Amarah Pedang Bunga Iblis Bagian 1.2

 
BAGIAN 1.2
BAB 6 Mie Shou Shou

Sebuah gang yang sangat panjang, terdapat sebuah lampu, sebuah toko kecil, dua meja kecil dan seorang perempuan penjual mie.

Tamu yang makan di sana sangat banyak. Sewaktu Ren Piao Ling datang ke sana, tampak dua meja sudah penuh. Di pinggir-pinggir meja itu tampak 7-8 tamu yang bediri sambil makan, akhirnya dia pun memutuskan makan sambil berdiri.

Dengan cepat Shou Shou membawa Shou Zi Mian untuk Ren Piao Ling. Begitu dia menerima mie itu tiba-tiba dia berkata kepada Shou Shou, "Tidak disangka, kau lebih cantik dalam perawakan kurus daripada gemuk."

"Aku selalu ingin gemuk," kata Shou Shou sambil tertawa, "tapi sayang sejak lahir aku belum pernah gemuk."

"Betulkah?"

Ren Piao Ling tersenyum dan dia mengambil sumpit mulai makan. Angin malam berhembus begitu dingin.

Di malam hari seperti ini, bisa makan mie kuah yang panas, benar-benar nikmat sekali.

Setelah menghabiskan semangkuk mie, Ren Piao Ling memesan semangkuk lagi. Tamu semakin berkurang, tempat duduk pun semakin kosong. Sekarang dia memilih tempat untuk duduk. Mie sudah disuguhkan lagi di depannya.

"Semangkuk mie ini adalah mie terakhir untuk hari ini," kata Shou Shou sambil tertawa.

"Mie terakhir?" Ren Piao Ling berkata, "mungkin nanti tidak bisa makan mie yang begitu enak seperti ini lagi."

"Apakah kau akan pergi jauh?" tanya Shou Shou.

"Bukan aku," Ren Piao Ling tertawa, "begitu pergi, mungkin 20 tahun lagi dia baru bisa kembali."

"Temanmu berbisnis apa? Mengapa begitu pergi 20 tahun kemudian baru bisa kembali?" "Dia penjual mie."

"Penjual mie?" tanya Shou Shou aneh, "bisnis yang sama denganku."

"Sekarang dia menjual mie, dulu dia adalah orang yang sangat terkenal," ucap Ren Piao Ling. "Oh ya?"

"Dulu dia adalah ketua bagian di suatu perkumpulan setan," Ren Piao Ling melihat Shou Shou dan berkata lagi, "dulu namanya adalah Pang Jie (kakak perempuan gemuk)."

Sepasang mata Ren Piao Ling yang berwarna abu dun tampak sayu itu tiba-tiba bercahaya seperti kilauan giok. Dia bertanya, lagi "Apakah kau kenal dengannya?"

"Aku? Orang seperti diriku ini mana mungkin bisa mengenal orang yang begitu terkenal?" Shou Shou tertawa dan berkata, "Tuan, kau jangan bercanda."

Begitu selesai dia langsung membalikkan tubuhnya, menghampiri meja yang lain untuk membereskan mangkuk-mangkuk kosong.

Tapi pandangan Ren Piao Ling tidak beralih darinya. Tampak sudut mulutnya terangkat ke atas.

Dia seperti seekor cheetah hitam yang sedang tertawa karena berhasil menemukan mangsanya.

Setelah selesai mencuci mangkuk, Shou Shou melihat di tempat duduk masih ada satu orang yang masih berdiam.

"Tuan, mie sudah terjual habis, aku akan menutup toko ini." kata Shou Shou sambil tertawa, ”apakah kau berjanji dengan seseorang untuk bertemu disini?"

"Aku tidak ada janji dengan orang lain," jawab Ren Piao Ling dengan dingin kemudian berkata lagi, "tapi sedang menunggu seseorang."

"Menunggu?" tanya Shou Shou, "menunggu siapa ” "Menunggumu kembali seperti dulu," jawab Ren Piao Ling, "menunggu kau mengeluarkan keahlianmu seperti yang dilakukan oleh Pang Jie dulu."

Shou Shou tetap tertawa tapi sudah bukan tawa biasa, tapi tawanya adalah tawa seram. Matanya pun bersorot tajam. Dia melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Ren Piao Ling, jika membunuh orang sangat lihai, begitu pun cara dia mencari seseorang," suara Shou Shou mulai berubah, "bagaimana kau tahu aku berada di sini? Bagaimana kau tahu kalau aku adalah Pang Jie?"

Gadis yang begitu kurus masa dia adalah Pang Jie? (Kakak gemuk)

Pang Jie membunuh orang seperti memotong rumput, mengapa dia bisa memasak mie yang begitu enak?

0-0dw0-0

Malam sudah larut.

Sinar kesadisan Shou Shou mulai terlihat di wajahnya. Melihat ekspresi yang begitu seram, Ren Piao Ling masih bisa tertawa. Dia tertawa kepada Shou Shou, "Walaupun seseorang bisa berubah tapi ada satu ciri yang tidak bisa diubahnya."

"Ciri apa?"

"Jarak antara kedua mata," jawab Ren Piao Ling, "kau berubah dari gemuk menjadi kurus. Kau boleh menggunakan ketrampilanmu mengubah bentuk wajah, tapi jarak antara kedua matamu tidak bisa kau ubah."

"Hanya dengan bukti ini kau bisa mencariku?" tanya Shou Shou, "apakah kau memang sudah tahu bagaimana jarak kedua mataku?"

Dia bertanya lagi, "Aku ingat di antara kita tidak ada persoalan, mengapa kau bisa memperhatikan jarak kedua mataku?"

"Orang yang pernah kutemui, aku pasti selalu mengingat jarak kedua matanya," Ren Piao Ling tertawa lagi, "tujuh tahun yang lalu jika aku tidak datang ke sini untuk makan mie, aku tidak akan menyangka kalau Pang Jie bisa memasak mie yang begitu enak."

Ren Piao Ling menatap Shou Shou, "Kalau kau mau berubah menjadi penjual mie biasa, jangan memasak mie yang begitu enak."

"Tujuh tahun yang lalu kau tahu bahwa aku sudah berada di sini, mengapa kau tidak langsung mengatakannya saat itu?"

"Karena waktu itu tidak ada orang yang mau mengeluarkan uang," jelas Ren Piao Ling dengan santai, "kau tahu aku membunuh orang selalu dengan harga tinggi."

"Aku membunuh orang tidak selalu karena uang," kata Shou Shou, "biasanya aku membunuh orang karena aku memang menyukainya."

Selesai bicara kedua tangan Shou Shou mengeluarkan dua buah cahaya. Cahaya yang tajam itu mengarah ke tenggorokan Ren Piao Ling.

Cahaya pedang tampak berkilau. Hawa yang dikeluarkan pedang yang dingin terus mendekati alis dan mata.

Ren Piao Ling pun memegang pedang sikapnya masih tetap terlihat tenang.

Tangan Shou Shou memegang erat senjatanya, senjata yang dipakainya adalah 2 buah pecut. Setiap pecut panjangnya sekitar 2 meter lebih, dan terdapat 7 sambungan. Masing-masing tangan memegang satu batang pecut. Sekali pecut itu digerakkan seperti golok Yuan Yang bergerak begitu lincah dan cepat, setiap kali dia memecut jarak yang tersisa hanya beberapa sentimeter  dari tenggorokan Ren Piao Ling. Pecut yang terdapat 7 sambungan itu sangat ringan, lincah, bergerak dengan aneh, semua dilakukan oleh Shou Shou dengan sangat lancar dan gerakannya selalu berubah-ubah.

Cahaya terang tampak berkelebat. Bayangan tampak mendekat kemudian menjauh.

Suara hentakan seperti guntur. Cahaya pedang seperti kilat. Kilat pun sepertinya tidak akan bergerak secepat dan seterang itu.

Begitu cahaya pedang berkilau, Shou Shou seperti awan yang melayang ke atas tapi begitu dia turun seperti daun tampak begitu ringan dan begitu pelan.

Begitu mendarat gerakannya tidak seperti gerakan pertama yang selalu berubah-ubah. Tapi setiap jurusnya mengandung hawa kekejaman.

Pecutnya terus melayang, gerakannya sudah tidak ringan, lincah tapi tetap berubah-ubah menjadi gerakan yang ganas dan sadis.

Jika tadi kedua pecutnya bergerak seperti ular, sekarang gerakannya seperti cakar harimau yang tajam, dan seperti gigi cheetah hitam yang kelaparan.

Begitu Shou Shou mengubah jurusnya, Ren Piao Ling pun dengan cepat mengubah jurusnya. Tangan kirinya dengan lincah memainkan pedang, kemudian dia memutar pedang itu ke belakang. Tubuhnya belum kembali ke posisi semula, sebuah pedang utuh sudah dilepaskan oleh Ren Piao Ling menjadi 3-4 lempengan besi yang kelihatannya tidak berguna.

Hanya dalam waktu sekejap, 3-4 lempengan besi seperti tidak berguna ini, begitu berada di dalam genggaman tangannya berubah dengan cepat dan aneh, kemudian membentuk menjadi sebuah pecut yang terdapat 9 sambungan.

Sebuah pecut yang terdapat 9 sambungan, tidak berbentuk seperti pecut tapi kegunaannya seperti pecut.

Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, siapa pun tidak akan percaya dengan semua itu. Sebuah pedang hanya dalam waktu singkat berubah menjadi pecut yang mempunyai 9 sambungan.

Walaupun Shou Shou telah melihatnya sendiri tapi dia masih tidak percaya dengan semua itu. Karena tidak percaya gerakannya menjadi sedikit lamban, akibatnya dengan satu gerakan kilat,

pecut yang beruas 9 itu telah mengenai bagian yang fatal. Sewaktu Shou Shou mati, ekspresi

wajahnya masih terlihat kaget dan tidak percaya.

Matanya terbuka lebar, begitu juga dengan mulutnya, tapi sekarang dia sudah terbaring di bawah.

Luka yang membuatnya mati adalah di bagian tenggorokan. Sampai sekarang darahnya masih terus keluar. Dia sudah mati tapi matanya terus menatap pedang Ren Piao Ling tapi juga seperti sedang melihat langit yang jauh,

Ren Piao Ling sedang melihatnya. "Banyak orang yang tidak percaya kepada kehebatan Lei Hen, karena itu banyak orang yang mati karena kehebatan Lei Hen."

Pedang yang sedang dipegangnya itu entah kapan sudah kembali ke bentuk semula. Pelan- pelan dia menyimpan pedang itu seperti sinar terang tersimpan kembali ke dalam kegelapan.

Angin berhembus dari jauh, meniup dedaunan yung berada di pinggir toko. Sehelai daun terbang tertiup angin dan jatuh tepat di atas tenggorokan Shou Shou seakan ingin menutupi luka Shou Shou.

Sewaktu daun itu jatuh dan menutup tenggorokan Shou Shou, ada sesosok bayangan yang berdiri terpaku.

Bayangan seseorang yang memakai baju panjang putih. Dia dengan diam-diam menyaksikan apa yang telah terjadi di toko itu. Dia pun melihat Ren Piao Ling mengubah Lei Hen menjadi pecut yang beruas 9 'ituiibungan dan juga melihat Ren Piao Ling membunuh Pak Jie, kemudian dia melihat Ren Piao Ling meninggalkan tempat ini.

Apa yang telah terjadi di sana, dia sudah melihat degan teliti setiap perubahan yang terjadi dan dia tidak pernah melepaskan pandangannya.

Begitu Ren Piao Ling meninggalkan tempat itu, dia baru berani menghela nafas panjang.

"Bai Tian Yu, Bai Tian Yu, sepertinya kalau ingin mengalahkan Lei Hen bukan persoalan mudah untukmu."

-ooo0dw0ooo-

BAB 7 Selamat tinggal kiri dan kanan

Udara terasa dingin, mulai turun hujan gerimis.

Di ruang tamu lampu masih terlihat terang benderang, Huang Fu Qing Tian masih memakai baju hitam dan putih yang dipakainya kemarin. Dia tampak begitu gagah, tinggi, dan besar.

Dia duduk di ruang tamu itu. Di sisinya berdiri Zai Si yang terlihat seperti sangat kecil.

Mata Zai Si tidak melihat ke arah Huang Fu Qing Tian. Matanya melihat sosok Hua Yu Ren yang sedang berlutut.

Mata Huang Fu Qing Tian seperti melihat Hua Yu Ren, tapi juga seperti sedang tidak melihat.

Tawa Huang Fu Qing Tian tetap ceria dan ramah, tapi bila melihatnya lagi dengan lebih teliti maka kau bisa melihat bahwa di balik semua kebaikan hatinya terlihat ada kesedihan yang mendalam.

Kemarin Kasim pembawa surat dari raja mati terbunuh, karena itu upacara penobatan ratu bunga baru bisa dilaksanakan hari ini.

Upacara penobatan sedang berlangsung saat ini. Setiap orang yang berada di ruangan itu dengan sorot mata aneh dan iri melihat ke arah Hua Yu Ren yang tampak begitu cantik. Suara penobatan memenuhi sudut-sudut ruangan ini.

Dengan lembut dan menurut, Hua Yu Ren berdiri dan naik tangga untuk segera menerima penobatannya.

Lampu segera diterangkan. Zai Si memberikan kalungan bunga yang berwarna warni kepada Huang Fu Qing Tian.

Huang Fu Qing Tian menerima kemudian kalungan bunga itu disematkan di kepala Hua Yu  Ren. "Terima kasih, Tuan Wang."

Segera suara kegembiraan seperti guruh dan suara tepuk tangan membahana di mana-mana. Diiringi suasana kegembiraan itu, Hua Yu Ren kembali ke tempat semula.

Sekarang Huang Fu Qing Tian baru bisa melihat Hua Yu Ren dengan benar. "Siapa namamu?"

"Hua Yu Ren."

"Oh! Berapa usiamu?"

"Aku sudah berumur 20 tahun."

Huang Fu Qing Tian tampak berpikir sebentar kemudian dia berkata kepada Zai Si, "Kau mengatakan bahwa gadis ini ada hubungannya dengan dia. " "Benar," jawab Zai Si, "ibu angkatnya pun bercerita kepadaku tentang kelakuan dia yang  aneh."

"Oh ya!"

Huang Fu Qing Tian melihat Hua Yu Ren sekali lagi. Kali ini dia melihat dengan sangat teliti dan berhati-hati sepertinya dia ingin mendapatkan sesuatu dari Hua Y n Ren, Huang Fu Qing Tian mencari sosok 'dia' 20 tahun lalu.

Zai Si pun ikut melihat Hua Yu Ren. Sepasang mata Zai Si seperti seekor ular beracun yang terus menatapnya.

"Menurutmu, apakah Hua Yu Ren adalah putrinya?"

’Dia' yang dimaksud di sini adalah calon istri Huang Fu Qing Tian 20 tahun yang lalu. "Kalau ibu angkatnya tidak berbohong, maka 99% sudah bisa dipastikan memang dia."

Di luar perpustakaan masih terlihat hujan gerimis. Jendela masih terbuka. Air hujan masuk ke dalam karena tertiup angin. Zai Si melihat wajah Hua Yu Ren. Terlihat seperti ada bekas air mata.

"Aku ingat Tuan pernah mengatakan bahwa 20 tahun yang lalu di tangan kiri putrimu Anda menato sebuah bunga Mei," kata Zai Si, "apakah dia memang putrimu, begitu melihat tangan kirinya, bukankah akan segera selesai?"

"Aku bisa menato tangannya dengan gambar bunga Mei, orang lain pun pasti bisa melakukannya," kata Huang Fu, "bila hanya bukti ini saja, masih belum cukup”

"Kalau begitu aku akan mencari tahu tentang hal ini dari orang lain."

Tiba-tiba Huang Fu Qing Tian degan sorot mata aneh melihat Zai Si dan berkata, "Mengapa kau begitu bersemangat terhadap masalah ini?"

"Setiap hal bila ada hubungan dengan Tuan, aku selalu memperhatikan dengan seksama." "Benarkah?"

Huang Fu Qing Tian membalikkan kepalanya untuk melihat ke luar jendela. Angin berhembus lebih kencang lagi, air hujan semakin banyak yang masuk. Di wajahnya semakin banyak terdapat titik-titik air, tapi matanya sudah memancarkan tawa menghina.

"Aku sudah mengatur Nona Hua Yu Ren untuk tinggal di sebelah timur di bagian Hua Pan," jelas Zai Si.

"Tidak masalah."

Di balik kata-kata itu sepertinya mengandung nada penghinaan.

Sikap Zai Si masih terlihat sangat tenang. Dengan sorot mata tenang dan lembut dia melihat Huang

Fu Qing Tian.

"Pang Jie sudah mati," jelas Zai Si, "mulai sekarang kita tidak bisa makan Shou Zi Mian lagi." "Sekarang aku tahu mengapa kau menyuruh Xie Qing membunuh Ren Piao Ling," kata Huang

Fu Qing Tian, "Karena kau yang menyuruh Ren Piao Ling membunuh Pang Jie. Kau melakukan semua ini karena kau ingin orang lain tahu bagaimana lihainya dirimu. Kau selalu berbuat seperti itu hingga membuat orang membencimu dan sekaligus takut kepadamu."

"Benari Aku membuat semua orang takut, juga membuat mereka salah dalam melangkah," kata Zai Si, "tapi aku tidak membuat mereka takut kepadaku, melainkan takut kepadamu."

Suara Zai Si sangat lembut, "Kecuali aku tidak ada orang yang tahu perintah ini datang dari siapa."

Tiba-tiba Huang Fu Qing Tian berdiri. Urat-urat hijau di dahinya bermunculan. "Tapi aku tahu," dia menjawab dengan suara keras, "melakukan persoalan begitu penting seperti ini, mengapa tidak kau tanyakan dulu kepadaku? Mengapa setelah selesai kau baru memberitahu semuanya kepadaku?

"Karena apa keinginanku adalah kau tidak perlu mengurusi hal-hal sepele seperti ini, tapi melakukan persoalan penting lainnya. Aku ingin kau menjadi pahlawan di dunia persilatan dan menguasai dunia persilatan."

Huang Fu Oing Tian mengepalkan kedua tangannya dan melihat Zai Si dengan lama. Tiba-tiba dia menghela nafas panjang. Dia melepaskan kepalan tangannya kemudian dia berdiri dan berjalan dengan pelan keluar ruangan.

Tiba-tiba Zai Si berkata lagi, "Kali ini Zhong Hui Mie sedang membereskan perkumpulan para durjana. Dia akan membangun kembali perkumpulan para durjana. Tempatnya adalah di San Zhi Feng. Dia sudah memilih 3 orang Tian Wang (Tian=langit, Wang=raja)," Zai Si berkata lagi, "katanya ketiga Tian Wang ini sudah berada Ji Nan."

Huang Fu Qing Tian tidak mengangkat kepalanya.

"Kau pasti sudah merencanakan semua ini. Siapa pun 3 orang Tian Wang itu dan apakah mereka sudah ada Ji Nan atau belum, itu sama saja. Mereka tidak akan memiliki kesempatan," suara Huang Fu Qing Tian tiba-tiba berubah menjadi dingin dan berkata lagi, '"Karena kau tidak akan memberikan kesempatan kepada mereka."

"Hal seperti ini tidak perlu kau beritahu kepadaku."

0-0dw0-0

Jika dikatakan kalau semua orang Ji Nan mengenal Huang Fu Qing Tian, tapi tidak setengah Ji Nan takut kepada Shui Zhan En.

Dia adalah kakak Shou Rou Yi dan juga kakak ipar Huang Fu Qing Tian.

Kakak ipar Nan Jun Wang Huang Fu memang sangat mulia dan juga ternama, Shui Zhao En tinggal di tempat luas dan elit.

Dia sangat menyukai Shou Yue Lou yang berada di halaman rumahnya. Shou Yue Lou adalah kolam air. Dari kolam itu bisa melihat bulan bulat dan cahaya lampu yang berada di sekeliling tempat itu. Kolam ini seperti sebuah cermin besar. Hari ini Shui Zhao En akan menjamu para tamunya di Shui Yue Lou dan dia hanya akan memasang sebuah meja dan tamu yang diundang hanya ada 9 orang tapi pelayan yang akan melayani mereka berjumlah 10 orang lebih.

Tamu yang diundang pastilah orang-orang terkenal atau orang-orang ternama didunia persilatan. Yang menjadi tuan rumahnya pasti Shui Zhao En. Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 40. Pagi-pagi Shui Rou En sudah mendapat kiriman hadiah dari Huang Fu Qing Tian, dengan berbagai macam alasan dia mewakilkan Huang Fu Qing Tian menyampaikan bahwa mereka tidak bisa datang ke pesta ulang tahun Shui Zhao En.

Jadi tamu yang datang hanya ada 9 orang.

Orang yang duduk di sisi kiri Shui Zhao En adalah seorang yang tinggi besar. Jika bicara, suaranya terdengar seperti lonceng. Wajahnya yang merah, berrambut putih, dan jika minum arak seperti seekor paus yang menyedot air dalam jumlah besar. Jika makan daging, sepotong daging besar hanya satu kali makan semua sudah masuk ke dalam mulutnya. Tidak ada yang menyangka kalau tahun ini dia sudah hampir berusia 90 tahun.

Dia duduk di sisi tuan rumah bukan karena umurnya yang sudah tua melainkan karena dia adalah Da Dao Fu Wang (raja bergolok dan berkampak besar). Wang Yi Kai, sejak muda dia memang sudah dihormati oleh orang-orang. Dua puluh tahun yang lalu dia mengundurkan diri dari dunia persilatan dan pensiun total. Dia sudah jarang berkelana di dunia persilatan. Kali ini dia bisa datang karena diundang oleh Shui Zhao En. Pergaulan tuan rumah memang sangat luas.

Yang duduk di sisi kanan Shui Zhao En adalah Nan Gong Hua.

Nan Gong Hua tetap seperti dulu, cerita, luwes, selalu berbaju modern tapi terlihat sangat serasi. Sekalipun kau bertemu dengannya, tangannya pasti selalu memegang cangkir arak. Seakan-akan hanya dengan cangkir arak itulah dia baru bisa membangun kembali kejayaan Nan Gong Hua yang sudah lewat.

Di sisi Nan Gong Hua adalah Zhan Fei. Dia lebih pendiam, dan terlihat angkuh, perawakannya jauh lebih kurus. Yang duduk di depannya adalah Ling Xu, seperti baru tahu mengapa dia bisa lebih kurus lagi, karena mereka sama-sama menahan diri yaitu bertapa, vegetarian, dan menahan nafsu birahi. Ling Xu tahu jika berhasil melakukan 3 pantangan ini harus seimbang seperti menahan rasa sakit.

Apalagi menahan nafsu birahi. Semenjak dahulu, pantangan birahi adalah hal yang sangat sulit dilakukan di dunia ini, apalagi bila dilakukan oleh seorang laki-laki.

Tahun ini Ling Xu baru berumur 53 tahun tapi kelihatannya dia lebih tua dari umur sebenarnya.

Dia sudah bertapa selama beberapa tahun dan selalu makan vegetarian serta menahan nafsu birahinya. Hal ini yang membuatnya cepat tua.

Tapi badannya seperti tubuh anak muda yang berumur 20 tahun, sangat lincah dan sehat. Pundaknya sangat lebar, pinggangnya kecil, perut dan pantat sama sekali tidak terdapat daging lebih atau lemak.

Jika dia bertelanjang bulat di depan perempuan hall ini pasti akan membuat para perempuan merasa aneh sekaligus kaget.

Untung hal ini belum pernah terjadi. Dia tidak pernah dekat dengan perempuan, apalagi sudah beberapa tahun ini dia melupakan hidup seperti itu.

Makanan yang dia makan adalah nasi kasar dan sayur apa adanya. Baju yang dikenakan pun apa adanya, barang yang paling berharga di tubuhnya hanya pedang.

Sebuah pedang kuno yang diukir dengan gambar pohon cemara, hiasan pedang berwarna kuning. Pedang ini mewakili identitasnya dan juga mewakili kedudukan yang dihormati oleh orang- orang.

Sekarang dia membawa pedangnya, dan sedang duduk di Shui Yue Lou yang indah. Di luar rumah ada sebuah kolam air.

Di permukaan air tampak bayangan sebuah bulan yang berbentuk bulat. Sesosok bayangan orang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba sudah berada di depan jendela Shui Zhao En.

Dia bergerak dengan cepat, gerakannya begitu cekatan, orangnya pun begitu tampan. Badannya gagah, alis matanya begitu jelas, tapi wajahnya yang berada di bawah sinar bulan tampak begitu pucat.

Pergaulan Shui Zhao En begitu luas, dia pasti kenal dengan semua pesilat tanguh di dunia persilatan.

Orang yang tiba-tiba muncul itu pun pasti dikenalnya.

Orang itu adalah orang yang baru saja mereka sebut-sebut yaitu Tuan Tian Chi.

Begitu bayangannya muncul, Shui Chao En tertawa dan berkata, "Tuan Tian Chi, Tuan terlambat, Tuan—"

0-0dw0-0 Bulan bulat berada di atas langit. Sinar bulan menyinari wajah Tian Chi.

Di bawah rambutnya, di tengah-tengah dahi tiba-tiba muncul titik darah. Darah ini baru keluar, kemudian berubah menjadi satu garis darah. Darah keluar dari garis itu. Di antara alis, hidung, dan tengah mulut, bibir, dagu terus ke bawah mengalir lalu masuk ke dalam baju.

Tadinya garis begitu kecil tiba-tiba menjadi sebuah garis besar, semakin besar dan semakin melebar....

Kepala Tian Chi yang tadinya muncul dari satu l itik darah mulai membelah kemudian tubuhnya pelan-pelan terbelah menjadi 2 bagian.

Bagian tubuh kiri jatuh ke kiri, dan bagian tubuh Uunan jatuh ke arah kanan. Darah tiba-tiba muncrat duri tengah-tengah.

Tadi masih dia hidup, tiba-tiba sudah terbelah menjadi 2 bagian. Tidak ada yang begerak dan juga tidak ada yang membuka mulut.

Nafas merekapun seperti langsung berhenti saat iln juga, keringat dingin mulai membasahi baju mereka.

Yang duduk di sana walaupun mereka adalah pesilat tangguh di dunia persilatan dan orang terkenal tapi mereka belum pernah menyaksikan peristiwa seperti

Pelayan-pelayan dan pembatu yang melayani mereka kebanyakan sudah pingsan karena tidak tahan menyaksikan peristiwa yang menyeramkan seperti itu. Sebagian celananya sudah basah karena mengompol.

Tadinya Shui Yue Lou dipenuhi dengan aroma «u uk dan sayur, sekarang tiba-tiba tercium bau amis tapi kelihatan tidak ada orang yang mencium aroma seperti Itu

Setelah lama Wang Yi Kai baru mengambil poci muk dan meminum arak yang berada di dalam poci itu, kemudian dia menarik nafas panjang, "Golok yang bergerak begitu cepat!"

"Golok?" tanya Ling Xu, "mana goloknya?"

Wang Yi Kai sama sekali tidak mendengar apa yang dia katakan. Dia menarik nafas panjang lagi, "Sudah 40 tahun aku tidak melihat ada golok yang bergerak begitu cepat."

"Golok yang bergerak begitu cepat, aku hanya pernah mendengar dari ayahku yang sudah almarhum," kata Nan Gong Hua dengan tiba-tiba, "Aku sendiri belum pernah melihat."

"Aku sudah hidup selama 87 tahun, aku hanya pernah melihatnya satu kali."

Wajah Wang Yi Kai yang tadinya marah, sekarang menjadi pucat. Kerutan wajahnya tiba-tiba muncul, kerutannya semangkin bertambah dalam. Matanya bersorot menakutkan. Dia teringat dengan peristiwa 40 tahun lalu dan dia sendiri menyaksikan hal ini.

Raja Kapak, Wang Yi Kai, walaupun dia adalah laki-laki yang tidak takut dengan dewa langit atau dewa bumi, tapi jika teringat lagi kepada peristiwa itu, dia tetap merasa bergetar dan bulu kuduknya berdiri.

"Waktu itu aku belum begitu tua, masih sering berkelana di dunia persilatan, suatu hari aku sedang melewati jembatan Chang An....

Waktu itu udara sama seperti sekarang terasa sangat dingin. Orang yang lewat di sana sangat sedikit. Tiba-tiba dia melihat ada seseorang berlari dengan cepat seperti orang gila. dibelakangnya ada sesosok manusia yang mengejarnya dari belakang.

Aku kenal dengan orang itu," kata Wang Yi Kai, "orang itu adalah pesilat tangguh. Ilmu silatnya sangat tinggi dan dia dijuluki Tong Dao (empedu tembaga).

Aku tidak mengerti, mengapa dia bisa ketakutan seperti itu? Aku tidak tahu siapa orang yang mengejarnya? Pada saat aku ingin bertanya, orang di belakang sudah berhasil mengejarnya. Terlihat goloknya berkilauan, dia sudah membelah temanku dari atas kepala hingga bawah.

Tapi temanku tidak roboh. Dia tetap lari. Jembatan itu panjangnya ratusan meter.

Temanku itu berlari hingga ke ujung jembatan. Tiba di sana dia baru terbelah menjadi 2 bagian."

Setelah mendengar cerita itu, orang-orang di sana menjadi kaget, keringat dingin mulai muncul lagi di punggung mereka.

Ling Xu terus minum arak, setelah itu dia baru membuka mulut, "Apakah benar di dunia ini ada golok yang begitu cepat?”

"Aku melihat hal ini dengan mata kepalaku sendiri. Walaupun kejadian itu sudah lewat 40 tahun, tapi hingga saat ini jika aku memejamkan mata, temanku itu seperti masih hidup kemudian muncul di depanku dan dalam keadaan hidup-hidup terbelah menjadi dua."

"Siapa orang yang membunuh temanmu itu?" tanya Nan Gong Hua.

"Aku tidak melihatnya," jawab Wang Yi Kai, "aku hanya melihat ada golok berkelebat, tapi orang itu sudah menghilang."

"Siapa nama temanmu itu?" tanya Ling Xu.

"Aku hanya kenal begitu saja tapi tidak tahu numanya."

Wang Yi Kai adalah laki-laki jujur. Dia jarang berbohong, dia juga orang yang lurus. Jika dia berbohong maka akan segera diketahui oleh semua orang.

Sekarang semua tahu dia sudah tidak bicara Jujur. Siapa yang membunuh temannya itu? Dia pasti tahu, siapa nama temannya pun dia pasti tahu, hanya saja dia tidak berani untuk mengatakannya.

Kejadian yang sudah lewat 40 tahun lalu, mengapa dia tidak berani mengatakannya? Mengapa dia seperti temannya begitu ketakutan?

Tidak ada yang bertanya lagi tentang hal itu tetapi ada orang yang bertanya dengan cara lain, "Menurutmu, apakah temanmu itu mati seperti Tian Chi? Apakah mereka mati oleh orang yang sama?"

Wang Yi Kai tidak menjawab, mulutnya tertutup rapat. Sepertinya dia tidak ingin membuka mulut lagi.

"Bagaimanapun juga itu kejadian itu sudah 40 tahun yang lalu. Bisa hidup hingga sekarang masih tersisa berapa orang lagi?"

"Tapi Tuan Wang masih hidup," Shui Zhao En sekarang baru berani membuka mulut.

Jika Wang Yi Kai masih hidup, orang yang membunuh temannya pasti juga masih hidup.

Siapakah orang itu?

Semua orang berharap Wang Yi Kai akan membuka mulut. Setiap orang terus melihat ke arahnya.

Tapi mereka malah mendengar orang lain yang menjawab.

Suaranya terdengar manis dan jernih, seperti suara seorang gadis kecil, "Wang Yi Kai, maukah kau menuangkan arak untukku?''

Tahun ini Wang Yi Kai berusia 87 tahun, sejak umur 17 tahun dia sudah berkelana di dunia persilatan. Kapak besar seberat 64 kilogram menjadi senjata andalannya. Dia jarang bertemu dengan musuh. Kapaknya terlalu berat, perubahan jurusnya pasti kurang lincah. Di dunia persilatan orang yang menggunakan kapak pasti tidak terlalu banyak. Bila seseorang bisa disebut- sebut sebagai raja kapak itu pasti tidak mudah untuk mendapatkan gelar itu.

Selama puluhan tahun ini orang lainlah yang menuangkan arak untuknya. Orang yang masih hidup yang bisa menyuruhnya menuangkan arak untuknya sudah tidak begitu banyak.

Tapi sekarang yang menyuruhnya agar dia menuangkan arak untuk orang lain hanya seorang gadis belia.

Nan Gong Hua berdiri di depan Wang Yi Kai. Dia paling jelas melihat ekpresi Wang Yi Kai.

Dia sudah melihat perubahan wajah Wang Yi Kai yang tadinya merah tiba-tiba berubah menjadi seperti air kolam di Shui Yue Lou. Sama sekali tidak berwarna. Sepasang matanya pun tampak ketakutan.

Gadis kecil ini menyuruhnya menuangkan secangkir arak untuknya. Dia tidak marah, malah sebaliknya tampak takut.

Nan Gong Hua membalikkan tubuhnya mengikuti sorot mata Wang Yi Kai untuk melihat siapa yang berbicara. Ternyata hanya ada seorang nenek tua.

Di Shui Yue Lou tidak ada gadis hanya ada seorang nenek'tua yang tampak hitam, kurus, dan kecil. Di sisinya ada seorang kakek yang juga tampak hitam, kurus, dan kecil.

Mereka berdua memakai baju hijau yang terbuat dari kain kasar. Mereka berdua berdiri. Tinggi mereka sama dengan orang normal yang sedang duduk.

Kelihatannya mereka seperti suami istri yang datang dari desa, sama sekali tidak ada yang istimewa.

Satu-satunya hal yang membuat orang-orang merasa aneh adalah di Shui Yue Lou begitu banyak orang dan orang-orang ini adalah pesilat-pesilat tangguh lapi tidak ada seorang pun yang tahu mereka datang duri arah mana.

Begitu nenek tua itu membuka mulut, mereka lebih kaget lagi. Kelihatannya nenek itu lebih tua dari Wang Yi Kai, tapi suaranya terdengar seperti suara seorang gadis.

Suara yang menyuruh Wang Yi Kai menuangkan arak adalah suara nenek tua itu. Sekarang dia mengulangi lagi kata-katanya. Kali ini sebelum kata-katanya selesai, Wang Yi Kai sudah menuangkan secangkir arak.

Pertama-tama dia membersihkan gelas itu Kemudian menuangkan secangkir arak setelah itu dangan sikap sangat hormat, dan dengan kedua tangannya membawa arak ini ke hadapan nenek tua itu.

Nenek tua itu melihatnya, kemudian menarik gelas dan berkata, "Sudah lama kita tidak bertemu, kau sudah sudah tua”

"Benar."

"Katanya jika orang sudah tua, maka dia akan menjadi cerewet,"-kata nenek tua itu.

Tangan Wang Yi Kai mulai bergetar. Tangannya yang bergetar membuat arak itu tumpah dari cangkirnya.

"Katanya seseorang jika sudah cerewet, jaraknya dengan kematian sudah tidak terlalu jauh." "Aku tidak mengatakan apa-apa," kata Wang Yi Kai "aku benar tidak mengatakan apa pun." "Meskipun kau tidak mengatakan apa pun, tapi orang-orang yang berada di sini sudah bisa

menebak bahwa Kami adalah orang yang kau temui 40 tahun yang lalu di jembatan Chang An."

Dia menarik nafas dan berkata, "Di sini tidak ada orang bodoh. Jika mereka bisa menebak, pasti mereka bisa langsung tahu bahwa pemuda yang bermarga Tian itu pun mati karena golok kami." Apa yang dikatakannya sama sekali tidak salah. Di sini memang tidak ada orang bodoh dan mereka pun bisa menebaknya.

Tapi mereka sulit untuk percaya. Dua orang yang begitu tua dan begitu kurus, kering, dan kecil bisa menggunakan golok yang begitu cepat.

Tapi ekspresi Wang Yi Kai membuat mereka harus mempercayai semua itu.

Wang Yi Kai terlalu takut, sepertinya dia sudah menjadi lumpuh. Arak yang berada di cangkir sudah kosong karena semua arak tumpah ke tubuhnya.

"Apakah umurmu sudah 80 tahun lebih?" tanya nenek tua itu tiba-tiba. Gigi Wang Yi Kai gemeretuk karena ketakutan.

Akhirnya dia hanya bisa menjawab, "Betul."

"Kau bisa hidup sampai 80 tahun lebih, mati pun kau tidak terlalu jelek, mengapa kau harus membuat semua orang di sini mati?"

"Aku...aku tidak."

"Kau sudah tahu jika di sini ada satu orang saja yang tahu identitas kami maka tidak akan ada orang yang bisa hidup."

Nenek tua itu berkata dengan ringan. Dia menganggap semua orang yang berada di sini adalah orang yang tidak berguna. Jika dia menginginkan nyawa mereka, caranya membunuh seperti memencet mati seekor semut.

Zhan Fei tiba-tiba tertawa dan berkata, "Orang gila."

Dia jarang berbicara, jika dia sudah bicara hanya akan menggunakan dua patah kata. Dia tidak akan bicara 3 patah kata.

"Apakah kau mengatakan di sini ada orang gila?" tanya nenek itu. "Betul."

"Siapakah orang gila itu?" "Kau!" jawab Zhan Fei.

Ling Xu pun ikut tertawa dan berkata, "Kata-katamu benar. Jika nenek tua ini tidak gila, mengapa bisa berkata seperti itu?"

"Betul," Nan Gong Hua menepuk meja dengan kuat.

"Dia ingin kita semua mati di sini, dia kira siapa dia?" kata yang lain sambil tertawa. "Dia mengira dia siapa?"

"Kalian jangan berkata seperti itu," kata Shui Zhan En. "Mengapa?"

"Dengan identitas dan kedudukan kalian, untuk apa harus mengalah kepada nenek tua ini?" Mereka malah menjadi ribut. Sama sekali tidak memandang suami istri yang sudah tua itu. Anehnya nenek tua ini tidak marah. Wajah Wang YI Kui pun tidak setegang tadi.

—hanya saja orang yang tidak mengenal suami isteri itu baru baru berani mengejek mereka.

—jika semua orang tidak mengenal nenek tua ini, maka mereka mungkin akan tetap hidup.

Akhirnya nenek tua ini menarik nafas dan berkata, "Si kakek sering berkata, jika seseorang semakin sedikit tahu, maka dia bisa semakin lama hidup," kata nenek tua itu, "sepertinya kata- katanya masuk akal juga."

Si kakek sama sekali tidak bicara, wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi. —mungkin apa yang ingin dikatakannya sudah dikatakan semua oleh istrinya. "Jika kalian tidak mengenal kami, aku pun malas berbicara dengan kalian."

"kalian berdua sudah berada di sini, bagaimana jika kalian duduk dulu dan minum arak?" tawar Nan Gong Hua dengan tersenyum, " karena tuan rumah disini sangat senang menjamu tamu."

"Di tempat seperti ini, apakah aku pantas duduk untuk minum arak?" dengan dingin nenek tua itu bertanya.

"Jika tempat ini tidak pantas untuk kalian minum arak, mengapa kau datang kemari?" tanya Ling Xu.

"Kami datang untuk mencari seseorang."

"Mencari seseorang?" tanya Wang Yi Kai, "kalian mencari siapa?"

"Mencari seseorang bermarga Li. Namanya adalah Li Wei," kata nenek itu, "lalu masih ada seorang gadis yang bermarga Xie."

Begitu mengatakan nama kedua orang ini, wajah nenek itu tampak marah.

"Asalkan kalian bisa menyuruh kedua orang ini keluar, walaupun kalian berlutut dan meminta agar aku tinggal di sini, aku tidak akan mau."

"Kalian berdua mencari mereka untuk apa?" tanya Ling Xu.

"Tidak menginginkan apa pun, aku hanya ingin mereka hidup lebih panjang lagi selama beberapa tahun," matanya bersorot penuh kebencian dan berkata, "aku ingin mereka mati pun tidak bisa."

"Di sini banyak pembantu yang bermarga Xie, aku pun kenal Li Wei," kata Shui Zhao En. "Mana orangnya?"

"Aku tidak tahu," jawab Shui Zhao En.

"Aku tahu!" kata kakek yang sejak tadi diam. "Kapan kau tahu?" tanya nenek itu.

"Baru saja."

"Dia berada di mana?" "Dia ada di sini."

Wang Yi Kai bertanya, "Kau mengatakan bahwa Li Wei ada di sini?" Si kakek mengangguk. Wajahnya tetap tidak ada ekspresi. "Mengapa kami tidak melihatnya?" tanya Wang Yi Kai.

Mulut si kakek tertutup lagi. Dia tidak mau bicara apa-apa lagi.

"Jika kakek mengatakan kalau dia ada di sini, dia pasti ada di sini," lanjut si nenek, "kakek tidak pernah berbohong dan tidak pernah salah."

"Apakah kali ini dia pun tidak salah?" tanya Nan Gong Hua. "Tidak akan salah," jawab nenek tua.

Zhan Fei menarik nafas dan berkata, "Jika kalian bisa mendapatkan Li Wei di sini, aku akan. "

"Kau akan apa?" "Aku akan "

Kata-katanya belum habis, Ling Xue sudah meloncat dan menutup mulutnya. "Li Wei, keluarlah!" panggil nenek tua itu sambil tertawa dingin. Terdengar ada seorang yang tertawa dingin dan b«rkata, "Kalau dia datang, kita pasti bisa melihatnya."

Yang pasti jika Li Wei datang, dia diundang untuk makan bersama di sini. Dia memang tidak datang. Anehnya, suara tadi adalah suara Li Wei.

Semua sudah mendengar suaranya tapi tidak melihat ada orangnya.

Shui Yue Lou bukan tempat kecil tapi juga tidak terlalu besar. Sebenarnya Li Wei berada di mana?

Sejak tadi dia berada Shui Yue Lou. Ada di depan mereka. Mereka bukan orang buta, mengapa mereka tidak bisa melihatnya? Karena tidak ada yang menyangka bahwa orang terkenal di dunia persilatan dan mempunyai kedudukan terhormat, Ketua Wisma Tujuh Bintang akan berpenampilan seperti itu.

Tamu-tamu yang ada di Shui Yue Lou hanya berjumlah 9, ditambah dengan pembantu dan pelayan semuanya berjumlah 12 orang.

Enam laki-laki, dan enam perempuan. Laki-laki berbaju hijau, yang perempuan berbaju pendek dan bergaun panjang. Mereka seperti boneka yang terbuat dari tanah liat. Diam, sopan, dan bersih.

Mereka adalah pelayan pilihan dan juga telah melalui latihan ketat. Ingin menjadi pembantu dan pelayan di rumah orang kaya bukan yang mudah. Tapi orang yang pernah dilatih secara ketat jika tiba-tiba melihat seseorang yang hidup kemudian terbelah menjadi dua, pasti juga akan merasa kaget dan ketakutan.

Di antara 12 orang itu paling sedikit separuh orang di sana akan merasa kakinya menjadi lemas karena merasa takut. Mereka tidak bisa berdiri dengan tegak.

Tidak ada orang yang marah kepada mereka dan juga tidak ada yang memperhatikan sikap mereka. Mungkin tidak ada orang yang melihat mereka.

Di Shui Yue Lou, tamu-tamu di sana tidak akan memperhatikan karena perhatian para tamu itu terfokus pada sepiring ikan tim.

Karena itu tidak ada yang bisa melihat Li Wei.

Li Wei adalah orang yang sangat memperhatikan ketrampilan dan selalu hidup dengan gaya yang paling mewah. Tidak ada yang menyangka kalau dia akan menurunkan derajatnya dan bergabung dengan pembantu-pembantu dan berpura-pura pingsan terbaring di bawah.

Tapi sekarang dia tidak bisa berpura-pura lagi. Dia harus berdiri. Dia memakai baju hijau dan kaos kaki berwarna putih, yang dalam hidupnya tidak pernah memakai kaos kaki. Wajahnya seperti warna bajunya.

Sekarang semua orang bisa melihat wajahnya yang memakai topeng yang terbuat dari kulit orang.

Begitu melihat Li Wei berdiri, Zhan Fei sengaja menarik nafas, "Benar, aku benar tidak tahu dan tidak melihat itu kalau dia adalah Ketua Li. Kalau tidak mana berani menyuruh Ketua Li menuangkan arak untukku."

Li Wei memakai topeng. Topeng ini buatan dari Qi Qiao Tong Zi. (tujuh keterampilan Tong Zi).

Kata Ling Xue, "Kita memiliki mata normal yang dimiliki oleh orang biasa, pasti kita tidak bisa membedakannya.''

"Katanya topeng ini sudah sangat langka sejak jaman dulu. Yang beredar di dunia persilatan sampai .sekarang mungkin hanya ada 3-4 buah," kata Nan Gong E tua.

"Tidak disangka Ketua Li yang biasanya bersikap terang-terangan, sekarang diam-diam menyamar." Apakah Shui Zhao En tidak mendengar sindiran ini?

"Apakah kau tidak tahu kalau topeng kulit ini terbuat dari apa?" tanya Wang Yi Kai.

"Aku pernah "mendengar," jawab Shui Zhao En, "seperti terbuat dari kulit pantat orang yang sudah meninggal."

"Salah! Salah!" kata Nan Gong Hua, "Ketua Li yang begitu agung mana mau memakai topeng yang terbuat dari kulit pantat orang yang sudah meninggal? Kami pasti sudah salah dengar."

Mereka saling bertanya tapi juga menjawab irndiri seperti menyindir dan menghina. Akhirnya Li Wei membuka mulut, dia berkata, "Apakah kalian selesai berbicara?" "Belum," jawab Ling Xue, "masih ada satu hal yang belum kumengerti."

"Apa?" tanya Li Wei.

"Di kota Ji Nan tempat yang paling ramai adalah Zui Liu Ge, mengapa kau tidak ke sana? Malah memilih kesini?"

"Karena aku mengira kalau kalian adalah teman ku," Li Wei tertawa dingin, "walaupun identitasku sudah terbongkar, bagiku kalian adalah pendekar dan pahlawan yang berpandangan lurus, tidak akan membiarkan kami mati di tangan perkumpulan para durjana yang sesat itu."

Tiba-tiba Wang Yi Kai meloncat dan berkata, ”Perkumpulan para durjana yang sesat? Apa itu perkumpulan para durjana yang sesat?"

"Apakah kailan benar-benar tidak tahu kalau mereka berdua adalah ”

Li Wei tidak bisa meneruskan kata-katanya karena sudah ada 23 titik terang menyerangnya dan semuanya mengarah ke titik yang paling berbahaya.

Yang pertama menyerangnya adalah Nan Gong Hua. Yang lain pun tidak kalah cepat dengannya.

Orang-orang ini adalah orang terkenal di dunia persilatan jarang ada yang tahu bila mereka juga menguasai senjata rahasia, karena mereka selalu mengatakan bila menggunakan senjata rahasia itu adalah perbuatan yang tidak benar, dan mereka selalu memandang remeh kepada orang terkenal yang memiliki senjata rahasia.

Tapi sekarang mereka malah menggunakan senjata rahasia mereka dengan cepat dan ganas.

Tidak kalah dengan orang yang biasa mereka anggap remeh.

Mereka bertekad tidak akan membiarkan Li Wei mengeluarkan kata-kata itu, dan mereka secara bersama-sama mengeluarkan senjata rahasia.

Li Wei tidak tahu kalau mereka akan bertindak seperti itu. Dia tidak dapat menghindar. Dia sudah yakin kalau dia akan mati oleh senjata rahasia mereka. Dia tidak menyangka akan ada orang yang menolongnya.

Senjata rahasia dikeluarkan secara tiba-tiba terlihat ada cahaya golok yang berkelebat, cahaya golok yang melewati langit, seperti ada bintang jatuh yang melewati langit malam.

Dua puluh enam jenis senjata rahasia tampak berjatuhan, ada yang kecil ada pula yang besar, ada yang bulat ada juga yang persegi, tapi setiap senjata itu tampak terputus di tengah-tengah.

Golok itu bergerak begitu cepat dan tepat.

Cahaya golok yang begitu berkilau sudah menghilang.

Wajah si kakek tetap tidak berekspresi apa pun, tapi mata si nenek tampak bercahaya, cahaya itu seperti kilauan golok tadi

Tapi tangan mereka tidak memegang golok, bagaimana cara mereka mengeluarkan golok mereka? Mengapa golok itu bisa menghilang dengan tiba-tiba?

Tidak ada yang bisa melihat dengan jelas. Tapi wajah setiap orang tampak berubah.

Li Wei menarik nafas panjang, kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dua puluh tahun lebih kita berteman, kali ini begitu mengeluarkan jurus kalian ingin aku mati, siapa yang menyangkanya?"

Dia melanjutkan lagi, "Seharusnya sudah terpikir olehku, yang aku lihat lebih banyak dari kalian."

"Apa yang telah kau lihat lebih banyak dari kami?" tanya nenek itu.

"Karena sejak tadi aku sudah tergeletak pura-pura pingsan di bawah, apa yang telah terjadi di bawah meja sudah terlihat dengan jelas olehku."

"Apa yang sudah kau lihat?"

"Sewaktu mereka sedang marah-marah dan mengatakan kalau kau adalah orang gila, sepasang tangan mereka saling menarik baju mereka di bawah meja untuk saling memberikan isyarat," kata Li Wei, "sebagian tangan mereka tampak bergetar."

"Oh ya?" tanya nenek tua itu.

"Karena mereka sudah tahu siapa dirimu," kata Li Wei sambil tertawa dingin, " tapi mereka tidak akan membiarkanmu tahu mengenai hal ini."

"Karena satu orang saja yang mengenal identitasku, maka tidak akan ada yang bisa hidup," kata nenek tua itu.

"Karena itu mereka harus bersandiwara di depanmu"

Kata Li Wei lagi, "mereka ingin kau tidak tahu siapa sebenarnya dirimu kalau tidak mengapa mereka sudah berlaku tidak sopan?"

"Di sini memang tidak ada orang bodoh," tawa nenek itu terdengar seperti suara gadis kecil. "Mereka tidak menyangka kalau aku berada di sini dan sekaligus sebagai teman mereka," kata

Li Wei.

"Mereka tahu siapa aku, pastinya tidak akan menganggapmu sebagai teman lagi," kata nenek tua itu.

"Karena itu mereka terus menertawakan dan menghinaku, berarti mereka menganggap remeh kepadaku," kata Li Wei, "kalau ada seseorang yang ingin membunuhku mereka pasti tidak akan menolong."

"Tapi sayang, aku tidak ingin buru-buru mengambil nyawamu."

"Aku belum mati dan aku masih bisa bicara, aku akan mengatakan identitas kalian." "Tapi bila kau mengatakan itu maka mereka pun akan mati mengikuti jejakmu."

"Mereka tidak menganggapku sebagai teman, aku tidak akan membiarkan mereka hidup enak," kata Li Wei.

"Mereka pasti sudah tahu," nenek itu tertawa, "karena mereka tidak bodoh."

"Tapi mereka tahu bakal ada seseorang yang akan menolongku," Li Wei pun ikut tertawa. "Mereka tidak menyangka kalau aku yang akan menolongmu," kata nenek tua itu.

"Kau bisa memukul senjata mereka dalam waktu singkat, di dunia ini tidak ada yang bisa melakukan hal seperti itu."

"Ling Xu tadi menutup Zhan Fei bukan karena dia sudah tahu aku berada di sini." "Dia bisa menebak, siapa sebenarnya kakek itu."

"Benar," kata Li Wei, "dia pun tahu kalau Tetua Tie dalam hidupnya tidak akan sembarangan bicara, juga tidak akan melakukan sesuatu yang tidak dia yakini." "Banyak yang tahu bagaimana sifat kakek sebenarnya," kata nenek itu.

"Karena itu mereka tidak akan membiarkan aku mengatakan kalau kakek itu adalah salah satu dari empat tetua Mo Jiao (perkumpulan setan)," kata Li Wei, "empat puluh tahun yang lalu, dia adalah jago golok nomor satu di dunia ini."

Kata-kata Li Wei belum selesai tapi Ling Xu sudah meloncat seperti sebuah anak panah.

Rumus ilmu meringankan tubuh satu-satunya adalah harus ringan, baru bisa bergerak dengan cepat.

Tubuh Ling Xu kurus seperti sebuah bambu, selain itu dia pun pendek dan kecil, dia pun salah satu dari pesilat yang mempunyai ilmu meringankan tubuh yang terbaik, ada yang mengatakan bahwa ilmu meringankan tubuhnya berada di atas Tian Chi.

Bila dia sudah beraksi tidak ada yang bisa menghalanginya lagi

Hanya tampak cahaya golok berkelebat. Begitu golok berkelebat dia tetap berlari, hanya dalam waktu singkat dia sudah berhasil melewati kolam

Bulan bundar masih menggantung di atas langit. Langit ada bulan, di kolam pun ada bulan.

Bulan di langit dan bulan yang berada di permukaan kolam menyinari semua orang yang bisa melihat bayangan orang yang berperawakan kurus kecil yang bergerak dengan ringan melewati kolam.

Tidak ada yang bergerak.

Ling Xu adalah orang yang pertama lari dari sana, sewaktu dia berlari semua orang sedang mengumpulkan tenaga dan ingin melarikan diri dari sana. Tenaga yang mereka kumpulkan berubah menjadi keringat dingin. Cahaya golok tidak terlihat.

Kali ini semua orang bisa melihat ada cahaya golok yang melayang keluar dari lengan baju si kakek yang pendiam itu.

Lengan bajunya sangat lebar, besar, dan panjang, cahaya golok berwarna putih keluar dari lengan baju itu. Sekarang sepertinya sudah berada di mata nenek itu.

"Kau salah," kata nenek itu.

"Dia memang salah," kata Li Wei, "dia seharusnya tahu tidak ada yang bisa lari dari Yan Zi Dao (golok walet)."

"Kau juga salah," kata nenek itu. ”Oh ya?"

"Kau harus mendengarkan kalimat ini." ”Kalimat apa?"

"Burung walet selalu terbang berpasangan, yaitu walet jantan dan betina, sekali menggerakkan golok akan membelah di tengah, kiri, dan kanan, setelah itu selamat tinggal. Artinya adalah setelah kami mengayunkan golok berarti di tengah, kiri, dan kananmu sudah terbelah. selamat tinggali"

o-odwo-o

BAB 8 Putri Tuan Muda ketiga Yan Zi Shuang Fei, Ci Xiong Tie Yan, Yi Dao Zhong Fen, Zuo Yu Zai Jian (burung walet terbang berpasangan, walet baja yang betina dan yang jantan, satu golok membagi dua bagian, mengucapkan selamat tinggal kekiri dan kanan).

"Kalimat ini tidak bagus, tapi aku pernah mendengarnya," kata Li Wei.

"Bila kau pernah mendengarnya, kau harus tahu tentang 4 tetua di perkumpulan para durjana, hanya Tie Yon (walet baja) yang terdiri dari dua orang," kata nenek tua itu sambil tertawa.

"Walaupun golok kakek sangat cepat, tapi harus aku yang bergerak dulu, maka baru bisa mengeluarkan tenaga yang dahsyat."

"Aku pernah mendengarnya," kata Li Wei.

"Tapi walaupun kami berdua secara bersama-sama mengeluarkan jurus Yan Zi Shuang Fei  tetap bukan merupakan golok tercepat," jelas nenek tua itu.

"Apa, masih bukan yang tercepat?" "Benar," jawab si nenek.

"Tapi golok kalian sudah termasuk golok dengan gerakan sangat cepat," kata Li Wei sambil menahan nafas.

"Kau menganggap golok kami sudah sangat cepat, karena kau belum pernah melihat golok tercepat di dunia ini."

Wajah si nenek berekspresi aneh, "golok melengkung, adalah. "

"Kau sudah tua. "

Kakek tua yang sejak tadi hanya diam tiba-tiba memotong kata-katanya.

Jarang ada perempuan yang mengakui bahwa dirinya sudah tua, tapi nenek itu mengakuinya kali ini.

"Aku sudah tua, aku benar-benar sudah tua, kalau tidak mengapa aku bisa cerewet seperti ini?" Tapi wajahnya tetap terlihat aneh, apakah ini adalah sikap hormatnya atau perasaan benci? Iri?

Atau marah? Ekspresi seperti ini seharusnya tidak muncul di wajahnya.

Tapi melihat golok melengkung itu, dia mempunyai beberapa perasaan.

—Golok melengkung apakah di atasnya terukir Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu?

Pertanyaan ini tidak ada seorang pun yang tahu, karena nenek itu sudah mengganti topik pembicaraan, tiba-tiba dia bertanya kepada Li Wei, "Apakah aku bisa membunuhmu?”

"Tentu saja bisa."

Li Wei bukan orang lemah, tapi sekarang dia mengakuinya secara langsung.

"Kau bukan orang lucu, kau sering berpura-pura, kau mengira kau sudah mempertahankan dirimu, dan membuat orang lain pun merasakan seperti itu."

Semua ini diakui oleh Li Wei.

"Tujuh jurus bintangmu, tidak berguna untuk orang sepertimu, hidup di dunia ini pun sudah tidak ada gunanya lagi."

Li Wei tidak membantah perkataan nenek tua itu.

"Tapi kau masih memiliki kebaikan hati," kata nenek itu, "paling sedikit kau lebih baik dari mereka yang selalu berpura-pura, kau selalu bicara dengan jujur."

Li Wei benar-benar tidak membantah perkataan nenek tua itu. "Karena itu pula aku tidak ingin membunuhmu," ucap nenek itu, "asalkan kau mau menyerahkan gadis itu maka aku akan melepaskanmu."

Li Wei terdiam, dia diam dengan lama, tiba-tiba dia membuka mulut, "Apakah aku bisa bicara sebentar dengan mereka?"

"Siapa mereka yang kau maksud?" tanya nenek itu.

"Mereka adalah orang yang selalu kuanggap sebagai teman," jawab Li Wei.

"Sekarang kau sudah tahu mereka teman macam apa, apakah kau masih ingin bicara dengan mereka?"

"Aku hanya akan mengucapkan satu kalimat saja."

Nenek tua itu belum mengijinkan, kakek itu sudah menjawab, "Biarkan dia bicara dengan orang-orang itu."

—Orang yang jarang bicara tapi sekali dia bicara maka kata-kata yang dikeluarkan begitu berbobot.

"Kakek mengatakan, kami akan membiarkanmu bicara, tidak ada yang melarangmu."

Nenek itu menghela nafas, "Bila sekarang kau tidak bicara nanti kau tidak akan mempunyai kesempatan lagi."

Kemudian Li Wei bicara dengan suara kecil di telinga Wang Yi Kai.

Tidak ada yang bisa mendengar apa yang sedang dia bicarakan dengan Wang Yi Kai, tapi setelah mendengar kata-katanya, wajah mereka langsung berubah menjadi wajah yang ketakutan.

Malam bertambah larut, angin pun bertambah dingin, nenek tua itu masih terus mengawasi mereka, dia pun tidak bisa menebak apa yang sedang dikatakan oleh Li Wei kepada mereka.

Nyonya Tie Yan hingga usianya 35 tahun masih disebut sebagai si cantik dari dunia persilatan, apalagi -sepasang matanya, bisa membuat seseorang bertekuk lutut.

Mungkin bila 40 tahun yang lalu begitu dia melihat laki-laki, apa pun yang dia perintahkan kepada laki laki itu maka laki-laki itu akan segera menurut kepadanya.

Sayangnya itu adalah kejadian 40 tahun yang lalu.

Setelah selesai mendengarkan bisikan Li Wei, langsung mengatupkan mulut mereka, sepertinya mereka bertekad akan melakukan sesuatu, tidak ada seorang pun yang mengatakan apa yang sudah dibisikkan oleh Li Wei tadi.

Li Wei menolehkan kepalanya melihat nenek tua itu dan berkata, "Walet Terbang Berpasangan, walaupun kalian membunuh orang seperti memotong rumput, tapi kata-kata yang telah kalian ucapkan bisa dipercaya."

"Itu sudah pasti."

"Tadi sepertinya aku telah mendengar, bila aku bisa menyerahkan None Xie maka kau akan melepaskanku?"

"Benar, aku memang berkata seperti itu." "Kalau begitu, aku bisa pergi."

Li Wei membersihkan bajunya yang penuh dengan debu, sepertinya apa yang dia katakan kepada nenek tua itu merupakan penyelesaian yang sempurna.

"Karena aku sudah menyerahkan dia kepada mereka," jelas Li Wei. "Menyerahkannya kepada siapa?"

"Kepada mereka." Dia menunjuk Wang Yi Kai dan teman-temannya, kemudian dia berkata lagi, "tadi aku memang sudah membawa dia ke sini, dan aku menyembunyikannya di suatu tempat rahasia, aku sudah mengatakan kepada mereka di mana tempat rahasia itu, salah satu dari mereka pasti bisa mendapatkan kembali gadis itu."

"Bagaimana kami bisa tahu, apa yang kau katakan semua adalah kenyataan," kata Nan Gong Hua dengan marah.

"Bila salah satu dari kalian pergi mencarinya ke sana, maka kalian akan percaya apa yang sudah aku katakan tadi adalah kenyataan atau hanya tipuan saja." Wajah mereka pucat, keringat dingin sebesar kacang hijau jatuh bergulir dari dahi mereka.

Tapi Li Wei hanya tertawa, dia tertawa dengan senang, tidak ada yang tahu apa alasan dia bisa tertawa begitu senang.

"Mereka pasti akan berebut mencari gadis itu." Kata nenek itu, "Oh ya."

"Sekarang mereka sadar siapa aku sebenarnya, artinya mereka akan mati." "Oh ya?"

"Tapi mereka tidak ingin mati."

"Sudah terlalu lama mereka hidup dengan enak, mereka pasti tidak ingin mati," kata Li Wei. "Siapa yang tidak ingin mati maka dia harus mencari dan mendapatkan gadis itu," ucap si

nenek itu. "Mengapa?"

"Karena siapa pun yang bisa mendapatkan gadis itu, maka aku akan melepaskan orang itu," kedua mata nenek itu terus melihat ke arah Wang Yi Kai dan teman-temannya.

"Aku percaya kepada semua kata-kata yang telah kau ucapkan," kata Li Wei.

"Kalau begitu apakah mereka akan segera berebut pergi ke sana?" tanya nenek itu. "Tidak," jawab Li Wei.

"Mengapa tidak?" nenek itu tertawa dingin, "apakah kau mengira mereka adalah orang yang tidak takut dengan kematian?"

"Karena mereka takut mati maka mereka tidak akan pergi ke sana." "Mengapa?"

"Karena bila mereka tidak pergi, mungkin mereka masih bisa hidup beberapa tahun lagi, bila mereka pergi sekarang, maka mereka akan mati," jelas Li Wei, "mereka sangat mengerti akan hal ini."

Li Wei bertanya kepada mereka, "Apakah ucapanku ini benar?" Tidak ada seorang pun yang membantah.

Nenek  itu  merasa  marah  sekaligus aneh. "Apakah mereka mengira aku tidak berani membunuh mereka?"

"Kau berani membunuh mereka, tapi bila mereka tidak pergi maka kau pun tidak akan membunuh mereka, mereka sudah mengerti sekali akan hal ini."

Li Wei berkata lagi, "Sayangnya, Nona Xie masih memiliki ayah, bila mereka menangkap Nona Xie untuk diserahkan kepadamu, maka ayah Nona Xie pun tidak akan melepaskan mereka."

”Jadi mereka lebih memilih menyinggung perasaanku dari pada perasaan orang itu?" "Mereka semua adalah pesilat tangguh, bila mereka bergabung mungkin masih ada harapan untuk mereka," kata Li Wei, "kalau harus menghadapi orang itu, maka tidak ada kesempatan sama sekali."

"Siapakah dia?"

"Dia adalah Xie Xiao Feng," jawab Li Wei, "dari Gunung Zui Yun yang air danaunya berwarna hijau, dia adalah Tuan Muda Ketiga, Xie Xiao Feng dari Wisma Shen Jian (dewa pedang)."

Dia menghela nafas dan berkata lagi, "Nona Xie yang kau cari adalah putri dari Xie Xiao Feng."

Wajah si kakek dan nenek langsung berubah, mata mereka terlihat bersorot kaget sekaligus marah.

"Yan Zi Shuang Fei, golok Yan Zi memang dasyat tapi ilmu silat Shen Jian dari keluarga Xie sama dasyatnya," kata Li Wei.

"Apakah semua perkataanmu benar?" tanya nenek itu, "mengapa Xie Xiao Feng bisa mempunyai anak?"

"Kalian pun mempunyai anak, mengapa Xie Xiao Feng tidak boleh?"

"Sekarang kami tidak mempunyai anak lagi," wajah nenek itu bertambah seram, "karena itu Xie Xiao Feng pun tidak boleh mempunyai anak."

Suara nenek itu tidak seperti suara gadis kecil lagi, matanya tiba-tiba menyipit dan bercahaya seperti kilauan golok, dia melihat ke arah Zhan Fei.

"Gadis yang bermarga Xie itu, ada di mana? Katakan kepadaku!" wajah Zhan Fei langsung pucat, tapi dia tetap tidak mau menjawab.

"Dia tidak akan mengatakannya," jelas Li Wei, "Shao Lin Pai selalu dihormati orang, bila dia menjual putri Xie Xiao Feng kepada perkumpulan para durjana, maka saudara seperguruannya tidak akan memaafkannya."

Dia tersenyum dan berkata, "Sama-sama harus mati. Kalau kau mati lebih bagus dan indah." "Di antara kita tidak ada dendam mengapa kau ingin mencelakakan kami?" Zhan Fei berteriak. "Karena aku adalah orang yang tidak tahu malu," jawab Li Wei, "kulit yang ada di pantat orang

mati pun bisa kupasang di wajahku, apa lagi urusan yang tidak bisa kulakukan?"

"Bila teman-teman tahu kalau ketua tujuh bintang adalah orang semacam ini, entah apa yang ada dalam pikiran mereka?" Nan Gong Hua menarik nafas.

"Aku tahu itu," kata Li Wei, "perasaan mereka pasti seperti perasaanku kepada kalian." "Dia tidak mau mengatakannya, maka aku yang i ikan mengatakannya," kata Wang Yi Kai.

"Aku tahu pada akhirnya pasti akan ada yang mengatakan di mana gadis itu," nenek itu tertawa dingin.

Pelan-pelan Wang Yi Kai berjalan ke arah Li Wei.

Li Wei selalu siap siaga, dia tidak menyangka orang terkenal seperti Wang Yi Kai akan menggigit orang dari belakang.

Dia selalu memperhatikan tangan Wang Yi Kai yang selalu diletakkan di belakang, dia mendekati Li Wei dan dengan pelan berbisik, "Ada satu hal yang tidak pernah terpikirkan olehmu, seperti aku yang tidak pernah terpikir bahwa kau akan meminjam pisau orang ini untuk membunuh karena itu kau harus mendengarkan kata-kataku."

Li Wei ingin mundur tapi sudah tidak sempat, tiba tiba Wang Yi Kai menggigit telinganya hingga darahnya bercipratan ke mana-mana, Li Wei menahan sakit, kemudian dia lari, Zhan Fei langsung memukul wajahnya. Tidak ada yang bisa menahan pukulannya. Li Wei terjatuh di tengah udara, tulang-tulangnya paling sedikit ada 27-28 yang patah. Wang Yi Kai memuntahkan telinga yang tadi digigitnya hingga lepas ke atas tubuh Li Wei.

"Aku kira kau pun tidak akan menyangka bahwa aku adalah orang semacam ini bukan?"

Nenek itu berkata, "Bukan dia tidak menyangka, aku sendiri pun tidak menduganya sama sekali."

Wajah nenek itu tiba-tiba terlihat aneh dan berkata, "Bila semua orang-orang persilatan seperti kalian maka keadaannya akan lebih baik."

"Membunuh satu orang untuk menghukum seratus orang," kata kakek itu dengan tiba-tiba, "bunuh satu orang dulu."

"Aku pun tahu harus membunuh satu orang dulu." Bila ada hal penting maka dia harus bertanya dulu kepada suaminya, "bunuh siapa dulu?"

Dengan perlahan si kakek mengeluarkan jari-jarinya yang kurus dan kering itu dari balik lengan bajunya.

Semua tahu bila dia telah menunjukkan jarinya kepada seseorang maka orang itu pasti akan mati, kecuali Shui Cao En, semua tampak mundur karena ketakutan, yang paling cepat mundur adalah Nan Gong Hua.

Dia ingin bersembunyi di balik tubuh Wang Yi Kai, tapi jari yang kurus kering itu  telah menunjuk kepadanya.

"Baiklah, kita bunuh dia dulu!"

Setelah selesai bicara, nenek itu sudah mengeluarkan sebilah golok yang panjangnya 2.5  meter, bentuk golok itu tipis seperti sayap tonggeret, tampak dingin seperti suasana musim gugur, golok itu terlihat transparan.

Itulah golok setan Yan Zi Shuang Fei.

Dulu perkumpulan Para Durjana ( Mo Kau ) menguasai dunia persilatan, mereka menganggap pendekar-pendekar yang ada seperti babi, anjing, dan ikan. Perkumpulan Para Durjana mempunyai senjata yang sangat menakutkan, yaitu sebuah pedang, pecut, sebuah gada, dan sepasang golok.

Tidak ada orang yang pernah melihat golok itu. Golok itu terbuat dari baja pilihan, bisa keras atau lembut, bila tidak digunakan bisa digulung dan disimpan di balik lengan baju.

Bila golok itu sudah muncul maka cahaya akan berubah menjadi darah dan bencana.

Pada saat golok itu sudah berada di depan mata, nenek itu memegang bagian tajam golok tersebut, nenek itu seperti berubah menjadi seorang gadis remaja.

"Sudah lama aku tidak menggunakan senjata ini," dengan tenang dia berkata, "aku tidak  seperti kakek, hatiku lebih lembut."

Dia menyipitkan matanya melihat ke arah Nan Gong Hua dan berkata, "Nasibmu memang bagus."

Nan Gong Hua adalah seorang laki-laki yang sangat memperhatikan penampilan, wajahnya biasa terlihat selalu segar tapi sekarang terlihat pucat, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh si nenek dengan mengatakan bahwa semua ini adalah nasib baiknya.

"Aku ingat, terakhir kali aku membunuh Peng Tian Shou."

"Peng Tian Shou adalah pesilat nomor satu di Wu Hu Duan Men Dao (lima, harimau dengan golok membelah pintu)."

Wu Hu Duan Men Dao adalah ilmu keluarga Peng yang beraliran keras, gagah, dan tidak mengenal ampun. "Sekali golok diayunkan maka nyawa pasti melayang, dengan ilmu Wu Hu Duan Men Dao, keluarga Peng berjaya di dunia persilatan selama 50 tahun, mereka jarang menemui musuh yang seimbang."

Dengan ilmu goloknya Peng Tian Shou sudah membunuh banyak orang, tapi 40 tahun yang lalu tiba-tiba dia menghilang dari kalangan persilatan, tidak ada yang tahu kalau dia sudah mati di bawah Yan Zi Dao.

Peng Tian Shou adalah teman Wang Yi Kai.

Setelah mendengar nama ini, wajah Wang Yi Kai tampak berubah, apakah dia teringat kembali kejadian 40 tahun yang lalu? Apa yang pernah terjadi di jembatan Chang An tidak pernah terlupakan olehnya.

"Dengan golok yang pernah membunuh Peng Tian Shou ini, aku akan membunuhmu juga, dan arwah kalian akan bersemayam di golok ini," kata nenek itu, “bukankah berarti nasib kalian sangat baik?"

Walaupun Nan Gong Hua selalu memperhatikan penampilan tubuhnya tapi sudah lama dia merasa sekali dia bekerja maka jantungnya akan berdetak lebih cepat dan dadanya terasa sakit.

Dia sadar kalau dia sudah tua, dia pun tahu dia hidupnya tidak akan lama lagi.

Seharusnya dia tidak takut mati, tapi sekarang tiba-tiba dia berteriak, "Aku akan menjawab apa yang kau tanyakan!"

Nyawa seseorang yang sudah tua tidak akan panjang hidupnya, apa yang bisa dinikmati sudah didapatkan olehnya, sekarang yang bisa dia nikmati tidak banyak lagi.

Anehnya orang semakin tua maka dia pun semakin takut akan kematian.

"Apakah kau akan menjawab dan menceritakan semuanya?" tanya si nenek, "apakau kau tidak takut kepada Xie Xiao Feng?"

Sudah pasti Nan Gong Hua takut kepada Xie Xiao Feng, tapi sekarang orang yang dia takuti tidak berada di sini, dia masih berada di tempat lain, sedangkan golok nenek itu sudah tampak di depan matanya, tentu saja dia lebih memilih menyelamatkan nyawanya dulu.

—Bagi orang yang takut dengan kematian, bisa mendapatkan kesempatan hidup lagi walaupun itu hanya sebentar, itu sudah sangat lumayan.

"Tadi Li Wei mengatakan bahwa dia menyembunyikan Nona Xie di. "

Kata-katanya belum selesai tiba-tiba terlihat kelebatan pedang.

Seperti cahaya pedang tapi begitu lewat seperti cahaya golok, kemudian tenggorokan Nan Gong Hua pun tampak sudah terputus.

—Orang yang semakin takut akan kematian, dia akan mati lebih cepat, ini merupakan hal aneh.

Tangan nenek itu memegang golok, tampaknya golok itu yang digunakan untuk menggorok leher Nan Gong Hua, memang tampak seperti cahaya pedang tapi juga seperti cahaya golok.

Tadinya seperti pedang mengapa bisa berubah menjadi golok?

Si nenek melihat pedang itu, dia tetap tidak bisa menghalangi, Nan Gong Hua pun sempat melihat pedang itu dan dia pun tidak bisa menghindari gerakan pedang itu.

Pedang itu berada di tangan Bai Tian Yu.

Semua orang sempat melihat kelebatan pedang itu, tapi mereka belum melihat sosok orang yang menyabet tenggorokan Nan Gong Hua, setelah sosoknya terlihat, leher Nan Gong Hua sudah mengerluarkan darah.

Pedang masih tampak meneteskan darah. Pedang itu terlihat seperti bukan pedang yang injam, seperti pedang yang bisa memotong bulu halus yang lewat tapi juga tidak seperti senjata yang bisa membunuh orang yang sering  digunakan oleh para prajurit dewa.

Pedang itu terlihat biasa, hanya saja di punggung pedang itu terdapat ukiran 7 huruf. Si nenek tertawa.

Walaupun dia seorang nenek-nenek, tapi pada saat dia tertawa matanya yang menyipit masih tampak menarik, masih terlihat sisa kecantikannya di masa lalu.

Orang yang masih hidup jarang ada yang bisa melihat sisa kecantikan 40 tahun yang lalu.

Orang yang pernah menikmati kecantikannya sudah mati karena senyuman si nenek pada 40 tahun yang lalu.

—Apakah sebenarnya orang-orang itu mati karena goloknya? Atau mati karena senyuman mautnya?

Mungkin mereka pun tidak tahu pastinya.

Hanya ada satu hal yang tidak perlu diragukan, goloknya bergerak dengan cepat, dan tawanya memang sangat menarik.

Sekarang pun goloknya masih bergerak dengan cepat bahkan lebih cepat dari 40 tahun yang lalu, tapi tawanya sudah tidak semenarik 40 tahun yang lalu. Dia juga tahu mengenai ini tapi karena sudah menjadi kebiasaan tidak bisa diubah lagi.

Sewaktu dia bersiap-siap akan membunuh orang, dia pasti akan tertawa dan pada waktu dia tertawa dengan mulut yang paling menarik, maka saat itu juga dia akan segera mengeluarkan serangan.

Sekarang dia sedang tertawa menarik tapi dia belum mengeluarkan serangan. Karena dia merasa pemuda yang harus dia bunuh itu sangat aneh.

Pemuda ini memakai pedang, tapi sewaktu pedang ditusukkan ke sasarannya bentuknya seperti golok yang lewat.

Sebenarnya itu adalah sebilah pedang mengapa bisa berubah menjadi sebatang golok? Apakah yang dia pegang adalah pedang, sedangkan jurus yang dipakainya adalah jurus golok?

Jika dia tidak sedang memegang pedang yang masih meneteskan darah, siapa pun tidak akan menyangka bahwa dia sudah membunuh orang, bahkan tidak ada yang percaya bahwa pedangnya bergerak begitu cepat.

Kelihatannya dia seperti pemuda yang baru keluar dari desa. Pembawaannya seperti seorang pemuda yang berpendidikan dan sopan santun, seorang pemuda yang ramah. Dia orang desa yang masih berbau dusun.

Dia sedang tertawa dengan tawa yang menarik dan segera disukai oleh orang-orang. Nenek itu menjadi curiga apakah tadi yang memotong leher Nan Gong Hua adalah pemuda ini?

Tawa Bai Tian Yu terlihat sangat ramah. Dia pun sangat sopan, karena itu orang lupa kalau  saat itu dia sedang memegang senjata yang bisa membunuh orang.

"Margaku Bai. Namaku Tian Yu."

."Bai Tian Yu?" nenek itu melihat dia, "apakah kau tahu siapa kami berdua?" Bai Tian Yu tertawa.

"Dulu di dunia persilatan ada nama terkenal dan memiliki kekuatan paling besar. Dia bukan Shao Lin, juga bukan Gai Bang tapi mereka adalah suatu perkumpulan misterius di bagian timur," kata Bai Tian Yu, "kekuatan mereka dalam waktu 10 tahun bisa menyapu semua dunia persilatan dan menjadi perkumpulan nomor satu." 'Tidak dalam jangka waktu 10 tahun, hanya dalam waktu 6-7 tahun," ucap nenek itu.

"Dalam waktu 6-7 tahun itu, orang yang meninggal karena mereka paling sedikit berkisar 600 liingga 700 orang," jelas Bai Tian Yu.

"Waktu itu orang-orang dunia persilatan sangat takut sekaligus benci kepada mereka karena itu, orang-orang dunia persilatan menamakan mereka sebagai Perkumpulan Para Durjana (Mo Kau)."

"Nama ini sebenarnya tidak terlalu jelek."

"Orang di dunia persilatan selalu mengatakan bahwa ketua perkumpulan itu adalah orang yang lumayan," kata Bai Tian Yu, "dia pintar, cerdas, ilmu silatnya pun melebih kemampuan manusia biasa."

"Aku yakin dalam kurun waktu 500 tahun ini, tidak ada orang yang bisa menandingi dia."

"Tapi dia jarang muncul di depan orang-orang, karena itu di dunia persilatan jarang orang yang pernah melihatnya, atau ada yang pernah melihat ilmu silatnya," kata Bai Tian Yu.

"Mungkin tidak ada satu orang pun," kata nenek

"Kecuali dia, dalam perkumpulan itu masih ada 4 orang tetua," kata Bai Tian Yu, "Perkumpulan Para Durjana bisa menguasai dunia persilatan dapat dikatakan ini adalah hasil kerja dari 4 tetua itu."

"Tidak salah lagi."

"Kami suami istri adalah salah satu dari 4 tetua itu Walet Terbang Berpasangan dan tidak bisa dikalahkan. Dua orang sama dengan satu orang," Bai Tian Yu menarik nafas dan berkata lagi, "jaman sekarang sangat jarang ada suami istri yang berumur seperti kalian”

"Betul, memang jarang sekali."

"Apa yang dikatakan olehku tadi, aku kira semua orangpun sudah mengetahuinya." "Apakah kau masih ingin mengetahui hal yang tidak diketahui oleh orang lain?" Nenek itu menyipitkan matanya lagi. "Masih ada yang ingin kuketahui."

"Katakan saja."

"54 tahun yang lalu kalian menikah," kata Bai Tian Yu, "keluarga Nyonya memang bermarga Yan, dan bernama Ling Yun. Sebenarnya kau adalah kekasih dari ketua perkumpulan itu."

Nenek itu terus tertawa.

Apa yang diketahui oleh Bai Tian Yu, tidak membuatnya merasa aneh, yang membuatnya aneh adalah mengapa pemuda ini bisa tahu namanya sewaktu gadis?

"Kalian berdua sejak dulu selalu berkelana di dunia persilatan bersama-sama. Begitu Perkumpulan Para Durjana menghilang dari dunia persilatan, kalian baru mempunyai seorang putra," kata Bai Tian Yu, "tidak kusangka 7 hari yang lalu, putramu mati di tangan Nona Xie."

Si kakek yang sejak tadi diam dan tidak berekspresi, sekarang wajahnya tampak berubah.

Dengan dingin dia berkata, "Teruskan kata-katamu!"

"Waktu itu Nona Xie tidak tahu siapa orang yang dibunuhnya. Li Wei dan Tian Chi pun tidak tahu karena itu mereka pun melukainya."

"Kalau tidak tahu identitas orang itu, apakah boleh dengan sembarangan membunuh?" tanya nenek itu.

"Karena putramu pun tidak tahu identitas Nona Xie," jawab Bai Tian Yu sambil tertawa, "apalagi Nona Xie adalah nona cantik yang jarang ditemui di dunia."

Bai Tian Yu berkata dengan jelas supaya semua orang tahu apa yang dimaksud olehnya. Sekarang semua orang tahu mengapa suami istri ini ingin sekali membunuh putri Xie Xiao Feng. Karena putri Xie Xiao Feng telah membunuh putra tunggal mereka.

Namanya adalah Xie Xiao Yu.

Orang yang kenal dengannya selalu mengatakan kalau dia adalah anak yang lembut, pendiam, dan penurut.

Tapi kali ini dia telah berbuat yang tidak baik.

Kali ini dia diam-diam keluar dari rumahnya. Dia sendiri yang menganggapnya demikian. Tahun ini dia baru berusia 17 tahun.

17 tahun adalah umur di mana setiap gadis wenang bermimpi.

Setiap gadis yang berumur 17 tahun selalu banyak khayalan yang indah, apalagi katanya ratu bunga tahun ini sangat cantik.

Pada saat tahu waktu penobatan, hatinya bergerak—penobatan yang akan dilaksanakan dengan ramai. Banyak pahlawan dan pendekar yang datang dari segala penjuru. Pendekar- pendekar muda.

Untuk gadis yang berumur 17 tahun, daya tariknya sangat besar tapi dia pun tahu ayahnya tidak akan membiarkan dia keluar maka dia pun diam-diam kabur dari rumahnya.

Dia mengira dia bisa membohongi ayahnya, tapi dia tidak tahu bahwa di dunia jarang ada yang bisa membohongi Xie Xiao Feng.

Sewaktu Xie Xiao Feng masih muda, dia pun sering melakukan hal yang dianggap oleh orang- orang sebagai "pemberontak'.

Dia tahu bila dia terlalu menekan dan melarang putrinya maka putrinya itu akan menjadi pemberontak seperti dirinya dulu.

Tapi putrinya yang baru berusia 17 tahun, yang ingin berkelana di dunia persilatan, bagi dirinya yang menjadi seorang ayah tetap saja merasa khawatir dan merasa tidak tenang. Untung ketua 7 bintang berada di daerah Ji Nan, karena itu Xie Xiao Feng menitipkan putrinya kepada Li Wei.

Apalagi masih ada Tian Chi.

Tian Chi tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mendekati Xie Xiao Yu, dan juga tidak akan membiarkan dia mengalami kecelakaan

Karena itu Xie Xiao Feng pun merasa tenang.

Tidak pernah disangka olehnya, masih ada sisa anggota Perkumpulan Para Durjana yang masih berkelana di dunia persilatan dan tidak pernah terpikirkan olehnya kalau putra dari suami istri Tie Yan begitu menyukai perempuan. Dia mengintip perempuan yang sedang mandi ini.

Hari itu adalah bulan satu tanggal 11. Udara terasa dingin.

Xie Xiao Yu menyuruh pelayan penginapan untuk memasakkan air panas supaya dia bisa mandi. Sejak kecil dia terbiasa mandi setiap hari.

Pintu dan jendela sudah tertutup rapat dan dikunci dari dalam. Dengan nyaman dia berendam di dalam bak yang berisi air panas yang terbuat dari kayu. Hampir setengah jam dia berendam, sewaktu dia bersiap-siap akan memakai baju, tiba-tiba dia sadar ada seseorang yang  mengintipnya dari luar.

Setelah selesai mengenakan baju dia segera keluar, Tian Chi dan Li Wei sudah mengepung si pengintip itu.

Orang ini memiliki mata miring, kakinya pincang, dia jelek dan aneh. Ternyata dia adalah orang cacat. Orang semacam ini jika bertemu dengan gadis-gadis mereka tidak berani melihat gadis-gadis itu tetapi jika ada kesempatan, dia tidak akan melewatkannya begitu saja.

Anehnya orang cacat ini mempunyai ilmu silat sangat tinggi. Li Wei dan Tian Chi yang bergabung pun masih tidak bisa menangkapnya.

Kemudian Xie Xiao Yu menusuknya dengan pedang.

Tangannya memegang pedang. Dia adalah putri Xie Xiao Feng. Pastinya Li Wei tidak pernah terpikir kalau orang cacat yang senang dengan perempuan itu adalah putra tunggal dari salah satu tetua perkumpulan para durjana.

Seorang gadis yang masih belia dan masih begitu suci, mana tahan dihina seperti itu. Dia membunuh pun mempunyai alasan yang sangat kuat.

"Seharusnya aku datang lebih awal," kata Bai Tian Yu, "tapi aku harus memeriksa semuanya hingga jelas."

"Mengapa?" tanya nenek itu.

"Karena aku dipesan oleh orang lain supaya membereskan hal ini dengan adil," jawab Bai Tian Yu.

"Oleh siapa?"

Bai Tian Yu tidak menjawab pertanyaan ini. Dia berkata lagi, "Jika ingin tahu tanyakan saja kepada Nona Xie."

"Apakah kau tahu dia berada di mana?"

"Aku pun tidak tahu di mana Li Wei menyembunyikannya? Di sini tempat persembunyian sangat banyak, aku pun sudah lama mencarinya," kata Bai Tian Yu, "Li Wei datang ke sini begitu terburu- buru dan dia tidak mengenal situasi di sini maka dia tahu tempat persembunyian di sini tidak terlalu banyak, akhirnya aku bisa mencarinya."

Di perumahan yang begitu besar, mencari satu orang benar-benar tidak mudah, apalagi dia belum pernah datang ke Shui Yue Lou. Tapi dia berbicara seakan-akan semuanya berjalan begitu mudah.

Nenek itu kembali melihat pemuda ini. Dia tahu pemuda desa itu bukan orang biasa.

Sebenarnya dia lebih lihai dari penampilan luarnya.

"Aku tahu Li Wei tidak akan menyerahkan Nona Xie," kata Bai Tian Yu, "karena putri Xie Xiao Feng malah dititipkan kepadanya, mati pun dia tidak akan melakukan itu."

"Kau pun pasti seperti dia," nenek itu dengan dingin melihatnya, "mati pun tidak akan mengatakan di mana keberadaannya."

"Tidak perlu kukatakan," kata Bai Tian Yu, "karena aku sudah membawanya ke sini."

Begitu dia bicara seperti itu, semua orang di sana menjadi kaget. Suami istri Yan pun ikut merasa terkejut.

Dengan sekali sabet dia bisa memotong leher Nan Gong Hua. Pasti dia tidak akan memberitahu keberadaan Xie Xiao Yu.

Tapi sekarang dia malah membawa Xie Xiao Yu ke sini. Di Shui Yue Lou ada sebuah pintu.

Begitu dia membuka pintu itu, tampak seorang gadis cantik sedang menundukkan kepalanya berjalan masuk.

Wajahnya penuh dengan air mata.

Air mata itu membuatnya terlihat lebih lembut, lesu, dan lebih cantik. Sekali melihat, semua orang akan langsung tahu kalau dia adalah seorang gadis penurut.

Gadis penurut seperti itu bisa membunuh, orang itu sangat keterlaluan dan pantas untuk dibunuh.

"Apakah kau adalah Nona Xie Xiao Yu?" "Benar."

"Beberapa hari lalu apakah kau membunuh seseorang?" "Benar."

Tiba-tiba Xie Xiao Yu melihat suami istri Tie Yan.

"Aku tahu kalian adalah orang tuanya, aku pun tahu kalian merasa sedih," kata Xie Xiao Yu, "jika dia tidak mati pun, aku tetap akan membunuhnya."

Tidak ada yang menyangka kalau perempuan lembut sepertinya bisa mengatakan hal begitu keras.

Di tubuhnya mengalir darah keluarga Xie. Keluarga Xie tidak akan tunduk dalam keadaan apa pun.

Begitu dia muncul bersama dengan Bai Tian Yu, nenek itu malah terlihat tenang—seorang pesilat tangguh berpengalaman seperti pemimpin pasukan yang menghadapi musuh kuat, dia  akan merasa lebih tenang.

"Nenek itu sejak tadi hanya diam dan mendengar. Begitu mereka selesai bercerita, dengan dingin dia berkata, "mengapa kau harus membunuh anakku? Apakah dia telah berbuat salah dan pantas mati?"

"Benar."

"Orang bersalah memang harus membunuh, apakah dia memang pantas mati?" "Benar."

"Apakah kau tidak salah membunuh?" "Aku pun pantas mati," jawab Xie Xiao Yu.

Tiba-tiba nenek itu tertawa. Tawanya begitu sedih dan juga menakutkan. Tiba-tiba dia berteriak, "Kau pantas mati, mengapa kau belum mati?"

Dalam suara teriakan sedih itu, golok sudah diangkat. Golok sudah membelah dari atas kepala Xie Xiao Yu.

Jika golok ini dijatuhkan, maka gadis yang cantik dan lembut itu dalam keadaan hidup akan terbelah menjadi 2 bagian.

Tidak ada yang tega melihatnya. Ada yang memutar kepalanya, ada yang memejamkan mata. Tidak disangka, begitu golok diayunkan, sama sekali tidak ada suara juga tidak ada ekspresi.

Semua orang membalikkan kepalanya lagi untuk melihat.

Xie Xiao Yu dengan utuh masih berdiri di sana. Rambutnya sehelaipun tidak ada yang terputus. Golok nenek yang tipis seperti sayap tonggeret ditahan oleh seseorang.

Ternyata ditahan oleh Bai Tian Yu.

Dua senjata saling beradu, tidak ada suara yang keluar. Golok dan pedang seperti menempel menjadi satu.

Urat tangan si nenek bermunculan, terlihat uratnya timbul satu per satu, urat di dahinya seperti ular beracun yang sedang melata.

Bai Tian Yu tetap tertawa dengan ramah. "Aku sudah campur tangan untuk menyelesaikan masalah ini, selama aku masih di sini, siapa pun tidak boleh saling membunuh."

"Orang yang harus mati pun tidak boleh dibunuh?" tanya nenek itu. "Siapa yang harus mati?"

"Dia harus mati karena dia telah membunuh orang," jawab nenek itu, "putraku tidak akan mengintip dia yang sedang mandi. Sekalipun Nona Xie berlutut menyuruh putraku  melihat, putraku tidak akan mau melihatnya."

Nenek itu bersuara dengan nada sedih dan berteriak, "Karena dia tidak bisa melihat." "Tidak bisa melihat?" Bai Tian Yu sedikit kaget, "mengapa dia tidak bisa melihat?" "Karena dia buta."

Nenek itu masih tertawa. Suara tawanya penuh dengan kesedihan, marah, dan terdengar kejam seperti racun.

Dia tertawa seperti seekor binatang yang akan mati. "Orang buta mana bisa mengintip orang mandi?"

Xie Xiao Yu sudah tidak bisa berdiri lagi. Tubuhnya langsung lemas dan jatuh di pelukan Bai Tian Yu.

"Apakah dia buta?" Bai Tian Yu bertanya kepada Xie Xiao Yu.

"Aku tidak tahu," Xie Xiao Yu menggelengkan kepala, "aku benar-benar tidak tahu."

"Jika dia tidak tahu, apakah ada orang yang lebih tahu?" suara nenek itu terdengar lebih sedih lagi, "mereka sudah membunuh dan merusak wajahnya."

Wajah Xie Xiao Yu menjadi pucat dan berkata, "Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu."

Sejak tadi kakek hanya diam seperti patung, tiba-tiba dia mengangkat Li Wei yang masih tergeletak di bawah.

Dia berdiri tapi tidak bergerak. Tempat Li Wei tergeletak jaraknya sangat jauh darinya, tapi begitu dia menjulurkan tangannya, Li Wei seperti sebuah karung usang diangkat dengan ringan.

Li Wei seperti sudah mati, sekarang dia mengeluarkan suara kesakitan. Li Wei belum mati. Dia memang ingin dipukul supaya dia bisa berpura-pura mati. Karena dia sadar, dia bisa menahan pukulan Zhan Fei tapi dia tidak bisa menahan Yan Zi Dao.

"Aku melihat kau belum mati," kata kakek itu. "Asalkan diberi kesempatan hidup, apa pun pasti akan kau lakukan bukan?"

Li Wei mengakuinya. Dia ingin hidup, dia sudah melakukan banyak hal yang tidak sangka sama sekali oleh mereka.

—Supaya bisa hidup, banyak orang yang melakukan perbuatan melebihi perbuatannya.

"Kau harus tahu, di dalam perkumpulan kami ada semacam obat yang dinamakan Tian Mo Sheng Xue Gao (obat darah suci langit dan setan)."

Li Wei mengangguk.

"Kau tahu bagaimana rasa Tian Mo Sou Hun Da Fa?" (periksa roh besar langit setan) Begitu mendengar nama ini, badan Li Wei lungsung gemetar.

"Aku bisa membuatmu hidup, juga bisa membuatmu mati," kata kakek.

"Aku akan berkata jujur," Li Wei mengerti apa yung dimaksud oleh si kakek, "aku akan berkata sejujurnya."

"Siapa yang mengintip Nona Xie mandi?" tanya kakek. "Tian Chi."

Dengan meneteskan air mata, Li Wei menceritakan semuanya.

"Hari itu udaranya sangat dingin. Saat itu aku ingin pelayan mengantarkan arak ke kamar, pada saat aku keluar dari pintu aku melihat Tian Chi sedang telungkup di bawah pintu kamar Nona Xie. Waktu itu kebetulan Nona Xie tahu ada yang mengintipnya, dan dia berteriak. Aku ingin menangkap Tian Chi, tapi dia sudah berlutut meminta kepadaku supaya jangan menghancurkan hidupnya.

Dia masih mengatakan kalau dia suka kepada Nona Xie karena itu dia tidak bisa menguasai dirinya, dan melakukan perbuatan seperti itu.

Aku berteman baik dengan bibinya. Aku percaya dia tidak sengaja melakukan hal ini, karena itu hatiku menjadi tidak tega. Tidak disangka percakapan kami ternyata didengar oleh seseorang.

Orang itu cacat, kami tidak tahu dia datang dari mana. Begitu melihatnya, Tian Chi ingin membunuhnya untuk tutup mulut.

Tidak disangka ilmu silatnya begitu tinggi. Tian Chi bukan lawannya, aku tidak membiarkan  Tian Chi dibunuh olehnya maka aku pun membantu Tian Chi.

Tapi aku bersumpah, aku tidak berniat untuk membunuhnya juga tidak membunuhnya.

Waktu itu Nona Xie sudah memakai baju dan keluar dari kamarnya. Tian Chi takut orang cacat itu akan membocorkan rahasianya. Dia sengaja berteriak, karena suara teriakan Tian Chi inilah maka orang itu tidak mendengar desingan suara pedang yang diayunkan oleh Nona Xie.

Waktu itu aku tidak tahu kalau dia buta, lebih-lebih tidak tahu kalau dia adalah putra Yuan Yan. Aku bersumpah aku tidak tahu. Cerita ini sangat menyebalkan. Li Wei pun ingin muntah mendengar ceritanya.

Supaya Li Wei bisa meneruskan cerita itu maka si kakek memberikan sebutir obat yang tidak ada keduanya ini kepadanya. Hal ini dia lakukan untuk menyambung nyawa Li Wei. Tapi Li Wei malah mengeluarkannya.

Tidak ada orang yang melihatnya.

Namanya sangat terkenal dan kaya raya seperti adik-adik raja, sekarang di mata orang dia sudah tidak berharga lagi.

"Jika kalian berada dalam keadaan seperti diriku, apakah kalian akan melakukan seperti apa yang kulakukan?"

Tidak ada orang yang menjawab, tapi semua diam-diam bertanya kepada dirinya sendiri.

—Apakah karena teman sendiri maka aku mengorbankan satu orang cacat yang tidak dikenal?

—Apakah untuk menyelamatkan nyawa sendiri, maka cerita rahasia ini pun dikatakannya? Tidak ada yang menjamin bahwa dalam keadaan begitu kita tidak melakukan hal seperti Li Wei. Tidak ada yang menghiraukan dia karena mereka takut melihat diri mereka seperti itu.

Suara teriakan Li Wei sudah berhenti. Orang yang tidak ingin mati tetap mati, orang yang semakin tidak ingin mati malah mati lebih cepat.

Di luar Shui Yue Lou angin berhembus dengan dingin seperti golok. Setiap tangan dan kaki terasa dingin, pasti juga hati mereka juga ikut terasa dingin.

Wajah si kakek sama sekali tidak ada ekspresi. Dia melihat Bai Tian Yu dan .berkata, "Aku adalah anggota perkumpulan para durjana, begitu juga dengan anakku."

”Aku tahu."

"Apakah anakku memang harus mati?" "Tidak." "Kau dititip oleh seseorang untuk membereskan masalah ini. Kau adalah pesilat tangguh dalam kurun waktu 50 tahun ini yang termuda yang pernah kutemui," kata kakek itu, "masih ada satu orang yang belum mati."

Tiba-tiba Xie Xiao Yu berteriak, "Aku tahu siapa dial"

Bekas air mata terlihat di wajahnya yang pucat, dia begitu lemah dan lesu. Seakan-akan sudah tidak bisa berdiri tapi dia tetap tidak mundur dan berkata, "Sekarang aku sudah tahu, aku telah salah membunuh orang. orang yang salah membunuh tentu juga harus mati”

"Kau ingin melakukan apa sekarang ini?" tanya si kakek.

Xie Xiao Yu tidak menjawab, sepatah kata pun tidak menjawab. Tiba-tiba dari lengan bajunya dia mengeluarkan pedang pendek yang tampak bercahaya, dia langsung menusukkan pedang itu ke jantungnya.

Xie Xiao Yu baru berusia 17 tahun, dia seperti sekuntum bunga yang mekar dan begitu cantik. Gadis 17 tahun yang mana yang ingin mati? Dia adalah putri Tuan Muda Ketiga Xie.

---ooo0dw0ooo---

BAB 9 Cahaya golok melengkung

Karena dia adalah putri Xie Xiao Feng.

Di tubuhnya mengalir darah Xie Xiao Feng. Pedang yang dipegangnya adalah pedang dari keluarga Xie.

Pedang untuk membunuh orang.

Meskipun pedang itu untuk membunuh atau untuk bunuh diri, gerakan dia sama cepatnya. Tapi kali ini dia tidak berhasil menusukkan pedang itu ke jantungnya

Karena gerakan Bai Tian Yu lebih cepat dari dia.

Begitu pedang berkelebat, pedang yang dipegang Xie Xiao Yu pun terlepas dan melayang dan menancap ke pilar atas Shui Yue Lou. Seperti sebuah paku yang menancap di permukaan tahu. Sebuah pedang yang panjangnya 40 centimeter menancap di atas pilar yang sengaja didatangkan dari Gui Zhou.

"Aku yang ingin mati, mengapa kau tidak membiarkan aku mati saja?” tanya Xie Xiao Yu dengan sedih.

"Kau tidak boleh mati," jawab Bai Tian Yu, "kau tidak pantas mati."

Xie Xiao Yu melihat gadis itu. Matanya yang indah memancarkan perasaan yang sangat sulit dijelaskan. Apakah ini adalah pandangan kagum? Atau berterima kasih?

Dengan pedangnya Bai Tian Yu menggetarkan pedang Xie Xiao Yu hingga terlepas, sekaligus menaklukkan hatinya.

Siapa yang tidak akan kagum kepada seorang pendekar, apalagi untuk seorang gadis yang berumur 17 tahun?

Nenek itu melihat Xie Xiao Yu, lalu melihat ke arah Bai Tian Yu. Tiba-tiba dia tertawa dingin dan berkata, "Aku mengerti."

"Apa yang kau mengerti?" tanya Bai Tian Yu.

"Jika ingin membunuh Xie Xiao Yu, maka harus membunuhmu dulu." "Benar." Jawaban Bai Tian Yu sangat singkat tapi tegas. Nenek itu menyipitkan mata melihat pedang yang sedang dipegangnya.

"Membunuhmu sepertinya tidak mudah." "Mungkin seperti itu."

"Senjatamu seperti sebuah pedang?" tanya nenek itu. "Betul, ini memang pedang."

"Tapi jurusmu seperti jurus golok."

Bai Tian Yu tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

"Selama 30 tahun ini jarang ada orang dunia persilatan yang melihat jurus Yan Zi Shuang Fei.

Dua golok bergabung menjadi satu." "Apakah hari ini aku bisa melihatnya?" "Bisa."

"Orang yang bisa melihat Yan Zi Shuang Fei yang merupakan penggabungan dua golok menjadi satu, sepertinya tidak banyak orang yang pernah melihatnya."

"Bahkan satu pun tidak ada."

"Mungkin hari ini aku akan menjadi pengecualian," Bai Tian Yu tertawa.

"Aku pun berharap kau bisa membuat pengecualian ini," nenek itu ikut tertawa.

Pada saat tawanya muncul, dia sudah memutar tubuhnya. Tiba-tiba dia sudah berada di depan suaminya. Pinggangnya masih tampak lentur seperti seorang gadis.

Kakek tetap tidak ada ekspresi tapi goloknya sudah siap di tangannya. Goloknya pun berbentuk seperti sayap tonggeret. Begitu tipis juga bening.

Golok si kakek lebih panjang.

Semua orang mundur perlahan-lahan, mereka sudah cukup jauh tapi masih hawa membunuh dari golok itu masih terasa.

Si nenek berkata kepada kakek, "Tangannya memegang pedang."

"Dulu kita pernah membunuh orang yang menggunakan pedang" jawab kakek itu dengan dingin.

"Tapi jurusnya seperti jurus golok," "Oh ya?"

"Sepertinya dulu kita pernah bertemu dengan orang yang seperti itu." "Benar," tegas si kakek, "tapi bukan dia."

"Untung orang itu bukan dia."

Kata-kata kedua orang tua tidak ada artinya sama sekali bagi mereka. Bagaimana dengan Bai Tian Yu?

Apakah dia mengerti pembicaraan antara si kakek dan nenek itu?

Mereka sebenarnya 2 orang dengan 2 golok. Tapi tiba-tiba 2 orang itu seperti menyatu. Dua buah golok tiba-tiba bergabung menjadi satu.

Jika si nenek bermarga Yan itu dengan tenaga penuh mengayun golok yang beratnya 250 kilogram, maka si kakek mengayun pun mengayunkan golok yang sama beratnya. Begitu 2 golok menyatu dan mulai menyerang, tenaga yang dikumpulkan sudah mencapai 500 kilogram. 

Ini hanya perhitungan biasa. Tapi di dunia ini ada orang dengan cara aneh membuat perhitungan ini dan mengalami perubahan.

Begitu dua golok menyatu, tenaga bertambah satu kali dari semula, tenaga yang tadinya berkekuatan 500 kilogram berubah menjadi 1.000 kilogram.

Tenaga bertambah satu kali lipat, kecepatannya pun bertambah satu kali lipat. Ini bukan merupakan bagian terkuat dari Yan Zi Fei Dao.

Dua golok menjadi satu tapi golok mereka seperti menyerang dari 2 arah.

Mereka menyerang ke sebelah kanan, tapi jika kau menghindar ke sebelah kiri maka kau pun tetap tidak bisa menghindar.

Jika menghindar ke kanan, kau akan lebih cepat terkena senjata. Berarti jika Yan Zi Shuang Fei, Shuang Dao He Yi dikeluarkan maka orang itu tidak akan bisa menghindar lagi.

Shuang Dao He Yi, adalah serangan dengan kekuatan sangat besar, seperti 4 orang pesilat tangguh yang bersatu kemudian menyerangmu. Kau tidak akan bisa bertahan lagi.

Shuang Dao He Yi seperti bersatu sama sekali tidak ada kelemahan. Mereka bertindak sangat rapi.

Pasti serangannya tidak bisa dipecahkan.

Karena itu jurus mereka tidak pernah meleset. Kali ini pun mereka tidak akan membuat pengecualian.

Begitu golok berkelebat, pedang Bai Tian Yu pun bergerak.

Pedangnya lurus. Tangan yang memegang pedang menusuk dengan lurus. Bai Tian Yu pun tidak terkecuali. Pedangnya didorong kedepan dengan lurus.

Tapi pedang itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya golok yang melengkung.

Yan Zi Shuang Dao adalah golok yang terbuat dari baja yang sangat istimewa. Rambut yang terkena golok itu pun akan segera terputus. Cahaya golok seperti bintang jatuh.

Pedang Bai Tian Yu hanya pedang yang sangat biasa.

Tapi begitu pedang mengeluarkan cahaya lengkungan, Yan Zi Shuang Dao yang bercahaya seperti bintang itu tiba-tiba kehilangan bentuk.

Shuang Dao He Yi, tadinya sudah menyatu, sama sekali tidak ada sedikit celah pun.

Tapi cahaya golok lengkung dari pedang itu ternyata bisa menepis di tangah-tengah kedua golok yang menyerang. Menepis di tengah-tengah cahaya golok.

Tidak ada yang melihat bagaimana itu bisa masuk, hanya terdengar suara TING.

Hanya suara TING ringan. Cahaya golok yang terang seperti bintang jatuh tiba-tiba saja menghilang.

Tapi cahaya golok lengkung yang terdapat pada pedang, tampak berputar lagi kemudian cahaya itu langsung menghilang.

Suasana menjadi sepi, semua gerakan berhenti.

Semua benda hidup seperti menghilang, bumi dan langit seperti mati.

Bai Tian Yu masih seperti dalam keadaa tadi, diam berdiri di sana. Sepertinya dia tidak pernah bergerak dari tempatnya

Tapi pedang yang berada di tangannya mulai meneteskan tetesan pertama, kemudian disusul yang kedua, ketiga....

Suami istri Tie Yan pun berdiri dengan tidak bergerak. Golok masih dipegang di tangan mereka, juga tidak berubah. Tapi wajah dan tangan mereka terlihat ada bekas luka.

Satu garis bekas goresan golok. Goresan golok melengkung, melengkung seperti bulan. Darah pelan-pelan menetes dari luka mereka, awalnya hanya sedikit.

Wajah mereka tidak berubah, hanya saja terlihat aneh seperti tiba-tiba melihat hal yang tidak bisa dimengerti olehnya.

Kemudian tiba-tiba terjadi perubahan yang membuat orang-orang di sana terkejut.

Bekas luka suami istri Tie Yan yang berbentuk seperti bulan tiba-tiba menganga. Daging dan darah yang terdapat di wajah mereka seperti sebutir jagung yang berada di dalam kuali yang panas tiba-tiba meledak dan menganga, dan terlihat tulang mereka yang berwarna putih.

Yan Zi Dao yang dipegang oleh mereka tiba-tiba terjatuh, lalu secara bersamaan tangan yang memegang golok pun ikut terjatuh.

Tapi wajah mereka tidak terlihat sakit, karena rasa ketakutan sudah membuat mereka lupa akan rasa sakit.

—Bukankah rasa takut datangnya dari rasa sakit yang berlebihan?

Tidak ada orang yang bisa menjelaskan keadaan mereka sekarang memang seperti itu. Ketakutan mereka sudah melampaui batas ketakutan biasa.

Yang mereka takutkan bukan orang yang bisa membunuh mereka.

Yang mereka takutkan adalah cahaya golok melengkung yang keluar dari pedang yang dipegang oleh orang itu.

Melengkung seperti bulan. Golok itu tidak menakutkan.

Biasanya jika orang takut kepada golok, takut kepada orang yang menggunakan golok itu, takut kepada ilmu golok orang itu, takut kepada orang itu akan membunuh dia dengan golok itu.

Tapi yang mereka takutkan sekarang ini adalah cahaya melengkung yang keluar dari pedang.

Cahaya golok melengkung seperti ini bisa membawa ketakutan yang berasal dari dalam hati mereka.

Walaupun wajah mereka hancur, tangan putus sebelah, tapi mereka tidak roboh.

Mereka seperti tidak tahu kalau mereka sudah terluka dan tidak tahu bahwa tangan mereka sudah putus.

—Rasa ketakutan yang berlebihan, apakah mereka tidak tidak tahu? Ketakutan seperti tangan yang tidak terlihat, siap mencekik leher setiap orang. Tidak ada yang bersuara, mungkin tidak ada yang bisa bernafas.

Yang pertama membuka mulut adalah kakek yang jarang bicara itu. Dia terus melihat pedang yang berada di tangan Bai Tian Yu. Tiba-tiba dia bertanya, "Apakah kau menggunakan pedang itu?"

"Sepertinya memang benar.''

"Bukan seperti, tapi benar-benar pedang." "Oh ya?"

"Di atas langit, di bawah bumi, dari dulu hingga sekarang hanya ada satu orang yang bisa menggunakan pedang itu," suara kakek terdengar penuh ketakutan.

"Oh ya?” "Kau bukan orang itu."

"Aku memang bukan dia," jawab Bai Tian Yu, "aku adalah aku."

"Pedang yang kau pakai itu, apakah pedang miliknya?" "Pedang ini milikku."

"Apakah pedang ini terukir kata-kata?" "Betul, terukir beberapa kata."

"Harus ada 7 huruf." "7 huruf apa?"

"Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu." (Xiao=kecil, Lou=rumah, Yi=satu, Ye=malam, Ting=dengar, Chun=musim semi, Yu=hujan).

(Xiao Lou nama seorang laki-laki) (Chun Yu nama seorang perempuan)

Di atas pedang Bai Tian Yu memang terukir 7 huruf ini.

7 kata ini sebenarnya hanya sebuah puisi. Sebaris puisi yang tersusun sangat indah. Di dalam puisi ini mengandung kekhawatiran juga keindahan yang membuat perasaan orang menjadi kacau hatinya.

Tapi si kakek begitu mengatakan 7 kata ini, suaranya terdengar takut. Ketakutan tapi juga seperti rasa hormat.

—Hanya ada semacam orang yang hormat kepada dewa.

Sebenarnya tidak perlu merasa takut karena puisi ini begitu indah dan bagus.

Kakek bertanya lagi kepada Bai Tian Yu, "Apakah dulu kau pernah mendengar 7 kata ini?" "Aku pernah mendengarnya," jawab Bai Tian Yu, "itu adalah puisi yang sudah lama terkenal." "Apakah kau tahu maksud dari 7 kata ini?"

"Ya, aku tahu."

"Apakah kau benar-benar tahu artinya?" mata kakek itu bercahaya.

"Artinya adalah suatu malam di suatu musim semi ada seseorang yang sangat kesepian. Dia diam di sebuah rumah kecil sambil mendengarkan suara hujan musim semi semalaman."

"Tidak benar, tidak benar." kepala kakek bergoyang terus. "Salah semua."

"Apakah puisi ini mengandung makna lain?"

"Ketujuh kata ini menceritakan kisah 2 anak manusia."

"Seseorang yang paling hebat di dunia ini," wajah kakek mengeluarkan ekspresi ketakutan tapi juga rasa hormat, "seorang perempuan cantik yang tiada duanya di dunia ini."

Kakek itu menggelengkan kepalanya lagi dan berkata, "Tidak benar, tidak benar, kau tidak akan mengenali kedua orang itu."

"Karena mereka sudah lama meninggal," kata kakek itu tapi hanya dia sendiri yang bisa mendengar kata-katanya sendiri, "kau belum tahu, mereka sudah tidak ada di dunia ini."

Mata kakek bersorot tajam, "Tapi jurusmu tadi, merupakan jurus pedang dari jurus goloknya." "Oh ya?" "Di atas langit, di bawah bumi, dari dulu hingga sekarang hanya dia yang bisa melakukan jurus golok ini," kata kakek lagi, "hanya Chun Yu yang bisa melakukan jurus itu."

Kakek melihat pedang yang berada di tangan Bai liiin Yu lagi, "Apakah di tanganmu itu adalah 'Chun Yu?"

Bai Tian Yu tertawa, tapi dia tidak menjawab.

Kakek melihat dia dengan lama. Dia menarik nafas dan berkata, "Sebenarnya siapa kau ini?

Mengapa kau memiliki Chun Yu? Mengapa kau bisa jurus itu?" "Kenapa aku harus memberitahukan semuanya kepadamu?"

"Kau harus memberitahukannya kepadaku," kata kakek itu, "kau harus memberitahukannya kepadaku, mati pun aku akan rela."

"Aku tidak akan mengatakannya, tapi aku tetap bisa membunuhmu." "Kau tidak boleh membunuhku."

"Mengapa tidak boleh?"

"Kau tidak boleh membunuhku. Di dunia ini tidak ada yang bisa membunuhkul"

Dia masih memiliki satu tangan. Dari balik bajunya dia mengeluarkan sebuah plakat berwarna hitam yang terbuat dari tembaga. Dia mengangkat plakat itu tinggi-tinggi dan berkata kepada Wang Yi Kai, "Kau lihat benda apa ini?"

Itu hanya sebuah plakat tembaga. Bai Tian Yu tidak melihat ada keistimewaaan lainnya.

Tapi wajah Wang Yi Kai langsung berubah, matanya penuh dengan rasa terkejut dan juga takut tapi ada sikap hormat.

Seperti orang yang sedang bersembahyang dan membakar dupa. Tiba-tiba melihat ada dewa muncul di depannya.

"Kau pasti tahu ini benda apa," kata kakek itu kepada Wang Yi Kai. "Aku tahu, aku pasti tahu," jawab Wang Yi Kai.

"Plakat ini dulu digunakan oleh kumpulan dari pahlawan-pahlawan dan pendekar. Mereka menganggap pemegang plakat itu tidak boleh dihukum,." kata Wang Yi Kai, "plakat itu diakui oleh Wisma Shen Jian. 3 perkumpulan, 7 pesilat pedang, 4 keluarga dunia persilatan yang terkenal. Mereka meminta jika pemegang plakat ini walaupun dia telah melakukan perbuatan apa pun, tidak boleh membunuhnya."

"Itu hanya barang palsu," Zhan Fei berteriak, "pasti itu yang palsu!" "Bukan plakat palsu," kata Wang Yi Kai, "tidak mungkin itu palsu."

"Wisma Shen Jian dan 7 perkumpulan adalah musuh dari perkumpulan para durjana," kata Zhan Fei, "mengapa plakat itu bisa berada di tangan tetua perkumpulan para durjana itu?"

"Pasti ada alasannya." "Apa alasannya?"

"Aku tidak bisa mengatakannya, tapi aku yakin plakat itu bukan plakat palsu," wajah Wang Yi Kai tampak pucat. Dia berkata lagi, "Jika hari ini ada yang membunuhnya, maka dia akan menjadi musuh Wisma Shen Jian, 3 perkumpulan, 7 pesilat pedang, 4 keluarga terkenal di dunia persilatan. Dan dalam waktu 7 hari dia akan mati."

Setelah selesai mengatakan itu, tiba-tiba dia meloncat tinggi dan kabur melalui jendela kemudian menghilang dalam kegelapan.

Suami istri Tie Yan dan Bai Tian Yu tidak menghalangi kepergiannya karena tidak ada yang bisa menghalanginya. Dia pergi karena dia takut kalau orang-orang di sana akan memaksanya menceritakan rahasia itu. Rahasia yang tidak boleh diceritakan olehnya.

"Dalam hidupku, aku sudah banyak membunuh orang. Sekarang aku hanya mempunyai satu tangan. Jika hari ini aku tidak mati, satu per satu orang-orang di sini akan mati di bawah golokku," kata kakek itu, "setiap hari kalian tidak akan hidup tenang. Siap-siap saja jika aku datang untuk membunuh kalian. Mungkin pada saat kalian bangun tidur sudah menjadi mayat yang tidak berkepala."

Kata-katanya terdengar sangat pelan sepertinya setiap kata mengandung mantera yang sangat jahat.

Kata-katanya terdengar oleh semua orang, bulu kuduk mereka langsung berdiri.

Semua orang tahu, apa yang telah dikatakan olehnya, maka dia pasti sanggup untuk melakukannya.

"Karena itu kalian jangan membiarkan aku hidup terus dan pergi meninggalkan tempat ini," kata kakek, "tapi kalian tidak boleh membunuhku."

Tidak ada yang membantah. Siapa, pun tidak berani bermusuhan dengan Wisma Shen Jian dan 7 pesilat pedang.

"Tapi aku bisa membunuh diriku sendiri," dia melihat Bai Tian Yu, "asal kau memberitahuku mengapa kau bisa menggunakan jurus 'Chun Yu'. Aku akan langsung mati di sini."

Dia ingin menukar rahasia ini dengan nyawanya.

Dari mana Bai Tian Yu mendapatkan pedang itu? Dari mana dia mendapatkan jurus itu? Apa hubungan semua ini dengan kakek itu? Kenapa dia selalu ingin tahu?

Dan dia berani menukar kematiannya dengan rahasia ini. Semua orang berharap Bai Tian Yu bisa mengatakannya. Karena mereka pun sangat ingin tahu.

Apalagi mereka berharap suami istri ini segera mati.

"Apakah kau akan menceritakan?" kakek itu masih terus melotot ke arah Bai Tian Yu. Jawaban Bai Tian Yu mudah dan singkat, seperti sebatang paku.

"Aku tidak akan mengatakannya."

"Apakah betul kau tidak akan mau mengatakannya?"

"Kau tidak bisa membunuhku, tapi kapan pun aku bisa membunuhmu," kata Bai Tian Yu, "hari ini aku akan membiarkanmu terus hidup. Jika kau membunuh satu orang saja, maka aku akan mengambil nyawamu."

Dia melihat plakat yang dipegang oleh kakek itu dan berkata, "Plakat itu hanya bisa menolongmu satu kali. Aku jamin lain kali tidak akan ada orang yang bisa menolongmu. Sekalipun dia adalah Ketua Xie dari Wisma Shen Jian, aku tetap akan membunuhmu dulu."

Dia berkata dengan pelan-pelan. Setiap kata mengandung kekuatan yang membuat orang langsung percaya dan juga kekuatan yang membuat orang tidak bisa menolaknya.

Hanya dalam waktu singkat, anak desa yang ramah ini tiba-tiba berubah menjadi seperti seorang raksasa.

Xie Xiao Yu melihatnya. Matanya mengeluarkan ekspresi yang tidak mengerti oleh orang-orang.

Tapi mata kakek tidak sama seperti dia. Mata kakek seperti ada api yang ada racun dan pisau beracun juga seperti seekor ular beracun.

"Kau bermarga Bai?" "Benar."

"Apakah Bai di sini artinya putih?" "Benar."

"Apakah marga Bai yang dipakai oleh Bai Xiao Lou?" "Benar."

Mata kakek itu bersorot seperti ketakutan. Kakek itu berkata lagi, "Karma, karma," ucap kakek itu, "hukum karma, jika dulu tidak—"

"Aku menyuruhmu cepat pergi!"

Bai Tian Yu tidak memberi kesempatan kakek itu bicara lagi. Dia sudah memotong kata-kata si kakek.

Mengapa Bai Tian Yu tidak memberi kesempatan si kakek untuk bicara?

"Aku pasti pergi," kata kakek, "tapi ada satu hal yang harus kuberitahu kepadamu." "Katakan saja!"

"Siapa pun kau, entah dari mana kau dapatkan pedang itu, entah dari mana kau belajar jurus itu, semua ini akan mendatangkan bencana besar untukmu."

Matanya terlihat lebih kejam dari kata-katanya.

"Walaupun kau bisa menguasai dunia persilatan dengan pedangmu, tapi selamanya musibah akan selalu mengikutimu," jelas si kakek, "setiap hari, setiap malam, setiap jam, setiap menit bencana akan selalu mengikutimu. Walaupun dengan pedang itu kau bisa menukarnya dengan nama pendekar terkenal, tapi seumur hidupmu kau akan hidup di dalam kesedihan. Kemudian mati karena kesedihan."

Tiba-tiba kakek mengangkat kepalas dan berteriak, "Semua dewa-dewa dan setan-setan di bumi dan langit, kalian menjadi saksi. Ini adalah nasibmu seumur hidupmu!"

Ini adalah doa-doa setan.

Angin musim semi yang dingin melewati kolam. Di dalam kegelapan banyak setan yang sedang mendengarkan doa-doa seram dan jahat ini.

Kemudian suami istri ini pun masuk kedalam kegelapan. Masuk ke kumpulan setan. Bai Tian Yu terus mendengarkan. Dia tetap tenang dan sabar.

Tiba-tiba Xie Xiao Yu datang dan menarik tangannya.

"Jangan dengarkan kata-kata mereka," tangan Xie Xiao Yu sangat dingin tapi suaranya lembut seperti air musim semi, "jangan percaya kepada kata-kata mereka. Mereka seperti setan."

Bai Tian Yu terdiam. Dia diam dengan lama baru berkata, "Kadang-kadang kata-kata setan itu sangat tepat."

Tangan Xie Xiao Yu terasa lebih dingin lagi. Rasa dingin membuatnya bergetar, "Aku tidak percaya kepada kata-kata mereka."

Bai Tian Yu melihat dia, "Karena mereka tidak berkata dengan bahasa setan. Mereka adalah manusia bukan setan."

Xie Xiao Yu tertawa. "Walaupun mereka setan, aku percaya kau tidak akan takut kepada mereka," suaranya terdengar lebih lembut lagi, kemudian dia berkata, "aku percaya, di langit dan di bumi ini tidak ada yang bisa membuatmu merasa takut."

Di dunia ini apakah ada yang membuat seorang laki-laki terpengaruh jika bukan berasal dari pujian seorang gadis. Dan laki-laki itu dianggap sebagai pahlawan oleh gadis itu. Di dunia ini hal yang membuat seorang laki-laki merasa bangga jika bukan datang dari kepercayaan penuh seorang gadis, apalagi di hadapannya adalah seorang gadis polos. Dan gadis ini adalah gadis cantik yang jarang ditemui.

Tapi Bai Tian Yu tidak seperti itu, dia tidak mabuk pujian, meskipun dia seorang laki-laki, tapi dia bukan laki-laki yang biasa.

Apalagi di dalam hatinya tersimpan sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang menyedihkan. "Apakah kau adalah putri Xie Xiao Feng?"

Xie Xiao Yu dengan terkejut melihatnya Dia tidak tahu mengapa tiba-tiba saja Bai Tian Yu menanyakan hal ini.

"Benar."

"Tapi aku dengar Xie Xiao Feng tidak mempunyai seorang putri."

"Keadaan ayahku jarang diketahui oleh banyak orang," jawab Xie Xiao Yu sambil tertawa, "apalagi Wisma Shen Jian jarang didatangi orang, pasti tidak banyak yang tahu."

Mata Xie Xiao Yu bercahaya lagi. Dia berkata, "Kau sudah menolongku dan mengalahkan suami istri Yun Yan. Jika ayahku tahu, dia pasti akan bangga kepadamu," Xie Xiao Yu berkata lagi, "pasti ayah pun sangat berterima kasih kepadamu."

"Jika dia berterima kasih kepadaku, dia hanya berhutang ucapan terima kasih," tiba-tiba Bai Tian Yu berubah, berubah menjadi seorang yang dingin dan sombong, "Jika dia menganggapku lumayan, dia hanya berhutang satu kali pertarungan."

"Kau ingin bertarung dengan ayahku?" tanya Xie Xiao Yu.

"Semenjak Tuan Muda Xie berkelana di dunia persilatan, dia sudah mencari banyak pesilat tangguh vimg menggunakan pedang dan dia sudah mengalahkan mereka semua. Membuat Wisma Shen Jian menjadi terkenal."

"Terkenalnya Wisma Shen Jian bukan karena tangan ayahku."

"Tapi nenek moyangmu tidak terkenal seperti ayahmu," kata Bai Tian Yu, "dia mengalahkan banyak orang dan membuat dia terkenal itu karena dia menolak ajakan orang lain untuk bertarung."

"Ayahku pun pasti tidak ingin bertarung «lenganmu." "Mengapa?"

"Semenjak pertarungan terakhir kalinya dengan Yan Shi San (Yan ke 13), dia berhenti bertarung."

-ooodwooo-

BAB 10 Dalam waktu semalam menjadi terkenal

Xie Xiao Feng bertarung terakhir kalinya dengan Yan ke 13. walaupun hanya disaksikan oleh seorang Tuan yang bermarga Xie tapi Tuan yang bermarga Xie itu bukan tipe orang yang banyak bicara. Dia tidak pernah mengatakan hal ini kepada siapa pun tentang kalah atau menangnya hasil pertarungan.

Tapi semua orang tahu bahwa dalam pertarungan itu Xie Xiao Feng yang berada di pihak kalah. Tapi itu tidak mempengaruhi nama baik Tuan Muda Ketiga dan juga tidak mengganggu nama besar Wisma Shen Jian.

Seorang pesilat tangguh pasti pernah mengalami kegagalan setidaknya 1 atau 2 kali.

Kegagalan bukan suatu hal yang menakutkan, apalagi dalam pertarungan itu, Yan ke 13 lah yang menang tapi dia malah bunuh diri.

Alasan bunuh dirinya adalah untuk menghancurkan jurus-jurus pedangnya yang ke-15, jurus yang bisa mengalahkan Xie Xiao Feng. Karena itu adalah jurus itu sudah menghilang di dunia.

Yan ke 13 telah meninggal, dia pun membawa kurus pedangnya yang ke-15, jadi Tuan Muda Ketiga tetap dinobatkan sebagai pesilat pedang tertinggi.

"Katakan kepada ayahmu, 13 hari lagi aku akan membawa pedangku untuk bertarung dengannya."

Xie Xiao Feng adalah dewa pedang. Dia adalah dewa bagi setiap orang, tapi bagaimana dengan Bai Tian Yu?

Sebelum malam ini tidak ada seorang pun yang mengenal namanya. Tapi setelah malam ini namanya begitu menggegerkan dunia persilatan.

Malam ini semua orang yang di sana telah melihat keahliannya. Dengan satu jurus dia berhasil membuat suami istri Yin Yan Zi yang datang dari perkumpulan para durjana terluka. Walaupun tidak adu orang yang melihat, bagaimana Bai Tian Yu mengeluarkan pedangnya. Tapi itu adalah jurus pedang Bai Tian Yu.

Walaupun orang-orang tidak pernah melihat hagaimana Xie Xiao Feng mengeluarkan jurus pedangnya lapi mereka pun tidak berani mengatakan bahwa jurus Tuan Muda Ketiga seperti apa hebatnya.

"Tuan Muda Bai, mengenai hal ini, aku...." Xie Xiao Yu menelan ludahnya. Entah apa yang harus dia katakan.

"Asalkan kau memberitahukan hal ini kepada nyalimu, itu saja sudah cukup," suara Bai Tian Yu kembali ramah, "Aku percaya sekarang tidak ada lagi orang yang berani melukaimu. Kau boleh pergi dengan aman."

Sesudah itu dia membalikkan badannya dan pergi meninggalkan orang-orang yang masih terkaget-kuget karena merasa aneh. Juga meninggalkan Xie Xiao Yu di sana.

Pesta di Shui Yue Lou baru saja berjalan setengah. Sayur baru disuguhkan beberapa macam tapi pesta ulang tahun Shui Zhao En sudah berakhir.

-ooodwooo-

Pasir berada di pantai. Laut begitu luas.

Bulan tampak sendirian, orang tua itu pun demikian. Api membakar poci tembaga yang usang dan alat musik yang terdiri dari 3 senar.

Suara musik yang sedih mengiringi angin laut, seperti sedang menangis sambil mengelilingi pantai itu.

Angin laut tidak memiliki perasaan. Dan waktu terluang tidak mempunyai perasaan.

Angin laut meniup api itu hingga mati, bisa juga meniup debu yang berada di dunia dan menyapu bersih benda-benda yang berada di dunia ini. Tapi tidak bisa meniup sisa waktu dari wajah orang tua itu.

Cahaya api menyinari wajah orang tua itu. Dengan teliti dia menggesek alat musik 3 senar itu. Matanya seperti melihat laut juga seperti sedang melihat waktu yang terus berlalu. Tubuhnya kurus, kering, dan kecil. Dari kejauhan dia tampak seperti anak yang berumur 8-9 tahun, kepalanya seperti cangkang buah yang sudah kering. Wajahnya penuh dengan goresan dan sisa-sisa pengalamannya yang menyedihkan.

Waktu yang tidak memiliki perasaan membuat tubuhnya menjadi menciut tapi sepasang matanya sering mengeluarkan sorot pintar orang tua dan kenakalan anak-anak.

Di pantai yang menyedihkan, di tengah angin laut yang membawa harumnya teh Mei. Orang tua itu berhenti bermain musik. Dia menuang secangkir teh untuk dirinya sendiri. Dia  mendekatkan gelas itu ke bawah hidungnya dan dia menarik nafas dalam-dalam. Matanya dipejamkan dan dia menikmati harumnya teh itu.

Kemudian dengan perlahan dia menghembuskan nafasnya. Dengan perlahan dia menikmati pahitnya teh itu.

Bulan yang tergantung sendirian di atas langit. Orang tua itu duduk sendirian di pantai.

Alat musik 3 senar mulai mengeluarkan suara kuno dan sedih. Orang tua itu dengan pelan- pelan bernyanyi. Suaranya penuh dengan kesedihan seperti bukan keinginannya.

Kehidupan mencapai ratusan tahun. Seperti awan putih juga seperti cemara.

Kehidupan berjalan dengan tidak menentu. Di dunia ini banyak hal yang terjadi tapi bukan merupakan keinginanku. Walaupun mempunyai banyak uang tapi tidak bisa membeli waktu yang telah berlalu...

Alat musik 3 senar berbunyi begitu sedih, lagu yang dinyanyikan terdengar lebih sedih lagi. Di malam hari seperti ini membuat hati orang menjadi hancur.

Begitu suara nyanyian orang tua itu berhenti, tiba-tiba terdengar suara seseorang menarik nafas.

Kemudian hembusan angin membawa harum bunga melati.

Orang tua itu tidak membalikkan badannya. Dia tetap memainkan alat musiknya. Tak lama kemudian ada bayangan seseorang yang kurus keluar lalu berjalan ke belakangnya.

"20 tahun, sudah 20 tahun berlalu," suara orang Itu pun terdengar sedih, "selama 20 tahun ini belum pernah aku mendengar kau bernyanyi."

Cahaya api tidak bisa menyinari wajahnya. Sinar bulan bersinar dari belakang. Karena dia masih berada di tempat gelap maka wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya terlihat kakinya yang sangat panjang.

Suara musik belum berhenti. Orang tua itu bertanya, "Apakah Xie Xiao Yu belum mati?" "Apakah Bai Tian Yu bisa tepat waktunya tiba di Shin Yue Lou?"

"Bisa."

Orang tua itu tidak bertanya lagi dan suara alat musik pun berhenti. Dia minum seteguk teh. Sorot mulanya melihat ke arah laut dan di sana terlihat ada sekuntum bunga yang terbawa angin.

"Apakah Tie Yan sudah kalah?" "Benar!"

"Baiklah," orang tua itu mengangguk, "si marga Hu, memang benar-benar bermarga Bai." Suara musik terdengar lagi.

Suara musik tadi terdengar penuh dengan kesedihan, sekarang suara alat musik seperti suara rtrorang perempuan yang sedang menangis.

Begitu alat musik berbunyi, orang yang berkaki panjang itu pun mulai menyanyi. Buru-buru dia menyisir rambutnya, dia berdandan ringan. Asap berwarna hijau kabut berwarna ungu tampak beterbangan. Melayang tidak tentu arah. Bertemu lebih baik dari pada tidak bertemu, ada perasaan seperti tidak memiliki perasaan. Nyanyian sudah selesai dan dia berdiri untuk minum teh.

Di rumah besar, bulan tetap bergantung di atas langit tapi di sana sudah tidak ada orang.

Nyanyian yang terdengar sedih, suara musik yang sedih, pantai sepi, orang tua penyendiri, perempuan seperti mimpi.

Lukisan apakah itu?

Apakah ini mimpi? Apakah ini hanya khayalan? Apakah semua ini benar? Ataukah palsu? Seperti apa pun lukisan itu, yang terpenting apa yang telah terjadi malam ini.

Malam akan segera menghilang, terang akan segera datang.

Apa pun yang terjadi, dia akan lewat seperti matahari yang selalu terbit di sebelah timur.

-ooodwooo-

Hari baru terang. Zang Hua membuka mata. Tapi dia tidak ingin terbangun.

Bukan karena malam kemarin dia minum arak hingga belum sadar, juga bukan karena malam kemarin dia tidak bisa tidur, lebih-lebih bukan karena perasaannya sedang tidak enak, melainkan karena setiap pagi dia harus pergi bekerja.

Walaupun semalam tidak turun hujan tapi pagi ini turun hujan gerimis.

Hujan dan terang muncul secara bersamaan. Cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Suara hujan masuk ke telinga Zang Hua.

Dia menyibakkan selimutnya dan membereskan baju. Hal yang pertama dia lakukan adalah membuka jendela. Sorot matanya segera jatuh ke tempat kejauhan.

Di tempat jauh sepertinya juga sedang hujan, sepertinya hujan di sana lebih besar dari pada di sini.

Walaupun dia tidak senang mengerjakan pekerjaan itu tapi dia tetap harus melakukannya, apakah dia bisa mengelak?

Taman bunga ditanami oleh bermacam-macam bunga. Asalkan kau bisa menyebut nama bunga itu, pasti ada. nama bunga yang belum pernah kau dengar namanya.

Zui Liu Ge sering memasang bunga di dalam vas vas. Semua bunga yang dirangkai di dalam vas berusai dari taman itu.

Pekerjaannya di taman bunga adalah pekerjaan tetap bagi Zang Hua.

Kadang-kadang kewajiban atau dilakukan dengan sukarela, sangat berbeda rasanya.

—Manusia adalah mahluk aneh. Meskipun kau sangat menyukai benda itu dan begitu menyayanginya tapi jika setiap hari menghadapi yang itu-itu saja, maka kau akan bosan dan bosan. Rasa senang dan sayang akan memudar.

Walaupun merasa bosan dan kesal tapi Zang Hua tetap harus pergi ke taman bunga setiap pagi.

Mengurus bunga seperti mengurus seorang bayi, harus dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh dengan kesabaran, serta harus teliti. Ranting-ranting tidak boleh terlalu banyak, itu akan mengambil nutrisi bunga karena itu jika Zang Hua berada di taman bunga hal pertama yang dilakukannya adalah menggunting ranting- ranting yang tidak terpakai.

Kelihatan tidak sulit menggunting ranting-ranting ini tapi ternyata semua bukan pekerjaan yang mudah.

Berbeda jenis bunga maka berbeda pula cara pengurusannya. Semua ini harus dilakukan dengan sangat berpengalaman.

Ada yang harus digunting hari ini, tidak bisa ditunda hingga besoknya. Ada yang harus digunting separuh, ada yang harus digunting semua.

Di taman bunga itu, pohon bunga di sana ada I 000 pohon. Harus berapa lamakah Zang Hua menggunting ranting-rantingnya?

Setelah menggunting ranting yang tidak terpakai, dia masih harus menyirami bunga. Menyiram bunga pun bukan hal yang mudah. Itu pun hal yang sangat memusingkan. Ada bunga yang harus disiram pagi. Ada yang tidak boleh disiram pada pagi hari.

Ada bunga yang disiram dengan air yang cukup banyak tidak masalah, tapi ada juga yang hanya boleh disiram sedikit.

Seperti pohon yang berada di tengah-tengah taman bunga, di sana ada 7 pohon anggrek. Dia hanya boleh menyiram satu kali dalam 7 hari dan tidak boleh terjemur oleh matahari. Suhu udara pun tidak boleh terlalu tinggi.

Walaupun 7 hari sekali baru boleh disiram tapi tanahnya tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu keras.

Tapi anggrek bukan bunga yang paling rewel.

Yang membuat Zang Hua pusing adalah bunga yang berada di sisi pohon anggrek. Ada 3 pohon yang memiliki daun yang panjang. Setiap hari bunga itu hanya mekar satu bunga yang berwarna kuning dan kecil.

Katanya bunga ini datang dari negara yang jauh di sebelah barat. Di negara mereka bunga ini disebut dengan Yu Yin Xiang

Pada saat Yu Yin Xiang mekar, biasanya bunga itu mengeluarkan wangi ringan dalam waktu cukup lama.

Orang yang pernah mencium harumnya bunga ini selalu berkata, "Harum bunga ini bisa membuat orang menjadi mabuk kepayang dibanding dengan wangi seorang perawan."

Suhu udara yang dibutuhkan oleh bunga Yu Yin Xiang di bawah pohon anggrek. Dapat dikatakan malah mendekati titik es'.

Tapi tanah pohon itu harus keras dan tidak boleh basah, harus terkena sinar matahari. Tapi tidak boleh terlalu lama. Waktunya adalah seperti pada saat kita minum satu cangkir teh.

Setiap hari harus membersihkan daunnya dengan telur putih. Maka daun bunga ini baru tampak berkilau.

Kebiasaan perlakuan setiap bunga membuat Zang Hua pusing karena dia harus mengurus 300 pohon.

Setelah dia selesai membereskan mengurus bunga-bunga itu, waktu telah berubah menjadi siang. Kadang-kadang malah melebihi waktu makan siang.

Zang Hua lebih memilih mengurus bunga daripada melakukan hal lain. Di atas dan bawah Zui Liu Ge, di depan dan belakang, jumlah kamar yang ada di sana adalah 36 kamar, ruangan tamu yang besar ada 5, kamar-kamar dan ruangan lain pun harus dipajang dengan vas bunga dan diisi dengan bunga-bunga segar.

Setiap 7 hari bunga-bunga yang berada di dalam vas harus diganti.

Pastinya Zang Hua yang harus melakukan hal ini. Hari ini adalah hari di mana Zang Hua harus mengganti bunga.

Pagi-pagi Zang Hua sudah menggunting bunga yang bisa digunting dan diletakkan di sebuah kereta dorong. Setelah pekerjaannya di taman bunga selesai, maka dia akan mendorong  keretanya dan pelan-pelan berjalan ke Zui Lie Ge.

Belum sampai di Zui Liu Ge, Zang Hua mendengar ada suara orang yang ribut. Dia menoleh ke urah Zui Liu Ge.

"Hari belum malam, mengapa Zui Liu Ge sudah begitu ramai?" dia bertanya kepada dirinya sendiri, "apakah sekarang orang-orang lebih senang datang sebelum hari gelap?"

Setelah sampai di Zui Liu Ge, Zang Hua baru merasa terkejut.

Karena di jalan besar menuju Zui Liu Ge dipenuhi oleh orang-orang. Mereka memanjangkan leher mereka supaya bisa melihat ke dalam Zui Liu Ge. Ada juga yang memanjat ke atas pohon. Ada juga yang naik ke atap seberang untuk melihat.

"Apakah hari ini gadis-gadis Zui Liu Ge tiba-tiba telanjang bulat dan mandi di ruang tamu?" Zang Hua tertawa.

Dengan bersusah payah dia baru bisa masuk ke dalam Zui Liu Ge. Setelah melihat keadaan di dalam, Zang Hua hampir pingsan karenanya.

Ini hari apa?

Di luar penuh dengan orang, di dalam ruangan penuh dengan orang-orang terkenal dari kota Ji Nan. Juga ada pesilat-pesilat ternama. Mereka duduk memenuhi ruang tamu.

Orang-orang ini biasanya begitu bertemu pasti akan saling menyapa dan mengobrol ke sini ke sana tapi hari ini wajah mereka terlihat sangat aneh.

Mereka seperti orang-orang yang berada di luar Zui Liu Ge, menarik panjang leher mereka untuk melihat ke dalam. Seakan-akan di dalam Zui Liu Ge ada seorang nona cantik yang telanjang.

"Sepertinya jika ratu tahun ini membuka baju di sini pun tidak akan ramai seperti ini."

Zang Hua tertawa kecut dan membawa bunga itu masuk ke dalam ruangan. Sewaktu dia bertemu dengan Qing Qing, Qing Qing bisa menjawab pertanyaannya.

Qing Qing adalah gadis yang berwajah bundar. Di Zui Liu Ge dia termasuk gadis yang lumayan laris.

Begitu melihat dia, Zang Hua langsung bertanya, "Apakah hari ini Zui Liu Ge memberikan fasilitas gratis?"

"Apakah itu mungkin?" Qing Qing tertawa. "Apakah Hua Yu Ren menjadi pelacur?"

"Walaupun dia mau, Nyonya Hua tidak akan mungkin memberi ijin." "Mungkin ada pelacur yang baru datang?"

"Biarpun datang berapa orang baru, tidak akan membuat suasana menjadi begitu ramai. Tidak akan ada orang yang datang dengan terang-terangan seperti sekarang."

"Kalau begitu apa yang telah terjadi?" tanya Zang Hua. "Kau benar-benar tidak tahu?" "Kalau aku tahu, untuk apa aku bertanya kepadamu?" ucap Zang Hua.

Qing Qing tertawa. Dia tertawa dengan manis, lebih manis dari madu. Suaranya terdengar seperti lonceng, dia berkata, "Karena ada orang terkenal yang tinggal di sini."

"Orang terkenal?" tanya Zang Hua, "siapa? Siapa orang terkenal itu? Sejak kapan dia tinggal di sini? Mengapa aku tidak tahu?"

"Sudah beberapa hari!" jawab Qing Qing, "kau mengenalnya, karena dia pernah makan bersamamu."

"Pernah makan bersamaku?" Zang Hua merasa lebih aneh lagi, "siapakah dia? Kalau kau tidak mau mengatakannya kepadaku, aku tidak akan kenal lagi denganmu."

Qing Qing tertawa.

"Dia adalah Bai Tian Yu. Tuan muda Bai."

"Bai Tian Yu?" Zang Hua terkejut, "dia adalah orang terkenal? Kecuali mempunyai uang banyak, hal lainnya dia sama sepertiku tidak ada bedanya."

"Apakah kau tidak tahu apa yang telah terjadi kemarin?"

"Apa yang telah terjadi kemarin malam?" tanya Zang Hua, "apakah dia diangkat menjadi raja?" "Masuk!"

Tiba-tiba Hua Man Xue muncul. Dia dengan cemberut berkata kepada Zang Hua, "Cepat masuk ke dalam untuk mengganti bunga!"

"Baiklah."

Dengan rasa tidak suka Zang Hua terpaksa masuk melewati Hua Man Xue. Dia masih mengeluarkan reaksi tidak senang.

Qing Qing melihatnya tapi dia tidak berani tertawa. Dia juga menundukkan kepala dan pergi dari sana

Begitu Hua Man Xue muncul, orang-orang yang mempunyai nama dan mempunyai kekuasan menarik nalas panjang.

Kecantikan adalah sesuatu yang sejak jaman dulu sudah senang dinikmati oleh manusia. Walaupun Hua Man Xue usianya sudah lewat 40 lanun tapi badannya, daya tariknya, sikapnya,

gerak geriknya, kecantikannya, gadis yang berusia 20 tahunan pun tak bisa menyainginya.

Hua Man Xue paling ahli menghadapi situasi seperti ini.

Begitu dia masuk ke dalam ruang besar, dia berhenti melangkah sejenak, membiarkan sorot mata semua orang tertuju kepadanya. Kemudian dengan mata yang bersinar seperti bintang dia melihat semua orang di sana.

Hati orang-orang itu bergetar. Dia menarik nafas. Agak lama dia baru membuka mulut.

Begitu dia membuka mulut kata-katanya membuat orang-orang disana itu menjadi kaget.

Walaupun kaget tapi mereka tetap bisa menguasai hati mereka.

Kata-katanya yang pertama adalah—

"Laki-laki seperti kalian memang kurang ajar, benar-benar bukan orang baik-baik!''

Dia membiarkan kata-kata laki-laki kurang ajar ini, berputar-putar di telinga mereka. Kemudian dia berkata lagi, "Biasanya dengan dorongan tanduk sekali pun menyuruh kalian datang ke sini, tidak ada yang mau, hari ini hanya karena seorang laki-laki busuk, sejak pagi kalian sudah berlari dan berkumpul di sini!"

Kurang ajar, benar-benar kurang ajar! Perempuan lemah lembut selalu membuat laki-laki mabuk kepayang, perempuan-perempuan seperti Hua Man Xue juga memang pintar membuat para laki-laki bertekuk lutut kepadanya.

Begitu kata "kurang ajar' hilang dari telinga mereka, orang pertama yang sadar adalah Bos Zhu, dia bernama Shi Wang. Dia adalah pedagang besar. Tokonya hampir memenuhi satu kota Ji Nan di bagian utara.

Dengan sekuat tenaga dia berteriak, "Kurang ajar! Ini adalah perempuan yang menarik, hebat caranya membuat hati laki-laki merasa senang. Dalam hidupku ini baru kali ini aku bertemu dengan perempuan seperti ini!"

Yang mengatakan itu adalah ketua kantor Biao Zheng Hang, Wu Zheng Qing, "Ketua Hua benar-benar pintar, pantas begitu banyak orang senang datang ke Zui Liu Ge."

Kata seseorang yang bernama Mu Rong Jun, "Di Zui Liu Ge gadis cantik seperti awan. Arak tampak seperti gunung tapi mana ada yang bisa menyaingi Ketua Hua?"

"Semua laki-laki senang perempuan cantik tapi aku lebih suka arak," kata Hal Kuo Tong, "tapi untuk hari ini aku tidak mau minum arak"

Hai Kuo Tong menganggap arak bagaikan nyawanya sendiri, semua orang pun sudah tahu hal ini. dia boleh tidak makan, tidak tidur, tidak judi, tidak bertemu teman, atau apa pun yang dia inginkan bisa ditahan tapi arak tidak pernah bisa ditinggalkan begitu saja.

Di pinggangnya selalu tergantung tempat arak yang besar. Tempat arak ini bisa mengisi hampir 10 kilogram arak.

Sekarang dia menurunkan tempat araknya kemudian meletakannya di atas meja. Dia berkata, "Demi Ketua Hua Man Xue, hari ini aku tidak akan minum arak."

"Hail"

Tuan Huang Dan yang tidak bisa minum arak sama sekali menarik nafas dan berkata, "Jika bisa membuat Ketua Hua tertawa, aku rela tidur di dalam gentong arak selama 3 hari!"

Sesudah orang-orang terkenal itu menyelesaikan ribut-ributnya dan bercerita panjang lebar, akhirnya Hua Man Xue baru mempunyai waktu untuk bicara lagi, "Pahlawan selalu muncul dari kalangan anak muda. kalimat ini sudah lama kita dengar. Tapi jahe yang tua lelalu lebih pedas," suara tawa Hua Man Xue seperti riebuah lonceng, "tapi hari ini aku pun kagum kepada Tuan Muda Bai "

Begitu suara tawa agak mereda, dia berkata lagi, "Dalam waktu satu malam Tuan Muda Bai bisa menjadi orang terkenal, itu adalah mimpi setiap orang tapi berapa orangkah yang bisa seperti itu? Tapi Tuan Muda Bai bisa melakukannya dan dia bisa membuat orang-orang menjadi terkenal dan terhormat, pagi-pagi seperti ini sudah berebut ingin mengundangnya makan dan minum arak."

o-odwo-o

BAB 11 Perempuan yang menarik.

Dalam waktu semalam dia menjadi terkenal.

Hujan musim semi mengganggu tidur orang. Sejak kemarin malam Bai Tian Yu tidur hingga sekarang, dan dia baru bangun.

Semenjak pulang dari Shui Yue Lou, dia naik ke tempat tidur lalu tertidur pulas. Begitu matanya terbuka yang dia lihat pertama kali adalah Zang Hua.

Dengan mata melotot Zang Hua berdiri di sisi ranjang sambil terus melihatnya. "Apakah kau selalu begitu bila melihat seorang laki-laki?" Bai Tian Yu tertawa dan duduk.

"Biasanya jika aku melihat laki-laki selalu menyipitkan mata."

"Tapi mengapa tadi kau melotot melihatku?" tanya Bai Tiah Yu, "apakah wajahku tiba-tiba tumbuh sekuntum bunga?"

"Wajahmu tidak tumbuh bunga," jawab Zang Hlua, "tapi ada 3 kata di wajahmu." "Tiga kata?" Bai Tian Yu kaget, "tiga kata yang mana?"

"Orang paling terkenal." "Apa? Kau mengatakan apa?"

"Aku mengatakan kalau kau adalah orang yang terkenal sekarang," kata Zang Hua, "dari atas sampai bawah tubuhmu dipenuhi dengan 3 kata ini."

"Kalau begitu aku sudah menjadi siluman?"

"Kalau kau melihat keadaan di luar, kau akan tahu bahwa siluman ini begitu terkenal," Zang Hua membuka matanya dengan besar kemudian melihat Bai Tian Yu lagi, "semalam apa yang telah kau lakukan? Mengapa begitu pagi sudah banyak orang yang datang dan ingin melihatmu?"

"Aku tidak melakukan apa pun, hanya mengalahkan 2 orang dan menolong seorang gadis." "Hanya itu? Begitu sederhana?" tanya Zang Hua.

"Benar."

"Bila hanya begitu mengapa Bos Zhu yang matanya selalu berada di atas kepala, pagi-pagi begini sudah datang untuk mengundangmu makan," Zang Hua berkata lagi, "masih ada satu lagi Ketua Bai yang entah siapa namanya, juga ingin buru-buru bertemu denganmu."

"Gadis yang kutolong dan orang yang kukalahkan hanya orang yang agak istimewa." "Apa keistimewaannya?"

"Aku mengusir 2 orang itu, dan mereka adalah tetua perkumpulan, suami istri Tie Yan. Yang aku tolong adalah putri Xie Xiao Feng, dia bernama Xie Tian Yu," dengan santai Bai Tian Yu bercerita, tapi mulut Zang Hua menganga.

"Xie Xiao Feng?" tanya Zang Hua, "apakah dia adalah Tuan Muda Ketiga?" "Sepertinya begitu."

"Gadis yang kau tolong adalah putri dari Tuan Muda Ketiga?" dia bertanya lagi, "apakah Tuan Muda Ketiga mempunyai seorang putri?"

"Kau berani masuk ke kamar laki-laki, mengapa Xie Xiao Feng tidak bisa mempunyai putri?" kata Bai Tian Yu sambil tertawa.

Zang Hua melihatnya.

"Sekarang aku tahu mengapa mereka ingin mengundangmu makan?" "Mengapa?"

"Karena mereka ingin menjilatmu," Zang Hua tertawa sambil berkata, "sambil menjilat Tuan Muda Ketiga."

"Benarkah?" Bai Tian Yu sama sekali tidak menganggap itu adalah hal yang hebat, "mungkin mereka benar-benar ingin mengundangmu makan, mungkin juga mereka memang ingin menjilat"

Bai Tian Yu melihat Zang Hua, kemudian dia berkata lagi, "Menjilatku?"

"Jangan senang dulu," kata Zang Hua, "apa maksud kedatangan mereka, mungkin orang lain tidak tahu, tapi aku paling tahu." Dia mengambil sebuah kursi lalu duduk di sana. Kakinya diangkat sebelah kemudian digoyang- goyangkan, "jika bukan karena bisa mendapatkan keuntungan 10 kali lipat besarnya, mereka tidak akan mau menghabiskan sepeser uang pun untuk mengundangmu makan," kata Zang Hua, "mereka bukan orang kecil, tapi seorang tuan yang selalu pandai berpura-pura."

"Betul sekali," kata Bai Tian Yu, "karena kau mengerti hal ini, maka aku pun akan mengundangmu makan."

"Mengundangku makan?" Zang Hua terkejut, "bukankah kau mau makan bersama dengan mereka?"

"Membiarkan tuan yang berpura-pura mengundangku makan, lebih baik kita bayar untuk pesanan kita sendiri dan makan di kaki lima."

"Baiklah," kata Zang Hua, "dengan cara apa kita bisa menghindari orang-orang yang berada di bawah?"

"Apakah kau bisa memanjat jendela?"

Asalkan gerakan yang tidak menguras tenaga Zang Hua pasti bisa melakukannya. Dan dia lebih bisa melakukannya daripada seorang laki-laki.

Memanjat jendela seperti memanjat pohon, dia belum pernah kalah. Berenang di sungai pun dia menjadi juara.

Orang seperti ini bagaimana tidak bisa memanjat jendela? Kalau tidak bisa malah terasa aneh.

-ooodwooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar