Pedang Tanduk Naga Bab 09 Menghadiri Phibu di Thian-leng-kau

Bab 09 Menghadiri Phibu di Thian-leng-kau

Saat itu matahari sudah naik di puncak gunung, Puncak di sebelah kanan kiri penuh tertutup pohon siong dan rotan liar. Ternyata markas itu merupakan sebuah lembah  gunung yang luas, penuh dengan bangunan2 dan pohon2.

Berpuluh tombak yang disebelah muka, terdapat sebuah hutan lebat, Di tengah hutan itu tampak beberapa buah bangunan gedung yang besar.

Sesudah masuk, Yok Lan dapatkan beberapa anak buah Thian-leng kau masih memandang dan kasak kusuk.

"Agaknya, tiada yang mengepalai penjagaan di pos pintu markas perkumpulan saudara," kata Yok Lan kepada Thio Su. Thio Su hanya mengatakan bahwa mungkin mereka ikut dalam pertandingan pi-bu. Akhirnya mereka disebuah gedung bangunan yang mempunyai ruangan besar sekali, Beribu-ribu anak buah Thian-leng-kau berada ruang besar itu dari tengah memandang ke arah halaman, sebuah lapangan luas yang merupakan tempat adu pi-bu saat itu.

Terdengar suara gemboran keras dan disambut dengan tampik sorak dan sekalian anak murid Thian-leng-kau.

Gin Liong bertiga tiba tak jauh dibelakang mereka, Tampak seorang lelaki berpakaian kelabu dengan muka merah padam sedang masuk kedalam rombongan anak murid Thian-leng-kau. Sedang seorang lelaki lain dengan wajah yang congkak berjalan mendatangi.

Thio Su mempersilahkan Gin Liong dan Yok Lan turun dari kuda, kemudian mengajaknya masuk kedalam ruangan. Banyak sekali anak buah Thian-leng-kau yang berpaling dan memandang ketika Gin Liong bertiga tiba. Tetapi dengan sikap yang angkuh, Thio Su berjalan paling depan untuk menunjukkan jalan kepada kedua pemuda itu.

Tiba2 diatas titian yang akan menuju ke panggung kehormatan dua orang penjaga dengan senjata golok di pinggang segera tampil menghadang. Thio Su dengan angkuh segera menunjukkan lencana dan kedua anak buah Thian-leng-kau itu pun segera menyisih.

Ternyata panggung itu merupakan tempat duduk dari mereka yang akan turun ke gelanggang untuk menunjukkan kepandaiannya, Saat itu panggung penuh dengan jago2 bahkan terdapat pula paderi dan imam. Ketika Gin Liong masuk, sekalian mata hadirin segera mencurah kepadanya, Ada yang terkejut tetapi tak kurang yang tak mengacuhkan.

Rupanya tempat duduk diatur menurut tinggi rendahnya kedudukan. Dibagian atas sudah penuh tetapi dibagian bawah atau yang di muka masih terdapat tempat yang kosong Gin Liong dan Yok Lan dipersilahkan duduk di deretan pertama.

Saat itu di gelanggang mulai diadakan pertandingan oleh dua orang jago.

Gin Liong dan Yok Lan mendapatkan bahwa semua orang yang duduk di panggung itu sama memperhatikan dirinya. Panggung dan sekeliling arena pertandingan diatur dengan megah dan meriah. Ruang besar itu di hias dengan indah.

Dimuka ruang disiapkan dua deret tempat duduk. Yang ditengah-tengah, tiga buah kursi besar bercat kuning emas. Yang tengah, duduk seorang anak muda berumur 28-29 tahun mengenakan pakaian warna biru seperti seorang sasterawan.

Sasterawan muda itu berwajah tampan dan gagah, alisnya tebal, mata bercahaya tajam dan mulut menyungging senyum.

Segera Gin Liong dan Yok Lan menduga bahwa sasterawan muda itu tentulah Honghu Ing, jago muda yang menggemparkan dunia persilatan dan kini menjadi ketua perkumpulan Thian-leng kau.

Disebelah kiri dari Honghu Ing duduk seorang tua berumur 60 an tahun, Sedang disisi kanan Honghu Ing, seorang gadis cantik berpakaian ungu muda. Dibelakang gadis cantik itu duduk dua orang dara, berpakaian ringkas dan menyanggul pedang di punggung, Rupanya kedua dara itu adalah bujang pelayan dari si gadis cantik.

Gin Liong dan Yok Dan tahu bahwa gadis cantik itu tentulah Honghu Yan, adik dan Honghu Ing. Tetapi mereka tak tahu siapakah orang tua berjubah kuning itu. Disebelah kanan dan kiri dari ketiga kursi kehormatan itu, masih terdapat enam orang. Ada yang berumur 40-70 tahun, yang termuda berumur 40-an tahun, Menilik wajah mereka yang merah segar dan tulang pelipisnya yang menonjol keluar, jelas mereka tentu jago2 yang  hebat tenaga dalamnya.

Kemudian pada deretan kursi yang kedua, tampak diisi oleh delapan orang, Pit-pengacau-dunia Yu Ting Su, duduk disalah satu dari tiga kursi yang paling tengah.

Yu Ting Su mengenakan pakaian ringkas, punggungnya menyelip sebatang poan koan-pit dan tengah memandang dengan perhatian ke tengah gelanggang.

Dibelakang kedua deret kursi itu, penuh berdiri berpuluh- puluh orang. Diantaranya tampak Tio hiang cu yang telah dipotong daun telinganya oleh Tio Li Kun tempo hari.

Tiba2 beberapa jago berpakaian biru, berpaling memandang Thio Su yang saat itu tengah menghampiri ke tempat Yu Ting Su. Yu Ting Su berpaling dan terkesiap, Thio Su membisiki ke dekat telinga Yu Ting Su tetapi orang she Yu itu gelengkan kepala.

Ketika memandang ke deretan muka tempat Gin Liong dan Yok Lan duduk, wajah Yu Ting Su serentak berobah, ia mendorong Thio Su lalu berbangkit dan bergegas menghampiri ke kursi ketua. sikapnya tegang sekali.

Saat itu terdengar sorak sorai bergemuruh dan kedua orang yang bertanding, pun sudah tinggalkan lapangan.

Gin Liong berpaling ke belakang. Tampak Yu Ting Su tengah berdiri dibelakang Honghu Ing dan membisiki beberapa patah kata, Wajah Honghu Ing berobah serius.

Rupanya gerak gerik Yu Ting Su itu menimbulkan perhatian segenap orang yang hadir disitu, setelah mendapat laporan, mata Honghu Ing pun segera mencurah kearah Gin Liong dan Yok Lan. Sekalian orangpun mengikuti memandang kearah yang dipandang ketua mereka, Gin Liong dan Yok Lan menjadi pusat perhatian seluruh anak buah Thian leng-kau. .

Tatkala memandang kearah Yok  Lan, Honghu Ing terkesiap melihat kecantikan nona itu, Setelah menenangkan hatinya barulah ketua Thian-leng-kau itu beralih memandang Gin Liong.

Rupanya Honghu Ing tak mau suasana akan terganggu. Segera ia membeli isyarat tangan kepada seorang lelaki baju putih yang berdiri di ujung deretan depan, Orang itupun mengangguk lalu melantangkan pengumuman.

"Pui Kong Cin, sesuai dengan pertandingan yang terdiri dan tiga-puluh jurus, telah dapat mengalahkan Li Tiang Su, maka sekarang diangkat sebagai kepala cabang di Sin-an," serunya.

Selesai pengumuman, lelaki baju kelabu yang berdiri di titian bawah panggung, segera memberi hormat kepada Honghu Ing lalu menuju ke panggung sebelah muka.

Ia menulis dalam sebuah buku, kemudian berseru melayangkan pengumuman lagi : "Pertandingan selanjutnya antara kepala cabang di kota Tiang-siu, Busur-emas-pelor- perak Long thocu, lawan ke tua cabang dari Kong-ciu yang Tongkat-besi-tua Cia thocu."

Pada deretan tempat duduk yang tak berapa jauh dari tempat Gin Liong, bangkit seorang lelaki tua berumur 50-an tahun, mengenakan pakaian ringkas warna abu2, memegang sebatang tongkat besi yang berat, lalu berjalan menuju ke lapangan. Kemudian seorang wanita muda cantik berusia 26-27 tahun dalam pakaian ringkas warna hijau, membawa busur warna kuning emas, segera loncat turun ke gelanggang.

Pada saat itu Yu Ting Su-pun menghampiri tempat Gin Liong dan Yok Lan, memberi salam dan berkata dengan tertawa: "Atas titah kaucu, saudara  berdua diminta duduk di panggung kehormatan."

Ketika Gin Liong berpaling memandang ke atas panggung, ketua Thian-leng kau Honghu Ing dan adik perempuannya Honghu Yan memberi anggukan kepala kepadanya, Gin Liongpun balas mengangguk lalu mengajak Yok Lan naik titian keatas panggung kehormatan.

Sambil menyertai, Yu Ting Su berkata: "Saudara berdua benar2 pegang janji. Kaucu tak mengira kalau saudara akan datang begini cepat. Lalu mana nona yang seorang itu ?"

"Ah, nona Tio terpaksa pulang dulu karena ada urusan," kata Gin Liong.

Selekas masuk ke panggung kehormatan, berpuluh2 jago Thian-leng-kau serentak menyisih memberi jalan, Honghu Ing sendiripun segera berbangkit, diikuti oleh seluruh anak buah Thian-leng-kau.

"Aku yang rendah Honghu Ing, tak tahu kalau Siau sauhiap dan nona Ki berkunjung kemari sehingga tak keluar menyambut sendiri, harap suka memaafkan," kata Honghu Ing menyambut kedua tetamunya.

Gin Liong balas menghormat seraya mengucapkan beberapa patah merendah.

Kemudian Honghu Ingpun memperkenalkan jago2 yang berada disitu kepada Gin Liong, Karena banyaknya, Gin Liong tak dapat mengingat satu per satu, Hanya ia ingat, orang tua baju kuning bernama The Hai Hin itu adalah ayah-angkat Honghu Ing. Sedang yang lain2 adalah para pimpinan partai Thian-leng-kau.

Selesai memperkenalkan Honghu Ing berkata pula: "Sungguh kebetulan sekali kedatangan Siau sauhiap ini, Saat ini merupakan hari terakhir dari pertandingan pi-bu Thian-leng-kau. Menurut keterangan Yu thancu, saudara berdua memiliki kepandaian yang sakti. silahkan saudara duduk dulu, nanti apabila tiba giliran acara pi-bu untuk memilih ketua, kami hendak mohon saudara yang menjadi wasit."

Nona baju ungu Honghu Yanpun segera memberikan tempat duduk yang kosong disebelahnya.

Gin Liong kerutkan alis dan berkata: "Kepandaian kaucu sudah termasyhur di dunia persilatan. Sudah lama aku sangat mengagumi Hari ini kedatanganku ialah hendak..."

Honghu Ing cepat menukas tertawa: "silahkan duduk, pertandingan segera akan dimulai."

Di gelanggang tampak Tongkat-besi dan Busur-emas tegak menunggu komando untuk mulai mengadu kepandaian.

Melihat itu Gin Liong dan Yok Lan terpaksa duduk dideretan muka. Mata Honghu Yan yang cantik senantiasa mencurah kepada Gin Liong.

Gin Liong segan terlalu lama berada di markas Thian- leng-kau, Tetapi demi menghindarkan diri bertempur dengan orang, terpaksa untuk sementara ia harus tinggal disitu. Demikian pula karena melihat kedua saudara Honghu itu bersikap sopan dan tergolong kaum  ksatrya, Gin Liong memutuskan persoalan Li Kun dengan mereka. Demikian setelah Honghu Ing dan jago2 lainnya duduk, ketua Thian-leng kau itu segera memberi tanda supaya pertandingan dimulai.

"Pertandingan dimulai !" seru orang baju putih yang bertindak sebagai pembawa acara.

Kedua jago di gelanggang memberi hormat kearah panggung kehormatan lalu melangkah ke-tengah gelanggang.

Jago tua Tongkat-besi dengan rambutnya yang putih dan mata berkilat kilat tajam melangkah dengan mantap, sedangkan wanita muda Busur-emas dengan mengulum senyum, maju sambil membawa busur. Tampaknya ia yakin tentu dapat mengalahkan lawan.

Dengan menggembor keras, tiba2 Tongkat-besi memutar tongkatnya dan menyerang Busur-emas Long Ci Ing.

Long Ci Ing memekik keras, bergeliatan dan menghindari serangan tongkat lalu balas menghantam dengan busur

Serangan pertama luput, Tongkat-besi Cia Ki segera berputar tubuh dan menyerang lagi.

Pada saat itu Yok Lan benturkan siku lengannya kearah Gin Liong, Pemuda itu tahu dan mengerlingkan pandang, Dilihatnya Yu Ting Su tengah kasak kusuk dengan  beberapa jago Thian-leng-kau. Sedang beberapa jago  lainnya juga memperhatikan Gin Liong, Gin Liong hanya tertawa dingin lalu memandang ke arah gelanggang lagi.

Pertempuran berjalan seru. Masing2 telah mencurahkan seluruh kepandaiannya. Cia Ki memainkan tongkatnya sederas angin puyuh. Sekeliling tempat seluas lingkungan dua tombak, debu berhamburan tebal. Tetapi Busur-emas Long Ci Ingpun teramat gesit sekali, Busur diputar menjadi beratus lingkaran sinar kuning, menyambut serangan tongkat dan mencari kesempatan untuk balas menyerang.

Sekalian jago2 yang menyaksikan pertempuran itu geleng2 kepala dan tak henti-hentinya memuji.

Dalam beberapa kejab saja pertempuran itu sudah berlangsung lebih dari lima puluh jurus Gin Liong kerutkan dahi.

Rupanya Honghu Yan tahu apa yang dipikirkan Gin Liong, segera ia tertawa: "pertandingan itu untuk menentukan jabatan, sebenarnya dibatasi sampai tiga-puluh jurus, Tetapi kedua orang itu tergolong ketua cabang, mereka bertempur sampai ada yang kalah."

Merah wajah Gin Liong karena merasa bahwa nona itu selalu mengawasi dirinya. ia berpaling dan tertawa, meminta keterangan: "Mohon tanya, bukankah mereka berdua sudah menjabat kedudukan sebagai ketua cabang ?"

Dipandang oleh Gin Liong, nona cantik itu berdebar hatinya. wajahnya bertebar merah lalu menyahut: "Walaupun sama2 menjadi ketua cabang tetapi tingkatannya tidak sama, Cia thocu lebih tinggi setingkat dari Long thocu."

"Ooh, kalau begitu mereka hanya memperebutkan tingkat saja?"

Honghu Yan tersenyum mengiakan

"Kalau misalnya Long thocu menang, apakah dia akan dipindah sebagai ketua cabang di Kong-ciu." "Ya, dan Cia thocu akan turun tingkat, di pindah ke Tiang-siu," kata Honghu Yan.

"Apakah Cia thocu akan mandah menerima hinaan itu ? Apakah dia takkan mendendam terhadap Long thocu? Misalnya pula, sampai ada yang mati dalam pertempuran itu, tidakkan sahabat dan anak buahnya akan melakukan pembalasan ?" tanya Gin Liong, Honghu Yan merah mukanya tak dapat menjawab.

Rupanya Honghu Ing mendengar percakapan itu, ia segera bertanya: "Kalau menurut pendapat Siau sauhiap, dengan cara bagaimanakah pertandingan yang dimaksudkan untuk mencari kemajuan di kalangan ketua2 cabang itu, akan diatur ?"

"Menurut pendapatku," kata Gin Liong, "pertandingan harus diberi batas, Apabila pada batas yang ditentukan, tingkat ketua cabang yang lebih rendah itu tak dapat dikalahkan oleh yang tongkatnya lebih atas, maka pertandingan itu harus dihentikan dan kepada ketua cabang yang tingkat bawah itu supaya dinaikan sama tingkatnya dengan lawannya. Dengan demikian tanpa mengurangi dorongan agar mereka giat berlatih, pun dapat dicegah terjadinya salah seorang akan mati terbunuh dan timbulnya akibat2 dendam permusuhan dikalangan mereka2 yang bertanding. Untuk ketua cabang yang tingkatnya lebih atas itu, boleh diberi kesempatan sekali lagi untuk bertanding dengan lain ketua cabang yang tingkatnya lebih rendah."

Orang tua baju kuning atau ayah-angkat dari Honghu Ing berseru memuji pendapat Gin Liong.

Pun Honghu Ing serentak berseru kepada kedua jago yang sedang bertempur itu: "Harap Cia thocu dan Long thocu hentikan pertempuran !" Mendengar itu Tongkat-besi Cia Ki dan Busur-emas Long Ci Ing segera loncat ke belakang.

Kemudian Honghu Ing bertanya kepada pembawa-acara baju putih: "Sudah berapa banyakkah mereka bertempur ?"

"Delapan puluh satu jurus !"

Segera Honghu Ing pertandingan sesuai seperti yang diucapkan Gin Liong tadi dan suruh pengacara mencatat dalam buku.

Gin Liong terkejut ia hanya mengemukakan pendapat dan mengharap agar ketua Thian-leng-kau mempertimbangkan lagi. Siapa tahu ternyata pendapatnya itu keseluruhannya telah diterima dan dijadikan keputusan.

Ia hendak mengucapkan kata2 kepada Honghu Ing tetapi orang yang mencatat dalam buku tadi sudah berbangkit dan melayangkan pengumuman sesuai seperti yang diperintahkan Honghu Ing tadi.

Pengumuman itu disambut dengan sorak gegap gempita oleh sekalian anak buah Thian-leng-kun. Bagi jago2 tingkatannya lebih rendah, mereka tidak lagi kuatir akan kehilangan jiwanya apabila bertempur dengan tokoh yang lebih tinggi tingkatannya.

Long thancu gembira karena mendapat kenaikan tingkat, ia segera memberi hormat kepada ketua Thian-leng-kau dan kepada lawannya si Tongkat-besi Cia Ki.

Melihat masih ada waktu, Honghu Ing memberi isyarat kepada pengacara baju putih bahwa pertandingan pi-bu masih boleh dilanjutkan.

"Sekarang dimulai acara pibu antara tingkat pimpinan dari tancu keatas, Jika tak ada yang hendak mengadu pi-bu maka pembagian jabatan segera akan ditetapkan," seru pengacara baju putih pula.

Orang tua yang duduk di dideretan muka dari para jago2 yang duduk dideretan kedua, serempak berbangkit dan membenahi pakaian serta senjata masing2. Suasana  seketika berobah tegang lagi.

Tiba2 sesosok tubuh melesat dan tegak di muka ruang. Seorang lelaki berwajah kuning, memelihara kumis pendek, mata berkilat-kilat tajam dan pinggang bersabuk rantai besi.

Setelah memberi hormat kepada Honghu Ing dia berseru: "menghaturkan laporan kepada kaucu, Hamba Rantai terbang Kwan It Ceng menjabat kepala paseban keempat, ingin mohon pelajaran beberapa jurus dari Yu thancu."

Gemuruh sekalian orang mendengar ucapan lelaki muka kuning itu. Mereka tak menyangka dia berani menantang Yu Ting Su yang menjagoi dalam ilmu pukulan.

Sejenak memandang si Rantai-terbang, Honghu Ing lalu mencari Yu Ting Su tetapi ternyata jago itu tak berada di ruang situ.

Pertandingan itu untuk menetapkan jabatan bukan untuk kenaikan tingkat. Kaucu tak dapat menunjuk orang sebagai wakil, Kepala Paseban ke tiga itu hanya dijabat seorang.

Tiba2 Yu Ting Su muncul dari sebelah kanan panggung dan berlari mendatangi. Begitu tiba di muka ruang ia deliki mata kearah Rantai-besi kemudian baru memberi hormat kepada Honghu Ing: "Hamba akan menerima tantangan Kwan thancu."

Honghu Ing: "Cukup asal menutuk saja, jangan sampai ada yang terluka." Seluruh anak buah Thian-leng-kau tegang-tegang, Tiba di gelanggang, kedua jago itu saling berhadapan terpisah satu tombak jauhnya, Sambil melepaskan sabuk rantai, Rantai besi Kwan It Ceng memberi hormat.

"Sudah lama kudengar sepasang pit dari Yu thancu teramat sakti. Hari ini sungguh beruntung sekali aku dapat mohon pelajaran dari thancu," serunya.

Yu Ting Su kerutkan dahi, memicingkan mata dan tertawa dingin: "Budak, ternyata engkau memandang tinggi kepadaku, heh..." pelahan-lahan ia mencabut sepasang pit atau pena yang terselip pada bahunya.

"Aku hanya ingin mendapat pelajaran barang beberapa jurus dari thancu, sama sekali tak ingin merebut kedudukan thancu..."

"Tutup mulutmu !" bentak Yu Ting Su lalu gerakkan pit di tangan kanan untuk menutuk batok kepala dan pit di tangan kiri menutuk bawah perut orang. Cepat dan ganas sekali kedua serangan itu dilancarkan.

Rantai-besi kerutkan alis lalu melesat kebelakang, setelah menghindari kedua pit, ia segera sabetkan rantai besi ke pinggang lawan.

Gin liong memperhatikan bahwa Yu Ting Su terlalu ganas sekali, tidak seperti orang yang bertanding pi-bu. ia berpaling memandang Honghu Ing tetapi ternyata Honghu Yan duduk disisi engkohnya tengah memandang dirinya. Tersipu-sipu Gin Liong memandang kearah gelanggang pertempuran lagi.

Memang saat itu Yu Ting Su melancarkan serangan ganas dengan bernapsu sekali, Tetapi Rantai - besi Kwan It Cengpun tetap melayaninya dengan tenang. Beribu anak buah Thian-leng-kau dan jago ko-jiu dari dua bangsal, mengikuti pertempuran itu dengan penuh perhatian suasana sunyi senyap.

Hanya deru angin dari sepasang pit dan mulut Yu Ting Su yang menggembor kemarahan yang terdengar memenuhi gelanggang, Rantai-besi Kwan It Ceng tak mengeluarkan suara apa2.

Pelahan tetapi tertentu, serangan rantai dari Kwan It Ceng makin keras dan gencar. Teriak kemarahan dari Yu Ting Supun mulai mereda.

Gin Liong cepat dapat menilai. Kelemahan dari Rantai- terbang Kwan It Ceng adalah hanya karena kurang pengalaman. Kalau tidak, sejak tadi dia tentu sudah menang.

Tiba2 terdengar bentakan keras, Pit ditangan kiri  Yu Ting Su menusuk rantai lawan lalu pit di tangan kanan melakukan suatu gerak siasat seolah-olah pertahanannya terbuka.

Melihat itu, bersinarlah mata Rantai-terbang Kwan It Ceng, ia tak menyadari kalau lawan memang sedang memasang perangkap, serentak rantai diayunkan untuk menghantam bahu kiri lawan.

Melihat itu Gin Liong kerutkan alis, Orang tua baju kuning atau ayah-angkat dari Honghu Ing geleng-2 kepala dan banyak jago2 ko-jiu yang menghela napas.

Saat itu Yu Ting Su tertawa dingin, Pit ditangan  kiri cepat digerakkan melingkar sehingga rantai terkunci. Menyadari masuk dalam perangkap, Rantai-terbang Kwan It Ceng berteriak kaget, lepaskan rantai dan cepat loncat mundur. Tetapi Yu Ting Su tak memberi ampun. serentak ia loncat memburu, sebelum Rantai-terbang sempat berdiri tegak, pit sudah menyambar dadanya.

Rantai-terbang Kwan It Ceng tak keburu menghindar lagi, Dengan sekuat tenaga ia miringkan tubuh, Cret . ...

bahunya sebelah kiri termakan tutukan pit, darah menyembur keluar. Wajah Rantai-terbang berobah seketika, ia terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dan hampir saja rubuh.

Yu Ting Su hentikan serangan, namun ia masih memandang Rantai-terbang dengan geram. Kemudian dengan pandang mata yang angkuh ia memandang keseluruh hadirin, Tampak beribu anak-buah dan jago2 Thian-leng-kau serempak berdiri dengan wajah marah, Rupanya perbuatan Yu Ting Su telah membangkit kemarahan sekalian orang, Mau tak mau ia gugup juga.

Berpaling memandang ke arah Honghu Ing, dilihat ketua Thian-leng-kau yang masih muda itu pucat wajahnya, mata berkilat-kilat, mulut mengulum senyum dingin.

Tergetar hati Yu Ting Su. wajahnya seketika berobah, Kakinya tak berani melangkah lebih lanjut.

Sekonyong-konyong terdengar suara bentakan  keras, Dari samping panggung sebelah kiri, melayang turun seorang tua berambut putih, ia terus berlari-lari ke muka ruang.

Gin Liong dan Yok Lan segera mengetahui bahwa orang tua itu adalah orang yang menuntun kuda dimuka markas tadi.

Seketika suasana hening, Tiba dibawah titian panggung, orang tua itu segera memberi hormat ke pada Honghu Ing. "Aku siorang tua bernama Ong Gi Tiong, Mendengar hari ini berkumpulan Thian-leng-kau menyelenggarakan pertandingan pi-bu, maka dari Saypak kuperlukan datang kemari, Mohon tanya kepada pangcu, apakah orang tua seperti diriku ini diperbolehkan mohon  pelajaran pada thancu yang memenangkan pertandingan tadi ?"

Melihat Ong Gi Tiong itu bukan jago dari Thian-leng kau, Honghu Ingpun serentak bangkit membalas hormat. .

"Atas perhatian Ong lo-enghiong yang telah sudi memerlukan datang ke markas kami, aku dan seluruh anak murid Thian-leng-kau menghaturkan banyak terima kasih, Walaupun perkumpulan kami terdiri dari orang2 yang kasar, tetapi selama ini kami merasa telah bergerak menurut ketentuan yang tak menyimpang dari kaum hiap-gi (kaum persilatan yang menegakkan kebenaran). persiapan2 dalam Thian-leng-kau belum teratur sempurna oleh karena itu apabila Ong lo-enghiong suka membantu dalam Thian-leng- kau, kami segenap anggauta Thian-leng-kau akan menyambut dengan gembira sekali."

Kemudian ia beralih memandang kearah Yu Ting Su yang masih berada di gelanggang, lalu melanjutkan pula: "Jika Ong lo-enghiong mempunyai kegembiraan untuk mengadakan pertandingan persahabatan dengan Yu thancu, karena pertandingan resmi sudah selesai, hal itu dapat dilaksanakan tanpa melanggar peraturan perkumpulan kami. Sudah tentu kami meluluskan."

"Terima kasih, jika begitu aku siorang tua ini akan mempertunjukkan kepandaian yang jelek dihadapan pangcu," kata Ong Gi Tiong seraya memberi hormat lalu melangkah ke tengah gelanggang.

Pada saat itu Gin Liong segera bertanya kepada orang tua baju kuning atau ayah-angkat dari Honghu Ing: "The locianpwe, bolehkan aku mohon keterangan tentang diri Ong lo-enghiong itu ?"

Orang tua baju kuning The Tjay Hin, mengelus jenggot dan merenung sejenak lalu gelengkan kepala.

"Ong lo-enghiong itu tentu seorang tokoh yang sakti. Tetapi dia tidak mau berterus terang, kemungkinan namanya tentu juga tidak aseli, Oleh karena itu akupun tak tahu tentang dirinya."

Gin Liong mengangguk kemudian memandang kearah gelanggang. Saat itu Ong Gi liong sudah berhadapan dengan Yu Ting Su. Sembari memberi hormat, jago tua itu berkata: "Aku yang rendah siorang tua Ong Gi Tiong, sengaja menghadap kemari untuk meminta sedikit pelajaran dan Yu thancu."

Dengan pandang mata yang berkilat kilat Yu Ting Su menyahut dingin: "Engkau orang tua, apakah karena melihat aku melukai Kwan It Ceng, lalu merasa penasaran

?"

Ong Gi liong tertawa hambar.

"Itu salah dia sendiri tak memiliki kepandaian tinggi, kurang pengalaman dan lagi terlalu bernafsu sehingga tak sempat membela diri. Rupanya, engkau Yu thancu, memang tak bermaksud hendak melukainya," sahut Ong Gi Tiong.

Yu Ting Su tertawa dingin: "Sudahlah jangan banyak cakap, silahkan engkau mencabut senjatamu !" - ia terus bersiap dengan sepasang pit.

Sambil mengurut jenggot, Ong Gi Tiong menengadahkan kepala dan tertawa keras. "Sejak berkelana puluhan tahun di dunia persilatan tak pernah aku bertempur dengan menggunakan senjata, Maka saat ini, akupun tak mau mengenakan pengecualian dan tetap akan menggunakan sepasang tangan untuk melayani bermain beberapa jurus dari Yu thancu." 

Ucapan Ong Gi Tiong itu telah menimbulkan kegemparan Para jago2 ko-jiu yang mendengar kata2 itu tergetar hatinya.

Wajah Yu Ting Su berobah seketika, Marahnya bukan kepalang, serentak ia taburkan sepasang pit, cret, cret, senjata berbentuk pena itu segera menancap ke tanah, Kemudian ia tertawa nyaring.

"Tua bangka yang bermulut besar," serunya, "Aku Pengacau-dunia Yu Ting Su, hari ini akan mencoba sampai dimanakah kehebatan dari sepasang pukulanmu !"

Ia menutup kata-katanya dengan menekuk lengan seraya mengendapkan badan, tiba2 tangan kanan didorongkan kemuka- Segulung angin pukulan yang dahsyat segera melanda orang tua itu.

Ong Gi Tiong kerutkan alis lalu tertawa gelak2. Tangan kanan dibalikkan untuk melepas sebuah pukulan yang dahsyat juga.

"Bum..."

Terdengar letupan disusul dengan asap dan debu bertebaran memenuhi sekeliling. Terdengar pula derap langkah kaki terhuyung-huyung. Ternyata Yu Ting Su yang menjagoi dalam ilmu pukulan tangan kosong, saat itu terhuyung-huyung sampai tiga langkah ke belakang.

Sedang Ong Gi Tiong masih tegak di tempat nya, Hanya kedua bahunya yang tampak tergetar dan pakaiannya tertebar-tebar. Anak buah Thian-leng-kau yang hampir mendekati jumlah ribuan itu serentak tercengang.

Setelah tegak, Yu Ting Su merah mukanya, Tentulah ia terkejut dan marah. Dengan merentang matanya yang sipit, ia membentak lagi: "Tua bangka, aku hendak mengadu jiwa dengan engkau !"

Ia terus loncat secara kalap dan menyerang Ong Gi Tiong.

Ong Gi Tiong mengisar ke samping lalu gerakkan kedua tangannya sehingga serangan Yu Ting Su tertahan, Yu Ting Su terdesak mundur, Mulutnya berulang-ulang menggembor sepasang matanya merah membara.

Tiba2 Yu Ting Su berjongkok untuk menjemput sepasang pitnya tadi, Kemudian dengan menggerung ia terus menyerang kalap lagi.

Melihat keganasan Yu Ting Su rupanya Ong Gi Tiong marah juga. Cepat ia mengganti gerak pukulan dengan ilmu meringankan tubuh untuk berlincahan menghindar serangan lawan Dan dalam sebuah kesempatan tiba2 ia membentak keras lalu secepat kilat menghantam dada Yu Ting Su.

Karena terlalu bernafsu menyerang, Yu Ting Su tak sempat menghindar. Bum ia mengerang tertahan, tubuh

terhuyung lalu jatuh, muntah darah dan tak ingat diri lagi.

Ong Gi Tiong menghampiri mengangkat Yu Ting Su duduk lalu menepuk jalan darah di perutnya.

Wajah Yu Ting Su pucat pasi, ia membuka mata lalu mengatupkannya lagi, Rupanya ia menderita luka yang cukup parah." Seketika gemuruhlah seluruh gelanggang, Tetapi bukan suara orang bersorak, melainkan hanya hiruk pikuk, empat orang lelaki berpakaian ringkas berlari-lari menghampiri ke tempat Yu Ting Su dan menggotongnya keluar gelanggang.

Setelah itu Ong Gi Tiongpun kembali menghadap ke muka paseban, Ketua Thian-leng-kau, Honghu Ing serentak berbangkit menyambut dengan tersenyum.

"Maaf, kaucu, karena kesalahan tangan, aku telah melukai Yu thancu." kata Ong Gi Tiong seraya mengangkat tangan.

Honghu Ing tertawa nyaring.

"Meminjarn ucapan lo-enghiong tadi. Kupercaya lo- enghiong tentu tak mempunyai maksud untuk melukai Yu thancu," serunya.

Ong Gi Tiongpun ikut tertawa, serunya: "Kaucu memiliki kepandaian yang sakti, sekali lihat tentu tahu keadaannya tak perlu aku siorang tua harus menjelaskan . .

."

Honghu Ing cepat tertawa menukas : "Pi-bu telah selesai, harap lo enghiong suka duduk diatas sini."

Honghu Ing mempersilahkan dengan menunjuk kearah sebuah tempat duduk yang kosong, Ternyata tempat duduk itu adalah bekas tempat Yu Ting Su.

Melihat itu Ong Gi Tiong tertawa: "Sesungguhnya aku tak mempunyai maksud untuk menjabat kedudukan dalam perkumpulan kaucu, Kedatanganku kemari membawa dua tujuan. Pertama, akan menambah pengalaman Dan Kedua, pada waktu yang sesuai hendak menghaturkan beberapa patah kata kepada kaucu . . ." Gin Liong segera menduga bahwa orang tua itu tentu hendak menantang Honghu Ing bertempur. Tetapi melihat sikap ketua Thian-leng-kau tenang2 saja, Gin Liongpun tak perlu bingung.

Honghu Ing mengangkat tangan memberi hormat, serunya: "Kalau begitu, silahkan lo enghiong duduk di atas atas sini dulu, Setelah acara pi-bu selesai, Honghu Ing tentu bersedia menerima petunjuk lo-enghiong ,. . ."

"Menurut peraturan perkumpulan kaucu, seharus aku siorang tua ini akan mendapat tantangan dari seorang saudara lain," Ong Gi Tiong cepat menukas. Habis berkata ia alihkan pandang kearah Gin Liong.

Gin Liong terkejut. ia duga Ong Gi Tiong tentu salah menduga kalau ia bersahabat dengan Yu Ting Su. Maka ia hanya tertawa hambar dan tak menaruh perhatian.

Rupanya Honghu Ing juga tahu isi hati Ong Gi Tiong, serentak ia  tertawa, serunya: "Karena lo-enghiong tak berminat untuk menjabat kedudukan dalam perkumpulan ini, maka tak perlulah loenghiong harus menerima tantangan lagi."

Kemudian ia menunjuk kearah Gin Liong dan menerangkan: "Siau sauhiap datang kemari, kebetulan saja Thian-leng-kau sedang menyelenggarakan pertandingan pi- bu. Sama - sekali tak bermaksud ikut dalam pertandingan."

Melihat dirinya diperkenalkan, Gin Liongpun segera memberi hormat kepada Ong Gi Tiong, jago tua itu tertawa lalu melangkah masuk dan duduk di paseban, Seorang tua yang duduk disebelah Yok Lan memberikan tempatnya kepada Ong Gi Tiong, sedang ia sendiri lalu mengambil tempat duduk Yu Ting Su. Honghu Ing ulurkan tangan menggandeng sendiri jago tua itu duduk ditempat yang disediakan, karena jago tua itu berumur delapan puluhan tahun maka anak2 muda seperti Honghu Yan, Yok Lan dan Gin Liong berdiri  untuk memberi hormat.

Pada saat Ong Gi liong duduk, tiba2 dari belakang terdengar suara orang tertawa dingin yang pelahan sekali.

Gin Liong berpaling dan melihat beberapa thancu tengah kasak kusuk, memandang kepadanya dengan tertawa dingin, Terutama Beng thancu yang berkulit hitam dan Ji thancu yang bertubuh kurus, Keduanya  memandang dengan wajah marah.

Gin Liong kerutkan dahi, ia tahu bahwa mereka marah kepada dirinya karena mengira dia tentu sahabat dari Yu Ting Su, mengapa tak mau menerima tantangan dari Ong Gi Tiong.

"Hai, mengapa kalian tertawa begitu ?" tegur  Honghu Ing.

Beberapa thancu itu serempak berdiri dan si kurus Ji thancu segera menyahut: "Menurut keterangan Yu thancu. Siau sauhiap itu berasal dari perguruan Ceng-pay, memiliki ilmu kepandaian yang sakti dan bersahabat dengan Yu thancu. Kedatangannya kemari tentulah hendak menunjukkan kepandaian bahkan kalau dapat  akan merebut kedudukan kaucu, Tetapi mengapa tadi ketika seorang lo-enghiong menantangnya dia tak berani menyambut ? itulah sebabnya kami sekalian tak mengerti dan sampai mengeluarkan tertawa.

Begitu mendengar kata2 itu, enam orang pimpinan Thian-leng-kau yang terdiri dari tiga orang penilik dan tiga orang kepala paseban, berpuluh hiangcu yang berpakaian biru, serempak memandang Gin Liong dengan marah. Melihat suasana berobah tegang, Yok Lan-pun serentak berbangkit. Honghu Ing dan adiknya, Honghu Yanpun memandang Gin Liong dengan pandang bertanya.

Tenang2 Gin Liong berbangkit tertawa hambar dan berkata kepada Ji thancu: "Tolong tanya siapakah yang mengatakan hal itu ?"

"Yu thancu sendiri." sahut Ji thancu.

Kembali Gin Liong tertawa hambar: "Kebetulan tadi Ong lo-enghiong tak menghantam mati Yu thancu, kalau tidak tentu aku tak dapat menyangkal lagi."

Kemudian ia mengerling pandang ke segenap hadirin dan berseru pula:

"Jika kedatanganku kemari untuk memenuhi janji, itu memang benar, Tetapi sama sekali tak bermaksud hendak merebut kedudukan apa2, lebih2 kedudukan sebagai kaucu, Mengapa Ong lo-enghiong hendak menantang aku adalah karena lo-enghiong itu salah duga kalau aku ini  sahabat baik dari Yu thancu, Karena salah duga, akupun tak harus melayani Yu thancu mengatakan bahwa aku memiliki kepandaian sakti, tak lain karena dia bermaksud hendak membangkitkan rasa penasaran saudara2 se kalian kepada diriku . ."

"Karena engkau mengakui datang kemari hendak memenuhi tantangan, tentulah engkau memiliki kepandaian sakti sehingga tak memandang mata kepada kaucu," tukas Beng thancu si hitam.

Gin Liong kerutkan dahi dan menampilkan kemarahan, Namun ia menekan perasaannya dan menjawab: "Jika aku tak datang, bukankah aku akan ditertawakan sebagai orang yang tak pegang janji ?" Baru kata2 itu diucapkan dari panggung sebelah kanan terdengar suara orang menantang:

"Kalau sudah berani datang tentu sudah membekal kepandaian Jika saudara2 tak puas, lebih baik turun kegelanggang untuk mengukur kepandaian Perlu apa harus bertengkar mulut ?"

Mendengar itu marahlah Gin Liong, Memandang orang yang berkata ia melihat lima orang imam tua berjubah kelabu, menyanggul pedang dan duduk di deretan paling muka. Wajah mereka menunjukkan sikap yang  licik, hampir serupa bentuknya, Jika tak melihat tangkai pedang mereka yang diikat dengan tali sutera warna hitam, merah, biru, cokelat, hijau, tentu sukar untuk membedakan mereka.

Tiba2 terdengar suara bentakan keras diiringi dengan sesosok tubuh yang melesat ke muka ruang  memberi hormat kepada Honghu Ing.

"Hamba Beng Kong Ih, mohon kepada kau-cu supaya memberi perintah, mengijinkan hamba untuk meminta beberapa jurus pelajaran dari Siau sauhiap," seru orang itu. Dia adalah si hitam Beng thancu.

Honghu Ing bersangsi, ia segera berpaling kearah orang tua baju kuning The Tjai Hin.

Gin Liong menyadari bahwa ia tak dapat menghindari pertempuran lagi, Diam2 ia mendongkol kepada kelima imam tua tadi. Kemudian berpaling kearah Honghu Ing, serunya.

"Mohon tanya kaucu, siapakah kelima lotiang yang duduk di deretan depan itu ? Adakah mereka kojiu dari Thian-leng-kau ?"

Honghu Ing gelengkan kepala : "Bukan, mereka adalah Lo-san Ngo-to (lima imam dari gunung Losan), Yu thancu pernah mengusulkan supaya menerima mereka sebagai kepala cabang gunung Lo san. Tetapi aku masih mempertimbangkannya."

"Aku ingin berhadapan dengan mereka lebih dulu," kata Gin Liong.

Tetapi Beng thancu mendesak dan  minta  kepada Honghu Ing agar ia diijinkan yang lebih dulu menghadapi Gin Liong, kemudian baru kelima imam tua itu.

Rupanya kelima-imam itu mendengar kata2 si hitam Beng thancu, Mereka tertawa gelak2 lalu melayang turun ke gelanggang.

Rupanya Honghu Ing juga ingin mengetahui kepandaian Gin Liong, Maka ia segera berpaling kearah pemuda itu: "Karena mereka memohon dengan sangat, terpaksa harap Siau sauhiap suka melayani mereka untuk beberapa jurus."

Gin Liong tertawa hambar: "Baiklah, terpaksa aku harus mengunjukkan kepandaian yang jelek di hadapan kaucu."

Si hitam Beng thancupun terus bergegas hendak turun ke gelanggang tetapi Gin Liong berseru memangginya: "Harap Beng thancu suka bersabar. Tunggulah beberapa belas jurus lagi, aku tentu kembali disini."

Beng thancu makin marah mendengar kata2 Gin Liong, ia anggap pemuda itu keliwat jumawa sekali.

Saat itu suasana hening lelap, Sambil berjalan menuruni titian, diam2 Gin Liong menimang, bagaimana ia harus bertindak untuk menindas nyali orang2 Thian-leng-kau agar dapat meneruskan perjalanan lagi.

Rupanya Beng thancu masih hendak menumpahkan kemendongkolannya kepada Gin Liong, ia berseru: "Tempat di muka ruang ini terlalu sempit, mungkin Siau sauhiap tak leluasa bergerak, dengan begitu kita tak dapat menikmati kepandaian sauhiap yang hebat itu."

Gin Liong hanya tertawa dingin.

"Jangan kuatir," serunya, "orang yang sudah tinggi kepandaiannya, tentu lekas ketahuan, Begitu turun tangan tentu segera diketahui isi atau kosong. Hanya orang yang belum sudah merencanakan hendak melarikan diri baru meributkan soal tempat pertempuran !"

Ucapan itu seperti hendak mengatakan bahwa orang yang semacam Beng thancu sajalah yang menimbulkan soal tempat bertanding karena Beng thancu termasuk orang yang akan melarikan diri.

Sudah tentu Beng thancu tak dapat menahan kemarahannya lagi, serentak ia loncat melayang ke muka ruang dan dengan napas ter-engah2. Segera-berteriak: "Mulutmu sungguh lancang, lihat serangan"

Ia segera menyerang Gin Liong dengan kalap. Melihat itu tenang2 saja Gin Liong mengangkat tangan dan berseru

: "Tunggu dulu!"

Jika seorang ahli, tentulah Beng thancu segera akan mundur, Tetapi ternyata ia tak tahu bahwa gerakan tangan Gin Liong itu telah menimbulkan gelombang halus dari tenaga dahsyat yang hampir tak menerbitkan suara apa2.

Rupanya Beng thancu memang tak tahu. ia membentak: "Bagaimana ? Masih mau bertingkah apa lagi ?"

Dengan berdiri tenang, Gin Liong memberi hormat: "Kedudukanku adalah sebagai tetamu. Naga yang kuat takkan menindas ular kecil. Aku akan  mengalah  sampai tiga jurus." Habis berkata tanpa menunggu jawaban Beng thancu ia terus memberi hormat kepada Honghu Ing: "Kaucu, maaf, aku telah bertindak kurang sopan"

"Besar sekali mulutmu, engkau juga tak memandang mata kepadaku " seru Beng thancu.

Saat itu sekalian anak buah Thian-leng-kau juga kedengaran berisik sekali, Mereka merasa Gin Liong memang terlalu sombong.

Tetapi Honghu Ing, Honghu Yan dan ayah-angkatnya siorang tua baju kuning tahu akan keadaan pemuda itu. Mereka memberi anggukan kepala.

Honghu Ing berbangkit mengangkat kedua tangan dan berseru lantang kepada sekalian anak buah Thian-leng-kau.

"Saudara sekalian ! Saling memuji kepandaian merupakan suatu peristiwa yang lumrah di dunia persilatan Kalian tak boleh membuat gaduh  tetapi saksikan saja dengan tenang !"

Kemudian iapun berseru juga kepada Beng thancu: "Beng thancu, jangan merusak nama baik perkumpulan kita, agar jangan sampai ditertawakan orang !"

Oleh karena Beng thancu itu seorang thancu dari Thian- leng-kau maka Honghu Ingpun terpaksa memberi anjuran begitu walaupun dalam hati ia tak senang melihat  kekasaran dari Beng thancu.

Tetapi Beng thancu telah salah tafsir, ia mengira ketua Thian-leng-kau benar2 menyuruh dia harus berjuang sungguh2, jangan lepaskan Gin Liong begitu saja, Maka besarlah nyalinya. Ia merasa telah mendapat dukungan dari Honghu Ing.

"Baiklah, kaucu," serunya. Habis berkata ia terus pasang kuda2 dan menyerang Gin Liong, walaupun dalam ilmu pukulan Beng thancu belum mencapai tingkat sempurna tetapi dikalangan anak buah Thian leng-kau, dia termasuk tokoh yang menonjol. Dalam serangan itu ia menggunakan delapan bagian tenaga, Sudah tentu hebatnya bukan olah2.

Tetapi Gin Liong masih tetap santai dan mengulum senyum.

Saat itu serangan Beng thancu tampaknya sudah mendekati selesai dan tiba2 Gin Liongpun berseru: "Jurus kesatu !"

Sambil berkata ia terus menyelimpat dengan gerak yang cepat ke belakang Beng thamcu. Beng thancu terkejut ketika tiba2 lawan menghilang dari pandang-mata dan  tahu2 sudah berada di belakang nya. Dengan menggembor keras, ia gunakan jurus Koay- bong-hoan-siin atau Ular-aneh- membalik-tubuh, diserempaki dengan gerak pukulan dari kedua tangannya dalam jurus Lui-yan-kiau-ka atau Guntur- kilat-saling-berhamburan. serangan jurus kedua itu  jauh lebih cepat dari yang tadi.

"Jurus kedua !" seru Gin Liong seraya bergeliatan dengan indah dan lincah.

Dua kali serangannya tak berhasil, membuat Beng thancu marah bukan kepalang, wajahnya yang hitam makin seperti pantat kuali, Dengan menggemeretukkan geraham ia membentak keras:

"Orang she Siau, engkau benar2 terlalu sombong !"

Setelah memperhatikan posisi Gin Liong, ia loncat seraya menghantam dengan jurus Bong-hou-Jut-ku atau harimau-buas-keluar-sarang. Menampar, mendorong, menyodok dan menabas. Gerakannya sudah tak menyerupai jurus2 ilmu silat lagi.

Melihat itu diam2 Gin Liong kerutkan dahi. Pikirnya, kalau ia mau balas menyerang, sudah tentu batok kepala lawan akan hancur, Cepat ia salurkan tenaga-dalam ke tangan. Tetapi tiba2 ia teringat bahwa jurus ketiga dari serangan lawan belum selesai. Terpaksa ia tarik kembali persiapannya dan tertawa geli sendiri.

Bahwa dalam menghadapi serangan kalap dari Beng thancu, Gin Liong masih enak2 saja, sekalian anak buah dan jago2 ko-jiu yang berada di se keliling tempat itu dapat melihat jelas. Hatinya Beng thancu sendiri yang masih tak menyadari dan nekad melancarkan serangan dengan kalap.

Tiba2 terjadi suatu peristiwa yang menegangkan Saat itu angin pukulan Beng thancu sudah melebarkan ulung pakaian Gin Liong. Tangannya-pun hanya terpisah tiga inci dari jalan darah anak-muda itu.

Ong Gi Tiong saking terkejutnya sampai berbangkit Honghu Ing sendiripun berobah wajahnya, Telapak tangannya sampai mengucurkan keringat dingin, Semua jago2 ko-jiu yang berada di kedua bangsalpun ada yang berteriak tertahan. Hanya Yok Lan seorang yang tetap tersenyum duduk ditempat nya, ia sudah faham akan gerak langkah sukonya.

Tiba2 puncak dari ketegangan itu meletus dikala terdengar Beng thancu berteriak: "Maaf, Beng Kong in berlaku kurang adat!"

Serempak pada saat itu juga terdengar Gin Liongpun menyahut: "Tak apa, kita anggap saja jurus ini jurus yang ketiga !"

"Bum..." Karena yakin akan dapat mengenai tubuh lawan maka dengan sekuat tenaga Beng thancu terus gunakan kedua tangannya untuk menampar dengan sekuat tenaga, Bum . . .

. sederet pot bunga yang menghias samping kiri dari titian paseban hancur berantakan. Beng thancu sendiri terhuyung- huyung jatuh dalam keping2 pot yang hancur itu, Ketika bangun, mukanya berlumuran darah dan tubuhnya menggigil keras.

Melihat itu Gin Liong terkejut. Cepat2 ia menghampiri, mengangkatnya seraya meminta maaf, Tetapi sekonyong- konyong Beng thancu membentak keras dan ayunkan kaki kanannya menendang.

Jarak keduanya amat dekat sekali sehingga tanpa disadari, Yok Lan serentak menjerit: "Liong koko..."

Gin Liong sendiri memang terkejut. Untung ia dapat berkelit ke samping lalu mendorongkan tangannya yang memegang tubuh orang: "Eh, apa-apaan ini?"

"Bum..." bagaikan sebuah layang2 putus tali tubuh si hitam Beng thancu terlempar sampai beberapa tombak dan jatuh ke tanah. ia muntah  darah beberapa kali, tubuh meregang-regang, jelas dia tentu menderita luka yang tak ringan. Melihat itu Gin Liong cepat loncat  menghampiri dan cepat melekatkan telapak tangan keperut orang untuk menyalurkan tenaga-dalamnya.

Tetapi rupanya keadaan Beng thancu sudah tak tertolong lagi, wajahnya hitam tampak pucat lesi, mata mendelik dan mulut masih mengumur darah hitam yang sudah mengental.

Gin Liong menghela napas, Terpaksa ia berbangkit dan menghadap ke muka ruang meminta maaf kepada Honghu Ing. Honghu Ing merah mukanya, ia merasa bahwa kesalahan terletak pada Beng thancu sendiri. Cepat ia berdiri dan membalas hormat seraya tertawa: "Ah, Siau siauhiap terlalu merendah diri, Beng thancu tak tahu kekuatan diri sendiri Bagaimana harus mempersalahkan Siau sauhiap . . ."

Tiba2 enam sosok tubuh berhamburan menuju ke muka ruang paseban dan serempak berseru:

"Hamba sekalian mohon diperkenankan untuk meminta beberapa jurus pelajaran dari Siau sauhiap !"

"ilmu kepandaian Siau siauhiap memang hebat sekali, boleh dikata sudah mencapai tataran yang tinggi, jangan kalian cari penyakit sendiri!" seru Honghu Ing.

Thancu kelima Lui-tian-pat-ciang, Ji thancu tampil selangkah, serunya : "Hanya dengan demikian barulah kami sekalian mendapat kesempatan untuk menambah pengalaman Mohon kaucu suka memberi ijin !"

Keenam thancu itu memandang Gin Liong dengan geram, juga berpuluh-puluh hiangcu kasak kusuk memperbincangkan Gin Liong.

"Tenang !" teriak Honghu Ing lalu berbangkit dan menghampiri keenam thancu itu.

"Adalah Beng thancu sendiri yang salah, apakah kalian tak melihat ? Apalagi yang dipertunjukkan Siau siauhiap itu masih belum seluruh kepandaiannya !" serunya.

Keenam thancu itu tundukkan kepala namun mereka masih membantah, menyatakan bahwa soal mati bagi mereka itu soal kecil Tetapi mereka hendak menjaga keluhuran nama Thian-leng-kau agar jangan sampai diremehkan orang. Apabila peristiwa Beng thancu itu tersiar keluar, orang tentu akan menertawakan Thian-leng- kau."

Honghu Ing tertawa nyaring: "Dunia persilatan hanya membicarakan tentang soal kekuatan dan kelemahan tetapi orang persilatan sendiri sesungguhnya harus menjunjung Kebenaran dan Kesalehan, mengapa..."

Baru Honghu Ing berkata sampai disini, tiba2 terdengar suara orang tertawa dingin.

Ketua Thian-leng-kau itu cepat berseru nyaring: "Hai, sahabat manakah yang tak dapat memahami penjelasanku itu ?"

"Kaucu memang berhati lapang tetapi karena orang telah datang hendak menyelesaikan urusan darah, kiranya tentu takkan terhindar dari pertempuran".

Ternyata yang bicara itu adalah kelima imam dari Losan. "Totiang, apakah maksud ucapan totiang itu" seru

Honghu Ing dengan wajah bersungguh2.

Imam tertua dari Losan Ngo to, ialah yang bergelar Pedang-darah, serentak berbangkit dan berseru tajam: "Sambutlah serangan ini !"

Ia taburkan pedang ke udara, sehingga menimbulkan desis angin yang tajam, kemudian berseru pula: "Budak, lihat pedangku !"

Gerakan imam itu diserempaki pula oleh ke empat kawannya. Mereka maju dan menyerang Gin Liong dari empat penjuru.

Gin Liong menengadah, bersuit nyaring lalu bergerak berlincahan dalam tata langkah Sing-hoau cek-kiong yang digabung dengan gerak Liong-li-biau. Kelima pedang berhamburan laksana hujan mencurah tetapi Gin Liong tetap berlincahan menyusup di tengah2 hujan sinar pedang itu.

Yang berada di paseban dan bangsawan, kecuali jago-2 silat golongan ko-jiu juga terdapat para ahli pedang, Mereka heran dan kagum menyaksikan pertandingan itu. Mereka kagum akan ilmu permainan pedang kelima imam tetapi lebih kagum lagi akan gerakan Gin Liong yang luar biasa anehnya.

Sepeminum teh lamanya tiba2 gerakan Gin Liong makin pesat dan beberapa saat kemudian terdengar  dia membentak: "Lepaskan !"

Tring, tring . . terdengar dering melengking dan kelima batang pedang berhamburan melayang ke udara, Empat dari kelima imam itu menjerit ngeri.

Tampak Gin Liong mencengkeram pergelangan tangan imam Pedang-darah dan dengan wajah  berseri  tawa, berseru : "Aku hanya menyangka bahwa kalian berlima imam ini mempunyai kepandaian yang hebat sekali. Kiranya hanya kawanan kantong nasi belaka !"

Sekalian ko-jiu dan anak buah Thian-leng-kau tercengang2 menyaksikan peristiwa itu.

Melihat Pedang-darah dikuasai Gin Liong ke empat kawannya terus hendak menyerang, Tetapi cepat Gin Liong memperkeras cengkeramannya dan membentak: "Siapa yang berani maju cari mati?"

Tangan imam Pedang-darah seperti dijepit baja, sakitnya bukan kepalang, ia me-maki2 kalang kabut: "Budak, engkau tak menggunakan ilmu kepandaian sesungguhnya,  aku tetap tak menyerah !" "Apa yang engkau maksudkan dengan ilmu kepandaian yang sesungguhnya itu ?" bentak Gin Liong.

"Engkau menggunakan ilmu Mengaburkan mata dan gerakan langkah setan, sungguh bukan kepandaian dari seorang gagah !" seru keempat imam.

Marah Gin Liong bukan kepalang, jika tak bertindak keras, ia tentu tak dapat menundukkan kelima imam itu demikian pula tak dapat menundukkan kelima imam itu demikian pula tak dapat pula merontokkan nyali sekalian anak buah Thian-leng-kau.

Akhirnya ia memutuskan untuk melaksanakan hal itu kepada kelima imam.

"Baik, akan kuberimu kesempatan sekali lagi untuk menyaksikan ilmu kepandaian yang sesungguhnya," seru Gin Liong seraya terus melesat memungut pedang kawanan imam lalu melemparkan kepada pemiliknya, Setelah itu iapun mencabut pedang Oh-hek-kiam.

Melihat itu kelima imam mengira Gin Liong tentu akan mengajak bertanding pedang, Maka tanpa memperhatikan pedang apa yang dipegang sianak muda, mereka terus berhamburan mengambil pedang masing2.

Gin Liong tertawa dingin.

"Sebenarnya aku hendak mengajak kalian bertanding ilmu pedang, tetapi kulihat kalian hanya kawanan kantong nasi dan pedang kalian hanya besi cor saja maka aku hendak merobah acara, lihatlah !"

Ia segera gunakan ujung pedang untuk membuat sebuah garis lingkaran di tanah, kemudian loncat kedalam lingkaran itu dan tertawa: "Hayo, siapa yang mampu masuk ke dalam garis lingkaran ini atau dapat mendesak aku setengah tapak saja keluar dari garis, aku orang she Siau, akan berjalan dengan setiap langkah soja (memberi hormat) ke arah Ke-kong-san. Tetapi kalau kalian tak mampu, hm . . ."

Baru Gin Liong mengucap begitu tiba2 dari atas panggung melayang turun empat sosok bayangan. Salah seorang diantaranya, ketika masih melayang di udara, sudah berseru : "Toyu berlima, ijinkan kami Empat-iblis gunung Hong-san mewakili toyu untuk melampiaskan penasaran toyu berlima !"

Empat orang lelaki pertengahan umur yang tulang mukanya menonjol dan bengis, tubuh gagah perkasa segera mengepung Gin Liong.

Gin Liong cepat dapat mengetahui bahwa ke empat iblis itu ahli dalam tenaga gwa-kang (luar), tetapi mengapa mereka mau membantu kelima imam itu ?

Ternyata keempat iblis itu mempunyai perhitungan sendiri, Mereka merasa sanggup untuk mendesak Gin Liong keluar dari garis lingkaran.

Dihadapan jago-2 silat dan tiga belas propinsi, nama mereka tentu akan termasyhur Andaikata tak berhasil, merekapun dapat meloloskan sendiri tak sampai kehilangan jiwa.

Karena melihat keuntungan itu, keempat iblis terus lancarkan serangan dengan pukulan: "Budak she Siau, terimalah pukulan kami !"

"Bagus !" seru Gin Liong geli dan marah, Tanpa bergerak tetapi cukup dengan melingkarkan tangan kirinya dalam gerak yang terdapat pada kaca wasiat ialah tangan kiri mendorong tangan kanan menggurat, ia menyambut serangan mereka.

Terdengar angin menderu keras dan rubuhnya empat sosok tubuh ke tanah. Tidak terluka, juga tidak berdarah tetapi hanya menggeletak kaku di luar garis lingkaran.

Seketika gemparlah sekalian anak buah Thian-leng-kau dan para ko-jiu. Saat itu sesosok bayangan putih melesat dan melengking: "Liong koko, jangan . ."

Ternyata yang berseru itu Yok Lan, ia hendak mencegah Gin Liong supaya jangan keliwat ganas tetapi terlambat Keempat iblis itu sudah menggeletak.

Gin Liong tak kira karena keempat orang itu begitu tak berguna. setelah melepaskan pukulan baru ia  menyesal tetapi sudah terlanjur,

"Mereka terlalu mendesak aku !" sahutnya, Yok Lan masih menyesalinya, mengatakan bahwa mereka berdua tak mempunyai dendam permusuhan dengan keempat iblis itu.

Dalam pada itu tiba2 kawanan imam Losan Ngo lo sambil menghunus pedang berpaling ke arah ruang paseban dan memaki Honghu,Ing:

"Katanya Thian-leng-kau hendak mengadakan pi-bu untuk pergantian jabatan tetapi ternyata diam2 telah menyembunyikan jago sakti untuk membasmi jago2 dari ketiga belas propinsi."

Ucapan kawanan imam itu telah membangkit jago yang duduk di deretan panggung sudah hendak bergerak.

"Totiang salah !" seru Honghu Ing dengan wajah serius. "Kalau tidak begitu mengapa membiarkan saja budak itu

melukai orang ditempat ini ?" teriak imam Pedang-darah. Kali ini anak buah Thian-leng-kau yang terbakar kemarahannya.

Melihat Honghu Ing terjepit dalam kesulitan segera Gin Liong loncat kehadapan kelima imam itu dan berseru. "Dalam urusan ini, Thian-leng kau tak ada  sangkut pautnya, jangan kalian membuka mulut tak keruan !"

Melihat siasatnya untuk membangkitkan kemarahan sekalian jago dan anak buah Thian leng-kau akan berhasil, imam Pedang-darah tak mau melepaskan. Dengan tertawa mengejek, ia berseru : "Peristiwa ini terjadi dalam markas Thian-leng-kau, bagaimana Thian leng kau tak tersangkut ?"

Kemudian dengan lagak sombong, ia berkata kepada Honghu Ing, "Honghu kaucu, omongan budak she Siau itu apakah bukan meremehkan Thian-leng-kau ?"

Gin Liong benar2 marah sekali, ia bergerak tangan hendak menyambar imam Pedang-darah itu: "Imam keparat, mengapa waktu cari perkara menantang aku, engkau tak tunduk pada perintah Thian-leng-kau ?"

Yok Lan cepat mencegah lalu berkata kepada kelima imam itu: "Apakah lotiang berlima masih penasaran dalam adu kepandaian tadi ?"

Melihat dara cantik itu juga menyanggul pedang, imam Pedang-darah segera getarkan pedangnya dan tertawa mengejek: "Dengan membawa pedang, nona tentu juga seorang jago pedang yang hebat."

Merah muka Yok Lan, ia mengangguk pelahan.

"Ah, ilmu pedang itu dalamnya sukar dilukiskan dan sumbernya dari kalangan agama, Aku sih hanya  tahu sedikit kulitnya yang tak berharga, sudah tentu tak layak disebut ahli pedang." Imam Pedang-darah makin besar nyalinya, ia  anggap Yok Lan tentu seorang nona yang biasa saja dalam ilmu permainan pedang, ia mengejek.

Kalau tak mengerti ilmu pedang, perlu apa membawa pedang dan gegabah berani buka mulut mengganggu pembicaraanku ?"

"Bedebah, engkau berani menghina ?" bentak Gin Liong, Tetapi Yok Lan mencegahnya: "Liong koko, kembalilah ke tempat dudukmu dulu !"

Dara itu memberi kedipan mata dan Gin Liongpun menurut: "Hati-2" pesannya.

Setelah Gin Liong kembali keatas paseban barulah Yok Lan tersenyum mengeliarkan pandang mata kepada kelima imam gunung Losan, serunya:

"Apabila totiang berlima berminat, aku bersedia untuk melayani sampai beberapa jurus dari serangan totiang . . "

Seketika siraplah suasana saat itu, sekalian orang terkejut mendengar kata2 dara itu.

Imam Pedang-darah Say Tun Yang, kepala dari Lo-san Ngo-to atau lima imam gunung Lo-san berseri2 gembira. serentak ia berpaling dan berseru kepada keempat sutenya:

"Sute, mundurlah kalian, aku . . "

"Totiang, tunggu dulu," cepat Yok Lan berseru. "jika bertempur satu lawan satu, hambar rasanya..."

Imam Pedang-darah terbeliak: "Nona maksudkan . ." "Totiang berlima maju serempak, agar lebih meriah."

cepat Yok Lan menukas pula.

"Kalau kita berlima maju, apakah engkau dapat menelan habis ?" teriak salah seorang imam dalam nada yang cabul. Yok Lan merah-mukanya, tanpa banyak bicara lagi ia terus mencabut pedang Tanduk-naga seraya berseru: "Jangan menghina, sekalipun aku seorang anak perempuan tetapi pedangku tak pernah mengenal kasihan !"

Kelima imam itu serempak terbeliak, Dan seluruh hadirinpun bersorak gempar menyaksikan seorang dara yang cantik tengah mencekal sebatang pedang pusaka bersinar merah, Diam2 timbullah keserakahan imam Pedang-bayangan untuk memiliki pedang Tanduk Naga itu.

"Kalau kami berlima maju, apakah engkau mau menyerah ?" serunya.

"Jangan banyak bicara, silahkan maju !" bentak Yok  Lan.

Imam Pedang-darahpun segera memberi isyarat kepada keempat sutenya : "Maju serempak !"

Dia sendiripun segera taburkan pedangnya untuk menyerang.

Sejak menerima ilmu pelajaran pedang dari Hun Ho sian-tiang, kemudian bersama Gin Liong mempelajari ilmu pedang pada kaca wasiat itu, ilmu pedang Yok Lan telah mencapai tataran yang puncak, Kelima imam dari Lo-san itu tak dianggap berat.

Tapi karena kuatir akan menimbulkan rasa tak puas dari kedua saudara pemimpin Thian-leng kau, maka sejak tadi iapun tak mau unjuk diri. Maka ketika kelima imam itu maju menyerang iapun gunakan tata langkah Cek-kiong- poh (langkah istana Ungu), loncat mundur sampai dua tiga meter.

Sudah tentu kelima imam itu tak tahu dan mengira nona itu sudah ketakutan maka mereka pun berhamburan loncat menerjang lagi. "Bagus !" seru Yok Lan seraya memutar pedang, Terdengar dering gemerincing dari senjata beradu, disusul dengan lengking teriak terkejut dan berhamburan sosok2 tubuh loncat mundur, tiba2 tampak Yok Lan sudah berdiri tegak mengulum senyum.

Ternyata yang loncat mundur itu adalah kelima imam, pedang mereka terbabat kutung semua hanya tinggal separoh yang masih dicekalnya. Mereka terlongong2 seperti patung.

Kembali terdengar sorak gempar dari sekalian hadirin menyaksikan kesudahan pertempuran itu! Yok Lan menundukkan kepala selaku membalas hormat kepada mereka.

"Nona Ki, lekas menyingkir !" se-konyong2 Honghu Ing ketua Thian-leng-kau berseru nyaring.

"Imam bangsat, kalian berani curang !" Gin Liong pun berteriak marah.

Dua sosok tubuh melayang turun seraya kebutkan lengan bajunya.

Yok Lanpun cepat gunakan tata langkah ceng-kiong-poh melayang tiga tombak kebelakang.

Ternyata kelima imam itu karena marah dan  malu, nekad menaburkan kutungan pedang ke arah Yok Lan. Habis menabur, mereka terus menerobos lari keluar dari gunung.

Ternyata kedua sosok yang melayang di udara itu, Honghu Ing dan Gin Liong, keduanya menamparkan lengan baju untuk menghantam kutungan pedang. Kemudian Gin Liong lanjutkan melayang jauh dan turun menghadang jalan kelima imam makin ketakutan. Mereka mati2an lari.

Gin Liong paling benci kepada orang yang menggunakan senjata rahasia untuk mencelakai orang, ia enjot tubuhnya lagi melayang melampaui kepala kelima imam itu.

"Liong-ko, biar aku yang menghajar kelima imam busuk itu." seru Yok Lan.

"Tidak, Lan-moay, aku harus mempontang-pantingkan mereka sampai mati kehabisan tenaga." seru Gin Liong seraya menyerbu kelima imam.

Kelima imam itu benar2 tak berdaya, Mereka harus pontang panting menjaga serangan Gin Liong yang bergerak cepat laksana bayangan, Tak berapa lama kelima imam itu ter-engah2 napasnya, basah kuyup  mandi keringat. Rambut dan pakaiannya kusut tak keruan.

Memang Gin Liong sengaja mempermainkan mereka. Tak mau merubuhkan tapi menyerang gencar dan memaksa orang harus mengikuti berputar2.

Melihat itu akhirnya Yok Lan berseru memperingatkan bahwa hari sudah sore, harus lekas kembali kerumah penginapan.

Gin Liong terkejut dan membenarkan. Sekali terdengar dering tajam, Gin Liongpun berseru nyaring : "Imam hidung kerbau, terimalah sedikit tanda mata."

Sinar pedang memancar, sirap dan tampak Gin Liong berdiri tegak mengulum senyum. Kelima imam itu benar2 seperti copot nyawanya. Rambut mereka yang menggerumbul lebat saat itu hanya tinggal segenggam rambut pendek di tengah2 kepala. Yok Lan tertawa geli : "Liong-ko, engkau memang . ."

Honghu Ing yang masih berdiri tegak dan menyaksikan peristiwa itu, diam2 cemas: "Siau siauhiap itu memang suka berolok2 keliwat batas, kemungkinan kelima imam itu tentu takkan melupakan hinaan semacam itu."

"Orang she Siau, bagaimana engkau hendak menghukum aku ?" seru imam Pedang-darah dengan geram.

"Cukup sampai disini saja, kalian boleh lari membawa gundul kepala kalian masing2" sahut Gin Liong.

Imam Pedang-bayangan menggeram.

"Baik, selama gunung masih menghijau,  bengawan masih mengair, ingatlah, Lo san Ngo-to pada suatu hari pasti akan mencarimu lagi."

Habis berkata imam Pedang-darah itu segera mengajak keempat sutenya pergi.

Sekalian tamu2 persilatan, setelah menyaksikan permainan ilmu pedang Yok Lan dan gerakan Gin Liong, merekapun kuncup nyalinya dan diam2 segera tinggalkan gelanggang, Pada saat Gin Liong selesai menghajar kelima imam, tetamu2 itupun sudah bersih semua.

"Koko, pertandingan sudah selesai mengapa masih terlongong2 di gelanggang ?" tiba2 Honghu Yan menegur saudaranya.

Honghu Ing gelagapan dan segera mempersilahkan Gin Liong dan Yok Lan minum teh dalam ruangan, Tetapi Gin Liong menolak dan menghaturkan terima kasih.

"Ah, Siau-heng terlalu sungkan. Sesama kaum persilatan, sudah tentu kita harus bergaul seperti kawan. Aku merasa berterima kasih sekali apabila dapat dapat menyambut Siau- heng. Nona Lan..." tiba2 ia berhenti, wajahnya merah karena tak tahu harus mengatakan apa-2.

Untung saat itu Honghu Yan segera datang dan menarik tangan Yok Lan: "Lan moay-moay tentu sudah lapar, mari kita nikmati hidangan sambil berbincang2"

Walaupun berkata kepada Yok Lan tetapi memandang kearah Gin Liong. Sudah tentu pemuda itu ter-sipu2 menghaturkan terimakasih atas kebaikan Honghu Yan. Tetapi ia terpaksa harus lekas2 menuju ke rumah penginapan karena mempunyai urusan penting.

"Ya lain hari kami tentu akan memenuhi  undangan, taci." kata Yok Lan.

Tetapi rupanya Hongyu Yan tetap memaksa: "Ah, masakan begitu penting. Kalau hanya beberapa jenak saja, tentu takkan menjadi halangan, Masakan nanti di rumah penginapan kalian tak dahar."

Honghu Ing juga menambahkan bahwa rumah penginapan Liu-lim-tian itu tak berapa jauh. Dengan ilmu lari cepat, kedua saudara itu tentu dapat mencapainya.

Tanpa menunggu jawaban Gin Liong, ketua Thian-leng- kau itu terus berpaling dan memberi perintah: "Pertandingan hari ini telah selesai. Para thancu dan semua anak buah Thian-leng-kau harap bersiap untuk mengantar tetamu kita."

Sambil memandang Gin Liong, Honghu Yan berbisik: "Engkau dengar itu ? Engkohku telah memerintahkan semua anak buah Thian-leng-kau untuk mengantar keberangkatannya. Kemungkinan tentu upacara itu memakan waktu."

"Ah, sungguh . . membuat repot . . " Gin Liong tersenyum datar. Honghu Yan tersenyum lalu menarik tangan Yok Lan menuju keruang besar. Gin Liong-pun terpaksa mengikuti. Ruang besar itu dihias mewah sekali seperti sebuah gedung kediaman seorang pangeran.

Hidangan yang bermacam2 dan lesat, segera dihidangkan Semua orang yang berada dalam ruang serempak berbangkit ketika Honghu Yan,Yok Lan dan Gin Liong masuk.

Honghu Ing mengumumkan bahwa sekalian anak buah Thian-leng-kau boleh berpesta se-puasnya demi menyambut kedatangan kedua orang tetamu terhormat dan merayakan selesainya pertandingan adu kepandaian.

Pesta berlangsung dengan meriah dan gembira. Untuk menghaturkan terima kasih kepada Thian leng-kau, Gin Liong berjanji apabila mereka memerlukan bantuan tenaganya. dia pasti sanggup datang.

Selesai perjamuan Gin Liong dan Yok Lan minta diri, Dengan diantar oleh Honghu Ing dan Honghu Yan. keduanya melangkah keluar dari ruang, sepanjang jalan menuju pintu markas, mereka melalui barisan kehormatan Thian-leng-kau yang tegak berjajar dengan rapih.

Honghu Ing dan Honghu Yan sendiri mengantar sampai keluar markas, Honghu Yan tampak berat hati untuk melepaskan kedua tamunya pergi, untunglah ia minta agar Yok Lan setelah selesai dengan urusannya, kembali ke markas Thian-leng-kau lagi. Pun Honghu Ing mendukung permintaan adiknya itu dengan meminta Yok  Lan sungguh2 memerlukan datang kembali ke markas Thian- leng-kau karena adiknya, Honghu Yan tak mempunyai lain saudara lagi. Demikian setelah berbasa basi, akhirnya Gin Liong dan Yok Lan tinggalkan markas Thian-leng kau di gunung Kong-kesan itu.

"Liong-ko, tampaknya Honghu Yan menaruh hati kepadamu." dalam perjalanan Yok Lan berkata.

"Ah, Lan-moay, menyapa engkau berkata begitu ? Apakah engkau masih kurang percaya kepada hatiku ?" tanya Gin Liong, "kalau hatiku bercabang, biarlah aku. ."

"Sudahlah..." cepat Yok Lan memutus dari atas kudanya, "sekarang sudah menjelang malam, entah kapan kita baru dapat mengejar Liong-li locianpwe ? Ayo, cepat sedikit."

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar