Tat Mo Cauwsu Jilid 07

Jilid VII

NAMUN Cin An Cinjin juga memiliki kepandaian yang tinggi, dia memang telah menduga sebelumnya bahwa serangan pedangnya itu akan dipunahkan, maka begitu pedangnya dibentur oleh golok emas lawannya, dia telah mengeluarkan seruan sambil menurunkan pedangnya kebawah, kemudian menyontek keatas, menghentakkannya untuk menabas dada lawannya.

Gerakan seperti itu tentu saja merupakan gerakan yang sangat berbahaya, jika sampai mengenai sasaran yang tepat, niscaya akan menyebabkan dada lawannya itu terobek oleh kibasan mata pedang.

Tetapi Kim To Ong San benar2 memiliki kegesitan yang luar biasa, walaupun mata pedang lawannya menyambar dengan cepat sekali, tetapi dia bisa mengelakkan serangan itu dengan mudah, dia memiringkan tubuhnya ke kanan, kemudian golok mustikanya yang terbuat dari emas itu telah menabas kearah pinggang Cin An Cinjin.

Cin An Cinjin menjadi terkejut, dia menjejakkan tubuhnya berjumpalitan dua kali di-tengah udara, tetapi waktu tubuhnya meluncur turun, dia telah merasakan sambaran golok lagi.

Hal itu disebabkan Kim To Ong San telah melancarkan serangan sekaligus tiga serangan yang beruntun, sehingga berturut2 pula Cin An Cinjin harus mengelakkan diri dengan berlompatan menjauhi diri dari serangan2 golok mustika tersebut.

Sinar kuning dari golok emas Kim To Ong San terus berkelebat2 mengincar bagian2 tubuh Cin An Cinjin yang mematikan.

Namun Cin An Cinjin telah berhasil berkelit terus dan kemudian  dalam suatu  kesempatan,  waktu  Kim  To  Ong San

2 menarik pulang senjatanya untuk dipergunakan menyerang pula, disaat itulah Cin An Cinjin membarengi dengan serangannya yang telah disaluri tenaga lwekangnya, karena dia menginginkan lawannya ini mundur untuk memberikan kesempatan padanya memperbaiki posisi dirinya.

Kim To Ong San juga tidak mau terlalu mendesak lawannya yang memperlihatkan kenekadan seperti itu, sambil mengeluarkan suara 'Hemmm !’ dia melompat kebelakang, untuk ber-siap2 menantikan serangan berikut lawannya, mulutnya juga telah bertanya sambil diiringi tertawa : "Bagaimana kepandaianku ? Apakah cukup untuk menindih kepandaianmu?"

Ditegur begitu, bukan main gusarnya Cin An Cinjin, dia telah membentak, "Hemmm, coba engkau rasakan pedang ini

!" dan si imam telah memutar pedangnya itu dengan gerakan yang sangat cepat sekali seperti titiran, lalu dengan mengeluarkan erangan pedangnya telah melakukan tusukan2 yang beruntun beberapa kali.

Kim To Ong San juga telah melihat bahaya yang mengancam dirinya, karena dalam beberapa jurus ini dia mengetahui bahwa kepandaian Cin An Cinjin memang cukup tinggi, hanya berbeda satu tingkat dibawah kepandaiannya. Cuma saja karena Cin An Cinjin menyerang dirinya dengan kalap dan nekad, sehingga untuk sementara waktu Kim To Ong San tidak bisa menundukkan lawannya dengan kekerasan, karena jika dipaksakan dia terlalu mendesak Cin An Cinjin ada kemungkinan mereka bisa celaka bersama.

Hal itulah yang menyebabkan Kim To Ong San tidak mau berlaku nekad seperti lawannya, untuk mengelakkan serangan lawannya yang datang beruntun, tampak Kim To Ong San hanya main kelit saja, dan goloknya sekali2 dipergunakan untuk menangkis. Dalam sekejap mata saja Cin An Cinjin telah melancarkan serangan sampai belasan jurus, tetapi disebabkan kepandaian lawannya masih berada satu tingkat diatas kepandaiannya sendiri, maka dia tidak berhasil mendesak lawannya. Malah sedikit demi sedikit dirinya telah jatuh dibawah angin.

Sin Kun Bu Tek dan Sin Han yang menyaksikan jalan pertempuran itu, telah melihat bahwa kedua orang itu memang memiliki kepandaian sangat hebat. Tetapi berbeda dengan Sin Han, Sin Kun Bu Tek telah bisa membedakan bahwa Cin An Cinjin justru masih kalah setingkat jika dibandingkan dengan lawannya dan serangan2 yang bernapsu mendesak terus menerus diri lawannya, bisa meruntuhkan Cin An Cinjin sendiri, sebab Kim To Ong San menghadapinya dengan tenang dan tengah mencari bagian2 kelemahan dari lawan ini.

Diantara berkesiuran angin serangan yang menyambar datang itu, tampak Kim To Ong San mulai berobah cara bertempurnya. Dia sudah tidak terlalu memperhatikan datangnya serangan2 pedang lawannya. Dia berdiri dengan sepasang kaki yang tegak mengerahkan golok kekiri dan kekanan untuk melindungi tubuhnya. Pada suatu kesempatan, tampak Kim To Ong San mengerahkan lengan kirinya sambil membentak : "Rubuh kau ...!" gempuran itu membuat tubuh Cin An Cinjin terhuyung keras, karena Kim To Ong San mengibas dengan mempergunakan lwekang (tenaga dalam) yang dahsyat sekali.

Melihat keadaan Cin An Cinjin, Sin Kun Bu Tek menghela napas.

”Tojin ini mengalami nasib seperti aku ...dia bertempur dengan kalap, coba dia mau berlaku tenang sedikit, tentu dia bisa menghadapi Kim To Ong San jauh lebih baik..!" kata si pengemis dengan suara yang perlahan. ”Tetapi suhu....beberapa kali tojin itu kena terserang dan terdesak oleh Kim To Ong San, tampaknya kepandaian si tojin memang masih berada dibawah kepandaian lawannya !"

”Memang benar apa yang kau katakan itu. ” kata Sin Kun

Bu Tek. ”Tetapi jika saja tojin itu mau berlaku tenang, belum tentu dia dapat dirubuhkan Kim To Ong San dalam waktu yang singkat, karena dia berlaku kalap dan melupakan ketenangan dirinya, dengan sendirinya dia jadi terserang begitu hebat. !"

Melihat keadaan pertempuran seperti itu, kesembilan belas orang kawan dari Cin An Cinjin memperlihatkan kekuatiran dan gusar. Mereka kuatir kalau2 imam itu kena dicelakakan Kim To Ong San, karena mereka bertempur dengan mempergunakan senjata tajam. Gusar karena mereka yakin, bahwa Kim To Ong San akan memperoleh kemenangan dan sebagai sahabat2 dari Cin An Cinjin, mereka tentu saja marah melihat sang kawan terdesak begitu. Kalau mereka tidak teringat akan pesan Cin An Cinjin agar mereka tidak  membantu dirinya waktu dia bertempur dengan Kim To Ong San, tentu mereka sudah maju membantu.

Kenyataan seperti ini telah membuat kesembilan belas orang sahabat dari tojin itu mau atau tidak, mereka harus mematuhi pesan tersebut, karena jika mereka itu menerjang maju untuk mengepung Kim To Ong San, tentu akan menyinggung perasaan kawannya itu.

Cin An Cinjin sendiri telah mengetahui, bahwa kepandaian lawannya memang berada diatas kepandaiannya, tetapi karena telah diliputi oleh hawa amarah, dia sudah tidak memperdulikan lagi keselamatan dirinya, dia menyerang lawannya dengan nekad sekali, setiap kali pedangnya itu bergerak, maka dia melancarkan serangan2 yang mematikan.

Kim To Ong San juga menyadari bahwa lawannya itu sangat penasaran, maka berulang kali dia tertawa dingin, hal itu untuk memancing kegusaran lawannya agar lawan itu bertambah kalap, sehingga nanti mudah dia merubuhkannya.

Sin Han melihat betapa pedang dan golok telah berkelebat2 dengan cepat sekali memperlihatkan bahwa kepandaian kedua orang yang tengah bertempur itu telah mencapai tingkat yang sangat tinggi sekali.

Kim To Ong San saat itu telah berkata dengan suara yang nyaring: ”Kukira telah cukup kali ini kita main2....!” dan membarengi dengan perkataan itu, tampak golok emas yang telah menyambar datang dengan cepat sekali kearah batang leher lawannya, Cin An Cinjin jadi mengeluarkan seruan tertahan, dia telah mengibaskan pedangnya untuk menangkis dan cepat2 mundur kebelakang beberapa tindak.

Justru gerakan seperti itulah yang diharapkan oleh lawannya, Kim To Ong San telah menyalurkan tenaga lwekangnya dikedua tangannya kemudian dia mendorongnya sehingga tubuh Cin An Cinjin seperti tergempur oleh suatu kekuatan yang sangat dahsyat, dengan mengeluarkan suara ”Bukkkk !" tubuh Cin An Cinjin telah terlempar sejauh beberapa tombak.

Gerakan Kim To Ong San bukan hanya sampai disitu saja, karena tangan kanannya telah meluncur untuk merampas pedang si imam.

Pergelangan tangan Cin An Cinjin telah kena ditotoknya, sehingga pedangnya terlepas dari cekalannya, dan waktu pedang itu meluncur turun akan jatuh, dengan cepat sekali Kim To Ong San mengulurkan tangannya meraih pedang itu. Dalam sekejap mata, pedang si imam telah pindah tangan.

”Nah, sekarang kita telah mengetahui bahwa kepandaian kita berimbang... apakah engkau ingin meneruskan pertandingan ini ?" tanya Kim To Ong San sambil mengembalikan pedang lawannya. Ditanya begitu, tentu saja Cin An Cinjin menjadi semakin marah, setelah mengambil pedangnya dari tangan lawannya, dengan nekad dia kembali melancarkan tikaman2 ke tubuh  Kim To Ong San, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya lagi.

Kim To Ong San tentu saja tidak mau mengadu jiwa untuk mati ber-sama2 dengan lawannya. Dia beberapa kali berkelit dan kembali ingin merampas pedang Cin An Cinjin. Pedang itu tadi dikembalikannya dengan maksud si imam menyudahi permusuhan mereka, tetapi siapa duga imam itu justru melancarkan serangan2nya lagi.

Waktu pedang Cin An Cinjin menyambar cepat, maka Kim To Ong San telah berkelit, dan sambil berkelit dia lalu menotok iga lawannya dengan gerakan "Bangau Keluar Goa", maka seketika itu juga Cin An Cinjin telah terkulai rubuh ditanah.

Dalam keadaan seperti ini, Cin An Cinjin telah beberapa kali berusaha untuk menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya guna membuka totokannya, tetapi tidak berhasil.

Kim To Ong San mengambil pedang lawannya yang kemudian diserahkan kembali kepada tojin itu.

”Kuharap engkau mau mengerti, bahwa permusuhan diantara kita tidak perlu dilanjutkan terus...!"

Tetapi Cin An Cinjin mendelikkan matanya lebar2 dengan sikap yang bermusuhan, dia telah berkata dengan dingin : ”Walaupun harus binasa, aku tetap akan mengadu jiwa denganmu ! Mengapa engkau berlaku licik dan hina seperti ini

? Mengapa engkau main totok ? Cepat buka totokanmu ini... mari kita bertempur lagi !"

Dan setelah berkata begitu, tampak Cin An Cinjin meludah, dia begitu benci sekali kepada Kim To Ong San. Tetapi Kim To Ong San sabar bukan main, dia baru saja ingin berkata, atau dari rombongan kawan Cin An Cinjin telah melompat menghampiri seorang hweeshio berusia diantara empat puluh tahun, mukanya lebar dan hidungnya besar, dia telah memperdengarkan suara bentakan yang nyaring, ”Kim To Ong San, engkau ternyata memang memiliki kepandaian yang tinggi, Cin An Tosu ternyata telah berhasil kaurubuhkan ! Biarlah kali ini aku Bong Siu Siansu ingin coba2 untuk belajar denganmu !"

Dan setelah berkata begitu, tampak si Hweeshio telah bersiap2 untuk melancarkan serangan. Sikapnya itu memperlihatkan bahwa dia seorang akhli lwekang yaitu akhli tenaga dalam, karena dia berusaha untuk dapat menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya itu di kedua telapak tangannya, lalu kulit telapak tangannya telah berobah merah seperti darah.

Dalam keadaan seperti ini, Kim To Ong San terpaksa menghadapi si hweshio yang tampaknya begitu garang, dia telah berkata : ”Hemmm, memang sudah kuduga bahwa kalian datang bersama tojin itu karena ingin main keroyok ...!"

Tampak Kim To Ong San telah melemparkan pedangnya si tojin ke tanah, kemudian katanya dengan suara yang tawar: "Nah, ber-siap2 untuk kita coba2 mengukur kepandaian."

Si Hweshio tidak mempergunakan senjata tajam, dia telah menghadapi Kim To Ong San dengan mempergunakan tangan kosong saja. Waktu ditantang begitu oleh Kim To Ong San, justru si hweshio telah mengibaskan lengan jubahnya yang kanan sambil melompat maju, tahu2 tangan kirinya telah diulurkan untuk mencengkeram dengan keras sekali.

Setiap gerakan yang dilakukan si hweshio, angin yang mendesir sangat kuat sekali, sehingga Kim To Ong San jadi terhuyung mundur beberapa langkah dan telah memusnahkan kekuatan lwekangnya, karena dia bermaksud akan melawan keras dengan keras.

”Bukkk ... !” terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, benturan itu telah menyebabkan tubuh mereka terhuyung mundur kebelakang.

Tetapi si Hweshio yang mengakui dirinya bergelar Bong Siu Siansu, telah menerjang lagi sambil melancarkan serangan yang ber-tubi2.

Dalam beberapa saat saja, dia telah melancarkan serangan sampai belasan jurus.

Nama Kim To Ong San benar2 gagah, lawannya dia diserang dengan serangan2nya yang begitu kuat, kenyataannya dia dapat menghadapinya dengan baik.

Diantara berkesiuran angin serangan yang ber-tubi2 seperti itu, tampak golok emas dari Kim To Ong San telah berkelebat2 dengan gerakan yang dahsyat sekali, menyambar bagian atas, tengah dan bawah tubuh dari lawannya.

Dan atas hasil serangan tersebut, menyebabkan Bong Siu Siansu harus mengurangi desakannya, dia harus mundur beberapa kali, karena serangan itu mengancam keselamatan jiwanya.

Kim To Ong San sendiri saat itu telah terkejut bukan main sebab dia telah melihat bahwa kepandaian Bong Siu Siansu justru hampir setingkat dengan kepandaian dirinya. Dengan sendirinya, hal itu telah membuat dia jadi berpikir keras untuk mencari kelemahan dari lawannya, dia bermaksud akan menyelesaikan pertempuran itu secepat mungkin.

Dengan mempergunakan gerakan "Kim To Siang Niauw" atau "Sepasang Burung Bergolok Emas”, goloknya itu berkelebat2  di  atas  kepala  lawannya  yang  gundul  itu,  karena seperti juga golok itu benar2 telah berobah menjadi seekor burung, yang mengancam batok kepala lawannya.

Angin dari serangan yang muncul dari golok Kim To Ong San memaksa si hweshio sementara waktu harus mengundurkan diri dari jarak yang semula, untuk mencari kesempatan membalas serangan2 lawannya.

Tetapi Kim To Ong San sudah tidak mau mem-buang2 waktu lagi, goloknya ber-kelebat2 dengan hebat, dan juga tenaga serangan itu sekalian mengincer jalan darah ’Mie-honghiat' dan 'Pan-cie-hiat' dari lawannya, yang masing2 terletak dibahu dan dilengan si hweshio.

Bong Siu Siansu jadi gusar bukan main, tahu2 kedua telapak tangannya itu dimajukan kedepan, dia berusaha menangkap golok lawannya dengan jepitan jari tangan kanan, sedangkan tangan kirinya dipergunakan untuk menggempur dada lawannya.

Dalam keadaan demikian, tentu saja Kim To Ong San tidak bisa main2 menghadapi serangan lawannya, berulang kali dia telah menarik goloknya agar keluar dari jepitan tangan lawannya, disamping itu, gempuran tangan kiri lawan didadanya dihadapi dengan kekuatan lwekang yang telah disalurkan didadanya itu, sehingga waktu tangan Bong Siu Siansu mengenai dada lawannya, dia merasakan betapa tangannya seperti menghantam dada yang keras seperti baja.

Keruan saja Bong Siu Siansu jadi mengeluarkan suara seruan kaget dan cepat2 menarik kembali tangan kirinya. Tetapi waktu itu Kim To Ong San juga tidak berdiam saja, dia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tangan kirinya membalas kepada Bong Siu Siansu.

Karena gerakan ini merupakan gerakan yang mengancam keselamatan si hweshio, maka hweshio itu harus melepaskan jari tangannya pada golok Kim To Ong San. Begitu goloknya terlepas dari jepitan tangan lawannya, dengan cepat sekali Kim To Ong San telah membalas menyerang dengan goloknya sampai menimbulkan cahaya emas yang berkilauan.

"Ihhh !" Bong Siu Siansu berseru tertahan, dia telah bergerak cepat mengelakkan samberan golok itu, dan waktu dia terlolos dari bahaya itu, luar biasa Bong Siu Siansu telah melancarkan pukulan dengan salah satu jurus ”Pek Lui Ciang" atau Pukulan Tangan Geledek.

Pek Lui Ciang itu merupakan ilmu yang mirip dengan Pek Kong Ciang, tetapi bedanya jika Pukulan Geledek itu justru bisa menghancurkan besi dan batu, jadi jauh lebih kuat dan ampuh.

Tetapi dalam keadaan demikian, Kim To Ong San berlaku sebat sekali, dia memutar golok emasnya yang telah berhasil mengangkat namanya menjulang keatas dalam dunia Kangouw.

Kedelapan belas kawan Cin An Cinjin yang lainnya rupanya jadi penasaran sekali melihat sebegitu jauh Bong Siu Siansu masih belum juga bisa merobohkan lawannya. Maka sambil mengeluarkan suara bentakan keras, beberapa orang diantara mereka telah menerjang maju.

”Kepung saja !" teriak salah seorang di antara mereka dengan suara yang nyaring.

”Ya, binasakan saja !"

”Kim To Ong San harus dibinasakan, dia terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup terus!" dan beberapa orang itu sambil berteriak begitu, telah mengeluarkan senjata mereka masing2, ada yang mengeluarkan pedang, ada yang memakai golok dan lain sebagainya. Dengan serentak mereka telah menyerbu mengepung Kim To Ong San. Serangan2 yang mereka pancarkan juga sangat kuat sekali, karena rata2 ilmu silat itu hanya berada satu tingkat dibawah kepandaian Cin An Cinjin, maka dalam sekejap mata Kim To Ong San telah terdesak hebat.

”Rupanya mereka memang jago2 yang memiliki kepandaian cukup tinggi !" berpikir Kim To Ong San didalam hatinya dengan perasaan terkejut juga melihat cara menyerang lawannya yang selalu menuju ke bagian2 yang berbahaya ditubuhnya.

Kim To Ong San saat itu telah berpikir juga: ”Jika aku bertempur terus menerus demikian, tentu akhirnya aku akan kehabisan tenaga, dan nanti dengan mudah dapat dirubuhkan mereka..... Lebih baik aku mengambil jalan cepat saja merubuhkan mereka karena masih banyak kawan2nya yang belum ikut menyerang...!"

Karena berpikir begitu, Kim To Ong San telah merobah cara bertempurnya, goloknya itu telah diputarnya dalam gerakan delapan penjuru.

Itulah salah satu jurus dari ilmu Pat Kwa To (Ilmu Golok Delapan Penjuru) yang merupakan ilmu andalannya yang sangat dibanggakannya. Ilmu ini tidak akan dipergunakannya jika memang dia tidak sedang menghadapi lawan yang berat.

"Sreenggg... tranggg tranggg...!" beberapa kali terdengar suara benturan golok itu dengan pedang2 dan golok lawannya, sehingga menimbulkan suara yang nyaring menyakitkan anak telinga.

Sin Han dan Sin Kun Bu Tek yang berdiri menyaksikan dari pinggiran, jadi merasa kuatir akan keselamatan Kim To Ong San, karena mereka melihat lawan2 Kim To Ong San memiliki kepandaian yang rata2 cukup tinggi.

2 Dengan jurus2 Pat Kwa To itu Kim To Ong San berhasil mendesak lawan-lawannya beberapa kali harus melompat mundur mengelakkan diri dari samberan goloknya yang menyambar dari delapan penjuru. Semakin lama lawan2 Kim To Ong San merasa semakin sulit untuk bergerak, karena golok Kim To Ong San seperti bayangan saja selalu mengurung ruang gerak lawan2nya dari delapan penjuru.

"Tranggg... aduhhh !” terdengar suara benturan senjata tajam itu yang disusul jeritan kesakitan dari salah seorang lawan Kim To Ong San, yang tubuhnya ter-huyung2 kebelakang dan kemudian rubuh kejengkang.

Sedangkan kawan2 Cin An Cinjin yang lainnya jadi terkejut, mereka mengeluarkan seruan kaget bercampur  marah, kemudian mereka mengepung lebih rapat lagi diri Kim To Ong San.

Bong Siu Siansu sendiri telah menggerakkan telapak tangannya untuk mengincar tulang piepe (tulang selangka) dari lawannya yang dihajar dengan pukulan yang dahsyat. Bersamaan dengan itu, dua orang lawan Kim To Ong San yang lainnya juga telah menyerang serentak dengan mempergunakan senjata mereka, yang seorang menikam dan yang seorang lagi menabas kaki Kim To Ong San.

Serangan2 itu menimbulkan angin yang berkesiuran keras sekali menuju ke diri Kim To Ong San.

Kim To Ong San juga menyadari bahwa dia tidak boleh main2 dalam hal ini, karena sedikit saja dia bergerak lambat, maka akan menyebabkan dia terbinasa atau terluka berat ditangan lawan2nya.

Waktu Kim To Ong San tengah berpikir keras untuk merubuhkan lawan2nya itu, justru disaat itu Cin An Cinjin telah terbebas dari totokan tadi, karena ada seorang sahabatnya yang berpakaian pelajar telah membuka totokan itu.

Kemudian Cin An Cinjin ber-sama2 dengan sisa kawan2nya yang tadi hanya berdiri menonton saja, telah menerjunkan diri untuk ikut mengeroyok Kim To Ong San.

Jurus demi jurus telah dilewati mereka tetapi keadaan Kim To Ong San benar-benar telah terdesak sekali, dan dia jadi sibuk sekali mengelakkan diri dari setiap serangan2 yang dilancarkan lawannya, yang jumlahnya sangat banyak itu.

Sin Han yang menyaksikan pertempuran itu jadi tambah kuatir saja.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek lebih terkejut lagi, karena sebagai seorang akhli ilmu silat yang tinggi, tentu saja dia bisa melihatnya, mungkin dalam belasan jurus lagi Kim To Ong San akan segera rubuh ditangan lawannya.

Disaat itulah Sin Kun Bu Tek telah mengambil keputusan yang cepat, dia telah mengeluarkan suara seruan sambil melompat ke tengah gelanggang.

”Kim To Ong San, jangan kuatir, aku akan membantumu menghadapi manusia2 rendah itu!" dan sambil berteriak begitu, Sin Kun Bu Tek juga telah menggerakkan kedua tangannya dengan cepat.

Dia bergelar sebagai Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya kepalan tangannya itu memiliki tenaga lwekang yang sangat dahsyat, sehingga untuk sementara waktu dia berhasil mendesak lawan2nya harus melompat menyingkir untuk mengelakkan diri.

”Sin Kun Bu Tek !” bentak Cin An Cinjin waktu mengenali si pengemis. "Engkau demikian usil, heh? Hemmm, sesungguhnya kami memiliki urusan pribadi dengan Kim To Ong San tetapi engkau sebagai orang luar ternyata ingin ikut mencampuri urusan ini !!"

Mendengar bentakan itu, Sin Kun Bu Tek menyahuti sambil terus melancarkan serangan2 kepada salah seorang lawannya yang berada disamping kanannya : "Cin An Cinjin, rupanya engkau manusia rendah yang tidak tahu malu. Tadi engkau mengatakan sahabat2mu ini hanya ingin menyaksikan engkau bertempur mengadu kepandaian dengan Kim To Ong San, tetapi sekarang kenyataan? Hemm, justru engkau telah berusaha untuk mengeroyok Kim To Ong San !"

Muka Cin An Cinjin jadi berobah menjadi merah padam, dia telah mengeluarkan suara bentakan sambil menikam pedangnya ke diri Sin Kun Bu Tek. ”Pengemis busuk, engkau ingin mencobai tajamnya pedangku, bukan? Terimalah !" dan sambil membentak begitu, mata pedangnya mengincar tenggorokan Sin Kun Bu Tek.

Si pengemis bertangan kosong, tidak mungkin dia menyambuti serangan hebat seperti itu.

Dengan memiringkan tubuhnya kesamping dia mengelakkan serangan itu. Kemudian dari samping dia melakukan pukulan dengan kepalan tangan kanannya kearah lambung lawannya.

Tojin itu jadi terkesiap hatinya, tetapi dia tidak menjadi gugup, dengan cepat dia telah mengelakkan diri dari gempuran lawannya dan mempergunakan pedangnya untuk memapas sehingga terpaksa si pengemis telah menarik pulang kepalan tangannya untuk melompat mundur.

Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak berdiam diri, sambil melompat mundur, dia telah mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyerang kepada lawannya yang ada disamping kirinya, gerakannya begitu cepat dan tidak terduga, sehingga kepalan tangannya singgah tepat sekali dibahu lawannya.

”Bukkkk !" suara itu terdengar sangat keras sekali, dan tubuh lawannya itu telah terguling rubuh.

Sin Kun Bu Tek telah memperdengarkan suara tertawa bergelak, kemudian berkata : ”Hahaha, memang kalian merupakan manusia2 rendah......terimalah serangan2ku ini !" dan Sin Kun Bu Tek kembali telah melancarkan serangan2 berantai pula dengan kepalan tangannya.

Gerakan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek kali ini jauh lebih hebat dibandingkan dengan serangan2 sebelumnya. Dalam sekejap mata saja, serangan2 itu telah menyebar dengan dahsyat  sekali  menuju  ke  bagian2  yang  mematikan  ditubuh lawannya, karena Sin Kun Bu Tek memang kali ini bersungguh2 untuk dapat membinasakan lawan2nya itu.

Sedangkan Kim To Ong San waktu melihat memperoleh bantuan seorang gagah seperti Sin Kun Bu Tek, jadi terbangun kembali semangatnya, dia mengeluarkan suara tertawa keras, disusul dengan ucapan : ”Terima kasih saudara Lo Ping Kang, engkau datang tepat waktunya! Mari kita ber-sama2 membasmi manusia2 rendah ini !"

Kemudian dengan gagah sekali tampak Kim To Ong San melancarkan serangan2 beruntun dengan mempergunakan golok emasnya yang diputarnya dengan cepat dan bertenaga sekali. Dan dari golok emasnya itu telah keluar angin yang men-deru2 menerjang ke diri lawan2nya.

Dalam keadaan demikian lawan2 Kim To Ong San tidak berani terlalu mendesak karena mereka takut kesambar golok pusaka lawannya yang tampaknya tajam sekali.

Sin Kun Bu Tek telah berteriak : "Kim To Ong San, kita harus membinasakan mereka karena manusia2 seperti ini tidak tahu malu, mari kita bekerja sama !" dan sambil berkata begitu, Sin Kun Bu Tek berulang kali melancarkan pukulan2 saktinya, membuat musuh2nya tambah terdesak saja.

Kim To Ong San juga sudah tidak ragu2 lagi untuk turun tangan keras, dia telah mengerahkan golok emasnya dengan gerakan2 yang sangat berbahaya sekali bagi musuh2nya.

Jurus2 simpanannya juga telah dikeluarkan dan dipergunakannya, sehingga lawan2nya itu semakin terdesak saja.

Cin An Cinjin dan kawan2nya semakin lama jadi semakin penasaran, mereka telah mengerahkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk berusaha merubuhkan kedua lawannya itu. Sin Han yang berdiri disamping menyaksikan jalannya pertempuran itu jadi tergoncang keras hatinya, karena dia menyadari bahwa Sin Kun Bu Tek dan Kim To Ong San terancam bahaya yang cukup besar.

Tetapi untuk membantu jelas Sin Han tidak bisa, karena dia memang belum memiliki kepandaian apa2, hanya beberapa jurus saja yang baru diperoleh dari suhunya.

Keadaan seperti ini membuat Sin Kun Bu Tek juga menyadari, bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan ber-larut2, karena jika dibiarkan berlangsung terus, tentu dia sendiri dan Kim To Ong San yang akan mengalami bahaya.

Tampak Kim To Ong San pun telah menjadi marah, dengan mengeluarkan suara raungan, dia mengerahkan goloknya dengan cara menyilang, terdengarlah suara jeritan tiga musuhnya yang terhuyung mundur, karena lengan mereka telah terluka golok emas Kim To Ong San. 

Sin Kun Bu Tek juga tidak mau ketinggalan, dengan cepat sekali dia telah berhasil memukul jatuh empat orang lawannya terguling keras akibat kena kepalan tangannya

Disaat Cin An Cinjin ingin melancarkan tikaman dengan pedangnya lagi, tampak Sin Kun Bu Tek mengulurkan kepalan tangannya dengan berani, sehingga membuat Cin An Cinjin jadi kegirangan karena hal itu bisa menyebabkan tangan si pengemis tua she Lo itu terluka atau terbabat putus.

Tetapi rupanya gerakan Sin Kun Bu Tek hanya merupakan gerakan menggertak saja, karena dia telah menghentak tangannya kesamping waktu mata pedang hampir berhasil mengenai sasarannya.

Dan waktu pedang itu menyamber lewat diatas bahunya sejauh tiga dim, dengan cepat kepalan tangannya telah menghantam perlahan batok kepala Cin An Cinjin. Walaupun kepala Cin An Cinjin tidak sampai terhajar hancur dan pecah, namun tubuhnya telah terpental keras dan rubuh terjungkel dilantai.

Sin Kun Bu Tek tertawa sambil katanya, ”Sekarang bagaimana ? Apakah kita akan meneruskan pertandingan ini ?"

Ditanya begitu, Cin An Cinjin gusar sekali, tetapi dia menyadari bahwa kedua lawannya itu liehay sekali, maka tidak mungkin dia berhasil merubuhkan mereka.

Segera dia melompat berdiri, kemudian katanya kepada kawan2nya : ”Biarlah hari ini kita ampuni jiwa kedua manusia busuk itu, nanti kita akan mencari mereka lagi... !" dan setelah berkata begitu, Cin An Cinjin telah menoleh dan mendelik kepada Sin Kun Bu Tek, lalu diiringi oleh kawan2nya mereka berlalu.

Kim To Ong San tidak bermaksud mencegah kepergian orang2 itu, karena dia juga mengerti percuma saja dia menghadang mereka, karena tentu akan menyebabkan dirinya terlibat dalam suatu pertempuran yang panjang kembali.

Disaat itu Sin Kun Bu Tek telah menghampiri Kim To Ong San, dia telah menjura sambil katanya: ”Rupanya kita berjodoh sehingga hari ini kita bertemu kembali.....! Tetapi aku telah mengerti bahwa ganjalan  diantara  kita  tidak  perlu  diteruskan. !"

Kim To Ong San tertawa.

“Akupun berpikir begitu. !" katanya.

“Dan memang sekarang inipun aku belum lagi menyatakan terima kasihku atas bantuanmu, saudara Lo !"

Sin Kun Bu Tek jadi girang bukan main mendengar perkataan Kim To Ong San, karena dengan demikian berarti permusuhan diantara mereka telah habis. Sin Han telah menghampiri Kim To Ong San dan gurunya, dia juga telah menjura memberi hormat kepada Kim To Ong San tanpa diperintahkan gurunya lagi.

”Tecu memberi hormat kepada Locianpwe.....!" katanya kemudian.

Kim To Ong San cepat2 memegang bahu Sin Han, dia mencegah anak itu memberi hormat, katanya: ”Anak yang bagus! Anak yang baik! Engkau tentunya murid si pengemis tua she Lo itu, bukan ?”

”Benar !" Lo Ping Kang telah menyahuti mewakili muridnya, dia meneruskan kata2nya sambil tertawa : "Sin Han seorang murid yang baik, dia memiliki tulang dan bakat yang bagus.”

”Ya, menurut penglihatanku juga begitu," kata Kim To Ong San sambil mengangguk.

Sin Kun Bu Tek tertawa : "Jika memang anak ini memiliki rejeki bagus, tentu dia akan menerima hadiah dari kau, Siangkoan Hengtai (saudara Siangkoan).” Si pengemis memanggil Kim To Ong San dengan sebuah Siangkoan Hengtai, karena memang Kim To Ong San sebenarnya bernama Siangkoan Lu.

”Licik sekali kau, pengemis tua she Lo !" kata Siangkoan Lu sambil tertawa juga. "Engkau membantu aku, tetapi dibalik bantuan itu justru engkau menghendaki sesuatu !"

”Tetapi bukan untuk diriku....kukatakan juga jika muridku ini memiliki rejeki jelek, berarti dia tidak mendapat apa2..!”

”Jangan kuatir, pengemis tua Lo, aku nanti menghadiahkan beberapa jurus kepada anak ini. ! Siapa namamu ?" tanya Kim

To Ong San.

Sin Han menyebutkan namanya. ”Cepat kau nyatakan terima kasihmu....!” kata Sin Kun Bu Tek kepada muridnya.

Sin Han juga tahu bahwa dia akan menerima hadiah yang tidak ternilai, karena dengan mendapat beberapa jurus dari  ilmu Kim To Ong San, dia bisa memiliki kepandaian tambahan, disamping kepandaian yang akan diturunkan oleh gurunya.

Maka dari itu Sin Han cepat2 menekuk lututnya, dia telah memberi hormat kepada Kim To Ong San, sambil katanya : ”Terima kasih atas kebaikan dan hadiah locianpwe. !"

Kim To Ong San telah mengibaskan tangannya, dia mengerahkan sedikit tenaga lwekangnya, sehingga tubuh Sin Han terangkat oleh kibasan tangannya itu.

Sin Kun Bu Tek telah melambaikan tangannya memanggil seorang pelayan, para pelayan itu tengah berkelompok ketakutan, mereka menghampiri dengan sikap ragu2.

”Jangan takut, tidak terjadi urusan jiwa disini, bukan ? Maka kalian tidak perlu takut.....! Siapkan sebuah meja untuk kami bersantap, lengkap dengan sayur2 yang enak. !"

Pelayan itu menghampiri, dia mengerjakan dengan cepat sekali semua pesanan Sin Kun Bu Tek.

Dalam waktu yang singkat pelayan itu telah mempersiapkan sebuah meja lengkap dengan delapan macam sayur, begitu juga araknya.

Sin Kun Bu Tek telah mengajak Kim To Ong San untuk dijamu, dan Siangkoan Lu tampaknya senang sekali dengan sikap yang akrab dari si pengemis, karena dengan demikian permusuhan atau ganjalan hati mereka telah habis sampai disitu. Sin Han hanya lebih banyak mendengar saja percakapan kedua orang tingkatan tua itu, yang membicarakan banyak sekali persoalan2 dunia persilatan.

Sin Kun Bu Tek juga menanyakan kepada Kim To Ong San, apa sebabnya Kim To Ong San bisa bentrok dengan rombongan Cin An Cinjin.

”Sebetulnya jika diceritakan sungguh menggelikan !" katanya kemudian, sambil berkata begitu Kim To Ong San telah meneguk dulu araknya, baru kemudian melanjutkan kata2nya. "Dan peristiwa itu juga terjadi kebetulan sekali ! Cin An Cinjin memiliki dua orang saudara seperguruan yang memiliki kepandaian lumayan tingginya, hanya saja mereka kurang begitu baik, mereka telah melakukan perdagangan tanpa modal, yaitu melakukan perampokan2. Jika yang dirampok itu hartawan2 kaya yang kikir, masih tidak menjadi persoalan      tetapi justru mereka tidak memandang bulu, siapa

saja yang sempat dirampok, tentu akan dirampok oleh mereka. Maka dari itu, dalam keadaan demikian telah membuat aku tidak senang mendengarnya. Suatu hari secara kebetulan sekali justru aku telah memergoki mereka telah melakukan perampokan sehingga aku terus melabrak mereka. Kedua orang itu juga memberikan perlawanan. Sebetulnya aku hanya ingin menghajar mereka sampai kapok saja, namun mereka memberikan perlawanan yang gigih, sampai akhirnya aku salah tangan membinasakannya.......! Itulah sebabnya Cin An Cinjin telah mencari aku untuk menuntut balas. Dua tahun yang lalu justru dia telah bertemu denganku dan kami bertempur. Tetapi nyatanya dia berhasil kurubuhkan juga dia melarikan diri. Hanya sebelum pergi, Cin An Cinjin telah menjanjikan aku untuk bertemu lagi dua tahun kemudian untuk mengadu kepandaian      dan kami menjanjikannya justru dirumah makan

ini ! Apa yang terjadi selanjutnya telah kalian saksikan.”

2 Mendengar sampai disitu, Sin Han telah memotong : "Apakah selama dua tahun Cin An Cinjin memperoleh kemajuan yang cukup banyak, Siangkoan Locianpwe...?"

Siangkoan Lu mengangguk, sebelum menyahuti dia mengambil sepotong daging dengan sumpitnya, kemudian sambil mengunyah perlahan dia telah berkata, ”Benar mungkin selama dua tahun dia telah melatih diri dengan giat, karena tadi sempat aku merasakan betapa kepandaiannya itu telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali, sehingga akupun bila harus bertempur lagi dengannya dua atau tiga tahun mendatang, niscaya sulit merubuhkannya pula !"

”Tetapi saudara Siangkoan, kepandaianmu telah sempurna, sulit mencari orang seliehay engkau! terus terang saja kukatakan, bahwa aku menyerah kalah dan tidak berani untuk bertempur lagi denganmu saudara Siangkoan,” Dan setelah berkata begitu, Sin Kun Bu Tek telah tertawa lebar.

Kim To Ong San juga ikut tertawa, dia cepat2 mengeluarkan kata2 rendah.

Dalam persoalan ini, memang Sin Kun Bu Tek mengakui kepandaian Kim To Ong San telah mengalami kemajuan yang sangat banyak jika dibandingkan masa lalu. Jika dulu Kim To Ong San telah berhasil merubuhkannya, maka sekarang lebih2 lagi Sin Kun Bu Tek tidak sanggup menghadapinya....

Setelah selesai bersantap, Sin Kun Bu Tek mengajak Kim To Ong San ke kamarnya. Dan dikamarnya itu, diwaktu si pengemis tidur, justru Sin Han memperoleh petunjuk2 dan pengajaran dari Kim To Ong San yaitu ilmu silat tangan kosong, yang memiliki perobahan2 jurus yang sangat aneh dan hebat.

Sin Han melatih diri dengan giat, karena dia memang bermaksud benar2 dapat menguasai ilmu silat yang diturunkan kepadanya. Disaat itu, Sin Kun Bu Tek tidak melihat apa yang diajarkan Kim To Ong San, maka dia telah tidur membalik punggung menghadap ke dinding.

Sin Han melatih diri terus, sehingga cepat sekali dia dapat menguasai jurus2 yang diterimanya, walaupun belum mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan lawannya.

”Kukira telah cukup !” kata Kim To Ong San setelah memberikan petunjuk2 lagi kepada anak itu, sehingga Sin Han telah mengerti benar. "Asal engkau rajin2 melatih diri, tentu jurus2 itu telah cukup untuk menghadapi jago2 tingkat tiga dan empat !"

Sin Han cepat2 mengatakan terima kasihnya.

Kim To Ong San melompat naik kepembaringan yang satunya dia rebah untuk tidur.

Sedangkan Sin Han meneruskan latihannya dengan giat, karena dia ingin melatih terus sampai dapat menguasai dengan benar jurus ilmu silat yang baru saja diterimanya itu.

Waktu itu Sin Kun Bu Tek telah melompat turun dari pembaringannya.

"Selesai ?" tanyanya kepada Sin Han. Murid itu mengangguk.

"Memang hebat jurus2 yang diturunkan Siangkoan locianpwe ...!" kata Sin Han kemudian. "Hmmmm, rupanya Siangkoan locianpwe memiliki banyak sekali ilmu2 lainnya, karena tadi dikatakannya jika kelak aku bisa bertemu lagi dengannya, akan diturunkan empat macam ilmu silatnya lagi, yaitu ilmu mengatur jalan pernapasan, ilmu pedang, ilmu golok dan ilmu tangan kosong !"

Sin Kun Bu Tek tertawa, dia menoleh kepada Kim To Ong San yang tengah rebah dengan mata terpejam. "Saudara Siangkoan, engkau benar2 hebat ! Lihatlah, muridku sampai mengagumimu !" seru Sin Kun Bu Tek.

Kim To Ong San membuka matanya dan tertawa lebar agak nyaring.

"Hmmmm, engkau pengemis licik kembali engkau ingin mempergunakan kelicikanmu itu untuk menguras  kepandaianku untuk muridmu itu, sehingga engkau telah mengumpak2 aku!!"

Keesokan paginya, setelah satu malam lagi Kim To Ong San bermalam dikamar si pengemis Sin Kun Bu Tek, dia pamitan.

Sebetulnya Sin Kun Bu Tek ingin menahannya untuk diajak bertukar pikiran mengenai ilmu silat.

Tetapi kenyataannya Kim To Ong San telah menolaknya, karena Siangkoan Lu mengemukakan bahwa dia masih memiliki urusan yang penting.

Maka akhirnya mereka berpisahan, dan sebelum pergi Kim To Ong San telah berpesan kepada Sin Han : “Engkau harus baik2 melatih diri dibawah gurumu .... kepandaian gurumu si pengemis tua she Lo itu cukup tinggi, didalam rimba persilatan namanya terkenal sekali, maka engkau jika bisa mewariskan setengah saja dari kepandaiannya, niscaya engkau akan dapat melayani jago2 yang cukup tinggi tingkatannya !"

Sin Han berjanji akan mempelajari sebaik mungkin semua pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan yang pernah diberikan oleh Kim To Ong San.

Sin Kun Bu Tek telah mengajak muridnya untuk melanjutkan pula perjalanan mereka.

Selama satu bulan mereka berkelana dari kampung yang satu  ke  kampung  yang  lainnya  dan  mereka  telah melakukan banyak sekali perbuatan2 mulia dengan membantu orang2  yang tengah tertindas.

Selama satu bulan itupun Sin Han mempelajari terus semua ilmu silat yang telah diperolehnya, sehingga dia bisa  menguasai dengan baik jurus2 yang telah dimilikinya. Maka dengan satu bulan ini, walaupun Sin Han belum dapat dipersamakan dengan jago2 dikalangan Kangouw, tetapi untuk menghadapi orang dewasa biasa, dia tidak mungkin dapat dikalahkan....

Pagi itu, Sin Kun Bu Tek dan muridnya telah tiba ditepi telaga Sin-ouw, mereka menyewa perahu untuk ber-main2 ditengah telaga itu.

Hari itu tampaknya Sin Kun Bu Tek telah gembira sekali, dia telah ber-nyanyi2 dengan suara yang lantang sekali, membawakan syair Cing siu sie, syair yang memuji akan keindahan alam.

Sin Han mengayuh per-lahan2, perahu meluncur tenang diair telaga itu.

Tetapi waktu guru dan murid itu tengah bermain perahu, tiba2 dari arah depan mereka meluncur sebuah perahu kecil dengan cepat sekali.

Diatas perahu itu tampak dua orang lelaki setengah baya, mereka tidak memperdulikan perahu Sin Kun Bu Tek yang seperti tidak dilihatnya, sehingga perahu yang tengah meluncur cepat itu akan menubruk perahu Sin Kun Bu Tek.

Tentu saja hal itu membuat Sin Kun Bu Tek dan Sin Han jadi terkejut bukan main, mereka guru dan murid sampai mengeluarkan suara seruan tertahan.

Dengan cepat Sin Kun Bu Tek telah memegang kedua tepian perahu, dia mengerahkan tenaga lwekang ke tangannya, dengan disertai suara teriakan yang nyaring sekali, dia telah menghentaknya, maka perahunya itu telah melompat ke samping sejauh dua tombak seperti terangkat oleh kekuatan yang tidak tampak oleh mata.

Sin Kun Bu Tek walaupun telah berhasil menyelamatkan perahunya dari tabrakan, namun mendongkol bukan main, dia telah menoleh dengan mata mendelik.

Sedangkan perahu yang berpenumpang dua orang lelaki setengah baya itu terus meluncur dengan pesat. Mereka seperti juga tidak mau mengacuhkan bahwa baru saja tadi perahu mereka hampir saling bertubrukan dengan perahu Sin Kun Bu Tek.

”Hemmm, kalian orang2 tidak tahu peraturan !" bentak Sin Kun Bu Tek dengan suara yang nyaring, dan dia bukan hanya berkata begitu saja, karena waktu perahu dari kedua orang setengah baya itu meluncur lewat disisi perahunya, dengan cepat tangan kanan Sin Kun Bu Tek telah menyambar kayu pengayuh ditangan Sin Han, dia telah mengebut dengan kayu itu.

Kedua orang setengah baya yang diatas perahu tersebut jadi terkejut bukan main, mereka sampai mengeluarkan suara seruan tertahan mengandung kegusaran.

Tampak mereka memiliki kepandaian yang tinggi dan kegesitan yang lumayan, karena waktu kayu mengayuh itu menyambar akan mengemplang kepala mereka, kedua orang tersebut dengan cepat telah menundukkan kepala mereka, sehingga selamatlah kepala mereka dari serangan kayu pengayuh itu.

Saking jengkelnya waktu perahu kedua orang lelaki setengah baya itu akan melesat lebih jauh, disaat itulah Sin  Kun Bu Tek menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya lewat kayu pengayuh itu, dia telah mengayunkannya memukul buntut perahu  dengan  kuat  sekali  sampai  kayu  pengayuh  itu patah karenanya. Tetapi perahu kedua orang setengah baya itupun bukannya tidak memperoleh kerusakan apa2, karena perahu mereka seperti dihantam oleh suatu kekuatan yang dahsyat sekali. Dengan mengeluarkan suara "krekkkkkk!” sangat keras, buntut perahu mereka itu telah hancur, dan perahu itu justru telah terjungkat naik seperti akan terbalik.

Kedua orang penumpang perahu itu tampaknya terkejut bercampur marah, sebelum perahu mereka itu terbalik dan tenggelam, mereka telah menjejakkan kaki mereka, dan melompat gesit sekali dengan gerakan yang ringan.

Dengan meminjam tenaga pantulan dari kedua kaki mereka, tubuh kedua orang tersebut telah melambung dan mendarat di perahu Sin Kun Bu Tek, disamping Sin Han.

Bahkan salah seorang diantara mereka telah mengulurkan tangan kanannya dengan maksud akan mencengkeram  bahu Sin Han, yang ingin dilemparkannya keluar dari perahu.

Sin Kun Bu Tek mendongkol bukan main karena dia mengerti bahaya mengancam Sin Han, anak itu belum  memiliki kepandaian yang berarti, dengan adanya cengkeraman itu tentu Sin Han tidak mungkin dapat memberikan perlawanan apa2....

Cepat sekali Sin Kun Bu Tek mengibaskan lengan bajunya, karena untuk melompat berdiri dia sudah tidak keburu lagi, maka dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menangkis tangan lawannya.

Walaupun tangannya tidak sampai mengenai tangan orang yang hendak mencengkeram bahu Sin Han, tidak urung tangan orang itu telah berobah arah tidak mengenai sasarannya.

Sin Han melompat maju ke depan mendekati gurunya. ”Mengapa kau begitu usil dan bertangan lancang merusak perahu kami, heh?" bentak kedua orang itu dengan suara yang hampir bersamaan. ”Siapa kau, pengemis bau ?”

Mendengar bentakan itu Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa mengejek, dia juga telah berkata dengan suara yang dingin.

”Engkaulah yang sangat kurang ajar ingin membenturkan perahumu ke perahu kami......! Untung hanya perahumu saja yang kuhajar hancur ! Coba kalau memang kalian yang kubinasakan. ?”

Tetapi belum Sin Kun Bu Tek selesai mengucapkan kata2nya itu, justru salah seorang diantara kedua orang itu telah mencabut pedangnya, dengan mengeluarkan suara ”Sringgg..Sringgg !” yang nyaring sekali, ditangannya telah tercekal sebatang pedang yang berkilauan.

”Pengemis busuk, justru kami yang akan menghajarmu !" dan setelah berkata begitu, dengan cepat orang itu menggerakkan pedangnya dengan cepat sekali, dia telah menikam kearah dada Sin Kun Bu Tek dengan jurus Ma Hong Sian, atau Kuda Angin menembus Dinding, gerakan yang dilakukannya itu benar2 sangat berbahaya, karena mata pedang baru saja melintas, ujungnya itu telah menempel di baju Sin Kun Bu Tek. Hal itu telah memperlihatkan bahwa kepandaian yang dimiliki orang itu sangat hebat sekali.

Sin Kun Bu Tek juga jadi terkejut waktu melihat cara orang itu, karena dia telah merasakan menyambarnya angin serangan yang kuat sekali. Sin Kun Bu Tek tidak berani main2 lagi, dengan cepat dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring, dia mengelakkan serangan lawannya dengan menggeser kaki kanannya sedikit, lalu dia mengebut dengan lengan jubahnya untuk menggulung pedang lawannya. Gerakan Sin  Kun  Bu  Tek  dilakukan  dengan  cepat  dan  gesit, namun lawannya itu telah keburu menarik pulang pedangnya, sehingga tidak sampai tergulung lengan baju Sin Kun Bu Tek.

Waktu itu tampak lawan Sin Kun Bu Tek yang seorangnya lagi telah mengeluarkan suara seruan sambil mencabut pedangnya juga, dia telah melancarkan serangan sekaligus dua kali dengan beruntun.

Tentu saja gerakan yang dilakukannya itu sama hebatnya dengan gerakan yang tadi, karena justru serangannya itu mengincar jalan darah Cu-ti-hiat dan jalan darah Ma lian ho hiat, yang terletak dipinggang, di tingkat keempat dari tulang rusuk si pengemis.

Gempuran seperti itulah yang telah membuat Sin Kun Bu Tek terpaksa harus mundur sampai diujung perahunya.

Kedua lawan Sin Kun Bu Tek tampak tidak mau berhenti sampai disitu saja, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, tampak keduanya telah menyerang maju dengan mempergunakan kedua pedang mereka.

Gerakan yang mereka lakukan itu benar2 merupakan gerakan yang sangat mendesak sekali, sebab tidak ada jalan menyingkir lagi untuk Sin Kun Bu Tek, maka dari itu, bisa dimengerti, Sin Kun Bu Tek terpaksa harus menghadapi dengan kekerasan, dia harus menghadapi serangan kedua lawannya itu dengan mengerahkan kekuatan tenaga lwekang pada kesepuluh jari tangannya, dengan berani sekali dia telah mencengkeram pedang2 lawannya.

Perbuatan seperti itu sangat berani sekali, sehingga dia seperti mempertaruhkan keselamatan kedua telapak tangannya, karena jika memang dia meremas pedang itu dan lawannya menarik senjata masing2, niscaya tangan Sin Kun Bu Tek akan mengalami luka yang tidak ringan. Tetapi ternyata Sin Kun Bu Tek bukan bermaksud mencengkeram pedang2 lawannya itu, dia hanya menekan ke bawah sedikit, kemudian dengan cepat sekali dia telah melompat ke tengah udara, melompati kepala kedua orang lawannya. Kedua lawannya itu sampai mengeluarkan seruan kaget dan cepat2 mengelakkan tendangan kaki Sin Kun Bu Tek.

Sin Kun Bu Tek tidak bertindak hanya sampai disitu saja, dia telah meneruskan lagi tendangannya kepada punggung kedua orang itu.

Tendangan yang dilakukan itu sangat dahsyat sekali, sehingga tidak ampun lagi tubuh kedua orang itu telah terhuyung mundur dan salah seorang diantara mereka telah tertendang kecebur ke dalam air telaga.

Tentu saja kawan yang seorangnya lagi jadi kaget dan cepat2 mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada kawannya yang kecebur itu.

Namun waktu dia membungkukkan tubuhnya dengan mengeluarkan tangannya, disaat itu juga tampak Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara bentakan yang keras dan telah menendang lagi sampai tubuh lawannya yang sisa seorang inipun telah terlempar dan kecebur ke dalam air empang...

Sin Kun Bu Tek telah berdiri dengan bertolak pinggang menghadapi kedua orang lawannya yang telah berenang menghampiri perahunya.

Sin Han telah ber-tepuk2 tangan dengan girang.

”Bagus suhu ! Mereka memang manusia2 galak yang perlu diberi hajaran.”

Sin Kun Bu Tek juga telah tertawa, dia berkata dengan suara yang dingin kepada lawan2nya yang telah berenang mendekati kearah perahunya. "Engkau jangan harap dapat selamat ! Kau juga harus merasakan kecebur diair telaga !" teriak salah seorang dengan suara yang mengandung penasaran.

Kemudian dia telah selulup ke dalam air. Tentu saja perbuatan lawannya itu membuat Sin Kun Bu Tek telah terkejut, karena dia segera dapat menduganya apa yang ingin dilakukan oleh lawannya itu.

Diantara berdesirnya angin yang dingin di tengah telaga itu, justru perahu yang kecil itu telah meng-goyang2 membuat Sin Kun Bu Tek dan Sin Han jadi terkejut. Muka si pengemis telah berobah menjadi pucat.

Cepat Sin Kun Bu Tek mengerahkan tenaga dalamnya menginjak dasar perahu itu, dia berusaha mengimbangi perahunya itu, agar tidak bisa diterbalikkan oleh lawannya.

Tetapi karena lawan mempergunakan kekuatan lwekang juga untuk menjungkirbalikkan perahu tersebut, dengan sendirinya telah membuat perahu itu terbalik tanpa dapat dicegah lagi.

Sin Han mengeluarkan suara jeritan tertahan, dia tidak bisa berenang dan juga disaat itu Sin Kun Bu Tek tidak sempat menjambretnya, karena dia sendiri telah terlempar dan tercebur ke dalam air telaga.

Disaat itu, salah seorang lawannya yang lain justru telah menyambuti Sin Kun Bu Tek dengan serangan kepalan tangannya, dia menghantam kearah punggung.

”Bukkkkk !" keras bukan main gempuran itu, sehingga dalam sekejap mata saja, punggung Sin Kun Bu Tek telah kena digempurnya dengan dahsyat, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek jadi mengeluarkan suara seruan kesakitan.

2 Waktu tubuhnya terlempar dan kecebur ke air telaga, disaat itu pula terlihat lawannya telah berenang mendekatinya, untuk melancarkan serangannya lagi.

Sin Kun Bu Tek gusar bukan main, tadi lawannya membuat licik. Dia telah mengeluarkan seruan marah sambil membalikkan tubuhnya diair, dan tangannya menyambar kearah potongan kayu yang jauh yang telah digerakkannya untuk menghantam kepada lawannya.

Lawannya itu kaget dengan mengeluarkan teriakan tertahan, cepat2 menyelam kedalam air pula.

Air dimana dia telah menyelam itu justru telah terpukul muncrat dan berhamburan kemana-mana.

Sin Kun Bu Tek tidak mau tinggal diam, dia telah menyelam dan berenang dengan cepat mencari lawannya.

Justru jarak mereka tidak berpisah begitu jauh, maka dengan cepat dia berenang dan mengejarnya, sambil kayu pengayuhnya telah dipergunakan untuk melancarkan serangan dengan ditusukkan.

Hebat sekali cara serangannya itu,karena dalam keadaan demikian, kayu tersebut meluncur kuat sekali walaupun mereka berada didalam air.

Hal itu disebabkan Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan dengan menggunakan kekuatan lwekangnya sebanyak tujuh bagian.

Lawannya yang berada didalam air juga sangat terkejut sekali, dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menyampok samberan kayu itu.

Sin Kun Bu Tek jadi penasaran, dia ingin melancarkan serangan pula, tetapi disaat itu dia telah melihat Sin Han yang tengah tenggelam dengan bergelagapan. Untuk selamatkan anaknya itu, Sin Kun Bu Tek tidak bisa melancarkan terus serangan kepada lawannya, dia telah meluncur dengan cepat berenang mendekati Sin Han,  yang baju dipunggungnya telah dijambaknya dan diseretnya naik keatas.

Sin Han gelagapan, tetapi setelah berhasil muncul dipermukaan air, bisa bernapas kembali.

Anak itu menghela napas dalam2 karena merasakan badannya seperti ingin meledak dan tadi dia telah meneguk air yang cukup banyak.

Coba kalau memang dia tidak keburu ditolong oleh gurunya, niscaya akan menyebabkan dia mati sesak tidak bisa bernapas.

Tetapi kesempatan tersebut telah dipergunakan oleh lawannya, kedua2nya telah berenang menghampiri kearah Sin Kun Bu Tek. Mereka juga telah melancarkan serangan yang kuat.

Serangan itu cukup berbahaya. Sekali saja mengenai Sin Kun Bu Tek, walaupun tengah berada didalam air, niscaya akan menyebabkan dia terluka didalam.

Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup, dia telah mempergunakan kedua kakinya untuk menendang kepada kedua lawannya itu.

Waktu dia menendang, si pengemis telah menendang kepada kedua kepalan tangan lawannya, sehingga dengan meminjam tenaga pantulannya dia telah mencelat berenang menjauhi kedua lawannya.

Berbareng dengan itu tampak Sin Kun Bu Tek telah berenang ke tepi telaga. Walaupun jarak tepian telaga itu cukup jauh, namun dia bisa berenang dengan cepat sekali, dan dia bisa mencapai tepi telaga dengan selamat.

Sin Han telah dilemparkannya sehingga anak itu terbanting ditepian telaga, tetapi dia tidak menderita kesakitan apa2, karena si pengemis melemparkannya dengan mempergunakan tenaga yang diperhitungkannya.

Disaat itu kedua orang lawan Sin Kun Bu Tek memburu berenang ke tepi juga, muka mereka telah memancarkan kebengisan yang sangat.

Tampak jelas kedua orang itu murka sekali kepada Sin Kun Bu Tek. Begitu mereka mendekat, keduanya telah menyerang serentak.

Sin Kun Bu Tek juga tidak tinggal berdiam diri saja.

Tadi kedua orang itu yang telah mencari persoalan, tanpa sebab perahunya ingin diterjang.

Maka waktu melihat kedua orang berusia setengah baya ini melancarkan serangan, dengan cepat Sin Kun Bu Tek merentangkan kedua tangannya, dalam waktu yang sangat singkat sekali dia telah melancarkan serangan balasan yang beruntun.

Kedua lawan Sin Kun Bu Tek jadi terkejut melihat serangan2 Sin Kun Bu Tek seperti itu.

Tetapi disebabkan mereka juga merupakan dua orang akhli dengan cepat mereka merobah posisi kedudukan kedua kaki masing2. Sambil berbuat begitu, mereka juga telah membalas melancarkan serangan.

Hebat bukan main cara menyerang kedua orang berusia setengah baya itu, karena yang seorang lagi dari samping kiri. Gerakan mereka itu luar biasa cepatnya, dan angin serangan yang menyambar juga keras sekali. Sin Kun Bu Tek jadi gusar dan tambah mendelu, dia telah melakukan totokan ke jalan darah Lu-tie-hiat dari kedua lawannya.

Letak jalan darah itu berada dibagian kiri perut, dan serangan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek bisa menghancurkan isi perut lawannya.

Sehingga kedua lawannya jadi terdesak dengan hebat. Apa lagi Sin Kun Bu Tek melancarkan serangannya itu dengan sepenuh tenaganya.

Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan kedua orang itu telah melompat ke belakang perahu menjauhi diri dari Sin Kun Bu Tek sejauh tiga tombak, mata mereka memancarkan sinar yang bengis sekali, kata salah seorang diantara mereka : "Pengemis busuk, siapa kau sebenarnya ? Mengapa engkau mencari urusan denganku ?"

Mendengar pertanyaan orang itu, Sin Kun Bu Tek memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian katanya dengan suara yang tawar : "Seharusnya aku yang menegur kalian, yang tidak hujan tidak angin ingin menubruk perahu kami ....! Hemm ! Hemm ! Sekarang kalian katakan, siapa kalian berdua ? Apa sebabnya secara ugal2an begitu ingin menubruk perahu kami ?"

Kedua orang itu tampak ragu2 mereka saling pandang satu dengan yang lainnya.

Setelah berdiri diam sejenak lamanya, akhirnya salah seorang diantara mereka telah berkata: "Hemm... sesungguhnya kami tidak mau diganggu oleh kau pengemis butut, karena kami masih memiliki banyak urusan! Namun, baiklah ! Karena engkau menanyakan siapa kami, tidak ada halangannya kami memberitahukannya. Kami berdua murid Ceng Hay Kiehiap (Pendekar  gagah  dari  Ceng  Hay)  Khu  Tiong  Beng        aku

sendiri bernama San Cie Liang, dan ini adik seperguruanku she Hiu dan bernama Kiu Eng. Nah, sekarang coba kau katakan, urusan apa yang pernah terjadi diantara kau dengan kami? Mengapa kau menghancurkan perahu kami ?"

Sin Kun Bu Tek terkesiap juga mendengar bahwa kedua orang ini adalah murid dari Ceng Hay Kiehiap, karena justru Khu Tiong Beng merupakan seorang pendekar gagah dimasa itu.

Namun Sin Kun Bu Tek dapat menenangkan kembali goncangan hatinya, dia telah berkata dingin : "Hemm, jika memang engkau tidak mengganggu kami, jelas kamipun tidak akan membentur diri kalian. Tetapi kenyataannya tadi, Hemm, hemm, justru kalian ingin menubruk perahu kami dengan perahu kalian !"

Dua orang itu, San Cie Liang dan Hiu Kiu Eng, tertawa menggelak.

“Walaupun engkau mengatakan tidak ingin menempur diriku, tetapi kalian memang sengaja ingin mencari persoalan dengan kami, yaitu telah ditenggelamkan akibat pukulan kayu pengayuhmu ! Hemmm, bocah kecil itupun harus merasakan enaknya hukuman dari kami!"

Sin Han terkejut sekali mendengar perkataan orang itu, karena dia mengetahui kedua lawan gurunya itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan jika gurunya itu sampai dirubuhkan kedua orang lawannya itu, dirinya juga tidak nantinya dapat lolos dari kematian ditangan kedua orang itu.

Tetapi Sin Kun Bu Tek telah tertawa tawar lagi, katanya dengan suara yang tawar: ”Hemmm, dengan hanya memiliki kepandaian seperti itu, kalian berdua ingin menjagoi dan bertindak  se-wenang2  ?  Coba  terimalah  seranganku  ini  lagi. !" Dan sambil berkata begitu, si pengemis telah melonjorkan tangan kanannya, menekuk sedikit, dan sikunya itu jatuh didekat dada sedangkan tangan kirinya telah mengibas.

Tiba2 Sam Cie Liang dan Kiu Eng telah merasakan sambaran yang kuat dari tangan Sin Kun Bu Tek sehingga kedua orang itu harus mundur ke belakang dan memperkuat posisi kaki mereka.

Tetapi kali ini Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan tidak kepalang tanggung, hampir seluruh kekuatan lwekang yang ada padanya telah dikerahkan dan dipergunakannya.

Kedua lawan Sin Kun Bu Tek menyadari jika mereka melawan terus berarti mereka sendiri yang akan rubuh.

Dengan cepat mereka merobah cara bertempurnya, Sam Cie Liang telah berteriak nyaring: ”Gelombang besar. !"

maksudnya meminta kawannya untuk melarikan diri.

Hiu Kiu Eng juga mengerti maksud kakak seperguruannya itu, dia memperhatikan gerakan dan cara menyerang si pengemis, kemudian dia telah melancarkan serangan yang gencar dan kuat, sehingga tubuh Sin Kun Bu Tek terhuyung mundur dua tombak.

Mempergunakan kesempatan seperti inilah tampak San Cie Liang dan Hiu Kiu Eng telah melompat mundur dengan gerakan yang gesit lalu memutar tubuh hendak melarikan diri.

Sin Kun Bu Tek hanya tertawa saja, sama sekali dia tidak mau mengejarnya.

Memang Sin Kun Bu Tek tidak mau mencari permusuhan, dia menganggap bahwa kedua orang itu hanya berlaku tolol, karena tanpa sebab kedua orang setengah baya itu ingin mencari urusan dengan dirinya. Sin Han menghela napas lega, dia telah melihat bahwa gurunya memang benar2 lihay dan berhasil mengusir kedua lawannya dengan hanya beberapa jurus saja.

”Mari kita pergi. !" kata Sin Kun Bu Tek setelah berdiam

diri sejenak lamanya. ”Hemm, kedua manusia rendah itu mungkin ingin melakukan sesuatu, nanti kita kuntit saja !"

Dan Sin Kun Bu Tek telah menarik tangan Sin Han untuk diajak berlalu dari tempat itu.

Gerakan Sin Kun Bu Tek agak cepat, dia setengah berlari.

Sedangkan Sin Han mengikutinya dengan ber-lari2 keras.

Napas Sin Han memburu keras tetapi Sin Kun Bu Tek yang sering melirik dan melihat keadaan murid, tetap berdiam saja, dia terus juga ber-lari2 dengan cepat. Dan waktu itu tampak  Sin Han telah bermandi keringat dikening, muka dan tubuhnya.

Tetapi Sin Han memang ulet dan tabah, dia bisa mengikuti terus gurunya, dengan mempergunakan ilmu lari cepat yang selama beberapa bulan belakangan ini dia peroleh  dari gurunya.

Waktu itu tampak Sin Kun Bu Tek menghentikan langkah kakinya, dia menoleh kepada Sin Han.

”Lelah ?” tanyanya.

Sin Han menggeleng perlahan dengan muka yang berobah. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar