Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 46

"Agaknya pihak Siau lim si juga telah bertekad untuk mencampuri urusan dalam dunia persilatan?".

"Selama ini kuil Siau lim si di anggap sebagai tulang punggung dunia persilatan, setelah terjadi peristiwa yang begini besar dalam dunia persilatan, tentu saja mereka harus menampilkan diri untuk mencampuri masalah tersebut."

Cu Siau-hong tersenyum, "Asal kuil Siau lim si bersedia untuk menampilkan diri dan mencampuri urusan dunia persilatan, hal mana merupakan suatu keberuntungan bagi dunia persilataan"

?oooO)d.w(Oooo? “AKU rasa mereka tak lebih hanya ingin mengetahui tindak tanduk Pena Wasiat terhadap dunia persilatan saja, belum tentu benar-benar ingin tinggal dalam dunia persilatan'

Setelah menghela napas pelan dia melanjutkan:

"Kongcu perlukah kita mengadakan kontak dengan mereka?"

“Aku rasa tak usah untuk sementara waktu' "Mengapa?"

"Pertama, kita harus mengetahui lebih dulu apa tujuan dan maksud mereka terjun lagi ke dalam dunia persilatan kali ini?"

Ong Peng mengangguk tanpa berbicara.

"Kedua" sambung Cu Siau-hong, "mereka berombongan besar, lagi pula berdandan sangat istimewa, keadaan mereka amat menyolok mata, Jikalau kita sampai mengadakan kontak dengan mereka, sudah pasti tindakan kita ini akan menarik pula perhatian orang lain"

"Pendapat kongcu memang benar"

"Menurut pengamatanku secara diam-diam, manusia manusia dari dunia persilatan yang munculkan diri sekarang amat beraneka ragam, siapa tahu diantara mereka terdapat pula manusia-manusia yang sesungguhnva bertujuan untuk memusuhi kita?"

"Maksud kongcu ?" Cu Siau-hong tertawa.

"Sekarang kita semua sedang meraba dalam air keruh, maka kita dituntut untuk bertindak lebib cerdas, lebih waspada dan lebih berhati hati lagi. "

"Ooooh. " "Beritahu kepada mereka, mulai sekarang kita harus memecahkan diri menjadi grup-grup kecil dan melakukan tindakan secara terpisah, bilamana tidak penting jangan berkumpul menjadi satu, tapi secara diam-diam mereka harus turut mengawasi semua keadaan dan saling mengadakan kontak untuk bertukar keterangan"

Ong Peng mengiakan dan segera membalikkan badan sambil berlalu.

Tampaknya pendeta tua beralis putih itu dihormati oleh setiap orang, dimana saja dia tiba, semua orang hampir memberi hormat kepadanya.

Cu Siau-hong sendiri berusaha keras untuk menjadikan dirinya sederhana dan sebiasa mungkin, pelanpelan dia berjalan mendekati jembatan yang patah itu sambil turut memeriksa.

Dengan jelas ia menemukan jembatan itu bukan patah atau rusak karena arus atau dimakan usia. Sudah jelas jembatan itu patah oleh sebotase seorang atau sekelompok organisasi dunia persilatan.

Cara yang mereka gunakan benar-benar brutal dan keji, pada hakekatnya jembatan itu mustahil bisa dipergunakan lagi.

Tapi apa sebabnya jembatan itu di rusak? Siapakah yang melaksanakan perusakan itu? Dan dimanakah keuntungan yang bisa diraih?

Disekitar tempat itu berkumpul ratusan orang jago persilatan, tidak sedikit diantara mereka yang ikut melakukan pemeriksaan terhadap keadaan jembatan tersebut.

Dengan langkah lebar Pek bi taysu berjalan mendekati jembatan itu diiringi seorang kakek berjubah panjang. Ia memperhatikan jembatan yang patah, Pek bi taysu segera mengernyitkan alis matanya yang putih, kemudian katanya:

"Jelas ada orang yang sengaja merusak jembatan ini.'

Kakek berjubah panjang itu manggut manggut, serunya sambil mengelus jenggot kambingnya yang putih: "Benar, sudah jelas merupakan suatu tindakan sabotase!"

'Lolap benar-benar tidak habis mengerti, sesungguhnya dimanakah letak maksud dan tujuan mereka berbuat demikian?'"

'Menurut apa yang lohu ketahui, kemarin jembatan ini masih tetap utuh dan baik, tapi hanya dalam semalaman saja, jembatan ini bisa dihancurkan orang".

Cu Siau-hong segera membalikkan badannya seraya berbisik:

"Ong Peng, apakah kau kenal dengan kakek itu?'

"Kenal, dia adalah Oh Hong cun dari kota Lu ciu, seorang tokoh dunia persilatan yang amat ternama"

'Bagaimana nama orang ini?'

"Dia adalah seorang manusia yang cekatan dan pandai bekerja, tapi ia tak akan mencari kesulitan buat diri sendiri'

"Ooooh..."

'Sesunggunnya dia memang seorang yang cermat dan seksama" Ong Peng menambahkan.

Cu Siau-hong tersenyum.

'Orang semacam ini biasanya jarang melakukan kejahatan, namun diapun tak pernah berbuat sosial" “Berbicara soal kebaikannya, dia pandai menjaga diri dan mengendalikan diri, berbicara soal kejelekannya, dia licik dan banyak tipu muslihatnya.."

"Tampaknya dia begitu kenal baik dengan Pek bi taysu dari kuil Siau lim si?"

"Oh Hong cun amat gemar berkenalan, diantara golongan putih maupun golongan hitam yang ada dalam dunia persilatan, banyak diantaranya yang merupakan sahabat karibnya"

"Ooooh, rupanya dia adalah seorangtokoh persilatan macam begini"

"Dia pun seorang manusia yang bertelinga tajam`

"Ong Peng, carikan kesempatan yang tepat, aku ingin berkenalan dengannya"

"Kongcu, gampang kalau kau ingin berkenalan dengannya, cuma paling baik kalau kau menunjukkan sedikit kelihayan lebih dulu"

'Ooooh. "

"orang ini hanya menghormati manusia yang punya nama dan kepandaian, padahal kita tak punya nama dan kedudukan, maka kita harus menunjukkan sedikit kelihayan dihadapannya"

"Ong Peng, caramu itu boleh digunakan tapi lebih baik gunakan sedikit taktik sehingga jangan berbuat kelewat menyolok'

"Akan hamba ingat"

Sementara itu, perahu penyeberang tersebut sudah kembali lagi ketepi pantai. Terhadap Pek bi taysu, orang-orang itu menaruh sikap yang sangat menghormat, masing-masing orang lantas menyingkir ke samping dan memberi jalan lewat, arti dari tindakan mana sudah amat jelas yakni mereka akan mempersilahkan Pek bi taysu untuk naik ke atas perahu penyeberang itu lebih dulu.

Pek bi taysu memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya dengan suara rendah.

"Oh sicu, saudara sekalian, harap kalian jangan kelewat sungkan, lolap mana boleh berbuat semau sendiri, masa datang paling belakangan naik perahu lebih duluan?"

Sambil mengelus jenggot kambingnya, Oh Hong cun segera menyahut sambil tertawa.

"Taysu adalah seorang tokoh persilatan yang punya nama serta kedudukan besar dalam dunia persilatan, setiap umat persilatan sama-sama menghormati dirimu, kalau toh mereka semua mempunyai pikiran demikian, aku rasa kau pun tak usah sungkan-sungkan lagi"

Pek bi taysu termenung lagi beberapa saat, kemuian katanya:

"Baiklah, kalau memang begitu lebih baik lolap menurut perintah saja.."

"Sudah seharusnya demikian"

"Saudara Oh, bagaimana kalau kau ikut bersama lolap menyeberang bersama-sama."

"Jika taysu tidak keberatan, tentu saja akan kutemani"

Pek bi taysu dan Oh Hong cun secara beruntun-segera naik keatas perahu penyeberang.

Dua belas Lohan segera menyusul pula naik keatas perahu. "Kini perahu tersebut sudah hampir penuh, tapi paling tidak masih bisa memuat empat lima orang lagi, namun tak seorang manusia lagi yang ikut naik ke atas perahu tersebut.

Pada saat itulah mendadak Cu Siau-hong berjalan ke depan dan langsung naik keatas perahu itu.

Ong Peng, Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan empat orang, dengan terbagi dalam dua rombongan turut melompat naik keatas perahu penyeberang..

Setelah ditambah lagi dengan kelima orang ini, maka perahu penyeberang itu menjadi penuh sekali.

Terhadap tindak tanduk yang diambil kelima orang pemuda itu dalam menaiki perahu penyeberang tersebut, tampaknya Oh Hong cun merasa sangat keheranan, dia mengawasi orang-orang muda itu dengan pandangan tercengang.

Pek bi taysu segera mendehem pelan, kemudian ujarnya: 'Saudara Oh, beberapa orang enghiong muda ini

adalah..."

"Sayang siaute bermata buta, sehingga tidak kenal dengan mereka" tukas Oh Hong cun cepat.

"Semua orang yang berada dilima telaga empat samudra adalah saudara, daun dan akar semuanya berasal dari satu, sebagai sesama umat persilatan, buat apa mesti membedakan antara kau dan aku" kata Cu Siau-hong kemudian.

"Bagus!" seru Pek bi taysu sambil tersenyum, "siapa nama marga siau sicu?"

"Aku she Cu"

"Cu apa?" tanya Oh hong cun pula. "Aaah, aku Cuma angkatan muda dalam dunia persilatan, sekalipun kusebutkan namaku belum tentu Oh tayhiap akan mengenalnya"

"Oooh..."

Diatas perahu penyeberang itu hanya terdapat tiga tempat duduk, setelah Pek bi taysu dan Oh hong cun masing-masing menempati sebuah tempat duduk, berarti masih ada sebuah tempat kosong lagi.

Sambil menepuk bangku disampingnya, Pek bi taysu berseru lagi. "Siau sicu, kemari duduklah disini!"

Pelan-pelan Cu Siau-hong berjalan mendekati, katanya: "Pemberian angkatan tua itu tak pantas untuk ditampik." Diapun duduk tanpa sungkan-sungkan lagi.

Sesudah menghembuskan napas panjang, Pek bi taysu baru bertanya lagi. "Siau sicu hendak kemana?"

"Dan Taysu?" Cu Siau-hong balik bertanya. Pek bi taysu tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sepuluh hari kemudian, Pena Wasiat akan munculkan diri diatas tebing Yang Jit gay di bukit Taysan, mungkin badai yang melanda dunia persilatan selama banyak tahun inipun akan bisa diatasi dan diselesaikan secara tuntas."

"Betul, akupun hendak kesana untuk menyaksikan kemunculan Pena Wasiat..." kata Cu Siau-hong kemudian.

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

"Padahal semua orang yang datang kemari sebagian besar adalah orang-orang yang hendak menyaksikan kemunculan Pena Wasiat, bukankah demikian... ?" "Yaa, bila setiap orang mempunyai niat itu, tentu pula akan mempunyai jalan pemikiran demikian, mungkin saja semua orang yang berkumpul disini adalah orang-orang yang ingin datang untuk menyaksikan kemunculan Pena Wasiat"

Setelah memuji keagungan sang Buddha, lanjutnya. "Kemunculan Pena Wasiat dalam  dunia  persilatan  kali

ini telah menyambung pemunculannya pada belasan tahun

berselang, rahasia dunia persilatan selama belasan tahun inipun akan segera terbongkar semua diatas bukit Yan Jit gay, semua orang yang munafik dan berbuat sok suci akan terbongkar pula perbuatannya di depan umum, moga-moga saja semua masalah yang terkutuk selama ini bisa dibongkar sampai tuntas."

"Taysu, aku dilahirkan lambat sehingga belum pernah mengikuti peristiwa munculnya Pena Wasiat..." kata Cu Siau-hong.

Meskipun Pek bi taysu adalah seorang dari golongan Buddha, namun wataknya amat berangasan, segera sambungnya.

"Lolap pernah mengikuti peristiwa tersebut, kejadian itu benar-benar merupakan suatu peristiwa maha besar, ketika rahasia dunia persilatan diungkap, ada lima orang jago yang melakukan bunuh diri seketika itu juga, bahkan setelah kejadian itu konon masih ada dua puluhan orang yang mati karena bunuh diri, peritiwa waktu itu benar-benar merupakan peristiwa pembersihan secara besar-besaran terhadap umat persilatan, selanjutnya selama lima tahun berikutnya dalam dunia persilatan tak pernah terjadi  sesuatu peristiwa lagi."

"Kelewat tenang berarti mereka sedang mempersiapkan suatu    pengacauan    secara    besar-besaran    dalam  dunia persilatan, sebab hanya dalam suasana tenang dan tanpa perhatian orang lain, mereka baru akan dapat menyelesaikan persiapannya"

"Omitohud, omitohud, siau sicu tiada satu persoalan pun didalam dunia persilatan yang bisa mengelabuhi Pena Wasiat, dia seakan-akan mempunyai seribu pasang mata dan seribu pasang tangan, dimanapun dia berada, dimanapun dia hadir"

Diam-diam Cu Siau-hong menghela napas panjang, pikirnya kemudian:

"Mereka telah melimpahkan semua pengharapannya terhadap Pena Wasiat seorang, merekapun melimpahkan semua penyelesaian terhadap peristiwa yang terjadi kepadanya, agaknya didalam anggapan mereka, dunia persilatan bisa aman karena Pena Wasiat mengawasi dunia persilatan secara ketat, sehingga dengan kehadiran tokoh misterius itu, dalam dunia persilatan tak pernah akan terjadi sesuatu peristiwa pun"

Dalam hati dia berpikir demikian, dilaran ujarnya: "Taysu, menurut kepercayaanmu Pena Wasiat adalah

seorang manusia? Ataukah Malaikat?"

'Jika ia disebut manusia maka dia pastilah seorang manusia luar biasa, seorang manusia luar biasa yang tak akan dapat dilampaui oleh siapa saja, bayangkan saja dengan sebilah Pena Wasiat, dia dapat mengendalikan beribu-ribu orang jago persilatan, dapat mengendalikan dosa dan kejahatan yang mereka perbuat selama berada dalam dunia persilatan."

"Taysu, terlepas Pena Wasiat memiliki kemampuan apa saja, tapi yang pasti dia hanya sebatang pena, sebatang pena sulit untuk mencatat dua peristiwa yang berlangsung di  dua tempat yang berbeda, apalagi dunia persilatan itu terlampau besar lingkungannya."

Pek bi taysu mengernyitkan alis matanya kemudian. "Siau sicu, kalau sampai berpendapat demikian, maka

kelirulah pendapatmu itu, sebab ucapanmu itu sama artinya dengan memandang rendah kemampuan Pena Wasiat"

"Taysu, seandainya pihak Bu tong, Siau lim dan perguruan besar lainnya masih tetap mengirimkan anak muridnya untuk berkelana dalam dunia persilatan, niscaya Pena Wasiat akan mengurangi tugasnya dan menghimpun tenaga yang dimiliki untuk menyelidiki rahasia yang sesungguhnya."

Pek bi taysu merasa agak naik pitam oleh ucapan itu, mendadak ujarnya dengan ketus:

"siau sicu, sebenarnya apa maksudmu? Pena Wasiat itu manusia lihay macam apa, dengan usiamu yang masih begitu muda berapa banyak sih yang kau ketahui?"

"Betul" sambung Oh hong cun, "orang muda tak boleh sembarangan berbicara untuk menilai angkatan yang lebih tua, apalagi perbuatan semacam ini merupakan suatu perbuatan yang kurang sopan, hal ini merupakan pantangan besar"

"Aku mengajak taysu membicarakan soal cengli"

"Pek bi taysu adalah seorang manusia luar biasa, masa dia akan memperdebatkan soal cengli denganmu? Hmmm, ucapanmu ini memang sedikit kelewat kebangetan."

Cu Siau-hong tertawa. "Cianpwe adalah..."

"Oh hong cun dari Lu ciu, pernah mendengar nama lohu dari gurumu atau angkatan tuamu yang lebih tua?" "Sayang belum pernah kudengar!" sahut Cu Siau-hong sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

Paras muka Oh Hong cun berubah hebat, serunya kemudian:

"Sebenaruya kau anak murid, siapa?'

"Belum terlalu lama aku berkelana dalam dunia persilatan, tidak banyak tokoh persilatan yang ku ketahui"

"Ooooh, lohu pun tak akan ribut denganmu, cuma mulai sekarang kau tak boleh sembarangan berbicara lagi."

“Sebagai anak muda yang baru terjun ke dalam dunia persilatan, kau harus mengerti tentang sopan santun" sambung Pek bi taysu pula..

'Bagus sekali nasehat dari kalian berdua, cuma aku masih ingin mengucapkan sepatah kata lagi."

"Moga-moga saja merupakan perkataan yang enak didengar" kata Oh Hong cun

"Oh cianpwe mempunyai pengetahuan yang sangat luas, bagaimanakah menurut pendapatmu tentang putusnya jembatan batu ini secara tiba-tiba... ?"

"Hmmm, kau anggap persoalan ini bisa menyusahkan lohu? padahal kalau di jelaskan hanya sederhana"

"Boanpwe mohon petunjuk'

"Jembatan ini merupakan jembatan penting yang harus dilewati setiap orang yang hendak berhubungan ke lima propinsi diutarat, entah keparat dari manakah yang berniat jahat dengan sengaja merusakjembatan batu ini, tentu saja tujuannya hendak menyulitkan orang yang berlalu lalang disini agar tak bisa maju ke depan". 'Oh cianpwe, orang yang kerjanya merusak jembatan dengan maksud menghalangi umat persilatan untuk menghadiri pertemuan besar itu, menurut pendapatmu, manusia tersebut adalah manusia biasa saja?"

"Kalau bukan lantas kenapa? Apakah dia berani memusuhi sekian banyak jago persilatan yang hadir disini?"

"Oh cianpwe, dia berani merusak jembatan dan menghalangi jalan pergi sekian banyak orang, apakah tindakannya ini bukan termasuk suatu tindakan yang sengaja memusuhi kita?"

"Soal ini, soal ini..."

'Oh cianpwe" Cu Siau-hong berkata lebih lanjut “ketika orang itu mengetahui bahwa usahanya menghancurkan jembatan ternyata tak berhasil menghalangi jalan pergi kita, mungkinkah dia akan melakukan permainan busuk lainnya."

Oh Hong can tertegun, lalu katanya:

"Aku pikir, belum ada orang yang berani berbuat demikian!'

"Merusak jembatan saja berani dia lakukan, masa ia tak berani memperlihatkan permainan busuk lain nya?"

"Merusak jembatan toh dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang lain, aku tak bisa menduga siapakah orang yang begitu berani menampilkan diri dan sengaja memusuhi kita semua!"

Cu Siau-hong tertawa.

"Aaaai. ! Oh cianpwe, paling tidak orang yang merusak

jembatan batu itu bernyali cukup besar bukan?" katanya.

Sambil mengelus jenggot kambingnya, Oh Hong cun seperti ingin mengumbar hawa amarahnya, tapi semacam kekuatan lain, memaksanya tak sanggup untuk mengumbar hawa amarahnya tersebut.

Pek bi taysu sendiri walaupun bukan seorang jagoan yang terbiasa bermain akal muslihat, bagaimanapun juga ia sudah banyak tahun berkelana dalam dunia persilatan, sedikit banyak perkataan dari Cu Siau-hong telah meningkatkan kewaspadaannya.

Untuk sesaat suasana diatas perahu itu menjadi hening, sepi dan tak kedengaran suara apa-apa lagi. Akhirnya perahupun merapat di atas daratan.

Pemilik perahu segera memberi hormat seraya berkata. "Saudara sekalian, silahkan naik ke darat!"

Pek bi taysu mengembuskan napas panjang, katanya kemudian.

"Tidak mudah untuk membangun kembali jembatan batu ini"

"Merusaknya pun bukan suatu pekerjaan yang mudah" sambung Cu Siau-hong cepat, "tapi kenyataannya dalam semalaman saja, jembatan tersebut sudah dirusak orang tanpa disadari oleh siapapun"

"Ehmm, dibalik kesemuanya ini sudah pasti terdapat hal hal yang tak beres" kata Oh hong cun pula. Pek bi taysu mendongakkan kepalanya memandang keadaan cuaca, lalu ujarnya.

"Sungai ini tidak dangkal, pun tidak terlalu dalam, tapi orang yang tak pandai berenang sulit untuk menyeberang ke mari"

"Dengan kedudukan dan nama besar taysu dalam dunia persilatan serta kemampuan yang dimiliki sebagian besar umat  persilatan  yang  hadir  disini  sekarang,  asal  taysu bersedia menurunkan perintah untuk membangun kembali jembatan yang rusak ini, aku rasa hal ini bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan" kata Cu Siau-hong.

Pek bi taysu manggut-manggut.

"Oh heng, bagaimana menurut pendapatmu?" tanyanya kemudian.

"Yaa, betul, asal taysu bersedia menurunkan perintah, aku pikir membangun kembali jembatan tersebut bukan sesuatu yang menyulitkan"

Maka Pek bi taysu lantas menurunkan perintahnya, dua belas Lo han serentak turun tangan mengangkuti batu cadas.

Kekuatan yang mereka miliki pada dasarnya memang hebat, setiap orang dapat mengangkat batu cadas seberat seribu kati dalam sekali angkatan saja.

Tindakan ini diikuti secara spontan oleh para jago lainnya yang berada di kedua belah sisi sungai.

Diantara sekian banyak jago yang hadir disitu, ada juga dua tiga orang diantaranya yang ahli dalam ilmu bangunan, dibawah petunjuk merekalah dalam waktu tak seberapa lama, jembatan yang patah itu berhasil diperbaiki kembali.

Walaupun pekerjaan berlangsung dengan lancar, namun itupun membutuhkan waktu setengah harian lebih, ketika jembatan selsai diperbaiki, rembulan sudah muncul di langit timur.

Seng Tiong-gak segera memimpin rombongan kereta berkuda untuk menyeberangi jembatan baru itu lebih dulu.

Dalam masa perbaikan jembatan itu, Cu Siau-hong tidak terlampau  menyolok  dalam  penampilannya.  Ia   berusaha ketat untuk menutupi kemampuan sendiri agar tidak kelewat menyolok mata.

Disekitar tempat itu tiada rumah makan atau warung kecil, selain mereka yang membekal rangsum, hampir sebagian besar diantaranya menahan perut yang lapar.

Selama ini Cu Siau-hong berhasil pula menemukan sesuatu, tampaknya Oh Hong cun dari kota Lu ciu sedang mengawasi terus semua gerak geriknya...

Oleh sebab itu dia tidak berkumpul lagi dengan Seng Tiong-gak sekalian, bersama itu pula dia memberi tanda kepada Seng Hong, Hoa Wan dan Tan Heng agar melakukan perjalan bersama-sama.

Dengan demikian, sepintas lalu Cu Siau-hong seperti hanya melakukan perjalanan bersama Ong Peng saja. Memandang jembatan yang selesai diperbaiki Pek bi taysu tertawa terbahak-bahak, ujarnya.

"Saudara Oh, sayang sekali sahabat yang merusak jembatan tersebut harus bekerja dengan sia-sia." Oh Hong cun mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau-hong, kemudian ujarnya.

"Sahabat Cu, harap kemari, lohu ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada mu!"

Pelan-pelan Cu Siau-hong datang mendekat. "Ada petunjuk apa Oh cianpwe?"

"Sahabat Cu, menurut pendapatmu didepan sana masih terdapat perangkap apa lagi?"

"Oh cianpwe, di depan situ tentu ada kesulitan yang bakal kita jumpai, tapi kesulitan apakah itu aku sendiripun kurang begitu tahu" "Anak muda, kau pernah berkunjung ke tebing Yang Jit gay?"

"Belum"

"Lohu tidak banyak mengenal orang, tapi tidak banyak kujumpai pemuda sebaya dengan usiamu yang berani berbicara seperti ini dengan diriku..."

"Boanpwe merasa kurang jelas atas maksud yang locianpwe ucapkan...?" kata Cu Siau-hong.

"Bagaimana kalau kita melakukan perjalanan bersama Lohu tidak berbicara lagi, Pek bi taysu seringkali  melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pengetahuannya sangat luas, bila kita melakukan perjalanan bersamanya, maka sepanjang jalan akan banyak kau dengar persoalan-persoalan yang pernah terjadi dalam dunia persilatan"

"Waah, kalau begitu, boanpwe pasti akan berhasil meraih banyak manfaat, tapi apa Pek bi taysu bersedia membawa serta diri boanpwe..."

Oh Hong cun segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... tak usah kuatir soal

ini Cu lote, tentang Pek bi taysu cukup lohu menyampaikan

hal ini kepadanya, tanggung ia bersedia membawa serta dirimu."

"Kalau begitu kuucapkan banyak terimakasih dulu kepada Oh cianpe atas kebaikan budimu."

"Cu lote, berapa sih rekan seperjalananmu?"

"Dewasa ini hanya seorang teman yang sedang melakukan perjalanan bersama diriku"

"Baik, suruh dia datang kemari!" Cu Siau-hong berpaling dan menggape ke arah Ong Peng, serunya dengan lantang.

-oo>d’w<oo-

"ONG PENG, kemarilah dulu jumpai Oh cianpwe ini" Ong Peng segera menjura seraya berkata:

"Aku Ong peng menjumpai Oh locianpwe!" "Bagus, bagus, kau dan saudara Cu ini adalah..." "Aku melayani kongcu"

"Jadi maksudmu, kau adalah pelayannya?" seru Oh Hong cun dengan wajah tertegun.

'Saudara Ong adalah sahabat karibku" cepat-cepat Cu Siau-hong berkata, "meski sebutan dan tingkat kedudukannya berbeda, namun aku selalu menganggapnya sebagai saudara"

Oh Hong cun segera manggut-manggut.

"Sungguh tak kusangka, sungguh tak kusangka, masih begini muda namun memiliki jiwa yang amat besar.

Sementara itu, Pek bi taysu telah buka suara secara tiba tiba:

"Saudara Oh, kita harus mencari tempat untuk mengisi perut!'

“Menurut apa yang lohu ketahui, kita masih harus menempuh perjalanan sejauh tiga puluh li sebelum sampai di kota Pek mao ki, disitulah baru ada makanan dan minuman yang dijual."

Diam-diam Cu Siau-hong mengamati pula daerah disekitarnya,  ia  saksikan  ada  sebagian  besar  orang  yang berkumpul disitu telah membubarkan diri, lalu terdengar pula suara roda kereta bergelinding, Seng Tiong-gak dengan membawa sebuah kereta berjalan lewat.

Melihat kereta tersebut, dengan kening berkerut Pek bi taysu segera berkata:

"Entah siapa yang duduk di dalam kereta tersebut? Biasanya diantara orang-orang yang datang menyaksikan kemunculan Pena Wasiat, jarang sekali yang hadir dengan menggunakan kereta"

"Aaai... anak muda memang suka urusan, arak muda memang gemar keramaian, entah pemuda dari mana yang berbuat demikian?" kata Oh Hong cun pula.

Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadian tersebut, diam-diam menghela napas panjang, pikirnya kemudian:

"Badai besar akan segera melanda dunia persilatan, tapi mereka masih belum merasakan hal tersebut, kendatipun Pena. wasiat memiliki kemampuan untuk mengendalikan keadaan dan menolong suasana, aku rasa sulitjuga untuk merobah suasana kini'

Berpikir demikien diapun lantas bertanya.

“Cianpwe berdua, untuk menonton kemunculan Pena Wasiat, apakah orang tak boleh memakai kereta?"

“Sebenarnya peraturan semacam itu sih tiada" jawab Pek bi taysu, "tapi untuk memperlihatkan rasa hormatnya kepada Pena Wasiat, selamanya belum pernah ada orang yang kesana dengan menumpang kereta"

"Oooh, rupanya begitu"

'Entah anggota perguruan mana yang berani bertindak begini kurang ajar, setelah lohu menjumpai keadaan  seperti ini, paling tidak harus kuselidiki sampai tuntas" seru Oh hong uan kemudian.

Cu Siau-hong segera mengeluh dihati.

"Aduh celaka, seandainya Oh hong cun benar-benar hendak melakukan penyelidikan, hal ini benar-benar merupakan satu persoalan yang sangat merepotkan, perlu tidak kuberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada mereka?"

Sementara anak muda itu masih berpikir, Pek bi taysu telah berkata pula:

"Ucapan saudara Oh memang benar, sebagai orang yang beragama kurang leluasa bagi lohu untuk mencampuri urusan orang lain, lebih baik saudara Oh saja yang mencari tahu berasal dari aliran manakah mereka itu?"

'Taysu perguruan yang ada dalam dunia persilatan beratus-ratus banyaknya, andaikata penyelidikan siaute sampai menimbulkan kesulitan, bagaimana jadinya?"

"Andaikata di dalam dunia persilatan benar-benar terdapat begitu banyak manusia yang tak tahu diri, tentu saja lolap bersedia untuk membela saudara Oh"

`Setelah ada persetujuan dari taysu, aku orang she Oh pun bisa berlega hati untuk menyelidiki masalah ini'

Menyaksikan kesemuanya itu, kembali Cu Siau-hong berpikir.

"Tak heran Oh Hong cun bisa tancapkan kakinya begitu lama dalam dunia persilatan, ternyata segala tindak tanduknya dilakukan dengan sangat berhati-hati."

"Rombongan ini segera mempercepat langkahya dan menyusul kereta kuda tersebut. Waktu itu kentongan pertama baru lewat, rembulan bersinar terang di langit yang bersih, pemandangan alam disekeliling sana dapat terlihat sangat jelas.

Waktu itu disekeliling kereta tampak berkerumun beberapa orang manusia.

Bahkan mereka semua nampak gagah perkasa, senjata berada digengggaman, sudah jelas orang-orang itu merupakan jagoan dari dunia persilatan.

Oh Hong cun bukan manusia-manusia sembarangan, sekilas pandangan saja ia telah tahu, walaupun orang itu tidak ternama dalam dunia persilatan namun kesempurnaan tenaga dalam mereka sungguh mengagumkan.

Biasanya orang-orang muda semacam ini merupakan manusia-manusia yang tak takut langit tak takut bumi, manusia yang paling sulit dihadapi.

Orang yang berada dalam kereta dapat membawa begitu banyak jagoan untuk mengikuti perjalanannya, itu berarti orang itu pasti seseorang yang luar biasa, siapa tahu dia merupakan salah seorang sauya kongcu dari empat keluarga persilatan di dunia ini..

Dari empat keluarga persilatan terbesar dalam dunia persilaian, entah keluarga yang manapun, Oh Hong cun mengerti tak sanggup menghadapinya. Maka dia segera merubah pendapatnya semula, meski sudah melihat namun berlagak seperti tidak melihat, menegurpun tidak.

Berbeda dengan Pek bi taysu, dia belum melupakan persoalan itu bahkan masih teringat amat jelas, dengan suara rendah dia lantas menegur:

"Saudara Oh, coba kau tanyakan mereka berasal dari mana' Oh Hong cun sudah mengunggulkan dirinya tadi, setelah disinggung Pek bi taysu, tentu saja ia tak bids berlagak pilon terus.

Terpaksa sambil mengeraskan kepalanya, dia berkata: 'Siapakah diantara kalian yang merupakan kepala

rombongan disini?”

Padahal Jit hou dan Su eng yang berdiri mengelilingi kereta kuda itu sudah melihat kemunculan Cu Siau-hong semenjak tadi namun mereka telah mendapat perintah sehingga tak seorang pun diantara mereka yang menyapa Ci Siau-hong.

Kereta kudapun berhenti berjalan.

Seng Tiong-gak yang berjalan di depan kereta segera ikut berhenti sesudah mendengar teguran tersebut.

Tapi ia tidak menyongsong ke depan orang itu melainkan memberi tanda kepada Toan San agar menghadapi persoalan tersebut.

Toan San menjura lalu menyapa. "Saudara adalah ..."

“Lohu adalah Oh Hong cun dari kota Lu ciu" "Oooh, rupanya Oh tayhiap"

"Siapa yang duduk didalam kereta?" "Nona kami"

"Oh, jadi kaum wanita?" "Benar!"

"Kalian berasal dari perguruan mana?' kembali Oh Hong cun bertanya. Toan San melirik sekejap ke arah Cu Siau-hong yang berdiri disamping Oh Hong cun, kemudian sahutnya: "Kami tidak mempunyai perguruan apapun"

"Tapi jumlah kalian tidak kecil?" seru Oh Hong cun dengan wajah tertegun.

"Terhitung tidak banyak, kami hanya terdiri dari belasan orang saja..."

"Kalian bermaksud hendak kemana? Mengunjungi teman atau menyambangi keluarga'

"Semuanya bukan, kami hendak pergi menyaksikan kemunculan Pena Wasiat'

"Oooh, Jadi kalian pun hendak menyaksikan kemunculan Pena Wasiat?.

"Dalam sepuluh tahun belum tentu Pena Wasiat muncul sekali, peristiva ini merupakan suatu kejadian besar, kecuali mereka yang sempat mendengar kabar berita tentang peristiwa ini, kalau tidak semuanya tentu akan datang berbondong-bondong untuk menghadiri keramaian tersebut"

"Oooh tapi menurut apa yang lohu ketahui cuma berapa orang umat persilatan yang datang dengan menunggang kereta untuk menyaksikan kemunculan Pena Wasiat di dunia ini."

"Cuma berapa orang? Itu kan berarti bukannya tak ada yang datang dengan menumpang kereta bukan?" kata Toan San sambil tertawa.

"Tidak! Menurut apa yang lohu ketahui, kalian merupakan satu-satunya orang yang datang dengan menumpang kereta" "Apakah hal ini melanggar pantangan?" kembali Toan San bertanya sambil tertawa.

"Paling tidak, perbuatan kalian merupakan suatu tindakan yang kurang hormat terhadap Pena Wasiat"

"Aaah, masa sedemikian serius... ?"

Melihat Toan San berulang kali mengalah terus, suara pembicaraan Oh Hong cun pun kian lama kian bertambah keras, serunya lagi.

"Kalau dilihat dari rombongan kalian, tampaknya kamu semua terdiri dari orang-orang muda, itulah sebabnya lohu merasa ada perlunya memberitahukan beberapa patah kata kepada kalian"

"Baik, baik locianpwe, silahkan memberi petunjuk?" “sama  artinya  dengan  menaruh  hormat  kepada  Pena

Wasiat,    bila    ia    memang    tak    sanggup   melanjutkan

perjalanan dengan berjalan kaki, suruhlah meneruskan perjalanan dengan menunggang kuda!"

Ketika Toan San menyaksikan Cu Siau-hong hanya membungkam terus selama ini, dia lantas tahu bahwa pemuda tersebut tidak menyetujui usul mana, maka sambil tertawa ujarnya.

"Semestinya kami harus menuruti nasehat dan petunjuk locinapwe, Cuma sayang ada satu hal yang membuat kami merasa tidak lega."

"Soal apa? Coba kau utarakan kepada lohu" ucap Oh Hong cun sambil mengelus jenggot kambingnya.

"Bila mereka meninggalkan kereta dan seandainya sampai menjumpai suatu ancaman mara bahaya, siapa yang akan bertanggungjawab?" "Bahaya?" tanya Oh Hong cun tertegun, "masa akan terjadi sesuatu bahaya? Bahaya apa?"

"Misalnya hujin dan nona yang duduk dalam kereta mengalami suatu cidera yang tak dinginkan?"

Oh Hong cun tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... omong kosong, sepanjang jalan hingga sampai ke bukit Yan Jit gay, umat persilatan datang berduyunduyun, masa ada orang berani melakukan pembunuhan di siang hari bolong, apalagi sekalipun ada dendam kesumat yang bagaimanapun dalamnya, tidak mungkin pembalasan dendam akan dilaksanakan dalam keadaan seperti ini saudara, kau terlalu jauh berpikir."

"Justru karena jumlah manusia yang datang kelewat banyak, beraneka ragam, maka serangan gelap susah diduga sebelumnya, aku rasa keteranganku sudah cukup jelas, biarlah maksud locianpwe kuterima didalam hati saja."

Oh Hong cun tertegun. "Kau..."

"Kecuali locianpwe mempunyai suatu cara yang lebih bagus untuk menjamin keselamatan jiwa mereka" tukas Toan San ketus.

Mendadak Pek bi taysu menimbrung.

"Siau sicu, lolap bersedia menanggung tanggungjawab ini"

"Taysu adalah..."

"Pek bi taysu dari Siau lim si, setiap umat persilatan mengetahuinya, setiap jagoan mengenalinya" sambung Oh Hong cun cepat. "Bila ada orang yang hendak melukai mereka, lolap bersedia untuk memikul tanggung jawab sampai tertangkapnya pembunuh tersebut"

"Pasti dapat ditangkap?"

"Lolap tak akan mengingkari janji, akan lolap usahakan dengan sekuat tenaga."

"Seandainya hujin dan nona kami sampai terbunuh mati?"

"Soal ini, soal ini..." Pek bi taysu jadi gelagapan dan tak tahu bagaimana mesti menjawab. Oh Hong cun segera menyambung.

"Orang muda, Pek bi taysu adalah seorang tokoh persilatan yang punya nama dan kedudukan di dunia ini, masa kau hendak suruh dia mengganti mereka dengan nyawanya?"

"Sekalipun taysu bersedia mengganti dengan jiwanya, toh tak mungkin bisa menghidupkan kembali nyonya dan nona kami"

Begitu selesai berkata, dia membalikkan badan menuju ke arah kereta kuda dan tidak menggubris kedua orang itu lagi.

Sambil mendepak-depakkan kakinya ke tanah karena mendongkol, Oh Hong cun berseru:

"Peraturan macam apakah ini, aaai... dasar jaman sekarang adalah jamannya anak muda, sama sekali tidak diketahui bagaimana harus menghormati angkatan yang lebih tua."

"Aaai..." Pek bi taysu turut menghela napas, "seandainya lolap  tidak  terikat  oleh  peraturan  perguruan  yang sangat ketat, sejak tadi aku sudah turun tangan untuk memberi pelajaran kepada mereka.”

Tiba-tiba Cu Siau-hong menimbrung.

"Taysu, Oh cianpwe, sesungguhnya mereka mau datang naik kereta atau mau berjalan kaki, toh tiada sangkut pautnya dengan kita, buat apa kita mesti mencampuri urusan mereka? Aku lihat kalian berdua tak usah marah marah lagi."

"Cu lote, kau harus mengerti, aku dan Pek bi taysu kan bermaksud baik!" kata Oh Hong cun.

"Kesulitan? Kesulitan apa? Dasar anak muda tak tahu urusan, aaai... biasanya Cuma bikin ribut, bikin keonaran saja..."

Cu Siau-hong tertawa.

"Oh cianpwe, bukan begitu masalahnya, kalau toh tuan yang memegang Pena Wasiat tidak menurunkan peraturan yang melarang orang datang dengan menumpang kereta, kenapa taysu dan Oh cianpwe mesti kukuh dengan pendirian tersebut?"

"Sekalipun Pena Wasiat tidak pernah menurunkan peraturan macam ini, tapi selama ini belum pernah ada umat persilatan yang melanggar ketentuan mana, mengapa justru mereka yang melanggar kebiasaan tersebut dengan datang menumpang kereta?"

"Oh cianpwe, setiap persoalan tentu ada awal pembukaan bukan?"

"Awal pembukaan? Saudara Cu, ada sementara persoalan justru tak boleh ada awal pembukaannya!"

“Oooh, mengapa?" "Sebab ada sementara kebiasaaan yang sudah merupakan adat istiadat, tidak baik untuk dirusak dengan begitu saja."

"Yaa, kalau toh locianpwe mempersoalkan masalah tersebut sampai demikian seriusnya, boanpwe jadi rikuh untuk banyak berbicara lagi." Kata Cu Siau-hong kemudian sambil tertawa.

Mendadak sambil merendahkan suaranya dia berbisik. "Oh cianpwe, bagaimana rencanamu untuk mengatasi

persoalan ini?"

"Rencana untuk mengatasi persoalan ini? Bahkan aku sendiri tak tahu bagaimana harus mengatasinya, gerombolan anak-anak muda itu tak sedikit jumlahnya, menurut pendapatku mereka semua terhitung jagoan yang punya ilmu hebat, kalau mereka segan mendengarkan nasehat hingga suasana malah terbalik, sudah pasti akan timbul suatu perselisihan yang susah diselesaikan.

"Kalau memang begitu apakah locianpwe tidak bersedia lagi untuk mencampuri urusan ini?"

"Aaaai, lohu benar-benar dibikin serba salah"

"Oh cianpwe" Cu Siau-hong segera berbisik, “padahal aku lihat cara orang itu berbicara amat lembut dan berbudi, mungkin dia benar-benar mempunyai persoalan yang serius, misalnya benar-benar ada orang hendak membunuh orang yang berada dalam kereta itu"

'Masa ada orarg berani melakukan pembunuhan dihadapan begini banyak jago persilatan? Sekalipun dia adalah seorang manusia paling buas di dunia ini, rasanya pun belum tentu leluasa untuk turun tangan!"

"Tidak leluasa untuk turun tangan bukan berarti dia tidak berani turun tangan, apalagi cara membunuh orang terlalu banyak, ada yang menyerang secara sembunyi-sembunyi, ada pula yang menyergap orang secara gelap, coba bayangkan saja, begini banyak orang bercampur baur menjadi satu, bila benar-benar ada orang hendak melekukan penyergapan dari sini, untuk mencari pembunuhnya saja sudah merupakan suatu kejadian yang cukup merepotkan."

"Ehmm, masuk diakal juga perkataanmu itu!' Oh Hong cun manggut-manggut sambil mengelus jenggot kambingnya.

?oooO)d.w(Oooo?

"OH CIANPWE, boanpwe masih mempunyai suatu pandangan, entah pandangan ini benar tidak?" kata Cu Siau-hong lagi.

"Ehmm, perkataanmu banyak yang masuk diakal, coba katakan, kau masih mempunyai pendapat apa lagi?"

"Aku lihat disekitar kereta mereka berdiri banyak orang, kemungkinan besar orang-orang itu adalah jagoan yang dibawa untuk mengawal keselamatan."

"Ooooh?"

"Kemungkinan besar mereka sedang melindungi seseorang dan orang itu adalah orang yang duduk di dalam kereta"

"Yaa, masuk diakal, memang masuk diakal."

"Orang itu bisa dilindungi keselamatan jiwanya oleh sekian banyak orang, sudah dapat dipastikan orang itu penting sekali artinya."

"Oooh anak muda, tampaknya kau adalah seorang manusia yang sangat pandai menganalisa suatu persoalan."

"Boanpwe jarang sekali berkelana dalam dunia persilatan,   sama   sekali   tak   berpengalaman,   apa  yang kucapkan dan apa yang kupandang hanya berdasarkan suatu dugaan belaka, oleh sebab itu dalam beberapa persoalan, kadang kala aku bisa berbicara semauku sendiri."

Oh Hong cun tertawa.

"Menurut pendapat locianpwe?" Cu Siau-hong bertanya sambil tertawa.

"Cu lote, lohu sedang bertanya kepadamu?"

Cu Siau-hong tak ingin kelewat memperlihatkan kecerdasannya, yang dilakukan tadi sesungguhnya tak lain adalah untuk menghindari suatu bentrokan yang tak bermanfaat, maka setelah dilihatnya ancaman bahaya ke sana telah mereda, dia segera menghembuskan napas panjang sambil menyambung.

"Locianpwe, tentang soal, boanpwe tak berani menduga secara sembarangan."

"Kemungkinan sekali orang yang ada di dalam kereta itu adalah seorang perempuan kota" Oh Hong cun mengemukakan duga?annya.

Cu Siau-hong hanya tersenyum, dia tidak menanggapi ucapan tersebut.

?oooO)d.w(Oooo?

TAMPAKNYA kereta kuda yang dipimpin Seng Tiong gak ada maksud untuk melanjutkan perjalanan bersama rombongan dari Pek bi taysu, bila Pek bi taysu berjalan pelan, kereta kuda itupun berjalan pelan, bila Pek bi taysu berjalan cepat, kereta kuda itupun berjalan lebih cepat.

Dengan cepatnya Pek bi taysu dapat merasakan hal ini, tanpa terasa ia berkata dengan kening berkerut: 'Saudara Oh, dapatkah kau rasakan bahwa mereka seperti sengaja mengikuti kita terus?" "Tampaknya mereka seperti mempunyai maksud lain, kalau begitu kita mesti bersikasp lebih berhati-hati"

'Kalau menurut pendapat boanpwe, bukan demikian halnya... " Tiba-tiba Cu Siau-hong menyela sambil tersenyum.

"Cu lote, bagaimana pula menurut pendapatmu itu?" Oh Hong cun segera menyambung.

"Menurut pendapatku, mungkin mengikuti kita hanya disebabkan soal keamanan belaka"

"Soal keamanan?"

'Jikalau orang yang berada dalam kereta kuda itu membutuhkan suatu perlindungan yang begini ketat, maka orang itu sudah tentu.."

"Seorang manusia yang sangat penting" lanjut Oh Hong cun.

"Penting atau tidak, aku tak berani memastikan, cuma orang itu sudah pasti amat terancarn sekali jiwanya, oleh sebab itulah, dia baru memperoleh perlindungan yang ketat sekali"

"Lote, sungguh mengherankan, mengapa sih pandanganmu selalu lebih cocok dan masuk di akal dari pada pendapat-pendapat kami!"

"Aaah, boanpwe pun sama saja hanya menduga-duga, pohon besar mudah untuk berlindung, apalagi disini terdapat manusia lihay seperti Pek bi taysu yang ditambah pula dengan dua belas orang jago dari Siau lim si dan Oh cianpwe yang termashur, seandainya mereka berjalan serombongan dengan kalian, dus berarti mereka lagi membonceng ketenaran kalian semua, bukan demikian?" Oh Hong cun manggut-manggut, wajahnya nampak amat kagum, sementara hatinya merasa gembira sekali.

Kali ini dia tak memuji, akan tetapi wajahnya memancarkan rasa kagum yang amat sangat. Suatu perasaan kagum yang benar-benar muncul dari hati sanubari yang jujur.

Pek bi taysu ikut tertawa katanya:

"Seandainya maksud tujuan mereka benar-benar demikian, maka hal inipun tak perlu dirisaukan lagi"

Pek bi taysu menghembuskan napas panjang, katanya lebih jauh:

"Peraturan yang berlaku di dalam perguruan kami sangat ketat, banyak diantaranya yang amat tak sesuai dengan situasi dalam dunia persilatan, mereka yang jarang berkelana dalam dunia persilatan tentu saja tidak akan mengetahui kalau peraturan-peraturan tersebut merupakan suatu belenggu yang sangat merepotkan, oleh karena itu seandainya pihak lawan sedikit mengekang diri, maka lolap pun tak sanggup mencari gara-gara dengan mereka pula..."

Mendadak ia memperendah suaranya sambil menambahkan:

"Seandainya lolap harus berkelana seorang diri dalam dunia persilatan, soal mencampuri urusan orang sih masih bisa saja kulakukan, tapi dengan membawa rombongan sebesar ini, aku jadi merasa kurang leluasa untuk bergerak bebas."

Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Perkataan taysu memang benar, Siau lim pay merupakan   tonggak   dari   dunia   persilatan,   selama   ini akupun sering mendengar orang berkata, peraturan perguruan yang berlaku ketat sekali!"

Pek bi taysu tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kendatipun rombongan anak-anak muda tersebut sedikit tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, namun andaikata mereka terancam oleh suatu mara bahaya, lolap toh tak bisa berpeluk tangan belaka"

“Betul, mungkin itulah yang mereka harapkan sehingga melakukan perjalanan bersama-sama kita."

Setelah menempuh perjalanan sejauh tiga puluhan li, akhirnya sampailah mereka di dusun Pek moa kia. Tapi waktu itu malam sudah tiba, kentongan ke tiga baru saja lewat....

Oh Hong cun berhasil menemukan sebuah rumah penginapan dan segera menggedor pintu. Seng Tiong-gak dengan membawa Jit hou dan Su eng pun telah tiba pula di sana.

Mereka pandai sekali mengekang diri menunggu Pek bi taysu sekalian selesai bersantap dan masuk ke kamar masing-masing, Seng Tiong-gak baru berkata kepada sang pelayan:

"Beri kami makanan dan minuman yang secukupnya, kemudian siapkan beberapa buah kamar yang berderet."

Tapi pelayan itu segera menggeleng.

"Maaf kek koan, kamarnya tidak cukup, hanya tinggal tiga buah kamar saja"

"Baiklah, tiga kamar yaa tiga kamar" kata Seng Tiong gak sambil tertawa, "biarlah orang-orang kami yang tak kebagian kamar tidur di ruang tengah ini" Pelayan itu manggut-manggut dan segera berlalu.

Selama ini Oh Hong cun mengawasi terus gerak gerik mereka dengan seksama, ia segera menemukan bahwa Seng Tiong-gak merupakan pemimpin dari rombongan tersebut, maka sambil menjura dia menyapa

"Saudara, kau dari marga mana ?" "Aku she Seng!"

"Oooh... rupanya saudara Seng, di seberang sanapun terdapat sebuah rumah penginapan, bila kekurangan kamar mengapa saudara Seng tidak mengajak mereka tinggal di penginapan seberang sana? Kalau disuruh tidur berdesakan disini, rasanya kurang enak."

"Oh cianpwe, kau sendiripun terhitung seorang jago kawakan, tentunya kau juga tahu akan peribahasa yang berkata, seribu hari di rumah enak, sekali keluar rumah susah, apalagi jalanan ini sudah kelewat penuh oleh para umat persilatan lainnya, aku pikir kemungkinan besar penginapan di seberang sanapun sudah penuh"

Oh Hong cun tertawa, ia tidak berbicara lagi dan segera bangkit berdiri menuju ke belakang.

Cu Siau-hong ikut berdiri, setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Seng Tiong-gak, dia pun turut beranjak masuk..

Ternyata Cu Siau-hong sekalian telah bersantap semua. Pelan-pelan Tan Heng berjalan mendekat, lalu bisiknya: "Seng ya, bagaimana kita harus mengatur penjagaan?'

"Cari akal untuk menarik kereta itu ke dalam rumah penginapan" kata Seng Tiong-gak.

"Apakah kita akan mengundangnya turun dari kereta untuk bersantap" bisik Tan Heng lirih. Cepat-cepat Seng Tiong-gak menggeleng.

"Tidak usah, biar ia bersantap didalam kereta saja!"

Sesudah berhenti sejenak, dengan suara rendah dia melanjutkan:

"Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan masih berada di dalam kereta, suruh mereka mengunci pintu kereta baik baik, perlebar lubang hawa dan malam ini suruh mereka tetap didalam kereta saja, Oya, siapa yang giliran jaga malam ini?"

"Su eng yang mendapat giliran jaga"

"Kalau begitu kau, aku, Su eng beristirahat disekeliling kereta, malam ini suruh Jit Hou beristirahat sebaik-baiknya"

"Apakah kereta itu harus kita dorong masuk ke tengah halaman penginapan..."

"Usahakan sedapat mungkin untuk berada dekat dengan tempat yang didiami Pek bi taysu."

Tan Heng manggut-manggut.

Kereta kuda itu benar-benar sangat berat, untung saja penginapan tersebut menyediakan pintu lebar yang biasa dilewati kereta kuda.

Ditambah pula jumlah mereka memang banyak, maka setelah mendorongnya beberapa saat, kereta kuda itu sudah berhasil didorong masuk dan diparkir di halaman belakang.

Tempat itu sangat dekat letaknya dengan halaman  rumah sebelah kanan, dimana kereta itu diparkir ternyata persis di samping halaman rumah yang di diami Pek bi taysu sekalian.

Seng Tiong-gak segera turun tangan sendiri melakukan pemeriksaan  terhadap  sekeliling  dinding  pekarangan yang mengitari sekitar situ, kemudian mereka baru menempelkan salah satu sisi keretanya diatas dinding pekarangan.

Su kiat mengeluarkan perbekalan mereka yang sederhana dan membaringkan diri di sekeliling kereta.

Oh Hong cun dan Pek bi taysu berdiam didalam sebuah kamar yang sama, dari mulut jendela mereka dapat menyaksikan kereta kuda itu.

Ternyata mereka berdua bertindak cukup berhati-hati, mereka ingin tahu siapakah yang berada dalam kereta tersebut.

Akan tetapi kedua orang itu merasa sangat kecewa, sebab selama ini pintu kereta tak pernah dibuka barang sekejappun.

Ketika kentongan kelima menjelang datang, saat sebelum fajar menyingsing merupakan saat yang paling gelap.

Para jago yang menginap dalam penginapan itu sudah merasa lelah sekali, delapan sembilan puluh persen diantaranya sudah tidur nyenyak.

Tapi ada juga sebagian manusia yang belum tidur, bahkan secara diam-diam merangkak bangun. Cu Siau hong adalah salah seorang diantaranya.

Ong Peng yang tinggal sekamar dengan Cu Siau-hong turut bangun, kini ia sudah bangkit berdiri. "Mau keluar kamar untuk melihat-lihat?" bisik Ong Peng.

"Tak usah keluar, jendela kita persis berhadapan dengan kereta tersebut, aku selalu berpendapat bahwa putusnya jembatan batu itu mencurigakan sekali, tindakan kita yang secara tiba-tiba merubah jadwal perjalanan bahkan ikut datang menyaksikan keramaian Pena Wasiat pun mungkin jauh diluar dugaan mereka, itulah sebabnya selama ini suasana tenang sekali."

"Pek bi taysu amat termashur di dalam dunia persilatan, disinipun hadir dua belas orang Lo han dari kuil Siau liam si, sekalipun mereka benar ingin turun tangan, aku rasa rencana tersebut harus di pertimbangkan sekali lagi"

"Sekalipun begitu, kita masih tak boleh bertindak kelewat gegabah, sementara waktu mereka memang belum bisa menduga apa maksud tujuan kita, tapi lama kelamaan toh akan tertebakjuga"

Ong Pang segera tertawa.

"Andaikata budak itu mau nekad dan membeberkan latar belakang peristiwa tersebut di bukit Yang Jit gay, itu baru ramai jadinya.

"Itulah sebabnya pihak lawan tak nanti akan membiarkan kita membawanya sampai di tebing Yang Jit gay."

"Kalau begitu, tentu akan berusaha menghabisi nyawanya sebelum kita sampai di tebing Yang Jit gay?"

"Benar, mereka pasti akan beruaha dengan sekuat tenaga"

Ong Peng termenung berapa saat, kemudian baru ujarnya:

"Kongcu, kalau dipikir hal ini cukup membuat kerepotan setengah mati, dewasa ini jalanan yang kita lalui selalu ramai oleh umar persilatan yang datang berbondong bondong baik jagoan dari golongan putih maupun dari golongan hitam berkumpul disekitar sini, bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi mereka untuk melakukan pembunuhan disuasana seperti ini." "Ong Peng, aku belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, persoalan yang kuketahui pun tidak banyak, tapi menurut pendapatku, kekuatan dari Siau lim pay dan Bu tong pay belum tentu bisa mengungguli kekuatan dari Kay-pang dan Pay-kau"

"Tentang soal ini, aku merasa kurang leluasa untuk mengemukakan perbandingannya, Cuma banyak tahun ini baik pihak Kay-pang maupun pihak Pay-kau selalu berusaha memupuk anggotanya sedapat mungkin, kehebatan kedua perkumpulan tersebut boleh dibilang sedang mencapai pada masa jayanya semenjak kedua perkumpulan itu didirikan."

"Tapi Kay-pang dan Pay-kau toh tak ingin memusuhi mereka secara terang-terangan bukan?" kata Cu Siau-hong sambil tertawa.

Ong Peng manggut-manggut.

"Oleh sebab itu" lanjut Cu Siau-hong, "aku selalu merasa bahwa manusia-manusia yang bergabung dalam organisasi rahasia tersebut bukan manusia sembarangan, kekuatan mereka luar biasa, mungkin sudah jauh melebihi kekuatan dari pelbagai perguruan yang ada dalam dunia persilatan dewasa ini'

'Tapi yang terpenting adalah kemisteriusan mereka itu' "betul,   setiap   saat   mereka   dapat   mencari   musuh-

musuhnya  dan  turun  tangan,  sedangkan  kita  tak mampu

menemukan jejak mereka"

"Kongcu' kata Ong Peng kemudian sesudah termenung sejenak, "mungkinkah mereka punya mata-mata juga didalam tubuh Kay-pang dan Pay-kau?" "Disinilah letak sebab utama mengapa pangcu dan kaucu bersedia menyerahkan kekuatan inti dari Kay-pang dan Pay-kau kepadaku"

"Kalau begitu kongcu, kita masih harus bertindak lebih berhati-hati lagi, kita harus..'

"Pena Wasiat akan munculkan diri disaat seperti ini, sehingga seluruh jagoan dari kolong langit bersama-sama berkumpul disini, kejadian ini telah memberi suatu kesempatan yang sangat baik bagi kita, asal kita didapat memancing kemunculan mereka, secara otomatis pentolan mereka pun dapat pula dipaksa keluar."

"Banyak kejadian aneh yang sering berlangsung di dunia ini, aku rasa suatu ketika pasti ada orang yang akan mengenali asal mereka...

"Baik, mulai sekarang kita harus mengawasi kereta itu secara diam-diam, seandainya mereka hendak turun tangan pada malam ini, sekaranglah saatnya yang terbaik"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar