Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 32

Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Yaa, tentu saja akan datang! Aku telah salah menilai tentang dirinya..." ia menyahut.

"Padahal untuk menghadapi musuh kita tak usah terlalu memegang janji.." ucap Ong Peng.

Sementara itu terdengar suara derap kaki kuda bergerak menjauh, rupanya nona berbaju hijau itu telah berhasil memperbaiki keretanya dan berlalu dari situ. Dalam pada itu, Cu Siau-hong segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya:

"Saudara Ong, aku tak bisa berbuat demikian, walau nona itu kelihatannya sederhana dan polos, tapi pendidikan yang diterimanya penuh dengan ketegasan dan kekerasan, selain dari pada itu kepandaian silat yang dimiliki maupun senjata rahasia tak bersuara yang diandalkannya membuat gadis itu memiliki daya kemampuan membuat gadis itu memiliki daya kemampuan yang mengerikan sekali, jika aku tidak datang menepati janji, niscaya hal mana akan memancing ingatannya untuk melakukan pembunuhan secara besar-besaran"

'Saudara Cu, maksudku tak ada salahnya jika kita melakukan sedikit persiapan untuk menghadapi kenyataan tersebut, dewasa ini kekuatan Kay-pang yang berada dikota Siang yang cukup kuat dan tangguh, kamipun mempunyai beberapa orang Tianglo yang berkumpul disini, kenapa Cu kongcu tidak merundingkan dulu persoalan ini dengan Tan tianglo dari perkumpulan kami sehingga kita dapat pula menyiapkan suatu perangkap?"

'Cara inipun kurang baik, menurut pendapat siaute, kutemukan meski nona ini keras kepala namun dia masih memegang teguh akan prinsip-prinsip kehidupan yang sewajarnya, bila kita dapat menaklukkan dia, hal mana justru akan lebih bermanfaat lagi daripada kemenangan yang bisa kita raih dari ilmu silat"

Ong Peng manggut-manggut berulang kali.

Jelas dia sudah kena ditundukkan oleh perkataan dari Cu Siau-hong itu. Setelah menghela napas panjang, Cu Siau hong berkata lagi.

"Besok aku bermaksud untuk mengajak serta dirimu untuk memenuhi janji tersebut" “dengan aku?" dengan cepat Tan Hong bertanya.

'Nona itu toh sudah berkata dengan sejelas-jelasnya, dia hanya mengijinkan dua orang belaka"

?oooO)d.w(Oooo?

“AAAI...!" Tan Heng menghela napas panjang, "sesungguhnya budak ini memang lihay sekali. diluar wajahnya dia kelihatan seperti polos dan suci bersih tapi sebetulnya banyak akal muslihat yang dimilikinya, ia berjanji untuk menunggumu esok siang disini, bahkan mengirim kereta untuk menjemputmu, dalam sopan santun hal ini tampaknya amat memenuhi syarat, padahal sesungguhnya dia hendak mengawasi kita, semula kita yang mengawasi gerak geriknya menjadi berbalik kita malah yang dia awasi"

Cu Siau-hong manggut-manggut setelah mendengar ucapan tersebut sebab ia merasa apa yang dikatakan memang benar.

"Cu-heng adalah seorang lelaki sejati yang jujur dan berjiwa terbuka" kata Tan Heng lagi, "sekalipun tak ingin bermaksud untuk mencelakai orang, paling tidak toh kau musti berjaga-jaga terhadap niat jahat orang untuk mencelakai dirimu"

"Apa yang musti kucegah?"

'Paling tidak saudara Cu harus berjaga-jaga kalau sampai dia mengatur siasat busuk didalam kereta itu untuk menjebakmu"

"Ehmmm... hal ini merupakan bahan yang patut dipertimbangkan" Cu Siau-hong segera manggut-manggut. Setelah terhenti sejenak, ia melanjutkan: "Saudara Tan, saudara Ong, siaute mempunyai satu permintaan, aku harap kalian berdua sudi untuk mengabulkannya."

"Silahkan saudara Cu utarakan keluar."-kata Ong peng cepat.

"Sekembalinya ke kota Siang yang nanti, kuharap kalian berdua sutra melimpahkan semua tanggung jawab terhadap peristiwa yang baru terjadi tadi diatas tubuhku, biar aku saja yang menghadapi pertanyaan-pertanyaan mereka, setuju bukan"

"Maksud saudara Cu, kami tidak diperkenankan untuk berbicara?"

"Betul! Suruh mereka tanyakan saja langsung kepadaku!"

"Terhadap orang lain, bisa saja kami berbuat demikian, tapi seandainya Tan tianglo yang menanyakan persoalan itu..."

"Kalau begitu terangkan saja secara gamblang, katakan kalau aku tidak berharap kalian menerangkan duduk persoalan yang sesungguhnya, maka jika ingin bertanya, bertanya langsung kepadaku"

Ong Peng segera menghembuskan napas panjang, ucapnya kemudian: "Baiklah! Kami akan meluluskan permintaanmu ini"

Cu Siau-hong segera manggut-manggut, katanya lagi: "Aku tahu peraturan dari Kay-pang ketat dan keras,

cuma ada sementara persoalan tidak baik kalau diperdebatkan oleh kalian, maka dari itu biar aku yang terangkan, sebab hal ini mungkin akan lebih bisa diterima oleh mereka" "Baik, kami meluluskan permintaan itu" Dengan cepat mereka bertiga berangkat kembali ke kota Siang yang.

Sepanjang jalan Cu Siau-hong telah menyusun rencana yang padat, dia bermaksud untuk berunding dulu dengan Pek Bwee, kemudian dari mulut Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan berusaha untuk mencari tahu siapa gerangan nona berbaju hijau itu, kemudian baru pergi menjumpai Tan-Tiang kim.

Ternyata semua kejadian yang kemudian berlangsung sama sekali diluar dugaannya, baru masuk pintu gerbang, Pek Bwee dan Tan-Tiang-kim telah menantikan kedatangannya disana.

Dari sini dapat dibuktikan kalau pihak Kay-pang maupun Pek-Bwee sangat menguatirkan keselamatannya.

Tapi hal mana justru mempengaruhi rencana Cu Siau hong, membuat semua jawaban yang sebetulnya telah dipersiapkan itu menjadi porak poranda tak karuan.

Sambil tertawa Tan Tiang-kim segera berkata.

"Cu sauhiap, ciangbunjin perguruan Bu-khek-bun serta Kay-pang pangcu telah menhantikan kedatanganmu, silahkan masuk kedalam ruangan tengah !"

Didalam ruangan duduk menanti Ui lo-pangcu serta Tang Cuan.

Sikap Ui pangcu amat sungkan sekali, dia segera bangkit berdiri seraya menjura. "Silahkan duduk!"

Tan Heng dan Ong Peng tidak ikut masuk, di dalam ruangan itu hanya terdapat lima orang yakni Ui pangcu, Tang Cuan, Pek Bwee, Tan Tiang kim ditambah Cu-Siau hong. Sesungguhnya dlsekitar meja memang telah tersedia lima buah kursi, jelas hal ini memang sudah diatur semenjak semula.

Dua orang angkatan muda Kay-pang segera datang menghidangkan air teh, kemudian dengan cepat mereka mengundurkan diri sekalian merapatkan pimu ruangan.

Setelah meneguk air teh dan tertawa, Ui lo-pangcu berkata:

"Cu sauhiap, sudah kau jumpai nona itu?”

"Sudah, sudah kujumpai!" sahut Cu Siau-hong sambil manggut-manggut.

"Ada sebelas orang anggota Kay-pang yang tewas oleh sergapan mautnya yang sama sekali tak ditemukan bukti kejahatannya."

"Tentang soal ini boanpwe telah berhasil menyelidikinya" sahut Cu Siau-hong dengan cepat, "sesungguhnya mereka sudah terkena semacam rumput hijau yang amat lihay, barang siapa terkena, mereka akan jatuh tak sadarkan diri, Tang Heng serta Ong Peng dari Kay-pang juga telah terluka oleh duri beracun tersebut"

"Aaaai sungguh tak disangka kalau di dunia ini benar benar terdapat rumput hijau semacam ini”.

Ditinjau dari ucapan tersebut, jelas pang-cu tua dari Kay pang ini telah menduga ke sana.

"Lo-pangcu, nona itu berasal dari satu organisasi dengan pihak kebun raya Ban-hoa-wan" kembali Cu Siau-hong melaporkan.

Ui-lo-pangcu segera manggut-manggut. "Cu kongcu apalagi yang telah ia bicarakan dengan dirimu?" dia bertanya. Cu Siau-hong termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya.

"Ketika kita membakar kebun raya Ban hoa wan sehingga menimbulkan ledakan dari minyak yang mereka tanam di bawah tanah, entah dari berapa orang yang turut tewas dalam peristiwa itu"

"Cara kerja kita memang agak keji, bila kita tidak berbuat demikian, mustahil kebun raya Ban-hoa-wan bisa kita punahkan.”

"Adapun kedatangan si nona ke Siang-yang kali ini adalah untuk membalas dendam"

"Membalas dendam? Membalas dendam untuk siapa? Bagi semua orang yang berada didalam kebun raya Ban hoa-wan"

"Dia bukan pembunuh yang dikirim datang" tukas Cu Siau-hong. "bila dia adalah orang yang diutus organisasi tersebut untuk menghadapi kita, tak mungkin hanya dia seorang yang dikirim kemari, juga tak mungkin dia akan datang secara terang-terangan"

"Kalau begitu dia adalah ?"

"Semacam pembalasan dendam untuk kepentingan pribadi" jawab Cu Siau-hong cepat, "dia hendak membalaskan dendam bagi kematian suhengnya juga merupakan bakal suaminya"

"Orang itu adalah. "

"Keng-ji kongcu !"

"Kalian telah membicarakan persoalan ini ?" tanya Tan Tiang kim.

"Benar! Telah kami perbincangkan" "Lantas bagaimana dengan penyelesaiannya?"

"Telah kuakui kalau Keng Ji kongcu memang tewas ditanganku, kamipun telah bertarung satu kali, namun tidak berhasil menentukan siapa menang siapa kalah, oleh karena itu kami berjanji akan melangsungkan sebuah pertarungan sengit lagi esok siang"

"Cu kongcu, dalam menghadapi masalah ini Kay-pang tak bisa berpeluk tangan belaka, besok kami akan mengutus beberapa orang untuk melakukan perjalanan bersama mu"

"Tak usah" tampik Cu Siau-hong sambil menggeleng, “dia menantang aku untuk bertvarung satu lawan satu..."

"Siau-hong" tukas Tang Cuan decngan cepat, persoalan ini toh bukan urusanmu seorang, paling tidak kami tak bisa berpeluk tangan belaka, berbicara soal dendam sakit hati, kamipun sudah seharusnya mencari dia, besok aku akan mengikutimu pergi kesana."

'Tang suheng, besok aku boleh membawa satu orang, tapi orang itu seharusnya anggota Kay-pang"

"Hanya membawa seorang?" tanya Tan Tiang kim. 'Benar! hanya membawa seorang, orang itu sudah

kupilih, mohon pangcu suka mengabulkannya"

"Siapakah orang itu?" "Ong Peng!"

"Kui meh Ong peng?" "Yaa, benar!"

'Cu kongcu, seperti yang kita maklumi, mereka adalah suatu organisasi yang amat besar, dan lagi cara kerja mereka amat kejam dan brutal, bagaimana seandainya mereka  persiapkan  jebakan? Niat  untuk  mencelakai orang tak boleh ada, tapi kewaspadaan terhadap alat busuk orang tak boleh hilang, aleh karena itu aku sipengemis tua menganjurkan agar kita bicarakan persoalan ini secara baik baik, lalu kirim lebih banyak orang untuk menghadapinya.."

"Tidak bisa Tan cianpwe, aku telah mengabulkan permintaannya untuk datang seorang diri untuk memenuhi janji tersebut, aku tak ingin melanggar perjanjian ini."

"Soal ini, soal ini. "

"Tiang kim dalam peristiwa ini tak usah kau risaukan" tiba-tiba Ui lo-pangcu menukas.

Buru-buru Tan Tiang kim membungkukkan badannya memberi hormat.

"Tiang kim turut perintah!"

Ui pangcu manggut-manggut,ujarnya.

"Baiklah Cu kongcu, bawalah serta Ong peng, selain itu akupun menyetujui keinginanmu untuk memberikan semua hak dan kekuasaan atas persoalan ini kepadamu, walaupun dia telah membunuh belasan orang anggota Kay-pang, namun kamipun sudah banyak membunuh orang-orang mereka, tentang persoalan ini pihak Kay-pang boleh saja tidak menuntut apa-apa."

'Terima kasih lo-pangcu"

Sorot matanya segera dialihkan ke atas wajah Tang Cuan, kemudian melanjutkan:

"Ciangbun suheng, siaute mohon kepada suheng agar meluluskan pula permintaan siaute itu" Tang Cuan menghela napas panjang.

"Aaaai.   sebetulnya kau boleh tak usah mengikatkan diri

dengan peraturan perguruan, sebelum suhu menghembuskan   napas   yang   penghabisan,   beliau  juga menyetujui hal ini, cuma Siau-hong, bagaimanapun juga aku tak perlu tahu dengan cara apakah kau hendak menghadapi persoalan ini, tapi kaupun tak boleh mewakili Bu-khek-bun untuk memenuhi permintaan yang diajukan orang itu"

"Tentang soal ini, siaute pasti tahu diri, tak perlu ciangbun suheng risaukan"

-oOo>d’w<oOo-

-oOo>d’w<oOo-

"BAIK kalau begitu pergilah! Cuma Siau-hong, kau musti berhati-hati dalam menghadapi persoalan ini"

"Terima kasih atas perhatian suheng"

"'Siau-hong, menurut pesan suhu menjelang ajalnya, kau boleh tak usah terikat oleh peraturan perguruan Bu-khek bun, oleh karena itu akupun tak akan berpesan apa-apa kepadamu, hanya aku yang menjadi suhengmu mempunyvi suatu pengharapan, entah bolehkah aku mengutarakannya keluar?"

Buru-buru Cu Siau-hong bangkit berdiri kemudian menjura dalam-dalam, sahutnya:

"Perkataan dari Ciangbun suheng terlalu serius, siaute tidak berani, bila ada persoalan harap sampaikan saja secara berterus terang."

"Walaupun tiada peraturan perguruan yang mengikatmu, tapi sebagai seorang lelaki sejati, kau harus tahu bagaimana caranya menyayangi diri sendiri, bagaimana pun juga kau toh berasal dari perguruan Bu-khekbun"

"Siaute akan mengingatnya selalu, aku pasti akan setiap hari   mengingat   pesan   suheng   ini,   paling   tidak  dalam menghadapi setiap masalah aku harus teringat dulu pada kepentingan perguruan"

Tang Cuan merasa puas sekali, katanya sambil tertawa: 'Jit sute, aku tahu kau berasal dari keluarga sastrawan,

sekalipun memiliki ilmu silat yang tinggi otakmu penuh pula dengan aneka macam pengetahuan, kata-kata semacam itu mungkin saja tak perlu banyak kukatakan."

"Setiap nasehat suheng merupakan kata-kata yang tak ternilai harganya" sambung Cu Siau-hong cepatcepat.

Ui pangcu yang duduk dikursi utama tiba-tiba menghela napas panjang, katanya:

"Tang ciangbunjin, aku si pengemis tua pun ada beberapa patah kata hendak di sampaikan kepada dirimu"

Tang Cuan segera bangkit berdiri dan menjura dalam dalam, sahutnya dengan cepat:

"Lo-pagucu, kau tak usah sungkan-sungkan, silahkan kau utarakan, boanpwe akan mendengarkan dengan seksama"

"Tang ciangbunjin, tahukah kau apa sebabnya menjelang ajalnya tiba, suhumu telah melepaskan Cu Siauhong dari belenggu peraturan Bu-khek-bun?"

"Tentang soal ini tentang soal ini... boanpwe bodoh, masalah ini kurang kupahami"

'Hal ini dikarenakan suhumu memang mempunyai kemampuan untuk menilai orang."

Jelaskan perkataan itu belum selesai diutarakan, namun secara tiba-tiba Ui pangcu menghentikan kata-katanya dan tak berbicara lagi.

"Mohon lo-pangcu suka memberi penjelasan” buru-buru Tang Cuan berseru kembali. 'Orang yang luar biasa dikala menghadapi persoalan yang luar biasa, ada kalanya harus menggunakan pelbagi cara dan tindakan yang melanggar garis-garis bijaksana, bila terlalu mengikat diri pada peraturan yang ketat maka besar kemungkinan kalau hal ini justeru akan merugikannya daripada suatu keberuntungan"

'Oooh "

"Oleh karena itu, aku si pengemis tua beranggapan, ada sementara persoalan perlu dilimpahkan semua hak dan kekuasaan kepadanya sehingga dia bisa bertindak menurut selera dan keinginannya sendiri"

Kembali Tang Cuan manggut-manggut.

"Dalam ini dunia persilatan sedang menghadapi suatu badai pembunuhan yang luar biasa sekali, perubahan besar yang berlangsung kali ini sama sekali berbeda dengan keadaan dimasamasa lampau, sudah banyak orang yang terbunuh, namun kita masih belum tahu siapakah pihak lawan, bila kita harus menghadapi persoalan yang luar  biasa ini dengan tindak tanduk yang jujur dan lurus, aku rasa banyak kesempatan baik yang tak bisa dimanfaatkan dengan sebaiknya, maksud dari aku si pengemis tua tentunya dapat dipahami oleh Tang ciang-bunjin bukan?"

"Boanpwe agak mengerti!"

Agak mengerti berarti masih ada hal yang kurang jelas.

Sebagaimana diketahui, Tang Cuan adalah seorang yang berpikir lurus, ia merasa kurang begitu cocok dengan apa yang dikatakan oleh Ui pangcu barusan.

Ui lo-pangcu adalah seorang yang sangat berpengalaman, sudah barang tentu diapun dapat menduga kecurigaan diatas orang, sambil tertawa ia lantas berkata lagi: “Tang ciangbunjin, ambil contoh dengan peristiwa penyerbuan yang menimpa Bu-khek-bun kalian, coba kalau kita tidak pergunakan sedikit otak dan kecerdasan,  dapatkah kita ketahui siapa pembunuh yang sebenarnya?"

Tang Cuan menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab lagi.

"Kita ambil contoh dengan diri Cu Siau-hong," kata Ui lo-pangcu lebih jauh, “seandainya dia tidak diberi kebebasan untuk menghadapi perubahan situasi dengan kehendak hatinya, kau anggap dia punya berapa bagian kesempatan untuk melanjutkan hidupnya'

Kembali Tang Cuan dibikin tertegun.

Menyaksikan Tang Cuan sudah tak sanggup untuk menghadapi keadaan tersebut, Pek Bwee segera menyela.

"Perkataan dari lo-pangcu bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, cuma Siau-hong sesungguhnya adalah seorang manusia yang sama sekali belum berpengalaman, namun dia telah menampilkan kecerdasan yang luar biasa, juga telah melakukan beberapa persoalan yang amat berat, sekalipun dibalik kesemuanya itu faktor keuntungan merupakan pangkal kesuksesannya. Tapi nasib manusia toh tidak selamanya mujur terus."

Ui Lo-pangcu tertawa katanya.

"Lote, kau anggap keberhasilan itu terpengaruh pula dari soal kemujuran?"

"Menurut aku si pengemis tua, seharusnya hal ini termasuk semacam kecerdasan, semacam kecerdasan yang muncul karena bakat alam, bakat alam semacam ini bukan setiap orang dapat mempelajarinya." Pek Bwee menjadi tertegun, dia tahu Ui pangcu amat mengagumi kemampuan Cu Siau-hong, namun sama sekali tak menyangka kalau dia begitu memandang tinggi akan kemampuannya.

Bukan cuma Pek Bwee saja yang merasakan hal ini sebagai suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan, sekalipun Tan Tiang kim dan Tang Cuan juga merasa tertegun.

Setelah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan Pek Bwee berkata:

"Lo-pangcu, dia kan masih seorang bocah, janganlah kau terlalu memanjakan dirinya"

Ui pangcu segera tertawa, katanya:

"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya aku si pengemis tua mengamati perkembangan dunia persilatan, akhirnya kujumpai juga munculnya suatu badai besar  dalam dunia persilatan?”

Sorot matanya segera dialihkan ketubuh Cu Siau-hong, setelah itu sambungnya:

'Aku si pengemis tua juga telah bertemu dengan pemuda ini, seorang pemuda yang merupakan tumpuan harapan dari seluruh umat persilatan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. '

Beberapa patah kata itu terlampau berat, membuat Cu Siau-hong merasakan peluh dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, buru-buru dia bangkit berdiri sembari berkata:

"Lo-pangcu, boanpwe tak berani menerima sanjunganmu itu"

Ui pangcu kembali tertawa, katanya: "Nak, duduklah dulu, mari kita berbicara secara baik baik"

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan "Tentunya kau sudah pernah bersua dengan si Dewa pincang Ui Thong bukan?"

"Benar, boanpwe telah menjumpainya"

"Kenapa? Apakah lo-pangcu kenal dengan nya?" seru Pek Bwee.

"Dia adalah seorang adik tongku, kepandaiannya memang lumayan, tapi ia selalu berusaha untuk melawan takdir, dengan kepandaiannya dia ingin mencegah terjadinya takdir pada manusia, meski di usia tuanya agak menyesal, sayang keadaan sudah terlambat, tidak banyak umat persilatan yang bisa memahami dirinya"

"Banyak sekali yang dia bicarakan dengan diriku" kata Cu Siau-hong, "sayang sekali dia sudah"

Ui pangcu segera menggoyangkan tangan nya berulang kali mencegah Cu Siau-hong berkata lebih lanjut, setelah menghela napas panjang katanya:

"Didalam kehidupannya selama ini banyak penderitaan yang telah dialaminya, terlalu banyak pula yang dipikirkan, dia ingin ribut dengan manusia, ingin menentang suratan takdir, untuk membangun rumah diatas pohon saja entah berapa banyak pikiran yang telah dicurahkan kesana dan pun menyelidiki pelbagai ilmu aneh dengan harapan bisa menemukan sesuatu"

"Apa yang berhasil dia peroleh?" tanya Pek Bwe cepat. "Ia   tak   berhasil   menemukan   apa-apa,   Aku   pernah

menasehatinya agar dia sedikit tahu diri, namun dia menolak    anjuranku    itu    dan    lagi    dia    kuatir    akan mempengaruhi namaku, selama ini tak pernah ia singgung kalau aku adalah kakak Tong nya"

Sorot matanya segera dialihkan kewajah Cu Siau-hong, kemudian melanjutkan:

"Siau-hong, kau tahu? Walaupun kita belum pernah berjumpa namun aku sudah mempunyai bayangan tentang dirimu, itulah pemberitahuan dirinya, ia yang memberitahu kan kepadaku bahwa orang yang bisa menyelamatkan badai pertumpahan darah dalam dunia persilatan hanyalah kau "

"Lo-pangcu, dapatkah kau percayai ucapan tersebut?" tukas Pek Bwee tiba-tiba.

'Yaa, aku percayai apa yang dia katakan kepadaku belum pernah meleset, ia minta kepadaku untuk percaya kepadanya, dia telah melakukan pemeriksaan yang cermat atas diri Cu Siau-hong, dan lagi dia minta aku dengan kedudukan, nama serta kekuatan yang ada pada tubuh Kay pang untuk menunjang dirinya "

"Oooh.!"

Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Cu Siaui hong, kemudian sorot matanya dialikkan ke Ui pangcu, kata nya:

"Pangcu, asal kau orang memberi perintah, segenap anggota Kay-pang akan menuruti perintahmu'

"Tiang kim, persoalan ini belum boleh disiarkan dalam dunia persilatan, sebab saat nya belum tiba, apalagi bantuan yang kita berikan kepada Cu Siau-hong selama ini sesungguhnya adalah demi membantu Kay-pang sendiri, dalam kenyataan dialah yang sedang membantu kita, membantu segenap umat persilatan yang ada didunia ini" Masalah yang dibicarakan makin lama semakin besar dan serius, suasanapun makin lama semakin tegang, dalam keadaan demikian, agaknya Tang Cuan sudah tak mungkin untuk turut mengambil bagian lagi dalam pembicaraan tersebut.

Akhirnya Cu Siau-hong yang berbicara lebih dulu, katanya:

"Lo-pangcu, organisasi tersebut telah berhutang darah kepada Bu-khek-bun kami, hutang darah ini harus dituntut kembali, ciangbunjin kami dan boanpwe pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menuntut kembali hutang darah tersebut'

"Dalam kenyataan, musibah yang menimpa Bu khek bun tak lebih hanya merupakan suatu babak baru didalam dunia persilatan, ketika kalian musnahkan kebun raya Ban-hoa wan, bukan saja hal itu sama arti nya telah membalaskan dendam buat Bu-khek-bun, juga telah mencegah terjadinya suatu pembunuhan-pembunuhan gelap secara besar besaran. "

'Darimana lo-pangcu bisa mengetahui akan hal ini?" tukas Pek Bwee.

"Ui Thong pernah membicarakan tentang soal ini denganku, dia meninggalkan beberapa buah kantungan berisi petunjuk untuk mencegah kejadian besar itu, dia berpesan apabila dunia sudah mulai kacau dan badai pembunuhan telah dimulai, aku harus membuka kantongnya yang pertama, dalam surat itu dia menulis banyak sekali kejadian-kejadian yang akan berlangsung di dunia ini, setelah kubaca ternyata memang hampir sebagian besar yang cocok. Coba, bukankah hal ini aneh sekali?"..

"Ilmu perbintangan dan ilmu meramal kejadian masa depan merupakan suatu kepandaian yang luar biasa sekali, tentu saja hasilnya tak boleh dianggap sebagai bahan permainan"

Ui pangcu menghela napas panjang, katanya:

'Terus terang saja sebetulnya aku merasa kurang percaya dengan segala macam kepandaian dari Ui Thong tersebut, tapi setelah membuktikannya beberapa kali, tampaknya sekalipun aku tak ingin percaya juga mau tak mau harus mempercayainya juga"

"Maka sekarang kaupun percaya?" kata Pek Bwee. "Ya, sekarang mau tak mau aku musti percaya`

"Maksud lo-pangcu, apakah kau hendak menyuruh Siau hong untuk menanggung sesuatu?"

"Betul! Oleh karena itu, aku si pengemis tua mengusulkan agar kalian lepas tangan semua, biar dia sendiri yang menghadapi semua persoalan ini"

"Bagaimana dengan lo-pangcu sendiri?"

"Tentu saja aku lebih-lebih tak akan menghalangi niatnya, tapi aku akan mengerahkan segenap kekuatan yang ada didalam Kay-pang untuk membantunya"

"Lo-pangcu" bisik Pek Bwee, "sudahkah kau pikirkan, dia masih muda dan masih kekurangan soal kemantapan, didalam menghadapi persoalan, bisa jadi dia akan bertindak gegabah '.

'Oooh.  !"

Melihat Ui pangcu tidak berniat untuk menjawab pertanyaan itu, tak tahan kembali Pek Bwee berkata:

"Lo-pangcu, bertindak secara gegabah memang tak akan sampai mencelakainya, tapi aku kuatir kalau cara kerjanya agak sesat" "Pek lote, yang hendak kita hadapi sesungguhnya adalah suatu organisasi kaum sesat, seandainya kita menghadapi dengan cara yang lurus, aku kuatir belum tentu akan peroleh hasil yang diinginkan"

Pek Bwee menjadi terbungkam, ia sama sekali tidak menyangka kalau tokoh persilatan yang berkedudukan amat tinggi ini bisa begitu memandang serius kemampuan Cu Siau-hong, sehingga masalah besar dari dunia persilatan ini telah diserahkan pertanggungan jawabnya atas diri seorang bocah yang baru berusia dua puluh tahunan.

Setelah hening, beberapa saat lamanya, Pek Bwe berkata: "Baik, kalau begitu kita tetapkan begini saja"

"Loya cu. " seru Cu Siau-hong:

"Kau tak perlu kuatir" tukas Pek Bwe "Soal suniomu, serahkan saja kepadaku"

'Baik!" kata Ui pangcu kemudian, "Tang ciangbunjin, apakah kau bersedia memberi muka kepada aku si pengemis tua?'

Jelas tingkatannya ini merupakan pemberian muka untuk Tang Cuan, buru-buru pemuda itu menjawab. "Perintah dari lo-pangcu, mana berani Tang Cuan tolak'

Agaknya Ui pangcu merasa puas sekali dengan jawaban tersebut, katanya sambil tertawa.

"Bagus sekali, kalau begitu aku putuskan demikian saja, aku telah mengeluarkan perintah Tiok hu lang, tak lama kemudian sepasukan jago dari Kay-pang akan dikirim kemari, selain itu aku si pengemis tua juga telah berjanji dengan beberapa orang jago dari Pay-kau, aku hendak bertemu dengan mereka serta membicarakan soal kerja sama kedua belah pihak." Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Tang Cuan, kemudian melanjutkan: "Ciangbunjin, aku rasa lebih baik kau turut serta didalam pembicaraan ini."

'Lo-pangcu" buru-buru Tang Cuan berseru. "Aku Tang Cuan hanya seorang manusia kecil, mana berani mengikuti perundingan besar seperti itu? Aku rasa tak usah "

"Nak ,jangan terlalu memandang rendah diri sendiri" kata Ui pangcu sambil menggelengkan kepalanya berulangkali, "kau adalah seorang ciangbunjin dari perguruan Bu-khek-bun, berarti kedudukanmu sama pula dengan kedudukan ciangbunjin partai lain'

Tang Cuan merasa sedikit terkejut mendengar ucapan tersebut, namun juga merasakan beban yang menekan bahunya semakin berat, dengan wajah serius ujarnya:

"Lo-pangcu, aku. "

Ui pangcu menggoyangkan tangannya mencegah Tang Cuan berkata lebih lanjut, katanya. "Kau tak usah merendah lagi, keputusanku sudah bulat"

"Baik!" kata Tang Cuan dengan sikap yang sangat menghormat, "pesan dari cianpwe boanpwe laksanakan'.

Ui pangcu mengalihkan kembali sorot matanya kewajah Cu Siau-hong, kemudian ujarnya:

"Siau-hong, pergilah! Mulai sekarang Tan Heng, Ong Peng sudah menjadi anak buahmu, aku serahkan mereka kepadamu, aku serahkan mereka kepadamu, mulai kini dan sementara waktu membiarkan mereka terlepas dari Kay pang"

"Soal ini boanpwe rasa tak perlu" Ui pangcu segera tertawa. 'Dalam kenyataan, mereka amat bersedia untuk bisa terlepas dari belenggu peraturan Kay-pang yang begitu berat untuk sementara waktu, selama ini kedua orang ini selalu memandang tinggi diri sendiri, tapi aku telah bertanya kepada mereka, agaknya merekapun merasa takluk sekali kepadamu, maka dengan menyerahkan mereka kepadamu, akupun tak usah kuatir jika kedua orang itu sampai nakal"

'Lopangcu. "

"Baiklah kita putuskan demikian saja" tukas Ui pangcu!... “sekarang pergilah beristirahat! Besok kau hendak membawa serta siapa untuk memenuhi janjimu, lebih baik kau putuskan sendiri"

Cu Siau-hong mengiakan, dia lantas beranjak dan mohon diri dari ruang itu.

Memandang bayangan punggung Cu Siau-hong hingga lenyap dari pandangan mata, Ui pangcu menghembuskan napas panjang,-katanya.

"Pek lote, apakah kau merasa keputusan yang kuambil hari ini terlalu luar biasa?"

"Buat seorang locianpwe seperti kau, tentu saja didalam mengatasi masalah semacam ini tak perlu berunding lagi dengan orang lain" jawab Pek Bwe segera.

Ui pangcu tertawa getir, kembali ujarnya: 'Tang ciangbunjin, Pek lote, ada beberapa persoalan aku ingin berbicara dulu dengan kalian"

'Boanpwe akan mendengarkan dengan seksama!" "Walaupun aku mengusulkan Cu Siau-hong untuk pergi

menempuh bahaya, tapi aku sama sekali tidak berkeyakinan

bahwa dia pasti aman tenteram tak akan menjumpai bahaya apa-apa, di dalam hal ini kalian berdua harus mempersiapkan batin sendiri sebaik-baiknya"

"Lo-pangcu, benarkah dalam persoalan kali ini, kita biarkan dia pergi dengan hanya membawa satu orang pembantu saja." tanya Tang Cuan.

"Benar, seluruh kekuasaan telah kita serahkan kepadanya, biar dia hadapi menurut pendapatnya sendiri, entah apapun yang hendak dia lakukan, kami tak akan turun tangan"

"Lo-pangcu, apakah dari pihak Bu-khek-bun kami perlu juga mengutus seorang utusan?"

"Aku rasa tak perlu, pertama pihak lawan tidak memperkenankan dia pergi membawa orang, kedua, dengan diutusnya seseorang dari Bu-khek-bun, berarti membuat tindak tanduknya menjadi tidak leluasa"

"Paling tidak sewaktu terperangkap dalam jebakan musuh, ia mempunyai seorang pembantu yang lebih banyak'

"Tang Cuan" kata Ui pangcu, "tindakanmu itu bukan saja tak akan membantu dirinya, malah kemungkinan besar justru akan menyulitkan dirinya."

Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan:

"Kau harus mengerti, yang sedang dihadapi Cu Siau hong sekarang adalah rase yang liciknya bukan kepalang, mereka juga seperti harimau licik seperti rase, kecuali orang yang bisa menghadapi perubahan situasi dengan otak cerdasnya, lebih baik kita jangan mencampurinya, Tang Ciangbunjin yang kumaksudkan sebagai tindakan menghadapi perubahan situasi meliputi pula soal kecerdasan, siasat licin bahkan tipu menipu" "Soal ini aku rasa kurang begitu baik!"

"Tindakan penyerbuan terhadap Bu-khek-bun ditengah malam buta apakah terhitung pula suatu perbuatan lelaki sejati?"

Tang Cuan segera terbungkam setelah mendengar perkataan itu. Kembali Ui pangcu berkata:

"Aku percaya dia dapat menghadapi keadaan tersebut, perduli bagaimanakah ilmu silatnya atau kecerdasan otaknya, seandainya kita turut campur, hal ini benar-benar merupakan suatu tindakan merusak suasana."

Tergerak juga hati Pek Bwee setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian: "Lo-pangcu bagaimana paras muka nona itu?"

"Cantik jelita bak bidadari dari kahyangan"

"Pangcu, terhadap persoalan ini aku kuatir kalau Cu Siau-hong bertindak kurang cermat."

"Budak itu baru pertama kali terjun kedalam dunia persilatan, menurut apa yang kudengar dari mereka, konon dia adalah seorang gadis yang keras kepala, bagaimana cara untuk menghadapinya, aku rasa saat ini merupakan suatu persoalan yang pelik"

"Benar! Justru persoalan inilah yang kukuatirkan, seandainya kurang baik dalam mengatasinya, bukankah hal mana justru akan membengkalaikan masalah besar"

"Pek lote, kau mempunyai cara apa yang hebat, beberkan saja dihadapan Siau-hong!'

Pek Bwee termenung sebentar, lalu sahutnya:

"Aku belum pernah bersua dengannya, tidak tahu asal usul  serta  wataknya,  aku  rasa  menghadapi  soal semacam ini, agak sulit juga buat kita untuk menemukan cara yang terbaik untuk mengatasinya"

"Cu Siau-hong telah mengadakan perjanjian dengannya, aku rasa dia sudah memiliki suatu rencana yang matang."

Pek Bwee tertawa getir, katanya kemudian:

"Lo-pangcu, perduli berapa banyak buku yang pernah dibaca Siau-hong, toh dia masih tetap seorang bocah cilik yang sama sekali tak berpengalaman, seandainya cara menanganinya keliru sehingga pura-pura menjadi sungguhan, apa akibatnya?"

"Pek lote, pihak lawanpun masih seorang bocah, usia mereka sebaya, sudut pandangannya terhadap setiap persoalan juga banyak berbeda dengan pandangan kita, cara kerja kita terlalu kolot, tidak memiliki semangat dan kesegaran seperti dia, terutama sekali keputusannya dalam menangani masalah Lik Hoo sekalian, maka aku rasa dia bisa dipercaya untuk diberi tugas berat ini.'

Kembali Pek Bwee termenung beberapa saat lamanya, kemudian ujarnya pelan: 'Mungkin apa yang diucapkan lo pangcu memang benar"

Berbicara sampai disini, tampaknya pembicaraan tersebut sudah tak dapat dilanjutkan lagi, terpaksa Pek Bwee dan Tang Cuan harus bangkit dan mohon diri.

Setelah mengantar kepergian kedua orang itu, Tang Tiang kim baru membalikkan badan dan memberi hormat, katanya:

"Pangcu, perlukah kita mengutus orang untuk melakukan persiapan yang diperlukan?"

"Tak usah!" Ui pangcu menggeleng. "Seandainya Cu Siau-hong tak sanggup menghadapi mereka, tiada orang pula yang membantunya, bukankah dia bakal menderita kekalahan secara besar-besaran?"

"Andaikata Cu Siau-hong tak sanggup untuk menahan mereka, orang-orang yang kita utus kesanapun tak akan berhasil membantu apa-apa, Tiang kim, kau tahu? Hal ini merupakan suatu pertaruhan, aku sendiripun tidak mempunyai keyakinan kalau Cu Siau-hong pasti menang, andaikata tidak beruntung dia menderita kekalahan, maka situasi di seluruh dunia persilatan akan mengalami perubahan yang besar sekali, saat munculnya Pena Wasiat besar kemungkinan akan terjadi sesaat badai perubahan melanda dunia persilatan, dalam keadaan tanpa pegangatn dan keyakinan yang kuat, terpaksa kita harus maju selangkah sambil memperhitungkan langkah berikutnya..."

Ui lo-pangcu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Juga tak bisa" sahutnya, "cuma saja kita bisa merebut

posisi yang lebih baik sebagai pihak penggerak ...." Setelah

berhenti sejenak dia melanjutkan.

"Tiang kim, selama banyak tahun, aku selalu merasa kalau dunia persilatan bakal mengalami suatu perubahan besar, tapi aku selalu gagal untuk menemukan gejalanya, musibah yang menimpa Bu-khek-bun telah menggemparkan seluruh persilatan, namun tiada sesuatu tanda yang berhasil kita lacaki, sampai akhirnya kebun raya Ban-hoa-wan ditemukan, hal mana terhitung ada sesuatu titik terang yang mesti dituju, ternyata mereka mengambil tindakan untuk memusnahkan diri, Tiang kim, tak sedikit peristiwa besar yang kau alami, tapi pernahkah kau jumpai peristiwa yang begini kejam dan berat seperti apa yang berada didepan mata kita sekarang?"

Tan Tiang kim menggelengkan kepalanya berulang kali: "Tidak pernah!"

"Akupun tak pernah menjumpai kejadian seperti ini, bahkan dunia persilatan pun belum pernah mengalami peristiwa seperti ini"

Selapis rasa sedih dan duka melintas wajah Ui lo-pangcu, pelan-pelan ia melanjutkan:

"Aturlah persiapan, kentongan ketiga malam nanti aku akan menyambangi pihak Pay-kau."

"Lo-pangcu bermaksud hendak mengadakan pertemuan dimana?"

"Di atas perahu sungai Siang kang!"

"Akan menyambang dengan menunggang sampan?" "Benar!" Ui lo-pangcu manggut-manggut.

"Soal ini .... hamba rasa, soal ini "

"Tiang kim!" tukas Ui pangcu, "Nama kosong maupun kedudukan kosong tak perlu diurusi lagi"

Buru-buru Tan Tiang kim membungkuk kan badan memberi hormat.

"Akan tecu laksanakan!' Ia lantas membalikan badan dan beranjak pergi.

"Tiang-kim!" tiba-tiba Ui pangcu mendehem pelan.

"Yaa, pangcu, ada pesan apa lagi?" buru-buru Tan Tiang kim membalikkan badan.

"Apakah Jin Khi telah tiba?" "Sudah!"

"Beritahu kepada Jin Khi seorang, malam nanti aku hanya akan mengajak kalian berdua saja, jangan mengusik yang lain, dan lebih baik kau berangkat sendiri untuk menghubungi Pay-kau kaucu!"

Tampaknya Tan Tiang-kim dapat menyadari kalau pertemuan tersebut merupakan suatu pertemuan rahasia, buru-buru dia mengangguk.

"Tecu mengerti'

?oooO)d.w(Oooo?

WAKTU menunjukkan kentongan ketiga, awan hitam menyelimuti angkasa, Ui pangcu dengan mengajak Tan Tiang kim serta Jin Khi telah tiba ditepi pantai Siang-kang.

Titik cahaya lentera dalam perahu nelayan menghiasi keindahan malam disepanjang sungai Siang-kang. Tiba ditepi sungai, Tan Tiang-kim segera bertepuk tangan tiga kali.

Sekonyong-konyong sebuah sampan kecil dari tengah sungai, langsung meluncur ke tepi pantai.

Seorang lelaki berpakaian ringkas serba hitam segera melompat naik ke atas pantai, kemudian sambil menjura katanya:

"Lan-leng hiangcu dari markas besar Pay-kau, Pat-poh leng-po (delapan langkah berjalan diatas ombak) Oh Thin lan menyambut dengan hormat kedatangan Kay-pang pangcu"

Ui Pangcu segera ulapkan tangannya.

"'Tak usah banyak adat, bagaimana? Apakah kaucu kalian telah tiba?" "Betul, setelah mendapat kabar kami telah mengirim pemberitahuan kilat, kaucu kami telah berangkat dengan sampan tersebut untuk memburu kemari."

"Kalau begitu tentu merepotkan kalian' "Silahkan pangcu naik ke atas sampan!"

Ui pangcu manggut-manggut, dia lantas melangkah naik ke atas sampan, Tan Tiang kim dan Jin Khi segera menyusul dibelakangnya.

Setelah ketiga orang itu naik ke atas perahu, secepat kilat sampan tersebut meluncur ke depan, lebih kurang setengah hio kemudian mereka baru berhenti.

Sampan itu berjalan amat cepat, dalam waktu sesingkat itu Tan Tiang kim sekalian tidak mengetahui dengan jelas berapa jauhkah mereka telah berjalan.

Akhirnya tampaklah dua buah perahu besar membuang sauh di tengah sungai itu. Sampan kecil itupun meluncur ke depan mendekati perahu-perahu besartadi.

Oh Thian lan bersuit nyaring, dari atas perahu tiba-tiba melintas lewat serentetan cahaya terang yang amat kuat menyoroti sampan kecil tersebut...

Lalu terdengar seseorang menegur dengan suara dingin bagaikan es.

"Siapa?".

"Lan-leng hiangcu!" sahut Oh Thian lan, "cepat laporkan kepada kaucu bahwa Kay-pang pangcu telah tiba"

Tak lama kemudian, sebuah tangga yang terbuat dari tali diturunkan dari atas perahu menyusul kemudian berkumandang suara musik yang amat merdu, dua orang bocah berbaju putih diiringi seorang lelaki setengah umur berbaju hijau yang berusia antara empat puluh tahunan segera menyongsong kedatangan mereka.

Dengan suara rendah Oh Thian Ian segera berbisik: "Pangcu, dialah kaucu dari perkumpulan kami!"

Ui Lo-pangcu segera maju kedepan menyongsong kedatangan orang itu.

Ketika orang berbaju hijau itu menyaksikan ada seorang kakek berjenggot putih menyongsong kedatangannya, buru buru dia menjura seraya berseru:

"Pay-kau kaucu Im Hui yang menyambut kedatangan pangcu"

"Tak berani, tak berani, menghaturkan salam hormat untuk Im kaucu pula"

"Silahkan Lo-pangcu naik ke perahu untuk berbincang bincang".

"Silahkan Im kaucu membawajalan!'

Im Hui yang segera mengajak Ui pangcu naik keatas perahu dan menuju keruang tengah.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Im Hui-yang menyingkap sebuah tirai yang teba dan melangkah masuk, cahaya terang benderang segera memancar keluar dari balik ruangan itu.

Dibalik ruangan perahu terdapat empat batang lilin raksasa sebesar lengan bocah diatas sebuah meja beralas kain putih, telah tersedia air teh dan hidangan kecil.

Setelah mengambil tempat duduk, Ui lo-pangcu baru berkata sambil mendehem pelan: “Sinar lampu dalam ruangan ini terang benderang seperti disiang hari saja!" "Walau begitu seluruh dinding dan pintu sudah tertutup oleh kain yang kedap sinar, tak nanti cahaya lampu bisa memancar keluar, silahkan lo-pangcu minum air teh"

Diambilnya secawan air teh dan diangsurkan kedepan. Ui pangcu menerima dan menghirupnya seteguk,

kemudian manggut-manggut. "Ehmmm... air teh wangi!"

Ruang perahu itu amat besar, perabotnya juga sangat megah, permadani merah melapisi permukaan lantai dengan rantai putih menghiasi dinding ruang perahu.

Sambil tertawa, Im Hui yang lantas berkata:

"Hui-yang adalah seorang angkatan muda yang belum lama terjun dalam dunia persilatan, sepantasnya jika aku yang mengunjungi lo-pangcu, masa lo-pangcu yang bersusah payah datang kemari"

"Ucapan Im kaucu terlampau serius"

Dalam ruangan itu hanya hadir enam orang, Jin khi dan Tan Tiang kim berdiri dibelakang Ui pangcu sedang dua orang bocah berbaju putih berdiri dikiri kanan Im-Hui-yang.

"Hanya dikarenakan persoalan Bu-khek-bun, lo-pangcu tak sayang untuk menurunkan derajat sendiri dengan memimpin langsung anak buahmu dari kota Siang yang, kebijaksanaan serta kebesaran jiwa pangcu benar-benar mengagumkan" kata Im Hui-yang kemudian.

"Sudahkah Im kaucu dengar tentang terjadinya ledakan dahsyat yang menimpa kebun raya Ban-hoa-wan?"

"Yaa, Hui-yang telah mendengarnya'

"Mereka lebih suka mengubur diri dalam kebun raya daripada meninggalkan tempat itu, keketatan disiplin organisasi, ini benar-benar menakutkan sekali' "Terhadap masalah yang menyangkut tentang organisasi itu, tidak banyak yang Hui-yang ketahui, dapatkah lo pangcu memberi beberapa petunjuk kepadaku?'

Ui lo-pangcu segera menghela napas panjang, katanya: "Sebenarnya organisasi tersebat merupakan suatu

organisasi yang amat menakutkan dan penuh dengan kerahasiaan, sudah beberapa kali pihak kami bentrok dengan mereka, setiap kali tidak kecil kerugian yang kami derita'

"Lo-pangcu, seandainya pihak Kay-pang bersedia untuk bekerja sama dengan pihak kami, aku percaya tiada musuh tangguh yang tak mampu kita hadapi di dunia ini"

?oooO)d.w(Oooo?

UI LO-PANGCU termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ujarnya:

'Organisas ini jauh berbeda dengan perkumpulan perkumpulan lain dalam dunia persilatan, mereka muncul secara tiba-tiba, membuat orang tak tahu darimanakah mereka berasal?"

Im Hui-yang manggut-manggut.

"Yaa, memang demikian yang kudengar"

"Mereka dapat menyerang kita setiap saat dan setiap keadaan, tapi kita tak pernah berhasil menemukan tempat mereka untuk bercokol'

"Betul, itu berarti kita harus mempersiapkan rencana dengan sebaik-baiknya agar mereka bisa terpancing dan menampakan diri."

"Inilah yang menjadi sebah paling utama kenapa aku berkunjung kemari sekarang" "Silahkan Lo-pangcu, memberi petunjuk'

Maka suatu perundingan rahasia segera dilangsungkan antara kedua orang itu sampai kentongan ke empat lebih, Ui pangcu baru mengajak orang-orangnya untuk mengundurkan diri.

Im Hu-yang menghantar sendiri Ui lo-pangcu sampai diatas sampan kecil yang akan menghantarnya menuju kedaratan..

Sepeninggal Ui lo-pangcu, Im Hui yang berpaling dan memandang sekejap ke arah dua orang bocah yang berada di belakangnya lalu katanya:

“Ui lo-pangcu adalah seorang yang saleh dan berjiwa besar, dia boleh dibilang merupakan tokoh paling lihay didalam dunia persilatan dewasa ini, sayang usianya sudah lanjut sehingga cara berpandangannya agak terlalu mendalam"

Dua orang bocah itu tak leluasa untuk menyampaikan pujiannya, pun tak berani membantah, terpaksa mereka hanya mengiakan berulang kali.

Sambil tertawa kembali Im Hui-yang berkata:

"Kalian pergilah mempersiapkan diri, kita akan menyaru dan menumpang sampan lain, akan kuperiksa sendiri keadan situasi dalam dunia persilatan dewasa ini"

Sejak muda dia adalah seorang manusia yang berambisi besar, pada usia tiga puluh tahunan sudah menjabat sebagai ciangbun-jin dari perkumpulan Pay-kau.

Bukan saja Pay-kau merupakan pemimpin persilatan diatas air, lagipula memiliki pengaruh yang amat besar di wilayah kanglam. Diantara perguruan-perguruan besar dalam dunia persilatan, Pay-kau juga merupakan suatu organisasi yang penuh diliputi oleh kerahasiaan dan kemisteriusan.

Konon menurut khabar yang tersiar dalam dunia persilatan, Pay-kau mempunyai banyak kepandaian seperti yang tidak termasuk dalam kategori ilmu silat.

-oOo>d’w<oOo-

Menjelang tengah hari, Cu Siau-hong dengan membawa Ong Peng menuju ke tempat perjanjian.

Seperangkat pakaian ringkas berwarna biru, dengan ikat kepala berwarna biru pula yang dikombinasikan dengan  ikat pinggang berwarna putih serta sebilah pedang menghiasi pinggangnya, membuat Cu Siau-hong nampak gagah dan anggun, bahkan memancarkan pula suatu kegagahan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Ong Peng juga mengenakan pakaian ringkas dengan pisau pendek dipinggang, dibalik laras sepatunya dia sembunyikan sebuah senjata garpu.

Belum lama kedua orang itu sampai disitu, sebuah kereta kuda dengan kecepatan tinggi telah berlari mendekat.

Kereta itu berhenti tepat dihadapan mereka.

Tirai disingkap orang dan seorang dayang muda menampakkan diri seraya berkata:

"Cu kongcu, nona kami telah menantikan kedatanganmu, silahkan kalian berdua naik ke atas kereta"

Cu Siau-hong memperhatikan gadis itu sekejap, tampak wajahnya cantik dengan pakaian berwarna merah, usianya antara enam tujuh tahunan, sambil tersenyum dia berkata: 'Apakah nona sedang menyapa kami?'

Gadis berbaju merah agak tertegun, kemudian balik bertanya:

"Apakah kau adalah Cu kongcu." "Hm, aku memang she Cu!"

“Bukankah kau bernama Cu Siau-hong?" kembali gadis berbaju merah itu bertanya sambil tersenyum.

"Benar."

Gadis berbaju merah itu segera tersenyum.

"Kalau begitu tak bakal salah lagi, silahkan naik keatas kereta!"

Cu Siau-hong manggut-manggut, bersama Ong Peng ia naik ke atas kereta tersebut.

Gadis berbaju merah itupun turut naik ke atas kemudian menurunkan tirainya.

"Nona, siapa yang bertindak sebagai kusir?” tanya Ong Peng tiba-tiba.

“Tak perlu memakai kusir, kuda ini dapat berjalan sendiri”.

Dekorasi dalam ruangan kereta itu amat megah dan mewah, terendus bau harum yang tipis tersiar keluar dari situ.

Dari gerakan yang lamban, kereta itu makin lama berlari semakin kencang...

Setelah melakukan perjalanan lebih kurang lima jam kemudian, mendadak kereta itu berhenti. Gadis berbaju merah itu segera mengyingkap tirai dan melompat keluar lebih dulu, katanya: "Saudara berdua, silahkan turun dari kereta"

Pelan-pelan Cu Siau-hong melangkah turun dari dalam kereta, setelah ia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, katanya:

"Apakah disini?'..

"Tidak, disana! setelah melewati hutan" Dia lantas melangkah kedepan lebih dulu

Tempat itu amat terpencil dan sepi sekali, tidak nampak ada manusia yang berlalu lalang. Ong peng segera menyusul kedepan mengejar ke sisi Cu Siau-hong, kemudian katanya:

'Kongcu tempat ini terpencil sekali letaknya dan  jauh dari keramaian manusia, bila mereka mengatur jebakan disekitar tempat ini, aku rasa untuk mengirim berita ke luarpun sulit buat kita"

"Kita tak perlu mengirim berita lagi keluar."

"Andaikata mereka ingkar janji dengan mempersiapkan sergapan-sergapan gelap di sekitar tempat ini?"

"Kendatipun mereka persiapkan jebakan disini, kitapun sama saja tak perlu mencari bantuan"

Ong Peng lantas mengiakan dan tidak banyak berbicara lagi.

Tapi diapun segera menemukan satu hal yakni Cu Siau hong yang nampak lemah lembut ini sesungguhnya adalah seorang yang angkuh dan tinggi hati, cuma kehalusan budi dan kelemah lembutannya telah menutupi kekerasan hati serta keangkuhannya itu sehingga dihari-hari biasa tidak dapat terlihat jelas. Sementara itu, gadis berbaju merah tadi telah mempercepat langkahnya menelusuri hutan, akhirnya ia berhenti ditengah sebuah tanah lapang ditengah hutan.

Tempat itu merupakan sebidang tanah yang luas sekali, sekeliling arena diliputi oleh pepohonan yang tinggi dan rimbun.

Disamping tanah lapang membujur sebuah peti mati, penutupnya tergeletak disamping dan seorang gadis berbaju hijau sedang pelan-pelan bangkit dari dalam peti itu.

"Agaknya sudah cukup lama nona berada disini” Cu Siau-hong segera menyapa.

Sambil tertawa nona berbaju hijau itu melompat keluar dari dalam peti itu kemudian katanya sambil tertawa.

"Akupun belum lama tiba disini!"

Cu Siau-hong menengok sekejap kearah peti itu, kemudian katanya lagi:

"Agaknya peti matipun telah dipersiapkan oleh nona' "Hal ini menujukkan tekadku, bahwa salah seorang

diantara kau dan aku bakaI tewas ditempat ini" Cu Siau-hong tertawa hambar.

"Baiklah" dia berkata, "apakah hanya seorang yang berada disini?"

"Dua orang, aku dan Ang-leng..."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar