berat sekali.

Didalam gua itu tumbuh pula berbagai macam buah- buahan liar, Boen ching pun mulai melatih ilmu "Hong Loei chiet Kiam" itu didalam gua tersebut, setelah merasa lelah ia baru beristirahat didalam gua itu tak nampak matahari, hal ini membuatnya tak mengetahui kalau waktu itu adalah siang atau malam.

Entah telah lewat berapa lama Boen ching masih selalu memusatkan perhatiannya pada pertemuan yang bakal diadakan diloteng oei Hok lo pada jam 8 malam Tiong chiu, ia tinggal lebih lama lagi didalam gua itu, begitu ia selesai melatih ilmu "Hong Loei chiet Kiam" itu segera pula mulai bersiap untuk meninggalkan gua tersebut.

Setelah keluar dari dalam gua, ia berlutut dan memberi hormat pada mayat Wang Huo Thaysu kemudian mengencangkan pedang dan buntalannya pada tubuhnya dan balikkan tubuhnya loncat masuk kedalam air, mengikuti mengalirnya air ia bergerak maju.

Setelah lewat beberapa saat sampailah dia pada arus yang deras itu, sekali lagi ia menutup seluruh pernapasannya, tetapi kali ini arus itu mengalirnya terlalu panjang, belum saja sampai diluar gua dia telah didesak untuk mulai minum air telaga itu, baru kemasukan air dua tegukan, tak tahan diri dan jatuh tak sadarkan diri.

lewat beberapa waktu, ketika ia siuman kembali, dirinya telah terlentang di suatu sungai kecil.

Boen ching mengelengkan kepala, terdengar dari samping tubuhnya ada orang yang sedang bertanya pada dirinya. "Siangkong, akhirnya kau sadar kembali."

Boen ching miringkan mukanya memandang kesamping tubuhnya tampak seorang tukang kayu berusia pertengahan berdiri disamping tubuhnya, Boen ching merasakan tubuhnya sangat lelah sekali, kepada tukang pencari kayu itu sambil tertawa, ujarnya. "Tempat ini tolong tanya apa namanya "

Tukang pencari kayu itu sambil tersenyum balas menyahut.

"Tempat ini adalah dikaki gunung Tlong Thiau, tadi aku sedang pergi mencari kayu nampak siangkong terombang ambing oleh air dan lewat ditempat ini, untung aku sempat dengan Cepat menolong dirimu."

Boen ching dengan seenaknya menganggukkan kepalanya, sedang dalam hatinya diam-diam ia berpikir.

"Bukankah aku sedang berada digunung Hong San? " Mendadak hatinya menjadi tergetar, dengan Cemas tanyanya: "Benarkah tempat ini adalah gunung Tlong Thiau ?"

Tukang pencari kayu berusia pertengahan itu dengan tersenyum menganggukkan kepala.

dalam hati Boen ching merasa sangat terkejut, dia berdiam didalam gua dimana terdapat kolam nagaemas itu entah telah berapa lamanya, sedang jarak antara Gunung siong San sampai disini ratusan li jauhnya, dengan cemas tanyanya pula. "Tolong tanya apakah malam Tiong chiu telah lewat atau belum?" Tukang pencari kayu berusia pertengahan itu nampak wajah Boen ching demikian tegangnya, dia menjadi tertegun, kemudian sambil tersenyum ujarnya .

"Siangkong, kini sedang bulan tujuh tanggal lima belas, jarak sampai malam Tiong chiu masih sangat jauh sekali "

"oh... " setelah mendengar perkataan itu Boen ching baru dapat menjadi agak tenang, walaupun demikian dia berdiam didalam gua itu juga kurang lebih satu bulan lamanya, setelah termenung sejenak dari dalam sakunya ia mengambil sepotong perak dan diberikan kepada tukang pencari kayu berusia pertengahan itu sambil ujarnya.

"Terima kasih sekali kepadamu, ini sedikit pemberian dariku, harap kau mau menerimanya "

sehabis berkata ia berjalan kearah depan.

Tukang pencari kayu yang berusia pertengahan itu menjadi tertegun, dengan termangu-mangu ia memandang kearah Boen ching.

dalam hati Boen ching menjadi sedikit merasa bingung, kejadian yang dialami pada beberapa hari ini semuanya bagaikan impian saja, dengan perlahan dia berjalan maju kedepan setelah mencari suatu tempat yang sunyi dan bersih ia mulai menjalankan pernapasan untuk kemudian melanjutkan perjalanannya lagi.

Dia teringat akan Kong Ku kemudian teringat pula Bwee Giok, saat Bwee Giok sebelum meninggalkan dirinya, sinar matanya juga perkataan yang diucapkannya, hatinya makia lama makin merasa menjadi berat sekali, dia tidak menginginkan Bwee Giok naik keatas istana chie Lan Kong, tentu dia telah menganggap dirinya telah binasa, sekarang bagaimana baiknya.

Boen ching berpikir terus, entah Bwee Giok kini berada dimana, ingin sekali dia untuk menemui seseorang untuk ditanyai bagaimana keadaan dunia kangouwpada waktu baru- baru ini. .

Sambil berpikir tak karuan, dia menarik napas panjang- panjang dan berlari kearah gunung siong San.

Setelah melewati sebuah pa dang rumput, sampailah disuatu bukit kecil. Mendadak Boen ching mendengar suatu suara yang sangat aneh sekali menggema dari belakang bukit itu, dengan Cepat tubuhnya berkelebat melayang keatas puncak kecil itu, tanpa terasa hatinya menjadi sangat terkejut.

Dibawah bukit kecil itu tampak berpuluh-puluh orang berbaju hijau sedang mengepung beberapa orang. orang itu ternyata adalah Kong Sun Seh, Pek HOuw serta Pek Hian Ling tiga orang.

Ditinjau dari dandanan serta pakaian yang dipakai orang- orang itu, sekali pandang saja telah mengetahui kalau orang- orang itu adalah anak buah dari pihak chie Lan Kong, dalam hati Boen ching diam-diam merasa sangat terkejut, tak disangka entah karena urusan apa ternyata orang-orang dari chie Lan Kong telah bergebrak dengan orang-orang dari pihak Thian San Pay.

Jlka dilihat dari situasi serta keadaannya dapat dilihat Kong sun Seh bertiga telah didesak dibawah angin, sedang Kong Sun Sekpun telah mulai melancarkan ilmu "Thay Bong cap Pwee san" yang sangat terkenal itu.

Lawan orang-orang berbaju hijau itu nampak tubuh Kong Sun Seh melayang ketengah udara segera pula berpencar membentuk suatu barisan pedang.

Kong Sun Sek dengan sekuat tenaga menyerang kebawah, tetapi seluruh jurus serangannya berhasil dipunahkan oleh pihak lawan-

Begitu jurus serangan dari ilmu "Thay Kong cap pwee san" itu telah habis digunakan tubuhnya melayang turun lagi keatas tanah. Selain dari orang berbaju hijau itu bagaikan angin puyuh mendesak mendekat, diantara berkelebatnya sinar pedang yang berkilauan, dari bentuk menyerang yang tak karuan kedudukannya tadi, kini telah berubah menjadi suatu jaringan pedang yang sangat tepat sekali, dalam waktu sekejap mata saja Kong Sun Sek, Pek Hian Ling telah terjerumus dalam suatu pertempuran yang sangat payah sekali.

Boen ching menjadi mengerutkan slisnya, dalam hatinya dan sadar bahwa jika hal ini diteruskan demikian, tiga orang itu pasti akan mengalami kekalahan seCara total, terhadap tiga orang itu dia sedikitpun tidak mempunyai permusuhan apapun, bahkan sebaliknya terhadap pihak chie Lan Kong dia mempunyai sedikit ganjalan.

Sebenarnya didalam hatinya memang sudah mempunyai niat untuk mencari orang untuk menanyakan berita-berita dari dunia kangouw baru2 ini, kini dia tak dapat lagi untuk bertindak terlambat. sambil bersiul nyaring, ia menarik napas panjang-panjang sedang tubuhnya meloncat ke tengah udara dandari atas puncak bukit kecil itu melayang turun dan menubruk kearah belasan orang berbaju hijau itu.

Begitu siulan nyaring Boen ching itu keluar dari mulutnya, sekelompok orang-orang itu telah mengetahui kalau telah kedatangan musuh yang tangguh, pada saat miringkan mukanya untuk memandang, Boen ching dari tempat setinggi puluhan kaki itu telah melayang turun.

Kong Sun Sek bertiga dalam hatinya menjadi sangat girang, sedang puluhan orang berbaju hijau itu sebaliknya merasa sangat terkejut, didalam Bu lim orang yang dapat melayangkan tubuhnya ditempat datar sejauh puluhan kaki saja sudah sangat sukar untuk menemuinya, Boen ching kini dapat meloncat naik keatas sejauh puluhan kaki untuk kemudian melayang turun kembali keatas tanah, sungguh merupakan suatu berita yang dapat mengejutkan orang yang mendengarnya.

Nampak keadaan demikian itu mereka telah mengetahui kalau Boen ching adalah musuh bukan kawan. kini musuh tangguh telah tiba, mana sempat untuk mengusir Kong Sun Sek bertiga.

Puluhan orang berbaju hijau itu bersama-sama bergerak mundur, dengan sendirinya telah membentuk suatu barisan pedang yang sangat kuat sekali.

Tubuh Boen ching yang baru berada ditengah udara mencabut keluar pedangnya, pada saat tubuhnya hendak turun keatas tanah, dengan Cepat ia menarik napas panjang- panjang, dengan keras ia meloncat kan tubuhnya naik lagi setinggi dua kaki lebih, kemudian bersalto dan mengubah kedudukannya dengan kepala diatas dan kakinya berada dibawah.

Ie Bok Kiamnya ditengah udara membuat suatu guratan panjang, menyapu kearah puluhan orang berbaju hijau itu.

Jurus serangan yang dilakukan Boen ching ini dilancarkan dengan sangat hebat sekali, dengan mendatar menyapu kearah puluhan orang berbaju hijau itu, pedang panjang dari orang-orang berbaju hijau itu bersama-sama ditusukkan keluar membentuk suatu bayangan pedang dan balas menyapu kearah Boen ching.

Ketika pertama kali Boen ching tiba di tempat itu telah mengandung niat untuk menekan orang-orang itu dibawah pedangnya, dia dengan dingin mendengus, tenaga murninya dikerahkan ketubuh pedang Ie Bok Kiamnya bukannya menghindar malah sebaliknya menyambut kemuka.

Kong Sun Sek yang nampak dengan tiba-tiba Boen ching muncul ditempat itu, sebenarnya dalam hatinya merasa  sangat girang. tetapi kini ternyata Boen ching berani dengan keras melawan "Yun cang Tin Hoat" atau ilmu barisan kelambu mega dari pihak chie Lan Kong, bukankah dengan akan menjerumuskan diri kedalam maut??

Yun cang Tin Hoat dari pihak chie Lan Kong adalah sakti yang paling diandalkan oleh chie Lan Kong didalam menjagoi dunia kangouw, begitu barisan itu di gerakkan barisan ini dapat menyerupai ilmu Pek pay, bahkan jika dibandingkan dengan ilmu Pat Sian Tian Hoat itu jauh lebih hebat lagi, jika barisan ini dibentuk keCuali bagi mereka yang memiliki ilmu tenaga dalam yang tinggi, kalau tidak sekali terjerumus didalamnya sukar sekali untuk meloloskan diri dari kematian.

TETAPI dia hanya mengkhawatirkau keselamatan dari Boen ching dengan sia2 saja, Boen ching setelah menelanpil berwarna emas dari Naga emas itu, kemajuan yang dicapai didalam tenaga dalamnya adalah diluar dugaan dirinya dimana tempat yang disabet oleh pedang panjang dari puluhan orang berbaju hijau itu, diantara suara yang sangat aneh telah patah menjadi dua semuanya.

Boen ching dengan wajah yang seperti tak pernah terjadi hal apa-apa turun keatas tanah, sedang puluhan orang berbaju hijau itu dengan termangu2 berdiri mematung disana.

Kong Sun sek pun saking terkejutnya berdiri tertegun disana, untuk sesaat tak dapat mengucapkan sepatah katapun juga .

Boen ching berjalan mendekati ketiga orang itu, kepada Pek HOuw dan Pek Hian Ling ia tersenyum, kemudian ujarnya kepada Kong Sun Sek: "Kong Sun Cianpwe, telah lama tak bertemu apa baik-baik saja ?" Kong sun Sek setelah tertegun sejenak. kemudian sambil tersenyum sahutnya.

"Didalam dunia kangouw telah mengabar kan bahwa kau telah dilemparkan kedalam telaga naga dingin hingga menemui ajalnya oleh pimpinan Tiga bersaudara chie Lan Kong, Kong Ku." Boen ching nampak Kong Sun Sek meskipun tertawa, tetapi pada wajahnya tertutup oleh kedukaan, diapun memandang sejenak pada Pek HOuw serta Pek Hian Ling pada waktu biasanya tak mungkin dapat demikian tenangnya, tetapi sebaliknya pada wajah dua orang itu pun terlihat sikapnya yang aCuh tak aCuh, agaknya ada suatu urusan yang sangat berat yang menimpa diri mereka. Sambil tertawa tawar ujarnya.

"Berita yang disiarkan memang benar, tetapi sekalipun aku dilemparkan oleh Keng Ku ke dalam telaga, tetapi untung tidak sampai mengalami kematian, ini hari baru saja lolos dari kesukaran, ternyata telah bertemu dengan Cianpwe."

Kong Sun sek setelah menyapu sejenak pada puluhan orang berbaju hijau itu, kemudian ujarnya.

"Mereka itu semuanya adalah orang-orang dari pihak chie Lan Kong, sedang chie Lan Kong telah mendapatkan hioloo peninggalan dari Hay Gwat Thaysu, bahkan kini telah bergabung dengan enam partai besar lainnya."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar