Amarah Pedang Bunga Iblis Bagian 2.2

 
BAGIAN 2.2

BAB 6 Pertemuan aneh di Wisma Shen Jian

10 hari berlalu dengan cepat.

Tuan muda ke tiga tidak datang meminta maaf atau berterima kasih, berarti Bai Tian Yu yang harus datang ke sana untuk mencoba Tuan Muda Ketiga bertarung.

Bertarung lebih seru dibandingkan dengan meminta maaf atau berterima kasih.

Apalagi yang akan bertarung adalah dewa pedang dengan setan pedang, ini benar-benar peristiwa yang jarang terjadi.

Xie Xiao Feng ternyata tidak, mengecewakan orang-orang. Karena dia tidak datang ke kota.

Xie Xiao Feng bukan orang yang rendah hati. Sekalipun ada yang mengatakan kalau dia sudah berubah banyak, sekarang dia berubah menjadi lebih ramah dan mau dekat dengan orang tapi Xie Xiao Feng tetap Xie Xiao Feng. Dia tetap orang yang tinggi hati.

Dia bukan orang yang tidak tahu aturan tapi juga bukan orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap orang yang tidak mudah mengucapkan kata terima kasih'.

Mungkin karena dia bermarga Xie. Nenek moyangnya pun bermarga Xie, maka dia sangat sulit untuk berkata Xie Xie (Terima kasih).

Seseorang yang susah mengucapkan ’Xie Xie' kepada orang lain, untuk meminta maaf kepada orang lain akan lebih sulit lagi. Jangankan Bai Tian Yu yang pernah menolong putrinya, sekalipun telah menolong nyawanya dia tidak akan mengucapkan kata ’Xie Xie'.

Bai Tian Yu dengan menunggang kuda terbaik pergi ke Wisma Shen Jian. Baru saja keluar dari kota, di belakangnya sudah ada 2-3 orang mengikutinya, sekelompok atau hanya sendiri-sendiri, mereka semua mengikutinya. Semakin jauh dia berjalan, orang yang berada di belakang semakin banyak. Yang tadinya hanya ada beberapa orang, bertambah menjadi satu kelompok. Dari satu kelompok kecil menjadi kelompok besar. Di antara mereka kebanyakan yang berasal dari kalangan dunia persilatan.

Bai Tian Yu melihat kepada orang-orang yang mengikutinya. Dia merasa sangat senang. Tadinya dia hanya orang yang tidak mempunyai nama besar, tapi dalam waktu satu malam, namanya sudah mengegerkan dunia persilatan, sekarang dia adalah orang terkenal..

Dalam berkelana di dunia persilatan, peristiwa seperti inilah yang dia inginkan. Dia akan mengangkat marga Bai kembali ke dunia persilatan.

Wisma Shen Jian merupakan tanah suci bagi dunia persilatan tapi juga tempat terlarang bagi orang dunia persilatan. Bangunan Wisma Shen Jian dikelilingi oleh sebuah sungai. Setengahnya lagi dikelilingi oleh gunung-gunung Chong San.

Jika dikelilingi oleh sungai dan tidak ada jembatan di sana, hanya ada sebuah perahu yang bisa dipakai untuk menyebrang ke sana.

Sungai itu tidak begitu lebar. Bisa terlihat daerah diseberang sana dan juga bisa terlihat Wisma Shen Jian yang berdiri di tengah-tengah pegunungan.

Suatu ketika pernah terjadi suatu peristiwa, di Wisma Shen Jian terlihat sangat sepi, tuan rumah Shen Jian saat itu dijabat oleh ketua yang lama dan sudah tua. Dan Tuan Muda Ketiga Xie Xiao Feng ketika itu masih berkelana dunia persilatan, dia mempunyai 2 orang kakak, tapi mereka tidak terlalu pintar dan tidak berbakat seperti adik ketiganya.

Wisma Shen Jian sejak dulu terkenal dengan ilmu pedangnya, bukan karena Tuan Muda Ketiga yang menunjukan jurus Wisma Shen Jian ke dunia luar. Ilmu pedang mereka memang sejak dulu sudah terkanal kehebatannya dan diketahui oleh orang-orang persilatan.

Anggota keluarga Xie adalah pesilat tangguh yang mahir ilmu pedang. Seperti pepatah, Orang yang mahir berenang akan mati tenggelam.

Tuan Muda Xie tertua mati di bawah ujung pedang. Tuan Muda Xie kedua pun mati karena pedang. Sedangkan Tuan Besar Xie mati di rumah karena penyakit tua dan karena kesepian. Walaupun dia mempunyai seorang anak yang terkenal di dunia persilatan ini, alasan lainnya  adalah karena dia mempunyai sebilah pedang pusaka yang terkenal di dunia persilatan.

Walaupun putranya terkenal di dunia persilatan dan membawa gengsi dan mengangkat nama keluarga Xie, tapi juga membawa banyak kesulitan bagi keluarga Xie.

Sudah banyak orang membawa pedang dan mencari Tuan Muda Ketiga untuk bertarung, tapi Xie Xiao Feng selalu tidak berada di rumah/

Sewaktu Xie Xiao Feng masih muda, waktunya lebih banyak dihabiskan di tempat pelacuran  dari pada rumahnya. Atau dihabiskan di kamar penginapan dan kamar-kamar gadis yang sedang dalam masa puber.

Sewaktu Xie Xiao Feng masih muda dia adalah seorang laki-laki mata keranjang dan juga sangat berani. Selama hidupnya sudah banyak perempuan yang dia gauli tapi dia hanya mempunyai seorang istri, dia hanya menikah satu kali.

Dia menikah dengan perempuan tercantik dari dunia persilatan dia bernama—Mu Rong Qiu Ying.

Dia juga merupakan perempuan yang paling menakutkan. Satu hari pun Mu Rong Qiu Ying belum pernah menjadi menantu keluarga Xie. Dia juga belum pernah masuk ke Wisma Shen Jian dan menjadi Nyonya Xie. Selama hidup Mu Rong Qiu Ying hanya menjadi bayangan Xie Xiao Feng. Tapi dia tidak pernah bersama dengan Xie Xiao Feng pergi menginap, Mu Rong Qiu Ying dengan segala cara selalu menghina, menyiksa, dan mendendam kepada Xie Xiao Feng karena Xie Xiao Feng tidak pernah setia kepadanya.

Mu Rong Qiu Ying adalah perempuan yang sangat pintar, orang lain susah menemukan Xie Xiao Feng tapi dia pasti bisa menemukan tempat persembunyian Xie Xiao Feng.

Walaupun Xie Xiao Feng berpura-pura jatuh miskin dan bersembunyi di tempat pelacuran dan bekerja menjadi pelayan atau menjadi kusir pengurus kuda, atau menjadi kuli angkut barang, dia tetap tidak bisa menghindar dari pengamatan Mu Rong Qiu Ying.

Selama hidup Tuan Muda Ketiga hidupnya dapat dikatakan hancur di tangan perempuan ini, bisa juga dikatakan dia bertekuk lutut di bawah perempuan ini.

Mu Rong Qiu Ying pernah melahirkan seorang putra Xie Xiao Feng tapi dia tidak ingin putranya bermarga Xie dan juga tidak menginginkan putranya menjadi tuan rumah Wisma Shen Jian. Sekarang di Wisma Shen Jian ada seorang nona rumah baru.

Dia bernama Xie Xiao Yu.

Tidak ada yang tahu apa Xie Xiao Yu lahir dari seorang perempuan yang dinikahi oleh Xie Xiao Feng.

Begitu Xie Xiao Feng ternama dan sukses, dia sudah kembali ke Wisma Shen Jian, tiba-tiba Xie Xiao Yu seperti tiba-tiba muncul dari sebuah batu besar.

Begitu dia datang ke Wisma Shen Jian, dia sudah berusia 15 tahun tepat dan saat itu Xie Xiao Feng tidak berada di rumah, tidak ada yang mengatakan kalau dia adalah putri Xie Xiao Feng yang palsu.

Karena Xie Xiao Yu sangat mirip dengan Xie Xiao Feng, bisa dikatakan 70% hampir mirip. Jika Xie Xiao Yu tertawa maka dia akan terlihat 100% mirip dengan tawanya Xie Xiao Feng. Dan pedangnya sama-sama tidak tertandingi oleh siapa pun.

Pedangnya bisa mengalahkan semua pesilat tangguh, tawanya bisa mengalahkan semua perempuan cantik. Perempuan yang tidak cantik pun tidak bisa menahan pesona tawanya. Tapi Tuan muda Ketiga malah memilih perempuan yang sangat cerewet dan tinggi.

Walaupun dia tidak pelit menebar tawanya tapi dia pun tidak akan menggaet perempuan tidak menarik.

Perempuan-perempuan seperti itu pun dia tidak akan tertarik.

Sewaktu dia tidak ingin mendapatkan apa pun dari perempuan itu, tawanya terlihat sangat suci. Tapi sewaktu dia menginginkan perempuan itu naik ke tempat tidur bersama dengannya, tawanya terlihat lebih kuat dari pedangnya.

Pedang bisa meminta nyawa seseorang, tawa bisa mengambil hati perempuan.

Di dunia ini ada orang yang tidak takut mati, baik itu laki-laki ataupun perempuan.

Karena itu jika dia memaksa seorang perempuan dengan pedang untuk naik ke ranjang dengannya, cara ini pasti berhasil.

Tapi sewaktu perempuan itu memberikan hatinya kepada seorang laki-laki apa pun akan dia lakukan.

Sekalipun menyuruhnya menemani tidur seekor babi, dia tidak akan menggelengkan kepala.

Saat Xie Xiao Feng merasa lelah dan ingin kembali ke rumahnya, tiba-tiba dia baru mengetahui kalau dia mempunyai seorang putri. Dia tidak pernah bertanya dan juga tidak pernah berkomentar apa-apa.

Apakah itu putrinya sendiri, bagaimana dia bisa bertanya kepada orang lain?

Jika berada di depan orang lain, dia tidak mengaku kalau gadis itu adalah putrinya, tapi perempuan itu mempunyai bukti kuat kalau dia adalah putrinya. Dia harus bagaimana lagi? Dia hanya bisa bertanya kepada seseorang.

Xie Xiao Yu, gadis yang mengaku sebagai putrinya.

Begitu Xie Xiao Yu melihatnya, mereka seperti sudah saling mengenal sejak lama dan selalu bersama.

Begitu melihat Xie Xiao Feng, dia segera meloncat ke arahnya, lalu menarik tangan Xie Xiao Feng dan berkata, "Ayah, mengapa sekarang baru pulang? Bukankah kau mengatakan akan menjemputku, mengapa ayah tidak pernah menjemputku?" Kata Xie Xiao Yu lagi, "terpaksa aku sendiri datang ke sini."

Xie Xiao Feng sangat kaget, dia merasa semua ini terlalu tiba-tiba. Selama hidupnya, segala macam panggilan sudah pernah dia dengar.

Ada yang enak didengar, ada yang terdengar indah, semua itu merupakan panggilan dari orang yang mencintainya dan kebanyakan adalah perempuan. Perempuan-perempuan cantik.

Hanya panggilan ini, baru pertama dia dengar. 'Ayah', walaupun itu adalah panggilan yang terdengar sangat biasa tapi bagi Xie Xiao Feng, dia tidak pernah dia mendengar dan dia sangat menyukainya.

Bukan perempuan ini yang memanggil seperti itu. Putra yang dilahirkan oleh Mu Rong Qiu Ying seharusnya memanggilnya dengan sebutan ayah. Tapi anak itu selalu menolak mengakui kalau Xie Xiao Feng adalah ayahnya. Pemuda yang sangat keras kepala ini mungkin saja di dalam hatinya mengakui kalau Xie Xiao Feng adalah ayahnya, tapi dia belum pernah memanggilnya juga tidak pernah datang menengoknya.

Xie Xiao Feng tahu suatu waktu pemuda itu pasti akan datang ke rumahnya. Dia akan datang dan berlutut di depannya kemudian memanggilnya 'ayah' di depan kuburannya. Kemudian secara sembunyi-sembunyi akan memanggilnya dari dalam hati, dan tidak akan terdengar oleh siapa pun.

Xie Xiao Feng tahu hari itu pasti akan datang, tapi dia juga berharap bukan dalam keadaan seperti itu, pemuda itu baru akan memanggilnya dengan sebutan ayah.

Karena Xie Xiao Feng sudah tua, sifatnya pun mulai berubah. Yang berubah paling drastis adalah cara berpikirnya.

Karena dia mulai merasa kesepian.

Bukan kesepian karena tidak ada lawan tapi karena perasaan takut dan juga benci karena dia hidup seorang diri. Dia membutuhkan teman.

Bukan perempuan, bukan pula teman tapi putra putri yang mengelilinginya.

Xie Xiao Feng adalah manusia bukan dewa, bukang pula orang suci. Dia hanya orang biasa dan juga membutuhkan suatu keluarga.

Hanya saja dia bisa menutupi perasaan sebenarnya, tidak ada yang tahu apa yang dibutuhkan dalam hatinya.

Sekarang tiba-tiba muncul seorang gadis, sangat menyayanginya dan juga manja serta memanggilnya 'ayah'.

Suara itu adalah suara yang memang dia inginkan, tapi suara itu bukan suara putri yang dia inginkan. Karena itu Xie Xiao Feng tetap merasa kaget.

Teman-teman yang bersama-sama pulang dengannya mendengar Xie Xiao Feng tiba-tiba mendapat seorang putri, mereka pun datang untuk melihatnya.

Melihat keadaan Xie Xiao Feng, mereka pun bertanya-tanya apa yang telah terjadi.

Untung di Wisma Shen Jian mempunyai pengurus rumah yang sangat pintar—dia juga bermarga Xie yang pintar di semua bidang. Segera dia keluar dan berkata, "Tuan dan putrinya baru saja bertemu dan berkumpul, pasti banyak yang harus mereka ceritakan. Para tamu silakan ke ruang depan untuk minum arak.''

Minum arak tak lain adalah cara untuk merayakan bahwa Wisma Shen Jian telah bertambah seorang anggota. Yang pasti sayur-sayur yang disajikan sangat banyak.

Xie Xiao Feng baru pulang, dan semua urusan sudah disiapkan oleh pengurus Xie. Sepertinya dia sudah tahu kalau Xie Xiao Feng akan mengaku putrinya ini.

Apa yang diceritakan antara Xie Xiao Feng dan Xie Xiao Yu? Tidak ada seorang pun yang tahu.

Dua jam kemudian Xie Xiao Feng baru keluar, dia langsung menemani  teman-temannya minum.

Dia mengakuinya kalau Xie Xiao Yu adalah putrinya.

Yang pasti Xie Xiao Feng mengakui Xie Xiao Yu adalah putrinya, dan itu tidak bisa dibantah. Walaupun Tuan Muda Ketiga tidak menjelaskan identitas yang sebenarnya, tidak ada seorang pun yang merasa aneh juga tidak ada yang bertanya kepadanya. Sebenarnya selama hidupnya Xie  Xiao Feng pernah memiliki berapa orang perempuan?

Perempuan mana pun mungkin saja demi Xie Xiao Feng akan melahirkah putrinya.

Semenjak Xie Xiao Yu tinggal di Wisma Shen Jian, kehidupan Wisma Shen Jian menjadi bersemarak. Biasanya rumah sebesar itu hanya ditinggali oleh beberapa orang, sekarang pembantu, pelayan sangat banyak. Rumah sudah dibersihkan dan dibenahi. Bunga-bunga di kebun pun dibereskan dan ditanam kembali.

Wisma Shen Jian dibenahi, sekarang baru mirip wisma yang ditinggali oleh pesilat pedang nomor satu, begitu megah dan berwibawa. Benar-benar tanah suci dan tanah terlarang bagi orang dunia persilatan.

Selain itu, masih ada tempat terlarang lainnya, tempat itu adalah sebuah halaman kecil yang berada di belakang rumah. Halaman kecil itu dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi. Pintunya selalu terkunci oleh sebuah gembok.

Halaman ini adalah tempat Xie Xiao Feng berlatih pedang, tempat menenangkan hati, dan juga tempat untuk tidur.

Tidak ada yang berani masuk ke tempat itu, termasuk Xie Xiao Yu sendiri.

Sewaktu Xie Xiao Feng ada di rumah tempat itu dikunci, sewaktu dia tidak ada di rumah pintu itu pun tetap dikunci.

Gembok yang mengunci pintu itu sudah berkarat, tergantung begitu saja di atas pintu. Sekali dipukulpun gembok itu pasti akan putus tapi tidak ada seorang pun yang berani mencobanya karena gembok ini melambangkan kewibawaan Wisma Shen Jian.

Bagaimana cara Xie Xiao Feng keluar atau masuk ke halaman itu? Dia tidak pernah melewati pintu ini tapi tidak ada seorang pun yang tahu dari mana dia bisa keluar atau masuk? Karena pintu di sana hanya ada satu.

Cara yang paling mudah adalah dengan cara melompati tembok pagar yang tinggi itu. Walaupun tembok itu agak tinggi tapi itu tidak menjadi masalah bagi seorang Tuan Muda Ketiga. Ini adalah rumahnya, mengapa dia harus melompat untuk masuk atau keluar dari tembok tinggi ini?

Xie Xiao Feng sering meloncati tembok, tapi itu adalah kejadian beberapa tahun yang lalu. Sekarang kemana pun dia pergi selalu ada seseorang dengan sikap hormat membuka pintu untuknya dan menyambutnya masuk. Sekalipun itu musuhnya.

Karena kedudukannya maka dia pun mendapatkan kehormatan yang seperti itu.

Seseorang yang mempunyai kedudukan seperti itu, apakah bisa meloncat masuk atau keluar tembok di rumahnya sendiri? Tidak ada yang percaya dan juga tidak ada orang yang mengingat hal itu.

Orang yang tinggal di Wisma Shen Jian melihat Tuan Muda Ketiganya keluar dari halaman kecil, tidak ada orang yang akan menyangka kalau dia meloncati tembok untuk keluar.

Walaupun mereka tahu bahwa tembok itu hanya menpunyai sebuah pintu dan pintu itu pun digembok. Gembok yang sudah berkarat dan tidak bisa dibuka.

Kecuali ada jalan yang lain atau Tuan Muda Ketiga mempunyai teknik menembus tembok jika tidak maka dia harus meloncati tembok.

Orang-orang lebih mau menerima kedua cara sebelumnya dibandingkan dengan cara yang ketiga.

Meloncat tembok walaupun itu bukan hal yang dilakukan secara terang-terangan tapi juga bukan hal yang tidak baik.

Tapi sekarang Tuan Muda Ketiga tidak melakukan hal ini lagi.

Dia sudah dianggap sebagai dewa di dalam hati orang. Dia adalah orang yang sangat sempurna, tidak ada cacat sedikit pun.

Tapi halaman yang dikunci oleh gembok berkarat itu pasti tersimpan banyak rahasia di dalamnya. Mungkin ada orang dengan diam-diam menebak-nebak. Menebak bagaimana keadaan di dalam tapi tidak ada seorang pun yang berani mencari tahu keadaan sebenarnya.

Karena di sana adalah tempat tinggal Xie Xiao Feng. Akhirnya Bai Tian Yu tiba juga di Wisma Shen Jian.

Dia membawa pedang dan menunggang kuda dan sekarang dia sudah berada di depan pintu wisma.

Dahulu sekalipun Bai Tian Yu memiliki banyak uang, dia pasti akan berjalan kaki kemudian naik sebuah perahu kecil untuk menyebrang menuju wisma.

Karena di sana hanya ada sebuah perahu kecil saja.

Semenjak datang seorang nona dan tinggal di wisma, keadaan di sana menjadi tidak sama. Orang yang datang ke Wisma Shen Jian pun semakin banyak, kebanyakan dari mereka adalah tuan-tuan muda yang mempunyai banyak uang.

Kedatangan mereka ke Wisma Shen Jian mempunyai beberapa alasan dan maksud, pertama karena nama besar Wisma Shen Jian. Kedua, karena ada Xie Xiao Yu, dan dia adalah gadis yang sangat cantik.

Xie Xiao Yu memang cantik dan ramah. Dia kedatangan banyak tamu. Setiap tamu selalu disambutnya dengan penuh rasa gembira.

Yang bisa masuk Wisma Shen Jian sepertinya harus memiliki beberapa syarat.  Menjadi menantu keluarga Xie harus berasal dari orang kaya atau orang itu memenuhi beberapa kriteria.

Xie Xiao Yu sangat baik kepada setiap orang, tapi dia tidak pernah bersikap lebih baik kepada siapa pun.

Untuk menyambut kedatangan tuan-tuan muda dari dunia persilatan, perahu kecil yang kecil dan yang dulu terlihat sedikit memang kurang pantas, karena itu Xie Xiao Yu mengganti dengan perahu yang lebih besar. Perahu besar yang dimaksud terlalu besar sehingga membuat orang merasa kaget. Begitu besar hingga bisa dipindahkan ke laut. Di laut pun perahu itu tidak akan terlihat begitu kecil.

Perahu begitu besar, digunakan hanya untuk menyebrangi sungai, apakah semua ini tidak terlalu boros?

Karena Wisma Shen Jian begitu megah dan indah, rumah-rumah di sana pun tampak berkilauan, sangat cocok dengan keadaan perahu besar ini. Karena perahu itulah, maka Bai Tian Yu bisa menyebrang sungai dengan kudanya.

Orang yang mengikutinya dari belakang pasti banyak yang berasal dari dunia persilatan.Mereka mempunyai sedikit nama. Mereka terhalang oleh sungai itu, mereka tidak datang bersama-sama dengan Bai Tian Yu naik perahu.

Karena Bai Tian Yu memang bermaksud datang sendiri untuk bertarung dengan Tuan Muda Ketiga. Siapa yang datang bersama dengan Bai Tian Yu, berarti dia berada di pihak Bai Tian Yu.

Tidak ada orang persilatan yang ingin dicurigai.

Mereka datang hanya untuk menyaksikan pertarungan itu bukan untuk membantu Bai Tian Yu.

Meskipun mereka ingin membantu, itu pun tidak bisa mereka lakukan.

Apakah dengan berdiri di sebelah sungai maka mereka bisa menyaksikan pertarungan itu?

Tidak ada yang mengkhawatirkan keadaan ini, sepertinya sekalipun semua orang tua ikut ke seberang, mereka pun tidak akan bisa menyaksikan pertarungan inii.

Karena pertarungan Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng tidak akan dilakukan di depan banyak orang, kecuali itu tidak akan ada pihak ketiga yang ikut bertarung. Walaupun ada hanya 1-2 orang tapi orang-orang itu bukan salah satu dari mereka.

Mereka jauh-jauh datang ke sini hanya ingin mengetahui hasil akhir pertarungan.

Sebenarnya mereka tidak datang pun tetap akan tahu akan bagaimana hasil akhirnya, tapi mendengar dari mulut orang lain dan melihat sendiri tidak akan sama.

Mereka sudah ke sini, walaupun tidak bisa menyaksikan dari dekat kelak di depan banyak orang mereka bisa melukiskan bagiamana pertarungan sengit ini terjadi dan tidak ada orang akan mengatakan kalau mereka berbohong.

—Berbohong adalah kekurangan manusia. "Waktu pertarungan itu terjadi aku ada di sana."

Menepuk dada dengan gagah berkata, "Waktu itu aku juga ada di sana." itu sudah membuat orang memandang tinggi kepada mereka.

Karena itu pertarungan besar di dunia persilatan seringkah bisa dilukiskan dengan ratusan kata, bagaimana pertarungan itu terjadi.

Ada bermacam-macam kata bisa melukiskan pertarungan itu, tapi hanya ada satu keistimewaannya yaitu pertarungan itu pasti berjalan dengan seru.

Dan ada satu lagi yang pasti sama dikatakan mereka yaitu siapa yang kalah? Dan siapa menang? Jika berbohong tidak akan ada orang yang percaya.

Jika orang jujur mengatakan dengan jujur malah tidak ada orang yang mempercayainya. Karena dunia ini yang dikejar hanya keindahan.

Yang pasti tidak semua orang tidak bisa menyeberang dari seberang sungai. Ada yang datang lebih awal dan mereka menjadi tamu di Wisma Shen Jian. Orang-orang seperti itu adalah orang yang terkenal di dunia persilatan.

Ada yang datang terlambat tapi orang Wisma Shen Jian tetap membawa perahu dan menjemput mereka untuk dibawa ke wisma.

Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang lebih terkenal dari sebelumnya. Jumlah mereka tidak terlalu banyak. Dua kali perahu besar itu menjemput, hanya ada 5 orang yang dibawa serta.

Walaupun hanya ada 5 orang tapi membuat orang-orang yang berada di sisi sungai sana lebih berarti dan merasa senang. Kecuali seseorang yang baru keluar dari desa, jika tidak semua pasti mengenali  mereka berlima, mereka tak lain adalah ketua 5 perkumpulan. Salah satu tetua perkumpulan itu bahkan mempunyai nama besar.

Seperti Wu Dang, Shao Lin, walaupun mereka sangat terkenal di dunia persilatan tapi karena perkumpulan mereka jarang bergaul dengan orang luar, ketua mereka pun jarang bergaul dengan orang lain.

Lima orang terkenal itu bisa dikatakan kalau mereka bisa menguasai keadaan dunia persilatan, membuat pertarungan antara Xie Xiao Feng dan Bai Tian Yu terlihat lebih menarik dan misterius.

Pengurus Xie untuk kedua kalinya menjemput kelima tamu agung dan mengantar mereka hingga ke depan wisma.

Wisma Shen Jian. Di depan pintu Wisma Shen Jian sudah banyak orang yang datang yang menyambutnya, tetapi Bai Tian Yu tidak masuk ke dalam wisma, dia tetap duduk di atas kudanya, dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.

Pengurus Xie dengan sopan tetap mengundangnya masuk tapi Bai Tian Yu menolaknya.

"Aku datang untuk bertarung dengan tuanmu, bukan untuk menjadi tamu,"' kata Bai Tian Yu. Sebuah kalimat itu membuat Pengurus Xie tidak bisa menjawab lagi, tapi dia sangat sabar,

sedikit pun tidak merasa marah. Dengan tersenyum dia berkata, "Tuan Muda Bai, Anda dan tuanku akan bertarung tidak seperti orang-orang desa yang berkelahi. Bertemu di jalan langsung mengayunkan senjata!" Pengurus Xie sambil tertawa berkata lagi, "Sopan santun tidak boleh dihilangkan, mengapa Tuan Muda Bai tidak masuk untuk duduk terlebih dahulu?"

"Apakah tuanmu tidak ada di rumah?" kedua mata Bai Tian Yu melihat ke arahnya.

Pengurus Xie ingin menjawab pertanyaan ini, tapi kelihatannya dia kesulitan mencari jawaban.

Akhirnya dia mengeluarkan kata-kata yang membuat orang tidak percaya. "Aku tidak tahu."

"Apa?" seru Bai Tian Yu dengan kaget, "kau tidak tahu?"

"Benar, aku memang tidak tahu," dengan perasaan bersalah Pengurus Xie mengangguk untuk menyakinkan, "tuanku sudah beberapa tahun seperti naga sakti dan bangau liar selalu tidak tentu keberadaannya, tidak ada seorang pun yang tahu di mana tuan sekarang ini."

Dia tertawa sambil menggelengkan kepalanya dan berkata lagi, "Kadang-kadang selama beberapa bulan aku tidak bertemu dengan tuan tapi mendadak dia sudah berada di rumah. Kadang-kadang dia tinggal di rumah selama 10 hari lebih, tapi dia tidak pernah bertemu dengan siapa pun."

"Apakah dia tahu kalau aku mencarinya untuk bertarung?"

"Mengenai hal ini beliau tahu," jawab Pengurus Xie, "sewaktu nona pulang dari Ji Nan, dia sudah bertemu dengan tuanku dan nona sudah menyampaikan pesan Tuan Muda Bai Tian Yu kepada beliau."

"Lalu apa reaksinya?"

"Tuan Muda sudah menolong nona, tuanku merasa sangat berterima kasih kepada Tuan. Dia mengatakan, jika sudah bertemu dengan Tuan Muda secara langsung, beliau pasti akan berterima kasih kepada Tuan."

"Kalau dia memang berniat ingin mengucapkan U-rima kasih seharusnya 10 hari yang lalu dia sudah datang ke kota Ji Nan," kata Bai Tian Yu, "waktu yang ditentukan sudah lewat dan dia tidak datang, berarti dia memang bermaksud ingin bertarung denganku..."

"Tuanku tidak berkata seperti itu."

"Mengenai pertarungan ini, bagaimana pendapat tuanmu?" "Beliau tidak mengatakan apa pun."

"Tidak mengatakan apa pun?" Bai Tian Yu merasa aneh.

"Pikiran tuanku sulit ditebak, jika beliau tidak mengatakannya maka kami pun tidak berani bertanya, "Pengurus Xie tertawa dan berkata lagi, "Tapi begitu tuanku mendengar titipan pesan dari Tuan Muda Bai, beliau sudah menitipkan pesan kepada kami."

"Itu kata-katanya atau kata-katamu?"

"Ini adalah kata-kataku," jawab Pengurus Xie, "aku pun akan menuruti kebiasaan tuanku, aku akan menebak-nebak."

"Kau bukan Xie Xiao Feng, kau tidak boleh mewakili dia menyampaikan sesuatu," dengan dingin Bai Tian Yu berkata, "jika hanya mengira-ngira, itu tidak termasuk kata-katanya. Jika semua itu bukan kata-katanya, berarti kau hanya membuka celana untuk kentut." 

Wajah Pengurus Xie sedikit berubah, di mana-mana dia selalu dihormat,. sekarang di depan orang banyak dia telah dihina. Benar-benar membuatnya merasa sangat malu. Tapi Pengurus Xie tetap Pengurus Xie, pengurus Wisma Shen Jian tidak seperti orang biasa. Begitu mulai marah, dia segera menggantinya dengan tertawa dan berkata, "Tuan Muda sangat pintar bercanda..."

"Aku tidak bercanda, membuka celana untuk kentut adalah suatu kelebihan, apalagi bisa kentut, itu lebih merupakan tambahan," kata Bai Tian Yu dengan sombong, "aku datang untuk bertarung dengan tuanmu, bukan untuk mendengar kau kentut."

Pengurus Xie memang Pengurus Xie, tapi dia tetap manusia, walaupun dia berusaha keras menahan penghinaan dari Bai Tian Yu, akhirnya setelah mendengar kata-kata Bai Tian Yu, dia marah juga. Dengan bergerak cepat dia naik ke atas perahu untuk menjemput tamu yang lain.

Bai Tian Yu tetap berada di atas kudanya, dengan nyaman dia memejamkan matanya.

Biasanya dia tidak akan bersikap begitu sombong dan menghina orang, mengapa sekarang dia bisa menjadi seperti itu?

Tidak ada seorang pun yang tahu, dalam hati dia sedang memikirkan apa pun tidak ada yang tahu. Mengapa dia bisa berubah menjadi seperti itu?

Orang yang dijemput oleh Pengurus Xie berdatangan lagi. Bai Tian Yu tetap berada di atas kudanya. Pengurus Xie tidak mau dihina lagi oleh Bai Tian Yu. Maka dia pun berpura-pura tidak melihat Bai Tian Yu.

Tapi kelima orang yang telah dijemput oleh Pengurus Xie melihat Bai Tian Yu. Mereka tidak tahan dengan kesombongan Bai Tian Yu. Mereka ingin bertanya kepadanya.

Yang pertama datang adalah murid E Mei Lin Ruo Ying bermama Yan Ying. Di dalam benak setiap orang, mereka pun tahu yang pertama bertanya kepada Bai Tian Yu pasti dia.

Karena di antara kelima orang itu, dialah paling muda. Tahun ini dia baru berusia 46 tahun, tapi dia sudah menduduki kursi tetua ilmu silat pedang.

Yang pasti ilmu silat pedangnya merupakan keturunan asli E Mei dan dia memimpin E Mei sehingga perkumpulan itu menjadi begitu teratur. Di antara kelima perkumpulan itu, E Mei lah yang paling menonjok dan juga paling maju.

Dengan langkah besar dia menghampiri Bai Tian Yu. Berdiri di hadapannya dan memberi hormat kepada Bai Tian Yu. Kelihatannya dia hanya menjalankan etika saja, apa yang harus dilakukan sebagai seorang tetua dia menjalankannya. Dia sama sekali tidak berniat seperti itu.

Jika Bai Tian Yu tidak membalas sapaannya, pasti tidak ada orang yang akan menyalahkannya bila dia menghajar Bai Tian Yu.

Tapi sikap dingin Bai Tian Yu membuat Lin Ruo Ying merasa tidak enak. Jika bukan karena menjaga kesopanan dan kedudukan tetua, sudah sejak tadi dia membunuh pemuda ini dengan pedangnya. Karena itu Lin Ruo Ying dengan dingin berkata, "Apakah Tuan adalah pemuda yang namanya baru terkenal itu? Yang memakai gelar Setan Pedang yang bernama Bai Tian Yu?"

Jika Bai Tian Yu hanya orang biasa, Lin Ruo Ying akan merasa harga dirinya turun. Karena kedudukan mereka tidak sama.

Orang itu sangat pintar, setiap kata-katanya mengandung makna lain, karena itu perkumpulan E Mei bisa berjaya di bawah pimpinannya, bukan terjadi secara begitu tiba-tiba.

Tapi hari ini orang yang dia temui adalah Bai Tian Yu. Bai Tian Yu benar-benar telah membuatnya kesal. Dia ingin mencari muka tapi Bai Tian Yu sengaja membuatnya malu.

"Aku adalah Bai Tian Yu," jawab Bai Tian Yu dengan dingin sambil melihat dia, "dan kau siapa?" Lin Ruo Ying hampir pingsan, "Aku adalah Lin Ruo Ying."

"Ternyata kau adalah Lin Ruo Ying!" ucap Bai Tian Yu sambil tertawa, "pada saat aku mulai berkelana di dunia persilatan, aku pun ingin pergi ke E Mei untuk mencarimu, tapi begitu mendengar namamu, aku langsung mengurungkan niatku."

"Mengapa?"

"Karena kau bukan laki-laki” jawab Bai Tian Yu, "karena namamu seperti nama perempuan, hanya perempuanlah yang dinamakan dengan nama Ying."

Orang yang berada di pinggir ingin tertawa tapi karena masing-masing mengkhawatirkan kedudukan mereka, maka mereka pun terpaksa menahan tawa.

Lin Ruo Ying sangat marah, hampir-hampir dia memuntahkan darah, "anak muda, kau terlalu sombong" teriak Lin Ruo Ying, "apakah kau mengira gelar Setan Pedang yang kau pakai tidak ada lawannya?"

"Aku tidak berani berkata seperti itu," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "karena aku belum bertarung dengan Xie Xiao Feng. Begitu aku berhasil mengalahkannya, aku baru akan mengumumkan."

"Bai Tian Yu, kau terlalu sombong. Di depan Wisma Shen Jian kau berani berkata gila."

Mulut Lin Ruo Ying sangat galak, tapi hatinya tetap menciut dan sedikit takut, karena Bai Tian Yu bisa dalam satu jurus menebas tangan suami istri Tie Yan. Itu bukan peristiwa yang gampang.

Bisa membuat tangan suami istri Tie Yan putus, sangat jarang dilakukan oleh siapa pun, paling- paling hanya ada dua orang.

Yang satu adalah Xie Xiao Feng, yang lainnya adalah orang yang mereka anggap sudah mati dan juga orang yang siang malam selalu ditakuti oleh mereka.

Walaupun mereka menganggap dia sudah mati dan mereka berharap dia mati, tapi sampai saat ini mereka belum pernah melihat jenasahnya, karena itu mereka tidak yakin kalau dia sudah mati, dan hati mereka tetap tidak bisa merasa tenang.

Walaupun orang itu tidak muncul tapi orang itu bisa datang membawa golok dan pedangnya.

Apalagi pedang itu sudah muncul?

Orang-orang datang untuk mencari tahu dari mana asal Bai Tian Yu? Dari siapa dia belajar jurus itu? Apa hubungan Bai Tian Yu dengan orang itu?

Yang terpenting adalah hal terakhir, jika mungkin lebih baik membunuh Bai Tian Yu kemudian memusnahkan pedangnya. Apakah mungkin mereka bisa melakukannya?

Begitu mereka mendapat kabar bahwa Bai Tian Yu sudah berada di Wisma Shen Jian, di wisma ternyata nda Xie Xiao Feng, dan hati mereka terasa lebih tenang walaupun di bawah ancaman pedang setan mereka tidak nkan begitu saja dibunuh.

Karena Xie Xiao Feng pernah mengatakan bahwa dia akan menjamin keamanan mereka. Tapi bagaimanapun juga jika pedang itu muncul lagi di dunia persilatan dan jurus itu kembali lagi muncul ke dunia persilatan. Mereka harus mencari tahu, jika tidak mereka akan terus merasa takut dan tidak bisa tidur dengan tenang.

Karena itu mereka tetap harus datang ke sana. Di antara kelima orang ini yang paling tidak tahu mengenai jurus pedang itu adalah Lin Ruo Ying. Karena sewaktu orang itu mengacau dunia persilatan dengan pedangnya, Lin Ruo Ying masih kecil.

Janji rahasia kelima perkumpulan pun baru dia ketahui setelah dia menjadi tetua. Dia hanya tahu kalau pedang itu begitu menakutkan tapi sampai di mana batas menakutkan, dia sendiri pun tidak tahu.

Kelihatannya keempat tetua itu tidak memberitahukan masalah ini kepadanya. Jika tidak, dia tidak akan berani berkata seperti itu kepada Bai Tian Yu,

"Cabut pedangmu!"

Di dunia persilatan kata-kata ini terdengar sangat biasa. Karena masalah kecil, akan terdengar kalimat seperti itu. Tapi kata-kata itu seharusnya tidak diucapkan kepada pemilik pedang itu.

Dulu banyak orang yang gampang melakukan kebodohan, orang-orang itu harus membayarnya dengan harga tinggi.

Yang pertama harus dikorbankan tentu saja nyawa mereka sendiri, karena itu tidak ada orang hidup yang memberitahu hal ini kepada yang lain agar jangan berbuat kesalahan itu.

Lin Ruo Ying adalah orang yang telah berbuat salah, tapi nasibnya masih lebih baik sedikit karena orang yang dia temui sekarang ini adalah Bai Tian Yu. Walaupun Bai Tian Yu memegang pedang orang itu, tapi dia tidak mewarisi sifat orang itu.

Dia senang mempermainkan orang, tapi dia tidak senang membunuh, karena itu walaupun Lin Ruo Ying sudah berkata seperti itu, dia tetap masih bisa berdiri dengan sempurna. Tidak terbelah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tapi Bai Tian Yu mulai timbul amarahnya. Dia turun dari kudanya, dengan dingin dia melihat Lin Ruo Ying. Bai Tian Yu berkata, "Tadi kau bicara apa?"

Melihat sorot mata yang begitu dingin, tanpa sadar Lin Ruo Ying mundur selangkah. Dia melihat teman-temannya, melihat sorot mata mereka, dia baru sadar dan menyesal.

Sikap keempat ketua perkumpulan lainnya sangat bermacam-macam, ada yang suka, ada yang senang, bahkan ada juga yang merasa takut.

Mereka merasa senang karena bisa melihat jurus pedang itu lagi, padahal yang mereka takutkan juga jurus pedang itu.

Pedang adalah benda mati, yang menakutkan adalah orang yang memakai pedang itu. Apakah pedang di tangan Bai Tian Yu pun akan menjadi begitu menakutkan?

Walaupun Bai Tian Yu dengan satu jurus bisa menebas tangan suami istri Tie Yan tapi itu hanya omongan orang saja. Mereka tidak melihat dengan mata kepala mereka sendiri.

Sekalipun gosip itu bisa dipercaya, tapi hati mereka pasti memikirkan hal lain. Karena mereka pernah melihat orang itu, termasuk golok dan pedangnya.

Mereka ingin mencoba kekuatan pedang itu tetapi tidak ada orang yang berani untuk memulainya dulu.

Sekarang sudah ada seseorang yang melakukannya. Orang ini adalah Lin Ruo Ying, karena itu mereka merasa sangat senang.

Sesudah Lin Ruo Ying melihat sorot mata teman-temannya, tiba-tiba dia mengerti mengapa sepanjang jalan mereka jarang membicarakan kelihaian pedang Bai Tian Yu, mereka hanya ingin dia terlihat seperti orang bodoh.

Walaupun Lin Ruo Ying telah melakukan suatu kebodohan, tapi dia bukan orang bodoh. Segera dia menguasai emosinya, pelan-pelan dia berkata, "Maksudku adalah aku menyuruhmu mencabut pedang supaya bisa diperlihatkan kepada orang- orang yang berada di sini, apakah pedang itu adalah pedang setan?"

Bai Tian Yu tertawa dan berkata, "Jika kalian hanya ingin tahu apakah pedang ini adalah Xiao Lou Yi Yie Ting Chun Yu, aku akan beritahu kepada kalian, pedang ini memang benar pedang yang terukir 7 kata itu."

"Itu masih belum bisa membuktikan apa pun," kata Lin Ruo Ying sambil tertawa dingin, "semua orang bisa membuat pedang itu dan mengukirnya dengan 7 kata itu."

"Benar, benar, ini sangat masuk akal," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "kau benar-benar berbakat, pantas kau bisa menjadi Tetua E Mei. Walaupun pedang ini tidak bisa membuktikan apa pun, tapi aku akan mencabut pedang ini untuk memperlihatkannya kepadamu, bagaimana?"

Sekali lagi Lin Ruo Ying disindir, tapi kali ini dia . lebih pintar, tidak seperti tadi hanya bisa marah-marah. Dia hanya tertawa dan berkata, "Jika begitu aku harus bertanya kepada mereka karena merekalah yang pernah melihat pedang ini dan mereka pun pernah dirugikan oleh pedang ini."

Dia menunjuk keempat orang itu dan juga menimpakan semua bahaya ini kepada mreka berempat.

Mereka berempat sangat kaget, mereka tidak menyangka kalau Lin Ruo Ying akan berbuat seperti itu karena itu sorot mata mereka terus melihat ke arah Lin Ruo Ying.

—Sorot mata mereka seperti kepalan tangan, mereka sangat ingin menghajar wajah Lin Ruo Ying dengan kepalan tangan mereka.

Walaupun sorot mata mereka terlihat sangat mengancam, tapi itu tetap bukan kepalan tangan, karena itu wajah Lin Ruo Ying tetap tidak rusak. Tapi perhatian Bai Tian Yu sudah beralih kepada mereka berempat.

Bai Tian Yu melihat mereka, kemudian tertawa dan berkata, "Pantas orang-orang memperhatikan pedangku ternyata pedangku dulu begitu terkenal. Tapi aku tidak tahu apakah kalian berempat juga terkenal di dunia persilatan?"

Segera Lin Ruo Ying bertanya, "Apakah kau tidak mengenal mereka?"

"Aku tidak mengenal mereka," jawab Bai Tian Yu, "aku baru terjun ke dunia persilatan dan belum mengenal banyak orang. jika bukan karena ingin bertarung denganmu, aku tidak akan mencari tahu siapa kau."

Lin Ruo Ying hampir muntah darah lagi tapi dia berusaha menahan diri. Lin Ruo Ying tertawa dan berkata, "Mereka berempat adalah orang terkenal. Jika kau tidak mengenal mereka, kau tidak cukup memenuhi syarat untuk menjadi orang persilatan."

'Tidak perlu kau teruskan," kata Bai Tian Yu sambil tersenyum, "aku tidak ingin mengenal mereka karena aku tidak ingin menjadi orang persilatan!"

Kalimat ini membuat semua orang di sana menjadi terkejut. Lin Ruo Ying dengan kaget bertanya, "Kau tidak ingin menjadi orang persilatan?"

"Benar!" jawab Bai Tian Yu sambil mengangguk, "aku tidak kenal dengan orang dunia persilatan, tapi yang kukenal adalah orang-orang yang takut mati dan sangat licik."

Bai Tian Yu melihat keempat ketua perkumpulan itu. Dia berkata, "Satu orang saja sudah seperti itu, sepuluh orang pun pasti seperti itu. Semakin ternama maka mereka akan semangkin berbuat begitu. Jika mereka berempat sangat terkenal lebih baik aku tidak mengenal mereka."

Kata-kata Bai Tian Yu ini sangat tepat mengenai sasaran, apalagi terhadap lima orang tetua ini. Wajah mereka mulai terlihat marah, dan mereka sudah ingin bertarung dengan Bai Tian Yu.

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari dalam, kemudian terdengar suara tawa yang jernih. "Benar, kata-katamu sangat tepat, kau lebih berani dari ayahku, ayahku hanya berani bicara di belakang mereka, tapi kau secara blak-blakan bicara di depan mereka, aku kagum kepadamu."

Begitu kata-katanya keluar, tampak seorang nona cantik keluar dari dalam wisma, kemunculannya membuat mata orang-orang di sana menjadi bercahaya.

Dengan munculnya seseorang dari Wisma Shen Jian dan berkata seperti itu hanya Nona Xie lah yang bisa melakukannya, dia adalah putri Xie Xiao Feng—Xie Xiao Yu.

Tapi mereka sulit mempercayai Xie Xiao Yu bahwa dia adalah gadis yang muncul di Shui Ye Lou.

Sekarang tiba-tiba saja dia terlihat dewasa, baju yang dikenakannya sangat pas membungkus tubuhnya yang molek, lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas. Dan mengeluarkan daya tarik yang menggoda para laki-laki di sana.

Bai Tian Yu adalah laki-laki yang bisa menahan diri, tapi begitu melihat tawa Xie Xiao Yu yang begitu menarik, membuat jantung Bai Tian Yu berdetak lebih kencang lagi.

Tapi jangan menyalahkannya, karena ada dua orang yang berdiri di hadapannya, satu adalah biksu dan satunya lagi adalah pendeta. Biksu Qi Hen adalah Tetua Shao Lin. Pendeta Zi Yang adalah Tetua Wu Dang, walaupun mereka sudah tua tapi mereka sudah terlatih untuk tidak tertarik kepada perempuan.

Tapi, setelah melihat Xie Xiao Yu mata mereka tetap membelalak dengan besar.

Xie Xiao Yu tertawa dengan manis kepada kelima tetua itu, dia berkata, "Maaf kepada Tuan berlima, kata-kata ini bukan aku yang mengucapkannya, tapi ayahku yang bicara seperti itu," kata Xie Xiao Yu sambil tertawa.

"Kata-kata ayahku dengan kata-kata Kakak Bai, walaupun susunan kalimatnya tidak sama tapi maknanya tetap sama, karena itu bila Tuan ingin marah, marahlah kepada ayahku."

Begitu mendengar penjelasan Xie Xiao Yu, walaupun mereka marah tapi mereka tidak berani untuk menumpahkan semua kemarahannya kepada Xie Xiao Yu, Biksu Qi Hen maju selangkah dan bertanya, "Apakah Pendekar Xie berada di rumah?"

"Ayahku baru keluar dari perpustakaan, dan ayah langsung berkata seperti itu," jawab Xie Xiao Yu sambil tersenyum, "terhadap kalian ayahku tidak memiliki penilaian yang bagus. Maaf, maaf, aku tidak bisa mempersilakan kalian masuk."

Kata-kata apakah ini?

Kata-kata ini sudah membuat kelima orang yang terkenal itu hampir muntah darah, tapi Xie Xiao Yu tidak mau tahu, sambil tertawa dia bertanya kepada Bai Tian Yu, "Kakak Bai, mengapa kau begitu sungkan? Mengapa tidak masuk saja ke dalam?"

"Nona Xie, aku datang ke sini karena ingin bertarung dengan ayahmu."

"Aku sudah memberitahukan hal ini kepada ayahku," Xie Xiao Yu tertawa, "ayah sedang memikirkan dengan cara apa menghadapimu., tapi itu adalah urusan kalian, tapi kau adalah penolongku, bagaimanapun juga aku harus berterima kasih kepadamu, yang lainnya adalah urusan kedua." Dia menarik tangan Bai Tian Yu dan berkata, "Ayo, kita masuk!"

"Aku "

"Masalah ada yang datang dari awal ada yang datang pada akhirnya, kau menolongku terlebih dulu kemudian baru berniat bertarung dengan ayahku karena itu kau harus menerima undanganku. Biarkan aku membayar hutang budi ini," kata Xie Xiao Yu.

"Jadi sewaktu kau dan ayahku bertarung, ayahku tidak perlu berpikir terhadap budimu yang belum dibalas, sehingga dia akan ragu-ragu menghadapimu. Apakah pendapatku ini benar?"

Kata-kata yang keluar dari mulut seorang nona cantik biasanya adalah kata-kata sebenarnya, apalagi kata-kata yang diucapkan olehnya tidak ada yang salah. Terpaksa Bai Tian Yu ikut dengan Xie Xiao Yu masuk, karena tangannya sudah ditarik oleh Xie Xiao Yu. Tapi baru saja beberapa langkah dia berjalan, dia langsung melepaskan pegangan Xie Xiao Yu.

”Tunggu, masih ada satu hal yang harus kusampaikan."

Dia membalikkan badannya dari berjalan ke arah Lhi Ruo Ying lalu dia berkata "Bukankah tadi kau menginginkanku mencabut pedang untuk diperlihatkan kepada semua orang, apakah benar? ” Bai TianYu melihat Lin Ruo Ying.

"Aku tidak senang membunuh orang dan lebih tidak senang bila orang lain berkata seperti itu kepadaku, aku sudah melihatmu tapi kau tetap ngotot ingin melihat pedangku, berarti kau hanya peduli dengan pedangku, dan tidak peduli dengan diriku, apakah ini benar?"

Lin Ruo Ying mundur selangkah.

"Baiklah, sekarang aku akan memperlihatkan pedangku!" kata Bai Tian Yu dengan dingin, "tapi pedangku tidak akan keluar dengan kosong dari sarungnya, lebih baik kau cabut pedangmu!"

Wajah Lin Ruo Ying langsung memucat seperti orang mati, entah apa yang harus dia katakan kepada Bai Tian Yu.

Melihat reaksi Lin Ruo Ying seperti itu, Bai Tian Yu menghela nafas, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Paling-paling kau hanya akan mati, mengapa harus ketakutan seperti itu?" kata Bai Tian Yu lagi, "kalau kau takut mengapa tadi kau bersikap seperti seorang pahlawan?"

Lin Ruo Ying memang sangat ketakutan, tapi dia adalah seorang tetua, dia tidak boleh bersikap ketakutan.

Terdengar suara TANG, TANG, dia mencabut pedangnya, lalu berkata, "Jangan sembarangan bicara, siapa yang takut kepadamu?"

—Sewaktu seseorang mengaku tidak takut, pasti saat itu adalah saat dia benar-benar sedang ketakutan.

Tapi sekarang tidak ada seorang pun yang menertawakannya karena' yang lainnya pun saat itu sedang ketakutan.

Bai Tian Yu masih berdiri di sana, tangannya seperti tidak bergerak, tapi juga seperti sedang digerakkan.

Sebenarnya apakah tadi dia sudah bergerak?

Tidak ada seorang pun yang melihatnya, semua hanya melihat ada cahaya melengkung yang lewat, bentuknya melengkung seperti bulan sabit.

Kemudian pedang Lin Ruo Ying pun berubah, berubah dari satu menjadi dua, seperti pedang yang terbuat dari bambu, terus terbelah oleh senjata tajam, dari ujung pedang hingga ke pangkal pedang, terpotong dengan rata dan rapi, pedang itu terbelah menjadi dua, ke sebelah kiri dan kanan.

Lin Ruo Ying merasa kaget hingga terpana. "Kelak kau jangan sembarangan lagi menyuruhku mencabut pedang," kata Bai Tian Yu, "kalau kau ingin mengatakannya maka kau harus mempertimbangkan dulu kekuatanmu sendiri."

Dia menolehkan kepalanya dan berkata kepada mereka berempat, "Kalian pun sama!" Setelah itu seperti awan dia berlalu mengikuti Xie Xiao Yu masuk ke dalam wisma.

-ooodwooo-

BAB 7 

Usia seorang perempuan

Kebanyakan orang yang berada di seberang sana terhalang oleh sungai, di depan pintu Wisma Shen Jian pun banyak orang yang berkerumun, mereka semua merasa terkejut.

Mereka terkejut seperti Lin Ruo Ying.

Mereka melihat pedang itu, sebuah pedang biasa, tidak ada sesuatu yang istimewa.

Tidak ada seorang pun yang melihat Bai Tian Yu mengeluarkan jurus di dalam gerakan tadi,  bila hanya mematahkan senjata milik orang lain itu sangat biasa, apalagi bisa mematahkan pedang milik orang lain itu lebih biasa lagi.

Tapi pedang Lin Ruo Ying bukan pedang biasa yang hanya terbuat dari besi, pedang milik Lin Ruo Ying sangat terkenal dan sudah diturunkan selama beberapa generasi, pedang itu selalu dipegang oleh tetua perkumpulan itu. Walaupun pedang itu tidak memiliki ukiran. Pedang ada, orang orang pun hidup, pedang patah maka orang harus mati, kata-kata tadi sudah dipahami selama beberapa generasi, memang sudah ada berarti seperti itu.

Sekarang pedang itu sudah rusak, pedang itu rusak karena pedang setan, seperti tidak bisa dilakukan oleh tenaga manusia. Seseorang bisa membuat pedang, dengan memasukkan batang pedang ke dalam bara api untuk dibuat sebuah pedang baru, tidak gampang mempertahankan pedang yang telah dibuatnya. Tapi Bai Tian Yu bisa melakukan hal itu.

Akhirnya Lin Ruo Ying tersadar juga dari rasa terkejutnya, dia melihat pedangnya yang patah, dia menghela nafas dan berkata, "Sekarang aku baru tahu, mengapa kalian ketakutan seperti itu, akhirnya aku pun bisa melihat jurus itu."

”Tuan, apakah kau melihat dengan jelas bagaimana jurusnya?" tanya Biksu Qi Gen.

”Tidak," Lin Ruo Ying menggelengkan kepalanya, "pertama aku hanya melihat pedangnya, tidak terlihat sosoknya, begitu sosoknya terlihat, pedang sudah tidak berada di tanganku lagi."

Kemudian dia menjelaskan lebih terperinci, "Pedang adalah pedang, orang adalah orang, pedang dan orang tidak ada hubungannya."

Orang-orang yang berada di sana merasa terkejut, Pendeta Zi Yang bertanya, "Tuan Lin, benarkah Tuan mempunyai perasaan seperti itu?"

"Kalian pun pernah merasakan hal seperti ini, mengapa sekarang bertanya lagi kepadaku?" "Bukan begitu, Tuan Lin," kata Biksu Qi Gen sambil menarik nafas, "aku dan teman-teman yang

lain, pada saat itu memiliki perasaan yang lebih aneh lagi, pedang belum sampai di tubuh tapi

sudah terasa hawa yang mengalir dari pedang itu dan terasa menikam ketubuh kita, badan seperti diiris-iris, untung kami ditolong oleh Pendekar Xie."

Dia menggelengkan kepalanya dan berkata lagi, "Kalau tidak kami berempat dan gurumu sudah mati terbelah menjadi 10 bagian, itu benar-benar pedang setan."

"Benar, awalnya pedang itu terlihat tidak berbeda dengan pedang biasa tapi begitu pedang dipegang oleh tuannya dan dia mengeluarkan jurus, dan jurusnya adalah jurus setan itu, maka pedang itu mengeluarkan hawa yang misterius, membuat orang merasa kebingungan."

"Tapi aku tidak merasakan apa-apa tadi, dan juga aku tidak melihat ada sesuatu yang aneh," kata Lin Ruo Ying, "aku hanya melihat pedang itu mendekatiku, kemudian sosok itu lah yang mendekatiku, dan dia sudah berdiri di depanku."

Dia melihat Pendeta Zi Yang dan berkata, "Soal bagaimana pedangku bisa terbelah menjadi dua, aku sama sekali tidak tahu, dan tidak ada perasaan aneh, mungkin ilmu pedang milik Bai Tian Yu belum setinggi orang itu, mungkin juga dia tidak begitu menakutkan." ”Tidak, Tuan salah memandangnya," Biksu Qi Gen menggelengkan kepalanya, "ilmu silat Bai Tian Yu lebih tinggi dari orang itu dan juga lebih menakutkan, karena dia bisa menguasai pedang itu bukan pedang itu yang menguasainya."

Apa yang dimaksud dengan arti dikuasai pedang? Pedang adalah orang, orang adalah pedang, pedang dan orang tidak dapat dipisahkan, pedang bisa merasakan hawa membunuh dari orang yang memegangnya, jika orang bisa menggunakan hawa pedang, maka orang akan menjadi budak pedang dan pedang akan menjadi jiwa orang itu.

Pedang adalah alat kejahatan, pedang adalah alat kejahatan yang paling jahat.

Pedang adalah aku, aku adalah aku. Pedang adalah tangan yang dipanjangkan, juga benda yang bisa menyampaikan isi hati karena itu bila aku ingin menghancurkan benda apa pun dan akan dihancurkan sampai pada kekuatan tertentu, pedang bisa melakukannya.

Orang adalah jiwa pedang, pedang adalah budak orang. Kedua pemikiran ini mewakili dua keadaan.

Yang mana yang lebih menguasai, siapa pun bisa melihatnya, hanya satu yang tidak mudah untuk diketahui yaitu hubungan antara orang dan pedang, hubungan mereka sangat dekat.

Pedang adalah alat kejahatan. Walaupun orang itu tidak jahat tapi dia tetap membuat orang menjadi terpengaruh.

Walaupun pedang adalah benda mati, tapi dia tetap bisa mempengaruhi orang yang memegangnya. Pengaruh ini kadang-kadang akan menjadi sebuah perasaan yang nyata. Seperti besi yang dibakar merah, bila kita mendekati besi ini maka kita akan merasakan panasnya besi itu. Besi itu jika dipegang kulit tangan akan terbakar hingga kulit lepas dan tangan menjadi hangus.

Chun Yu adalah setan dalam pedang dan pedang setan mempunyai sifat setan. Siapa yang memilikinya, maka orang itu akan merasakan sifat setan Chun Yu dan dia pun akan terbawa oleh sifat setan itu.

Kecuali orang bijak dan pintar lak yang bisa menguasai dirinya. Kecuali orang yang memang bisa menguasai dirinya.

Setiap wajah orang-orang di sana terlihat ketakutan. Ketakutan mereka sangat beralasan.

Menurut cerita Lin Ruo Ying, keahlian Bai Tian Yu sudah mencapai titik di mana pedang bisa dikuasai orang, berarti di dunia ini tidak ada orang yang bisa mengalahkan dia lagi.

Biksu Qi Gen terdiam sebentar, tiba-tiba dia bertanya kepada Pengurus Xie, "Tuan Xie, menurutmu apakah pedang sakti milik Tuan Muda Ketiga bisa mengalahkan pedang Bai Tian Yu?"

"Jika sepuluh tahun yang silam, aku pasti akan menjawab Bai Tian Yu bisa mengalahkan tuanku," kata Tuan Xie, "tapi selama 10 tahun ini ilmu silat tuanku sudah maju pesat karena itu aku hanya bisa mengatakan tidak tahu."

Kata-kata ini adalah kata-kata yang tidak berguna. Sebuah kalimat membuat orang menjadi kebingungan tapi juga memberi sedikit penjelasan bagaimana keadaan Xie Xiao Feng sekarang.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui keadaannya sekarang ini . Sepuluh tahun yang lalu semua orang pasti mengetahui bagaimana keadaannya.

Keberhasilan Xie Xiao Feng dalam ilmu pedang sudah mencapai pada tahap yang mengejutkan, tapi Pengurus Xie masih mengatakan bahwa kekuatan Xie Xiao Feng tidak sekuat Bai Tian Yu sekarang.

Sewaktu dalam perjalanan ke Wisma Shen Jian, kelima tetua datang dengan sikap sangat sombong dan mereka naik perahu Xie layaknya seperti tamu agung yang dijemput untuk datang ke wisma. Tapi pada saat meninggalkan Wisma Shen Jian, keadaan mereka malah sangat memalukan.

Walaupun mereka naik perahu mewah tadi dan tetap ditemani oleh Pengurus Xie tapi orang- orang yang menyambut mereka sudah pergi dari sana, mereka pergi sebelum kelima tetua itu naik perahu.

Artinya sudah sangat jelas, orang-orang itu datang bukan untuk menyambut mereka,  melainkan hanya secara kebetulan bertemu saja.

Ini membuat wajah mereka yang tadinya terlihat tidak bersemangat sekarang ditambah lagi dengan perasaan malu, apalagi sewaktu perahu tiba di seberang sungai, mereka melihat sorot mata orang-orang persilatan yang tampak tidak antusias, mereka lebih merasa malu.

Walaupun mereka di Wisma Shen Jian telah dihina tapi di antara orang-orang dunia persilatan kedudukan mereka tinggi dan suci.

Karena itu tidak ada orang yang berani mendekati mereka dan bertanya apa yang telah terjadi di sana. Orang-orang di sana sangat ingin mengetahui bagaimana pertarungan antara Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng?

Untung ada Pengurus Xie yang mengantar mereka. Di dunia persilatan Pengurus Xie terkenal dengan keramahannya dan dia sangat disukai oleh orang-orang.

Karena itu segera ada orang yang mendekatinya dan bertanya mengenai keadaan di sana.

Walaupun Pengurus Xie sangat ramah tapi orang yang bisa mengobrol dengannya, paling sedikit orang itu memiliki sedikit nama di sunia persilatan.

Ada seorang yang bernama Chen Zhuo Ying, dia adalah ketua kantor Biao. Dia memiliki sedikit nama.

Kecuah hal itu, di antara mereka terjalin persahabatan, pernah suatu waktu Pengurus Xie lewat kantor Biao Chen Zhuo Ying, dan mereka bertemu di dalam kantor Biao.

Karena itu Chen Zhuo Ying lah yang mendekati Pengurus Xie. Pengurus Xie sudah melihatnya, tidak perlu Chen Zhuo Ying yang bertanya dulu Pengurus Xie langsung berkata, "Kakak Zhuo Ying, kau sudah datang mengapa tidak memberitahuku terlebih dulu, aku benar-benar minta maaf."

Di depan orang-orang Pengurus Xie langsung menyapanya, hal ini benar-benar membuat Tuan Chen menjadi terharu. Karena begitu Pengurus Xie menyapanya, hal ini membuat kedudukannya di mata orang-orang di sana segera menjadi tinggi.

Dia sudah mengambil keputusan kalau-kalau Pengurus Xie menyuruhnya mati, dia tidak akan ragu untuk segera menjalankannya.

—Itulah akibat sifat ksatria yang dimiliki orang dunia persilatan, mereka hanya mengenal orang-orang tertentu.

Karena itu sewaktu Chen Zhuo Ying tidak bisa menjawab kata-kata Pengurus Xie, Pengurus Xie segera berkata lagi, "Kalau Kakak Zhuo Ying datang untuk melihat pertarungan antara tuanku dan Bai Tian Yu, mungkin Kakak akan kecewa karena pertarungan ini tidak akan pernah terjadi."

"Mengapa?"

"Karena Tuan Bai sudah berteman dengan nona kami dan mereka saat ini sedang mengobrol." "Jadi masalah pertarungan itu bagaimana?"

"Tidak tahu karena mereka tidak mengatakannya," jawab Pengurus Xie sambil tertawa, "tapi kalau Tuan Bai benar-benar telah menjadi teman nona, dia akan merasa malu bila dia mencari tuan besar untuk bertarung."

Pengurus Xie tidak memberi tahu tentang pertarungan antara Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng, dia hanya menebak-nebak sendiri. Sebenarnya itu bukan jawaban melainkan hanya tebakan Tuan Xie sendiri. Tebakannya mendekati jawaban sebenarnya karena Tuan Xie adalah pengurus Wisma Shen Jian.

Karena jika dia tidak merasa yakin atau hanya ragu-ragu, Tuan Xie tidak akan sembarangan bicara.

Karena itu tebakannya bisa dikatakan sebagai sebuah jawaban.

Begitu mendengar kata-kata Tuan Xie, di antara kerumunan orang banyak itu ada yang menarik nafas, seperti menyayangkan dan juga yang seperti merasa senang. Mereka jauh-jauh datang ke sini untuk melihat keramaian, mereka pun ingin tahu hasilnya. Entah itu siapa yang menang atau kalah itu tidak menjadi masalah.

Xie Xiao Feng seperti dewa di hati mereka dan seorang pesilat pedang yang memiliki jurus pedang tidak terkalahkan, merupakan suatu sanjungan kehormatan, karena itu tidak ada yang berharap kalau dewa mereka posisinya akan tergeser.

Bai Tian Yu pun dikagumi oleh sebagian orang. Apalagi bagi anak muda dan para gadis, pamornya baru dirasakan dan caranya mengerjakan sesuatu pekerjaan dikerjakan dengan penuh romantis, dia pun mendobrak semua aturan kuno orang ternama, membuat generasi anak muda merasa kagum kepadanya.

Karena itu mereka tidak ingin Bai Tian Yu dikalahkan oleh Xie Xiao Feng. Walaupun  pertarungan itu kurang seru tapi tetap membuat semua orang di sana senang dan mereka dengan puas meninggalkan tempat itu.

-ooodwooo-

Sebuah bambu kecil mengikat sebuah' payung yang terbuat dari kertas. Bambu itu ditancapkan di atas pasir untuk menahan hujan gerimis.

Pak tua yang memainkan alat musik 3 senar itu tetap bermain alat musiknya sambil menghadap laut yang luas.

Suaranya terdengar kuno, rendah, dan sedih, suara itu keluar dari sela-sela jari pak tua.

Hujan kecil tidak membasahi baju pak tua itu tapi mengguyur seorang perempuan dengan sosok tinggi kecil yang berada di sisi pak tua.

Dengan sorot mata lembut dia melihat orang tua itu, juga dengan tenang mendengarkan suara musik yang sedih itu.

"Apakah kelima perkumpulan itu sudah berkumpul lagi?" tiba-tiba pak tua itu bertanya.

"Benar!" jawab perempuan itu dengan ringan, "karena puisi yang terdapat di atas pedang Bai Tian Yu."

"Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu," pak tua itu pelan-pelan membacanya. "Menurutmu apakah Bai Tian Yu bisa mengalahkan Xie Xiao Feng?"

”Tidak akan bisa!" jawab pak tua, "karena pedang sakti Xie Xiao Feng sudah terkenal di mana- mana, dan bukan didapat secara gampang. Itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun, sekarang dia jarang keluar dari rumahnya, dia terus memperdalam ilmu pedangnya. Jurus pedangnya sudah mencapai tarap yang tidak ada tandingannya lagi."

"Artinya kalau mereka bertarung, maka Bai Tian Yu pasti kalah?" "Belum tentu juga."

"Oh ya?"

"Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng adalah orang-orang aneh. Apa yang akan mereka lakukan, tidak ada seorang pun yang bisa menebaknya." Lanjut pak tua itu lagi, "Walau bagaimana di antara mereka berdua siapa yang akan kalah atau siapa yang akan menang, semua ini tidak akan mengganggu rencana kita."

"Ren Piao Ling tidak akan ikut,” kata perempuan itu, "dia masih ada di kota Ji Nan Itu memang harapanku," kata pak tua itu sambil tertawa dingin, "jika dalam sandiwara ini ada dia, maka sandiwara ini tidak akan bisa diteruskan lagi."

"Mengapa?"

Pak tua tertawa dan menjawab, "Rahasia ini tidak bisa dijelaskan dengan sepatah atau dua patah kata. Mungkin nanti pun kau akan mengerti."

Akhirnya pak tua itu membalikkan kepalanya dan melihatnya lalu berkata lagi, "Kau harus pulang. Kau pasti akan mendapatkan peran dalam rencana ini."

'Baiklah."

Suara alat musik terdengar lagi, orang tua itu tenggelam di dunianya yang sedih. Perempuan itu masih tetap memandangi orang tua itu dengan lembut, kemudian seperti terpaksa dia meninggalkan tempat itu.

-ooodwooo-

”Tuan Muda Bai dengan nona kami sudah menjadi teman baik."

Ini adalah kata-kata Tuan Xie sebagai pengurus Wisma Shen Jian. Tidak ada yang berani membantahnya. Sekalipun itu 5 tetua dari 5 perkumpulan yang tadi telah dihina oleh Bai Tian Yu, mereka pun mengakui bahwa semua ini adalah benar.

Mereka melihat dengan mata dan kepala sendiri kalau Nona Xie menarik tangan Bai Tian Yu dan kemudian bersama-sama masuk ke dalam wisma. Mereka seperti sudah dekat hubungannya.

Bagaimana keadaan sebenarnya?

Sepertinya tidak seperti yang dipikirkan oleh semua orang..

-ooodwooo-

Xie Xiao Yu adalah gadis yang sangat cantik. Bila para laki-laki sudah melibat tawanya, maka akan sulit untuk menolak semua permintaannya.

Jika berpegangan tangan dengannya kemudian berjalan beriringan walaupun di depan mereka adalah mulut gunung berapi, laki-laki itu pun tidak akan mengerutkan dahi bila dia diperintahkan untuk meloncat ke dalam sana.

Bagaimana dengan Bai Tian Yu? Apakah dia juga tidak bisa menolak permintaan Xie Xiao Yu. apakah dia pun akan meloncat dan tidak akan sempat mengerutkan dahi?

Sewaktu pelayan datang untuk mengantarkan arak dan sayur, mereka sudah minum pada cangkir ketiga. Mata Xie Xiao Yu mulai bermain-main, dia mulai mengeluarkan daya tariknya sebagai seorang perempuan. Tapi Bai Tian Yu malah merasa tidak senang.

Xie Xiao Yu menyuruh pelayan-pelayannya keluar. Dia menuangkan cangkir keempat untuk Bai Tian Yu. Kemudian dia mendekatkan badannya dan menjatuhkan diri ke dada Bai Tian Yu. Tawanya terdengar seperti lonceng dan berkata, "Mari kita minum lagi!"

Dulu mungkin saja arak itu beracun dan tidak ada orang yang bisa menolak untuk minum, tapi Bai Tian Yu dengan dingin mendorong badan Xie Xiao Yu dan dengan dingin mendorong arak itu.

"Tiga cangkir arak tadi hanya sekedar sopan santu dalam bertamu," kata Bai Tian Yu, "jika minum cangkir keempat itu sudah berlebihan." Xie Xiao Yu terpaku, untuk pertama kalinya dia didorong dari tubuh seseorang dan laki-laki pula.

Semenjak dia tinggal di Wisma Shen Jian, tidak terhitung sudah berapa orang pendekar muda yang berkunjung ke Wisma Shen Jian untuk melihat kecantikannya. Kadang-kadang mereka berebut ingin memungut sapu tangan Xie Xiao Yu yang terjatuh, hingga dua orang laki-laki bisa mencabut pedang mereka untuk bertarung. Tapi sekarang dia malah didorong, benar-benar membuatnya malu tapi juga membuatnya timbul suatu perasaan aneh.

—Apakah perempuan selalu menyukai hal-hal baru?

Laki-laki ini bisa menolak pesona kecantikannya, maka dia harus menaklukkan Bai Tian Yu karena itu Xie Xiao Yu segera tertawa dan berkata, "Kakak Bai, masa sedikit pun kau tidak mau menerima kebaikanku?'

"Di antara kita tidak ada persahabatan sedalam itu," Bai Tian Yu sama sekali tidak mempunyai perasaan pada saat bicara,, "aku belum pernah karena melihat perasaan orang lalu minum banyak."

Kata-kata Bai Tian Yu sama sekali tidak ada perasaan, kata-katanya seperti tamparan di wajah Xie Xiao Yu, hal ini membuat tawanya menjadi beku. Dia belum pernah dihina hingga sedemikian rupa, karena itu mata Xie Xiao Yu langsung memerah. Air mata hampir menetes, dengan sorot mata minta dikasihani dia melihat Bai Tian Yu.

Sikapnya begitu manja sekalipun orang itu mempunyai hati laksana besi lama-kelamaan hatinya pasti bisa meleleh.

Tapi Bai Tian Yu bukan orang yang memiliki hati yang terbuat dari besi. Hatinya lebih keras dari besi, karena itu melihat sikap Xie Xiao Yu seperti itu dia malah tambah benci.

"Nona Xie, jika kau ingin dengan kecantikan dan kegenitanmu menarikku, umurmu masih terlalu kecil. Tapi jika kau menangis dan berteriak, umurmu sudah tidak pantas," kata Bai Tian Yu, "seorang perempuan akan dibenci orang bila dia melakukan hal yang tidak sesuai dengan umurnya."

Air mata Xie Xiao Yu yang tadinya akan menetes, tapi begitu dia mendengar kalimat Bai Tian  Yu dengan cepat dia menghapusnya dengan lengan baju. Dia tertawa dan berkata, "Kakak Bai, kau benar-benar senang bergurau."

Sikap Xie Xiao Yu sangat cepat berubah, Bai Tian Yu malah merasa aneh.

Seseorang bila kelakuannya bisa begitu cepat berubah, apalagi bila dia adalah seorang perempuan, itu membutuhkan waktu latihan selama puluhan tahun, untuk berkecimpung di dunia persilatan yang penuh dengan resiko.

Bai Tian Yu berusaha mendalami sikap Xie Xiao Yu. Wajah Xie Xiao Yu tidak memperlihatkan sedikitpun kemarahan atau kejengkelan.

"Kakak Bai, kau benar-benar senang bergurau."

Kata-kata ini adalah kata-kata yang kedengarannya sangat biasa, tapi jika diucapkan oleh orang yang jarang malang melintang di dunia hiburan, di dalam keadaan yang begitu terdesak, dia tidak akan bisa merobah begitu cepat seperti ini.

Pada saat keadaan terhina dan terjepit, dengan dengan sebuah kalimat itu dia berhasil mengatasi perasaan yang sebenarnya, ini sudah bukan hal yang mudah, tapi ini sudah termasuk ke dalam sebuah seni.

Bai Tian Yu melihatnya dan bertanya, "Berapa tahun usiamu?"

"Di dunia ini kalimat yang paling tidak boleh ditanyakan kepada seorang wanita adalah menanyakan usianya," Xie Xiao Yu tertawa dan berkata lagi, "pada saat masih muda wanita mengharapkan dia bisa lebih tampak dewasa, maka setiap kali dia menyebutkan umurnya, dia selalu menambahkan 1-2 tahun. Tapi begitu dia sudah dewasa, dia malah takut kalau dia cepat tua, karena itu sewaktu dia menyebutkan umurnya dia pasti akan mengurangi umurnya 1-2 tahun."

Dia melihat Bai Tian Yu, kemudian berkata, "Bila dia benar-benar sudah tua, maka umurnya pun akan dikurangi lebih banyak, akhirnya dia sendiri menjadi kebingungan dengan usia sebenarnya."

"Tapi pasti ada umur yang dianggapnya cocok dan cukup memuaskan."

"Itu pasti karena kebanyakan perempuan hidup di antara usia 19-21 tahun, sebelumnya adalah satu tahun tambah 2 tahun, sesudah itu tahun ini ditambah 1 tahun, tahun depan dikurang 1 tahun."

Xie Xiao Yu tertawa dan berkata, "Karena jika tahun kemarin aku mengatakan kalau usiaku 19 tahun, tahun ini adalah 20 tahun, tahun lalu aku menyebut usiaku 20 tahun, maka tahun ini  adalah 19 tahun."

"Tahun lalu kita tidak pernah bertemu, maka itu aku tidak tahu berapa umurmu," Bai Tian Yu merasa bahwa Xie Xiao Yu sangat licik dan juga bisa menggerakkan hati orang.

"Tidak apa-apa, jika bukan 19 tahun ya 20 tahun," jawab Xie Xiao Yu sambil tertawa, "bila kau mengatakan kalau usiaku adalah 22 tahun pun, aku tidak akan marah."

"Baiklah," Bai Tian Yu menarik nafas dan berkata, "hitung-hitung aku tidak pernah menanyakan hal ini."

"Memang harus seperti itu," kata Xie Xiao Yu, "Kakak Bai, kau bukan orang bodoh, mengapa terus menanyakan pertanyaan bodoh ini?"

Dia memang bisa bersikap manis kepada laki-laki, setelah dengan cara genit dan berpura-pura bersikap lemah gagal, maka dia segera mengganti dengan cara ketiga.

Dia bisa begitu karena kata-kata Bai Tian Yu lah yang menyadarkan dia—

"Kalau kau ingin bermanja-manja kau masih terlalu kecil, kalau kau ingin menangis dan berteriak, kau terlalu besar." Setelah mendengar kalimat itu dia segera sadar dengan posisinya di mata Bai Tian Yu. Dia langsung tahu seperti apa tipe perempuan yang disukai oleh Bai Tian Yu.

Dia menyalahkan dirinya karena telah berbuat ceroboh, telah melakukan kesalahan besar, seharusnya di tahu seperti apa tipe perempuan yang disukai Bai Tian Yu harusnya sejak tadi dia harus tahu.

Di luar pintu pintu, karena dia tertawa, marah, dan juga menghina kelima tetua perkumpulan, dia baru bisa mendapatkan kepercayaan dan persahabatan dari Bai Tian Yu.

Jarang ada laki-laki yang menyukai perempuan galak, tapi Bai Tian Yu adalah salah satu dari laki-laki yang menyukai perempuan galak.

Sebenarnya Xie Xiao Yu merasa sedikit takut. Pengalamannya selama ini dia belum pernah melakonkan peran perempuan seperti ini. Apakah dia masih memiliki kesempatan?

"Nona Xie, maaf sekarang tolong suruh ayahmu keluar."

"Apa?" Xie Xiao Yu terpaku, "kau masih ingin bertarung dengan ayahku?" "Benar," jawab Bai Tian Yu, "karena ingin bertarung, maka aku datang ke sini."

Otak Xie Xiao Yu terus berputar dan banyak cara yang telah terpikir olehnya, akhirnya dia menyerah. Dia tidak tahu harus dengan cara apa baru bisa menghalangi pertarungan ini. Terpaksa dia bertanya, "Kalau begitu mengapa kau menolongku?"

"Karena aku menganggap kau tidak seharusnya mati." "Bagaimana kalau aku mati?" "Kalau begitu entah itu siapa dirimu, apakah kau itu adalah putri atau bukan putri Xie Xiao Feng, aku tidak akan memaafkanmu," kata Bai Tian Yu.

Kata Xie Xiao Yu, "Kapanpun aku akan selalu memperingatkan diriku sendiri."

"Kalau begitu jangan sering melakukan hal yang kau anggap pintar tapi malah membuatku membencimu."

"Kakak Bai, aku benar-benar tidak tahu kau paling membenci persoalan apa?"

"Yang kubenci adalah perempuan yang tidak tahu diri, selalu ingin ikut campur masalah laki- laki."

"Kakak Bai, kau salah paham," Xie Xiao Yu tertawa, "aku tidak mempunyai maksud untuk menghalangirnu bertarung dengan ayahku, aku tidak mempunyai kekuatan seperti itu. Aku tidak mempunyai cara mengundang ayahku keluar dari tempatnya."

"Mengapa?"

"Karena aku tidak tahu apakah ayahku saat ini ada di rumah atau tidak?" "Apa?" Bai Tian Yu terpaku, "bukankah tadi kau mengatakan—"

"Benar, tadi aku memang bertemu dengan ayahku. Mengenai masalah pertarunganmu dengannya, ayah tidak mengatakan apa- pun. Ayah tidak menerima, juga tidak menolak."

Dia melihat wajah Bai Tian Yu yang mulai berubah, segera dia berkata, "Aku tidak bisa mewakili ayahku untuk menerima atau menolak pertarungan ini. Satu-satunya cara adalah aku akan membawamu mencari ayah dan menanyakan langsung kepadanya dan menanyakan apa keputusan yang diambilnya?"

-ooodwooo-

BAB 8 Perempuan itu bernama biksu

Zang Hua sudah lama tinggal di kota Ji Nan, dia pasti tahu tanah kosong yang terletak di sebelah selatan kota. Dua hari yang lalu dia dan Ren Piao Ling pernah menolong Bai Tian Yu ke sana.

Tapi dia benar-benar tidak menyangka kalau Ren Piao Ling tahu mengenai tempat itu dan sangat kenal dengan orang di sana.

Sore belum tiba, tapi akan segera tiba.

Matahari akan terbenam. Warung-warung makan pun mulai terlihat sibuk.

Pelayan yang sifatnya aneh tetap dengan aneh membereskan meja dan kursi. Bos warung itu sedang mengambil daging sapi dan kaki babi dari dalam panci kemudian menaruhnya di dalam lemari.

Hari belum gelap, lampion tua yang sudah dipenuhi dengan debu dan asap mulai dinyalakan.

Lampion ini dipasang atau tidak dipasang pun keadaannya akan sama saja.

Warung makan ini belum selesai dibereskan tapi sudah ada 5-6 tamu datang ke sana untuk makan.

Sewaktu Zang Hua datang, pelayan aneh itu dengan aneh sedang meletakkan sayur di atas meja tamu-tamu itu. Melihat Ren Piao Ling, pelayan aneh itu sikapnya segera berubah dia menjadi seperti orang lain. Wajahnya terpasang tawa ramah dan dengan hormat menghampiri mereka dan menyuruh mereka duduk di salah satu meja.

"Hari ini kalian ingin makan apa?"

"Kau yang menentukan," Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "bagaimana bila menurut kebiasaanmu?"

"Baiklah."

"Apakah kau ingin minum arak?"

"Malam ini aku masih ada keperluan lain."

"Kalau begitu jangan terlalu banyak minum," kata pelayan tertawa, "sedikit arak tidak akan menjadi apa-apa."

"Baiklah."

"Aku akan segera mengantarkan sayur dan arak."

Pelayan itu tertawa dan berlalu dari sana. Zang Hua melihat sosok pelayan itu, dia tidak mengerti dan menggelengkan kepalanya, "Aku ingat di sini hanya ada 2 macam sayur."

Dia bertanya ke Ren Piao Ling, "Mengapa dia harus bertanya lagi kepadamu?"

Ren Piao Ling tertawa sambil mengedipkan matanya dan menjawab, "Mungkin dia hanya ingin mendengarkan aku bicara."

"Apa? Mendengarkanmu bicara?" tanya Zang Hua, "apa yang enak didengar darimu?"

"Banyak orang mengatakan kalau suaraku enak didengar," jawab Ren Piao Ling dengan santai, "apakah kau tidak memperhatikannya?"

Zang Hua segera membungkukkan badannya dan memegang perut seperti ingin muntah tapi dia tidak bisa menahan tawanya.

"Ini adalah lelucon terlucu yang kudengar tahun ini," kata Zang Hua sambil tertawa.

"Aku tiba-tiba ingat dengan sebuah kalimat," kata Ren Piao Ling, "kata-kata ini sangat lucu dan juga masuk akal."

"Kalimat apa?"

"Jika seorang perempuan yang berada di depanmu terus berpura-pura, berarti dia senang kepadamu," kata Ren Piao Ling.

"Anjing kentut!" Zang Hua tertawa, "siapa yang berkata seperti itu?"

"Aku," jawab Ren Piao Ling, "aku yang mengatakannya, kecuali aku siapa yang bisa berkata dengan ilmu yang begitu tinggi?"

"Ada," jawab Zang Hua, "ada satu orang lagi." "Siapa dia?"

"Zhu Ba Jie."

Makanan yang dipesan dengan cepat sudah diantar, kecuali kaki babi dan daging kecap sapi, masih banyak sayur dan daging yang dimasak dengan kecap.

Zang Hua melihat pelayan itu lalu bertanya, "Apakah bosmu sudah diganti?" 'Tidak!"

"Bukankah di sini hanya ada menu kaki babi dan daging sapi kecap?" "Masih ada mie." "Apakah tidak ada yang lainnya?" ”Tidak ada."

"Aneh, apakah mataku salah lihat?" Zang Hua menggosok matanya dan berkata, "Sepertinya aku melihat sayur yang lain."

Dia melihat pelayan itu lalu bertanya lagi, "Masakan ini datang dari mana?" "Diambil dari dalam panci."

"Bukankah di sini hanya menjual kaki babi dan daging sapi kecap?" tanya Zang Hua aneh, "mengapa hari ini menunya berubah?"

”Tidak ada perubahan," jawab pelayan itu sambil tertawa, "karena hari ini kau datang bersama dengan Kakak Ren."

"Kalau aku datang sendiri bagaimana?"

"Kalau kau datang sendiri hanya akan ada kaki babi dan daging sapi kecap."

Zang Hua terpana kemudian dia bertanya, "Pelayan tadi memanggilmu dengan sebutan Kakak Ren?"

"Sepertinya memang seperti itu."

"Mengapa dia memanggilmu Kakak Ren?" tanya Zang Hua, "apakah dia adalah saudaramu?" "Apakah tidak boleh?"

"Boleh, pasti boleh," Zang Hua tertawa, "semua orang boleh bersaudara denganmu."

"Benar, syaratnya hanya satu yaitu dia harus seperti orang," kata Ren Piao Ling, "kalau dia tidak seperti orang, dia hanya mayat berjalan."

Memang di dunia ini ada orang yang semacam Ini, walaupun hidup dan dia adalah manusia, tapi gerak gerik mereka seperti boneka yang diikat benang.

Orang semacam itu belum pernah melewati hidupnya sendiri. Semua yang dia lakukan hanyn dikuasai oleh orang lain.

Orang semacam itu selalu ada dan tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini.

Melihat Ren Piao Ling berjalan di dalam kegelapan kemudian mengobrol dengan beberapa orang, kemudian melihatnya kembali, Zang Hua berkata, "Apakah orang yang pincang itu pun adalah saudaramu?"

"Namanya bukan pincang," jawab Ren Piao Ling, "belum pernah ada orang yang memanggilnya Pincang."

"Orang memanggilnya dengan sebutan apa?" "Zhang Ban Cheng."

"Apakah namanya adalah Zhang Ban Cheng?"

"Namanya adalah Zhang Ju Pin, tapi orang memanggilnya Zhang Ban Cheng," kata Ren Piao Ling.

"Mengapa?"

"Karena di kota ini hampir separuhnya adalah rumahnya." "Sekarang bagaimana?"

"Sekarang hanya tinggal tanah kosong ini." "Tanah ini miliknya?" Zang Hua terpaku. "Benar." "Dia sudah jatuh miskin seperti itu mengapa dia tidak mengambil kembali tanah ini dan berdagang sendiri?"

"Karena dia takut begitu mengambil kembali tanah ini, pada saat malam tiba, dia tidak mempunyai tempat untuk berjalan-jalan."

"Karena itu dia memilih untuk menjadi miskin, dan lebih memilih melihat orang lain mengeruk uang di tanahnya?"

"Dia tidak miskin." "Masa tidak miskin?"

Zang Hua membalikkan badannya untuk melihat Zhang Ban Cheng yang terlihat sosoknya di kegelapan. Baju yang dipakainya sudah pantas dibuang ke tempat sampah. Sepatu yang dipakainya pun sudah berbentuk seperti sandal.

Melihat penampilannya itu, Zang Hua menggelengkan kepala dan berkata, "Sudah seperti itu tidak disebut miskin, harus seperti apa baru dikatakan miskin?"

"Walaupun bajunya compang camping, walaupun setengah rumahnya di kota ini telah terjual, tapi dia telah mendapatkan sahabat setengah kota ini," kata Ren Piao Ling, "teman tidak bisa dibeli dengan uang, karena itu dia dinamakan Zhang Ban Cheng."

Ren Piao Ling melihat Zang Hua dan berkata, "Dan dia lebih kaya dari orang lain."

—Di mata sebagian orang, orang yang mempunyai teman lebih kaya dari pada orang yang mempunyai uang.

Zang Hua menarik nafas dan menggelengkan kepalanya kemudian dia menghabiskan arak dan berkata, "Kalau begitu dia adalah orang yang aneh."

"Karena dia orang aneh maka dari bibirnya kita sering mendengar kabar aneh."

Mata Zang Hua menjadi bercahaya, dia bertanya, "Apakah kau mendengar sebuah kabar aneh?"

"Teman banyak, maka kabar yang didengar pun banyak." "Apa yang telah kau dengar?"

"Dia memberitahu kepadaku bahwa di kota ini di bagian barat ada sebuah tempat sampah."

"Tempat sampah?" Zang Hua terpaku, "kau merasa kabar ini aneh? Hanya orang yang tidak pernah melihat sampah baru merasa kalau kabar ini aneh."

Zang Hua tertawa dan berkata lagi, "Paling sedikit babi pun pasti pernah melihat tempat sampah."

"Dia memberitahu kepadaku bahwa di tumpukan sampah itu ada sekuntum bunga." "Ternyata babi ini belum pernah melihat sampah dan juga belum pernah melihat bunga."

Ren Piao Ling tidak meladeninya, dia terus berkata, "Tempat sampah ini adalah tempat di mana dulu istri Nan Jun Wang tinggal."

Cahaya di mata Zang Hua mulai terlihat.

"Dia masih mengatakan kepadaku, begitu istri Nan Jun Wang menghilang 20 tahun yang lalu, bunga ini mulai tumbuh."

"Bunga apakah itu?" Zang Hua mulai merasa kabar ini menarik. "Aku tidak tahu."

”Tidak tahu?"

Tidak ada seorang pun yang pernah melihat bunga ini." "Seperti apakah bentuknya?"

Zang Hua paling tahu tentang berbagai macam bunga dan paling mengerti.

"Dia tidak memiliki daun, dan juga tidak mempunyai akar," jawab Ren Piao Ling, "dia tumbuh dari tempat gelap dan dari pohon yang merambat."

Tidak ada daun, tidak ada akar?"

"Bijinya tidak begitu besar, begitu bunga ini keluar tunas maka muncullah bunga," jelas Ren Piao Ling, "harus dibiarkan selama beberapa bulan baru bisa mekar dengan indah. Setiap tahun bunga ini mekar dengan indah sekali, dia hanya mekar selama 4 hari. Walaupun sudah layu dia masih sebesar kubis."

"Begitu besarnya kah bunga itu?" Zang Hua kaget.

—Sebesar apakah bunga terbesar di dunia?

"Bentuk bunga itu bagus dan terang. Di atas bunga ada suatu benda seperti karang yang berada di wajah kita, bunga ini berat maka sering membuat bunga ini tidak bisa berdiri dengan tegak," jelas Ren Piao Ling, "apakah kau pernah melihat bunga ini?"

”Tidak pernah," jawab Zang Hua, "tapi aku pernah mendengar tentang bunga ini."

Zang Hua minum araknya lagi dan berkata, "Di bagian barat di sebuah negeri yang jauh ada sebuah negara tropis dan sering mendapatkan hujan, ada semacam bunga yang tidak memiliki daun, tidak mempunyai akar, bunga itu sebesar dan setinggi anak yang berusia 5-6 tahun."

"Di negara mereka bunga ini bernama apa?"

"Bunga raja," jawab Zang Hua, "dalam bahasa mereka disebut lasano'." "Apakah arti dari Lasano?"

"Katanya itu adalah nama seseorang," jawab Zang Hua "orang itu yang pertama kali menemukan bunga ini."

"Karena itu maka di negara mereka bunga ini disebut Lasano?"

"Benar," jawab Zang Hua, "karena yang tumbuh di tempat sampah itu pasti bunga itu." "Kecuali hal ini apa lagi yang dia katakan?" tanya Zang Hua dengan semangat.

"Aku ingat tadi ada seseorang yang mengatakan bahwa berita ini sama sekali tidak aneh," kata Ren Piao Ling, "mengapa kau menanyakan hal lain lagi?"

"Siapa yang mengatakan kabar ini tidak aneh, orang itu hanya babi," kata Zang Hua sambil tertawa.

Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Besok adalah tepat 20 tahun menghilangnya istri Huang Fu dan juga mekarnya bunga itu di hari pertama."

"Karena itu Huang Fu Qing Tian pasti akan datang ke tempat sampah itu?"

"Pertama dia datang ke sana adalah untuk mengenang mendiang istrinya, kedua adalah untuk melihat bunga aneh itu," kata Zang Hua.

Ren Piao Ling mengangguk.

"Kalau begitu, besok adalah hari terbaik bagimu untuk membunuh Nan Jun Wang?"

"Mungkin itu adalah saat yang paling tepat," kata Ren Piao Ling, "Huang Fu Qing Tian setiap tahun di hari yang sama akan pergi ke sana dan selalu pergi ke sana sendiri."

Zang Hua berpikir sebentar, pelan-pelan dia meminum araknya. Kelihatan opera yang dimainkan oleh Nan Jun Wang adalah sebagai peran utama.

Ren Piao Ling tidak berkata bahwa itu salah, dia hanya minum araknya. Sorot mata Zang Hua jatuh ke tempat gelap yang ada di kejauhan. Tiba-tiba dia berkata, "Apakah tempat ini sangat dekat dengan rumah Nan Jun Wang?"

"Betul, sangat dekat."

"Kalau begitu mengapa kita tidak datang saja ke rumah Huang Fu untuk memberitahukan hal ini kepadanya?" tanya Zang Hua, "tunggu apa lagi? Ayolah!"

"Aku menunggu seseorang." "Kau menunggu siapa?"

"Menunggu seseorang yang pantas untuk ditunggu." "Mengapa harus menunggu dia?"

"Karena aku memang harus menunggunya." "Begitu pentingkah dia?" tanya Zang Hua. "Benar."

"Apakah dia mempunyai kabar penting yang ingin dia beritahu kepadamu?" "Benar."

"Apakah kabar ini ada hubungannya dengan Huang Fu Qing Tian?"

Kali ini Ren Piao Ling malas untuk menjawab. Dia pelan-pelan meminum araknya dan dengan nikmat memakan ampela bebek kecap.

"Kau ingin menunggu sampai kapan?" "Menunggu sampai orang itu datang." "Kalau dia tidak datang?"

"Aku akan terus menunggu." "Apakah orang itu adalah ayahmu?"

"Aku bukan ayahnya," suara seseorang menjawab dari belakang Zang Hua, "aku hanya bisa menjadi ibunya."

Suaranya serak dan rendah, tapi membawa daya tarik yang kuat. Perempuan dengan suara seperti itu terasa sangat berbeda.

Begitu Zang Hua membalikkan badannya, dia sudah melihat seorang perempuan. Zang Hua tidak bisa melukiskan dengan kalimat bagaimana sosok perempuan itu.

Matahari sudah terbenam, bulan diam-diam tergantung di atas langit.

Sinar bulan menyinari lapangan kosong itu. Perempuan itu dengan santai berdiri di bawah sinar bulan. Dia diam tidak mengatakan apa pun.

Wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi, sedikit pun tidak ada ekspresi. Tidak bicara dan tidak bergerak, jarinya pun tidak bergerak. Tapi Zang Hua merasa kalau perempuan ini bergerak,  seperti akan bicara, seperti ingin menceritakan bagaimana hidupnya yang sulit dan berpisahnya dengan orang-orang.

Apalagi sepasang matanya yang setengah tertutup hitam dan putih sehingga sulit dibedakan.

Terlihat dia seperti baru bangun dari tidur.

Saat sepasang mata ini jika melihatmu, maka kau akan merasa kalau dia sedang menceritakan kesedihannya dan rasa kesepian dalam hidupnya dan menceritakan percintaannya yang mendalam.

Setelah melihatnya, kau pasti akan merasa kasihan kepadanya tapi begitu kau mendekatnya, tiba-tiba dia akan menjauh dan semakin jauh.... Seperti jauh berada di atas langit, seperti jauh di laut atau di gunung.

Zang Hua belum pernah melihat perempuan semacam ini, tapi dia tahu kalau perempuan seperti itu adalah perempuan yang diidam-idamkan oleh laki-laki.

Hua Man Xue cantik, tapi bila dibandingkan dengan perempuan ini, Hua Man Xue terlihat  seperti gadis desa yang bodoh.

"Ternyata orang yang ditunggu oleh Ren Piao Ling adalah dia." Zang Hua merasa sangat marah, tapi dia pun mengakui kalau perempuan ini memang pantas untuk ditunggu dan juga enak untuk dilihat.

Ren Piao Ling terus menatapnya.

Perempuan ini dengan sikap malas-malasan duduk di sebelah Ren Piao Ling. Dengan santai dia mengambil cangkir arak yang berada di depan Ren Piao Ling. Lalu dengan cepat dia  menghabiskan arak itu, dia minum lebih cepat dari Ren Piao Ling.

Perempuan seperti dia, seharusnya bukan dengan cara seperti itu minum arak. Tapi caranya minum tidak membuat orang merasa dia adalah perempuan kasar, malah merasa kalau dia adalah seorang perempuan yang istimewa, membuat orang yang tidak mabuk menjadi mabuk.

. Dia minum 7-8 cangkir, setelah itu baru mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Zang Hua. Senyumnya terlihat begitu malas.

—Hanya orang yang bosan terhadap hidup ini baru bisa tersenyum begitu malas dan begitu dingin.

Sekarang dia mulai minum cangkir kesembilan.

Zang Hua mengangkat kepalanya untuk melihat bintang di langit dan juga melihat ke matanya.

Zang Hua baru melihat cahaya bintang juga dan cahaya mata yang pudar di matanya.

"Di sini ada seseorang yang terus menunggumu," Zang Hua berkata, "Apakah kau tahu siapa dia?"

Dia hanya tertawa malas.

"Kalian ada perlu apa, cepat bicaralah," Zang Hua sengaja tidak melihatnya, "dan lebih baik jika kalian bicara dengan singkat karena kami masih mempunyai hal penting harus dikerjakan."

Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Jika arak belum cukup untuk diminum, biksu akan malas berbicara."

"Biksu?" Zang Hua terkejut, "apakah namanya adalah biksu?" "Benar!"

Mengapa perempuan ini bernama biksu? Mengapa bukan biksuni?

Zang Hua terus melihatnya kemudian dia melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Kapan dia baru cukup minum?"

Biksu tiba-tiba tertawa dan berkata, "Sampai aku mabuk berarti itu cukup." "Mabuk?" tanya Zang Hua, "setelah mabuk apakah dia bisa bicara?"

Tangan Biksu masih memegang cangkir tapi sorot matanya menerawang ke tempat jauh.

Dengan santai dia berkata, "Yang kubicarakan adalah masalah mabuk." "Begitu banyak orang selalu berbahasa orang mabuk."

Ren Piao ling tertawa.

Biksu tertawa lagi dengan malas. Kemudian menepuk-nepuk pundak Ren Piao Ling dan berkata, "Kau sangat baik, sudah lama aku tidak melihat ada laki-laki sebaik dirimu." Dia tertawa lagi dan berkata, "Pantas ada gadis yang cemburu kepadaku." "Cemburu!" seru Zang Hua, "siapa yang cemburu?"

Biksu tidak menjawab. Wajahnya menghadap ke arah lampu dan berkata, "apakah kau melihat keriput di wajahku?"

Cahaya lampu sangat redup.

Walaupun Zang Hua tidak begitu jelas melihat keriput di wajahnya tapi kelihatannya dia sangat lelah dan juga letih.

Lelah terhadap kehidupan ini.

"Di bawah sinar lampu melihat orang cantik," Biksu tertawa, "di bawah sinar lampu perempuan akan terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya."

"Oh ya?"

"Perempuan seumurku kadang-kadang bisa cemburu," dengan santai dia tertawa, "apalagi gadis seumurmu."

"Kau sudah mabuk," kata Zang Hua, "kau mulai mabuk."

"Kata-kata mabuk yang diucapkan oleh seseorang adalah kata-kata yang jujur," Biksu menarik nafas, "tapi sayang orang-orang yang ada di dunia ini kebanyakan tidak suka dengan kata-kata orang mabuk."

"Aku senang mendengarnya," sela Ren Piao Ling.

Sorot mata biksu melihatnya, kemudian menerawang ke tempat jauh, suaranya pun seperti terbang ke tempat jauh.

"Apa yang kau dengar tidak salah."

Wajah Ren Piao Ling berubah, "Kau tidak salah?" Dia mengangguk tapi tidak berkata lagi.

Ren Piao Ling juga terdiam. Dia hanya berpikir. Setelah lama dia baru berkata, "Terima kasih."

"Kelak kau pasti masih memiliki kesempatan . untuk berterima kasih kepadaku," kata biksu, "sekarang lebih baik kalian cepat pergi. Adik ini kalau terus menunggu dia akan marah."

Kata biksu lagi, "Jika seorang laki-laki menyuruh perempuan untuk terus menunggu, dia bukan seorang laki-laki yang baik."

Kata Zang Hua, "Bagaimana jika perempuan terus ditunggu oleh laki-laki?" "Itu tidak apa-apa, hanya. "

"Hanya apa?"

"Hanya kau harus ingat, laki-laki selalu tidak sabaran," mata biksu menatap ke tempat jauh lagi, "sekalipun kau pantas menyuruhnya untuk menunggu tapi dia tidak akan berlama-lama menunggumu."

Tiba-tiba Zang Hua terdiam. Dia seperti mengerti kata-kata biksu yang terdengar sedih itu. "Kami akan pergi, bagaimana denganmu?" tanya Ren Piao Ling.

"Aku masih mau minum lagi," biksu tertawa dengan malas. "Aku akan menemanimu minum," kata Ren Piao Ling. "Mengapa kau harus menemaniku?"

"Karena aku tahu bagaimana perasaan seseorang jika hanya minum sendiri."

—Perasaan itu kalau tidak pernah dirasakan olehnya sendiri, maka dia tidak akan tahu. "Apa pun perasaanmu, jika sudah terbiasa maka ini tidak akan menjadi masalah," biksu berkata, "pergilah! Tidak perlu menemaniku."

Dia mengangkat cangkirnya. Sewaktu dia mengangkat cangkirnya Zang Hua tiba-tiba merasa dia sedang sendiri.

Berapa orang pun yang berada di sisinya, dia tetap merasa sendiri.

—Itu sudah bukan rasa kesepian lagi, itu adalah suatu rasa kesepian yang berasal dari hati yang sudah mati.

Ren Piao Ling terdiam. Dengan perlahan dia berdiri, dan dengan pelan dia mengambil cangkirnya lalu ' berkata, "Aku akan minum segelas lagi baru akan pergi dari sini."

"Aku tidak ingin ini menjadi yang terakhir," kata biksu. "Pasti, ini bukan yang terakhir." Mereka berdua bersulang. Zang Hua berdiri dan berkata, "Sekarang kita harus pergi?"

Ren Piao Ling mengangguk. "Tidak menunggu kalian bercerita dulu?" "Kami sudah selesai dengan kata-kata kami."

"Hanya satu kalimat itu?"

"Kadang-kadang satu kalimat lebih kuat dari sekedar basa basi."

Sesudah itu Ren Piao Ling segera berjalan ke tempat gelap. Terpaksa Zang Hua ikut pergi dengannya tapi Zang Hua masih sempat membalikkan badannya untuk melihat biksu.

Dia melihat badan biksu yang kurus.

Pundaknya terlihat seperti sedikit bungkuk, di pundaknya seperti ada beban yang berat yang menghimpitnya.

—Beban kehidupan.

Bayangannya tampak menyendiri, terlihat begitu lelah...

-ooodwooo-

Sebuah tembok tinggi. Dan sebuah pintu. Ada sebuah gembok berkarat yang mengunci pintu itu.

Kecuali Bai Tian Yu dan Xie Xiao Yu, tidak ada orang lain di tempat itu. Mereka berdua melihat gembok yang berada di pintu itu.

"Sudah beberapa tahun ini, ayahku selalu diam di sini," kata Xie Xiao Yu.

"Tadi kau mengatakan bahwa ayahmu diam di sini, mungkin kelihatannya tidak mungkin, karena belum tentu dia akan selamanya berada di dalam."

Bai Tian Yu dengan diam melihat pintu itu.

"Kalau ayah ada di rumah, pasti dia akan berada di dalam sana. Kalau tidak, aku tidak tahu dia pergi ke mana."

"Barusan kau mengatakan bahwa dia masih berada di rumah," kata Bai Tian Yu.

"Tapi sekarang apakah ada atau tidak, kita pun tidak tahu," ucap Xie Xiao Yu sambil tertawa, "dulu pun seperti itu, baru saja ayah menyapa dengan seseorang hanya dalam waktu sekejap dia sudah menghilang. Kemudian ada seseorang yang berada di kota lain yang melihat dia. Setelah dicocokkan itu hanya berlangsung 2 jam kemudian."

"Kalau begitu pintu digembok bukan berarti ayahmu tidak berada di dalam." "Benar, di depan Kakak Bai aku tidak berani bohong," kata Xie Xiao Yu, "aku benar-benar tidak tahu apakah ayah ada di dalam atau tidak."

"Bagaimana kalau kita berteriak dari luar?"

"Sepertinya ini tidak akan ada gunanya. Walaupun aku belum pernah masuk ke dalam tapi aku pernah berani mencoba cara ini. Kadang-kadang ayahku memang ada di dalam, tapi dia tidak  akan menjawab," kata Xie Xiao Yu, "dia sudah berpesan jika dia akan bertemu dengan seseorang, maka dia akan keluar dari sana. Kau tidak perlu mengganggunya."

"Kalau begitu harus dengan cara merusak pintu ini baru kita masuk ke sana?"

"Pastinya tidak hanya ada cara ini, meloncat masuk melewati tembok pun masih bisa dilakukan," Xie Xiao Yu tertawa dan berkata lagi, "sepertinya Kakak Bai bukan orang yang akan meloncati tembok dan masuk ke dalam."

"Aku secara terang-terangan datang untuk bertarung dengan ayahmu, tidak perlu dengan cara meloncati tembok untuk masuk," kata Bai Tian Yu sambil berpikir, "kalau aku merusak pintu apakah kau akan melarang perbuatanku?"

"Seharusnya aku melarangmu tapi aku tidak sanggup melarang Kakak Bai, untuk apa aku menghabiskan tenaga dengan sia-sia?" Xie Xiao Yu tertawa, "ini hanya sebuah pintu tidak perlu mengorbankan nyawa untuk melindungi pintu itu."

"Nona Xie, kau benar-benar gadis pintar."

"Ayahku banyak musuh tapi jarang mempunyai teman," kata Xie Xiao Yu sambil tertawa, "walaupun Wisma Shen Jian terkenal tapi tidak bisa melindungiku selamanya. Menjadi putri Xie Xiao Feng harus pintar kalau tidak tidak mana bisa aku hidup lama."

"Betul, ayahmu sangat terkenal, tapi orang-orang tetap ingin membunuhmu," kata Bai Tian Yu, "contohnya seperti suami istri Tie Yan, tidak ada seorang pun yang berani melarang mereka."

"Siapa yang mengatakan tidak ada? Bukankah Kakak Bai pernah menahan serangan mereka?" tanya Xie Xiao Yu, "berani menyerang putri Xie Xiao Feng pasti dia bukan orang biasa, orang yang bisa melindungiku pun tidak banyak, seperti Kakak Bai adalah contoh dari sedikit orang itu."

"Nona Xie, jangan lupa aku ke sini adalah untuk bertarung dengan ayahmu," kata Bai Tian Yu dengan dingin, "jangan cepat-cepat menganggap teman denganku."

"Mengapa? Kau bertarung dengan ayahku bukan denganku. Sama sekali tidak ada hubungannya denganku."

"Bila bertarung dengan ayahmu salah satu pihak pasti ada yang kalah."

"Itu sudah pasti, tapi ini tidak apa-apa," kata Xie Xiao Yu, "ilmu silat seperti kalian, kalah dan menang hanya selisih sedikit sekali, tidak akan terjadi pertumpahan darah atau ada yang meninggal."

"Belum tentu," kata Bai Tian Yu, "karena begitu pedangku keluar tidak akan bisa dihentikan lagi."

"Dalam satu jurus kau berhasil melukai suami istri Tie Yan juga berhasil mematahkan pedang Lin Ruo Ying, bukankah jurusmu bisa dikeluarkan dan bisa ditarik kembali?"

"Karena ilmu silat mereka terlalu rendah, aku belum mengeluarkan semua jurusku," Bai Tian Yu tertawa.

"Kau dan ayahku bertarung, kau tidak perlu mengeluarkan seluruh tenagamu," kata Xie Xiao Yu, "pesilat tangguh bertarung menggunakan teknik, tidak perlu menggunakan tenaga besar. Kadang-kadang hanya berhadapan dan melihat saja sudah tahu siapa yang akan menang atau kalah." "Kau ternyata juga pesilat tangguh, kalau tidak kau tidak akan berkata seperti itu," mata Bai Tian Yu menjadi bercahaya, "jika belum sampai di tahap itu, kau tidak akan memiliki perasaan seperti itu."

"Kakak Bai, aku adalah putri Xie Xiao Feng, aku adalah nona rumah generasi Wisma Shen Jian, aku pun tidak boleh memiliki ilmu silat yang terlalu rendah."

Bai Tian Yu melihatnya, tiba-tiba dia berkata, "Dengan tingkat ilmu silatmu seperti ini, sebenarnya waktu itu kau tidak usah takut dikejar-kejar dan kau tidak perlu mencari tempat untuk bersembunyi, karena ilmu silat mereka tidak setinggi dirimu."

Hati Xie Xiao Yu sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau Bai Tian Yu akan begitu teliti menilainya dan dia menyelidik sisi lainnya. Otaknya langsung berputar cepat, dia telah mengambil suatu keputusan, dengan cara apa dia akan menutupi, akhirnya dia memutuskan lebih baik bicara dengan jujur. Karena itu dia tertawa dan berkata, "Kalau ilmu silatku lebih rendah dari mereka, mana mungkin aku lari dari mereka?"

"Kalau begitu kau sengaja lari ke Shui Yue Lou?"

"Bisa dikatakan seperti itu," jawab Xie Xiao Yu, "aku tahu suami istri itu sangat lihai. Aku ingin melihat siapa yang sanggup menekan mereka? Juga ingin tahu dengan nama ayah yang begitu terkenal, apakah pada saat putrinya mengalami kesulitan akan ada seseorang yang akan menolongku?"

"Apakah hal ini membuatmu tidak suka?"

"Benar, waktu itu semua yang berada di Shui Yue Lou adalah pendekar terkenal, alchirnya hal itu malah membuatku kecewa."

Xie Xiao Yu melihat Bai Tian Yu, kemudian dia tertawa dan berkata, "Tapi aku pun mendapatkan hasil. Aku bisa kenal dengan pendekar yang masih begitu muda seperti Kakak Bai."

"Bukan karena keadilan dan kebenaran maka aku menolongmu." "Paling sedikit, kau sudah menolongku."

"Karena aku saat itu aku memang sedang ingin mencari suami istri Tie Yan untuk kuajak bertarung," kata Bai Tian Yu, "aku yakin, aku bisa menang dari mereka kalau tidak aku akan tidak akan berbuat bodoh sampai mempertaruhkan nyawa supaya bisa menolongmu."

"Aku mengetahui hal ini dengan jelas," kata Xie Xiao Yu, "waktu itu aku dan Kakak Bai sama sekali tidak saling kenal, aku pun tidak mempunyai alasan meminta Kakak Bai menolongku."

Bai Tian Yu melihatnya, kemudian tertawa dari berkata, "Kau sangat bisa menghibur dirimu sendiri."

"Aku hanya berpikir, jika kau menyuruhku mengorbankan nyawa dan menolong orang yang tidak kau kenal, aku pun tidak akan mau."

Dengan sorot mata lembut dan penuh dengan perasaan, Xie Xiao Yu melihat Bai Tian Yu kemudian dengan suara lembut dia berkata, "Kecuali seseorang yang kucintai, demi dia, aku rela melakukan apa pun."

"Apakah kau sudah menemukan orang seperti ini?"

"Belum," jawab Xie Xiao Yu, "tapi aku percaya aku bisa mendapatkannya dengan cepat."

Sorot matanya terlihat sangat lembut, tapi di mata Bai Tian Yu semua ini terlihat biasa-biasa saja. Bai Tian Yu tidak mengerti apa yang sedang dia katakan.

Bai Tian Yu seperti ingin cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan ini. Dia masuk ke pintu itu.

Mengulurkan tangan kanannya dan memegang gembok pintu itu.

-ooodwooo- BAB 9 Tempat penyimpanan pedang di Wisma Shen Jian

Ada 4 orang.

Empat orang yang mengenakan baju panjang berwarna abu. Empat orang itu sejak tadi bersembunyi di dalam. Sekarang mereka tiba-tiba muncul dan sudah berada di depan Bai Tian Yu.

Wajah mereka tampak dingin. Umur mereka sekitar 40 tahun. Mereka masing-masing membawa pedang. Wajah mereka tidak berekspresi apa pun, mata mereka yang berwarna abu dan seperti membeku melihat Bai Tian Yu.

Bai Tian Yu tidak bergerak. Dia melihat keempat orang ini, lalu melihat Xie Xiao Yu tapi Xie Xiao Yu malah tertawa dan berkata, "Kakak Bai, kalau aku mengatakan aku tidak mengenal mereka berempat, apakah kau akan percaya?"

"Maksudmu adalah mereka bukan orang Wisma Shen Jian?"

"Aku tidak berani berkata seperti itu karena aku sendiri baru tinggal di Wisma Shen Jian ini 1 tahun lebih."

"Satu tahun lebih bukan termasuk jangka panjang tapi masa kau tidak kenal dengan orang- orang Wisma Shen Jian, sepertinya ini tidak mungkin?” tanya Bai Tian Yu.

"Aku kenal dengan orang-orang yang berada di tempat lain, karena mereka bekerja di sini setelah aku datang," Xie Xiao Yu melihat keempat orang ini dan berkata lagi, "tapi orang yang berada di dalam halaman ini tidak ada satu pun yang kukenal, aku tidak pernah masuk ke sana dan mereka juga tidak pernah keluar dari sana."

"Tidak pernah keluar, lalu mereka bagaimana bisa hidup?"

"Aku tidak tahu," jawab Xie Xiao Yu sambil menggelengkan kepalanya, "aku tidak mengurus rumah ini, yang mengurus adalah Xie Ting Sheng."

Xle Ting Sheng adalah nama lengkap Pengurus Xie. Banyak yang memanggilnya Pengurus Xie atau Tuan Xie. Lama kelamaan orang-orang melupakan namanya aslinya.

Xie Xiao Yu adalah nona rumah Wisma Shen Jian. Dia pasti tidak akan dipanggil dengan sebutan Tuan Xie oleh Nona Xie, tapi memanggil namanya langsung.

"Xie Ting Sheng pun tidak tahu mengenai keberadaan kami," salah satu dari mereka yang berusia setengah baya itu berkata, "karena pada saat kami masuk Wisma Shen Jian, saat itu Wisma Shen Jian masih diurus oleh pamannya. Kami sudah 30 tahun berada di sini. 10 tahun yang lalu Pengurus Xie tua meninggal baru digantikan oleh keponakannya."

"Kalau begitu kalian berempat adalah orang yang paling tua yang berada di Wisma Shen Jian?" Xie Xiao Yu tertawa.

"Kami bukan orang Wisma Shen Jian," suara orang yang berusia setengah baya itu terdengar seperti wajahnya, begitu datar,

"Kami hanya berdiam di tempat penyimpanan pedang."

"Tempat penyimpanan pedang?" Xie Xiao Yu kaget, "dimana tempat itu?" "Di sini," orang setengah baya itu menunjuk ke arah pekarangan.

"Ternyata di sini adalah tempat penyimpanan pedang. Aku sangat malu, karena aku tidak tahu.

Aku adalah nona rumah di sini," jelas Xie Xiao Yu.

"Aku pernah mendengar tuan membicarakan Nona, kau dan tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungan sama sekali." "Apakah di sini bukan termasuk wilayah Wisma Shen Jian? Ini adalah tempat tinggal tuan kalian dan tuan kalian adalah ayahku."

"Kami tidak pernah bertanya kepada tuan kami mengenai hal-hal yang berada di luar tempat penyimpanan pedang," ucap laki-laki setengah baya itu,

"kami hanya tahu tempat penyimpanan pedang ini, tidak ada hubungannya dengan orang lain." "Jadi aku harus memanggil kalian berempat dengan panggilan apa?" tanya Xie Xiao Yu sambil

tertawa.

"Di tempat penyimpanan pedang ini hanya ada tuan dan budaknya, tidak ada nama panggilan," jawab laki-laki setengah baya itu.

"Untuk memudahkan dalam memanggil, aku akan memberi nama kepada kalian A, B, C, dan D."

"Kalau begitu, apakah di tempat penyimpanan pedang ini ada 60 orang budak penjaga pedang?" tanya Xie Xiao Yu.

"Tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungannya dengan dunia luar, karena itu aku tidak bisa menjawab," kata A.

"Aku ingin mencari Xie Xiao Feng," tiba-tiba Bai Tian Yu berkata, "apakah dia ada di dalam?" "Di tempat penyimpanan pedang tidak ada nama orang itu," jawab si A.

"Kalau begitu aku akan mencari majikan yang memiliki tempat penyimpanan pedang ini."

"Kalau tuanku ingin bertemu denganmu, dia pasti akan ke luar dan dia juga akan mencarimu," kata si A dengan dingin, "kalau tidak, mencari di sana pun akan percuma. Tempat ini tidak boleh dimasuki oleh orang luar."

"Apakah tuanmu tidak ada?" tanya Bai Tian Yu.

"Aku tidak bisa menjawabnya," kata si A, "aku percaya kalian sudah tahu, di luar tembok sepanjang 6 meter adalah tempat terlarang. Karena kalian untuk pertama kalinya melanggar masuk ke tempat ini maka kami hanya akan memperingatkan kalian saja. Lain kali bila terjadi hal seperti ini lagi maka kalian akan kami bunuh. Sekarang juga cepatlah kalian pergi!"

"Aku datang untuk untuk mencari Xie Xiao Feng dan bertarung dengannya," kata Bai Tian Yu. "Aku katakan kepadamu, tidak ada orang yang kau maksudkan," jawab si A, "kalau kau mau

mencari Xie Xiao Feng, seharusnya pergi ke tempat lain." "Di mana aku bisa mencarinya?"

"Aku tidak tahu," jawab su A, "tempat penyimpanan pedang ini tidak ada hubungannya dengan dunia luar. Tempat ini adalah tempat penyimpanan pedang bukan tempat untuk bertarung."

Bai Tian Yu tertawa dengan dingin dan berkata, "Kalau begitu mengapa kalian masing-masing membawa pedang?"

"Yang kami pegang bukan pedang."

"Bukan pedang?" tanya Bai Tian Yu, "lalu itu apa?"

"Kau ingin menyebutnya apa saja boleh, tapi ini bukan pedang."

"Seharusnya itu adalah pedang tapi kalian mengatakan kalau itu bukan pedang," Bai Tian Yu tertawa dengan nada menghina, "kalian menipu diri sendiri. Apakah kalian tidak takut bila ditertawakan oleh orang-orang?"

Sesudah mendengar kata-kata itu, mereka seharusnya marah, tapi mereka terlihat sangat tenang, sama sekali tidak terlihat ada kemarahan dari mata mereka. Kata si A dengan dingin, "Kau mengatakan apa pun kepada benda ini, itu terserah padamu," kata si A, "tapi di tempat penyimpanan pedang, ini tidak bisa disebut pedang." Bai Tian Yu tiba-tiba merasa dia tidak bisa tertawa, sebenarnya dia merasa marah. Manusia adalah makhluk yang sangat menyenangkan, tapi bila lawan bicaranya tidak meladeni, maka ini akan menjadi suatu hal yang tidak menyenangkan.

Bai Tian Yu melihat kepada si A, "Kalian keluar dari tempat kalian untuk melarangku masuk ke sana?"

"Benar," jawab si A, "pintu itu untuk menutupi tempat penyimpanan pedang, karena itu kau tidak boleh merusaknya."

"Kalau aku tetap nekad untuk merusak, kalian akan bagaimana?"

"Akan terjadi hal yang tidak menyenangkan," jawab si A dengan dingin, "kau akan merasa menyesal karena telah melakukan hal ini dan orang-orang pun akan menyalahkanmu."

"Tadinya aku tidak ingin merusak pintu itu tapi setelah mendengar kau bercerita seperti ini, aku malah ingin merusaknya," kata Bai Tian Yu tertawa terbahak-bahak, "karena aku adalah orang tidak pernah menyesali apa yang telah kuperbuat dan aku paling suka bila aku disalahkan oleh orang-orang."

"Kami akan sekuat tenaga melarangmu."

"Kami akan dengan sekuat tenaga melarangmu," tidak ada seorang pun yang curiga dengan kata-kata si A karena anak berumur 3 tahun pun bisa melihat. Mereka sudah pasti akan dengan sekuat tenaga melarangnya.

Bai Tian Yu pun bisa melihat dan tahu tapi dia hanya tertawa. Dengan cepat dia menghindari mereka berempat dan sudah berada di depan pintu itu.

Empat orang dengan 4 pedang dengan cepat menusuk ke punggung Bai Tian Yu.

Empat pedang dengan jurus yang sama. Hanya satu tusukan sangat sederhana dan terlihat sangat biasa, tidak ada perubahan jurus tapi terlihat jurus itu sangat ganas dan tidak bisa ditahan.

Dalam keadaan seperti itu semua orang pasti akan segera menghindari tusukan ini. Setelah itu baru mencari cara untuk memecahkan pintu itu tapi yang mereka temui adalah Bai Tian Yu.

Bai Tian Yu malah tetap mengeluarkan tangan kanannya untuk menghantam pintu itu dan tangan kiri dari posisi yang tidak diduga sama sekali, berubah dengan cara yang sangat aneh. Yaitu seperti melambaikan tangan, terdengar suara TANG, TANG, TANG, TANG," suara keras terdengar bertubi-tubi. Pedang si A, B, C, dan D masing-masing beradu, dan dengan muka heran mereka saling pandang, mereka melihat Bai Tian Yu, pintu itu sudah dipecahkan oleh kepalan tangan Bai Tian Yu.

Xie Xiao Yu pun merasa sangat aneh. Dengan cepat dia melihat ke ruangan dalam. Xie Xiao Yu merasa sangat kecewa.

Halaman itu walaupun luas tapi terlihat sangat tidak terurus. Rumput liar ada di mana-mana.

Rumput liar itu menutupi seluruh rumah.

Ini hanya halaman yang berantakan dan tidak terurus, tapi itu adalah tempat tinggal Tuan Muda Ketiga, benar-benar membuat orang tidak percaya.

Yang paling menarik perhatian adalah adanya 2 kuburan yang berada di sudut halaman.

Kuburan itu berada di antara rimbunnya rumput liar. Entah kuburan siapa yang berada di dalamnya, tapi bisa diketahui kalau kuburan itu adalah kuburan baru karena rumput di atas kuburan itu masih sangat rata. Malah bisa dikatakan kalau kuburan itu adalah keadaan yang paling baik dan rata di halaman itu.

Empat orang budak pedang melihat pintu yang sudah hancur. Mereka sedikit kaget tapi juga bersikap lebih dingin dan seram. Mereka bukan marah, malah keluar dari sana. Mereka bukan melarikan diri, tapi menjauh dari halaman itu sejauh 20-30 meter, kemudian mereka berhenti.

Mereka bertingkah seperti tikus-tikus yang berada di dalam kurungan, tiba-tiba melihat pintu kurungan yang terbuka dan tikus-tikus itu pun dengan cepat keluar dari sana. Keluar ke tempat di mana mereka biasa bersembunyi.

Bersembunyi di tempat tertutup dan tidak terlihat tapi mereka berempat tidak begitu. Mereka hanya masuk sebentar kemudian segera keluar lagi.

Memegang pedang dan masuk, memegang pedang keluar lagi. Sewaktu masuk pedang mereka berwarna putih dan berkilau, tapi sewaktu mereka keluar pedang mereka berlumuran darah dan darah masih menetes dari pedang.

Keempat pedang mereka sama berlumur darah, berarti mereka berempat paling sedikit telah membunuh satu orang. Tapi dari tetesan darah yang mengalir dari pedang mereka, yang mereka bunuh sepertinya tidak kurang dari 4 orang.

Mereka masuk sebentar, kemudian segera keluar lagi. Setelah membunuh mereka langsung keluar, sama sekali tidak terdengar suara. Orang yang mereka bunuh mungkin belum tahu kalau mereka sudah diambil jiwanya.

Gerakan yang cepat, pedang yang cepat.

Bai Tian Yu tidak bergerak dan juga tidak ada ekspresi. Tapi wajah Xie Xiao Yu sedikit berubah. "Apa yang mereka lakukan?" tanya Xie Xiao Yu.

"Mungkin mereka telah membunuh orang," jawab Bai Tian Yu. "Mengapa mereka harus membunuh?"

"Mungkin karena mereka tidak suka dengan orang yang diam-diam bersembunyi di sini," Bai Tian Yu tertawa, "aku juga tidak suka orang semacam itu."

"Apakah mereka adalah orang-orang Wisma Shen Jian?" tanya Xie Xiao Yu.

"Mereka bukan orang yang menjaga tempat penyimpanan pedang," jawab su A, "tuanku pernah berpesan, tidak boleh mengintip sekeliling halaman ini. Jika ada yang melanggar maka dia harus mati."

"Berarti itu di dalam jarak 6 meter," kata Xie Xiao Yu, "tapi mereka tidak dalam jarak 6 meter." "Enam meter adalah jarak pada waktu pintu tertutup," jelas si A, "sekarang pintu terbuka,

berarti tempat terlarang yang ada juga semakin luas. Asal tempatnya bisa melihat ke dalam, maka tempat itu menjadi daerah terlarang."

"Siapa pun yang bisa melihat keadaan di dalam, maka dia harus mati?"

"Benar," jawab si A, "sewaktu kau datang, tuanku telah bicara kepadamu. Kalau kau tidak memberitahu kepada orang-orangmu, berarti kau yang salah. Kalau kau sudah memberitahu, lalu mereka datang berarti mereka datang hanya untuk mencari mati."

"Mereka bukan orang-orangku. Mereka adalah orang-orang Wisma Shen Jian," jawab Xie Xiao Yu.

"Dulu Wisma Shen Jian tidak ada orang ini," kata si A, "kau yang membawa mereka masuk ke sini."

"Aku adalah nona Wisma Shen Jian," kata Xie Xiao Yu dengan sombong.

"Kalau tuanku masih hidup, kau bukan nona Wisma Shen Jian," kata si A, "kalau tuanku sudah meninggal pun kau hanya nona dari Wisma Shen Jian, bukan tuan dari tempat penyimpanan pedang. Karena itu kau tidak perlu mengurus hingga ke tempat penyimpanan pedang." Bai Tian Yu merasa sangat aneh, kelihatannya antara Xie Xiao Feng dan Xie Xiao Yu memiliki hubungan yang istimewa.

Tadinya Xie Xiao Yu ingin bicara lagi, tapi sewaktu dia melihat Bai Tian Yu, dia sadar dia sudah terlalu banyak bercerita. Dengan tertawa dia berkata kepada Bai Tian Yu, "Kami jarang bertemu, karena itu banyak hal yang belum kami sepakati, ini membuatku malu di depan Kakak Bai,"

Bai Tian Yu hanya tertawa dan tidak mengatakan apa pun. Dia membalikkan badannya dan bertanya kepada si A, "Kalau begitu kami pun harus mati?"

"Aku tidak tahu."

"Tidak tahu?" Xie Xiao Yu terpaku.

"Karena kalian sudah membuka pintu itu, maka hidup atau mati bukan kami lagi yang menentukan," jawab si A.

"Siapa yang akan menentukan nasib kami?" tanya Bai Tian Yu. "Pasti orang yang berada di dalam," jawab si A.

"Apakah di dalam masih ada orang?"

"Jika kalian masuk kalian pasti akan tahu."

"Kalau kami tidak mau masuk bagaimana bisa tahu?"

A merasa sedikit terkejut dan berkata, "Kalian sudah membuka pintu, bukankah berarti kalian ingin masuk?"

"Belum tentu," jawab Bai Tian Yu sambil tertawa, "mungkin kami hanya ingin melihat pemandangan di dalam, sekarang pintu sudah terbuka. Di dalam hanya ada 2 kuburan dan keadaan di dalam sana sangat berantakan, tidak ada yang bisa dilihat di sana. Karena itu aku tidak ingin masuk kecuali Xie Xiao Feng ada di dalam."

"Kami tidak mengurus hal begitu banyak," jawab si A, "kami hanya tahu bahwa kau yang membuka pintu ini, maka kau harus masuk kalau tidak kau akan mati di luar."

"Tadinya aku memang ingin masuk," kata Bai Tian Yu sambil tertawa dingin, "tapi sesudah mendengar kata-katamu, aku malah tidak ingin masuk. Aku ingin tahu dengan cara apa kalian bisa menyuruhku masuk."

A tidak menjawab. Dia menjawab dengan gerakan. Empat orang mengangkat pedang dan dipalangkan di depan dada. Ujung pedang dan tangan dikeluarkan, disusun membentuk kipas. Dengan pelan mereka saling berhadapan.

Lingkaran semakin terbentuk. Hawa membunuh yang berada di ujung pedang semakin kental. Sikap Bai Tian Yu tidak bisa main-main lagi. Dia tahu mengenai barisan pedang ini, bukan waktunya untuk bermain-main lagi.

Barisan pedang ini memiliki tekanan yang tidak terlihat. Menekan orang supaya mundur, sebenarnya mundur bukan hal yang tidak mungkin, mundur selangkah demi selangkah adalah pintu keluar untuk meloloskan diri.

Bai Tian Yu berubah menjadi sangat serius, pedang di tangannya sudah terangkat. Dia sudah mengumpulkan semua tenaganya, bersiap-siap mengeluarkan jurus yang bisa membuat batu pecah dan langit kaget.

Dua belah pihak hanya berjarak 3 meter.

Dalam jarak 3 meter yang kosong itu, tidak ada apa pun di sana, dua tenaga besar disiapkan untuk diadu.

Tiba-tiba ada angin sepoi-sepoi yang berhembus. Di dalam hembusan angin ini membawa selembar daun yang sudah menguning. Daun ini melayang dan jatuh di antara mereka. Daun belum sampai ke bawah tapi sudah menghilang. Dalam jarak kosong di antara mereka, seperti ada beribu-ribu pedang tajam dan beribu-ribu golok. Golok dan pedang ini dipegang oleh beribu-ribu tangan yang tidak terlihat.

Jangankan selembar daun, 10 orang masuk ke sana pun akan menjadi beberapa ratus potong daging atau bahkan menjadi daging cincang.

Wajah Xie Xiao Yu menjadi pucat. Hatinya menciut, tapi matanya bercahaya sangat terang dan senang.

Nafasnya terdengar menjadi cepat, semua ini karena rasa senang dicampur dengan sedikit rasa takut. Apa yang membuatnya begitu senang?

Bentrokan yang tidak terlihat. Di luar kelihatan mereka seperti seimbang. Tapi benturan adalah benturan, harus ada akhirnya.

Benturan itu memperlihatkan hasil. Menang atau kalah, mati atau hidup?

Bentrokan antara Bai Tian Yu dan para budak pedang itu sepertinya harus ada yang mati salah satu di antaranya, atau ada yang hidup baru bisa selesai.

Setiap orang dari kedua belah pihak mempunyai perasaan seperti itu. Hanya siapa yang akan mati atau siapa yang akan hidup, perasaan mereka tidak sama.

Tapi dengan cepat semua ini bisa terlihat, karena keempat budak pedang itu melangkah maju satu langkah lagi. Jarak mereka semakin dekat, tapi belum sampai pada jarak di mana mereka  bisa saling mengadu senjata.

Ini adalah awal dari hidup atau mati.

Seharusnya sekarang bisa diketahui hasilnya, tapi ternyata tidak ada. Karena Bai Tian Yu mundur selangkah. Jadi jarak mereka tetap 3 meter. A, B, C, dan D terus maju, Bai Tian Yu terus mundur.

Satu, dua, tiga, empat, lima. Xie Xiao Yu pun ikut mundur. Akhirnya mereka mundur hingga masuk ke pintu itu. Hasilnya sudah terlihat, ternyata Bai Tian Yu kalah.

Pedang Bai Tian Yu disimpan. Sikapnya terlihat sangat tenang, sepertinya tidak pernah terjadi sesuatu di sana. Tapi para budak pedang itu, sepertinya baru sembuh dari sakit berat, malah hampir seperti akan pingsan.

Juga seperti baru selamat dari aliran sungai yang deras. Sekujur tubuh mereka basah. Si A tampak lebih lebih kuat, dia membawa pedangnya kemudian memberi hormat, sikapnya terlihat kalau dia merasa sangat berterima kasih dan berkata, "Terima kasih, Tuan Bai."

"Tidak apa-apa. Mereka yang memaksaku masuk."

"Tidak, kami sangat mengerti jika Tuan Muda Bai mengeluarkan serangan, maka kami tidak akan selamat."

"Apakah kalian memang menghendaki aku masuk?"

"Betul, kalau tidak bisa membuat Tuan Muda Bai masuk, maka kami hanya mempunyai jalan mati untuk berterima kasih kepada Anda."

"Oh, begitu," Bai Tian Yu tertawa, "sebetulnya aku memang ingin masuk tapi aku tidak mau masuk dengan cara dipaksa. Jika kalian mengundangku masuk, maka sejak tadi aku sudah masuk."

Si A diam sebentar, kemudian berkata, "Kalau Tuan Muda Bai tidak ingin masuk, kami pasti mati tapi kami tetap akan merasa berterima kasih kepada Tuan."

Walaupun mereka adalah budak yang tidak mempunyai nama, tapi harga diri mereka lebih tinggi dari pesilat tangguh biasa dan sangat mengerti mana yang salah dan mana yang benar. "Aku juga tidak ingin dalam situasi seperti tadi dipaksa masuk ke dalam. Aku ingin dengan kemauan sendiri masuk , bukan dengan mengeluarkan jurus dulu."

"Kalau Tuan Muda mengeluarkan serangan, kami pasti akan mati."

"Aku lebih mengerti hal ini," kata Bai Tian Yu, "tapi aku tidak mau karena kalian aku harus mengeluarkan serangan. Aku datang untuk mencari Xie Xiao Feng dan kalian bukan Xie Xiao Feng."

"Baik, baik sekali. Begitu pedang setan diayunkan pasti akan ada yang mengalirkan darah. Kau bisa menguasai pedang dan memilih orang supaya dia mengeluarkan serangannya. Aku kira aku akan terlepas dari pikiran sesat. Teman kecil, masuklah!"

Suara seorang tua keluar dari rumah gubuk yang ada di dalam halaman itu

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar