Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 31

Diiringi suara desingan angin tajam, cambuk tersebut segera menyambar ke muka.

Siau-hong mendengus dingin, jengeknya:

"Hei nenek, kenapa kau sembarangan melukai orang?"

Tangan kanannya segera diangkat dan menyambar cambuk panjang itu, kemudian di betotnyn keras-keras. Begitu Cu Siau-hong membetot, ternyata nenek itupun turut membetot sekuat tenaga.

Jadinya kedua belah pihak saling membetot dan saling bertahan dengan sepenuh tenaga. "Taass.. "tiba-tiba cambuk panjang yang diperebutkan itu patah menjadi dua bagian.

Menyaksikan kejadian itu, paras muka si nenek  berambut putih itu segera berubah hebat, teriaknya: "Bocah keparat, rupanya kau memiliki kepandaian juga!"

Tampak tirai kereta sedikit bergoyang, tahu-tahu ada dua bintik cahaya putih meluncur keluar.

Cahaya putih tersebut bukan saja datangnya amat cepat, lagipula kecil sekali, sama sekali tidak membawa setitik desingan angin. seranganpun.

Sambil tertawa dingin Cu Siau-hong segera berseru: "Inilah sebab dari kematian mereka!"

Seraya berkata dengan cepat dia berkelit sejauh tujuh delapan depa dari posisi semula. Sin jut dan Kui meh yang ada disisinya mendadak menyerbu kedepan sambil berteriak keras: "Aduh celaka, ditengah hari bolong kalian berani berbuat kejahatan hendak membunuh orang" Sembari berkata, tubuh mereka telah mendekati kereta tersebut.

"Kembali!" bentak Cu Siau-hong dengan suara keras.

Tapi sayang terlambat selangkah, tirai kereta itu kembali tampak bergerak, Sin jut dan Kui meh segera roboh  terkapar diatas-tanah.

Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, secara secepat kilat dia melompat kedepan ke kereta itu.

Begitu sampai didepan kereta, pedangnya turut diloloskan pula dari sarungnya.

Tampak cahaya tajam berkelebat lewat, tiga ekor kuda yang menarik kereta itu tiba-tiba kabur kedepan. Meski kudanya tetap kabur, ternyata keretanya masih tetap terhenti ditempat semula.

Rupanya dalam kilatan cahaya pedang yang menyambar lewat tadi, Cu Siau-hong telah mematahkan tali pengikat antara sang kuda dengan kereta itu, sehingga dengan demikian tiga ekor kuda itupun bebas dari belenggu.

"Blaaammm..." kereta yang berada dibagian muka segera terjatuh keatas tanah.

Gerakan pedang dari Cu Siau-hong itu cepat bagaikan sambaran petir tahu-tahu ujung pedangnya telah menuding kehadapan wajah si nenek berambut putih itu.

Tapi gerakan tubuh dari nenek berambut putih itupun cepat sekali, belum lagi pedang Cu Siau-hong menyambar tiba, orangnya sudah melayang dulu kesamping. Cu Siau-hong segera memutar pedangnya secepat kilat, "Taass, taass. !" tirai yang menutupi ruang kereta itu tahu tahu rontok keatas tanah"

Ternyata ia cukup cekatan, gerakan tubuhnyapun amat cepat, begitu tirai kereta terjatuh ke tanah, tubuhnya segera menjatuhkan diri ke belakang dengan gerakan jembatan gantung.

Menyusui kemudian dia berjumpalitan beberapa kali dan menggelinding sejauh lima depa lebih, kemudian baru melejit bangun..

Empat titik cahaya perak yang amat menyilaukan mata menyambar lewat dikala Cu Siau-hong menjatuhkan tubuhnya ke belakang tadi.

Entah senjata rahasia apa yang digunakan, ternyata sambaran senjata tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara, begitu terkena korbannya segera roboh terkapar.

?oooO)d.w(Oooo?

CU SIAU-HONG telah melejit bangun, kemudian sambil membalikkan badan ia menubruk ke arah nenek berambut putih itu.

Dengan jurus pedangnya yang begitu aneh, belum sempat nenek itu menghindarkan diri, ujung pedang Cu Siau-hong telah menempel diatas tenggorokannya.

Nenek itu menjadi tertegun serunya kemudian: "Sekarang aku sedang marah, hawa napsu membunuhku

sangat tebal, bila kau masih belum ingin mampus, lebih baik jangan sembarangan bergerak" ancam Cu Siau gong segera

'Lepaskan dia?" tiba-tiba dari balik kereta bergema suara seruan yang amat merdu. "Besar amat lagakmu!" dengus Cu Siau-hong dingin."

Terdengar suara keleningan yang merdu, seorang gadis berbaju hijau yang berparas cantik pelan-pelan berjalan keluar dari dalam ruang kereta kuda itu.

Dengan suatu gerakan yang cepat, Cu Siau-hong menotok jalan darah nenek itu dengan tangan kirinya, kemudian ujarnya dingin.

"Dengarkan baik-baik, kedua orang pembantuku telah terluka ditangan kalian, maka sekarang si nenek itupun telah kulukai dengan ilmu totokan khususku '

Nona cantik berbaju biru itu memperhatikan Cu Siau hong sekejap, kemudian tersenyum ujarnya: "Telah terluka oleh suatu ilmu khusus? Aku ingin melihat, macam apakah yang disebut sebagai ilmu totokan khusus itu?"

"Oooh... jadi nona bermaksud untuk mencoba apakah bisa membebaskan totokan tersebut atau tidak?"

"Aku rasa ilmu menotok jalan darah yang berada di dunia ini hampir sama satu sama lainnya, aku rasa kata totokan khusus tersebut kurang tepat cara penggunaannya"

Cu Siau-hong segera maju selangkah dan menahadang jalan pergi nona cantik berbaju hijau itu, kemudian katanya dengan dingin:

"Nona kedua orang pembantuku itu telah terluka oleh senjata rahasia apa?'

“Bukankah kau pandai mempergunakan ilmu menotok jalan darah khusus? Apakah tak bisa kau saksikan sendiri mereka telah terluka oleh senjata rahasia macam apa?"

'Nona, senjata rahasia yang ada dikolong langit berjumlah ratusan macam banyaknya, bahkan memetik daunpun  bisa  dipakai  untuk  melukai  musuh,  sambaran bunga dapat membunuh orang, aku hanya bisa melihat kalau senjata rahasia yang nona gunakan itu bukan terbuat dari besi biasa"

“Emmm... setelah kudengar beberapa patah katamu itu dapat kusimpulkan kalau kau memang mempunyai sedikit pengetahuan."

Mendadak Cu Siau-hong menukas dengan suara yang keras:

"Nona, berhati-hatilah kau!"

Tiba-tiba saja dia melancarkan sebuah tusukan pedang ke depan..

Tampak cahaya tajam berkelebat lewat nona cantik berbaju hijau itu segera terdesak mundur sejauh dua langkah.

Dengan wajah kaget bercampur tercengang nona cantik berbaju hijau itu segera mengawasi lawannya sambil berseru:

"Benar-benar suatu kepandaian yang hebat, ilmu pedang yang luar biasa.."

"Kau terlampau memuji!"

Pedangnya kembali digerakan melakukan suatu tusukan kesamping, ujung pedang itu segera menyergap keatas tenggorokan nenek berambut itu ....

"Tahan”, buru-buru nona cantik kerbaju hijau itu berseru.

Ujung pedang itu segera berhenti hanya satu inci saja dari atas tenggorokan nenek itu.

"Apa yang hendak kau lakukan?” nona berbaju hijau itu menegur. "Apa lagi? Tentu saja membunuh orang."

"Kau hendak membinasakan dirinya?" tanya nona cantik berbaju hijau itu dengan wajah tercengang.

"Mengapa tidak? Baik atau buruk, aku akan membuktikan kepadamu kalau aku memiliki kemampuan untuk membinasakan dirinya"

Nona cantik berbaju hijau itu segera manggut-manggut, ujarnya kemudian.

"Aku sudah begini dewasa, sepanjang jalan kemari beratus-ratus li sudah kutempuh, tapi baru pertama kali ini kujumpai ada orang yang sanggup memaksa aku mundur dalam serangannya yang pertama, cuma sekali pun kau membunuhnya juga sama sekali tak akan bermanfaat bagi dirimu pribadi!"

"Apakah nona tidak berharap aku membunuhnya?" "Benar!"

"Boleh saja, tapi akupun berharap agar kedua orang pelayanku itu sadar lebih dulu.

-oOo>d’w<oOo-

TIBA-TIBA saja sikap si nona cantik berbaju hijau itu berubah menjadi lemah lembut, sambil mengangguk dia menjawab:

"Baiklah, aku akan segera menolong mereka!"

Ia lantas membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Sin-jut serta Kui-meh, kemudian berjongkok di sisinya.

Kurang lebih seperempat jam kemudian, pelan-pelan dia baru bangkit berdiri. Ketika dia berjongkok tadi, punggungnya menghadap ke arah Cu Siau-hong, oleh karena itu Cu Siau-hong sama sekali tidak melihat dengan jelas apa saja yang telah dia lakukan.

Akan tetapi, sewaktu dia bangkit berdiri kembali, lamat lamat tampak air keringat membasahi wajahnya. Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong menghadapi kenyataan tersebut, segera serunya.

'Agaknya nona lelah sekali"

Nona cantik berbaju hijau itu segera menghembuskan napas panjang, katanya:

"Apakah kau ingin menyaksikan sendiri senjata rahasia apakah yang telah melukai mereka?"

Dengan mempersiapkan diri sebaik-baik nya untuk menghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan, Cu Siau-hong mengangguk.

"Baik... akan kusaksikan sendiri senjata rahasia macam apakah itu."

Pelan-pelan nona cantik berbaju hijau itu menjulurkan tangan kirinya ke depan.

Diantara telapak tangannya yang putih dengan ke sepuluh jari tangannya yang runcing dan ramping, tampak ada dua batang jarum yang tipis sekali masing-masing sepanjang lima hun.

Cu Siau-hong telah memperhatikan benda itu dengan seksama, namun dan tidak berhasil mengenali benda apakah itu.

"Tahukah kau, senjata rahasia apakah ini?' tanya nona cantik berbaju hijau itu kemudian.

Cu Siau-hong menggelengkan kepalanya berulang kali. "Belum pernah kusaksikan senjata rahasia semacam ini, tentu saja aku tidak dapat mengenalinya" dia menjawa b.

“Perlukah kuberitahukan hal ini kepadamu?"

"Dengan senang hati aku akan membuka telingaku lebar lebar"

"Benda ini bernama Toan hun ci (duri pemutus nyawa), diujung senjata ini telah kupolesi dengan suatu obat pemati rasa, yang sangat kuat, itulah sebabnya barang siapa terkena senjata rahasia ini, dia segera akan jatuh tak sadarkan diri, sekalipun tampaknya mereka roboh terkapar, sesungguhnya belum mati, cuma saja benda itu akan segera menyusut begitu terkena aliran darah panas, satu jam kemudian sari obat tadi akan hancur menjadi berkeping-keping dan turut mengalir didalam peredaran darah manusia, dua belas jam kemudian obat tadi baru akan menyerang kedalam jantung, nah pada saat itulah sang korban baru benar-benar mati"

"Oooh... betul-betul teramat keji!"

"Sekalipun amat keji dan berbahaya namun sang korban sama sekali tidak merasakan penderitaan apa-apa, mereka akan mati dalam keadaan tidak sadar sama sekali."

'Benda apakah yang kau pergunakan untuk membuat duri pemutus nyawa ini.." tanya Cu Siau-hong tibatiba.

"Selama hidup jangan kau harap bisa melihatnya, sebab benda itu terbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang  sangat aneh, semacam senjata rahasia yang bersifat alam"

Cu Siau-hong berpaling dan memandang sekejap kearah Sin jut dan Kui meh, kemudian katanya: 'Kenapa mereka belum juga mendusin?'

"Sekarang daya kerja obat itu belum luntur sama sekali, tapi dengan cepatnya mereka akan mendusin kembali" "Apakah ilmu silat mereka akan menderita kerugian?"

"Sama sekali tidak, sebab senjata rahasia yang bersifat alam ini hanya akan memabukkan manusia saja, setelah sadar kembali, segala sesuatunya akan tetap seperti sedia kala'

'Nona, asal mereka benar-benar tidak menderita kerugian apa-apa, maka akupun tak akan mencelakai si nenek ini"

'Apakah kau yang bernama Cu Siau-hong?” Tiba-tiba nona cantik berbaju hijau bertanya.

"Benar"

"Tampaknya kau adalah orang yang sangat teliti" Cu Siau-hong menghela napas panjang.

"Tampaknya nona sangat memahami tentang diriku?" katanya.

"Jadi kau yang membunuh Keng Ji kongcu" "Benar"

"Tidak gampang ilmu silat yang dia miliki lumayan sekali dan lagi diapun seorang yang cermat dan seksama"

"Persoalannya akupun amat cermat dan lagi ilmu silat yang kumilikipun lumayan juga, oleh sebab itu diapun tidak beruntun dan mati diujung pedangku"

'Oooh. "

"Apakah nona berhasrat untuk membalaskan dendam bagi kematiannya?"

"Aku sama sekali tidak mempunyai rencana itu"

"Maka kaupun telah menyelidiki dengan jelas segala sesuatu tentang diriku ?" "Tahu diri tahu lawan, setiap pertempuran baru bisa menang, tapi kenyataannya kau sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang diriku".

'Terhadap Keng Ji kongcu pun tidak banyak yang ku ketahui"

"Kau terlalu percaya pada dirimu sendiri" "Nona terlalu memuji"

Sementara itu Sin jut dan Kui meh telah bangun dan duduk. Cu Siau-hong segera berkata:

'Kalian sudah terkena semacam senjata rahasia yang sangat aneh milik nona ini, untung saja dia telah menyelamatkan kalian"

Sin jut dan Kui meh saling berpandangan sekejap, kemudian katanya bersama:

"Kongcu lah yang telah menyelamatkan kami"

"Tak bisa dibilang aku yang telah menolong kalian, sebab bila nona ini enggan turun tangan, terpaksa aku hanya bisa membalaskan dendam untuk kalian"

Tiba-tiba terlintas hawa gusar diatas wajah nona berbaju hijau itu, bentaknya dengan cepat:

"Cu Siau-hong, kau mengatakan dirimu sanggup untuk membunuh aku?"

"Paling tidak aku dapat membunuhnya" Dengan dingin nona itu berkata lagi.

"Sekarang kau boleh menyingkir dari situ, aku hendak membebaskan jalan darah nya yang tertotok, kemudian '

"Tunggu sebentar, biar aku bertanya dulu kepadanya sampai     jelas     kemudian     baru     nona   demontrasikan keahlianmu untuk membebaskan dirinya dari pengaruh totokan"

'Kau sukar dihadapi, juga cerewetnya setengah mati"

Cu Siau-hong sama sekali tidak menggubris ucapan itu, dan mengerling sekejap ke arah Sin jut dan Kui meh, kemudian katanya.

"Cobalah untuk menghatur napas, apakah ilmu silat  yang kalian miliki masih utuh ataukah menderita gangguan besar"

Sin jut dan Kui meh kembali saling berpandangan sekejap, kemudian dengan sangat berhati hati mereka mencoba untuk mengatur pernapasan.

Cu Siau-hong dengan pedang terhunus bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, sepasang matanya mengawasi gerak gerik nona berbaju hijau itu tanpa berkedip.

Lebih kurang seperempat jam kemudian, Sin jut dan Kui meh baru menyelesaikan semadinya, setelah mendeham pelan sahutnya.

"Kami sangat baik, ilmu silat yang di milikipun sama sekali tidak mengalami gangguan"

Cu Siau-hong segera menyingkir kesamping kemudian katanya:

"Nona, sekarang kau boleh mencoba untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok."

Sistim penotokan jalan darah yang dipergunakan olehnya itu berasal dari kitab pemberian si kusir kuda Lo liok, sebetulnya berasal dari perguruan manakah kepandaian itu, Cu Siau-hong sendiripun tak tahu. Tapi Cu Siau-hong dapat merasakan bahwa kepandaian tersebut sama sekali berbeda dengan ilmu menotok jalan darah dari perguruannya.

Nona berbaju hijau itu segera maju ke depan dan pelan pelan berjongkok diatas tanah, setelah memeriksa keadaan yang diderita si nenek berambut putih itu dengan seksama, secara beruntun dia melepaskan tiga buah pukulan diatas tiga buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut.

Dengan sorot mata tajam, Cu Siau-hong mengawasi terus gerak gerik tangan si nona berbaju hijau itu, setelah diamatinya beberapa waktu, dia berkata:

'Nona, bila caramu membebaskan totokan tersebut keliru, kemungkinan besar akan berakibat jiwanya terancam bahaya maut, oleh sebab itu kuanjurkan kepada nona, agar jangan keras kepala”.

Nona berbaju hijau itu sama sekali tidak berpaling, sepasang tangannya secara gencar menotok sekujur tubuh nenek berambut putih itu.

Tampak keringat telah membasahi seluruh tubuh si nenek dengan derasnya, jelas dia-memang merasakan suatu penderitaan yang luar biasa sekali.

Kembali nona berbaju hijau itu merubah gerakan tangannya, dari totokan kini berubah menjadi tepukan tiada hentinya dia menepuk seluruh badan nenek itu.

Cu Siau-hong yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu diurungkan.

Mendadak secara berbareng nona berbaju hijau itu menggerakkan sepasang telapak tangannya dan secara beruntun melepaskan tiga buah pukulan yang menghantam enam buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut. Nenek berambut putih itu segera menghembuskan napas panjang, pelan-pelan dia bangkit dan duduk.

Nona berbaju hijau itupun bangkit berdiri, sambil membalikkan badan dan memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong, katanya:

“Benar-benar sangat hebat, rupanya kau telah menotok Khi keng pat-mehnya..."

"Benar, memang jalan darah pada khi kheng pat meh yang telah kototok, tapi toh akhirnya berhasil juga nona bebaskan"

"Tapi kau telah membuang banyak waktu, juga membuat popo harus merasakan penderitaan yang cukup lama."

"Yaaa, apa boleh buat, terpaksa aku harus berbuat demikian, siapa suruh nona terlalu keras kepala?"

Nona berbaju hijau itu tertawa hambar, katanya kemudian:

"Untung saja Cia popo memiliki dasar tenaga dalam yang baik, sedikit penderitaan tersebut masih sanggup dia tahan"

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

"Ilmu totokant jalan darah semacam ini tampaknya bukan berasal dari perguruari Bu-khek-bun'`

"Apa pula sangkut pautnya antara hal ini dengan diri nona?"

"Darimana kau pelajari ilmu menotok jalan darah tersebut?"

"Kenapa? Apakah hal inipun ada sangkut pautnva dengan dirimu?" "Betul, besar sekali sangkut pautnya, sebab ilmu menotok jalan darah yang kau gunakan itu bukan kepandaian silat dari daratan Tionggoan'

Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya. "Mungkinkah ilmu silat yang kuperoleh dari kitab tersebut bukan ilmu silat dari daratan Tionggoan"

Terdengar nona berbaju hijau itu berkata lagi.

"Cu Siau-hong apa hubunganmu dengan Thian san siang koay (Sepasang manusia aneh dari Thian san)?"

“Thian san siang koay?" “Benar"

“Aku belum pernah bertemu dengan mereka"

"Ilmu menotok jalan darah yang kau pergunakan itu merupakan ilmu khas milik Thian san siang koay, bila kau tak pernah mengenal dengan mereka, kenapa kau gunakan kepandaian silatnya?"

"Ilmu silat yang berada didunia ini sumbernya adalah satu, sekalipun ilmu menotok jalan darah yang kupergunakan mempunyai kemiripan dengan ilmu menotok jalan darah Thian san siang koay, toh bukan berarti Thian san siang koay yang mewariskan kepandaian tersebut kepadaku".

Nona cantik berbaju hijau itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia berkata.

"Sekarang, aku sudah mempercayai satu hal yakni kau memang sanggup untuk membunuh Keng-ji kongcu"

"Dalam kenyataan Keng-ji kongcu memang tewas ditanganku, tapi entah hubungan apakah yang terjalin antara nona dengan Keng-ji kongcu?' "Kalau kukatakan, maka akan terjadi lah suatu akibat yang benar-benar menakutkan"

"Oya"

"Tapi jika kau bersikeras ingin mendengarnya, dengan senang hati akan kusampaikan kepadamu'.

“Apa yang bakal terjadi akhirnya akan terjadi juga, sekalipun aku tak bersedia mendengarkan juga tak bisa merubah kenyataan ini betul bukan ?"

'Hanya ada satu hal yang berbeda, bila kau tidak tahu, mungkin saja kami akan melewatkan kesempatan hal ini dengan begitu saja, bila kau sudah tahu, terpaksa kami akan membuat perhitungan denganmu sampai impas, sekarang kau boleh memilih sendiri'

"Aku pikir lebih baik aku memilih untuk mendengarkan" Dengan dingin nona berbaju hijau itu segera berseru: 'Cu

Siau-hong, apakah kau bersikeras ingin tahu?"

"Benar! Aku tak pernah menyukai suatu pekerjaan yang membingungkan, maka harap nona bersedia untuk menjelaskan."

'Dengarkanlah baik-baik Keng Ji kongcu adalah suhengku, juga merupakan bakal suamiku, setelah kau membunuhnya, pantas tidak bila aku membuat perhitungan dengan mu?"

Pelan-pelan Cu Siau-hong mengangguk.

'Yaa, memang sepantasnya kalau membalaskan dendam baginya"

"Bagus sekali, dan sekarang aku hendak membalaskan dendam bagi kematiannya" "Oleh karena itu sepanjang jalan kau melakukan pembantaian, membunuh banyak sekali anggota Kay-pang?'

"Kau toh bukan anggota Kay-pang, Apa sangkut pautnya persoalan ini dengan dirimu?"

"Suatu pertanyaan yang bagus sekali, ketika Keng Ji kongcu membawa para pendekar pedang macan kumbang hitamnya menyerang perkampungan Ing-gwat-san-ceng dan membunuh puluhan orang anggota Bu-khek-bun kami, apakah hal ini tiada sangkut pautnya dengan diriku?'

Nona berbaju hijau itu tertegun beberapa saat lamanya, kemudian menyahut. "Tentu saja ada hubungannya!"

"Nona, tampaknya kau adalah seorang yang tahu peraturan"

"Aku memang selalu tahu aturan.!"

"Kalau tahu aturan, pembicaraan jadi lebih gampang untuk dilakukan lebih jauh."

Nona berbaju hijau itu menghembuskan napas panjang, tukasnya tiba-tiba:

“Perhitungan tersebut lebih baik tak usah kita perhitungkan lagi, sekali pun hendak diperhitungkan juga tak bakal menjadi beres"

"Maksud nona..."

"Kali ini aku datang sendiri kemari sesungguhnya hanya ada satu maksud saja "

"Membalaskan dendam bagi kematian calon suamimu?" tukas Cu Siau-hong tiba-tiba.

"Bila kau berkata demikian, maka ucapanmu itu tak bisa dianggap salah, cuma selamanya aku sulit untuk menerangkan dulu duduknya persoalan sampai jelas, perlu kau ketahui perkawinanku dengan Keng Ji kongcu baru disetujui oleh angkatan tua, sedangkan aku pribadi sama sekali belum memberi jawabannya!'

"Kenapa?"

"Sebab dia sangat romantis, aku pernah dengar orang berkata, dia adalah seorang lelaki hidung bangor, yang paling gemar main perempuan."

"Oooh..?'

"Tentang soal ini, apakah kau juga tahu?'

"Tidak begitu jelas" jawab Cu Siau-hong "sebab aku tidak lama bertemu dengan Keng Ji kongcu"

"Sekarang dia telah mati, perduli aku datang dengan kedudukan sebagai apa, sudah sewajarnya bila kubalaskan dendam bagi kematiannya!"

"Betul!'

"Sekarang kau masih ada pesan terakhir apa yang  hendak kau tinggalkan? Cu Siau-hong?"

"Pesan terakhir sih tak ada, cuma aku ingin mengadakan suatu perjanjian dengan nona"

"Baik, katakanlah, asal bisa kukabulkan pasti, tak akan kutampik"

"Didalam pertarungan yang bakal berlangsung nanti, hanya melibatkan kau dan aku saja, bila aku mati, dendam sakit hati nona sudah terlampiaskan, maka kaupun tak boleh mencari anggota Bu-khek-bun yang lain untuk membuat perhitungan"

"Tapi bila aku yang mati pasti ada orang yang datang mencari dirimu lagi" "Bila aku membunuhmu, maka keadaannya bertambah berlarut-larut, terpaksa akupun akan bertahan terus sampai mati"

Nona berbaju hijau itu menghela napas panjang, katanya.

"Padahal belum tentu benar demikian, Keng Ji kongcu telah membunuh kalian orang-orang Bu-khek-bun, bukankah kalian tetap mencarinya untuk membalas dendam? Bila aku membunuhmu, aku rasa pasti ada pula orang-orang yang akan datang mencariku untuk membuat perhitungan"

"Kerajaan ada wet hukum, dunia persilatan ada peraturan, bila seorang telah melanggar hukum, dia sudah sepantasnya kalau dijatuhi hukuman sesuai dengan apa yang diperbuat, tapi bila seorang telah melanggar peraturan dunia persilatan, bukankah diapun harus menerima hukuman yang setimpal pula dari para jago persilatan sesuai dengan perbuatan yang telah ia lakukan?."

"Kau maksudkan Keng Ji kongcu memang sudah sepantasnya mati?"

"Benar Keng Ji kongcu telah membunuh puluhan orang anggota Bu-khek-bun, diantaranya terdapat beberapa orang perempuan dan pelayan yang sama sekali tak mengerti ilmu silat, coba katakanlah apakah dia pantas untuk mati?"'

Nona berbaju hijau itu termenung sejenak lalu katanya. "Meskipun dia pantas untuk mati, itu kan dipandang

menurut sudut pandanganmu sendiri, mengapa aku tidak memikirkannya pula dari sudut pandanganku?"

"Kalau berbicara dari sudut pandangan itu, tentu saja keadaannya berbeda, kau seharusnya membalaskan dendam baginya,    seringkali    budi    dan    dendam    pribadi    bisa membunuh keadilan dan kebenaran, aku yakin delapan puluh persen umat manusia yang berada di dunia sekarang, mempunyai cara berpandangan seperti nona"

Nona berbaju hijau itu segera tertawa, katanya kemudian:

'Cu Siau-hong, tampaknya kau adalah seorang yang sangat memakai aturan dalam pembicaraan maupun tindakan"

"Terlalu banyak aturan yang berlaku dalam dunia persilatan, hal ini dikarenakan aturan-aturan tersebut dipandang orang dari sudut pandangan yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, tapi hal yang sebenarnya hanyalah satu, itulah sebabnya seringkali akan muncul banyak teori dan keadaan yang beraneka ragam"

"Aaai .... lebih baik tak usah kita bicarakan tentang masalah-masalah tersebut, sekarang kita membicarakan persoalan diantara kita sendiri saja"

"Silahkan nona berbicara, aku akan mendengarkannya dengan penuh seksama."

"Aku hendak membalaskan dendam bagi kematian Keng-ji kongcu!"

"Nona, akupun tak akan membiarkan diriku dibunuh tanpa melawan, diantara kita berdua tampaknya harus melakukan suatu pertempuran yang paling seru”.

"Ya, benar, karena sudut pandangan maupun teori yang dipegang masing-masing pihak saling bertolak belakang”.

"Betul! kita memang memandang persoalan itu dari sudut pandangan masing-masing pihak"

Pelan-pelan nona berbaju hijau itu mengangguk, katanya kemudian: 'Kau menggunakan pedang?'

"Betul, senjata apa yang nona pakai?"

"Senjataku berada didalam sakuku. Bila mana saatnya untuk digunakan sudah sampai, sudah pasti akan kugunakan secara otomatis."

"Maksud nona, kau hendak menerima beberapa jurus seranganku dengan tangan kosong.”

"Benar, silahkan kau turun tangan!"

Cu Siau-hong termenung dan berpikir sejenak, setelah itu sahutnya dengan cepat: "Baik! Aku akan menuruti perkataanmu itu"

Sebagai seorang pemuda yang bebas dan tak suka terikat, dia memang tidak begitu ambil perduli terhadap segala persoalan yang tetek bengek, maka begitu selesai berkata pedangnya lantas diputar dan melancarkan sebuah tusukan langsung ke depan.

Dengan cekatan nona cantik berbaju hijau itu miringkan badannya kesamping mendadak sambil membalikkan badannya dia menerjang maju kemuka.

Dengan cepat tangan kanannya diayunkan kemuka menotok jalan darah yang berada dilengan kanan.

Cu Siau-hong terperanjat, dengan cepat dia mundur beberapa langkah kebelakang, pedangnya segera diputar dan balas membacok kepinggang musuh.

Gerakan tubuhnya ini tidak terhitung terlampau cepat cuma rasa takutnya terhadap senjata tajam tidak besar dan lagi cara penggunaan waktunya jitu sekali, itulah sebabnya serangan gadis itu menjadi hebat dan lihaynya bukan kepalang. Nona berbaju hijau itu tertawa ringan, sekali lagi dia maju kedepan untuk mendesak, sebuah tendangan segera diayunkan menyepak pergelangan tangan kanan anak muda itu.

Dengan kening berkerut Cu Siau-hong segera berpikir: "Budak ini benar-benar tidak mauinya nyawanya lagi,

aku musti memberi sedikit pelajaran kepadanya...'

Gerakan pedangnya yang sedang menyambar ke depan itu segera diarahkan untuk menyerang lutut si nona tersebut.

Dimana pedangnya itu bergerak, dengan telak bersarang telak ditubuh lawan sehingga terdengarlah suara benturan yang memekikkan telinga.

Cu Siau-hong agak tertegun.

Kiranya tendangan yarg dilancarkan oleh nona cantik berbaju hijau itu dengan tepat sekali berhasil menendang pergelangan tangan kanan si anak muda itu.

Akibat dari tendangan itu, pedang ditangan kanan Cu Siau-hong segera mencelat ke udara dan terlepas dari genggaman.

Sambil tertawa nona cantik berbaju hijau itu berkata: “Cu   Siau-hong   sekarang   kau   tidak   berpedang   lagi,

terpaksa  kita  harus  melanjutkan  pertarungan  ini  dengan

tangan kosong melawan tangan kosong'

Cu Siau-hong maju kedepan, kemudian tegurnya. "Nona, apakah dibalik pakaianmu tersimpan tameng

besi?"

"Coba kau lihat apakah aku mirip seseorang yang mengenakan tameng besi dibalik pakaianku. ?" "Paling tidak aku dapat membedakannya dengan pasti, nona bukan mengandalkan tenaga khikang untuk menyambut bacokan itu."

"Tapi toh aku tidak seharusnya memberi tahukan kepadamu apa alasannya bukan?"

Mendadak dia maju sambil melepaskan serangkaian serangan gencar, semua gerak serangannya itu dilancarkan dengan kecepatan seperti terbang.

Ilmu silat yang dimiliki gadis itu lihay dan aneh, mendatangkan semacam tenaga desakan yang besar sekali, untung saja ilmu silat yang dimiliki Cu Siau-hong pun beraneka ragam, setiap kali keadaannya terdesak dan jiwanya terancam mara bahaya, dia selalu melepaskan sebuah serangan yang aneh sekali.

Semua kejadian ini berlangsung amat cepat bukan saja dengan mudah sekali pemuda itu dapat melenyapkan ancaman bahaya yang tiba didepan mata, lagi pula dalam posisi yang terdesak kadangkala dia masih sanggup untuk membalikkan keadaan.

Kenyataan ini bukan saja membuat nona cantik berbaju hijau itu menjadi kejut bercampur heran, sekalipun Cu Siau hong sendiripun merasakan hatinya bergetar keras.

Hal ini membuktikan bahwa kalau hanya mengandalkan hasil latihan Cu Siau-hong selama belasan tahun beserta ilmu silat dari aliran Bu-khek-bun, dia masih bukan tandingannya.

Tapi ilmu silatnya yang beraneka ragam, yang dipelajarinya dari atas kitab pedang tanpa nama beserta ilmu silat yang dipelajarinya dari si dewa pincang justru memiliki suatu kemampuan yang luar biasa sekali, setiap serangan yang dilancarkan, selalu berhasil memaksa nona cantik berbaju hijau itu merasa terkejut bercampur keheranan, juga dapat membuat serangan si nona yang gencar dan dahsyat seakan-akan kena terbendung seluruhnya.

Sekalipun gadis itu sudah melancarkan serangan dengan menggunakan serangan yang tangguhnya sebanyak sepuluh gebrakan, meski ke sepuluh buah serangan itu membuatnya berada di posisi yang lebih menguntungkan, akan tetapi semua serangan tadi berhasil diatasinya dengan sempurna.

Sekarang, satu-satunya kepandaian silat yang belum dicoba oleh Cu Siau-hong adalah beberapa jurus serangan aneh yang diperolehnya dari ketua Kay-pang.

Makin bertarung Cu Siau-hong merasakan hatinya semakin terperanjat, ia telah merasa bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis berbaju hijau itu tampaknya masih jauh  diatas kepandaian Keng Ji kongcu ....

Sebaliknya nona cantik berbaju hijau itu pun makin bertarung merasa semakin takut, dia merasa ilmu silat yang dimiliki Cu Siau-hong bagaikan bukit yang tinggi atau samudra yang dalam, membuat orang hampir boleh dibilang tak dapat meraba asal usulnya.

Mendadak gadis berbaju hijau itu menghentikan serangannya dan melompat mundur sejauh lima depa lebih, setelah itu ujarnya dingin:

"Cu Siau-hong, mari kita berhenti sejenak" "Maksud nona.."

"Ada beberapa macam persoalan, sekarang aku ingin menanyakan lebih dahulu kepadamu"

"Baik, akan kudengarkan pertanyaanmu itu dengan sebaik-baiknya" "Sesungguhnya kau ini anak murid dari perguruan Bu khek-bun atau bukan?"

"Sudah tentu aku adalah murid perguruan Bu-khek-bun yang asli, apa maksud nona dengan mengajukan pertanyaan ini?'

"Tapi mengapa aliran ilmu silat yang kau gunakan sama sekali tidak mirip dengan aliran ilmu silat dari Bu-khek bun?"

"Ooya.. ?"

"Terus terang kukatakan, ilmu silat yang dimiliki oleh orang-orang Bu-khek-bun telah kami ketahui dengan jelas, sekalipun harus menghadapi dengan berpejam mata aku masih sanggup untuk menghadapinya, tapi buktinya sekarang, setiap kali aku berhasil mencapal posisi yang menguntungkan dan kemenangan sudah berada didepan mata, kau selalu menggunakan jurus serangan yang aneh untuk memunahkan peluangku untuk merebut kemenangan itu dan sebaliknya malah mendesak diriku, padahal jurus pukulan dan jurus telapak tangan yang kau pergunakan sama sekali tak pernah kujumpai sebelumnya, dan selagi serangan yang kau lancarkan secara tiba-tiba itu sungguh membuat orang tak habis berpikir"'

Cu Siau-hong tertawa setelah mendengar ucapan itu, katanya:

"Nona, tentunya aku tak akan menerangkan lebih dahulu jurus serangan macam apakah yang hendak kulakukan sebelum serangan itu benar-benar kulancarkan bukan?"

"Tentu saja kau tak perlu mengutarakannya keluar, cuma ilmu silat yang kau pergunakan itu sudah pasti bukan jurus jurus silat dari aliran Bu-khek-bun"

"Nona, pentingkah persoalan itu bagimu?" 'Sudah barang tentu penting sekali"

"Nona, akupun ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu?"

"Pertanyaan apa?"

"Ilmu silat yang nona miliki itu berasal darimana?' "Dari suhuku"

"Siapakah suhumu itu? Dia bernama siapa dan sekarang berada di mana?"

Nona cantik berbaju hijau segera menghela napas panjang, sahutnya pelan:

"Sekarang aku tak dapat memberi tahukan hal ini kepadamu lagi, karena saat ini aku sudah tidak mempunyai keyakinan untuk membinasakan dirimu lagi"

"Nona, nama besar suhumu pun tidak bersedia kau katakan, tapi kau minta kepadaku untuk menerangkan asal usul dari ilmu silatku, tidakkah kau rasakan bahwa caramu itu sedikit keterlaluan?"

"Perbuatan ini bukan suatu perbuatan yang keterlaluan, aku hanya merasa keheranan saja'

'Aku tak ambil perduli berapa banyakkah pertanyaan yang terkandung didalam hatimu, tapi yang pasti adalah aku tak akan menjawab semua pertanyaanmu itu'

"Mengapa?"

"Sebab kita bukan berteman, melainkan bermusuhan!" Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang,

katanya kemudian dengan suara pelan: "Cu Siau-hong, bila aku gagal untuk membunuhmu, aku kuatir tak berani pulang untuk memberikan pertanggungan jawabku dihadapan suhu"

“Oya?"

“Ketika masih berada didepan guru, aku sudah terlanjur sesumbar pasti dapat membawa batok kepalamu pulang ke rumah"

"Apakah kalian sudah tahu kalau Keng Ji kongcu mati ditanganku?"

"Benar! Kami mempunyai suatu cara  penyampaian berita yang amat istimewa, dengan cepat kami dapat mengrtahui akan kejadian tersebut"

"Nona aku rasa lebih baik kau pulang saja! Memandang rendah ilmu silatku toh bukan suatu dosa atau kesalahan yang akan berakibat dijatuhi hukuman mati'

Nona cantik berbaju hijau itu segera tertawa katanya: "Cu Siau-hong, apakah kau merasa bahwa aku masih

bukan tandinganmu?'

"Aku berpikir demi nona "

"Berpikir apa demi diriku?"

"Bagi nona kejadian semacam ini sesuugguhnya merupakan suatu perbuatan yang sangat tidak menguntungkan"

"Kau takut akan melukai diriku?"

"Sekalipun kita akan sama-sama terluka, tapi buat apa nona musti berbuat demikian'

Nona cantik berbaju hijau termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata: "Aaai, kenapa sih kau musti berpikir begitu banyak bagi seorang musuh seperti aku ini?" Cu Siau-hong mengangkat bahunya sambil menjawab:

"Soal ini mah.... aku rasa mungkin dikarenakan akupun merasa agak takut kepadamu!"

"Takut aku akan melukai dirimu?" sambung si nona berbaju hijau itu sambil tersenyum manis.

"Tepat sekali. Aku memang berpikir demikian" "Kalau begitu kau memandang tinggi diriku?" "Benar!"

Pelan-pelan nona cantik berbaju hijau itu menundukkan kepalanya rendah-rendah, ucapnya.

"Terima kasih banyak Cu kongcu, bagaimanapun juga aku tak bisa tidak harus membalaskan dendam bagi kematian Keng-Ji kong cu"

Sebenarnya Cu Siau-hong bermaksud untuk menghindarkan diri dari suatu pertarungan yang tidak bermanfaat dan kalau bisa menundukkan lawannya dengan kata-kata agar dia mau pulang saja..

Kemudian secara diam-diam dia akan mengutus orang untuk menguntilnya secara diam-diam, sehingga sarang mereka dapat ditemukan..

Walaupun perhitungannya itu cukup baik, tapi sayang budak itu agaknya sukar untuk masuk perangkap.

Cu Siau-hong tak dapat membedakan sikap gadis itu apakah sedang berpura-pura atau bersungguh hati, terpaksa dia tertawa dan berkata.

"Maksud nona, diantara kita berdua harus ditentukan siapa yang bakal mati dan siapa yang bakal hidup?"

"Tidak perlu harus dibedakan antara hidup dan mati, paling  tidak  kita  dapat  menentukan  siapa  yang   menang siapa yang kalah, bila aku yang kalah maka hal ini membuktikan kalau ilmu silatku masih belum cukup untuk dipakai membalas dendam, dengan begitu akupun akan merasa hatiku sedikit agak lega"

"Seandainya menang?"

"Seandainya beruntung aku yang menang, maka hal ini akan sulit sekali...!'

"Bagaimana sulitnya?"

"Pertama, aku tak tahu bagaimana harus menghukum dirimu, juga tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi persoalan ini."

"Terhadap aku, rasanya nona tak usah terlalu susah untuk memikirkannya, bila kau yang menang maka itulah saat yang terbaik bagimu untuk membalaskan dendam bagi kematian Keng-ji kongcu."

"Tapi. '

"Tapi apa?".

"Akupun segan untuk membunuhmu!"

Cu Siau-hong segera tertawa hambar, katanya.

"Nona, jika kau sudah bertekad untuk menentukan siapa menang siapa kalah diantara kita berdua paling tidak sekarang kau masih tak perlu untuk memikirkan banyak persoalan seperti itu"

"Menangkanlah diriku lebih dulu nona sebelum kau putar otak untuk menyelesaikan masalah tersebut"

"Baiknya, sampai waktunya kita baru rundingkan kembali bagaimana baiknya "

Diam-diam Cu Siau-hong berpikir dalam hatinya. "Budak ini amat lembut, tapi ucapannya tegas dan tanpa aturan, sungguh mendatangkan perasaan apa boleh buat bagi orang yang menghadapinya...'

Dengan cepat kedua orang itu terlibat kembali dalam suatu pertarungan amat seru.

Situasi sewaktu pertarungan itu berlangsung tentu saja jauh berbeda sekali dengan keadaan sewaktu mereka berdua sedang berbincang-bincang tadi..

Cu Siau-hong telah melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, semua ancamannya dilepaskan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, pada hakekatnya setiap jurus serangannya boleh dibilang sanggup merenggut nyawa lawan.

Ilmu pedang yang dimiliki gadis berbaju hijau itupun lihay sekali, selain ganas dan rapat, hampir seluruh badannya dilindungi oleh selapis cahaya pedang yang sangat tebal.

Malahan justru nona berbaju hijau itu yang kerap sekali melancarkan dua buah serangan balasan yang memaksa Cu Siau-hong berada dalam posisi yang berbahaya sekali.

Tapi Cu Siau-hong sendiripun selalu dapat melancarkan serangan dengan jurus pedang yang sangat aneh, serangan dahsyat itu selalu memaksa gadis berbaju hijau itu mundur sejauh beberapa langkah dari posisi semula ....

Dalam waktu singkat seratus gebrakan lebih sudah lewat, namun menang kalah masih juga belum bisa ditentukan.

Sin jut serta Kui meh yang mengikuti jalannya pertarungan itu hanya bisa berdiri tertegun dan mata terbelalak lebar. Menyaksikan pertarungan sengit yang begitu hebatnya sedang berlangsung didepan mata, tanpa terasa kedua orang itu berpikir didalam hati:

"Sekalipun Kay-pang tianglo sendiri yang turun tangan menghadapi lawan, mungkin tiada orang mampu untuk menahan serangan pedang kilat dari gadis itu, tapi Cu Siau hong sanggup menghadapinya hei anak muda ini benar-

benar hebat sekali"

Tapi yang membuat kedua orang itu tidak habis mengerti adalah keanehan dari ilmu pedang yang digunakan Cu Siau-hong, mereka rasakan gerakan pedang itu terlalu mendadak dan aneh sukar diduga, membuat orang merasa tak tahu serangan tersebut bakal datang dari mana.

Tapi sebagian besar jurus pedang yang dipergunakannya memiliki jurus yang amat teratur.

Sebaliknya jurus pedang yang digunakan gadis cantik berbaju hijau itu lebih hebat lagi, semua jurus serangan yang dipergunakan boleh dibilang merupakan serangan serangan yang ganas.

Makin menonton kedua orang itu merasa semakin tidak habis mengerti, makin memandang semakin pikuk rasanya.

"Traang...." mendadak terdengar suara benturan nyaring yang menimbulkan percikan bunga api, ternyata sepasang pedang itu sudah saling membentur satu sama lainnya.

Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu berada dalam keadaan seimbang, karenanya kedua belah pihak tak ada yang mau saling mengalah, namun menang kalah juga tak dapat ditentukan.

Setelah sepasang pedang itu saling membentur satu sama lainnya, tiba-tiba Cu Siau-hong mengayunkan tangan kirinya melancarkan sebuah serangan kilat. "Blaaaamm....!" benturan keras menggema, bahu kiri nona cantik berhaju hijau itu terkena sebuah serangan dengan telak.

Nona cantik berbaju hijau itu mundur beberapa langkah dengan sempoyongan akibat dari serangannya itu.

Kelihatannya Cu Siau-hong memiliki kesempatan yang baik sekali untuk melancarkan serangan, akan tetapi Cu Siau-hong sama sekali tidak manfaatkan kesempatan baik tersebut.

Hal ini bukan dikarenakan Cu Siau-hong berniat untuk mengampuni selember jiwa musuhnya, melainkan karena dalam perasaannya dia merasa sudah tak sempat lagi untuk melepaskan serangan.

Sambil melintangkan pedangnya didepan dada, nona cantik berbaju hijau itu mengawasi wajah Cu Siau-hong lekat-lekat, kemudian ujarnya pelan-pelan:

"Benar-benar sebuah pukulan yang sangat lihay!" "Maaf, maaf. "

Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang, dia masukkan kembali pedangnya kedalam sarung, lalu berkata:

"Aku benar-benar sudah kalah, aaai .... seranganmu itu datangnya benar-benar lihay sekali, sama sekali diluar dugaan siapapun"

"Nona akhir dari pertarungan ini baik bagi diriku maupun bagi nona, merupakan suatu akhir yang paling baik'

"Ucapanmu memang benar, cuma akupun ada beberapa patah kata hendak menasehati dirimu"

"Silahkan disampaikan!" "Ilmu pedang yang Cu kongcu miliki memang amat lihay, terutama beberapa jurus di antaranya, sungguh amat dahsyat dan memiliki kemampuan yang luar biasa,  sehingga mendatangkan perasaan diluar dugaan bagi lawannya, namun jarak antara satu jurus serangan dengan jurus serangan yang lain terasa banyak sekali terdapat peluang yang kosong"

"O ya ?"

"Keadaan tersebut seakan-akan sebuah mata rantai yang sangat kuat sekali, namun sayang antara mata rantai yang satu dengan mata rantai yang lain diikat oleh tali rami belaka, hal mana mendatangkan suatu perasaan yang kosong yang berbahaya sekali, sebab didalam suatu pertarungan yang hebat, peluang-peluang semacam ini justru akan memberikan peluang bagi lawan untuk memanfaatkannya dengan segera"

Cu Siau-hong manggut-manggut tanda mengerti. Gadis cantik berbaju hijau itupun berkata lebih jauh:

'Bagaimanapun rapatnya perubahan jurus pedang yang lihay, dalam suatu pertarungan sengit, hal mana merupakan suatu titik kelemahan bagi Cu kongcu"

"Terima kasih banyak untuk petunjuk dari nona itu" Gadis cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang,

katanya lebih jauh:

"Setelah berlangsungnya pertarungan tadi, aku percaya bahwa kau memang mempunyai kesempatan untuk membunuh Keng Ji Kongcu, tapi aku tidak habis mengerti, kenapa dia dapat mati dengan begitu gampang."

Diam-diam Cu Siau-hong merasa terperanjat juga, pikirnya kemudian dengan cepat. "Kalau didengar dari nada ucapan budak ini, agaknya dia masih merasa curiga sekali atas kematian dari Keng Ji kongcu tersebut."

Berpikir demikian, dia lantas berkata:

"Keng-ji kongcu benar-benar telah tewas ditanganku, jika dalam kebun raya Ban-hoa-wan masih terdapat anggota organisasimu yang menyaksikan jalannya pertarungan tersebut, aku percaya mereka dapat memberitahukan hal ini kepada nona".

"Aku percaya kau memiliki kemampuan untuk membunuh Keng Ji kongcu, tapi aku tidak habis mengerti didalam keadaan seperti apakah dia bisa mati terbunuh ditanganmu?'

"Nona, ilmu pedang Keng Ji kongcu memang lihay, tapi bagaimanakah bila dibandingkan dengan kepandaian nona?"

"Seharusnya dia lebih sempurna dan bertenaga daripada aku, mungkin hanya dalam soal kelincahan saja yang dia masih kalah sedikit daripada diriku.."

"Apakah ilmu pedang nona dan Keng ji kongcu berasal dari satu sumber yang sama?"

"Benar"

"Kalau memang begitu, dapatkah nona memperhitungkan sendiri, apakah didalam jurus-jurus ilmu pedang kalian itu terdapat kemungkinan yang menyebabkan kematian dari Keng Ji kongcu?"

"Kalau berbicara dalam satu jurus gebrakan saja, kau memang memiliki kemampuan untuk merenggut jiwanya, akan tetapi jika ilmu pedang itu dirangkaikan satu dengan lainnya, aku rasa kesempatan bagimu untuk membunuhnya tidaklah terlalu besar"

Cu Siau-hong tertawa hambar.

"Nona!" katanya, "jika aku merangkaikan dua jurus serangan pedang yang sama-sama dahsyatnya menjadi satu, akan muncul akibat macam apakah nantinya?"

"'Tentu saja akan makin dahsyat sekalipun masih belum cukup untuk dipakai membunuh Keng Ji kongcu"

Sekali lagi Cu Siau-hong tertawa.

"Seandainya dia tidak terlalu keras kepala dan ingin menonjolkan kemampuannya, mungkin aku benar-benar tak mampu untuk membinasakan dirinya.'

Nona cantik berbaju hijau itu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian pelan-pelan dia berkata:

"Jadi dia beradu kekerasan"

Cu Siau-hong segera mengangguk.

Nona cantik berbaju hijau itu segera berkata lagi:

"'Sudah hampir tiga tahun lebih kami tak pernah saling bersua muka, sungguh tak kusangka kalau dia akan berubah menjadi begitu takabur dan gegabah, baginya hal mana betul-betul merupakan suatu kejadian yang mengesankan sekali"

"Nona, masib ada satu hal entah kau telah memikirkannya atau belum?"

"Persoalan apa?."

"Dia sangat bernapsu sekali ingin membunuh aku". "Akibatnya dia malah kena kau bunuh?" "Benar! Dia memang terlampau terburu napsu, aku rasa kemungkinan besar dia mempunyai banyak persoalan yang mencekam perasaannya, membuat dia merasa menderita sekali sehingga mesti buru-buru membunuhku agar hatinya dapat menjadi tenang kembali, aku rasa kemungkinan besar hal ini disebabkan dia telah membocorkan rahasia bahwa kebun raya Ban-hoa-wan merupakan sebuah kantor cabang, maka dia ingin buru-buru membuat pahala untuk menebus dosanya ini"

"Aaai ! Mungkin saja memang benar, sebab peraturan kami memang terlampau ketat dan keras"

Diam-diam Ca Siau-hong berpikir kembali didalam hati. "Tampaknya  budak  ini  seorang  manusia  yang  terlalu

teliti dan pintar, jika aku bisa mengusahakan sesuatu untuk

mengorek keterangan dari mulutnya, mungkin sedikit banyak aku akan lebih memahami tentang organisasi rahasia ini"

Berpikir demikian, dia lantas berkata:

"Nona, sekarang diantara kita masih ada urusan apa lagi?'

'Aku sudah mengaku kalah maka kau masih ingin masa kau masih ingin memaksakan sesuatu pertarungan lagi."

"Itu sih tidak, aku hanya merasa ilmu pedang nona "

"Ilmu pedangku terlalu jelek?" tukas si nona cantik berbaju hijau itu cepat.

"Aaah tidak! dibandingkan dengan Keng Ji kongcu, agaknya ilmu pedang yang nova miliki masih jauh lebih hebat'

Sungguh mencorong sinar terang dari balik mata nona cantik berbaju hijau itu. "Sungguh, ketika membunuh Keng Ji kongcu, aku mengandalkan ilmu pedang yang sebenarnya, sama sekali tidak menggunakan siasat licik atau akal muslihat"

Nona cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang katanya.

"Cu Siau-hong hari ini aku kalah, tapi masih ada besok, lusa, kali ini aku secara khusus datang ke kota Siang yang, persoalan terpenting yang hendak kulakukan adalah untuk membinasakan dirimu, sebelum berhasil membunuhmu aku tak akan pergi meninggalkan tempat ini."

Cu Siau-hong segera tertawa.

"Nona, apakah diantara kita berdua harus diakhiri dengan suatu pertumpahan darah yang tak ada gunanya?" dia berseru.

"Cu Siau-hong, coba pikirkan bagiku, apa yang musti kulakukan sekarang? Bila aku tidak membunuhmu bagaimana aku musti memberikan pertanggungan jawabku kepada suhuku nanti, bagaimana pula tanggung jawabku terhadap suhengku yang telah mati?"

`Setelah membunuh aku, dia juga tak akan hidup kembali, bukankah begitu...?" sambung Cu Siau-hong.

"Benar'

"Apa lagi nona juga tidak memiliki keyakinan untuk psati berhasil membunuhku"

"Aku sungguh tak sanggup membunuhmu, itu berarti hanya ada satu cara untuk menyelesaikan persoalan ini, yakni kau yang membunuh aku"

"Andaikata aku hendak membalaskan dendam bagi Bu khek-bun,  hal  ini  memang  sepantasnya  kulakukan,  tapi sayang dalam hatiku sama sekali tidak terkandung rasa dendam kesumat yang demikian dalam”

"Cu Siau-hong, akupun tak ingin membunuhmu, aku jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, orang yang kukenal juga tidak terlalu banyak, akibat dari pertarungan yang barusan berlangsung ini dari asing kita telah saling mengenal, Aaai ....! Seandainya kau tidak membunuh Keng Ji kongcu, kemungkinan besar kita dapat menjadi seorang sahabat yang baik sekali?"

"Nona, bila kau tak dapat menghilangkan rasa dendam kesumat yang mencekam didalam hatimu, sukar buat kita untuk berkumpul bersama"

"Sekarang, diantara kita memang tak bisa berkumpul dalam keadaan damai dan tenang, aku tak dapat membalaskan dendam bagi Keng Ji kongcu, terpaksa aku harus membunuh diriku sendiri"

Mendadak terpancar keluar perasaan kagum diatas wajah Cu Siau-hong, katanya dengan cepat: "Nona, kau benar-benar hendak mati demi Keng Ji kongcu?"

Gadis cantik berbaju hijau itu manggut-manggut. "Benar!" sahutnya. "aku sudah merupakan calon istrinya,

sekarang dia telah mati, tentu saja aku harus membalaskan

dendam bagi kematiannya itu”

"Baik nona, kau boleh pergi sekarang, besok jika kita bersua lagi, persoalan ini kita selesaikan lagi sampai tuntas"

“Aku telah membunuh beberapa orang anggota Kay pang, aku yakin mereka pasti akan datang mencariku untuk membalas dendam, konon kau mempunyai hubungan yang baik dengan pihak Kay-pang, aku rasa kau dapat menasehati mereka dengan beberapa patah kata!" "Apa yang harus kukatakan kepada mereka?"

"Jangan biarkan mereka datang mencari aku untuk membalas dendam, mulai sekarang akupun tak akan mencari mereka lagi, aku tak akan membunuhi orang-orang mereka, Nah, tengah hari besok aku akan menantikan kedatanganmu ditempat ini"

"Menunggu aku?" tukas Cu Siau-hong.

Gadis cantik berbaju hijau itu manggut-manggut.

'Benar, aku akan mengirim kereta kudaku menjemput dirimu"

"Hanya aku seorangkah yang boleh datang?"

"Tidak. kau boleh membawa seorang lagi, seorang sahabat yang paling kau percayai!"

"Oooh ..."

"Tahukah kau kenapa aku berbuat demikian?" "Tidak tahu"

"Didalam pertarungan yang akan berlangsung besok, salah seorang diantara kita bakal ada yang mampus, jika kau sampai mati di ujung pedangku, sahabatmu itu akan membereskan jenazahmu"

Cu Siau-hong manggut-manggut.

Sebelum ia sempat menjawab, gadis cantik berbaju hijau itu telah berkata lebih lanjut.

"Aku akan menyiapkan sebuah peti mati, diantara kita berdua mayatnya boleh dimasukan ke dalam peti mati itu"

"Lalu dikubur?”

"Tak usah, bila aku yang mati, mereka dapat membawa peti matiku itu untuk dikubur ke tengah kebun raya Ban hoa-wan dikumpulkan menjadi satu dengan jenasah calon suamiku, sedang mengenai kau pun boleh berpesan kepada sahabatmu itu untuk membereskan urusan terakhirmu itu"

Nona ini memang lemah lembut dengan suara yang halus dan lembut, padahal dibalik kelembutan tersebut, justeru terdapat semangat yang tinggi serta hati yang keras seperti baja.

Setelah manggut-manggut, pelan-pelan Cu Siau-hong berkata lagi:

"Baik! Kita akan tetapkan dengan sepatah kata ini!"

Nona cantik berbaju hijau itu segera membungkukkan badannya memberi hormat, katanya: "Kalau begitu, siau moay akan berangkat selangkah lebih duluan"

Sambil membalikkan badannya, pelan-pelan dia berlalu dari tempat tersebut

Memandang bayangan punggung nona berbaju hijau yang menjauh itu, Cu Siau-hong menghembuskan napas panjang, semua rasa kesal di dalam dadanya segera dilampiaskan keluar.

Kui-meh Ong Peng cepat memburu datang dengan langkah lebar, bisiknya lirih: "Saudara Cu, besok apakah kau benar-benar akan datang kemari?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar