Pendekar Bloon Jilid 37 Makin runyam

Jilid 37 Makin runyam

Sayup2 terdengar suara nyanyian. Entah dari mana arahnya tetapi walaupun hanya sayup2, nada dan irama nyanyian itu terdengar jelas oleh tokoh2 sakti yang tengah berada di panggung.

"Ada dan Tiada, sukar dikata ada jika kita adakan

tiada jika kita tiadakan

Hidup hanya selanggeng impian betapa indah dan bahagia

tetap takkan lepas dari derita

hanya dengan menghapus nafsu maya hidup akan bebas bahagia.

Aneh, pengawal Baju Putih yang habis melepas pukulan Gun-goan-ciang dahsyat itu, tertegun menengadahkan kepalanya seperti orang yang merenung

Demikian pula dengan Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin. Mereka seolah terpaku karena pikirannya terbang ke alam yang penuh ketenangan dan kedamaian. Sedang kedua nona. Sian Li dan Hong Ing tegak seperti patung.

Tetapi tidak demikian dengan pemuda gundul atau Blo'on. Dia seolah tak merasakan sesuatu, dengan langkah lebar ia segera menghampiri pengawal Baju Putih yang menghantamnya itu.

"Hai, bung, pukulanmu hebat sekali," serunya "apa nama pukulan itu ?" Tetapi pengawal Baju Putih itu tetap termangu. Andaikata Blo'on tahu tentang ilmu menutuk jalan-darah, dengan mudah ia tentu dapat menutuk orang itu. Tetapi andaikata ia dapat pun belum tentu mau melakukan. Karena dia memang aneh perangainya. Tak mau merugikan orang, mau dirugikan orang. Tak ingin minta maaf kepada orang tetapi suka memberi maaf kepada orang. Oleh karena memiliki pendirian itu, maka setiap kali ia tak dapat mengembangkan tenaga-dalam saat dalam dirinya. Tenaga dalam sakti itu baru melancar apabila dia dipukul orang.

Entah dari mana datangnya, tiba2 diatas panggung telah muncul seorang tua berambut putih, wajahnya segar seperti anak, mengenakan pakaian serba putih pula.

"Bukankah kongcu ini putera dari Kim Thian cong tayhiap?" tiba2 orangtua baju putih itu menegur Blo'on.

"Ya, tetapi aku sendiri belum pasti" sahut Blo'on.

Bahwa melihat Blo'on seorang saja yang masih dapat bergerak bebas, diam2 orangtua baju putih itu sudah terkejut. Lebih terkejut pula ia ketika mendapat jawaban aneh dan pemuda gundul itu.

"Tetapi pasti ?" ulangnya heran, "mengapa?" "Karena aku tak dapat mengingat, otakku hilang ?" Orangtua baju putih itu mengerut dahi.

"Eh, siapakah engkau ?" Blo'on balas bertanya

"Ah, sudah lama aku tak memakai namaku yang aseli. Untuk membedakan diriku, cukuplah engkau panggil saja Pek I Lojin atau orangtua baju putih. Aku gemar memakai baju putih". "Kalau begitu sama dengan aku." seru Blo'on "aku juga tak ingat lagi siapa namaku maka aku lebih suka dipanggil Blo'on saja."

Mau tak mau orangtua baju putih itu itu tertawa. la senang melihat kepolosan Blo'on.

"Mau apa engkau datang kemari ? Apakah engkau kawan dan pengawal Baju Putih itu ?" tegur Blo on.

Pek l lojin gelengkan kepala : "Memang baju sama putihnya, orangnya pun sama, tetapi intinya lain. Kedatanganku kemari adalah untuk mencegah bencana besar."

"Bencana ? Bencana apa ?" seru Blo'on terkejut.

"Aku ingin menyelamatkan tokoh2 tua dari kebinasaan yang mengenaskan. Tahukah engkau siapa sesungguhnya pengawal Baju Putih yang berhadapan dengan engkau itu ?"

"Sudah tentu tidak tahu." seru Blo'on. "mereka memakai kain kerudung muka dan tak dapat diajak bicara."

"Yang engkau hadapi saat ini" kata Pek I lojin, "adalah seorang tokoh angkatan tua dari partai persilatan Go-bi-pay, Tik Sian taysu. Dalam partai Go-bi-pay. hanya dia seorang yang betul2 telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu Biat- gong ciang. Tokoh itu sudah berpuluh tahun menghilang dari dunia persilatan dan sekarang dijadikan Pengawal oleh Thian- tong-kau."

"Lalu bagaimana aku harus bertindak ?" tanya Bloon. "Apakah engkau mengerti ilmu menutuk jalandarah ?" tanya

Pek I lojin.

Blo’on gelengkan kepala. "Ah, tidak jadi kuajukan pertanyaan itu." "Eh, mengapa ?" tanya Blo'on heran.

"Karena kutahu, engkau memiliki tenaga-dalam yang luar biasa anehnya. Jika terlalu keras engkau menutuk, orang itu tentu mati. Padahal menutuk jalandarah itu harus menggunakan tenaga yang menurut ukuran"

"Lalu bagaimana ? tanya Blo'on.

"Apa engkau membekal tali?" tanya Pek I lojin.

"Untuk mengikat orang itu?” tanya Blo'on, "tidak, aku tak membawa apa2 kecuali pedang".

"Hm," dengus orangtua itu. "pedang lebih berbahaya karena engkau tak dapat mempertimbangkan ukuran tenaga tusukan yang harus engkau lakukan. Salah2 dia akan mati."

"Siapa dia ?" tanya Blo'on.

Orangtua baju putih itu tak menyahut melainkan berpaling kearah Hong Hong tojin, serunya : "Maaf, totiang, jika tak salah totiang tentu berasal cari partai Go bi-pay".

"Benar, lojin". sahut Hong Hong tojin.

“‘Pernah tojin mendengar suatu peristiwa dalam gunung Go-bi-san, tentang seorang murid Go-bi pay yang telah kesalahan membunuh beberapa tojin dalam biara Go-bi-pay sehingga murid itu dijatuhi hukuman oleh ketua Go-bi-pay  saat itu ? Peristiwa itu terjadi pada tigapuluh tahun berselang ketika yang menjadi ketua Go-bi-pay adalah Hong Hwat tojin."

"Oh. Hong Hwat tojin adalah sucou2ku (kakek guru) Ya, memang aku pernah mendengar peristiwa itu " sahut Hong Hong tojin. "Dan pernahkah tojin mendengar tentang rnunculnya seorang tokoh pengembara yang aneh pada Iimapuluh tahun yang lalu?” tanya orangtua baju putih itu pula.

"Banyak sekali peristiwa di dunia persilatan selama duapuluh tahun yang lalu", kata Hong Hong tojin, "tetapi tokoh yang manakah yang lojin maksudkan itu ?"

"Pada masa itu partai Go-bi-pay telah terancam kehancuran karena beberapa partai besar antara lain Siau-lim-pay, Bu- tong-pay, Kun-lun-pay, Hoa-san-pay dan Kong-tong-pay, ber- bondong2 menuju ke markas Go-bi untuk meminta pertanggungan jawab, atas perbuatan murid Go-bi-pay yang bersalah melakukan penganiayaan terhadap murid2 dari beberapa partai persilatan itu. Tetapi Hong Hwat kaucu, ketua dari Go-bi ray menyangkal dan mengumpulkan semua murid2 Go-bi-pay supaya diteliti. Ternyata tiada seorang murid Go-bi- pay yang mempunyai ciri2 seperti orang yang telah menganiaya murid2 beberapa partai itu. Namun beberapa partai itu tetap berkeras menuduh dan minta pertanggungan jawab kepada Hong Hwat kaucu."

"Akhirnya Hong Hwat kaucu hilang kesabarannya. Sebagai seorang ketua ia harus menjaga nama partai Go-bi. Dalam perbantahan yang makin memuncak, akhirnya terjadilah pertempuran. Berhadapan dengan ketua partai2 besar, sudah tentu Go bi-pay harus menderita kekalahan besar. Beberapa anakmuridnya mati dan terluka. Karena malu Hong Hwat kaucu bunuh diri. Tetapi pada saat ia hendak menusuk leher dengan pedang, se-konyong2 segulung angin mendampar pedangnya jatuh dan Hong Hwa kaucupun ter-huyung2 beberapa langkah. 

Seorang lelaki bernmur tigapuluhan tahun muncul dan mengatakan bahwa Hong Hwat kaucu salah karena mengambil keputusan pendek begitu. Seharusnya dapat meminta waktu untuk membersihkan nama baik Go-bi-pay. Kemudian kepada ketua partai2 persilatan yang berada disitu, orang itupun mendamprat, mengatakan mereka hanya mengandalkan jumlah banyak untuk menindas Go-bi-pay. Bahwa mereka hanya percaya pada bukti tapi tak dapat menunjuk orangnya.

Sudah tentu ketua2 partai persilatan itu marah. Orang itupun sanggup menghadapi. Walaupun tak menang tetapi diapun tak sampai kalah. Dia memiliki ilmu pukulan Gun-goan- ciang yang mengejutkan lawan2nya. Pukulan Gun-goan-ciang itu dapat mengimbangi kesaktian pukulan Toa-lat kmi-kong- ciang dari Siau-lim-pay, pukulan Bi-kek-ciang dari partai Bu- tong-pay. Thian-gi-cin-kang-ciang dari partai Kun-lun-pay, Kek-gong-biat-san-ciang dari partai Kong-tong-pay dan pukulan Bok-lian-ciang dari Hoa-san pay.

Kagum atas kesaktian orang itu, para ketua  partai persilatan itu menghentikan pertarungan dan meminta penjelasan. Orang itu mengatakan bahwa biangkeladi dari peristiwa itu telah ia tangkap. Tak lain seorang Ihama dari Tibet yang karena sakit hati dengan ketua Go-bi-pay yang telah menghajarnya kemudian menyaru sebagai murid Go-bi- pay untuk melakukan penganiayaan dan pembunuhan kepada beberapa murid partai2 persilatan. Tujuannya agar partai2 itu marah dan mengeroyok Go bi-pay

Ketua partai2 persilatan itu menyesalkan mengapa orang itu tak cepat menghadapkan Ihama itu agar dengan demikian tak sampai terjadi bentrokan yang sangat disesalkan itu. Tetapi orang itu menjawab bahwa ia memang hendak menghukum beberapa penanggung jawab dari partai Go-bi-pay yang dulu telah menjatuhkan hukuman tak adil kepada dirinya. Tetapi disamping itu iapun tetap akan membela Go-bi-pay dengan suatu pertandingan bahwa ilmu kepandaian aliran Go-bi-pay itu tak kalah mutunya dengan lain2 partai persilatan.

Ternyata orang itu adalah dulu seorang kacung yang dipekerjakan didapur dari markas Go-bi-pay. Kacung itu memiliki otak yang cerdas dan bakat yang baik sehingga seorang tiang-lo (sesepuh) Go-bi-pay secara diam2 telah mengajarkan ilmu silat kepadanya. Menilik kecerdasan dan bakat kacung itu tiang-lo Go-bi-pay itu makin senang dan mengajarkan pula ilmu pukulan Gun goan-ciang. Pada suatu hari, tanpa disengaja, kacung itu telah dipergoki sedang mengintai murid2 Go-bi pay yang sedang berlatih silat. Oleh beberapa murid, dia telah dihajar. Karena ketakutan dan hendak membela diri. tanpa disadari, kacung itu telah melawan dan melepaskan pukulan Gun-goan-ciang. Beberapa murid itu rubuh, ada yang menderita luka parah, bahkan ada yang mati.

Kacung segera dikepung oleh murid Go-bi-pay yang berkepandaian tinggi, kemudian diadili oleh ketua Go-bi-pay. Tetapi walaupun diancam akan dibunuh, kacung itu tetap menolak memberitahu siapa yang telah mengajarkan ilmu silat kepadanya. Ia tetap memegang janjinya kepada tianglo yang memberinya pelajaran silat itu.

Akhirnya ketua Go-bi-pay marah dan memerintahkan supaya kacung itu dibunuh karena berani mencuri lihat murid2 Go-bi-pay sedang berlatih silat. Dalam keadaan terpaksa kacung itupun melawan. Sudah tentu ia tak mampu melawan jago2 sakti dari Go-bi-pay. Akhirnya ia melarikan diri dan tak ketahuan lagi bagaimana beritanya. Lima belas tahun kemudian dalam dunia persilatan telah muncul seorang pemuda yang memiliki ilmu silat dari aliran Go-bi-pay. Terutama pukulan Gun-goan ciangnya sangat mengejutkan sekali. Tahu2 orang itu muncul untuk menyelamatkan jiwa ketua Go-bi-pay yang hendak bunuh diri di hadapan ketua2 partai persilatan dan berhasil menghadapkan biangkeladi dari peristiwa yang telah menfitnah nama baik partai Go-bi-pay. Orang itu bukan lain adalah kacung pembantu dapur yang dulu hendak dibunuh oleh orang Go-bi-pay.

Hong Hwat tojin ketua Go-bi-pay menghaturkan terima kasih dan menyatakan rasa sesalnya atas peristiwa yang lalu. Tetapi orang itu tetap menolak kembali pada partai Go-bi pay tetapi ia berjanji akan menjaga nama baik partai itu. Sejak itu ia menjadi tojin dan bergelar Tik Sian.

"O, aku pernah mendengar juga tentang peristiwa itu," seru Hong Hong tojin. "tetapi kala itu aku masih muda dan karena tak kenal maka aku-pun tak pernah menaruh perhatian. Apalagi Tik Sian supeh (paman guru) itu telah menghilang dari dunia persilatan."

"Ya, memang benar' kata orangtua baju putih. "sejak peristiwa di gunung Go-bi itu, dia tak pernah muncul lagi dalam dunia persilatan. Kini tiba2 dia sudah menjadi pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau".

Kemudian orangtua baju putih yang menyebut dirinya bernama Pek I lojin itu berkata kepada Blo'on : "Ya, aku mendapat akal bagaimana engkau harus menghadapi cianpwe itu. Pada waktu bertempur merapat, cepat ia ringkus tangannya atau peluk badannya kemudian aku yang akan menyelesaikan dengan ilmu totokan dari jauh"

"Ah, tak perlu", kata Blo'on, "aku dapat membuatnya rubuh pingsan dan tak sampai menderita luka berbahaya .

Habis berkata ia terus maju lagi. Rupanya pengawal Baju Putih terkejut berhadapan dengan Blo'on. Setelah memulangkan napas ia menghimpun seluruh tenaga-dalam dan melepaskan ilmu pukulan Gun-goan-ciang lagi.

Blo'on tahu bahwa pengawal Baju Putih tengah melancarkan pukulan. Jika ia menirukan gerak pukulan lawan, lawan tentu akan menderita akibat yang parah. Apalagi ia sudah dipesan orangtua baju putih jangan membunuh pengawal yang itu. Tiba2 ia mendapat akal.

Begitu pengawal baju putih itu menggerakkan tangan, Blo'onpun menyerempaki menjatuhkan diri ke tanah seolah olah seperti terkena pukulan. Sebenarnya gerak gerik Blo'on itu tampak dibuat-buat. Tetapi rupanya kesadaran pikiran pengawal baju putih itu juga kabur. Melihat Blo'on rubuh, ia terus maju menghampiri untuk menyusuli pukulan lagi supaya lawan hancur.

Pada saat pengawal baju putih itu tiba dihadapannya, sekonyong-konyong Blo'on bergerak dengan cepat, menggelinding dan menyambar kaki pengawal. Karena tak menduga, pengawal itu terpelanting terus diterkam Blo'on, plak ia menampar kepala orang iiu.

"Beres," kata Blo'on seraya bangun dan menjinjing tubuh pengawal itu untuk diserahkan kepada orangtua baju putih.

Orangtua baju putih itu mendecak-decak mulut: "Cet. cet, sungguh hebat engkau, kongcu. Siapakah engkau ini ?"

Blo'on hendak menyahut tetapi karena kuatir jawabannya akan menimbulkan salah faham, buru2 Hong Hong tojin mendahului: „Dia adalah putera Kim Thian Cong tayhiap."

“O, makanya begitu hebat,” seru orangtua baju putih itu. “Siapa bilang", seru Blo'on. “Ho bukankah engkau sanggup mengalahkan beberapa tokoh pengawal Baju Putih? Bahkan terakhir tadi adalah Tik Siang tojin yang tiada lawannya dalam ilmu pukulan Gun- goan-ciang? "

“Ya, mungkin juga begitu," sahut Blo'on seenaknya, tetapi aku merasa tak memiliki ilmu silat apa2."

Pek I lojin terkesiap. Melihat itu Sian Li segera memberi penjelasan. "Lo-cianpwe, memang sakoku itu sedang menderita penyakit yang aneh. Harap lo-cianpwe jangan mengambil di hati akan setiap kata-katanya. Dia tak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau, Tahukah lo- cianpwe bagaimana menyembuhkannya? "*

"O, kehilangan ingatan?" seru Pek I lojin. " Aku tidak gila," teriak Blo'on.

Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus menyerang. Gaya serangannya memang aneh. Tubuhnya agak mengendap ke bawah, tangan menebar untuk menerpa, menampar dan menusuk. Gerakannya yang sangat cepat, loncat sambil menusuk mata Blo’on, membuat pemuda itu gelagapan mencondongkan badan ke belakang. Tetapi dengan sebuah gerak yang cepat pula, pengawal Baju Putih itu segera menyambar kaki Blo'on dan dilemparkan ke belakang. Brak....

kepala Blo'on terbanting ke Iantai papan.

"Brandal!" kakek Lo Kun marah dan terus menerjang pengawal Baju Putih itu.

Krak .... pengawal Baju Putih menyongsongnya dengan sebuah hantaman dan kakek Lo Kun-pun menghantam, Terjadi benturan keras. Kakek Lo Kun terputar-putar seperti gangsingan. Pengawal Baju Putih itupun terhuyung-huyung sampai empat lima langkah. Secepat berdiri tegak, pengawal Baju Putih itupun terus loncat menyerang dengan gaya yang istimewa, Lo Kun juga melayani dengan berloncatan mengitar. Dengan demikian keduanya seperti anak2 bermain kejar kejaran,

"Ho-kun ciang !" seru Hoa Sin ketua Kay-pang setelah memperhatikan gerak permainan pengawal Baju Putih itu.

"Ya, benar," sahut Pek I lojin, "kurasa dia memang Ho-kun Sin-hiap yang termasyhur itu."

Ho-kun ciang artinya ilmu pukulan burung Bangau, sebuah ilmu yang sesungguhnya bersumber pada aliran Siau-lim-kun. Sepasang tangan yang direntang itu dimaksud.sebagai sepasang sayap dan burung bangau yang menyambar lawan. Memang sepintas pandang, kedua lawan, Lo Kun dan pengawal Baju Putih itu seperti orang main udak. Tetapi sesungguhnya mereka sedang melancarkan pertarungan yang hebat.

Karena diserang dengan gaya burung bangau, secara tak sadar Lo Kunpun segera mengembangkan ilmu permainan Hek-bou kun atau ilmu silat Macan-hitam.

Kakek Lo Kun itu senang belajar. Pada masa menjabat gi lim-kun atau pasukan Bhayangkara di istana baginda yang dulu, ia telah belajar ilmu silat Hou-kun (gaya Harimau) dengan seorang wi-su atau anggauta pengawal istana. Wisu itu sebenarnya murid dari Siau-lim-si. Kemudian setelah mengasingkan diri di gunung Hek-bou san, Lo Kun segera menambah dan memperlengkapi ilmu silat itu sendiri dengan berbagai ilmu pukulan yang difahaminya. Dengan begitu terciptalah sebuah ilmu pukulan Hek-hou ciang (pukulan Macan Hitam). Gayanya seperti macan yang loncat menerkam lawan. Hebat sekali pertarungan antara ilmusilat burung Bangau dan ilmusilat Macan Hitam itu. Jika burung bangau mengutamakan serangan kedua tangan, ilmusilat Macan Hitam lebih mementing gerakan kaki. Masing2 mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri2. Tetapi dalam pertarungan saat itu, lambat laun tampak Lo Kun terdesak. Pengawal Baju Putih itu lebih gesit dan lebih hebat serangannya. Berulang kali mampir saja kedua biji mata Lo Kun tertusuk jari lawan. Untung dalam saat2 berbahaya ia selalu masih dapat menolong diri dengan menggunakan gundulnya.

Berutang kaki tutukan jari pengawal Baju Putih itu mental apabila menutuk kepala Lo Kun. Sesungpuhnya tenaga dalam orang itu hebat sekali, tetapi gundul Lo Kun memang luar biasa. Kerasnya seperti besi.

"Siapakah kakek itu ?" tanya Pek I lojin.

"Dia adalah kakek Lo Kun. Dia sayang sekali kepada suko. Orangnya baik tetapi memang agak limbung pikirannya," menerangkan Sian Li. Kemudian dara itu meminta keterangan tentang pengawal Baju Putih yang itu.

"Ho kun Sin-hiap Nio Cun dari Hok-kian, dulu pernah mendirikan sebuah perguruan, kemudian setelah mendapat banyak murid dia hendak meningkatkan mendirikan sebuah partai persilatan. Makin lama makin besar, cabang2 dibuka diberbagai kota. Sayang dia kurang hati2 sehingga dapat diperalat pemerintah Goan untuk menggempur gereja Siau lim-si. Dengan bantuan jago2 dari pemerintah Goan, Siau-lim- si dapat diobrak abrik. Tetapi pada malam itu, dia telah didatangi seorang jago yang mengancamnya supaya dia menghentikan memusuhi Siau-lim si. Dia menolak dan menyerang jago itu. Tetapi akhirnya, jago itu berhasil merubuhkannya dengan It-ci sin kang (Jari- tunggal-sakti). Sejak itu dia lenyap mengasingkan diri karena malu,” Pek I lojin memberi keterangan.

“It- ci-tin-kang ?" seru Hoa Sin. "bukankah ci-sin-kang itu gelar dari Kim Thian-cong tayhiap?"

Pek I lojin mengangguk : "Memang Kim tay hiaplah yang menundukkannya."

Dalam pada berbicara itu, pertempuran antara kakek Lo Kun dan pengawal Baju Putih yang diduga tentu Ho-kun-sin- hiap Nio Cun telah mencapai babak yang gawat. Dengan nekad Lo Kun menubruk untuk membenturkan gundulnya ke dada lawan. Tetapi ternyata dia terperangkap. Hu-kun Sin hian Nio Cun ayun tubuhnya melambung keudara melampaui punggung Lo Kun, lalu secepat kilat berputar dan mengirim tendangan ke pantat kakek itu, plak.....

"Huh.....," sekalain ketua partai persilatan berseru tertahan, terutama Sian Li dan Hong Ing. Mereka terkejut ketika melihat tubuh Lo Kun mencelat ke udara. Sian-Li malah terus menjerit dan lari hendak menolong tetapi tiba2 sesosok tubuh melenting dan menyambar tubuh kakek Lo Kun. Penolong itu bukan lain adalah Blo'on.

Pengawal Baju Putih hendak maju menyerang lagi tetapi Sian Li segera menyambut dengan pedang Pek-liong-kiam. Dara itu hendak membalaskan kakek Lo Kun yang tak diketahui bagaiman keadaannya.

Putaran pedang Pek liong-kiam itu segera menciptakan lingkaran sinar putih berhawa dingin, laksana awan berarak- arak meliputi tubuh pengawal Baju Putih.

Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi pengawal Baju Putih itu dapat merasakan juga kesaktian pedang Sian Li. Ia tak berani melancarkan serangan, melainkan mengisar mundur sembari menari-narikan tangannya untuk melindungi tubuhnya.

Sebenarnya pengawal Baju Putih mampu untuk  menghadapi ilmu permainan pedang Sian Li tetapi ia jeri terhadap pedang pusaka Pek-liong-kiam. Maka ia hanya bertahan dulu untuk mencari kesempatan merebut pedang si nona.

Tak berapa lama kesempatan itupun tiba. Dalam sebuah gerak yang mengejutkan, pengawal Baju Putih sengaja memberikan dadanya ditusuk. Tetapi pada saat Sian Li menusuk, tiba2 lawan telah membuat sebuah gerak tendangan sambil melambung. Sian Li terkejut tetapi tak sempat menghindar lagi. Siku lengannya terasa kesemutan dan pedang-pun mencelat ke udara. Serempak dengan itu pengawal Baju Putihpun ikut mencelat ke udara untuk menyambar pedang Pek-liong kiam.

Peristiwa itu berlangsung cepat sekali sehingga sekalian ketua partai persilatan tak sempat berbuat suatu apa kecuali hanya terkejut. Apabila pedang Pek-liong-kiam sampai jatuh ke tangan pengawal Baju Putih itu, tentu membahayakan sekali.

Tiba2 suatu peristiwa yang mengejutkan terjadi. Pada saat pedang Pek-liong-kiam meluncur turun dan pengawal Baju Putih itupun sudah tiba dan menjulurkan tangannya untuk menyambar, sekonyong-konyong pedang itu mendampar ke dada pengawal Baju Putih.

Aneh benar. Pedang itu semula meluncur turun dan tanpa sebab tiba2 melayang seperti dilontarkan orang, kearah pengawal Baju Putih. Saat itu pengawal Baju Putih sedang melayang dan ulurkan tangan kemuka untuk menyambar pedang, Dengan kejadian yang mengherankan itu sudah tentu sukar baginya untuk menghindar. Pun kalau menangkis tentulah telapak tangannya akan terpapas.

Sebenarnya jika ia menampar atau menangkis dia hanya kehilangan sebelah tangan. Tetapi kalau tidak, dadanya tentu tersusup pedang itu dan mati. Rupanya pengawal Baju Putih itu sudah kehilangan pikiran yang terang. Pedang menyambar cepat ia hendak menarik pulang tangannya. Tetapi baru setengah jalan, pedang itupun sudah meluncur dan  menembus telapak tangan, terus bersarang ke tenggorokannya. Hanya sebuah raung jeritan menyerupai harimau kelaparan yang terdengar dan tubuh pengawal Baju Putih itupun segera menukik jatuh ke panggung.

Jikalau tokoh yang berada dipanggung, terlongong keheranan. Tetapi cepat keheranan mereka terjawab ketika melihat Blo'on bersama Lo Kun menghampiri pengawal Baju Putih yang menggeletak berlumuran darah di lantai. Blo'on membungkuk dan mencabut pedang Pek-liong-kiam lalu di lemparkan kearah Sian Li : "Sumoay, nih, pedang mu!”

"Apakah kongcu yang membunuh pengawal Baju Putih itu?" tegur Pek I Lojin.

"Aku tidak membunuh hanya menampar pedang itu supaya jangan sampai dirampasnya," jawab Blo'on.

"Tetapi tamparanmu begitu hebat sekali sehingga pedang meluncur seperti anak panah dilepas dari busurnya," seru Pek I lojin, "wah, engkau benar2 hebat sekali."

"Eh, kakek tua," kata Blo'on "siapakah sebenarnya engkau ini ? Mengapa engkau berada disini? Engkau hendak membantu kami atau membantu mereka ?""

"Suko.... teriak Sian Li yang kuatir orangtua baju putih itu tak senang mendengar kata-kata BIo'on yang kasar. Tetapi Pek I lojin hanya tertawa : "Ho, ternyata pikiranmu masih terang. "

"Siapa bilang aku gila ?™ seru Blo'on.

Pek I lojin tertawa : “Kehadiranku dipanggung ini bukan membantumu juga tldak membela mereka tetapi berniat menyelamatkan tokoh2 angkatan tua yang entah bagaimana peristiwanya, telah dijadikan barisan pengawal Baju Putih oleh partai Thian-tong-kau. Tidak semua mereka itu jahat, apalagi mereka telah dicelakai Thian-tong-kau, maka perlulah mereka diselamatkan dari kebinasaan."

Belum habis orang tua baju putih bicara, tiba2 beberapa pengawal Baju Putih menyerang. Dikata beberapa, Karena kali ini yang maju ada semua pengawal Baju Putih yang masih sisa. Jumlahnya lima orang. Mereka maju sekali gus.

Melihat Hoa Sin dan Ceng Sian suthay serta Hong Hong tojin serempak menyongsong. Tetapi dicegah oleh Pek I lojin.

"Jangan, biarkan Kim kongsu yang melayani." serunya seraya menyurut mundur kesamping Blo’on, “kongcu, aku orang tua memang tak berguna. Maukah engkau menghalau kelima orang itu?'

"Ya," sahut Blo'on yang kasihan karena melihat orangtua baju putih itu ketakutan, "tetapi engkau harus memberitahu, apakah mereka orang2 jahat atau baik, boleh dibunuh atau tidak!"

"O, baiklah, kata Pek I lojin, “nanti setelah melihat gaya serangan mereka bagaimana, baru aku dapat memberitahu kepadamu." "Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru," mereka berjumlah lima dan suko hanya seorang. Apakah ciapwe tak kasihan pada suko ? Bolehkah aku membantu suko?"

Baru Pek I Lojin mengucap begitu, tiba2 kakek Lo Kun sudah menyelutuk : "Jangan main2 dengan jiwa cucuku si Blo'on. Kalau ia sampai mati, engkau harus menghidupkan. Kalau tak bisa, harus ganti dengan nyawamu."

Pek I lojin tertawa: "Ya, ya, kalau ia mati, nyawaku akan masuk kedalam tubuhnya. Dan engkau nona, jangan buru2 turun tangan. Jika melihat sukomu benar2 terancam jiwanya, baru engkau boleh membantu."

Blo'on tak sempat bertanya apa2 lagi karena saat itu kelima pengawal Baju Putih sudah berhamburan menyerangnya. Begitu tiba mereka terus berjajar2 membentuk sebuah barisan.

"Ngo-heng-tin," seru Hoa Sin ketika melihat formasi barisan kelima pengawal Baju Putih itu. "Awas, kongcu, mereka membentuk barisan Ngo-heng-tin ... "

Tetapi ketua Kaypang itu tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu Blo'on sudah melangkah masuk kedalam barisan lawan.

Ngo-heng-tin atau barisan Lima Unsur, dicipla menurut lima unsur Kim, Bok, Cui. Hwat, Tho atau Emas. Kayu, Air, Api dan Tanah. Sesungguhnya barisan itu merupakan barisan dari partai Siau lim-si yang disebut Ngo-heng-pat-kwa-tin. Dan pencipta aslinya sebenarnya Cukat Liang alias Khong Beng, ahli strategi militer yang cemerlang pada jaman Sam Kok.

Blo'on tak mengerti ilmusilat apalagi ilmu barisan. Melihat musuh membuka jalan, ia terus masuk saja kedalam barisan. Dan ketika berada ditengah barisan, barulah ia terkejut karena menderita serangan yang hebat.

Bukan saja barisannya disebut Ngo-heng, pun kelima pengawal Baju Putih itu benar2 memiliki lima jenis tenaga- dalam. Ketika dilontarkan, Blo'oi merasa dilanda oleh lima macam tenaga pukulai yang hebat dan aneh. Pengawal Baju Putih yang pertama, memiliki tenaga-dalam yang keras sekali sekeras besi. Pengawal Baju Putih kedua memilil tenaga-dalam setengah keras setengah lunak, mirip sifat kayu. Yang ketiga memiliki tenaga-dalam yang sejuk dingin, mirip sifat air. Yang keempat memilik tenaga-dalam panas, seperti panasnya api. Dan yang kelima memiliki tenaga-dalam yang padat, sepadat sifat tanah.

Jika tenaga-dalam dari kerasnya logam membuat tulang2 serasa ditumbuk dengan alu besar jika tenaga dalam dari sifat kayu itu memiliki daya perbawa yang membuat tubuh seperti digebuk maka tenaga dalam yang bersifat dinginnya air itu membuat tubuh menggigil seperti orang mengidap penyakit demam, tenaga-dalam panasnya api itu membuat orang seperti dicemplungkan dalam tungku api dan tenaga-dalam sifat bumi itu membuat napas orang berhenti.

"Suko terancam," seru Sian LI seraya hendak maju tetapi cepat dicegah Pek I lojin, "jangan terburu dulu, nona. Kulihat Kim kongcu belum menderita apa2 kecuali bingung"

Sian Li terpaksa menahan diri. Ia mengikuti jalannya pertarungan dengan penuh perhatian.

Memang sepintas pandang seolah Bloon telah ditelan dalam hujan pukulan dan serangan tapi sesungguhnya Blo’onpun sedang sibuk membalas. Pada mulanya dia memang  menderita karena dihantam sana, digenjot sini. Puncak dari meletusnya ke marahan Blo'on adalah ketika ia merasa tak dapat bernapas. Dengan mengcembor keras ia terus mengamuk. Seperti telah dikatakan tenaga-dalam luar biasa yang disebut Ji-ih-sin kang itu dapat dipancarkan setiap saat yang dikehendaki Blo'on. Tetapi karena Blo'on tak tahu bagaimana cara untuk mengerahkan tenaga dalam itu maka ia harus menunggu sampai dirinya dipukul. Setiap dia marah maka memancarlah tenaga-dalam Ji-ih-si n-kang itu.

Dan selekas tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang memancar maka mengembang pula ilmu yang diserapnya dari kitab Bu-ji-keng. Dia segera menjadi latah nekat. Setiap lawan bergerak, ia segera menirukan. Bahkan gerakan kelima pengawal Baju Pulih itu, pun sekalipun dapat ditirukan semua.

Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi mau tak mau kelima pengawal Baju Putih itupun terkesiap juga ketika melihat gerak pemuda gundul lawannya itu.

Setiap kali mereka menyerang, setiap kali tentu disongsong dalam gerakan yang sama oleh Blo'on. Bahkan bukan hanya gerakannya saja, pun tenaga-dalam yang dipancar juga sama. Sekali gus Blo’on mampu memancarkan lima jenis tenaga dalam seperti yang dimiliki kelima pengawal Baju Putih itu.

"Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru, "siapakah! kelima pengawal Baju Putih itu ?"

Pek I lojin mengangguk : "Ya, kurasa memang mereka". "Siapa ?' desak Sian Li.

"Dahulu semasa jaman Goan, congtok (gubernur) Siamsay mempunyai lima orang pengawal yang disebut Ngo hou-ciang kun" kata Pek I lojin.

"O, maka mereka pandai dalam mengatur barisan" seru Sian Li. "Bukan hanya pandai dalam ilmu barisan, pun mereka termasyhur memiliki tenaga-dalam yang aneh. Dikata aneh karena kelima orang itu masing2 mempunyai tenaga-dalam yang ber-beda2. Dengan mempunyai kelima Ngo-hou-ciang- kun itu congtok Siamsay makin ganas. Apalagi dia beristeri seorang wanita dari Mongol sehingga makin mendapat kepercayaan penuh dari raja Goan. Congtok itu mempunyai seorang anak putera yang gemar sekali mengganggu wanita cantik."

Waktu Pek I lojiu berhenti sejenak, Sian Li rnenyeletuk : "Ya, biasanya anak2 pembesar itu tentu mengandalkan pengaruh ayahnya untuk melakukan perbuatan2 yang melanggar hukum."

"Dia tidak salah," tiba2 kakek Lo Kun berseru "sebagai seorang muda apalagi anak pembesar sudah tentu harus bersenang senang diri. Seorang anak laki menggemari wanita, adalah sudah wajar. Jangankan dia masih muda, sedang aku yang sudah tua begini, pun suka melihat gadis2 cantik." Sian Li tertawa.

"Itu namanya kakek tak tahu diri," seru Hong Ing tiba2. Kakek Lo Kun mendelik lalu meringis. "Lalu bagaimana,

cianpwe,” tanya Sian Li pula kepada Pek I lojin.

"Pada masa itu di dunia persilatan terdapat sepasang suami isteri gagah. Mereka merupakan sepasang pendekar yang amat serasi sekali. Yang pria tampan, yang wanita cantik. Kecantikan Han Hi Nio sedemikian termasyhur hingga dijuluki sebagai Say-se si atau duplikat dari Se Si. Engkau tahu Se Si'?" tanya Pek I lojin.

Sian Li gelengkan kepala. "Se Si adalah orang yang paling cantik di negeri Gwe. Dia hidup pada jaman Jun Jiu. Sampai sekarang nama Se Si masih digunakan untuk menyebut seorang wanita yang sangat cantik," menerangkan Pek I lojin.

"Putera congtok itupun mendengar juga tentang isteri dari pendekar itu. Dia segera memerintahkan kelima Ngo-hou- ciang-kun untuk menangkap sepasang suami isteri pendekar itu dengan tuduhan mereka hendak memberontak kepada pemerintah.

"Pengaruh congtok sangat besar sekali. Pada suatu hari sepasang pendekar itu telah dikepung oleh kelima Ngo hou- ciang kun yang masih dibantu lagi dengan kawanan kuku garuda "

"Apakah kawanan kuku garuda itu, locianpwe ?" tanya Sian

Li.

Pek I lojiu geleng2 kepala : "Ho, anak perempuan, engkau

benar2 masih hijau sekali."

"Benar, lo-cianpwe," sahut Sian Li." karena sejak kecil aku ikut suhu belajar silat di gunung dan baru kali ini turun ke dunia persilatan."

"Kawanan kuku garuda adalah istilah bagi kaum persilatan yang mau bekerja pada pemerintah yang bukan dari orang Han. Kerajaan Goan didirikan oleh Kubilai Khan dan Kubilai Khan itu adalah orang Mongol. Maka setiap jago silat yang bekerja pada kerajaan Goan, disebut kuku garuda, artinya alat dari penguasa."

Sian Li mengangguk. "Sepasang pendekar itu memang gagah berani, tetapi karena harus menghadapi berpuluh-puluh jago silat yang  sakti, akhirnya ia rubuh menderita luka berat dan ditawan.

„Peristiwa itu telah menggemparkan dunia persilatan yang walaupun telah ditindas, tetapi masih tetap berserak secara diam2. Mereka ingin membebaskan pendekar itu tetapi karena penjagaan sangat kuat, terpaksa tak ada yang berani.

"Puncak dari kemarahan kaum persilatan adalah ketika tersiar berita bahwa Han Bi Nio telah mati membunuh diri dengan jalan menggigit putus lidahnya sendiri. "

"Keparat putera congtok itu !" teriak Sian Li dengan gemas, tentulah karena tak tahan menderita siksaan akhirnya wanita itu mengambil jalau pendek ”

Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bahkan Han Bi Nio telah mendapat perlakuan yang luar biasa manisnya dari putera congtok itu. Beda dengan suaminya yang harus menderita siksaan seperti seekor binatang buas."

"Lalu mengapa Han Bi Nio bunuh diri ?" ta nya Sian Li. "Ternyata putera congtok itu berusaha untuk membujuknya

mau diperisteri. Dia benar2 tergila-gila melihat kecantikan Han Bi Nio. Dari halus sampai kasar, kasar lalu halus lagi, tetap Han Bi Nio tak sudi melayani rayuan putera congtok itu. Bahkan ia memakinya habis-habisan. "

"Sungguh seorang lihiap yang luhur!" seru Sian Li. "Akhirnya hilanglah kesabaran putera congtok itu. Ia suruh

orangnya mengikat kaki tangan Han Bi Nio, kemudian pada

malam itu putera contok lalu masuk kedalam ruangan hendak memperkosanya. Dalam keadaan kaki tangan terikat Han Bi Nio   tak   berdaya.   Pada   saat   itu   putera   congtok sudah menanggalkan pakaian Han Bi Nio dan terus hendak melakukan perbuatannya yang terkutuk. Pada saat kehormatan Han Bi Nio hampir tercemar. tiba2 wanita itu berhasil menggigit putus hidung putera congtok menjerit-jerit kesakitan karena hidungnya hilang. Karena marah, ia mengambil pedang dan terus membacok Han Bi Nio. tetapi sebenarnya saat itu Han Bi Nio sudah meninggal! Karena setelah menggigit hidung putera congtok ia terus menggigit lidahnya sendiri sampai putus. Dari pada cemar, lebih baik ia memilih mati."

"Ah….” Sian Li menghela napas itu kucurkan airmata, "putera congtok itu harus dibunuh."

"Lo-jin, sehabis urusan disini selesai, bawalah aku ketempat congtok itu. Hendak kubelah kepala putera congtok yang telah membunuh seorang wanita begitu cantik, "seru kakek Lo Kun.

"O baiklah " sahut Pek I lojin.

"Lojin,"' tiba- Hong Ing yang selama ini diam saja, saat itu ikut berseru, "bukankah cerita itu terjadi pada jaman kerajaan Goan ? Bukankah Congtok dan puteranya itu saat ini tentu sudah meninggal ?''

"Ya, benar." sahut Pek I lojin.

"Lalu mengapa lojin sanggup hendak membawa kakek itu kesana ?"

"Ya, tetapi bukan kerumahnya melainkan ke tempat kuburannya," Pek I lojin tertawa.

"Apa ?" teriak kakek Lo Kun, "ke kuburannya?" "Habis kalau orangnya sudah mati?" "Huh, engkau seorang kakek yang sudah tua tetapi mengapa masih suka bergurau seperti anak kecil ?" kakek Lo Kun menegur.

Sian Li dan Hong Ing tertawa mengikik. Demikian pula Pek I lojin. Begitu garang kakek Lo Kun memaki orang seolah ia lupa bahwa dirinya yang sudah tua rentapun gemar ber -olok2. Tetapi kalau dirinya kena dipermainkan, dia lantas mengambek dan mendamprat orang.

"Sudah, lojin, harap suka melanjutkan cerita itu" desak Sian

Li.

"Berita kematian Han Bi Nio telah membangkit kemarahan

seluruh tokoh persilatan. Walaupun tanpa berunding dan bersepakat lebih dulu, mereka ber-bondong2 menyerang gedung kediaman congtok. Dalam serangan itu, mereka berhasil membakar gedung congtok, membunuh putera congtok dan membebaskan pendekar itu*

"Bagaimana dengan Ngo-hou ciang-kun itu?” tanya Sian Li. "Dalam   pertempuran   itu,   memang   tokoh   silat   harus

menghadapi kesukaran melawan Ngo-hou-ci-ang-kun.  Hampir

saja mereka gagal dalam usahanya menyelamatkan pendekar itu apabila tak muncul seorang bintang penolong ..."

"Tentu bapaknya Blo'on !” teriak kakek Lo Kun serentak. Sian Li pun beranggapan demikian. Tetapi di luar dugaan

Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bukan Kim tayhiap tetapi kali ini muncul seorang pendatang baru lagi, lebih tua dari Kim tayhiap"

“Siapa ?" seru kakek Lo Kun seolah bertanya kepada orang yang lebih muda dan dirinya. "Bu Ing kijin," kata Pek I lojin, "kelima Ngo ciang itu tak berdaya menghadapi ilmu pukulan dan gerak Tanpa-bayangan dan Bu Ing kijin itu. Akhirnya mereka terhajar rubuh semua. Dan sejak itu mereka lalu melenyapkan diri tiada beritanya lagi."

"Lo-cianpwe," kata Sian Li, *"adakah dalam peristiwa sehebat itu suhuku tak muncul ?”

"Ho, engkau terlalu mendewakan suhumu, anak perempuan." Pek I lojin tertawa, "ya, benar. Memang seharusnya engkau bangga mempunyai seorang ksatrya hebat seperti suhumu itu. Dia pun muncul juga dan melakukan suatu perjuangan yang hebat. Dialah yang masuk  dan membebaskan pendekar itu dari sebuah penjara di bawah tanah yang dijaga ketat oleh berpuluh kuku garuda berkepandaian tinggi."

"Pada saat itulah kedua jago muda itu bertemu berkenalan dan saling mengagumi. Persahabatan mereka telah didambakan sebagai suatu berkah bagi kaum persilatan yang saat itu sedang terancam bahaya kemusnahan. Tetapi kemudian hari Bu Ing kijin jarang muncul didunia persilatan lagi", akhirnya Pek I lojin menutup ceritanya.

"Jika demikian kelima pengawal Baju Putih itu adalah Ngo hou-ciang itu ?" tanya Sian Li.

"Ya," kata Pek i lojin, "kalau menilik barisan Ngo-heng-tin dan tenaga-pukulan mereka, kemungkinan besar tentulah Ngo-hou-ciang. Heran mengapa mereka juga menjadi pengawal Thian-tong kau".

Pembicaraan mereka tak lanjut karena saat itu pertempuran dalam barisan Ngo-heng-tin telah menampakkan perubahan. Dalam kemelut pukulan yang memancarkan angin dan tenaga beberapa jenis itu, akhirnya mencapai puncak kegawatan ketika tiba2 secara serempak kelima pengawal Baju Pu tih itu tidak lagi memukul melainkan loncat menerkam Bloon.

Blo’on terkejut. Takut akan diterkam dia terus enjot tubuhnya ke udara. Bukan kepalang kejut kelima pengawal Baju Putih karena mereka saling menerkam sendiri, sedang yang diterkam sudah lolos ke udara. Cepat mereka memandang keatas lalu serempak berhamburan loncat ke udara. Melihat itu Blo'on makin takut. la bergeliatan lagi dan makin melambung keatas.

Terdengar suara desuh dari mulut kelima pengawal Baju Put'h ketika tangan mereka yang sudah hampir berhasil menyambar kaki Blo'on tiba2 menangkap angin lagi. Merekapun memiliki tenaga dalam yang hebat. Dengan menginjak kaki kanan ke kaki kiri, mereka meminjam tenaga pijakan itu untuk mengantar tubuh melambung naik lagi.

Melihat itu Blo'on makin kaget. Dia menggeliatkan tubuh dan melambung lagi. Karena untuk yang kedua kalinya luput, kelima pengawal Baju Putih itu penasaran. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka melambung lagi. Tetapi untuk yang ketiga kalinya, tetap gagal karena Blo'on melambung lagi makin tinggi.

Tiga kali bergeliatan melambung, kelima pengawal Baju Putih itu telah mencapai ketinggian dua tombak. Untuk melanjutkan gerak melambung yang keempat kali rupanya mereka sudah kehabisan tenaga.

Uh, uh, uh ..... terdengar mulut menghambur desuh dan susul menyusut kelima pengawal Baju Putih itupun meluncur turun ke lantai lagi. Tetapi rupanya mereka terang pikiran. Walau pun dalam memikir apa2 mereka kehilangan daya ingatannya namun dalam soal bertempur mereka masih dapat berpikir. Cepat mereka membentuk di ri dalam sebuah barisan yang disebut Ngo ci-ki-tin atau barisan ajaib Lima jari tangan. Mereka berjajar dalam bentuk seperti lima jari tangan. Apabila Blo'on mendarat turun, kelima jari itu akan bergerak untuk menggenggam dan meremasnya sampai hancur.

Para ketua partai persilatan, Sian Li, Hong Ing, kakek Lo Kun bahkan Pek I lojin terlongong-longong menyaksikan ilmu meringankan tnbuh yang luar biasa dari Blo'on.

'"Eh, kurang ajar benar anak itu. Ternyata dia pandai terbang begitu tinggi," kakek Lo Kun mulai mengomel.

"Ya. mengapa dia begitu hebat sekali," sambut Sian Li kemudian bertanya, "cianpwe, apakah nama ilmu yang dimiliki suko itu ?"

Pek I lojin geleng2 kepala : "Aku sendiri tidak tahu. Tetapi menilik keadaannya, dia telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam tenaga dalam. Kemungkinan ialah darah Seng si hian kawannya sudah tertembus. Karena hanya orang yang keadaannya begitu, baru mampu melakukan semua gerakan yang dikehendakinya. Memang ada tenaga-dalam tataran tinggi yang disebut Ji-ih sin-kang atau tenaga dalam sakti bebas atau dapat digerakkan menurutkan kehendak hatinya. Tetapi rasanya dalam dunia persilatan dewasa ini, tiada lagi tokoh yang memiliki tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang itu.”

"Apakah lo-cianpwe belum menguasai tataran Ji-ih-sin kang itu?" tanya Sian Li.

"Aku ?" Pek I lojin terkejut. Tetapi pada lain saat ia tertawa, "ah, jangan berolok-olok. Aku si orang tua ini tidak bisa main silat. Hanya seorang tua renta yang menghabiskan umur  untuk makan bubur."

Pada saat itu Blo'onpun meluncur turun. Kelima pengawal Baju Putih itu selalu bergerak-gerak menuju ketempat dimana Blo'on akan turun. Maka begitu Blo'on meluncur dilantai, segera ia dikepung oleh kelima pengawal Baju Putih yang kemudian terus menerjangnya.

Kali ini Blo'on tak sempat loncat ke udara lagi. Terpaksa ia malah jatuhkan diri di lantai, sambil berguling kesana kemari, ia mendupak dan menghantam lutut kelima pengawal Baju Putih itu.

"Uh, nh, nh.....kembali terdengar desuh dari mulut mereka. Bahkan kali ini lebih keras dari yang tadi dan disusul pula dengan rubuhnya, tubuh mereka. Mereka berguling  guling kian kemari, memekik dan meraung kesakitan.

Blo'on telah menghancurkan mata dan lutut kaki mereka sehingga mereka tak dapat berdiri. Tetapi rupanya kelima pengawal Baju Putih itu memang keras kepala sekali. Walaupun kakinya sudah lumpuh tetapi mereka masih tak mau menyerah. Dengan sisa tenaga-dalam yang masih ada, serempak mereka menghantam.

Tetapi kenekadan mereka itu hanya membawa kehancuran yang lebih cepat. Kembali daya khasiat dari kitab Tanpa Tulisan yang telah maresap kedalam tubuh Blo’on, memancar. Daya khasiat itu tak lain hanya suatu daya latah, yalah menirukan gerak musuh, betapapun rumit dan cepatnya". Dan disertai dengan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang yang mengeram dalam tubuhnya, maka Blo'on menjadi seorang manusia yang paling aneh dalam dunia persilatan. "Ada tetapi tiada Tiada tetapi ada. Ada apa bila engkau adakan. Tiada jika engkau meniadakan." Demikian pokok ilmu kesakitan yang bersembunyi dalam tubuh Blo'on. Dia telah menjadi sarang dari ilmu kesaktian, tenaga-dalam Ji-ih sin- kung dan ilmu Latah. Tetapi dia tak merasa dan tak tahu bahkan tak mengerti bagaimana harus mengeluarkan ilmu yang sakti itu. Tetapi apabila ia diserang, maka timbullah ilmu kesaktian itu karena dia mengadakannya, yalah ingin menghindar, menangkis ataupun balas memukul. Itulah yang dimaksud sebagai 'tiada tetapi ada'.

Hantaman kelima pengawal Baju Putih itu segera disongsong Blo'on dengan gerakan yang sama dan seketika kelima pengawal Baju Putih itu seperti tertampar oleh tenaganya sendiri sehingga mereka meraung, muntah darah dan menggelepar dilantai.

Ketika beberapa ketua partai persilatan menghampiri dan memeriksa ternyata kelima orang itu sudah amblas jiwanya.

Mereka hanya geleng2 kepala dan mengucap "omitohud" menyaksikan peristiwa itu.

"Lojin," kata Hoa Sin kepada Pek I lojin satelah menyaksikan ilmu kepandaian yang luar biasa dari Kim kongcu, kurasa di dunia persilatan ini tiada yang mampu menandinginya. Maka kita harus mencegah kehancuran yang lebih hebat. Keduapuluh pengawal Baju Putih sudah habis tetapi masih terdapat duapuluh orang pengawal Baju. Merah lagi. Bukankah mereka juga tokoh2 sakti yang telah dicelakai dan diperalat Thian-tong-kau?”.

Pek I lojin mengangguk : "Ya, tetapi untuk jelasnya, kita harus melihat dulu permainan silat mereka baru dapat mengenal orangnya." "Tetapi bagaimanapun juga mereka adalah sama kaum persilatan. Mereka tak berdosa maka sedapat mungkin harus diselamatkan" kata Hoa Sin.

Pek I lojin menghela napas.

"Ya, benar. Tetapi sulitnya Kim kongcu itu tidak seratus persen normal pikirannya. Dia memiliki tenaga-sakti hebat tetapi tak tahu bagaimana mengembargkan dan bagaimana mengendalikan. Sehingga sekali memancar, orang tentu akan binasa.

"Kim kongcu" serentak Hoa Sin berpaling ke arah Blo'on, "apakah engkau benar2 tak merasa apabila engkau memiliki tenaga-dalam yang sakti ?"

"Siapa bilang begitu ?" bantah Blo'on "apa itu tenaga-dalam aku tak mengerti"

"Tetapi kongcu telah mengalahkan semua jago2 sakti dari Thian-tong-kau. Mereka mempunyai tenaga-dalam yang sakti. Jika kongcu tak punya tenaga sakti yang lebih hebat dari mereka, tak mungkin kongcu dapat mengalahkan mereka", kata Hoa Sin.

"Ah, terserah." kata Bloon, "orang boleh mengatakan aku ini bagaimana, tetapi aku sendiri merasa jelas, tak mempunyai tenaga-dalam dan tak mengerti silat".

Lalu bagaimana perasaanmu apabila engkau bertempur dengan musuh ?"

"Aku selalu merasa takut dan kuatir kalau hendak dipukul atau dibacok lawan maka timbullah keinginan hatiku untuk menangkis dan tahu2 tangan atau kakiku dapat bergerak sendiri," Hoa Sin geleng2 kepala. Dia adalah ketua partai Kay-pang. Dia seorang tokoh yang berilmu tinggi. Dia termasyhur dan dikagumi kawan mau pun lawan. Tetapi dia tak mengerti Blo’on, tak mengerti ilmu apakah yang melekat pada diri anak itu.

Keadaan pihak Thian-tong kau diatas panggung upacara itu hampir porak peranda. Duabelas barisan gadis Baju Kuning dan duabelas gadis Baju Hijau sudah kabur karena takut dengan ular thiat-bi-coa milik kakek Lo Kun. Keenam kacung Baju Biru dan enam kacung Baju Merahpun sudah lari pontang panting takut pada Blo'on. Kedua puluh pengawal Baju Putihpun sudah hancur. Sebagian besar habis di tangan Blo'on.

Kini yang tinggal hanya keduapuluh pengawal Baju Merah, dua orang gadis cantik yang berdiri disebelah kanan dan kiri ketua Thian-tong-kau, sepasang harimau yang mendekam dibawah kaki ketua itu, Dan si pengacara baju merah yang diam seperti orang ter-longong2.

“Suthay, totiang, mari kita bekuk ketua Thian-tong-kau itu agar dapat menghindari pertumpahan darah yang hebat,” seru Hoa Sin seraya terus loncat kemuka.

Pek I lojin hendak mencegah tetapi sudah tak keburu. Ketiga ketua partai persilatan itu melanjutkan persepakatan mereka tadi yalah antuk membekuk ketua Thian-tong-kau.

Tetapi kedatangan mereka segera disambut oleh seorang pengawal Baju Merah. Begitu maju pengawal Baju Merah itu terus ayunkan tangannya dan seketika itu terdengarlah desing angin tajam melanda kearah ketiga ketua partai itu.

"Awas, jarum rahasia" teriak Hoa Sin seraya loncat menghindar diikuti Hong Hong tojin. Tetapi Ceng Sian suthay tak mau menyingkir melainkan tamparkan kebut hudfimnya. Tring, terdengar suara halus dari sebuah benda yang jatuh ke papan lantai.

Setelah berhasil menampar jatuh jarum rahasia, Ceng Sian suthay memutar hudtim dan maju menghampiri pengawal Baju Merah itu.

Pengawal Baju Merah itu tak berkata apa2, hanya ayunkan tangan kanan lalu tangan kiri kearah Ceng Sian suthay.

Ketua dari partai Kun-Iun-pay itu menyadari bahwa pengawal Baju Merah yang menyerangnya itu tentu seorang ahli dalam menabur senjata jarum. Dan iapun curiga apabila jarum2 rahasia itu mengandung racun Maka dengan hati2 ia mainkan kebut hujtim sedemikianrupa sehingga tubuhnya seperti terbungkus oleh sinar putih.

“Berbahaya " teriak Sian Li yang tak tahan lagi menyaksikan keganasan pengawal Baju Merah itu. Serentak ia hendak maju menerjang,

"Jangan" seru Pek I Lojin seraya ulurkan tangan seperti hendak menarik baju walaupun orangnya sudah dua langkah jauhnya.

Tetapi Sian Li terhenti. Ia merasa tubuhnya seperti tertahan tenaga yang amat kuat sekali.

"Nona, berbahaya sekali" seru Pek I lojin, "ketiga ketua partai persilatan itu cukup mampu untuk menghadapinya".

Saat itu pengawal Baju Merah ayunkan tangan kanan lalu tangan kiri. Kali ini agak beda dengan yang tadi. Ayunan tangan kanan itu memang berisi jarum tetapi tangan kiri hanya tamparan saja untuk membantu supaya jarum itu meluncur lebih keras dan dahsyat. Tring tring. tring, ih ... tiba2 Ceng Sian suthay mendesis ketika telinga kanannya tersambar oleh aum tajam dari sebatang jarum. Untung dia masih dapat berkelit ke kiri sehingga hanya keserempet sedikit saja. Sekalipun demikian rasanya panas sekali sehingga daun telinganya itu merah.

Dengan cara mengantar lontaran jarum itu, berhasillah pengawal Baju Merah untuk menembus lingkaran sinar dari kebut hudtim Ceng Sian suthay.

Ceng Sian marah sekali. Sebagai seorang rahib ketua partai Kun lun-pay diapun memiIiki kepandaian yang mengejutkan. Tetapi karena sebagai seorang agama, dia berhati welas asih dan pantang membunuh.

Tetapi karena saat itu menghadapi seorang lawan yang begitu ganas menaburnya dengan jarum rahasia yang beracun, bangkitlah kemarahan rahib dari Kun-lun-pay itu.

"Hm," ia mendesis lalu menyongsong maju dan tiba2 bulu dari kebud pertapaan itu rontok berhamburan melayang kearah pengawal Baju Merah

Jarak yang sedemikian dekat, ditambah pula tak mengira kalau kebut hudtim akan berobah menjadi ratusan bulu2 yang tegak meregang seperti jarum2 panjang, pengawal Buju Merah itu berusaha untuk menghalau dengan menamparkan kedua tangannya. Tetapi gerakan itu tak dapat membendung beberapa batang bulu yang langsung bersarang pada mata dan lubang hidung pengawal Baju merah.

"Auh.....," terdengar jeritan ngeri yang seolah menggetarkan panggung ketika tubuh pengawal Baju Merah itu terdampar jatuh ke lantai.

"Suthay !" karena ngeri menyaksikan peristiwa itu. Sian Li berseru tertahan. "Siancay ! Siancay !" Pek I lojin mengucapkan doa seraya menghela napas, "Bwe-hwa-cian-kun Bo Hin, akhirnya engkau harus memakan buah yang engkau tanam sendiri."

"Siapakah orang itu, lo-cianpwe ?"* tanya Sian Li.

"Dia adalah Bwe-hoa-ciam- kun Bo Hin, seorang tokoh hitam yang gemar memetik bunga," kata Pek I lojin.

"Ini, aneh, mengapa seorang tokoh silat lelaki gemar memetik bunga ? Buat apa ?” tanya Sian Li kekanak-kanakan.

Pek I lojin tertawa : "Ah, cobalah engkau tanyakan kepada Lo Kun cianpwe itu."

"Kakek Lo Kun, engkau tahu apa yang dimaksud dengan memetik bunga itu ?" tanya Sian Li.

"Hah ?" Lo Kun terbeliak, "memetik bunga ? Siapa yang memetik bunga?"

"Itu pengawal Baju Merah yang terbunuh suthay. Dia seorang tokoh pemetik bunga."

"Kurang ajar!" teriak Lo Kun," jika demikian dia tukang pengrusak kebun. Untung aku tak senang menanam bunga, kalau tidak, hm, tentu sudah kuhajar batok kepalanya !"

Pek I lojin tertawa.

"Benarkan itu, lo cianpwe ?" tanya Sian Li "Benar, benar," kata Pek I lojin." tetapi dalam dunia persilatan istilah itu digunakan untuk orang yang suka merusak kehormatan wanita."

"Hai !" kakek Lo Kun melonjak, "jika demikian dia wajib dibunuh. Mengapa sejak tadi engkau tak bilang?"

Pek I lojin hanya ganda tertawa. Ia tahu bahwa kakek itu memang seorang limbung, tak perlu dilayani secara serius. Dalam pada itu ketika Ceng Sian suthay sedang berhadapan dengan pengawal Baju Merah tadi, dengan ketajaman mata sebagai seorang tokoh berilmu tinggi, tahulah Hoa Sin bahwa Ceng Sian suthay tentu dapat menghadapi lawannya. Maka ia bersama Hong Hong tojin segera lanjutkan langkah untuk membekuk ketua Thian-tong-kau. Tetapi saat itu juga keduanya telah dicegat oleh dua pengawal Baju Merah.

"Hong kaucu mari kita membagi tugas." seru Hoa Sin segera menyambut seorang pengawal Baju Merah. Sementara Hong Hong tojinpun segera menyambut yang seorang.

Pengawal Baju Merah yang berhadapan dengan Hoa Sin itu segera mengeluarkan senjatanya, sebatang toya bergigi duri. Melihat itu Hoa Sin pun berseru : "Bagus, pengemis tua hari  ini akan menguji sampai dimana ilmu Pentung-anjing (Bak- kau-pang) itu lihaynya !"

Diapun lantas mencabut sebatang tongkat. Tiada yang luar biasa pada tongkat itu dan ia pun nengatakan hanya sebatang pentung untuk penggebuk anjing.

Tanpa banyak bicara pengawal Baju Merah Itu segera menyerang. Jurus pertama yang dilancarkan yalah, menusuk dada, mengemplang kepala, membabat pinggang dan menyapu kaki. Gerakan itu dilancarkan sekaligus dengan cepat dan beruntun.

"Hong mo-ciang-hwat!" seru Hoa Sin seraya mainkan tongkat penggebuk anjing untuk melayani. Hong-mo-ciang- hwat artinya ilmu tongkat Iblis gila, yalah ilmu permainan tongkat yang sedang dilancarkan oleh pengawal Baju Merah itu. Dengan cepat sekali Hoa Sin segera dapat mengenali ilmu permainan tongkat lawan. Dan ia pun tahu bagaimana cara untuk melayaninya. Tetapi diluar dugaan ternyata Hong mo-ciang-hwat yang dimainkan pengawal Baju Merah itu luar dari biasanya. Selain gerakannya yang cepat, pun tenaga sabatannya dahsyat sekali, Untung, Hoa Sin seorang jago Kay pang yang cerdas dan tangkas. Sekalipun begitu tetap ia harus menderita kesibukan.

Hong-mo jut-gun atau Iblis-gila-menonjol keluar yang dilancarkan dalam serangan selanjutnya oleh pengawal Baju Merah itu, telah menimbulkan deru angin dan bunyi yang menderu-deru seperti prahara sehingga rambut dan pakaian pengemis-sakti Hoa Sin sampai bertebaran.

Hoa Sin harus kerahkan seluruh perhatian dan tenaga untuk menghadapinya. Segera ia keluarkan jurus Pau ciang kau-ciau atau Tongkat-melayang anjing menggonggong. Tongkat bak - kau ciang segera berhamburan seperti hujan mencurah, sayup2 seperti suara anjing menggonggong.

Tring ... terdengar benturan yang keras sekali. Tampak kedua bahu pengawal baju merah itu menggigil tetapi tangan Hoa Sinpun terasa kesemutan. Ketua Kay pang itu terkejut. Siapakah gerangan tokoh itu ? Mengapa sedemikian hebat tenaganya ?

Hoa Sin termasyhur sebagai ketua Kaypang yang cerdik dan sakti. Tongkat bak-kau-pang selama ini jarang mendapat tandingan dan jarang digunakan untuk bertempur. Ia terkejut saat itu karena bukan saja permainan tongkatnya tertindih oieh permainan toya lawan, pun tenaganya juga lebih unggul setingkat dengan lawan.

Memang semasa ia masih muda, pernah ia mendengar tentang seorang tokoh aneh yang bersenjata toya. Tokoh itu disebut Giam Ti Beng digelari Hongmo-ciang atau si Tongkat- iblis-gila. Pernah ia datang ke gereja Siau-lim-si untuk menantang paderi disitu. Dia dianggap gila dan diusir tetapi beberapa paderi telah d gebuknya.

Ia nekad masuk kedalam gereja dan sesumbar hendak menghajar semua paderi disitu. Maka oleh ketua Siau-lim-si disuruhnya beberapa murid untuk mengusirnya. Pun tiada seorang dari mereka yang menang dengan Giam Ti Beng.

Karena beberapa murid Siau-Iim-si yang berkepandaian tinggi kalah, akhirnya Hui ln siansu yang pada waktu itu menjadi ketua Siau lim-si terpaksa maju menghadapi sendiri. Segera ia mendapat kesan bahwa Giam Ti Beng itu memang agak kurang beres ingatan. Tetapi Hui-ln pun terkejut ketika mengetahui bahwa ilmu permainan tongkat Hong-mo ciang dan orang itu ternyata hebat dan aneh sekali.

Hong-mo-ciang Giam Ti Beng memang berwatak angkuh dan sombong. Segala2nya ia minta istimewa. Tongkatnya bukan tongkat sembarangan tetapi dari sari baja murni. Dia pernah berkelana ke daerah Biau di Tibet dan mengetahui  cara pembuatan dari golok orang Biau yang termasyhur tajam yalah golok Biau-to, tipis tetapi luar biasa tajamnya. Golok itu dibuat dari baja keluaran Tibet yang istimewa. Diapun mencuri bahan baja itu lalu meniru cara pemasakan orang Biau, ia dapat membuat sebatang tongkat.

Demikian pula dengan ilmu permainan Hong mo-ciang. Dia robah semua gerak2 dari setiap jurus. Misalnya yang seharusnya menyerang ke kiri, ia robah menyerang ke kanan, yang kekanan dirobah ke kiri. Yang seharusnya memapas keatas dirobah membabat kebawah. Yang seharusnya menusuk kemuka ia malah menarik ke belakang dan yang seharusnya ditarik kebelakang ia malah menusuk ke muka. Pokoknya semua gerak, berlawanan arah dari gerak aselinya. Dengan Hong-mo-ciang-hwat yang serba aneh itu, dapatlah ia membuat Hui ln taysu sibuk sekali dan hampir saja rubuh. Tetapi Hui In adalah seorang ketua Siau-lim-si yang cerdas dau berilmu tinggi Tiba2 ia loncat keluar dari gelanggang dan berseru :

"Omitohud ! Sicu hebat sekali !"

Giam Ti Beng tertegun melihat kewibawaan hweshio tua yang menjadi pimpinan Siau-lim-si. Diapun tak mau melanjutkan pertempuran.

“Apakah maksud sicu datang ke gereja kami?* tegur Hui In pula.

"Tak ada maksud apa2 kecuali hendak membuktikan apakah ilmu permainan tongkatku dapat mengimbangi ilmu kepandaian Siau-lim si"

'Oh, bukan saja mengimbangi tetapipun mengungguli, sicu." seru Hui In taysu.

Wajah Giam Ti Beng ber-seri2 : "Jika demikian, terima kasih, taysu, aku mohon pulang".

Ternyata Hui In taysu memang seorang yang bijaksana dan penuh dengan toleransi. Jika ia mau, tentu ia dapat mengalahkan orang itu. Tetapi melihat orang itu tak normal pikirannya diapun tak mau melayani.

Beberapa anak murid Siau-lim-si terkejut heran di antara mereka timbul pembicaraan yang menguatirkan bahwa apabila peristiwa Hui In taysu dikalahkan oleh Giam Ti Beng itu sampai tersiar keluar, nama baik Siau-iim-si tentu jatuh.

Tetapi kekuatiran murid2 Siau lim si itu tak sampai terjadi karena sejak meninggalkan gereja Su lim si, Giain Ti Beng tak pernah kedengaran beritanya lagi. Ternyata diam2 Hui In taysu memanggil seorang murid yang bukan dari orang agama, seorang pemuda yang berbakat bagus. Ia menitahkan agar pemuda itu mencari Giam Ti Beng dan menantangnya. Tetapi murid itu dipesan supaya jangan sampai membunuh orang itu, cukup asal diikat dengan perjanjian bahwa apabila Giam Ti Beng kalah maka harus bersembunyi tak boleh muncul kedunia persilatan.

Murid itu memang lihay dan cerdik. Dia tantang Giam Ti Beng untuk bertanding dua macam kepandaian, ilmu pukulan dan ilmu tongkat. Setiap pertandingan memakai syarat. Kalau pemuda itu kalah, dia rela dipotong sebelah tangan atau kakinya. Jika sampai kalah dua kali, boleh dipotong dua buah bagian tubuhnya, kaki atau tangan.

Tetapi apabila Giam Ti Beng kalah, untuk tiap macam pertandingan, dia harus bersembunyi selama sepuluh tahun. Kalau dua pertandingan kalah berarti harus bersembunyi duapuluh tahun.

Pertandingan itu diterima oleh Giam Ti Beng. Karena sudah diberi pelajaran ilmu Tat-mo kiam oleh Hui In taysu. maka dapatlah pemuda itu mengalahkan Giam Ti Beng. Dan Giam Ti Bengpun harus memenuhi janji. Sejak itu dia tak kedengaran kabar beritanya lagi.

Maka apabila Hoa Sin kelabakan menghadapi permainan Hong-mo ciang dari pengawal Baju Merah itu. memang dapat dimengerti. Apalagi setelah mengasingkan diri itu, belasan tahun lamanya Giam Ti Beng meyakinkan dan menyempurnakan ilmu Hong-mo-ciangnya.

Baru kali ini Hoa Sin menghadapi musuh yang amat tangguh. Dia harus mati2an mempertahan diri sehingga tubuhnya sampai mandi keringat. '"Nona", tiba2 Pek I lojin berseru kepada Hong Ing yang sejak tadi diam saja, "maukah engkau membantu Hoa pangcu yang kerepotan itu ?"

"Biik, locianpwe, seru Hong Ing seraya loncat ketengah gelanggang dan langsung menyerang pengawal Baju Merah  itu seraya berkata : "Hoa pangcu, silahkan beristirahat dulu, biarlah aku yang melayani orang ini."

Sebenarnya Hoa Sin penasaran atas kehadiran Hong Ing itu. Walaupun dia terdesak tapi belum tentu dia kalah. Tapi karena nona itu sudah terlibat dalam serangan dengan Pengawal Baju Merah, terpaksa ia loncat mundur.

"Hoa pangcu, harap jangan salah mengerti," kata Pek I lojin, "memang akulah yang meminta nona itu menggantikan Hoa pangcu. Manusia semacam itu tak perlu Hoa pangcu turun tangan sendiri"

Dengan kata2 itu dapatlah Pek I lojin mengendapkan penasaran ketua Kaypang.

Hong Ing se;gera terlibat dalam pertempuran yang seru dengan pengawal Baju Merah itu, Nona itu menggunakan pedang sedang lawannya sebatang toya. Beberapa saat kemudian tampak Hong Ing seperti terbenam dalam lautan sinar tongkat sehingga nona itu harus memeras keringat benar.

"Nona Sian Li tiba2 Pek I lojin berseru, "Apakah engkau pernah melihat setan?”

Sudah tentu Sian Li terkejut mendapat pertanyaan yang sedemikian aneh dari orangtua itu. Ia gelengkan kepala : "Belum"

“Pernah mendengar ceritanya ? "Ya, pernah. Tapi apa maksud lo-cianpwe bertanya begitu

?" tanya Sian Li keheranan.

"Aku hendak bertanya kepadamu, nona,” kata Pek I lojin, "apakah setan itu berani muncul di tempat yang terang ?"

"Tidak, locianpwe" jawab Sian Li, "biasanya setan itu tentu berada di tempat yang gelap dan keluarnya pada malam hari.”

"Benar" kata Pek I lojin pula, "tahukah kau apa sebab setan takut keluar pada siang hari?”

Sian Li gelengkan kepala.

Tiba2 Pek I lojin berseru agak keras : "Karena setan itu tak punya bayangan. Maka sering orang mengatakan setan tanpa bayangan kepada orang yang sukar dicari".

Sian Li tak tahu mengapa kakek tua itu membicarakan soal setan dan menyebut2 tentang bayangan.

Dalam pada itu tiba2 terjadilah suatu perobahan dalam pertempuran. Hong Ing saat itu sudah berhasil lolos dari kepungan sinar tongkat lawan dan kini nona itu ber-lari2 mengelilingi lawannya.

Pek I lojin tertawa. Sian Li tercengang. Pertempuran masih berjalan seru dan dahsyat. Pengawai Baju Merah benar2 seperti iblis gila yang mengamuk. Toya dimainkan laksana badai yang mengacau samudra, tapi sampai sejauh itu tetap dia tidak berhasil melukai Hong Ing.

Hong Ing terus ber-putar2, makin lama makin cepat sehingga sukar dilihat mana Hong Ing yang sesungguhnya, mana yang hanya bayangannya saja.

Sepeminum teh lamanya tiba2 toya pengawal Baju Merah itu mencelat kearah bawah panggung, lihat itu Hoa Sin cepat loncat menyambarnya, ia melayang turun, tiba2 terdengar jerit teriak ngeri disusul dengan terlempanya tubuh pengawal Baju Merah itu kelantai.

"Bagus, nona Hong Ing !" seru Pek I lojin ketika nona itu kembali kepada kawan2nya.

"Terima kasih, locianpwe," kata Hong Ing kepada orangtua itu.

"Hah ? Mengapa ?" Pek I lojin terkejut.

"Karena ceritamu tentang setan tadi, akupun teringat akan gerak setan" kata Hong Ing.

"O, apakah engkau menggunakan ilmu setan untuk mengalahkan pengawal baju merah itu ?" ta mya Pek I lojin.

"Bukan ilmu setan tapi sebuah gerak langkah yang disebut Setan-tanpa-bayangan" menerangkan Hong Ing.

"O", Pek I lojin hanya mendesuh lalu alihkan perhatian kearah Hong Hong tojin yang masih bertempur dengan seorang pengawal Baju Merah yang lain.

Pengawal Baju Merah itu memakai senjata pedang dan ketua Go-bi pay itu hanya bertangan kosong. Saat itu Hong Hong tojin sudah pontang panting dikurung oleh sinar pedang. Bahkan ujung lengan jubahnya telah terpapas kutung.

Entah bagaimana walaupun belum jelas betul siapakah orangtua baju putih (Pek I lojin) itu tapi timbullah rasa mengindahkan dalam hal kedua gadis kepadanya. Maka Sian- Li pun meminta izin : "Lo-cianpwe, bolehkah aku membantu Hong Hong totiang itu ?"

"Baiklah." kata Pek I lojin, "sebenarnya Hong Hong kaucu tak kalah tetapi karena dia hanya bertangan kosong dan musuh memakai pedang maka diapun terdesak." "Hong Hong totiang," seru Sian Li selekas loncat menghampiri, "silahkan beristirahat dulu. Biarlah aku yang menghadapi pengawal ini."

Sebenarnya hal itu suatu pantangan bagi kaum persilatan bahwa seorang yang bertempur dan belum tentu kalah lalu ada lain orang yang hendak menggantinya. Apalagi Hong Hong seorang ketua partai Go-bi-pay. Tetapi karena ia melihat juga Hoa Sin diganti Hong Ing, diapun tak menaruh suatu keberatan apa2. Dan ia teringat bahwa Sian Li itu memiliki pedang Pek-liong-kiam yang luar biasa.

"Baik, hati-hatilah," seru Hong Hong seraya loncat keluar.

Pedang termasuk salah sebuah senjata yang paling sukar dipelajari. Karena untuk mencapai ilmu permainan pedang yang sakti, diperlukan juga tenaga-dalam yang tinggi. Dulu Kim Thian Cong sudah menyadari hal itu. Maka terhadap murid perempuannya itu, ia khusus memberi pelajaran ilmupedang yang hebat karena bagi seorang anak perempuan, pedang itu merupakan senjata yang paling cocok. Walaupun dalam ilmu tenagadalam Sian Li belum mencapai tataran tinggi tapi berkat makan buah Hay te cian-lian som, atau buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun, tenaga-dalam nona itupun bertambah hebat sekali. Sian Li seorang nona yang cerdas dan Kim Thian Cong pun makin sayang kepadanya. Dengan tekun dan keras, ia memilih latihan2 muridnya itu. Dengan begitu berhasillah Sian Li mewarisi ilmu pedang dari gurunya.

Sian Li melancarkan ilmupedang Giok-li-kiam atau Pedang bidadari. Sebuah ilmu pedang yang mengutamakan gerak keluwesan dan kelincahan seorang bidadari.

Tetapi pengawal Baju Merah itu telah melancarkan serangan yang cepat dan dahsyat sekali. "Tui-hong-kiam," seru Pek l lojin terkejut.

Hoa Sin, Ceng Siam suthay dan Hong Hong tojin mengangguk: "Tetapi hebat sekali," seru mereka.

'Kalau sudah tahu hebat, mengapa suruh cucuku menghadapi," teriak kakek Lo Kun.

Pek I lojin hanya tertawa : "Jangan kuatir kalau cucumu kalah, cucumu yang satu masih ada.”

"Siapa ? Blo'on ?” tiba2 kakek Lo Kun berpaling mencari Blo'on, "Blo'on, mengapa engkau diam saja ? Lihatlah sumoaymu dihajar oleh pengawal Baju Merah itu. Apakah engkau tak mau menolongnya ?"

"Dia belajar ilmupedang dari suhunya. Kalau tidak digunakan untuk menghajar musuh lalu apa gunanya dia belajar?" sahut Blo'on.

Kakek Lo Kun terbeliak. Pada lain saat ia tertawa : "Benar, benar, memang biar tahu rasa. Perlu apa anak2 perempuan harus belajar silat, sekarang harus bertempur dengan musuh. Kalau dia tidak belajar silat dan tinggal dirumah mengurus rumahtangga, bukankah dia tak sampai rambutnya digundul seperti engkau !"

"Lojin." seru Hoa Sin, "adakah lojin kenal akan pengawal Baju Merah itu?"

"Dahulu semasa masih muda, pernah kudengar seorang pendekar pedang dari perguruan Kong tong-pay yang menggemparkan dunia persilatan. Dia memiliki ilmupedang Tui-hong kiam yang luar biasa hebatnya. Karena banyak murid2 dari lain partai persilatan yang terluka, maka beberapa partai persilatan lalu datang ke gunung Kong-tong-san untuk meminta pertanggungan jawab dari ketua Kong-tong-pay. "Fihak Kong-tong-pay terkejut karena merasa tak mempunyai murid itu. Beramai-ramai mereka mencari jago itu dan akhirnya tertangkap juga. Ternyata pemuda itu telah mencuri kitab ilmu pedang dari Kong tong pay dan mempelajarinya dengan tekun. Dia sakit hati kepada Kong tong-pay karena tak diterima sebagai murid. Akhirnya dalam pertempuran dengan beberapa tokoh partai persilatan, dia masih dapat membela diri dengan ilmupedang Tui liong- kiamnya.

Tui-liong kiam demikian nama yang diberikan kepada pemuda yang sebenarnya bernama Bun Siau Hong.

Sebenarnya orang persilatan mengagumi Bun Siau Hong karena kegagahan dan tindakannya bagai seorang pendekar yang membela kebenaran Tetapi entah bagaimana lama kelamaan dia terjerumus dalam kalangan hitam dan gemar paras cantik. Akhirnya ia mendapat seorang wanita cantik yang cabul yalah Bu-yong-sian-li atau Dewi Melati. Dan sejak itu dia menghilang tiada ceritanya lagi.

Tui hong-kiam, sesuai dengan namanya, memang memiliki perbawa sedahsyat angin praha Tetapi Giok-li-kiam-hwat atau ilmu pedang bidadari, juga hebat. Apalagi Sian Li memiliki pedang Pek-liong-kiam yang luar biasa tajamnya. Seharusnya dia dapat mengimbangi permainan lawan bahkan seharusnya pula dia harus menang angin, Tetapi sayang masih kurang pengalaman bertempur dengan tokoh sakti setingkat pengawal Baju Merah itu.

Makin lama mulai timbul rasa cemas akan bahaya2 maut yang ditebarkan oleh pedang pengawal baju Merah itu. Sampai pada suatu saat ketika sinar pedang lawan hendak membelah kepala, tanpa lagu2 lagi Sian Li terus menangkis untuk melindungi kepalanya. Tetapi rupanya pengawal Baju Merah itu tahu akan ketajaman pedang Sian-li. Dengan sebuah gerak yang tak terduga dan teramat cepat, pengawal Baju Merah itu telah menghentikan tusukan dan menekuk tangkai pedangnya ke bawah untuk menutuk siku lengan Sian Li. Sian Li terkejut tapi terlambat sudah. Tangan terasa kesemutan dan pedang Pek-liong-kiampun mencelat ke udara. Untung nona itu masih sempat Iompat setombak jauhnya kebelakang sehingga tak sampai menderita bacokan lawan.

Berhasil memukul pedang lawan ke udara, pengawal Baju Merah itu tak mau memberi kesempatan lagi. Dengan sebuah gerak sedahsyat harimau menerkam, ia terus memburu Sian Li dengan taburan sinar pedang yang menyerupai beribu kilat memancar.

"Setan !" teriak Blo'on seraya loncat menampar. Dia marah dan terkejut melihat Sian Li terancam bahaya maut. Rasa marah itulah yang membangkitkan tenaga-dalam sakti Ji-ih- sin-kang. Tapi Tui-hong-kiam Bun siau Hong itu hebat juga tenaga-dalamnya. Dia hanya tertahan tapi tak sampai terdampar mundur.

Rupanya kali ini Blo'on benar2 marah. Dia tak ingat kalau hanya bertangan kosong sedang musuh menggunakan pedang. Selekas menampar, ia terus loncat maju dan lepaskan tamparan berulang-ulang.

Bun Siau Hong tak sempat lagi untuk mengembangkan permainan pedangnya, la merasa dirinya seperti dilanda badai yang mengandung tenaga kuat sekali. Ia berusaha kerahkan seluruh tenaga dalam untuk bertahan tapi sia2.

Saat itu Blo'on makin mendekat. Melihat itu Bun Siau Hong nekad. Dengan kerahkan seluruh tenaga, ia membacok pemuda itu. Tetapi hal itu hanya mengundang kemarahan Blo'on saja. Melihat lawan hendak membacok, cepat Blo'on ayunkan kaki menendangnya, plak ... terlemparlah Bun Siau Hong sampai dua tombak jauhnya dan tak dapat bangun lagi. Dari lubang hidung, mata, telinga dan mulut, mengalirkan darah yang kental.

"Siapakah dia locianpwe ?” tanya Blo'on kepada Pek I lojin. “Tui hong-kiam Bun Siau Hong," seru Pek I lojin, "heran

sudah berpuluh tahun dia tak terdengar beritanya, tahu2 sudah menjadi pengawal Thian-tong-kau"

"Dia orang baik atau jahat ?"

"Yang jelas dia telah terjerumus dalam dunia kepelesiran." Pek I lojin menghela napas, "sayang sesungguhnya dia seorang berbakat tetapi telah tersesat jalan hidupnya".

"Hoa pangcu" tiba2 Ceng Sian suthay berkata "rencana kita untuk membekuk ketua Thian tong-kau selalu gagal karena dirintangi oleh pengawal Baju Putih dan Baju Merah"

"Ya, benar," kara Hoa Sin, "rupanya sebelum pengawal2 itu terbasmi semua, sukar untuk mendekati kelua mereka."

DaIam pada bicara itu, tampak seorang pengawal Baju Merah maju pula dan terus menyerang Blo'on.

"Bio on, aku juga ingin melemaskan tulang2ku" seru kakek Lo Kun. "kalau hanya diam saja disini aku merasa jemu'"

Habis berkata kakek Lo Kun terus berlari menyambut pengawal Baju Merah itu.

"Huh, kurang ajar, engkau membawa rantai", seru kakek Lo Kun demi melihat pengawal Baju Merah itu melolos seutas rantai besi yang ujungnya diikat dengan sebuah bola besi yang berduri. Tiba2 mata kakek itu tertumbuk pada pedang Pek-liong- kiam yang masih menggeletak di lantai, terus menjemputnya dan berpaling : "Sian Li, pinjam sebentar pedangmu, ya ?"

"Ya ... awas serangan musuh" teriak Sian Li ketika melihat pengawal Baju Merah sudah ayunkan rantai dan bola besi itu melayang kearah kepala kakek Lo Kun. Pada hal saat itu kakek Lo Kun sedang berpaling kebelakang.

"Uh ... " kakek Lo Kun menundukkan kepala dan bola besi itu melayang hanya seujung rambut dari kulit kepalanya.

Apabila Siau Li, Hong Ing dan lain2 menghela napas  longgar karena melihat kepala Lo Kun hampir saja pecah, tapi tak demikian dengan kakek itu sendiri. Ia meng-usap2 batok kepalanya dan ber-sungut2 : "Kepala, sudah ber puluh2 tahun engkau ikut aku, masakan engkau rela ikut pada setan baju merah itu."

Andaikata saat itu Lo Kun tak mengoceh tetapi terus menerjang lawan, tentulah ia akan memperoleh hasil yang bagus. Paling tidak dia tentu dapat memapas putus rantai lawan. Tetapi kesempatan sebagus itu dibunang dengan mengoceh semaunya sendiri ,...„
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar