Pendekar Latah Bagian 50

 
Bagian 50

Betapapun besar dan tabah hati Hong-lay-mo-li, tak urung dia kaget dibuatnya. Cepat sekali disaat dia tertegun Kongsun Ki dengan gaya terduduk, tahu2 badannya mencelat mumbul "Brak" sekali pukul dia bikin jendela hancur, badannya melesat keluar dari jendela, ditengah udara dia bersalto sekali lalu menegakkan badannya, belum lagi kakinya menyentuh lantai kedua telapak tangan sudah terpentang masing2 menyerang kepada Hong-lay-mo-li dan Siau-go-Kian-kun.

Hong-lay-mo-li tidak berani melawan pukulan beracun, dalam kerepotannya tak sempat dia mencabut pedang, terpaksa dia ayun kebut melawan, "Bret" laksana cakar garuda jari2 tangan Kongsun Ki mencakar sobek lengan baju Hong- lay-mo-li, sementara Siau-go-Kian-kun menekan dengan kipas lempit, menahan pukulan Kongsun Ki.

Karena tergempur oleh kekuatan pukulan Hong-lay-mo-li tersurut mundur tiga langkah. Lekas Siau-go-Kian-kun gunakan kepandaian Su-nio-poa-jian-kln, namun dia hanya mampu punahkan enam tujuh bagian terjangan lawan, tak urung badannya sedikit tergeliat.

Begitu mengejar datang Kongsun Ki gelak2:

"Setelah kemari kenapa harus pergi? Hehe jangan kira aku tidak tahu akan kedatangan kalian? yang terang aku hanya kuatir kalian melarikan diri malah."

sembari bicara beruntun dia menyerang tiga jurus secara saling susul.

Dengan pedang dan kebutnya Hong-lay-mo-li melindungi badan seraya menyerang sejurus permainan pedangnya menusuk sembilan Hiat-to Kongsun Ki. Tapi dengan menjentik kelima jarinya, sekaligus terdengarlah suara rentetan nyaring, punggung pedang Hong-lay-mo-li kena dijentik sehingga sekali tusuk mengincar Hiat-to Hong-lay-mo-li patah ditengah jalan.

Bersamaan waktunya telapak tangan kiri dengan gerakan Toa-kin jian-jiu menyampuk pergi kipas siau-go-Kian-kun, untung dia bisa merubah permainannya dengan sigap, kalau tidak tentu kipasnya sudah tercakar robek-

Tempo hari mereka berdua masih lebih unggul, sekarang didalam jangka sepuluh jurus, terbalik mereka yang terdesak dibawah angin, hal ini menandakan bahwa Kongsun Ki benar- sudah sempurna meyakinkan kedua ilmu beracun itu, maka sengaja memancing mereka naik ke atas loteng.

Beruntun pukulan telapak tangan Kongsun Ki semakin keras bagai gugur gunung, malah baunya yang amis memualkan bikin napas orang sesak. Terpaksa Hong-lay-mo-li harus tumplek segala perhatian dan kembangkan kemahirannya untuk mempertahankan diri Namun demikian mereka terus mundur keluar pintu sampai mepet lankan.

Tiba2 siau-go-kiam kun membuka kipas mengebas kemuka Kongsun Ki, jurus ini seperti sengaja mempermainkan dan menghina, keruan Kongsun Ki naik pitam, pukulan telapak tangan tiba2 berubah cengkraman, maksudnya hendak menangkap dan menghancurkan kipas lawan.

Tapi dari samping pedang Hong-lay-mo-li menusuk tiba, tepat pada waktunya kipas siau-go-kian-kun tahu2 terkatup pula, ujung kipasnya melingkar mengincar Lau-kiong-hiat ditengahi telapak tangan Kongsun Ki-

inilah jurus perpaduan tunggal yang diyakinkan Hoa dan Liu berdua khusus untuk menghadapi Kongsun Ki, kerja sama kipas danpedang amat serasi dan rapat sekali, 13 Hiat-to besar Kongsun Ki menjadi sasaran utama dari serangan mereka.

sekarang Kongsun Ki sudah terhitung maha guru silat, melihat kedua lawannya serempak melancarkan ilmu tutuk tingkat tinggi yang digdaya, didalam waktu segenting itu tak terpikir olehnya dengan tipu apa dia harus mematahkannya, terpaksa dia tarik pukulan melindungi dada dengan serabutan telapak tangannya menderu keras, dia siap untuk adu kekuatan secara kekerasan dengan kedua lawannya.

Iwekang Kongsun Ki saat mana sudah lebih tinggi dari Liu dan Hoa dengan kekuatan pukulan telapak tangannya untuk melindungi badan, itu berarti dise-keliling badannya dia bangun pagar tembok dari besi baja yang kokoh.

Tusukan pedang Hong-lay-mo-li sampai bergetar keras dan mendengung seperti menusuk tempat kosong tapi tidak tembus malah tertolak balik, .....

Kejadian ini sama2 diluar dugaan kedua pihak- Kongsun Ki tidak nyana bahwa dikala terdesak diba-wah angin, kedua lawannya masih sempat dan mampu balas menyerang.

Demikian pula Liu dan Hoa tidak menyangka, perpaduan ilmu tutuk tunggal yang berhasil mereka kombinasi kan setelah diselami secara sempurna tetap lidak mampu menandingi kegarangan pukulan Kongsun Ki, paling hanya mendesaknya mundur setapak- Disaat orang mundur siau-go-Kian-kun sempat menghela napas, katanya:

" Kongsun Ki, kalau kau agulkan diri berilmu tinggi dan hendak menguasai dunia, kalau berani tiga hari lagi datanglah ke Hou-loan-san kita bertanding dalam pertemuan besar, pangcu dari Kaypang, Padri agung dari siau-lim-si sama2 hendak membuat perhitungan dengan kau? sekarang, kami mohon diri saja"

Kongsun Ki gelatos,

"o, jadi kalian kirim surat tantangan Hm Kau kira siau-lim-si dan Kaypang bisa buat menggertak Kongsun Ki? Baik, tiga hari lagi aku pasti bawa para saudara dari siang-keh-po ke Hou- loan-san. Tapi, kalian sendiri jangan anggap gampang mau pergi begitu saja siau-sumoay, sedikitnya kau berkasih mesra dulu denganku"

Pada ucapan "mesra", tiba2 Kongaun Ki pergencar serangannya, kelima jarinya mencengkram dan menangkap kearah dada Hong-lay-mo-li- sudah tentu Hong-lay-mo-li gusar pedangnya bergerak melintang memapas jurus orang, sementara siau-go-Kian-kun tersipu-lancarkan Keng-sin-ci- hoat dengan ujung kipas menutuk keurat nadi Kongsun Ki-

"TUrun" tahu2 Kongsun Ki menghardik dimana tenaga pukulannya dilontarkan sungguh bagai gugur gunung perbawanya, terdengar "prak - pletaks kayu lankan yang besar kokoh itu terhantam patah dan ber-hamburan, siau-go-kian- kun tak kuasa berdiri tegak lagi sehingga kakinya terjeblos terjungkal jatuh darl atas loteng.

Kongsun Ki tambahi dengan jentikan jari tengah, "creng" pedang mestika Hong-lay-mo-li diselentiknya pergi terus meraih menangkap kelengan bajunya.

Disaat2 genting dan dalam seribu kerepotan siau-go-kian- kun, kembangkan kepandaian tunggal yang tiada taranya. ditengah udara dia jumpalian seperti burung dara sehingga luncuran badannya ke bawah dapat lambat, dimana tangannya terulur kebetulan dia menarik Hong-lay-mo-li yang juga tengah melawang jatuh kebawah, Maka terdengar "bret" lengan bajunya tertarik robek oleh Kongsun Ki, namun tangannya tidak sampai terpegang.

Maka dengan bergandengan tangan Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li berbareng melayang turun kebawah diselingi gelak tawa Kongsun Ki. Tapi Kongsun Ki tidak segera lompat turun mengejar. Lekas Hong- lay-mo-li jemput pedangnya dan berdiri jajar siap menunggu tubrukan Kongsun Ki.

Walau kalah sejurus namun, mereka tidak terluka, masih kuat untuk bertarung dengan gigih.

sikap Kongsun Ki kelihatan amat congkak dan bersimaharaja, kelihatannya dia tidak akan memberi kelonggaran lagi kepada dua musuh buyutan ini. Tak nyana setelah gelak tawanya sirap, tiba2 dia merubah nada bicara:

"Mengingat hubungan perguruan, sekali lagi kuampuni jiwa kalian. Lekaslah kalian pergi"

sudah tentu pernyataan ini amat diluar dugaan, namun Hong-lay-mo-li tidak gampang dikelabui oleh kemunafikan orang namun diapun tak bisa meraba kenapa perubahan sikap prang begini cepat.

Pada saat itulah tiba2 terdengar suara mendesis, selarik sinar biru dari kembang api menjulang tinggi keangkasa dari ujung kanan sana.

Hong-lay-mo-li kaget melihat panah ular berapi itu, katanya:

"Bu-toako dan Hun-cici menghadapi lawan2 tangguh." kiranya panah ular berapi menjadi tanda diantara mereka

untuk saling minta bantuan mana perlu. Tak sempat Hong-lay-mo-li membuang waktu dan pikiran, katanya:

"Kongsun Ki, kau pengkhianat bangsa, terima menjadi antek musuh negara, membunuh istri melukai orang tua, tiada hubungan apa2 lagi diantara kami, surat tantangan sudah kusampaikan kami tunggu kedatanganmu di Hou-Loan-san"

Kongsun Ki tidak menjawab, bayangannya pun sudah tidak kelihatan diatas loteng, tentunya sudah kembali kekamar latihannya.

"surat tantangan sudah kami berikan, terserah dia berani datang. Marilah kita bantu Bu-toako lebih dulu"

Kini marilah kita ikuti Busu-tun dan Hun Ji Yan yang mengadakan penyelidikan dibelakang taman. Mereka bergerak menurut petunjuk peta, namun langkah mereka toh harus hati2.

Dikejauhan ada dua orang ronda, namun tidak melihat mereka, suasana hening lelap tidak kelihatan bayangan orang, Dikala mereka mengitari sebuah gunungan, untung jarak masih beberapa tombak, se-konyong2 puncak gunungan gugur dengan mengeluarkan suara gemuruh tiba2 sebuah batu sebesar meja melayang naik menindih kearah mereka.

Bu su-tun kerahkan tenaga raksasa, dengan kedua tangannya dia hantam dan dorong, sehingga batu besar itu mencelat kesamping dan jatuh hancur ber-keping2, lebih celaka lagi tahu2 dari balik gunungan gugur itu melesat hujan nanah yang tak terhitung banyaknya.

Bu su-tun membentak:

"Kepandaian kunyuk dapat berbuat apa terhadapku?" dengan melontarkan Kim-kong-ciang, beberapa kali

pukulan dia rontokan semua panah2 itu. Dari pojokan gunungan tiba2 melompat keluar la kis pendek kekar bergaman tongkat besi panjang yang besar dan berat.

Begitu menubruk keluar, laki2 pendek itu lantas mengumpat caci:

"Kau membunuh Baginda, mencelakai ayahku, merebut kedudukan menjabat Pangcu, bukankah perbuatan kurcaci rendah Nah, rasakanlah tongkatku "

dengan sejurus ui-liong-pay-hwee (naga hitam menggerakkan ekor) tongkatnya menyapu melintang. Betapa dahsyat daya sapuan tongkat ini sampai menerbitkan deru angin kencang.

"oh,jadi kau inilah putra Cu Tan-ho- Ayahmu punya kepandaian dan diturunkan kepadamu, sayang kepandaian tunggal Kay-pang belum kaupelajari dengan baik-baik-"

Bu su-tun lontarkan pukulan telapak tangan beradu dengan tongkat besi lawan. Lengan Bu su-tun bergerak membundar telapak tangannya memukul, telapak tangannya menghadap ke dalam, bergerak menuntun dan menarik, dari telapak tangannya se-olah2 mengeluarkan daya sedot yang keras.

Begitu tongkat lawan menyapu miring kesamping Bu su-tun lantas menekan dengan telapak tangan, "Tang" tongkat gede lawan kena ditonjoknya kesamping,jurus yang dimainkan Bu sutun dinamakan Poat-in-kian-jit (menyingkap mega melihat matahari), salah satu jurus tunggal yang mematikan dari Kim- kong-ciang-lat.

sudah tentu laki2 pendek lawannya ini pernah juga mempelajari ilmu ini, namun tak pernah terpikir olehnya didalam permainan Bu su-tun, jurus ini bisa begitu hebat perbawa-nya, keruan mencelos hatinya, tanpa kuasa dia tersurut tiga langkah-

Bu sutun berkata: "Kau dapat belajar sampai tingkat ini sudah lumayan.

Ayahmu menyelundup ke Kaypang membantu kelaliman dan menjadi mata2 didalam Kaypang, sehingga badan remuk nama hancur, kematiannya sesuai dengan dosa-dosanya.

Usiamu masih muda, belum banyak kejahatan yang kau lakukan asal kau mau serahkan dokumen rahasia yang tercuri oleh ayahmu, aku boleh ampuni jiwamu."

Kiranya laki2 pendek bertongkat ini adalah putra Cu Tan-ho yang bernama Ma Toa-ha. Rahasia baru terbongkar setelah Cu Tan-ho mati. Dokumen rahasia yang dimaksud adalah daftar cabang2 Kaypang diberbagai kota dan kecamatan diseluruh pelosok negeri.

Bahwa kedua ayah beranak ini berintrik serta bekerja demi kepentingan musuh bangsa, dosa mereka pantas dihukum mati, namun Busu-tun cukup bijaksana mau mengampuni jiwa orang bila mau menyerahkan dokumen rahasia yang tercuri itu.

Tapi sebagai bangsa Nuchen yang sudah gelap mata untuk setia kepada junjungan sendiri, sudah tentu Ma Toa-ha tidak akan mau dengar nasehat Bu su-tun, makinya gusar:

"Dendam kematian ayah harus dibalas. Walau aku bukan tandinganmujuga akan kulawan kau"

tongkat besinya terayun kencang laksana kitiran terus menghujam Bu su-tun dengan serangan gencar.

Bu su-tun geleng2 melihat kebawdelan lawannya, terpaksa dia tidak banyak bicara lagi, dengan mengembangkan Khong- jiu-jip-pek-to dengan dilandasi Kim-kong-ciang-lat dia hadapi rangsakan ilmu tongkat penakluk iblis Ma Toa-ha.

Hanya bertangan kosong Bu su-tun menghadapi rangsakan tongkat lawan, namun Ma Toa-ha tetap terdesak dibawah angin. Maksud Bu su-tun hanya ingin membekuknya hidup2, maka dalam waktu singkat jelas dia tidak akan bisa mengalahkan lawan.

Dengan menenteng pedang Hun-Ji Yan berdiri di-pinggir gelanggang. Tiba2 didengarnya suara seorang perempuan berkata:

"Kalian memang boleh dipercaya, baiklah siaumoay sambut kalian disini-"

dari gerombolan kembang sana muncul seorang gadis, dia bukan lain adalah gadis yang melukai Hun Ji Yan dengan jarum berbisanya itu.

"Bagus, kini jangan kau lari" sambut Hun Ji Yan gusar "sret" segera dia menusuk lebih dulu.

"sudah kubilang akan menunggu kau di siang-keh-po, kenapa aku harus lari?" olok gadis itu tertawa, Tahu2 kedua tangannya terkembang dengan jurus seng-liong-mg-hong (naik naga menyongsong burung Kong), gerakan tangannya menyanggah sikut lawan.

Waktu pedang Hun Ji Yan menukik turun menabas tangannya, gadis itu mendesak selangkah, bergerak belakangan untuk menutuk Ki-lu-hiat, terpaksa Hun Ji Yan mundur setapak, pedangnya melintang namun gadis itu gunakan sejurus gertakan untuk memancing pedang Hun Ji Yan bergerak ke samping, sebat sekali badannya mendoyong miring terus menyerang dengan jurus jiu-hwi-bi-ba (jari memetik gitar), jarumnya menjojoh gagang pedang Hun Ji Yan.

Kembali Hun ji-yan dipaksa mundur selangkah, terdengar "creng" dari mencengkram gadis itu rubah gerakan menjentik, sehingga pedang Hun Ji Yan kena diseleatik pergi-

Didalam gebrakan singkat itu kedua pihak sudah saiiing labrak 4 jurus. Walau Hun ji-yan tidak cidra, namun dia terdesak dua langkah. Keruan hatinya mencelos, untunglah sejak ayahnya meninggal Hun Ji Yan masuk kembali keperguruan dan mendapat gemblengan 5 tahun dari gurunya Bu siang sinni di Go-bi-san, kalau tidak hari ini pasti dia sudah terjungkal ditangan gadis lawannya ini.

"Ilmu pedang bagus" puji si gadis, tiba2 dia rubah permainan pukulan tangannya, isi kosong sukar diraba, langkah kakinya sebat dan lincah lagi, sehingga bayangannya berkelebat disekitar gelanggang. Beruntun Hun-Ji-Yan menghadapi serangan berbahaya musuh, hampir saja pedangnya terampas lawan.

Kalau disini Hun-Ji-Yan terdesak tak mampu melawan telapak tangan si gadis, disana Bu su-tunpun bikin Ma Toa-ha mencatos seperti kera berjoget. Suatu ketika gadis itu timpukkan segenggam Bwe-hoa-ciam kearah Bu su-tun, namun Busu-tun tengah kembangkan permainan Kim-kong- ciangnya, sudah tentu jarum itu rontok berhamburan terdampar angin pukulannya.

Ma Toa-ha sempat tarik napas, serunya-

"Pocu, jangan hiraukan aku. Lekas kau ringkus lawanmu lebih dulu."

Ma Toa-ha yakin dirinya masih kuat bertahan beberapa kejap, asal Hun Ji Yan tertawan, dari terdesak mereka akan berbalik mendesak-

Kalau sigadis menguatirkan keselamatan Ma Toa-ha, Bu Su- tunpun menguatirkan keadaan Hun-Ji-Yan.

Tahu waktu amat berharga dan situasi amat mendesak, segera dia lolos keluar golok pusakanya. "sret" dimana goloknya menyambar "Trang" kembang api berpijar, hampir saja tongkat Ma Toa-ha mencelat lepas, dengan pucat dia melompat mundur.

Bu su-tun menerjang bagai banteng ketaton, golok dia pindah ketangan kiri dengan jurus Pekswan-tam-pun (lutung putih ulur cakar), jurus tangan kanan laksana gaitan mencengkeram ke punggung si gadis-

seperti dibelakang kepalanya tumbuh mata saja, gadis ini miringkan tubuh berkelit kesamping luputkan diri dari cengkraman.

"Adik yan kau mundur" seru Busu-tun, "biar kuringkus dia."

"Kepandaian silat Kaypang Pangcu memang hebat," seru sigadis-

"tapi mau menawan aku kukira tidak begitu gampang" begitu dia membalik badan, tahu2 tanGannya sudah

memegang sebuah senjata. Kiranya dia melolos ikat pinggang

sutranya yang panjang lemas sebagai senjata.

"Baik mari kita bertanding" seru Busu-tun, kembali goloknya membacok- selendang sutra sigadis lemas laksana naga menari ditengah udara berputar, terus menekuk dan menyusup kearah muka Bu su-tun. Maksud Bu su-tun hendak menabas kutung selendang orang, namun menyentuhpun goloknya tidak bisa mengenai gaman lawan.

Jelas Iwekang sigadis bukan tandingan Bu su-tun, namun kepandaiannya cukup tinggi, selendang sutra yang lemas itu ada kalanya bisa menjadi lempang keras laksana pentung kayu dilandasi oleh Iwekangnya sehingga menderu keras menerbitkan sambaran angin, jikalau sampai tersapu dan tertusuk matanya, tentu cidra buta.

sudah tentu Bu su-tun tidak berani ayal tangan kiri menutup muka terus jari terkembang menangkup. Namun selendang sigadis laksana ular melalaikan lidah, sebelum mematuk lawan tahu2 menyurut mundur. Dimana golok cepat Bu su-tun menabas, selendang sutra sigadis menyerempet lewat diatas punggung goloknya tetap tak berhasil menabas.

Lama kelamaan Bu su-tun naik pitam, ditengah tabasan goloknya dia selingi dengan pukulan beruntun tiga kali, Kalau gadis itu tidak gentar menghadapi permainan goloknya, tapi tak kuasa menahan pukulan Kim-kong-ciang,

" Hebat benar" ter-sipu2 dengan gerakan ui-hou-jong-siau (bangau kuning menjulang keangkasa) tahu2 badannya melambung tiga tombak tingginya, sekaligus meluputkan diri dari damparan pukulan Bu su-tun.

Tapi golok Bu Su-tun selalu membuntuti dengan tipu Khwe- liwi-thian (angkat obor menerangi langit) si gadis dipaksa bersalto ditengah udara, dengan gerakan indah menakjupkan seperti burung kenari hinggap diatas dahan, seringan kapas dia meluncur turun dibelakang Bu su-tun.

Kembali Bu su-tun membacok tiga kali, semuanya luput, telapak tangan memukul balikpun berhasil dihindarkan olehnya.

Dinilai kepandaian sejati, jelas sigadis bukan tandingan Bu su-tun, namun dinilai ginkangnya. Bu su-tun kalah jauh- Maka didalam waktu singkat Bu su-tun tidak akan mampu berbuat apa2 terhadapnya.

sementara ituMa Toa-ha setelah istirahat dan mengatur pernapasan, segera dia menubruk maju membantu

"Baik, kau berani maju lagi" bentak Bu su-tun, tiga kali pukulan dia desak mundur si gadis sejauh tiga tombak.

Dengan langkah lebar segera Bu su-tun papaki kedatangan Ma Toa-ha dengan menabaskan gerakan golok cepatnya, dia cecar Ma Toa ha laksana hujan badai derasnya.

ginkang Ma Toa-ha tidak setinggi gadis itu, terpaksa dia angkat tongkat besinya menangkis. Kedua pihak jadi adu kekuatan, trang, tang, tang Tiga kali benturan keras yang memekak telinga.

setelah melawan tiga kali bacokan golok tak tertahan lagi Ma Toa-ha buka mulut menyemburkan darah segar, tongkatnyapun terpental terbang.

Baru saja Busu-tun hendak memburu maju menabas kepalanya, Tiba2 didengarnya suara serak tua berkata:

"Biarlah aku belajar kenal dengan Kaypang Pangcu." lenyap suaranya orangnyapun- tiba itulah dua laki2 tua yang sudah ubanan, kiranya Kong-tong-ji-ki yang datang.

Dengan pukulan tenaga lunak yang diperhitungku dan samping si gadis memukul kearah Ma Toa-ha mendorongnya kesamping sehingga dia terluput dari tubrukan Bu su-tun.

Karena tak berani adu kekerasan dengan Bu su-tun, begitu melihat Kong-tong-ji-ki mendatangi sebera mengundurkan diri dan memeriksa luka2 Ma-Toa-ha.

Dibelakang Kong-tong-ji-ki mendatangi pula orang2 lain yang tak terhitung jumlahnya, Bong Thian-bi begitu tiba lantas membentak:

"Kalian ribut apa? yang punya tugas kembali kepos penjagaan masing2, yang tidak bertugas berjaga disekeliling gelanggang dan periksa ketempat lain."

maksudnya disini ada mereka dua saudara, tenaga orang lain tidak dibutuhkan, lagi.

setelah orang banyak dibubarkan Bong Thiau-bi lantas unjuk seri tawa dibuat2, katanya-

"Sudah lama kudengar golok- pentung dan pukulan Kaypang merupakan ilmu tunggal dari Bu-lim, harap Pangcu suka memberi pelajaran kepadaku-"

Memang Poat-hong-to Hu-motio dan Kim-kong-ciang Kaypang dinamakan sam-Kiat dalam Bulim. Kay-pang adalah Pang terbesar diseluruh jagat, maka Bong Thian-bi meski berkedudukan tinggipun tidak berani gegabah dan berlaku sungkan terhadap Kaypang Pangcu.

Bu su-tun masukan golok kedalam serangka, katanya: "Locianpwe tidak usah sungkan, Loan hoan-ciang hoat

kalian sudah lama kukagumi. Dihadapan tokoh kosen tidak

akan berpura2, silakan Lo-cianpwe memberi petunjuk-"

sembari bicara telapak tangan menghadap kedalam pelan2 bergerak satu lingkaran terus tertotok keluar.

Karena melihat musuhnya bertangan kosong maka Bu Su- tunpun melawan dengan pukulan saja Bahwa dia bergerak lebih dulu adalah suatu penghormatan sebagai angkatan muda kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi.

"silakan harap beri petunjuk" seru Busu-tun, se-konyong2 laksana geledek menggelegar seperti kilat dari pelan telapak tangannya memukul cepat, begitu telapak tangan terbalik keluar terus mendorong ke depan bagai gugur gunung dahsyatnya.

Bong Thian-bi memeluk dada dengan kedua lengan-nya, tiba2 dia tepukan kedepan, maka terdengarlah suara "Plak" yang keras tangan Bu su-tun tidak ter-gencet, sebat sekali kedua tangan dia tarik seraya menyurut mundur tiga langkah-

Dengan muka berubah dia berseru:

"Kim-kong-ciang-lat memang hebat, Tapi diberi tidak membalas tidak hormat, nah Losiu masih ingin mohon sejurus petunjuk-"

kiranya tepukan sepasang tangan Bong Thian-bi barusan, secara langsung sudah mengukur tingkat kepandaian lawan yang asli, kalau musuh Iwe-kangnya lebih rendah, pasti lengannya kena digencet patah dan remuk, namun diluar tahunya bahwa Bu su-tun punya tenaga raksasa pembawaan, Iwekangnyapun sudah tinggi. Walau Bong Thian-bi sendiri membekal latihan Iwekang puluhan tahun, dia tetap bukan tandingannya. Namun demikian separuh tenaga Kim-kong-ciang pukulan Bu su-tun kena dipunahkan juga dan tidak bisa melukai lawan.

Karena Bong Thian-bi sendiri masih punya simpanan ilmu hebat yang rasanya kuat menandingi lawan, maka dia belum mau terima kalah- sebagai angkatan yang lebih tua, setelah mengalah sejurus, adalah jamak kalau dia harus balas menyerang untuk menjaga gengsi dan mempertahankan mukanya.

Maka kedua telapak tangan membundar, seperti roda mengelinding menerjang maju. Memang permainan Loan- hoan-ciang-hoat gerak geriknya aneh dan lucu jauh berbeda dengan pukulan dari aliran maupun di Tionggoan. Walau sedikit unggul, namun Bu su-tun tidak berani gegabah melayani lawannya, maka kedua pihak sama mengembangkan ilmu silat simpanan sendiri, lekas sekali puluhan jurus telah berlalu, Bong Thian-bi unggul karena permainan pukulannya aneh dan banyak variasi, dalam waktu dekat Bu su-tun hanya mampu bertahan dengan kekuatan Kim-kong-ciang, namun puluhan jurus kemudian, dari bertahan dia balas menyerang dengan kekuatannya dia menyergap mana perlu, beruntun tegangan mematikan Bong Thian-bi yang lihay semua dapat dipunahkan.

sementara itu Hun Ji Yan tetap menenteng pedang bersiaga dipinggir gelanggang. Lau Thian-hut segera berkata:

"Nona ini tentunya murid kesayangan Bu-siang sinni bukan?

Hun-bun-kiam-hout Bu-siang sin-ni sudah lama Losiu ingin menjajalnya Agaknya hari ini beruntung bertemu dengan nona, sukalah memberi pelajaran beberapa jurus"

Kedengarannya ucapan Lau Thian-hut sungkan, namun mendesak orang untuk bergebrak-Hati Hun ji-yan tercekat bahwa orang mengenali permainan pedangnya katanya: "Orang tua ada permintaam, orang muda tidak akan menolak, biarlah aku unjuk kebodohanku"

Kehebatan ilmu Hud-bun-kiam-hiap terletak pada rangkaian isi kosong jurus2 pedang yang bertalian, lawan tidak gampang menerka kearah mana serangan pedangnya ditujukan.

"sret" Hun-Ji Yan segera menusuk lebih dulu, karena lawannya seorang perempuan muda, dalam hati Lau Thian-hut sudah bertekad untuk mengalah tiga jurus kepada lawan, maka kakinya melangkah mengikuti letak Ngo bun-pat-kwa, badan menggeser miring, mulut berkata tawar:

"Nona, silakan kembangkan ilmu pedangmu"

kata2nya jelas memandang rendah ilmu pedang lawan, dan mengagulkan gengsi sendiri Tak nyana belum habis dia bicara, jurus Hun ji-yan yang bergerak ditengah jalan, tahu2 berubah gerakan, menusuk dari arah yang tidak diduga oleh Lau Thian- hut.

Keruan Lau Thian-hut terkejut, lekas dia mengubah langkah menggeser kedudukan, gerakan yang dia lakukan sebetulnya merupakan langkah berlompatan dari ilmu tingkat tinggi, tak nyana belum lagi jurus terdahulu Hun Ji Yan ditarik balik, jurus susulannya sudah menyerang tiba laksana bayangan mengikuti gerakan bentuknya saja-

"cret" lengan baju Lau Thinn hut tertusuk berlobang, Hun Ji Yan berseru kaget dan katanya:

"Wah maaf-"

Walau tidak terluka, namun sebagai orang yang tingkatannya lebih tinggi dalam dua jurus saja lantas sedikit dirugikan, disamping malu sudah tentu dongkol pula hatinya, semula dia ingin mengalah tiga jurus, kini tidak tahan lagi lantas balas menyerang. Dengan langkah naga melingkar menggeser langkah, Lau Thian-hut membaurkan badan, kedua gelangnya terangkat sejajar, katanya menyeringai-

"Sengaja aku ingin menjajal ilmu pedangmu, kau kira ilmu pedangmu betul2 hebat? Baik, rasakan kelihayanku"

serempak kedua gelangnya didorong dan ditekan, terus menubruk dengan garang.

Karena menang sejurus, mau tidak mau Hun Ji Yan rada pandang rendah lawannya, oloknya:

"Locianpwe jangan marah, terima kasih kau sudi mengalah kepadaku, mana aku berani takabur?"

pedang melintang dia balas dengan sejurus Tiang-hojit-lo (matahari teng gelam sungai panjang), maksudnya ingin menutup sepasang gelang lawan terus hendak disusuli jurus Tay-mo-hu-yan (segulung asap dipadang pasir), ujung pedangnya menembusi kedua gelang lawan, biar lawan tertusuk terluka dan rugi besar.

Tak nyana perhitungan Hun Ji Yan terlalu muluk, bahwa Iwekang Lau Thian-hut memang lebih unggul tidak diperhitungkan, dan lagi permainan gelang lawan terlalu aneh Baru saja dia melancarkan jurus Tiang- ho-lok-jit, kenyataan pedangnya tidak kuasa menutup kedua gelang lawan, lantaran tidak sempat merubah gerakan tipunya lagi, malah pedang sendiri yang terkunci oleh sepasang gelang orang, "Tang" dimana kedua gelang Lau Thian-hut terkatup, hampir saja pedang panjang Hun Ji Yan malah yang terampas lawan.

Lekas Hun ji-yan tarik pedang seraya beraito mundur, dengan susah payah dia hindarkan cekalan lawan. Baru sekarang dia benar2 kaget dan insaf bahwa Kong-tong-ji-ki memang tidak bernama kosong.

setelah melampiaskan kedongkolan hatinya, Lui Thian-hut gelak2, serunya memburu maju: "Nona cilik jangan pergi, latihan Hu-bun-kiam-hoatmu belum matang namun sudah mendapat ajaran murni gurumu. Nah coba kau kembangkan kelihayan iimu pedangmu, Losiu minta petunjuk beberapa jurus lagi."

Hun ji-yan tertawa dingin, katanya:

"siapa bilang aku mau pergi. Kita masing2 baru menang sejurus."

segera dia mendesak maju dan membalikkan pedang, keduanya bergebrak lebih seru. Kali ini keduanya tidak berani pandang rendah lawannya.

Hun ji-yan gunakan kegesitan langkahnya berputar main sergap, gerak pedangnya pun mengutamakan kelincahan, seperti kupu2 menari diantara rumpun kembang, laksana cengcoreng menutul air setiap ada lobang kesempatan pasti dia serang, namun sekali sentuh lantas mundur secara teratur, sehingga pedangnya tidak lagi kena dikunci dan tergencet oleh kedua gelang lawan.

Betapapun Iwekang Lau Thian-hut lebih tinggi, kegesitan permainan Hun Ji Yan hanya bertahan sebentar paling hanya membingungkan dan mengalihkan perhatian lawan, lama kelamaan situasi berubah dan lawan semakin mantap didalam menghadapi serangannya, sebaliknya Hun Ji Yan malah terus terdesak dibawah angin.

Suatu ketika Bu su-tun pukul Bong thian-bi-mundur, katanya:

"Loan-hoan-ciang-hoat sudah kuukur. Kini biar aku berkenalan dengan kepandaian gaman dari aliran kalian. Adik yan kau mundur Biar aku ganti lawan dengan kau"

Lenyap suaranya Bu su-tunpun menubruk datang, golok terlolos, tepat dia menangkis sepasang gelang rembulan matahari Lau Thian-hut yang menyerang Hun Ji Yan, Tahu lawan adalah Kaypang Pangcu, melihat suhengnya terpukul mundur lagi, sudah tentu Lau Thian-hut kaget danjeri, namun dia keraskan kepala, katanya:

"Baik, biar aku belajar kenal Pot-hongto-hoat,"  sepasang gelang terangkat tinggi, dia gunakan jurus Ilu-

hay-liak-hap (tertutup kembali enam kali), maksudnya hendak mengunci dan merambas golok Bu-su-tun.

Memangnya gelang rembulan matahari yang dimainkan ini khusus untuk mengunci dan merampas gaman lawan, bahwasanya Bu su-tun tidak hiraukan maksud lawan, golok terangkat terus membacok- dia menyerang secara kekerasan.

Maka terdengarlah suara berdering nyaring yang memekak telinga permainan Poat-hong-toBu su-tun sungguh teramat cepat sekaligus dia membacok 36 kali.

Dibawah rangsakan gencarnya ini, Lau Thian-hut hanya mampu mempertahankan diri, mana mampu mengunci atau berusaha merampas senjata lawan.

Iwekang Lau Thian-hut memang lebih unggul dari Hun Ji Yan, namunjauh dibawah Bu su-tun, setelah menangkis 36 kali bacokan golok lawan, telapak tangannya sudah tergetar pecah dan lengan kemeng, sepasang gelangnya hampir tak kuat dipegangnya lagi.

Untung Bong Thian-bi segera maju membantu, maka mereka berdua bergabung menghadapi Bu su-tun.

Kalau Lau Thian-hut bukan tandingan Bu su-tun, Hun Ji Yanpun bukan lawan Bong Thian-bi, Kini setelah dua lawan dua keadaan menjadi rada berimbang permainan golok Bu su- tun diselingi pukulan telapak tangan yang dilandasi Kim-kong- ciang, sehingga serangan Kong-tong ji-ki sebagian besar dia hadapi seorang diri, Hun ji-yan paling hanya membantu dengan permainan Bu-siang- kiam- hoat dari samping.

Akan tetapi kombinasi permainan Kong-tong-ji-ki sudah diyakinkan puluhan tahun, mereka se-akan2 sudah senyawa dan dwi tunggal, maka kerja sama perpaduan ilmu silat mereka jauh lebih rapat dan kuat dari kerja sama Hun Ji Yan dan Busu-tun.

oleh karena itu meski keadaan kelihatannya setanding, namun secara kenyataan lama kelamaan Kong-tong-ji-ki semakin mantap dan berinisiatif didalam penyerangan yang lebih meyakinkan.

sementara itu, orang- siang-keh-po sudah bubar dan kembali ke pos masing2. Tinggal Ma Toa-ha dan gadis yang berbaju merah itu. Ter-sipu2 si gadis membimbing Ma Toa-ha kepinggir tanyanya lirih penuh perhatian:

"Bagaimana luka2mu?"

"Tidak jadi soal." sahut Ma Toa-ha,

"lekas kau bantu Kong-tong-ji-ki-jangan sampai orang lain pandang rendah kita"

Melihat hubungan mesra kedua muda mudi ini baru Hun ji- yan maklum, bahwa mereka ternyata adalah sepasang kekasih. Bahwa gadis baju merah ini membokong dan memusuhi mereka tentu adalah lantaran sikap permusuhan Ma Toa-ha yang dendam karena kematian ayahnya.

Kepandaian gadis baju merah aneh dan kira2 setaraf dengan Kong-tong-ji-ki-Menghadapi Kong tong-ji-ki saja Bu dan Hun sudah merasa payah, celakalah kalau pihak lawan ketambahan tenaga tangguh.

sebetulnya kalau mau menjebol keroyokan ketiga musuhnya bukan soal sulit bagi Bu su-tun, namun dia  bimbang apakah kuasa melindungi keselamatan Hun Ji Yan. Apa boleh buat terpaksa mereka beradu punggung, bertahan menghadapi rangsakan ketiga lawannya. Tak lupa dia timpukan panah ular berasap minta bantuan terhadap siau-go- kian-kun dan Hong-lay-mo-li. Akan tetapi setengah sulutan dupa sudah berselang, namun orang yang diharapkan belum juga kunjung tiba.

Dalam pada itu begitu meninggalkan tempat kediaman Kongsun Ki, siau-go-kian-kun dan Hong lay-mo-li segera kembangkan Ginkang, disaat mereka lari berlompatan itulah, se-konyong2 terdengar suara orang memanggil.

"Liu Lihiap" itulah suara seorang perempuan, suaranya lirih tertahan namun Hong lay-mo-li mendengarnya.

Lekas Hong-lay-mo-li berhenti dan berpaling, dibelakang sebuah pohon dia menemukan seorang pelayan kecil. Kata genduk cilik itu:

"Ji-siocia minta supaya kalian jangan bertahan terlalu lama, tiga hari lagi boleh kemari. Dia ada titip sepucuk surat supaya diserahkan kepada seseorang"

Hong-lay-mo-li kenal pelayan atau genduk cilik ini adalah pembantu Siang Ceng-kong, keruan girangnya bukan main, katanya:

"Dimana Ji-siociamu?"

"Siocia tidak bisa menemui kau, katanya tiga hari lagi supaya kau datang."

"Lekas katakan, dimana siocia mu, aku kemari untuk menolongnya"

semula genduk itu ragu2 dan tak berani bicara namun akhirnya dia menjawab:

"Dia ada di Pau-hong-lau."

"Dimana letak Pau- hong- lau?" desak Hong- lay-mo-11 Belum sempat genduk itu menjawab, tiba2 disebelah sana seorang membentak:

"Ada musuh berada di-sini" maka hujan panahpun memberondong kearah mereka- Hong-lay-mo-li ayun kebutnya meruntuhkan panah2 itu, namun demikian sebatang panah sempat menembusi tenggorokan genduk kecil itu, sebelum dia membeli penjelasan lebih lanjut, jiwanya sudah melayang.

Ternyata orang yang membentak itu bukan lain adalah murid murtad siau-lim-si yang bernama sa yan-liu itu, dia pimpin serombongan peronda yang bersenjata lengkap, seketika siau-go-kian-kun yang berjaga dibalik lain naik pitam, serunya gelak tertawa:

"Keparat, kau murid murtad ini berani petingkah disini, biar kuringkus kau dan kuserahkan kepada Mi-toh Taysu."

Sa yan-liu pernah dibikin keok oleh Siau-go-kian-kun, sudah tentu dia tidak berani melawan, tanpa hiraukan keselamatan anak buahnya dia lari menyelamatkan diri Tapi Hong-lay-mo-li berdua tidak ingin membunuh jiwa orang yang tidak berdosa, sekali gertak dia bikin musuh ketakutan lawannya kocar kacir.

Tiba2 Hong lay-mo-li tersadar serunya:

"Wah, hampir lupa, hayo lekas bantu Bu-toako"

Keadaan Bu su-tun berdua memang sudah gawat, maka kedatangan mereka berdua amat kebetulan. Dengan menggerakkan kipas siau-go-kian-kun menubruk kedalam gelanggang menghadapi Bong Thian-bi-

Begitu tiba Hong-lay-mo-li berseru:

"Hun-cici, minggirlah istirahat"

dia hadapi gadis baju merah, katanya pula:

"Hari itu kau lari sebelum kalah, nah sekarang jangan kau lari lagi"

setelah lHun Ji Yan mundur, maka Bu su-tun seorang diri menghadapi Lau Thian-hut. Tiga babak pertempuran berlangsung dengan amat sengit- Tapi tingkat kepandaian siau-go-kian-kun bertiga memang lebih unggul- Terutama Lau Thian-hut tidak kuasa menghadapi tenaga raksasa Bu su-tun, lekas sekali dia sudah terdesak mundur lebih dulu-

sebaliknya gadis baju merah cukup cerdik katanya:

"Aku tidak suka dibatasi, kau larang aku pergi, aku justru ingin pergi"

seperti cara yang semula, kembali gadis baju merah timpukkan senjata rahasia, "Blar" asap tebal bergulung-?, karena terlindung oleh asap tebal ini, Kong-tong-Ji ki dan gadis baju merah itu berhasil mengundurkan diri dengan selamat-

Karena musuh mundur, maka Hong-lay-mo-li berempat pun segera meniggalkan siang-keh-po tanpa kurang suatu apa.

Waktu mereka kembali ke Hou-loan san fajarpun telah menyingsing, siang-keh-su-lo beramai tengah menunggu kedatangan mereka, sebelum memberi laporan hasil perjalanannya, Hong-lay-mo-li bertanya lebih dulu:

"Khing Ciau sudah datang belum?" siang-lotoa menjawab: "Belum, Tapi semalam ada orang lain yang kemari-" "siapa?"

"Utusan Kongsun Ki, membawa jawaban surat tantangan kita."

surat jawaban Kongsun Ki tidak banyak katas, dikatakan tiga hari kemudian, mereka akan datang di tanah lapang berumput didepan gunung sana. surat ini adalah tulisan tangan Kongsun Ki sendiri, Hong-lay-mo-li kenal gaya tulisannya."

Maka Kong-lay-mo-li bertanya:

"Semalam siapakah ang diutus Kongsun Ki mengantar surat ini?" "yang datang dua orang, satu diantaranya adalah siang- keh-po congkoan - yaitu Hwi- liong tocu Cong Cau-lay. seorang yang lain belum pernah kukenal itulah laki2 kurus tinggi, entah dimana tingkat kepandaian silatnya, yang terang Ginkangnya amat tinggi, jelas lebih tinggi dari Hwi-liong-tocu. setelah mengirim surat dan bersuara ala kadarnya terus putar balik. Waktu kami keluar mengejar hanya melihat bayangan punggung mereka-

Maka orang banyak lalu berunding mempersiapkan diri untuk menghadapi pertempuran besar yang akan diadakan tiga hari lagi, selama tiga hari itu, jago2 silat undangan pihak Hou-loan-san ber-duyun2 datang.

Tang-Hay-liong, say-ci-hong datang bersama Thi-pit su- seng Bun yat-hoan, hari ketiga san san dan Liok Bian-pun datang. Tapi selama ini Khing Ciau dan cin Long-giok belum kunjung datang juga.

Tanpa terasa tiga hari berlalu dengan cepat. Hari itu adalah hari pertemuan yang dijanjikan diam2 Hong-lay-mo-li menerawang kekuatan kedua pihak, dia tidak yakin akan menang didalam pertempuran besar nanti. Maklumlah kedua ilmu beracun Kongsun Ki sudah sempurna latihannya.

Namun diam2 dia sudah memperhitungkan jikalau Mi-toh Taysu tidak kuasa mengalahkan Kongsun Ki, dia siap untuk menghadapinya bersama siau-go-kian-kun, paling gugur bersama. Tapi lebih penting korban lebih banyak bisa dihindarkan.

itu pagi2 benar, rombongan kedua pihak sudah memenuhi tanah lapang didepan gunung, selepas pandangan tampsk oleh Hong-lay-mo-li pihak Kongsun Ki sudah lengkap semuanya tapi siang ceng-hong sendiri tidak kelihatan.

Bu su-tun segera tampil membeber kejahatan dan dosa2 Kongsun Ki. Kongsun Ki malah gelak2: "Persoalan hari ini hanya ditentukan oleh kekuatan, buat apa adu mulut?"

"Baik, cara apa yang kau kehendaki, coba kau sebutkan, kami pasti melayani" tantang Bu su-tun naik darah-

"Begini saja, kita adakan beberapa babak pertandingan untuk mengukur kepandaian pihak mana.lebih unggul, jikalau pihak kalian bisa menang, baru giliranku minta pelajaran secara berganti kepada pihak kalian yang menang tadi, Hehe siapa saja asal ada yang bisa mengalahkan aku, segera aku bunuh diri dihadapi umum. Tapi bila sebaliknya kalian yang kalah? Asal kalian mau menyerah, aku tidak akan merenggut jiwa kalian He-he,

kalian masih ingin bicara pula"

orang2 gagah yang hadir tahu dibalik kata2 Kong-susi Ki secara langsung telah menelanjangi sendiri ambisinya yang besar untuk bersimaharaja diBulim, keruan orang banyak dibuat gusar.

Kata Bu su-tun gusar:

"Baik, biar kawan2 kita maju lebih dulu. Nanti aku hanya menantang kau saja."

Hong-lay-mo li ikut menyeletuk:

"Dengan Kok-ham kami menerima perintah guru untuk mencuci bersih perguruan, Kongsun Ki keparat ini akan menghadapi kami sampai ajal"

Babak pertama: pihak Kongsun Ki maju dua laki2 yang berparas dan berdandan sama, seorang pegang golok di kiri, yang lain di kanan. Keduanya berdiri jajar dan menantang dengan huara lantang.

Mereka adalah keluarga sek bersaudara yang terkenal sebagai begal besar, sang engkoh bernama sek Khong dan adiknya bernama sek Joh. Mereka mewarisi permainan ilmu golok yang dilancarkan dari kiri kanan, kerja sama dengan ketat dan rapat, taraf kepandaian mereka boleh dibilang termasuk kelas dua.

Hong-lay-mo-li tengah bingung cari lawan setimpal untuk kedua laki2 ini, tahu2 dilihatnya san san dan Liok Bian maju bersama, dan mohon diidzinkan maju pada babak pertama ini.

Liok Bian adalah angkatan muda yang masih hijau dan baru keluar kandang, demikian pula san san paling hanya seorang pelayan Hong-lay-mo-li tingkat dan kedudukannya teramat rendah bagi pandaagn khalayak ramai.

Sudah tentu Sek Khong berdua merasa terhina menghadapi dua lawan keoco. Maka mereka mengejek dan memandang rendah. Tak nyana sikap san san lebih angkuh lagi, dia terima mengalah tiga jurus kepada lawan. Keruan sekjoh beringas "sret, sret, sret, serempak kedua saudara kembar ini lantas geraki goloknya menyerang lebih dulu tiga kalu.

Tapi ketiga kali tabasan ini hanya gertak sambel belaka tujuannya hendak mempermainkan lawan. Di-luar tahunya sikap san san tetap tenang2, sedikit pun dia tidak bergeming walau tabasan golok kedua lawannya menyerempek kulit dagingnya. Tapi tokoh2 silat yang hadir yakin, umpama ketiga jurus serangan ini diarahkan secara kenyataan, saudara kembar dari keluarga sek ini tetap takkan mampu melukai san san.

Mau mempermainkan malah dipermainkan, karuan dua saudara sek naik pitam, tiba2 kedua golok mereka tersendai, keduanya bergerak didalam satu lingkaran laksana pelangi, tahu2 menggulung kearah pinggang san San dan Liok Bian, kali ini mereka menyerang sungguh2 dengan keji.

Gabungan ilmu golok kedua saudara kembar ini memang tak bernama kosong, begitu perpaduan sepasang golok ini berkembang,jalan mundur san san dan Liok Bian boleh dikata sudah terbendung, hadirin memang sudah melihat dan tahu Ginkang san san yang tinggi, tak urung orang banyak menguatirkan keselamatannya.

siapa tahu san san tidak mengembangkan Gin-kang, disaat golok saling samber, tampak dia mengayun kebut dengan jurus Bian-kiat lian-hoan (memunah berantai secara indah) cukup sejurus saja, dia mampu mematahkan serangan gabungan dari perpaduan golok lawan, Ditengah sorak sorai pujian hadirin pedang ditangan kiri san san mengiringi gerakan kebutnya, serempak menyerang kepada dua musuh.

Bercekat hati kedua saudara sek- Tapi permainan golok mereka sudah begitu apal dan matang serta rapat sekali, lekas sekali serangan pedang san san sudah tertangkis balik oleh kedua golok musuh yang bergabung pula, dimana tajam golok berputar, tahu2 giliran Liok Bian sekarang yang diincar.

Liok Bian bertangan kosong melihat golok menyamber, ter- sipu2 dia menarik tangan, sehingga san san yang tolong dia mematahkan serangan lawan.

seperti diketahui Liok Bian adalah murid say-ci-hong, bahwa gurunya sebagai nomor2 didalam su-pak-thian sudah begitu tenar dan tinggi ilmu silat dan Iwekangnya. Tapi permainan Liok Bian yang takut2 dan serba kerepotan ini sungguh amat mengecewakan hadirin.

Perpaduan golok saudara kembar itu semakin mantap dan sengit, kejap lain tampuk sinar golok mencorong berkelebatan disekeliling gelanggang.

Dengan putar kebut melindungi badan, sementara pedang san san menghadapi rangsakan sepasang golok lawan, malah sewaktu2 dia harus menyelamatkan Liok Bian lagi. Agaknya Liok Bian tahu diri dia selalu merapat disamping san san.

selama ini belum terlihat dia turun tangan balas menyerang kepada musuh, sehingga kedua musuh mencecar lobang kelemahan ini, boleh dikata seluruh serangan kedua musuh kepada Liok Bian selalu disambut oleh san San. Cepat sekali pertempuran sudah sesulutan dupa, Liok Bian tetap bergerak sendiri seenaknya, seperti jalan2 ditengah arena pertempuran, da san san yang repot melindunginya.

sudah tentu lama kelamaan pedang san San kewalahan juga menghadapi rangsakan gencar kedua golok lawan.

Disaat hadirin sudah tidak sabar dan saling bisik2, kembali perpaduan golok dua saudara sek melancarkan jurus tunggal mematikan, kedua golok itu menyapu dari kiri kanan, pedang panjang san san tak kuasa lagi menahan, sehingga sek Khong berhasil menekan pedangnya., sementara sekjoh menubruk maju melalui lobang kelemahan ini dan goloknya langsung membacok kepada Liok Bian bentaknya:

"Coba kau keparat ini mau sembunyi kemana lagi?"

Belum lenyap suaranya, se-konyong2 Liok Bian menghardik bagai guntur:

"Pergi"

tidak sedikit tokoh2 silat kosen yang hadir diluar gelanggang, hanya beberapa orang saja yang melihat jelas cara bagaimana Liok Bian bergerak tahu2 badan sekjoh sudah diangkatnya terus diputar seperti atlit pelempar peluru, badan sekjoh dilemparnya sejauh tiga tombak.

Keruan sek Khong kaget, cepat sekali sebelum dia maju menofong, tahu2 Liok Bian membentak pula:

"Kaupun pergi" telapak tangan ditepuk kontan sek Khong rasakan suatu arus tenaga lunak yang tak terbendung mendampar dirinya, golok baja ditangan tak kuasa lagi dipegang dan jatuh berkelontangan di-tanah.

Baru saja sek Khong putar badan hendak lari, Liok Bian sudah mencengkeram kuduknya terus diangkat pula dan dilempar pula tiga tombak jauhnya, kebetulan jatuh disamping adiknya- Kedua saudara ini tak berani bercuit lagi, ter-sipu2 merangkak bangun terus lari turun gunung. Dengan gerakan kilat beruntun Liok Bian membanting musuh satu persatu, sudah tentu seluruh hadirin amat kaget dan kagum dibuatnya. Kiranya Liok Bian sengaja memancing perhatian kedua musuh supaya menyerang dirinya, dengan teliti dia selami permainan perpaduan golok mereka.

setelah musuh memandang rendah dirinya baru dia bergerak dengan telak menyerang titik kelemahan mereka sehingga musuh bisa dikalahkan.

Melihat pihaknya kalah, Kongsun Ki mengerut kening, tengah dia menimang2 mencari jago untuk merebut kekalahan babak pertama ini, dilihatnya "Kong-tong-ji-ki tampil kcdepan," Kongsun Ki mangguts2

Dari pihak Hong-lay-mo-li, tiba2 terdengar Tang-hay-liong gelak?, ujarnya:

"jite-muridmu sudah menang satu babak, kau yang jadi gurunya juga tiba saatnya untuk unjuk kelihayanmu"

"Benar," sahut sa y-ci-hong,

" mereka su-heng-te, kitapun bersaudara, merupakan tandingan yang setimpal."

dengan bergandengan tangan mereka turun gelanggang. sama2 tokoh yang punya nama dikalangan Kang-ouw,

sebelum bertanding, ala kadarnya mereka basa basi. Tingkat dan kedudukan Tang-hay-liong dan say-ci-hong kira2 setaraf dengan Kong-tong-ji-ki, maka Bong Thian-bi berdua tidak berani agulkan diri sebagai orang yang lebih tua.

Cepat sekali kedua pihak sudah ber-ancang2 atau pasang kuda2. Tang-hay-liong menghadapi Bong Thian-bi, sedang say-ci-hong berhadapan dengan Lau Thian-hut. Kalau Tang- hay-liong tangan kosong melawan Bong Thian-bi, adalah say- ci-hong melolos pedang untuk melawan sepasang gelang Lau Thian-hut. setelah kedua pihak memberi hormat Bong Thian-bi menyilah tangan lebih dulu terus menyerang 10 jurus dengan gaya gerakan Thay-khek kedua telapak tangannya mendorong kedepan, tenaganya menindih ke-dada Tang-hay-liong.

Disebelah sana, sekali sendai pedang say-ci-hong yang lemas seketika menjadi lempang kaku, dalam waktu yang sama dia menusuk lebih dulu kepada Lau Thian-hut.

Begitu teka nan telapak tangan Bong Thian-bi menyerang dada, Tang-hay-liong bersuit panjang, sebelah tangan berbareng menggaris satu lingkaran, telapak tangan berbalik terus membelah kedepan. Deru angin kencang Lapats? diselingi bunyi guntur, beberapa tombak sekeliling gelanggang hawa bergolak, debu pasir bergulung2 keangkasa-

Tahu2 sepasang telapak tangan Bong Thian-bi terpencar, kiri mendorong, kanan menggandeng, maka terdengarlah dua kali bentrokan dahsyat, dua kali secara kekerasan mereka adu pukulan. Tenaga do^on^Pn dan gandengan dari dua tangan Bong Thay-bi itu berlawanan sasarannya, namun satu sama lain justru saling bergandengan dan mengisi, sehingga pukulan dahsyat Tang-hay-liong itu di tangkisnya sirna tanpa bekas.

sebat sekali Tang-hay-liong gunakan naga melingkar menggeser langkah, belum lagi tangan kanan ditarik, tangan kiri sudah menyerang pula, deru angin bagai hujan badai menyambung gempuran tenaga didepan, tak ubahnya seperti damparan gelombang pasang disamudra raya yang sambung menyambung.

Badan Bong Thian-bi kelihatan limbung, tampak kedua telapak tangannya menari turun naik cepat sekali seperti ber- lapis2 dalam sekejap itu beruntun dia menghantam empat kali maka gempuran kedua tangan Tang-hay-liong kembali dapat dia punahkan. gebrakan ketiga, sebelum lawan melontarkan serangan, Bong Thian-bi mendahului menyerang, kakinya bergerak mengikuti kedudukan Ngo-heng-pat-kwa, empat penjuru angin se-akan2 ada bayangan badannya, sekaligus dia menghantam 8 pukulan. Mau tidak mau Tang-hay-liong memuji akan ketangkasan lawannya.

Kiranya keempat pukulan berantai Bong Thian-bi masing2 mempunyai keistimewaan yang berlainan, jurus pertama dinamakan Thay-khek-toh-si, kedua Thay-khek-seng-liang-gi, ketiga Liang-gi-seng-su-siang dan ke-empat su-siang-hoat- pat-hwa, empat jurus dilontarkan bersama, gerakan telapak tangan jurus demi jurus lebih rumit dan berkembang demikian pula kekuatan pukulannya bertambah besar.

Bila keempat jurus ini dilontarkan berantai, merupakan jurus2 yang paling menakjupkan dari Loan-hoan-ciang-hoat kebanggaan Bong Thian bi, ilmu ini tidak sembarangan diturunkan kepada angkatan muda.

Tapi Tang-hay-liong tidak jeri, bahwa lawan menyerang dari berbagai arah, dia justru berdiri sekokoh gunung ditempatnya tanpa bergeming. Ditengah seruan pujiannya tahu2 delapan pukulan berantai lawan yang dahsyat itu dia tangkis balik semuanya.

Digelanggang lain, say-ci-hong malah yang berinisiatip menyerang, biasanya menghadapi musuh tangguh, say-ci- hong jarang menggunakan pedang, maka orang2 gagah yang hadir baru pertama kali ini melihat dia memakai senjata, maka perhatian hadirin tertuju kearah pertempuran disebelah sini.

Apakah Mi-toh Taysu kuat menandingi kedua ilmu beracun Kongsun Ki? Kenapa Khing Ciau dan cin Long-giok datang terlambat? Apa yang mereka alami? Kenapa siang Ceng-hong tidak muncul? Bagaimana nasibnya?

(Bersambung ke Bagian 51)  
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar