Pendekar Bloon Jilid 17 Gagal

Jilid 17 Gagal

"Hm, kalian juga berani meragukan keaselian Kay-pang-ou- kim-pay !" teriak Pat-pi-siu kay Oh Sun dengan marahnya.

Keempat tokoh Kay-pang selatan tegakkan kepala dan Pengemis-kantong nasi Su Sin, tokoh kedua dari pimpinan Kay-pang selatan serentak menyahut : "Bukan meragukan ataupun menghina Tetapi Ou kim pay itu merupakan lambang kekuasaan tertinggi dari perkumpulan kita. Bahwa saudara yang datang itu…" berkata sampai disitu ia menunjuk pada si orang desa, "berani mempertaruhkan jiwanya untuk Ou kim- pay yang dikatakan palsu itu, sebaiknya kitapun harus berani memeriksa.”

Pat-pi-sin-kay Oh Sun menggeram :

"Huh, ia mendengus penuh geram "jelas lencana itu tak pernah terpisah dari diriku, mengapa orang masih menyangsikannya ? Kalau kita hari meladeni setiap orang yang mengatakan lencana itu palsu, bukankah kita hanya sibuk untuk tiap kali memeriksanya saja ?"

"Tidak mudah untuk mengatakan lencana Ou kim-pay itu palsu." sambut Su Sin "tetapi kita harus mempertimbangkan siapa dan bagaimana keterangan orang yang mengatakan itu. Jelas bahwa saudara itu tadi berani mempertaruhkan jiwa dan dapat pula memberikan keterangan tentang perkenalannya dengan sucou Han-jiat-sin-kay Suma Ki am, mengapa kita tak berani memeriksa lencana itu ? Apakah jeleknya apabila kali ini dalam pertemuan besar kaum Kay-pang selatan dan utara, kita buktikan bahwa tuduhan itu tidak benar ?"

Oh Sun mendenguskan hidung.

"Dan lagi apabila pangcu menolak pembuktian itu, bukankah akan timbul desas desus di dunia persilatan bahwa lencana Ou kim-pay kaum kita, diragukan keasliannya ?" seru Pengemis-kantong-nasi Su Sin pula.

"Ho. tidak mudah untuk sembarangan mengutik-utik lambang tertinggi dari kaum Kay-pang itu." kata Oh Sun, "jiwa orang itu masih belum sepadan dengan kehormatan dari lencana kaum kita"

"Lalu apakah yang pangcu anggap memadai untuk menyetujui pemeriksaan lencana itu" desak Pengemis-kantong nasi Su Sin.

Pat pi-sin-git Oh Sun tak dapat lekas menjawab. Kemudian ia hanya menyerahkan kembali pada penanya "Cobalah kalian ajukan usul sendiri. Mungkin aku dapat menerima"

Su Sin dan ketiga pengemis pimpinan Kay pang selatan tertegun mendengar ucapan ketua Kay pang itu. Mereka saling bertukar pandang namun tak ada yang menemukan pendapat.

Adalah tiba2 sesosok tubuh telah melayang keatas panggung dan terus menghampiri kehadapan Oh Sun.

"O, engkau To samte" seru Oh Sun demi melihat pendatang itu, "apa maksudnya naik ke atas panggung ?"

"Harap pangcu suka memaafkan kelancangan Pengemis- iblis-tertawa To Hoan, apabila pangcu menganggap aku lancang naik panggung"

"Ah, tentulah sam sute akan membawa hal yang penting," kata Oh Sun, "silahkan menerangkan." "Untuk imbalan dari persetujuan pangcu memeriksa Ou- kim-pay kita, rasanya tak ada yang lebih memadai daripada maksud rapat besar ini", kata To Hoan.

"Bagaimana maksud sam-sute?"

"Bukankah rapat besar untuk mengadakan pemilihan ketua Kay-pang yang baru ?”

"Ya"

"Bukankah fihak Kay-pang selatan akan berusaha untuk memenangkan pemilihan ini ?”

"Sudah jelas begitu"

"Beranikah mereka mempertaruhkan hasil pemilihan ini untuk memenuhi tuntutan mereka ?”

Pat-pi-sin git Oh Sun terkesiap, serunya "Maksud sam-sute suruh mereka mempertaruhkan pemilihan mereka pada hasil pemeriksaan Ou-kim- pay itu

"Benar, pangcu" kata To Hoan, "kalau Ou kim-pay itu memang benar2 Ou-kim-pay yang aseli sebagai hukuman dari kelancangan mereka mendesak diadakan pemeriksaan lencana itu, mereka harus mengundurkan diri dari pemilihan dan rnenyerahkan jabatan pangcu itu kepada toako lagi"

"Hai," teriak Oh Sun terkejut "tetapi tak mungkin mereka berani menerima hal itu !"

Tiba2 Hoan-tong sin-kau atau Pengemis-kantong-nasi Su Sin berseru : "Pangcu kami terima usul itu”

Gemparlah sekalian anakbuah Kay-pang yang memenuhi gelanggang lui tay itu. Mereka tak pernah menduga bahwa Su Sin sebagai wakil dari partai Kay pang selatan, berani mempertaruhkan itu untuk tindakan memeriksa keaslian Ou kim pay.

"Apakah ucapanmu itu resmi mewakili Kay pang selatan ?" Oh Sun menegas dengan mata ber kilat2.

Su Sin berpaling kearah ketiga sutenya. Ketiga tokoh pimpinan Kay-pang selatan memberi anggukan kepala.

"Benar, pangcu" seru Su Sin "apabila seorang lelaki dari desa berani mempertaruhkan jiwanya, masakan kami tak berani mempertaruhkan soal pemilihan saja ? Jangan kuatir, pangcu, segala tanggung jawab pada Kay pang selatan akulah yang memikul"

Setelah mendapat penegasan itu maka Pat-pi sin git berkata: "Baiklah, hal ini kalian yang menyetujui sendiri ... "

Habis berkata ia terus berseru pula kebawah lui tay ; "Hai, mana anggauta Ngo-koay-sin-git? Harap naik keatas panggung !"

Seiring dengan seruan itu maka berturut-turut melayanglah dua sosok tubuh keatas panggung Mereka lalu berjajar di sebelah Tok kak-sin-git Hong Lui dan Kui-gok-sin-git atau Pengemis tertawa-iblis To Hoan. Kedua pendatang itu yalah Lan-ha ma atau Jembel-malas Na Kok-kong dan Poan-sin-git atau Jembel gemuk Au yang Hok.

Dengan demikian lengkaplah saat itu pimpinan Kay-pang utara dan pimpinan Kaypang selatan. Hanya saja kalau pimpinan Kay-pang lengkap lima orang, adalah Kay-pang selatan hanya empat orang karena Liok ci-sin-kay Hoa Sin tak hadir. Sementara itu si orang desa yang mengatakan kalau Kay-pang kim-Ieng-pay itu palsu, pun masih berada diatas panggung. Demikian setelah kedua fihak hadir maka Pat pi sin-git Oh Sun segera berseru : "Nah, sekarang aku hendak mulai. Biarlah seluruh anggota Kaypang maupun utara, baik dari lapisan bawah sampai pada pucuk pimpinan menjadi saksi. Benarkah Kay-pang kim-Ieng-pay ini palsu seperti yang dituduhkan oleh orang ini"

Habis berkata ia terus mencekal kim-pay dengan tangan kanan, diangkat dan disongsongkan ke muka dada :  "Sekarang silahkan pimpinan Kay-pang selatan satu demi satu maju untuk memeriksa".

Pengemis-kantong nasi Su Sin segera hendak melangkah maju tetapi baru ia hendak bergerak sekonyong-konyong sesosok tubuh melambung ke udara dan melayang turun diatas panggung lui-tay itu.

"Tunggu ..." seru orang itu dengan nyaring.

Sekalian tokoh2 pimpinan partai Kay-pang terkejut. Lebih terbelalak pula ketika mereka demi mengetahui siapa pendatang itu.

"Hoa toako !" teriak Su Sin serentak dengan kejut2 girang. "Toako ..." serempak ketiga pimpinan Kay pang lainnyapun

berseru dan maju menyongsong.

Ternyata yang muncul diatas luitay itu memang Hoa Sin si Pengemis-sakti jari-enam. Kemunculan ketua Kay-pang selatan yang tak terduga-duga itu benar2 menimbulkan kekagetan.

"Oh, engkau Hoa hu-pangcu" tegur Pat-pi-sin-git Oh Sun sesaat kemudian, "apakah maksudmu”

"Pangcu," kata Hoa Sin "Hoa Sin sedang mengembara ketika tiba2 teringat bahwa hari ini adalah hari yang penting bagi partai Kay-pang. Ya pemilihan ketua baru, merupakan lembaran sejarah yang penting untuk partai Kay-pang. Maka bergegas-gegaslah aku datang kemari dan untunglah belum terlambat"

"Tentunya engkau sudah mendengar apa yang telah disepakatkan pada saat ini, bukan ?" seru Oh Sun.

"Benar"

"Dan apakah engkau tak menyetujui keputusan keempat rekanmu tadi ?"

"Mengapa tidak, pangcu ?" diluar dugaan Hoa Sin memberi jawaban, "selama aku tak dapat menjalankan tugas pimpinan karena mengembara, hak dan tugas pimpinan kuserahkan kepada ji sute Su Sin dengan dibantu oleh ketiga sute yang lain. Apapun yang telah diputuskan oleh mereka tentu saja sah dan akupun harus setuju"

"O, itulah yang benar" kata Oh Sun, "lalu apa kehendakmu untuk menghentikan pelaksana pemeriksaan lencana itu ?"

"Ada sesuatu yang masih kurang" kata Ho Sin. "Kurang ? Soal apa yang kurang?" Oh Sin heran.

"Perjanjian tadi yalah apabila Ou kim-pay itu aseli maka Su Sin sute sebagai wakil fihak Kay-pang selatan, rela menggugurkan hak pilihnya dan menyerahkan pemilihan itu kepada Kay pang utara. Artinya, kedudukan pimpinan Kaypang masih tetap dijabat oleh Oh pangcu"

"Benar dan itu sudah menjadi kehendak fihak Kaypang selatan sendiri"

"Ya, fihak Kaypang selatan tak mengingkari janji itu" kata Hoa Sin, "tetapi ingin kubertanya bagaimana kesanggupan janji Oh pangcu dan pimpinan Kay-pang utara apabila Ou-kim- pay itu ternyata memang palsu ?" Pertanyaan itu telah menimbulkan kebingungan pada fihak Kay-pang utara. Sesaat mereka tak dapat memberi jawaban. Pat pi-sin-git Oh Sun tertegun.

Tiba2 si Kaki-satu Hong Lui melangkah maju dan berseru : "Hoa pangcu, tongkat apakah yang engkau bawa itu ?"

Memang saat itu Hoa Sin membawa sebatang tongkat besi. Pada hal selama ini diketahui bahwa Pengemis-sakti-jari-enam itu tak pernah menggunakan tongkat. Karena sedang ditegang oIeh soal Kim pay-ou-kim-pay, maka orang tak sempat menanyakan hal itu kepadanya.

"Hai, aku hampir lupa !" teriak Hoa Sin, "ya jika engkau tak menanyakan tentu tongkat ini terus kubawa saja. Seorang kakek minta tolong titip tongkat ini supaya diserahkan kepadamu.

"Siapakah kakek itu ?" teriak Hong Lui.

"Entahlah, dia tak mau menyebut namanya" kata Hoa Sin "hanya dia mengatakan ketika di rumah makan engkau telah meminjamkan tongkat ini kepadanya karena kasihan dia seorang tua supaya dapat leluasa mendaki puncak gunung ini. Nah, sekarang terimalah tongkatmu !"

Merah padam muka Tok kak-sin-git Hong Lui ketika mendengar keterangan ketua Kay-pang selatan itu. Sesaat ia tertegun kehilangan paham.

"Hong thancu, mengapa engkau diam saja?" seru Hoa Sin tertawa, "bukankah tongkat ini milikmu ? Mengapa engkau tak lekas menerimanya ?"

Melihat ji-konya terlibat dalam kesulitan, buru2 Poan-sin-git atau Jembel-gemuk Auyang Hok melayang keatas panggung. Walaupun tubuhnya gemuk tetapi pengemis itu memiliki gerak yang amat gesit dan lincah sekali.

"Mustahil engkau tak tahu siapa orang itu. Bukankah seorang tua dari desa ?" serunya ketika tegak dihadapan Hoa Sin.

"Dia hanya mengatakan bahwa sewaktu dirumah makan terlalu banyak minum, kepalanya agak pening maka ia menerima ketika Hong thancu memberi pinjam tongkat. Eh, hampir lupa sedikit", seru Hoa Sin, "diapun mengatakan bahwa rekeningmu di rumah makan itu telah dibayarnya"

Merah wajah pengemis gemuk Auyang Hok "Dengan begitu jelas engkau kenal kepada orangtua itu, bukan ? Siapakah dia?” Hoa Si balas bertanya.

"Kedua orang tua itu memang bangsat2 yang hendak mengolok kami," seru Auyang Hok geram "mereka telah menyambar tongkat Hong jiko dan mencopet uangku ... "

"Hai !" teriak Hoa Sin kejut dan keras, "Tok kaksin-git Hong Lui dapat disambar tongkatnya dan Poan-sin-git Auyang Hok dapat dicopet uangnya. Hebat, hebat ... apabila orang persilatan mendengar hal itu mereka tentu gempar ... "

"Hoa pangcu" bentak Tok-kak-sin-git Hong Lui" mengapa Hoa pangcu mengatakan hal itu sekeras-kerasnya seperti hendak menyiarkan kepada seluruh hadirin ? Apakah memang engkau bermaksud supaya hal itu diketahui orang ?"

"Tidak setitikpun aku mengandung maksud begitu " sahut Hoa Sin. "dan orang itupun menyampaikan terima kasih atas kebaikanmu. Nanti lain kali kalau dia perlu, akan meminjam lagi" "Hoa Sin, jangan keliwat mengejek orang !" bentak si Kaki- buntung Hong Lui seraya melonjak kehadapan Pengemis sakti Hoa Sin "apabila engkau berniat hendak mengadu kepandaian, akupun bersedia melayanimu"

"Eh." Hoa Sin tertawa, "mengapa engkau naik pitam begitu

? Oh pangcu" serunya kepada Pat pi-sin-git Oh Sun, "apakah memang pendirian lui-tay ini untuk mengadu kepandaian ?"

Sebelum ketua Kay-pang itu menyahut, Pengemis-gemuk Auyang Hok mendahului berteriak; "Dimana dan bilamana saja yang engkau kehendaki, aku Poan-sin-git Auyong Hok siap akan menghadapimu !"

Tiba2 terdengar orang berseru melantang : "Auyong Hok, jangan terlalu menghina toako kami. Toako terlalu sibuk untuk meladeni tantanganmu Jika engkau memang sudah kaku tulang-tulangmu aku suka untuk menemanimu berlatih."

Auyong Hok terkejut dan cepat berpaling. “Ah. kiranya Ma Kim-tong si Pengemis-sinting dari Kay-pang selatan.”

"Sudahlah Ma ngo te, kita harus menghormati pertemuan besar ini. Baiklah kita menghormati tata tertib.

"Auyong ngote". tiba2 telinga Pengemis-gemuk Auyong Hok terngiang oleh sebuah suara semacam nyamuk melengking "harap bersabar. Sebentar lagi setelah pembuktian Ou kim-pay selesai, akan kuberi engkau kesempatan yang luas untuk menyiksa mereka"

Ternyata kata2 itu berasal dari Pat-pi-sin-git Oh Sun yang dengan menggunakan ilmu Menyusup suara telah membisiki kata kepada Auyong Hok Dengan ilmu itu, bibir Oh Sun memang tampak berkomat-kamit tetapi tak mengeluarkan suara. Dan yang mendengar hanyalah Pengemis-gemuk Auyong Hok sendiri. Lain orang tak mendengar apa2. "Maaf. Hong thancu, harap suka menerima tongkatmu ini" kata Pengemis-sakti Hoa Sin seraya menghaturkan tongkat itu kepada pemiliknya.

Tetapi Pengemis-kaki satu Hong Lui diam saja. Sebagai tokoh nomor dua dari Kay-pang utara sudah tentu ia merasa malu karena orang mengetahui bahwa ia sampai kehilangan tongkat. Dan kehilangan itu tentulah bukan karena ia meminjamkan pada si kakek desa seperti yang dikatakan Hoa Sin tadi. Melainkan tentu dengan menggunakan ilmu kepandaian barulah kakek desa itu dapat merampasnya.

Karena sudah menerima pesan Pat-pi-sin-git, Oh Sun, maka Auyang Hokpun terpaksa harus menekan kemarahannya.

"Baiklah, aku yang mewakili menerima tong ji-ko" katanya seraya menyambuti tongkat itu. Tetapi begitu ia mencekal ujung tongkat seketika merahlah wajahnya. Ternyata ujung tongkat telah memancarkan suatu aliran tenaga keras seperti stroom listrik, yang secepat kilat menerjang ke lengan terus menggigit jantung.

Hampir saja Auyang Hok menjerit dan lepaskan tangannya. Ia tak menyangka akan menerima serangan Hoa Sin dengan tenaga-dalam.

Cepat iapun kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan. Tiba2 Hoa Sin lepaskan cekalannya dan terhuyunglah tubuh Auyang Hok setengah langkah ke belakang. Mukanya merah padam seperti kepiting direbus.

Adegan itu telah berlangsung cepat sekali, hanya dalam beberapa kejab sehingga orang tak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Tetapi bagi tokoh kedua belah Kay-pang, peristiwa itu tak luput dari perhatian. Jelas Hoa Sin telah menjajal kekuatan si gemuk Auyang Hok dan tahulah dia sampai dimana kesaktian tenaga dalam yang dimiliki oleh tokoh nomor lima yang bertubuh gemuk dari Kay- pang utara itu.

Auyang Hok tertegun kehilangan paham. Kalau hendak menyerang, ia takut melanggar pesan Oh Sun. Dan memang tak ada alasan mengapa ia harus mengamuk. Namun untuk diam saja, ia merasa terhina. Sesaat ia termangu tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Hm.” dengus Pat-pi-sin-git Oh Sun yang tahu juga akan peristiwa itu. "Ngo-te silahkan mundur agar persoalan kita ini lekas selesai"

Setelah Pengemis-gemuk mundur, maka Pa pi-sin git Oh Sun berseru : "Hoa pangcu, apakah maksud ucapanmu tadi ?"

"Maaf. pangcu, aku pengemis Hoa Sin hanya ingin mohon keadilan" sahut Hoa Sin "sebagai wakil Kay-pang cabang selatan, Ji te Su Sin telah berjanji akan melepaskan hak pilihnya pada rapat besar ini apabila lencana Ou-kim pay itu benar2 aseli. Tetapi bagaimana kalau lencana itu ternyata benar2 palsu ?"

"Kalau lencana yang kubawa ini palsu, aku bersedia mundur sebagai ketua Kay pang. Akan kucari dan kuhancurkan manusia yang berani mengambil lencana kita itu !" seru Oh Sun dengan semangat yang menggelora.

"Terima kasih pangcu" sambut Hoa Sin, "soal kelanjutannya apabila lencana itu benar palsu baiklah kita serahkan saja kepada sidang rapat untuk memutuskan"

Demikian setelah kedua fihak saling memberikan janji, maka merekapun bersiap untuk mulai menguji keaselian lencana Ou kim pay. Sambil menyongsongkan lencana itu kemuka berkatalah Pat pi-sin git : "Hoa pangcu, silahkan memeriksa lencana kita"

Hoa Sin maju menghampiri. Dipandangnya lencana berwarna hitam itu dengan tajam. Beberapa saat kemudian, ia mengangguk.

"Bagaimana, Hoa pangcu, apakah benar palsu? tanya Pat- pi-sin-git Oh Sun.

"Lencana berwarna hitam itu memang menyerupai dengan yang aseli. Begitu pula surat2 tulis pada permukaan lencana itu memang dilakukan dengan jari tangan yang memiliki tenaga-dalam yang luar biasa. Tulisannya benar berbunyi Kay- pang-kim leng pay ... "

"Jika demikian bukan palsu" kata Oh Sun,

"Jangan terburu-buru menarik kesimpulan dahulu sebelum pembuktian yang terakhir kita lakukan" cepat Hoa Sin menyusuli kata2 "disamping itu pun masih ada sebuah hal lain yang perlu diselidiki mana yang benar. Menurut saudara itu ia menunjuk ke arah orang desa yang masih berdiri di atas panggung luitay, "lencana yang aseli bertuliskan Kay pang-kim seng pay. Sedang yang berada ditangan pangcu. tulisannya berbunyi Kaypang kim leng-pay. Mengenai tulisan itu saja sudah berbeda dan perlu dibuktikan mana yang benar"

"Karena lencana yang berada ditanganku ini aseli. sudah tentu tulisannya pun benar begitu. Bukan Kay-pang-kim-seng- pay tetapi seharusnya Kay pang kim-Ieng-pay !" seru Oh Sun.

"Ya, mudah-mudahan begitu," sambut Hoa Sin, "tetapi hal itupun masih harus dibuktikan dahulu kebenarannya"

"Apalagi yang harus dibuktikan ?" seru Pat-pi sin-git Oh Sun dengan geram. "Sudah tentu tentang bahan daripada lencana itu, pangcu" sahut Hoa Sin tenang2, "menurut Hian jiat-sin-kay Suma Kiam lo cousu, lencana Kay- pang itu terbuat daripada batu bintang yang jatuh digurun pasir Mongolia. Kerasnya bukan kepalang. Kecuali pedang pusaka yang luar biasa tajamnya, tak mungkin pedang dan lain2 senjata tajam dapat membelahnya. Sekarang tinggal membuktikan benarkah lencana itu terbuat daripada batu bintang atau hanya dari logam hitam biasa"

"Hm." dengus Oh Sun, "bagaimana engkau hendak membuktikannya ?"

"Terpaksa kita harus gunakan senjata tajam untuk memapas ujungnya sedikit" kata Hoa Sin "kalau  terpapas, jelas lencana itu bukan dari batu bintang tetapi dari logam biasa"

"Kalau tidak mempan ?" tanya Oh Sun. "Berarti lencana itu aseli !”

Sejenak berdiam diri barulah Oh Sun menyetujui : “Oleh karena engkau yang mengusulkan, silahkan engkau yang menguji lencana itu"

Hoa Sin melangkah maju dan menyambuti lencana Ou kim- pay. Dengan sekuat tenaga ia segera memencet ujung  lencana itu. Ujung lencana lekuk sedikit tetapi tak sampai hancur.

Hoa Sin menyerahkan kembali kepada Oh Sun dan ketua Kay pang itu segera minta keempat pengemis pimpinan Kay- pang selatan untuk maju menguji.

Tetapi keempat tokoh pengemis daerah selatan itu tak mau. Mereka menyadari bahwa tenaga dalam dari Hoa Sin itu lebih hebat dari mereka. Kalau Hoa Sin tak mampu menghancurkannya, jelas mereka pun tentu tak mampu juga.

"Oh pangcu" tiba2 orang desa itu berseru, "boleh aku ikut menguji ?"

Oh Sun berpaling menatap wajah orang itu. Orang desa itu berani mempertaruhkan jiwanya untuk mendukung anggapannya bahwa lencana itu palsu. Sudah tentu diapun harus mendapat hak untuk ikut menguji. Dan Oh Sun pun tak kuatir. Karena kalau tokoh sesakti Hoa Sin sudah tak mampu menghancurkan lencana itu, bagaimana mungkin seorang desa akan dapat melakukannya?

"Silahkan", serunya seraya memberikan lencana itu.

Setelah menyambuti, orang desa itu lalu mencabut sebatang pedang pandak dari dalam bajunya Ketika dilolos keluar, pedang itu memancarkan sinar kehijau-hjauan yang menyilaukan mata.

Creiss . , .

Pedang berayun dan putuslah ujung lencana.

Tring ... kutungan ujung itu berhamburan jatuh keatas panggung, mengeluarkan dering suara yang tajam.

Sekalian tokoh2 Kay-pang terbelalak kaget menyaksikan peristiwa luar biasa itu. Lebih2 Pat- pi sin-git Oh Sun.

"Pangcu, bukti telah kulakukan. Adakah pang cu masih ada kesangsian lain lagi ?" seru si orang desa.

Setelah termenung beberapa jenak, Pat pi-sin git Oh Sun segera berseru : "Apakah nama pedangmu itu? Dari manakah engkau memperolehnya! "Inilah pedang Naga hijau atau Ceng-liong-kiam," seru orang desa itu" milik Han-jiat-sin-kay Suma Kiam yang diberikan kepadaku sebagai rasa terima kasihnya atas bantuan yang kuberikan padanya"

"Pedang Naga Hijau nyata sebuah pedang pusaka. Sudah tentu dapat memapas lencana ini."! kata Oh Sun "bukankah engkau juga mengatakan begitu ?"

Orang desa mengiakan.

"Dengan begitu, pembuktian dengan pedang pusaka itu tak berlaku !" seru Oh Sun.

"Apa? Apakah pangcu hendak mengingkari janji ?"

Oh Sun marah sekali; "Siapa yang ingkar janji. Kesimpulan yang kurangkai ini juga berdasar pada keteranganmu sendiri. Bagaimana sekarang engkau menuduh aku ingkar janji ?"

Orang desa itu terdiam.

"Hm," tiba2 Pengemis-kaki-satu Hong Lui mendengus geram, "dari manakah engkau memperoleh pedang pusaka Naga Hijau itu ?"

"Dari Suma Kiam cianpwe," sahut orang desa itu dengan sejujurnya.

"Engkau tahu siapakah Suma Kiam lo-cianpwe itu ?" seru Hong Lui pula.

"Ketua yang terdahulu dari Kay-pang"

"Bagus" seru Hong Lui, "oleh karena dia adalah ketua kami maka pedangnyapun adalah milik partai kami"

'Maksudmu ?" seru orang desa itu. "Berikan pedang Naga Hijau itu kepada Oh pangcu yang menjadi ketua Kay-pang!" seru Hong Lui

Orang desa itu tertawa mengejek : "Tidak semudah itu saudara !"

"Apa ?" Hong Lui deliki mata, "engkau hendak melalap pedang pusaka milik partai Kaypang”.

"Pedang ini adalah pemberian peribadi dari Suma Kiam cianpwe kepadaku. Tidak dikatakan bahwa aku harus mengembalikan pedang ini kepada partai Kay-pang ataupun kepada siapa lainnya”.

"Ho, engkau jelas hendak memiliki pedang Itu ...”.

"Bagiku seorang desa, tiadalah kepentingannya untuk memiliki sebuah pedang pusaka. Aku tak mempunyai keinginan untuk menjadi pendekar besar atau tokoh persilatan ternama. Aku lebih suka hidup tenang sebagai rakyat desa . , "

"Tetapi mengapa engkau enggan menyerahkan pedang itu kepada kami ?" seru Pengemis-kaki satu Hong Lui.

"Bukan enggan" jawab orang desa itu, "tetapi aku harus menghormat pusaka dari seorang pendekar besar seperti Han- jiat sin-lay Suma Kiam Hendak kuserahkan pedang itu kepada seorang ksatrya yang benar2 berjiwa luhur dan perwira"

"Hm, engkau hendak menghina bahwa tokoh dari Kay-pang itu bukan bangsa yang luhur dan perwira?" Hong Lui menggeram.

"Aku belum mengetahui seluruh tokoh2 Kay pang" sahut orang desa itu, "tetapi apa yang kulihat disini memberi kesan bahwa ksatrya yang kudambakan itu memang belum ada" "Lekas kembalikan pedang itu !" tiba2 Pengemis gemuk Auyang Hok membentak dan maju menghampiri kehadapan orang desa itu.

"Apakah engkau hendak memaksa aku ?” sahut orang desa itu.

"Ya, terpaksa harus begitu apabila engkau masih berkeras kepala tak mau menyerahkan" seru Auyang Hok.

Orang desa itu pucat mukanya.

"Jika tahu begini kesudahannya, tak perlu aku tampil keatas panggung ini. Padahal dengan menunjukkan bahwa lencana Ou-kim-pay itu palsu, tujuanku agar pimpinan Kaypang segera mengetahui hal itu dan segera bertindak untuk mencari si pencuri. Ha, ha tetapi bukan terima kasih yang kuterima  malah pedang yang kuperoleh dari Suma-Kiam cianpwe hendak direbut secara paksa”.

Habis berkata orang desa itu terus berputar tubuh : "Cukup tuan2, lebih baik aku pulang saja"

Orang desa itu hendak loncat kebawah panggung tetapi secepat itu Pengemis-gemuk sudah loncat menerkam dengan sebuah jurus Harimau lapar menerkam-korban.

Hoa Sin terkejut. Ia hendak memberi pertolongan tetapi sudah tak keburu, lagi.

Uh ... terdengar mulut Pengemis-gemuk mendesah kejut ketika kedua tangannya menerkam papan panggung, crekkkk

....

Nyata terkaman dari Pengemis-gemuk itu menggunakan tenaga-dalam yang hebat sehingga jari2 tangannya sampai masuk kedalam papan. Sedang orang desa itu ternyata sudah berada di samping dan membelalakkan mata, berseru : *'Hai, mengapa engkau menyusur ketanah? Ah, maaf, aku tak dapat menyerahkan pedang ini walaupun engkau meminta dengan begitu hormat"

"Hm, jangan menghina suteku," tiba2 Pengemis-kaki-satu maju tusukkan ujung tongkat ke punggung orang desa itu. Hebat dan cepatnya bukan kepalang.

Pengemis-Kaki-satu Hong Lui adalah tokoh kedua dari Kay- pang utara. Walaupun kakinya hanya tinggal satu, tetapi kepandaiannya luar biasa saktinya.

"Jangan ... " teriak Pengemis-sakti Hoa Sin ketika mengetahui serangan yang berbahaya itu mengancam siorang desa. Namun ia hanya dapat berteriak tetapi tak berdaya untuk menolong karena sudah tak keburu lagi.

Tring .....

Tiba2 ketika ujung tongkat si Kaki-satu Hong Lui hampir mengenai punggung, tanpa berpaling kepala dan berputar tubuh, orang desa sabatkan pedang Naga hijau kebelakang dan

kutunglah ujung tongkat Hong Lui ,

Karena malu hati maka Hong Lui tetap menggunakan sebuah tongkat lain yang terbuat dari besi. Tongkatnya yang dikembalikan oleh Hoa Sin tadi tetapi menggeletak dilantai panggung. Andaikata dia menggunakan tongkatnya yang aseli mungkin dia takkan menderita malu yang sebesar itu.

Tetapi hal yang tak terduga-duga itu telah terjadi dan berpuluh-puluh anakbuah Kay pang dari kedua belah pihak yang menyaksikan di bawah panggung, telah melihat peristiwa itu.

Dan merah padamlah wajah Pengemis-kaki satu Hong Lui karena tongkatnya terpapas kutung.

"Bangsat, engkau berani menghina jiko-ku !' Pengemis- gemuk loncat menerjang orang desa itu Tetapi terpaksa ia menyurut mundur lagi ketika orang desa itu membolang- balingkan pedang Naga hijau untuk menyambut.

Pengemis-gemuk Auyang Hok menyambar tongkat yang dikembalikan Hoa Sin lalu diberikan kepada si Kaki satu Hong Lui : "Pakailah jiko dia memiliki pedang Naga-hijau yang sakti"

Dalam pada berkata itu, Pengemis gemuk Auyang Hokpun sudah mencabut senjatanya. Sebatang ruyung yang disebut Kiu-ciat-kui-thau-pian atau ruyung sembilan ruas yang berkepala setan. Setiap ruas berbentuk kepala setan sehingga jumlah kepala setan pada ruyung itu, pun sembilan biji.

Tring, tring, tring .....

Terdengar dering melengking nyaring ketika Pengemis gemuk Auyang Hok menebarkan ruyung itu. Seketika ruyung itupun bertebaran memantul sembilan sosok bayangan kepala setan. Dan yang mengerikan kepala setan itu berhias dengan gigi caling yang panjang dan runcing. Menghadapi senjata yang mengerikan itu tampak siorang desa tenang2 saja. Dan dikala ruyung menyerang maka iapun memainkan pedang pusaka Naga-hijau.

Segulung sinar warna hijau kemilau segera membungkus tubuh orang desa itu. Dan gulungan sinar hijau itu menaburkan deru angin yang dingin.

Badai-menyambar-batang liu demikian jurus yang diserangkan Auyang Hok untuk mengarah pinggang orang,. Tetapi gulungan sinar hijau kemilau itu bagaikan dinding baja yang rapat dan kokoh. Terdengar berulang ulang bunyi berdering dari dua senjata yang beradu. Dan beberapa kali itu pula kesembilan kepala-setan dari ruyung Auyang Hok gagal untuk menerobos lingkaran sinar pedang.

Diam2 Hoa Sin memperhatikan permainan pedang orang desa itu. la terkejut.

"Suan-hong-kiam," serunya dalam hati setelah jelas akan ilmu pedang orang desa itu.

Suan hong kiam berarti ilmu pedang Angin-lesus. Tak mengherankan karena taburan pedang orang itu menghamburkan deru angin yang keras.

Pengemis gemuk Auyang Hok penasaran. Segera ia robah gerakan ruyungnya dalam jurus Pah ong-pauting atau raja Pah-ong-membanting-tempat pedupian. Laksana hujan mencurah dari langit, ruyungpun menabur kearah kepala orang desa.

Orang desa itu juga hentikan permainan ilmu pedang Angin-Iesus dan berganti dengan jurus It cu-keng thian atau Sebatang-tonggak menyanggah-langit. Kembali terdengar berpuluh kali dering memekak telinga ketika kepala-setan dari Auyang Hok itu tersanggah dan tertutuk oleh ujung pedang Naga-hijau.

Pat-pi-sin-git Oh Sun dan si Kaki-satu Hoj Lui terkejut menyaksikan permainan pedang orang desa itu. Pada hal mereka tahu bahwa sam-te mereka yalah Pengemis-gemuk Auyang Hok telah membenam diri selama berpuluh tahun untuk menciptakan senjata ruyungnya yang aneh dan menciptakan pula ilmu permainannya yang luar biasa .

Hoa Sin dan tokoh2 pimpinan Kay pang selatanpun terkesiap kagum.

Pengemis-gemuk Auyang Hok merah padam mukanya. Benar2 ia merasa malu sekali karena dihadapan kedua toakonya dan tokoh2 Kay-pang selatan ia tak mampu mengalah seorang desa yang tak bernama.

Seketika timbullah hawa pembunuhan pada dahi Pengemis- gemuk Auyang Hok. Untuk mengembalikan gengsinya dan kewibawaan Kay-pang utara, ia harus menghancurkan orang desa itu.

Rupanya perobahan airmuka Auyang Hok itupun tak lepas dari perhatian siorang desa. Diam2 ia berjaga jaga lebih waspada.

"Hm, berkat pedang pusaka Naga-hijau, permainanmu bertambah hebat." seru Auyang Hok, "tetapi jangan engkau buru2 bergirang dulu. Sambutlah seranganku yang ketiga  ini…. "

Soh jut-cian-kun atau Menyapu-bersih-ribuan tentara, demikian jurus ruyung yang ditaburkan oleh Pengemis-gemuk dalam serangannya yang ketiga itu. Sembilan benda berbentuk kepala setan berhamburan menabur ke arah siorang desa, Kesembilan senjata aneh itupun menghamburkan suatu bunyi aneh macam setan bersuit tajam sekali.

Orang desa itupun segera memutar pedangnya dalam ilmu pedang Boan-thian-hong-u atau Hujan-angin-mencengkam- angkasa, Segera ujung pedang Naga hijau dari orang desa itupun berhamburan laksana titik2 hujan yang mencurah dari langit. Hanya titik2 sinar pedang itu tidak mencurah ke bumi melainkan mencurah kearah taburan ruyung kepala-setan dari sembilan penjuru.

Tring, tring, tring ...

"Saudara, awas senjata rahasia ... !" tiba2 sesosok tubuh melayang keatas panggung.

Tetapi tokoh2 diatas panggung itu tak sempat melihat pendatang itu karena saat itu mereka terkejut mendengar siorang desa terhuyung dua tiga langkah sambil mendekap tangan kanannya. Dan lebih terkejut pula mereka ketika melihat Pengemis gemuk Auyang Hok tegak kesima dan ruyung nya terlepas jatuh ketanah .....

Adalah Pengemis sakti Hoa Sin yang lebih dahulu menyadari apa yang telah terjadi. Cepat ia memburu siorang desa dan menegurnya: "Saudara apakah engkau terluka ?"

Orang desa itu pucat wajahnya.

"Ya," ia mengangguk "dia curang menggunakan jarum beracun"

Habis berkata orang itu terus mencabut sebatang jarum yang halusnya seperti bulu roma. "Kepala setan dari ruyungnya itu telah menyemburkan ratusan jarum racun begini," katanya pula.

"Kalau begitu saudara tentu terkena banyak sekali ?" Hoa Sin bertanya cemas.

"Untung aku sudah berjaga-jaga sebelumnya dan hanya terkena sebatang ini" sahut orang desa itu.

Hoa Sin segera mengeluarkan botol obat, menuang beberapa butir pil merah dan diberikan kepada orang desa itu

: "Minumlah pil penolak seribu racun ini . , . "

"Terima kasih." sahut siorang desa 'aku membekal obat juga"

Ia segera mengeluarkan sebungkus pil lalu dituang kedalam mulut.

Dalam pada itu Hoa Sinpun berpaling ke arah Pengemis gemuk Auyang Hok. Ia hendak menegurnya atas tindakannya yang begitu memalukan. Tetapi pandang matanya tertumbuk akan kehadiran seorang tua berpakaian serba putih di atas panggung itu, Dan teringatlah ia akan seruan memberi peringatan kepada orang desa tadi.

"Adakah lo-jin-ke yang memberi peringatan kepada saudara itu tadi ?" tanyanya kepada orang tua itu. Lo-jin-ke sebutan untuk menghormat siorang tua.

Orangtua itu mengiakan kemudian menegur pengemis- gemuk Auyang Hok : "Tidak selayaknya kalau engkau sebagai salah seorang ketua Kay-pang bertindak begitu curang terhadap seorang lawan?"

Pat-pi-sin-git Oh Sun dan Pengemis-kaki-satu Hong Lui terkejut ketika melihat peristiwa itu. Keduanya mengira sutenya itu (Auyang Hok) tentu akan marah dan meminta pertanggungan jawab kepada orangtua yang lancang naik keatas panggung. Tetapi diluar dugaan Auyang Hok diam saja. Matanya mendelik kepada orang tua itu tetapi tak mengucap sepatah katapun juga.

Pat pi-sin-git Oh Sun dan Kaki satu Hong Lui terkejut heran. Tetapi setelah memandang dengan seksama kepada sutenya itu, cepat Pat-pi-sin iit Oh Sun tahu apa yang telah terjadi pada diri jitenya itu. Cepat ia menghampiri Auyang Hok.

Dalam pada itu Kaki-satu Hong Luipun mengetahui juga apa yang diderita Auyang Hok. Karena Oh Sun sudah memberi pertolongan maka ia maju menghampiri orangtua yang datang itu "Siapa engkau ?" bentaknya dengan geram.

"Namaku ?" ulang orang tua itu. "ah, engkau tentu muak mendengarnya"

"Lekas katakan !" Hong Lui makin marah.

"Karena engkau minta sendiri, baiklah, "kata orang tua itu, "dengarkan :

"Datang tiada terduga, Pergi tiada berbekas Tiada bayangan tapi ada,

Ada tetapi tanpa bayangan.

"Bu ing-kui!" serentak Hong Lui berseru kaget. Bu ing-kui artinya Setan-tanpa-bayangan.

"Bukan!" balas orang tua itu. "aku bukan setan tanpa bayangan"

Belum hilang kaget Hong Lui iapun sudah tersambar kaget lagi ketika mendengar jawaban orang tua itu. "Didunia persilatan tiada orang yang menggunakan nama Bu ing kecuali Bu-ing-kui !" serunya kemudian.

"Siapa bilang ?" sahut orang tua itu. "aku inilah orangnya.

Dan aku bukan setan melainkan orang !"

"Bu Ing lojin" tiba2 Hoa Sin berteriak kaget. Ia serentak teringat akan cerita Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay dalam laporannya di Wisma Perdamaian yang lalu.

Orangtua itu berpaling memandang Hoa Sin tak berkata apa2.

Kaki-satu Hong Lui terkejut, Memang ia pernah mendengar bahwa pada waktu akhir2 ini didunia persilatan telah muncul pula seorang kakek aneh yang memakai nama Bu Ing lojin.

Namun karena sudah terlanjur menegur, tokoh kedua dari Kay-pang selatan itu tak mau mundur.

"Mengapa engkau mencampuri urusan ini ?" serunya. Kakek itu tertawa hambar, "Urusan siapakah ini ?" "Partai Kay-pang !”

"Tidak," sahut kakek itu, "dalam soal pemilihan ketua, memang urusan kaum Kay-pang. Orang luar tak berhak mencampuri, tetapi orang yang dicelakai kawanmu tadi, bukan orang Kaypang. Karena itu setiap orang yang memiliki hati keadilan tentu akan ikut campur" .

"Engkaupun mencelakai suteku, jangan menepuk dada sebagai orang baik" teriak Hong Lui,

"Hmm" dengus kakek itu; "sutemu curang lalu menderita kecurangan dari orang lain. Bukankah itu sudah adil? Mengapa engkau masih penasaran?.” "Engkau tahu mengapa suteku menyerang oning itu ?" seru Hong Lui makin ngotot.

"Ya, soal pedang pusaka Naga-hijau itu"

"Itu milik ketua Kay-pang yang terdahulu, Han-jiat-sin-kay Suma Kiam. Seharusnya kembali pada Kay-pang"

Kakek itu mendengus pula: "Dalam soal itu harus dipisahkan antara milik peribadi dan milik perkumpulan. Kalau pedang itu milik Suma Kiam pribadi, dia berhak memberikan kepada lain orang. Tetapi kalau pedang itu milik partai Kay- pang, dia harus mengembalikan kepada Kaypang"

"Han-jiat-sin-kay Suma Kiam adalah ketua Kay pang, Segala yang dilakukan adalah sebagai ketua Kay-pang bukan sebagai peribadi Suma Kiam" seru Kaki satu Hong Lui.

Belum Bu Ing lojin menjawab, tiba2 Pat-pi sin-git Oh Sun menghampiri dan berkata: "Bu Ing lojin. adakah engkau benar2 hendak menghina partai Kay-pang ?"

"O, sama sekali aku tak mengandung maksud begitu Oh pangcu" kata Bu Ing lojin.

"Tetapi mengapa lojin ikut campur dalam urusan disini ?" desak Oh Sun.

Bu Ing lojin menerangkan : "Kebetulan aku sedang lewat di gunung ini dan iseng2 akupun menonton rapat besar partai Kay-pang yang hendak mengadakan pemilihan ketua baru. Kay-pang termasuk partai persilatan yang ternama dan berpengaruh dalam dunia persilatan. Sudah tentu pergantian ketua partai itu, menarik perhatian kaum persilatan pada umumnya. Ketua adalah pimpinan partai. Bagaimana ketuanya bagaimana pendirian partai itu. Dan hal itu sudah tentu mempunyai pengaruh langsung pada dunia persilatan" "Dan karena itu maka lojin merasa berhak untuk ikut campur urusan yang terjadi di panggung pemilihan ketua ini dan berhak pula menutuk jalandarah suteku itu ?" tukas ketua Kaypang itu tajam2.

"Jangan salah paham" kata Bu Ing lojin, “terpaksa kulepaskan ilmu menutuk dari jarak jauh untuk menghentikan tindakannya hendak membunuh orang itu"

Bu Ing lojin melirik kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok yang saat itu masih tegak diam.

"Bukankah pangcu sudah membuka jalandarahnya" tanya kepada Oh Sun.

Merah muka ketua Kay pang demi mendengar pertanyaan itu. Karena betapapun ia hendak membuka jalandarah sutenya, namun tak mampu. Diam2 ia terkejut menyaksikan ilmu tutuk Bu Ing lojin yang luar biasa anehnya itu.

"Nah, dia sudah bergerak lagi." kata Bu Ing lojin sembari menuding kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok

Selama tertutuk jalandarahnya, mata dan telinga Auyang Hok masih dapat melihat dan mendengar apa yang dibicarakan Bu Ing lojin dengan kedua toakonya. Maka begitu dapat bergerak. Auyang Hok terus merogoh kedalam baju, maju, menghampiri Bu Ing lojin dan .....

"Setan tua, enyahlah engkau !" serunya menampar.

"Aii, jangan mengusir begitu kasar, bung !" Bu Ing lojin balas berseru dan mengibaskan tangannya macam orang menghalau nyamuk.

Dan tahu2 Pengemis gemuk Auyang Hok itupun loncat kesamping. Memang sepintas gerakan kedua orang itu mirip dengan orang mengusir dan yang satu menolak, tetapi bagi tokoh2 Kay-pang yang berada diatas panggung lui tay itu, tahu apa yang sebenarnya telah berlangsung.

Ternyata Pengemis-gemuk telah menaburkan segenggam jarum Soh-hun-mo ciam atau Jarum rambut-pencabut-nyawa. Jarum beracun ganas yang sehalus rambut.

Jarum yang begitu halus dan ditaburkan sedemikian cepatnya, sudah tentu mata orang takdapat melihatnya. Jarum itu lemas, terbuat daripda emas murni. Hanya orang yang memiliki tenaga dalam tinggi, barulah dapat menaburkannya.

Tetapi Pengemis-gemuk Auyang Hok belum tahu siapa Bu Ing lojin itu. Kakek tua yang sudah hampir mencapai umur seratus tahun tetap wajahnya masih segar itu, memiliki tenaga-dalam Bu-kek-sin-kang yang sakti. Ia sudah menguasai tenaga dalam itu sehingga dari jarak beberapa tombak ia dapat melancarkannya kepada lawan.

Curahan hujan jarum halus itu bagaikan awan yang terhembus angin, berhamburan jatuh kesamping. Bahkan Bu kek-sin-kang itu masih mempunyai daya kekuatan untuk melanda Pengemis gemuk Auyang Hok sehingga itulah sebabnya maka pengemis gemuk itu harus menghindar kesamping.

Pat-pi-sin-git Oh Sun menyadari akan kelihayan kakek itu. Buru2 ia mencegah sutenya : "Auyang ngote sudahlah. Biar kuselesaikan urusan ini"

Kemudian, ketua Kay-pang itu berpaling arah kepada Bu Ing lojin, katanya: "Bagaimana maksud lojin sekarang ? Apakah lojin hendak memperpanjang urusan ini ?" "Sama sekali tidak," kata Bu Ing lojin tertawa "asal pangcupun membebaskan orang itu supaya pergi tanpa diganggu"

"Tidak semudah itu," tiba2 Kaki-satu Hong Lui menyelutuk, "asal dia mau mengembalikan pedang Naga-hijau kami tentu akan melepaskannya dengan hormat."

Pat pi sin-git Oh Sun seorang yang cerdik dan licin. Ia cepat dapat menguasai setiap situasi dan kondisi.

'Jite", serunya kepada Kaki-satu Hong Lui, "baiklah kita jangan mengungkat soal ini agar kita segera dapat menyelesaikan persoalan pemilihan ketua ini."

Kaki-satu Hong Lui terkejut. Tetapi ketika ia memandang wajah toakonya, tahulah kalau ucapan toakonya itu mengandung maksud tersembunyi.

"Baik, terserah pada toako," sahut Hong Lui.

"Baiklah" kata Oh Sun kepada Bu Ing lojin "karena lojin yang meminta maka kamipun dengan senang hati akan meluluskan"

"Pangcu, walaupun lojin telah memintakan kebebasanku, aku tetap tak mau pergi dari panggung ini" tiba2 orang desa itu berbangkit dari semedhinya dan berseru nyaring. Dari nada suaranya jelas kalau tenaga-dalamnya sudah pulih kembali.

Diam2 tokoh2 Kay-pang utara itu terkejut. Jarum beracun yang tersimpan dalam kepala-setan senjata ruyung Pengemis- gemuk Auyang Hok. bukan olah2 ganasnya. Mengapa dalam waktu yang singkat, orang itu sudah sembuh dari lukanya?

"Hm. apa maksudmu ?" tegur Oh Sun.

"Soal pedang pusaka Naga hijau sudah selesai. walaupun untuk sementara" kata orang desa itu setengah menyindir, "tetapi masih ada soal Iain lagi yang belum. Yalah mengenai palsu atau aselinya lencana partai Kay-pang tadi. Bukankah untuk itu aku sudah merelakan jiwaku ?"

Pat-pi sin-git Oh Sun terkesiap.

"Jadi engkau masih hendak menyelesaikah soal itu ?" taryanya menegas.

"Soal itu sudah terlanjur diketahui seluruh hadirin. Baik dari kaum Kay-pang sendiri, maupun dari tokoh2 persilatan yang datang kesini. Tidak kah kita akan ditertawakan apabila hal itu kita simpan atau bekukan ?" sahut orang desa itu,

"Bagus, bagus." seru Bu Ing lojin memuji, "engkau sungguh seorang ksatrya yang bertanggung jawab. Nyata bukan didesa atau dikota tempatnya bukan kaya atau miskin keadaannya, bukan pula tinggi rendahnya pangkat atau kedudukan penilaiannya. Bukan keturunan jago silat atau orang biasa yang menentukan peribadinya. Jiwa ksatrya tumbuh di mana2 dan dalam keadaan apa saja"

"Terima kasih lojin." seru orang desa itu. "tidakkah lojin akan memaksa aku harus pergi dari sini lagi ?"

"Tidak bung" seru Bu Ing lojin "silahkan engkau membereskan persoalan yang engkau anggap belum selesai itu sepuas-puasmu"

Kini perhatian orang kembali pada persoalan lencana Kay- pang-ou-kim-pay lagi.

"Apa yang harus diselesaikan lagi ?" tanya Pat-pi-sin-git Oh Sun kepada dang desa itu, "bukankah jelas bahwa lencana Ou-kim-pay itu memang aseli? Memang tadi dapat engkau papas rompang karena engkau menggunakan pedang pusaka yang luar biasa tajamnya. Tetapi dapatkah engkau melakukan hal itu dengan senjata biasa ?"

"Berikan aku sebatang pedang biasa." kata orang desa itu "dan aku tentu dapat membuktikannya."

Pat-pi-sin-git Oh Sun memberi perintah kepada Auyang Hok supaya meminjam pedang dari seorang anakbuah Kay-pang.

Setelah menerima pedang maka Oh Sun lalu menyerahkan kepada siorang desa : “Silahkan, inilah pedang yang engkau minta"

Belum orang desa itu menerima, tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sin maju : "Pangcu, harap berikan pedang itu kepadaku. Akulah yang akan menguji lencana itu"

Orang desa itu terkesiap.

"Mengapa harus engkau ?" tegur Oh Sun.

"Hoa Sin adalah anggauta Kay-pang bahkan diangkat juga sebagai ketua Kay-pang selatan. Dan lencana itu adalah lencana lambang kebesaran partai Kay pang, Apabila aku, Hoa Sin, yang memapas kutung, nama baik Kay-pang tidaklah sampai tercemar. Tetapi kalau orang luar yang melakukannya, Kay-pang tentu akan menjadi bahan ejekan kaum persilatan"

Orang desa itu kerutkan alis.

"Bung, jangan kecewa," seru Bu Ing lojin kepada orang desa itu, "memang demikianlah adat kaum persilatan yang masih kemati-matian menjungjung gengsi partainya. Apakah engkau juga menjadi anggauta salah sebuah partai persilatan

?"

"Aku?" orang desa itu mengulang, "ah, aku hanya seorang desa. Mana layak diterima menjadi anggota partai persilatan yang manapun juga?" "Bagus." seru Bu Ing lojin tertawa, "kalau begitu masuklah kedalam partai perguruanku saja”.

Sekalian orang terkejut mendengar Bu Ing lojin itu mempunyai partai perguruan.

"O, lojin juga anggauta partai persilatan ? Apakah nama partai persilatan lojin itu?" rupanya tertarik juga perhatian orang desa itu kepada ucapan Bu Ing lojin.

"Bu tong- pay ... "

"Astaga, lojin dari partai Bu-tong-pay ?" teriak orang desa itu terkejut.

Pun sekalian tokoh2 pimpinan Kay-pang utara maupun selatan terbelalak kejut.

"Benar, bung"

'Eh, bukankah ketua Bu-tong-pay itu seorang imam bermuka merah yang disebut Ang Bin tojin ? Apakah lojin ini juga seorang imam ?" seru orang desa itu makin terangsang.

"Benar, memang partai Bu-tong-pay itu ketuanya Ang Bin tojin siimam muka merah" kata lu Ing lojin tertawa, "tetapi partai Bu tong-pay yang kuanut ini, tiada ketuanya"

Pengemis-sakti Hoa Sin terkenal seorang tokoh yang gemar berolok-olok. Tetapi pada saat mendengar kata2 Bu Ing lojin itu, benar2 ia kebinlgungan.

"Lojin, adakah Bu-tong pay itu berjumlah dua?" akhirnya ia tak dapat menahan keheranannya lagi.

"Ya, memang ada dua"

"Bu-tong pay yang diketuai Ang Bin toj itu markasnya digunung Bu-tong-san," kata Hoa Sin "lalu Bu-tong-pay yang lojin ketuai itu dimana markasnya ?" "Salah ucapanmu itu," sanggah Bu Ing lojin, "Bu-tong pay yang kukatakan itu tiada ketuanja. Setiap orang yang suka, dapat menjadi anggauta bahkan dapat pula merasa dirinya sebagai ketua.

"Ah, harap lojin jangan berolok-olok ... berkata sampai disini, mendadak Hoa Sin berhenti dan tiba2 pula ia berseru tertawa : "Benar, benar, memang Bu tong-pay yang lojin maksudkan itu terdapat di mana2 dan tiada ketuanya, ha. Ha..”

Tokoh2 Kay-pang utara tercengang. Bahkan tokoh2 Kay- pang selatan sendiri juga heran dan bingung mendengar kata2 Pengemis-sakti Hoa Sin.

"Engkau sudah mengerti ? Ah, sungguh cerdas sekali otakmu" seru Bu Ing lojin, "tetapi karena muka kawan kawanmu itu masih mengerut heran, cobalah engkau jelaskan apakah Bu-tong-pay yang kumaksudkan itu "

"Bu-tong-pay yang lojin maksudkan itu adalah berarti Partai Tak berpartai Bu artinya tiada, Tong artinya partai dan Pay artinya perkumpulan atau partai persilatan. Benar atau tidak lojin ?"

"Ha, ha, baru kali ini aku bertemu dengan orang yang dapat menangkap isi hatiku, "Bu Ing lojin tertawa.

"Lojin" kata Pengemis-sakti Hoa Sin "aku hendak membetulkan ucapanmu tadi bahwa orang persilatan selalu mengutamakan soal gengsi. Memang pada umumnya benar demikian. Tetapi aku pengemis-Hoa Sin merasa tak memiliki perasaan begitu. Sudah sejak lama Hoa Sin tak memikirkan soal gengsi"

"Bukankah engkau ketua Kay-pang selatan ?” tegur Bu Ing lojin. "Ya, karena menyetujui pendirian dan tujuan Kay-pang" sahut Hoa Sin.

"Apakah itu bukan soal gengsi ? Bukankah seorang ketua partai persilatan itu harus memiliki gengsi ?"

"Kita harus dapat memisahkan antara jabatan dan peribadi. Karena partai Kay pang mempunyai peraturan2 tertentu maka sebagai ketua aku 'menjalankan semua hal yang sesuai dengan peraturan itu. Tetapi aku Hoa Sin, peribadi bukan manusia yang mengutamakan hal itu. Karena gengsi atau tidak gengsi. Hoa Sin itu tetap seorang pengemis ..."

"Orang yang mengikatkan diri kepada sesuatu peraturan, akan terikat pada gengsi. Tidaklah sama dengan diriku, yang bebas laksana burung terbang di udara" kata Bu Ing lojin.

"Jika semua burung terbang di udara, lalu bukankah hutan akan kosong dengan penghuni bangsa burung? Bukankah tidak semua burung akan terbang melayang layang diudara saja. Ada pula yang tinggal dibumi ?"

Bu Ing Lojin terkesiap.

"Di udara raya bebas lepas, tiada peraturannya. Tetapi dibumi walaupun didalam hutan tetap mempunyai peraturan tertentu. Bahkan bukankah kita mendengar perihal hukum rimba ? Siapa kuat menang, siapa lemah kalah. Berdasarkan keadaan itulah maka mahluk2 dalam hutan itu berkelompok dan membentuk himpunan jenisnya. Untuk menjaga diri dan menyelamatkan hutan dari bencana pembunuhan. Aku masuk kedalam Kay pang karena menganggap bahwa masih banyak hal2 didunia ini yang ganjil dan tidak adil ... ".

"Adil ? Kalau adil, masakan tikus takut kepada kucing?" seru Bu Ing lojin. Karena merasa dirinya tak dihiraukan oleh kedua orang itu maka Pat pi-sin git Oh Sun berseru menukas : "Hai, harap kalian berdua ingat pada tempat ini. Panggung luitay didirikan karena hendak mengadakan pemilihan ketua Kay-pang Dan pemilihan itu harus berjalan langsung, tak boleh membicarakan hal2 yang tiada kepentingannya dengan tujuan lui tay ini"

"Baiklah, pangcu" sahut Hoa Sin.

Karena di atas panggung itu hadir juga Bu Ing lojin, Oh Sunpun tak berani berayal lagi. Ia meletakkan lencana Ou- kim-pay dilantai panggung.

Pengemis Hoa Sinpun segera bersiap-siap. Setelah mengerahkan tenaga-dalam ke tangan kanan, segera ia mengayunkannya.

Tring ...

Terdengar dering lengking yang dahsyat. Pedang kutung dua tetapi Oh-kim-paypun terpapas ujung bawahnya.

"Palsu!" serentak orang desa berteriak.

"Ngaco" bentak Pat pi sin git Oh Sun.

Hoa Sin pejamkan mata. Rupanya ia telah memancarkan tenaga- dalam keliwat banyak hingga amat letih. Habis berkata orang desa itu terus maju hendak menjemput lencana yang ujungnya kutung itu Tetapi secepat itu Kaki-satu Hong Lui, membentaknya : "Jangan menyentuhnya!"

Orang desa itu terbeliak, memandang dan batanya : "Mengapa ?"

"Itu lencana partai Kay pang, orang luar tak boleh sembarangan menyentuhnya !"

Tiba2 orang desa itu tertawa : "Ha. ha ... " "Mengapa engkau tertawa !" bentak Hong Lui pula.

“Aku tertawa karena geli melihat orang yang masih mati- matian memegang gengsi pada hal gengsi itu jauh tak berada padanya"

"Jangan bicara sembarangan !" Hong Lui yang sejak tadi belum sempat melampiaskan kemarahannya kepada orang desa itu, kini mulai cari gara2.

"Aku bicara menurut kenyataan, bukan bicara ngelantur" kata orang desa itu. "jelas lencana yang telah kutung itu, terbuat dari pada logam baja hitam. Dan sekali kali bukan dari batu bintang. Sekalipun engkau melarang aku menyentuhnya tetapi hal itu tak mengurangi kenyataan dari keadaan lencana itu"

“Bagaimana engkau dapat mengatakan lencana itu terbuat dari besi baja hitam ?"

"Tidakkah engkau mendengar dering suara yang melengking tajam ketika pedang beradu dengan lencana ? Nah, hanya logam yang dapat mengeluarkan bunyi yang sedemikian melengking tinggi. Bahan batu tidak dapat"

"Benar", seru Bu Ing lojin "memang bedalah bunyi lengking yang berasal dari lencana itu.” Seketika pucatlah wajah Pat-pi-sin-git Oh Sun Ia benar2 kehilangan paham untuk mengatasi persoalan itu. Dan benar2 ia tak mengerti mengapa lencana Ou-kim-kiam yang tak pernah berpisah dari tubuhnya, mengapa telah berganti dengan lencana palsu ?

"Oh pangcu" sesaat kemudian berserulah Hoa Sin kepada Oh Sun "sudah hampir sembilan tahun lamanya pangcu menyimpan lencana Kaypang. Bagaimana pangcu tak tahu kalau lencana itu palsu ?"

Pat pi-sin-git Oh Sun tertegun tetapi sesaat kemudian ia melantang jawaban. "Lencana itu dahulu kami terima dari Kit Wan leng pangcu ketua dari Kay-pang selatan. Aku sendiripun tak jelas bagaimana ujud dan bahan lencana itu. Bahwa sekarang lencana itu ternyata palsu, tuntutan harus ditujukan pada Kit Wan-leng. Karena jelas selama sembilan tahun menjabat pangcu, lencana itu tak pernah terpisah dari badanku."

Mendengar itu marahlah Hoa Sin : "Kit pang cu, seorang ksatrya yang berjiwa luhur. Adalah demi menjaga keutuhan partai Kay-pang maka berulang kali ia mengalah. Tak mungkin ia mengandung pikiran untuk memalsu lencana partai!"

Pengemis-kantong nasi Su Sin, Pengemis-kebal-mabuk Ko Cay. Pengemis-sinting Ma Kim tong dan Pengemis-doyan tidur Li Pit-seng tegang wajahnya. Tokoh2 Kay-pang selatan itu gusar karena nama baik Kit Wan leng, ketua yang mereka hormati, disinggung singgung.

"Kit pangcu hanya tiga tahun menjabat sebagai ketua partai sedang Oh pangcu hampir sembilan tahun. Sudah tentu Oh pangcu lebih banyak mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan apa saja dengan lencana itu” seru Pengemis-kantong-nasi Su Sin. "Hm, apakah engkau menrduh Oh toako yang melakukan pemalsuan," seru Pengemis kaki satu liong Lui dengan bengis.

"Hong thancu," Pengemis-sakti Hoa Sin cepat mendahului Su Sin, “yang menerima lencana Kaypang-kim-leng pay yalah Kit Wan-leng pangcu dan lalu Oh pangcu.. Kalau ternyata lencaya itu palsu, bukankah sudah layak kalau orang menumpahkan pertanyaan dan dugaan kepada kedua pangcu itu? Apakah kalau kami meminta pertanggungan jawab dari Kit pangcu, engkau maksudkan kami menuduhnya ?"

Oh Sunpun cepat menyelamatkan muka Hong Lui dari desakan pertanyaan Hoa Sm, serunya : "Memang boleh saja kalian bertanya hal itu kepadaku dan jawabanku yalah seperti tadi."

"Oh pangcu, jelas Kit Wan-leng pangcu sudah bertahun tahun menghilang tanpa bekas. Yang ada sekarang itu hanya pangcu sendiri. Bagaimana pangcu hendak menyelesaikan persoalan ini ?" tanya Pengemis sakti Hoa Sin.

"Saudara, karena mereka hendak membicarakan urusan partai, marilah kita pergi," tiba2 Bu Ing lojin berseru kepada si orang desa bahkan ia terus melayang turun ke bawah panggung. Orang desa itupun cepat menyusul turun.

Ketiga tokoh Kay-pang utara sedang tegang menghadapi pertanyaan Hoa Sm. Dan gerakan keua orang itu cepat sekali sehingga mereka tak sempat mencegah lagi.

Pat-pi-sin-git Oh Sun kerutkan dahi. Setelah menghapus rencana untuk mengejar orang desa itu, ia lalu memberi jawaban kepada Hoa Sin.

"Betapapun sukar dan berbahaya, namun kita harus mencari hilangnya lencana Ou-kim pay itu. Dalam rangka itu diri Kit pangcu, pun merupakan tugas penting untuk mencarinya. Karena pada dirinyalah kita mungkin akan menemukan jawabannya" katanya.

Hoa Sin mengangguk,

"Dalam mencari lencana partai Kay-pang, seluruh anakbuah Kay-pang dari lapisan bawah sampai pimpinan atas, wajib harus mencari lencana itu. Akan kukerahkan seluruh anakbuah Kaypang wilayah selatan untuk mencarinya"

"Baiklah, pangcu" kata Oh Sun "akupun juga akan memerintahkan seluruh anakbuah Kay pang utara untuk mencari pusaka itu"

"Ya, tetapi bagaimana dengan kedudukan kita selama ini ?" tanya Hoa Sin.

"Bagaimana maksud pangcu ?"

"Selama lencana yang aseli belum diketemukan, sudah tentu Lambang kekuasaan tertinggi dari partai Kay pang tak dapat dilaksanakan. Seiring dengan itu, saat ini seharusnya kedudukan pang-cu harus diadakan pemilihan lagi. Jadi pada saat dan detik ini Kay pang belum mempunyai cong-pangcu atau ketua umum"

"Seharusnya selama ketua baru belum dapat dipilih maka ketua lamalah yang akan melanjutkan jabatan itu," sanggah Pengemis-kaki-satu Hong Lui.

"Tidak !" sahut Hoa Sin, "tak dapat dilaksanakannya pemilihan ketua ini karena hilangnya lencana Kay-pang-ou- kim-pay yang aseli oleh karena itu selama lencana partai kita itu belum ketemu maka kedudukan ketua umum belum dapat diresmikan"

"Lalu bagaimana dengan maksud Hoa pangcu?" tanya Oh Sun. "Saat ini yang paling tepat yalah suatu pejabat ketua pada kedua belah pihak. Kay-pang selatan seorang pejabat ketua. Kay pang utara juga seorang pejabat ketua. Dalam menentukan keputusan penting yang menyangkut kepentingan Kay-pang harus diadakan rapat bersama. Karena di antara kedua pejabat ketua itu, samalah kedudukannya".

"Adakah pejabat ketua itu harus dipilih lagi” tanya Oh Sun.

Belum Hoa Sin menjawab, pengemis Kaki-satu Hong Lui sudah mendahului : "Kurasa tidak perlu, Pertama kita menghemat waktu, lebih penting segera mencari jejak lencana Ou-kim-pay dari pada sibuk2 memilih pejabat ketua. Kedua, toh sama saja artinya. Kami, warga Kay pang utara tetap memilih Oh toako sebagai ketua"

"Dan kamipun tetap memilih Hoa toako sebagai pimpinan Kay-pang selatan" serempak ke empat tokoh Kay pang selatan itu berseru.

Demikian kehebohan diatas arena panggung pemilihan itu telah berakhir tanpa kesudahan yang memuaskan. Hanya ada perobahan juga karena sekarang Kay pang selatan dan Kay- pang utara itu sejajar kedudukannya.

Tetapi yang menggemparkan yalah hilangnya lencana Kay pang-ou-kimpay. Hoa Sin tak dapat menuntut pada Oh Sun karena Oh Sun mempunyai alasan kuat bahwa lencana itu bermula diterimanya dari Kit Wan-leng. Dan selama Kit Wan leng belum diketemukan jejaknya, sukarlah untuk memadu keterangan kedua tokoh itu.

Demikian setelah pertemuan dibubarkan maka kedua belah pihak Kay-pang pulang ke daerah masing2. Dan sejak saat itu mulailah seluruh anak buah Kay pang yang tersebar luas di seluruh wilayah negeri, mencari dan menyelidiki lencana. yang hilang itu.

Sementara itu Hoa Sin dan Pang To-tikput segera melanjutkan perjalanan ke Thay-san.

Jika Kay-pang selatan telah pulang ke daerah selatan tanpa mengalami suatu peristiwa apa2 tidaklah demikian dengan Kay-pang utara.

Ketika Pat pi-sin-git Oh Sun hendak mengajak kedua sutenya, Pengemis-kaki-satu Hong Lu dan Pengemis-gemuk Auyang Hok pulang, tiba2 seorang anakbuah mereka datang menghadap memberi laporan yang mengejutkan.

"Pangcu," kata anakbuah itu. "To thancu dan Na thancu bertempur dengan orang desa tadi"

"Dimana ?" Oh Sun terkejut.

"Di sebuah bukit," kata anakbuah itu, "ketika orang desa itu turun dari panggung, dia terus hendak ngacir turun gunung. Tetapi To thancu dan Na thancu segera mengejarnya,"

"Lekas, tunjukkan tempat itu!" seru Oh Sun teraya mengajak kedua sutenya menyusul ke bukit itu.

Sebuah bukit yang sepi. Di atas sebuah dataran yang dikelilingi pohon, tampak tiga sosok tubuh sedang bertempur seru. Rombongan Oh Sun pun segera tiba ditempat itu.

Ternyata walaupun dikroyok dua. Iblis-tertawa To Hoan dan Katak-pemalas Na Kok-kong, namun dengan gagah perkasa orang desa itu telah mainkan pedangnya dengan gencar, sehingga kedua tokoh partai pengemis itu tak dapat berbuat apa2 bahkan malah tampak terdesak oleh lawan.

Setelah memperhatikan sinar pedang yang di gunakan orang desa itu jelas pedang pusaka Naga hijau maka berbisiklah Pengemis-kaki satu kepada Oh Sun : "Toako orang desa itu memang mencurigakan sekali. Mengatakan ia pernah bertemu dengan Suma cousu dan bahkan membawa pedang pusaka milik Suma Kiam cousu ya ?"

"Ya, memang mencurigakan sekali" sahut Oh Sun.

"Toako, kali ini kita tak boleh melepaskannya" kata Hong Lui, "pedang pusaka milik Sun couya itu harus kembali pada kita."

Oh Sun mengiakan.

"Heran mengapa orang itu memiliki ilmu pedang yang sedemikian hebatnya. Dan ada pula yang serupa dengan ilmupedang Suma cousu" kata Oh Sun.

"Mungkin Suma cousu telah mengajarkannja ilmu pedang" jawab Hong Lui.

"Bagaimana kedua sute kita itu ? Dapatkah mereka mengatasi orang itu ?" tanya Oh Sun.

"Jelas dengan memiliki pedang pusaka, orang itu seperti harimau tumbuh sayap. Rasanya kedua sute kita tentu sukar untuk menundukkannya, kecuali ... "

"Kecuali bagaimana ?"

"Kecuali kalau kita terjun ke dalam pertempuran, tentulah akan dapat lekas selesai," kati Hong Lui.

"Kita bertiga?" Oh Sun menegas.

"Rasanya tak perlu, cukup aku seorang saja” kata Hong Lui. "Ya. harap hati2, sute." pesan Oh Sun. Belum Hong Lui menjawab, tiba2 Pengemis-gemuk berseru

: "Biar aku saja, Coako. Tadi pertempuranku dengan dia masih belum selesai"

Habis berkata tanpa menunggu persetujuan Oh Sun Pengemis-gemuk itupun sudah loncat ke muka dan menerjang kedalam gelanggang: "Sam-ko, si-ko, harap minggir. Biarlah kulanjutkan lagi pertempuranku yang belum selesai tadi"

Tetapi kedua tokoh Kay-pang itu tak dapat melepaskan diri dari kurungan sinar pedang si orang desa. Melihat itu marahlah Pengemis gemuk Auyang Hok.

"Hai, orang desa, jangan jual tingkah di hadapanku !" teriaknya terus menerjang dengan golok..

Demikian segera berlangsung pertempuran yang ganjil. Seorang desa telah dikeroyok oleh tiga tokoh pimpinan Kay- pang. Adalah karena berkat pedang pusaka Naga-hijau maka dapatlah orang desa itu bertahan. Ketiga tokoh Kay pang itu jerih untuk beradu senjata. Dengan demikian serangan merekapun agak terpancang,

Setengah jam kemudian masih juga pertempuran itu tak memberi hasil. Pengemis-kaki-satu ? Hong Lui menggeram.

"Minggirlah para sute !" teriak seraya loncat melambung keudara dan melayang turun ke arah orang desa. Ujung tongkatnya dihantamkan ke arah ubun2 kepala siorang desa.

Saat itu orang desa tengah menyambut tusukan pedang Pergemis iblis tertawa To Koan dan menghindari babatan golok dari Pengemis- katai pemalas Na Kok-kong, bahkan harus memperhatikan tusukan kearah lambung yang dilancarkan Pengemis gemuk Auyang Hok. Dan saat itu ubun2 kepalanya akan dihajar oleh tongkat Peugemis-kaki-satu Hong Lui. Dengan kerahkan seluruh tenaga, tiba2 orang itu menggembor sekuat-kuatnya, memutar pedangnya bagai angin lesus yang dahsyat, sembari ber-putar2 tubuh ia menggelincir keluar dari kepungan.

Terkejutlah keempat tokoh Kay-pang utara itu. Mereka adalah tokoh2 yang tergolong jago kelas satu dalam dunia persilatan. Berempat melancarkan serangan kepada siorang desa, tetap orang desa itu dapat meloloskan diri.

Tepat pada saat orang desa itu berhenti dan tegak berdiri beberapa langkah jauhnya, bayangan Hong Luipun sudah menyambarnya pula. Ternyata tokoh kedua dari Kay-pang utara itu, walaupun kakinya tinggal satu tetapi dia bahkan memiliki suatu ilmu permainan tongkat yang luar biasa.

Tanpa turun ke tanah, begitu menukik ke bawah, ia tusukkan ujung tongkat kebumi lalu dengan pinjam tenaga tusukan itu, tubuhnya berayun pula ke udara dan melayang kearah lawan.

Orang desa itu terkejut dan kagum menyaksikan permainan ilmu gin-kang (meringankan tubuh) yang sedemikian hebatnya. Namun ia tak dapat diam merenung karena saat itu ujung tongkat Hong Lui pun sudah mengancam mukanya.

“Tring ...”

Cepat orang itu membabat dengan pedang pusaka Naga- hijau tetapi tongkat Hong Lui seperti baja kerasnya. Bahkan yang mengherankan, ujung tongkat itu seperti memancarkan serangkum hawa keras yang menyiak pedang siorang desa.

Orang desa itu terkejut. Jelas Pengemis-kaki-satu telah menyalurkan tenaga-dalamnya yang hebat ke batang tongkat, Hingga kesaktian pedang pusaka Naga Hijau dapat tertahan. "Uh . , " orang desa itu mendesah ketika ujung pedang tetap meluncur ke dadanya, Secepat kilat ia enjot tubuhnya mencelat ke belakang sampai beberapa langkah.

Tetapi astaga ..... tanpa turun ketanah. dengan tusukkan ujung tongkat ke bumi, Pengemis-kaki-satu itupun melambung pula ke udara dan meluncur membayangi ketempat siorang desa.

Dicobanya sekali lagi untuk menabas dengan pedang pusaka, namun tetap tak berhasil, Dan ujung tongkat Pengemis-kaki-buntung itu tetap mengancam dadanya.

"Ah, masakan dia mampu terus menerus melayang diudara" pikir orang desa itu. Dan iapun lalu menghindar kelain tempat lagi.

Memang tepat seperti yang diperhitungkan orang desa itu. Setelah lima enam kali melayang- layang di udara, tampak gerakan Hong Lui agak berkurang dahsyat.

Dan pada lain saat, Pengemis kaki-satu itu pun melayang turun ketanah. Dan secepat kilat tubuh pengemis kaki satu itu berputar-putar deras maju menerjang.

Kembali orang desa itu heran menyaksikan ilmu permainan yang aneh dari pengemis satu itu.

Karena belum pernah menyaksikan ia tak berani gegabah menyambut dan melainkan loncat menghindar.

Demikian untuk yang kedua kalinya, terjadilah kejar mengejar seperti tadi. Hanya bedanya kalau tadi berlangsung di udara dengan darat, sekarang kedua-duanya berada di atas tanah.

Memang sesungguhnya kepandaian dari tokoh Kay-pang utara itu hebat semua. Adalah sampai tiga orang tak mampu merubuhkan seorang desa adalah karena orang itu menggunakan pedang pusaka Naga Hijau yang hebat.

Kelima tokoh Kay pang utara itu masing2 memiliki kepandaian isitimewa sendiri2 Pat-pi-sin-git Oh Sun. sesuai dengan arti gelarnya "Pengemis-sakti delapan-lengan", memang mempunyai ilmusilat tangan kosong yang istimewa.

Pat-hong-jiu atau Tangan-detapan-penjuru merupakan ilmusilat tangan kosong dari Oh Sun yang menyebabkan ia memperoleh gelaran sebagai Pat-pi-sin-git. Musuh seolah-olah diserang oleh delapan buah tangan dari delapan penjuru apabila menghadapinya.

Tok-kak-sin-git Hong Lui atau Pengemis-kaki satu, d'takuti lawan karena ilmunya bermain tongkat di udara. Ia telah melatih kehilangan sebuah kakinya itu dalam sebuah ilmu Ing- jiau-kang atau Cakar garuda yang hebat. Dia dapat melayang layang di udara dan menyambar lawan laksana burung garuda yang buas.

Kui-sian-sin-git atau Pengemis-iblis-tertawa To Hoan tokoh ketiga dari Kay-pang utara, memiliki tenaga-dalam yang tinggi. Dan tenaga-dalam itu ia salurkan pada suara tertawanya yang seram. Apabila ia mengeluarkan Kui sisuikang atau ilmu sakti Iblis tertawa, hati lawan seperti di sayat-sayat. Yang tidak tinggi tenaga dalamnya tentu putus urat2 jantungnya.

Tokoh keempat dari Kay pang utara yang telah berganti nama partai Jembel. yakni Na Kok-kong, memiliki ilmu tenaga sakti Ha-ma-kang atau Katak mendengkung yang luar biasa. Apabila mendengkung-dengkung seperti katak, maka lawan pasti akan rubuh.

Kemudian yang terakhir yalah Pengemis-gemuk Auyang Hok. Pengemis ini mahir dalam ilmu senjata beracun. Dia menciptakan sebuah senjata Kiu ciat-toh-hun pian atau Ruyung sembilan-ruas pencabut-nyawa dan membenam diri selama bertahun-tahun dalam ilmu bermain ruyung itu.

Rata2 kelima tokoh pimpinan Partai Jembel! itu memiliki tenaga-dalam yang tinggi. Mereka berwatak keras dan suka menang sendiri. Licin dan! kejam. Lebih cenderung dikatakan termasuk aliran hitam.

Diantara yang berwatak paling bengis dan kejam yalah si Pengemis-kaki-satu Hong Lui. Dia lebih ditakuti anakbuah partai Jembel daripada ketuanya. Pat-pi-sin-git Oh Sun.

Terhadap orang desa yang dapat bertahan akan serangannya tadi Kaki satu Hong Lui benar2 marah sekali, Tak mungkin ia mau memberinya ampun lagi.

Ia mempersatukan tubuh dengan tongkat dan menerjang lawan dengan beribu tutukan ujung tongkat. Dan tongkatnya itupun bukan sembarang tongkat melainkan sebuah tongkat yang terbuat dari bahan baja murni dari daerah Burma. Lemas, tetapi kerasnya bukan kepalang. Bahkan pedang pusaka sehebat pedang Naga hijaupun tak dapat memapasnya kutung.

Orang desa itu tampak agak terdesak. Ia lebih banyak bertahan dan menghindar daripada menyerang. Diam2 ia mengakui kelihayan ilmu tongkat dari pengemis kaki-satu itu.

Dalam suatu kesempatan orang desa itupun sempat menyelimpatkan pandang mata kesekeliling ia terkejut. Ternyata Pat pi sin-git Oh Sun dan pengemis gemuk Auyang Hokpun datang. Dengan demikian lengkaplah kelima pimpinan partai Jembel.

"Ahh!.. " diam2 orang desa itu mengeluh, tak mungkin hari ini aku lolos dari kematian. Mereka tentu akan merebut pedang pusaka ini, dan tentu akan membunuh aku karena berani membongkar rahasia dari lencana Ou-kim-pay yang palsu ... "

Tiba2 terlintas dalam benaknya akan suatu hal. Betapapun ia tak rela kalau pedang.pusaka itu jatuh ketangan mereka, Ia mendapat kesan bahwa tokoh2 Kay-pang utara itu bukan orang baik. Andaikata ia harus mati, pedang itu harus jangan sampai dapat dirampas mereka.

Demikian sambil menghindar ia terus mundur kearah sebuah hutan. Rencananya, begitu sudah tak dapat mempertahankan diri, ia hendak melemparkan pedang pusaka itu kedalam hutan.

Tetapi rupanya Kaki-satu Hong Lui mengetahui maksud orang. Didesaknya orang itu dengan serangan yang lebih gencar.

Orang desa terpaksa tak dapat mencari tempat yang diinginkan, Ia terpancang diatas sebuah karang, tak jauh dari lereng gunung,

"Hai, siapakah yang berkelahi itu ? Hai berhenti !" tiba2 terdengar suara orang berteriak nyaring.

Orang desa itu terkejut dan berpaling. Trang ... pedangnya terhantam tongkat. Karena perhatiannya sedang lengah dan hantaman tongkat kerasnya bukan kepalang, pedang itupun terlempar jatuh kebawah jalan.

"Mampuslah engkau!" bentak Kaki-satu Ho Lui seraya tutukan ujung tongkat ke dada orang desa. Orang itu terkejut dan cepat buang tubuhnya ke bawah.

Huh ... tahu2 tubuhnya telah disanggapi oleh seorang kakek tua. "Aduh... kurang ajar, berat juga ... turun” kakek itu terus membanting orang desa ke tanah. Namun orang desa itupun dapat berdiri dengan tegaknya.

Seiring dengan itu maka melayanglah tubuh Kaki-satu Hong Lui kebawah dan terus hendak menerjang si orang desa. Tetapi kakek tua itupun menghardiknya : "Setan buntung, jangan meliar!”

Dengan sekuat tenaga kakek itupun menghantam. Kaki- satu berjumpalitan di udara dan terpaksa melayang turun kebelakang.

Tepat pada saat Kaki-satu Hong Lui berdiri tegak maka datanglah keempat pimpinan partai Jembel yang lain.

"Ji-te, apakah engkau terluka ?" seru Pat-pi-sin git Oh Sun. "Hm, tidak apa2, toako," sahut Kaki-satu Hong Lui.

Kini perhatian kelima tokoh partai Jembel itu tercurah ke muka. Mereka terkejut heran melihat munculnya beberapa orang yang tak dikenal. Dua orang kakek dan dua orang pemuda, seekor anjing kuning, seekor kera hitam dan seekor burung rajawali.

Merekapun heran melihat wujudnya rombongan orang2 itu. Seorang kakek pendek berambut hitam. Seorang kakek bungkuk berambut putih. Seorang pemuda cakap dan seorang pemuda gundul. Sipemuda gundul tampak sedang mencekal pedang pusaka Naga-hijau dengan wajah terlongong-longong.

"Siapa kalian ini !" Pengemis gemuk Auyang Hok maju menghampiri dan menghardik.

Kiranya rombongan kakek dan pemuda itu yalah Blo'on, pemuda Liok, kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Blo’on telah bertemu kembali dengan ketiga ekor binatang

piaraannya.

Setelah tinggalkan 

lembah 

Melati, 

Blo'on dan

rombongannya melanjutkan perjalanan lagi. Dan  ketika melalui sebuah gunung, mereka melihat Kaki-satu sedang menyerang si orang desa dengan hebat. Kakek Lo Kun berteriak menghentikan pertempuran. Dan karena teriakan itu maka si orang desa terkejut, pedangnya sampai terhantam jatuh oleh pengemis kaki satu, Pedang itu melayang jatuh kebawah dan kebetulan jatuh didepan Blo'on, Blo'on lalu memungutnya.

Ketika Kaki satu Hong Lui hendak menerjang siorang desa, kakek Lo Kunlah yang menghantamnya,

Teguran Pengemis- gemuk Auyang Hok, dijawab oleh Blo'on

: "Engkau tanya aku ?" "Ya"

"Aku orang." sahut Blo'on.

"Kurang ajar" bentak Pengemis gemuk marah. "aku sudah tahu kalau engkau orang, bukan binatang, tetapi engkau tentu punya nama !"

“O, engkau tanya namaku ?" kata Blo'on, "dua rang kakek itu yalah kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Dan pemuda itu bernama Liok.”

Pengemis-gemuk deliki mata: "Dan engkau ?! "Aku tak punya nama !"

"Ho, jangan engkau berolok-olok didepanku!” kata Pengemis-gemuk Auyang Hok, "kalau aku sampai marah, gundulmu tentu kupecah." 'Eh, lagakmu seperti tuan besar. Masakan gundul orang hendak engkau pecah !" bentak Lo Kun "kalau engkau berani mengganggu kawanku itu, tentu kuajak adu jiwa"

"Maaf, siapakah tuan ini ?" tiba2 pemuda Liok berseru dengan nada lembut.

"Ho, anak kambing tentu tak kenal pada harimau" seru Pengemis gemuk Auyang Hok, "tahukah engkau bahwa dalam dunia persilatan terdapat sebuah partai yang disebut Kay pang

?"

"O Kay pang ?" ulang pemuda Liok, "sudah tentu tahu" "Pernah mendengar nama Pimpinan Kay-pang”.

"Tidak seluruhnya, hanya beberapa saja yang terkenal.

Antara lain Liok ci-sin-kay Hoa Sin"

"Hm, dia hanya ketua cabang Kay-pang selatan. Ketua yang sesungguhnya, bukan dia"

"Entah aku tak tahu"

"Lihatlah keempat orang di belakangku itu" kata Pengemis- gemuk Auyang Hok, "mereka adalah tokoh2 Kay-pang utara, ketua umum Kay-pang Pat-pi-sin-git Oh Sun, Tok-kak-sin-git Hong Lui Kui-gok-sin-git To Hoan dan Lan-ha-ma Na Kok Kong. Sedang aku ini, Poan-sin-gjt Auyang Hok"

'Aneh ... " tiba2 Blo'on menggumam.

"Mengapa aneh ?" seru Pengemis-gemuk Au yang Hok. "Pengemis itu orang yang miskin, tetapi mengapa engkau

malah berbadan gemuk seperti bola" seru Blo.on.

"Ha, ha. ha" kakek Lo Kun tertawa gembira “sebagai pemimpin, dia tentu menerima pemberian dari anakbuahnya yang berkeliaran mengemis di mana – mana, maka badannya begitu gemuk.”

Mendengar dirinya diejek begitu rupa, marahlah Pengemis- gemuk Auyang Hok. Segera ia menghantam seraya memaki : "Kakek gila, jangan kurang ajar kepada tuanmu . , "

"Kuning, hitam dan merah hajarlah dia !" seru Blo'on.

Anjing kuning, kera bulu hitam dan buni rajawali segera berhamburan menyerbu Pengemis gemuk Auyang Hok.

Pengemis-gemuk terkejut, Ia menarik pulang pukulannya untuk menghalau ketiga binatang. Tetapi ternyata kakek Lo Kun sudah terlanjur songsongkan kedua tangannya untuk menyambut pukulan Auyang Hok.

"Huh ... " Pengemis-gemuk Auyang Hok mendengus kejut ketika dadanya terlanda oleh gelombang angin yang keras sekali.

Ia terhuyung-huyung dua tiga langkah ke belakang ....

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar