Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 55

Siau-hong kembali termenung sampai lama sekali, kemudian katanya:

“Oh tua, ketika kau mengambil obat kesana, apakah kakek berwajah bundar dan berwajah penuh senyuman yang menjumpaimu?”

“Benar, dia memang seorang kakek berwajah bulat yang penuh dengan seyuman.”

“Dia adalah Siang siau ang (si kakek senyum)” “Siapakah Siang siau ang itu?”

“Salah seorang diantara tiga pengawal pribadi majikan, dia berwajah bulat seperti seorang hartawan, wajahnya penuh dihiasi dengan senyuman, sekalipun sedang membunuh orang, senyuman manis masih tetap menghiasi wajahnya.”

“Oh tua, coba kau pikirlah lagi dengan seksama,” ujar Cu Siau-hong kemudian, “Kami membutuhkan keteranganmu yang lebih cermat dan lebih jelas..”

“Hanya kakek itu dan seorang bocah muda yang kujumpai.”

“Apakah dia menanyakan sesuatu kepadamu?”

“Dia menanyakan keadaan penyakitku, memegang nadiku sebentar, kemudian menitahkan kepada si bocah berbaju hijau itu agar pergi mengambil obat.”

“Apakah obat itu sudah jadi?”

Oh Hong cun segera manggut-manggut. “Benar, semacam pil berwarna kuning dan mujarab sekali, hanya menelan sebutir, hari itu juga penyakitku tak pernah kambuh kembali”.

“Nona Siau-hong, mereka she apa?” tanya Cu Siau-hong kemudian.

“She Lu!”

“Nona, selama kau berada di keluarga Lu, kau berdiam didalam perut bukit ataukah tinggal didalam perkampungan tersebut?”

“Aku berdiam didalam perut bukit, dalam kenyataan setiap orang penting hampir semuanya berdiam dalam gua, sedangkan beberapa buah kamar dalam perkampungan itu hanyalah suatu tipuan belaka.”

“Nona Siau-hong, berapa orangkah yang berdiam didalam gua tersebut?”

“Ketika aku masih berada disana, kurang lebih ada tujuh delapan puluh orang, sekalipun berdiam dalam gua, aku tak bisa bergerak secara sembarangan, kami sudah mempunyai daerah lingkungan tertentu yang boleh didatangi.”

“Oohh, kalau begitu dia merupakan manusia yang amat berhati-hati sekali” seru Cu Siau-hong.

“Benar, dalam setiap masalah, dia tentu akan meneliti, memikirkan dan menganalisa dengan seksama sebelum membuat suatu rencana yang matang, oleh sebab itu ada sementara orang yang tak akan mengetahui banyak rahasia, meski sudah berdiam cukup lama disana.” 

“Apakah gua itu luas sekali?”

“Yaa, sangat luas, gua itu merupakan gua alam yang diperlebar lagi dengan tenaga manusia, konon panjang gua itu  mencapai  lima  li,  setelah  diperbaiki  dengan  tangan manusia, maka gua tersebut telah disulap menjadi suatu tempat tinggal yang amat nyaman, jauh lebih nyaman daripada perumahan mana pun.”

“Oohh..rupanya tempat macam begitulah, tak heran kalau orang lain sukar untuk menemukannya.”

“Yaa, memang sukar untuk menemukan kendati pun letaknya persis di belakang bangunan perumahan tersebut, namun tingginya mencapai ratusan kaki lebih.”

“Kalau begitu, di dalam perkampungan tersebut terdapat sebuah lorong rahasia yang langsung berhubungan dengan tebing setinggi ratusan kaki itu?” sela Kian Hui seng.

“Benar, kecuali lorong rahasia tersebut, tidak terdapat jalan tembus lain untuk menuju keatas tebing mana, sebab tebing itu merupakan sebuah tebing manunggal yang dikelilingi oleh jurang yang amat dalam.”

“Aku pernah mendengar dari pembicaraan mereka, ada seorang diantaranya bilang hendak kembali ke istana batu untuk menerima perintah, mungkin gua rahasia itulah yang dimaksudkan?”

“Benar, tempat itu memang bernama istana batu Siau ki!”

“Nona, aku pernah berjumpa dengan tabib sakti Thong pak untuk generasi sekarang ini” ujar Kian Hui seng, “Kalau dilihat dari tampangnya, meski boleh dibilang memiliki suatu kepandaian khusus, namun belum cukup untuk menjadi seorang pentolan yang memimpin umat persilatan.”

“Oohh…kau pernah berjumpa dengan majikan kami?

Macam apakah dia..? tanya Siau-hong cepat. “Peristiwa ini berlangsung lebih kurang sepuluh tahun berselang, tampaknya dia berusia tiga puluh tahun, kurus jangkung dan senang mengenakan jubah panjang berwarna hijiau.”

“Pernahkah dia memberitahukan kepadamu siapa nama aslinya?”

“Kalau dibicarakan memang hal ini merupakan suatu kejadian aneh” sela Oh Hong cun, “Padahal banyak orang yang tahu tentang pesanggrahan tabib Thong pak, namun jarang sekali ada yang tahu siapa nama asli mereka, apa lagi nama lengkapnya.”

“Ia pernah memberitahukan kepadaku,” kata Kian Hui seng kemudian, “Agaknya ia bernama Yu Sam khi..”

“Betul!” seru Siau-hong cepat, “Dia adalah majikan kami..”

“Tampaknya orang ini jarang sekali berkelana didalam dunia persilatan, bukankah begitu?” tanya Oh Hong cun.

”Dia mah seringkali berkelana dalam dunia persilatan, cuma tiada orang yang mengenalinya saja.”

“Yaa, betul juga perkataanmu itu, lolap memang belum pernah mendengar nama orang ini.”

“Dia pandai sekali menyamar, bisa berbicara menggunakan dialek manapun, dalam kenyataan dia merupakan seorang manusia yang berbahaya dan menakutkan, adakalanya meski dia muncul disisimu pun belum tentu kau sadari.”

“Bila kedua belah pihak sama sekali tidak saling mengenal, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh.”

“Maksud siauli, bukan saja kalian kenal, bahkan dia adalah seorang yang amat kau kenal…” Si Han segera tertawa dingin, selanya:

“Heh..heh..hehh..hehh mana di dunia ini terdapat kejadian macam begitu? Sungguh amat sulit dipercaya.”

“Dia merupakan seorang manusia yang berbakat dan menguasai ilmu menyaru muka secara baik, tiada orang yang mampu untuk menandinginya.”

“Nona Siau-hong,” kata Kian Hui seng kemudian, “Terlepas sampai dimanakah taraf ilmu menyaru muka yang dimilikinya, tapi dia sudah pasti bukan seorang tokoh dalam dunia persilatan yang mampu untuk memimpin organisasi rahasia macam begitu.”

“Toako, apakah kau yakin akan hal tersebut?” tanya Cu Siau-hong tiba-tiba.

“Saudaraku, jangankan dia, toako sendiri pun tidak memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin dari organisasi rahasia tersebut. Tokoh hebat yang mampu memimpin manusia-manusia buas semacam ini sudah pasti harus memiliki semacam kewibawaan yang luar biasa, entah kewibawaan dipandang dari sudut kebaikan atau kelaliman ianya yang pasti Yu Sam khi tidak memiliki kewibawaan seperti itu.”

Siau-hong segera manggut-manggut.

“Kian tayhiap memang memiliki pengetahuan serta pengalaman yang amat luas, pandanganmu tentu saja jauh berbeda dengan pandangan kebanyakan orang..”

“Apa?” seru Cu Siau-hong keheranan, “Yu Sam khi bukan otak atau dalang yang sebenarnya dari organisasi rahasia tersebut?”

Siau-hong termenung sebentar, kemudian berkata: “Dia memang seorang yang berbakat, seorang berilmu silat tinggi dan ilmu pertabiban yang sempurna, oleh sebab itu dengan cepat ia berhasil menciptakan ilmu beracun yang mengerikan.”

Berbicara sampai disitu, sorot matanya segera dialihkan kearah Si Han, Kian Hui seng, Oh Hong cun dan Cu Siau hong, kemudian ia menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi.

Tiba-tiba Si Han menyela:

“Nona, kami berdua telah memahami duduk persoalan yang sebenarnya, dengan demikian kami pun sudah mengetahui siapa gerangan musuh besar pembunuh ayah kami. Oleh sebab itu kami berdua telah datang tanpa diundang..”

Tergerak hati Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, pikirnya:

“Kedua orang ini datang tanpa diundang, apalagi semua orang sedang memusatkan segenap perhatiannya keatas tubuh Siau-hong, nyatanya tak seorang pun yang tahu sejak kapan mereka berdua datang, tapi mengapa mereka kemari?”

Kalau orang lain mungkin hanya akan merasa kaget disamping merasa malu dan menyesal.

Mungkin mereka terkejut akan kecepatan gerak dari dua bersaudara Si, dan malu serta menyesal karena keteledoran sendiri, sehingga kedatangan mereka berdua sama sekali tidak diketahui.

Berbeda hanlnya dengan Cu Siau-hong, kecuali terkejut bercampur malu, dia pun menaruh perasaan curiga. Diam-diam dia meningkatlkan kewaspadaan dalam hatinya dan mengalihkan seluruh perhatiannya keatas tubuh kedua orang ini.

Kendatipun demikian, diluaran ia masih tetap mempertahankan ketenangannya seperti semula, sama sekali tidak menunjukkan perkataan apa pun.

Kian Hui seng mempunyai nama dan kedudukan yang cukup terhormat dalam dunia persilatan, dia pun merupakan seorang jagoan yang suka berbicara blak-blakan, dengan kening berkerut ia segera menegur:

“Hei, sejak kapan kalian berdua datang kemari?

Mengapa kami tidak mengetahuinya?”

“Kami datang kemari dengan begini saja, tiada orang yang menghalangi kepergian kami,” sahut Si Han cepat.

“Ooh, jadi lantaran perhatian semua orang sedang ditunjukkan ke tubuh nona Siau-hong, maka tiada orang yang memperhatikan kalian?”

“Benar, kalian semua telah mencabangkan perhatiannya, maka tiada orang yang memperhatikan kehadiran kami berdua.”

Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

“Namun, kami pun benar-benar tidak tahu kalau orang yang tak diundang tak boleh mengikuti pertemuan kali ini. Orang kuno bilang : siapa tak tahu dia tak salah kalau toh memang kurang leluasa, biarlah kami mohon diri lebih dahulu.”

Dia bangkit berdiri, menjura dan membalikkan badan dan berlalu dari situ.

Tampaknya semua jago merasa agak kurang senang atas kehadiran dua bersaudara Si itu tanpa diundang kecuali itu perasaan mana tak sampai diutarakan secara terang terangan namun nampak sekali pada perubahan mimik wajah mereka semua.

Oleh sebab itu terhadap kepergian dua bersaudara Si tersebut, semua orang pun tidak menunjukkan sikap untuk menghalanginya. Mendadak Cu Siau-hong bangkit berdiri kemudian serunya:

“Harap kalian berdua suka berhenti!”

Waktu itu Si Han sudah maju dua langkah, dia lantas membalikkan badan sambil menegur:

“Saudara Cu, kau ada petunjuk apa?”

“Kalau toh sudah datang, lebih baik berdiamlah disini, sekarang kamu berdua sudah banyak mendengar tentang rahasia ini, pergi atau tidak sudah bukan masalah lagi.”

“Oooh, lantas apa maksud saudara Cu?”

“Kalian berdua datang agak terlambat, tentunya belum mengetahui kalau kami mempunyai satu peraturan bukan?” sambung Cu Siau-hong cepat.

Setelah mendengar perkataan yang terakhir ini para jago baru mengerti kalau Cu Siau-hong sengaja hendak menahan dua bersaudara Si itu lantaran ada maksud tertentu.

“Peraturan? Peraturan apa?” tanya Si Han.

Cu Siau-hong bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan menghampiri Si Han, kemudian ujarnya:

“Peraturan kami menentukan, barang siapa yang telah menghampiri pertemuan disini, maka dia harus memegang teguh setiap aturan yang telah ditetapkan, sebab rahasia ini menyangkut beratus-ratus jiwa manusia, suatu kesalahan yang diakibatkan dari perbuatan kami sudah cukup untuk menentukan mati hidup mereka.” -----oodokozoooo------

“Saudara Cu, walaupun kau telah berbicara setengah harian lamanya, tapi aku rasa belum menjelaskan duduk persoalan yang sesungguhnya…” tukas Si Han.

“Sekarang juga akan kukatakan, peraturan yang harus kita pegang teguh adalah, pertama, barang siapa mengikuti pertemuan ini, dia harus seorang pemimpin dunia persilatan dan orang itu dilarang meninggalkan tempat ini.”

“Masih ada yang kedua?”

“Kedua, kedua belah pihak harus berhadapan dengan blak-blakan, berjiwa terbuka, tak boleh merahasiakan sesuatu atau berpura-pura dalam tindakan.”

Si Han segera tertawa.

“Bagus sekali, masih ada yang ketiga?” dia bertanya. “Asal dua syarat pertama bisa dikerjakan, aku pikir kita

sudah cukup untuk saling percaya mempercayai.”

“Benar juga ucapanmu itu, kedua peraturan ini memang bagus sekali, dan cukup untuk mengatasi banyak kemunafikan dari dunia persilatan, cuma dalam peraturan yang pertama, kami rasa kami dua bersaudara tidak berhak untuk berdiam lebih lama lagi disini.”

“Jadi kalian berdua ingin pergi?”

Si Ih nio menengok kearah Si Han, kemudian menengok pula kearah Cu Siau-hong, setelah itu serunya:

“Koko, kau!”

Si Han mengulapkan tangan dan mencegah Si Ih nio untuk berbicara lebih jauh, kemudian sambungnya: “Adikku, kau tak usah banyak berbicara, dunia bukan selebar daun kelor, kemana pun kita berdua masih bisa pergi, mengapa harus berlindung dibawah ketiak orang lain?”

Penampilannya ini cukup tajam, gagah dan bernada memelas, gampang sekali menimbulkan perasaan simpatik orang lain.

Walaupun kebanyakan orang yang hadir di arena sekarang cukup mengetahui akan perangai Cu Siau-hong, namun mereka pun merasa tidak puas oleh kehadiran dua bersaudara Si tanpa diundang, maka tanpa terasa semua orang memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong.

Sambil tertawa Cu Siau-hong segera berkata:

“Saudara Si, bukan saja kau pandai menggunakan cara yang keji, lagi pula pandai sekali berbicara, namun sayang saudara Si telah salah sasaran…”

“Sasaran yang bagaimanakah yang dikatakan salah?” tanya Si Han keheranan.

“Semua orang yang berada disini berkumpul karena suatu ketidaksengajaan, di hari-hari biasa, sebagian besar dari kami tidak saling mengenal, tapi untuk melindungi keselamatan sendiri, mau tak mau tiada orang yang mengartikan perlindungan ini sebagai suatu kejadian yang kau maksudkan sebagai berlindung dibawah ketiak orang, jadi aku rasa sia-sia saja usaha saudara Si untuk mengadu domba diantara kami semua.”

“Apa maksud perkataanmu itu?”

“Berbicara dari pengalaman saudara Si di dalam dunia persilatan, tentunya tak mungkin kau tidak mengetahui tentang peraturan dunia persilatan yang paling sederhana bukan?” “Maksudmu..?”

“Aku bilang dengan pengalaman saudara Si yang begitu luas, mustahil kau akan menghadiri pertemuan ini tanpa diundang.”

“Jadi saudara Cu maksudkan kami dua bersaudara tidak seharusnya datang kemari?” seru Si Han dengan suara dingin.

“Yaa, memang tidak seharusnya datang.”

“Baik! Kalau toh begitu, kami akan segera memohon diri.”

“Tunggu sebentar saudara Si! Sebenarnya kau tidak seharusnya datang, tapi kalau toh sudah datang, apalagi sudah mendengar pembicaraan kami, kau tidak seharusnya pergi meninggalkan tempat ini..”

“Saudara Cu, perkataanmu makin lama semakin membingungkan saja, apa maksudmu? Apakah ingin menahan kami berdua disini?”

“Kami tak akan menahan kalian dua bersaudara dengan kekerasan, tapi bila saudara Si ingin menghindarkan diri dari segala kecurigaan orang, paling baik bila tetap tinggal disini.”

“Bila aku bersikeras hendak pergi?” tantang Si Han ketus,

Buru-buru Si ih nio berseru:

“Koko, mengapa? Mengapa kau bersikeras hendak pergi?”

“Adikku, tetap tinggal disini atau pergi meninggalkan tempat ini bagi kita berdua bukanlah suatu kejadian yang teramat penting..” “Koko, apa sebabnya kau tetap tinggal disini saja?”

“Tidak bisa, adikku, kita orang-orang dari keluarga Si tak boleh sampai kehilangan muka didepan orang banyak, kita boleh saja tetap tinggal disini, namun tidak tinggal dalam keadaan seperti ini.”

“Ooooh…”

“Didalam keadaan yang bagaimanakah kalian bersedia untuk tetap tinggal disini?” seru Cu Siau-hong kemudian.

Paras muka Si Han berubah menjadi dingin dan serius, sahutnya:

“Saudara Cu, aku tidak mengetahui siapakah kau, tapi aku dapat melihat kalau engkau memiliki kekuasaan yang cukup besar diantara kelompok manusia-manusia tersebut, oleh sebab itu ucapanmu tak pernah bisa direm dan ngerocos terus menerus.”

“Saudara Si, kita tak usah bersilat lidah lagi untuk membicarakan persoalan yang sama sekali tak ada gunanya itu.”

“Akupun dapat merasakan bahwa sikap saudara Cu sewaktu berbicara denganku sama sekali tidak kompromi, melainkan suatu paksaan yang bila perlu hendak kau gunakan dengan kekerasan.”

“Oooh, kalau begitu siaute telah melakukan kesalahan terhadap dirimu..”

“Betul, apabila siaute masih mempunyai harga diri, maka siaute sudah pasti akan merasa tak puas oleh sikap ketusmu itu”

“Seharusnya masih ada satu cara bukan, yang bisa menahan saudara Si di tempat ini.” “Hanya ada satu cara, gunakan ilmu silatmu dan usahakan untuk menahan aku disini”

“Saudara Si, cara ini merupakan cara yang paling jelek, lebih baik kita tukar dengan cara yang lain saja.”

“Tidak bisa” seru Si Han dingin.

Kian Hui seng turut berkerut kening, selanya:

“Saudara Si, lebih baik janganlah bikin urusan menjadi semakin runyam.”

“Jadi Kian tayhiap bersiap sedia hendak turun tangan sendiri?”

Cu Siau-hong segera menggoyangkan tangannya mencegah Kian Hui seng mencampuri urusan ini, kemudian sambil tertawa hambar katanya:

“Kecuali cara yang diatas tadi, apakah saudara Si masih bisa mengajukan suatu cara yang lain?”

“Aku tak bisa memikirkan cara lain, bila saudara Cu mempunyai cara yang lebih hebat, aku mah bersedia untuk mendengarkannya”

“Siaute rasa saudara Si toh tidak ada urusan yang amat penting sifatnya, lebih baik bila kau tetap tinggal disini saja.”

“Tetap tinggal disini? Mau apa?”

“Saudara Si, mungkin didalam persoalan ini aku tak bisa mengutarakan alasan yang jauh lebih besar, namun tetap tinggal disini, paling tidak bisa membuktikan akan kebersihan saudara Si.”

“Ooh, jadi apabila aku menampik untuk tinggal disini, berarti aku tidak bersih?”

Tiba-tiba Thian Pak liat ikut menimbrung dari samping. “Betul, apabila saudara Si terburu napsu hendak pergi meninggalkan tempat ini, berarti kau ada sesuatu perbuatan yang perlu dicurigai..”

Mendadak terdengar Tham Ki wan berteriak keras: “Nona Siau-hong…nona Siau-hong…”

Sepasang mata Cu Siau-hong menatap wajah Si Han lekat-lekat, sementara mulutnya berseru:

“Saudara Tham, bagaimana keadaan Siau-hong?”

Dimulut dia menanyakan soal Siau hong, sementara orangnya menghadap kearah Si Han sambil melakukan persiapan guna menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

“Sudah mati!” jawab Tham Ki wan singkat. Dengan suara rendah Cu Siau-hong segera berseru:

“Harap saudara sekalian sudi mundur sedikit lebih ke belakang.”

Sementara dia sendiri maju selangkah kedepan dan tangan kanannya menggenggam gagang pedangnya kencang-kencang, serunya lebih jauh:

“Si Han, apakah kau yang telah membunuh nona Siau hong?”

“Omong kosong, mengapa aku harus membunuhnya?” “Kau terburu-buru hendak pergi meninggalkan tempat

ini, karena kau telah membunuh nona Siau-hong” seru Tham Ki wan cepat.

“Yaa, karena kau bukan Si Han!” Cu Siau-hong menambahkan. Ucapan yang terakhir ini sangat menggemparkan semua jago yang hadir, sehingga untuk beberapa saat lamanya, mereka sama-sama berdiri tertegun dengan wajah tercengang.

Si Han segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

“Haaahh…haaahh..haaahh..kalau aku bukan Si Han, siapakah aku? Benar-benar suatu berita yang lucu dan amat menggelikan”

Sementara itu, Tan Heng, Ong Peng, Seng Hong dan Hoa Wan telah berdatangan kesitu, meskipun beberapa orang itu berdiri agak jauh dari arena, namun masing masing pihak telah menghadang jalan pergi diri Si Han.

“Siapakah kau?” seru Cu Siau-hong lagi, “Meski sampai sekarang aku masih belum tahu, tapi yang pasti kau bukan Si Han yang sesungguhnya”

“Kalau aku bukan Si Han, apakah di pun bukan Si Ih nio?” bantah Si Han cepat.

Sementara itu, Si Ih nio telah menatap wajah Si Han lekat-lekat, kemudian menegur:

“Koko, sebenarnya apa yang telah terjadi?”

Sambil menuding kearah Cu Siau-hong, Si Han berkata lebih jauh:

“Apa yang telah terjadi? Bocah keparat ini hendak sok pintar dan ingin membuat beberapa kejutan saja, dia menuduh aku bukan Si Han yang asli”

Mendengar ucapan mana, Si Ih nio segera menghela napas panjang:

“Aaai,.orang ini pun terhitung cukup aneh, mana boleh dia menuduh orang semaunya sendiri?” Si Han tersenyum, serunya cepat:

“Sekarang mungkin termasuk kau sendiri pun ikut dicurigai mereka, mungkin mereka menganggap kau bukan Si Ih nio.”

“Jika aku bukan Si Ih nio, siapakah yang bernama Si Ih nio?”

“Waah, ini mesti ditanyakan kepada Cu Siau-hong ini, dia berlagak sok pintar, mungkin orang lain tak akan memahaminya.”

“Koko, aku lihat kita harus lebih bersabar lagi…”

Sesudah memandang sekejap kearah sekeliling tempat itu, sambungnya lebih jauh:

“Koko, jumlah mereka terlalu banyak”

“Adikku, sebagai keturunan keluarga Si, sekalipun harus mati di medan pertempuran, kitga tak boleh sampai menghilangkan muka keluarga Si”

“Koko, apakah kau bersiap sedia untuk melangsungkan pertarungan mati-matian dengan mereka?”

“Benar, kita tak dapat menyerah kalah dengan begitu saja”

Mendadak Si Ih nio melompat ke samping dan melayang turun di sisi Cu Siau-hong.

“Adikku, kau…”

Jari tangan kanannya segera menuding kearah Si Ih nio. Mendadak Cu Siau-hong mencabut keluar pedangnya,

kemudian diayunkan ke depan menciptakan selapis cahaya tajam. Menanti dia menarik kembali serangannya, dari ujung pedangnya telah rontok puluhan batang jarum perak yang lembut seperti bulu kerbau.

Senjata rahasia selembut itu sudah jelas merupakan semacam senjata pembunuh yang sukar dilihat dengan mata telanjang.

Sembari menghembuskan napas panjang, Cu Siau-hong berseru:

“Tampaknya Siau-hong tewas diujung jarummu” “Senjata rahasia tersebut bukan senjata rahasia dari

keluarga Si kami..” teriak Si Ih nio cepat.

“Bocah keparat, siapakah kau sebenarnya?” seru Kian Hui seng.

Golok panjangnya segera diayunkan kedepan dan tubuhnya menerjang dengan kecepatan luar biasa.

Dengan suara keras Cu Siau-hong segera berteriak: “Toako, jangan terlalu menyerempet bahaya, bila berada

tujuh depa di sekelilingnya, siapa pun tak akan mampu untuk menghindarkan diri dari serangan jarum beracunnya”.

Dengan cepat Kian Hui seng menarik kembali gerakan tubuhnya yang sedang menerjang kedepan itu.

Kembali Cu Siau-hong berseru:

“Kita harus menggunakan cara yang sama untuk memberi pelajaran kepadanya, kita hadapi dia dengan senjata rahasia”

Begitu seruan tersebut diutarakan, serentak semua jago mengeluarkan senjata rahasianya. Dalam waktu singkat, pisau terbang, piau emas, semuanya sudah dipersiapkan didalam genggaman.

Sambil tertawa Thian Pak liat segera berseru:

“Senjata rahasia dari kau si bocah keparat memang cukup beracun, Cuma sayangnya hanya bisa digunakan terhadap orang yang berada tujuh depa disekelilingmu, sedang mereka yang berada di tempat jauh, sukar kau capai, sekarang, kamipun akan gunakan senjata rahasia untuk menghadapimu, akan kulihat apa yang bisa kau lakukan.”

Selesai berkata, dia lantas mengayunkan tangan serta kakinya hampir bersamaan waktu.

Tampak cahaya berhamburan kemana-mana, dua bilah pisau terbang, sebatang peluru perak ditambah lagi dengan dua batang panah pendek dalam waktu singkat telah berhamburan kedepan.

“Rasain juga Hui hong piau ku ini!!” bentak Tham Ki wan pula.

Baru saja Si Han berhasil menghindarkan diri dari serangan kelima macam senjata rahasia, piau belalang terbang dari Tham Ki wan sudah meluncur tiba.

Diapun terhitung seorang ahli senjata rahasia, begitu tubuhnya menjatuhkan diri di atas tanah, persis sekali dia berhasil meloloskan diri dari sambaran Hui hong piau tersebut.

“Sreeet…” desingan angina tajam menyambar lewat disisi telinganya, hampir saja sebutir peluru besi menghajar tubuhnya.

“Tahan!” teriak Si Han dengan suara keren.

“Harap saudara sekalian menarik kembali senjata rahasia masing-masing..” seru Cu Siau-hong cepat. Kemudian sambil menatap tajam wajah Si Han, lanjutnya:

“Apa lagi yang hendak kau katakana?”

“Aku hendak menantangmu untuk berduel” seru Si Han dengan suara yang dingin.

“Baik, akan kulayani.”

Si Ih nio yang berada disisinya cepat-cepat memperingatkan:

“Hati-hati dengan jarum beracunnya, senjata itu sangat lihay, sewaktu dipancarkan sama sekali tak berwujud dan tidak menimbulkan sedikit suara pun”

“Adik!” tegur Si Han dingin, “Cepat benar kau berubah hati, aaai..dasar perempuan! Benar-benar menakutkan”

“Kau bukan kakakku, kau pada hakekatnya bukan anak keturunan dari keluarga Si,” teriak Si Ih nio dingin.

Si Han segera tertawa sesudah mendengar perkataan itu. “Apa? Kau mengatakan aku bukan Si Han”

“Kau bukan,..hmmm..bila terbayang bagaimana selama beberapa hari ini aku selalu menganggapmu sebagai kakakku, sungguh membuat hati orang menjadi mual!”

Si Han segera tertawa terbahak-bahak. “Haah…haah..haah..adikku, kalau aku bukan kakakmu,

lantas aku adalah apamu?”

“Kau adalah setan, kau siluman! Pokoknya kau bukan manusia.”

“Budak busuk!” Si Han menjadi marah, “Tahu begini, sejak  dua  malam  berselang  kulahap  dirimu,  sungguh tak kusangka gara-gara belas kasihanku, hari ini malah meninggalkan bibit bencana bagi diriku sendiri.”

“Semenjak dua malam berselang, semestinya aku sudah menyadari akan hal ini, tapi aku malah mempercayai banyolanmu, aku percaya kalau kau sedang mabuk”

“Huuh, untung penampilanmu pada malam itu amat bersungguh-sungguh dan suci bersih, sehingga menimbulkan perasaan iba dan kasihan dalam hatiku, sehingga membiarkan kau lolos dari bencana”

“Hei, sebenarnya siapakah kau? Kau telah apakan kakakku?”

“Apakah kau ingin tahu?”

Si Ih nio segera menghela napas panjang: “Apakah kau telah membunuhnya?”

“Tidak, sekarang dia masih hidup dalam keadaan baik baik, Cuma saja setiap saat kemungkinan besar dia bisa mati.”

“Nona,” ujar Cu Siau-hong kemudian, “Sudah beberapa hari lamanya kau berada bersamanya? Apakah kau sama sekali tidak tahu kalau dia bukan kakak kandungmu?”

Si Ih nio menghela napas panjang: “Aaaai..penyaruannya    kelewat    mirip,    bahkan suara

maupun tingkah lakunya seperti sama sekali tak berbeda,

tentu saja ada hal-hal kecil yang bisa menimbulkan kecurigaanku tapi dengan cepatnya kecurigaan tersebut berhasil dikelabuhi olehnya”

“Nona Si, untung sekali kau tidak sampai membongkar penyaruannya kalau tidak, kemungkinan besar kau bisa kehilangan kehormatanmu, atau bisa kehilangan nyawamu.” “Bagaimanapun juga Thian telah melindungi diriku, tapi kakak kandungku telah mati dibunuh mereka.”

“Sungguh lihay” pekik Oh Hong cun pula, “Ilmu menyaru muka yang dimiliki orang ini memang hebat sekali, sampai adik kandung sendiri pun sukar untuk membedakannya secara jelas, benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang tidak gampang, jago lihay ilmu menyaru muka semacam ini tidak banyak jumlahnya didalam dunia persilatan, sebenarnya siapakah kau?”

“Sekarang aku masih tetap Si Han, kau panggil saja Si Han kepada diriku”

“Kejadian telah berkembang menjadi begini, apakah kau masih belum berani untuk menyebut nama aslimu? Apakah kau tidak merasa kelewat kecil nyalimu itu?” ejek Cu Siau hong.

“Mengapa aku harus memberitahukan kepada kalian siapa diriku ini?”

“Kau tidak berani mengatakannya?” “Aku tidak bersedia!”

“Padahal, sekalipun tidak kau katakan, toh kami juga sudah tahu siapakah dirimu”

“Aaah, masa iya? Coba kau katakana siapakah diriku?” “Yu Sam khi, pemilik pesanggrahan tabib Thong pak..’ Si Han segera tertegun sesudah mendengar perkataan itu. Terdengar Cu Siau-hong berkata lebih jauh:

“Ditinjau dari tindakan yang kau ambil sendiri untuk membunuh Siau-hong hal ini menunjukkan betapa pentingnya gadis tersebut bagimu, cuma kau pun jangan terburu napsu merasa bergembira atas keberhasilan sendiri.” “Mengapa?”

“Kau mengetahui rahasia tentang organisasi rahasia tersebut jauh lebih banyak daripadanya, kedudukanmu juga jauh lebih penting, asal kami berhasil menahanmu disini maka mereka pun sudah pasti akan mengutus jagoan yang lebih banyak untuk membunuhmu..”

“Omong kosong, memangnya kalian benar-benar sanggup untuk menahan diri ku disini?”

“Benar, kami tak segan-segan mengorbankan segala apa pun untuk menahanmu disini sampai waktunya, kau bisa menguatirkan keselamatanmu sendiri.”

“Mengapa?”

“Seperti juga mereka hendak membunuh Siau-hong, maka merekapun akan berusaha untuk membunuhnya.”

-oo>d’w<oo-

SESUDAH menghembuskan napas panjang, sambungnya lebih jauh:

“Kau sangat takut mati, maka kau tak akan bunuh diri meskipun Siau-hong belum sempat mengungkapkan semua rahasia hatinya tapi asal ada satu, tidak sulit untuk berpikir apa dari rahasia yang sudah diungkapkan darinya, tidak sulit bagi kita untuk memikirkan persoalan yang lebih banyak. Aku lihat kau pun tak usah kelewat menilai tinggi diri sendiri, toh kedudukanmu tidak lebih hanyalah sebangsa kelas tiga”

“Omong kosong…”

Cu Siau-hong tertawa, sambungnya lebih jauh: “Nama besar pesanggrahan tabib Thong pak tidak begitu termashur didalam dunia persilatan, oleh sebab itu tiada orang yang akan menduga tempat tersebut tapi seandainya terdapat beberapa orang jago persilatan yang bermunculan disana pun kemunculan mereka tak akan sampai menimbulkan kecurigaan orang, itulah sebabnya mengapa mereka memanfaatkan pesanggrahan tabib Thong pak milik kalian”

“Kalau didengar dari nada pembicaraanmu itu, sepertinya masih ada alasan yang kedua?” pelan-pelan Si Han berkata.

“dari hal ini tebukti sudah kalau kau bukan Si Han” “Kalau aku bukan Si Han, siapakah diriku ini?” “Yu Sam khi”

“Kau begitu yakin?” “Benar!”

“Baik, anggap saja aku Yu Sam khi! Bila aku bukan Si Han, siapakah diriku juga bukan masalah penting, cuma kami berharap untuk mengetahui apakah alasanmu yang kedua itu?”

“Kau sangat menaruh perhatian terhadap persoalan ini, hal mana membuktikan kalau kau adalah Yu Sam khi.”

“Mengapa?”

“Sebab hanya Yu Sam khi seorang yang akan menaruh perhatian khusus terhadap persoalan ini.”

“Anggap saja aku memang Yu Sam khi.” Cu Siau-hong tersenyum.

“Kecuali ilmu pengobatan kalian, bisa jadikan sebagai kedok luar mereka, sudah pasti masih terdapat suatu  alasan lain yang jauh lebih penting yang membuat mereka memilih tempat tersebut.”

“Apa sebabnya?”

Cu Siau-hong termenung sambil berpikir sebentar kemudian balik bertanya:

“Rupanya kau sedang mencoba kepandaianku” Yu Sam khi segera tertawa hambar.

“Aku ingin mengetahui, sampai dimanakah kau memahami akan persoalan ini?”

“Ilmu pertabiban dari keluarga Yu kalian mungkin saja memiliki suatu keistimewaan tertentu, namun kalau berbicara mengenai seluruh dunia persilatan, maka pesanggrahan tabib Thong pak masih belum bisa terhitung suatu keluarga persilatan yang ternama, juga tiada kepandaian hebat yang bisa menjagoi seluruh kolong langit. Mereka bisa memilih tempat tersebut, hal ini mungkin disebabkan soal tanah disekitar sana yang memiliki suatu keistimewaan tertentu.”

“Cu Siau-hongm, dengan usiamu yang begitu muda, ternyata bisa mengetahui begitu banyak persoalan, bagimu pribadi, hal tersebut bukanlah suatu perbuatan yang kelewat baik”

“Oya..”

“Seandainya aku berhasil meninggalkan tempat ini dengan selamat, sesudah aku berhasil membunuh Siau-hong tadi, mungkin kalian masih ada beberapa bagian harapan untuk melanjutkan hidup, sangat tidak beruntung kalian telah mengetahui perbuatanku ini.”

“Lantas apa pulan yang bakal terjadi?” “Bila aku tak dapat meninggalkan tempat ini, maka mereka akan melancarkan serangan dengan sekuat tenaga, tiga puluh enam orang jago pembunuhn kelas satu akan berbondong-bondong datang kemari, dengan cepatnya mereka akan saling berhadapan muka dengan kalian.”

“Yu Sam khi, sebelum kehadiranmu disini kami sudah kelewatan banyak menjumpai pembunuh-pembunuh yang kalian kirim kemari dan kami pun sudah banya mengalami pelbagai pengalaman yang mengerikan, kesemuanya itu masih belum cukup menciptakan suatu ancaman bagi kami, cuma ada satu hal yang ingin sekali kutanyakan hingga jelas..”

“Oooh, kaupun mempunyai persoalan yang belum kau pahami? “ tukas Yu Sam khi, “Katakan saja, siapa tahu aku bisa memberi penjelasan bagimu!”

“Aku memang ingin mohon petunjuk darimu.” “katakana saja!”

“Mengapa kalian harus memilih saat-saat seperti ini?” “Kau maksudkan disaat munculnya Pena Wasiat?”

“Benar, setiap umat persilatan menaruh hormat kepadanya, akan tetapi kalian….”

“Kami justru tidak memandang sebelah matapun terhadap mereka.”

Cu Siau-hong segera manggut-manggut, katanya lagi: “Jadi sengaja menantangnya untuk berduel?”

“Itupun tidak ada gunanya, kami tak akan menghamburkan waktu untuk menghadapi persoalan yang sama sekali tiada kegunaannya.” “Benar, orang yang memimpin organisasi kalian itu, sungguh merupakan seseorang yang pandai sekali mengatasi segala masalah”

“Asal kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi, sekarang, apakah aku sudah boleh meninggalkan tempat ini?”

“Kau tidak menguatirkan keselamatan jiwamu sendiri?” “Aku…aku..”

“Yu Sam khi, kami bersedia meninggalkan dirimu, tapi mereka tak akan melepaskan kau dengan begitu saja.”

“Cu Siau-hong, kau maksudkan mereka dapat membunuhku?”

“Apakah akan membunuhmu atau tidak, aku rasa dalam hati kecilmu sudah tahu sendiri.”

Yu Sam khi tertawa hambar.

“Terima kasih banyak atas petunjukmu sekarang apakah aku sudah boleh pergi dari sini?”

Kian Hui seng yang selama ini membungkam segera tertawa dingin selanya:

“Setelah membunuh orang kau anggap bisa pergi dengan begini saja dari sini?”

Yu Sam khi tertawa.

“Cu Siau-hong, apakah aku boleh meninggalkan tempat ini dengan aman tenteram?”

“Boleh” jawab Cu Siau-hong cepat, “Namun kami pun sudah sepantasnya mendapat sedikit balas jasanya”

“Aku mengerti” Mendadak dia mengangkat sepasang tangannya tinggi tinggi ketengah udara, sementara kesepuluh jari tangannya dirapatkan antara yang satu dengan lainnya, kemudian berseru sambil tertawa:

“Cu Siau-hong, kemarilah! Aku akan memberitahukan kepadamu“

Cu Siau-hong memasukkan kembali pedangnya kedalam sarung, kemudian pelan-pelan berjalan mendekat.

Apa yang kemudian diucapkan oleh Yu Sam khi diutarakan dengan suara yang amat rendah, sedemikian rendahnya sehingga hanya Cu Siau-hong seorang yang dapat mendengar.

Tidak banyak yang mereka bicarakan, paling banter hanya tiga empat patah kata saja.

Kemudian tampak Cu Siau-hong manggut-manggut sembari berkata:

“Silahkan saudara Yu!”

Kian Hui seng yang menyaksikan kesemuanya itu segera berkerut kening, tiba-tiba tegurnya:

“Saudaraku, apakah kau akan melepaskan dia pergi dengan begitu saja?”

“Ia telah membayar balas jasanya, tentu saja ia boleh pergi dari tempat ini.”

Diantara sekian banyak orang yang hadir, sudah sejak lama Cu Siau-hong sudah menanamkan kewibawaan yang besar, apalagi Kian Hui seng sendiri juga tak mampu untuk menghalanginya, tentu saja orang-orang yang lain cukup tahu diri, siapa pun tahu bahwa mereka tak mampu dibandingkan dengan Kian Hui seng. Memandang bayangan punggung Yu Sam khi yang pelan-pelan pergi menjauh, Cu Siau-hong berteriak lagi:

“Saudara Yu, bila kau berhasil meloloskan diri dari kematian, dengan senang hati kami akan menyambut kedatanganmu.”

Yu Sam khi berpaling dan tertawa sahutnya:

“Aku pikir mereka sudah mempunyai alasan yang cukup baik untuk membunuhku, cuma aku ingin mempertaruhkan dugaanku sendiri.”

Selesai berkata, dia segera mempercepat langkahnya berlalu dari tempat tersebut.

Sepeninggalnya orang itu, Kian Hui seng segera memburu kesisi Cu Siau-hong dan tegurnya:

“Saudaraku, mengapa kau lepaskan dia?”

“Betul” sambung Thian Pak liat cepat, “banyak sudah orang kita yang tewas, bahkan orang yang kita lindungi pun turut terbunuh.”

“Siau-hong pribadi sama sekali tidak berharga untuk dilindungi, yang perlu kita lindungi adalah rahasia didalam benaknya”

“Paling tidak, dia toh ada maksud untuk kembali ke jalan yang benar, tapi kita tak berhasil menyelamatkan jiwanya.”

“Tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, kita telah berusaha dengan segala kemampuan yang kita miliki. Buktinya ilmu menyaru muka dari Yu Sam khi dapat mengelabui nona Si, tentu saja sulit buat kita untuk berjaga jaga.”

“Saudara Cu, sekalipun bukan lantaran kematian Siau hong, kitapun tidak seharusnya melepaskan dia pergi” “Kematian Siau-hong pun tak lebih hanya sempat mengutarakan sebagian dari rahasia yang tersimpan didalam dadanya, rahasia tersebut tidak banyak membantu untuk kita, sedang apa yang kita ketahui tentang organisasi rahasia tersebut pun tidak akan menjadi lebih banyak, oleh sebab itu kita harus memperhatikan Yu Sam khi.”

“Saudara Cu, apa yang berhasil kau peroleh dari mulutnya?” tiba-tiba Oh Hong cun bertanya.

“Tidak banyak yang dia katakan, namun penting sekali artinya”

“Baiklah, Cu lote, harap kau sudi mengungkapkan latar belakangnya kepada kami semua” pinta Oh Hong cun lagi.

-oo>d’w<oo-

“OH tua, harap kau sudi memaafkan, aku tak dapat mengungkapkan rahasia tersebut kepada kalian”

“Mengapa demikian?”

“Saudara Cu” seru Tham Ki wan pula dengan suara dingin, ”Dalam keadaan dan situasi seperti ini, kami sudah menjadi orang dalam satu aliran, mengapa kita belum boleh mengetahui?”

“Aku telah bersedia untuk merahasiakan hal ini selama tiga hari, tiga hari kemudian, bukan saja aku akan memberitahukan kepada orang yang lebih banyak lagi, akan kubeberkan hal tersebut kepada seluruh umat persilatan yang ada di dunia ini”

“Dengan kedudukan dan posisinya waktu itu tentunya dia tak akan mengajak saudara Cu untuk bertukar syarat bukan?” tanya Si Eng. “Bukannya bertukar syarat, aku hanya lagi membuktikan akan satu persoalan”

“Membuktikan soal apa?”

“Membuktikan kedudukannya di dalam organisasi tersebut”

“Bagaimana caranya untuk membuktikan hal ini?” “Apabila kedudukannya dalam organisasi rahasia

tersebut  sangat  tinggi,  maka  dia  tak  akan  memperoleh

hukuman atau ganjalan disebabkan karena persoalan ini itu berarti apa yang dia beritahukan kepadaku tentu merupakan suatu kenyataan.”

Oh Hong cun manggut-manggut tanda mengerti sehabis mendengar perkataan itu.

“Sebaliknya apabila kedudukannya kurang tinggi, sudah pasti dia akan menerima hukuman yang cukup berat karena peristiwa ini.”

“Sekalipun dia memperoleh hukuman yang berat, bagaimana mungkin kita bisa mengetahuinya?” seru Oh Hong cun.

“Apabila mereka telah membunuh Yu Sam khi, sudah pasti mereka akan berusaha untuk memperlihatkan jenasahnya kepada kami”

“Lote, sekarang apa yang harus kita lakukan?” Cu Siau-hong segera tertawa.

“Musuh kita dewasa ini masih tetap menyembunyikan diri dibalik kegelapan, kembali mempertinggi kewaspadaan sendiri serta meningkatkan kesiap siagaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, aku rasa tiada cara lain yang bisa kita lakukan lagi.” “Kalau begitu, kita harus duduk saja sambil menantikan datangnya musuh?” seru Thian Pak liat.

“Yaa, seandainya mereka tidak menampilkan diri lagi, apa pula yang harus kita lakukan?” sambung Tham Ki wan.

“Soal ini mah tak usah kalian kuatirkan, berbicara menurut keadaan pada saat ini mereka sudah pasti akan berusaha untuk menghalang-halangi kita”

“Apakah organisasi rahasia ini benar-benar ada sangkut pautnya dengan Pena Wasiat?” seru Pek Bi taysu sambil berkerut kening.

“Taysu, kedudukanmu didalam dunia persilatan amat tinggi, terhadap masalah Pena Wasiat, seharusnya mempunyai…”

Pek bi taysu manggut-manggut katanya:

“Peristiwa ini terjadi pada lima tahun berselang hongtiang kuil kami telah mengumpulkan segenap anak murid perguruan kami untuk bersama-sama merundingkan persoalan ini, pada waktu itu didalam kuil kami terdapat seorang tianglo yang berotak amat cerdas dia mengemukakan kecurigaannya terhadap persoalan ini hanya saja dia tak bisa mengungkapkan sesuatu yang jelas tentang kecurigaannya itu.”

“Aaah, masa ada kejadian seperti ini?” seru Oh Hong cun, “Agaknya tidak hanya jago persilatan yang mengetahui akan hal ini.”

“Benar, perundingan tersebut hanyalah merupakan suatu perundingan antara sesama anggota partai saja, yang hadir pun merupakan murid-murid partai yang sudah mempunyai kedudukan tinggi, apa lagi Pena Wasiat sedang termashur dan jayanya dalam dunia persilatan ketika itu, tentu saja kami tak berani menyiarkan hal mana secara luas dalam dunia persilatan.”

“Bagaimana selanjutnya? Apakah partai kalian tidak ambil perduli lagi atas peristiwa tersebut?”

“Kalau dibicarakan, sebenarnya hal ini merupakan suatu rahasia besar bagi dunia persilatan. Waktu itu, hasil rapat para tianglo partai kami memutuskan dua hal, pertama untuk membuktikan kebenaran dari Pena Wasiat, dan kedua, menemukan si pelaku Pena Wasiat tersebut. Waktu itu kami telah mengutus delapan orang anggota kami, empat pendeta empat preman untuk terjun kedalam dunia persilatan dengan menyaru muka.”

Peristiwa ini merupakan suatu rahasia besar bagi dunia persilatan, hal mana membuat semua jago yang hadir di arena menjadi terbelalak dibuatnya,

“Taysu, bagaimana selanjutnya?” tanya Cu Siau-hong, “Apakah kau telah berhasil menemukan Pena Wasiat?”

“Delapan orang dengan terbagi menjadi dua rombongan, satu rombongan mencari tahu siapa pelaku Pena Wasiat dan rombongan lain membuktikan kebenaran dari pekerjaan Pena Wasiat. Akhirnya mereka pun memberikan jawabannya.”

“Bagaimana jawabannya?” tanya Oh Hong cun cepat. “Hasil  dari   penyelidikan  mereka  menunjukkan   kalau

semua    peristiwa    tersebut    merupakan    kenyataan, dan

membuktikan pula akan kehebatan dari Pena Wasiat, dan membuktikan juga akan kedudukannya dalam dunia persilatan, dia memang seorang yang pantas dihormati dan pantas untuk disegani..”

“Berapa lama yang dibutuhkan partai kalian untuk membuktikan persoalan-persoalan tersebut?” “Membutuhkan waktu selama empat tahun, dua tahun berselang mereka baru kembali ke Siau lim si dan membeberkan hasil penyelidikannya, oleh sebab itu pihak Siau lim pay sudah sama sekali tidak menaruh kecurigaan apa-apa terhadap segala perbuatan dan sepak terjang dari Pena Wasiat dalam dunia persilatan.”

“Bagaimana pula dengan rombongan yang menyelidiki si pelaku Pena Wasiat tersebut?”

“Keempat orang itu seperti batu kerikil yang tercebur ke tengah samudra luas, hingga kini sama sekali tidak ada khabar beritanya.”

“Apakah mereka tidak mengadakan hubungan kontak dengan pihak partai?” tanya Cu Siau-hong.

“Sebenarnya setiap tahun mereka pasti melakukan hubungan kontak satu kali dengan partai, kecuali tahun ini, mereka hanya mengadakan hubungan kontak satu kali, kemudian jejak mereka seakan-akan lenyap dengan begitu saja.”

“Mungkinkah mereka telah berjumpa dengan suatu bahaya maut atau ancaman mara bahaya?” tanya Kian Hui seng.

“Aaaai..delapan puluh persen mungkin memang begitu, paling tidak keadaan mereka tidak memungkinkan untuk berhubungan dengan kami.”

“Setelah membicarakan tentang soal ini, lohu pun jadi teringat pula akan suatu persoalan,” sela Oh Hong cun tiba tiba.

“Soal apa?” “Tiga tahun berselang, ketika lohu sedang mencari obat di bukit Hong san, tanpa sengaja aku telah berjumpa dengan seseorang yang sudah mendekati ajalnya..”

“Apakah dia adalah anak murid Siau lim pay? Siapa namanya?” seru Pek bi taysu dengan gelisah.

“Dia tidak sempat mengucapkan namanya, waktu itu baginya sudah sukar untuk berbicara lagi, dia hanya sempat menulis dua huruf ‘Siau lim’ saja diatas tanah kemudian putus nyawa.”

“Ooohhh…”

“Lohu dapat merasakan bahwa orang itu masih ingin menulis lebih jauh, tapi sayang tenaganya sudah tidak memadai lagi.”

“Berapa besar usianya?”

Oh Hong cun termenung sambil berpikir sesaat, kemudian ia baru menjawab:

“Kurang lebih lima puluh tahunan”

“Apakah Oh tua tidak melakukan penyelidikan lebih jauh?” tanya Cu Siau-hong.

“Aku pikir, seandainya kugunakan hawa murniku untuk membantunya, lewat jalan darah Ma bun hiat ketika itu mungkin saja aku dapat membantunya untuk mengungkapkan sedikit rahasia yang lain, sayang sekali pada waktu itu lohu sudah menaruh sedikit kesalahan paham.”

“Salah paham apa?” tanya Pek bi taysu.

“Waktu itu dia mengenakan pakaian berdandan seorang tukang kayu karena dia hanya menulis dua huruf ‘Siau lim’ saja, aku lantas salah menduganya sebagai orang yang terluka ditangan anggota Siau lim pay. Aku tahu, biasanya hanya orang jahat yang dibunuh orang-orang Siau lim pay, maka lohu lantas mengiranya sebagai orang jahat pula sehingga segan untuk mencari banyak perkara, aku tidak memperdulikan dia lagi dan segera berlalu dari situ.”

“Ooohh..kalau begitu nasib Oh tua memang lagi mujur” seru Cu Siau-hong tiba-tiba.

“Apa maksudmu?”

“Andaikata Oh tua turun tangan menolong, mungkin akan memperoleh sedikit rahasia, cuma karena begitu maka Oh tua pun jangan harap bisa meninggalkan bukit Hong san dalam keadaan selamat.”

Hampir semua yang hadir dalam arena sekarang adalah jago-jagi kawakan dari dunia persilatan, sudah barang tentu setiap orang dapat mendengar maksud lain dari perkataan Cu Siau-hong tersebut.

Oh Hong cun menghela napas panjang, katanya kemudian:

“Lote, maksudmu mereka telah menempatkan orang untuk melakukan pengawasan secara diam-diam?”

“Sudah pasti demikian, tadi aku sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan mereka, kemungkinan juga orang itu kenal denganmu, karena kau tidak mendapatkan rahasia apa-apa yang akan dibawa keluar dari bukit Hong san maka dia pun melepas kau pergi.”

Mendengar sampai disitu, Oh Hong cun lantas manggut manggut, katanya dengan cepat:

“Masuk diakal juga perkataanmu itu, sebab sesudah kejadian ini, lohu selalu merasa ada orang yang secara diam-diam menguntit di belakangku, hingga sampai di kota Lu ciu, perasaan tersebut baru lenyap tak berbekas.” “Oh tua, sebetulnya apa yang kau alami bukan hanya semacam perasaan saja, melainkan suatu kenyataan yang sebenarnya, betul-betul ada orang yang sedang menguntitmu secara diam-diam” kata Cu Siau-hong.

Sekali lagi Oh Hong cun manggut-manggut.

Cu Siau-hong tahu apabila pembicaraan dilanjutkan lebih jauh, bisa jadi akan menempatkan Oh Hong cun dalam posisi yang merikuhkan dirinya, maka dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya:

“Oh tua, masalah terpenting yang harus kita kerjakan sekarang adalah bagaimana caranya untuk menghimpun orang-orang tersebut menjadi suatu kekuatan yang maha besar yang bisa melakukan perlawanan dengan kekuatan mereka.”

“Aku rasa masalah ini bukan suatu persoalan yang terlalu gampang” kata Thian Pak liat, “Entah sebagian besar dari orang-orang yang terhimpun dalam kelompok kita merupakan busu-busu dunia persilatan, apabila kemampuan mereka harus digunakan untuk melawan kekuatan dari organisasi rahasia tersebut, aku pikir tindakan ini tak lebih hanya menghantar mereka ke jurang kematian belaka.”

“Thian heng, dari sekian banyak oarng yang hadir disini sekarang, berapa banyakkah yang bisa dipergunakan kemampuannya untuk terjun ke arena pertarungan?”

“Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan…kami telah perhitungkan didalamnya, dari empat kelompok manusia ini, apabila digabungkan menjadi satu, paling banter ada delapan Sembilan orang saja yang secara terpaksa masih bisa digunakan kekuatannya untuk terjun ke arena pertempuran.” “Hanya beberapa orang ini saja?”

“Sepintas lalu, jumlah kekuatan yang kita miliki cukup banyak, tapi bila benar-benar digunakan kekuatan, tidak banyak jumlah kekuatan yang bisa dipakai.”

Setelah berpaling dan memandang sekejap kearah Cu Siau-hong, dia berkata lebih jauh:

“Orang-orang dari kelompok itu tentunya bisa turun tangan semua bukan?”

Cu Siau-hong mengangguk.

“Yaa, kepandaian silat yang mereka miliki rata-rata amat tinggi, yang terpenting adalah mereka semua memiliki keberanian untuk mengorbankan diri, sekalipun berjumpa dengan orang yang memiliki ilmu silat sepuluh kali lebih hebat pun, mereka juga berani untuk turun tangan.”

“Masih ada lagi kedua belas orang murid yang lolap bawa” sambung Pek bi taysu dengan cepat, “Kepandaian silat yang mereka miliki masih terhitung lumayan juga mereka dapat digunakan kekuatannya untuk terjun ke arena pertempuran.”

“Dengan kekuatan dari belasan orang rekan, dua belas orang pendeta dari Siau lim pay ditambah lagi Kian toako, Oh tua, saudara Tham, saudara Ho, saudara Si, Pek bi taysu serta delapan Sembilan orang jago pilihan lainnya, aku rasa masih cukup untuk dipakai menghadapi situasi yang bagaimana pun gawatnya.”

“Jangan lupa masih ada aku,” sela Si Ih nio tiba-tiba. “Betul!” seru Cu Siau-hong sambil tersenyum, “Harus

ditambah dengan nona Si seorang” “Kecuali kami beberapa orang, disini masih terdapat enam puluhan orang jago lagi, bagaimanakah penyelesaian saudara Cu terhadap mereka semua..? tanya Thian Pak liat.

“Tentu saja kita tak bisa membiarkan mereka pergi meninggalkan kita, biarkan saja mereka menambah semangat tempat kita dari sisi arena..”

“Saudara Cu” seru Kian Hui seng mendadak, “Kalau toh mereka semua sampai hadir didalam kesulitan seperti ini, anggap saja nasib mereka lagi tidak mujur, asal bisa lolos dari musibah kali ini, paling tidak kita harus memberi sedikit hasil bermanfaat untuk mereka semua.”

“Apakah toako berniat untuk menyempurnakan kepandaian mereka?” tanya Cu Siau-hong sambil tertawa.

“Bagi mereka yang mempergunakan golok, akan kuwariskan tiga jurus serangan kepada mereka, ketiga jurus serangan itu sangat ganas dan buas tapi mudah dipelajari, jurus mana merupakan ciptaanku sendiri, dengan bekal ketiga jurus tersebut, paling tidak mereka bisa memiliki bekal melindungi keselamatan sendiri. Sedangkan bagi mereka yang menggunakan pedang, terpaksa harus merepotkan kepada saudara Cu agar mewariskan pula tiga jurus ilmu pedang kepada mereka.”

“Baiklah!” kata Cu Siau-hong kemudian, “Siaute pasti akan berusaha dengan segala kemampuan.”

“Lolap bersedia pula mewariskan jurus ilmu pukulan” seru Pek bi taysu cepat, “Ilmu pukulan itu merupakan inti sari ilmu Kim kong kun kuil Siau lim si kami, biasanya selain murid Siau lim pay, orang lain dilarang untuk mempelajarinya, tapi hari ini lolap akan melanggar kebiasaan tersebut…” “bagus sekali, tindakan semacam ini sudah pasti akan meningkatkan semangat juang setiap orang” seru Oh Hong cun.

“Lolap rasa, apabila hendak bertindak maka kita harus bertindak secepatnya”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar