Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 41

"Paling tidak mereka tidak berhasil, dari peristiwa Wu san siang sat sampai Kian Hui seng, perhitungan mereka  tak ada yang berhasil, kesemuanya ini tak lain adalah berkat kemampuan dari saudara sekalian."

"Tapi bila berbicara menurut lingkungan yang lebih besar, hal tersebut masih belum cukup buat kita untuk meloloskan diri dari mara bahaya ini"

"Sudah kupikirkan hal itu dengan seksama" ujar Cu Siau hong, "dewasa ini kita sudah dipaksakan melakukan suatu pertarungan adu kekerasan dengan mereka, jika didalam pertarungan ini kita tak berhasil menentukan kemenangan, maka selanjutnya mungkin sulit buat kita untuk meloloskan diri dari cengkeraman mereka."

"Benar, kami pun mempunyai pandangan yang sama" "Sekarang sasaran dari pertarungan ini sudah kita

tetapkan, tapi sistim pertarungan dan tempat kejadian tidak boleh membiarkan mereka lagi yang menentukan"

"Apakah kongcu sudah mempunyai suatu rencana yang masak?" kata Ong Peng sambil memberi hormat. "Aku telah berhasil menemukan suatu taktik pertarungan untuk melawan mereka, hanya tidak diketahui bagaimanakah menurut pendapat dari saudara sekalian?"

"Rencana apapun yang kongcu tetapkan, kami akan melaksanakan dengan senang hati."

Cu Siau-hong segera mengulapkan tangannya, Ong Peng, Su eng, Jit hou sekalian segera maju mengerumun.

Dia lantas mengambil cawan air teh, kemudian dengan mencelupkan jari tangannya ke dalam air, Cu Siau-hong membeberkan siasatnya untuk melawan musuh:

Sambil berbicara sambil memberi coretan-coretan yang diperlukan, dengan cepatnya dia telah membeberkan taktik pertahanannya untuk menghadapi serangan lawan.

Para jago merasa kagum sekali setelah mendengar keterangan tersebut, mereka merasa walaupun usia Cu Siau-hong masih muda, namun selain pandai melihat keadaan juga mempunyai kemampuan untuk segera melakukan tindakan dan mengambil keputusan.

Begitu rencananya selesai dibeberkan, Cu Siau-hong baru memperhatikan dua orang anggotanya yang terluka, segera tegurnya.

"Bagaimana dengan luka yang kalian berdua derita?" Yang terluka adalah Hee Hay dan Lau Hong..

Sambil menjura Hee Hay segera berkata:

"Luka yang kami derita tidak terlampau parah, silahkan kongcu membagi tugas buat kami"

"Kalian berdua masing-masing menjaga suatu tempat, tak usah melancarkan serangan, cukup asal mengirim kabar saja." "Hamba sekalian menerima perintah"

Cu Siau-hong segera mendongakkan kepalanya memandang cuaca, kemudian baru berkata lagi: "Kita putuskan setelah fajar menyingsing nanti baru bergerak melakukan penyerbuan."

Belum habis dia berkata, seorang kelasi masuk dengan tergopoh-gopoh memberi laporan:

"Ada empat buah sampan bergerak mendekati perahu kita"

"Oooh, cepat amat kedatangan mereka” seru Cu Siau hong."

Serentak semua orang bangkit berdiri, Su eng pun menerjang keluar dari ruangan.

Cu Siau-hong tidak menghalangi mereka, Sedang Ut-si jit-hou tetap berdiri tak bergerak..

Ternyata ketujuh harimau dari keluarga Ui ini tak pandai ilmu dalam air, maka mereka pun tak dapat memberikan banyak bantuan yang diperlukan.

Cu Siau-hong bertindak cukup mantap dan cekatan, kepada tujuh harimau dari keluarga Ui segera serunya:

"Kalian berjaga-jaga dalam pintu dan balik jendela ruangan perahu!"

Ternyata perahu itu memang khusus digunakan sebagai perahu penumpang, bukan saja dekorasi dalam ruangan sangat megah, kedua belah sisi ruanganpun terbuka dua buah jendela yang besar.

Luas ruangan itu mencapai dua kaki lebih, dan sanggup menampung tiga empat puluh orang. Setelah memberi perintah kepada Jit-hou pelan-pelan Cu Siau-hong melangkah keluar dari ruangan perahu.

Seng Hong dan Hoa Wan segera mengikuti dibelakang si anak muda itu.

Ong Peng, Tan Heng, Seng Tiok-gak serta Lik Ho, Ui Bwee dan Ang Bo-tan turut keluar pula dari dalam ruangan perahu.

Dengan cepat ketujuh harimau dari keluarga Ui menyebarkan diri ke empat penjuru dan berjaga-jaga dibalik jendela, pintu serta tempat-tempat strategis lainnya.

Sementara Su eng sudah berada diatas geladak.

Ketika Cu Siau-hong mendongakkan kepalanya memandang empat penjuru, tampak olehnya keempat buah sampan kecil itu sudah semakin mendekati perahu besar tersebut.

Sampan itu kecil, tapi di ujung perahu masing masing berdiri dua orang lelaki. Lelaki-lelaki kekar itu selain menggembol golok bulan sabit, juga membawa senjata garpu, senjata khusus untuk suatu pertarungan didalam air.

Ketika sampan sampan kecil itu mencapai tujuh depa dari perahu besar, mendadak mereka berhenti dan berjajar menjadi satu garis.

Dalam pada itu fajar telah menyingsing, sekalipun kabut tebal menyelimuti permukaan sungai, namun pemandangan disekitar sana masih terlihat dengan jelas.

Cu Siau-hong memperhatikan sekejap senjata yang digembol lelaki-lelaki itu, kemudian sambil berpaling ke arah Ong Peng ujarnya:

"Sudah kalian lihat senjata yang digembol mereka?" "Yaa, sudah!" "Aku rasa tidak banyak didaratan Tionggoan yang mempergunakan senjata macam itu"

"Tampaknya senjata itu merupakan semacam senjata khusus yang berasal dari tepi perbatasan" Ong Peng menerangkan.

"Aku tahu sumber dari senjata tersebut" mendadak Lik Hoo menyela.

"Coba, kau katakan"

Lik Hoo mengiakan dengan hormat, katanya:

'Cahaya golok lengkung itu adalah senjata Raja Pomihasu untuk membunuh burung!"

"Pomihasu? Seperti nama orang Tibet?" seru Cu Siau hong.

Dia sudah banyak membaca buku sejarah, pengetahuannya juga luas sekali, meski pengalamannya didalam dunia persilatan tidak luas, tapi persoalan yang diketahuinya banyak sekali

'Benar!" kata Lik Hoo cepat, “memang senjata itu berasal dari seorang tokoh lihay dari Tibet, agaknya seorang hwesio"

"Bukan hwesio, Lhama namanya", sela Cu Siau-hong. "Yaa, benar, seorang Lhama hwesio" sambung Ui Bwee. "Darimana kalian bisa tahu?"

Ang Bo tan segera berkata:

"Suatu ketika Keng Ji Kongcu minum banyak arak dan diapun membicarakan soal ini dengan kami, jurus serangan dari golok lengkung mereka sangat aneh, serangannya juga cepat bagaikan sambaran kilat, terutama jurus serangan yang  dinamakan  Hui  im  sam  cian  (tiga  bacokan  awan terbang), pada hakekatnya bisa dipakai untuk memenggal tubuh si burung yang terbang di angkasa."

"Bisa membunuh tubuh yang terbang di angkasa itu berarti ilmu golok mereka cepat sekali, tapi serangan itu entah dilancarkan dengan golok lengkung yang terlepas dari tangan? Ataukah golok berikut badan itu memenggal ?"

"Soal ini aku kurang tahu, Keng Ji kongcu tidak menerangkannya kepada kami"

"Empat buah sampan kecil dengan delapan orang manusia, delapan bilah golok melengkung, andaikata setiap golok lengkung dapat membunuh orang wah hal itu sungguh menakutkan sekali"

"Kalau menurut apa yang dikatakan Keng Ji kongcu, ilmu golok mereka amat buas"

"Buas!"

"Buas, maksudnya ilmu golok mereka amat langsung, amat langsung dalam membunuh manusia."

'Waah, itu berarti semacam ilmu golok yang benar-benar menakutkan sekali"

"Oleh karena itu harap kongcu menyampaikan perintah agar semua orang berhati-hati"

"Suara pembicaraan kita amat keras, bahkan musuhpun dapat mendengar dengan jelas apalagi orang dalam seperahu dengan kita"

Peringatan ini adalah peringatan untuk pertama kalinya, memberi peringatan kepada orang sendiri agar berhati-hati.

Sementara itu sampan-sampan cepat itu sudah mulai bergerak lagi mendekati perahu besar itu. Suasana tegang segera menyelimuti kedua belah pihak. Pelan-pelan Cu Siau-hong menuju kedepan geladak, lalu memperhatikan sekejap perahu-perahu sampan yang sedang bergerak mendekat itu, setelah menghembuskan napas panjang katanya:

"Kalian toh datang kemari untuk sesuatu tujuan, mengapa tidak segera turun tangan.”

Seorang laki-laki bersenjata golok lengkung yang berada disampan sebelah kiri segera berseru dengan suara dingin:

'Siapakah yang bernama Cu Siau-hong?" "Aku!"

Lelaki baju hitam yang berbicara itu mendadak menghimpun tenaga dalamnya dan melayang naik keatas perahu besar.

Mendadak Seng Hong dan Hoa Wan maju selangkah ke muka, sepasang pedang mereka ditusukkan bersama ke depan menghadang jalan maju lelaki berbaju hitam tersebut.

Mendadak kaki kanan lelaki berbaju hitam itu menginjak pada tumpuan kaki kirinya mendadak tubuhnya melambung setombak lagi ketengah udara dan melayang turun di atas geladak.

"Lepaskan mereka turun!” bisik Cu Siau-hong.....

Sebenarnya sepasang pedang Seng Hong dan Hoa wan telah mengejar kemuka dan sama sekali tidak memberi kesempatan kepada pihak lawan untuk melayang turun keatas geladak.

Akan tetapi setelah mendengar suara bentakan nyaring Cu Siau-hong tadi, mendadak saja mereka menyelinap kesamping untuk memberi sebuah jalan lewat. Dengan cepat manusia berbaju putih itu melayang turun di geladak, golok lengkungnya masih digenggam kencang kencang.

Seng Hong dan Hoa wan kembali mengayunkan sepasang pedangnya untuk menghadang jalan pergi orang itu.

Sambil tertawa Cu Siau-hong segera berkata: "Sen Hong, Hoa wan cepat mundur!"

Seng Hong dan Hoa wan segera mengundurkan diri ke belakang dan menyarungkan kembali pedangnya kedalam sarung.

Orang berbaju hitam itu tertawa, dia pun menyarungkan kembali golok lengkungnya ke dalam sarung.

"Ada urusan apa kalian datang mencariku, sekarang boleh kau utarakan secara terus terang!"

"Apakah saudara merasa yakin dapat membunuh aku" Cu Siau-hong kembali tersenyum.

"Akan kucoba!"

Jawabannya amat singkat dan jelas, tapi semuanya beralasan dan mantap.

Sambil tersenyum kembali Cu Siau-hong bertanya: "Saudara bukan berasal dari penduduk daratan

Tionggoan?!.."

"Tampaknya masih ada persoalan lain yang hendak kau bicarakan dengan aku?"

"Betul!"

"Katakan saja sekarang!"

"Kau benar-benar Cu Siau-hong?" "Tanggung seratus persen asli!"

"Harus dibunuh!" bentak orang berbaju hitam itu keras keras.

Ketika tangan kanannya diayunkan kemuka, serentetan cahaya tajam segera meluncur ke tubuh lawan. Betul-betul sebuah ayunan golok yang cepat bagaikan sambaran kilat dan amat dahsyat.

Tak bisa dilukiskan jurus serangan apakah yang dipergunakan dalam ayunan golok itu pun tidak diketahui perubahan apakah yang terkandung dibalik ancaman tersebut.

Hanya terasa ayunan golok tersebut cepat bagaikan sambaran petir, dalam sekejap mata cahaya golok telah tiba diatas kepala Cu Siau-hong.

Ilmu golok semacam itu betul-betul merupakan sebuah ilmu golok pembunuh.

Dengan perasaan terkesiap buru-buru Cu Siau-hong mengundurkan diri sejauh enam langkah kebelakang. Ayunan golok tersebut kelewat cepat dan kelewat dahsyat.

Sekalipun Seng Hong dan Hoa Wan telah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, toh terlambat juga untuk menghadapi perubahan yang sangat mendadak dan diluar dugaan itu.

Menanti mereka berdua mengayunkan pedangnya untuk menyerang, orang berbaju hitam itu telah menarik kembali goloknya dan mengundurkan diri keposisi semula.

Cu Siau-hong segera mengulapkan tangannya mencegah Seng Hong dan Hoa wan bertindak lebih lanjut, kemudian ujarnya sambil tertawa. "Jurus golok yang saudara pergunakan cepat sekali, cuma sebelum kau turun tangan membunuhku dapatkah kau ungkapkan alasan yang menjadi dasar dari tindakanmu ini?"

"Membunuh ya membunuh, tiada pokok alasan yang menjadi dasarnya, aku hanya tahu mencabut selembar jiwamu'

"Bila seseorang membunuh orang lain tanpa didasari oleh suatu alasan tertentu, berarti orang itu memang memiliki kegemaran untuk membunuh "

Orang berbaju hitam itu hanya tertawa dingin tiada hentinya tanpa menjawab.

"Bagi orang yang gemar membunuh, sudah sepantasnya bila dia dihukum mati!" ujar Cu Siau-hong lebih jauh.

Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa wan, perintahnya lagi.

“Kalian segera laksanakan perintah ini!"

Sementara itu dua orang bocah pedang tersebut sedang berpikir namun mereka tidak berhasil menemukan suatu cara untuk membinasakan lawannya yang tangguh itu.

Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Seng Hong, dengan cepat dia berseru: "Siang kiam ci hui (sepasang pedang terbang lurus)!'

'Hap oh wi it (bersatu padu dalam satu-kekuatan)!" sahut Hoa Wan dengan cepat.

Di tengah bentakan, dua orang itu melayang ke tengah udara, sepasang pedang mereka meluncur bersama seperti gunting emas dan melakukan pengguntingan ke tubuh lawan.. Orang berbaju hitam itu turut melompat ke udara, golok lengkungnya bagaikan salju memancarkan bayangan cahaya yang ber lapis-lapis.

Cahaya golok yang berlapis-lapis meski tangguh dan rapat, nyatanya belum juga berhasil untuk membendung datangnya hawa pedang yang amat dahsyat itu.

Tak terlukiskan rasa cemas orang berbaju hitan itu, buru buru golok lengkungnya di ayun ke kiri, dibacok kekanan berusaha keras untuk membendung datangnya gerakan pedang yang datang dari dua penjuru.

Sayang usahanya itu tidak berhasil, karena dia gagal untuk membendung datangnya ancaman tersebut. Begitu ayunan goloknya mengenai sasaran kosong, sepasang pedang lawan segera meluncur datang.

Cahaya tajam berkelebat lewat, percikan darah segar segera memancar ke empat penjuru, seketika itu juga orang berbaju hitam itu kena tertabas tubuhnya oleh sepasang pedang lawan hingga putus menjadi dua bagian...

Setelah berhasil membunuh lawan tangguhnya Seng Hong dan Hoa Wan segera melayang turun ke atas geladak, kedua orang itu seperti belum begitu percaya kalau kekuatan mereka sungguh-sungguh telah berhasil membunuh lawannya.

Tapi bukti yang nyata telah berada didepan mata, mayat pun telah terkapar diatas tanah, malah darah yang membasahi ujung pedang mereka berdua belum lagi mengering.

Semuanya ini merupakan kenyataan, suatu kenyataan berdarah yang tak terbantahkan. Seng Hong dan Hoa Wan saling berpandangan sambil tertawa, kemudian ujarnya: "Lapor kongcu, hamba sekalian telah berhasil melaksanakan hukuman mati tersebut"

“Gusur, pergi mayat itu!" perintah Cu Siau-hong.

Dengan sekali tendangan, Seng hong segera menyepak mayat tersebut hingga tercebur kedalam sungai.

Sambil berdiri bergendong tangan diujung geladak, Cu Siau-hong mengawasi orang-orang berbaju hitam yang berada di atias ke empat buah sampan cepat itu, sekejap kemudian katanya dingin:

"Dengar baik-baik, pekampungan Ing-gwat san-ceng kami tak pernah mengikat tali permusuhan atau sakit hati dengan kalian nyatanya tanpa suatu sebab tertentu kalian telah mencari gara-gara dengan kami, Ketahuilah, kami tak ingin mencari gara-gara, tapi kamipun tak takut dihadapkan dengan persoalan, barusan kami telah membuktikan hal ini kepada kalian, atau dengan perkataan lain kami tak takut urusan jika kalian masih saja tak tahu diri dan ingin mencari gara-gara terus, jangan salahkan kami akan melakukan pembantaian secara besar-besaran"

Diatas ujung geladak empat buah sampan cepat, berdiri tujuh orang lelaki berbaju hitam, ditangan kanan masing masing menggenggam gagang golok lengkungnya erat-eras, empat belas sorot mata bersama-sama ditujukan ke atas wajah Cu Siau-hong.

Entah mereka menjadi takut, ataukah merasa terperanjat, nyatanya ketujuh orang itu hanya berdiri disana dengan wajah tertegun. Dengan suara rendah Ong Peng segera berteriak:

"Kongcu, mungkinkah mereka tidak mengerti dengan apa yang kongcu katakan?'”

“Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan?” "Seandainya mereka datang dari tepi perbatasan, sudah pasti mereka mempunyai bahasa sendiri yang jauh berbeda dengan bahasa yang kita pergunakan sehari-hari.”

"Baik! Kalau begitu coba tanyakan kepada mereka apakah tidak mengerti dengan apa yang kita katakan"

Ong Peng mengiakan, dia segera jalan menuju ke geladak, lalu berseru dengan lantang.

'Diantara kalian bertujuh, siapakah yang bisa memahami pembicaraan kami?"

Ketujuh orang lelaki berbaju hitam yang berdiri di ujung geladak ke empat buah sampan cepat itu masih berdiri tak berkutik di tempat semula, tapi dari balik ruangan perahu, salah satu sampan tiba-tiba berjalan keluar seorang pemuda berbaju serba putih.

Pelan-pelan orang itu berjalan menuju ke ujung geladak, lalu berkata dingin:

'Aku mengerti, mereka pun mengerti, Cuma mereka tak sanggup menjawab pertanyaanmu"

"Mengapa?"

'Sebab mereka tak mampu untuk mengambil keputusan". "Kalau begitu, kau dapat mengambil keputusan?'

'Benar, orang-orang itu semuanya adalah anak buahku"

"Oooh ! Kalau toh kau sudah menampilkan diri, pertama sudah sepantasnya bila menyebutkan namamu, kedua, sudah seharusnya menerangkan mengapa kalian datang mencari kami"

"Kau masih belum pantas untuk membicarakan persoalan-persoalan semacam ini denganku"

"Tidak pantas..?" "Baik!" Cu Siau-hong segera tertawa. "kalau begitu mari kita berbincang-bincang"

"Kau kah Cu Cengcu?" tanya orang berbaju putih itu. "Yaa, benar! Siapakah nama saudara?"

"Thi Long!"

"Oooh bolehkah aku tahu apa alasan saudara Thi datang mencariku?"

"Sebenarnya kami mendapat undangan untuk membunuh Ui pangcu dari Kay-pang, tapi ditengah jalan orang yang mengundang kami itu telah berubah pikiran, sekarang ia menitahkan kepada kami untuk merenggut nyawamu"

"Oooh..."

"Cuma kami tak menyangka kalau kau adalah seorang musuh yang begitu tangguh"

"Sekarang kau baru tahu?"

"Bukan baru tahu melainkan baru melihat"

"Saudara Thi.. apakah kau bermaksud untuk berubah pikiran?"

Dengan cepat Thi Long menggeleng.

"Tidak, aku masih belum merasa akan menderita kekalahan"

"Kalau begitu, saudara Thi masih bermaksud untuk melanjutkan perbuatan ini?"

'Kami datang atas undangan, sebab itu paling tidak kami harus memberikan suatu pertanggung jawab kepada orang orang yang mengundang kami itu' "Kalau toh begitu, silahkan Thi Long segera turun tangan, agar persoalan ini bisa segera diselesaikan"

"Baik Siaute masih mempunyai tujuh orang pembantu, harap Cu cengcu pun mengirirn tujuh orang untuk menentukan menang kalah kita, seandainya siaute kurang beruntung dan kalah, hal tersebut akan kami pertanggung jawabkan kepada orang yang telah mengundang kami itu"

Barusan Cu Siau-hong telah menyaksikan ilmu silat orang-orang itu, melihat pula jurus golok lengkung mereka serta gerakan-gerakan yang aneh tapi sakti, andaikata dia harus mengutus tujuh orang pula untuk menyelesaikan persoalan ini, bagaimanakah hasil dari pertarungan itu, sesungguhnya hal tersebut masih merupakan sebuah tanda tanya besar.

Maka satu-satunya jalan yang terbaik baginya  kini adalah turun tangan sendiri untuk menentukan menang kalahnya pertarungn itu.

?oooO)d.w(Oooo?

SETELAH mengambil keputusan dalam hati kecilnya Cu Siau-hong segera berkata sambil tertawa.

'Saudara Thi, apakah ilmu golok yang kalian pergunakan adalah ilmu golok dari wilayah Sin kiang milik Pomihasu?`

"Dia adalah guru kami, malam ini dia orang tuapun akan kemari" ujar Thi Long dengan wajah penuh rasa hormat.

"Oooh, dan orang-orang berbaju hitam itu?"

'Orang-orang berbaju hitam itu, adalah jago-jago anak buah guru kami"

"Apakah mereka semua berasal dari wilayah See ih?" "Betul" "Dan saudara?'

Thi Long termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya:

"Asal usulku bukan sesuatu yang penting, masalah terpenting adalah penyelesaian dari pertarungan yang akan berlangsung pada malam ini!"

"Itulah sebabnya, aku rasa dalam pertarungan kita kali ini, paling baik kalau berganti dengan suatu cara lain"

"Aku akan mendengarkan usulmu itu!"

"Apakah saudara Thi tidak merasa, bahwa kita harus tampil sendiri kedalam arena?"

"Kau dan aku maksudmu?"

"Benar" Cu Siau-hong mengangguk, "bila pertarungan kita dapat menentukan menang kalah, buat apa kita musti bersusah payah untuk melangsungkan suatu pertarungan satu lawan satu antara anggota-anggota kita lainnya..."

"Jadi Cu cengcu hendak menantang aku untuk berduel?" "Seandainya kau bersedia untuk menerima usulku ini,

anggap saja ucapanku itu sebagai tantanganku terhadap saudara Thi"

Diam-diam Thi Long termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dia manggut-manggut. "Baiklah, akan kuterima usulmuitu" katanya kemudian.

'Baik" kata Cu Siau-hong kemudian sambil mengangguk, silahkan saudara Thi naik ke atas perahu"

Thi Long menarik napas panjang-panjang, mendadak dia melompat naik ke atas dengan gerakan tubuh yang ringan, tampak ujung baju berkibar terhembus angin, tahu-tahu dia sudah melayang turun diatas geladak. Cu Siau-hong memperhatikan lawannya dengan seksama, ia jumpai orang itu sama sekali tidak menggembol golok lengkung..

Thi Long segera mengamati sekejap sekeliling tempat itu, kemudian berkata:

-oOo>d’w<oOo-

“CU CENGCU, kau bermaksud untuk main kerubut? ataukah kita akan bertarung satu lawan satu?"

Cu Siau-hong segera mengulapkan tangannya dan berkata:

'Kalian boleh mengundurkan diri semua dari sini, aku akan bertarung satu lawan satu dengan saudara Thi ini, entah bagaimanapun keadaan pertarungan nanti, kalian dilarang untuk tarut campur."

Seng Hong dan Hoa Wan sekalian cukup mengetahui akan kemampuan yang dimiliki Cu Siau-hong, merekapun menaruh rasa percaya yang besar terhadap kesanggupan pemuda itu untuk menghadapi lawan, setelah saling berpandangan sekejap, serentak mereka mengundurkan diri dari situ.

Cu Siau-hong segera berkata kembali. "Saudara Thi, sekarang kau boleh berlega hati"

"Moga-moga mereka dapat melaksanakan perintah dari Cu cengcu dengan sunggun hati!'

“Soal ini tak perlu saudara Thi kuatirkan, selama ini disiplin anak buah kami cukup dipercaya" Kemudian sorot matanya dialihkan ke wajah orang orang berbaju hitam yang menggembol golok lengkung itu, lalu katanya lebih jauh:

"Andaikata saudara Thi bernasib kurang mujur dan menderita kekalahan di tangan siaute, mungkinkah mereka akan membalas dendam dan turun tangan secara nekad?"

"Mungkin"

'Apakah saudara Thi merasa sudah sepantasnya untuk meninggalkan pesan kepada mereka?"

"Yaa, memang sepantasnya, cuma kami belum merundingkan sistim pertarungan yang akan kita lakukan nanti"

"Dalam hal ini, aku ingin sekali mendengarkan pendapat dari saudara Thi '

"Pertama, bila aku menang, aku akan membawa pergi Cu cengcu"

"Hmm..seandainya saudara Thi menang, aku bersedia untuk menyerahkan diri dan menuruti semua perintahmu"

"Kedua, bila kuajak Cu cengcu pergi dari sini nanti, paling baik jika mereka tak usah, melakukan penghadangan, daripada terjadinya suatu peristiwa pembantaian secara besar-besaran"

"Andaikata aku bukan tandinganmu, sekalipun mereka maju menghalangimu juga tak akan mampu untuk menghalangi"

Thi Long segera tertawa.

"Apa yang Cu cengcu katakan memang benar, kalau begitu kitapun tak usah memberikan batasan-batasan dalam pertarungan   nanti,   mau   menggunakan   kepalan, telapak tangan, senjata tajam, senjata rahasia, kau boleh menggunakannya secara bebas dan sekehendak hati"

"Baik, aliran ilmu silat memang berbeda, apalagi keistimewaan masing-masing orang-pun berbeda, kalau tidak diberikan batasan-batasannya, hal ini memang lebih baik lagi, sebab pertarungan mana bisa diselenggarakan dengan sepuas-puasnya"

"Tamu tak akan mendahului tuan rumah silahkan Cu cengcu menyerang lebih dulu!" ucap Thi Long kemudian sambil tertawa.

Cu Siau-hong ikut tertawa.

"Tunggu sebentar saudara Thi, kau hanya memperbindangkan syarat-syarat bila kau menang tapi bagaimana seandainya siaute yang beruntung dan berhasil menangkan pertarungan ini.?"

"Tentu saja terserah syarat apa yang hendak Cu cengcu utarakan!"

"Aku menginginkan kau tinggal disini!" "Baik!"

"Sedang ke tujuh orang jago golok itu boleh menentukan kehendak masing-masing, kalau ingin tetap tinggal disini, silahkan tinggal disini, bila tidak bersedia, silahkan pergi"

"Saudara Cu apakah kau minta kepadaku untuk menyampaikan pesan-pesan dulu kepada mereka?"

"Benar, lebih baik diterangkan dulu, Coba dilihat dulu bagaimanakah pendapat mereka?"

Thi Long segera membalikkan badan kemudian berbicang-bincang dengan ketujuh orang lelaki berbaju hitam itu dengan logat pembicaraan yang sangat aneh. Tampaknya terjadi keributan diantara mereka, debat mendebat berlangsung dengan serunya.

Sayang Cu Siau-hong tidak memahami ucapan mereka, sehingga diapun tak tahu apa yang sebenarnya mereka perbincangkan.

Akhirnya Thi Long menghembuskan napas panjang dan berpaling, katanya cepat:

"Mereka telah menyutujui permintaanmu itu, dan saudara Cu, kau boleh segera turun tangan!"

Sesunggunnya Cu Siau-hong menggembol pedang, akan tetapi sewaktu dilihatnya, Thi Long bertangan kosong belaka dan bersikap santai seakan-akan sama sekali tidak mempunyai persiapan untuk melangsung kan pertarungan, tentu saja dia rikuh untuk mencabut pedangnya lebih dulu.

Maka samoil miringkan badan dia lepas kan sebuah pukulan yang amat dahsyat.

Tiba-tiba Thi Long berkelit kesamping sambil mengayunkan sepasang tangannya ke depan, serentetan cahaya putih yang amat menyilaukan mata diiringi sekilas cahaya berwarna keemas-emasan berbareng meluncur ke depan.

Bagaikan dua ekor naga yang muncul bersama dari permukaan tanah, ia melakukan pengguntingan ke tubuh lawan.

Seringan ini benar-benar merupakan suatu serangan yang dahsyat dan luar biasa.

Cu Siau-hong menjadi tertegun, dia tak mengira kalau serangannya tersebut memancing datangnya serangan balasan yang begitu keji dan dahsyat. Tak sempat meloloskan pedangnya lagi, terpaksa dia harus menghimpun tenaga dan mendadak melejit ke tengah udara.

Thi Long tertawa, tubuhnya yang maju ke muka sewaktu melancarkan serangan tadi mendadak berjumpalitan, dua titik cahaya tajam yang berada ditangannya tanpa berubah posisi langsung menyergap lebih ke depan.

Perubahan jurus yang cepat dan jitu pada hakekatnya tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk melancarkan serangan balasan.

Berada ditenggah udara, mendadak Cu Siau-hong membalikkan tubuhnya dan melayang turun di sisi arena.

Thi Long tertawa, mendadak ia menarik kembali sepasang kaki yang kemudian pinggangnya yang lemas seperti seekor ular berputar ke belakang secara tiba-tiba, sekali lagi dia mengejar ke belakang Cu Siau-hong.

Secara beruntun Cu Siau-hong membalik kan tubuhnya sebanyak tiga kali ditengah udara, tapi belum berhasil juga meloloskan diri dari pengejaran Thi Long.

Pertarungan ini boleh dibilang merupakan suatu pertarungan yang jarang dijumpai didalam dunia persilatan.

Kedua orang itu bagaikan burung yang terbang di angkasa, bergerak kian kemari dengan kecepatan tinggi.

Kepandaian silat yang dipergunakau Cu Siau-hong untuk melancarkan serangan sekarang bukan ajaran dari perguruan Bu-khek bun, melainkan ajaran dari si dewa pincang Ui Thong.

Rupanya dengan mengandalikan hawa murni didalam lambung yang dikendalikan, sepasang kakinya mendayung kian kemari sehingga badannya bisa berbelok kian kemari dengan indahnya.

Sedangkan tenaga dalam yang dimiliki Thi Long dihimpun dalam pinggang, pinggang tersebut sangat lemas seakan-akan mempergunakan semacam tenaga kekuatan yang istimewa untuk mengendalikan gerakan pinggangnya untuk berputar dan berbalik ditengah udara.

Setelah beberapa kali gagal untuk meloloskan diri dari pengejaran Thi Long, akhirnya Cu Siau-hong merasakan kehabisan tenaga.

Tapi dia adalah seorang pemuda yang cerdas, sekalipun menghadapi bahaya sedikitpun tidak gugup, sambil menghimpun tenaga dalamnya ke pusat mendadak dia meluncur turutn ke bawah.

Tiba-tiba kakinya terasa dingin, tahu-tahu kulit tubuhnya sudah terluka dan darah jatuh bercucuran dengan derasnya.

Untung saja luka itu tidak terlampau besar, sekalipun begitu, tatkala sepasang kakinya mencapai tanah toh luka itu teramat sakit sekali bagaikan diiris-iris.

Walaupun begitu akhirnya dia toh terlepas juga dari pengejaran Thi Long...

Thi Long segera bertekuk pinggang sambil berjumpalitan turun kebawah, setelah itu katanya sambil tertawa:

"Daripada berjumpa lebih baik mendengarkan namanya saja, tampaknya aku masih mampu menghadapi dirimu"

Begitu turun ke atas geladak, dengan cepat tangan kanan Cu Siau-hong meraba pula gagang pedangnya. Setelah menderita sekali kerugian besar dia tak berani bertindak kelewat gegabah lagi. Sambil menggertak gigi menahan sakit, pelan-pelan Cu Siau-hong berkata:

"Saudara benar-benar lihay sekali" "Cu cengcu sendiripun lumayan juga"

"Dalam pertarungan ini, aku belum terhitung kalah bukan?"

"Luka yang diderita Cu cengcu tidak begitu parah, kaupun masih berkemampuan untuk bertempur lagi, Cu cengcu jika kau belum mengaku kalah, tentu saja pertarungan boleh kita lanjutkan."

"Baik, kalau begitu mari kita bertarung lagi" "Akan kulayani"

Cu Siau-hong mencoba untuk mengawasi lawannya, ia saksikan Thi Long masih saja bertangan kosong.

Tapi sekarang Cu Siau-hong sudah mengerti, senjata tajam orang itu rupanya disembunyikan dibalik ujung bajunya sehingga setiap ayunan tangan yang dikehendakinya, senjata tersebut akan meluncur keluar dengan sendirinya untuk melancarkan ancaman.

Sesudah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan Cu Siau-hong berkata lebih jauh.

"Thi Long serangan golokmu itu sungguh hebat sekali." "Aaah, mana, mana, kali ini Cu cengcu boleh

melepaskan serangan dengan sepenuh tenaga."

"Aku rasa tak perlu, kita boleh bertindak seperti tadi lagi, siapapun tak usah dikenakan batasan-batasan"

Berbicara sampai disitu, mendadak dia bergerak maju selangkah ke muka, menyusul pedangpun diloloskan. "Kali ini aku akan mengalah satu jurus untuk Cu cengcu" kata Thi Long menambahkan.

"Bila aku bersikeras hendak berbuat demikian, aku akan menurut perintah saja tanpa membantah." Tangan kanannya diayunkan kemuka, pedangnya segera berkelebat ke depan melepaskan sebuah tusukan.

Tangan kiri Thi Long kembali diayunkan sekilas cahaya putih dengan cepat meluncur dari balik ujung bajunya.

"Traaannng...!" terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu pedang Cu Siau-hong sudah kena dipentalkan ke belakang.

Menyusul kemudian Thi Long melancarkan serangan yang gencar, tangan kanannya diayunkan ke muka langsung mencengkeram ke wajah lawan.

Tampaknya kelima jari tangan tersebut sudah hampir mengenai sasaran, jari-jemari tangan kanannya seaktu berada satu inci didepan badan, mendadak tampak sekilas cahaya kuning berkelebat lewat.

Benar-benar sebuah serangan yang amat mematikan.

Untung saja Cu Siau-hong sudah melakukan persiapan sebelumnya dengan cepat dia menjatuhkan diri ke belakang dan merobohkan diri dengan mendatar.

Sementara itu pedang ditangan lawannya melancarkan serangan balasan dengan menyapu ke arah dada dan pinggang musuh..

Begitu cahaya putih yang meluncur keluar dari balik ujung bahu Thi Long berhasil membendung pedang dari Cu Siau-hong, tiba-tiba dia menarik kembali serangannya. Tapi ketika menyaksikan pedang Cu Siau-hong kembali menyapu tiba, tiba-tiba saja dia mengayunkan pedangnya untuk melakukan tangkisan.

"Criiingg...?" 'ternyata lengan kirinya tersebut sanggup dipergunakan untuk menahan serangan dari Cu Siau-hong.

Jelas dibalik lengan Thi Long sudah dipasang dengan alat rahasia yang amat lihay.

Dua kali meluncur keluar, namun tak sekalipun orang sempat melihat senjata macam apakah yang telah di sembunyikan diujung bajunya itu

Perubahan yang luar biasa ini kontan saja membuat Cu Siau-hong terdesak dibawah angin sejak terjun ke arena.

Seng Hong dan Hoa wan yang menyaksikan kejadian itu merasa gelisah sekali namun merekapun tak berani maju kedepan untuk memberikan bantuan.

Terlihat Cu Siau-hong berjumpalitan di tengah udara lalu secara tiba-tiba bergulung lima depa ke samping.

Pedang yang berada di tangannya segera menciptakan selapis lingkaran pedang yang beruntun menggulung ke muka.

Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, pedang tersebut sudah meluncur tiba lagi dengan membawa gulungan cahaya yang amat menyilaukan mata.

Serangan pedang ini sama sekali berbeda dengan sistim permainan pedang yang umum diketahui, keanehan dalam perubahan pun jarang dijumpai.

Antara satu serangan dengan serangan lain dilakukan sedemikian cepatnya sehingga tercipta selapis kabut cahaya yang     membuat     orang     merasa     amat     silau,  untuk menghidaripun bukan sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan.

Bagi seorang ahli dalam ilmu pedang, menguasahi orang dengan cahaya pedang bukan sesuatu yang sukar, tapi untuk membuat suatu gerakan pedang yang berubah menjadi lingkaran cahaya yang saling susul menyusul, hal ini merupakan suatu yang jarang ditemukan.

Kontan saja semua jago yang menonton jalannya pertarungan itu menjadi tertegun dan berdiri melongo.

Tampak Thi Long sendiripun dibikin terkesiap oleh gerakan pedang yang sakti dan luar biasa itu, ternyata dia tak berani menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.

Setelah menarik napas panjang, ia segera mundur sejauh lima langkah ke belakang.

Cahaya lingkaran pedang dengan cepat ditarik kembali, Cu Siau-hong sudah berdiri dengan pedang di silangkan di depan dada.

Paras mukanya diliputi oleh keseriusan dan kesungguhan yang memancarkan suatu kewibawaan. Thi Long menghembuskan napas panjang.

"Selama tiga tahun belakangan ini, aku sudah menjumpai tiga puluhan orang jago pedang kenamaan di daratan Tionggoan, tapi belum pernah kujumpai seorang jago yang memiliki ilmu pedang seperti milikmu itu..."

"Oooh..."

"Cu cengcu, dapatkah kau memberitahukan apa nama dari ilmu pedangmu itu ?"

Perubahan ilmu pedang yang sangat lihay itu tercantum diatas  kitab  pusaka  tanpa  nama,  dari  tenaga  perputaran pedang itulah tercipta lingkaran pedang yang menyilaukan mata.

Jurus serangan tersebut boleh dibilang merupakan jurus serangan terdalam dan terhebat yang tercatat dalam kitab pusaka ilmu pedang tersebut, Cu Siau-hong memang berhasil melatih ilmu pedang itu, akan tetapi ia belum berhasil untuk memahami makna dari jurus serangan tersebut..

Sekalipun demikian, kedahsyatan dari jurus serangan tersebut sudah cukup untuk menggetarkan hati orang.

"Kau ingin mencari tahu kehebatan dari ilmu pedang ini?" Cu Siau-hong bertanya sambil tertawa hambar.

"Benar. "

"Berapa besar yang hendak saudara bayar? untuk mengetahui rahasia tersebut?" kembali anak muda itu tersenyum.

"Apa yang Cu cengcu inginkan?"

'Aku hanya ingin tahu, apa sebabnya kalian datang mencari kami?"

"Persoalan ini hanya bisa kuduga saja!" "Kau duga saja? Apa maksudmu?"

"Sebagaimana Cu cengcu ketahui, aku hanya seseorang yang sedang melakanakan perintah, sedang keputusan berada ditangan guruku!"

"Ooooh. ?"

"Menurut apa yang kuketahui, didalam suatu pertaruhan, guruku telah menderita kalah dan akupun harus diberikan orang lain untuk membayar kekalahan tersebut" "Maka kalianpun, bersedia menjadi alat pembunuh dari orang tersebut "

"Yaa, apa boleh buat, perintah suhu toh tak mungkin bisa kami bantahkan bukan?'

"Sudah berapa tahun kalian datang kedaratan Tionggoan?'

"Tiga tahun"

"Tiga tahun? Ehmmm.. tiga tahun bukan suatu jangka waktu yang pendek. ?"

"Yaa, memang bukan suatu jangka waktu yang pendek." "Selama tiga tahun ini, tidak sedikit jagoan yang telah

tewas ditangan kalian bukan?"

"Tidak terlampau banyak, tapi juga tak terlalu sedikit, dalam dunia persilatan kami sudah dikenal sebagai A lo kiu sat jiu (sembila pembunuh A lo) dalam tiga tahun belakangan ini belum pernah kami kehilangan seorang anggota pun, ternyana seorang rekan kami telah tewas ditangan kalian hari ini"

"Hidup sebagai pembunuh di daratan Tionggoan, sebenarnya kalian menjual nyawa buat siapa?'

"Kami tidak tahu"

"Aku percaya kalau kau tak akan berbohong" 'Rasanya akupun tak perlu untuk berbohong!"

"Bagus sekali bagaimana pun juga toh pasti ada orang yang menyampaikan perintah kepada kalian bukan?"

"Yaa benar"

"Dan orang yang memberi perintah kepada kalian itu tentunya kalian kenal bukan?" "Tentu saja, orang itu menyebut dirinya sebagai Yu hujin'.

"Seorang perempuan?'

"Yaa, seorang perempuan setengah umur tapi kecantikannya masih utuh dan sikapnya terhadap kami pun ramah sekali, bukan cuma sebagai perantara untuk menyampaikan perintah kepada kami, lagipula diapun me? ngurusi kehidupan kami semua"

Disamping itu gerak gerik kami pun sangat rahasia, bila tidak lagi membunuh orang, tak pernah ada yang

berjumpa dengan kami, setiap orang yang pernah melihat kami, semuanya sudah dibikin mampus"

"Sekarang Yu hujin yang kau maksudkan itu berada dimana?'

"Entahlah setiap kali sedang berhadapan dengan musuh dia tak pernah datang, disaat dia harus muncul, diapun munculkan dirinya..'

"Oooh ... kalau begitu diapun merupakan seorang yang amat misterius...?"

"Kami hanya tahu mendapat perintah untuk membunuh orang, mengenai soal lain boleh dibilangtidak tahu menahu, maka jangan harap kau bisa mengetahui persoalan lebih banyak dari mulutku"

"Gurumu telah kalah bertaruh dan menggadaikan kalian kepada orang lain, apakah selama hidup kalian akan menjadi pembunuh bagi orang itu?'

'Tidak, masih ada setengah tahun lagi, batas waktu yang dijanjikan akan habis, sangat tidak beruntung kami harus berjumpa lebih dulu dengan kalian!" "Aaai .... tujuan dari kehadiran kalian didaratan Tionggoan tak lebih hanya membunuh orang, selama tiga tahun, tak sedikit bukan orang yang mati ditangan kalian?"

'Tidak terhitung kelewat banyak, mungkin mencapai puluhan orang, sekalipun jumlahnya tidak kelewat banyak, namun sebagian besar merupakan jago-jago kenamaan didalam dunia persilatan"

Cu Siau-hong berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Peng kemudian terusnya..

"Sudah tiga tahun kalian membunuh jago-jago kenamaan dari daratan Tionggoan tapi heran mengapa tidak banyak kabar berita yang pernah kami dengar dalam dunia persilatan?"

"Sama sekali tak pernah ada kabar beritva apa-apa" "Oooooh "

"Kongcu" Ong Peng segera berbisik, "memang tak pernah ada kabar berita tentang sepak terjang mereka."

"Mengapa?"

"Karena orang yang harus kami bunuh, semuanya telah terbunuh habis, tak pernah ada seorang korbanpun yang dibiarkan hidup" kata Thi Long menerangkan.

"Maka dari itu kabar berita tentang kalian pun tak mungkin bisa tersiar ke luar?"

"Setelah membunuh sekian banyak jiwa manusia, seharusnya kalian akan menerima pembalasan karmanya bukan?"

"Yaa, kemungkinan besar hukum karma akan berlaku untuk kami pada malam ini, Cuma. "

“Cuma apa?" 'Aku percaya, bila pertempuran berdarah ini harus dilangsungkan lebih jauh, kalian pun harus membayar dengan suatu pengorbanan yang tak kecil. "

Cu Siau-hong manggut-manggut.

“Tapi, bagaimana kalau pertarungan kita berdua berhasil menentusan siapa yang menang dan siapa yang kalah?"

"Tak ada gunanya jika hanya menang kalah yang berhasil diketahui, kita mesti menentukan dahulu siapa yang mati, asal kami semua sudah dibikin tewas, pertarungan ini baru dapat dianggap berakhir'

"Jikalau kau sudah tahu bahwa kemenangan mustahil bisa kau raih, buat apa pertarungan ini mesti dilanjutkan lebih jauh?"

'Kami tak punya pilihan lain, setiap kali turun tangan keadaannya selalu sama, beruntung setiap kali bertindak kami selalu berhasil meraih kemenangan dan menyelesaikan tugas dan kewajiban kami dengan sebaik baiknya"

"Thi Long, mengapa tidak kau tanyakan dulu persoalan ini kepada Yu Hujin"

"Tak usah ditanyakan lagi, sebab sebelum datang kemari, ia telah memberitahukan segala sesuatunya kepadaku"

"Ia menyuruh kalian bertarung sampai titik darah penghabisan di tempat ini?"

"Artinya sama, cuma cara penyampaiannya berbeda, ia bilang bagaimanapun yang terjadi, pertarungan ini harus diakhiri dengan suatu hasil yang nyata, dan hasil tersebut harus diwujudkan dalam bentuk kalau bukan mati dimedan laga, pulang dengan kemenangan yang gemilang" 'Thi Long, setelah membunuh orang selama tiga tahun, pernah kau membayangkan tentang satu hal?"

"Soa apa?"

"Soal benar dan tidaknya perbuatan kalian!'

"Kami tak perlu memikirkan persoalan semacam itu, karena soal tersebut merupakan perbuatan mereka, sedang kami tak lebih hanya sebagai tenaga pelaksana saja"

"Apakah pesan semacam itu yang diberikan guru kalian kepada kamu semua sebelum berangkat kemari?"

"Guru kami hanya berkata, setibanya di daratan Tionggoan kami harus melaksanakan semua perintah yang disampaikan kepada kami tanpa membantah"

Mendengar sampai disitu Cu Siau-hong segera menghela napas panjang, katanya:

"Thi Long, tampaknya kita hanya bisa menyelesaikan persoalan ini dengan penentuan mati hidup"

"Tiga tahun hidup didaratan Tionggoan, kau merupakan satu-satunya musuh tangguh yang pernah kujumpai, terus terang saja, aku pun merasa. agak menyesal mengapa kita harus bersua dalam suasana semacam ini aku merasa tak tega untuk berbuat sesuatu kepadamu, sayang saat perjumpaan kita kurang tepat, dan kita harus menyelesaikan persoalan ini dengan menentukan mati hidup diantara kami berdua"

Sampai disitu sorot matanva segera dialihkan sekejap kewajah ketujuh orang lelaki berbaju hitam itu, kemudian serunya dengan lantang:

'Sam ciat cian, siap turun tangan!"

Sam ciat cian, tiga penggalan maut, suatu kepandaian ilmu   golok   lengkung   pembunuh   burung   yang   lihay. Kepandaian sakti dari wilayah See ih dengan cepat akan ditampilkan didepan mata.

Cu Siau-hong menghembuskan napas panjang, katanya pelan:

"Ong Peng kalian segera menyebarkan diri, jangan hadapi serangan golok mereka dengan kekerasan, kita menghendaki kemenangan, bukan kematian mengerti?"

'Bagaimara dengan kongcu sendiri?"

"Aku yakin ilmu Sam Ciat cian mereka masih belum mampu untuk membinasakan diriku"

Ong Peng mengiakan, orang-orang yang berada digeledak pun segera menyebarkan diri masing-masing memencarkan diri untuk mencari tempat persembunyian.

Diatas geladak memang tidak banyak tempat yang bisa dipakai sebagai tempat persembunyian, tapi dibandingkan dengan daratan keadaan disitu jauh lebih baikkan.

Seng Hong dan Hoa Wan masih tetap berdiri dikedua belah sisi Cu Siau-hong dengan pedang disilangkan didepan dada.

Sambil berpaling Cu Siau-hong segera menegur. "Mengapa kalian belum juga mengundurkan diri?"

"Kami akan melindungi kongcu sedapat mungkin, mati atau hidup akan selalu mendampingimu"

"Aku tidak berharap kalian menderita luka atau celaka, ketahuilah selain beradu tenaga, hidup dalam dunia persilatanpun ada kalanya perlu untuk beradu kecerdikan.

“Bila kami berada disamping kongcu mungkin dengan tenaga gabungan kami serangan mereka dapat dibendung sementara waktu" kata Hoa Wan. Tiba-tiba Cu Siau-hong membisikkan sesuatu kepada mereka.

Ketika selesai mendengarkan bisikan tersebut Seng Hong dan Hoa Wan segera mengundurkan diri kedalam ruangan perahu.

Dengan demikian diatas geladak yang luas hanya tinggal Cu Siau-hong seorang.

Sambil tertawa Thi Long segera bertanya. "Cu cengcu, sudah siapkah kau?"

"Sudah, kalian boleh segera melancarkan serangan"

"Dia adalah seorang majikan yang baik, maka mereka amat menaruh hormat dan menuruti perkataanmu"

'Ilmu golok lengkung pembabat burung, tiga bacokan pembawa maut', aku rasa kepandaian tersebut tentulah hebat sekali"

"Seingatku belum pernah ada orang yang sanggup menghindarkan diri dalam keadaan hidup'.

"Thi Long, kau jangan kelewat percaya pada kemampuan sendiri, adakalanya tugas yang tampaknya sederhana belum tentu bisa diselesaikan dengan lancar dan gampang, sebaliknya suatu persoalan yang tampak rumit dan sukar belum tentu menghadapi banyak rintangan dalam pelaksanaannya"

"Apakah kau sudah mempunyai keyakinan untuk berhasil menghadapi kami?"

Cu Siau-hong tersenyum:

"Thi Long, apakah jago golokmu tadi sempat menggunakan jurus Sam ciat cian sebelum ajalnya tiba tadi?" "Tampaknya sebelum ia sempat melancarkan serangan dengan kepandaian tersebut dia sudah keburu tewas oleh serangan gabungan anak buahmu ....

Mendengar itu Cu Siau-hong segera berpikir didalam hati:

"Andaikata mereka diberi kesempatan untuk menggunakau ilmu Sams ciat ciannya, yang libay sehingga kedahsyatan kepandaian tersebut keburu memancar keluar, sudah pasti dia bakal menjumpai banyak kesulitan untuk membereskan mereka"

“Rencananya kini adalah membiarkan mereka mewujudkan kelihayan ilmu golok lengkung Sam ciat cian tersebut, tapi tak akan mampu untuk melukai orang sendiri"

Dan perahu tersebut tampaknya telah memberi kesempatan tersebut.

Tapi sampat dimanakah kehebatan dari ilmu golok lengkung Sam ciat ciannya itu? Cu Siau-hong belum pernah menjumpainya.

Oleh karena itu apakah siasat yang diaturnya sekarang dapat mematahkan kehebatan dari serangan lawan atau tidak, hal mana masih merupakan sebuah tanda tanya besar.

Tapi sekarang, persoalan telah berada di depan mata, ibaratnya anak panah telah berada di atas gendewa, mau tak mau dia harus mencoba lebih dahulu untuk mengetahui kehebatan dari ancaman lawan.

Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata: "Thi Long, kau telah bersiap-siap untuk memerintahkan mereka untuk mempergunakan ilmu golok lengkung Sam ciat ciannya? "Kecuali kami dapat segera angkat kaki dari sini atau rela mengaku kalah, tapi kedua hal tersebut tak mungkin bisa kami lakukan"

'Bagus, apa yang harus diucapkan telah kau utarakan sejelas-jelasnya, sekarang bila kau ingin turun tangan, silahkan saja turunkan perintahmu '

Thi Long segera tertawa terbahak bahak.

'Haaahhh... haaahhh... haaahhh... Cu cengcu kau menyuruh mereka menyembunyikan diri apakah kau bermaksud menggunakan sepasang tanganmu untuk menyambut serangan golok kami?"

"Yaa. aku memang ada maksud untuk menyaksikan sampai di manakah kelihayan ilmu silat aliran See ih yang kalian miliki'.

Mendadak Thi Long memberi tanda dengan jari telunjuk tangan kanannya...

Seorang lelaki berbaju hitam menyahut dan melejit tiga kaki ketengah udara, tiba-tiba golok lengkungnya diloloskan dari sarung.

Setelah itu manusia dan golok melebur menjadi satu, sesudah berjumpalitan di tengah udara, tiba-tiba berubah menjadi serentetan cahaya tajam langsung membacok ketubuh Cu Siau-hong.

Tiga bacokan maut dari See ih, nyatanya merupakan suatu kepandaian yang mengerikan.

Cu Siau-hong telah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya, dia bersiap sedia menggunakan jurus It-kiam keng thian (pedang sakti menyanggah langit) yang tercantum dalam kitab pusaka tanpa nama untuk mencoba menyambut datangnya ancaman tersebut. Bagi Cu Siau-hong, tindakan ini boleh dibilang merupakan suatu tindakan yang menyerempet bahaya.

Ilmu golok yang sangat lihay dari Kian Hui seng telah berhasil memanggil semua ilmu pedang yang dipahaminya didalam dada.

Dalam semalaman saja Cu Siau-hong telah berhasil memasuki suatu tingkatan lain yang jauh lebih tinggi. Tapi hal itu pula yang memberikan kepercayaan yang makin lama semakin besar bagi Cu Siau-hong.

Tampak dia memusatkan segenap perhatian ke depan, tiba-tiba pedangnya di angkat ke atas, kemudian diantara getaran pergelangan tangannya, tercipta selapis cahaya pedang yang melindungi seluruh badan.

Cahaya tajam yang meluncur datang dari atas itu segera saling membentur dengan cahaya pedang yang meliputi seluruh angkasa.

"Traaanggg" terdengar suara benturan nyaring yang memekikkan telinga, cahaya golok yang meluncur tiba serta hawa pedang yang menyelimuti angsasa tiba-tiba saja saling berpisah satu sama lainnya.

Orang berbaju hitam itu segera melayang turun ke atas geladak, golok lengkungnya disilangkan didepan dada.

Dengan pedang tersoren didepan dada Cu Siau-hong tersenyum, ujarnya:

"Saudara Thi Long, aku lihat ilmu tiga bacokan maut dari golok lengkungmu itu tak lebih hanya begitu saja"

Paras muka Thi Long berubah hebat lalu sahutnya setelah tertawa dingin:

"Cu cengcu, benar-benar hebat sekali, cuma Cu cengcu jangan  lupa,  disini  masih  ada  aku  dan  enam  orang jago golok lawan yang termashur karena kelihayannya itu,” rasa percaya Cu Siau-hong terhadap kemampuan sendiri semakin meningkat, Dia mempunyai keyakinan untuk menyambut datang nya serangan lawan.

Dengan demikian dia pun menaruh kepercayaan yang semakin besar terhadap rencananya untuk menghadapi serangan golok lawan.

Walau demikian, dia pun menaruh kesan yang sangat baik terhadap jagoan yang datangnya dari wilayah See ih ini, katanya sambil tertawa hambar:

"Saudara Thi Long, sebelum pertarungan kita dilanjutkan hingga mencapai suatu babak penentuan antara hidup dan mati, ada beberapa patah kata nasehat ingin kusampaikan dahulu kepadamu"

“Rombongan kalian merupakan satu-satunya musuh paling tangguh yang pernah kami jumpai selama tiga tahun terakhir ini, hal mana membuat pandangan kami terhadap manusia dari daratan Tionggoan sama sekali mengalami perubahan, selain timbul pula tiga bagian rasa kagum dan hormat di hati kecil kami. Nah, bila kau man mengucapkan sesuatu, katakan saja secara berterus terang!"

“Bila di daratan Tionggoan tiada orang yang lebih hebat daripada kalian, bagaimana mungkin kalian bisa dimenangkan dalam taruhan sehingga harus datang kemari?"

Tampaknya ucapan tersebut sama sekali diluar dugaan Thi Long, dia menjadi tertegun. "Tentang soal ini '

"Ilmu tiga bacokan maut memang terhitung suatu kepandaian sakti yang berkekuatan darah" sambung Cu Siau-hong lebioh jauh, "tapi bukan berarti suatu ilmu kepandaian yang tak dapat dipatahkan, juga bukan suatu kepandaian yang tak bisa dibendung, Aku benar-benar memiliki suatu kemampuan untuk mematahkan serangan kalian itu"

Thi Long segera tertawa getir.

'Sekalipun saudara benar-benar memiliki kepandaian untuk menghadapi ilmu golok lengkung kami, namun keadaan kami sekarang ibaratnya anak panah diatas gendewa, bagaimanapun harus dilepaskan juga"

Nada pembicaraan tersebut diutarakan dengan suara berat dan dalam, sama sekali tidak berniat untuk memandang enteng lawannya.

Jelas dalam hati kecilnya, dia sama sekali tidak menarik perasaan tak percaya atas ucapan dari Cu Siau-hong.

"Walaupun saudara datang dari See ih" kata Cu Siau hong kemudian. "namun kegagahanmu sangat mengagumkan, bila perjumpaan kita tidak dilangsungkan dalam suasana begini, aku orang she Cu pasti akan bersedia untuk mengikat tali persahabatan denganmu”

“Ilmu silat yang kau miliki sangat mengagumkan hati kami, sayangnya kami pun harus membunuhmu" ucap Thi Long pula.

"Saudara Thi Long, bila kau mempunyai suatu kepandaian tertentu, silahkan saja kau pergunakan semua"

Thi Long manggut-manggut, dia lantas menunjukkan kedua jari tangannya sambil diulapkan memberi kode.

Tampak dua orang manusia berbaju hitam melejit ketengah udara, kemudian dengan berubah menjadi dua kilas cahaya tajam yang menyilaukan mata langsung menerjang kearah batok kepala Cu Siau-hong. Sedemikian cepatnya serangan tersebut sehingga sulit sekali untuk membedakan apakah ancaman tersebut merupakan suatu serangan yang dilancarkan dengan ilmu Sam ciat cian atau bukan, tapi ia dapat merasakan betapa cepat dan luar biasanya ancaman tersebut.

Angin golok yang tajam dengan berubah menjadi selapis desingan angin tajam langsung meluncur kedepan.

Cu Siau-hong segera menggetarkan pedangnya menciptakan kembali gumpalan cahaya tajam yang amat rapat untut menyongsong datangnya ancaman tersebut.

"Traangg.... !" ditengah benturan nyaring yang memekikkan telinga, kedua belah pihak saling berpisah.

Tapi orang berbaja hitam yang melancarkan serangan untuk pertama kalinya tadi mendadak melejit ketengah udara, cahaya golok nampak berkelebat lewat dan langsung menyerang tubuh Cu Siau-hong.

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba dari balik ruangan perahu melayang keluar sebuah benda yang menyongsong datangnya kilatan cahaya yang amat tajam itu.

"Pletaak... plettak...” benda yang meluncur ke muka itu segera terhajar oleh ayunan cahaya golok sehingga hancur berantakan dan rontok keatas tanah, ternyata benda itu merupakan sebuah kursi.

Dengan hancurnya kursi itu terhajar oleh cahaya golok, maka tenaga serangan yang terpancar dari ancaman tersebut pun mengalami suatu hadangan yang sangat besar.

Hal ini segera mendatangkan rasa percaya pada diri sendiri yang makin besar pada Cu Siau-hong terhadap rencana yang disusunnya itu. Dengan cepat Thi Long mengulapkan tangannya memberi tanda, empat orang manusia berbaju hitam yang berada diatas sampan kecil itu dengan cepatnya melayang naik keatas perahu besar.

Melihat hal ini, Cu Siau-hong segera berkata sambil tertawa:

"Thi Long dapatkah kau lihat ada banyak cara yang bisa kugunakan untuk menghalangi serangan golok kilat dari kalian!"

Thi Long tertawa dingin.

“Itulah sebabnya aku bersiap sedia untuk merubah setitik pertarungan kami"

"Kau bersiap sedia untuk menggunakan tak tik apa guna menghadapi kami...?” tanya Cu Siau-hong sambil berpaling dan memandang sekejap ke arahnya.

Thi Long mengayunkan tangan kanannya, empat orang jago golok segera berdiri berjajar menghadang di depan pintu perahu, sedangkan Thi Long dan ketiga orang lainnya menghadang di depan Cu Siau-hong sambil melakukan pengepungan.

Lalu sambil tertawa katanya:

"Cu Cengcu, sudah pahamkah kau? inilah cara pertarungan yang hendak kugunakan, separuh menyumbat mereka, dan separuh lagi mengepung dirimu, Setelah membunuh kau, kami baru akan menghadapi mereka"

Mendengar perkataan itu Cu Siau-hong merasa amat terkesiap, diam-diam pikirnya: "Oooh... rupanya orang inipun memiliki akal panjang..”

Di bawah kepungan tiga orang jago golok kelas satu dari dunia persilatan yang dipimpin macam Thi Long, Cu Siau hong masih tetap tenang dan amat santai, katanya sambil tertawa.

"Perhitungan saudara sekalian benar-benar hebat sekali, Cuma dapatkah memenuhi harapan, hal ini mesti dilihat dari cara kerja kalian sendiri..."

Dibawah pimpinan panglima yang tangguh tak akan ada tentara yang lemah, kami sudah pernah menyaksikan kelihayan dari Cu cengcu, juga telah menyaksikan ilmu silat dari anak buahmu, ilmu pedang mereka memang lihay sekali, aku rasa dengan tenaga gabungan keempat orang jago golok tersebut masih cukup untuk menghalangi mereka"

"Thi Long, tahukah kau berapa banyak anak buahku yang berada disini ?"

"Aku tahu jumlah mereka cukup banyak tetapi perahu ini tak bisa dianggap kelewat besar, diatas geladakpun tidak mungkin bisa digunakan banyak orang untuk melangsungkan pertarungan"

"Tapi orang-orang yang menguasahi betul situasi ditempat ini sudah pasti dapat manfaatkan dengan sebaik baiknya" sambung Cu Siau-hong dengan cepat.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar