Amarah Pedang Bunga Iblis Bagian 5 (Tamat)

 
BAGIAN 5 (Tamat)

Di dunia ini banyak hal yang sangat rumit dan penuh dengan rahasia, tapi hal-hal seperti itu selalu disebabkan oleh alasan yang sangat sederhana.

Yaitu cinta.

Cinta bisa memusnahkan semuanya. Cinta juga bisa membangun segalanya.

Kehidupan ini begitu sarat dengan cinta, mengapa kita harus bersusah payah mencarinya? Apa kesulitannya?

Apakah cinta bisa membahagiakan? BAB 1 Surga dan Neraka

Sejak dulu hingga sekarang perasaan lah selalu membuat banyak masalah. Perasaan seperti apakah itu?

Mengapa perasaan selalu membuat orang tidak berdaya? Begitu perasaan menjadi tebal, dia akan berubah.

Perasaan sudah begitu tebal, mengapa kau masih sedih?

Perasaan menipis, mengapa masih harus memiliki banyak perasaan? Duo Qing Dao( Pulau Penuh Perasaan Cinta).

Apakah orang-orang yang ada di sana penuh perasaan? Disana tidak ada rumput sama sekali.

Batunya berwarna abu, dingin, keras, dan tampak menyeramkan. Gelombang laut terus menghantam pantai, seperti banyak kuda yang berlari dan juga seperti banyak orang yang sedang berteriak.

Pulau itu dikelilingi oleh batu karang yang tajam. Banyak perahu yang terkena batu karang dan terdampar di sana. Perahu-perahu itu seperti kelinci yang dimangsa oleh binatang buas.

Walaupun saat ini adalah siang tapi keadaan di sana tetap terasa penuh dengan nafsu membunuh.

Huang Fu Qing Tian berdiri di pantai di sebuah batu besar berwarna hitam. Dia melihat ke sekeliling tempat itu dan menarik nafas panjang.

"Tempat yang sangat berbahaya," kata Huang Fu Qing Tian, "kalau bukan aku sendiri yang menyaksikan, sekalipun aku dibunuh aku tidak akan percaya bahwa di dunia ini ada tempat seperti ini, malah ada orang yang bisa bertahan hidup di tempat seperti ini."

Begitu mendapatkan surat itu, Huang Fu Qing Tian diam-diam meninggalkan rumahnya, meninggalkan kota Ji Nan. Ini adalah hal mengenai persoalan dia dan Zhong Hui Mie. Dia harus bisa menghadapinya sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Di belakang surat tertulis letak Duo Qing Dao dan tulisannya sangat jelas, tapi dia menghabiskan waktu banyak dan lama baru bisa menemukan pulau itu.

Keadaan di sana seperti mati, sedikit kehidupan pun tidak ada, kecuali hanya batu hitam, tidak ada seorang pun di sana.

Apakah dia sudah salah jalan? Tidak mungkin, Huang Fu Qing Tian melihat kembali peta terlukis di belakang surat itu tapi dia tidak salah tempat, pulau itu memang di sini. Kalau begitu mengapa tidak ada orang yang datang menyambutnya?

Mengingat kata-kata itu, Huang Fu Qing Tian tertawa kecut, apakah akan ada penyambutan? Kalau dia adalah Zhong Hui Mie, apakah dia akan menyuruh orangnya untuk datang menyambutnya? Tidak mungkinl

Dia pun tidak akan melakukannya. Tiba-tiba dia melihat ada sekelompok orang muncul dari sebelah sana. Mereka adalah sekelompok gadis yang berusia sekitar 17-18 tahun, tangan mereka memegang lampion. Wajah mereka tersenyum dan berjalan mendekat Huang Fu Qing Tian.

"Nan Jun Wang?" suara gadis itu terdengar sangat menarik. "Huang Fu Qing Tian," jawab Huang Fu. "Ikutlah dengan kami." Mereka berjalan sambil menginjak gelombang. Mereka berjalan cukup lama dan juga berjalan melewati banyak tempat berbahaya, tapi gadis-gadis ini berjalan seperti berjalan di tanah datar saja, begitu tenang dan ringan. Akhirnya Huang Fu Qing Tian melihat ada pintu masuk ke gua.

Dari pintu masuk gua ternyata ada jalan panjang, kedua sisi jalan itu terpasang lampu, cahaya lampu bersinar dengan lembut dan hangat.

Huang Fu Qing Tian adalah orang yang senang bergaul dengan banyak orang, tapi begitu dia melihat keadaan di ujung jalan itu, dia pun menjadi bengong.

Kalau yang dia lihat itu adalah setan atau monster, dia tidak akan begitu kaget. Kalau yang dia lihat adalah surga di dunia nyata ini dia pun tidak akan menjadi bengong seperti itu.

Yang muncul di hadapannya bukan hal yang aneh, ternyata yang ada di hadapannya adalah rumah Nan Jun Wang yang berada di kota Ji Nan. Hanya saja perbandingannya 1 : 5.

Huang Fu Qing Tian melihat rumahnya sendiri di dalam gua itu. Apakah kita pun tidak akan merasa aneh?

Di dalam perahu besar itu, Ren Piao Ling, Zang Hua, dan Bai Tian Yu berada dalam posisi berdiri. Di perahu bagian depan mereka terus melihat ke arah pulau yang berada di depan.

Perahu semakin mendekati pulau, dari kejauhan terlihat dermaga, tempat itu seperu seekor binatang dengan mulut terbuka dengan lebar. Dari kejauhan pulau ini terlihat berwarna hijau, beberapa awan muncul di tengah-tengah gunung, pulau itu terlihat begitu tenang dan indah.

"Apakah itu adalah Pulau Duo Qing?"

"Mungkin iya," jawab Ren Piao Ling, "hanya pulau itu yang pantas disebut Duo Qing."

"Di daerah ini hanya ada pulau ini saja," kata Bai Tian Yu, "apalagi yang mengemudi perahu ini adalah murid kesayangan ibuku, dia pasti tidak akan salah."

Zang Hua tiba-tiba membalikkan kepalanya melihat Bai Tian Yu dan bertanya, "Kau sepertinya lebih senang bertemu dengan ibumu dibandingkan dengan saat namamu mulai terkenal."

Bai Tian Yu tertawa dan berkata, "Perasaan ini tidak bisa kuungkapkan, kecuali kau sendiri bisa merasakannya, lain daripada itu kau tidak akan tahu seperti apa perasaanku."

Tiba-tiba Bai Tian Yu teringat kalau sejak kecil Zang Hua pun sudah berpisah dengan ibu kandungnya. Zang Hua pun berharap bisa cepat-cepat bertemu dengan ibu kandungnya. Dalam hati timbul perasaan bersalah, sewaktu dia ingin bicara lagi, tapi Zang Hua sudah menyela.

"Jangan merasa bersalah," Zang Hua tertawa dan berkata lagi, "jangan khawatir, kalau hanya persoalan seperti ini saja aku tidak kuat, mungkin sejak dulu aku sudah bisa beberapa kali bunuh diri."

Mendengar kata-kata Zang Hua, Bai Tian Yu baru merasa tenang, dia tertawa kepada Zang Hua. masalah ini seperti angin laut yang berhembus ke laut, lewat begitu saja dan tidak meninggalkan bekas.

Perahu dengan cepat sampai ke tempat yang disebut dengan dermaga. Tempat ini sangat tepat bagi kapal untuk berlabuh. Ren Piao Ling melihat keadaan sekelilingnya. Dia berkata dengan tidak sengaja, "Pelabuhan ini sepertinya khusus dibuat untuk perahu ini. Selain besar dan posisinya tepat, kedalaman air lautnya pun sangat pas bagi perahu ini untuk berlabuh."

Sesudah turun dari perahu dan naik ke pulau itu, hati Zang Hua serasa mabuk.

Karena bunga dan rumput begitu hidup, pasir yang berada di bawah kakinya juga terasa begitu lembut.

Gunung itu dipenuhi dengan bunga yang entah apa namanya, berwarna merah, putih, hijau, kuning, dan ungu, di antara bunga-bunga itu ada binatang kecil sedang berjalan. "Dulu aku selalu mengira surga di dunia nyata hanya kata-kata dari impian orang-orang terpelajar, sekarang aku baru tahu ternyata di dunia ada surga dunia seperti ini," kata Zang Hua, "kalau aku memang harus mati dan dikubur di sini, aku pun merasa rela." 

"Tenanglah, sementara ini kau masih belum mati," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "di dunia ini kau belum banyak berbuat dosa, mana mungkin mati begitu cepat!"

"Benar!" Ren Piao Ling ikut tertawa dan berkata, "Tapi orang baik selalu tidak panjang umur, kejahatan akan terus mengganggu orang baik."

"Oh ya, kalau aku adalah penjahat, bagaimana dengan kalian?" Zang Hua pura-pura marah. Mereka bertiga terus bergurau, mereka lupa tujuan mereka datang untuk apa?

Tidak! Masih ada satu orang yang tidak lupa karena ini adalah hal yang menyangkut hidupnya dan juga ibunya.

Tiba-tiba Bai Tian Yu berhenti tertawa, dia melihat ke sekeliling dan berkata, "Aneh! Mengapa aku tidak melihat ada orang di pulau ini?"

"Tenanglah, segera akan ada orang yang menyambut," Zhou Chun Yu sambil tertawa turun dari perahu, "bibimu di luar terlihat sangat akrab tapi dalam hatinya dia menginginkan agar aku cepat mati, wajahnya selalu terlihat tertawa."

Kata-kata itu belum selesai, Zang Hua sudah melihat ada seorang perempuan cantik dan ramping mengenakan baju berwarna hijau muda berjalan muncul dari belokan di sebelah kanan.

Qing Qing. Yang datang pastilah Zhou Qing Qing.

Zang Hua melihat perempuan ini dari kejauhan, dia sudah tertawa. Suara tawanya terdengar jernih seperti suara lonceng, suaranya pun terdengar seperti lonceng.

"Chun Yu, apakah kau tahu aku sangat merindukanmu?''

"Qing Qing, aku juga rindu kepadamu." Zang Hua melihat mereka berdua. Yang satu adalah sang kakak, dan yang satu adalah sang adik. Terlihat mereka sangat akrab, sedikit pun tidak terlihat ada benci yang mendalam di antara mereka.

Zhou Chun Yu dan Zhou Qing Qing masih tertawa, tawa mereka manis dan sangat akrab. "Apakah benar kau rindu kepadaku?" tanya Chun Yu.

"Aku pasti rindu kepadamu, rindu setengah mati," jawab Qing Qing.

Mereka berdua saling merindukan, mereka saling memeluk berarti mereka benar-benar saling rindu.

Tidak disangka, setelah berpelukan mereka segera terpisah. Seperti ada sesuatu di tubuh mereka dan menusuk ke tubuh mereka masing-masing.

Setelah melepaskan pelukannya Qing Qing segera membalikkan badannya dan berkata, "Ikutilah denganku!"

Dia pun langsung melangkah pergi, tidak melihat lagi apakah orang-orang itu akan mengikutinya atau tidak.

Melihat keadaan seperti itu, Zang Hua terpaku. "Apakah dia memang seperti itu?" tanya Zang Hua, "tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi."

"Dia memang harus pergi," jawab Ren Piao Ling tiba-tiba. "Mengapa?"

Kali ini yang menjawab adalah Bai Tian Yu, "Tadi Bibi Qing Qing berpelukan dengan ibuku sepertinya dia menepuk tangan ibu."

”Ternyata kau pun sudah melihatnya?" Zhou Chun Yu tertawa. "Benar."

"Memangnya kenapa bila ditepuk seperti itu?" tanya Zang Hua. "Tidak apa-apa."

Zhou Chun Yu tertawa dan menjulurkan tangan kanannya, dengan tangannya yang tampak putih, dia mencabut jarum perak yang menyangkut di tangan kirinya. Dia sudah lepas dari bahaya, keringat dinginnya sudah tidak keluar lagi. Dia menghembuskan nafas dan berkata, "Sangat berbahaya, untung aku memiliki persiapan kalau tidak aku sudah mati di tangannya."

Zang Hua pun menghembuskan nafas lega dan berkata, "Sekarang aku sudah mengerti. Waktu dia mengatakan sangat rindu, ternyata dia menginginkan nyawa Nyonya."

"Kau sangat pintar," kata Ren Piao Ling sambil tertawa.

"Tapi ada hal yang tidak kumengerti," kata Zang Hua, "senjata rahasianya begitu lihai dan tepat mengenai sasaran, mengapa dia tiba-tiba pergi?"

"Karena waktu aku mengatakan kalau aku pun rindu kepadanya sampai mati, aku pun menginginkan dia mati," kata Zhou Chun Yu, "karena dia memberiku jarum, maka aku pun membalas kepadanya."

"Karena itu rasa sakitnya pun tidak kalah dari Nyonya, kalau tidak cepat pergi dari sini mungkin dia mati lebih awal daripada Nyonya," kata Zang Hua.

"Benar."

Zang Hua mengira hanya generasi mereka baru bisa saling mengejek dan berkelahi, tidak tahunya, generasi atas dan orang-orang terkenal pun seperti itu dan tampaknya lebih parah dari generasi mereka. Dia tidak tahu ini adalah sifat buruk dari manusia purba. 

---ooo0dw0ooo---

Berjalan melewati miniatur rumah Nan Jun Wang, apa yang dilihat oleh mata Huang Fu Qing Tian adalah benda-benda dan pemandangan yang sangat dia kenal, hingga orang-orang di sana pun begitu serupa.

Pengurus rumah Nan Jun Wang, Fang Yu Hua seperti biasa dengan tersenyum berdiri di ruang tamu menyambut tamu, ekspresi wajahnya terlihat dengan sangat jelas, kerutan tua di sudut matanya pun bisa dihitung.

Huang Fu Qing Tian melihat keadaan di sana dan orang-orang di sana terbuat dari lilin dengan keterampilan yang sangat halus.

Setelah berjalan melewati ruangan tamu, ruang selanjutnya adalah ruangan untuk menjamu tamu-tamu. Sebuah meja besar berada di tengah-tengah ruangan dan di atas meja sudah terhidang makanan-makanan yang mahal, setiap makanan tampak masih panas, pasti makanan  itu baru diangkat dari kuali.

Tempat duduk di meja makan itu sudah terisi oleh 3 orang, kecuali Huang Fu Qing Tian dan istrti masih ada Zai Si. Patung lilin Hua Yu Ren pun ada di sana. Patung lilin itu dibuat dengan sangat bagus dan setiap patung orang yang ada di sana memiliki ekspresi yang juga sangat mirip.

"Sangat mirip," kata Huang Fu Qing Tian pada dirinya sendiri. "Terima kasih untuk pujianmu."

Mengikuti suara muncul seorang perempuan setengah baya. Dia adalah orang yang dulu  pernah keluar dari kamar Xie Xiao Yu, dia bernama Fang Fang. Walaupun Huang Fu Qing Tian tidak mengenalnya, tapi begitu dia muncul Huang Fu Qing Tian terkejut.

"Apakah patung-patung lilin ini kau yang membuatnya?" "Benar," jawab Fang Fang. "Apakah semua orang ini pernah kau lihat?"

"Istrimu, aku hanya pernah melihatnya sekali dari kejauhan." Nyonya Huang Fu adalah istri Huang Fu Qing

Tian yang sekarang yaitu Shui Rou Yu.

"Hanya melihat dari kejauhan, tapi kau bisa membuat patung lilinnya begitu mirip."

"Kadang hanya mendengar suara pun sudah cukup bagiku untuk membuat patung lilin," jelas Fang Fang sambil tertawa.

"Oh ya?"

"Kau tidak mempercayainya?" tanya Fang Fang, "kau lihat orang ini, maka kau akan tahu apakah kata-kataku benar."

Fang Fang melambaikan tangannya, segera ada orang yang menggotong sebuah patung lilin masuk ke ruangan itu. Kepala patung ini ditutup oleh kain sutra berwarna putih. Tapi dari bajunya terlihat kalau dia adalah patung seorang perempuan.

Begitu patung lilin sudah diberdirikan, orang yang menggotong patung Ulin itu segera keluar. Huang Fu Qing Tian melihat patung lilin itu lalu melihat Fang Fang. Dia bertanya, "Siapakah patung lilin ini?"

"Bukalah tutup kainnya, maka kau akan segera mengtahuinya," Fang Fang tertawa dengan misterius.

Melinatnyal Itu sudah pasti, kalau tidak Huang Fu Qing Tian tidak akan bisa tidur. Perasaan apakah ini?

Perasaan adalah hal yang aneh.

Perasaan kadang-kadang menimbulkan rasa kau sangat menyayanginya dan ingin mendapatkannya, semakin dia menghilang semakin jauh darimu.

Semakin ingin melupakan perasaan itu tetapi perasaan itu seperti ulat terus menempel dan menggerogotimu. Semakin lama ulat itu menggerogotimu maka perasaan itu akan semakin dalam. Awalnya kau hanya akan merasa sedih, tapi semakin lama kau akan lupa apa yang disebut dengan sedih, karena kau sudah hidup di dalam kesedihan.

Kadang-kadang ada orang yang terlihat kuat tapi seperti orang bodoh, perasaan yang kental kadang-kadang menakutkan karena perasaan yang dia miliki bisa membuatmu terendam, mungkin malah akan menghancurkanmu.

Tapi yang hancur kadang-kadang malah dia sendiri.

Begitu membuka kain yang menutupi kepala patung itu, kesedihan dan kenangannya keluar.

Melihat patung lilin perempuan ini, sepertinya dia sedang bermimpi, hati Huang Fu Qing Tian mulai merasa mabuk.

Sudah berapa tahunkah semua ini berlalu?

Kerinduan yang selama 20 tahun lebih. 20 tahun lebih dia tidak berani memikirkannya. 20 tahun lebih dia terus menahan diri. 20 tahun lebih dia menutupi perasaannya. Begitu kain ini terbuka hancurlah pertahanannya.

Lin Shu Juan.

Nama yang begitu jauh, tapi nama yang sangat dikenalnya. Lin Shu Juan.

Patung lilin ini adalah patung Lin Shu Juan. Dia dalam sosok 20 tahun yang lalu yaitu calon istrinya yang menghilang. Huang Fu Qing Tian sudah berada dalam masa 40 tahun lebih, tapi Lin Shu Juan tetap begitu muda dan cantik. Matanya yang begitu bersemangat tetap begitu jelas.

Tapi mengapa sepasang mata itu seperti penuh dengan kabut. Apakah patung lilin pun bisa menangis?

---ooo0dw0ooo---

BAB 2 Langit terlihat di gua

Duo Qing Dao.

Tempat yang Huang Fu Qing Tian tuju adalah Duo Qing Dao.

Zhou Chun Yu dan lainnya pun pergi ke Duo Qing Dao. Mengapa mereka bisa pergi ke Duo  Qing Dao? Tapi keadaan di pulau itu sama sekali tidak sama.

Apakah Duo Qing Dao memiliki dua sisi? Atau....

Gunung.

Gunung seakan-akan berada di tengah-tengah awan.

Awan seperti asap tampak melayang, kabut pun seperti asap terbang. Duo Qing Dao berada dalam lingkupan asap dan kabut, seperti nyata dan juga seperti tidak nyata.

Hanya ada sungai kecil yang memiliki air jernih dan disini tampak nyata, Zang Hua berada di pinggir sungai kecil itu. Mereka mengikuti jejak Qing Qing. Artinya mereka harus terus mengikuti jalan sisi sung.u yang terus naik, sekarang mereka sudah berada di ujung sungai.

Ada sebuah air terjun di sana. Air seperti ditumpahkan dari gunung, membuat air bercipratan ke mana-mana.

Ini adalah karya besar Tuhan, kalau tidak siapa yang bisa melukiskan pemandangan yang begitu indah.

Zang Hua melihat sekelilingnya dan berkata, "Katanya kalian tinggal di ujung sungai, mengapa aku tidak melihat ada rumah?"

Zhou Chun Yu tertawa, dia melihat Zang Hua dan Ren Piao Ling kemudian melihat Bai Tian Yu, tawa Zhou Chun Yu seperti sedang menguji mereka.

Ren Piao Ling pun melihat ke sekeliling, akhirnya pandangannya tertuju ke air terjun.

"Kalau aku tidak salah menebak, air terjun ini adalah buatan tangan Tuhan yang dijadikan tirai masuk."

"Rumah kalian berada di belakang air terjun?" tanya Zang Hua. "Benar."

Zhou Chun Yu tertawa dan segera menjawab, dia membalikkan badan dan masuk melewati air terjun itu.

Tiba-tiba Bai Tian Yu membuka mulut, "Tunggu sebentar!" Bai Tian Yu maju selangkah, "bibi menyimpan dendam begitu lama, di dalam pasti sangat sulit, biarkan aku yang berjalan di depan."

Setelah berkata seperti itu Bai Tian Yu segera berjalan masuk ke dalam air terjun. Zhou Chun Yu dengan tersenyum mengikutinya. Zang Hua dan Ren Piao Ling tidak bicara apa-apa lagi.

Air gunung sangat dingin, membuat Ren Piao Ling dan yang lainnya merasa segar. Baju mereka basah karena melewati air terjun, karena tidak tahu apakah di depan mereka masih ada bahaya atau tidak, maka mereka sangat hati-hati pada saat berjalan. Mereka juga tidak peduli dengan baju mereka yang basah.

Di balik air terjun ternyata ada jalan lebar. Di ujung jalan terdapat sebuah pintu yang terbuat dari batu. Bai Tian Yu melihat pintu itu, dia ingin mendorongnya. Tiba-tiba Zhou Chun Yu berkata, "Kalau kau ingin mendorongnya dengan tenagamu, lebih baik kau memotong sepasang tanganmu."

"Apakah pintu itu dibubuhi racun?"

"Benar! Paling sedikit ada 13 macam racun," jelas Zhou Chun Yu, "setiap racun bisa membuat orang hidup seperti mati."

"Dengan cara apa kita baru bisa membuka pintu ini?" tanya Bai Tian Yu.

"Di sebelah tangan kirimu yaitu di sebelah tembok pada batu ketujuh, putarlah batu itu ke kiri, itu sudah cukup."

Di sebelah kiri, pada batu ketujuh, Bai Tian Yu memutarkan batu itu ke kiri. Betul saja pintu batu itu terbuka, ada sinar lembut keluar dari dalam.

Bai Tian Yu tetap berjalan paling depan, Zhou Chun Yu kedua, Zang Hua dan Ren Piao Ling berada di belakang. Begitu Zang Hua dan Ren Piao Ling masuk, keadaan di dalam membuat mereka terpaku.

Ruangan gua yang lebar, banyak terdapat bermacam-macam bunga dan rumput yang ditanam. 26 lampu tergantung di atas tembok batu. Sepasang burung merak terbuat dari kristal berada di atas tembok gua. Ada air yang mengalir melalui mulut merak mengalir ke dalam kolam bulat.

Di atas kolam itu ada sepasang Yuan Yang yang sedang bermain air. Di sisi kolam ada sebuah meja pendek. Di atas meja penuh dengan bermacam buah, sayur, dan bermacam-macam arak. Sebuah tempat tidur besar dan nyaman berada di tengah-tengah gua.

Keadaan di dalam gua, masih seperti pada saat Zang Hua dan Ren Piao Ling kabur dari sana, hanya saja perempuan-perempuan cantiknya tidak ada di sana, sekarang hanya ada seorang perempuan yang duduk di sisi tempat tidur.

Zang Hua dan Ren Piao Ling sama sekali tidak menyangka begitu melewati air terjun mereka kembali lagi ke tempat mereka dulu.

Apakah di sini adalah Duo Ying Dao?

Apakah di sini adalah tempat Zhou Chun Yu, Zhou Qing Qing, dan Bai Xiao Lou bermain?

Melihat Zang Hua dan Ren Piao Ling berekspresi begitu aneh, Bai Tian Yu dengan curiga bertanya, "Kalian berdua kenapa?"

Yang menjawab bukan Ren Piao Ling dan Zang Hua, melainkan Zhou Qing Qing yang duduk di sisi ranjang.

"Mereka tidak apa-apa, mereka hanya tidak percaya kalau di sini adalah Duo Qing Dao." "Mengapa mereka tidak percaya kalau di sini adalah Duo Qing Dao?"

"Karena mereka sudah pernah ke sini," Zhou Qing Qing tertawa, "tadinya aku ingin mereka menunggu kalian datang, tidak disangka mereka takut kesepian. Mereka kabur dari sini, sekarang mereka datang lagi ke sini bersama kalian."

Suaranya bergelombang terdengar sangat lembut, ada matahari bersinar dari atas gua. Zhou Qing Qing duduk di bawah sinar matahari.

Bai Tian Yu melihatnya dan berkata, "Berarti kau sudah merencanakan mengundang kami kesini?"

"Benar." "Mengapa?"

"Mengapa?" tiba-tiba Zhou Qing Qing tertawa, "bagus sekali pertanyaanmu, mengapa?"

Dia melihat Bai Tian Yu dan berkata, "Mengapa seumur hidup kebahagiaan dihancurkan? Mengapa putraku tidak memiliki ayah kandung? Mengapa aku harus hidup kesepian seumur hidupku? Mengapa? Mengapa?"

Betul, mengapa dia harus menanyakan semua hal itu?

Walaupun dia pernah berbuat kesalahan, putranya tidak bersalah. Mengapa harus ikut tersiksa bersama ibunya?

Sorot mata Zhou Qing Qing mengamati wajah semua orang yang ada di sana. terakhir berhenti di wajah Zhou Chun Yu. Dia melihat Zhou Chun Yu.

"Adik, sudah 40 tahun kita tidak bertemu apakah betul?" tanya Zhou Qing Qing, "ingatanmu sangat jelas."

"Aku sangat jelas mengingatnya," kata Zhou Chun Yu, "kau memberiku 16 tahun hidup bahagia, tapi juga memberiku 25 tahun hidup dalam kesedihan. Dalam 25 tahun ini setiap hari dan setiap menit aku selalu menghitung. Menghitung masa lalu."

"Aku tidak pernah menghitung," kata Zhou Qing Qing, "karena hidupku dipenuhi dengan kebencian."

"Kebencian?" tanya Zhou Chun Yu, "apakah aku yang telah mencelakakanmu? Apakah aku yang telah membuatmu menjadi seperti itu? Apakah aku yang memaksamu meninggalkan kami?*

"Sekarang sudah tidak ada gunanya lagi, sudah tidak ada kesempatan," kata Zhou Qing Qing sambil tertawa dingin, "20 tahun yang lalu kau sudah melarikan diri satu kali, hari ini siapa pun tidak ada yang bisa kabur!"

"Aku berani datang kemari, dan sama sekali tidak terpikir ingin kabur," jelas Zhou Chun Yu, "semua masalah harus dibereskan. Kabur, aku penakut, itu bukan sifat keluarga Zhou."

"Aku pernah sekali kabur dari perasaan cinta," Zhou Qing Qing walaupun marah tapi suaranya terdengar sedih.

Ren Piao Ling yang sejak tadi diam tiba-tiba membuka mulut. Dia berkata, "Tetua, hal-hal yang berhubungan dengan Tetua kami tidak bisa membantu. Sekarang Tetua Bai sudah meninggal dan kedua Tetua adalah adik kakak, untuk apa masih bermusuhan?"

"Apa? Dendam?" tanya Zhou Qing Qing, "kalau kau berada di posisiku, kau akan melakukan tindakan apa?"

Ren Piao Ling tidak bisa bicara lagi. Kalau dia menjadi Zhou Qing Qing, dia akan melakukan tindakan apa? Mungkin lebih jahat dari dia, mungkin juga tidak. Hal yang belum terjadi, siapa pun tidak bisa menjamin.

Bai Tian Yu melihat Zhou Chun Yu, kemudian melihat Zhou Qing Qing. Dia maju selangkah, kepada Zhou Qing Qing dia berkata, "Kau membawa kami ke sini hanya untuk membalas dendam?"

"Balas dendam?" tiba-tiba Zhou Qing Qing tertawa dan berkata lagi, "membunuh kalian masih belum bisa menghapus semua kebencianku . Tidak, aku tidak akan membunuh kalian."

Sorot matanya melihat wajah semua orang.

"Aku ingin kalian tinggal di sini sampai aku mati. Aku ingin kalian juga merasakan bagaimana aku hidup tersiksa di sini."

Mendengar kata-kata itu, Zang Hua yang, sejak tadi diam menjadi tertawa. Dia berkata, "Kami bukan anak berusia 3 tahun yahg baik menurut begitu saja kepadamu"

"Apakah kau! Mengira kau bisa keluar dari sini?" "Bagaimana mermrutrnu?" tanya Zang Hua.

"Tidak-ada-kesempatan lain lagi” yang menjawab adalah Zhou Chun Yu, "tadi mungkin masih ada, sekarang sudah tidak mungkin”

"Mengapa?"

"Karena kita sudah melewati air terjun."

"Air terjun?" Zang Hua tidak mengerti, "Apakah air terjun yang ada di depan gua?" "Benar!"

"Kalau sudah melewati air terjun maka tidak ada kesempatan lagi kabur dari sini?" tanya Zang Hua, "mengapa?"

"Karena air terjun itu ada Qing Si," Zhou Qing Qing yang menjawab pertanyaan Zang Hua. "Qing Si?" tanya Zang Hua, "Qing Si yang tidak bisa dipatahkan?"

"Qing Si itu adalah racun yang dibuat oleh ayahku,." kata Zhou Chun Yu, "orang yang terkena racun itu dalam waktu 1 jam tidak mempunyai tenaga dan tubuhnya akan terasa lemas."

"Kami sudah terkena Qing Si?" tanya Zang Hua. Sebenarnya kalimat ini tidak perlu ditanyakan lagi, karena Zhou Chun Yu sudah berkata begitu, apakah dia berani bohong?

Zang Hua pun tahu hal itu karena dia sudah mencoba diam-diam. Benar saja badannya tidak bertenaga sama sekali.

Kelihatannya Zhou Chun Yu sudah kalah dalam perang ini.

---ooo0dw0ooo---

Huang Fu Qing Tian duduk. Dia duduk di sisi patung Lin Shu Jian. Mata patung itu seperti ada kabut

Sepertinya dia dengan lembut sedang melihat Huang Fu Qing Tian.

Tapi Huang Fu Qing Tian tidak melihatnya. Huang Fu Qing Tian melihat Fang Fang yang duduk di seberangnya. Huang Fu Qing Tian menuangkan arak untuknya sendiri dan dengan rasa sungkan dia bersulang kepada Fang Fang setelah itu Huang Fu Qing Tian baru bertanya.

"Siapa marga dan namamu?" "Fang, Fang."

"Nona Fang Fang, apakah aku bisa minta tolong kepadamu?" "Boleh saja."

"Apakah kau bisa menyuruh Tuan Zhong Hui Mie keluar?" tanya Huang Fu.

"Tidak perlu menyuruhnya keluar," kata Fang Fang sambil tertawa, "dia sudah berada di sini." Di sini?

Kecuali Huang Fu Qing Tian dan Fang Fang, yang lainnya hanya patung orang. Zhong Hui Mie ada di sini? Di mana. dia berada?

"Apakah benar kau tidak tahu dia ada di mana?" tanya Fang Fang.

"Aku hanya tidak percaya kalau Tuan Zhong akan bersembunyi di belakang perempuan," kata Huang Fu sambil menarik nafas.

"Bersembunyi, di belakang perempuan?" Fang Fang pura-pura kaget, "bersembunyi di perempuan mana?"

Huang Fu Qing Tian tidak menjawab, dengan gerakan dia menjawab pertanyaan ini. Sebelah kanannya adalah patung lilin Lin Shu Juan. Sebelah kiri adalah patung lilin Shui Rou Xin. Dengan tersenyum Huang Fu Qing Tian melihat Fang Fang. Tapi tangan kiri Huang Fu Qing Tian secara datar memotong lilin Shui Rou Xin.

Orang tidak akan tahan dengan cara pemotongan ini, apalagi patung lilin.

Sewaktu tangan kiri Huang Fu Qing Tian hampir mengenai patung Shui Rou Xin, patung lilin ini tiba-tiba bergerak kemudian tertawa.

Patung lilin itu meloncat dan turun di sisi Fang Fang. Begitu turun wajah patung lilin itu tiba- tiba terbuka, kemudian patung lilinnya pun ikut hancur.

Begitu patung lilin itu hancur, muncul lah seseorang. Orang itu mempunyai mata tajam seperti cheetah.

Zhong Hui Mie.

Ternyata benar Zhong Hui Mie bersembunyi di dalam patung lilin perempuan.

Begitu patung lilin hancur, Zhong Hui Mie membersihkan sisa lilin yang ada di tubuhnya dan menyambut arak pemberian Fang Fang. Dia menghabiskan arak itu dalam sekali teguk. Dengan senang dia berkata, "Mengapa kau tahu aku bersembunyi di dalam patung lilin Shui Rou Xin?"

"Apakah kau lupa kalau Shui Rou Xin tidak begitu gemuk?"

Seorang laki-laki begitu besar bersembunyi di dalam patung lilin seorang perempuan, patung itu pastinya harus lebih besar. Tapi kalau bukan orang teliti, mana mungkin dia bisa memperhatikan hal sekecil itu?

"Kau masih seperti dulu, begitu teliti," kata Zhong Hui Mie tertawa.

"Lain kali jika ingin bersembunyi harus bersembunyi di dalam patung laki-laki," kata Huang Fu Qing Tian sambil tertawa, "kalau tidak mana mungkin ada perempuan cantik yang begitu gemuk, laki-laki pun tidak akan berani mendekatinya."

"Mengapa setiap kali bicara denganmu selalu begitu banyak aturan?" tanya Zhong Hui Mie. "Apa yang kukatakan adalah hal sebenarnya," kata Huang Fu, "hal sebenarnya adalah hal yang

selalu benar."

Dia tertawa dan berkata, "Hal sebenarnya pun selalu masuk akal."

Mereka berdua telah bertemu, seharusnya mereka bermusuhan tapi Zhong Hui Mie dan Huang Fu Qing Tian malah terlihat seperti teman lama. Mereka bicara dan tertawa, serta mengobrol.

"Kali ini kau di San Zhi Feng mendirikan perkumpulan Mo Mo dan sudah mengangkat 3 raja langit," kata Huang Fu, "katanya ilmu silat ketiga raja ini adalah paling terkemuka di dunia persilatan?"

"Kalau tidak mana mungkin bisa menjadi 3 raja di perkumpulan Mo Mo?" tanya Zhong Hui Mie. "Karena itu aku masih tidak mengerti."

"Apa yang tidak kau mengerti?"

"Gerakanmu menculik Hua Yu Ren, aku pikir pasti ketiga raja itu yang menjalankan tugas ini, apakah benar?"

"Betul!"

"Ilmu silat ketiga raja itu begitu tinggi, mengapa membiarkan Hua Yu Ren ditolong oleh orang lain?" tanya Huang Fu, "sampai sekarang aku masih tidak mengerti hal ini."

"Kau pasti tidak akan mengerti," kata Zhong Hui Mie sambil tertawa, "karena dalam rencanaku, Hua Yu Ren seharusnya ditolong oleh orang lain."

"Menculik dan juga menolongnya?" "Benar!" jawab Zhong Hui Mie, "siapa yang bisu turun tangan menolong Hua Yu Ren dari tangan ketiyu raja langit itu?"

"Apakah aku boleh tahu apa alasannya?"

"Boleh, pasti boleh," jawab Zhong Hui Mie, "menculik Hua Yu Ren, memberinya 3 macam obat kepadanya semua ini kulakukan karena hanya ingin agar Xin Wu Shi Tai yang ada di Wu Xin An menolongnya."

"Kelihatannya sekarang di dunia persilatan hanya Xin Wu Shi Tai yang memiliki 3 ilmu sakti ini," kata Huang Fu Qing Tian, "mengapa kalian menginginkan Xin Wu Shi Tai menolong Hua Yu Ren?"

"Kesempatan kami hanya pada waktu Xin Wu Shi Tai menolong Hua Yu Ren, saat itu kami baru memiliki kesempatan untuk membunuhnya."

"Xin Wu Shi Tai?" tanya Huang Fu Qing Tian, "mengapa harus membunuh Xin Wu Shi Tai?" "Apakah kau pernah mendengar Wu Lei?"

"Wu Lei?" tanya Huang Fu Qing Tian, "apa itu Wu Lei?"

"Suatu perkumpulan merupakan suatu perkumpulan yang selalu mengurusi hal yang tidak seharusnya mereka urusi," jelas Zhong Hui Mie, "kantor cabang Mo Mo sudah dirusak beberapa tempat oleh mereka, beberapa kali bisnis kami pun diketahui oleh mereka dan dihadang oleh mereka."

"Apakah Xin Wu Shi Tai adalah ketua mereka?"

"Sekalipun dia bukan ketuanya, tapi dia adalah orang terpenting di perkumpulan Wu Lei,"  jawab Zhong Hui Mie, "kami menghabiskan banyak uang dan waktu hanya menginginkan agar Xin Wu Shi Tai tahu."

"Kalian membunuh Xin Wu Shi Tai, apakah tidak takut kalau Shi Xin Shi Tai membalas dendam?" tanya Huang Fu Qing Tian, "menurut yang kutahu, Xin Wu Shi Tai adalah murid kesayangan Shi Xin Shi Tai."

"Karena persiapan belum begitu matang, kami pun tidak ingin bermusuhan langsung dengan banyak orang," jelas Zhong Hui Mie, "karena itu kami baru merencanakan semua ini."

"Yang terpenting dalam rencana ini adalah harus ada seseorang yang dijadikan  kambing hitam," kata Huang Fu Qing Tian.

"Betull"

"Siapakah yang menjadi kambing hitam?"

"Pastinya seseorang yang bernasib sial," jawab Zhong Hui Mie sambil tertawa, "menurutmu, sekarang ini di kota Ji Nan siapa yang paling sial?"

"Dia pasti Ren Piao Ling," Huang Fu Qing Tian pun ikut tertawa, "karena dia sial dan juga gila karena terlalu miskin, karena itu dia ingin demi diriku menolong Hua Yu Ren."

"Benar," jawab Zhong Hui Mie, "hanya dia yang baru bisa membuat Xin Wu Shi Tai percaya kalau dia sanggup membunuh Xin Wu dan aku curiga dia adalah ketua Wu Lei."

"Mungkin juga karena dia adalah orang yang selalu mengurusi masalah orang lain," kata Huang Fu Qing Tian, "dia bermusuhan dengan Xin Wu Shi Tai. Kelak kehidupannya pasti tidak akan tenang."

"Rencana ini masih ada kegunaan lain." "Oh ya?"

"Ren Piao Ling adalah pembunuh Xin Wu Shi Tai, kalau begitu apakah Wu Lei akan membalas dendam?"

"Itu sudah pasti." "Begitu ada gerakan balas dendam, berarti Ren Piao Ling bukan orang Wu Lei tapi dari gerakan balas dendam kita akan tahu siapa saja anggota Wu Lei."

"Betul, ini yang disebut cara memancing musuh."

"Kalau Wu Lei tidak membalas dendam, berarti Ren Piao Ling kalau bukan ketua Wu Lei, pasti dia memiliki sedikit hubungan dengan Wu Lei."

"Apakah yang mempunyai sedikit hubungan dengan Wu Lei pun harus dibunuh?"

"Kami mengira Xin Wu Shi Tai pada waktu itu akan membunuh Ren Piao Ling," kata Zhong Hui Mie, "tidak disangka di tengah-tengah berjalannya rencana ini muncul seseorang yang memancing Xin Wu Shi Tai pergi dari sana."

"Karena itu rencana kalian gagal?"

"Tidak juga, walaupun Ren Piao Ling sampai meloncat ke sungai Huang He pun, tidak bisa mencuci bersih dari tuduhan itu. Akhirnya dia pun pasti akan mati di tangan Xin Wu Shi Tai."

"Tapi dengan semakin lama waktu berlalu mungkin ada perubahan lain," kata Huang Fu Qing Tian.

"Kami pun sudah memikirkan hal ini, karena itu kami sedang membuat rencana lain lagi." "Rencana apa?"

"Tentu saja rencana ini adalah rencana membunuh Ren Piao Ling," kata Zhong Hui Mie sambil tertawa dengan senang, "Karena kali ini orang yang dia temui hanya dengan mengangkat tangan langsung bisa mengambil nyawanya."

"Oh ya? Begitu lihainyakah ilmu silat orang itu?"

"Mungkin ilmu silatnya tidak begitu lihai tapi jika Ren Piao Ling berada di depannya, dia pasti akan berubah menjadi seperti anak berusia 3 tahun."

Sekarang Ren Piao Ling benar-benar seperti anak berusia 3 tahun.

---ooo0dw0ooo---

Di gua yang lebar hanya tinggal Ren Piao Ling, Zang Hua, dan Bai Tian Yu. Zhou Chun Yu sudah dibawa oleh Zhou Qing Qing.

Akan dibawa kemana kah dia?

Neraka? Atau tempat yang lebih buruk dari neraka?

Mereka bertiga dengan lemas terbaring di sebuah tempat tidur besar, nadi mereka tidak ditotok, gua pun tidak ada penjaga.

Sama sekali tidak perlu dijaga, sekarang mereka bertiga tidak bisa bergerak, untuk mematikan seekor semut pun tidak sanggup, mana mungkin mereka sanggup lari?

Ren Piao Ling melihat langit-langit gua. Dia menarik nafas dan berkata, "Kita sama sekali belum bertarung tapi sudah dikalahkan orang lain, keadaan seperti ini jika diceritakan kepada orang lain, siapa yang akan percaya?"

"Cara yang mereka pakai adalah cara yang paling rendah," kata Zang Hua dengan nada menghina.

"Kalah harus mengaku kalah, walaupun mereka memakai cara seperti ini toh hasilnya sama saja."

Ren Piao Ling tertawa. Dia membalikkan kepalanya melihat Zang Hua dan berkata, "Kau sudah kalah tapi sepertinya tidak mau menerima begitu saja?"

"Aku benar-benar tidak bisa terima dengan keadaan seperti ini," kata Zang Hua. "Tapi sayang, kau tidak menerimanya pun sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi," Ren Piao Ling berkata lagi, "kelak hidup kita akan seperti ini terus."

Tiba-tiba Zang Hua tertawa dengan senang. "Belum tentui"

Ren Piao Ling ingin bertanya mengapa, tapi tiba tiba dia mendengar suara alat musik tua itu.

Begitu sedih dan tidak berdaya. Suara itu datang dari atas gua.

---ooo0dw0ooo---

Sayur tidak ada yang makan tapi arak banyak yang habis diminum.

Fang Fang dengan tertawa menuangkan arak untuk Huang Fu Qing Tian, setelah menuangkan arak, Huang Fu Qing Tian tertawa dan berkata, "Kalau aku tidak salah menerka, kau adalah salah satu raja dari ketiga raja itu."

"Benarkah?" tanya Fang Fang.

"Dan kau adalah raja, tangan yang memegang kecerdasan Pai Er Bu," Huang Fu Oing Tian  tidak melihat Fang Fang tapi melihat Zhong Hui Mie.

"Mengapa dia adalah Pai Er Bu?" tanya Zhong Hui Mie.

"Pai Er Bu dalam bahasa Tibet berarti kecerdasan bisa juga diterjemahkan menjudi perempuan."

Tanya Huang Fu kepada Fang Fang, "Apakah betul?"

"Untung aku pernah belajar," kata Huang Ku Qing Tian, "kau adalah Pai Er Bu. Yang lainnya adalah Duo Er Jia."

Kata-kata yang terakhir, Huang Fu Qing Tian menujukan kepada patung lilin yang berada di sebelah kanannya. Mengapa tiba-tiba dia berkata seperti itu?

Apakah di dalam patung lilin itu ada seseorang yang bersembunyi? Kalau ada, siapa yang bersembunyi di dalam sana?

Patung lilin ini sangat kurus, kelihatannya tidak ada laki-laki yang bisa bersembunyi di sana. Kalau bukan laki-laki pasti dia adalah seorang perempuan.

Perempuan?

Mata patung lilin itu sejak tadi tampak berkabut dan lembut tapi begitu mendengar kata-kata Huang Fu Qing Tian tiba-tiba patung itu tersenyum.

Baru tersenyum, Huang Fu mendengar suara jernih seperti lonceng.

---ooo0dw0ooo---

BAB 3 Modal taruhan yang terakhir

Begitu suara tawa terdengar, patung lilin Lin Shu Juan bergetar, lilinnya terkelupas, ternyata di dalam patung bersembunyi seorang perempuan. Dia seorang gadis yang berusia sekitar 17-18 tahun.

Dia adalah Xie Xiao Yu.

Orang yang bersembunyi di dalam patung itu tak lain adalah Xie Xiao Yu. Suara dan tawanya terdengar sangat merdu, dia berkata, "Mengapa kau bisa tahu bahwa aku bersembunyi di dalam?" "Patung lilin seharusnya adalah benda yang ringan. Tapi orang tadi menggotong patung lilin sepertinya sangat berat," Huang Fu Qing Tian tertawa, "patung lilin berat, artinya di dalam patung itu pasti ada benda berat."

"Benda?" Xie Xiao Yu tertawa lagi, "tak disangka ada orang yang menganggapku sebagai benda."

'Kalau kau tidak mau dianggap sebagai benda aku tidak akan menganggapmu seperti itu," kata Huang Fu Qing Tian.

Kata Xie Xiao Yu, "Mengapa tadi kau mengatakan kalau aku adalah Duo Er Jia?"

"Orang yang bisa muncul di sini pasti orang yang dekat dengan Zhong Hui Mie, kalau bukan ketiga raja langit, lalu siapa lagi?" tanya Huang Fu Qing Tian, "patung lilin itu tidak begitu gemuk, berarti orang yang ada di dalamnya pasti seorang perempuan."

Huang Fu Qing Tian membalikkan kepalanya untuk melihat Fang Fang dan berkata, "Pai Er Bu adalah perempuan, artinya dua raja langit yang tersisa hanya Duo Er Jia yang cocok sebagai perempuan."

"Duo Er Jia artinya dalam bahasa Tibet adalah kekuasaan," jelas Xie Xiao Yu, "sejak dulu kekuasaan selalu dipegang oleh laki-laki, mengapa kau bisa mengatakan kalau aku adalah Duo Er Jia?"

"Karena aku tahu seorang laki-laki pintar tidak akan memberikan kekuasaannya pada laki-laki kedua," jawab Huang Fu Oing Tian.

"Benar sekali." kata Xie Xiao Yu, "karena laki-laki lebih pemcemburu dari pada seorang perempuan."

"Ini bukan masalah cemburu, ini yang disebut dengan egois," Huang Fu Oing Tian melihat Zhong Hui Mie dan berkata lagi, "apakah kau adalah Bu Da La?"

"Bu Da La?" tanya Zhong Hui Mie dengan terpana, "mengapa aku adalah Bu Da La?"

„"Karena kau memang Bu Da La," jawab Huang Fu Oing^Tian.

"Kau adalah salah satu dari ketiga raja itu dan kau adalah Bu Da La."

"Mo Mo adalah perkumpulan yang kudirikan, mana mungkin aku adalah salah satu dari ketiga raja itu."

"Mo Mo adalah perkumpulan yang didirikan oleh Zhong Hui Mie itu memang tidak salah," kata Huang Fu Qing Tian, "tapi kau bukan Zhong Hui Mie."

"Aku bukan Zhong Hui Mie?" "Benar, kau hanya bonekanya saja."

Kemudian Huang Fu Qing Tian berkata kepada patung lilin Zai Si, tiba-tiba dia berkata, "Tuan Zai Si, apakah kau masih menginginkan aku terus menebak?"

Tuan Zai Si? Di dalam patung lilin Zai Si ada Zai Si yang bersembunyi di sana? Pastinya bukan karena kalau Zai Si bersembunyi di dalam patung liling itu, dia akan terlihat gemuk.

%"Tuan Zai Si, apakah aku harus terus menebak?" katakana ini baru selesai, patung lilin itu sudah terdengar menarik nafas.

"Rencana kami bisa dikatakan sempurna, mengapa kau bisa mengetahuinya?" suara itu adalah suara Zai Si.

"Karena aku lupa memberitahumu," jawab Huang Fu Oing Tian. "Lupa? Kau lupa memberitahu tentang apa?"

"Aku lupa memberitahu kepadamu kalau Zhong Hui Mie tidak minum arak." "Tidak pernah minum arak?" "Dari dulu dia selalu menganggap arak adalah racun, arak sering membuat orang menjadi salah jalan dan juga membuat orang menjadi kacau," jawab Huang Fu Qing Tian, "karena itu dalam hidupnnya, dia paling tidak suka dengan arak, tapi anak buahnya malah minum arak."

—Orang yang benci minum arak mana mingkin mau minum arak pemberian orang lain?

Kata Huang Fu Qing Tian lagi, "Apalagi Zhpng Hui Mie adalah orang yang pendendam, tidak mungkin setelah dia melarikan diri dari penjara lalu menunggu selama 20 tahun baru mencariku," dia melihat Zai Si dan berkata lagi, "dua alasan dijadikan satu dan aku bisa menarik kesimpulan kalau Zhong Hui Mie sudah meninggal."

Patung lilin itu menarik nafas panjang kemudian melihatnya, dengan sepasang tangannya dia mengupas lilin yang menempel di wajahnya.

Ternyata Zai Si bersembunyi di patungnya sendiri, dia melapisi dirinya dengan lilin tipis maka  itu dia tidak terlihat gemuk.

Setelah mengupas lilin yang menyelimuti tubuh dan wajahnya dia menuang arak ke dalam  gelas kemudian bersulang kepada Huang Fu Qing Tian.

"Mari ktia bersulang," kata Zai Si, "aku selalu menganggap kau adalah musuh yang menakutkan, aku pun sebenarnya tidak mau bermusuhan denganmu,"

"Sayangnya kau sudah melakukan hal ini."

"Karena aku terpaksa melakukannya, aku minta maaf," kata Zai SI sambil menghabiskan sisa arak di dalam gelas.

Huang Fu Qing Tian pun menghabiskan araknya. "Sejak kapan kau mulai curiga kepadaku?" tanya Zai Si.

"Sewaktu datang orang-orang dari kerajaan, aku sudah memikirkan kalau Zhong Hui Mie adalah seorang yang pendendam, dia tidak akan membunuh dengan menggunakan akalnya supaya membuatku takut," jawab Huang Fu Qing Tian, "dan dia pun tahu aku bukan orang yang gampang untuk di buat takut."

"Waktu itu kau sudah curiga kepadaku?"

"Belum, waktu itu aku hanya menabak Zhong Hui Mie mungkin saja sudah mati, semua hal yang terjadi hanya karena seseorang yang meminjam namanya dan melakukan semua ini," jawab Huang Fu Oing Tian, "setelah masuk ke sini dan melihat patung lilinmu aku baru mencurigaimu."

"Baru tadi?" tanya Zai Si dengan terkejut.

"Benar," jawab Huang Fu Qing Tian, "begitu melihat patung Ulinmu, baru terpikirkan olehku, orang yang menggunakan nama Zhong Hui Mie, tidak menginginkan aku mati begitu saja."

"Oh ya?" tanya Zai Si, "mengapa dia tidak menginginkanmu mati begitu saja?"

"Dia tidak menginginkanku mati dengan cepat, dia ingin dengan pelan menyiksaku supaya aku pun mati dengan perlahan," jelas Huang Fu Qing Tian sambil melihat Zai Si.

"Mengapa aku harus melakukan semua ini?"

"Karena dia bukan Zhong Hui Mie tapi kau adalah putra Zhong Hui Mie." Ternyata Zai Si adalah putra Zhong Hui Mie!

Setelah mendengar penjelasan itu Zai Si tidak merasa terkejut dua hanya dengan dingin  melihat Huang Fu Qing Tian.

"Benar, aku adalah putra Zhong Hui Mie, aku pun tidak menginginkan kau mati dengan cepat, aku ingin kau mati perlahan-lahan semua ini sudah bisa kau terka," kata Zai Si dengan dingin, "tapi ada satu hal yang tidak bisa kau terka."

"Apakah itu?" "Apakah kau sudah bisa menerka semuanya, tapi apakah kau bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?"

"Dia tidak perlu menerkanya karena dia akan dengan senang hati meninggalkan tempat ini." Suara itu ternyata suara perempuan yang muncul dari luar pintu.

Begitu Zai Si mendengar suara itu wajahnya segera berubah, karena dia mengenal suara itu yang tak lain adalah suara Xin Wu Shi Tai.

Ternyata benar yang datang adalah Xin Wu Shi Tai, setelah perkataannya selesai, dia sudah berada di tengah-tengah mereka.

Awalnya wajah Zai Si berubah tapi begitu melihat Xin Wu Shi Tai wajahnya sudah kembali seperti biasa, dia masih bisa tertawa.

"Baiklah seharusnya aku sudah harus memikirkan hal ini, kalau kau ternyata adalah ketua Wu Lei," kata Zai Si kepada Huang Fu Qing Tian.

Huang Fu Qing Tian terdiam, dia melihat Zai Si. "Hanya kau lah yang bisa memancing Xin Wu Shi Tai pergi dari kuilnya dan hanya kau yang bisa dengan diam-diam membawa Hua Yu Ren pulang ke rumah dan hanya kau yang bisa membuat Xin Wu Shi Tai percaya kalau Xin Wu bukan dibunuh oleh Ren Piao Ling," kata Zai Si.

"Dia masih setengah percaya," kata Huang Fu Qing Tian.

"Karena itu aku ingin dia datang ke sini dan dengan mata kepala sendiri melihat dan mendengar bagaimana kalian berkata yang sebenarnya." Kelihatannya Zai Si sudah kalah.

Kekalahan adalah suatu kegagalan, gagal berarti dia harus mati. Ini semua adalah aturan dunia persilatan.

Aturan ini adalah aturan sejak ribuan tahun yang lalu, mungkin ribuan tahun yang akan datang pun akan tetap seperti itu.

Zai Si tampak tenang tidak seperti orang kalah, dia melihat Xin Wu Shi Tai lalu melihat Huang Fu Qing Tian, dengan dingin dia berkata, "Kali ini aku memang kalah, tapi aku belum kalah total," kata Zai Si, "karena di tanganku masih ada modal yang bisa kupertaruhkan."

Modal? Modal apa?

Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai tertawa dan berkata, "Kau mengira kau berhasil menyandera Hua Yu Ren dan kau bisa mengancamnya?"

"Aku tahu mereka telah ditolong olehmu," kata Zai Si, "modal yang kumiliki untuk dipertaruhkan bukan dia."

"Aku tahu apa modal taruhanmu," kata Huang Fu Qing Tian, "mereka adalah Ren Piao Ling, Zang Hua, dan Bai Tian Yu."

Zai Si hanya diam, diam artinya benar.

"Tapi modalmu itu pun sudah dimenangkan oleh orang lain."

"Di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin," ini adalah suara Zang Hua.

---ooo0dw0ooo---

BAB 4 Penutup

Sebuah perahu keluar dari sebuah pulau dan memasuki laut yang luas. Di atas perahu tampak ada 5 orang.

"Bagaimana Tuan tahu kalau Zhou Chun Yu itu adalah Zhou Chun Yu palsu?" tanya Zang Hua kepada Huang Fu Qing Tian.

"Aku tahu kalau Zhou Chun Yu palsu itu adalah ibu Xie Xiao Yu dan istri dari Tuan Muda Ketiga Xie Xiao Feng," Huang Fu Qing Tian tertawa, "dan aku sangat kenal dengan Xie Xiao Feng."

Zang Hua bertanya kepada Bai Tian Yu, "Mengapa dia harus menyamar menjadi ibumu?" "Karena dia mengira kalau aku adalah putra Bai Xiao Lou," Bai Tian Yu menjawab sambil

tertawa.

"Apakah kau bukan putranya?" "Bagaimana menurutmu?"

Zang Hua bertanya kepada Ren Piao Ling, "Apakah kau kenal dengan pak tua yang bermain musik tadi dan yang telah menolong kita?"

"Ya aku tahu," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "dan aku tahu kalau beliau adalah pendiri perkumpulan Wu Lei."

"Apakah beliau adalah ketua Wu Lei?" "Benar."

Zang Hua membalikkan badannya untuk melihat Huang Fu Qing Tian dan bertanya, "Bukankah Zai Si tadi mengatakan kalau Tuan adalah ketua Wu Lei?"

"Itu hanya kata Zai Si," jawab Huang Fu Qing Tian sambil tertawa.

Dari kejauhan terdengar lagi suara musik yang menyedihkan, Zang Hua mendengar suara musik itu, dia melihat ke arah laut yang jauh, dia terdiam sebentar dan bertanya lagi, "Mengapa dia melepaskan Zai Si, Xie Xiao Yu, dan ibunya?"

"Karena dia percaya setelah mereka mendapatkan pelajaran seperti sekarang, mereka akan segera sadar," jawab Huang Fu Qing Tian.

Xin Wu Shi Tai yang sejak tadi hanya diam tiba-tiba berkata, "Karena dia adalah Xie...karena dia adalah dia."

Mengapa kata-kata itu tidak jadi dia ucapkan? Siapakah pak tua yang bermain musik itu?

Mengapa Xin Wu Shi Tai tidak jadi menyebut nama itu?

Apakah pak tua yang bermain alat musik itu bermarga Xie?

Siapa pun dia, Zang Hua percaya, kelak dia tidak akan pernah mendengar suara musik yang sedih itu lagi.

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar