Tat Mo Cauwsu Jilid 06

Jilid VI

Saat mereka tiba di sebuah hutan, mereka melihat didekat akar pohon yang melintang itu terdapat sesosok mayat, yang menggeletak sudah tidak bergerak lagi.

Sebetulnya mayat itu tidak terlalu luar biasa jika tidak terdapat sesuatu yaag istimewa. Tetapi keadaan mayat itu  justru sangat mengerikan sekali. Sepasang tangan dan kaki dan mayat itu telah di-potong2 tidak karuan, dan muka mayat itupun telah dibakar hangus sehingga tidak dikenali lagi wajahnya.

”Perbuatan biadab...!" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan suara kemarahan.

”Ya siapa yang telah melakukan perbuatan kejam seperti ini

?" menggumam Sin Han dengan hati yang goncang.

”Dan... dan kematian orang ini suhu, benar2 sangat menakutkan sekali !"

”Inilah perbuatan manusia2 jahat yang tidak mengenal perikemanusiaan !" kata Sin Kun Bu Tek dengan suara mengandung kegusaran. "Hemm      tunggu, apa itu !?" dan Sin

Kun Bu Tek berjongkok, dia mengambil sesuatu dari tangan si korban yang tercekal keras. Tangan itu, lengkap jari jari tangannya, telah merupakan potongan kecil belaka, karena mulai dari pangkal lengan dipotong menjadi enam bagian, dan hanya bagian telapak tangan itulah yang utuh, dimana jari2 tangannya seperti mencekal sesuatu. Dan barang itulah yang diambil Sin Kun Bu Tek.

Waktu barang tersebut dikeluarkan, ternyata merupakan secarik kertas kecil, dan didalam kertas itu terdapat empat huruf tulisan : ”Ban Hoa Ciang Mo'" yang artinya ”Tangan Iblis Selaksa Bunga".

”Ban Hoa Ciang Mo !" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan suara terkejut, sepasang alisnya mengkerut dalam2. Tampaknya pengemis tua she Lo ini tengah berpikir keras, ”siapakah dia?"

”Apakah orang itu pembunuhnya, suhu?" tanya Sin Han. “Hemmm, jika dilihat keadaan demikian tentu Ban Hoa

Ciang Mo itu yang telah melakukan pembunuhan kejam seperti ini, sebab korbannya ini telah mencekal keras2 kertas yang bertulisan gelaran iblis itu..! Tetapi siapa dia, yang bergelar ”Tangan Iblis Selaksa Bunga'' itu? Tampaknya dia hebat dan kejam sekali." 

Sin Han jadi merasa seram, karena dia melihat sosok mayat itu terbinasa dengan cara yang sangat mengerikan sekali.

Sin Kun Bu Tek memasukkan secarik kertas yang bertulisan Ban Hoa Ciang Mo itu kedalam sakunya, kemudian dia menggali tanah dengan dibantu Sin Han untuk mengubur mayat itu.

Setelah menguruk liang yang digalinya itu yang merupakan gundukan kecil, si pengemis menghela napas lagi. ”Dan orang yang terbunuh inipun entah siapa adanya? Entah dia memiliki sanak atau pamili dimana....dilihat dari pakaiannya, jelas dia seorang ahli silat !”

Si pengemis menjauhkan dirinya duduk di bawah sebatang pohon disamping gundukan kuburan baru itu untuk beristirahat. Kemudian si pengemis memejamkan matanya untuk tidur.

Sin Han melihat gurunya telah tidur nyenyak, jadi gelisah sekali. Dia merasa ngeri melihat gundukan kuburan baru itu, karena dia membayangkan betapa mayat yang berada didalam kuburan itu dalam keadaan rusak menyeramkan.

Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Sin Han telah duduk tidak berjauh dari gurunya, dan dia mempermainkan batang2 rumput.

Keadaan disekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada orang yang berlalu lalang. Angin berhembus sepoi2. Lama juga Sin Han menantikan gurunya itu bangun, tetapi Sin Kun Bu Tek tampaknya benar2 pules.

Untuk mengisi waktu isengnya, Sin Han telah melatih beberapa jurus ilmu pukulan yang telah diturunkan Sin Kun Bu Tek. Walaupun belum bisa dipergunakan untuk bertempur, tetapi Sin Han telah berhasil menguasai jalan2nya setiap jurus itu, disamping itu dia juga telah mengetahui cara2 untuk melancarkan serangannya.

Waktu Sin Han sedang berlatih, tiba2 dari kejauhan tampak ber-lari2 dua sosok tubuh sambil memperdengarkan suara jeritan yang menyayatkan hati, menghampiri kearah Sin Han dan Sin Kun Bu Tek berada.

Sin Han jadi heran dan terkejut, dia berhenti berlatih dan mengawasi kearah kedua orang yang sedang mendatangi itu. Hatinya juga men-duga2 entah apa yang tengah terjadi di diri kedua orang itu. Kedua sosok tubuh itu ber-lari2 semakin mendekat saja, dan waktu Sin Han bisa melihat jelas, dia jadi terkejut bukan main, hatinya sampai tergoncang keras dan darahnya mendesir cepat, karena dia melihat betapa muka kedua orang itu rusak seperti bekas terbakar. Tubuh kedua orang itupun telah rusak oleh luka2 yang banyak diberbagai bagian tubuhnya, dimana darah mengucur membasahi tubuh mereka.

Setelah ber-lari2 sekian lama dan hampir sampai ditempat Sin Han dan Sin Kun Bu Tek berada, keduanya telah rubuh terjungkel, bergulingan ditanah sambil me-raung2 dengan  suara menyayatkan.

Sin Han jadi bingung sekali, dia telah menghampiri gurunya, yang tubuhnya telah di goncang2kannya dengan keras.

”Suhu ... suhu bangun !" panggilnya. ”Ada sesuatu yang luar biasa ... !"

Si pengemis tua she Lo itu telah membuka matanya dengan sikap tak acuh.

”Ada apa ?" tanya Sin Kun Bu Tek dengan segan dan menggeliat meluruskan tubuhnya. ”Engkau selalu mengganggu tidurku saja !"

”Lihatlah suhu....kedua orang itu..!" karena diliputi perasaan takut, ngeri dan kaget, Sin Han tidak bisa ber-kata2 dengan lancar, dia telah menunjuk kearah dua orang yang mukanya hangus terbakar dan tubuhnya telah terluka parah itu, yang bergulingan ditanah sambil me-raung2.

Sin Kun Bu Tek memandang kearah yang ditunjuk oleh Sin Han, dan kemudian dia menguap. Sedikitpun juga dia tidak memperlihatkan perasaan kaget. Dia telah memejamkan kembali  matanya,  sambil  sahutnya:  ”Biar  saja,   jangan   usil. jangan mengganggu tidurku lagi!" Sin Han jadi gelisah sekali bercampur heran karena dia tidak mengerti mengapa gurunya membawa sikap demikian!? Biasanya Sin Kun Bu Tek jika melihat urusan yang ganjil dan tidak wajar, tentu akan segera bertindak.

Karena gurunya telah berpesan agar dia tidak mengganggu tidurnya, Sin Han juga tidak berani membangunkan lagi gurunya, walaupun hatinya tergoncang keras mendengar suara jerit pekik kedua orang itu yang tetap bergulingan dengan keadaan yang sangat mengenaskan sekali...

Kedua orang itu berkelejatan terus menerus, bergulingan dan mengeluarkan suara pekik kesakitan. Disamping  itu samar2 kedua orang itu sesambatan :

”Ampun... aduhh...bunuhlah kami...aduhhh ..Ban Hoa Ciang Mo, ampun..." dan suara teriakan mereka itu hanya samar2, karena tampaknya mereka telah lemah benar.

Sedangkan saat itu Sin Han juga terkejut mendengar kedua orang tersebut me-nyebut2 Ban Hoa Ciang Mo.

Bukankah Ban Hoa Ciang Mo itu merupakan iblis yang membinasakan orang yang telah dikubur oleh gurunya dan dia beberapa saat yang lalu ?

Apakah kedua orang ini, yang mukanya juga hangus terbakar seperti mayat yang telah dikubur itu, adalah dua orang korban lainnya dari Ban Hoa Ciang Mo ?

Hanya saja, bedanya mereka justru masih lengkap memiliki sepasang tangan dan kaki yang belum ter-potong2..........

Sin Han jadi bingung sendirinya, beberapa kali dia menoleh kepada gurunya, lalu beralih kepada kedua orang itu yang tampaknya tengah tersiksa, lalu memandang gurunya pula dan berbalik memandang kepada kedua orang itu lagi.

Sikap yang diperlihatkan Sin Han justru merupakan tanda bahwa anak ini sedang diliputi oleh perasaan takut yang sangat, karena mendengar suara pekik kesakitan dan jerit raung dari kedua orang itu Sin Han merasakan bulu tengkuknya bagaikan terbangun berdiri semuanya.....

Anak itu hanya bisa berdiri mematung saja.

Tiba2 terdengar suara pekik yang nyaring dari kejauhan, samar2 sekali.

”Ban Hoa Ciang Mo,. ampunilah kami ! Ampunilah kami

!" tiba2 kedua orang yang tengah berguling ditanah dengan muka yang terbakar itu, telah men-jerit2 dengan suara yang keras, rupanya dia mendengar juga suara pekik dikejauhan itu.

Sin Han jadi menduga, apakah suara pekik dikejauhan itu adalah suara pekiknya Ban Hoa Ciang Mo ? Dan hati anak ini tambah tergoncang keras saja. Dengan cepat Sin Han menggeser tubuh, dia telah duduk didekat gurunya dengan hati yang kebat-kebit. Sebetulnya Sin Han ingin membangunkan gurunya lagi, karena disaat itu bukankah tengah berlangsung peristiwa yang sangat hebat sekali ?

Tetapi Sin Han tidak berani membangunkan Sin Kun Bu Tek, sebab sebelum tidur pula, gurunya itu telah berpesan agar tidak mengganggu tidurnya.

Suara pekik dikejauhan yang mirip2 suara tertawa atau menangis itu terdengar semakin dekat juga.

Waktu Sin Han tengah mengawasi tertegun kepada kedua sosok tubuh yang bergulingan ditanah itu, tahu2 ditempat itu telah bertambah dengan seseorang lainnya!

Tampak seorang lelaki berpakaian pelajar, berusia dua puluh empat atau dua puluh lima tahun telah berdiri. Mukanya cukup tampan dan tangan kanannya meng-gerak2kan kipas ditangannya. Sikapnya angkuh sekali, dan dari wajahnya yang tampan gagah itu, seperti terpancar sinar yang cukup mengerikan, karena matanya tampak memancarkan sinar yang kejam dan aneh, mengawasi kedua orang yang tengah bergulingan ditanah itu. Pelajar muda itu hanya melirik sejenak kepada Sin Han dan Sin Kun Bu Tek, kemudian sudah tidak mengacuhkan si pengemis dan Sin Han. Dia berkata dengan suara yang dingin kepada kedua orang yang tengah bergulingan diatas tanah itu : ”Kalian ingin mati ?" tanyanya dengan suaranya yang datar sekali tidak mengandung perasaan apa2. Tampaknya dia tidak terpengaruh atau ngiris menyaksikan kedua orang yang telah terluka parah itu.

”Benar....benar Ban Hoa Ciang Mo....ampunilah kami, bunuhlah kami....janganlah kami disiksa demikian !" teriak kedua  orang  itu  sesambatan  dengan  suara  yang  lebih keras, karena mereka telah memaksakan diri untuk ber-kata2, tetapi kesudahannya mereka merintih dan bergulingan lagi ditanah.

Pemuda pelajar yang tampan itu telah mengeluarkan suara tertawa dingin, sikapnya begitu tawar dan tidak memperlihatkan perasan lainnya selain sikap angkuh dan pemberang. Kipas ditangan kanannya telah di-gerak2kan.

”Hemm ... kalian berdua telah kuhadiahkan Pek Kut Ciam (Jarum Tulang Putih), maka sulit aku mengambil dan menarik kembali paku2 itu dari tubuh kalian ... !"

Kedua orang itu merintih lagi.

”Kami tahu ! Kami tahu Ban Hoa Ciang Mo, kami memang telah terkena jarum Pek Kut Ciammu itu ... kami juga tahu jarum itu sangat halus sekali, waktu kau menepuk punggung kami dengan perlahan, paku itu telah menerobos masuk kedalam daging tubuh kami dan menyelusup terus sampai ketulang, menimbulkan sakit seperti sekarang ini ... maka tolonglah kami, binasakan saja kami ... tidak tahan lagi kami harus menderita seperti ini...!"

”Untuk binasa, itu mudah !" kata si pelajar muda dengan suara yang tawar. ”Tetapi kalian harus memberikan jawaban dulu atas pertanyaanku yang tadi ... yaitu dimana guru kalian menyimpan kitab Sin Hian Pit Kip ?"

Kedua orang itu meng-gerung2 dengan suara tidak jelas, tampaknya walaupun kesakitan tetapi mereka tidak bersedia untuk menjawab pertanyaan pelajar bermuka dingin itu, yang selalu dipanggilnya dengan sebutan Ban Hoa Ciang Mo.

Sin Han mengawasi dengan hati yang kebat kebit, karena dia melihat kedua orang itu tampaknya semakin lama semakin menderita saja.

Tiba2 Ban Hoa Ciang Mo telah berkata lagi dengan suara yang dingin : ”Kalian boleh pilih, menderita kesakitan seperti itu selama dua hari dua malam, atau kalian sebutkan di mana tempat penyimpanan kitab ”Sin Hian Pit Kip", maka kalian akan segera kubinasakan, sehingga kalian terbebas dari siksaan

! Perlu kalian ketahui juga, bahwa guru kalian telah terbinasa, telah kubunuh dengan muka yang terbakar dan tubuh terpotong2 ... karena dia terlalu keras kepala, dia tidak mau menyebutkan dimana dia menyimpan kitab ilmu silatnya itu, walaupun aku telah memotong tangan dan kakinya. Sampai  aku memotong tangan dan kakinya itu menjadi belasan potong, tua bangka keparat itu tetap tidak mau menyebutnya ! Maka dia menemui kematian dengan cara yang mengenaskan itu! Apakah kalian juga hendak mengalami penderitaan seperti tua bangka itu ?"

Kedua orang itu mengerang-erang lagi dengan suara yang mengenaskan sekali. Mereka juga memohon agar mereka dibinasakan saja oleh Ban Hoa Ciang Mo.

Sin Han mendengar perkataan Ban Hoa Ciang Mo, segera menduga bahwa orang yang disebutnya sebagai tua bangka yang telah di-potong2 tubuhnya itu, tentu tidak lain dari pada mayat yang telah dikubur gurunya beberapa saat yang lain! Bukankah mayat itu dalam keadaan hancur mengerikan, dengan tubuh yang terpotong?

”Cepat kalian katakan, dimana disimpannya kitab Sim Hian Pit Kip itu...! Atau aku akan segera berlalu meninggalkan kalian, agar selama dua hari dua malam kalian tersiksa perasaan sakit seperti itu terus menerus tanpa ada seorangpun yang bisa menolongi kalian! Pek Kut Ciam-ku itu merupakan jarum istimewa, tidak ada seorang manusiapun didunia ini  yang bisa mengeluarkan jarum itu atau mengurangi perasaan sakit akibat jarum tersebut disetiap bonggolan tulang kalian ..

!"

Kedua orang yang terluka parah itu tampaknya masih ragu2, tetapi salah seorang diantara mereka yang tampaknya sudah tidak bertahan lebih lama lagi dari perasaan sakit itu, telah berkata dengan suara tidak lancar : ”Kitab Sim Hian Pit Kip itu disimpan suhu.....disimpan suhu di. "

”Cepat katakan, begitu kau memberitahukan engkau akan kubinasakan, sehingga penderitaan kau berakhir.....!" kata Ban Hoa Ciang Mo dengan suara yang dingin, tetapi matanya semakin terpentang lebar, karena dia menantikan dengan bersungguh2 akan keterangan yang diberikan orang itu.

Tetapi orang tersebut tampaknya ragu2 karena dia telah merintih pula sejenak lamanya.

Kawannya yang seorang telah berkata dengan suara yang dingin : ”Hemmm, engkau...! Aduhhh !" dia tidak bisa meneruskan perkataannya, karena kembali dia merintih lagi, ”Jangan.... aduhhh! Jangan katakan padanya....! Aduhhh ! Aduhhh !"

Ban Hoa Ciang Mo telah tertawa dingin, dia bilang: ”Hemmm, engkau ingin menderita lebih lama? Baiklah! Aku pergi saja !" dan setelah berkata begitu, Ban Hoa Ciang Mo telah mengayunkan langkahnya memutar tubuhnya untuk berlalu.

Tetapi kedua orang itu jadi ketakutan sekali, mereka teraduh2  sambil  men-jerit2  :  "Jangan  ....  jangan  pergi       aku

katakan.... aku aku akan mengatakan.  !" dan setelah berteriak

begitu salah seorang diantara mereka telah berkata lagi sambil ter-aduh2, "Sin Hian Pit Kip berada .... berada dibawah pembaringan ...aduuhh ... suhu !"

Mendengar itu, Ban Hoa Ciang Mo tertawa ber-gelak2 dia mengibaskan kipasnya yang ditutup, lalu katanya: "Terima kasih nah, aku pergi dulu ! Jika memang keteranganmu itu benar, aku akan kembali kemari untuk membinasakan kalian, agar penderitaan kalian tidak bertambah lama ! Tetapi jika ternyata  keteranganmu  itu  dusta,  hemm,  hemm,  tentu  saja penderitaan kalian akan berlipat lebih berat...!" Dan setelah berkata begitu, tampak Ban Hoa Ciang Mo menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat akan berlalu.

Namun disaat itulah sebutir batu telah melesat lewat didepan mukanya, disusul dengan kata2 : ”Jangan pergi dulu !"

Ban Hoa Ciang Mo jadi terkejut, dia berhenti melangkah sambil memutar tubuhnya. Dihadapannya berdiri si pengemis yang tadi dilihatnya tengah tidur nyenyak.

”Hemm, engkau ingin mencampuri urusan ini, pengemis butut ?" tanyanya dengan suara dingin, ”Rupanya tadi kau pura2 bodoh dengan tidur2 anjing...!"

Sin Kun Bu Tek tertawa dingin. ”Engkau masih demikian muda usia, tetapi hatimu kejam melebihi serigala...! Tentu manusia seperti engkau ini akan meminta korban yang jauh lebih banyak lagi, maka jika tidak disingkirkan, akan  membawa bahaya yang sangat besar...!"

”Hemm...!" tertawa pelajar yang bergelar Ban Hoa Ciang Mo itu dengan suara yang dingin, mengandung kegusaran : ”Engkau tidak takut nanti menderita seperti mereka..?”

”Membasmi kebathilan dan kejahatan mengapa harus takut menderita ?” menyahuti si pengemis tua she Lo itu dengan suara gusar juga, ”Justru manusia2 berhati serigala seperti engkau yang harus disingkirkan dari permukaan bumi.." dan setelah berkata begitu, tampak Sin Kun Bu Tek ber-siap2 untuk melancarkan serangan sambil melanjutkan perkataannya; ”Nah, mulailah !"

Ban Hoa Ciang Mo tertawa dingin, dan dia berkata tawar : ”Tidak perlu tergesa gesa untuk menerima maut !" katanya mengejek. ”Hemmm, nanti setelah engkau merasakan enaknya jarum  Pek  Kut  Ciam-ku  itu,  engkau  baru  mengerti,  betapa permintaan maaf dan ampun kepada Ban Hoa Ciang Mo sangat penting sekali..”

Tetapi Sin Kun Bu Tek sama sekali tidak takut, dia telah ber-siap2 untuk melancarkan serangan.

Sedangkan Ban Hoa Ciang Mo telah mengibaskan kipasnya yang dibukanya kembali, di-gerak2kan dengan sikap seperti orang yang tengah mengipas.

Setelah itu, tangan kirinya diangkat sampai kedepan dadanya, dia juga tersenyum dengan sikap yang mengejek, katanya, ”Sial sekali hari ini aku harus berurusan dengan pengemis jorok menjijikkan seperti kau. majulah."

Sin Kun Bu Tek tidak berlaku segan2 lagi, tadi dia telah menyaksikan betapa Ban Hoa Ciang Mo memang merupakan iblis yang sangat kejam sekali, disamping itu dia juga melihat salah seorang korbannya, tubuhnya telah di-potong2. Maka sekarang dia melancarkan serangan dengan tidak sungkan2 lagi dia telah menyalurkan tenaga lwekangnya dikedua kepalan tangannya sebanyak delapan bagian.......sehingga serangannya itu sangat berbahaya sekali, karena jika saja serangan itu menghantam batu, tentu batu itu akan terhajar hancur.....

Tetapi Ban Hoa Ciang Mo sama sekali tidak jeri menghadapi Sin Kun Bu Tek, dia menantikan waktu kepalan tangan lawannya hampir tiba, baru dia menggerakkan kedua tangannya secara aneh sekali, yaitu tangan kirinya yang tadi diangkat kedepan dadanya dikibaskan ke depan dan kipasnya itu dipergunakan untuk menunjuk kepada Sin Kun Bu Tek.

Terjadilah suatu peristiwa yang sangat aneh sekali yang membuat Sin Kun Bu Tek kaget bukan main, karena tahu2 tubuhnya seperti diterjang suatu kekuatan yang tidak tampak, dan badannya itu telah terpelanting bergulingan diatas tanah. ”Ilmu hitam !" berseru Sin Kun Bu Tek dengan suara tertahan.

Sebagai seorang pendekar ternama didunia rimba persilatan, yang memiliki pengalaman luas, Sin Kun Bu Tek mengetahui bahwa serangan yang dilakukan lawannya itu bukan dengan mempergunakan tenaga dalam, melainkan mempergunakan semacam ilmu gaib aliran hitam. Maka sebelum tubuhnya tiba didekat si pelajar, justru dia merasakan seperti menubruk selapis dinding tebal yang kuat yang membuat dia terpental.

Ban Hoa Ciang Mo telah tertawa mengejek.

”Bagaimana ?" tanyanya sambil menggerak gerakkan kipasnya dengan sikap acuh tak acuh meremehkan si pengemis.

”Hemm, ilmu hitam seperti itu memang bisa me-nakut2i anak kecil, tetapi untuk aku tidak !" berseru Sin Kun Bu Tek bukan berdiam diri saja, dia telah melompat dan melancarkan serangan lagi dengan mempergunakan sekaligus kedua tangannya.

Dalam keadaan gusar dan marah, dia telah melancarkan serangan dengan mempergunakan ilmu Pukulan Rajawali.

Gerakan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek rupanya mengejutkan Ban Hoa Ciang Mo juga.

Dia melihat si pengemis seperti tidak takuti lagi ilmu hitamnya, maka pelajar ini menyadari bahwa lawannya memiliki ilmu bathin dan latihan lwekang yang cukup kuat.

Maka Ban Hoa Ciang Mo telah berlaku hati2, dia mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali dan telah menusuk dengan kipasnya.

Tetapi Sin Kun Bu Tek kali ini telah berwaspada, dia mengetahui bahwa lawannya ini memiliki ilmu hitam yang bisa dipergunakan    melumpuhkan    lawan,    maka    si    pengemis mengerahkan lwekangnya dan memusatkan seluruh perhatiannya, waktu Ban Hoa Ciang Mo membentak : ”Rubuh

!" si pengemis menghentakkan kepalanya untuk melenyapkan pengaruh ilmu hitam itu, yang termasuk sejenis ilmu sihir juga.

Dengan hentakan kepala begitu, Sin Kun Bu Tek berhasil melenyapkan pengaruh ilmunya Ban Hoa Ciang Mo, sehingga serangan yang dahsyat itu telah menyambar terus dengan cepat.

Ban Hoa Ciang Mo jadi semakin sangat gusar melihat usahanya kembali gagal untuk merubuhkan pengemis itu, dengan cepat dia melompat kesamping, mulutnya telah berkemak kemik pula disaat berhasil meloloskan diri dari gempuran Sin Kun Bu Tek, lalu dia mengibaskan kipasnya pula dengan beruntun. Gerakannya memang benar2 aneh, karena gerakannya itu bukan menyerupai gerakan silat, melainkan gerakan2 tangan yang dipenuhi oleh pengaruh2 sihir.

Walaupun Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan yang gencar, tidak satupun dari serangan2nya itu yang bisa mengenai sasarannya. Sehingga membuat Sin Kun Bu Tek tambah penasaran dan heran.

Dia tidak mengerti, setiap tenaga serangannya hampir mengenai diri Ban Hoa Ciang Mo, selalu pula serangan itu membalik dan lenyap, bagaikan disekeliling diri Ban Hoa Ciang Mo terlindung lapisan dinding yang tidak tampak.

Si pengemis tua she Lo mengenal bahwa itu adalah ilmu hitam yang kuat sekali sebab si pelajar ganas itu melindungi dirinya dengan rapat.

Dengan penasaran yang me-luap2, tampak Sin Kun Bu Tek telah menggerakkan lagi kedua tangannya, dia telah mengibas berulang kali dengan kepalan tangannya, untuk menggempur pertahanan Ban Hoa Ciang Mo. Kedua orang itu telah bertempur dengan seru dan dahsyat, dengan gerakan2 yang agak aneh, sebab yang seorang mempergunakan kekuatan lwekang dengan jurus2 ilmu pukulan biasa, sedangkan yang seorangnya lagi mempergunakan ilmu hitam, yang aneh dan sulit dicernakan oleh pikiran sehat si pengemis.

Ban Hoa Ciang Mo juga bukannya tidak berkuatir, dia heran ilmu hitamnya tidak membawa pengaruh apa2 terhadap diri si pengemis, dia telah beberapa kali menyalurkan ilmu hitamnya itu dengan gerakan2 yang sangat ketat dan aneh namun kenyataannya selalu gagal, si pengemis dapat memunahkan semua pengaruh ilmu sihirnya itu dengan menggigit bibirnya atau lidahnya. Rasa sakit pada lidah dan bibirnya itulah yang telah membuat Sin Kun Bu Tek sulit dipengaruhi oleh  kekuatan sihir dari lawannya tersebut.

Waktu Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan dan gempuran keras pula, tiba2 Ban Hoa Ciang Mo telah mengeluarkan suara pekik yang cukup nyaring, nadanya aneh sekali dan telinga Sin Kun Bu Tek jadi merah panas, jantungnya bergoyang keras, darahnya mendesir dan hatinya berdebar keras.

Si pengemis tua Lo Ping Kang kaget bukan main, dia merasakan perobahan pada dirinya itu. Yang membuat dia lebih kaget lagi justru ketika dia menyaksikan Sin Han yang tengah berdiri dibawah pohon, telah terjungkel rubuh pingsan waktu Ban Hoa Ciang Mo memekik begitu.

Tetapi Sin Kun Bu Tek menyadarinya bahwa dia tidak boleh terpecah perhatiannya.

Sedikit saja dia terpengaruh oleh ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo, tentu dia akan menghadapi kecelakaan yang tidak kecil. Dengan cepat Sin Kun Bu Tek mengempos semangat murninya, dia menggigit lidahnya cukup keras sampai menimbulkan perasaan sakit.

Namun pengaruh ilmu hitam itu tidak juga lenyap, masih mempengaruhi dirinya, sehingga pengemis ini merasakan jantungnya tergoncang keras, dengan muka terasa panas mengejang.

”Celaka !" mengeluh Sin Kun Bu Tek dengan suara tertahan. Dengan saat itu Ban Hoa Ciang Mo juga telah mengeluarkan suara pekikan lagi seperti tadi, kedua tangannya di-gerak2kan.

Selanjutnya terjadi peristiwa yang tambah mengejutkan hati Lo Ping Kang, karena dia merasakan betapa serangan kedua tangannya selalu berobah arah. Jika dia bermaksud menyerang kepala Ban Hoa Ciang Mo, maka tangannya itu telah meluncur menghantam sisi pinggang pelajar ganas itu, jika dia mengincer sasaran didada Ban Hoa Ciang Mo, maka dia justru menyerang perut lawannya.

Sin Kun Bu Tek menyadarinya bahwa dirinya telah terjatuh dalam pengaruhnya pelajar yang bergelar Ban Hoa Ciang Mo itu (si Tangan Iblis Berlaksa Bunga).

Hati Sin Kun Bu Tek jadi kecut, dia telah berusaha mengempos terus semangatnya. Tetapi waktu Ban Hoa Ciang Mo memekik untuk ketiga kalinya sambil meng-gerak2kan tangan kiri dan kanan seperti orang yang tengah mendayung, gerakan tubuh Sin Kun Bu Tek semakin tidak leluasa, dia merasakan sepasang tangannya itu seperti telah dikuasai oleh kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Si pengemis jadi mengeluh dan berkuatir.

Ban Hoa Ciang Mo telah mengeluarkan suara tertawa yang keras sekali : ”Hemmmm, tidak lama lagi engkau tentu akan memohon-mohon ampun dariku...tetapi disaat itu, hahahaha, tentu engkau akan merasakan enak Jarum Pek Kut Ciamku !!"

Dan setelah berkata begitu, kembali Ban Hoa Ciang Mo memekik untuk keempat kalinya, pekikannya itu menyerupai suara tertawa dan suara tangisan. Dia menyalurkan ilmu hitamnya itu lewat suara pekikannya, untuk mempengaruhi lawannya.

Sin Kun Bu Tek seketika merasakan sepasang lengannya jadi lemas seperti tidak bertenaga, begitu juga sepasang lututnya lemas bagaikan tidak memiliki kekuatan lagi, maka tanpa ampun lagi pengemis itu telah rubuh terjungkel berlutut ditanah!

Ban Hoa Ciang Mo tertawa keras.

”Lihatlah !" katanya dengan suara yang menyeramkan sekali. ”Dengan demikan, dekat pula saatnya engkau akan merasakan hebatnya Ban Hoa Ciang Mo. tetapi aku justru menghendaki engkau binasa dan menderita per-lahan2 !!”

Rupanya Ban Hoa Ciang Mo bicara tidak main2, dia tidak mau cepat2 menyiksa Sin Kun Bu Tek seperti  korban2nya yang lain. Dia juga mengeluarkan jarum beracun Pek Kut Kiamnya, dia telah membentak keras dengan suara memekik tadi tubuhnya tahu2 me-liuk2 dan kedua tangannya telah digerakkannya.

Sin Kun Bu Tek yang merasakan seluruh tenaganya seperti telah melompat berdiri, lalu me-nari2.

Keruan saja hati Sin Kun Bu Tek jadi terkejut dan gelisah sekali, karena tangannya itu bergerak diluar kehendaknya, dia me-nari2 terus.

Si pengemis berusaha menindih getaran dari suara pekikan Ban Hoa Ciang Mo itu dengan hentak kepala dan mengempos semangat     murni     maupun     lwekangnya,     tetapi     selalu

2 gagal...walaupun dia telah menggigit lidahnya cukup keras, sampai mengeluarkan darah, pengaruh ilmu hitam dari lawannya itu masih belum juga dapat dilenyapkannya...tangan dan kakinya tetap ber-gerak2 diluar kehendak hatinya.  Ban Hoa Ciang Mo menyelesaikan gerakan tangannya dengan pekikan lagi, tubuh Sin-Kun Bu Tek seperti tertendang suatu kekuatan yang sangat kuat sekali, dan terpental kebelakang kejengkang rubuh dengan mengeluarkan jeritan yang menyakitkan hati !

Keadaan Sin Kun Bu Tek memperlihatkan bahwa dia telah kena pengaruh oleh kekuatan ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo, karena diluar keinginannya, waktu dia terjungkel rubuh disaat itu juga dia telah tertawa walaupun sesungguhnya dia

merasakan sekujur tubuhnya sakit bukan main.

”Habislah aku kali ini ....!" berpikir si pengemis didalam hatinya, dia juga tidak berdaya untuk memberikan perlawanan terhadap ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.

Ban Hoa Ciang Mo tertawa keras, dia telah melirik kepada Sin Han yang menggeletak diatas tanah dalam keadaan pingsan itu.

”Hemm, anak itu beruntung, dia telah kabur pingsan, sehingga tidak mendengar suara pekikanku yang dahsyat ....

sehingga dia tidak akan terpengaruh apa2, karena dalam keadaan pingsan tentu saja dia tidak mendengar suatu apapun juga."

Dan setelah menggumam begitu, tampak Ban Hoa Ciang Mo telah memandang kepada si pengemis tua Lo Ping Kang lagi, dia berkata dengan suara dingin: ”Sekarang tiba saatnya engkau harus mengalami siksaan dariku, karena mulutmu yang lancang dan sikapmu yang kurang ajar!" Mulut Ban Hoa Ciang Mo berkemak-kemik lagi perlahan, dia menggerakkan tangan kanannya, dan menghentak keatas: ”Bangun !" bentaknya dengan keras.

Aneh sekali, tubuh Sin Kun Bu Tek seperti dikuasai suatu kekuatan aneh yang memaksa dia melompat berdiri, gerakan tubuhnya seperti juga robot yang telah menuruti saja perintah Ban Hoa Ciang Mo.

Walaupun dalam pengaruh ilmu hitam, tetapi disebabkan Sin Kun Bu Tek merupakan jago yang memiliki lwekang tinggi sekali, maka kesadaran pikirannya belum lenyap semuanya. Dia telah berpikiran keras untuk melawan pengaruh ilmu hitam itu. Hanya sayangnya beberapa kali usahanya itu gagal.

”Tampar mukanya sendiri sebanyak sepuluh kali," perintah Ban Hoa Ciang Mo dengan suara yang bengis.

Hati Sin Kun Bu Tek menolak perintah itu, justru karena tangan kanannya telah terangkat diluar kehendaknya, dan bergerak menempeleng mukanya sendiri sebanyak sepuluh kali, sampai mengeluarkan suara plak plok yang keras sekali, sebab dia telah menempelengnya dengan kuat sampai mukanya itu bengkak. Tetapi dia tidak menderita sakit, bahkan diluar keinginannya diapun telah tertawa keras. Sikapnya itu seperti juga orang tidak waras.

Dengan cepat sekali Ban Hoa Ciang Mo telah membentak lagi: "Cakar mukamu. ”

Diluar keinginannya lagi, kedua tangan Sin Kun Bu Tek telah mencakari mukanya berulang kali, sampai mukanya itu bergaris terkena cakaran dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Ban Hoa Ciang Mo tertawa ber-gelak2, ”Bagus! Bagus!" katanya dengan suara nyaring. ”Hmm, rupanya engkau seorang yang patuh sekali pada perintah pengemis jorok!" Dan setelah berkata begitu, Ban Hoa Ciang Mo berkemakkemik lagi, ingin memerintahkan si pengemis Sin Kun Bu Tek menyiksa dirinya sendiri dengan pengaruh ilmu hitamnya. Tetapi disaat itu Sin Han telah tersadar dari pingsannya, dia telah melihat keadaan muka gurunya yang berlumuran darah, sehingga anak itu terkejut, dia berteriak : ”Suhu... kenapa kau

?"

Ban Hoa Ciang Mo yang tengah membacakan mantera2nya segera menoleh kepada Sin Han, dan dalam kesempatan yang hanya beberapa detik itulah, disaat Ban Hoa Ciang Mo berhenti membaca manteranya, Sin Kun Bu Tek cepat2 mengulurkan tangan kanannya, dia telah memasukkan jari telunjuknya, yang ujungnya digigit keras2, sampai ujung jari tangan itu mengucurkan darah. Dan gigitan pada ujung jari tangannya itu justru telah menyebabkan Sin Kun Bu Tek menderita kesakitan yang mendatangkan kesadaran pikirannya, sehingga dirinya bebas dari pengaruh ilmu hitam Ban Hoa Ciang Mo.

Sin Kun Bu Tek menyadari juga bahwa keselamatan jiwanya hanya tergantung pada waktu yang hanya beberapa detik itu, jika dia tidak mempergunakan sebaik mungkin, tentu di-waktu2 mendatang sulit baginya untuk meloloskan diri dari pengaruh ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.

Dengan mengeluarkan suara teriakan marah Sin Kun Bu Tek telah menerjang menghajarkan kedua kepalan tangannya itu ke dada Ban Hoa Ciang Mo, dia memukul dengan mempergunakan seluruh kekuatan lwekang yang ada padanya. Ban Hoa Ciang Mo jadi kaget bukan main, dia sampai mengeluarkan teriakan tertahan karena dia tidak menyangka bahwa Sin Kun Bu Tek bisa meloloskan diri dari pengaruh ilmu hitamnya itu dan diapun sedang tidak bersiap siaga, sehingga dengan ter-gesa2 dia ingin mengelakkan diri dari gempuran itu. Namun disebabkan tadi perhatiannya terpecah kepada Sin Han, maka dia tidak berhasil mengelakkan serangan mendadak Sin Kun Bu Tek, kepalan tangan si pengemis telah menggempur keras sekali dada dari pelajar yang ganas dan memiliki ilmu hitam itu, sampai memperdengarkan suara "krekkkk", karena ada tulang dadanya yang patah.

Ban Hoa Ciang Mo telah mengeluarkan pekik kesakitan, tubuhnya terpental dan terbanting ditanah, bergulingan beberapa tombak.

Sin Kun Bu Tek tidak mem-buang2 kesempatan yang ada, karena Sin Kun Bu Tek tahu, jika sampai si pelajar yang ganas itu sempat mempengaruhi dirinya dengan ilmu hitamnya, habislah harapannya untuk lolos. Kembali dia menerjang sambil mengirimkan pukulan dengan kepalan tangannya yang telah disaluri oleh tenaga sinkangnya.

Gerakan itu mendatangkan angin yang berkesiuran sangat keras sekali, sehingga Ban Hoa Ciang Mo yang semula bermaksud akan membaca manteranya lagi, jadi batal dan cepat2 mengelakkan diri.

Sin Kun Bu Tek mendesak terus tanpa memberikan kesempatan kepada lawannya walaupun sedetik, ber-turut2 dia melancarkan serangan2 yang mematikan, sebab Sin Kun Bu Tek bertekad jika dia dapat dia ingin membinasakan lawannya itu.

Ban Hoa Ciang Mo yang melihat kenekadan lawannya yang telah begitu rupa, dengan cepat merogoh saku bajunya, karena dia yakin jika harus menghadapi pukulan Sin Kun Bu Tek dengan kepalan tangan biasa, tentu dia tidak akan sanggup, karena kekuatan lwekangnya masih berada dibawah tingkat Sin Kun Bu Tek. Begitu tangannya ditarik keluar dari saku jubahnya, dia telah membanting sesuatu ditanah, segera terdengar ledakan keras sekali. Sin Kun Bu Tek yang tengah menerjang maju jadi kaget bukan main, apa lagi berbareng dengan terdengar suara ledakan itu, juga mengepul asap hitam yang tebal sekali disekitar tempat itu, menghalangi pandangan matanya, dia tidak berhasil melihat dimana beradanya Ban Hoa Ciang Mo.

Dengan hati yang tergoncang keras, Sin Kun Bu Tek telah melompat mundur melepaskan diri dari gulungan asap hitam itu, kemudian mementang matanya lebar2, dia mengawasi sekitar tempat itu men-cari2 Ban Hoa Ciang Mo. Tetapi pelajar yang ganas itu telah lenyap, rupanya dia telah melarikan diri.

Setelah yakin bahwa Ban Hoa Ciang Mo telah berlalu, tubuh Sin Kun Bu Tek jatuh duduk lemas tidak bertenaga, tetapi dia bisa menghela napas lega.

Sin Han cepat2 memburu gurunya, untuk memayangnya membawanya ke bawah sebatang pohon yang rimbun.

”Berbahaya ! Berbahaya !" mengeluh si pengemis dengan suara gemetar, karena baru saja dia lolos dari bahaya yang benar2 mengerikan. Jika saja dia tidak berhasil meloloskan diri dari pengaruhnya ilmu sihir Ban Hoa Ciang Mo, niscaya akan membuat dia menderita, dan menemui kematian dengan bersengsara. Ban Hoa Ciang Mo ganas dan bertangan telengas sekali, sedangkan kedua orang yang tadi ber-teriak2 kesakitan dengan bergulingan ditanah, saat itu sudah tidak berkutik lagi, diam kaku tanpa bernapas lagi, karena jiwa mereka telah melayang..........

”Sungguh berbahaya manusia itu !! Dia benar2 seperti iblis yang menakutkan ! Jauh lebih menakutkan dari Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun. Pelajar itu benar2 ganas sekali. !"

Sin Han jadi memandang bengong kepada gurunya, dia telah   berkata   dengan   suara   ragu2:   ”Sekarang      sekarang

bagaimana   suhu   ?   Apakah   luka2   di   muka   suhu   harus dibersihkan dengan air ? biarlah aku mencari air disekitar tempat ini. !"

Si pengemis mengangguk, dia memberikan secarik kain kepada muridnya, dan Sin Han ber-lari2 mencari sungai, guna membasahi carikan kain itu.

Kebetulan sekali ditempat yang terpisah tidak begitu jauh, anak ini menemui sungai yang airnya jernih, segera Sin Han merendam kain itu, dan membawa ke gurunya untuk menyusut darah yang mengucur dari mukanya.

Setelah memborehkan semacam obat pada lukanya itu, si pengemis mengajak muridnya berlalu dengan cepat, sebab dia kuatir  kalau2  Ban  Hoa  Ciang  Mo  muncul  kembali   sampai

kedua orang yang telah menggeletak menjadi mayat itu tidak sempat lagi dikubur oleh Sin Kun Bu Tek, karena pengemis inipun dikejar perasaan ngeri membayangkan bahwa tadi dia telah kena dipengaruhi oleh ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.

Sesungguhnya Ban Hoa Ciang Mo tadi waktu didesak oleh serangan2 dahsyat si pengemis yang bergelar Kepalan sakti Tanpa Tanding itu, dia melihat bahwa percuma berurusan dengan Sin Kun Bu Tek, karena dia tengah memiliki kitab ”Sin Hiat Pit Kip", yang menurut pengakuan dari salah seorang diantara kedua orang korbannya, kitab itu diletakkan dibawah pembaringan guru si korban. Inilah yang membuat Ban Hoa Ciang Mo mau menyudahi pertempuran dengan pengemis dan dia bermaksud untuk lebih dulu mengambil kitab pusaka yang tampaknya sangat penting sekali bagi dia..... Jika tidak, walaupun Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian dua kali lipat lebih tinggi dari sekarang, tentu pengemis itu tidak akan lolos dari pengaruh ilmu sihirnya.

Sin Kun Bu Tek mengajak Sin Han berlalu dengan tergesa gesa untuk menjauhi tempat itu. Setelah melakukan perjalanan belasan lie mereka sampai dipermukaan sebuah kampung kecil, yaitu Ban Hoo cung.

Si pengemis mengajak Sin Han mencari rumah penginapan, karena Sin Kun Bu Tek perlu beristirahat disamping merawat luka2nya, dia pun harus melatih lwekangnya yang telah tergempur, karena dia telah mempergunakannya melebihi dari takaran yang semestinya.

Sin Han melihat gurunya duduk bersemadhi melatih lwekangnya didalam kamar rumah penginapan tersebut. Dia mengetahui dalam keadaan seperti itu tentu gurunya tidak mau diganggu.

Maka Sin Han hanya diam saja mengawasi gurunya yang tengah melatih lwekangnya itu, dan hati anak ini jadi ngiris melihat luka2 bekas cakaran dimuka gurunya. Diam2 Sin Han jadi berpikir keras, kepandaian Ban Hoa Ciang Mo benar2 hebat sekali, dan anak ini tidak mengetahui entah siapa yang bisa menguasai manusia yang berhati kejam itu.....

Setelah duduk bersemadhi hampir dua jam, akhirnya si pengemis melompat turun dari pembaringan, dia bilang kepada muridnya: ”Untung saja aku tidak terluka didalam. "

”Apakah kepandaian Ban Hoa Ciang Mo itu benar2 hebat sekali, Suhu ?" tanya Sin Han.

Sang guru menggeleng perlahan.

”Kepandaian silatnya tidak seberapa, tetapi dia memiliki ilmu hitam yang menyerupai ilmu sihir, sehingga setiap saat bisa menguasai korbannya. Dengan sendirinya, dia bisa saja mempengaruhi lawannya itu tidak memiliki tenaga, dan menyebabkan lawan itu mudah sekali dirubuhkan. !!"

Sin Han bengong saja tidak mengerti, karena dia belum mengetahui apa itu perbedaannya antara ilmu silat dengan ilmu hitam yang menurut gurunya hampir mirip2 dengan ilmu sihir......

Malam itu mereka tidur tidak tenang. Lebih2 Sin Kun Bu Tek, karena pengemis ini kuatir kalau2 Ban Hoa Ciang Mo akan muncul disetiap waktu dengan tiba2 sekali. Sedangkan Sin Han pun jadi tidur gelisah, karena sering kali dia melihat gurunya itu melompat dari pembaringannya dan memasang pendengarannya baik2 seperti sedang mendengarkan sesuatu.

Keadaan gurunya ini membuat Sin Han tambah berkuatir dan tidak tenang. Tetapi sebagai seorang anak yang belum dewasa, tentu saja Sin Han juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya, selain bingung.

Keesokan paginya, Sin Han dan Sin Kun Bu Tek bersantap diruang depan rumah penginapan itu.

Waktu itu orang yang tengah bersantap di ruangan tersebut tidak banyak, hanya tampak empat orang disebuah meja sebelah kanan, merekapun berpakaian sebagai penduduk biasa saja, bukan dari kalangan Kang ouw.

Ketika Sin Han dan gurunya tengah bersantap, tiba2 dipintu rumah makan itu telah datang seorang lelaki berusia diantara lima puluh tahun, pakaiannya sebagai seorang petani, tetapi justru anehnya dipinggangnya membawa sebatang golok. Mukanya kurus panjang, tetapi dengan alis yang tebal dan mata yang tajam, dia tampaknya gagah sekali.

Dipanggilnya seorang pelayan rumah makan dan memesan agar dipersiapkan empat meja makan dengan empat puluh macam masakan yang mahal. Semua harga pesanannya itu segera dibayarnya dengan menyerahkan dua buah goanpo kepada si pelayan.

”Lebihnya boleh kau ambil !" katanya kepada si pelayan. Tentu saja pelayan itu jadi kegirangan, sisa dari pembayaran itu mungkin masih lebih sepuluh tail. Seumur hidupnya belum pernah pelayan tersebut menerima hadiah sebesar itu, maka dia telah mengucapkan terima kasihnya berulang kali.

Sedangkan lelaki yang berpakaian sebagai petani itu telah mengambil tempat duduk di-meja sebelah barat, didekat jendela, dia mengawasi kearah luar.

Waktu orang berpakaian petani itu melangkah masuk ke ruangan makan ini, Sin Kun Bu Tek telah menundukkan kepalanya dalam2, dia juga bilang kepada Sin Han dengan suara yang perlahan sekali : ”Jangan melihati dia..kita harus cepat2 berlalu...!"

Tetapi disebabkan orang berpakaian petani itu justru duduk dimeja sebelah barat, yang letaknya berdekatan dengan meja Sin Kun Bu Tek, sehingga tidak leluasa si pengemis mengajak muridnya itu berlalu. Kalau dia berdiri untuk meninggalkan meja itu, tentu orang berpakaian sebagai petani itu akan  melihat mereka dan akan memperhatikannya, karena orang itu belum disibuki oleh barang2 santapannya yang belum dihidangkan.

Maka dari itu Sin Kun Bu Tek telah meneruskan makannya dengan kepala yang tertunduk dalam2 dia berdiam diri saja.

Sin Han yang melihat sikap gurunya itu jadi heran bukan main, dia telah mengawasi saja. Walaupun Sin Han bermaksud menanyakan mengapa gurunya bersikap seperti itu, tetapi disebabkan melihat keadaan gurunya serupa itu Sin Han membatalkan maksud hatinya. Dia hanya meneruskan santapannya per-lahan2 dengan hati diliputi oleh tanda tanya, pikirannya juga jadi bekerja : ”Orang2 rimba persilatan ternyata memiliki banyak sekali persoalan yang aneh2.  selama ini, hanya dalam beberapa bulan saja aku telah melihat dan mengalami banyak peristiwa yang aneh2. "

Setelah melihat orang yang berpakaian seperti petani itu repot bersantap dan meminum arak, Sin Kun Bu Tek memberi isyarat kepada muridnya agar berlalu. Dia telah melambaikan tangannya kepada seorang pelayan, dan membayarnya tanpa menanti pelayan itu menyebutkan harga makanan itu.

”Sisanya kau ambil !" kata Sin Kun Bu-Tek dengan suara perlahan.

Si pelayan tertegun. Waktu kemarin Sin Kun Bu Tek dan Sin Han datang bermalam, mereka meremehkan dan bahkan merasa jijik, namun Sin Kun Bu Tek telah membayar terlebih dulu uang sewa kamar itu, sehingga mereka tidak bisa menolak pengemis ini dan muridnya. Dan sekarang diberi hadiah uang kembaliannya yang cukup banyak, mungkin hampir belasan tail perak, pelayan itu jadi kaget bercampur girang, sampai dia mau menduga bahwa pengemis ini adalah seorang hartawan yang tengah menyamar sebagai pengemis.....

Tanpa mengatakan suatu apapun juga, Sin Kun Bu Tek bangkit berdiri, menarik Sin Han yang ingin diajaknya kembali ke kamarnya.

Waktu itulah orang yang berpakaian petani itu telah mengangkat kepalanya, dia memandang ke arah Sin Kun Bu Tek dan dari mulutnya terdengar seruan perlahan. Tetapi kemudian orang itu telah menundukkan kepalanya lagi, dia meneruskan makannya tanpa memperdulikan Sin Kun Bu Tek.

Waktu Sin Kun Bu Tek mendengar seruan perlahan orang itu, muka si pengemis jadi berobah pucat pias, tampaknya dia kaget dan seperti ketakutan.

Sin Han jadi tambah heran, dia hanya menuruti ajakan gurunya kembali ke kamar mereka.

2 Setelah mengunci pintu kamar, Sin Kun Bu Tek menghela napas dalam2.

”Mengapa kita bisa bertemu dengan dia ?” tanya Sin Kun Bu Tek seperti kepada dirinya sendiri.

”Engkau melihat orang yang berpakaian seperti petani, bukan ?" tanya Sin Kun Bu Tek kepada muridnya.

Sin Han mengangguk.

”Ya, yang mengambil meja disamping kita bukan ?" tanya Sin Han.

”Benar,” mengangguk Sin Kun Bu Tek, dan kembali dia menghela napas lagi.

”Tetapi sayang sekali jika melewatkan kesempatan ini...!" kata Sin Kun Bu Tek lagi, seperti menggumam seorang diri.

”Apa yang suhu maksudkan ?" tanya Sin Han heran.

”Aku maksudkan orang yang berpakaian sebagai petani itu. Dia seorang yang sangat hebat kepandaiannya, mungkin didalam rimba persilatan sulit mencari orang sehebat dia...Orang itulah yang bergelar Kim To Ong San (Raja Gunung Bergolok Emas), sedangkan namanya tidak diketahui jelas, karena tidak ada seorangpun yang mengetahui siapa  nama sebenarnya dari Kim To Ong San tersebut. "

”Lalu apa maksud suhu dengan mengatakan sayang jika melepaskan kesempatan. " tanya Sin Han.

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak segera menyahuti pertanyaan muridnya itu, karena dia mempermainkan jari telunjuknya yang terluka akibat gigitannya sendiri waktu menghadapi Ban Hoa Ciang Mo, yang saat itu telah mulai merapat kembali.

”Sebetulnya aku memikirkan kesempatan untukmu ! Jika engkau bisa berguru kepada Kim To Ong San, tentu engkau bisa memperoleh pelajaran ilmu silat kelas tinggi, bukankah kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik sekali ??" dan waktu berkata begitu Sin-Kun Bu Tek mengawasi muridnya kemudian dia menghela napas panjang dan melanjutkan kata2nya lagi: ”Tetapi sayangnya justru aku pernah bentrok dengannya, aku pun pernah dirubuhkannya dan bersumpah tidak akan hidup berdua dengan dia didunia ini. "

”Jika demikian, tentunya terdapat permusuhan diantara suhu dengan Kim To Ong San itu?" tanya Sin Han.

”Boleh dibilang begitu. " mengangguk si pengemis dengan

cepat. ”Tetapi buktinya sampai sekarang ini justru kami berdua masih berada didunia. !"

”Permusuhan apakah yang terdapat diantara suhu dengan orang itu ?" tanya Sin Han ingin mengetahui.

”Sebetulnya semua itu disebabkan watak dan sifat2 burukku juga...aku terlalu usil, sering mempermainkan orang dan lebih2 ketika berusia muda, waktu duapuluh tahun yang lalu jika mendengar ada orang gagah, aku mendatangi dan mengajak mengadu kepandaian ! Dan waktu itu aku mendengar Kim To Ong San memiliki kepandaian yang tinggi dan disegani lawan maupun kawan, maka aku mencarinya dan ketika bertemu dengannya aku telah memancing kemarahannya dengan perbuatan2 menggodanya, sehingga dia menjadi marah dan telah bertempur denganku. Kami bertempur dengan hebat, kepandaianku telah kupergunakan seluruhnya, namun kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa dia memang lebih unggul dan jauh lebih tinggi kepandaiannya. Akhirnya dia berhasil merubuhkan diriku dengan mudah. Disaat itulah, aku bersumpah akan mempelajari lebih rajin lagi ilmu2 silat tingkat tinggi dan juga bersumpah tidak akan hidup berdua dengannya dibumi ini. Tetapi sumpahku itu tidak terwujud, walaupun aku telah mempelajari dengan tekun melatih diri berbagai kepandaian      yang      hebat2      kenyataannya      selalu   aku dikalahkannya. Dua kali aku menyatroninya dan menantangnya, tetapi dua kali itu pula aku telah dirubuhkannya. Maka segera aku mengetahui, selamanya aku tidak mungkin dapat merubuhkan Kim To Ong San, karena semakin aku melatih diri dan memperoleh kepandaian yang jauh lebih tinggi, begitu juga dengan Kim To Ong San, yang tentunya akan melatih diri dan kepandaiannya mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali. Maka dari itu, untuk selamanya aku tidak mungkin bisa menandingi kepandaiannya, dan aku menjadi malu, aku tidak mau bertemu lagi dengan dia. Waktu tadi bertemu, diapun seperti terkejut sewaktu mengenali aku, tetapi diapun tidak mau mencari urusan..."

Sin Han mengangguk mengerti.

”Jika demikian, tentunya locianpwe itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali...!" katanya.

”Ya, kesempatan yang baik seperti itu sayang sekali jika dilewatkan...kalau saja aku tidak memiliki ganjalan apa2 dengan dia, bukankah bisa saja aku meminta dia menerimamu menjadi muridnya ? Dengan demikian, jelas engkau kelak akan menjadi seorang murid yang pandai..."

Tetapi Sin Han menggelengkan kepalanya.

”Tidak suhu, walaupun bagaimana aku tetap tidak mau berpisah dengan suhu. Walaupun Kim To Ong San memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi itu bukan menjadi sebab yang mengharuskan aku merasa beruntung jika bisa mengangkat dia menjadi guru. "

”Hemm," Sin Kun Bu Tek hanya mendengus saja dengan pikiran yang menerawang, sedangkan saat itu dia telah berpikir juga. ”Anak ini memiliki hati yang baik, dia tidak serakah dan kemaruk akan kepandaian. !" Dan setelah itu si pengemis tua Lo Ping Kang merebahkan dipembaringan untuk beristirahat.

Sin Han juga merebahkan dirinya dipembaringan satunya lagi, anak ini masih memikirkan sikap suhunya tadi.

Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, Sin Han yakin, jika dia bisa mewariskan kepandaian gurunya itu, itu pun telah lebih dari cukup baginya.

Karena berpikir begitu Sin Han telah melompat turun dari pembaringannya, dia mulai melatih jurus2 yang pernah diajarkan gurunya. Dengan cepat dia telah melatih dua puluh jurus, dan napasnya agak memburu.

”Suhu mengatakan, aku hanya mengerti kembang dari jurus2 ini saja...tidak mungkin dapat merubuhkan orang! Maka aku harus melatih lebih giat dan juga melatih tenaga dalam "

Waktu berpikir begitu, Sin Han segera teringat kepada ayahnya yang telah marhum dan dia jadi membayangkan, jika saja dia telah bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tentu dia bisa mencari musuh ayahnya itu untuk membalas dendam.

Dan Sin Han melatih diri lagi dengan beberapa jurus lainnya, sehingga akhirnya dia merasa letih dan berhenti melatih diri rebah beristirahat.

Tiba2 Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah tertawa, rupanya tadi dia tidak tidur.

”Bagus! Aku telah melihat engkau melatih diri dengan baik

! Semangatmu tinggi dan engkau telah mempelajari semua jurus2 yang kuwariskan itu dengan baik ! Sekarang mari kuajarkan lagi beberapa jurus lainnya."

Dan si pengemis Lo Ping Kang mulai menurunkan beberapa jurus yang baru pula kepada anak itu. Sin Han telah memperhatikan setiap keterangan gurunya dan kemudian melatihnya. Ada beberapa kesalahan yang dilakukannya, dan dia telah memperoleh petunjuk lagi dari gurunya, sampai akhirnya Sin Han berhasil menguasai jurus2 itu.

Tetapi waktu Sin Han ingin mengulangi lagi latihan2nya, disaat itulah tampak muka Sin Kun Bu Tek telah berobah.

”Diruang makan telah berdatangan banyak sekali tamu!" katanya kemudian. ”Mungkin orang2 yang di-nanti2kan Kim To Ong San !”

Sin Han heran.

”Bagaimana Suhu bisa mengetahui? Bukankah suhu berada di dalam kamar?" tanya anak itu.

”Tetapi aku mendengar dari suara2 langkah mereka, yang menunjukkan bahwa jumlah mereka sangat banyak," menyahuti Sin Kun Bu Tek.

”Oh, betapa tajamnya pendengaran suhu...." kata Sin Han kagum.

”Mari kita keluar untuk melihat !" ajak Sin Kun Bu Tek menarik tangan Sin Han, yang ingin diajaknya keluar.

Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya, dia telah mengikuti gurunya keluar dari kamar tersebut.

Waktu mereka sampai diruangan makan, memang ditempat itu telah berkumpul banyak sekali orang yang ber-macam2 pula cara berpakaian mereka, ada yang tinggi ada yang pendek. Mereka umumnya membawa senjata tajam, dan dilihat dari cara berpakaian mereka itu, rupanya mereka berasal dari dunia persilatan. Disaat itu, Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan seruan tertahan, dan bergumam perlahan : ”Mengapa disini bisa berkumpul demikian banyak jago2 ternama ?"

Dan setelah bergumam begitu, Sin Kun Bu Tek menarik tangan Sin Han, yang diajaknya berdiri dibelakang tiang diambang pintu rumah makan itu, untuk menyaksikan lebih jauh.

Tampak Kim To Ong San telah berdiri dari duduknya dan sedang ber-kata2 : ”Kalian rupanya menepati janji juga berkunjung menemui aku...!" suaranya nyaring dan keras sekali, diapun telah menyambut kedatangan orang2 itu, yang jumlahnya mungkin mencapai dua puluh orang, dengan merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat.

Tetapi kedua puluh orang itu telah memandang dengan sikap yang dingin, mereka berdiam diri saja tidak membalas hormat Kim To Ong San sedikitpun juga.

Salah seorang, yang berpakaian sebagai tojin, telah maju menghampiri lebih dekat Kim To Ong San, dia telah bilang: ”Apakah kita akan menentukannya disini. ?"

”Jangan," kata Kim To Ong San cepat. ”Justru aku yang rendah ingin menjamu kalian. Nanti baru kita menyelesaikan urusan dua tahun yang lalu itu. !"

Dan setelah berkata begitu, Kim To Ong San telah melambaikan tangannya memanggil seorang pelayan, yang cepat sekali menghampirinya.

”Sudah siapkah barang santapan yang kupesan ?" tanya Kim To Ong San kemudian.

”Sudah Loya......!" menyahuti pelayan itu. ”Dan semuanya masih hangat. !"

”Bagus ! Siapkan untuk tuan2 ini....!" kemudian Kim To Ong San telah menoleh kepada orang2 yang rupanya menjadi lawannya itu, katanya, ”Mari, silahkan tuan2 bersantap dulu...kali ini aku Kim To Ong San yang akan menjadi tuan rumah...!"

Segera dia mempersilahkan para orang2 gagah itu untuk duduk dibeberapa meja yang telah disiapkan lengkap dengan ber-macam2 barang santapan.

Tetapi orang yang berpakaian sebagai tojin itu telah berkata dengan suara yang dingin : ”Kedatangan kami bukan untuk makan, kami ingin menyelesaikan persoalan kita seperti yang telah kita janjikan...! Jika memang engkau tidak mau melakukan penentuannya disebuah tempat yang lapang dan terpisah dari keramaian, biarlah kita mengambil tempat disini saja...!" lalu tojin tersebut menoleh kepada si pelayan yang tengah menantikan tamu2nya itu mengambil tempat duduk. Dia telah merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah goanpo yang dilemparkan kepada pelayan itu, katanya : ”Ambillah untukmu dan singkirkan meja2 itu, buatlah sebuah papan pengumuman bahwa hari ini tidak menerima tamu...!"

Melihat tojin itu sulit diajak bicara, Kim To Ong San telah tertawa, sabar sekali sikapnya.

”Baiklah ! Rupanya tuan2 sudah tidak sabar lagi ! Silahkan para cuwie menentukan caranya, bagaimana kita ingin mengadu kepandaian ?"

”Terserah kepadamu saja ! Kami hanya menurutkan !" menyahuti Tojin itu dengan suara yang lebih dingin, dan agak bengis.

”Tetapi kalian datang dalam jumlah yang sangat banyak, sedangkan aku hanya seorang diri...terlebih lagi sekarang aku sebagai tuan rumah...maka silahkan tuan2 yang lebih dulu mengajukan cara2 yang baik untuk kita mengadu kepandaian

!!" Si Tojin tampaknya mendongkol mendengar perkataan Kim To Ong San, dia telah berkata dengan suara yang tawar : ”Walaupun aku Cin An Cinjin datang dengan sahabat2 yang cukup banyak, tetapi tentu aku tidak akan serendah itu main keroyokan dan berbuat pengecut...mereka datang hanya untuk menyaksikan, untuk menjadi saksi, siapa diantara kita nanti yang jauh lebih unggul ! Dua tahun lalu, dua orang saudara seperguruanku terbinasa ditanganmu, menurutku karena ilmunya tidak tinggi dan itu maka sekarang justru aku ingin melihatnya, apakah dengan memiliki kepandaian seperti sekarang ini aku bisa merubuhkan dirimu..."

Waktu ber-kata2 begitu Cin An Cinjin memperlihatkan sikap yang temberang sekali, dia telah berkata dengan angkuh sekali.

Dalam sekejap mata dia telah memancarkan sikap bermusuhan ber-siap2 untuk mulai melakukan pertempuran. Kawan2 tojin itu telah menyingkir kesamping, mereka berdiam diri dengan sikap yang dingin dan mata mereka memandang kearah Kim To Ong San dengan sikap bermusuhan.

Tetapi Kim To Ong San tetap tenang, sama sekali dia tidak merasa takut atau gentar melihat sikap mereka. Dia telah merangkapkan kedua tangannya dan menjura memberi hormat.

”Silahkan...!" katanya dengan suara yang perlahan. ”Silahkan...aku bersedia menantikan ajaran darimu...!" dan selesai berkata, tampak Kim To Ong San merentangkan tangannya untuk menerima serangan.

”Sreenggg..!" Cin An Cinjin telah mencabut senjatanya, sebatang pedang, dia telah mengibaskannya dan ber-siap2 untuk melancarkan serangan. Kemudian imam ini mengawasi kearah Kim To Ong San dengan tatapan yang tajam sambil katanya: "Jika aku yang melancarkan serangan kepadamu yang tidak bersenjata, itulah bukan perbuatan yang gagah, cabutlah Golok Emasmu. !"

Kim To Ong San memang memiliki senjata yang terbuat dari emas dalam bentuk sebatang golok, itulah sebabnya dia digelari sebagai Kim To Ong San. Mendengar perkataan lawannya, dia tertawa mengejek lalu katanya dengan suara yang datar : "Engkau yang meminta aku mempergunakan senjata, baiklah! Nah silahkan kau membuka serangan !" dan sambil berkata begitu, Kim To Ong San telah mencabut golok emasnya, sebuah golok yang pendek dan terbuat dari emas dicampur bahan campuran lainnya, berkilauan cemerlang sekali.

Disaat itu Cin An Cinjin mengeluarkan bentakan : ”Jaga serangan !" pedangnya telah berkelebat dengan cepat sekali,

dia telah melancarkan serangan2 yang sangat cepat dan gesit, pedangnya itu seperti juga seekor naga yang ber-kelebat2 dengan gerakan yang indah sekali, setiap gerakannya itu sangat berbahaya, karena justeru mata pedang telah mengincar bagian2 yang berbahaya ditubuh Kim To Ong San, seperti leher, mata dan perut.

Tetapi Kim To Ong San berusaha untuk mengelakkan diri dari serangan lawannya, dia hanya mengawasi saja betapa pedang lawan menyambar datang dengan mata pedang bergetar disaat serangan hampir sampai. Kim To Ong San dengan gesit sekali menggerakkan golok emasnya, dia telah menangkisnya dengan keras, sehingga terdengar suara "Tranggggg..!" yang nyaring sekali ! Pedang si tojin telah berhasil disampoknya dengan kuat, sampai pedang itu miring ke samping. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar