Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 63 (Tamat)

”Didalam kenyataan, belum tentu kau memiliki kemampuan untuk berbuat demikian”

”Mengapa?”

”Sebab kau harus melewati mayatku sebelum berhasil mencapai apa yang diharapkan”

”Cu Siau-hong, kau anggap kemampuanmu itu benar benar dapat menghalangi usahaku?”

”Masih ada aku!” sela Kian Hui seng. Toa sianseng segera tertawa dingin.

”Heeeh..heeeh..heeeh..kau, huuuh, kau tidak lebih cuma sinar dari kunang-kunang, berani amat beradu cahaya dengan rembulan”

”Toa sianseng, masih ada aku” seru Bun Hong tiba-tiba. Yu   losam   mendehem   pelan   kemudian menimbrung,

”Toa sianseng, sekarang apakah kau bersedia melepaskan

topeng kulit manusiamu itu?”

”Boleh saja, cuma kalian belum memberitahukan kepadaku bagaimanakah keputusan kalian?”

”Toa sianseng!” Thi losu berkata pula, ”Aku rasa lebih baik kau yang melakukan dahulu sebelum kami mengemukakan keputusan kami” ”Bagaimana maksudmu?”

”Lebih baik kau lepaskan dulu topeng kulit manusia itu, apabila kami sudah mengetahui identitasmu barulah mengambil keputusan”

Mendengar ucapan mana Toa sianseng segera tertawa terbahak-bahak, serunya, ”Haaah..haaah..haaahh..Thi losu, agaknya kau pun berniat untuk mengkhianati aku?”

”Berbicara menurut keadaan situasi yang terbentang di depan mata sekarang, bagaimana pun juga kami memang menaruh curiga terhadap Toa sianseng”

Sementara itu Bun Hong dan Cu Siau-hong telah menggeserkan badannya secara diam-diam untuk menghadang didepan pintu gerbang.

Dengan suara dingin Kian Hui seng segera berseru:

”Toa sianseng, sekarang semua orang sudah berkhianat kepadamu, kau sudah tinggal sebatang kara tanpa kerabat, buat apa masih memasang gaya jual tampang?”

Mendadak Cu Siau-hong menerjang maju kemuka, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat dia menyambar wajah Toa sianseng, kemudian serunya, ”Kalau toh kau enggan melepaskan sendiri topengmu itu, terpaksa kami harus turun tangan sendiri”

Sementara pembicaraan itu masih berlangsung mereka berdua sudah saling bergebrak beberapa jurus.

Dalam pertarungan mana, bukan saja Cu Siau-hong tidak berhasil mencopot topeng kulit manusia diatas wajah Toa sianseng malahan sebaliknya dia kena terhajar oleh tenaga pukulan Toa sianseng yang maha dahsyat itu sehingga terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih. Tapi Bun Hong segera membantu serangan dengan melepaskan totokan jari tangan dan bacokan kilat di dalam waktu singkat dia telah melepaskan tujuh buah pukulan dan lima buah totokan.

Menantikan Toa sianseng membendung serangan yang dilancarkan oleh Bun Hong, serangan yang dilancarkan oleh Cu Siau-hong telah meluncur datang.

Begitulah, selamanya mereka berdua saling isi mengisi didalam serangan-serangannya, meskipun semua serangannya gencar, ganas dan dahsyat, namun Toa sianseng masih dapat menghadapi dengan santai dan tidak terlalu ngotot.

Thi losu berpaling dan memandang sekejap kearah Yu losam, kemudian membisik, ”Bagaimana kita sekarang?”

”Sekarang kita sudah terlanjur berbicara, sekali pun saat ini kita berpeluk tangan belaka, belum tentu dia akan melepaskan kita dengan begitu saja”

”Entah ucapanmu memang betul, kalau begitu satu satunya jalan yang kita lakukan sekarang adalah berusaha mencari akal untuk memaksanya melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan itu”

Yu losam manggut-manggut.

Sementara itu, walaupun Toa sianseng sedang bertarung sengit melawan Cu Siau-hong dan Bun Hong, namun ia tetap mempertahankan kejelian mata dan ketajaman pendengarannya, otomatis pembicaraan kedua orang itu pun dapat terdengar olehnyadengan jelas.

Mendadak Toa sianseng merubah pemainan jurus pukulannya, sekarang jurus-jurus serangannya dilancarkan bagaikan  kapak  raksasa  membelah  bukit,  angin  pukulan yang kuat diiringi deruan angin tajam menyambar kian kemari.

Baik Cu Siau-hong mau pun Bun Hong sama-sama terdesak oleh angin pukulan tersebut hingga tak mampu banyak berkutik.

Mendadak Toa sianseng melejit ke tengah udara, lalu seperti anak panah yang terlepas dari bususrnya dia menerjang keluar ruangan.

Waktu itu Bun Hong dan Cu Siau-hong sudah tersingkir oleh angin pukulannya yang kuat, jelas mereka sudah tak mampu menghalangi usaha Toa sianseng untuk menerjang keluar dari kepungan.

Saat itulah cahaya golok berkelebat lewat, sekilas cahaya tajam sudah membacok datang dari arah depan, itulah Kian Hui seng.

Rupanya sesudah menyadari kalau Toa sianseng ada niat untuk melarikan diri, maka secara diam-diam dia menggeserkan badannya dengan berjaga di depan pintu ruangan, bagaikan kilatnya dilancarkan persis pada saatnya.

Toa sianseng segera mengayunkan kepalannya menyongsong datangnya bacokan tersebut.

Sambil tertawa dingin Kian Hui seng berkata, ”Sekali pun kau pernah berlatih ilmu Kin ciong ciang atau Thi puh siu jangan harap bisa tahan menghadapi bacokan golokku ini”

Dia menambahi tenaganya dengan berlipat ganda, serangan goloknya yang dilancarkan juga makin kencang dan menghebat.

Tampaknya kepalan dan mata golok segera membentur satu   sama   lainnya,   tiba-tiba   Toa   sianseng   miringkan kepalannya kesamping dan menyambut senjata itu dengan pergelangan tangannya.

”Criiiing!” benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan, bacokan golok Kian Hui seng tahu-tahu sudah kena ditangkis sehingga terpental.

Rupanya pada pergelangan tangannya dia mengenakan sebuah gelang emas.

Tapi begitu Kian Hui seng terbendung serangannya, Bun Hong dan Cu Siau-hong telah mengepung kembali.

Waktu itu sepasang manusia aneh tua dan muda telah terkepung oleh Hoa Wan, Seng Hong dan Su Eng.

Yu lo sam dan Thi losu dengan cepat menyusul pula kearah depan.

Dengan suara keras Thi losu berteriak: ”Toa sianseng, bila kau masih enggan melepaskan topeng kulit  manusiamu, jangan salahkan kalau kami akan bertindak kasar kepadamu”

Toa sianseng mengalihkan sorot matanya memperhatikan sekejap lima jago lihay yang sedang mengerubuti dirinya sekarang ia benar-benar merasa sedih dan masgul.

Sebab dari lima orang yang hadir sekarang ternyata ada tiga orang adalah bekas anak buah sendiri.

Cu Siau-hong berkata lagi dengan suara dingin: ”Toa sianseng, apabila kau selalu menganggap dirimu sebagai seorang manusia yang sangat berhasil, sekarang tentunya kau sudah mendapatkan buktinya bukan?”

”Bukti apa?”

”Bukti kalau kau belum berhasil, masih banyak pengecualian dalam dunia persilatan dewasa ini antara kau dengan mereka sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang terlampau besar, kau bukan seorang manusia yang luar biasa, kau hanya terlalu menilai rendah orang lain”

”Asal aku dapat meninggalkan tempat ini, aku percaya aku masih mempunyai kemampuan yang cukup untuk bangkit kembali, anggap saja semua anggota organisasi ini telah berkhianat kepadaku, namun mereka tak akan bisa menghalangi keberhasilanku di masa mendatang”

”Yakinkah kau dapat kabur dari tempat ini?” jengek Cu Siau-hong sambil tertawa dingin.

”Dengan tenaga gabungan kalian berlima mungkin saja kalian masih bisa bertarung denganku, tapi kalau aku ingin pergi dari sini, hal mana bukan suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan bagiku”

Cu Siau-hong segera berpikir di dalam hati: ”Berbicara dari kelihayan ilmu silat yang dimilikinya, apabila dia benar-benar ingin menerjang keluar dari sini, agaknya memang tiada orang yang dapat menghalanginya”

Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar Yu losam dan Thi losu berseru berbareng, ”Toa sianseng, apabila kau bersikeras hendak menerjang keluar dari ruangan ini mungkin kau harus mampu membinasakan kami lebih dulu”

Toa sianseng agak tertegun, lalu serunya dengan penuh kegusaran, ”Nyali kalian benar-benar besar sekali!”

Yu lo sam tertawa, ”Kalau begitu, anggap saja hari ini kami telah makan empedu macan kumbang dan hati beruang, sehingga berani memusuhi Toa sianseng”

”Seandainya kau benar-benar mempunyai saat untuk bangkit kembali, mungkin aku dan Yu losam yang akan menjadi sasaranmu yang pertama” kata Thi losu pula. Toa sianseng semakin gusar, dengan menahan geramnya dia berseru lantang:

”Sekarang kalian masih ada kesempatan untuk mengikuti aku pergi dari sini dan membangun kembali organisasi ini”

”Terlalu lambat” tukas Thi su sianseng, ”Aku cukup memahami watakmu, kau tak akan melepaskan kami dengan begitu saja”

”Ji sianseng!” Yu sam sianseng segera berseru, ”Apa pun yang kau katakan sekarang, kami akan menuruti perkataanmu itu!”

”Inilah satu-satunya kesempatan buat kami, kita tak boleh melepaskan dirinya dengan begitu saja” seru Bun Hong penuh semangat yang menyala-nyala.

Yu sam sianseng tertawa terbahak-bahak, ”Haaah...haaah..haah..Toa sianseng, Ji sianseng telah

menurunkan perintahnya, kami akan melaksanakan tugas atas perintah, nah losu, mari kita turun tangan”

Thi losu manggut-manggut lalu bersama-sama Yu lo sam mereka maju dan melancarkan serangan kearah Toa sianseng.

Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.

Yu losam dan Thi losu semuanya terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan, tentu saja serangan yang mereka lancarkan benar-benar hebat sekali.

Tapi Toa sianseng tetap santai saja menghadapi serangan-serangan gencar dari kedua orang itu.

”Nona Bun” dengan suara lirih Cu Siau-hong segera berbisik, ”Untuk  menghadapi  Toa sianseng,  aku pikir  tak perlu membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi, ayo kita turun tangan bersama-sama”

Bun Hong mengangguk, mereka berdua segera maju bersama melancarkan serangan.

Walau pun Toa sianseng memiliki kepandaian silat yang amat lihay, namun bukan suatu pekerjaan yang mudah baginya untuk menghadapi sekaligus empat orang jago persilatan.

Dua puluh gebrakan kemudian, dia sudah menunjukkan tanda-tanda tak mampu untuk bertahan lebih lama lagi.

Mendadak Yu sam sianseng miringkan tubuhnya lalu mendesak ke hadapan Toa sianseng.

Menyusul kemudian tangan kanannya menyambar kemuka dan mencengkeram topeng kulit manusia yang dikenakan oleh Toa sianseng tersebut.

Dia memang berhasil, tapi sayang keberhasilannya itu harus dibayar dengan mahal.

Toa sianseng yang baru saja membendung sebuah pukulan penggetar hati dari Thi su sianseng, tiba-tiba saja memutar tangan kanannya dan langsung melepaskan sebuah sodokan kedepan.

Serentetan angin jari yang tajam dengan cepat menembusi hawa murni pelindung badan dari Yu losam dan langsung menancap diatas jalan darah tay yang hiat nya.

Serangan ini benar-benar sangat lihay membuat siapa pun yang melihatnya jadi terkesiap dan ngeri.

Tak sempat menjerit atau mendengus lagi, Yu losam segera roboh terkapar diatas tanah. Sementara itu Thi su sianseng sudah mundur kesamping setelah secara beruntun melancarkan dua buah pukulan dahsyat.

Bun Hong dan Cu Siau-hong bertindak pula bersama sama, secara garang mereka lancarkan tiga jurus serangan dan mendesak mundur To sianseng.

Menggunakan kesempatan ini, Thi losu sianseng menyambar tubuh Yu losam dan dibawa mundur kebelakang.

Tapi diatas jalan darah tay yang hiat Yu sam sianseng sudah muncul sebuah lubang sedalam dua inci, darah segar meleleh keluar dari mulut dan hidungnya, ia sudah tewas semenjak tadi.

Rupanya tusukan jari tangan tadi bukan saja telah melubangi jalan darah tay yang hiat dari Yu sam sianseng, bahkan sudah melukai pula otak besarnya.

Bun Hong dan Cu Siau-hong segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Toa sianseng.

Itulah selembar wajah yang tidak terlalu tampan juga tidak terlampau jelek. Tapi yang membuat orang merasa terkejut adalah usianya sepintas lalu dia seperti baru berusia tiga puluh tahunan.

Bun Hong memperhatikan wajah orang itu beberapa saat lamanya, kemudian menegur:

”Sebanarnya siapakah kau?”

Toa sianseng tertawa dingin, ”Bukankah kalian selalu berdaya upaya hendak melepaskan topeng kulit manusia yang kukenakan? Sekarang sudah terlepas, apa sih yang berhasil kalian peroleh? Tak lebih hanya mengorbankan selembar jiwa dari Sam sianseng” Dengan termangu-mangu Cu Siau-hong mengawasi selembar wajah yang asing itu dengan tertegun. Sebab secara tiba-tiba dia merasa kalau raut wajah dan sorot mata orang itu tidak terlampau asing baginya, bahkan dia merasa seakan-akan pernah kenal dengan orang ini.

Namun untuk sesaat Cu Siau-hong tak dapat menemukan identitas yang sesungguhnya dari orang ini.

”Sesungguhnya siapakah dia?”

Bun Hong menghembuskan napas panjang, lalu katanya, ”Betul juga perkataan itu, kau belum pernah bertemu dengan kami menggunakan identitasmu yang sebenarnya, sekalipun kami berhasil mencopot topeng kulit manusia yang kau kenakan, hasilnya tetap sama saja, kami tidak kenal juga dengan dirimu”

Mendadak Cu Siau-hong berseru dengan suara sedingin es, ”Betul-betul sebuah siasat yang licik dan pintar”

Tergerak hati Bun Hong, Thi su dan Kian Hui seng setelah mendengar perkataan itu, seru mereka hampir bersamaan:

”Apa kau bilang?”

”Meskipun diluarnya dia mengenakan selembar topeng manusia, sesungguhnya wajah dibalik topeng itu sudah dirubah pula dengan ilmu penyaruan”

Tiba-tiba saja Toa sianseng tertawa terbahak-bahak, serunya lantang:

”Haaah... haaah.. haah... Cu Siau-hong, kau memang sangat cerdas, tolong beritahu kepadaku bagaimana kau bisa mengetahui rahasia ini? Padahal ilmu menyaru mukaku ini sudah terhitung sempurna sekali, mustahil” sahut Toa sianseng dingin, ”Setiap kali sesudah menyaru wajah, aku selalu memeriksa kembali penyaruanku dengan teliti dan seksama”

”Sewaktu Yu sam sianseng mencopot topeng kulit manusia tadi, kau tidak seharusnya berkelit, sebab meskipun topeng itu berhasil dicopot, toh kita tak kenal denganmu, tapi oleh karena kau berkelit sehingga membuat kekuatan jari tangannya kehilangan keseimbangannya, maka topeng itu telah mengelupas pula sedikit dari obat penyaruannya”

Toa sianseng manggut-manggut, katanya kemudian: ”Seandainya titik kelemahan tersebut bisa tersimpan,

memang sempurna sekali penyamaranku ini”

Kemudian setelah tertawa terbahak-bahak dia melanjutkan:

”Sekalipun sudah meninggalkan setitik kelemahan, toh kalian tidak kenal dengan identitasku, bukankah begitu?”

”Bukan begitu, aku hanya merasa kalau wajahmu seakan-akan pernah kukenal, berani kau mengelupas semua obat penyaruanmu itu?”

”Betul!” sokong Bun Hong, ”Sebagai seorang lelaki sejati kalau toh sudah berani melepaskan topeng, mengapa tidak berani membersihkan pula obat penyaruanmu?”

”Toa sianseng” ujar Cu Siau-hong pula, ”Terlepas siapakah kau dan apakah kedudukanmu, yang jelas situasi pada hari ini sudah cukup terang, kami tak akan melepaskan kau dengan begitu saja, bila kau tidak mati maka kamilah yang akan mati di tanganmu, tentang hal ini aku rasa kau sudah cukup memahami bukan?” ”Betul juga perkataan itu” sambung Bun Hong cepat, ”Perduli siapakah kau kami hanya tahu kau adalah Toa sianseng dan hal ini sudah cukup untuk kami”

Pada saat itulah mendadak terdengar suara Han-sah berkumandang datang :

”Ngo sianseng dan Jit sianseng tiba!”

Menyusul teriakan itu, Cu Siau-hong segera berpaling kearah pintu ruangan.

Tampak dua orang manusia berdiri berjajar di depan pintu ruangan. Ngo sianseng adalah seorang lelaki berusia tiga puluh enam tujuh tahunan, tulang hidungnya menonjol keluar, sepasang telinganya berukuran jumbo sedangkan kepalanya juga satu kali lipat lebih berat dari batok kepala orang biasa.

Seharusnya potongan wajah semacam ini mendatangkan semacam perasaan geli bagi yang memandang. Tapi orang ini justru meninggalkan kesan semacam perasaan yang dingin dan menyeramkan.

Sedangkan Jit sianseng masih sangat muda, sedemikian mudanya hingga memberi semacam perasaan kalau usianya paling banter baru tujuh delapan belas tahunan.

Kedua orang itu memperhatikan sekejap situasi dalam ruangan, lalu Ngo sianseng berkata dengan suara dingin:

”Ji sianseng, sebenarnya apa yang telah terjadi?”

”Lo ngo, kau cerdas dan berotak encer, mengapa tidak kau terka sebab musababnya dari situasi yang terbentang di depan mata saat ini?”

Ngo sianseng memandang sekejap topeng yang tergeletak di tanah, lalu berkata lagi: ”Topeng itu kepunyaan Toa sianseng, siapa yang telah mencopotnya?”

”Yu losam!” jawab Thi su sianseng cepat, ”Walaupun ia berhasil mencopot topeng yang dikenakan Toa sianseng, namun selembar jiwa sendiri pun menjadi korban”

Memandang sekejap jenazah sam sianseng, kemudian menengok pula wajah Toa sianseng, tanpa terasa Ngo sianseng menghela napas panjang.

”Toako” Cu Siau-hong segera berbisik lirih, ”Kenalkah kau dengan manusia berkepala besar itu?”

”Sudah lama kudengar akan nama besarnya” Kian Hui seng manggut-manggut, ”Tapi baru hari ini kujumpainya untuk pertama kali”

”Siapakah dia?” bisik Cu Siau-hong lebih jauh.

”Kim Bu siang, orang menyebutnya Toa tan kui ong (raja setan berkepala besar)”

”Bagaimana dengan ilmu silat orang ini?”

”Menurut kabar dia lihay sekali, konon ilmu pukulan Bu siang sin kun nya sudah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali bila kau harus bertarung melawan orang ini nanti, kau mesti berhati-hati, jangan beri kesempatan kepadanya”

Kemudian setelah melirik sekejap kearah pemuda berbaju biru itu, dia melanjutkan:

”Sedangkan mengenai pemuda ini, aku sama sekali tidak kenal”

”Anehnya, aku justru seperti pernah bertemu dengannya”

”Sungguh?” seru Kian Hui seng tertegun. ”Ehmmm...mungkin dibalik kesemuanya ini masih terdapat alasan lain, biar aku pikirkan lagi dengan seksama”

”Situasi yang kita hadapi sekarang amat sukar sekali, kitapun sulit berhasil, nampaknya untuk sementara waktu harus melihat dulu situasinya”

Cu Siau-hong manggut-manggut tanpa menjawab.

Sementara itu Toa sianseng telah berkata sambil tertawa hambar, ”Ngo sianseng, Jit sianseng, kenalkah kalian denganku?”

”Kau adalah Toa sianseng” sahut Jit sianseng.

”Baik, kalau kalian masih kenal denganku, kita masih dapat membicarakan hal ini lebih jauh”

Namun Kim ngo sianseng segera menggeleng, ”Tunggu dulu, aku masih belum yakin kalau kau adalah Toa sianseng” serunya.

Toa sianseng agak tertegun, lalu katanya: ”Masa kau lebih tak becus daripada lo jit?”

Kim ngo sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah pemuda berbaju biru itu lalu katanya:

”Jit sianseng masih muda, ada banyak persoalan yang kurang sempurna pemikirannya”

”Mengapa jalan pemikiranku kurang sempurna, dia jelas adalah Toa sianseng, mengapa kau tak mau mengakui?” kata Jit sianseng dingin.

”Jit sianseng, kapan sih kau pernah melihat raut wajah asli dari Toa sianseng?”

”Aku...”

Dia menengok sekejap kearah Toa sianseng kemudian membungkam secara tiba-tiba. ”Yang pernah kita jumpai hanyalah sebuah topeng, siapa saja yang mengenakan topeng tersebut, kemungkinan dialah Toa sianseng, bukankah begitu?”

”Apakah kalian hanya bisa mengenali diriku hanya lewat topeng ini?” tegur Toa sianseng.

”Selama ini kau selalu memelihara dan mendidik kami secara begini, memelihara kewibawaan melalui selembar topeng kulit manusia” kata Kim ngo sianseng.

Toa sianseng menjadi gusar sekali, segera teriaknya keras-keras:

”Kim ngo sianseng, kau...”

”Saudara jangan gusar dulu!” sambung Kim ngo sianseng cepat, ”Aku berbicara yang sebenarnya, apabila kau benar-benar adalah Toa sianseng, itu berarti kau mencari penyakit buat diri sendiri, namun aku percaya kau bukan”

”Dia benar! Dialah Toa sianseng” kembali Jit sianseng menegaskan.

”Darimana kau bisa tahu?” ”Kudengar suaranya mirip sekali”

”Mirip sekali? Jit sianseng, suara orang banyak yang sama, bila Toa sianseng mencari seorang pengganti untuk mempermainkan kita, tentu saja orang itu harus mempunyai suara yang mirip”

”Tidak! Dia adalah Toa sianseng yang asli, aku yakin!”

Paras muka Kim ngo sianseng berubah menjadi berat dan dalam, ujarnya kemudian:

”Coba kau tanyakan kepada Ji sianseng, Toa sianseng ini asli bukan?” Jit sianseng berpaling dan memandang sekejap kearah Bun Hong.

Sambil tertawa Bun Hong segera berkata:

”Jit sianseng, saudaraku yang baik, perkataan ngo sianseng benar, kita tak bisa memastikan siapakah dia”

Tapi Jit sianseng menggelengkan kembali kepalanya: ”Tidak! Dalam hati kecil kalian padahal telah mengerti

kalau dia adalah Toa sianseng, mengapa kalian tidak mau

mengakuinya?”

”Jit sianseng, tenangkan dulu hatimu” kata Bun Hong dengan suara dingin.

Tiba-tiba Jit sianseng melotot dan mengawasi wajah Bun Hong lekat-lekat, kemudian sambungnya lebih jauh.

”Aku tidak habis mengerti, kalian semua tahu kalau dia adalah Toa sianseng tapi semuanya bersikeras tak mau mengakui, apalagi su sianseng pun barusan berkata, topeng itu baru saja dicopot dari wajahnya oleh Yu losam”

”Jit sianseng!”

”Siapa suruh dia kurang ajar terhadap Toa sianseng?

Mampuslah dia di akhirat..”

Sembari berseru Jit sianseng segera melompat ke depan dan melayang turun di sisi Toa sianseng.

Pelan-pelan Toa sianseng mengalihkan sorot matanya ke wajah Bun Hong, Thi losu lalu beralih ke wajah Kim ngo sianseng, setelah itu ujarnya.

”Lo ngo, Ji sianseng Bun Hong dan Thi losu telah mengkhianati aku, apa rencanamu sekarang?” ”Yu sam sianseng mati di tanganmu, sedang Lak sianseng mati di tangan orang lain, dari tujuh orang kini tinggal kami berlima dan sekarang semuanya hadir disini”

”Bagaimana? Jadi kau sudah mengakui identitasku?” ”Bila kau bersikeras mengatakan kalau dirimu adalah

Toa sianseng, maka akupun akan berkata demikian”

”Kalau sudah mengakui yaa sudahlah, Yu sam telah mati, Bun Hong dan Thi su telah mengkhianati aku, sedangkan Jit sianseng tetap setia kepadaku, sekarang tinggal kau seorang yang belum menentukan sikap”

Sorot mata Kim ngo sianseng berputar tanpa hentinya mengawasi semua orang yang berada di dalam ruangan, namun tak sepatah kata pun dia ucapkan untuk menjawab pertanyaan dari Toa sianseng tersebut.

Kiranya dia sedang menggunakan kesempatan tersebut untuk mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba Cu Siau-hong berkata dengan suara dingin:

”Toa sianseng, padahal tanpa kau lepaskan topengmu, aku pun tahu siapakah kau yang sebenarnya”

”Masa kau sepintar itu?” jengek Toa sianseng dingin. ”Jadi kau tidak percaya?”

”Aku percaya, hubungan kita tidak meninggalkan kesan yang kelewat dalam, atau tegasnya saja aku tidak percaya kalau kau dapat kenali aku”

”Kau boleh saja tidak percaya, tapi aku akan mengutarakannya keluar”

Dari balik mata Toa sianseng segera terpancar keluar sinar penuh ejekan, katanya kemudian sambil tertawa: ”Cu Siau-hong, apabila kau benar-benar bisa menyebutkan namaku, saat ini juga akan kuhapus semua obat penyaruan dari atas wajahku”

”Kau adalah Ketua Pay-kau !”

Toa sianseng segera tertawa terbahak-bahak: ”Haahh...haaah...haaah...bagus  sekali  !  Cu  Siau-hong,

kita    hanya    berjumpa    sekilas    pandangan    saja    tapi

kenyataannya kau masih dapat mengingat dengan begitu jelas, daya ingatmu benar-benar membuatku kagum”

Dia segera menghapus obat penyaruan dari atas wajahnya.

Tak salah lagi dia memang Ketua Pay-kau.

Yang paling terperanjat saat ini bukan Cu Siau-hong atau Bun Hong, melainkan Seng Hong, Hoa Wan dan Pay-kau Su eng.

Mimpi pun mereka tidak menyangka kalau otak atau dalang dari organisasi rahasia ini bukan lain adalah ketua mereka yang dicintai dan dihormati.

Cu Siau-hong segera menghela napas panjang, katanya kemudian:

”Tak heran kalau berita yang kau peroleh begitu cepat dan luas, tidak heran kalau kau sangat memahami tentang gerak gerik kami semua, rupanya kau adalah manusia bermuka dua!”

”Hmm, rupanya kau adalah ketua Pay-kau” dengus Bun Hong pula, ”Aku masih ingat, kau pernah beritahu kepada kami kalau Kay-pang dan Pay-kau adalah musuh besar kita semua, sungguh tak disangka ternyata kau sendirilah ketua Pay-kau!”

Toa sianseng tertawa terbahak-bahak: ”Haaah...haahh..haah...”

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berseru: ”Seng Hong, Hoa Wan ! Kemari kalian !”

Seng Hong dan Hoa Wan saling berpandangan sekejap, lalu pelan-pelan berjalan maju kemuka.

”Hoa Wan, Seng Hong kalian hendak kemana?” Cu Siau-hong segera menegur cepat.

”Menjawab pertanyaan kongcu” sahut Seng Hong, ”Kami datang dari Pay-kau, setelah kaucu mengundang kami, tentu saja kami harus kembali ke sisi kaucu kami”

Cu Siau-hong manggut-manggut.

”Ehmm..memang benar juga perkataan ini” katanya.

Sementara itu Toa sianseng telah menggapai kearah Su eng sambil berseru: ”Kalian pun kemarilah!”

Pay-kau Su eng lebih besar usianya, mereka cukup jelas membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Setelah berunding beberapa saat dengan suara lirih, Toa san segera tampil kemuka lalu sesudah menjura katanya:

”Kami sudah menerima budi pendidikan dari kaucu, mustahil bagi kami untuk memusuhi kaucu lagi, akan tetapi kami pun tak dapat menerima perintah kaucu untuk memusuhi Cu kongcu, hal ini benar-benar menyulitkan posisi kami, oleh sebab itu kami berempat lebih suka menghabisi nyawa sendiri saja sebagai tanda terima kasih kami kepada semua pihak”

Selesai berkata, dia lantas mengayunkan telapak tangannya menghantam keatas ubun-ubun sendiri.

Su eng turun tangan hampir bersamaan waktunya, empat sosok mayat segera menggeletak bersama keatas tanah. ”Saudara berempat, jangan..” teriak Cu Siau-hong dengan perasaan cemas.

Sayang sekali keadaan sudah terlambat.

Toa sianseng agak termangu-mangu sejenak, lalu dengan gusar sumpahnya: ”Bangsat! Memang pantas untuk mampus!”

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Cu Siau-hong, kemudian sambungnya lebih jauh:

”Bila aku berniat membunuhmu, cukup dengan mengandalkan orang-orang yang terdapar disekelilingmu, rasanya sudah lebih dari cukup untuk merenggut nyawamu”

Merah membara sepasang mata Cu Siau-hong, dengan suara dingin ia berseru:

”Kau telah mendesak mati keempat orang kepercayaanmu, apakah hingga saat ini pun masih belum mau sadar?”

Toa sianseng tertawa dingin tiada hentinya: ”Haaah..haaah..haaah..kau telah merusak semua

rencana besarku, kini kau tak boleh diampuni lagi, apalagi dibiarkan hidup terus..”

”Bila kau ingin membunuh Cu Siau-hong, maka terlebih dahulu harus dapat membunuh aku Bun Hong lebih dahulu” timbrung Bun Hong dengan suara dingin.

”Masih ada pula aku” timbrung Thi su sianseng cepat. ”Tampaknya kau selalu berusaha memperalat kami, oleh

karenanya aku pun turut ambil bagian dalam hal ini” kata Kim ngo sianseng pula. ”Kim ngo!” tegur Toa sianseng, ”Kesuksesan besar sudah diambang pintu, dunia persilatan akan segera berubah menjadi dunia kita, masa kau mengkhianati aku dalam keadaan seperti ini?”

Cu Siau-hong yang selama ini hanya berdiam diri mendadak tertawa tergelak, kemudian serunya lantang:

”Aku sudah mengerti, aku sudah mengerti!”

Ucapan tersebut muncul sangat mendadak sehingga membuat semua orang yang hadir di arena sama-sama menjadi tertegun.

”Apa yang kau pahami?” tegur Toa sianseng.

”Bukan saja kau telah mencatut nama ketua Pay-kau, bahkan kau pula si Pena Wasiat itu”

Toa sianseng tertawa semakin tergelak, ”Haaah...haaah...haah..bagaimana kau bisa berpikir

sampai kesitu?”

”Aaaii, sewaktu kunci persoalan ini belum berhasil kupahami, nampaknya semua masalah seolah-olah dilapisi oleh kemisteriusan, tapi bila satu kuncinya sudah dipahami maka segala sesuatunya turut menjadi terang pula, jadi yang aneh pun sekarang menjadi tak aneh lagi”

”Baik! Cu Siau-hong, apabila kau dapat menerangkan sedikit alasannya, maka aku akan menerangkan latar belakang lainnya secara lengkap”

”Kau sebenarnya adalah ahli waris dari Pena Wasiat, bahkan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan si Dewa Pincang Ui thong, aku yakin kau bukan ketua Pay kau yang sebenarnya”

”Di dalam hal ini kau keliru, akulah ketua Pay-kau yang sesungguhnya” tukas Toa sianseng. ”Tidak! Kau mungkin ketua Pay-kau, tapi bukan ketua yang asli, kaucu yang sesungguhnya bisa jadi sudah kau celakai”

Toa sianseng manggut-manggut.

”Dugaanmu keliru, sebenarnya kami adalah saudara kembar, oleh sebab itu aku tidak membunuhnya, aku hanya menyekapnya di suatu tempat”

Pada saat itulah mendadak terdengar seorang berkata dengan suara yang tua namun nyaring:

”Betapa pun licik dan busuknya akal busuk, rahasia tersebut tak akan bisa tersimpan untuk selamanya, adikmu telah berhasil kami selamatkan”

Yang barusan berbicara tak lain adalah Ui pangcu, ketua Kay-pang, perkumpulan pengemis yang termasuk perkumpulan paling besar didalam dunia persilatan.

Di belakang Ui lo-pangcu mengikuti keempat orang tianglonya serta tiga puluh dua orang jagoan inti dari Kay pang.

Han-sah dan Si-im mengikuti pula dibelakang mereka.

Disamping Ui lo-pangcu mengikuti pula seorang lelaki setengah umur berambut awut-awutan, meskipun wajahnya agak murung namun lamat-lamat dapat terlihat banyak kemiripannya dengan wajah Toa sianseng.

Sambil menghela napas panjang Toa sianseng lantas bergumam:

”Ui pangcu, kau pun sudah sampai disini?” Ui lo-pangcu manggut-manggut. ”Yaa, kau telah mempermainkan umat persilatan baik dari golongan putih dan golongan hitam, cara dan tehnik yang kau pergunakan benar-benar lihay”

Toa sianseng tertawa dingin, ”Ui lo-pangcu!” jengeknya sinis, ”Seharusnya aku bunuh kau semenjak dulu”

Ui lo-pangcu tertawa ewa.

”Sekarang kita sudah memahami semua persoalan, adikmu yang kau sekap telah mengisahkan sebagian besar persoalan ini kepada kami, tapi ada satu hal masih belum kupahami”

”Apa lagi yang ingin kau ketahui?”

”Sebenarnya apa sih hubunganmu dengan Pena Wasiat? Mengapa kau bisa mempunyai hubungan dengan Pena Wasiat?”

”Akulah Pena Wasiat angkatan ketiga...” kata Toa sianseng pelan-pelan.

”Hei...” Ui lo-pangcu menghela napas panjang, ”Pena Wasiat adalah tokoh yang dihormati dan disegani setiap orang, tapi kau...kau justru melakukan perbuatan terkutuk yang dibenci dan disumpahi setiap orang”

Toa sianseng tertawa dingin, tiba-tiba tegurnya:

”Han-sah, Si-im, apakah kalian berdua pun akan mengkhianati aku?”

”Mana, mana..” jawab Han-sah, ”Dimasa lampau kami masih belum mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya dan itu masih tak mengapa, tapi sekarang setelah mengetahui semua persoalan yang sejelasnya, keadaan pun berbeda, biar mata kami buta namun hati kami tidak buta” ”Baik! Kalau kalian memang berani mengkhianati aku, maka jangan salahkan kalau aku tak akan berbelas kasihan lagi, Jit sianseng, mari kita terjang keluar dari sini”

Mendadak keempat tianglo dari Kay-pang  maju beberapa langkah kemuka dan menghadang di hadapan Ui pangcu.

”Tunggu dulu” Cu Siau-hong tiba-tiba berseru. ”Jit sianseng, coba kau kemarilah sebentar!” ”Aku?” Jit sianseng tertegun.

”Betul, kau!”

”Kau tahu siapakah aku?” seru Jit sianseng dengan gusar.

”Kau adalah nona Ou, bagaimana kabar Ui Thong locianpwee?”

Tiba-tiba Jit sianseng maju mendekati Cu Siau-hong dan mengucurkan air mata dengan derasnya, lalu berbisik lirih:

”Kau..kau rupanya masih ingat dengan diriku”

Bun Hong maju dan berusaha menarik tangannya katanya lembut, ”Saudaraku Jit sianseng, adikku yang manis, tunggulah pertunjukan ini selesai dulu, jangan kau ikuti Toa sianseng”

Toa sianseng yang berada di belakangnya mendadak mengayunkan telapak tangannya kedepan, tanpa menimbulkan sedikit suara pun dia melancarkan sergapan maut kebelakang Jit sianseng.

”Hati-hati dengan sergapan dari belakang!” Cu Siau hong segera memperingatkan.

Sayang terlambat, tenaga pukulan Toa sianseng sudah bersarang telak di punggung Jit sianseng. Tak ampun lagi tubuh Jit sianseng terlepas dari cekalan Bun Hong, segera mencelat dan melayang di tengah udara.

Cu Siau-hong bertindak cepat, dia melompat kedepan lalu memeluk tubuh Jit sianseng.

Sementara itu Bun Hong, Thi su, Kim ngo bersama-sama melompat kemuka dan menerkam Toa sianseng.

”Plaak, ploook, plaak..plook” serentetan suara benturan nyaring bergema memecahkan keheningan, keempat orang itu masing-masing sudah termakan sebuah pukulan.

Kini Toa sianseng telah memperlihatkan ilmu silat aslinya, dalam sekali gebrakan saja Bun Hong, Thi su dan Kim ngo menderita luka di tangannya.

Mereka itu mundur kebelakang dengan sempoyongan, ketiga orang itu sama-sama memuntahkan darah segar.

”Aaaah...Kun goan sin kang!” pekik Ui lo-pangcu tanpa terasa dengan perasaan kaget.

”Benar” kata Toa sianseng. ”Yang pingin mampus secepatnya silahkan saja maju”

Cu Siau-hong membaringkan Jit sianseng, nona Ou keatas tanah, kemudian pelan-pelan mengangkat pedangnya sambil bersiap sedia.

Sementara itu Han-sah dan Si-im telah menyergap kedepan tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

Menyusul terkaman ini, dua belas buah jarum beracun telah dipancarkan bersama-sama.

Toa sianseng tertawa dingin, sepasang telapak tangannya dibabat bersama kedepan menyambut datangnya kedua serangan itu sementara badannya berdiri tegak tak berkutik dan membiarkan jarum-jarum beracun itu menancap semua diatas pakaiannya. Serangan balasan yang kemudian dilancarkan sangat cepat dan tanpa mengeluarkan suara, padahal Han-sah dan Si-im sedang menyerang tiba dengan kecepatan tinggi.

”Blaaam...blaaam..!” dua kali benturan nyaring bergema memecahkan keheningan, serangan itu masing-masing menghantam kepala kedua orang tersebut secara telak.

”Blaaam..”dua sosok mayat menggeletak pula ke tanah.

Cu Siau-hong tidak ambil diam, dia segera mengeluarkan ilmu pedang Tay lo kiam si nya untuk menghadapi lawan, pedangnya dengan cepat berubah menjadi serentetan cahaya dingin langsung meluncur ke depan.

Toa sianseng menggerakkan pula tangannya, serentetan cahaya bianglala berwarna emas segera melesat ke udara.

”Traang..!”

Benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan, akibat dari bentrokan itu tubuh Cu Siau-hong terlempar sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula.

Dari tubuh Toa sianseng bergetar pula dengan keras, lalu sambil menahan geram ujarnya:

”Sialan orang-orang buta itu, berani sekali kalian selipkan jarum sakti besi baja diantara senjata rahasia kalian”

Sayang sekali Han-sah dan Si-im sudah tak mendengar suara umpatannya lagi.

Pada saat itulah dari kelompok orang-orang Kay-pang muncul seorang pengemis tua.

Dia muncul secara diam-diam dan bergerak mendekati arena  pertarungan  tanpa  menimbulkan  suara,  kemudian secara tiba-tiba melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedada Toa sianseng.

Pada saat yang bersamaan Toa sianseng membalikkan badannya sambil melancarkan sebuah bacokan.

”Blaaaaaammmm...!”

Sekali lagi sepasang telapak tangan mereka saling beradu satu sama lainnya.

”Siapakah kau?” Toa sianseng segera menegur.

”Pena Wasiat angkatan kedua!” jawab orang itu dingin. ”Suhu...” Toa sianseng segera menjerit dengan perasaan

terkesiap.

Tapi pengemis tua itu segera menukas, ”Dalam urutan generasi Pena Wasiat tidak berlaku sebutan guru dan murid, yang ada hanyalah angkatan demi angkatan, sungguh tak disangka aku punya mata tak berbiji sehingga mewariskan seluruh kepandaianku untuk seorang manujsia yang licik, buas dan jahat macam kau”

Sambil berkata dia mengusap wajahnya dengan tangan sehingga terlihatlah raut wajah aslinya.

”Lo-liok cianpwee..” Cu Siau-hong segera berseru.

Ternyata pengemis tua itu adalah Lo-liok si penjaga istal kuda.

”Benar-benar mengecewakan” ucap Lo-liok, ”Dia telah mendapat warisan ilmu silat dan telah meneruskan generasi Pena Wasiat tetapi kenyataannya dia justru telah mengkhianati Pena Wasiat”

Toa sianseng yang diumpat seperti itu menjadi sangat gusar, teriaknya segera: ”Kau sudah tua, belum tentu kau mampu menandingi kepandaian serta kekuatanku”

Mendadak dia menghimpun hawa murninya kedalam telapak tangan kemudian dengan kecepatan tinggi menolaknya kearah depan.

Orang yang kebetulan berdiri disekeliling arena segera merasa datangnya sambaran angin pukulan yang begitu dahsyat sehingga membuat orang tak mampu berdiri tegak.

Lo-liok memang sudah tua, badannya pun sudah lemah sehingga ia mulai menunjukkan gejala terdesak dan mulai tidak tahan.

Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadian ini tiba-tiba saja menggerakkan pedangnya dengan menggenggam pedangnya memakai sepasang tangan, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah tusukan kedepan.

Tusukan ini nampaknya saja sederhana, biasa dan tiada sesuatu yang luar biasa, namun dibalik kesemuanya itu justru terkandung sesuatu kekuatan yang luar biasa.

Inilah jurus Bun hong seng hu (pancaran sakti menundukkan orang) dari ilmu pedang Tay lo kiam si.

Dengan cepat pedang itu melesat kedepan menembusi punggung Toa sianseng hingga tembus sampai ke depan dadanya.

Tak sempat banyak berkutik, Toa sianseng segera roboh terkapar bermandikan darah diatas tanah.

Tapi ia sempat berseru dengan suara keras:

”Oooh, suhu, Pena Wasiat tak boleh diteruskan lebih jauh, karena pekerjaan Pena Wasiat hanya menyelidiki rahasia orang lain, ditambah pula ilmu silat yang maha dahsyat  dan  mengerikan  itu,  bila  orang  yang  tidak  kuat imannya mendapatkan warisan ini, sudah pasti dia akan terangsang untuk berbelok ke arah jalan yang sesat..”

Agaknya perkataan tersebut belum sempat diselesaikan, tapi selembar jiwanya sudah keburu melayang dulu meninggalkan raganya.

Lo-liok memuntahkan darah segar, kemudian mengalihkan sinar matanya ke wajah Cu Siau-hong, ujarnya:

”Nak, bila aku berhasil menemukan kau beberapa hari lebih awal, niscaya Pena Wasiat akan turun temurun beberapa generasi lagi, sayang sekali kau dilahirkan beberapa tahun lebih lambat.”

“Ucapan dari orang yang hampir mati biasanya merupakan perkataan yang baik, apa yang dia ucapkan memang masuk diakal juga” kata Cu Siau-hong sedih, ”Sekali pun kehadiran Pena Wasiat demi menegakkan keadilan dan kebenaran, namun cara kerjanya terlalu ganas, lagi pula khusus menyelidiki rahasia orang lain, cara kerja semacam ini bisa jadi akan diperalat atau ditunggangi orang lain”

Lo-liok manggut-manggut.

”Nak, perkataanmu memang masuk diakal, itulah sebabnya Pena Wasiat hanya berakhir sampai generasi ketiga..”

Mendadak dari arah jalan masuk datanglah berbondong bondong jago-jago yang semula menunggu di luar tebing Yang jit gay, paling depan tampak Pek bi taysu diiringi kedua belas orang Lo han, Thian Pak liat, Tham Ki wan, Ho hou poo, Seng Tiong-gak serkalian. 

Pek bi taysu mengunjuk hormat, ”Omintohud...rupanya lo sicu adalah Pena Wasiat yang kami hormati, sukurlah...” Berturut-turut semua jago menghunjuk hormat dan berbaris menurut kepala regu masing-masing.

”Mana..mana, sungguh malu aku tak becus mendidik ahli waris..mohon maaf sekiranya perbuatanku tidak menyenangkan para enghiong hohan disini” ujarnya.

Setelah membalas hormat, Lo-liok berpaling memandang Ui pangcu, dia berkata pula.

”Lo-pangcu, berada di hadapanmu serta para enghiong hohan sekalian, Pena Wasiat mengumumkan bahwa generasi Pena Wasiat hanya akan berakhir sampai disini, mungkin Pena Wasiat akan muncul lagi di dalam dunia persilatan lain saat, tapi sebelum kutemukan suatu cara yang terbaik dan sempurna, dia tak pernah akan muncul kembali di dunia ini”

Pelan-pelan dia membalikkan badan, memandang tubuh nona Ou dan berkata lebih jauh:

”Cu Siau-hong, demi menyelidiki cara dari Pena Wasiat angkatan ketiga, menyesal sekali tidak turun tangan untuk mencegah terjadinya tragedi atas perkampungan Ing-gwat san-ceng. Pena Wasiat bukan pendekar sejati, juga bukan orang yang suka menolong orang lain, peraturan kami amat ketat meski terdapat banyhak sekali kekurangan, demi menebus dosa itu, serahkan saja nona kecil ini kepadaku, bulan besok aku akan datang ke perkampungan Ing-gwat san-ceng untuk mencarimu”

”Baik, boanpwee akan selalu menantikan kedatangan dari locianpwee..”

Lo-liok tidak berbicara lagi, sambil membawa nona Ou yang masih lemah keadaannya dia membalikkan badan dan segera pergi dari situ. Sepeninggal Lo-liok, Cu Siau-hong berpaling dan memandang sekejap kearah Bun Hong, kemudian tegurnya:

”Nona Bun, apa yang harus kita lakukan sekarang?” ”Aku  bersama  Thi  losu  dan  Kim  ngo  masih  harus

membubarkan orang-orang yang tergabung dalam organisasi ini, berilah waktu tiga bulan kepada kami, kemudian kami bertiga akan berangkat ke markas besar Kay-pang untuk menerima hukuman”.

”Kay-pang tak berani” Ui pangcu menukas cepat, ”Empat bulan kemudian aku bersama-sama ketua Siau lim pay dan Bu tong pay akan menunggu kehadiran kalian bertiga di kuil Siau lim si, moga-moga saja persoalan ini bisa diselesaikan dan disebarluaskan ke seluruh dunia”

Bun Hong manggut-manggut.

”Baik, kita putuskan demikian, Lo su, Lo ngo bagaimana pendapat kalian berdua?”

Thi losu dan Kim ngo segera manggut-manggut. ”Kami akan mengikuti keputusan dari nona Bun”

”Cu kongcu!” ujar Bun Hong kemudian sambil berpaling kearah Cu Siau-hong, ”Kalau begitu sampai jumpa lagi empat bulan kemudian”

***TAMAT***

Epilog.

Apa yang akan terjadi empat bulan kemudian? Apakah nona Ou akan menjadi murid Pena Wasiat?

Apakah Bu-lim akan menjadi tenang setelah tertumpasnya organisasi misterius yang gagal menguasai rimba persilatan ini? Tunggu di kisah selanjutnya....
P.S : Karena berhubung lanjutan dari Cerita Pena Wasiat belum ada saduran bahasa indonesianya maka admin belum dapat mengapluadnya untuk saat ini  :( 🙏🙏
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar