Wisma Pedang Jilid 03 (Tamat)

Biasanya kalau tangan Sun Tu sudah memegang golok, orang- orang persilatan akan bergetar melihatnya. Pernah ada dua orang persilatan begitu melihat Sun Tu memegang pegangan golok, mereka mati karena ketakutan.

Tapi kali ini Sun Tu melihat sewaktu tangannya memegang pegangan goloknya yang panjang, seseorang dengan langkah besar malah berjalan melewati api langsung berhadapan dengannya. Sepasang mata seperti mata seekor cheetah galak, tanpa berkedip melihatnya.

Seorang pemberani pemilik kepalan besi dan disebut pahlawan besi, orang-orang menyebutnya si baja Yuan Feng Jiang:

Mata Sun Tu tampak menyipit, tangannya dengan kencang memegang pegangan goloknya.

---ooo0dw0ooo---

Setelah Mu Lang Shan mati, Ci Qing Feng membentak, golok emasnya dari atas menepis hingga ke bawah, gerakannya dilakukan dengan kekuatan penuh.

Sewaktu kedua siku Wang Jing Cao menghantam Mu Lang Shan, Mu Lang Shan tidak terbang keluar arena pertarungan, karena kedua siku Wang Jing Cao menempel rapat di dada Mu Lang Shan.

Bacokan Qi Qing Feng membuat Wang Jing Cao yang tadinya menghadapi Qi Qing Feng dengan berputar, sekarang dia berputar ke belakang tubuh Mu Lang Shan. Putaran yang dilakukan Wang Jing Cao tepat dilakukan untuk menghindari serangan bacokan dari Qi Qing Feng. Li Xue Hua menyerang bagian atas dan Tang San Jue menyerang bagian bawah.

Karena bacokan Qi Qing Feng tidak bisa dihentikan, akhirnya dia malah membelah tubuh Mu Lang Shan menjadi dua bagian. Dan bacokan Cji Qing Feng belum berhenti, golok itu terus membelah dada Mu Lang Shan.

Qi Qing Feng sudah bertekad akan memotong Wang Jing Cao yang masih berada di belakang badan Mu Lang Shan.

Tapi saat itu juga dia merasa bagian bawah tubuhnya terasa sangat sakit.

Tapi golok Qi Qing Feng tidak dapat dicabut dari tubuh Mu Lang Shan, seperti sudah menancap sangat dalam.

Qi Qing Feng tidak akan membiarkan goloknya tertinggal  di tubuh Mu Lang Shan, Qi Men Jin Dao boleh dibunuh tapi golok tidak bisa ditinggal begitu saja.

Saat dia merasa ragu sebentar, Wang Jing Cao dengan cepat lewat di antara kedua kaki Mu Lang Shan, dan sekaligus memukul alat vital Qi Qing Feng. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya membungkuk seperti udang kering. Karena mayat Mu Lang Shan menghalangi pandangannya, membuatnya tidak bisa melihat serangan yang dilancarkan oleh Wang Jing Cao. Akhirnya diapun terkena pukulan yang mematikan.

Saat itu juga Wang Jing Cao melihat ada cahaya golok menghampirinya.

Yang satu berada di atas seperti naga yang sedang bermain, sedangkan cahaya yang berada di bagian bawah seperti angin musim gugur yang menghembus dedaunan.

Mengapa kedua cahaya golok itu datang begitu cepat?

---ooo0dw0ooo--- Sun Tu mengeluarkan suara, goloknya yang panjang dengan ukuran 7 kaki 3 inchi, seperti guntur di langit, juga seperti api yang siap membelah Yuan Feng Jiang.

Jangkauan yang bisa dicapai oleh golok panjang ini sangat luas, membuat siapapun sulit untuk menghindar.

Di belakang Yuan Feng Jiang adalah kobaran api, Sun Tu sudah memperhitungkan, Yuan Feng Jiang tidak akan bisa menghindar lagi.

Mata Yuan Feng Jiang menyipit, dia melihat semua jalannya sudah ditutup oleh Sun Tu, tapi Yuan Feng Jiang seperti sebutir kelereng yang menggelinding, dia tidak akan mundur, malah terus maju dan maju, dia maju masuk ke dalam cahaya golok.

Golok Sun Tu sangat panjang, golok itu belum sempat diturunkan, bagian dadanya ada celah lebar.

Begitu melihat ada celah walaupun hanya sekejap, siapa yang berani pada saat seperti itu menyerang celah ini?

Yuan Feng Jiang ternyata bisa melakukannya.

Sewaktu dia masih berusia 10 tahun, dengan membawa pisau sayur dia bertarung dengan harimau Chang Bai Shan. Pada usia 11 tahun dia berani bertarung dengan murid Tang Men yang saat itu tidak ada seorangpun berani melakukannya. Diapun pernah mengalahkan 7 ketua di Lin Yuan, sampai dia sendiripun tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Diapun bisa hidup kembali setelah diserang oleh Sun Tu dulu. Tidak ada seorangpun yang bisa membuatnya tidak jadi melakukan hal itu.

Golok milik Sun Tu benar-benar hebat, tapi Yuan Feng Jiang masih terus maju dan maju, mungkin lebih tepat dikatakan dia menerjang maju ke arah Sun Tu.

Dua cahaya itu sangat cepat, membuat Wang Jing Cao tidak bisa menghindar lagi.

Dia setengah berjongkok, di depannya ada Qi Qing Feng yang sedang membungkukkan tubuhnya karena kesakitan. Di belakangnya adalah Mu Lang Shan yang telah terbelah oleh Qi CjingFeng. Menghindar dengan jurus apapun dia tetap tidak akan bisa lolos dari serangan Li Xue Hua dan Tang San Jue, dia hanya bisa bertahan, tapi saat ini Wang Jing Cao sama sekali tidak memegang senjata.

Qi Qing Feng dan Mu Lang Shang dijadikan tameng oleh Wang Jing Cao.

Golok Li Xue Hua sudah menancap di tubuh Qi Qing Feng, dan golok Tang San Jue menebas mayat Mu Lang Shan.

Li Xue Hua ingin segera mencabut goloknya dari tubuh Qi Qing Feng, dia segera turun dari atas, kesempatan ini langsung diambil oleh Wang Jing Cao.

Pada saat dia berusia 9 tahun dia berani bertarung dengan perampok yang ada di Jiang Xi, dia sangat pandai memperhitungkan waktu, dan dia sanggup mengeluarkan jurus dengan cepat. Di dunia persilatan jarang ada orang yang bisa menyaingi kemampuannya, dia sendiri sadar akan bakat yang dimilikinya, maka diapun menjadi sangat percaya diri.

Dia segera melempar Ci Qing Feng dan melepaskan mayat Mu Lang Shan. Li Xue Hua adalah seorang perempuan, walaupun dia sangat galak tapi tenaganya pasti akan lebih lemah dari laki-laki.

Benar saja, terlihat bacokan yang diarahkan ke Qi Cjing Feng tidak bisa dicabut setelah menancap dengan kuat di tubuh Cji Cjing Feng.

Jurus golok Li Xue Hua bisa dilakukan dari udara, tapi bagian bawahnya menjadi lemah, sekarang dia ditabrak oleh mayat Qi Qing Feng, badannya tidak seimbang lagi, ditambah saat itu dia melihat wajah Qi Qing Feng yang sudah mati, wajah itu mengerikan. Li Xue Hua benar-benar terkejut, perasaannya menjadi kacau. Dalam keadaan seperti itu, Wang Jing Cao sudah berada di depannya.

Golok Li Xue Hua masih menancap di tubuh Qi Cjing Feng, dan tubuh mereka berdekatan.

Begitu Qi Qing Feng dipukul oleh Wang Jing Cao, dahi Qi Qing Feng mengenai hidung Li Xue Hua, dan hidungnya langsung mengeluarkan darah. Li Xue Hua sangat kaget, waktu itu juga golok yang masih dipegang oleh Qi Cjing Feng menusuk ke perut Li Xue Hua.

Dengan pelan dia roboh, sampai matipun Li Xue Hua tidak mengerti mengapa Cji Cjing Feng yang sudah mati masih bisa membunuhnya.

Semua itu karena dia tidak melihat gerakan Wang Jing Cao yang melakukan serangan.

Wang Jing Cao secara berturut-turut berhasil membunuh 3 orang pesilat tangguh, dia mulai merasa senang dan percaya diri!

Waktu itu terdengar suara angin yang dibawa golok sudah menyerangnya. Wang Jing Cao mencoba menghindar tapi sudah terlambat. Di Ting Dao yang dikuasai dengan baik oleh Tang San Jue memang sangat terkenal di dunia persilatan karena kecepatannya.

Gerak reflek Wang Jing Cao memang sangat cepat, tapi begitu mendengar suara angin dari golok, golok Tang San Jue sudah sampai di depannya.

Wang Jing Cao merasa kaki kirinya mati rasa, tubuhnya yang sedang melayang segera turun. Belum sempat dia berbalik untuk menahan serangan, kaki kanannya terasa panas, akhrinya diapun roboh.

Tang San Jue paling menguasai teknik bertarung di bawah. Begitu Wang Jing Cao roboh, cahaya golok seperti salju turun dan terus menerpa Wang Jing Cao.

---ooo0dw0ooo---

Dalam hidup Sun Tu selama ini goloknya dalam 100 kali dilayangkan, 90 orang musuhnya karena melihat keganasannya mereka malah bengong, setelah itu berhenti menyerang. Pada saat mereka kaget, sinar kilat melewati mereka dan tanpa mereka sadari mereka telah terbelah menjadi dua, roboh dan nyawapun melayang saat itu juga. Karena itu pula Sun Tu sangat percaya pada kedasyatan ilmu goloknya.

Tapi sewaktu dia akan membacok, Yuan Feng Jiang menghilang dari hadapannya.

Yang ada di hadapannya sekarang hanyalah kobaran api. Kobaran api terus bergerak' membuat mata menjadi silau.

Dia mengerti mengapa Yuan Feng Jiang tidak takut masuk ke dalam lingkaran goloknya, dia melewati api untuk menghadapi dirinya.

Yuan Feng Jiang tiba-tiba menghilang, hanya ada satu jalan menghilang dari sana yaitu dengan cara mendekat padanya.

Tapi begitu Sun Tu membacok, dia tidak bisa menguasai gerakannya lagi.

Semua serangan berasal dari rasa percaya dirinya. Percaya diri yang mutlak.

Kalau rasa percaya dirinya hilang, semua persoalan tidak akan bisa dilakukan dengan sempurna.

Tapi bila terlalu percaya diri juga akan membuat suatu kesalahan yang tidak tertolong lagi.

Golok Sun Tu tetap dilayangkan, api yang jaraknya sekitar 10  kaki terbelah menjadi dua bagian dan api berubah menjadi kehijauan.

Begitu golok sudah diayunkan akan ditarik kembali untuk melindungi dirinya, semua sudah terlambat. Senjata panjang itu sulit digunakan untuk melindungi diri, sedangkan senjata pendek sulit digunakan untuk menyerang.

Begitu Yuan Feng Jiang mendekat, dia langsung mengambil kesempatan yang ada, dia segera menyerang Sun Tu dengan memukul dadanya!

Tiba-tiba tampak cahaya golok berkilau, sebuah pisau secepat kilat menusuk dada Yuan Feng Jiang.

Sebuah pisau pendek, datang dari tangan kiri Sun Tu. Dengan pisau inilah Sun Tu biasa membunuh orang.

Di dalam jiwa Sun Tu, ada 100 musuh, 90 orang musuhnya mati karena golok panjangnya, musuh yang benar-benar diperhatikan oleh Sun Tu bukan 90 orang itu melainkan 10 orang sisanya.

Kesepuluh orang itu selalu dibunuh Sun Tu dengan menggunakan pisau pendek yang tersimpan di lengan bajunya.

Di antara kesepuluh orang itu ada satu orang yang bisa menghindari tusukannya, berarti di antara 100 orang itu mungkin hanya ada satu orang yang bisa menghindari serangannya untuk kedua kalinya.

Tapi bisa menghindari serangan kedua, pada serangan ketiga tetap sulit untuk menghindar, paling-paling orang itu hanya bisa bertahan, kemudian golok panjang Sun Tu akan menyerangnya lagi.

Karena itu bila bertarung dengan Sun Tu, sama dengan mencari kematian.

Tidak ada seorangpun yang menyangka, Sun Tu yang terkenal dengan golok panjangnya, senjata yang benar-benar digunakan untuk membunuh adalah pisau yang tersimpan di dalam lengan bajunya, dan golok panjangnya menutupi senjata yang sebenarnya.

---ooo0dw0ooo---

Sewaktu Wang Jing Cao terkena bacokan pertama, dia merasa aneh, begitu bacokan kedua menghampirinya, dia sudah menyusun sebuah rencana. Dia segera ambruk. Dan sewaktu dia ambruk, teriakan keras dikeluarkannya.

Tusukan itu tidak membuatnya takut tapi semua itu hanya untuk menutupi keadaan sebenarnya. Tang San Jue merasa dia sudah menang untuk kedua kalinya, hatinya merasa senang. Begitu dia mendengar teriakan Wang Jing Cao, dia terpaku hingga gerakannya melambat, saat itu Wang Jing Cao sudah menindih kedua goloknya yang tergeletak di bawah.

Tang San Jue selalu mengaku kalau jurus golok bagian bawahnya adalah nomor satu, semakin rendah jurus golok dimainkan dia semakin mempunyai cara untuk mengatasinya. Tidak disangka kali ini ada orang yang menindih goloknya ke tanah. Jurus itu tampak begitu sepele dan rendah, belum pernah terpikirkan atau dialami sebelumnya.

Karena itu dia segera menarik kembali goloknya, tapi sepasang tangan Wang Jing Cao dengan cepat melilit lehernya. Kalau Tang San Jue segera melawan saat itu juga, mungkin dia masih ada harapan untuk hidup. Tapi dia sadar kalau tidak ada sepasang goloknya, dia bukan lawan Wang Jing Cao. Karena keraguan yang sempat terlintas di kepalanya, sepasang tangan Wang Jing Cao menghancurkan jakun yang ada di leher Tang San Jue. Dengan cakar harimaunya Wang Jing Cao memutuskan nadi besar yang ada di leher Tang San Jue.

Tang San Jue sudah tidak mempunyai tenaga untuk menarik goloknya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Kalau Si Da Dao Mo tidak mempunyai golok, mungkin Wang Jing Cao tidak akan begitu mudah membunuh mereka. Tapi Si Da Dao Mo sangat menyayangi golok mereka seperti menyayangi nyawa mereka sendiri. Wang Jing Cao menggunakan kelemahan ini dan menggunakan kesempatan yang ada untuk membunuh mereka. Tapi kaki Wang Jing Cao pun sempat terkena dua kali bacokan, tapi dia merasa sangat senang, belum pernah dia merasa sesenang sekarang. Karena itu dengan secepat kilat dan dengan menggunakan kekuatannya sendiri membunuh Si Da Dao Mo yang selalu menggegerkan dunia persilatan.

---ooo0dw0ooo---

Sun Tu sudah memperhitungkan kalau Yuan Feng Jiang akan menerjangnya, maka diapun menusuk Yuan Feng Jiang dengan pisaunya.

Tapi Yuan Feng Jiang pun sudah memperhitungkan kalau* Sun Tu akan melakukan hal ini. -

Semenjak 7 tahun yang lalu, Yuan Feng Jiang terjun ke dunia persilatan, dia sudah mengetahui tentang Sun Tu, kecuali dia memiliki golok panjang yang sangat menakutkan, dia masih memiliki senjata lain yang mematikan.

Kalau tidak seperti itu Sun Ren Tu bukanlah Sun Ren Tu.

Kalau membunuh, dia harus membunuh dalam posisi  seperti apa?

Sewaktu golok panjang dilayangkan, siapapun pasti tidak akan bisa mundur dari jangkauan goloknya, hanya orang pemberani dan memiliki sifat teliti baru berani menerjang ke depan.

Begitu golok panjang dilayangkan, dada Sun Tu terbuka, itu adalah kelemahan yang paling besar.

Sun Tu pasti sudah memperhitungkan hal ini, dari caranya membunuh adalah pada saat musuh mendekat karena telah melihat kelemahan ini.

Yuan Feng Jiang mengetahuinya tapi dia tetap maju.

Dengan keberanian melawan keberanian, cara ini adalah cara yang biasanya dipakai oleh Yuan Feng Jiang.

Sekali Sun Tu menusuk, Yuan Feng Jiang memukul dengan kepalannya.

Kepalannya mengenai ujung golok, golok itu adalah sebuah golok bagus, bagaimana dengan kepalan Yuan Feng Jiang?

Kepalannya seperti sebuah kepalan besi! Golok malah terjatuh karena terkena pukulan golok itu, kepalan itu juga membuat golok menusuk ke sisi kiri dada Yuan Feng Jiang.

Kepalan kiri Yuan Feng Jiang tampak herdarah tapi tubuhnya masih menerjang ke depan, kepalan kanannya menyerang Sun Tu lagi.

Wajah Sun Tu tampak berubah warna, dia tidak pernah melihat ada orang bertarung dengan cara seperti itu.

Tapi dengan cepat dia sudah mengetahui kalau dia telah melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak membiarkan Yuan Feng Jiang mendekat, tapi begitu dia tahu kalau dia salah, semua itu sudah terlambat. Golok panjangnya sudah tidak sempat dibalikkan, pisau pendek masih menancap di dada Yuan Feng Jiang.

Yuan Feng Jiang masih memiliki sebelah tangan lagi.

Hanya dalam waktu singkat kepalan tangan Yuan Feng Jiang sudah memukulnya, kemudian membunuh dengan kepalannya. Dengan siku, lutut, dan kaki dia menendang dan memukul Sun Tu, setelah itu baru melepaskannya.

Sewaktu Yuan Feng Jiang meninggalkan Sun Tu, dada Sun Tu tampak melesak ke dalam.

Sun Tu tampak melotot seperti tidak percaya pada apa yang terjadi pada dirinya, sebelum dia ambruk dan mati, dia masih melotot pada Yuan Feng Jiang. Wang Jing Cao yang masih berada  di sanapun sudah berhasil membereskan Tang San Jue. Dia membalikkan kepala, kedua tangannya jmenyerang dan mematahkan kaki Sun Tu, akhirnya Sun Tu pun roboh.

Dan selamanya dia tidak akan bangun lagi.

---ooo0dw0ooo---

Yuan Feng Jiang dalam satu jurus berhasil membereskan Sun Tu. Wang Jing Cao dalam waktu singkat'berhasil membereskan Si Da Dao Mo yang terdiri dari Mu Lang Shan, Qi Qing Feng, Li Xue Hua, dan Tang San Jue.

Pisau masih menancap di dada Yuan Feng Jiang, karena tusukan itu agak meleset hingga tidak melukai tempat vital. Maka hal ini tidak membuat laki-laki seperti besi itu roboh. Kepalan tangannya masih berlumuran darah, pisau Sun Ren Tu lebih tajam dari golok panjangnya. Tapi walaupun demikian, dia masih tidak mampu menghancurkan kepalan besi Yuan Feng Jiang.

Luka di kaki Wang Jing Cao pun tidak terlalu parah, pada saat pertama terkena bacokan, untung dia sudah waspada terlebih dahulu, pada saat dibacok untuk kedua kalinya, dia bisa menghindar.

Kalau tidak mana mungkin orang persilatan menyebut Wang Jing Cao sebagai 'Wang Jing Cao yang lincah'? kalau tidak begitu julukannya akan berganti menjadi 'Wang Jing Cao yang tidak mempunyai kaki'.

Walaupun mereka terluka, tapi mereka merasa sangat gembira karena mereka akhirnya bisa menang.

Api tetap terbagi menjadi dua, dan api masih menyela dengan terang.

Kedua pemuda itu di dalam kegelapam disinari oleh cahaya api. Mereka menyambung potongan papan nama yang bertuliskan 'Jian Shi' dan 'Tian Xia', dan dengan kuat mereka

memegangnya. Sepertinya apapun yang terjadi mereka tidak akan membiarkan papan yang bertuliskan huruf 'Jian Shi Tian Xia' hilang dari sana.

Api masih terus menyala dan kobarannya sangat besar. Malam masih panjang.

Tamat (Lanjut Puteri Es (Xiao Xue Chit Qing)) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar