Pendekar Latah Bagian 42

 
Bagian 42

Begitu tiba Thay Bi membentak: "Kau membekuk Susiok, mengerahkan pemberontak segala, lekas serahkan orangnya kalau tidak jangan harap kau bisa hidup." langsung dia memburu maju telapak tangan menabas, jari menutuk, lekas sekali jalan Bu Su-tun sudah dicegah.

Bu Su-tun tahu kelihayan Hian-im-ci orang, tangan kanan melintang melindungi dada, diam2 dia kerahkan Iwekang murninya, dengan mengerahkan Tay-lik kim-kong-ciang dia nekad adu kekerasan dengan Thay Bi, sayang dia harus mengempit satu orang, gerak geriknya tidak selincah Thay Bi, belum lagi dia lontarkan kekuatan pukulannya, gesit sekali Thay Bi sudah melejit kesampingnya, "Ser" jarinya menuding kebatok kepala Cu Tan-ho.

Karena terkempit dan dalam keadaan semaput, kepala Cu Tan-ho tergantung lemas ke-bawah, perawakan Thay Bijangkung, maka dia harus membungkuk badan untuk mengenai sasarannya.

Keruan Bu Su-tun kaget bukan main, baru sekarang dia Insaf Tahy Bi hendak bunuh orang menutup mulutnya. Dalam saat gawat ini, karena lengan kiri Bu Su-tun mengempit orang tak mungkin melayani serangan musuh, terpaksa dia harus memutar badan, dan itu berarti dia harus menyerahkan punggungnya untuk ditutuk musuh, maksudnya untuk mempertahankan jiwa Cu Tan-ho.

Serangan kedua pihak sama2 cepat, disaat jari Thay Bi hampir saja mengenai Toa-cui-hiat dipinggung Bu Su-tun, betapapun tinggi Iwekang Bu Su-tun, kalau terkena tutukan telak Hian-im-ci kalau tidak mati juga pasti sekarat untunglah Liu Goan-cong datang tepat pada waktunya. "Ting" tongkatnya menutul bumi, badannya seketika melejit beberapa tombak jauhnya.

Walau memanggul satu orang, namun ginkangnya tidak berkurang karenanya, ditengah udara tongkatnya dia tuding dengan tipu elang terbang mematuk, ujung tongkatnyapun mengincar Toa-cui-hiat dipunggung Thay Bi.

Kalau Thay Bi teruskan serangannya melukai Bu su-tun, maka dia sendiripun pasti akan terluka oleh tutukan Liu cioan- cong. selama hidupnya yang paling ditakuti Thay Bi adalah Liu Goan-cong, di saat2 adu jiwa ini, sudah tentu dia utamakan keselamatan jiwa sendiri, maka dia tidak berani melukai orang.

Tapi hebat memang kepandaian silat Thay Bi, dalam situasi segenting itu, cepat dia bertindak, dengan gerakan menekuk dada jumpalitan dimega, ternyata persis sekali dia berhasil meluputkan diri dari tutukan tongkat Liu cioan-cong yang mematikan.

Dengan sendiri elmaut yang mengancam jiwa Bu su-tunpun lenyap,

"Bu-pangcu" kata Liu Goan-cong, "kau memikul tugas berat, lekas kau terjang keluar dulu, biar aku yang hadapi keparat ini." cepat sekali Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan- kunpun ikut menerjang datang.

Liu Goan-cong segera menyerukan:

"Lekas ikuti Bu-pangcu lindungi dia. Awas jangan sampai musuh membunuh Cu Tan-ho-"

Hong-lay-mo-li mengiakan, beberapa kali lompatan jauh dia sudah mengejar kebelakang Bu su-tun, kebetulan Wanyan Tiang-ci mengeprak kudanya seraya mengayun ruyung panjangnya, sasarannya adalah Cu Tan ho yang dikempit Busu-tun, lekas Hong-lay-mo-li ayun kebutnya menggubat ujung ruyungnya, berbareng siau-go-kan-kun merangsek dari samping, sebagai tokoh kosen nomor satu dari negeri Kim jikalau satu lawan satu belum tentu Hong-lay-mo-li kuat menandinginya, kini dia dibantu siau-go-kan-kun, sedang tingkat kepandaian siau-go-kan-kun kira2 setanding dengan Wanyan Tiang-ci, sudah tentu Wanyan Tiang-ci tidak berani terlibat dalam pertempuran sengit, lekas dia tarik ruyung dan putar balik kudanya.

Begitu Bu su-tun dan lain2 menerjang kesana, timbul maksud jahat Thay Bi, dengan watak yang licik dan keji tadi hampir saja dia berhasil melukai Bu su-tun membunuh cu Tan- hong, untung Liu Goan-cong menyusul tiba sehingga sasarannya batal diincar-nya-

Kini dilihatnya Liu Goan-cong menggendong Kong-sun In, keadaannya seperti Busu-tun harus melindungi Cu Tan-ho, setelah mundur segera dia menubruk maju lagi, dia hindari bentrokan langsung secara berhadapan dengan Liu Goan-cong sengaja dia putar ke-belakang menyerang punggung Kongsun In.

Kaki Liu Goan-cong tidak leluasa bergerak, kelincahan gerak badannya di tanah datar tidak segesit Thay Bi, Kalau dalam biasa, dengan adanya bantuan tongkat, sedikitnya dia kuat melawan tiga puluhan jurus dan pasti dapat mengalahkan Thay Bi kini dia harus menggendong orang.

Walau tidak sampai terdesak dibawah angin, dia harus hati2 melayaninya.

Beberapa Busu serempak menyerbu dengan tombak dan golok- Liu Goan-cong dipaksa melayani mere-ka, namun cukup sekali hardik dan sapukan tongkatnya dia bikin senjata dan para Busu itu terjatuh sungsang sumbel, Thay Bi berkesempatan putar ke belakang segera dia lontarkan tutukan Hian-in-ci mengincar punggung Kongsun In, jarak mereka tidak lebih lima kaki, maka tutukan jarinya telak mengenai sasarannya.

Kongsun In bergidik kedinginan, tiba2 dia balikan telapak tangannya bentaknya:

"Bangsat tua tidak tahu malu, berani mempermainkan aku."

Thay Bi kira Kongsun In terluka parah, melihat tutukan jarinya kena sasaran disaat hatinya kegirangan, tak nyana tahu2 pukulan orang mendampar tiba bagai gugur gunung, seketika Thay Bi menjerit ngeri "Huuuaah" darah menyembur dari mulutnya badannya terpental jungkir balik sampai beberapa tombak jauhnya-

Kiranya meski Kongsun In sudah jau-hwe-jip-mo sehingga setengah badannya lumpuh, tapi hanya tidak leluasa bergerak sukar berjalan, latihan Iwekang puluhan tahun masih ada karena harus menolak serangan hawa beracun sehingga kekuatannya rada berkurang namun kekuatannya masih unggul dari kekuatan Thiay Bi sendiri.

Rasa bencinya memang sudah meluap terhadap Thay Bi, sejak tadi diam2 dia sudah kerahkan tenaga murninya dan terpusatkan ditelapak tangannya- Begitu Thay Bi membokong kebetulan malah baginya untuk balas menyerang dalam jarak lima kaki mana Thay Bi kuat menahan pukulannya, untung kepandaiannya memang tidak lemah dengan jumpalitan beberapa tombak dia mengurangi getaran pukulan Kongsun In sehingga lukanya tidak terlalu berat dan selamatlah jiwanya-

Namun demikian dia toh harus jungkir balik, beberapa Busu segera maju memapahnya, tak sempat mereka merintangi Liu Goan-cong berdua, setelah melontarkan pukulannya Kongsun In sendiripun terkuras hawa murninya, dia sendiripun memuntahkan darah, Liu Goancong segera bertanya-

"Kongsun-toako bagaimana kau?" Kongsun In tertawa:

"sedikit luka saja? tidak perlu dikuatirkan Tua bangka cacad itu lebih parah luka2nya. Dalam satu bulan terang dia takkan bisa turun dari ranjang"

Barisan semprot api Wanyan Tiang-ci sudah mati kutu, karena disana sini sudah terjilat api mereka tidak berani maju lebih jauh, dilabrak secara nekad oleh para kajem lagi sehingga pertahanan merekapun berantakan. Tapi Wanyan Tiang-ci belum putus harapan, sembari memberi perintah dia kumpulkan sisa tentaranya, siap mengejar dengan sisa kekuatannya tak lupa juru bidiknya disuruh menghujam panah kepada musuh yang melarikan diri

Bu su-tun. Tang-hay-liong dan tokoh- silat lain yang berkepandaian tinggi bertahan dibelakang melindungi kawan2 lain melarikan diri, dengan Bik-khong-ciang mereka sapu runtuh hujan panah, sudah tentu masih ada beberapa orang yang jadi korban, namun cepat sekali mereka sudah jauh diluar sasaran bidik panah musuh. Tatkala itu kekuatan tentara Wanyan Tiang-ci belum terpusatkan.

Rombongan say-ci-hong masih terkepung. Tang-hay-liong segera pimpin orang2 gagah yang dibawanya menerjang kesana, tak nyana baru saja mereka tiba disamping gunung, tiba2 dilihatnya debu mengepul tinggi dibawah gunung, tampak sebarisan pasukan berkuda menyerbu datang.

Bu su-tun kaget, serunya:

"Bantuan musuh tiba, kita terkepung dari depan dan belakang, bagaimana baiknya? Hayolah kita adujiwa sama mereka."

Bu lim-thian-kiau tertawa, katanya:

"Bu-pangcu tak usah kuatir coba kau lihat jelas panji itu."

Cepat sekali pasukan berkuda itu sudah tiba, sembari bersorak sorai langsung mereka menerjang kedalam kancah pertempuran dibawah gunung, dimana rombongan say-ci- hong terkepung rapat oleh ratusan Busu negeri Kim.

Tampak panji itu disulam sebuah harimau terbang dengan benang mas, dua huruf besar didepannya bertuliskan "yalu".

Bu su-tun keheranan tanyanya: "Pasukan dari mana itu?"

Bu-lim-thian-kiau tertawa, sahutnya: "Itulah pasukan negeri Liau pimpinan temanku yalu Hoan- ih."

Kiranya sejak angkat senjata dan berontak melawan negeri Kim dalam peperangan di Jay-ciok-ki tempo hari, yalu Hoan-ih bawa pasukannya naik gunung dan akhirnya mendirikan pangkalan di Ki-lian-san, setelah setahun menghimpun diri dan menyusun kekuatan kembali-kekuatan perang mereka sudah berlipat ganda-

Letak Ki-lian-san kira2 seribu li dari siu-yang san, maka kedatangan pasukan Wanyan Ticmg-ci dapat diketahui oleh mata2 yang disebar yalu Hoan-ih, tahu kesempatan untuk membunuh tulang punggung negeri Kim seperti Wanyan Tiang-ti telah tiba, segera dia pimpin pasukannya mengejar datang, maksudnya hendak menumpasnya habis.

Kedatangan pasukan Liau memang tepat pada waktunya cepat sekali pasukan Kim dibawah gunung dibrantas habis sisanya lari terbirit2 melarikan diri

Setelah say ci-hong dan teman2nya bebas dari kepungan musuh, segera mereka bergabung dengan murid2 Kaypang dan pasukan negeri Liau yang datang membantu, kini jumlah mereka melebihi musuh.

Memang Wanyan Tiong-ci sebagai panglima besar yang berbakat, setelah dia pusatkan kekuatan tentaranya dengan pasukan tameng sebagai buntut, pasukan panah berada diperut sedang barisan semprot api berada dikepala pasukan negeri Kim yang dipimpin Wanyan Tiang-ci ini memang Busu pilihan yang sudah punya pengalaman perang, kepandaian silat merekapun rata-rata lihay, setelah mengalami pertempuran seru akhirnya mereka berhasil menjebol kepungan dan menerjang keluar.

Walau tujuan utama tidak berhasil menumpas pasukan negeri Kim, namun yalu Hoan-ih berhasil menolong bencana yang menimpa Kaypang, maka merekapun tidak mengejar musuh lebih lanjut.

Jilian Ceng-sia datang bersama yalu Hoan-ih, cepat sekali mereka sudah kumpul dengan Bu-lim-thian-kiau dan Jilian ceng-hun, sudah tentu bukan kepalang senang hati mereka, namun berduka pula-

Senang bahwa mereka masing2 sudah mendapatkan jodohnya, berduka karena kakak mereka Jilian Ceng-poh gugur ditangan Kongsun Ki, sungguh membuat mereka penasaran dan dendam.

Tatkala itu Bu su-tun sedang kumpulkan murid Kaypang serta memeriksa yang terluka dari gugur, lalu mengatur langkah2 selanjutnya. yalu Hoan-ih menganjurkan supaya oramg banyak secepatnya membubarkan diri untuk menjaga pasukan besar musuh menyerbu dalang pula. Tapi Bu su-tun menjawab:

"Pendapatmu memang benar, cuma aku masih ada sedikit urusan, terpaksa harus menunda satu hari, tapi jumlah pasukan kalian lebih banyak, lekaslah mengundurkan diri lebih dulu."

Berkata Jilian ceng-sia kepada cicinya dengan seri tawa:

"Ji-ci, aku ingin kau dan Tam-suheng pulang ke Ki-lian-san, kita bisa berkumpul lebih lama. Persoalanku perlu segera diselesaikan." lalu dia mendekati telinga cicinya serta berbisik:

"Bagaimana pula soal jodohmu. lebih baik kalau kami kakak beradik melangsungkan perkawinan pada hari yang sama."

Merah muka Jilian ceng-hun, sentaknya:

"Hus, perawan tidak tahu malu. Baiklah, aku terima permintaanmu." segera mereka minta diri dan berpisah dengan Hong-lay-mo-li, siau go-kan-kun dan lain2. Setelah pasukan Liau yalu Hoan-ih pergi. Bu su-tun angkat jio Koh murid Kaypang berkantong delapan sebagai pejabat Pangcu sementara, pimpin murid2 Kaypang kembali ke selatan, sementara yang luka2 semua dibawa kerumah Kongsun In untuk diobati dan diberi pertolongan ala kadarnya.

Setiba dirumah Kongsun In, Liu Goan-cong mau memeriksa Kongsun In, tapi Kongsun In berkata,

" Lebih penting kau tolong dulu Cu Tan-ho keparat itu, mati memang hukuman setimpal baginya, namun jangan biarkan dia mati sia2."

setelah memeriksa denyut nadi Cu Tan-ho, Liu Goan-cong geleng2 katanya:

"Tiada harapan lagi, tapi aku masih bisa bikin dia siuman sebentar"

lalu diambilnya jarum mas serta menusuk Hian-suk-hiat dibelakang otaknya. Betul juga Cu Tan-ho menjerit sekali serta ssiuman dari pingsannya.

"Cu Tan-ho," kontan Bu su-tun menegurnya,

"Kau adalah Tianglo betapa tinggi kedudukanmu, ada kesalahan apa Pang kita terhadapmu, kenapa pula kau bersekongkol dan terima menjadi antek penjajah Kim, berusaha menumpas habis Pang kita?"

Cu Tan-ho tertawa dingin katanya:

"Bu Su-tun, terhitung nasibmu yang baik, kau sudah jadi Pangcu, aku sebaliknya mendekati ajal, buat apa aku menjawab pertanyaanmu?"

"Memang kau bakal mari tapi kita takkan melakukan penipuam terhadapmu. Tidak sedikit murid2 kita yang gugur dalam perang tadi- kematian laksana Thay-san beratnya, Hong Hwe- liong sebelum ajal pun sudah menginsafi dosa2nya, maka dia mendapat pengampunan seluruh murid2 Pang kita. Kau dekat ajal masih belum insaf, terpaksa kita anggap kau seekor anjing yang harus digorok lehernya. Coba kau pikir, sebelum ini kau adalah Kaypang Tianglo yang dijunjung tinggi, kau pernah seorang Bulim cianpwe yang diagulkan seluruh orang- gagah diseluruh dunia, namun dihari tuamu kau rela menyerah dan menjadi antek musuh, bukan saja badan hancur nama berantakan, kau sudah mendurhakai leluhur, setelah mampus kau tetap akan dicaci maki orang sepanjang masa.

Kalau kau mau bertobat dan mengaku terus terang, mungkin dosa2mu boleh diperingan. Katakan, cara bagaimana kau bisa berintrik dengan pihak penjajah Kim? Katakan, masih ada komplotan siapa saja didalam pang kita?"

Agaknya Cu Tan-ho tergugah juga oleh kata2 Busu-tun, lama dia menatap Busu-tun, akhirnya berkata:

"He he, kalian salah semua"

"Apanya yang salah" bentak Bu su-tun. Cu Tan-ho ter-loroh2, katanya:

"Kalian sangka aku orang apa? Memangnya aku bukan orang Han, aku adalah bangsa Kim, kalian maki aku menyerah dan menjadi antek musuh segala tuduhan ini hakekatnya tidak benar dan tidak berdasar, He, he. Bu su-tun, keadaanku seperti pula keadaanmu, sebagai orang Han kau menyelundup jadi mata2 didalam Gim- lim-kun pasukan negeri Kim kita sebaliknya sebagai orang Kim aku menyelundup dan jadi mata2 didalam Kaypang kalian. Cuma nasibmu lebih baik, kau berhasil membunuh Wanyan Liang, kau sukses. Tugasku sebaliknya gagal total, bahwa aku hendak merebut jabatan Pang-cu dari Kaypang pertama aku pernah terkalahkan oleh gurumu siang Gun-yang, kedua muridku Kongsun Ki terkalahkan pula olehmu. Keduanya sama2 kalah dan gagal, terutama kekalahan kali ini lebih mengenaskan. Hm, hm memang nasibku yang jelek- segalanya menjadi berantakan, apa pula yang perlu diperbincangkan."

Hadirin sama beradu pandang dengan kaget dan merinding, sungguh tak pernah terpikir oleh mereka bahwa Cu Tan-ho sebagai mata2 musuh menyelundup kedalam Kaypang, selama puluhan tahun tiada orang yang membongkar kedok aslinya, malah orang berhasil merebut jabatan Tianglo.

Melihat sikap dan mimik muka hadirin Cu Tan-ho bergelak kesenangan, katanya:

" Walau dua kali kami mengalami kegagalan namun toh bukan tiada hasilnya, selama puluhan tahun belakangan ini pihak Kaypang tak pernah berhubungan dengan golongan dan aliran silat, malah semakin jauh terutama dengan kaum Lok- lim, masing2 pihak malah saling curiga mencurigai walau semua ketentuan ini tidak menjadi undang2 tertulis, namun setiap murid2 Kaypang sudah mematuhi larangan ini. Tahukah kalian siapakah yang mengajukan usul ini? Hehe-. aku, Cu Tan ho, akulah yang bersikeras supaya Kaypang menyapu saiju di rumahnya sendiri, peduli kabut diatas rumah orang lain. Hehe Kedudukan pang cu memang aku tidak berhasil merebutnya, namun usulku ini mendapat dukungan orang banyak. Didalam rapat tingkat Tianglo siang Gun-yang tak berhasil mendebat dan merintangi maksudku apa pula yang dapat dia lakukan atas diriku?"

"Cu Tan-ho, kau salah" Bu su-tun menanggapi nya dengan dingin-

"Kenapa pula aku salah?" jengek Cu Tan-ho seraya mendelikan mata-

"Apa yang kau uraikan kelihatan memang sama, yang terang keadaanku dan keadaanmu jauh berbeda, aku demi menegakkan kesejahteraan rakyat, supaya rakyat dari kedua negeri tidak ketimpa malapetaka peperangan, baru terpaksa aku menyaru orang Kim membunuh Wanyan Liang, sebaliknya kau tidak lebih hanya antek yang diperalat untuk membantu kekejaman dan kelaliman belaka, masakah kau berani membandingkan aku dengan dirimu. Kau kira kegagalanmu dan kesuksesanku lantaran dipermainkan takdir? Tidak, bagiku aku mendapat bimbingan kejalan benar, sebaliknya kau mengingkari kepentingan orang banyak dan mengejar keuntungan pribadi- Rapat besar Kaypang hari ini merupakan contoh yang kenyataan bukan? Hm apa pula yang harus kau banggakan? Kau kira dirimu seorang pahlawan? Tidak, kau tidak lebih mirip seekor anjing atau biruang."

Dibawah pancaran tajam sorot mata semua hadirin, Cu Tan-ho menjadi lemas dan loyo, katanya mengguman:

"Mungkin memang aku salah hem, aku adalah anjing biruang, apa benar aku ini anjing?" biji matanya terbalik memutih, mulut keluar busa, akhirnya dia benar2 mati mirip seekor anjing.

Tertekan perasaan murid2 Kaypang, mereka seperti sadar dari mimpi. Berkata Bu su-tun pelan2:

"Cu Tan-ho menyelundup kedalam Pang kita, memangnya suatu kesalahan dan ciri bagi kita, tapi bukan mustahil hal ini bisa menjadi cambuk kita, menjadi suatu peringatan yang baik bagi kita, setelah mengalami pengajaran ini, betapapun kita akan berubah menjadi sedikit pintar."

sore hari itu menjelang petang, cuaca berubah dan turunlah hujan yang amat lebat. Malam itu Liu Goan-cong sibuk semalam suntuk, mencabut panah, membubuhi obat membetulkan tulang patah atau keseleo, untung para korban semua membekal kepandaian silat tinggi, ilmu pengobatan Liu Goan-cong memang tinggi kira2 hari kedua pagi2, semua orang sudah lebih segar, satu sama lain saling bantu beruntun mereka pamit meninggalkan tempat itu. Cuaca pagi itu setelah semalam turun hujan ternyata cerah dan sejuk- Paling akhir Bu su-tun minta pamit bersama Hunji- yan.

Hong-lay-mo-li membujuk gurunya

"Suhu, kini tidak leluasa kau tinggal dirumah-" "Kemana aku harus pergi?" kata Kongsun In hambar, "Aku tidak inginjadi beban kalian."

"Aku ingat akan suatu tempat bagus." kata Liu Goan-cong

"Bing-bing Taysu yang tetirah di Kong-bing-si adalah teman baikku, diapun kawan baikmu, marilah kita ngungsi kesana, kau boleh merawat dirimu dengan tentram kita tiga tua bangka kumpul bersama kan banyak kawan untuk ngobrol."

"Baik sih baik, lalu bagaimana soal perkawinan Koh-ham dengan jing-yau? Memangnya kita suruh mereka menikah didalam kelenteng?"

"Suhu," kata Hong-lay-moh dengan muka merah, "kami sih tidak kesusu menikah-"

"Kau tidak kesusu, memangnya kau tahu Kok-ham tidak kesusu? Kek-ham kau sudah menunggu sekian tahun, bila lantaran keadaanku, perkawinan kalian harus tertunda lagi, hatiku tidak akan tentram. Coba lihat, jikalau..."

"sudah sekian tahun aku me-nanti2, apa halangannya menunggu beberapa lama lagi," ujar Kok-ham,

"Ayah, setelah kau sehat belum terlambat kau menjadi wali pernikahan kami."

"Kelumpuhan, badanku ini mungkin takkan bisa sembuh-" kata Kongsun In.

"baiklah sementara kita tinggalkan tempat ini. Nah, marilah sekarang juga kita berangkat." Hong-lay-mo-li memang sudah membereskan segala keperluan, tanpa buang waktu hari itu juga mereka lantas berangkat, Liu cioan-cong tetap menggendong Kongsun In. Mereka sama memiliki ilmu Gin-kang yang tinggi, tanpa mengenal lelah, dijalan tiada halangan apa2 dalam tiga hari perjalanan, akhirnya mereka tiba di Kong-bing-si.

sudah sekian tahun lamanya Bing-bing Taysu berpisah dengan kedua teman lama ini, sudah tentu semua merasa senang, sebagai ahli silat yang tinggi ilmunya, sekilas pandang Bing-bing Taysu lantas tahu Kongsun In terang jay-hwee jip- mo sehingga separo badannya lumpuh.

segera dia merangkap tangan bersabda:

"Kongsun sicu, Iwekang murni dari aliran Hian-bun latihanmu sudah mencapai puncaknya, bagaimana mungkin bisa jau-hwerjip-mo? Liu-heng, kabarnya kau cukur gundul dan kini kembali preman pula namun hari ini kau kembali kepintu berhala, Lolap tidak akan paksa kau cukur gundul lagi, tapi sedikitnya kau harus tinggal beberapa hari disini-"

Kongsun in menghela napas, katanya.

"Taysu tanyakan sebab musababnya ai. sungguh panjang ceritanya."

Liu Goan-cong tertawa, katanya:

"Taysu umpama kau tidak terima kedatanganku akupun akan ndablek tinggal disini satu atau setengah tahun.

Kabarnya belakangan ini kau berhasil meyakinkan Bu-siang- sin-kang, terutama paling manjur untuk menutuk tembus Ki- keng-pat-meh apa benar?"

Ketiga orang adalah Para guru silat yang paling top pada masa itu, begitu ketemu Liu Goan-cong lantas membicarakan soal Iwekang, bukan karena hobby mereka yang sama, tapi yang penting adalah mencari jalan keluar untuk mengobati kelumpuhan Kongsun In Begitu membicarakan tentang ilmu silat dan Lwe kang tingkat tinggi, ketiganya lantas ngoceh bergantian tak habis2, masing2 menguraikan pendapat kesimpulan dan analisanya. Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun yang berkepandaian cukup mendalampun hanya setengah mengerti setengah keheranan.

Hwi-siok sinni menjadi tidak sabar, dia tarik Hong-lay-mo-li keluar, kepada Hong-lay-mo-li banyak dia mengajukan pertanyaan serta minta diceritakan pengalaman yang terjadi belakangan ini, terpaksa Hong-lay-mo-li mengering lidah mulutnya bertutur panjang lebar, sudab tentu Hui-siok girang bahwa adiknya akhirnya menemukan jodohnya-

"Kali ini kau bisa tinggal beberapa hari disini?" tanya Hui- siok sinni.

"Belum tentu. Mungkin hanya tiga hari." sahut Hong-lay- mo-li.

Tengah mereka asyik bicara, tiba2 terdengar suara Liu Goan-cong memanggil putrinya:

"yau ji, gurumu memanggilmu."

Waktu Hong-lay-mo-li masuk ke dalam biara, tampak semangat Kongsun In sudah berkobar, muka ayah-nyapun mengunjuk rasa girang. Berkatalah Liu Goan-cong:

"Tidak meleset dari dugaanku, setahun kemudian gurumu akan bisa datang ke pangkalanmu untuk meresmikan pernikahan kalian."

Merah muka Hong-lay-mo-li, katanya:

"Selamat bagi kesehatan suhu, semoga lekas sembuh." "Memangnya aku ingin kalian lekas berumah tang-ga.

Didalam setahun ini jikalau kalian bertemu dengan binatang

itu, kalian harus mencuci bersih nama keluarga. Mumpung kalian kumpul disini, dalam beberapa hari ini, akan kuajarkan seluruh bekal ilmu silat yang kupelajari selama hidup ini kepada kalian, walau tidak bisa mengalahkan kedua ilmu berbisa itu, sedikitnya akan menambah keyakinan kalian untuk mengalahkannya."

selama tujuh tahun sejak Hong-lay-mo-li meninggalkan perguruan, tidak sedikit pula hasil ciptaan ilmu silat Kongsun in yang maha sakti, meski mungkin tidak ungkulan dari perbendaharaan ilmu silat ayah Hong-lay-mo-li, namun ilmu ciptaannya ini justru setimpal untuk menghadapi Kongsun Ki. Soalnya betapapun tinggi latihan ilmu sesat Kongsun Ki pupuk dasar ilmu silatnya tetap menggunakan ajaran keluarga.

Dari sini daputlah kita bayangkan betapa tinggi, murni dan mendalamnya hasil jerih payah seorang maha guru silat didalam menciptakan ilmunya, selama tiga hari Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun digembleng tak mengenal lelah, untunglah Hong-lay-mo-li sudah punya landasan kuat dari dasar pelajaran silat gurunya, setelah dia apal teorinya meski belum seluruhnya apal dan mengerti akan prakteknya, hal ini tergantung latihannya lebih lanjut saja, maka Kongsun In tidak menahan mereka lebih lama-

Kongsun In tahu sebagai Lok lim Bengcu Hong-lay-mo-li perlu selekasnya pulang kepangkalan menjalankan tuga- tugasnya, namun tak urung bercucuran air matanya, katanya sambil satu tangan pegang satu orang:

"semoga kalian bisa selekasnya melaksanakan cita-citaku.

Badanku lumpuh, aku tidak antar kalian,"

"Suhu tidak usah kuatir, kami menunggu kedatangan kau orang tua di sangkalan."

Liu Goan-cong dan Hui-siok sinni mengantar mereka keluar.

Tahu bahwa Liu cioan-cong ayah beranak mungkin punya persoalan pribadi yang ingin dibicarakan, Hui-siok lantas minta diri setiba dilamping gunung.

setelah Hui-siok kembali Hong-lay-mo-li bertanya. "Ayah, kau masih ada pesan apa?"

Liu Goan-cong berpikir sebentar, katanya kemudian: "Dalam perjalanan pulang ini, bukankah kau harus liwat Ko-

gwan?"

Ko-gwan nama suatu tempat letaknya kiras dua puluhan li disebelah utara Lokyang, Hong-lay-mo-li menjawab:

"ya, memang harus lewat sana" tiba-tiba dia teringat sesuatu tanyanya:

"Oh ya, ayah, tempo hari kabarnya kau ada mampir ke Ko- gwan menyelesaikan sesuatu urusan bukan?"

"Benar, tapi urusan itu belum selesai." sahut Liu Goan- cong.

"Urusan apa bolehkah ayah beritahu kepadaku?" "Pamanmu punya keluarga di Ko-gwan,"

Hong-lay-mo-li melengak, tanyanya:

"Paman? Maksudmu Liu Goan-ka durjana jahat itu? Aku tidak sudi memanggilnya paman lagi-"

"Bahwa keluarga Liu kita ada sampah persilatan seperti dia, hatikupun amat mendelu. yang terang dia adalah marga keluarga Liu kita, terpaksa aku harus membereskan persoalannya."

"oh, mengertilah aku, tujuan ayah ke Ko-gwan tempo hari adalah hendak memberantasnya? "

"Belakangan ini dia sudah kembali keutara, bukan mustahil akan pulang menemui anak bininya di Ko-gwan itu. Maka aku pikir hendak menyelidikinya, kalau dia benar2 sudah bertobat, aku tidak perlu membunuhmu kalau tidak ilmu silatnya akan kupunahkan." "o, jadi masih ada anak bininya di Ko-gwan, maksud ayah hendak mengatur hidup mereka supaya anaknya tidak menempuh jalan sesat ayahnya."

"Didalam sebuah desa Peng-ya-ceng, lima puluh li diutara kota Ko-gwan, aku sudah berhasil menemukan sebuah keluarga she Ciok yang terdiri dua perempuan satu anak, seorang perempuan pertengahan, yang satunya lagi adalah nenek-nenek tua.

Bocah itu berusia belasan tahun. sayang aku tidak menemukan mereka, malah kedatanganku dicurigai oleh penduduk kampung, karena kuatir kedatanganku ke siu-yang- san terlambat, terpaksa sementara persoalan ini kutunda.

Kuharap setiba kalian di Ko-gwan, cobalah selidiki lebih lanjut."

"Baiklah akan kuselidiki dengan hati-hati."

"gabungan kalian berdua tidak perlu kuatir menghadapi Liu Goan-ka. Tapi jangan buat anak itu ketakutan terutama dikala kalian melabrak Goan-ka jangan sampai terlihat olehnya, supaya dia tidak pandang kalian sebagai musuh. Kelak setelah bisa mengasuhnya baru berilah bimbingan yang betul"

Begitulah setelah memberikan pesan2nya Liu Goan- congpun kembali ke Kong-bing-si.

Banyak persoalan yang diperbincangkan Hong-Lay-mo-li dengan Siau-go-kan-kun sehingga tidak merasa kesepian.

hari itu mereka tiba di Ko-gwan, memang mereka sudah memperhitungkan waktunya, kiras kentongan ketiga mereka lantas pergi kerumah dimana kemungkinan anak bini Liu Goan-ka tinggal. Malam itu gelap gulita saat yang menguntungkan bagi orang berjalan malam.

Itulah sebuah gedung yang dibangun membelakangi gunung, para tetangga cukup jauh jaraknya. sepucuk pohon besar yang tumbuh dilereng gunung kebetulan berada dibela kang rumah, siau-go-kan-kun dan Hong-lay-mo-li sembunyi dibalik dedaunan yang lebat sebelum masuk kerumah, mereka ingin melihat situasi lebih dulu.

Dengan Ginkang mereka yang tinggi, sedikitpun tidak mengeluarkan suara.

Tampak hanya ada sebuah kamar yang masih ada penerangan, dijendela tampak bayangan dua orang, seorang nenek ubanan dan seorang perempuan setengah umur.

Tengah Hong-lay-mo-li mereka-, terdengar nenek tua itu berkata:

"Apakah siau Lam sudah tidur?"

"sudah." sahut wanita setengah umur, setelah menjawab dia menunduk melanjutkan jahitannya.

"Ing-ji, urusan udah berselang sepuluh tahun, kau masih sedih?"

"Bu, sudah puluhan tahun aku menjadi suami istri, jiwanya yang palsu sudah kuketahui, memang lantaran kepedihan keluar batas baru aku memberanikan diri meninggalkan dia-"

"Memangnya, buat apa pula kau masih merindukan dia? siau Lam sudah kau beritahu. bahwa ayahnya sudah mati maka jangan kau beri kesempatan dia bertemu dengan bapaknya. Dalam hal ini kau sudah bertindak secara tegas, maka tidak perlu kau merisaukan hati."

Dari percakapan ini baru Hong-lay-mo-li tahu bahwa nenek itu adalah ibu dari wanita setengah umur, jadi mertua dari Liu Goan-ka. Agaknya Liu Goan-ka memang pernah datang dan diusirnya pergi.

Tengah Hong-lay-mo-li menduga2, terdengar perempuan tengah umur bersuara pula:

"Bu..." "Ing-ji, kenapa sih kau?" tanya sinenek,  "Ada omongan apa ingin bicara dengan ibu?"

suara perempuan tengah umur hambar, katanya:

"Bu, Kakek tua pincang yang datang tempo hari siapa?

Kenapa kita harus menyembunyikan diri?"

Hong-lay-mo-li maklum, 'kakek tua pincang' yang dimaksud tentu adalah ayahnya.

Terdengar nenek itu menjawab tawar:

"Bukankah sudah kuberi tahu kepadamu? Tidak apa2, hanya aku tidak suka menemui orang ini."

"Kenapa ibu tidak mau menemui dia, kan ada se-babnya" "Kau memang kukuh, baiklah kujelaskan, dia adalah abang

Liu Goan-ka yang bernama Liu Goan-cong"

"o, Liu Goan-cong yang dua puluh tahun pernah menggetarkan Bulim itu" perempuan tengah umur menegas dengan kaget

"Kabarnya dia sudah meninggal, ternyata masih hidup," "Memangnya, Dulu dla sejajar dengan aku, kau menikah

dengan adiknya berarti aku naik setingkat lebih tinggi, coba pikir apakah tidak runyam aku berhadapan sama dia? Dan lagi aku tidak tahu apa maksud kedatangannya mencari kau?"

"Kukira tidak menjadi soal- Walau aku belum pernah bertemu dengan dia, kabarnya dia adalah pendekar besar yang disegani pada masa lalu, jauh berbeda dengan sepak terjang adiknya yang nyeleweng. Memangnya kau kuatir dia mengeloni adiknya mencari perkara dengan kita? justru karena tidak tahu maksud kedatangannya kita harus menemuinya, coba dengar apa maksudnya?"

"Bukan aku takut menghadapi ilmu silat Liu cioan-cong" demikian ujar si nenek, "aku hanya tidak ingin menemuinya. Bukan saja dia, semua orang2 yang dulu pernah kukenal, satupun tiada yang sudi ketemui"

"Bu, sudah sekian tahun hatiku terasa pepat, malam ini ingin aku mendapat penjelasan. Aku toh anak tunggalmu kenapa kau selalu menutupi banyak persoalan kepadaku? Bu tahukah kau karena kehilangan kepercayaanmu, hatiku jauh lebih pedih dari kehilangan seorang suami."

Bergetar suara si nenek, katanya:

"lng-ji, kau... apa yang ingin kau ketahui?"

" orang macam apa sebenarnya ayahku? Sejak kecil kau katakan beliau sudah mati, namun tak pernah kau menyingggung tentang ayah kepadaku. Dalam hati? tertentu kaupun tidak pernah bersembahyang. Kenapa kenapa kau selalu menghindar diri setiap kali membicarakan ayah?"

si nenek diam saja, tiba2 dia membalik badan ke arah luar jendela serta melamun, seperti mengenang kejadian masa lalu.

"Bu" kata perempuan tengah umur

" apakah kaupun seperti aku, aku, ngapusi siau Lam dan kaupun ngapusi aku? Ayahku sebetulnya—"

"ssst diam." tibas si nenek mendesis mulut. Pada waktu yang bersamaan, Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun yang sembunyi di atas pohon seketika merasakan angin kencang yang menerpa kearah mereka, itulah sebentuk senjata rahasia yang menyerang datang.

Kiranya cuaca dilangit tibas berubah, malam yang gelap dan mega mendung kini tiba2 rembulan menongolkan dirinya dari balik awan, kebetulan si nenek melihat bayangan mereka diatas tanah. Karena seluruh perhatian Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun tertuju mencuri dengar percakapan sehingga tidak menyadari bahwa jejak mereka udah konangan tahus senjata gelap sudah menyerang tiba untuk berkelit terang tidak sempat lagi-

Terpaksa siau-go-kan-kun ulurkan jari menjentik 'Ting' dua jentik senjata rahasia itu pergi, baru dia tahu itulah sebuah cincin jari. seketika jari siau- go-kan- kun terasa pedas dan kemeng, Hong-lay-mo-li berlaku lebih cerdik, melihat senjata rahasia menyerang, sigap sekali dia memotes dahan pohon terus disampaikan kedepan dahan pohon sebesar lilin seketika patah jadi dua terbentur tenaga sambitan cincin.

sudah tentu tak terbilang rasa kaget mereka, maklumlah pohon dimana mereka sembunyi kiras ada lima tombak jauhnya di tempat berdiri si nenek, tanpa membuka jendela dia menimpukan cincinnya yang memecah kain dari jendela, namun kekuatannya masih begitu dahsyat dapat lah dibayangkan bahwa nenek mertua Liu Goan-ka ini memiliki ilmu silat tinggi.

Cepat sekali ibu beranak sudah melompat keluar, si nenek berkata:

"lng-ji, kaujaga rumah, jangan kira ibumu tua, hanya kedua bocah keparat ini masakah tak bisa membereskan." sembari bicara dia sudah lompat melampaui tembok serta melontarkan Bik-khong-ciang disaat badannya masih terapung.

Dahan dan daon pohon seketika beterbangan seperti disamber geledek- terpaksa siau-go-kan-kun dan Hong-lay- mo-li melompat turun, tak urung mereka merasa sesak dadanya di terpa angin pukulan si nenek.

"Lo-mama harap tidak marah-" lekas siau-go-kan kun bersuara,

"aku ada omongan yang perlu kusampaikan."

Begitu melihat siau-go-kan-kun si nenek seketika naik pitam, damratnya: "Kurang ajar, kau bocah hidung belang ini, bikin hatiku marah aja-" tanpa memberi kesempatan segera dia lontarkan pukulan telapak tangan pula -

Betapa dahsyat pukulan si nenek bagai gugur gunung layaknya, siau-go-kan-kun didesak tak sempat memberi keterangan, apa lagi dimaki hidung belang keruan bukan kepalang dongkol hatinya. Namun sebat sekali dengan langkah naga melingkar menggeser kedudukan, dia berkelit disusul dengan jurus sin-liong-pay-bwe (naga sakti menggoyangkan ekor) kedua telapak tangannya mengacip terus dipentang kesamping, sekaligus memunahkan damparan pukulan lawan.

Cara yang dia gunakan sebetulnya cukup baik dan tepat, namun tak urung dia tergentak mundur tiga langkah, napaspun sedikit sesak,

"Lo-cianpwe," Hong-lay-mo-li malah yang sempat bersuara, " datang2 kau menyerang dan memaki orang. Dia bukan

orang jahat, dia adalah—" belum selesai dia bicara beruntun si

nenek sudah menghantam tiga kali secara berantai kepada siau-go-kan-kun.

Damparan pukulannya satu lebih kuat dari yang lain, laksana gelombang pasang saja, melihat kekasihnya terancam bahaya lekas Hong-lay-mo-li maju membantu, beruntun diapun lontarkan empat kali hantaman baru berhasil memunahkan pukulan si nenek- Karena perhatiannya menghadapi musuh dan melontarkan pukulan maka kataknya terputus ditengah jalan.

"Kau genduk cilik ini tahu apa?" cemooh sinenek begitu suaranya terputus

"semakin tampan lakte semakin jahat, kau malah membela dia? Hm, melihat bocah hidung belang lantas hatiku marah lekas kau menyingkir kalau tidak kaupun bisa terluka." Iwekang nenek ini diperkirakan sudah mencapai puncak kesempurnaannya, menghadapi dua tokoh kosen seperti Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun ternyata masih bisa buka mulut memaki orang tak habis-.

se-konyong2 dengan jurus Peks Wan-tham-lo (lutung putih tanya jalan) kedua telapak tangan yang terangkap tibas terpisah, keduanya memotong kearah pundak siau-go-kan- kun. kalau sampai kena terpotong benar-, pundak siau-go- kan-kun pasti hancur.

Diserang dengan jurus yang ganas lagi keji sudah tentu siau-go-kan-kun amat kaget, sikapnya yang angin-anginan semula seketika sirna, dalam kesibukannya lekas dia gunakan sam-hoan-tau-gwat dan Hong-hud-cui-yang (tiga gelang mengolo rembulan, angin lalu menghembus dahan pohon) ketambahan bantuan serangan Hong-lay-mo-li dari samping, baru terhitung mereka berhasil punahkan rangsakan orang.

Kiranya diwaktu mudanya dulu nenek tua ini pernah ditipu oleh pemuda gagah yang tampan sehingga jiwanya eksentrik. Dan penasaran masa mudanya dulu malam ini dia tumplekan kepada siau-go-kan kun yang dia pandang sebagai pemuda yang menipunya dulu.

Dalam kesibukannya timbul akal Hong-Lay-mo li, dalam suatu kesempatan dengan ilmu mengirim gelombang panjang dia berteriak:

"Ji-cim, aku adalah putrinya Liu Goan-cong. Bukankah kau ingin tahu maksud kedatangan ayahku? Kini aku wakili ayah kemari hendak bicara dengan kau."

Tak nyana baru saja Hong-lay-mo-li sempat memanggil ji- cim. nenek tua itu segera menimbrung dengan tawa dingin- Iwekangnya memang lebih tinggi, tawa dinginnya membuat buyar katawanya, walau dia habis utarakan maksudnya, tapi perempuan dalam rumah hanya sempat mendengar panggilan Ji-cim saja. Tapi istri Liu Goan-ka mendengar panggilan Hong-lay-mo-li seketika melengak keheranan, maklumlah sejak puluhan tahun yang lalu dia mengundurkan diri dari kalangan Kangouw, Hong-lay-mo-li baru lima tahun belakangan ini diangkat jadi Bu-lim Bengcu. sudah tentu orang tidak tahu seluk-beluknya-

Dia hanya tahu keluarga Liu Goan-cong sejak puluhan tahun yang lalu sudah ketimpa bencana dan berantakan, mana terpikir olehnya bahwa gadis belia ini adalah putrinya Liu Guan-cong, malah Bulim Beng-cu lagi.

Tatkala itu pertempuran diluar sudah berjalan setengah sulutan dupa, serangan si nenek kini tertuju kedua arah, sehingga Hong-lay-mo-li dipaksa untuk melayani dengan segala perhatian, maka dia tidak sempat buka suara lagi.

Namun serangan terhadap siau-go-kan-kun lebih gencar dan keji, terpaksa dia harus keluarkan kipasnya, tiba2 terkembang terus mengebas menerbitkan segulung angin dingin.

sementara Hong-lay-mo-li melambaikan tang airnya, didalam sekejap jurus mengincar tujuh Hiat-to dibeberapa tempat, jurus serangan ilmu tutuk ini dia gunakan Keng-sin-ci- hoat. Walau kepandaian sinenek boleh dikata sudah mencapai puncak tinggi, tak urung diapun terkejut dibuatnya terpaksa dia miring mundur dua langkah, desiran Thi siu-kong dia kebut pergi tenaga tutukan jari Hong-lay-mo-li, namun cepat sekali kipas Siau-gu-kan-kun tiba2 terlempit, kini dia gunakan ilmu Ngo-bing-kiam disamping menusuk dan membabat tipusnya menyembunyikan tutukan berbahaya pula, dalam sekejap pula dia incar tujuh Hiat-to dibadan si nenek sehingga orang didesaknya mundur tiga tindak-

siau-go-kan-kun lantas berseru dengan tertawa.

"Selamat berjumpa lagi, maaf sementara mohon diri" sigap sekali bersama Hong-lay-mo-li mereka melompat

terbang keluar tembok terus lari. si nenek gusar, dia sudah angkat kaki hendak mengejar.

Namun putrinya dari jendela sudah meneriak

"Bu biarlah mereka pergi, kan tidak bersalah apa2 terhadap kita."

Sekilas si nenek melongo, hembusan angin malam yang sepoin menjernihkan pikirannya, baru dia sadar akan kelakuannya yang kasar dan diburu nafsu belaka, akhirnya dia geli sendiri, maka dia tidak mengejar, cuma dengan suara lantang dia mengancam:

"Jumpa lagi apa? Memangnya kalian ingin datang lagi? Hm, coba saja kalau tidak kupatahkan kaki kalian."

Sementara itu Siau-go kcn-kun dan Hong-lay-mo-li lari masuk kedalam hutan setelah menentramkan hati dan mengatur pernapasan, keduanya jadi beradu pandang dengan geli. tanpa berjanji keduanya berkata,

"Nenek tua itu galak benar."

Tengah mereka merundingkan langkah2 apa yang harus mereka lakukan, tiba2 Hong-lay-mo-li mendesis mulut, katanya tertahan:

"Coba dengar, seperti ada orang datang."

siau-go-kan-kunpun sudah mendengar langkah kaki dibawah gunung, cepat2 mereka lompat keatas pohon besar. Waktu itu sinar bulan terang benderang, lapat2 sudah kelihatan dua sosok bayangan orang, satu diantaranya berperawakan jangkung bungkuk yang amat menyolok- Keruan siau-go-kan-kun kaget, katanya:

"itu dia- Liu Goan-ka bersama sintho Thay Bi."

"Eh, kiranya benar kedua gembong iblis ini. Mereka bersama, bagaimana kita menghadapinya? " "Liu Goan-ka mengundang iblis bungkuk itu tentunya minta bantuannya untuk merebut putranya. Kita bekerja melihat gelagat saja."

Waktu itu Liu Goan-ka dan Thay-Bi sudah tiba di-lereng gunung, jalanan kecil ber-liku2 dilereng itu menembus langsung kerumah si nenek, Hong-lay-mo-li berdua menahan napas mendekam dipucuk pohon.

Kebetulan Liu Goan-ka dan ThayBi lewat dibawah pohon, karena perhatian mereka tertuju pada persoalan yang sedang dibicarakan sehingga tidak menduga diatas pohon ada orang mengintip.

Tampak Liu Goa ka menuding ke depan, katanya: "Nah rumah itulah tempat tinggal mereka."

Thay Bi berkata:

"Terima kasih kau menunjukan jalannya, tanpa bantuanmu, sungguh aku tidak menduga mereka menyembunyikan diri ditempat sesunyi ini He, he, akhirnya aku toh menemukan dia- "

Liu Goan-ka gelak2, ujarnya:

"Lebih tak terduga lagi sudah puluhan tahun kita sebagai teman namun tidak tahu bahwa kita sebenarnya mertua dan mantu. Mertua ada urusan, aku sebagai menantunya tentu bantu menyelesaikan Buat apa Gak-tio (mertua) sungkan." sikap Thay Bi rada kikuk dan risi, katanya:

"Memangnya, teman lama tahu2 Jadi mertua dan menantu sungguh suatu kejadian yang amat menggelikan. Tapi aku punya menantu seperti kau, sungguh amat puas hatiku."

"sayang sekali kita sekeluarga belum bisa berkumpul dengan.rukun." demikian ujar Liu Goan-ka. Hong-Lay-mo-li hampir tidak percaya akan pendengarannya saat mana kedua orang itu sudah lewat cukup jauh, segera dia bertanya bisik,?:

"Apa yang mereka katakan? Mereka adalah mertua dan menantu?"

"Kenapa dibuat heran?" ujar siau-go-kan-kun tertawa "Suami tua bini muda sudah sering terjadi."

"ya, betapapun memang diluar dugaan bahwa mereka ibu beranak justru sama2 kawin dengan dua gembong iblis yang jahat dan licik, nasib keduanya sama pula, sungguh harus dikasihani."

Disini mereka tengah herbisika dari depan sana terdengar suara. si nenek membentak:

"Kalian dua bocah ini memang tidak tahu diuntung, berani kembali lagi? Hm biar kuhantam putus kaki kalian." agaknya si nenek mendengar dibelakang rumah ada langkah orang mendatangi, dia kira Hong-lay-moH dan siau-go kan-kun berdua yang putar balik.

Dengan menjinjing tongkatnya si nenek memburu keluar dari pintu belakang, baru saja tiba di lereng gunung, kebetulan dia kesamplok dengan Thay Bi, seketika dia berdiri menjublek dan melongo seperti kebentur setan.

Thay Bi segera menyapanya dengan tertawa:

"Kita sudah sama2 tua, masakah bocah segala, siau-ling-cu, didalam sanubariku kau tetap adalah siau-ling-cu yang dulu itu. Ai, siau-ling-cu betapa jerih payahku mencarimu beberapa tahun ini. syukurlah Thian maha pengasih, hari ini aku berhasil menemukan kau, usia kita sudah lanjut kenapa barang diumbar adat sendiri? Aku datang untuk mohon maaf dan hukuman kepadamu semogalah kita sekeluarga bisa rukun  dan hidup bersama." Baru sekarang Hong-lay-mo-li mengerti, kiranya nenek tua ini adalah siau-ling-cu yang pernah dia dengar dari cerita Bing- bing Taysu itu.

setelah menjublek sesaat, tiba2 sinenek ketukan tongkatnya ke bumi, serunya murka:

"Kau sudah bikin hidupku merana seumur hidup, dan aku sudah menerima nasib jelek ini, memangnya kau tidak memberi kesempatan buat aku hidup tentram dihari tua? Hm, siau-ling-cu apa? siau-ling-cu sudah lama kau bikin mampus. Aku tidak sudi menemui kau. Kau manusia berhati binatang ini."

Berubah air muka Thay Bi, katanya:

"siau-ling-cu dulu memang aku yang salah, tapi bukankah belakangan kau suka rela menikah dengan aku? Kenyataan kita sudah jadi suami istri sekian tahun."

saking marah gemetar suara si nenek-

"sayang sekali sejak permulaan aku sudah kau rugikan sehingga pendirianku kurang teguh, dan menuruti kemauanmu saja, Hm, masih berani kau mengungkat kejadian lama? Betapa derita yang kualami beberapa tahun itu?"

"siau-ling-cu, betapapun jelekku toh ada juga kebaikannya. Aku tidak memukul tidak memakimu, kapan aku pernah bikin kau menderita?"

si nenek tuding Thay Bi dengan tongkatnya: "Perbuatan sesat dan jahatmu apa tidak lebih menyiksa

batinku daripada kau pukul dan maki aku. Kau tahu apa yang

paling kubenci, kau justru melakukannya He, he sekarang kau sudah diangkat jadi Koksu segala, buat apa mencariku lagi."

"Aku ingin kau ikut menikmati kesenangan hidup, siau-ling- cu. sudah sekian tahun kau hidup menderita didesa sepi ini, kini aku diangkat jadi Koksu, tentunya kau memberi kesempatan untuk aku memperbaiki kesalahanku dulu."

"Memangnya aku sudi hidup senang segala. Aku ini nenek tua renta, bukan siau-ling-cu yang kau cari Hayo menggelinding pergi."

semakin buruk rona muka Thay Bi, katanya:

"Kau bukan siau-ling-cu? He, he apa kau belum melupakan engkoh Bing-mu itu? sekarang dia sudah jadi Hwesio, dia juga tidak sudi menerimamu lagi."

Bergetar badan si nenek, tongkat diangkatnya seraya membentak:

"sepatah kata lagi kau ngoceh biar aku adu jiwa dengan kau."

Lekas Thay Bi menyingkir, katanya dingin:

"Baik, aku tidak akan banyak bicara lagi. Kau tidak mau ikut, aku tidak akan paksa kau. Tapi putriku, kau harus serahkan kepadaku."

"Putrimu? Kau punya putri apa? jangan harap kau bisa merebutnya dari tanganku."

" Aku tidak punya anak? Memangnya dia bukan keturunanku?"

"Ayahnya sudah lama mampus. Ketahuilah, aku tidak akan memberikan seorang ayah yang tercela dan hina dina, yang terang kau sudah tiada tempat didalam sanubarinya."

"siau-ling-cu." dengan Thay Bi marah2, "perbuatanmu keterlaluan, hubungan kita renggang,

kenapa kau tipu anakmu sendiri?"

Liu Goan-ka tiba2 tampil kedepan serta memberi hormat kepada si nenek: "Gak-bo yang terhormat, menantu memberi hormat Kita terhitung satu keluarga, ada urusan marilah dibicarakan baik,?. Harap kalian tidak bertengkar lagi."

Usia Liu Goan-ka sudah lengkap enam puluh, Thay Bi dan si nenek paling juga enam puluh lebih, namun dia menyebut diri sebagai menantu, keruan jadi merinding, benci dan gusar si nenek, tak tahan tongkat dia angkat hendak memukul.

Terpaksa Liu Goan-ka melompat mundur menghindar Thay Bi segera menyelak maju jengeknya:

"Kalau benar2 berhantam, memangnya kau tandingan kami berdua?"

si nenek semakin murka, damratnya:

"Minggir- Kalian memang sekomplotan aku perduli siapa dia.»"

Liu Goan-ka tertawa, katanya kalem:

"Pepatah ada bilang dirumah ikut bapak, menikah ikut suami, Gak-bo, tidak jadi soal kau tidak mengakui aku, asal Ing-moay mengakui aku hehe, putrimu sudah kawin sama aku berarti sudah milikku, kini aku menagih anak biniku, memangnya kau bisa merintangi."

Habis berkata Liu Goan-ka lantas bergerak hendak masuk ke rumah- si nenek lantas menghardiknya:

"Kau si sontoloyo ini rasakan tongkatku-" dengan jurus Thian-ong-to-tha (raja langit menyanggah menara), dengan pukulan tangan yang mampu membelah pilar dia punahkan kemplangan tongkat orang, tapi betapapun kuat Iwekangnya, ternyata tidak mampu menolak pergi tongkat si nenek-

Disaat jiwanya terancam itulah, Thay Bi lekas tudingkan jarinya, sejalur angin dingin laksana panah melesat, Iwekang si nenek kiras dua tingkat lebih tinggi dari Liu Goan-ka, namun disaat dia menghadapi musuh yang satu ini, sudah tentu dia tidak kuat menahan tuukan jari Thay Bi yang dingin walau tidak terluka, namun dia sudah bergidik kedinginan.

Karena harus kerahkan Iwekang untuk menahan tekanan tutukan jari Thay Bi sehingga kekuatan tongkatnya rada mengendor maka dengan leluasa Liu Goan-ka berhasil lolos.

Thay Bi gelagas, serunya, "Hian say (menantu bagus), silakan kau pergi jemput istri dan anakmu, biar kuhadapi perempuan galak ini-"

Karena tak mampu merintangi Liu Goan-ka si nenek semakin murka, seluruh penasarannya dia tujukan kepada Thay Bi maka dengan sengit dia sapukan tongkatnya-

Memangnya kepandaian Thay Bi bukan tandingannya, untung mereka sudah jadi suami istri beberapa tahun bagaimana permainan silat masing2 sudah sama diketahui-

Walau tingkat kepandaian mereka ada pautnya namun untuk mengalahkan orang, si nenek rasanya perlu memeras keringat dan makan waktu.

Dapatkah si nenek menggagalkan usaha Liu Goan-ka merebut istri dan anak serta mengusir pergi Thay Bi?

Bagaimana nasib Beng cau kekasih San san sejak kecil yang akhirnya menikah dengan siang Ceng-hong dan terima menjadi antek Kongsun Ki?

Dapatkah Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun mengalahkan Kongsun Ki yang sudah berhasil meyakinkan dua ilmu berbisa itu?

(Bersambung keBagian43) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar