Amarah Pedang Bunga Iblis Bagian 3.1

 
BAGIAN 3.1

Tidak berdayanya seorang pengelana

BAB 1 Tuan Muda Ketiga dan pedangnya

Begitu mendengar suara ini, wajah si A dan lainnya memancarkan cahaya penghormatan.

Mereka segera menunduk.

Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu dengan sorot mata bertanya-tanya, apakah orang yang berbicara tadi adalah Xie Xiao Feng?

Dari mata Xie Xiao Yu, Bai Tian Yu dia sudah mendapatkan jawabannya. Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu seperti sedikit takut. Aneh, dia merasa takut, bukankah Xie Xiao Feng adalah ayahnya? Bila anak bertemu dengan ayahnya sendiri, apa yang harus ditakuti?

Tapi Bai Tian Yu tidak berpikir banyak lagi, dia datang ke sini untuk mencari Xie Xiao Feng, sekarang dia sudah bertemu dengan Xie Xiao Feng, mau tidak mau dia harus maju, karena itu dia berjalan ke arah gubuk itu.

Begitu Bai Tian Yu bergerak, Xie Xiao Yu tampak ragu sebentar, tapi kemudian dia mengikuti Bai Tian Yu dari belakang, tapi terdengar suara Xie Xiao Feng berkata lagi, "Xiao Yu, kau tunggu di sana, biarkan dia sendiri yang ke sini."

-ooodwooo-

Gubuk ini sangat sederhana. Di dalamnya tidak ada apa-apa, hanya ada 2 tikar bulat untuk duduk. Tikar itu diletakkan saling berhadapan. Seorang tua sedang duduk bersila di sana. Satu tikar lagi diperuntukkan bagi Bai Tian Yu.

Akhirnya Bai Tian Yu bisa melihat orang yang telah membuat dunia persilatan menjadi geger— Xie Xiao Feng. Bai Tian Yu sendiri tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Bagaimana perasaannya sekarang? Biasanya jika dia melihat orang yang akan bertarung melawan dirinya, dalam dadanya pasti dipenuhi dengan api yang berkobar dan semangat yang tinggi.

Tapi Bai Tian Yu sama sekali tidak merasakannya hal itu sekarang.

Sekarang jago pedang nomor satu telah berada di hadapannya, hatinya pasti merasa sangat senang atau terkagum-kagum. Tapi tidak bagi Bai Tian Yu.

Mendengar dari nada suaranya, sepertinya Xie Xiao Feng sudah berusia tua.

Seharusnya usia Xie Xiao Feng baru 50 tahun lebih tidak lewat dari 60 tahun. Di dunia persilatan usia seperti itu belum termasuk tua.

Tapi begitu melihat Xie Xiao Feng, dia merasa ragu apakah Xie Xiao Feng sudah tua? Atau masih muda? Tidak bisa dibedakan.

Tapi Bai Tian Yu merasa kalau orang itu adalah Xie Xiao Feng.

Sudah banyak cerita tentang Xie Xiao Feng yang telah didengarnya. Dia juga sering memikirkan tentang Xie Xiao Feng. Saat dia kecil dia sudah bertekad bila dia sudah besar dia akan mencari Xie Xiao Feng. Sebelum bertemu dengan Xie Xiao Feng, dia sudah merencanakan apa yang harus dilakukannya bila bertemu dengan seorang yang bernama Xie Xiao Feng. Sekarang Xie Xiao Feng sudah berada di hadapannya, semua rencana yang sudah tersusun di dalam otaknya menjadi buyar semua.

Perasaan pertama yang dirasa oleh Bai Tian Yu kepada Xie Xiao Feng adalah dia  adalah seorang pak tua. Karena suaranya terdengar begitu tua dan memakai baju panjang berwarna abu. Duduk bersila di tikar bulat, dia seperti seorang pendeta yang telah lama keluar dari kehidupan dunia luar.

Sorot mata Xie Xiao Feng begitu lelah dan kelihatannya dia sudah bosan terhadap kehidupan ini.

Tapi begitu diawasi lagi dengan teliti, dia baru melihat kalau Xie Xiao Feng belum terlalu tua. Rambutnya hanya beberapa helai saja yang sudah berwarna putih. Wajahnya tidak ada kerutan keriput. Kulitnya masih kencang dan mengkilat.

Bentuk wajahnya sangat tampan, boleh dikatakan dia adalah seorang laki-laki yang sangat tampan. Pantas saja sewaktu dia masih muda banyak membuat perempuan-perempuan tergila- gila kepadanya. Melihat keadaannya sekarang, asal dia mau dia masih bisa membuat perempuan yang bagaimanapun tergila-gila kepadanya.

Walaupun hanya ada satu tikar bulat, tapi diletakkan di depan tuan pemilik gubuk berarti kedudukan Xie Xiao Feng dan Bai Tian Yu adalah satu tingkat.

Ini adalah kehormatan yang sangat tinggi. Yang bisa duduk di tikar bulat ini sepertinya bisa dihitung dengan jari. Jika dulu Bai Tian Yu akan merasa tidak nyaman tapi sekarang pandangannya sudah berubah. Dia menganggap kecuali dirinya tidak ada yang pantas duduk berhadapan dengan Xie Xiao Feng, karena itu dengan sangat tenang dia duduk di tikar itu.

"Bagus sekali!" Xie Xiao Feng melihat dia. Sorot mata Xie Xiao Feng seperti memuji, "anak muda seharusnya seperti itu, memandang dirinya tinggi, cita-cita pun bisa lebih tinggi, maka dia baru memiliki masa depan yang cerah."

Ini adalah kata-kata pujian, tapi kata-katanya seperti kata-kata orang tua yang mengajar kepada anak muda.

Aneh, Bai Tian Yu hanya diam dan mendengarkan. Sebenarnya dia harus mendengarkan karena Xie Xiao Feng adalah angkatan tuanya.

Sekalipun dia bisa mengalahkan Xie Xiao Feng, tapi dia tetap seorang angkatan muda.

Dengan teliti Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan berkata, "Aku lihat kau adalah orang yang senang bicara."

"Aku bukan orang yang seperti itu."

"Dulu juga aku bukan orang seperti itu," kata Xie Xiao Feng sambil tertawa, tapi kata-katanya terdengar penuh dengan kesedihan. Dia berkata, "tapi sekarang aku sudah berubah, aku banyak bicara." Kalau orang sudah mempunyai umur, bicaranya akan bertambah banyak dan menjadi cerewet. "Tapi hanya di tempat ini aku bisa banyak bicara," kata Xie Xiao Feng, "kalau tidak ada orang,

aku sering bicara sendiri, apakah kau tahu alasannya?"

"Aku tidak senang menebak-nebak." Kata-katanya terdengar sangat tidak sopan, tapi Xie Xiao Feng tidak marah. Dengan tertawa dia berkata lagi "Betul, anak muda memang harus bicara terus terang. Hanya orang yang sudah berumur akan bicara berbelit-belit. Satu kalimat sederhana pun harus diucapkan dengan berputar-putar dan banyak perkataan."

—Apakah karena orang sudah berumur, dan karena mereka tahu umur mereka tidak panjang maka dia banyak bicara? Apakah jika tidak bicara sekarang maka kelak mereka tidak akan mempunyai kesempatan?

Tapi saat dia seumur Bai Tian Yu, dia tidak akan mempunyai perasaan seperu itu. Tapi masalah Xie Xiao Feng tetap membuat orang bertanya-tanya.

Mengapa jago pedang nomor satu di dunia ini bisa berubah menjadi orang cerewet? Mengapa hanya disini, maka dia baru bisa menjadi seperti itu?

Walaupun Bai Tian Yu tidak ingin menebaknya, tapi dia tetap ingin tahu, karena itu sorot matanya melihat ke sekeliling tempat itu.

Tempat ini bukan tempat yang bisa membuat orang merasa senang. Di sini sangat sepi, keadaannya menyedihkan dan banyak rumput liar, penuh dengan hawa kematian. Di sini tidak ada yang hidup. Siapa pun yang tadinya merasa sangat bersemangat untuk hidup, tapi jika sudah lama berada di tempat ini, dia pun akan tenggelam di dalam kesedihan.

Tapi sepertinya semua ini tidak mengganggu keadaan Xie Xiao Feng. Seseorang yang sudah mempunyai ilmu silat begitu tinggi. Dia tidak akan terganggu oleh keadaan dari luar.

Bai Tian Yu belum memberikan jawaban yang pasti. Untung Xie Xiao Feng tidak memberi banyak waktu untuk berpikir, dia sudah memberikan jawabannya, "Karena di tanganku tidak ada pedang."

Ini benar-benar bukan sebuah jawaban.

Di tangannya memang tidak ada pedang, tapi apa hubungannya dengan keadaan hati seseorang?

Orang penakut, dia mungkin dengan senjata yang dipegangnya akan membuat dia menjadi lebih berani, tapi apakah Xie Xiao Feng hanya dengan mengandalkan pedang maka dia baru bisa lebih berani?

Bai Tian Yu merasa sangat puas dengan jawaban itu, paling sedikit dia mengerti apa arti dari semua ini.

Xie Xiao Feng adalah jago pedang yang sangat tinggi ilmunya. Seumur hidup dihabiskan untuk pedangnya. Pedang adalah jiwa dan semangatnya.

Pedang tidak ada di tangannya, berarti dia sudah tidak mempunyai hidup dan tidak mempunyai semangat lagi.

Xie Xiao Feng menghapus pedang dalam kehidupannya, sekarang yang tertinggal hanya seorang pak tua yang lemah dan sangat biasa.

Melihat ekspresi wajah Bai Tian Yu, Xie Xiao Feng tahu bahwa Bai Tian Yu mengerti apa yang dimaksud olehnya, karena itu dia sangat senang.

"Kita bisa terus mengobrol," kata Xie Xiao Feng, "kalau tidak kau tidak akan tertarik pada obrolan berikutnya."

Bai Tian Yu sedikit merasa senang karena dari kata-kata yang diucapkan oleh Xie Xiao Feng, dia sudah menganggap Bai Tian Yu adalah teman yang mengerti bagaimana keadaan dia sebenarnya. Bisa dianggap sebagai teman yang mengerti jiwanya, itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Apalagi dia adalah seorang Xie Xiao Feng, perasaan yang ada bukan hanya senang tapi ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Sebenarnya sudah 20 tahun aku tidak memegang pedang," kata Xie Xiao Feng, "walaupun di Wisma Shen Jian ada pedang sakti, tapi pedang itu sudah dibuang ke dalam sungai oleh seseorang."

Bai Tian Yu tahu mengenai hal ini.

Sewaktu Xie Xiao Feng bertarung dengan Yan 13. dengan susah payah Yan 13 mengalahkan Xie Xiao Feng pada jurus ke-15.

Jurus ini berhasil mengalahkan Xie Xiao Feng yang mendapat julukan tidak terkalahkan. Tapi yang mati adalah Yan 13.

Yan 13 bunuh diri karena dia ingin menghilangkan pedang dan jurusnya yang berhasil mengalahkan Xie Xiao Feng.

"Walaupun pedang sakti sudah tenggelam, tapi nama Wisma Shen Jian masih ada," kata Xie Xiao Feng, "apakah kau tahu apa alasannya?"

"Aku tahu," jawab Bai Tian Yu mengangguk, "karena Anda masih ada di dunia ini."

Jika suatu ilmu pedang sudah mencapai tahap seperti itu, meskipun tangannya tidak memegang pedang, benda apa saja yang dipegangnya, akan sama seperti sedang memegang pedang. Apakah itu adalah ranting pohon, tali, atau benang sulam, semua seperti pedang baginya.

Pedang sudah ada di dalam hati Xie Xiao Feng. Ada atau tidak ada sama saja.

Kata-kata Xie Xiao Feng sulit dimengerti, tapi Bai Tian Yu bisa mengerti. Kata-kata yang diucapkan berikutnya, lebih dimengerti lagi oleh Bai Tian Yu.

"Tanganku tidak ada pedang."

Kalimat itu masih kalimat tadi, tapi makna kata-kata itu lebih dalam lagi. "Kenapa?"

Ini pertanyaan bodoh. Bila ada pertanyaan yang tidak mengerti, kata ini selalu diucapkan untuk bertanya.

Sekarang dia mengajukan pertanyaan seperti itu, hanya Bai Tian Yu yang bisa menanyakannya karena dia sudah mengerti apa yang dikatakan oleh Xie Xiao Feng. Maka dia pun bertanya seperti itu.

Tadinya Bai Tian Yu tidak siap mendapatkan jawaban seperti itu, dia tahu ini semua menyangkut masalah pribadi dan rahasia orang itu. Tapi di luar dugaan Xie Xiao Feng malah memberikan jawaban kepadanya.

Xie Xiao Feng menunjuk tangannya ke arah 2 kuburan itu....

Kuburan itu berada di halaman. Begitu masuk orang bisa bisa melihat kalau di sini ada suatu tempat yang istimewa. Bai Tian Yu sejak tadi pun sudah tahu, untuk apa Xie Xiao Feng harus menunjuk lagi tempat itu?

Tapi begitu Xie Xiao Feng menunjuk, Bai Tian Yu baru tahu kalau jawabannya ada di dalam gubuk itu.

Kuburan itu adalah kuburan biasa, yang berbeda adalah orang yang berada di dalam kubur itu. Dua kuburan itu tidak ada nisannya. Nisan tergantung di pagar gubuk. Hanya ada 2 papan,

yang satu berada di kiri dan yang satu berada di kanan. Jika melihat kedua papan ini, masing- masing menghadap ke arah satu kuburan, seperti berdiri di depan kuburan yang dimaksud. Kuburan dari teman lama yang ditakutinya yaitu Yan 13. Kuburan istri Mu Rong Qiu Ying.

Yan 13 adalah orang yang pernah mengalahkannya. Mu Rong Qiu Ying adalah istri dan juga musuhnya yang paling besar dalam hidupnya. Dengan cara apa pun dia selalu hampir membuat Xie Xiao Feng mati.

Walaupun kedua orang ini sudah mati tapi Xie Xiao Feng tidak melupakan mereka, karena itu Xie Xiao Feng mengatakan sudah tidak ada pedang lagi di tangannya.

Meskipun Xie Xiao Feng tidak bisa dilawan oleh siapa pun tapi dia pernah dikalahkan oleh kedua orang itu.

Mu Rong Qiu Ying telah membuat dia gagal beberapa kali. Yan 13 hanya mengalahkan dia satu kali tapi membuat dia selamanya tidak bisa muncul kembali ke dunia persilatan, karena itu Xie Xiao Feng menamakan tempat itu sebagai tempat penyimpan pedang.

Meskipun pedang sangat tajam dan cepat tapi kalau sampai di tempat ini, semua tidak bercahaya. Walaupun kehidupan Xie Xiao Feng begitu kemilau tapi di hadapan kedua orang itu,  dia adalah orang gagal.

Melihat Xie Xiao Feng, hati Bai Tian Yu timbul rasa hormat kepadanya. Kedua orang itu sudah mati tapi Xie Xiao Feng menjadikan tempat ini sebagai pemicu bagi dirinya sendiri.

Untuk apakah semua ini?

Yan 13 dan Mu Rong Qiu Ying bukan orang yang pantas untuk dihormati tapi Xie Xiao Feng malah menguburkan mereka di sini. Yang pasti bukan untuk memperingati mereka.

Untuk apakah semua ini?

Kali ini Bai Tian Yu tidak bertanya lagi, dia tidak perlu bertanya karena dia sudah mendapatkan jawabannya. Dia terdiam lama baru berdiri dan berkata, "Kali ini aku datang untuk mencari Tetua untuk mengajak Tetua untuk bertarung."

"Aku tahu." Xie Xiao Feng mengangguk, "sudah lama tidak ada yang mengajakku bertarung." "Aku lakukan ini bukan untuk mencari nama." kata Bai Tian Yu, "aku benar-benar mencari

Tetua untuk bertarung."

"Aku tahu, sekarang kau sudah menjadi orang terkenal," Xie Xiao Feng tertawa. "Dengan ilmu pedang milikku, aku mengira aku bisa bertarung dengan Tetua." "Kau terlalu sungkan. Kau harus mengatakan kalau kau bisa mengalahkanku." "Tapi sekarang aku tidak bisa mencabut pedang di hadapan Tetua."

"Karena tanganku tidak memegang pedang?"

"Bukan karena itu," kata Bai Tian Yu, "karena sekarang siapa pun bisa membunuh Tetua." "Benar," kata Xie Xiao Feng, "karena itu aku harus memasang larangan di depan pintu dan

tidak memperbolehkan orang masuk ke sini. Karena di sini aku sebagai seorang pak tua yang

memotong ayam pun tidak bisa."

"Tapi aku tahu bila sudah keluar dari tempat ini, aku bukan lawan Tetua."

"Belum tentu," kata Xie Xiao Feng, "dalam pertarungan siapa yang menang atau kalah sulit untuk dikatakan."

Bai Tian Yu dengan teliti melihat Xie Xiao Feng, kemudian dia membawa pedangnya dan memberi hormat kepada Xie Xiao Feng lalu berkata, "Aku sudah kalah."

Sejak umur 7 tahun, Bai Tian Yu sudah berlatih pedang, setiap hari dia berlatih selama 8 jam. Kemudian berlatih mencabut pedang selama 1 jam. Sekarang dia sudah berusia 23 tahun, dia sudah berlatih selama 16 tahun. Dia sangat rajin berlatih pedang. Dia melakukan semua ini agar nama keluarganya terkenal.

—Dia bermarga Bai. Dia memegang pedang Chun Yu. Lalu apa hubungannya dengan ketua perkumpulan Para Durjana Bai Xiao Lou?

Mengalahkan Xie Xiao Feng adalah cita-citanya sejak kecil. Agar bisa mengalahkan Xie Xiao Feng, dia rajin berlatih ilmu pedang dan juga sering mengeluarkan darah.

Sekarang setelah dia berhadapan langsung , dengan Xie Xiao Feng, tiba-tiba dia mengaku 'Aku kalah.'.

Mendengar 2 kata ini, Xie Xiao Feng sedikit pun tidak merasa kaget.

"Maaf, aku sudah mengganggu Tetua. Terima kasih Tetua sudah memberi petunjuk kepadaku," Bai Tian Yu dengan tenang berkata.

Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan bertanya, "Usiamu berapa?" "23 tahun."

"Kau masih muda, sedangkan aku sudah berusia 57 tahun," kata Xie Xiao Feng sambil tertawa, "sewaktu aku berusia 47 tahun, aku baru membangun kuburan pedang ini. Kau lebih awal 24 tahun dariku."

"Tapi Tetua sudah 10 tahun berada di sini."

"Tidak, belum lama ini aku masih sering jalan-jalan keluar. Kebiasaan ini tidak bisa berubah," kata Xie Xiao Feng, "kau lebih beruntung."

"Aku lebih beruntung?"

"Benar," kata Xie Xiao Feng sambil mengangguk, "aku selalu berhasil, karena itu aku terlambat mendapatkan kegagalan. Tapi kau pada usiamu 23 tahun, sudah merasa gagal karena itu kelak keadaanmu sulit untuk dikatakan."

Bai Tian Yu berpikir sebentar dan berkata, "Kelak kalau ada kesempatan aku akan bertarung lagi dengan Tetua."

"Baiklah," Xie Xiao Feng tertawa, "lebih baik kita bertemu di sini lagi." "Mengapa?"

"Kau sudah masuk ke dalam, berarti tempat ini sudah bukan tempat terlarang lagi," kata Xie Xiao Feng.

"Maafl"

"Jangan mengatakan maaf," kata Xie Xiao Feng, "sewaktu kau masuk, di sini masih merupakan kuburan pedang karena tempat ini hanya kita yang tahu."

Xie Xiao Feng melihat Bai Tian Yu dan bertanya, "Apakah kau mengerti akan hal ini?"

"Aku mengerti," Bai Tian Yu tertawa, "aku pasti akan mengingat kata-kata ini dan tidak akan memberitahukan kepada siapa pun."

"Terutama kepada putriku."

Bai Tian Yu terpaku, "Apakah benar dia adalah putri Tetua?" ”Benar."

Saat dia akan keluar dari kuburan pedang, Bai Tian Yu masih sempat membalikkan kepalanya untuk melihat dua kuburan dan gubuk itu. Hatinya dipenuhi dengan rasa kagum, tapi dia lebih kagum kepada ilmu pedang Xie Xiao Feng.

Di luar pintu Wisma Shen Jian, dia mendengar 5 tetua perkumpulan menceritakan tentang kehebatan pedangnya. 5 perkumpulan ini merupakan 5 perkumpulan yang paling kuat di dunia persilatan. Ketua mereka pun pasti jago kelas satu dalam ilmu silat.

Mereka menganggap ilmu pedang Bai Tian Yu adalah ilmu yang paling kuat. Mereka tidak tahu yang Xie Xiao Feng cari adalah ilmu yang lebih tinggi.

Xie Xiao Feng adalah seorang jago pedang yang dia pikirkan selalu tentang masalah pedang. Pedang adalah senjata, golok pun merupakan senjata.

Ilmu silat yang sudah mencapai tarap yang tinggi, golok dan pedang tidak bisa dibedakan lagi.

Hanya bentuknya saja yang tidak sama.

Bagi Bai Tian Yu, yang dia pikirkan, hanya sampai pada tarap pedang adalah orang dan orang tetap orang.

Tapi bagaimana dengan Xie Xiao Feng?

Sejak kapan dia memasuki tarap seperti ini, tidak ada seorang pun yang tahu. Tapi 10 tahun yang lalu, dia sudah memutuskan untuk memilih jalan ini. Ini merupakan suatu kepastian.

Karena dia sudah membangun tempat penyimpanan pedang. Di tempat ini dia mencari sebuah kehidupan yang tenang.

Pedang adalah pedang, aku adalah aku. Pedang bukan pedang, aku bukan aku. Kalau sudah mencapai tarap seperti ini, itu artinya dia hampir mencapai tarap dewa dan Budha.

Bai Tian Yu selalu membawa pedang.

Pedangnya tampak bercahaya hijau muda. Pedang yang terukir ’Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu'.

Pedang yang sekali diayunkan akan membelah benda menjadi dua bagian. Pedang setan yang ditakuti oleh setan atau dewa sekali pun.

Kalau tidak ada pedang ini, Bai Tian Yu bukan seorang Bai Tian Yu. Orang dan pedang tidak bisa dipisahkan.

Dulu Xie Xiao Feng selalu memegang sebilah pedang sakti, tapi 10 tahun yang lalu, dia sudah membangun kuburan pedang, dia mengubur pedang saktinya.

Tempat penyimpanan pedang itu tidak ada yang istimewa, juga 2 kuburannya. Yang terpenting adalah arti dari 2 kuburan untuk Xie Xiao Feng.

Bila di tempat lain membuat 2 kuburan seperti ini, apakah ini pun ada artinya bagi Xie Xiao Feng?

Bai Tian Yu tidak menanyakan pertanyaan ini karena dia percaya kalau dia bertanya begitu, Xie Xiao Feng tidak akan menjawabnya.

Karena yang mereka cari sekarang adalah keadaan di mana orang sama sekali belum pernah mencarinya karena itu dia harus masuk ke sana baru bisa mengetahui keadaaan yang sebenarnya. Walaupun dia sudah masuk, dia tidak akan bisa memberitahukan hal ini kepada orang lain, karena orang lain tidak mempunyai perasaan dan pengalaman seperti itu. Seperti seseorang masuk ke sebuah taman yang aneh. Sesudah keluar dari sana' dia tentu akan memberitahukan hal ini kepada temannya, bahwa di dalam taman itu ada bunga berwarna emas dan buah yang berwarna warni. Tapi kebetulan temannya adalah orang buta yang sejak kecil tidak bisa melihat, dia tidak akan paham dengan keadaan di taman buah itu.

Orang buta dia tidak mengenal warna, mungkin dari wanginya dia bisa membedakan buah dan bunga, tapi dia tidak akan bisa mengetahui keindahan bunga dan buah itu.

Tapi Bai Tian Yu tetap ingat dengan kata-kata Xie Xiao Feng, lain kali jika dia datang, di sini sudah tidak ada lagi kuburan pedang. Arti dari kalimat ini adalah Xie Xiao Feng bisa keluar dari tempat itu bila telah memasuki taraf yang lain. Dia akan memindahkan dua kuburan itu ke dalam hatinya karena disetiap tempat manapun bisa menjadi tempat penyimpanan pedang.

Bai Tian Yu tahu tentang taraf ini, tapi dia tidak tahu kapan dia bisa memasuki taraf seperti ini. Dia tahu dia masih kalah bila dibandingkan dengan Xie Xiao Feng, karena itu dia sangat menghormati Xie Xiao Feng.

Seorang Bai Tian Yu belum bisa mencapai taraf seperti itu, hanya orang seperti Xie Xiao Feng lah baru bisa membuat dia kagum dan hormat kepadanya.

-ooodwooo-

Xie Xiao Yu tidak menunggu Bai Tian Yu di sana. Setelah Bai Tian Yu masuk hanya ada 4 jago pedang yang menjaga pintu itu.

"Terima kasih, Tuan Muda Bai," begitu Bai Tian Yu keluar, si A langsung berkata dengan hormat.

"Terima kasih untuk apa?" Bai Tian Yu sedikit terpaku, "mengapa kau berterima kasih kepadaku?"

"Terima kasih karena Tuan Muda Bai sudah membantu tuanku keluar dari kuburan pedang ini." "Apakah kalian tidak salah, aku telah membantu tuanmu?"

"Benar, ini tidak salah." jawab si A, "sudah lama tuanku selalu dikurung oleh kesulitan ini.

Karena jurus pedang ini, yaitu jurus ke-15 pedang Yan 13."

"Aku tahu jurus ini, bukankah semua ini sudah lewat?" tanya Bai Tian Yu.

"Benar, sekarang memang sudah menjadi masa lalu," jawab si A, "di depan Tuan Muda Bai, ini pasti bukan apa-apa."

Kata Bai Tian Yu dengan kaget, "Aku sama sekali tidak pernah melihat jurus ini."

”Tuan Muda Bai sudah pernah melihatnya," ucap si A sambil tersenyum, "kami berempat pada saat terakhir telah memaksa Tuan Muda Bai menerima jurus ini."

"Apakah jurus tadi?" "Betul!" jawab si A.

"Jurus itu yang bisa mengalahkan pesilat pedang nomor satu Xie Xiao Feng?" tanya Bai Tian Yu.

"Kemahiran kami tidak bisa bersaing dengan kemahiran Pendekar Yan 13 dulu tapi yang kami mainkan betul betul adalah jurus itu."

"Kalau kemahirannya tidak cukup, apakah bisa memainkan jurus tadi?"

"Sebenarnya tidak bisa," jawab si A, "tapi selama 10 tahun ini secara khusus kami berlatih jurus ini. Sebenarnya jurus yang kami keluarkan tadi belum ada lawannya. Tapi tetap tidak bisa menghadang pedang sakti milik Tuan Muda Bai."

Bai Tian Yu terdiam.

"Sudah beberapa tahun ini tuanku tenggelam menekuni ilmu pedangnya sampai mencapai taraf tertinggi," jelas si A, "tapi pada akhirnya tuanku tetap tidak bisa memecahkan jurus pedang itu."

Bai Tian Yu mengerti hal ini.

Xie Xiao Feng mengurung diri di tempat penyimpan pedang seperti seorang Budha yang menghadap tembok, mereka juga berusaha memecahkan jurus pedang itu. Begitu mereka sudah memecahkannya, maka mereka mencapai ke taraf yang lebih tinggi lagi. Bai Tian Yu tidak perlu membuat pertumpahan darah untuk memecahkan jurus ini. Ini membuat Xie Xiao Feng mengerti. Begitu Bai Tian Yu mengaku kalah kepada Xie Xiao Feng, Xie Xiao Feng tidak menerimanya begitu saja.

Begitu mendengar kata-kata si A, Bai Tian Yu merasa senang. Tadinya dia masih merasa sedikit menyesal, sekarang rasa sesal ini sudah tidak ada.

"Sekarang di Wisma Shen Jian tidak ada lagi tempat penyimpanan pedang," kata Bai Tian Yu kepada si A dan teman-temannya.

"Benar," kata si A, "memang tidak diperlukan lagi." "Kalian berempat tidak perlu menjaga lagi di sini."

"Benar," kata si A sambil mengangguk, "Tuan Muda Bai sudah membantu tuanku juga membantu kami lepas dari beban."

"Apakah kalian berempat masih akan tinggal di sini?"

"Tadi Nona Xie ingin kami tinggal di Wisma Shen Jian tapi kami sudah menolaknya," kata si A, "Wisma Shen Jian tidak cocok untuk kami."

"Di mana tempat yang cocok untuk kalian?"

"Banyak. Dulu kami hidup karena pedang, demi pedang pula kami harus tetap hidup. Sekarang kami bisa meletakkan pedang dan berbuat banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan," jawab si A, "sepertinya aku bisa memelihara ikan, aku bisa membuka tempat pemeliharaan ikan. Si B senang menanam bunga, dia bisa menjadi tukang kebun."

"Apakah kalian ingin mengubur pedang kalian?" "Benar, kami akan mengubur pedang kami."

"Kalian tahu, kalau kalian tidak meletakkan pedang pun, kalian masih bisa menikmati banyak kehormatan."

"Kami tahu. kata tuanku, jika kami keluar dari sini pasti jarang ada jago silat yang bisa menandingi kami. Kami akan menjadi pesilat tangguh."

"Apakah kalian tidak menginginkannya?"

"Walaupun kami menginginkannya tapi kami pasti akan mengalami banyak kesulitan. Jika sudah menjadi pesilat tangguh, kami tidak akan ada waktu untuk melakukan pekerjaan yang kami suka," kata Si A, "Tuan Muda Bai tidak melihat, umur kami sudah tidak muda lagi. Boleh dikatakan sudah melewati setengah abad. Dulu karena pedang kami bisa hidup, sekarang kami tidak akan hidup karena pedang lagi. Kami akan hidup untuk kami sendiri."

Bai Tian Yu menjadi hormat kepada keempat orang itu. Mereka tidak peduli lagi dengan nama dan kedudukan, kelak mereka pasti akan hidup dengan senang dan bahagia.

"Apakah kalian sudah memutuskan jalan kehidupan kalian?" tanya'Bai Tian Yu.

"Sudah," jawab si A, "waktu tuanku membangun kuburan pedang ini, beliau memberikan

51.200 tail perak kepada kami." "Jumlah yang lumayan besar."

"Tapi ini adalah gaji kami di tahun pertama."

"Itu adalah tahun pertama, kalau sudah 10 tahun, jumlahnya pasti tidak terhitung lagi."

"Tidak, semua ini bisa dihitung dengan mudah," kata si A, "hanya ada satu, sebuah uang seharga 100 tail."

"Hanya itu?" tanya Bai Tian Yu, "hanya ada seratus tail?" "Benar," kata si A, "tuanku sangat loyal." Bai Tian Yu melihat mereka, "Apakah otak kalian bisa berpikir dengan sangat jelas?"

Si A tertawa, "Otak Tuan Muda Bai pun tidak terpikir, hanya kau tidak tahu bagaimana perjanjian antara kami dengan tuan kami."

"Oh ya?" tanya Bai Tian Yu, "bagaimana tentang perjanjian kalian?"

"Perjanjiannya adalah begitu kalau kami tinggal di sini selama 1 tahun dan bila kami ingin pergi maka kami boleh membawa pulang uang sejumlah 51.200 tail. Pada tahun kedua bila kami ingin pergi kami boleh membawa uang sejumlah 25.600 tail," kata si A, "setiap tahun jumlah uang akan berkurang separuhnya, sekarang sudah berlalu 10 tahun, jadi yang tersisa tepat 100 tail."

"Perhitungan gaji seperti apa ini?"

"Ini adalah perhitungan antara tuanku dan kami," kata si A sambil tertawa, "kalau kami tinggal di sini selama satu tahun, ilmu pedang kami memang tinggi tapi hati kami tidak merasa tenang, maka dengan banyak uang baru bisa hidup dengan tenang. Kalau tidak kami akan menjadi perampok atau golongan sesat baru bisa memuaskan hidup kami sendiri."

"Sepertinya ada sedikit benar," kata Bai Tian Yu. "Tuanku kalau bekerja selalu mempunyai maksud dan tujuannya dan ternyata tujuannya benar."

"Kalau aku baru datang beberapa tahun kemudian, kalian hanya akan mendapatkan 1 tail perak." kata Bai Tian Yu sambil tertawa.

"Benar," jawab si A, "kalau kami ikut dengan tuanku, satu tail pun tidak kami peroleh. Waktu  itu hidup kami akan terasa lebih senang."

"Kalau begitu, apakah aku datang terlalu awal?"

"Kami hanya berharap kami bisa ikut dengan tuanku selama beberapa tahun lagi. Tapi begitu memikirkan kalau tuanku bisa keluar dari sini dan naik lebih tingkat yang lebih tinggi lagi. Pengorbanan yang kami lakukan itu pantas."

"Betul, benar-benar sangat pantas." Mereka malah merasa beruntung lepas dari budak pedang, malah menganggap itu adalah suatu pengorbanan. Semua orang akan menganggap mereka adalah orang bodoh. Hanya mereka sendiri yang tahu itu bukan suatu kebodohan.

Yang pasti, Bai Tian Yu pun telah mengerti.

-ooodwooo-

BAB 2 Bunga dalam deraian hujan

Pagi ini turun hujan, hanya hujan gerimis.

Bunga tampak bergerak-gerak di dalam hujan, begitu pula dengan orang-orang.

Huang Fu Qing Tian memakai payung kertas, berdiri di depan bunga raja itu, dia terus menatap bunga itu.

Air hujan membasahi payung itu, air mengikuti aliran hujan jatuh ke bawah kemudian meresap ke dalam tanah.

Bunga itu berada di sudut dinding, berwarna kuning muda, bunga itu terdiri dari 5 kelopak dan memancarkan wangi yang enak bila dicium, seperti wangi seorang perawan.

Bunga itu pantas dikatakan sebagai bunga raja. Tinggi bunga itu melebihi tinggi seorang anak kecil yang berusia 5 tahun, mungkin malah setinggi anak yang berusia 7 tahun. Bunga itu tidak memiliki daun, hanya terdiri bunga dan tangkainya saja, besar tangkai itu sebesar lengan orang dewasa.

Huang Fu Qing Tian tidak yakin apakah tangkai itu bisa menahan berat bunga yang tampak besar, berapa lama dia bisa bertahan?

Hujan telah membasahi bumi dan telah mencuci bersih debu yang sudah lama menempel di tempat sampah itu. Tapi hujan tidak bisa membersihkan dan menghapus kenangan yang ada di dalam pikiran Huang Fu Qing Tian.

Sebuah kenangan yang menyedihkan juga ada kenangan yang manis.

Di dunia ini suatu persoalan bila sudah berlangsung lama maka hal itu akan pudar termasuk apa yang disebut dengan cinta. Hanya kenangan yang tidak dapat pudar begitu saja, malah semakin lama akan semakin melekat dengan kuat dalam ingatan.

Walaupun yang ada adalah kenangan sedih tapi orang-orang malah menikmatinya. Meskipun kenangan itu adalah sebuah kenangan yang sedih tapi masih ada kenangan manis.

Huang Fu Qing Tian melihat bunga tapi pikirannya melayang ke masa lalu.

Dalam setiap kenangan pasti akan teringat kepada seseorang, seorang perempuan yang mempunyai kaki panjang, rambut yang diikat dengan rapi, menyerupai ekor kuda. Rambutnya selalu mengikuti gerakannya ketika meloncat atau bergerak, seperti pohon Yang Liu yang tertiup oleh angin musim semi.

Walaupun hati Huang Fu Qing Tian terasa pedih dan sakit tapi mulutnya masih bisa tersenyum dengan manis.

Pertarungan yang berlangsung 20 tahun lalu telah membuatnya terkenal tapi sekaligus membuat dia kehilangan orang-orang yang dia cintai. Kalau saja dia bisa mundur ke masa lalu dan mengulangi kembali kejadian itu, apakah dia tetap akan melakukan hal seperti yang telah dia lakukan 20 tahun yang lalu?

Apakah dia akan seperti itu?

Mengapa mengenang kembali masa lalu selalu membuat hati orang menjadi sedih seperti diiris dengan sembilu?

Kenangan yang ada kecuali hanya membuat seseorang merasa hatinya menjadi sakit tapi juga membuat dia menjadi tidak waspada, dan juga membuatnya terlambat untuk bergerak.

Biasanya sebelum dia memasuki tempat sampah itu, Huang Fu Qing Tian tahu kalau di tempat itu kental dengan hawa membunuh, tapi sekarang dia tidak merasakannya sampai seseorang telah berdiri di depan matanya, tapi dia masih belum merasakan kehadirannya.

Di mata Huang Fu Qing Tian hanya ada bunga raksasa itu, mengapa sekarang ada orang?

Orang itu datang dari mana? Apakah dia bersembunyi di bawah tanah? Atau bersembunyi di balik tembok?

Sekarang hujan masih turun, masih hujan gerimis, bunga itu masih tampak bergerak-gerak, tadinya dia hanya bergerak sedikit tapi sekarang terlihat seperti bertambah cepat dan kencang, tiba-tiba bunga itu hancur.

Bersamaan dengan hancurnya bunga itu muncul bayangan seseorang dengan perawakan kurus dan kecil, bayangan itu keluar dari serpihan bunga itu, di tangannya tampak sinar berkelebat.

Sinar itu berwarna hijau tua. Cahayanya membawa racun ganas.

Dalam keadaan yang sama sekali belum siap, dan jarak yang terbentang begitu dekat, pada saat Huang Fu Qing Tian tidak berkonsentrasi penuh, tiba-tiba muncul seorang pembunuh, seorang pembunuh tangguh dan di tangannya ada senjata beracun, siapa yang bisa menghindari senjata itu?

Sekalipun Huang Fu Qing Tian berada dalam keadaan waspada, dia pun tidak akan bisa menghindari serangan itu, apalagi orang itu muncul dari dalam bunga, dan di belakang tubuh Huang Fu Qing Tian masih ada dua buah pedang mengancam.

Dua pedang itu mengikuti hembusan angin, pedang yang satu panjang dan pedang yang satu tampak pendek, satu dari kiri dan satu dari kanan siap menusuk ke kedua sisi Huang Fu Qing Tian.

Semua berlangsung dalam waktu yang singkat hingga saat-saat terakhir.

Di bumi hanya tertinggal suasana sepi dan sunyi. Kematian yang sepi. Sepi karena kematian.

Semua ini terjadi pada saat Huang Fu Qing Tian berada dalam keadaan tidak berkonsentrasi penuh, juga pada saat Huang Fu Qing Tian belum sadar dengan apa yang telah terjadi, tapi semua ini telah berakhir.

Pada saat bunga itu hancur dan orang itu meloncat, Huang Fu Qing Tian sadar kalau dirinya tidak akan bisa menghindari serangan itu, sewaktu dia akan mundur, dia pun sudah merasakan kalau di belakang dan di kedua sisinya ada hawa dingin yang menyergapnya.

Dia sadar dia sama sekali tidak bisa bergerak sekalipun dia ingin bergerak sebisanya kemanapun, tapi dia tetap tidak akan bisa menghindar, serangan itu dilakukan dari depan dan belakang.

Dia tahu kali ini dia pasti akan mati, tapi dia sama sekali tidak merasa takut, dia hanya merasakan suatu kehampaan.

Di dalam pikiran dan di dalam hatinya sama sekali tidak ada pikiran lain, hanya ada  kehampaan. Perasaan ini tidak dapat dikatakan dengan bahasa apa pun, hanya saja orang yang pernah mengalaminya akan merasakan perasaan seperti itu.

Ternyata kematian tidak seseram seperti apa yang dibayangkan selama ini. Huang Fu Qing Tian tidak merasa takut, tiba-tiba dia tertawa, tawanya seperti melepaskan semua hal yang ada di dunia ini.

Sewaktu dia tertawa tiba-tiba dari atas turun bayangan seseorang, kemudian dia mendengar ada suara pedang terputus sebanyak 2 kali, kemudian terdengar dua kali teriakan.

Bayangan orang itu belum mendarat, senjata yang ada di tangannya terlihat seperti kait dan sudah mengunci pedang panjang dan pendek itu.

Suara pedang patah baru terdengar setelah melihat bayangan seseorang turun dan orang itu telah membalikkan badannya. Dua pedang sudah terkunci, lepas, kemudian melayang. Melayang ke arah pemegang pedang pendek dan pedang panjang.

Pedang yang telah patah itu menancap di leher mereka berdua, terdengar teriakan dan setelah itu terlihat darah mereka bercipratan ke mana-mana.

Kemudian bayangan itu turun dan membalikkan badannya, dia berputar di depan mereka, dan melewati belakang Huang Fu Qing Tian. Sewaktu dia membalikkan badan, kait yang dipegang oleh orang itu seperti dibongkar, tapi juga seperti tidak. Begitu dia berputar di depan Huang Fu Qing Tian, kait yang dipegang oleh orang itu sudah memghilang, dan digantikan dengan golok.

Sebuah golok melengkung.

Kemudian Huang Fu Qing Tian melihat golok melengkung itu seperti membuat gambar cahaya dari atas ke bawah, dia seperti menggambar bulan sabit.

Begitu cahaya itu tampak, terdengar suara teriakan lagi. Orang yang muncul dari bunga raksasa itu jatuh seperti bulan sabit, kemudian setelah itu bumi dan langit tampak hening.

-ooodwooo- Hujan gerimis dengan cepat membersihkan darah yang berasal dari mayat-mayat itu. Tiga mayat yang bergelimpangan di tanah dan wajahnya tertutup oleh topeng.

Topeng itu bergambar setan.

Huang Fu Qing Tian tidak melihat mayat itu, dia hanya melihat orang yang telah menolongnya. Tapi orang itu tidak melihatnya, dia menatap ke belakang Huang Fu Qing Tian.

Ada apa di belakang Huang Fu Qing Tian? Apakah ada pembunuh yang masih tersisa?

Di belakang Huang Fu Qing Tian tampak ada seseorang, tapi dia bukan pembunuh, dia adalah Zai Si.

Zai Si tertawa dan bertepuk tangan, "Bagus! Baik sekali Ren Piao Ling," kata Zai Si, "bagus sekali aksi dari Pedang Lei Hen."

Ternyata orang yang diam-diam menolongnya adalah Ren Piao Ling, Huang Fu Qing Tian melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Apakah kau adalah Ren Piao Ling?"

"Benar."

"Kau adalah pembunuh bayaran termahal Ren Piao Ling?"

"Juga pembunuh bayaran termiskin," kata Ren Piao Ling sambil tertawa. "Katanya asalkan ada uang kau bisa membunuh siapapun."

"Kabar itu salah," kata Ren Piao Ling, "aku mempunyai 3 persyaratan tersendiri." "Apakah 3 persyaratan itu?"

"Kalau orang itu orang baik tidak akan kubunuh, bila aku sedang tidak senang aku tidak akan membunuh."

"Apa yang satu lagi?"

"Bila aku terlalu senang pun tidak akan membunuh."

Huang Fu Qing Tian melihat Ren Piao Ling tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Pantas kau juga disebut sebagai pembunuh yang paling sengsara, orang seperti dirimu mempunyai 3 persyaratan untuk tidak membunuh, pasti akan hidup dengan sengsara sampai mati."

"Walaupun aku belum hidup sampai sengsara dan mati tapi sepertinya akan terjadi seperti itu," Ren Piao Ling tertawa, "kalau hari ini tidak ada bisnis yang kulakukan, malam ini aku akan mati karena sengsara."

"Apakah aku boleh menyuruhmu menerima bisnis ini?" tanya Huang Fu Qing Tian. "Bukan Anda tapi uang Anda."

"Uangku?" Huang Fu Qing Tian tampak terkejut, "siapa yang membayarmu dengan uangku?"

"Akulah yang membayarnya," jawab Zai Si. Huang Fu Qing Tian tidak membalikkan badan, dia hanya menghela nafas dan berkata, "Mengapa setiap kali kau melakukan sesuatu, aku selalu tahu yang paling akhir?"

Zai Si belum sempat menjawab, Ren Piao Ling sudah membuka mulut, "Aneh, ini memang aneh."

"Apa yang aneh?"

Zai Si berkata, "Perkumpulan Para Durjana selalu tidak bisa dilihat oleh siapa pun gerakannya." "Itu tidak benar," tanggap Ren Piao Ling, "karena pembunuhan yang dilakukan mereka hari ini, mereka pasti sudah merencanakannya sejak lama, dan telah berlatih berulang kali, mereka pasti menginginkan gerakan mereka kali ini 100% berhasil."

Ren Piao Ling melihat mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan berkata, "Kalau mereka menginginkan pembunuhan ini 100% berhasil mengapa mereka masih harus menggunakan topeng?"

Setelah Ren Piao Ling bicara seperti itu, Zai Si baru merasa curiga. "Apakah maksud mereka menggunakan topeng?" tanya Ren Piao Ling.

"Supaya tidak dikenali oleh orang-orang siapa mereka sebenarnya," yang menjawab adalah Zai

Si.

"Bila mereka yakin 100% akan berhasil melakukan pembunuhan ini mengapa mereka masih

harus menggunakan topeng?" Ren Piao Ling melihat topeng yang masih melekat di wajah mayat itur, "Apakah...apakah mereka melakukan semua ini karena. "

Tiba-tiba Zai Si berjongkok dan membuka topeng itu.

"Aku pikir walaupun kau membuka topeng itu, belum tentu kau bisa melihat wajah mereka," kata Ren Piao Ling.

Zai Si bertanya, "Mengapa?"

"Mereka menggunakan topeng maksudnya tak lain adalah agar kita tidak mengenali mereka," jelas Ren Piao Ling, "tuan mereka pasti bisa menebak apa yang akan terjadi bila mereka mati, kita pasti akan membuka topeng dan melihat wajah di balik topeng itu."

Ren Piao Ling membalikkan badannya untuk melihat Zai Si, lalu berkata, "Tuan mereka sudah memperhitungkan semuanya, coba kau pikir apakah mereka akan membereskan wajah mereka agar tidak terlihat oleh kita?"

-ooodwooo-

Topeng itu dibuka, dan mereka tidak bisa mengenali wajah orang-orang itu, wajah mereka sudah tidak berdaging, hanya tinggal tulang tengkorak yang terlihat, ternyata daging wajah mereka sudah dihancurkan oleh semacam obat.

Obat itu dibubuhkan di balik topeng, begitu mereka mati maka obat itu akan mengalir keluar dan segera menghancurkan wajah mereka.

"Cara yang sangat kejam," kata Huang Fu Qing Tian, "mereka mati pun tetap tidak dilepaskan begitu saja."

Zai Si melihat mayat-mayat itu dan dengan pelan dia berdiri kemudian berkata, "Aku salah." "Kau salah?" tanya Huang Fu Qing Tian, "apakah kau bisa membuat kesalahan?"

"Bisa," Zai Si mengangguk, "kali ini aku telah melakukan suatu kesalahan besar." "Kau telah salah apa?" tanya Ren Piao Ling.

"Hari ini sasaran mereka bukan Nan Jun Wang," Zai Si membalikkan kepalanya menatap Huang Fu Qing Tian.

"Apakah Anda masih ingat surat yang diantarkan bersama-sama dengan perhiasan itu tertulis apa?"

"Ya, aku ingat," jawab Huang Fu Qing Tian, "surat itu berisi : sepertinya Tuan sudah bertemu dengan putri Tuan yang menghilang 20 tahun yang lalu, kami merasa sangat senang, dan kami memberikan. " Tiba-tiba Huang Fu Qing Tian tidak melanjutkan kata-katanya, karena tiba-tiba saja dia teringat kepada sesuatu yang menakutkan, dia melihat Zai Si, lalu dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.

"Sudah terlambat," Zai Si berteriak, "aku yakin dia tidak ada di sana lagi."

-ooodwooo-

BAB 3 Kemampuan seorang perempuan

Apakah perempuan itu menarik? Bukan karena wajahnya cantik atau tidak, melainkan apakah dia bisa menggunakan kemampuan yang dimilikinya.

Seorang perempuan menarik bukan hanya dipandang apakah dia berani buka-bukaan melainkan bagaimana dia bisa menutupi tubuhnya.

Seorang perempuan yang telanjang bulat memang mempunyai daya tarik di depan laki-laki, tapi ketertarikan seperti ini ada batasnya.

Tubuh seorang perempuan yang dibungkus dengan baju dan berpenampilan rapi walaupun dia kehilangan kecantikannya tapi dia tetap mempunyai daya tarik tersendiri, perempuan yang telanjang pun kadang-kadang tidak enak dipandang.

Sekarang Xie Xiao Yu terlihat sangat menarik.

Begitu Bai Tian Yu keluar dari tempat penyimpanan pedang dan keluar dari wisma pedang, dia melihat Xie Xiao Yu. Dengan aneh Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu yang sekarang ada di  depannya. Dia harus mengakui daya tarik Xie Xiao Yu. Tidak ada seorang pun yang bisa bertahan dari godaan Xie Xiao Yu.

Dia tidak menyia-siakan kemampuannya sebagai perempuan dan dia mempunyai modal yang cukup untuk dipamerkan.

Xie Xiao Yu tahu bagian mana yang harus dibuka karena itu dia memakai baju tranparan, membuat tubuh dan kulitnya terlihat oleh orang-orang terutama laki-laki.

Dan dia menutupi bagian-bagian rahasia dari tubuhnya dengan rapat, dengan begitu daya tariknya malah bertambah kuat.

Di balik baju transparan itu dia masih mengenakan dua tali panjang berwarna kuning emas dan tali terpasang lagi dengan tali-tali kecil dalam bentuk berjejer. Tali-tali itu panjangnya hanya beberapa centimeter.

Tali itu menutupi bagian dadanya yang memuncak, dengan pas menutupi payudaranya.

Sedangkan yang satu jejer lagi yang berada di bawah menutupi perutnya.

Tali-tali itu terlihat sangat lembut, begitu dia menggerakkan tubuhnya, tali-tali itu. pun ikut bergoyang. Pada saat bergoyang inilah membuat sorot mata lelaki ingin melihatnya.

Hanya dengan melihat itu saja bisa membuat jantung orang berdetak lebih cepat.

Dengan gerakan indah Xie Xiao Yu memutar tubuhnya, sekali lagi memamerkan tubuhnya yang bagus dan montok. Kemudian dengan tersenyum senang dia berkata, "Apakah baju ini indah?"

Bai Tian Yu harus mengakui kecantikan Xie Xiao Yu.

"Kalau kau mengatakan indah, pasti benar-benar cantik," kata Xie Xiao Yu, "baju ini didatangkan dari luar negeri. Pedagangnya mengatakan kalau harga baju ini beberapa ribu tail perak." Xie Xiao Yu tertawa lagi dan berkata, "Begitu benda ini dibawa ke Tiongkok, dia merasa menyesal karena di Tiongkok tidak ada orang yang berani memakainya. Aku tidak percaya dengan semua itu maka dia pun bertaruh denganku. Bila aku berani memakai baju ini di depannya, dia harus memberikan baju ini untukku."

"Kau memakai baju ini untuk diperlihatkan kepadanya?"

"Tidak," jawab Xie Xiao Yu, "setelah aku melihat tubuhku di cermin ketika mengenakan baju ini, tiba-tiba aku merasa baju yang melekat di badanku tidak hanya berharga beberapa ribu tail saja karena itu aku telah kalah, maka aku membayarnya 10.000 tail."

"Pantas bila dibayar dengan harga itu," kata Bai Tian Yu sambil mengangguk, "kalau aku jadi kau, aku akan lebih memilih kalah 10.000 tail dan tidak akan membiarkan dia melihat tubuhku."

"Aku tidak bermaksud seperti itu." "Maksudmu apa?"

"Aku mengakui baju ini memang sangat indah, bisa menonjolkan lekuk-lekuk indah tubuh seorang perempuan," kata Xie Xiao Yu, "kecantikan memang untuk dinikmati."

"Benar," kata Bai Tian Yu sambil tertawa.

"Aku hanya merasa kalau orang itu tidak pantas menikmati kecantikanku ketika mengenakan baju ini," kata Xie Xiao Yu, "aku pernah memakai baju ini di hadapan beberapa orang laki-laki."

"Aku bisa menebak keadaan mereka."

"Benar, mata mereka melotot hingga besar, mulut mereka menganga seperti ingin mengupasku hingga telanjang baru mereka akan merasa puas."

"Itu sangat normal."

"Mereka menganggap aku sepotong daging. Di mata mereka aku adalah seorang perempuan, tapi mereka tidak memandang kecantikanku," Xie Xiao Yu tertawa, "kepada laki-laki yang seperti itu, ada mata tapi tidak mempunyai biji mata, untuk apa aku menyia-nyiakan kecantikanku di depan mereka? Karena itu aku menghukum mereka."

"Oh ya?"

"Aku menghukum dengan cara mereka harus makan sepotong daging." "Hukuman itu tidak terlalu berat."

"Daging itu beratnya 5 kilogram," kata Xie Xiao Yu sambil tertawa, "dan daging itu adalah daging mentah."

"Kalau begitu pasti akan sulit ditelan."

"Benar, tapi mereka begitu menurut kemudian mereka pun memakannya sampai habis," kata Xie Xiao Yu tertawa lagi, "ada seseorang pada saat dia telah menggigit daging itu dua kali, dia malah memuntahkannya kembali, kemudian aku membutakan sebelah nyatanya, yang lain terpaksa menurut dan menghabiskan daging itu."

"Mereka lebih memilih makan daging mentah daripada mata mereka dibutakan," kata Bai Tian Yu, "tapi kau pun keterlaluan karena kau yang memancing mereka untuk melihatmu."

"Benar, aku sengaja menyuruh mereka melihatnya," kata Xie Xiao Yu, "tapi sebelumnya sudah ada perjanjian di antara kami, sesudah menikmati tubuhku mereka harus berdiri dan pergi ke tempat lain untuk memberikan komentar."

"Lalu bagaimana akhirnya?"

"Akhirnya tidak ada seorang pun yang berani berdiri karena tempat yang kusediakan itu semuanya adalah perempuan," kata Xie Xiao Yu, "mereka semua adalah perempuan-perempuan terhormat." "Kalau ada laki-laki bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan dengan tenang berbicara dengan orang lain, laki-laki ini bukan seorang laki-laki," kata Bai Tian Yu, "kecuali dia adalah laki- laki yang mempunyai penyakit tertentu."

"Kau jangan menganggap semua laki-laki tidak baik," Xie Xiao Yu tertawa dan terlihat sangat suci, "paling sedikit aku sudah menemukan seorang laki-laki seperti itu, dia bisa melihatku dari sisi seni. Dia tidak merasa aneh juga tidak mempunyai pikiran macam-macam."

"Laki-laki ini pasti mempunyai penyakit."

"Setahuku, laki-laki ini tidak mempunyai penyakit," kata Xie Xiao Yu, "dia sangat sehat dan juga normal."

"Apakah ada laki-laki seperti itu? Aku benar-benar mengaguminya," kata Bai Tian Yu, "siapakah dia? Aku ingin berteman dengannya."

"Aku tahu, kau pasti senang bila bertemu dengannya," kata Xie Xiao Yu, "karena itu aku telah mengundangnya ke sini. Marilah kita temui dia."

"Walaupun aku senang bertemu dengan orang itu  tapi  aku  tidak  senang bila  harus aku  yang mencarinya."

"Dia mempunyai alasan tidak bisa datang ke sini." "Bagiku tidak ada alasan yang bisa dijadikan alasan."

"Kau pasti akan memaafkan alasannya," kata Xie Xiao Yu, "kalau alasannya tidak membuatmu puas kau boleh segera membunuhku."

"Aku tidak ingin karena urusan kecil harus membunuh orang."

"Tidak perlu kau yang melakukannya," kata Xie Xiao Yu, "kalau kau menganggap dia tidak mau keluar, dan tidak bisa memaafkannya, maka aku akan segera memenggal kepalaku sendiri."

Dia berani mempertaruhkan nyawanya, walaupun orang itu adalah Bai Tian Yu yang tidak tertarik kepadanya, dia pun merasa persoalan ini aneh.

Jalan penuh dengan bunga, di ujung jalan terdapat sebuah rumah yang harum. Rumah itu sangat aneh, kecuali bunga di sana tidak ada benda lainnya.

Bunga digantung di tembok, di dalam pot penuh dengan bunga. Karpet pun dianyam dengan corak bunga. Satu-satunya meja yang ada di sana pun diukir dengan motif bunga.

Benar-benar seperti dunia bunga. Ada yang ada di atas pohon, di sawah, ada pula yang berada di dalam air.

Di tengah-tengah rumah ini terdapat sebuah kolam kecil yang terbuat dari batu putih. Di atas kolam itu terdapat beberapa teratai putih.'

"Ini adalah kamar tidurku," kata Xie Xiao Yu, "aku sangat menyukai bunga, di sini tempatnya berantakan. Kakak Bai, kau jangan menertawakanku."

Semua orang jika sudah sampai di sini, akan membuat mata terasa lebih segar.

"Aku pernah membaca sebuah puisi dari jaman kuno, ada sebuah wangi bunga yang bisa menyerang orang atau ada sebuah gambar yang bisa membuat orang merasa hangat. Tapi aku tidak mengerti mengapa wangi bunga begitu lembut, tidak seperti hawa pedang atau golok yang menyerang orang. Hari ini aku datang ke sini baru merasakan bahwa wangi bunga bisa  menyerang orang," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "kau menanam bunga hampir memenuhi seluruh tempat ini, tapi bunga-bunga ini terasa membawa hawa membunuh."

Wajah Xie Xiao Yu berubah, tapi dia segera tertawa dan berkata, "Pasti karena ayahku adalah pesilat pedang terkenal, dan aku bukan perempuan biasa yang mudah dihina." "Aku percaya pada kata-kata itu," Bai Tian Yu melihat bunga mawar yang berada di sisinya dan berkata, "setiap saat bunga ini akan selalu mengeluarkan panah beracun yang mematikan."

Kemudian dengan jarinya dia menyentil bunga mawar itu.

"Mawar berduri', semua pun sudah tahu tapi duri mawar paling-paling hanya akan menusuk orang tapi tidak akan meminta nyawa.

Tapi mawar yang ada di rumah Xie Xiao Yu bisa meminta nyawa..

Panah kecil yang terbuat dari baja itu bertenaga sangat besar dan mengeluarkan sinar biru. Itu adalah sinar yang telah diberi racun.

Panah keluar dari bunga mawar. Melesat ke sebuah tiang yang terukir pohon Mei Hua.

TING TANG, terdengar suara berdenting. Bunyi dari panah kecil itu yang menancap separuh di pohon Mei Hua itu. Pohon Mei Huanya ternyata terbuat dari besi.

Ruangan yang penuh dengan bunga, mengapa bisa ada sebuah pohon Mei Hua? Apa kegunaan dari pohon besi itu?

"Baiklah. Sejak dulu bunga mawar memang banyak duri dan juga begitu perasa. Bunga Mei  Hua bertulang besi tapi hatinya dingin seperti es," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "selain kau tahu mengenai keindahan bunga, kau pun tahu bagaimana jiwa sekuntum bunga."

Wajah Xie Xiao Yu tidak berubah, dia tertawa, "Perhiasan-perhiasan yang ada di sini, Kakak Bai tidak perlu melihatnya."

Bai Tian Yu tertawa, dia melihat ke seluruh ruangan dan bertanya, "Mana dia? Bukankah kau membawaku kemari untuk bertemu dengan laki-laki itu?"

Xie Xiao Yu tertawa dan berkata, "Dia ada di depanmu."

Di depan Bai Tian Yu tidak ada siapa pun, hanya ada sebuah cermin besar dan terpantul sosok Bai Tian Yu.

"Mana dia?"

"Apakah kau tidak melihatnya?" Xie Xiao Yu menunjuk cermin, "dia berdiri di depanmu." Bai Tian Yu melihat cermin. Dia melihat bayangan dirinya yang ada di cermin.

"Orang ini melihatku dari sisi seni," Xie Xiao Yu melihat sosok Bai Tian Yu yang ada di dalam cermin. Dia berkata lagi, "Kakak Bai, alasannya tidak keluar untuk bertemu denganmu, sekarang apakah kau sudah merasa puas?"

"Puas, aku sangat puas."

Bai Tian Yu hanya bisa menjawab seperti itu. Sejak dulu siapa yang bisa menyuruh orang yang ada di dalam cermin bisa keluar untuk bertemu sosok aslinya?

"Kalau sudah merasa puas, apakah Kakak Bai ingin menghukumnya?"

"Apakah harus menghukumku dengan memakan 10 kilogram daging mentah?"

'Kakak Bai bukan orang yang pantas makan daging," kata Xie Xiao Yu, "aku mempunyai arak yang terbuat dari ratusan jenis bunga. Apakah Kakak Bai ingin mencobanya?"

"Itu sudah pasti, ada perempuan cantik, harus ada arak yang bagus."

"Tapi di sini tidak ada teh," kata Xie Xiao Yu, "arak itu tidak boleh minum bersama-sama dengan daging, kalau tidak rasanya akan berbeda."

"Benar juga," Bai Tian Yu juga tertawa, "di tempat seperti ini ada dewi yang menemaniku, kita harus bersikap seperti dewa dan dewi pada saat meminumnya, mana boleh ada daging."

Bai Tian Yu berubah dia lebih banyak berbicara tapi Xie Xiao Yu telah setuju dan masih dijelaskan lagi. Sebenarnya pembicaraan ini sangat mengasyikkan tapi wajahnya terlihat sepertinya dia sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Dia berjalan ke kolam kecil itu. Dari dalam air dia mengeluarkan sebuah botol keramik. Mulut botol itu ditutup dengan lilin. Dia membuka tutup botol itu dengan jarinya. Kemudian dia mencari 2 gelas kristal dan meletakkannya di atas meja. Kemudian dia menuangkan arak itu ke dalam 2 gelas.

"Arak ini cocok diminum pada saat dingin, karena itu aku selalu mendinginkan dengan air kolam ini. Silakan Kakak Bai mencobanya."

Begitu mengangkat gelas, Bai Tian Yu merasa botol itu sangat dingin. Dia tertawa dan berkata, "Benar-benar dingin."

"Betul, air kolam ini berasal dari mata air yang dingin," jelas Xie Xiao Yu, "dingin seperti es." "Aku tidak tahu kalau di dalam wisma ini ada mata air yang begitu dingin," ucap Bai Tian Yu,

"setahuku, hanya di tempat paling barat di Xing Shu Hai ada sebuah kolam yang sangat dingin dan air yang mengalir pun sangat dingin."

"Pengetahuan Kakak Bai sangat luas. Tempat-tempat sepi seperti itu Kakak Bai pun tahu," kata Xie Xiao Yu, "sebenarnya mata air ini hanya mata air biasa, hanya mata air kota Wu Si ditambah dengan mata air Hang Zhou."

"Kedua mata air itu sangat terkenal," kata Bai Tian Yu, "mata air di kota Wu Si sangat baik untuk dijadikan arak. Mata air yang ada di kota Hang Zhou sangat baik untuk memasak."

"Aku hanya mengambil separuh-separuh, jadi ini hanya mata air biasa."

"Jika kedua mata air ini disatukan akan terasa dingin, aku baru mendengar hal seperti ini." "Betul, air bisa dingin karena air itu masuk melewati pohon Mei dan keluar dari akar bunga Mei

Hua besi itu, hanya itu saja."

Bai Tian Yu melihat pohon Mei Hua itu dan berkata, "Pantas walaupun air panas yang mengalir ke dalam, keluar pasti akan menjadi air dingin," kata Bai Tian Yu, "Nona Xie memang sangat pintar."

Besi memang dingin. Walaupun dijemur di udara panas sekalipun besi tetap akan terasa dingin. Tapi besi pohon itu adalah besi terbaik dan jarang ada di sana. Besi itu biasanya untuk membuat pedang atau golok pusaka. Tapi Xie Xiao Yu malah membuat pohon Mei Hua.

Pohon itu terbuat dari besi dingin. Tapi panah tadi bisa menancap ke dalam pohon itu, berarti panahnya lebih aneh dan lebih istimewa dari besi pohon Mei Hua?

Tapi Bai Tian Yu seperti tidak memikirkan hal ini lagi, bukan karena tawa Xie Xiao Yu yang membuatnya lupa untuk berpikir.

Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu, tiba-tiba dia menarik nafas.

Pada saat ini dan di tempat ini, dia masih bisa menarik nafas. Pantas ini membuat Xie Xiao Yu terkejut. Kata-kata berikut Bai Tian Yu lebih membuat Xie Xiao Yu kaget lagi.

"Aku pernah bertanya kepada ayahmu, apakah kau benar-benar putrinya?" Xie Xiao Yu terpaku dan bertanya, "Apa jawaban ayahku?"

"Tidak kusangka, beliau mengatakan kalau kau adalah putrinya." Xie Xiao Yu terlihat lebih senang.

"Aku memang putrinya," tiba-tiba tawa Xie Xiao Yu berhenti, dia balik bertanya kepada Bai Tian Yu, "mengapa kau menanyakan hal ini? Apakah kau curiga kalau aku bukan putri Xie Xiao Feng?"

"Kau tidak mirip Xie Xiao Feng." "Tidak mirip?" tanya Xie Xiao Yu, "apakah bila menjadi putri ayahku harus mempunyai persyaratan khusus?"

"Tidak juga," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "dalam pikiran semua orang, putri Xie Xiao Feng seharusnya sebagai seorang pendekar perempuan."

"Apakah Kakak Bai lupa, orang pasti mempunyai sifat keturunan?" "Sifat keturunan?"

"Waktu ayahku masih muda dulu dia seorang hidung belang."

"Berita mengenai hubungan ayahmu dengan perempuan-perempuan sangat terkenal, seperti juga dia terkenal karena pedangnya."

"Paling sedikit putrinya memiliki sifat yang diturunkan dari ayahnya," Xie Xiao Yu tertawa, "kalau aku adalah putranya, banyak perempuan yang akan tertarik padaku."

Bai Tian Yu tidak bisa menyangkal untuk hal ini. "Tapi aku adalah putrinya, aku hanya bisa merayu laki-laki," kata Xie Xiao Yu, "kalau aku adalah gadis pendiam dan penurut malah terlihat tidak seperti putri Xie Xiao Feng."

Bai Tian Yu pun setuju dengan hal ini, kemudian Xie Xiao Yu berkata lagi, "Ayahku memang menyukai perempuan, tapi perempuan yang dia pilih pasti sangat cantik. Kecantikan perempuan ini benar-benar sulit dicari kekurangannya."

Bila Xie Xiao Feng menilai seorang perempuan lebih terkenal daripada pedangnya. Perempuan yang dia pilih pasti perempuan yang disukai oleh semua laki-laki.

Karena Xie Xiao Yu adalah putri Xie Xiao Feng, maka dia pun bisa menilai laki-laki. Laki-laki yang dia nilai baik adalah laki-laki paling terkenal.

Xie Xiao Yu tidak mengeluarkan kata-kata ini, tapi matanya telah memancarkan isyarat ini dan juga sudah menjawab pertanyaan yang belum sempat ditanyakan oleh Bai Tian Yu.

Bai Tian Yu tertawa, dia menikmati keberanian perempuan ini. Walaupun dia pernah bertemu dengan perempuan yang seperti ini, tapi itu pun hanya sikap mereka pada waktu mereka mengejar laki-laki yang mereka sukai.

Begitu mereka mengaku suka kepada laki-laki ini, maka mereka akan berpura-pura. Tapi saat menikmati adalah menikmati. Ini adalah cerita yang berbeda lagi. "Sepertinya kau sudah memilihku," kata Bai Tian Yu sambil tertawa.

"Kau adalah laki-laki istimewa," kata Xie Xiao Yu, "tidak ada seorang laki-laki pun yang bisa bersaing denganmu."

"Caramu memilih laki-laki sangat istimewa," kata Bai Tian Yu sambil melihatnya, "dan caramu melayani laki-laki ternyata lebih istimewa lagi."

"Karena aku adalah gadis istimewa, bila dia bukan laki-laki istimewa, aku tidak akan suka kepadanya," Xie Xiao Yu pun balas melihatnya, "walaupun dia laki-laki istimewa tapi jika dia tidak bisa melewati ujian tadi, aku tetap tidak akan suka kepadanya."

"Yang kau maksud tadi ujian khusus adalah dengan bajumu ini, yang bisa membuat pikiran laki- laki menjadi bermacam-macam."

"Itu hanya salah satunya," Xie Xiao Yu tertawa, "aku memakai baju ini hanya untuk menguji apakah mereka tahu seperti apa keindahan itu? Jika hanya gara-gara tubuhku ini lalu timbul rasa birahi, laki-laki semacam itu. "

Xie Xiao Yu tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Bai Tian Yu melihatnya dengan lama, baru berkata, "Kau adalah gadis kecil, mengapa begitu mengerti. hal ini?" "Apakah kau kira aku sudah bukan...bukan...." segera Bai Tian Yu berkata, "Aku percaya kepadamu."

Xie Xiao Yu juga bisa marah, dia berkata, "Apakah kau benar-benar percaya?" "Ya aku percaya."

"Apakah kau galak kepada seorang perempuan?"

"Belum tentu," Bai Tian Yu melihatnya, "kadang-kadang aku bisa sangat galak."

Wajah Xie Xiao Yu mengeluarkan cahaya merah. Dia menempel ke tubuh Bai Tian Yu. Dengan manja dia berkata, 'Aku tidak takut kalau kau galak, semakin galak aku semakin suka."

Bai Tian Yu tidak berkata apa-apa lagi. Dia sudah mulai bergerak. Gerakan apalah yang dilakukan olehnya?

-ooodwooo-

BAB 4 Bunga tidak dapat berbicara

Tempat tinggal Hua Yu Ren bernama Hua Sheng Xuan.

Bunga memang tidak bisa bicara, tapi mengapa bisa terdengar suaranya? Kadang-kadang tidak ada suara kelihatannya lebih baik dari pada ada suara.

Sekarang di Hua Sheng Xuan tidak terdengar suara apa pun, ada 3 orang tapi sama sekali tidak ada suara. Mereka hanya diam melihat keadaan rumah yang berantakan.

Begitu melihat keadaan didalam rumah, siapa pun akan tahu kalau di dalam telah terjadi pertarungan.

Yang pertama buka suara adalah Zai Si.

'"Walaupun Hua Man Xue belum pernah memperlihatkan ilmu silatnya, tapi aku percaya kalau ilmu pedangnya sangat tinggi," kata Zai Si, "karena dia pernah tinggal di Nan Hai Xing Shuo selama 3 tahun."

Perkumpulan Duo Qing Men yang berada di Nan Hai Xing Shuo terkenal dengan ilmu pedangnya.

"Karena itu aku percaya kalau ilmu pedang Hua Yu Ren pun sangat baik," Zai Si berkata lagi, "lihatlah bekas yang ada di kursi, itu adalah bekas sabetan sebuah pedang."

"Memang itu adalah bekas sabetan pedang, mengapa sabetannya ditinggalkan oleh Hua Yu Ren? Mengapa bukan orang lain?" Huang Fu Qing Tian bertanya.

"Karena bekas tebasan pedang itu tidak dalam, berarti orang itu kurang tenaga pada saat mengayunkan pedang," kata Zai Si, "orang yang datang untuk menculik Hua Yu Ren mempunyai ilmu silat yang tinggi, tenaganya pun pasti besar karena itu bekas yang tertinggal di sini pasti milik Hua Yu Ren."

"Bukankah tadi kau mengatakan kalau ilmu pedang Hua Yu Ren cukup tinggi, mengapa masih bisa kekurangan tenaga?" tanya Huang Fu Qing Tian.

"Lihatlah, bekas tebasan pedang yang pertama terlihat lebih dalam kemudian menipis, sepertinya dalam sekali tusuk tenaganya segera habis," kata Zai Si, "kalau bukan karena ilmu pedangnya sangat tinggi, mana mungkin dia bisa segera menarik tenaga kembali tenaga yang sudah dikeluarkan olehnya?" "Melihat keadaan rumah ini, yang datang sekitar 4 orang," akhirnya Ren Piao Ling membuka suara, "kalau ilmu silat Hua Yu Ren tidak tinggi, keadaan rumah tidak akan seperti ini."

"Walaupun pertarungan mereka begitu seru tapi suara yang keluar pasti halus," kata Zai Si, "kalau tidak, orang-orang yang di sini pasti akan langsung mengetahuinya."

"Dan pertarungan itu cepat selesai," kata Ren Piao Ling, "begitu cepat hingga membuat Hua Yu Ren tidak sempat berteriak."

Persoalan ini sangat penting, tapi sayang Ren Piao Ling telah lupa sebuah kalimat penting. Adiknya Hua Yu Ren yaitu Zang Hua mengapa tidak bersama-sama datang dengan Ren Piao

Ling?

Bukankah kemarin malam mereka bersama-sama mendengar tentang bunga yang tumbuh di sampah? Mengapa hari ini hanya Ren Piao Ling yang pergi ke sana?

Apakah dia tidak peduli dengan hidup dan matinya. Huang Fu Qing Tian? Atau apakah dia mempunyai tujuan lain? ,

Atau apakah dia disuruh oleh Ren Piao Ling melaksanakan tugas yang lain?

-ooodwooo-

Xie Xiao yu gadis yang memakai baju begitu berani, kepada seorang gadis yang begitu menarik, kalau kau menjadi Bai Tian Yu apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan diam saja? Atau tidak berbuat sesuatu? Apakah kau bisa bertahan dengan keadaan seperti ini?

Bai Tian Yu mulai bergerak, dia tidak diam lagi. Dengan kasar dia menarik Xie Xiao Yu, kemudian dia meletakkan Xie Xiao Yu di atas kedua kakinya.

Kemudian dia melakukan hal yang membuat Xie Xiao Yu membencinya seumur hidup.

Sewaktu Bai Tian Yu memeluk Xie Xiao Yu, mata Xie Xiao Yu dipejamkan. Dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi.

Tapi dia tidak menyangka kali ini akan terjadi sesuatu pada pantatnya.

Dengan pedang yang masih berada di dalam sarung, Bai Tian Yu memukul pantatnya.

Awalnya Xie Xiao Yu masih bisa bertahan. Dia mengira Bai Tian Yu mempunyai penyakit menyiksa orang sebelum .melakukan hubungan seks, tapi setelah dia memukul untuk kelima kalinya, dia tahu kalau Bai Tian Yu bukan orang yang mempunyai penyakit seperti itu. 

Kecuali Bai Tian Yu terus memukul pantatnya, Bai Tian Yu tidak melakukan hal lain.

Setelah dipukul untuk kesepuluh kalinya, Xie Xiao Yu tahu kecuali memukul pantatnya, tidak ada arti lain bagi Bai Tian Yu.

Karena itu dia mulai memberontak, ingin melepaskan diri dari tangan Bai Tian Yu. Tapi itu bukan hal yang mudah.

Karena itu Xie Xiao Yu mulai marah-marah, semua bahasa kotor sudah dilontarkan. Tapi jika Bai Tian Yu sudah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, hanya dengan perasaan marah saja tidak akan membuat dia berhenti.

Terpaksa Xie Xiao Yu harus pasrah menerima perlakuan ini, hingga Bai Tian Yu sendiri yang menginginkan untuk berhenti.

Untung Bai Tian Yu segera menghentikan perbuatannya, setelah memukul untuk kedua puluh kalinya, dia langsung berhenti.

Setelah itu dia mendorong Xie Xiao Yu, dengan dingin dia melihat Xie Xiao Yu dan berkata, "Kalau saja kau bukan putri Xie Xiao Feng, sejak tadi aku sudah membelahmu dengan pedang," kata Bai Tian Yu, "karena kau adalah putri Xie Zioa Feng, maka aku hanya mewakilkan beliau untuk mengajarmu karena kau memang kurang diajar." Xie Xiao Yu tergeletak di bawah, dia hanya bisa memukul lantai. Kemudian dia marah, "Bai Tian Yu, kau keterlaluan, kau bukan orang, Kau adalah babi, kau anjing,. "

Tapi anjing atau babi ini tidak mendengar amarahnya. Karena Bai Tian Yu sudah berjalan keluar.

Apakah Bai Tian Yu mendengarnya atau tidak, Xie Xiao Yu masih terus mencaci maki sampai merasa bosan baru dia berhenti.

Pastinya dia masih benci kepada Bai Tian Yu, tapi setelah itu tiba-tiba dia tertawa dengan senang.

Setelah dipukul demikian keras dia masih bisa tertawa, apakah dia mempunyai penyakit aneh?

Apakah dia senang dipukul?

Ada seseorang yang langsung mengajukan pertanyaan ini.

Seorang perempuan setengah baya dan terlihat sangat biasa dengan wajah tidak berekspresi masuk ke rumah itu. Dia melihat Xie Xiao Yu dengan lama, setelah itu dia baru bertanya, "Xiao Yu, apakah kau mempunyai penyakit aneh?"

"Tidak, Fang Fang, aku tidak mempunyai penyakit aneh," Xie Xiao Yu membalikkan kepala melihatnya.

Ternyata perempuan setengah baya itu bernama Fang Fang. Mendengar dia memanggil Xie Xiao Yu dengan begitu akrab, kelihatannya posisinya khusus, tidak seperti atasannya juga tidak seperti bawahan.

"Sejak tadi sebenarnya kau mempunyai banyak kesempatan membunuhnya," kata Fang Fang. "Tidak ada kesempatan, orang itu terlalu pintar," kata Xie Xiao Yu sambil duduk, "panah bunga

mawar belum digerakan tapi dia sudah tahu."

"Itu hanya satu macam serangan saja," kata Fang Fang, "di tempat ini ada 9 macam perangkap."

"Aku percaya tidak ada satu perangkap pun yang bisa membohonginya," kata Xie Xiao Yu, "kau pun melihatnya minum secangkir arak yang terbuat dari sari bunga, tapi dia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Racun itu tidak ada gunanya."

"Pemuda ini benar-benar seorang laki-laki yang dalam 100 tahun ini jarang ditemui, lebih sulit mengalahkan dia dibanding ayahmu sewaktu dia masih muda."

"Fang Fang, pada saat muda dulu ayahku seperti apa?"

"Hampir sama dengan Bai Tian Yu, hanya hatinya lebih lemah, apalagi bila sudah berhadapan dengan perempuan, hatinya akan lemah," Fang Fang tertawa, "tidak seperti dia, tega memukul pantatmu."

"Ini baru disebut laki-laki sejati," wajah Xie Xiao Yu bersinar, "apakah kau senang dipukul?"

"Tidak ada orang yang senang dipukul," Xie Xiao Yu tertawa, "aku tidak mempunyai penyakit senang dipukul oleh seorang laki-laki."

"Tapi sepertinya kau sangat senang setelah dipukul olehnya," kata Fang Fang, "kau masih bisa tertawa."

"Setelah dia memukulku, aku memang merasa senang. Dia memukulku, ini membuktikan kalau dia senang kepadaku, dia perhatian kepadaku," kata Xie Xiao Yu, "dan aku memang pantas untuk dipukul."

Tiba-tiba Xie Xiao Yu menjadi sedih, suaranya berubah menjadi sedih, "kalau saja sejak kecil ada orang yang mengurus dan mengajariku, aku tidak akan menjadi seperti sekarang." "Xiao Yu, ini juga salah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau saja dia sering datang untuk menengok ibumu, keadaanmu tidak akan seperti sekarang ini."

Xie Xiao Yu hanya diam, tapi tiba-tiba dia bertanya, "Fang Fang, apakah benar ibuku mempunyai kemampuan untuk membuat laki-laki mabuk kepayang? Dan semua laki-laki rela berbuat dosa demi dirinya?"

"Benar," jawab Fang Fang mengangguk, "kecantikan ibumu tidak bisa ditolak begitu saja."  "Tapi dia tetap tidak bisa menggaet ayahku, seperti keadaamku yang tidak bisa menggaet Bai

Tian Yu," kata Xie Xiao Yu, "berarti di dunia ini masih ada laki-laki yang tidak mau bertekuk lutut

begitu saja oleh kecantikan perempuan."

"Benar, tapi laki-laki seperti ini jumlahnya terlalu sedikit, ibumu dalam hidupnya selalu susah dan ini semua karena ulah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau kau ingin bahagia dan hidup senang, lebih baik kau lupakan Bai Tian Yu."

"Apakah aku bisa melupakannya?" Xie Xiao Yu menarik nafas.

Seorang perempuan cantik bisa membuat seorang laki-laki yang bertemu dengannya selalu ingat kepadanya. Tapi laki-laki yang bisa membuat hati perempuan tergerak pasti tidak akan pernah dilupakan.

—Banyak cerita seperti itu terjadi di dunia persilatan. Perkumpulan apa yang diikuti ibunya Xie Xiao Yu

Pasti bukan Mu Rong Qiu Ying tapi mungkin saja adalah Mu Rong Qiu Ying kedua.

Mu Rong Qiu Ying ingin membalas dendam. Dia ingin menghancurkan diri Xie Xiao Feng.

Ibu Xie Xiao Yu seperti ingin menghancurkan Wisma Shen Jian, karena itu dia mengirim putrinya ke Wisma Shen Jian supaya menjadi dia nanti pemilik Wisma Shen Jian.

Apakah dia bisa menghancurkan Wisma Shen Jian?

-ooodwooo-

Akhirnya Xie Xiao Yu mengganti bajunya dengan baju yang pantas. Dia mengeluarkan gelas dan gelas itu diisi dengan anggur dari luar negeri. Dia meneguk dan berkata, "Mana orangnya? Apakah rencana kita berjalan lancar?"

"Sangat lancar," jawab Fang Fang, "dengan rencana kita seperti itu, orang kita sudah ada di  Wu Xin An."

"Apakah orang-orang di rumah Huang Fu Qing Tian sudah mengetahuinya?"

"Tidak," jawab Fang Fang, "ilmu silat Hua Yu Ren begitu tinggi, kita hampir saja gagal."

Xie Xiao Yu minum araknya lagi dan berkata, "Selanjutnya apa yang harus kau lakukan, apakah kau sudah tahu?"

Fang Fang mengangguk.

-ooodwooo-

Melihat rumah yang berantakan itu, Huang Fu Qing Tian ingin mencari tempat duduk pun sulit.

Dia menarik nafas, kemudian bertanya kepada Zai Si, "Apakah mereka akan membunuhnya?"

"Tidak akan," jawab Zai Si dengan cepat, "kalau mereka ingin membunuhnya, untuk apa membawanya pergi dari sini?"

"Sekarang sedikit jejak pun tidak ada, siapa lawannya pun kita tidak tahu," ucap Ren Piao Ling, "tapi dalam 1-2 hari ini, mereka pasti akan mengajukan persyaratan yang mereka inginkan." "Apakah mereka akan meminta uang?" tanya Huang Fu Qing Tian. "Mungkin saja," Ren Piao Ling tertawa.

"Sepertinya mereka tidak akan meminta uang," kata Zai Si, "jangan lupa perhiasan yang mereka antarkan ke sini juga bukan barang murah."

Kata Zai Si lagi, "Apa yang mereka minta, satu-satunya cara adalah kau harus menurutinya." "Dengan jalan apa?" tanya Huang Fu Qing Tian.

"Menuruti permintaan mereka," jawab Zai Si. "Kalau aku tidak setuju?"

"Pasti kau akan setuju," Zai Si melihat Huang Fu Qing Tian, dengan ringan lalu berkata lagi, "karena itu kau harus menyetujuinya."

"Benar, kau harus menyetujuinya."

"Tapi masih ada satu cara lagi," ucap Ren Piao Ling.

Begitu bicara seperti ini, Huang Fu Qing Tian dan Zai Si terpaku. Dengan sorot mata bertanya- tanya mereka melihat Ren Piao Ling. Dia tertawa dan mengulanginya lagi.

"Masih ada satu cara lagi."

"Cara apakah itu?" tanya Huang Fu Qing Tian.

"Mengeluarkan uang," Ren Piao Ling tertawa, "caranya adalah kau harus mengeluarkan uang." "Mengeluarkan uang untuk apa?"

"Walaupun aku seorang pembunuh termahal tapi seringkali aku terlalu banyak aturan karena itu aku sering tidak mempunyai uang," kata Ren Piao Ling, "aku juga manusia biasa yang harus makan, harus minum arak, kadang-kadang harus mencari hiburan."

Dia tertawa lagi dan berkata lagi, "Karena itu aku sering menggunakan cara lain untuk mencari uang, mencari orang adalah salah satu pekerjaanku."

"Aku tahu mengenai hal itu," kata Huang Fu, "bila ingin menjadi pembunuh nomor satu, dia harus pandai mencari orang."

"Maksudmu, jika aku memberimu uang, maka kau akan mencari Hua Yu Ren." tanya Zai Si meminta kepastian.

"Benar!" jawab Ren Piao Ling, "dalam waktu satu hari, aku akan membawa kembali Hua Yu Ren."

"Dalam satu hari?" "Ya, satu hari."

"Baiklah," kata Huang Fu Qing Tian, "kau meminta berapa?"

"Perutku tidak begitu besar," kata Ren Piao Ling, "aku hanya menginginkan 101 tail."

"101 tail?" kali ini Huang Fu Qing Tian benar-benar terkejut, "mengapa kau hanya meminta 101 tail?"

”Aku mempunyai teman, untuk masalah seperti mi dia bisa mencari tahu. ongkos yang harus dibayar kepadanya pas 100 tail," jawab Ren Piao Ling, "sisa satu tail adalah untuk membayarku."

-ooodwooo-

Mencari orang adalah pekerjaan seorang pembunuh, menguntit orang pun merupakan pekerjaan seorang pembunuh. Walaupun Zang Hua bukan seorang pembunuh, tapi dalam hal menguntit orang, dia sangat pandai.

Zhou Wu Ji tidak akan datang ke kota Ji Nan tanpa alasan. Jika dia datang pasti ada tujuannya.

Apa tujuannya? Tidak ada yang tahu.

Karena itu Ren Piao Ling menyuruh Zang Hua untuk menguntitnya, ke mana saja dia pergi. Dia bertemu dengan siapa saja? Dia melakukan apa saja? Dia harus mengetahui semuanya.

Zhou Wu Ji saat ini merasa sangat senang meminum araknya,, dia berada di penginapan.

Terpaksa Zang Hua hanya diam di luar dan tertiup angin dingin.

Untung Zhou Wu Ji hanya minum selama satu jam di penginapan itu, lalu dia keluar dari penginapan. Begitu keluar dari penginapan dia terus berjalan ke arah timur.

Zang Hua dari jauh selalu mengikutinya. Malam sudah larut, di jalanan sudah tidak ada orang, karena itu bila Zang Hua menguntitnya dia pasti akan merasa kesulitan.

Apalagi menguntit seorang pesilat tangguh seperti Zhou Wu Ji, jauh lebih sulit lagi. Malam ini tidak ada bulan juga tidak berbintang, bumi dan langit menjadi gelap, hanya lampu dari kejauhan tampak berkilau.

Tidak ada bulan tidak ada bintang, tapi angin berhembus sangat kencang. Angin yang membawa pasir menghembus ke wajah Zang Hua. Zhou Wu Ji seperti sedang berjalan-jalan juga seperti sedang pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang.

Kalau dia hanya berjalan-jalan dan menikmati pemandangan malam hari, gerakannya tidak seperti orang yang sedang berjalan-jalan. Apakah dia akan pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang? Tapi dia berjalan seperti itu.

Setelah meninggalkan penginapan, dia berjalan-jalan hampir ada satu jam lebih. Zang Hua tidak mengerti apa maksudnya.

Apakah dia tahu kalau Zang Hua sedang menguntitnya? Atau dia ingin mencari suatu tempat persembunyian dan ingin membunuh Zang Hua? Atau ada seseorang yang sudah berjanji dengannya tapi belum datang, maka terpaksa dia berjalan ke sini dan ke sana.

Zhou Wu Ji semakin berjalan semakin jauh dari kota. Dia berjalan ke sebuah tempat sepi yang berada di luar kota. Setelah tiba di tempat sepi, Zang Hua merasa lebih sulit menguntitnya lagi.

Karena di tempat yang sepi seperti itu tidak ada apa pun yang bisa menyembunyikan dirinya, hanya ada sebuah lapangan luas, jangankan orang, batu pun bisa dilihat dengan jelas bila muncul di tempat itu.

Karena itu terpaksa Zang Hua merangkak supaya tetap dapat menguntit Zhou Wu Ji. Untung tempat ini tidak begitu luas, dia menguntit dengan cara merangkak. Hanya dalam waktu satu jam, di depan sudah terbentang hutan.

Belum sampai di hutan, hari sudah mulai terang. Begitu masuk ke dalam hutan, di sebelah timur sudah muncul cahaya matahari.

Kabut muncul dari dalam hutan tampak berkumpul di kejauhan. Setelah berkumpul, melayang lagi, sesudah melayang berkumpul lagi, membuat udara terasa lembab.

Baju Zang Hua kotor dan kusut, rambut dan alisnya penuh dengan embun pagi. Udara dingin mengikuti hembusan angin pagi, dengan perlahan menerpanya. Dia menepuk-nepuk bajunya yang penuh dengan tanah dan merapikan bajunya, dia meneruskan perjalanan yang tidak berujung ini.

Daun bergerak-gerak dihembus angin pagi, kabut pagi pun ikut bergerak, angin berhembus, matahari pagi pun mulai terbit. Dari kejauhan terdengar suara kokok ayam jantan. Angin membawa suara lonceng yang terdengar rendah dan tua.

Zang Hua melihat ke tempat jauh. Di sana seperti ada sebuah kuil kuno. Suara lonceng kuno terdengar dari kuil kuno itu. Tujuan Zhou Wu Ji mungkin ke kuil kuno itu.

-ooodwooo-

Di dunia ini kebanyakan kuil dan kelenteng dibangun di tempat sepi dan jarang ada orang.

Kalau bukan di daerah pegunungan, pasti di dalam hutan atau di sisi sungai.

—Mengapa tempat untuk sembahyang selalu dibangun di tempat seperti itu?

Pernah ada orang yang menjelaskan, kalau kuil dibangun di gunung tujuannya yaitu untuk menguji mental orang yang ingin bersembahyang di sana.

Jika kau ingin berdoa kepada Budha atau dewa, maka kau harus bisa menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Kalau hatimu tidak bersih dan tidak mempunyai niat kuat, maka kau tidak mau berjalan di jalan seperti itu.

Ada juga yang berkata, "Kuil yang dibangun di atas gunung atau hutan, atau bahkan di sisi sungai semuanya ini demi menjaga kemisteriusan kuil-kuil itu.

Wu Xin An berdiri tegak di tengah hutan. Kuil itu adalah kuil para biksuni. Kuil itu sangat terkenal di kalangan dunia persilatan.

Pengurus Wu Xin An bernama Xin Wu Shi Tai (Biksuni Hati Kosong). Hatinya telah mati, hidupnya pun seperti orang mati.

Bila dulu kau pernah melihatnya di dunia persilatan atau tahu apa julukannya di dunia persilatan, kau pasti tidak akan percaya kalau ternyata Xin Wu Shi Tai dahulu di dunia persilatan dijuluki si Ikan Duyung.

Orang-orang dunia persilatan memberikan kata-kata itu untuknya karena 'wajahnya yang seperti bidadari tapi lekukan tubuhnya seperti setan'.

Begitu melihat wajahnya, kau akan terkejut mengapa wajah yang begitu suci, lucu, cantik, dan lembut bisa dikatakan seperti itu.

Tapi begitu kau melihat lekukan tubuhnya, kau akan segera mengerti, sebagian orang lebih senang kalau dia menjadi seorang laki-laki saja.

Bila dia seorang laki-laki, begitu melihat lekukan badannya, tidak ada seorang pun yang tidak akan menangis.

Menangis ada beberapa macam.

Menangis karena sedih, senang. Menangis pun bisa salah, bila dimarahi kita pun bisa menangis, tapi begitu melihat badannya, menangisnya bukan tangisan semacam itu.

Tangisannya adalah tangisan penyesalan. —Merasa menyesal mengapa tidak lebih awal mengenalnya. Menyesal mengapa tidak bisa membuat perang antara laki-laki dan perempuan'.

Bila dia laki-laki, dia tidak akan pernah lolos dari perangkap wajah bidadari tubuh setannya. Perempuan seperti itu mengapa bisa menjadi pengurus kuil untuk para biksuni?

Apakah dia telah dibuang laki-laki? Atau apakah dia sudah bosan hidup seperti itu? Selama 50 tahun ini, orang-orang dunia persilatan sering membicarakannya dan juga ingin mencari tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan tadi.

Mengapa pada saat dia sangat terkenal, tiba-tiba dia mencukur rambutnya dan menjadi seorang biksuni? Sampai sekarang kejadian ini telah berlangsung 23 tahun.

Ikan Duyung Dunia Persilatan', sekali berubah telah menjadi pengurus kuil Wu Xin An, Xin Wu Shi Tai apa yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu? Wu Xin An adalah sebuah kuil kecil. Semenjak dia berada di sana, kuil itu telah berubah dari sebuah kuil kecil menjadi sebuah kuil besar. Yang tadinya hanya ada 3 biksuni sekarang bertambah menjadi 70 orang biksuni.

Dari sebuah kuil yang tidak ternama, hanya dalam waktu singkat berubah menjadi kuil yang paling terkenal di dunia persilatan. Karena manusia maka kuil menjadi terkenal, manusia karena kuil menjadi tua, dan berubah.

Ikan duyung yang dulu sudah tidak ada lagi. Xin Wu Shi Tai sekarang ini apakah masih secantik dulu?

Matahari pagi menyorot ke dalam Wu Xin An, membuat kuil yang kuno dan megah itu bertambah misterius.

Zhou Wu Ji telah berjalan semalaman, apakah tujuannya adalah ke Wu Xin An?

—Apakah dia berjanji untuk bertemu dengan seseorang di sini? Atau apakah dia ke sini untuk mengambil sesuatu?

—Atau dia ke sini hanya untuk bersembahyang?

Semua pertanyaan itu jika hanya dipikir tidak akan mendapat jawabannya. Bila Zang Hua ingin tahu keadaanya sebenarnya, maka dia harus masuk ke dalam kuil itu baru mengetahui apa yang terjadi.

Baru saja Zang Hua melangkah, dia melihat satu hal yang membuatnya merasa kaget.

Dia melihat seseorang yang tidak pantas untuk muncul di sini. Orang itu sedang berjalan pelan- pelan keluar dari kuil.

Yang dia lihat adalah Hua Man Xue.

Hua Man Xue sepertinya semalaman ini tidak tidur. Dia juga seperti baru menyelesaikan sebuah pertarungan sengit. Dia seperti lemah, dia keluar dari kuil kemudian masuk ke hutan, terus berjalan dalam kabut di pagi hari.

Zang Hua tahu kalau Hua Man Xue bukan gadis yang senang sembahyang. Hua Man Xue hanya percaya kepada uang yang ada di dalam kantongnya. Dia tidak pernah pergi ke kuil atau kelenteng, tapi hari ini mengapa dia bisa muncul di kuil Wu Xin An?

Zang Hua tidak bisa berpikir lama karena dia sudah melihat Zhou Wu Ji yang keluar dari Wu Xin An.

Sewaktu Zhou Wu Ji masuk ke dalam kuil, wajahnya tidak berekspresi apa pun tapi setelah dia keluar dari kuil, wajahnya seperti orang yang mendapatkan hadiah undian. Dia berjalan begitu bersemangat.

Dia keluar dari kuil dan berjalan masuk ke dalam hutan. Sekarang Zang Hua sulit untuk mengambil keputusan, apakah dia harus terus menguntit atau masuk ke dalam kuil untuk melihat- lihat.

Melihat arah Zhou Wu Ji pergi, dia pasti kembali ke kota. Semalam dia berjalan ke sini. Kalau Zang Hua tidak masuk ke dalam kuil untuk melihat-lihat, dia pasti akan terus merasa penasaran.

Zang Hua boleh mati karena marah atau mati karena kehausan atau bahkan dipukul sampai mati, tapi dia tidak bisa pergi dari sana karena dia bisa mati penasaran.

Kalau dia bisa menahan penasarannya, dia bukan Zang Hua, juga tidak akan terjadi sebuah cerita yang menggegerkan dunia persilatan dan ceritanya yang begitu sedih.

—Apakah keingintahuan adalah sifat manusia yang membawa masalah?

Pelajaran pagi selalu tidak berubah. Sembahyang, membaca kitab suci, dan berdoa. Setiap pagi harus dilakukan pada waktu pelajaran pagi setelah itu sarapan. Dari dulu sampai sekarang selalu tersedia 4 macam sayur hijau, tahu, dan sepanci besar bubur.

Setelah sarapan para biksuni harus membersihkan kuil termasuk halamannya.

Sewaktu Zang Hua memasuki Wu Xin An, mereka baru saja selesai sarapan dan mulai membersihkan kuil. Seorang biksuni yang agak tua melihat Zang Hua, segera berkata, "Nona, apakah Anda datang untuk bersembahyang?"

"Sembahyang?" Zang Hua sedikit kaget tapi dia segera tertawa dan berkata, "Benar! Aku datang untuk bersembahyang."

"Kalau begitu mari ikut aku masuk ke ruang tengah."

Dari halaman mereka berjalan melewati jalan kecil menuju ruang tengah. Sepanjang jalan mata Zang Hua sibuk melihat kekiri dan kanan.

Keadaan di sini sangat normal, tidak ada tempat yang bisa dicurigai. Zang Hua mengira dia telah salah menebak karena Zhou Wu Ji pun seperti orang biasa, datang ke sini untuk bersembahyang.

Sewaktu biksuni tua itu sedang membakar dupa, Zang Hua bertanya, "Guru, dengan sebutan apa aku harus memanggilmu?"

"Namaku Xin Wu ( Hati Kosong)."

"Oh!" kata Zang Hua, "Wu Xin An sangat terkenal. Orang yang datang untuk bersembahyang  ke sini pasti banyak. Mengapa sampai sekarang belum ada seorang pun yang datang untuk bersembahyang?"

"Biasanya orang bersembahyang pada sore hari," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau bertepatan pada hari hari raya dan hari istimewa lainnya, orang baru datang ke sini pada pagi hari."

Zang Hua dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Budha Sewaktu dia menancapkan dupa, matanya melihat Xin Wu Shi Tai dan dia berkata, "kalau begitu aku adalah orang pertama yang datang ke sini untuk bersembahyang?"

"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai.

"Tidak ada yang datang? Bukankah tadi Zhou Wu Ji masuk ke kuil ini dan bukankah Hua Man Xie keluar dari kuil ini? Mengapa Xin Wu Shi Tai mengatakan tidak ada orang yang datang kemari?"

"Mungkin sudah ada yang datang dan Xin Wu Shi Tai tidak melihatnya," kata Zang Hua sambil tertawa.

"Hari ini aku mendapat bagian piket dan pagi-pagi aku sudah berada di ruang tengah membaca kitab suci," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau ada orang yang datang untuk bersembahyang aku pasti akan tahu."

Dia melihat Zang Hua dan berkata, "Apakah Nona datang ke sini untuk mencari seseorang?" "Mencari seseorang? Oh tidak, aku datang untuk bersembahyang," jawab Zang Hua sambil

tertawa, "hanya saja sewaktu aku masuk ke sini, aku melihat ada yang keluar dari kuil ini."

"Kalau begitu, orang yang dimaksudkan oleh Nona pasti Hua Shan Ren," kata Xin Wu Shi Tai sambil tersenyum.

"Hua Shan Ren?" Zang Hua terpaku.

"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai, "kuil dan kelenteng fungsinya sama, Walaupun banyak yang datang untuk bersembahyang tapi biaya kuil sangat besar, apalagi kuil kami sering menyumbangkan uang untuk amal."

Dia melihat Zang Hua, kemudian berkata lagi, "Karena itu kami selalu didukung oleh 1-2 orang kaya untuk mendukung kami."

"Orang kaya?" "Benar!" kata Xin Wu Shi Tai, "ada yang menyumbang uang tapi tidak ingin namanya dicatat. Kadang-kadang sewaktu kami membutuhkan uang, mereka akan mengantarkannya kepada kami, ada juga yang setiap bulan menyumbangkan uangnya untuk kemajuan kuil ini. Hua Shan Ren termasuk orang seperti itu."

"Hua Shan Ren adalah ketua Zui Liu Ge, Hua Man Xue?" tanya Zang Hua.

"Aku tidak tahu," jawab Xin Wu Shi Tai, "yang mengurus masalah ini adalah ketua kuil. Aku hanya tahu kalau dia bernama Hua Shan Ren."

-ooodwooo-

Setelah kembali ke kota hari sudah siang. Ren Piao Ling sudah menunggu dia di tempat yang telah mereka janjikan.

Belum juga duduk dengan benar, Zang Hua sudah makan 3 suap sayur kemudian minum 2 cangkir arak, setelah itu dia baru menghembuskan nafas. Ren Piao Ling melihatnya. Dengan senyum dia bertanya, "Kau kelihatannya sangat lelah?"

"Aku tidak seberapa lelah, hanya saja aku sudah makan banyak angin," jawab Zang Hua. "Menguntit si licin, memang bukan hal mudah," kata Ren Piao Ling.

Zang Hua minum lagi secangkir arak kemudian melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Coba kau tebak, si licin itu semalaman telah melakukan apa?"

"Dia mencari 30 perempuan untuk menemaninya minum arak."

"Kalau cuma begitu aku tidak perlu makan angin terus," kata Zang Hua, "jangan lupa aku pun seorang perempuan."

"Merampok orang kaya?" tanya Ren Piao Ling, "atau pergi ke suatu tempat untuk membunuh orang?"

"Bukan," jawab Zang Hua, "dia hanya berjalan-jalan semalaman, kemudian pergi ke kuil Wu Xin sambil berjalan dengan berputar-putar."

"Hanya itu saja?" "Benar."

"Apakah sewaktu dia berjalan-jalan dia bertemu' dengan seseorang?" "Tidak!"

Ren Piao Ling berpikir sebentar dan minum arak lagi lalu berkata, "Kalau begitu dia berjanji dengan seseorang di kuil Wu Xin."

"Aku pun mempunyai pikiran seperti itu. Begitu dia keluar dari kuil aku langsung masuk kuil Wu Xin," jelas Zang Hua sambil melihat Ren Piao Ling, "coba kau tebak, aku bertemu dengan siapa di sana?"

"Siapa?" mata Ren Piao Ling menjadi terang, "orang yang keluar dari kuil mungkin orang yang telah berjanji bertemu dengan Zhou Wu Ji?"

"Han Man Xue," jawab Zang Hua, "orang.yang keluar dari kuil adalah Hua Man Xue."

"Hua Man Xue?" Ren Piao Ling terkejut, "apakah Hua Man Xue yang berasal dari Zui Ge Lou." "Apakah ada lain Hua Man Xue?" Zang Hua tertawa, "begitu aku masuk, aku langsung

bersembahyang. Setelah selesai sembahyang aku bertanya kepada pengurus di sana apakah aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang?"

"Lalu apa jawaban biksuni kuil itu?" "Mereka mengatakan memang benar," kata Zang Hua, ”aku melihat Zhou Wu Ji dan Hua Man Xue keluar dari kuil, tapi biksuni itu mengatakan kalau aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang. Apakah ini tidak aneh?" Ren Piao Ling mengerutkan dahi. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Segera saja aku mengatakan kalau aku melihat seseorang yang keluar dari kuil. Biksuni itu segera menjawab kalau orang yang kulihat adalah Hua Shan Ren," kata Zang Hua, "apakah arti Hua Shan Ren? Apakah kau tahu?"

Jawab Ren Piao Ling sambil mengangguk, "Artinya Hua Man Xue adalah orang kaya yang mendukung Wu Xin An."

"Tapi sejak kecil aku belum pernah melihat Hua Man Xue berbuat amal, apalagi datang ke kuil atau kelenteng untuk bersembayang," kata Zang Hua, "Kenapa sekarang dia tiba-tiba menjadi orang kaya yang menderma kepada kuil Wu Xin?"

"Mungkin dia sudah sadar."

"Bagi orang lain itu mungkin saja, tapi kalau untuk dia itu tidak mungkin," kata Zang Hua, "biksuni hanya mengakui hanya Hua Man Xue yang masuk ke sana, sedangkan yang lainnya dia tidak mau mengakuinya."

Sambil memegang hidungnya Zang Hua berkata lagi, "Karena itu aku berpikir di kuil Wu Xin ini pasti terjadi sesuatu."

"Xin Wu Shi Tai yang ada di kuil Wu Xin, 30 tahun yang lalu adalah si Ikan Duyung terkenal di dunia persilatan, selain cantik ilmu silatnya pun tinggi. Saat dia sedang hebat-hebatnya, dia berubah menjadi pengurus Kuil Wu Xin," kata Ren Piao Ling, "mengapa dia melakukan semua ini, sampai sekarang pun tidak ada yang tahu jawaban dari rahasia ini."

Ren Piao Ling mengisi penuh gelasnya, kemudian dengan tersenyum dia melihat Zang Hua. Kemudian dia mengeluarkan 100 tail perak dan diletakkan di depan Zang Hua. Zang Hua tidak mengerti apa maksud Ren Piao Ling. Dia bertanya, "Sepertinya kau meletakkan uang di depanku?" Zang Hua melihat uang yang ada di atas meja, "Sepertinya jumlah uang itu adalah 100 tail perak?"

"Betul, jumlahnya memang 100 tail perak." "Mengapa kau taruh di depanku?"

"Karena uang itu milikmu."

"Milikku?" Zang Hua melotot, "kapan kau meminjam uang 100 tail?"

"Aku belum pernah meminjam uang kepadamu," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "Ini adalah harga yang kubayar karena kemarin malam kau terus makan angin."

"Kau yang membayarnya?"

"Aku miskin seperti kura-kura, mana punya uang begitu banyak untuk membayarmu?" "Siapa yang membayar semua ini?"

"Nan Jun Wang."

"Huang Fu Qing Tian?" Zang Hua terpaku, "mengapa dia harus membayarku 100 tail perak?" "Karena kau adalah temanku dan aku telah berjanji dalam waktu satu hari aku bisa

mengembalikan Hua Yu Ren kepadanya."

"Mencari Hua Yu Ren, apakah dia telah menghilang?" "Benar."

"Mengapa dia bisa menghilang?" "Ada yang menculiknya."

"Menculik?" kali ini Zang Hua yang terkejut, "siapa yang menculiknya? Mengapa menculiknya?"

"Aku tidak tahu," jawab Ren Piao Ling, "karena itulah maka Huang Fu mengeluarkan uang menyuruh kita untuk mencarinya." "Apakah kau sanggup dalam waktu 1 hari mendapatkan kembali Hua Yu Ren?" "Aku tidak yakin."

"Kalau kau tidak yakin mengapa kau berani berjanji kepada Huang Fu Qing Tian dalam waktu 1 hari bisa menemukan kembali Hua Yu Ren?" Zang Hua melihatnya.

"Aku tidak bisa tapi kau bisa," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "karena itu bayaranmu 100 tail perak."

"Bagaimana aku tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren?" tanya Zang Hua kaget, "tidak, aku tidak tahu."

"Kau tidak tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren, tapi kau tahu dia ada di mana," kata Ren Piao Ling.

Zang Hua ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia teringat sesuatu, segera dia berkata,  "Apakah dia dikurung di kuil Wu Xin?"

"90% betul."

"Kalau begitu yang menculik dia adalah para biksuni yang berada di kuil itu?" tanya Zang Hua. "Setelah ke sana kita akan segera tahu."

Kata-kata Ren Piao Ling begitu enteng, seperti makan ikan goreng.

-ooodwooo-

BAB 5 Perang kelelawar

Begitu kembali ke Ji Nan, orang pertama yang ingin ditemui Bai Tian Yu adalah Zang Hua, tapi dia malah bertemu dengan Hua Man Xue.

Dia bertemu dengan Hua Man Xue bukan di Zui Ge Lou tapi di jalan, sepertinya Hua Man Xue sengaja menunggunya di situ.

Begitu melihat Bai Tian Yu, Hua Man Xue segera menarik ke sisinya, kemudian dengan suara misterius dia berkata, "Di toko sana ada orang yang sangat aneh, dia sedang menunggumu," kata Hua Man Xue, "dia datang 2 hari berturut-turut. Dia terus diam di depan kamarmu."

"Untuk apa dia mencariku?"

"Dia tidak mengatakan apa-apa hanya menanyakan apakah kau sudah pulang, aku menjawab kau belum pulang. Dia terus menunggumu di sana."

"Seperti apa ciri-cirinya?"

"Tinggi, kira-kira berumur 60 tahun, tapi badannya seperti laki-laki berusia 40 tahun," jawab Hua Man Xue, "orangnya dingin apalagi sepasang matanya. Begitu melihatnya dia seperti cheetah yang kelaparan dan sedang menunggu mangsanya, membuat tubuh menjadi panas dingin."

"Apakah dia masih ada di sana?" "Ya."

Bai Tian Yu membalikkan badannya ingin pergi dari sana, Hua Man Xue segera berkata, "Kau mau apa?"

"Aku akan menemuinya."

"Kau harus berhati-hati," Hua Man Xue sangat memperhatikannya, "kelihatannya...dia datang untuk mencari gara-gara." -ooodwooo-

Pohon besar lebih sering tertiup angin. Orang takut terkenal, babi takut gemuk, bila seseorang sudah terkenal pasti ada orang aneh yang mencarinya.

Kau terkenal karena nama orang lain. Orang lain pun akan mencarimu. Mereka berharap karena namamu maka bisa membuatnya terkenal.

—Kalau sudah terkenal lalu bagaimana? Pada suatu hari kau pasti akan mati karena namamu. Mengapa tidak menjadi orang biasa saja?

Kalau terkenal apa gunanya?

Sebelum sampai di kamarnya, Bai Tian Yu sudah melihat orang yang disebut-sebut oleh Hua Man Xue.

Dia melihat orang itu duduk di tengah-tengah ruangan. Wajahnnya menghadap pintu, dia duduk tapi tidak minum arak juga tidak makan.

Tapi meja yang ada di depannya tersedia cangkir dan poci teh, ternyata dia sedang minum. Begitu Bai Tian Yu masuk ke Zui Ge Lou, orang itu segera berkata, "Silakan duduk."

Di ruangan itu tidak ada orang lain hanya ada Bai Tian Yu yang masuk. Berarti kata-katanya tadi ditujukan kepada Bai Tian Yu.

Bai Tian Yu segera mendekat dan duduk di depannya. Dia berkata lagi, "Silakan minum teh." Bai Tian Yu melihat poci teh dan berkata, "Biasanya jika ada arak aku tidak akan minum teh." "Apakah arak ini tidak asli?"

"Apakah teh ini asli?"

Orang itu tidak menjawab. Dia tidak menjawab berarti dia setuju.

"Aku ingat, jika sembahyang selalu menggunakan arak, mengapa arak bisa tidak asli?" Bai Tian Yu tertawa.

Orang itu tetap diam.

Bai Tian Yu duduk di sana. Pelayan Zui Ge Lou sudah mengantarkan satu poci arak. Begitu cangkir diisi dengan arak, dia mengangkat cangkirnya dan berkata, "Kita bersulang," kata Bai Tian Yu pelan, "kau boleh memakai teh sebagai pengganti arak, jangan pedulikan orang lain minum apa."

Orang itu dengan cepat menghabiskan tehnya. Dia bukan orang yang suka bicara dan juga tidak rewel. Dia datang kemari untuk mencari Bai Tian Yu, dan entah dia mempunyai keperluan apa?

Melihat dia diam saja, terpaksa Bai Tian Yu minum secangkir arak lagi. Dia tertawa dan berkata, "Sobat, siapa nama dan margamu? Ada apa Anda mencariku?"

"Yin akan membalas dendam."

Orang ini pasti sangat pelit, bicaranya pun begitu singkat. Jika bisa dalam satu kata dia ingin menjelaskan semua maksudnya.

"Balas dendam? Balas dendam apa?" tanya Bai Tian Yu, "demi siapa balas dendam?" "Tie Yan."

"Tie Yan?" Bai Tian Yu melihatnya, kemudian tertawa dan berkata, "Kau pasti salah satu dari naga emas, harimau perak, burung tembaga Tie Yan, sepertinya kau adalah Yin Hu?" (Harimau Perak) "Benar," wajah Yin Hu tidak berekspresi apa pun.

"Katanya Jin Long (Naga Emas) lah yang paling akrab dengan Tie Yan, mengapa dia tidak datang? Sedangkan yang datang malah dirimu?"

"Sama saja," suaranya seperti orangnya tidak ada perasaan.

Sama saja? Berarti siapa pun yang datang sama saja bisa membunuh Bai Tian Yu.

Bai Tian Yu mengerti maksud dari kata-kata itu. Jika dalam keadaan biasa dia pasti sudah mencabut pedang untuk bertarung Dia hanya diam tidak mencabut pedang karena Yin Hu adalah salah satu dari 4 tetua perkumpulan para durjana ( Mo Kau ), dan salah satu tetua yang  mempuyai pandangan paling lurus.

Bai Tian Yu melihat Yin Hu. Pelan-pelan dia bertanya, "Kapan kita akan bertarung?" "Sekarang."

"Di mana?" "Wang Jia Ci."

-ooodwooo-

Wang Jia Ci berada di sebelah timur Zui Ge Lou. Tempat itu adalah rumah besar yang tidak berpenghuni. Walaupun sekarang adalah siang, tapi begitu masuk ke dalam Wang Jia Ci seperti memasuki sebuah gunung es.

Gerbangnya tertutup oleh jaring laba-laba. Plakat yang berada di tengah rumah ada yang terjatuh, ada juga yang posisinya miring. Rumput liar tumbuh di sisi tembok setinggi tubuh orang. Rumah ini memberi kesan seram dan dingin tapi juga memberi kesan bahwa tempat sangat cocok untuk membunuh orang.

Yin Hu yang pertama masuk ke sana. Begitu berjalan mendekati plakat-plakat yang diletakkan di atas meja, dia segera berhenti. Tapi dia tidak membalikkan badannya. Punggungnya menghadap Bai Tian Yu. Kedua tangannya diturunkan, sama sekali tidak ada persiapan untuk bertarung. Pastinya Bai Tian Yu terus melihat ke arah punggungnya.

Walaupun Yin Hu di dalam urutan perkumpulan para durjana menduduki posisi kedua, tapi ilmu silatnya tidak kalah dengan Lao Da Jin Long (saudara tertua naga emas). Dia juga pernah membunuh orang, tapi dengan senjata apa dia membunuh orang?

Menurut berita yang bisa dipercaya, Yin Hu memiliki banyak senjata rahasia yang tersembunyi di balik tubuhnya, kapan pun dan dengan cara apa pun senjata rahasia rahasia itu bisa menyerang.

Tangan kirinya bisa mengeluarkan 13 buah paku. Dari ketiak kanannya bisa menembak 26 bola besi. Sewaktu dia bicara denganmu, dia bisa menyemprotmu dengan 35 jarum besi dari mulutnya. Kakinya pun bisa meloncat dan mengeluarkan 42 pasang pisau berbentuk daun. Terakhir dia bisa membalikkan badan dan dari punggungnya dia bisa menembakkan bola geledek.

Terhadap orang seperti itu tentu lebih menakutkan, Bai Tian Yu dengan teliti terus melihatnya. Terlihat Bai Tian Yu dengan santai berdiri. Sama sekali tidak ada persiapan.

Tapi bila kau adalah orang yang berpengalaman, kau pasti akan tahu tentang 72 syaraf terpenting dan 116 syaraf kecil yang berada di atas tubuh. Semua tulang-tulang siap untuk digerakkan ke arah mana pun.

Matahari musim semi bersinar dan masuk melalui lubang-lubang atap, tepat menyinari punggung Yin Hu. Di bawah sinar matahari terlihat punggungnya yang sudah bungkuk. Dia sudah berusia 67 tahun, walaupun pinggangnya masih lurus dan keras tapi tetap tidak bisa menandingi kelincahan anak muda. Umur semakin tua, ini adalah hal yang menyedihkan juga hal yang tidak, bisa dipungkiri. Begitu lahir usia mulai menunggu.

Menunggu hingga batas akhir. Menunggu kematian.

Jika kematian adalah tahap terakhir, apakah kelahiran adalah permulaan?

Pernah ada orang bijak dari barat yang berkata kalau kematian bukan akhir, dari satu daratan pindah ke daratan lain.. Kau akan melihat bahwa hal yang terbentang di depanmu adalah sesuatu yang baru saja dimulai, semua akan menunggumu untuk memulai.

Kematian tidak perlu ditakuti juga tidak perlu merasa sedih.

Yang menyedihkan adalah manusia yang masih hidup tapi hidupnya seperti orang mati. Mereka hidup di jurang kesedihan, sehingga sama sekali tidak berarti apa-apa dalam hidupnya.

Bai Tian Yu masih terus melihat punggung Yien Hu. Dia harus terus melihat walaupun punggung Yin Hu sudah bungkuk karena tua, tapi dari punggungnya terasa ada hawa membunuh seperti sebilah golok walaupun sudah patah tapi benda itu tetap sebuah golok yang bisa membunuh. Kalau kita tidak berhati-hati maka kita akan mati karena golok yang patah itu.

Mereka berdua terus berdiri, tidak bergerak sama sekali. Waktu sudah berjalan lama, mereka harus berdiri berapa lama lagi? Apakah harus berdiri sampai dunia ini kiamat? Walaupun senjata mereka belum diadu tapi sebenarnya mereka sudah mulai bertarung.

Pertarungan yang tidak bergerak lebih sulit daripada harus bergerak.

Begitu bergerak akan terjadi sebuah lowongan dari salah satu dari mereka, lowongan sekecil apa pun akan membuat lawan mempunyai kesempatan menyerang. Kesempatan ini akan membuatmu berjalan ke arah kematian.

Tapi kadang-kadang lowongan ini adalah suatu perangkap. Perangkap ini memancing kesalahan lawan.

Karena itu bergerak pun harus menggunakan jurus yang berobah-robah.

Tapi tidak bergerak hanya ada satu macam jurus yaitu mempertaruhkan kesabaran dan ketenangan.

Dari punggung terlihat Yin Hu, dari atas hingga bawahnya badannya terdapat lowongan. Jika Bai Tian Yu menganggapnya demikian, yang mati pasti Bai Tian Yu.

'Kosong bukan kosong, isi adalah kosong'. Ini adalah ilmu silat tertinggi yang ada di dunia persilatan. Yang ilmunya bisa mencapai tarap ini, bisa dihitung dengan jari.

Walaupun punggung Yin Hu menghadap Bai Tian Yu, tapi kalau Bai Tian Yu bergerak, dia tidak akan lolos dari serangan Yin Hu. Dilihat dari luar sepertinya Yin Hu berada dalam posisi yang merugikan karena dia tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, tapi sebenarnya dia berada di posisi yang menguntungkan.

—Semua hal ada untung dan rugi.

Walaupun Yin Hu tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, juga tidak bisa melihat wajah Bai Tian Yu yang tampak tenang. Kalau kau menghadapi wajah yang begitu tenang, mungkin sebelum bertarung pun kau sudah merasa kalah dulu.

Satu-satunya cara menghadapi Yin Hu—adalah dia tidak bisa melihatmu, kau juga tidak bisa melihatnya.

"Melihat seperti tidak melihat, tidak melihat seperti melihat'

Ini adalah ajaran agama Budha. Bai Tian Yu mengerti hal ini karena itu dengan cepat memejamkan matanya dan membuat dirinya merasakan Yin Hu.

Sebuah pertarungan hidup dan mati. Walaupun kelelawar buta tapi pendengarannya sangat tajam. Mendengar membuatnya bisa membedakan arah dan posisi benda. Pertarungan Bai Tian Yu dan Yin Hu pun seperti perang kelelawar.

Sekarang Bai Tian Yu baru mengerti mengapa Yin Hu memilih tempat ini untuk bertarung, di sini tidak ada orang dan suasananya sangat sepi. Perang kelelawar harus dilakukan di tempat yang sangat sepi dan tidak ada benda yang bergerak.

Walau ada sedikit suara atau gerakan, maka hal ini akan mengganggu mereka yang sedang bertarung.

Suasana yang begitu sepi dan tidak ada bergerak, tiba-tiba mulai terasa ada udara yang bergerak.

Bukan Yin Hu yang bergerak juga bukan Bai Tian Yu bergerak, tapi yang bergerak adalah pedang yang datang dari belakang Bai Tian Yu.

Tusukan pedang ini sangat pelan dan ringan. Begitu pelan sampai kau tidak merasakan ada pedang yang bergerak, tapi Bai Tian Yu sejak tadi sudah merasakannya. Begitu dia mulai bergerak Bai Tian Yu sudah tahu.

Biasanya pedang yang bergerak begitu pelan, Bai Tian Yu pasti bisa menghindarinya.

Orang yang mempunyai pikiran seperti itu, pasti dia adalah orang yang paling bodoh di dunia persilatan.

Pedang ini yang paling lihai adalah pedang yang bergerak dengan pelan. Uniknya pedang itu bergerak dengan ringan.

Jika tusukan ini dilakukan dengan cepat dan menusuk Bai Tian Yu, Bai Tian Yu masih bisa menghindar atau memotong tangan orang yang memegang pedang itu.

Karena tusukan itu dilakukan dengan cepat, hal ini akan membangunkan perasaan Bai Tian Yu juga Yin Hu.

Bila perasaan Yin Hu terpancing, maka Bai Tian Yu bisa bergerak. Bila dia sudah bergerak, dia bisa membunuh orang yang berada di belakangnya dan masih bisa membalas serangan Yin Hu.

Tapi pedang itu menusuknya dengan sangat pelan dan ringan, pelan dan bisa. mengagetkan Bai Tian Yu, tapi Yin Hu tidak merasakannya.

Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, dia bisa langsung membunuh orang berniat membunuhnya, tapi pada saat itu pun dia akan dibunuh oleh Yin Hu.

Tusukan pedang ini benar-benar sangat kejam. Pasti orang yang menyerang adalah seorang pesilat tanguh hingga baru bisa berpikir seperti itu.

Pertarungan ini benar-benar diperuntukkan bagi orang pintar karena orang-orang seperti mereka lah baru terpikir hal seperti ini. Semua ini adalah strategi tertinggi dalam dunia persilatan.

Dalam hidupnya, buat Bai Tian Yu saat paling menakutkan adalah dia takut dengan kematian dan hal ini lah yang dia rasakan sekarang.

Hanya saja saat ini dia merasa kematian datang terlalu cepat, begitu alami, tidak begitu terasa kalau hawa kematian sudah menjemputnya. Seperti angin musim semi yang berhembus melewati wajahnya.

Dulu dia sering mendengarkan perkataan orang lain, kalau perasaan itu seperti rasa dingin  yang keluar dari tulang. Dia tidak mengerti mengapa rasa dingin bisa keluar dari tulangnya yang paling dalam?

Rasa dingin yang keluar dari dalam tulang itu entah bagaimana rasanya?

Sekarang dia sudah mengerti, rasa dingin itu sama sekali tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Hanya orang yang pernah mengalaminya, dia baru bisa merasakannya. Pasti ada seseorang yang mendengarkan percakapan tentang pertarungan antara Bai Tian Yu dan Yin Hu. Kemudian ada yang bertanya, "Kalau tidak bergerak dia akan mati mengapa tidak sekalian bergerak saja?"

"Kalau bergerak maka akan bagaimana?" "Mungkin kalau bergerak kita bisa mencoba-coba." "Mungkin malah akan membuat suatu mujizat."

"Tidak begerak pun akan mati, kalau bergerak maka dia akan mati lebih mengenaskan lagi." "Mengapa?"

"Tidak begerak hanya akan membiarkan pedang itu menusuk dirinya hingga mati. Kalau bergerak tubuhnya akan berlubang-lubang."

"Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, apakah dia akan menjadi manusia berlubang-lubang?" "Itu sudah pasti."

"Apakah senjata rahasia Yin Hu begitu lihai?"

"Senjata rahasia Yin Hu sudah tidak bisa dikatakan lihai lagi."

"Bergerak mati, tidak bergerak pun mati. Yang terpenting Bai Tian Yu pasti mati." "Menurutmu bagaimana?"

"Apakah dia tidak akan mati?"

"Di dunia ini pesilat tangguh mana yang bisa tidak mati dalam situasi seperti ini? Tuan Muda Xie Xiao Feng pun tidak terkecuali."

"Bagaimana dengan Chu Liu Xiang (pendekar harum)?" "Sama sajal"

"Apakah dia juga pasti akan mati?" "Pasti."

-ooodwooo-

Sore akan segera tiba.

Cahaya matahari masih bersinar sangat terang. Cahaya itu masuk melalui celah-celah pohon lalu masuk ke dalam hutan dan membentuk bayangan Ren Piao Ling dan Zang Hua.

Dari dalam hutan bisa melihat dengan jelas kuil Wu Xin An yang megah. Masih terdengar suara- suara para biksuni yang membaca kitab suci.

"Biasanya mata-mata akan mencari tahu, selalu dilakukan pada waktu malam hari, mengapa kita bergerak pada sore hati?" tanya Zang Hua kepada Ren Piao Ling.

"Tempat yang memiliki banyak rahasia, semakin malam tempat itu akan dijaga semakin ketat," Ren Piao Ling tertawa kepada Zang Hua, "tapi sore adalah saat mereka lengah."

"Mengapa?"

"Karena saat ini adalah saat di mana kita merasa paling lelah. Shift pagi diganti dengan shift malam. Penggantian dilakukan karena mereka sudah bergerak seharian sekarang mereka akan mulai bekerja, kau pikir apakah mereka akan bekerja dengan semangat?"

"Aku pun pasti tidak akan bersemangat bekerja," kata Zang Hua.

"Kalau tidak ada semangat untuk bekerja mereka akan menjadi kurang waspada," kata Ren Piao Ling, "karena itu aku ingin kita pergi ke kuil Wu Xin An sore hari untuk mencari tahu." Zang Hua melihat kuil Wu Xin An.

"Wu Xin An adalah tempat suci. Di dalamnya banyak dewa-dewa dan dewi, apakah dewa dewi itu akan mengijinkan orang berbuat jahat?"

"Di Pu Ti (nama tempat) memang tidak ada pohon, datang dari mana Budha dan dewa?" tanya Ren Piao Ling.

"Apa arti kalimat itu?"

"Maksudnya adalah dewa dan Budha pun mengatakan kalau di Pu Ti tidak ada pohon, mana ada dewa dan Budha?"

"Aku semakin tidak mengerti."

"Kau bukan semakin tidak mengerti melainkan waktunya belum tiba," kata Ren Piao Ling sambil tertawa,

"Bila waktunya sudah tiba, kau akan mengerti kata-kata ini."

Zang Hua memegang hidungnya lagi. Setiap kali begitu ada yang harus dipikirkannya, dia selalu seperti itu. Zang Hua sedang memikirkan kata-kata Ren Piao Ling. Tapi Ren Piao Ling malah tertawa melihatnya, kemudian dia berkata, "Jangan dipikirkan lagi, kau pasti tidak akan mengerti walaupun kau berpikir hingga kepalamu pecah."

Kebaikan Zang Hua adalah sewaktu ada pertanyaan yang tidak dimengerti olehnya dan ada yang menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, maka dia akan segera menuruti kata-kata orang itu. Begitu Ren Piao Ling menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, dia segera tidak memegang hidungnya lagi dan Zang Hua bertanya, "Kau berkata kepada Huang Fu Qing Tian bahwa dalam waktu 1 hari kau akan bisa membawa pulang Hua Yu Ren. Berarti waktunya adalah esok pagi, apakah kau sanggup melakukannya?" Zang Hua melihat dia, "apakah kau yakin kalau Hua Yu Ren ada di dalam kuil Wu Xin An?"

Ren Piao Ling tidak menjawab, dia hanya tertawa. Kadang-kadang tertawa bisa berarti dia mempunyai keyakinan kuat karena itu Zang Hua berkata lagi, "Sebenarnya aku tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Yang berjanji dengan Nan Jun Wang adalah kau, bukan aku, untuk apa aku harus mengkhawatirkanmu?"

Zang Hua melihat Ren Piao Ling, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Sebenarnya yang aku perhatikan adalah upahmu."

"Upahku?" Ren Piao Ling terpaku, "upah apa? Mengapa kau mengkhawatirkan upahku?"

"Aku khawatir," jawab Zang Hua, "upahku adalah 100 tail perak, kau pun harus sama. Berarti kita tanggung bersama suka dan duka. Jika kau mendapatkan lebih besar, maaf jika ada bahaya maka kau yang harus menghadapinya dulu. Ada kesulitan pun kau yang mendapatkannya dulu."

"Jika ada kesenangan bagaimana?" "Pasti kau dulu yang menikmatinya." "Kau benar-benar sangat adil."

"Itu pasti," Zang Hua tertawa dan berkata, "prinsipku adalah berapa pun uang yang kuambil, maka kerugian pun harus seimbang dengan uang yang diambilnya."

Dengan sorot mata senang, Ren Piao Ling melihat Zang Hua. Dengan nada yang senang dia bertanya, "Menurutmu, apakah upahku lebih banyak darimu atau lebih sedikit darimu?"

"Kita adalah teman dan bisnis ini kau yang terima,' menurut aturan dunia persilatan, kau harus mendapatkan lebih banyak dari diriku."

"Mengapa aku harus mengambil lebih banyak darimu?" "Pertama, Nan Jun Wang bukan orang pelit. Kedua, karena orang yang harus ditolong adalah putri Nan Jun Wang. Ketiga, masalah ini sangat berbahaya. Karena 3 alasan tersebut, maka itu upahmu lebih besar dariku."

Dalam keadaan seperti itu Zang Hua masih berpikiran untuk membanding-bandingkan upah mereka berdua.

Tapi dia melupakan satu hal.

Melupakan orang yang telah diculiknya, Hua Yu Ren adalah kakaknya. Walaupun bukan kakak kandung, dan mereka sama-sama anak angkat tapi mereka tumbuh besar bersama. Apalagi Hua Yu Ren sangat baik kepadanya. Mengapa dia tidak peduli pada hidup atau mati Hua Yu Ren? Malah memperhatikan upah yang akan diterimanya?

Kecuali Zang Hua, siapa yang bisa melakukan hal seperti ini?

-ooodwooo-

Pada saat pedang ditusuk dari belakang, hati Bai Tian Yu sudah merasa dingin, malah boleh dikatakan sudah mati.

Karena dia tahu, pedang itu membawa kematian.

Hanya kematian yang bisa melepaskan dia dari tusukan ini. Ini adalah tusukan kematian.

Walaupun tusukan itu dilakukan dengan sangat lambat dan sangat ringan tapi yang pasti pada saat dagingnya ditusuk, Bai Tian Yu sudah merasakan tusukan pedang yang dingin itu, pedang ini menusuknya dari belakang dan masuk ke jantungnya. Dia mendengar suara pedang itu menembus ke badannya.

Jian (pedang) tidak memiliki perasaan.

Apakah dia bisa merasakan ketakutan manusia? Jian memang tidak memiliki perasaan.

Apakah dia bisa mendengar jeritan hati manusia?

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar