Pendekar Latah Bagian 41

 
Bagian 41

DIAM2 Kongsun Ki mencucurkan keringat dingin, namun  dia yakin pihaknya masih mampu mengatasi situasi meski hati kurang tentram. namun lahirnya dia tetap berlaku tenang, diam2 diapun sudah bertekad bila perlu biarlah gugur bersama musuh.

Dalam pada itu Bu Su-tun sudah mulai bersuara. Terlebih dulu dia menyapu pandang kemuka Cu Tan-ho. Hong Huie- liong dan akhirnya sorot matanya menatap Kongsun Ki katanya pelan2 "Siapa mata2 musuh yang terpendam didaiam Pang kita aku sendiri belum jelas, Tapi kita bisa berpikir dengan nalar kita, rapat besar ini diadakan ditempat jauh yang terahasia, kenapa Wanyan Tiang-ci dan pihak negeri Kim bisa mengetahui? jikalau tiada mata2 yang membocorkan kabar ini. mungkinkah mereka meluruk kemari secara kebetulan? Jelas ini membuktikan bahwa didalam pang kita memang ada mata2."

Sebetulnya kecurigaan Bu Su-tun tertuju kepada Hong dan Cu dua orang, namun karena belum mendapatkan bukti, belum saatnya dia membongkar kedok mereka, namun secara tidak langsung dia sudah memaparkan, bahwa tokoh penting dalam tubuh Kaypang sendirilah yang membocorkan rahasia ini. "Benar, masuk akal"

Memangnya, kita membuka rapat disini, cara bagaimana anjing Kim bisa tahu? Gusur keluar mata2" malah ada yang langsung minta Bu Su-tun:

"Su-tun Suheng, katamu belum jelas, tentunya kau sudah dapat merekanya. Lalu siapa yang kau curigai?" semua orang berebut buka suara, suasana menjadi kacau balau pula.

Belum sempat Bu Su-tun buka suara, Kongsun Ki tiba2 menyeletuk: "Tidak sulit untuk mengusut persoalan ini. Jing- yau Sumoay, ingin aku tanya kepadamu!"

Sasaran Kongsun Ki tiba2 beralih kepada Hong-lay-mo-li, katanya; "Jing-yau Sumoay, cara bagaimana pula kau bisa tahu akan rapat Kaypang hari ini disini?"

Hong-lay-mo-h tekan amarahnya, sahutnya: "Bu Su-tun yang memberitahu kepadaku, Demi mencuci bersih nama baik dan penasarannya aku datang membantunya sedang Tanguian-cianpwe dan orang2 gagah lainnya akulah yang menyebar undangan mengundang mereka, Kenapa?" 

"Tidak apa2." sahut Kongsun Ki tawar dan sinis, "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar ini bisa bocor."

"Bu Su-tun" seru Hong Hwe-liong "waktu itu kau tak berada dalam Pang kita lalu dari mana kau memperoleh kabar ini?"

Seorang murid Kaypang kantong enam segera tampil kedepan serunya: "Akulah yang memberitahu kepada Bu- suheng ditengah jalan, waktu itu aku belum tahu dia sudah diusir dari Pang, Untung sekarang dia sudah direhabilitir.

Hiangcu boleh menyalahkan aku dan menjatuhkan hukuman."

"0rang2 gagah akulah yang mengundang mereka adalah orang kita sendiri, jelas takkan membocorkan berita ini kepada musuh" "Sudah tentu, sudah tentu." ujar Kongsun Ki, "Mana aku berani mencurigai para Enghiong? Tapi menurut apa yang kutahu, masih ada seorang yang bukan termasuk orang kita sendiri dia adalah pangeran negeri Kim yang berada diatas gunung ini. orang ini bernama Tam Ih-tiong, julukannya Bu- fiim-thian-kiau. kabarnya Jing-yau Sumoay punya hubungan intim sama dia, benar tidak?"

"Tutup mulutmu." tiba2 Kongsun In menghardik sambil menuding putranya, "Tam lh-tiong adalah tamu undanganku, tinggal dirumahku pula, Tiada sangkut pautnya dengan Sumoaymu, ada pertanyaan boleh kau tanya kepadaku."

Lega hati Hong-Iay-mo-Ii, bahwa gurunya tampil bicara, jauh lebih meyakinkan daripada dia sendiri yang putar bacot.

0rang2 Kaypang banyak yang tidak tahu seluk beluk Bu- lim-thian-kiau, namun mereka Percaya Kongsun In pasti tidak akan berintrik dengan musuh,

Maka suakanya tadi sekaligus memberikan kesaksian dan tanggung jawab bagi Bu-lim-thian-kiau..

Merah padam dan menghijau lagi muka Kongsun Ki sikapnya runyam, katanya tersekat: "Ayah jangan marah, anak tidak, tidak tahu."

"Apa benar kau tidak tahu? Baik biar kuberitahu, Bu-lim- thian-kiau adalah pahlawan negeri Kim yang menentang kelaliman Wanyan Liang, Maka walaupun dia pangeran negeri Kim namun dia terhitung orang dipihak kita."

Song Kim-kong ikut bersuara: "Dalam peperangan Jay-ciok- ki tidak sedikit andil Bu-lim-thian-kiau bagi keuntungan kita, hal ini kita semua menjadi saksinya."

Hong Hwe-liong lantas maju sama tengah, katanya: "Kongsun Sute tidak tahu seluk beluk orang ini, bahwa Kongsun-cianpwe rela mempertanggung jawabkan orang ini. tak Perlu soal ini diperpanjang lagi." selanjutnya Hong-lay-mo- ii berbicara: "Sekarang dan ditempat ini, memangnya sudah ada seorang antek negeri Kim, dia harus dicari dan diketemukan."

"Siapa, siapa? dimana, lekas tunjukan dan gusur dia keluar." kembali hadirin berkaok dengan tidak sabar.

"Orangnya adalah yang membokongku tadi. Tentu dia sudah menyamar dengan dandanan seperti kalian dan sembunyi diantara orang banyak, tapi dia adalah seseorang bungkuk, tidak sulit untuk dibedakan. Coba kalian periksa sekitarnya adalah orang bungkuk disamping kalian?"

Dari serangan Hian-im—niat Hong-lay-mo-li sudah menduga bahwa yang membokongnya tadi pasti Sin-tho Thay Bi adanya.

Serempak semua murid2 Kaypang yang hadir celingukan kesekjtar dirinya, namun tiada orang yang menemukan orang Bungkuk seperti yang dikatakan Hong-lay-mo-li, Maklumlah murid Kaypang tersebar di-seluruh pelosok dunia, yang hadir dalam rapat ini berdatangan dan berbagai penjuru dunia, banyak diantara mereka satu sama kiin tidak kenal dan kumpul berdampingan setelah saling pandang dan tahu orang2 disekitarnya bukan orang bungkuk, legalah hatinya, namun didaiam suasana keributan seperti itu tiada kesempatan dan peluang kedua pihak saling tanya asal usul pihak lain, sedang yang memang sudah kenal saling pandang dan merasa geli serempak disana sini kedengaran gelak tawa rama, dan geli.

Cu Tan-ho menarik muka "Keributan yang memalukan. Darimana ada orang bungkuk segala? Hm, me-reka2 dan mengada2 belaka, mana boleh dipercaya?"

Hong Hwe-liong lantas bersuara pula: "Kenyataan tidak berhasil dibuktikan adanya mata2 musuh, marilah kita teruskan menyelesaikan urusan intern Pang kita, Bahwa pasukan pendam musuh berada di Toa-cu_sia terang bertujuan menghadapi Kaypang kita orang2 KaypangpUn pantang mengandalkan tenaga luar, hayolah para saudara mari kita serbu ke Toa-cu-sia, gem-pur mundur pasukan musuh."

Hong-lay-mo-li tahu maksud Hong Hwe-liong hendak mengalihkan perhatian umum, supaya Sin-tho Thay Bi berkesempatan melarikan diri didaiam keributan ini. Maka segera dia berseru lantang: "Jangan lepaskan mata2 musuh, Biar aku yang tanggung jawab menemukan mata2 musuh."

"Hm, kau ini orang apa?" damrat Cu Tan-ho "murid2 Pimg kita mana boleh kau tanyai satu persatu? Didaiam Loklim kau boleh malang melintang bersimaharaja, didalam Kaypang tidak perlu kau bertingkah."

Sebagai Tianglo secara terang2an Cu Tan-ho bersikap kasar terhadap Hong-lay-mo-li, urusan bakal menjadi kaku dan bentrokan bakal berlangsung.

Ada sebagaian murid2 Kaypang yang sudah mulai bergerak. Tapi murid2 yang tahu gelagat tetap waspada dan tidak mau bentrok dengan Loklim, tujuan mereka adalah menggusur mata2 mUsuh diantara mereka sendiri, supaya kelak tidak membawa buntut panjang, maka murid2 ini tetap bersiaga ditempat masing2.

Disaat keributan menjidi2 dan bakal timbul buru hara, tiba2 terdengar sebuah suara nyaring berkata.

"Harap para kawan dari Kaypang jangan pergi dulu." bayangan orangnya belum lagi kelihatan suaranya sudah kumandang dari kejauhan, Murid2 Kaypang seluruhnya ahli silat, begitu dengar suara tak kelihatan orangnya, mereka lantas tahu pembicara pasti seorang tokoh Lwekang yang kosen, ilmu mengirim suara gelombang panjang yang diunjukan ini jauh lebih kuat dan lantang dari ucapan Kongsun Ki tadi. Disaat hadirin heran dan sedang bertanya2, cepat sekali mereka mendengar suara "ting, ting" dan ketukan sesuatu diatas bumi, cepat sekali suara tutukan "ting ting" itu, kejap lain dan bawah gunung tampak bayangan dua orang, mereka adalah dua Iaki2 tua dan muda, yang tua timpang berlari menggunakan tongkat pemuda yang mengikuti dibelakangnya memegang sebatang seruling.

Beberapa murid Kaypang yang kenal segera berseru kaget; "Eh, bukankah pemuda itu adalah Bu-liim-thian-kiau".

Belum lenyap suara 0rang2 itu, tiba2 murid2 Kaypang yang lebih tinggi dari kantong tujuh bersama Hong Hwe-liong dan Cu Tan-no serempak berdiri dengan hormat, mereka unjuk rasa senang dan kaget sapanya:

"Apakah Liu-enghiong yang datang?" maklumlah Liu Goan- cong adalah enghiong yang sudah menggetarkan dunia sejak tiga puluh tahun yang lalu, orang2 Kaypang yang berusia rada lanjut banyak yang mengenalnya.

Sejak menginjak umur pertengahan abad Liu Goan~cong lantas mensucikan diri, kecuali kakinya yang timpang raut uiajahnya tidak banyak perubahan.

Berkata Liu Goan-cong pelan2 sambil mendatang. "Benar, syukurlah para saudara Kaypang yang lama masih mengenalku, Beruntung orang she Liu lolos dari cengkraman cakar alap2 pihak Kim hidup terasing dua puluh tahun lagi. Hari ini sengaja aku berkunjung untuk menemui Pangcu kalian."

Bahwa Liu Goan-cong datang bersama Bu-lim-thian-kiau, maka dapatlah diperkirakan betapa besar getaran hati Hong dan Cu berdua. Cu Tan-ho sedapat mungkin tenangkan diri, katanya: "Tidak berani tidak berani, pangcu baru kita belum lagi diangkat secara resmi-" "Baiklah, kalau begitu aku memberi selamat dulu kepada Hong-hiangcu juga sama." Tidak tentram hati Hong Hwe-liong, katanya; "Lo-siok (paman) tak berani aku menerima ucapan selamat kau orang tua." segera dia memapak maju.

Liu Goan-cong gelak2, katanya “sebutan paman akupun tak berani terima, bahwa kau masih ingat akan hubungan baikku dengan gugumu, tidak sia2lah perjalananku kali ini." didaiam omongannya punya arti mendalam, Hong Hwe-liong mencelos hatinya. Katanya tergagap: "Entah kedatangan Liu-ciaupwe ada petunjuk apa kepada Sutit?"

Liu Goan-cong pegang tangan Hong Hwe-liong terus digoyang2, inilah tata cara Bulim setiap kali berhadapan dengan seseorang yang dianggapnya sejajar, orang lain kira untuk menyatakan rasa sungkannya maka Liu G0an-cong anggap Hong Hwe-liong sebagai orang seangkatan, Se-kali2 tak pernah terpikir oleh Cu Tan-ho yang banyak akal licik dan suka curiga ini, bahwa didaiam gerakan tangan saling genggam ini Liu Goan-cong bakal membokong Hong Hwe- liong.

Tapi begitu kedua orang saling genggam, segulung arus panas seketika merembes masuk kebadan Hong Hwe-liong lewat telapak tangannya, seketika semangatnya terbangun sekilas dia melengak, cepat sekali dia lantas mengerti, ternyata Liu Goan-cong bukan mengenai dia, malah sebaliknya mengobati luka dalamnya.

"Petunjuk aku tidak berani memberikan, tapi gurumu meninggal Losiu tak sempat melayat, ada beberapa patah kata ingin kusampaikan kepada Hong-hiangcu."

Cu Tan-ho ragu-ragu dan serba was2, segera dia pasang kupingnya mendengarkan dengan seksama tapi hanya dilihatnya bibir Liu Goan-cong komat kamit, sepatah katapun tak didengar olehnya. "Kenapa sengaja tidak boleh didengar olehku ?" demikian dia bertanya2 dalam hati, seketika tersimpul olehnya untuk "melarikan diri" tapi waktu dia melirik dikiri kanannya ternyata dijaga ketat oleh Bu Su-tun dan Bu- lim-thian-kiau, belakangan ini Bu-lim-thian-kiau sudah menggetarkan Kangouw tentu kepandaiannya lebih lihay lagi.

Saking kejutnya, Cu Tan-ho tak berani sembarangan bergerak.

Hadirin juga ter-heran2, entah apa yang diutarakan oleh Liu Goan-cong kepada Hong Hwe-liong, yang terang kejap lain air muka Hong Hwe-liong berubah hebat akhirnya seperti ambil putusan dan bertekad, lagi2 dia lompat keatas Panggung lagi.

Semua hadirin keheranan, maka suasana menjadi hening terdengar Hong Hwe-liong berkata pelan-pelan: "Ada dua hal penting perlu aku beritahu kepada hadirin, pertama: Batok kepala Wanyan Liang yang asli sebetulnya memang Bu Su-tun yang menyerahkan, setelah Lo-pangcu mangkat, akulah yang diserahi tugas untuk menyimpannya, akulah yang menukar yang asli dengan yang palsu, yang asli kuberikan kepada Kongsun Ki. jadi Bu Su-tun tidak pernah menodai nama baik Kaypang dan berkhianat terhadap kita, akulah yang durhaka terhadap guru dan leluhur kita, aku patut dihukum setimpal. Tapi aku dipaksa dan diancam oleh Cu-tiang-lo, dia pula yang menjadi biang keladinya."

Memangnya hal ini sudah dalam rabaan Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-kun, namun murid2 Kaypang mimpipun mereka tak pernah menyangka. Pucat seperti kapur muka Cu Tan-ho, namun dia berusaha menenangkan hati, sentaknya memaki: "Hong Hwe-liong kau, kau bohong." namun suaranya sudah gemetar.

Bu Su-tun disampingnya, jengeknya dingin: "Hong-suheng belum bicara habis, Cu-tianglo berdiri lah yang tenang saja"

Hong Hwe-liong melotot sekali kepada Cu Tan-ho, katanya: "Cu-susiok, urusan sudah terlanjur sedemikian jauh, tidak bisa tidak aku harus membeber kenyataan ini, kalau tidak dosaku akan lebih besar dan tak terampunkan, dialam bakapun aku tiada muka bertemu dengan Unsu. "Hal kedua, didalam rapat besar ini memang hadir seorang mata2 musuh, Dia dibawa kemari oleh Kongsun Ki. Tadi yang membokong Liu Lihiap adalah dia, setengah bulan yang lalu, dengan Hian-im-e-cit membokong dan melukai akupun dia.

Aku tidak tahu dia orang Han atau orang Kim, namun dia pulalah yang menganjurkan Kongsun Ki merebut jabatan pangcu kita, bersama Cu-tianglo orang ini paksa aku bersekongkol dengan mereka."

"Orang macam apa dan siapa dia sebenarnya? Bagaimana asal usulnya? Mereka hendak menguasai Kay pang apa pula maksud tujuannya? Beberapa persoalan ini, aku tidak bisa memberi jawaban, terpaksa minta Cu-tianglo saja yang menjawabnya."

Hadirin menjadi sadar dan murka, serempak terdengarlah caci maki: "Cu Tan-ho katakan, hayo mengaku terus terang." saking gusarnya para kajem itu tak hiraukan sopan santun lagi, langsung memanggil namanya serta merubung maju.

Tak nyana dalam waktu yang bersamaan, Bu Su-tun dan Bu-lim-thian-kiau yang menjaga dikedua samping Cu Tan-ho mendadak diserang orang secara menggelap.

Bu Su-tun diserang oleh Kongsun Ki, namun Bu Su_tun sudah waspada dan berlaku cerdik begitu bau amis merangsang hidung, segera dia berkelit belum sempat badannya bergerak, tangannya sudah menepuk balik ke belakang. Lwekang Bu Su-tun setanding dengan Kongsun Ki, namun karena Lwekang berbisa yang diyakinkan Kongsun Ki dalam sebulan ini telah maju setingkat meski Bu Su-tun masih mampu memunahkan pukulan Hoa-hiat_to, namun dia tak mampu melindungi dan menyelamatkan Cu Tan-ho, Usia Cu Tan-ho sudah tua kondisi badannyapun sudah lemah, begitu mengisap bau beracun kontan dia terhuyung hampir jatuh.

Beberapa murid Kaypang yang terdekatpun tergetar roboh oleh pukulan ganas Kongsun Ki ini. Orang yang membokong Bu-lim-thian-kiau tidak muncul lweekangnya jauh lebih tinggi dari Kongsun Ki. terasa oleh Bu- lim-thian-kiau sejalur hawa dingin laksana anak panah menerus dirinya, tak urUng Bu-lim-thian-kiau yang berkepandaian tinggipun merasa dingin bergidik, terpaksa dia harus berkelit kesamping.

Kongsun Ki ternyata bekerja sama dalam waktu yang tepat, baru saja Cu Tan-ho terkena racun, disusul kena serangan dingin orang itu, seketika dia menjerit ngeri dan terjungkal roboh semaput.

Bu-lim-thian-kiau berteriak: "pembunuhnya adalah Sin-tho Thay Bi."

Hong-lay-mo-li ikut membentak: "Mata2 durjana lari kemana," sembari lolos pedang dia menubruk maju, Siau-go- kan-kun mengawasi Kongsun Ki namun dia merasa tidak perlu membekuknya serta merta kakinya bergerak mengikuti langkah Hong-lay-mo-li mengejar Thay Bi.

Baru saja Kongsun Ki hendak lari, tiba2 didengarnya hardikan keras: "Binatang, bikin aku mati saking jengkel." suaranya diliputi marah, duka dan penasaran, yang mengejar bukan lam adalah ayahnya sendiri Kongsun in.

Hadirin tahu bahwa Kongsun Ki berjiwa luhur dan mengutamakan kebenaran se-kali2 takkan melindungi anaknya yang bersalah, maka semua orang serahkan Kongsun in untuk menghukum putranya sendiri sehingga Kongsun Ki berkesempatan main bokong, Melihat ayahnya mengejar datang, serasa terbang arwah Kongsun Ki, tahu2 Kongsun in sudah mengejar tiba dibelakangnya, jenggot panjang yang ubanan bergetar saking gusar, bentaknya.

"Binatang tidak lekas berlutut minta ampun? Memangnya kau ingin aku turun tangan?" Karena bentakan ini secara pecah nyali Kongsun Ki tahu jiwanya bakal terenggut secara reflek tangannya menangkis kebelakang sembari berteriak:

"Ayah, pandanglah muka ibu, ampunilah jiwaku."

Sejak Kongsun Ki masih kecil istri Kongsun ln meninggal semasa hidupnya sang istri pandang putra satu2nya ini seperti mestika sebelum ajal diapun berpesan untuk merawat dan mengasuhnya baik2, dan karena pesan istrinya inilah Kongsun ln terlalu sayang dan mengumbar adatnya sehingga putra tunggalnya ini belakangan menyeleweng.

Disaat2 jiwanya terancam elmaut, Kongsun Ki menyebut ibunya sebagai dewa penolong, insaf pukulan ayahnya teramat dahsyat secara reflek saja dia gerakan tangannya menangkis, jadi tiada maksudnya hendak melukai ayahnya. Kongsun In sebaliknya amat sedih, apa lagi mendengar seruan putranya, lebih tak tahan lagi. kontan dia menyemburkan sekumur darah.

Begitu kedua telapak ayah beranak saling beradu "Blang" lengan Kongsun Ki keseleo, namun Kongsun Inpun terjengkang roboh, Bukan roboh lantaran getaran pukulan Putranya, namun roboh karena kelemahan perasaan hati sendiri sungguh kasihan saking sedih boleh di-kata hatinya sudah remuk rendam.

Karena hati remuk redam dan sedihnya tak terperikan sehingga tiada semangatnya untuk mengerahkan tenaga murni untuk menolak racun? Maka pukulan beracun Kongsun Ki toh tetap melukai ayahnya juga.

Kongsun Ki mencelat bangun dengan sebelah tangannya saja dia menerjang ketengah gerombolan orang banyak terus main pukul dengan hantaman berbisa begitu hebat dan ganas pukulan telapak tangannya banyak murid2 Kayp-ang yang dipukul roboh dan dia bikin bocar kacir. Disaat KongsUn In mengejar putranya, disana Hong-lay- mo-li dan Siau-go-kan-kunpun berhasil menyandak Thay Bi. Anehnya Thay Bi yang di kejar ini seperti berubah orang lain, punggungnya tidak bungkuk lagi, cuma kelihatannya lebih gemuk dari biasanya, raut mukanyapun sudah berubah tidak seperti tempo hari

Terdengar Hong Hwe-liong berteriak dari kejauhan: "Mata2 yang kukatakan adalah orang itu, jangan lepaskan dia."

Hong-lay-mo-li membatin: "Peduli dia Thay Bi apa bukan, ringkus dulu lebih penting." Ginkang Hong-lay mo-li memang amat tinggi, belum lenyap seruan Hong Hwe-liong, dia sudah mengejar tiba dibelakang orang itu. "sret" kontan pedangnya menusuk.

Cepat sekali Siau-go-kan-kunpun sudah mengudak tiba, cuma dia berputar dari arah samping berbareng kipasnya dia kebaskan sehingga menimbulkan segulung angin kencang memunahkan tenaga tutukan Hian-im-ci lawan.

Agaknya orang itu tahu Siau-go-kan-kun seorang lawan tangguh, terpaksa dia harus tumplek seluruh perhatiannya melayaninya, sementara serangan Hong-lay.mo-li bagai kilat, meski tahu Hong lay-m0-li menusuk dari belakang tak sempat lagi dia berkelit "pletak" terdengar suara nyaring, sungguh aneh, tusukan Hong-lay-mo-li ternyata bukan mengenai kulit daging orang. Begitu Hong-lay-mo-li melengak, dari robekan baju orang itu jatuh selembar papan dan beberapa batang kayu.

Kiranya Thay Bi sengaja mengikat beberapa lembar papan di punggungnya bagian yang kosong di padati dengan kapuk, muka badannya kelihatan rada gemuk, sekaligus menghilangkan jejak bungkuknya, Baru sekarang Hong-lay- mo-li mengerti.

Karena kedoknya terbongkar Thay Bi jadi kalap dan menyerang adu jiwa, dengan gencar dia serang Hong-lay-mo- li. Dengan gabungan Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-kun sebetulnya bisa mengalahkan orang, namun Hian-im-ci-iat orang cukup lihay, dalam tiga lima puluh jurus terang tak mudah mengalahkannya.

Baru beberapa jurus tiba2 didengar oleh Hong-lay-mo-li jeritan gurunya, Keruan kejutnya bukan kepalang, dia kira gurunya sudah dicelakai oleh kekejian Kongsun Ki, budi guru setinggi gunung, menolong guru lebih utama daripada membekuk musuh. Terpaksa dia tinggalkan Thay Bi terus putar balik memburu kearah gurunya.

Cu Tan-ho baru saja roboh terluka, disusul Kongsun In ikut roboh pula muntah darah, keruan suasana menjadi gempar. Beramai2 murid2 Kaypang dan orang2 gagah yang hadir maju ada yang menolong Kongsun In ada yang berusaha untuk melindungi jiwa cu Tan-ho.

Maklumlah Tianglo yang satu ini beium membeber intriknya dengan Kongsun Ki. sementara Bu Su-tun sudah mengudek Kongsun Ki.

Lwekang sesat latihan Thay Bi selama puluhan tahun sudah tentu masih unggul melawan Siau-go-kan-kun, dirangsak secara sengit oleh lawan yang nekad, Siau-go-kan-kun mencak2 mundur keripuhan,

Cepat sekali Thay Bi sudah berhasil menerjang keluar, serunya sambil geiak2: "Pasukan Kim yang terpendam akulah yang mengundangnya, kalian seumpama kura2 didaiam kuali, kematian sudah didepan mata, masih berani bertingkah terhadapku?" betul juga belum lenyap dia bicara terdengarlah suara tanduk ditiup, dari ketinggian dipuncak gunung sudah tampak pasukan Kim yang berkuda sedang menyerbu tiba.

Hong Hwe-liong tiba2 berteriak lantang: "Murid2 Kaypang, dengarkan seruanku." keributan segera menjadi tenang terdengar Hong Hwe-liong berseru lebih lanjut: "Karena kesalahan pikirku, sehingga aku mengundang serigala, dosaku tak terarnpunkan, malu aku terhadap sesama saudara, Kini Kaypang menghadapi kehancuran lekas panggil Bu Su-tun Sute untuk memangku jabatan Pangcu, untuk menambal kesalahanku, Bu-sute puluhan kali lebih unggul dari aku. pasti kelak dia bisa menjunjung tinggi Kaypang nan jaya. Maaf bahwa aku takkan mampu bekerja bagi kepentingan Pang kita, tugas berat ini kuserahkan kepadanya."

Liu Goan-cong berada disampingnya menjaga keselamatannya dari bokongan orang tak terduga bahwa orang yang dilindungi tiba2 memuntahkan darah, hendak mencegah orang bunuh diripun tak keburu lagi.

Kiranya karena merasa malu dan putus asa, dengan mengerahkan Lwekang tingkat tinggi Hong Huie-liong menggetar putus urat nadinya sendiri,

Kontan badannya terjungkal roboh dari atas panggung. Tiga Hiangcu tertua dari Kaypang segera memburu maju,

katanya: "Hong-hiangcu, tiada manusia yang tak bersalah, tahu salah dan mau memperbaikinya adalah kebijaksanaan yang utama. Kenapa kau berbuat secupat ini?"

Lekas Liu Goan-cong salurkan tenaga melalui punggungnya., Hong Hwe-Liong mulai sadar dari pingsannya? katanya lirih dengan tersenyum: "Kalian sudi mengampuni dosaku, aku amat senang, Tapi aku tak bisa ampuni diriku sendir-" habis kata2nya putuslah napasnya.

Bu Su-tun sudah hampir menyandak Kongsun Ki. tahu terjadinya perubahan yang tak terduga ini terpaksa dia putar balik, seluruh murid Kaypang serempak menjunjungnya sebagai pewaris Pangcu, didaiam waktu singkat dan situasi gawat ini tak sempat menggunakan prosesi segala, saat itu juga Bu Su-tUn lantas digusur keatas panggung dan menerima pengangkatan jabatan pangcu secara resmi dihadapan orang banyak. Puluhan tahun Bu Su-tun pernah berkecimpung dalam pasukan Gi-lim-kun negeri Kim, dia tahu benar tentang strategi perang, pasukan pendam negeri Kim masih harus memukul mundur kawan2 Kangouw yang dipimpin Say-ci- hong yang mencegatnya, meski kalah banyak jumlahnya dan terpukul mundur, namun sementara pasukan musuh kena dirintangi, dalam setanakan nasi tak mungkin pasukan musuh menyerbu datang.

Segera Bu Su-tun keluarkan perintahnya, supaya murid2 Kaypang tenang dan mantap diri, dia atur ala kadarnya untuk melawan serbuan musuh.

Liu Goan-cong pelan2 rebahkan jenazah Hong Hwe-liong, disaat dia tertunduk bingung, apa Perlu mengejar Thay Bi atau menolong Kongsun In.

Untung putrinya sudah berteriak memanggilnya: "Ayah, lekas kemari!"

Lwekang Kongsun In memang ampuh, namun karena pukulan batin yang meremuk redamkan sanubarinya hakikatnya dia tidak berusaha untuk bertahan hidup lagi, sudah tentu hawa beracun lekas sekali merembes keseluruh badan, Hong-lay-mo-li dibantu Bu_lim thian-kiau menyalurkan hawa murni untuk membantu, namun karena Kongsun In sendiri tak berusaha kerja sama, sehingga saluran hawa ini bukan membantu malah merupakan hambatan dengan kekuatan hawa murni Kongsun In yang sudah tak terkendali karena kewalahan terpaksa Hong-lay-mo-li panggil ayahnya minta bantuan.

Setelah meraba urat nadi Kongsun In, seketika Liu Goan- cong mengerut kening, dengan sesenggukan Hong-lay-mo-li memohon: "Ayah, kau harus berusaha menolong guruku."

"Baik aku akan bekerja sekuat tenaga, Lekas panggil Kok- ham kembali." Lwekang Liu Goan-cong kira2 setingkat dengan Kongsun In, maka dia gunakan pula cara pengobatan tusuk jarum menusuk beberapa Hiat-to Kongsun ln untuk merangsang reaksinya, lalu dengan Lwekang tingkat tinggi dia mengurut dan memijat, sehingga hawa beracun yang mengumpul dalam badannya buyar.

Tapi walau Liu Goan-cong sudah bekerja sekuat tenaga menggunakan Lwekang, tusuk jarum dan ilmu pengobatan secara tradisionil semuanya tak membawa paedah besar, paling hanya sementara mencegah hawa beracun tidak melebar hawa murni Kongsun In tak kuasa dihimpunnya kembali.

Maka kunci dari berhasil tidak usaha pertolongan Liu Goan- cong terletak pada diri Kongsun In sendiri yang masih tidak punya hasrat hidup?

Kalau tidak meski kepandaian ilmu pengobatan Liu Goan- cong setinggi langitpun takkan berguna.

Waktu Hoa Kok-ham menyusul kembali, kebetulan Kongsun In siuman dari pingsannya, Liu Goan-cong lantas berkata; "Kongsun-toako, ada sebuah permintaanku, kau harus membantu aku"

Kongsun In tertawa getir, sahutnya: "Sekarang aku masih mampu bantu kau apa?"

“Sengaja aku kemari lantaran soal ini maka dari jauh aku menemui kau. Kecuali kau, tiada orang kedua yang bisa wakili kau memutuskannya."

Kongsun In dan Liu Goan-cong merupakan tokoh puncak persilatan pada masa itu, hari ini keduanya bertemu muka, begitu membuka kata Liu Goan-cong lantas minta bantuannya, sudah tentu Kongsun In merasa amat bangga, timbullah jiwa luhurnya, katanya: "Asal aku mampu, aku Pasti membantu Silakan kau berkata." 'Yau-ji adalah putriku, tapi kaulah yang mengasuh-nya sampai dewasa, budimu jauh lebih besar dari aku, maka urusannya kaulah yang memutuskannya. Hari ini aku kemari mohon kau suka meluluskan perkawinannya dengan Kok-ham dan kaulah yang harus jadi wali pernikahan mereka, sudikah kau menerima permintaanku ini?"

Kongsun In bangun duduk, katanya dengan tersenyum lebar; "Memang sejak lama aku sudah punya maksud demikian mana bisa aku tidak menerimanya?"

"Kongsun-cianpwe," kata Hoa Kok-ham, "akupun ingin mohon sesuatu kepadamu." "Lho. kau sudah mendapat istri cantik, masih ada Permintaan apa lagi terhadapku?"

"Sejak kecil ayah bundaku sudah meninggal, banyak terima kasih berkat bimbinganmu kini kau sudi serahkan muridmu kepadaku, budi sebesar ini takkan bisa kubaias, aku rela bersama Jing-yau selalu mendampingi kau orang tua, menjadi putra putrimu sendiri, Mohon kau suka menerima kami"

Kejut dan girang Kongsun In, katanya; "Wah masa aku berani terima?" belum habis dia bicara, Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-kun berlutut dihadapannya. Kata Hong-lay-mo-li: "Budi guru setinggi gunung, semenjak kecil Suhu sudah kupandang sebagai ayahku sendiri, hari ini hanya pengangkatan secara resmi saja. Kalau kau orang tua tidak mau terima, kami tidak akan bangun."

Bercucuran air mata Kongsun In, satu tangan seorang dia tarik mereka bangun, mulutnya menggumam: "Tak nyana aku kehilangan seorang anak, malah mendapat ganti dua putra putri."

Melihat air matanya, baru Liu Goan-cong merasa lega hati, pikirnya: "Asal hatinya terganjel oleh tanggung jawab, aku akan punya keyakinan untuk menyembuhkan jiwanya." maka dengan tertawa segera dia ber kata; "Kongsun-toako, marilah kuobati luka2mu. Yau-ji masih perlu tenagamu untuk merestui pernikahannya, kau harus peiihara kesehatanmu baik2." telapak tangannya terus menekan punggung orang, hawa murni pelan2 dia salurkan, setelah punya kemauan hidup, segera Kongsun In himpun Pula hawa murninya yang bubar, dengan kerja sama dua tokoh kosen, cepat sekali tenaga mereka terbaur didalam badan Kongsun In.

Sementara itu dengan pukulan beracunnya Kongsun Ki sudah membunuh beberapa murid Kaypang, waktu dia tiba disamping gunung, pasukan negeri

Kim-pun sudah tiba dikaki gunung jaraknya sudah tidak jauh lagi. Tapi murid2 Kaypang dan orang2 gagah sama dendam kepadanya, mereka mengejar terus dengan kencang.

Bu-lim_thian-kiau dan Siau-go-kan-kun jadi nganggur, tapi dilihatnya dari pengkolan gunung sana berlari mendatangi bayangan dua gadis, satu diantaranya adalah Jiliam Ceng-hun, segera dia minta diri dan tarik Hoa Kok-ham untuk mengejar kearah Kongsun Ki.

Karena lengannya keseleo tinggal lengan kiri Kongsun Ki saja yang masih bergerak, walau Gin-kangnya tidak lemah tapi murid2 Kaypang sama menyerang dengan Am-gi dari kejauhan, terpaksa dia harus putar pedang melindungi badan, sudah tentu larinya menjadi terhalang.

Dengan mengembangkan Pat-pau-kan-sian cepat sekali Bu- lim-thian-kiau melampaui orang banyak langsung memburu kearah Kongsun Ki.

Diam2 Kongsun Ki mengeluh, dia tahu betapa tinggi Lwekang dan kepandaian Bu-lim-thian-kiau, apalagi kini lengannya tinggal satu, jelas bukan tandingan Bu-lim-thian- kiau. Kebetulan dilihatnya dua gadis muncul dari pengkolan gunung mengadang jalannya. Kedua gadis ini adalah Jilian Ceng-hun dan Hun Ji-yan.

Kongsun Ki menyambutnya dengan gelak tawa, seru-nya: "Kebetulan kalian dua betina ini mengantar jiwa." pedang dimasukan kesarung, sekali tutul kaki badannya lantas melejit kedepan kedua gadis, dengan mengembangkan Kim-na-jiu hendak menawan satu diantara kedua gadis ini untuk dijadikan sandera.

Walau hanya bertangan satu, namun permainan Kim-na-jiu Kongsun Ki amat lihay, dia tahu ilmu silat Hun Ji-yan agak lemah maka jurus pertama langsung dia tujukan kepada Hun Ji-yan. Diluar tahunya sejak dirinya dihina dulu Hun Ji-yan sudah menggembleng diri dibawah asuhan Bu-siang Sinni selama lima tahun, kepandaiannya sekarang jauh berlipat ganda dibanding dulu.

Kini berhadapan dengan musuh, seketika menyala sorot matanya, "Pengkhianat." makinya tidak berkelit, "sret" pedangnya malah menusuk.

Walau kepandaian Hun Ji-yan maju berlipat ganda betapapun masih bukan tandingan Kongsun Ki, disaat kedua pihak hampir terkena serangan masing2, tiba2 gesit luar biasa Kongsun Ki menggeser langkah miringkan badan mengitar kesamping Hun Ji-yan..

Tanpa menghentikan gerak langkahnya, jurus tidak berubah, tetap dia gunakan Kim-na-jiu-hoat, cuma sasaran cengkramannya sudah beralih.

Karena menusuk tempat kosong untuk merubah tipu tak sempat lagi, Kalau satu lawan satu, terang Hun Ji-yan bukan tandingan Kongsun Ki. Untung Jilian ceng hun membantunya, melihat gelagat jelek segera dia menubruk maju menolong Hun Ji-yan.

Serangan seruling Jilian Ceng-hun amat keji, yang diincar adalah lengan Kongsun Ki yang keseleo, malah yang diarah adalah Hiat-to diantara sela2 tulangnya yang keseleo itu- Meski tulang lengannya keseleo untuk menyambung dan mengobatinya bukan soal sulit bagi Kongsun Ki- Tapi jikalau lengannya terketuk remuk tulangnya, terang tak mungkin disambung dan diobati lagi- Terpaksa Kongsun Ki harus berkelit, cepat sekali tahu2 Bu-lim-thian-kiau sudah memburu datang.

Kongsun Ki menghardik sekali lengan bajunya segera dia kebutkan, sebelum beberapa langkah lagi Bu-lim-thian-kiau sempat memburu datang, dia kerahkan Thi-siu_sin-kang menggulung kearah Jilian Ceng-hun-

Luka2 Jilian Ceng-hun baru saja sembuh, tenaganya belum pulih sepenuhnya didalam kerepotannya, lekas dia gunakan burung dara jumpalitan melompat kebelakang, untung tidak kena kesampuk lengan baju lawan, namun tak urung dia tergetar sungsang sumbel dan jatuh cukup berat.

Keruan tak terbilang kejut Bu-lim-thian-kiau, dengan serulingnya dia tuding kedepan segulung hawa murni dia tiup dari lobang serulingnya,

Pukulan beracun susulan Kongsun Ki tertangkis ditengah jalan, Lekas Kongsun Ki angkat langkah seribu lari terbirit2.

Tak sempat mengejar musuh Bu-lim-thian-kiau menolong kekasihnya lebih dulu, lekas dia papah Jilian Ceng-hun.

Untung Jilian Ceng-hun, sempat berkelit walau terbanting jatuh, untung tidak terluka apa2. Kejap lain Bu Su-tunpun sudah memburu datang memberi pertolongan pula.

"Toako tuntut kan balas sakit hatiku." Hun Ji-yan segera berteriak menyambut. "Wuut" kontan Bu su-tun lontarkan pukulannya, Tay-iik-kim kong-ciang dari Kaypang merupakan ilmu tunggal dari Bulim, guru Bu Su_tun Siang Gun-yang dimasa jayanya pernah dijuluki Pukulan nomor satu didunia, Bu Su-tun berbakat dan punya pembawaan tenaga raksasa sejak dilahirkan kekuatan pukulannya sekarang malah lebih tinggi dan dahsyat dari gurunya dimasa jayanya.

Selama ini Kongsun Ki belum sempat mengobati tulangnya yang keseleo, barusan adu pukulan pula dengan Bu-lim-thian- kiau, sehingga luka2 lengannya lebih parah, darah bercucuran deras.

Terpaksa dia harus kerahkan Lwekang ajaran sesat untuk menutup Hiat to dan lari menyelamatkan diri lebih penting, jarak mereka sekitar puluhan tombak, tak pernah dia sangka Bik-kong-ciang Bu Su_tun bisa mencapai jarak begitu jauh, karena perhatiannya tertuju menyumbat Hiat-to menghentikan cucuran darahnya sehingga tak sempat mempertahankan diri- "Blang" badannya tergetar jungkir balik oleh pukulan Bu Su- tun.

"Aku tidak terluka lekas kau tangkap penghianat itu" seru Jilian Ceng-hun seraya dorong Bu-lim-thian-kiau. Bu-lim-thian- kiau berada didepan Bu Su-tun, jaraknya cuma lima tombak, Dengan mengembangkan Pat-pau-kan-sian, berapa kali lompat jauh, dia menyandak kebelakang Kongsun Ki saat mana Kongsun Ki masih terguling2 ditanah, terang takkan bisa lari lagi.

Disaat2 kritis bagi jiwa Kongsun Ki itulah, tiba2 tampak seekor kuda membedal kencang orang yang bercokol dipunggung kuda ternyata bukan lain adalah Wanyan Tiang-ci, pemimpin yang membawa pasukan negeri Kim.

"Tam Ih-tiong." bentak Wanyan Tiang-ci "tidak malu kau bergaul dengan kawanan jembel?" sembari memaki tangannya beruntun menarik busur, sebagai tokoh tinggi dari negeri Kim. dalam hal kepandaian silat dan Lwekang dia setingkat masih lebih tinggi dari Bu-lim-thian-kiaut terdengar beberapa kali jepretan, anak panah bagai meteor beruntun melesat kedepan.

Selangkah lagi Bu-lim-thian-kiau akan berhasil menangkap Kongsun Ki, sayang panah sudah melesat tiba. Terpaksa dia gerakan serulingnya menyampuk panah, telapak tangannya tergetar sakit kemeng. Bu-lim-thian-kiau tertawa dingin: "Kaum jembel adalah patriot bangsa, aku berteman dengan mereka jauh lebih baik dari pada kau membantu raja durjana yang lalim."

Beruntun Wanyan Tiang-ci bidikan pula tiga panah berantai untung Bu Su-tun sudah memburu tiba, Dengan langkah lebar Bu Su-tun memapak maju,

"Tang tang" dua kali tabasan goloknya dia sapu jatuh dua panah didepan, panah ketiga tak sempat ditangkis, lekas dia miringkan badan berkelit panah ini menyerempet lewat dari kulit badannya, kiranya tenaga Bu Su-tun lebih unggul dari Bu- lim-thian-kiau cuma gerak kelincahannya saja yang kalah.

Oleh karena itu dia mampu pukul jatuh dua dan kelit satu, tidak merasa susah tapi hampir saja terluka.

Melihat orang tidak merah mukanya, napaspun tidak memburu diam2 bercekat hati Wanyan Tiang-ci, Karena hampir saja terpanah Bu Su-tun naik pitam, bentaknya: "Diberi tidak membalas kurang hormat nah sambutlah senjataku." kontan dia timpukan sebilah badik. Yang diincar bukan Wanyan Tiang-ci tapi menyapu kekaki kuda lekas Wanyan Tiang-ci membungkuk badan mengeluarkan ruyung panjang, sekali sendal dia berhasil gulung badik itu, namun karena badan terbungkuk sasaran kurang tepat dan tenaga tidak persis lagi, badik itu masih menyerempet kaki kuda-nya, meski sedikit luka kuda yang sudah terlatih di-medan laga ini toh sudah berjingkrak kesakitan dan tak berani maju lebih lanjut.

Saat mana bantuan pasukan negeri Kim sudah menyerbu datang, Wanyan Tiang-ci tarik kendali kudanya tidak berani menyerbu lebih lanjut, Bu Su-tun dan Bu-lim-thian-kiau masing2 melindungi calon istrinya, bergegas mereka menggabungkan diri dengan rombongan orang banyak.

Setelah menggelinding beberapa kali lekas Kongsun Ki mencelat bangun, sementara pasukan pelopor negeri Kim sudah memburu tiba, Wanyan Tiang-ci mengerut kening, katanya: "Kongsun-huma kenapa keadaanmu begini runyam." untung Kongsun Ki tidak tergetar luka dalam oleh pukulan Bu Su-tun, namun di-hadapan Wanyan Tiang-ci dirinya hampir saja melayang jiwanya sudah tentu malu bukan main.

Tanpa hiraukan olok2 orang lekas dia keluarkan obat menyambung tulang lengannya yang keseleo, katanya kemudian: "Urusan besar gagal total. Bukan saja jabatan Pangcu Kaypang tak jadi kududuki, Cu Tan hoa pun sudah tertawan mereka." "Bagaimana Hong Hwe-liong?" tanya Wanyan Tiang-ci.

"Keparat itu ingkar janji disaat genting, semua rahasia kita dia bongkar dihadapan umum, sebelum orang membunuhnya, dia sudah bunuh diri. Terpaksa kita harus menggunakan kekerasan."

Didalam memendam pasukannya di Toa-cu-sia Wanyan Tiang-ci menggunakan dua perhitungan jikalau rencana mereka bisa berjalan baik, Kongsun Ki berhasil menduduki jabatan Kaypang Pangcu, dia cukup berpeluk tangan, melaksanakan rencana jangka panjang dengan bantuan Kongsun Ki, satu persatu memberantas kaum gerilya, jikalau sebaliknya, segera dia kerahkan pasukannya menyerbu dengan kekerasan menjaring seluruh murid2 Kaypang yang hadir dalam rapat besar ini.

Soal Kongsun Ki selamat atau gugur tidak menjadi perhitungannya, Kongsun Ki memang cerdik pandai lapat2 dia sudah merasakan hal ini, tapi sekarang dirinya sudah berada dijalan buntu, terpaksa sepenuh hati dia bekerja demi kepentingan negeri Kim, terima menjadi anteknya yang setia.

Menurut janji, Cu Tan-ho harus memberi isyarat dikala keadaan mendesak baru Wanyan Tiangci pimpin pasukannya menyerbu, Kali ini karena Wanyan Tiang-ci menyadari rahasianya sudah konangan oleh para enghiong yang dipimpin Say-ci-hong maka mereka bergerak sebelum saatnya, dan lantaran dia bergerak sebelum saatnya sehingga keburu menyelamatkan jiwa Kongsun Ki.

Tatkala itu Thay Bi sudah kembali kedalam pasukan negerinya, maka Wanyan Tiang-ci kerahkan bala tentaranya menyerbu secara terbuka. Disana Bu-Su-tun sudah bergabung dengan rombongan besar, segera dia pimpin orang2 Kaypang siap menyambut serbuan musuh.

Jilian Ceng-sia mengikuti Bu-lim_thian-kiau naik ketanah lapang berumput sekilas dilihatnya batok kepala Jilian Ceng- poh yang masih berada diatas panggung, keruan bergetar hatinyaf teriaknya: "Bukankah ini ciciku? Kalian... kaliankah ..."

"Bukan kami yang membunuhnya, Kongsun Ki lah yang membunuh. Dengan membawa batok kepala cicimu dia hendak merebut kepercayaan orang2 Kaypang untuk merebut jabatan Pangcu."

Terpaksa Jilian Ceng-hun maju membuntal batok kepala cicinya, katanya dengan penuh dendam, "ciciku memang pantas dihukum mati, tapi bukan Kongsun Ki pengkhianat itu yang pantas membunuhnya," baru saja dia celingukan hendak mencari Hong lay-mo-li, tiba2 terdengar suara jeritan Hong- lay-mo-li disebelah sana.

Ternyata melihat Bu Su-tun dan lain2 beruntun kembali, Kongsun In tahu bahwa putranya yang durhaka sudah lolos dan bakal jadi antek musuh mengkhianati bangsa dan leluhur, sebagai tokoh besar persilatan mana Kongsun In tahan punya anak yang begitu tak berguna, bikin malu keluarga dan bangsa.

Memangnya luka2nya cukup berat, beberapa patah kata Jilian Ceng-hun didengarnya dengan jelas, beruntun mengalami pukulan lahir batin yang begini berat, hawa murninya yang mulai terhimpun menjadi sesat jalan dan tak lancar lagi, kontan dia menjepit dan jatuh semaput. Karena gurunya jatuh pingsan inilah maka Hong-lay-mo_li menjerit kuatir.

Cepat Liu Goan-cong salurkan hawa murninya pula serta berbisik dipinggir kupingnya: "Kongsun-toako jangan lupa kau berjanji kepadaku, Pernikahan Jing-yau kaulah yang harus menjadi walinya"

Setelah membuka mata kembali Kongsun In memuntahkan darah segar. Kembali Hong-lay-moli menjerit kaget. Lekas Liu Goan-cong goyang tangan, katanya: "Kongsun-toako, selama gunung tetap menghijau, kenapa kuatir kehabisan kayu bakar. Kau harus merawat kesehatanmu lebih penting."

Kongsun in menghela napas, katanya: "Kok-ham, kemarilah kau."

"Ayah," panggil Siau-go-kan-kun sambil maju mendekat. "Aku berjanji untuk mengkawinkan Yau-ji kepadamu tapi

kaupun harus berjanji sebuah hal kepada ku." demikian pesan

Kongsun In.

"Silakan ayah memberi pesan." sahut Siau-go-kan-kun. "Aku terang tak bisa menghukum mati binatang itu, setelah

kalian suami istri menikah secara resmi, kalian harus

melaksanakan cita2ku terakhir" kiranya Kongun in sudah Jau- hwe-jip-mo, badannya sudah cacat tak leluasa bergerak. Tahu bahwa Hong-lay-mo-li takkan tega membunuh suhengnya maka dia berpesan wanti2 kepada Siau-go-kan-kun.

"Ayah, rawatlah iuka2mu lebih penting. Hal itu kau serahkan saja kepadaku," ujar Siau-go-kan-kun.

"Baik lekas kalian sambut kedatangan musuh, jangan lantaran diriku bikin kapiran orang banyak."

"Selama hidupmu kau dijunjung tinggi sebagai patriot perkasa betapapun kau pantang terjatuh ke tangan musuh." tanpa banyak bicara Liu Goan-cong angkat Kongsun In terus digendong, Kongsun In masih mau buka suara, segera Liu Goan-cong mendahului: "Bekal silat Kok-ham sekarang masih belum mampu menundukan Kongsun Ki, selanjutnya kau sendiri perlu menggembleng mereka suami istri, Tanpa hiraukan jiwa ragamu sendiri, bagaimana Kok-ham bisa melaksanakan cita2mu."

Kongsun In tidak membantah, terpaksa dia pejamkan mata, Tak tega dia melihat putranya menyerbu datang bersama musuh,

Tapi Kongsun Ki tidak berani putar balik, disamping takut berhadapan dengan ayahnya, lengannyapun perlu segera diobati, maka dia rebut seekor kuda jempolan terus lari pulang lebih dulu. Sedang Thay Bi yang hanya sedikit terluka menggabungkan diri dengan rombongan Wanyan Tiang-ci ikut menyerbu ke atas gunung.

Begitu jarak dekat Wanyan Tiangci segera keluarkan perintah untuk membidikan panah, para Busu yang dipimpinannya sudah pengalaman di medan laga, semuanya pilihan lagi, membekal kepandaian silat tinggi pula, sedang panah yang digunakanpun Sin-pi-kiong, panah terampuh pada masa itu.

Begitu hujan panah berlangsung dengan sengit dan lebat murid2 Kaypang banyak yang jatuh menjadi korban, Bu Su- tun gusar segera dia raih sebuah batu terus diremesnya menjadi krikil2 kecil serta ditimpukan balik dari atas kebawah, batu beterbangan laksana bidadari menyebar kembang, para Busu dalam jarak puluhan tombak semua kena ditimpuk luka dan terguling2.

Sayang pihak Kaypang yang memiliki tenaga raksasa seperti Bu su-tun hanya beberapa orang saja, pihak musuh sebaliknya ada ratusan busur panah, pihak Kaypang tetap dipihak yang dirugikan, Lekas Bu Su-tun merubah cara tempurnya, masing2 dianjurkan mencari tempat perlindungan, lalu balas menyerang dengan senjata rahasia yang bobotnya berat, sehingga korban tidak sebanyak tadi.

Berada ditempat tinggi dengan seksama Bu Su-tun perhatikan keadaan Pihak musuh, tampak barisan musuh setiba di bawah gunung terpecah menjadi dua barisan, menuju kedua arah cepat sekali mereka sudah mengepung ditengah gunung.

Disusul kupingnya mendengar gegap gumpita dari ajang pertempuran seru dibawah kaki gunung sebelah sana, agaknya orang2 gagah yang dipimpin Say-ci-hong telah tercegat dan bentrok dengan sebarisan pasukan musuh sehingga tak bisa memberi bantuan keatas, jumlah mereka pun hanya empat puluh lima orang, sebaliknya musuh ada seratus lebih, berarti satu harus melawan tiga.

Untungnya tujuan Wanyan Tiang-ci menumpas habis para kajem yang berada dipuncak, maka tidak menambah kekuatan untuk menumpas orang2 Say-ci-hong.

Sebagai saudara angkat laksana saudara sepupu sendiri, sudah tentu Tang-hay-Iiong tidak bisa peluk tangan melihat adiknya terancam bahaya, serunya gusar: "Dari pada mampus disini, hayolah serbu ke bawah dan adu jiwa dengan musuh," segera dia pelopori orang2 lain menyerbu keluar lebih dulu.

Bu Su-tun menjadi kewalahan untuk mencegah, terpaksa diapun perintahkan murid2 Kaypang ikut menyerbu turun ke- bawah gunung,

Tang-hay-liong berhasil merebut sebatang tombak panjang dengan memutar kencang tombak dengannya dia, menyerbu dipaling depan, panah yang memberondong tiba disapunya berjatuhan. Sementara Song Kim-kong dan kawan2 lain terus membuntutinya dengan ketat, memang beberapa orang roboh, namun jarak kedua pihak menjadi makin dekat.

Seorang perwira Kim yang kenamaan sebagai pahlawan bangsanya keprak kuda memapak maju, mungkin karena tidak tahu kelihayan Tang-hay-liong, pikirnya hendak unjuk pamor dan main gagah, tak nyana sekali hardik Tang-hay-liong timpukan tombak panjangnya dan telak menembus ulu hatinya sampai jatuh terpantek ditanah. Keruan pasukan Kim menjadi gempar dan ribut melihat Pemimpinnya gugur.

Wanyan Tiang-ci hanya tersenyum saja menyambut kegarangan Tang-hay-liong, katanya; "Tak usah pakai kekerasan dengan mereka," setelah jarak dekat segera dia keluarkan perintah," Serang dengan api."

Pasukan Kim segera memencar diri, dari tengah dan belakang segera muncul sebarisan Busu seragam hitam, masing2 orang memeluk sebuah bumbung bundar panjang se- tombak, warna hitam entah terbuat dari apa? Baru saja orang2 gagah melengak heran, mendadak didengarnya suara jepretan yang menderu, sinar api seketika berkobar, dari setiap bumbung bundar hitam itu menyemburkan gumpalan api yang menyala terang. Karena tidak menyangka puluhan orang seketika dijilat dan ditelan dalam kobaran api.

Tang-hay-liong segera menjatuhkan diri dan menggelinding, memadamkan api yang menjilat badannya, begitu dia mencelat bangun pula sigap sekali dia sudah berhasil merebut sebuah bumbung penyembur api, lalu dia balas menyempit api ke arah pasukan Kim.

Sayang hanya dia seorang sudah tentu kewalahan juga melawan puluhan semprotan api musuh, orang lain yang tak berhasil merebut semprotan api tidak sedikit yang terbakar, terpaksa menyurut mundur agak jauh.

Dengan tiupan tanduknya Wanyan Tiang-ci memberi aba2, barisan semprotan api ditengah segera maju membuka jalan demikian pasukan yang tersebar mengelilingi gunung serempak bergerak maju.

Semprotan api merupakan senjata ampuh dalam pasukan Wanyan Tiang-ci yang paling dibanggakan bahan utamanya adalah Bak-cu (minyak bumi) yang berlimpah2 di luar Giok_bun-goan, kekuatan semprotan api ini bisa mencapai tiga tombak. Untuk menjaring dan menumpas habis seluruh kajem yang ada diatas Siu-yang-san ini, maka tak segan2 Wanyan Tiang-ci menggunakan senjata keji ini.

Sayang sekali serbuan Tang-hay-liong dan kawan2-nya merubah rencananya semula sehingga mereka dipaksa oleh keadaan untuk mengerahkan pasukan semprotnya sebelum waktunya tiba.

Maka dibelakang gunung masih terdapat lobang yang belum sempat diduduki oleh pasukan Kim- Bu Su-tun cukup cekatan dan tegas dalam putusan, segera dia suruh murid2 Kaypang menerjang keluar dari lobang dibeiakang gunung ini, sedang dia ajak Siau-go-kan-kun dan Iain2 yang berkepandaian tinggi untuk menolong teman2 yang terkepung api.

Disamping itu orang2 gagah pimpinan Say-ci-hong yang terkepung di Samping gunung juga perlu bantuan mereka secepatnya-

Rerumputan kering dan tetumbuhan pohon diatas gunung amat banyak, maka semprotan api membawa hasil yang luar biasa besarnya, namun senjata istimewa inipun ada cirinya, begitu bagian depan terbakar, pasukan Kim dibelakangnyapun tak kuasa maju lebih lanjut, malah bukan mustahil karena hembusan angin gunung yang santer, tidak pandang bulu lagi, bukan mustahil mereka sendiripun bisa terbakar juga-

Bu Su-tun kempit Cu Tan-ho dibawah ketiaknya, bentaknya menggeledek "Siapa merintang jalan, biarlah adu jiwa dengan aku-" memangnya pukulan tangannya adalah yang paling dahsyat diantara mereka, maka dia pilih tempat2 yang belum terjilat api sembari main pukul menyibak asap dan kobaran api yang menyala2 untuk mencari jalan menerjang keluar, tidak sedikit tentara Kim yang teriuka oleh pukulannya dan kesamber asap dan terjilat api, be-ramai2 mereka lari menyingkir.

Dibelakang Bu Su-tun masih ada belasan murid Kaypang dari kantong enam dan tujuh, mereka adalah murid2 Kaypang yang sudah punya pengalaman perang dimedan laga, cepat sekali mereka sudah berhasil mendapatkan cara dan akal untuk memadamkan api secara darurat, setiap orang memangnya sudah membekal karung untuk minta sedekah beras, kini mereka gunakan karung2 itu mengisi tanah, dengan memeluk karung berisi tanah ini mereka main bergelindingan, api yang menyala tidak begitu besar begitu tertindih karung seketika padam, cepat sekali mereka berhasil menembus sebuah jalan keluar.

Kembali Bu Su-tun pukul roboh puluhan Busu, Tang-hay- liong setelah memadamkan api di badannya segera lontarkan pukulan Gun-goan-it-cu-kang, damparan angin yang mampu meremukan batu bikin musuh jatuh korban.

Cepat sekali jago2 Kaypang dan orang2 gagah yang dipimpin Song Kim-kong sudah bergabung dengan nekad seperti banteng ketaton mereka serbu ke dalam pasukan Kim, dalam Pertempuran jarak dekat, Sin-pi-kiong dan semprotan api jadi tidak berguna lagi, terpaksa kedua pihak harus mengandal latihan silat masing2.

Baru saja Bu Su-tun menerjang maju, tiba2 terasa sejalur angin dingin yang kuat melesat ke arah dirinya, betapa tinggi Lwekang Bu Su-tun, tak urung diapun bergidik kedinginan.

Kontan dia lontarkan pukulan telapak tangannya menangkis, waktu dia menoleh dilihatnya yang menyerang adalah si Bungkuk Thay Bi-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar