Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 28

Kedua orang itu berjalan keluar dari kamar, waktu itu Tan Tiang kim sudah menunggu di depan pintu.

Walaupun dia adalah seorang tianglo di dalam perkumpulan Kay-pang, namun terhadap pangcunya menaruh rasa hormat yang amat sangat, dia melaporkan namanya lebih dulu, kemudian baru mendorong pintu dan masuk ke dalam ruangan.

Pek Bwe dan Cu Siau-hong segera mengikuti dibelakang Tan Tiang kim berjalan masuk ke dalam.

Waktu itu Ui pangcu sadang duduk di ruang tengah, jenggotnya sepanjang dada terurai lembut, dihadapannya terlihat kayu wangi yang dibakar sebagai dupa.

Asap dupa mengepul di angkasa dan menyiarkan bau harum ke mana-mana Tan Tiang kim segera membungkukkan badannya memberi hormat, kemudian ujarnya:

"Tecu telah berhasil mengundang kehadiran Cu Siau hong dan Pek Bwe, menantikan perintah selanjutnya!"

Pelan-pelan Ui Pangcu membuka matanya dan mengangguk. "Silahkan duduk!"

Pek Bwe dan Siau-hong segera mengambil tempat duduk.

"Tiang kim, kau boleh keluar" kata Ui pangcu "aku hendak berbincang-bincang dengan Pek Bwe dan Siau hong"

Tan Tiang kim segera mengiakan, setelah memberi hormat dia lantas mengundurkan diri:

Bahkan Tan Tiang kim pun dipersilahkan mundur dari sini dapat diketahui kalau persoalan yang hendak diperbincangkan adalah suatu persoalan yang penting sekali.

Dengan sorot mata yang amat tajam, Ui pangcu memperhatikan wajah Cu Siau-hong lekat-lekat, kemudian katanya:

"Nak, dapatkah kau memberitahukan kepadaku darimana asal datangnya ilmu silatmu itu?

“Aaaai bukannya aku si pengemis tua berbicara besar

atau bermaksud menghina, tapi yang pasti jurus pedang dan ilmu gerakan tangan tak mungkin bisa dimiliki oleh perguruan Bu-khek-bun"

Berada didepan seorang lo-pangcu yang berbudi luhur dan mempunyai reputasi baik dalam mata umat persilatan, terpaksa Cu Siau-hong harus berkata: "Locianpwe, sesungguhnya boanpwe sudah terbelenggu oleh sumpah yang telah kuucapkan, sehingga ada  sementara persoalan yang tak mungkin bisa kujawab dengan sejujurnya, tapi bisa boanpwe terangkan bahwa ilmu silat yang kumiliki itu kuperoleh dari dalam sejilid kitab pusaka ilmu silat"

"Siapakah yang menghadiahkan kitab itu kepadamu?

Apakah kau dapat memberitahukannya kepadaku?"

"Tidak dapat, justru hal inilah merupakan belenggu boanpwe terhadap sumpah yang telah kuucapkan"

"Aai.. nak, katakanlah sendiri, pilihlah hal-hal yang bisa diberitahukan kepada ku"

"Orang yang memberikan kitab pusaka itu kepada boanpwe tinggal didalam perkampungan Ing-gwat-san ceng?'

Ui lo-pangcu segera manggut-manggut.

"Itulah dia!" katanya. "nak sewaktu kau menerima kitab tersebut, pernahkah dia ujukan persyaratan yang harus kau penuhi?"

"Tidak!"

"Apakah kitab itu harus diserahkan kembali kepadanya?"

"Tak perlu diserahkan kembali, cuma locianpwe itu pernah berpesan kepada boanpwe bila telah selesai mempelajarinya maka kitab tersebut harus dibakar sampai habis"

"Sudah kau kerjakan?"

"Bee... betul sudah boanpwe musnahkan"

“Apakah kau masih bisa mengingat semua isi kitab tersebut dengan jelas?" "Masih ku ingat semua dengan jelas, tak sepatah katapun yang kulupakan "

"Kalau memang begitu bagus sekali, tapi kalau lebih baik lagi adalah mencatatnya kembali lalu disembunyikan disuatu tempat yang tersembunyi sehingga tak sampai diambil orang!"

"Tapi tempat yang paling aman adalah dalam benak boanpwe sendiri. " Ui lo-pangcu segera manggut-manggut.

'Ehmmm, apakah kau tidak kuatir jika sampai lupa?" tegurnya.

"Tidak mungkin, daya ingatan boanpwe cukup baik, apalagi semua ilmu silat yang tercantum dalam kitab itupun sudah mulai boanpwe latih semua"

"Bagus sekali, moga-moga saja kau bisa melatih semua kepandaian tersebut dengan sebaik-baiknya"

"Terima kasih atas petunjuk dari cianpwe."

Ui lo-pangcu segera mengalihkan sinar matanya ke wajah Pek Bwee, setelah memandang matanya sekejap dia memanggil dengan suara lembut:

'Saudara Pek "

"Pek Bwe tidak berani, Pek Bwe tidak berani, lo-pangcu ada urusan apa?" buru-buru Pek Bwe bertanya. Sambil mengelus jenggotnya, Ui lo-pangcu tertawa, katanya:

"Siau-hong terbelengguoleh sumpahnya sehingga tidak leluasa untuk membicarakan persoalan itu, karenanya bagaimana kalau kita saja yang berbincang-bincang sebentar?

"Semua pertanyaan lo-pangcu, pasti akan Pek Bwejawab bila kuketahuj..." sahut Pek Bwe dengan hormat, Cu Sian hong segera tersenyum sambil menimbrung: "Aku hanya berjanji kepada locianpwe tersebut untuk tidak menceritakan tentang dirinya, soal lain aku tidak menjadikan apa-apa"

Pek Bwee manggut-manggut sambil tertawa, katanya kemudian:

"Lo-pangcu ingin menanyakan soal apa?"

"Menurut pendapatmu, siapakah orang yang memberi buku kepada Siau-hong'

"Lo-pangcu, apakah kau curiga kalau orang itu kemungkinan adalah si Pena Wasiat?"

“Yaa, aku si pengemis tua memang mempunyai pandangan demikian"

"Kalau begitu, orang tersebut telah sampai di perkampungan Ing-gwat-san-ceng, lagipula sudah berdiam cukup lama disitu, hanya saja tiada orang yang mengetahui keadaannya yang sebenarnya"

Pembicaraan itu meski tertuju kepada Ui pangcu, namun sepasang matanya justru dialihkan ke wajah Cu Siau-hong.

Cu Siau-hong mengangguk tiada hentinya. Kembali Ui pangcu berkata:

"Pek lote, kemampuan orang itu menyembunyikan diri sudah pasti hebat sekali sehingga andaikata ia tidak mencari orang, mungkin sulit bagi orang lain untuk menemukan indentitasnya?"

Sekali lagi Cu Siau-hong mengangguk.

"Lo-pangcu" kata Pek Bwe kemudian ?menurut dugaanku, dia sengaja menyembunyikan diri didalam perguruan Bu-khek-bun adalah bertujuan untuk mengawasi gerak gerik Tiong Leng kang. Pena Wasiat tak pernah melibatkan diri didalam pertikaian dunia persilatan, oleh sebab itu walaupun ia tahu kalau Bu-khek-bun sudah terjerumus dalam keadaan yang amat berbahaya, dan meski dia merasa puas dengan watak serta cara kerja Tiong Leng kang namun tak mampu untuk mencampuri atau membantunya, sebab itu diapun lantas memilih seseorang dan menghadiahkan kitab pusaka kepadanya dengan harapan orang itu bisa menyelamatkan Bu-khek-bun dari kehancuran, sayang sekali kehendak Thian sukar dibantah sehingga orang perguruan Bu-khek-bun gagal untuk menghindarkan diri dari bencana tersebut, meski dia merasa pedih, namun tak mampu untuk menghalangi terjadinya bencana tersebut"

Ketika Ui pangcu menyaksikan Cu Siau-hong hanya membungkam belaka, dia lantas mengangguk sambil tertawa:

"Mungkin memang begitulah duduknya persoalan" Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

"Aaaai... hanya tidak tahu, apakah dia pun turut menjadi korban di dalam musibah tersebut?"

"Soal ini... soal ini. " Pek Bwe tergagap.

Cu Siau-hong menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tampaknya dia sudah kabur dari bencana itu?"

sambung Pek Bwe.

"Bila dia ingin melarikan diri, hal ini pasti dilakukan beberapa hari sebelumnya. " kata Ui lo-pangcu pula.

-oOo>d’w<oOo CU SIAU-HONG kembali menggeleng. "Kalau begitu dia masih tetap tinggal dalam perkampungan?" ucap Pek Bwe.

Sekali lagi Cu Siau-hong menggeleng.

"Ui pangcu jangan-jangan diapun sudah mati" pekik Pek Bwe kemudian.

Cu Siau-hong hanya termenung tidak berbicara.

"Apakah dia sudah mati beberapa hari sebelumnya?" tanya Pek Bwe lagi.

Tiba-tiba Cu Siau-hong mengangguk.

"Apakah dia mati ketika perkampungan Ing-gwat-san ceng hampir diserang ?" kata Ui lo-pangcu.

Cu Siau-hong memandang wajah Ui lo-pangcu dan Pek Bwee sekejap, sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

"Yang menjadi persoalan sekarang adalah dia benar benar sudah mati? Ataukah menggunakan siasat mati untuk menghindarkan diri pertikaian tersebut", kata Ui lo-pangcu lagi.

"Dia toh bisa menghindarkan diri dari kematian? Kenapa musti berpura-pura mati?"

"Bila berbuat demikian, hal ini pasti akan menimbulkan kecurigaan orang, selama-lamanya cara kerja Pena Wasiattak boleh meninggalkan bekas yang bisa menimbulkan kecurigaan!"

Pek Bwe mengangguk berulang kali. 'Ucapan pangcu memang benar!"

"Aku pikir, entah dia muncul dalam bentuk apa dan menampakkan diri dimana, cara yang paling sempurna untuk menutupi jejaknya adalah kematian" "Dalam dunia ini memang tiada persoalan lain yang lebih mudah dilupakan orang dari pada suatu kematian"

"Benar! Itulah sebabnya mengapa ia tak pernah dicurigai orang selama ini"

"Kalau begitu, dia adalah seorang manusia?"

"Sulit untuk dikatakan! Tak ada orang yang kenal dengannya,juga taktahu apa kedudukannya sekarang, menurut pendapat aku si pengemis tua, entah dia menampakkan diri dimana dan pada saat apapun, mungkin penampilannya itu tak akan menarik perhatian orang atau perkataan lain dia selalu menampakkan diri dalam kedudukan masyarakat yang rendah"

"Lo-pangcu, apakah kita perlu melakukan pemeriksaan, benarkah dia sudah mati sungguhan atau tidak?"

"Bukan soal perlu atau tidak, tapi kita harus melakukan pemeriksaan tersebut"

“Mau periksa sih mudah saja! Tapi bagai mana, caranya kita lakukan pemeriksaan tersebut?"

"Soal itu, tergantung adakah orang yang bersedia membantu usaha kita, kalau berbicara menurut watak Tiong buncu, bila dalam anggota Bu-khek-bun kedapatan ada yang mati, maka dia pasti akan mengubur jenazah secara wajar dan baik"

"Tentu saja demikian"

"Nah inilah titik terang yang bisa kita gunakan sebagai pangkal penyelidikan kita'

"Perlukah kita membuka peti mati untuk melakukan pameriksaan?' 'Persoalannya sekarang adalah sekarang dia berada dimana? Dimana jenasahnya di kuburkan?" Kali ini Cu Siau-hong tidak mengangguk, juga tidak menggeleng.

Melihat itu, Ui lo-pangcu segera menghembuskan napas panjang, katanya lebih jauh:

"Pek Bwe lote, menurut jalan pemikiranku, tempat jenasahnya dikubur sudah pasti tak terlalu jauh letaknya dari perkampungan Ing-gwat-san-ceng."

Pek Bwe dan Ui pangcu segera menengok kembali ke wajah Cu Siau-hong.

Si anak muda itu masih tetap duduk dengan tenang di tempat tanpa mengangguk ataupun menggeleng. Pek Bwee lantas mendeham beberapa kali, katanya:

"Kalau begitu tempat jenasah itu dikubur pasti sukar sekali ditemukan."

"Mungkin juga orang yang mengubur jenasahnya telah mengalami musibah semua, sehingga tak ada orang yang tahu dimanakah letak tempat penguburannya?"

Paras muka Cu Siau bong kelihatan amat sedih, namun ia tidak bergerak ataupun mengucapkan sepatah kata pun.

Pek Bwe segera berkerut kening lalu mendeham berat, ujarnya kembali: "Lo-pangcu, kelihatannya persoalan ini rada sedikit merepotkan"

"Yaa, memang ada sementara persoalan yang tak bisa terlampau dipaksakan "

Cu Siau-hong mendongakkan kepalanya dan memandang kedua orang itu sekejap, kemudian tertawa getir. "Pek lote" kata Ui pangcu kemudian, "aka rasa mungkin ada banyak orang yang tahu akan persoalan ini, kenapa kita tidak mencari orang lain untuk ditanyanya?"

Kali ini Cu Siau-hong memberikan reaksinya, kembali dia menggelengkan kepalanya berulang kali. Ui Pangcu segera tersenyum, katanya:

"Pek lote, dalam persoalan ini, jangan biarkan terlalu banyak orang yang tahu"

Kembali Cu Siau-hong mengangguk.

"Saudara Pek, aku lihat kita pikirkan kembali persoalan ini pelan-pelan, siapa tahu bisa kita pikirkan suatu cara yang lebih praktis dan sempurna?" Pelan-pelan Cu Siau-hong bangkit berdiri kemudian katanya:

"Boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu"

"Baik! Kau boleh berangkat selangkah lebih duluan, setelah lelah seharian penuh memang sepantasnya kalau kau pergi beristirahat"

Cu Siau-hong segera membalikkan badan dan pelan pelan berlalu dari tempat itu.

Memandang bayangan punggung Cu Siau-hong yang menjauh, Pek Bwe menghembuskan napas panjang katanya:

"Lo-pangcu, bocah ini terlalu muda, tidak tahu aturan, bila telah melakukan kesalahan harap lo-pangcu jangan marah!"

"Saudara Pek, aku dapat melihat bahwa perasaannya amat gundah dan berat sekali"

Bila orang muda bisa memegangjanji hal ini tak akan merugikan      kepribadiannya      dan      kejadian    tersebut merupakan suatu perbuatan yang baik, lohu merasa tidak leluasa untuk terlampau menegurnya"

"Aku mengerti, kitalah yang telah menyusahkan dia, mana mungkin kita akan menegurnya lagi?".

"Sungguh, bijaksana lo-pangcu menghadapi setiap persoalan, lohu merasa kagum sekali"

Ui pangcu segera tertawa.

"Pek lote, kalau didengar dari pembicaraan Siau-hong, agaknya Pena Wasiat memang benar-benar telah berkunjung ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng, sedangkan kitab pusaka Bu beng kiam bok tersebut rupanya juga merupakan hadiah dari Pena Wasiat '

'Yang membuat lohu keheranan adalah Pena Wasiat tak pernah melibatkan diri dalam pertikaian dunia persilatan, kenapa ia bisa menghadiahkan sejilid kitab Kiam boh kepada Cu Siau-hong?'

"Pek lote" kata Ui pangcu dengan wajah serius, "Aku rasa persoalan ini tak akan terlepas dari dua alasan, pertama Pena Wasiat telah menetapkan ahli warisnya dan Cu Siau hong mungkin merupakan pilihannya."

"Oooh... soal ini bukankah sedikit agak berbeda dengan cara kerja Pena Wasiat pada umumnya? Bukankah cara kerja Pena Wasiat selamanya amat rahasia?"

"Bila pertanyaan ini kau ajukan kepadaku lebih awal sendiri, maka akupun tak akan mampu untuk menjawabnya, tapi sekarang aku si pengemis tua telah berhasil menelusuri sedikit akan duduknya persoalan'

"Lohu siap mendengarkan penjelasan!'

"Orang yang berhak memegang Pena Wasiat selain musti jujur  dan  bijaksana,  yang  paling  penting  lagi  adalah  dia harus memiliki ilmu silat yang sangat lihay serta ji-wa yang sosial dan tidak serakah akan pahala dan kedudukan, orang orang semacam ini tak mungkin bisa dibina sedari kecil, melainkan harus dicari dari antara pendekar-pendekar sejati yang telah ada didalam dunia persilatan, ternamanya Tiong buncu dalam dunia persilatan menunjukkan kalau dia punya pamor mungkin diapun termasuk salah seorang pilihannya untuk menggantikan kedudukannya si pemegang Pena Wasiat tersebut, oleh karena itu pula baru tersiar berita bahwa Pena Wasiat telah datang keperguruan Bu khek-bun"

Berbicara sampai disini, mendadak ia menutup mulut.

Pek Bwe menghela napas panjang, katanya:

"Leng kang memang cukup jujur dan bijaksana, tapi ilmu silatnya masih belum cukup untuk menduduki jabatan memegang Pena Wasiat, Lo-pangcu tak usah ragu-ragu lagi untuk berbicara, apa yang ingin kau katakan, utarakan saja secara terus terang"

"Menurut dugaan aku sipengemis tua, Pena Wasiat telah berkunjung ke Bu khek-bun mungkin telah melakukan pula suatu penyelidikan yang seksama, setelah mengetahui kalau Tiong buncu merupakan anggota persilatan yang secara langsung terlibat didalam pertikaiannya dan merasa tidak co-cok dengan syarat sebagai pemegang Pena Wasiat, maka pilihannyapun terjatuh pada Cu Siau-hong. Tentu saja, Cu Siau-hong pun merupakan pilihan permulaan saja, sedang mengenai cara untuk merahasiakan indentitasnya, tentu saja kematian merupakan suatu tindakan yang paling tepat"

Pek Bwee mengangguk tiada hentinya.

"Benar dengan kecerdaaan dan kebijaksanaan Siau-hong, dia memang merupakan pilihan yang paling baik tapi menurut pandangan lohu agaknya dia tidak memiliki suatu kewibawaan, apakah hal ini cocok untuk menjabat sebagai pemegang Pena Wasiat?"

"Soal ini? Aku seorang pengemis tuapun mempunyai semacam pandangan yang berbeda, Cu Siau-hong termasuk diantara orang yang berwajah gagah, dapat menegakkan keadilan dan kebenaran, juga tidak terlalu mempersoalkan segala tetek bengeknya masalah, tindakannya untuk menampung Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan suatu bukti yang nyata dari kebesaran jiwanya, tapi juga merupakan suatu tindakan yang tepat selain dari pada itu, untuk menolong Tiong It-ki merupakan suatu tindakan yang belum tentu bisa tercapai meski telah mengorbankan nyawa puluhan orang jago lihay pun tentu saja cara yang digunakannya itu hanya Cu Siau-hong seorang yang bisa mempergunakannya, bila berganti orang lain belum tentu dia memiliki syarat yang cukup untuk menaklukkan ketiga orang siluman perempuan tersebut"

"Aaaai... lo-pangcu, akupun masgul karena persoalan ini, bagamanapun juga tindakan Siau-hong untuk menerima ketiga orang siluman perempuan itu untuk selalu mendampinginya bukan merupakan tindakan yang baik, tapi apa yang harus kita lakukan? Harap lo-pangcu bersedia memberi putunjuk untuk mengatasi hal ini'

"Aku rasa, soal ini tak perlu kalian risaukan, walaupun aku tidak mengerti soal ilmu perbintangan, namun pengalamanku selama puluhan tahun hidup menjadi manusia, membuat pandanganku terhadap orang  lain jarang keliru."

"Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan perempuan-perempuan cabul yang sudah amat termashur namanya dalam dunia persilatan, bagaimana mungkin Bu khek-bun bisa menerima mereka? Sekalipun sebelum matinya   Leng   kang   telah   meninggalkan   pesan   yang mengijinkan Siau-hong bertindak sekehendak hatinya tanpa terikat oleh peraturan Bu-khek-bun, tapi bila ia sampai melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dengan membawa serta beberapa orang cabul itu, maka harus ditaruh ke manakah nama baik perguruan? Apalagi dia masih muda, berdarah panas dan besar gairah hidupnya, andaikata kena terangsang oleh pancingan yang berani ketiga orang budak tersebut, bukankah kejadian ini akan mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang memalukan?"

Ui Pangcu segera tertawa.

"Lote, kalau toh sudah tidak terbelenggu oleh peraturan perguruan Bu-khek-bun dan mengapa pula kau harus menguatirkan baginya?'.

"Lo-pangcu, agaknya kau sama sekali tidak merasa  kuatir akan persoalan ini?"

'Kuatirpun apa gunanya?. Dalam kenyataan, cara kerjanya sudah merupakan suatu tindakan yang baik, Pek lote, seandainya Tiong It-ki belum tertolong sekarang, dapatkah Bu-khek-bun menerima permintaan dari ke tiga orang perempuan itu?"

"Soal ini... soal ini...'

Sambil tertawa Ui pangcu segera berkata:

"Aku percaya, Bu-khek-bun pasti akan menyetujui permintaannya, waktu itu Bu-khek bun sudah pasti bukan memikul suatu beban yang berat sekali "

"Tapi Cu Siau-hong telah meluluskannya itu berarti kamipun tak dapat menampiknya lagi.”

"Paling tidak, dalam perasaan kalian tak akan terdapat beban terlampau berat" "Maksud pangcu.."

"Maksud lohu, bila Cu Siau-hong bisa bertindak bijaksana tanpa mempersoalkan hal-hal yang kecil. ".

Mendadak ia berhenti berbicara, wajahnya berubah menjadi amat serius, pelan-pelan lanjutnya:

"Pek lote, semenjak Pena Wasiat muncul dalam dunia persilatan, sudah banyak manusia munafik yang dibongkar kedoknya sehingga ketenangan yang meliputi dunia persilatan selama ini boleh dibilang merupakan pemberian dari pada wasiat, tapi keadilan meningkat satu depa, kejahatan meningkat satu tombak, sekalipun Pena Wasiat berhasil membongkar kedok kemunafikan sementara orang, namun hal itu justru telah mendesak pula kaum laknat dan manusia keji itu untuk menyembunyikan dirinya semakin rapat, dari laporan Tiang kim dapat kuketahui semua kejadian dalam kebun raya Ban-hoa-wan, kekuatan serta pengaruh yang begitu besarnya tak mungkin bisa terbentuk dalam satu hari saja, apalagi sudah puluhan tahunan dalam dunia persilatan dalam ketenangan mustahil secara tiba-tiba bisa masuk sekelompok kekuatan yang demikian besarnya, oleh sebab itu menurut pendapat lohu, sudah pasti kelompok kekuatan itu telah dibina banyak tahun, cuma tindak tanduk mereka terlampau rahasia dan gerak geriknya amat misterius sehingga sulit buat orang lain untuk menduga asal usulnya "

"Benarjuga perkataanmu itu, misalnya saja Keng-ji kongcu itu bukan cuma ilmu silatnya saja yang sangat

lihay, pengetahuan nya pun luas sekali, agaknya ilmu silat yang dipelajarinya berasal dari satu aliran yang sama

"Nah itulah suatu titik kelemahan" sela Ui pangcu. Pelan pelan ia bangkit berdiri, kemudian melanjutkan: "Pek lote, kau boleh pergi, berhubung masalahnya terlampau besar, mungkin soal ini tak bisa dibicarakan sampai jelas dalam dua tiga patah kata saja. Kitapun tak usah menduga-duga yang tidak-tidak, malam sudah larut, silahkan Pek lote kembali ke kamar untuk beristirahat"

Persoalan itu memang terlampau berat dan besar, Pek Bwe sendiripun tahu kalau persoalan ini tak mungkin bisa dibicarakan lebih jauh, maka ia lantas beranjak dan mohon diri..

Dia tidak segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat, melainkan berbelok menuju ke kamar tidurnya Cu Siau hong.

Cahaya lampu menerangi ruangan itu, sambil bertopang dagu Cu Siau-hong sedang memandangi sinar lentera itu dengan termangu:

Ketika mendengar suara langkah mendekat Cu Siau hong baru mendongakkan kepalanya, jelas perasaannya sangat berat dan gundah sehingga dia memusatkan perhatiannya ke satu arah sambil mengulapkan tangannya, Pek Bwe menegur:

"Nak, kau belum tidur?"

Cu Siau-hong bangkit berdiri dan mengambilkan secawan air teh untuk Pek Bwe, setelah itu katanya dengan lirih:

"Boanpwe sedang memikirkan beberapa persoalan!" "Apa yang kau pikirkan?..

`Aaaai... boanpwe masih muda dan tak tahu urusan, setelah kululuskan permintaan Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo-tian untuk membawanya keluar dari kebun raya Ban hoa-wan, sekarang aku tak tahu bagaimana caranya untuk menempatkan mereka?'

Setelah memperoleh petunjuk dari Ui pangcu, pikiran dan cara berpandangan dari Pek Bwe jauh lebih terbuka. sambil tertawa katanya.

'Kenapa? Jika belum tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikan persoalan mereka, kenapa kau meluluskan permintaan nya?'

"Waktu itu boanpwe hanya bertujuan untuk menolong It-ki sute, sekalipun mereka ajukan syarat yang lebih tinggi, aku tetap akan meluluskannya tak kusangka..."

"Tak kau sangka kalau akhirnya akan mendatangkan banyak kesulitan bagimu?" sambung Pek Bwe.

"Saat ini boanpwe sedang mengawali kesulitan tersebut" "Coba katakan agak jelas kesulitan macam apakah yang

sedang kau alami sekarang'

"Boanpwe merasa masih banyak urusan yang harus segera diselesaikan, akan tetapi aku tak tahu harus menitipkan ketiga orang budak itu dimana?"

"Bukankah Tang ciangbunjin telah setuju untuk menerima mereka sebagai anggota Bu-khek bun”.

"Telah boanpwe pikirkan hal ini, tapi aku rasa tindakan tersebut kurang baik"

Diam-diam Pek Bwee berpikir:

"Bagaimanapun juga, bocah ini sudah banyak membaca buku, kecerdikannya memang jauh melebihi orang lain"

Tapi diluar, sengaja dia bertanya:

"Bagian manakah yang kau rasakan kurang baik?" 'Mereka bertiga adalah orang-orang yang sering kali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pamor mereka kurang baik, jika dibiarkan berada dalam Bu-khek bun, aku kuatir sikap mereka kurang baik, aai....! Tang ciang bunjin terlalu serius dan sukar bergaul dengan mereka, apalagi mereka pun mempunyai banyak permainan busuk, takutnya tindak tanduk mereka akan menimbulkan banyak kejadian yang tak di inginkan"

"Betul juga perkataanmu itu" ucap Pek Bwee, "bagaimana pun juga ke tiga orang budak itu merupakan manusia-manusia cabul yang sudah termashur dalam dunia persilatan, padahal ciangbun suhengmu terlampau jujur dan polos, memang agak susah baginya untuk menghadapi mereka"

"Itulah sebabnya boanpwe merasa kuatir sekali"

"Siau-hong, aku dapat melihatnya." termasuk si pengemis tua Tan Tiang kim, “tampaknya ketiga orang dayang itu hanya mengagumi kau seorang, oleh sebab itu hanya kau saja yang dapat membawa serta mereka bertiga, ilmu silat yang dimiliki ketiga orang budak itu rata-rata hebat sekali, orangnya juga amat cerdas dan cekatan, bila kau sertakan mereka disisimu, jelas sudah mereka merupakan pembantu-pembantu yang bisa diandalkan, bila dikemudian hari watak mereka bisa dirubah, siapa tahu kalau mereka bertiga dapat berubah menjadi orang-orang yang berguna?"

"Aaai... loya cu, boanpwe pun berpikir demikian, tapi selama aku lagi menyelesaikan persoalan, kalau bisa kulakukan seorang diri, sebab membawa serta mereka sungguh merupakan suatu beban bagiku"

Pek Bwe segera tertawa. "Disinilah letak kesulitannya, kau telah meluluskan permintaan orang, tentunya kau tak akan lepas tangan dan tidak mengurusinya lagi bukan?" demikian katanya.

Cu Sung hong termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya:

"Loya cu, Siau-hong telah berhasil menemukan dua tempat yang bisa digunakan untuk menampung mereka, cuma saja, aku masih memerlukan bantuan dari loya cu"

"Aku bisa membantumu? Coba katakan"

'Kay-pang adalah suatu organisasi yang amat besar, tentunya tak menjadi soal bukan bila ditambah lagi dengan beberapa orang murid? Apalagi peraturan perkumpulan itu sangat ketat, mereka pasti tak akan berani melanggarnya secara gegabah"

"Cara ini memang cukup bagus, sayang mereka adalah perempuan, selamanya pihak Kay-pang tidak menerima anggota perempuan"

"Bagaimana dengan perkumpulan Pay-kau?"

"'Pay-kau? Waah. aku si orang tua tak punya akal"

"Loyacu kau orangtua "

Buru-buru Pek Bwe menggoyangkan tangannya berulangkali sambil berseru keras.

"Siau-hong, tak usah mengenakan topi kebesaran kepadaku, loya-cu tak suka menggunakan topi semacam itu"

"Loya cu, apakah kau benar-benar tidak mau mengurusinya?" kata Cu Siau-hong kemudian sambil tertawa getir. "Mengurusi? Bagaimana cara mengurusinya? Kalau menghadapi persoalan macam begini mah aku benar-benar tidak mempunyai kepandaian untuk mencampurinya"

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:

"Padahal, untuk melepaskan keleningan paling tepat kalau orang yang memasang keleningan itu sendiri, kalau toh kau telah mengundang datang ketiga orang dayang itu.. maka sudah seharusnya kau sendiri yang mencari akal untuk menyelesaikannya, aku rasa lebih baik biarkan saja mereka turut serta disampingmu'

Cu Siau bong segera menghela napas panjang.

'Aaai... seandainya kalau memang tiada cara lain, terpaksa aku musti berbuat demikian" katanya.

"Bila kau dapat memahaminya, ini lebih baik.

Sesudah mendehem beberapa kali, sambungnya lebih jauh:

"Siau-hong semua perkataanmu telah selesai kau ucapkan ...sekarang giliran aku si orang tua yang hendak menanyakan beberapa persoalan kepadamu."

"'Boanpwe telah siap untuk mendengarkannya."

"Entah siapa dan macam apakah orang yang mati dalam perkampungan Ing-gwat-san-ceng menjelang datangnya penyerbuan ditengah malam itu aku rasa sudah pasti tak banyak orang yang mengetahuinya bukan?"

Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang tidak menarik perhatian orang, tapi seandainya sampai tersiar keluar sudah pasti peristiwa ini akan menggemparkan seluruh dunia persilatan" kata Pek Bwe kembali. 'Ucapan loyacu memang benar"

"Hal-hal yang maha penting dalam persoalan ini justru terletak disinilah, coba kau pikirkan, seandainya hal ini ditanyakan ke pada orang lain, mungkinkah '

Cu Siau-hong segera menghela napas panjang tukasnya: "Dibalik  kejadian  ini  terdapat  banyak  hal  yang  amat

mencurigakan, boanpwe telah bertekad untuk

memeriksanya sampai jelas!' "Kalau begitu pergilah"

"Baik... seandainya persis seperti apa yang loya cu katakan, maka dalam peristiwa ini paling tidak kalau jangan sampai diketahui orang yang terlalu banyak"

"Perlukah persoalan ini kita beritahukan kepada Ui lo pangcu?"

"Soal ini, biarlah kau orang tua yang menentukan." Pek Bwe lantas manggut-manggut.

"Baik Siau-hong, kau bersiap-siap kapan  baru berangkat?"

`Besok malam."

Pek Bwe termenung lagi sejenak, kemudian bertanya lebih jauh:

"Siau-hong, apakah kurang leluasa kalau dilakukan ditengah hari bolong....

"Boanpwe akan tiba disitu sebelum hari gelap dan turun tangan menjelang kentongan pertama, aai.. untung saja boanpwe sudah mendapat perintah dari mendiang suhu untuk tidak terikat oleh peraturan perguruan Bu-khek-bun, andaikata aku masih terhitung murid Bu-khek-bun, sudah pasti banyak gerak gerikku yang dibatasi oleh peraturan perguruan"

"Disinilah terletak kebijaksanaan serta ketelitian Leng kang dalam berpikir, juga berarti kepercayaannya yang amat besar terhadap dirimu, sehingga kau diberi kesempatan untuk bertindak dengan leluasa"

"Boanpwe merasa amat tarharu dan berterima kasih sekali atas kebijaksanaan mendiang suhu, setelah beliau memberi kesempatan yang begini baik kepadaku, sudah sepantasnya bila boanpwe mempergunakannya sedapat mungkin...'

Pek Bwe tertawa.

"Siau-hong, beristirahatlah sebentar", katanya kemudian. "besok, kau masih ada urusan yang harus segera diselesaikan"

Keesokan harinya, Cu Siau-hong mengundang datang Lik Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo-tan, kemudian pelanpelan dia berkata:

"Sekarang, kita akan menentukan suatu persoalan yang sangat penting artinya"

"Persoalan apakah itu?" tanya Liok Hoo dengan wajah tertegun dan tidak habis mengerti.

"Sekarang, kalian harus menentukan apakah masih ingin mengikuti diriku atau tidak?" Dengan cepat Lik Hoo manggut-manggut.

"Tentu saja kami masih akan terus mengikuti Cu kongcu" sahutnya segera.

"Boleh saja bila kalian ingin mengikutiku, cuma sebelumnya aku hendak membicarakan beberapa buah syarat dengan kalian?" 'Syarat apa?"

"Pertama, kalian harus bertobat serta tak boleh melakukan perbuatan yang melanggar hukum serta adat istiadat lagi."

"Soal ini, kami pasti akan berusaha untuk, menurutinya" "Kedua,  aku  adalah  seorang  yang  suka  sekali mencari

urusan, selama kalian mengikutiku, sudah pasti akan ada

banyak kesulitan dan penderitaan yang akan kalian rasakan"

"Kami bersedia mengikuti kongcu, sekali pun harus mati juga tidak menyesal"

"Persoalan ketiga, merupakan persoalan yang mungkin sulit untuk kalian kerjakan"

"Persoalan apakah itu? Harap kongcu katakan"

"Menjaga diri, hubungan kalian denganku tak lebih hanya hubungan dayang, aku harap kalian dapat menjaga diri kalian sebagai seorang budak, dan jangan melakukan hal-hal yang kelewat batas!'

Ui Bwe segera tertawa, katanya:

"Tentang persoalan ini kami sudah cukup memahami, kami akan mengikuti kongcu, melayani kongcu serta mengurusi soal makanan dan pakaian bagi kongcu"

"Kecuali itu, kalian dilarang membunuh orang secara sembarangan" kata Cu Siau-hong menambahkan.

"Baik!'

Cu Siau-hong segera tertawa, kembali dia berkata: "Padahal  kalianpun  tak  usah  mengikuti  aku  mencari

kesengsaraan,  kami  bisa  mencarikan  suatu  tempat  yang

nyaman untuk kalian bertiga tempati... " 'Apakah kongcu sudah tidak maui kami lagi?" tanya Ang Bo tan tiba-tiba.

"Itu sih tidak, aku hanya merasa kalian berhak untuk menentukan pilihan"

"Tak usah" tampik Lik Hoo, "Kami sudah memilih untuk mengikuti kongcu, sampai mati kami akan tetap mendampingimu dan keputusan ini tak pernah akan berubah lagi"

"Baiklah, sewaktu masih dirumah dulu aku pernah memakai dayang, aku adalah orang yang pandai sekali mempergunakan dayang."

"Bagus sekali, kami tiga bersaudara pernah melakukan banyak pekerjaan namun belum pernah menjadi dayang orang, maka kami sangat berharap bisa sungguh-sungguh menjadi seorang budak yang sesungguhnya"

Cu Siau-hong tertawa.

"Kalian jangan terburu gembira dulu" katanya, "Bila kalian sudah menjadi dayangku nanti, kalian pasti akan mengatakan bahwa aku adalah seorang lelaki yang amat sukar dilayani, apalagi soal makanan, aku bisa banyak bicara"

"Kongcu soal semacam itu tak perlu kau kuatirkan lagi, kami tiga bersaudara pernah belajar memasak selama beberapa hari, asal mau bersungguh-sungguh, masakan kami tidak terhitung terlalu jelek"

Diam-diam Cu Siau-hong lantas berpikir.

"Tampaknya ketiga orang dayang ini sudah bertekad untuk mengikuti diriku terus"

Berpikir demikian, dia. lantas berkata. "Kalian tak perlu masuk menjadi anggota Bu-khek-bun lagi, ikuti saja diriku pribadi!"

Ang Bo tan segera tertawa terkekeh-kekeh:

"Sejak meninggalkan tempat itu dulu, budak sekalian memang telah bertekad untuk-turut serta bersama Kongcu sungguh tak disangka apa yang kami harapkan akhirnya tercapai juga ."

"Hari ini, aku hendak meninggalkan kota Siang yang sementara waktu untuk menyelesaikan suatu persoalan

"Apakah akan membawa serta kami bertiga?" Lik Hoo segera bertanya.

"Justru karena kurang leluasa untuk membawa serta kalian bertiga maka aku harap kalian mau tinggal dulu disini..."

"Baik, cuma sampai kapan kongcu baru akan kembali?" "Paling cepat malam nanti juga sudah kembali, atau

paling lambat besok tengah hari" "Hanya sehari?"

"Benar tempat ini merupakan markas sementara perkumpulan Kay-pang, keamanannya terjamin, cuma selama tinggal disini, ada baiknya bila kalian bertindak  lebih berhati-hati lagi "

"Hati-hati soal apa lagi?" Sela Lik Hoo, "tempat ini toh sudah aman dari gangguan, kami harus berhati-hati terhadap soal apalagi?"

"Hati-hati dengan tingkah laku kalian sendiri jangan sampai menerbitkan lelucon yang tak lucu"

Paras muka Lik Hoo kontan saja berubah menjadi merah padam lantaran jengah, katanya: "Tak usah kuatir kongcu, kami pasti tak akan membuat kongcu kehilangan muka, mulai sekarang kami semua akan menjadi seorang perempuan yang bersih dan jujur"

"Semoga saja demikian ..."

Setelah berhenti sejenak, dan melanjutkan.

"Kalian boleh bersiap-siap sekarang, hari ini aku ingin bersantap siang yang lezat dan penuh kenikmatan, setelah itu baru keluar rumah untuk manyelesaikan urusan`

Tiga orang perempuan itu saling berpandangan sambil tertawa kemudian bersama-sama mengundurkan diri dari situ, betul juga mereka turun kedapur untuk  mempersiapkan hidangan.

Koki yang memasak nasi menjadi bingung menyaksikan tiga orang nona besar yang cantik jelita mendadak menyerbu masuk, lalu yang memasang api yang mencuci sayur mereka bertiga tanpa menggubris pandangan keheranan orang dan turun tangan sendiri.

Jangan dilihat ketiga orang itu adalah perempuan perempuan jalang yang telah termashur namanya dalam dunia persilatan, namun kepandaian mereka membuat sayur ternyata luar biasa sekali.

Mendekati tengah hari, mereka telah mempersiapkan delapan macam hidangan yang amat lezat. Yang mengeluh justru sang kokinya, sebab bahan masakan yang dipilih tiga'orang perempuan itu hanya bagian-bagian yang paling baik, seperti misalnya untuk sawi, mereka hanya mengambil sedikit ay-sim nya saja. sedang sisanya di tinggal dengan begitu saja.

Cu Siau-hong mencicipi ke delapan macam masakan itu satu per satu, lalu sambil tertawa katanya: "Kepandaian memasak kalian bertiga sungguh luar biasa sekali" "Aaah, sudah lama kami tak pernah turun ke dapur, rasanya tangan masih rada kaku, kongcu "

Cepat-cepat Cu Siau-hong mengulapkan tangannya seraya berkata:

"Aku hanya berkata masih lumayan juga, tidak terhitung sangat baik, hanya cukup soal makan saja, entah berapa banyak tenaga dan pikiran yang telah kalian buang?"

"Kongcu, bumbu yang tersedia didapur tidak komplit" kata Ui Bwe dengan cepat, "coba kalau kami diberi kesempatan untuk berbelanja sendiri, mungkin masakannya akan jauh lebin baik"

"Aaah, kita kan hidup bersama-sama, masalah itu sih tak usah diributkan, apalagi aku hanya ingin mencoba kepandaian memasak kalian saja, hidup sebagai manusia di dunia ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ambil contohnya saja seperti masak memasak, sekalipun kelihatannya gampang sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang enteng, aku rasa dengan diambil contoh ini, tentunya kalian bisa memikirkan juga masalah-masalah yang lain bukan. "

Lik Hoo segara menghela napas panjang, selanya: "Budak sekalian dapat memahami maksud hati kongcu,

kau suruh kami belajar hidup sebagai manusia yang wajar, menjadi seorang perempuan yang benar dan sewajarnya"

Cu Siau-hong segera tertawa.

"Bila kalian sudah memahaminya, hal ini lebih baik lagi" ucapnya kemudian.

"Kongcu, kami berlatih silat apakah termasuk juga suatu perbuatan yang benar?" tanya Lik Hoo. "Tentu saja perbuatan yang benar" cepat-cepat Ang Bo tan berseru, “mulai sekarang kita akan selalu mengikuti kongcu untuk berkelana dalam dunia persilatan, itu berarti kesempatan untuk bertarung melawan orang pasti akan selalu muncul, bila kepandaian silat kita tak becus, bukan saja mendatangkan kekuatiran bagi kongcu saja, malah kemungkinan besar justru akan merepotkan dirinya"

"Kongcu, perkataan dari sam moy ada betulnya juga, tapi bila tiada orang yang memberi petunjuk kepada kami, rasanya agak sulit bagi kami untuk memperoleh kemajuan"

"Oooh... kalian bermaksud hendak meminta petunjuk beberapa jurus silat dariku?” Lik Hoo segera mengangguk.

"Benar, budak sekalipun memang bermaksud demikian" "Baik, ilmu silat apakah yang ingin kalian pelajari?" "Kalau  bisa  budak  sekalian  ingin  mempelajari   sedikit

kepandaian  untuk  perkelahian  bersama,  kalau  bisa  ilmu

silat kami bertiga digabungkan menjadi satu dan meleburnya hingga tercipta suatu kerja sama yang kuat bagi kami bertiga"

"Baik, bila aku telah selesai dengan pekerjaanku nanti, kalian boleh memperlihatkan kepandaian silat yang kalian miliki, kemudian akan kucoba memikirkan kepandaian macam apa yang harus kuwariskan agar kalian bisa bekerja sama dalam menghadapi lawan."

"Terima kasih banyak kongcu"

"Kongcu, kali ini kami tak dapat mengiringi kongcu, harap kau bisa baik-baik menjaga diri" bisik Ang Bo-tan kemudian dengan suara lirih.. Nada ucapan tersebut penuh disertai dengan perasaan kuatir dan perhatian yang sangat besar. '"Ehmm !" Cu Siau hong manggut-manggut.

"Budak sekalian pasti akan mempersiapkan sayur dan arak untuk menantikan kedatanganmu"

'Aku mengerti." kembali anak muda itu tertawa. Dia lantas beranjak seraya menambahkan.

"Nah sekarang aku hendak pergi, bagaimana menjaga diri kalian sendiri terserah pada kebijaksanaan kalian bertiga, kalau bisa tanamkan dahulu kesan baik orang lain terhadap kalian"

Selesai berpesan dengan langkah lebar dia lantas berlalu dari tempat itu.

Sebuah topi yang besar dan berat menutupi hampir sebagian besar wajah asli Cu Siau-hong, dia sedang berangkat menuju ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng.

Walaupun dia berjalan dengan amat tergesa-gesa namun sepasang matanya selalu mengawasi setiap perubahan disepanjang jalan.

Untung saja dia belum menemukan orang-orang yang mencurigakan.

Cu Siau-hong tidak langsung menuju ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng, dia merangkak naik dulu ke atas sebatang pohon besar, kemudian diamatinya tempat yang sudah ditinggali selama setahun itu dari kejauhan,

Gedung Megah yang semula berpemandangan alam indah serta penuh diselingi gelak tertawa riang itu kini telah berubah menjadi hening, sepi dan tinggal puing-puing yang berserakan! Hanya beberapa bulan yang singkat, di dalam halaman telah tumbuk semak belukar yang lebat, memenuhi setiap ruang kosong diantara tembok yang roboh dan tiang yang patah.

?oooO)d.w(Oooo?

PEMUDA ini memang seorang yang bernyali besar, berotak cerdas dan amat teliti, walaupun dia ingin sekali mendatangi ruang tengah untuk berziarah didepan makam sementara gurunya, namun dia paham, tindakan semacam itu kemungkinan besar akan mendatangkan banyak kesulitan bagi nya.

Itulah sebabnya ia tetap bersabar diri.

Diapun cukup memahami, maksud kedatangannya kemari adalah untuk membuktikan suatu persoalan yang amat penting.

Diam-diam dia lantas merosot turun dari atas pohon dan mencari kuburan baru dari Lo-liok si tukang kuda itu.

Diatas kuburan itu telah tumbuh  rumput-rumputan hijau.

Sebuah batu nisan yang semula menghiasi pusara tersebut kini sudah lenyap tak berbekas.

Waktu itu mata hari senja sedang memancarkan sinarnya dengan indah, dikejauhan sana tampak petani dan pencari kayu sedang membawa cangkul dan kayu bakar berjalan pulang ke rumahnya masing-masing'

Tempat ini merupakan suatu tempat yang sepi dan terpencil, Cu Siau-hong segera duduk dan memandang awan di angkasa dengan termangu. Bagi Cu Siau-hong, hal ini benar-benar merupakan suatu keputusan yang amat sulit untuk ditentukan.

Sebab untuk membuktikan mati hidupnya Lo-liok, dia harus menggali kuburan dan membuka peti mati untuk membuktikannya.

Burung-burung mulai beterbangan kembali ke sarangnya, kegelapan malam pun mulai menyelimuti seluruh angkasa.

Suasana sekeliling tempat itu mulai diliputi keheningan, keheningan yang membawa keseraman dan kengerian.

Sekarang kentongan pertama sudah lewat namun Cu Siau-hong belum juga mengambil keputusan apakah harus menggali kuburan membuka peti mati atau jangan, dia tak tahu bagaimana baiknya, tapi yang pasti harus membuktikan mati hidupnya Lo-liok, apakah dia telah mati benar atau hanya ber pura-pura saja.

Pekikan burung malam berkumandang dari kejauhan memecahkan keheningan malam dan menyadarkan kembali Cu Siau-hong dari lamunannya.

Pelan-pelan dia menggeserkan kakinya mendekati pusara itu, kemudian berlutut dan menyembah tiga kali.

"Locianpwe" doanya dengan suara dalam "maafkan kelancangan boanpwe, maafkan perbuatanku yang akan mengusik jenasah kau orang tua, tapi persoalan ini amat penting, boanpwe harus memeriksanya dengan seksama."

"Aaaai.... locianpwe, boanpwe telah berpikir tiga kali, boanpwe merasa kemungkinan kau orang tua berada dalam kuburan amat kecil, itulah sebabnya aku memberanikan diri untuk melakukan kesemua ini "

Selesai berdoa ia lantas mulai turun tangan menggali kembali kuburan baru itu. Gundukan kuburan tanah tersebut memang gundukan tanah yang baru, maka tak lama kemudian peti mati tersebut telah terlihat.

Itulah sebuah peti mati yang berkayu tipis Cu Siau-hong masih ingat amat jelas setelah menjumpai peti itu maka dia yakin kalau tidak salah tempat.

Ketika peti mati itu dibuka, benar juga di sana tidak dijumpai sesosok bayangan manusiapun.

Dibawah cahaya bintang yang redup hanya tampak selembar kain putih yang terlipat rapi dalam peti tadi.

Cu Siau-hong segera mengambil kain putih itu dan dibuka lipatannya. ternyata didalamnya bertulisan empat bait tulisan yang mirip sebuah syair.

"Aku datang dari tempatku datang,

Aku pergi ke tempatku pergi. Tiada aku didunia ini. Apa artinya mencari bukti?"

Untung Cu Siau-hong memiliki tenaga dalam yang amat sempurna sehingga ketajaman matanyapun luar biasa, walaupun tulisan kertas itu tidak jelas, namun dia masih dapat membacanya dengan teramatjelas.

Mendadak terdengar suara helaan napas berkumandang memecahkan keheningan, kemudian kedengaran seseorang menegur:

"Cu kongcu, apa yang tertulis diatas kain itu?"

Datangnya teguran tersebut sama sekali tidak diluar dugaan Cu Siau-hong, oleh sebab itu diapun sama sekali tidak terkejut atau keheranan, pelan-pelan dia membalikkan badan seraya menengadah. Tampak Ui lo-pangcu dari Kay-pang dengan jubah panjangnya berkibar terhembus angin sedang berdiri satu kaki dihadapannya.

Dibelakang pengemis tua itu tampak Pek Bwe.

Dengan cepat dia maju ke depan, kemudian pelan-pelan mengangsurkan kain putih itu kedepan..

“Apakah cianpwe berdua baru tiba?” tegurnya.. "Kami telah datang cukup lama" sahut Pek Bwe.

"Karena kami saksikan sauhiap sedang termenung dan sukar mengambil keputusan, maka selama itupun kami tidak mengganggu.' Ucap Ui Lo-pangcu pula.

"Mayatnya telah hilang, yang tertinggal hanya tulisan ini saja" kata Cu Siau-hong kemudian. Ui lo-pangcu manggut manggut.

"Tampaknya dia telah menduga kalau kau akan datang lagi untuk mencari bukti"

Cu Siau-hong tidak berkata apa-apa, dia berpaling kemudian mendekati peti mati itu, menutupnya kembali dan dipendam ketempat semula.

Pek Bwe berkata.

"Kalau begitu, si kacung kuda Lo-liok besar kemungkinan adalah penjelmaan dari Pena Wasiat"

"Pek lote dewasa ini kita belum menemukan bukti yang jelas, lebih baik jangan mengucapkan kata-kata yang mengandung keputusan" sela Ui lo-pangcu cepat.

"Yaa, ucapan lo-pangcu memang ada benarnya juga"

Ui Lo-pangcu lantas berpaling kembali ke arah Cu Siau hong, setelah itu katanya: "Cu kongcu, hari ini kita telah mengetahui akan satu hal, yakni si tukang kuda Lo-Liok sesungguhnya bukan seorang manusia biasa'

"Lo-pangcu, bila si tukang kuda Lo-liok bukan si Pena Wasiat, lantas siapa pula dirinya itu?" seru Pek Bwe.

"Sulit untuk dikatakan, mungkin saja dia adalah si Pena Wasiat, tapi kemungkinan juga bukan...'

Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya lebih lanjut:

"Kini malam sudah kelam dan suasana amat hening, ijinkan aku untuk berbicara terus terang, seandainya orang itu bukan si Pena Wasiat, lantas siapakah dia?"

"Hampir sembilan puluh persen orang-orang kenamaan yang berada dalam dunia persilatan pada enam puluh tahun belakangan ini pernah kujumpai diantaranya hanya dua orang saja yang belum pernah kutemui"

"Siapakah mereka?"

"Yang seorang adalah Ban Ci cu, sedang yang lain adalah Pena Wasiat"

Rupanya Pek Bwe ada maksud untuk menggunakan kesempatan pada malam ini guna menambah pengetahuan Cu Siau-hong dalam memahami seluk beluk tentang dunia persilatan, selain daripada itu juga memberi kisikan kepada Cu Siau-hong agar mendengarkan nya dengan seksama.

Maka sambil memberi hormat, dia lantas berkata: "Pengetahuan dari pangcu amat luas, tentunya kau

mengetahui bukan hal-hal tentang Ban Ci cu serta Pena Wasiat tersebut"

Ui lo-pangcu segera tertawa. "Selama tiga puluh tahun belakangan ini aku si pengemis tua sudah jarang sekali banyak berbicara, agaknya niatku untuk berbicara telah kau pancing pada malam ini".

Lo-pangcu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat didalam dunia persilatan, setiap anggota Kay pang juga menaruh hormat yang luar biasa kepadamu, ada banyak hal tidak berani terlalu merepotkan diri pangcu bila boanpwe banyak berbicara..'

Ui lo-pangcu segera tertawa, dia mengangkat tangannya mencegah Pek Bwe berkata lebih lanjut, kemudian selanya:

"Dalam dada aku si pengemis tua, terdapat banyak persoalan yang hendak ku utarakan keluar, mungkin juga inilah kesempatan terakhir bagiku untuk berbicara banyak"

'Kenapa lo-pangcu harus berkata demikian" sela Pek Bwe, "kau berusia panjang, bertenaga dalam sempurna, sekalipun harus hidup seratus tahun lagi juga mungkin tak sulit"

Ui pangcu segera tertawa. "Lahir, dewasa, tua dan mati, semuanya sudah merupakan garis kehidupan yang harus dialami setiap manusia, sedang kata-kata dewa tiada buktinya, sekalipun kenyataan memang begitu juga bukan kita manusia biasa yang dapat mengalaminya, tahun ini aku sudah berusia seratus tahun lebih, padahal jarang sekali ada orang yang bisa hidup setua ini, berarti Thian telah berbaik kepadaku, jika aku masih juga tak puas, bukankah hal ini keterlaluan namanya?"

Tidak membiarkan Pek Bwee menimbrung, Ui pangcu berkata lebih jauh.

"'Walaupun umat persilatan tidak tahu siapakah Pena Wasiat itu, namun menurut penilaian dari aku si pengemis tua,  sudah  pasti  mereka  merupakan  jago-jago  kenamaan dalam dunia persilatan, malah mungkin saja salah seorang diantara mereka pernah bersua muka dengan aku sipengemis tua"

"Kalau begitu, lo-pangcu sudah tahu akan asal usul mereka?"

Ui pangcu tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya kembali berpesan:

"Apa yang kita bicarakan hari ini hanya boleh keluar dari mulutku dan masuk ketelinga kalian berdua, jangan sekali kali sampai tersiar kemana-mana"

Dengan hormat Pek Bwee dan Cu Siau-hong segera menyahut:

"Soal ini tak usah pangcu kuatirkan, setelah mendengar perkatannya itu kami hanya akan mengingatkannya dihati dan tak akan disiarkan kembali kepada siapapun"

"Aku si pengemis tua bukan meminta kepada kalian untuk membungkam dalam seribu bahasa, cuma masalah ini besar sekali pengaruhnya, sepatah kata salah berbicara bisa berakibat datangnya bencana pembunuhan diri sendiri, siapa tahu malah akan menerbitkan badai besar dalam dunia persilatan, aku sebagai ketua dari Kay-pang lebih lebih tak boleh sembarangan berbicara, itulah sebabnya apa yang kalian dengar nanti, harap dicatat saja didalam hati, tentang sampai kapan perkataan ini baru boleh dibicarakan kembali, terserah kepada kebijaksanaan dari kalian sendiri'

Pek Bwe mengerti, sebenarnya perkataan tersebut  hendak dibicarakan, namun berhubung hal ini menyangkut suatu keadaan yang amat besar, apalagi diapun seorang pangcu dari Kay-pang, maka jadinya kurang leluasa untuk membicarakan    persoalan    itu,    sebab    dia    kuatir akan mendatangkan banyak kesulitan bagi Kay-pang, itulah sebabnya dia tetap berusaha untuk menahan diri.

Setelah memahamt liku-likunya persoalan, dengan wajah serius Pek Bwe segera mengangguk. "Aku mengerti, silahkan lo-pangcu membicarakannya!" ia berkata.

Ui pangcu pelan-pelan mengangguk, kemudian ujarnya: "Aku  si  pengemis  tua  juga  sulit  untuk  menunjukkan

siapakah Pena Wasiat itu, tapi aku sudah mempunyai suatu

lingkungan yang terbatas sekali, yakni satu diantara tiga lima orang saja"

"Kalau begitu, Pena Wasiat tak bisa dikatakan amat misterius sekali bukan?" kata Cu Siau-hong.

"Bukannya tidak misterius, cuma dia mempunyai semacam garis kontak yang dapat ditelusuri, berbicara soal misterius Ban Ci cu berpuluh-puluh kali lipat lebih misterius dari Pena Wasiat".

"Manusia macam apa sih Ban Ci cu itu?" sela Cu Siau hong lagi.

"Mungkin tiada seorang manusiapun yang tahu macam apakah dirinya itu"

Kitab senjata tajam yang dibuatnya tak lebih hanya menunjukkan pengetahuannya yang sangat luas' ucap Pek Bwe, "masakah manusia semacam inipun bisa mendatangkan mara bahaya bagi dunia persilatan?"

"Catatan senjata tajam hasil karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia persilatan dewasa ini tak lebih hanya petikan atau risalahnya belaka, Pek lote pernah melihatnya

?" 'Aku pernah melihatnya, tapi bagian yang penyebarannya paling luas dalam dunia persilatan adalah bagian yang membicarakan soal pedang"

“Setelah kau baca risalah tentang pedang, perasaan apa yang kau dapatkan...?"

"Aku merasa bahwa penilaian serta penerangannya amatjelas walaupun tak bisa dikatakan berupa sebuah kitab pusaka ilmu silat, namun diantara perubahan-perubahan jurus pedang yang dibahasnya, banyak terdapat keistimewaan dan kehebatan-kehebatan yang menonjol"

“Berapa banyakkah risalah-risalah dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia  persilatan, mungkin tiada seorangpun yang tahu..."

"Konon terdiri dari tiga puluh enam buah risalah, delapan belas bagian membicarakan delapan belas macam senjata, tujuh belas bagian membicarakan soal senjata tajam aneh, tapi yang paling penting hanya satu bagian yakni urutan senjata tajam, bagian yang inilah baru merupakan inti dari segenap isi kitab senjata tajam tersebut"

Sambil mengelus jenggotnya Ui pangcu  tertawa, katanya:

"Pek lote, siapa yang pernah melihat daftar nama dari kitab senjata tajam itu? Aku si pengemis tua sendiripun harus mengorbankan waktu selama sepuluh tahun lamanya untuk mengumpulkan sembilan bagian, empat bagian di wilayah Kanglam, empat bagian lagi di wilayah Kangpak dan satu bagian lagi berada di wilayah Lenglam, mungkin dari tiga puluh enam bagian yang dikatakan orang, hanya sembilan bagian saja yang terjatuh kedalam dunia persilatan, mungkin hanya sembilan bagian itu saja yang ada, aku benar-benar tak dapat menduga, masih ada siapa lagi yang bisa mengumpulkan lebih banyak dari pada diriku"

"Soal ini ...'

'Pek lote, mungkin kau masih belum begitu percaya dengan perkataanku ini "

"Ucapan lo-pangcu lebih berat dari pada bukit Thay san, siapa lagi yang berani tidak mempercayainya" tukas Pek Bwe...

"Pek lote, kenyataan tetap merupakan kenyataan, kenyataan tak dapat dirubah karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki seseorang dua puluh tahun lamanya kuperhatikan dengan seksama kemudian sepuluh tahun kulakukan pelacakan dengan jumlah Kay-pang yang begini banyak serta tersebar dimana-mana, kami berhasil mengumpulkan seratus tujuh belas bagian risalah dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu, namun setelah dilakukan penelitian yang seksama ternyata risalah yang lain hanya merupakan pengulangan belaka dari isi sembilan bagian pokok utama, kemudian selama sepuluh tahun lagi aku si pengemis tua selalu memperhatikan persoalan ini, alhasil kami tidak berhbasil menemukan bagian lain kecuali sembilan bagian itu"

"Jadi kalau begitu "

Ui pangcu segera mengalihkan sorot mata nya ke wajah Cu Siau-hong, kemudian lanjutnya: 'Pena Wasiat bukan terdiri dari satu orang, Ban Ci-cu juga mungkin bukan cuma seorang saja'

"Locianpwe, kalau begitu Pena Wasiat dan Ban Ci cu hanya merupakan dua julukan belaka?"

'Yaa, hanya dua julukan belaka, dengan mata kepala sendiri aku si pengemis tua menyaksikan kemunculan  Pena Wasiat didalam dunia persilatan, juga kulihat kitab senjata tajam dari Ban Ci cu tersebar luas dalam dunia persilatan'

'Maksud locianpwe...'

"Aku dapat menyaksikan kegunaan dari Pena Wasiat, namun tak dapat menyaksikan kegunaan dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu, menurut pendapatku, orang ini cuma berlagak besar saja, tujuannya hanya membuat kitab senjata tajam dan menyebarnya dalam dunia persilatan, jadi maksud hati orang ini sampai sekarangpun sukar untuk di jelaskan.!"

"Locianpwe, setelah mendengar penjelasanmu ini, bukankah dengan begitu kitab senjata tajam serta Pena Wasiat merupakan titik kecurigaan yang sangat besar?"

"Paling tidak, tujuan Pena Wasiat sudah diketahui umum, sedang tujuan kitab senjata tajam masih belum diketahui orang, dan lagi kecerdasan orang ini tidak berada di bawah Pena Wasiat, kitab senjata tajam telah menciptakan semacam perasaan misterius bagi umat persilatan sekarang, buktinya perguruan atau aliran mana saja yang berhasil mendapatkan bagian risalah dari kitab itu, mereka lantas menyimpan dan menyembunyikannya bagaikan barang mestika saja"

"Lo-pangcu, aku dengar, pihak Siau limpay juga lagi mengumpukan risalah-risalah dari kitab senjata tajam, entah jumlah yang berhasil mereka kumpulkan itu telah melampaui jumlah yang diperoleh Kay-pang atau belum?'

"Belum, sudah kutanyakan hal ini kepada ketua Siau lim pay, mereka hanya berhasil mengumpulkan delapan bagian"

"Delapan bagian?" "Bagian yang tersebar diwilayah Lenglam paling sedikit jumlahnya, hal ini membuat bagian tersebut tidak mudah untuk mengumpulkannya'.

"Betul, walaupun Siau lim pay mempunyai kekuasaan yang amat besar, namun berbicara soal jumlah anggota, mereka masih kalah dibandingkan dengan Kay-pang'

"Sekarang aku telah berkeputusan untuk menyerahkan kesembilan bagian risalah senjata tajam ini kepada Cu kongcu!"

Mendengar ucapan itu Cu Siau-hong menjadi tertegun. '"Locianpwe kau '

"Nak, aku bukan menyayangi dirimu, juga bukan ingin menambahkan semacam tanggungjawab kepadamu, aku hanya merasa bahwa kemungkinan besar kau mampu untuk menyingkap tabir rahasia dibalik kesemuanya ini" sambung Ui Lo-pangcu lebih lanjut.

"'Tapi tanggung jawab ini terlampau besar" Ui lo-pangcu segera tertawa.

'Nak, apakah kau merasa agak takut" tanyanya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar