Dia merambat naik dengan gerakan yang pelan sekali, lagipula sangat berhati-hati.
Sebisa mungkin pemuda itu berusaha agar tidak menimbulkan sedikit suarapun.
Thian Pak liat yang menyaksikan kejadian tersebut diam diam menjadi malu sendiri, segera pikirnya:
"Ya, benar! Kabur melalui atas pohon memang merupakan satu-satunya kesempatan yang kami miliki, cara begini sederhanapun ternyata tak berhasil kupikirkan" Maka dia segera menghimpun tenaga dalamnya kemudian merambat pula ke atas pohon.
Dengan tak memakan waktu berapa lama, kedua orang itu sudah berada dua kaki jauhnya dari permukaan tanah.
Kini mereka sudah berada diantara cabang-cabang dahan pohon yang lebat itu.
Bila mereka merambat lebih tinggi lagi, maka kemungkinan besarjejak mereka malah akan ketahuan.
Maka sambil berpegangan pada dahan pohon, diam diam mereka mulai mengatur pernapasan masingmasing.
Sesaat kemudian Cu Siau-hong memberi tanda agar melanjutkan perjalanan kembali bersamaan itu pula dia mulai berpaling dan memeriksa jalan mundurnya.
Thian Pek liat segera manggut-manggut.
Hampir pada saat yang bersamaan mendadak kedua orang itu melejit ke tengah udara, kemudian sepasang kakinya menjejak dahan pohon keras-keras.
Tubuh mereka segera melejit dan meluncur meninggalkan dahan pohon tersebut dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Betul juga, tindakan dari Cu Siau-hong berdua ini sama sekali diluar dugaan pihak lawan.
Menanti pihak musuh menyadari akan hal ini, mereka berdua sudah kabur sejauh tiga kaki dari tempat semula, dan lolos dari jarak jangkauan dari bidikan Cu bu tui hun ciam tersebut, dan secara enteng sekali mereka berhasil melayang turun ke tengah semak belukar yang lebat dengan selamat.
Begitu lolos dari bahaya, dengan wajah kagum Thian Pak liat segera memuji. "Aaah aku cuma seorang yang bodoh, hanya kebetulan saja kuperoleh akal tersebut"
Kembali Thian Pak liat tertawa.
"Penampilan, reaksi yang cerdas hanya bisa ditimbulkan, seseorang apabila dia memiliki bakat yang bagus ditambah pengetahuan sehari-hari yang luas, walaupun berhasil atau gagalnya ada berapa persen memang tergantung nasib, tapi yang merupakan modal utama toh tetap kecerdasan otak."
Cu Siau bong tersenyum.
"Aaah, aku toh hanya memperoleh akal bagus secara kebetulan saja, tak berani kuterima pujian dari saudara Thian..."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Saudara Thian, kau adalah seorang ahli senjata rahasia, aku mengharapkan usul dan saran dari saudara Thian dalam menghadapi serangan dari Cu bu tui hun ciam lawan"
'Didalam kitab senjata, senjata rahasia tersebut menempati urutan ke empat, dari sini bisa diketahui betapa ganasnya jarum beracun tersebut, selain memiliki tabung dengan daya pancaran yang sangat kuat, pembuatannya pun tidak gampang, tabung itu sendiri harus dibikin menurut suatu rancangan serta perhitungan yang tepat, kini pihak lawan telah merendam jarum-jarum rahasianya dengan racun keji, hal ini menambah sifat senjata rahasia tersebut, aku rasa bahan terbuat dari rotan saja masih belum mampu untuk menahan serangannya, paling tidak kita mesti membuat tameng khusus untuk menghadapi serangan mereka"
"Andaikata Cu bu tui hun ciam dapat dibidikan secara beruntun, kemungkinan besar ke lima buah tabung jarum itu bisa menciptakan korban yang besar sekali untuk kita semua"
"Yaa, seandainya pihak lawan sampai membidiknya dari hadapan kita, kemungkinan untuk lolos dalam keadaan hidup memang kecil sekali"
"Saudara Thian, lantas apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi mereka? Di tengah bukit yang terpencil seperti ini, ke mana kita harus mencari bahan untuk membuat tameng?"
Thian pak liat kembali tertawa, sahutnya:
"Seseorang jago yang benar-benar berilmu tinggi, setiap benda yang ditemukan bisa saja dijadikan tameng untuk melindungi diri"
Mendengar perkataan itu Cu Siau-hong manggut manggut.
"Yaa, memang benar perkataan saudara Thian, tapi kalau berbicara menurut kemampuan daya bidik tabung jarum beracun itu, dapatkah bidikannya menembusi papan setebal dua senti"
"Hal tersebut tergantung juga mutu dari kayu yang dipergunakan, sebagai mana di ketahui daya bidikan jarum beracun itu meski tajam, tapi benda bidikannya sendiri toh kecil, sekalipun tameng rotan tak bisa menahan serangannya, tapi kalau ada kayu setebal dua inci, aku rasa sudah cukup untuk melindungi diri dari ancaman mereka.
"Terima kasih atas petunjuk saudara Thian, mari kita mundur dulu kedalam pasukan!"
Perbuatan situasi yang begini aneh serta pembantaian keji yang dilakukan lawan, membuat kawanan jago persilatan yang sebenarnya tercerai berai tanpa persatuan itu, tiba-tiba saja bersatu padu menjadi suatu kelompok kekuatan yang besar dan tangguh. Ketika Cu Siau-hong dan Thian Pak liat sudah mengundurkan diri keluar hutan, Oh Hong cun dan Pek bi taysu telah memimpin para jago mundur lagi sejauh belasan kaki dari posisi semula.
Ketika menyaksikan Cu Siau-hong dan Thian Pak liat sudah kembali dengan selamat, Oh Hong cun baru menghembuskan napas panjang, serunya berulang kali..
"Bagus! Bagus! Bagus! Akhirnya kalian berhasil juga kembali dengan selamat" Secara tiba-tiba saja timbul suatu perasaan simpatik dan kesan yang baik.
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan Oh Hong cun terhadap Cu Siau-hong bukan saja dia merasa orang ini memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, lagipula dapat diajak berunding bila menghadapi persoalan yang pelik dan serius, setiap kali menjumpai mara bahaya atau kesulitan yang tak terpecahkan, dia seakan-akan selalu tampilkan diri lebih dahulu untuk memecahkan masalah tersebut.
Dia adalah seorang-jago kawakan yang lebih berpengalaman luas, walaupun dalam hati kecilnya sudah timbul perasaan senangnya dengan Cu Siau-hong, tapi terhadap ke dua orang itu dia sama-sama memberikan sambutan yang hangat dan gembira.
Sementara itu Pek bi taysu telah mengundang datang ke dua belas orang Lohan nya, mereka semua kini berdiri dengan membawa dua buah senjata kencrengan tembaga.
Sambil tersenyum Thian Pak liat segera berkata rendah: "Saudara Cu, dua belas orang Lohan tersebut pandai
pula mempergunakan senjata kencrengan terbang, menurut
apa yang ku ketahui kencrengan terbang dari Siau lim si menempati urutan ke sepuluh di dalam kitab senjata, tapi kekuatan kencrengan terbang itu sendiri bisa jauh melebihi tarap yang diketahui, konon seandainya seseorang telah memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, dia bisa membunuh orang dari jarak sepuluh kaki. Aku pikir pelepas tabung-tabung jarum beracun itu belum tentu terdiri dari jago lihay semua, bisa jadi kencrengan terbang itu merupakan senjata tajam yang paling baik untuk menghadapi mereka"
Dia memang tak malu menjadi seorang ahli senjata rahasia kenamaan, setiap senjata rahasia yang terlihat olehnya, dia selalu dapat memberikan keterangan serta penjelasan yang cukup teliti.
"Saudara Thian" Cu Siau-hong berkata kemudian, "dalam kitab senjata, sebenarnya terdapat berapa macam senjata rahasia sih yang menempati urutan... ?"
"Sepuluh macam"
"Waah, kalau begitu kencrengan terbang dari Siau lim pay menempati urutan paling buncit?"
"Bisa menempatkan diri dalam urutan pun sudah terhitung lumayan, dari tiga belas macam senjata rahasia keluarga kami, hanya semacam saja yang mampu menempatkan diri dalam urutan senjata rahasia di kitab senjata..."
Cu Siau-hong segera dapat merasakan betapa luasnya ilmu pengetahuan orang ini, dia merasa sudah seharusnya untuk bersahabat dengannya dan sering kali mengajaknya berbincang-bincang, karena hal ini akan menambah banyak sekali pengetahuannya.
Tapi dia pun mengerti bahwa dia sendiri tak boleh menunjukkan penampilan yang terlampau menyolok, maka sambil manggut-manggut ujarnya: "Saudara Thian, ilmu pengetahuanmu benar-benar mengagumkan"
Kemudian dia membalikkan badan mendekati Ong Peng dan memesan sesuatu dengan suara lirih.
Ong Peng dengan membawa Tan Heng, Seng Hong dan Hoa wan segera berlalu dari situ dengan langkah cepat.
Dalam pada itu, Pek bi taysu sedang berkata dengan suara lantang:
"Setelah berada didalam hutan, kencrengan terbang akan kehilangan daya gunanya, kami beberapa orang rasanya sulit untuk menembusi sergapan senjata rahasia Cu bu tui hun ciam mereka"
"Sungguh tak kusangka dalam saat akhir penampilan Pena Wasiat dalam dunia persilatan, kita harus dihadapkan oleh suatu tantangan bertarung yang begini serius" keluh Oh Hong cun pula..
"Aaaai..." Cu Siau-hong turut menghela napas, "kalau dilihat dari cara musuh melakukan pembantaian, aku rasa kendatipun kita membubarkan diri sekarang, belum tentu pihak lawan akan melepaskan kita semua dengan begitu saja"'
Sebenarnya ada sementara orang yang telah bersiap-siap membubarkan diri untuk pulang kerumah dan tidak turut menghadiri pemunculan Pena Wasiat lagi, akan tetapi beberapa patah kata dari Cu Siau-hong
barusan, segera menimbulkan kekuatan yang sangat besar untuk mencegah mereka mengurungkan niatnya itu.
Orang-orang yang mati tergantung dalam hutan sudah merupakan semacam contoh yang teramat jelas, sudah barang tentu mereka tak berani mengambil resiko yang tak tiada gunanya, oleh karena itu merekapun tak berani sembarangan berkutik untuk memisahkan diri lagi dengan rombongan.
Kini Cu Siau-hong telah merasa yakin pula kalau mereka sedang dihadapkan dengan usaha penyerangan secara habis-habisan oleh pihak organisasi rahasia tersebut.
Untuk menjaga agar rahasia kejahatan mereka jangan sampai bocor dan diketahui orang lain, mereka merasa perlu untuk membinasakan setiap orang yang mengetahui rahasia itu.
Dengan kedudukan dan namanya didalam dunia persilatan, tentu saja tak mungkin baginya untuk meyakinkan para jago persilatan itu agar mau bekerja sama dan bersatu padu menghadapi musuh tangguh, oleh karenanya dia mesti menggunakan akal lain guna menyampaikan maksud serta tujuannya
Sekalipun cara yang kemudian dipergunakan ada berapa bagian merupakan gertakan belaka, tapi kenyataannya pun tak bisa dikesampingkan, dia dapat menduga seandainya orang-orang itu sampai membubarkan diri, bisa jadi pihak organisasi rahasia itu akan melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap mereka.
Karena bila mereka sampai membubarkan diri, berarti kemampuan mereka untuk melindungi keselamatan sendiri agak semakin bertambah lemah.
Dalam sepuluh langkah pasti ada rumput, Cu Siau-hong segera menemukan bahwa di antara rombongan jago persilatan yang telah menggabungkan diri itu terdapat banyak sekali manusia-manusia persilatan yang tak punya nama besar, tapi justru memiliki ilmu silat yang lihay sekali. Pelan-pelan Thian Pak liat berjalan mendekat, kemudian bisiknya dengan lirih.
'Saudara Cu..."
Sorot matanva yang tajam segera mengawasi wajah Cu Siau-hong lekat-lekat.
Tampaknya dia berusaha mencari suatu rahasia dari balik sikap Cu Siau-hong tersebut.
Cu Siau-hong berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan hatinya, kemudian bertanya: "Ada urusan apa?"
"Tampaknya kau sudah mengetahui dari manakah orang-orang itu berasal..?" bisik Thian Pak liat, dengan cepat Cu Siau-hong menggeleng.
"Aku tidak tahu, cuma aku tahu bahwa mereka tergabung dalam suatu organisasi, semacam organisasi besar yang misterius sekali, dan kini mereka sedang mengembangkan suatu operasi pembunuhan secara besar besaran terhadap kita"
'Maksudmu terhadap kita semua? Ataukah hanya terhadap kalian beberapa orang serta manusia yang berada didalam kereta kuda itu'.
Cu Siau-hong tertawa hambar.
"Saudara Thian, orang yang berada dalam kereta itu cuma merupakan satu alasan, tapi yang pasti bila kita tinjau dari sikap maupun pembicaraan mereka sekarang, tampaknya yang hendak mereka hadapi justru kita semua"
Thian Pak liat termenung sambil berpikir sebentar, setelah itu katanya:
"Saudara Cu, aku merasa amat cocok sekali setelah berjumpa denganmu, cuma aku selamanya tak senang kalau dikelabuhi orang, oleh karena itu aku ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya'
Terkesiap juga hati Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, pelan-pelan dia berkata:
"Ada suatu organisasi rahasia yang hendak menghadapi seluruh perguruan besar yang terdapat dalam dunia persilatan, kebetulan kita adalah pilihan mereka yang pertama untuk dijadikan korbannya"
"Apa yang siaute ketahui tidaklah begitu banyak, aku tidak mengetahui mereka berasal darimana, juga tidak mengetahui mereka adalah siapa.
"Apakah perempuan yang berada dalam kereta kuda itu mengetahui akan kesemuanya itu?"
"Mungkin saja dia tahu, tapi dia tak bersedia untuk mengutarakan keluar."
"Itulah sebabnya maka saudara Cu berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungi keselamatan mereka?"
"Yaa, aku berharap bisa mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, oleh sebab itu terpaksa aku mesti berusaha dengan seluruh kemampuan yang kumiliki"
"Baik! Aku percaya kepada saudara Cu, sekarang aku ingin menanyakan satu persoalan yang paling akhir"
"Asal siaute ketahui, pasti akan ku utarakan"
"Apakah perempuan itu pernah memberi tahukan kepada saudara Cu, sampai kapankah rahasia yang diketahui olehnya itu akan diberitahukan kepadamu ?"
"Ia tidak menjanjikan secara pasti, tapi tampaknya dia seperti hendak menunggu sampai saat munculnya Pena Wasiat" “Dan inipun merupakan salah satu alasan mengapa saudara Cu melindungi keselamatannya?'
"Benar"
Sambil tertawa Thian Pak liat segera berkata:
"Terima kasih banyak atas petunjukmu, aku merasa gembira sekali dapat bersahabat dengan saudara Cu".
"Terima kasth atas kesudianmu itu, siaute benar-benar merasa beruntung. ' buru-buru Cu Siau-hong menjura.
Kembali Thian Pak liat tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh baik! Sebagai seorang
lelaki sejati, persahabatan memang merupakan kunci utama menuju kesuksesan, aku orang she Thian pun tidak akan sungkan-sungkan lagi untuk memanggilmu sebagai saudara"
"Saudara Thian lebih tua, sudah sepantas nya kalau demikian"
Dalam pada itu, Oh Hong cun telah muncul dengan langkah cepat, sambil mendekat segera tegurnya:
"Hei, tampaknya kalian berdua dapat berkumpul dengan amat cocoknya '
"Oh tua, aku telah menganggap dia sebagai saudaraku sendiri" seru Thian Pak liat cepat.
Mendengar itu Oh Hong cun menghela napas panjang. "Didalam kesulitan, memang gampang untuk
menemukan teman sehati "
Sementara itu, Pek bi taysu dengan membawa Hun Hoa Jiu (tangan sakti pembelah bunga) Si Eng, Sui tiong sin liong (naga sakti dalam air) Ho Hou po, Pek poh hui hong (seratus langkah belakang terbang) Tham Ki wan berjalan mendekat dengan langkah tergesa-gesa.
Hun Hoa jiu Si Eng sudah berkenalan cukup lama dengan Thian pak liat, begitu bertemu dia lantas berkata sambil tersenyum.
"Aku dengar didalam hutan sana telah ditemukan beberapa puluh sosok mayat rekan persilatan yang tewas digantung, saudara Thian, apakah kau telah meneliti mayat mayat mereka?"
"Saudara Cu ini yang memeriksa" jawab Thian Pak liat. Si Eng segera berpaling dan memandang sekejap kearah
Cu Siau-hong, kemudian dia baru berkata sambil tertawa hambar.
"saudara Cu, apakah kau yakin bahwa mereka keracunan lebih dahulu sebelum di gantung diatas pohon!"
“Yaa, benar! Aku telah memeriksanya"
Selama beberapa hari ini anak muda tersebut selalu memperhatikan sikap jago-jago persilatan tersebut, kini ia sudah pandai melihat perubahan wajah orang serta membaca isi hati yang lain.
Dia menemukan bahwa Hun hoa jiu Si Eng adalah seorang yang tenang, dingin tapi kaku, suara pembicarannya angkuh dan tinggi hati, seakan-akan dalam hati kecilnya terselip semacam hawa keangkuhan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Biasanya orang semacam ini amat percaya dengan kemampuan sendiri, tapi biasanya mereka pun benar-benar berilmu. Cu Siau-hong telah menemukan bahwa Si Eng adalah manusia angkuh dalam type demikian. Sementara itu, Si Eng sudah mendehem pelan, kemudian berkata lagi:
"Saudara Cu, apakah kau yakin?"
Maksud dari ucapan tersebut sudah amatjelas, dia tidak percaya dengan pemeriksaan anak muda tersebut..
Sudah jelas hal ini merupakan suatu penghinaan.
Belum sempat Cu Siau-hong menjawab, Thian Pak liat telah berkata lebih dahulu: "Saudara Si, saudara Cu pandai dan teliti dalam pemeriksaan, dia tak bakal salah melihat"
"Ooooh " setelah berhenti sejenak, Si Eng berkata lagi,
"Saudara Thian bisa menghormati seseorang, hal ini merupakan sesuatu yang jarang kujumpai!"
"Apa yang siaute katakan, semuanya merupakan ucapan yang sejujurnya”
Si Eng lantas berpaling kembali ke arah Cu Siau-hong dan manggut-manggut, katanya:
"Orang yang bisa dihormati dan dipuji setinggi langit oleh Thian be heng kong sudah jelas orang itu adalah seorang manusia yang luar biasa!"
Cepat-cepat Cu Siau-hong menjura:
"Kesemuanya ini adalah berkat kasih sayang dari saudara Thian!"
Tiba-tiba Pek bi taysu menimbrung:
"Sicu sekalian, sudah hampir puluhan tahun lamanya lolap melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, tapi jarang sekali kujumpai pembantaian kejam secara besar besaran seperti apa yang kulihat hari ini, orang-orang yang terbunuh itu belum tentu merupakan musuh besar mereka, melainkan merupakan suatu peringatan yang sengaja mereka perbuat buat kita, agar kita tahu diri dan segera mengundurkan diri, sebab bila tidak mereka pun akan berbuat demikian terhadap kita"
"Itu berarti kita pun sudah menjadi sasaran pembantaian mereka..?" seru Oh Hong cun.
"Benar! benar!'" sambung Thian Pak liat. "bila ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata, tampaknya mereka sudah menciptakan suatu suasana untuk beradu jiwa dengan kita"
'Musuh kita bernyali keji dan bertangan kejam, membunuh orang tanpa pilih bulu, kini lolap telah menyerahkan tugas kepada dua belas Lohan agar menghadapi mereka setelah keluar dari hutan nanti dengan kencrengan terbang?"
"Taysu, mimpi pun Lohu tak pernah menyangka kalau ditengah jalan bakal menjumpai peristiwa semacam ini, kini ada dua masalah besar yang harus kita tentukan lebih dahulu" seru Oh Hong cun.
"Tolong tanya, dua masalah besar apakah itu?” tanya Pek poh hui hong Tham Ki wan cepat.
"Pertama, apakah kita harus melalui hutan tersebut? Padahal pembunuh-pembunuh keji tersebut sudah menciptakan perangkap maut didalam hutan tersebut untuk menunggu kita masuk jebakan. Ke dua, para jago yang berkumpul sekarang sebagian besar merupakan jago-jago yang tidak saling mengenal, sekalipun kini mereka sudah dipaksa oleh keadaan untuk bersatu padu, tapi apa perhitungan dalam hati masing-masing pihak sulitlah kita ketahui, jadi benarkah gabungan kekuatan kita ini bisa bekerja sama secara baik, aku rasa sukar untuk diduga, oleh sebab itu kita harus menyelesaikan nya terlebih dahulu sebelum melangkah terlebih jauh"
'Oh tua" kata Thian Pak liat cepat, "dalam masalah yang pertama, kita harus mengumpulkan jago yang pintar sebanyak-banyaknya untuk bersama-sama merunding kan suatu cara guna menanggulangi hal ini, sedangkan mengenai masalah yang kedua, aku rasa tak usah dipertimbangkan lebih jauh, contoh yang jelas sudah tcrbentang didepan mata, mayat-mayat itupun masih tergantung dalam hutan, untuk maju terus memang penuh dengan rintangan dan ancaman bahaya, tapi kalau mundur belum tentu mereka bisa lolos dari ancaman bahaya maut ini, kita semua adalah manusia yang sering kali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, aku rasa setiap orang juga dapat melihat hal ini dengan jelas"
Ucapan tersebut tak bisa disangkal lagi merupakan suatu bantuan yang besar sekali, Cu Siau-hong diam-diam merasa amat berterima kasih sekali.
Seandainya ucapan tersebut diutarakan Cu Siau-hong sendiri, hasil yang diperoleh mungkin berbeda, tapi berhubung ucapan mana diutarakan oieh Thian Pak liat yang sudah punya nama besar, tentu saja hasil yang diperoleh jauh berbeda.
Si Eng, Ho Hou po dan Tham Ki wan segera menganggukkan kepalanya berulang kali. Pek bi taysu segera berkata:
"Perkataan Thian sicu memang tepat sekali, sekalipun kau mengumumkan agar mereka bubar, belum tentu orang orang itu akan berlalu dengan begitu saja"
"Oh tua!" Than Pek liat segera berseru, "kau toh merupakan pemimpin kita yang terpilih, sudah seharusnya kaulah yang memberi komando, siaute dan saudara Cu pasti akan membantu dengan sekuat tenaga"
"Yaa, ular tanpa kepala tak bisa jalan, burung tanpa sayap tak bisa terbang, apa yang Oh tua suruh kami lakukan, pasti akan kami laksanakan tanpa membantah" sambung Si Eng..
Ucapan-ucapan dari para jago ini dengan cepat membangkitkan kembali semangat Oh Hong cun, dia segera tertawa terbahak-bahak.
Haaahhh... haaahhh... haaahhh... seteah kalian berkata demikian, lohu pun tak akan banyak berbicara lagi, baik! Sekarang mari kila rundingkan dulu, bagaimana caranya untuk melintasi hutan yang penuh mara bahaya ini?"
"Orang yang dipersiapkan dalam hutan hampir semuanya dilengkapi dengan tabung Cu bu tui hun ciam, sekalipun kita menerjang ke dalam hutan dengan sekuat tenaga, belum tentu berhasil menembusi tempat tersebut dengan selamat" kata Thian Pak liat.
“Menurut ucapan saudara Thian, kita tak boleh bubar, tapi tak bisa pula menembusi hutan tersebut, lantas apa yang harus kita lakukan?" tanya Pek poh hui hong Tham ki wan.
"Disinilah letak kesulitan kita, sekarang kita berkumpul semua disini tujuannya tak lain adalah untuk mencari akal guna menerobos hutan lebat tersebut, tujuan kita sekarang adalah menuju ke tebing Yang jit gay untuk menyaksikan kemunculan Pena Wasiat, kita tak boleh mengurungkan niat ini sampai ditengah jalan saja"
"Perkataan saudara Thian memang benar" kata Si Eng pula, "kemunculan Pena Wasiat dalam dunia persilatan merupakan suatu peristiwa besar yang jarang bisa dijumpai seseorang dalam sepanjang hidupnya pun belum tentu bisa melihat sekali, kesempatan seperti ini tak boleh disia-siakan dengan begitu saja"
"Perkataan saudara Si memang tepat" sambung naga sakti dalam air Ho Hou po pula "peristiwa ini memang merupakan suatu peristiwa yang jarang bisa dijumpai dalam dunia, tapi untuk mencapai tempat tersebut kita harus mempunyai sebuah cara untuk menembusi hutan maut ini"
"Saudara Ho, cara itu kita cari bersama, makanya kita baru diundang kemari untuk merundingkannya bersama sama"
"Oooh !"
"Saudara Ho, kita ada didaratan, bukan berada didalam air" tegur Si Eng tiba-tiba dengan kening berkerut. Paras muka Ho Hou po agak berubah, tegurnya:
"Apa maksudmu?"
"Kalau bukan di air, aku minta saudara Ho bersikap sedikit lebih sungkan"
Ho Hou po menjadi amat gusar oleh perkataan itu, serunya keras-keras.
“Orang she Si, sekalipun tidak berada dalam air, aku orang she Ho masih tidak memikirkan dirimu didalam hati.".
Si Eng tertawa dingin, pelan-pelan dia berjalan mendekati Ho Hou poo ....
Dia tidak gusar, juga tidak mencak-mencak sambil mengumpat atau mencaci maki, akan tetapi dari balik sepasang matanya telah memancar keluar hawa napsu membunuh yang tebal sekali.
?oooO)d.w(Oooo? THIAN PAK LIAT segera melerai Si Eng, serunya dengan suara rendah. "Saudara Si, saat ini bukan saatnya untuk ribut-ribut"
"Baik!" kata Si Eng sambil tertawa, "Kalau saudara Thian telah berkata demikian, siaute pun menurut perintah"
Pelan-pelan dia duduk kembali ke tempat semula.
Sebaliknya Ho Hou po segera berpaling ke arah Tham Ki wan sambil berseru:
"Saudara Tham, siaute akan berangkat lebih dulu"
"Ho Hou heng"! kata Oh Hong cun sambil menggeleng, "dalam pasukan air terdapat tujuh belas orang saudara yang mati hidupnya menjadi tanggung jawabmu, apa sih gunanya gara-gara sepatah kata saja lantas ribut sendiri dan ingin pergi duluan.?"
Ho Hou po termenung sebentar, akhirnya dia duduk kembali ke tempat semula.
Cu Siau-hong yang menyaksikan peristiwa tersebut, diam-diam menghela napas panjang, pikirnya.
"Dunia persilatan memang penuh dengan persaingan, apalagi jika man usia dengan nama besar yang hampir sejajar berkumpul menjadi satu, kalau bukan kau menghina aku, aku memandang sinis kepadamu, masing-masing ingin menunjukkan pendapatnya sendiri tanpa bermaksud untuk mengalah, keadaan semacam ini memang paling gampang mengakibatkan bentrokan, untuk menghadapi manusia semacam ini, satusatu nya cara yang paling tepat adalah menaklukkan mereka dengan suatu penampilan ilmu silat yang maha luar biasa."
Dalam pada itu, Oh Hong-cun sudah berkata lagi: "Saudara sekalian mempunyai pendapat apa untuk menerobosi hutan maut tersebut?" Para jago saling berpandangan muka dan membungkam dalam seribu bahasa....
Cu Siau-hong segera berkata:
"Boanpwe sih mempunyai sebuah cara, cuma tidak kuketahui bisa dipakai atau tidak? "
“Coba kau katakan"
"Dalam pasukan boanpwe terdapat beberapa buah tameng, boanpwe berkeinginan untuk mengajak mereka untuk bergerak di paling depan dan membukakan jalan bagi kalian semua"
'Baik, soal membuka jalan, siaute turut ambil bagian" seru Thian Pak liat cepat, "Kita toh sudah diangkat sebagai pemimpin pasukan, tentu saja tak boleh ketinggalan dalam hal ini, siaute juga ikut" sambung Si Eng dengan cepat.
"Lohu turut ambil bagian" sambung Oh Hong cun.
"Ho Hou po, kau berani kesitu tidak?" Si Eng segera menentang.
Ho Hou poo tertawa dingin.
"Hmm, asal tempat itu berani dikunjungi oleh Si Eng, kenapa aku tak berani pula kesitu?"
"Baik! Mari kita pergunakan musuh sebagai sasaran kita untuk mengadu kepandaian, coba kita buktikan kepandaian siapakah yang jauh lebih unggul diantara kita berdua"
"Akan kulayani kehendakmu itu sampai dimana saja"
Tham Ki wan yang selama ini membungkam, segera ikut buka suara. 'Setelah kalian semua mengambil keputusan untuk pergi, tampaknya mau tak mau siaute juga harus ikut"
"Seandainya nasib kalian kurang beruntung dan tewas ditangan musuh, yang lain tak usah pergi ke situ lagi" seru Si Eng menambahkan.
"Omitohud!' Pek bi taysu memuji keagungan sang Buddha, "baik, lolap pun akan turut ambil bagian"
'Taysu, jumlah kita sudah lebih dari cukup, lebih baik taysu tak usah ikut menyerempet bahaya" seru Cu Siau hong mendadak.
"Yaa betul!" Oh Hong cun menambahkan, "setelah kami pergi semua, persoalan yang berada ditempat ini harus diserahkan kepada taysu"
Pek bi taysu berpikir sejenak, lalu katanya:
"Baiklah, lolap akan mengajak dua belas lohan untuk berjaga jaga diluar hutan dua puluh empat lembar kencrengen terbang mungkin masih bisa dipakai untuk mengha?dang gerak maju mereka untuk melakukan pengejaran nanti"
"Betul!" seru Thian Pak liat sambil tertawa' paling baik kalau taysu mengumpulkan mereka menjadi satu, agar segala sesuatu yang tak diinginkan pun bisa dihindari.
Sementara itu Oh Hong cun telah mengalihkan sorot matanya kepada Cu Siau-hong, kemudian bertanya: "Cu lote, berapa banyak tameng yang berhasil kalian buat?"
"Tujuh buah"
"Cukup kalau begitu, kitapun tak usah memasuki hutan itu dalam jumlah yang terlalu banyak" "Tameng tersebut terbuat dari kayu, apakah sanggup untuk menahan bidikan jarum Cu bu tui hun ciam, hal ini harus diperiksa dulu kepada saudara Thian"
Sementara pembicaraan berlangsung, Ong Peng sekalian telah berjalan mendekat.
Yang dimaksudkan tameng adalah selembar kayu seluas dua depa dengan tebal empat inci yang diberi pegangan tangan pada bagian tengahnya.
"Tameng ini terbuat dari kayu jati tua dan keras' kata Ong Peng menerangkan. "sesuatu dengan bentuk aslinya yang kita rubah sedikit, terwujudlah bentuk seperti ini, entah cocok digunakan atau tidak?"
Thian Pak liat mengambit tameng tersebut dan disentil beberapa kali, kemudian katanya.
"Kalau dilihat dari tebal kayu memang sudah cukup, hanya sayang kelewat berat sedikit"
Oh Hong cun segera mengambil pula sebuah tameng dan diayunkan kesana kemari, setelah itu dia berkata:
"Asal tidak sampai ditembusi jarum Cu bu ciam musuh, lohu rasa tameng ini bisa di pakai"
"Oh tua' kata Cu Siau-hong kemudian, “sekarang kita harus menghitung dulu, siapa-siapa yang ditugaskan memasuki hutan”.
"Lohu termasuk nomor satu .." kata Oh Hong cun. Thian Pak liat segera menyambung:
"Si Eng, Tham Ki Wan, Ho Hou po, di tambah lagi dengan Cu lote dan aku, semuanya berjumlah enam orang"
"Saudara Thian, paling baikjika kemauan ini timbul atas kesadaran sendiri, dengan demikian setelah mendekati pepohonan besar itu, kita masih berkemampuan untuk melancarkan serangan balasan."
Thian Pak liat tertawa.
"Tak usah kuatir saudaraku, aku lihat rombongan yang menjaga disekitar kereta itu meski takjelas indentitasnya, tapi aku tahu kalau mereka semua adalah jago-jago yang berilmu tinggi, kecuali mereka beberapa orang yang dikumpulkan sekarang boleh dibilang merupakan seluruh inti kekuatan dari pasukan yang ada, inilah yang di namakan dalam tanah sukar menyembunyikan mutiara..."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Pek bi taysu, kemudian sambungnya lebih jauh: "Tentu saja, Pek bi taysu dan kedua belas lohannya terkecuali dalam hal ini"
Setelah tertawa, dia memandang sekejap Ong Peng, kemudian meneruskan lebih jauh:
"Masih ada lagi ke empat orang pembantumu ini, meskipun usianya tidak terlalu besar, tapi kelihatannya sungguh membuat orang sukar untuk menduga"
"Bila saudara Thian sudah berkata demikian, siaute pun tak akan banyak berpikir lagi"
"Thian lote" Oh hong cun menyela, "kau adalah seorang ahli senjata rahasia, tentunya kau juga mengetahui sifat dari jarum Cu bu tui hun ciam tersebut, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi keadaan ini, lebih baik lote saja yang mencarikan akal"
"Dikolong langit, kadangkala memang sering terjadi hal hal yang kebetulan, aku orang she Thian memang selama ini mendalami soal senjata rahasia, tapi Oh tua jangan melupakan Tham Ki wan, dia disebut belalang terbang seratus langkah, kepandaian melepaskan senjata rahasia yang dimilikinya sama sekali tidak berada dibawah kepandaianku.
"Aaaah, betul, hampir raja lohu melupakan dia, tampaknya makin tua lohu bertambah pikun" Cepat-cepat Tham Ki wan berkata:
"Walaupun senjata rahasia milik siaute tidak tercantum dalam kitab senjata, tapi aku percaya masih terhitung suatu kepandaian khas, aku rasa Cu bu tui hun ciam kelewat ganas dan dahsyat, apalagi jarak kita kelewat dekat, sekalipun mempunyai tameng, belum tentu bisa menghadapi secara mudah, menurut pendapat siaute, cara yang paling baik adalah menghadapi mereka dengan senjata rahasia pula"
Oh Hong cun segera manggut-manggut. "Sebuah usul yang bagus sekali!" serunya
-oo>d’w<oo-
"APAKAH saudara Thian yakin kalau mereka mempunyai lima buah tabung jarum beracun". tanya Tham Ki wan.
"Kalau kuhitung dari jumlah jarum cu bu ciam yang dapat dipancarkan keluar, aku kira memang begitulah jumlahnya"
"Baik, kita anggap saja mereka mempunyai lima buah tabung jarum beracun, tapi jumlah yang lima pun sudah cukup membuat orang pusing kepala'.
Sesudah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan:
"Barang siapa terkena jarum cu bu ciam dia tak akan tertolong lagi jiwanya, meski siaute juga memiliki senjata rahasia beracun, dan memiliki juga obat penawarnya, tapi belum tentu bisa menawarkan racun dari jarum cu bu ciam tersebut. Itulah sebabnya setelah masuk kedalam hutan nanti, mati hidup kita tergantung pada nasib sendiri-sendiri, seandainya ada yang tidak bersedia mempertaruhkan jiwa raganya, sekarang masih berkesempatan untuk mengundurkan diri.'
Si Eng tertawa hambar, segera tukasnya:
“Dalam hal senjata rahasia, aku memang tak becus, tapi aku pikir, ilmu tersebut bukan terhitung suatu kepandaian yang luar biasa sekali, asal kita bisa memungut beberapa butir batu, toh rasanya sama saja dapat memberikan serangan pembalasan terhadap orang-orang itu"
Tham Ki wan yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa dingin:
"Setelah masuk ke dalam hutan dan berada dibawah ancaman jarum Cu bu ciam, kau baru akan tahu bahwa beberapa butir batu tersebut belum dapat dipakai untuk menghadapi musuh, mari kita berangkat!"
Agaknya dia dan Si Eng selalu saja saling sindir menyindir, saling unggul mengungguli, siapa pun tak mau mengalah terhadap yang lain.
Begitu selesai berkata, ia lantas menyambar sebuah tameng kayu dan berargkat lebih dulu menembusi h uta n.
Diantara beberapa orang itu, sebetulnya orang yang paling tak ingin memasuki hutan untuk menyerempet bahaya adalah Oh Hong cun, tapi dia adalah pemimpin yang dipilih dari kelompok sekian banyak manusia, sebagai seorang pemimpin tentu saja dia tak bisa mengundurkan diri dengan begitu saja. Terpaksa sambil mengeraskan kepalanya dia ikut pula menerobos masuk ke dalam hutan..
Selama ini Cu Siau-hong jarang sekali berbicara, tapi setelah masuk kedalam hutan, dia segera berjalan dibarisan paling depan.
Thian Pak liat yang menyaksikan hal itu, buru-buru maju ke depan mendampinginya, kemudian ujarnya sambil tertawa.
"Lote, persoalan ini menyangkut soal keselamatan jiwa, kau harus bertindak lebih berhati-hati.”
"Saudara Thian, bagaimanapun juga toh harus ada satu dua orang yang berjalan di paling depan, siapakah orang itu kalau bukan diriku"
"Kalau begitu anggap saja kita sebagai pelopor jalan! Tapi toh tak usah berjalan kelewat cepat" seru Thian Pak liat kemudian sambil tertawa lebar.
Cu Siau Song tertawa hambar.
"Saudara Thian, apakah kita sudah memasuki wilayah radius yang bisa dicapai dengan bidikan jarum beracun Cu bu ciam?'
"Saudaraku, pembidik-pembidik jarum beracun cu bu ciam itu merupakan orang-orang hidup, siapa tahu mereka sudah bergerak maju lebih ke depan?"
Sementara pembicaraan berlangsung, mendadak terdengar Tham Ki wan membentak keras, kemudian tangannya diayunkan ke depan, selapis cahaya tajam dengan cepat menyambar keluar dengan amat cepatnya.
Kemudian secepat kilat dia menyembunyikan diri ke belakang sebatang pohon besar untuk menyelamatkan diri. Cahaya tajam itu dengan kecepatan luar biasa segera meluncur ke depan dan menyerang ke balik rimbunnya dedaunan dari sebatang pohon besar di sisi jalan kecil.
Dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan keheningan, dua orang manusia segera roboh terjengkang dari atas pohon itu.
Berbareng itu juga, sebatang jarum cu bu ciam segera disembur ke luar dari balik rimbunnya dedaunan diatas pohon tersebut.
Ternyata apa yang dikatakam Thian Pak liat memang benar, pembunuh-pembunuh yang bersembunyi didalam hutan tersebut telah menggeserkan posisi mereka jauh lebih ke depan.
Tampak dedaunan bergoncang keras, tampaknya ada manusia yang sedang melarikan diri dari situ. Menyaksikan kesemuanya itu, Thian Pak liat segera berbisik dengart suara lirih:
"Sungguh berbahaya sekali! Seandainya mereka membidikkan jarum cu bu ciam itu sedetik lebih awal, niscaya kita semua sudah tewas diujung jarum cu bu ciam tersebut"
“Aneh! Darimana Tham Ki wan bisa tahu kalau diatas pohon tersebut bersembunyi para pembunuh?" seru Cu Siau-hong kemudian.
"Sebagai seorang ahli didalam melepaskan senjata rahasia, biasanya dia akan memiliki semacam daya tangkap yang luar biasa tajamnya, tentu saja jauh berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang biasa'
"Ooooh. !.” Mendadak ia menemukan disisi ke dua sosok mayat yang tergeletak itu terdapat sebuah tabung jarum cu bu ciam.
Tidak sempat memberi tanda kepada Thian Pak liat lagi, mendadak dia melompat ke depan dan menerjang kemuka dengan kecepatan luar biasa ....
"Hati-hati. " Thian Pak liat segera berteriak keras.
Dengan tameng kayu melindungi badan, dia segera berguling ke depan sana.
Sementara itu Cu Siau-hong telah menyambar tabung jarum beracun cu bu ciam itu kemudian menggunakan tameng kayunya untuk melindungi badan dan menyusup ke balik sebatang pohon besar.
Tampak cahaya perak berkilauan tajam, empat batang jarum cu bu ciam telah menyambar ke depan. Jarum-jarum perak tersebut dengan cepat menancap diatas tameng kayu dari Cu Siau-hong.
Sementara itu Thian Pak liat yang sedang memburu ke muka, segera menyambar sesosok mayat, kemudian menggelinding pula ke belakang pohon besar dimana Cu Siau-hong berada.
Setelah menghembuskan napas panjang, Cu Siau-hong segera berbisik lirih: "Saudara Thian, aku telah berhasil mendapatkan sebuah tabung jarum beracun" Sambil berkata tabung itu segera diangsurkan ke depan.
Thian Pak liat tertawa.
"Asal kita sudah memiliki sebatang tabung jarum beracun cu bu ciam berarti kita dapat memberikan perlawanan terhadap serangan mereka. " katanya. Dari dalam saku jenasah tersebut, dia mengambil keluar sebuah bungkusan kain putih, didalam kain putih tersebut tersedialah ratusan batang jarum panjang.
Sambil tertawa kembali Thian Pak liat berkata:
"Benda ini dinamakan kantung jarum, seandainya kita hanya memiliki tabung jarum belaka, mungkin hal tersebut belum merupakan suatu ancaman yang menakutkan buat mereka"
Sesudah menghembuskan napas panjang, kembali dia melanjutkan:
"Tabung jarum beracun ini kau yang temukan, tentu saja benda ini menjadi milikmu, tapi apakah Cu lote tahu cara penggunaannya?"
"Siaute tak bisa!"
“Kalau begitu mari kuajarkan kepadamu'
Dia lantas memberi petunjuk kepada Cu Siau-hong bagaimana cara mempergunakan tabung jarum beracun itu serta bagaimana caranya mengisi jarum beracun itu kedalam tabung.
Setelah mendapat petunjuk mana Cu Siau-hong segera berkata:
"Saudara Thian, aku rasa lebih baik kau saja yang mempergunakan tabung jarum beracun Cu bu?ciam ini!
"Tidak! Aku pun menyediakan banyak macam senjata rahasia, aku tak membutuhkan tabung jarum tersebut, asal senjata rahasia sudah berada dalam tanganku, aku yakin senjata mana bisa kulepaskan secara jitu."
Cu Siau-hong segera menerima tabung itu seraya berkata kemudian: “Kalau begitu terima kasih banyak atas petunjukmu" Dalam pada itu, Oh hong cun dan Si Eng dengan perlindungan tameng kayu telah berhasil pula mendekat.
Oh hong cun segera mendongakkan kepalanya, dan memandang sekejap ke atas pohon besar dimana musuh menyembunyikan diri, kemudian pelan-pelan ujarnya:
“Thian lote, apakah diatas pohon masih ada musuh?" "Sulit untuk dijawab, tapi menurut perasaanku,
permainan busuk mereka sudah pasti bukan cuma
demikian, siapa tahu didalam hutan luas ini mereka telah mempersiapkan jebakan lainnya?"
"Betul" dukung Cu Siau-hong, “pandanganku persis seperti pandangan saudara Thian, kemungkinan besar didalam hutan ini masih terdapat alat jebakan lainnya"
Dalam pada itu, Pek poh hui hong Tham Ki wan serta Sui tiong sin liong Ho Hou po telah berdatang pula ke situ.
Sambil berpaling, Thian Pak liat segera memuji: "Saudara Tham, sergapanmu tadi benar-benar indah!"
“Seandainya saudara Tham tidak melepaskan sergapan tepat pada waktunya, mungkin aku dan saudara Thian sudah terluka oleh jarum Tui hun cu bu ciam lawan" sambung Cu Siau-hong.
Tham Ki wan hanya tertawa hambar, sahutnya.
"Aaaai, aku hanya ingin membuktikan kalau senjata rahasia adalah senjata rahasia, bagaimanapun juga senjata rahasia masih jauh lebih berguna daripada batu"
Cu Siau-hong kuatir jagoan ini bentrok lagi dengan Si Eng sehingga terjadi keributan yang tak perlu dalam saat demikian, tapi dia pun merasa sulit untuk mencegah hal ini, terpaksa dia harus berpaling ke arah Thian Pak liat dan mengharapkan bantuannya untuk mengatasi keadaan tersebut ....
Siapa tahu Si Eng segera tersenyum katanya:
"Senjata rahasia saudara Tham memang benar-benar sangat lihay, hari ini siaute baru merasa pandangan mataku benar-benar terbuka.”
Penampilan sikap Hun hoa jiu yang sama sekali tak terduga ini, dengan cepat membuat semua orang merasa tercengang.
Tham Ki wan sendiripun agak tertegun, serunya tertahan: "Kau. "
Sambil tertawa, Si Eng berkata lebih jauh.
“Seandainya aku tidak memanasi hati saudara Tham dengan beberapa patah kata yang tak sedap, mungkin saudara Tham pun tidak akan mendemontasikan kelihayanmu itu, bukan demikian?"
Thian Pak liat segera tertawa, tukasnya:
“Saudara Tham, apakah senjata rahasia yang barusan kau lancarkan adalah peluru belalang terbang ?"
"Betul, senjata tersebut memang peluru belalang terbang."
"Konon semua senjata rahasia yang saudara Tham pergunakan, hampir semuanya mempergunakan belalang terbang?"
"Benar!"
“Senjata rahasia saudara Tham tidak sampai tercantum didalam kitab senjata, hal ini sesungguhnya merupakan suatu peristiwa yang patut disesalkan"
Tham Ki wan segera tersenyum.. “Kalau berbicara menurut kekuatan serta kedahsyatan dari senjata rahasia yang ada, maka kencrengan terbang dari kaum Buddha serta peluru sakti cu au hui tan dari keluarga Sin merupakan senjata rahasia yang benar-benar berkekuatan dahsyat, tapi mereka semua toh tidak terdaftar pula dalam kitab senjata.”
“Benar juga perkataanmu, yang dimaksud kan sebagai senjata rahasia, seharusnya makkin rahasia semakin baik, dengan begitu orang lain baru tak akan menduga sama sekali.”
Sementara itu Si Eng telah mencabut ke luar sebatang peluru sepanjang tiga inci dari dalam tubuh mayat tersebut.
Bedanya adalah peluru-peluru perak ini dua bagian sayap kecil dibagian belakang tubuh yang mungil. Sambil tertawa kembali Si Eng berkata:
"Saudara Than, apa gunanya dua buah sayap kecil diatas peluru kecil tersebut dan apa bantuannya untuk senjata rahasia ini?"
`Maksudnya untuk menjaga keseimbangan serta menjitukan pada sasaran, selain dapat pula membantunya agar meluncur jauh lebih dari sasaran yang sebenarnya"
"Dengan ditambahnya kedua buah sayap tersebut, mungkin dalam cara melepas kan senjata rahasia inipun pasti mempunyai suatu cara yang tertentu bukan?' kata Si Eng lagi sambil tertawa hambar.
"Sebenarnya senjata rahasia ini tak berbeda jauh dengan sebatang peluru baja biasa, tapi dengan ditambahnya ke dua buah sayap tersebut, maka namamya baru dirubah menjadi Hui kong, justeru karena ditambahnya ke dua sayap kecil tersebut, maka senjata ini dapat meluncur sejauh empat lima kaki dari posisi semula" "Kalau begitu perbedaan yang terutama antara senjata rahasia biasa dengan peluru bersayap ini hanya terletak pada kedua sayap kecil itu?" tanya Cu Siau-hong.
"Benar! Bedanya memang terletak pada kedua sayap kecil tersebut, tentu saja dibutuhkan pula suatu cara yang lain daripada yang lain, dengan demikian kekuatan dari ke dua buah sayap tersebut baru bisa dikembangkan dan senjata itupun bisa meluncur lebih jauh”.
"Bagaimana untuk membuatnya agar tepat pada sasaran?" tanya Si Eng.
"Kedua buah sayap kecil inipun disaat di gunakan pula untuk mengatur ketepatan dalam serangan"
"Bagus, benar-benar sangat bagus, tampaknya kedua sayap kecil tersebut benar-benar mempunyai kegunaan yang besar sekali"
Tham Ki wan tertawa hambar.
"Bila senjata rahasia di beri sayap maka senjata tersebut bisa mencapai suatu jarak yang amat jauh dan tak mungkin bisa dicapai oleh senjata rahasia lain, cuma dalam senjata rahasia bersayap belum pernah ada peluru bersayap, sebab senjata rahasia ini merupakan hasil ciptaanku sendiri setelah mencobanya selama bertahun-tahun, hari ini pun baru kucoba untuk pertama kalinya'
"Sungguh luar biasa" puji Tham Pak liat, "bila saudara Tham bisa berusaha terus untuk maju, selewatnya delapan atau sepuluh tahun, niscaya nama besar keluarga Thian kami sebagai keluarga senjata rahasia akan berpindah ke tangan keluarga Tham"
"Soal ini tak usah saudara Thian kuatirkan, aku tidak mempunyai tujuan untuk mencari nama, tapi aku hanya berharap senjata ranasia bersayapku ini bisa turut tercatat di dalam kitab senjata saja"
Cu Siau-hong yang mendengar perkataan itu diam-diam menghela napas panjang, pikirnya:
"Tampaknya nama dan kedudukan benar-benar merupakan dua hal yang mencelakai manusia, buktinya Tham Ki wan sangat berambisi untuk memperjuangkan senjata rahasianya agar turut dicantumkan dalam kitab senjata...
Justeru karena dia mempunyai pemikiran demikian, maka dia baru berusaha terus untuk melakukan penyelidikan dan berusaha menciptakan semacam senjata peluru bersayap yang kecil bentuknya dan menciptakan pula sejenis ilmu melepaskan senjata rahasia yang sangat istimewa sekali.
Yaa, sebetulnya ambisi mencari nama itu baik? Ataukah sesuatu kebiasaan yang jelek? Cu Siau-hong hanya termenung terus memikirkan persoalan tersebut, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Sementara itu Oh Hong cun telah mengacungkan ibu jarinya sambil memuji tiada hentinya:
"Bagus! Bagus sekali! Anak muda memang seharusnya memiliki ambisi yang begitu gagah dan perkasa.." Sesudah berhenti sejenak, diapun menyambung lebih jauh:
"Tham lote, coba kau lihat didepan sana terdapat sebatang pohon yang besar dengan dedaunan yang lebat, seandainya ada orang bersembunyi disitu, sulit rasanya buat kita untuk mengetahui jejaknya, apakah perlu untuk mencoba dengan senjata peluru bersayap lagi?"
Thian Pak liat yang mendengar perkataan itu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong, kemudian mereka berdua sama-sama saling berpandangan sambil tertawa.
Padahal dalam situasi semacam ini memang sangat diperlukan seorang tokoh semacam ini, dengan demikian banyak hal yang sebenarnya kurang leluasa diutarakan, ada yang membantu mereka untuk mengucapkannya keluar
Tham Ki wan mendongakkan kepalanya dan memperhatikan sekejap pohon besar dengan daun yang rimbun di depan sana, kemudian ujarnya pelan:
"Pohon besar itu..."
"Dari situlah jarum tui hun ciam dibidikkan untuk pertama kalinya" sambung Oh Hong cun dengan cepat.
"Ooooh rupanya begitu, mengapa tidak?" Dari sakunya dia segera mengeluarkan segenggam peluru bersayap.
"Jarak dari sini hingga sampai ke pohon besar itu, seharusnya masih ada enam kaki atau lebih" komentar Si Eng.
"Yaa, itulah jarak yang dibutuhkan untuk suatu pembidikan dengan jarum beracun Tui gun cu ciam" kata Thian Pak liat.
"Peluru terbang milikku mungkin saja masih dapat mencapai tempat tersebut" ujar Tham Ki wan. Dia segera mengayunkan tangannya, sebaris cahaya tajam secepat kilat segera meluncur ke depan.
Ketika peluru-peluru terbang itu sudah berada berapa kaki jauhnya, mendadak senjata tersebut menyebarkan diri dan mengurung daerah seluas tiga depa lebih.
Thian Pak liat adalah seorang ahli senjata rahasia, hanya dalam sekilas pandangan saja dia dapat menduga bahwa dalam lapisan cahaya perak itu, paling tidak terdapat sembilan batang peluru bersayap.
Menyaksikan daya luncur dari peluru-peluru bersayap tersebut, mau tak mau Thian Pak liat harus mengagumi juga atas kelihayan dari ilmu bidikan Tham Ki wan yang berhasil diciptakan olehnya.
Ilmu bidikan yang amat istimewa itu selain aneh juga amat lihay, peluru-peluru bersayap itu dapat dijaga keseimbangannya walau pun sudah berada pada jarak enam kaki lebih.
Dengan membawa suatu kekuatan yang luar biasa, peluru terbang itu segera menembusi rimbunnya dedaunan pada batang pohon tersebut.
Beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, ada dua orang manusia terkena bidikan itu dan terjatuh ke bawah.
“Betul-betul muncul seorang enghiong muda, ilmu menyambit senjata rahasia yang amat hebat, kepandaian yang luar biasa!" Oh Hong cun segera memuji tiada hentinya.
Tham Ki wan tertawa hambar.
“Semuanya ini berkat bantuan dan petunjuk dari Oh cianpwe"
“Saudara Ho, beranikah kau menerjang ke depan sana bersama siaute" mendadak Ho hoa jiu Si Eng menantang.
Orang ini bukan cuma pandai membakar hati orang, dia sendiripun memiliki keberanian yang mengagumkan.
"Mengapa tidak?" jawab Ho Hou poo sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu, mari kita berangkat." Dengan mempersiapkan tameng kayunya, dia segera menerjang ke muka lebih dahulu. Ho Hou poo segera menyusul di belakangnya, ikut menyerbu pula ke muka.
Sambil tersenyum Cu Siau-hong siap sedia turut maju pula ke depan menyusul ke dua orang itu.
“Tunggu sebentar Cu siaute”, Thian Pak liat segera berseru, “mari ku temani dirimu"
Dia melompat ke depan dan bersama-sama Cu Siau hong menyerbu kedepan hutan sana.
Oh Hong cun sendiri hanya melirik sekejap kearah Tham Ki wan, sementara tubuhnya masih tetap berdiri di posisi semula.
Entah dikarenakan serangan dari peluru terbang dari Tham Ki wan telah mengacaukan persiapan dari para penembak tabung jarum beracun diatas pohon atau dikarenakan persoalan lain, ternyata Si Eng maupun Ho Hou poo tidak menemukan bidikan jarum-jarum beracun Cu bu ciam tersebut.
Tapi Cu Siau-hong dan Thian Pak liat tidak mendapatkan kemujuran seperti itu.
Baru saja kedua orang itu berjalan sejauh satu kaki, selapis cahaya keperak-perakan telah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Reaksi dari kedua orang inipun cukup cepat, mendadak mereka menghentikan langkahnya dan menyembunyikan diri ke belakang tameng kayu tersebut.
"Plaaak, plaak, plaakk" beberapa kali benturan keras berkumandang memecahkan keheningan, tujuh delapan batang jarum cu bu ciam tahu-tahu sudah menancap di atas tameng kayu itu. Sementara itu Si Eng dan Ho Hou poo sudah bampir mendekati pohon besar itu, melihat datangnya bidikan jarum beracun cu bu ciam, dengan cekatan mereka melindungi diri dengan tameng kayu, kemudian menyelinap ke balik pohon untuk melindungi diri.
Tham Ki wan yang berada dibelakang sana segera tertawa terbahak-bahak. Sambil menghembuskan napas panjang, Oh Hong cun berkata:
"Tham lote, kau seharusnya membantu mereka!"
“Tentu saja akan ku bantu sedapat mungkin, cuma peluru terbangku ini tidak gampang untuk membuatnya, lagipula jumlah persiapannya tidak banyak, selesai pertarungan nanti kalian harus membantuku untuk mengumpulkan semua senjata mana.
"Ooooh, sudah barang tentu, sudah barang tentu"
"Baik! Aku percaya dengan perkataan Oh tua, dan aku yakin kalian bisa melakukannya." Sesudah berkata peluru terbangnya kembali dilontarkan ke muka dengan kekuatan besar.
Pada gelombang yang pertama terdiri dari empat biji peluru, ketika baru terbang sampai jarak tiga kaki serangan gelombang ke dua telah menyusul pula.
Kemudian gelombang ke tiga diikuti pula oleh gelombang ke empat, setiap gelombang semuanya terdiri dari empat batang senjata.
Peluru-peluru bersayap itu dengan amat cepatnya meluncur ke arah pohon besar itu dan menyusup ke balik dedaunan yang lebat. Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan, lagi-lagi ada tiga sosok tubuh manusia terjatuh dari atas pohon besar.
"Benar-benar peluru bersayap yang amat lihay!" puji Oh Hong-cun tiada hentinya.
Sementara itu, Cu Siau-hong yang bersembunyi di belakang pohon mendadak melompat ke tengah udara lalu menerjang ke bawah pohon besar tersebut
"Saudara Cu, hati-hati" Thian Pak liat segera berseru.
Menyusul teriakan itu dengan suatu lompatan cepat diapun menyusul kedepan.
Ketika tubuhnya masih berada ditengah udara, mendadak dia melepaskan dua batang panah pendek, sebatang pisau emas dan segenggam jarum perak ke arah pohon besar tersebut.
Akibat dari serangan senjata rahasianya itu, dua orang manusia kembali terjatuh dari atas pohon besar.
Tampaknya pembidik-pemdidik di atas pohon hanya pandai menggunakan tabung senjata jarum beracun tersebut, sedang ilmu silatnya tidak begitu lihay.
Diantara bergoyangnya dedaunan diatas pohon tampak dua sosok bayangan manusia segera kabur ke pohon yang lain.
Mendadak Thian Pak liat melompat lagi kemudian tangan kanannya diayunkan ke depan, dua batang pisau perak sekali lagi meluncur ke udara dengan kecepatan tinggi.
Senjata semacam ini lebih berat bentuknya, tapi lebih gampang untuk mengarah sasaran, dan lagi jarak bidikannya juga lebih jauh daripada keadaan biasa. Dua batang pisau perak itu meluncur ke depan saling menyusul, tapi tiba pada sasaran hampir bersamaan waktunya.
Secara telak sekali pisau terbang itu menghajar sasarannya, terdengar dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan, tiba-tiba saja dua orang itu terjatuh ke tanah dan tewas.
Dengan cepatnya Cu Siau-hong menyimpan tabung jarum beracun itu ke dalam saku. Thian Pak liat berhasil pula menemukan dua buah tabung jarum beracun dari atas tanah.
Sambil melompat turun dari pohon. Cu Siau-hong berkata:
“Dari atas pohon dan dibawah pohon, semuanya terdapat tujuh sosok mayat"
“Empat batang tabung jarum berhasil pula kita tambahkan, sekalipun ada yang berhasil lolos, paling banter juga hanya satu dua orang, dengan sebatang tabung jarum"
"Yaa, dalam pertarungan kali ini, seluruh pasukan mereka berhasil kita sikat sampai ludes" kata Cu Siau-hong tertawa.
Dalam pada itu, Oh Hong cun, Tham Ki wan, Si Eng dan Ho Hou poo telah berdatangan semua..
"Saudara Thian" Si Eng segera berseru, “dua batang piau mu betul-betul hebat, meski dilepaskan dari tengah udara, nyatanya tiada yang meleset"
Mendadak Tham Ki wan tertawa dingin.
"Oh tua, apa yang telah kau sanggupi tadi, lebih baik jangan dilupakan dengan begitu saja," serunya.
Oh Hong cun terperanjat, segera serunya: "Aku telah menyanggupi apa?"
Tapi kemudian setelah berhenti sejenak dia melanjutkan: "Oh Betul, betul, betul, lohu sudah teringat sekarang" Setelah berhenti lagi sejenak, katanya lebih jauh.
'Cu lote, tadi waktu kalian berada dalam ancaman bahaya maut, lohu suruh Tham lote melepaskan dua batang peluru bersayap untuk nembantumu, cuma dia bilang peluru bersayap adalah semacam senjata rahasia yang dibuat secata istimewa, bikinnya susah, maka... "
“Maka apa?” tiba-tiba saja dia membungkam dalam seribu bahasa.
"Tentunya dia tak akan menyuruh kami untuk memungutnya kembali bukan?"
“Justru Tham lote bermaksud demikian" kata Oh Hong cun dengan cepat.
Kali ini paras muka Thian Pak liat, Ho Hou Poo sama sama berubah hebat.
Jelas perkataan ini telah membangkitkan amarah semua orang, tapi mereka masih tetap berusaha keras untuk menahan diri.
Ketika Oh Hong cun menyaksikan situasi telah berubah menjadi serba kaku, buru-buru dia berseru: "Cu siaute, menurut pendapatmu bagai mana untuk menyelesaikan persoalan ini?"
"Kalau ingin makan tomat, memang jangan pilih yang keras, pilihlah yang agak lunak."
"Aku rasa sudah sepantasnya bila kita membantu saudara Tham untuk memungutinya kembali" Sahut Cu Siau-hong. Seraya berkata dia membalikkan badan dan berjalan kedepan.
Si Eng termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya pula:
"Andaikata saudara Tham tidak melepaskan senjata rahasianya tepat disaat yang kritis, kita semua mungkin sudah terluka diujung jarum Cu bu ciam tersebut, kalau memang peluru bersayap itu tidak gampang pembuatannya, aku pikir memang sayang kalau harus terbuang dengan percuma'
"Yaa, benar juga perkataan ini, selanjutnya kita masih bisa bertemu lagi dengan jarum Cu bu ciam, peluru bersayap memang tak boleh terbuang dengan sia-sia" sambung Oh Hong cun pula.
Dengan demikian Thian Pak liat maupun Ho Hoa po menjadi sungkan untuk menampik, terpaksa mereka pun ikut memungut.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka telah berhasll mengumpulkan tiga puluh batang lebih.
Halmana sebaliknya malah membuat Tham Ki wan menjadi rikuh sendiri, buru-buru dia menjura sambil berseru berulang kali:
"Aaah, merepotkan saudara saja"
Setelah menyimpan kembali peluru bersayapnya, Tham Ki wan segera berpaling ke arah Oh Hong cun seraya berkata:
“Begini saja, kita telusuri terus hutan ini sampai ke depan sana, coba diperiksa apakah masih ada jebakan lain atau tidak, siaute sebagai si burung bodoh biar terbang lebih dulu." Selesai berkata, dia lantas berjalan lebih dulu meninggalkan tempat tersebut. "Aku akan bertindak sebagai pelindung saudara Tham" seru Cu Siau-hong cepat.
Selesai berkata, ia segera mengikuti di belakang Tham Ki wan. Ternyata didalam hutan sudah tidak dijumpai jebakan lagi.
Tapi Cu Siau-hong mengerti, otak yang sebenarnya dari peristiwa ini sudah mengundurkan diri dari situ, walaupun jebakan mereka disini gagal, namun jebakan yang lebih hebat lagi pasti sudah dipersiapkan dibelakang sana.
Namun hal mana tak sampai diutarakan keluar.
Begitulah, Oh Hong cun segera memimpin para jago lainnya menembusi hutan dan melanjutkan perjalanan ke depan, belasan li sudah lewat, sementara senja pun sudah menjelangtiba..
Setelah adanya pelajaran kali ini, para jago bertindak jauh lebih berhati-hati lagi.
Sebelum matahari tenggelam, Oh Hon cun telaht memilih sebuah tanah lapang untuk beristirahat
Lima rombongan membentuk diri dalam barisan lima unsur, masing-masing menempati posisi menurut bentuk ngo heng dan melakukan penjagaan yang sangat ketat.
Oh Hong cun beristirahat didalam pasukan tanah yang dipimpin oleh Cu Siau-hong..
Yang dimaksudkan sebagai beristirahat tak lebih hanya berkumpul di sebuah tanah lapang, ada yang melepaskan jubah panjangnya yang diletakkan diatas rumput untuk berbaring.
Orang-orang seperti mereka ini bisa minum arak dengan cawan besar, makan daging potongan besar, tapi dapat pula makan angin menahan lapar, oleh sebab itu kehidupan macam begini dalam dunia persilatan, sesungguhnya bukanlah suatu hal yang tak bisa ditahan oleh setiap orang..
Tapi bagi Oh Hong cun yang merupakan manusia punya nama dan punya kedudukan, hal ini merupakan suatu siksaan yang sudah banyak tahun tak pernah dialami lagi.
Kim, Bok, Sui, hwee, toh, masing-masing menempati lima posisi yang berbeda. Seng Tiong-gak dengan membawa kereta kuda itu berkumpul menjadi satu dengan Pek bi taylu serta dua belas orang Lohannya.
Atau lebih tegasnya lagi, orang itu memisahkan diri menjadi tujuh kelompok.
Dari setiap kelompok tersebut, masing-masing mengutus dua orang manusia untuk melakukan penjagaan di empat penjuru.
Seng Tiong-gak juga mengutus orang, tapi hanya berjaga jaga di atas kereta mereka.