Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 30

"Saudara Keng, apakah kau hendak berbicara denganku?' dia bertanya.

Keng-ji kongcu manggut-manggut.

Dia berusaha keras menghindari banyak berbicara, dengan gerakan ia menggantikan ucapan tersebut.

"Baiklah, kau boleh berkata dan siaute akan mendengarkan dengan seksama" sahut Cu Siau-hong.

Keng Ji kongcu buka suara, tapi begitu bibirnya digerakkan darah segar segera meleleh keluar.

Dari sini terbuktilah sudah bahwa jantung nya telah terkena tusukan maut itu. Dengan suara yang kabur, dia bertanya:

"Bagaimana caramu untuk menghindarkan diri dari tusukan pedangku itu?"

Ternyata Keng Ji kongcu menutup rapat-rapat dan enggan banyak berbicara karena kesempatannya untuk berbicara memang tidak terlalu banyak...

"Aku pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na ih!" sahut Cu Siau-hong.

Keng Ji kongcu kembali manggut-manggut, katanya lebih jauh:

"Aku sudah merasa perhitunganku sempurna sekali, tapi aku tetap menilai rendah dirimu, betul, ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na ih...' Belum habis perkataan itu diucapkan, dia sudah roboh terkapar diatas tanah. Pelan-pelan Cu Siau-hong menghembuskan napas panjang, katanya:

"Keng-ji kongcu, sesungguhnya aku tidak berniat untuk membunuhmu, walaupun kau adalah seorang musuhku, namun kau adalah seorang musuhku yang menarik hati"

Waku itu Keng Ji kongcu telah menutup matanya, tapi setelah mendengar ucapan tersebut, mendadak ia membuka matanya lagi, lalu katanya sambil tersenyum:

"Cu Siau-hong, terima kasih banyak atas ucapanmu itu, jangan sekali-kali kau masuki kebun raya Ban-hoa-wan!"

Cu Siau-hong mengangguk.

"Terima kasih banyak atas petunjukmu" Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan.

"Saudara Keng apakah didalam kebun raya Ban-hoa-wan telah ditanam obat peledak?"

Rupanya ucapan tersebut diutarakan olehnya dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, begitu ucapan tadi diutarakan, darah segar segera memancar keluar dari ketujuh lubang inderanya, selembar nyawanya juga melayang meninggalkan raganya.

Tusukan pedang itu telah menembusi jantungnya secara telak, sekalipun ada dewapun belum tentu bisa menyembuhkan luka itu.

Cu Siau-hong segera menjura kehadapan jenasah Keng Ji kongcu, kemudian katanya:

'Saudara Keng, terimalah hormatku ini sebagai rasa sesalku" Kemudian tangan kanannya menggenggam gagang pedang itu dan mencabut keluar kutungan pedang tersebut dari atas bahu kirinya.

Darah segar segera memancar keluar dengan derasnya.

Buru-buru Ang bo tan mengeluarkan obat luka dan lari mendekat, kemudian membalut luka diatas bahu kiri Cu Siau-hong tersebut.

"Benar-benar suatu siasat yang licik dan keji, aaai kelicikan umat persilatan memang sukar diduga dan dihadapi, lain kali kau musti bersikap lebih berhati-hati lagi"

Setelah memandang sekejap mulut luka Cu Siau-hong, dia melanjutkan:

"Apakah luka itu mencapai ke tulang"

"Untung saja belum" sahut Cu Siau-hong sambil menggeleng, "lukaku ini tak lebih hanya luka diluar saja." Tan Tiang kim manggut-manggut.

'Cu kongcu' katanya, "untung saja kau masih bisa menghadapi serangan tersebut dengan kesadaran otakmu, coba kalau nasib mu tidak mujur, seharusnya tusukan itu akan melukai tulangmu"

Cu Siau-hong segera tertawa.

"Setelah kutungan pedang itu dicabut ke luar, boanpwe baru tahu kalau nasibku memang sedang mujur, sebelum pedang itu dicabut tadi, boanpwe malah beranggapan sembilan puluh persen lengan kiriku ini bakal lumpuh dan cacad selama hidup"

"Mungkin inilah yang disebut orang baik selalu dilindungi Thian, sebenarnya tusukan itu ..." Pengemis tua itu tidak melanjutkan kata-katanya, sambil tersenyum dia lantas membungkam. Sementara itu anggota Pay-kau dan Kay-pang telah berbondong-bondong tiba disana, mereka segera melakukan persiapan didepar sana.

Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Pek Bwe, kemudian melanjutkan:

"Saudara Pek, tampaknya perguruan Bu-khek-bun masih ada kesempatan untuk termashur lagi dalam dunia persilatan "

"Kesemuanya ini adalah berkat pemberian dari locianpwe" sambung Pet Hong cepat-cepat.

"Aah, mana, mana, padahal seluruh umat persilatan didunia ini, mungkin masih akan membonceng ketenaran dari Bu-khek-bun kalian"

Ucapan itu mengandung suatu maksud tertentu, hanya dia tidak menerangkan lebih jauh. Tiada orang yang menyambung perkataan itu, juga tiada orang yang menjawab.

Penampilan Cu Siau-hong terlalu luar biasa, tiada anggota Bu-khek-bun yang pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na ih kecuali Cu Siau-hong seorang.

Anehnya tiada orang yang bertanya kepada Cu Siau hong, Pek Hong tidak bertanya, Tang Cuan juga tidak. Sementara itu, gulungan asap tebal telah membubung tinggi dari belakang bukit sana.

Anggota Kay-pang yang mendapat perintah untuk melepaskan api tampaknya sudah mulai melakukan tugasnya.

"Mari kita juga mundur agak kebelakang! "ucap Tan Tiang kim pelan. Sementara itu dari dalam kebun raya Ban-hoa-wan telah muncul puluhan orang lelaki berpedang yang berlarian dengan kecepatan tinggi.

Seorang berbaju putih yang berjalan dipaling depan segera membentak nyaring:

"Berhenti semua kalian!"

Cu Siau-hong segera berhenti, tiga orang nonapun turut berhenti.

Tan Tiang kim dan Pek Bwe sekalian juga ikut berhenti.

Puluhan orang bersenjata pedang itu dengan cepat melakukan pengepungan disekeliling tempat itu. Orang berbaju putih yang berdiri ditengah arena itu segera menegur dengan suara lan?tang:

"Siapa yang membunuh orang ini?" "Aku!"

"Gotong dia dari sini!" perintah orang berbaju putih itu.

Dua orang lelaki bersenjata pedang segera munculkan diri dan menggotong jenasah dari Keng Ji kongcu untuk dibawa kembali ke dalam kebun raya Ban-hoa-wan.

'Jelas orang-orang ini masih belum tahu kalau didalam kebun raya Ban-hoa-wan terdapat suatu jebakan yang mengerikan sekali"

"Siapa namamu..." cegat orang berbaju putih kemudian. "Cu Siau-hong"

'Tahukah kau siapa telah membunuh orang dia harus membayar dengan nyawa sendiri".

“Apakah hendak membalaskan dendam bagi kematian Keng-ji kongcu ?" Dari sekian banyak jago pedang yang dibawa orang berbaju putih itu, kecuali dua orang yang menggotong jenasah Keng Ji-kongcu memasuki kebun raya Ban-hoa wan, sisanya yang berjumlah dua puluh delapan orang jago pedang itu secara terpisah berdiri dibelakang orang berbaju putih tadi.

Sambil tertawa seram, orang berbaju putih itu meloloskan pedangnya kemudian berkata. "Benar, kami memang hendak membalaskan dendam bagi kematian Ji kongcu kami itu."

"Baik, silahkan kalian turun tangan"

Orang berbaju putih itu mendongakkan kepalanya, dia saksikan puluhan orang jago dari Kay-pang telah mempersiapkan pula senjata tajam mereka untuk menyambut datangnya serangan yang mereka lancarkan.

Selain anggota Kay-pang, para jago dari perguruan Bu khek-bun telah mempersiapkan pula senjata tajam masing masing untuk siap melangsungkan suatu pertempuran sengit.

Situasi berubah menjadi sangat kritis, setiap saat agaknya pertarungan akan segera berkobar.

Cu Siau-hong tertawa hambar, ujarnya kemudian.

"Keng Ji kongcu mati ditanganku, bila mana kalian ingin membalaskan dendam bagi kematian Keng Ji kongcu, silahkan turun tangan terhadap diriku seorang"

Dengan langkah lebar Tang Cuan segera maju ke depan, lalu serunya:

"Sute, luka diatas bahumu belum sembuh, beristirahatlah sebentar, serahkan beberapa orang ini kepada suhengmu" Seng Tiong-gak serta Tiong It-ki juga secepat kilat melompat kedepan untuk bersiap siaga melangsungkan pertarungan.

Cu Siau-hong segera tertawa ringan, katanya:

"'Seng susiok, toa suheng, silahkan kamu sekalian untuk beristirahat sebentar lagi, bagaimana kalau babak pertarungan kali ini serahkan dulu kepada siaute?".

"Tapi sute... lukamu...'

"Mereka tidak lebih cuma pembunuh-pembunuh kelas tiga dari kebun raya Ban-hoa-wan, terus terang saja kukatakan walaupun siaute menderita sedikit luka namun siaute-yakin masih sanggup untuk menghadapi mereka semua"

"Aku tahu bahwa sute memiliki kemampuan tersebut, tapi mengapa kau tidak membiarkan kami saja yang turun tangan membereskan mereka .? seru Tang Cuan.

"Benar" sambung Seng Tiong-gak, "Siau-hong, sekalipun kau masih memiliki sisa tenaga untuk menghadapi mereka, tapi kami toh sedang menganggur dan tak ada urusan"

"Sute " seru Tang Cuan lagi.

Cu Siau-hong tertawa getir, ucapnya:

"Ciangbunjin, Seng susiok, apakah kalian telah mewariskan ke tiga jurus ilmu pedang itu kepada Tiong sute?"

"Aku telah mewariskannya kepada dia' jawab Seng Tiong-gak, "hanya tidak diketahui apakah dia telah hapal atau belum"

"Siaute telah hapal" sahut Tiong It-ki cepat. "Bagus sekali kalau begitu, harap kalian suka melindungi diriku untuk menghadapi jago-jago pedang kelas satu mereka."

Mendadak Tang Cuan segera memahami akan sesuatu, segera sahutnya.

"Baik, kalau begitu kita lakukan saja menuruti kehendak sute, mari kita mundur ke belakang"

-oOo>d’w<oOo-

SEUSAI berkata dia lantas mengundurkan diri terlebih dahulu dari tempat itu.

Kemudian disusul pula oleh para jago dari pihak Kay pang pun turut mengundurkan diri.

Orang berbaju putih itu memandang kesemuanya itu dengan tenang, tiba-tiba dia merasakan situasi sedikit mencurigakan, dengan dingin dia lantas berseru:

"Cu Siau-hong apakah kau telah mempersiapkan diri?"

Pelan-pelan Cu Siau-hong mengambil kembali kutungan pedangnya dari atas tanah kemudian jawabnya: "Sudah, sekarang kau boleh menyuruh mereka untuk turun tangan`

Darah masih mengucur keluar dari mulut lukanya itu, sekalipun luka tadi tak sampai melukai tulangnya, akan tetapi luka semacam itu tidak terhitung ringan.

Berbicara sesungguhnya, sebagian besar kawanan jago yang hadir diarena ketika itu sama-sama tidak habis mengerti dengan tindakannya itu, semua orang tidak mengerti apa sebabnya sianak muda itu bersikeras hendak turun tangan sendiri untuk menghadapi musuhnya. Pek Hong yang pertama-tama tidak tahan dengan suara lirih dia lantas berbisik.

"Ayah coba lihatlah mengapa Siau-hong bersikeras hendak turun tangan sendiri untuk menghadapi lawan? hal ini karena kekerasan kepalanya ataukah karena ingan menang saja?”

"Cara kerja bocah ini selamanya memang membingungkan hati orang yang melihatnya, bahkan aku sendiripun dibikin tidak habis mengerti" jawab Pek Bwe.

"Benarkah ayah juga tidak tahu"' "Ehmmm, ada sedikit tidak mengerti" "Kalau begitu cegahlah dia'

"Jangan, jangan cegah perbuatannya, cara kerja bocah  ini memang selamanya membingungkan orang, terus terang saja bukan aku sendiripun merasa tidak mengerti, tapi aku yakin dia masih mempunyai suatu maksud tertentu yang dalam sekali artinya"

Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah meloloskan senjata mereka dan berjaga-jaga dekat Cu Siau hong..

Melihat itu, sambil tertawa Cu Siau-hong segera berkata: “Lik Hoo, kalian tak usah membantuku'

"Tapi kongcu. kami "

"Harap kalian mundur tiga langkah dari sana, bila aku sudah kalah nanti, belum terlambat jika kalian ingin turun tangan"

Ketiga orang dayang itu saling berpandangan sekejap, akhirnya pelan-pelan mereka mengundurkan diri dari situ. Cu Siau-hong segera melintangkan kutungan pedangnya didepan dada, separuh badannya miring kesamping, sedangkan keningnya berkerut kencang, jelas lukanya masih belum merapat dan jelas sakit sekali.

Mendadak si anak muda itu melompat maju ke depan, kemudian serunya dengan lantang:

"Jika kalian belum mau juga turun tangan, jangan salahkan kalau aku akan turun tangan lebih duluan"

Orang berbaju putih itu tertawa dingin.

Pedangnya segera dituding kesamping, tiga orang jago pedang berpakaian ringkas segera menyongsong maju kedepan:

Tiga bilah pedang dengan disertai tiga desingan angin tajam, langsung menerjang ke tubuh Cu Siau-hong.

Cu Siau-hong melintangkan kutungan pedangnya didepan dada, mendadak dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat dia membalikkan tubuhnya....

"Trang" Bunyi benturan keras bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu Cu Siau-hong sudah menerjang keluar dari kepungan ketiga orang jago pedang itu.

Tampak tubuhnya berputar terus tiada hentinya, orang bersama pedangnya telah melebur menjadi satu dan menyerbu kedalam kelompok jago-jago pedang itu.

Gerakan tersebut merupakan suato gerakan yang aneh sekali, dalam sekejap mata dia sudah berputar keluar dari balik kepungan kawanan jago pedang itu dan menyelinap ke belakang tubuh Lik Hoo sekalian bertiga

Pertarunganpun secara tiba-tiba berhenti dengan sendirinya. Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe, serta Ang Bo tan telah mengangkat pedangnya bersiap sedia, sedangkan tangan kirinya menggenggam senjata rahasia.

Cu Siau-hong yang secara tiba-tiba menyelinap ke belakang tubuh tiga orang itu membuat Lik Ho sekalian merasa gembira sekali, tapi merekapun merasa tanggungjawabnya semakin besar, bagaimanapun juga mereka harus melindungi keselamatan Cu-Siau-hong dan bersama-sama membendung serangan gabungan dari pihak lawan.

Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan siapapun, ditengah keheningan yang mencekam, mendadak tampak ada dua orang jago pedang roboh terkapar keatas tanah.

Selisih jarak antara jago pedang yang satu dengan jago pedang yang lain sebenarnya memang tidak termasuk jauh, begitu seorang di antara mereka roboh, maka tubuh mereka segera menumbuk diatas tubuh rekan yang lain.

Dalam sekejap mata suara benturan keras bergema tiada hentinya, puluhan orang jago pedang yang hadir diarena ketika itu, dalam sekejap mata sudah ada separuh diantara yang roboh terkapar di atas tanah.

Orang yang tak sampai roboh saat itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula.

Tan Tiang kim serta Pek Bwe yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun untuk beberapa saat la ma nya.

Lebih-lebih Tang Cuan, Pek Hong serta Seng Tiong-gak, mereka semua merasakan hatinya bergetar keras. Mereka sama sekali tidak tahu ilmu pedang apakah yang mereka pergunakan     itu,     sebab     aliran     ilmu     pedang   yang dipergunakan sama sekali bukan aliran pedang dari perguruan Bu-khek-bun. Ketika menengok kembali keadaan Cu Siau-hong tampak paras mukanya pucat pias bagaikan mayat, mulut lukanya kembali merekah, darah segar bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

Pelan-pelan Pek Hong berjalan mendekatinya, lalu berbisik dengan suara lirih: "Siau-hong terluka lagi"

"Tidak, hanya luka lama yang merekah kembali sehingga mengucurkan darah."

"Nak, sebenarnya kau tak usah turun tangan sendiri, mengapa kau bersikeras hendak melakukannya sendiri?" Ucap Pek Hong dengan suara dingin.

"Aku hanya ingin mencoba ilmu pedangku sendiri, aku rasa kelompok pembunuh ini semestinya merupakan kelompok yang paling lemah" sahut Cu Siau-hong lirih.

Paras muka Pek Hong tampak serius sekali, kembali dia berkata.

"Siau-hong, kau terlalu keras kepala, coba lihat paras mukamu itu ."

Sementara itu Pek Bwee dan Tang Cuan sekalian telah berjalan mendekatinya.

Cu Siau-hong segera berseru.

"Boanpwe ingin mohon diri lebih dulu!"

Sambil membalikkan badan dia mengundurkan diri dari situ.

Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan dengan cepat mengikuti dibelakangnya dengan ketat.

Cu Siau-hong berjalan sejauh ratusan langkah dari tempat semula, akhirnya ia duduk bersila dibawah sebatang pohon besar dan memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.

Dia benar-benar merasa lelah sekali, serangan yang dilakukannya barusan telah menghamburkan tenaganya seperdelapan bagian.

Ang Bo tan segera berlutut disamping pemuda itu dan membubuhkan obat lagi diatas bahu kiri Cu Siau-hong yang terluka, kemudian membalutkan kembali.

Pek Hong tidak mengikuti kesana, tapi Pek Bwe segera menyusul tiba.

Diantara semua banyak jago yang berada dalam arena dewasa ini, hanya Pek Bwe seorang yang paling memahami tentang Cu-Siau-hong, ia juga yang mengetahui masalahnya paling banyak.

Pek Hong bisa mengijinkan ketiga orang perempuan siluman itu mengikuti disamping Cu Siau-hong tanpa menegur atau menanyakan kesemuanya inipun berkat bujukan dari Pek Bwe.

Tempat itu semestinya boleh dibilang sudah aman, walaupun jaraknya dari kebun raya Ban-hoa-wan tidak terlalu jauh, namun ada puluhan orang jago kelas satu dari perkumpulan Kay-pang yang melakukan penjagaan disekitar sana.

Pek Bwe segera berjongkok disamping pemuda itu sambil berbisik: "Nak, apakah kau ada urusan yang hendak disampaikan kepadaku?"

Cu Siau-hong membuka matanya kembali dan tersenyum. "Locianpwe benar-benar merupakan suara hatiku!" katanya. “Nak, hal ini disebabkan lohu lebih banyak mengetahui tentang urusanmu, bila berbicara tentang orang yang benar benar memahami suara hatimu, maka orang itu seharusnya adalah Ui lo-pangcu dari Kay-pang'

"Aaaah kalau soal ini mah, boanpwe benar-benar tak

berani membantah. "

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan: 'Locianpwe, beritahu kepada Tang ciangbun suheng, suruh dia pusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam!'

Pek Bwee tertegun, kemudian ujarnya:

"Apa? Jadi para pendekar pedang macan kumbang hitam juga berada didalam kebun raya Ban-hoa-wan ini?"

"Paling tidak sebagian diantaranya berada disini, bila Keng Ji kongcu adalah pemimpin dari kebun raya Ban-hoa wan ini, dia pasti akan mengumpulkan sebagian dari para pendekar pedang macam kumbang hitam itu di sini "

"Kecuali para anggota Bu khe bun, sulit rasanya untuk mencegah serangan dari para pendekar pedang macan kumbang hitam itu."

"Benar! jurus pedang dari It-ki sute entah sudah dilatihnya hingga mencapai taraf mana?"

"Sejak dia sadar kembali hingga kini ia selalu melatih jurus-jurus pedang itu dengan tekun, Tang Cuan yang mengajarkan juga sangat teliti dan sabar, apakah dia sudah berhasil menguasahinya penuh, rasanya hal ini sukar untuk dibicarakan.”

"Moga-moga saja dia telah berhasil menguasahinya penuh,  dengan  demikian  berarti  kita  mempunyai seorang yang jebih banyak untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam"

"Siau-hong, yang paling penting sekarang adalah semoga luka yang kau derita cepat sembuh..."

'Padahal luka yang boanpwe derita tidak terhitung seberapa" tukas Cu Siau-hong, "Cuma sunio menghendaki aku beristirahat. Boanpwe tak tega untuk menampik keinginannya'

Pek Bwee segera tertawa, ujarnya:

"Padahal luka yang kau derita tidak ringan, cuma saja kau masih mampu untuk mempertahankan diri."

"Locianpwe, persoalan paling penting pada saat ini adalah pertama, harus mencari akal untuk menghadapi para pendekar pedang macam kumbang hitam, kedua melepaskan api untuk membakar kebun raya Ban-hoa-wan ini dan memaksa keluar semua jago musuh yang masih berada disitu, jumlah mereka amat banyak gerakan tersebut sudah pasti akan berhasil untuk memaksa keluar  semua jago lihay dalam kebun raya Ban hoa-wan, dalam keadaan demikian mereka pasti amat panik dan suatu pertarungan sengit pun tak akan dihindari, sekalipun jago-jago dari Kay pang dan Pay-kau banyak sekali, aku rasa belum tentu sanggup untuk membendung serbuan mereka"

Pek Bwe segera manggut-manggut. Kembali Cu Siau hong berkata.

"Cara yang harus kita pergunakan untuk menghadapi musuh adalah menyembunyikan dahulu para jago dari Kay pang dan Pay-kau disuatu tempat, jika orang-orang dari kebun raya Ban-hoa-wan menyerbu keluar, sambut dulu mereka dengan bidikan panah dan senjata rahasia, bikin mereka kelabakan setengah mati lebih dahulu" Pek Bwe manggut-manggut.

"Baik segera akan menyampaikan hal ini kepada pengemis tua Tan, suruh dia mengatur dulu jago-jago dari Kay-pang dan Pay-kau katanya.

"Sekarang kita sudah memegang posisi penggerak, tapi tak usah terlalu beradu kekerasan dengan mereka"

Pek Bwee tertawa kagum, sambil manggut-manggut ia membalikkan badan dan beranjak pergi.

Sepeninggal Pek Bwee, Cu Siau-hong segera memanggil ketiga orang dayangnya seraya berkata: "llmu pedang yang kuwariskan kapada kalian itu apakah sudah kaliau latih dengan baik?"

"Walaupun kami sudah melatihnya dengan bersungguh hati sayang permainannya kurang begitu sempurna" jawab Lik Hoo.

?oooO)d.w(Oooo?

CU SIAU-HONG segera tertawa.

"Sebentar, bila para pendekar pedang macan kumbang hitam itu menampakkan diri, lebih baik kalian turun tangan bersama, carilah akal untuk membantu pihak Kay-pang"

"Kongcu, kau suruh kami pergi menghadapi para pendekar macan kumbang hitam."

"Benar!"

"Kongcu jurus-jurus serangan yang dimiliki para perdekar pedang macan kumbang hitam itu sangat  aneh dan lihay, jurus-jurus serangannya mematikan, pada hakekatnya kami tiga bersaudara tak sanggup menghadapi sejurus serangan pun dari mereka"

Cu Siau-hong segera tertawa. "Lik Hoo, apakah kau takut mati" tanyanya.

"Budak tidak takut mati, melainkan kami sama sekali tak mampu untuk memberi bantuan apa-apa, serbuan kami ini tak lebih hanya akan menghantar nyawa dengan sia-sia'

"Jurus pedang yang kalian latih, sama sekali ini justru merupakan jurus tandingan bagi para pandekar pedang macan kumbang hitam tersebut"

'Sungguh?"

Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Cuma apakah membutuhkan bantuan kalian atau tidak, sampai sekarang masih sukar diduga, bila beberapa orang suhengte dari perguruan Bu-khek-bun kami itu masih mampu untuk menghadapi mereka, sudah barang tentu kalian tak perlu turun tangan, tapi jika kemampuan mereka masih belum cukup, maka kalian harus turun tangan untuk membantu mereka"

"Sampai waktunya harap kongcu menurunkan perintah, kami pasti melakukan perintah itu."

Diluar dugaan, dari dalam kebun raya Ban-hoa-wan itu sama sekali tidak ada yang menyerbu keluar. Suasana dalam kebun raya tetap hening sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun.

Kobaran api menjalar amat cepat, tapi sampai beberapa saat kemudian, api telah membakar seluruh kebun raya Ban-hoa-wan tersebut.

Dengan sepasang mata melotot besar, Cu Siau-hong mengawasi kobaran api yang makin lama menjalar semakin dekat, otaknya berputar kencang, pada hakekatnya ia tak dapat beristirahat barang sejenakpun. Mendadak Cu Siau-hong seperti menyadari akan sesuatu, dia segera melompat bangun sambil berteriak keras:

"Kalian cepat mundur dari situ!"

Tan Tiang kim serta Pek Bwee secepat sambaran kilat meluncur datang sambil berlarian mendekat, tegur mereka:

"Siau-hong ada urusan apa?"

"Suruh mereka semua mundur secepatnya dari situ, makin cepat semakin baik, makin jauh semakin baik".

Tan Tiang kim maupun Pek Bwee adalah jago-jago kawakan dari dunia persilatan, mendengar seruan mereka itu lantas sadar, dengan suara keras kedua orang jago  itupun berteriak lantang:

"Suruh mereka cepat-cepat mundur dari sana!' Teriakan kedua orang itu sangat keras, ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari bolong.

Cu Siau-hong turut berteriak pula dengan suara lantang. "Harap kalian semua cepat-cepat mengundurkan diri dari

situ, dalam kebun raya Ban-hoa-wan ada bahan peledaknya"

Para jago dari Kay-pang yang berada disekitar tempat itu dapat mendengar teriakan menggeledek dari Tan Tiang kim maupun PekBwee, namun mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula.

Tapi setelah mendengar teriakan dari Cu Siau-hong tersebut, bagaikan ada lompatan keluar dari tempat persembunyian mereka, dalam waktu singkat bayangan manusia berkelebat lewat, masing-masing orang pada melarikan diri dari situ.

"Kongcu, mari kita juga pergi!” bisik Lik Hoo kemudian. "Betul', kalau musti berada disini terus, rasanya mati pasti tak sedap " sahut Cu Siau-hong.

Dia segera membalikkan badan dan mengundurkan diri dari tempat itu

'Untung saja semua orang memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, sehingga gerakan tubuh mereka cepat sekali, dalam waktu singkat semua orang telah mengundurkan diri sejauh ratusan kaki dari tempat semula.

Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara ledakan keras yang memekikkan telinga bergema dari arah kebun raya Ban-hoa-wan.

Bagaikan ada gunung berapi yang meletus saja, mula mula tampak pancaran air yang sangat keras menyembul ketengah udara, menyusul kemudian pepohonan, dedaunan dan ranting yang disertai hamhuran pasir dan tanah memancar keempat penjuru.

Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi oleh kabut debu dan pasir yang tebal, seluruh pemandangan lenyap dari pandangan mata, terlapis oleh asap dan debu yang memenuhi udara.

Sedemikian dahsyatnya letusan tadi, bahwa percikan pasir yang dihamburkan ke udarapun terbukti bisa berterbaran sampai puluhan kaki jauhnya dari posisi semula.

Seluruh kebun raya Ban-hoa-wan seakan-akan terlempar ke tengah udara...

Menyusul kemudian semburan api yang membara menjirat sampai ke angkasa, begitu besar kobaran api tersebut, membuat kawanan jago dari perkumpulan Kay pang  yang  berada  ratusan  kaki  dari  tempat  kejadian pun turut merasakan sengatan hawa panas yang maha dahsyat itu.

Untung saja para jago dari Kay-pang dan Pay-kau mengundurkan diri dengan gerakan cepat, merekapun cukup jauh dari tempat letusan.

Bayangkan saja seandainya mereka kabur agak terlambat sedikit saja, niscaya ada sebagian besar diantara mereka yang terluka bahkan tewas karena ledakanmesiu yang dahsyat itu.

Memandang kobaran api yang menyelimuti seluruh angkasa, Tan Tiang kim berkata dengan lirih:

"Betul-betul suatu jebakan yang amat dahsyat, tampaknya letusan ini telah memunahkan seluruh kebun raya Ban-hoa-wan.”

“Kecuali Keng Ji kongcu beserta sekawanan jago pedang yang dibunuh Siau-hong, tak nampak seorangpun yang menampakkan diri dari dalam kebun raya itu”, ucap Pek Bwee.

"Ya, hampir seluruh bekas-bekas yang ada didalam kebun raya itu turut dimusnahkan, tindakan mereka betul betul sangat lihay, benar-benar sangat lihay" sambung Cu Siau-hong.

"Siau-hong, tampaknya letusan ini telah melenyapkan segenap tanda dan jejak yang telah kita temukan", keluh Pek Bwe.

"Betul, letusan inipun melenyapkan pula segenap tanda dan jejak yang mungkin tertinggal disitu"

"Tindakan mereka betul-betul amat keji, beratus-ratus orang  anggota  dan  anak  buah  sendiri  turut  dikorbankan dalam ledakan tersebut, sungguh merupakan suatu peristiwa yang diluar dugaan"

Tan Tiang kim memperhatikan sekejap keadaan dalam kebun raya Ban-hoa-wan itu, lalu berkata: "Tampaknya setelah lewat satu dua jam jangan harap ada orang yang dapat masuk ke sana'

Dalam pada itu pepohonan dan aneka bunga yang berada dalam kebun raya Ban-hoa-wan telah bertumbangan hancur tak karuan, bahkan disana sini api berkobar amat besar.

Seluruh kebun raya Ban-hoa-wan telah berubah jadi kobaran api yang membara, sejauh mata memandang, hanya jilatan api saja yang tampak

Lik Hoo tertawa getir, katanya kemudian:

'Ji moay, sam moay, seandainya kongcu tidak mengajak kita keluar dari situ, mungkin pada saat inipun kita sudah tewas di tengah lautan api yang membara dengan hebatnya ini"

"Siau-hong, sekarang bagaimana cara kita untuk turun tangan?" tanya Pek Bwe kemudian.

Cu Siau-hong menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menjawab.

"Aaai... untuk sesaat boanpwe sendiri pun tak tahu bagaimana harus bertindak"

"Lebih baik kita gunakan cara lama, melakukan pemeriksaan secara besar-besaran di dalam kota Siang yang."

"Aku rasa tindakan macam begitu sulit untuk menemukan titik terang, sebab tindakan mereka untuk memusnahkan  kebun  raya  Ban-hoa-wan  pun  tidak  lain bertujuan demikian, mereka tidak berharap kita bisa menemukan suatu bukti atau titik terang sehingga jejaknya tak bisa kita lacaki lebih lanjut..."

"Tapi, kita toh tak akan lepas tangan dengan begitu saja?" kata Pek Bwe cepat.

"Tentu saja tidak, namun mata-mata yang mereka persiapkan disekitar tempat ini terlampau ketat dan rahasia, bukan suatu tindakan yang gampang jika kita ingin melakukan sergapan terhadap mereka, aku pikir, satu satunya jalan yang terbaik adalah berusaha agar mereka yang datang mencari kita, sebab tindakan ini justru lebih mudah"

"Tapi.... dengan cara apakah kita baru bisa memancing mereka agar datang mencari kita?" tanya Pek Bwee.

"Asal kita sudah bertekad untak memancing ikan, tentu saja harus ada umpannya!'

"Tapi siapa yang akan kita jadikan umpan?" "Paling baik kalau sunio dan It-ki sute!"

"Asal mereka memang merupakan pilihan yang paling tepat, aku akan segera menyampaikan kepadanya, tanggung dia akan menyetujuinya"

“Pek locianpwe, peritahkan saja kepada mereka agar segera kembali kekota Siang-yang"

"Cu sauhiap" kata Tan Tiang kim, “tak kusangka kalau ada suatu organisasi rahasia yang bertindak begini kejam terhadap anak buahnya sendiri, peristiwa benar-benar diluar dugaan orang"

Paras muka Cu Siau-hong berubah menjadi amat serius, katanya. "Bila Keng Ji kongcu bermaksud untuk mencelakai kita, sesungguhnya dia mempunyai banyak cara untuk melakukannya, asal ia mencari suatu akal dan memancing kita masuk kedalam kebun raya Ban-hoa-wan niscaya kita semua akan terbasmi habis”

'Bukankah pada dua hari berselang kitapun berada dalam kebun raya Ban-hoa-wan? Mengapa mereka tidak turun tangan?" tanya Pek Bwe dengan kening berkerut.

"Aku sendiripun merasa keheranan.'

"Kalau begitu yang mereka tuju sebetulnya bukan hanya perguruanmu saja.” sambung Tan Tiang kim.

Tiba-tiba Lik Hoo menyela:

"Kongcu, sebagian besar jago yang berada didalam ruang bawah tanah kebun raya Ban-hoa-wan sama sekali tidah tahu kalau disitu sudah ditanam bahan peledak dalam jumlah yang sangat banyak”.

"Cu Sauhiap, jangan-jangan Keng Ji kongcu memang ada maksud untuk menyelamatkan kita?" seru Tan Tiang kim..

'Yaa, dalam mengulas persoalan ini kita harus menilainya dari banyak sudut pandangan, bukan tak mungkin Keng Ji kongcu berminat untuk menolong kita semua'

"Selain itu?"

"Selain itu merekapun belum menganggap kita sebagai musuh yang paling penting sehingga tidak perlu harus menggerakkan jago-jago tersembunyinya yang dipersiapkan disana"

"Mari kita pulang ke Siang yang lebih dulu sebelum melanjutkan pembahasan terhadap masalah ini" ucap Tan Tiang kim kemudian. "kebuasan dan kekejaman organisasi ini merupakan suatu kejadian yang belum pernah ditemukan dalam dunia persilatan selama seribu tahun belakangan ini, betul dalam dunia persilatan banyak terdapat organisasi rahasia semacam ini, namun tak sebuahpun diantara mereka begitu buas dan brutalnya"

Demikianlah kawanan jago Kay-pang dan Pay-kau yang berkumpul disitu mulai ditarik mundur dari tempat tersebut.

Mereka datang secara berbondong-bondong dan kini pergi pula secara berbondong-bondong.

Cu Siau-hong, Pek Bwee, Tan Tiang kim, Tang Cuan sekalian segera kembali pula ke kota Siang yang.

Setibanya dikota Tan Tiang kim berpamitan untuk menghadap lo-pangcunya serta melaporkan apa yang telah terjadi.

Sebaliknya Pek Hong mengumpulkan segenap anggota Bu-khek-bun untuk bersama-sama membahas persoalan tersebut.

Tang Cuan dengan kedudukannya sebagai ketua Bu khek-bun segera berkata:

"Dengan susah payah kita berhasil menemukan kebun raya Ban-hoa-wan tak disangka kalau beginilah akibatnya, bila para pendekar pedang macan kumbang hitampun berdiam dalam kebun raya Ban-hoa-wan, niscaya mereka telah tewas semua disitu, mungkin kitapun tak dapat membalaskan dendam lagi bagi para suhengte kita yang tewas secara mengerikan itu"

“Siau-hong bagaimanakah pendapatmu?" tanya Pek Hong kemudian. Mungkin Pek Bwee telah menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada perempuan ini, maka dia langsung bertanya kepada Cu Siau-hong.

"Tecu rasa kebun raya Ban-hoa-wan tidak lebih hanya merupakan suatu kantor cabang yang penting dari organisasi tersebut, belum tentu pendekar pedang macan kumbang hitam berdiam disitu.' kata Cu Siau-hong kemudian.

“Maksud sute..." sela Tang Cuan.

"Setelah ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata kita sekarang, siaute rasa tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut sesungguhnya adalah menguasahi seluruh dunia persilatan, sedang perguruan Bu-khek-bun kita tak lebih hanya sasaran pertama yang mereka pilih"

"Jadi maksud sute..'

"Aaaai!" Cu Siau-hong menghela napas panjang, "toa suheng, tentu saja kita harus membalas dendam bagi puluhan nyawa anggota Bu-khek-bun yang tewas di tangan mereka, tapi yang paling penting lagi kita harus menemukan beberapa orang yang menjadi mata-mata dalam tubuh perguruan kita..”

"Mata-mata yang menyusup ke dalam perguruan kita?, Siapakah mereka?" tukas Tang Cuan.

'Toa suheng, tidakkah kau merasa keheranan terhadap beberapa orang suhengte yang hidup tak nampak orangnya, mati tak nampak mayatnya?"

Tang Cuan manggut-manggut.

'Betul, betul sekali.."' serunya, "cuma mungkinkah mereka pun ikut terkubur hidup-hidup didalam kebun raya Ban-hoa-wan?" "Siaute tak berani mengatakan dengan pasti kalau mereka tidak berada dalam kebun raya Ban-hoa-wan, tapi merekalah yang menjadi pangkal bencana ini, oleh sebab itu manusia-manusia jahanam tersebut tak boleh dilepaskan dengan begitu saja"

'Setiap penghianat perguruan harus dijatuhi hukuman yang setimpal, tapi bagaimana caranya untuk menemukan mereka?'.

"Kalau kita yang harus pergi mencari mereka, tentu saja hal ini tidak gampang, tapi kalau kita cari akal agar mereka yang datang mencari kita, tindakan ini jauh lebih mudah".

'Tapi bagaimana caranya?".

“Ciangbun suheng, tentang soal ini, siaute tak berani bicara secara sembarangan”

"Terhadap orang sendiri saja ada yang tak bisa kau katakan?'

“Sekarang, kebun raya Ban-hoa-wan sudah musnah, rasa benci orang-orang organisasi tersebut terhadap kita orang orang Bu-khek-bun tentu sudah merasuk sampai ke tulang sumsum, asal kita memberi kesempatan kepada mereka untuk turun tangan, kemungkinan besar mereka akan segera melakukan suatu tindakan"

"Cara ini memang bagus sekali, aku adalah seorang ciangbunjin, mungkinkah mereka akan turun tangan terhadap diriku?'.

"Kemungkinan besar subo lah yang paling mereka benci, sedangkan It-ki sute merupakan orang yang paling ingin mereka tangkap..."

"Siau-hong", ucap Tang Cuan dengan cepat, "It-ki sute sudah terlalu banyak merasakan siksaan dan penderitaan, diapun baru saja lolos dari cengkeraman lawan, masa kita akan menyuruh dia untuk menyerempet bahaya lagi... ?"

“Siaute pun berpendapat demikian..'

'Kalian tak usah bersedih hati" tukas Pek Hong tiba-tiba, "Walaupun It-ki belum lama lolos dari mara bahaya, tapi ia tak mungkin melepaskan diri dari dunia persilatan lagi, itu berarti setiap saat ia harus hidup di ujung golok dan percikan darah, jangan dikarenakan ia pernah di bekuk satu kali, maka hatinya menjadi ciut dan ketakutan dengan bayangan tubuh sendiri."

"Betul" sambung Pek Bwe. "seorang lelaki sejati yang hidup di dunia seperti ini sudah seharusnya meningkatkan semangat untuk melanjutkan hidup, janganlah dikarenakan pernah mengalami suatu kerugian maka semua semangat dan keberaniannya menjadi lenyap, It-ki memang seharusnya banyak berlatih dan belajar."

"Bagaimana situasi yang terbentang dalam dunia persilatan sekarang, aku yakin pihak Kay-pang dan Pay-kau sudah mengetahui dengan sejelas-jelasnya, seperti yang terbukti sekarang, tampaknya sasaran dari organisasi rahasia itu bukan hanya Bu-khek-bun kita saja"

'Oooh..."

"Oleh karena itu, kedua kelompok perkumpulan besar ini pasti akan mengutus jago-jagonya yang paling kosen untuk bekerja sama dengan kita'

'Siau-hong, kita toh tak bisa sama sekali menggantungkan diri kepada pihak Pay-kau serta Kay pang, kita harus menemukan suatu cara lain untuk melindungi kita sendiri secara ketat" kata Seng Tiong-gak..

"Perkataan Susiok memang benar, siautit sendiripun berpendapat demikian." “Sudah kau rundingkan persoalan ini dengan pihak Kay pang?"

"Belum, masalah ini belum kusinggung, Siau-hong beranggapan bahwa hal ini harus minta persetujuan lebih dulu dari pihak subo dan It-ki sute kemudian baru dirundingkan dengan pihak mereka"

'"Baiklah! Kau boleh merundingkan persoalan ini dengan Tan Tiang kim dari Kay-pang" kata Pek Hong kemudian, 'coba dilihat bagaimanakah tindakan yang mereka ambil?"

"Siau-hong", kata Seng Tiong-gak pula.

"Sekarang kita tak usah membicarakan masalah Kay pang lebih dulu, yang penting adalah apa yang hendak kita lakukan?'

"Siautit rasa, baik susiok maupun Siau-hong sendiri harus turun tangan bersama-sama"

"Soal kita akan turun tangan bersama sih bukan masalah, yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana caranya kita bertindak sehingga bisa saling bantu membantu bila mana diperlukan"

"Siautit berniat untuk menyaru sebagai seorang pembantu dan melakukan perjalanan bersama dengan subo dan sute"

"Bagai mana dengan aku sendiri'

"Susiok terpaksa aku harus menyiksa dirimu."

"Baik, katakan saja Siau-hong apa yang harus kita lakukan sehingga bisa berada di samping enso dan It-ki terus menerus tanpa menimbulkan kecurigaan mereka"

"Susiok tentunya kau sudah melihat sendiri manusia yang bernama Keng Ji kongcu itu, dia tak lebih hanya salah seorang yang diutus organisasi rahasia itu untuk memimpin masalah diluar, namun ilmu silat serta kecerdasan otaknya termasuk kelas satu, dia bisa kalah dan tewas karena dia terlalu memandang rendah kita semua, dari sini bisa diketahui bahwa pentolan yang sebetulnya pasti lihay  sekali. Sekalipun kita berjaga-jaga disamping subo dan sute juga bukan berarti bisa mengelabuhi mereka."

"Bukankah hal ini sama artinya dengan berbuat yang sia sia belaka?;' sela Seng Tiong-gak...

"Itu sih tidak, dendam sakit hati akibat musnahnya kebun raya Ban-hoa-wan telah membuat mereka menderita kerugian amat besar, tapi kejadian sebenarnya yang mengakibatkan kematian Keng Ji kongcu tidak dia ketahui sama sekali olehnya, oleh sebab itu perhitungan mana sudah pasti mereka catat di atas nama perkumpulan Bu khek-bun kita."

Pek Bwe segera manggut-manggut.

"Ehm, betul, mereka tak akan memandang tinggi kemampuan kita" katanya

"Justru makin rendah pihak musuh menilai kemampuan kita, berarti kesempatan kita untuk berhasil semakin besar lagi"

"Tapi bagaimana pula caranya untuk bekerja sama dengan pihak Kay-pang serta Pay-kau?"

"Tentang soal ini harus dirundingkan dahulu dengan Tan Tianglo, minta kepadanya untuk mengirim seorang murid yang cekatan untuk memberi perlindungan secara diam diam, lebih baik lagi kalau kita bisa menjanjikan suatu cara rahasia untuk saling mengadakan kontak, sehingga bilamana diperlukan kita bisa langsung berhubungan.

"Bagus cara ini memang bisa dilakukan" Pek Bwe manggut-manggut. “Siau-hong sute, bagaimana pula dengan diriku?” tanya Tang Cuan kemudian.

"Ciangbun suheng, terpaksa akupun harus sedikit menyiksa dirimu"

"Tak menjadi soal, katakan saja"

"Dalam kenyataan, kita Bu-khek-bun hanya terdiri dari beberapa orang saja, itu berarti setiap orang harus memikul suatu tanggung jawab yang besar, aaai semoga saja persoalan disini dapat diselesaikan, kita masih harus berangkat ke Pak hay untuk mendatangi perguruan Khi keng bun serta menyelesaikan sakit hati suhu, mengenai rencana yang lebih seksama telah siaute persiapkan! harap susiok dan ciangbun suheng bersedia memberi petunjuk"

Tang Cuan manggut-manggut. "Baik, katakan lah" “Dewasa ini pihak Kay-pang dan Pay-kau sudah

mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Paling tidak mereka sudah tahu bahwa Bu-khek-bun telah membayar suatu pengorbanan yang maha besar bagi umat persilatan didunia ini! sebab yang akan dihadapi pibak lawan bukanlah Bu-khek-bun kita sebaliknya kita hanya merupakan perguruan pertama yang menjadi korbannya."

"Tentang soal ini, apakah Tan Tianglo sudah tahu?" "Sudah tahu!"

“Siau-hong, coba katakan apa yang harus dilakukan oleh orang-orang Bu-khek-bun sendiri untuk melindungi keselamatan subo serta It-ki sute " kata Tang Cuan.

"Menurut pendapat siaute lebih baik semua anggota Bu khek-bun turun tangan bersama dan berjalan bersama pula"

"Tapi bagaimana caranya untuk berjalan bersama?" "Seandainya terjadi suatu gerakan yang mencurigakan, kita boleh segera menyembunyikan diri sebagai penyergap gelap, sedangkan Seng susiok dan subo serta It-ki sute berada bersama, kemudian ditambah lagi dengan Lik Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo tan yang melindungi dari depan dan belakang, aku rasa pertahanan semacam ini sudah terhitung cukup lumayan"

"Maksudmu, kau dan aku bertindak sebagai pembantu dimana perlu" kata Tang Cuan

"Tepat sekali!" Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Siau-hong, aku rasa posisi semacam ini memang cukup baik, tapi bagaimana caranya untuk dilakukan?"

Dengan suara rendah Cu Siau-hong segera membeberkan rencana yang telah diaturnya itu.

Selesai mendengar rencana tersebut, Pek Bwe maupun Tang Cuan sekalian diam-diam mengangguk memuji.

Baru saja beberapa orang itu selesai berunding, Tan Tiang kim telah muncul dengan langkah tergesa-gesa, serunya kemudian:

"Oooh, rupanya kalian semua berada disini"

'Ada apa? Ada sesuatu persoalan yang amat penting?" sela Pek Bwe dengan cepat. "Barusan Lo-pangcu memberitahukan dua hal kepadaku "

"Soal apa?"

Tan Tiang kim segara mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau-hong, kemudian katanya:

"Didalam persoalan ini, terpaksa dia harus merepotkan Siau-hong sejenak" "Merepotkan Siau-hong sejenak?' seru Pek Bwe tercengang, "sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Barusan perkumpulan kami mendapat sebuah berita yang mengatakan ada sebuah kereta yang megah memasuki kota Siang yang."

"Oooh ? Siapa yang berada di dalam kereta itu?" tanya Pek Bwe.

"Dalam kereta itu duduk seorang nona, sedang kusirnya adalah seorang perempuan tua." Pek Hong segera berkerut kening, katanya kemudian.

"Locianpwe apa hubungannya antara kereta itu dengan Siau-hong?"

"Setelah memasuki kota Siang yang, sepanjang jalan nona itu telah melukai dua belas orang"

"Siapa saja yang dilukai?" tanya Pek?Bwe. "Tentu saja anggota perkumpulan kami' "Sudah mati semua?"

"Belum! Mereka semua hanya dihajar oleh semacam benda yang kecil, sekarang hingga jalan darahnya terluka"

'Maksudmu ilmu To lip to hiat sinkang (biji Kacang hijau menghajar jalan darah)?"

"Yaa, sebangsa kepandaian itulah, kini pihak kami telah mengutus empat orang jago untuk melakukan penghadangan"

"Dan Siau-hong diharapkan turut serta?' kembali Pek Bwee menyela:

"Sebenarnya aku yang hendak pergi, tapi pangcu kami berharap Siau-hong yang bisa turut serta dalam operasi kali ini" Pek Hong segera menghembuskan napas panjang.

"Tan cianpwe, mengapa harus Siau-hong yang turut serta didalam operasi kali ini?" tanyanya.

"Soal ini aku sendiripun kurangjelas, Lo-pangcu yang mengucapkan permintaan tersebut!'

"Kalau toh lo-pangcu yang berkata demikian, aku rasa ia pasti mempunyai suata alasan tertentu” setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

"Locianpwe, apakah hanya Siau-hong seorang diri?" "Selain Sin jut dan Kui meh, masih ada dua orang jago

dari perkumpulan Kay-pang!" "Semuanya anak muda?" "Benar!"

"Maksud lo-pangcu ?"

"Dia orang tua hanya berpesan demikian, tapi tidak menerangkan apa alasannya."

"Oooh..."

Dia lantas berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau-hong, kemudian lanjutnya: "Siau-hong, apa pula pendapatmu sendiri?"

"Boanpwe tidak mempunyai pendapat apa-apa, kalau toh lo-pangcu yang berpesan demikian, aku rasa sudah sewajarnya bila aku segera berangkat sekarang juga"

Tan Tiang kim segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tang Cuan, kemudian katanya: "Bagaimana menurut pendapat ciangbunjin?"

Lo-pangcu berpesan demikian, tentu saja ia pergi untuk memenuhinya, “Siau-hong, pergilah sejenak." Cu Siau-hong segera bangkit berdiri, lalu katanya:

"Tan Cianpwe, dimanakah orang-orang Kay-pang yang ditugaskan dalam operasi kali ini ?"

"Mereka telah mempersiapkan diri dan kini sedang menunggu didepan gerbang."

Cu Siau-hong segera menjura kepada Pek Hong, kemudian katanya:

"Siau-hong mohon diri lebih dulu!"

Kemudian sambil membalikkan badannya dia keluar dari ruangan tersebut....

Pek Hong tidak meninggalkan pesan apa-apa, dia hanya mengawasi bayangan punggung Cu Siau-hong yang berlalu dengan wajah termangu.

Tan Tiang kim menghela napas panjang, katanya kemudian:

“Saudara Pek, Tang ciangbunjin sesungguhnya anggota Kay-pang yang berada dikota Siang yang ini tak sedikit jumlahnya tapi lo-pangcu justru meminta Siau-hong yang turun tangan sendiri, dalam hal ini aku si pengemis tua benar-benar tidak habis mengerti, bahkan tidak diketahui dimanakah letak alasannya?"'

"Lo-pangcu mempunyai kecerdasan yang luar biasa, dengan pengalaman yang matang semua tindak tanduknva tak mungkin bisa diterka oleh kita sekalian, Aku rasa dia ber-buat begitu pasti mempunyai tujuan tertentu"

"Tan cianpwe, bolehkah kami mengirim orang untuk membantu Siau-hong bilamana diperlukan?" tanya Pek Hong.

"Aku rasa tidak perlu, agaknya lo-pangcu sudah mempunyai persiapan yang matang tentang hal ini" "Kalau memang begitu bagus sekali, kita pun tak usah menguatirkannya lagi"

Ucapan itu mempunyai arti ganda, yakni Cu Siau-hong telah diserahhan kepada mereka, seandainya terjadi apa apa, maka pihak Kay-pang lah yang akan bertanggungjawab.

Tan Tiang kim adalah seorang jago kawakan yang berpengalaman, sudah barang tentu ia memahami apa yang dimaksudkan oleh Pek Hong.

Tapi sebagai jago kawakanpun dia mempunyai cara kerja yang kawakan pula sekalipun memahami namun lagaknya seakan-akan tak tahu, malah sambil tertawa katanya kepada Pek Bwe.

"Saudara Pek, malam itu Lo-pangcu dan Siau-hong telah keluar bersama?"

"Benar!" sahut Pek Bwe sambil manggut-manggut.

Dia mengerti, walau pun diluaran Tan Tiang kim bertanya kepadanya, dalam kenyataan dia hendak memberitahukan kepada Pek Hong, agar Pek Hong tahu bahwa diantara Cu Siau-hong dengan lo-pangcu sebenarnya sudah mempunyai suatu ikatan hubungan yang erat, dia sebagai orang luar tentu saja tidak memahami duduk persoalan yang sesungguhnya, jadi diapun tak usah kuatir apa-apa.”

“Bukankah lopangcu dan Cu sauhiap telah berbicara empat mata sampai lama sekali?" Kembali Tan Tiang kim bertanya.

"Benar, benar mereka berdua tampaknya amat cocok satu sama lainnya, pembicaraan telah dilangsungkan amat akrab" Pek Hong yang mendengar perkataan menjadi tertegun, kemudian serunya dengan cepat: "Ayah, mengapa aku tidak mengetahui tentang kejadian ini!"

Tiada pertarungan yang tidak berbahaya, apalagi sepanjang jalan pihak lawan telah merobohkan anggota Kay-pang dengan ilmu to lip to hoatjiu hoat, dari sini terbukti kalau musuh adalah seorang-jago silat yang memiliki ilmu silat sangat lihay.

Sekalipun Cu Siau-hong memiliki sembilan bagian kesempatan untuk berhasil, toh ia masih memiliki satu bagian kemungkinan untuk kalah, itulah sebabnya Tan Tiang kim berusaha untuk menanamkan semacam kepercayaan dan keyakinan bahwa pemuda itu cukup mampu untuk bertindak tanpa kemungkinan mengalami kekalahan, dengan demikian cara kerja merekapun bisa  jauh lebih luwes tanpa harus dibebani pelbagai pikiran.

Setelah mengambil keputusan didalam hatinya, Pek Bwe segera berkata sambil tertawa.

"Ya, mereka memang berbicara dengan akrab sekali sehingga aku sendiripun dilarang turut mendengarkan, aku juga tak tahu apa yang telah mereka bicarakan di dalam pertemuan tersebut.”

Kini persoalan telah dibicarakan dengan jelas, bukan hanya Pek Hong saja yang mengerti, malah Tang Cuan yang polos pikirannya pun memahami sepenuhnya.

Maka sambil mengangguk Tang Cuan berkata:

"Maksud loyacu, diantara Siau-hong dengan lo-pangcu agaknya telah terjalin satu ikatan janji, bukan begitu?”

"Oooh kalau soal itu sih tak nanti bisa dipahami oleh orang-orang yang berada diluar garis" "Kalau memang diantara mereka berdua sudah mengadakan suatu perjanjian, tentu saja persoalan mana merupakan persoalan pribadi mereka berdua sendiri..”

Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul!" serunya, "kini

yang dilakukan pangcu kami dengan Siau-hong bukan cuma tidak diketahui oleh kalian, sekalipun kami pun juga tak ada yang tahu"

Tang Cuan tertawa, kembali ia berkata.

"Padahal para jago Kay-pang berdatangan ke Siang yang tak lain karena persoalan Bu-khek-bun kami, dalam hal ini Bu-khek-bun merasa tak sanggup untuk membayarnya, jangan toh baru seorang Cu Siau-hong sekalipun meminta kami semua anggota Bu-khek-bun untuk turun tangan bersama pun tak nanti kami akan menolak"

“Tang ciangbunjin, kerajaan punya hukum, dunia persilatan punya peraturan, kami pihak Kay-pang telah berhutang kepada Bu-khek-bun, setiap anggota Kay-pang dari lo-pangcu, para pejabat sampai anggota yang paling rendah memikirkan persoalan ini dihati, boleh dibilang tindakan kami sekarang untuk membalas budi, bisa juga dikatakan kami sedang berbakti demi umat persilatan, tapi setelah kami melangkah lebih ke dalam, ternyata diketahui bahwa ke semuanya itu bukan. "

"Lantas karena apa?".

"Menolong diri sendiri, apa yang menimpa Bu-khek-bun tak lebih hanya merupakan suatu permulaan saja, untung permulaan tersebut diketahui kita semua dengan cepat".

“Oooh. ?" "Kay-pang mempunyai banyak jago lihay yang berada di sini, tapi lo-pangcu tidak mengutus mereka, sebaliknya meminta bantuan dari Cu Siau-hong, kesemuanya ini menerangkan betapa seriusnya masalah ini, selain membantu Kay-pang sesungguhnya kalianpun sedang membantu segenap umat persilatan yang berada di dunia ini"

Setelah dikenakan topi tinggi, kontan saja Tang Cuan serta Pek Hong tak sanggup berkata apa-apa lagi, selain merasa sedih merekapun merasakan suatu kenyamanan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Bagaimanapun juga Pek Bwe jauh lebih berpengalaman, katanya sambil tertawa.

"Pengemis tua, perkataanmu memang benar, Lopangcu bisa memandang tinggi Siau-hong, hal ini merupakan suatu kebanggaan baginya. seluruh Bu-khek-bun ikut berbangga akan hal itu, tapi subonya dan suhengnya toh tak bisa dibilang hanya duduk belaka sambil menyaksikan perkembangan dari peristiwa itu, kalau toh pihak Kay-pang telah mengutus orang untuk memberikan bantuan bilamana perlu, rasanya Bu-khek-bun juga sepantasnya mengirim beberapa orang jagoannya untuk memberikan bantuan"

Mendengar ucapun tersebut, Tan Tiang kim lantas bangkit.

Berpikir sampai di situ ia lantas berkata: "Yaa, memang sudah.. seharusnya berbuat demikian, aku pikir bila kalian ingin mengutus orang, alangkah baiknya jika merekapun mengubah sedikit wajahnya agar tidak ketahuan lawan.

"Baik dengan situasi dunia persilatan yang serba kacau sekarang, tampaknya memang lebih baik jangan berkelana dengan wajah yang sesungguhnya" "Sebetulnya kami telah mempersiapkan suatu cara yang amat baik untuk menghadapi lawan" kata Pek Hong. "malah kami ada rencana uutuk mengundang Tan cianpwe guna merundingkan persoalan ini bersama-sama, tapi setelah ada perkembangan sekarang ini. tampaknya rencana kami itu tak perlu di laksanakan lagi"

"Rencana apa? Bolehkah dibeberkan dulu kepada aku si pengemis tua?"

"Boleh saja, cuma sekarang belum waktunya, lagipula rencana ini muncul dari idenya Siau-hong, aku rasa lebih baik masalah ini dibicarakan lagi menanti dia sudah pulang dengan selamat"

"Baiklah!" ucap Tan Tiang kim kemudian sambil tertawa getir. "kalian berencana ingin mengutus beberapa orang?"

'Anggota Bu-khek-bun tinggal beberapa orang ini saja, kalau hendak pergi, tentu saja kami akan pergi bersama !"

"Aku rasa hal itu kurang baik". cegah Tan Tiang kim, paling banter hanya dua orang yang boleh turut serta"

“Biar aku yang pergi!` seru Tang Cuan cepat.

"Baik It-ki juga berangkat " seru Pek Bwe cepat, "Siau hong telah menolongmu, sekarang kaupun balas menyumbangkan sedikit tenagamu demi kepentingan Siau hong"

Tang Cuan dan Tiong It-ki segera mulai berdandan dan menyaru wajah mereka..

?oooO)d.w(Oooo?

DALAM pada itu, ketika Cu Siau-hong tiba didepan pintu gerbang, Sin jut dan Kui meh telah menanti didepan pintu. Tampaknya persoalan yang terjadi amat serius dan penting, kedua orang anggota Kay-pang itu telah berdandan menjadi dua orang pelayan.

Sin Jut serta Kui Meh memang sesungguhnya berwajah cakap maka setelah berdandan wajah mereka tampak semakin polos dan menarik.

Kedua orang itupun menyoren sebilah pedang dipunggungnya. Sambil tertawa Cu Siau-hong berkata:

"Kenapa kalian berdua telah merubah dandanannya menjadi begini rupa..”

Kui Meh Ong peng segera tertawa pula, sahutnya. "Inilah yang dinamakan Harimau menempuh seribu li

makan daging, anjing menempuh seribu li makan najis, bil kami harus dibandingkan dengan Cu kongcu, sudah barang tentu selamanya tak dapat bisa menyusul"

"Oooh.. apa maksudmu?"

"Sekarang kami adalah pelayan Cu kongcu" kata Ong peng menerangkan, "bukankah kongcu sudah mempunyai tiga orang dayang? Kini bisa ditambah lagi dengan dua orang pelayan, hal mana pasti akan semakin menjunjung tinggi tingkat kedudukan kongcu"

"Aaah kejadian semacam ini hanya menurunkan derajat kalian berdua saja, eeh... mana yang lain?"

"Mereka sudah berangkat lebih dulu". sahut Tan Heng cepat, "kini, kitapun harus segera berangkat'

"Baik, mari kita berjalan sambil berbincang"

"Padahal kami sendiripun kurang begitu jelas tentang masalah ini" kata Ong Peng, "konon, tugas kita adalah untuk menghadang sebuah kereta kuda, lo-pangcu telah berpesan agar segala sesuatunya menurut perkataan kongcu, kami harus bersikap seolah-olah kami memang benar-benar pelayannya kongcu'

"Apakah kalian berdua sudah tahu kereta kuda itu kini diparkir di mana ?"

"Soal itu tak perlu kongcu risaukan, sebab anggota perkumpulan kami akan segera mengabarkan tempat tersebut kepada kita bertiga"

Dibawah petunjuk dari para anggota Kay-pang yang berada di sepanjang jalan, dengan cepat mereka bertiga telah berhasil menyusul kereta kuda tersebut

Yang bertindak sebagai kusir kereta adalah seorang nenek yang rambutnya telah beruban semua, wajahnya dingin dan kaku seakan-akan semua orang di dunia ini telah berhutang banyak kepadanya dan sampai sekarang belum dibayar.

Kereta itu masih berada di jalan raya beberapa li di kota sebelah selatan, jelas penjagaan yang dilakukan pihak Kay pang ketat sekali, beberapa puluh li di luar kota sudah berada di bawah pengawasan mereka.

Walaupun jalan raya itu luas namun orang yang berlalu lalang sedikit sekali.

Ketika mereka tiba beberapa puluh kaki di depan kereta tersebut, mendadak dari belakang sebatang pohon telah melompat keluar seorang anggota Kay-pang yang segera berbisik:

"Kereta didepan itulah sasaran kita, hati-hati dengan cambuk panjang dari si nenek itu dia telah melukai puluhan orang anggota perkumpulan kita" Cu Siau-hong manggut-manggut, dia segera memperlambat langkahnya dan pelan-pelan maju ke depan. Dalam waktu singkat, kereta itu telah tiba di depannya.

Sewaktu selisih jarak kedua belah pihak masih ada tiga empat kaki mendadak kereta itu berhenti.

Melihat jalan perginya dihadang orang si nenek yang berada diatas kereta itu menarik muka kemudian berkata dengan dingin.

"Bocah muda tampaknya kau telah bosan hidup."

"Tidak aku masih ingin hidup seratus tahun lagi, aku belum ingin mati apalagi dalam usiaku yang masih begini muda"

Dengan sorot mata yang tajam nenek itu mengawasi sekejap seluruh tubuh Cu Siau-hong, setelah itu tegurnya:

"Bila tak ingin mati mengapa kau menghadang didepan kereta kami?"

"Aku rasa jalan raya ini bukan hanya khusus untuk dilalui kereta saja, manusiapun boleh melewatinya"

Si nenek berambut putih itu segera tertawa dingin.

"Betul manusiapun boleh melewati jalan raya ini" sahutnya, "cuma kalau kau tidak berniat menghindari kereta, maka tubuhmu akan tergilas oleh roda-roda kereta"

"Oya? aku mempunyai pandangan lain, aku rasa kereta ini belum tentu bisa menggilas orang sampai mati"

Dengan geramnya nenek berambut putih itu mendengus dingin.

"Orang muda, apakah kau ingin mencobanya?" "Betul, aku memang ingin mencobanya" "Hei bocah cilik, tampaknya kau memang ada maksud untuk mencari gara-gara dengan kami?"

“Nyonya tua, kalau kau beranggapan demikian, Yaa ....

apa boleh buat lagi!"

Tiba-tiba nenek berambut putih itu mengayunkan cambuknya dan segera diayunkan ke depan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar