Amarah Pedang Bunga Iblis Bagian 2.1

 
BAGIAN 2.1

Mempunyai seorang anak harus bisa terkenal Mempunyai arak harus bisa membuat orang mabuk

Pengelana selalu bernyanyi Bernyanyi dengan penuh kejantanan

Pengelana tidak mempunyai akar keturunan, dia seorang laki-laki jantan dan tidak pernah meneteskan air mata Pengelana tidak menyanyikan lagu sedih

Di dunia ini sudah banyak hal yang menyedihkan Dia berkelana karena Tuan, dia bernyanyi dan menasihati Tuan, supaya jangan menangis

Di dunia ini bila ada hal yang tidak adil, minumlah arak dan ayunkan golokmu untuk memenggal orang

BAB 1  Pertarungan dengan tangan kosong

Hu Bu Bai duduk di tempat kasir, dia sedang melamun, kedua matanya melihat sekeliling rumah makannya yang tampak kosong.

Biasanya pada saat seperti ini rumah makannya penuh dengan para tamu, tapi sampai saat ini, tidak ada seorang pun yang makan di sana.

Pelayan hanya duduk di pinggir dan tampak terkantuk-kantuk, tukang masak yang berada di dapur, sejak tadi berkumpul dan minum arak bersama-sama.

Rumah makannya yang biasanya selalu dipenuhi pengunjung, sekarang tampak sepi, ini membuat para pelayan dan tukang masak merasa senang, tapi yang paling sedih tentunya adalah majikan mereka.

Wajah Hu Bu Bai pahit seperti buah paria, dahinya berkerut, kedua matanya menatap ke bawah, mulutnya terkatup rapat.

Bila ada yang bertanya mengapa dia seperti itu? Jawabannya adalah karena saat itu ada seseorang yang datang ke sana tapi selalu tidak pernah bayar, dia adalah Zang Hua, dia sedang berjalan ke sana.

Mengapa Tuhan berlaku tidak adil kepadanya?

Begitu Zang Hua mendekatinya, Hu Bu Bai sadar kalau Tuhan memang sudah tidak adil kepadanya.

Begitu dia melihat Zang Hua, dia benar-benar ingin menangis, tapi setelah melihat Bai Tian Yu yang berada di belakangnya, Hu Bu Bai lengsung merasa senang hingga meloncat.

Kelihatannya kali ini Zang Hua akan makan di rumah makannya, akan ada orang yang membayarkannya, Hu Bu Bai tidak perlu merasa khawatir bila Zang Hua tidak bisa membayar.

Bai Tian Yu tidak perlu memilih menu karena Hu Du Bai sudah berpesan kepada tukang masaknya untuk memasakkan masakan yang paling enak untuk mereka berdua.

Arak yang disajikan tentunya arak tua.

Hari ini rumah makannya memang sedang sepi, lapi dia mendapatkan seorang langganan yang berkantung tebal, langganan ini harus diperas bila tidak dia adalah orang bodoh.

—Mungkin juga pikiran seperti ini adalah pikiran semua pedagang.

o-odwo-o

"Apakah Nona Xie itu cantik?"

Zang Hua meletakkan gelas araknya dan bertanya kepada Bai Tian Yu. Bai Tian Yu meneguk araknya, sambil tertawa dia melihatnya dan bertanya, "Bagaimana menurutmu?"

"Aku rasa dia pasti cantik," jawab Zang Hua, "menurut orang-orang dulu Tuan Muda Ketiga adalah pesilat pedang yang banyak menebarkan cinta ke mana-mana."

Zang Hua meminum araknya lagi kemudian melanjutkan, "Pedang dan senyumnya tidak ada yang bisa mengalahkan," lalu dia berkata lagi, "putri yang dilahirkan dari orang seperti itu, aku kira tidak akan berbeda jauh."

Bai Tian Yu tersenyum dan berkata, "Cantik atau jelek, setiap orang mempunyai penilaiannya sendiri."

Dia melihat Zang Hua kemudian tertawa, "Seperti dirimu, aku merasa kau adalah gadis yang cantik."

"Aku sedang serius, mengapa kau selalu bercanda?" "Aku juga sedang serius."

Kali ini Bai Tian Yu dengan, suara kecil berkata, apakah Zang Hua bisa mendengarkannya, tidak ada yang tahu.

Zang Hua bertanya lagi, "Katakan kepadaku, Nona Xie itu seperti apa?"

Bai Tian Yu tampak berpikir sebentar lalu menjawab, "Rambutnya panjang, berwajah lonjong, matanya besar, walau dia tidak tertawa tapi kedua lesung pipitnya terlihat."

"Aku juga mempunyai lesung pipit, tapi hanya ada satu," Zang Hua membuka mulutnya dan dengan jari dia menunjuk mulutnya, "ada di sini."

"Itu memang lesung pipit," Bai Tian Yu tertawa. Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Hujan mulai reda, tapi belum berhenti. Zang Hua pun tidak berhenti minum, dia minum dengan cepat, dia meneguk arak dalam sekali teguk.

Mengenai minum arak dia tidak kalah dari laki-laki, kecepatan minumnya sering membuat para lelaki menggelengkan kepalanya.

Orang lain juga minum arak tapi tidak seperti itu, melainkan seperti menumpahkan arak ke dalam mulutnya. Caranya minum arak adalah dia akan mengangkat gelasnya, membuka mulut, kemudian gelas itu dimiringkan, dan arak sudah masuk ke dalam perutnya, seperti tidak pernah melewati tenggorokannya.

Bai Tian Yu melihat cara Zang Hua minum arak, dia merasa hal itu sangat lucu.

"Melihatmu minum arak, seperti melihat suatu kenikmatan," Bai Tian Yu berkata lagi, "apakah kau tidak pernah tersedak?"

"Kau boleh mencobanya sendiri, maka kau akan tahu."

"Aku ingin mencobanya, tapi aku tidak bisa melakukannya," jawab Bai Tian Yu. "Kalau belum mencobanya, apakah kau tahu bahwa kau tidak bisa melakukannya?"

"Aku tahu bagaimana keadaan dan kemampuanku," jelas Bai Tian Yu, "kalau tidak bisa dan tidak mampu, mencobanya dengan berbagai macam cara pun tetap tidak akan bisa."

"Sesuatu yang kau anggap tidak mampu melakukannya, apakah kau tetap tidak mau mencoba?"

"Benar."

Tiba-tiba Zang Hua melihatnya, kemudian dia berkata, "Kalau begitu kau pasti memiliki keyakinan untuk mengalahkan Ren Piao Ling."

Bai Tian Yu yang tadinya ingin minum, begitu mendengar kalimat ini, gerakannya terhenti, kedua matanya terus melihat gelas yang terhenti di udara.

"Mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal ini?" "Karena aku memperhatikanmu," jawab Zang Hua.

"Aku pun memperhatikan Ren Piao Ling, aku tidak ingin salah satu dari kalian akan terluka." "Tidak akan ada yang terluka"

Bai Tian Yu mengangkat kembali gelasnya kemudian menghabiskan arak yang berada di dalam gelas, tapi sorot mataya tetap melihat ke arah gelas yang sekarang sudah kosong, dia berkata, "Bila aku kalah maka aku akan mati," kata Bai Tian Yu, "karena itu aku jamin, tidak akan ada yang terluka."

"Apakah pertarungan ini tidak bisa dihindari ” "Tidak bisa!"

"Apakah kalian harus bertarung?" "Ya, kami harus melakukannya!"

"Apakah setelah kau membunuh orang maka perasaanmu baru terpuaskan?"

Bai Tian Yu tidak menjawab, dia tampak berpikir sebentar, kemudian mengangkat kepalanya, dia melihat Zang Hua.

"Kadang-kadang apa yang kita lakukan bukan untuk kesenangan," kata Bai Tian Yu lagi, "orang hidup di dunia ini selalu akan mengalami kejadian seperti ini yang memang terpaksa harus dilakukan, mau atau tidak mau.”

Dia melanjutkan lagi, "Seperti dirimu, kau pun terpaksa melakukan hal yang tidak kau inginkan bukan?" Bai Tian Yu berkata lagi, "Apakah kau harus terus tinggal di Zui Liu Ge? Apakah bila kau meninggalkan tempat itu maka kau akan mati? Dan di luar sana kau tidak bisa bertahan hidup?"

Kali ini Zang Hua tidak menjawab, dia mulai berpikir.

Dengan perlahan dia mulai mengangkat gelasnya, kemudian meminumnya, dan meletakkannya dengan perlahan di atas meja. Sewaktu dia melakukan semua itu, sorot matanya menatap ke luar jendela ke tempat jauh.

Mata Zang Hua tiba-tiba terlihat sakit, tapi Bai Tian Yu tidak melihat sorot mata ini, karena punggung Zang Hua menghadap Bai Tian Yu,

Mungkin karena Bai Tian Yu tidak bisa melihatnya maka dia baru bisa melepaskan kesedihannya.

Apakah Zang Hua memiliki kesedihan dan rahasia?

"Mungkin kau benar," kata Zang Hua sambil membalikkan badannya kemudian melihat Bai Tian Yu," Dalam hidup seseorang, suatu saat dia akan terpaksa melakukan satu atau dua hal."

Tiba-tiba dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Mari bersulang!" Gelas beradu, terdengar suara ringan.

-ooodwooo-

Sewaktu jaman Dinasti Tang, Raja Tang Gao Zhong membuat sebuah pagoda untuk ibunya.

Pagoda itu dinamakan Pagoda Da Yan (burung walet besar).

Seoran biksu terkenal yang bernama Xuan Zang (Biksu Tong) di pagoda itu pernah menerjemahkan buku-buku suci, awalnya pagoda itu hanya terdiri dari 5 tingkat, kemudian dibangun lagi menjadi 7 tingkat,

Sekarang Ren Piao Ling berdiri di bawah pagoda ini. Di bawah pagoda tidak ada bayangan.

Karena hari ini tidak ada matahari. Hujan yang lurun setengah hari ini sudah berhenti, matahari tetap sembunyi di balik awan hitam.

Kalau tidak ada matahari berarti tidak akan ada bayangan.

Tetesan air hujan masih terlihat di sisi atap i umah. Air hujan ini memantulkan cahaya yang berkilau. Di tempat jauh terdengar katak yang sedang bernyanyi.

Ini adalah sore hari yang tenang, walaupun angin terus berhembus tapi bagi Ren Piao Ling yang sudah minum arak, dia tidak merasa dingin.

Dia tidak tahu berapa lama dia sudah berdiri di situ juga tidak tahu kapan lawannya baru bisa datang ke sini.

Tapi ini tidak menjadi masalah baginya, karena sejak kecil dia selalu hidup untuk menunggu.

Dia menahan diri menghadapi semua ini dan dia pun tumbuh menjadi sosok yang dewasa. Dia masih ingat sewaktu kecil dulu untuk menunggu seekor kelinci keluar dari lubangnya, walaupun tempat itu penuh dengan es dan salju dia tetap menunggu hingga dua hari lamanya.  Dia tetap harus menunggu di sana bila tidak ditunggu, dia akan mati kelaparan.

Tidak ada orang yang merasakan bagaimana menahan kesedihan dan rasa lapar selain dirinya.

Karena itu bila ada makanan dia pasti akan makan sepuasnya, dia tidak akan menyisakan atau membuang makanan itu begitu saja. Dalam hidupnya dia paling tidak senang dengan orang yang senang menghambur-hamburkan makanan, dia menganggap orang seperti itu harus dibuang ke tempat yang penuh dengan salju dan es, kemudian tidak diberi makan selama 5-6 hari, maka orang itu akan tahu seperti apa kalau tidak ada makanan dan merasa kelaparan.

Bai Tian Yu tetap mengenakan baju berwarna putih, dia berjalan di sebuah jalan kecil yang berlumpur, dari kejauhan dia tampak seperti sebuah bunga teratai putih.

Dia sudah melihat Ren Piao Ling dari kejauhan, yang berada di bawah pagoda Da Yan, dari  jauh Ren Piao Ling tampak seperti sebuah patung manusia yang berusia ribuan tahun yang dipasang di sana.

Setelah melihat Ren Piao Ling yang berada di bawah pagoda dengan jelas, mata Bai Tian Yu tampak semakin jernih.

Ren Piao Ling sudah melihat Bai Tian Yu dari kejauhan, sudah melihat mata Bai Tian Yu yang bercahaya, bola matanya tampak lebih hitam.

Begitu Bai Tian Yu muncul, mata Ren Piao Ling yang tadinya tidak bersemangat tampak bertambah lesu lagi.

Akhirnya Bai Tian Yu tiba di bawah pagoda itu, dengan tidak berkata-kata dia melihat Ren Piao Ling.

Ren Piao Ling pun melihat Bai Tian Yu, pandangan mereka beradu, masing-masing melihat wajah dan bentuk raut muka.

Setelah lama Ren Piao Ling baru berkata, "Akhirnya kau datang juga."

"Ya, aku sudah datang." "Kau datang terlambat."

"Lebih awal atau lebih lambat datang hasilnya akan sama saja," jawab Bai Tian Yu,"hasil akhirnya akan sama."

"Tidak sama! Akan terjadi suatu perubahan," kata Ren Piao Ling, "kau datang terlambat karena ingin membuatku merasa kesal kemudian marah."

Bai Tian Yu mengakuinya.

"Tapi kau lupa akan satu hal," kata Ren Piao Ling, "sewaktu aku menunggu di sini, kau pun menungguku."

"Benar, sekarang aku sudah tahu, sewaktu aku menyuruh seseorang menunggu, aku sendiri pun sedang menunggu."

Kata Bai Tian Yu, "Aku ingin orang menungguku sampai kesal dan marah, maka aku pun menunggu hingga kesal dan marah."

"Sayangnya banyak orang yang tidak mengerti akan hal ini, karena itu mereka lebih cepat mati."

Dia tampak tenang tidak seperti orang yang datang untuk bertarung," Seharusnya kau tahu bahwa kau sudah kalah." Dia melanjutkan lagi, "Pesilat tangguh bertarung yung terpenting adalah bagaimana keadaan dirinya saat itu."

"Kemarin malam kau berhasil mengalahkan suami istri Tie Yan, secara otomatis kau sudah menghabiskan separuh dari keadaanmu. Sore ini kau menyuruhku menunggu, maka setengah dari keadaanmu itu pun sudah habis," kata Ren Piao Ling, ”sekarang kau kosong seperti karung yang berisi beras kemudian isinya ditumpahkan keluar."

—Orang yang kosong dan karung kosong, sama-sana tidak bisa berdiri dengan tegak. Bila orang yang kosong seperti karung kosong itu, mana mungkin dia akan menang. Aturan ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sampai kapan pun akan tetap sama.

Bai Tian Yu dengan diam mendengarkan perkataan Ren Piao Ling, setelah selesai, dia baru membuka mulut.

"Kau salah!" "Oh ya?"

"Walaupun aku kesal menunggu dan juga sempat merasa marah, tapi keadaanku yang kesal itu pun sudah habis," kata Bai Tian Yu dengan tenang, "tapi sekarang keadaanku tidak sama dengan keadaan tadi."

Tanya Ren Piao Ling, "Apa yang tidak sama?" "Keadaanku sekarang ini seperti udara."

"Udara?" Ren Piao Ling menjadi bengong, "udara apa yang kau maksud?" "Udara yang kosong yang tidak terlihat."

"Udara kosong?"

"Benar," jawab Bai Tian Yu, "karena aku kosong maka aku bisa merasakan kosongnya udara dan aku bisa membekukan udara yang bagus."

Ada seperti tidak ada, tidak ada seperti ada.

ada seperti tidak ada, kehidupan ini adalah tiada.

Karena tiada maka orang pun muncul, karena ada lah maka orang menjadi terkenal. Tiada adalah awal dari kehidupan, berubah adalah akhir dari kehidupan.

Tiada yang seperti apa? Kalau tidak ada bagaimana?

"Hampa udara?" tanya Ren Piao Ling, "tidak kusangka di dunia ini ada udara seperti itu, juga tidak menyangka ada orang yang begitu mengerti dengan keadaan seperti itu."

"Benar," kata Bai Tian Yu, "karena itu kau sudah kalah."

"Kalau kau kalah, maka kau akan mati." Kata-kata ini belum lama diucapkan oleh Ren Piao Ling kepada Bai Tian Yu, tidak disangka sekarang dia mendengar kalimat itu lagi.

Dunia ini terus berubah, apakah orang pun bisa menebak perubahan ini?

"Kau sudah kalah," kata Bai Tian Yu dengan dingin sambil melihat Ren Piao Ling, "di bawah pedangku yang kalah harus mati."

Tapi Ren Piao Ling tidak melihat Bai Tian Yu, dia melihat gunung tinggi yang berada di kejauhan dan entah apa nama gunung itu.

Wajahnya tidak berekspresi, hanya saja matanya yang lesu tampak sedikit kebingungan. Dengan suara yang tidak berperasaan dia mengatakan kepada Bai Tian Yu, "Aku kalah!'' kata

Ren Pino Ling, "maka kau pun akan kalah juga." Bai Tian Yu tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ren Piao Ling, untung Ren Piao Ling segera menjelaskan.

"Hari ini aku kalah," dia berkata, "tapi kau akan kalah 10 hari kemudian." "Mengapa aku kalah 10 hari lagi?"

"Hari ini kau ingin mengalahkanku, itu bukan hal yang mudah dan kau harus berusaha keras," kata Ren Piao Ling, "walaupun kau sudah membekukan hampa udara tapi itu akan habis dalam pertarungan ini."

Sorot matanya berhenti di tempat jauh, "Hari ini kini bisa mengalahkanku, tapi 10 hari lagi kau akan mati di Wisma Shen Jian."

"10 hari kemudian aku akan pergi seorang diri membawa pedang ke Wisma Shen Jian."

Kalimat itu diucapkan oleh Bai Tian Yu kemarin malam, di Shui Yue Lou di hadapan banyak orang dan dia mengatakannya kepada Xie Xiao Yu.

Kata yang sudah keluar dari mulut seorang pesilat seperti menandatangani sebuah kontrak yang tidak boleh dilanggar.

Dia sudah mengucapkan kata-kata itu maka dia harus melaksanakannya, bila saat itu dia melarikan diri maka dia akan lebih merasa malah dibandingkan dengan 'Niat kalah bertarung.

Bai Tian Yu dengan diam melihat Ren Piao Ling, Ren Piao Ling pun masih diam mendengarkan perkataan Bai Tian Yu.

Kata-kata Ren Piao Ling memang tidak salah, hari ini dia bisa menang dari Ren Piao Ling tapi 10 hari kemudian dia akan mati di bawah pedang Tuan Muda Ketiga.

Walaupun dia tahu kalau akhinya akan seperti itu, tapi dia tetap harus bertarung. Bagaimana kalau dia kalah? Bila dia mati dia akan seperti apa? Sewaktu dia belum dilahirkan ke dunia ini, apakah nasib sudah ditentukan kalau dia memang harus bertarung?

Orang yang pandai berenang, tenggelam ke dalam air, pesilat pedang yang tangguh akan mati di bawah pedang lawan.

Walaupun hari ini dia beruntung dan tidak mati, tapi dia bisa mati di bawah pedang Xie Xiao Feng.

Hitung-hitung ini adalah tempat terakhir yang terbaik untuk seorang pesilat pedang. Langit di sebelah barat mengeluarkan awan merah.

Bai Tian Yu sudah mencabut pedangnya.

Sorot mata Ren Piao Ling masih melihat ke tempat jauh. Gunung yang tidak bernama, wajahnya pun tetap tidak berekspresi.

Sewaktu Bai Tian Yu mencabut pedangnya, tiba-tiba dia membuka mulut, "Setelah hari ini adalah besok, besok adalah setelah hari ini, perjanjian hari ini 10 hari kemudian baru kita bertemu kembali."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ren Piao Ling segera pergi.

Kali ini Bai Tian Yu tidak melarang kepergian Ren Piao Ling. Dia merasa sangat berterima kasih dan tidak mengerti memandang bayangan punggung Ren Piao Ling.

Bai Tian Yu pun meninggalkan tempat itu, Di Pagoda Da Yan di tingkat ke-4, di tempat gelap, tiba-tiba muncul seseorang yang mengenakan baju biru, dia adalah Zai Si.

Sepasang matanya seperti seekor cheetah dia menatap dua bayangan yang meninggalkan tempat itu, matanya bersorot licik dan kejam.

"Hari ini kalian tidak bertarung dan pergi begitu saja, kelak akan terjadi sesuatu yang lebih sadis dan lebih menyedihkan lagi." -ooodwooo-

BAB 2 Warung usang di lapangan

Xie Xiao Yu tidak kembali ke Wisma Shen Jian.

Semenjak kejadian kemarin di Shui Yue Lou sebenarnya dia harus pulang tapi dia tidak pulang. Dia tidak pulang bukan karena di kota Ji Nan masih banyak tempat yang belum disinggahi.

Dia tinggal di sini hanya karena ada satu alasan.

Satu alasan yang biasa bisa membuat seorang gadis bisa tinggal.

Pulang dari Pagoda Da Yan, Bai Tian Yu pun tidak kembali ke Zui Liu Ge.

Karena di sana masih ada orang-orang yang tidak ingin ditemuinya. Dia tidak ingin bertemu dengan orang-orang itu. Dia hanya ingin mencari seseorang yang bisa diajak bicara dan minum arak, lalu dengan tenang melewati malam ini.

Orang yang cocok itu pasti Zang Hua.

Tapi sekarang Bai Tian Yu tidak ingin bertemu dengannya. Mungkin sekarang Zang Hua sudah kembali kc Zui Liu Ge tapi Bai Tian Yu tidak ingin ke sana.

Secara tidak sengaja Xie Xiao Yu bertemu dengan Bai Tian Yu.

—Kesempatan seperti ini pasti Xie Xiao Yu sengaja membuatnya. Bai Tian Yu tahu, tapi dia tidak menanggapinya.

Tapi jika ada yang mau menemani, lebih baik daripada melamun sendirian, apalagi Xie Xiao Yu bukan gadis yang dibencinya.

—Yang terpenting adalah ini.

Walaupun di kota sangat ramai, tapi di kota pasti mempunyai sebuah lapangan luas. Karena bermacam-macam alasan maka tanah lapang itu dikosongkan.

Tadinya tempat itu disiapkan untuk membangun rumah dan sebagai tempat untuk berdagang. Tidak ada yang tahu mengapa rumah tidak jadi dibangun, tempat berdagang pun tidak ada yang mau berdagang di sana.

Terakhir tanah itu menjadi milik siapa? Tidak ada seorang pun yang tahu.

Semua hanya tahu kalau tempat itu tidak ada yang mengurus. Siapa pun  boleh mengembalakan sapi, memelihara babi, tempat untuk berkelahi, atau untuk membunuh orang bahkan untuk kencing.

Hanya orang yang otaknya bisa berputar dengan cepat baru bisa mendapatkan jalan bahwa tanah kosong ini bisa dijadikan tempat untuk menghasilkan uang.

Tempat milik orang lain tapi bisa mencari uang untuk mengisi kantong sendiri, itu pasti lebih menyenangkan, tapi juga bukan hal yang mudah untuk melakukan pekerjaan seperti itu.

Kemampuan mu harus berpikir lebih cepat dari orang lain. Kepalan tanganmu pun harus lebih keras dari orang lain.

Sebuah warung berada di tempat kosong yang luas.

Sewaktu Xie Xiao Yu dan Bai Tian Yu bertemu, Xie Xiao Yu bertanya kepada Bai Tian Yu, "Kau mau membawaku makan di mana?''

"Ke tujuh setengah." "Apa artinya tujuh setengah?"

"Tujuh setengah adalah tujuh sen setengah atau tujuh tail setengah."

"Apakah tempat itu memang bernama tujuh setengah? majikan di sana aku dengar dia pun dipanggil tujuh setengah."

"Mengapa orang ini bernama begitu aneh?"

"Karena orang yang mencukur rambutnya seharusnya dibayar seharga 15 sen. Dia hanya membayar tujuh sen setengah."

"Apa alasannya?" "Karena dia botak." Xie Xiao Yu tertawa.

"Orang ini sebenarnya tidak terkenal, tapi setelah dia membuka warung dan menjual mie daging sapi, mie kaki babi, kemudian menjual apapun, semua dengan harga tujuh sen setengah untuk satu mangkuk, sejak itu dagangannya pun banyak yang tahu. Dia lebih terkenal lagi. Orang- orang di sini hampir semua mengenal tujuh setengah."

"Apakah dagangannya sangat ramai?" 'Benar."

Memang warung itu sangat ramai

Xie Xiao Yu belum pernah melihat banyak orang di sebuah warung pada saat tengah malam. Dia juga jarang melihat banyak orang dengan bermacam-macam karakter berkumpul di satu tempat.

Puluhan meja, duduk pula puluhan macam orang.

Ada yang datang dengan menunggang kuda, ada yang datang naik kereta, sehingga di sisi jalan banyak kereta yang berhenti.

Bermacam-macam kereta, di atas kereta ada kusir yang berbaju rapi dan bersih, mereka semua sedang menunggu majikannya. Xie Xiao Yu tidak mengerti mengapa orang-orang ini yang naik kereta yang begitu bagus, bisa datang ke warung yang begitu usang untuk makan mie daging sapi seharga 7.50 sen?

Di depan tanah kosong hanya tergantung lampu yang cahayanya tidak begitu terang.

Lampu lampion sudah tertutup oleh kabut dan map, sama sekali tidak terang. Tapi tempat di sana mitigut luas, tempat yang tidak disinari oleh lampu tetap tia|a gelap. Wajah siapa pun tidak akan gampang terlihat.

Tempat yang tidak terkena sinar lampu lebih imiiyak daripada tempat yang terkena sinar lampu.

Xie Xiao Yu dan Bai Tian Yu yang berada di pinggir harus menunggu dengan lama. Akhirnya di tempat yang gelap itu mereka mendapat sebuah meja kosong.

Kemudian mereka menunggu lagi, pelayan baru datang dan meletakkan gelas dan sumpit. "Apakah kau ingin memesan arak?"

"Ya."

"Berapa banyak?" "2.5 kilogram."

Sesudah itu pelayan langsung pergi melihat mereka pun tidak. Xie Xiao Yu menjadi bengong dan berkata,

"Pelayan itu angkuh sekali!" "Kita datang untuk makan," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "bukan untuk melihat orang." "Tapi dia tidak bertanya kepada kita ingin makan apa?"

"Tidak perlu ditanya." "Mengapa?"

"Karena  di  sini  hanya  ada  4  macam  makanan.  Orang  yang  datang  ke sini kebanyakan memesan semuanya."

"Empat macam?"

"Mie daging sapi, asinan daging sapi, mie kaki babi, dan kaki babi kecap." "Hanya 4 macam saja?" Xie Xiao Yu bengong lagi.

"Bukankah 4 macam saja sudah cukup?" Bai Tian Yu tertawa, "yang tidak makan daging sapi, dia boleh makan kaki babi. Yang tidak makan kaki babi, dia boleh makan daging sapi."

Xie Xiao Yu menarik nafas. Dia tertawa kecut dan berkata, "Bisa terpikir cara seperti ini, benar- benar orang berbakat."

—Mungkin karena di sini hanya ada 4 macam masakan karena itu orang-orang merasa aneh. "Aku tahu dia tidak berbakat."

"Oh ya?" tanya Xie Xiao Yu.

"Dia tidak berbakat, tapi dia beruntung." Xie Xiao Yu tertawa. Xie Xiao Yu harus mengakui kalau kata-kata ini masuk akal. Tapi apa akalnya, dia tidak mengerti.

—Di dunia ini ada beberapa aturan aneh, tidak ada orang yang bisa mengerti. Tempat yang tidak dipasang meja tampak lebih gelap lagi.

Tiba-tiba Xie Xiao Yu melihat ditempat agak jauh. Ada beberapa bayangan orang, mereka seperti setan gentayangan, dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa mereka, lebih-lebih tidak bisa mengenali wajah mereka.

Hanya melihat ada berpasang-pasang mata bercahaya seperti mata anjing berburu yang sedang menunggu kelinci keluar dari lubangnya.

Sorot mata itu benar-benar bermaksud jahat. "Siapa mereka itu?" tanya Xie Xiao Yu.

"Para pedagang," Bai Tian Yu melihat sebentar.

"Datang ke sini untuk berdagang," Xie Xiao Yu bertanya, "mereka berdagang apa?"

Xie Xiao Yu terus berpikir, kemudian dia mengangguk. Apakah dia memang mengerti? Atau pura-pura mengerti?

Di dalam kegelapan ada laki-laki ada juga perempuan. Perempuan-perempuan ini sedang berdagang apa—mengenai ini sedikit banyak dia sudah mengerti.

Sesudah melihat ke tempat gelap, dia melihat ke tempat yang lebih terang. Dia melihat ada berbagai macam orang di sana. Ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang bersih- ada juga yang kotor. Semua orang datang untuk minum di tempat itu.

Satu-satunya kebersamaan mereka kecuali minum, yang lain sepertinya mereka berasal dari dunia yang berbeda.

Kemudian Xie Xiao Yu melihat pelayan tadi yang sedang membawa satu baki besar yang berisi makanan. Mie dan daging semua tampak panas mengebul. Asalkan panas maka makanan itu tidak akan sulit untuk dimakan.

Tapi baru berapa suap makan mie, Xie Xiao Yu sudah meletakkan sumpitnya. Dia melihat kepada Bai Tian Yu dan berkata, "Kau mengatakan makanan di sini sangat terkenal?"

"Benar."

"Terkenal karena menjual 2 macam mie ini?"

"Betul," Bai Tian Yu sedang memakan mienya, dia tidak bisa menjawab dengan panjang lebar. Xie Xiao Yu melihat ke sekelilingnya, tiba-tiba dia menarik nafas dan berkata, "Aku yakin orang-

orang di sini pasti akan sakit." "Siapa?"

"Yang sengaja datang untuk makan ke sini."

Dengan susah payah Bai Tian Yu akhirnya menghabiskan mienya. Dia menghembuskan nafas panjang dan berkata, "Mereka tidak akan sakit."

"Bagaimana dengan orang ini?" mata Xie Xiao Yu melihat seseorang. Orang itu duduk di tempat yang agak terang. Dia memakai baju berwarna hijau muda dan panjang. Kain pakaiannya tampak lembut, nyaman, dan sangat bagus. Penjahitnya pasti penjahit terkenal karena itu baju yang dipakainya dengan serasi melekat di tubuhnya.

Umurnya belum begitu tua tetapi pembawaannya sangat berwibawa. Walaupun duduk di meja dan kursi jelek tapi orang lain di sana pun tidak akan berani menghinanya.

"Orang di sana sepertinya dia mempunyai kedudukan," kata Xie Xiao Yu. "Sepertinya kedudukannya pun sangat tinggi."

"Orang semacam dia, di rumah pasti memiliki banyak pelayan dan pembantu." "Pasti ada dan jumlahnya sangat banyak."

"Jika dia ingin makan apa pun, pasti ada yang bisa memasakkan untuknya," kata Xie Xiao Yu. "Kapanpun bisa."

"Kalau dia tidak sakit, mengapa malam-malam seperti ini datang ke tempat ini untuk makan?"

Bai Tian Yu tidak segera menjawab. Dengan pelan dia meneguk araknya. Sorot matanya menatap ke tempat jauh yang tampak gelap. Setelah lama dia baru berkata, "Apakah kau tahu bagaimana rasa kesepian itu?"

"Aku tahu," Xie Xiao Yu menjawab, "dulu aku tinggal di Wisma Shen Jian, aku sering kesepian." "Waktu itu apa yang kau pikirkan?"

"Aku juga berpikir bermacam-macam ingin keluar jalan-jalan, ingin mencari seseorang untuk diajak mengobrol."

Tiba-tiba Bai Tian Yu tertawa dan berkata, "Kau mengira itu adalah rasa kesepian?" "Kalau bukan kesepian lalu apa?"

"Itu namanya tidak ada kerjaan. Jika benar benar kesepian bukan seperti itu," Bai Tian Yu tertawa. Tertawa dengan sedih, "Kau benar-benar tidak tahu apa yang disebut dengan rasa kesepian bukan? Tidak ada orang yang bisa mengatakan dan menjelaskanya karena waktu itu kau tidak tahu kau sedang berpikir apa?"

Xie Xiao Yu tetap mendengarkan.

"Jika kau sudah melewati banyak pengalaman dan tiba-tiba merasa semua pengalaman adalah masa lalu, walaupun kau sudah mendapatkan banyak benda tapi kau akan merasa semua itu hanyalah kosong. Begitu malam semakin larut, hanya tertinggal kau seorang diri..." Suara Bai Tian Yu semakin ringan, semakin pelan, kemudian dia berkata lagi, "Waktu itu kau baru merasakan apa yang disebut rasa kesepian."

"Apakah kau mengerti?"

Bai Tian Yu terus berkata, "Waktu itu mungkin kuu tidak memikirkan apa pun, hanya seorang diri bengong di sana. Kau akan merasa hatimu kosong, tidak uda apa pun. Kau ingin berteriak, seakan-akan kau bisa menjadi gila."

"Pada waktu itu kau harus memikirkan hal-hal yang menyenangkan."

"Kesedihan manusia tidak bisa menguasai pikiran mereka sendiri," kata Bai Tian Yu, "kau ingin mengenang hal-hal yang menyenangkan tapi yang terpikirkan adalah kesedihan dan rasa sakit. Pada waktu itu kau akan merasa seperti ada jarum yang sedang menusukmu."

"Seperti ada jarum yang menusuk?" Xie Xiao Yu tertawa, "itu adalah bahasa sastrawan."

"Dulu aku pun tidak percaya, mengapa hati orang bisa terasa sakit? Aku pun mengira itu hanya bahasa sastrawan saja."

Bai Tian Yu minum arak lagi, "Tapi akhir-akhir ini aku tahu walaupun dia adalah sastrawan atau apa pun, tapi kata-kata dan bahasa mereka tidak bisa melukiskan apa yang sedang kau rasakan waktu itu."

Tawa Bai Tian Yu terlihat lebih sedih lagi, "Jika kau sudah pernah merasakan hal seperti itu,  kau akari mengerti mengapa orang-orang itu malam-malam seperti ini datang ke warung tua dan usang hanya untuk minum arak."

Xie Xiao Yu terdiam lama kemudian dia berkata, "Meskipun dia merasa kesepian, tidak perlu datang sendiri ke sini?"

"Tidak perlu?"

"Mengapa dia tidak mencari teman saja?"

"Memang benar. Sewaktu kau merasa sedih, kau boleh mencari teman untuk menemanimu, mereka hanya bisa menemanimu selama 10 hari atau 15 hari saja," kata Bai Tian Yu lagi, "apakah kau akan menyuruh temanmu itu menemanimu seumur hidupmu?"

"Kenapa tidak?"

"Karena temanmu pun mempunyai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dia juga mempunyai keluarga yang harus ditemani. Dia tidak mungkin selamanya menemanimu," Bai Tian Yu tertawa dan berkata lagi, "apalagi kau pun tidak mau temanmu selamanya berbagi kesedihanmu."

"Paling sedikit kau bisa menggunakan uang untuk mencari seseorang yang bisa menemanimu." "Orang seperti itu bukan teman. Jika kau benar-benar merasa kesepian bukan orang seperti itu

yang bisa membantumu," kata Bai Tian Yu, "kalau tidak mengapa yang disebut teman ada perbedaan?"

"Aku tahu ada semacam orang lagi," mata Xie Xiao Yu yang besar tampak berputar-putar. "Orang seperti apa?"

"Seperti gadis-gadis di Zui Liu Ge, di sana lebih nyaman daripada di sini." Xie Xiao Yu pun tahu tentang Zui Liu Ge.

"Orang seperti dia, pasti mempunyai banyak uang untuk bermain ke sana."

"Betul, dia bisa ke sana," kata Bai Tian Yu, "tempat seperti itu jika sering pergi ke sana maka kau pun lama kelamaan akan merasa bosan dan bosan terus."

"Karena itu dia lebih memilih datang ke sini untuk minum arak sendiri." "Di sini dia tidak sendiri." "Di sini banyak orang, tapi tidak ada teman, juga tidak ada yang tahu seperti apa  kesedihannya. Itu berarti dia seperti datang sendiri."

"Itu tidak sama."

"Apa yang tidak sama?"

"Karena di sini dia bisa merasa masih ada manusia yang hidup juga merasa dia masih hidup," Bai Tian Yu berkata, "dia bisa melihat ada orang yang lebih sedih dari dirinya."

"Jika seseorang melihat ada orang yang hidupnya lebih menyedihkan dari dirinya, apakah rasa sedihnya akan berkurang?" tanya Xie Xiao Yu.

"Kadang-kadang bisa seperti itu."

"Mengapa?" Xie Xiao Yu bertanya lagi, "mengapa manusia bisa begitu egois?" "Karena manusia memang makhluk yang egois."

"Aku tidak seperti itu. Aku berharap semua mang di dunia ini akan hidup dengan senang," kata Xie Xiao Yu.

Bai Tian Yu menarik nafas dan melihatnya, "Begitu kau tumbuh dewasa, maka kau akan mengerti kalau pola pikir seperti ini tidak akan bisa berjalan."

"Manusia mengapa tidak boleh merasa senang?"

"Karena jika kau ingin merasa senang, kau harus membayar dengan harga tinggi," jawab Bai Tian Yu, "bila kau sudah mendapatkan sesuatu, pada saat yang sama, kaupun akan kehilangan sesuatu."

-ooodwooo-

BAB 3 Mayat di dalam peti mati.

Mie tidak begitu enak tapi daging sapi yang dimasak dengan kecap rasanya agak lumayan. "Mengapa manusia tidak boleh merasa senang?" tanya Xie Xiao Yu.

"Karena bila kau ingin merasa senang, kau harus membayarnya dengan harga sedih." Sorot mata Bai Tian Yu sedikit kebingungan, "Jika kau mendapatkan sesuatu sering bersamaan pada saat itu juga kau akan kehilangan sesuatu."

"Mengapa harus berpikir demikian? Mengapa tidak menggantinya dengan pikiran lain?" mata Xie Xiao Yu bercahaya, "sewaktu kau merasa sedih, kau harus berpikir kalau kau ingin mendapatkan kesenangan maka sewaktu kau kehilangan sesuatu maka kau harus berpikir bahwa saat itu juga kau akan mendapatkan sesuatu. Bukankah hal itu akan membuat kita merasa selalu senang?"

Bai Tian Yu melihatnya, tiba-tiba dia tertawa kemudian mengangkat cangkirnya menghabiskan semua arak yang ada di dalam cangkir.

"Karena di dunia masih ada orang seperti dirimu, maka dunia ini tetap terasa hangat."

"Orang yang datang kemari belum tentu semua merasa kesepian," kata Bai Tian Yu, "kadang- kadang ada orang yang di pagi hari tidak mau dilihat oleh orang maka dia datang ke sini untuk berjalan-jalan, ada orang yang merasa tempat ini lumayan bagus karena itu mereka memutuskan untuk datang ke sini."

"Ada yang merasa tempat ini lumayan bagus?" Xie Xiao Yu seperti tidak percaya. "Tempat ini apa baiknya menurutmu?"

"Tempat ini tidak baik. Daging sapi dan kaki babi pun terasa tidak enak tapi ada keistimewaannya. Rasa ini sulit kujelaskan."

"Rasanya seperti apa?" Xie Xiao Yu tertawa, "ada bau yang istimewa."

"Jika kau sering datang ke rumah makiin terkenal, kau akan bosan. Jika kadang-kadang datang ke sini, kau akan menyukai perbedaannya dan merasa lumayan bila datang ke sini sekali-kali," kata Bai Tian Yu.

"Seperti dirimu, lama tinggal di Zui Liu Ge kau sudah merasa bosan, apakah betul?"

Bai Tian Yu tidak menjawab dia hanya tertawa. "Apakah karena tempat ini cocok untuk orang yang sedang tidak enak hati?" Xie Xiao Yu bertanya lagi.

"Tidak juga, begini...." Bai Tian Yu melihat dia, tiba-tiba tertawa misterius, "seperti orang yang setiap hari selalu berada di sisimu, kadang-kadang orang itu akan mencari perempuan lain. Meskipun perempuan itu lebih jelek darimu, tapi kau tetap akan merasa segar dan merasa keadaanmu tidak sama seperti hari biasanya."

Xie Xiao Yu pura-pura marah dan berkata, "Mengapa di depan seorang perempuan kau mengatakan hal seperti ini?"

"Karena aku tahu kau tidak akan menikah denganku," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "jika seorang laki-laki menganggap perempuan adalah temannya, maka dia akan lupa kalau temannya itu adalah perempuan."

Xie Xiao Yu ingin menjawab, "Mengapa kau tahu aku tidak mungkin menikah denganmu?" Tapi entah mengapa dia tidak jadi mengatakan. Dia hanya tertawa. Tawanya terlihat manis tapi juga gembira.

Tapi dalam hatinya dia merasa bimbang dan kosong, seperti tidak ada tujuan. Sorot matanya melihat kearah kegelapan yang berada di tempat agak jauh.

Bai Tian Yu melihatnya lalu bertanya, "Kau sedang memikirkan apa?" "Tidak...tidak ada yang kupikirkan."

Xie Xiao Yu mengangkat cangkirnya. Dia pun sekaligus meminum araknya. Dengan tawa terpaksa dia berkata, "Umurku masih muda, apa yang harus kupikirkan?" Dia berkata lagi, "Aku hanya berpikir apakah ada cara lain supaya kau tidak bertarung dengan ayahku?"

"Tidak mungkin."

Jawaban Bai Tian Yu cepat dan keras. Suara Bai Tian Yu mengagetkan Xie Xiao Yu.

Xie Xiao Yu menepuk-nepuk dadanya. Dengan sorot mata menyalahkan dia berkata, "Aku hanya memberi usul, mengapa kau berteriak seperti itu?"

"Maafkan aku!"

Bai Tian Yu merasa dia tidak bisa menguasai dirinya. Wajahnya terlihat agak menyesal. Dia mengangkat cangkir, apakah dia akan meminum araknya atau tidak?

Melihat keadaan seperti itu, Xie Xiao Yu malah tertawa. Pada saat dia akan membuka mulut tiba-tiba dia mendengar ada suara meja yang terguling.

Meja yang terguling.

Mangkuk, sumpit, kuah, mie, daging sapi, kaki babi, cangkir, arak semua terjatuh ke bawah meja.

Xie Xiao Yu membalikkan badannya untuk melihat. Terlihat di tempat gelap sana ada sebuah meja yang sudah terguling. Di sisi meja itu ada 2 orang yang mencoba untuk berdiri tapi tidak sanggup karena mereka sudah mabuk. Mereka saling mendorong. Xie Xiao Yu mendengar salah satu dari mereka yang mabuk berkata, "Ratusan tahun ini pedang yang ada di dunia persilatan tidak ada yang mampu menandingi Tuan Muda Ketiga."

"Itu dulu, sejak kemarin malam, pedang tercepat di dunia persilatan telah tergantikan oleh Mo Jian milik Bai Tian Yu (setan pedang)."

"Kentut! Mana bisa Mo Jian dibanding-bandingkan dengan Shen Jian?"

"Mengapa tidak bisa dibandingkan? Mari kita bertaruh, 10 hari lagi Mo Jian akan bertarung dengan Shen Jian."

"Baik:"

"Kita sepakat!"

Bila kau sering datang ke tempat seperti ini, maka keadaan seperti tadi akan sering kau lihat.

Orang yang berdagang pada malam hari tidak merasa aneh melihat situasi seperti itu. Dengan cepat mereka mengantar 2 orang pemabuk itu pergi ke tempat lain dan dengan cepat mereka membereskan meja dan kursi yang terjatuh.

Hanya dalam waktu singkat, meja yang tadi terguling sudah diisi oleh tamu lain.

Melihat peristiwa yang berlangsung begitu cepat dan begitu cepat diselesaikan, Xie Xiao Yu menggeleng-gelengkan kepalanya, membalikkan kepalanya melihat Bai Tian Yu.

"Tidak disangka kau disebut sebagai Mo Jian."

"Mo Jian diadu dengan Shen Jian," Bai Tian Yu tertawa lagi, "baik, ini sangat baik. Kata-kata yang baik."

Kemudian secangkir arak masuk lagi ke dalam perutnya. Pada waktu itu Xie Xiao Yu mendengar ada suara ribut-ribut lagi. Dia ingin melihat ke sana tapi Bai Tian Yu sudah membuka suara, "Tidak perlu dilihat, kita lahu dari suara ribut itu yang datang orang macam upa?"

Bai Tian Yu minum arak lagi. Dia berkata, "Kecuali orang yang menganggap dirinya mempunyai kedudukan, mempunyai nama, dan mempunyai identitas khusus, siapa yang berani berbuat sembarangan?"

Yang datang memang seperti orang yang dikatakan oleh Bai Tian Yu, "Pendekar muda Bai, Tuan Muda Bai, kau ada di mana, Wu Zheng Xing sengaja datang mencarimu," suara orang ini sangat keras.

"Yang mana Pendekar muda Bai? Aku adalah Hai Kuo Tang, aku berasal dari perkumpulan Shao Lin. Pendekar Muda Bai ada di sini, jika tidak menerima undanganmu ini benar-benar keterlaluan."

Kata-katanya cepat dan terburu-buru seperti meriam yang berdentum. Begitu dia mengatakan kalau dia adalah murid Shao Lin, wajah hitam itu penuh dengan kebanggaan.

Terhadap orang-orang yang seperti ini, dia sama sekali tidak ada cara untuk menghadapinya. Dia ingin cepat-cepat kabur dari sana dengan Xie Xiao Yu. Tiba-tiba dari kerumunan orang itu ada yang berteriak, "Ada di sini, Pendekar Muda Bai ada di sebelah sini."

Kemudian kerumunan orang itu seperti angin nbut mendekati Bai Tian Yu. Ada yang menyapa, ada juga yang memberi hormat. Di sana menjadi ribut, penuh suara orang-orang. Mereka sedang membicarakan. ...

"Sudah lama mendengar nama Pendekar Bai, hari ini aku baru bisa bertemu dengan Anda, benar-benar sangat beruntung dan aku sangat senang."

Kemudian ada seorang laki-laki setengah baya mendekatinya. Dia berkata, "Aku adalah Wu Zheng Xing, aku adalah ketua kantor Biao. Aku akan memperkenalkan beberapa orang teman untuk Pendekar Bai. Ini adalah Hai Kuo Tong, dia sangat suka arak, dia menyayangi arak sama seperti menyayangi nyawanya. Ini adalah Chen Shi Jin dari. " Dia menyebut nama 10 orang lebih sekaligus, semua adalah Shen Dao (dewa golok), Shen Quan (dewa kepalan), dan lain-lain....

Xie Xiao Yu melihat wajah-wajah mereka juga mendengar julukan-julukan mereka yang begitu terkenal. Dia ingin tertawa, bisa-bisa giginya pun copot. Dia menahan tawanya dan berkata, "Kalian datang kemari ada perlu apa?"

"Pendekar Muda Bai, kemarin malam kau sedikit mengayunkan pedang telah berhasil memotong tangan suami istri Yin Yan, benar-benar hebat," kata Wu Zheng Xing, "aku pikir, ilmu silat Pendekar Bai yang begitu tinggi, minum arak pun pasti tidak akan kalah. Kali ini ada kesempatan untuk minum biarlah kami bersulang untuk Pendekar Bai."

Kepala Bai Tian Yu terasa pusing mendengar suara-suara ribut semacam ini. Dia tidak bisa mendengar mereka bicara apa, dia hanya bisa diam dan tertawa dengan kecut.

Tiba-tiba ada sebuah benda hitam melayang dari tempat gelap menuju ke arahnya. Benda itu membawa angin yang begitu kencang, membuat baju orang-orang yang di sana tampak berkibar.

Semua orang berusaha untuk menghindar. Ternyata benda itu terjatuh di atas meja, membuat gelas dan piring di atas meja itu pecah karena tergetar. Benda itu tak lain adalah pohon yang tumbuh di sisi lapangan kosong itu.

Pohon ini beratnya mencapai 200-250 kilogram. Berhasil dicabut oleh seseorang, kemudian dilempar ke atas meja. Tenaga orang ini benar-benar membuat orang-orang di sana menjadi kaget. Mereka segera melihat ke tempat gelap itu.

Sinar bulan seperti air. Di dalam kegelapan yang tadinya terdapat pohon yang ditanam, sekarang terlihat ada 2 orang berdiri di sana.

Kedua orang itu entah datang dari mana? Dan sejak kapan mereka sudah datang? Tidak ada seorang pun yang tahu. Mereka berdua berbaju panjang dan hitam. Wajah mereka ditutup oleh topeng.

Topeng yang digunakan mereka adalah topeng berbentuk wajah pendekar yang sedang membuka mulut tertawa, tapi orang yang tinggi itu topengnya malah menutup mulutnya dengan tangan seakan-akan hendak menangis.

Topeng itu yang satu tertawa dan yang lainnya seperti akan menangis. Jika dikenakan di pagi hari pasti akan terasa lucu tapi sekarang hari sudah begitu larut. Di malam yang begitu sunyi semua ini terasa benar-benar misterius.

Angin malam berhembus agak kencang. Meniup baju kedua orang ini. Baju yang tertiup oleh angin, membawa udara dingin, Wu Zheng Xing gemetar karena kedinginan. Dia  berkata,  "Ini...ini. adalah dua orang teman, apakah Anda berdua pun kenal dengan Pendekar Bai?"

"Tidak."

"Kalau begitu siapakah kalian?"

"Mengapa kau tidak bertanya kepada mereka?" Xie Xiao Yu berkata, "kau adalah murid Shao Lin dan juga orang dari daerah sini. Tempatmu didatangi oleh 2 orang yang tidak dikenal, mengapa kau bisa tidak tahu?"

Wu Zheng Xing menegakkan dadanya. Dia ingin bieara dengan nada wibawa, murid Shao Lin menanyakan sesuatu  kepada  mereka,  tapi  begitu kepalanya diangkat dia melihat 4 mata dengan sinar dingin melihatnya. Dingin seperti mata pisau.

Orang yang memakai topeng berwajah tertawa, tertawa dengan pelan-pelan lalu dia berkata, "Tidak disangka di sini masih ada murid Shao Lin. Maaf! Maaf!" suara tawanya terdengar sangat misterius.

Yang memakai topeng berwajah menangis dengan seram berkata, "Sudah lama aku mendengar tentang si Kepalan Sakti Shao Lin yang selalu tidak terkalahkan, apakah teman mau memberikan sedikit petunjuk?" Suara orang itu sangat aneh karena dia memakai topeng berwajah menangis. Dia terdengar seperti sedang menangis, sambil bicara dia memungut sebuah batu yang berada di bawah tanah. Kemudian batu itu dijepit di antara kedua telapak tangannya, pada saat dia berkata "memberikan sedikit petunjuk', batu yang dijepit itu sudah hancur-berantakan seperti pasir dan jatuh ke tanah.

Ilmu telapak tangan yang hebat. Jangankan orang-orang biasa, orang seperti Wu Zheng Xing pun merasa ketakutan dan dia menjadi pucat, Bai Tian Yu dan Xie Xiao Yu pun merasa terkejut.

Wu Zheng Xing bernafas dengan sesak dan berkata, "Aku...aku. "

Kata-katanya belum selesai, dia sudah roboh menimpa Zhang Jian Ming, karena kakinya lemas dan tidak bisa berdiri lagi.

Zhang Jian Ming melihat Bai Tian Yu, tiba-tiba dengan berani dia berteriak, "Teman kau berasal dari golongan mana? Apakah Anda berdua tidak tahu siapa yang sedang duduk di sini?"

"Siapa dia?" tanya si topeng yang berwajah menangis.

"Kelihatannya hanya orang yang selalu berbohong, termasuk tikus-tikus kecil itu," si topeng tertawa sedang tertawa terbahak-bahak.

Wajah Zhang Jian Ming memerah dan berkata, "Harap jaga mulut Anda! Mereka adalah orang terkenal, Bai Tian Yu dan putri dari Tuan Muda Ketiga, Xie Xiao Feng."

"Hari ini kami ke sini untuk mencari Xie Xiao Yu dan Bai Tian Yu," kata si topeng berwajah menangis itu, "bila kalian berteman dengan mereka, semua adalah orang yang sedang kita cari, jika yang tidak ada hubungannya dengan mereka, lebih baik berdiri di sebelah sini."

Tiba-tiba orang-orang yang berada di sana langsung menjauh dari Bai Tian Yu. Yang tersisa hanya Bai Tian Yu dan Xie Xiao Yu yang masih diam di tengah-tengah.

"Kami sama sekali tidak ada hubungan dengan Bai Tian Yu. Kami tidak mengenal dia," jelas Zhang Jian Ming dengan tertawa. Yang lain pun ikut tertawa dan berkata, "Siapa itu Bai Tian Yu, kami sama sekali tidak mengenalnya."

"Kalian semua memang tikus!" seru si topeng berwajah menangis.

Bai Tian Yu tiba-tiba mendekati Zhang Jian Ming dan tertawa, "Tuan Zhang, kita sudah berteman begitu lama, apakah kau tidak mau membantuku?"

"Kau...kau siapa?" bibir Zhang Jian Ming menjadi pucat, "aku tidak kenal denganmu. Mengapa kau sembarangan bicara?"

"Kalau kau tidak mengenalku, arak yang tadi kau suguhkan, akan kukembalikan padamu!"

Bai Tian Yu mengangkat cangkir araknya, lalu dia menumpahkaran arak itu kepada Zhang Jian Ming. Zhang Jian Ming hanya bisa terpaku seperti patung, dia tidak berani menghindar. Bai Tian Yu tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kau harus mengganti namamu menjadi si mata keranjang tukang main perempuan." Dalam tawanya, Bai Tian Yu sudah lari hampir seperti terbang.

Orang bertopeng itu pun ikut pergi. Sekali melayang dia sudah melayang ke tempat jauh. Dua kali terbang dia langsung menghilang ke dalam kegelapan. Ilmu meringankan tubuh Bai Tian Yu benar-benar membuat orang menjadi kaget.

Xie Xiao Yu adalah putri dari Tuan Muda Ketiga, ilmu meringankan tubuhnya pun tidak kalah dengan Bai Tian Yu.

Mereka berdua mengikuti bayangan kedua orang itu. Bai Tian Yu tidak ingin terlalu dekat dengan kedua orang itu. Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu dan berkata, "Musuhmu memang banyak.”

"Bukankah kedua orang itu adalah musuhmu?" Xie Xiao Yu balik bertanya. "Aku?" Bai Tian Yu terpaku, "kedua orang itu belum pernah kulihat sebelumnya." "Aku pun belum pernah bertemu dengan mereka."

Walaupun mulut mereka berbicara, tapi tubuh mereka sama sekali tidak berhenti. Kedua orang yang berada di depan mereka tidak mengurangi kecepatan mereka.

Melihat dari sisi pemandangan. Dari tempat yang sepi semakin mendekati kota. Sepertinya mereka akan kembali ke kota.

Angin malam dengan dingin menghembusi tubuh mereka. Angin membawa harum bunga beraneka ragam.

Bayangan mereka masuk ke sebuah taman yang penuh dengan bunga.

Kedua orang bertopeng itu berhenti di tengah-tengah taman bunga. Dengan dingin mereka melihat Bai Tian Yu dan Xie Xiao Yu. Xie Xiao Yu dan Bai Tian Yu pun mengurangi kecepatan. Selangkah demi selangkah mereka ikut masuk ke taman itu.

Di taman yang terdapat berbagai macam bunga ada 2 buah peti mati kecil tersimpan di sana. Bai Tian Yu melihat peti mati ini. Dia tertawa kecut dan berkata, "Jika peti mati itu disediakan untukku sepertinya terlalu kecil."

"Jika badanmu terbagi 2, bukankah peti itu sangat pas untukmu?" si topeng berwajah tertawa itu tertawa terbahak-bahak. Xie Xiao Yu berkata, "Tubuhmu dan tubuhku hampir sama, aku rasa peti mati itu cocok untukmu juga."

Si topeng menangis itu menunjuk ke arah peti mati dan berkata, "Silakan!" "Silakan?" Xie Xiao Yu dengan kaget bertanya, "silakan apa?"

"Silakan makan."

"Makan?" Xie Xiao Yu lebih kaget lagi, "makan dari peti mati?"

Si topeng menangis itu melambaikan tangannya, peti mati itu terbuka. Terlihat di dalam peti mati ada 2 orang yang sangat kecil terbaring di sana.

"Apakah kalian berdua menyuruh kami mentraktir orang mati?" tanya Xie Xiao Yu.

"Apakah kau berharap kami akan menraktirmu dengan makan yang enak-enak?" si topeng berwajah menangis itu tertawa. Tawanya terdengar seperti setan yang sedang menangis.

Suara tawanya belum berhenti, si topeng berwajah tertawa itu sudah memasukkan tangannya ke dalam peti mati. Terdengar suara Kreek, seperti ada barang yang diputuskan.

Begitu tangannya keluar dari peti mati, dia memegang sebuah tangan manusia yang masih tampak mengeluarkan darah. Dengan enak dia menggigit tangan manusia yang masih ada darahnya itu.

"Qing Qing, kemarilah, orang ini belum lama mati, dagingnya masih segar!"

Sambil tertawa dia mulai menggigit tangan itu. Darah mengalir dari sudut mulutnya. Keadaan itu membuat Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng merasa seram dan ingin muntah.

Xie Xiao Yu terkejut juga marah, "Kalian benar-benar "

Kata-katanya belum selesai, Bai Tian Yu ikut mengulurkan tangannya dan masuk ke dalam peti mati.

Kreek, dia memutuskan sebuah tangan manusia dan dia pun ikut makan tangan manusia yang masih ada darah itu. Darah mengalir di kedua tangannya.

Keadaan ini membuat bulu kuduk Xie Xiao Yu merinding, "Bai Tian Yu, sejak kapan kau belajar makan orang mati?"

"Orang ini benar-benar masih segar," Bai Tian Yu tertawa dan berkata lagi, "rasanya pun sangat enak. Mari, kau pun harus ikut mencoba memakannya." Xie Xiao Yu marah dan kaget. Dia tampak kebingungan. Kedua orang bertopeng itu tertawa terbahak-bahak.

Si topeng berwajah tertawa, tawanya terdengar seperti suara lonceng. Dia berkata, "Aku tahu dengan cara seperti ini tidak akan ada yang bisa menipu Bai Tian Yu."

Diiringi suara tawa, tiba-tiba di sekeliling mereka muncul puluhan lampion, membuat taman bunga itu terang seperu di siang hari.

Sekarang Xie Xiao Yu baru melihat kalau tangan yang masih berdarah itu ternyata adalah akar bunga teratai. Dan darah segar itu ternyata air gula merah. Mulut Xie Xiao Yu menganga, "Ini...ini apa yang telah terjadi?"

Kedua orang bertopeng itu sambil tertawa melepaskan topengnya. Ternyata mereka adalah Zang Hua dan Ren Piao Ling.

Xie Xiao Yu melihat mereka, dia ikut tertawa dan berkata, "Lucu, memang lucu. Seumur hidupku belum pernah aku bertemu dengan hal yang begitu lucu. Kalian benar-benar banyak akal."

"Ini bukan ideku," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "itu idenya."

"Aku tahu jika dikelilingi oleh orang seperti itu, bukan hal yang menyenangkan," kata Zang Hua, "karena itu aku berpikir, hanya dengan cara seperti ini baru bisa membuat kalian meninggalkan orang-orang itu sekalian untuk bersenang-senang."

"Cara yang sangat bagus," Xie Xiao Yu bertepuk tangan, "kecuali Kakak Hua, sepertinya tidak ada yang mempunyai ide seperti ini."

"Tapi dengan cara apa pun, tetap tidak bisa membuat Kakak Bai tertipu," kata Ren Piao Ling.

-ooodwooo-

BAB 4 Bunga Chrysan di lengan kiri.

Di sini ada makanan dari daging binatang yang berasal dari gunung ada juga ada makanan dari laut. Apalagi araknya, ternyata araknya adalah arak nomor satu.

Tapi sumpit Zai Si tidak bergerak, dia hanya minum beberapa teguk arak saja.

Hua .Man Xue dengan tersenyum melihatnya. Suaranya membawa senyum, "Sudah lama aku mendengar kalau Tuan Zai Si adalah jago minum dan bisa menilai makanan dengan sangat teliti.” Dia berkata lagi, "Hari ini aku tidak tahu kalau Tuan Zai Si akan datang kemari, karena itu aku hanya bisa menyiapkan sedikit makanan, harap Tuan Zai Si memakluminya."

"Di Zui liu Ge ada 3 hal yang menjadi andalan. Yang pertama adalah perempuan cantik, Ketua Hua adalah andalan nomor satu di sini. Kedua adalah sayurnya dan arak Zui Liu Ge," kata Zai Si.

"Tuan terlalu memuji."

"Hari ini aku datang kemari karena sedang menjalankan perintah Tuan Huang Fu. Jika tidak sedang bertugas aku pasti sudah mencoba semua barang andalan yang ada di sini," kata Zai Si.

"Menjalankan perintah Tuan Huang Fu?" tanya Hua Man Xue, "malam ini Tuan Zai Si datang karena hal apa?"

"Hua Yu Ren."

"Hua Yu Ren?" tanya Hua Man Xue, "apakah dia lelah membuat Tuan Huang Fu tidak menyukainya?"

"Tidak," jawab Zai Si, "aku hanya ingin mendengarkan cerita mengenai Hua Yu Ren sekali lagi." "Apakah Tuan Zai Si masih tidak percaya pada kata-kataku yang dulu?"

"Tidak, bukan begitu!" jawab Zai Si sambil tertawa, "aku hanya ingin sekali lagi mendengar kata-kata dari Ketua Hua. Jika Tuan Huang Fu bertanya lagi, maka aku bisa lebih lancar menjawabnya."

Hua Man Xue mengobrol dengan Zai Si di kamar tidurnya.

Kamar untuk orang seperti Hua Man Xue, seharusnya kamarnya dihias dengan bagus dan mewah, tapi Zai Si baru tahu kalau kamarnya sangat sederhana. Semua barang tersimpan di tempat yang semestinya.

Di tembok terpasang sebuah lukisan bunga teratai yang terapung di atas air. Lukisan itu dilukis dengan tinta. Di dekat tempat tidur ada sebuah baskom bunga teratai yang sangat wangi. Di atas meja rias terdapat alat-alat kosmetik yang didatangkan dari ibukota.

Di jendela tergantung kain tipis berwarna putih. Di dalam hembusan angin malam, kain ini seperti baju dewi.

Cahaya bulan melewati kain tipis itu, dengan lembut berhenti di wajah Hua Man Xue. Sorot mata yang lembut berhenti di wajah Zai Si.

"Dua puluh tahun yang lalu ketika aku sedang dalam perjalanan pulang melewati Wen Xin Ya, tiba-tiba aku mendengar ada suara tangisan bayi," Hua Man Xue dengan pelan bercerita "akhirnya di antara tumpukan bunga aku menemukan seorang bayi yang terbungkus oleh kain yang penuh dengan darah."

"Waktu aku menggendong bayi itu, aku melihat ada selapis kain kecil yang disemat di dalam dada bayi itu. Di atas secarik kain itu terdapat tulisan darah yang berisi beberapa kata."

"Kata-kata apa?"

"Harap menjaga bayi ini baik-baik. Kelak anak itu pasti. " kata Hua Man Xue, "hanya ada kata-

kata itu."

Zai Si tampak berpikir sebentar, lalu dia bertanya, "Apakah kain itu masih ada?" "Masih ada."

Dari dalam sebuah kotak yang bagus, Hua Man Xue mengeluarkan secarik kain itu. Kain yang sudah berwarna kekuningan dan kata-kata yang tertulis di atas kain itu sudah terlihat kecoklatan.

Bagitu Zai Si melihat kain itu, dia tahu kata-kata di atas kain itu ditulis oleh seorang perempuan dalam keadaan terburu-buru. Di atas kain itu tertulis, "Harap menjaga bayi ini baik-baik, kelak anak itu pasti. "

Pasti masih ada sambungan dari tulisan itu hanya saja perempuan itu tidak mempunyai waktu meneruskan tulisan surat ini.

Zai Si tampak berpikir sebentar, lalu dia bertanya, "Apakah kain ini boleh kubawa pulang?" "Silakan!"

Hua Man Xue mengangguk dan berkata, "Begitu aku membawa bayi itu pulang, setelah kumandikan aku baru melihat ada kalung bertanda elang di dadanya."

"Kalung bertanda elang?"

"Benar," kata Hua Man Xue, "terakhir aku baru tahu bahwa elang adalah lambang Nan Jun Wang."

"Apakah kalung itu masih ada?" "Masih ada!"

Hua Man Xue mengeluarkan sebuah kalung dari sebuah wadah yang bagus. Liontin kalung ini benar-benar bergambar seekor elang. "Kau boleh membawa pulang kalung itu," kata Hua Man Xue. "Terima kasih!"

Zai Si menyimpan kain dan kalung di balik dadanya.

"Terakhir aku menelusuri masalah ini, aku baru tahu sewaktu aku menemukan bayi  itu, ternyata bayi perempuan Nan Jun Wang yang baru lahir kemudian menghilang," kata Hua Man Xue, "dari berbagai macam bukti yang kukumpulkan, aku yakin kalau Hua Yu Ren adalah putri Nan Jun Wang yang sudah lama menghilang."

"Sepertinya memang seperti itu," Zai Si seperti sedang berpikir.

"Kata-kata yang terdapat di kain itu, sekarang bisa kumengerti, orang yang meninggalkan kain berisi tulisan itu pasti ingin menulis seperti itu," kata Hua Yu Ren, "memperlakukan bayi itu  dengan baik, kelak kau pasti akan mendapatkan rejeki."

Zai Si setuju dan mengangguk. "Kalau Hua Yu Ren adalah putri Nan Jun Wang, kebaikanmu pasti ada balasannya," Zai Si berkata sambil tersenyum.

"Aku tidak berani," kata Hua Man Xue, "aku hanya rakyat kecil, aku hanya berharap Nan Jun Wang bisa berkumpul kembali dengan putrinya."

Setelah keluar dari Zui Liu Ge, Zai Si berdiri di sebuah jalan panjang yang sepi, Zai Si mengangkat kepalanya melihat bintang-bintang yang ada di atas langit.

Setelah melewati waktu kira-kira seperminuman secangkir teh, tiba-tiba Zai Si melambaikan tangannya ke tempat gelap, segera muncul sesosok bayangan bergerak cepat dari kegelapan. Dengan sikap hormat dia berdiri di hadapan Zai Si.

"Siapkan kuda! Kuda yang bisa berlari dengan cepat!" Zai Si dengan dingin berkata, "Aku harus segera sampai ke tukang tato bermarga Li."

"Siap!"

Kuda berlari dengan kencang. Kuda berlari hingga melewati 3 kota kecil, sebuah kota besar. Dan pada dini hari dia tiba di sebuah kota kecil bagian utara. Sebuah desa yang bernama San Jiao Cun (desa tiga sudut). San Jiao Cun berada di sebuah kaki gunung. Penduduk di sana kebanyakan bekerja sebagai menjual kayu dan kulit binatang untuk menghidupi mereka.

Matahari bergerak seperti seorang bayi yang baru bangun dari tidurnya. Dia menggerakan kedua tangannya dan keluar dari sebelah timur.

Satu-satunya jalan di San Jiao Cun, di ujung jalan itu ada sebuah rumah yang tampak berdiri sendiri. Orang yang tinggal di sana sudah menetap turun temurun dan bekerja sebagai tukang tato. Teknik mereka nomor satu dalam urusan membuat tato.

Sampai generasi yang hidup sekarang bernama Li Qi Cheng , kebanyakan orang memangilnya Li Shi Fu atau si Tato Li.

Zai Si semalamanan menunggang kudanya dengan cepat, semua ini dia lakukan untuk mencari si Tato Li.

Tahun ini Li Cji Cheng berusia 67 tahun. Sampai saat ini belum memiliki istri, sepertinya teknik mentato milik keluarganya akan segera musnah, karena hanya bertahan sampai di generasinya saja.

Mengapa teknik yang begitu kuno dan rahasia akan musnah di tangannya? Apakah karena egonya manusia, tidak ingin diturunkan kepada orang lain?

Apakah manusia sudah terlalu maju? Terlalu maju hingga tidak sudi untuk mempelajari teknik yang begitu rahasia dan kuno. Biasanya orang yang memiliki keahlian khusus pasti mempunyai sifat aneh, tapi Li Qi Cheng merupakan pengecualian. Dia sangat ramah dan senang berteman. I)i wajahnya yang sudah berusia 67 tahun masih sering terlihat senyum nakal seorang bocah.

Sekarang dengan tersenyum dia melihat kepada Zai Si, "Siapakah nama Tuan?" "Zai Si. Zai artinya adalah menumpang orang, Si artinya adalah berpikir."

"Zai Si" kata Shi Fu Li, "pagi begini kau sudah datang, ada keperluan apa?" "Aku dengar Shi Fu Li sangat mahir mentato orang?"

"Tidak juga," Wajah Li Qi Cheng muncul tawa nakal, "hanya saja orang lain tidak mau belajar teknik bertato. Aku hanya orang yang bodoh karena itu seumur hidupku aku selalu belajar teknik bodoh ini."

Ini adalah kata-kata jujur darinya. Semua pekerjaan dilakukan hanya melihat apakah kau aiempunyai niat atau tidak?

Kata Zai Si, "Niat, kata ini bisa membuat orang belajar lebih lama."

"Tuan Zai Si telah datang kemari, apakah ingin aku mentato tubuh Tuan? Atau Tuan datang karena ada alasan lain?"

Zai Si belum menjawab tapi Li Qi Cheng dengan tertawa berkata lagi, "Sayang Tuan Zai Si terlambat 20 tahun," Li Qi Cheng menggelengkan kepalanya, "sejak dua puluh tahun yang lalu aku sudah menutup jarum."

"Oh ya?" Zai Si merasa aneh, "dua puluh tahun yang lalu, Shi Fu Li sudah menutup jarum dan tidak pernah mentato orang lain lagi?"

"Kalau jarum sudah ditutup, mana bisa membuat tato di tubuh orang lain?"

Zai Si tampak berpikir sebentar, segera dia berkata, "Hari ini aku ke sini bukan untuk ditato." "Lalu untuk apa Tuan datang kemari?"

"Hanya ingin menanyakan sesuatu kepada Shi Fu Li." "Silakan katakan!"

"Apakah Shi Fu Li pernah mentato seorang bayi atau gadis kecil?" tanya Zai Si pelan-pelan.

"Aku mulai belajar mentato sejak umur 7 tahun, pada usia 15 tahun aku sudah menjadi Shi Fu. Hingga 20 tahun yang lalu aku sudah menutup jarum. Jadi jumlah waktuku mentato adalah 32 tahun," kata Li Qi Cheng, "dalam kurun waktu 32 tahun ini aku sudah membuat banyak tato. Begitu banyak hingga aku tidak ingat sudah berapa orang yang kutato."

"Bayi itu atau gadis kecil itu, jika Shi Fu Li pernah mentatonya, pasti kau akan ingat." "Mengapa?"

"Karena gambar yang ditato di tubuhnya sangat istimewa," kata Zai Si, "apalagi jika ditato olehmu, kau pasti akan ingat."

Tiba-tiba tawa nakal Shi Fu Li menghilang. Digantikan dengan senyum hormat, suaranya terdengar penuh dengan kebanggaan.

"Semua yang datang ke sini dengan tujuan untuk ditato, pasti memiliki gambar-gambar yang sangat istimewa," dia berkata, "gambar istimewa pun bisa mencapai beribu-ribu macam."

"Aku tahu gambar tato Shi Fu Li beraneka macam," Zai Si tertawa, "tapi gambar ini sepertinya adalah tato Shi Fu Li yang paling istimewa."

"Oh ya?" Li Qi Cheng merasa aneh, "gambar apa?"

"Bunga Chrysan," jawab Zai Si, "sekuntum bunga Chrysan." "Sekuntum bunga Chrysan?" ulang Shi Fu Li. "Benar," jawab Zai Si, "di lengan seorang bayi atau seorang gadis kecil kau telah mentato sekuntum bunga Chrysan."

"Chrysan, Chrysan."

Tiba-tiba Li Qi Cheng tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya penuh nada nakal. Begitu suaranya mengecil, dia baru membuka mulutnya, "Chrysan, benar gambar ini adalah gambar yang paling istimewa dalam kehidupanku," kata Li Qi Cheng, "gambar itu hanya gambar biasa, hingga aku tidak ingin mentatonya. Begitu biasanya sampai aku merasa gambar itu istimewa."

"Aku tahu Shi Fu Li pasti pernah mentatonya dan kau pasti akan ingat," kata Zai Si, "apakah ini betul?"

Tiba-tiba Li Qi Cheng tidak tertawa lagi. Sorot matanya melewati jendela melayang ke tempat jauh di bagian timur. Sorot matanya tampak bingung, tapi ekspresinya terlihat manis. Dia seperti tenggelam dalam kenangannya.

Zai Si tidak mengganggunya, hanya dengan diam memperhatikan Shi Fu Li.

Setelah agak lama dia baru mendengar Shi Fu Li berkata, "Siapa pun yang membawa gambar seperti itu lalu mencariku dan menyuruhku untuk mentatonya, aku pasti akan memukul orang itu dengan kayu dan mengusirnya keluar. Hanya dia saja, hanya dia yang baru bisa menyuruhku mentato gambar seperti itu."

"Siapakah dia?" Zai Si merasa sedikit tegang.

"Aku sudah mentato dia dengan sangat teliti, 3 hari aku baru bisa menyelesaikan pekerjaanku." "Siapakah dia?" Zai Si bertanya lagi.

"Sebenarnya aku ingin mengerjakannya lagi selama beberapa hari tapi sayang gambar seperti itu paling lama kukerjakan dalam waktu 3 hari."

Li Qi Cheng masih tenggelam dalam kenangannya. Zai Si hanya melihatnya, tiba-tiba dia mengangkat tangan kanannya, entah dengan cara apa dia melambaikan tangan itu ke wajah Shi Fu Li. Tiba-tiba Li Qi Cheng seperti baru tersadar.

Dia sudah sadar tapi wajahnya masih terlihat sisa kenangan manis, tapi dengan sorot mata tidak suka dia melihat Zai Si.

Siapa pun jika sedang mengenang masa lalu yang manis, pada saat terganggu, dengan sorot mata seperti itu dia akan melihat orang yang mengganggunya. Zai Si mengerti, karena itu dia dengan tawa penyesalan dia melihat ke arah Shi Fu Li, kemudian dia bertanya lagi, "Siapakah dia?" tanya Zai Si, "perempuan yang membawa gambar tato Chrysan itu siapa? Dia menginginkan gambar tato itu ditato kepada siapa?"

"Aku tidak tahu."

"Tidak tahu?" Zai Si hampir pingsan.

"Benar," jawab Li Qi Cheng, "aku tidak tahu dari mana perempuan itu datang dan ke mana dia akan pergi lagi? Juga tidak tahu siapa namanya?"

Dia tidak mengganggu Zai Si membuka mulut, dia segera berkata, "Walaupun aku tidak tahu siapa perempuan itu dan juga tidak tahu siapa namanya, tapi itu sudah cukup bagiku," Zai Si masih mendengarkan.

"Selama 3 hari aku membuat tato itu, dia tidak pernah menmggalkanku, barang semenit atau sedetik dia tetap di dekatku," suara Li Qi Cheng seperti orang mabuk, "walaupun aku tahu jika gambar ini selesai maka dia akan meninggalkanku dan juga akan segera melupakanku, tapi aku tidak peduli dengan semua itu."

Dia mengangkat kepalanya untuk melihat Zai Si dan berkata, "Apakah kau tahu perasaan apakah ini? Apakah kau pernah merasakan perasaan seperti ini?" "Aku tahu," jawab Zai Si, "perasaan seperti itu tidak setiap orang bisa mengalaminya."

"Benar," ucap Li Qi Cheng, "karena itu aku tidak menyesal dengan apa yang telah dia perbuat kepadaku."

"Dia telah melakukan apa kepadamu?"

Li Qi Cheng tertawa dengan pelan dan mengangkat tangan kirinya.

Zai Si melihat tangan kirinya. Sekarang Zai Si baru melihat kalau tangan kirinya ada bekas luka.

Kemudian Zai Si mendengar Li Qi Cheng berkata lagi, "Sewaktu dia pergi, walaupun dia telah memutuskan urat nadi tangan kiriku tapi aku tidak pernah membencinya."

"Dia merusak tangan kirimu, tapi kau masih bisa memakai tangan kananmu untuk mentato orang," kata Zai Si.

"Apakah kau tidak tahu kalau teknik tato keluarga Li hanya menggunakan tangan kiri?" "Apakah hanya bisa dengan tangan kiri?"

"Benar," jawab Li Qi Cheng, "perbedaan menggunakan tangan kanan atau kiri, tidak bisa dimengerti oleh orang luar."

Zai Si setuju dan mengangguk. Teknik setiap keluarga pasti ada rahasia tertentu dan pasti ada alasannya. Zai Si tidak ingin tahu tentang semua itu karena itu dia segera bertanya, "Dia ingin kau mentato gambar itu di tubuh siapa?"

"Seorang bayi yang bahkan belum berusia 6 bulan." "Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan."

"Dia ditato di mana?" "Di lengan sebelah kiri."

Mata Zai Si menjadi terang, "Apakah kau ingat apakah ditato di tangan sebelah kiri, bukan kanan?"

Cukup sudah, asal tahu pernah ada seorang perempuan yang membawa seorang bayi peremnuari untuk ditato bunga Chrysan, ini sudah cukup

Apalagi perempuan ini dengan kejam memutuskan urat nadi tangan kiri Li Qi Cheng tapi Li Qi Cheng tidak membencinya. Berarti perempuan ini pasti sangat cantik. Kecantikan membuat seseorang tidak bisa membenci bagaimana pun kelakuannya.

Hua Man Xue sekarang masih cukup cantik. Dua puluh tahun yang lalu dia pasti sangat cantik sehingga membuat orang menjadi mabuk kepayang dan membuat hati laki-laki. menjadi hancur.

Terhadap hasil yang telah didapatnya, Zai Si cukup merasa puas. Dengan tersenyum dia segera pamit pulang. Sewaktu dia keluar dari pintu, Li Qi Cheng memanggilnya.

”Tunggu sebentar!” panggil Li Qi Cheng, "ada satu hal yang kulupa dan aku harus memberitahumu."

"Tentang apa?"

"Ini tidak terlalu penting bagimu, tapi aku tetap merasa lebih baik kalau aku memberitahumu." "Terima kasih," kata Zai Si, "kau lupa mengatakan tentang apa?"

"Setelah bayi ditato gambar itu, sejam kemudian dia langsung meninggal."

"Apa?" Zai Si dengan kaget bertanya, "kau tadi berkata apa? Apakah bisa kau ulangi sekali lagi?"

"Aku mengatakan sesudah ditato, bayi itu langsung meninggal," Li Qi Cheng mengulangi lagi. "Meninggal?" "Benar."

"Mengapa bisa meninggal?"

"Seorang bayi yang belum berusia 6 bulan mana bisa menahan siksaan seperti itu?" kata Li Qi Cheng, "apalagi tubuh bayi itu sangat lemah, mungkin dia terkena infeksi dan meninggal."

"Apakah perempuan yang mengantarkan bayi itu pernah mengatakan sesuatu?" "Dia hanya melihat bayi itu kemudian dia tertawa dengan kecut."

"Hanya itu saja?"

"Benar!" jawab Li Qi Cheng, "tapi dia pernah mengatakan sebuah kalimat." "Kalimat apa?"

"Katanya, mungkin semua ini adalah kehendak Tuhan!" "Hanya itu saja?"

Zai Si berpikir lagi. Tidak lama kemudian dia bertanya lagi, "Apakah dia membawa bayi lain untuk ditato lagi?"

"Nadi tangan kiriku sudah putus mana bisa aku mentato lagi?" Li Qi Cheng tertawa dengan kecut.

-ooodwooo-

BAB 5 Orang ketiga.

Air semakin dingin, Hua Yu Ren masih berendam di sebuah tong besar. Dia benar-benar tidak ingin bangun dari sana.

Kedua pundaknya yang menyembul dari dalam air, terlihat putih seperti buah pir, membuat orang ingin menggigitnya.

Lengan kirinya terdapat gambar sekuntum bunga Chrysan. Bila dilihat dari air seperti bunga Chrysan asli.

Rambutnya yang panjang terapung ke atas air seperti pohon Yang Liu yang berada di pinggir danau, membuat orang ingin meraihnya

Wajahnya tidak dirias, tapi kedua pipinya merah seperti matahari di musim dingin. Bulu matanya panjang dan lentik, matanya tampak terang dan dalam.

Kecantikannya tampak begitu sempurna. Kecantikannya membuat orang tidak berani menyerangnya. Tapi di balik bulu matanya selalu terlihat matanya yang membawa perasaan mendalam

Sesudah makan malam, kemudian beristirahat selama setengah jam, dia berpesan kepada pelayan agar menyiapkan air panas di sebuah tong kayu yang besar. Kemudian dia berendam di dalam air panas hingga pelayan memberitahu kepadanya bahwa Tuan Zai Si memintanya bertemu, setelah mendengar itu dengan malas-malasan dia baru meninggalkan tong kayu yang besar itu.

Setelah dia selesai memakai baju dan masuk ke ruang tamu, arak yang berada di tangan Zai Si sudah mencapai cangkir yang keempat.

"Maaf, kau sudah menunggu terlalu lama," Hua Yu Ren berkata dengan tertawa. "Waktu berkunjungku yang tidak tepat, seharusnya aku yang meminta maaf." Hua Yu Ren tertawa dan berkata, "Silakan duduk." Setelah itu Zai Si baru duduk, Hua Yu Ren bertanya, Tuan Zai, Tuan datang ke sini karena—"

"Tidak ada apa-apa," jawab Zai Si, "aku hanya ingin mengunjungimu dan menanyakan apakah kau masih membutuhkan sesuatu?"

"Aku tidak membutuhkan apa-apa lagi," kata Hua Yu Ren, "semua yang ada di sini aku tidak sempat memakainya, mana mungkin masih kekurangan?"

Zai Si tertawa, dia meneguk araknya lagi dan berkata, "Nona Hua, apakah ibumu sering menceritakan tentang masa kecilmu?"

"Benar, ibu memang sering menceritakannya." "Apakah kau bisa menceritakannya untukku?"

"Boleh, mengapa tidak?" Hua Yu Ren dengan pelan mulai bercerita, "sewaktu aku baru berumur satu tahun, di Wen Xin Ya di antara semak-semak bunga aku ditemukan oleh ibuku di sana."

"Lalu bagaimana?"

"Kata ibuku, waktu itu aku terbungkus oleh kain yang penuh dengan darah. Di dadaku terdapat secarik kain yang telah ditulis dengan beberapa kata."

"Apakah kau pernah melihat kain itu?"

"Tidak," jawab Hua Yu Ren, "menurut ibuku, kain itu terlalu bau amis, bila sudah melihatnya maka perasaan kita menjadi tidak enak."

”Kekhawatiran ibumu sangat benar," kata Zai Si, "apakah kau masih ingat sewaktu kau masih kecil, apakah ibumu pernah membawamu ke tabib, karena sakit atau...mencari seseorang yang dengan jarum menusuk tubuhmu?"

Hua Yu Ren tampak berpikir sebentar, lalu dia menjawab, "Tidak pernah!"

"Aku ingin bertanya lagi tentang satu hal, harap kau jangan salah paham dan jangan marah," kata Zai Si.

"Aku tidak berani," Hua Yu Ren tertawa dan berkata, "silakan jika ingin bertanya."

"Apakah di tubuhmu ada tanda lahir?" Zai Si melihatnya, "atau kau mempunyai tanda lain?" Hua Yu Ren tertawa dan menjawab, "Ya, ada."

"Apakah itu merupakan tanda lahir?"

"Bukan," jawab Hua Yu Ren, "itu adalah gambar sekuntum bunga Chrysan." "Bunga Chrysan?" tanya Zai Si, "ada di sebelah mana tanda itu?"

"Ada di tangan kiriku," jawab Hua Yu Ren, "di lengan kiriku." "Lengan kirimu?" Zai Si bertanya, "tanda itu berwarna apa?" "Kuning."

"Bunga Chrysan berwarna kuning?" Zai Si menjawab, "sekuntum bunga Chrysan berwarna kuning."

"Tuan Zai, mengapa tiba-tiba kau menanyakan tentang hal ini?" Hua Yu Ren dengan bingung bertanya, "apakah ini ada hubungannya dengan posisi sebagai ratu bunga?"

"Tidak!" jawab Zai Si, "Nona Hua, apakah ibumu sering bercerita tentang keluargamu?"

"Ibu sering berkata, mungkin aku adalah putri dari seorang yang kaya," kata Hua Yu Ren, "mungkin karena suatu hal maka aku diletakkan begitu saja di Wen Xin Ya."

"Masalah mengenalmu, apakah ibumu pernah menceritakannya kepada orang lain?"

-ooodwooo- Setelah sampai di sisi ruang tamu, dia tidak bertemu dengan pemuda yang mengantarkan hadiah untuknya.

Sewaktu Fang Yi Hua menanyakan pendapatnya, pemuda itu meninggalkan surat dan hadiah lalu pergi dari sana. Begitu Zai Si sampai di sana, dia hanya melihat Fang Yi Hua yang masih terkejut, ada kotak yang lumayan besar beserta sepucuk surat.

Dia membuka kotak itu. Setelah melihat isi kotak itu, Zai Si pun menjadi kaget.

Di dalam kotak itu tidak ada kepala orang atau kaki orang melainkan sebuah kotak yang penuh dengan perhiasaan.

Sebuah kotak yang penuh perhiasaan. Ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang bulat ada juga yang pipih, ada yang berbentuk persegi ada yang panjang, segala bentuk ada di sana.

Selama hidup Zai Si, dia sering melihat perhiasaan, tapi melihat perhiasaan yang begitu banyak, baru pertama kalinya dia melihat.

Ruang yang berada di pinggir tadinya terkena sinar lampu, tapi setelah kotak itu dibuka, cahaya lampur sudah kehilangan cahayanya.

Sebuah kotak besar yang dipenuhi dengan perhiasaan yang berkilau membuat mata orang tidak bisa terbuka karena terlalu silau.

Sewaktu Zai Si akan mengambil surat itu tiba-tiba dia melihat di dalam kotak perhiasaan tadi terdapat 3 plakat giok.

Di atas 3 plakat giok terdapat gambar 3 setan sakti. Yang satu sedang memegang tongkat, yang satu sedang memegang piring bijak, sedangkan yang satu lagi tangannya sedang mengangkat gunung.

Fang Yi Hua melihat ketiga plakat giok itu, dia bertanya kepada Zai Si, "Apakah Tuan tahu siapa mereka itu?"

Zai Si Udak menjawab, tapi dia tertawa dingin.

Lampu yang berada di atas meja menyinari 3 plakat giok itu. Giok itu mengeluarkan cahaya berwarna kehijauan. Terlihat 3 plakat giok ukiran itu terbuat dari batu giok terbaik.

"Apakah ini?"

Huang Fu Qing Tian melihat plakat giok yang berada di atas meja, dia bertanya kepada Zai Si tentang semua itu.

Zai Si melihat plakat yang diukir dengan gambar satu tangan mengangkat gunung. Dia berkata, "Gunung tertinggi berhasil dipanjat," dia membalikkan kepala melihat Huang Fu Qing Tian dan berkata, "orang yang mengangkat gunung itu bernama Pu Da La."

"Pu Da La?"

"Itu adalah bahasa Tibet," jelas Zai Si, "artinya adalah gunung."

"Orang yang tangan sedang memegang tongkat itu siapakah namanya?" "Duo Er Jia," jawab Zai Si, "Duo Er Jia artinya kekuasaan."

"Yang satu lagi memegang piring bijak, siapakah dia?" "Tie Er Bu."

"Artinya Tie Er Bu adalah kebijaksanaan," kata Huang Fu.

"Benar, ketiga orang ini adalah 3 raja langit yang berada di perkumpulan Mo Mo (para durjana)."

"Tiga raja langit?' "Benar."

Zai Si memberikan surat yang sudah dibuka oleh Huang Fu Qing Tian. Isi surat berbunyi seperti ini: Tuan Nan Wang:

Kami mendengar kalau putri Tuan yang sudah terpisah selama 20 tahun akan kembali ke sisimu, kami merasa sangat senang. Dengan ini kami memberikan ada sebuah kotak perhiasaan untuk menyatakan rasa hormat kami.

Hormat dari Tie Er Bu, Duo Er Jia, dan Pu Da La.

Huang Fu melihat surat itu, setelah lama dia baru bertanya kepada Zai Si, "Mereka mengantarkan perhiasaan ini, apakah ada maksud di belakang semua ini?"

"Pasti ada."

"Apa maksudnya?"

"Mereka mengantarkan perhiasaan ini tak lain adalah untuk membeli nyawa." "Membeli nyawa?"

"Raja langit di perkumpulan para durjana jarang membunuh orang dengan tangan mereka sendiri."

"Mengapa?"

"Karena mereka percaya bila neraka akan bergilir mencapai sasarannya, karena itu mereka tidak mau berhutang kepada hutang reinkarnasi," jawab Zai Si, "karena itu setiap kali mereka keluar untuk membunuh orang, mereka pasti akan mengeluarkan harga untuk membeli nyawa orang sasarannya!"

"Berarti kali ini yang mereka beli adalah nyawaku!" "Benar!"

Dengan pelan Huang Fu mengangkat cangkir araknya. Lalu dengan cepat dia menghabiskan araknya, kemudian dengan lengan bajunya dia membersihkan mulutnya. Dia bertanya lagi, "Apakah ada orang yang pernah melihat wajah ketiga raja langit itu?"

"Tidak ada." "Mengapa?"

"Karena sewaktu 3 raja langit itu membunuh orang, wajah mereka selalu ditutup dengan topeng setan sakti," jawab Zai Si.

"Aku ingat kau pernah mengatakan : 3 raja langit itu sudah mendekati kota Ji Nan?" tanya Huang Fu.

"Benar."

"Orang yang masuk ke kota ini apakah sekarang cukup banyak?"

"Banyak," jawab Zai Si, "setiap hari pasti ada yang masuk ke kota dan juga ada yang keluar dari kota ini."

"Coba kau pikir apakah ada 3 orang yang mirip dengan 3 raja langit itu?" tanya Huang Fu. Zai Si.menjawab tidak tahu, Huang Fu Qing TIan pun sangat mengerti untuk hal ini.

"Tapi aku percaya pasti ada yang tahu," ucap Zai Si tertawa. "Siapa?"

"Tiga raja langit itu sendiri."

Begitu melihat Ren Piao Ling masuk, kepala Hu Bu Bai mulai membesar lagi. Kepada orang yang tidak mau membayar atau orang yang tidak memiliki uang tidak terlalu banyak, kepala Hu Bu Bai selalu membesar.

Ren Piao Ling tidak akan berhutang, tapi dia termasuk orang yang tidak memiliki banyak uang. Hu Bu Bai berharap kali ini hanya dia saja yang datang. Dia berharap Nona Zang Hua tidak datang ke tempatnya.

Tapi keinginannya tidak terkabul. Sewaktu Hu Bu Bai sedang berdoa, Zang Hua berlari masuk ke rumah makannya.

Baru saja Zang Hua duduk, dia sudah bunyi, "Sudah pergi," kata Zan Hua, "tadi pagi dia sudah pergi."

"Xie Xiao Yu ada di mana?" tanya Ren Piao Ling.

"Kemarin malam dia sudah pergi!" jawab Zang Hua, "tadinya dia ingin pergi bersama-sama dengan Bai Tian Yu, tapi Bai Tian Yu tidak mau."

"Dia pasti tidak akan mau," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "sekalipun sudah dilamar dia pun pasti masih malu jika berjalan berdua. Apalagi Bai Tian Yu pergi ke sana untuk mengajak ayahnya bertarung."

"Menurutmu antara Bai Tian Yu dan Xie Xiao Peng, siapa yang akan menang?"

Ren Piao Ling tidak langsung menjawab, dia meneguk arak juga minum setengah cangkir teh. Baru setelah itu dengan pelan-pelan dia berkata, "Xie Xiao Feng adalah Dewa Pedang, sedangkan Bai Tian Yu adalah Setan Pedang," ucap Ren Piao Ling dengan dingin, "yang benar-benar akan menang adalah orang ketiga yang bersembunyi di balik mereka."

"Pihak ketiga di balik mereka?" Zang Hua tidak mengerti, tapi dia langsung bertanya, "siapa?

Siapa orang ketiga itu?"

"Dari luar terlihat sangat alamiah, dia semakin misterius," jawab Ren Piao Ling, "apa pun tentang Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng tidak akan mudah melakukan hal seperti itu."

"Mengapa?"

"Ada 7 bagian yang tidak kumengerti." "Tujuh bagian yang mana?"

"Pertama, katanya Xie Xiao Yu datang untuk melihat penobatan ratu bunga, tapi waktu dia datang hari penobatannya malah sudah lewat."

"Lalu yang kedua?"

"Misalnya Xie Xiao Yu memang ingin datang ke sini, mengapa dia terus tinggal di penginapan kecil di luar kota?" kata Ren Piao Ling, "penginapan kecil itu berjarak jauh dari kota dan memerlukan waktu setengah jam untuk mencapai kota, mengapa dia harus tinggal di penginapan kecil di luar kota Ji Nan?"

"Betul, ini masuk akal juga," Zang Hua mengangguk, "lalu apa yang ketiga?"

"Ketiga, putra tunggal Tie Yan biasanya jarang berkelana di dunia persilatan, mengapa malam ini dia tiba-tiba muncul di penginapan kecil itu?" tanya Ren Piao Ling, "yang keempat adalah Xie Xiao Yu sudah membunuh putra tunggal Tie Yan. Jika dia ingin bersembunyi lalu pulang ke Wisma Shen Jian, tidak ada orang yang berani mengejarnya, mengapa dia tidak pulang saja? Dia malah membiarkan Li Wei menyembunyikannya di Shui Yue Lou?"

"Dengan nama besar ayahnya, walaupun dia masuk ke rumah Huang Fu Qing Tian sekalipun, maka Huang Fu Qing Tian pasti akan sekuat tenaga melindungi dia," kata Zang Hua, "mengapa  dia tidak mau ke rumah Huang Fu saja?"

"Ini adalah alasan kelima," kata Ren Piao Ling, "yang keenam adalah mengapa suami istri Tie Yan bisa tahu kalau orang yang membunuh putra mereka adalah Xie Xiao Yu?" "Alasan ketujuh, mengapa suami istri Tie Yan bisa dengan cepat menemukan Xie Xiao Yu?" tanya Zang Hua.

"Hal ini tidak bisa dicurigai begitu saja," kata Ren Piao Ling, "apakah kau lupa kalau mereka mengejar Tian Chi sampai Shui Yue Lou?"

"Kalau begitu alasan ketujuh itu apa?"

"Ketujuh, mengapa pada saat keadaan begitu tegang, Bai Tian Yu tiba-tiba muncul untuk mengatasi keadaan yang berbahaya ini?" tanya Ren Piao Ling, "siapakah orang yang menyuruh Bai Tian Yu datang ke sana?"

"Mungkin dia adalah orang ketiga itu."

"Benar!" kata Ren Piao Ling, "Xie Xiao Yu tinggal di penginapan kecil di luar kota, pasti sudah, diatur sebelumnya. Tujuannya tak lain adalah membuat dia salah paham dengan putra Tie Yan, lalu membunuh putra Tie Yan."

"Bersembunyi di Shui Yue Lou pun sudah ada yang mengatur," kata Zang Hua, "tujuannya adalah agar Bai Tian Yu bisa menolongnya."

"Benar," ucap Ren Piao Ling, "Orang yang bersembunyi di belakang semua ini dan mengatur apa yang terjadi, tujuan akhirnya adalah agar Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng bertarung."

"Tapi ada sedikit yang tidak kumengerti." "Bagian mana?"

"Bai Tian Yu sudah menolong putri Xie Xiao Feng, apakah Xie Xiao Feng akan memaksa Bai Tian Yu bertarung dengannya?"

"Xie Xiao Feng tidak akan berbuat seperti itu tapi Bai Tian Yu pasti akan melakukannya," Ren Piao Ling tertawa, "Bai Tian Yu pasti akan memaksa Xie Xiao Feng bertarung dengannya."

"Kalau begitu pertarungan ini tidak bisa dihindari lagi?" tanya Zang Hua sambil tertawa-tawa, "apa pun hasilnya, yang menang adalah orang ketiga di balik semua itu."

"Benar."

"Kau sudah tahu ini adalah rencana busuk orang ketiga itu, mengapa kau tidak melarangnya pergi?" tanya Zang Hua.

"Menghabiskan tenaga besar dan waktu yang banyak mengatur rencana yang begitu sempurna, tapi jika hanya ingin supaya Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng bertarung, maka orang ketiga ini sepertinya terlalu bodoh," kata Ren Piao Ling.

"Maksudmu, kecuali membuat Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng bertarung, apakah dia masih ada rencana lain?" Zang Hua berpikir sebentar lalu berkata, "tujuan yang lain mungkin itu tujuannya yang sebenarnya."

"Benar."

"Apakah tujuannya yang satu lagi?"

"Jika Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng bertarung, apakah peristiwa ini akan membuat geger dunia persilatan?"

"Sudah pasti!"

"Pada saat hari pertarungan sudah tiba, apakah akan banyak orang yang datang ke Wisma Shen Jian untuk melihat pertarungan mereka?"

"Pasti akan banyak yang datang."

Kata Zang Hua, "Mungkin sekarang sudah banyak orang yang bersiap-siap pergi ke sana."

Tiba-tiba Zang Hua teringat sesuatu, yaitu hal yang sangat menakutkan. Dengan kaget dia berkata, "Maksudmu jika semua pendekar dan pahlawan dunia persilatan sampai di Wisma Shen Jian, kemudian orang ketiga akan mengambil kesempatan ini untuk membasmi. " Apa yang akan

terjadi selanjutnya, Zang Hua tidak berani berpikir.

"Kemungkinan bukan tidak ada, tapi masih ada kemungkinan kecil," kata Ren Piao Ling, "jika Bai Tian Yu dan Xie Xiao Feng bertarung, apa yang akan terjadi?"

"Apa yang akan terjadi?" Zang Hua berpikir, "tapi aku tidak terpikir ke sana." "Kalau bertarung, apakah mereka berdua harus berhadapan?"

"Apakah Xie Xiao Feng akan meninggalkan Wisma Shen Jian lalu pergi ke kota Ji Nan untuk bertarung?"

"Tidak mungkin," kata Zang Hua, "Xie Xiao Feng bukan pemuda yang berumur 17-18 tahun lagi."

"Betul, karena itu Bai Tian Yu yang harus mencarinya," kata Ren Piao Ling.

"Kalau Bai Tian Yu mencari Xie Xiao Feng, apakah dia akan meninggalkan tempat ini?" "Benar!"

"Pendekar dan orang-orang dunia persilatan apakah mereka pun akan ikut juga?" tanya Ren Piao Ling.

"Benar!" kata Zang Hua, "tujuan orang ketiga itu tak lain adalah menginginkan Bai Tian Yu dan pendekar-pendekar lainnya meninggalkan kota Ji Nan."

"Delapan dan sembilan tidak jauh dari sepuluh."

"Mengapa dia ingin mereka meninggalkan kota Ji Nan?" tanya Zang Hua, "di sini tidak ada tambang emas atau pun tambang perak, dia melakukan semua ini untuk apa? Apakah dia akan mengambil alih kota Ji Nan?"

"Mungkin saja," kata Ren Piao Ling tertawa dan meneguk araknya lagi. Dia berkata, "tapi aku menebak kalau dia berada di sini maka dia akan melakukan suatu hal. Dia tidak mau Bai Tian Yu atau pendekar-pendekar lainnya mengetahui rencana busuknya."

"Karena itu aku tidak melarang Bai Tian Yu pergi ke Wisma Shen Jian, karena aku ingin melihat siapa tuan di balik semua ini? Dan apa yang akan dia kerjakan?"

Sesudah berkata seperti itu Ren Piao Ling tertawa. Dia menuang arak untuk Zang Hua dan juga untuk dirinya sendiri. Kemudian mereka saling bersulang.

"Kalau aku tidak salah tebak, sekarang ini kota Ji Nan sedang sangat ramai," kata Ren Piao Ling, "mungkin akan ada opera yang bisa kita tonton."

Kata-katanya belum selesai, wajah Ren Piao Ling sudah berubah, begitu selesai bicara wajahnya seperti membeku. Sepasang matanya yang abu dan lesu terus melihat ke arah pintu.

Zang Hua duduk membelakangi pintu, begitu dia melihat wajah Ren Piao Ling yang berubah, dia mengikuti sorot mata Ren Piao Ling. Dia membalikkan kepalanya dan melihat ke arah pintu.

Begitu membalikkan kepalanya, dia melihat ada seseorang memakai baju hitam melangkah masuk.

Cuaca hari ini sangat bagus. Matahari musim semi dengan malu-malu tergantung di atas langit, bumi dan langit terasa hangat. Tapi sewaktu Zang Hua melihat orang itu, dia seperti terjatuh ke gunung es yang sudah lama tidak mencair.

Zang Hua gemetar karena kedinginan. Dia melihat, dia merasa sepasang mata orang itulah yang membuat dia merasa dingin.

Sepasang mata orang itu seperti dua bola es menyerang ke dalam tulang Zang Hua. "Siapakah dia?"

Begitu orang itu duduk, dengan suara kecil Zang Hua bertanya kepada Ren Piao Ling. "Dia tidak pernah merasa takut, jika dia tertawa kepadamu, dia pasti akan membunuh orang yang diajaknya tertawa. Jika dia membunuh tidak ada yang bisa melarangnya," kata Ren Piao Ling, "apakah kau pernah mendengar kalimat ini?"

"Aku pernah mendengarnya," kata Zang Hua. "Kalimat ini kau harus ingat selalu."

Bai Wu Jin Ji (tidak takut seratus larangan)

Yi Shao Sha Ren (sekali tertawa membunuh orang).

Ruo Yao Sha Ren (kalau mau membunuh orang). Bai Wu Jin Ji

Katanya, "Jika orang ini dingin terhadapmu, maka dia menganggapmu adalah temannya. Jika dia tertawa ramah kepadamu, hanya ada satu maksud, yaitu dia ingin membunuhmu."

"Katanya jika dia ingin membunuh seseorang, dia pasti adalah Bai Wu Jin Ji. Dia juga tidak melihat dan mengaku apakah orang itu adalah saudara atau teman. Sekalipun kau sembunyi ke kolong langit atau masuk ke dalam tanah, dia pasti akan mengejar lalu membunuhmu!"

"Apakah orang ini bernama Chou Wu Ji?" tanya Zang Hua. "Benar."

Ren Piao Ling pelan-pelan meneguk araknya dan tertawa dingin, "sepertinya opera ini akan berlangsung dengan ramai."

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar